Anda di halaman 1dari 24

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
.Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang diwariskan oleh orangtua
kepada anak. Thalassemia mempengaruhi kemampuan dalam menghasilkan
hemoglobin yang berakibat pada penyakit anemia. Hemoglobin adalah suatu protein
dalam sel darah merah yang mengangkut oksigen dan nutrisi lainnya ke sel-sel
lainnya dalam tubuh. Sekitar 100.000 bayi di seluruh dunia terlahir dengan jenis
thalassemia berbahaya setiap tahunnya (Ngastiyah 2007).
Thalassemia terutama menimpa keturunan Italia, Yunani, Timur Tengah, Asia
dan Afrika. Ada dua jenis thalassemia yaitu alpha dan beta. Kedua jenis thalassemia
ini diwariskan dengan cara yang sama. Penyakit ini diturunkan oleh orangtua yang
memiliki gen mutasi thalassemia. Seorang anak yang mewarisi satu gen mutasi
disebut pembawa atau carrier, atau yang disebut juga dengan thalassemia trait (sifat
thalassemia). Kebanyakan pembawa ini hidup normal dan sehat. Anak yang mewarisi
dua sifat gen, di mana satu dari ibu dan satu dari ayah, akan mempunyai penyakit
thalassemia. Jika baik ibu maupun ayah adalah pembawa, kemungkinan anak
mewarisi dua sifat gen, atau dengan kata lain mempunyai penyakit thalassemia,
adalah sebesar 25 persen. Anak dari pasangan pembawa juga mempunyai 50 persen
kemungkinan lahir sebagai pembawa. (Doenges, Marillyn E. 2009)
Jenis paling berbahaya dari alpha thalassemia yang terutama menimpa
keturunan Asia Tenggara, Cina dan Filipina menyebabkan kematian pada jabang bayi
atau bayi baru lahir. Sementara itu, anak yang mewarisi dua gen mutasi beta
thalassemia akan menderita penyakit beta thalassemia. Anak ini memiliki penyakit
thalassemia ringan yang disebut dengan thalassemia intermedia yang menyebabkan
anemia ringan sehingga si anak tidak memerlukan transfusi darah. Jenis thalassemia
yang lebih berat adalah thalassemia major atau disebut juga dengan Cooley's Anemia.
Penderita penyakit ini memerlukan transfusi darah dan perawatan yang intensif.
2

Anak-anak yang menderita thalassemia major mulai menunjukkan gejala-gejala
penyakit ini pada usia dua tahun pertama. Anak-anak ini terlihat pucat, lesu dan
mempunyai nafsu makan rendah, sehingga menyebabkan pertumbuhannya terlambat.
(Ngastiyah 2007).
Tanpa perawatan medik, limpa, jantung dan hati menjadi membesar. Di
samping itu, tulang-tulang tumbuh kecil dan rapuh. Gagal jantung dan infeksi
menjadi penyebab utama kematian anak-anak penderita thalassemia major yang tidak
mendapat perawatan semestinya. Bagi anak-anak penderita thalassemia major,
transfusi darah dan suntikan antibiotic,sangat diperlukan. Transfusi darah yang rutin
menjaga tingkat hemoglobin darah mendekati normal. Namun, transfusi darah yang
dilakukan berkali-kali juga mempunyai efek samping, yaitu pengendapan besi dalam
tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan hati, jantung dan organorgan tubuh lain
(Doenges, Marillyn E. 2009).

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep umum penyakit thalasemia.
b. Untuk mengetahui gejala-gejala dari penyakit thalasemia.
c. Untuk mengetahui cara pencegahan terhadap penderita.

1.3 Manfaat
a. Mengetahui mekanisme penyakit thalasemia
b. Mengetahui gejala-gejala penyakit thalasemia
c. Dapat digunakan sebagai media informasi dari penulis kepada pembaca
tentang penyakit thalasemia
d. Menambah wawasan bagi penulis tentang biokimia khususnya mengenai
thalasemia



3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Thalasemia
2.1.1 Definisi Thalasemia
Thalasemia adalah kelainan darah yang diturunkan melalui keluarga
(diwariskan) di mana tubuh membuat bentuk abnormal dari hemoglobin, protein
dalam sel darah merah yang membawa oksigen. Hasil gangguan dalam penghancuran
berlebihan dari sel-sel darah merah, yang mengarah ke anemia (Lindberg, Donald.
2013).
Beberapa jenis thalassemia ada, termasuk alpha-thalassemia, beta-thalassemia
intermedia, anemia Cooley dan anemia Mediterania. Hemoglobin adalah zat dalam
sel darah merah yang memungkinkan mereka untuk membawa oksigen. Hemoglobin
rendah dan sel darah merah lebih sedikit dari thalassemia dapat menyebabkan
anemia, yang membuat lelah. Jika memiliki thalasemia ringan, maka tidak
memerlukan pengobatan. Tetapi, jika memiliki bentuk yang lebih parah dari
thalassemia, maka diperlukan transfusi darah secara teratur. Sedangkan untuk
mengatasi kelelahan dapat dilakukan seperti memilih makanan yang sehat dan
berolahraga secara teratur (Kamus Dorlan, 2000).
Thalasemia dibagi menjadi dua bentuk, yaitu thalasemia major dan thalasemia
minor. Thalasemia major juga dikenal sebagai beta thalassemia. Gambaran klinis dari
bentuk anemia pertama kali dijelaskan pada tahun 1925 oleh dokter anak Thomas
Benton Cooley. Nama lain untuk penyakit ini adalah anemia Cooley dan anemia
Mediterania . Istilah thalassemia ini diciptakan oleh ahli patologi pemenang Nobel
Prize George Whipple dan profesor pediatri William Bradford di U. of Rochester
karena thalassa dalam bahasa Yunani berarti laut (seperti Laut Mediterania) + - emia
berarti dalam darah sehingga thalassemia berarti laut dalam darah. Thalassemia bukan
hanya satu penyakit. Ini adalah kontingen kompleks kelainan genetik (bawaan) yang
semuanya melibatkan rendahnya produksi hemoglobin, molekul yang sangat
diperlukan dalam sel darah merah yang membawa oksigen. Globin bagian dari
4

hemoglobin dewasa normal terdiri dari 2 alpha dan 2 rantai polipeptida beta . Dalam
beta thalassemia, ada mutasi (perubahan) dalam kedua rantai globin beta
menyebabkan rendahnya produksi (atau tidak adanya) dari rantai beta, rendahnya
produksi hemoglobin, dan anemia yang mendalam. Gen untuk beta thalassemia
adalah relatif sering terjadi pada orang-orang asal Mediterania (misalnya, dari Italia
dan Yunani). Anak-anak dengan penyakit ini mewarisi satu gen untuk itu dari setiap
orangtua (dan begitu juga dikatakan homozigot untuk beta thalassemia). Orang tua
adalah pembawa (heterozigot) dengan hanya satu gen thalassemia, yang dikatakan
memiliki thalasemia minor, dan pada dasarnya normal. Anak-anak mereka
terpengaruh dengan beta thalasemia tampak sepenuhnya normal saat lahir (karena
saat lahir kita masih memiliki hemoglobin janin terutama yang tidak mengandung
rantai beta) tetapi anemia muncul dalam beberapa bulan pertama kehidupan dan
menjadi semakin lebih parah menyebabkan pucat dan mudah fatiguability, gagal
tumbuh (tumbuh) , serangan demam (karena infeksi) dan diare. Pengobatan
didasarkan pada transfusi darah sangat membantu tapi tidak kuratif. Terapi gen akan
diharapkan dapat diterapkan pada penyakit ini (Lindberg, Donald. 2013).
Thalassemia minor adalah suatu kondisi darah genetik. Pasien dengan
talasemia minor kadang-kadang dikatakan memiliki "sifat thalassemia" dan mereka
sering non-gejala. Meskipun seseorang dengan kondisi ini mungkin tidak mengalami
gejala yang merugikan, sifat tersebut dapat diteruskan kepada anak dan jika orang tua
lain juga membawa sifat tersebut, anak bisa mengembangkan thalassemia minor
dengan mewarisi gen buruk dari salah satu orang tua atau lebih parah bentuk penyakit
dengan mewarisi gen dari kedua orang tuanya (Lindberg, Donald. 2013).

2.1.2 Klasifikasi thalasemia.
Berdasarkan rantai terpengaruh, thalassemia diklasifikasikan sebagai berikut
(Parthasaraty et al, 2013):
a. thalassemia (rantai yang terkena dampak)(Parthasaraty et al, 2013):
Hemoglobin barts ( 4)
5

Bayi yang lahir mati atau mati dalam beberapa jam setelah lahir. Ada edema
kotor, hepatosplenomegali dan pucat. Hal ini terkait dengan tingginya insiden
toksemia kehamilan pada ibu (Manoharan&Sethuraman, 2003).
Penyakit hemoglobin H ( 4)
Mereka biasanya hadir dengan anemia ringan dengan variabel splenomegali
dan program ringan. Namun, pada beberapa pasien gejala bisa berat
(Manoharan&Sethuraman, 2003).
b. thalassemia (rantai dipengaruhi):
- thalassemia (rantai tidak ada)
-
+
thalassemia (rantai diproduksi sebagian) (Parthasaraty et al, 2013)
thalassemia mayor adalah bentuk yang paling parah dari thalassemia dan
pertama kali dijelaskan oleh Cooley pada tahun 1925. Bayi yang terkena dengan
anemia berat, gagal tumbuh dan dengan kesulitan makan. Jika tidak diobati mereka
mengembangkan pertumbuhannya terhambat, memerintah tengkorak karena ekspansi
sumsum, osteopenia, dan penipisan tulang dan hepatosplenomegali. Simpanan
ekstrameduler mungkin jarang dapat menyebabkan komplikasi neurologis. Hemolisis
kronis dapat menyebabkan cholelithiasis. Peningkatan penyerapan zat besi
menyebabkan Siderosis jantung, hiperpigmentasi kulit, penyakit hati, dan masalah
endokrin lainnya (Manoharan&Sethuraman, 2003).
Dalam beta thalassemia intermedia keparahan gejala bervariasi. Pada salah satu
ujung spektrum mereka mirip dengan yang tergantung pada transfusi beta thalassemia
mayor, dan di ujung lain mereka mungkin tetap sepenuhnya tanpa gejala sampai
kehidupan dewasa dan transfusi independen (Manoharan&Sethuraman, 2003).
Dalam beta thalassemia minor pasien biasanya tidak menunjukkan gejala dan
terdiagnosis secara kebetulan selama tes darah rutin (Manoharan&Sethuraman,
2003).

