Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan menyadari
bahwa klien adalah manusia utuh dan unik yang terdiri dari aspek bio,
psiko, sosial, dan spritual tuntutan masyarakat akan kwalitas pelayanan
perawatan cenderung semakin meningkat. Hal ini membawa dampak yang
positif terhadap peran dan fungsi tenaga kesehatan untuk mengantisipasi
tuntutan masyarakat mutu pelayanan kesehatan.
Konsep sehat-sakit adalah konsep yang kompleks dan
multiinterpretasi. Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi sehat maupun
sakit. Pengertian sehat-sakit juga beragam. Setiap individu, keluarga,
masyarakat, maupun profesi kesehatan mengartikan sehat / sakit secara
berbeda, bergantung pada paradigmanya.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah pengertian konsep sehat ?
2. Apakah pengertian konsep sakit ?
3. Apakah pengertian konsep sehat-sakit mental (jiwa) ?
4. Bagaimanakah kondisi sehat jiwa dan kriteria-kriterianya ?
5. Bagaimanakah rentang sehat sakit ?
6. Bagaimanakah cara pencegahan penyakit ?
7. Bagaimanakah tahap perilaku sakit ?
2

8. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi status kesehatan ?
9. Bagaimana uapaya untuk peningkatan kesehatan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian konsep sehat
2. Untuk mengetahui pengertian konsep sakit
3. Untuk mengetahui pengertian konsep sehat-sakit mental (jiwa)
4. Untuk mengetahui kondisi sehat jiwa dan kriteria-kriterianya
5. Untuk mengetahui rentang sehat sakit
6. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit
7. Untuk mengetahui tahap perilaku sakit
8. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi status kesehatan
9. Untuk mengetahui upaya untuk peningkatan kesehatan

3

BAB II
ISI
A. Pengertian Konsep Sehat
Sejak dahulu sekitar abad 1 bahwa konsep sehat sakit telah
dipergunakan walaupun pengertian masih sangat terbatas. Pada saat ini
sehat banyak diartikan dalam kadar yang normal atau lazim yang terjadi
pada individu dalam arti bahwa individu tersebut tidak merasakan keluhan
sebaliknya sakit diartikan suatu keadaan yang tidak normal atau lazim pada
diri seseorang, misalnya adanya keluhan pusing yang tidak tertahankan,
panas, dan sebagainya, sehingga pada saat itu dapat disimpulkan bahwa
sehat itu bukan dari suatu penyakit.
1. Sehat menurut WHO
Sehat: a state of complete physical, mental, and social well
being and not merely the absence of illness or indemnity. (sesuatu
keadaan yang sejahtera menyeluruh baik fisik, mental, dan social dan
tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan).
2. Sehat Menurut Dunn (1959)
Sehat adalah sesuatu kejadian dimana tidak adanya tanda-tanda
dan gejala dari penyakit.
4

3. Sehat Menurut Perkins
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis setara
bentuk tubuh dan fungsinya yang dapat mengadakan penyesuaian,
sehingga tubuh dapat mengatasi gangguan dari luar.
4. Sehat Menurut UU No.23 tahun 1992 Tentang Kesehatan
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Ada 4 unsur pendatang tentang sehat :
1. Biologis : bebas dari penyakit.
2. Psikologis : sejahtera dan aktualisasi diri.
3. Sosial : mampu mangadaptasi tanggung jawab sosial, dan fungsi
peran.
4. Adaptasi : mampu beradaptasi terhadap perubahan-perubahan
lingkungan.
B. Pengertian Konsep Sakit
Pengertian sakit dalam bahasa inggris diartikan illness dan disease
perbedaan kedua istilah ini sebagai berikut :
1. Illness :
Konsepnya abstrak.
Sifatnya subyektif.
Akibat mekanisme koping (pertahanan) tak adekuat.

5

2. Disease :
Suatu kondisi yang patologis
Terdapat sign dan symptom
Ada beberapa pendapat mengenai kondisi sakit sebagai berikut :
1. Sakit adalah gangguan dalam siklus hidup. (Imogene King)
2. Sakit adalah suatu keadaan gangguan yang tidak menyenangkan
menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-
hari, baik aktivitas jasmani, rohani dan sosial (Perkins)
3. Sakit adalah suatu kondisi dimana kesehatan tubuh lemah. (Websters
New Collegiate Dictionary).
4. Sakit adalah keadaan yang disebabkan oleh bermacam-macam hal,
bisa suatu kejadian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan
terhadap susunan jaringan tubuh, dari fungsi jaringan itu sendiri
maupun fungsi keseluruhan.
C. Konsep Sehat-Sakit Mental (Jiwa)
Beberapa definisi kesehatan mental :
1. Menurut Jinis kemampuan individu untuk mengatasi sterss secara
fungsional dengan baik.
2. Definisi kesehatan jiwa menurut WHO.
Suatu keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional seseorang individu secara optimal dan
sejauh ini cocok dengan perkembangan optimal individu-individu
yang lain.
6

3. Definisi kesehatan jiwa berdasarkan UU No.23 tahun 1992. tentang
kesehatan Jiwa Pasal 24 ayat 1 Kesehatan jiwa diselenggarakan
untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal baik intelektual
maupun emosional.
D. Kondisi Sehat Jiwa dan Kriteria-Kriterianya
1. Kondisi sehat jiwa menurut Maria Johada :
Sehat jiwa tak dapat dijelaskan dengan konsep sederhana dan
item tunggal dari perilaku tidak adekuat
Kriteria untuk menilai sehat jiwa harus dalam bentuk yang
operasional dengan sekala dan utama.
Masing-masing kriteria dengan rentang.
Kriteria sehat jiwa menunjukan kecenderungan kearah sehat
atau sakit.
Kriteria ini memuat atribut individu.
Kriteria sehat jiwa di katakan optimal bukan absolut.
2. Kriteria sehat jiwa menurut Maria Johanda :
Sikap positif pada diri sendiri, menerima diri sendiri identitas
diri yang memadai, penilaian yang realistik terhadap
kemampuan dan kekurangannya.
Serapan terhadap kenyataan.
Integrasi kesatuan kepribadian.
Kemampuan pengembangan kemampuan dasar secara fisik,
intelektual, emosional dan sosial.
7

3. Kriteria sehat menurut WHO, Seseorang dikatakan sehat jiwa:
Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan,
meskipun kenyataan itu buruk.
Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.
Dapat berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong
dan saling memuaskan.
Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
Dapat menerima kecemasan untuk dipakainya sebagai pelajaran
dikemudian hari.
Dan akhirnya, tidak kalah pentingnya mempunyai rasa kasih
sayang yang besar.
4. Kriteria sehat-sakit jiwa menurut America Psychiatriy Association.
Menilai kesehatan jiwa terdiri dati 6 dimensi:
Ketidak bahagian.
Kehilangan kegembiraan.
Ketegangan.
Perasaan muda tersinggung.
Kurang percaya diri.
Keragu-raguan.
5. Kriteria sehat-sakit mental A. Maslow :
Memiliki persepsi realitas yang efektif.
Menerima diri, orang lain, lingkungan.
8

Spontan.
Sederhana dan wajar.
E. Rentang Sehat Sakit
Sehat dan sakit berada pada suatu retang dimana setiap orang bergerak
sepanjang rentang tersebut.
Rentang sehat sakit :
1. Suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur keadaan sehat /
kesehatan seseorang
2. Kedudukannya pada tingkat skala ukur : dinamis dan bersifat
individual
3. Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik
dan kematian pada titik lain
Rentang sehat sakit menurut model Holistik Health

F. Pencegahan Penyakit
1. Primer
Pencegahan yang sebenarnya, pencegahan ini dilakukan
sebelum terjadi penyakit dan gangguan fungsi, dan diberikan kepada
klien yang sehat secara fisik dan mental, tidak menggunakan tindakan
terapetik dan tidak menggunakan identifikasi gejala penyakit
9

(Edelman dan Mandle, 1994). Contoh, program pendidikan kesehatan,
imunisasi, penyediaan nutrisi yang baik, kesegaran fisik
2. Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada individu yang mengalami
masalah kesehatan atau penyakit. Dan individu yang beresiko
mengalami komplikasi atau penyakit yang labih buruk. Dengan cara
pembuatan diagnosa dan pemberian intervensi yang tepat untuk
menghindari kondisi yang lebih parah dan memungkinkan klien
kembali pada kondisi kesehatan yang normal (Pender, 1993; Edelman
dan Mandle, 1994).Sebagian besar dilakukan dirumah, rumah sakit
atau fasilitas yang memadai. Pencegahan sekunder terdiri dari teknik
screening dan pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi
kecacatan.
3. Tersier
Pencegahan tersier dilakukan ketika terjadi kecacatan atau
ketidakmampuan yang permanaen dan tidak dapat disembuhkan.
Pencegahan tersier terdiri dari cara meminimalkan akibat penyakit
atau ketidakmampuan melalui intervensi yang bertujuan untuk
mencegah komplikasi dan penurunan kondisi kesehatan
(Edelman dan Mandle, 1994).
Tingkat perawatan ini disebut perawatan preventif karena
didalamnya mencakup tindakan pencegahan terjadinya
ketidakmampuan atau penurunan fungsi yang lebih jauh. Contoh,
10

pemberian perawatan tersier pada klien yang telah mengalami
kebutaan, tidak hanya membantu klien untuk beradaptasi dengan
kecacatannya, tapi juga ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah
dimasa yang akan dating (contoh : terjadinya kecelakaan di rumah,
dalam pengasuhan anaknya)
G. Tahap Perilaku Sakit
1. Tahap gejala
Merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit
dengan ditandai adanyan perasaan tidak nyaman terhadap dirinya,
seperti rasa nyeri, panas dan lain-lain, sebagai manifestasi terjadinya
ketidak seimbangan dalam tubuh.
2. Tahap asumsi terhadap sakit
Tahap seseorang melakukan interprestasi terhadap sakitnya,
kemudian berespon dalam bentuk emosi terhadap gejala tersebut,
seperti merasakan ketakutan, kecemasan konsultasi dengan orang
yang dianggap lebih tahu atau pelayan kesehatan.
3. Tahap kontak dengan pelayan kesehatan
Tahap dimana seseorang telah mengadakan hubungan dengan
yankes, meminta nasihat dari profesi kesehatan seperti dokter, perawat
yang dilakukan atas inisiatif sendiri, untuk mencari pembenaran
tentang sakitnya. Jika ternyata tidak lagi ditemukan gejala yang ada,
maka klien mengaggap dirinya sembuh, namun bila gejala tersebut
muncul kembali, maka dirinya akan datang ke yankes kembali.
11

4. Tahap ketergantungan
Tahap dimana seseorang dianggap mengalami suatu penyakit
yang akan mendapat bantuan pengobatan juga kondisi seseorang
sudah mulai tergantung, tetapi tidak semua orang mempunyai tingkat
katergantungan yang sama, melainkan berbeda berdasarkan tingkat
kebutuhannya juga penyakitnya. Tahapan ini dapat dilakukan dengan
pengkajian kebutuhan terhadap ketergantungan dan diberi support
agar seseorang mengalami kemandirian.
5. Tahap penyembuhan
Merupakan tahap akhir menuju proses kembalinya kemampuan
untuk beradaptasi kembali dengan lingkungan atau dari sakit-sehat,
persiapan untuk berfungsi dalam kehidupan social. Peran tenaga
kesehatan disini adalah membantu klien untuk meningkatkan
kemandirian serta memberikan harapan dan kehidupan menuju
kesejahteraan.
H. Faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan
Menurut Hendrik Bloom, ada empat faktor yang mempengaruhi status
kesehatan seseorang, yaitu herediter (keturunan), layanan kesehatan,
lingkungan, dan perilaku. Keempat faktor tersebut dapat digambarkan
dalam bagan berikut.
12


Gambar 1. Faktor yang mempenngaruhi status kesehatan
Dari keempat faktor tersebut, yang mempunyai andil besar dalam
derajat kesehatan adalah faktor lingkungan (45%) dan faktor perilaku
(30%). Kedua faktor tersebut sangat berkaitan erat.
Lingkungan bisa sehat jika perilaku masyarakatnya sehat. Kerusakan
lingkungan salah satunya dapat terjadi akibat faktor perilaku masyarakat.
Berbagai penyakit yang saat ini menimpa bangsa Indonesi, seperti demam
berdarah, polio, dan flu burung juga terjadi akibat faktor lingkungan dan
perilaku manusia.
1. Keturunan. Secara sederhana, penyakit manusia dapat dibagi ke dalam
beberapa kategori, salah satunya adalah penyakit yang disebabkan
oleh faktor gen. Penyakit ini disebut juga sebagai penyakit herediter
atau keturunan. Contoh penyakit ini antara lain diabetes melitus,
albino, dan penyakit Wilson.
2. Layanan kesehatan. Layanan kesehatan dapat memengaruhi status
kesehatan individu (khususnya) dan masyarakat (umumnya).
Beberapa aspek layanan kesehatan yang dapat memengaruhi
status kesehatan adalah sebagai berikut.
13

Tempat layanan kesehatan.
Letak geografis tempat layanan kesehatan dapat
memengaruhi keterjangkauan masyarakat terhadap layanan
kesehatan dan keterjangkauan petugas kesehatan dalam
memberikan layanan kepada masyarakat, terutama petugas
puskesmas. Jika letak tempat layanan kesehatan jauh dari
permukiman penduduk, kemungkinan masyarakat akan sulit
menjangkaunya. Terlebih jika sarana transportasi di daerah
tersebut tidak memadai. Kondisi ini tentunya akan menghambat
upaya pertolongan-segera saat seseorang menderita sakit.
Akibatnya, kondisi orang tersebut dapat bertambah parah atau
bahkan berujung pada kematian.
Kualitas petugas kesehatan.
Klien merupakan individu yang berada dalam posisi
ketergantungan karena sangat membutuhkan pertolongan dari
petugas kesehatan bagi kesembuhan dirinya. Dalam kondisi
sakit ini, klien pasrah terhadap apapun tindakan yang akan
dilakukan oleh petugas kesehatan. Jika petugas kesehatan tidak
memilik kompetensi yang berkualitas, alih-alih kesembuhan
yang akan klien perolah, melainkan penderitaan atau bahkan
kematian yang mungkin klien dapatkan. Dengan demikian,
kualitas petugas kesehatan sangat berpengaruh terhadap status
kesehatan individu maupun masyarakat.
14

Biaya kesehatan.
Tingginya biaya pengobatan menyebabkan tidak semua
orang mampu memanfaatkan layanan kesehatan. Keluarga yang
tergolong miskin, mutlak tentunya tidak mungkin mampi
menjangkau layanan tersebut. Indonesia yang belum pulih benar
dari keterpurukan akibat krisis mengakibatkan semakin
banyaknya penduduk yang miskin. Kondisi ini tentunya semakin
memperkecil peluang masyarakat miskin untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu, perlu suatu program
khusus untuk membantu masyarakat miskin mendapatkan
layanan kesehatan. Beberapa di antara program tersebut adalah
Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPSBK) dan
asuransi kesehatan keluarga miskin (askeskin). Sayangnya,
program ini sering kali disalahgunakan oleh pihak tertentu.
Akibatnya, program yang ditujukan untuk rakyat miskin justru
lebih banyak dimanfaatkan oleh orang kaya.
Sistem layanan kesehatan.
Sistem layanan kesehatan juga sangat berpengaruh
terhadap derajat kesehatan individu dan masyarakat. Layanan
kesehatan terdepan bukan semata berfokus pada pengobatan,
tetapi juga pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Dalam sistem ini, kita tidak lagi menekankan upaya kuratif,
melainkan upaya promotif dan preventif. Di Indonesia sendiri,
15

kecenderungan perkembangan penyakit ditandai dengan
meningkatnya penyakit degeneratif akibat peningkatan usia
harapan hidup. Menyikapi hal tesebut, sistem layanan kesehatan
juga harus berorientasi pada peningkatan kualitas hidup lansia.
3. Lingkungan. Lingkungan memberi pengaruh besar terhadap status
kesehatan individu.
4. Perilaku. Perilaku merupakan faktor berikutnya yang memengaruhi
kesehatan. Sehat / sakitnya individu, keluarga, atau masyarakat
dipengaruhi oleh perilakunya. Jika perilaku individu, keluarga, dan
masyarakat sehat, dapat dipastikan akan sehat pula hasilnya. Begitu
pula sebalikanya. Perilaku manusia bukan sesuatu yang berdiri sendiri,
melainkan dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti pendidikan, adat
istiadat, kepercayaan, kebiasaan, sosial ekonomi, dan sebagainya.
I. Peningkatan Kesehatan
1. Health promotion
Perbaikan dan peningkatan gizi ibu dan anak
Perbaikan dan pemeliharaan kesehatan perseorangan
Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
Olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Kesempatan memperoleh hiburan
Nasihat perkawinan dan pendidikan sek yang bertanggung
jawab
16

2. General and specific protection
Memberikan imunisasi pada golongan yang rentan untuk
mencegah terhadap penyakit-penyakit tertentu.
Isolasi terhadap penderita penyakit menular
Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan di tempat-
tempat umum dan tempat kerja
Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat kasinogenik,
racun, alergan.
Pengendalian sumber-sumber pencemaran
3. Early diagnosis and prompt treatment
Case finding
Melakukan pemeriksaan kesehatan umum secara rutin
Pengawasan selektif terhadap penyakit tertentu seperti kusta,
TBC.
Case holding
Contact person
Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus
4. Dissabilty limitation
Penyempurnaan dan intensifikasi pengobatan lanjutan agar
terarah dan tidak menimbulkan komplikasi
Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan
Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk
dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif
17

5. Rehabilitation
Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan
mengikutsertakan masyarakat
Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali
dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang
bersangkutan untuk bertahan.
Mengusahakan perkampungan rahabilitasi sosial sehingga setiap
penderita yang telah cacat mampu mengembangkan diri
Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap
dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.


18

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan menyadari
bahwa klien adalah manusia utuh dan unik yang terdiri dari aspek bio,
psiko, sosial, dan spritual tuntutan masyarakat akan kwalitas pelayanan
perawatan cenderung semakin meningkat. Hal ini membawa dampak yang
positif terhadap peran dan fungsi tenaga kesehatan untuk mengantisipasi
tuntutan masyarakat mutu pelayanan kesehatan.
B. Saran
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan menyadari
bahwa klien adalah manusia utuh dan unik yang terdiri dari aspek bio,
psiko, sosial, dan spritual tuntutan masyarakat akan kwalitas pelayanan
perawatan cenderung semakin meningkat. Hal ini membawa dampak yang
positif terhadap peran dan fungsi tenaga kesehatan untuk mengantisipasi
tuntutan masyarakat mutu pelayanan kesehatan.

19

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, 2008. KONSEP DASAR KEPERAWATAN. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
<<http://midewifelisna.blogspot.com/2012/10/makalah-konsep-sehat-sakit.html>>
(diunduh tanggal 12 Mei 2013)
<<http://nursingcare46.blogspot.com/2012/11/normal-0-false-false-false-in-x-
none-x.html>> (diunduh tanggal 12 Mei 2013)

Anda mungkin juga menyukai