Anda di halaman 1dari 6

1

PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK BEBAN RUMAH TANGGA


SECARA OTOMATIS

Ir.Yahya Chusna A, MT.
1
, Indhana Sudiharto ST.MT.
2
, Tantrapraja Ardikusuma
3
1
DosenJurusan Teknik Elektro Industri
Dosen J urusan Teknik Elektro Industri

3
Mahasiswa D4 Lintas J alur J urusan Teknik Elektro Industri
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS
Kampus ITS Sukolilo,Surabaya 60111
Email: tantrapraja@live.com

ABSTRACT

The need for provision of electric power with
good quality power is absolute. In general, electric
power is good quality if the power factor of 0.85 to 1.
Because the burden of PLN customers is inductive, it
can cause the value of low power factor that can lead
to high power consumption reactif. To avoid the cost of
reactive power consumption penalty that is charged by
PLN to the customer, it is necessary to install capacitor
banks that work automatically. Installation of capacitor
banks with a switch contactor inrush current causing
150 to 250 nominal current. If there is continues, it will
cause damage to the contactor and the capacitor itself.
To reduce the inrush current, thyristors are used
as switches to adjust the angle of ignition of the
thyristor through the program in the microcontroller.
Power factor improvement consists of a series of phase
detector, zero crossing detector, drivers thyristor and
capacitor banks. From the test results showed that the
power factor can be fixed.
Keyword: capacitor bank, thyristor, microcontroller

I PENDAHULUAN

Effisiensi energi listrik dapat ditingkatkan dengan cara
memperbaiki kualitas daya. Kualitas daya yang baik akan
memperbaiki: drop tegangan, faktor daya, rugi-rugi daya,
kapasitas daya dan effisiensi energi listrik.
Untuk memperbaiki power faktor (Cos ) pada sistem
tenaga listrik dengan beban induktif diperlukan suatu
kompensator daya reaktif dengan mikrokontroler sebagai
kontroller soft switch otomatis. Kompensator daya reaktif
konvensional pada umumnya terdiri dari capasitor bank yang
dihubungkan paralel dengan beban melalui switch kontaktor.
Kompensator daya reaktif dengan switch kontaktor
menyebabkan arus inrush yang sangat besar. Pada beban
dinamis, maka power faktor selalu berfluktuasi dan arus
inrush akan terjadi berulang-ulang, sehingga mengakibatkan
kerusakan pada switch kontaktor dan capasitor.
Oleh karena itu diperlukan adanya metode soft switching
dalam pengompensasian daya reaktif. Dalam hal ini thyristor
berupa triac dan optocoupler mempunyai peran yang sangat
penting.



II DASAR TEORI
Teori yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan tugas
akhir ini adalah:
A. Kualitas Daya
Daya dalam rangkaian DC sama dengan perkalian antara
arus dan tegangan. Daya dalam rangkaian AC pada setiap saat
sama dengan perkalian dari harga daya rata rata dalan satu
periode sama dengan perkalian antara arus dan tegangan
efektif. Tetapi jika ada reaktansi dalam rangkaian, arus dan
tegangan tidak sephase selama siklusnya seperti halnya arus
bernilai negatif seraya tegangan bernilai positif. Hal ini
menghasilkan besarnya daya kurang dari perkalian I dan V.
Perkalian arus dan tegangan efektif dalam rangkaian AC
dinyatakan dalam voltampere (VA) atau kilovoltampere
(KVA). Satu KVA sama dengan 1.000 VA. Daya yang
berguna atau daya nyata diukur dalam watt dan diperoleh jika
voltampere dari rangkaian dikalikan dengan faktor yang
disebut dengan faktor daya. Maka dalam rangkaian AC satu
phase adalah:
P(dalamwatt) =V x I x faktor daya

Faktor daya=
P(dalam watt)
V x I

Oleh karena daya adalah EI dikalikan dengan faktor daya,
maka faktor daya suatu rangakaian AC sama dengan kosinus
dari sudut phase. Hubungan antara daya dalam watt (P),
voltampere (VA) dan voltampere reaktif (VAR) dapat
dinyatakan dengan segitiga seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 2.1. sudut adalah sudut phase rangkaian. Alas
segitiga menyatakan daya nyata (VA), tingginya menyatakan
daya reaktif (VAR), dan hipotunosa menyatakan daya aktif
(W).
Harga faktor daya tergantung dari beda phase antara arus
dan tegangan. Capasitor daya AC sebagai kompensator yang
dihubungkan jaringan maka akan mengakibatkan arus beban
mendahului 90 derajat, Ic=Im sin (wt+90). Sehingga akan
mengakibatkan arus beban menjadi sephase dengan tegangan.
Dimana arus beban yang tertinggal 90 derajat akan
terkompensasi arus capasitor mendahului sebesar 90 derajat,
Ib=Ib sin (wt-90+90)=Ib sint. Hal tersebut ditunjukkan pada
Gambar 1.
daya nyata ( VI cos )


daya reaktif ( VI sin )

daya aktif (VI )

Gambar 1 Hubungan antara daya, voltampere dan voltampere
reaktif
2
Oleh karena Voltampere sama dengan VI daya nyatanya
adalah VI Cos , dan voltampere reaktifnya VI Sin . Juga
terjadi hubungan sebagai berikut.
Joyo okti =(Joyo nyoto)
2
+(Joyo rcokti)
2


B. Penggunaan Segitiga Daya dan Tabel Cos Untuk
Analisa Perbaikan Faktor Daya

Gambar 2 Segitiga Daya
Penjumlahan dari daya aktif dan daya reaktif
menghasilkan daya nyata.
S = P
2
+Q
2

Dimana: P
load
=daya aktif (kW)
S
load
=daya nyata (kVA)
Q
load
=daya reaktif (kVAR)
Faktor daya:
daya aktif
daya nyata
=
P
S
=cos

C. Sensor tegangan
Untuk mengambil sinyal tegangan agar bisa dibaca oleh
rangkaian phasa detector digunakan resistor pembagi
tegangan dipasang secara paralel antara phasa dengan netral
seperti pada gambar 3. Fungsi resistor ini adalah untuk
menurunkan tegangan dari tegangan sumber menjadi
tegangan yang dikehendaki. Selain itu juga penggunaan
resistor tidak merubah harga beda phasa yang terjadi pada
beban induktif yang terpasang.

Gambar 3 Rangkaian resistor pembagi tegangan
Vout =
R 2
R1+R2+R3
Iin

D. Sensor arus ACS712
Pada gambar 4 dibawah merupakan contoh aplikasi dari
ACS712. Pin 1&2 merupakan inputan dari sumber (fasa),
sedangkan pin 3&4 merupakan output (fasa) yang tersambung
ke beban. Vcc 5V dan ground berasal dari catu daya dan Vout
pada pin 7 menjadi masukan berupa sinyal analog dari
rangkaian deteksi beda fase.


Gambar 4 Contoh aplikasi dari rangkaian sensor arus
ACS712


E. Zero Crossing dan Phase Detector (Detektor Phasa)
Rangkaian ini berfungsi untuk mendeteksi perbedaan
sudut phasa yang mengalir ke beban. Detektor Phasa dibuat
menggunakan komparator dan gerbang logika XOR.
Komparator digunakan untuk mendapatkan informasi saat
nilai tegangan dan nilai arus tepat melewati titik nol. Gerbang
logika XOR digunakan untuk mengetahui nilai beda sudut
phasa. Nilai perbedaan sudut phasa didapat dengan
menghitung selang waktu antara tegangan naik dan tegangan
turun pada keluaran gerbang logika XOR. Rangkaian detektor
phasa ini ditunjukkan pada Gambar 5, serta sinyal input dan
output pada rangkaian zero crossing detector dapat dilihat
pada Gambar 6.


Gambar 5 Rangkaian Detektor Phasa

Gambar 6 Input dan output pada rangkaian phasa detector
III PERENCANAAN
Pada perencanaan dan pembuatan perangkat keras
rancang bangun rangkaian perbaikan faktor daya untuk beban
rumah tangga secara otomatis mengacu pada blok diagram
yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.








Gambar 7 Blok diagram rangkaian Perbaikan Faktor Daya
Untuk Beban Rumah Tangga Secara Otomatis.
A. Zero Crossing Detector (Detektor Phasa)
Menggunakan IC Op-Amp LM 339 untuk mengubah
sinyal tegangan sinusoidal dari sensor tegangan dan sensor
arus menjadi sinyal step. Sinyal step dari sensor tegangan dan
sensor arus kemudian dimasukkan gerbang logika XOR untuk
menghasilkan sinyal step yang menunjukkan nilai beda phasa.







Display LCD
SVC/
Kapasitor
bank
Mikrokontroler
Rangkaian Zero
Crossing
Detector
BEBAN
3









Gambar 8 Zero Crossing Detector (Detektor Phasa)
Diketahui :
I =1mA ; V =10V
Maka, V =I.R
R1=R2=
V
I
R1=R2 =
10V
1 mA
=10k
Diketahui :
I =0,017mA
V =5V
R3 =R4 =10 K
Maka,
V =I.R
5V =0,017mA
R5
10k +R5


50k +5R5 =17,85 R5
R5=R6=
50k
12,85
=3900 =3k9

B. Deteksi Leading Leaging
Gambar 9 menunjukkan bahwa sinyal step keluaran dari
komparator langsung dijadikan inputan dari D flip-flop,
parallel dengan inputan dari XOR yang juga berasal dari
sinyal keluaran komparator. Sinyal keluaran dari dari D flip-
flop langsung dijadikan inputan mikrokontroler.
Gambar 9 Deteksi Leading atau Lagging (D flip flop)

C. Soft switch dengan Thyristor
Pada gambar dibawah dapat dilihat bahwa pin 2 pada
optocoupler diberi inputan aktif low dari mikrokontroller
sebagai trigger agar gate terbuka, sehingga tegangan dari pin
6 dapat melewati pin 4. Tegangan tersebut digunakan untuk
mentrigger gate pada thyristor agar kapasitor bank yang
dipasang secara parallel dapat bekerja atau mengkompensasi.
Gambar 10 Soft switch dengan thyristor triac BTA12
D. Kapasitor Bank
Kapasitor Bank yang dipakai untuk perbaikan factor daya
ini adalah Kapasitor AC yang tegangan kerjanya 400V karena
kami menguunakan motor induksi satu fase sebagai beban
dengan tegangan 220 Volt. kapasitor ini terbagi dalam12 step
dimana nilai perstepnya dapat dihitung sebagai berikut:

Data percobaan motor Induksi satu fase:
Diketahui :
Cos 1 =0,6
Cos 2 (yang diinginkan) =0,92
P =1300
Qc =P x tan(cos
-1

1
cos
-1

2
)
=1300 x tan (cos
-1
0,6 - cos
-1
0,92)
=1300 (tan 53,13 tan 23,07)
=1300 (1,33-0,43)
=1170 var
Mencari nilai per step capacitor jika menggunakan 12 step :
1170 : 12 =97,5 var 100 var
Xc =
I
2
S
=
(220)
2
100
=484
C =
1
2n].Xc
=
1
2x3,14x50x484
=6,58pF 7F per step

E. Flowchart Sistem
Flowchart difungsikan untuk mempermudah dalam
pemrograman. Secara konsep flowchart yang diambil dalam
alat ini adalah seperti pada gambar 11.



Gambar 11 Flowchart Sistem















10k
10k
4
5
6
7
11
10
9
8
3 12
2 13
1 14 LM339
_
+
_
+
Vout ac
Sensor arus
Vout ac
Sensor tegangan
-Vcc 12V
10k
10k
3k9
3k9
+Vcc 12 V
4
5
6
7
Gnd
11
10
9
8
3 12
2 13
1 Vcc
5V
14 74HC86
+Vcc 5 V
Vout phase detektor
M
I
K
R
O
K
O
N
T
R
O
L
E
R
4
IV. PENGUJIAN DAN ANALISIS
Pengujian dilakukan dengan cara pengukuran dan
pengambilan bentuk gelombang output dari setiap rangkaian
yang dibutuhkan.

A. Sensor Tegangan
Hasil dari sensor tegangan menggunakan rangkaian
pembagi tegangan sesuai dengan harapan. Hasil rangkaian
sensor tegangan tidak menimbulkan pergeseran fasa yang
biasa terjadi pada sensor tegangan dengan rangkaian
perbandingan trafo. Hasil sensor tegangan akan digunakan
untuk mendeteksi beda phase di rangkaian zero crossing

Gambar 12 Sinyal keluaran sensor tegangan

B. Sensor Arus
Dari rangkaian aplikasi IC ACS 712 diatas, didapatkan
hasil output berupa tegangan AC tanpa komponen DC. Setiap
perubahan 1 ampere arus input maka hasil output berupa
tegangan AC akan berubah tiap 100 mV. Sinyal output yang
dihasilkan IC ACS 712 merupakan inverting dari sinyal input.
Sehingga diperlukan inverting amplifier agar sinyal output
sama dengan sinyal input IC ACS 712.
Tabel 1 Data percobaan ACS


C. Pengujian Output ex-or 74ls86 dengan Power
Harmonic Analyzer (PHA)
Pengujian kali ini yaitu membandingkan keluaran sinyal
XOR melalui pembacaan osiloskop dengan menggunakan
power harmonic analyzer.

Menggunakan beban motor 1phasa


Gambar 13 Gelombang output LM339 antara tegangan dan
arus

Gambar 14 Gelombang output EX-OR 74ls86 (phase
detektor parameter)
Perhitungan cos :

t =
ton(Ji:)
1
2
pcrioJc(Ji:)

1
2
pcrioJc(ms)

t =
1.1
5
10
t =2.2
0 =
ton(ms)
pcrioJc(ms)
pcrioJc(suJut)
0 =
2.2
20
360
0 =39.6
o

cos0 =0.77

Gambar 15 Pembacaan cos pi menggunakan Power
Harmonic Analyzer (PHA)
Dari pengambilan data sensor beda phasa
dibandingkan dengan pembacaan cos melalui power
harmonic analyzer didapatkan error yang dapat dilihat pada
perhitungan dibawah ini.
%crror cos0 =_
Pcmbocoon PEA osiloskop
Pcmbocoon PEA
_ 100%
%crror cos0 =_
0.730.77
0.73
_ 100%
%crror cos0 =5.5%

4.3.1 Menggunakan beban 2buah motor 1phasa



Gambar 16 Gelombang output LM339 antara tegangan dan
arus
No. Arus AC (Ammeter)
Tegangan Sensing Out
ACS
(Vac)
1 1 A 91 mV
2 2 A 195 mV
3 3 A 293 mV
4 4 A 394 mV
5 5 A 495 mV
5


Gambar 17 Gelombang output EX-OR 74ls86 (phase
detektor parameter)
Perhitungan cos :
t =
ton(Ji:)
1
2
pcrioJc(Ji:)

1
2
pcrioJc(ms)
t =
1.2
5
10
t =2.4
0 =
ton(ms)
pcrioJc(ms)
pcrioJc(suJut)
0 =
2.4
20
360
0 =43.2
o

cos0 =0.72


Gambar 18 Pembacaan cos pi menggunakan Power
Harmonic Analyzer (PHA)

Dari pengambilan data sensor beda phasa dibandingkan
dengan pembacaan cos melalui power harmonic analyzer
tidak didapatkan error

D. Pengujian Tampilan LCD
Percobaan kali ini didasarkan pada tampilan LCD dimana
disini ditampilkan data berupa power factor (cos phi) dan
banyaknya kapasitor yang digunakan.


Gambar 19 Tampilan LCD dengan pembebanan lampu pijar
60w
Pada gambar diatas ditunjukkan bahwa cospi
menunjukkan angka 1 leading dikarenakan beban merupakan
beban resistif sehingga tidak menimbulkan beda fasa.











Gambar 20 Tampilan LCD dengan pembebanan lampu
pijar 60w ditambah motor satu fasa pk.

Pada gambar diatas ditunjukkan bahwa cospi
menunjukkan angka 0,79 lagging dikarenakan beban
merupakan beban induktif sehingga menimbulkan beda fasa.
Kapasitor yang aktif mula-mula hanya 1buah sehingga belum
ada perubahan (kapasitor aktif = 1 dianggap belum ada
kapasitor yang aktif). Setelah sistem membaca bahwa cos phi
berada dibawah set point, maka kapasitor yang aktif mulai
ditambahkan (kapasitor aktif =2). Sehingga cos phi naik
menjadi 1 leading/lagging.

E. Pengujian dengan Beban Bervariasi
Pengujian kali ini dititikberatkan pada pemberian beban
yang lebih bervariasi. Beban yang digunakan antara lain
lampu pijar, motor pompa dan AC (Air Conditioner). Pada
table 4.2 perbandingan dilakukan antara cosphi yang
ditampilkan oleh LCD dengan cosphi yang ditampilkan oleh
alat ukur berupa Power Harmonic Analizer.

Tabel 2 Perbandingan Cosphi dengan Beban Bervariasi

















Beban Cos phi
LCD
Cos phi
PHA
Lampu pijar 1 1
Lampu+motor pompa
1buah
0,77 0,73
Lampu+motor pompa
2buah
0,72 0,72
Lampu+AC 0,9 0,92
Lampu+AC+motor
1buah
0,9 0,89
Lampu+motor single
phase pk
0,79
6
V. Kesimpulan
Setelah dilakukan proses perencanaan, pembuatan dan
pengujian alat serta dengan membandingkan dengan teori-
teori penunjang, dan dari data yang didapat maka dapat kami
simpulkan bahwa
1. Rancang bangun alat perbaikan faktor daya untuk
beban rumah tangga secara otomatis sudah dapat
bekerja secara otomatis dalam pengkompensasian daya
reaktif.
2. Bank kapasitor dikendalikan oleh penyulutan triac dan
terhubung paralel dengan beban serta telah dilengkapi
dengan deteksi fasa yang diatur saat penyalaan
kompensator daya reaktif.
3. Pada rangkaian switching digunakan optoisolator
MOC3041 sebagai driver triac BTA12 dan sebagai
isolator antara rangkaian DC dengan AC.
4. Kontrol otomatis dengan mikrokontroler dapat
memberikan informasi tentang banyaknya kompensasi
serta besarnya faktor daya sebelum dan sesudah
dikompensasi.
5. Kapasitor yang digunakan berjumlah 12 dengan ukuran
8F per stepnya.
6. Tiap step pengompensasian kapasitor dapat menaikkan
daya reaktif sebanyak 100VAR dengan daya aktif (P)
sebesar 1300W dan daya nyata (S) sebesar 18VA.
7. Cos phi terendah yang dapat terdeteksi adalah sebesar
0,72 dengan beban dua buah motor pompa air dan sebuah
lampu pijar 65Watt.
8. Prosentase kesalahan alat ini jika dibandingkan dengan
PHA (Power Harmonics Analyzer) meter rata-rata sebesar
5% tergantung dari beban yang digunakan.


VI. DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Hadi Ir,1994,Sistim Distribusi Daya Listrik,
Penerbit Erlangga, J akarta.
2. Indhana Sudiharto,2006,Desain Soft Switched Static
Var Compensator Untuk Mengurangi Inrush Current
Pada Capacitor Bank, J urusan Teknik Elektro, ITS,
Surabaya.
3. Malvino Albert Paul,1996,PrinsipPrinsip Elektronika
Edisi ketiga Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
4. Coughlin Roberet F,1987,Operational Amplifiers And
Integrated Circuit Third Edition.
5. Grob Bernard,1985, Basic Electronic Fifth Edition.
6. Epcos,2003,Power Quality.
7. Epcos,2005,Power Factor Correction.
8. Indhana Sudiharto dan Yahya Chusna Arif,2001,Power
Factor Regulator (PFR) menggunakan PLC,EEPIS
J ournal,Volume 6,Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai