Anda di halaman 1dari 10

14/6/2014 makalah Maqashid Syariah | Karya Habyb Mudzakir ( Pusat Ilmu Kehidupan )

http://habyb-mudzakir-08.blogspot.com/2013/10/maqashid-syariah.html 1/10
Beranda Man Jadda Wa Jada
makalah Maqashid Syariah
Diposkan oleh Habyb Vasco di 03.11 Label: Filsafat Hukum Islam
BAB I
PEMBAHASAN
1. Pengertian Maqashid Syariah
a. Secara Bahasa
Kata syariat berasal darai syaraa as-syai dengan arti; menjelaskan sesuatu. Atau ia
diambil dari asy-syirah dan asy-syariah dengan arti tempat sumber air yang tidak pernah
terputus dan orang yang datang kesana tidak memerlukan adanya alat.
Dalam mufrodat Al-Quran. Ar-Raghib Al-Asfahani menulis bahwa Asy-syar adalah
jalan yang jelas. Sedangkan maqashid secara bahasa adalah jamak dari maqshad, dan maqsad
mashdar mimi dari fiil qashada, dapat dikatakan: qashada-yaqshidu-qashdan-
wamaksadan, al qashdu dan al maqshadu artinya sama, beberapa arti alqashdu adalah:
Blog Translate
Pilih Bahasa
Diberdayakan oleh Terjemahan

Jumlah Penikmat blog 08


Labels
08+20 = 1

LCD Text Generator at TextSpace.net
Karya Habyb Mudzakir ( Pusat Ilmu
Kehidupan )
terus membaca dan belajar lah dalam segala hal, karna Allah memerintahkan kita untuk senantiasa berfikir .... Dan Allah akan
meninggikan derajat terhadap orang yang berilmu,. (Bertindak lah ) " Habyb Mudzakir "
Home Posts RSS Log In
5 4 5 2
14/6/2014 makalah Maqashid Syariah | Karya Habyb Mudzakir ( Pusat Ilmu Kehidupan )
http://habyb-mudzakir-08.blogspot.com/2013/10/maqashid-syariah.html 2/10
alitimad: berpegang teguh, al amma: condong, mendatangi sesuatu dan menuju.
b. Secara Istilah
Ibnu al-Qayyim Al Jauziyah Menegaskan bahawa syariah itu berdasarkan kepada
hikmah-hikmah dan maslahah-maslahah untuk manusia baik di dunia maupun di akhirat.
Perubahan hukum yang berlaku berdasarkan perubahan zaman dan tempat adalah untuk
menjamin syariah dapat mendatangkan kemaslahatan kepada manusia.[1]
Al Khadimi Berpendapat maqashid sebagai prinsip islam yang lima yaitu menjaga
agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
Dr. Wahbah Zuhaily menyebutkan Maqashid syariah adalah sejumlah makna atau
sasaran yang hendak dicapai oleh syara dalam semua atau sebagian besar kasus hukumnya.
Atau ia adalah tujuan dari syariat, atau rahasia di balik pencanangan tiap-tiap hukum oleh Syari
(pemegang otoritas syariat, Allah dan Rasul-Nya).[2]
Syariat adalah[3]: hukum yang ditetapkan oleh Allah bagi hamba-Nya tentang urusan agama.
Atau hukum agama yang ditetapakan dan diperintahkan oleh Allah. Maqashid syariah adalah tujuan
yang menjadi target teks dan hukum-hukum partikular untuk direalisasikan dalam kehidupan manusia.
Baik berupa perintah,larangan, dan mubah. Untuk individu, keluarga, jamaah, dan umat.
Maksud-maksud juga bisa disebut dengan hikmah-hikmah yang menjadi tujuan ditetapkannya
hukum.
Maqashid al-syariah dalam arti Maqashid al-Syari, mengandung empat aspek. Keempat aspek
itu adalah :
a. Tujuan awal dari syariat yakni kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat.
b. Syariat sebagai sesuatu yang harus dipahami.
c. Syariat sebagai suatu hukum taklif yang harus dilakukan, dan
d. Tujuan syariat adalah membawa ke bawah naungan hukum.
Kepentingan hidup manusia yang bersifat primer yang disebut dengan istilah daruriyat tersebut di
atas merupakan tujuan utama yang harus dipelihara oleh hukum islam. Kepentingan-kepentingan yang
harus dipelihara itu adalah :
A. Perlindungan Terhadap Agama
Perlindungan agama ini merupakan tujuan pertama hukum Islam. Sebabnya adalah
karena agam merupakan pedoman hidup manusia, dan di dalam agama Islam selain komponen-
komponen akidah yang merupakan pegangan hidup setiap Muslin serta akhlak yang merupakan
sikap hidup seorang Muslim. Dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang
diambil dari jalur Masruq dari Abdullah, bahwasanya Rosullah bersabda:

Tidaklah halal darah seorang muslim yang bersksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah, kecuali karena salah satu dari
tiga hal; jiwa dengan jiwa(membunuh dihukum mati), orang yang telah menikah berzina,
dan orang yang murtad dari agama (islam) karena meninggalkan sholat jamaah.
Berdasarkkan hadits diatas sudah sangat jelas sekali bahwasanya Allah
melindungi orang-orang yang berada dalam agamaNya. Jadi orang-orang yang berada dalam
agama islam haram baginya darahnya atau haram baginya untuk membunuhnya.
Dan dilain pihak juga islam menjaga hak dan kebebasan, dan kebebasan yang pertama
adalah kebebasan berkeyakinan dan beribadah; setiap pemeluk agama berhak atas agama dan
madzhabnya, ia tidak boleh dipaksa untuk meninggalkannya manuju agama atau madzhab lain,
juga tidak boleh ditekan untuk berpindah keyakinannya untuk masuk islam.
Dasar hak ini sesuai firman Allah

Filsafat Hukum Islam (1)
Filsafat Ilmu (1)
Filsafat Pancasila (1)
Fiqih Muamalah (2)
Fiqih Munakahah (1)
hiburan (1)
Hukum Agraria (5)
Hukum Perdata (2)
Ilmu Fiqih (4)
kehidupan islamic (3)
Motivasi Diri (2)
Qawa'id Fiqhiyyah (6)
Sejarah Peradaban Islam (1)
tasawuf (1)
Tata Hukum Indonesia (1)
Tips Mencapai Hidup YG di Inginkan (4)
Blog Archive
2014 (8)
2013 (30)
November (6)
Oktober (10)
cara keberhasilan dalam belajar
Kata'' Inspirasi dan Motivasi (
Mario Teguh )
Rahasia kesuksesan orang"
Jepang dalam berbisnis
rahasia kesuksesan orang Cina
dalam berbisnis
proses menjadi pengusaha sukses
Makalah Biografi Imam Malik
makalah Mahar dalam pernikahan
makalah Maqashid Syariah
menilai kepantasan diri kita antara
masuk Surga at...
Makalah tentang Qiyas
September (14)
Video Bar
didukung oleh
Mudzakir
sahabat 08
14/6/2014 makalah Maqashid Syariah | Karya Habyb Mudzakir ( Pusat Ilmu Kehidupan )
http://habyb-mudzakir-08.blogspot.com/2013/10/maqashid-syariah.html 3/10
Tidak ada paksaan untuk (mamasuki) agama (islam), sesunguhnya telah jelas yang benar
daripada jalan yang sesat.(QS.Al-Baqarah(2): 256).
Mengenai tafsir ayat ini Ibnu katsir mengungkapkan, Janganlah kalian memaksa
seseorang untuk memasuki agama islam. Sesungguhnya dalil dan bukti akan hal itu sangat jelas
dan gamblang, bahwa seseorang tidak boleh dipaksa untuk masuk agama islam.
Asbabun nuzul ayat ini(sebagimana dikatakan para ulama ahli tafsir) menjelaskan kepada
kita suatu sisi mengagumkan agama ini( islam). Mereka meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang
menceritakan ada seorang perempuan yang sedikit keturunannya, dia bersumpah kepada dirinya,
bahwa bila dikarunia seorang anak, dia akan menjadikannya seorang yahudi ( hal seperti ini
dilakukan oleh wanita dari kaum ashar pada masa jahiliah), lalu ketika ,umcul Bani Nadhir,
diantara mereka terdapat keturunan dari kaum ashar. Maka bapak-bapak mereka berkata,
kami tidak akan menbiarkan anak-anak kami; memeluk agama yahudi, lalu Allah menurunkan
ayat ini.
Atas peristiwa yang terjadi ini, Al-quran tetap menolak segala bentuk pemaksaan,
karena orang yang diberi petunjuk oleh Allah, maka Dia akan membukakan dan menerangi mata
hatinya, lalau orang itu akan masuk islam dengan bukti dan hujjah. Barangsiapa yang hatinya
dibutakan, pendengaran, dan penglihatannya ditutup oleh Allah, maka tidak ada gunanya mareka
masuk islam dalam keadaan dipaksa.
2. Perlindungan Terhadap Nyawa
Pemeliharaan ini merupakan tujuan kedua hukum Islam, karena itu hukum Islam wajib
memelihara hak manusia untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya. Untuk itu hukum islam
melarang pembunuhan sebagai uoaya menghilangkan jiwa manusia dan melindungi berbagai sarana yang
dipergunakan oleh manusia dan mempertahankan kemaslahatan hidupnya. [4]
Pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10H, Nabi SAW menuju kepadang arafah, di sana beliau
berkhutbah, yang intinya bahwa islam adalah risalah langit yang terakhir, sejak empat belas abad yang
lalu telah mensyariatkan (mengatur) hak-hak asasi manusia secara komprehensif dan mendalam. Islm
mengaturnya dengan segala macam jaminan yang cukup untuk menjaga hak-hak tersebut. Islam
membentuk masyarakatnya di atas fondasi dan dasar yag menguatkan dan memperkokoh hak-hak asasi
manusia.
Hak pertama dan paling utama yang diperhatikan Islam adalah hak hidup. Maka tidak
mengherankan bila jiwa manusia dalam syariat Allah sangatlah dimuliakan, harus dipelihara, dijaga,
dipertahankan, tidak menghadapkannya dengan sumber-sumber kerusakan/ kehancuran. Alllah
berfirman,

Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu
(QS.An-Nisa;29)
Al-Bukhori dan Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari jalur Abu Hurairah, bahwasanya Rasullah
bersabda:



Artinya : barang siapa yang menjatuhkan diri dari gunung, lalu dia mati maka di neraka
jahannam dia akan mejatuhkan diri dia kekal dan dikekalkan di dalamnya. Dan barang
siapa yang minum racun, lalu dia mati maka dia akan menghirup racun tersebut di neraka
jahannam dia kekakl dan dikekalkan didalamnya. Dan barang siapa yang bunuh diri
dengan menggunakan potongan besi maka di neraka jahannam besi itu akan berada di
tangannya lalu dia akan memukul sendiri perutnya dengan besi tersebut dia kekal dan
dikekalkan di dalamnya selamanya.
Hal ini disebabkan karena membunuh berarti menghancurkan sifat (keadaan) dan
mencanut ruh manusia. Padahal Allah sajalah sang pemberi kehidupan, dan dia sajalah yang
Habyb Vasco
5 memiliki saya di
lingkaran
Lihat
semua
+ ke lingkaran
About Me
HA BYB VA SCO
L IHAT PROFIL L ENGKAPKU
Share It
Share this on Facebook
Tweet this
View stats
(NEW) Appoi ntment gadget >>
Popular Posts
makalah Maqashid Syariah
BAB I PEMBAHASAN 1. Pengertian
Maqashid Syariah a. Secara
Bahasa Kata syariat berasal darai
syaraa as-sya...
Makalah Biografi Imam Malik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Masalah Al- Muwatta merupakan salah
satu kitab yang sering di gunakan
untuk merujuk huku...
Makalah Konsep Perikatan B.W
dan Study Kasusnya
KONSEP PERIKATAN MENURUT
B.W. ( Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas UAS
Hukum Perdata ) Dosen Pembimbing :
Dr. H. Saifullah, ...
Makalah Ijma' dan
kehujjahannya
IJMA DAN KEHUJJAHANNYA
Disusun Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah : Ushul
Fiqih Dosen Pengampu : Dr. H.M. Saad
Ibrahim, MA. ...
Pluralisme dan Multikulturalisme
Makalah Filsafat Pancasila BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Bangsa Indonesia adalah bangsa
yang besar, bangsa yang majemuk ...
Makalah tentang Qiyas
Latar belakang Syariah merupakan
penjelmaan kongkrit kehendak Allah
(al-Syari) ditengah masyarakat.
Meskipun demikian, ...
Macam-macam Hak Dalam Hukum Agraria
Macam hak pada masa Masyarakat Adat,
adanya hak ulayat yang menimbulkan :
1. Hak Pakai, cara memperolehnya
: dgn izin kpda ketua A...
14/6/2014 makalah Maqashid Syariah | Karya Habyb Mudzakir ( Pusat Ilmu Kehidupan )
http://habyb-mudzakir-08.blogspot.com/2013/10/maqashid-syariah.html 4/10
mematikannya. Dialah sang pencipta kehidupan dan kematian.
Syekh Muhammad Mutawali Asy-Syarawi mengatakan :
Kita tidak menyaksiakan penciptaan makhluk, namun setiap hari kita menyaksikan kematian, dan
hal ini merupakan hal yang sudah kita ketahui bersama. Merusak segala sesuatu berarti kebalikan
dari menciptakannya. Maka bagaimana manusia diperkenankan merusak sesuatu yang dibangun
(diciptakan) Allah? Dalam penjelasannya firman Allah pada surat Q.S Asy-syura 77-82 :


Artinya : karena sesunggunya apa yang kamu sembah itu adalah musuh ku kecuali dan
semesta alam ( Tuhan) yang telah mencipatkan aku, maka dialah yang menunjuk aku dan
Tuhan ku, yang dia memberi makan dan minum kepadaku dan apabila aku sakit dialah
yang menyembuhkan aku dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan
aku (kembali) dan yang amat aku inginkan akan mengampuni kesalahan ku pada hari
kiamat (asyura)
Ada perbedaan anatra pembunuhan dan kematian (biasa.wajar). pembunuhan tidaklah
sama dengan kematian, karena oembunuhan berarti merusak struktur tubuh yang menyebabkan
keluarnya ruh-ruh hanya akan berada dalam tubuh yang sehat dengan spesifikasi-spesifiaksi
khusus, karena itulah Allah berfirman mengenai Rasulullah dalam Al-Qur;an terda[at pada surat
Al-Imran :144


Muhahammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguhtelah berlalu sebelumnya
bebarapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang
(murtad), barang siapa yang berbalik ke belakangm maka ia tidak dapat
mendatangkanmudarat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukur.
adapun kematian adalah keluarnya ruh dari tubuh, dengan struktur tubuh dalam keadaan
sehat, dan hanya Allah-lah yang mematikan. Sedang pembunuhan dapat dilakukan manusia
dengan menggunakan alat tajam atau dengan tembakau peluru.
3. Perlindungan terhadap Akal
Akal merupakan sumber hikmah (pengetahuan), sinar hidayah, cahay matahari, dan media
kebahagian manusia di dunia dan akhirat. Dengan akal, surat perintah dari Allah disampaikan,
dengannya pula manusia berhak pemimpin di muka bumi, dan dengannya manusia menjadi sempurna,
mulia, dan berbeda dengan makhluk lainnya. Allah swt berfirman dalam surat al- Isra :70 :


dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kmai lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.
Andai tanpa akal, manusia tidak berhak mendaptkan pemuliaan yang bisa mengangkatnya
menuju barisan para malaikat. Dengan akal, manusia naik menuju alam para malaikat yang luhur. Karena
itulah, akal poros pembenahan pada diri manusia. Dengannya, manusia akan mendapatkan pahala
dan berhak mendapat siksa. Balasan di dunia dan di akhirat berdasarkan akal dan kekuatan
pengetahuan. Nikmat dalam diri manusia ini membukakannya cakrawala kehiduoan, dia bisa menapaki
penjuru bumi dan menyelam di bawah kedalamannya, serta menungganga udara. Sebagaiman yang telah
disabdkana oleh sabda Nabi Nabi Muhammad SAW : wahai manusia, sesungguhnya setiap sesuatu
memiliki anugerah, dan anugerah seseorag adalah akalnya. Dan orang yang paling baik petunjuk
dan pengetahuannya mengani hujjah di antara kalian adalah orang yang paling mulia amalnya.
Melalui akalnya manusia, manusia mendapatkan petunjuk menuju malrifat kepada Tuhan dan
Penciptanya. Dengan akalnya, dia menyembah dan menaati-Nya, menetapkan kesempurnaan dan
Giro syariah dan Tabungan Bank Ssyariah
PRODUK-PRODUK PENGHIMPUN DANA
PADA BANK SYARIAH A. GIRO
SYARIAH 1. Pengertian Giro adalah
simpanan yang penarikannya dap...
Pengertian Qawaid Fiqhiyyah
Qawaid merupakan bentuk jamak dari
qaidah, yang kemudian dalam bahasa
indonesia disebut dengan istilah
kaidah yang berarti aturan atau ...
Mudharabah dan syirkah
Produk Penyaluran Dana Bank Syariah 1.
Mudharabah Mudharabah berasal dari
kata dharb, yang berarti memukul atau
berjalan. Pengertia...
Social Icons
Habyb Mudzakir 08. Diberdayakan oleh
Blogger.
0
Followers
Join this site
with Google Friend Connect
Members (1)
Already a member? Sign in
Pages - Menu
Beranda
KNN
Habyb Vasco
,
14/6/2014 makalah Maqashid Syariah | Karya Habyb Mudzakir ( Pusat Ilmu Kehidupan )
http://habyb-mudzakir-08.blogspot.com/2013/10/maqashid-syariah.html 5/10
keagungan untuk-Nya, mensucikan-Nya dari segala kekurangan dan cacat, membenarkan para rasul dan
para nabi, dan mempercayai bahwa mereka mereka adalah perantara yang akan memindahkan kepada
manusia apa yang diperintahkan Allah kepada mereja, membawa kabar gembira untuk mereka dengan
jani, dan membawa peringatan dengan ancaman. Maka manusia mengopersikan akal mereka,
mempelajari yang hala dan yang haram, yang berbahaya dan bermanfaat, serta yang baik dan buruk.
Setiap kali manusia mengoperasikan pikiran dan aklanya, menggunakan mata hati dan
perhatiannya, maka dia akan memperoleh rasa mana, merasakan kedamaian dan ketenagan, dan
masyarakat tempat dia hidup pun akan di dominasi oleh suasana yang penuh dengan rasa sayang, cinta,
dan ketengangan. Manusia pun merasakan aman aras harta, jiwa, kehormatan, dan kemerdekaan
mereka.
Akal dinamakan (ikatan) karena ia bisa mengikat dan mencegah pemilinya untuk melakukan
hal-hal buruk dan mengerjakan kemungkaran. Dinamakan demikian, karen akal pun menyerupai ikatan
unta; sebuah ikatan akan mencegah manusia menuruti hawa nafsu yang sudah tidak terjendali,
sebagaimana ikatan akan mencegah unta agar tidak melarikan diri saat berlari.karena itulah Amir bin
Abdul Qais berkata :

Jika akal mengikat mengikatmu dari sesuatu yang tidak sempurnam amka anda adalah orang
yang berakal.
Diriwayatkan juga dari Nsbi SAW :

Akal adalah cahaya dalam hati yang membedakan antara perkara yang haq dan perkara yang
bathil.
Orang yang memerhatikan dengan mata hati dan cahaya iman, serta merenungkan dunia saat ini,
juga peristiwa dan perubahan yang terjadi, maka dia akan mrndapati bahwa mayoritas umat yang maju
dan berperadaban adalah mereka yang membuka medan kehidupan di depan akal, lalu melepaskannya
dari semua ikatanm membuka tutup dan penghalangnya, menyingkarkan semua rintangan dan tembok,
memcahkan dan melepaskan tali serta batasan di depan kekuatan yang sangat besar, yakni dengan
perhatian, pikran, pembahasan, dan ilmu.
4. Perlindungan terhadap harta benda
harta merupakan salah satu kebutuhan inti dalam kehidupan, di aman manusia tidak akan bisa
terpisah darinya.

harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia. (QS. Al-Kahfi : 46)
manusia termotivasi untk mencari harta demi menjaga eksistensinya dan demi menambah
kenikmatan materi dan religi, dia todak boleh berdiri sebagai pengahalang antar dirinya dengan harta.
Namun, semua motivasi ini dibatasi dengan tiga syarat, yaitu harta yang dikumpulkannya dengan cara
yang halal, diprgunakan untuk hal-hal yang halal, dan dari harta ini harus dikeluarkan hak Allah dan
masyarakat tempat dia hidup.
Cara menghasilkan harta tersebut adalah dengan cara bekerja dan mewaris, maka seseorang
tidak boleh memakan harta orang lain dengan cara yang bathil, karena Allah berfirman dalam surat An-
Nisa : 29

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamu dengan jalan
bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.
Apabila seseorang meminjamkan hartanya kepada orang lain dalam bentuk utang, maka ia bisa
memilih salah satu di antara tiga kemungkinan berikut :
Meminta kembali hartanya tanpa tambahan.
Apabila tidak bisa mendapatkannya maka dia harus bersabar dan tidak membebaninya dengan
melakukan tagihan.
Apabila orang yang memberikan pinjaman adalah orang kaya, dia dapat menyedahkan pinjaman tersebut
14/6/2014 makalah Maqashid Syariah | Karya Habyb Mudzakir ( Pusat Ilmu Kehidupan )
http://habyb-mudzakir-08.blogspot.com/2013/10/maqashid-syariah.html 6/10
kepada peminjam yang dalam keadaan miskin atau payah, karena nikmat harta harus menjadi motivator
untuk saling mengasihi, tidak untuk bersikap antipati.
Perlindungan untuk harta yang baik ini tampak dalam dua hal berikut :
Pertama, memliki hak untuk di jaga dari para musuhnya, baik dari tindak pencurian, perampasan,
atau tindakan lain memakan harta orang lain (baik dilakukan kaum muslimin atau nonmuslim ) dengan
cara yang batil, seperti merampok, menipu, atau memonopoli.
Kedua, harta tersebut dipergunakan untuk hal-hal yang mubah, tanpa ada unsur mubazir atau menipu
untuk hal-hal yang dihalalkan Allah. Maka harta ini tidak dinafkahkan untuk kefasikan, minuman
keras, atau berjudi.
Dalam islam, harta adalah harta Allah yang dititipkan-Nya pada alam sebagai anugerah ilahi, yang
diawasi dan ditundukkan-Nya untuk manusia seluruhnya. Dan pada kenyataannya, dengan harta,
jalan dapat disatukan, dan kedudukan yang manusia raih, serta pangkat yang mereka dapatkan dari
harta, yakni harta dan hak Allah seperti yang telah ditetapkan islam adalh hak masyarakat, bukan hak
kelompok, golongan, atau starata tertentu. Ia adalah harta Allah yang yang ditunjuk-Nya sebagai
khalifah adalah manusia.
Melindungi dan tidak menganiaya harta serta mengambilnya dengan cara yang batil :[5]
1. Hukum Risywah (suap) dalam islam
Risywah adalah memperdagangkan dan mengeksploitasi tugas atau sebuah pekerjaan
untuk mrnghasilkan harta secara batil. Perbuatan ini adalah haram dan dilarang oleh
islam, karena hal ini termasuk perkara yang dilarang.
2. Mencuri
Mencuri adalah mengambil harta orang lain tanpa hak dan tanpa sepengetahuan atau
persetujuan pemiliknya.
3. Riba
Riba adalah kelebihan harta tanpa imbalan atau ganti yang disyariatkan, yang terjadi
dalam sebuah transaksi (akad) dan hal tersebut hukumnya haram.
5. Perlindungan terhadap Keturunan
Maksud ini Islam mensyariatkan larangan perzinaan, munuduh zina, terhadap perempuan
muhsonat, dan menjatuhkan pidana bagi setiap orang yang melakukannya.[6]
Agar kemurnian darah dapat dijaga dan kelanjutan umat manusia dapat diteruskan. Hal
ini tercermin dalam hubungan darah yang menjadi syarat untuk dapat saling mewarisi, dan
larangan berzina yang terdapat dalam surat al-isra : 32

Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan
yang keji dan suatu jalan yang buruk.
Hukum kekeluargaan dan kewarisan Islam adalah hukum-hukum yang secara khusus
diciptakan Allah untuk memlihara kemurnian darah dan kemaslahatan keturunan. Dalam
hubungan ini perlu dicatat bahwa dalam hukum Islam ini di atur lebih rinci dan pasti dibandingkan
dengan ayat-ayat hukum lainnya. Maksudnya adalah agar pemeliharaan dan kelanjutan dapat
berlangsung dengan sebaik-baiknya.[7]
B. Maqashid Syari'ah Modern Ibnu 'Asyur (pakar Maqashid dari
Tunis,Tunisia)
Kebangkitan maqashid modern ini ditandai dengan dicetaknya kitab al-Muwfaqt untuk
pertama kali di Tunisia tahun 1884 M. serta perkenalan Muhammad Abduh denganya ketika beliau ke
Tunisia tepat pada tahun ia dicetak (1884 M.). Pada tahun 1909 M. kembali dicetak di Kazan, salah
satu kota terbesar di Rusia, kemudian di Mesir pada tahun 1922 M. dengan talq (komentar) juz 1 dan
2 oleh Syekh Khudlari Husain Ali dan juz 3 dan 4 oleh Syekh Hasanain Makhluf. Dari Mesir kitab
kemudian menyebar ke penjuru Jazirah Arabia. Kemudian, sederhananya, terjadilah dialektika intens
antara ulama modern di berbagai penjuru dunia dengan al-Syathibi melalui al-Muwfaqt-nya. Dari
14/6/2014 makalah Maqashid Syariah | Karya Habyb Mudzakir ( Pusat Ilmu Kehidupan )
http://habyb-mudzakir-08.blogspot.com/2013/10/maqashid-syariah.html 7/10
rentetan dialektis ini lahirlah fase baru, fase kebangkitan ilmu maqshid al-syarah di era moden.
Di Tunisia sendiri, tempat al-Mufaqt pertama kali dicetak, sebagaimana menurut Ahmad
Raisuni (tokoh maqashid kontemporer asal Maroko) pengaruh kitab ini cenderung lebih besar dan cepat
hingga mampu menciptalah iklim yang penuh dengan perbincangan maqashid. Iklim yang sangat
terpengaruhi oleh al-Muwfaqt dan penuh perbincangan maqashid ini yang kemudian melahirkan tokoh
maqashid modern Tunisia, Muhammad Thahir bin Asyur (w. 1973 M.) dengan masterpiece-nya
maqashid al-syariah al-islamiyah.
Awal perhatian Ibnu Asyur terhadap maqashid muncul melalui kitab kecilnya yang cantik: Alaisa
al-Shubh bi Qarb. Dimana dalam kitab ini, dengan pemikiran maqashid, ia mengkritik sistem pendidikan
dalam Dunia Islam yang tetap mempertahankan gaya tradisionalnya yang cenderung mengajarkan hukum
Islam (fikih) secara tekstualis-literalistik, tanpa menjelaskan alasan-alasan dan tujuan-tujuan Tuhan
(maqashid) dibaliknya. Kurang-lebih kitab ini dikarang pada tahun 20-an abad ke-20 M.
Berikiutnya ia kembali mengarang kitab kecil lain dengan perhatian terhadap maqashid lebih
kuat daripada kitab yang pertama. Dianatara fasal dalam kitab tersebut adalah: Maqshi al-Syarah f
Tashrf al-Anwl dan Hal al-Waqfu Mashlahah aw Mafsadah. Kitab ini lahir sebagai respon sekaligus
defensi dari serangan-serangan pihak kolonial di berbagai belahan Dunia Islam terhadap sistem ekonomi
Islam, khususnya sistem wakaf. Dalam kitab ini muncul untuk pertama kali pemikiran maqashid khshah
(khusus) yang merupakan salah satu bentuk inovasi beliau. Maqashid khusus iniperspektifnya--
tingkatanya diatas maqashid juziyyah (parsial) dan lebih luas dimensinnya, namun dibawah maqashid
kulliyah (universal) dan lebih sempit dimensinya.
Kematangan pemikiran maqashid beliau adalah dalam masterpiece-nya yakni Maqashid al-
Syarah al-Islmiyyah yang dikarang di akhir tahun 30-an dan muncul kepermukaan (red: dicetak)
pada awal tahun 40-an. Dalam kitab inilah banyak ditemukan pembaharuan maqashid Ibnu Asyur
semisal seperti maqashid mah (umum), dsb.
Sebagaimana dikatakan sdr. Andre bahwa kitab ini lebih sebagai basis teoritisnya sedang
aplikasinya lebih banyak beliau tuangkan dalam semisal tafsir al-Tahrr wa al-Tanwr-nya. Diantara
faktor kematangan pemikiran maqashid beliau adalah faktor kemesraannya dengan al-Muwfaqt yakni
karena kitab Maqashid al-Syarah al-Islmiyyah ini dikarang disela-sela beliau sedang mengajarkan
al-Muwfaqt di Universitas Az-Zaituna Tunisiaia merupakan ulama pertama yang mengajarkan al-
Muwafaqt dan yang pertama mengajar maqashid jenjang Universitas. Dari proses mengajar inilah
beliau banyak memberikan tambahan (red: pembaharuan) pemikiran maqashid.
C. Definisi maqashid syariah menurut Ibnu Asyur
Sebelum masuk lebih jauh ke dalam makalah rekan Andre memaparkan seputar pendefinisian
maqashid. Menurutnya, mayoritas ssarjana maqashid modern sepakat bahwa pendefinisiannya secara
jelas dan komprehensif-protektif (jmi-mni) baru dilakukan di tangan sarjana maqashid modern, dan
Ibnu Asyur adalah yang pertama mendefinisikannya. Ibnu Asyur membagi maqshid syariah menjadi dua:
mah (umum) dan khshah (khusus). Dan masing-masing memiliki definisinya.
Maqashid syariah amah:


Makna-makna dan hikmah-hikmah yang diperhatikan Tuhan dalam semua ketentuan
syariat, atau sebagian besarnya sekira tak terkhusus dalam satu macam hukum syariat.
Maqashid al-syariah al-khasah
,
Hal-hal yang dikehendaki Tuhan untuk merealisasikan tujuan-tujuan manusia yang
bermanfaat, atau untuk memelihara kemaslahatan umum mereka dalam tindakan-
My Widget
8
0
r
i
k
a
z
d
u
M
b
y
b
a
H
14/6/2014 makalah Maqashid Syariah | Karya Habyb Mudzakir ( Pusat Ilmu Kehidupan )
http://habyb-mudzakir-08.blogspot.com/2013/10/maqashid-syariah.html 8/10
tindakan mereka yang khusus
D. Sekilas pemikiran Maqashid Ibnu Asyur
Menurut pemakalah, dengan porsi peninjauan lebih banyak terhadap kitab Maqshid al-
Syariah al-Islmiyyah Ibnu Asyur, bahwa metode penulisan Ibnu Asyur dalam kitab
Maqshid al-Syarah al-Islmiyah adalah dengan mssssembagi pembahasan dalam tiga
kerangka besar.
Pertama, pembahasan mengenai penetapan tujuan syariat (itsbt al-maqshid al-syarah),
kebutuhan seorang faqh (pakar hukum fikih) untuk mengetahui maqashid, metode-metode
penetapannya dan tingkatan-tingkatannya (thurqu itsbtih wa martibih); Kedua,
membahas maqashid syariah mah (umum); ketiga, membahas maqashid syariah khshah
(khusus) dengan segala macam kontekstualisasinya dalam ranah fiqih muamalat (yurisprudensi
transaksi ).
Sebelum masuk pembahasan inti Ibnu Asyur menjelaskan bahwa seorang mujtahid sebelum
merumuskan maqasid harus menguasai beberapa hal diantaranya: dapat memahami teks dengan
baik menggunakan perangkat linguistik; meneliti dan melacak dalil-dalil lain yang sekiranya
berpotensi terjadi pertentangan (taarudl); mampu melakukan qiyas; sanggup berijtihad untuk
menentukan hukum permasalahan khusus yang sama sekali belum ditemui sebelumnya
(kontemporer), baik dikarenakan ketiadaan dalil maupun karena sulitnya melakukan qiyas;
terakhir, barulah diperkenankan menerima teks apa adanya bilamana segala upaya untuk
mengetahui ratio-legis dari permasalahan tersebut dirasa mentok, maupun oleh sebab sulitnya
menyingkap maqashid (tujuan) dibalik pensyariatannya. Inilah yang disebut dengan amrun
taabbudi.Dr. Ismail Hasani dalam buku Nadhariyyah al-Maqshid inda al-Imm al-
Tahhir bin syur mengemukakan konsep-konsep dasar yang menjadi basis atau titik tolak
teori maqashid Ibnu Asyur. Ada tiga konsep yang membasisi teori maqashidnya: Pertama, al-
fithrah yang beliau sebut sebagai al-khilqah, yakni sistem yang diciptakan oleh Allah dalam
setiap makhluk, yang dengannya ia mampu melaksanakan titah syariat. Relasi al-fithrah
nantinya dengan al-samahah (toleransi), al-muswah (egaliter) dll. Kedua, al-Mashlahah
(kemaslahatan), tercermin dalam jalbu al-mashlih wa daru al-mafsid. Ketiga, al-tall
atau konsep tentang illah atau alasan suatu hukum, yang darinya bisa tersingkap tujuan syariat.
Pemikiran maqashid Ibnu Asyru terbangun diatas prinsip ini, bahwa merupakan keharusan
menerima konsep talil. Sederhananya, teori maqashid Ibnu Asyur bertolak-pijak dari ketiga
konsep dasar tersebut.
Masih berdasar penelitian Dr. Ismail Hasani bahwa ada tiga perangkat prosedural yang menjadi
basis konstruk pemikiran maqashid Ibnu Asyur kaitannya dengan penetapan maqashid, baik
yang mah maupun yang khshah.Tiga perangkat prosedural ini yang berikutnya menjadi
tumpuan teorinnya yang diantaranya: maqashid adakalanya bersifat qathi (definitif), dlanniy
(asumtif) dan dlanniy tapi mendekati qathiy; maqashid mah dan khshah, dll. Ketiga
perangkat tersebut adalah: al-maqm, al-istiqr dan membedakan antara wasilah dan tujuan
dalam aplikasi hukum fikih.
Yang dimaksud maqam sendiri adalah makna konteks. Ketika teks dipahami secara tekstual
maka makna yang dipahami tersebut adalah makna teks, sedang makna konteks adalah makna
yang dipahami dari makna teks tersebut dengan berbagai pertimbangan seperti lingustik, sosio-
kultur, dll. Maqm terbagi menjadi dua: maqm al-maql (konteks bahasa) dan maqm al-hl
(konteks sosio-kultur). Dalam upaya memahami maqashid syariah seseorang tak boleh terlepas
dari kedua konteks tersebut. Artinya, penetapan maqashid yang terkandung dalam teks harus
melalui pertimbangan sosial politik dan budaya dimana teks itu muncul dan kekinian serta
mempertimbangkan konteks bahasanya dengan melibatkan ilmu ushul fiqih, balaghah (sastra),
dan lingustik.
14/6/2014 makalah Maqashid Syariah | Karya Habyb Mudzakir ( Pusat Ilmu Kehidupan )
http://habyb-mudzakir-08.blogspot.com/2013/10/maqashid-syariah.html 9/10
Kedua adalah istiqr al-ushliy atau penelitian ikduftif perpektif ulama ushul fikih, bukan
perpektif mantik Aristo. Yakni penelitian terhadap sebagian untuk digeneralisir hukumnya secara
umum. Maksudnya, penetapan maqashid harus melalu peneletian induktif tersebut terhadap teks-
teks syariat. Tidak harus keseluruhan namun cukup meneliti sebagian. Dari sinilah pemikiran
Ibnu Asyur tentang maqashid definitif, asumtif dan mendekati definitif itu lahir. Yakni,
definitif, asumtif, mendekati defitif dan tidaknya tergantung komprehensif/kuat dan tidaknya
penelitian tersebut. Semakin komprehensif penelitiannya maka semakin definitif pula maqashid
yang dihasilkan. Begitu pun sebaliknya.
Berdasar istir inilah kemudian Ibnu Asyur mampu menelurkan maqashi umum al-Quran yang
ada delapan dan maqashid khusus (kedelapan maqashid umum al-Quran dan maqashid khusus
ini telah dihimpun oleh Dr. Ismail Hasani dalam kitabnya di atas).
E. Maqashid syariah menurut Jamaludin Athiyyah
1. Menjaga jiwa
Dalam menjaga jiwa disini Islam melarang untuk membunuh jiwa manusia dan
melenyapkan nyawa mereka serta merusak mereka, merusak dan menghancurkannya.
Dari perkara tersebut terdapat konsekuensi yang harus ditanggung karena tindakan
melukai seseorang. Diantaranya yang kita ketahui pembunuhan diketegorikn dalam tiga
hal:
a. Pembunuhan tersalah atau Khoto
Hal ini adalah penganiayayan dengan sebuah tindakan tanpa ada kesengajaan atau
niat.
b. Pembunuhan semi sengaja(syibhul amdi)
Pembunuhan semi sengaja dalam fikih islam sama dengan pemukulan yang
menyebabkan kematian dalam fikih barat.
c. Pembunuhan secara sengaja
Tindakan menganiayaya yang dilakukan orang lain sehingga nyawanya hilang.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah diuraikan konsep maqashid al-syariah menurut al-syatibi adalah tujuan-tujuan
disyariatkannya hukum oleh Allah SWT. Yang berintikan kemaslahatan umat manusia di dunia
dan kebahagiaan di akhirat. Setiap persyariatan hukum oleh Allah mengandung maqashid
(tujuan-tujuan) yakni kemaslahatan bagi umat manusia. Yakni tujuan persyariatan hukum dalam
rangka mewujudkan lima unsur pokok dalam kehidupan manusia, yaitu agama, jiwa, keturunan,
akal dan harta. Maqashid syariah persyariatan hukum dalam upaya memberi kemudahan kepada
manusia mewujudkan lima unsur pokok tersebut.
Perhatian Ibnu Asyur terhadap maqashid muncul melalui kitab kecilnya yang cantik: Alaisa al-
Shubh bi Qarb. Dimana dalam kitab ini, dengan pemikiran maqashid, ia mengkritik sistem pendidikan
dalam Dunia Islam yang tetap mempertahankan gaya tradisionalnya yang cenderung mengajarkan hukum
Islam (fikih) secara tekstualis-literalistik, tanpa menjelaskan alasan-alasan dan tujuan-tujuan Tuhan
(maqashid) dibaliknya. Kurang-lebih kitab ini dikarang pada tahun 20-an abad ke-20 M.
14/6/2014 makalah Maqashid Syariah | Karya Habyb Mudzakir ( Pusat Ilmu Kehidupan )
http://habyb-mudzakir-08.blogspot.com/2013/10/maqashid-syariah.html 10/10
Copyright Karya Habyb Mudzakir ( Pusat Ilmu Kehidupan ) Blogger Theme by BloggerThemes
Posting Lebih Baru Posting Lama
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qardawi, Yusuf. Fiqih Maqashid Syariah. Jakarta : Pustka Al-Kaustar. 2007
Zuhri, Saifudin. Ushul fiqih akal sebagai sumber hukum Islam.. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2009
Ali, Mohammad Daud. Hukum Islam. Jakarta : Rajagrafindo Persada. 2005
Jauhar, Ahmad Al-mursi Husain. Maqashid Syariah. Jakarta : Amzah. 2009
Bakri, Asafri Jaya. Konsep Maqashid Syariah. Jakarta : Rajagrafindo Persada. 1996

[1] Ibn Qayyim al-Jauziyyah, I'lam al-Muwaqqi'in, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, tahun 1996 jilid 3 hal
37
[2] Wahbah al-Zuhayl, Ushl al-Fiqh al-Islm, Damaskus: Dr al-Fikr, 1998., juz II hlm. 1045.
[3] Yusuf al-qordhowi, fiqih Maqasid Syariah,( jakarta timur: Pustaka al-Kautsar,2006) hal.13.
[4] Muhammad Daud Ali, Hukum Islam ( Jakarta : PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2005) hal 63
[5] Ahmad Al-mursi Husain jauhar, maqashid syariah ( Jakarta : AMZAH, 2009) hal 191
[6] Saifudin Zuhri, ushul fiqih akal sebagai sumber hukum islam ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009) hal 105-106
[7] Ibid hal 64
0 KO MENTAR:
PO S KAN KO MENTAR
Masukkan komentar Anda...
Beri komentar sebagai:
Google Account
Publikasikan

Pratinjau
L INK KE PO S TING INI
Buat sebuah Link
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Anda mungkin juga menyukai