Penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen pembimbing
yang telah membimbing tutorial blok 23 ini sehingga proses tutorial dapat berlangsung dengan sangat baik. Tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua, yang telah memberi dukungan baik berupa materil dan moril yang tidak terhitung jumlahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario B di blok 23 ini hingga selesai. Ucapan terima kasih juga kepada para teman-teman sejaat di !akultas "edokteran Uni#ersitas $riijaya atas semua semangat dan dukungannya sehingga perjalanan blok per blok yang seharusnya sulit dapat dileati dengan mudah. Penyusun menyadari baha laporan ini masih jauh dari kata mendekati sempurna. %leh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersi&at membangun untuk perbaikan di penyusunan laporan berikutnya. 'udah-mudahan laporan ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang berman&aat bagi kita semua. Palembang, (3 !ebruari 2()* Penyusun "elompok B2 1 DAFTAR ISI "ata Pengantar++++++++++++++++++++++++++++. ) Da&tar ,si ++++++++++++++++++++++++++++.....+ 2 B-B , . Pendahuluan ).) /atar Belakang+++++++++++++++++++..+ 3 B-B ,, . Pembahasan 2.) Data Tutorial++++++++++++++++++..++.... * 2.2 $kenario "asus++++++++++++++++.......++... * 2.3 Paparan ,. "lari&ikasi ,stilah.............++++++++++++...... 0 ,,. ,denti&ikasi 'asalah...........++++++++++++.... 0 ,,,. -nalisis 'asalah...............................++++.......++..... 1 ,2. /earning ,ssues ...++++++...+++++++........... 2( 2. "erangka "onsep..................+++++++++++.... *3 B-B ,,, . Penutup 3.) "esimpulan ...................................................................................... 0( D-!T-4 PU$T-"- 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada laporan tutorial kali ini, laporan membahas blok 4eproduksi dan Perinatologi yang berada dalam blok 23 pada semester 1 dari "urikulum Berbasis "ompetensi 5"B"6 Pendidikan Dokter Umum !akultas "edokteran Uni#ersitas $riijaya Palembang. Pada kesempatan ini, dilakukan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada aktu yang akan datang. -dapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu. ). $ebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem "B" di !akultas "edokteran Uni#ersitas $riijaya Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari skenario ini. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Data Tutoral Tutor . dr. 7ulniar '. Tasli, $p.- 5"6 'oderator . 4obby 7uniadha $ekretaris Papan . '. -ulia '.%.P.8 $ekretaris 'eja . 9yimas ,rina $il#ani :ari, Tanggal . $enin, (3 !ebruari 2()* 4abu, (0 !ebruari 2()* Peraturan . ). -lat komunikasi di nonakti&kan 2. Dilarang makan dan minum 2.2 Skenaro Ka!u! SKENARI" B BL"K 2# TAHUN 2$1% 'rs. 'ima, 3;-years-old pregnant oman <*P3-( 33-eeks pregnancy, as brought by her husband to the Puskesmas due to con#ulsion 2 hours ago. $he has been complaining headcahe and #isual disturbance &or last 2 days. -ccording to her husband, she has been su&&ering &rom <ra#e=s Disease since 3 years ago, but as not ell controlled. ,n the e>amination &indings. Upon admission, :eight ? )02 cm@ Aeight 10 kg@ BP. );(B))( mm:g, :4. )2(>Bmin, 44. 2*>Bmin. :ead and neck e>amination re#ealed e>opthalmus and enlargement o& thyroid gland. Pretibial edema. %bstetric e>amination. %uter e>amination. &undal height 32 cm, normal presentation. !:4. )0(>Bmin. /ab. :b )),2 gBd/@ she had 2 C protein on urine, cylinder 5-6 4 2.# Pa&aran I. Klar'ka! I!tla( ). <*P3-( . "eadaan dimana riayat mengandung * kali, melahirkan 3 kali, dan abortus tidak pernah 2. 8on#ulsion . "ejang. 3. :eadache . 9yeri pada kepala. *. 2isual Disturbance . <angguan penglihatan. 0. <ra#e=s Disease . :ipertiroid. 1. D>opthalmus . Protusio mata abnormal, keadaan mata lebih menonjol. E. Ddema . Pembengkakan. ;. :ypertension . Tekanan darah diatas normal. II. I)ent'ka! Ma!ala( ). 'rs. 'ima, 3;-years-old pregnant oman <*P3-( 33-eeks pregnancy, as brought by her husband to the Puskesmas due to con#ulsion 2 hours ago. 2. $he has been complaining headcahe and #isual disturbance &or last 2 days. 3. -ccording to her husband, she has been su&&ering &rom <ra#e=s Disease since 3 years ago, but as not ell controlled. *. ,n the e>amination &indings. Upon admission, :eight ? )02 cm@ Aeight 10 kg@ BP. );(B))( mm:g, :4. )2(>Bmin, 44. 2*>Bmin. :ead and neck e>amination re#ealed e>opthalmus and enlargement o& thyroid gland. Pretibial edema. 0. %bstetric e>amination. %uter e>amination. &undal height 32 cm, normal presentation. !:4. )0(>Bmin. 1. /ab. :b )),2 gBd/@ she had 2 C protein on urine, cylinder 5-6 III. Anal!! Ma!alala( ). Bagaimana perkembangan janin pada usia 33 mingguF 5 Pada saat kehamilan sudah berusia 33 minggu, janin sedang mempersiapkan kelahirannya. Perubahan-perubahan mencakup. 7anin telah berkembang sempurna, 84/ 31 cm, berat janin berkisar antara 3*(( gram dengan #ariasi 2erniks kaseosa yang menutupi kulit dan rambut halusnya yang disebut lanugo mulai menghilang. $ebagian #erniks dan lanugo mungkin masih ada saat kelahiran. 7anin mendapatkan antibodi-antibodi dari plasenta untuk melindunginya dari penyakit, janin juga akan mendapatkan lebih banyak antibodi ketika masa menyusui saat lahir. 2. Bagaimana macam-macam hipertensi pada ibu hamilF :ipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah melebihi batas normal yaitu tekanan darah G)*(B3( mm:g 5Prairohardjo, 2((;6. 'enurut Prairohardjo 2((;, gangguan hipertensi pada kehamilan diantaranya adalah. a. :ipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 2( minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 2( minggu dan hipertensi menetap sampai )2 minggu pascapersalinan. b. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 2( minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. c. Dklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang sampai danBatau koma. d. :ipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia adalah hipertensi kronik di sertai tanda-tanda preeklampsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria. e. :ipertensi gestasional 5disebut juga transient hypertension6 adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria. Penjelasan. - :ipertensi ialah tekanan darah sistolik dan diastolik G )*(B3( mm:g. Pengukuran tekanab darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang * jam. "enaikan tekanan darah sistolik G 3( mm:g dan kenaikan tekanan darah diastolik G )0 mm:g sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi. - Proteinuria ialah adanya 3(( mg protein dalam urin selama 2* jam atau sama dengan G )C dipstick. - Ddema, dulu edema tungkai dipakai sebagai tanda-tanda preeklampsia, tetapi sekarang edema tungkai tidak dipakai lagi kecuali edema generalisata 5anasarka6. Perlu dipertimbangkan &aktor resiko timbulnya hipertensi dalam kehamilan bila didapatkan edema generalisata atau kenaikan berat badan G (,0E kgBminggu. Primigra#ida yang mempunyai kenaikan berat badan rendah, yaitu H (,3* kgBminggu menurunkan resiko hipertensi, tetapi menaikkan resiko berat badan bayi rendah. 6 3. Bagaimana hubungan hipertensi dengan kehamilanF Preeklampsia merupakan sindroma penurunan per&usi darah organ akibat dari #asospasme dan akti#asi endotelial yang spesi&ik ditemukan pada masa kehamilan. <ambaran patologis pada &ungsi beberapa organ dan sistem, yang kemungkinan disebabkan oleh #asospasme dan iskemia, telah ditemukan pada kasus-kasus preeklampsia dan eklampsia berat. 2asospasme bisa merupakan akibat dari kegagalan in#asi tro&oblas ke dalam lapisan otot polos pembuluh darah, reaksi imunologi, maupun radikal bebas. $emua ini akan menyebabkan terjadinya kerusakanBjejas endotel yang kemudian akan mengakibatkan gangguan keseimbangan antara kadar #asokonstriktor 5endotelin, tromboksan, angiotensin, dan lain-lain6 dengan #asodilatator 5nitritoksida, prostasiklin, dan lain-lain6. $elain itu, jejas endotel juga menyebabkan gangguan pada sistem pembekuan darah akibat kebocoran endotelial berupa konstituen darah termasuk platelet dan &ibrinogen. 2asokontriksi yang meluas akan menyebabkan terjadinya gangguan pada &ungsi normal berbagai macam organ dan sistem. <angguan ini dibedakan atas e&ek terhadap ibu dan janin, namun pada dasarnya keduanya berlangsung secara simultan. <angguan ibu secara garis besar didasarkan pada analisis terhadap perubahan pada sistem kardio#askular, hematologi, endokrin dan metabolisme, serta aliran darah regional. $edangkan gangguan pada janin terjadi karena penurunan per&usi uteroplasenta. *. Bagaimana etiologi dan mekanisme kejang pada kasusF Dtiologi . Preeklampsia Berat I Dklampsia 'ekanisme . Penyebab pasti terjadinya kejang dan koma pada preeclampsia dan eklampsia masih belum diketahui, tetapi terdapat dua hipotesis berupa . ). Dle#ated blood pressure ele#ated cerebral per&usion o#erautoregulation o& cerebral blood &lo 58B!6 ischemic brain injury seiJure 2. :ypertensi#e encephalopathy rapid rise in blood pressure myogenic #asoconstriction o& cerebral arteries and arterioles loss o& autoregulatory capacity and blood-brain barrier 5BBB6 disruption #asogenic edema seiJure. 0. Bagaimana hubungan hormon tiroid dengan kehamilanF Pada janin iodin disuplai melalui plasenta. $aat aal gestasi, janin bergantung sepenuhnya pada hormon tiroid 5tiroksin6 ibu yang meleati plasenta karena &ungsi tiroid janin belum ber&ungsi sebelum )2-)* minggu kehamilan. Tiroksin dari ibu terikat pada reseptor sel-sel otak janin, kemudian diubah secara intraseluler menjadi &T3 yang merupakan proses penting bagi perkembangan otak janin bahkan setelah produksi hormon tiroid janin, janin masih bergantung pada hormon-hormon tiroid ibu, asalkan asupan iodin ibu adekuat. 3, * Dmpat perubahan penting selama kehamilan. * 7 ). Aaktu paruh tiroksin yang terikat globulin bertambah dari )0 menit menjadi 3 hari dan konsentrasinya menjadi 3 kali lipat saat usia gestasi 2( minggu akibat glikosilasi estrogen. 2. :ormon h8< dan T$: memiliki reseptor dan subunit alpha yang sama. Pada trimester pertama, sindrom kelebihan hormon bisa muncul, h8< menstimulasi reseptor T$: dan memberi gambaran biomekanik hipertiroid. :al ini sering terjadi pada kehamilan multipel, penyakit tro&oblastik dan hiperemesis gra#idarum, dimana konsentrasi h8< total dan subtipe tirotropik meningkat. 3. Peningkatan laju &iltrasi glomerulus dan peningkatan uptake iodin ke dalam kelenjar tiroid yang dikendalikan oleh peningkatan konsentrasi tiroksin total dapat menyebabkan atau memperburuk keadaan de&isiensi iodin. *. Tiga hormon deiodinase mengontrol metabolisme T* menjadi &T3 yang lebih akti& dan pemecahannya menjadi komponen inakti&. "onsentrasi deiodinase ,,, meningkat di plasenta dengan adanya kehamilan, melepaskan iodin jika perlu untuk transpor ke janin, dan jika mungkin berperan dalam penurunan trans&er tiroksin. 1. Bagaimana hubungan penyakit hipertensi dan hipertiroid dengan janinF Pengaru( (&erten! ter(a)a& *ann+ Intrauterine growth restrction 5,U<46 dan oligohidramnion "enaikan morbiditas dan mortalitas janin, secara tidak langsung akibat ,U<4, prematuritas, oligohidramnon, dan solusio plasenta D&ek kerusakan yang terjadi pada pembuluh darah anita hamil akan merusak sistem #ascularasi darah,sehingga mengganggu pertukaran okseigen hipoksia Pengaru( (&ertro) ter(a)a& *ann+ T$: tidak dapat meleati plasenta, sehingga baik T$: ibu maupun T$: janin tidak saling mempengaruhi. :ormon tiroid baik T3 maupun T* hanya dalam jumlah sedikit yang dapat meleati plasenta. T$, atau T$-b dapat meleati plasenta dengan mudah. %leh karena itu bila kadar T$, pada ibu tinggi, maka ada kemungkinan terjadi hipertiroidisme pada janin dan neonatus. %bat-obat anti tiroid seperti PTU dan 9eo 'ercaJole, Jat-Jat yodium radioakti& dan yodida, juga propranolol dapat dengan mudah meleati plasenta. Pemakaian 8 obat-obat ini dapat mempengaruhi kehidupan dan perkembangan janin. Pemakaian Jat yodium radioakti& merupakan kontra indikasi pada anita hamil karena dapat menyebabkan hipotiroidisme permanen pada janin. E. -pa diagnosis banding pada kasus iniF Diagnosis banding eklampsia. ). Traumatik cerebro#askuler - Perdarahan intraserebral - Trombosis arteri dan #ena serebral 2. Penyakit hipertensi - :ipertensi ense&alopati - Pheochromocytoma 3. Penekanan lesi pada susunan syara& pusat - Tumor otak - -bses *. "elainan metabolic - :ipoglikemia - Uremia - Inappropriate antidiuretic hormone secretion resulting in water intoxiccation 0. ,n&eksi - 'eningitis - Dnce&alitis 1. Trombotik trombositopenik purpura E. Dpilepsi idiopatik ;. Bagaimana cara menegakan diagnosis pada kasus iniF Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran. Dengan adanya tanda dan gejala preeklampsia 5hipertensi, proteinuria, edema anasarka6 yang disusul oleh serangan kejang, diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan. 9 Tirotoksis ringan mungkin sulit didiagnosis karena kehamilan normal merangsang beberapa temuan klinis yang mirip dengan kelebihan tiroksin 5T * 6. Temuan-temuan yang sugesti& adalah takikardia yang melebihi yang biasanya dijumpai pada kehamilan normal, tiromegali, ekso&talmos, dan kegagalan penambaha berat meskipun asupan makanan memadai. "on&irmasi laboratorium ditandai oleh penurunan nyata kadar tirotropin 5T$:6 disertai peningkatan kadar T * bebas 5&T * 6 serum. 'eskipun jarang, hipertiroidisme dapat disebabkan oleh kadar triiodotironin 5T 3 6 serum yang berlebihan disebut juga toksikosis T 3 . 3. Bagaimana pemeriksaaan penunjang yang diperlukan untuk kasus iniF - Pemeriksaan :ormon Tiroid T$: , pada <ra#e=s disease akan K T* dan T3 , akan L - 4enal &unction test "reatinin biasanya meningkat. %liguria dan anuria. "adar albumin. 10 -sam urat. - :ematologi :ematokrit Trombosit 2iskositas darah - /i#er &unction test. - Penilaian "eadaan 7anin <erakan 5 M )(> B 2*jam 6 D77 U$< untuk perkembangan Pro&il bio&isik ,ndeks cairan amnion Pemeriksaan doppler arus darah. tali pusat )(. Bagaimana diagnosis kerja pada kasus iniF Dklampsia disertai hipertiroid pada kehamilan )). Bagaimana patogenesis pada kasus iniF )2. Bagaimana penatalaksanaan &armakologi dan non-&armakologi pada kasus iniF Pengo,atan Ekla-&! 1. Pengelolaan Ekla-! 11 Dasar-dasar pengelolaan eklampsi a. Terapi suporti& untuk stabilisasi pada ibu b. $elalu diingat -B8 5Airway, Breathing, Circulation6 c. Pastikan jalan na&as atas tetap terbuka d. 'engatasi dan mencegah kejang e. "oreksi hipoksemia dan asidemia &. 'engatasi dan mencegah penyulit, khususnya hipertensi krisis g. 'elahirkan janin pada saat yang tepat dengan cara persalinan yang tepat 2. Tera& Me)ka-ento!a a. $egera masuk rumah sakit b. Tirah baring miring ke kiri secara intermiten c. ,n&us 4inger /aktat atau 4inger Dekstrose 0N d. Pemberian anti kejang 'g$% * sebagai pencegahan dan terapi kejang. e. Pemberian 'g$% * dibagi . - Loading dose (initial dose) . dosis aal * gram 'g$% * . ,2 5*(N dalam )( cc6 selama )0 menit. - aintenance dose . dosis lanjutan Diberikan in&us 1 gram dalam larutan 4ingerB1jam@ atau diberikan * atau 0 gram ,'. $elanjutnya maintenance dose diberikan * gram ,' tiap *-1 jam. - $yarat-syarat pemberian 'g$% * . :arus tersedia antidotum 'g$% * , bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukonas )(N ? )g 5)(N dalam )(cc6 diberikan ,2 3 menit. 4e&leks patella 5C6 kuat. !rekuensi pernapasan M )1 kaliBmenit, tidak ada tanda-tanda distres napas. - 'g$% * dihentikan bila. -da tanda-tanda intoksikasi $etelah 2* jam pascapersalinan atau 2* jam setelah kejang terakhir - Dosis terapeutik dan toksis 'g$% * Dosis terpeutik *-E mDOB/ *,;-;,* mgBd/ :ilangnya re&leks tendon )( mDOB/ )2 mgBd/ Terhentinya pernapasan )0 mDOB/ ); mgBd/ Terhentinya jantung M 3( mDOB/ M 31 mgBd/ Pemberian 'g$% * dapat menurunkan resiko kematian ibu dan didapatkan 0(N dari pemberiannya menimbulkan e&ek !lushes 5rasa panas6. - Bila terjadi re&rakter terhadap pemberian 'g$% * maka diberikan salah satu obat berikut. tiopental sodium, sodium amobarbital, diaJepam, atau &enitoin. &. -nti hipertensi Diberikan . bila tensi G );(B))( atau '-P G )21 7enis obat . 9i&edipine . )(-2( mg oral, diulangi setelah 3( menit, maksimum )2( mg dalam 2* jam. 9i&edipine tidak dibenarkan diberikan dibaah mukosa lidah 5sub lingual6 karena absorbsi yang terbaik adalah melalui saluran pencernaan makanan. Desakan darah diturunkan secara bertahap . 12 ). Penurunan aal 20N dari desakan sistolik 2. Desakan darah diturunkan mencapai . H )1(B)(0 '-P H )20 9icardipine-:8l . )( mg dalam )(( atau 20( cc 9a8lB4/ diberikan secara ,2 selama 0 menit, bila gagal dalam ) jam dapat diulang dengan dosis )2,0 mg selama 0 menit. Bila masih gagal dalam ) jam, bisa diulangi sekali lagi dengan dosis )0 mg selama 0 menit g. Diuretikum &urosemide *( mg ,'B,2 Diuretikum tidak dibenarkan diberikan secara rutin, karena. ). 'emperburuk per&usi utero-plasenta 2. 'emperberat hipo#olemia 3. 'eningkatkan hemokonsentrasi *. 'enimbulkan dehidrasi pada janin dan menurunkan berat janin Diuretikum yang diberikan hanya atas indikasi . ). Ddema paru 2. Payah jantung kongesti& 3. Ddema anasarka h. <lukokortikoid Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak merugikan ibu. Diberikan pada kehamilan 32-3* munggu, 2>2* jam. %bat ini juga diberikan pada sindrom :D//P. i. Diet Diet diberikan secara seimbang, hindari protein dan kalori yang berlebih #. Pera.atan ke*ang a. Tempatkan penderita di ruang isolasi atau ruang khusus dengan lampu terang 5tidak diperkenalkan ditempatkan di ruangan gelap, sebab bila terjadi sianosis tidak dapat diketahui6 b. Tempat tidur penderita harus cukup lebar, dapat diubah dalam posisi trendelenburg, dan posisi kepala lebih tinggi c. 4endahkan kepala ke baah . diaspirasi lendir dalam oroå guna mencegah aspirasi pneumonia d. $isipkan spatel-lidah antara lidah dan gigi rahang atas e. !iksasi badan harus kendor agar aktu kejang tidak terjadi &raktur &. 4ail tempat tidur harus dipasang dan terkunci dengan kuat 13 %. Pera.atan ko-a a. Derajat kedalaman koma diukur dengan P"lasgow#Coma $caleQ ,. Usahakan jalan na&as atas tetap terbuka /. :indari dekubitus ). Perhatikan nutrisi 0. Pera.atan k(u!u! 1ang (aru! ,erkon!ulta! )engan ,agan lan "onsultasi ke bagian lain perlu dilakukan bila terjadi penyulit sebagai berikut. ). Ddema paru 2. %liguria renal 3. Diperlukannya kateterisasi arteri pulmonalis 2. Pengelolaan ekla-&! a. $ikap dasar pengelolaan eklamsi . semua kehamilan dengan eklamsi harus )ak(r 3)ter-na!4 tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Berarti sikap terhadap kehamilannya adalah akt'. ,. $aat pengakhiran kehamilan, ialah bila sudah terjadi stabilisasi 5pemulihan6 hemodinamika dan metabolisme ibu. /. $tabilisasi dicapai selambat-lambatnya dalam . *-; jam, setelah salah satu atau lebih keadaan seperti dibaah ini, yaitu setelah . ). Pemberian obat anti kejang terakhir 2. "ejang terakhir 3. Pemberian obat-obat anti hipertensi terakhir *. Penderita mulai sadar 5dapat dinilai dari <lasgo-8oma-$cale yang meningkat6 5. 6ara &er!alnan Bila sudah diputuskan untuk melakukan tindakan akti& terhadap kehamilannya, maka dipilih cara persalinan yang memenuhi syarat pada saat tersebut. 7. Pera.atan &a!/a &er!alnan a. Tetap di monitor tanda #ital ,. Pemeriksaan laboratorium lengkap 2* jam pasca persalinan Pengo,atan (&ertro)!-e+ Tirotoksikosis yang terjadi selama masa kehamilan hampir selalu dapat dikontrol dengan obat-obatan jenis thiomide, yaitu . - Propitiorasil 5PTU6, dosis . )((-1((mgBhari - 'ethimaJole, dosis . 2 kali )(mgBhari Pada trimester 3 , metimaJol dipertahankan 0 mgBhari 14 Beberapa klinisi memilih prophilthiouracil 5PTU6 karena obat ini sebagian menghambat perubahan T* menjadi T3 dan lebih sedikit meleati saar plasenta bila dibandingkan dengan methimaJole. "edua obat ini e&ekti& dan cukup aman untuk digunakan dalam terapi tirotoksikosis. Aalaupun jarang dan belum terbukti, penggunaan metimaJole harus lebih berhati-hati karena pemberian pada aal kehamilan diduga ada hubungannya dengan terjadinya atresia esophagus, khoana, dan aplasia cutis. %bat-obatan yang digunakan untuk mengobati penyakit tiroid ibu dapat menyebabkan penghancuran jaringan kelenjar tiroid janin, sehingga dapat dipertimbangkan untuk melakukan ter-na! ke(a-lan. Terapi e>opthalmus. - ,njeksi kortikosteroid retrobulber - "ortikosteroid sistemik Prednison 1( mgB)2 tabletBhari selama ) bulan. 1#. Baga-ana tn)akan &o!t natal &a)a ka!u! n8 - Bila persalinan terjadi per#aginam, monitoring tanda-tanda #ital dilakukan sebagaimana laJimnya. - Pemeriksaan laboratorium dikerjakan setelah ) > 2* jam persalinan. Biasanya perbaikan segera terjadi setelah 2* - *; jam pasca persalinan. - 'empertahankan kalori )0(( kkal B 2* jam, bila perlu dengan selang nasogastrik atau parenteral, karena pasien belum tentu dapat makan dengan baik. - -ntikon#ulsan 5'g$%*6 dipertahankan sampai 2* jam postpartum, atau sampai tekanan darah terkendali. -ntikon#ulsan diteruskan sampau 2* jam postpartum atau kejang terakhir - 'elakukan pengaasan ketat pasca persalinan di ruang peraatan intensi& - Teruskan terapi antihipertensi jika tekanan diastolic M))( mm:g. - Pantau urin terus Ru*ukan+ 4ujuk ke &asilitas yang lebih lengkap jika. - Terdapat %liguria 5H*(( mlBjam6 - Terdapat sindrom :D//P 15 - "oma berlanjut lebih dari 2* jam sesudah kejang Fa-l1 &lannng "onseling untuk kehamilan selanjutnya Aanita dengan hipertensi gestasional dan preeklamsia beresiko tinggi mengalami hipertensi dan komplikasi metabolik pada kehamilan berikutnya. Aanita dengan preeklamsia pada kehamilan pertama memiliki resiko dua kali lipat mengalami preeklamsia pada kehamilan kedua dibandingkan dengan anita hamil dengan tekanan darah normal. Dalam jangka aktu 1 minggu setelah melahirkan, anita dengan eklamsia masih dapat mengalami kejang. "arena itu masih diperlukan monitoring tekanan darah, urin, gejala-gejala lain serta pemeriksaan darah. Pencegahan eklamsia berulang tersebut yakni dengan cara. ). Diet rendah garam 2. $uplementasi kalsium, minyak ikan, #itamin D, 8 3. %bat antihipertensi "ontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan baik sementara maupun menetap. "ontrasepsi yang dapat digunakan yaitu -"D4, pil kontrasepsi, suntik "B, susuk, tubektomi. )*. Bagaimana komplikasi pada kasus iniF Ekla-&!a+ "omplikasi terberat kematian pada ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeklampsi. "omplikasi yang biasa terjadi. ). ,U<4 2. ,U!< 3. Polisitemia 2era *. :ipoksia intra uterine yang lama 0. BB/4 1. Prematuritas E. $olutio plasenta. "omplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada Preeklamsia. ;. :ipo&ibrinogenemia,terjadi pada Preeklamsi berat. 3. Perdarahan otak, kelainan mata 5kehilangan penglihatan sementara6 )(. Ddem paru-paru, nekrosis hati, kelainan ginjal H&ertro)+ :ipertiroid yang tak terkontrol, terutama pada pertengahan masa hamil, dapat memicu beberapa komplikasi. "omplikasi maternal di antaranya payah jantung, keguguran, in&eksi, preeklamsia, persalinan preterm, gagal jantung kongesti, badai tiroid, dan lepasnya plasenta. "omplikasi &etus dan neonatus di antaranya prematur, kecil untuk masa kehamilan, kematian janin dalam rahim, dan goiter pada &etus atau neonatus dan atau tirotoksikosis. Pengobatan yang belebihan juga dapat menyebabkan hipotiroid iatrogenik pada &etus. 5,noue, 'iho, et al. 2((3, 'ar>, :elen, et al. 2((;, 4ull, <ur#inder. 2()(, Ailliams %bstetrics 23 rd . 2()(6 )0. Bagaimana prognosis pada kasus iniF Dubia et Bonam 5apabila ditatalaksana dengan baik6 16 Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, maka gejala perbaikan akan tampak jelas setelah kehamilannya diakhiri. $egera setelah persalinan berakhir perubahan pato&isiologik akan segera pula mengalami perbaikan. Diuresis terjadi )2 jam kemudian setelah persalinan. "eadaan ini merupakan tanda prognosis yang baik, karena hali ini merupakan gejala pertama penyembuhan. Tekanan darah kembali normal dalam beberapa jam kemudian.Dklampsia tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali janin dari ibu yang sudah mempunyai hipertensi kronik. Prognosis janin pada penderita eklampsia juga tergolong buruk. $eringkali janin mati intrauterin atau mati pada &ase neonatal karena memang kondisi bayi sudah sangat in&erior. Pada anita hamil yang mengalami hipertiroid hasil akhir kehamilan umumnya bergantung pada apakah kontrol metabolik dapat tercapai. $ebagai contoh, tiroksin yang berlebihan dapat menyebabkan keguguran. Pada anita yang tidak diobati atau pada mereka yang tetap hipertiroid meskipun diterapi, terjadi peningkatan insiden preeklampsia, gagal jantung, dan gangguan hasil akhir perinatal. -ngka kematian perinatal ber#ariasi sari 1-)2 N pada beberapa penelitian )1. Bagaimana $tandar "ompetensi "edokteran ,ndonesia 5$"D,6 pada kasus iniF Ekla-&!a+ #B. Ga.at )arurat /ulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan gaat darurat demi menyelamatkan nyaa atau mencegah keparahan danBatau kecacatan pada pasien. /ulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. /ulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan. H&ertro)+ #A. Bukan ga.at )arurat /ulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gaat darurat. /ulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. /ulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan. 17 I9. Learnng I!!ue 1. H&erten! &a)a Ke(a-lan BAB I PENDAHULUAN Preeklampsia merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi yang tertinggi di ,ndonesia. Penyakit yang disebut sebagai P disease o! theories P ini, masih sulit untuk ditanggulangi. Preeklampsia dan eklampsia dikenal dengan nama PToksemia <ra#idarum merupakan suatu sindroma yang berhubungan dengan #asospasme, peningkatan resistensi pembuluh darah peri&er, dan penurunan per&usi organ yang ditandai adanya hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. -danya kejang dan koma lebih mengarah pada kejadian eklampsia. Diketahui kematian ibu berkisar antara 3,;N - 20,0N, sedangkan kematian bayi lebih dari tinggi lagi, yakni *2,2N - *;,3N, sebaliknya kematian ibu dan bayi di negara-negara maju lebih kecil. :al ini disebabkan karena di negara-negara maju terdapat kesadaran untuk melakukan pemeriksaan antenatal dan natal secara rutin 18 :ipertensi biasanya muncul lebih aal dari tanda-tanda lainnya. Untuk menegakkan diagnosa preeklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 3( mm:g atau lebih diatas nilai normal atau mencapai )*( mm:g atau lebih. "enaikan tekanan diastolik sebenarnya lebih dipercaya. -pabila tekanan diastolik naik )0 mm:g atau lebih, atau 3( mm:g atau lebih, maka diagnosis hipertensi dapat dibuat. Penentuan tekanan darah ini dilakukan minimal 2 kali dengan jarak aktu 1 jam pada keadaan istirahat. Ddema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, yang diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, jari tangan, dan ajah. "enaikan berat badan R kg per minggu dalam kehamilan masih dianggap normal, tetapi bila kenaikan ) kg per minggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan keaspadaan terhadap timbulnya preeklampsia. Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin yang melebihi (,3 gB liter dalam urin 2* jam, atau pemeriksaan kualitati& menunjukan C) atau C2 atau ) gB liter atau lebih dalam urin yang dikeluarkan kateter atau midstream yang diambil minimal dua kali dengan jarak aktu 1 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan edema, karena itu harus dianggap sebagai tanda yang serius. BAB II TIN:AUAN PUSTAKA A. DEFINISI Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri. Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi, oedema disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 2( minggu atau segera setelah persalinan. <ejala ini dapat timbul sebelum 2( minggu bila terjadi penyakit tro&oblastik. Dklampsia adalah kelainan akut pada anita hamil, dalam persalinan atau ni&as yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma. $ebelumnya anita tadi menunjukkan gejala- gejala Preeklampsia. B. ETI"L"GI Dtiologi penyakit ini sampai sekarang belum dapat diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori dikemukakan tetapi belum ada yang mampu memberi jaaban yang memuaskan 19 tentang penyebabnya sehingga disebut sebagai Ppenyakit teoriQ. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal sebagai berikut. ). $ebab bertambahnya &rekuensi pada primigra#ida, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa. 2. $ebab bertambahnya &rekuensi pada bertambahnya usia kehamilan. 3. $ebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin intrauterin. *. $ebab jarangnya ditemukan kejadian preeklampsia pada kehamilan berikutnya. 0. $ebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma. ,skemia plasenta@ peningkatan deportasi tro&oblas, yang merupakan konsekuensi dari iskemia, akhirnya dapat menimbulkan dis&ungsi endotel. Pada kehamilan normal, in#asi tro&oblas ke dalam jaringan desidua menghasilkan suatu Sperubahan &isiologis= pada arteri spiralis. Untuk memenuhi kebutuhan kehamilan maka jalan yang paling mungkin adalah membesarkan diameter arteri. Pada anita hamil, pembesaran diameter arteri spiralis meningkat *-1 kali lebih besar daripada arteri spiralis anita tidak hamil, yang akan memberikan peningkatan aliran darah )(.((( kali dibandingkan aliran darah anita tidak hamil. 'aka kemampuan melebarkan diameter arteri spiralis ini merupakan kebutuhan utama untuk keberhasilan kehamilan. :asil akhir dari perubahan &isiologis yang normal adalah arteri spiralis yang tadinya tebal dan muskularis menjadi lebih lebar berupa kantung yang elastis, bertahanan rendah dan aliran cepat, dan bebas dari kontrol neuro#ascular normal, sehingga memungkinkan arus darah yang adekuat untuk pemasokan oksigen dan nutrisi bagi janin. Pada preeklampsia terjadi de&isiensi plasentasi. Terjadi kegagalan pada in#asi tro&oblas, sehingga Sperubahan &isiologis= pada arteri spiralis tidak terjadi. Perubahan hanya terjadi pada sebagian arteri spiralis segmen desidua, sementara arteri spiralis segmen miometrium masih diselubungi oleh sel-sel otot polos. $elain itu ditemukan pula adanya hyperplasia tunika media dan thrombosis. <aris tengah arteri spiralis *(N lebih kecil dibandingkan pada kehamilan normal, hal ini menyebabkan tahanan terhadap aliran darah bertambah dan pada akhirnya menyebabkan insu&isiensi dan iskemia. 6. INSIDEN DAN FAKT"R RESIK" ,nsidens preeklamsia relati& stabil antara *-0 kasus per )(.((( kelahiran hidup pada negara maju. Pada negara berkembang insidens ber#ariasi antara 1-)( kasus per )(.((( kelahiran hidup. -ngka kematian ibu ber#ariasi antara (N-*N. "ematian ibu meningkat karena komplikasi yang dapat mengenai berbagai sistem tubuh. Penyebab kematian terbanyak ibu adalah perdarahan intraserebral dan oedem paru. "ematian perinatal berkisar 20 antara )(N-2;N. Penyebab terbanyak kematian perinatal disebabkan karena prematuritas, pertumbuhan janin terhambat, dan meningkatnya karena solutio plasenta. $ekitar kurang lebih E0N eklampsi terjadi antepartum dan 20N terjadi pada postpartum. :ampir semua kasus 5 30N 6 eklampsi antepartum terjadi pada terjadi trisemester ketiga. Dilaporkan angka kejadian rata-rata sebanyak 1N dari seluruh kehamilan dan )2 N pada kehamilan primigra#ida. /ebih banyak dijumpai pada primigra#ida daripada multigra#ida terutama primigra#ida usia muda. !aktor risiko preeklampsia adalah. ). 9ullipara 2. "ehamilan ganda 3. %besitas *. 4iayat keluarga preeklampsia I eklampsia 0. 4iayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya 1. Diabetes mellitus gestasional E. -danya trombo&ilia ;. -danya hipertensi atau penyakit ginjal D. PAT"FISI"L"GI Perubahan pokok yang didapatkan pada preeklampsia adalah adanya spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Bila dianggap baha spasmus arteriolar juga ditemukan diseluruh tubuh, maka mudah dimengerti baha tekanan darah yang meningkat nampaknya merupakan usaha mengatasi kenaikan tahanan peri&er, agar oksigenasi jaringan dapat tercukupi. Peningkatan berat badan dan oedema yang disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial belum diketahui sebabnya. Telah diketahui baha pada preeklampsia dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan kadar prolaktin yang tinggi daripada kehamilan normal. -ldosteron penting untuk mempertahankan #olume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Pada preeklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat. a. Perubahan "ardio#askuler Turunnya tekanan darah pada kehamilan normal ialah karena #asodilatasi peri&er yang diakibatkan turunnya tonus otot polos arteriol, mungkin akibat meningkatnya kadar progesteron di sirkulasi, dan atau menurunnya kadar #asokonstriktor seperti angiotensin ,, dan adrenalin serta noradrenalin, dan atau menurunnya respon terhadap 21 Jat-Jat #asokonstriktor tersebut akan meningkatnya produksi #asodilator atau prostanoid seperti P<D2 atau P<,2. Pada trimester ketiga akan terjadi peningkatan tekanan darah yang normal ke tekanan darah sebelum hamil. "urang lebih sepertiga pasien dengan preeklampsia akan terjadi pembalikan ritme diurnalnya, sehingga tekanan darahnya akan meningkat pada malam hari. b. 4egulasi 2olume Darah Pengendalian garam dan homeostasis juga meningkat pada preeklampsia. "emampuan untuk mengeluarkan natrium juga terganggu tapi pada derajat mana hal ini terjadi adalah sangat ber#ariasi dan pada keadaan berat mungkin tidak dijumpai adanya oedem. Bahkan jika dijumpai oedem interstitial, #olume plasma adalah lebih rendah dibandingkan pada anita hamil normal dan akan terjadi hemokonsentrasi. Terlebih lagi suatu penurunan atau suatu peningkatan ringan #olume plasma dapat menjadi tanda aal hipertensi. c. 2olume darah, hematokrit, dan #iskositas darah 4ata-rata #olume plasma menurun 0(( ml pada preeklampsia dibandingkan hamil normal, penurunan ini lebih erat hubungannya dengan anita yang melahirkan BB/4. d. -liran Darah di %rgan-%rgan ). -liran darah di otak Pada preeklampsia arus darah dan konsumsi oksigen berkurang 2(N. :al ini berhubungan dengan spasme pembuluh darah otak yang mungkin merupakan suatu &aktor penting dalam terjadinya kejang pada preeklampsia maupun perdarahan otak. 2. -liran darah ginjal dan &ungsi ginjal Terjadi perubahan arus darah ginjal dan &ungsi ginjal yang sering menjadi pertanda pada kehamilan muda. Pada preeklampsia arus darah e&ekti& ginjal rata- rata berkurang 2(N 5dari E0( ml menjadi 1((mlBmenit6 dan &iltrasi glomerulus berkurang rata-rata 3(N 5dari )E( menjadi )2(mlBmenit6 sehingga terjadi penurunan &iltrasi. Pada kasus berat akan terjadi oligouria, uremia dan pada sedikit kasus dapat terjadi nekrosis tubular dan kortikal. Plasenta ternyata membentuk renin dalam jumlah besar, yang &ungsinya mungkin untuk dicadangkan untuk menaikan tekanan darah dan menjamin per&usi plasenta yang adekuat. Pada kehamilan normal renin plasma, angiotensinogen, angiotensinogen ,, dan aldosteron semuanya meningkat nyata diatas nilai normal anita tidak hamil. Perubahan ini merupakan kompensasi akibat meningkatnya kadar progesteron dalam sirkulasi. Pada kehamilan normal e&ek progesteron diimbangi 22 oleh renin, angiotensin dan aldosteron, namun keseimbangan ini tidak terjadi pada preeklampsi. $pero& 5)3E36 menyatakan baha dasar terjadinya preeklampsia adalah iskemi uteroplasenter, dimana terjadi ketidak seimbangan antara massa plasenta yang meningkat dengan aliran per&usi sirkulasi darah plasentanya yang berkurang. -pabila terjadi hipoper&usi uterus, akan dihasilkan lebih banyak renin uterus yang mengakibatkan #asokonstriksi dan meningkatnya kepekaan pembuluh darah, disamping itu angiotensin menimbulkan #asodilatasi lokal pada uterus akibat e&ek prostaglandin sebagai mekanisme kompensasi dari hipoper&usi uterus. "lomerulus !iltration rate ("%&) dan arus plasma ginjal menurun pada preeklampsi tapi karena hemodinamik pada kehamilan normal meningkat 3(N sampai 0(N, maka nilai pada preeklampsi masih diatas atau sama dengan nilai anita tidak hamil. "lirens &raksi asam urat juga menurun, kadang-kadang beberapa minggu sebelum ada perubahan pada "%&, dan hiperuricemia dapat merupakan gejala aal. Dijumpai pula peningkatan pengeluaran protein, biasanya ringan sampai sedang, namun preeklampsia merupakan penyebab terbesar sindrom ne&rotik pada kehamilan. Penurunan hemodinamik ginjal dan peningkatan protein urin adalah bagian dari lesi mor&ologi khusus yang melibatkan pembengkakan sel-sel intrakapiler glomerulus, yang merupakan tanda khas patologi ginjal pada preeklampsia. 3. -liran darah uterus dan choriodesidua Perubahan arus darah di uterus dan choriodesidua adalah perubahan pato&isiologi terpenting pada preeklampsi, dan mungkin merupakan &aktor penentu hasil kehamilan. 9amun yang disayangkan belum ada satupun metode pengukuran arus darah yang memuaskan baik di uterus maupun didesidua. *. -liran darah paru "ematian ibu pada preeklampsi dan eklampsi biasanya oleh karena edema paru yang menimbulkan dekompensasi cordis. 0. -liran darah di mata Dapat dijumpai adanya edema dan spasme pembuluh darah. Bila terjadi hal-hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya PDB. <ejala lain yang mengarah ke eklampsia adalah skotoma, diplopia dan ambliopia. :al ini disebabkan oleh adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau dalam retina. 1. "eseimbangan air dan elektrolit 23 Terjadi peningkatan kadar gula darah yang meningkat untuk sementara, asam laktat dan asam organik lainnya, sehingga kon#ulsi selesai, Jat-Jat organik dioksidasi dan dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik dengan terbentuknya natrium bikarbonat. Dengan demikian cadangan alkali dapat pulih kembali. E. MANIFESTASI KLINIS Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria, merupakan kelainan yang biasanya tidak disadari oleh anita hamil. Pada aktu keluhan seperti oedema, sakit kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium mulai timbul, kelainan tersebut biasanya sudah berat. ). Tekanan darah "elainan dasar pada preeklampsi adalah #asospasme arteriol, sehingga tidak mengherankan bila tanda peringatan aal yang paling bisa diandalkan adalah peningkatan tekanan darah. Tekanan diastolik mungkin merupakan tanda prognostik yang lebih andal dibandingakan tekanan sistolik, dan tekanan diastolik sebesar 3( mm:g atau lebih menetap menunjukan keadaan abnormal. 2. "enaikan Berat badan Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-tiba dapat mendahului serangan preeklampsia, dan bahkan kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan tanda pertama preeklampsia pada anita. Peningkatan berat badan sekitar (,*0 kg perminggu adalah normal tetapi bila melebihi dari ) kg dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan maka kemungkinan terjadinya preeklampsia harus dicurigai. Peningkatan berat badan yang mendadak serta berlebihan terutama disebabkan oleh retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul gejala edem non dependen yang terlihat jelas, seperti kelopak mata yang membengkak, kedua tangan atau kaki yang membesar. 3. Proteinuria Derajat proteinuria sangat ber#ariasi menunjukan adanya suatu penyebab &ungsional 5#asospasme6 dan bukannya organik. Pada preeklampsia aal, proteinuria mungkin hanya minimal atau tidak ditemukan sama sekali. Pada kasus yang paling berat, proteinuria biasanya dapat ditemukan dan mencapai )( grBlt. Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan dengan hipertensi dan biasanya lebih belakangan daripada kenaikan berat badan yang berlebihan. *. 9yeri kepala 24 7arang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan semakin sering terjadi pada kasus- kasus yang lebih berat. 9yeri kepala sering terasa pada daerah &rontalis dan oksipitalis, dan tidak sembuh dengan pemberian analgesik biasa. Pada anita hamil yang mengalami serangan eklampsi, nyeri kepala hebat hampir dipastikan mendahului serangan kejang pertama. 0. 9yeri epigastrium 9yeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas merupakan keluhan yang sering ditemukan preeklampsi berat dan dapat menunjukan serangan kejang yang akan terjadi. "eluhan ini mungkin disebabkan oleh regangan kapsula hepar akibat oedem atau perdarahan. 1. <angguan penglihatan $eperti pandangan yang sedikit kabur, skotoma hingga kebutaan sebagian atau total. Disebabkan oleh #asospasme, iskemia dan perdarahan ptekie pada korteks oksipital. F. KLASIFIKASI "riteria minimum untuk mendiagnosis preeklampsia adalah adanya hipertensi dan proteinuria. "riteria lebih lengkap digambarkan oleh 'orking "roup o! the ()BP*P 5 2((( 6 seperti digambarkan dibaah ini. Disebut preeklamsi ringan bila terdapat. ). Tekanan darah M)*( B 3( mm:g pada kehamilan M 2( minggu. 2. Proteinuria kuantitati& 5Dsbach6 3(( mg B 2* jam, atau dipstick C). Disebut preeklampsia berat bila terdapat. ). Tekanan darah M)1( B ))( mm:g. 2. Proteinuria kuantitati& 5Dsbach6 2 gr B 2* jam, atau dipstick C2. 3. Trombosit H )((.((( B mm 3 . *. :emolisis mikroangiopathi 5 peningkatan /D: 6 0. Peningkatan $<%T B $<PT. 1. -danya sakit kepala hebat atau gangguan serebral, gangguan penglihatan. E. 9yeri di daerah epigastrium yang menetap. Pro,le- Ml) Pre;E/la-&!a Se<ere Pre;E/la-&!a Blood Pressure M)*(B3( M)1(B))( Proteinuria )C 53(( mgB2* hours6 2C 5)((( mgB2* hours6 Ddema CB- CB- 25 ,ncreased re&le>es CB- C Upper abdominal pain - C :eadache - C 2isual Disturbance - C Decreased Urine %utput - C Dle#ation o& /i#er DnJymes - C Decreased Platelets - C ,ncreased Bilirubin - C Dle#ated 8reatinine - C Ekla-&!a Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala nyeri kepala di daerah &rontal, gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di epigastrium, dan hipere&leksia. "on#ulsi pada eklamsia dibagi menjadi *. ). tingkat aal atau aura. Berlangsung 3( detik. 'ata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya, dan kepala diputar ke kanan atau ke kiri. 2. "ejang tonik yang berlangsung 3( detik. Pada saat ini otot jadi kaku, ajah kelihatan kaku, tangan menggenggam, kaki membengkok kedalam.pernapasan berhenti, muka menjadi sianotik, lidah dapt tergigit. 3. "ejang klonik berlangsung )-2 menit. $emua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat. *. Tingkatan koma. G. PENATALAKSANAAN Pada dasarnya penangan preeklampsi terdiri atas pengobatan medik dan penanganan obstetrik. Penanganan obsterik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup diluar uterus. Tujuan pengobatan adalah . ). 'encegah terjadinya eklampsi. 2. -nak harus lahir dengan kemungkinan hidup besar. 3. Persalinan harus dengan trauma yang sedikit-sedikitnya. *. 'encegah hipertensi yang menetap. 26 Pada umumnya indikasi untuk meraat penderita preeklampsia di rumah sakit ialah. ). Tekanan darah sistolik )*( mm :g atau lebih. 2. Proteinuria )C atau lebih. 3. "enaikan berat badan ),0 kg atau lebih dalam seminggu yang berulang. *. Penambahan oedem berlebihan secara tiba-tiba. Pengobatan preeklampsia yang tepat ialah pengakhiran kehamilan karena tindakan tersebut menghilangkan sebabnya dan mencegah terjadinya eklampsia dengan bayi yang masih premature. PENANGANAN PEB 3Preekla-&!a Berat4 Pada preeklapmsia ringan pengobatan bersi&at simtomatis dan istirahat yang cukup. Pemberian luminal )-2 > 3( mgBhari dapat dilakukan bila tidak bisa tidur. Bila tekanan darah tidak turun dan ada tanda-tanda ke arah preeklamsi berat maka dapat diberikan obat antihipertensi serta dianjurkan untuk raat inap. Untuk preeklampsia yang berat, dapat ditangani secara akti& atau konser#ati&. -kti& berarti. kehamilan diakhiri atau diterminasi bersamaan dengan terapi medikamentosa. "onser#ati& berarti. kehamilan dipertahankan bersamaan dengan terapi medikmentosa. 1. Penanganan akt' Ditangani akti& bila terdapat satu atau lebih kriteria berikut. ada tanda-tanda impending eklampsia, :D//P syndrome, tanda-tanda gaat janin, usia janin 30 minggu atau lebih dan kegagalan penanganan konser#ati&. Tang dimaksud dengan impending eklampsia adalah preeklampsia berat dengan satu atau lebih gejala. nyeri kepala hebat, gangguan #isus, muntah-muntah, nyeri epigastrium dan kenaikan tekanan darah progresi&. Terapi medikamentosa. a. Diberikan anti kejang 'g$o* dalam in&us 0(( cc de>trose 0N tiap 1 jam. 8ara pemberian. dosis aal 2 gr i# dalam )( menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip in&us. $yarat pemberian 'g$%*. &rekuensi na&as M )1>Bmenit, tidak ada tanda-tanda gaat na&as, diuresis M)(( ml dalam * jam sebelumnya dan re&leks patella positi&. $iapkan juga antidotumnya, yaitu. 8a-glukonas )(N 5) gram dalam )( cc 9-8/ (,3N ,2, dalam 3 menit6. b. -ntihipertensi. ni&edipin dengan dosis 3-* kali )( mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun, dapat diberikan )( mg lagi. c. $iapkan juga oksigen dengan nasal kanul *-1 / Bmenit. Terminasi kehamilan dapat dilakukan bila penderita belum inpartu, dilakukan induksi persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter &oley atau prostaglandin D2. 27 $ectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi persalinan per#aginam. 2. Penanganan kon!er<at' Pada kehamilan kurang dari 30 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia dengan kondisi janin baik, dilakukan penanganan konser#ati&. 'edikamentosa. sama dengan penanganan akti&. 'g$%* dihentikan bila tidak ada tanda-tanda preeklampsia berat, selambatnya dalam aktu 2* jam. Bila sesudah 2* jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini harus dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera diterminasi. 7angan lupa diberikan oksigen dengan nasal kanul *-1 /Bmenit. Penanganan Dklamsia Tujuan utama pengobatan eklamsia adalah menghentikan berulangnya kejang dan mengahiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah ibu mengijinkan. Pengaasan dan peraatan intensi& sangat penting. Untuk menghindari kejangan saat pengangkutan ke 4$ dapat diberikan diaJepam 2(mg ,'. %bat yang dapat diberikan. ). $odium penthotal sangat berguna menghentikan kejangan dengan segera bila diberikan intra#ena. Dosis inisial dapat diberikan (,2-(,3 g dan disuntikkan perlahan- lahan. Perlu penga2asan yang sempurna. 2. $ul&as magnesicus yang dapat mengurangi kepekaan sara& pusat pada hubungan neuro muskuler tanpa mempengaruhi bagian lain dalam susunan sara&. - Dosis aal . 2 gram 'g $%* intra#ena , 5*( N dalam )( cc6 diberikan dalam aktu )( mnt , cara. 0ml 'g$%* *(N 5setara 2 g 'g$%*6 C 0 ml De>trose 0N bolus pelan )(mnt 1 jam berikutnya. 2-3gBjam ,2 drip diberikan dalam 1 jam, cara. 3(ml 'g$%* *(N 5setara )2g 'g$%*6 C *30 de>trose 0N ? 020ml 7umlah tetesan. 5020mlB 1jam6 U 52(B1(6 ? 23 tetesBmenit - Dosis 4umatan. )gBjam 'g$%* diberikan selama 2* jam, cara. )2 jam pertama. 3(ml 'g$%* *(N 5setara )2g 'g$%*6 C 0((ml de>trose 0N ? 03(ml 7umlah tetesan. 503(mlB)2jam6 U 52(B1(6 ? )1 tetesBmenit )2 jam kedua diberikan dengan cara yang sama. $yarat - syarat pemberian 'g$%* . 28 V :arus tersedia antidotum 'g$%*, yaitu kalsium glukonas )( N 5 ) gram dalam )( cc6 diberikan i.#. 3 menit 5dalam keadaan siap pakai6 V 4e&leks patella 5C6 kuat V !rekuansi perna&asan M )1 kali permenit V Produksi urine M )(( cc dalam * jam sebelumnya 5 (,0 ccBkg bbBjam 6 $ul&as magnesikus dihentikan bila . V -da tanda - tanda intoksikasi V $etelah ; - 2* jam pasca persalinan. 3. /yctic cocktail yang terdiri atas petidin )((mg, klopromaJin )((mg, dan prometaJin 0(mg dilarutkan dalam glukosa 0N 0((ml dan diberikan secara in&use ,2. 7umlah tetesan disesuaikan dengan tensi penderita. %bat Dosis aal Dosis rumatan !enitoin )-),0g ,2 lebih dari ) jam 5tergantung berat badan6 20(-0((mg setiap )(-)2 jam oralB,2 DiaJepam )(mgBjam ,2 in&use 8hlormethiaJole *(-)((ml dari (.;N lebih dari 2( menit 1(mlBjam ,2 in&use Tabel . kasus yang re&rakter dengan pemberian 'g$%*
29 H. DIAGN"SIS BANDING Diagnosis di&erensial pre-eklampsia. ). :ipertensi menahun 2. Penyakit ginjal Diagnosis di&erensial eklamsia . ). Dpilepsi 2. "ejangan karena obat anastesia 3. "oma karena sebab lain . perdarahan otak, meningitis, ense&alitis. I. K"MPLIKASI "omplikasi terberat kematian pada ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeklampsi. "omplikasi yang biasa terjadi . ). $olutio plasenta, terjadi pada ibu yang menderita hipertensi 2. :ipo&ibrinogenemia, dianjurkan pemeriksaan &ibrinogen secara berkala. 3. 9ekrosis hati, akibat #asospasmus arteriol umum. *. $indroma :D//P, yaitu hemolisis,ele#ated li#er enJymes dan lo platelet. 0. "elainan ginjal 1. D,8. E. Prematuritas, dismaturitas, kematian janin intra uterine HELLP Syndrome $indroma hemolisis, ele+ated li+er en,ymes and low platelet adalah suatu komplikasi pada preeklampsia I eklampsia berat. "ehamilan yang dikomplikasikan dengan sindroma :D//P juga sering dikaitkan dengan keadaan I keadaan yang mengancam terjadinya kematian ibu, termasuk D,8, oedema pulmonaris, -4!, dan berbagai komplikasi hemoragik. ,nsiden terjadinya sindroma ini sebanyak 3,E N dari kehamilan yang mengalami komplikasi preeklampsia I eklampsia. $indroma ini dapat muncul pada masa antepartum 5E( N6 dan juga post partum 53( N6. 8iri I ciri dari )*LLP syndrome adalah. 9yeri ulu hati 'ual dan muntah $akit kepala Tekanan darah diastolik ))( mm:g 30 'enampakkan adanya oedema )*LLP syndrome dapat diklasi&ikasikan menjadi 2 bagian. ). ississippi, dibagi menjadi 3 kelas. Thrombositopenia - "elas ). W 0(.((( B Xl - "elas 2. M 0(.((( W )((.((( B Xl - "elas 3. M )((.((( W )0(.((( B Xl Dis&ungsi hemolisis I hepatis - /D: 1(( ,U B / - $<%T dan B atau $<PT *( ,U B / - 8iri I ciri tersebut harus semua terdapat 2. -ennessee, dibagi menjadi 2 kelas. Complete - Trombosit H )((.((( B Xl - /D: 1(( ,U B / - $<%T E( ,U B / Parsial - :anya satu dari ciri I ciri di atas yang muncul Penanganan sindroma :D//P pada dasarnya sama dengan pengobatan pada preeklampsia I eklampsia berat, ditambah dengan pemberian kortikosteroid dosis tinggi yang secara teoritis dapat berguna untuk . ). Dapat meningkatkan angka keberhasilan induksi persalinan dengan memberikan temporarisasi singkat dari status klinis maternal. 2. Dapat meningkatkan jumlah trombosit dan mempertahankannya secara kon#ensional agar dapat dilakukan anestesi regional untuk persalinan #aginal maupun abdominal. Dosis yang digunakan untuk antepartum adalah de>ametasone 2 > )( mg sampai persalinan. $edangkan untuk post partum adalah 2 > )( mg sebanyak 2 kali, dilanjutkan dengan 2 > 0 mg sebanyak 2 kali, setelah itu dihentikan. :.PR"GN"SIS "riteria yang dipakai untuk menentukan prognosis eklamsia adalah kriteria Dden. ). "oma yang lama. 2. 9adi M )2(>Bmenit. 3. $uhu M *( Y 8 31 *. TD sistolik M 2(( mm:g. 0. "ejang M )( kali. 1. Proteinuria M )( grBdl. E. Tidak terdapat oedem. Dikatakan buruk bila memenuhi salah satu kriteria di atas. BAB III KESIMPULAN Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri. Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi, oedema disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 2( minggu atau segera setelah persalinan. <ejala ini dapat timbul sebelum 2( minggu bila terjadi penyakit tro&oblastik. Dklampsia adalah kelainan akut pada anita hamil, dalam persalinan atau ni&as yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma. $ebelumnya anita tadi menunjukkan gejala- gejala Preeklampsia. Dtiologi penyakit ini sampai sekarang belum dapat diketahui dengan pasti Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis danpemerikasan lainnya yang menunjang. Berbagai komplikasi pre-eklampsia dan ekalmpsia dapat menyebabkan mortalitas dan mortalitas pada ibu dan janin yang dapat terjadi seperti solusio plasenta, hipo&ibrinogenemia hemolisis, perdarahan otak, kelainan mata, edema paru-paru, nekrosis hati, $indroma :D//P, yaitu haemolysis, ele#ated li#er enJym dan lo platelet, kelainan ginjal, komplikasi lain lidah tergigit, trauma dan &raktura karena jatuh akibat kejang-kejang, pneumonia aspiorasi, dan D,8 Zdisseminated intra#ascular coagulation [, prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intrauterin. "omplikasi yang berat ialah kematian ibu dan janin. Penatalaksanaan pada pre-eklampsia dan eklampsia terdiri dari tindakan konser#ati& untuk mempertahankan kehamilan dantindakan akti& Ztindakan obsetri[sesuai dengan usia 32 kehamilan ataupun adanya komplikasi yang timbul pada pengobatan konser#eti&. Pada pre- eklampsia dan eklampsia harus diobser#asi kesejahteraan janin dan ibu. 2. H&ertro) )an Hu,ungann1a )engan Ke(a-lan Pen)a(uluan :ipertiroidisme merupakan suatu sindrom klinik akibat meningkatnya sekresi hormon tiroid didalam sirkulasi baik tiroksin 5T*6, triyodotironin 5T36 atau kedua-duanya. $ekitar 3(N dari hipertiroidisme disebabkan oleh penyakit <ra#e, struma nodosa toksik baik soliter maupun multipel dan adenoma toksik. Penyakit <ra#e pada umumnya ditemukan pada usia muda yaitu antara 2( sampai *( tahun, sedang hipertiroidisme akibat struma nodosa toksik ditemukan pada usia yang lebih tua yaitu antara *( sampai 1( tahun. %leh karena penyakit <ra#e umumnya ditemukan pada masa subur, maka hampir selalu hipertiroidisme dalam kehamilan adalah hipertiroidisme <ra#e, alaupun dapat pula disebabkan karena tumor tro&oblas, molahidatidosa, dan struma o#arii. Pre#alensi hipertiroidisme di ,ndonesia belum diketahui. Di Dropa berkisar antara ) sampai 2 N dari semua penduduk deasa. :ipertiroidisme lebih sering ditemukan pada anita daripada laki- laki dengan ratio 0.). :ipertiroidisme jarang ditemukan pada anita hamil. "ekerapannya diperkirakan 2 . )((( dari semua kehamilan,namun bila tidak terkontrol dapat menimbulkan krisis tiroid, persalinan prematur, abortus dan kematian janin. Diagnosis hipertiroidisme dalam kehamilan sulit ditegakkan karena kehamilan itu sendiri menyebabkan perubahan- perubahan &isiologik yang menyerupai keadaan hipertiroidisme. 9amun deteksi dini untuk mengetahui adanya hipertiroidisme pada anita hamil sangatlah penting, karena kehamilan itu sendiri merupakan suatu stres bagi ibu apalagi bila disertai dengan keadaan hipertiroidisme. Pengelolaan penderita hipertiroidisme dalam kehamilan memerlukan 33 perhatian khusus, oleh karena baik keadaan hipertiroidismenya maupun pengobatan yang diberikan dapat memberi pengaruh buruk terhadap ibu dan janin. Faal kelen*ar tro) &a)a ke(a-lan nor-al + $elama kehamilan &aal kelenjar tiroid mengalami peningkatan dan dalam banyak hal akti&itas kelenjar tiroid menyerupai keadaan hipertiroidisme. $ebelum dikembangkannya teknik pengukuran kimiai &aal kelenjar tiroid, orang beranggapan baha terjadinya struma dan peningkatan metabolisme basal pada anita hamil disebabkan karena kelenjar tiroid yang hiperakti&. -nggapan ini berdasarkan gambaran histologik berupa hipertro&i dan hiperplasi &olikel kelenjar tiroid pada anita hamil. Dari berbagai penelitian menunjukkan baha pre#alensi struma selama kehamilan ber#ariasi secara geogra&is. Pada suatu studi di $kotlandia, E(N anita hamil mengalami struma, lebih banyak dibandingkan dengan anita yang tidak hamil 53;N6. Berbeda dengan penelitian di ,slandia, dimana tidak ditemukan peningkatan kejadian struma selama kehamilan. 7uga studi di -merika $erikat, tidak menunjukkan peningkatan kejadian struma pada anita hamil. Dari hasil penelitian diketahui baha hal ini disebabkan karena kandungan yodium di ,slandia dan -merika $erikat lebih tinggi daripada di $kotlandia. 'enurut <linoer, kehamilan merupakan suatu keadaan yang unik, dimana &aal kelenjar tiroid dipengaruhi oleh 3 perubahan, yaitu . ). Terjadi perubahan dalam ekonomi tiroid karena meningkatnya kadar TB< sebagai respons terhadap peningkatan kadar estrogen. -kibat peningkatan kadar TB< ini akan terjadi kenaikan kadar Protein Binding ,odine mulai minggu ke )2 yang mencapai 2 kali kadar normal. 7uga akan terjadi kenaikan kadar T* dan T3 didalam serum. Peningkatan kadar TB< serum selama kehamilan disebabkan karena meningkatnya produksi TB< oleh sel-sel hati dan menurunnya degradasi TB< peri&er akibat modi&ikasi oligosakarida karena pengaruh kadar estrogen yang tinggi. 2. Terjadi peningkatan sekresi Thyroid $timulating !actors 5T$!6 dari plasenta terutama :uman 8horionic <onadotropin 5:8<6. :8< menyerupai T$:, dimana keduanya merupakan glikoprotein yang mempunyai gugus al&a yang identik. Bukti terbaru menunjukkan baha :8< merupakan suatu 8horionic Thyrotropin dimana akti&itas biologik dari ) Unit :8< eki#alen dengan (,0 uU T$:. 3. "ehamilan disertai dengan penurunan persediaan yodium didalam kelenjar tiroid karena peningkatan klirens ginjal terhadap yodium dan hilangnya yodium melalui kompleks &eto-plasental pada akhir kehamilan. :al ini akan menyebabkan keadaan de&isiensi yodium relati&. Bersamaan dengan meningkatnya laju &iltrasi glomerulus selama kehamilan, ekskresi yodium meningkat dan terjadi penurunan P iodine poolQ. 34 4espons T$: terhadap T4: juga meningkat selama kehamilan. :al ini disebabkan karena pengaruh estrogen, dimana dapat juga terjadi pada anita2 tidak hamil yang menggunakan obat2 kontrasepsi. Aalaupun terjadi perubahan2 diatas, namun kecepatan produksi hormon tiroid tidak mengalami perubahan selama kehamilan. 'enurut Burro, pada anita hamil terjadi beberapa perubahan &aal kelenjar tiroid seperti tersebut dibaah ini . I. Menngkat + a. /aju metabolisme basal b. -mbilan yodium radioakti& c. 4espons terhadap T4: d. Thyro>in Binding <lobulin 5TB<6 e. Tiroksin &. Triyodotironin g. :uman 8horionic ThyrotropinB <onadotropin h. Thyroid $timulating :ormone 5T$:6 II. T)ak ,eru,a( + a. "onsentrasi tiroksin bebas 5&T*6 b. "ecepatan produksi tiroksin Perubahan &aal kelenjar tiroid ibu selama kehamilan diikuti pula oleh perubahan &aal kelenjar tiroid janin. Todium organik tidak ditemukan dalam kelenjar tiroid janin sebelum usia kehamilan )( minggu. Pada usia kehamilan ))-)2 minggu, kelenjar tiroid janin baru mulai memproduksi hormon tiroid. T$: dapat dideteksi dalam serum janin mulai usia kehamilan )( minggu, tetapi masih dalam kadar yang rendah sampai usia kehamilan 2( minggu yang mencapai kadar puncak )0 uU per ml dan kemudian turun sampai E uU per ml. Penurunan ini mungkin karena kontrol dari hipo&isis yang mulai terjadi pada usia kehamilan )2 minggu sampai ) bulan post natal. $elama usia pertengahan kehamilan, didalam cairan amnion dapat dideteksi adanya T* yang mencapai puncaknya pada usia kehamilan 20 sampai 3( minggu. "adar T3 didalam cairan amnion selama aal kehamilan masih rendah dan berangsur akan meningkat. Tetrayodotironin 5T*6 didalam tubuh janin terutama dimetabolisir dalam bentuk re#erse T3 5rT36 , hal ini mungkin disebabkan karena sistem enJimnya belum matang. 4e#erse T3 meningkat terus dan mencapai kadar puncak pada usia kehamilan )E sampai 2( minggu. "adar rT3 didalam cairan amnion dapat dipakai sebagai diagnosis prenatal terhadap kelainan &aal kelenjar tiroid janin. Pada saat lahir terjadi peningkatan kadar T$: karena sekresinya oleh hipo&isis meningkat. "adar T$: neonatus meningkat 35 beberapa menit setelah lahir E,0 uUBml dan mencapai puncaknya 3( uUB ml dalam 3 jam. "arena rangsangan T$: akan terjadi kenaikan yang tajam dari kadar T* total dan T* bebas didalam serum. "adar T3 juga meningkat secara dramatis, tetapi sebagian tidak tergantung dari T$:. :al ini mungkin disebabkan karena meningkatnya akti&itas jaringan dalam memetabolisir T* menjadi T3. -mbilan yodium radioakti& neonatus meningkat mulai )( jam setelah lahir yang mencapai puncaknya pada hari kedua dan menurun sampai batas normal seperti orang deasa pada hari ke 0 setelah lahir. Tabel ) menunjukkan &aal kelenjar tiroid ibu dan neonatus TB< 5mgBdl6 T* 5ugBdl6 T3 5ngBdl6 rT3 5ngBdl6 Aanita tidak hamil Aanita hamil aterm 9eonatus *,3 ;,E 0,* E,1 )*,3 )),( ))) )E3 0( *( 0* )31 Tabel 2 menunjukkan tes &aal tiroid dari darah ibu dan darah tali pusat bayi pada saat baru lahir T e s Darah ibu Darah tali pusat T* serum 5ugB)(( ml6 &T* 5ngB)(( ml6 T3 serum 5ngB)(( ml6 rT3 5ngB)(( ml6 resin T3 uptake TB< 5mgB/6 T$: serum 5uUBml6 )( I )1 2,0 I 3,0 )0( I 20( 31 I 10 22 3( I 0( ( - 1 1 I )3 ),0 I 3,( *( I 1( ;( I 31( 20 I 30 )2 I 3( ( I 2( H&ertro)!-e )ala- ke(a-lan Patogene!! :ipertiroidisme dalam kehamilan hampir selalu disebabkan karena penyakit <ra#e yang merupakan suatu penyakit otoimun. $ampai sekarang etiologi penyakit <ra#e tidak diketahui secara pasti. Dilihat dari berbagai mani&estasi dan perjalanan penyakitnya, diduga banyak &aktor yang berperan dalam patogenesis penyakit ini. Dari hasil penelitian, masih timbul sejumlah pertanyaan yang belum terjaab, antara lain . 36 - -pakah kelainan dasar penyakit tiroid otoimun terjadi didalam kelenjar tiroid sendiri, didalam sistem imun atau keduanya. - "alau terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan sistem imun, apakah kelainan primer terjadi pada &ungsi sel T 5akti&itas sel T supresor yang meningkat dan sel T helper yang menurun atau sebaliknya6. - -pakah terdapat pengaruh &aktor genetik dan lingkungan pada tahap aal terjadinya penyakit tiroid otoimun. "elenjar tiroid merupakan organ yang unik dimana proses otoimun dapat menyebabkan kerusakan jaringan tiroid dan hipotiroidisme 5pada tiroiditis :ashimoto6 atau menimbulkan stimulasi dan hipertiroidisme 5pada penyakit <ra#e6. Proses otoimun didalam kelenjar tiroid terjadi melalui 2 cara, yaitu . -ntibodi yang terbentuk berasal dari tempat yang jauh 5diluar kelenjar tiroid6 karena pengaruh antigen tiroid spesi&ik sehingga terjadi imunitas humoral. \at-Jat imun dilepaskan oleh sel-sel &olikel kelenjar tiroid sendiri yang menimbulkan imunitas seluler. -ntibodi ini bersi&at spesi&ik, yang disebut sebagai Thyroid $timulating -ntibody 5T$-b6 atau Thyroid $timulating ,munoglobulin 5T$,6. $ekarang telah dikenal beberapa stimulator tiroid yang berperan dalam proses terjadinya penyakit <ra#e, antara lain . ). /ong -cting Thyroid $timulator 5/-T$6 2. /ong -cting Thyroid $timulator-Protector 5/-T$-P6 3. :uman Thyroid $timulator 5:T$6 *. :uman Thyroid -denylate 8yclase $timulator 5:T-8$6 0. Thyrotropin Displacement -cti#ity 5TD-6 -ntibodi-antibodi ini berikatan dengan reseptor T$: yang terdapat pada membran sel &olikel kelenjar tiroid, sehingga merangsang peningkatan biosintesis hormon tiroid. Bukti tentang adanya kelainan sel T supresor pada penyakit <ra#e berdasarkan hasil penelitian -oki dan kaan-kaan 5)3E36, yang menunjukkan terjadinya penurunan akti&itas sel T supresor pada penyakit <ra#e. Tao dan kaan-kaan 5)3;06 membuktikan pula baha pada penyakit <ra#e terjadi peningkatan akti&itas sel T helper. $eperti diketahui baha dalam sistem imun , sel lim&osit T dapat berperan sebagai helper dalam proses produksi antibodi oleh sel lim&osit B atau sebaliknya sebagai supresor dalam menekan produksi antibodi tersebut. Tergantung pada tipe sel T mana yang paling dominan, maka produksi antibodi spesi&ik oleh sel B dapat mengalami stimulasi atau supresi. "ecenderungan penyakit tiroid otoimun terjadi pada satu keluarga telah diketahui selama beberapa tahun terakhir. Beberapa hasil studi menyebutkan adanya peran :uman /eucocyte -ntigen 5:/-6 tertentu terutama pada lokus B dan D. <rumet dan kaan-kaan 5)3E*6 telah berhasil mendeteksi adanya :/--B; pada *EN penderita penyakit <ra#e. 'eningkatnya &rekensi haplotype :/--B; pada penyakit <ra#e diperkuat pula oleh peneliti-peneliti lain. $tudi terakhir menyebutkan baha peranan haplotype :/--B; pada penyakit <ra#e 37 berbeda-beda diantara berbagai ras. <ray dan kaan-kaan 5)3;06 menyatakan baha peranan &aktor lingkungan seperti trauma &isik, emosi, struktur keluarga, kepribadian, dan kebiasaan hidup sehari-hari tidak terbukti berpengaruh terhadap terjadinya penyakit <ra#e. $angat menarik perhatian baha penyakit <ra#e sering menjadi lebih berat pada kehamilan trimester pertama, sehingga insiden tertinggi hipertiroidisme pada kehamilan akan ditemukan terutama pada kehamilan trimester pertama. $ampai sekarang &aktor penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Pada usia kehamilan yang lebih tua, penyakit <ra#e mempunyai kecenderungan untuk remisi dan akan mengalami eksaserbasi pada periode postpartum. Tidak jarang seorang penderita penyakit <ra#e yang secara klinis tenang sebelum hamil akan mengalami hipertiroidisme pada aal kehamilan. $ebaliknya pada usia kehamilan yang lebih tua yaitu pada trimester ketiga, respons imun ibu akan tertekan sehingga penderita sering terlihat dalam keadaan remisi. :al ini disebabkan karena terjadi perubahan sistem imun ibu selama kehamilan. Pada kehamilan akan terjadi penurunan respons imun ibu yang diduga disebabkan karena peningkatan akti&itas sel T supresor janin yang mengeluarkan &aktor-&aktor supresor. !aktor-&aktor supresor ini meleati saar plasenta sehingga menekan sistem imun ibu. $etelah plasenta terlepas, &aktor-&aktor supresor ini akan menghilang. :al ini dapat menerangkan mengapa terjadi eksaserbasi hipertiroidisme pada periode postpartum. $etelah melahirkan terjadi peningkatan kadar T$-b yang mencapai puncaknya 3 sampai * bulan postpartum. Peningkatan ini juga dapat terjadi setelah abortus. $uatu sur#ai yang dilakukan oleh -mino dan kaan-kaan 5)3E3-)3;(6 menunjukkan baha 0,0N anita 7epang menderita tiroiditis postpartum. <ambaran klinis tiroiditis postpartum sering tidak jelas dan sulit dideteksi. Tiroiditis postpartum biasanya terjadi 3-1 bulan setelah melahirkan dengan mani&estasi klinis berupa hipertiroidisme transien diikuti hipotiroidisme dan kemudian kesembuhan spontan. Pada &ase hipertiroidisme akan terjadi peningkatan kadar T* dan T3 serum dengan ambilan yodium radioakti& yang sangat rendah 5( I 2N6. Titer antibodi mikrosomal kadang-kadang sangat tinggi. !ase ini biasanya berlangsung selama ) I 3 bulan, kemudian diikuti oleh &ase hipotiroidisme dan kesembuhan, namun cenderung berulang pada kehamilan berikutnya. Terjadinya tiroiditis postpartum diduga merupakan Prebound phenomenonQ dari proses otoimun yang terjadi setelah melahirkan. Pengaru( (&ertro)!-e ter(a)a& ke(a-lan :ipertiroidisme akan menimbulkan berbagai komplikasi baik terhadap ibu maupun janin dan bayi yang akan dilahirkan. "omplikasi-komplikasi tersebut antara lain . 1. Ko-&lka! ter(a)a& ,u + a. Payah 7antung 38 "eadaan hipertiroidisme dalam kehamilan dapat meningkatkan morbiditas ibu yang serius, terutama payah jantung. 'ekanisme yang pasti tentang terjadinya perubahan hemodinamika pada hipertiroidisme masih simpang siur. Terdapat banyak bukti baha pengaruh jangka panjang dari peningkatan kadar hormon tiroid dapat menimbulkan kerusakan miokard, kardiomegali dan dis&ungsi #entrikel. :ormon tiroid dapat mempengaruhi miokard baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung . :ormon tiroid dapat mengakibatkan e&ek inotropik positip dan kronotropik positip pada miokard melalui beberapa cara . ). "omponen metabolisme . a. 'eningkatkan jumlah mitokondria b. 'eningkatkan sintesis protein terutama sintesis miosin yang menyebabkan akti&itas -TPase miosin meningkat c. 'eningkatkan akti&itas pompa natrium pada sel-sel miokard d. 'eningkatkan ion kalsium miokard yang akan mempengaruhi interaksi aktin-miosin dan menghasilkan eksitasi kontraksi miokard e. 'enyebabkan perubahan akti&itas adenilsiklase sehingga meningkatkan kepekaan miokard terhadap katekolamin. 2. "omponen simpul sinoatrial . Terjadi pemendekan aktu repolarisasi dan aktu re&rakter jaringan atrium, sehingga depolarisasi menjadi lebih cepat. :al ini menyebabkan takikardia sinus dan &ibrilasi atrium. 3. "omponen adrenoreseptor . Pada hipertiroidisme, densitas adrenoreseptor pada jantung bertambah. :al ini dikarenakan pengaruh hormon tiroid terhadap interkon#ersi reseptor al&a dan beta. :ipertiroidisme menyebabkan penambahan reseptor beta dan pengurangan reseptor al&a. Pengaruh tidak langsung . ). Peningkatan metabolisme tubuh . :ormon tiroid menyebabkan metabolisme tubuh meningkat dimana terjadi #asodilatasi peri&er, aliran darah yang cepat 5hiperdinamik6, denyut jantung meningkat sehingga curah jantung bertambah. 2. $istem simpato-adrenal . "elebihan hormon tiroid dapat menyebabkan peningkatan akti&itas sistem simpato-adrenal melalui cara . a. Peningkatan kadar katekolamin b. 'eningkatnya kepekaan miokard terhadap katekolamin $ecara klinis akan terjadi peningkatan &raksi ejeksi pada aktu istirahat, dimana hal ini dapat pula disebabkan oleh kehamilan itu sendiri. Dis&ungsi #entrikel akan bertambah berat bila disertai dengan anemia, preeklamsia atau in&eksi. !aktor-&aktor risiko ini sering terjadi 39 bersamaan pada anita hamil. Da#is,/D dan kaan-kaan menyebutkan baha payah jantung lebih sering terjadi pada anita hamil hipertiroidisme yang tidak terkontrol terutama pada trimester terakhir. Kr!! tro) $alah satu komplikasi gaat yang dapat terjadi pada anita hamil dengan hipertiroidisme adalah krisis tiroid. :al ini dapat terjadi karena adanya &aktor-&aktor pencetus antara lain persalinan, tindakan operati& termasuk bedah 8aesar, trauma dan in&eksi. $elain itu krisis tiroid dapat pula terjadi pada pasien-pasien hipertiroidisme hamil yang tidak terdiagnosis atau mendapat pengobatan yang tidak adekuat. 'enurut laporan Da#is /D dan kaan- kaan, dari 3*2 penderita hipertiroidisme hamil, krisis tiroid terjadi pada 0 pasien yang telah mendapat pengobatan anti tiroid, ) pasien yang mendapat terapi operati& , E pasien yang tidak terdiagnosis dan tidak mendapat pengobatan. "risis tiroid ditandai dengan mani&estasi hipertiroidisme yang berat dan hiperpireksia. $uhu tubuh dapat meningkat sampai *)o8 disertai dengan kegelisahan, agitasi, takikardia, payah jantung, mual muntah, diare,delirium, psikosis, ikterus dan dehidrasi. 2. Ko-&lka! ter(a)a& *ann )an neonatu! + Untuk memahami patogenesis terjadinya komplikasi hipertiroidisme pada kehamilan terhadap janin dan neonatus, perlu kita ketahui mekanisme hubungan ibu janin pada hipertiroidisme. $ejak aal kehamilan terjadi perubahan-perubahan &aal kelenjar tiroid sebagaimana dijelaskan sebelumnya, sedangkan kelenjar tiroid janin baru mulai ber&ungsi pada umur kehamilan minggu ke )2-)1. :ubungan ibu janin dapat dilihat pada gambar dibaah ini . T$: tidak dapat meleati plasenta, sehingga baik T$: ibu maupun T$: janin tidak saling mempengaruhi. :ormon tiroid baik T3 maupun T* hanya dalam jumlah sedikit yang dapat meleati plasenta. T$, atau T$-b dapat meleati plasenta dengan mudah. %leh karena itu bila kadar T$, pada ibu tinggi, maka ada kemungkinan terjadi 40 hipertiroidisme pada janin dan neonatus. %bat-obat anti tiroid seperti PTU dan 9eo 'ercaJole, Jat-Jat yodium radioakti& dan yodida, juga propranolol dapat dengan mudah meleati plasenta. Pemakaian obat-obat ini dapat mempengaruhi kehidupan dan perkembangan janin. Pemakaian Jat yodium radioakti& merupakan kontra indikasi pada anita hamil karena dapat menyebabkan hipotiroidisme permanen pada janin. H&ertro)!-e *ann )an neonatu! + :ipertiroidisme janin dapat terjadi karena trans&er T$, melalui plasenta terutama bila ibu hamil hipertiroidisme tidak mendapat pengobatan anti tiroid. :ipertiroidisme janin dapat pula terjadi pada ibu hamil yang mendapat pengobatan hormon tiroid setelah mengalami operasi tiroidektomi, sedangkan didalam serumnya kadar T$, masih tinggi. Diagnosis ditegakkan dengan adanya peningkatan kadar T$, ibu dan bunyi jantung janin yang tetap diatas )1( > per menit. "urang lebih )N anita hamil dengan riayat penyakit <ra#e akan melahirkan bayi dengan hipertiroidisme. :ipertiroidisme neonatus kadang-kadang tersembunyi, biasanya berlangsung selama 2 sampai 3 bulan. :ipertiroidisme neonatus disertai dengan mortalitas yang tinggi. "omplikasi jangka panjang pada bayi yang bertahan hidup akan mengakibatkan terjadinya kraniosinostosis prematur yang menimbulkan gangguan perkembangan otak. "ematian biasanya terjadi akibat kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan penyakit jantung kongesti&. Diagnosis hipertiroidisme neonatus ditegakkan atas dasar gambaran klinis dan laboratorium. -danya struma, ekso&talmos dan takikardia pada bayi yang hiperakti& dengan kadar tiroksin serum yang meningkat sudah cukup untuk dipakai sebagai pegangan diagnosis. 9amun dapat pula terjadi gambaran klinis yang lain seperti payah jantung, hepatosplenomegali, ikterus dan trombositopenia. H&otro)!-e *ann )an neonate! Penggunaan obat-obat anti tiroid selama kehamilan dapat menimbulkan struma dan hipotiroidisme pada janin, karena dapat meleati saar plasenta dan memblokir &aal tiroid janin. Penurunan kadar hormon tiroid janin akan mempengaruhi sekresi T$: dan menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid. 'enurut 8ooper D$, &rekuensi struma pada neonatus akibat pengobatan anti tiroid pada anita hamil diperkirakan )(N. Da#is /D dan kaan-kaan melaporkan baha dari 31 ibu hamil hipertiroidisme yang diobati dengan anti tiroid, terdapat ) kasus neonatus yang mengalami struma dan hipotiroidisme. 8heron dan kaan-kaan dalam penelitiannya melaporkan baha hanya ) dari )) neonatus mengalami struma dan hipotiroidisme setelah ibunya mendapat terapi PTU *(( mg perhari. 9amun alaupun )( neonatus lainnya berada dalam keadaan eutiroid, terjadi pula penurunan kadar tiroksin dan peningkatan kadar T$: yang ringan. :al ini menunjukkan telah terjadi hipotiroidisme transien pada )( neonatus tersebut. Penyebab hipotiroidisme janin yang lain 41 adalah pemberian preparat yodida selama kehamilan. Dosis yodida sebesar )2 mg perhari sudah dapat menimbulkan hipotiroidisme pada janin. :ipotiroidisme akibat pemakaian yodida ini akan menimbulkan struma yang besar dan dapat menyumbat saluran na&as janin. Untuk mendiagnosis hipotiroidisme pada janin, Perelman dan kaan-kaan melakukannya dengan pemeriksaan contoh darah janin perkutan melalui bantuan U$<, yang menunjukkan kadar T$: yang tinggi dan kadar tiroksin yang rendah. Dagno!! Ga-,aran kln! $ecara klinis diagnosis hipertiroidisme dalam kehamilan sulit ditegakkan, karena kehamilan itu sendiri dapat memberikan gambaran yang mirip dengan hipertiroidisme. Pada kehamilan normal dapat ditemukan pula mani&estasi hiperdinamik dan hipermetabolik seperti pada keadaan hipertiroidisme. Disamping itu penambahan berat badan yang terjadi pada kehamilan dapat menutupi gejala penurunan berat badan yang terjadi pada hipertiroidisme. %leh karena itu pegangan klinis untuk diagnosis sebaiknya jangan dipakai. Aalaupun demikian pada seorang penderita hipertiroidisme <ra#e yang sudah dikenal, gambaran klinis yang klasik dapat dipakai sebagai pegangan diagnosis. Tanda klinis yang dapat digunakan sebagai pegangan diagnosis adalah adanya tremor, kelainan mata yang non in&iltrati& atau yang in&iltrati&, berat badan menurun tanpa diketahui sebabnya, miksedema lokal, miopati dan onikolisis. $emua keadaan ini tidak pernah terjadi pada kehamilan normal. Bila nadi istirahat lebih dari )(( kali permenit dan tidak melambat dengan perasat 2alsal#a, hal ini memberi kemungkinan kuat adanya hipertiropidisme. Pasien-pasien dengan hipertiroidisme hamil dapat mengalami hiperemesis gra#idarum yang hanya dapat diatasi dengan obat-obat anti tiroid. La,oratoru- + ). "adar T* dan T3 total "adar T* total selama kehamilan normal dapat meningkat karena peningkatan kadar TB< oleh pengaruh estrogen. 9amun peningkatan kadar T* total diatas )3( nmolBliter 5)0 ugBdl6 menyokong diagnosis hipertiroidisme. 2. "adar T* bebas dan T3 bebas 5&T* dan &T36 Pemeriksaan kadar &T* dan &T3 merupakan prosedur yang tepat karena tidak dipengaruhi oleh peningkatan kadar TB<. Beberapa peneliti melaporkan baha kadar &T* dan &T3 sedikit menurun pada kehamilan, sehingga kadar yang normal saja mungkin sudah dapat menunjukkan hipertiroidisme. 3. ,ndeks T* bebas 5&T*,6 Pemeriksaan &T*, sebagai suatu tes tidak langsung menunjukkan akti&itas tiroid yang tidak dipengaruhi oleh kehamilan merupakan pilihan yang paling baik. Dari segi biaya, pemeriksaan ini cukup mahal oleh karena dua pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu 42 kadar &T* dan T3 resin uptake 5ambilan T3 radioakti&6. Tetapi dari segi diagnostik, pemeriksaan inilah yang paling baik pada saat ini. *. Tes T4: Tes ini sebenarnya sangat baik khususnya pada penderita hipertiroidisme hamil dengan gejala samar-samar. $ayangnya untuk melakukan tes ini membutuhkan aktu dan penderita harus disuntik T4: dulu. 0. T$: basal sensiti#e Pemeriksaan T$: basal sensiti& pada saat ini sudah mulai populer sebagai tes skrining penderita penyakit tiroid. Bukan hanya untuk diagnosis hipotiroidisme, tetapi juga untuk hipertiroidisme termasuk yang subklinis. Dengan pengembangan tes ini, maka tes T4: mulai banyak ditinggalkan. 1. Thyroid $timulating ,mmunoglobulin 5T$,6 Pemeriksaan kadar T$, dianggap cukup penting pada penderita hipertiroidisme <ra#e hamil. "adar yang tetap tinggi mempunyai 2 arti penting yaitu . a. 'enunjukkan baha apabila obat anti tiroid dihentikan, kemungkinan besar penderita akan relaps. Dengan kata lain obat anti tiroid tidak berhasil menekan proses otoimun. b. -da kemungkinan bayi akan menjadi hipertiroidisme, mengingat T$, meleati plasenta dengan mudah. Penatalak!anaan %leh karena yodium radioakti& merupakan kontra indikasi terhadap anita hamil, maka pengobatan hipertiroidisme dalam kehamilan terletak pada pilihan antara penggunaan obat- obat anti tiroid dan tindakan pembedahan. 9amun obat-obat anti tiroid hendaklah dipertimbangkan sebagai pilihan pertama. ",at;o,at ant tro) %bat-obat anti tiroid yang banyak digunakan adalah golongan tionamida yang kerjanya menghambat sintesis hormon tiroid melalui blokade proses yodinasi molekul tirosin. %bat- obat anti tiroid juga bersi&at imunosupresi& dengan menekan produksi T$-b melalui kerjanya mempengaruhi akti&itas sel T lim&osit kelenjar tiroid. %leh karena obat ini tidak mempengaruhi pelepasan hormon tiroid, maka respons klinis baru terjadi setelah hormon tiroid yang tersimpan dalam koloid habis terpakai. 7adi aktu yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan eutiroid tergantung dari jumlah koloid yang terdapat didalam kelenjar tiroid. Pada umumnya perbaikan klinis sudah dapat terlihat pada minggu pertama dan keadaan eutiroid baru tercapai setelah *-1 minggu pengobatan. Propylthiouracil 5PTU6 dan metimaJol telah banyak digunakan pada anita hamil hipertiroidisme. 9amun PTU mempunyai banyak kelebihan dibandingkan metimaJol antara lain . a. PTU dapat menghambat perubahan T* menjadi T3 disamping menghambat sintesis hormon tiroid. 43 b. PTU lebih sedikit meleati plasenta dibandingkan metimaJol karena PTU mempunyai ikatan protein yang kuat dan sukar larut dalam air. $elain itu terdapat bukti baha metimaJol dapat menimbulkan aplasia cutis pada bayi. %leh karena itu, PTU merupakan obat pilihan pada pengobatan hipertiroidisme dalam kehamilan. Pada aal kehamilan sebelum terbentuknya plasenta, dosis PTU dapat diberikan seperti pada keadaan tidak hamil, dimulai dari dosis )(( sampai )0( mg setiap ; jam. $etelah keadaan terkontrol yang ditunjukkan dengan perbaikan klinis dan penurunan kadar T* serum, dosis hendaknya diturunkan sampai 0( mg * kali sehari. Bila sudah tercapai keadaan eutiroid, dosis PTU diberikan )0( mg per hari dan setelah 3 minggu diberikan 0( mg 2 kali sehari. Pemeriksaan kadar T* serum hendaknya dilakukan setiap bulan untuk memantau perjalanan penyakit dan respons pengobatan. Pada trimester kedua dan ketiga, dosis PTU sebaiknya diturunkan serendah mungkin. Dosis PTU dibaah 3(( mg per hari diyakini tidak menimbulkan gangguan &aal tiroid neonatus. Bahkan hasil penelitian 8heron menunjukkan baha dari )) neonatus hanya ) yang mengalami hipotiroidisme setelah pemberian *(( mg PTU perhari pada ibu hamil hipertiroidisme. 9amun keadaan hipertiroidisme maternal ringan masih dapat ditolerir oleh janin daripada keadaan hipotiroidisme. %leh karena itu kadar T* dan T3 serum hendaknya dipertahankan pada batas normal tertinggi. $elama trimester ketiga dapat terjadi penurunan kadar T$-b secara spontan, sehingga penurunan dosis PTU tidak menyebabkan eksaserbasi hipertiroidisme. Bahkan pada kebanyakan pasien dapat terjadi remisi selama trimester ketiga, sehingga kadang- kadang tidak diperlukan pemberian obat-obat anti tiroid. 9amun \akarija dan 'c"enJie menyatakan baha alaupun terjadi penurunan kadar T$-b selama trimester ketiga, hal ini masih dapat menimbulkan hipertiroidisme pada janin dan neonatus. %leh karena itu dianjurkan untuk tetap meneruskan pemberian PTU dosis rendah 5)((-2(( mg perhari6. Dengan dosis ini diharapkan dapat memberikan perlindungan terhadap neonatus dari keadaan hipertiroidisme. Biasanya janin mengalami hipertiroidisme selama kehidupan intra uterin karena ibu hamil yang hipertiroidisme tidak mendapat pengobatan atau mendapat pengobatan anti tiroid yang tidak adekuat. Bila keadaan hipertiroidisme masih belum dapat dikontrol dengan panduan pengobatan diatas, dosis PTU dapat dinaikkan sampai 1(( mg perhari dan diberikan lebih sering, misalnya setiap * I 1 jam. -lasan mengapa PTU masih dapat diberikan dengan dosis tinggi ini berdasarkan hasil penelitian <ardner dan kaan-kaan baha kadar PTU didalam serum pada trimester terakhir masih lebih rendah dibandingkan kadarnya post partum. 9amun dosis diatas 1(( mg perhari tidak dianjurkan. 44 Pemberian obat-obat anti tiroid pada masa menyusui dapat pula mempengaruhi &aal kelenjar tiroid neonatus. 'etimaJol dapat dengan mudah meleati -$, sedangkan PTU lebih sukar. %leh karena itu metimaJol tidak dianjurkan pada anita yang sedang menyusui. $etelah pemberian *( mg metimaJol, sebanyak E( ug meleati -$, dan sudah dapat mempengaruhi &aal tiroid neonatus. $ebaliknya hanya )(( ug PTU yang meleati -$, setelah pemberian dosis *(( mg dan dengan dosis ini tidak menyebabkan gangguan &aal tiroid neonatus. 'enurut /amberg dan kaan-kaan, PTU masih dapat diberikan pada masa menyusui asalkan dosisnya tidak melebihi )0( mg perhari. $elain itu perlu dilakukan pengaasan yang ketat terhadap &aal tiroid neonatus. Beta ,loker <ladstone melaporkan baha penggunaan propranolol dapat menyebabkan plasenta yang kecil, hambatan pertumbuhan janin, gangguan respons terhadap anoksia, bradikardia postnatal dan hipoglikemia pada neonatus. %leh karena itu propranolol tidak dianjurkan sebagai obat pilihan pertama jangka panjang terhadap hipertiroidisme pada anita hamil. Aalaupun demikian cukup banyak peneliti yang melaporkan baha pemberian beta bloker pada anita hamil cukup aman. Beta bloker dapat mempercepat pengendalian tirotoksikosis bila dikombinasi dengan yodida. "ombinasi propranolol *( mg tiap 1 jam dengan yodida biasanya menghasilkan perbaikan klinis dalam 2 sampai E hari. Todida secara cepat menghambat ikatan yodida dalam molekul tiroglobulin 5e&ek Aol&&-8haiko&&6 dan memblokir sekresi hormon tiroid. 9amun pengobatan yodida jangka panjang dapat berakibat buruk karena menyebabkan struma dan hipotiroidisme pada janin. $ebagai pengganti dapat diberikan larutan /ugol 0 tetes 2 kali sehari, tapi tidak boleh lebih dari ) minggu. Tn)akan o&erat' Tiroidektomi subtotal pada anita hamil sebaiknya ditunda sampai akhir trimester pertama karena dikaatirkan akan meningkatkan risiko abortus spontan. /agipula tindakan operati& menimbulkan masalah tersendiri, antara lain . a. 'empunyai risiko yang tinggi karena dapat terjadi komplikasi &atal akibat pengaruh obat-obat anestesi baik terhadap ibu maupun janin. b. Dapat terjadi komplikasi pembedahan berupa paralisis ner#us laryngeus, hipoparatiroidisme dan hipotiroidisme yang sukar diatasi. c. Tindakan operati& dapat mencetuskan terjadinya krisis tiroid. Pembedahan hanya dilakukan terhadap mereka yang hipersensiti& terhadap obat-obat anti tiroid atau bila obat-obat tersebut tidak e&ekti& dalam mengontrol keadaan hipertiroidisme serta apabila terjadi gangguan mekanik akibat penekanan struma. $ebelum dilakukan tindakan operati&, keadaan hipertiroisme harus dikendalikan terlebih dahulu dengan obat- obat anti tiroid untuk menghindari terjadinya krisis tiroid. $etelah operasi, pasien hendaknya 45 diaasi secara ketat terhadap kemungkinan terjadinya hipotiroidisme. Bila ditemukan tanda- tanda hipotiroidisme, dianjurkan untuk diberikan suplementasi hormon tiroid. 9. Kerangka Kon!e& 46 BAB III PENUTUP I. Ke!-&ulan 9y.'ima 3; tahun dengan riayat <*P3-( usia kehamilan 33 minggu menderita eklampsia disertai hipertiroidisme. 47