Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sistem koloid berhubungan dengan proses prose di alam yang mencakup berbagai bidang. Hal
itu dapat kita perhatikan di dalam tubuh makhluk hidup, yaitu makanan yang kita makan (dalam
ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh. Namun lebih dahulu diproses sehingga berbentuk
koloid. Juga protoplasma dalam sel sel makhluk hidup merupakan suatu koloid sehingga proses
proses dalam sel melibatkan sitem koloid.
Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari
beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen. Misalnya saja saat ibu
membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan air panas.
Kemudian, es krim yang biasa dikonsumsi oleh orang mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut
haruslah disimpan dalam lemari es agar tidak meleleh. Kesemuanya merupakan contoh koloid.
Udara mengandung juga sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur) dalam
udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan
sistem koloid. Mineral mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh
tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk
membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium
dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah merupakan sistem koloid.


1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, timbul beberapa masalah yaitu:
1.2.1 Apa yang di maksud dengan koloid, larutan dan suspensi?
1.2.2 Apa saja sifat-sifat koloid?
1.2.3 Bagaimana pembuatan system koloid?
1.2.4 Bagaimana cara pemurnian koloid?
1.2.5 Bagaimana penggunaan system koloid?
1.2.6 Apa saja kegunaan koloid?


1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan sumbangan pemikiran
mengenai system koloid dan berbagai macam sifatnya yang sangat mmembantu manusia
dalam kehidupan sehari-hari.









BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Koloid

Di kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran
dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata/ homogen. Misalnya saja saat ibu
membuatkan susu untuk adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Produk-
produk seperti itu adalah sistem koloid.
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di
dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm.
Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel.
Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat)
dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones,
hairspray, jelly, dll. Ciri-ciri Koloid (Dispersi Koloid): 2 fase, keruh, antara homogen dan heterogen,
diameter partikel 1 nm<d<100 nm, tidak dapat disaring dengan penyaring biasa, melainkan dengan
penyaring ultra, dan tidak memisahkan jika didiamkan.
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dinamakan juga
dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut dengan fasa pendispersi atau solvent.
Contohnya larutan gula atau larutan garam. Ciri-ciri Larutan (Dispersi Molekuler): 1 fase, jernih,
homogen, diameter partikel <1 nm, tidak dapat disaring, dan tidak memisah jika didiamkan.

Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel partikel kecil padat atau cair
yang terdispersi dalam zat cair atau gas. Misalnya, tepung beras dilarutkan dalam air dan dikocok
dengan kuat; Apabila campuran tersebut dibiarkan beberapa saat, campuran tersebut akan mengendap
ke bawah. Ciri-ciri Suspensi (Dispersi Kasar): 2 fase, keruh, heterogen, diameter partikel >100 nm,
dapat disaring dengan kertas saring biasa, dan memisah jika didiamkan.






Tabel perbandingan antara larutan, koloid, dan suspensi
Larutan
(Dispersi Molekuler)
Koloid
(Dispersi Koloid)
Suspensi
(Dispersi Kasar)
Contoh:
larutan gula dalam air
Contoh:
Campuran susu dengan air
Contoh:
Campuran tepung
terigu dengan air
1. Homogen, tak dapat
dibedakan walaupun
menggunakan
mikroskop ultra
2. semua partikelnya
berdimensi (panjang,
lebar atau tebal)
kurang dari 1 nm
3. Satu fase
4. Stabil
5. Tidak dapat disaring
6. Jernih
7. tidak memisah jika
didiamkan

1. Secara makroskopis bersifat
homogen tetapi heterogen
jika diamati dengan
mikroskop ultra
2. Partikelnya berdimensi
antara 1 nm sampai 100 nm
3. dua fase
4. Pada umumnya stabil
5. tidak dapat disaring kecuali
dengan penyaring ultra
6. tidak jernih
7. tidak memisah jika
didiamkan
1. heterogen
2. Salah satu atau
semua dimensi
partikelnya lebih
besar dari 100 nm
3. dua fase
4. tidak stabil
5. dapat disaring
6. tidak jernih
7. memisah jika
didiamkan






Berdasarkan jenis fase terdispersi dan medium pendispersinya dikenal delapan macam system
koloid,yaitu :
No Fase Medium Nama koloid Contoh
1 Gas Cair Buih/Busa Buih sabun, buih sampho, buih detergen, krim kocok,
ombak, dll
2 Gas Padat Busa Padat Batu apung, karet busa, lava, biskuit
3 Cair Gas Aerosol Cair Kabut, awan, pengeras rambut(hair sparay), dan obat
semprot
4 Cair Cair Emulsi cair Susu, santan, es krim, minyak ikan, dan mayones,
5 Cair Padat Emulsi Padat Keju, mentega, mutiara, selai, jeli, nasi, agar-agar,
lateks, semir padat, dan lem padat
6 Padat Gas Aerosol Padat Asap, debu di udara, dan asap buangan knalpot
7 Padat Cair Sol (gel) Sol emas, sol belerang, cat, tinta, kanji, lotion, putih
telur, air Lumpur, semir cair, dan lem cair
8 Padat Padat Sol Padat Paduan logam (alloy), kaca berwarna, gelas warna,
intan, tanah, permata, perunggu, dan kuningan


Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu koloid
adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan ukuran partikel
terdispersi berkisar antara 10
-7
sampai dengan 10
-4
cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak
menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul
yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-
masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel yang
mengandung sekitar seribu molekul S
8
. Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul
makro) ialah haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter
sekitar 6 x 10
-7
.
2.2 Sifat-Sifat Koloid
1. Efek Tyndal
- Peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid
- Penyebabnya : ukuran yang dimiliki oleh partikel koloid

2. Gerak Brown
- Gerak lurus tak beraturan (zig-zag) dari partikel koloid dalam medium pendispersi
- Terjadi akibat tabrakan antara partikel koloid dengan mendium pendispersinya
- Gerak semakin cepat jika ukuran partikel koloid semakin kecil
- Gerak Brown menyebabkan system koloid bersifat stabil
3. Elektroforesis
- adalah pergerakan koloid di bawah pengaruh medan listrik.
- partikel koloid data bermuatan listrik karena terjadi penyerapan ion pada permukaan

- Manfaat Elektroforesis
a. Untuk menentukan muatan partikel koloid
b. Untuk memproduksi barang barang industri yang terbuat dari karet
c. Untuk mengurangi zat pencemar udara yang dikeluarkan dari cerobong asap pabrik
dengan alat yang disebut Cottrel

4. Adsorpsi
- Adalah proses penyerapan suatu zat di permukaan zat lain.
- Zat yang diserap disebut fase terserap dan zat yang menyerap disebut adsorpen.
- disebabkan karena gaya tarik molekul-molekul pada permukaan adsorpen.
- Pemanfaatan adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
a. Proses pemutihan gula pasir
b. Penyembuhan sakit perut dengan serbuk karbon atau norit
c. Penjernihan air keruh dengan menggunakan tawa (Al2(SO4)3)
d. Penggunaan arang aktif
- Penggunaan arang halus pada masker, berfungsi untuk menyerap gas yang beracun
- Filter pada rokok, yang berfungsi untuk mengikat asap nikotin dan tar

5. Koagulasi
- peristiwa pengendapan atau penggumpalan partikel koloid
- terjadi karena kerusakan stabilitas system koloid atau karena penggabungan partikel
koloid yang berbeda muatan.
- terjadi dalam 3 cara
a. Mekanik, yakni dengan pengadukan, pemanasan dan pendinginan
b. Penambahan elektrolit
c. Pencampuran koloid yang berbeda muatan
d. elektroforesis
- Proses Koagulasi dalam kehidupan sehari-hari terjadi pada : perebusan telur, perebusan
Tahu, pembuatan lateks, proses penjernihan air, pembentukan delta di muara sungai
Pengolahan asap atau debu.

6. Koloid Pelindung
- system koloid yang ditambahkan pada koloid lain agar diperoleh koloid yang stabil
- contoh : gelatin yang digunakan pada pembuatan es krim untuk mencegah
pembentukan kristal es yang keras dan kasar

7. Dialisis
- proses penghilangan ion-ion penggangu kestabilan koloid dengan menggunakan selaput
Semipermeabel.
- Selaput semipermeabel adalah selaput yang hanya dapat dilewati oleh ion dan air,
Tetapi tidak dapat dilewati oleh partikel koloid.
- Aplikasi dalam kehidupan : Dalam proses cuci darah penderita gagal ginjal, proses dialisis
Berfungsi untuk menghilangkan urea dari darah.

8. Koloid Liofil dan Liofob
- Koloid Liofil : koloid yang partikelnya menarik (suka) medium pendispersinya.
Contoh : agar-agar, lem, kanji, gelatin
- Koloid Liofob ; koloid yang tidak menarik (tidak suka) medium pendispersinya. Contoh : koloid
logam


Ciri-ciri sol Liofil:
Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium
terdispersinya
Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan
Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat proses
solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang
teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak
saling bergabung
Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi
Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit
Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi,
kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium
pendispersinya.
Memberikan efek Tyndall yang lemah.
Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali
Ciri-ciri sol Liofob
Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium
pendisperinyaMemiliki muatan positif atau negative
Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan
partikel diperoleh dari adsorpsi partikel-partikel ion yang bermuatan listrik
Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi
Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan
Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi
sol
Memberikan efek Tyndall yang jelas
Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel


2.3 Pembuatan Sistem Koloid
1. Cara Kondensasi
a. Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan
As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
b. Reaksi redoks
Misalnya:
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan
melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan
mengalirinya gas H2S ; 2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l)
c. Reaksi hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya:
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan
larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
d. Reaksi pergantian pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi
yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid. Misalnya;
- untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam
alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus terlenih dahulu
dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang dalam etanol
tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk. Sehingga belerang
akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan penurunan kelarutan belerang
dalam air.
- Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan terlebih
dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol maka terjadi
kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat.
2. Cara Dispersi
a. Cara mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses
penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang
digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:
- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb.
- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.
b. Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar atau dari
suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi
(pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya yang mengandung
ion sejenis ataupun pelarut tertentu.
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3.
- Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru terbentuk
dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga bermuatan
positif
- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem kolid.
Contohnya; gelatin dalam air.
c. Cara busur bredig
Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag, Au,
dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel kolid akan
digunakan sebagai elektrode. Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium
pendispersinya (air suling dingin) sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian,
kedua elektrode akan diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam
menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin,
sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah
jadi partikel kolid dengan proses uap logam, maka metode ini dikategorikan sebagai
metode dispersi.

2.4 Cara Pemurnian koloid
1. Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses
dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui
membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable
ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan
akan berpisah. Prinsip dialysis ini digunakan dalam proses pencucian darah orang yang
ginjalnya tidak berfungsi lagi. Dalam tubuh, ginjal berfungsi sebagai alat dialisis darah
2. Elektrodialisis
Pada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh medan listrik. Cara
kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang menyokong
selaput semipermiabel. Sehingga pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa
ion-ion akan bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh
medanlistrik akanmempercepat proses pemurnian sistem koloid.
Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut
elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.
3. Penyaring Ultra
Partikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori
kertas saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut. Tetapi, bila
kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori
kertas akan sering berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi tersebut disebut penyaring
ultra.
Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat, jadi tekanan
harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-pertikel koloid akan
teringgal di kertas saring. Partikel-partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan
ukurannya, dengan menggunakan penyaring ultra bertahap.

2.5 Penggunaan Sistem Koloid
Berbagain peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dapat
juga di terangkan berdasarkan pengetahuan tentang sifat-sifat kloid.
1. koloid alam
a. susu
b. getah karet
c. darah
2.
2.6 Kegunaan Koloid
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat
digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen
dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.






Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
Jenis industri Contoh aplikasi
Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan
perawatan tubuh
Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah
tangga
Sabun, deterjen
Industri pertanian Peptisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk
suntikan

Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid:
1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke
dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon.
Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut
mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.

2. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi
luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung
ion-ion Al
3+
dan Fe
3+.
Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat
netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.


3. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk
menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel
koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas
(Al
2
SO
4
)
3
.Ion Al
3+
yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk
partikel koloid Al(OH)
3
yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al
3+
+ 3H
2
O Al(OH)
3
+ 3H
+

Setelah itu, Al(OH)
3
menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap
bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema
proses penjernihan air secara lengkap:






BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari hari untuk proses apapun. Koloid
juga saling berhubungan antara larutan dan suspensi. Partikel koloid dapat
menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem koloid. Dapat
diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek Tyndall. Koloid dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu sol, emulsi, dan buih.
Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas
permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.
Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai
hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan menetralkan
muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang. Koloid yang medium
dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil
mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya; sebaliknya, pada koloid liofob
interaksinya tersebut tidak ada atau sangat lemah.
Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan
kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara
kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi
(pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid. Sabun dan detergen bekerja sebagai
bahan aktif permukaan yang fungsinya mengelmusikan lemak ke dalam air.









DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://sistemkoloid.tripod.com/kegunaan.htm
http://nabilahfairest.multiply.com/journal/item/38/koloid
http://user.cbn.net.id/johanoni/koloid.htm
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas_x/koloid/
Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta : Yudhistira.
Suharsini, Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta : Ganesa Exact.





















LAMPIRAN LAMPIRAN

SIFAT CAMPURAN CAMPURAN AIR DENGAN
GULA TERIGU SUSU UREA SABUN
LARUT/ TIDAK L T L L T
STABIL/ TIDAK S T S S S
BENING / KERUH B K K B K
MENINGGALKAN
RESIDU/ TIDAK
T M T T M
FILTRAT BENING / KERUH B K K B K

Anda mungkin juga menyukai