Anda di halaman 1dari 13

TUGAS 1

1. Sistem endokrin umum dan pada lansia


Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai pembawa pesan dan
dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan
menerjemahkan pesan tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak
memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-
kelenjar lain dalam saluran gastrointestin. System endokrin merupakan bagian dari
system pengatur tubuh, pengaturan berbagai fungsi metabolism tubuh. Gangguan system
endokrin
Sistem endokrin, seperti sistem syaraf, memungkinkan bagian-bagian yang
terletak jauh didalam tubuh untuk saling berkomunikasi. Terdapat tiga komponen dalam
system endokrin : kelenjar endokrin yang mengeluarkan zat-zat antara kimiawi ke dalam
aliran darah; zat antara kimiawi itu sendiri yang disebut hormone; dan sel atau organ
sasaran yang berespon terhadap hormone tersebut.

2. Konsep dasar
a. Kelenjar Endokrin
Kelenjar endokrin adalah organ yang membuat, menyimpan dan
mengeluarkan hormone ke dalam aliran darah. Terdapat banyak kelenjar endokrin
didalam tubuh, mencakup: kelenjar hipofisis (pituitary), Tiroid, Paratiroid, Adrenal,
Pulau-pulau langerhans pancreas, Ovarium dan testes
b. Kelenjar eksokrin (kelenjar keringat)

3. Kelenjar Endokrin antara lain :
a. Hipotalamus
Adalah sebuah organ neuroendokrn kecil yang terletak dibagian otak depan
yang disebut diensefalon. Hipotalamus adalah organ yang berkaitan dengan
homeostatis, mempertahankan lingkungan internal tubuh tetap konstan. Kelenjar ini
menerima informasi dari susunan saraf pusat dan perifer mengenai suhu tubuh, nyeri,
rasa nikmat, makanan, rasa lapar, dan status metabolik.
b. Hipofisis anterior
Disebut juga adenohipofisis, terdiri dari jaringan non saraf. Kelenjar ini secara
otomatis terpisah dari hipotalamus, tetapi secara fungsional berhubungan dengannya
melalui suplai darahnya.
c. Hipofisis posterior
Disebut juga neurohipofisis, adalah jaringan saraf sejati yang secara
embriologis berasal dari hipotalamus. Terdapat tiga bagian: eminensia mediana, akar
infundibulus, prosesus infundibulus.

PENUAAN PADA SISTEM ENDOKRIN
(DIABETES MELITUS PADA LANSIA)
1. DEFINISI
Diabetes melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner and
Suddarth)
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu gangguan metabolic yang melibatkan
berbagai system fisiologis, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme glukosa
(Stanley & Beare)
Diabetes melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah (Mansjoer, dkk)

2. ETIOLOGI
a. Diabetes Tipe I atau IDDM (Insulin-Dependent Diabetes Mellitus)
Diabetes Tipe I disebut dengan DM tergantung insulin, dimana terjadi bila
seseorang tidak mampu untuk memproduksi insulin endogen yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe DM ini terutama dialami oleh orang yang lebih
muda.
b. Diabetes Tipe II atau NIDDM (Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus)
Diabetes Tipe II disebut dengan DM tidak tergantung insulin, dimana bentuk
penyakit ini paling sering pada lansia karena lebih dekat dihubungkan dengan
obesitas daripada dengan ketidakmampuan untuk memproduksi insulin.

NIDDM merupakan bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah
ancaman serius terhadap kesehatan karena beberapa alasan, yaitu :
a. Komplikasi kronis yang dialami dalam hubungannya dengan fungsi
penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan perkemihan dapat lebih menambah
beban pada sistem tubuh yang telah mengalami penurunan akibat penuaan.
b. Sindrom hiperglikemia hiperosmolar nonketotik, suatu komplikasi diabetes
yang dapat mengancam jiwa, meliputi hiperglikemia, peningkatan osmolalitas
serum, dan dehidrasi yang terjadi lebih sering diantara lansia.

3. MANIFESTASI KLINIK
Banyak tanda dan gejala awal NIDDM yang mungkin samar-samar dan tidak
spesifik, sehingga lansia mungkin menganggapnya sebagai hal yang tidak penting dan
mengabaikan untuk mencari perawatan. Adanya perubahan status kesehatan yang
persisten harus diselidiki. Peningkatan berkemih (poliuria), rasa haus yang berlebihan
(polidipsia), rasa lapar yang jelas (polifagia), lemas, berat badan turun, dan
kerentanan terhadap infeksi (khususnya jamur) adalah indikator-indikator yang sering
muncul dari penyakit ini pada semua usia dan mungkin terdapat dalam derajat yang
bervariasi pada lansia. Penglihatan kabur, yang diakibatkan dari efek hiperglikemia
pada lensa okular, mungkin tidak dapat dikenali sebagai gejala diabetes pada lansia.

4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penyaring yang dilakukan adalah :
Pemeriksaan glukosa darah sewaktu/ gula darah random (GDS) yang diatas
200 mg/dl (SI: 11,1 mmol/l) pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan
kriteria diagnostik penyakit diabetes.
Pemeriksaan gula darah plasma pada waktu puasa/ gula darah nuchter (GDP)
yang besarnya diatas 140 mg/dl (SI: 7,8 mmol/L. Jika kadar gula darah
puasanya normal, penegakkan diagnosis harus berdasarkan tes toleransi
glukosa.
Pemeriksaan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO), merupakan pemeriksaan
yang lebih sensitif yang dilakukan dengan pemberian larutan karbohidrat
sederhana, yaitu dengan cara :
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa
2. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak
3. Pasien puasa semalam selama 10-12 jam
4. Periksa GDP
5. Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam
waktu 5 menit
6. Periksa glukosa darah 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok

WHO (1985) menganjurkan pemeriksaan standar seperti ini, tetapi kita hanya memakai
pemeriksaan glukosa darah 2 jam saja.

5. KOMPLIKASI
a. Akut
Koma hipoglikemia
Ketoasidosis
Koma hiperosmolar nonketotik
b. Kronik
Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung, pembuluh darah tepi, dan pembuluh darah otak.
Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil ; retinopati diabetik,
nefropati diabetik.
Neuropati diabetik
Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru, gingivitis, dan infeksi saluran
kemih..
Kaki diabetik

PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan Primer

Mempertahankan berat badan ideal adalah pertimbangan yang penting untuk semua
lansia, tidak hanya untuk menghilangkan stress pada sendi dan meningkatkan mobilitas,
tetapi juga untuk mengurangi risiko terjadinya diabetes.
Masalah keuangan dapat membatasi kemampuan lansia untuk membeli makanan
bergizi, karena dengan petunjuk konsumen yang sangat baik untuk membeli dan menyiapkan
sejumlah kecil makanan yang tidak mahal telah tersedia dan terbukti sangat membantu.
Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan, karena dapat membantu lansia
tentang kandungan makanan yang baik untuk dikonsumsi, misalnya kandungan rendah lemak
dapat mencegah aterosklerosis serta meningkatkan aktivitas reseptor
Latihan fisik juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes, seperti berjalan atau
berenang.

2. Pencegahan Sekunder
Penapisan
Deteksi dan intervensi dini membantu membatasi efek serius dari NIDDM
pada lansia, misalnya kadar gula darah puasa harus diperiksa secara rutin sebagai komponen
dari penapisan dan tes toleransi glukosa oral pada umumnya dianggap lebih sensitif dan
merupakan indikator yang dapat diandalkan.
Nutrisi
Mengajarkan kepada lansia tentang membaca label untuk menghindari asupan natrium
dan lemak yang berlebihan, memasukkan sumber-sumber makanan yang direkomendasikan
dalam asupan sehari-hari, memilih sumber-sumber makanan rendah kolesterol, dan
memasukkan serat yang adekuat dalam diet mereka.
Olahraga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi
fisiologis dengan kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional,
dan meningkatkan sirkulasi serta dapat menurunkan berat badan.
Pengobatan

1. Agens Oral
Sulfonilurea adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif hanya untuk
penanganan NIDDM.
Glucophage (metformin hidroklorid) adalah obat antihiperglikemia yang tidak
menurunkan kadar glukosa darah, tetapi meningkatkan penggunaan glukosa oleh jaringan
perifer dan usus. Glucophage harus dimakan bersama makanan dan dikontraindikasikan
untuk pasien dengan gangguan ginjal.
2. Insulin
Tujuan terapi insulin adalah untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam parameter
yang telah ditentukan untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
3. Pencegahan Tersier
Untuk meningkatkan rehabilitasi yang tepat dan kembali lagi pada gaya hidup normal
untuk lansia yaitu stimulasi sensoris dalam bentuk rangsangan verbal, auditori, dan taktil
yang sesuai tidak hanya membantu interaksi dengan orang lain, tetapi juga meningkatkan
penampilan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Beri dorongan kepada lansia untuk mempertahankan atau memiliki tanggung jawab
terhadap aspek perawatan sebanyak mungkin yang memberikan tanda bagi klien bahwa
eksistensi yang berarti mungkin dicapai, bahkan ketika penyakit kronis.
. Perawatan kaki, mata, dan kulit yang merupakan komponen penting dari rencana
perawatan yag berkelanjutan.

TUGAS 2 :


METABOLISME KARBOHIDRAT :
Pada proses pencernaan makanan,karbohidrat mengalami proses hidrolisis(penguraian
dengan menggunakan molekul air).Proses pencernaan karbohidrat terjadi dengan
menguraikan polisakarida menjadi monosakarida.
Ketika makanan dikunyah,makanan akan bercampur dengan air liur yang mengandung
enzim ptialin (suatu amilase yang disekresikan oleh kelenjar parotis di dalam mulut).Enzim
ini menghidrolisis pati(salah satu polisakarida) menjadi maltosa dan gugus glukosa kecil
yang terdiri dari tiga sampai sembilan molekul glukosa.makanan berada di mulut hanya
dalam waktu yang singkat dan mungkin tidak lebih dari 3-5% dari pati yang telah dihidrolisis
pada saat makanan ditelan.
Sekalipun makanan tidak berada cukup lama dalam mulut untuk dipecah oleh ptialin
menjadi maltosa,tetapi kerja ptialin dapat berlangsung terus menerus selama satu jam setalah
makanan memasuki lambung,yaitu sampai isi lambung bercampur dengan zat yang
disekresikan oleh lambung.Selanjutnya aktivitas ptialin dari air liur dihambat oelh zat asam
yang disekresikan oleh lambung.Hal ini dikarenakan ptialin merupakan enzim amilase yang
tidak aktif saat PH medium turun di bawah 4,0.
Setelah makan dikosongkan dari lambung dan masuk ke duodenum (usus dua belas
jari),makanan kemudian bercampur dengan getah pankreas.Pati yang belum di pecah akan
dicerna oleh amilase yang diperoleh dari sekresi pankreas.Sekresi pankreas ini mengandung
amilase yang fungsinya sama dengan -amilase pada air liur,yaitu memcah pati menjadi
maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya.Namun,pati pada umumnya hampir sepenuhnya di
ubah menjadi maltosa dan polimer glukosa kecil lainnya sebelum melewati lambung

Hasil akhir dari proses pencernaan adalah glukosa,fruktosa,glaktosa,manosa dan
monosakarida lainnya.Senyawa-senyawa tersebut kemudian diabsorpsi melalui dinding usus
dan dibawa ke hati oleh darah.
Glukosa sebagai salah satu hasil dari pemecahan pati akan mengalami daur proses di dalam
hati,yaitu:
Pertama,Glukosa akan beredar bersama aliran darah untuk memenuhi kebutuhan
energi sel-sel tubuh
Kedua,jika di dalam hati terdapat kelebihan glukosa (gula darah),glukosa akan di
ubah menjadi glikogen(gula otot) dengan bantuan hormon insulin dan secara otomatis
akan menjaga keseimbangan gula darah.Glikogen di simpan di dalam hati,jika
sewaktu-waktu dibutuhkan,glikogen di ubah kembali menjadi glukosa dengan
bantuan hormon adrenaline.

TUGAS 3

LAWAN INSULIN :
Glukagon adalah antagonis dari insulin: yang disekresi pada saat kadar gula darah dalam
darah rendah. Pada prinsipnya menaikkan kadar gula di dalam darah.
Glucagon mempunyai efek yang berlawanan dengan insulin, yakni:
1. Lipolisis; penguraian lemak. Ini terjadi di jaringan lemak
2. Proteolisis; penguraian protein. Ini terjadi di otot
3. Gluconeogenesis dan Glykogenolisis; membuat glukosa. Ini terjadi di hati
4. NaCl-, Kalsium-, dan Magnesiumresorption. Ini terjadi di bagian yang naik dan
gemuk dari Henle tubulus yakni ginjal.


TUGAS 4 :

Siklus Menstruasi

A. Pengertian
Menstruasi merupakan proses pelepasan dinding rahim (endometrium) yang
disertai dengan perdarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat
kehamilan. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut pada akhirnya akan
membentuk siklus menstruasi. Bila siklus haid teratur (28 hari) : Hari pertama dalam
siklus haid dihitung sebagai hari ke-1. Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16
dalam siklus haid.

B. Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi :

1. FSH-RH (follicle stimulating hormone - releasing hormone) yang
dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH

2. LH-RH (luteinizing hormone- releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH

3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk
mengeluarkan prolaktin

C. Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:

1. Masa menstruasi
Berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim)
dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada
dalam kadar paling rendah

2. Masa proliferasi
Dimulai dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14.
Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan
dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin.
Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke- 12 sampai 14 dapat terjadi
pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)

3. Masa sekresi.
Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron
dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat
kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)

D. Mekanisme Siklus Menstruasi
Pada setiap siklus haid FSH dikeluarkan oleh Lobus anterior hipofisis yang
menyebabkab beberapa folikel primer berkembang dalam ovarium.
Folikel primer berkembang menjadi folikel de Graaf yang membuat esterogen,
Esterogen menekan FSH, sehingga lobus anterior hipofisis mengeluarkan hormon
gonadotropin yang kedua yaitu LH (luteinizing hormone)
Produksi FSH dan LH dipengaruhi RH (relasing hormones) yang disalurkan dari
hipotalamus ke hipofisis
Dibawah pengruh RH folikel de graff semakin lama semakin matang dan makin
banyak mengeluarkan likuor folikuli yang mengandung esterogen. Esterogen mempunyai
pengaruh terhadap endometrium menyebabkan endometrium tumbuh (menebal) yang disebut
masa proliferasi
Dibawah pengaruh LH folikel de graff menjadi lebih matang, mendekati permukaan
ovarium, dan kemudian terjadi ovulasi.
Setelah ovulasi terjadi, terbentuklah korpus rubrum(berwarna merah) yang akan
menjadi korpus luteum (berwarna kuning).
Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron. Hormon progesteron mempunyai
pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi menyebabkan kelenjar-kelenjarnya
berlekuk-lekuk dan bersekresi (masa sekresi)
Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi yang menyebabkan kadar
esterogen dan progesteron menurun, sehingga terjadi degenerasi serta perdarahan dan
pelepasan endometrium yang nekrotik, yang disebut masa mestruasi.
Bilamana ada pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum dipertahankan dan
berkembang menjadi korpus luteum graviditatis




TUGAS 5

Pengecekan Diabetes Mellitus
Pada awalnya, pasien sering kali tidak menyadari bahwa dirinya mengidap diabetes melitus,
bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Namun, harus dicurigai adanya DM jika seseorang
mengalami keluhan klasik DM berupa:
poliuria (banyak berkemih)
polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)
polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-menerus)
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
Jika keluhan di atas dialami oleh seseorang, untuk memperkuat diagnosis dapat diperiksa
keluhan tambahan DM berupa:
lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal
penglihatan kabur
penyembuhan luka yang buruk
disfungsi ereksi pada pasien pria
gatal pada kelamin pasien wanita
Diagnosis DM tidak boleh didasarkan atas ditemukannya glukosa pada urin saja. Diagnosis
ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah dari pembuluh darah vena.
Sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil terapi dapat dilakukan dengan memeriksa
kadar glukosa darah kapiler dengan glukometer.
Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih kriteria di bawah ini:
Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL
Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL
Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) 200 mg/dL
Pemeriksaan HbA1C 6.5%
Keterangan:
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir pasien.
Puasa artinya pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam.
TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa
khusus untuk diminum. Sebelum meminum larutan tersebut akan dilakukan
pemeriksaan kadar glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam setelah
meminum larutan tersebut. Pemeriksaan ini sudah jarang dipraktekkan.
Jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari nilai normal tetapi tidak masuk ke dalam
kriteria DM, maka dia termasuk dalam kategori prediabetes. Yang termasuk ke dalamnya
adalah
Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT), yang ditegakkan bila hasil pemeriksaan
glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 125 mg/dL dan kadar glukosa plasma
2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO < 140 mg/dL
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), yang ditegakkan bila kadar glukosa plasma 2
jam setelah meminum larutan glukosa TTGO antara 140 199 mg/dL
Tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM:
Bukan DM Belum Pasti DM DM
Kadar glukosa darah
sewaktu (mg/dL)
Plasma vena <100 100-199 200
Darah kapiler <90 90-199 200
Kadar glukosa darah
puasa (mg/dL)
Plasma vena <100 100-125 126
Darah kapiler <90 90-99 100
Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia
PERKENI tahun 2011

TUGAS 6

KOMPLIKASI MAKROVASKULAR
Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang mengenai pembuluh darah
arteri yang lebih besar, sehingga menyebabkan atherosklerosis. Akibat atherosklerosis antara
lain timbul penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, dan gangren pada kaki.
Tiga jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada penderita
diabetes adalah penyakit jantung koroner (coronary heart disease = CAD), penyakit
pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer (peripheral vascular disease =
PVD). Walaupun komplikasi makrovaskular dapat juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang
lebih sering merasakan komplikasi makrovaskular ini adalah penderita DM tipe 2 yang
umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan. Kombinasi dari penyakit-
penyakit komplikasi makrovaskular dikenal dengan berbagai nama,antara lain Syndrome X,
Cardiac Dysmetabolic Syndrome, Hyperinsulinemic Syndrome, atau Insulin Resistance
Syndrome.
Karena penyakit-penyakit jantung sangat besar risikonya pada penderitadiabetes,
maka pencegahan komplikasi terhadap jantung harus dilakukan sangat penting dilakukan,
termasuk pengendalian tekanan darah, kadar kolesterol dan lipid darah. Penderita diabetes
sebaiknya selalu menjaga tekanan darahnya tidak lebih dari 130/80 mm Hg. Untuk itu
penderita harusdengan sadar mengatur gaya hidupnya, termasuk mengupayakan berat
badanideal, diet dengan gizi seimbang, berolah raga secara teratur, tidak merokok,
mengurangi stress dan lain sebagainya.

KOMPLIKASI MIKROVASKULAR
Komplikasi mikrovaskuler adalah komplikasi pada pembuluh darah kecil, diantaranya:
Retinopati diabetika, yaitu kerusakan mata seperti katarak dan glukoma atau
meningkatnya tekanan pada bola mata. Bentuk kerusakan yang paling sering terjadi adalah
bentuk retinopati yang dapat menyebabkan kebutaan.
Nefropati diabetika, yaitu gangguan ginjal yang diakibatkan karena penderita
menderita diabetes dalam waktu yang cukup lama.
Neuropati diabetika yaitu gangguan sistem syaraf pada penderita DM. Indera perasa
pada kaki dan tangan berkurang disertai dengan kesemutan, perasaan baal atau tebal serta
perasaan seperti terbakar.
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes tipe 1. Hiperglikemia
yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi (termasuk HbA1c) menyebabkan
dinding pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada
pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah yang mendorong timbulnya komplikasi-
komplikasi mikrovaskuler, antara lain retinopati, nefropati, dan neuropati. Disamping karena
kondisi hiperglikemia, ketiga komplikasi ini juga dipengaruhi oleh faktor genetik. Oleh sebab
itu dapat terjadi dua orang yang memiliki kondisihiperglikemia yang sama, berbeda risiko
komplikasi mikrovaskularnya. Namun demikian prediktor terkuat untuk perkembangan
komplikasi mikrovaskular tetaplama (durasi) dan tingkat keparahan diabetes.Satu-satunya
cara yang signifikan untuk mencegah atau memperlambat jalan perkembangan komplikasi
mikrovaskular adalah dengan pengendalian kadar gula darah yang ketat. Pengendalian
intensif dengan menggunakan suntikan insulin multi-dosis atau dengan pompa insulin yang
disertai dengan monitoring kadar gula darah mandiri dapat menurunkan risiko timbulnya
komplikasi mikrovaskular sampai 60%.

Anda mungkin juga menyukai