Anda di halaman 1dari 5

Analisis Pola Interferensi pada Interferometer Michelson untuk Menentukan Panjang

Gelombang Sinar Laser He-Ne (Helium-Neon)



Aula Fitra Efendi (NIM. 24040111140054) dan Triezto Jafry Rozaq (NIM. J2D009044)
Jurusan Fisika
Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro

Abstrak

Interferometer adalah alat yang dipergunakan untuk mengetahui pola-pola interferensi suatu
gelombang. Dalam eksperimen ini dilakukan percobaan terhadap salah satu jenis
interferometer Michelson. Metode Michelson digunakan untuk menghitung panjang
gelombang sinar laser He-Ne.Sebelum digunakan untuk menghitung panjang gelombang
sinar laser He-Ne,telah dikalibrasi mikrometer dengan menggeser moveable mirror secara
tepat serta menempatkan beam spliter dan adjustable mirror pada posisinya, sehingga akan
terjadi interferensi yang menghasilkan frinji pola gelap terang pada layar yang dapat
digunakan untuk menghitung panjang gelombang sinar laser. Pola terang dihasilkan akibat
adanya interferensi konstruktif, sedangkan pola gelap akibat adanya interferensi destruktif.
Semakin bertambahnya variasi jarak (dalam mikron) pada mikrometer semakin banyak
jumlah frinjinya. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan panjang gelombang sinar
laser He-Ne sebesar 617,4 nm.
Kata Kunci: Interferometer Michelson, Frinji, Laser He-Ne

Abstract
Interferometer is a device that is used to determine the patterns of wave interference. In these
experiments conducted experiments on one type of Michelson interferometer. Michelson
method used to calculate the wavelength of the laser beam He-Ne.Before used to calculate
the wavelength of He-Ne laser beam, has been calibrated micrometer by moving the
moveable mirror precisely and put beam splitter and an adjustable mirror in position, so that
there will be interference that generates fringe pattern of light on a dark screen that can be
used to calculate the wavelength of the laser light. The pattern of light produced as a result of
constructive interference, while the pattern of dark due to destructive interference. The
increasing variation distance (in microns) on the greater number of fringe micrometers.
From the experiments that have been done obtained wavelength He-Ne laser beam at 617.4
nm.
Keywords: Michelson Interferometer, fringe, He-Ne laser

PENDAHULUAN
Interferometer merupakan alat yang dimanfaatkan untuk mengalisis pola interferensi
dari suatu gelombang cahaya. Pada eksperimen ini menggunakan interferometer Michelson
untuk menganalisis pola interferensi dari sebuah laser He-Ne. Interferometer Michelson
adalah instrumen optik yang mempunyai presisi tinggi dan fleksibilitas. Ini umumnya
digunakan dalam penyelidikan yang melibatkan perubahan kecil dalam panjang jalur optik.
Dengan interferometer Michelson,seseorang dapat menghasilkan pinggiran melingkar dan
garis lurus dari kedua cahaya monokromatik dan cahaya putih.
Percobaan interferometer Michelson dilakukan dengan meletakkan secara tegak
lurus (sudut 90
o
) posisi movable mirror dan adjustable mirror yang ditengahi oleh beam
spliter. Dengan posisi demikian, akan terjadi perbedaan lintasan yang diakibatkan oleh pola
reflektansi dan tranmisivitas split dari cahaya yang masuk melewati lens 1,8 nm.
Selanjutnya, perbedaan lintasan ini akan menyebabkan adanya beda fase dan penguatan
fase (yang biasa disebut sebagai interferensi) yang selanjutnya menyebabkan munculnya
pola-pola pada frinji pada layar.

I.TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Interferensi
Interferensi dan difraksi merupakan fenomena penting yang membedakan gelombang
dengan partikel. Interferensi ialah penggabungan secara superposisi dua gelombang atau
lebih yang bertemu dalam satu titik di ruang. Sedangkan difraksi adalah pembelokan
gelombang di sekitar sudut yang terjadi apabila sebagian mukagelombang dipotong oleh
halangan atau rintangan (Tipler, 1991).
Apabila dua gelombang berfrekuensi dan berpanjang gelombang sama tapi berbeda
fase bergabung, maka gelombang yang dihasilkan amplitudonya tergantung pada perbedaan
fasenya. Jika perbedaan fasenya 0
o
atau bilangan bulat kelipatan 360, maka gelombang akan sefase
dan berinterferensi secara saling menguatkan (interferensi konstruktif) yang mengakibatkan pola terang pada
finji.. Jika perbedaan fasenya 180 atau bilangan ganjil kali 180, maka gelombang yang
dihasilkan akan berbeda fase dan berinterferensi secara saling melemahkan(interferensi
destruktif) yang mengakibatkan pola gelap pada frinji (Soedojo, 1992).
1.2.Interferometer Michelson
Interferometer Michelson merupakan seperangkat peralatan yang memanfaatkan
gejala interferensi. Prinsip interferensi adalah kenyataan bahwa beda lintasan optik (d) akan
membentuk suatu pola frinji (Phywe, 2006).
Pengukuran jarak yang tepat dapat diperoleh dengan menggerakan moveable mirror pada
Interferometer Michelson dan menghitung frinji interferensi yang bergerak atau berpindah,
dengan acuan suatu titik pusat. Sehingga diperoleh panjang gelombang sebesar:

..............................................................................(1.1)
dengan d adalah panjang lintasan optis (satuan mikron), N adalah jumlah frinji (tanpa satuan)
dan yaitu panjang gelombang (satuan nanometer) (Phywe, 2006).
1.3. Laser He-Ne
laser helium-neon biasanya dibangun untuk beroperasi pada cahaya merah pada 632,8
nm. Hal ini juga dapat dibangun untuk menghasilkan tindakan laser cahaya hijau di 543,5 nm
dan di inframerah pada 1523 nm.
Salah satu tingkat energi helium di 20,61 eV sangat dekat ke tingkat di neon di 20,66 eV,
begitu dekat pada kenyataannya bahwa setelah tabrakan dari helium dan atom neon, energi
dapat ditransfer dari helium ke atom neon. Laser Helium-neon yang umum di laboratorium
fisika pengantar, namun masih bisa berbahaya. Sebuah fokus 1-mW He-Ne laser memiliki
kecerahan sama dengan sinar matahari pada hari yang cerah (0,1 watt/cm2) dan sama
berbahaya untuk menatap langsung (Soedojo, 1992).

II. METODELOGI PERCOBAAN

Gambar 2.1Skema Alat Percobaan Interferometer Michelson
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah mengkalibrasi
interferometer Michelson dengan cara mengatur posisi laser, beam splitter, kedua cermin dan
lensa agar sinar laser yang melewati semua peralatan tersebut tepat segaris. Kemudian
mencari pola interferensi dengan cara menggeser-geser salah satu cermin sampai dihasilkan
pola gelap terang (frinji) pada layar.
Dengan prinsip interferometer Michelson diperoleh nilai d (jarak lintasan optis) dan N
(jumlah frinji), sehingga nilai panjang gelombang laser He-Ne dapat diperoleh dengan
persamaan 1.1

III. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Percobaan
Tabel 3.1 Data percobaan
d (mikrometer) N (jumlah frinji)
1 5
3 7
5 16
7 21
9 28

3.2 Pembahasan
Tabel 3.2 Panjang gelombang He-Ne
d (mikrometer) N (jumlah frinji) (nanometer) Rata-rata (nanometer)
1 5 400 617,4
3 7 750
5 16 625
7 21 667
9 28 645
Prinsip dari percobaan yang dilakukan yaitu seberkas cahaya monokromatis yang
dipisahkan di suatu titik tertentu sehingga masing-masing berkas dibuat melewati dua
panjang lintasan yang berbeda, dan kemudian disatukan melalui pantulan dua cermin yang
letaknya saling tegak lurus dengan pembagi berkas tersebut. Setelah berkas cahaya
monokromatis tersebut disatukan maka akan didapat pola interferensi akibat penggabungan
dua gelombang cahaya tersebut. Pola interferensi tersebut terjadi karena adanya interferensi
konstruktif dan destruktif yang menimbulkan frinji/pola gelap terang pada layar.
Pada percobaan kali ini menggunakan laser He-Ne yang sesuai referensi mempunyai
panjang gelombang sebesar 633 nanometer. Dengan menggunakan metode interferometer
Michelson kali ini didapatkan nilai panjang gelombang laser He-Ne 617,4 nanometer. Nilai
ini berbeda dengan nilai yang sebenarnya karena dalam percobaan ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu pola frinji yang dihasilkan, getaran, posisi moveable mirror.




IV. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan disimpulkan bahwa didapatkan panjang
gelombang laser He-Ne 617,4 nanometer. Faktor-faktor yang mempengaruhi percobaan yaitu
pola frinji yang dihasilkan, getaran, posisis moveable mirror.

DAFTAR PUSTAKA
Phywe, 2006. Fabry-Perot Interferometer. Phywe handbook. Phywe Series of Publication
Soedojo, P. 1992. Asas-Asas Ilmu fisika Jilid 4 Fisika Modern. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta
Tipler, P.A. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Penerbit Erlangga: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai