Anda di halaman 1dari 28

Suku Bunga

Menurut Karl dan Fair suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman,
dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap
tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (200!"0#
adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit
$aktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang
harus dibayarkan kepada kreditur.
%dapun &ungsi suku bunga menurut Sunariyah (200!"'# adalah !
a. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diin(estasikan.
b. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan pena$aran
dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah
mendukung pertumbuhan suatu sektor industri tertentu apabila perusahaan)perusahaan dari
industri tersebut akan meminjam dana. Maka pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih
rendah dibandingkan sektor lain.
*. Pemerintah dapat meman&aatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar. +ni
berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian.
Suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu ! pena$aran tabungan dan permintaan
in(estasi modal (terutama dari sektor bisnis#. ,abungan adalah selisih antara pendapatan dan
konsumsi. Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia
menabung. -umlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin
tinggi suku bunga, akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung, dan sebaliknya.
,inggi rendahnya pena$aran dana in(estasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga
tabungan masyarakat.
Menurut .ipsey, /agan, dan 0ourant ('112 ! 2'# suku bunga adalah harga yang dibayarkan
untuk satuan mata uang yang dipinjam pada periode $aktu tertentu.
Menurut .ipsey, /agan, dan 0ourant ('112 ! 11)'00# suku bunga dapat dibedakan menjadi dua
yaitu suku bunga nominal dan suku bunga riil. 3imana suku bunga nominal adalah rasio antara
jumlah uang yang dibayarkan kembali dengan jumlah uang yang dipinjam. Sedang suku bunga
riil lebih menekankan pada rasio daya beli uang yang dibayarkan kembali terhadap daya beli
uang yang dipinjam. Suku bunga riil adalah selisih antara suku bunga nominal dengan laju
in&lasi. Menurut Samuelson dan 4ordhaus ('11"# suku bunga adalah pembayaran yang
dilakukan atas penggunaan sejumlah uang.
Menurut 4opirin ('112!'25# &ungsi tingkat bunga dalam perekonomian yaitu alokasi &aktor
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang dipakai sekarang dan di kemudian hari.
Menurut /amire6 dan Khan ('111# ada dua jenis &aktor yang menentukan nilai suku bunga, yaitu
&aktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan nasional, jumlah uang beredar,
dan in&lasi. Sedang &aktor eksternal merupakan suku bunga luar negeri dan tingkat perubahan
nilai (aluta asing yang diduga.
Menurut Prasetiantono (2000# mengenai suku bunga adalah ! jika suku bunga tinggi, otomatis
orang akan lebih suka menyimpan dananya di bank karena ia dapat mengharapkan pengembalian
yang menguntungkan. 3an pada posisi ini, permintaan masyarakat untuk memegang uang tunai
menjadi lebih rendah karena mereka sibuk mengalokasikannya ke dalam bentuk port&olio
perbankan (deposito dan tabungan#. Seiring dengan berkurangnya jumlah uang beredar, gairah
belanja pun menurun. Selanjutnya harga barang dan jasa umum akan *enderung stagnan, atau
tidak terjadi dorongan in&lasi. Sebaliknya jika suku bunga rendah, masyarakat *enderung tidak
tertarik lagi untuk menyimpan uangnya di bank.
Beberapa aspek yang dapat menjelaskan &enomena tingginya suku bunga di +ndonesia adalah
tingginya suku bunga terkait dengan kinerja sektor perbankan yang ber&ungsi sebagai lembaga
intermediasi (perantara#, kebiasaan masyarakat untuk bergaul dan meman&aatkan berbagai jasa
bank se*ara relati& masih belum *ukup tinggi, dan sulit untuk menurunkan suku bunga perbankan
bila laju in&lasi selau tinggi ( Prasetiantono, 2000 ! 11)'0'#
+n&lasi
Menurut Bodie dan Mar*us (200'!77'# in&lasi merupakan suatu nilai dimana tingkat harga
barang dan jasa se*ara umum mengalami kenaikan. +n&lasi adalah salah satu peristi$a moneter
yang menunjukkan suatu ke*enderungan akan naiknya harga)harga barang se*ara umum, yang
berarti terjadinya penurunan nilai uang. Penyebab utama dan satu)satunya yang
memungkinkan gejala ini mun*ul menurut ,eori Kuantitas mengenai uang pada ma6hab klasik
adalah terjadinya kelebihan uang yang beredar sebagai akibat penambahan jumlah uang di
masyarakat.
Menurut Keynes dalam ,he 8eneral ,heory o& 9mployment, +nterest and Money, dinyatakan
bah$a in&lasi disebabkan oleh gap antara kemampuan ekonomi masyarakat terhadap keinginan)
keinginannya terhadap barang)barang (Shapiro, 2002#. :ang dimaksud dengan gap disini adalah
permintaan masyarakat terhadap barang)barang lebih besar daripada jumlah yang tersedia
sehingga terjadi kenaikan harga, yang kemudian dikenal dengan istilah in&lationary gap.
Menurut ;inardi ('11< ! 27<# pengertian in&lasi adalah suatu kenaikan relati& dalam tingkat
harga umum (Sar$oko, 200<#. +n&lasi dapat timbul bila jumlah uang atau uang deposito dalam
peredaran banyak, dibandingkan dengan jumlah barang)barang atau jasa yang dita$arkan atau
bila karena hilangnya keper*ayaan terhadap mata uang nasional, terdapat gejala yang meluas
untuk menukar dengan barang)barang.
%da berbagai ma*am in&lasi, seperti !
Menurut Kusnadi ('112 ! 222# jenis in&lasi berdasarkan atas parah tidaknya in&lasi tersebut
dibedakan menjadi empat ma*am (Sar$oko, 200<#, yaitu
= +n&lasi tingkat ringan yaitu jika tingkat in&lasi diba$ah '0 persen setahun
= +n&lasi tingkat sedang yaitu jika tingkat in&lasi diatas '0 persen sampai 70 persen setahun
= +n&lasi tingkat berat yaitu jika tingkat in&lasi diatas 70 persen akan tetapi masih diba$ah '00
persen.
= +n&lasi tingkat sangat parah, in&lasi yang terakhir ini dikenal pula dengan nama hiperin&lasi,
yaitu jika tingkat in&lasi diatas '00 persen.
-enis in&lasi atas dasar perbedaan kualitati&, yaitu penggolongan yang didasarkan pada perbedaan
keadaan. 3alam hal ini in&lasi dibagi dalam tiga tahap (Samuelson dan 4ordhaus, '11" ! 211#,
yaitu !
= +n&lasi moderat
Bentuk in&lasi ini terjadi ketika harga)harga meningkat dengan perlahan)lahan.
Kita dapat mengatakan in&lasi ini bersi&at moderat apabila angkanya masih di ba$ah '0 persen
setahun atau in&lasi satu angka atau satu digit. 3alam situasi in&lasi moderat harga barang)barang
relati& tidak akan bergerak jauh menyimpang. >rang tidak akan terlalu banyak berpikir dalam
menggunakan uangnya, karena tingkat suku bunga riil tidak terlalu rendah. %pabila laju in&lasi
rendah, maka uang yang biasanya berbunga nominal hampir mendekati nol, maksimal
menghasilkan suku bunga riil sedikit negati&. Selain itu harapan yang timbul dari masyarakat
relati& stabil. >rang tidak kha$atir dalam membuat transaksi dengan nilai nominal.
= +n&lasi menengah (8alloping +n&lation#
Bentuk in&lasi ini terjadi jika harga)harga mulai melonjak 20, '00 atau 200 persen setahun
artinya in&lasi ini ditandai dengan kenaikan harga yang *ukup besar (biasanya double digit atau
triple digit#, in&lasi ini sering disebut dengan in&lasi dua ? tiga angka ? digit. Begitu in&lasi ganas
mulai mengakar, maka gangguan ekonomi yang ga$at mulai bermun*ulan. Pada umumnya
sebagian besar kontrak)kontrak transaksi dikaitkan dengan indeks harga atau mata uang asing,
dolar misalnya, uang kehilangan nilainya begitu *epat, dimana uang memperoleh suku bunga
riilnya sebesar negati& <0 atau '00 persen setahun, karena itu orang tidak mau lagi meyimpan
uang lebih dari jumlah minimum yang dibutuhkannya. Pasar uang akan semakin buruk dana dana
biasanya dialokasikan lebih dengan *ara penjatahan daripada perhitungan suku bunga. >rang)
orang berlomba)lomba dalam menimbun barang, membeli rumah, tanah, dan tidak akan
pernah meminjamkan uang dengan suku bunga yang biasa.
= @iperin&lasi
Bentuk in&lasi ketiga yang sangat mematikan disebut dengan hiperin&lasi.
%dapun *iri)*iri dari hiperin&lasi adalah ! adanya ke*epatan perputaran uang (yaitu
betapa *epat uang dibelanjakan begitu diterima # meningkat sangat besar,
misalnya uang akan berputar lebih dari 70 kali lebih *epat dari a$al periode. 3an
harga)harga relati& sangat tidak stabil, biasanya upah riil seseorang hanya berubah
satu persen atau bahkan kurang dari bulan ke bulan.
-enis in&lasi menurut sebabnya !
= 3emand pull in&lation
+n&lasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total. Kenaikan permintan total akan
menaikkan harga dan hasil produksi.
= 0ost push in&lation
Biasanya ditandai dengan kenaikan harga dan penurunan produksi. Keadaan ini timbul biasanya
dimulai dengan adanya penurunan dalam pena$aran total sebagai akibat kenaikan biaya
produksi. Kenaikan biaya produksi pada gilirannya akan menaikkan harga dan turunnya
produksi. Kalau proses ini berjalan terus)menerus timbullah *ost push in&lation.
+n&lasi dan suku bunga mempunyai hubungan timbal balik. Suku bunga tinggi akan
mengakibatkan kenaikan bunga pinjaman kredit bank yang dibutuhkan oleh peminjam dana
meningkat sehingga ongkos produksi akan meningkat dan berujung pada harga jual produk yang
meningkat pula. +n&lasi yang meningkat mengakibatkan suku bunga juga meningkat, sebab jika
terjadi in&lasi maka setiap in(estor akan meminta imbal hasil minimum yang telah mampu
mengganti besarnya in&lasi.
9nam .angkah ,urunkan Suku Bunga
Perbankan nasional tengah menjadi sorotan publik karena tetap tak bergeming menginjeksi
sektor riil melalui penurunan suku bunga kreditnya. Pemerintah, B+, dan dunia usaha perlu
mengambil beberapa strategi yang dapat mendorong langkah perbankan menurunkan suku bunga
kreditnya.
3i tengah an*aman pingsannya perekonomian domestik karena kekurangan darah akibat
terserempet krisis keuangan global, perbankan nasional tetap belum menurunkan suku bunga
kreditnya.
,engoklah hasil Sur(ei Kegiatan 3unia Asaha (SK3A# yang dilakukan Bank +ndonesia (B+#
terhadap 2.21 perusahaan di seantero 4usantara. Sur(ey tersebut menunjukkan, ,0"B dari
mereka kesulitan memperoleh kredit utamanya karena suku bunga kredit yang tinggi, jauh di atas
isu ketersediaan jaminan ('5,<B#, kerumitan persyaratan memperoleh kredit ('<,'7B#, atau
kebijakan bank (',2B#.
Se*ara teori, penurunan suku bunga a*uan (B+ rate# menjadi 2,2<B C terendah sepanjang sejarah
pemberlakuan B+ rate di tahun 200<, seharusnya diikuti penurunan suku bunga kredit untuk
meningkatkan &ungsi intermediasi perbankan dalam menggerakkan sektor riil. Sayangnya, tanda)
tanda pemangkasan suku bunga kredit oleh perbankan tetap tak kunjung terlihat.
Berbagai alasan dikemukakan oleh para bankir. Pertama, biaya dana pihak ketiga dalam bentuk
deposito jangka menengah saat ini masih mahal. Kalaupun harus menurunkan suku bunga
kreditnya, setidaknya dibutuhkan sekitar, ') bulan lagi sampai jatuh temponya deposito
berjangka enam bulan.
Kedua, pelaku usaha dinilai belum siap menyerap seluruh likuiditas system perbankan nasional
karena lesunya permintaan produk dan jasa mereka oleh konsumen di dalam dan luar negeri.
+ndikasi ini terlihat dengan semakin membengkaknya dana perbankan yang diparkir dalam
bentuk serti&ikat Bank +ndonesia (SB+# yang men*apai /p 200 triliun.
Ketiga kekha$atiran bankir akan risiko menjadi pioneer dalam menurunkan suku bunga tanpa
diikuti oleh bankir lain, justru akan membuat bank tersebut kesulitan likuiditas karena ditinggal
nasabahnya yang masih menginginkan tingginya bunga simpanan mereka. @al ini dialami dua
bank BAM4 yang menurunkan suku bunga depositonya sebanyak 0,<B bulan lalu tapi tidak
serta)merta diikuti oleh bank s$asta.
Pemerintah dan 3unia Asaha
Menyadari akar permasalahan mengapa perbankan nasional enggan menurunkan suku bunga
kreditnya, maka beberapa strategi perlu ditempuh pemerintah dan B+ guna mendorong perbankan
menurunkan suku bunga kreditnya.
Pertama, suku bunga penjaminan oleh .embaga Penjamin Simpanan (.PS# perlu diturunkan
maksimum sama dengan B+)rate dari posisi $ajarnya saat ini yang sebesar ",2<B untuk bank
umum dan '2B untuk Bank Perkreditan /akyat (BP/#.
Kebijakan tersebut akan berpengaruh tidak saja bagi penurunan bunga simpanan namun juga
mendorong perbankan nasional untuk menyalurkan likuiditasnya dalam bentuk kredit ketimbang
menempatkan dananya pada SB+. Berbagai strategi untuk menghilangkan kemanjaan perbankan
menempatkan dananya di instrument bebas risiko berbunga tinggi seperti SB+ sudah saatnya
ditempuh.
Kedua, perbankan nasional didorong untuk melakukan bisnisnya se*ara e&isien, menekan o(er
head *ost, dan mengembangkan kreati(itas melalui pen*iptaan produk)produk perbankan yang
tidak melulu mengandalkan pendapatan dari bunga, namun lebih kepada &ee based in*ome.
Ketiga, perlunya kampanye dan sosialisasi yang intensi& mengenai risiko yang dihadapi
masyarakat apabila tergiur bonus atau bunga yang lebih tinggi dari bunga penjaminan .PS.
Boleh jadi, gen*arnya bank yang mena$arkan bunga di atas penjaminan .PS mengindikasikan
bah$a pengelolaan bank tersebut sedang tidak begitu baik akibat keringnya likuiditas.
Keempat, pelaku usaha diimbau untuk membuat ren*ana bisnisnya apada 2001 se*ara baik dan
akurat untuk mengantisipasi agar penurunan bunga kredit se*ara *epat diserap oleh dunia usaha.
Pelaku usaha didorong untuk meningkatkan good go(ernan*e)nya dengan terus melaporkan
kegiatan usahanya kepada perbankan demi mengantisipasi kemungkinan kredit ma*et.
Kelima, perlunya pemerintah segera merealisasikan stimulus &is*al sebesar /p 2',7 triliun dalam
berbagai proyek dan kegiatan, sehingga semakin *epat pula dana tersbut kembali ke dalam
sistem perbankan guna diman&aatkan bagi kegiatan di sektor lainnya. Penyerapan anggaran
pemeritah tersebut pada akhirnya akan menambah suplai likuiditas di pasar, sehingga sesuai teori
permintaan dan pena$aran dengan sendirinya suku bunga dana dan kredit akan terkerek turun
se*ara alamiah, bertahap, dan terukur.
Mengetatkan %turan
Saat negara adidaya mengkampanyekan Buy %meri*an atau negara tetangga Malaysia berhasil
menerapkan *apital *ontrol saat krisis keuangan %sia '112?", saatnya pula kita mengetatkan
aturan bagi para pemodal demi menjaga stabilitas keuangan dalam negeri.
Meskipun demikian, melihat suku bunga a*uan domestik yang masih jauh lebih tinggi dibanding
negara tetangga seperti Korea (2B#, ,hailand (',2<B#, Filipina (,<B#, +ndia (<B#, ,iongkok
(<,7'B#, atau negara maju seperti +nggris (0,<B#, 9ropa (',<B#, dan %S (0,2<B#, maka
ketakutan terjadinya pelarian modal tersebut masih tidaklah mengkha$atirkan.
,eori Bunga Aang
Sejak ambruknya bursa perekonomian ;all Street di tahun '121 yang disusul oleh resesi
ekonomi yang berkepanjangan di tahun '170)an, kedudukan ekonomi Kapitalis menjadi
gun*ang. Krisis ini menenggelamkan harapan berpuluh)puluh negara)negara yang baru saja
menarik na&as lega setelah mempertaruhkan hidup dan mati mereka dalam gelanggang Perang
3unia +. -uga, kasus tersebut menyebabkan timbulnya keraguan di anDtara para pakar okonomi
Barat tentang kemapanan struktur ekonomi KapiDtalis yang mereka bangga)banggakan. %palagi
akti&itas ekonoDmi saat ini teramat kompleks dimensinya untuk dijelaskan se*ara gamblang yang
membuat berbagai perhitungan ekonomi memerlukan keD*ermatan bagi para pembuat kebijakan
ekonomi maupun poliDtik. Bayang)bayang depresi tahun 70)an kembali menjadi trauma
menakutDkan, terutama bagi negara)negara miskin di dunia yang tetap tidak akan bisa
melepaskan ketergantungannya terhadap negara)negara Barat yang maju.
@al ini menujukkan struktur ekonomi Kapitalis memerlukan autopsi (bedah masalah# se*ara
menyeluruh. >leh karena itu, pada tahun '1 dalam pertemuan Bretton ;oods di 4e$
@ampshire, para pakar ekonomi membenahi struktur perekonomian mereka, dengan tetap
menaruh strategi ketergantungan Selatan (negara)negara mayoritas muslim yang miskin#
terhadap Atara (negara)negara 9ropa dan %merika yang maju# dan membentuk dua piagam
pokok tentang kerja sama internasional di bidang keuDangan dan moneter yang diatur oleh bank
3unia dan 3ana Moneter +nternasionalE'F. %kan tetapi di tahun 20)an persetujuan di BretDton
;oods tidak mampu menanggulangi resesi yang melanda dunia.
Persoalan yang telah membingungkan para pakar selama bertahun)tahun sebenarnya adalah
masalah lingkaran perdagangan (trade *y*le#. ,eori)teori yang telah ada mengenai gejala ini
belum sanggup memberikan jalan keluar yang baik. Bongkar pasang kebijakan ekonomi di setiap
negara di dunia ternyata hanya menimbulkan sema*am (i*ious *y*le (lingkaran setan, yang tak
berujung pangkal#. 3alam menerangkan perdagangan ini teori bunga uang telah semakin
menarik perhatian banyak ekonom. Padahal teori mengenai bunga uang telah lama merupakan
titik kelemahan dalam ilmu ekonomi dan keterangan serta rumusan mengenai suku bunga uang
lebih banyak menimbulkan pertentangnan di antara para ekonom dibandingkan topik)topik
lainnya dalam teori ekonomi umum.
Beberapa ,eori tentang Pembungaan Aang
3ari manuskript sejarah yang masih tersisa diperoleh keDteDrangan bah$a praktek pembungaan
uang telah lama dikenal. Plato dalam bukunya yang terkenal ,he .a$ o& Plato, telah melarang
agar orang)orang jangan meminjamkan uang dengan memungut rente. SedangDkan muridnya
yaitu %ristoteles se*ara tegas mengutuk sistem pemDbungaDan uang. 3ia menyebut buang uang
dengan istilah Gayam betina yang manDdul dan tidak bisa bertelurH.
Sebenarnya apa &ungsi uang dalam kehidupan iniI %risDtoteles menyebutkan bah$a &ungsi uang
yang utama adalah untuk memudahkan jalannya perdagangan dan memudah manuDsia
memenuhi kebutuhannya. +tu sebabnya mengapa %ristoteles mengutuk penggunaan uang sebagai
alat untuk menimbun kekaDyaan apalagi memperanakkannya. Sekeping uang tidak boleh
membuat ?men*iptakan kepingan uang lainnya, kata %risDtoteles.
%. ,eori 9konomi Klasik tentang Bunga Aang
Menjelang re(olusi +ndustri di 9ropa, akti&itas perdagangan dan keuangan meningkat pesat. Pada
kurun ini mun*ul para pakar ekonomi semisal %dam Smith, 3 /i*ardo, -ohn Stuart Mill,
9dge$orth, Marshal, dan lain)lain.
Menurut %dam Smith dan /i*ardo, bunga uang merupakan suatu ganti rugi yang diberikan oleh
si peminjam kepada pemilik uang atas keuntungan yang mungkin diperolehnya dari pemakaian
uang terseDbut. Pada hakekatnya penumpukan barang atau modal dapat berakiDbat ditundanya
pemenuhan kebutuha lain, dan orang tidak akan berbuat demikian kalau mereka tidak
mengharapkan suatu hasil yang lebih baik dari pengorbanan yang telah mereka lakukan. 3engan
demikian, bunga uang adalah hadiah atau balas jasa yang diberikan kepada seseoDrang karena
dia telah bersedia menunda pemeDnuhan kebutuhannya.
Sedangkan menurut Marshall, bunga uang dilihat dari segi penaD$aran merupakan balas jasa
terhadap pengorbanan bagi kesediaan seseorang untuk menyimpan sebagian pendaDpatannya
ataupun Gjerih payahHnya melakuDkan penungguan.
Besarnya tingkat suku bunga uang menurut aliran ekoDnomi klasik digambarkan sebagai berikutJ
jika hasil yang diperoleh dari perputaran uang jumlahnya besar, maka bunga uang yang lebih
besar dapat diberikan atas imbalan pemaDkaian uang tersebut. 4amun, suku bunga uang tidak
memiliki hubungan apapun dengan jumlah uang yang beredar. Sebab, akibat meningkatnya
jumlah uang, maka hal tersebut tidak lain adalah akibat naiknya harga, bukan mendongkrak
tingDkat suku bunga uang. Mengenai tingDkat suku bunga uang yang riil (nyata#, Marshal
beranggapan bah$a besarnya suku bunga uang terletak pada titik potong antaDra gra&ik
perDmintaan dan persediaDan jumlah tabungan. -ika jumlah taDbungan uang lebih besar dari
permintaan akan uang yang hendak ditanamkan, maka tingkat suku bunga uang akan tuDrun, dan
jumlah penanaman modal akan bertambah besar hingDga ter*apai titik keseimbangan baru antara
tabungan dan penaD$aran modal. Begitu pula sebaliknya, akan terjadi bila permintaan akan
modal lebih besar dari pena$arannya, maka tingkat suku bunga uang akan naik dan penanaman
modal akan berkurang. 3engan demikian, berarti anggapan dasar teori Klasik tentang tabungan
adalah jumlah tabungan selalu ditenDtukan oleh besarnya suku bunga uang.
,eori Klasik mengenai bunga uang ini pada akhirnya dikritik habis)habisan oleh para pakar
ekonomi modern sema*am .ord Keynes. +a mengungkapkan bah$asanya bunga uang bukanlah
merupakan hadiah atas kesediaan seseorang untuk menyimpan uangnya. Sebab, setiap orang bisa
saja menabung tanpa meminjamkan uangnya untuk tujuan memungut bunga uang, sedangkan
selama ini telah dimaklumi bah$a setiap orang hanya dapat memDperoleh bunga uang dengan
meminjamkan lagi uang tabungannya itu. Begitu pula kalau kita melihat adanya pertambahan
jumlah tabungan masyaraDkat, maka &enomena bertambahnya penanaman modal dalam jumlah
yang sama dengan tabungan masyarakat adalah anggapDan tidak benar, terutama pada masa)
masa resesi ekonomi atau pada saat terjadinya e*onomi* boom (keadaan akti&iDtas ekoDnomi
yang men*apai pun*aknya#. Pada dua keadaan seperti di atas, yaitu pada masa resesei ataupun
pada $aktu akti&itas ekonomi memun*ak, maka naikDnya tingkat suku bunga uang tidaklah
meningkatkan jumlah penanaman modal sebagaiman yang diyakini para ekonom aliran klasik.
,entang mun*ulnya &luktuasi tingkat suku bunga uang, yang menurut teori klasik ditentukan oleh
kur(a permintaan dan persediaan jumlah tabungan, maka Keynes menangkisnya dengan
mengatakan bah$a inisiati& seluruhnya terletak pada para enterpreneur (pihak s$asDta yang
meman&aatkan pinjaman ?uang #, bukan tergantung kepada para penabung. Sebab, para penabung
se*ara keseluruhan tidak berarti apa)apa dibandingkan dengan peran para enterpreneur dalam
memutar modal, $alaupun kita ketahui bah$a setiap orang bebas menabung berapa saja yang
dikehendakinya.
3ari uraian di atas, maka kita sampai pada suatu kesimpulan bah$a tingkat suku bunga uang
yang tinggi mauDpun yang rendah, keduanya tidak mampu mendorong kegiatan ekonomi ?usaha
yang produkti&, apalagi mendorong kegiatan ekonomi terutama pada saat terjadi resesi. .agi pula
jumDlah uang yang ditaDbung oleh perorangaan pada suatu tingkat penghasilan tertentu, tidaklah
memiliki pengaruh terhadap perubahan besarnya suku bunga uang. >leh karena itu, perDnyataan
@enderson yang mengatakan bah$a tingkat suku bunga uang meruDpakan alat penyelidik
tentang mengapa modal dapat berpindah)pindah, melalaui apa dan pada sektor kehidupan apa
saja modal bisa ditanamkan, serta apa saja yang pada masa datang dapat memberikan hasil yang
paling tinggi, adalah tidak benar selaDma)lamanya. Sebab pada tingkat suku bunga uang 0 (yaitu
tidak ada bunga uang#, transaksi atau akti&itas ekonomi malahan meningkat pesat, dan mampu
mengurangi tingkat pengangguran dan memper*epat peredaran uang di masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dorongan orang maupun lembaga yang akan berusaha
dalam berbagai aspek ekonomi tidak ditentukan oleh jumlah tabungan, dan tidak pula ditentukan
oleh suku bunga uang. Sebab, pada keadaan ekonomi lesu, $alaupun tingkat suku bunga uang
dinaikkan, tetap saja ia tidak akan mampu mendongkrak kenaDikan aktiD&itas ekonomi.
Kalaupun tingkat suku bunga uang naik, ia hanya mendorong sebatas memperbanyak jumlah
tabungan belaka.
B. ,eory 9konomi Modern ,entang Bunga Aang
,eori modern yang kini masih dijadikan rujukan berbaDgai penentu kebijakan ekonomi di
belahan bumi utara mauDpun selatan yang paling populer adalah teori .ord Keynes tentang
ekonomi. 3alam bukunya yang terkenal dengan the 8enereal ,heory o& 9mployDment, +nterest
and Money, ia menyinggung masalah suku bunga uang (+nteDrest# se*ara panjang lebar. 3i
samping teori)teori tentang suku bunga uang yang di kemukakan oleh Keynes, sebenarnya masih
baDnyak teori lain seperti teori %gio, teori suku bunga uang moneter dan lain)lain. %kan tetapi
teori)teori ini tenggeDlam oleh teori Keynes tentang ekonomi, termasuk di dalamDnya
pembahasan mengenai suku bunga uang.
;alaupun teori modern tentang suku bunga uang men*ela habis)habisan teori klasik, akan tetapi
aliran modern tetap menjadikan bunga uang sebagai suatu Gke$ajiban ekoDnomiH yang kalau
tidak, akan mengakibatkan kema*etan aktiD&itas ekonomi, dan ini berarti kemunDduran besar
dalam peradaban manusia yang tidak bisa melepaskan dirinya dari aspek ekonomi.
Bagaimana mereka memandang tentang bunga uangI ,eori ekonomi klasik menyebutkan bah$a
bunga uang adalah hadiah yang didapat atas pinjaman uang tunai dan dengan perjanjiDan
pembayaran sesudah jangka $aktu tertentu di masa daDtang. -adi bunga uang menurut teori
tersebut bukanlah harga atau hadiah karena seseorang telah menaDbung dan atau tidak
membelanjakan uangnya. Bunga uang dapat disebut hadiah adalah karena seseorang Gtidak
menyimpan begitu sajaH uangnya, atau ia disebut hadiah karena orang terseDbut telah
melepaskan likuiditasnya sendiri untuk suatu jangka $aktu tertentu. Keinginan untuk tetap liKuid
tidak lain adalah karena adanya permintaan GpasarH akan uang. Menurut Keynes, besarnya suku
bunga uang ditentukan oleh perteDmuan antara apakah masyarakat ingin lebih liKuid atau tidak,
dengan apakah bank bersedia untukmenjadi liKuid atau tidak.
3alam penbahasan suku bunga uang, Keynes sampai pada suatu kesimDpulan bah$asanya suku
bunga uang hanyalah peDngaruh angan)angan manusia saja (highly kon(ensional#, dan setiap
tingkat suku bunga uang terpaksa diterima masyaraDkat yang dalam pandangan orang)orang
kelihatan senantiasa menyenangkan. Kemudian, dalam pembaDhasan lanjutan tentang suku
bunga uang, ia menghubungkannya dengan permodalan yang ada. Keynes mengatakan bah$a
suku bunga uang di dalam suatu masyarakata yang berjalan normal akan sama dengan nol (tidak
ada bunga uang#, dan ia meyakini bah$a manusia bisa mendapatkan uang dengan jalan
berDusaha.
GSuatu masyarakat yang berjalan normal dengan sarana tehnik modern dan perkembangan
penduduk stabil, harus sanggup menuDrunkan keseimbangan pemakaian tambahan modal se*ara
e&isien sampai titik nol dalam satu generasi saja, sehingga kita bisa men*apai suatu keadaan
masyarakat yang teratur yang perubahan dan kemajuannya hanya disebabkan oleh kemajuan
tehnik, selera masyarakat, perkembangan penduduk dan lembaga)lembaganyaH.
Suku bunga uang, terlepas dari maksud untuk memperbeDsar modal sebagaimana yang dianggap
oleh masyarakat saat ini, adalah merupakan suatu panghalang kemajuan. PenyeliDdikan Keynes
dalam hal ini sangat menarikJ karena ia berDanggapan bah$a perkembangan modal tertahan oleh
karena adanya suku bunga uang. -ika saja hambatan ini dihilangDkan, lanjut Keynes, maka
pertumbuhan modal di dunia modern akan berkem)bang *epat, sehingga pasti memerlukan akan
diadakan peraturan yang mengatur agar suku bunga uang harus sama dengan nolE. +a telah
menun)jukkan ketidakbeDnaran pendapat yang mengatakan bah$a pertambahan jumlah
tabungan (yang penyebabnya adalah naiknya suku bunga# akan berakibat bertambahnya jumlah
penanaman modal. Sebab, seseorang yang menambah jumlah tabungannya, kata Keynes, pada
dasarnya akan mangurangi jumlah tabungan orang lain jika hal tersebut ditinjau dari segi
masyarakat se*ara keseluruhan. Pengalaman selama P3 ++, di %merika Serikat, menunjukkan
bah$a masyarakat negeri itu berhasil menabung lebih banyak dengan bunga uang rendah (*uma l
B# dibanDdingkan dengan apa yang diperoleh sebelumnya dengan bunga uang yang jauh lebih
tingDgi. @al ini membuktikan bah$a teori ekonomi modern berhasil menunjukkan bah$a jumlah
tabungan tidak ditentukan oleh besarnya suku bunga uang, tetapi ditentukan oleh tingkat
penanaman modal
3i sinilah ajaran +slam yang agung memberikan pemeD*ahan dengan menghapuskan sama sekali
pembungaan uang, dan hal ini akan mendorong penanaman modal dalam jumlah yang tidak
terbatas. %pa yang dikemukakan oleh teori tentang suku bunga uang (terutama yang
diungkapkan Keynes# menunDjukkan bah$a bunga uang hanyalah hasil angan)angan manusia
saja, dan suku bunga uang yang tinggi merupakan penghalang bagi kemajuaan serta
kesejahteraan dunia. Syariat +slam yang mulia juga menetapkan hukum 6akat, &aiL, $aris
terhaDdap harta dengan jumlah dan timbangan tertentu, serta melarang menimbun uang untuk
menghindari penimbunan sumber)sumber uang?moDdal yang menganggur, yang tidak
diguDnakan untuk usaha)usaha proDdukti& le$at jalan)jalan yang ditentukan oleh syaraL.
Mahabenar %llah dengan &irman4ya!
GSupaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang)orang kaya saja di antara kamuH (MS %l
@asyr 2#.
%yat ini menunjukkan bah$a harta ?modal harus beredar di antara manusia, sekaligus mendorong
manusia agar senanDtiasa berusaha dengan usaha)usaha produkti& yang tujuannya untuk
memper*epat pertumDbuhan modal.
Perbedaan Perdagangan dengan /iba
Sejak lama manusia senantiasa berkelit terhadap seDtiap upaya yang menghambat segala
akti&itasnya, tidak terke*uali dalam perDdagangan. 3alam prakteknya, aspek ini sepanjang
sejarah manusia dipenuhi oleh perangkap)perangDkap riba yang dengan li*innya selaDlu berhasil
menghindari larangan berbagai agama, terutama orang)orang :ahudi dan 4ashrani dengan
mengemukakan dalih yang dibuat)buat.
3i 9ropa sendiri, khususnya +nggris, larangan riba dikeluarkan pada tahun '<< oleh
pemerintahan /aja @enry N+++. Pada saat itulah istilah riba (usury# diganti dengan istilah bunga
uang (interest#. +stilah bunga uang dikeDluarkan untuk memperlunak sekaligus upaya untuk
menghindar le$at jalan belakang terhadap larangan riba yang $aktu itu gen*ar didengungDkan
oleh para ahli &iloso&, pemikir maupun pihak gereja. ,etapi mereka sepakat bah$a riba (usury#
terlarang, sedangkan bunga uang (interest# dibolehkan dengan dalih demi perdagangan (bisnis#
dan untuk usaha yang produkti&.
Memang pada saat itu beredar anggapan bah$a bunga uang (inDterest money# sebenarnya sama
dengan perdagangan. 3alam hal ini mereka mengemukakan beberapa alasa sebaDgai berikut!
Misalkan jika seseorang membeli *elana dengan harga /p.<000,) dan menjualnya dengan harga
/p.<'00,) lalu diboDlehkan oleh agama, maka itu toh sama saja bila seseorang bersedia menukar
/p.<000,) dengan /p.<'00,) di masa yang akan datang (dalam proDses pinjam meminjam
dengan tempo#. Mengapa hal seperti ini harus dilarang, apalagi kedua belah pihak sudah saling
ridha. Bahkan, dua peristi$a (keadaan# tadi dengan kelebihan uang /p '00,) sesungguhnya tidak
ada perbedaanya dengan yang lain. Sebab, dua keadaan tersebut berjalan dengan saling meridlai
dari semua pihak yang beraKad. >leh karena itu, jika pengambilan keuntungan /p'00.) pada
akti&itas perdagangan dibolehkan, maka menguDtip uang sebesar /p '00,) pada kasus keduapun
harus pula dibolehkan.
%nggapan seperti ini adalah anggapan jahiliyah, yang menyaDmakan akti&itas riba dengan
perdagangan. Pada saat ini anggapan seperti itu bergaung lagi. Antuk menja$ab pemahaman)
pemahaman yang menyamakan riba dengan perdagangDan, maka %llah S;, menurunkan
penjelasan4ya!
GOKeadaan mereka yang demikian itu adalah disebabDkan mereka mengatakan! jual)beli itu
sama deDngan ribaL. Padahal %llah telah menghalalkan jual)beli dan mengharamDkan ribaH (MS
%l BaKarah 22<#.
Pada ayat ini dengan tegas %llah S;, membedakan aktiD&itas riba dengan perdagangan ?jual
beli. %llah S;, mengDhalalkan jual)beli yang di dalamnya tidak mengandung riba dan
mengharamkan jual)beli yang di dalamnya mengandung ribaE. 3engan demikian %l Muran telah
menghapuskan kesaDlahan yang menyamaratakan riba dengan jual)beli dengan satu kalimat yang
singkat yang tidak bisa dita$ar)ta$ar lagi! G/iba dilarang, sedangkan jual beli dibolehkanH.
3alam menjelaskan perbedaan mendasar antara perdaDgangan dan riba, Maulana %bul %Lla %l)
Maududi mengungkapDkannya sebagai beriDkut!
'. 3alam perdagangan, antara pembeli dengan penjual (pemilik barang#, saling mendapatkan
pertukaran atas dasar persamaan. Si pembeli men)dapatkan keuntungan dari benda)benda yang
telah dibelinya dari Si penDjual, sedangkan penjual mendapatkan keuntungan kareDna tenaga,
pikiran, dan $aktu yang dibutuhkannya untuk mendapatDkan barang tersebut demi kepentingan
pembeli. Sedangkan dalam akti&itas riba tidak akan didapatkan pembagian keuntungan atas dasar
persamaan tersebut. Si pemilik pemilik modal pasti memperoleh suatu jumlah tertentu karena
meminjamkan modalnya, akan tetaDpi si peminjam hanya memperoleh Gjangka $aktuH untuk
menggunakan modal tersebut. Sedangkan G$aktuH saja pasti tidak akan memba$a keunDtungan
baginya. Bahkan jika ia gunakan untuk keperluan konDsumti& sudah dapat dipastikan ia tidak
mungkin memDperoleh keuntungan sepeserpun. -ika dalam tempo yang diberikan tersebut
kemungkinan untuk mendapatkan laba sama besarnya dengan kemungkinan mendapatkan
kerugiDan, maka akibatnya salah satu pihak dalam aKad riba akan mendapatkan laba, sedangkan
pihak lainnya belum tentu memperoleh keuntungan.
2. 3i dalam perdagangan, bagaimanapun besarnya keuntungDan yang di peroleh si pemilik
modal ?barang, ia akan memperolehnya sekali saja, itupun jika kedua belah pihak menyetujuinya.
,etapi dalam praktek riba, si pemilik modal ?barang senantiasa akan memperoleh bunga uang
selama pinjaman pokoknya belum diluDnasi. Bahkan, dengan bergesernya $aktu, maka hutang
yang tidak dapat dilunasi itu akan semakin berlipat ganda dan dapat mengDhabiskan seluruh
harta kekayaan si peminjam.
7. 3alam perdagangan, pekerjaan dan hasil jerih payah seseorang baru akan mendapatkan
penghasilan berupa keuntungan setelah mengeluarkan tenaga dan pikiran. Sedangkan di dalam
praktek riba, seseorang hanya meminjamkan sejumlah uang kelebihan yang tidak dipaDkainya,
kemudian semakin lama semakin berkembang tanpa mengeluarkan pikiran maupun tenaga. +a
tidak peduli terhadap keadaan si peminjam. +a merupakan sekutu yang tidak mempunyai
kepentingan sedikitpun terhadap rugi ataupun keuntungan yang mungkin diperDoleh pihak
lainnya. -uga, ia tidak pula bisa beruDpaya untuk memba$a suatu kerugian ataupun keuntungan
yang terjadi dalam transaksi itu. +a hanya bisa menghasilDkan bunga uang yang dibentuknya
selama $aktu peminDjaman itu berakhir.
Men*ari -alan Keluar dari .ingkaran Setan
Sebagaimana dimaklumi bah$a akti&itas ekonomi senanDtiasa berputar di sekitar kebutuhan)
kebutuhan manusia, sarana)sarana pemenuhannya dan bagaimana meman&aatkan sarana)sarana
itu. BerDdasarkan hal ini, maka persoalan ekonomi bermula dari masalah perolehan man&aat.
3ari siniDlah manusia dengan &itrahnya selalu berusaha untuk mendaDpatkan, menguasai harta
dan memilikinya. Asaha manusia dan hartanya, keduanya merupakan sarana yang dipergunakan
untuk memenuhui kebutuhan manusia, baik kebutuhan)kebutuhan yang bersi&at konsumti&
seperti makan, minum, membeli pakaian dan lain)lain, maupun yang bersi&at produkti& guna
mengDhasilkan tambahan nilai yang diperolehDnya dari harta atau modal ?barang tersebut,
seperti untuk membeli mesin)mesin produksi, toko, mobil (untuk angkutan# dan lain)lain.
Antuk memenuhi kebutuhan)kebutuhannya, manusia terkaDdang harus mendapatkannya melalui
akti&itas jual beli, se$a menye$a, upah mengupah, dan mungkin pula melalui aktiD&itas yang di
dalamnya tidak ada unsur imbalan, seperDti $aris, hibah, pinjaman (yang tidak riba# dan lain)
lain.
Berdasarkan hal ini, maka permasalahan ekonomi bukanDlah GmenDdapatkan harta ?modal
?jasaH, bukan pula GmemproDduksi harta ?barangL. %kan tetapi problema ekonomi mun*ul dari
pandangan Pbagaimana *aranyaH memperoleh dan memiliki harta (baik berupa barang, modal
maupun jasa# guna menDdapatkan man&aat yang dihasilkan harta tersebut, serta Pbagaimana
penggunaannyaH bagi manusia terhadap harta ataupun jasa tersebut.
3i sinilah Syariat +slam meletakkan dasar)dasar yang kokoh untuk kepentingan manusia,
khususnya untuk memelihaDra lingkaran setan dalam masalah ekonomi yang tidak pernah
berhenti. 3engan demikian, usaha yang menjamin terpenuhiDnya kebutuhan)kebutuhan pokok
manusia, tentu saja dapat dengan mudah diperolehnya. Mendorong manusia agar senanDtiasa
berusaha dan berpedoman kepada Syariat +slam, telah menjamin memudahan seseorang. 3alam
hal ini, apabila terDdapat sekelomDpok manusia yang tidak mampu men*ukupi kebuDtuhan diri
maupun orang)orang yang berada di ba$ah tangDgungannya, maka persoalannya diserahkan
kepada negara, di samping terdapat dorongan bagi yang lain (yang mampu# untuk bersedekah.
Menghapuskan praktek riba di dalam +slam adalah salah satu sendi penting untuk memelihara
peradaban manusia, memelihara terpenuhinya kebutuhan)kebutuhan manusia, serta mendorong
manusia berusaha dan bekerja dengan mudah. %paDbila seseorang tidak mampu memenuhi
kebutuhannya, maka ia dibolehkan meminjam harta ?barang kepada pihak lain yang memiliki
kelebihan harta ?barang tanpa ada PimbalanL apa)pun. @al tersebut telah diatur dalam masalah al
Mardl (pinjaman#. Begitu pula jika seseorang menghendaki adanya suatu usaha guna
mendapatkan keuntungan, ia dapat melakuDkannya dengan jalan Mudharabah (kalau ia tidak
memiliki modal, tetapi mampu berusaha# dengan jalan men*ari mitra dagang yang mempunyai
kelebihan modal, atau dengan jalan syirkah (kalau ia mempunyai harta dan hendak berusaha
dalam om6et yang lebih besar# dengan men*ari mitra dagang.
Pada aKad mudlarabah ?Kiradl, keuntungan dibagi berDdasarkan perhitungan pe*ahan ('?2, '?7
dan '?# dan bukan ditentukan berDdasarkan nilai pasti, misalnya mendapatkan Q '00 dari jumlah
keuntungan. Sebab dalam akti&itas usaha, terdapat resiko merugi di dalamnya yang mungkin saja
unDtungnya tidak sebanyak itu. -ika usaha itu mengalami keruDgian, maka keadaan seperti itu
ditanggung oleh si pemilik modal saja, sedangkan mudlarib tidak dibebani kerugian modal,
melainkan usaha mudlarib sia)sia belaka. Kemudian persyaratan lain adalah bah$a modal harus
berbentuk tunai, seperti emas, perak atau mata uang tertentu yang berlaku, bukan berbentuk
barang (komoditi#. Pemilik modal tidak diperkenankan *ampur)tangan dalam penggunaan modal
yang telah diserahkan kepada mudlaDrib.
Pada aKad syirkah, masing)masing pihak yang beraKad menyerDtakan modalnya untuk
ditanamkan dalam suatu usaha. Mengenai pembagian keuntungan, maka $e$enang dan
perbanDdingan permodalan maupun ketentuan lain dari pihak yang beraKad dapat masing)masing
memiDlihnya apakah dalam aturan tersebut dipakai syirkah Pinan, atau syirkah mu&a$$adhah.
Syariat +slam yang sempurna telah memberikan kepada manusia rambu)rambu agar tidak tersesat
dan terjerumus ke dalam malapetaka. >leh karena itu, Syariat +slam telah menyediakan
seperangkat peraturan dan ketentuan yang memaDgari manusia dari tindak tanduk yang
menyimpang yang jusDtru dapat mengDhan*urkan sendi)sendi peradaban dan melemah)kan
unsur)unsur ekonoDmi.
Semua masalah tersebut sesungguhnya telah terpendam dalam kitab)kitab &iKh yang memuat
berbagai permasalahan dan pembahasan mengenai ekonomi. Kita mengenal bab)bab tentang jual
beli (al baiL#, pilihan (al khiDyar#, menarik diri dari aKad (al iKalah#, per$akilan (al $akaDlah#,
pin)jaman (al Kardl#, pinjaman man&aat (al Pariyah#, peniDtipan (al $adiLah#, barang temuan (al
luKathah#, penggarap (al musaKah#, bagi hasil tanpa modal (mudlarabah#, bagi hasil dengan
disertai modal dan usaha (syirkah# dan masih banyak jenis)jenis aKad lain yang memenuhi kitab)
kitab &iKh +slam dan telah dijabarkan se*ara terperin*i di sana.
P e n u t u p
3aya tarik yang menyilaukan dari kemajuan peradaban Barat di masa ini talah mempengaruhi
pemikiran sebagian besar kaum musDlimin, sehingga mereka tidak mampu ber&ikir dengan jernih
lagi dan menganggap setiap tindak tanduk orang)orang Barat adalah ukuran dan standart
terhadap baik)buruknya sesuatu, tidak terkeD*uali persoalan ekonomi.
3engan lumpuhnya Komunisme ?Sosialisme, sistem KapiDtalisme yang telah lama dipraktekkan
di negara Barat menDjadi alternati& satu)satunya bagi dunia. Padahal para pakar ekonomi dari
kalangDan mereka sendiri pun mengakui kelemahan yang mendasar pada sistem ekonomi
kapitalis. .ord Keynes yang dianggap sebagai Gpembaharu ekonomi BaDratL mengakui
bah$asanya perkembangan modal (yang memDpengaruhi perputaran ekonomi masyarakat#
dihambat oleh adanya suku bunga uang. %danya suku bunga uang akan mengDhambat akti(itas
ekonomi, khuDsusnya bagi orang)orang yang mampu berusaha tetapi tidak memiliki modal atau
orang)orang yang memiliki modal ke*il. 3engan menghaDpuskan bunga uang, maka hambatan
yang ditemui dalam perputaran ekonomi dapat dihilangkan sama sekali, sekaligus tersedia dana
murah tanpa ada GimbalanH bagi orang)orang yang ingin berusaha.
Apaya untuk menghilangkan dengan tuntas pemeo tentang Gtak ada akti(iDtas ekonomi saat ini
tanpa ribaH atau GtanDpa riba, perdagangan tidak akan berjalanH adalah merupakan upaya yang
sia)sia apabila Syariat +slam masih dipandang sebelah mata. Memang satu)satu jalan peme*ahan
yang terDbaik adalah dengan menegakkan 3aulah +slam yang menerapDkan se*ara sempurna
Syariat +slam, yang akan menerapkan dan mengatur sistem ekonomi manusia, yang mampu
melepaskan diri dari sistem ekonomi Kapitalis yang telah mendunia, yang akan membasmi riba
sampai ke akar)akarnya karena riba dan segala persoalan ekonomi yang melanda dunia
internaDsional de$asa ini merupakan produk rusak dari sistem KapiDtalis, serta produk rusak
dari masyarakat yang berbuDdaya Kapitalis.
+nilah satu)satunya jalan keluar yang sempurna untuk meme*ahkan berbagai ma*am krisis
ekonomi yang menghantui negeri)negeri +slam khususnya, dan dunia pada umumnya. 3engan
tegaknya 3aulah +slam, maka eksistensi riba pasti runtuh dan sebaliknya dengan tiadanya
3aulah, maka riba semakin berkibar)kibar.
Suku bunga, +n&lasi R ketidakadilan 9konomi
Aang bekerja se*ara alami ketika ia membiayai kegiatan produksi dan membuahkan keuntungan
dari produksi tersebut. Karenanya, jumlah uang akan bertambah sesuai dengan pertambahan
hasil produksi. 3engan kata lain, penambahan kesejahteraan haruslah berbanding lurus dengan
usaha yang dilakukan. Penambahan jumlah uang yang tidak diimbangi dengan penambahan
jumlah produksi barang dan jasa akan mengakibatkan nilai uang menurun terhadap barang dan
jasa. Kita menyebutnya in&lasi.
+n&lasi Ns. Suku Bunga
Pandangan umum yang berlaku saat ini, suku bunga memiliki hubungan negati& dengan in&lasi,
menaikkan suku bunga berarti menurunkan in&lasi. Ketika suku bunga dinaikkan, maka orang
akan tertarik untuk menyimpan uang di bank, sehingga akan mengurangi jumlah uang beredar,
akibatnya saat itu in&lasi turun. ,etapi konsekuensi dari penerapan suku bunga ialah adanya
besaran tertentu yang nilainya sudah ditentukan di a$al. 4ilai itu harus dibayar bank kepada
nasabah pada saat bunga tersebut jatuh tempo.
Misal, pada a$al proses ekonomi terdapat uang beredar sebanyak /p 7.000 triliun, lalu dengan
bunga sebesar '0B, sektor perbankan berhasil menyerap sepertiga dari dana tersebut atau setara
dengan /p '.000 triliun. Maka terjadi de&lasi, jumlah uang beredar dalam perekonomian tersebut
turun menjadi duapertiganya atau /p 2.000 triliun. ,api, setahun kemudian, ketika bunga telah
jatuh tempo, perbankan harus membayar sejumlah '0B dari /p '.000 triliun atau /p '00 triliun
kepada perekonomian. Maka, total uang dalam perekonomian dan perbankan menjadi /p 7.'00
triliun. -adi, alih)alih untuk mengurangi in&lasi, penerapan suku bunga justru berpotensi
mendatangkan in&lasi yang lebih besar di kemudian hari.
Melanjutkan *ontoh tadi, sebetulnya tidak menjadi masalah ketika jumlah uang dalam
perekonomian tersebut bertambah /p '00 triliun, asalkan perekonomian itu juga mampu
menghasilkan tambahan produksi barang dan jasa senilai /p '00 triliun dalam tempo yang sama.
-ika hal itu dilakukan, maka tidak akan terjadi in&lasi karena penambahan jumlah uang diikuti
dengan penambahan jumlah barang dan jasa. ,api yang jadi masalah saat ini, tidak adanya
keterkaitan antara sektor riil dengan sektor &inansial.
3alam *ontoh di atas, melalui suku bunga sebesar '0B, sektor &inansial menentukan bah$a
dalam setahun ke depan jumlah uang akan bertambah sebanyak /p '00 triliun, sedangkan yang
menentukan bertambahnya jumlah barang dan jasa adalah sektor riil, yang belum tentu mampu
memproduksi barang dan jasa senilai /p '00 triliun dalam setahun. Ketika sektor riil tidak
mampu menandingi PkinerjaL sektor &inansial, maka yang terjadi adalah in&lasi. Karena itu, perlu
dikoreksi pendapat yang menyebutkan tingkat suku bunga berbanding terbalik dengan tingkat
in&lasi.
Ketidakadilan Suku Bunga
3alam buku pengantar ilmu ekonomi selalu disebutkan ketika pemerintah men*etak uang terlalu
banyak, maka yang terjadi adalah in&lasi. ,api seringkali kita lupa, bank juga dapat Pmen*etakL
uang dengan *ara menyalurkan kredit dan mengenakan bunga atasnya, money *reation by the
bank, dan itupun dapat menyebabkan in&lasi. +n&lasi akan merugikan orang yang berpenghasilan
tetap, yakni naiknya nominal harga tidak diikuti naiknya nominal pendapatan kita. ,etapi akan
menguntungkan mereka yang memiliki deposito dalam jumlah besar di bank kon(ensional.
Penerapan suku bunga akan menambah jumlah uang ke dalam suatu perekonomian, tetapi yang
jadi masalah adalah uang yang baru masuk ke dalam perekonomian tersebut tidak
terdistribusikan se*ara merata kepada seluruh pelaku ekonomi, melainkan ke tangan segelintir
pemilik modal saja, yaitu mereka yang memiliki sejumlah besar uang di bank. %kibatnya, biaya
in&lasi sebagian besar ditimpakan kepada orang yang tidak menerima uang baru tersebut, yaitu
orang)orang miskin yang tidak memiliki uang di bank.
Kita mengenal in&lation taS sebagai pajak yang diambil pemerintah dari orang yang memegang
uang dengan *ara pemerintah men*etak lebih banyak uang untuk membiayai kebijakan ekspansi
ekonomi. ,api ternyata in&lation taS bisa juga bermakna sebagai PpajakL yang diambil pemilik
modal dari masyarakat umum, ketika perbankan Pmen*etakL uang dengan *ara menyalurkan
kredit dan mengenakan sejumlah bunga atasnya. Bahkan, kita harus lebih me$aspadai e&ek
in&lasi akibat pen*iptaan uang oleh bank daripada pen*iptaan uang oleh pemerintah, karena bank
selalu men*iptakan uang, sedangkan pemerintah lebih jarang.
Menarik untuk diteliti tentang kemun*ulan para milyuner dunia pada abad ke)20. %pakah hal ini
terkait dengan terjadinya industrialisasi ataukah lebih terkait dengan berubahnya sistem &inansial
dunia, dimana praktik pembungaan uang dan lepasnya nilai uang dari nilai emas sudah disahkanI
Pasalnya, industrialisasi sendiri sudah dimulai beberapa abad sebelumnya, tapi mengapa para
milyuner itu baru mun*ul sekarangI 3itambah lagi kemun*ulan mereka diikuti dengan
meluasnya kemiskinan di seluruh dunia. %pakah sekarang sedang terjadi penambahan
kesejahteraan akibat industrialisasi ataukah sedang terjadi eksploitasi kesejahteraan alias
konsentrasi kekayaan akibat praktik pembungaan uangI
Ba*k +t to +tLs 4ature
3unia perbankan yang menjalankan &ungsi intermediasinya dengan benar seharusnya memiliki
tingkat suku bunga yang kompetiti& terhadap return in(estasi di sektor riil. Karena menurut *ara
kerja alamiahnya, sektor riil)lah yang Pmemberi makanL sektor &inansial, sektor riil)lah yang
menentukan penghasilan sektor &inansial, bukan sektor &inansial yang menentukan berapa harga
yang harus dibayar oleh sektor riil kepadanya.
-ika suku bunga terlalu tinggi, sektor riil yang bekerja dan menanggung risiko usaha justru hanya
mendapat sedikit dari hasil usahanya, sebagian besar habis untuk membayar bunga yang tinggi.
Sedangkan sektor &inansial yang tidak bekerja dan tidak menanggung risiko justru men*etak laba
yang tinggi. Seperti dikatakan ;illem @oogendijk, sektor perbankan saat ini disebut mesin
trans&er yang memindahkan uang se*ara otomatis dari tempat yang kekurangan uang (debitor# ke
tempat yang kelebihan uang (kreditor#.
,idak ada *ara lain, untuk menyelamatkan perekonomian, kita harus membenahi dulu sistem
perbankan dengan mengembalikan logika bah$a sektor riil)lah yang menentukan pendapatan
sektor &inansial, bukan sektor &inansial yang menetapkan berapa harga yang harus dibayar oleh
sektor riil atas dana yang dipinjamnya. Perbankan harus mengubah pola interaksinya terhadap
sektor riil, dari yang selama ini menetapkan keuntungan di a$al menjadi menetapkan
keuntungan di akhir, dari sistem suku bunga menjadi sistem bagi hasil.
G@ubungan Kausalitas ,ingkat Sku Bunga SB+ 3engan Kurs 3i +ndonesia ,ahun.
%. .atar Belakang Masalah
Pada pertengahan tahun '112 +ndonesia mengalaml krisis ekonomi yang terus berkelanjutan.
Pada diakhir '112, suku bunga untuk jangka $aktu bulanan di Bank umum ter*atat 27B, nilai ini
naik sekitar 75B dibandingkan tahun sebelumnya, kelangkaan dana yang dimiliki dunia
perbankan memi*u terjadinya GPerangH suku bunga antar bank, untuk mengatasi hal itu perbanas,
organisasi bank)bank nasional, mengajukan tiga usul kepada Bank +ndonesia. Pertama! Suku
bunga di biarkan bebas berdasakan mekanisme pasar, Kedua! menga*u pada jibor, Ketiga
berdasarkan patokan suku bunga serti&ikat bank +ndonesia (SB+#, usulan terakhir yang akhirnya
disetujui Bank +ndonesia. Pada tahun '11" suku bunga SB+ men*apai pun*aknya 20,2B namun
masa keemasan buat para deposan berakhir berangsur)angsur, sejalan dengan penurunan SB+
oleh Bank +ndonesia (-ullanery, 2002#. Suku bunga Serti&ikat Bank +ndonesia (SB+# hasil lelang
pada a$al -anuari tahun 200 sudah berada pada tingkat 2,"B untuk SB+ yang berjangka satu
bulan diperkirakan bali$a angka 2B untuk rata)rata tertimbang tingkat diskonto (suku bunga#
pun bisa pe*ah tahun ini. Pada akhir bulan -anuari 200, lelang Serti&ikat Bank +ndonesia (SB+#
memun*ulkan suatu kejutan baru. Suku bunga SB+ mengalami penurunan yang *ukup tajam,
sebesar 20 basis poln, yaitu dari ",05B menjadi 2,"5B. Penurunan yang tajam tersebut memang
merupakan hasil interaksi antara, likuiditas pasar yang berlebih dengan arah penetapan terlihat
nyata. dari persentase permintaan lelang yang diambil, yaitu hanya 22B. +ni berarti, jika
persentase yang diambil Bank +ndonesia lebih besar, penurunan bunganya pun juga akan lebih
besar. Karena, itu pen*apaian suku bunga SB+ sebesar 2,"5B tersebut tampaknya sudah
merupakan hasil yang *ukup optimal. 4amun dalam jangka yang lebih panjang suku. bunga SB+
tetap akan banyak dipengaruhi oleh persepsi pemilik dana, baik yang berasal dalam negeri
maupun luar negeri. Bagi pemilik dana, dalam negeri tingkat suku bunga tersebut akan mereka
bandingkan dengan tingkat in&lasi. -ika suku bunga nominal bersih lebih rendah dan tingkat
in&lasi, mereka akan menenima suku bunga riil yang negati& Sementara itu, bagi pemilik dana
dari luar negeri, penerimaan tersebut akan mereka ukur dalani mata uang asal dan in&lasi
dinegara mereka. 3ari kedua sumber dana tersebut, yang tampak mendekati titik kritis adalah
sumber dana dari dalam negeri (@arino$o, 200#.
Masa kritis '00 hari kabinet +ndonesia bersatu telah berlalu, tak ada prestasi signi&ikan yang bisa
dibanggakan. 4amun, harapan terbentuknya +ndonesia baru yang bersatu dan maju, tetap
bertumpu di pundak Presiden Susilo Bambang :udhoyono. /upiah membenikan sambutan
positi& saat presiden pertama di +ndonesia yang dipilih se*ara langsung itu dilantik. Kurs rupiah
menguat sehingga di ba$ah /p. 1.000,)?ASQ, tapi apreslasi itu bersi&at sementara. +m kurs rupiah
susah sepertinya berangsur dari kisaran /p. 1.700,?ASQ dalam situasi seperti itu sudah
seharusnya mulai pasang kuda)kuda bila trend itu terus berlanjut, atau malah menjurus pada
depresiasi, apabila Bank 0entral %merika Federal /eser(e (,he Fed# yang pada Februari lalu
yang telah menaikkan suku bunganya menjadi 2,<B, memberl isyarat akan menaikkan bunganya
lagi hingga 7,< )B. Kenaikkan ini akan berdampak pada suku bunga di banyak negara termasuk
+ndonesia. Suku bunga serti&ikat Bank +ndonesia (SB+# akan melonjak untuk menahan kelemahan
kurs rupiah lebih lanjut. Kebijakan B+ bertujuan untuk mengerem peredaran rupiah, sehingga
tidak dipermainkan spei*ulan. Kalau kita *ertnati lagi masih ada satu alternati& kebijakan lagi
untuk menguatkan kurs rupiah. :aitu meningkatkan suku bunga SB+ sehingga rupiah kemball
diburu dan kernudian mengalami apresiasi, namun kebijakan itu kurang popular karena bisa
melumpuhkan sektor riil. Kebijakan ini baru akan e&ekti& bila. ada koordinasi dengan kebijakan
&iskal (Media +ndonesia, 200<#. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk
menganalisis dan melakukan penelitian tentang G%4%.+S+S K%AS%.+,%S ,+48K%, SAKA
BA48% SB+ 3948%4 KA/S 3+ +43>49S+% ,%@A4 2000 C 200<#
B. Perumusan Masalah
Bagaimana pola kausalitas antara suku bunga SB+ dengan kurs maka diangkat permasalahan
apakah suku bunga SB+ mempengaruhi kurs atau kurs mempengaruhi suku bunga SB+ ataukah
suku bunga SB+ dan kurs saling mempengaruhi.
0. ,ujuan Penelitian
Antuk mengetahui pola kausalitas antara tingkat suku bunga SB+ dengan kurs selama periode
'11".' sampai 2007.'2.
3. Man&aat Penelitian
%dapun man&aat dari penelitian ini adalah sebagai berikut!
'. Menambah pengetahuan bagi penulis tentang kausalitas antara tingkat suku bunga SB+ dengan
kurs.
2. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan masukan dan perbandingan untuk penelitian
sejenis.
7. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan in&ormasi data)data bagi penelitian selanjutnya.
9. Metode Penelitian
'. %lat analisis
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji kausalitas 9rror 0orre*tion Model
(90M#. Kausalitas 9rror 0orre*tion Model (90M# digunakan untuk menguji arah hubungan
timbal)balik antara dua (ariabel se*ara empirik. 3alam hal ini (ariabel)(anLabel yang digunakan
adalah tingkat suku bunga SB+ dengan kurs. Kausalitas 9rror 0orre*tion Model (90M#
menggunakan data urut $aktu (time series#, antara lain tingkat suku bunga SB+
dan kurs mulai tahun '11".' sampai 2007.'2 yang diterbitkan oleh biro Pusat Statistik dan Bank
+ndonesia.
Aji kausalitas 9rror 0orre*tion Model pada penelitian ini di&ormulasikan dengan persarnaan
regresi sebagai berikut!
2 90,'' 3SB+t)' T o SB+t)' T 3N% U
2 90,2' 3N%t)' T o N%t)' T 3SB+ U
3imana !
3 (V# U Vt C Vt)'
SB+ U Suku Bunga SB+
N% U Nalas
U Koe&isien masing)masing (ariabel,
('# 90,' U SB+t)' C N%t)' (4ilai kesalahan perubahan lag (ariabel model '#
(2# 90,2 U N%t)' C SB+t)' (4ilai kesalahan perubahan lag (ariabel model 2#
3iasumsikan bah$a gangguan Nt' dan Nt2 tidak berkorelasi
2. Sumber dan -enis 3ata
-enis data yang digunakan adalah sekunder, yang meliputi suku. Bunga SB+ dan kurs, dalani
kurun $aktu (time series# dari tahun '11".')2007.'2. %dapun sumber data diperoleh dari Kantor
Biro Pusat Statistik, Bank +ndonesia serta buku)buku. atau literature lain yang rele(an dengan
penelitian.
.%43%S%4 ,9>/+
%. P9/M+4,%%4 N%.A,% %S+48
Permintaan dalam ilmu ekonomi adalah kombinasi harga dan jumlah suatu barang yang ingin
dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga untuk suatu periode tertentu. Permintaan suatu
barang sangat dipengaruhi oleh pendapatan dan harga barang tersebut, sebab apabila harga
barang naik sedangkan pendapatan tidak berubah maka permintaan akan barang tersebut turun
atau berkurang, demikian pula sebaliknya harga barang turun, sedangkan jika pendapatan tidak
berubah maka permintaan barang akan mengalami kenaikan atau bertambah (Soekirno, '1"<#.
Naluta asing disebut juga &oreign eS*hange (&oreS# atau &oreign *urren*y adalah mata uang asing
atau alat pembayaran lainnya yang digunakan dalam transaksi ekonomi internasional
berdasarkan kurs resmi yang ditetapkan oleh bank sentral (Khal$aty, 2000#. Menurut Sal(atore
('112# (aluta asing merupakan arti penting uang se*ara eksplisit yang dimasukan ke dalam
perhitungan, sehingga harga)harga komoditi dinyatakan dalam satuan mata uang domestik dan
mata uang luar negeri. Mata uang dalam (aluta asing dibedakan menjadi dua kelompok mata
uang, yaitu!
'. @ard *urren*y adalah mata uang yang mempunyai nilai relati& stabil, tidak sering mengalami
apresiasi (kenaikkan nilai# atau depresiasi (penurunan nilai# jika dibandingkan dengan mata uang
negara lain. @ard *urren*y merupakan mata uang yang dipilih dan digunakan sebagai alat
pembayaran dan satuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional. :ang
termasuk hard *urren*y adalah mata uang dari negara)negara industri maju seperti 3ollar
%merika Serikat (AS3#, :en -epang (-P:#, Poundsterling +nggris (8PB#.
2. So&t *urren*y adalah mata uang lemah yang kurang laku atau jarang digunakan sebagai alat
pembayaran atau satuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional karena
nilainya relati& kurang stabil serta sering terdeprisiasi jika dibandingkan dengan mata uang
negara lain. So&t *urren*y umumnya terdiri dari mata uang negara)negara yang sedang
berkembang yang si&atnya sangat sensiti& terhadap gejolak politik, perubahan kebijakan ekonomi
dan moneter pemerintah negara bersangkutan termasuk terhadap perubahan)perubahan sosial
ekonomi internasional. 4ilai tukar (aluta asing (kurs# adalah harga uang asing dalam satuan mata
uang domestik (Samoelson, '11<! <0#. Perdagangan antara negara dimana masing)masing
mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata
uang dengan mata uang lainnya, yang disebut nilai tukar (aluta asing (Boediono, '1"'#.
3isamping berperan dalam perdagangan internasional, kurs juga berperan dalam perdagangan
(aluta asing pada suatu negara atau antar negara sebab (aluta asing juga merupakan komoditi
yang dapat diperdagangkan. Bagi negara yang kurang kuat nilai mata uangnya maka (aluta asing
merupakan alternati& in(estasi bagi masyarakat di negara tersebut Permintaan dan pena$aran
(aluta asing terjadi karena ada transaksi ekspor dan impor baik modal, barang maupun jasa.
Semakin besar (olume ekspor dan impor akan semakin besar pula jumlah (aluta asing yang
dibutuhkan serta akan semakin banyak pula jenis (aluta asing yang dibutuhkan sesuai dengan
banyaknya negara yang menjadi mitra transaksi.
Permintaan suatu negara terhadap (aluta asing bersumber pada impor barang atau jasa dan
terjadinya ekspor modal (*apital eSport# dan trans&er (aluta asing untuk berbagai kepentingan
lainnya dari dalam negeri ke luar negeri. Antuk pembayaran barang dan jasa yang impor,
importir memerlukan (aluta asing. Semakin banyak barang atau jasa yang diimpor akan semakin
banyak pula suatu negara membutuhkan (aluta asing. %kibatnya, kurs (aluta asing akan
meningkat jika dibandingkan dengan uang lokal. Sebaliknya, semakin banyak suatu negara
melakukan ekspor modal dan trans&er (aluta asing untuk be rbagai kepentingan di luar negeri, ini
akan meningkatkan kurs (aluta asing jika dibandingkan dengan uang lokal atau domestik
(Khal$aty, 2000#.
Sumber)sumber permintaan (aluta asing dapat disebutkan sebagai berikut!
'. Para importir barang dan jasa
2. Para in(estor yang memerlukan (aluta asing untuk menyelesaikan ke$ajiban)ke$ajiban luar
negerinya yang timbul dari transaksi)transaksi pembelian surat)surat berharga dari penduduk
negara lain atau transaksi pemberian pinjaman kepada penduduk negara lain.
7. Para debitur dalam negeri yang memerlukan (aluta asing untuk melunasi ke$ajiban)ke$ajiban
luar negerinya yang telah jatuh tempo atau untuk membayar bunga pinjaman luar negerinya.
. ;isata$an)$isata$an dalam negeri yang akan mela$at ke luar negeri.
<. Perusahaan)perusahaan asing yang harus membayar de(iden yang dibagikan kepada para
pemegang saham di luar negeri. 5. /umah)rumah tangga keluarga yang membutuhkan (aluta
asing untuk membiayai studi anggota keluarganya yang belajar di luar negeri.
2. Pemerintah yang membutuhkan (aluta asing untuk membiayai per$akilan)per$akilannya di
luar negeri, untuk menyelesaikan hutang)hutang luar negerinya yang telah jatuh tempo.
". Para spekulan yang misalnya saja meramalkan akan adanya tindakan kebijakan de(aluasi,
mempunyai tendensi untuk berlomba )lomba membeli (aluta asing.
Se*ara singkat dapat dikatakan bah$a yang merupakan sumber permintaan (aluta asing adalah
semua transaksi luar negeri otonom debit. Sedangkan semua transaksi luar negeri otonom kredit
merupakan sumber pena$aran (aluta asing (Soediyono, '11'#.
B. SAKA BA48% 3%4 P9/M+4,%%4 N%.A,% %S+48
Pemahaman tentang teori dan teknik pengujian tentang pengaruh in&lasi dan suku bunga terhadap
perubahan permintaan (aluta asing sangat penting bagi para pelaku di bursa (alas agar dapat
menghasilkan proyeksi kurs yang akurat, tidak menyimpang jauh dari kenyataan. ,eori dan studi
empiris yang menjelaskan tentang bagaimana permintaan (alas bereaksi terhadap perubahan
tingkat in&lasi dan suku bunga, terdapat tiga ma*am teori paritas (teori keseimbangan#, yaitu
,eori Paritas Suku Bunga (+nterest /ate Pariety ,heory U +/P ,heory#, ,eori Paritas 3aya Beli
(Pur*hasing Po$er Pariety ,heory U PPP ,heory#, ,eori 9&ek Fisher +nternasional (+nternational
Fisher 9&e*t ,heory#. Ketiga ma*am teori tersebut menunjukkan adanya hubungan yang berbeda
tentang perubahan tingkat in&lasi dan suku bunga terhadap reaksi perubahan permintaan (alas.
3engan adanya hubungan yang berbeda tersebut, terlihat adanya pertentangan antara ketiga teori
tersebut yang dapat terjadi dalam $aktu yang bersamaan. Masing)masing teori mempunyai
keunggulan dan kelemahan yang apabila digunakan se*ara bersama)sama akan memperluas
$a$asan dalam mengkombinasikannya dari segi positi&. 3engan melihat keunggulannya akan
dapat menghasilkan suatu proyeksi yang paling *ermat dengan tingkat resiko yang paling ke*il
(Khal$aty, 2000#.
'. +nterest /ate Pariety ,heory
3engan menggunakan teori paritas suku bunga dapat diketahui hubungan antara bursa (alas dan
pasar uang internasional +nterest /ate Pariety ,heory (+/P,# paling banyak digunakan dalam
literatur keuangan internasional yang menyatakan bah$a perbedaan tingkat suku bunga pada
pasar keuangan internasional mempunyai ke*enderungan yang sama dengan &or$ard rate
premium atau &or$ard rate dis*ount. +/P, menekankan pada perbedaan antara kurs &or$ard dan
kurs spot yang ter*ermin dari perbedaan tingkat suku bunga antara dua negara. Kurs &or$ard
mata uang suatu negara yang mengandung premi ditentukan oleh perbedaan tingkat suku bunga
antar negara. %kibatnya arbitrase suku bunga yang ditutup akan lebih menguntungkan jika
dibandingkan dengan suku bunga domestik. Nariabel yang digunakan pada +/P, adalah premi
&or$ard dan perbedaan suku bunga antar dua negara (Khal$aty, 2000#. Antuk mengetahui
hubungan antara &oreign *ountry premium (&r premium# dan &or$ard rate dis*ount dari suatu
(alas dan tingkat suku bunga di pasar uang dapat digunakan rumus !
%nU%h?S/('Ti&#F/
Keterangan !
%n U %mount, yaitu jumlah uang dalam negeri yang akan diterima pada akhir suatu periode
in(estasi.
%h U %mount, yaitu jumlah uang dalam negeri yang diin(estasikan dalam periode tertentu.
+& U +nterest /ate, yaitu tingkat suku bunga deposito di luar negeri.
Sr U Spot /ate.
F/ U For$ard /ate.
2. Pur*hasing Po$er Parity ,heory
,eori Paritas 3aya Beli (Pur*hasing Po$er Parity ,heory U PPP,# digunakan untuk menganalisa
pengaruh in&lasi antara dua negara terhadap kurs (alas. PPP, disebut juga ,eori Paritas 3aya
Beli, ,eori Keseimbangan 3aya Beli atau ,eori Kesamaan 3aya Beli yang di *iptakan oleh
8usta( 0assel setelah Perang 3unia ++. Nariable)(ariabe yang digunakan dalam PPP, adalah
perubahan kurs spot dalam persentase dan perbedaan laju in&lasi antar dua )negara. Menurut
PPP,, kurs spot suatu (alas akan berubah sebagai reaksi terhadap in&lasi antara dua negara yang
mengakibatkan daya beli seseorang ketika dia belanja di negara sendiri akan sama dengan
mereka belanja di luar negeri. Kurs (alas *enderung mengalami perubahan kearah rasio daya beli
antara dua mata uang dalam jangka panjang (Khal$aty, 2000#.
7. +nternational Fisher 9&&e*t ,heory
+/P, mem&okuskan pembahasannya pada penyebab terjadinya perbedaan antara kurs &or$ard
dengan kurs spot yang dapat men*erminkan perbedaan antara tingkat suku bunga antara dua
negara dalam suatu periode tertentu. Sedangkan pada PPP, dan +nternational Fisher 9&&e*t
,heory (+F9,# mem&okuskan pembahasannya pada bagian kurs spot berubah sepanjang $aktu.
+nternational Fisher 9&&e*t ,heory memprediksikan bah$a kurs spot bergerak mengikuti
perbedaan suku bunga antar negara. 3engan demikian terdapat hubungan antara +nternational
Fisher 9&&e*t ,heory dengan PPP,, karena perbedaan tingkat suku bunga antar dua negara
dipengaruhi oleh perbedaan tingkat in&lasi antar negara (Khal$aty, 2000#.
a. 9&&e*t ,heory
%nalisis +F9, menggunakan (ariable )(ariabel dasar persentase perubahan kurs spot dan
perubahan suku bunga antar dua negara. +F9, berdasar pada teori +r(ing Fisher yang
menyatakan bah$a tingkat bunga mominal (i# di setiap negara akan sama dengan /eal /ate
/eturn (r# di tambah dengan tingkat in&lasi yang diharapkan (+#. Se*ara &ormulati&, teori +r(ing
Fisher adalah !
i U r T +n&lasi
,eori 9&&ek Fisher menjelaskan bah$a tingkat suku bunga pada dua negara yang berbeda akan
terjadi akibat adanya perbedaan tingkat in&lasi yang diharapkan. +F9, didasarkan pada teori
e&&ek Fisher yang pada prinsipnya mirip dengan +/P,, karena menggunakan perbedaan tingkat
suku bunga dalam menjelaskan sebab)sebab terjadinya perubahan kurs (alas. -adi perbedaan
tingkat suku bunga yang terjadi antara beberapa negara baik menurut PPP, maupun +nternational
Fisher 9&&e*t ,heory antara lain disebabkan oleh perbedaan tingkat in&lasi (Khal$aty, 2000#.
b. Kelemahan +F9,
+F9, sebenarnya memliki beberapa kalemahan yang harus di*ermati saat kita memprediksikan
&luktuasi kurs yang disebabkan pengaruh in&lasi dan suku bunga antar)dua negara. Kelemahan
+F9, antara lain (Khal$aty, 2000# !
'# @asil perhitungan kurs (alas tidak selalu tepat dan (aliditasnya tidak selalu dapat dibuktikan
karena in&lasi mempengaruhi perubahan (alas. %kibatnya perubahan kurs tidak selalu sama
dengan perubahan tingkat in&lasi.
2# Selain pengaruh in&lasi yang dominan terhadap &luktuasi kurs (alas, harus di*ermati pula
pengaruh dari kontrol otoritas moneter, posisi nera*a pembayaran, pertumbuhan ekonomi,
tingkat suku bunga, produk domestik bruto, permintaan dan pena$aran (alas serta sentimen
bursa (alas yang tidak masuk dalam (ariabel perhitungan pada +F9,.
7# Berdasarkan hasil uji empirik, perbedaan tingkat in&lasi antara dua negara yang dijadikan
(ariabel dalam memprediksi &luktuasi kurs (alas pada +F9, tidak selalu memberi hasil yang
akurat. Penyebabnya tidak dimasukkannya (ariabel)(aliabel lain yang turut berpengaruh seperti
perbedaan tingkat suku bunga antar dua negara dan kebijakan ekonomi makro.
. +nternational Parity 0ondition
Menyadari kelemahan)kelemahan mendasar dari +/P,, PPP, dan +F9, yang digunakan dalam
memprediksi kurs (alas sejak digunakan sistem kurs mengambang, para pakar terus berusaha
mengatasi dari kelemahan teori tersebut.
3engan menganalisis Parity 0ondition, in(estor yang menginginkan keuntungan jangka pendek
harus melakukan in(estasi atau piutang dalam (alas dengan tingkat bunga yang relati& tinggi
dengan ke*enderungan berapresiasi. Sebaliknya, jika ia meminjam atau berhutang (alas
hendaklah ia memilih tingkat bunga yang relati& rendah serta mempunyai ke*emderungan akan
terdepresiasi. 3engan Parity 0ondition %nalisys akan diketahui sebab)sebab terjadinya kenaikan
tingkat suku bunga. 3engan menaikkan tingkat suku bunga pemerintah dapat mengurangi -AB.
,ingkat suku bunga kredit yang tinggi dapat digunakan untuk membayar biaya bunga. ,ingkat
in&lasi dan tingkat suku bunga yang rendah akan mendorong in(estasi dan selanjutnya
mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional se*ara proposional (Khal$aty, 2000#.
0. P9/M+4,%%4 A%48 K9:49S+%4
Keynes memiliki pandangan bah$a permintaan uang ditentukan oleh tiga tujuan yaitu (i# Antuk
membiayai transaksi, (ii# untuk berjaga)jaga, dan (iii# untuk spekulasi. 3ua tujuan yang utama
ditentukan oleh tingkat pendapatan, sedangkan tujuan yang ketiga ditentukan oleh tingkat suku
bunga, yang merupakan pendapatan yang diperoleh apabila uang yang tersedia untuk spekulasi
dengan membungkan di bank atau membeli obligasi.
'. Permintaan Aang Antuk ,ransaksi
Baumol ('1<2# dan ,obin ('1<5# menjelaskan tendensi seseorang dalam menggunakan uang
untuk tujuan transaksi dalam teorinya yang dikenal dengan %n +n(entory ,heoreti* %pproa*h.
,eori ini pada dasarnya menerangkan bah$a seseorang tidak akan mengunakan uang dalam
bentuk tunai dan disimpan dirumah. 3ia akan menyimpan uang di bank dan mengharapkan
bunga dari simpanannya. Seringnya seseorang untuk pergi ke bank mengambil uangnya untuk
membiayai transaksinya tergantung pada dua &aktor yaitu ! biaya untuk pergi ke bank dan bunga
yang diperoleh dari menyimpan uang di bank.
2. Permintaan Aang Antuk Berjaga)jaga
3alam jangka pendek dan jangka panjang seseorang perlu menyisihkan dana untuk berjaga )jaga.
3alam jangka panjang uang digunakan untuk membiayai hari tua dan biaya anak tidak akan
disimpan dalam bentuk uang giral. Biasanya dana tersebut dalam bentuk in(estasi misalkan
saham atau obligasi atau harta benda yang memiliki nilai lebih tinggi dimasa depan. @al itu akan
dilakukan untuk berjaga)jaga dalam jangka panjang.
3alam jangka pendek &ungsi uang untuk berjaga )jaga digunakan seseoarang dalam kondisi
diluar biasanya. Misal seseorang yang naik berpergian dengan naik bis, dia akan memba$a uang
yang lebih tidak sekedar untuk perjalanan dan makan. ,etapi dia akan memba$a uang yang lebih
untuk berjaga)jaga jika ia ke*opetan. Seperti halnya dalam mengunakan uang untuk transaksi,
dana yang digunakan untuk berjaga)jaga ini akan selalu gigunakan se*ara e&isien. %rtinya orang
akan rasional untuk mendapatan bunga dari uang yang tidak digunakan. 3engan demikian
analisis %n +n(entory ,heoreti* %pproa*h bisa diaplikasikan kepada *ara pengunaan untuk
kebutuhan berjaga)jaga.
7. Permintaan Aang Antuk Spekulasi
Seseorang akan selalu memikirkan memperoleh pendapatan dari kelebihan uang yang dimiliki.
@al tersebut memungkinkan seseorang untuk melakukan spekulasi. 3alam pandangan Keynes
menjelaskan bah$a hubungan antara suku bunga dan permintaan uang akan bersi&at negati&.
:aitu pada saat suku bunga tinggi permintaan uang semakin ke*il dan pada saat suku bunga
rendah permintaan uang semakin meningkat. Si&at yang demikian disebabkan oleh si&at
permintaan uang untuk spekulasi yang sangat dipengaruhi oleh suku bunga. Keynes dalam
analisisnya memisalkan perekonomian hanya terdiri dari dua bentuk asset keuangan yaitu uang
tunai dan obligasi. Karena orang memiliki persepsi yang berbeda tentang suku bunga normal,
maka indi(idu akan menentukan suku bunga yang relati&. 3engan demikian setiap indi(idu akan
menggantikan uang yang dispekulasikan dengan obligasi. %tau sebaliknya. 4amun se*ara umum
dapat dikatakan semakin tinggi suku bunga semakin banyak in(estor yang membeli obligasi
dengan mengunakan uang yang disisihkan untuk spekulasi. Seseorang akan membeli obligasi
apabila suku bunga yang berlaku sama dengan suku bunga normal. %pabila suku bunga normal
berbeda dengan suku bunga yang berlaku indi(idu tersebut akan melihat jika lebih tinggi ia akan
tetap memegang obligasi. 3engan anggapan pada saat suku bunga kembali normal harga obligasi
akan naik. 3an sebaliknya jika lebih rendah ia akan segera menjual obligasinya karena ia akan
mendapat keuntungan yang lebih *epat.
3. F%K,>/ F%K,>/ :%48 M9MP948%/A@+ N%.A,% %S+48
'. Supply Foreign 0urren*y
Nalas atau &oreS sebagai benda ekonomi mempunyai permintaan dan pena$aran pada bursa (alas
atau &oreS market. Sumber)sumber pena$aran atau supply (alas tersebut terdiri atas! (a# 9kspor
barang dan jasa yang menghasilkan (alas atau &oreS.(b# +mpor modal atau *apital import dan
trans&er (alas lainnya dari luar negeri ke dalam negeri. Sedangkan sumber)sumber permintaan
atau demand (alas tersebut terdiri atas!
(a# 9kspor modal atau *apital eSport dan trans&er (alas lainnya dari dalam negeri ke luar negeri.
(b# +mpor barang dan jasa menggunakan (alas atau &oreS Sesuai dengan teori mekanisme pasar,
setiap perubahan permintaan dan pena$aran (alas yang terjadi di bursa (alas tentu akan
mengubah harga atau nilai (alas atau &oreS ratenya.
2. Posisi Balan*e o& Payment (B>P#
Balan*e o& Payment atau nera*a pembayaran internasional adalah suatu *atatan yang disusun
se*ara sistematis tentang semua transaksi ekonomi internasioanal yang meliputi perdagangan,
keuangan, dan moneter antara penduduk suatu negara dan peduduk luar negeri untuk suatu
periode tertentu, biasanya satu tahun.
7. ,ingkat Bunga
Pengaruh tingkat bunga dapat dijelaskan berikut ini. 3engan adanya reuni&ikasi -erman,
pemerintah -erman memerlukan dana yang *ukup besar untuk membangun $ilayah eks -erman
,imur. Karena permintaan dana yang besar tersebut, pemerintah -erman menaikan tingkat
bunganya untuk menarik modal luar negeri ke -erman, terutama dari AS%. Banyaknya (alas
dalam bentuk AS3 akan masuk ke -erman akan menyebabkan peningkatan permintaan 39M dan
pena$aran AS3 sehingga kurs (alas atau &oreS rate39M?AS3berubah dari 39M2.00?AS3
menjadi 39M'.10?AS3.
. 9kspektasi dan Spekulasi
Pada dasarnya, ekspektasi dan spekulasi yang timbul di masyarakat akan mempengaruhi
permintaan dan pena$aran (alas yang akhirnya akan mempengaruhi kurs (alas atau &oreS rate.
3emikian pula halnya dengan isu dan rumor, misalnya sakitnya Presiden atau Menteri Keuangan
dapat mempengaruhi sentimen dan ekspektasi masyarakat sehingga mempengaruhi permintaan
dan pena$aran (alas yang akan berakibat pada &luktuasi kurs (alas. Salah satu *ontoh
kongkret adalah naiknya kurs AS3, hingga men*apai sekitar /p5.000?AS3, karena adanya
isu?rumor sekitar kesehatan Presiden pada bulan 4o(ember?3esember '112.
9. @%S+. P949.+,+%4 S9B9.AM4:%
'. @idayati (2007# dalam penelitiannya tentang pengaruh suku bunga terhadap perubahan kurs
selama krisis ekonomi '112 di +ndonesia. 3ata yang digunakan dalam penelitian ini adalah time
series antara tahun '112 C 200' dengan menggunakan metode >.S (>rdinary .east SKuare#
perhitungan regresi >.S menyebutkan bah$a selama penelitian perubahan suku bunga tidak
mempengaruhi perubahan kurs hal ini disebabkan masyarakat +ndonesia lebih *enderung
konsumti& terhadap suatu bara ng sehingga tidak begitu memperhitungkan tingkat suku bunga.
2. -alu (200# dalam penelitiannya mengenai analisis penagruh &aktor yang mempengaruhi
permintaan (aluta asing di +ndonesia Pas*a krisis ekonomi '111 C 2002. Metode yang digunakan
dalam penelitian 90M (9rror 0orre*tion Model#, hasil penelitian menunjukkan bah$a
permintaan (aluta asing di +ndonesia. Pas*a krisis ekonomi banyak dipengaruhi oleh besarnya
tingkat impor barang baik perubahannya maupun periode sebelumnya. 9bsarnya koe&isien
pengaruh se*ara berurutan 0,7" dan 0,<2' selain itu perubahan suku bunga deposito juga
mempengaruhi permintaan (aluta asing dengan nilai koe&isien sebesar C02. bersadarkan
pengujian asumsi klasik model tidak terdapat heteroskedastisitas dan autokorelasi serta modelnya
normal.
F. @+P>,9S+S
3alam suatu penelitian, hipotesis atau ja$aban sementara merupakan sarana penelitian yang
penting dan tidak dapat ditinggalkan. 3ari hipotesis tersebut nantinya akan mele$ati uji
kebenaran untuk mempertegas atau menolak hipotesis tersebut se*ara empiris. %dapun hipotesis
yang ingin diuji dalam penelitian ini adalah ! 3iduga terjadi hubungan kausalitas dua arah antara
tingkat suku bunga SB+ dan kurs rupiah per dolar.
@ubungan +n&lasi dan Suku Bunga
%. 3alam akti(itas ekonomiJ rumah tangga, perusahaan dan pemerintah akan selalu membeli
barang)barang baru atau barang in(estasi untuk meningkatkan persediaan modalnya atau
mengganti barang yang ada yang telah habis masa pakainya. Pembelain barang)barang baru atau
barang in(estasi di %S rata)rata men*apai '<B dari 83P (Manki$. 2002#. 3alam teori ekonomi
kon(ensional, jumlah barang)barang modal yang diminta (in(estasi# sangat tergantung pada
tingkat bunga (interest# sebagai ukuran biaya dari dana yang digunakan untuk membiayai
in(estasi tersebut. +tulah sebabnya jika suku bunga tinggi, maka in(estasi atau proyek)proyek
lebih sedikit dibandingkan dengan pada saat suku bunga rendah.
B. 3alam hal tabungan atau deposito, maka tingkat bunga selalu menjadi a*uan bagi penambung
maupun deposan. Seandainya seseorang mendepositokan uangnya sebesar /p <00 juta dengan
suku bunga '0B, apakah penabung dan deposan tersebut akan lebih kaya pada tahun
berikutnyaI. -a$abnya belum tentu, dalam konsep ekonomi kon(ensional nilai uang saat ini
tidak akan sama dengan nilai uang di masa datang. @al itu disebabkan karena adanya tingkat
in&lasi.
0. Berdasarkan data empiris, tingkat in&lasi selalu lebih tinggi dari suku bunga, akibatnya daya
beli dari uang penabung atau deposan mengalami penurunan meskipun se*ara absolut jumlah
uangnya sudah bertambah dengan adanya tambahan dari bunga yang diterimanya. Berdasarkan
&akta ini, maka jelas bunga tidak membuat orang lebih kaya jika uangnya ditabungkan atau
didepositokan, tetapi malah sebaliknya.
B. Sekarang timbul pertanyaan, mengapa in&lasi atau suku bunga membuat orang lebih miskinI
-a$abnya yaitu bah$a, in&lasi menimbulkan biaya. -ika in&lasi menimbulkan biaya, maka bunga
juga menimbulkan biaya. Biaya uang yaitu suku bunga (interest# yang ditimbulkan oleh in&lasi
(Manki$. 2002# yaituJ
'#. Biaya pulang pergi ke bank untuk mengambil uang (shoeleather *ost#,
2#. Biaya perusahaan untuk merubah harga karena in&lasi (menu *ost#,
7#. Biaya ketidak nyamanan hidup dengan selalu berubahnya harga,
#. Pajak yang dibebankan pada keuntungan (sebab pajak selalu menenetukan besarnya pajak
dari keuntungan nominal bukan dari keuntungan riil, padahal dengan adanya in&lasi, maka
keuntungang riil lebih ke*il sedangkan pajak yang dibayarkan lebih besar#.
3alam teori klasik, bah$a GbungaH merupakan harga kapital (pri*e o& *apital#, dimana apabila
permintaan modal (uang# naik maka bunga akan naik pula, tetapi orang meminta uang atau
meminjam uang bukan semata)mata untuk in(estasi tetapi juga untuk transaksi (konsumsi# dan
spekulasi. Meskipun demikian peminjam tetap dikenakan bunga. +tulah sebabnya dalam ekonomi
kapitalis, kegiatan transaksi ekonomi lebih banyak di sektor keuangan ini dibandingkan dengan
sektor riil.
Selanjutnya diketahui pula bah$a, tingkat bunga mempunyai hubungan dengan tingkat in&lasi.
@ubungan tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil dengan in&lasi dapat ditulis sebagai
berikut!
i U r T W
Persamaan di atas merupakan persamaan +r(ing Fisher (Fisher eKuation#. 3ari persamaan
tersebut ditunjukkan bah$a, tingkat bunga bisa berubah karena dua alasan (Maki$. 2002# yaituJ
'#. Karena tingkat bunga riil berubah dan
2#. Karena tingkat in&lasi berubah
Menurut teori kuantitas, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang sebesar ' persen
menyebabkan kenaikan tingkat in&lasi sebesar ' persen, selanjutnya dari persamaan Fisher dapat
dinyatakan pula bah$a kenaikan ' persen tingkat in&lasi akan menaikkan suku bunga nominal
sebesar ' persen. 3ari &akta ini jelas bah$a suku bunga dan in&lasi mempunyai hubungan yang
positi&. @ubungan positi& antara suku bunga dan tingkat in&lasi ditunjukkan dari data empiris
berikut iniJ
8ambar. ' @ubungan ,ingkat +n&lasi dan Sukubunga di Kanada '150 C '11<
Sumber ! Mi*hael Parkin (September '112#
3ari data empiris pada 8ambar ' di atas terlihat bah$a tingkat suku bunga nominal dan in&lasi
mempunyai hubungan yang positi&. 3i 4egara)negara dengan tingkat in&lasi yang tinggi, maka
tingkat bunga nominal *enderung tinggi pula. Meskipun data di atas menunjukkan hubungan
yang positi& antara suku bunga dan in&lasi, tetapi pada data abad ke sembilan belas dan abad
kedua puluh, tingkat bunga yang tinggi tidak berhubungan dengan tingkat in&lasi yang tinggi.
4amun demikian dari hasil penelitian /obert Shiler tahun '112 (Manki$. 2002# bah$a 22
persen dari masyarakat yang di sur(ey menyatakan bah$a in&lasi mengganggu daya beli mereka
dan membuat mereka lebih miskin. -ika in&lasi membuat orang lebih miskin dan kita ketahui
bah$a in&lasi mempunyai hubungan yang positi& terhadap in&lasi, maka ini berarti bah$a Gsuku
bunga membuat orang lebih miskinH. 3engan kata lain suku bunga merusak daya beli dan
memiskinkan orang yang meminjam uang maupun yang tidak meminjam uang serta menurunkan
tingkat kesejahteraan masyarakat. 3engan kata lain G+n&lasi U bungaH yaitu sama)sama
menurunkan daya beli masyarakaat dan menjadikan masyarakat lebih miskin.
2. Bunga, +n&lasi dan Krisis 8lobal
,eori likuiditas atas bunga menjelaskan bah$a, bunga adalah harga uang, dan harga uang
(bunga# ditentukan oleh jumlah uang (money supply#. 3engan demikian, jika uang yang tersedia
(money supply# rendah maka tingkat bunga akan naik dan tinggi. Sebaliknya, jika jumlah uang
yang tersedia (money supply# amat rendah, maka akan terjadi kesulitan likuiditas yang pada
akhirnya membuat perekonomian ma*et alias kriris. Krisis global yang terjadi saat ini
diantaranya disebabkan karena rendah jumlah uang yang tersedia terutama di %merika Serikat
akibat kredit ma*et (subprime mortgage# yang berdampak kebanyak negara dan akhirnya
menimbulkan krisis keuangan global. Kredit ma*et yang terjadi di %merika Serikat tersebut
disebabkan karena naiknya suku bunga kredit dari ' persen menjadi sekitar <B untuk subprime
mortgage tersebut. Karena adanya kenaikan suku bunga kredit tersebut, maka banyak nasabah
yang tidak mampu membayar kreditnya. Kredit ma*et ini men*apai ',2 triliun AS Q yang
mengakibatkan ma*etnya sistem keuangan %S dan akhirnya kebanyak negara di dunia. 3ari
&akta ini jelas bah$a penyebab krisis keuangan dan krisis ekonomi global di pi*u oleh harga
uang alias bunga (interest# yang tinggi atau naik. 3an krisis tahun 2002 C 200" ini barulah a$al
(Smi*k. 200"#, akan menyusul krisis)krisis lain bila sistem keuangan yang berlaku tetap seperti
ini.
8ambar 2. 3ata +n&lasi dan Pertumbuhan Aang Beredar +nternasional '115 C 200
+n&lasi (B, skala logaritma#
Pertumbuhan jumlah uang beredar (B, Skala logaritma#
Sumber ! Manki$. 2002
3engan sistem keuangan seperti saat ini, transaksi di pasar uang (&inan*ial market# lebih besar
dibandingkan dengan transaksi di sektor riil. Nolume transaksi yang terjadi di pasar uang
(*urren*y spe*ulation dan deri(ati(e market# dunia dalam sehari berjumlah ASQ '.< trillion,
sedangkan (olume transaksi yang terjadi pada perdagangan dunia di sektor real hanya ASQ 5
trillion setiap tahun (B+. 2001#.
3i$any (200<# menyatakan bah$a sistem keuangan yang diterapkan di dunia saat ini
bertentangan dengan konsep GentropiH. 9ntropi menggambarkan tingkat ketidak teraturan dalam
suatu sistem &isika, dan se*ara alamiah laju peningkatan le(el ketidak teraturan atau entropi akan
menurun dari $aktu ke $aktu. Sistem keuangan saat ini yang menerapkan bunga (interest#
menurut 3i$any menyebabkan laju penurunan ketidak teraturan yang semakin tingi dari $aktu
ke$aktu. 3i$any menjelaskan bagaimana kerusakan lingkungan yang semakin parah akibat
pembukaan lahan pertanian dengan dana pinjaman yang didasarkan bunga. Berdasarkan analisis
Mi*hael .ipton tahun '112 (dalam 3i$any. 200<# menyimpulkan bah$a, semakin tinggi suku
bunga maka semakin rendah insenti& untuk menerapkan teknik pertanian yang memperhatikan
konser(asi lingkungan. Selanjutnya .ipton menjelaskan bah$a peningkatan suku bunga se*ara
dramatis pada tahun '122 C '121 dan bertahan sampai sekarang, telah meningkatkan insenti&
dalam kalangan rumah tangga, lingkungan bisnis dan pemerintah untuk menghabiskan sumber)
sumber daya alam sekarang serta mengabaikan akibat yang ditimbulkannya di masa yang akan
datang. 3ari &akta ini, dapat disimpulkan bah$a makin tinggi suku bunga maka makin besar
kemungkinan rusaknya lingkungan dan akan semakin besar sumber daya yang dikuras, akibatnya
akan semakin *epat bumi ini han*ur.
Selanjutnya Murphy, Shlei&er dan Nishny tahun '117 (@ermanto. 200'# mengemukakan bah$a
dengan mengutamakan bunga? men*ari bunga (rent)seeking# dalam akti(itas ekonomi
menghambat pertumbuhan ekonomi. %da dua alasan mengapa rent)seeking dan korupsi terlalu
mahal bagi pertumbuhan ekonomi yaitu! '# akti(itas rent)seeking meningkatkan returns. 3engan
demikian peningkatan akti(itas rent)seeking akan membuat lebih menarik daripada akti(itas
produkti&. Kondisi ini dapat mema*u pada keseimbangan dalam perekonomian, dengan tingkat
rent)seeking yang sangat tinggi dan output yang rendah. 2#./ent)seeking, terutama publi* rent)
seeking oleh pejabat pemerintah sangat memperparah akti(itas yang ino(ati& daripada akti(itas
produksi tiap hari.
Fakta lain dari bunga (interest# atau GribaH (dalam ekonomi +slam# menunjukkan bah$a tidak
saja membuat orang miskin tetapi juga membuat banyak negara (berkembang# makin miskin dan
makin besar hutangnya. @utang negara berkembang lebih dari tiga trillion AS dollars dan masih
terus tumbuh. @asilnya adalah setiap laki)laki, $anita, anak)anak di negara berkembang ("0B
dari populasi dunia# memiliki hutang Q 500, dimana pendapatan rata)rata masyarakat pada
negara yang paling miskin kurang dari satu dollar per hari.
Selain itu, sistim bunga dalam sektor keuangan telah menimbulkan krisis ekonomi. Sepanjang
abad 20, (/oy 3a(ies dan 8lyn 3a(ies. '115# dalam buku mereka a history o& money &rom
an*ient times to the present day, menyatakan bah$a telah terjadi lebih dari 20 krisis
(kesemuanya merupakan krisis sektor keuangan#. Pasar &inansial menjadikan dunia ini
melengkung, sehingga kita tidak bisa melihat apa yang ada dibalik kaki langit. Pasar &inansial
selalu dipenuhi oleh in&ormasi yang tidak pasti dan tidak lengkap, tidak trans&aran (Smi*k.
200"#. +tulah sebabnya menurut Smi*k, krisis keuangan yang terjadi pata tahun 2002 C 200"
measih merupakan krisis a$al. +ni berarti bah$a krisis) krisis lain akan terus bermun*ulan dan
$aktu terjadinya dari krisis satu ke krisis lain semakin singkat.
8ambar 7. Perkembangan ,otal @utang 4egara)4egara Berkembang '122 C 2000
Sumber! Bank +ndonesia (2001#.
Kesimpulan
Berdasarkan &akta yang ada, ternyata negara yang ekonominya tidak terpengaruh se*ara
signi&ikan terhadap krisis ekonomi global yang terjadi akhir 200" adalah negara)negara yang
tidak berhubungan dengan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan yang ada di %merika
Serikat. 3an dari perkiraan ternyata juga bah$a, negara yang berbasis komoditi (bukan
keuangan?&inan*ial seperti %S# telah mengalami pemulihan ekonomi dari krisis global lebih dulu
dibandingkan dengan negara)negara yang berbasis pada sektor keuangan (bunga#. @al ini
diungkapkan oleh 4orbert ;alter (/ini, 2001# bah$a, menurut 4orbert ;alter, +ndonesia akan
keluar dari kriris ekonomi lebih a$al karena, ekonomi +ndonesia berbasis pada komoditi yang
se*ara pasti tidak tergantung pada tingkat bunga (interest#
88. Fakta lain menunjukkan bah$a sektor keuangan yang menggunakan sistim non riba ternyata
lebih mampu bertahan dari krisis keuangan. .ihat saja bank)bank +slam di Malaaysia, +ndonesia,
%rab Saudi, ternyata tidak terpengaruh dengan krisis keuangan yang terjadi akhir)akhir ini.
Bukti)bukti ini menunjukkan bah$a sistem keuangan yang didasarkan riba atau bunga sudah
pasti sudah tidak bisa diandalkan di masa datang.

Anda mungkin juga menyukai