Anda di halaman 1dari 13

IV.

MEDIA HIDROPONIK
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Definisi yang berkembang saat ini bagi istilah hidroponik adalah
membudidayakan tanaman tanpa tanah, dalam larutan kaya hara (nutrisi),
bisa menggunakan media (substrat) ataupun tanpa media, menggunakan
sistem tertutup ataupun terbuka. Substrat merupakan salah satu komponen
utama yang sangat menentukan keberhasilan budidaya tanaman
menggunakan sistem hidroponik substrat. Pengaturan komposisi jenis
substrat secara tepat dapat digunakan sebagai salah satu strategi mengatur
dan mempertahankan ketersediaan air dan larutan nutrisi, maupun oksigen
yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman.
Ada dua macam sistem hidroponik. Pertama, hidroponik dengan
mempergunakan media non tanah seperti; pasir, arang sekam, zeolit,
rockwoll, gambut, sabut kelapa, dan lain sebagainya. Sistem yang kedua
adalah hidroponik dengan hanya mempergunakan air yang mengandung
nutrien atau pupuk yang bersirkulasi sebagai media, akar tanaman
terendam sebagian dalam air tersebut sedalam lebih kurang 3 mm, sistem
ini disebut dengan NFT ( Nutrien Film Technical).
Elemen dasar yang dibutuhkan tanaman sebenarnya bukanlah tanah,
tapi cadangan makanan serta air yang terkandung dalam tanah yang
terserap akar. Selain itu juga dukungan yang diberikan tanah dan
pertumbuhan. Dengan mengetahui ini semua, di mana akar tanaman yang
tumbuh di atas tanah menyerap air dan zat-zat vital dari dalam tanah, yang
berarti tanpa tanah pun, suatu tanaman dapat tumbuh asalkan diberikan
cukup air dan garam-garam zat makanan
Hidroponik sama artinya dengan menyediakan dan mengalirkan
larutan mineral sebagai unsur makanan bagi tanaman, dalam mengalirkan
unsur makanan tersebut harus diperhatikan kepekatan larutan dan derajat
keasamannya. Hidroponik dapat menggunakan media-media tanam selain
tanah seperti kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, pecahan batu karang
atau batu bata, potongan kayu, dan busa. Semua ini dimungkinkan dengan
adanya hubungan yang baik antara tanaman dengan tempat
pertumbuhannya.
Media tanam bukanlah sesuatu yang sangat penting yaitu hanya
digunakan sebagai media tumbuh tanaman dan tempat berkembangnya
akar tanaman, bukan sebagai sumber nutrisi. Nutrisi dipenuhi dari luar,
yaitu dengan menambahi pupuk dari luar. Walaupun demikian media
tanam juga memegang peranan dalam budidaya hidroponik. Jika media
yang digunakan tidak baik dan tidak cocok, maka tanaman tidak akan
tumbuh dengan optimal, yang akhirnya akan mengganggu pertumbuhan
dan hasil tanaman. Dengan demikian perlu adanya pengkajian mengenai
media tanam yang paling baik untuk budidaya secara hidroponik.
Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis
tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan
standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal
yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan
kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat
menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan
dapat menahan ketersediaan unsur hara.
Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya
berasal dari komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman
seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan
organik sebagai media tanam jauh lebih unggul dibandingkan dengan
bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu
menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik
juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga
sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air
yang tinggi.
2. Tujuan Praktikum
a. Agar mahasiswa mampu mengenal jenis dan karakteristik dari tiap-tiap
jenis bahan substrat yang biasa digunakan dalam sistem hidroponik
b. Mahasiswa dapat menyiapkan bahan dasar substrat untuk membuat
substrat hidroponik
c. Mahasiswa mampu mengukur kapasitas menahan air dari tiap-tiap jenis
bahan dasar substrat hidroponik
d. Mahasiswa mampu membuat komposisi substrat hidroponik yang
dapat diaplikasikan untuk budidaya sayuran menggunakan sistem
hidroponik substrat.
3. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Teknologi Hidroponik Acara Pengenalan Sistem Hidroponik
dilaksanakan pada Senin, 16 September 2013 bertempat di Rumah Kaca B,
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
B. Tinjauan Pustaka
Hidroponik pada prinsipnya adalah menggantikan peran dan fungsi
tanah serta mensuplai kebutuhan tanaman untuk pertumbuhan optimalnya.
Pada hidroponik agregat, media tanam harus mampu menunjang tubuh
tanaman, bersifat inert, memiliki aerasi yang baik dan tidak mengandung zat
yang beracun bagi tanaman. Keunggulan budidaya dengan sistem hidroponik
dibandingkan dengan budidaya di lapang antara lain adalah lebih
terkontrolnya pemberian nutrisi sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga
tanaman mampu tumbuh dan berpoduksi maksimal (Susanto 2005).
Hidroponik dapat diartikan sistem budidaya pertanian tanpa
menggunakan tanah tetapi menggunakan air yang berisi larutan nutrient.
Media tanam lain dapat berupa kerikil, pasir, gabus, arang, zeolit, atau tanpa
media agregat (hanya air). Media tersebut biasanya bebas dari unsur hara
(steril) sementara itu pasokan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dialirkan
ke dalam media tersebut melalui pipa atau disiramkan secara manual. Nutrien
atau pupuk hidroponik yang telah dilarutkan dalam air didistribusikan kepada
media dengan jalan jaringan mikro irigasi, yaitu meneteskan dengan jaringan
ke media tanaman dan langsung diserap, tidak bisa kembali lagi
(Siswa et al 2000).
Media tanam hidroponik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut,
yaitu dapat menyerap dari penghantar air, tidak mempengaruhi pH air, tidak
mengubah warna, tidak mudah lapuk dan membusuk. Media tanam kultur
hidroponik dapat dibagi menjadi dua, yaitu media tanam anorganik, contohnya
batu apung yang berasal dari bebatuan larva gunung berapi. Sifatnya ringan,
sukar lapuk, tidak mempengaruhi pH, porous mudah menyerap dan
menyimpan air, serta mengalirkan air dalam jumlah yang banyak. Batu apung
terbaik untuk media tanam hidroponik perlu direkayasa menjadi sebesar
kerikil (Fitter dan Hay 2000).
Pasir sering digunakan sebagai media tanam selain tanah karena sifatnya
yang porous dan steril. Campuran media tanam yang menggunakan pasir,
maka pasir harus diayak terlebih dahulu sehingga tidak mengandung batu
kerikil. Kelebihannya murah dan mudah didapat, sedangkan kekuranganya
kemampuan menahan air rendah dan berat (Haryanto et al 2003).
Dengan adanya kemajuan teknologi pertanian memungkinkan
penanaman sayuran di luar musimnya. Untuk itu, digunakan green house dan
umumnya dilakukan dengan sistem hidroponik. Oleh karena itu, kebutuhan
akan sayuran dapat terpenuhi dan kontinyuitasnya dapat lebih terjaga.
Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara
bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media pertanamannya
(Lingga 2002).
Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu batang
pakis hitam dan batang pakis coklat. Dari kedua jenis tersebut, batang pakis
hitam lebih umum digunakan sebagai media tanam. Batang pakis hitam
berasal dari tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih kering. Selain itu,
batang pakis ini pun mudah dibentuk menjadi potongan kecil dan dikenal
sebagai cacahan pakis. Selain dalam bentuk cacahan, batang pakis juga
banyak dijual sebagai media tanam siap pakai dalam bentuk lempengan
persegi empat. Umumnya, bentuk lempengan pakis digunakan sebagai media
tanam anggrek. Kelemahan dari lempengan batang pakis ini adalah sering
dihuni oleh semut atau binatang-binatang kecillainnya. Karakteristik yang
menjadi keunggulan media batang pakis lebih dikarenakan sifat-sifatnya yang
mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta bertekstur
lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman (Eto 2010).
Media tanam didefinisikan sebagai tempat hidup tanaman yang sesuai
dengan persyaratan hidupnya. Secara umum dapat dikategorikan menjadi 2
yaitu media tanam tanah dengan ciri-ciri fisik tanah berwarna cokelat hingga
cokelat kehitaman, memiliki porositas yang baik, memiliki daya serap air yang
baik, ketika kering mudah dihancurkan dan ketika basah tidak lengket dan
lentur. Media tanam non tanah mempunyai daya pegang air (kemampuan
media tanaman untuk mempertahankan air di dalam ruang porinya, sehingga
media tanam tidak cepat kering), rewetability (kemampuan media tanam untuk
dapat kembali basah setelah betul-betul kering), rasio bobot dan volume
(relatif lebih ringan meski volume besar), porositas (banyaknya ruang pori
sebagai tempat pertukaran udara di dalam media tanam), ketersediaan unsur
hara, daya sanggah atau buffer pH (potensi media tanam untuk
mempertahankan pH agar cenderung tetap atau berada pada kisaran tertentu),
kapasitas tukar kation (nilai kapasitas media tanam dalam bertukar kation
yang dimilikinya dengan ion H+ yang dilepaskan oleh tanaman) dan sterilitas
(kualitas biologis media tanam yang menjamin bahwa media tanam yang
digunakan bebas dari kandungan hama dan penyakit (Ardiyan 2012).
Salah pemilihan dan pemakaian media tanam bisa berakibat fatal bagi
kelangsungan hidup tanaman. Pasalnya, setiap media tanam memiliki karakter
masing-masing yang belum tentu cocok dengan kebutuhan suatu jenis
tanaman. Oleh karena itu, pengenalan tentang karakteristik media tanaman
sangat diperlukan sebelum menentukan jenis tanaman yang dipakai. Media
tanam merupakan tempat hidup tanaman. Secara umum, media tanam harus
dapat menyangga perakaran tanaman agar bisa berdiri tegak dan tidak mudah
roboh diterpa angina tau gangguan lainnya. Namun, media tanam juga harus
mempunyai fungdi lain yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman
(Benardinus 2006).
Media untuk tanaman hidroponik bermacam-macam. yang dapat
digunakan, dapat dari arang sekam, pasir, zeolit, rockwoll, gambut (peat
moss), dan serbuk sabut kelapa. Persyaratan terpenting untuk media
hidroponik harus ringan dan porus. Tiap media mempunyai bobot dan
porositas yang berbeda. Oleh karena itu, dalam memilih media sebaiknya
dicari yang paling ringan dan yang mempunyai porositas baik., salah satunya
yang dibuat dari arang sekam Media arang sekam mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihannya antara lain harganya relatif murah, bahannya
mudah didapat, ringan, sudah steril, dan mempunyai porositas yang
baik. Kekurangannya yaitu jarang tersedia di pasaran, yang umum
tersedia hanya bahannya (sekam/kulit gabah) saja, dan hanya dapat digunakan
dua kali (Supriyanto dan Fidryaningsih 2010).
Menurut Zulfitri (2005), sistem hidroponik substrat merupakan metode
budidaya tanaman di mana akar tanaman tumbuh pada media porus selain
tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman
memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup. Substrat adalah dapat
menyerap dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah
warna tidak mudah lapuk. Karakteristik substrat harus bersifat inert dimana
tidak mengandung unsur hara mineral. Media tanam hidroponik harus bebas
dari bakteri, racun, jamur, virus, spora yang dapat menyebabkan patogen bagi
tanaman. Fungsi utama substrat adalah untuk menjaga kelembaban,dapat
menyimpan air dan bersifat kapiler terhadap air. Media yang baik bersifat
ringan dan dapat sebagai penyangga tanaman.
Menurut Tiara (2012), media arang sekam mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihannya antara lain harganya relatif murah, bahannya
mudah didapat, ringan, sudah steril, dan mempunyai porositas yang
baik. Kekurangannya yaitu jarang tersedia di pasaran, yang umum
tersedia hanya bahannya (sekam/kulit gabah) saja, dan hanya dapat digunakan
dua kali. Media arang sekam umumnya digunakan untuk hidroponik tomat,
paprika, dan mentimun. Namun bukan berarti hidroponik tanaman sayuran
yang lain tidak dapat menggunakannya. Tanaman sayuran yang lain dapat
juga menggunakan media ini, tetapi tidak biasa dilakukan.
C. Metodologi Praktikum
1. Alat
a. Tungku pembakar sekam
b. Pisau
c. Gunting
d. Saringan
e. Timbangan
f. Ember
g. Polibag
h. Gelas takar
i. Mangkok
j. Alat tulis
2. Bahan
a. Sekam padi
b. Batang pakis
c. Pasir Malang
d. Pasir Merapi
e. Air
3. Cara Kerja
a. Membuat arang sekam:
Menyiapkan alat tungku pembakar sekam padi, kemudian
mengisinya dengan sekam padi. (berada pada posisi disekeliling
saringan)
Meletakkan sumber api di bagian dalam saringan menggunakan kayu
yang dibakar.
Mengolah sekam yang mulai terbakar, dibolak-balikkan perlahan
agar tidak menjadi abu
Saat sekam telah menghitam, dibasahi dengan air agar pembakaran
terhenti
Sekam dikering-anginkan
b. Menyiapkan pakis cacah
Merendam batang pakis hingga batang tersebut menjadi lunak
Memotong batang pakis dengan pisau dengan ukuran 1-1,5 cm
Meniriskan batang pakis yang sudah dicacah dan dikering-anginkan
Menyimpan pakis cacah dalam karung dicampurkan dengan substrat
lainnya untuk membuat komposisi substrat hidroponik.
c. Menyiapkan pasir Malang/pasir agregat
Pasir yang berukuran agregat (3 8 mm)
Menggunakan saringan ganda untuk mendapatkan pasir beragregat
dengan saringan mata saring/ctka 8 mm ditumpuk diatas saringan
ctka 5 mm
Menyaring pasir yang berada dianatar tumpukan saringan yang
merupakan pasir yang digunakan sebagai media
Mencuci pasir dan di kering-anginkan
d. Membuat komposisi substrat, dengan perbandingan berdasarkan
volume sebagai berikut:
Komposisi A = arang sekam : pasir Malang (1:1)
Komposisi B = pakis cacah : pasir Malang (1:1)
Komposisi C = arang sekam : pasir Merapi (1:1)
Komposisi D = pakis cacah : pasir Merapi (1:1)
Komposisi E = arang sekam : pakis cacah : pasir malang (1:1:1)
Komposisi F = arang sekam : pakis cacah : pasir Merapi (1:1:1)
e. Mengukur kapasitas menahan air pada tiap-tiap jenis bahan substrat dan
pada beberapa komposisi substrat hidroponik dengan cara sebagai
berikut:
Mengisi polibag dengan substrat sebanyak 1 L dan ditimbang (B1)
Menuangkan air 1 L (V1) ditunggu 15 menit
Membuat lubang-lubang dibawah polibag sehingga air dapat
menetes
Menampung air yang menetes, dan hitung berapa lama sampai air
tidak lagi menetes, kemudian ukurlah volume air yang menetes
(V2)
Menimbang polibag yang berisi substrat setelah dibasahi (B2)
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Data Jumlah Air yang Tertahan dalam Substrat
Kelompok

Jenis Bahan
Substrat/Kom
ponen
Substrat
Volume
Air yang
Menetes
(ml)
Berat
Substrat
Basah
(gr)
V1 V2
(ml)
B2 B1
(gr)
Ijo royo-royo Arang Sekam 580 450 420 400
Pokker Oenyoe Pakis cacah 780 220 220 20
Kelompok 3A Pasir Malang 800 450 200 250
Fresh Veggies Pasir Merapi 630 1600 370 400
Amaranthus Komposisi A 620 220 380 120
UNO Komposisi B 1600 650 400 550
Rukun Sayur Komposisi C 600 400 400 100
Barokah Komposisi D 600 600 400 200
Vegeta Komposisi E 1600 650 400 550
Subur Makmur Komposisi F 640 400 360 200
Amanah Komposisi E 620 600 380 400
C4 Hidrofarm Komposisi F 500 600 500 450
Sumber : Data Rekapan
2. Pembahasan
Kelebihan dari media hidroponik, kemampuan menyimpan air dan
nutrisi tinggi, baik bagi perkembangan mikroorganisme bermanfaat
(mikoriza), aerasi optimal (porous), kemampuan menyagga pH tinggi, cocok
bagi perkembangan perakaran, digunakan pada tipe irigasi drip, dan ringan
(mudah dibawa), media tanam mudah disterilkan kembali. Kekurangan dari
media Hidroponik yaitu kelembaban media cukup tinggi rentan serangan
hama, jamur, bakteri maupun virus, pada beberapa media sterilitas saat
ditanam tanaman sulit terjamin, hanya digunakan beberapa kali saja karena
kandungan organik habis dan media mudah hancur. Pada media non-organik
keunggulannya permanen, dapat dipakai dalam jangka waktu lama,
berporous, cepat mengatuskan air, media tidak terlalu lembab, streilitas
terjamin, jarang sebagai inang jamur, bakteri maupun virus. Kekurangannya
adalah bukan media yang baik bagi perkembangan organisme bermanfaat
seperti mikoriza, media lebih berat karena ada dominasi batuan, terlalu
cepat mengatuskan air, nutrisi yang diberikan mengalami pelindian, kurang
baik bagi perkembangan sistem perakaran (Chris 2008).
Karakteristik substrat harus bersifat inert dimana tidak mengandung
unsur hara mineral. Media tanam hidroponik harus bebas dari bakteri, racun,
jamur, virus, spora yang dapat menyebabkan patogen bagi tanaman. Fungsi
utama substrat adalah untuk menjaga kelembaban,dapat menyimpan air dan
bersifat kapiler terhadap air. Media yang baik bersifat ringan dan dapat
sebagai penyangga tanaman (Wahyuni 2012).
Media tanam digunakan sebagai tempat tumbuh berdirinya tanaman.
Kebanyakan media tanam yang dibutuhkan tanaman adalah media tanam
yang ringan dan porus. Dari masing-masing jenis media tanam mempunyai
kelebihan dan kekurangannya. Oleh karena itu perlu diketahui media tanam
yang paling sesuai untuk pertumbuhan tanaman sehingga memberikan hasil
yang optimal.
Arang sekam memiliki peranan penting sebagai media tanam pengganti
tanah. Arang sekam bersifat porous, ringan, tidak kotor dan cukup dapat
menahan air (Maspary 2011). Penggunaan sekam bakar untuk media tanam
tidak perlu disterilisasi lagi karena mikroba patogen telah mati selama
proses pembakaran. Sekam bakar memiliki kandungan karbon (C) yang
tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur. Media sekam
bakar cenderung mudah lapuk sehingga kandungan hara menjadi tidak
konstan.
Pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk
penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang
tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses
pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk
dipindahkan ke media lain. Sementara bobot pasir yang cukup berat akan
mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu, keunggulan media tanam
pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkan sistem
aerasi serta drainase media tanam. Pasir Merapi dan pasir bangunan
merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.
Pori-pori pasir berukuran besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi
mudah basah dan cepat kering oleh proses penguapan. Kohesi dan
konsistensi pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau angin.
Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan
pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang
digunakan sebagai media tanam secara tunggal.
Pasir malang adalah pasir yang berasal dari lava gunung berapi. Sifat
pasir malang yang memiliki rongga-rongga halus membuat pasir merapi
menjadi ringan dan sangat porous. Pasir malang juga mampu memegang
tanaman dengan baik, sehingga menjadi pilihan utama bagi pekebun dan
hobiis tanaman yang menyukai iklim dan media tanam kering seperti
Adenium, Euphorbia dan Sansevieria.
Pasir malang yang paling baik, umumnya yang bertekstur halus dan
seragam. Untuk itu sebelum digunakan, pasir malang sebaiknya disaring
menggunakan saringan kawat untuk mendapatkan pasir malang yang
seragam. Sebaiknya hindari penggunaan pasir malang yang berukuran besar
dan bertekstur sangat kasar. Selain relatif lebih sulit untuk mengaturnya
didalam pot, pasir malang kasar juga beresiko melukai akar dan batang
tanaman, sehingga bisa menyebabkan kebusukan. Disamping itu pasir
malang yang besar dan kasar juga kurang indah dipandang mata. Kelemahan
lain dari penggunaan pasir malang adalah sangat miskin unsur hara,
sehingga pemupukan teratur menjadi suatu keharusan, untuk mencegah
tanaman kekurangan unsur hara.
Pakis Cacah adalah batang atau akar tanaman pakis yang telah dicacah
menjadi cacahan halus. Cacahan pakis yang baik digunakan adalah cacahan
pakis matang yang sudah mengalami fermentasi. Cacahan pakis matang
bersifat porous, mempunyai aerasi yang baik tetapi tetap mampu
menyimpan air yang dibutuhkan tanaman dan mampu memegang
tanaman dengan baik tanpa menimbulkan sifat padat yang berlebihan. Pakis
cacah merupakan komponen media tanam favorit perkebun dan hobiis saat
ini.
Selain yang telah disebutkan, kelebihan media tanam pakis antara lain
baik bagi perkembangan mikroorganisme bermanfaat (mikroriza dll),
kemampuan menyangga pH tinggi, sangat cocok bagi perkembangan
perakaran, lebih ringan. Kelemahannya antara lain kelembaban media cukup
tinggi sehingga rentan serangan jamur, bakteri maupun virus penyebab
penyakit tanaman, sterilitas media sulit dijamin, tidak permanen, hanya
dapat digunakan beberapa kali saja, secara rutin harus diganti.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Media hidroponik yang sering dipakai adalah arang sekam, pakis cacah,
pasir Malang, pasir Merapi.
b. Kelebihan atau keunggulan dari semua media hidroponik adalah aerasi
(porous) yang optimal bagi perakaran tanaman dan seimbang dari
penjeran dan pelepasan air,
c. Kekurangannya beragam tergantung jenis media Hidroponik yaitu
berdasarkan media lami dan buatan.
d. Volume air yang menetes paling sedikit adalah dari arang sekam
sedangkan yang paling tinggi adalah komposisi B dan E disebabkan
karena percampuran bahan media menyebabkan pelepasan air lebih
tinggi.

2. Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, perlengkapan dan performa alat-
alt pengukuran ditingkatkan agar mendapat data yang akurat dan tidak
perlu melakukan pengulangan kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA
Ardiyan. 2012. Media Tanam. http://blog.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 11
November 2013.
Benardinus. 2006. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Agromedia. Jakarta
Selatan.
Chris, Kovach. 2008. The Hydroponic Bible. Lulu Enterprise. London
Eto. 2010. Macam-macam Media Tanam. http://kangtoo.wordpress.com. Diakses
pada tanggal 11 November 2013.
Fitter dan Hay, 2000. Hidroponik Tanaman Buah untuk Bisnis dan Hobi. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, dan H. Sunarjono. 2003. Sawi dan Selada
(Edisi Revisi). Jakarta : Penebar Swadaya.
Lingga, P. 2002. Hidroponik: Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Siswa, Falah dan M. Affan Fajar. 2000. Produksi Tanaman dan Makanan dengan
Menggunakan Hidroponik Sederhana hingga Otomatis. IO PPI Jepang.
http://io.ppi-jepang.org. Diakses pada tanggal 11 November 2013.
Supriyanto dan Firdryaningsih F. 2010. Pemanfaatan Arang Sekam untuk
Memperbaiki Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba
(Roxb.) Miq) pada Media Subsoil. Jurnal Silvikultur Tropika 1 (1) : 24-28.
Susanto, Slamet., Suwardi., dan Nani Muniarti. 2005. Pemanfaatan Serasah Daun
Bambu sebagai Media Budidaya Tomat (Lycopersicon esculentum Mill)
dengan Sistem Hidroponik. Bul. Agron. Vol. 3 (1) : 33 37.
Tiara. 2012. Media Tanaman Hidroponik dari Arang Sekam. http://blog.ub.ac.id.
Diakses pada tanggal 11 November 2013.
Wahyuni, Rizka 2012. Hidroponik Substrat. http://rizkawahyuni.wordpress.com.
Diakses pada tanggal 11 November 2013.
Zulfitri. 2005. Analisis Varietas dan Polybag terhadap Pertumbuhan serta Hasil
Cabai. Buletin Penelitian 8. Universitas Mercu Buana. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai