BAGIAN BEDAH DIGESTIF RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2013
2 I. KETERANGAN UMUM Nama : Ny. E. Nuraenah Umur : 42 tahun Jenis Kel. : Wanita Alamat : : Cicaheum, Bandung Agama : : Islam Masuk RS : 18 Desember 2013
II. ANAMNESIS Keluhan Utama: Tidak dapat buang air besar Anamnesa khusus: Sejak 7 hari SMRS pasien mengeluh tidak dapat buang air besar namun masih dapat kentut. Keluhan disertai muntah perut kembung dan nyeri yang hilang timbul. Pasien pernah dioprasi perutnya karena perut ganas ovarium dan telah menjalani kemoterapi. Pasien dioprasi pada bulan Agustus 2013. karena keluhanya pasien dibawa ke RSHS.
III. PEMERIKSAAN FIZIK Keadaan umum : Compos Mentis Kesan sakit : Sedang Tanda vital Tensi : 110/80 mmHg Nadi : 94 x/menit Respirasi : 20 x/menit Suhu : afebris Status Generalis Kepala : Konjungtiva tidak anemis Sklera tidak ikterik Katarak imatur bilateral Mulut : T1-T1 tenang, faring tidakhiperemis 3 Leher : KGB tidak teraba membesar Dada : Bentuk dan gerak simetris VBS ki=ka, rhonki (-/-) wheezing (-/-) Bunyi jantung murni reguler Abdomen : cembung, lembut Hepar dan lien tidak teraba Nyeri tekan (-), Bising usus (+) Defense muscular (-), DS/DC (+) Ekstremitas: Edema -/-, sianosis -/-, Rectal Touche : tonus spincter ani (TSA) kuat, mukosa licin, ampula tidak kolaps, nyeri tekan (-) massa (-) ST : feses (+), darah (-)
VII. PROGNOSIS Quo ad vitam : dubia ad bonam Quo ad functionam : dubia ad malam
5 PEMBAHASAN
I. PENDAHULUAN Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi ini dapat akut atau kronik, parsial atau total. Obstruksi usus kronik biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian besar obstruksi mengenai usus halus. Obstruksi usus halus total merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat. 1
Terdapat 2 jenis ileus, yaitu ileus paralitik (adinamik) dan ileus obstruktif (mekanik). Pada ileus paralitik terjadi hambatan peristaltik usus karena toksin atau trauma yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Sedangkan pada ileus obstruktif terdapat rintangan fisik yang menghalangi proses pengeluaran isi usus. 1
Pada orang dewasa, 15 % obstruksi usus terjadi di usus besar. Obstruksi dapat terjadi dimana saja, tetapi yang tersering adalah di kolon sigmoid. Penyebabnya dapat berupa proses mekanik, inflamasi atau keganasan. 2 Diagnosis ileus obtruktif dapat dilakukan dengan cara menentukan sifat dan letak sumbatan. Berdasarkan sifatnya, ileus obstruktif dibagi menjadi simple obstruction dan strangulated obstruction. Sedangkan berdasarkan letaknya dapat dibedakan menjadi letak tinggi, mulai gaster sampai ileum terminal dan letak rendah, mulai ileum terminal sampai anus. 3
II. ETIOLOGI Obstruksi usus dapat bersifat mekanis atau non mekanis. Penyebab obstruksi mekanis pada lumen dibagi menjadi (1) lesi ekstrinsik pada usus, misalnya hernia interna dan eksterna, (2) lesi instrinsik pada dinding usus, misalnya divertikulitis, karsinoma dan (3) obstruksi lumen, misalnya batu empedu, intususepsi. 4
Ada banyak klasifikasi obstruksi usus, diantaranya berdasarkan letak, yaitu extralumen (termasuk adhesi dan neoplasma), intraluminal (seperti gallstone ileus atau striktur) dan intramural (Crohns disease). Berdasarkan mekanisme obstruksinya dibedakan menjadi mekanik dan motilitas inadekuat. Penyebab obstruksi mekanik 6 berhubungan dengan golongan usia yang terserang dan tempat obstruksi. Sekitar 50 % dari semua obstruksi terjadi pada usia pertengahan dan orang tua dan timbul akibat perlengketan yang terjadi karena operasi sebelumnya. 1 Dapat disebabkan oleh obstruksi lumen (mekonium, intususepsi, batu empedu, impaksi oleh feses, barium, cacing) dan lesi pada usus (berupa kelainan kongenital, trauma, inflamasi, neoplasma, volvulus). Sedangkan motilitas inadekuat dapat disebabkan oleh gangguan neuromuskuler (megakolon, ileus paralitik, ileus spasme) dan oklusi vaskuler. Ileus paralitik disebabkan oleh distensi abdomen, peritonitis, toxemia,gangguan elektrolit. 1,5 Meskipun demikian, secara klinis yang paling bermanfaat adalah mempertimbangkan apakah mekanisme obstruksi melibatkan usus halus, duodenum atau usus besar. Hal ini karena penyebab, gejala dan pengobatannya berbeda. 4
Obstruksi usus halus sering disebabkan oleh hernia inkarserata atau karena adhesi. 6,7 Penyebab lain obstruksi usus halus dapat karena tumor (primer atau metastase), obstruksi benda asing, Meckels divertikulum atau Crohns disease, askariasis. Volvulus usus tengah jarang terjadi. Intusepsi pada remaja dan dewasa sering disebabkan oleh tumor. Pada bayi sering disebabkan oleh mekonium usus, atresia, volvulus dan intususepsi. 6,7 Obstruksi duodenum biasanya disebabkan oleh kanker, primer di duodenum atau caput pancreas. Pada neonatus, obstruksi duodenum sering disebabkan oleh atresia, volvulus, congenital esophageal web dan anular pankreas. 7
Obstruksi usus besar disebabkan oleh tumor, divertikulitis, volvulus dan impaksi feses. Tumor meliputi kanker yang menghambat lumen dan jarang lesi jinak yang dapat menyebabkan intususepsi. Obstruksi kanker paling sering terjadi pada splenik dan flexura sigmoid. 7
III. PATOFISIOLOGI Pada prinsipnya, mekanisme obstruksi usus dengan suplai darah yang baik adalah akumulasi cairan dan gas di atas titik obstruksi serta perubahan motilitas usus yang menyebabkan gangguan sistemik. Keseimbangan cairan dalam usus tergantung dari 7 absorpsi dan sekresi. Akumulasi cairan terjadi oleh karena penurunan absorpsi dan/atau peningkatan sekresi. 5
Distensi usus disebabkan oleh kumpulan gas dan cairan di proksimal dalam segmen usus yang tersumbat. Diantara 70-80% gas dalam usus terdiri atas udara yang tertelan. Udara ini terutama terdiri dari nitrogen (70%) yang sulit diserap dari lumen usus sehingga pengeluaran udara secara berkesinambungan melalui pengisapan lambung adalah cara yang bermanfaat dalam pengobatan distensi usus. Kumpulan cairan proksimal terhadap mekanisme obstruksi tidak hanya dihasilkan dari cairan yang diminum, air liur yang ditelan, sekresi lambung serta empedu dan pankreas tetapi juga dari terganggunya transport normal natrium dan air. 4,5
Selama 12 sampai 24 jam obstruksi pertama, terdapat penurunan aliran natrium yang disertai dengan air, dari lumen usus ke dalam darah di bagian proksimal usus yang mengalami distensi. Setelah 24 jam, terjadi perpindahan natrium dan air ke dalam lumen usus yang dapat memperberat distensi dan cairan yang hilang. Tekanan intraluminal meningkat dari nilai normalnya 2-4 cmH 2 O menjadi 8 cmH 2 O. Selama peristaltik, bila ada obstruksi sederhana atau closed loop, tekanan intraluminal mencapai 30-60 cmH 2 O. 4
Obstruksi closed loop pada usus halus timbul bila lumen usus tersumbat pada dua tempat yaitu pada aferen dan eferen. 4,5 Hal ini terjadi oleh mekanisme tunggal seperti cincin hernia, yang secara bersamaan suplai darah sering terhambat. Meskipun aliran darah pada usus besar tidak terganggu selama mekanisme obstruksi, namun distensi caecum terlihat karena diameternya yang besar (hukum LaPlace) dan terganggunya alirannya darah intramural sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan gangrene dinding caecum, biasanya di anterior. Nekrosis usus halus dapat terjadi melalui mekanisme yang sama bila distensi sangat mencolok. Bila terjadi gangguan aliran darah, timbul invasi bakteri dan dapat berkembang menjadi peritonitis. 4,5 Pada penelitian disimpulkan bahwa peningkatan sekresi merupakan penyebab utama kehilangan cairan tubuh dan distensi abdomen. Pelepasan prostaglandin sebagai respon terjadinya distensi abdomen juga meningkatkan sekresi ke lumen. Cairan dan elektrolit yang hilang dapat sangat ekstrim sehingga menimbulkan hemokonsentrasi, hipovolemi, insufisiensi ginjal, syok dan kematian bila tidak dikoreksi. 8
Obstruksi Usus
Akumulasi gas dan cairan di dalam lumen bagian proximal dari letak obstruksi Distensi Proliferasi bakteri yang berlangsung cepat Kehilangan H2O dan Elektrolit Volume ECF Tekanan intralumen Iskemia dinding usus Kehilangan cairan menuju ruang peritoneum Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistemik Peritonitis septikemia Syok Hipovolemik 9
IV. GEJALA KLINIS Obstruksi mekanis usus halus ditandai dengan nyeri abdomen bagian tengah seperti kram yang bertambah berat sejalan dengan makin beratnya obstruksi. Nyeri bersifat hilang timbul. Bila terjadi strangulasi, biasanya nyeri lebih terlokalisir dan mungkin menetap. Gejala muntah paling sering ditemukan ditemukan dan timbulnya lebih awal pada obstruksi usus halus. Awalnya, muntahan mengandung cairan empedu dan mukus dan menetap bila obstruksinya tinggi. Pada obstruksi usus letak rendah, muntahannya menjadi fekulen, yaitu bewarna coklat jingga dan berbau busuk yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri berlebih pada bagian proksimal tempat obstruksi. Obstipasi dan kegagalan mengeluarkan gas sering ditemukan bila obstruksinya komplit, meskipun pada awal terjadinya obstruksi beberapa feses dan gas dapat dikeluarkan spontan atau setelah pemberian enema. Diare kadang terdapat pada obstruksi parsial. Darah dalam feses jarang ditemukan, tetapi muncul pada kasus intususepsi. Pada kasus obstruksi strangulata biasanya ditemukan tanda takikardia, nyeri tekan abdomen yang terlokalisasi, demam, leukositosis dan asidosis. Obstruksi mekanis pada usus besar menimbulkan nyeri yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi usus halus tetapi intensitasnya lebih rendah. Muntah muncul terakhir, terutama bila katup ileosekal kompeten. Muntahan fekulen jarang terjadi. Riwayat perubahan kebiasaan buang air besar dan darah dalam feses sering disebabkan oleh karsinoma dan divertikulitis. Konstipasi menjadi progresif dan obstipasi dengan kegagalan mengeluarkan gas. Gejala akut dapat berkembang dalam waktu satu minggu. Pada ileus adinamik, tidak ada gejala kolik dan hanya rasa tidak enak yang disebabkan distensi. Muntah dapat sering terjadi tapi jarang profus. Muntahan biasanya terdiri atas isi lambung dan empedu serta hamper tidak pernah fekulen. Obstipasi komplit dapat atau tidak ditemukan.
10 V. DIAGNOSIS KLINIS Terdapat beberapa bentuk obstruksi usus. Mereka ditentukan dengan bagaimana usus terobstruksi dan dimana letaknya. Pertama-tama, obstruksi dapat dibedakan menjadi simple atau strangulasi. 3,4
(1) Simple obstruction disebabkan oleh hambatan mekanik tanpa adanya gangguan aliran darah. Penyebabnya dapat berupa obstruksi oleh cacing Ascaris atau adesi. Simple obstruction dapat berkurang secara spontan. 3 Diagnosis simple obstruction berdasarkan 3 gejala (1) kram abdomen di sekitar umbilikus atau di epigastrium. Bila kram menjadi berat dan menetap, mungkin telah terjadi strangulasi. (2)Muntah merupakan gejala yang pertama timbul pada obstruksi usus halus. (3)Obstipasi terjadi pada obstruksi komplit, sedangkan diare terdapat pada obstruksi parsial. 3,7
(2) Strangulation obstruction terjadi bila terdapat hambatan mekanik dan adanya gangguan aliran darah. Penyebab tersering adalah hernia strangulasi dan volvulus. Dalam 6 jam setelah gangguan aliran darah,usus menjadi gangrene dan bisa perforasi. Bila perforasi mencapai rongga peritoneum akan terjadi peritonitis dan bias syok septik. 3,7
Kemudian tentukan level dimana obstruksi terjadi : Obstruksi di usus halus menimbulkan pengaruh yang berbeda tergantung level dimana terjadinya. Pada obstruksi yang lebih tinggi, gejala awal berupa muntah dan dapat terjadi gangguan keseimbangan elektrolit serta jarang terjadi distensi. 3,4 Obstruksi usus besar gejalanya muncul lebih lambat. Karena usus berdilatasi, maka terjadi distensi abdomen. Pada mulanya hanya terjadi dilatasi kolon, tapi kemudian katup ileosekal dapat menjadi inkompeten (pada 2/3 pasien) dan diikuti dilatasi bagian proksimal usus kecil. Gejala dehidrasi jarang berat karena kolon masih dapat mengabsorbsi cairan. 3
Obstruksi Closed-loop dimana terjadi obstruksi di dua tempat. Dapat terjadi pada volvulus. Dilatasi dapat menghambat aliran darah dan menimbulkan gangrene dan peritonitis. 3
11 Anamnesis Riwayat nyeri 3,4
Pada obstruksi usus halus, terdapat nyeri periumbilikal dan kolik, menjadi spasme. Muntah dapat berkurang secara bertahap. Kadang-kadang nyeri muncul dan hilang dalam interval 2-5 menit. Jika peristaltik berhenti, maka kolik juga berhenti dan merupakan tanda buruk. Pada obstruksi usus besar, nyeri timbul di bawah umbilikus dan menghilang dalam interval 6-10 menit. Bila tidak ada nyeri, namun terjadi gurgling dan bloating kemungkinan merupakan gejala subakut usus besar atau distal usus halus. Jika nyeri hebat dan terus-menerus diduga terjadi obstruksi strangulasi. Dan bila nyeri disertai dengan demam, maka diduga terjadi sepsis abdomen. Muntah 3,4 Pada obstruksi lebih tinggi, muntah lebih hebat dan sering. Setelah 3 hari obstruksi komplit, muntah menjadi fekulen. Konstipasi Jika usus halus obstruksi, maka kolon dalam sehari atau 2 hari menjadi kosong. Tidak ada flatus.
Pemeriksaan Fisik 3
Distensi dan hiperresonansi Jika terjadi kolik dan muntah, mungkin terjadi obstruksi. Distensi bukan merupakan tanda yang esensial. Tanda dini adalah peningkatan resonansi pada perkusi. Perkusi menjadi timpani. Bila meragukan antara distensi atau asites, maka pada asites akan terjadi dullness. Bising Usus Pada auskultasi terdengar borborigmus nada tinggi bersamaan dengan nyeri kolik, tetapi temuan ini sering tidak ada beberapa waktu pada obstruksi strangulasi. Visible Peristaltik Bila kulit tipis, maka akan terlihat gerakan peristaltik Nyeri Tekan 12 Nyeri tekan dan kekakuan biasanya minimal dan terjadi pada obstruksi usus halus dan usus besar nonstrangulasi. Rectal Toucher Bila ditemukan darah segar dan mukus, kemungkinan strangulasi lebih tinggi atau karsinoma usus besar atau intususepsi. Teraba massa keras feses, diduga konstipasi adalah penyebabnya.
Pemeriksaan Laboratorium 5
Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan peningkatan urea-nitrogen darah, peningkatan kreatinin, hemokonsentrasi, hiponatremi, hipokalemi dan proteinuria. Gangguan asaam-basa terjadi akibat hipovolemia. Asidosis metabolik paling sering akibat dehidrasi, kelaparan, ketosis dan kehilangan basa. Alkalosis metabolik jarang terjadi dan merupakan akibat kehilangan gastric juice oleh karena muntah. Asidosis respiratorik terjadi karena distensi abdomen yang menyebabkan diafragma terangkat sehingga terjadi retensi CO 2. Leukositosis dengan sebagian shift to the left. Leukosit berjumlah 15.000 25.000/mm 3 dengan predominan PMN dengan banyak sel imatur, mengindikasikan adanya strangulasi. Bisa terdapat peningkatan serum amylase oleh karena terjadi regurgitasi dari pankreas ke aliran darah karena back pressure dari duodenum. Pemeriksaan X-Ray 4,7
Pada posisi terlentang dan akan didapatkan bahwa terjadi obstruksi, lokasi obstruksi, derajat obstruksi dan kadang dapat menentukan penyebabnya. Gas pada peritoneum dapat terlihat di bawah diafragma. Bila pada sekum tidak terlihat adanya bayangan udara maka obstruksi terjadi di usus halus. Untuk mengkonfirmasi diagnosis obstruksi usus halus dapat dilakukan dengan pemeriksaan x-ray abdominal 3 posisi, yaitu foto abdomen saat supinasi, foto abdomen saat tegak, dan foto dada saat tegak. Sensitivitasnya mencapai 80% namun spesifitasnya rendah karena ileus dan obstruksi kolon akan menunjukkan gambar yang hampir mirip. Biasanya akan ditemukan dilated small-bowel loops (>3 cm), airfluid levels pada foto tegak, dan pausitas udara di kolon 13 Untuk pemeriksaan yang lebih baik dapat digunakan CT scan abdomen dengan tingkat sensitivitas 90% dan spesifitas 90% untuk penilaian obstruksi usus halus. Dapat pula terlihat ladderlike pada usus halus. Pada kolon yang distensi, gambarannya seperti bingkai yang melingkupi rongga abdomen. Kolon dibedakan dari usus halus karena adanya gambaran haustral yang tidak melingkari seluruh lumen kolon yang distensi. Pada obstruksi strangulasi cairan peritoneum akan tampak sebagai celah yang melebar diantara loop usus yang berdekatan serta berdilatasi. Hal ini dapat ditemukan pula pada obstruksi simple. Menghilangnya gambaran mukosa serta adanya gas dalam usus dinding usus atau cabang-cabang intrahepatik dari vena porta menunjukkan adanya strangulasi. Adanya air fluid level di luar usus menunjukan adanya perforasi.
VI. MANAJEMEN 5
Obstruksi parsial usus dapat diobati secara konservatif selama masih ada keluarnya feses dan flatus. Pengobatan dengan menggunakan NGT menunjukan angka keberhasilan 90 %. Operasi dibutuhkan bila obstruksi tetap ada dalam beberapa hari walaupun obstruksinya parsial. Resusitasi cairan harus segera dimulai dengan cairan isotonik dan gangguan elektrolit harus segera dikoreksi. Selain itu tanda vital dan penyakit sistemik lainnya harus dimonitor. Antibiotik harus segera diberikan, terutama bila dicurigai adanya translokasi bakteri. Standar terapi untuk pasien dengan ileus obstruksi adalah dengan operasi yang disesuaikan dengan etiologinya. Bia adhesi dilisiskan, bila tumor direseksi, dan bila hernia diperbaiki. Saat operasi, penilaian terhadap vitalnya usus harus dilakukan, karena usus yang non vital harus direseksi. Kriterianya meliputi warna, peristaltis, dan pulsasi arteri marginal. Pada pasien dengan obstuksi parsial, kemungkinan progresi menjadi strangulasi kecil, dan dapat ditangani dengan terapi non operatif dengan tingkat keberhasilan hingga 81%. 14
VII. PROGNOSIS Prognosis tergantung dari etiologinya. Angka mortalitas perioperatif pada pasien dengan ileus obstruksi non strangulata kurang dari 5% dan pada yang telah mengalami strangulata mencapai 25%.
15 DAFTAR PUSTAKA
1. Price, S.A. & Wilson, L.M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC. 1995. Hal : 420-421. 2. http://www.fsm.ac/fj/psw/resources.htm 3. http://www.meb.uni-bonn.de/dtc/primsurg/docbook/html/x3559.html 4. Isselbacher J.Kurt. Obstruksi Usus Akut. Dalam Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC. 2000. Hal : 1607 1609. 5. Schwartz et al. Intestinal Obstruction in Principle of Surgery. Seventh Edition. McGraw Hill. 1999. 1054 1060. 6. Sjamsuhidayat. R & Jong, Wim De. Usus Halus, Apendiks, Kolon dan Anorektal. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 1997. Hal : 841 854. 7. http://www.indiasurgeons.com/int_obs.htm.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis