Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persoalan seks remaja tidak ada pada ayam, itik, kucing, anjing, kambing dan
lembu. Kehidupan seks mereka ternyata tertib sekali bila dibandingkan dengan manusia.
Jadwalnya lebih teratur dan tujuannya lebih sederhana. Berbagai binatang mengenal
ritual seks, umpamanya ayam jantan yang romantis bergerak-gerak melebarkan sayap
merayu betina. Kepala itik jantan naik turun memanifestasikan birahinya. Kucing hingar
bingar.
Namun, otak mereka tidak mampu memikirkan seluk-beluk moral, tidak mampu
merisaukan etika seksual. Kalau binatang itu sudah dewasa bekerjalah hormon seks,
terciumlah bau kelenjar yang membangkitkan birahi, dan mereka berhubungan seks.
ormon seks datangnya bermusim-musim, jadi hubungan seks terikat pada musim. !i
luar musim, kehadiran betina yang ayu tidak mampu merangsang birahi sang jantan.
"entuhan jantan yang ngganteng tidak menggetarkan hati sang betina. !an tujuan
kehidupan seks mereka cuma satu# untuk reproduksi, untuk mendapatkan keturunan.
$upanya manusia dikodratkan jadi makhluk yang bebas dan nakal. Nafsu seks mereka,
astagafirullah, bisa tergugah sembarang waktu. %idak mengenal musim. Kehidupan seks
yang pada dasarnya dimaksudkan untuk melanjutkan keturunan, lalu dimanipulasi.
&elalui lembaga manusia, terkadang fungsinya menjadi status sosial, misalnya beristri
tiga atau empat untuk gengsi. 'tau fungsinya menjadi pemuas naluri dasar di luar
perkawinan, pemuasan nafsu seks semata dan kehamilan dicegah.
"eks malah menjadi industri penting dengan dalih mehingkatkan kesempatan
kerja dan mensukseskan proyek turisme. !alam perwujudannya yang lebih halus seks
dirangkai menjadi barang seni atau cerita manis# Kisah (assano)a, Kisah !on *uan,
Koka "hastra, Kama "utra, "eni "anggama. 'bad modern menelurkan pelbagai Bom
"eks kaliber internasional, menghasilkan pelacur kakap yang bukunya lebih laris dari
karangan $endra atau 'shadi.
&asa remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai
pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru sebagai bekal untuk mengisi
kehidupan mereka kelak. !i saat remajalah proses menjadi manusia dewasa berlangsung.
Pengalaman manis, pahit, sedih, gembira, lucu, bahkan menyakitkan mungkin akan
dialami dalam mencari jati diri. $asa ingin tahu dari remaja kadang-kadang kurang
disertai dengan pertimbangan rasional akan akibat lanjut dari suatu perbuatan +Jufri,
,--./.
'lan 0uttmacher 1nstitute, suatu lembaga penelitian kesehatan nonprofit,
melaporkan bahwa berdasarkan data terakhir +,--2/, sekitar 3- persen kelahiran anak di
kalangan remaja di dunia adalah kehamilan yang tidak diharapkan. "atu diantara remaja
usia 45 tahun tidak mempunyai akses untuk mendapat kontrasepsi. 6ebih dari dua pertiga
wanita di negara berkembang mendapat pendidikan kurang dari sembilan tahun.
!itemukan juga bahwa remaja putri di negara berkembang yang terpaksa keluar dari
sekolah, sudah melakukan hubungan seks di bawah usia ,- tahun, menikah muda dan
tidak pernah menggunakan kontrasepsi. 7leh sebab itu, menurut para ahli, hanya dengan
pendidikanlah untuk dapat menyelamatkan remaja putri di seluruh dunia.
B. Tujuan Penelitian
4. %ujuan 8mum
8ntuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja pada penghuni
kos-kosan.
,. %ujuan Khusus
a. 8ntuk mengetahui pengaruh pendidikan seks terhadap perilaku seksual remaja.
b. 8ntuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga terhadap perilaku seksual remaja.
c. 8ntuk mengetahui pengaruh alat kontrasepsi terhadap perilaku seksual remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEKS REMAJA MERESAHKAN
$emaja yang biasanya ceria, akrab dengan keluarga tiba-tiba mengucilkan diri.
Kebanyakan orangtua berprasangka anaknya terjerat narkoba jika perilakunya berubah.
%api ada faktor lain yang bisa membuat perilaku remaja tiba-tiba berubah menjadi
tertutup dan mengasingkan diri dari keluarga.
&asa remaja adalah periode transisi dari anak-anak ke dewasa. $emaja mulai
banyak terpengaruh faktor lingkungan dan sudah memiliki sosok yang dimaunya seperti
penyanyi top, politisi, tokoh agama dan lainnya.
8sia remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat,
termasuk perubahan dalam aspek kognitif, emosi dan sosial. Namun proses pematangan
fisik pada remaja terjadi lebih cepat dari proses pematangan psikologinya.
al ini sering menyebabkan berbagai masalah. !i satu sisi remaja sudah merasa matang
secara fisik dan ingin bebas dan mandiri. !i sisi lain mereka tetap membutuhkan bantuan,
dukungan, serta perlindungan orang tua.
1stilah kumpul kebo berasal dari Jawa, maknanya hidup bersama antara lelaki dan
perempuan tanpa ikatan nikah, hingga ibarat kerbau. 1stilah itu mulai dikenal secara luas
sejak tahun 459--an, ketika media massa +cetak/ kala itu menurunkan laporan utama
tentang perilaku sejumlah mahasiswa dan mahasiswi di Jogjakarta yang mempraktekkan
hidup bersama di luar nikah +samen le)en/. ingga kini, istilah itu tetap populer
sebagaimana juga perilaku buruk kumpul kebo yang makin menggejala.
Berdasarkan sur)ei Pusat "tudi :anita 8ni)ersitas 1slam 1ndonesia +P":-811/ Jogjakarta
tahun ,--4, pola hidup seks bebas di kalangan anak remaja secara umum dan di
pondokan atau kos-kosan, khususnya di daerah Kota Jogjakarta, berkembang semakin
serius dengan makin longgarnya kontrol yang mereka terima.
Kalangan ulama pun sudah mensinyalir, bahwa rumah pondokan +kos-kosan/
telah menjadi sarang berlangsungnya praktik kumpul kebo. "etidaknya, sebagaimana
pernah dinyatakan oleh Prof. !r. 'bdullah "yah, &' .7leh karena itu, menurut beliau,
masyarakat beserta elemen pemerintahan dari tingkat terendah hingga tertinggi harus
mengawasi ketat akti)itas di seputar rumah kos mahasiswa di daerahnya demi menjaga
agar mahasiswa tidak terjerumus pada hal-hal yang bisa mengancam masa depannya.
'palagi saat ini pengelola rumah pondokan demi mendapatkan uang tidak melakukan
pemisahan antara pemondok wanita dengan pria, sehingga sangat potensial memicu
timbulnya praktek seks bebas.
B. Faktor!aktor "an# $e$%en#aru&i %erilaku 'ek'ual
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual. Perilaku seksual di
pengaruhi oleh rangsangan seksual, baik rangangan dari dalam maupun dari luar.
Pengaruh dari luar seperti gaya hidup, budaya, pengaruh sosial dan lain-lain.
&enurut "arlito yang mempengaruhi masalah perilaku seksualitas dipengaruhi
oleh faktor-faktor berikut#
(. Menin#katn"a Sek'ualita'
8sia kematangan seksual bagi remaja putri pada saat usia haid pertama 42
tahun. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah
laku seksual tertentu, semakin tinggi dorongan seksual maka tingkat perilaku
seksualnya juga semakin tinggi.
). Penun*aan U'ia Perka+inan
'danya undang-undang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah
sedikitnya 4; tahun untuk wanita dan ,- tahun untuk pria. Norma sosial makin lama
makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, persiapan mental. Norma agama yang melarang untuk melakukan
hubungan seksual sebelum menikah.
,. A*an"a Pen"e-aran In!or$a'i *an Ran#'an#an Sek'ual Melalui Me*ia
!engan teknologi yang canggih memudahkan untuk mengakses media yang
merangsang seksualitas remaja.
.. Ko$unika'i Keluar#a
'danya komunikasi yang baik dalam keluarga dapat menekan perilaku
seksual yang berbahaya.
/. Per#aulan "an# Makin Be-a'
&embuat perilaku seksual yang berbahaya semakin meningkat.
0. Ketaatan Bera#a$a
6andasan agama yang kuat berpengaruh terhadap bentuk perilaku seksual remaja.
<aktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual menurut &onks dan Knoers
+459;# ,;2/ yaitu#
U'ia
8sia seseorang mempengaruhi bentuk perilaku seksual seseorang. Pada masa
remaja seksualitas dimulai dengan perubahan tubuh, yang menimbulkan tujuan baru
dari dorongan seks, yaitu reproduksi. %ahap inilah yang disebut fase genital.
Jeni' Kela$in
6aki-laki dan perempuan mempunyai pandangan tentang bentuk dan perilaku
seksual yang berbeda. Pria lebih permisif terhadap perilaku seksual dibandingkan
wanita, mereka beranggapan bahwa seksualitas merupakan cara bersenggama, cara
pacaran, dan cara mencari hati lawan jenis. "edangkan wanita lebih malu-malu dan
cenderung tidak tahu.
&enurut urlock dalam Jufri +,--./, faktor-faktor yang menyebabkan remaja
melakukan perilaku seksual adalah#
4. 'danya minat remaja pada seks
,. "umber-sumber informasi mengenai seks, seperti hygiene se= di sekolah, buku-
buku tentang seks
2. "ikap sosial yang baru terhadap seks
>. &udahnya memperoleh alat-alat kontrasepsi dan legalisasi pengguguran di
banyak negara
.. ubungan yang tidak harmonis dengan orang tua
3. Perubahan sikap remaja terhadap perilaku seksual
"edangkan menurut 6uthfie dalam Jufri +,--./, beberapa faktor yang
menimbulkan dorongan untuk melakukan perilaku seksual pada remaja?mahasiswa,
yaitu#
4. Budaya tertutup, dimana orang tua menganggap tabu kalau membicarakan soal
seks pada anaknya sehingga mereka mencari sumber lain yang belum tentu benar.
,. %abloid dan majalah porno yang menyebabkan mereka berkhayal bagaimana
melakukan hubungan intim dengan lawan jenis.
2. Blue film merupakan faktor pemicu yang amat cepat merangsang orang buat
melakukan hubungan seksual. 0ambar dan suara yang muncul dari film tersebut
membuat remaja yang melihatnya menjadi terkesima, sehingga terangsang untuk
melakukan hal yang serupa.
>. "itus seks, pengaruh yang ditimbulkannya hampir sama dengan blue film +film
porno/. 0ambar-gambar bernuansa seksual yang ditampilkan melalui cyberse= di
internet dapat mengundang timbulnya rangsangan atau dorongan untuk
melakukan seks permisif.
.. %elepon?"&" seks, termasuk faktor yang bisa memicu terjadinya perilaku seks
bebas, karena meskipun tidak melihat gambarnya tetapi dari desahan suara yang
dimunculkan lewat kabel telepon itu membuat remaja berimajinasi.
3. &engunjungi ke night club, di tempat ini banyak wanita-wanita yang pakaiannya
mengundang birahi sehingga menimbulkan rangsangan. Karena itu, remaja
termasuk mahasiswa yang sering ke night club sangat mungkin terpengaruh untuk
melakukan perilaku seks bebas.
;. Problema seks di tele)isi. %ayangan acara tertentu yang menampilkan adegan hot.
!ilihat dari nilai tradisional, acara problem seks di tele)isi dianggap tidak begitu
cocok, karena sebagian besar acara yang dipertontonkan kadang terlalu )ulgar,
bahkan dalam memberi contoh terkadang juga tidak pas. %erapannya lebih cocok
untuk orang dewasa, tetapi kenyataannya remaja pun sangat menggandrungi
tontonan yang bertemakan seks.
9. Konsultasi seksologi di media massa dan media elektronik juga dapat merangsang
orang untuk melakukan hubungan seks, apalagi jika pertanyaan dan jawaban ahli
terkesan terlalu )ulgar dan tidak sesuai dengan perkembangan moralitas remaja.
5. 0aya berpacaran remaja atau mahasiswa sekarang sudah sangat @majuA. Pegangan
tangan dan ciuman saat berada di mall bahkan di tempat-tempat terbuka, sudah
dianggap biasa.
<aktor lain yang sering disebut-sebut sebagai penyebab kebebasan seks yang
sering menimbulkan beban mental pada remaja adalah kampanye keluarga berencana
+KB/. !engan diberlakukannya program KB di suatu negara, khususnya dengan
beredarnya alat-alat kontrasepsi akan merangsang remaja untuk melakukan hubungan
seks.
"anderowitB C Pa=man dalam "arwono +,--./, menunjukkan bahwa faktor-
faktor sosial ekonomi seperti rendahnya pendapatan dan taraf pendidikan, besarnya
jumlah keluarga dan rendahnya nilai agama di masyarakat mempengaruhi perilaku
seksual remaja.
1. Da$%ak *ari %erilaku 'ek' -e-a' antara lain 2
4. Kehamilan di luar nikah semakin meningkat,
,. 'borsi semakin meningkat.
2. 'nak-anak yang dilahirkan di luar nikah semakin meningkat,
>. Penyakit kelamin, termasuk 1D?'1!" semakin meningkat,
.. Kekerasan seksual +pemerkosaan/ semakinmeningkat.
D. Solu'i Pen3e#a&an Perilaku Sek' Be-a'
a.&emberikan pendidikan seks. Pemberian pendidikan seks kepada remaja
sebaiknya dilakukan oleh teman sebaya yang terlatih dan terdidik dalam hal
seks remaja.
Pemberian bantuan oleh teman sebaya lebih mudah diterima
karena dibuka dengan cara yang lebih akrab dan disampaikan dengan bahasa
mereka sendiri dalam hal ini tidak terkesan menggurui. !iharapkan dengan
adanya pelatihan itu remaja akan belajar terbuka melalui dialog dengan teman
sebaya suasana yang tercipta akan lebih rileks, lebih terbuka, komunikatif, dan
mereka berada pada tingkat pengetahuan, pengalaman dan persepsi yang sama
mengenai remaja.
al ini pun dapat dicegah dan dikendalikan apabila kita dapat
memaksimalkan fungsi keluarga sebagai fungsi rohani dan biologis. !i fungsi
rohani keluarga tersebut dapat memberikan arahan dan pengajaran yang cukup
bermakna untuk kehidupan mereka. &ereka dapat mengenal %uhan dengan
lebih dalam sehingga mereka lebih terkontrol dalam perbuatan mereka karena
mereka sadar segala tindakan mereka diawasi oleh %uhan *&E.
b. &emperjuangkan lahirnya PE$!' +peraturan daerah/. Berisikan larangan
untuk hidup seatap tanpa ikatan nikah, melahirkan aturan yang ketat bagi
pengelola rumah pondokan? kos-kosan ataupun kontrakan, sehingga praktik
kumupl kebo alias perBinaan dapat diberantas tuntas. !i samping itu raBia-raBia
dan penggerebekan dari pihak yang berwenang perlu diintensipkan dan
digiatkan lagi, agar praktek kumpul kebo dan Bina serta kejahatan lainnya yang
bersarang di kos-kosan di mana-mana itu dapat disapu bersih.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kita harus segera sadar bahwa penyakit 1D?'1!" itu benar-benar merusak kita
dan merusak bangsa kita sendiri, karena kita itu adalah tunas bangsa, generasi penerus
bangsa ini. !an kita harusnya malu kepada %uhan *ang &aha Esa atas segala kekhilafan
kita yang pernah melakukan kemaksiatan dan segalanya. &arilah kita tingkatkan fungsi
keluarga seutuhnya agar anggota keluarga kita semua tidak terjerumus dalam sesuatu
yang buruk sehingga dapat menghancurkan dan menjelekkan masa depan remaja.
B. KRITIK DAN SARAN
F&anusia adalah letaknya segala khilaf dan salah, 'llah lah tempat segala kebenaran dan
kesempurnaan.G Begitu pula dalam penyusunan makalah ini, pastinya banyak
kekurangan, saran dan kritik konstruktif sangat diharapkan demi perbaikan ke depannya.
'khir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca yang budiman.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. !r. dr. . !adang arawi, psikeater. http#??ibaddurahmanrobani.ngeblogs.com
http#??www,.kompas.com?kompas-cetak?-4-9?-4?daerah?anca45.htm
!iposkan oleh ririn cantig di ,,.-9
'liyah 8rotul, ,--3. !inamika Psikologis $emaja yang &engalami Kehamilan %idak
!ikehendaki +K%!/. Skripsi. *ogyakarta# 8ni)ersitas Negeri *ogyakarta
'mirudin, dkk. 455;. Kecenderungan Perilaku "eks Bebas $emaja Perkotaan. Laporan
peneletian. Puslit "osial Budaya 8ni)ersitas !iponegoro
'rudo, %.7. ,--9. Peer (ounseling E=sperience 'mong "elected Kenyan "econdary
"chool. Paper dalam K'P( (onference ,-9 "eptember ,--2 di "afari Park
otel, Kenya
!amayanti, $ita. ,--3 . Peran Biopsikososial terhadap Perilaku "eksual Beresiko
%ertular 1D pada $emaja "6%' di !K1 Jakarta ,--3. Disertasi. !epok
Jakarta # Pasca "arjana 8ni)ersitas 1ndonesia

Anda mungkin juga menyukai