Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
Disusun oleh: Dewi Aisyah 01.208.528
Pembimbing: dr. H. Ahmadi NH, Sp.KJ
BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2014 2
Disfungsi Seksual Definisi Meliputi permasalahan yang mengenai masalah seksual yang mengganggu kenikmatan seksual yang wajar dalam perjalanan hidup banyak orang. Empat fase dalam siklus respons seksual manusia dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Keinginan (Appetitive), tahap ini merujuk minat atau nafsu seksual, yang berhubungan dengan fantasi yang menimbulkan gairah seksual, 2. Kegairahan (Excitement), merupakan tahap awal dalam konsep Masters dan Johnson, yaitu suatu pengalaman subjektif tentang kenikmatan seksual yang dihubungkan dengan perubahan fisiologis yang disebabkan meningkatnya aliran darah ke alat kelamin dan pada perempuan ke payudara. Pembengkalan tersebut, yaitu mengalirnya darah ke jaringan-jaringan, terlihat dalam bentuk ereksi penis pada laki-laki dan pada perempuan pembesaran payudara dan perubahan dalam vagina, seperti meningkatnya lubrikasi, 3. Orgasme, merupakan fase kenikmatan seksual mencapai puncak. Pada laki-laki ejakulasi dirasakan tidak terhindarkan dan pada perempuan tepi-tepi bagian luar ketiga pada vagina mengalami kontraksi. Pada kedua jenis kelamin mengalami ketegangan otot pada umumnya dan sentakan pada panggul yang terjadi dengan sendirinya. 3
4. Resolusi, merupakan tahap akhir yang merujuk pada relaksasi dan rasa nyaman. Perempuan sering kali hampir secara langsung mampu kembali merespons kenikmatan seksual, yang memungkinkan terjadinya orgasme ganda. Empat kategori Disfungsi Seksual 1. Gangguan nafsu seksual, dibedakan atas dua jenis: a. Gangguan nafsu seksual hipoaktif, Merujuk kepada kurang atau tidak adanya fantasi dan dorongan seksual. Kriteria gangguan nafsu seksual hipoaktif dalam DSM-IV-TR: Kurangnya atau tidak adanya fantasi dan nafsu seksual yang berlangsung secara terus menerus, Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal, Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali disfungsi seksual lain) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat atau penyakit medis umum. b. Gangguan keengganan seksual, Mencerminkan gangguan ini yang lebih ekstrim, di mana sesorang secara aktif menghindari hampir semua kontak genital dengan orang lain. Kriteria gangguan keengganan seksual dalam DSM-IV-TR: 4
Penolakan secara terus-menerus terhadap (hampir) semua kontak seksual, Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal, Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali disfungsi seksual lainnya).
2. Gangguan gairah seksual Beberapa orang jarang atau tidak mengalami kesulitan nafsu seksual, namun mengalami kesulitan untuk mencapai atau memepertahankan gairah seksual. a. Gangguan gairah seksual perempuan Kriteria gangguan gairah seksual perempuan dalam DSM-IV- TR: Ketidakmampuan yang terus-menerus untuk mencapai atau mempertahankan kenikmatan seksual (lubrikasi dan pembengkalan genital) yang diperlukan untuk menyelsaikan aktivitas seksual, Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal, Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat atau penyakit medis umum.
5
b. Gangguan ereksi laki-laki Kriteria gangguan ereksi pada laki-laki dalam DSM-IV-TR: Ketidakmampuan yang terus-menerus untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang diperlukan untuk menyelsaikan aktivitas seksual, Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal, Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat atau penyakit medis umum.
3. Gangguan Orgasme Tipe jenis gangguan orgasme tercantum dalam DSM-IV-TR, satu jenis terdapat pada perempuan dan dua jenis pada laki-laki. a. Gangguan orgasme perempuan, Sebelumnya disebut hambatan pada perempuan, gangguan ini merujuk pada ketiadaan orgasme setelah satu periode kenikmatan seksual normal.
Kriteria gangguan orgasme perempuan dalam DSM-IV-TR: Tertundanya atau tidak terjadinya orgasme secara terus- menerus setelah periode gairah seksual normal. Dengan mempertimbangkan umur, pengalaman seksual, dan keadekuatan stimulasi seksual yang diterimanya, 6
Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal, Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat atau penyakit medis umum. b. Gangguan orgasme laki-laki dan Ejakulasi premature (dini) a) Gangguan orgasme laki-laki merupakan kesulitan mengalami ejakulasi, relatif jarang. Diantara penyebabnya antara lain takut pasangan hamil, menyembunyikan rasa cinta, mengekspresikan kekasaran, cedera saraf tulang belakang atau penggunaan obat tertentu. Kriteria gangguan orgasme laki-laki dalam DSM-IV- TR: Tertundanya atau tidak terjadinya orgasme secara terus- menerus setelah periode gairah seksual normal. Dengan mempertimbangkan umur dan keadekuatan stimulasi seksual yang diterimanya, Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal, Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat atau penyakit medis umum.
b) Ejakulasi dini, merupakan disfungsi seksual yang paling banyak terjadi pada laki-laki. Ejakulasi kadang terjadi 7
sebelum penis dimasukkan ke vagina, namun lebih sering terjadi dalam beberapa detik setelah kontak kelamin. Ejakulasi dini berhubungan dengan kecemasan yang tinggi. Kriteria ejakulasi dini dalam DSM-IV-TR: Selalu mengalami ejakulasi setelah stimulasi minimal dan sebelum orang yang bersangkutan menginginkannya. Dengan mempertimbangkan factor- faktor yang memengaruhi durasi fase kegairahan, seperti umur, masih awam dengan situasi atau pasangan, dan frekuensi hubungan seksual dalam beberapa waktu terakhir, Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal, Tidak semata-mata disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu obat. 4. Gangguan nyeri seksual a. Dispareunia Didiagnosis bila rasa sakit selalu atau berulang kali dialami ketika melakukan kontak kelamin. Beberapa perempuan menuturkan bahwa rasa nyeri terjadi ketika penis mulai memasuki vagina, sedangkan yang lain menuturkan bahwa rasa sakit hanya terjadi setelah penetrasi.
8
Kriteria dispareunia dalam DSM-IV-TR: Rasa nyeri berulang pada kelamin yang berhubungan dengan kontak kelamin dalam hubungan seksual, Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal, Tidak disebabkan semata-mata oleh vaginismus atau kurangnya lubrikasi vaginal atau gangguan aksis I lain (kecuali disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat atau penyakit medis umum. b. Vaginismus Ditandai dengan kejang yang terjadi dengan sendirinya pada bagian luar ketiga pada vagina hingga ke tingkat yang tidak memungkinkan terjadinya kontak kelamin. Rasa sakit genital yang berhubungan dengan kontak kelamin berhubungan oleh masalah medis, seperti infeksi pada vagina, kandung kemih, atau rahim, atau ukuran penis. Kriteria vaginismus dalam DSM-IV-TR: Kejang berulang pada bagian luar ketiga pada vagina hingga ke tingkat yang tidak memungkinkan terjadinya kontak kelamin dalam hubungan seksual konvensional, Menyebabkan distress mendalam atau masalah interpersonal, 9
Tidak disebabkan oleh gangguan aksis I lain (kecuali disfungsi seksual lainnya) atau efek fisiologis langsung dari suatu obat atau penyakit medis umum.
Kriteria Diagnosis A. Hambatan yg berulang dan menetap dari gairah selama aktivitas seks yang bermanifestasi sebagai berikut : 1. Pada pria terdapat kegagalan sebagian/menyeluruh untuk mencapai atau mempertahankan ereksi sampai akhir aktivitasseks, atau 2. Pada wanita terdapat kegagalan sebagian/menyeluruh untuk mencapai atau mempertahankan respon pelumasan dan pembengkakan alat kelamin yg merupakan respon gairah seks sehingga akhir dari aktivitas seks B. Penilaian klinik bahwa individu itu melakukan aktivitas seks yg cukup adekuat dalam fokus, intensitas dan lamanya C. Faktor organik tidak ada Gangguan jiwa lain pada aksis I tidak ada
10
Hambatan Orgasme Wanita (inhibited orgasme 302.73) ta orgasme diganti dHambatan orgasme pada wanita yg berulang dan menetap serta bermanifestasi sebagai keterlambatan atau tiodak terjadinya orgasme setelah terjadi fase gairah yg cukup kuat dalam fokus, intensitas dan lamanya individu itu mungkin pula memenuhi kriteria hambatan gairah seks. Apabila pada saat-saat lain terdapat masalah selama fase gairah dari aktivitas seks. Dalam hal demikian kedua kategori diagnosa disfungsi psikoseksual harus dicatat Faktor organik dan gangguan jiwa lain pada aksis I tidak ada Hambatan Orgasme Pria (inhibited Male Orgasme 302.74) Kriteria diagnosis Sama dengan wanita kecuali kaengan ejakulasi Ejakuasi Prematur 1. Ejakulasi yg terjadi sebelum individu itu menghendaki karena secara berulang dan menetap tidak ada pengendalian volunter yg wajar terhadap ejakulasi dan orgasme selama aktivitas seks (pertimbangan faktor umur, ciri pasangan seks, frekwensi serta lamanya senggama) 2. Gangguan jiwa pada aksis I tidak ada
11
Dispareunia Fungsional (302.76) Kriteria Diagnosis A. Rasa nyeri berulang dan menetap pada alat kelamin pada waktu senggama baik pada wanita maupun wanita B. Gangguan fisik/kurang pelumasan dalam vagina/vaginismus fungsional/gangguan jiwa lain pada aksis I tidak ada Vaginismus Fungsional Dikategorikan sebagai faktor psikologik yg mempengaruhi kondisi fisik Kriteria diagnostik A. Terdapat riwayat yg berulang dan menetap dari spasme involunter otot 1/3 bagian luarvagina sehingga menghalangi senggama B. Gagguan fisik/jiwa lain pada aksis I tidak ada
Teori teori umum mengenai disfungsi seksual 1. Pandangan psikoanalis Mengasumsikan bahwa disfungsi seksual merupakan simptom- simptom dari konflik yang direpres yang mendasari masalah tersebut. Penjelasan mengenai etiologi disfungsi seksual manusia yang dikemukakan oleh Masters dan Johnson. 12
Model teoritis masters dan Johnson (1970); Menggunakan model yang terdiri dari dua bagian, yaitu: a) Penyebab di masa kini atau proksimal. Dibedakan menjadi dua, yaitu: Takut terhadap performa, Merujuk kepada kondisi di mana seseorang memiliki kekhawatiran berlebihan mengenai bagaimana ia akan berperforma selama berhubungan seksual. Mengambil peran pengamat, Merujuk pada seseorang yang menjadi pengamat dan bukannya sebagai peserta dalam pengalaman seksual. b) Penyebab Historis kekolotan dalam beragama, trauma psikoseksual, kecenderungan homoseksual, konseling yang tidak adekuat, konsumsi alkohol yang berlebihan, penyebab biologis, faktor-faktor sosiokultural.
2. Pandangan kontemporer lain Penyebab dalam disfungsi seksual, dapat dikarenakan bahwa individu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang kurang mengenai masalah seksual, komunikasi yang buruk antara kedua pihak dan kekhawatiran tertular suatu penyakit. 13
Diagnosis Differensial Depresi berat Gangguan kepribadian Gejala sementara akibat robekan selaput dara hambatan gairah seks Keadaan sementara dari kegagalan ereksi penis oleh karena kelelahan, kecemasan, alkohol dan obat-obatan Problem perkawinan atau problem hubungan interpersonal lainnya Keadaan dengan stimulus seks tidak adekuat, baik dalam fokus, intensitas atau lamanya stimulus
Terapi Disfungsi Seksual Mengurangi kecemasan, Para terapis perilaku memahami bahwa para klien disfungsi seksual membutuhkan pemaparan bertahap dan sistematis pada aspek- aspek situasi seksual yang memicu kecemasan. Masturbasi Terarah, Merupakan suatu terapi multi langkah, di mana langkah pertama, si perempuan mengamati dengan teliti tubuhnya tanpa busana, termasuk alat kelaminnya, dan mengidentifikasikan berbagai bagian dengan bantuan diagram. Langkah berikutnya, ia diinstruksikan untuk menyentuh kelaminnya dan menemukan bagian yang menghasilkan 14
kenikmatan. Setelah itu, ia meningkatkan intensitas masturbasinya dengan fantasi erotis. Jika orgasme belum dicapai, ia diminta membeli vibrator dan diajari bagaimana menggunakannya dalam masturbasi. Berikutnya, pasangan terlibat untuk mengamati pasangannya melakukan masturbasi, kemudian melakukan pada pasangannya apa yang sebelumnya dilakukan sendiri , dan terakhir melakukan kontak kelamin. Prosedur untuk mengubah sikap dan pikiran, pelatihan keterampilan dan komunikasi. Klien didorong untuk merasakan sensasi menyenangkan yang menyertai gairah seksual sejak dari permulaan. Para terapis memberikan bahan-bahan tertulis dan menunjukkan kepada klien rekaman video dan film yang secara eksplisit mendemonstrsikan teknik-teknik seksual. Dan mendorong pasangan untuk saling mengkomunikasikan apa yang mereka sukai dan tidak disukai. Terapi pasangan, Teknik dan Perspektif psikodinamika. Memberikan terapi non seksual kepada klien dan menekankan terhadap kebutuhan untuk menghindari perkawinan yang bermasalah. Pandangan psikodinamika menyatakan bahwa klien sering kali tidak mampu meyampaikan dengan jelas masalah-masalah yang benar-benar mengganggu mereka sehingga terapis dapat membantu pengukuran dan perencanaan yang tepat. Prosedur medis dan fisiologis Pertimbangan terhadap faktor-faktor somatik sangat penting dalam gangguan disperunia dan disfungsi ereksi penuh. 15
Disfungsi Psikoseksual Tidak Khas (302.70) kategori sisa Terapi disfungsi seksual: bila ada cemas/depresi beri antisiolotik/anti depresan Konseling pernikahan Psikoterapi individual untuk pasien dengan kepribadian neurotik Terapi tingkah laku : sex therapy Master dan Johnson Prognosis : baik bila mempunyai fungsi seksual yg adekuat sebelumnya Eduksasi Melakuka kegiatan yang positif Mengikuti kegiatan keagamaan Konsultasi
16
Referensi Davidson, Gerald C. 2010. Psikologi Abnormal Edisi Ke-9. Rajawali Pers: Jakarta.