Anda di halaman 1dari 28

1

VALUE RELEVANCE LAPORAN KEUANGAN DI INDONESIA


DAN KAITANNYA DENGAN BEBAN IKLAN DAN PROMOSI


Dr. Mohammad Nasih, Drs., MT., Ak dan Arie Rahayu Hariani, SE
Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga




ABSTRACT

In this study we investigate the value relevance of financial information in
Indonesia and its association to advertising and promotion expenditures. We use
1993-2003 period as samples for the declining question and 2002-2003 period as
samples for the advertising and promotion expenditure question and we use R
2
Results did not show a decline in financial report value relevancein contrary, it
showed an increaseeven after we excluded (i) new firms and (ii) firms that
have negative earnings. Analyses on structural break showed that the increase
happened in 1999-2003 period. The unconformance to hypotheses also found
when we examine the association of financial information value relevance and the
advertising and promotion expenditure.
of
price level regression that is derived from Ohlson model (1995) as the value
relevance measure.
2

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Belakangan ini muncul klaim bahwa informasi akuntansi telah kehilangan
sebagian relevansinya bagi investor (Francis dan Schipper, 1999). Satu tanda
hilangnya sebagian relevansi informasi akuntansi menurunnya value relevance
dari tahun ke tahun. Francis dan Schipper (1999) menyebutkan bahwa value
relevance informasi nilai buku ekuitas dan earnings terhadap returns menurun
namun meningkat terhadap nilai pasar (market equity values). Di pihak lain, Lev
dan Zarowin (1999) dan Brown dkk., (1999) memperoleh bukti bahwa value
relevance informasi akuntansi mengalami penurunan. Di Indonesia, penelitian
oleh Margani Pinasti (2004) menyebutkan bahwa value relevance informasi
akuntansi menurun sepanjang periode 1990-2001. Sekar Mayang Sari (2004) juga
menemukan bukti bahwa value relevance earnings turun secara signifikan dari
masa sebelum krisis (1995-1996) ke masa krisis (1997-1998).
Penurunan value relevance informasi akuntansi seringkali dikaitkan
dengan perubahan lingkungan bisnis yang terjadi saat ini. Secara teoritis, satu
faktor penyebab penurunan relevansi laporan keuangan adalah semakin

3
signifikannya jumlah aktiva tak berwujud yang ada dalam perusahaan (Canibano
dkk., 1999; Lev dan Zarowin, 1999). Beberapa penelitian value relevance
mencoba menguji hal ini dan menemukan bahwa value relevance dapat dikaitkan
dengan aktiva tak berwujud (Canibano dkk., 1999). Salah satu aktiva tak
berwujud penting perusahaan adalah merek, yang dibangun oleh banyak faktor
dan dikomunikasikan melalui iklan dan promosi. Shimp (1997) mengatakan
bahwa komunikasi pemasaran (iklan dan promosi) merupakan faktor yang sangat
penting untuk membangun merek yang positif.
Berdasar paparan di atas, penelitian ini ingin menguji apakah terjadi
penurunan value relevance laporan keuangan di Indonesia (1993-2003) dan
apakah value relevance informasi akuntansi di Indonesia dapat dikaitkan dengan
beban promosi dan iklan. Kerangka berpikir ini dapat dilihat pada Gambar 1.

1.2. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apakah terjadi penurunan value relevance laporan
keuangan di Indonesia.
b. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan value relevance laporan
keuangan antara kelompok-kelompok perusahaan (besar, menengah, kecil) yang
dibedakan berdasarkan pengeluaran iklan dan promosinya secara relatif.





4
Gambar 1
Kerangka Berpikir


Penurunan value
relevance laporan
keuangan bagi investor
disebabkan oleh
Meningkatnya peran dan
besarnya aktiva tak berwujud
dapat dilihat dari
Menurunnya value
relevance laporan
keuangan dari tahun ke
tahun.
Value relevance
laporan keuangan
berhubungan negatif
dengan aktiva tak
berwujud
Menguji apakah terjadi
penurunan value
relevance laporan
keuangan di Indonesia.
Menguji apakah
terdapat hubungan
negatif value relevance
laporan keuangan
antara kelompok-
kelompok yang
dibentuk berdasarkan
beban iklan dan
promosi sebagai driver
salah satu aktiva tak
berwujud, yaitu merek.

5
TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Relevansi Value Relevance
Meningkatnya persaingan informasi di pasar modal menyebabkan
pentingnya mengetahui relative importance laporan keuangan. Di sinilah letak
kegunaan value relevance: menggambarkan kegunaan informasi laporan
keuangan bagi investor relatif terhadap seluruh informasi yang digunakan oleh
investor pada pasar modal (Lev dan Zarowin, 1999).

2.2. Variasi Value Relevance Laporan Keuangan Antar Waktu
Lev dan Zarowin (1999) berargumen bahwa telah terjadi penurunan value
relevance laporan keuangan. Rimmerman dan Elliott dalam Koji Ota (2002)
menyebutkan bahwa pada tahun-tahun belakangan ini para investor beralih ke
sumber informasi lainnya. Berdasarkan paparan ini maka hipotesis pertama
penelitian ini adalah:
H1: Value relevance laporan keuangan akan semakin menurun dari
waktu ke waktu.

2.3. Value Relevance Laporan Keuangan dan Beban Iklan dan Promosi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa value relevance dapat dikaitkan
dengan keberadaan driver ataupun elemen aktiva tak berwujud, seperti R&D cost
6

(Lev dan Zarowin, 1999), brand attitude (Aaker dan J acobson, 2001),
informasi paten: current impact index dan technology cycle time (Hirschey dkk.,
2001). Iklan dan promosi, dalam hal ini, merupakan salah satu elemen pembangun
merek yang merupakan aktiva tak berwujud yang dapat mempengaruhi value
relevance laporan keuangan.
2.3.1. Iklan dan promosi dan merek
Iklan dan promosi merupakan elemen penting pembangun merek. Bahkan
Hendriksen dan van Breda (2001) memasukkan iklan dan promosi ke dalam
klasifikasi aktiva tak berwujud merekadeferred charges. Sementara itu, Shimp
(1997, p.5) mengatakan
Among overall marketing efforts, marketing communications are essential
in creating positive brand equity and strong brand loyalty. Research has
shown that when firms communicate unique and positive messages via
advertising, personal selling, and sales promotion, they are able to
effectively differentiate their brands from competitive brands and insulate
themselves from future price competition.

Khusus untuk iklan, ada beberapa penelitian yang mengungkapkan
kegunaannya seperti:
a. Linsmeier dkk. (1998) mengatakan Expenditures on research and
development , and to a lesser extent advertising, not currently recognized as
assets contribute to firm value. That is to say, the capital market ascribes asset like
status to such expenditures.
b. Tucci dan Tucker (1993) mengatakan advertising usually is a significant
contributor to campaigns designed to increase brand equity.
c. Srivastava dkk menyebutkan bahwa merek merupakan the result of
extensive advertising and superior product functionality.
7

Berdasarkan paparan di atas maka hipotesis kedua yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah:
H2: Laporan keuangan kelompok perusahaan dengan beban iklan dan
promosi yang relatif besar memiliki value relevance terendah, vice
versa.

2.4. Mengukur Value Relevance
Value relevance laporan keuangan dalam penelitian ini diukur dengan
koefisien determinasi, R
2
We use statistical associations between accounting data and capital market
values (stock prices and returns) to assess the usefulness of financial
information to investors. Such associations reflect the consequences of
investors actions, whereas alternative usefulness measures, such as those
based on questionnaire or interview studies, reflect investors opinions and
beliefs. Furthermore, empirical associations between market values and
financial data allow for an assessment of the incremental usefulness of
accounting data relative to other information sources (e.g., managers
voluntary disclosures or analysts recommendations).
, dari price regression model yang disusun berdasarkan
hubungan nilai pasar dan variabel akuntansi dalam model Ohlson. Metode
pengukuran ini mengikuti metode yang digunakan Lev dan Zarowin (1999),
mereka menjelaskan:





8
METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional
a. Value relevance
Value relevance dalam penelitian ini diukur dengan besaran koefisien
determinasi, R
2
, dari price level regression model yang disusun berdasarkan
model Ohlson, dimana kelompok laporan keuangan yang memiliki R
2
1) R
yang lebih
besar dianggap lebih value relevant (Holthausen dan Watts: 2001).
2
(kecuali untuk grafik/gambar, istilah R
2
pada penelitian ini merujuk
pada adjusted R
2

)
( )
( ) 1

1
2
2
2


=
n y
k n u
R
i
i
(1)
dimana
2
R = adjusted R
2
yaitu koefisien determinasi yang digunakan untuk
membandingkan dua R
2
i
u
dari persamaan regresi berganda
= residual term, merupakan sample counterpart dari stochastic
disturbance term u
n = jumlah sampel
i
k = jumlah parameter dalam model, termasuk intercept
y
i
( ) Y Y
i
= , dimana Y adalah variabel dependen
2) Price level regression model

it it it it
x b P + + + =
2 1 0
(2)
9

dimana
t = periode pengamatan
P
it
b
= harga saham perusahaan i pada akhir tahun fiskal t, yaitu harga
saham penutupan (closing price) pada perdagangan terakhir
sebelum akhir tahun fiskal.
it
x
= nilai buku (ekuitas) per lembar saham perusahaan i pada akhir
tahun t, yaitu per tanggal neraca pada akhir tahun fiskal.
it

= earnings per lembar saham (EPS) perusahaan i selama tahun t,


dengan menggunakan net income pada laporan keuangan.
Sebenarnya earnings yang dimaksud Ohlson (1995) adalah
comprehensive income karena item ini lah yang memenuhi asumsi
clean surplus relation. Namun Hand dan Landsman (1995dalam
Barth dkk., 2001) menyebutkan bahwa penyesuaian terhadap dirty
surplus items kecil artinya bagi penelitian empirisbaik bagi hasil
maupun penarikan kesimpulannyasehingga penyesuaian tersebut
tidak dilakukan dalam penelitian ini.
it
b. Variasi value relevance antar-waktu
= informasi lain yang value relevant dari perusahaan i untuk tahun t,
independen terhadap earnings dan nilai buku (Lev dan Zarowin,
1999).
Pengujian variasi value relevance antar-waktu dilakukan dengan
memperhatikan arah koefisien TIME pada persamaan berikut:

t
t TIME R + + =
1 0
2
(3)
10

dimana
R
2
t
= R
2
TIME
dari regresi cross-sectional pada tahun t
t
Bila koefisien TIME
= variabel trend waktu untuk periode sampel
t
,
1

bernilai negatif (positif), hal ini mengindikasikan
penurunan (peningkatan) value relevance selama periode pengamatan.
3.2. Sampel
Perusahaan yang menjadi sampel harus memenuhi kriteria berikut:
a. Memiliki data harga saham, book value per share, dan earnings per share
(EPS) tahunan,
b. Untuk analisis terkait dengan rumusan masalah 2 maka perusahaan sampel
(kelompok iklan dan promosi) harus memiliki akun iklan dan promosi dan
sejenisnya dalam pengungkapan laporan keuangan.
c. Pengelompokkan sampel (rumusan masalah 2) dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut: perusahaan yang memenuhi kriteria (b) diurutkan
berdasarkan besar beban promosi dan iklan. Sepertiga bagian dengan jumlah
beban terbesar masuk ke dalam kelompok besar dan seterusnya.

3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan merupakan data sekunder yaitu
a. Angka harga saham, book value per share, earnings per share (EPS)
diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
11

b. Beban iklan dan promosi dan sejenisnya diperoleh dari pengungkapan
laporan keuangan yang didapatkan dari publikasi laporan keuangan pada situs
BEJ , www.jsx.co.id

3.4. Teknik Analisis
a. Rumusan Masalah 1
Hasil R
2

yang diperoleh pada masing-masing regresi tahunan diregresikan
pada variabel waktu (Koji Ota, 2002) yaitu

t
t TIME R + + =
1 0
2
(3)

R
2
t
= R
2
TIME
dari regresi cross-sectional pada tahun t
t
Bila koefisien TIME
= variabel trend waktu untuk periode sampel
t
,
1
b. Rumusan Masalah 2
bernilai negatif (positif), hal ini mengindikasikan
penurunan (peningkatan) value relevance selama periode pengamatan.
Masing-masing kelompok dihitung R
2
nya dan kemudian diperbandingkan,
yang memiliki R
2

lebih besar dianggap lebih value relevant (Holthausen dan
Watts, 2001).




12
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Value relevance laporan keuangan (1993-2003)
Hasil price level regression model adalah sebagai berikut:
Tabel 1

Value Relevance Laporan Keuangan (1993-2003)
Persamaan (2):
it it it it
x b P + + + =
2 1 0

Tahun Jumlah Sampel Adjusted R
2

1993 172 0,313
1994 220 0,215
1995 232 0,196
1996 244 0,414
1997 266 0,280
1998 273 0,333
1999 278 0,127
2000 301 0,473
2001 322 0,474
2002 324 0,613
2003 325 0,823

Gambar 2

Value Relevance Laporan Keuangan (1993-2003) Sampel Total
Linear Regression
2 4 6 8 10
time
0,200
0,400
0,600
0,800
R
-
s
q
u
a
r
e

R-square = 0,12 + 0,04 * time


R-Squar e = 0,54


13
Adj. R
2
Tabel 2
tahun 1993-2003 (Tabel 1) kemudian dimasukkan ke dalam persamaan (3)
yang hasilnya dituliskan dalam Tabel 2. Dimana koefisien Time bernilai positif
(0,045) dan signifikan pada tingkat 1%, yang dapat didefinisikan bahwa selama
periode pengamatan, value relevance laporan keuangan mengalami peningkatan.
Analisis Trend Value Relevance
Time Regression:
t
t TIME R + + =
1 0
2

Total Sampel A b R
R
2

0,118
2
0,045 0,489
p 0,241 0,010

4.1.2. Value relevance dan beban iklan dan promosi
Tabel 3
Value Relevance Laporan Keuangan pada Kelompok yang Dibagi
Berdasarkan Beban Iklan dan Promosinya

Tahun Kecil Menengah Besar
2002 (n =55)
0,497
(p = 0,000)
0,110
(p = 0,492)
0,725
(p = 0,000)
2003 (n =59)
0,248
(p = 0,000)
0,853
(p = 0,000)
0,767
(p=0,000)

Gambar 3
Value Relevance Laporan Keuangan pada Kelompok yang Dibagi
Berdasarkan Beban Iklan dan Promosinya

0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
Kecil Menengah Besar
2002
2003


14
Regresi kelompok iklan dan promosi (2002-2003) (Tabel 3) menunjukkan
dalam dua tahun pengamatan value relevance laporan keuangan kelompok
perusahaan dengan beban iklan dan promosi yang (secara relatif) besar lebih baik
daripada value relevance laporan keuangan kelompok perusahaan dengan beban
iklan dan promosi yang (secara relatif) kecil, yaitu 0,725 dan 0,767 dibandingkan
dengan 0,497 dan 0,248. Sementara untuk kelompok perusahaan dengan beban
iklan dan promosi yang (secara relatif) menengah tidak dapat diambil kesimpulan
karena pada tahun 2002, p value (0,492) tidak memadai untuk mengambil
mengambil kesimpulan.

4.2. Pembahasan
4.2.1. Value relevance laporan keuangan (1993-2003)
Hasil pengujian hipotesa satukoefisien Time bernilai positif (0,045) dan
signifikan pada tingkat yang lebih baik dari 1%mengindikasikan bahwa selama
periode pengamatan, value relevance laporan keuangan mengalami peningkatan.
Dengan kata lain, terjadi peningkatan relative importance informasi laporan
keuangan terhadap total informasi yang ada di pasar modal. Hal ini mungkin
disebabkan oleh meningkatnya penggunaan analisis fundamental (analisis pasar
yang menggunakan laporan keuangan) oleh pelaku pasar di Bursa Efek J akarta.
Ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi value relevance.
a. Sampel konstan
Menurut Lev dan Zarowin (1999) penggunaan sampel konstan untuk
pengujian value relevance dapat melihat apakah perubahan (penurunan dalam

15
kasus mereka, peningkatan dalam penelitian ini) value relevance is due to the
addition of new firms dalam sampel penelitian. Dengan demikian, penelitian
ini mengulangi pengujian hipotesa pertama dengan menggunakan sampel
konstan yang berisi 113 perusahaan yang terus beroperasi sepanjang periode
pengamatan. Hasilnya seperti pada Tabel 4 dan Gambar 4.
Tabel 4
Value Relevance Laporan Keuangan (1993-2003)Sampel Konstan
Persamaan (2):
it it it it
x b P + + + =
2 1 0

Tahun Total Sampel Sampel Konstan
1993 0,313 0,306
1994 0,215 0,284
1995 0,196 0,223
1996 0,414 0,512
1997 0,280 0,363
1998 0,333 0,366
1999 0,127 0,420
2000 0,473 0,347
2001 0,474 0,355
2002 0,613 0,710
2003 0,823 0,888










16
Gambar 4
Value Relevance Laporan Keuangan (1993-2003)Konstan
Linear Regression
2 4 6 8 10
time
0,200
0,400
0,600
0,800
R
s
q
u
a
r
e
_
k
o
n
s
t
a
n

Rsquare_konstan = 0,18 + 0,04 * time


R-Squar e = 0,52
Adj. R
2
Tabel 5
dari tahun 1993-2003 kemudian dimasukkan ke dalam persamaan (3) yang
hasilnya sebagai berikut:
Analisis Trend Value RelevanceSampel Konstan
Time Regression:
t
t TIME R + + =
1 0
2

Total Sampel a b R
R
2

0,176
2
0,043 0,462
p 0,096 0,013

Koefisien Time bernilai positif (0,043) dan signifikan pada tingkat 1%,
dapat didefinisikan bahwa selama periode pengamatan, value relevance laporan
keuangan mengalami peningkatan. Bukti ini menunjukkan bahwa peningkatan
value relevance laporan keuangan tidak terkait dengan masuk- (atau tidak-) nya
perusahaan-perusahaan baru ke dalam Bursa Efek J akarta. Hal ini dapat dilihat

17
dari pengujian, dimana sampel konstan yang berisi perusahaan-perusahaan lama
juga mengalami peningkatan value relevance laporan keuangan.
b. Laba negatif
Margani Pinasti (2004) menyebutkan bahwa laba negatif mempengaruhi
value relevance laporan keuangan. Untuk melihat pengaruh laba negatif terhadap
peningkatan value relevance laporan keuangan yang ditemukan penelitian ini,
dilakukan analisis lanjutan dengan mengeluarkan observasi yang memiliki laba
negatif. Hasilnya adalah sebagaimana dituliskan pada Tabel 6 dan Gambar 5.
Tabel 6
Value Relevance Laporan Keuangan (1993-2003)Tanpa Laba Negatif
Persamaan (2):
it it it it
x b P + + + =
2 1 0

Tahun Jumlah Sampel Adjusted R
2

1993 166 0,330
1994 216 0,287
1995 223 0,293
1996 228 0,455
1997 138 0,392
1998 98 0,517
1999 200 0,029
2000 160 0,715
2001 213 0,738
2002 255 0,636
2003 236 0,864







18
Gambar 5
Value relevance laporan keuangan (1993-2003)Tanpa Laba Negatif
Linear Regression
2 4 6 8 10
time
0,000
0,200
0,400
0,600
0,800
R
s
q
u
a
r
e
_
l
a
b
a
_
n
e
g

Rsquar e_laba_neg = 0,17 + 0,05 * t ime


R-Squar e = 0,47
Analisis tren pada Tabel 7 memberikan hasil yang hampir mirip dengan hasil pada
analisis utama (Tabel 1), yaitu koefisien bernilai positif, 0,051 dan 0,045,
signifikan, pada tingkat 2% dan 1%, dengan Adj. R
2
Tabel 7
yang hampir sama besar,
0,408 dan 0,489, masing-masing pada sampel tanpa earnings negatif dan pada
total sampel, respectively. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan value
relevance laporan keuangan tidak dipengaruhi oleh keberadaan (atau
ketidakberadaan) earnings negatif pada data sampel.
Analisis Trend Value RelevanceTanpa Laba Negatif
Time Regression:
t
t TIME R + + =
1 0
2

Total Sampel a b R
R
2

0,175
2
0,051 0,408
p 0,186 0,020

19
c. Perubahan struktural
Ketika menggunakan data yang bersifat time-series, ada kemungkinan
terjadi structural change dalam hubungan antar-variabel tersebut. Dalam hal ini,
ada kemungkinan bahwa peningkatan value relevance dalam hasil 4.1. disebabkan
oleh peningkatan penggunaan informasi laporan keuangan pada tahun-tahun
terakhir. Untuk menguji structural change maka digunakan Chow test. Dengan
pengamatan dapat dilihat bahwa tahun 1999 merupakan point of structural break.
Penelitian ini kemudian membagi data sampel ke dalam dua periode: 1993-1998
dan 1999-2003. Sehingga sekarang analisis ini memiliki tiga persamaan regresi
yang mungkin:
Periode 19931998: Y
t
=
1
+
2
X
t
+ u
1t
n
1
Periode 19992003: Y
=6 (4)
t
=
1
+
2
X
t
+ u
2t
n
2
Periode 19932003: Y
=5 (5)
t
=
1
+
2
X
t
+ u
2t
n = (n
1
+n
2
1) Hasil dari ketiga regresi di atas adalah sebagai berikut:
) =11 (6)
a) Periode 19931998

t
Y

= 0,242 + 0,014X
t
t = (3,073) (0,705)

p = (0,037) (0,520)
Adj. R
2
= -0,112 RSS
1
b) Periode 19992003
=0,029 df =4

t
Y

= 0,042 + 0,153X
t
t = (0,463) (5,544)

p = (0,675) (0,012)

20
Adj. R
2
= 0,881 RSS
2
c) Periode 19932003
=0,023 df =3

t
Y

= 0,118 + 0,045X
t
t = (1,256) (3,253)

p = (0,241) (0,010)
Adj. R
2
= 0,489 RSS
3
2) Uji asumsi bahwa error variances pada dua periode tersebut adalah sama
(null hypothesis:
=0,189 df =9
2
2
2
1
= ).
a) Estimasi error variances.
00725 , 0
2 6
029 , 0

1
1 2
1
=

=
k n
RSS

007667 , 0
2 5
023 , 0

2
2 2
2
=

=
k n
RSS

b) Uji error variances (Nilai F). Rumus menghitung F

2
2
2
1

= F (7)
By convention we put the larger of the two estimated variances in the
numerator Gujarati (2003, p.278).
057471 , 1
00725 , 0
007667 , 0
= = F
c) p value.
p value untuk nilai F 1,057471 dengan 3 dan 4, sebagai numerator dan
denumeratornya, adalah lebih besar dari 25% (critical F value untuk 25% adalah
2.05). Dengan demikian, kita tidak menolak null hypothesis bahwa error

21
variances pada kedua periode penelitian adalah sama. Hal ini berarti kita dapat
menggunakan Chow test untuk menguji apakah ada structural change.
3) Chow test
a) Restricted residual sum of squares (RSS
R
) dimana dalam penelitian ini
adalah RSS
3
b) Menghitung unrestricted residual sum of squares (RSS
=0,189.
UR
RSS
), yaitu
UR
=RSS
1
+RSS
2
dengan df =(n
1
+n
2
dalam penelitian ini,
2k)
RSS
UR
c) Menghitung F (null hypothesis: tidak ada structural change).
=(0,029 +0,023) =0,052

) 2 /( ) RSS (
/ ) RSS RSS (
2 1 UR
UR R
k n n
k
F
+

= ~
( ) [ ] k n n k
F
2 ,
2 1
+
(8)

dalam penelitian ini,

( )
( ) ( )
221154 , 9
2 . 2 5 6 / 052 , 0
2 / 052 , 0 189 , 0
=
+

= F
nilai F = 9,221154dengan df 2 dan 7 pada numerator dan denumerator,
respectivelysignifikan pada tingkat mendekati 1% (critical F value untuk 1%
adalah 9.55). Dengan demikian, null hypothesis bahwa tidak ada structural
change ditolak. Berarti terdapat structural change hubungan antara value
relevance dan variabel TIME pada periode 1993-1998 dan 1999-2003.
4) Analisis lanjutan Chow test. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
penyebab perbedaan, yaitu dengan mengumpulkan seluruh observasi dan
melakukan regresi berganda berikut (Gujarati, 2003, p.307):

22
( )
t t t t t t
u X D X D Y + + + + =
2 1 2 1
(9)
dimana
Y = R
X = TIME, variabel waktu, 1993 =1, 1994 =2, dst
2

t = waktu
D = 1 untuk observasi pada 19992003
0 untuk observasi pada 1993-1998

2
= differential intercept coefficient, they tell by how much the
value of intercept that receives the value of 1 differs from the
intercept of the benchmark category (Gujarati, 2003, p.302)
2
= differential slope coefficient, slope drifter, indicating by how
much the slope coefficient of (the category that receives the
dummy value of 1) differs from that of the first period. (Gujarati,
2003, p.308).
Hasilnya adalah:

t
Y

= 0,242 - 1,118 + 0,014 + 0,139


se = (0,080) (0,259) (0,020) (0,034)
t = (3,027) (-4,310) (0,694) (4,090)
p = (0,019) (0,004) (0,510) (0,005)
R
2
Hasil regresi ini menunjukkan bahwa baik differential intercept dan slope
coefficient keduanya signifikan secara statistik (0,004 dan 0,005, respectively).
= 0,821
5) Interpretasi Chow test

23
Hasil Chow test menunjukkan bahwa terdapat perubahan struktural dari
periode 1993-1998 ke periode 1999-2003. Penggunaan informasi laporan
keuangan pada periode 1993-1998 bersifat konstan (ditunjukkan oleh konstanta
yang signifikan pada tingkat 3% dan koefisien TIME yang tidak signifikan).
Penggunaan informasi laporan keuangan ini juga cukup rendah, yaitu berkisar
antara 0,20-0,40 (dari skala 0,00-1,00). Sementara itu, pada periode 1999-2003
penggunaan informasi laporan keuangan meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini
ditunjukkan oleh koefisien TIME yang bernilai positif dan signifikan pada tingkat
1%. Value relevance laporan keuangan periode ini berkisar antara 0,40-0,80
(dengan mengeluarkan tahun 1999 sebagai outlier).
4.2.2. Value relevance dan beban iklan dan promosi
a. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam dua tahun pengamatan value
relevance laporan keuangan kelompok perusahaan dengan beban iklan dan
promosi yang (secara relatif) besar lebih baik daripada value relevance laporan
keuangan kelompok perusahaan dengan beban iklan dan promosi yang (secara
relatif) kecil. Hal ini menggambarkan bahwa informasi laporan keuangan, secara
relatif, lebih digunakan oleh investor perusahaan-perusahaan dengan beban iklan
dan promosi yang besar. Perbedaan hasil dengan hipotesis ini mungkin
disebabkan oleh perbedaan prilaku investor pasar modal di Indonesia dengan
Amerika (tempat pengembangan teori umumnya).
b. Laba negatif

24
Berdasarkan teori (4.2.1.b) maka untuk dua kelompok (besar dan kecil)
dilakukan replikasi pengujian dengan meniadakan data observasi yang memiliki
laba negatif. Hasilnya digambarkan pada Gambar 6 dan Tabel 8.
Tabel 8
Value Relevance Laporan Keuangan pada Kelompok yang Dibagi
Berdasarkan Beban Iklan dan PromosinyaTanpa Laba Negatif

Tahun Kecil Menengah Besar
2002
0,632
(p = 0,000)
n =47
-0,032
(p = 0,705)
n =43
0,915
(p = 0,000)
n =45
2003
0,604
(p = 0,000)
n =40
0,900
(p = 0,000)
n =45
0,752
(p=0,000)
n =46

Gambar 6
Value Relevance Laporan Keuangan pada Kelompok yang Dibagi
Berdasarkan Beban Iklan dan Promosinya

0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
Kecil Menengah Besar
2002
2003

Hasil analisis tambahan ini juga menunjukkan dengan hasil utama (Tabel
3), dimana value relevance laporan keuangan perusahaan dengan beban iklan dan
promosi yang (secara relatif) lebih besar. Walaupun demikian, terdapat
peningkatan substansial dari value relevance laporan keuangan kelompok kecil
setelah data observasi yang mengandung negative earnings dikeluarkan dari

25
sampel. Sementara itu kelompok menengah memberikan hasil yang menarik
value relevance laporan keuangan ke titik ekstrim masing-masing, sehingga sulit
untuk menginterpretasikannya.

SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
a. Value relevance laporan keuangan di Indonesia tidak mengalami
penurunan, justru mengalami peningkatan selama periode 1993-2003. Hasil ini
tidak berubah meskipun dilakukan analisis lanjutan untuk mengetahui pengaruh
dari (a) masuknya perusahaan baru maupun (b) laba negatif. Hal ini mungkin
disebabkan oleh peningkatan penggunaan analisis fundamental baru-baru ini oleh
para pelaku pasar.
b. Value relevance juga tidak berhubungan negatif dengan besarnya beban
iklan dan promosi. Hal ini tidak berubah meskipun observasi dengan laba negatif
dikeluarkan. Perbedaan hasil dengan hipotesis ini mungkin disebabkan oleh
perbedaan prilaku investor pasar modal Indonesia dengan Amerika (tempat teori
value relevance dikembangkan).

5.2. Saran
Mengingat hasil penelitian ini kontradiktif dengan teori dan anggapan
yang berkembang selama ini, maka untuk Indonesia, belum perlu dilakukan
penyesuaian terhadap akuntansi aktiva tak berwujud (kapitalisasi aktiva tak
berwujud), khususnya yang terkait dengan iklan dan promosi.

26

Daftar Kepustakaan:

Aaker, David A., and Robert J acobson, 2001. The Value Relevance of Brand
Attitude in High-Technology Markets, Journal of Marketing Research, Vol.
38, 485-493.

Barth, Mary E., W.H. Beaver, and W.R. Landsman, 2001. The Relevance of The
Value Relevance Literature for Financial Accounting Standard Setting:
Another View, Journal of Accounting and Economics, Vol.31, 77-104.

Brown, Stephen, Kin Lo, and Thomas Lys, 1999. Use of R
2

in Accounting
Research: Measuring Changes in Value Relevance over The Last Four
Decades, Journal of Accounting and Economics, Vol. 28, 83-115.
Canibano, Leandro, M.G. Covarsi, and M.P. Sanchez, 1999. The Value Relevance
and Managerial Implications of Intangibles: A Literature Review, Working
Paper, MERITUM Project.

Francis, J ennifer and Katherine Schipper, 1999. Have Financial Statements Lost
Their Relevance? Journal of Accounting Research, Vol. 37, 319-352.

Gujarati, Damodar N., 2003. Basic Econometrics, Fourth Edition, New York:
McGraw-Hill.

Hendriksen, Eldon S. and Michael F. van Breda, 2001. Accounting Theory, Fifth
Edition, Singapore: McGraw-Hill.

Hirschey, Mark, Vernon J . Richardson, and Susan Scholz, 2001. Value Relevance
of Nonfinancial Information: The Case of Patent Data, Review of Quantitative
Finance and Accounting, Vol. 17, 223-235.

Holthausen, Robert W., and Ross L. Watts., 2001. The Relevance of The Value-
Relevance Literature for Financial Accounting Standard Setting, Journal of
Accounting and Economics, Vol. 31, 3-75.

Lev, Baruch and Paul Zarowin, 1999. The Boundaries of Financial Reporting and
How to Extend Them. Journal of Accounting Research, Vol. 37, 353-385.

Linsmeier, Thomas J . et. al., 1998.Response to IASC Exposure Draft E60,
Intangible Assets, Accounting Horizons, Vol. 12, 312-316.

McLean, Robert I.G., 1995. Performance Measures in The New Economy,
Working Paper, Ontario Premiers Council.


27
Ohlson, J ames A., 1995. Earnings, Book Values, and Dividends in Equity
Valuation, Contemporary Accounting Research, Vol. 11, 661-687.

Ota, Koji, 2002. The Impact of Valuation Models on Value-Relevance Studies in
Accounting: A Review of Theory and Evidence, www.ssrn.com, 1-36.

Pinasti, Margani, 2004. Faktor-Faktor yang Menjelaskan Variasi Relevansi-Nilai
Informasi Akuntansi: Pengujian Hipotesis Informasi Alternatif, Simposium
Nasional Akuntansi VII, 738-753.

Sari, Sekar Mayang, 2004. Analisa terhadap Relevansi Nilai (Value-Relevance)
Laba, Arus Kas, dan Nilai Buku Ekuitas: Analisa di seputar Perioda Krisis
Keuangan 1995-1998, Simposium Nasional Akuntansi VII, 862-882.

Shimp, Terence A., 1997. Advertising, Promotion, and Supplemental Aspects of
Integrated Marketing Communications, Fourth Edition, Orlando: The Dryden
Press.

Srivastava, Rajendra K., Liam Fahey, and Tassaduq A. Shervani. Building and
Leveraging Market-Based Assets to Drive Marketplace Performance and
Value, http://srivastava.CRMproject.com, 1-11.

Tucci, Louis A. and J ames J . Tucker III, 1993. The Proposed Changes in
Accounting for Advertising Costs: Impact on Financial Statements and
Managers Behavior, Journal of Consumer Marketing, Vol. 10, 37-45.


28

Anda mungkin juga menyukai