Anda di halaman 1dari 33

2

I. Identitas pasien
Nama : Tn. W
Usia : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Soreang, Kec. Cipetir, Kab. Bandung
Pekerjaan : Pelayan di rumah makan
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 15 Mei 2013
Tanggal periksa : 16 Mei 2013
Tanggal keluar : 21 Mei 2013

II. Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 16 Mei 2013

Keluhan utama :
Pasien datang karena tersiram air panas (kuah sayur) kurang lebih 5 menit SMRS.

Riwayat penyakit sekarang :
Pasien tersiram air panas yang berupa kuah sayur yang sedang ia bawa di dalam
panci. Pasien mengaku tidak sengaja tersiram karena saat berjalan terasa licin, dan ia
kehilangan keseimbangan sehingga kuah sayur yang panas yang ia bawa dalam panci
mengenai tubuhnya. Bagian tubuh pasien yang tersiram antara lain : leher sebelah kiri,
lengan bawah kanan dan kiri, tangan kanan dan kiri, perut sebelah kiri, paha kanan
dan kiri, dan lutut kiri.

Riwayat penyakit dahulu :
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat penyakit apapun sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga : disangkal.
Riwayat alergi : tidak ada.
Riwayat pembedahan : tidak ada.

III. Pemeriksaan fisik
Status Generalis:
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis
- Airway, Breathing, Circulation : baik
- Tanda Vital :
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
RR : 20 x / menit
3

Suhu : 36,0 C
- Mata : CA -/-, SI -/-, pupil bulat, isokor.
- Mulut : Faring tidak hiperemis, T1-T1 tenang.
- Leher : Trakea ditengah, KGB tidak teraba membesar.
- Thorak : Bentuk dan gerak simetris, tidak teraba massa.
Paru : VBS +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung : BJ I-II murni, reguler, murmur (- ), gallop (-)
- Abdomen : Datar, lembut, BU (+) N, NT (-), DM (-)
- Ekstremitas : Akral hangat, sianosis -/-, edema -/-

Status Lokalis:
Combustio a/r coli sinistra, antebrachii bilateral,
manus bilateral, abdomen, femoralis bilateral, genu
sinistra.












4









IV. Pemeriksaan penunjang

Untuk persiapan operasi elektif

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Darah Rutin
- Hemoglobin
- Hematokrit
- Leukosit
- Trombosit

14 g/dL
42 %
7100/mm
3
210000/mm
3


14-18 g/dL
40-48 %
4000-10000/mm
3
150000-400000/mm
3


Elektrolit Na/K
- Na
- K

148 mmol/L
3.61 mmol/L


135-150 mmol/L
3.60-5.50 mmol/L
Gula darah sewaktu 68.1 mg/dL

< 180 mg/dL
Ureum
Kreatinin
87.8 mg/dL
1.91 mg/dL
17-43 mg/dL
0.8-1.3 mg/dL
5


Thorax photo
Kesan : cor dan pulmo dalam batas normal.

V. Diagnosis banding
Combustio ringan
Combustio sedang
Combustio berat

VI. Diagnosis kerja
Combustio 25%

VII. Tatalaksana
Primary survey : ABC baik
Cairan RL 0.9%
Cefotaxim 2x1 gr
Ketorolac 3x1 ampul
Dexametason 3x2 ampul
Krim salep Burnazin (silver sulphadiazine) 35 mg
Rencana operasi : necrotomy debridement tanggal 17 Mei 2013
Instruksi post operasi :
- Puasa 6 jam
- Cairan RL 30 gtt/menit
- Ceftriaxon 1x2 gr
- Ketorolac 3x1 ampul
- Ranitidin 2x1 ampul

VIII. Diagnosis post operasi
Combustio sedang, derajat II A-B 15% a/r coli sinistra, antebrachii bilateral, manus
bilateral, abdomen, femoralis bilateral dan genu sinistra.

6



IX. Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam





7

Analisa kasus
Luka bakar ialah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda
yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam
kuat, basa kuat).
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis combustio sedang, derajat II A-B 15% berdasarkan :
Keluhan utama :
Pasien datang karena tersiram air panas (kuah sayur) kurang lebih 5 menit SMRS.
Anamnesis :
Pasien tersiram air panas yang berupa kuah sayur yang sedang ia bawa di dalam
panci. Pasien mengaku tidak sengaja tersiram karena saat berjalan terasa licin, dan ia
kehilangan keseimbangan sehingga kuah sayur yang panas yang ia bawa dalam panci
mengenai tubuhnya. Bagian tubuh pasien yang tersiram antara lain : leher sebelah kiri,
lengan bawah kanan dan kiri, tangan kanan dan kiri, perut sebelah kiri, paha kanan
dan kiri, dan lutut kiri.
Pemeriksaan fisik :
Luka bakar a/r coli sinistra, antebrachii bilateral, manus bilateral, abdomen, femoralis
bilateral, genu sinistra dengan derajat II A-B 15%.
Terapi :
Diberikan rehidrasi cairan untuk mengganti cairan tubuh yang menguap akibar luka
bakar, antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi, analgetik sebagai anti nyeri,
steorid untuk anti inflamasi, dan salep antiseptik untuk menjaga agar luka tetap bersih.
Dan direncanakan tindakan bedah yaitu debridement untuk membuang jaringan-
jaringan nekrotik akibat luka bakar.





8

TINJAUAN PUSTAKA
Kulit merupakan bagian organ tubuh manusia yang terletak di luar dan hanya sedikit
saja yang membatasi bagian dalam tubuh. Luas kulit pada manusia pada orang dewasa di
perkirakan sekitar 1,5 m
2
dengan berat sekitar 15 % dari berat badan secara keseluruhan.
Kulit manusia terdiri dari 3 lapisan kulit bagian utama yakni : epidermis, dermis, dan
hipodermis. Lapisan kulit Epidermis terdiri dari stratum korneum yang kaya akan keratin,
stratum lucidum, stratum granulosum yang kaya akan keratohialin, stratum spinosum dan
stratum basal yang mitotik. Dermis terdiri dari serabut-serabut penunjang antara lain kolagen
dan elastin. Sedangkan hipodermis terdiri dari sel-sel lemak, ujung saraf tepi, pembuluh
darah dan pembuluh getah bening.
















9

Epidermis
Epidermis terbagi atas empat lapisan yaitu :
1. Lapisan Basal atau Stratum Germinativum
2. Lapisan Malpighi atau Stratum Spinosum
3. Lapisan Granular atau Sratum Granulosum
4. Lapisan Tanduk atau Stratum Korneum
Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh membran
basalis dan di sebelah bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas hanya kita
ambil sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel lemak. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu
bagian atas, pars papilaris (stratum papilar) dan bagian bawah, retikularis (stratum
retikularis). Batas antara pars papilaris dan pars retikularis adalah bagian bawahnya sampai
ke subkutis - baik pars papilaris maupun pars retikularis terdiri dari jaringan ikat longgar
yang tersusun dari serabut-serabut yaitu serabut kolagen,serabut elastis, dan serabut retikulus.
FI SI OLOGI KULI T
Kulit merupakan organ paling luas permukaannya yang membungkus seluruh bagian luar
tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia, cahaya matahari
mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga
keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk
memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit. Misalnya
menjadi pucat, kekuningkuningan, kemerahmerahan atau suhu kulit meningkat,
memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh gangguan kulit karena penyakit
tertentu.
Perasaan pada kulit adalah perasaan reseptornya yang berada pada kulit. Pada organ sensorik
kulit terdapat 4 perasaan yaitu rasa raba/tekan, dingin, panas, dan sakit. Kulit mengandung
berbagai jenis ujung sensorik termasuk ujung saraf telanjang atau tidak bermielin. Pelebaran
ujung saraf sensorik terminal dan ujung yang berselubung ditemukan pada jaringan ikat
fibrosa dalam. Saraf sensorik berakhir sekitar folikel rambut, tetapi tidak ada ujung yang
melebar atau berselubung untuk persarafan kulit.
Penyebaran kulit pada berbagai bagian tubuh berbeda-beda dan dapat dilihat dari keempat
jenis perasaan yang dapat ditimbulkan dari daerah-daerah tersebut. Pada pemeriksaan
histologi, kulit hanya mengandung saraf telanjang yang berfungsi sebagai mekanoreseptor
yang memberikan respon terhadap rangsangan raba. Ujung saraf sekitar folikel rambut
10

menerima rasa raba dan gerakan rambut menimbulkan perasaan (raba taktil). Walaupun
reseptor sensorik kulit kurang menunjukkan ciri khas, tetapi secara fisiologis fungsinya
spesifik. Satu jenis rangsangan dilayani oleh ujung saraf tertentu dan hanya satu jenis
perasaan kulit yang disadari.
Klasifikasi reseptor antara lain:
Berdasarkan tipe energi khusus atau kepekaan terhadap modalitas tertentu
1. Termoreseptor (peka terhadap perubahan suhu).
2. Mekanoreseptor (peka terhadap sentuhan dan tekanan).
3. Kemoreseptor (peka terhadap perubahan kimiawi).
4. Osmoreseptor (peka terhadap perubahan tekanan osmotik).
Berdasarkan sumber rangsangan
1. Ekteroreseptor, terletak pada permukaan tubuh dan berespons terhadap rangsangan
eksterna atau luar.
2. Proprioreseptor, berespons terhadap perubahan posisi dan pergerakan terutama
berhubungan dengan sistem muskuloskeletal.
3. Interoreseptor, terletak pada visera/ alat dalam dan pembuluh darah.
Berdasarkan morfologi
1. Badan terakhir yang bebas/ terbuka (tanpa kapsul) yang tak berhubungan dengan tipe sel
lainnya.
2. Badan akhir yang berkapsul (korpuskular) yang mengandung unsur bukan saraf di
samping saraf badan akhir saraf.
11

Reseptor-reseptor yang terletak di alat indera peraba antara lain :



Ujung Saraf Bebas
Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas pada banyak
jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam kulit. Serat akhir saraf
bebas ini merupakan serat saraf yang tak bermielin, atau serat saraf bermielin
berdiameter kecil, yang semua telah kehilangan pembungkusnya sebelum berakhir,
dilanjutkan serat saraf terbuka yang berjalan di antara sel epidermis. Sebuah serat
saraf seringkali bercabang-cabang banyak dan mungkin berjalan ke permukaan,
sehingga hampir mencapai stratum korneum. Serat yang berbeda mungkin menerima
perasaan raba, nyeri dan suhu. Sehubungan dengan folikel rambut, banyak cabang
serat saraf yang berjalan longitudinal dan melingkari folikel rambut dalam dermis.
Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Pada epidermis
berhubungan dengan sel folikel rambut dan mukosa oral, akhir saraf membentuk
badan akhir seperti lempengan (diskus atau korpuskel merkel). Badan ini merupakan
sel yang berwarna gelap dengan banyak juluran sitoplasma. Seperti mekanoreseptor
badan ini mendeteksi pergerakan antara keratinosit dan kemungkinan juga gerakan
epidermis sehubungan dengan jaringan ikat di bawahnya. Telah dibuktikan bahwa
beberapa diskus merkel merespon rangsangan getaran dan juga reseptor terhadap
dingin.
Korpuskulus Peraba (Meissner)
12

Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya pada ujung
jari, bibir, puting dan genitalia. Bentuknya silindris, sumbu panjangnya tagak lurus
permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron.
Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan perinerium saraf yang menyuplai
setiap korpuskel. Pada bagian tengah korpuskel terdapat setumpuk sel gepeng yang
tersusun transversal. Beberapa sel saraf menyuplai setiap korpuskel dan serat saraf ini
mempunyai banyak cabang mulai dari yang mengandung mielin maupun yang tak
mangandung mielin. Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan
diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang dua titik yang
letaknya berdekatan).
Korpuskulus Berlamel (Vater Pacini)
Korpuskulus berlamel (vater pacini) ditemukan di jaringan subkutan pada telapak
tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo, ligamen dan
genetalia eksterna. Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar (panjang 2 mm, dan
diameter 0,5 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat dilihat dengan mata telanjang,
karena bentuknya mirip bawang. Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah serat
bermielin yang besar dan juga telah kehilangan sarung sel schwannya pada tepi
korpuskulus. Akson saraf banyak mengandung mitokondria. Akson ini dikelilingi
oleh 60 lamela yang tersusun rapat (terdiri dari sel gepeng). Sel gepeng ini tersusun
bilateral dengan dua alur longitudinal pada sisinya. Korpuskulus ini berfungsi untuk
menerima rangsangan tekanan yang dalam.
Korpuskulus Gelembung (Krause)
Korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan genitalia
eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan rambut. Korpuskel ini berbentuk
bundar (sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron. Mempunyai sebuah kapsula tebal
yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam korpuskulus, serat bermielin
kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap diselubungi dengan sel schwann.
Seratnya mungkin bercabang atau berjalan spiral dan berakhir sebagai akhir saraf
yang menggelembung sebagai gada. Korpuskel ini jumlahnya semakin berkurang
dengan bertambahnya usia. Korpuskel ini berguna sebagai mekanoreseptor yang
peka terhadap dingin.
13

Korpuskulus Ruffini
Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula sendi.
Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung ujung akhir saraf
yang menggelembung. Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor, karena mirip
dengan organ tendo golgi. Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo
(fasikuli intrafusal) yang terbungkus dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak
bermielin yang bebas, bercabang disekitar berkas tendonya. Korpuskulus ini
terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga untuk
menerima rangsangan panas.












Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin
kelangsungan hidup secara umum yaitu :

1. Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya
terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi (lisol,
karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet, gangguan
infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya
lapisan kulit dan serabutserabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung
terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap
sinar matahari dengan mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).
2. Proteksi rangsangan kimia
14

Dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap berbagai zat
kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak
zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat
dan sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara pH 5-6,5. Ini merupakan
perlindungan terhadap infeksi jamur dan selsel kulit yang telah mati melepaskan diri
secara teratur.
3. Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan
yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi tebal
tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung
melalui celah di antara sel, menembus selsel epidermis, atau melalui saluran kelenjar
dan yang lebih banyak melalui selsel epidermis.
4. Pengatur panas
Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini karena
adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas, medulla
oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5 derajat untuk suhu
kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada
dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas
dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan
tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin,
hilangnya keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).
5. Ekskresi
Kelenjarkelenjar kulit mengeluarkan zatzat yang tidak berguna lagi atau zat sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang
diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan
berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit
tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman
pada kulit.

6. Persepsi
Kulit mengandung ujungujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons
terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin
diperankan oleh dermis, peradaban diperankan oleh papila dermis dan markel renvier,
sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak
jumlahnya di daerah yang erotik.

7. Pembentukan Pigmen
Sel pembentukan pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan sel ini berasal
dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosum dibentuk oleh
alat golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2 terhadap sinar matahari
memengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangantangan
dendrit sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh melanofag. Warna kulit tidak
15

selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan juga oleh tebal-tipisnya kulit,
reduksi Hb dan karoten.
8. Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel basal yang lain
akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin ke atas sel
ini semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Semakin lama intinya
menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung
terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses sintasis dan degenerasi
menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kirakira 14-21 hari dan memberikan
perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
9. Pembentukan vitamin D
Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi
kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses tersebut. Pemberian
vitamin D sistemik masih tetap diperlukan
LUKA BAKAR
Definisi

Luka bakar ialah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-
benda yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik) atau zat-zat yang bersifat
membakar (asam kuat, basa kuat). (Kegawatdaruratan Medik, 2013)

Luka bakar merupakan respons kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma
suhu/termal. Luka bakar dengan ketebalan parsial merupakan luka bakar yang tidak
merusak epitel kulit maupun hanya merusak sebagian dari epitel. Biasanya dapat pulih
dengan penanganan konservatif. Luka bakar dengan ketebalan penuh merusak semua
sumber-sumber pertumbuhan kembali epitel (re-epitelisasi) kulit dan bisa
membutuhkan eksisi dan cangkok kulit jika luas. (Surgery at a Glance, 2006)

Etiologi
1. Scald Burns
Luka karena uap panas, biasanya terjadi karena air panas, merupakan kebanyakan
penyebab luka bakar pada masyarakat. Air pada suhu 60C menyebabkan luka bakar
parsial atau dalam dengan waktu hanya dalam 3 detik. Pada 69C, luka bakar yang
sama terjadi dalam 1 detik.
2. Flame Burns
Luka terbakar adalah mekanisme kedua tersering dari injuri termal. Meskipun
kejadian injuri disebabkan oleh kebakaran rumah telah menurun seiring penggunaan
detektor asap, kebakaran yang berhubungan dengan merokok, penyalahgunaan
penggunaan cairan yang mudah terbakar, tabrakan kendaraan bermotor dan kain
16

terbakar oleh kompor atau pemanas ruangan juga bertanggung jawab terhadap luka
terbakar.
3. Flash Burns
Flash burns adalah berikutnya yang paling sering. Ledakan gas alam, propan, butane,
minyak destilasi, alkohol dan cairan mudah terbakar lain seperti aliran listrik
menyebabkan panas untuk periode waktu. Flash burns memiliki distribusi di semua
kulit yang terekspos dengan area paling dalam pada sisi yang terkena.
4. Contact Burns
Luka bakar kontak berasal dari kontak dengan logam panas, plastik, gelas atau bara
panas. Kejadian ini terbatas. Balita yang menyentuh atau jatuh dengan tangan
menyentuh setrika, oven dan bara kayu menyebabkan luka bakar yang dalam pada
telapak tangan.
5. Chemical Burn
Luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat kimia, apakah bersifat asam kuat atau
basa kuat. Kejadian ini sering pada karyawan industri yang memakai bahan kimia
sebagai bagian dari proses pengolahan atau produksinya. Penanganan yang salah
dapat memperluas luka bakar yang terjadi. Irigasi dengan NS (NaCl 0.9%) atau
akuabides atau cairan netral lainnya adalah pertolongan terbaik, tidak dengan cara
menetralisirnya.
6. Electrical Burn
Sel yang teraliri listrik akan mengalami kematian yang bisa menjalar dari sejak arus
masuk sampai bagian tubuh tempat arus keluar. Luka masuk adalah tempat aliran
listrik memasuki tubuh, luka keluar adalah tempat keluarnya arus dari tubuh menuju
bumi/ground. Sulit secara fisik menentukan berat ringannnya kerusakan yang terjadi
mengingat perlu banyak pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya untuk
mengevaluasi keadaan penderita. Gangguan jantung, ginjal, kerusakan otot sangat
mungkin terjadi. Besarnya luka masuk atau luka keluar tidak berhubungan dengan
kerusakan jaringan sepanjang aliran luka masuk sampai keluar. Maka dari itu setiap
luka bakar listrik dikelompokan pada derajat III
7. Frost Bite
Adalah luka akibat suhu yang terlalu dingin. Pembuluh darah perifer mengalami
vasokonstriksi hebat, terutama di ujung-ujung jari, hidung dan telinga. Fase
selanjutnya akan terjadi nekrosis dan kerusakan yang permanen. Untuk tindakan
pertama adalah sesegera mungkin menghangatkan bagian tubuh tersebut dengan
pemanas dan gerakan-gerakan untuk memperlancar sirkulasi.
Derajat luka bakar
Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka
bakar. Walaupun demikian, beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak
17

luka. Umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat memengaruhi
prognosis.
Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu
tinggi. Selain api yang langsung mengenai tubuh, baju yang ikut terbakar juga
memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling amanadalah yang terbuat dari bulu
domba (wool). Bahan sintetis seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga
mudah lumer oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat kedalaman
luka bakar.
Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis dan ditandai dengan
pembengkakan, eritema dan nyeri dengan kerusakan jaringan yang biasanya minimal
dan tanpa bula. Biasanya sembuh dalam 5-7 hari, dan nyeri dapat meghilang dalam
48-72 jam dan pada sebagian kecil penderita, epitel yang rusak akan terkelupas dan
tidak meninggalkan sisa jaringan parut.
Luka bakar derajat dua mengenai seluruh lapisan epidermis dan mencapai
kedalaman dermis, tetapi masih ada elemen epitel sehat yang tersisa. Pembentukan
vesikula dan bula merupakan ciri derajat ini. Elemen epitel yang tersisa misalnya sel
epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan pangkal rambut. Luka bakar
derajat dua superfisial (IIA) memiliki gejala sangat nyeri karena sebagian ujung-
ujung serabut saraf
yang terbuka masih
berfungsi, biasanya
sembuh dalam waktu
7-14 hari, jika tidak
disertai infeksi
sekunder. Luka bakar
derajat dua sedang
sampai dalam
nyerinya lebih kurang
dibanding dengan luka
bakar superfisial
karena lebih sedikit
ujung serabut saraf
yang masih dapat
berfungsi, dan dapat
sembuh sendiri jika
luka tetap bersih, tidak
disertai infeksi.
Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin mencapai
subkutis, atau organ yang lebih dalam, tidak ada lagi elemen epitel yang masih
berfungsi yang masih tersisa sehingga sulitnya penyembuhan luka. Oleh karena itu,
untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit (skin graft).
18

Gejalanya kulit tampak pucat dan berwarna abu-abu gelap atau hitam, dengan
permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat, tidak terdapat bula
dan tidak nyeri.
Luas luka bakar
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang
dewasa digunakan Rule of Nines (Wallace), yaitu luas kepala dan leher, dada,
punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri,
paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan serta tungkai dan kaki kiri masing-
masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genitalia.
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak
jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas
permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, maka dikenal rumus 10 untuk bayi dan
rumus 10-15-20 untuk anak.
Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%,
ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan
kiri masing-masing 15%.
Selain dalam dan
luasnya permukaan,
prognosis dan
penanganan ditentukan
oleh letak daerah yang
terbakar, usia, dan
keadaan kesehatan
penderita. Daerah
perineum, ketiak, leher,
dan tangan sulit
perawatannya, karena
bisa terjadi kontraktur.
Dan karena bayi dang
lansia daya
kompensasinya lebih
rendah, maka bila
terdapat luka bakar,
digolongkan dalam
golongan berat.


19




























20

Berat luka bakar

A. Ringan :
- Luka bakar derajat I
- Luka bakar derajat II seluas < 15%
- Luka bakar derajat III seluas < 2%
Luka bakar ringan tanpa komplikasi dapat berobat jalan

B. Sedang :
- Luka bakar derajat II seluas 10-15 %
- Luka bakar derajat III seluas 5-10 %
Luka bakar sedang sebaiknya dirawat untuk observasi

C. Berat :
- Luka bakar derajat II seluas > 20%
- Luka bakar derajat II yang mengenai wajah, tangan, kaki, alat kelamin atau
persendian sekitar ketiak
- Luka bakar derajat III seluas > 10%
- Luka bakar akibat listrik dengan tegangan > 1000 volt
- Luka bakar dengan komplikasi patah tulang, kerusakan luas jaringan lunak
atau gangguan jalan napas


Patofisiologi
Perubahan mikrosirkulasi yang terjadi diantaranya vasodilatasi arteriol. Timbul
mediator endogen meningkatkan permeabilitas kapiler yang menyebabkan edema dan
hipoproteinemia. Hipoproteinemia menyebabkan berpindahnya cairan dari
intravaskuler ke interstisial. Permasalahan awal yang serius dan harus cepat
didiagnosis adalah adanya cedera inhalasi. Cedera ini merupakan gangguan mukosa
saluran nafas akibat paparan atau kontak dengan sumber termis, umumnya disebabkan
oleh api, terperangkap di ruang tertutup,atau terpapar zat kimia. Ciri yang harus
dilihat adalah adanya bulu hidung yang terbakar atau adanya jelaga di hidung.
Kulit yang terbakar mengakibatkan barrier terhadap mikroorganisme berkurang,
regulasi suhu tubuh terganggu dan dapat terjadi eksudasi cairan.
Fase Luka Bakar
1. Fase awal/akut/syok. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, akibat
cedera termis sistemik dan gangguan perfusi oksigen
2. Fase subakut. Masalah kehilangan jaringan yang menyebabkan reaksi
inflamasi, meningkatnya kerentanan terhadap infeksi, hipermetabolisme dan
masalah penutupan luka.
3. Fase lanjut. Masalah jaringan parut hipertrofik dan kontraktur sebagai
penyulit.
Zona kerusakan jaringan
21

1. Zona Koagulasi/Nekrosis adalah daerah yang langsung mengalami kerusakan
(koagulasi protein) karena luka bakar, disebut juga zona nekrosis.
2. Zona Statis, adalah daerah yang langsung berada di luar zona koagulasi. Di daerah ini
terjadi kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit dan leukosit sehingga terjadi
gangguan perfusi (no flow phenomena) diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan
respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung 12-24 jam pasca cedera.
3. Zona Hiperemi, adalah daerah diluar zona stasis yang ikut mengalami reaksi
vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler. Dapat mengalami penyembuhan
spontan atau berubah menjadi zona statis bila terapi tidak adekuat.





















Akibat pertama luka bakar adalah syok karena keaget dan kesakitan. Pembuluh darah
yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeablitas kapiler meningkat. Sel darah yang
ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya
permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang mengandung banyak
elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan
kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang
berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan
pengeluaran cairan dari erosi luka bakar derajat tiga.
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih
bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan
gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, pulsasi nadi kecil dan
cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi
perlahan, maksimal terjadi setelah delapan jam.
22

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terisap. Udem
laring yang biasa ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan
gejala sesak napas, takipneu, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap akibat
jelaga.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbon monoksida
akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi
mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan
muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin
terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai
membaik dan terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh
darah, yang ditandai dengan meningkatnya diuresis.
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium
yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit
diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami
trombosis. Padahal pembuluh kapiler membawa sistem pertahanan tubuh atau
antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar, selain berasal dari kulit
penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran napas atas dan kontaminasi
kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya sangat berbahaya
karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai antibiotik.
Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus gram positif yang berasal dari
kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman gram
negatif. Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dan
toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar.
Infeksi pseudomonas dapat dinilai dari warna hijau pada kassa penutup luka bakar.
Kuman memproduksi enzim penghancur erosi kulit yang bersamaan dengan eksudasi
oleh jaringan granulasi membentuk nanah.
Infeksi ringan dan non-invasif (tidak dalam) ditandai dengan erosi kulit yang mudah
terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan erosi kulit
yang kering dengan perubahan jaringan di tepi erosi yang mula-mula sehat menjadi
nekrotik, akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat dua menjadi derajat tiga.
Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang
terbakar dan menimbulkan trombosis.
Bila luka bakar dibiopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan kuman dan
terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar demikian disebut
luka bakar septik. Bila penyebabnya kuman gram positif, seperti staphylococcus atau
basil gram negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran kuman lewat darah (bakteremia)
yang dapat menimbulkan fokus infeksi di usus. Syok septik dan kematian dapat
terjadi karena toksin kuman yang menyebar di darah.
Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat dua dapat sembuh dengan
meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel
yang masih vital, misalnya kelenjar sebasea, sel basal, kelenjar keringat, sel folikel
rambut. Luka bakar derajat dua yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertofik
yang nyeri, gatal, kaku dan secara estetik sangat jelek. Luka bakar derajat tiga yang
23

dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur. Bila ini terjadi di persendian,
fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristaltik usus
menurun atau berhenti karena syok, sednagkan pada fase mobilisasi, peristaltik dapat
menurun karena kekurangan ion kalium.
Stress atau beban faal yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat
menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala
yang sama dengan gejala tukak peptikum. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling
(Curling disease). Yang dikhawatirkan pada penyakit ini adalah komplikasi
perdarahan yang muncul sebagai hematemesis atau melena.
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan
protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme
tinggi dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan
kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari
pembakaran protein dari otot rangka. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus,
otot mengecil, dan berat badan menurun. Dengan demikian, korban luka bakar
menderita penyakit berat yang disebut penyakit luka bakar. Bila luka bakar
menyebabkan cacat, terutama bila luka mengenai wajah sehingga rusak berat,
penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat. Jadi, prognosis luka bakar
terutama ditentukan oleh luasnya luka bakar.

Gambaran klinis

Umum : nyeri dan pembengkakan/lepuhan
Khusus : bukti adanya inhalasi asap (jelaga pada hidung atau sputum, luka bakar
dalam mulut, suara serak), luka bakar pada mata atau alis mata, luka bakar
sirkumferensial

Pemeriksaan penunjang

Darah perifer lengkap, ureum dan elektrolit, rontgen thorax dan gas darah arteri
(curiga trauma inhalasi), golongan darah dan cross match, EKG/enzim jantung (bila
dengan luka bakar akibat sengatan listrik)

Diagnosis banding

Diagnosis banding ditentukan dengan uji tusuk jarum (pin prick test). Uji dilakukan
dengan menusukkan jarum untuk menentukan apakah daerah luka bakar masih
memiliki sensasi nyeri. Bila tusukan masih terasa nyeri, artinya sistem sensorisnya
masih berfungsi dan dermis masih vital, dan luka bakarnya bukan merupakan luka
bakar derajat tiga.

Terapi

24

Pertolongan pertama dan transportasi
1. Matikan api dengan memutuskan hubungan (suplai) dengan oksigen
dengan menutup tubuh penderita dnegan selimut, handuk, sprei, dll.
2. Perhatikan keadaan umum penderita
3. Pendinginan
- Membuka pakaian penderita
- Merendam dalam air (20-30C) atau air mengalir selama 20-30
menit, dan untuk daerah wajah cukup dikompres dengan air
- Bila disebabkan oleh zat kimia, selain air dapat digunakan NaCl
fisiologis (untuk zat korosif) atau gliserin (untuk fenol)
- Pendinginan ini tidak berguna lagi untuk luka bakar > 1 jam
4. Mencegah infeksi :
- Luka ditutup dengan perban atau kain bersih kering dan tidak
dapat melekat pada luka
- Penderita ditutup dengan kain bersih
- Luka jangan diberi zat yang tidak larut dalam air seperti minyak
5. Pemberian sedatif morfin 10 mg IM untuk dewasa atau 1 mg/tahun
usia IM pada anak-anak, diberikan 24-48 jam pertama
6. Bila luka bakar luas, penderita dipuasakan, kecuali bila cairan
parenteral tidak dapat diberikan dalam 30 menit dan bising usus baik,
dapat diberikan larutan garam per oral saja
7. Transportasi ke fasilitas yang lebih lengkap sebaiknya dilajukan
dalam 1 jam, bila tidak mungkin, masih dapat dilakukan dalam 24-48
jam pertama dalam pengawasan ketat selama perjalanan. Lebih dari
48 jam sebaiknya ditunda sampai hari keempat-kelima setelah
keadaan umum stabil
8. Khusus untuk luka bakar daerah wajah, posisi kepala harus lebih
tinggi dari tubuh , perhatikan kemungkinan edema laring, bila perlu
dilakukan trakeotomi. Pada mata berikan salep mata antibiotik dan
atropin sulfat 1% tetes mata untuk mencegah infeksi

Cairan intravena
Jumlah cairan infus yang akan diberikan, dihitung berdasarkan luas dan
kedalaman lukanya. Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan
tsb.
Cara Evans :
- Luas luka (%) x BB (kg) diubah menjadi ml NaCl / 24 jam
Contoh : 15 % x 70 ml = 1050 ml NaCl/24 jam
70 ml ~ BB : 70 kg
- Luas luka (%) x BB (kg) diubah menjadi ml plasma / 24 jam
Contoh : 15% x 70 ml = 1050 ml plasma/24 jam
70 ml ~ BB : 70 kg
- Glukosa 5% 2000 cc/24 jam
25

Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat edema. Plasma
diperlukan untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh dan
meningkatkan tekanan osmotik sehingga mengurangi jumlah cairan yang
keluar ke interstitial dan menarik kembali cairan ke dalam pembuluh darah.
Glukosa diberikan sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan.
Separuh dari jumlah cairan yang telah dijelaskan di atas diberikan dalam 8 jam
pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua
diberikan setengah dari jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan
setengah jumlah cairan hari kedua. Penderita mula-mula dipuasakan karena
peristaltik usus terhambat pada keadaan pre-syok, dan mulai diberikan minum
segera setelah fungsi usus normal kembali. Jika diuresis hari ketiga
memuaskan dan penderita dapat minum tanpa kesulitan, infus dapat dikurangi
bahkan dihentikan.
Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana yaitu menggunakan rumus
Baxter :
() ()
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit, yaitu
larutan Ringer Laktat, karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan
setengah cairan hari pertama.
Contoh : korban dengan BB 50 kg dan luas luka bakar 20%. Maka
perhitungannya untuk hari pertama, dan 2000 ml
untuk hari kedua.
Pemberian cairan dapat ditambah, jika pasien dalam keadaan syok atau
diuresisnya kurang.
Medikamentosa
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang
banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap
pseudomonas. Bila ada infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan
dan uji resistensi bakteri. Antasida diberikan untuk pencegahan tukak lambung
dan antipiretik diberikan bila suhu tinggi.
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbangan nitogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak
2500-3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Jika diperlukan, makanan
dapat diberikan melalui nasogastric tube atau ditambah dengan nutrisi
parenteral.
Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya perlu fisioterapi untuk
memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi, jika perlu,
sendi diimobilisasi dalam posisi fungsional dengan bidai.
26

Penderita luka bakar luas harus dipantau terus menerus. Keberhasilan cairan
dapat dilihat dari diuresis normal yaitu sekurang-kurangnya 1 ml/kgBB/jam.
Kekurangan ion Na akibat masuknya Na ke dalam sel menimbulkan gejala
keracunan air dengan edema otak yang ditandai dengan kejang. Kekurangan
ion K dapat diketahui dari EKG yang menunjukkan depresi segmen ST.
Obat topikal yang dapat dipakai dapat berbentuk larutan, salep atau krim.
Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk sediaan kassa (tulle). Antiseptik yang
dipakai adalah povidone iodine atau nitras-argenti 0.5%. Kompres nitras-
argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk
semua kuman. Obat ini mengendap sebagai garam sulfida atau klorida yang
memberi warna hitam sehingga mengotori semua kain. Obat lain yang banyak
dipakai adalah silver sulfadiazin, dalam bentuk krim 1%. Krim ini sangat
berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup,
efektif terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi dan aman. Krim
ini dioles tanpa dibalut dan dapat dibersihkan dan diganti setiap hari.

Pembedahan
- Escharotomy
Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan luka bakar yang
melingkar, berupa penyayatan atau insisi pada eschar luka bakar.
Luka bakar yang melingkar pada tungkai akan timbul eschar yang
melingkar. Secara signifikan akan ditemukan sianosis pada daerah
yang tidak terbakar distal dari luka bakar, adanya nyeri yang terus
menerus serta terjadi penurunan atau tidak teraba denyut nadi
secara progresif. Dilakukan insisi eschar untuk limb saving pada
daerah mid medial atau mid lateral atau insisi kedua sisi bila
perlu. Luka bakar melingkar pada daerah dada akan membuat
dada tidak memungkinkan untuk mengembang secara adekuat
saat bernafas, sehingga terjadi pernafasan cepat dan dangkal. Bila
dibiarkan akan berakibat buruk. Dilakukan escharotomy untuk life
saving berupa insisi eschar pada garis linea aksilaris anterior
bilateral. Bila luka bakar meluas sampai daerah perut insisi
dilanjutkan transversal sepanjang batas costae.




27


































28

- Debridement
Indikasi
Debridement luka bakar diindikasikan pada luka bakar yang
dalam misalnya luka bakar deep-dermal dan subdermal. Luka
bakar yang dalam ini ditandai dengan permukaan yang keputihan,
merah, kecoklatan, kuning atau bahkan kehitaman dan tidak
adanya capillary refill ataupun sensibilitas kulit.
Kontraindikasi Operasi
Kondisi fisik yang tidak memungkinkan
Gangguan pada proses pembekuan darah
Tidak tersedia donor yang cukup untuk menutup permukaan
terbuka (raw surface) yang timbul.
Teknik Operasi
1. Informed consent
2. Posisi terlentang dalam narkosa umum
3. Cuci luka dengan Normal Saline (NaCl 0.9 %) sambil
dilakukan nekrotomi & bullektomi hingga bersih
(debridement)
4. Keringkan dengan kasa steril
5. Oleskan Silver Sulfadiazin (SSD)/ Dermazin/ Burnazin
6. Bebat dengan kassa lembab diseluruh area luka bakar
7. Dapat juga dilakukan perawatan luka terbukan dengan
MEBO (moist exposure burn ointment - berupa salep)
Perawatan pasca debridement
Balutan awal harus dipertahankan selama 3-7 hari, kecuali timbul
rasa sakit, berbau, basah dan komplikasi lain yang dapat muncul.
Ketika melepaskan balutan, perlengketan diatasi dengan normal
saline untuk mengurangi perlengketan. Apabila terdapat
hematoma atau seroma pada saat ganti balutan, atasi dengan
29

membuat insisi kecil pada daerah yang paling menonjol dan
keluarkan isinya.

-
Skin Grafting

Secara umum skin grafting termasuk salah satu tindakan
transplantasi yaitu pemindahan suatu organ ke tempat lain yang
membutuhkannya. Skin grafting adalah tindakan memindahkan
sebagian atau seluruh tebalnya kulit dari satu tempat ke tempat
lain supaya hidup di tempat yang baru tersebut, yang dibutuhkan
suplai darah baru untuk menjamin kehidupan kulit yang
dipindahkan tersebut. Bagian kulit yang diangkat pada tindakan
ini adalah epidermis beserta sebagian atau seluruh lapisan dermis
tergantung pada ketebalan kulit yang dibutuhkan. Skin grafting
bertujuan untuk menutup luka.
Skin grafting terbagi dua :
1. Split thickness skin grafting, graft ini mengandung epidermis dan sebagian
dermis. Daerah donor diharapkan dapat sembuh sendiri / epitelialisasi.
2. Full thickness skin grafting, graft meliputi epidermis dan seluruh ketebalan
dermis. Daerah donor perlu dilakukan penutupan.
Pada kasus luka bakar jenis skin grafting yang digunakan adalah
split thickness karena umumnya area yang perlu ditutup relatif
luas dan kondisi vaskularisasi bed luka tidak begitu baik akibat
trauma panas. Split thickness skin grafting dapat merupakan
tindakan yang definitif sebagai penutup defek yang permanen
atau hanya sebagai tindakan yang sementara sambil menunggu
tindakan definitif. Pada luka bakar Split thickness skin grafting
merupakan tindakan definitif sebagai penutup luka yang luas.
Luka bakar yang luas ada batasan dalam melakukan eksisi
tangensial membuang eschar yaitu kurang lebih sekitar 20%,
untuk itu diperlukan skin grafting untuk menutup defek sekitar
20%. Masalah yang ada, kulit sehat yang akan digunakan sebagai
donor belum tentu cukup tersedia, sehingga diperlukan metode
tambahan untuk memperluas kulit dari donor. Metode tersebut
adalah Mesh Grafting. Metode ini digunakan untuk memperluas
30

skin graft dengan alat skin mesher,
prinsipnya adalah membuat insisi kecil
multipel dengan jarak yang teratur.
Tindakan ini membuat kulit seperti jala dan
bertambah luas sekitar 1,5-9 kali tergantung
dermacarrier yang digunakan. Metode ini
memungkinkan menutup defek yang luas
dengan 1 kali operasi. Penutupan luka
dengan skin grafting pada luka bakar dapat
dilakukan secara immediate atau delayed.
I mmediate Skin Graft
Suatu tindakan skin grafting untuk menutup
defek luka yang dilakukan segera setelah
eksisi tangensial. Prinsip tindakan adalah
segera, eksisi yang agresif dan adekuat.
Cara ini punya keuntungan lama perawatan
lebih singkat, angka infeksi lebih rendah.
Kerugiannya bila eksisi yang dilakukan
kurang adekuat akan menyebabkan
kegagalan skin graft.

Delayed Skin Graft
Suatu tindakan skin grafting yang ditunda, istilah ini
mempunyai dua pengertian :
1. Menunda tindakan skin grafting.
2. Menunda penempelan skin grafting.
Istilah delayed skin graft pengertian yang pertama untuk luka-
luka trauma yang terkontaminasi dan diragukan vitalitas
jaringannya. Ditunggu sampai kondisi tenang atau sampai
terbentuk jaringan granulasi karena dianggap kemungkinan
sukses atau take tindakan ini lebih besar. Kerugian dari
tindakan ini adalah waktu rawat lebih lama. Anggapan bahwa
menunggu sampai kondisi tenang atau terbentuk granulasi
31

kesuksesan tindakan skin graft lebih tinggi adalah kurang benar
karena kondisi yang memungkinkan untuk tindakan skin
grafting dapat dibuat/dikondisikan jadi tidak perlu menunggu,
misalnya dengan melakukan eksisi yang adekuat dengan
membuang jaringan non vital sampai ke bagian yang benar-
benar vital. Perlu diketahui bahwa setiap jaringan yang potensi
terbentuk jaringan granulasi dapat dilakukan skin grafting tanpa
perlu menunggu sampai terbentuk granulasi, kecuali daerah
yang tidak vaskuler seperti tulang perlu dilakukan chipping
sampai ada bintik-bintik perdarahan atau dibuat lubang-lubang
dengan bor agar terbentuk granulasi yang memungkinkan untuk
dilakukan skin grafting. Pengertian yang kedua yaitu menunda
penempelan skin graft. Setelah skin graft diambil dari daerah
donor, kulit disimpan dalam lemari es dengan suhu 4C.
Resipien dipersiapkan untuk penempelan yang akan dilakukan
beberapa hari kemudian. Tindakan ini dilakukan pada keadaan :
- Dikhawatirkan saat evakuasi dari kamar operasi karena posisi
penderita atau karena gerakan- gerakan dalam keadaan tidak
sadar/efek narkose akan merusak penempelan. Ditunggu sampai
penderita sadar kemudian dilakukan penempelan.
- Kondisi luka resipien masih banyak rembesan-rembesan darah
yang diduga akan mengganggu proses take. Penempelan
dilakukan kemudian setelah keadaan resipien relatif bersih
tampak tidak ada bekuan darah.
- Luka resipien kotor/terinfeksi, penempelan dilakukan setelah
keadaan terkendali.
- Adanya keraguan pada jaringan yang saat ini tampak vital tetapi
masih ada kemungkinan berubah menjadi non vital, misalnya luka
bakar akibat listrik dimana proses nekrosis masih berjalan.
Janzekovic menyatakan sebaiknya pembedahan dini pada luka
bakar dilakukan sekitar hari ke 3 atau hari ke 5. Pada periode ini
belum ada koloni mikroorganisme dan jaringan mati sudah
definitif establish. Jika operasi ditunda akan terjadi hyperemia
disekitar luka yang akan menyebabkan perdarahan saat operasi.
32

Bila menunggu lebih dari lima hari koloni kuman akan
menghambat take skin grafting dan eschar menjadi lunak
sehingga membuat sukar untuk di eksisi.

Komplikasi pasca luka bakar
Setelah sembuh dari luka, masalh yang timbul berikutnya adalah akibat jaringan parut yang
dapat berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan
menyebabkan kekakuan sendi, atau menimbulkan cacat estetis, terutama bila parut tersebut
berupa keloid. Kekakuan sendi memerlukan program fisioterapi intensif dan kontraktur yang
memerlukan tindakan bedah.
Pada cacat estetis yang berat mungkin diperlukan ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan
kepercayaan diri penderita dan ahli bedah untuk rekonstruksi, terutama jika cacat mengenai
wajah atau tangan.
Bila luka bakar mengenai jalan napas aibat inhalasi, dapat terjadi atelektasis, pneumonia, atau
insufisiensi fungsi paru pasca trauma.























33

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC :
Jakarta.
2. Purwadianto A, Sampurna Budi. 2013. Kedaruratan Medik, Edisi Revisi. Binarupa
Aksara : Tangerang.
3. Grace Pierce A, Borley Neil R. 2007. At a Glance Ilmu Bedah, Edisi Ketiga.
Erlangga : Jakarta.
4. David S Perdanakusuma. Escharotomy, Escharectomy and Skin Grafting in Burn
Patients (Early Surgery in Burn). Plastic Surgery Departement, Airlangga
University School of Medicine Dr. Soetomo General Hospital, Surabaya
Indonesia.http://www.fk.unair.ac.id/attachments/1713_ESCHAROTOMY,%20ESCH
ARECTOMY%20AND%20SKIN%20GRAFTING%20IN%20BURN%20PATIENT
S.pdf
5. Anonim. 2012. Luka Bakar http://bedahminor.com/index.php/main/show_page/239

Anda mungkin juga menyukai