Anda di halaman 1dari 11

Jurusan Teknik Pertambangan 2014 PERHITUNGGAN CADANGAN

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 1



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Konsep pemilihan cara penambangan yaitu :

1.1.1 Konsep konsensional atau kedalaman
Jika letak endapan bijih dangkal dipilih tamka
Jika letak endapan bijih dalam dipilih tamda
1.1.2 Konsep ekonomis/keuntungan
Cut off grade (COG)
Break even stripping ratio (BESR)
1.2 TUJUAN
Yaitu mengetahui konsep perhitunggan dari BESR sehingga dapat ditentukan
lebih ekonomis mana antara menggunakan sistem penambangan terbuka atau bawah
tanah.

1.3 MANFAAT
> Mahasiswa dapat mengetahui tentang BESR
>Mengetahui perhitunggan dari BESR

1.4 BATASAN MASALAH
Cut off grade (COG) mempunyai dua pengertian yaitu :
Kadar endapan bahan galian yang masih memberikan keuntungan apabila
endapan ditambang (tidak diperlukan pencampuran endapan bahan galian)
Kadar rata-rata terendah dari endapan bahan galian yang masih memberikan
keuntungan apabila endapan ditambang (diperlukan pencampuran:
mixing/blending).
Cut off grade (COG) akan menentukan batas-batas cadangan sehingga dapat
dihitung besar cadangan oleh karena itu akan berakibat umur cadangan makin lama.






Jurusan Teknik Pertambangan 2014 PERHITUNGGAN CADANGAN

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 2

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 System Penambangan Yang Ada Pada Umumnya Adalah :

2.2.1 Tambang Terbuka (Surface Mining)

Merupakan suatu system penambangan dimana seluruh aktifitas kerjanya
berhubungan langsung dengan atmosfer atau udara luar. Berdasarkan macam material
yang ditambang, maka tambang terbuka dibagi menjadi :
Open Pit/Open Cut/Open Cast/Open Mine: Suatu system penambangan yang
diterapkan untuk endapan bijih yang mengandung logam. Contoh : Tambang
Nikel di Pomalla, Sulawesi Tenggara, mineralnya Garnierite, Tambang
Alumunium di Kijang Riau Kepulauan, mineralnya Gibbsite, Boechmite,
Diaspore (Bauksite), Tambang Tembaga di Earthberg Irian Jaya, mineralnya
Calcophyrite dan Cuprite, Tambang Timah di Pemali Bangka mineralnya
Cassiterite, dll.
Quarry: Suatu system penambangan yang diterapkan untuk endapan mineral
industry (golongan C). Contoh : Tambang Batu Pualam di Tulung Agung
Jawa Timur batuannya Marmer, Tambang Aspal di Pulau Buton batuannya
batu gamping beraspal, Tambang Granit di Pulau Karimun batuannya granit,
dll.
Strip Mine: Suatu system penambangan yang diterapkan untuk endapan bijih
yang letaknya horizontal atau sedikit miring. Contoh : Tambang Batubara di
Tanjung Enim Sumatera Selatan, Tambang Batubara di Ombilin Sawah Lunto
Sumatera Barat mineralnya Bituminous Coal, dll.
Alluvial Mine: Suatu system penambangan yang diterapkan untuk endapan
alluvial. Contoh : Tambang Bijih Timah di Bangka Belitung mineralnya
Cassiterite, Tambang Bijih Besi di Cilacap mineralnya Magnetite, Hematite,
Ilmenite, dll.
Berdasarkan cara penambangan yang dilakukan ada beberapa cara pembuangan O/B
yang sesuai untuk tambang terbuka yaitu :

Back Filling, yaitu menimbun kembali tempat-tempat bekas penggalian yang
sudah diambil ore nya.
Benching System, yaitu pengupasan O/B dengan system jenjang, system ini
cocok untuk tanah penutup yang tebal dan bahan galian atau lapisan batubara
yang tebal.
Multi Bucket Excavator System, yaitu pembuangan tanah penutup ketempat
yang sudah digali batubaranya atau ketempat pembuangan khusus. Cara
pengupasan ini mirip dengan cara Bucket Wheel Excavator (BWE), cocok
untuk tanah penutup yang materialnya lunak dan tidak lengket.
Jurusan Teknik Pertambangan 2014 PERHITUNGGAN CADANGAN

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 3

Drag Scrapper System, cara ini biasanya langsung diikuti dengan
pengambilan bahan galian setelah tanah penutupnya dibuang, tetapi bisa juga
tanah penutupnya dihabiskan terlebih dahulu kemudian baru bahan galiannya
ditambang, cocok untuk tanah penutup yang materialnya lunak/lepas (loose).
Cara konvensional, kombinasi alat gali (bulldozer), alat muat (track loader)
dan alat angkut (dump truck).
2.2.2 Tambang Bawah Tanah (Underground Mining)

Suatu system penambangan dimana seluruh aktifitas kerjanya tidak
berhubungan langsung dengan udara luar dan kegiatannya dilakukan dibawah tanah
dengan cara terlebih dahulu membuat jalan masuk berupa sumuran (shaft) atau
terowongan bantu (adit). Berdasarkan cara penyanggaannya maka tambang bawah
tanah dibagi menjadi :
a. Untuk Batubara: Longwall Methode, dibagi 2 yaitu cara maju (advancing)
dan cara maju (retreating) Room and Pillar Methode
Untuk Endapan Bijih/Logam
Open Stope Methode, seperti underground gloryhole, gophering, shrinkage
stoping, sublevel stoping Supported Methode, seperti cut and fill, stull stoping, shrink
and full stoping Caving Methode, seperti top slicing, sub level caving, block caving

Perbandingan antara 2 metode penambangan tersebut adalah :

Tambang Terbuka

1. Development sedikit
2. Stripping O/B banyak
3. Banyak lokasi untuk dumping area
4. Gangguan pada kemantapan lereng, kelongsoran
5. Kebisingan, polusi debu
6. Keselamatan kerja baik
7. Penggunaan alat lebih leluasa
8. Produktifitas dipengaruhi oleh iklim
9. Kedalaman penggalian dibatasi biaya SR O/B
10. Biaya reklamasi

Tambang Bawah Tanah

1. Development : Shaft, bukaan-bukaan lain
2. Stripping O/B : Batubara ditambang dari bukaan kearah lapisan batubara
3. Banyak lokasi untuk dumping area : Tidak ada
4. Ambegan (subsident) berakibat pada instalasi diatasnya, gas beracun
5. Daerah terganggu pada sekeliling bukaan
Jurusan Teknik Pertambangan 2014 PERHITUNGGAN CADANGAN

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 4

6. Perlu ventilasi dan penerangan
7. Penggunaan alat Tidak leluasa
8. Semakin dalam temperatur naik
9. Kedalaman penggalian Tidak terbatas
10. Perawatan penyanggaan



























Jurusan Teknik Pertambangan 2014 PERHITUNGGAN CADANGAN

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 5

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pertimbangan-Pertimbangan Dalam Perancangan Tambang

Perancangan tambang harus memenuhi pertimbangan-pertimbangan, yaitu :
A) Pertimbangan ekonomis (Economic Considerations)
B) Pertimbangan teknis (Technical/Engineering Considerations)

3.1.1. Pertimbangan Ekonomis

Pertimbangan ekonomis meliputi :
A) Cut off Grade
Ada 2 (dua) pengertian tentang cut off grade, yaitu :
a. kadar endapan bahan galian terendah yang masih memberikan keuntungan apabila
ditambang.
b. kadar rata-rata terendah dari endapan bahan galian yang masih memberikan
keuntungan apabila endapan tersebut ditambang.
Cut off grade inilah yang akan menetukan batas-batas atau besarnya cadangan, serta
menentukan perlu tidaknya dilakukan mixing / blending.

B) Break Even Stripping Ratio (BESR)
Untuk menganalisis kemungkinan sistem penambangan yang akan digunakan,
apakah tambang terbuka ataukah tambang bawah tanah, maka dipelajari break even
stripping ratio (BESR), yaitu perbandingan antara biaya penggalian endapan bijih
(ore) dengan biaya pengupasan tanah penutup (overburden) atau merupakan
perbandingan selisih biaya penambangan bawah tanah dan penambangan terbuka
dengan biaya pengupasan secara tambang terbuka. BESR ini juga disebut over all
strippig ratio.

Jurusan Teknik Pertambangan 2014 PERHITUNGGAN CADANGAN

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 6

3.1.2 Perhitungan
Biaya tambang bawah tanah - biaya tambang terbuka
/ ton bijih / ton bijih
BESR(1) = ---------------------------------------------------------------------
Biaya pengupasan overburden / ton overburden

Misalnya biaya penambangan secara tambang bawah tanah = Rp. 18.000/ton
ore, biaya penambangan secara tambang terbuka = Rp. 2000/ton ore dan ongkos
pengupasan tanah penutup = Rp. 3500/ton overburden. Maka untuk memilih salah
satu sistem penambangan digunakan rumus BESR(1).

Rp 18.000 - Rp. 2000
BESR (1) = ------------------------------- = 4,57
Rp. 3500

Ini berarti bahwa hanya bagian endapan yang mempunyai BESR yang lebih
rendah dari 4,86 yang dapat ditambang secara tambang terbuka dengan
menguntungkan. Jadi 4,86 adalah BESR (1) tertinggi yang masih dibolehkan untuk
operasi tambang terbuka dengan kondisi tersebut diatas.
Setelah ditentukan bahwa akan digunakan sistem tambang terbuka, maka dalam
rangka pengembangan rencana penambangan digunakan BESR (2) dengan rumus
sebagai berikut :

Nilai yang diperoleh / - Ongkos produksi /
ton bijih ton bijih
BESR(2) = ------------------------------------------------------------------
Biaya pengupasan overburden / ton overburden

BESR (2) ini juga disebut economic stripping ratio yang artinya berapa besar
keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan bijih itu ditambang secara tambang
Jurusan Teknik Pertambangan 2014 PERHITUNGGAN CADANGAN

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 7

terbuka. Contoh perhitungan BESR (2) untuk bijih tembaga kadar 0,80%, 0,75% dan
0,60% Cu adalah sebagai berikut :
Dari hasil perhitungan seperti terlihat pada tabel II.1 bila harga logam Cu =
Rp. 2.500/lb, ternyata untuk bijih Cu (ore) dengan kadar 0,80% mempunyai BESR
1,5 : 1 dan kadar 0,60% Cu mempunyai BESR 0,6 : 1. Demikian selanjutnya untuk
harga metal Rp. 3.000/lb dan Rp. 3.500/lb Cu juga dihitung BESR-nya.
Setelah itu, masing-masing BESR dihitung untuk setiap kadar Cu dan untuk
berbagai harga logam Cu, kemudian dapat dibuat grafik BESR vs kadar Cu.
Selain itu BESR(3) biasanya juga dihitung berdasarkan keuntungan
maksimum yang akan diperoleh, yaitu :

Nilai yang diperoleh/ton bijih - ( Ongkos produksi/ton + keuntungan/ton)
BESR(3) = ------------------------------------------------------------------------------------
Biaya pengupasan overburden / ton overburden

Contoh Perhitungan Break Even Stripping Ratio (BESR2)

Kadar bijih, % Cu 0,80 0,70 0,60
Smelter recovery, % 81,80 83,02 85,80
Recovery Cu / ton ore, lb 14,10 12,20 10,30
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
---
ONGKOS PRODUKSI TIAP BIJIH TON
Penambangan Rp. 4.500 Rp. 4.500 Rp. 4.500
Milling, Dpr. &Gen.cost Rp. 12.500 Rp. 12.500 Rp. 12.500
Treatment etc. Rp. 8.500 Rp. 7.600 Rp. 6.500
--------------- --------- ----- ----------------
Ongkos produksi total Rp. 25.500 Rp. 24.600 Rp. 23.500


Jurusan Teknik Pertambangan 2014 PERHITUNGGAN CADANGAN

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 8

3.2 ONGKOS PENGUPASAN
Ongkos pengupasan/ton OB Rp 4.000 Rp. 4.000 Rp. 4.000

3.3 NILAI YANG DIPEROLEH
Harga jual per ton bijih
1. untuk Rp. 2.500/lb Cu Rp. 3.530 Rp. 3.050 Rp. 2.580
BESR 2,5 : 1 1,5 : 1 0,6 : 1
2. untuk Rp. 3.000/lb Cu Rp. 4.230 Rp. 4.230 Rp. 3.090
BESR 4,2 : 1 3,0 : 1 1,8 : 1
3. untuk Rp. 3.500/lb Cu Rp. 4.940 Rp. 4.270 Rp. 3.610
BESR 6,0 : 1 4,5 : 1 3,2 : 1
Dari data diatas dapat terlihat bahwa yang mempengaruhi tinggi rendahnya BESR
adalah :
- kadar logam dari bijih yang akan ditambang
- harga logam di pasaran
Jadi pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga logam di pasaran, dapat
mengakibatkan perluasan tambang karena cadangan bertambah, sebalikya jika harga
logam turun, maka jumlah cadangan akan berkurang.
Sehingga secara umum pertimbangan ekonomis meliputi :
1) Nilai (value) endapan bijih (berapa harga dari produk yang dihasilkan) dinyatakan
dalam Rp/ton bijih.

3) Ongkos pengupasan over burden (stripping cost), dinyatakan dalam Rp/ton bijih.
Nilai endapan bijih ditentukan oleh pasar, contoh : di Inggris (London) dan
Amsterdam.
Ongkos produksi : bandingkan dengan ongkos produksi bahan galian yang
sama. Contoh lain perhitungan BESR seperti terlihat di bawah ini :
BESR (Break Even Stripping Ratio) =


Jurusan Teknik Pertambangan 2014 PERHITUNGGAN CADANGAN

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 9

Contoh :

Ongkos kupas = Rp 1/ton OB Ongkos Pengupasan Over Burden
Nilai Kupas (Stripping Ratio) = 1 ton Batubara : 7 m3 OB.
= 1 ton endapan bijih : 5 ton OB.
= 1 m3 endapan bijih : 5 m3 OB.
Jika nilai bijih = $ 20/ton ore dan ongkos produksi = $ 5/ton ore, maka :

BESR =
Jika nilai BESR > 1, maka endapan tersebut menguntungkan.
BESR dipakai untuk mengetahui apakah rancangan tambang tersebut
menguntungkan/tidak.


















Jurusan Teknik Pertambangan 2014 PERHITUNGGAN CADANGAN

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 10

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
BESR merupakan kelanjutan dari tahapan SR, dimana dalam tahap BESR ini
berkaitan dengan biaya-biaya seperti biaya produksi, BBM, biaya administrasi &
umum, ajih & upah, investasi jalan, pelabuhan dan lain-lain.
Hasil pendapatan, ongkos produksi, serta biaya striping cost tersebut di
masukan dalam penghitungan BESR. Bila diketahui nilai BESR lebih besar dari
Striping Ratio maka diasumsikan bahwa tambang tersebut menggunakan metode
tambang terbuka.
Dan jika diketahui nilai SR lebih besar dari nilai BESR maka diasumsikan
bahwa tambang tersebut termasuk tambang bawah tanah, tetapi dilihat juga
berdasarkan faktor-faktor lainnya.













Jurusan Teknik Pertambangan 2014 PERHITUNGGAN CADANGAN

Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya 11

DAFTAR PUSTAKA
Http.Blog anak tambang .perhitunggan cadangan .html.com
www.perhitungan cadangan.mining engineering.html.com
www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai