Anda di halaman 1dari 12

A.

Pengertian
Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak
normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan
dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut
juga sebagai kanker (cancer) (Sylvia A Price, 2005).
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada
kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000).
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal/ neoplasma
yang muncul dari jaringan epithelial dari colon (Brunner & Suddarth, 2002).

B. Etiologi
Penyebab secara dari kanker kolon belum diketahui, menurut Suyono (2001) ada
beberapa penyebab kanker kolon, yaitu :
1. Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-
sayuran, buah-buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan
sumber protein hewani.
2. Kelainan kolon
a. Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
b. Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi
karsinoma.
c. Kondisi ulserative
Penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko terkena karsinom
kolon.
3. Genetik: Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon
mempunyai frekuensi 3 kali lebih banyak daripada anak anak yang
orang tuanya sehat.

C. Klasifikasi
Klasifikai kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N =
kelenjar getah bening regional, M =jarak metastese).
T Tumor primer
TO Tidak ada tumor
TI Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
T2 Invasi ke dinding otot
T3 Tumor menembus dinding otot
N Kelenjar limfa
N0 Tidak ada metastase
N1 Metastasis ke kelenjar regional unilateral
N2 Metastasis ke kelenjar regional bilateral
N3 Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
M Metastasis jauh
MO Tidak ada metastasis jauh
MI Ada metastasis jauh

D. Patofisiologi
Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namun makanan
merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu
berkorelasi dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak
hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di
dalam usus besar dengan asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga
dipengaruhi oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.
Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis (95%)
adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel). Munculnya
tumor biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas
dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan meluas ke dalam struktur
sekitarnya. Tumor dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen,
dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip cincin).
Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid
yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.
Tumor dapat menyebar melalui :
1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih (vesika urinaria).
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon dan
mesokolon.
3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon mengalirkan
darah balik ke sistem portal.
(Sylvia A Price, 2005)
E. Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen
usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan
kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses gejala paling umum kedua. Gejala
dapat juga anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksi, atau penurunan
berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah
kanan adalah :
- Nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam, seperti ter).
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang
berhubungan dengan obstruksi antara lain :
- Nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi
- Adanya darah merah segar dalam feses
Gejala yang dihubungakan dengan lesi rektal adalah :
- Evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi
- Konstipasi dan diare bergantian
- Feses berdarah.
(Brunner & Suddarth, 2002)
F. Stadium Kanker
Stadium pada pasien kanker kolon menurut Sjamsuhidyat (2005) diantaranya:
1. Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding
usus besar (lapisan mukosa).
2. Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah
lapisan mukosa.
3. Pada stadium III sel kanker sudah menyebar ke sebagian kelenjar limfe yang
banyak terdapat di sekitar usus.
4. Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar
limfe atau bahkan ke organ-organ lain.


G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan
nasogastrik. Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam
bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain
pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau
imunoterapi. Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU).
2. Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan
rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas
pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik
dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan
untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Tipe
pembedahan tergantung dari lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut :
a. Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi
usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
b. Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen
(pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter
anal)
c. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis
serta reanastomosis lanjut dari kolostomi
d. Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi obstruksi
yang tidak dapat direseksi)
3. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Dukungan adaptasi dan kemandirian.
b. Meningkatkan kenyamanan.
c. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
d. Mencegah komplikasi.
e. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.

4. Penatalaksanaan Diet
a. Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Serat dapat melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga
berfungsi menghilangkan kotoran dan zat yang tidak berguna di usus,
karena kotoran yang terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun
yang memicu sel kanker.
b. Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
c. Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol
tinggi terutama yang terdapat pada daging hewan.
d. Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal
tersebut dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
e. Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan.
f. Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.
(Brunner & Suddarth, 2002)
H. Pengkajian
1. Identitas Klien : Meliputui nama,umur, jenis kelamin, RM, pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga adanya riwayat kanker.
b. Riwayat kesehatan sekarang : perasaan lelah, nyeri abdomen (PQRST),
pola eliminasi terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau, dan
konsistensi feses, mencakup adanya darah dan mukus.
c. Riwayat masa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip
kolon, riwayat keluarga dari penyakit kolon dan terapi obat saat ini.
Kebiasaan diet diidentifikasi mencakup masukan lemak dan atau serat
serta jumlah konsumsi alkohol. Penting dikaji riwayat penurunan berat
badan
3. Pengkajian pola fungsi :
a. Aktivitas/istirahat : Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan
tidak nyaman pada abdomen dengan keluhan nyeri, perasaan penuh,
sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap pola istirahat dan tidur.
b. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja. Kebiasaan:
perubahan pada tekanan darah.
c. Integritas ego : faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan
cara mengatasi stress (misalnya merokok, minum alkohol, menunda
mencari pengobatan, keyakinan religius/ spiritual)
Tanda : Kontrol, depresi, menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi : Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi
perubahan pada defekasi pasien, konstipasi dan diare terjadi bergantian.
Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat dilakukan pemeriksaan fisik
dengan observasi adanya distensi abdomen, massa akibat timbunan
faeces.
e. Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak
dan komposisi setiap kali makan adakah pantangan terhadap suatu
makanan, ada keluhan anoreksia, mual, perasaan penuh (begah), muntah,
nyeri ulu hati sehingga menyebabkan berat badan menurun.
Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema
f. Neurosensori
Gejala: Pusing; sinkope, karena pasien kurang beraktivitas, banyak tidur
sehingga sirkulasi darah ke otak tidak lancar.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misalnya
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses
penyakit)
h. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari
lama/berlehihan.
Tanda: Demam, ruam ku1it, ulserasi
i. Seksualitas
Gejala: Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan peruhahan
pada tingkat kepuasan. Multigravida lebih besar dari usia 30 tahun,
pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genital.
j. Interaksi sosial
Gejala : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Endoskopi : Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik
sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma
atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi, dan untuk
menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi.
b. Radiologi : Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain
adalah : foto dada dan foto kolon (barium enema). Pemeriksaan foto dada
berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru
juga bisa digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada foto
kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada suatu tempat atau
suatu striktura.
c. Ultrasonografi (USG) : Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi ada
tidaknya metastasis kanker kelenjar getah bening di abdomen dan di hati.
d. Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi
di beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan
diagnosis. Gambaran histopatologi karsinoma kolorektal ialah
adenokarsinoma, dan perlu ditentukan differensiasi sel.
e. Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal,
walaupun demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu
diperiksa Hb. Tumor marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah
CEA. Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma
kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa
digunakan untuk mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab
ditemukan titer lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium
III. Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu diperiksa
tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan juga amoeba.
f. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound: Dilakukan untuk
tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada
pengobatan.
g. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit: Dapat
menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah merah dan sel darah
putih: trombosit meningkat atau berkurang.
h. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.
(Marilynn E. Doenges, 2000)
I. Pathway (terlampir)
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder akibat
kanker usus besar
2. Konstipasi b.d penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen
sekunder akibat mekanisme kanker kolon
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak
adekuat
4. Resiko defisit volume cairan b.d pembatasan pemasukkan cairantubuh secara
oral, hilangnya cairan tubuh secara tidaknormal, pengeluaran integritas
pembuluh darah.
5. Kerusakan integritas kulit b.d luka pembedahan
6. Ansietas b.d krisis situasional

K. Intervensi
1. Nyeri akut b.d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder akibat
kanker usus besar
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat
melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan nyeri hilang atau berkurang secara bertahap
b. Mengungkapkan rasa nyerinya
c. Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
d. Mendemonstrasikan ketrampilan relaksasi
e. Dapat melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam jika nyeri timbul dan
tekhnik pengalihan lainnya
Intervensi
1) Tentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan
intensitas, serta tindakan penghilang yang dilakukan.
2) Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan.
3) Dorong ketrampilan manajemen nyeri misalnya teknik relaksasi napas
dalam (dengan cara tarik nafas melalui hidung tahan sampai hitungan
sepuluh lalu hembuskan pelan -pelan melalui mulut sambil dirasakan),
tertawa, musik, dan sentuhan
4) Kolaborasi pemberian analgetik
2. Konstipasi b.d penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen
sekunder akibat mekanisme kanker kolon.
Tujuan : pola eleminasi dalam rentang yang diharapkan ; feses lembut dan
berbentuk
Kriteria hasil :
a. Klien akan menunjukkan pengetahuan akan program defekasi yang
dibutuhkan.
b. Melaporkan keluarnya Feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan
Intervensi
1) Kaji warna dan konsistensi feses, frekuensi, keluarnya flatus, bising usus
dan nyeri terkan abdomen.
2) Pantau tanda gejala rupture usus dan/atau peritonitis.
3) Kaji factor penyebab konstipasi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak
adekuat
Tujuan ; klien mampu mempertahankan dan meningkatkan intake nutrisi.
Kriteria hasil :
a. Klien akan memperlihatkan perilaku mempertahankan atau
meningkatkan berat badan dengan nilai laboratorium normal.
b. Klien mengerti dan mengikuti anjuran diet
c. Melaporkan peningkatan intake makanan
d. Tidak ada mual muntah
Intervensi :
1) Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien
2) Perkirakan/hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan
sampai minimal
3) Timbang berat badan sesuai indikasi.
4) Anjurkan makan sedikit tapi sering
5) Anjurkan kebersihan oral sebelum makan
6) Tawarkan minum saat makan bila toleran
7) Konsultasi tentang kesukaan/ketidaksukaan klien yang menyebabkan
distress
8) Kolaborasi ahli gizi pemberian makanan yang bervariasi
9) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian suplemen dan obat- obatan,
serta kebutuhan nutrisi parenteral dan pemasang pipa lambung.
4. Resiko defisit volume cairan b.d pembatasan pemasukkan cairantubuh secara
oral, hilangnya cairan tubuh secara tidaknormal, pengeluaran integritas
pembuluh darah.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kekurangan
volume cairan tidak terjadi.
Kriteria Evaluasi:
a. Menunjukkan keseimbangan adekuat dibuktikan oleh tanda-tanda vital
stabil, membran mukosa lembab. turgor kulit baik
b. TTV dalam batas normal : TD 120/80 mmHg N 80-88 x/mnt RR 16-24
x/mnt S 36-37
o
C
c. intake dan out put seimbang.
Intervensi :
1) Pantau masukan dan keluaran dan berat jenis
2) Timbang berat badan sesuai indikasi
3) Pantau TTV
4) Dorong peningkatan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai
toleransi individu
5) Kaji turgor kulit dan membran mukosa
5. Kerusakan integritas kulit b.d luka pembedaha
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
b. Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi
Intervensi
1) Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka
2) Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka
3) Pantau peningkatan suhu tubuh
4) Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa
kering dan steril, gunakan plester kertas
5) Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya
debridement.
6) Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan
7) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
6. Ansietas b.d krisis situasional
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas dapat berkurang
atau dapat dikontrol
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa
takut
b. Dapat mengungkapkan rasa takutnya
c. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang
d. Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif
e. Dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya
Intervensi :
1) Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
2) Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman.
3) Pertahankan kontak sering dengan pasien.
4) Bantu pasien/ orang terdekat dalam mengenali rasa takut
5) Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang



Daftar Pustaka :

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed. 8, Vol. 2.
EGC : Jakarta.
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3.
EGC : Jakarta
Sjamsuhidayat & Wong. 2005. Buku ajar ilmu bedah. EGC : Jakarta
Suyono,dkk. 2001. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi 3, Balai penercbt
FKUI : Jakarta.
Price, Sylvia A dan Wilson, Lorrain M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit, edisi 6. EGC : Jakarta
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Perawatan. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai