Anda di halaman 1dari 18

1

Tugas PBL
Komunikasi Dokter Pasien
Blok I modul 2





Disusun oleh :
Nama : Gusna Ridha
NIM : 102010107
Kelompok : B5


Program Studi Sarjana Kedokteran
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta 2010
2

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Scenario B

Seorang anak muda pergi ketempat praktek dokter yang banyak pasien. Dokter sangat sibuk dan
ingin cepat selesai, karena baginya time is money.
Pasien : Dokter
Dokter : Jagan bicara, rebahkan dirimu di tempat tidur.
Pasien : tapi dokter
Dokter : kamu yang jadi dokter atau saya?

1.2 Latar Belakang

Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter-pasien merupakan salah satu kompetensi
yang harus dikuasai dokter. Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu
penyelesaian masalah kesehatan pasien. Selama ini kompetensi komunikasi dapat dikatakan
terabaikan, dalam praktik kedokteran. Sebagai mana seperti yang tertera dalam scenario yang
saya dapat , sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang-
bincang dengan pasiennya, bahkan hak pasien untuk bertanya ataupun mengeluarkan pendapat
saja dibatasi. Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk
menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut.

Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter,
sehingga tidak mempunyai kuasa untuk bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai
pertanyaan dokter saja. Tidak mudah bagi dokter untuk menggali keterangan dari pasien karena
memang tidak bisa diperoleh begitu saja. Perlu dibangun hubungan saling percaya yang dilandasi
keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-
masing.
Dengan terbangunnya hubungan saling percaya, pasien akan memberikan keterangan
yang lengkap sehingga dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik
3

dan memberi obat yang tepat bagi pasien. Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam
kedudukan setara sangat diperlukan agar pasien dapat menceritakan sakit/keluhan yang
dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam
pengambilan keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak
efektif akan mengundang masalah.

1.3 Tujuan

Secara umum tujuan penyusunan makalah ini adalah memberikan pengetahuan dan
pedoman bagi kita sebagai calon dokter, agar dapat lebih memahami berbagai keterampilan
berkomunikasi antara dokter dengan pasien sehingga pada masa yang akan datang saat kita
dihadapkan dengan permasalahan permasalahan seperti ini, kita sedikit banyak mengerti dan
bisa mengambil tindakan yang tepat, tentunya dengan menerapkan cara cara berkomunikasi
yang efektif sehingga kita dapat menjalin suatu hubungan yang baik antara dokter dengan pasien
seperti yang kita harapkan untuk dapat tercapainya pelayanan medis secara optimal.

1.4 Hipotesis

Komunikasi yang tidak efektif dapat merugikan hubungan dokter dengan pasien.










BAB 2
4

KOMUNIKASI DOKTER PASIEN


2.1 Dasar-dasar Komunikasi

Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi sebagai salah satu alat bantu dalam
kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun. Komunikasi berbicara tentang
cara menyampaikan dan menerima pikiran pikiran, informasi, perasaan, dan bahkan emosi
seseorang, sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama antara penyampai pesan dan
penerima pesan.
Secara umum, definisi komunikasi dalam interaksi antara dokter dan pasien di tempat
praktik diartikan tercapainya pengertian dan kesepakatan yang dibangun dokter bersama pasien
pada setiap langkah penyelesaian masalah pasien. Untuk sampai pada tahap tersebut, diperlukan
berbagai pemahaman seperti komponen komponen komunikasi, factor yang dapat mempengaruhi
komunikasi, lalu model / jenis komunikasi (lisan, tulisan/verbal, non-verbal), cara menciptakan
hubungan komunikasi yang efektif (komunikasi 2 arah) dan bersifat terapeutik (menolong) dan
memperkecil hal hal yang dapat membuat komunikasi kita menjadi tidak efektif (satu arah)
dan malahan bisa bersifat non terapeutik (tidak membantu) bahkan destruktif.

2.2 Komponen Komunikasi
Terdapat enam komponen komunikasi sebagai berikut:
1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan / mengirim pesan.
2. Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan.
3. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh pengirim pesan kepada seseorang yang
dituju(penerima) dengan maksud dan tujuan tertentu.Pesan yang disampaikan dapat
berupa verbal,tertulis,ataupun nonverbal.
4. Lingkungan, yaitu tempat di mana komunikasi dilaksanakan.Lingkungan ini dapat berupa
lingkungan internal (nilai nilai, kepercayaan, temperamen, dan tingkat stress pengirim
pesan dan penerima pesan) maupun lingkungan eksterna (keadaan cuaca,suhu,factor
kekuasaan, dan waktu)
5

5. Media pesan, yaitu alat atau sarana perantara yang digunakan untuk mengirim
pesan.Misalnya pendengaran, penglihatan, sentuhan, media cetak & elektronik.
6. Tingkat pesan, yaitu tingkat pentingnya pesan, yang dapat berbentuk informasi, kata, atau
symbol lain.

Dengan mengenal komponen komponen pesan tersebut, seorang dokter diharapkan
manpu untuk menganalisis suatu situasi dan menentukan komponen mana yang harus
diperhatikan dalam suatu kondisi dan situasi. Dengan demikian, komunikasi yang dilakukan
dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Agar proses komunikasi dapat mencapai tujuan yang diharapkan,tujuh factor perlu
diperhatikan (7 C) antara lain sebagai berikut:
1. Credibility : Sumber harus memiliki kredibilitas tinggi,agar mempermudah kepercayaan
sasaran terhadap yang disampaikan
2. Content : Pesan yang disampaikan ada hubungan dengan kepentingan dan kebutuhan
sasaran,serta realitas sehari-hari.
3. Clarity : Pesan yang disampaikan harus jelas, sehingga harus diupayakan untuk memilih
pesan yang ketika disampaikan akan lebih mudah diterima.
4. Continuity and consistency : Hal ini berarti pesan yang disampaikan harus sering dan
terus menerus disampaikan serta bersifat konsisiten/tetap.Jika pesan berubah-
ubah,keberhasilan komunikasi akan sulit dicapai.
5. Channels : hal ini berarti harus dapat dipilih media yang sesuai dengan sasaran yang akan
dicapai.
6. Capability of audience : Hal ini berarti bahwa dalam menyampaikan pesan,harus
diperhitungkan kemampuan sasaran dalam menerima pesan.
Semua factor tersebut saling berhubungan dan sedikit banyak berpengaruh pada
komponen komponen komunikasi.
2.4 Model Komunikasi

6

Komunikasi verbal
Komunikasi/pesan verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata (mengundang
orang untuk berbicara dan mengungkapkan isi hatinya). Tujuan komunikasi verbal adalah
assertiveness. Perilaku asertif adalah suatu cara berkomunikasi yang memberikan kesempatan
bagi individu untuk mengekspresikan perasaannnya secara langsung, jujur, dan dengan cara
yang sesuai tanpa menyinggung perasaan lawan bicara.
Komunikasi verbal efektif mempunyai karakteristik:
1. Jelas dan ringkas. komunikasi berlangsung efektif,sederhana pendek dan langsung.
Semakin sedikit kata-kata yang digunakan maka semakin kecil kemungkinan terjadinya
kesalah tnggapan. Kejelasan dapat dicapai dengan bicara secara tidak terburu-buru dan
mengucapkannya dengan jelas.
2. Perbendaharaan kata mudah dimengerti.Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti
oleh pasien.komunikasi tidak akan berjalan efektif jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan maka ucapkan kata dengan istilah yang dimengerti
pasien.
3. Intonasi mampu mempengaruhi isi pesan. Intonasi merupakan penekanan yang diberi
dalam setiap kata.Tinggi rendahnya nada suara dapat mempengaruhi isi pesan yang
disampaikan.
4. Berbicara dengan tempo dan jeda yang tepat. Berbicara terlalu cepat beresiko
menimbulkan salah tafsir dalam pesan yang disampaikan kepada pasien. Oleh karena
itu,hendaknya dokter mampu mengatur kecepatan berbicaranya.
5. Adanya unsur humor. Dalam penyampaian pesan ada kalanya kita gunakan unsure humor
sehingga pasien dapat merasa nyaman dan mampu menerima pesan yang disampaikan
tanpa adanya rasa kaku dan beban untuk memahaminya. Tetapi selera humor yang
berlebihan dan dilakukan secara terus menerus juga akan dapat mengganggu proses
pemeriksaan



Komunikasi non verbal
7

Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah, gerakan
tubuh, sikap tubuh atau body language, termasuk tulisan dan sorot mata Komunikasi non verbal
meliputi komponen emosi terhadap pesan yang diterima atau disampaikan. Oleh sebab itu,
komunikasi nonverbal lebih mengandung arti yang signifikan disbanding komunikasi verbal.
Akan tetapi, dapat menjadi sesuatu yang membahayakan jika komunikasi nonverbal diartikan
salah tanpa adanya penjelasan secara verbal.
Ada beberapa hal kunci dalam komunikasi secara non verbal yang dapat terjadi tanpa
atau dengan komunikasi non verbal, yaitu :
1. Lingkungan : tempat dimana komunikasi dilaksanakan merupakan bagian penting dalam
proses komunikasi. Suasana lingkunganpun dapat berperan penting dalam proses
berjalannya suatu komunikasi
2. Penampilan : pemakaian pakaian, kosmetik, dan sesuatu yang menarik merupakan bagian
dari komunikasi non verbal yang perlu diindentifikasi. Penampilan yang menarik
tentunya akan membuat pasien memberikan perhatian dan kepercayaan yang tinggi pula
kepada dokter.
3. Isyarat tubuh : hal ini merupakan suatu isyarat kesediaan orang untuk berkomunikasi.

yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah:
1. Postur tubuh dan gerakan gerakan (gesture) yang berasal dari tubuh: misalnya bobot
suatu pesan bisa ditingkatkan dengan orang yang menunjukkan telunjuknya, berdiri, atau
duduk. Lalu terdapat jarak dan posisi antara dokter dengan pasien.
2. Ekspresi wajah dan gerakan mata (cara menatap): komunikasi yang efektif memerlukan
respon wajah dan gerakan mata yang setuju terhadap pesan yang disampaikan misalnya
senyum yang tidak terpaksa.
3. Posisi : posisi juga dapat mempengaruhi pengertian yang dapat ditangkap oleh pasien,
misalnya jarak yang terlalu dekat atau terlalu jauh, lalu posisi berdiri, apakah berhadapan
atau menyamping saat melakukan pemeriksaan
4. Sikap tubuh : misalnya santai, wibawa, terlalu tegang jaga dapat mempengaruhi cara
pandang pasien terhadap dokter.
5. Suara, intonasi, isi (volume), dan refleksi: cara tersebut menandakan bahwa pesan dapat
ditransfer dengan baik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan misalnya, tinggi
8

rendahnya suara, nada saat berbicara, dan kelancaran dan kualitas suara apakah keras,
pelan, hangat, ramah, atau kasar.

Seorang dokter sebaiknya melakukan komunikasi verbal dan non verbal, supaya pasien
dapat menerima pesan dengan jelas


2.5 Komunikasi Efektif
Sebelum seorang dokter memberikan pelayanan kesehatan kepada pasiennya, dokter
tersebut tentulah harus mengetahui beberapa informasi tentang keadaan pasien tersebut sehingga
dengan mudah dokter dapat memberikan diagnose pasti. informasi ini tidak dapat didapatkan
secara gampang. Haruslah melalui sebuah proses komunikasi yang efektif. Komunikasi efektif
adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap(attitude change) pada orang
yang terlibat dalam komunikasi..Untuk membangun sebuah komunikasi yang efektif ini, pertama
kali, kedua belah pihak harus mengetahui dan melaksanakan hak hak dan kewajibannya masing
masing. Karena dalam komunikasi efektif terdapat keseimbangan peran antara pengirim dan
penerima pesan
Yang termasuk hak- hak dan kewajiban dokter dan pasien adalah sebagai berikut:
Hak pasien:
1. Hak akan informasi kondisi dirinya
2. Hak atas rahasia medic
3. Hak atas persetujuan tindakan medic
4. Hak memperoleh pendapat kedua
5. Hak untuk menolak tindakan medic
6. Hak untuk menghentikan pengobatan
7. Hak atas isi rekam medic
8. Hak untuk memilih dokter
9. Hak memperoleh sarana kesehatan.
Kewajiban pasien:
1. Memberikan informasi yang jujur
2. Memberikan ksempatan kepada
dokter untuk melakukan
pemeriksaan fisik & mental
3. Mematuhi nasihat dokter
4. Mematuhi cara-cara pengobatan
5. Mematuhi syarat-syarat pengobatan

Hak dokter: 1. Mendapatkan informasi yang benar
9

2. Melakukan tes fisik & mental
3. Menegakkan diagnosis
4. Menyusun prognosis
5. Memberi terapi
6. Merawat dan melakukan rehabilitasi
7. memimpin pelayanan kesehatan
8. Dan mendapatkan honor
Kewajiban Dokter:
1. Menghormati hak pasien
2. Menjaga rahasia pasien
3. Memberikan informasi yang brkaitan
dengan tindakan medis yang akan
dilakukan.
4. Meminta persetujuan terhadap
tindakan medis yang akan dilakukan.
5. Membuat &memelihara rekam medis
Agar memperluas pengetahuan kita mengenai hal hal yang masih berhubungan dengan
topic ini, kita pun perlu untuk mengetahui apa saja tujuan, manfaat yang dapat kita ambil, lalu
apa saja langkah langkah untuk mewujudkan komunikasi efektif, dan hal hal apa saja yang
perlu kita terapkan dalam praktek komunikasi dokter-pasien kita sehari hari.
Tujuan
Dari sekian banyak tujuan komunikasi maka yang relevan dengan profesi dokter adalah:
1. Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan pasien).
2. Membantu pengembangan rencana perawatan pasien bersama pasien, untuk kepentingan
pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk kemampuan finansial.
3. Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan pasien.
4. Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang penyakit/masalah
yang dihadapinya.
5. Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-langkah atau hal-hal
yang telah disetujui pasien.






Manfaat:
10

Berdasarkan hari penelitian, manfaat komunikasi efektif dokter-pasien di antaranya:
1. Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter atau
institusi pelayanan medis.
2. Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar hubungan
dokter-pasien yang baik.
3. Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.
4. Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam
menghadapi penyakitnya.

Komunikasi efektif mencakup:
1. Komunikasi dua arah : yaitu komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih
dengan saling berganti peran,di mana pesan yang ingin disampaikan dapat langsung
diterima oleh penerima pesan (terjadi dialog interaktif).
2. Informative : Pesan yang disampaikan hendaknya adalah pesan yang memberikan
informasi / pesan bagi si penerima pesan,bukan hanya sekedar pesan kosong belaka.
3. Pendengar aktif : Agar tercipta suatu komunikasi efektif maka diperlukan pendengar
yang aktif.Pendengar aktif tidak hanya mendengar saja namun ia harus memperhatikan
dan tahu isi dari pesan atau pembicaraan yang disampaikan si pengirim pesan.Penerima
pesan harus mampu menagkap signal-signal verbal dan non verbal si pengirim pesan.Hal
inilah yang harus dimiliki oleh seorang dokter.

Sepuluh langkah untuk meningkatkan keterampilan seseorang mendengar aktif:

1. Perhatian, tatap muka langsung untuk menunjukkan bahwa kita mendengar efektif
2. Mengobservasi klien setelah mengirim pesan yang sebagian besar(68%) adalah
nonverbal
3. Dapatkan ide-ide si pembicara
4. Fokuskan pada persoalan yang ada
5. Hindari distraksi dan dengarkan pesan yang sedang disampaikan pembicara
6. Jangan menginterupsi pembicara karena pernyataannya yang salah.Dengarkan klarifikasi
pembicara secara lengkap
11

7. Lihatlah pesan dari sudut pandang pengirim.Anda hanya dapat mengubah persepsi yang
sepenuhnya anda mengerti
8. Jangan mencoba untuk memiliki kata terakhir refleksikan pada masalah yang
diberikan sebelum berespon
9. Gunakan rasio waktu yang baik untuk mengevaluasi,menyimpulkan dan menyiapkan
respon.

Langkah untuk mewujudkan komunikasi efektif

Empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk mlakukan komunikasi, yaitu SAJI:
S = Salam.
Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk
berbicara dengannya. Walaupun sekedar basa basi, sapalah pasien layaknya seorang tamu
yang berkunjung ke rumah. Tanyailah pasien sedikit tentang hal lain sebelum mulai pada
pembicaraan inti. Topiknya bisa apapun, karena memang peran komunikasi pembukaan
ini lebih untuk mencairkan suasana kaku. Tunjukkan kepedulian pada diri pasien,
Cobalah untuk mrasakan kekhawatiran yang ada dalam diri pasien saat pertama bertemu.

A = Ajak Bicara
Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri (seperti yang ada
di scenario diatas). Dorong agar pasien mau dan dapat mengemukakan pikiran dan
perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami
kecemasannya, serta mengerti perasaannya. Bahasa yang digunakan oleh dokterpun tentu
saja bahasa umum yang dikenal pasien. Bukan bahasa medis yang makin membuat pasien
merasa bodoh dan tidak berdaya serta tambah ketakutan. Akan sangat baik sekali kalau
dokter juga belajar bercanda. Bukan mengumpulkan cerita lucu, dan bukan
mengorbankan pasien untuk ditertawai. Atau jika pasien kebetulan menawarkan sebuah
canda, tanggapilan dengan seimbang. Dan Dokter dapat menggunakan pertanyaan
terbuka maupun tertutup dalam usaha menggali informasi
J = Jelaskan
12

Jika dokter menemukan bahwa ada masalah besar pada pasien dan memerlukan
tindakan tindakan khusus, katakan langsung pada pasien dengan menggunakan kalimat
yang tidak menimbulkan ketakutan. Dan berikan penjelasan mengenai hal-hal yang
menjadi perhatiannya, yang ingin diketahuinya, baik itu penyakit yang dihadapinya,
terapi yang akan dijalani atau apapun secara jelas dan detil agar ia tidak terjebak oleh
pikirannya sendiri, Sertakan alternatif jika ada kendala baik dari segi terapi dll. Jika
memungkinkan, bantulah pasien menemukan jalan keluarnya, misalnya dengan
membuatkan surat keterangan atau rekomendasi yang bisa digunakan pasien

I = Ingatkan
Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai
materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan,
ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu
melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap
hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan
pesan-pesan kesehatan yang penting

Lalu Ada 5 hal yang kita perlu ketahui dan kita terapkan dalam praktek komunikasi
sehari-hari antara dokter dengan pasien untuk mencapai suatu komunikasi yang efektif. Kita bisa
menyingkatnya dengan kata REACH , yaitu:
1. Respect : saling menghargai.
Pada saat pertama kali seorang pasien datang ke praktek dokter dan meminta
pertolongan dan dokterpun menerimanya, maka disitulah hubungan kontrak antara dokter
dengan pasien pertama kali terjalin. Dalam hubungan ini penting sekali kedua belah
menerapkan rasa respect. Memang sebuah kewajiban bagi seorang dokter untuk membina
rapport (hubungan baik dan saling menghargai) dengan pasiennya. Karena hal ini juga
dapat memperkecil resiko resiko yang tidak baik seperti resiko salah tafsir maupun mal
praktik.

2. Empathy : merasakan perasaan orang lain,
13

Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa hampir semua pasien yang harus
ditangani/ diobati oleh dokter memiliki rasa takut yang besar. Terutama ketakutan pada
rasa sakit yang ditimbulkan oleh alat-alat yang digunakan. Seorang dokter diharapkan
menyadari dan peduli pada perasaan ini (empati) dan menunjukkan pada pasien bahwa ia
perduli. Kejujuran seorang dokter yang mengatakan Anda akan merasakan sakit
sebentar justru akan menenangkan pasien karena pasien merasa tidak sendirian dalam
merasakan sakit. Ada orang lain yang perduli.
3. Audible : Dapat didengar dengan baik dan jelas
Dalam penyampaian pesan baik dari dokter kepada pasien, maupun kepada pasien
dan dokter baiknya dapat disampaikan dengan lafal yang baik dan jelas.sehingga pasien
dan dokter yang pada saat itu sebagai penerima dapat mengerti dengan jelas apa yang
dimaksud.
4. Clarity : jelas, mudah dimengerti
Pesan yang disampaikan tadi juga harus jelas maksudnya. Sehingga penerima
pesan dapat mudah mengerti akan maksud pesan tersebut. Sehingga tidak ada kesalahan
yang dibuat, walaupun ada itu juga merupakan masalah-masalah yang tidak terlalu rumit.
5. Humble : rendah hati , manusiawi
Seorang dokter tentunya harus mempunyai sikap rendah hati, agar dapat
menumbuhkan rasa percaya dan nyaman dari diri pasiennya. Sehingga dengan lebih
cepat dan leluasa kita mencapai suatu komunikasi yang efektif.
Salah satu kebiasaan dokter yang merusak adalah keengganan mereka untuk
mendengarkan pasien. Kepedulian dokter terhadap pasien ternyata mengurangi kecemasan, rasa
sakit, serta meningkatkan kesehatan mereka secara umum. Maka itu, untuk meningkatkan
pelayanan dokter kepada pasien, kita harus meningkatkan keterampilan komunikasi kita. Dengan
cara-cara berkomunikasi seperti ini, akan menimbulkan kepercayaan bahwa dokter
memperhatikan keadaan pasien dan akan memberikan ketenangan pada pasien. Pasien seperti ini
kemudian akan menjadi promotor karena ia akan menceritakan pada orang lain dan
merekomendasikan orang lain untuk hanya dirawat oleh sang dokter yang baik hati ini.

2.6 Komunikasi Tidak Efektif
14


Pada saat ini, sangat banyak dokter yang tidak mementingkan penerapan komunikasi
yang efektif kepada pasiennya, sebagai contoh saja seperti wacana yang terdapat pada scenario
diatas. Komunikasi yang tidak efektif seperti ini bukanlah merupakan suatu contoh yang baik
untuk kita tiru, malahan lebih baik dihindari apapun alasannya, karena bagaimanapun kita
sebagai dokter harus menyadari betul tanggung jawab kita untuk memberikan pelayanan yang
terbaik bagi pasien termasuk juga dalam menghargai hak-hak pasien tersebut.

Contoh beberapa pelanggaran yang dilakukan dokter pada scenario diatas:
1. Dokter melanggar kewajibannya untuk Meminta persetujuan terhadap tindakan medis
yang akan dilakukan pada pasien.
2. Dokter juga tidak menghormati hak-hak pasien. Yaitu hak akan informasi kesehatan
akan diri pasien itu sendiri,
3. Tidak memberikan kesempatan pasien untuk memberikan penjelasan tentang kondisi
kesehatan yang dirasakannya,
4. Dokter bersikap terlalu dominan dalam proses komunikasi, dll
Dari komunikasi ini akan dihasilkan banyak sekali hal hal yang negative, diantaranya :
1. Pasien tetap tidak mengerti keadaannya karena dokter hanya memerintah saja saat
melakukan pemeriksaan dan dokterpun juga tidak memberikan penjelasan yang jelas
pada akhir proses pemeriksaan
2. Pasien merasa dokter tidak memberinya kesempatan untuk bicara, padahal ia yang
merasakan adanya perubahan di dalam tubuhnya yang tidak ia mengerti dan karenanya ia
pergi ke dokter. Ia merasa usahanya sia-sia karena sepulang dari dokter ia tetap tidak tahu
apa-apa, hanya mendapat resep saja.
3. Pasien merasa tidak dipahami dan diperlakukan semata sebagai objek, bukan sebagai
subjek yang memiliki tubuh yang sedang sakit.
4. Pasien bisa saja ragu, apakah ia harus mematuhi anjuran dokter atau tidak.
5. Pasien memutuskan untuk pergi ke dokter lain atau ke pengobatan alternatif untuk
menyembuhkan sendiri (self therapy).
2.7 Sifat Komunikasi
15


Komunikasi Terpeutik
Bila komunikasi antara dokter dengan pasien berjalan dengan lancar, maka timbullah
kondisi dimana orang lain atau pasien merasa tertolong dan lebih baik , terdorong untuk
berbicara, mengekspresikan perasaannya, memiliki harga diri mengurangai rasa takut,/terancam
sehingga merangsang pertumbuhan dan perubahan yang membangun yang dinamakan dengan
komunikasi terapeutik. Jika dalam bahasan yang lebih universal, Komunikasi terapeutik adalah
pengirimiman pesan antara pengirim dan penerima, dengan interaksi diantara keduanya yang
bertujuan memulihkan kesehatan seseorang yang sakit.
Komunikasi terapeutik merupakan tekhnik verbal dan nonverbal yang digunakan petugas
kesehatan untuk memfokuskan pada kebutuhan pasien. Komponen dasar komunikasi terapeutik
adalah kerahasiaan, keterbukaan diri(self-disclosure), privasi, sentuhan, mendengarkan aktif, dan
melakukan pengamatan.Proses komunikasi terapeutik sering kali meliputi kemampuan dan
komitmen yang tulus untuk menolong pasien mencapai keberhasilan bersama.
Tujuan komunikasi terapeutik:
1. Membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran,
mempertahankan kekuatan egonya
2. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang ada.
3. Mengurangi keraguan, membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif dan
mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya.
Lima cara yang membantu dalam komunikasi terapeutik (Prabandari, 2006) sebagai berikut:
1. Pertahanan patient-centered listening
2. Tekan prasangka
3. Ciptakan lingkungan yang terapeutik
4. Peka terhadap tanda nonverbal
5. Menegakkan hubungan saling percaya


Komunikasi Non Terapeutik
16

Kita kembali lagi seperti yang telah kita bahas di sub bab komunikasi yang tidah efektif,
disitu kita menyinggung tentang komunikasi yang tidak berjalan dengan baik (efektif) dapat
menimbulkan banyak kerugian, nah, kerugian kerugian ini termasuk salah satunya adalah
komunikasi non terapeutik.
Komunikasi non terapeutik adalah kebalikannya dari komunikasi terapeutik, dimana
pasien merasa tidak tertolong dan tidak merasa lebih baik baik dari segi fisik maupun mentalnya.
Komunikasi macam ini dapat bersifat destruktif. Hal ini merusak hubungan kita sebagai dokter
dengan pasien maupun dengan lingkungan .
Hal hal yang dapat menyebabkan terjadinya komunikasi non terapeutis, diantaranya:
1. Penyikapan diri yang terlalu berlebihan dari seorang dokter .
2. Dokter tidak menghargai pasien.
3. Terlalu banyak memerintah, mengarahkan. dan mengatur.
4. Menasihati, memberikan solusi yang premature.
5. Mencemooh, dan membuat malu, dll
Berbagai teknik komunikasi yang positif diatas ini dapat kita pergunakan dalam
berkomunikasi dengan pasien kelak, tentunya untuk kepentingan ini perlu penguasaan teknik
komunikasi yang tepat. Tujuan dalam berkomunikasi adalah dalam rangka memperoleh hasil
atau efek yang sebesar besarnya , sifatnya tahan lama bahkan kalau mungkin bersifat abadi. Jika
suatu komunikasi berhasil mengubah perilaku kepercayaan dan sikap seseorang atau komunikan,
maka perubahan tersebut diharapkan benar-benar langgeng atau dapat tahan lama.
Jika kondisi kondisi diatas dapat diwujudkan dengan baik dan persyaratan
persyaratannya juga dipenuhi, maka komunikasi akan terjadi dengan baik. jika diterapkan
dengan benar dalam dunia kedokteran, maka pasien akan merasa puas, tidak ada keluhan dan
memberikan persahabatan serta penyembuhan yang lebih cepat. Selain itu , kita sebagai tenaga
medis (dokter) akan merasa puas pula karena dapat memberikan pelayanan yang baik dan
penyembuhan .

BAB 3
17

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah kita membahas mengenai komunikasi antara dokter pasien, dan setelah kita
menyinggung pula tentang masalah yang terdapat dalam sekenario, kita dapat menarik
kesimpulan bahwa komunikasi merupakan hal yang mutlak dan harus diterapkan dengan benar
saat kita melakukan praktek kedokteran karena komunikasi yang efektif sangatlah besar
manfaatnya, dan jika kita menciptakan suatu suasana komunikasi yang tidak efektif (seperti yang
terdapat dalam sekenario) akan menimbulkan banyak kerugian baik pada pihak dokter maupun
pada pihak pasien, karena disini, pasienlah yang seharusnya diutamakan dalam segi pelayanan
kesehatan dan kepuasannya. Dengan demikian hipotesis dapat diterima.

3.2 Kritik dan Saran
Apabila terdapat kritik dan saran silahkan menghubungi penulis. Kritik dan saran dari
pembaca sangatlah bermanfaat untuk kebaikan makalah makalah saya pada masa yang akan
datang. Terima kasih.







DAFTAR PUSTAKA
18


1. Lukaningsih, Z.L. (2010). Pengembangan Kepribadian. Yogyakarta: Nuha Medika.
2. Hidayat, Dan. (2010). Komunikasi konseling dan Terapeutik. Jakarta: FK UKRIDA
3. Stephen, W., John, L., et.al. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
4. Cahyono, J.B.S.B. (2008). Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktik
Kedokteran. Jakarta: Penerbit Kanisius.
5. Guwandi, J. (2007). Dokter, Pasien, dan Hukum. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
6. Wasisto, B., Sudjana, G., Zahir, H., et.al. (2006). Komunikasi Efektif Dokter Pasien.
Jakarta : Konsil Kedokteran Indonesia
7. Prawihardjo, S. (2004). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
JNPKKR-POGI
8. Poernomo, Ieda SS. (1999) Program Family Health Nutrition. Depkes RI.
9. Sarwono, S. (1993). Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
10. Uripini., Christina, L., Sujianto. U. (n.d). Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC
Research. http: //Komunikasi Kebidanan - Google e-book
11. Suarly, S., Bahtiar, Yangan. (n.d). management keperawatan dengan Pendekatan Praktis.
Jakarta: Erlangga Medical series (EMS)

Anda mungkin juga menyukai