No. ID dan Nama Wahana : / IRD RSUD Daya Makassar Topik : Fraktur Tertutup 1/3 Distal Radius Dextra Tanggal Kasus : 14 April 2014 Nama Pasien : Tn.M No. RM : 151740 Tanggal Presentasi : 2014 Pendamping : dr. Musbicha Tempat Presentasi : RSUD Daya Kota Makassar Objek presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi : Laki-laki, 32 tahun, keluhan nyeri pada pergelangan tangan kanan. Tujuan : Mendiagnosis kelainan pasien, penatalaksanaan awal pada pasien, edukasi pasien dan keluarganya. Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit Cara membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos
Data Pasien : Nama : Tn.M No. Registrasi : 151740 Nama klinik : IRD RSUD Daya Makassar Data utama untuk bahan diskusi: 1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Fraktur tertutup 1/3 distal radius dextra. Laki-laki, 32 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada penggelangan tangan kanan yang dialami 30 menit yang lalu sebelum masuk RS akibat terjatuh dari ketinggian 4 meter. Saat terjatuh pasien bertumpu pada tangan kanannya. Pasien juga mengeluh tidak bisa menggerakkan pergelangan tangan kanannya. Riwayat pingsan (-), muntah (-), pusing (-), nyeri kepala (-).
2. Riwayat Pengobatan : Tidak ada 2
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya : Riw. HT tidak ada Riw. DM tidak ada 4. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama 5. Riwayat Pekerjaan : Pasien merupakan seorang kuli bangunan 6. Pemeriksaan Fisik : Status Genaralisata : Sakit sedang / gizi cukup / compos mentis Primary Survey A : Paten, obstruksi (-) B : Pernapasan 20x/menit, regular, tipe thorakoabdominal C : TD 130/70 mmHg, Nadi 88x/menit, regular, kuat angkat D : GCS 15 (E 4 V 5 M 6 ), pupil isokor diameter 2,5mm/2,5mm, RC +/+ E : Suhu 36,7 o C Keadaan umum : Tampak sakit sedang Keadaan gizi : Gizi cukup GCS : E 4 V 5 M 6 Secondary Survey Kepala : Normocephal Mata : Konjungtiva anemis (-/-), ikterus (-/-), pupil bulat isokor Hidung : Rinorrhea (-), epistaksis (-) Mulut : Sianosis (-) Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-) Thorax : dalam batas normal Jantung : dalam batas normal Abdomen : dalam batas normal Status Lokalis : Regio Antebrachi Dextra Inspeksi : deformitas (+), edema (+), hematom (-), luka (-) Palpasi : nyeri tekan (+) ROM : gerak aktif dan pasif wrist joint terbatas karena nyeri NVD : sensibilitas baik, arteri radialis teraba, CRT < 2 3
7. Pemeriksaan Penunjang Hasil Foto Antebrachi Dextra AP/lateral
RBC : 5.17 . 10 6 /uL HGB : 14.5 g/dl HCT : 40.7 % PLT : 325 . 10 3 /uL GDS : 83 mg/dl CT : 715 BT : 3 Daftar Pustaka : 1. Rasjad Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT.Yarsif Watampone, 2012 2. American Academy of Orthopaedic Surgeons: Distal Radius Fractures (Broken Wrist). http://othoinfo.aaos.org Hasil Pembelajaran : 1. Menegakkan diagnosis pada kasus trauma muskuloskeletal 2. Melakukan primary dan secondary survey 3. Memberikan pertolongan pertama pada pasien trauma muskuloskeletal yang dicurigai fraktur. 4
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio : 1. Subjektif : Laki-laki, 32 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada penggelangan tangan kanan yang dialami 30 menit yang lalu sebelum masuk RS akibat terjatuh dari ketinggian 4 meter. Saat terjatuh pasien bertumpu pada tangan kanannya. Pasien juga mengeluh tidak bisa menggerakkan pergelangan tangan kanannya. Riwayat pingsan (-), muntah (-), pusing (-), nyeri kepala (-). Riwayat pengobatan sebelumnya (-)
2. Objektif : Pada pemeriksaan fisis didapatkan pasien tempak sakit sedang, GCS E 4 V 5 M 6. Dengan tanda vital, tekanana darah 130/70 mmHg, nadi 88 kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, suhu 36.7 o C per aksila. Pada pemeriksaan regio antebrachi dextra ditemukan deformitas dan edema, nyeri tekan pada palpasi serta gerak aktif dan pasif wrist joint terbatas karena nyeri. Pada pemeriksaan foto polos antebrachi AP/lat tampak fraktur transversal 1/3 distal radius dextra.
3. Assesment : Berdasarkan subjektif dan objektif yang meliputi gejala klinis dan pemeriksaan fisis, serta pemeriksaan penunjang maka dapat disimpulkan bahwa pasien didiagnosis dengan Fraktur Tertutup 1/3 Distal Radius Dextra.
FRAKTUR RADIUS
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung maupun trauma tidak langsung. Secara garis besar, fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur komplit dan inkomplit. Pada fraktur komplit, tulang benra-benar patah menjadi dua fragmen atau lebih. Fraktur inkomplit adalah patahnya tulang hanya pada satu sisi saja. Fraktur komplit dapat dibagi lagi menjadi fraktur transversa, oblik/spiral, impaksi, kominutif, dan intra-artikular. Fraktur inkomplit dapat dibagi menjadi greenstick frakturk, yang khas pada anak-anak, dan fraktur kompresi, yang biasanya ditemukan pada orang dewasa. Fraktur avulsi terjadi bila 5
suatu fragmen tulang terputus dari bagian tulang sisanya yang disebabkan oleh tarikan ligamentum atau pelekatan tendon yang kuat dan biasnya terjadi akibat dari kontraksi otot secara paksa. Fraktur tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang umumnya disebabkan oleh gaya pematah langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dapat diterangkan oleh karena adanya mekanisme refleks jatuh di mana lengan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk.
Klasifikasi Fraktur Fraktur Tertutup (Simple Fracture). Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan / tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar. Fraktur Terbuka (Compound Fracture). Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam), atau from without (dari luar). Fraktur dengan komplikasi (Complicated Fracture). Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya mal- union, delayed union, non-union, dan infeksi tulang.
Klasifikasi Fraktur Radius Fraktur Colles Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang/pergelangan ekstensi maksimal. Fraktur terjadi di korpus distal, biasanya sekitar 2 cm dari permukaan artikular. Fragmen distal bergeser ke arah dorsal dan proksimal, memperlihatkan gambaran deformitas garpu-makan malam (dinner-fork).
Fraktur Smith Fraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan atau pukulan keras secara langsung pada punggung tangan. Fraktur radius bagian distal dengan angulasi atau dislokasi fragmen distal ke arah ventral dengan diviasi radius tangan yang memberikan gambaran deformitas sekop kebun (garden spade). 6
DIAGNOSIS Gambaran Klinis 1. Inspeksi (look) Adanya deformitas (kelainan bentuk) seperti bengkak, pemendekan, rotasi, angulasi, fragmen tulang (pada fraktur terbuka). 2. Palpasi (feel) Adanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi, pemeriksaan status neurologis dan vaskuler di bagian distal fraktur. Palpasi daerah ektremitas tempat fraktur tersebut, di bagian distal cedera meliputi pulsasi arteri, warna kulit, capillary refill test. 3. Gerakan (moving) Adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur. Pemeriksaan Penunjang Foto polos tetap merupakan pemeriksaan penunjang radiologis yang utama pada sistem skeletal. Gambar harus selalu diambil dalam dua proyeksi. 7
Tanda dan gambaran yang khas pada fraktur adalah : Garis fraktur : garis fraktur dapat melintang di seluruh diameter tulang atau menimbulkan keretakan pada tepi kortikal luar yang normal pada fraktur minor. Pembengkakan jaringan lunak : biasanya terjadi setelah terjadi fraktur. Iregularis kortikal : sedikit penonjolan atau berupa anak tangga pada korteks. Posisi yang dianjurkan untuk melakukan plain x-ray adalah AP dan lateral view. Posisi ini dibutuhkan agar letak tulang radius dan tulang ulna tidak bersilangan, serta posisi lengan bawah menghadap ke arah datangnya sinar (posisi anatomi).
Pemeriksaan laboratorium, meliputi: Darah rutin, Faktor pembekuan darah, Golongan darah (terutama jika akan dilakukan tindakan operasi), Urinalisa, Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal).
PENATALAKSANAAN Terapi fraktur diperlukan konsep empat R yaitu : 1. Recognition: mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan: lokasi, bentuk fraktur, menentukan teknnik yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan. 2. Reduction: reduksi fraktur apabila perlu, restorasi fragment fraktur sehingga didapat posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas serta perubahan osteoartritis dikemudian hari. Posisi yang baik adalah: alignment yang sempurna dan aposisi yang sempurna. Fraktur yang tidak memerlukan reduksi seperti fraktur klavikula, iga, fraktur impaksi dari humerus, angulasi. 3. Retention, immobilisasi fraktur: mempertahankan posisi reduksi dan memfasilitasi union sehingga terjadi penyatuan, immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna meliputi pembalut gips, bidai, traksi, dan fiksasi interna meliputi implan logam seperti screw. 4. Rehabilitation : mengembalikan aktivitas fungsional semaksimal mungkin. 8
Prinsip penanganan patah tulang yaitu dengan memposisikan kembali bagian yang patah ke posisi semula dan pencegahan agar bagian tersebut tidak bergerak keluar dari tempatnya sampai benar benar sembuh. Ada banyak pilihan pengobatan untuk fraktur distal radius. Pilihan tergantung pada banyak faktor, seperti sifat fraktur, usia dan tingkat aktivitas, dan preferensi pribadi dokter bedah.
Terapi Non-Operatif Jika fraktur dalam posisi yang baik, dapat dipasangkan gips sampai tulang sembuh. Jika posisi (alignment) tulang keluar dari tempatnya dan kemungkinan akan membatasi pergerakan lengan, memungkinkan dilakukan reduksi tertutup terhadap tulang yang patah untuk mengenbalikan ke posisinya kembali. Setelah tulang sejajar dengan benar, dapat dilakukan pemasangan gips. Gips dilepas sekitar 6 minggu setelah fraktur terjadi. Pada saat itu, terapi fisik sering dimulai untuk membantu meningkatkan gerak dan fungsi pergelangan tangan terluka.
Terapi Operatif Pada fraktur tertutup prosedur operatif biasanya dengan melakukan insisi langsung pada daerah fraktur untuk melakukan reduksi terbuka disertai pemasangan plate and screw untuk fiksasi sampai proses penyembuhan tulang sempurna.
Fiksasi dengn menggunakan plate and screw Tergantung pada fraktur, ada sejumlah pilihan untuk melakukan fiksasi pada fraktur dalam posisi yang benar: Pin logam (stainless steel atau titanium) Plate and srew 9
External fixator (menstabilkan tulang dari luar dimana alat ini akan memfiksasi tulang dalam posisi yang tepat) Kombilnasi dari beberapa tehnik
Pada fraktur terbuka, bedah diperlukan sesegera mungkin (dalam waktu 8 jam setelah cedera) di semua patah tulang terbuka. Jaringan lunak yang terbuka dan tulang harus dibersihkan (debridement) dan antibiotik dapat diberikan untuk mencegah infeksi. Metode fiksasi baik eksternal maupun internal akan digunakan untuk menahan tulang-tulang di tempat. Jika jaringan lunak di sekitar fraktur yang rusak parah, dapat digunakan fixator eksternal sementara. Fiksasi internal dengan plate and screw dapat digunakan pada prosedur kedua beberapa hari kemudian.
KOMPLIKASI 1. Komplikasi dini: Syok; dapat terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walaupun fraktur bersifat tertutup Emboli lemak; sering didapatkan pada penderita muda dengan fraktur femur. Perlu dilakukan pemeriksaan gas darah. Trauma pembuluh darah besar; ujung fragmen tulang menembus jaringan lunak dan merusak arteri femoralis. Dapat berupa kontusi saja dengan oklusi atau terpotong sama sekali. Trauma saraf; trauma pada pembuluh darah akibat tusukan fragmen dapat disertai kerusakan saraf yang dapat bervariasi dari neuropraksia sampai aksonotemesis. Trauma saraf dapat terjadi pada nervus isciadicus atau pada cabangnya yaitu nervus tibialis dan nervus peroneus komunis. Trombo-emboli; penderita dengan tirah baring yang lama misalnya ditraksi di tempat tidur, dapat mengalami komplikasi trombo-emboli. Infeksi; dapat terjadi pada fraktur terbuka akibat kontaminasi dari luka, tetapi infeksi dapat pula terjadi setelah tindakan operasi.
2. Komplikasi lanjut: Delayed union; fraktur femur pada orang dewasa mengalami union dalam 4 bulan Nonunion; apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik dicurigai adanya nonunion dan diperlukan fiksasi interna dan bone graft 10
Malunion; bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen, maka diperlukan pengamatan terus menerus selama perawatan. Angulasi lebih sering ditemukan. Malunion juga menyebabkan pemendekan pada tungkai sehingga diperlukan koreksi berupa osteotomi. Kaku sendi lutut; setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitan pergerakan pada sendi lutut. Hal ini disebabkan oleh adanya adhesi periartikuler atau adhesi intramuskuler. Hal ini dapat dihindari apabila fisioterapi yang intensif dan sistematis dilakukan lebih awal. Refraktur; terjadi apabila mobilisasi dilakukan sebelum terbentuk union yang solid.
4. Plan Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis dan penunjang yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pasien ini di diagnosis dengan Fraktur Tertutup 1/3 Distal Radius Dextra. Penatalaksanaan : IVFD RL 28 tpm Inj. Ketorolac 1 amp/8j/iv Inj. Ranitidin 1amp/8j/iv Inj. Ceftriaxon 1g vial/12j/iv Konsul Spesialis Bedah Ortopedi Pendidikan Edukasi mengenai penyakit pasien, penanganan pertama yang akan dilakukan, prognosis serta komplikasi yang mungkin terjadi. Konsultasi Dilakukan konsultasi dengan Dokter Spesialis Bedah Ortopedi Rujukan Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harus ditangani di Rumah Sakit dengan sarana dan prasarana yang lebih memadai.