6

Manifestasi Detail singkat
Alpha thalasemia
Carrier diam
Klasifikasi genotipe yang sesuai adalah satu-gen
penghapusan alpha thalassemia. Kasus-kasus dengan tipe
ini menampakkan ada gejala dan tanda, namun dapat
dideteksi dengan pemeriksaan khusus seperti polymerase
chain reaction (PCR).
Mid alpha
thalassemia
Klasifikasi genotipe yang sesuai adalah dua-gen
penghapusan alpha thalassemia. Kasus dengan tipe ini
nyata tidak ada gejala tetapi sel darah merah yang
abnormal dapat dilihat pada pemeriksaan hapusan darah
rutin.
Penyakit
Hemoglobin H
Klasifikasi genotipe yang sesuai adalah tiga-gen
penghapusan alpha thalassemia. Kasus dengan tipe ini
biasanya menampakkan gejala anemia. Manifestasi non-
hematologi termasuk deformitas tulang, pipi mencolok dan
dahi, dan limpa besar, sampai sepuluh kali normal sering
terjadi.
Hb bart hydrop
fetalis
Klasifikasi genotipe yang sesuai adalah empat-gen
penghapusan alpha thalassemia. Kasus-kasus dengan jenis
ini biasanya meninggal dalam kandungan.
Beta thalassemia
Thalasemia minor
atau thalassemia
trait
Kasus dengan tipe ini nyata tidak ada gejala tetapi sel darah
merah yang abnormal dapat dilihat pada pemeriksaan
hapusan darah rutin. Peringatan yang utama bagi mereka
dengan sifat beta thalassemia melibatkan masalah mungkin
bahwa anak-anak mereka dapat mewarisi jika pasangan
mereka juga memiliki sifat beta thalassemia.
Thalasemia Kasus-kasus dengan thalassemia intermedia mengalami
7

intermedia anemia yang signifikan, namun mampu bertahan hidup
tanpa transfusi darah. Perlu diperhatikan bahwa diagnosis
ini terutama berdasarkan gejala klinis bukan genotipe.
Thalassemia major
Kasus-kasus dengan thalassemia mayor mengalami anemia
yang signifikan dan tergantung padatransfusi, kematian
akan terjadi tanpa transfusi.
Tabel 2.1.2 Klasifikasi klinis thalasemia (Wiwanitkit, 2007)
2.1.3 Epidemiologi
Penyakit thalassemia ini tersebar luas didaerah Mediteranian, Timur tengah,
india sampai Asia Tenggara termasuk Indonesia, daerah ini dikenal sebagai kawasan
thalassemia. Frekuensi thalassemia di Asia Tenggara adalah antara 3-9%. Di
Indonesia talasemia merupakan penyakit terbanyak diantara golongan anemia
hemolitik dengan jenis intrakorpuskuler.
Jenis talasemia yang terbanyak yang ditemukan di Indonesia adalah talasemia
beta mayor sebanyak 50% dan talasemia beta HbE sebanyak 45%. Frekuensi
pembawa penyakit talasemia (carier) di Indonesia ditemukan 3-10%.

2.1.4 Etiologi
A. Gangguan genetic
Orangtua memiliki sifat carier (heterozygote) penyakit thalasemia
sehingga klien memiliki gen resesif homozygote.
B. Kelainan Struktur Hemoglobin
1. Kelainan struktur globin di dalam fraksi hemoglobin. Sebagai contoh,
Hb A (adult, yang normal), berbeda dengan Hb S (Hb dengan gangguan
thalasemia) dimana, valin di Hb A digantikan oleh asam glutamate di
Hb S.
2. Menurut kelainan pada rantai Hb juga, thalasemia dapat dibagi menjadi
2 macam, yaitu : thalasemia alfa (penurunan sintesis rantai alfa) dan beta
(penurunan sintesis rantai beta).
8

C. Produksi satu atau lebih dari satu jenis rantai polipeptida terganggu.
Defesiensi produksi satu atau lebih dari satu jenis rantai a dan b.
D. Terjadi kerusakan sel darah merah (eritrosit) sehingga umur eritrosit pendek
(kurang dari 120 hari).
Struktur morfologi sel sabit (thalasemia) jauh lebih rentan untuk rapuh bila
dibandingkan sel darah merah biasa. Hal ini dikarenakan berulangnya
pembentukan sel sabit yang kemudian kembali ke bentuk normal sehingga
menyebabkan sel menjadi rapuh dan lisis.
E. Deoksigenasi (penurunan tekanan O2)
Eritrosit yang mengandung Hb S melewati sirkulasi lebih lambat apabila
dibandingkan dengan eritrosit normal. Hal ini menyebabkan deoksigenasi
(penurunan tekanan O2) lebih lambat yang akhirnya menyebabkan
peningkatan produksi sel sabit.

2.1.5 Patofisiologi
Penyebab anemia pada Thalassemia bersifat primer dan sekunder. Primer
adalah berkurangnya sintesis HbA dan eritroipoeisis yang tidak efektif disertai
penghancuran sel-sel eritrosit. Sedangkan sekunder adalah karena defisiensi asam
folat, bertambahnya volume plasma intravaskular yang mengakibatkan hemodilusi,
dan destruksi eritrosit oleh system retikuloendotelial dalam limpa dan hati (Pujiadi,,
2010).
Penelitian biomolekuler menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen sehingga
produksi rantai alfa atau beta dari hemoglobin berkurang. Molekul globin terdiri atas
sepasang rantai dan sepasang rantai lain yang menentukan jenis hemoglobin (Hb)
(Permono B, 2006).
9


Gambar 2.1.5 Struktur hemoglobin normal (Behrman RE,et al. 2003).
Pada orang normal terdapat 3 jenis Hb, yaitu Hb A (merupakan > 96% dari
Hb total, tersusun dari 2 rantai dan 2 rantai = 2 2), Hb F(< 2% = 2g2) dan
HbA2 (< 3% =2d2). Kelainan produksi dapat terjadi pada ranta ( -thalassemia),
rantai ( thalassemia), rantai- ( thalassemia), rantai- ( thalassemia), maupun
kombinasi kelainan rantai- dan rantai- ( -thalassemia). (Permono B, 2006)
Pada thalassemia , kekurangan produksi rantai beta menyebabkan
kekurangan pembentukan 2 2 (Hb A); kelebihan rantai-a akan berikatan dengan
rantai- yang secara kompensatoir Hb F meningkat; sisanya dalam jumlah besar
diendapkan pada membrane eritrosit sebagai Heinz bodies dengan akibat eritrosit
mudah rusak (ineffective erythropoesis). (Permono B, 2006)
Masing-masing tipe Hb memiliki karakteristik yang berbeda dalam mengikat
oksigen, biasanya berhubungan dengan kebutuhan oksigen pada tahap-tahap
perkembangan yang berbeda dalam kehidupan manusia. Pada masa kehidupan
embrionik, rantai (rantai mirip-) berkombinasi dengan rantai membentuk Hb
Portland (22) dan dengan rantai untuk membentuk Hb Gower-1 (22). (Behrman
RE,et al. 2003)
Selanjutnya, ketika rantai telah diproduksi, dibentuklah Hb Gower-2,
berpasangan dengan rantai (22). Hb Fetal dibentuk dari 22 dan Hb dewasa
primer (Hb A) dibentuk dari 22. Hb fisiologis yang ketiga, Hb A2, dibentuk dari
rantai 22 (Behrman RE,et al. 2003).
10


2.1.5.1 Patologi seluler

Kelainan dasar dari semua tipe talasemia adalah ketidakseimbangan sintesis
rantai globin. Namun, konsekuensi akumulasi dari produksi rantai globin yang
berlebihan berbeda-beda pada tiap tipe talasemia. Pada talasemia-, rantai yang
berlebihan, tidak mampu membentuk Hb tetramer, terpresipitasi di dalam prekursor
sel darah merah dan, dengan berbagai cara, menimbulkan hampir semua gejala yang
bermanifestasi pada sindroma talasemia-; situasi ini tidak terjadi pada talasemia-.
(Pujiadi, 2010).
Rantai globin yang berlebihan pada talasemia- adalah rantai pada tahun-
tahun pertama kehidupan, dan rantai pada usia yang lebih dewasa. Rantai-rantai tipe
ini relative bersifat larut sehingga mampu membentuk homotetramer yang, meskipun
relatif tidak stabil, mampu tetap bertahan (viable) dan dapat memproduksi molekul
Hb seperti Hb Bart (4) dan Hb H (4). Perbedaan dasar pada dua tipe utama ini
mempengaruhi perbedaan besar pada manifestasi klinis dan tingkat keparahan dari
penyakit ini. Rantai yang terakumulasi di dalam prekursor sel darah merah bersifat
tidak larut (insoluble), tertimbun di dalam sel, berinteraksi dengan membran sel
(mengakibatkan kerusakan yang signifikan), dan menyebabkan sel menjadi tidak
stabil. Kondisi ini menyebabkan terjadinya destruksi intramedular dari prekursor sel
darah merah. Sebagai tambahan, sel-sel yang bertahan yang sampai ke sirkulasi darah
perifer dengan intracellular inclusion bodies (rantai yang berlebih) akan mengalami
hemolisis; hal ini berarti bahwa baik hemolisis maupun eritropoesis inefektif
menyebabkan anemia pada penderita dengan talasemia- (Pujiadi, 2010).
Kemampuan sebagian sel darah merah untuk mempertahankan produksi dari
rantai , yang mampu untuk berpasangan dengan sebagian rantai yang berlebihan
untuk membentuk Hb F, adalah suatu hal yang menguntungkan. Ikatan dengan
sebagian rantai berlebih tidak diragukan lagi dapat mengurangi gejala dari penyakit
dan menghasilkan Hb tambahan yang memiliki kemampuan untuk membawa
oksigen. Selanjutnya, peningkatan produksi Hb F sebagai respon terhadap anemia
berat, menimbulkan mekanisme lain untuk melindungi sel darah merah pada
11

penderita dengan talasemia-. Peningkatan level Hb F akan meningkatkan afinitas
oksigen, menyebabkan terjadinya hipoksia, dimana, bersama-sama dengan anemia
berat akan menstimulasi produksi dari eritropoetin. Akibatnya, ekspansi luas dari
massa eritroid yang inefektif akan menyebabkan ekspansi tulang berat dan
deformitas. Baik penyerapan besi dan laju metabolisme akan meningkat,
berkontribusi untuk menambah gejala klinis dan manifestasi laboratorium dari
penyakit ini. Sel darah merah abnormal dalam jumlah besar akan diproses di limpa,
yang bersama-sama dengan adanya hematopoesis sebagai respon dari anemia yang
tidak diterapi, akan menyebabkan splenomegali masif yang akhirnya akan
menimbulkan terjadinya hipersplenisme. (Permono B, 2006)

2.1.5.2 Patologi molekuler
Patologi molekuler dan genetika pada talasemia lebih komplek dari
talasemia , karena adanya 2 gen globulin pada tiap pasang kromosom 16. Genotip
normal globulin digambarkan / . Talasemia o, disebabkan beberapa delesi
pada dua gen tersebut. Homozigot dan heterozigot digambarkan beberapa delesi dua
gen tersebut. Homozigot digambarkan -/- dan heterozigot -/ . Jarang sekali
talasemia o disebabkan oleh delesi bagian yang mirip locus control region (LCR)
globin, 40 kb di atas kumpulan gen globin. Atau pemutusan lengan pendek Q
kromosom 16. (Pujiadi, 2010)

Gambar 2.1.5.2 Delesi kromosom alfa dan beta (Saunders, 2002).
12


Bentuk lain talasemia yang disebabkan oleh mutasi mirip talasemia .
Beberapa disebabkan oleh mutasi pada bagian awal dan pemisahan yang
menghasilkan rantai yang sangat tidak stabil dan tidak bisa membentuk tetramer.
(Permono B, 2006)

2.1.6 Gejala klinis penyakit thalasemia
Gejala klinis pada thalassemia hampir semua sama, yang membedakan adalah
tingkat keparahannya. Dari ringan (asimptomatik) sampai parahnya gejala. Gejala
klinis biasa berupa tanda-tanda anemia seperti pucat, lemah, letih, lesu, tidak aktif
beraktifitas, sesak nafas kurang konsentrasi, sering pula disertai dengan kesulitan
makan, gagal tumbuh, infeksi berulang dan perubahan tulang. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan facies Cooley, conjungtiva anemis, bentuk tulang yang abnormal,
pembesarah lien dan atau hepar. (Yaish Hassan, 2003)
Terdapat suatu sistem pembagian stadium thalassemia berdasarkan jumlah
kumulatif transfusi darah yang diberikan pada penderita untuk menentukan tingkat
gejala yang melibatkan kardiovaskuler dan untuk memutuskan kapan untuk memulai
terapi khelasi pada pasien dengan thalassemia- mayor atau intermedia. Pada sistem
ini, pasien dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Stadium I
Merupakan mereka yang mendapat transfusi kurang dari 100 unit Packed Red
Cells (PRC). Penderita biasanya asimtomatik, pada echokardiogram (ECG)
hanya ditemukan sedikit penebalan pada dinding ventrikel kiri, dan
elektrokardiogram (EKG) dalam 24 jam normal.
2. Stadium II
Merupakan mereka yang mendapat transfusi antara 100-400 unit PRC dan
memiliki keluhan lemah-lesu. Pada ECG ditemukan penebalan dan dilatasi pada
dinding ventrikel kiri. Dapat ditemukan pulsasi atrial dan ventrikular abnormal
pada EKG dalam 24 jam.
13

3. Stadium III
Gejala berkisar dari palpitasi hingga gagal jantung kongestif, menurunnya fraksi
ejeksi pada ECG. Pada EKG dalam 24 jam ditemukan pulsasi prematur dari
atrial dan ventrikular. (Yaish Hassan, 2003)

1) Gejala klinis thalasemia mayor :
a. Tampak pucat dan lemah karena kebutuhan jaringan akan oksigen tidak
terpenuhi yang disebabkan hemoglobin pada thalasemia (HbF) memiliki
afinitas tinggi terhadap oksigen
b. Facies thalasemia yang disebabkan pembesaran tulang karena hiperplasia
sumsum hebat
c. Hepatosplenomegali yang disebakan oleh penghancuran sel darah merah
berlebihan, hemopoesis ekstramedular, dan kelebihan beban besi.
d. Pemeriksaan radiologis tulang memperlihatkan medula yang lebar, korteks
tipis, dan trabekula kasar. Tulang tengkorak memperlihatkan diploe dan pada
anak besar kadang-kandang terlihat brush appereance.
e. Hemosiderosis yang terjadi pada kelenjar endokrin menyebabkan
keterlambatan menarse dan gangguan perkembangan sifat seks sekunder.
Selain itu juga menyebabkan diabetes, sirosis hati, aritmia jantung, gagal
jatung, dan perikarditis.
f. Sebagai sindrom klinik penderita thalassemia mayor (homozigot) yang telah
agak besar menunjukkan gejala-gejala fisik yang unik berupa hambatan
pertumbuhan, anak menjadi kurus bahkan kurang gizi, perut membuncit
akibat hepatosplenomegali dengan wajah yang khas mongoloid, frontal
bossing, mulut tongos (rodent like mouth), bibir agak tertarik, maloklusi gigi
(Mansjoer A, et all. 2001).

2) Gejala klinis thalasemia minor
Penderita yang menderita thalasemia minor, hanya sebagai carrier dan
hanya menunjukkan gejala-gejala yang ringan. Orang dengan anemia
14

talasemia minor (paling banyak) ringan (dengan sedikit menurunkan tingkat
hemoglobin dalam darah). Situasi ini dapat sangat erat menyerupai dengan
anemia kekurangan zat besi ringan. Namun, orang dengan talasemia minor
memiliki tingkat besi darah normal (kecuali mereka miliki adalah
kekurangan zat besi karena alasan lain). Tidak ada perawatan yang
diperlukan untuk thalasemia minor. Secara khusus, besi tidak perlu dan
tidak disarankan ( Mansjoer A, et all. 2001).
2.1.7 Penyebab Thalasemia
Thalasemia merupakan penyakit yang terjadi pada darah karena faktor
keturunan yang dapat menyebabkan anemia. Penderita thalasemia mengalami
pembentukan hemoglobin yang abnormal. Sel darah merahnya mengandung sangat
sedikit hemoglobin dan sel tersebut hidup dalam waktu yang lebih singkat daripada
normalnya. Sel darah merah yang rusak membawa oksigen yang lebih sedikit dari
kondisi normalnya sehingga suplai oksigen untuk jaringan juga berkurang
(Cavendish, 2010).
Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah turunan yang disebabkan oleh
berkurangnya sintesis rantai globin yang menyusun hemoglobin. Berkurangnya
sintesis rantai globin ini akan menyebabkan rasio yang tidak seimbang antara rantai
globin a dan rantai globin p, sehingga ada rantai globin yang tidak berpasangan.
Rantai globin yang tidak berpasangan akan mengalami otooksidasi dan mengendap
pada dinding membran, akibatnya terjadi perubahan baik pada lipid maupun protein
membran. Salah satu dampak perubahan pada membran sel darah merah talasemia
adalah gangguan terhadap laju transpor glukosa masuk ke dalam sel. Hal ini akan
berakibat buruk bagi banyak fungsi sel darah merah karena glukosa merupakan satu-
satunya sumber energi untuk mempertahankan integritas membran (Sihombing M).
Pencantuman kelainan ini muncul biasanya sebagai tubuh tunggal dalam
normoblast, retikulosit, atau sel darah merah yang telah matang. Mereka berbentuk
bulat, oval, memanjang, atau berbentuk tak beraturan, biasanya memiliki diameter
15

