..............................................................................(1.1)
dengan d adalah panjang lintasan optis (satuan mikron), N adalah jumlah frinji (tanpa satuan)
dan yaitu panjang gelombang (satuan nanometer) (Phywe, 2006).
1.3. Laser He-Ne
laser helium-neon biasanya dibangun untuk beroperasi pada cahaya merah pada 632,8
nm. Hal ini juga dapat dibangun untuk menghasilkan tindakan laser cahaya hijau di 543,5 nm
dan di inframerah pada 1523 nm.
Salah satu tingkat energi helium di 20,61 eV sangat dekat ke tingkat di neon di 20,66 eV,
begitu dekat pada kenyataannya bahwa setelah tabrakan dari helium dan atom neon, energi
dapat ditransfer dari helium ke atom neon. Laser Helium-neon yang umum di laboratorium
fisika pengantar, namun masih bisa berbahaya. Sebuah fokus 1-mW He-Ne laser memiliki
kecerahan sama dengan sinar matahari pada hari yang cerah (0,1 watt/cm2) dan sama
berbahaya untuk menatap langsung (Soedojo, 1992).
II. METODELOGI PERCOBAAN
Gambar 2.1Skema Alat Percobaan Interferometer Michelson
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah mengkalibrasi
interferometer Michelson dengan cara mengatur posisi laser, beam splitter, kedua cermin dan
lensa agar sinar laser yang melewati semua peralatan tersebut tepat segaris. Kemudian
mencari pola interferensi dengan cara menggeser-geser salah satu cermin sampai dihasilkan
pola gelap terang (frinji) pada layar.
Dengan prinsip interferometer Michelson diperoleh nilai d (jarak lintasan optis) dan N
(jumlah frinji), sehingga nilai panjang gelombang laser He-Ne dapat diperoleh dengan
persamaan 1.1
III. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
3.1 Data Percobaan
Tabel 3.1 Data percobaan
d (mikrometer) N (jumlah frinji)
1 5
3 7
5 16
7 21
9 28
3.2 Pembahasan
Tabel 3.2 Panjang gelombang He-Ne
d (mikrometer) N (jumlah frinji) (nanometer) Rata-rata (nanometer)
1 5 400 617,4
3 7 750
5 16 625
7 21 667
9 28 645
Prinsip dari percobaan yang dilakukan yaitu seberkas cahaya monokromatis yang
dipisahkan di suatu titik tertentu sehingga masing-masing berkas dibuat melewati dua
panjang lintasan yang berbeda, dan kemudian disatukan melalui pantulan dua cermin yang
letaknya saling tegak lurus dengan pembagi berkas tersebut. Setelah berkas cahaya
monokromatis tersebut disatukan maka akan didapat pola interferensi akibat penggabungan
dua gelombang cahaya tersebut. Pola interferensi tersebut terjadi karena adanya interferensi
konstruktif dan destruktif yang menimbulkan frinji/pola gelap terang pada layar.
Pada percobaan kali ini menggunakan laser He-Ne yang sesuai referensi mempunyai
panjang gelombang sebesar 633 nanometer. Dengan menggunakan metode interferometer
Michelson kali ini didapatkan nilai panjang gelombang laser He-Ne 617,4 nanometer. Nilai
ini berbeda dengan nilai yang sebenarnya karena dalam percobaan ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu pola frinji yang dihasilkan, getaran, posisi moveable mirror.
IV. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan disimpulkan bahwa didapatkan panjang
gelombang laser He-Ne 617,4 nanometer. Faktor-faktor yang mempengaruhi percobaan yaitu
pola frinji yang dihasilkan, getaran, posisis moveable mirror.
DAFTAR PUSTAKA
Phywe, 2006. Fabry-Perot Interferometer. Phywe handbook. Phywe Series of Publication
Soedojo, P. 1992. Asas-Asas Ilmu fisika Jilid 4 Fisika Modern. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta
Tipler, P.A. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Penerbit Erlangga: Jakarta