Anda di halaman 1dari 27

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Musca domestica.
2.1.1 Taksonomi Lalat Musca domestica
Taksonomi dari Musca domestica yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Hexapoda
Ordo : Diptera
Family : Muscidae
Genus : Musca
Spesies : Musca domestica (Westwood, 1840)
2.1.2 Morfologi Musca domestica
Kepala lalat relatif besar mempunyai dua mata majemuk yang bertemu di
garis tengah (holoptik) atau terpisah olah ruang muka (dikhoptik), dan biasanya 3
oceli atau mata sederhana. Thoraks seperti bentuk kotak chitin, merupakan untuk
melekatnya otot-otot kuat untuk terbang. Mesotoraks yang membesar (ruas kedua)
5


merupakan bagian utama dari toraks dan memikul sayap membran yang besar,
protoraks (ruas pertama) dan metatoraks (ruas ketiga) menjadi kecil yang
menghubungkan toraks dengan kepala dan abdomentiap toraks mempunyai
sepasang kaki yang berwarna dan mempunyai duri-duri dan rambut. Kaki yang
beruas-ruas dapat berakhir sebagai kuku yang berambut yaitu pulvillus, yang
mengeluarkan bahan perekat (Staf Parasitologi, 2009).
Antena yang dilengkapi dengan alat peraba, terdiri dari serangkaian ruas
yang serupa atau tidak serupa, yang jumlah, bentuk dan perangkai bulu-bulunya
merupakan sifat khas untuk berbagai genus. Lalat yang lebih primitif mempunyai
antena panjang dengan banyak ruas, sedangkan spesies yang lebih berkembang
mempunyai antena pendek yang lebih kuat dengan jumlah ruas yang lebih sedikit.
Antena terdiri 3-40 segmen tergantung dari kelompoknya (Staf Parasitologi, 2009).
Berbagai modifikasi bagian mulut dapat digunakan untuk membedakan
genus dan spesies. Untuk menembus kulit digunakan mandibula yang berbentuk
seerti gergaji dan maxilla seperti kikir. Pada Musca penghisap darah alat pemotong
adalah prostoma yang terbentuk khusus pada ujung labella dari labium. Pada
spesies bukan penghisap darah, lalat menghisap makanannya dalam bentuk cairan
melalui labella (Staf Parasitologi, 2009).
Sayap lalat merupakan sayap sejati yang kadang-kadang mempunyai sedikit
sisik, tetapi lebih sering seluruhnya membranosa. Pasangan sayap belakang diwakili
oleh sepasang batang ramping yang berbungkul disebut halter yang dipakai untuk
keseimbangan (Staf Parasitologi, 2009).
6



Gambar 2.1 Lalat Rumah (Musca domestica)
2.1.3 Siklus hidup Musca domestica
Lalat merupakan insekta yang mengalami metamorfosa dengan stadium
telur, larva, kepompong dan stadium dewasa. Perkembangan lalat memerlukan
waktu 7-22 hari, tergantung dari suhu dan makanan yang tersedia. Lalat betina
umunya telah dapat menghasilkan telur pada usia 4-8 hari, dengan 75-150 butir
sekali bertelur. Semasa hidupnya, seekor lalat bertelur 5-6 kali (Lane R, 1995).
2.1.3.1 Telur
Telur diletakkan pada bahan-bahan organik yang lembab ( sampah, kotoran,
binatang dan lain-lain), pada tempat yang tidak langsung kena sinar matahari. Telur
berwarna putih dan biasanya menetes setelah 8-30 jam, tergantung suhu sekitar
(Lane R, 1995).


7


2.1.3.2 Larva
Tingkat I : Telur yang baru menetas disebut I berukuran panjang pada 2 mm,
berwarna putih, tidak bermata dan berkaki, amat aktif dan ganas terhadap makanan,
setelah 1-4 hari kulit mengelupas bernama instar II;
Tingkat II : ukuran besarnya 2 kali instar I sesudah satu sampai beberapa hari, kulit
mengelupas keluar instar II;
Tingkat III : Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memakan waktu 3-9 hari.
Larva ini mencari tempat dengan temperatur yang disenangi, dengan berpindah-
pindah tempat misalnya pada gundukan sampah organik. Temperatur yang disukai
adalah 30-35 C. Distribusi dari larva lalat terutama tergantung pada temperatur dan
kelembaban (Staf Parasitologi, 2009).
2.1.3.3 Pupa / kepompong
Pada masa ini, jaringan tubuh larva berubah menjadi jaringan tubuh dewasa.
Stadium ini berlangsung 3-9 hari. Temperatur yang disukai +/- 35 C. Kalau stadium
ini sudah selesai melalui celah lingkaran pada bagian anterior, keluar lalat muda.
Proses pematangan menjadi lalat dewasa kurang lebih 15 jam dan setelah itu siap
untuk mengadakan perkahwinan. Seluruh waktu yang diperlukan 7-22 hari,
tergantung pada suhu setempat, kelembapan dan makanan yang tersedia. Umur
lalat dewasa dapat mencapai 2-4 minggu (Staf Parasitologi, 2009).


8


2.1.4 Bionomik Musca domestica
2.1.4.1 Tempat perindukan / berbiak
Lalat suka pada tempat-tempat yang kotor, basah, benda-benda organik,
tinja. sampah basah, kotoran haiwan dan kotoran manusia (Gandahusada S, dkk.,
2001).
2.1.4.2 Jarak terbang
Jarak terbang lalat sejauh 6-9 km, tergantung dari makanan yang tersedia,
kadang-kadang bisa mencapai 19-20 km dari empat terbiak (Gandahusada S, dkk.,
2001).
2.1.4.3 Cara bertelur
Masa bertelur 4-20 hari, seksual naturity 2-3 hari, pada umumnya
perkawinan lalat terjadi pada hari kedua sampai kedua belas sesudah kepompong,
dua tiga hari kemudia sesudah kawin baru bertelur 4-5 kali seumur hidupnya
(Gandahusada S, dkk., 2001).
2.1.4.4 Cara makan
Makanan yang utama adalah barang-barang cair (ada zat gula) bagi benda-
benda yang dicairkan lebih dulu dengan air ludahnya dapat dihisap. Pada waktu
makan seringkali memuntahkan makanannya dan demikian memungkinkan untuk
penyebaran kuman-kuman penyakit (WHO, 2007).


9


2.1.4.5 Cara hidup
Lalat beristirahat pada tempat tertentu, pada siang hari bila lalat tidak
makan, mereka akan beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran pakaian,
rumput-rumput, kawat listrik dan lain-lain, serta disukai tempat-tempat dengan tepi
takan yang permukaannya vertical. Biasanya tempat istirahat ini terletak berdekatan
dengan tempat makanannya atau tempat berbiaknya dan biasanya yang terlindung
dari angina, di dalam rumah, lalat istirahat pada kawat listrik, langit-langit dan lain-
lain, serta tidak aktif pada malam hari. Tempat istirahat tersebut biasanya tidak lebih
dari 4.5 meter di atas permukaan tanah (WHO, 2007).
2.1.4.6 Suhu dan kelembaban
Lalat beraktifitas optimal pada suhu 25-32 C, berkurang pada suhu 35-40
C, dan menghilang pada suhu < 15 C atau > 45 C. Lalat beraktifitas optimal pada
kelembaban antara 50-90% (Gandahusada S, dkk., 2001).
2.1.4.7 Cahaya
Lalat merupakan insekta yang mempunyai sifat fototropik yaitu selalu
bergerak menuju sinar dan pada malam hari tidak aktif kecuali ada sinar buatan.
Efek cahaya pada lalat tergantung pada suhu dan kelembaban (Robert, 2010).
2.1.5 Hubungan lalat dengan penyakit
Lalat merupakan glongan serangga yang tersebar luar di seluruh dunia.
Peranan lalat dalam dunia kesehatan telah banyak diketahui, lalat disamping sangat
mengganggu ketenangan juga dapat sebagai pembawa dan peyebar penyakit pada
manusia melalui penularan secara mekanik maupun menyebabkan myasis yaitu
10


lalat meninggalkan telur atau larvanya pada luka yang terbuka dan kemudian lalat
tersebut hidup dalam daging manusia. Lalat sangat potensial untuk menularkan
penyakit disentry, diare, thypoid, keracunan makanan, kolera, kecacingan dan
gangguan pada kulit. Lalat rumah juga dapat menularkan penyakit antrax, trachoma,
conjungtivitis, TBC paru-paru dan poliomyelitis (Soeharsono, 2002).
Beberapa jenis lalat rumah memiliki alat yang disebut Spongi Probocis
yang dilengkapi dengan gigi kecil untuk menyobek kulit di sekitar luka sehingga
meningkatkan aliran darah dan cairan lympa. Kuman-kuman penyakit dalam darah
dapat dibawa oleh lalat yang menusukkan proboscis ke dalam korban berikutnya,
setelah menusuk kulit korban, serangga tersebut menyuntikkan saliva (lidah) ke
dalam luka yang mengandungi zat anti koagulasi darah, sehingga darah tidak
mengental dan menyumbat dalam jarum probocis yang sempit itu. Sewaktu lalat
menghisap darah maka bakteri pathogen dalam probocis belum mati dan ditusukkan
ke dalam korban baru. Dengan demikian terjadilah penularan penyakit secara
langsung atau mekanis (Darman, 2005).
Penyebaran penyakit oleh lalat ini juga melalui tubuhnya yang berbulu
halus, dan pada kakinya terdapat bulu-bulu yang mengandung cairan semacam
perekat, sehingga benda-benda yang kecil mudah melekat. Bakteri dapat masuk ke
dalam pencernaan makanan lalat dan dapat tinggal di sana selama 4 minggu,
bakteri tersebut dapat di tularkan pada generasi berikutnya (Darman, 2005).
Instink lalat untuk mempertahankan kehidupannya dan daya tariknya
terhadap bau busuk menuntun lalat untuk mencari tempat seperti kakus,
pembuangan sampah, kotoran bekas saluran yang meluap dan lain-lain untuk
11


mencari sesuatu yang dapat dimakan yang disukainya. Pada waktu makan di
tempat-tempat yang kotor tadi kaki, badan dan sayap lalat penuh dengan bibit
penyakit. Setelah waktu makan selesai, makanan yang kaya akan protein yang telaj
membusuk maka lalat siap untuk menikmati makanan kecil (dessert). Untuk
keperluan ini lalat hinggap pada botol susu, cankir, pudding, buah-buahan, kue-kue,
roti, dot bayi, muka dan lulut seseorang (Department Kesehatan, 2007).
Lalat memerlukan makanan dalam bentuk cairan maka diperlukan baginya
untuk merubah semua bentuk makanan pada atau lembek menjadi makanan yang
cair. Lalat dapat melakukan pekerjaan ini secara baik dengan mengeluarkan cairan
yang telah ditelannya. Pada waktu minum ini hanya air dan air liurnya dapat ditelan
kembali oleh lalat. Di sini lalat meninggalkan bekas muntahannya bibit-bibit penyakit
dari kakinya, dan kadang-kadang kencing atau kotorannya sendiri (Department
Kesehatan, 2007).
Apabila dibiarkan terus tanpa gangguan, muntahan atau kotoran lalat yang
telah mongering membentuk semacam noda-noda kecil berwarna hitam yang
kadang-kadang dapat dilhat pada dinding dapur pada beberapa restoran (Darman,
2005).
2.1.6 Pemberantasan Musca domestica
Beberapa hal harus diperhatikan sebelum upaya pemberantasan dijalankan.
Kita harus menganalisa terlebih dahulu sumber serangga tersebut, bagaimana
populasi serangga tersebut meningkat, bagaimana derajat ganguannya pada
individu dan komunitas, peran serangga tersebut terhadap penularan penyakit.
Dalam dinamika populasi, keberadaan dan besarnya populasi ditentukan oleh faktor
12


fisik berupa cuaca atau iklim, habitat dan ekosistem, keberadaan inang, dan faktor
biotik (Depkes RI, 1992).
Banyaknya metode pemberantasan dan pengontrolan lalat rumah
menyebabkan perlunya suatu analisa dan pertimbangan yang lengkap sebelum
penentuan metode. Pembaziran tenaga dan uang akan terjadi apabila suatu metode
tidak dapat mengontrol lalat secara efektif. Pengendalian Musca domestica dapat
dilakukan secara alamiah maupun buatan (Devi, 2004).
2.1.6.1 Pemberantasan lalat secara langsung
Cara yang digunakan untuk membunuh lalat secara langsung adalah cara
fisik, cara kimiawi dan cara biologi.
2.1.6.1.1 Cara fisik
Cara pemberantasan secara fisik adalah cara yang mudah dan aman tetapi
kurang efektif apabila lalat dalam kepadatan yang tinggi. Cara ini hanya cocok untuk
digunakan pada skala kecil seperti dirumah sakit, kantor, hotel, supermarket dan
pertokoan lainnya yang menjual daging, sayuran, serta buah-buahan (Dinata,
2006).
(a) Perangkap Lalat (Fly Trap)
Lalat dalam jumlah yang besar/padat dapat ditangkap dengan alat ini.
Tempat yang menarik lalat untuk berkembang biak dan mencari makan adalah
kontainer yang gelap. Bila lalat mencoba makan terbang maka/mereka akan
tertangkap dalam perangkap dalam perangkap yangdiletakkan dimulut kontainer
yang terbuka itu. Cara ini hanya cocok digunakan di luar rumah sebuah model
13


perangkap akan terdiri dari kontainer plastik atau kaleng untuk umpan, tutup kayu
atau plastik dengan celah kecil, dan sangkar diatas penutup. Celah selebar 0,5cm
antara sangkar dan penutup tersebut memberi kelonggaran kepada lalat untuk
bergerak pelan menuju penutup. Kontainer harus terisi separo dengan umpan, yang
akan luntur tekstur & kelembabannya. Tidak ada air tergenang dibagian bawahnya.
Dekomposisasi sampah basah dari dapur adalah yang paling cocok, seperti sayuran
hijau, sereal, dan buah-buahan. Setelah tujuh hari, umpan akan berisi larva dalam
jumlah yang besar dan perlu dirusak serta diganti. Lalat yang masuk ke dalam
sangkar akan segera mati dan umumnya terus menumpuk sampai mencapai puncak
serta tangki harus segera dikosongkan. Perangkap harus ditempatkan di udara
terbuka dibawah sinar cerah matahari, jauh dari keteduhan pepohonan (Dinata,
2006).
(b) Umpan kertas lengket berbentuk pita/lembaran (Sticky tapes)
Dipasaran tersedia alat ini, menggantung diatap, menarik lalat karena
kandungan gulanya. Lalat hinggap pada alat ini akan terperangkap oleh lem. Alat ini
dapat berfungsi beberapa minggu bila tidak tertutup sepenuhnya oleh debu atau lalat
yang terperangkap (Dinata, 2006).
(c) Perangkap dan pembunuh elektronik (light trap with electrocutor)
Lalat yang tertarik pada cahaya akan terbunuh setelah kontak dengan jeruji
yang bermuatan listrik yang menutupi. Sinarbias dan ultraviolet menarik lalat hijau
(blow flies) tetapi tidak terlalu efektif untuk lalat rumah metode ini harus diuji dibawah
kondisi setempat sebelum investasi selanjutnya dibuat. Alat ini kadang digunakan
didapur rumah sakit dan restoran (Dinata, 2006).
14


(d) Pemasangan kasa kawat/plastik pada pintu dan jendela serta lubang
angin/ventilasi (Dinata, 2006).
(e) Membuat pintu dua lapis, daun pintu pertama kearah luar dan lapisan kedua
merupakan pintu kasa yang dapat membuka dan menutup sendiri (Dinata, 2006).
2.1.6.1.2 Cara kimia
Pemberantasan lalat dengan insektisida harus dilakukan hanya untuk
periode yang singkat apabila sangat diperlukan karena menjadi resiten yang cepat.
Aplikasi yang efektif dari insektisida dapat secara sementara memberantas lalat
dengan cepat, yang aman diperlukan pada KLB kolera, desentri atau trachoma.
Penggunaan pestisida ini dapat dilakukan melalui cara umpan (baits), penyemprotan
dengan efek residu (residual spraying) dan pengasapan (space spaying) (Depkes
RI, 1992).

Tabel 2.1 Cara Umpan (Depkes RI, 1992)

15


Tabel 2.2 Penyemprotan dengan Efek Residu (Depkes RI, 1992)


Tabel 2.3 Penyemprotan Dengan Pengasapan (Depkes RI, 1992)

16


2.1.6.1.3 Cara biologi
Tabel 2.4 Penolak Serangga (George, 2004)

17


2.1.6.2 Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan
2.1.6.2.1 Mengurangi atau menghilangkan tempat perndukan lalat
Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dikelola
dengan baik dapat menghilangkan media perindukan lalat. Bila sistim pengumpulan
dan pengangkutan sampah dari rumahrumah tidak ada, sampah dapat dibakar atau
dibuang ke lubang sampah. Dengan catatan bahwa setiap minggu sampah yang
dibuang ke lubang sampah harus ditutup dengan tanah sampai tidak menjadi tempat
berkembang biaknya lalat. Lalat adalah mungkin dapat berkembang biak di tempat
sampah yang permanen dan tertutup rapat. Dalam iklim panas larva lalat ditempat
sampah dapat menjadi pupa dalam waktu hanya 34 hari. Untuk daerah tertentu,
sampah basah harus dikumpulkan paling lambat 2 kali dalam seminggu (Darman,
2005).
Bila tong sampah kosong adalah penting untuk dibersihkan sisa-sisa
sampah yang ada di dasar tong Pembuangan sampah akhir dibuang ketempat
terbuka perlu dilakukan dengan pemadatan sampah dan ditutup setiap hari dengan
tanah merah setebal 15 30 cm . hal ini untuk penghilangan tempat perkembang
biakan lalat. Lokasi tempat pembuangan akhir sampah adalah harus beberapa km
dari rumah penduduk (Darman, 2005).
2.1.6.2.2 Mengurangi sumber yang menarik lalat
Dalam kondisi tertentu lalat akan ditarik pada hasil dari makanan ikan dan
tepung tulang, sirop gula, tempat pembuatan susu air kotor dan bau buah yang
18


manis khususnya mangga. Untuk mengurangi sumber yang menarik lalat dapat
ddicegah dengan melakukan :
Kebersihan lingkungan
Membuat saluran air limbah (SPAL)
Menutup tempat sampah
Untuk industri yang menggunakan produk yang dapat menarik lalat dapat
dipasang dengan alat pembuang bau (Santi, 2001).
2.1.6.2.3 Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung
kuman penyakit
Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran manusia, bangkai
binatang, sampah basah, lumpur organik, maupun orang sakit mata.
Cara-cara untuk mencegah kontak antara lalat dan kotoran yang
mengandung kuman, adalah dengan :
1) Membuat konstruksi jamban yang memenuhi syarat, sehingga lalat tidak bisa
kontak dengan kotoran.
2) Mencegah lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja, kotoran bayi, orang
sakit dan penderita sakit mata.
3) Mencegah agar lalat tidak masuk ke tempat sampah dari pemotongan hewan
dan bangkai binatang (Santi, 2001).


19


2.1.6.2.4 Melindungi makananan, peralatan makan dan orang yang kontak
dengan lalat
- Makanan dan peralatan makan yang digunakan harus anti lalat,
- Makanan disimpan di lemari makan
- Makan perlu dibungkus
- Jendela dan tempat-tempat terbuka dipasang kawat kasa.
- Pintu dipasang dengan sistim yang dapat menutup sendiri
- Pintu masuk dilengkapi dengan goranti lalat
- Penggunaan kelambu atau tudung saji , dapat digunakan untuk :
- Menutup bayi agar terlindung dari lalat, nyamuk dan serangga lainnya
- Menutup makanan atau peralatannya
- Kipas angin elektrik dapat dipasang untuk menghalangi lalat masuk
- Memasang stik berperekat anti lalat sebagai perangkap (Santi, 2001).
2.2. Insektisida
Insektisida adalah bahan yang mengandung persenyawaan kimia yang
digunakan untuk membunuh serangga. Insektisida yang baik mempunyai sifat
sebagai berikut : (1) mempunyai daya bunuh yang besar dan cepat serta tidak
berbahaya bagi binatang vertebrata termasuk manusia dan ternak; (2) murah
harganya dan mudah didapat dalam jumlah yang besar; (3) mempunyai susunan
kimia yang stabil dan tidak mudah terbakar; (4) mudah dipergunakan dan dapat
20


dicampur dengan berbagai macam bahan pelarut dan (5) tidak berwarna dan tidak
berbau tidak menyenangkan (Baskoro dkk., 2005).
Beberapa istilah yang berhubungan dengan insektisida adalah: (1) ovisida
adalah insektisida untuk membunuh stadium telur; (2) larvasida adalah untuk
membunuh satdium larva atau nimfa; (3) adultisida adalah untuk membunuh stadium
dewasa; (4) akarisida (mitisida) adalah insektisida untuk membunuh tungau dan (5)
pedikulisida (lousisida) adalah insektisida untuk membunuh tuma (Baskoro dkk.,
2005).
2.2.1 Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih insektisida
Untuk memilih pestisida, pertama yang harus diingat adalah jenis jasad
pengganggu yang akan dikendahikan, stadium serangga, lingkungan hidup, dan
cara hidup (Biotis, 2009).
2.2.2 Pembagian insektisida
2.2.2.1 Menurut bentuknya, insektisida dapat berupa bahan padat, larutan
dan gas.
1. Bahan padat : (1) serbuk (dust), berukuran 35-200 mikron; (2) granula
(granules), berukuran sebesar butir-butir gula pasir dan tidak tembus mesh
screen dan (3) pellets, berukuran kira-kira 1cm3 (Baskoro dkk., 2005).
2. Larutan : (1) aerosol dan fog, berukuran 0,1 dan 50 mikron; (2) kabut (mist),
berukuran 0 - 100 mikron dan (3) semprotan (spray), berukuran 100 - 500
mikron (Baskoro dkk., 2005).
21


3. Gas : (1) asap (fumes dan smokes), berukuran 0,001 0,1 mikron; (2) uap
(vapours), berukuran kurang 0,001 mikron (Baskoro dkk., 2005).
2.2.2.2 Menurut cara masuknya ke dalam badan serangga, insektisida
dibagi dalam
Racun kontak (contact poisons):
Insektisida masuk melalui eksoskeleton ke dalam badan serangga dengan
perantaraan tarsus (jari-jari kaki) pada waktu istirahat di permukaan yang
mengandung residu insektisida. Pada umumnya dipakai untuk memberantas
serangga yang mempunyai tipe mulut tusuk isap (Gandahusada dkk., 2004).
Racun perut (stomach poisons):
Insektisida masuk ke dalam badan serangga melalui mulut, jadi harus
dimakan. Biasanya serangga yang diberantas dengan menggunakan insektisida ini
mempunyai bentuk mulut untuk menggigit, lekat isap, kerat isap dan bentuk
menghisap (Gandahusada dkk., 2004).
Racun pernapasan (fumigants):
Insektisida masuk melalui sistem pernapasan (spiracle) dan juga melalui
permukaan badan serangga. Insektisida ini dapat digunakan untuk memberantas
semua jenis serangga tanpa harus memperhatikan bentuk mulutnya (Gandahusada
dkk., 2004).
2.2.2.3 Menurut macam bahan kimia, insektisida dibagi dalam :
1. Insektisida anorganik terdiri dari: (1) golongan sulfur dan merkuri (SO2,
CuSO4, HgCl2) dan (2) golongan arsenikum (Paris Green = Cu (C2H3O2. 3-
22


Cu(As3O2)2, lead arsenate = PbHAsO4, Ca arsenate = Ca3A1F3,NaF).
(Gandahusada dkk., 2004).
2. Insektisida organik berasal dari alam terdiri dari: (1) golongan insektisida
tumbuh-tumbuhan (insektisida nabati) dan (2) golongan insektisida dari bumi
(minyak tanah, minyak solar, minyak pelumas). (Gandahusada dkk., 2004).
3. Insektisida organik sintetik terdiri dari (1) golongan organik klorin (DDT,
dieldrin, klorden, BHC, linden); (2) golongan organik fosfor (malation,
paration, dizinon, fenitrotion, temefos, DDVP, diptereks); (3) golongan organik
nitrogen (dinitrofenol); (4) golongan sulfur dan (5) golongan tiosianat (letena,
Tanit) (Gandahusada dkk., 2004).
2.3 Kunyit (Curcuma longa)
2.3.1 Pendahuluan
2.3.1 Kunyit (Curcuma longa)
Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan
(perennial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur
dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada
ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahawa kunyit berasal dari
India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada
tahun 77-78 SM. Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai
jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak
dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan. Taiwan, Indonesia
(Jawa), dan Filipina (Warintek Bantul, 2007)
23


2.3.2 Taksonomi
Taksonomi Kunyit (Curcuma longa) yang dipakai dalam penelitian adalah :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Klas : Liliopsida
Subkelas : Zingiberidae
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma longa (Cox, 2005).

2.3.3 Morfologi Kunyit
Kunyit merupakan tanaman rempah yang berasal dari India. Tanaman ini
kemudian diperkenalkan ke negara Asia lain seperti negara-negara Tenggara dan
Selatan Asia. Kunyit hidup subur di kawasan lapang dan terdedah sepenuhnya
kepada cahaya matahari. Ketinggian tumbuhan ini melebihi satu meter. Kulit luar
rimpang berwarna jingga kecoklatan. Rizom kunyit berwarna kuning, sedikit bersisik,
berbentuk memanjang dan berjejari. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat,
membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah
daun (agak lunak). Daunnya licin dan tunggal, berwarna hijau, berbentuk bujur dan
meruncing di hujung hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm serta mempunyai tangkai
yang panjang. Pokok ini mengeluarkan bunga yang berwarna kuning di celah-celah
24


daun muda. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang
semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm (Cowan,
1999).
2.3.4 Lingkungan tumbuh kunyit
2.3.4.1 Iklim
1. Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas
cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada
tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan.
2. Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-
4000 mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000 mm/tahun, maka
sistem pengairan harus diusahakan cukup dan tertata baik. Tanaman ini
dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik adalah
pada penanaman awal musim hujan
3. Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara 19-30 C.
(Warintek Bantul, 2007)
2.3.4.2 Media Tanam
Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul dengan
baik akan menghasilkan umbi yang berlimpah. Jenis tanah yang diinginkan adalah
tanah ringan dengan bahan organik tinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas
dari genangan air/sedikit basa (Warintek Bantul, 2007).

25


2.3.4.3 Ketinggian tempat
Kunyit tumbuh baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran
tinggi (> 2000 m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian 45 m dpl
(Warintek Bantul, 2007).
2.3.5 Manfaat, Kandungan Kimia Kunyit Sebagai Insektisida
Kunyit banyak mengandung senyawa alami yang bias bermanfaat sebagai
insekisida untuk lalat. Senyawa tersebut antara lain 1,8-cineole, curcumin, quercetin,
eugenol. Senyawa ini memiliki mekanisme kerja yang berbeda-beda, yaitu ada yang
bersifat sebagai anticholinesterase, enzim P-450 inhibitor, dan racun syaraf
(neurotoxic).
2.3.5.1 Anticholinesterase
Senyawa yang bekerja sebagai anticholinesterase adalah 1,8-cineole.
Senyawa ini bekerja pada target site enzim acethylcholinesterase, sehingga
menyebabkan enzim ini menjadi tidak aktif (Duke, 2007).
Acethylcholinesterase adalah enzim yang mengendalikan hidrolisis
acethylcholine menjadi choline. Jadi kalau terjadi gangguan fungsi baik dari struktur
atau target site dari enzim ini maka akan menyebabkan hambatan proses degradasi
acethylcholine sehingga terjadi penumpukan (akumulasi) acethylcholine di celah
sinap. Penumpukan ini menyebabkan terjadinya gangguan transmisi rangsang yang
akhirnya dapat menyebebkan menurunnya koordinasi otot-otot, konvulsi, dan
kematian (Duke, 2007).

26


2.3.5.2 Antidetoksifikasi
Enzim P-450 adalah suatu protein yang mempunyai peran utama dalam
metabolisme bahan-bahan endogen maupun bahan eksogen yang masuk ke dalam
tubuh, termasuk senyawa anastetik dan karsinogenik pada sebahagian besar
organism eukariotik termasuk pada serangga (insecta). Enzim ini juga berguna untuk
proses detoksifikasi bahan-bahan asing yang masuk ke dalam tubuh (Murray, 2000).
Jadi kalau terdapat senyawa yang bisa menghambat kerja enzim ini, maka
bahan-bahan asing yang masuk dalam tubuh tidak bisa detoksifikasi akibatnya akan
menumpuk di dalam tubuh. Terlebih lagi kalau senyawa tersebut dianggap benda
asing oleh tubuh maka akan terjadi efek sinergisme. Hasil akhirnya akan terjadi
keracunan pada tubuh yang dapat berakhir pada kematian (Murray, 2000).
Senyawa yang dapat berfungsi sebagai penghambat enzim P-450
(antidetoksifikasi) adalah curcumin, quercetin dan eugenol (Duke, 2007).
2.3.5.3 Racun syaraf (neurotoxic)
Senyawa yang dapat bersifat sebagai neurotoxic bagi lalat adalah 1,8-cineole
dan eugenol (Duke, 2007). Senyawa ini dapat mempengaruhi aktivitas syaraf
sensoris susunan syaraf perifer dan syaraf pusat serangga. Senyawa ini juga
meracuni akson syaraf dengan cara mempengaruhi transmisi impuls elektrik
sepanjang penjalarannya di akson dan memperpanjang fase eksitasi dari badan sel
neuron. Senyawa ini menstimulasi sel syaraf untuk memproduksi sinyal berulang-
ulang yang pada akhirnya akan menyebabkan paralisis sel syaraf (Duke, 2007).

27


2.3.6 Sifat kimia dan fisis
2.3.6.1 Curcumin
a) Sifat Kimia
Titik didih : 183C
Molar Mass : 368.38 g/mol
Tidak larut di dalam air dan eter tetapi larut dalam etil asetat, metanol, etanol,
benzena, asam asetat glasial, aseton dan alkali hidroksida.
Dalam suasana asam curcumin berwarna kuning atau kuning jingga
sedangkan dalam suasana basa berwarna merah. Hal terrsebut dapat terjadi
karena adanya sistem tautomeri pada molekulnya. Untuk mendapatkan
stabilitas yang optimum dari sediaan curcumin maka pH nya dipertahankan
kurang dari 7. Pada pH lebih dari 7 curcumin sangat tidak stabil dan mudah
mengalami disosiasi.
Sifat curcumin yang penting adalan sensitivitasnya pada cahaya. Curcumin
akan mengalami dekomposisi jika terkena cahaya.
b) Sifat Fisis
Bentuk : serbuk
Warna : kuning terang atau kuning kemerahan
(William, 1969)
28



Gambar 2.2 Struktur kimia curcumin
2.3.6.2 Eugenol
a) Sifat Kimia
Titik didih : 250 -255C
Molar Mass : 164.20 g/mol
Dapat larut dalam alkohol, eter dan kloroform.
Eugenol mudah berubah menjadi kecoklatan apabila dibiarkan di udara
terbuka.
b) Sifat Fisis
Bentuk : cairan
Eugenol merupakan cairan tidak berwarna atau berwarna kuning-pucat,
berbau, keras, dan mempunyai rasa pedas.
(William, 1969)
29



Gambar 2.3 Struktur kimia eugenol

2.3.6.3 Quercetin
a) Sifat Kimia
Titik didih : 316 C
Molar Mass : 302.236 g/mol
Density : 1.799 g/cm3
Tidak larut di dalam air dan larut dalam alkali.
b) Sifat Fisis
Bentuk : serbuk
Warna : kuning kristalin
(William, 1969)

30



Gambar 2.4 Struktur kimia quercetin
2.3.6.4 1,8-cineole
a) Sifat Kimia
Melting point : 1.5 C (274.6 K)
Boiling point : 176177 C (449450 K)
Molar Mass : 154.249 g/mol
Density : 0.9225 g/cm
3

Tidak larut di dalam air dan larut dalam eter dan ethanol.
b) Sifat Fisis
Bentuk : cairan
Cairan tidah berwarna, berbau seperti kamper, mempunyai rasa pedas dan
dingin.
(William, 1969)

Anda mungkin juga menyukai