sepanjang 1-3 mikron atau lebih. Pada beberapa normoblast orthochromatic,
ukurannya bisa sama dengan nukleus yang bahkan lebih besar. Dalam sel darah
merah posisi sentralnya sesekali berkaitan dengan sel target. Struktur bawah deskripsi
bukan merupakan artefak karena prosedur pewarnaan atau antikoagulan, mereka
dapat dilihat dengan jelas dalam darah yang diambil tanpa antikoagulan dan diperiksa
tanpa pewarnaan oleh mikroskop fase kontras.Dengan metode yang terakhir ini
inklusi muncul dalam sitoplasma sel sebagai daerah gelap struktur yang agak longgar
dan dengan garis bergerigi, seolah-olah terdiri misel lebih atau kurang padat teratur,
bukan dari massa homogen (Fessas P, 1963)
Ada dua gen yang menyebabkan thalasemia, yaitu HBA1 dan HBA2. Gen
tersebut diturunkan melalui pola resesif hukum mendel dan melibatkan dua lokus gen
atau empat alel. Dalam pola ini manusia memiliki dua tiruan dari masing-masing gen,
satu tiruan dari ayah dan satu yang lain berasal dari ibu untuk masing-masing gen.
Normalnya dua gen tersebut memberi instruksi untuk membuat alfa-globin, subunit
dari hemoglobin. Namun mutasi gen mengganggu produksi alfa-globin. Empat alel
lalu datang dan menjalankan peran dua gen tersebut, menyebabkan gejala yang
berbeda. Pada bart-syndrome seluruh empat alel alfa-globin bermutasi. Jika ada tiga
mutan berkumpul maka akan terjadi sifat abnormal dari molekul hemoglobin
sehingga tidak bisa membawa oksigen. Kehilangan dua alel dapat menyebabkan
anemia ringan dan sel darah merah yang lebih kecil. Jika satu alel hilang, seseorang
akan membawa sifat, tapi pada dasarnya tidak memiliki gejala thalasemia (Kelly,
2013).

2.1.8 Pencegahan Thalasemia
World Health Organization (WHO) menyarankan dua tahap strategi dalam
pencegahan thalassemia. Tahap pertama melibatkan pengembangan kaidah yang
sesuai untuk diagnosa prenatal dan menggunakannya untuk mengenal dengan pasti
pasangan yang mempunyai risiko tinggi misalnya mereka yang telah mempunyai
anak dengan penyakit thalassemia. Tahap kedua melibatkan penyaringan penduduk
16

untuk mengenal pasti pembawa dan memberi penjelasan kepada mereka yang
mempunyai risiko. Seterusnya menyediakan diagnosis prenatal sebelum mereka
mempunyai anak-anak yang mengidap thalassemia. Hal ini bisa menurunkan jumlah
bayi yang mengidap thalassemia (Rusepno,1985).
2.1.9 Pengobatan Thalasemia
Transfusi darah diberikan bila kadar Hb telah rendah (kurang dari 6 g%) atau
bila anak mengeluh tidak mau makan dan lemah. Untuk mengeluarkan besi dari
jaringan tubuh diberikan iron chelating agent yaitu desferal secara intramuscular atau
intravena. Splenektomi dilakukan pada anak yang lebih tua dari 2 tahun. Sesudah
splenektomi,frekuensi transfuse darah biasanya menjadi lebih jarang. Diberikan pula
bermacam macam vitamin tetapi preparat yang mengandung besi merupakan indikasi
kontra (Rusepno,1985)
Transplantasi sumsum tulang merupakan satu satunya obat definitive saat ini
tersedia untuk pasien dengan thalassemia. Hasil dari transplantasi sumsum tulang
berkaitan dengan kondisi sebelum transplantasi klinis,khususnya adanya
hepatomegali,tingkat fibrosis hati dan karenanya keparahan akumulasi besi. Pada
pasien tanpa faktor risiko diatas,transplantasi sel induk dari saudara HLA identik
memiliki tingkat survival bebas penyakit lebih dari 90% (Gajiev J,Lucarreli). Bagi
pasangan yang telah memiliki anak dengan thalassemia dan yang melakukan
diagnosis prenatal pada kehamilan berikutnya,identifikasi prenatal HLA
kompatibilitas antara anak yang terkena dampak dan janin tidak terpengaruh
memungkinkan pengumpulan darah plasenta saat melahirkan dan pilihan
transplantasi darah tali pusat untuk mengobati anak yang terkena. Di sisi lain,dalam
kasus dengan janin terkena dampak dan anak normal sebelumnya,pasangan dapat
memutuskan untuk melanjutkan kehamilan dan mengejar BMT kemudian dengan
menggunakan anak normal sebagai donor (Orofino MG dkk).

17

BAB 3
PEMBAHASAN

Thalasemia adalah kelainan darah yang diturunkan melalui keluarga
(diwariskan) di mana tubuh membuat bentuk abnormal dari hemoglobin, protein
dalam sel darah merah yang membawa oksigen. Sel darah merahnya mengandung
sangat sedikit hemoglobin dan sel tersebut hidup dalam waktu yang lebih singkat
daripada normalnya. Sel darah merah yang rusak membawa oksigen yang lebih
sedikit dari kondisi normalnya sehingga suplai oksigen untuk jaringan juga berkurang
Salah satu dampak perubahan pada membran sel darah merah talasemia adalah
gangguan terhadap laju transpor glukosa masuk ke dalam sel. Hal ini akan berakibat
buruk bagi banyak fungsi sel darah merah karena glukosa merupakan satu-satunya
sumber energi untuk mempertahankan integritas membran
Thalassemia bukan hanya satu penyakit. Ini adalah kontingen kompleks
kelainan genetik (bawaan) yang semuanya melibatkan rendahnya produksi
hemoglobin, molekul yang sangat diperlukan dalam sel darah merah yang membawa
oksigen. Globin bagian dari hemoglobin dewasa normal terdiri dari 2 alpha dan 2
rantai polipeptida beta . Dalam beta thalassemia, ada mutasi (perubahan) dalam kedua
rantai globin beta menyebabkan rendahnya produksi (atau tidak adanya) dari rantai
beta, rendahnya produksi hemoglobin, dan anemia yang mendalam.
Gen untuk beta thalassemia adalah relatif sering terjadi pada orang-orang asal
Mediterania (misalnya, dari Italia dan Yunani). Anak-anak dengan penyakit ini
mewarisi satu gen untuk itu dari setiap orangtua (dan begitu juga dikatakan
homozigot untuk beta thalassemia). Orang tua adalah pembawa (heterozigot) dengan
hanya satu gen thalassemia, yang dikatakan memiliki thalasemia minor, dan pada
dasarnya normal. Anak-anak mereka terpengaruh dengan beta thalasemia tampak
sepenuhnya normal saat lahir (karena saat lahir kita masih memiliki hemoglobin janin
terutama yang tidak mengandung rantai beta) tetapi anemia muncul dalam beberapa
bulan pertama kehidupan dan menjadi semakin lebih parah menyebabkan pucat dan
18

mudah fatiguability, gagal tumbuh (tumbuh) , serangan demam (karena infeksi) dan
diare.
Ada dua gen yang menyebabkan thalasemia, yaitu HBA1 dan HBA2. Gen
tersebut diturunkan melalui pola resesif hukum mendel dan melibatkan dua lokus gen
atau empat alel. Dalam pola ini manusia memiliki dua tiruan dari masing-masing gen,
satu tiruan dari ayah dan satu yang lain berasal dari ibu untuk masing-masing gen.
Normalnya dua gen tersebut memberi instruksi untuk membuat alfa-globin, subunit
dari hemoglobin. Namun mutasi gen mengganggu produksi alfa-globin. Empat alel
lalu datang dan menjalankan peran dua gen tersebut, menyebabkan gejala yang
berbeda. Pada bart-syndrome seluruh empat alel alfa-globin bermutasi. Jika ada tiga
mutan berkumpul maka akan terjadi sifat abnormal dari molekul hemoglobin
sehingga tidak bisa membawa oksigen. Kehilangan dua alel dapat menyebabkan
anemia ringan dan sel darah merah yang lebih kecil. Jika satu alel hilang, seseorang
akan membawa sifat, tapi pada dasarnya tidak memiliki gejala thalasemia
Penyebab anemia pada Thalassemia bersifat primer dan sekunder. Primer
adalah berkurangnya sintesis HbA dan eritroipoeisis yang tidak efektif disertai
penghancuran sel-sel eritrosit. Sedangkan sekunder adalah karena defisiensi asam
folat, bertambahnya volume plasma intravaskular yang mengakibatkan hemodilusi,
dan destruksi eritrosit oleh system retikuloendotelial dalam limpa dan hati.
Kelainan dasar dari semua tipe talasemia adalah ketidakseimbangan sintesis
rantai globin. Namun, konsekuensi akumulasi dari produksi rantai globin yang
berlebihan berbeda-beda pada tiap tipe talasemia. Pada talasemia-, rantai yang
berlebihan, tidak mampu membentuk Hb tetramer, terpresipitasi di dalam prekursor
sel darah merah dan, dengan berbagai cara, menimbulkan hampir semua gejala yang
bermanifestasi pada sindroma talasemia-; situasi ini tidak terjadi pada talasemia-.
Rantai globin yang berlebihan pada talasemia- adalah rantai pada tahun-
tahun pertama kehidupan, dan rantai pada usia yang lebih dewasa. Rantai-rantai tipe
ini relative bersifat larut sehingga mampu membentuk homotetramer yang, meskipun
19

relatif tidak stabil, mampu tetap bertahan (viable) dan dapat memproduksi molekul
Hb.
Perbedaan dasar pada dua tipe utama ini mempengaruhi perbedaan besar pada
manifestasi klinis dan tingkat keparahan dari penyakit ini. Rantai yang terakumulasi
di dalam prekursor sel darah merah bersifat tidak larut (insoluble), tertimbun di dalam
sel, berinteraksi dengan membran sel (mengakibatkan kerusakan yang signifikan),
dan menyebabkan sel menjadi tidak stabil. Kondisi ini menyebabkan terjadinya
destruksi intramedular dari prekursor sel darah merah.
Kemampuan sebagian sel darah merah untuk mempertahankan produksi dari
rantai , yang mampu untuk berpasangan dengan sebagian rantai yang berlebihan
untuk membentuk Hb F, adalah suatu hal yang menguntungkan. Ikatan dengan
sebagian rantai berlebih tidak diragukan lagi dapat mengurangi gejala dari penyakit
dan menghasilkan Hb tambahan yang memiliki kemampuan untuk membawa
oksigen.
Bentuk lain talasemia yang disebabkan oleh mutasi mirip talasemia .
Beberapa disebabkan oleh mutasi pada bagian awal dan pemisahan yang
menghasilkan rantai yang sangat tidak stabil dan tidak bisa membentuk tetramer.








20

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari Tinjauan pustaka yang sudah dibahas, dapat disimpulkan:
1. Thalasemia adalah kelainan darah yang diturunkan melalui keluarga
(diwariskan) di mana tubuh membuat bentuk abnormal dari hemoglobin,
protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen.
2. Thalasemia dibagi menjadi dua bentuk, yaitu thalasemia major dan thalasemia
minor. Thalasemia major juga dikenal sebagai beta thalassemia.
3. Dalam beta thalassemia, ada mutasi (perubahan) dalam kedua rantai globin
beta menyebabkan rendahnya produksi (atau tidak adanya) dari rantai beta,
rendahnya produksi hemoglobin, dan anemia yang mendalam.
4. Anak-anak dengan penyakit ini mewarisi satu gen untuk itu dari setiap
orangtua.
5. Orang tua adalah pembawa (heterozigot) dengan hanya satu gen thalassemia,
yang dikatakan memiliki thalasemia minor, dan pada dasarnya normal.
6. Thalassemia minor adalah suatu kondisi darah genetik. Pasien dengan
talasemia minor kadang-kadang dikatakan memiliki "sifat thalassemia" dan
mereka sering non-gejala
7. Gejala klinis pada thalassemia hampir semua sama, yang membedakan adalah
tingkat keparahannya.
8. Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah turunan yang disebabkan oleh
berkurangnya sintesis rantai globin yang menyusun hemoglobin.
Berkurangnya sintesis rantai globin ini akan menyebabkan rasio yang tidak
seimbang antara rantai globin a dan rantai globin p, sehingga ada rantai globin
yang tidak berpasangan.
9. Transplantasi sumsum tulang merupakan satu satunya obat definitive saat ini
tersedia untuk pasien dengan thalassemia
21

10. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb telah rendah (kurang dari 6 g%) atau
bila anak mengeluh tidak mau makan dan lemah

4.2 Saran
Bagi pembaca:
1. Agar dapat mengetahui konsep=konsep serta mekanisme penyakit thalasemia dan
berbagai pencegahan maupun pengobatannya.
2. Selalu menjaga kesehatan, karena kesehatan merupakan anugrah yang luar biasa














22

DAFTAR PUSTAKA
Behrman RE,et al. 2003 Syndrom Thalasemia. Nelson Textbook Of Pediatrics.
Edition 17th. Philadelpia. 2003. 1324-1326
Cavendish M. 2010. Encyclopedia of Health Volume 17. New York: Marshall
Cavendish Coorporation

Doenges, Marillyn E. 2009.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Dr.Ruseppno Hasan.1985.Buku kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta:Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Fessas P. 1963. Inclusion of Hemoglobin in Erythroblasts and Erythrocytes of
Thalassemia. bloodjournal.hematologylibrary.org. 21: pp. 21-22
Gajiev J,Lucarelli G:Stem Cell Transplantation for Hemoglobinopathies.Curr Opin
PediaTR 2003, 15:24-31
Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of medical physiology. 11
th
edition. Philadelphia:
Elsevier Saunders. p. 292.
Kelly EB. 2013. Encyclopedia of Human Genetics and Disease, Volume 1.
California: Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.
Lindberg, Donald. 2013. Disease and Condition Thalasemia. National Institutes of
Health, U.S

Mansjoer A, et all. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2 Edisi 3. Jakarta: Media
aesculapius.

Ngastiyah.2007.Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.

Orofino MG et all. : Fetal HLA typing in beta thalassemia:implications for
haemopoitic stem cell transplantation.2003,362:41-42
23

Pujiadi,A d., 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta:Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. 299-301
Permono B, Ugrasena IDG. Talasemia. Buku ajar hematologi onkologi anak.
Semarang: Sagung seto; 2006, 92-97
Sihombing M.. Transpor glukosa pada membran sel darah merah talasemia dan
pengaruh pemberian vitamin E in- vitro. Available at
http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=110052&lokasi=lokalacce
ssed May 23, 2014
Yaish Hassan M. Thalassemia : Diffirential diagnoses & workup. 30 April 2010
Avalaible at : http://emedicine.medscape.com















24

LAMPIRAN

NO

NAMA

NIM

Pembagian Tugas

1

Aulia Fitri Junaidi

021311133006

2.1.2 Klasifikasi
2.1.7 Penyebab Thalasemia

2

Khamila Gayatri Anjani

021311133007

2.1.1 Definisi
2.1.3 Epidemiologi
BAB 3 PEMBAHASAN


3

Viona Media Trisesa
021311133008

2.1.8 Pencegahan
2.1.9 Pengobatan




4


Desi Putri Basuki
021311133009

2.1.4 Etiologi
2.1.6 Gejala Klinis
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran





5



Essy Rodherika
021311133010

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat

2.1.5 Patofisiologi
2.1.5.1 Patologi seluler
2.1.5.2 Patologi molekuler

BAB 3 PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai