Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH BULIMIA NERVOSA

Home makalah skripsi MAKALAH BULIMIA NERVOSA


Ads by Google
Bulimia nervosa, yang sering ditemukan pada anoreksia nervosa, terdiri dari episode rekuren
makan sejumlah besar makanan disertai dengan perasaan diluar kendali. Penyelaan sosial dan
gangguan fisik yaitu : nyeri abdomen atau mual menghentikan pesta makan, yang sering kali
diikuti oleh rasa bersalah, depresi atau muak terhadap diri sendiri. Orang selalu memiliki
perlaku kompensasi yang rekuren seperti pencahar (muntah yang diinduksi sendiri,
pemakaian laksasif yang berulang atau pemakaian diuretik), puasa atau latihan berat untuk
mencegah penambahan berat badan. Tidak seperti pasien anoreksia nervosa, pasien dengan
bulimia nervosa dapat mempertahankan berat badan yang normal.(1,2)

Penderita bulimia nervosa makan dalam jumlah yang sangat berlebihan (menurut riset, rata-
rata penderita bulimia nervosa mengkonsumsi 3.400 kalori setiap satu seperempat jam,
padahal kebutuhan konsumsi orang normal hanya 2.000 3.000 kalori per hari). Kemudian
berusaha keras mengeluarkan kembali apa yang dimakannya, dengan cara memuntahkan
kembali atau dengan menggunakan obat pencahar. Diantaranya kegiatan makan yang
berlebihan itu biasanya menekan berolahraga secara berlebihan. (3,4)

II. Definisi

Bulimia nervosa merupakan satu gangguan fungsi makan yang ditandai oleh episode nafsu
makan yang lahap tanpa dapat dikendalikan, diikuti dengan muntah yang disengaja atau
upaya pencahar lain yang dimaksudkan untuk mencegah meningkatnya berat badan (contoh,
penggunaan laksansia). (3)
III. Insiden dan Epidemiologi
Bulimia nervosa lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan pada laki-
laki, tetapi onsetnya lebih sering pada masa remaja dibandingkan pada masa dewasa
awal. Diperkirakan bulimia nervosa terentang dari 1-3 persen wanita muda.
(1,2,4)

Banyak penderita bulimia nervosa memiliki berat badan yang normal dan
kelihatannya tidak ada masalah yang berarti dalam hidupnya. Biasanya mereka
orang-orang yang kelihatannya sehat, sukses di bidangnya dan cenderung
perfeksionis. Namun, dibalik itu, mereka memiliki rasa percaya diri yang rendah dan
sering mengalami depresi. Mereka juga menunjukkan tingkah laku kompulsif,
misalnya, mengutil di pasar swalayan, atau mengalami ketergantungan pada alkohol
atau lainnya.
(3,5)

Bulimia nervosa sering terjadi pada orang dengan angka gangguan mood dan
gangguan pengendalian impuls yang tinggi. Juga telah dilaporkan terjadi pada orang
yang memiliki resiko gangguan berhubungan dengan zat dan gangguan kepribadian,
memiliki angka gangguan kecemasan dan gangguan dissosiatif yang meningkat dan
riwayat penyiksaan seksual.
(5)

IV. Etiologi
Faktor Biologis :
Kadar endokrin plasma yang meningkat pada beberapa pasien bulimia nervosa yang
muntah, kemungkinan menyebabkan perasaan sehat yang dirasakan oleh pasien
setelah muntah.
(1,2)

Faktor Sosial :
Penderita bulimia nervosa mempunyai kedudukan tinggi dan perlu berespon
terhadap tekanan sosial untuk menjadi kurus. Mereka terdepresi dan memiliki
depresi familiar yang tinggi.
(1,2)

Faktor Psikologis :
Pasien bulimia nervosa biasanya merasakan makan yang tidak terkendali yang
dilakukan sebagai egodistoni. Kesulitan yang dimiliki pasien ini dalam
mengendalikan impuls seringkali dimanifestasikan dengan makan yang berlebihan
dan mencahar.
(1,2)

V. Diagnosa dan Gambaran Klinis
Kriteria diagnostik dari bulimia nervosa berdasarkan DSM IV, Diagnostic
and Kriteria Statistical Disorders, ec.4.
(1,2,5)

A. Episode rekuren pesta makan. Episode pesta makan ditandai oleh kedua hal berikut
ini :
1. Makan, dalam periode waktu tertentu (misalnya dalam 2 jam), jumlah makan jauh
lebih besar daripada yang dimakan kebanyakan orang pada waktu dan situasi yang
serupa.
2. Perasan hilang kendali terhadap makan selama episode tersebut (misalnya merasa
tidak dapat menghentikan makan atau mengendalikan apa atau berapa banyak yang
dimakannya).
B. Perilaku kompensasi yang relevan yang tidak layak untuk mencegah kenaikan berat
badan, seperti muntah diinduksikan sendiri, penyalahgunaan laksatif, enema, atau
medika lain, puasa, atau olahraga berat.
C. Pesta makan dan perilaku kompensasi yang tidak sesuai, keduanya terjadi dengan
rata-rata sekurangnya dua kali dalam seminggu selama 3 bulan.
D. Pemeriksaan diri sendiri terlalu dipengaruhi oleh bentuk dan berat badan.
E. Gangguan tidak terjadi semata mata selama episode anoreksia nervosa.
(1,2)

Gejala gejala bulimia nervosa yaitu
(1,2,3,4)
:
Makan dalam jumlah yang berlebihan.
Terobsesi dengan makanan dan kalori.
Melakukan perangsangan muntah dan cuci perut.
Sering menghilang ke kamar mandi bila selesai makan, untuk mengeluarkan makanan
- makanan yang telah ditelan.
Bersikap penuh rahasia.
Merasa kehilangan kontrol.
VI. Diagnosis Banding
1. Sindroma Kluver-Bucy
Ciri patologis yang dimanifestasikan oleh sindroma Kluver-Bucy adalah agnosia
visual, menjilat dan menggigit yang kompulsif, memeriksa objek dengan mulut,
ketidakmampuan mengenali tiap stimulus, plasiditas, perubahan perilaku seksual
(hiperseksualitas), dan perubahan kebiasaan makan, khususnya hiperfagia.
2. Sindroma Kleine-Levin
Sindroma Kleine-Levin terdiri dari hipersomnia periodic yang berlangsung dua
sampai tiga minggu atau hiperfagia.
(1,2,4)

VII. Komplikasi :
Dehidrasi.
Ketidakseimbangan elektrolit yang menyebabkan aritmia dan mati mendadak.
Alkalosis metabolic.
Pembesaran kelenjar ludah.
Karies gigi.
Esofagitis.
Keluarnya cairan dari esopagus (esophageal tears) dan ruptura gastrik.
(1,2,3,4)

VIII. Prognosis
Secara keseluruhan, bulimia nervosa tampaknya memiliki prognosis yang
lebih baik dibandingkan anoreksia nervosa. Dalam jangka pendek, pasien bulimia
nervosa yang mampu melibatkan diri dalam pengobatan telah dilaporkan lebih dari
50 % yang mengalami perbaikan.
(1,2)

Prognosis bulimia nervosa tergantung kepada keparahan sequele mencahar,
yaitu apakah pasien mengalami gangguan elektrolit dan sampai derajat mana
muntah yang sering mengakibatkan esofagitis, amilasemia, pembesaran kelenjar liur
dan karies gigi.
(1,2)

Pada beberapa kasus ini yang tidak diobati, remisi spontan terjadi dalam satu
sampai dua tahun.
(1)

IX. Terapi :
Terapi bulimia nervosa terdiri dari berbagai intervensi, termasuk Psikotherapi
individual dengan pandekatan kognitif perilaku, therapi kelompok, therapi keluarga
dan farmakotherapi.
(1,2)

a. Psikotherapi
Ada tiga langkah mengatasi Bulimia Nervosa, yaitu :
1. Memberi kepercayaan kepada pasien sehingga pasien mau bekerjasama dalam
pengobatan.
2. Menghentikan kebiasaan makan yang salah dan episode muntah serta diare.
3. Mempertahankan dan mendorong pasien kepada kondisi yang lebih baik, oleh karena
kambuh kembali sangat besar.
1). Memastikan kerjasama dari pasien.
Pasien bulimia nervosa biasanya terlihat begitu antusias untuk menjalankan
pengobatan. Namun kenyataannya dia cenderung menggunakan caranya sendiri dan
tetap berusaha memoertahankan kebiasaannya. Jadi sebelum pengobatan sang
dokter harus memberikan kepercayaan dan meyakinkan pasien tentang pengobatan
yang akan dijalaninya.
2). Mengontrol kebiasaan makan dan muntah yang dibuatnya sendiri.
Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi jumlah dan jenis makanan pasien
bulimia nervosa. Namun sedikit sulit bila pasien tinggal dirumah tanpa pengawasan.
3). Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan yang sudah
membaik :
a) Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya untuk makan
lagi, maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap bahwa hal itu merupakan
respon yang fisiologis.
b) Agar pasien mau makan, maka kita katakankepadanya bahwa rasa lapar yang timbul
itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi.
c) Kalau pengobatan berhasil, maka pasien akan mengurangi ketergantungan terhadap
kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya akan teratasi, ini dapat berlangsung untuk
beberapa bulan. Oleh karena kebiasaan makan yang jelek pada bulimua nervosa ini
mudah berulang kembali, maka pengobatan yang paling efektif adalah dengan
memberikan rasa paercaya diri kepada pasien terhadap penampilan dan berat
badannya.
(1,2)

b) Farmakotherapi.
Antidepresan, termasuk tetrasiklik (Tofranil), Serotonin spesipik re uptake
inhibitor (SSRI) (fluoksetin (prozac)) dan penghambat monoamin oksidase (MAOI)
(fenelzin (Nardil)) bermamfaat untuk mengobati depresi pada buklimia nervosa.
(3)

Semua obat itu digunakan sebagai bagian dari suatu program therapi yang menyeluruh
dengan psikotherapi. Khusus bagi pasien dengan cemas dan agitasi dapat

diberikan lorazepam (Ativan) 1-2 mg per oral atau IM.(3)

DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan H. I, Saddock B. J, Grabb J. A. Sinopsis Psikiatri, Edisi Tujuh, Jilid 2, Penerbit
Binarupa Aksara, Jakarta, 1997 ; 187-93.
2. Kaplan H. I, Saddock B. J, Grabb J. A. Sinopsis of Psychiatry, 7 thEdition, Volume 2,
Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1997 ; 685-8.
3. Kaplan H. I, Saddock B. J. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Penerbit Widya Medika ; 175.
4. Goldman H. H. Review of General Psychiatry, 4 thEdition, Prentice Hall International Inc,
Baltimore, USA, 1994 ; 360-3.
5. Elkin G. D. Introduction to Clinical Psychiatry, 1st Edition, Prentice Hall International Inc,
San Francisco, USA, 1994 ; 188-9
























Bullimia Nervosa

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bulimia nervosa merupakan kondisi psikiatri yang mempengaruhi banyak remaja dan
wanita dewasa muda. Gangguan tersebut adalah karakteristik makan sebanyak-banyaknya
dan tahap akhir dari proses makannya dengan memuntahkan apa yang dimakan dan dapat
menyebabkan komplikasi medis. Dengan demikian, pasien dengan bulimia nervosa sering
hadir dalam keadaan perawatan primer. Penanda bulimia nervosa yang berguna dalam
membuat diagnosis yaitu pemeriksaan fisik dan laboratorium. Di Amerika Serikat, gangguan
makan mempengaruhi 5 sampai 10 juta orang, terutama wanita muda antara usia 14 dan 40
tahun. Namun, bulimia nervosa adalah gangguan umum yang lebih sulit untuk
mengidentifikasi dalam pengaturan perawatan primer. Pada artikel ini, kami memberikan
tinjauan tentang bulimia nervosa, terkait uji fisik dan laboratorium, temuan, dan diagnostik
strategi yang berkaitan dengan praktek perawatan primer.
1

Dahulu bulimia nervosa termasuk dari varian anoreksia nervosa (Russell pada tahun
1979). Namun, karena lebih banyak penelitian telah dilakukan dan lebih pasien yang
menderita bulimia nervosa telah diidentifikasi, bulimia nervosa dan anorexia nervosa yang
sekarang dikenal sebagai 2 sindrom yang berbeda. Menurut Diagnostik dan Statistik Manual
untuk Gangguan Mental, Edisi Keempat (DSM-IV), bulimia nervosa ditandai dengan episode
berulang dari pesta makan diikuti dengan 1 atau lebih perilaku kompensasi untuk
menghilangkan kalori (muntah, obat pencahar, puasa, dll) yang terjadi rata-rata minimal dua
kali seminggu selama 3 bulan atau lebih. pasien yang tidak memenuhi kriteria frekuensi atau
panjang dapat didiagnosis dengan DSM IV gangguan makan yang tidak disebutkan secara
spesifik. Bulimia nervosa juga digambarkan menjadi 2 subtipe yang berbeda: pembersihan
dan tidak dibersihkan. Dengan subtipe membersihkan, pasien melakukan beberapa metode
untuk menghilangkan makanan binged dari tubuh mereka. Hal ini yang paling sering
dilakukan dengan menginduksi diri agar muntah tetapi bisa termasuk penyalahgunaan
laksatif, enema, atau diuretik. bulimia nonpurging menggunakan latihan puasa atau
berlebihan sebagai kompensasi utama untuk binges tetapi tidak secara teratur membersihkan.
terlepas dari subtipe, pasien penderita bulimia memiliki evaluasi negatif sel, menempatkan
kepentingan tidak pantas di berat badan dan citra tubuh.
1,2

1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi, etiologi, epidemiologi, skining dan manifestasi klinis bulimia nervosa?
2. Bagaimanakah komplikasi dan komorbiditas pskiatrik bulimia nervosa?
3. Bagaimana penilaian fisik dan laboratorium serta penatalaksanaan bulimia nervosa?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi, etiologi, epidemiologi, skining dan manifestasi klinis bulimia nervosa.
2. Mengetahui komplikasi dan komorbiditas pskiatrik bulimia nervosa.
3. Mengetahui penilaian fisik dan laboratorium serta penatalaksanaan bulimia nervosa.

1.4 Manfaat
1. Memenuhi tugas referat kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Jiwa
2. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang bulimia nervosa.
3. Mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan tentang materi yang dipelajari.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Bulimia merupakan bahasa latin dari sebuah kata Yunani boulimia, yang artinya
extreme hunger alias lapar yang amat sangat. Ini sesuai dengan gambaran para bulimics -
orang yang bulimia-, mereka cenderung makan dalam jumlah banyak dalam waktu yang
singkat, seperti orang yang kelaparan. Dan selanjutnya sebagai kompensasi dari pola
makannya tersebut, mereka akan melakukan berbagai cara yang intinya supaya berat badan
mereka tidak bertambah meski mereka sudah makan banyak.
3
Bulimia nervosa merupakan
satu gangguan fungsi makan yang ditandai oleh episode nafsu makan yang lahap tanpa dapat
dikendalikan. Penyelaan sosial dan gangguan fisik yaitu, nyeri abdomen atau mual-mual,
menghentikan pesta makan yang sering diikuti oleh perasaan bersalah, depresi, atau muak
terhadap diri sendiri. Orang selalu memiliki perilaku kompensasi yang rekuren seperti
mencahar ( muntah yang diinduksi sendiri, pemakaian laksatif yang berulang, atau pemakaian
diuretika), puasa, atau latihan yang berat. Namun pasien bulimia nervosa mampu
mempertahankan berat badan yang normal.
2,3,4

DSM-IV membagikan Bulimia nervosa dalam dua bentuk yaitu purging dan
nonpurging. Pada tipe purging, individu tersebut memuntahkan kembali makanan secara
sengaja. Dilakukan dengan menusukkan jari ke tenggorokan, atau dengan menggunakan obat-
obatan laksatif, obat pencahar, maupun obat-obatan lain. Tujuannya agar makanan tidak
sempat dicerna oleh tubuh sehingga tidak menambah berat badan. Pada tipe nonpurging,
individu tersebut menggunakan cara lain selain cara yang digunakan pada tipe purging,
seperti berpuasa atau berolahraga secara berlebihan. Tujuannya agar energi yang dihasilkan
dari makanan dapat langsung dibakar dan habis. Menurut kriteria diagnostik dalam
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat ( DSM-IV), pesta
makan dan perilaku kompensasi harus terjadi dengan rata-rata sekurangnya dua kali
seminggu selama tiga bulan.
2,3


2.2 Epidemiologi
Bullimia nervosa lebih sering ditemukan pada wanita di bandingkan pada laki-laki,
Diperkirakan bulimia nervosa terjadi pada sekitar satu sampai tiga persen pada wanita muda.
Onsetnya lebih sering pada masa remaja atau pada masa dewasa muda.
1,2,5

Prevalensi bulimia nervosa untuk wanita di Amerika Serikat adalah 2% sampai 3%,
namun dapat mencapai 10% pada populasi yang rentan, seperti perguruan tinggi yang khusus
untuk wanita. Gejala yang kadang ditemukan pada bullimia nervosa, seperti episode pesta
makan dan mencahar yang terisolasi, telah dilaporkan pada hampir 40 persen wanita
perguruan tinggi. Kejadian ada pria hanya sepersepuluh dari wanita. Secara demografis,
sebagian besar pasien dengan bulimia nervosa masih lajang, berpendidikan perguruan tinggi,
dan dipertengahan usia 20 tahunan. Namun, kebanyakan pasien mulai mengalami gejala
bulimia nervosa selama masa pubertas. Bulimia terjadi pada 2,3% perempuan kulit putih, dan
0,40% pada wanita kulit hitam. Faktor risiko untuk bulimia nervosa meliputi pelecehan
seksual saat anak-anak, homoseksualitas laki-laki, tinggal sendirian, tinggal di asrama
mahasiswi, kontrol glikemik diabetes yang buruk, perasaan rendah diri, diet, keterlibatan
dengan atletik, pekerjaan yang berfokus pada berat badan. Pasien dengan faktor-faktor risiko
atau pada populasi berisiko tinggi untuk terkena gangguan ini, harus segera
menjalani skrining.
1,2,5

Banyak penderita bulimia nervosa memiliki berat badan yang normal dan
kelihatannya tidak ada masalah yang berarti dalam hidupnya. Biasanya mereka orang-orang
yang kelihatannya sehat, sukses di bidangnya dan cenderung perfeksionis. Namun, dibalik
itu, mereka memiliki rasa percaya diri yang rendah dan sering mengalami depresi. Mereka
juga menunjukkan tingkah laku kompulsif, misalnya, mengutil di pasar swalayan, atau
mengalami ketergantungan pada alkohol atau lainnya.
4,6

Bullimia nervosa sering terjadi pada orang dengan angka gangguan mood dan
gangguan pengendalian impuls yang tinggi. Juga telah dilaporkan terjadi pada orang yang
memiliki resiko gangguan berhubungan dengan zat dan gangguan kepribadian, memiliki
angka gangguan kecemasan dan gangguan dissosiatif yang meningkat dan riwayat
penyiksaan seksual.
6


2.3 Etiologi
Faktor genetik, Pada umumnya para peneliti percaya bahwa faktor hereditas
berpengaruh terhadap gangguan pola makan. Neurotransmitter tertentu, suatu senyawa kimia
yang menghantarkan impuls syaraf, pada orang yang bulimia kadarnya tidak normal sehingga
para peneliti ini beranggapan ada kelainan pada sistem syaraf pusat yang dapat dipengaruhi
oleh faktor genetik. Neurotransmitter yang abnormal tersebut adalah serotonin, yang juga
dipercaya sebagai neurotransmitter yang berhubungan dengan gangguan mood. Penelitian
terhadap kembar identik dan kembar fraternal membuktikan bahwa prilaku gangguan pola
makan pada kembar identik lebih besar kemungkinan terjadinya dibandingkan kembar
fraternal. Hal itu disebabkan susunan genetik kembar identik sama dibandingkan kembar
fraternal.
3

Faktor biologis, gangguan pola makan juga dipengaruhi oleh komponen gentika
lainnya yakni neurochemistry. Para peneliti telah menemukan bahwa neurotransmitter
serotonin dan norepinefrin secara signifikan menurun pada pasien yang menderita Anorexia
dan Bulimia Nervosa akut. Neurotransmitter ini akan berfungsi secara abnormal pada
penderita depresi. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara dua gangguan tersebut.
Disamping menciptakan rasa kepuasan fisik dan emosi, neurotransmitter serotonin juga
menghasilkan efek kurang nafsu makan. Bahan kimia otak juga telah diteliti pengaruhnya
terhadap gangguan pola makan. Ditandai dengan meningkatnya kadar hormon vasopressin
dan kortisol. Kedua hormone ini secara normal di keluarkan sebagai respon terhadap stress
yang dialami oleh penderita tersebut. Pada penelitian lain ditemukan bahwa tingginya level
neuropeptida dan peptide juga berpengaruh terhadap penderita Bulimia. Kedua hormon
tersebut menyebabkan rangsangan untuk makan pada uji coba binatang. Kadar hormone.
2,3,4

Faktor sosiokultural. Pasien dengan bulimia nervosa, seperti pasien dengan anoreksia
nervosa, cenderung mereka yang memiliki kedudukan tinggi dan perlu berespon terhadap
tekanan sosial untuk menjadi kurus. Banyak pasien bulimia nervosa adalah pasien terdepresi
dan memiliki depresi familial yang tinggi hal ini disebabkan oleh orang tua yang
mengikutsertakan anaknya dalam kegiatan yang mengharuskan pengontrolan berat badan
yang ketat seperti balet, senam, modeling dapat sebagai faktor risiko timbulnya bulimia
nervosa. Faktor sosiokultural merupakan salah satu faktor yang cukup besar pengaruhnya
terhadap timbulnya kelainan ini. Kita tahu bahwa makanan yang banyak beredar serta disukai
oleh banyak orang pada masa ini adalah makanan seperti roti-roti, fast food, es krim, pizza
yang merupakan karbohidrat olahan. Setelah diteliti, mereka yang mengkonsumsi makanan
ini, kadar serotonin dalam darah mereka meningkat sementara hingga 450 %. Coba lihat juga
makanan yang ditawarkan oleh berbagai gerai makanan yang ada di pusat perbelanjaan,
sebagian besar merupakan makanan karbohidrat olahan. Itulah salah satu alasan kenapa di
negara-negara maju angka kejadian bulimia pada gadis remaja atau wanita muda nya cukup
tinggi. Berbeda dengan mereka yang tinggal di negara berkembang, yang pola konsumerisme
berbeda, pola makan juga berbeda. Di negara berkembang, orang lebih banyak
mengkonsumsi makanan berkarbohidrat bukan olahan -nasi, sayur, buah- yang efeknya jauh
lebih rendah dalam meningkatkan serotonin dalam darah. Tapi kalau di negara berkembang
yang mall-mall nya juga berkembang pesat, berarti perlu diteliti lebih lanjut tentang kejadian
bulimia nervosanya.
2,3,4

Faktor psikologis. Pasien dengan bullimia nervosa memiliki kesulitan dengan
kebutuhan remaja, tetapi pasien bulimia nervosa lebih mengungkapkan, marah, dan impulsif
dibandingkan pasien anoreksia nervosa. Ketegantungan alkohol, mencuri di toko, dan
labilitas emosional (termasuk usaha bunuh diri) adalah berhubungan dengan bulimia nervosa.
Pasien bulimia nervosa biasanya merasakan makan yang tidak terkendali yang dilakukannya
sebagai ego-distonik dibandingkan pasien dengan anoreksia nervosa sehingga pasien dengan
bulimia nervosa lebih cepat mencari bantuan.
2,3,4


2.4 Skrining
Kuisioner (BITE) adalah tes singkat untuk deteksi dan deskripsi bulimia nervosa.
BITE ini terdiri dari satu set 33 pertanyaan (30 ya / tidak jenis dan 3 penilaian respon) yang
secara bersamaan menilai kehadiran dan relatif keparahan gangguan makan. BITE ini dibagi
menjadi 2 bagian, skala gejala dan skala keparahan. Skala gejala terdiri dari 30 pertanyaan ya
/ tidak, 1 poin diberikan untuk setiap jawaban "ya", dan skor 20 atau lebih mengindikasikan
gangguan makan. 3 pertanyaan lain(respon) membentuk skala keparahan dan meminta pasien
untuk menilai frekuensi tindakan mereka. Skor 5 atau lebih pada bagian ini dianggap
signifikan secara klinis, dan skor 10 atau lebih dianggap parah. BITE mengambil rata-rata 10
menit untuk menyelesaikan dan dapat segera dicetak oleh praktisi. Meskipun tidak
dimaksudkan untuk skrining dalam perawatan primer, instrumen ini dapat digunakan untuk
melacak tingkat keparahan penyakit pada pasien.
1




2.5 Diagnosis dan Gejala Klinis
Kriteria diagnostik dari bulimia nervosa berdasarkan DSM IV, Diagnostic and
Kriteria Statistical Disorders, ec.4.
(2,4,7)

A. Episode rekuren pesta makan. Episode pesta makan ditandai oleh kedua hal berikut ini
i. Makan, dalam periode waktu tertentu (misalnya dalam 2 jam), jumlah makan
jauh lebih besar daripada yang dimakan kebanyakan orang pada waktu dan situasi yang
serupa.
ii. Perasaan hilang kendali terhadap makan selama episode tersebut (misalnya
merasa tidak dapat menghentikan makan atau mengendalikan apa atau berapa banyak yang
dimakannya).
B. Perilaku kompensasi yang relevan yang tidak layak untuk mencegah kenaikan berat badan,
seperti muntah diinduksikan sendiri, penyalahgunaan laksatif, enema, atau medika lain,
puasa, atau olahraga berat.
C. Pesta makan dan perilaku kompensasi yang tidak sesuai, keduanya terjadi dengan rata-rata
sekurangnya dua kali dalam seminggu selama 3 bulan.
D. Pemeriksaan diri sendiri terlalu dipengaruhi oleh bentuk dan berat badan.
E. Gangguan tidak terjadi semata mata selama episode anoreksia nervosa.
1,2

Gejala gejala bulimia nervosa yaitu
1-4
:
Makan dalam jumlah yang berlebihan.
Terobsesi dengan makanan dan kalori.
Melakukan perangsangan muntah dan cuci perut.
Sering menghilang ke kamar mandi bila selesai makan, untuk mengeluarkan makanan -
makanan yang telah ditelan.
Bersikap penuh rahasia.
Merasa kehilangan kontrol.
Menurut DSM-IV, ciri penting dari bulimia nervosa adalah episode rekuren pesta
makan; suatu perasaan tidak adanya pengendalian terhadap makan selama pesta makan;
muntah yang diinduksi sendiri, penyalahgunaan laksatif atau diuretik, berpuasa, atau latihan
berlebihan untuk mencegah kenaikan berat badan; dan penilaian diri sendiri yang persisten
yang terlalu dipengaruhi oleh bentuk dan berat badan. Pesta makan biasanya mendahului
muntah dengan kira-kira satu tahun.
2,4,5

Muntah adalah sering terjadi dan biasanya diinduksi dengan memasukkan jari ke
dalam tenggorokan, walaupun beberapa pasien mampu untuk muntah atas kehendaknya
sendiri. Muntah menurunkan nyeri abdomen dan perasaan penuh dan memungkinkan pasien
terus makan tanpa takut akan mengalami kenaikan berat badan. Depresi sering kali mengikuti
episode dan disebut penderitaan setelah pesta makan (postbinge anguish). Selama pesta
makannya pasien makan makanan yang manis, tinggi kalori, dan biasanya lembut atau lunak,
seperti cake dan kue kering. Makanan dimakan secara sembunyi-sembunyi dan secara cepat,
dan kadang-kadang tidak dikunyah.
2,4,5

Sebagian besar pasien bulimia nervosa adalah dalam rentang berat badan yang
normal, tetapi beberapa pasien khawatir terhadap citra tubuh dan penampilannya, khawatir
terhadap tanggapan orang lain terhadap dirinya, dan khawatir terhadap daya tarik seksualnya.
Sebagian besar pasien bulimia nervosa adalah aktif secara seksual, dibandingkan dengan
pasien anoreksia nervosa. Pika dan perebutan selama makan kadang-kadang ditemukan
dalam riwayat pasien bulimia nervosa.
2

Mirip dengan anoreksia nervosa, orang yang menderita bulima nervosa juga
mempunyai penyakit psikologis seperti depresi, ansietas dan/atau permasalahan
penyalahgunaan zat. Kebanyakan kondisi fisik adalah akibat dari aspek penyingkiran
penyakit, termasuklah ketidakseimbangan elektrolit, masalah gastrointestinal, dan masalah
berkaitan dengan rongga mulut dan gigi.
2

Gejala lain yang terkait termasuklah inflamasi kronis dan sakit tenggorokan,
pembengkakan kelenjar di leher dan di bawah rahang, robekan enamel gigi dan
meningkatnya kepekaan dan kerusakan gigi akibat daripada pemaparan terhadap asam perut,
penyakit refluks gastroesofagus, intestinal distress dan iritasi akibat penyalahgunaan obat
cuci perut, masalah pada ginjal akibat penyalahgunaan obat diuretik, dan dehidrasi berat
karena kekurangan cairan dari tubuh.
2

Gangguan mood adalah sering pada pasien dengan bulimia nervosa dan simptom
cemas dan tegang (tension) sering dialami. Kebanyakan pasien dengan bulimia nervosa
mengalami depresi ringan dana sesetengah mengalami gangguan mood dan perilaku yang
serius seperti cobaan membunuh diri dan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan
terlarang. Biasanya, pasien dengan bulimia nervosa merasa malu dengan perbuatannya
sendiri dan cenderung untuk merahasiakannya dari keluarga dan teman-teman.

2.6 Pemeriksaan Fisik & Laboratorium
Pemeriksaan fisik dapat memberikan petunjuk penting menunjukkan adanya bulimia
nervosa, terutama untuk menyingkirkan subtipe gangguan tersebut. Pada pemeriksaan, dokter
mungkin mencari tanda-tanda komplikasi medis disebutkan sebelumnya, termasuk erosi gigi,
jaringan parut atau abrasi pada kuku-kuku jari, dan kelenjar parotis bengkak.
1

Penyedia layanan kesehatan primer harus mempertimbangkan penggunaan tes
laboratorium di kedua evaluasi diagnostik dan tindak lanjut. Untuk pasien kurus, pasien
dengan dicurigai bulimia nervosa tetapi membantah, dan pasien dengan gejala fisik dan
tanda-tanda yang muncul, tes laboratorium mungkin berguna untuk mengesampingkan
gangguan lain atau juga dapat mendiagnosa positif bulimia nervosa. Meskipun tidak ada
panel standar dari tes yang dijelaskan, jumlah elektrolit serum dan urin, penilaian asam-basa,
dan tingkat fosfor harus diperoleh dari pasien kurus baik saat diagnosis atau saat tindak
lanjut. Monitoring elektrokardiogram harus dilakukan pada pasien bulimia dengan kelainan
elektrolit, jantung berdebar, nyeri dada, atau berat badan rendah. Pasien bulimia dengan
setidaknya dengan riwayat 5 bulan berat badan rendah atau anoreksia harus dilakukan
penilaian kepadatan tulang. Pengujian lain, seperti endoskopi GI atas atau bagian lebih
rendah, harus dipertimbangkan, tergantung pada konstelasi gejala dan tanda. Misalnya,
kondisi lain yang dapat bermanifestasi dengan gejala GI termasuk penyakit radang usus,
celiac sprue, dan irritabel bowl sindrom.
1

Para penderita bulimia dengan berat badan normal atau overweight (gemuk) mungkin
tidak memiliki kelainan laboratorium yang signifikan. Kelainan laboratorium menjadi lebih
umum dengan penurunan berat badan dan meningkatkan keparahan perilaku (membersihkan).
Tingkat elektrolit yang paling mungkin akan terpengaruh.
1

Hipokalemia, hypochloremia, hiperfosfatemia, dan alkalosis metabolik adalah umum,
terutama bulimia dengan berat badan yang rendah. Tingkat keparahan hipokalemia dan
hypochloremia secara langsung berkaitan dengan jumlah dan pengalaman pasien dalam
membersihkan, terutama yang melibatkan diuretik, pencahar, dan muntah berulang-ulang.
Sebuah studi kasus-kontrol terbaru menyarankan bahwa rasio natrium urin untuk klorida urin
adalah prediktor terbaik untuk perilaku bulimia. Kehadiran alkalosis metabolik dan
hiperfosfatemia meningkatkan kecurigaan adanya muntah diam-diam yang dilakukan pasien.
Meskipun kadar kalium serum telah dianggap sebagai penanda yang baik untuk pasien
dengan perilaku bulimia, frekuensi yang relatif (4,1% menjadi 13,7%) dari hipokalemia
yang signifikan pada bulimia menurunkan sensitifitasnya sebagai test skrining.
1

Gambaran keseluruhan laboratorium pasien tergantung pada mekanisme kompensasi.
Pasien yang pembersihannya dengan muntah dapat datang dengan alkalosis metabolik
(peningkatan kadar bikarbonat serum) karena kontraksi volume. Namun, pasien
pembersihannya dengan menyalahgunakan obat pencahar dapat datang dengan asidosis
metabolik (penurunan kadar bikarbonat serum) karena kehilangan cairan alkali dari usus.
Pasien menggunakan lebih dari satu mekanisme pembersihan dapat menampilkan temuan
campuran asam-basa. Ketidakseimbangan elektrolit memberikan kontribusi kelemahan,
kelelahan, dan pada kasus berat, dapat menyebabkan aritmia jantung dan kematian mendadak
pada pasien.1
Penentuan amilase serum dapat membantu untuk mendiagnosis dan memantau
bulimia nervosa. Tingkat amilase tinggi mungkin menunjukkan bahwa pasien telah muntah.
Dalam beberapa kasus, maka akan diperlukan untuk menyingkirkan penyebab organik kadar
amilase tinggi atau muntah, seperti pankreatitis. Ketika difraksinasi menjadi komponen-
komponen serum dan saliva, peningkatannya terkadang tidak proporsional, dengan amilase
saliva tinggi melebihi amilase pankreas pada pasien yang telah muntah. Karena itu tes
difraksinasi mungkin bermanfaat untuk digunakan sebagai alat bantu diagnostik dalam kasus
dimana muntah ditolak dan memonitor terus muntah pada pasien yang menjalani
pengobatan.
1


2.7 Diagnosis Banding
Diagnosis bulimia nervosa tidak dapat dibuat jika perilaku pesta makan dan mencahar
terjadi semata-mata selama episode anoreksia nervosa. Pada kasus tersebut diagnosis adalah
anoreksia nervosa, tipe pesta makan/mencahar.
Klinisi harus memastikan bahwa pasien tidak menderita penyakit neurologis, seperti
kejang ekuivalen-epileptik, sindrom Kluver-Bucy, atau sindrom Kleine-Levin. Sindrome
Kleine Levin terdiri dari hipesomnia periodik yang berlangsung dua sampai tiga minggu dan
hiperfagia, seperti pada bulimia nervosa, onset biasanya selama masa remaja.
1. Sindroma Kluver-Bucy
Ciri patologis yang dimanifestasikan oleh sindroma Kluver-Bucy adalah agnosia visual,
menjilat dan menggigit yang kompulsif, memeriksa objek dengan mulut, ketidakmampuan
mengenali tiap stimulus, plasiditas, perubahan perilaku seksual (hiperseksualitas), dan
perubahan kebiasaan makan, khususnya hiperfagia.
2. Sindroma Kleine-Levin
Sindroma Kleine-Levin terdiri dari hipersomnia periodic yang berlangsung dua sampai tiga
minggu atau hiperfagia seperti pada bullimia nervosa. Onset biasanya selama masa remaja.
Sindroma lebih sering pada laki-laki dibandingkan wanita. Pasien dengan gangguan
kepribadian ambang kadang-kadang pesta makan, tetapi makan adalah disertai dengan tanda
lain dari gangguan.
1,2,5


2.8 Penatalaksanaan
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan dalam pola makan seperti
kelainan genetik, tekanan sosial untuk menjadi langsing, tekanan dari teman sebaya, dan lain-
lain. Penerimaan dari lingkungan merupakan langkah awal penyembuhan kelainan bulimia.
Kebanyakan penderita tetap tinggal dalam penyangkalan dan menolak untuk ditolong.
Langkah penyembuhan lain adalah dengan melakukan psikoterapi pada penderita, keluarga
maupun lingkungan tempat penderita berasal. Pemberian obat, termasuk antidepresan,
kadang-kadang dibutuhkan dalam situasi tertentu. Terapi gizi juga penting sebagai asupan
vitamin dan mineral bagi penderita. Namun jika langkah-langkah tersebut tidak membawa
hasil, satu-satunya cara yaitu dengan membawa penderita ke rumah sakit untuk diopname,
terutama bagi penderita anoreksia. Itu dilakukan jika berat badan penderita menurun hingga
25% dari berat normal atau jika organ-organ vital dalam tubuh mengalami cedera. Ingatlah
bahwa pola makan sehat adalah cara hidup yang terbaik. Jangan biarkan diri kita di bawah
tekanan sosial atau teman sebaya. Satu lagi yang terpenting, tetaplah percaya diri sebab nilai
personaliti kita tidak ditentukan oleh seberapa kurus atau gemuknya tubuh kita.
Terapi bulimia nervosa terdiri dari berbagai intervensi, termasuk Psikotherapi
individual dengan pandekatan kognitif perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga dan
farmakoterapi.
1,4

Terapi CBT ( Cognitive behavioral therapy) merupakan terapi psikologis yang
memiliki tujuan menstop makanan yang berlebihan yang dapat menyebabkan muntah dan
mengubah sikap pasien terhadap makanan. Metode CBT memiliki 3 fase yang memerlukan
waktu khusus dalam 20 minggu terapi fase pertama, pasien diajarkan tentang bulimia nervosa
yaitu faktor-faktor yang menyebabkan penyakit ini diantaranya tindakan pengaturan
frekuensi dan pola makan dengan cara menghindari makanan yang sebanyak banyaknya atau
pengetahuan tentang purging pada sesi terapi ini. Pada fase kedua, pasien diajarkan dalam
kebebasan memilih makanan dan diberi tambahan
waktu untuk memperbaiki makanan disfungsional dalam tubuh dan pola pikirnya. Pada
fase ketiga, tujuannya ialah maintenance dan mencegah kekambuhan. Pada terapi
CBT (Cognitive behavioral therapy) di dapatkan 45 % pasien berhenti bingeing and purging
dan 35 % tidak lagi memenuhi kriteria bulimia nervosa. Pada 31 %- 44% pasien mengalami
kekambuhan dalam waktu 4 bulan setelah terapi CBT (Cognitive behavioral therapy).
kekambuhan ini diduga akibat motivasi rendah selama terapi dan makanan yang terlalu
khusus yang menyebabkan peningkatan frequensi muntah sebelum terapi.
1

Terapi Farmakologi
Medikasi antidepresan dapat menurunkan pesta makan dan mencahar terlepas dari
adanya suatu gangguan mood. Jadi, untuk siklus pesta makan dan mencahar yang sukar yang
tidak responsif terhadap psikoterapi saja, antidepresan telah digunakan dengan berhasil.
Imipramine (tofranil), desipramine (Norpramin), trazodone (desyrel), dan inhibitor
monoamin oksidas telah membantu. Fluoxetine (Prozac) juga menjanjikan sebagai terapi
yang efektif.
2
Obat fluoxetine dengan dosis 60 mg / hari yang mempunyai efek dapat
menurukan respon muntah dan memperbaiki gangguan makan. Fluoxetine dilaporkan dapat
menurunkan respon muntah dan memperbaiki gangguan makanan dalam 4 minggu
terapi. Penggunaan terapi fluoxetine selama 1 tahun di laporkan dapat menurunkan
kekambuhan dan efeknya lebih tinggi dari pada placebo. Berbagai kasus 5 pasien kurus
dengan gangguan makan dilaporkan bahwa sertraline memiliki efek dapat memulihkan berat
badan dan mengurangi gangguan makan. Pada citalopram memiliki efek dalam mengobati
gangguan makan. Sedangkan pada milnacipran, obat anti depresan, kedua serotonergik dan
noradrenergic mempunyai efek dalam menguangi gejala bulimia pada beberapa kasus yg
tidak tertangani. Tetapi sampai saat ini hanya fluoksetin, yang merupakan satu-satunya obat
yang dibenrkan Oleh U.S food and Drug Administration sebagai terapi Bulimia Nervosa.
1

Pemberian kombinasi CBT dengan obat fluoxetine terbukti lebih unggul dari pada
pemberian CBT saja atau Obat fluoxetine saja. Yang bila kedua pengobatan dikombinasi
memiliki efek menurunkan frekuensi dan keparahan muntah serta dapat mengurangi
gangguan makan, pada penelitian terbaru di laporkan pasien yang sudah di terapi dengan
kombinasi CBT dan obat fluoxetine dapat memperbaiki penyusesuaian dalam lingkungan
sosial yang lebih baik hingga 10 tahun setelah menerima terapi kombinasi tersebut bila
dibandingkan dgn terapi bulimia yg menggunakan placebo. Pada pasien yang tidak berespon
pada terapi CBT, fluoxetine telah terbukti efektif dalam mengurangi gejala
bulimia.

Mengingat penelitian ini, pengobatan saat ini yang digunakan untuk terapi bulimia
nervosa terdiri dari rawat jalan berbasis CBT dan terapi fluoxetine.
1

Terapi nutrisi
Ahli gizi dapat mengatur jadwal makan, memberikan penjelasan mengenai tujuan
terapi nutrisi, pentingnya diet sehat dan akibat buruk dari pola makan yang salah terhadap
kesehatan. Pengaturan diet untuk penderita bulimia nervosa dilakukan secara bertahap
tergantung tingkat keparahan serta ada tidaknya komplikasi dengan penyakit penyerta.
Kebutuhan energi disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin, dihitung berdasarkan berat
badan ideal, bukan berat badan yang sebenarnya. Selain dengan pengaturan makan yang sehat
dan berimbang diperlukan juga olahraga secara tepat dan teratur. Olahraga yang teratur dapat
menormalkan kembali kerja kelenjar yang abnormal sehingga akan diperoleh kadar serotonin
yang sesuai dengan kebutuhan penderita.
8

Berikut adalah usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan
yang sudah membaik :
9

Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya untuk makan lagi, maka
kita jangan menentangnya, tapi kita anggap bahwa hal itu merupakan respon yang fisiologis.
Agar pasien mau makan, maka kita katakana kepadanya bahwa rasa lapar yang timbul itu,
karena tubuhnya memerlukan nutrisi.
Kalau pengobatan berhasil, maka pasien akan mengurangi ketergantungan terhadap
kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya akan teratasi, ini dapat berlangsung untuk beberapa
bulan. Oleh karena kebiasaan makan yang jelek pada bulimua nervosa ini mudah berulang
kembali, maka pengobatan yang paling efektif adalah dengan memberikan rasa paercaya diri
kepada pasien terhadap penampilan dan berat badannya.
Primary care, dokter seharusnya mempertimbangkan dalam merujuk pasien ke
perawatan lebih khusus pada pasien gangguan makanan yang persistent, gangguan psikis,
perilaku yang merugikan diri sendiri atau keinginan bunuh diri.
1

2.9. Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengamati ada-tidaknya
gejala pada keluarga maupun orang-orang terdekat. Ketika beberapa gejala ditemui dapat
dilakukan pendekatan secara interpersonal, berempati dan mendorong untuk makan dan
berolahraga secara normal, serta memberitahukan dampak negatif bulimia. penderita bulimia
tidak dapat sembuh dengan sendirinya oleh karena itu tindakan pertolongan yang harus
segera diberikan yaitu disarankan untuk berkonsultasi langsung ke para ahli kesehatan.
Secara umum penderita penyakit ini jarang hingga perlu dirawat di rumah sakit, kecuali
keadaannya sudah terjadi komplikasi yang parah. Pengobatan pun akan berbeda antar orang.
Kesesuaian dengan seseorang belum tentu akan sesuai pula dengan orang lain. Selama
pengobatannya diperlukan kelompok terapis dari berbagai keahlian, yang dapat membantu
pasien dalam menghadapi masalah medis, psikologis, dan gizi. Pencegahan terjadinya
bulimia nervosa terdiri atas dua bagian :
8


1. Program pencegahan primer
Pencegahan ini langsung ditujukan pada populasi berisiko tinggi seperti murid wanita
SMP untuk mencegah timbulnya gangguan makan pada mereka yang asimtomatik.
Pencegahan yang dilakukan dapat berupa program pendidikan mengenai sikap dan prilaku
terhadap remaja.

2. Program pencegahan sekunder
Pencegahan ini bertujuan untuk deteksi dan intervensi dini, dengan memberikan
pendidikan pada petugas kesehatan di pusat pelayanan kesehatan primer.
Selain diatas untuk mencegah terjadinya gangguan makan berupa bulimia nervosa
dapat juga dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:
8

1. Rajin berkonsultasi dengan dokter
2. Tingkatkan rasa percaya diri
3. Tingkatkan dinamika lingkungan. Usahakan agar tercipta suasana yang nyaman dan
kondusif di lingkungan keluarga atau pekerjaan
4. Bersikap realistis. Jangan mudah percaya pada apa yang digambarkan oleh media tentang
berat dan bentuk badan ideal


2.10. Komplikasi Medis

Masalah dermatologi
Masalah dermatologi ditemukan pada pasien bulimia nervosa, walaupun kurang
dipedulikan, termasuk Russells sign : terdapat penebalan atau scar pada punggung tangan
yang disebabkan oleh penekanan jari terhadap gigi saat menginduksi muntah, lesi tersebut
bisa menjadi permanen. Tanda ini biasanya terlihat pada stadium awal penyakit ini. Pada
pasien kronis, cara menginduksi muntah biasanya dilakukan dengan menekan abdomen.
Perbuatan melukai diri sendiri terkadang terlihat pada pasien dengan BN, contohnya menusuk
diri dengan jarum, membakar kulit dengan api rokok.
10

Masalah gastrointestinal
Gangguan traktus gastrointestinal bisa terjadi pada penderita bulimia, seperti perut
kembung, flatulensi, konstipasi, keterlambatan pengosongan lambung (peristaltik menurun),
GERD, Mallory Weiss tears syndrome, Rectal prolaps, dan apabila hal ini terjadi terutama
pada kaum wanita maka bulimia nervosa bisa dijadikan differensial diagnosa. Ipeca sering
digunakan oleh pasien bulimia untuk menginduksi muntah. Namun obat ini memiliki efek
samping yang cukup besar yakni kardiomiopati. Dental enamel erosi dan gigi yang sensitif
terhadap suhu panas dan dingin pada makanan maupun minuman merupakan hal yang biasa
ditemukan pada BN. Asam lambung menyebabkan enamel menjadi lebih lembut secara
bertahap. Pasien harus diajarkan cara untuk mengurangi kerusakan enamel dengan cara
membersihkan mulut setelah muntah, yaitu dengan alkalinisasi mulut dengan berkumur
menggunakan soda kue yang dilarutkan dalam air dan menunggu selama 30 menit terlebih
dahulu baru dibersihkan. Cairan panas dan dingin harus dihindari apabila menyebabkan nyeri
pada gigi. Sebaiknya berkonsultasi dengan dokter gigi, penyakit gusi juga sering didapatkan
pada pasien ini.
10

Kelenjar parotis dan submandibular seringkali membesar secara simetris dan juga
terasa sedikit nyeri. dan sialadenosis (non-inflamatory saliva glands enlargement) sekitar 10-
66% yang biasanya disebabkan oleh kelainan sistemik seperti diabetes mellitus, alakoholik,
anoreksia nervosa dan bullimia nervosa. Tidak seperti anoreksia nervosa, pada bulimia
nervosa tidak terjadi gangguan densitas mineral tulang, hanya saja gangguan densitas tulang
ini tergantung pada usia menarche, amenorrhhea, dan berat badan (semakin kurus semakin
beresiko). Hipertropi parotid dan submandibular bisa terjadi akibat kebiasaan muntah,
malnutrisi, dan disfungsi autonom. Cara utama untuk mencegah terjadinya pembesaran
kelenjar tersebut adalah tidak menginduksi muntah, dengan demikian ukuran kelenjar parotis
dan submandibular akan berkurang secara perlahan dalam beberapa bulan. Terapi lain yang
bisa dilakukan adalah kompres hangat pada kelenjar tersebut, mencoba menggunakan
pilocarpin oral untuk menstimulasi pengeluaran air liur.
1,3,10

Sebagai catatan, eritema pada konjungtiva, yang seringkali disertai dengan perdarahan
subkonjungtiva dapat terjadi akibat dari muntah. Hal ini terjadi karena terjadinya elevasi pada
penekanan vena saat muntah.
10

Batu empedu juga harus dipertimbangkan sebagai diagnosis diferensial pada AN dan
BN yang datang dengan keluhan muntah atau nyeri perut kuadran kanan atas. Nyeri tersebut
disebabkan oleh batu empedu, yang angka kejadiannya meningkat pada pasien yang
mengalami penurunan berat badan. USG merupakan cara untuk menyingkirkan keberadaaan
dari batu empedu tersebut.
10

Konstipasi, tidak jarang terdapat pada pasien BN. Pasien mengeluhkan perut kembung
dan susah buang air besar, sering kali pasien mengatasinya dengan mengkonsumsi laksative.
Hal tersebut justru dapat memperbukruk konstipasinya. Tidak jarang pasien justru
mengkonsumsi laksative dengan pertimbangan bahwa dengan mengkonsumsi laksative maka
berat badan akan semakin berkurang, sedangkan laksative memiliki efek samping terhadap
motilitas kolon. Secara umum, dengan usaha pengembalian berat badan dan memperbanyak
makan secara bertahap maka usus akan mengalammi perbaikan dalam waktu 3 minggu.
Penatalaksanaan untuk konstipasi itu sendiri adalah dengan edukasi terhadap pasien agar
minum air yang banyak 6-8 gelas perhari, serat dalam jumlah yang rendah yaitu 10 gram
perhari, laktulosa jenis sintetik nonabsorbsi disakarida, 30-60 ml satu sampai dua kali perhari,
kita juga perlu mempberi tahu bahwa walaupun pemberian laktulosa tersebut berasa sangat
manis, pasien tidak perlu cemas akan penambahan kalori yang mungkin terjadi, karena obat
tersebut tidak diabsobsi.
10

Muntah yang dipaksakan dapat merusak permukaan esofagus, biasanya paling banyak
terjadi pada sambungan antara esofagus dan lambung. Kadang terdapat muntah darah
berwarna merah segar, yang dibarengi dengan isi lambung. Hal ini disebut Boerhaaves
sindrom yaitu ruptur pada dinding esofagus yang merupakan dampak dari muntah yang
dipaksakan, kondisi seperti ini jarang ditemukan, namun sangat berbahaya.
10

Ruminative behavior merupakan regurgitasi isi lambung yang dilakukan secara sadar,
yaitu pengunyahan dan penelanan makanan, kemudian dikunyah lagi, dan ditelan lagi, hal ini
akan menyebabkan terjadinya erosi gigi, aspirasi, dan Barretts esofagus.
10

Masalah pada jantung
Komplikasi jantung lebih sering terjadi pada AN dibandingkan dengan BN,
manifestasi klinis yang didapatkan berupa palpitasi yang disebabkan oleh sinus takikardia
yang merupakan efek dari hipokalemia, hipomagnesaemia, dan dehidrasi yang terjadi.
Masalah Endokrin
Hanya setengah dari pasien bulimia yang mengalami gangguan menstruasi termasuk
amenore dan oligomenore. Wanita dengan bulimia dan gangguan menstruasi disebabkan oleh
karena gangguan release hormon gonadotropin dan leptin.
1,4


2.11. Komorbiditas Psikiatri
Komorditas psikiatrik yang terkait dengan bulimia sangat mencolok. Pasien bulimia
ditandai dengan perfeksionis ekstrovert yang kritis terhadap diri sendiri, impulsif, dan
emosional tak terkendali. Tingkat prevalensi yang tinggi dari setiap gangguan afektif (75%),
gangguan depresi mayor (63%), dan gangguan kecemasan (36%) telah dilaporkan. Sebagian
besar pasien melaporkan bahwa presentasi awal dari depresi atau gangguan kecemasan terjadi
sebelum presentasi dari gejala bulimia. Dengan demikian, identifikasi awal positif dari
gangguan afektif atau kecemasan dapat memberikan kesempatan untuk mencegah
perkembangan gejala dan gangguan makan, terutama di populasi berisiko tinggi.
1

Penyalahgunaan zat merupakan komorbiditas umum tambahan. Pusat Nasional
Penyalahgunaan Ketergantungan Zat di Columbia University melaporkan bahwa 30% sampai
70% dari penderita bulimia memiliki masalah penyalahgunaan zat. Zat penyalahgunaan
meliputi tembakau, alkohol, dan obat resep dan over-the-counter, seperti pil diet dan
perangsang. Alkoholisme telah dilaporkan mempengaruhi 31% dari penderita bulimia dan
sering ditemukan dengan penyakit depresi dan gangguan stres pasca trauma. Hubungan
keluarga yang kuat juga telah diamati antara bulimia nervosa dan alkoholisme.
1

Melukai diri adalah kekhawatiran untuk pasien dengan bulimia nervosa. Dalam
sebuah penelitian, 34% pasien penderita bulimia dilaporkan telah melukai diri sendiri di suatu
waktu dalam hidup mereka, dan 21,3% dilaporkan telah melukai diri sendiri dalam 5 bulan
terakhir. Pasien paling sering melukai diri sendiri dengan memotong atau menggaruk lengan,
tangan, kaki, atau wajah, dan banyak dari hasil cedera dalam perdarahan dan jaringan parut.
Pasien dengan gangguan kepribadian yang melukai diri sendiri lebih mungkin untuk juga
menderita bulimia nervosa daripada mereka yang tidak melukai diri sendiri. Diagnosis
komorbid dari bulimia nervosa dan gangguan kepribadian telah terbukti meningkatkan risiko
sering melukai diri sendiri, yang dapat mempengaruhi tingkat usaha bunuh diri pada pasien.
Pasien bulimia paling mungkin berasal dari orangtua alkoholisme, hubungan dengan orang
tua buruk dan harapan orangtua tinggi. Meskipun gejala utama dari gangguan ini adalah
gangguan kebiasaan makan dan persepsi diri, komorbiditas signifikan menyulitkan
identifikasi dan pengobatan bulimia nervosa.
1


2.12. Prognosis
Meskipun bulimia nervosa lebih umum dari anoreksia nervosa, angka kematian lebih
rendah dan tingkat pemulihan lebih tinggi dari anoreksia nervosa. Kematian dari bulimia
nervosa diperkirakan pada 0% hingga 3% tetapi dapat dianggap remeh karena beberapa
jangka panjang tindak lanjut penelitian yang melibatkan pasien bulimia. Sekitar 50% dari
pasien bebas dari seluruh gejala bulemia 5 tahun setelah treatment. Meskipun hasil penelitian
pada bulemia nervosa adalah jarang, dengan perkiraan statistik terbatas, telah menunjukkan
bahwa angka kematian dan pemulihan secara langsung berhubungan dengan intervensi dini
dan treatment.
1

Pasien yang menderita anoreksia nervosa dan bulimia menunjukkan fitur lebih sulit
mencapai berat badan normal dan cenderung berada pada berat badan rendah, bahkan setelah
treatment. Anoreksia juga rentan terhadap mengembangkan pesta makan setelah pengobatan
untuk anoreksia nervosa. Sebuah penelitian di tahun 1997 melaporkan bahwa 30% dari
penderita anoreksia diobati dengan perilaku pesta-makan sampai dengan 5 tahun post-
hospitalization. Ketika menilai pasien normal atau kelebihan berat badan dengan bulimia
nervosa, penting untuk mengumpulkan informasi sejarah tentang keberadaan dan anoreksia
nervosa akhir-akhir ini. Anoreksia nervosa dengan gejala bulemia dikaitkan dengan tingkat
kematian lebih tinggi daripada bulemia nervosa itu sendiri. Namun, tingkat kematian dan
tingkat komorbiditas untuk semua gangguan makan mungkin berlebihan karena kebanyakan
studi berlangsung dalam pengaturan penelitian akademik atau khusus. Pasien-pasien ini
sering lebih sakit parah dibandingkan pasien di rawat jalan. Tingkat pemulihan yang
sebenarnya untuk gangguan makan mungkin lebih besar, dan gambar hasil secara
keseluruhan tidak begitu baik. Namun, penting bagi dokter dalam perawatan primer untuk
tahu dengan gejala yang ada dari bulemia nervosa ataupun anoreksia nervosa dengan
melakukan intervensi dini dalam perjalanan penyakit. Sayangnya, dalam studi yang dilakukan
hampir 10 tahun yang lalu, sekitar 1 dari 10 pasien dengan bulimia nervosa berada dalam
perawatan.
1

Secara keseluruhan, bulimia nervosa tampaknya memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan anoreksia nervosa. Dalam jangka pendek, pasien bulimia nervosa yang mampu
melibatkan diri dalam pengobatan telah dilaporkan lebih dari 50 % yang mengalami
perbaikan.
1,4

Prognosis bulimia nervosa tergantung kepada keparahan sequele mencahar, yaitu
apakah pasien mengalami gangguan elektrolit dan sampai derajat mana muntah yang sering
mengakibatkan esofagitis, amilasemia, pembesaran kelenjar liur dan karies gigi.
2,4,10
Pada
beberapa kasus ini yang tidak diobati, remisi spontan terjadi dalam satu sampai dua tahun.
2





BAB III
KESIMPULAN

Bulimia adalah penyakit yang akan sering kita jumpai dalam dunia klinis dan bulimia
adalah penyakit yang bisa disembuhkan dengan baik. Bulimia biasanya ditandai dengan
memakan makanan yang jauh lebih banyak dari porsi biasanya. Pasien dengan kondisi seperti
ini biasanya memiliki berat badan yang naik turun dalam batas normal berat badan manusia.
Perangsangan muntah yang biasa dilakukan oleh penderita bulimia biasanya dapat
menyebabkan beberapa komplikasi. Pasien dengan bulimia biasanya juga mengalami
abnormalitas pada keseimbangan cairan dan asam basa tubuhnya. Bulimia biasanya dikaitkan
juga dengan keadaan depresi, gangguan personality, penyalahgunaan (seperti penyalahgunaan
obat atau alkohol), percobaan bunuh diri dan masalah masalah keluarga dan sosial yang
terjadi dalam kehidupannya.
Pada dasarnya penyakit bulimia bisa disembuhkan dengan baik, apalagi ketika bisa
didiagnosa dengan dini maka dapat diobati dan disembuhkan dengan baik. Rata rata secara
umum pasien bulimia bisa diobati dengan fluoxetine dan CBT, namun demikian pengobatan
yang baik yaitu dengan deteksi sedini mungkin penyakit ini dan pencegahan
melakukan kebiasaan dalam makan yang biasa dilakukan pada pasien bulimia. Hal penting
lainnya adalah penanganan fisiologi yang penting biasanya dilakukan pada pasien pasien
yang memiliki gangguan makan dan memiliki gangguan berat badan, pada pasien seperti ini
pengobatan awal dan penilaian kondisi fisik secara menyeluruh biasanya perlu dilakukan.




DAFTAR PUSTAKA

1. Rushing, Jona M., et all. Bulimia Nervosa: A Primary Care Review.Primary Care
Companion J Clin Psychiatry : 2003;5:217-224.
2. Kaplan H. I, Saddock B. J, Grabb J. A. Sinopsis Psikiatri, Edisi Tujuh, Jilid 2, Penerbit
Binarupa Aksara, Jakarta, 1997 ; 187-93.
3. Sidenfeld, M.K. and Ricket. 2001. Impact of Anorexia, bulimia and obesity on the
gynecologic of adolescent. Mount sinai adolescent health. New York.
4. Kaplan H. I, Saddock B. J, Grabb J. A. Sinopsis of Psychiatry, 7
th
Edition, Volume 2,
Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1997 ; 685-8.
5. Kaplan H. I, Saddock B. J. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Penerbit Widya Medika ; 175.
6. Goldman H. H. Review of General Psychiatry, 4
th
Edition, Prentice Hall International Inc,
Baltimore, USA, 1994 ; 360-3.
7. Elkin G. D. Introduction to Clinical Psychiatry, 1
st
Edition, Prentice Hall International Inc,
San Francisco, USA, 1994 ; 188-9
8. Angelia, Silvia. Bulimia nervosa. 2009. http://www.pojokgizi.com. Diunduh pada hari
Kamis, 16 Juli 2009. 02:31 AM
9. Purwanti.Terapi Untuk Bulimia Nervosa. 2008. http ://www.micom@mediaindonesia.com.
Diunduh pada hari Rabu, 23 Juli 2008. 18:00 WIB.
10. Wildes JE, Marcus MD, et all. The Treatment of Eating Disorders A clinical
Handbook.editor Grilo MC, Mitchell JE. The Guilford Press New York : 2010;2: 66-71

Anda mungkin juga menyukai