Anda di halaman 1dari 49

Harry Andrian SImbolon, SE., M.Ak.

, QIA
PENDAHULUAN
Pasar modal merupakan satu lembaga yang memobilisasi dana masyarakat dengan menyediakan
sarana atau tempat untuk mempertemukan penjual dan pembeli dana-dana jangka panjang yang
disebut Efek. Di Indonesia, perkembangan pasar modal berjalan secara fantastis atau dinamik.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan pengertian tentang Pasar
Modal yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek,
Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan Efek.
Menurut Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang
dimaksud dengan Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga
komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak
berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.
Saham diperjualbelikan melalui sarana pasar modal yang di Indonesia disebut Bursa Efek. Bursa
tersebut tidak membeli atau menjual saham-saham yang ada, melainkan bursa hanya merupakan
tempat atau sarana bagi para investor untuk bertransaksi di dalamnya. Bursa efek mempunyai
fungsi dan peranan untuk memberikan jasa-jasa antara lain:
1. Menyediakan informasi pasar seperti fluktuasi harga, volume perdagangan, informasi penting
terhadap emiten.
2. Membuat aturan main yang dikenal sebagai peraturan bursa (peraturan percatatan,
keanggotaan dan perdagangan) dengan tujuan agar semua pelaku bursa dapat memperoleh
kesempatan yang sama baik dalam memperoleh informasi maupun kesempatan berdagang.
3. Menyediakan fasilitas perdagangan efek untuk anggota bursa dan emiten.
4. Memberikan pelayanan kepada para anggotanya, perusahaan yang telah mencatatkan efeknya
maupun kepada investor, baik secara individu maupun institusional.
Penentuan harga di Pasar Modal dipengaruhi oleh suatu informasi atau fakta materiel, karena suatu
informasi mencerminkan suatu harga. Dalam Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995, yang dimaksud dengan informasi atau fakta materiel adalah informasi atau fakta penting dan
relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa
Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas
informasi atau fakta tersebut.
Informasi yang harus disampaikan kepada publik adalah informasi yang akurat dan lengkap sesuai
dengan keadaan perusahaan. Pemberian informasi ini berdasarkan pada prinsip keterbukaan,
karena prinsip keterbukaan adalah jiwa dari pasar modal. Informasi yang berdasarkan prinsip
keterbukaan akan dapat mengantisipasi kemungkinan investor tidak memperoleh informasi atau
fakta materiel atau tidak meratanya informasi bagi investor, disebabkan ada informasi yang tidak
disampaikan dan bisa juga terjadi informasi yang belum tersedia untuk publik telah disampaikan
kepada orang-orang tertentu. Informasi yang harus dibuka oleh perusahaan publik adalah sesuai
dengan Peraturan Nomor X.K.1: Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan Kepada
Publik, antara lain :
1. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha atau pembentukan usaha patungan;
2. Pemecahan saham atau pembagian deviden saham;
3. Pendapatan dari deviden yang luar biasa sifatnya;
4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting;
5. Produk atau penemuan baru yang berarti;
6. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen;
7. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran Efek yang bersifat utang;
8. Penjualan tambahan Efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang materiel jumlahnya;
9. Pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang materiel;
10. Perselisihan tenaga kerja yang relative penting;
11. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan komisaris
perusahaan;
12. Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan lain;
13. Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan;
14. Penggantian wali amanat;
Dapat dilihat dari keterangan di atas, bahwa keterbukaan informasi merupakan sesuatu yang sangat
penting untuk diketahui para investor. Dengan keterbukaan informasi inilah kegiatan di pasar modal
akan menjadi lebih efisien, sehingga para investor dapat menganalisis dan mendapat keuntungan
dalam melakukan penawaran jual atau beli atas suatu efek. Alasan utama adanya suatu
keterbukaan informasi adalah agar para pihak dapat melakukan suatu informed decision (suatu
landasan agar terbentuk harga pasar yang wajar).
PERKEMBANGAN PASAR MODAL DI INDONESIA
Pasar Modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional yang
selama ini kita kenal, di mana ada pedagang, pembeli, dan juga tawar menawar harga. Pasar modal
dapat juga diartikan sebagai sebuah wahana yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana
dengan pihak yang menyediakan dana sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
telah menggariskan bahwa Pasar Modal mempunyai posisi yang strategis dalam pembangunan
ekonomi nasional. Pertumbuhan suatu Pasar Modal sangat tergantung dari kinerja perusahaan efek.
Untuk mengkoordinasikan modal, dukungan teknis, dan sumber daya manusia dalam
pengembangan Pasar Modal diperlukan suatu kepemimpinan yang efektif. Perusahaan-perusahaan
harus menjalin kerja sama yang erat untuk menciptakan pasar yang mampu menyediakan berbagai
jenis produk dan alternatif investasi bagi masyarakat.
Untuk mengembangkan prasarana industri Efek diperlukan investasi yang besar. Investasi tersebut
tergantung pada keuntungan ekonomis yang dapat diperoleh para usahawan. Faktor-faktor yang
dapat mengurangi jumlah investasi yang dapat diperlukan untuk membangun prasarana dan
mengurangi biaya operasi perusahaan efek, akan mendorong perkembangan Pasar Modal melalui
peningkatan kelangsungan hidup Perusahaan Efek. Perkembangan dimaksud dapat dicapai apabila
faktor-faktor tersebut juga mampu menghasilkan layanan dan alternatif investasi yang aman dan
berkualitas tinggi terutama dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada para investor
sehingga perkembangannya nanti akan sangat mempengaruhi minat dari para calon investor baru
yang ingin coba-coba berinvestasi di Pasar Modal.
Bursa Efek terus berkembang seiring dengan bertambahnya usia, dan keadaanpun semakin
menunjukkan bahwa efek semakin banyak peminatnya. Ramainya tanggapan publik dan selalu
bertambahnya perusahaan yang Go Public adalah wujud dari kemajuan Bursa Efek. Perkembangan
Bursa Efek yang terjadi kini adalah berkat perjuangan BAPEPAM, perusahaan yang
memasyarakatkan sahamnya, Pemerintah, Lembaga Penunjang, dan masyarakat yang turut
meramaikan perdagangan saham dan turut berpartisipasi menginvestasikan kelebihan dananya.
Dibandingkan dengan situasi bursa efek pada dekade yang lalu, keadaan saat ini memang telah
jauh berbeda. Perkembangan yang terjadi cukup pesat dan diluar dugaan. Tetapi bukan berarti
bursa efek berjalan terus dengan mulus tanpa rintangan. Banyak hal yang terjadi yang mewarnai
pasang surut kehidupan bursa efek di Indonesia. Jika keadaan sosial, politik atau ekonomi bangsa
kita sedang terganggu dan tidak stabil, tentu saja kondisi bursa efek amat terpengaruh.
Bangsa Indonesia sedang membangun, jelas bahwa berbagai tantangan untuk membenahi kondisi
masyarakat akan turut membawa dampak terhadap pasar uang. Dahulu situasi intern di bursa-bursa
di Indonesia dinilai masih sangat lemah, kapitalisasi bursa-bursa di negara kita termasuk kecil
karena terbatasnya mobilisasi dana domestik yang dilakukan manajer investasi. Ini jika diukur dari
perbandingannya dengan bursa-bursa lain di kawasan Asia Pasifik. Kondisi demikian terjadi akibat
sistem kerja yang kurang mendukung, juga tujuan yang belum jelas terlebih dukungan publik sendiri
yang kelihatan masih setengah-setengah akibat informasi yang tidak akurat dan pengetahuan
tentang bursa efek belum memasyarakat. Semua itu akhirnya terus dibenahi sehingga terciptalah
bursa efek dengan perkembangan yang pesat. Di masa perjalanan pesatnya pasar saham,
terkadang diwarnai oleh keadaan bullish dan bearish. Kondisi bursa disebut bullish yaitu indeks
harga saham naik terus dalam jangka waktu tertentu, dan ini dapat timbul seiring dengan situasi
perekonomian yang sehat, pendapatan meningkat, industri dan perdagangan tumbuh dengan baik.
Sedangkan kondisi bursa disebut bearish jika indeks harga saham terus menerus mengalami
penurunan. Semua ini juga akibat dari situasi perekonomian yang lesu dan kebijakan moneter yang
mengakibatkan adanya krisis moneter, peredaran uang menjadi tersendat-sendat.
Sejarah perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dibagi dalam beberapa periode. Pembagian
tersebut dimaksudkan karena ada hal-hal khusus yang terjadi dalam periode perkembangannya baik
dilihat dai sisi peraturan maupun dari sisi ekonomi, bahkan juga dari sisi politik dan keamanan.
Adapun periode yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Periode Permulaan (1878-1912)
2. Periode Pembentukan Bursa (1912-1925)
3. Periode Awal Kemerdekaan (1925-1952)
4. Periode Kebangkitan (1952-1977)
5. Periode Pengaktifan Kembali (1977-1987)
6. Periode Deregulasi (1987-1995)
7. Periode Kepastian Hukum (1995-sekarang)
8. Periode Menyonsong Independensi Bapepam (1995-2010)
9. Periode Otoritas Jasa Keuangan (2010-sekarang)
Untuk lebih jelas perkembangan dinamika pasar modal Indonesia akan ditinjau pada masing-masing
periode:
1. Periode Permulaan (1878-1992)
Di Indonesia, kegiatan transaksi saham dan obligasi dimulai pada abad ke-19. Menurut
buku Effectengids yang dikeluarkan Vereniging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, transaksi
efek telah berlangsung sejak 1880. Berhubung bursa belum dikenal, maka perdagangan saham dan
obligasi dilakukan tanpa organisasi resmi sehingga catatan resmi tentang transaksi tersebut tidak
lengkap.
Menurut perkiraan, bahwa yang diperjualbelikan waktu itu adalah saham atau obligasi yang listing di
bursa Amsterdam yang dimiliki oleh investor yang ada di Batavia, Surabaya, dan Semarang.
Dengan demikian, karena belum ada bursa resmi, dapat dikatakan bahwa periode ini adalah periode
permulaan sejarah pasar modal Indonesia.
2. Periode Pembentukan Bursa (1912-1925)
Perkembangan transaksi efek semakin meningkat, tetapi bursa yang resmi belum ada. Akhirnya,
pada tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse Effectenbueurs mendirikan cabang bursa di Batavia.
Bursa ini merupakan bursa tertua keempat di Asia, setelah Bombay, Hongkong dan Tokyo. Bursa
yang dinamakan Vereniging voor de Effectenhandel, memperjualbelikan saham dan obligasi
perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan pemerintah
(propinsi dan kotapraja), sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh
kantor administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya. Pada saat awal
terdapat 13 anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu : Fa. Dunlop & Kolf; Fa. Gijselman & Steup; Fa.
Monod & Co.; Fa. Adree Witansi & Co.; Fa. A.W. Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeannette
Walen; Fa. Wiekert & V.D. Linden; Fa. Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden; Fa. Vermeys & Co;
Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders. Setelah berdirinya Bursa Efek Batavia, maka periode ini pada
tanggal 11 Januari 1925 terbentuk Bursa Efek Surabaya. Pada tanggal 1 Agustus 1925 terbentuk
Bursa Efek Semarang.
3. Periode Awal Kemerdekaan (1925-1952)
Perkembangan perdagangan efek pada periode ini berlangsung marak, namun tidak bertahan lama
karena dihadapkan pada resesi ekonomi pada tahun 1929 dan pecahnya Perang Dunia II (PD II).
Pada saat PD II, bursa efek di negeri Belanda tidak aktif karena sebagian saham-saham milik orang
Belanda dirampas oleh Jerman. Hal ini sangat berpengaruh terhadap bursa efek di Indonesia.
Keadaaan makin memburuk dan tidak memungkinkan lagi Bursa Efek Jakarta untuk beroperasi,
sehingga pada tanggal 10 Mei 1940, Bursa Efek Jakarta resmi ditutup. Bursa Efek Surabaya dan
Semarang telah lebih dulu ditutup. Setelah tujuh bulan ditutup, pada tanggal 23 Desember 1940
Bursa Efek Jakarta kembali diaktifkan, karena selama PD II Bursa Efek Paris tetap berjalan,
demikian pula halnya dengan Bursa Efek London yang hanya ditutup beberapa hari saja. Akan
tetapi, aktifnya Bursa Efek Jakarta tidak berlangsung lama, karena Jepang masuk ke Indonesia
pada tahun 1942, Bursa Efek Jakarta kembali ditutup.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan ke seluruh
pelosok negeri, tetapi keadaan ekonomi begitu buruk. Republik Indonesia yang baru merdeka
berada dalam kondisi keuangan yang amat memprihatinkan, sementara di sisi lain, operasionalisasi
pemerintahan tidak dapat ditunda. Kesulitan itu masih ditambah dengan persoalan moneter. Di
tengah-tengah masyarakat beredar tiga jenis mata uang yaitu, mata uang Republik, mata uang
penjajahan Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang. Supaya roda pemerintahan dapat
berjalan, pemerintah RI meminta persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat
(BPKNIP) untuk melakukan pencarian pinjaman nasional. Dengan Undang-Undang No. 4 Tahun
1946, pinjaman dari masyarakat mulai dihimpun.
Berdasarkan alasan itu, pada tahun 1947 pemerintah berencana untuk membuka kembali Bursa
Efek Jakarta. Akan tetapi, rencana ini tertunda karena terhambat oleh situasi ekonomi yang
memburuk. Sejak penyerahan kedaulatan kepada pemerintah RI oleh pemerintah Belanda pada
tahun 1949, beban utang luar negeri dan dalam negeri kian membengkak sehingga menyebabkan
defisit yang sangat besar. Keadaan tersebut membuat pemerintah Indonesia pembukaan kembali
Bursa Efek Jakarta dalam program kerjanya, agar masyarakat tidak dirugikan. Untuk menunjang
maksud itu, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Darurat No 13. Tahun 1953 yang
kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang No. 15 Tahun 1952 yang mengatur tentang Bursa
Efek. Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 289737/UU tanggal 1 November
1951 penyelenggaraan bursa diserahkan kepada Perserikatan Uang dan Efek-efek (PPUE). Bank
Indonesia (BI) ditunjuk sebagai penasihat dan selanjutnya dipilih pengurus.
4. Periode Kebangkitan (1952-1976)
Tanggal 3 Juni 1952 seperti yang telah diputuskan oleh rapat umum PPUE, Bursa Efek Jakarta
kembali dibuka secara resmi oleh Menteri Keuangan, Sumitro Djojohadikusumo.48 Selanjutnya,
pada tanggal 26 September 1952 merupakan salah satu tonggak sejarah pasar modal Indonesia,
ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat yang kemudian ditetapkan menjadi
Undang-Undang Bursa. Memasuki tahun 1958 keadaan perdagangan efek menjadi lesu karena
beberapa hal:
1. Banyaknya warga Belanda yang meninggalkan Indonesia.
2. Adanya nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda oleh pemerintah RI sesuai dengan
undang-Undang No. 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi.
3. Tahun 1960 Badan Nasionalisasi Persuahaan Belanda (BANAS) melakukan larangan
memperdagangkan efek-efek yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang beroperasi di
Indonesia termasuk efek-efek dengan nilai mata uang Belanda (Nf).
Kemudian kondisi ini diperparah dengan adanya sengketa Irian Barat dengan Belanda (1962) dan
tingginya inflasi menjelang akhir pemerintahan Orde Lama (1966) yang mencapai 650%. Keadaan
itu mengguncangkan sendi perekonomian dan kepercayaan masyarakat menjadi berkurang
terhadap pasar modal. Akibatnya, Bursa Efek Jakarta ditutup dengan sendirinya. Kondisi ini
berlangsung sampai tahun 1977.
5. Periode Pengaktifan Kembali (1977-1987)
Pasar modal tidak menjalankan aktivitasnya sampai tahun 1977. Penutupan pasar modal Indonesia
tersebut tidak lepas dari orientasi politik pemerintah Orde Lama yang menolak modal asing dalam
kebijakan nasionalisasi. Setelah pemerintahan berganti kepada Pemerintahan Orde Baru, kebijakan
politik dan ekonomi Indonesia tidak lagi konfrontatif dengan dunia Barat. Pemerintahan Orde Baru
segera mencanangkan pembangunan ekonomi secara sistematis dengan pola target lima tahunan.
Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Barat untuk membangun. Pertumbuhan mulai,
perekonomian bergerak. Pemerintah pun berencana mengaktifkan kembali pasar modal.
Dengan surat keputusan direksi BI No. 4/16 Kep-Dir tanggal 26 Juli 1968, di BI di bentuk tim
persiapan (PU) Pasar Uang dan (PM) Pasar Modal. Hasil penelitian tim menyatakan bahwa benih
dari pasar modal di Indonesia sebenarnya sudah ditanam pemerintah sejak tahun 1952, tetapi
karena situasi politik dan masyarakat masih awam tentang pasar modal, maka pertumbuhan Bursa
Efek di Indonesia sejak tahun 1958 s/d 1976 mengalami kemunduran. Setelah tim menyelesaikan
tugasnya dengan baik, maka dengan surat keputusan Kep-Menkeu No. Kep- 25/MK/IV/1/72 tanggal
13 Januari 1972 tim dibubarkan, dan pada tahun 1976 dibentuk Bapepam (Badan Pembina Pasar
Modal) dan PT Danareksa. Bapepam bertugas membantu Menteri Keuangan yang diketuai oleh
Gubernur Bank Sentral. Dengan terbentuknya Bapepam, maka terlihat kesungguhan dan intensitas
untuk membentuk kembali pasar uang dan pasar modal. Selain sebagai pembantu Menteri
Keuangan, Bapepam juga menjalankan fungsi ganda yaitu sebagai pengawas dan pengelola bursa
efek. Akhirnya, pada tanggal 10 Agustus 1977, Presiden Soeharto meresmikan pasar modal di
zaman Orde Baru.
Namun demikian, pengaktifan kembali pasar modal, tidak menyebabkan kegiatan di bidang pasar
modal menjadi marak. Yang terjadi, justru munculnya sejumlah kendala di dalam kegiatan di bidang
pasar modal. Perjalanan pasar modal Indonesia ternyata masih menentukan waktu dan proses yang
cukup panjang untuk mencapai pasar modal yang maju dan modern. Berdasarkan catatan paling
tidak ada lima persyaratan yang menghambat minat para pemilik perusahaan untuk masuk ke pasar
modal, yaitu :
1. Persyaratan laba minimum sebesar 10 % dari modal sendiri bagi perusahaan yang ingin go
public. Keuntungan itu harus diperoleh perusahaan selama dua tahun sebelum melakukan
penawaran umum kepada masyarakat. Tentunya, persyaratan ini memberatkan perusahaan
yang ingin go public.
2. Investor asing tidak mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam pemilikan saham
perusahaan yang ditawarkan di pasar modal Indonesia. Padahal, kalau melihat kondisi bangsa
Indonesia yang saat itu berpendapatan pada kisaran US$ 1,000 per kapita, potensi investor
asing lebih besar. Akibatnya, jumlah investor tidak berkembang dan volume serta nilai transaksi
boleh dikatakan tidak beranjak maju.
3. Adanya batasan maksimum fluktuasi harga saham sebesar 4 % dari harga awal saham dalam
setiap hari perdagangan di bursa. Batasan ini menjadikan pasar modal kita kurang menarik.
Padahal kalau kita cermati bursa-bursa di dunia, dinamikanya begitu tajam dan cepat. Dengan
demikian, harga saham yang terbentuk bukan karena mekanisme pasar, karena ada batas pagu
(plafond) fluktuasi harga saham.
4. Tidak adanya perlakuan yang sama untuk pajak atas penghasilan dari bunga deposito dan
dividen. Akibatnya, menanamkan uang dalam bentuk deposito jauh lebih menarik ketimbang
berinvestasi di pasar modal.
5. Belum dibukanya kesempatan bagi perusahaan untuk mencatatkan seluruh saham yang
ditempatkan dan disetor penuh di bursa.
6. Periode Deregulasi (1987-1995)
Hambatan-hambatan yang merintangi perkembangan pasar modal telah disadari pemerintah.
Pemerintah melakukan perombakan peraturan yang nyata-nyata menghambat minat perusahaan
untuk masuk pasar modal dan investor untuk melakukan investasi pada pasar modal Indonesia.
Untuk mengatasi masalah itu pemerintah mengeluarkan berbagai deregulasi yang berkaitan dengan
perkembangan pasar modal, yaitu :
Paket Kebijaksanaan Desember 1987 (Pakdes 1987)
Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi,
dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi
efek. Selain itu dibuka pula kesempatan bagi pemodal asing untuk membeli efek maksimal 49% dari
total emisi. Pakdes 87 juga menghapus batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan
memperkenalkan bursa paralel. Sebagai pilihan bagi emiten yang belum memenuhi syarat untuk
memasuki bursa efek.
1. Paket Kebijaksanaan Oktober 1988 (Pakto 88)
Pakto 88 ditujukan pada sektor perbankan, namun mempunyai dampak terhadap perkembangan
pasar modal. Pakto 88 berisikan tentang ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit), dan pengenaan
pajak atas bunga deposito. Pengenaan pajak ini berdampak positif terhadap perkembangan pasar
modal. Sebab dengan keluarnya kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberi perlakuan yang
sama antara sektor perbankan dan sektor pasar modal.
2. Paket Kebijaksanaan Desember 1988 (Pakdes 88)
Pakdes 88 pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada pasar modal dengan
membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa.
Deregulasi pada intinya adalah melakukan penyederhanaan dan merangsang minat perusahaan
untuk masuk ke bursa serta menyediakan kemudahan-kemudahan bagi investor.
Jika selama masa 1984-1988 tidak satu pun perusahaan yang go public, tahun 1999 sejak
deregulasi dilancarkan, pasar modal Indonesia benar-benar booming. Selama tahun 1989 terdapat
37 perusahaan go publicdan sahamnya tercatat (listed) di BEJ. Sedemikian banyaknya perusahaan-
perusahaan yang mencari dana lewat pasar modal, sehingga pada masa itu masyarakat luas pun
berduyun-duyun untuk menjadi investor. Pasar modal mengalami kemajuan yang pesat.
Perkembangan yang menggembirakan ini terus berlanjut dengan swastanisasi bursa.
1. 16 Juni 1989, berdiri PT Bursa Efek Surabaya (BES).
2. 2 April 1991, berdiri Bursa Paralel Indonesia (BPI).
3. 13 Juli 1992, berdiri PT Bursa Efek Jakarta (BEJ), yang menggantikan peran Bapepam sebagai
pelaksana bursa.
4. 22 Juli 1995, penggabungan Bursa Paralel dengan PT BES.
7. Periode Kepastian Hukum (1995-sekarang)
Dampak postitif dari kebijakan deregulasi telah menebalkan kepercayaan investor dan perusahaan
terhadap pasar modal Indonesia. Puncak kepercayaan itu ditandai dengan lahirnya Undang-Undang
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 1996. Undang-
undang ini dapat dikatakan sebagai undang-undang yang cukup komprehensif, karena mengacu
pada aturan-aturan yang berlaku secara internasional.
Undang-undang ini dilengkapi dengan PP No. 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di
Bidang Pasar Modal dan PP No. 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar
Modal. Kemudian ada beberapa keputusan menteri dan seperangkat peraturan yang dikeluarkan
oleh Bapepam yang jumlahnya lebih dari 150 buah peraturan.
Salah satu hal yang perlu dicermati dalam Undang-Undang Pasar Modal adalah diberikannya
kewenangan yang cukup besar dan luas kepada Bapepam selaku badan pengawas. Undang-
undang ini dengan tegas mengamanatkan kepada Bapepam untuk melakukan penyelidikan,
pemeriksaan, dan penyidikan terhadap kejahatan yang terjadi di bidang pasar modal. Selain itu,
Bapepam merupakan Self Regulation Organization (SRO) yang menjadikan Bapepam mudah untuk
bergerak dan menegakkan hukum, sehingga menjamin kepastian hukum.
8. Periode Menyongsong Independensi Bapepam
Menurut UUPM, Bapepam bertugas untuk mencipatakan pasar modal yang teratur, wajar, dan
efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Bapepam mempunyai 17
kewenangan yang diberikan UUPM yang secara sederhana dikategorikan ke dalam tiga macam,
yaitu kewenangan untuk melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan. Untuk
mengekefktifkan independensi Bapepam menjadi suatu hal yang amat penting untuk menegakkan
hukum secara konsisten, imparsial, dan adil. Posisi struktural Bapepam sebagai badan yang berada
di bawah Departemen Keuangan menjadi titik perhatian.
Saat ini posisi struktural Bapepam membuka peluang pihak-pihak lain untuk melakukan intervensi
demi kepentingan lain di luar soal penegakan hukum yang konsisten, tegas, adil dan imparsial.
Dengan demikian kinerja dan wibawa Bapepam akan lebih terjaga lagi. Persiapan menuju
independensi Bapepam harus segera dilaksanakan, karena dasar hukum untuk
mengimplementasikannya sudah ada, yaitu:
A. Amanat GBHN (1999-2004) Bab IV huruf b angka 8
Mengembangkan pasar modal yang sehat, transparan, efisien, dan meningkatkan penerapan
peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan standar internasional yang diawasi oleh
lembaga independen.
B. UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Penjelasan Pasal 34.
Lembaga pengawasan jasa keuangan yang akan dibentuk melakukan pengawasan terhadap bank
dan perusahaan-perusahaan sektor jasa keuangan lainnya, yaitu asuransi, dana pensiun, sekuritas,
perusahaan pembiayaan, dan badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana
masyarakat. Lembaga ini bersifat independen dalam menjalankan tugasnya, kedudukannya berada
di luar kendali pemerintah serta berkewajiban menyampaikan laporan kepada BPK dan DPR.
C. Amandemen UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia telah diselesaikan oleh Panitia
Khusus DPR RI. Hasil amandemen tersebut menyatakan bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
harus sudah terbentuk selambat-lambatnya pada tanggal 31 Desember 2010.
9. Periode Otoritas Jasa Keuangan
Perkembangan terbaru berkaitan dengan independensi Bapepam yaitu mengenai pembentukan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) seperti yang tersebut dalam poin huruf c di atas. UU No. 23 Tahun
1999 dan kemudian disempurnakan melalui UU No. 3 Tahun 2004 yang mengamanatkan fungsi
pengawasan perbankan dan keuangan lainnya akan dialihkan ke Lembaga Pengawas Jasa
Keuangan (LPJK) independen atau sering disebut dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sesuai
dengan UU Nomor 3 Tahun 2004, OJK harus terbentuk selambat-lambatnya 31 Desember 2010
sebagai lembaga independen yang mengawasi lembaga keuangan, baik bank maupun bukan bank,
seperti perusahaan sekuritas, anjak piutang, sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan
pembiayaan, reksa dana, asuransi, dan dana pensiun serta lembaga lain yang berkegiatan
mengumpulkan dana masyarakat.
Salah satu embrio OJK adalah Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-
LK) yang sekarang masih di bawah Kementerian Keuangan. Dengan adanya OJK maka Bapepam-
LK akan lepas dari Kementerian Keuangan. Ide pembentukan OJK berasal dari pengalaman
Indonesia dalam menghadapi krisis keuangan. Alhasil, setelah munculnya krisis keuangan global
dan ditambah dengan isu panas Bank Century maka pembentukan OJK semakin ramai dibicarakan.
Bahkan UU No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia mengamanatkan bahwa sebelum 31
Desember 2010, OJK sudah harus terbentuk. Oleh karena OJK merupakan hal yang baru dan
berkembang dalam pasar modal Indonesia maka pembahasan mengenai OJK ini akan dibahas
pada bagian selanjutnya yaitu Bab II bagian b mengenai Pengembangan Pasar Modal Indonesia.
Penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Burse Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Sebelum tahun 2007 di Indonesia terdapat dua bursa efek yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa
Efek Surabaya (BES). BEJ berawal dengan dibukanya sebuah bursa saham oleh pemerintah Hindia
Belanda pada 1912 di Batavia. Setelah sempat tutup beberapa kali karena terjadinya perang, BEJ
kembali dibuka pada 1977 di bawah pengawasan Bapepam. Pada 13 Juli 1992, BEJ diprivatisasi
dengan dibentuknya PT. Bursa Efek Jakarta. Sedangkan BES sendiri merupakan bursa efek swasta
pertama di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 16 Juni 1989 berdasarkan SK Menteri Keuangan
Nomor 645/KMK.010/1989, oleh Menteri Keuangan waktu itu JB Sumarlin. Pendirian BES
dimaksudkan untuk mendukung perkembangan ekonomi wilayah Indonesia bagian timur, dengan
mengembangkan industri pasar modal di Surabaya dan Jawa Timur.
Pada tahun 2007 BES melakukan merger dengan melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta yang
selanjutnya berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Penggabungan ini menjadikan
Indonesia hanya memilki satu pasar modal. Langkah merger PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan PT
Bursa Efek Surabaya (BES) adalah upaya untuk meningkatkan efisiensi pasar modal guna bersaing
dengan bursa luar negeri. Hal ini dikarenakan bahwa perkembangan pasar modal di Indonesia pada
saat itu dapat dikatakan lamban dan cenderung tertinggal dari kawasan Asia lainnya, baik dari segi
jumlah emiten, produk investasi, minimnya investor lokal dan persaingan antar bursa di dalam
negeri. Untuk itu dengan langkah merger yang dilakukan BEJ-BES ini untuk meningkatkan efisensi
pasar modal nasional yang diharapkan dapat mendorong peningkatan daya tarik dan daya saing
industri di tingkat internasional.
Dengan penggabungan Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya menjadi Bursa Efek Indonesia
(BEI) akan memudahkan investor sehingga investor tidak harus datang ke beberapa bursa untuk
menentukan pilihan investasinya. Hal ini dikarenakan bahwa sebelum penggabungan BEJ-BES,
produk-produk acuan pasar modal berada di BEJ sedangkan produk-produk derivatifnya berada di
BES. Dari aspek operasional penghematan biaya operasional yang timbul akibat merger, meliputi
biaya penyediaan sistem dan sarana perdagangan, biaya penyediaan sistem internal, biaya
penyediaan jaringan dan sarana komunikasi, biaya penyediaan band width, serta biaya data center.
Selain itu, dari aspek pelaku, penggabungan bursa efek akan menghemat biaya emiten dan investor.
Merger ini juga akan mempermudah untuk melakukan pengembangan produk yang akan
diluncurkan di pasar. Jika ditinjau dari aspek bisnis, sasaran penggabungan BEJ dan BES adalah
bursa hasil merger diharapkan mampu mengembangkan berbagai instrumen bursa, baik yang pada
saat itu diperdagangkan maupun yang akan diperdagangkan, yakni meningkatnya jumlah emiten
tercatat, maupun berkembangnya instrumen yang sudah mulai diperdagangkan saat itu dan
menumbuhkan instrumen-instrumen baru yang dapat diperdagangkan di bursa hasil merger.
Dalam merger tersebut, BEI meningkatkan sistem komputerisasi dengan menggunakan teknologi
yang modern dan yang sangat diperlukan, karena industri pasar modal adalah industri yang sangat
cepat perubahannya, baik dari segi sistem dan teknologi, organisasi maupun variasi produk yang
diperdagangkan. Kondisi tersebut mendorong industri pasar modal untuk selalu berinovasi dalam
meningkatkan efisiensinya agar dapat bersaing di tingkat internasional. Tingkat efisiensi industri ini
akan meningkatkan daya tarik dan daya saing industri di mata para pelaku pasar, baik lokal maupun
internasional.
Komputerisasi merupakan upaya memodernisasi bursa. Dengan komputerisasi, papan perdagangan
tunggal terpecah menjadi ratusan atau miliaran data perdagangan yang masuk ke layar monitor
yang bisa diakses secaraonline dalam satu jaringan. Antrian pialang lenyap dari pandangan karena
kemungkinan mengakses secara bersamaan ke papan perdagangan. Lantai bursa tidak lagi dipadati
oleh para pialang, kecepatan perdagangan atau transaksi berlipat ganda, kecepatan transaksi
berdurasi singkat.
Pada tanggal 1 September 2010, Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menghapus lantai perdagangan
(trading floor). Dewasa ini, perdagangan di BEI sudah beralih ke remote trading yang telah
dicanangkan sebagai pengganti darifloor trading. Dulunya sebelum terjadi komputerisasi, eksekusi
transaksi bursa masih menggunakan spidol dan papan di lantai perdagangan. Akan tetapi, lantai
perdagangan yang selama ini menjadi simbol tersebut dinilai mubazir dan tidak efektif lagi dewasa
ini. Hal ini dikarenakan para Anggota Bursa (AB) lebih menikmati transaksi lewat remote
trading (perdagangan jarak jauh) daripada berjejal di lantai bursa. Selain itu, penggunaan lantai
perdagangan sudah tidak efisien. Pasalnya, transaksi tersebut memakan waktu yang relatif lebih
lama dibandingkan remote trading. Hal ini dikarenakan semua transaksi yang lewat floor harus
diproses lagi di back office AB (anggota bursa) dulu sehingga prosesnya lama. Dengan
adanya remote trading, transaksi bursa dapat diselesaikan hanya dalam beberapa detik saja.
INSTRUMEN PASAR MODAL DAN GO PUBLIK
Instrumen Pasar Modal
Instrumen atau surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal sering di-sebut efek.
Pengertian efek adalah setiap surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan seperti surat
pengakuan utang, surat berharga komersial (commercial paper), saham, obligasi, tanda bukti utang,
bukti right (right issue), waran (warran), unit penyertaan kontrak, kontrak investasi kolektif, kontrak
berjangka atas efek, dan setiap turunan (derivatif) dari efek. Berikut ini adalah penjelasan dari
instrumen-instrumen Pasar Modal.
Saham Biasa
Di antara surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham biasa (common
stock) adalah yang paling dikenal masyarakat. Di antara emiten (perusahaan yang menerbitkan
surat berharga), saham biasa juga merupakan yang paling banyak digunakan untuk menarik dana
dari masyarakat. Jadi saham biasa paling menarik bagi pemodal maupun bagi emiten. Secara
sederhana, saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan. Adapun hasil yang dapat diperoleh dari investasi saham bisa
berasal dari dua sumber, yaitu:
- Dividen, yaitu bagian laba yang diberikan emiten kepada para pemegang sahamnya.
- Capital gain, yaitu pendapatan yang timbul dari penjualan saham dengan harga jual diatas
harga beli.
Right Issue
Right issue diterjemahkan sebagai bukti right. Alat investasi ini merupakan produk turunan dari
saham. Kebijakasanaan right issue merupakan upaya emiten untuk menambah saham yang beredar,
guna menambah modal perusahaan. Sebab dengan pengeluaran saham baru itu, berarti pemodal
harus mengeluarkan uang untuk membeli right issue. Kemudian modal ini akan masuk ke modal
perusahaan. Bagi pemodal, right issueberdampak positif kalau tidak berpengaruh terhadap harga
saham. Sebaliknya, berdampak negatif kalau menyebabkan menurunnya harga. Secara umum
dampak right issue bisa dirasakan oleh semua pemodal. Right issue merupakan hak bagi pemodal
membeli saham baru yang dikeluarkan emiten. Karena merupakan hak maka investor tidak terikat
harus membelinya. Ini berbeda dengan saham bonus atau dividen saham, yang otomatis diterima
oleh pemegang saham.
Obligasi
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (dalam
hal ini adalah pemodal) dengan yang diberi pinjaman (emiten). Jadi surat obligasi adalah selembar
kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan
yang menerbitkan surat obligasi. Obligasi digolongkan sebagai efek yang memberikan penghasilan
tetap karena penerbit (issuer) menjanjikan kepada pemegang obligasi untuk:
- Membayar bunga periodik tetap
- Membayar jumlah prinsipal tetap pada atau sebelum jatuh waktu
Bunga obligasi umumnya dibayarkan setiap jumlah waktu yang tetap, misalnya setiap 3 bulan, 6
bulan, atau 1 tahun. Besarnya bunga tergantung dari kupon. Selain itu seperti halnya saham biasa,
obligasi juga mengenal penghasilan dari capital gain yang bisa terjadi apabila saat pemegang
obligasi melakukan penjualan obligasinya, mendapatkan harga yang lebih tinggi dari harga ketika
saat membelinya.
Obligasi Konversi
Obligasi Konversi (convertible bond), sudah dikenal di pasar modal Indonesia. Untuk kalangan
emiten swasta, sebenarnya obligasi konversi lebih dulu populer dari pada obligasi. Obligasi konversi
sekilas tidak ada bedanya dengan obligasi biasa, misalnya memberikan kupon tetap, memiliki jatuh
tempo, dan memiliki nilai pari. Hanya saja obligasi konversi memiliki keunikan, yaitu bisa ditukar
dengan saham biasa. Pada obligasi konversi selalu tercantum persyaratan untuk melakukan
konversi.
Waran
Waran diterbitkan dengan tujuan agar pemodal tertarik membeli obligasi atau saham yang
diterbitkan emiten. Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang
sudah ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lain, misalnya obligasi
atau saham. Penerbit saham harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang waran.
Namun setelah obligasi atau saham yang disertai waran memasuki pasar, baik obligasi, saham
maupun waran dapat diperdagangkan secara terpisah.
Penawaran Umum (Go Public)
Penawaran umum adalah kegiatan yang dilakukan emiten untuk menjual efek kepada masyarakat,
berdasarkan tata cara yang diatur oleh undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. Kegiatan ini
lebih populer disebut dengan go public. Emiten adalah pihak (perusahaan) yang melakukan
penawaran umum dengan tujuan untuk memperoleh dana melalui pasar modal. Sedangkan
masyarakat yang memberikan dana kepada perusahaan dengan membeli saham atau obligasi yang
diterbitkan dan dijual oleh perusahaan disebut sebagai pemodal (investor).
Adapun tujuan penggunaan dana dari hasil go public pada umumnya digunakan untuk:
a. Ekspansi
Dalam kehidupan suatu perusahaan akan diusahakan untuk melakukan perluasan dalam kegiatan
operasinya. Perluasan ini dapat berupa peningkatan kapasitas produksi maupun diversifikasi jenis
produk. Terkadang perusahaan tidak mungkin untuk memperoleh modal dari para pemegang saham
yang berupa modal disetor, sehingga diputuskan untuk memperoleh modal dari luar perusahaan,
yang dapat berupa pinjaman dari pihak lain atau dapat berupa penjualan saham baru kepada pihak
lain di luar para pemegang saham yang sudah ada.
b. Memperbaiki struktur permodalan
Modal suatu perusahaan terdiri dari modal sendiri (equity) dan modal pinjaman. Setiap pinjaman
tentu saja harus membayar bunga. Terkadang perusahaan mengalami kerugian hanya karena
beban pinjaman terutama pinjaman dari mata uang asing di masa-masa nilai rupiah terdepresiasi
tajam. Dengan demikian perusahaan akan dibebani pembayaran bunga yang meningkat. Bila hal ini
berlangsung dalam jangka waktu lama, perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Salah satu
tindakan penyelamatan adalah dengan mengurangi jumlah hutang, yaitu dengan menggantikannya
menjadi modal saham, yang berarti perusahaan akan menjual saham baru untuk membayar hutang
yang sangat membebani tadi. Tindakan ini dikenal sebagai restrukturisasi modal.
c. Untuk melakukan pengalihan pemegang saham (divestasi)
Perusahaan yang melakukan go public adalah perusahaan yang secara hukum dan nyata sudah
beroperasi/menjalankan usahanya, yang sudah tentu telah ada pemilik dan pemegang sahamnya.
Dengan pertimbangan tertentu terkadang pemegang saham tadi ingin melepaskan/mengalihkan
saham yang dimiliki ke pihak lain. Hal ini mudah dilakukan jika memang telah ada pula pihak yang
bersedia membelinya, akan tetapi jika tidak maka pemilik saham dapat memilih pasar modal
sebagai tempat untuk menawarkan sahamnya secara umum (public offering). Pengalihan saham
dari pemegang saham lama kepada pemegang saham baru disebut sebagai divestasi (divesment).
PERANAN PASAR MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
Keberadaan pasar modal dalam perekonomian modern sudah tidak dapat terelakkan lagi bagi
seluruh negara di dunia ini, tidak terkecuali di Indonesia. Tingginya permintaan akan barang dan
jasa akibat dari semakin banyaknya umat manusia di dunia ini membuat perusahaan, baik yang
bergerak di bidang jasa dan perdagangan, harus mampu memenuhi semua order yang diinginkan
masyarakat dunia secara global. Di Indonesia, negara yang masuk dalam kategori negara
berkembang, kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan
makin banyaknya perusahaan-perusahaan baru yang bermunculan di Indonesia, baik domestik
maupun asing, karena pangsa pasar yang potensial ada di Indonesia.
Pasar modal dapat menjadi salah satu alternatif jitu dalam pengembangan pembangunan ekonomi
di Indonesia. Keberadaannya yang semakin berkembang semakin membuktikan bahwa pasar modal
semakin dibutuhkan sebagai bagian dari realisasi pemerintah dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat baik barang maupun jasa. Kebutuhan perusahaan dalam hal modal dapat terealisasikan
manakala perusahaan tersebut berkecimpung di pasar modal Indonesia.
Pasar modal memiliki posisi yang sangat penting dan vital dalam perkembangan perekonomian
Indonesia. Kemajuan teknologi serta tingginya arus globalisasi membuat pasar modal Indonesia
dapat menjadi icon pasar modal Asia Tenggara. Perkembangan pasar modal tersebut tidak akan
dapat terealisasikan apabila tidak ada dukungan dari pemerintah dan masyarakat bagi pasar modal
Indonesia. Peran pemerintah dapat berupa menciptakan stabilitas politik dan hukum, stabilitas iklim
investasi Indonesia, dan sebagai pelindung dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi. Sementara
masyarakat dapat berpartisipasi dengan menginvestasikan sahamnya di pasar modal.
Secara umum, ada tiga cara alternatif investasi bagi masyarakat Indonesia dewasa ini. Ketiga
alternatif tersebut adalah tabungan, asuransi, dan invetasi pasar modal. Invetasi di pasar modal
memiliki risiko yang tinggi (high risk) namun memberikan keuntungan yang tinggi pula (high return).
Dengan berinvestasi di pasar modal dalam bentuk saham, kebutuhan perusahaan akan modal
(selain obligasi) akan terealisasikan sehingga perusahaan dapat meningkatkan produktivitasnya dan
mampu menghasilkan output yang berkualitas. Selain itu, masyarakat dapat mempunyai hak milik
perusahaan dalam bentuk persentase saham sehingga hal ini mendorong pemerataan pendapatan
masyarakat.
Indikator pembangunan ekonomi sudah dijelaskan seperti penjelasan di halaman sebelumnya, dan
dengan demikian kita dapat menelaah alasan mengapa pasar modal dapat menjadi salah satu
indikator pembangunan ekonomi. Hal-hal tersebut ialah sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas produksi
Setiap perusahaan yang berkecimpung di pasar modal tentunya akan memiliki dana tambahan saat
investor menanamkan sahamnya dalam perusahaan tersebut. Perusahaan, baik dalam
menghasilkan barang maupun jasa, akan mampu meningkatkan kualitasoutput atau produksinya
sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pada umumnya. Salah satu contohnya ialah PT.
Telekomunikasi Indonesia,Tbk yang baru-baru ini masuk dalam kategori 50 perusahaan yang
memberikan kontribusi terbaik di Asia berkenaan dengan hasil produksi yang memuaskan. Bangsa
Indonesia tentunya bangga akan pencapaian ini. Masih banyak lagi perusahaan-perusahaan
terbuka lainnya yang mampu membukukan high profit sehingga berimbas pada kemajuan
perekonomian Indonesia.
2. Kenaikan persentase jumlah GNP lebih besar daripada persentase kenaikan jumlah
penduduk.
Penduduk Indonesia yang kurang lebih berjumlah 250 juta jiwa semakin mengukuhkan pentingnya
keberadaan pasar modal di Indonesia. Jumlah emiten yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta baru
berjumlah 461 perusahaan. Jumlah ini besar kemungkinan akan semakin bertambah mengingat
semakin dibutuhkannya investasi bagi perusahaan. Outputyang dihasilkan perusahaan menjadi
tolok ukur perhitungan GNP Indonesia. Tingginya GNP menjadi indikator bahwa pendapatan
nasional suatu negara juga tinggi. Untuk mencapai totalitas yang tinggi atas pendapatan nasional,
perusahaan perlu untuk go public dan hal ini akan dicapai apabila pemerintah mampu merangsang
pengusaha untuk mau terdaftar di bursa. Pasar modal menjadi jawaban apabila pemerintah hendak
mencapai kenaikan persentase GNP yang lebih besar daripada kenaikan jumlah penduduk. Jumlah
emiten harus semakin bertambah sehingga investor semakin memiliki banyak pilihan untuk
berinvestasi dan dapat mendiversivikasikan portofolio sahamnya. Hal tersebut sudah dibuktikan di
negara maju seperti Amerika Serikat yang kemajuan perekonomiannya ditunjang oleh pasar modal.
Dan hasilnya dapat dilihat, penduduknya sejahtera, rendahnya angka kemiskinan, dan majunya
sektor-sektor lainnya seperti pendidikan dan kesehatan karena pemerintahnya mampu menciptakan
iklim investasi yang kondusif.
3. Peningkatan GNP dari tahun ke tahun disertai perubahan struktur ekonomi tradisional
menjadi modern, serta ditandai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Struktur ekonomi Indonesia jelas sudah beranjak menjadi modern. Hal ini dibuktikan dengan adanya
uang sebagai alat tukar, munculnya perbankan, dan tentunya keberadaan pasar modal. Harus
diakui bahwa pasar modal Indonesia masih kalah dengan pasar modal di Singapura dan Jepang.
Namun hal tersebut tetap bukan menjadi alasan untuk menghalangi posisi pasar modal sebagai
salah satu institusi kemajuan pembangunan perekonomian Indonesia. Keberadaan pasar modal di
Indonesia, yang mekanisme pencatatan dan perdagangannya sudah computerize,dapat berhasil
seiring dengan perkembangan teknologi. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sedang dalam proses untuk menapaki peningkatan GNP dari tahun ke tahun serta
ditandai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, lagi-lagi peran pemerintah
sangat diperlukan dalam mengelola pasar modal Indonesia, dalam hal ini Menteri Keuangan dan
Bapepam, sehingga iklim investasi semakin mudah dilakukan dan aman dalam pelaksanaannya.
Kemudahan investasi ini dapat dilakukan dengan menciptakan instrumen baru dalam investasi dan
regulasi peraturan di reksadana. Sementara situasi keamanan dalam hal ini tidak hanya keamanan
yang bersifat emosi dan fisik, tapi juga situasi keamanan keuangan seperti laju inflasi yang
terkendali dan stabilitas nilai tukar rupiah.
4. Kenaikan GNP disertai peningkatan kesejahteraan masyarakat, pemerataan pendapatan,
dan pertumbuhan penduduk.
Pemerintah manapun di dunia ini pasti menginginkan masyarakatnya sejahtera. Beberapa
indikatornya antara lain rendahnya kemiskinan, tingginya konsumsi, serta pemerataan pendapatan.
Pasar modal hadir sebagai sebagai salah satu alternatif peningkatan kesejahteraan masyarakat,
pemerataan pendapatan, dan pertumbuhan penduduk. Seperti yang telah diungkapkan pada
pembahasan sebelumnya, perusahaan yang berkecimpung di pasar modal (dalam hal ini BEI) akan
memberikan kontribusi besar bagi peningkatan GNP dalam hal totalitas produksinya. Hal ini dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena kebutuhan konsumsi mereka terpenuhi. Contohnya
layanan perbankan yang memadai, jaringan telekomunikasi yang lancar, dan banyak contoh lainnya.
Selain itu, apabila masyarakat dapat berinvestasi di pasar modal, maka keuntungan dari penjualan
saham pada saat bullish market dan pembagian dividen akan menciptakan pemerataan pendapatan
masyarakat. Dalam hal ini, pemerataan pendapatan bukan dihitung dari pendapatan individual
karena hal itu sulit untuk terjadi. Tapi pemerataan pendapatan ini didapat dari rasio antara GNP dan
jumlah penduduk. Pada dasarnya, investasi di pasar modal membutuhkan modal yang sangat besar.
Selain itu, untuk berinvestasi hendaknya jangan menggunakan uang yang akan digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari. Robbert Ang dalam bukunya tentang pasar modal mengatakan,If you still
need the money to finance your kids study, dont invest in capital market. Namun masih ada salah
satu instrumen pasar modal yang dapat digunakan masyarakat apabila dana yang dimilikinya tidak
begitu besar, yaitu reksadana. Umumnya, reksadana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya di investasikan dalam
portofolio efek oleh manajer investasi. Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi
masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan
keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Reksadana dirancang sebagai sarana
untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk
melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu
reksadana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar
modal Indonesia.
STRATEGI REVITALISASI DAN REPOSISI PASAR MODAL INDONESIA DALAM
PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA.
Setelah mengerti bahwa pasar modal merupakan salah satu indikator penting dalam pembangunan
ekonomi, marilah kita beranjak untuk menganalisis apa saja langkah yang perlu dilakukan,
khususnya oleh pemerintah, sebagai strategi untuk merevitalisasi dan mereposisi pasar modal
Indonesia dalam pembangunan ekonomi. Langkah strategis sangat diperlukan agar pasar modal
Indonesia tidak hanya mampu menjadi icon pasar modal modern di Asia Tenggara, namun juga
dapat memberikan dampak positif bagi kelangsungan hidup perekonomian negara Indonesia yang
tercinta ini.
1. Meningkatkan pemahaman terhadap pasar modal
Pasar modal tidak akan berkembang apabila industri efeknya tidak menguntungkan. Pengusaha
atau investor hanya akan menanamkan modalnya dalam jumlah besar untuk menciptakan industri
efek domestik apabila hasil investasi yang diharapkan dari perusahaan efek cukup kompetitif
dibandingkan alternatif investasi lainnya. Industri efek akan mempunyai prospek yang baik apabila
industri tersebut mampu menyediakan produk dan layanan yang berkualitas dengan biaya investasi
dan biaya operasi yang relatif murah.
Untuk menjangkau pasar yang lebih luas, perusahaan efek perlu membuka agen penjualan di
seluruh tanah air. Hingga saat ini, perusahaan sekuritas dalam bentuk reksadana sudah menyebar
di beberapa kota besar. Yang menjadi masalah adalah sosialisasi yang kurang gencar tentang
pasar modal dan reksadana kepada masyarakat. Jangan sampai kasus Trimegah Sekuritas terulang
kembali, dimana saat itu para investor melakukan redemption besar-besaran sehingga nilai aktiva
bersih turun drastis. Dunia pendidikan dapat menjadikan pasar modal sebagai mata pelajaran
tersendiri di tingkat SMA, bukan bagian dari mata pelajaran ekonomi, untuk mengembangkan
wawasan pasar modal di kalangan remaja.
2. Menciptakan iklim investasi yang kondusif
Untuk melindungi investor dalam berinvestasi, baik asing maupun domestik, pemerintah perlu
menciptakan iklim investasi yang kondusif. Indeks harga saham gabungan yang fluktuatif sangat
terpengaruh oleh berbagai pengaruh, baik politik, hukum, dan keamanan. Oleh karena itu,
pemerintah harus segera melakukan tindakan proaktif dalam menstabilkan situasi politik dan
tentunya sambil menjaga kestabilan aspek lainnya. Pembangunan infrastruktur, pemberantasan
korupsi, dan regulasi undang-undang yang memudahkan investasi akan sangat membantu dalam
menciptakan iklim pasar modal yang memadai.
Pembenahan teknis lainnya, seperti prinsip kelangsungan hidup ekonomis industri efek, penekanan
biaya transaksi serendah mungkin, prinsip keterbukaan, dan mempertahankan pasar yang wajar
dan teratur dapat juga ditempuh pemerintah agar investasi semakin mudah dan sehat. Kemudahan
investasi adalah jalan untuk pemerataan pendapatan masyarakat serta merangsang investor
domestik dan asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Iklim investasi yang kondusif sangat penting jika masyarakat Indonesia dituntut peranannya dalam
dunia pasar modal. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka akan timbul prestise tersendiri
dalam diri seseorang dan akan membangkitkan cinta atas produk-produk perusahaan, khususnya
perusahaan domestik yang semakin berkembang. Jika perusahaan domestik berkembang, seperti
PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk, maka hal tersebut akan meningkatkan GNP negara dan pasar
modal akan semakin vital posisinya sebagai salah satu indikator pembangunan perekonomian
Indonesia.
GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM PENGEMBANGAN PASAR MODAL INDONESIA
Latar belakang dari aspek pasar modal, industri pasar modal telah menjadi salah satu barometer
penting perekonomian suatu negara. Melalui industri ini lahir public listed companies yakni
perusahaan-perusahaan yang diizinkan untuk menawarkan saham mereka kepada publik setelah
proses penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) atau going public. Dengan sistem ini,
para pemodal atau investor kecil dapat turut memiliki saham pada sebuah perusahaan terbuka.
Tujuan dari penerpan GCG yang paling utama adalah menaikkan nilai dari perusahaan tersebut,
maksudnya adalah apabila suatu perusahaan menerpakan GCG maka tentunya nilai dari
perusahaan itu akan naik dalam kaitannya dengan perusahaan terbuka tentunya akan banyak
investor yang akan membeli saham perusahaan tersebut.
Manfaat dari penerapan GCG bagi kepentingan pemerintah dan keadaan ekonomi secara luas
adalah
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih
baik dan meningkatkan efisiensi operasional perusahaan (menjaga going concern perusahaan).
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan rigrid (karena factor
kepercayaan) yang pada akhirnya meningkatkan corporate value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor publik untuk menanamkan modalnya.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan
meningkatkanshareholders value dan deviden, khusus bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
serta meningkatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari hasil privatisasi.
5. Meningkatkan produktivitas perusahaan serta dapat mengukur target kinerja perusahaan.
6. Mengurangi distorsi (management risk).
Dengan adanya penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang baik dalam pasar modal,
diharapkan emiten-emiten yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat mampu bersaing dengan
emiten-emiten yang ada di negara-negara lain. Selain itu, kepentingan stakeholders, khususnya
para pemegang saham minoritas akan terjaga. Bagi masyarakat Indonesia, penerapan Good
Corporate Governance (GCG) akan menambah kesejahteraan masyarakat dengan adanya prinsip
tanggung jawab sosial emiten-emiten terhadap masyarakat dan lingkungan. Pada akhirnya, praktek
pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) yang baik di pasar modal akan memberikan
dampak positif bagi semua lapisan, yakni perkembangan ekonomi yang akan membuka banyak
lapangan kerja dan meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia serta peningkatan daya tarik
investasi, dengan makin banyaknya investor dalam negeri maupun luar negeri yang akan bersedia
menanamkan modalnya di pasar modal Indonesia.
KESIMPULAN
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara. Perkembangan pasar modal
Indonesia dilihat dari beberapa indikator menunjukkan pekembangan yang pesat dalam beberapa
tahun terakhir. Bagi perusahaan, pasar modal juga memberikan keuntungan besar, yaitu untuk
mengembangkan usahanya dengan menggunakan dana dari hasil penjualan saham di pasar ini
tanpa harus hutang ke Bank yang bunganya cukup besar, dengan syarat yang rumit. Pasar ini juga
sebagai Leading Indicator perekonomian suatu negara, jika kondisinya baik atau berkembang, maka
ekonomi suatu negara tersebut juga akan baik.
Kesadaran akan pentingnya peran pasar modal ini bagi perekenomian nasional sebaiknya menjadi
tugas kita bersama untuk serta merta memberikan sosialisasi, maupun edukasi untuk menambah
wawasan masyarakat luas tentang pasar modal. Bagi lembaga-lembaga penunjang pasar modal,
perlu meningkatkan kontribusinya terhadap kemajuan pasa modal sesuai dengan fungsinya masing-
masing.
Daftar Pusataka
Isya Hanum, Perkembangan Pasar Modal Indonesia, FE-UI, 2008
Jogiyanto Hartono, Teori Portfolio dan Analisi Investasi, BPFE, 2003
Tim Peneliti BEJ dan Unpad, Peranan Pasar Modal terhadap Perekonomian Indonesia, 2006
Warsono, Kontribusi Pasar Modal Terhadap perekonomian Indonesia. Usahawan No. 04 TH
XXXVII 2008
www.idx.co.id
www.ojk.go.id



Lembaga yang terkait dengan pasar modal
a. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
Melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawan sehari-sehari
kegiatan pasar modal.
Mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar
dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan
masyarakat.
Bapepam mempunyai fungsi:
Menyusun Peraturan di bidang pasar modal
Menegakkan peraturan di bidang pasar modal
Pembinaan dan pengawasan terhadap Pihak yang memperoleh
izin usaha, persetujuan, pendaftaran dari Bapepam dan Pihak lain
yang bergerak di pasar modal
Menetapkan prinsip keterbukaan
Penyelesaian keberatan yang diajukan oleh Pihak yang
dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, LKP dan LPP
Penetapan ketentuan akuntasi di bidang pasar modal
Pengamanan teknis pelaksanaan tugas pokok Bapepam sesuai
dengan kebijaksanaan Menteri Keuangan
b. Perusahaan
Lembaga ini bertujuan untuk memperoleh dana di Pasar Modal melalui
penawaran umum (Initial Public Offering) hak kepemilikan atau Saham,
dalam hal ini perusahaan berperan sebagai emiten.
c. Self Regulatory Organizations
Adalah organisasi yang berwenang membuat peraturan sendiri untuk
kegiatan usahanya.
Bursa Efek
Adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem
atau sarana untuk perdagangan efek. Pada saat ini, di Indonesia
ada 1 bursa efek yaitu Bursa Efek Indonesia.
Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP)
Adalah lembaga yang menyelenggarakan jasa kliring dan
penjaminan penyelesaian transaksi Bursa. Lembaga yang
memperoleh izin usaha sebagai LKP adalah PT Kliring
Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP)
Adalah lembaga yang menyelenggarakan kegiatan Kustodian
sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek dan Pihak lain.
Lembaga yang memperoleh izin usaha sebagai LPP adalah PT
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
d. Perusahaan Efek
Adalah perusahaan yang mempunyai aktivitas sebagai berikut :
Penjamin Emisi Efek
Sebagai penjamin emisi efek, perusahaan melakukan kontrak
dengan emiten untuk melakukan penawaran umum dengan atau
tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.
Perantara Pedagang Efek
Perusahaan memperdagangkan efek untuk kepentingan sendiri
maupun kepentingan nasabah.
Manajer Investasi
Pihak yang kegiatan usahanya mengelola portfolio efek untuk
para nasabah atau mengelola portfolio investasi kolektif untuk
sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun
dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
e. Penasihat Investasi
Pihak yang memberikan jasa penasihat mengenai penjualan ataupun
pembelian efek.
f. Lembaga Penunjang Pasar Modal
Biro Administrasi Efek
Kustodian
Wali Amanat
g. Profesi Penunjang Pasar Modal
Terdiri dari Akuntan, Konsultan Hukum, Penilai, Notaris dan profesi lain
yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Untuk dapat melakukan kegiatan di pasar modal, wajib terlebih dahulu
terdaftar di Bapepam. Persyaratan pendaftaran profesi penunjang pasar
modal diatur dalam peraturan Bapepam.
1. Akuntan Publik
Melakukan pemeriksaan atas Laporan
KeuanganPerusahaan dan memberikan pendapatnya.
Memeriksa pembukuan apakah sudah sesuai dengan
Prinsip Akuntansi Indonesia dan ketentuan Bapepam.
Memberi petunjuk pelaksanaan cara-cara pembukukan
yang baik (apabila diperlukan).
2. Konsultan Hukum
Melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dari segi
hukum (Legal Audit).
Memberikan pendapat dari segi hukum (Legal Opinion)
terhadap emiten dan perusahaan publik.
3. Legal Audit
Akte pendirian berikut perubahannya
Permodalan
Perizinan
Kepemilikan asset harus atas nama perusahaan
Perjanjian dengan pihak ketiga baik dalam negeri ataupun
luar negeri
Perkara baik perdata mapun pidana yang menyangkut
prusahaan mapupun pribadi direksi
UMR
Amdal
4. Notaris
Membuat Berita Acara RUPS
Membuat Akte Perubahan Anggaran Dasar
Menyiapkan perjanjian-perjanjian dalam rangka Emisi Efek
5. Penilai
Adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani Laporan
Penilai, yaitu pendapat atas nilai wajar aktiva yang disusun
berdasarkan pemeriksaan menurut keahlian dan penilai.
Education
copyright 2010 Indo Premier Online Technology [ View Full Site ]
http://www.ipotindonesia.com/m/education.php?page=struktur_pasar_modal



Mari bergabung dengan komunitas Wikipedia bahasa Indonesia! [tutup]
Pasar modal
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Artikel ini perlu dirapikan
atau ditulis ulang karena
artikel ini bersifat umum
sedangkan isinya ditulis
dalam konteks yang terlalu
spesifik/sempit.
Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
[1]
Pasar Modal menyediakan
berbagai alternatif bagi para investor selain alternatif investasi lainnya, seperti:
menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya.
Pasar Modal bertindak sebagai penghubung. Pasar Modal bertindak sebagai
penghubung antara para investordengan perusahaan ataupun institusi pemerintah
melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang seperti obligasi, saham, dan
lainnya. Berlangsungnya fungsi pasar modal (Bruce Lliyd, 1976), adalah meningkatkan
dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan "kriteria pasarnya" secara
efisien yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan.
[2]



Mata uang ini merupakan alat bagi investor untuk melakukan pasar modal
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Sejarah
2 Struktur
3 Pelaku
4 Fungsi
5 Manfaat
o 5.1 Bagi emiten
o 5.2 Bagi investor
6 Lembaga dan Struktur Pasar Modal Indonesia
7 Mekanisme
o 7.1 Penawaran Umum (Go Public)
o 7.2 Syarat Pencatatan Saham di BEI
8 Referensi
9 Pranala luar
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Menurut buku "Effectengids" yang dikeluarkan Vereneging voor den Effectenhandel
pada tahun 1939, transaksi efek telah berlangsung sejak 1880 namun dilakukan tanpa
organisasi resmi sehingga catatan tentang transaksi tersebut tidak lengkap. Pada tahun
1878 terbentuk perusahaan untuk perdagangan komuitas dan sekuritas, yakti Dunlop &
Koff, cikal bakal PT. Perdanas.
[rujukan?]

Tahun 1892, perusahaan perkebunan Cultuur Maatschappij Goalpara di Batavia
mengeluarkan prospektus penjualan 400 saham dengan harga 500 gulden per saham.
Empat tahun berikutnya (1896), harian Het Centrum dari Djoejacarta juga
mengeluarkan prospektus penjualan saham senilai 105 ribu gulden dengan harga
perdana 100 gulden per saham. Tetapi, tidak ada keterangan apakah saham tersebut
diperjualbelikan. Menurut perkiraan, yang diperjualbelikan adalah saham yang terdaftar
di bursa Amsterdam tetapi investornya berada diBatavia, Surabaya dan Semarang.
Dapat dikatakan bahwa ini adalah periode permulaan sejarah pasra modal
Indonesia.
[rujukan?]

Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan
secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para
penabung yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari
orang-orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi
dari penghasilan penduduk pribumi.
[rujukan?]

Atas dasar itulah maka pemerintahan kolonial waktu itu mendirikan pasar modal.
Setelah mengadakan persiapan, maka akhirnya Amsterdamse
Effectenbueurs mendirikan cabang yang terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14
Desember 1912, yang menjadi penyelenggara adalah Vereniging voor de
Effectenhandel dan langsung memulai perdagangan. Di tingkat Asia, bursa Batavia ini
merupakan yang keempat tertua terbentuk setelahBombay (1830), Hong Kong (1847),
dan Tokyo(1878). Pada saat awal terdapat 13 anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu :
Fa. Dunlop & Kolf; Fa. Gijselman & Steup; Fa. Monod & Co.; Fa. Adree Witansi & Co.;
Fa. A.W. Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeannette Walen; Fa. Wiekert & V.D.
Linden; Fa. Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden; Fa. Vermeys & Co; Fa. Cruyff dan
Fa. Gebroeders.
[rujukan?]

Pada awalnya bursa ini memperjualbelikan saham dan obligasi
perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang
diterbitkan pemerintah (provinsi dan kotapraja), sertifikat saham perusahaan-
perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta
efek perusahaan Belanda lainnya.
Meskipun pada tahun 1914 bursa di Batavia sempat ditutup karena adanya Perang
Dunia I
[rujukan?]
, namun dibuka kembali pada tahun 1918. Perkembangan pasar modal di
Batavia tersebut begitu pesat sehingga menarik masyarakat kota lainnya. Untuk
menampung minat tersebut, pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya dan 1
Agustus 1925 di Semarang resmi didirikan bursa. Anggota bursa di Surabaya waktu itu
adalah: Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. V. Van Velsen, Fa. Beaukkerk &
Cop, dan N. Koster. Sedangkan anggota bursa di Semarang waktu itu adalah : Fa.
Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. Monad & Co, Fa. Companien & Co, serta Fa.
P.H. Soeters & Co. Hal ini dikarenakan keadaan pasar modal waktu itu cukup
menggembirakan yang terlihat dari nilai efek yang tercatat yang mencapai NIF 1,4
milyar (jika di indeks dengan harga beras yang disubsidi pada tahun 1982, nilainya
adalah + Rp. 7 triliun) yang berasal dari 250 macam efek.
[rujukan?]

Periode menggembirakan ini tidak berlangsung lama karena dihadapkan pada resesi
ekonomi tahun 1929 dan pecahnya Perang Dunia II (PD II). Keadaan yang semakin
memburuk membuat Bursa Efek Surabaya dan Semarang ditutup terlebih dahulu.
Kemudian pada 10 Mei 1940 disusul oleh Bursa Efek Jakarta. Selanjutnya baru pada
tanggal 3 Juni 1952, Bursa Efek Jakarta dibuka kembali. Operasional bursa pada waktu
itu dilakukan oleh PPUE (Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek) yang
beranggotakan bank negara, bank swasta dan para pialang efek. Pada tanggal 26
September 1952 dikeluarkan Undang-undang No 15 Tahun 1952 sebagai Undang-
Undang Darurat yang kemudian ditetapkan sebagai Undang-Undang Bursa.
[rujukan?]

Namun kondisi pasar modal nasional memburuk kembali karena adanya nasionalisasi
perusahaan asing, sengketa Irian Barat dengan Belanda, dan tingginya inflasi pada
akhir pemerintahan Orde Lama yang mencapai 650%. Hal ini menyebabklan tingkat
kepercayaan masyarakat kepada pasar modal merosot tajam, dan dengan sendirinya
Bursa Efek Jakarta tutup kembali.
[rujukan?]

Baru pada Orde Baru kebijakan ekonomi tidak lagi melancarkan konfrontasi terhadap
modal asing. Pemerintah lebih terbuka terhadap modal luar negeri guna pembangunan
eknomi yang berkelanjutan.
[rujukan?]
Beberapa hal yang dilakukan adalah pertama,
mengeluarkan Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976 tentang pendirian Pasar Modal,
membentuk Badan Pembina Pasar Modal, serta membentuk Badan Pelaksana Pasar
Modal (BAPEPAM). Yang kedua ialah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No.25
Tahun 1976 tentang penetapan PT Danareksa sebagai BUMN pertama yang
melakukan go public dengan penyertaan modal negara Republik Indonesia sebanyak
Rp. 50 miliar. Yang ketiga adalah memberikan keringan perpajakan kepada perusahaan
yang go public dan kepada pembeli saham atau bukti penyertaan modal.
[rujukan?]

Perkembangan pasar modal selama tahun 1977 s/d 1987 mengalami kelesuan
meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang
memanfaatkan dana dari bursa efek. Tersendatnya perkembangan pasar modal selama
periode itu disebabkan oleh beberapa masalah antara lain mengenai prosedur emisi
saham dan obligasi yang terlalu ketat, adanya batasan fluktuasi harga saham dan lain
sebagainya. PT. Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang dicatat dalam
saham BEJ.
[rujukan?]

Baru setelah pemerintah melakukan deregulasi pada periode awal 1987, gairah di
pasar modal kembali meningkat. Deregulasi yang pada intinya adalah melakukan
penyederhanaan dan merangsang minat perusahaan untuk masuk ke bursa serta
menyediakan kemudahan-kemudahan bagi investor. Kebijakan ini dikenal dengan tiga
paket yakni Paket Kebijaksanaan Desember 1987, Paket Kebijaksanaan Oktober 1988,
dan Paket Kebijaksanaan Desember 1988.
Paket Kebijaksanaan Desember 1987 atau yang lebih dikenal dengan Pakdes 1987
merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi,
dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, seperti biaya
pendaftaran emisi efek. Kebijakan ini juga menghapus batasan fluktuasi harga saham di
bursa efek dan memperkenalkan bursa paralel. Sebagai pilihan bagi emiten yang belum
memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek.
[rujukan?]

Kemudian Paket Kebijaksanaan Oktober 1988 atau disingkat Pakto 88 ditujukan pada
sektor perbankkan, namun mempunyai dampak terhadap perkembangan pasar modal.
Pakto 88 berisikan tentang ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit), dan pengenaan pajak
atas bunga deposito. Pengenaan pajak ini berdampak positif terhadap perkembangan
pasar modal. Sebab dengan keluarnya kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberi
perlakuan yang sama antara sektor perbankan dan sektor pasar modal.
[rujukan?]

Yang ketiga adalah Paket Kebijaksanaan Desember 1988 atau Pakdes 88 yang pada
dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada pasar modal dengan membuka
peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa.Hal ini memudahkan investor
yang berada di luar Jakarta.
[rujukan?]

Di samping ketiga paket kebijakan ini terdapat pula peraturan mengenai dibukanya izin
bagi investor asing untuk membeli saham di bursa Indonesia yang dituangkan dalam
Keputusan Menteri Keuangan No. 1055/KMK.013/1989. Investor asing diberikan
kesempatan untuk memiliki saham sampai batas maksimum 49% di pasar perdana,
maupun 49 % saham yang tercatat di bursa efek dan bursa paralel. Setelah itu disusul
dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan No. 1548/KMK.013/1990 yang
diubah lagi dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 1199/KMK.010/1991. Dalam
keputusan ini dijelaskna bahwa tugas Bapepam yang semula juga bertindak sebagai
penyelenggara bursa, maka hanya menjadi badan regulator. Selain itu pemerintah juga
membentuk lembaga baru seperti Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Kliring dan
Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), reksadana, serta manajer Investasi.
[rujukan?]

Keadaan setelah kebijakan deregulasi itu dikeluarkan benar-benar berbeda. Pasar
modal menjadi sesuatu yang menggemparkan, karena investasi di bursa efek
berkembang sangat pesat. Banyak perusahaan antri untuk dapat masuk bursa. Para
investor domestik juga ramai-ramai ikut bermain di bursa saham. Selama tahun 1989
tercatat 37 perusahaan go public dan sahamnya tercatat (listed) di Bursa Efek Jakarta.
Sedemikian banyaknya perusahaan yang mencari dana melalui pasar modal, sehingga
masyarakat luas pun berbondong-bondong untuk menjadi investor. Perkembangan ini
berlanjut dengan swastanisasi bursa, yakni berdirinya PT. Bursa Efek Surabaya, serta
pada tanggal 13 Juli 1992 berdiri PT. Bursa Efek Jakarta yang menggantikan peran
Bapepam sebagai pelaksana bursa.
[rujukan?]

Akibat dari perubahan yang menggembirakan ini adalah semakin tumbuhnya rasa
kepercayaan investor terhadap keberadaan pasar modal Indonesia. Hal ini
ditindaklanjuti oleh pemerintah dengan mengeluarkan peraturan berupa Undang-
Undang No. 8 Tahun 1995 yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 1996. Undang-
undang ini dilengkapi dengan peraturan organiknya, yakni Peraturan Pemerintah No. 45
Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, serta
Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang
Pasar Modal.
[rujukan?]

Tahun 1995, mulai diberlakukan sistem JATS (Jakarta Automatic Trading System).
Suatu system perdagangan di lantai bursa yang secara otomatis me-matchkan antara
harga jual dan beli saham. Sebelum diberlakukannya JATS, transaksi dilakukan secara
manual. Misalnya dengan menggunakan papan tulis sebagai papan untuk
memasukkan harga jual dan beli saham. Perdagangan saham berubah menjadi
scripless trading, yaitu perdagangan saham tanpa warkat (bukti fisik kepemilikkan
saham)Lalu dengan seiring kemajuan teknologi, bursa kini menggunakan
sistem Remote Trading, yaitu sistem perdagangan jarak jauh.
[rujukan?]

Pada tanggal 22 Juli 1995, BES merger dengan Indonesian Parallel Stock Exchange
(IPSX), sehingga sejak itu Indonesia hanya memiliki dua bursa efek: BES dan BEJ.
Pada tanggal 19 September 1996, BES mengeluarkan sistem Surabaya Market
information and Automated Remote Trading (S-MART) yang menjadi Sebuah sistem
perdagangan yang komprehensif, terintegrasi dan luas remote yang menyediakan
informasi real time dari transaksi yang dilakukan melalui BES.
Pada tahun 1997, krisis ekonomi melanda negara-negara Asia,
khususnya Thailand, Filipina, Hong Kong, Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan,
dan Cina, termasuk Indonesia. Akibatnya, terjadi penurunan nilai mata uang asing
terhadap nilaidolar.
Bursa Efek Jakarta melakukan merger dengan Bursa Efek Surabaya pada akhir 2007
dan pada awal 2008 berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia.
Dari regulasi yang dikeluarkan periode ini mempunyai ciri khas yakni, diberikannya
kewenangan yang cukup besar dan luas kepada Bapepam selaku badan pengawas.
Amanat yang diberikan dalam UU Pasar Modal secara tegas menyebutkan bahwa
Bapepam dapat melakukan penyelidikan, pemeriksaan, dan penyidikan jika terjadi
kejahatan di pasar modal.
Struktur[sunting | sunting sumber]
Struktur Pasar Modal di Indonesia tertinggi berada pada menteri Keuangan
menunjuk Bapepammerupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk melakukan
pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari pasar modal dengan tujuan
mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, efisien serta
melindungi kepentingan masyarakat pemodal.
[3]

Pelaku[sunting | sunting sumber]
Para pemain utama yang terlibat di pasar modal dan lembaga penunjang yang terlibat
langsung dalam proses transaksi antara pemain utama sebagai berikut
[rujukan?]

Emiten
Perusahaan yang akan melakukan penjualan surat-surat
berharga atau melakukan emisi di bursa (disebut emiten).
Dalam melakukan emisi, para emiten memiliki berbagai
tujuan dan hal ini biasanya sudah tertuang dalam rapat
umum pemegang saham (RUPS), antara lain :
1. Perluasan usaha, modal yang diperoleh dari para
investor akan digunakan untuk meluaskan bidang
usaha, perluasan pasar atau kapasitas produksi.
2. Memperbaiki struktur modal, menyeimbangkan
antara modal sendiri dengan modal asing.
3. Mengadakan pengalihan pemegang saham.
Pengalihan dari pemegang saham lama kepada
pemegang saham baru.
Investor
Pemodal yang akan membeli atau menanamkan
modalnya di perusahaan yang melakukan emisi (disebut
investor). Sebelum membeli surat berharga yang
ditawarkan, investor biasanya melakukan penelitian dan
analisis tertentu. Penelitian ini mencakup bonafiditas
perusahaan, prospek usaha emiten dan analisis lainnya.
Tujuan utama para investor dalam pasar modal antara
lain :
Memperoleh deviden. Ditujukan kepada keuntungan
yang akan diperolehnya berupa bunga yang dibayar
oleh emiten dalam bentuk deviden.
Kepemilikan perusahaan. Semakin banyak saham
yang dimiliki maka semakin besar pengusahaan
(menguasai) perusahaan.
Berdagang. Saham dijual kembali pada saat harga
tinggi, pengharapannya adalah pada saham yang
benar-benar dapat menaikkan keuntungannya dari jual
beli sahamnya.
Lembaga Penunjang
Fungsi lembaga penunjang antara lain turut serta
mendukung beroperasinya pasar modal, sehingga
mempermudah baik emiten maupun investor dalam
melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
pasar modal.
Penjamin emisi (underwriter).
Lembaga yang menjamin terjualnya saham/obligasi
sampai batas waktu tertentu dan dapat memperoleh dana
yang diinginkan emiten.
[rujukan?]

Perantara perdagangan efek (broker/
pialang)
Perantaraan dalam jual beli efek, yaitu perantara antara si
penjual (emiten) dengan si pembeli (investor). Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh broker antara lain meliputi:
Memberikan informasi tentang emiten
Melakukan penjualan efek kepada investor
Perdagangan efek (dealer)
Berfungsi sebagai:
Pedagang dalam jual beli efek
Sebagai perantara dalam jual beli efek
Penanggung (guarantor)
Lembaga penengah antara pemberi kepercayaan dengan
penerima kepercayaan. Lembaga yang dipercaya oleh
investor sebelum menanamkan dananya.
Wali amanat (trustee)
Jasa wali amanat diperlukan sebagai wali dari si pemberi
amanat (investor). Kegiatan wali amanat meliputi:
Menilai kekayaan emiten
Menganalisis kemampuan emiten
Melakukan pengawasan dan perkembangan emiten
Memberi nasehat kepada para investor dalam hal
yang berkaitan dengan emiten
Memonitor pembayaran bunga dan pokok obligasi
Bertindak sebagai agen pembayaran
Perusahaan surat berharga
(securities company)
Mengkhususkan diri dalam
perdagangan surat berharga
yang tercatat di bursa efek.
Kegiatan perusahaan surat
berharga antara lain :
[rujukan?]

1. Sebagai pedagang efek
2. Penjamin emisi
3. Perantara perdagangan
efek
4. Pengelola dana
Perusahaan pengelola dana
(investment company)
Mengelola surat-surat berharga yang akan
menguntungkan sesuai dengan keinginan investor, terdiri
dari 2 unit yaitu sebagai pengelola dana dan penyimpan
dana.
Kantor administrasi efek.
Kantor yang membantu para emiten maupun investor
dalam rangka memperlancar administrasinya.
[rujukan?]

1. Membantu emiten dalam rangka emisi
2. Melaksanakan kegiatan menyimpan dan
pengalihan hak atas saham para investor
3. Membantu menyusun daftar pemegang saham
4. Mempersiapkan koresponden emiten kepada para
pemegang saham
5. Membuat laporan-laporan yang diperlukan
Fungsi[sunting | sunti
ng sumber]
Secara umum, fungsi
pasar modal adalah
sebagai berikut:
[4]

Sebagai sarana
penambah modal
bagi usaha
Perusahaan dapat
memperoleh dana
dengan cara menjual
saham ke pasar modal.
Saham-saham ini akan
dibeli oleh masyarakat
umum, perusahaan-
perusahaan lain,
lembaga, atau oleh
pemerintah.
Sebagai sarana
pemerataan
pendapatan
Setelah jangka waktu
tertentu, saham-saham
yang telah dibeli akan
memberikan deviden
(bagian dari keuntungan
perusahaan) kepada
para pembelinya
(pemiliknya). Oleh karena
itu, penjualan saham
melalui pasar modal
dapat dianggap sebagai
sarana pemerataan
pendapatan.
Sebagai sarana
peningkatan
kapasitas produksi
Dengan adanya
tambahan modal yang
diperoleh dari pasar
modal, maka
produktivitas perusahaan
akan meningkat.
Sebagai sarana
penciptaan tenaga
kerja
Keberadaan pasar modal
dapat mendorong muncul
dan berkembangnya
industri lain yang
berdampak pada
terciptanya lapangan
kerja baru.
Sebagai sarana
peningkatan
pendapatan negara
Setiap deviden yang
dibagikan kepada para
pemegang saham akan
dikenakan pajak oleh
pemerintah. Adanya
tambahan pemasukan
melalui pajak ini akan
meningkatkan
pendapatan negara.
Sebagai indikator
perekonomian negara
Aktivitas dan volume
penjualan/pembelian di
pasar modal yang
semakin meningkat
(padat) memberi indikasi
bahwa aktivitas bisnis
berbagai perusahaan
berjalan dengan baik.
Begitu pula sebaliknya.
Manfaat[sunting | su
nting sumber]
Bagi
emiten[sunting | sunting
sumber]
Bagi emiten, pasar modal
memiliki beberapa
manfaat, antara lain:
[5]

1. jumlah dana yang
dapat dihimpun
berjumlah besar
2. dana tersebut
dapat diterima
sekaligus pada
saat pasar
perdana selesai
3. tidak
ada convenant se
hingga
manajemen dapat
lebih bebas dalam
pengelolaan
dana/perusahaan
4. solvabilitas perus
ahaan tinggi
sehingga
memperbaiki citra
perusahaan
5. ketergantungan
emiten terhadap
bank menjadi
lebih kecil
Bagi
investor[sunting | sunti
ng sumber]
Sementara, bagi investor,
pasar modal memiliki
beberapa manfaat,
antara lain:
[5]

1. nilai investasi
perkembang
mengikuti
pertumbuhan
ekonomi.
Peningkatan
tersebut tercermin
pada
meningkatnya
harga saham
yang
mencapai kapital
gain
2. memperoleh divid
en bagi mereka
yang
memiliki/memega
ng saham dan
bunga yang
mengambang
bagi
pemenang obligas
i
3. dapat sekaligus
melakukan
investasi dalam
beberapa instrum
en yang
mengurangi risiko
Lembaga dan
Struktur Pasar
Modal
Indonesia[sunting |
sunting sumber]
Pasar Modal di Indonesia
terdiri atas lembaga-
lembaga sebagai
berikut:
[rujukan?]

Badan Pengawas
Pasar Modal
Bursa efek, saat ini
ada dua: Bursa Efek
Jakartadan Bursa
Efek
Surabaya namun
sejak akhir 2007
Bursa Efek Surabaya
melebur ke Bursa
Efek Jakarta
sehingga
menjadi Bursa Efek
Indonesia
Perusahaan efek
Lembaga Kliring dan
Penjaminan, saat ini
dilakukan oleh PT.
Kliring Penjaminan
Efek Indonesia (PT.
KPEI)
Lembaga
Penyimpanan dan
Penyelesaian, saat ini
dilakukan oleh PT.
Kustodian Sentral
Efek Indonesia (PT.
KSEI)
Mekanisme[sunting
| sunting sumber]
Penawaran Umum
(Go
Public)[sunting | suntin
g sumber]
Secara tahap awal,
perusahaan harus
melakukan penawaran
umum. Penawaran
Umum (go public)
merupakan kegiatan
yang dilakukan
perusahaan untuk
mendapatkan dana dari
masyarakat pemodal
dengan cara menjual
saham atau obligasi.
Penawaran umum
dilakukan oleh emiten
untuk menjual efek
kepada publik sehingga
masyarakat dari berbagai
lapisan membeli dan
turut memegang saham
atas perusahaan yang
menerbitkan saham.
Dengan melakukan go
public, perusahaan
mendapat berbagai
keuntungan antara lain
sebagai berikut:
[rujukan?]

Mendapatkan dana
yang cukup besar
bagi pengembangan
usaha dan
memperbaiki struktur
modal, karena dana
tersebut diterima
langsung tanpa
melalui berbagai
tahapan (termin)
Dengan kepemilikan
saham yang tersebar
di masyarakat,
perusahaan dituntut
untuk melakukan
kegiatan usahanya
dengan transparan
dan profesional
sehingga memacu
perusahaan tersebut
untuk berkembang.
Membuka
kesempatan bagi
masyarakat untuk
melakukan investasi
dengan jalan
kepemilikan saham.
Lebih dikenal oleh
masyarakat sehingga
secara tidak langsung
aktivitas promosi turut
berjalan.
Berikut merupakan
tahapan yang harus
dilakukan perusahaan
dalam proses penawaran
umum go public.
Tahap persiapan
Perusahaan yang akan
menerbitkan saham
terlebih dahulu
melakukan Rapat Umum
Pemegang Saham
(RUPS) untuk
membentuk kesepakatan
di antara para pemegang
saham dalam rangka
penawaran umum saham.
Setelah sepakat, emiten
menentukan penjamin
emisi serta lembaga dan
penunjang pasar yang
meliputi lembaga-
lembaga berikut ini.
[6]

1. Penjamin emisi
(under writer),
merupakan pihak
yang membantu
emiten dalam
rangka penerbitan
saham. Tugasnya
antara lain,
menyiapkan
berbagai
dokumen,
membantu
menyiapkan
prospektus, dan
memberikan
penjaminan atas
penerbitan.
2. Akuntan publik
(auditor
independen),
merupakan pihak
yang bertugas
melakukan audit
dan pemeriksaan
laporan keuangan
calon emiten.
3. Penilai, yaitu
pihak yang
melakukan
penilaian
terhadap aktiva
tetap perusahaan
dan menentukan
tingkat
kelayakannya.
4. Konsultan hukum
(legal opinion)
membantu dan
memberikan
pendapat dari sisi
hukum.
5. Notaris bertugas
membuat angka-
angka perubahan
anggaran dasar,
akta-akta
perjanjian, dan
notulensi rapat.
Tahap Pengajuan
Pernyataan
Pendaftaran
Calon emiten melakukan
pendaftaran dengan
dilengkapi dokumen-
dokumen pendukung
kepada Bapepam.
Kemudian bapepam
memutuskan calon
emiten memenuhi
persyaratan atau tidak.
[7]

Tahap Penawaran
Saham
Pada tahapan inilah
emiten menawarkan
sahamnya kepada
masyarakat investor
melalui agen-agen
penjual yang telah
ditunjuk. Dalam tahapan
ini keinginan investor
untuk memiliki saham
terkadang tidak terpenuhi.
Misalnya, saham yang
dilepas ke pasar perdana
sebanyak 150 juta
lembar saham,
sementara investor
berminat untuk sejumlah
250 juta lembar saham.
Investor yang belum
mendapatkan saham
dapat membelinya di
pasar sekunder setelah
saham dicatatkan di
bursa efek.
[8]

Tahap Pencatatan
Saham di Bursa Efek
Setelah saham
ditawarkan di pasar
perdana, selanjutnya
saham dicatatkan di
Bursa Efek Indonesia.
Pencatatan saham dapat
dilakukan di bursa efek
tersebut.
[9]

Syarat Pencatatan
Saham di
BEI[sunting | sunting
sumber]
Calon emiten dapat
mencatatkan sahamnya
di bursa, apabila telah
memenuhi syarat berikut:
Pernyataan
Pendaftaran Emisi
telah dinyatakan
efektif oleh Bapepam.
Laporan keuangan
harus sudah diaudit
oleh akuntan publik,
diregistrasi di
Bapepam dan
mendapat
pernyataan unqualifie
d opinion untuk tahun
fiskal kemarin.
Jumlah minimum
adalah satu juta
lembar saham.
Jumlah minimum
pemegang saham
awal adalah 200
investor dengan
masing-masing
memiliki minimum
500 lembar.
Mempunyai aktiva
minimum sebanyak
Rp. 20 Miliar, ekuitas
pemegang saham
(stockholders equity)
minimum sebesar Rp
7.5 miliar dan modal
yang sudah disetor
(paid up capital)
minimum sebesar Rp
2 miliar.
Minimum kapitalisasi
setelah penawaran ke
public sebesar Rp. 4
miliar.
Khusus calon emiten
pabrik, tidak dalam
masalah pencemaran
lingkungan (hal
tersebut dibuktikan
dengan
sertifikat AMDAL) dan
calon emiten industri
kehutanan harus
memiliki
sertifikatecolabeling (r
amah lingkungan).
Calon emiten tidak
sedang dalam
sengketa hukum yang
diperkirakan dapat
memengaruhi
kelangsungan
perusahaan.
Khusus calon emiten
bidang pertambangan,
harus memiliki izin
pengelolaan yang
masing berlaku
minimal 15 tahun;
memiliki minimal satu
kontrak karya atau
kuasa penambangan
atau surat izin
penambangan daerah;
minimal salah satu
anggota direksinya
memiliki kemampuan
teknis dan
pengalaman di
bidang pertambangan;
calon meiten sudah
memiliki cadangan
terbukti (proven
deposit) atau yang
setara.
Khusus calon emiten
yang bidang
usahanya
memerlukan izin
pengelolaan (seperti
jalan tol, penguasa
hutan) dan harus
memiliki izin tersebut
minimal 15 tahun.
[10]

Referensi[sunting | s
unting sumber]
1. ^ Sumber: Pasar
Modal, Penulis: Drs.
Rusdin,M.Si.,
Penerbit: Alfabeta
2. ^ sumber :
Pengantar Pasar
Modal, penulis :
Pandji
Anoraga,S.E., M.M ;
Piji Pakarti, S.E,
penerbit : Rineka
Cipta
3. ^ sumber : Pasar
Modal, penulis : Drs.
Rusdin,M.Si. ,
penerbit : Alfabeta
4. ^ Alam S.
2007. Ekonomi
untuk SMA dan MA
Kelas XI. Jilid 2.
Jakarta: Esis. Hlm.
7071. (lihat di
Penelusuran Buku
Google)
5. ^
a

b
Pandji
Anoraga, S.E.,
M.M., Piji Pakarti,
S.E. Pengantar
Pasar Modal.
Penerbit Rineka
Cipta.
6. ^ Suparmoko M.
2007. Ekonomi
untuk SMA dan MA
Kelas XI. Jakarta:
Quadra Hlm. 70
7. ^ Suparmoko M.
2007. Ekonomi
untuk SMA dan MA
Kelas XI. Jakarta:
Quadra Hlm. 70
8. ^ Suparmoko M.
2007. Ekonomi
untuk SMA dan MA
Kelas XI. Jakarta:
Quadra Hlm. 71
9. ^ Suparmoko M.
2007. Ekonomi
untuk SMA dan MA
Kelas XI. Jakarta:
Quadra Hlm. 71
10. ^ Proses
Pencatatan Saham
di BEJ (Bagian 1)
Pranala
luar[sunting | sunting
sumber]
Pasar Modal Efisien
Kategori:
Pasar modal
Investasi
Menu navigasi
Create account
Log in
Halaman
Pembicaraan
Baca
Sunting
Sunting sumber
Tuju ke

Halaman Utama
Perubahan terbaru
Peristiwa terkini
Halaman baru
Halaman sembarang
Komunitas
Warung Kopi
Portal komunitas
Bantuan
Wikipedia
Bagikan
Cetak/ekspor
Peralatan
Bahasa lain

etina
Dansk
Deutsch
English
Espaol
Eesti
Suomi
Franais


Hrvatski


Lietuvi
Latvieu

Nederlands
Polski
Portugus

Slovenina
Basa Sunda
Svenska


Sunting interwiki
Halaman ini terakhir diubah
pada 12.48, 6 Februari 2014.
Teks tersedia di bawah Lisensi
Atribusi-BerbagiSerupa Creative
Commons; ketentuan tambahan
mungkin berlaku.
Lihat Ketentuan
Penggunaan untuk lebih
jelasnya.
Kebijakan privasi
Tentang Wikipedia
Penyangkalan
Developers
Tampilan seluler

Anda mungkin juga menyukai