Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
v
a
l
u
e
Ya Tidak
n % n % N %
1. Tinggi 18 81,8 4 18,2 22 1
0
0
0
,
0
3
3
2. Rendah 8 44,4 10 55,6 18 1
0
0
Sumber : Data Primer, 2013
Pada tabel 4 didapatkan dari 22 responden yang
menggunakan kontrasepsi suntik dan memiliki
pendapatan tinggi sebanyak 18 orang (81,8%), lebih
besar jika dibandingkan dengan dari 18 responden yang
menggunakan kontrasepsi suntik dan memiliki
pendapatan rendah yaitu sebanyak 8 orang (44,4%).
Hasil uji statistik chi square didapatkan value = 0,033
(< = 0,05) artinya ada hubungan yang bermakna
antara pendapatan keluarga dengan pemakaian
kontrasepsi suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang
Tahun 2013. Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan ada hubungan pendapatan keluarga dengan
pemakaian kontrasepsi suntik terbukti secara statistik.
b. Hubungan Paritas dengan Pemakaian
Kontrasepsi Suntik
Tabel 5
Hubungan Paritas dengan Pemakaian Kontrasepsi
Suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun
2013
N
o
Paritas
Pemakaian
Kontrasepsi
Suntik Jumlah
val
ue
Ya
Tid
ak
N % N % n %
1. Rendah 24 77,4 7 22,6 31 100 0,00
4 2. Tinggi 2 22,2 7 77,8 9 100
Sumber : Data Primer, 2013
Pada tabel 5 didapatkan dari 31 responden yang
menggunakan kontrasepsi suntik dan memiliki paritas
rendah sebanyak 24 orang (77,4%), lebih besar jika
dibandingkan dengan dari 9 responden yang
menggunakan kontrasepsi suntik dan memiliki paritas
tinggi yaitu sebanyak 2 orang (22,2%). Hasil uji statistik
chi square didapatkan value = 0,004 (< = 0,05)
artinya ada hubungan yang bermakna antara paritas
dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah
Bersalin Citra Palembang Tahun 2013. Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan
paritas dengan pemakaian kontrasepsi suntik terbukti
secara statistik.
PEMBAHASAN
1.Pemakaian Kontrasepsi Suntik
Dari hasil penelitian didapatkan responden yang
menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 26 orang
(65,0%), lebih besar jika dibandingkan dengan reponden
yang tidak menggunakan kontrasepsi suntik yaitu
sebanyak 14 orang (35,0%).
Menurut Handayani (2010) kontrasepsi suntikan
adalah pencegahan konsepsi/ pencegahan terjadinya
pembuahan/ mencegah pertemuan antara sel mani dari
laki-laki dan telur dari wanita setelah
persetubuhan.Penelitian yang dilakukan oleh Anisa
(2011) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan kontrasepsi suntik pada akseptor KB di
Desa Pandiangan Kecamatan Lae Parira Kabupaten
Dairi, didapatkan hasil penggunaan alat kontrasepsi
pada akseptor KB tertinggi pada alat kontrasepsi suntik,
yaitu 32,7% dan terendah alat kontrasepsi spiral yaitu
2,7 %. Sedangkan yang menggunakan KB pil sebanyak
29,1%.
Berdasarkan hasil penelitian peneliti
menyimpulkan bahwa sebagian besar responden
menggunakan KB suntik yaitu sebanyak 65,0%, namun
sebanyak 35,0% ibu tidak menggunakan KB suntik, hal
ini dikarenakan berdasarkan wawancara dengan ibu
akseptor KB dilapangan, keengganan ibu untuk
menggunakan KB suntik disebabkan ibu mengalami
pusing dan mual, dan ada beberapa ibu yang mengalami
penambahan berat badan selama menggunakan KB
suntik. Selama penelitian dilakukan cakupan terbesar
akseptor KB di Rumah Bersalin Citra Palembang adalah
akseptor yang menggunakan KB suntik.
2. Pendapatan Keluarga
Dari hasil penelitian didapatkan responden yang
memiliki pendapatan tinggi sebanyak 22 orang (55,0%),
lebih besar jika dibandingkan dengan reponden yang
memiliki pendapatan rendah yaitu sebanyak 18 orang
(45,0%).
Menurut Handayani (2010) tinggi rendahnya
status ekonomi dan keadaan ekonomi penduduk
Indonesia akan mempengaruhi perkembangan dan
kemajuan program KB di Indonesia. Kemajuan program
KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat
karena berkaitan erat dengan kemampuan untuk
membeli alat kontrasepsi yang digunakan. Contoh :
keluarga dengan penghasilan cukup akan lebih mampu,
karena bagi keluarga yang kurang mampu KB bukan
merupakan kebutuhan pokok. Dengan suksesnya
program KB maka perekonomian suatu negara lebih
baik karena dengan anggota keluarga yang sedikit
kebutuhan dapat lebih tercukupi dan kesejahteraan dapat
terjamin.
Penelitian yang dilakukan oleh Agusleani
(2011) tentang hubungan karakteristik, pengetahuan,
dan sikap akseptor KB suntik terhadap penggunaan KB
suntik di Desa Tambakbaya Puskesmas Mandala
Cibadak-Lebak, didapatkan hasil pendapatan keluarga
tinggi sebanyak 71 orang (56,8%) dan yang rendah
sebanyak 54 orang (43,2%).
Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyimpulkan
bahwa sebagian besar responden memiliki pendapatan
tinggi yaitu sebanyak 55,0%. Walaupun penggalakan
program KB mandiri dilakukan, tetapi ada kebijakan
dari pemerintah bagi keluarga prasejahtera yaitu
disediakannya alat/ obat kontrasepsi gratis. Peneliti
menggolongkan penghasilan tinggi jika penghasilan
keluarga perbulan lebih dari UMR (Rp. 1.048.440) dan
penghasilan rendah jika penghasilan keluarga kurang
dari dari UMR (Rp. 1.048.440).
3.Paritas
Dari hasil penelitian didapatkan responden yang
memiliki paritas rendah sebanyak 31 orang (77,5%),
lebih besar jika dibandingkan dengan reponden yang
memiliki paritas tinggi yaitu sebanyak 9 orang (22,5%).
Menurut Prawirohardjo (2010) paritas adalah
jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram
atau lebih, yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila
berat badan tidak diketahui maka dipakai batas umur
kehamilannya 24 minggu. Berdasarkan pengertian
tersebut maka paritas mempengaruhi pemilihan jenis
alat kontrasepsi. Paritas yang diteliti adalah nullipara
yaitu seorang wanita yang belum pernah melahirkan,
primipara yaitu seorang wanita yang pernah melahirkan
bayi untuk pertama kali, multipara yaitu seorang wanita
yang pernah melahirkan 2 orang anak, dan Grande
multipara yaitu seorang wanita yang pernah melahirkan
5 orang anak
Penelitian yang dilakukan oleh Agusleani (2011)
tentang hubungan karakteristik, pengetahuan, dan sikap
akseptor KB suntik terhadap penggunaan KB suntik di
Desa Tambakbaya Puskesmas Mandala Cibadak-Lebak,
didapatkan hasil sebagian responden mempunyai paritas
rendah sebanyak 92 orang (73,6%) dan yang
mempunyai paritas rendah sebanyak 33 orang (26,4%).
Berdasarkan hasil penelitian peneliti
menyimpulkan bahwa sebagian besar responden
dikategorikan dalam paritas rendah yaitu sebanyak
77,5%. Hal ini diasumsikan bahwa umur ibu yang
memiliki jumlah anak cukup di usia reproduktif yaitu
19-35 tahun, sehingga dalam memilih metode
kontrasepsi cenderung untuk menjarangkan atau
menunda kelahiran sehingga memilih alat kontrasepsi
suntik, bukan untuk menghentikan kehamilan seperti
kontrasepsi yang bersifat permanen yaitu sterilisasi
wanita atau pria yang merupakan kontrasepsi bukan
hormonal
4.Hubungan Pendapatan Keluarga dengan
Pemakaian Kontrasepsi Suntik
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan
dari 22 responden yang menggunakan kontrasepsi
suntik dan memiliki pendapatan tinggi sebanyak 18
orang (81,8%), lebih besar jika dibandingkan dengan
dari 18 responden yang menggunakan kontrasepsi
suntik dan memiliki pendapatan rendah yaitu sebanyak
8 orang (44,4%). Hasil uji statistik chi square
didapatkan value = 0,033 (< = 0,05) artinya ada
hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga
dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah
Bersalin Citra Palembang Tahun 2013. Dengan
demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan
pendapatan keluarga dengan pemakaian kontrasepsi
suntik terbukti secara statistik.
Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Andrini (2009) bahwa dalam kehidupan sehari-hari,
pemakaian KB suntik erat kaitannya dengan gaji, upah,
serta pendapatan lainnya yang diterima seseorang
setelah orang itu melakukan pekerjaan dalam kurun
waktu tertentu. Jadi jumlah penghasilan nyata dari
seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan
untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun
perseorangan dalam suatu rumah tangga.
Hasil penelitian ini sesuai dari penelitian yang
dilakukan oleh Anisa (2011) tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi suntik
pada akseptor KB di Desa Pandiangan Kecamatan Lae
Parira Kabupaten Dairi, didapatkan hasil status ekonomi
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap
pemilihan jenis kontrasepsi KB suntik pada wanita usia
20-39 tahun. Dengan hasil uji statistik didapatkan nilai p
= 0,039 < = 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian serta teori yang ada
dapat dibuat kesimpulan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara pendapatan keluarga dengan dengan
pemakaian kontrasepsi suntik. Hal ini dikarenakan
dikarenakan dengan adanya Jamkesmas, keluarga
miskin akan mendapatkan pelayanan KB secara cuma-
cuma baik obat maupun alat kontrasepsi. Program ini
dimaksudkan agar keluarga yang berpendapatan rendah
tidak kesulitan dalam mengakses program KB, karena
bila pertambahan penduduk tidak dapat dikendalikan,
maka beban pembangunan akan bertambah.
5. Hubungan Paritas dengan Pemakaian
Kontrasepsi Suntik
Dari hasil penelitian yang dilakukan
didapatkan dari 31 responden yang menggunakan
kontrasepsi suntik dan memiliki paritas rendah sebanyak
24 orang (77,4%), lebih besar jika dibandingkan dengan
dari 9 responden yang menggunakan kontrasepsi suntik
dan memiliki paritas tinggi yaitu sebanyak 2 orang
(22,2%). Hasil uji statistik chi square didapatkan
value = 0,004 (< = 0,05) artinya ada hubungan yang
bermakna antara paritas dengan pemakaian kontrasepsi
suntik di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada
hubungan paritas dengan pemakaian kontrasepsi suntik
terbukti secara statistik.
Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Prawirohardjo (2010) yang menyatakan bahwa Paritas
2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih
dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih
tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian
maternal. Resiko pada paritas 1 dapat di tangani dengan
asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada
paritas tinggi dapat di kurangi atau di cegah dengan
keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas
tinggi adalah tidak di rencanakan.
Berdasarkan hasil penelitian serta teori yang
ada dapat dibuat kesimpulan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara paritas dengan pemakaian kontrasepsi
suntik. Hal ini dikarenakan didapatkan data bahwa
mayoritas ibu yang menggunakan kontrasepsi suntik
mempunyai paritas dalam kategori risiko rendah (1-3
orang anak). Ibu yang ingin mempunyai anak lagi lebih
suka menggunakan metode kontrasepsi tradisional.
Berdasarkan penelitian Herlina (2006), dengan
menggunakan hasil tabel silang diketahui bahwa sebagai
besar akseptor yang paritas rendah memakai alat
kontrasepsi suntikan berjumlah 8 akseptor (47,1%).
Sementara diketahui bahwa akseptor yang paritas
rendah dan tidak memakai alat kontrasepsi suntikan
berjumlah 23 akseptor (28%). Sedangkan paritas tinggi
yang tidak memakai kontrasepsi suntikan berjumlah 9
akseptor (52%). Dari hasil chi square didapatkan hasil p
value= 0,046 < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa ada
hubungan bermakna antara paritas dengan pemakaian
alat kontrasepsi suntikan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Distribusi frekuensi responden yang
menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 26
orang (65,0%) dan reponden yang tidak
menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 14
orang (35,0%).
2. Distribusi frekuensi responden yang memiliki
pendapatan tinggi sebanyak 22 orang (55,0%)
dan reponden yang memiliki pendapatan rendah
sebanyak 18 orang (45,0%).
3. Distribusi frekuensi responden yang memiliki
paritas rendah sebanyak 31 orang (77,5%) dan
reponden yang memiliki paritas tinggi sebanyak
9 orang (22,5%).
4. Ada hubungan yang bermakna antara pendapatan
keluarga dengan pemakaian kontrasepsi suntik di
Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013 (
value = 0,033).
5.Ada hubungan yang bermakna antara paritas
dengan pemakaian kontrasepsi suntik di Rumah
Bersalin Citra Palembang Tahun 2013 ( value =
0,004).
Saran
1.Diharapkan kepada petugas kesehatan dapat
memberikan informasi yang lengkap tentang
kontrasepsi suntik termasuk rumor atau mitos
negatif tentang kontrasepsi suntik kepada peserta
KB sehingga mereka memiliki pengetahuan yang
baik terhadap kontrasepsi suntik dan bersedia
menggunakan kontrasepsi suntik sebagai alat
kontrasepsi yang efektif dan efesien.
2.Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai
faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemakaian kontrasepsi suntik. Untuk
menyempurnakan rancangan penelitian dengan
disarankan memakai metode kualitatif supaya
waktu yang diberikan pada peneliti lebih banyak
sehingga populasi yang di dapat lebih banyak
lagi, sehingga dapat memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor apa
saja yang berhubungan dengan minat ibu dalam
menggunakan kontrasepsi suntik.
DAFTAR PUSTAKA
Anisa, Ria. 2011. faktor-faktor yang berhubungan
dengan pemilihan metoda kontrasepsi pada pus
diwilayah kerja puskes. (online).
http://lubmazresearch.wordpress.com/2011/05/03/faktor
-faktor yang berhubungan dengan pemilihan metoda
kontrasepsi pada pus di wilayah kerja puskes
BKKBN, (2008). Paduan Advokasi KB.
Jakarta: 2008
(2009). Panduan Advokasi KB.
Jakarta: 2009
(2011). Pelayanan Keluarga
Berencana. Jakarta: 2011
Data Dinas Kesehatan Kota Palembang,
(2011). (Online)
(http://www. Datadinkes. Com/cover/view, diakes April
2013)
Notoatmojo, Soekidjo (2010). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rieka cipta.
Prawirohardjo, (2009). Ilmu Kebidanan.
(http://eprints.undip .ac.id/ Prawirohardjo. Pdf.
Kebidanan tanggal 22 mei 2009)
Handayani, Sri. (2010). Buku Ajar Pelayanan
Keluarga Berencana. Yogyakarta :Pustaka Rihama.
Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.Setya Arum, Dyah
Noviati. (2009). Paduan Lengkap Pelayanan KB
Terkini.Yogyakarta : Nuha Medika
Sulistyawati, Ari. (2011). Pelayanan Keluarga
Berencana. Jakarta: Salemba Medika
Suratun, dkk. (2008). Pelayanan Keluarga
Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta; TIM
Winkjosastro, Hanafi. (2008). Ilmu
Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka.