Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN MEDIKAL MEDAH II


HIPERTENSI HEART DISEASE (HHD)
Oleh :
Sylfia Putri Pangestu
P17320112080

A. Konsep dasar penyakit
1. Definisi
Hipertensi heart disease adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 MmHg dan tekanan diastolik 90 MmHg sehingga meningkatnya tekanan
darah menuju jantung.
Hipertensi heart disease adalah meningkatnya tekanan darah menuju jantung
merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.
Hipertensi heart disease adalah risiko merbiditas dan mertalitas prematur, yang
meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik menuju jantung.
2. Etiologi
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jarak syaraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalisdan keluar dari kolumna medula
spinalis ke ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melaui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asettilkolin, yang akan merangsang srabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontrikasi penbuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons
pembuluh darah terhadaprangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem syaraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokontriksi. Kortek adienal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian dirubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan poeningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Pertimbangan gerontologis, perubahan struktural dan fungsioanal pada sistem
pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi arteriosklerosit, hilangnya elastisitas jaringan
ikat , dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada umumnya
menurunkan distensi dan gaya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuanya dakam mengakomodasi volume darah yang di
pompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peningkatan tahanan perifer.

4. Tanda dan gejala
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak di jumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kupulan cairan), penyenpitan pembuluh darah, dan pada kasus
berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala bila ada, biasanya menunjukan adanya kerusakan vaskuler,
dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dan angina adalah gejala yang
menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan
beban kerja ventrikel saat dipake berkontrasi melawan tekanan sistemik yang
meningkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatkan beban kerja,
maka dapat terjadi gagal jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat
bermanifetasi sebagai nokturis (peningkatan urinasi pada malam hari). Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroks atau serangan stremik transien yang
termanifestasi sebagai patolisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan
tajam penglihatan. Pada penderita stroks, dan pada penderita hipertensi disertai
serangan iskemia ansidens infark oatak mencapai 80%.
5. Pemeriksaan diagnostic
azoremia (peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin).

6. Penatalaksanaan medis
Beberap penelitian menunjukan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk
penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau: latihan dan
relaksasi merupkan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi
antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria
perokok) atau tekanan darah diastoliknya menetap diatas 85 atau 95 mmHg dan
sistoliknya siatas 130 sampai139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan. Dua
kelompok obat tersedia dalam terapi pilihan pertama. Diuretika dan penyakit beta,
contoh oabat yang diberikan pada penyakit hipertensi :
Obat verapamil (calan, isoptin)
a. Kerja utama :
1) Menghambat aliran masuk Ion kalsium kedalam sel
2) Memperlambat kecepatan hantaran impuls jantung
b. Kelebihan :
1) Antidiseitmia yang efektif
2) Awitan Iv cepat
3) Menyekat jalur nodus, SA dan AV
c. Kontra indikasi : penyakit nodus sinus atau AV, gagal jantung hebat,
hipertensi berat.
d. Efek dan pendekatan keperawatan :
1) Berikan pada saat perut kosong atau sebelum makan
2) Jangan dihentikan secara mendadak
3) Depresi dapat hilang apabila obat dihentikan
4) Untuk sakit kepala : kurangi kegaduhan, monitor elektrilit
5) Turunkan dosis untuk gagal hati dan ginjal
e. Pertibangkan gerontologis :
1) Memerlukan pengurangan dosis



B. Konsep dasar asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data ini dari berbagai sumber data untuk
engevaluasi dan untuk mengindenfiklasi status kesehatan klien. (Nursalam 2001 : 17)
a. Wawancara, memberikan data yang perawat dapatkan dari pasien dan orang
terdekat lainnya melalui percakapan dan pengamatan :
2) Identitas klien :
Meliputi nama, umur, pendidikan, jenis kelamin, agama, pekerjaan, status
marital, suku bangsa, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
no.rekam medis, ruang dan alamat.
Identitas penanggung jawab :
Meliputi nama, umur, pendidikan, hubungan dengan klien dan alamat.
3) Riwayat kesehatan :
a) Keluhan utama : apa yang paling dirasakan saat ini ditanyakan meliputi
paliative/propokativ, quality, region/radian, skala dan time (PQRST).
b) Riwayat kesehatan sekarang : dikaji tentang proses penjalaran penyakit
sampai dengan timbulnyakeluhan 1 faktor yang memperberat dan yang
memperingan kualitas dari keluhan dan bagaimana klien menggambarkan
yang dirasakan.
c) Riwayat kesehatan dahulu : dikaji penyakit yang pernah dialami klienyang
berhubungan dengan penyakit sekarang/penyakit lain seperti riwayat
penyakit kandung kemih (gagal jantung), penyakit sistemik (DM), dan
hipertensi.
d) Riwayat kesehatan keluarga : dikaji kemungkinan pada keluarga ada
riwayat penyakit gangguan perkemihan, riwayat kesehatan yang
menular/keturunan.
b. Pemeriksaan fisik.
1) Dikaji keadaan umum dan tanda-tanda vital
2) Sistem penglihatan : dikaji bentuk simetris, reflek pupil terhadap cahaya
positif, bisa membaca papan nama perawat dalam jarak 30 cm.
3) Sistem pernafasan : dikaji bentuk hidung simetris, mukosa hidung lembab,
septum letar ditengah, tidak terdapat pernafasan cupig hidung, pada palpasi
sinus frontalis dan sinus maksilaris tidak terdapat nyeri tekan, trakea ditengah,
tidak terdapat retraksi dinding dada, frekuensi nafas 24 x/menit, paru-paru
resonan.
4) Sistem pencernaan : dikaji bentuk bibir simetris, mukosa merah muda lembab,
jumlah gigi, tidak terdapat caries uvula ditengah, tidak ada pembesaran, tonsil
refleks menelan, bentuk abdomen, turgor, bising usus 10 x/menit.
5) Sistem kardiovaskuler : dikaji konjungtiva, oedema, sianosis, peningkatan
JVC, bunyi jantung 5
1
5
2
tekanan darah.
6) Sistem perkemihan : dikaji vesika urinaria, pembesaran ginjal, ada nyeri
tekan.
7) Sistem persyarafan dikaji :
a) sistem syaraf cranial, dikaji GCS dan 12 nervus saraf otak.
b) Sistem motorik, dikaji gerakan tubuh dari ujung kepala sampai kaki.
c) Sistem sensorik, dikaji respon klien dengan menggunakan rangsangan.
8) Sistem endokrin : dikaji pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar lemfe, dan
menanyakan riwayat penyakit DM.
9) Sistem integumen : dikaji suhu tubuh, turgor, lesi dan luka, warna kulit,
kepala.
10) Sistem genetalia, dikaji genetalia jika klien mau.
a) Data sosial, dikaji tingkat pendidikan, hubungan sosial, gaya hidup, dan
pola interaksi melalui wawancara / menanyakan kepada orang terdekat
(keluarga).
b) Data psikologis, dikaji status emosi, gaya komunikasi, konsep diri,
immage, harga diri, ideal diri, peran diri, identitas diri.
c) Data spiritual, dikaji ibadah yang dilakukan klien jika berada di rumah
sakit.
c. Pemeriksaan diagnostik
1) Jadwal rutin pemantauan tekanan darah
2) Rontgen foto
3) Pemeriksaan hematologi
4) Pemeriksaan urinalisa
5) Elektrokardiografi (EJG)
6) Pemeriksaan kimia darah

2. Kemungkinan diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
a. Gangguan rasa nyeri : nyeri dada sehubungan dengan iskemia jaringan akibat
penurunan suplai 0
2

b. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan penurunan suplai 0
2
dan
nutrisidi otak akibat hipertensi.
c. Gangguan pada nafas sehubungan dengan peningkatan kompensasitubuh untuk
meningkatkan suplai 0
2
ke jaringan.
d. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat : tidur sehubungan dengan adanya rasa
pusing.
e. Gangguan rasa aman : cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit, program pengobatan dan tindakan perawatan yang akan dilakukan serta
yang dialami pasien.

3. Perencanaan
a. Tujuan
Dx 1 : Gangguan rasa nyeri dada sehubungan dengan iskemia jaringan akibat
penurunan suplai 0
2
.
Nyeri dada hilang
Ekspresi wajah tenang
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Dx 2 : Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan penurunan suplai 0
2

dan nutrisi di otak akibat hipertensi.
Perfusi jaringan otak terpenuhi dengan kriteria :
Pasien tidak merasa pusing
Pasien tidak tampak gelisah
Tidak ada tanda perubahan status mental yang kurang
Tanda-tanda vital normal
Dx 3 : Gangguan pola nafas sehubungan dengan peningkatan kompensasi
tubuh untuk meningkatkan suplai 0
2
ke jaringan.
Pola nafas efektif dengan kriteria :
Pasien tidak merasa sesak
Frekuensi nafas normal
Irama nafas teratur
Tidak ada peningkatan rettraksi sinsing dada
Dx 4 : Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat : tidur sehubungan
dengan adanya rasa pusing.
Istirahat : tidur terpenuhi dengan kriteria :
Pasien dapat tidur sesuai dengan kebutuhannya
Pasien tidak tampak lesu
Tanda-tanda vital normal
Tekanan darah normal dalam 3 hari mas perawatan
Dx 5 : gangguan rasa aman : cemas dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit, program pengobatan dan tindakan perawatan yang akan dilakukan
serta kondisi yang dialami pasien.
Rasa cemas teratasi dengan kriteria :
Pasien tenang
Pasien kooperatif dengan program perawatan dan pengobatan
Pengetahuan pasien meningkat tentang penyakit, tanda-tanda dan kondisi
yang dialami, serta komplikasi yang mungkin terjadi.

b.Tindakan keperawatan untuk tiap diagnosa
Dx 1 : Gangguan rasa nyeri dada sehubungan dengan iskemia jaringan akibat
penurunan suplai 0
2
.
Rencana tindakan :
Atur posisi klien semifowler
Kolaborasi dengan dokter untuk terapi dan lembab
Berikan obat analgetik sesuai dengan program medis
Kaji nyeri dada sesuai setelah diberikan tindakan
Observasi tanda-tanda vital
Dx 2 : Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan penurunan suplai 0
2

dan nutrisi di otak akibat hipertensi.
Rencana tindakan :
Observasi tanda-tanda vital
Kaji riwayat hipertensi
Observasi perubahan sensoris dan motoris
Anjurkan pasien untuk bedrese
Kolaborasi pemberian terapi anti hipertensi
Dx 3 : Gangguan pola nafas sehubungan dengan peningkatan kompensasi
tubuh untuk meningkatkan suplai 0
2
ke jaringan.
Rencana tindakan :
Kaji tingkat kecemasan pasien
Observasi tanda-tanda vital
Berikan 0
2
sesuai dengan kebutuhan
Atue duduk dengan posisi semi fowler
Dx 4 : Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat : tidur sehubungan
dengan adanya rasa pusing.
Rencana tindakan :
Kaji kemampuan pasien dalam beradaptasi dengan nyeri kepala
Kaji kemampuan pasien untuk kebutuhan istirahat dan tidur
Ajari teknik relasasi
Ciptakan suasana lingkungan yang tenang
Batasi pengunjung
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian sedative
Dx 5 : gangguan rasa aman : cemas dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit, program pengobatan dan tindakan perawatan yang akan dilakukan
serta kondisi yang dialami pasien.
Rencana tindakan :
Kaji rasa cemas pasien
Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya
Berikan penjelasan informasi tentang :
c. Kondisi penyakitnya
d.Makanan yang di pantang dan alasanya
e. Program perawatan dan pengobatan yang akan dilakukan
f. Hubungan istirahat dengan kondisi penyakitnya
Berikan kesempatan pada pasien untuk menjelaskannya kembali penjelasan
tersebut.

4. Daftar pustaka
Suzanne C. Smeltzer. Brenda. E. bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan. Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC.
Doenges . E. Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai