Jilid 1 SUATU hari yang cerah, tiga orang laki-laki gagah berjalan dengan langkah cepat mengarungi padang rumput yang luas. Orang pertama adalah seorang tua dengan jenggot yang putih, badan sedang dan agak kurus, melangkah dengan tegap tanda bahwa ia memiliki tenaga dalam yang hebat. Orang yang kedua adalah setengah tua, badan tinggi kurus, muka pucat seperti penyakitan. Namun kalau memperhatikan matanya yang mencorong tajam itu, orang akan ngeri dan bergidik. Sebab mata itu bagaikan mata seekor
1 harimau dimalam gelap. Delapan orang yang ketiga seorang muda berumur lebih kurang tiga puluh tahun muka putih dan berbadan tampan- Tapi dari tarikan mukanya menunjukkan orang itujahat serta licik. Tiba-tiba orang kedua yang berbadan kurus, dan penyakitan itu berhenti dan menunjukkan telapak tangannya serta berseru. "Hey toako. ji-ko ... coba lihat bangunan benteng dibawah lembah tersebut mungkinkah benteng itu adalah benteng kuno yang sedang kita cari?? . . ." Semangat kakek berjenggot itu berkobar kembali, buruburu ia menengok kebawah lembah itu, kemudian sambil mundur selangkah ke belakang gumamnya. "Oooh.... mengerikan sekali" Tanah berwarna kuning membentang didasar lembah, panjang bagaikan seutas tali kuning, mengikuti kaki bukit dikedua belah sisinya menjorok jauh kedalam, keadaan itu bagaikan seekor naga yang berbaring dengan tenang disana . . . Gulungan angin yang kencang mengibarkan pasir kuning itu ke angkasa membentuk kabut yang tebal, diantara lapatlapatnya cuaca tampaklah sebuah bangunan benteng kuno yang tinggi kokoh bertengger disitu, tapi karena jarak yang terlalu jauh maka keadaan benteng itu tak sempat terlihat jelas... Lama sekali kakek berjenggot itu mengamati benteng tersebut, kemudian baru ujarnya. "Ehmm... tak bakal salah lagi, ayoh berangkat.. . kita turun kebawah. Tapi ingat jangan gugup dan tak usah gelisah, kita lakukan semua pekerjaan menurut rencana." habis berkata, ia melangkah turun lebih dahulu.
2 Tiba-tiba kakek yang berwajah penyakitan itu menghela napas panjang, lalu berkata. "Toako apakah kita harus melakukan pembantaian secara sadis hingga seorang manusiapun tak boleh dibiarkan hidup??"... Tertegun hati kakek berjenggot itu setelah mendengar ucapan tersebut, rupanya dia tak menyangka kalau Ji-te atau adik keduanya bisa mengucapkan kata-kata yang sama sekali diluar dugaan ini. Matanya yang sipit kontan melotot besar, sambil mendengus ia menjawab. "Hmmm Apa yang dikatakan Pembantaian itu?? ji-te, pernahkah engkau mendengar kata-kata yang berbunyi demikian, sisa rumput tidak dicabut, angin berhembus akan tumbuh kembali??" sembari berkata dengan pandangan yang tajam ia menatap wajah kakek penyakitan itu. Buru-buru kakek tersebut alihkan sorot matanya kearah lain, sesudah sangsi sejenak katanya. "Tapi... ia telah menghindari kita selama dua belas tahun, aku rasa...aku rasa..." "Haaaaahh . ..haaahh . . . haaahh ..." lelaki bermuka putih itu tertawa terbahak-bahak memotong ucapan kakek penyakitan yang belum habis, "Ji-ko kalau engkau tidak tega untuk turun tangan, biarlah aku serta toako mewakili dirimu . . . yaa siapa suruh kita adalah saudara angkat yang sehidup semati???" Ucapannya tajam sinis dan tak enak didengar. Wajah kakek berwajah penyakitan itu kontan berubah cemberut, ia mendengus dingin dan berseru. "Sam-te, kalau engkau menganggap bahwa kita adalah saudara senasib sependeritaan, aku harap tutuplah mulutmu yang bau itu " "Eeei...., eeei. ... kita toh orang sendiri, kenapa mesti cekcok ?" damprat kakek berjenggot sambil menyapu sekejap
3 kedua orang itu. "Jite kalau engkau tiada usul lain, mari kita segera berangkat." Diam-diam kakek penyakitan itu menghela napas panjang, tubuhnya segera meluncur kedasar lembah dengan gerakan yang amat cepat, dua orang rekannya segera memberi tanda kepada empat orang pria lainnya dan menyusul dari belakang. Tujuh sosok bayangan manusia laksana kilat meluncur kearah lembah bukit itu, dalam waktu singkat mereka sudah menerobosi bukit bor batu dan tiba didepan pintu gerbang benteng kuno itu. Tiga orang yang ada didepan memandang sekejap pintu gerbang yang tertutup rapat, tanpa disadari bulu kuduk mereka pada bangun berdiri. Pintu gerbang itu berwarna hitam dan tebal sekali, debu tebal menyelimuti pintu tadi membuat warna yang sudah agak luntur nampak makin mengenaskan, seakan-akan tempat itu sudah lama tidak dihuni orang. Kakek penyakitan mengamati sebentar pintu gerbang kuno itu, lalu berkata dengan nada lirih. "Toako, mungkin kita telah salah mencari tempat yang dituju, masa ada orang yang sudi berdiam di tempat seperti ini ?" Pria bermuka putih mendengus dingin. "Hm, jika engkau tidak mau masuk. biarlah aku yang masuk, toh kita sudah sampai disini, kalau tidak diperiksa apa gunanya kita jauh jauh kemari ? Bagaimanapun juga hal itu tidak merugikan kita." "Ehm, ucapan sam-te memang benar." sambung kakek berjenggot sambil mengangguk. "Ayo masuk." Sepasang kakinya menjejak tanah dan segera loncat naik keatas dinding benteng yang tingginya mencapai lima tombak itu dengan gerakan cepat.
4 Dua orang rekan lainnya segera menyusul dari belakang, hanya empat orang pria berbaju ringkas saja yang tak mau meloncat naik. Pria bermuka putin itu menyapu sekejap halaman dalam benteng itu, kemudian melemparkan seutas tali kebawah dan menarik empat pria lainnya naik kedinding, setelah itu baru meloncat masuk keruang dalam. Suasana hening dan sepi sekali... dihalaman yang luas tiada pepohonan, semak- belukar maupun bunga yang beraneka ragam keadaannya gundul dan menyeramkan. Ruangan yang besar berdebu tebal, pintu maupun jendela tertutup rapat, sarang laba-laba mengotori dinding membuat keadaan benteng itu kotor dan tak sedap dipandang, siapapun akan berpendapat bahwa benteng itu kosong tak berpenghuni. Menyaksikan keadaan ditempat itu, kakek berjenggot segera berpikir didalam hati. "Rupanya kita sudah salah mencari tempat" ia tarik tangan kakek penyakitan dan segera melayang pula kedalam halaman benteng itu. Mendadak serentetan bentakan nyaring menggema memecahkan kesunyian-"Ada urusan apa kalian bertiga dimalam buta berkunjung kebenteng oh liong-po ?" Ketiga orang itu terkejut, dengan cepat mereka berpaling kearah mana berasalnya suara itu dan mundur selangkah kebelakang dengan hati terkesiap. Kurang lebih lima tombak dihadapan mereka, berdirilah seorang kakek berambut putih. Kapankah kakek tua itu munculkan diri ? Dengan kepandaian silat yang mereka miliki ternyata tak seorangpun yang tahu. Pria bermuka putih itu termenung sebentar, lalu sambil menjura ia berkata. "Lo-tiang, tolong tanya apakah tempat ini adalah Selat oh- liong- kok" suaranya keras, jelas ia hendak memamerkan kepandaian nya.
5 Sepasang mata kakek berambut putih yang semula terkatup mendadak melotot besar, dengan serentetan cahaya tajam bagaikan pisau belati ia menatap wajah pria bermuka putih itu, lalu menegur dengan nada gusar. "Jangan berteriak-teriak seperti setan menjerit, kalau sampai majikan mudaku terbangun-.. kubacok tubuhmu sampai hancur berkeping-keping." Ketika sorot mata mereka bertiga saling membentur dengan kakek berambut putih itu, satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya, tanpa sadar mereka berpikir "Sebenarnya siapakah kakek tua ini ? Mungkinkah majikan muda yang dia maksudkan adalah Gak In Ling ?" diikuti pikiran lain berkelebat pula dalam benaknya. "Ah, tidak mungkin-.. hal ini tidak mungkin, sekalipun ilmu silat yang dimiliki Gan cin Peng amat tinggi, tidak mungkin akan selihai orang ini, mana mungkin orang ini bersedia menjadi pelayannya ?" Berpikir sampai disini tanpa terasa hati merekapun menjadi lega. Pria bermuka putih kembali memberi normal, lalu ujarnya sambil tertawa seram. "Harap lo-tiang suka memaafkan kesalahan kami yang tidak disengaja, adapun kedatangan kami adalah untuk mencari tahu tentang seseorang, apakah engkau bersedia memberi petunjuk ?" Kakek berambut putih berpaling dan memandang sekejap keruang dalam, lalu mendengus dingin. "Hm Tiang- kang Samkiat, tiga sekutu dari Sungai Tiang- kang, kalau kalian tahu diri, cepat- cepatlah enyah dari sini, kalau terlambat hm, mungkin kalian akan menyesal sepanjang masa." Dalam pada itu empat orang pria kekar yang datang bersama Tiang- kang Sam- kiat telah melompati dinding pagar dan memburu datang.
6 Kakek berjenggot itu menyapu sekejap ke-arah rekanrekannya, kemudian tertawa dingin. "He, he, he, kalau sudah tahu kami adalah tiga sekutu dari sungai Tiang-kang, tentu mengetahui peraturan kami selama melakukan pekerjaan? IHmm Engkau anggap dengan mengandalkan sepatah katamu itu maka kami akan kabur ketakutan ?" Sekali lagi kakek berambut putih itu memandang sekejap keruang belakang, rambutnya yang beruban mendadak menggetar keras tanpa terhembus angin, ia menarik napas panjang untuk menahan hama amarah yang berkobar dalam dadanya kemudian berkata. "Hm, katakanlah, siapa yang kalian cari ?" "Gak In Liang." Sekilas napsu membunuh berkelebat diatas wajah kakek berambut putih itu. "Tahukah kalian semua, siapa aku ?" "Maafkanlah kami, sekalipun aku punya mata namun tak kenal siapa dirimu itu "jawab lotoa dari Tiang- kang Sam- kiat setelah melirik sekejap kearah rekan-rekannya. "Engkau tak kenal siapa aku, sebaliknya aku tahu bahwa kalian bertiga adalah bandit-bandit tak tahu malu yangjual kawan untuk mencari pujian-" Merah-jengah selembar wajah kakek penyakitan, buru-buru dia alihkan pembicaraan kesoal lain- "Boleh aku tahu siapakah namamu ?" ia bertanya. Untuk ketiga kalinya kakek berambut putih itu berpaling keruang benteng, setelah itu baru ia menjawab. "Manusia sesat dari selatan oei Hoa Yu bukan lain adalah aku " "Apa ? Engkau adalah manusia sesat dari selatan ?" tanpa sadar Tiang-kang Sam-kiat mundur tiga langkah kebelakang, jantung berdebar keras.
7 "Lam-shia" manusia sesat dari selatan- "Pak-koay" manusia aneh dari utara selamanya tidak pernah berpisah satu sama lainnya, mereka dikenal sebagai dua orang makhluk yang paling sukar dilayani, bukan saja ilmu silatnya amat tinggi, terutama sekali sikap mereka yang lurus tidak- sesatpun tidakperbuatan mereka selamanya dilakukan menurut suara hatinya karena ia hampir boleh dibilang setiapjago persilatan berusaha untuk menjauhi mereka. Mimpipun Tiang- kang sam- kiat tak pernah menyangka kalau mereka akan berjumpa dengan manusia sesat dari selatan ditengah benteng kuno yang terpencil ini. Terdengar manusia sesat dari selatan berkata sambil mengertak gigi: "Hitung-hitung kali ini nasib kalian bertiga anjing-anjing sialan memang masih mujur, kedatanganmu memang kebenaran sekali dikala majikan muda sedang beristirahat kalau tidak...... hm Jangan harap bisa lolos dari sini dalam keadaan hidup Nah, sekarang juga cepat enyah dari sini, apa yang kalian masih nantikan ?" Dari ucapan itu bisa diketahui bahwa manusia sesat dari selatan ada maksud untuk melepaskan mereka, siapa tahu orang-orang yang diberi kasihan tidak sadar, malahan dikiranya pihak lawan sedang menggertak mereka. "Kalian bertiga tak usah pergi lagi dari sini." mendadak terdengar suara yang dingin menyeramkan datang. Tiangkang Sam- kiat terkesiap. mereka sama-sama berpikir didalam hati. "Seram amat suara orang ini, siapakah dia ?" Entah sejak kapan, dibelakang tubuh manusia sesat dari selatan telah muncul seorang pemuda baju hitam yang tampan dan beralis lenting bagaikan pedang. Mendengar seruan itu, air muka manusia sesat dari selatanpun berubah hebat, dengan cepat ia putar badan dan memberi hormat. "Budak benar-benar tak berguna, hanya
8 urusan sepele saja harus mengagetkan siau-ya" nada ucapannya penuh dengan rasa hormat dan jeri. Pemuda baju hitam itu gelengkan kepalanya dengan ewa. "Selama ini aku sama sekali tidak tidur." sahutnya. "Ketika mereka datang akupun sudah tahu," dia melangkah kedepan dan menghampiri Tiat-kang Sam- kiat, sambungnya dengan nada dingin. "Paman bertiga, apakah datang untuk mencari aku Gak In Liang ?" Tiat-kang Sam- kiat terkesiap dan merasakan bulu kuduknya bangun berdiri, mereka merasa dirinya terpengaruh oleh keangkeran serta keagungan musuhnya, membuat mereka merasa tak mampu untuk bergerak. Pria bermuka putih melirik sekejap kearah pemuda itu dengan pandangan licik, tiba-tiba ia tertawa. "Ha h, hah, hah..... selama banyak tahun Hian-tit (keponakan) pasti amat menderita, bukan ? Kami selalu merasa tidak tenang, setelah bersusah payah akhirnya" "Sebutan tadi merupakan sebutan yang terakhir dari ku untuk kalian bertiga." tukas pemuda baju hitam dengan sinis. Diantara biji matanya yang jeli mendadak terlintas napsu membunuh yang tebal, dengan nadanya yang seram, lanjutnya kembali. "Menjual ayahku untuk mencari pujian, mencelakai ibuku untuk menutup mulut, dan sekarang datang ke benteng oh liong-po untuk membabat rumput keakar-akar nya hm, hm.. jika aku Gak In Liang tidak menghancur lumatkan tubuhmu, Thian benar-benar tidak adil." Habis berkata ia loncat maju kemuka dan berdiri kurang lebih lima depa dihadapan Tiang-Sam-kiat. Tiba-tiba manusia sesat dari selatan menghadang dihadapan Gak In Liang, ujarnya dengan hormat.
9 "Untuk menghadapi manusia-manusia bangsa tikus seperti mereka, kenapa majikan muda harus turun tangan sendiri ? Serahkan saja kepada budak untuk menggebah mereka pergi." Napsu membunuh serta rasa dendam yang berkobar menyelimuti seluruh benak Gak In Liang dengan tegas ia menggeleng. "Dendam ayahku harus dituntut balas oleh puteranya sendiri, aku hendak membuat majikan mereka tahu bagaimanakah keadaan dari korban yang menemui ajalnya ditanganku." Rasa ngeri dan seram menyelimuti hati Tiat kang Sam- kiat, suatu firasat yang jelek melintas dalam benak beberapa orang itu, walaupun mereka yakin bahwa ilmu silat yang dimilikinya sangat lihay sehingga cukup digunakan untuk menghancurkan benteng oh-liong-poo, akan tetapi dalam beberapa detik yang singkat, seakan-akan mereka lupa bahwa mereka memiliki ilmu silat yang tinggi, keadaan mereka tidak lebih bagaikan orang hukuman yang menantikan keputusan pengadilan- Mungkin hal ini dikarenakan pengaruh serta wibawa yang terpancar keluar dari pemuda misterius dihadapannya ini, mungkin juga karena kesalahan yang pernah mereka lakukan dimasa lampau sehingga mengurangi kesombongan dan kejumawaan mereka, pokoknya dalam waktu yang amat singkat mereka tak mempunyai keberanian untuk menjawab ataupun buka suara. Dalam pada itu manusia sesat dari selatan telah mengundurkan diri kesamping, Gak In Liang segera maju lebih mendekat, katanya dengan seram. "Belah dada kalian sendiri dan tarik keluar jantung kalian masing-masing, aku ingin lihat jantung kalian berwarna hitam atau tidak?"
10 Walaupun suaranya tenang dan datar, akan tetapi mengandung daya kekuatan yang besar, seakan-akan perintah kematian yang tak dapat dibantah lagi. Manusia sesat dari selatan tersohor karena kekejiannya dalam membunuh orang, tetapi setelah mendengar ucapan itu tak urung hatinya terkesiap juga, pikirnya. "Dihari-hari biasa majikan muda selalu halus dan berbudi luhur, mengapa pada malam ini bisa berubah jadi begitu sadis dan kejam?" Tiang- kang Sam- kiat serta empat pria kekar yang berada dibelakangnya segera mundur dua langkah kebelakang dengan ketakutan, empat belas mata memancarkan cahaya ngeri dan seram dan bersama ditujukan kepada pemuda baju hitam di hadapannya. Gak In Ling mengerdipkan matanya yang jeli, tindaktanduknya tetap halus dan terpelajar, siapapun tidak percaya bahwa perintah yang begitu sadis dan begitu brutal muncul dari mulut pemuda tampan itu. Waktu sedetik demi sedetik lewat dengan cepatnya, kesadisan diatas wajah Gak in Ling yang tampan kian lama kian bertambah tebal, mendadak ia tertawa seram. "He, he, he Apakah kalian bertiga hendak menunggu sampai aku Gak In Ling turun tangan sendiri ?" ancamnya. Sambil berkata selangkah demi selangkah ia maju mendekati tiga jagoan dari sungai Tiang- kang tersebut. Tanpa sadar Tiang-kang Sam- kiat selangkah demi selangkah mundur pula kebelakang, mengikuti langkah kaki yang berat, air muka ketujuh orang itu berubah beberapa kali, mereka merasa bahwa jiwa mereka yang sangat berharga itu kian lama kian mendekati jurang kematian- Jelas, keberanian serta segenap kekuatan mereka telah dipunahkan oleh keangkeran Gak In Ling. Tiba-tiba dari
11 belakang tubuh Tiang-kang Sam-kiat berkumandang datang suara bentakan keras: "Bajingan cilik Engkau jangan terlalu menghina orang " Sesosok bayangan manusia meluncur ke muka, angin pukulan yang maha dahsyat langsung menghantam batok kepala pemuda she Gak itu. Gak In Ling sama sekali tidak berpaling atau angkat kepala, diapun tidak menghentikan langkah kakinya, sorot mata yang tajam masih menatap wajah Tiang- kang Sam-kiat tanpa berkedip. terhadap serangan yang sedang mengancam tubuhnya itu ia sama sekali tidak mengambil gubris. Dalam waktu singkat, sepasang telapak telah mengancam diatas batok kepala pemuda itu. Mendadak jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan kesunyian yang mencengkamkan dimalam buta itu. Sesosok bayangan tubuh yang besar mencelat keangkasa, melewati atas kepala Tiang- kang Sam-kiat dan terbanting kurang lebih tujuh tombak dibelakang ketiga orang itu dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Tiang- kang Sam-kiat terkesiap, kecuali mereka saksikan pemuda she Gak itu mengangkat tangan kanannya, tiada gerakan lain yang terlihat oleh mereka, akan tetapi dari tujuh orang sekarang mereka telah kehilangan seorang rekan- Satu-satunya harapan untuk hiduppun ikut musnah bersama dengan kematian pria kekar itu, sekarang mereka sudah patah semangat dan tak punya keberanian untuk melakukan perlawanan lagi. Dari sorot mata Lo-toa serta Lo-sam Tiang- kang Sam-kiat segera melintas rasa takut, ngeri, dan mohon ampun, bibir yang pucat pias gemetar keras namun tak sepatah katapun yang meluncur keluar.
12 Tiba-tiba terdengar Lo-ji yang baik hati itu menghela napas panjang lalu berkata. "Aiii Satu kali salah melangkah akhirnya kita akan menyesal sepanjang masa, toako Sam-te Sebenarnya apa yang berhasil kita dapatkan ?" Sambil berkata ia merobek pakaian bagian dadanya sendiri, kemudian sambil mengertak gigi, jari tangannya yang kuat bagaikan cakar baja tiba-tiba dihujamkan keatas dadanya sendiri. "creeet...." semburan darah segar berhamburan disepanjang lantai, sambil meringis menahan kesakitan ia betot keluar jantungnya sendiri. Air muka yang semula berwarna kuning pucat kini berubah jadi hijau keabu-abuan, sorot mata yang tajam kian pudar, dengan pandangan mata minta maaf ia melirik sekejap kearah Gak In Ling, bibir yang pucat gemetar keras dan akhirnya ... bluuukk Tubuh terkapar diatas tanah dalam keadaan tak bernyawa lagi Dua titik air mata perlahan-lahan menetes keluar dari balik kelopak matanya, namun senyum ketenangan dan kedamaian telah menghiasi bibirnya, mungkin ia merasa bahwa hutang yang tak bisa dibayar selama ini akhirnya berhasil juga di lunasi. Tiada dengusan kesakitan, tiada jeritan lengking sekarat, tapi seorang jago yang amat lihay telah gugur dengan jantung yang berlumuran darah masih tergenggam ditangannya. Sekilas rasa kaget berkelebat diwajah manusia sesat dari selatan, mungkin ia merasa peristiwa itu terlalu sadis dan kejam Airmuka Lo-toa dan Lo-sam dari Tiang-kang Sam-kiat serta tiga orang pria kekar yang berada dibelakangnya telah berubah jadi pucat pias bagaikan mayat, keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya, rasa takut, ngeri, dendam berkecamuk menjadi satu membakar hati mereka semua.
13 Gak In Ling telah berdiri dengan wajah hambar, terhadap peristiwa sadis yang berlangsung dihadapan matanya ia tidak berpaling barang sekejappun, seakan-akan kejadian itu sama sekali tak terlihat olehnya. Dengan dingin ia menyapu sekejap kearah dua orang itu. "Sekarang tiba giliran kalian berdua " Beberapa patah kata yang pendek. terdengar oleh Lo-toa serta Lo-sam dari Tiang- kang Sam-kiat bagaikan guntur yang membelah bumi di siang hari bolong. Lo-toa dari Tiang- kang Sam-kiat tak dapat menahan diri lagi, ia menengadah keangkasa dan tertawa seram. "Ha ha ha Gak In Ling bocah cilik, dengan mengandaikan sepatah duapatah katamu itu, engkau anggap kami segera menyerah dan mudah dibunuh ? Ha ha.... Engkau anggap toyamu sekalian ini siapa ? Kau kira kelinci- kelinci yang gampang dijagal dengan begitu saja?" Gak In Ling mendengus dingin, napsu membunuh yang tebal melintas diatas wajahnya, sambil ayunkan sepasang telapaknya ia menjawab. "Aku mengandaikan sepasang telapakku ini? Hm, kalau kalian tidak percaya, silahkan mencoba" Lo-sam lebih tenang dan licik daripada rekannya, walaupun hatinya merasa takut sekali akan tetapi diatas wajahnya masih dapat mempertahankan ketenangan, mendengar ucapan itu ia angkat kepala dan memandang kearah sepasang te lapak muda itu. "Telapak maut?" jeritnya melengking, suaranya gemetar dan mengandung rasa takut yang hebat, dengan sempoyongan ia mundur sampai tujuh langkah kebelakang, sepasang matanya memandang kearah telapak tangan pemuda itu tanpa berkedip.
14 Rasa ngeri, putus asa, mohon ampun serta pelbagai perasaan berkecamuk didalam hatinya dengan wajah yang pucat. "Apa ?? Ah, telapak maut" jerit Lo-toa pula dengan suara tertahan, ia mundur sempoyongan dan jatuh terduduk diatas lantai. Manusia sesat dari selatan pun tertegun, kemudian dengan hati terjelos gumamnya: "Oooh Thian, kenapa sampai jadi begini ? Kenapa sampai diapun tidak dilepaskan?" Mengikuti ucapan tersebut dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya. Dalam pada itu dengan pandangan sadis Gak in Ling telah memandang kembali kearah ke dua orang itu, lalu bentaknya. "Apa yang kalian nantikan lagi ?" "otak yang mendalangi pembunuhan itu bukan kami "jerit Lo-sam dengan suara gemetar. "Kau... kau..." "Kalau bukan kalian, siapa lagi ?" bentak Gak In Ling kembali dengan nada seram. "Aku... aku.... aku tidak tahu." Gak In Ling menengadah dan tertawa panjang. "Haa.... haa... haa... Sedari tadi aku telah tahu bahwa kalian tak akan tahu, jual ayah ku untuk mencari pujian, apa yang berhasil kalian dapatkan- Haa haa.... haa.... " "Majikan muda, kau. ...jangan terlalu emosi." bisik manusia sesat dari selatan dengan nada kuatir. Gak In Liang menghentikan gelak tawanya, dengan napsu membunuh makin berkobar ia berseru keras: "Aku akan suruh kalian berdua merasakan sampai di manakah kelihayan dari telapak mautku ini " sambil berkata sepasang telapaknya perlahan-lahan diangkat keatas. Lo-toa dan Lo-sam dari Tiang- kang Sam-kiat mundur tiga langkah kebelakang dengan ketakutan B reett Mereka robek
15 pakaian bagian ddadanya sendiri, sementara sorot mata mengandung rasa takut dan minta ampun terpancar keluar dari mata mereka. Gak In Ling sama sekali tidak tergerak hatinya oleh tingkah laku musuhnya itu, perlahan-lahan telapaknya sudah diangkat mencapai depan dada, senyuman dingin yang sadis dan kejam tersungging dibibirnya. "Kalau tahu akhirnya akan jadi begini, kenapa dahulu kalian berbuat khianat, hem ?" Sepasang telapak dengan cepat didorong ke-depan-.. Rupanya kedua orang itu tahu bahwa nasib mereka akan berakhir pada hari ini, dengan nekad merekapun mencengkeram kearah dada sendiri serta membetot keluar jantung mereka seperti apa yang telah dilakukan rekan mereka sebelumnya. Dua jeritan melengking kembali berkumandang memecahkan kesunyian yang mencekam seluruh lembah ohliong- pio, suaranya begitu mengerikan sehingga mendirikan bulu roma semua orang. Dengan pandangan dingin Gak In ling menyapu sekejap kearah mayat Tiang- kang Sam-kiat yang terkapar diatas tanah, kemudian menengadah dan melotot kearah pria-pria lainnya yang berdiri menjublek disana dengan pandangan seram, katanya: "Bawa ketiga sosok mayat itu dan segera enyah dari tempat ini, kalian tak boleh mengubur mayat mereka disekitar gunung Thaysan atau tempat manapun, mayat itu harus kalian bawa pulang kemarkas besar Tiang-kang, jika berani membangkang perintahku, h mm?" Tiga orang pria kekar itu mundur dengan ketakutan, tapi merekapun merasa amat girang karena mimpipun tak pernah disangka bahwa mereka masih bisa lolos dari tempat itu dalam keadaan hidup, Tanpa banyak bicara lagi mereka bopong
16 mayat Tiang-kaag Sam- kiat yang mengerikan serta mayat rekannya lalu kabur terbirit-birit dari situ. Sepeninggalnya beberapa orang itu, Gak In Ling menengadah memandang bintang yang bertaburan diangkasa, lalu bergumam seorang diri: "Dua belas tahun lamanya,. yaa dua belas tahun, suatu jangka waktu yang amat panjang." Manusia sesat dari selatan maju kedepan dengan langkah yang berat, bisiknya. "Majikan muda, apakah engkau telah melatih ilmu telapak maut itu?" "Benar," jawab pemuda she Gak dengan sedih. "aku tak dapat menanti lebih lama lagi." Manusia sesat dari selatan menghela napas panjang. "Aaaai kesemuanya ini adalah akibat dari keteledoran hamba sekalian, sehingga membuat pil mujarab yang hampir jadi, telah dicuri orang. Tetapi, majikan muda, apakah engkau tak bisa menunggu sebentar lagi ? Mungkin makhluk tua itu akan segera kembali." "Tujuan orang itu adalah hendak mencabut jiwa aku orang she Gak. kendatipun penjagaan yang kalian lakukan lebih ketatpun tak akan lolos dari cengkeramannya, oleh karena itu..." "Majikan muda sekalipun manusia berusaha, tapi Thianlah yang menentukan segala-galanya, engkau tak boleh berputus asa, kita tokh masih bisa...." Gak In Liang tertawa. "Tak usah dicoba lagi, dua tahun bagiku sudah terasa lebih daripada cukup," "Tapi sejak kini keluarga Gak..." Gak In Ling mengerdipkan matanya, sebelum manusia sesat dari selatan sempat menyelesaikan kata-katanya, dia telah menukas.
17 "Asal dendam sakit hatiku bisa dibalaskan, apa yang aku inginkan bisa terkabul, maka sisanya yang lain tak usahdibicarakan lagi." setelah berhenti sebentar, lanjutnya. "Besok pagi, aku hendak tinggalkan benteng kuno ini." "Aku juga ikut " kata manusia sesat dari selatan dengan hati amat gelisah. "Tidak, engkau harus menunggu sampai manusia aneh dari utara kembali ke sini, kemudian baru bersama pergi mencari aku." "Majikan Muda, aku tidak tega... aku merasa khawatir sekali dan aku pikir..." "Keputusanku sudah bulat, engkau tak usah banyak bicara lagi." Tukas Gak In Ling dengan cepat. Perlahan-lahan ia berjalan masuk kedalam ruangan, dari balik biji matanya yang jeli, air mata perlahan-lahan mengalir keluar. Sebagai manusia tentu saja dia amat menyayangi jiwanya sendiri, tetapi suatu kekuatan lain memaksa ia harus melepaskan segala-galanya... karena sesuatu urusan ia harus membuang jauh semua pikiran semacam itu... Dendam yang dalam bagaikan lautan, benci yang menumpuk bagaikan bukit, telah menyelimuti seluruh benaknya. Dengan sedih dan hati yang perih manusia sesat dari selatan memandang bayangan punggung si anak muda itu lenyap dari pandangan, pada saat yang amat singkat inilah dia merasa bahwa dirinya jauh lebih memahami lagi perasaan si pemuda yang sudah berdiam hampir dua belas tahun lamanya dengan dia itu. Senja telah lewat dan malam mencengkeram seluruh jagad, sorot lampu yang tajam menyinari setiap sudut kota con IHway, rumah makan, rumah penginapan dan tempat
18 pelacuran mulai dikunjungi orang, suasana amat ramai dan hiruk pikuk memecahkan kesunyian- Pada saat itulah di sebuah gedung besar yang letaknya di luar kota, suasana tetap diliputi keheningan, Malaikat Elmaut telah mencengkeram seluruh isi gedung itu, membuat keadaan terasa seram dan mengerikan. Belasan tahun berselang, gedung besar yang megah dan kokoh ini dikenal sebagai gedung keluarga Gak. tapi kini nama yang pernah disegani dan dihormati setiap orang itu sudah mulai dilupakan orang... Pada saat itu dua orang pria kekar berdiri mendelong didepan pintu gerbang yang berwarna merah, pada istal kuda terikat beberapa puluh ekor kuda jempolan, dari sikap kedua orang itu nampak jelas bahwa mereka sedang menghadapi suatu kejadian yang menakutkan hatinya. Dalam sebuah ruang tamu yang luas, api lilin bersinar menerangi seluruh sudut ruangan, dua buah meja perjamuan yang besar diatur di-tengah ruangan dan disekelilingnya duduklah enam belas orang pria tua maupun muda. Tetapi aneh sekali, walaupun sayur yang lezat dan arak yang wangi telah dihidangkan, namun tak seorangpun yang bernapsu untuk menikmati kelezatan dan wanginya hidangan tersebut. Suasana dalam ruangan itu sunyi, hening dan tak kedengaran sedikit suara pun, wajah setiap orang nampak murung dan sedih sekali. Tiba-tiba kakek berjenggot panjang yang duduk dikursi utama bangkit berdiri dan berkata. "Saudara saudara sekalian, silahkan makan dulu sedikit hidangan yang telah tersedia, setelah itu baru merundingkan masalah pelik yang sedang kita hadapi, mari... mari kuhormati kalian semua dengan secawan arak." Sambil berkata dia angkat cawan arak yang berada dihadapannya dan sekali teguk menghabiskan isinya,
19 walaupun begitu kelihatan jelas sekali tangannya yang memegang cawan nampak gemetar keras. Semua orang segera bangkit berdiri dan menghabiskan pula isi cawan masing-masing, mereka semua seperti telah kehilangan semangat, wajahnya loyo dan sama sekali tak bertenaga. Kakek berjenggot panjang tadi menarik napas panjang, kemudian setelah berbatuk sebentar, ujarnya. "Lo-ngo. berita yang engkau dengar bisa dipercaya atau tidak?" sambil berkata dia berpaling ke arah seorang kakek tua berusia enampuluh tahun yang berada disebelah kanan dan pada kening kanannya terdapat sebuah codet berwarna ungu. Sorot mata semua orangpun dialihkan padanya wajah mereka semua terlintas satu harapan, bahwa berita itu tidak benar. Kakek bercodet dengan kaku mengangguk. "Berita itu sungguh dan dapat dipercaya seratus persen-" jawabnya tegas. "Engkau dengar dari siapa ?" hampir bersamaan waktunya ada tiga empat orang banyaknya yang mengajukan pertanyaan itu. Perlahan-lahan kakek bercodet itu bangkit berdiri lalu berkata. "Kalian semua takut mati. masa akupun tidak takut mati ? Aku menyaksikan kesemuanya ita dengan mata kepala sendiri." suaranya gemetar dan penuh emosi. Kakek berjenggot panjang itu amat terperanjat, tanpa terasa ia berseru keras. "Kau, kau menyaksikan dengan mata kepala sendiri ? Bagaimana keadaan mereka ?" Kakek bercodet menengadah dan tertawa seram, suaranya keras bagaikan kuntilanak ditengah kuburan.
20 "Hee hee hee... Dengan tangan sendiri mereka membetot keluar jantung mereka...." "Aahh" seruan tertahan menggema memenuhi seluruh ruangan, rasa kaget dan ngeri melintas diatas wajah setiap orang, dengan kaku dan tertegun mereka melotot kearah kakek bercodet itu. "Masa seorang bocah cilik mempunyai kepandaian selihay itu ?" gumam kakek berjenggot panjang itu dengan nada keheranan- "Bagaimana caranya dia memaksa Tiang kang Sam- kiat untuk membetot keluar jantungnya sendiri ? Hal ini tak mungkin-" Sekalipun dimulut ia mengatakan tidak percaya, tetapi bayangan hitam telah menyelimuti seluruh hatinya.... ia merasa bahwa maut sudah semakin mendekati dirinya. Keseraman dan kengerianpun dengan cepat menyelimuti seluruh ruangan, setiap orang merasa ketakutan dan semuanya tercekam dalam ketegangan yang memuncak sehingga dadanya terasa sesak dan sukar untuk bernapas. Tiba-tiba.... Gelak tertawa yang seram dan menggetarkan telinga berkumandang datang dari luar tembok pekarangan, diikuti serentetan cahaya merah munculkan diri ditengah ruangan. Suara itu muncul begitu mendadak membuat semua orangterkesiap dan merasakan jantungnya berdebar keras, puluhan pasang mata yang memancarkan sinar kaget dan ngeri bersama-sama di alihkan keluar ruangan- Tapi mereka semakin terperanjat setelah menyaksikan manusia yang berdiri dihadapannya. Tampaklah dua orang kakek baju merah yang memakai kain penutup berwarna merah pula berdiri kaku diluar ruangan, perawakan mereka yang satu tinggi dan yang lain pendek. namun sorot matanya memancarkan cahaya tajam yang menggidikkan hati.
21 Yang lebih mengejutkan lagi adalah dua butir batok kepala yang berada dalam cekalan mereka berdua, darah segar masih mengucur keluar tiada hentinya. Terdengar manusia berkerudung yang berbadan pendek berkata dengan suara menyeramkan- "cin-hway Ngo- gi lima saudara dari cin-hway, aku mendapat perintah untuk datang kemari memenggal batok kepala kalian semua " "Apa dosa kami berlima sehingga harus mendapat hukuman penggal kepala ?" tanya kakek berjenggot panjang dengan hati terjelos. "Dosa kalian sudah terlalu besar dan kejahatan yang kalian lakukan terlalu menumpuk." jawab manusia kerudung merah yang jangkung dengan suara ketus. "Serahkan nyawa kalian semua." "Engkau mendapat perintah dari siapa ?" tanya Lo-sam dari cin-hway Ngo-gi dengan dingin- Manusia berkerudung merah yang berbadan cebol tertawa dingin. "Hee... hee... hee... Kalian masih belum berhak untuk mengetahuinya..... kenapa masih belum turun tangan? Apakah kalian hendakpaksa diriku untuk melakukannya sendiri?" Dalam pada itu semua jago yang berada dalam ruangan mengetahui bahwa kedua orang itu bukanlah manusia yang ditakuti oleh mereka, maka hati merekapun jadi lega. Mendengar ucapan lawan, mereka mendengus dingin.Jelas orang-orang itu merasa amat tidak puas dengan ucapan lawan- Kakek berjenggot panjang segera tertawa terbahak-bahak. "Ha.... haa haa..... Aku rasa kalian berdua belum tentu dapat melakukannya"
22 Manusia berkerudung merah yang berbadan jangkung naik pitam, dari balik kain kerudungnya memancar keluar dua rentetan cahaya mata yang sangat tajam, tangan kanannya segera di-ayun keluar dan sesosok bayangan hitam menerjang kearah dada kakek berjenggot panjang itu dengan cepatnya. Kakek berjenggot panjang mendengus dingin, ia sambut datangnya benda hitam itu, tapi dengan cepat ia berteriak kaget. "Aah......... bukankah dia adalah Hian Hok Tootiang?" "Sedikitpun tidak salah, apakah kalian tidak merasa bahwa kepandaian silat yang kamu miliki jauh lebih lihay daripada Hian Hok Totiang?" Mendengar perkataan itu cin-hway Ngo-gi saling berpandangan dengan mulut membungkam, mereka tak menyangka kalau Hian Hok Totiang yang dikenal memiliki ilmu silat yang amat lihay pun menemui ajalnya ditangan mereka berdua. Setelah mengamati beberapa saat lamanya batok kepala itu, Lo-toa dari cin-hway Ngo-gi berteriak keras. "Aaaah kalau begitu engkau adalah cianjiu jin-to pembantai manusia bertangan seribu?" "Pembantai manusia bertangan seribu." jeritan kaget hampir berkumandang dari setiap manusia yang ada dalam ruangan- Manusia berkerudung merah itu tertawa terbahak-bahak. "Haa haa..... haa... setelah mengetahui siapakah aku, beranikah kalian semua melakukan perlawanan?" Air muka kakek berjenggot panjang itu berubah hebat, mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya, batok kepala itu dibuang ketanah lalu ikut tertawa seram pula.
23 "Haa .... haa haa.. ... memang kuakui bahwa ilmu silat yang kami miliki masih terlalu jauh kalau dibandingkan dengan dirimu, akan tetapi..." "Akan tetapi kenapa ?" "Akan tetapi kalian takkan berani mengganggu setiap manusia dan benda yang berada dalam ruangan ini " Mula-mula kedua orang manusia berkerudung merah itu tertegun, kemudian dengan gusar teriaknya: "Engkau berani pandang rendah diriku. Lihat saja aku berani atau tidak," sambil berkata tubuhnya menerjang kedepan. Buru-buru kakek berjenggot panjang itu merogoh kedalam sakunya dan mengambil keluar sebuah tanda pengenal yang berukir indah sekali, sambil mengangkat tanda pengenal itu ketengah udara serunya: "coba kalian lihat, benda apakah ini?" "Ah tanda perintah Nirwana.." seru manusia berkerudung merah itu kaget. Tiba-tiba ia menghentikan gerakan tubuhnya di tengah jalan, putar badan dan kabur dari ruangan itu, tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ketika datang mereka muncul secara tiba-tiba, waktu kaburpun dilakukan secara tiba-tiba pula, mati atau hidup ternyata hanya tergantung pada tanda pengenal yang amat kecil itu. Dengusan dingin berkumandang keluar dari balik sebuah pohon besar ditengah halaman, namun tak seorang manusiapun yang tahu. Sementara itu semua orang dalam ruangan tergirang hati dan merasa lega ketika menyaksikan dua orang pembantai manusia itu kabur terbirit-birit karena tanda perintah Nirwana
24 Tiba-tiba Lo-toa dari cin-hway Ngo-gi berpaling kearah kakek bercodet dan bertanya. "Lo-ngo, mungkinkah orang yang membinasakan Tiang-kang Sam-kiat adalah pembantai manusia bertangan seribu ?" Ingatan kakek bercodet agak tergerak juga mendengar ucapan itu, tapi dengan nada masih sangsi ia berkata^ "Tetapi menurut orang-orang yang pergi ke sana mengikuti Tiang-kang Sam-kiat, katanya ke-tiga orang itu menemui ajalnya ditangan seorang pemuda baju hitam." Lo-sam tertawa bergelak. "orang tokh bisa saja menyaru sebagai apapun, bukankah menurut ceritamu mereka berdua seorang kakek dan seorang pemuda ? Sedang pembantai manusia bertangan seribu juga terdiri dari dua orang, siapa tahu kalau kedua orang itu adalah hasil penyaruan mereka ?" Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, semua orang merasa hatinya agak lega karena perkataan itu masuk diakal. Kakek bercodet menghela napas panjang dan berkata. "Aaai semoga saja apa yang kalian duga adalah benar, teringat masa lampau, dimana kita semua telah digunakan tenaganya oleh orang lain dan sampai kinipun kita tidak tahu siapakah otak yang mendalangi kesemuanya itu... bahkan kita harus menanggung resikonya." "Lo ngo," tukas Lo-toa dengan cepat, "apakah kau sudah bosan hidup ?Jangan lupa, dalam peristiwa yang terjadi tempo hari kita semua terlibat dalam masalah tersebut." "oleh karena itulah kalian semua harus mati." baru saja ucapan Lo-toa dari cin-hway lo-ngo selesai diutarakan, tibatiba dari tengah ruangan berkumandang serentetan suara yang dingin dan ketus diiringi suara tertawa yang menyeramkanTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 25 Semua jago yang ada dalam ruangan terperanjat hingga sukma terasa melayang tinggalkan raganya, dengan cepat mereka berpaling dan loncat bangun dari kursi, senjata tajam siap diloloskan siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkanseorang pemuda tampan baju hitam dengan dingin dan seram berdiri tegak didepan pintu ruangan, perlahan-lahan ia menyapu setiap raut wajah para jago yang berada disitu. Semua jago yang berada dalam ruangan itu meskipun belum bisa dikatakan jago yang amat lihay dalam dunia persilatan, akan tetapi mereka tak malu disebut jagoan kelas satu, akan tetapi kapankah pemuda baju hitam itu munculkan diri tak seorangpun diantara mereka yang tahu. "Siapa engkau ?" tegur Lo-toa dari cin-hway Ngo-gi dengan nada gemetar, tanda pengenal Nirwana dicekalnya erat-erat ditangan kanan. Pemuda baju hitam itu mendengus dingin, napsu membunuh yang tebal menyelimuti wajahnya dan ia menjawab singkat. "Gak in Ling " Meskipun hanya tiga patah kata, namun dalam pendengaran semua jago yang ada dalam ruangan bagaikan tiga batang anak panah beracun yang menembusi uluhati mereka, membuat semua orang merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri "Gak In Ling ?" "Gak In Ling dari benteng oh-liong-po ?" "Sedikitpun tidak salah, orang ini bukan lain adalah pemuda baju hitam yang misterius dari benteng oh liong-po, dialah Gak In Ling. Dengan pandangan sadis sianak muda itu menyapu sekejap kearah para jago, lalu ujarnya dingin. "Aku rasa maksud kedatanganku telah kalian ketahui, nah, sekarang kalian boleh bunuh diri." Suaranya dingin, seram dan
26 datar, namun mengandung suatu kekuatan yang tak dapat dibantah. Lo-toa dari cin-hway Ngo-gi memandang sekejap kearah bemuda itu, lalu berpikir didalam hati. "Dengan usianya yang masih begitu muda, tak mungkin ia memiliki ilmu silat yang tinggi." Pikiran semacam ini timbul pula dalam benak mereka yang lain, hal ini membuat rasa ngeri yang semula menyelimuti wajah mereka yang kian lama kian bertambah tawar. Tampaklah tiga orang yang duduk di paling depan segera bangkit berdiri, dengan senjata terhunus dan wajah menampilkan sikap menghina selangkah demi selangkah mendekati pemuda she Gak tersebut. Gak In Ling menjengek dingin menyaksikan kedatengan ketiga orang itu, tegurnya kembali dengan nada dingin- "Apalagi yang hendak kalian nantikan ?" "Bangsat Kubunuh dirimu" bentakan gusar tiba-tiba menggelegar diangkasa. Tiga orang pria itu membentak keras dan segera menerjang maju kedepan, bayangan pedang, cahaya golok memancar d iempat penjuru, dengan kecepatan yang luar biasa ketiga batang senjata tajam itu menerjang kearah tiga buah jalan darah kematian ditubuh Gak In Ling, serangan keji dan jurusnya mematikan- Gak In Ling mendengus dingin, tubuhnya sama sekali tidak berkutik dari tempat semula. Serangan yang dilancarkan ke tiga orang itu benar-benar cepat dan sepenuh tenaga, bayangan manusia berkelebat lewat dan tahu-tahu ketiga macam senjata tajam itu sudah berada lima inci diatas jalan darah penting sianak muda.
27 Tiba-tiba... Gak In Ling mendengus dingin laksana kilat telapak kanannya diangkat dan mengirim satu pukulan kedepan- Tiada desiran angin tajam yang menggidikkan hati, tiada deruan angin pukulan yang menderu- deru udara tetap tenang dan sunyi. Tapi pada saat itulah ditengah angkasa berkumandang tiga kali jeritan melengking yang menyayatkan hati, ketiga orang itu mencelat sejauh dua tombak dari tempat semula dan terkapar dibawah tembok pekarangan dalam keadaan tak bernyawa lagi. "Oooh...." hampir semua orang yang hadir dalam ruangan itu menjadi kaget, mereka tak menyangka dalam satu gerakan tangan yang sederhana dari pemuda she Gak itu, tiga nyawa telah melayang meninggalkan raganya. Gak In Liug sama sekali tidak memandang sekejappun terhadap tiga sosok mayat yang terkapar dalam keadaan mengerikan itu, dengan dingin ia berkata kembali. "Ini hari, siapapun jangan harap bisa meloloskan diri dari cengkeramanku orang she Gak dalam keadaan hidup " Rasa takut dan ngeri yang semula menyelimuti wajah para jago, saat ini muncul kembali bahkan berlipat ganda dari perasaan takut semula, keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya membasahi wajah dan tubuh mereka. Tiba-tiba Lo-toa dari cin-hway Ngo-gi mengacungkan tanda pengenal dari Nirwana dan berseru. "Gak In Ling, aku membawa tanda pengenal disini, kalau engkau punya keberanian ayo cepat turun tangan " "Haa... . haa.... haa Jika aku orang she Gak sudah bertekad untuk membunuh orang, sekalipun kalian membawa tanda pengenal dari kaisar Gick Te-pun takkan lolos dari kematian, apalagi baru tanda pengenal Nirwana."
28 Dengan wajah menyeringai bengis dan tertawa seram yang memekakkan telinga, selangkah demi selangkah pemuda itu masuk ke tengah ruangan- Tanpa sadar para jago semua mundur ke belakang, sorot matanya menatap wajah Gak In Ling tanpa berkedip. kian lama jarak di antara mereka kian mendekat. Took took took langkah kaki yang berat seakan-akan godam yang menghantam dada mereka membuat setiapjago dalam ruangan tercekam dalam ketakutan yang mengerikan- Lo-toa dari cin-hway Ngo-gi amat terkejut, teriaknya keraskeras. "Gak In Ling Engkau berani membangkang perintah dari Yau-ti-glok-li gadis suci dari Nirwana?" "Haa haa haa kakek tua, terus terang aku orang she Gak katakan kepadamu, andaikata engkau berharap bisa lolos dari Cengkeramanku dalam keadaan hidup, maka hal ini akan jauh lebih sulit daripada mendekati keatas langit." Sambil berkata selangkah demi selangkah ia lanjutkan tindakannya masuk ke dalam ruangan- Sementara itu para jago telah mengundurkan diri kesudut ruangan, melihat jalan mundur telah terhadang sedangkan Gak In Ling yang berada di hadapannya selangkah demi selangkah masih mendesak maju kedepan, hati mereka jadi amat terperanjat. Anjing kepepet lompat ketembok, kucing terdesak naik kepohon, setelah mengetahui jalan mundurnya tertutup, timbullah niat dalam hatinya para jago untuk mengadu jiwa, belasan pasang mata dengan memancarkan cahaya bengis menatap wajah lawannya tanpa berkedip. Pikiran Gak In Ling agak bergerak melihat sikap musuhmusuhnya, namun diatas wajahnya yang tampan masih tetap hambar dan sama sekali tidak menunjukkan perubahan
29 apapun, telapak yang semula lurus kebawah perlahan-lahan diangkat keatas, serunya ketus. "Sekarang serahkanlah jiwa kalian" "Belum tentu begitu " bentakan keras berkumandang dari kumpulan para jago yang terdesak itu. Ditengah bentakan keras mereka menerjang kemuka secara berbareng, cahaya golok dan bayangan pedang memancar dari empat penjuru dan meluruk seluruh jalan darah penting ditubuh Gak In Ling, serangan itu ganas, cepat dan luar biasa sekali, deruan angin pukulan menderu-deru dan nampak menyeramkan sekali. Ditengah ketegangan yang memuncak dan menyelimuti seluruh ruangan, dari luar dinding pekarangan muncullah seorang dara berbaju hijau yang amat cantik jelita diiringi empat orang dara muda berdandan dayang, tapi sayang kedatangan mereka terlambat satu tindak. Pada waktu dara baju hijau itu melayang turun keatas tanah, Gak In Ling telah melancar serangannya, tubuh yang kekar menerjang kemuka dengan cepatnya, bagaikan sukma gentayangan dia menerobos masuk kedalam lapisan cahaya pedang yang bersusun-susun itu. Serentetan jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera berkumandang dari ruangan tengah, dari empat belas orang jago yang ikut mengerubut ada sepuluh orang diantaranya roboh binasa dengan masing-masing korban mendapat pukulan maut diatas dadanya, darah kental mengucur ke luar dari ketujuh lubang inderanya. Dalam sekejap mata tinggal empat orang yang hidup, ketika menyaksikan rekan-rekannya telah binasa semua, timbul niat untuk melarikan diri dalam benak mereka, dengan mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya mereka keluar dari pintu ruanganTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 30 Waktu itu napsu membunuh telah menyelimuti seluruh benak Gak In Ling, tentu saja dia pakkan membiarkan orangorang itu kabur dari situ, sambil mendengus dingin ia putar badan dan melancarkan serangan dahsyat. .... Serentetan cahaya merah yang amat menyilaukan mata memancar ketengah udara, empat orang jago lihay yang baru saja melangkah keluar dari pintu ruangan itu mendadak menjerit kesakitan, kemudian roboh terjengkang diatas tanah dan menemui ajalnya. Darah berceceran diseluruh lantai, mayat bergelimpangan dimana-mana, cahaya lampu dalam ruangan masih memancar dengan terangnya, hidangan lezat dimeja perjamuan masih utuh dan menyiarkan bau harum, akan tetapi keempat belas orang jago yang semula duduk mengelilingi meja perjamuan itu telah terkapar mati diatas tanah dalam keadaan yang mengerikan-.. Gak In Ling menghela napas panjang, ia tetap berdiri mematung ditempat semula, entah pikiran apa yang membuat dirinya tertegun. Lama.... lama sekali, sianak muda itu baru melangkah keluar dari pintu dan bergumam seorang diri. "Gadung ini semula adalah tempat tinggal keluarga Gak kami, tetapi sekarang, hanya tinggal aku Gak In Ling seorang." Dengan kepala tertunduk Gak In Ling berjalan keluar dari pintu, tiba-tiba ia melihat tanda pengenal Nirwana yang tergeletak diatas tanah pemuda itu tertarik oleh ukirukirannya yang indah dan segera berjongkok untuk mengambilnya. Dara cantik baju hijau yang berdiri menjublek ditengah ruangan karena pembunuhan yang disaksikannya itu segera berseru tertahan sewaktu menyaksikan Gak In Ling hendak memungut tanda pengenal Nirwana, tanpa mengucapkan
31 sepatah katapun tangan kanannya diayun dan serentetan cahaya biru meluncur kearah lengan sianak muda itu. Gak ln Ling tidak menyangka kalau dirinya bakal diserang orang dikala ia sedang melamun dan memikirkan satu urusan yang pelik, baru saja tangannya hendak menyentuh tanda pengenal Nirwana.... .. criiit Tiba-tiba telapaknya terhajar oleh sebatang jarum warna biru. Rasa sakit menyadarkan Gak In Ling dari lamunannya, tanpa terasa ia hentikan sebentar gerakan tangannya, tapi ia tidak membatalkan maksudnya untuk mengambil tanda pengenal tersebut, setelah berhenti sebentar benda tadi segera dipungut. Semua gerakan ini mencengangkan hati dara baju hijau itu, ia tak menyangka kalau pemuda itu meneruskan gerakannya kendatipun tangannya sudah terluka, dengan suara yang nyaring segera bentaknya. "Lepaskan tanda pengenal Nirwana itu " sambil berseru ia menerjang maju kedepan- Gak In Ling sendiri merasa amat gusar setelah mengetahui bahwa ia terluka ditangan seorang gadis, sambil bangkit berdiri tegurnya. "Siapa kau ?" Dengan sorot mata yang tajam dara itu di-tatap tanpa berkedip. Sementara itu gadis baju hijau pun telah melihat jelas raut wajah pemuda dihadapannya, merah jengah selembar wajahnya dan buru-buru ia melengos kesamping, dengan dingin ia membentak. "Besar amat nyalimu, berani sekali membunuh orang dan merampas tanda pengenal dalam wilayah yang dikuasai ketua kami. IHemm, setelah hari ini berjumpa dengan tuan putrimu, akan kutuntut keadilan darimu"
32 Gak In Ling adalah seorang pemuda tinggi hati, mendengar ucapan itu kontan saja ia naik pitam. "Hm Meskipun tanda pengenal Nirwana disegani oleh setiap umat persilatan dikolong langit." katanya sambil mendengus dingin, "tetapi dalam pandangan aku orang she Gak, benda itu tidak lebih hanya suatu permainan anak-anak. Aku ingin bertanya, apa sebabnya engkau lancarkan serangan untuk melukai diriku ?" "Hee.... hee hee ketahuilah bahwa jarum berwarna biru tadi adalah jarum beracun tanda peringatan dari ketua kami" "Jarum beracun ?" naps u membunuh yang tebal tiba-tiba melintas diatas biji matanya yang jeli. "Apa dosaku dan permusuhan apa yang pernah diikat antara kita berdua ? Mengapa engkau begitu tega untuk melukai aku dengan jarum beracun ? Nona, engkau mengira bahwa aku tidak berani membinasakan pula dirimu?" Sambil berkata dia siapkan telapaknya didepan dada dan menghimpun tenaga dalam yang di-milikinya. Ucapan Gak In Ling yang dingin dan ketus mengejutkan hati dara baju hijau itu, air muka-nya berubah hebat dan ia mundur dua langkah kebelakang. "Kalau engkau berani, ayoh coba turun tangan-" ia berteriak. Keputusan yang diambil oleh gadis itu tidak mengejutkan hati Gak In Ling, sebaliknya keempat orang dayang yang mengetahui tabiat gadis itu jadi tercengang, pikirnya. "Aneh benar... kenapa watak tuan putri pada hari ini bisa berubah sama sekali?" Beberapa kali Gak In Ling angkat telapak tangannya tapi setiap kali diurungkan niatnya, karena bagaimanapun juga pemuda ini merasa diantara mereka tak pernah terikat oleh dendam sakit hati apapun juga.
33 Akhirnya ia menghela napas panjang dan berkata. "Nona, bagaimana kalau kukembalikan tanda pengenal ini sebagai ganti untuk mendapatkan obat pemunah ?" "Bukankah engkau hendak membinasakan diriku ?" ejek dara baju hijau itu kembali. "Ayo bunuhlah.... kenapa tidak berani membunuh ?" Gak In Ling tertawa tawa. "Diantara kita berdua toh tak pernah terikat oleh dendam atau sakit hati apapun juga ?" "Aku tidak membawa obat pemunah, asal dalam dua tahun engkau bisa bertobat dan tidak melakukan pembunuhan yang sadis lagi, ketua kami tentu akan mengutus orang untuk menghadiahkan obat pemunah tersebut kepadamu." "Dua tahun ?" tanya Gak In Ling dengan wajah tertegun- "Inilah berkat belas kasihan dari ketua kami yang cantik jelita" sambung salah seorang di antara empat dayang itu dengan nyaring. "Jika berganti dengan orang lain, mungkin engkau sudah tiada bernyawa sedari tadi." Gak In Ling menengadah memandang bintang yang bertaburan diangkasa, lalu pikirnya. "Tuan putri yang tidak pernah kujumpai ini memang seorang yang welas asih, semoga saja dunia persilatan akan aman untuk selamanya." ia berikan tanda pengenal Nirwana itu ketangan gadis baju hijau dan berkata. "Tanda pengenalmu ini kukembalikan, dua tahun bagi aku Gak In Ling memang kelebihan beberapa bulan, batas waktu yang kau berikan kepadaku sudah cukup bagiku untuk menyelesaikan segala galanya . " "oh..,..Jadi engkau adalah Gak In Ling?" ujar dara baju hijau dengan terperanjat. "Benar, akulah orang she Gak."
34 "Ketua kami ingin sekali berjumpa dengan dirimu, sekarang kau ikut dengan kami. Mungkin detik itu juga dia akan berikan obat tersebut kepadamu." Dari balik nada suaranya itu terdengar nada girangnya yang tak terhingga. "Tidak" jawab Gak In Ling sambil menggeleng. "Bila kita berjumpa lagi lain waktu, entah dalam gedung pembunuhan manakah pertemuan itu akan terjadi..." Habis berkata ia buang tanda pengenal itu kearah seorang dayang yang berada disisinya, lalu berjalan keluar dengan langkah lebar. Dara baju hijau itu terperanjat, tiba-tiba ia memburu maju kedepan sambil menegur. "Jadi engkau hendak membunuh orang lagi?" "Dalam kehidupan aku Gak In Ling yang terbatas hanya dua tahun, membunuh orang adalah tugas serta pekerjaanku yang terutama." jawab pemuda itu tanpa berpaling lagi. Dengan gesit badannya melompat naik keatas tembok pekarangan kemudian lenyap dibaui kegelapan- Dengan termangu-mangu dara baju hijau berdiri ditempat semula, memandang bayangan punggung Gak In Ling hingga lenyap. ia bergumam seorang diri. "Dua tahun-.. kehidupan yang terbatas dua tahun" Tiba-tiba wajahnya yang bersemu merah berubah hebat, dengan terkejut serunya. "Ah... jangan, jangan dia telah..." Kepada empat orang dayang yang berada di sisinya ia berseru. "Ayo berangkat, kita pulang kemarkas besar." Dengan termangu-mangu keempat orang dayang itu memandang sekejap kearah tuanputri, seakan-akan mereka telah memahami akan sesuatu dengan cepat dayang itu menyusul dibelakang tuan putrinya berlalu dari situ. ----ooo0dw0ooo----
35 Dalam pada itu, setelah melompati pekarangan tembok yang tinggi, Gak In Ling mencabut jarum beracun dari telapaknya, setelah memandang kembali kegedung besar itu berangkatlah si pemuda menuju kedalam kota. Belum jauh pemuda itu berlalu, tiba-tiba berkumandanglah serentetan bisikan nyamuk disisi telinganya, terdengar orang itu berkata. "Gak-sicu, harap berangkat kedalam hutan sebelah barat, aku ada persoalan yang hendak di bicarakan dengan dirimu," Gak In Ling segera menghetikan langkahnya dan berpaling kearah sebelah barat. Kurang- lebih lima puluh tombak dari gedung keluarga Gak terbentanglah sebuah hutan yang lebar dan luas sekali, diam-diam sianak muda itu merasa terperanjat, pikirnya. "Dari jarak lima puluh tombak orang itu bisa mengirim suara dengan begitu jelasnya, hal ini menunjukkan bahwa tenaga dalam yang dimilikinya jauh diatas kepandaian manusia sesat dari selatan maupun manusia aneh dari utara tapi siapakah dia ?" Setelah mengambil keputusan didalam hati pemuda itupun menuju kearah hutan disebelah barat. Ditengah kegelapan yang mencekam diseluruh jagad, dengan cepatnya Gak In Ling telah tiba ditepi hutan belantara tersebut, dengan sorot mata yang tajam ia segera memeriksa keadaan di situ. Tapi suasana tetap sunyi dan tak nampak sesosok bayangan manusia pun, tanpa terasa ia berteriak keras. "Siapakah taysu ? Ada urusan apa mencari aku ?" "Omitohud Aku adalah Ku-Hud "jawaban yang nyaring muncul dari balik hutan kurang lebih dua tombak dihadapannya.
36 "Buddha Antik? Apakah dia belum mati?" pikir Gak In Ling dengan hati terkejut, ia segera berpaling kearah mana asalnya suara tadi. Dari belakang sebuah pohon raksasa yang amat besar kurang lebih dua tombak dihadapan-nya, perlahan-lahan muncul seorang hwesio tua berjubah abu-abu yang jenggotnya telah memutih semua, mukanya ramah dan sorot matanya lembut, bagi siapapun yang memandang dirinya pasti akan beranggapan bahwa dia adalah seorang padri suci yang welas-kasih. Dengan langkah yang lembut dan perlahan hwesio itu berjalan mendekati sianak muda dan berhenti kurang lebih lima depa dihadapannya. "Taysu," ujar Gak In Ling kemudian sambil tertawa hambar, "tingkah lakumu cukup membuat hati aku orang she Gak merasa terkejut " ucapan kaku dan sama sekali tidak bersahabat. "Gak sicu," seru hwesio tua itu dengan suara berat, "semua perbuatanmu dalam gedung besar itu telah menggusarkan hati Sang Buddha yang maha suci." Gak In Ling mendengus dingin, sorot mata nya yang tajam menyapu sekejap kearah tangan kanan hwesio tua itu, dibalikjubah yang panjang ia tidak menemukan lengan tersebut...... rupanya padri itu sengaja menyembunyikan lengannya atau memang buntung. Maka jawabnya dengan lirih. "Siapa berani berbuat kejahatan dia harus menerima pembalasannya, apa yang terjadi didalam gedung itu hanya merupakan akibat dari perbuatan mereka sendiri." "Oooh....jadi kematian Tiang- kang Sam-kiatpun dikarenakan perbuatan yang mereka laku kan sendiri ?" desak hwesio tua itu lebih jauh dengan wajah serius.
37 "Sedikitpun tidak salah "jawab Gak in Ling sambil tertawa dingin. "Bolehkah aku tahu sebab-sebabnya ?" "Tentang soal itu maafkan aku, rahasia ini belum dapat kuceritakan kepadamu "jawab sang pemuda tegas. Sekali lagi satu ingatan berkelebat dalam benak hwesio tua itu, tiba-tiba ia bertanya. "Gak sicu, apakah engkau bernama In Ling?" "Bukankah taysu telah mengetahuinya? Kenapa harus ditanyakan kembali ?" "Gak sicu, engkau selalu memakai baju hitam dengan kegagahan yang luar biasa, orang kang ouw telah mengetahui akan dirimu itu, maka setelah kutemui dirimu tadi maka akupun menduga bahwa engkau adalah orang yang sedang kucari ternyata benar." "Taysu, ada urusan apa engkau mencari aku orang she Gak ? Apakah dikarenakan urusan dalam gedung besar itu." kata Gak In Ling sambil melirik kembali tangan kanan hwesio tua itu. Budha Antik berpikir sebentar. tiba-tiba ia menggeleng. "Semula aku memang mempunyai tujuan demikian, tapi sekarang aku sudah membataikan niatku itu, siapa berani berbuat dia harus menanggung resikonya Meskipun perbuatan sicu terlalu kejam dan tak kenal prikemanusiaan, tetapi sebelum aku mengetahui sebab-sebabnya aku tak ingin mengambil tindakan yang gegabah. Aku hanya berharap Gak sicu suka cepat-cepat tinggaikan daratan Tlonggoan, sebab orang lain belum tentu akan sesabar diriku." "Siapa orangnya yang taysu maksudkan itu? Bolehkah aku tahu ?" ---ooo0dw0ooo---
38 Jilid 2 "DUA orang gadis aneh yang tak pernah ribut dari dunia persilatan " "Salah satu diantaranya bukankah gadis suci dari Nirwana ?" seru Gak In Ling dingin. Setelah berhenti sebentar, lanjutnya. "Aku sama sekali tidak bermaksud untuk ribut atau merebut kekuasaan dengan mereka." "Engkau telah mengacau dan mengganggu ketenangan dunia persilatan, membuat orang jadi tak tenang dan merasa kuatir terus, menurut anggapanmu apakah mereka bersedia melepaskan dirimu dengan begitu saja ?" Gak In Ling tertawa tawa. "Melepaskan diriku atau tidak aku orang she Gak takkan menggubris, yang jelas setiap orang yang kucari tak ada kemungkinan untuk hidup lebih lanjut dikolong langit ini." Mendengar perkataan itu hwesio tua ini terperanjat, air mukanya agak berubah tapi hanya sebentar saja telah lenyap kembali, dengan suara hambar sengaja ia bertanya. "Gak sicu, apakah engkau bersedia mengetahui siapakah perempuan kedua yang kumaksudkan itu ?" "Lebih baik kita tidak usah membicarakan tentang masalah ini." tukas sang pemuda dengan cepat, setelah berhenti sebentar tiba-tiba ia berkata lagi dengan suara dalam. "Taysu, orang she Gak ada satu permintaan, apakah taysu dapat mengabulkan ?" Sekali lagi air muka hwesio tua itu berubah hebat, sesudah ragu-ragu sebentar, katanya. "Asal aku bisa melakukan permintaanmu itu pasti akan kupenuhi, katakanlah, apa permintaan sicu itu."
39 "Aku orang she Gak ingin sekali melihat tangan kanan taysu itu" Sepasang mata hwesio tua yang semula tertutup tiba-tiba melotot besar, sinar yang tajam bagaikan pisau menatap wajah pemuda itu tanpa berkedip. diatas wajahnya yang tenang dan ramah terlintas napsu membunuh yang amat tebal. Hal ini menunjukkan bahwa ucapan dari Gak In ing telah menyinggung perasaannya, atau telah menyinggung rahasia hatinya. Sambil melangkah maju kedepan padri itu beerseru. "Bolehkah aku mengetahui lebih dahulu, apa maksud Gak sicu ingin melihat lengan kanan ini ?" "Apakah taysu tidak bersedia ?" jawab Gak In Ling dengan sorot mata tajam pula, "Toh pekerjaan ini terlalu gampang dan bisa dilakukan oleh siapa pun." "Hmm, engkau menaruh curiga bahwa aku merupakan orang-orang yang harus menerima akibat dari perbuatanku seperti halnya dengan Tiang- kang Sam- kiat sekalian ?" "Tentu saja aku berharap bahwa engkau bukanlah orang yang kumaksudkan itu ?" hwesio tua itu segera tertawa dingin. "Andaikata aku menampik permintaan dari sicu ?" "Menampik ?" napsu membunuh melintas di atas wajah Gak In Ling, tiba-tiba ia menghela napas panjang dan melanjutkan- "Ha.... haa Buddha Antik, setelah aku orang she Gak punya keinginan untuk melihat lengan kananmu. Maka engkau tak akan bisa menampiknya kembali " Perlahan-lahan ia maju kedepan dan mendekati Buddha Antik tersebut. Napsu membunuh menyelimuti seluruh angkasa, dengan pandangan tajam Buddha Antik menatap wajah musuhnya
40 tanpa berkedip. lalu ejeklnya sinis. "Engkau yakin bisa menunjukkan keinginan mu itu" Hawa murni secara diam-diam dihimpun ke dalam tubuh dan siap melancarkan serangan, rupanya hwesio tua ini sudah terbakar hatinya oleh napsu membunuh. "Boleh coba saja "jawab Gak In Ling sambil maju kedepan- Tiba-tiba ia membentak keras, dengan jurus kim liong-tamjiu atau naga emas menunjukkan cakar mencengkeram bahu Buddha Antik, gerakannya cepat mengejutkan, bayangan manusia berkelebat lewat dan tahu-tahu serangannya sudah mengancam tiba. Buddha Antik tak menyangka kalau Gak In Ling dengan usianya yang masih begitu muda ternyata mempunyai ilmu silat yang luar biasa sekali, hatinya tercekat dan segera mendengus dingin, badannya bergeser setengah depa kesamping, telapak tangan kanan dilancarkan ke muka dari arah samping, dengan jurus Kim-kong-ciang-si atau Malaikat sakti turun kebumi, dihantamnya dada pemuda itu dengan keras. Angin pukulan menderu- deru bagaikan gulungan ombak di tengah samudra dengan dahsyatnya menghantam datang, tempat yang diancam adalah jalan darah kematian didepan dada Gak In Ling, rupanya padri itu hendak membinasakan lawannya dalam sekali gebrakan. Menyaksikan serangannya mengenai tempat kosong, Gak In Ling segera menyadari bahwa ilmu silat yang dimiliki Buddha Antik sangat lihay, hatinya amat terperanjat dan kaki kanannya buru-buru menutul tanah untuk putar badan, dengan jurus ci-au-huang-liong atau membolak-balik naga kuning, dia balas menghantam dada Buddha Antik, gerakan tubuhnya tak kalah cepatnya dari serangan lawan danjurus serangan yang digunakan aneh sekali.
41 Dari serangan yang dilancarkan sianak muda itu untuk menyambut datangnya ancaman dengan keras lawan keras, Buddha Antik tahu bahwa Gak In Ling pasti tak dapat menghindarkan diri lagi dan terpaksa harus berbuat begitu, melihat musuhnya yang baru berusia enam atau tujuh balas tahun padri ini merasa tenaga dalamnya pasti akan jauh lebih sempurna daripada pihak lawan- Napsu membunuh segera memancar keluar dari balik mata hwesio tua itu, hawa pukulan yang dipancarkan keluar dari balik telapaknya segera diperlipat ganda. Blaaam Empat telapak saling beradu satu sama lainnya menimbulkan suara ledakan yang amat dahsyat, gulungan tanah dan pasir memancar setinggi puluhan tombak dari permukaan tanah, ranting pohon putus daun berguguran, suasana jadi kacau seakan-akan baru saja tertimpa bencana angin topan- Ditengah getaran keras, Buddha Antik secara beruntun mundur empat langkah kcbelakang dengan sempoyongan, darah panas dalam dadanya bergolak keras, sepasang lengannya jadi kaku dan hatinya amat terkejut, pikirnya. "luar biasa sekali , tidak dinyana dengan usianya yang begitu muda ternyata dia memiliki tenaga dalam yang begitu sempurna entah bagaimana caranya dia melatih diri hingga mencapai taraf begitu tinggi...." Tanpa terasa dia angkat kepala dan memandang kearah lawannya, tapi dengan cepat hatinya terasa makin terkesiap. Tampak pada permukaan tanah dimana Gak In Ling berdiri terteralah sepasang telapak kaki yang membekas dalam diatas tanah, jelas pemuda itu hanya terdorong mundur satu langkah saja ke belakang, dan dari sini pula menunjukkan bahwa tenaga dalamnya jauh lebih sempurna dari padri tua itu. Gak In Ling tertawa seram, katanya.
42 "Buddha Antik, aku orang she Gak tidak ingin membunuh orang tanpa dasar alasan yang kuat, seharusnya engkau harus tahu diri." Buddha Antik tertawa seram, setelah menyapu sekejap sekeliling tempat itu, katanya. "Gak In Ling, aku rasa orang yang takkan lolos dari kematian bukanlah aku melainkan diri mu sendiri." Dari perubahan wajah Buddha Antik, sianak muda itu segera merasa mendapat suatu ftrasat tetapi diapun merasa firasat itu tidak terlalu jelas, karena dengan ketajaman pendengarannya ia sama sekali tidak mendengar suatu apapun di sekitar sana. "Buddha Antik, engkau jangan memaksa aku orang she Gak untuk melakukan tindakan sadis...." seru pemuda itu, langkahnya tetap tenang dan semakin maju kedepan sementara naps u membunuh kian menebal menyelimuti wajahnya. Sejak bentrokan yang terjadi belum lama berselang, Buddha Antik lebih menyadari bahwa tenaga dalam yang dimiliki Gak In Ling jauh di atas kepandaiannya, ia tak berani mandah bila diserang lagi.. Sebelum pemuda itu melancarkan serangan mautnya, ia membentak keras dan melancarkan pukulannya lebih dahulu. Sekarang ia sudah tahu bahwa pemuda di hadapannya adalah musuh yang tangguh, ia tak berani gegabah, lengan bajunya yang lebar bergetar tiada hentinya mengirim hembusan angin tajam, dalam waktu singkat ia telah melepaskan tujuh pukulan dan tiga tendangan maut. Terasalah dari empat arah delapan penjuru muncul bayangan telapak dari Buddha Antik, angin serangan sambung-menyambung tiada hentinya membuat orang sukar untuk membedakan mana serangan yang sebenarnya dan mana serangan palsu.
43 Angin pukulan menderu bagaikan pisau yang membelah batu kurang membuat badan yang terhembus terasa sakit bagaikan disayat, hal ini membuktikan bahwa padri tua ini sudah dibikin terkejut oleh kelihayan musuhnya. Napsu membunuh memancar keluar dari balik mata Gak In Ling, ditengah dengusan dingin diapun melancarkan serangan untuk menyambut datangnya ancaman itu. Bayangan hitam berkelebat lewat, tahu-tahu tubuh pemuda itu lenyap dari pandangan, kemudian iapun melancarkan tujuh buah pukulan dan lima kali tendangan untuk menyumbat datangnya semua ancaman dari padri tua tersebut. Buddha Antik mulai gelisah dan tidak tenang hatinya menyaksikan serangan-serangannya tidak mendatangkan hasil, gerakan jurusnya segera berubah, jurus-jurus ampuh dari ilmu pukulan Kim-kong-ciang meluncur keluar tiada hentinya. Dalam sekejap mata kedua orang itu sudah saling menyerang sebanyak lima puluh jurus lebih akan tetapi menang atau kalah masih sukar untuk ditentukan- Tiba-tiba dari balik pepohonan disekeliling tempat itu muncullah belasan orang manusia baju merah yang berkerudung kain merah pula, selangkah demi selangkah mereka mendekati gelanggang dimana kedua orang jago lihay itu sedang melangsungkan pertarungan- Dari posisi serta gerakan mereka yang mengepung seluruh gelanggang pertarungan itu, bisa ditarik kesimpulan bahwa jebakan ini telah dipersiapkan sebelumnya oleh orang-orang itu dengan rencana yang rapi. Dalam pada itu pertarungan yang sengit antara Gak In Ling melawan Buddha Antik telah mendekati seratus gebrakan, meskipun menang kalah belum bisa ditentukan tetapi dari keganasan jurus serangan yang dipancarkan serta perubahan
44 gerakan yang dilakukan mereka berdua, jelas kelihatan bahwa Buddha Antik sudah terdesak dibawah angin- Sambil melangsungkan pertarungannya yang seru dengan mengirim pukulan-pukulan mematikan, Gak In Ling memperhatikan terus telapak kanan Buddha Antik, tetapi selama ini belum pernah ia saksikan padri tua itu mengeluarkan telapak kanannya dari balik jubah lebarnya. Dalam waktu singkat tiga puluh jurus kembali telah lewat, diatas wajahnya yang merah mulai dibasahi oleh keringat sebesar kacang kedelai, biji matanya yang jeli mengerling tiada hentinya disekeliling tempat itu. Sementara itu rombongan manusia berkerudung merah yang mengepung sekeliling gelanggang telah mencapai kurang lebih dua puluh tombak dari tempat berlangsungnya pertarungan itu, namun mereka masih tetap menyembunyikan dirinya di balik pohon dan tak seorang pun yang unjukkan dirinya. Suatu ketika telinga Gak In Ling yang tajam berhasil menangkap suara langkah mereka yang lirih, hatinya kontan terkesiap. Dan sekarang diapun sudah tahu apa sebabnya Buddha Antik melirik tiada hentinya sekitar tempat itu, rupanya ia telah menyiapkan orang disitu Agaknya Buddha Antik sudah mendengar pula suara langkah kaki yang lirih tadi, sorot mata tajam segera memancar keluar dari kelopak matanya, mendadak ia membentak keras, dengan jurus Kim-kong-hu-mo atau Malaikat sakti tundukkan iblis, dia punahkan serangan Gak In Ling yang sedang menggunakan jurus ci-te-cian-li atau tanah merah seribu li, kemudian sepasang kakinya menjejak tanah dan meloncat kearah mana berasalnya suara tadi. Gak In Ling sama sekali tidak melakukan pengejaran, sanbil menarik kembali serangannya dia berpaling kearah hutan dan berseru.
45 "Kedatangan kalian semuanya, toh bertujuan pada diriku, mengapa setelah sampai disini tidak berani unjukkan diri ?" Dalam pada itu Buddha Antik telah menghentikan pula gerakan tubuhnya sewaktu menyaksikan Gak In Ling tidak melakukan pengejaran, tindakan pemuda itu jauh diluar dugaannya, hal ini membuat padri tua itu merasa bukan saja ilmu silatnya jauh lebih lihay daripada dirinya, kecerdikan pemuda itupun tidak berada dibawahnya karena itulah keinginannya untuk melenyapkan pemuda tersebut dari muka bumi bertambah semakin tebal. Perkataan dari Gak In Ling begitu diutarakan keluar, dari dalam hutan segera bermunculan belasan orang manusia berkerudung merah yang dengan cepat mengepung sianak muda itu rapat-rapat. Dandanan dari manusia-manusia berkerudung merah itu tidak jauh berbeda dengan dandanan dari Pembantai manusia bertangan seribu yang pernah muncul dalam gedung keluarga Gak. satu hal membuat Gak In Ling tak habis mengerti yakni ia tak habis tahu persengketaan serta permusuhan apakah yang terikat antara dia dengan mereka, sehingga orang-orang itu ada maksud menghabisi jiwanya. Dengan pandangan yang tajam pemuda itu menyapu sekejap sekeliling tempat itu kemudian menegur. "Aku dengan saudara sekalian tidak pernah saling kenal dan tidak pernah saling bertemu, ada urusan apa kalian datang mencari diriku ?" "Melenyapkan engkau untuk menutup bacot anjingmu" jawab seorang manusia berkerudung merah dihadapannya sambil tertawa dingin. "Melenyapkan aku untuk menutup mulutku?" ulang pemuda she Gak dengan keheranan, walaupun dalam hati amat mendongkol namun hawa gusarnya dipaksa tetap bertahan didalam dada.
46 Manusia berkerudung merah itu tertawa seram, katanya. "Hah... . hah ... hah akhirnya toh pada malam ini engkau bakal mati, toa-ya tak ada halangannnya untuk memberitahukan kepadamu, peristiwa yang terjadi digedung sebelah depan sana tadi sebenarnya bertujuan untuk mamancing dua harimau saling bertempur, siapa tahu rencana kami telah terlihat olehmu." "Lalu siapakah kalian?" dengan pikiran yang semakin bingung pemuda itu bertanya. "Tibet....." Belum sempat orang itu menyelesaikan kata katanya, Buddha Antik yang berada dalam hutan telah memperingatkan dengan suara dingin. "Sahabat, terlalu banyak yang engkau katakan " Manusia berkerudung merah itu kaget dan segera menghentikan kata-katanya, sesaat kemudian ia berkata lagi dengan ketus. "Tentang persoalan yang lain, lebih baik kau tanyakan saja setelah berjumpa dengan raja akhirat nanti " Pada dasarnya memang Gak In Ling tiada bermaksud untuk mencampuri urusan dunia persilatan, maka ia tidak bertanya lebih jauh, sambil tertawa seram ujarnya. "Haah.... haah.... haah... apakah kalian punya keyakiaan bisa membinasakan aku orang she Gak ditangan kalian semua ?" "Hee hee..... hee..... kalau tidak percaya, apa salahnya untuk mencoba sendiri?" Sambil tertawa dingin manusia berkerudung merah itu segera menerjang kedepan, dengan jurus Ban-li-nui-hong atau pelangi terbang selaksa li, orang itu membentuk gerakan setengah busur di angkasa kemudian laksana kilat membacok
47 batok kepala pemuda musuhnya, gerakan dan jurus serangannya aneh serta jarang ditemui dalam persilatan. Sekilas memandang, Gak In Ling segera mengetahui bahwa jurus serangan yang dipergunakan orang itu bukanlah berasal dari daratan Tionggoan, hatinya jadi tertegun. Dalam sekejap mata serangan dahsyat itu telah berada didepan mata, Gak In Ling amat gusar dan segera hardiknya. "Bangsat!! Rupanya engkau sudah bosan hidup " Dengan jurus Mo-ya-cian-li atau gurun liar seribu li, laksana kilat dia sambut datangnya ancaman itu. "Blaaam " bayangan merah menyambar lewat, perawakan tubuh orang itu yang tinggi besar segera mencelat sejauh satu tombak lebih termakan oleh gulungan angin puyuh, ketika mencapai tanah buru-buru dia gunakan gerakan ikan lei-hi meletik dan loncat bangun dari tanah. Sekali lagi Gak In Ling dibikin terperanjat oleh ketangguhan musuhnya, walaupun dalam serangan barusan ia hanya menggunakan tenaga sebesar delapan bagian, namun orang itu bisa bertahan diri sehingga tak sampai terluka, hal ini menunjukkan bahwa tenaga dalam yang dimiliki orang ini amat sempurna. Demikian pula keadaan dari manusia-manusia berkerudung merah itu, ketika mereka saksikan rekannya itu terhantam sampai terpental sejauh itu oleh serangan Gak In Ling, rasa kaget dan tercekat dengan cepat menyelimuti hati mereka semua Diiringi bentakan keras orang-orang itu segera menghimpun segenap kekuatan yang dimilikinya, kemudian selangkah demi selangkah maju mendekati sianak muda itu. Gak In Ling sendiri lama kelamaan jadi mendongkol juga setelah dirinya didesak lawan, dengan nada menyeramkan ia berseru.
48 "Manusia tiada maksud mencelakai harimau, rupanya sang harimau ada maksud mencelakai orang hmm, kalianjangan salahkan diriku kalau aku bertindak kejam " Hawa murni yang amat sempurna segera di himpun kedalam telapak tangannya yang putih bersih perlahan-lahan berubah jadi semu merah dan akhirnya jadi merah membara. Manusia berkerudung merah yang kena di hantam sampai mencelat tadi dendam sekali terhadap musuhnya, melihat pemuda itu sudah bersiap sedia, ia segera membentak keras. "Kawan-kawan, ayo serbu Mari kita cincang bajingan ini." Belasan sosok bayangan merah segera menerjang maju kedepan, deruan angin pukulan dengan hebatnya menghajar tubuh anak muda itu. "Hmm, bajingan yang tak tahu diri, rupanya kalian semuanya sudah bosan hidup " terlak Gak In Ling gusar. Sepasang telapaknya segera diayunkan ke muka silih berganti, cahaya merah yang amat menyilaukan mata segera meluncur keluar keudara dan menyelimuti daerah seluas beberapa puluh tombak disekeliling tempat itu. "Aah telapak maut ?" tiba-tiba Buddha Antik menjerit kaget. Pada waktu Buddha Antik menjerit kaget, saat itu pula belasan orang berkerudung merah sedang kehilangan jejak dari Gak In Ling, tanpa sadar mereka angkat kepala keatas. Kontan saja hati mereka amat terkejut dan sukma serasa melayang tinggalkan raga setelah menyaksikan cahaya merah yang amat menyilaukan mata menyelimuti diatas batok kepala mereka pada jarak-yang hanya setengah depa. "Aaah, telapak maut ?" jerit orang-orang itu dengan amat terkejut. "Telapak maut ?" ---ooo0dw0ooo---
49 Kepanikan timbul diantara para jago berkerudung merah, mereka berusaha untuk melarikan diri dari ancaman maut yang sudah berada didepan mata, tapi sayang sekali usaha mereka ini di lakukan sedikit terlambat. Jeritan ngeri yang mengerikan dan menyayatkan hati bergema membumbung tinggi keangkasa, memecahkan kesunyian yang mencengkam seluruh hutan belantara ditengah malam buta itu dan mendirikan bulu roma siapa pun yang mendengarnya. Kutungan lengan dan kaki berserakan di mana-mana, darah segar berhamburan menodai daerah seluas beberapa tombak disekitar tempat itu, mayat bergelimpangan dimana-mana dan keadaan nampak ngeri sekali. Dari belasan orang manusia berkerudung merah yang melancarkan setangan gabungan, tak se-orang manusia pun yang berhasil meloloskan diri dari ancaman bahaya maut itu. Gak In Ling sendiri dengan senyuman yang sadis tersungging diujung bibir perlahan-lahan melayang turun kembali keatas permukaan tanah, begitu tenang wajahnya membuat orang tak bisa menduga apa yang sedang dipikirkannya. Buddha Antik dengan pikiran termangu-mangu menyaksikan mayat dari anak buahnya bergelimpangan diatas tanah, dalam hati merasa bersyukur karena sewaktu bertarung melawan dirinya pemuda itu tidak sampai mengeluarkan ilmu telapak mautnya, kalau tidak, mungkin dia pada saat ini sudah menggeletak diatas tanah sebagai mayat. Dengan pandangan mata yang tajam Buddha Antik menatap wajah Gak In Ling tanpa berkedip. sementara tubuhnya perlahan-lahan melangkah mundur dengan ketakutan-Tiba-tiba satu ingatan berkelebat didalam benaknya, ia berpikir.
50 "Apa salahnya kalau kupancing bajingan cilik ini ketempat itu, agar bisa kupinjam kekuatannya untuk melenyapkan bangsat ini dan muka bumi?" Setelah mempunyai rencana tersebut, dengan cepat tubuhnya meloncat mundur sejauh beberapa puluh tombak dari tempat semula. Gak In Ling sendiri walaupun di luaran dia nampak tenang, padahal batinya sedang bergolak keras, wataknya yang ramah membuat ia merasa tidak sepantasnya untuk membinasakan semua orang berkerudung merah itu, karena pikirannya tidak tenang maka untuk sementara waktu Budha Antik sudah terlupakan olehnya. Sementara ituBuddha Antik telah mengundurkan diri sejauh dua puluh tombak lebih, dalam hati kecilnya ia berpikir. "Dari tempat ini menuju kesitu jaraknya hanya dua puluh li lebih sedikit, sekalipun gerakan tubuh Gak in Ling lebih cepatpun, dalam jarak dua puluh li belum tentu ia bisa melampaui jarak antara diriku dengan dia sejauh dua puluh tombak ini " Berpikir sampai disini, senyuman licik yang menyeramkan terlintas diatas wajahnya, ia putar badan dan sengaja mendepakkan kakinya keatas tanah, kemudian dengan cepatnya dia melayang menuju kearah timur. "Ploookk " suasa benturan nyaring menyadarkan-lamunan sianak muda itu, dengan cepat Gak In Ling angkat kepala, setelah dilihatnya Buddha Antik telah berada kurang lebih dua puluh tombak jauhnya, ia segera membentak nyaring. "Bangsat Engkau hendak lari kemana ?" Dengan cepat pemuda itu enjotkan badan dan mengejar dari arah belakang dengan hebatnya. Sementara itu bulan telah condong kearah barat, waktu menunjukkan sekitar kentongan keempat.
51 Dengan kecepatan gerak dari Gak In Ling tidak selang beberapa saat kemudian ia telah mengejar keluar dari hutan belantara itu, dari kejauhan dia lihat Buddha Antik sedang lari terbirit-birit disebelah depan- Sambil mengejar pemuda itu membentak dengan gusar. "Buddha Antik, kendatipun engkau kabur kelangit barat, aku orang she Gak bersumpah untuk mengejar dirimu sampai dapat." Hawa murni disalurkan makin hebat, kecepatan gerakanpun makin meningkat, tampaklah sesosok bayangan hitam bagaikan sambaran kilat yang membelah angkasa mengejar padri tua itu. setanakan nasi kemudian, kedua orang itu sudah berada sejauh lima li dari tempat semula, jarak diantara merekapun dari dua puluh lima tombak menyusut menjadi lima enam belas tombak belaka. Dengan sekuat tenaga Buddha Antik kabur menuju kesebuah bukit kecil disebelah dalam, sepanjang jalan terdapat banyak tempat yang bisa digunakan olehnya untuk menyembunyikan diri atau kabur dari pengejaran lawan, akan tetapi tempat-tempat itu dilewatkan dengan begitu saja dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa ia memang mempunyai rencana-rencana tertentu. Sayang sekali pada waktu itu Gak In Ling sedang diliputi oleh kegusaran yang berkobar-kobar, sehingga semua tanda yang mencurigakan itu tidak sampai diperhatikan olehnya. Dalam waktu singkat dua tiga li telah dilewati kembali, di sebuah puncak bukit tiba-tiba muncul sebuah kuil kuno yang megah dan kokoh Buddha Antik kabur menuju kearah kuil itu. Jarak diantara mereka berdua kini sudah tinggal kurang dari sepuluh tombak. Gak In Ling tertawa seram, serunya. "Buddha Antik, akan kulihat engkau akan kabur kemana ?"
52 Dari suaranya yang terpancar keluar dari mulut sianak muda itu, Buddha Antik mengetahui bahwa jarak antara dia dengan Gak In Ling sudah tinggal kurang dari sepuluh tombak. saking ngeri dan takutnya keringat dingin mengucur ke luar membasahi tubuhnya, dia tarik napas panjang-panjang dan mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya untuk kabur menuju kedalam kuil. Kuil kuno yang berada dihadapannya kian lama kian bertambah dekat, sambil tetap melakukan pengejaran Gak In Ling memperhatikan sekejap bangunan kuil yang berada dihadapannya, ia lihat kuil tersebut masih kokoh dan sama sekali tidak nampak terbengkalai, hanya pintu kuil tadi sudah lenyap dari tempat semula. Satu ingatan berkelebat dalam benaknya, pikir pemuda itu. "Jangan-jangan didalam kuil ini Buddha Antik telah menyiapkan jebakan bagiku " Sementara otaknya masih berputar, jarak lima enam tombak diantara mereka berdua telah berhasil ditarik lebih pendek lagi sehingga dua tombak belaka. Gak In Ling sangat gelisah, ia membentak keras dan menggunakan jurus Jan-hong-im-siang atau Naik angin pulang kembali, dia babat punggung padri tua itu keras-keras. Buddha Antik sebagai seorang jago kawakan yang sudah sering menghadapi musuh tangguh, sedari tadi telah menduga bahwa Gak In Ling bakal melancarkan serangan semacam itu ketika mendengar deruan angin tajam menyapu datang dari arah belakang, buru-buru ia enjotkan badan nya sekuat tenaga dan melayang kedepan- Ketika angin pukulan yang dilancarkan si-anak muda itu menyerang datang, bukan saja pukulan itu tidak sampai melukai tubuhnya, bahkan malah menambah kecepatan gerak padri tua itu untuk menerjang masuk kedalam ruang kuil, menunggu pemuda itu berhasil mengejar sampai di depan kuil
53 tersebut ia sudah menerobos masuk keruang tengah. Gak In Ling mendengus dingin, serunya. "Sekalipun engkau sudah siapkan selaksa prajurit di tempat ini, aku orang she Gak tak jeri " Hawa murninya disalurkan kedalam sepasang telapak. kemudian selangkah demi selangkah berjalan masuk kedalam ruang kuil itu. Setelah masuk lewat pintu, didalam terbentang sebuah halaman yang sangat luas, tetapi karena tak pernah dirawat dan disapu maka rumput ilalang dan daun yang berguguran memenuhi seluruh permukaan tanah membuat suasana nampak mengenaskan- Tepat didepan halaman luas itu merupakan sebuah ruang tengah yang megah, Gak In Ling memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, ia lihat dikedua belah sisi ruang tengah itu merupakan sederetan kamar tamu yang pintu dan jendelanya tertutup rapat, sarang laba-laba menyelimuti sekeliling tempat itu, hal ini membuktikan bahwa Buddha Antik tak mungkin bersembunyi di-tempat itu. Kecuali ruang tengah yang megah, tiada jalan lain menuju keruang dalam. Tanpa ragu-ragu lagi Gak In Ling meloncat masuk kedepan ruang tengah dan dengan sekuat tenaga mendorong pintu itu. Kraak Pintu terbuka lebar, ternyata-pintu tidak terkunci dari dalam. Dengan langkah lebar Gak In Ling menuju keruang tengah, ketika sorot matinya menyapu sekejap sekeliling tempat itu, tiba-tiba ia tertegun dan berpikir didalam hati. "Jangan-jangan kuil ini ada penghuninya." Ruangan itu bersih dan bebas dari debu, pada sisi kedua belah dinding tembok teraturlah dua deret lilin merah yang
54 amat besar dan masih baru, rupanya lilin-lilin itu baru diatur belum lama berselang. Diatas meja sembahyang tepat ditengah ruangan bersemayamlah sebuah patung Ji-lay-hud yang tingginya dua tombak^ sekeliling patung tadi berderet pula delapan buah patung malaikat bermuka hijau, bertaring dan menyeramkan sekali tampangnya. Tempat hlo didepan meja sembahyangan telah dilenyapkan, sedang dikedua belah meja disisinya tertancap pula dua buah lilin raksasa berwarna merah yang besarnya bagaikan lengan- Makin memandang Gak In Ling merasa semakin curiga, ia segera memeriksa sekeliling ruang itu, ia lihat setiap sudut pintu yang terdapat di situ berada dalam keadaan terkunci dari luar, kecuali itu tiada jalan keluar lainnya, hal ini semakin mencurigakan hatinya. "Aaah.. ...jangan-jangan Buddha Antik memang tidak masuk kedalam kuil ini." pikirnya di dalam hati. Dengan pandangan tajam dia awasi langit-langit ruangan tersebut, ia lihat pada dinding di-atas patung raksasaJi-lay-hud terdapat sebuah lubang goa yang luasnya lima depa, satu ingatan segera berkelebat dalam benaknya dan pemuda itu dan bergumam. "Mungkinkah dari tempat itu ia bisa masuk keruang dalam kuil ini ?" Dengan mengerahkan tenaga dalamnya, kaki kanan segera menjejak tanah dan tubuhnya segera meloncat naik kearah lubang goa tersebut. Baru saja Gak In Ling melayang naik kearah lubang goa tadi, tiba-tiba dari luar kuil berkumandang datang suara dari empat orang dara muda, suaranya jelas dan nyaring dan berasal dari pintu masuk kuil itu.
55 Gak In Ling segera menyusup masuk kedalam gua itu, tempat itu bersih dan kering tapi tiada pintu lain yang menghubungkan ruang tengah dengan ruang belakang, hal ini semakin membingungkan hatinya. suara langkah berkumandang makin dekat, kali ini suara tersebut berasal dari halaman tengah. Gak In Ling makin gelisah, pikirnya. "Ditinjau dari suara yang berkumandang tadi, jelas yang datang adalah kaum wanita, sebelum mendapat izin aku telah menerobos masuk keruang sembahyang orang yang telah disiapkan, andaikata sampai diketahui oleh mereka aku tentu akan kikuk dengan sendirinya. tapi akupun tak dapat keluar pada saat ini, apa dayaku sekarang." Mendadak satu ingatan berkelebat lagi dalam benak pemuda she Gak itu, pikirnya lebih jauh. "Bukankah Buddha Antik juga sudah masuk kedalam ruangan ini, aku tak bisa keluar berarti diapun tak dapat keluar... tempat ini letaknya sangat tinggi, dari sini justeru aku bisa mengawasi semua gerak-geriknya." berpikir sampai disini, ia segera menarik pintu dan mengintip keluar lewat celahcelah yang terbuka. Kraaak Pintu masuk ruang tengah dibuka orang, disusul masuklah dua orang perempuan berusia setengah baya. Gak In Ling tertegun, pikirnya. "Oooh rupanya yang muncul ditempat ini adalah jago-jago persilatan-" Rupanya pada punggung kedua orang perempuan itu masing-masing tersoren sebilah pedang panjang. Setelah masuk kedalam ruangan, dengan cekatan sekali dua orang perempuan setengah baya itu memasang api pada lilin raksasa yang tersedia dalam waktu singkat semua lilin
56 sudah dipasang dan diruangan itupunjadi terang benderang bermandikan cahaya. Setelah menyelesaikan tugasnya, dua orang perempuan setengah baya itu mengundurkan diri kembali dari ruangan dan menanti didepan pintu masuk dengan sikap yang sangat hormat. Gak In Ling seketika mengerutkan dahinya, ia berpikir. "Waah jangan-jangan mereka sedang menantikan kedatangan seseorang." Beberapa saat kemudian dari luar pintu muncul kembali dua orang nenek tua berusia tujuh-puluh tahunan yang rambutnya telah beruban semua dan berwajah serius. Kedua orang nenek tua itu mengenakan baju berwarna biru laut, pada masing-masing bagian dadanya terukirlah seekor burung hong berwarna putih yang amat besar. Setelah masuk kedalam ruangan, dua orang nenek tua tadi berjalan menuju kedua belah sisi meja sembahyangan, mereka berdiri disitu dengan sikap yang jangat hormat. Gak In Ling semakin keheranan, pikirnya lebih jauh. "Jangan-jangan ditempat ini akan kedatangan seseorang yang kedudukannya jauh lebih tinggi dan penting dari semua orang itu?" Belum habis pemuda itu berpikir, dari luar pintu muncul kembali delapan orang kakek tua berusia enam puluh tahunan, mereka masuk kedalam ruangan dan masing-masing berdiri dibawah kedua orang nenek tadi. Kini dalam ruangan telah hadir belasan orang banyaknya, tetapi suasana masih tetap hening, sunyi dan tak kedengaran sedikit suara-pun, suasana diliputi kemisteriusan- Dengan cepat segenap perhatian Gak In Ling tertarik oleh kemisteriusan serta keanehan yang menyelimuti tempat itu,
57 hampir saja ia melupakan diri Buddha Antik. Tiba-tiba dari halaman tengah berkumandang datang suara seruan yang amat nyaring. "Pangcu tiba" Belasan orang yang ada dalam ruangan segera bangkit berdiri dan bersikap dengan hormat. Bayangan putih berkelebat lewat dari pintu luar, seorang gadis berbaju putih bergaun putih dengan sulaman burung hong merah diatas dadanya masuk kedalam ruangan diikuti empat orang dayang cantik yang bersulamkan burung hong putih diatas dadanya. Gak In Ling berseru tertahan setelah menyaksikan kemunculan dara cantik itu, pikirnya didalam hati. "Aaaah sungguh tak nyana dikolong langit terdapat gadis yang begini cantik jelita, jangan-jangan dia adalah salah seorang dari dua gadis aneh dari kolong langit yang dimaksudkan Buddha Antik ?" Menyukai yang indah adalah watak setiap manusia, meskipun Gak In Ling merasa amat kagum atas kecantikan wajah gadis itu, akan tetapi kekagumannya ini sama sekali tidak didasari pikiran yang sesat, bahkan ia sama sekali tidak berharap bisa berjumpa dengan dirinya, karena dia tidak ingin melibatkan dirinya dalam urusan dunia persilatan- Gadis itu mempunyai potongan wajah bulat telur, alisnya panjang dan melengkung keatas, sepasang biji matanya jeli dan bening, senyuman menghiasi bibirnya yang mungil hingga nampak sebaris giginya yang berwarna putih, begitu cantik dan menarik gadis itu sehingga boleh dikatakan bagaikan bidadari yang baru turun dari kahyangan- Perlahan-lahan gadis cantik baju putih itu masuk kedalam ruangan, biji matanya yaag jeli menyapu sekejap kepermukaan tanah kemudian secara tiba-tiba ia mengangkat kepala dan memandang sekejap kearah tempat persembunyiannya Gak In Ling, dengusan dingin segera
58 menggema memecahkan kesunyian, namun ia tetap melanjutkan langkahnya menuju kemeja pemujaan- Dua orang diantara dayang cantik maju ke-depan memasang lilin raksasa yang ada diatas meja pemujaan, sedang dua dayang lainnya mengambil kursi dan permadani dari belakang meja tersebut Setelah ambil tempat duduk. gadis cantik baju putih itu berkata dengan suara dingin. "Gusur kemari Telapak-harimauputih Tam Hong " Nenek tua yang ada disebelah kanan memberi hormat, lalu dengan suaranya yang melengking dan tajam ia berseru. "Bawa masuk Telapak-harimau-putih Tam Hong kedalam ruangan " Dari luar pintu kuil muncul seorang pria baju hitam, dikedua belah sisinya mengikuti dua orang pria baju hijau yang membawa pisau belati. Setelah masuk kedalam ruangan, pria baju hitam itu dengan pandangan ketakutan melirik sekejap kesekeliling tempat itu, kemudian jatuhkan diri berlutut dihadapan gadis cantik baju putih itu sambil ujarnya dengan nada gemetar. "Tecu Telapak-harimau-putih Tam Hong memberi hormat kepada pangcu " "Hmm, Tam Hong, apa yang hendak kau katakan lagi?" tegur gadis baju putih itu sambil mendengus. "Tecu mengaku salah, harap pangcu suka memberi kesempatan kepada tecu untuk bertobat dan jadi manusia baru..." "Hmm, engkau sebagai anggaota perkumpulan Thian-hongpang, tak dapat menegakkan keadilan dan kebenaran bagi umat persilatan, babkan berani melanggar pantangan untuk berbuat zinah, jika aku ampuni jiwamu, lalu bagaimanakah tanggung jawabku terhadap semua anggaota perkumpulan ?
59 Bagaimana pula tanggung jawabku terhadap umat persilatan ? coba katakan " Mendengar ucapan itu Telapak-harimau-putih Tam Hong jadi ketakutan setengah mati sehingga seluruh badannya gemetar keras. "Pangcu " rengeknya. "Hmm, peraturan perkumpulan Thian-hong-pang tak bisa dirubah lantaran engkau seorang." tukas gadis baju putih dengan ketus, setelah berhenti sebentar bentaknya. "Tongcu bagian hukuman, dimana kau ?" Nenek tua yang ada disebelah kanan segera tampil kedepan dan memberi hormat. "Hamba siap menantikan perintah " sahutnya. "Bila ada anggaota berani berbuat zinah, apa hukumannya ?" seru gadis baju putih dengan wajah serius. "Bunuh diri didepan patung pemujaan " Setelah memberikan jawaban tersebut, dengan gerakan yang terlatih nenek tua itu berpaling kearah dua orang pria yang memegang pisau belati didepan pintu, lalu berseru. "Siapkan pisau hukuman " Dua orang pria itu segera mengiakan dan maju kedepan, dua bilah pisau belati tadi ditancapkan didepan Telapakharimau- putih Tam Hong kemudian setelah memberi hormat kepada ketuanya buru-buru mengundurkan diri dari ruangan- Dengan pandangan ngeri dan ketakutan Tam Hong si Telapak-harimau-putih memandang pisau belati yang berada dihadapannya, kemudian berpaling kearah gadis baju putih dengan perasaan mohon balas kasihan, namun ia hanya bisa memandang dan tak berani bicara lagi. Menyaksikan tingkah laku orang itu, gadis baju putih segera menegur dengan suara ketus. "Tam Hong, apa yang kau nantikan lagi?"
60 Dengan putus asa Telapak-harimau-putih menghela napas panjang, ia cabut pisau belati di hadapannya dengan tangan gemetar, kemudian gumamnya lirih. "Aiii sekali salah bertindak sepanjang masa merasa menyesal. Tam Hong mohon pamit dari pangcu " Setelah memberi hormat pada gadis baju putih itu, pisau belati dalam genggamannya segera ditusuk kedalam dadanya sendiri. craaatt Percikan darah segar berhamburan diatas lantai, tubuh Tam Hong yang berlutut diatas tanah perlahan-lahan membungkuk dan akhirnya terkapar diatas tanah dalam keadaan tak bernyawa. Semua jago yang berada dalam ruangan itu tetap bersikap tenang bahkan air muka mereka sama sekali tak berubah, seakan-akan mereka tidak ada yang menggubris atau tertarik oleh kematian dari Telapak-harimau-putih Tam Hong. Lain halnya dengan Gak In Ling yang bersembunyi diatas patung pemujaan tersebut, dengan hati kaget, pikirnya. "Tidak kunyana gadis secantik ini ternyata memiliki hati yang begitu kejam dan sama sekali tak kenal prikemanusiaan- " Sementara itu gadis baju putih tadi telah menghela napas sedih, katanya. "Gotong keluar jenasah Tam Hong dan kebumikan secara baik-baik, dari kelompok Thian-hong-pang kita kembali kehilangan seorang anggota." Tongcu bagian hukuman menerima perintah, ia segera memerintahkan dua orang pria yang membawa pisau belati tadi untuk menggotong pergi jenasah dari Telapak-harimauputih Tam Hong dari dalam ruanganTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 61 Menanti mereka telah berlalu nenek tua yang ada disebelah kiri baru maju kodepan dan berkata. "Lapor pangcu, menurut penyelidikan dari murid bagian pemeriksa, dewasa ini sudah ada tujuh orang petugas kita yang menemui ajalnya di-tangan anggaota kelompok Yau-tilengcu, harap pangcu suka mengambil keputusan untuk melakukan pembalasan-" Gadis baju putih mendengus dingin. "IHmm, Yau-ti-lengcu keterlaluan sekali, besok engkau utus orang untuk memberi khabar kepadanya bahwa sepuluh hari kemudian pada malam bulan purnama aku hendak menuntut keadilan darinya, suruh dia datang menemui aku seorang diri" "seorang diri? Apakah pangcu juga akan pergi seorang diri?" Gadis baju putih mengangguk. "Mungkin kehidupanku dengan dirinya dikolong langit menyebabkan dunia persilatan jadi tak aman dan selalu kacau, seandainya kami berdua bersama-sama mati, mungkin dunia persilatan akan menjadi tenang dan tidak akan terjadi pertikaian-pertikaian lagi." "Pandangan hamba justru merupakan kebalikan dari pendapat pangcu." ujar nenek yang ada disebelah kanan- "Dunia persilatan bisa menjadi aman tenteram seperti saat ini, kesemuanya tidak lain adalah berkat perlindungan dan kebijaksanaan dari pangcu, banyak kejadian yang bisa kita jadikan bukti, aku rasa pangcu sendiripun telah mengetahui semuanya." Tiba-tiba nenek yang ada disebelah kiri mengerling sekejap kearah nenek sebelah kanan, kemudian alihkan pembicaraan ke masalah lain, katanya. "Persoalan ini menyangkut keutuhan serta keamanan dunia persilatan, tentang masalah itu bisa kita bicarakan lagi dikemudian hari secara seksama dan lebih terperinci persoalan yang memusingkan kepala saat ini hingga mengakibatkan
62 ketidak tenangan dunia persilatan justeru menyangkut diri seorang pemuda yang bernama Gak In Ling, bagaimanapun juga kita harus mencari akal untuk melenyapkan orang ini dari mula bumi." "Sekarang orang itu berada dimana ?" tanya gadis baju putih dengan wajah tertegun setelah mendengar perkataan itu, dari nada ucapannya jelas diapun memandang serius persoalan ini. Gak ln Ling yang bersembunyi diatas patung pemujaan merasa terkejut, pikirnya. "Apa sangkut pautnya antara aku orang she Gak dengan kalian? IHmrm...... kalau sampai menjengkelkan hatiku, jangan salahkan kalau perkumpulan Thian- hong pang pun akan kubasmi juga . " Sementara itu nenek tua yang ada disebelah kiri telah berkata kembali. "Malam ini baru saja ia membunuh cin-hway Ngo-gi dalam gedung keluarga Gak. menurut pikiran hamba dia belum pergi terlalu jauh, sampai malam nanti kemungkinan besar masih berada disekitar kota cin hway, bagaimana kalau sekarang juga kita pergi mencari dirinya dan melenyapkan orang ini lebih dahulu ?" "Begitupun boleh juga "jawab gadis baju putih sambil mengangguk. "Kalau begitu silahkan pangcu pulang dulu kemarkas besar, biarlah hamba serta tongcu bagian hukuman yang melayani dirinya." "Hmm, kalau begitu kalian berdua harus hati-hati " Melihat ketuanya hendak berlalu dari situ, nenek yang ada disebelah kanan segera berseru. "Siapkan kereta untuk pangcu, kita pulang kemarkas "
63 Tiba-tiba gadis baju putih itu membentak dengan nada dingin. "Tunggu sebentar " "Pangcu, masih ada urusan ana lagi ?" tanya nenek tua itu dengan wajah tertegun. Gadis baju putih itu tidak menjawab, perlahan-lahan ia berjalan menuju keruang tengah, kemudian sambil menengadah menatap tempat persembunyiannya sianak muda ia menegur sambil tertawa seram. "Jago lihay dari manakah yang ada disitu ? Apa salahnya kalau turun kebawah dan bertemu dengan kami ?" Gak In Ling tertegun, ketika ia menengok kebawah maka terlihatlah semua jago yang berada dalam ruangan telah membentuk posisi setengah lingkaran busur, dan tepat sekali menyumbat jalan keluar lewat pintu ruangan, hatinya tercekat. Gak In Ling sadar bahwa tempat persembunyiannya sudah ketahuan orang, tapi ia tak tahu bagaimana caranya gadis baju putih itu dapat mengetahui persembunyiannya, sebab sejak munculnya gadis itu dalam ruangan, pemuda Gak merasa tak pernah menimbulkan sedikit Suarapun. Perlahan-lahan Gak In Ling membuka pintu dan melongok keluar, kebetulan sekali epasang mata gadis baju putih itu sedang menatap keatas tatkala sepasang masa bertemu atu sama lainnya gadis itu merasa jantungnya berdebar keras, meskipun raut wajahnya ama sekali tidak menunjukkan perubahan apapun, namun dalam hati kecilnya ia berpikir. "Hmm, betapa tampannya pemuda ini." ---ooo0dw0ooo--- Para jago anggaota perkumpulan Thian- hong pang yang berada dalam ruangan itupun seketika merasa pandangan matanya jadi silau, dan hampir bersamaan waktunya mereka berseru didalam hati.
64 "Sungguh tak nyana dikolong langit terdapat pemuda begini tampan wajahnya." Dengan sikap yang angkuh Gak In Ling melayang turun keatas tanah, setelah memberi hormat kepada gadis baju putih itu ujarnya hambar. "Secara tidak sengaja aku telah sampai di-tempat ini karena sedang mengejar seseorang, lagipula aku tak tahu kalau perkumpulan anda hendak mengadakan upacara ditempat ini, jika kedatanganku telah mengganggu ketenangan kalian, harap pangcu suka memberi maaf yang sebesar-besarnya." Pemuda ini tidak ingin dirinya terlibat dalam masalah dunia persilatan, maka ucapan tersebut diutarakan dengan sikap yang amat hormat. Siapa tahu gadis baju putih itu segera mendengus dingin, bukannya menjawab, ia malah sebaliknya bertanya. "Engkau mengenakan pakaian baju hitam, berusia enamtujuh belas tahunan, aku rasa mungkin engkau adalah Gak In Ling yang bikin ketidak tenangan dalam dunia persilatan belakangan ini, bukankah begitu ?" Gak In Ling adalah seorang pemuda yang berwatak tinggi hati, melihat kekasaran dara tersebut kontan ia naik pitam, tapi hawa amarahnya masih berusaha ditekan dalam hati, sambil tertawa tawa dia menyahut. "Sedikit pun tidak salah, aku adalah Gak In Ling" Para jago dari perkumpulan Thian-hong-pang jadi gempar setelah mengetahui bahwasanya pemuda baju hitam yang berada dihadapaa mereka bukan lain adalah Gak In Ling yang hendak mereka cari dan bunuh, semangat semua orang berkobar dan tanpa terasa maju selangkah kedepan, kepalan siap dilancarkan melancarkan serangan- Menyaksikan keadaan tersebut, untuk kedua kalinya Gak In Ling berusaha untuk menekan hawa amarah yang membakar
65 dalam dadanya, sorot matanya berkilat dan sambil mendengus dingin ia berseru. "Hmm, selamanya aku orang she Gak tidak pernah mengikat permusuhan atau perselisihan apa pun dengan kalian orang-orang dari Thian-hong-pang, apa sebabnya kalian bersikap demikian bermusuhan terhadap diriku ?" Gadis baju putih itu tertawa dingin. "Tiang kang Sam- kiat apakah mati ditanganmu ?" tegurnya ketus. Mengungkap tentang tiga jagoan dari sungai Tiang- kang tersebut, napsu membunuh terlintas dalam mata sianak muda itu, ia maju selangkah kedepan dan balik menegur. "Oooh, apakah Tiang- kang Sam- kiat itu adalah anggaota perkumpulanmu ?" Suaranya begitu dingin dan menyeramkan bagaikan hembusan angin dingin dari liang kuburan, membuat siapa pun yang mendengar seketika merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri. Gadis baju putih merasakan jantungnya berdebar keras, buru-buru ia alihkan sorot matanya dari atas wajah pemuda itu kearah lain, perasaan aneh seperti ini baru dialami olehnya pertama kali ini, dia sendiri merasa heran, apa sebabnya dia tak berani menatap wajah lawan terlalu lama ? Beberapa saat kemudian gadis baju putih itu tertawa dingin dan menjawab. "Meskipun tiga jagoan dari Sungai Tiang-kang bukan anggaota perkumpulan kami, akan tetapi aku tidak mengijinkan ada orang yang berani mengganggu ketenangan serta kedamaian umat persilatan yang berdiam diwilayah kekuasaanku " Napsu membunuh yang menyelimuti wajah Gak In Ling perlahan-lahan pudar kembali, ingin sekali pemuda ini
66 memberi penjelasan atas sebab sebabnya dia sampai membunuh orang, tetapi kembali dirasakan bahwa tindakan semacam itu tidak la h terlalu penting. Sesudah sangsi beberapa waktu, akhirnya ia menatap tajam wajah gadis baju putih itu dan berkata. "Peristiwa itu berlangsung karena sebab-sebab tertentu, mungkin pada saat ini pangcu masih belum dapat memahami alasanku sehingga membunuh manusia, tapi tidak lama kemudian engkau akan mengetahui dengan sendirinya." "Berapa lama yang kau maksudkan dengan tidak lama kemudian itu ?" seru sang dara tanpa terasa. "Tidak sampai setahun setengah " sambil menjawab Gak In Ling maju kedepan. "Setahun setengah ?" jengek tongcu bagian hukuman sambil tertawa sinis. "Setahun setengah yang engkau utarakan mungkin tak akan dilewati untuk selamanya, kenapa tidak engkau katakan suatu batas waktu yang tertentu, apakah..." "Aku toh sudah mengatakan, hanya satu setengah tahun belaka " tukas sang pemuda dengan tenang, habis berkata dia lanjutkan kembali langkahnya menuju keluar kuil. Untuk beberapa saat para jago yang ada dalam ruangan tak dapat menangkap maksud yang sebenarnya dari sianak muda itu, dengan pandangan tak habis mengerti mereka berpaling kearah gadis baju putih itu, seakan-akan pang cu mereka pasti mengetahui akan hal ini. Dari balik biji mata gadis baju putih yang jeli segera memancar keluar serentetan cahaya yang aneh, ia membentak nyaring. "Gak In Ling Berhenti " Mendengar bentakan ini, Gak In Ling segera berhenti dan menegur. "Pangcu, ada urusan apa lagi ?"
67 "Gak In Ling apakah engkau masih ingin pergi dari sini?" nada ucapannya penuh mengandung napsu membunuh. Gak In Ling tetap bersabar diri kendatipun hawa amarah telah bergolak dengan kencangnya didalam dada, ia berbuat demikian bukanlah disebabkan karena ia jeri terhadap musuhnya, tapi tidak ingin menanam bibit bencana lagi dengan orang lain- Mendengar perkataan musuh, dia segera membalikkan tubuhnya dan menjawab dengan nada seram. "Tentu saja harus pergi, mana engkau mampu untuk menahan diriku sehingga aku tak bisa pergi dari sini ?" Nenek tua yang ada disisi ketuanya segera menggerakkan bibirnya seperti mau bicara, tapi akhirnya dia batalkan niatnya itu, sorot matanya dialihkan kearah sang dara baju putih dan seakan akan ia sedang bertanya apa yang hendak dilakukan oleh ketuanya. Dara baju putih itu berpikir sebentar, kemudian buka suara dengan nada dingin. "Gak In Ling, asal engkau dapat menahan lima jurus seranganku, maka urusan yang terjadipada malam ini akan kusudahi sampai di sini saja" habis berkata dengan langkah yang ringan dia maju kedepan mendekati sianak muda itu. Gak In Ling kontan mengerutkan keningnya, dengan suara dingin ia berseru. "Andaikata pangcu mampu menahan diri sebanyak lima jurus dihadapanku tanpa kalah aku orang she Gak pun bersedia bunuh diri didalam kuil bobrok ini " Suaranya amat sombong dan beberapa kali lipat lebih angkuh daripada gadis baju putih. Anak murid perkumpulan Thian-hong-pang heboh mendengar sesumbar sianak muda itu, mereka tahu sampai dimanakah kelihayan yang dimiliki ketua mereka, dengan
68 perasaan tak senang hati dengusan dingin menggema memecahkan kesunyian- Tongcu bagian hukuman dengan cepat loncat maju ketengah gelanggang, setelah memberi hormat kepada dara baju putih itu, ujarnya. "Untuk menghadapi manusia takbur macam dia, apa perlunya pangcu mesti buang tenaga sendiri ? Biarlah tugas ini serahkan saja kepada hamba untuk menyelesaikannya, pasti akan kuberi pelajaran yang setimpal kepada dirinya." Tanpa menanti jawaban dari dara baju putih tadi, ia segera putar badan dan berkata kepada sianak muda itu dengan nada menghina. "Gak In Ling, asal engkau mampu bertahan sebanyak lima jurus dari serangan aku Thiat-binpopo nenek-bermuka-besi Lau In Hong, maka persoalan yang terjadi pada malam ini akan kusudahi sampai disini saja " Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Gak In Ling setelah mendengar nama itu, tanpa sadar ia bertanya. "Oooh jadi engkau adalah Thiat-bin-popo yang pernah menantang berduel tiga bandit besar dunia persilatan digunung Kun-san tempo hari." Nenek bermuka besi Lau In Hong tertawa dingin. "Hee hee hee ada apa ? Kau jeri ?" ejeknya. "Haahaa haa siapa bilang akujeri ? Aku hanya merasa sayang untuk membunuh manusia macam dirimu " Perkataannya datar dan tenang sekali, membuat siapapun merasa bahwa pemuda itu bukan lagi beromong besar. Nenek-berwajah-besi Lau in Hong segera merasa gengsinya tersinggung oleh ucapan itu, terutama sekali berada dihadapan para anggaota perkumpulan lainnya, dengan muka
69 penuh kegusaran sehingga rambut putihnya pada bangkit berdiri-teriaknya. "Bangsat Engkau harus diberi pelajaran yang setimpal, roboh kau" dengan jurus To-Iang tau-sah atau menangkapombak- mendulang-pasir, ia terjang tubuh sianak muda itu. Tampaklah tubuh Nenek-berwajah-besi Lau In Hong dengan gerakan tubuh bagaikan sambaran petir menyusup maju kemuka, angin pukulan yang menderu-deru bagaikan gulungan ombak samudra dengan dahsyat dan tajamnya menerjang ketubuh musuh. Arah yang dituju adalah seluruh jalan darah kematian ditubuh pemuda itu, rupanya nenek tua tersebut ada maksud membinasakan pemuda musuhnya hanya didalam satu jurus saja. Tatkala menyaksikan datangnya ancaman yang begitu lihay dari musuhnya, mula-mula Gak In Ling merasa kaget, diikuti hawa amarahnya berkobar didalam dada, ia mendengus dingin, dengan gerakan Llok-te-heng-tan atau menjalankansampan- diatas-daratan, kaki kanannya menutul permukaan tanah lalu meluncur kesamping kiri, sementara telapak kanannya dengan disertai angin pukulan yang kuat membacok kedepan dan menyambut datangnya ancaman dari Nenekberwajah besi dengan keras lawan keras. "Blaaam " benturan keras menimbulkan ledakan yang menggetarkan diangkasa, angin pukulan yang dilancarkan Lau In Hong dengan manis berhasil dipunahkan oleh sianak muda itu, hal tersebut mengakibatkan sang nenek jadi amat terperanjat. Buru-buru ia berganti langkah dan putar badan seperti kilat, dalam waktu singkat ia lancarkan kembali tiga buah serangan berantai dengan gerakan-gerakan yang mendebarkan hati.
70 Dara baju putih yang mengikuti jalannya pertarungan ini dari sisi kalangan, diam-diam merasa terperajat, pikirnya. "Sungguh tak nyana ilmu silat yang dimiliki Gak In Ling berhasil mencapai puncak yang tak terhingga, mungkin pada malam ini Lau-tong cu akan menderita kekalahan ditangan orang ini" Berpikir sampai disini, tanpa terasa muncul lah perasaan tak tenang dalam hati kecilnya. Kiranya sekalipun Nenek-berwajah-besi Lau In Hong menggunakan gerakan yang sangat cepat melancarkan tiga buah serangan balasan, akan tetapi sayang sekali semua serangannya mencapai tempat kosong, sedangkan pemuda she Gak sama sekali tidak melancarkan serangan balasan- Setelah ketiga jurus serangan tadi lewat, jurus keempatpun dengan cepat dilewatkan pula oleh Nenek-berwajah- besi, bila jurus kelima lewat pula berarti pertarungan ini akan berakhir, tetapi menang kalah diantara kedua orang itu masih belum juga kelihatan- Dengan perasaan penuh ketegangan semua jago dari perkumpulan Thian-hong-pang alihkan perhatiannya ke tengah lapangan, mereka semua merasa kuatir untuk keberhasilan Nenek-berwajah-besi itu untuk menyelesaikan pertarungan tersebut. Pada saat itulah, tiba-tiba Gak In Ling membentak nyaring. "Roboh kamu " Baru saja jurus keempat yang dilancarkan Nenek-berwajahbesi Lau in Hong mencapai pada akhirnya, tiba-tiba Gak In Ling loncat ketengah udara, sepasang telapak diayun berbareng dan serentetan cahaya merah darah menyelubungi seluruh tubuh nenek tua itu. "Aaah Telapak maut "jerit dara baju putih dengan hati terkesiap. Rupanya Nenek berwajah besi Lau in Hong juga telah merasakan bahwa maut telah mengancam didepan mata,
71 menyaksikan gumpalan cahaya merah yang sedang meluncur kearahnya, ia menjerit tertahan, serunya. "Aduh Mati aku " Sepasang matanya segera dipejamkan rapat-rapat, tapi satu keinginan untuk tetap hidup sempat berkelebat dalam benaknya, dengan mengempos segala kekuatan yang dimilikinya ia kirim satu pukulan yang maha dahsyat kearah depan- Reaksi yang muncul disaat bahaya ini boleh dikata menggelikan sekali, karena nenek tua itu sama sekali tidak melihat dimanakah musuhnya berada pada waktu itu. Tampaknya serangan maut Gak In Ling sudah hampir mengenai sasarannya, sedang jiwa Nenek-berwajah-besi Lau In Hong pun berada diujung tanduk^ tiba-tiba pemuda itupun tertawa nyaring dan melayang mundur kebelakang, dimana kebetulan sekali ia melayang turun dibawah kaki patung Ji-layhud yang bersila, dari tindakannya itu bisa diketahui bahwa sianak muda itu sama sekali tidak berniat untuk mencabut nyawa nenek tersebut. Diam-diam dara baju putih itu menghembuskan napas lega, dengan sorot mata berterima kasih ia alihkan pandangannya kearah Gak In Ling yang berada dibawah kaki patung pemujaan tersebut. Mendadak. pemuda itu mendengus berat, bayangan hitam berkelebat lewat dan Gak In Ling roboh terjungkal dari atas patung arca, darah kental mengucur keluar dari mulutnya.... Dara baju putih serta nenek tua yang berada disampingnya segera melompat maju kedepan ketika menyaksikan kejadian yang tak disangka itu, perasaan tak tenang terlintas diatas wajah mereka. Dalam pada itu para anggaota perkumpulan Thian-hongpang yang berada disekitar ruangan telah bersorak-sorak dengan gegap-gempita. "Horeee Tongcu menang horeee Tongcu menang..."
72 Nenek-bermuka-besi Lau in Hong tertegun, ia membuka mata dan berpaling kesekeliling tempat itu, tetapi setelah ia mengetahui apa yang telah terjadi, saking kagetnya tak sepatah katapun yang sanggup diutarakan keluar. Dia adalah orang yang mengalami kejadian itu, tentu saja keadaan yang sebenarnya dialah yang paling paham, tanpa terasa nenek tua itu berpaling kearah ketuanya, sebab hanya dara baju putih itu yang mampu menolong dirinya untuk memecahkan teka-teki tersebut. Tapi, ketika sorot matanya terbentur dengan wajah ketuanya yang diliputi pula oleh perasaan tercengang, ia makin melongo lagi. Dalam pada itu dengan susah-payah Gak In Ling telah merangkak bangun dari atas tanah, mukanya yang tampan kini telah berubah jadi pucat pias bagaikan mayat, namun dari balik sorot matanya sama sekali tidak terpancar rasa benci atau dendam. Dengan pandangan yang hambar ia menyapu sekejap sekeliling ruangan itu, kemudian menyeka noda darah dari ujung bibirnya, setelah itu kepada Nenek-berwajah-besi Lau In Hong, katanya. "Engkau menang, silahkan kalian berlalu dari sini " Dari kerumunan para jago tiba-tiba muncul seorang pria berusia pertengahan, dengan suara dingin ia menegur. "Hay, Gak In Ling Apa yang engkau katakan sebelum pertarungan ini berlangsung ?" "Hmm, slapa suruh engkau banyak mulut ?" bentak Nenekberwajah- besi Lau In Hong dengan gusar, kemudian sambil berpaling kearah Gak ln Ling ujarnya kembali. "Gak In Ling, nama baik adalah jiwa kedua dari setiap manusia, apakah engkau tidak merasa terlalu rugi dengan
73 tindakanmu seperti ini?" suaranya lirih mengandung keibaan. Gak In Ling tertawa sedih dan menggeleng. "Bagi Tongcu mungkin apa yang engkau katakan memang benar, tetapi bagi aku orang she-Gak " ia geleng kepala dan tutup mulut, sesaat kemudian ia baru menambahkan. "Kalian boleh pergi dari sini." Dara baju putih itu tiba-tiba maju kedepan dan menghampiri sianak muda itu, entah sejak kapan dalam tangannya telah bertambah dengan sebutir pil berwarna merah, sambil angsurkan obat itu kedepan, katanya. "Telanlah obat. ini Maka lukamu akan sembuh dengan sendirinya " Meskipun nada ucapannya mengandung nada memerintah, tapi terpancar pula perasaan kuatir dan perhatiannya. Dengan pandangan hambar Gak In Ling menyapu sekejap kearahnya, ia lihat keketusan serta keangkuhan yang semula menyelimuti wajah dara cantik itu kini telah lenyap tak berbekas, sebagai gantinya penyesalan dan keibaan terlintas diatas wajahnya, apa gerangan yang membuat ia jadi murung ? Dengan cepat Gak In Ling alihkan sorot matanya kearah lain, jawabnya dengan dingin. "Gak In Ling tidak bersedia menerima budi kebaikan ini, kalau memang pangcu masih ada urusan ditempat ini baiklah, aku orang she Gak akan berangkat lebih dahulur Habis berkata ia lewat disisi dara cantik baju putih itu dan berjalan keluar dari ruang kuil. Dengan perasaan tersinggung air muka dara baju putih itu berubah hebat, ia putar badan dan membentak. "Gak In Ling, dalam persilatan belum pernah ada orang yang berani menampik pemberianku jika engkau tidak takut mati, silahkan berlalu dari ruangan ini "
74 Melihat ketuanya sudah naik pitam, para anak murid perkumpulan Thian-hong-pang pun segera menghimpun tenaga bersiap-siap dan menghadang jalan pergi sianak muda itu. Gak In Ling menghentikan langkahnya, sambil putar badan dan berseru. "Aku orang she Gak toh tidak pernah menghalangi dirimu untuk turun tangan-. . kalau ingin bertarung silahkan " Selesai berkata ia melirik sekejap kearah patung Ji lay-hud itu dengan sorot mata memancarkan napsu membunuh, kemudian putar badan dan berlalu dari ruangan itu dengan langkah lebar. Para jago yang menghalangi jalan pergi pemuda itu tanpa sadar mundur kesamping ketika Gak In Ling lewat dihadapan mereka, tak seorang pun yang berani turun tangan menghadang jalan perginya . Dara baju putih itu mengerutkan dahinya, tiba-tiba ia maju kedepan siap menyasul pemuda itu, namun Nenek-berwajahbesi Lau In Hong yang berada disisinya telah berkata dengan sedih. "Pangcu, bunuhlah dahulu hamba " ---ooo0dw0ooo-- Jilid 3 MELIHAT nenek tua itu berkata dengan air mata mengembeng dalam kelepak matanya dara cantik baju putih itu menghela napas panjang, katanya kemudian dengan lemas: "Hal ini tak dapat disalahkan dirimu, dengan jurus "Hiat-yuseng- hong" atau hujan darah angin amis itu kendatipun hanya satu jurus.. Aiii Mari kita pergi saja dari sini " Sementara itu
75 bayangan punggung Gak in Ling telah lenyap dari pandangan mata. Bagi anak murid perkumpulan Thian-hong-pang, kecuali beberapa orang yang mengetahui duduk perkara yang sebenarnya, sebagian masih bingung dan tak habis mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi, namun mereka tak heran bertanya, melihat ketuanya sudah berlalu mereka pun ikut berlalu pula dari sana. Setelah keluar dari kuil, dara cantik baju putih itu menyapu sekejap sekeliling tempat itu, melihat suasana sepi-senyap tak nampak sesosok bayangan manusiapun dia menghela napas panjang, setelah masuk kedalam sebuah kereta yang indah berangkatlah rombongan itu meninggalkan kuil. Fajar menyingsing dari ufuk sebelah timur, kicauan burung berkumandang memecahkan kesunyian dipagi hari itu, malam telah lewat dan sinar matahari pun memancarkan sinar keemas-emasannya ke seluruh jagad. Lilin raksasa yang berada dalam kuil telah terbakar sampai bagian yang terakhir, lama kelamaan padam dan sirap dari kegelapan-....... ruang kuilpun pulih kembali dalam kesunyian- Pada saat itulah dari atas atap ruangan itu melayang turun dua sosok bayangan manusia, mereka adalah dua orang kakek bersulamkan burung hong warna biru pada dadanya, setelah mencapai permukaan dengan tajam mereka menyapu sekeliling isi ruangan kuil kemudian baru berlalu dari sana. Inilah peraturan dari perkumpulan Thian-hong-pang sebelum lilin tersulut sampai padam orang-orang mereka tidak akan meninggalkan tempat pertemuan itu. Tidak lama setelah kedua orang kakek itu lenyap dari pandangan dari dalam ruang kuil tiba-tiba muncul kembali seorang manusia aneh berjubah padri dan berkerudung merah, dengan cepat orang itupun menyapu sekejap sekeliling
76 tempat itu, lalu melayang keluar dari ruangan dan berangkat kearah kanan bangunan kuil itu. Baru saja bayangan tubuh manusia aneh berkerudung merah itu lenyap di balik tembok pekarangan, dari tembok sebelah kiri melayang kembali seorang gadis baju putih bersulamkan burung hong warna merah pada dadanya yang berwajah amat cantik. Ia memandang sekejap kearah mana manusia aneh berkerudung merah tadi melenyapkan diri, kemudian mendengus dingin dan meloncat masuk kedalam ruang kuil dengan gerakan amat cepat. Setelah menyapu sekejap seluruh ruangan, sinar matanya yang jeli mendadak ditujukan ke-arah patung arca Ji-lay-hud, gumamnya. "Apakah dia tidak kembali lagi kesini ?" setelah berhenti sebentar, ia bergumam kembali. "Hmm, kalau tahu dia takkan kembali lagi kesini, tidak seharusnya kulepaskan dirinya dengan begitu saja " Tiba-tiba sambil mendengus dingin ia lancarkan satu pukulan kearah depan- Blaaam Dengan telak angin pukulan itu bersarang dalam perut patung Ji-lay-hud yang gendut sehingga mengakibatkan munculnya sebuah lubang yang besar, dibalik patung ternyata merupakan sebuah ruang yang kosong melompong. Tiba-tiba satu ingatan berkelebat dalam benaknya, napsu membunuh melintas dalam pandangannya, kembali dara itu bergumam: "Jangan-jangan orang yang baru saja kabur itulah biangkeladinya aduh celaka...."
77 Dengan cepat dia enjotkan badan dan mengejar kearah mana bayangan tubuh manusia aneh berkerudung merah tadi melenyapkan diri. Dalam pada itu setelah Gak In Ling keluar dari kuil bobrok ia merasakan darah panas dalam rongga dadanya bergolak keras, pemuda itu sadar bahwa luka dalam yang dideritanya pada saat ini pasti merupakan hasil karya dari seseorang yang bersembunyi didalam patung pemujaan tersebut. Dengan hati mendongkol bercampur dendam segera gumamnya. "Buddha Antik. Buddha Antik tidak seharusnya kulepaskan dirimu dengan begitu saja." Dengan langkah yang gontai ia berjalan menuju kedalam hutan sebelah kanan ruang kuil itu. Sebenarnya bisa saja bagi pemuda itu untuk membongkar rahasia yang sebenarnya terjadi ketika ia masih berada dalam ruang kuil itu, tetapi ia tak ingin meminjam kekuatan orang lain untuk menyelesaikan persoalan pribadinya, lagipula dia pun tahu bahwa Nenek-bermuka-besi Lau In Hong adalah seorang jagoan dari kalangan lurus, setelah pendekar wanita itu berusia lanjut, ia tidak ingin merusak nama baiknya di hadapan orang banyak, maka secara sukarela ia berlalu dari kuil tadi. Setelah masuk kedalam hutan, Gak In Ling mencari sebuah pohon besar dan duduk bersila disana untuk mengatur pernapasan serta berusaha untuk menyembuhkan luka yang dideritanya. Ketika burung berkicau menandakan fajar telah menyingsing, Gak In Ling sudah berada dalam keadaan tenang serta lupa terhadap segala-galanya, tindakan seperti ini merupakan tindakan yang sangat gegabah, bagi Gak In Ling tentu saja dia mengetahui akan resikonya, tapi keadaan serta waktu tidak mengijinkan dirinya untuk memikirkan persoalan itu lebih jauh.
78 Tiba-tiba dari jarak dua puluh tombak dibelakang tubuh Gak In Ling yang sedang bersemadhi, mendadak muncul seorang manusia aneh berkerudung merah, dengan sorut mata yang tajam dia menyapu sekejap sekeliling tempat itu, tatkala menemukan sang pemuda yang sedang bersemadhi dibawah pohon, napsu membunuh yang menggidikkan hati seketika menyelimuti seluruh wajahnya. Sambil tertawa dingin, manusia aneh berkerudung merah itu bergumam seorang diri. "Gak In Ling... Gak In Ling siapa suruh nasibmu sejelek ini.. rupanya engkau memang ditakdirkan untuk mati ditanganku " Sambil berkata perlahan-lahan dia melepaskan kain kerudung merah yang menutupi wajahnya, siapakah dia ? Ternyata bukan lain adalah Buddha Antik, padri keji yang bermuka saleh. Dengan cepat Buddha Antik menyimpan kain kerudung merahnya kedalam saku, kemudian selangkah demi selangkah mendekati Gak In Ling sambil melangkah maju hawa murninya dihimpun kedalam telapak dan siap melancarkan sebuah pukulan yang mematikan- Keselamatan Gak In Ling pun sedetik demi sedetik ikut lenyap mengikuti semakin dekatnya padri tua itu, kini Buddha Antik telah berada pada jarak satu tombak dari hadapan tubuhnya, andaikata serangan itu dilepaskan niscaya pemuda she Gak itu takkan lolos dari kematian- Akan tetapi ia tidak segera melancarkan serangan mautnya, sebab dalam pemikirannya asal telapak itu diayun ke bawah maka musuhnya ini akan menemui ajalnya, maka ia memberi waktu yang cukup bagi pemuda itu untuk hidup beberapa menit lagi. Senyuman yang menyeringai seram menghiasi raut wajahnya yang saleh, penampilan yang sangat tidak sesuai dengan raut wajahnya ini membuat siapapun yang kebetulan
79 melihat tentu akan meninggaikan satu tanda tanya yang besar. Kian lama kian mendekat pada saat itu wajah Gak Ia Ling yang pucat-pias sudah mulai bsrsemu merah, hal ini menunjukkan bahwa luka dalamnya sudah mulai sembuh kembali. Tentu saja pemuda itu mimpipun tak pernah mengira kalau Malaikat Elmaut semakin lama semakin mendekati pula dirinya^ Kini Buddha Antik sudah berada kurang lebih lima depa dihadapan sianak muda itu, hawa murninya telah dihimpun semua kedalam telapak sambil menyeringai penuh kekejian, pikirnya. "Bangsat cilik, tidak sepantasnya engkau datangkan banyak kesulitan bagi aku Buddha Antik dan tidak seharusnya engkau memiliki tenaga dalam yang begitu sempurna hee hee...sekarang, janganlah salahkan kalau terpaksa aku harus bertindak keji terhadap dirimu " Sambil berpikir, sepasang telapaknya perlahan-lahan didorong kearah dada sianak muda itu. Nampaknya jago muda itu sebentar lagi akan menemui ajalnya ditangan padri keji yang berwajah saleh ini, pada saat yang kritis dan sangat berbahaya itulah mendadak bayangan putih berkelebat lewat. Tiba tiba disisi tubuh Gak In Ling melayang turun seorang gadis cantik baju putih yang punya sulaman burung hong merah di atas dadanya, begitu enteng dan cepatnya gerakan orang itu sehingga sama sekali tidak menimbulkan sedikit suarapun. Menyaksikan kehadiran gadis cantik itu, Buddha Antik terkesia,^ pikirnya: "Aduh, celaka........ kembali ia menggagalkan usahaku untuk melenyapkan bangsat ini " Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya, serangan yang semula ditujukan kearah Gak In Ling itu
80 dengan cepat dialihkan kearah dada gadis baju putih itu, kemudian sambil berpura-pura kaget ia berseru: "Omitohud Rupanya pangcu dari perkumpulan Thian-hongpang. oh, hampir saja aku salah membunuh orang." Licik sekali orang ini dan pandai benar ia menguasai gelagat, sekalipun dalam hati ia amat terkejut namun wajahnya masih tetap tenang-tenang saja seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu apapun. Dengan pandangan tajam ketua dari perkumpulan Thianhong- pang memandang sekejap kearah padri tua itu, kemudian sambil memberi hormat katanya: "Oooh, rupanya taysu, apakah taysu sengaja berada disini untuk melindungi keselamatannya ?" "Entah siapakah orang ini ?" jawab Buddha Antik dengan suara yang lirih. "Kebetulan saja aku lewat ditempat ini, karena aku takut ia diganggu atau dianiaya oleh binatang buas, maka sengaja aku berdiri disini untuk melindungi keselamatannya." "Oooh, betapa saleh dan welas kasihnya padri agung ini " puji gadis itu didalam hati. Haruslah diketahui bahwa ketua dari perkumpulan Thianhong- pang ini bukanlah seorang jago yang gampang ditipu, tetapi karena Buddha Antik sudah tersohor karena kesalehannya dikolong langit, maka dia pun tak menduga kalau padri tua itu sebenarnya adalah seorang manusia yang licik sekali. Kembali Thian-hong pangcu melirik sekejap kearah Gak In Ling, lalu berkata kembali: "orang ini bukan lain adalah Gak In Ling yang bikin meluruh dunia persilatan jadi tidak tenang."
81 Satu ingatan berkelebat dalam benak Budha Antik, sambil berpura-pura tak paham sengaja ia bertanya. "Watak setiap manusia sebenarnya adalah saleh, aku pikir asal engkau suka menasehati dirinya maka ia tentu akan bersedia untuk merubah watak-watak jeleknya itu " seraya berkata ia menatap wajah gadis itu dengan tajam. "Aku rasa hal ini tak mungkin bisa dilakukan-" sahut sang dara sambil menggeleng. Betapa girangnya Buddha Antik mendengar jawaban itu, tiba-tiba ujarnya kembali. "ooh.... ya, aku masih ada sedikit urusan yang harus segera diselesaikan dikota cin-hway, tolong li sicu suka berjaga sebentar disini, sekalian aku harap agar li sicu suka menasehati dirinya agar suka bertobat dari dosanya serta banyak melakukan kebajikan-" Habis berkata ia melirik sekejap kearah Gak In Ling dan berpikir didalam hati. "Gak In Ling, sekarang engkau harus berjumpa dengan pangcu dari perkumpulan Thian-hong-pang yang paling benci terhadap segala kejahatan, h mm.. sekalipun aku tidak turun tangan, engkaupun jangan harap bisa lolos dari tangannya dalam keadaan hidup." Berpikir sampai disini buru-buru ia putar badan dan kabur dari sana. Memandang bayangan punggung Buddha Antik yang lenyap dari pandangan, ketua dari perkumpulan Thian-hongpang ini bergumam seorang diri. "Meskipun padri saleh itu mempunyai hati yang bajik bagaikan Pousat, sayang sekali orang yang dituju olehnya bukanlah seseorang yang bisa dirubah watak-watak jeleknya." Dengan sorot mata penuh napsu membunuh ia berjalan maju kedepan dan mendekati sianak muda itu. Raut wajah Gak In Ling yang tampan berkerut kencang penuh penderitaan, mungkin gumam dari Thian-hong pangcu
82 telah menusuk perasaan halusnya sehingga membuat dia merasa sakit hati. Tiba-tiba Thian-hong pangcu alihkan sinar matanya kearah wajah sianak muda itu, hatinya bergetar keras dan tanpa terasa naps u membunuh yang telah berkobar dalam hatinya lenyap tidak berbekas, dengan suara dingin ia berkata. "Gak In Ling, jika engkau mempunyai keberanian maka sembuhkan lebih dahulu luka dalam yang engkau derita itu, kemudian baru langsungkan pertarungan melawan diriku." Gak In Ling tarik napas panjang, ia paksakan diri untuk menahan emosi yang berkobar dalam dadanya, kemudian membuyarkan hawa murni yang berkumpul dipusar dan membuka matanya. "Aku orang she Gak mengucapkan banyak terima kasih atas budi kebaikan nona yang tidak membinasakan diriku," sahutnya, "kalau ingin ber duel untuk menentukan siapa menang siapa kalah seka rang jugakita boleh langsungkan pertarungan tersebut." sambil berkata ia loncat bangun, namun air mukanya masih pucat-pias bagaikan mayat, jelas luka dalam yang dideritanya sama sekali belum sembuh. "Hm, luka dalam yang kau derita toh belum sembuh, lebih baik sembuhkan dulu baru kita bertarung." "Haahaa haa " Gak In Ling tertawa seram. "Pangcu menyembuhkan luka dalamku atau tidak itu toh urusan pribadiku, apakah engkau tidak merasa bahwa urusan yang kau campuri sudah terlalu banyak ?" Ucapannya sombong dan jumawa sekali, seakan-akan pemuda itu hendak melampiaskan semua kekesalannya yang menumpuk dalam dadanya selama beberapa hari belakangan ini. Gadis cantik baju putih merupakan ketua perkumpulan Thian-hong-pang yang disegani dan dihormati oleh setiap
83 umat persilatan yang ada di-kolong langit, belum pernah ada orang yang berani bersikap sombong dan jumawa seperti ini. Mendengar ucapan tersebut tentu saja ia jadi naik pitam, dengan mata melotot penuh kegusaran bentaknya nyaring. "Hmm, engkau anggap aku jeri terhadapmu" sambil tersenyum telapaknya disiapkan dan segera diayun kedepan. Pada saat itulah dari atas pohon besar dimana Gak In Ling bersandar tadi berkumandang suara yang amat gemuruh, disusul suara seseorang yang kasar dan keras bergema memecahkan kesunyiannya. "Hey Hey Kalian jangan bergebrak lebih dulu " Seorang pria kekar yang berbadan setengah telanjang dengan mencekal sebuah toya besi yang besar telah berdiri ditengah kalangan, pada tubuhnya yang setengah telanjang itu terlihatlah sembilan buah tato yang melukiskan sembilan ekor naga berwarna merah. Baik Gak ln Ling maupun gadis baju putih itu sama-sama merasa terperanjat, pikir mereka hampir berbareng. "Dengan kepandaian silat yang kumiliki, kenapa tak kuketahui kehadiran orang ini ?" Berpikir sampai disini mereka segera alihkan kembali sorot matanya kearah pria kekar itu. Tampak olehnya orang itu berusia dua puluh lima-enam tahunan, alisnya tebal matanya besar, hidungnya besar mulutnya lebar, cambang yang kaku memenuhi separuh bagian wajahnya, jika ditinjau dari suara langkahnya ketika melayang turun keatas tanah, jelas menunjukkan bahwa ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya tidak terlalu lihay. Setelah mencapai diatas tanah, pria kekar itu menyapu sekejap kearah Gak In Ling, kemudian teriaknya dengan keras.
84 "Kamu benar-benar seorang manusia yang tak tahu diri, menolong anjing malah digigit" "Hmm, andaikata nona itu tidak datang tepat pada waktunya, mungkin engkau telah modar ditangan kepala gundul itu," setelah menelan ludah ia meneruskan. "Huh Untung pada waktu itu aku tidak menolong dirimu, kalau tidak maka keadaanku pasti akan seperti nona ini, bukan mendapat pujian malahan dicaci- maki." Thian-hong pangcu segera merasakan hatinya agak bergerak setelah mendengar perkataan itu, dengan hati curiga pikirnya. "Jangan-jangan ketika aku tiba disini Budha Antik memang sedang bersiap-sedia untuk membinasakan dirinya, tapi hal ini tak mungkin terjadi. Bukankah Buddha Antik dikenal sebagai padri yang saleh dalam dunia persilatan? Masa dia..." Berpikir sampai disini dia segera angkat kepala memandang sekejap kearah pria kekar itu, kemudian berpikir lebih jauh. "Potongan orang ini seperti orang kasar yang jujur, sepantasnya kalau perkataannya dapat dipercaya, akan tetapi...." Untuk beberapa saat lamanya, gadis yang terkenal karena kecerdasan serta ketelitiannya inijadi bingung dan tak tahu apa yang musti dilakukan-Sementara itu Gak In Ling telah menegur dengan suara dingin. "Siapa yang suruh engkau menolong diriku." Pria bertato sembilan naga itu melototkan matanya bulat-bulat, sahutnya dengan jengkel. "Kalau engkau tidak membutuhkan bantuan ku, kenapa tidak kau katakan sedari tadi ? Pada waktu itu hampir saja aku meloncat turun dari atas pohon."
85 Gak In Ling adalah seorang pemuda yang cerdik, setelah mendengar ucapan pria kekar itu diapun segera mengetahui bahwa dia adalah seorang kasar yang masih polos dan bicaranya spontan, hawa gusar yang semula menyelimuti dadanya seketika lenyap tak berbekas. "Untung kau tidak sampai menolong diriku" ujarnya kemudian dengan suara hambar. "Kenapa?" tanya pria bertato sembilan naga sambil mengerdipkan matanya tanda kebingungan- "Apakah engkau bukan orang baik-baik ?" orang ini memang rada tolol, masa dikolong langit benarbenar terdapat orang jahat yang mengaku dirinya jahat ? "Siapa tahu aku memang jahat" sahut Gak In Ling sambil tertawa hambar. Tiba-tiba satu ingatan berkelebat dalam benak Thian-hong pangcu, ia merasa seolah-olah dirinya telah berhasil memahami sesuatu, ia segera menengadah dan memperhatikan pria polos itu. "Siapa engkau ? Ada urusan apa datang kemari ?" Rupanya pria kekar itu mempunyai kesan yang sangat baik terhadap ketua dari perkumpulan Thian-hong-pang ini, mendengar pertanyaan tersebut tanpa berpikir panjang lagi segera ia menjawab. "Suhuku menyebutku sebagai Kiu-bun-liong Tato-sembilan naga, adapun maksud kedatangan, ku pada malam ini adalah untuk mencari sebatang pohon buah ci-ci-ko yaug berdaun tujuh, agar ilmu Kun-goan-kang yang sedang aku yakini bisa mencapai kesempurnaan-" "Apa ? Buah ci-ci ko yang berdaun tujuh?" seru Thian-hong pangcu dengan terperanjat. Biji matanya yang jeli tanpa terasa menyapu sekejap kearah Gak In Ling, "menurut
86 anggapannya diatas wajah sianak muda itu pasti akan menampilkan rasa kaget yang tak terhingga sebab buah ciciko berdaun tujuh adalah obat paling mujarab dikolong langit untuk menambah kesempurnaan tenaga dalam serta mengobati luka dalam yang parah. Tetapi gadis itu segera merasa kecewa, karena diatas wajah Gak In Ling sama sekali tidak menunjukkan sikap apapun, seakan-akan persoalan itu sama sekali tak ada hubungannya dengan dia. setelah termenung dan berpikir sebentar, maka ia bertanya kembali. "Buah ciciko berdaun tujuh itu sekarang berada dimana ?" Pria tato sembilan naga itu menggerakkan bibirnya seperti mau menjawab, tiba-tiba ia batalkan niatnya dan balik membentak dengan gusar. "Apakah engkau hendak ikut mencuri buah tersebut ?" "Benda berharga dikolong langit, siapa melihat dia ikut mendapat bagian, dari mana engkau bisa mengatakan kalau aku mencuri ?" sahut Thian hong pangcu setelah ia melirik sekejap kearah Gak In Ling. Pria tato sembilan naga benar-benar seorang pria yang polos, mendengar ucapan itu hatinya semakin gelisah, sambil siapkan toyanya membentak lagi dengan gusar. "cepat katakan Beranikah engkau mencuri buah mustika itu ?" Kalau dilihat dari tampangnya, andaikata Thian-hong pangcu mengatakan berani maka dia akan segera turun tangan- Kebetulan sekali pada saat itulah angin kencang berhembus lewat membawa suara bentakan seseorang dengan nada yang amat gusar.
87 "Buddha Antik Kalau engkau berani maju selangkah lagi kedepan, jangan salahkan kalau pinto akan bertindak kurang ajar " Diatas wajah Gak In Ling yang tampan dan tenang tiba-tiba terlintas hawa napsu membunuh yang amat tebal, setelah mendengar suara bentakan itu, dia enjotkan badan segera meluncur kearah mana beraSalnya suara bentakan tadi. Selama ini Thian-hong pangcu selalu memperhatikan gerakgerik Gak In Ling, melihat pemuda itu berlalu dari situ, dengan nyaring ia membentak. "Gak In Ling, engkau hendak pergi kemana ?" laksana kilat dia gerakkan tubuhnya dan menyusul dari belakang. Pria tato naga sembilan melongo, sambil memandang kearah mana lenyapnya dua sosok bayangan manusia itu gumamnya seorang diri. "cepat amat lari mereka berdua... wah, sama dengan terbang saja. celaka, arah mereka pergi justeru ketempat buah itu..." Buru-buru dia siapkan toyanya kemudian berlarian pula mengajar dari belakang kedua orang itu.. Setelah menembusi hutan yang lebar dihadapan Gak ln Ling muncullah sebuah bukit terjal yang penuh dengan batu cadas yang berserakan, suara bentakan tidak lain berasal dari balik bukit terjal tersebut. Dalam pada itu sang surya telah muncul di angkasa, berjuta juta rentetan cahaya tajam yang menyilaukan mata menerangi seluruh jagad. Dengan gerakan tubuh yang cepat laksana gerakan kilat Gak In Ling berloncatan diantara batu-batu yang berserakan dan lari naik keatas bukit, kurang lebih dua puluh tombak dibelakangnya mengikuti seorang dara cantik baju putih.
88 Semakin mendekati puncak bukit itu, suara bentakan serta makian semakin jelas berkumandang masuk kedalam pendengaran sianak muda itu, rupanya sudah ada orang yang turun tangan bertarung. Tidak selang beberapa saat kemudian Gak In Ling telah mencapai puncak bukit tersebut, ketika ia melongok kebawah hatinya tertegun, rupanya ia berdiri dipinggir jurang dan dibawah jurang terbentang sebuah lembah yang amat luas, suara bentakan tadi berasal dari dalam lembah tersebut. Gak In Ling melongok kebawah dan menyapu sekejap sekeliling tempat itu, dia lihat pada saat itu Buddha Antik sedang menerjang kearah dinding bukit dimana ia berdiri sekarang, sedangkan dibelakangnya membuntuti enam orang jagoan yang terdiri dari hwesio, tosu dan manusia biasa. Satu ingatan berkelebat dalam benak anak muda itu, ia menyapu kembali kearah dinding bukit tepat dibawahnya, terlihatlah kurang lebih dua puluh tombak dibawah tebing atau tepatnya ditengah celah-celah batu yang tertutup oleh lalang tumbuh sebatang tumbuhan yang berwarna merah darah, mengertilah pemuda itu apa yang sedang terjadi. Pada saat ituBudha Antik sudah sangat dekat dengan dinding bukit, rupanya ia sedang berusaha untuk merampas tumbuhan berwarna merah darah itu. Gak In Ling teramat gusar, napsu membunuh menyelimuti wajahnya, ia membentak keras. "Buddha Antik, serahkan jiwa anjingmu " Dengan jurus "Hiat-yu-seng-hong" atau hujan darah angin amis ia menerjang kebawah bagaikan seekor burung elang yang sedang menerkam mangsanya, serentetan cahaya merah darah dengan cepat menyelimuti seluruh tubuhnya. Dari bentakan yang keras Buddha Antik sudah tahu siapakah yang datang, saking kagetnya sukma terasa melayang tinggalkan raganya, ia tidak memperdulikan buah
89 ciciko yang sudah hampir terjatuh ke tangannya lagi, sambil berjumpalitan diudara sepasang kakinya segera menjejak dinding bukit, laksana anak panah yang terlepas dari busurnya ia melayang sejauh dua puluh tombak lebih dari tempat semula dan tepat melayang turun dibelakang lima orang pengejarnya, setelah mencapai tanah tanpa berpaling lagi ia melarikan diri terbirit-birit kearah lembah sebelah kanan- Sebenarnya serangan telapak maut yang di-lancarkan Gak In Ling dikala Buddha Antik sedang tidak bersiap-siaga itu mampu menghancurkan tubuh padri licik tadi menjadi berkeping-keping, tapi sayang luka dalam yang diderita pemuda itu belum sembuh, ketika jurus hujan darah angin amis tadi digunakan sampai separuh jalan itu ia sudah merasakan tenaga dalamnya tak mampu disalurkan kembali, dalam keadaan begini terpaksa sambil menggertak gigi karena mendongkol ia saksikan Buddha Antik kabur dari tempat itu. Dengan kaburnya Buddha Antik dari tempat kejadian, maka sekarang Gak In Ling lah yang mencapai sisi buah mustika ciciko itu, tanpa pikir panjang lagi buah tadi segera dicabut olehnya dan melayang keatas tanah. Thian-hong pangcu dengan cepat menyusul datang, ia segera menghadang didepan tubuh anak muda itu. Lima orang yang berada dalam lembah, mimpipun tak pernah menyangka kalau buah mustika ciciko berdaun tujuh yang dijaganya setengah harian lebih bukan terjatuh ketangan Buddha Antik sebaliknya kena dipetik oleh seorang pemuda yang sama sekali tak dikenalnya, sambil membentak penuh kegusaran dengan cepat mereka mengepung Gak In Ling serta Thian- hong pangcu di tengah kalangan- Gak In Ling sama sekali tidak menggubris kelima orang yang mengepung dirinya itu, disapunya sekejap buah ciciko yang berada dalam genggamannya, dia lihat tumbuhan tersebut berakar panjang yang tegak dan berwarna hijau, pada tangkainya tumbuh tujuh lembar daun merah yang
90 berbentuk bulat pipih, pada ujung setiap daun berwarna merah tadi tumbuh sebutir buah merah yang berbau harum serta besarnya bagaikan sebutir mutiara, butiran kecil itulah yang mungkin dinamakan buah ciciko. Setelah memandang sekejap buah tadi, pemuda she Gak baru memandang kearah lima orang jago tadi, ujarnya dengan nada hambar. "Kalau kutinjau dari usia kalian berlima, aku rasa kalian pastilah merupakan jago jago yang punya nama besar dalam dunia persilatan " Thian-hong pangcu berkata pula setelah menyapu kelima orang itu. "ln Hok Liau Wan Sungguh tak nyata kalian sebagai seorang ketua dari suatu perguruan besar ternyata masih belum dapat menghilangkan rasa tamak dalam hati kalian, hanya disebabkan sebatang tumbuhan saja kalian bersedia melakukan pertarungan. hmm sekarang setelah bertemu dengan aku, apa yang hendak kalian kata kan lagi ?" Air muka In Hok Totiang dan Liau Wan Taysu berubah hebat, mereka jadi gelagapan dan tak mampu mengucapkan sepatah katapun, sedangkan tiga orang yang lainpun mukanya berubah hebat, keadaan mereka bagaikan tikus yang bertemu dengan kucing. Melihat sikap beberapa orang itu, Gak In Ling keheranan- Pikirnya didalam hati. "Gadis ini masih berusia sangat muda, tapi setiap patah kata serta tingkah lakunya cukup menggetarkan hati setiap jago yang ada dalam dunia persilatan- Sungguh luar biasa sekali, hal ini sangat tidak masuk diakaL" Sementara itu Thian-hong pangcu telah mendengus kembali. "Hmm, apa yang hendak kalian katakan lagi?" serunya.
91 In Hok Totiang ragu-ragu sebentar, kemudian sambil keraskan kepala dia maju kedepan dan menjawab. "Adapun maksud kedatangan kami semua ke tempat ini, semula adalah ingin menyelidiki lembah Toan-hun-kok. tapi siapa sangka baru saja tiba ditempat ini kami telah menemukan buah ciciko yang mujarab itu." "Hmm oleh karena itu kalian berhasrat untuk mendapatkannya, bukankah begitu ?" dengus Thian-hong pangcu. Setelah berhenti sebentar, tiba-tiba ia tertawa dingin dan berkata kembali. "Apakah kalian yakin dengan kekuatan yang kamu miliki akan berhasil menyelidiki rahasia dari lembah tersebut ?" "omitohud " seru Liau Wan Taysu dengan alis berkerut. "Banyak sekali anak murid yang kuutus datang kemari lenyap tak berbekas, karena itu meskipun kami berlima menyadari bahwa kepandaian silat yang kami miliki masih bukan tandingan lawan, namun masa depan kami sendiri maka terpaksa kami harus mencobanya sekalipun harus menempuh bahaya." sementara mereka masih berbicara, Gak In Ling telah memetik ketujuh butir ciciko itu dan diletakkan dalam genggamannya, kemudian berkata. Tindakan Gak In Ling yang sama sekali di luar dugaan ini mencengangkan hati para jago, mereka mengira sianak muda itu adalah anak murid dari perkumpulan Thian-hong-pang, tanpa terasa jago-jago lihay itu merasa amat berterima kasih sekali terhadap gadis tersebut. "Pangcu, tolong bagikan ketujuh buah ciciko ini kepada mereka semua." sambil berkata ia angsurkan buah ciciko tadi kedepanTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 92 Tapi mereka tak pernah menduga bahwa rasa kejut yang dialami Thian-hong pangcu jauh lebih hebat daripada mereka sendiri, dengan sorot mata yang curiga bercampur tak percaya ia menatap wajah pemuda itu, lama-lama sekali ia baru berkata dengan nada dingin. "Gak In Ling, kebutuhanmu mungkin jauh lebih besar daripada mereka, benarkah engkau rela memberikan buah ciciko ini kepada mereka ?" Hawa gusar memancar keluar dari balik mata Gak In Ling yang aneh, tetapi ia menahan diri kembali sebab dia tak ingin menanam bibit permusuhan dengan orang-orang itu. Dengan pandangan dingin disapunya sekejap Thian-hong pangcu, kemudian membentak keras. "sambutlah buah ini " tangan diayun, enam biji buah ciciko segera memencar kedepan bagaikan enam buah kilatan cahaya dan masing-masing meluncur kearah enam orang yang berbeda. Pada saat yang bersamaan keenam orang dalam kalangan bersama-sama menerima sebutir buah ciciko yang disambit kearah mereka, tapi tak seorangpun yang melakukan pemeriksaan, dengan dua belas buah mata yang aneh mereka menatap wajah sianak muda itu, karena tindakan dari lawannya ini telah membuat hati orang-orang itu tercengang dan tidak habis mengerti. Thian-hong pangcu sendiri dengan pandangan yang tidak tenang serta permintaan maaf memandang kearah sianak muda itu, menanti ia berhasil melihat bahwa ditangan Gak In Ling masih tersisa satu butir buah ciciko, rasa tidak tenang tadi baru pulih kembali seperti sedia kala, inikah yang dinamakan cinta. In Hok Totiang maju selangkah kedepan, setelah memberi hormat ujarnya.
93 "Siauw sicu berjiwa besar dan berdada lapang, pinto merasa amat kagum sekali, bolehkah aku tahu siapa namamu ?" sambil berkata ia memandang ke arah pemuda itu dengan sorot mata kagum bercampur menghormat. Keempat orang lainnyapun mempunyai pandangan yang sama, mereka ingin sekali mengetahui siapakah gerangan pemuda yang berjiwa besar dan bersedia membagikan buah mustika yang berhasil didapatkannya itu. Satu ingatan berkelebat dalam benak Thian hong-pangcu, pikirnya, "oh, rupanya inilah kesempatan yang paling baik dari Gak In Ling untuk mencari simpati dari para jago, hampir saja aku kena dikelabui oleh tindakannya ini." Menurut perkiraannya apa yang dipikirkan tentu tak akan salah lagi. Siapa tahu Gak In Ling cuma tertawa hambar belaka setelah mendengar perkataan itu. katanya. "Aku bukanlah seseorang yang patut saudara sekalian ingat terlalu, lebih baik namaku tak usah kalian ketahui " setelah berhenti sebentar, lanjutnya. "Buah ciciko setelah dipetik dari tangkainya tak dapat disimpan terlalu lama, aku harap kalian segera menelan buah tersebut " habis berkata perlahan-lahan ia berlalu dari tempat itu "omitohud.." seru Lian Wan Taysu sambil merangkap tangannya memuji keagungan Buddha, "Aku rasa sudah sepantasnya kalau sicu menelan lebih dahulu buah ciciko itu " "Siapa yang makan buah ciciko dia akan mendapat tambahan tenaga dalam dan menambah usia, sebaliknya kalau aku yang menelan buah itu maka perbuatanku ini hanya membuang dengan percuma sebuah buah langka dalam kolong langit" jawab Gak In Ling hambar, berpalingpun tidak. "Tapi buah tersebut dapat menyembuhkan pelbagai penyakit dan luka dalam, kenapa sicu mengatakan hanya
94 membuang percuma sebuah benda langka dalam kolong langit ?" . Gak In Ling tertawa tawa. "Keputusanku sudah bulat, terima kasih atas perhatian dari taysu dan engkaupun tak usah memaksa diriku lagi." Selama ini Thian-hong-pangcu hanya mendengarkan setiap patah kata dari Gak In Ling dengan cermat dan seksama, walaupun setiap patah katanya tak dapat ditangkap artinya oleh lima orang jago yang hadir dalam kalangan, tetapi bagi pendengaran gadis cantik baju putih ini seakan-akan sebuah batu cadas yang menindih diatas dadanya, membuat pikiran dan perasaannya bergolak keras. Tak tahan lagi ia segera menyela. "Apakah engkau tidak merasa bahwa keputusan yang telah kau ambil itu terlalu merugikan dirimu ?" Gak In Ling, tertawa dingin- "Hee hee hee. ... keputusan yang ku ambil mungkin saja justru merupakan apa yang pangcu butuhkan, bukankah kehidupanku dalam kolong langit hanya akan memusingkan kepala pangcu saja ?" Airmuka Thian-hong pangcu berubah hebat serunya tanpa sadar. "Darimana engkau tahu kalau itulah yang kubutuhkan?" suaranya keras dan penuh emosi. Tiba-tiba dari atas puncak tebing moloncat datang sesosok bayangan manusia, dia bukan lain adalah pria tato sembilan naga, berhubung ilmu meringankan tubuhnya agak cetek maka ketika mencapai permukaan tanah ia maju kedepan dengan sempoyongan. Namun pria itu sama sekali tidak menggubris keadaannya itu, dengan sorot mata yang tajam disapunya sekejap sekeliling tempat itu, setelah menjumpai tangkai buah ciciko
95 dengan ketujuh daunnya berada ditangan Gak In Ling, ia segera membentak. "Bajingan cilik, semula aku tak habis mengerti apa sebabnya engkau lari dengan begitu cepatnya oh, rupanya engkau hendak merampok buah ciciko ? Bagus sekali, aku akan mengadu jiwa dengan dirimu." Habis berkata, toya besinya segera disapu ke depan denganjurus "ciu-hong-sau-llok-yap" atau daun berguguran terhembus angin dingin. Weesss Diiringi desiran angin tajam ia memutar toy anyamembabat kearah pinggang Gak In Ling, senjata itu belum mencapai sasaran desiran dingin telah menyengat badan, hal ini menunjukkan betapa kuatnya tenaga yang dimiliki pria itu. Menengar datangnya desiran angin tajam, Gak In Ling putar badan, sorot matanya dengan berkilat, setelah memandang datangnya ancaman tersebut tiba-tiba laksana kilat cengkeram ujung toyadengan jurus "Lekshu-ki-liong" atau tenaga sakti menundukkan naga. Gerakan yang dilakukan, secara tiba tiba ini mengejutkan setiap para jago yang hadir dalam gelanggang, sebab serangan toya yang dilancarkan tato sembilan naga luar biasa sekali danpria itu sudah mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya. Tanpa sadar Thian- hong-pangcu maju selangkah kedepantapi sayang gerakannya itu terlambat. Blaaam Ditengah getaran yang amat keras, Gak In Ling terseret maju sampai tiga- empat langkah kedepan dengan sempoyongan setelah terhajar oleh sapuan toya lawan, air mukanya berubah jadi hijau keabu-abuan, tetapi ia masih mencekal ujung toya pria tato sembilan naga itu kencangkencang.
96 Diam-diam Gak In Ling menghela napas panjang, pikirnya. "oh aku lupa kalau luka dalam yang sedang kuderita belum sembuh." Ia segera menengadah memandang sekejap kearah pria tato sembilan naga, kemudian tanya nya dengan tenang. "Berapa buah ciciko yang engkau butuhkan ?" Dengan sekuat tenaga pria tato sembilan naga membetot toya besinya, dalam perkiraannya pasti toya tersebut akan berhasil dicabut lepas karena Gak In Ling berbadan lemah dan masih muda belia. Siapa tahu peristiwa yang kemudian terjadi jauh diluar dugaannya, dia merasa toyanya bagaikan berdempetan dengan sebuah bukit karang yang amat berat, jangan dikata untuk mencabut keluar sekalipun untuk menggoyangkanpun dia tak mampu. Hal ini amat mengejutkan hatinya, dengan perasaan kaget pikirnya didalam hati. "Mungkinkah bocah ini pandai ilmu sihir? Kalau tidak mengapa toyaku seakan-akan tertindih dengan bukit karang yang berat ?" Sepasang matanya memandang kearah Gak In Ling dengan sorot mata tertegun, ia tak tahu apa yang musti dikatakan- Dengan hambar Gak In Ling memandang sekejap kearahnya, lalu bertanya kembali. "Eeii, sudah dengar belum pertanyaanku? Akutan^a engkau butuh berapa butir buah ciciko ?" "Sebutirpun sudah cukup," Gak In Ling segera ayun telapaknya kedepan dan melemparkan buah ciciko yang tinggal sebutir itu ketangan pria tato sembilan naga, serunya. "Nah, buah itu boleh kau telan"
97 Meskipun pria tato sembilan naga adalah seorang kasar dan berangasan tapi pikirannya polos sekali, sambil menerima buah ciciko itu tanyanya. "Eli, engkau masih punya berapa butir ?" "Sebutirpun dia sudah tak punya" jawab In Hok Totiang dengan cepat. Tertegun hati pria tato sembilan naga setelah mendengar ucapan tersebut, tiba-tiba ia berseru. "Sungguhkah itu ? Bocah cilik, aku kembalikan buah ciciko ini kepadamu, akupun takkan berlatih segala macam ilmu silat lagi.... nih,terimalah kembali " Dengan langkah lebar ia berjalan kehadapan Gak In Ling, kemudian angsurkan buah ciciko tersebut ketangan pemuda itu. Dari balik mata Gak In Ling memancarlah serentetan cahaya yang sangat aneh, sambil tertawa ia menepuk bahu pria tato sembilan naga, kemudian katanya dengan nyaring. "Kalau engkau tidak berlatih ilmu tersebut gurumu pasti akan merasa menyesal dan kecewa sekali." "Tapi, kalau kumakan buah ini bukankah engkau jadi tak mendapat bagian ?" "Aku toh tidak membutuhkannya." sahut Gak In Ling sambil menggeleng. Pria tato sembilan naga adalah seorang lelaki yang berhati polos, mendengar perkataan itu ia mengira ucapan tersebut adalah sungguh, maka sambil tertawa ujarnya. "Hey bocah, engkau adalah manusia paling baik yang pernah kujumpai selama hidup " . Dengan tangan kanannya ia genggam bahu sianak muda, sedang wajahnya berseri-seri penuh kegembiraanTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 98 Apa yang terjadi didepan mata memancing rasa haru dihati para jago yang hadir disana, berpuluh buah mata yang memancarkan rasa terima kasih segera dialihkan kearah pemuda she Gak. Than- hong pangcu paling tergetar hatinya setelah menyaksikan kejadian itu, pikirnya. "la memang berjiwa besar, padahal diantara orang yang hadir ditempat ini dialah yang paling membutuhkan benda tersebut, sayang sekali ditempat ini tak ada delapan butir buah ciciko." Sementara itu sambil memutar badan Gak In Ling telah berkata kembali. "Harap saudara sekalian suka menelan buah tersebut, aku akan tetap berjaga disini untuk melindungi keselamatan kalian selama kalian bersemadhi." Dengan langkah gontai ia berjalan kearah kanan, dan disitu ia berjaga-jaga sambil menyapu keadaan disekeliling lembah tersebut. Semua jago mengetahui akan sifat dari buah ciciko tersebut, merekapun tak berani membuang waktu dengan percuma lagi, dengan hati girang dan rasa berterima kasih buah itu segera ditelan kedalam perut lalujatuhkan diri bersila untuk mengatur pernapasan- Asal manusia masih terdiri dari darah dan daging, siapakah yang masih dapat melepaskan diri dari ketamakan serta keserakahan mementingkan diri sendiri ? Dengan pandangan iba Thian-hong pangcu menyapu sekejap kearah para jago yang hadir di tempat itu, kemudian sambil menghela napas pikirnya. "Meraka semua adalah jago-jago kenamaan didalam dunia persilatan, tetapi tingkah laku mereka jika dibandingkan dengan pemuda ini... oh masih terpaut jauh sekali," Berpikir sampai disitu, ia segera berjalan mendekati pemuda itu.
99 Sorot mata yang dingin, hambar dan ketus yang semula menyelimuti wajahnya, entah sejak kapan telah lenyap tak berbekas, siapapun tidak tahu apa sebabnya bisa demikian- Gadis cantik baju putih itu berhenti kurang lebih dua depa dibelakang Gak In Ling, ujarnya dengan suara lirih. "Gak In Ling, buah ciciko ini engkaulah yang mendapatkan, aku tidak membutuhkannya, siIahkan engkau menerima kembali l" Gak In Ling putar badan, setelah memandang sekejap wajah gadis itu sahutnya dengan ketus. "Bilamana pangcu tidak ingin menelannya, kenapa tidak dibuang saja ke dalam jurang sebelah sana ? Bukankah dengan begitu tak usah merepotkan, dirimu lagi ?" Thian-hong pangcu tertegun, lalu dengan dingin teriaknya. "Kau kau... apa maksudmu?" Gak In Ling menyapu sekejap wajah gadis cantik berbaju putih itu dengan pandangan dingin tiba-tiba ia menghela napas dan putar badan kemudian berjalan menuju kearah mana bayangan Buddha Antik melenyapkan diri tadi, sambil berjalan katanya. "Kalau memang pangcu menaruh curiga bahwa pembagian yang kulakukan ini bukan muncul dan hati-sanubariku, tentu saja engkau berhak untuk jangan menelan buah ciciko itu, aku orang she Gak tidak akan memaksa dirimu untuk menuruti perkataanku." Habis berkata tubuhnya sudah berada lima tombak jauhnya dari tempat semula. Melihat Gak in Ling telah salah mengartikan maksud ucapannya, Thian-hong pangcu merasa hatinya jadi kecut dan hampir saja mengucurkan airmata, bibirnya yang kecil- mungil dicibirkan beberapa kali namun tak sepatah kata yang meluncur keluar, akhirnya dengan nada gegetun ia membatin didalam hati. "Ooh .... engkau memang kejam "
100 Tiba tiba ia temukan bahwa pemuda she Gak itu sudah berada sepuluh tombak dari mulut lembah, hatinya jadi terperanjat dan segera teriaknya dengan suara gemetar. "Gak In Ling, engkau akan pergi kemana ?" Gak In Ling sama sekali tidak menghentikan langkahnya, hanya dengan dingin ia menjawab. "Aku hendak pergi kemana yang harus aku pergi " "Bagaimana dengan orang-orang ini ?" tanya Thian-hong pangcu dengan gelisah. Gak In Ling menghentikan langkahnya dan putar badan. "Aku percaya pangcu takkan tinggalkan mereka selagi orang orang itu bersemadhi." Thian-hong pangcu memandang sekejap ke-arah pemuda itu dengan pandangan sedih, akhirnya dia telan buah ciciko tersebut kedalam perut dan duduk bersila diatas tanah, pikirnya. "Kalau aku berbuat begitu, engkau pasti tak akan pergi dari sini." Tindakan dara cantik tersebut sama sekali diluar dugaan Gak In Ling, ia tak habis pikir apa sebabnya gadis itu menelan buah ciciko secara suka rela setelah sebelumnya menampik untuk makan buah itu. Dengan perasaan apa boleh buat Gak In Ling gelengkan kepalanya dan berjalan kembali, terpaksa ia harus memikul tanggung jawab untuk melakukan perlindungan terhadap orang-orang itu. ---ooo0dw0ooo--- Waktu berlalu dengan cepatnya ditengah keheningan yang mencekam seluruh jagad, dan waktu yang berlalu detik demi detik, menit demi menit itu mendatangkan manfaat yang amat besar bagi setiap jago yang sedang duduk bersemedhi di
101 tempat itu, sebab dalam waktu yang amat singkat tenaga dalam yang mereka miliki telah mendapat kemajuan yang amat pesat. Dengan wajah termangu- mangu Gak In Ling menengadah memandang awan yang bergerak di- angkasa dibawah sorot cahaya matahari yang berwarna keemas-emasan, wajahnya yang tampan tiba-tiba terlintas kemurungan serta kekesalan yang tebal, siapa pun tak tahu apa yang sedang dipikirkan olehnya. Pada saat itulah perlahan-lahan Thian-hong pangcu membuka kembali matanya yang jeli, diantara para jago yang hadir disana tenaga dalam yang dia miliki paling sempurna, karena itu diapun yang sadar paling dahulu. Diatas raut wajah yang merah dadupada saat itu terlintas cahaya tajam yang bergemerlapan, hal itu menambah kecantikan diatas wajahnya. Setelah memandang sekejap kearah Gak In Ling dengan pandangan dalam, ia loncat bangun dari atas tanah dan berjalan menghampiri dirinya. Gak In Ling sama sekali tidak merasakan akan kehadiran dari gadis itu, mungkin ketika ia sedang memikirkan satu masalah penting yang maha besar. Akhirnya Thian-hong pangcu berhenti padajarak tiga depa dibelakang tubuh Gak In Ling, tegurnya dengan suara lirih. "Apa sih yang sedang kau pikirkan?" suaranya lembut dan halus, penuh mengandung perasaan kuatir dan memperhatikan- "Pangcu telah sadar dari semedhi. itu berarti urusanku ditempat ini telah selesai " sahut Gak In Ling tanpa berpaling. Habis berkata ia merogoh kedalam saku dan ambil keluar sebotol porselin berwarna hijau tua kemudian dengan langkah lebar berjalan menuju kelembah bukit sebelah kananTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 102 Air muka Thian-hong pangcu berobah hebat, tiba-tiba ia meloncat kedepan dan menghadang jalan pergi sianak muda itu, serunya. "Engkau hendak pergi kemana?" "Pangcu, apakah engkau tidak merasa bahwa urusanku yang kau urusi sudah terlalu banyak ?" kata pemuda she Gak dengan alis berkerut dan suara ketus. "Kemanapun engkau akan pergi aku takkan turut campur, hanya lembah itu saja tak boleh kau masuki." "Mengapa ?" tanya Gak In Ling sambil tertawa dingin. Dengan muka merah jengah Thian-hong pangcu alihkan sorot matanya kearah lain, lalu menjawab. "Karena engkau akan menemui ajal ditempat itu." "Hmm Bukankah pangcu mengharapkan aku mati ?" "Kapan sih, aku pernah mengatakan bahwa aku berharap agar engkau mati? coba katakan " seru Thian-hong pangcu dengan penuh emosi. Suaranya agak gemetar, di balik kelopak matanya yang jeli secara lapat-lapat tampak mengembang air mata, tapi wataknya yang keras kepala telah mencegah air mata itu tidak sampai meleleh keluar. Gak In Ling jadi tidak tega juga melihat keadaan gadis itu, pikirnya. "Perempuan ini berhati bajik dan berbudi luhur, demi menjaga ketenangan serta ketenteraman dunia persilatan dia akan membinasakan diri ku, tindakan ini bukanlah suatu tindakan yang keliru, justru kesalahan terletak pada diriku yang tak dapat menunjukkan dosa serta kesalahan dari orangorang yang kubunuh, aii... .." Gak In Ling sebenarnya adalah seorang pemuda berhati panas dan berwajah dingin, ia mempunyai perasaan untuk berbakti bagi masyarakat dan bekerja untuk kebenaran, tetapi
103 sayang sekali ia tak dapat memberi penjelasan kepada orang lain terhadap apa yang hendak dilakukan olehnya. Perlahan-lahan ia menengadah memandang langit dan biru, lalu menghela napas panjang, ujarnya. "Mungkin pangcu memang tak mempunyai perasaan seperti itu, tapi sayang sekali keputusan dan tekadku sudah bulat, biarlah maksud baik pangcu kuterima didalam hati." Selesai berkata dengan langkah lebar dia lanjutkan kembali perjalanannya menuju kesebelah kanan lembah tersebut, Thian-hong pangcu terkesiap. Sekali lagi ia loncat kedepan dan menghadang dihadapan sianak muda itu sambil serunya. "Asal engkau mampu menangkan diriku, maka dengan bebas engkau boleh lanjutkan perjalananmu menuju kedalam lembah ini " Tertegun hati Gak In Ling mendengar perkataan tersebut, tiba-tiba ia tertawa dingin dan berkata. "Pangcu menganggap bahwa aku orang she Gak jeri terhadap dirimu ?" "Tentu saja lebih baik kau tidak takut" Gak In Ling mencabut keluar penutup dari botol porselen berwarna hijau-tua itu kemudian ambil keluar sebutir pil berwarna hijau dan siap ditelan kedalam perut. Semua gerak-gerik sianak muda itu tidak lolos dari pengawasan Thian-hong pangcu, begitu ia menjumpai bentuk serta warna dari botol porselen itu, hatinya langsung saja merasa terkejut, sebab bentuk dari botol tersebut mengingatkan ia akan botol racun yang pernah didengarnya dari berita persilatan- Menanti Gak In Ling telah ambil keluar obat tadi, wajahnya berubah semakin hebat, jeritnya.
104 "Gak In Ling, jangan kau telan obat itu" Sambil menjerit tubuhnya berkelebat maju kedepan dan menerjang kearah sianak muda itu, tangan kanan mengeluarkan jurus "clong-hay-lau ciang" atau mencari jarum didasar lautan, bagaikan sambaran burung elang dia mencengkeram obat ditangan pemuda itu. Serangan yang dilancarkan Thian-hong pangcu ini jauh diluar dugaan Gak in Ling, ia mengira dara tersebut melancarkan serangan menggunakan kesempatan ketika ia sedang mengambil obat, kejadian ini membuat hatinya tertegun. Buru-buru obat hijau itu disingkirkan ketangan kanan, lalu dengan gerakan "To-pau-hoan-wi" atau copot jubah ganti posisi laksana kilat ia mengundurkan diri sejauh empat tombak lebih dari tempat semula, dengan suatu gerakan yang manis sekali ia berhasil menghindari sambaran kilat lawan- Tapi ia cepat, Thian-hong pangcu lebih cepat lagi, baru saja sepasang kaki Gak In Ling menginjak tanah, jurus serangan "Kim-liong-tam-jiu" atau naga emas unjuk cakar dari Thianhong pangcu kembali telah menyusul datang. Kali ini Gak In Ling telah bikin persiapan yang matang, dengan alis berkerut sindirnya. "Pangcu, pandai sekali engkau gunakan waktu yang paling tepat. Hmm, kau anggap serangan mu itu akan berhasil ?" Sementara berbicara ia telah mengubah gerakannya jadi jurus "cian-li lay-hong" atau pelangi muncul seribu li, sambil putar badan ia balik menerjang kedepan- Pikiran Thian-hong pangcu pada saat ini kacau dan bingung sekali, ia tak tahu bagaimana mesti menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya dalam keadaan begini dia merasa hanya menguasai sianak muda itu secepatnya baru bisa menghalangi dia untuk menelan obat berwarna hijau tersebut.
105 Karena itu, kendatipun mendengar sindiran dari Gak In Ling namun gadis itu sama sekali tak ambil perduli, dengan sepenuh tenaga ia lancarkan kembali serangan-serangan dahsyatnya. Thian-hong pangcu adalah salah seorang diantara dua gadis aneh yang menguasai seluruh dunia persilatan, dengan usianya yang masih begitu muda ternyata dia mampu menaklukkan segenap jago lihay yang ada didalam dunia persilatan, hal ini menunjukkan bahwa kepandaian silat yang dimilikinya benar-benar luar biasa sekali. Terlihatlah tubuhnya yang langsing bergerak dan menari kian- kemari bagaikan kupu-kupu yang bermain diantara wanginya bunga, tapi ditengah keindahan terseliplah perubahan-perubahan yang amat banyak dan sama sekali tak terduga, ayunan telapak menimbulkan deruan angin pukulan yang mendesir, begitu dahsyatnya hawa serangan tersebut sehingga seakan-akan gulungan ombak ditengah samudra luas. Gak In Ling sendiri walaupun memiliki ilmu telapak maut yang amat lihay, tetapi kepandaian tersebut tak dapat digunakan olehnya, karena pertama luka dalam yang dideritanya belum sembuh, dalam keadaan begini tenaga murninya tak dapat digunakan seperti apa yang sebenarnya. Kedua, ia tak tega membinasakan gadis cantik yang berhati baik ini diujung telapaknya, maka setelah lewat lima puluh jurus air muka Gak In Ling berubah semakin pucat, keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya. Ia menengadah memandang kearah gadis cantik baju putih itu, kemudian serunya. "Pangcu, tidak sampai sepuluh jurus lagi, engkau akan berhasil membinasakan aku orang she Gak " Thian-hong pangcu sama sekali tidak menghentikan serangannya, sambil mempergencar tekanannya ia menyahut.
106 "Gak In Ling, asal kau bersedia tak akan menelan obat itu, aku pasti takkan menyerang dirimu lagi" Ditengah kelembutan suaranya terkandung beberapa bagian nada memohon, siapapun tak bisa menduga apa yang sedang dipikirkan gadis cantik yang berhati dingin itu pada saat tersebut. Gak In Ling segera tergerak hatinya sesudah mendengar ucapan itu, mendadak ia membentak keras. "Tahan " Suaranya keras bagaikan guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, membuat semua orang merasakan pendengarannya jadi sakit, sambil membentak dengan gesit ia mundur tiga tombak kebelakang, menggunakan kesempatan itulah pil berwarna hijau tadi segera dimasukkan kedalam mulut dan ditelannya. Thian hong pangcu merasa amat terperanjat ketika secara tiba-tiba Gak In Ling membentak keras, tanpa terasa ia menghentikan serangannya dan berdiri tertegun, tapi otaknya yang cerdik segera memahami akan peristiwa yang akan terjadi didepan mata, tapi sayang hal itu sudah terlambat. Dengan wajah yang sedih dan menampilkan rasa hati yang tersiksa, dara ayu itu berkata. "Mengapa kau telan obat tersebut ?" "Agar aku memiliki kemampuan untuk berduel melawan diri pangcu. "jawab Gak In Ling sambil tertawa hambar. "Aku toh mempunyai obat mujarab untuk menyembuhkan luka dalam yang kau derita itu" "Tapi sayang aku tidak bersedia menerima budi kebaikan dari pangcu, karena kita berdua berada dalam keadaan yang berbeda serta posisi yang berbeda pula."
107 Mendengar ucapan itu Thian hong pangcu menundukkan kepalanya, dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya yang pucat. "Begitu bencikah engkau terhadap diriku ?" bisiknya lirih, suaranya kedengaran agak gemetar. Gak In Ling tercekat hatinya, seakan-akan ia telah memahami akan sesuatu, tapi ia tak berani memastikan dan iapun tidak berharap apa yang terpikir olehnya itu merupakan suatu kenyataan, sebab ia tahu bahwa kehidupannya dialam ini sudah tidak terlalu lama lagi. Gak ln Ling angkat bahu dan menekan perasaan hatinya, kemudian sambil tertawa tawa jawabnya. "Aku sama sekali tidak membenci dirimu, aku hanya merasa bahwa perbuatan yang akan ku lakukan sejak kini adalah perbuatan-perbuatan yang melanggar peraturan pangcu serta menyiakan harapan para jago dunia persilatan, jikalau pangcu tidak melenyapkan diriku dari permukaan bumi, maka dalam waktu setengah tahun yang akan datang, dunia persilatan tak akan mengalami ketenangan-" Selesai berkata-kata perlahan-lahan ia duduk bersila diatas tanah. Bibir Thian-hong pangcu yang kecil bergetar keras, dengan menggunakan suara yang amat lirih sehingga hampir saja dia sendiripun tidak mendengar, gumamnya seorang diri. "Aku tahu bahwa engkau bukanlah seorang manusia yang gemar membunuh manusia, kau lakukan perbuatan itu karena mempunyai sebab-sebab tertentu, tapi mengapa engkau selalu tak mau mengatakannya kepadaku? Apakah sebelum kita saling berjumpa muka, engkau telah membenci diriku ?" Suara itu penuh mengandung keluhan, kesedihan dan rintihan yang menggetarkan hati orang, dari sini pula bisa
108 ditarik kesimpulan bahwa gadis itu memang mempunyai sesuatu terhadap pemuda she Gak ini. Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara seseorang yang kasar berkumandang memecah kesunyian- "Waduh.... waduh enaknya Benar-benar segar sekali " Dari nada suara itu Thian hong pangcu segera mengetahui siapakah dia, hatinya kontan terkejut, pikirnya. "Sungguh tak kusangka kalau tenaga dalam yang dimiliki pria tato sembilan naga jauh diatas In Hok dan Liau Wan sekalian lima orang, tapi siapakah orang ini ? Kenapa belum pernah kudengar namanya disebut orang didalam dunia persilatan ?" Sementara gadis cantik itu masih berpikir, pria bertato sembilan naga itu sudah berjalan mendekati Gak In Ling, dengan sorot mata yang tajam ia memandang sekejap kearah pemuda itu, kemudian ia angkat kepala memandang kearah Thian-hong pangcu sambil serunya penuh kegusaran- "Hey, nona ? Barusan ia telah berkelahi dengan bajingan yang mana ?" Hawa-amarah berkobar dalam dada Thian hong pangcu, rupanya dia hendak mengumbar napsu, tapi setelah berpikir sebentar, bathinnya, "Buat apa aku mesti bertengkar dengan orang kasar seperti dia ? Lebih baik tak usah dilayani saja " Berpikir demikian, iapun balik bertanya sambil tertawa. "Apa yang hendak kau lakukan setelah mengetahui siapakah orang itu?" "Akan kuhajar orang itu " Thian-hong pangcu segera tertawa dingin.
109 "Kenapa sih engkau hendak membantu dirinya ?" ia berseru sambil menuding kearah Gak In Ling. Pria bertato sembilan naga tertegun, kemudian dengan sepasang mata melotot bulat serunya. "Apakah engkau tidak bersedia membantu dirinya ?" "Aku harus membantu orang yang berhati baik saja, kalau orang jahat tak sudi kubantu" "Dia toh orang baik" jawab pria tato sembilan naga sambil tertawa. Ucapannya begitu meyakinkan dan sama sekali tidak bersipat paksaan, seakan-akan dia telah mengetahui baik buruknya tabiat sianak muda itu. "Darimana engkau bisa tahu kalau dia adalah orang baik dan bukan orang jahat ?" tanya Thian-hong pangcu lagi. "Aku merasa bahwa dia adalah orang baik maka dia pasti orang baik, apa yang mesti dibicarakan lagi ?" Thian-hong pangcu tahu bahwa pembicaraan ini bila diteruskan lebih jauh maka sampai di manapun pembicaraan tersebut tidak akan menjadi jelas, terpaksa ia menggeleng dan berkata. "Tapi aku merasa ...." "Kenapa ? Apakah engkau beranggapan bahwa dia bukan orang baik ?" tukas pria bertato sembilan naga dengan mata melotot dan nada penuh kegusaran- Rupanya asal Thian-hong pangcu anggukkan kepalanya, maka ia segera akan turun tangan- Sekilas perasaan yang sangat aneh berkelebat diatas wajah Thian-hong pangcu, sambil memandang awan yang melayang diang kasagumamnya. "Mungkin saja dia orang baik " Nadanya aneh dan membuat orang tak dapat menebak perasaan hatinya pada saat itu sebenarnya sedih atau gembira, murung atau gusar.
110 Mungkin jago perempuan yang aneh dan menggetarkan dunia persilatan ini telah menjumpai persoalan paling sulit yang belum pernah dihadapinya dan tak dapat dipecahkan oleh kekuatan ilmu serta kecerdasan otaknya. Jalan pikiran pria bertato sembilan naga sederhana sekali, tentu saja ia tak dapat berpikir sejauh itu, yang diharapkan olehnya hanya mendengar orang lain mengatakan bahwa Gak In Ling adalah orang baik, sebab hal itu sudah cukup memuaskan hatinya. Sambil tertawa ia segera memuji. "Wah wah wah aduh, nona, kau memang pintar dan hebat sekali, bukan saja pandai melihat orang rupanya engkaupun mempunyai kepandaian yang sangat lihay didalam mengenal watak orang seperti halnya dengan diriku " Pada waktu itu pikiran Thian- hong pangcu sedang amat kacau, apa yang diucapkan pria bertato sembilan naga tak sepatah katapun yang terdengar olehnya, ia cuma tertawa tawa saja sebagai pengganti jawabansuasana dalam kalanganpun berubah jadi hening dan sunyi sekali ketika itulah tiba-tiba Gak In Ling membuka matanya kembali, wajahnya yang semula pucat pias kini telah pulih kembali jadi kemerah-merahan, rupanya luka dalam yang sedang diderita olehnya telah sembuh kembali seperti sedia kala. Setelah meloncat bangun dari atas tanah, Gak In Ling menyapu sekejap kearah kedua orang itu dengan pandangan hambar, lalu berkata. "Aku rasa sudah lebih dari cukup bila ada kalian berdua yang melakukan perlindungan terhadap orang-orang gila, aku..." "Gak In Ling," sela Thian-hong pangcu dengan gelisah, "obat yang engkau telan barusan, apakah... apakah..." dia ulangi perkataan itu sampai beberapa kali namun tiada keberanian untuk mengutarakan lebih lanjut, dari balik
111 matanya yang jeli terpancar keluar perasaan yang sedih, murung dan tidak tenang. Gak In Ling menghela napas panjang, sambungnya^ "obat itu bukan lain adalah cui-sim-wan, obat penghancur hati " "cui-sim-wan ?" jerit Thian-hong pangcu dengan badan gemetar keras. "Gak In Ling, bukankah engkau telah menghancurkan dirimu sendiri ?" suaranya tajam dan penuh mengandung nada teguran- Sementara itu pria bertato sembilan naga cuma bisa mengawasi kedua orang itu dengan mata melotot, sebentar ia menoleh kearah Gak In Ling sebentar lagi berpaling kearah dara baju putih itu, rupanya dia tidak tahu apakah yang disebut obat penghancur hati itu. Gak In Ling tertawa hambar. "Di dalam kolong langit hanya benda itulah yang bisa memulihkan kembali tenaga dalamku untuk sementara waktu." Bicara sampai disitu ia putar badan dan berangkat kedalam lembah sebelah kanan-Dengan cekatan pria bertato sembilan naga meloncat kesisi sianak muda itu serunya. "Hey, engkau hendak pergi kemana ?" "Tuh, pergi kesitu." sahut Gak In Ling sambil menuding kearah lembah, sementara kakinya sama sekali tidak berhenti. "Bagus, akupun hendak mengikuti dirimu " tanpa banyak bicara pria tadi mengikuti disamping pemuda tersebut. Melihat pria kasar itu mengikuti dirinya, dengan serentak Gak In Ling berhenti berjalan, sambil menggeleng, katanya. "Lembah ini disebut lembah pemutus nyawa, dan tersohor sebagai tempat yang paling berbahaya dikolong langit, kalau toh tiada seseorang yang hendak kau cari disana, lebih baik jangan ikut masuk"
112 "omong kosong... omong kosong" teriakpria bertato sembilan naga sambil menepuk dada sendiri. "Aku simanusia bertato sembilan naga sejak kecil sampai dewasa selalu berdiam dalam kuburan, setanpun tidak kutakuti apa yang mesti kujerikan lagi apalagi menghadapi....... menghadapi bahaya." ---ooo0dw0ooo--- Jilid 4 TAPI Gak ln Ling tetap gelengkan kepalanya. "Jangan, kau jangan ikut. Sebab orang yang berada dalam lembah itujauh lebih menakutkan dari pada setan, kalau tidak tanyakanlah sendiri kepada..." bicara sampai disini ia segera berpaling ke belakang, tapi dengan cepat pemuda itu berdiri tertegun, sebab pada saat itu Thian-hong pangcu sedang mengikuti di belakang tubuhnya persis pada jarak lima depa. Dengan muka tercengang segera tegurnya: "Pangcu, apakah engkau juga akan ikut menempuh bahaya ?" Merah jengah selembar wajah Thian-hong pangcu, tiba-tiba ia tertawa dingin, dan menjawab: "Penghuni yang berdiam dalam lembah ini sangat membahayakan jiwa dan keselamatan dari umat persilatan didaratan Tionggoan, sejak dahulu aku memang ada maksud untuk menyelidiki lembah ini. Hmm, kau tak usah berpikir yang bukan-bukan, janganlah kau anggap kedatanganku kemari adalah disebabkan karena dirimu." "Oooh, kalau memang begitu aku orang she Gak-lah yang terlalu berlagak pintar." ujar pemuda itu kemudian dengan hambar. "Ei, benarkah orang yang berada dalam lembah ini jauh lebih menakutkan daripada setan?" terdengar pria bertato
113 sembilan naga telah berseru pula dengan nada cemas. "Kalau memang begitu aku si manusia bertato sembilan naga harus mengobrak-abrik orang itu, dan ingat urusan ini sama sekali tak ada urusannya dengan dirimu." dalam gugupnya ternyata pria kasar inipun meniru lagak Thian-hong pangcu. Gak In Ling ingin cepat-cepat menemukan Buddha Antik dan tak ingin membuang waktu dengan percuma, setelah memandang sekejap kearah dua orang itu ujarnya dengan hambar: "Kalau memang begitu, mari kita kerjakan urusan masingmasing." dengan langkah lebar ia berjalan lebih dahulu memasuki lembah tersebut. "Hm, kau tak boleh aku ikut, justru aku akan sengaja ikuti terus dirimu, akan kulihat apa yang bisa kau lakukan-" pikir pria bertato sembilan naga didalam hati. Berpikir sampai disitu diapun dengan cepat membuntuti dibelakangnya. Thian-hong pangcu berpaling dan memandang sekejap kearah lima orang yang masih bersemadhi, melihat In Hong Totiang dan Liau Wan Taysu telah mendusin, hatinya jadi lega dan dengan cepat gadis itu memburu dibelakang Gak ln Ling. Pada dasarnya tenaga dalam yang dimiliki ketiga orang itu memang sangat tinggi, sepanjang perjalanan walaupun tidak menggunakan ilmu meringankan tubuh, akan tetapi kalau dibandingkan dengan orang biasa, langkah mereka lima enam kali lipat jauh lebih cepat. Tidak selang beberapa saat kemudian ketiga orang itu sudah memasuki mulut selat Toan-hun kok yang sempit, didepan mereka muncullah cabang jalan yang satu menuju ketenggara sedang yang lain-menuju kearah timur laut, jalan manakah yang harus ditempuh tak seorangpun yang tahu. . Pada jalan masuk kedua buah jalan simpangan tadi tersebar tengkorak-tengkorak manusia yang berserakan dimana-mana,jumlah mereka sampai ratusan dan sepintas
114 memandang suasana ditempat itu terasa seram dan mengerikan sekali. Tanpa sadar Thian-hong pangcu menggeserkan tubuhnya dua langkah kesamping Gak In Ling, mungkin dalam perasaan seorang gadis hanya mendekati kaum pria yang dicintainyalah dirinya baru terasa aman- Sementara itu manusia bertato sembilan naga telah bergumam dengan suara yang kasar: "Maknya, neneknya kenapa begitu banyak barang-barang yang menjijikkan berserakan disini ? Benarkah mereka jauh lebih menakutkan daripada setan ?" Dengan cepatnya mereka bertiga telah tiba dijalan persimpangan tersebut, Gak in Ling segera berhenti dan bertanya: "Kalian berdua akan memilih jalan yang mana ?" "Kau sendiri ?" pria bertato sembilan naga balik bertanya. "Aku memilih jalan yang ini " sahut Gak In Ling sambil menuding ke arah jalan yang bercabang kearah Timur- laut. "Oooh, hah hah hah kebetulan sekali, akupun hendak melewati jalan yang ini " sambil tertawa terbahak-bahak pria bertato sembilan naga segera berjalan lebih dahulu memasuki jalan cabang tadi. Gak In Liag tertegun, ketika ia berpaling kearah Thian-hong pangcu maka tampaklah gadis baju putih itu sudah melewati disisi tubuhnya dan berangkat menyusul dibelakang pria bertato sembilan naga. Jalan lembah itu berliku liku bagaikan usus kambing, tidak selang beberapa saat kemudian bayangan punggung kedua orang itu sudah lenyap dibalik tikungan yang pertama, mereka berdua tak seorangpun yang berpaling kearah Gak In Ling, mungkin dalam perkiraan mereka sianak muda itu pasti akan menyusul dibelakangnya.
115 Gak In Ling tidak langsung berangkat kearah Timur- laut, sambil menoleh jalan yang ada disebelah kiri, pikirnya. Jikalau tiga orang mengambil jalan yang sama, bukankah itu berarti telah meninggalkan sebuah jalan kehidupan bagi Buddha Antik? Biarlah aku mengambil jalan yang kearah tenggara saja." Sementara itu hendak berjalan menuju kekiri, tiba-tiba satu ingatan berkelebat kembali dalam benaknya. "Buddha Antik adalah seorang jago bu-lim yang amat tersohor, sekalipun ia berjumpa dengan Thian-hong pangcu, belum tentu gadis itu akan menyusahkan dirinya, aku rasa kalau aku orang she Gak harus berjalan seorang diri malah kekuatanku terasa jauh lebih lemah." Senyuman dingin tersungging diujung bibirnya, untuk beberapa saat ia tak tahu jalan manakah yang harus ditempuh olehnya. Pada saat itulah dari dalam lembah tiba-tiba berkumandang datang suara bentakan keras dari pria bertato sembilan naga. "Maknya bangsat Kalian anggap setelah kamu semua menyaru sebagai setan dan malaikat maka yayamu lantas ketakutan dan lari terbirit-birit?" Suaranya keras bagaikan guntur yang membelah bumi disiang hari bolong. Gak In Ling terkejut, dengan cepat ia putar badan dan lari menuju kearah mana berasal-nya suara tadi. Baru saja bayangan tubuh Gak In Ling lenyap dibalik tikungan yang pertama, dari balik jalan persimpangan yang menuju kearah tenggara tiba-tiba muncul dua orang manusia aneh yang berwajah menyeramkan, sambil memandang bayangan punggung sang pemuda yang lenyap ditikungan mereka tertawa dingin, kemudian bagaikan hembusan puyuh kedua orang itu menyusul dari belakangnya.
116 Dengan kecepatan yang tinggi Gak In Ling melayang masuk kedalam lembah, sepanjang jalan ia lihat tulang putih yang memantulkan api fosfor berserakan dimana-mana pemandangan sekitar tempat itu mengerikan sekali bagaikan masuk ke kerajaan setan saja. Setelah melalui tujuh- delapan tikungan, pemuda itu mulai bingung dan tak dapat membedakan arah lagi. Pada tikungan kesepuluh akhirnya Gak In Ling menemukan cahaya terang memancar masuk dari arah depan, apa yang kemudian terlihat olehnya membuat sianak muda itu tertegun. Ditengah gelanggang tampaklah pria bertato sembilan naga sedang memutar senjata toyanyadan melangsungkan pertarungan sengit melawan tiga orang manusia aneh berbaju hitam yang mukanya corang- coreng oleh lima- enam warna, pertarungan itu berjalan seru dan ramai sekali. Thian-hong pangcu sendiri berada lima tombak diluar gelanggang, sorot matanya yang jeli menyapu sekejap kearah Gak In Ling, seakan-akan ia sudah lama sekali menantikan kedatangannya . Dengan pandangan yang tajam Gak In Ling menyapu sekejap seluruh pemandangan dalam lembah itu, ia lihat luas lembah tersebut kurang- lebih duapuluh tombak persegi, batu cadas berserakan disana-sini, tanaman gundul dan gersang sekali, diatas dinding tebing batu disebelah depan terdapat sebuah mulut gua yang tidak terlalu besar, dan tempat itulah merupakan pusat dari lembah tersebut. Setelah menyapu sekejap suasana dalam gelanggang pertarungan, ia segera mengetahui bahwa pria bertato sembilan naga berhasil menguasai keadaan dan merebut diatas angin, hal ini melegakan hatinya, tanpa banyak berpikirpemuda ini segera melangkah kearah mulut gua.
117 Mendadak dari belakang tubuh sianak muda itu berkumandang datang suara teguran yang amat menyeramkan- "Bangsat!! Engkau tak usah menuju kes ana lagi, ditempat inilah mayatmu akan bersemayam antuk selama-lamanya " Mendengar suara teguran tersebut, Gak In Ling merasa terperanjat, dengan cepat ia menghentikan langkahnya dan berpaling kebelakang. Tampaklah dua orang manusia aneh bermuka hijau bergigi taring dan berwajah mengerikan sedang berdiri kurang lebih satu tombak dihadapan mukanya, kehadiran orang itu sangat mengejutkan hatinya, pemuda itu segera berpikir. "Sejak kapan kedua orang makhluk aneh itu tiba disini ? Kenapa aku sama sekali tidak merasakannya ?" Berpikir sampai disitu, ia segera buka suara dan menjawab dengan dingin. "Hmm, dengan andalkan apakah kalian berdua berani omong besar ?" ---ooo0dw0ooo--- "Haaah....... haaah haaah " manusia aneh yang ada disebelah kanan tertawa seram. "Kami berdua disebut Siu-kok-siang-hun sepasang sukma penjaga lembah, bangsat, pernah kau dengar lembah itu? IHemm hemm..." Thian-hong pangcu yang ikut mendengar pembicaraan itu dari sisi kalangan, wajahnya segera berubah hebat, pikirnya. "Kedua orang ini menyebut dirinya sebagai Siu-kok-sianghun sepasang sukma penjaga lembah, kalau begitu semua orang yang hendak memasuki lembah ini sepanjang jalan telah mati dibunuh oleh mereka berdua, dus berarti kepandaian silat yang dimiliki kedua orang ini pasti luar biasa sekali."
118 Berpikir demikian tanpa sadar ia maju ke-muka dan mendekati pemuda she Gak itu. Dalampada itu Gak In Ling telah berkata kembali sambil tertawa dingin. "Heh heh.... heh jadi kalau begitu tulang putih yang berserakan dalam lembah ini adalah hasil karya dari kalian berdua ?" "Tentu saja "jawab manusia aneh yang berada disebelah kiri sambil tertawa lengking. "oleh karena tulang putih yang berserakan dijalan masuk lembah itu sudah terlalu banyak, maka dari itu engkau sibangsat cilik baru dapat hidup sampai ditempat ini " Gak In Ling tertawa dingin. "Apakah itu pengecualian yang kalian berdua berikan khusus buat aku orang she Gak?" sambil berkata diam-diam hawa murninya telah dihimpun kedalam telapak. "Haaahh..... haahh haahh sedikitpun tidak salah, dan sudah sepantasnya kalau engkau mengucapkan banyak terima kasih kepada toa-ya mu berdua." Habis berkata manusia aneh yang berada disebelah kanan segera menerjang maju kedepan. Pada waksu itu Thian-hong pangcu telah berada kurang lebih dua depa disamping sianak muda itu, melihat datangnya tubrukan hatinya tercekat, ia berpaling ke arah Gak In Ling dan serunya dengan ilmu menyampaikan suara. "Gak In Ling, kedua orang ini mampu membinasakan segenapjago yang datang kedalam lembah ini, hal tersebut membuktikan bahwa ia memiliki ilmu silat yang sangat tangguh, sewaktu bertarung nanti aku harap engkau suka berhati-hati." "Engkau tak usah kuatir, itu urusan pribadiku "jawab sang pemuda ketus.
119 Pada saat itulah dari arah gelanggang pertarungan berkimandang datang suara teriakan pria bertato sembilan naga. "Enyah kau bangsat dari tempat ini" Plookk Dan jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera menggema memenuhi angkasa, jelas ada seseorang yang menemui ajalnya dj ujung toya besinya. Setelah berhasil membunuh seorang musuhnya, napsu membunuh berkobar dalam dada pria bertato sembilan naga, ia tertawa terbahak-bahak dan berseru keras. "Huh Tiga orang tak mampu, apa gunanya kalian berdua ? Roboh kamu " Mengikuti bentakan yang amat keras itu, kembali terdengar dua kali jeritan ngeri memecahkan kesunyian, tak usah dilihat lagi jelas kedua orang musuhnya yang tertinggal mati konyol pula diujung toya bajanya. Melihat rekannya pada binasa, sepasang sukma penjaga lembah jadi amat gusar, orang yang ada disebelah kanan segera membentak keras. "Bangsat Lembah pencabut nyawa takkan- mengijinkan orang lain untuk berlagak -sok, terimalah seranganku " Dengan dahsyatnya ia menerjang kearah pria bertato sembilan naga dengan jurus "Tui san-tiam hay" atau mendorong gunung membendung samudra, diiringi desiran angin tajam ia hajar musuhnya habis-habisan- "Kembali" bentak Gak In Ling pula dengan sorot mata berkilat. Tubuhnya loncat maju kedepan, dengan jurus "Lek-pengngo- gi" atau lima bukit hancur merata ia sambut datangnya serangan orang itu dengan keras lawan keras.
120 Gerakan tubuh kedua belah pihak sama-sama cepatnya, dalam waktu singkat empat buah telapak telah saling beradu satu sama lainnya. "Blaaam " Ledakan dahsyat yang menggetarkan seluruh jagad menggeletar diangkasa, pasir dan debu seketika beterbangan diangkasa bagaikan ketimpa angin puyuh, sebuah liang sedalam tiga depa muncul diatas permukaan tanah. Ditengah gulungan angin kencang, tubuh Gak In Ling terdorong mundur dua langkah ke- belakang, darah panas dalam dadanya bergolak kencang, hal ini membuat hatinya amat terkesiap. sebab dari bentrokan tersebut ia dapat menilai bahwa tenaga dalam yang dimiliki orang ini rupanya masih jauh diatas Buddha Antik. Sebaliknya manusia aneh itu sendiri harus mundur sejauh empat- lima langkah sebelum berhasil berdiri tegak. lengan kanannya terasa kaku dan linu sekali, sedangkan dadanya jadi sesak dan hampir saja muntah darah segar. Dengan sorot mata yang tajam dan penuh memancarkan ^asa ketakutan ia menatap wajah Gak In Ling, kemudian tegurnya. "Siapa engkau ?" "Gak In Ling " "Apa ? Gak In Ling?" teriak sepasang sukma penjaga lembah hampir berbareng, dari balik mata kedua orang itu segera memancarkan napsu membunuh yang amat tebal, selangkah demi selangkah mereka mendekati sianak muda itu. Thian-hong pangcu tertawa dingin. "Hmm Kenapa kalian berdua tak berani menjumpai orang dengan wajah aslimu ?" Sambil berkata hawa murninya dihimpun ke dalam telapak. Manusia aneh yang berada disebelah kanan menyapu sekejap kearah Thian-hong pangcu serta pria bertato sembilan
121 naga, kemudian sambil tertawa dingin jengeknya. "Jadi kalian berdua pun akan menceburkan diri didalam air keruh ini ?" "Haah.... haah..... haah... apa itu air keruh dan air jernih, kalau mau bergebrak, ayoh sekarang juga kita bergebrak " sahut pria bertato sembilan naga sambil tertawa bergelak. Gak In Ling tidak ingin ribut terlalu lama dengan orangorang itu, ia membutuhkan Buddha Antik yang ingin ditemuinya secepat mungkin, sambil tertawa dingin segera serunya. "Apakah Buddha Antik berada didalami lembah ini ?" Manusia aneh yang berada disebelah kanan tertawa seram. "Hmm, asal engkau mampu menangkan kami berdua, dengan sendirinya Buddha Antik akan munculkan diri untuk menemui dirimu." Napsu membunuh melintas dalam wajah Gak ln Ling, tibatiba dengan menggunakan jurus "Wong-hong-hui-si" atau angin puyuh terbangkan serat, ia hantam kedua orang musuhnya sambil membentak. "Sambutlah seranganku ini " angin pukulan yang tajam dengan cepat menerjang dada kedua orang itu. Sejak permulaan sepasang sukma penjaga- lembah sudah bermaksud untuk membinasakan Gak ln ling, melihat datangnya ancaman tersebut mereka membentak keras, satu dari kiri yang lain dari kanan dengan cepat mengerubuti sianak muda itu, jurus serangan yang digunakan ganas dan keji, sedang arah yang dituju semuanya merupakan jalan darah kematian ditubuh musuhnya. Kiranya Gak in Ling menyerang musuhnya dengan jurus angin puyuh terbangkan serat itu bukan lain adalah hendak memancing lawannya masuk jebakan, setelah sepasang sukma penjaga lembah melancarkan serangan balasan, tibatiba badannya berputar melepaskan diri dari kepungan kedua orang itu, permainan telapaknya dengan cepat berubah,
122 laksana kilat ia lancarkan tujuh kali serangan berantai kearah manusia aneh yang berada disebelah kanan. Pada dasarnya ilmu silat yang dimiliki Gak In Ling memang tinggi sekali sehingga sukar dilukiskan dengan kata-kata, setelah serangannya dipusatkan pada satu orang maka daya tekanan yang terpancar keluar tentu saja luar biasa hebatnya. Terlihatlah bayangan telapaknya meluncur kes ana- kemari, seluruh angkasa penuh dengan cahaya tajam yang berkilauan, untuk beberapa saat sulit bagi orang untuk membedakan mana yang serangan asli dan mana yang palsu, yang terasa hanya tekanan yang mendesak ketubuhnya kian lama kian bertambah berat membuat dada sesak. Ilmu silat yang dimiliki sepasang sukma penjaga lembah sendiri tidak lemah. Tapi mereka tak pernah menyangka kalau gerakan tubuh dari Gak In Ling bisa sedemikian cepatnya, menanti mereka menyadari akan bahaya yang mengancam, manusia aneh yang ada disebelah kiri sudah tak sempat untuk memberikan pertolongan lagi. Dengan cepat manusia aneh disebelah kanan memutar badan, baru saja ia bermaksud ayun telapaknya melancarkan serangan balasan, siapa sangka angin pukulan yang dipancarkan Gak In Ling telah mencapai depan dadanya tidak sampai setengah depa. Mati hidup hanya terpaut pada satu detik, manusia aneh itu segera mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelamatkan dirinya, sepasang kakinya menjejak tanah keras-keras, tubuhnya laksana kilat membubung ke angkasa dan secara nyaris ia loloskan diri dari ancaman angin pukulan lawan- Thian-hong pangcu yang menyaksikan kejadian itu jadi amat terperanjat, tanpa terasa ia berteriak keras. "Ei, bukankah engkau adalah In-tiong-hok bangau ditengah mega Go To Peng ?"
123 Bersamaan dengan jeritan sang dara, tiba-tiba Gak In Ling tertawa dingin, bayangan hitam nampak berkelebat lewat dan tahu-tahujejak tubuhnya sudah lenyap tak berbekas. Sekonyong- konyong . . . . Dari tengah udara berkumandang datang jeritan kaget dari manusia aneh itu, disusul... Blaaam Sebuah benda berat terbating keatas tanah dengan keras, dan Gak in Ling pun sambil mencekal sebuah topeng kulit manusia berdiri dihadapan musuhnya. Menanti pria bertato sembilan naga angkat kepala, tampaklah olehnya manusia aneh yang di kenal sebagai manusia berwajah seram tadi kini sudah berubah jadi seorang kakek berusia lima puluh tahunan yang berwajah putih bersih, ia tak tahu deagan gerakan tubuh apakah si anak muda itu mencopot topeng lawan, teriaknya dengan hati terkejut. "Waduuuh...... waduh., ,. eeei kakek bangkotan, apakah engkau siluman monyet yang muncul kembali dikolong langit, kok- aneh benar mukamu bisa herubah-ubah." Sambil berkata ia menatap wajah orang itu dengan pandangan tercengang bercampur kaget. Sedangkan Thian-hong pangcu sendiri dengan pikiran bimbang memandang kearah Gak In Ling, sedang hatinya berpikir terus. "Sebenarnya sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang-dimiliki orang ini ?" Dengan sorot mata yang menggidikkan hati Gak In Ling menatap kearah kakek tua itu, lalu ujarnya dengan suara yang menyeramkanTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 124 "Bangau ditengah mega, bagaimanakah kau tahu caranya Tiang- kang sam-kiat serta chin- hway ngo-gi menemui ajalnya ?" Tanpa sadar Bangau-ditengah-mega Go To Peng mundur tiga langkah kebelakang, dalam waktu singkat diatas wajahnya secara berturut-turuf menampilkan perasaan kaget, gusar, murung dan takut. Gak In Ling membanting topeng kulit manusia itu keraskeras keatas tanah, lalu sambil berpaling kearah manusia aneh yang lain serunya pula dengan nada seram. "Belibis ditengah mega, apakah engkau akan memaksa aku orang she Gak untuk mencopot pula topeng kulit manusia yang kau kenakan ?" Mendengar ucapan tersebut manusia aneh tadi mundur selangkah kebelakang dengan ketakutan, walaupun hatinya merasa ngeri tapi ia tidak sudi menurut perkataan orang dengan begitu saja, sebab bagaimanapun juga mereka berdua adalah jago-jago kenamaan didalam dunia persilatan- Dengan sorot mata penuh kebencian Belibis ditengahmega menatap wajah pemuda itu, kemudian jengeknya sinis. "Huhh Asal engkau memiliki kemampuan tersebut, silahkan melakukan sendiri," sembari berkata hawa murninya segera dihimpun kedalam telapak. "Hm Kalau engkau hendak paksa aku orang she Gak untuk turun tangan sendiri. Maka kemungkinan besar sebelum saat ajalmu tiba siksaan yang paling hebat akan kau rasakan lebih dulu." seru Gak In Ling dengan napsu membunuh berkobarkobar^ Selangkah demi selangkah ia berjalan mendekati manusia aneh itu, keseraman dan kengerian yang dipancarkan dari tubuh sianak muda itu seketika memaksa lawannya tanpa sadar mundur tiga langkah kebelakang.
125 Tiba-tiba Gak In Ling membentak keras, semua orang hanya merasakan pandangan matanya jadi kabur dan tahutahu Gak In Ling sudah balik kembali ketempat semula. Sedang manusia aneh yang berada dihadapannya kedengaran menjerit kaget. Menanti semua orang berpaling lagi kearah-nya, maka topeng bengis yang semula menutupi wajahnya kini sudah lenyap tak berbekas dan sebagai gantinya dihadapan mereka berdirilah seorang kakek berusia lima puluh tahunan yang bermuka merah padam dan memelihara jenggot panjang . Semua perubahan yang berlangsung dalam kalangan terjadi dalam waktu yang amat singkat, dalam kalangan itu kecuali Thian-hong pangcu siapapun tak sempat menyaksikan gerakan tubuh macam apakah yang telah dipergunakan Gak In Ling. Pria bertato sembilan naga sambil mengerdipkan matanya segera tertawa dengan wajah melongo. "Waduuuh gerakan apakah yang telah digunakan ? Ehmm, memang luar biasa " Dalam pada itu Gak In Ling sudah membanting topeng kulit manusia itu keatas tanah, lalu sambil menyapu wajah kedua orang musuhnya ia mengejek sinis. "Belibis ditengah mega, apa yang hendak kau katakan lagi ?" air muka Bangau-ditengah-mega Go To Peng serta Belibisdi tengah-mega Go To Ki berubah jadi pucat pias bagaikan mayat, sejak mereka mengetahui bahwa pemuda yang munculkan diri di tempat itu bukan lain adalah Gak ln Ling, kedua orang itu telah sadar kehadirannya di sana adalah untuk mencabut nyawa mereka berdua. Pada saat itulah mereka telah ambil keputusan untuk berusaha menyingkirkan musuh bebuyutan ini. Siapa tahu apa yang kemudian terjadi sama sekali diluar dugaan siapapun, dan yang paling penting ternyata ilmu silat
126 yang dimiliki pihak lawan telah mencapai kesempurnaan yang begitu hebat. Wajah Bangau-ditengah-mega Go TO Peng yang pucat pias bagaikan mayat nampak berkerut kencang, tiba-tiba ia berkata. "Gak In Ling, aku dengan dirimu toh tak pernah kenal, apa yang hendak kau lakukan terhadap diriku ?" Ketika mengucapkan kata kata "kita tidak pernah saling kenal"-sengaja kalimat tersebut di utarakan dengan suara yaag keras, sedang sinar matanya tanpa sadar melirik kearah Thian-hong pangcu, rupanya ia sedang mohon bantuan dari gadis muda itu. Manusia, siapa yang tak takut mati ? Meski pun Bangauditengah- megago To Peng serta Belibis- ditengah- megago To Ki adalah jago-jago kenamaan dalam dunia persilatan, namun setelah keselamatan mereka terancam, merekapun melupakan apa artinya malu. Gak In Ling segera tertawa dingin,jengeknya. "Hee hee hee dua bersaudara dari keluarga Go, masa tempo dulu kalian berani melakukan, sekarang sudah tak punya keberanian untuk mengakuinya ?" Nada suara pemuda ini terasa dingin mengerikan dan penuh mengandung hawa pembunuhan. selangkah demi selangkah ia maju mendekati kedua orang musuhnya. Dengan penuh ketakutan Belibis- ditengah- megagoTo Ki mundur dua langkah kebelakang jeritnya. "Gak In Ling, apa yang harus kuakui... apa yang harus kuakui ? coba katakanlah lebih dulu." Suaranya agak gemetar dan kegagahan yang diperlihatkan semula kini sudah lenyap tak berbekas, mungkin mereka telah sadar bahwa ilmu silat yang dimilikinya masih dibawah
127 kepandaian musuhnya, maka kedua orang itu jadi putus asa dan ketakutan-Gak In Ling menengadah lalu tertawa seram "Haa haa haa. urusan apakah itu? Kalau tidak jelas tanyakan sendiri setelah bertemu dengan Tiang- kang Samkiat serta cin-hway ngo-gi..." Gelak tertawanya keras hingga menembusi angkasa dan penuh mengandung napsu membunuh serta kesadisan- Thian-hong pangcu mengerutkan dahinya, dengan suara ketus segera bentaknya. "Gak In Ling Kau tak boleh membinasakan mereka berdua " Mendengar perkataan itu sepasang alis Gak In Ling kontan berkerut, tiba-tiba ia putar badan dan tertawa dingin. "Hee hee hee bukankah sedari tadi aku sudah berkata pangcu, diantara kita berdua selamanya tidak bisa hidup saling berdampingan, keputusanku untuk membunuh kedua orang ini sudah bulat, bilamana pangcu merasa tidak puas, tak ada halangannya maju bersama mereka, aku sama sekali tak gentar untuk menghadapi kalian secara berbareng." Dari perkataan pihak musuhnya, Bangau- di tengah- mega go To Peng serta Belibis-ditengah mega Go To Ki telah mengetahui bahwa jiwa mereka berdua tak dapat tertolong lagi, binatang yang terkurung akan menunjukkan kenekadannya demikian pula halnya dengan kedua orang bersaudara ini, setelah harapan hidupnya musnah mereka berdua segera saling bertukar pandangan sekejap kemudian tanpa mengeluarkan sedikit suarapun melancarkan tubrukan kearah Gak in Ling. Bangau-ditengah-mega Go To Peng meloncat ketengah udara dan menyerang kearah bawah dengan jurus "Hui-po-nuthiau" atau gelombang dahsyat diair terjun, sebaliknya Belibis ditengah mega Go To Ki menerjang dari samping dengan jurus "Peng-hun-ciu-si" atau bagi rata adil makmur, arah yang dituju bukan lain adalah jalan kematian diatas lambung musuhnya.
128 Setelah timbul kenekadan serta niat untuk mengadu jiwa, serangan-serangan yang dilancarkan kedua orang ini bukan saja amat dahsyat laksana ambruknya gunung Thay-san, bahkan tempat-tempat yang diserangpun merupakan bagian yang vital dan berbahaya ditubuh manusia, seakan-akan dengan jurus serangan tersebut mereka hendak membinasakan musuhnya. Baru saja Gak In Ling menyelesaikan kata-katanya, angin pukulan yang dilancarkan kedua orang itu sudah mendekati tubuhnya, kecepatan gerak yang dilancarkan benar-benar mengerikan sekali. Diatas wajah Gak In Ling sama sekali tidak terlintas rasa kaget ataupun tercengang, hanya napsu membunuh yang terpancar keluar dari balik matanya kini bertambah tebal. Pada saat empat buah telapak dari dua bersaudara she Go hampir mengenai diatas dada Gak In Ling itulah, tiba-tiba... Sianak muda itu membentak nyaring, sepasang telapaknya diayun ke depan secepat kilat, cahaya merah menyelimuti daerah sekitar beberapa tombak ditempat itu. "Blaaaam. " dua ledakan dahsyat yang memekakkan telinga menggelegar diudara, dua jeritan ngeri yang mendirikan bulu roma bergema memecahkan kesunyian-.. disusul plak Plak Dua sosok tubuh yang tinggi besar terbanting diatas tanah pada jarak kurang lebih satu tombak dari tempat semula, darah kental mengucur keluar dari tujuh lubang indera, pada detik itu juga nyawa mereka berdua telah lenyap tinggalkan raga. Dua orang jago persilatan yang seringkali melakukan kejahatan dan sudah terlalu banyak membunuh jago kangouw itu akhirnya menemui ajalnya ditangan seorang pemuda yang masih muda belia, mereka tak pernah menyangka kalau pada
129 akhirnya jiwa mereka bakal lenyap karena suatu hutang lama yang pernah mereka lakukan pada belasan tahun berselang. napsu membunuh yang menyelimuti diwajari Gak In Ling perlahan-lahan lenyap kembali dengan termangu- mangu ia memandang dua sosok mayat yang terkapar diatas tanah, bibirnya sementara berkemak-kemik tiada hentinya namun tiada seorangpun yang tahu apa yang sedang dia ucapkan- Dalam pada itu pria bertato sembilan naga telah dibikin terkejut hingga berdiri termangu- mangu, dia merasa kepandaian silat yang dimilikinya sudah cukup ampuh, tapi tak pernah menyangka kalau pihak lawan dengan usia yang jauh lebih muda daripada dirinya ternyata memiliki kepandaian silat yang jauh lebih tinggi daripada dirinya. Sekilas napsu membunuh berkelebat dalam mata Thianhong pangcu, perlahan-lahan ia berjalan mendekati punggung Gak In Ling, pada saat itu gadis tersebut telah merasa bahwa sehari pemuda itu tidak mati maka sehari pula dunia persilatan tak akan mendapat ketenangan, karena perbuatan yang dilakukan orang ini memang benar mengerikan sekali. Akhirnya dara cantik baju putih itu berhenti pada jarak tiga depa- dibelakang Gak in Ling, telapaknya beberapa kali diangkat keatas tapi setiap kali niat tersebut dibatalkan- Entah berapa lama sudah lewat, akhirnya Gak in Ling menyeka keringat yang membasahi keningnya, kemudian berkata dengan suara hambar. "Pangcu, saat ini merupakan kesempatan yang paling baik bagimu untuk turun tangan" Ucapan halus, tenang dan wajar sekali, seakan akan orang yang hendak dibunuh oleh Thian hong pangcu bukanlah dirinya melainkan orang lain- Thian-hong pangcu mengertak gigi, tiba-tiba ia tarik kembali telapak tangannya dan berseru sambil tertawa dingin.
130 "Engkau tak usah kuatir, tak nanti kuhantam dirimu secara membokong. Aku pasti akan memberi suatu kesempatan kepadamu untuk melakukan pertarungan secara adil " Perlahan-lahan Gak ln Ling putar badannya dan memandang sekejap kearah dara cantik baju putih itu dengan pandangan tenang, kemudian katanya. "Apakah pangcu sudah mengambil keputusan untuk tidak melepaskan diriku lagi ?" "Kepandaian silat yang kau miliki toh tidak berada dibawah kepandaian silatku, siapa menang siapa kalah masih sukar untuk ditentukan, mulai dari sekarang, apakah engkau tidak merasa terlalu pagi untuk membicarakan soal mati hidup ?" Dalampada itu pria bertato sembilan naga telah mendusin akan apa yang sudah terjadi, menyaksikan keanehan itu buruburu teriaknya. "Eei, eei bukankah tadi masih baik-baik saja, kenapa sekarang sudah cekcok kembali ?" Gak In Ling tertawa tawar. "Aku tahu pangcu berhati bajik dan penuh welas-asih, aku orang she Gak merasa tak tega untuk mencelakai dirimu, tetapi ini hari juga akan kuberitahukan kepadamu bahwa semua orang yang kubunuh adalah manusia-manusia yang dosanya telah bertumpuk-tumpuk." Setelah berhenti sebentar dia melanjutkan- "DidaLam lembah pemutus nyawa tulang putih berserakan di manamana, itulah hasil karya yang mereka lakukan, apakah manusia keji semacam ini tidak pantas untuk dibunuh ?" "Memang mereka patut dibunuh, tetapi kau bukan membunuh mereka karena ingin melenyapkan kaum jahat dari maka bumi, kau melakukan pembunuhan tersebut karena demi kepentingan pribadimu sendiri, bukankah begitu?" Gak In Ling menghela napas panjang.
131 "Apapun alasanku sehingga membunuh mereka berdua, sekalipun kuucapkan belum tentu kau akan percaya, lagi pula akupUn tidak bersedia mencari simpati atau belas kasihan orang lain terhadap diriku, oleh sebab itu lebih baik tak usah kukatakan apakah alasanku sehingga melakukan kesemuanya ini." Thian-hong pangcu tertawa dingin. "Persoalannya bukan pada belas kasihan atau tidak, simpati atau tidak, yang menjadi masalah pada saat ini adalah bagaimana caramu untuk tancap kaki didalam dunia persilatan sejak kini ?" "Batas waktu setahun akan berlalu dengan cepatnya." kata Gak In Ling sambil tertawa sedih. "paling banter para jago didaratan Tionggoan akan menggali jenasahku dari liang kubur, kenapa hal itu mesti dipikirkan lagi ?" Selesai berkata dia lanjutkan langkahnya menuju kedalam lembah. Air muka Thian-hong pangcu berubah hebat setelah mendengar perkataan itu. tanpa terasa ia berseru. "Aku tidak mengerti maksud perkataanmu itu, apakah engkau dapat menerangkan lebih jauh" kali ini suaranya telah berubah jadi lembut dan halus sekali. "Lebih baik pangcu tak usah tahu." kata Gak In ling sambil tertawa tawa. "Tapi aku ingin memahaminya." "Hey, akupun tidak mengerti" teriak pria bertato sembilan naga pula dengan suara keras. Gak In Ling menyapu wajah kedua oraig itu sekejap. lalu berkata. "Tempat ini tak bisa ditinggali terlalu lama, kalau memang pangcu serta saudara ini merasa bahwa semua manusia yang tinggal dalam lembah ini patut dibunuh, lebih baik biarkanlah
132 aku orang she Gak lanjutkan kembali perjalanan ku seorang diri." "Eei. hal ini mana boleh jadi, masa ada keramaian yang begitu menarik hati engkau tidak perkenankan diriku untuk nonton, itu namanya tidak adil." gembor pria bertato sembilan naga tanpa berpikir. sebaliknya Thian-hong pangcu menatap wajah sianak muda itu dan berkata. "Engkau toh tak pernah memberi penjelasan kepadaku, maka sampai sekarangpun aku masih belum mengerti." suaranya lembut dan sangat halus, bahkan mendekati permohonan- Mendengar ucapan itu Gak In Ling segera menghentikan langkahnya dan berpikir sebentar, kemudian jawabnya^ "Aku hanya bisa hidup selama setahun saja dikolong langit " selesai berkata dengan langkah lebar ia berjalan menuju kemulut gua. Thian-hong pangcu merasakan hatinya tercekat dan jantungnya berdebar keras, dengan cepat ia loncat kemuka dan menghadang jalan pergi sianak muda itu, ujarnya dengan lirih. "Gak In Ling, pernahkah engkau mendengar tentang katakata yang berbunyi demikian-"obat mujarab menyelamatkan manusia dari kematian?" suaranya penuh mengandung nasihat serta anjuran sementara titik air mata tak dapat dikuasai lagi menetes keluar membasahi pipinya. Perkenalannya dengan Gak In Ling baru berlangsung tidak sampai satu tari, bahkan gadis ini pernah berhasrat untuk membunuh dirinya. Akan tetapi setelah mengetahui bahwa sianak muda itu hanya mampu hidup dikolong langit hanya setahun belaka, tak
133 dapat dibendung lagi air matanya jatuh berlinang membasahi pipinya. Hati kaum wanita... selamanya memang merupakan teka teki yang tak bisa diraba dan diselami oleh siapapun. Dalam hati Gak In Ling menghela napas sedih, tapi diluaran ia berlagak pilon dan seakan-akan tak pernah terjadi suatu apapun, ujarnya sambil tertawa. "Dikolong langit sudah tiada obat mujarab lagi yang bisa menyembuhkaa penyakit yang ku-derita, pangcu Kembalilah... Lembah Toan hun kok adalah sarang naga dan gua harimau...... tempat ini berbahaya sekali dan setiap saat jiwa kita akan terancam oleh maut, sedang engkau adalah seorang pemimpin persilatan yang mengatur semua rencana besar bagi kedamaian serta keamanan umat manusia, tindakanmu menempuh bahaya bukanlah suatu keputusan yang cerdik, karena itu aku harap engkau suka keluar dari lembah ini." Tiba-tiba Thian-hong pangcu angkat kepala nya yang telah basah oleh air mata, ujarnya. "Aku akan menyertai dirimu, agar engkau tidak berkelana seorang diri." "Benar, dan akupun akan turut serta pula" sambung pria bertato sambilan naga dengan cepat. Dalam pikiran orang ini, selamanya mungkin tak pernah kenal akan arti sedih atau murung, kendatipun menghadapi masalah yang bagaimana seriusnya ia tetap tenang dan bersikap wajar. Sementara itu Gak In Ling merasakan hatinya bergerak setelah mendengar ucapan-ucapan tersebut, ia tarik napas panjang dan alihkan sorot matanya kearah lain, ujarnya sambil tertawa hambar.
134 "Pangcu, jikalau engkau hendak memikirkan bagi kedamaian serta keselamatan seluruh umat persilatan, maka tidak sepantasnya kalau engkau selidiki lembah ini" "Mengapa aku harus memikirkan mereka?" jawab Thianhong pangcu dengan cepat. Gak In ling tertegun- "Lalu siapakah yang pangcu pikirkan?" ia bertanya "Tentu saja memikirkan dirimu " "Akupun memikirkan dirimu " gembor pria bertato sembilan saga dengan keras. Perlahan-lahan Thian-hong pangcu tundukkan kepalanya, mungkin gadis yang berwatak keras kepala ini benar-benar telah berubah. Secara tiba-tiba Gak In Ling merasakan pikirannya jadi kalut dan bingung sekali, dengan suara berat serunya. "Kalian memikirkan seseorang yang usianya tinggal setahun belaka, kalian terlalu goblok" Gelak tertawanya penuh mengandung nada ejekan, tetapi tak dapat menutupi rasa sedih dan pedihnya yang tak terhingga. "Tidak mungkin hanya setahun-.. tidak mungkin hanya setahun-" seru Thian-hong pangcu sambil menengadah keataS langit. Perkataan itu seakan-akan diucapkan bagi Gak In Ling, tapi seakan-akan juga sedang memperkuat kepercayaannya pada diri sendiri. Pada saat itulah tiba-tiba dari bukit mulut gua berkumandang datang gelak tertawa yang sangat keras dan memekakkan telinga. "Haa .... haa...., haa jangan dibilang setahun, mungkin hari inipun tak bisa dilewatkan dalam keadaan hidup,"
135 Bersamaan dengan menggemanya gelak tertawa, dari balik gua muncullah seorang kakek tua yang gemuk. cebol berambut putih, bermata cekung dan muka seram bagaikan setan. Begitu melihat kemunculan orang itu, dengan hati terkejut Thian-hong pangcu -segera berteriak keras. "Aah Hiat-mo-ong ?" Pada saat yang bersamaan di belakang tubuh mereka bertiga melayang turun tujuh orang manusia aneh yang rambutnya terurai sebahu, dengan cepatnya Gak In Ling bertiga dikepung ditengah kalangan- Siapapun tak menduga pada saat itu pula diatas puncak bukit sebelah depan tiba-tiba muncul pula empat orang dayang baju merah yang masing-masing membawa sebuah tanda pengenal. Suasana dalam kalangan seketika diliputi oleh ketegangan, setiap saat suatu pertarungan sengit bakal meledak. Suasana dalam lembah ketika itu benar-benar diliputi ketegangan, siapapUn di antara mereka tak ada yang mengetahui bahwa empat orang dayang baju merah telah muncul di puncak sebelah depan- Demikian halnya pula dengan orang-orang dari lembah Toan-hun-kok, tak seorangpun yang mengetahui akan kehadiran dayang-dayang tersebut sebab kemunculan Thianhong pangcu serta Gak In Ling yang sudah cukup merepotkan diri mereka sehingga tak sempat untuk memikirkan yang lain- Sejak kecil Gak In Ling berdiam didalam benteng oh-liongpoo, kecuali manusia aneh dari utara serta manusia sesat dari selatan tiada orang lain yang menemani dirinya, sebaliknya dua orang tokoh sakti itu karena terikat oleh sesuatu pembatasan membuat kedua orang itu kecuali melayani kebutuhannya tak dapat membicarakan masalah tentang dunia persilatan dengan majikan mudanya, oleh sebab itu
136 meskipun nama besar "Hiat-mo-ong" atau Raja- iblisberdarah ini amat tersohor serta ditakuti setiap orang, tetapi pemuda ini sama sekali tidak mengenali dirinya. Begitulah, sambil mengerdipkan sepasang matanya Gak In Ling berpaling kearah Thian-hong pangcu dan bertanya. "Pangcu, engkau kenal dengan orang ini ?" sikapnya wajar dan sedikitpun tidak menanjukan rasa jeri adapun takut. Perasaan hati Thian-hong pangcu yang bergolak oleh emosi perlahan-lahan jadi reda dan tenang kembali, mendengar pertanyaan itu dia segera mengangguk. "Sekarang musuh tangguh sedang berada di depan mata, maafkanlah aku tak dapat membicarakan tentang asal-usulnya dengan dirimu " habis berkata ia segera maju kedepan dan serunya, kembali dengan nada dingin. "Hiat-mo-ong, engkau masih ingat dengan sumpahmu dimasa lampau ?" Dengan suatu gerakan yang cepat ringan dan cekatan Hiatmo- ong melayang keluar dari guanya, tak nampak kekuatan yang dipergunakan tapi tubuhnya bagaikan kapas saja melayang di-angkasa, dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa tenaga dalam yang dimiliki kakek cebol itu luar biasa dahsyatnya. Dengan sorot mata yang tajam Hiat-mo-ong menatap wajah Thian-hong pangcu tanpa berkedip. lama sekali ia baru menjawab. "Aku tidak goblok, tidak bodoh tentu saja masih ingat denganjelas sekali " "Hee... .. hee hee kalau memang begitu, mengapa kau tinggalkan Khong ciang ?" Hiat-mo-ong menengadah dan tertawa seram.
137 "Haa.... haa. ... haa cian-jiat-ji-siu sepasang kakek CaCad sudah banyak tahun mengundurkan diri dari dunia persilatan, mati hidupnya tidak ketahuan, sampai sekarangpun tak tahu dimanakah batang hidung mereka, kenapa aku tak boleh munculkan diri dalam dunia persilatan ? Kedatanganku pada saat inipun sudah merasa agak menyesal karena terlambat beberapa tahun lamanya." "Hae hee .... hee .... sekalipun dua kakek CaCad sudah tak ada, tetapi didaratan Tionggoan pada saat ini toh masih ada aku" sahut Thian-hong pangcu dengan sorot mata mengandung napsu membunuh. Hiat-mo-ong tertawa menghina. "Sebelum aku masuk ke daratan Tionggoan memang sudah kudengar kalau daratan Tionggoan pada saat ini telah menjadi jajahan dari dua orang gadis aneh, akan tetapi..." "Akan tetapi kenapa ?" Hiat mo-ong menyapu sekejap sekeliling tempat itu, lalu sambil tertawa jawabnya. "Aku berani datang kemari, seharusnya kau pun bisa memahami apa maksud dari perkataanku yang belum habis diucapkan itu." Napsu membunuh seketika menyelimuti seluruh wajah Thian-hong pangcu, katanya dengan dingin. "Kalau memang begitu cobalah sendiri, apakah aku punya kemampuan untnk melenyapkan dirimu atau tidak..." Tubuhnya segera menerjang maju kedepan, telapak tangannya diangkat dan siap melancarkan serangan- Tapi sebelum ia sempat melancarkan pukulannya, Gak In Ling telah berseru dengan lantang. "Huuh Engkau Hiat- mo-ong paling banter hanya seorang jagoan kelas dua atau tiga didalam dunia persilatan, berani
138 benar adu kekuatan dengan pangcu kami, andaikata majikanmu datang sendiri, nah mungkin saja pangcu kami baru terpaksa harus turun tangan sendiri." Bicara sampai disitu ia loncat kehadapan Thian-hong pangcu, dan ujarnya dengan nada serius. "Pangcu, ijinkanlah tecu untuk menghadapi manusia kurcaci ini." Tindakan yang dilakukan Gak In Ling ini secara tiba-tiba membingungkan hati Hiat-mo-ong, dengan mata terbelalak lebar-lebar ia memandang kearah sianak muda itu tanpa berkedip. sedang dalam hati pikirnya dengan keheranan. "Kalau ditinjau dari ribut-ribut yang baru saja berlangsung diantara mereka berdua, jelas menunjukkan bahwa kedua orang itu berada pada posisi yang saling bermusuhan, kenapa sekarang bajingan itu menyebut dirinya sebagai anak murid perkumpulan Thian-hong-pang ? Sungguh aneh sekali." Bagaimanapun rasa curiga dan sangsi yang berkecamuk didalam benak Hiat-mo-ong, ia tidak bisa tidak. harus mempercayai karena orang kang ouw tak ada yang sudi menurunkan derajat sendiri dihadapan orang lain, apalagi menuruti perintah orang lain, sudah tentu manusia seperti Gak In Ling yaag memiliki ilmu silat amat lihay, tak akan bersedia mengaku jadi anak buah perkumpulan orang... Pria bertato sembilan naga, adalah seorang pria kasar yang berpikiran polos, kalau Hiat-mo-ong yang tersohor karena kelicikan serta kepintarannya itupun untuk beberapa saat tak dapat menebak keadaan yang sebenarnya, bisa dibayangkan darimana pria ini dapat berpikir sejauh ini ? Tanpa terasa ia segera bergumam seorang diri "oh, rupanya bocah itu diurusi oleh perempuan tersebut. Huh sungguh tak becus "
139 Tanpa terasa sepasang matanya dialihkan ke Thian-hong pangcu. Sementara itu dara cantik baju putih itu sedang berdiri dengan muka tercengang dan tidak habis mengerti, hal itu semakin membingungkan hati pria bertato sembilan naga, pikirnya lebih jauh. "Aneh benar kalau dilihat tampang gadis itu, rupanya dia sendiripun tak tahu sedari kapan dia mempunyai seorang auggauta macam pemuda itu, makinya.. sebenarnya apa yang sudah terjadi" Sedikitpun tidak salah, Thian-hong pangcu memang dibikin kebingungan dan tak habis mengerti oleh tindakan Gak In Ling yang secara tiba-tiba itu, sambil menatap wajah pemuda itu tanpa terasa ia berseru. "Gak ln Ling..." "Pangcu, engkau harus menjaga diri baik-baik demi kesejahteraanmu serta keamanan didalam dunia persilatan-" tukas pemuda she Gak dengan cepat. "Terhadap manusia kelas dua dan tiga macam mereka buat apa mesti turun tangan sendiri? Andaikata dalam pertarungan nanti tecu tak untung dan menderita kalah, barulah pangcu turun tangan sendiri." Pada dasarnya Thian-hong pangcu adalah seorang manusia yang cerdik, dalam menghadapi persoalan apapun biasanya ia dapat menebak secara jitu, justru pada saat ini pikirannya sedang kalut dan tidak tenang, ia tak dapat menangkap maksud yang sebenarnya dari pemuda itu, pikirnya didalam hati. "oh, mungkin Gak In Ling ada permintaan yang hendak diajukan kepadaku, maka menggunakan kesempatan ini sengaja ia cari hati dihadapanku." Berpikir sampai disini ia termenung lagi be berapa saat lamanya, kemudian berpikir lebih jauh.
140 "Tapi hal ini tidak mungkin, hal ini tidak mungkin dengan wataknya yang angkuh tidak mungkin dia adalah manusia seperti itu, lalu apa sebabnya ia berbuat begitu ?" Di pihak lain Hiat-mo-ong merasa hawa amarahnya berkobar didalam dada setelah berulang kali dimaki Gak In Ling sebagai manusia kelas dua atau kelas tiga didalam dunia persilatan, dengan gemas dan penuh perasaan dendam ia menghardik. "Bocah keparat yang masih belum hilang bau teteknya, kalau aku adalah jago kelas dua atau kelas tiga dalam dunia kangouw, lalu kau adalah jago kelas berapa ?" "Hee hee hee.... apakah aku telah salah berbicara ?" ejek Gak ln Ling dengan nada seram. "Hmm, apa engkau anggap benar ?" "Huh Didalam lembah Toaa-hun-kok ini sudah ada puluhan orang yang menemui ajalnya ditanganku, aku rasa semua tingkah laku serta perbuatan mereka adalah mendapat perintah darimu, sedang engkau sendiri bukankah sedang menjalankan perintah dari majikanmu?" Walaupun ucapan itu merupakan suatu dugaan belaka, tapi nada ucapannya begitu pasti dan meyakinkan- Hiat-mo-ong licik dan banyak akal, namun ia tak dapat menebak apakah Gak In Ling benar-benar mengetahui latar belakangnya atau tidak. kendatipun begitu, ia sudah mempertingkat kewaspadaannya. "Bajingan ini tak dapat dibiarkan hidup di kolong langit, aku harus lenyapkan dirinya secepat mungkin " teriaknya kemudian- Dari sikap keragu-raguan yang diperlihatkan Hiat- mo-ong serta lama sekali tidak menjawab. Gak In Ling mengetahui bahwa apa yang diduganya semula sedikitpun tidak salah, ia segera tertawa dingin dan serunya.
141 "Apakah engkau menginginkan penjelasan yang lebih terang lagi dari diriku?" "Penjelasan apa ?" "Apa yang kusaksikan didalam gedung keluarga Gak. tidak lain adalah hasil siasat licik dari majikanmu, bukankah begitu ?" jengek sang pemuda sambil tertawa dingin. Airmuka Hiatmo- ong berubah hebat, bentaknya. "Keparat yang tak tahu diri, ucapanmu ngawur dan seenaknya saja. Hm Rupanya kau sudah bosan hidup " Dengan menggunakan jurus "Mo-ciang-peng san" atau telapak iblis meratakan bukit, ia mengirim satu pukulan dahsyat kearah dada Gak In Ling. Desiran angin tajam yang disertai ledakan guntur menggeletar diang kas a, begitu hebatnya serangan itu hingga mengejutkan hati orang. Sejak permulaan tadi Gak In Ling sudah tahu kalau tenaga dalam yang dimiliki Hiat- mo-ong jauh diatas kepandaian Go To Peng, Go To Ki serta Buddha Antik, hawa murninya diamdiam telah dihimpun kedalam telapak dan setiap saat dapat melancarkan serangan balasan. Begitu menyaksikan serangan dari Hiat- mo ong telah meluncur datang, Gak In Ling tidak berani berayal, buru-buru bentaknya keras. "Bagus sekali datangnya serangan itu " Dengan jurus "Kua-hay-peng-mo" atau melewati samudra melenyapkan iblis, laksana kilat tubuhnya bergeser delapan depa kesamping, sepasang telapaknya diiringi desiran angin yang kencang menghajar iga kiri Hiat-mo-ong, kecepatannya menghadapi perubahan amat cepat dan ancamannya ganas sekali, seakan-akan dia sudah tahu disitulah letak titik kelemahan dari jurus serangan yang akau dilancarkan musuhnya.
142 Hiat-mo-ong mimpipun tak pernah menyangka Gak In Ling dengan usianya yang masih begitu muda ternyata memiliki kekuatan tenaga dalam yang sama sekali diluar dugaan, sejak dilihatnya sianak muda itu geserkan badannya ketika menyambut datangnya serangan, ia sudah tahu bahwa gelagat tidak menguntungkan bagi dirinya. oleh sebab itu, jurus telapak iblis meratakan bukit hanya digunakan sampai setengah jalan lalu ditarik kembali, dari menyerang ia mengubah posisinya jadi bertahan, dengan sepasang telapaknya ia sambut datangnya serangan dari Gak In Ling yang mengancam iga kirinya. Dalam anggapan Hiat-mo-ong, kendatipun Gak In Ling memiliki perubahan jurus yang cepat dan kepandaiannya yang tinggi, namun dengan usianya yang masih muda tentu tenaga dalam yang dimiliki tidak akan begitu sempurna, maka sepasang telapaknya segera didorong kedepan untuk menyambut datangnya ancaman itu dengan keras lawan keras. Siapa sangka kejadian diluar dugaan, dengan sikap yang wajar sianak muda itu ayunkan telapak tangannya^ "Blaaam" dengan cepat sepasang telapak saling membentur satu sama lainnya hingga menimbulkan suara ledakan keras yang menggeletar diudara, pasir dan debu beterbangan memenuhi angkasa keadaan benar-benar mengerikan sekali. Dengan sempoyongan Hiat- mo-ong tergetar mundur tiga langkah kebelakang, dadanya terasa jadi sesak dan sepasang lengannya jadi linu dan kaku, hatinya terasa amat terkesiap. Dengan pandangan kaget bercampur ngeri ia menyapu sekejap kearah Gak In Ling, sementara tubuhnya berdiri menjublek ditempat semula, ia tak mengira kalau musuhnya begitu kuat dan hebatnya.
143 "Mungkinkah itu ?" pikir Hiat-mo ong dengan hati tercekat^ "Mungkinkah dikolong langit benar-benar terdapat kejadian yang aneh seperti ini ?" Dia ingin menyeka matanya dengan tangan agar apa yang terlihat bisa lebih jelas, tapi sepasang tangannya terasa linu dan kaku, begitu sakit sampai tak kuat diangkat lagi. Thianhong pangcu sendiripun merasa amat terkesiap. pikirnya. "Sebenarnya sampai dimana sih kesempurnaan tenaga dalam yang dia miliki ? Air pasang, perahupun bertambah tinggi, belum pernah aku lihat dia menderita kalah." Sebaliknya pria bertato sembilan naga segera bertepuk tangan bersorak-sorai karena kegirangan, teriaknya. "Waduuuh bocah, kamu memang hebat, kamu memang hebat " Teriakan keras dari pria bertato sembilan naga segera mengejutkan hati IHiat-mo-ong yang pada waktu itu masih berdiri menjublek dengan mata terbelalak mulut melongo, tampak biji matanya berputar lalu membentak keras. "Ini hari lembah Toan-hun-kok akan menjadi tempat kubur bagi kalian semua, serbu " Begitu perintah diturunkan, tujuh orang manusia aneh berambut panjang yang berdiri dibelakang Thian-hong pangcu tanpa mengeluarkan sedikit suarapun segera menerjang maju kedepan, dengan gencar dan hebatnya mereka serang dara cantik bajuputih itu serta pria bertato sembilan naga. jangan dilihat pria bertato sembilan magaadalah seorang kasar yang berhati polos, yang sebenarnya dia adalah seorang jago dari kalangan lurus yang amat benci terhadap segala macam kejahatan, ketika dilihatnya ketujuh orang manusia aneh itu menerjang ke depan, toyabajanya segera diputar lalu sambil membentak keras ia menyongsong datangnya ancaman tersebut.
144 Thian-hong pangcu sudah bikin persiapan, meskipun gerakan tubuhnya sedikit lebih lambat daripada pria bertato sembilan naga, akan tetapi serangan yang dilancarkan olehnya telah mengenai sasarannya lebih dahulu. Dalam waktu singkat sembilan orang jago lihay itu sudah bertarung jadi satu, bayangan manusia berkelebat silih berganti, angin puyuh menderu- deru mengelilingi daerah seluas beberapa tombak. pasir dan batu beterbangan diangkasa membuat siapapun yang berada disitu merasakan napasnya jadi sesak. Agaknya ketujuh orang manusia aneh berambut panjang itu memiliki serangkaian ilmu silat yang sangat lihay, meskipun tenaga dalam yang dimiliki Thian-hong pangcu serta pria bertato sembilan naga jarang ditemui tandingannya dikolong langit, tetapi setelah bertemu dengan tujuh orang musuh tangguh, seketika itu juga mereka rasakan agak ngotot dan tertekan hebat. Dipihak lain rupanya sebelum melakukan penyerangan, ketujuh orang manusia aneh itu sudah kompromi lebih dulu, begitu melancarkan serangan enam orang diantaranya segera mengerubuti Thian-hong pangcu seorang, sedangkan hanya ada seorang jago yang menghadapi pria bertato sembilan naga, hal ini membuat dara cantik baju putih itu tak mampu menerjang keluar dari kepungan- Dengan pandangan yang menyeramkan IHiat-mo-ong memandang sekejap kearah Gak In Ling, kemudian katanya. "Hmm.... tidak sampai berapa jurus lagi, pangcumu itu akan menemui ajalnya ditempat ini." "Huuh Hanya mengandalkan beberapa orang setan kerbau malaikat ular semacam itu ?" Jengek Gak In ling sambil tertawa dingin, rasa kuatirnya dengan cepat ditekan kedalam dada.
145 Mendengar perkataan itu Hiat-mo-ong segera angkat kepala menyapu sekejap kearah tujuh orang anak buahnya yang sedang bertarung sengit ditengah gelanggang, tampaklah olehnya meskipun mereka menerjang musuhnya dengan gagah perkasa dan tidak memperdulikan keselamatan diri sendiri, akan tetapi sama sekali tidak terlihat tanda-tanda untuk merebut kemenangan, bahkan ada kalanya malahan terdesak hebat sehingga kacau-balau tak keruan, hal ini segera mengejutkan hatinya. "Oooh Sungguh tak nyana Thian-hong pangcu yang tidak lebih hanya seorang gadis muda lemah ternyata memiliki kepandaian silat yang begitu tinggi dan hebat." ia berpikir didalam hati, "kalau dia saja begitu lihay, apalagi perempuan yang bernama Gadis suci dari nirwana, entah bagaimana dahsyatnya." Berpikir sampai disini, tiba-tiba ia bersuit panjang. Gak In Ling terperanjat ketika mendengar suara suitan panjang itu, baru saja ia hendak buka suara, tiba-tiba dari balik gua muncul kembali enam orang manusia aneh yang punya dandanan persis seperti tujuh orang manusia aneh pertama tadi. Berhubung gua-gua itu sebagian besar tersembunyi di balik batu cadas yang besar, maka bila tidak ada orang yang muncul disana, siapapun tak akan menduga kalau ditempat itu terdapat sebuah gua. Begitu munculkan diri, tanpa berpikir panjang keenam orang manusia aneh itu segera menerjang kearah Thian-hong pangcu, seakan-akan sebelum kejadian Hiat-mo-ong telah memberi petunjuk kepada mereka tujuan yang mesti diserang. Menyaksikan peristiwa itu Gak in Ling merasa amat terperanjat, ia tahu segenap prajurit dan panglima yang ada didalam lembah Toan-hun-kok, sebagian besar merupakan jago-jago lihay yang berkepandaian tinggi.
146 Jikalau satu lawan enam, pemuda itu masih yakin Thianhong pangcu mampu untuk menghadapinya. Sekalipun tidak berhasil merebut kemenangan, sedikit banyak tidak sampai dikalahkan- Tapi sekarang dara cantik itu sekaligus harus menghadapi duabelas orang musuh, ia tak bisa bayangkan apa yang bakal terjadi. Rupanya Hiat-mo-ong sudah melihat akan ketidaktenangan pemuda lawannya, sambil tertawa dingin ia segera mengejek. "Gak In Ling, hendak kulihat apa yang hendak kau lakukan untuk mengatasi situasi seperti ini ?" Baru saja perkataan itu diselesaikan, tiba-tiba dari atas tebing berkumandang datang suara bentakan nyaring. "Hm Main kerubut dan andalkan jumlah banyak apakah kalian hendak merusak peraturan dunia persilatan ?" Bersamaan dengan selesainya perkataan tadi, dua kali jeritan ngeri menggema memecahkan kesunyian, dua orang diantara enam orang manusia aneh yang hendak menerjang kearah Thian-hong pangcu telah roboh terkapar diatas tanah, disusul dalam lembah tersebut muncullah empat orang dayang cilik baju merah yang membawa tanda perintah ditangannya, diantara mereka berdirilah seorang dara berbaju merah bergaun merah dan berkerudung kain merah. Pria bertato sembilan naga serta Thian-hong pangcu yang sedang bertarung masih belum merasakan apa-apa, sebaliknya Gak In Ling serta Hiat-mo-ong diam-diam merasa tertegun dan kaget, karena kedatangan orang-orang itu sangat cepat dan ganas sekali sehingga sukar membuat orang untuk mempercayainya. Gak ln Ling berpaling memandang sekejap kearah orangorang itu, kemudian satu ingatan berkelebat dalam benaknya, ia berpikir.
147 "Aaah..... kemungkinan besar gadis suci dari nirwana telah tiba, tidak aneh kalau kelihayan nya luar biasa." Berpikir sampai disitu, sambil tertawa dingin segera ujarnya. "Menurut penilaianku, pada hari ini lembah Tan-hui-kok akan mengalami kehancuran total dan mungkin sejak detik ini akan terhapus dari dunia persilatan-" Dalampada itu gadis berkerudung merah itu sudah ikut terjun kedalam gelanggang pertarungan, tampaklah telapak tangannya beterbangan klan kemari dengan kecepatan bagaikan kilat, kelihayannya sama sekali tidak berada dibawah kepandaian Thian-hong pangcu. Dalam waktu singkat situasi dalam gelanggang pun mengalami perubahan besar, setelah hati nya merasa lega Gak In Ling pun melangkah maju kedepan, sambil mengawasi wajah Hiat- mo-ong, serunya. "Hiat- mo-ong, sekarang tibalah giliranmu untuk berangkat menghadap raja akhirat." Hiat-mo ong tidak mengucapkan sepatah katapun, sinar matanya yaag tajam dengan cepat menyapu sekejap sekeliling tempat itu, otaknya berputar kencang untuk mencarijalan keluar bagi kesulitan yang dihadapinya. Tetapi sebelum ingatan apapun berhasil ia dapatkan, Gak In Ling telah mengangkat sepasang telapaknya sambil membentak nyaring. "Hiat- mo-ong Apakah engkau kenal dengan telapakku ini ?" Hiat-mo-ong angkat kepala, tapi setelah sorot matanya terbentur dengan telapak lawan, dengan ketakutan dia mundur dua langkah kebelakang, serunya tertahan-"Aaah telapak maut " napsu membunuh menyelimuti seluruh wajah Gak In Ling, sambil tertawa dingin ujarnya. "Engkau meracuni umat
148 persilatan didaratan Tionggoan, hutang darah harus dibayar dengan darah, ini hari aku orang she Gak adalah utusan pencabut nyawa yang khusus datang kemari untuk membetot nyawa anjingmu. Nah, serahkanlah jiwamu " Selangkah demi selangkah ia maju mendekati Hiat-mo-ong. Tercekat hati iblis tua itu menyaksikan kegagahan serta kesadisan yang diperlihatkan oleh Gak In Ling, tanpa sadar ia mundur beberapa langkah. Dipihak lain jeritan-jeritan ngeri berkumandang saling susul menyusul, jelas ada beberapa orang yang telah menemui ajalnya. Mendadak Gak In Ling membentak keras, dengan jurus hujan darah angin amis ia menerjang kearah Hiat-mo-ong, tampaklah cahaya darah tersebar memenuhi angkasa, begitu hebatnya serangan itu sehingga menggetarkan hati semua orang. Begitu menyaksikan pihak lawan mengeluarkan pukulan mautnya, semangat tempur dari Hiat mo-ong seketika lenyap tak berbekas, dalam keadaan begini tentu saja ia tak berani melancarkan serangan balasan- Tanpa memperdulikau tindakannya memalukan atau tidak. dengan gerakan keledai malas bergulingan ia menggulingkan tubuhnya diatas tanah dan menghindar sampai tiga- empat tombak jauh-nya dari tempat semula, kemudian meloncat bangun dan ditengah suitan nyaring tanpa berpikir lagi ia kabur masuk ke dalam gua. Begitu mendengar suara suitan tersebut, manusia manusia aneh lainnyapun jadi gugup, mereka kabur terbirit-birit dan lari tunggang langgang dalam sekejap mata jeritan ngeri menggema silih berganti, ada empat orang manusia aneh yang roboh dalam keadaan binasa, sedang sisanya cepatcepat lari masuk kedalam gua untuk menyelamatkan diri.
149 Terhadap kesemuanya itu, seolah-olah Gak In Ling sama sekali tidak merasakan, dengan termangu- mangu dia memandang kearah mulut gua dimana Hiat-mo-ong melenyapkan diri. gugamnya seorang diri. "Tenaga dalam yang kumiliki telah turun kejurang kehancuran-.. Oooh, Thian Mengapa engkau bersikap begitu tak adil terhadap keluarga Gak kami ?" Alis matanya yang panjang mengerdip beberapa kali, air mata tanpa terasa menetes keluar membasahi wajahnya yang tampan- Sekalipun dihadapan orang ia tunjukkan sikapnya yang kukuh dan keras kepala, sekali pun dihadapan orang ia memandang hambar tentang keselamatan jiwanya, tapi bagaimana juga dia tetap adalah seorang manusia, bahkan seorang pemuda yang lemah lembut. Setelah teringat bahwa usianya sangat terbatas sedangkan pekerjaan besar yang harus diselesaikan belum berhasil dipenuhi timbullah rasa sedih dalam hatinya. ---ooo0dw0ooo--- Jilid 5 Di KOLONG langit masih ada suratan apa lagi yang jauh lebih menyedihkan daripada kematian dirinya sendiri ? Pada waktu itulah, tiba-tiba ia mendengar pria bertato sembilan naga sedang berteriak keras. "Eeei Eeei Bukankah engkau si-perempuan berkerudung telah membantu dirinya? Mengapa sekarang malahan bertengkar dengan dirinya ?" Gak In Ling merasa hatinya agak bergerak setelah mendengar perkataan itu, buru-buru ia menyeka airmata yang
150 membasahi wajahnya, lalu putar badan dan menghampiri Thian-hong pangcu serta perempuan berkerudung merah itu. Terdengar gadis baja merah itu sedang berkata dengan suara yang amat dingin. "Anak murid perkumpulanmu sering kali melewati batas wilayah dan mencelakai jiwa anak murid kami, sekarang malah engkau menuduh diriku...... hmm, aku benar-benar tak bisa mengerti bagaimana caranya engkau sebagai seorang ketua mendidik serta menguasai anak buah..." Thian-hong pangcu segera tertawa dingin. "Apakah engkau memaksa aku untuk mengambil beberapa contoh yang bisa dijadikan sebagai bukti ?" serunya. "Tentu saja aku harus mencari bukti yang nyata " "Eei, eeh nanti dulu, jangan ribut dulu " sela Gak In Ling berusaha melerai. "Kemungkinan besar diantara kalian memang sudah terjadi suatu kesalah pahaman." Gadis berkerudung merah itu sama sekali tidak melirik kearah Gak In Ling barang sekejap pun, hardiknya dingin: "Siapa engkau ? Berani benar banyak ngebacot ditempat ini ?" Pria bertato sembilan naga amat menghormati Gak In Ling, ketika didengarnya gadis berkerudung merah itu bicara kasar dan kurang ajar terhadap pemuda itu, sepasang matanya kontan melotot besar, sambil mencekal toya besinya dia siap menerjang maju kedepan. Dengan cepat Gak In Ling menarik tangannya, ia menjawab dengan nada hambar: "Aku sih cuma seorang manusia tak bernama dalam dunia persilatan, seorang gelandangan yang tak punya tempat tinggal." "IHmm, tapi menurut penilaianku, semestinya engkau adalah anak murid dari perkumpulan thian- hong-pang . "
151 Thian-hong pangcu tertawa dingin. "Dalam perkumpulan kami tidak terdapat seorang manusia macam dia." sahutnya. Mendengar ucapan itu gadis berkerudung merah jadi tertegun, kemudian tertawa sinis. " Huuh Engkau sebagai anak murid perkumpulan thianhong- pang, tapi orang lain tidak mengakui dirimu sebagai anak buahnya, belum pernah kujumpai manusia yang tak tahu malu seperti dirimu itu." Ucapan ini tajam dan sinisnya bukan kepalang, siapapun tak akan tahan mendengar sindiran seperti ini. Pria bertato sembilan naga tak dapat menahan diri lagi, sambil meraung keras, gembornya. "Kau ini macam apa? Maknya. ...dianggap nya kepandaian silat yang kau milikijauh lebih lihay dari pada dirinya ?" "Saudara, harap tutup mulut" cegah Gak In Ling dengan cepat, sorot matanya segera dialihkan kearah gadis baju merah itu, kemudian menambahkan lebih jauh. "Mungkin saja aku adalah seorang manusia yang paling tak tahu malu dikolong langit, tapi setiap patah kata yang kuucapkan adalah kata-kata yang sejujurnya. Pangcu maupun Lengcu sama-sama merupakan dua kekuatan besar didalam dunia penilaian, asal kalian berdua dapat bergandengan tangan dan bekerja sama, rasanya tidak terlalu sukar untuk menyelidiki duduk perkara yang sebenarnya, sekarang aku mempunyai seratus persen keyakinan yang bisa membuktikanbahwa anak buah kalian berdua bukanlah mati di pihak kalian sendiri, cuma sayang buktinya kurang cukup hingga sukar untuk membuat kalian percaya, tapi aku tetap berharap agar kalian berdua suka menyelidiki masalah ini secara bijaksana dan otak dingin." Gadis berkerudung merah itu mendengus dingin. "Hm Siapakah namamu, cepat katakan"
152 Hawa gusar terlintas diwajah Gak In Ling, akan tetapi ia tetap bersabar diri. "Aku bernama Gak In Ling "jawabnya. "Oooh, jadi engkau yang bernama Gak in Ling?" seru gadis berkerudung merah itn dengan wajah tertegun. Sorot matanya tanpa terasa menyapu wajah pemuda itu tajam-tajam, kembali pikirnya : "Hai... tampan juga wajahnya...." "Lengcu, bukankah engkau sedang mencari diriku?" ujar pemuda itu lagi dengan suara hambar. "Hm, rupanya engkau sedikit tahu diri...." sambil berkata gadis itu alihkan sorot matanya kearah lain- "Lengcu, kalau engkau hendak membinasakan diriku, maka alangkah baiknya kalau mengijinkan aku untuk menerjang masuk kedalam lembah Toan-hua-kok ini dan mati didalam gua." Gadis berkerudung merah itu tertawa dingin "^ Hm, engkau tak usah banyak bicara, dibawah panjiku manusia semacam- engkau tidak digunakan untuk melakukan pertarungan pertama, aku lihat lebih baik engkau bunuh diri saja" Diatas wajah Gak In Ling terlintas napsu membunuh yang amat tebal, jangan dikata wataknya memang tinggi hati dan sombong, sekalipun terbuat dari tanah liatpun mungkin akan terbakar juga oleh hawa amarah yang berkobar. Gak In Ling tak pernah menyangka maksud baiknya untuk memikirkan keselamatan dunia persilatan ditukar dengan sindiran tajam yang begitu sinis sehingga membuat ia tak bisa menahan diri lagi. Dengan cepat Gak In Ling putar badannya, lalu berkata dengan nada yang seram. "Hm, tak kusangka Lengcu nirwana adalah seorang manusia yang bodoh dan tak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jelek. tak sepantasnya kalau aku orang
153 she Gak mempercayai berita dalam dunia persilatan dengan begitu saja." Gadis berkerudung merah mengerutkan alisnya dan maju tiga langkah kedepan, hardiknya dengan ketus: "Kurang ajar.... engkau berani menghina Lengcu kami ?" "ooh, jadi eagkau bukan lengcu itu sendiri?" seru Gak In Ling tertegun. "Lengcu kami bukan seorang manusia biasa, h mm Manusia kurcaci macam engkau tidak nanti berhak untuk menjumpainya " Gak In Ling benar-benar sudah naik pitam, sorot matanya membara dan ia membentak dengan keras. "Mungkin aku orang she Gak sudah mengalah terlalu lama terhadap dirimu. sehingga kau anggap diriku jeri terhadapmu." "Aku tahu selama ini engkau mengalah terus karena engkau takut mati." sela gadis berkerudung merah itu sebelum sang pemuda sempat menyelesaikan kata-katanya. "Haa ha... haa... meskipun aku Gak In Ling bukan seorang enghiong hohan, tapi soal mati hidup sudah tak pernah kupikirkan lagi didalam hatiku, kalau engkau memang berhasrat untuk membinasakan orang she Gak ditanganmu, ayo sekarang juga silahkan turun tangan " "Bagus, bagus sekali seorang enghiong ho-han memang tak boleh tunduk terhadap kaum wanita." teriak pria bertato sembilan naga didalam hati kecilnya. "IHm apakah engkau hendak melakukan pergulatan bagaikan binatang yang terjebak?" Kembali perempuan berkerudung merah itu mengejek sambil tertawa dingin.
154 Pada saat ini perasaan antipati sudah muncul dalam hati Gak In Ling terhadap anak buah dari Yau Ti lengcu itu, ia merasa muak dan sebal, maka dengan ketus katanya: "Engkau tak usah sombong dan tekebur, belum tentu engkau mampu untuk mempertahankan diri sebanyak sepuluh jurus diujung telapakku." "Apa ?" jerit perempuan berkerudung merah. Perkataan ini memang tak masuk diakal dan sukar untuk bikin gadis itu untuk mempercayainya, sekalipun thian- hong pangcu yang berada di sisinya pun diam-diam berpikir. "Gak In Ling, engkau terlalu congkak dan omong besar." Dengan wajah yang mengerikan dan suara yang tenang Gak in Ling berkata kembali: "Aku bilang, tidak sampai sepuluh jurus aku orang she Gak dapat memaksa dirimu untuk terkapar diatas tanah dan menemui ajalmu dalam lembah Toan-hun-kok ini." Perempuan berkerudung merah adalah seorang gadis yang sombong dan tinggi hati, dihina dan diejek oleh musuhnya dengan kata-kata yang begitu menghina apalagi berada dihadapan thian- hong pangcu, tentu saja membuat hatinya jadi panas sekali, dengan mata melotot dan memancarkan sinar kebengisan ia membentak: "Bangsat, kalau hanya bicara melulu tidak ada gunanya, lihat seranganku ini " dengan jurus "Han yo-sui" atau bebek kedingingan bermain diair, ia terjang tubuh sianak muda itu. Walaupun perempuan ini bukan lengcu nirwana. Tetapi dari tanda perintah yang dibawanya serta dikawal oleh empat orang dayang cantik, bisa ditarik kesimpulan bahwa kedudukannya amat tinggi, dan dengan sendirinya ilmu silat yang dimilikinya lihay sekali.
155 Setelah serangan dilancarkan, angin pukulan menderuderu dan desiran tajam memanjang bagaikan bianglala, telapaknya berputar silih berganti sementara badannya bagaikan burung walet melayang kesana- kemiri dengan gesitnya. Begitu lincah dan enteng, badannya sehingga menyilaukan mata. Melihat serangan musuh, Gak In Ling merasakan hatinya tercekat, pikirnya didalam hati. "Dibawah panji-panji nirwana, rupanya tak ada manusia yang lemah, tidak aneh kalau kata katanya begitu sombong dan takabur " Ingatan tersebut berkelebat dalam benaknya hanya dalam waktu singkat, pemuda itu tidak berani bertindak gegabah, buru-buru dengan gerakan tukar jubah ganti posisi, dia loncat mundur sejauh beberapa tombak dari tempat semula. Dalam anggapan perempuan berkerudung merah itu Gak In Ling pasti tak akan berhasil lolos dari cengkeramannya, atau paling sedikit walaupun nyaris dapat melepaskan diri dari ter jangan kilatnya, keadaan pemuda itu tentu gelagapan dan mengenaskan sekali. Siapa tahu dugaannya meleset sama sekali, bukan saja Gak In Ling dapat melepaskan diri dari terjangan kilatnya bahkan semua gerakan dilakukan dengan enteng dan leluasa sekali, tanpa terasa lagi ia menjerit tertahan- Buru- buru jurus yang pertama dibuyarkan dan berganti dengan gerakan yang lain, baru saja sepasang kaki Gak In Ling menempel permukaan tanah, ia telah menerjang kembali kedepan sambil secara beruntun melancarkan tujuh buah serangan berantai. Serangannya tajam dan ganas sekali, dimana angin pukulan dan bayangan jarinya dituju kejalan darah kematian di sekujur badan lawannya.
156 Dibawah serangan yang begitu gencar, Gak In Ling dengan gerakan yang enteng dan lincah tetap menerobos lewat diantara sambaran-sambaran lawan, meskipun tubuhnya tidak sampai terkena tapi seakan-akan ia telah kehilangan daya untuk membalas. Empat oraag dayang baju merah yang menyaksikan jalannya pertempuran itu dari sisi kalangan, sama-sama berdiri dengan mata terbelalak dan mulut melongo, diatas wajahnya jelas menampilkan rasa kasihan, simpatik, kaget dan tak tenang, rupanya tanpa sadar mereka sedang menguatirkan keselamatan pemuda tampan itu. Pria bertato sembilan naga paling gelisah dan cemas, diantara beberapa orang itu, terdengar ia bergumam seorang diri. "Ayo, bocah tambah tenaga bagus, pukul terus, hajar saja dia sampai mampus " Keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya, entah berapa banyak kekuatan tubuhnya yang terbuang oleh teriakan-teriakannya itu. Ketegangan dan mara bahaya mencekam seluruh kalangan membuat suasana jadi sesak, dalam waktu singkat pertarungan sudah berlangsung sebanyak tujuh jurus, akan tetapi selama ini Gak In Ling tidak pernah melancarkan serangan balasan- Gadis berkerudung merah itn segera melancarkan serangan yang kedelapan, sambil tertawa dingin ia berseru. "Gak In Ling, tahukah engkau ini jurus yang keberapa ?" "jurus kedelapan-" jawab Gak In Ling sambil menghindar kesamping kanan dari gadis itu. "Nona, kita toh tak pernah terikat oleh dendam sakit hati apapun juga, demi kesejahteraan dunia persilatan, aku..."
157 "Tak usah banyak bicara lagi." bentak perempuan berkerudung merah. "Kalau engkau tidak mati, aku takakan berhenti menyerang" cahaya membunuh memancar keluar dari balik mata Gak In Ling, dalam waktu yang amat singkat alisnya telah berkerut dan ia telah mengambil suatu keputusan yang menakutkan, baru saja perempuan itu menyelesaikan jurus yang kedelapan, siap melancarkan jurus yang kesembilan, tiba-tiba sia nak muda itu membentak nyaring. "Hm, rupanya kau sudah bosan hidup, dan ingin mencari jalan kematian bagi diri sendiri" cahaya merah memancar keseluruh angkasa muncullah bayangan telapak yang tak terhitung jumlahnya menyelimuti seluruh tubuh perempuan berkerudung merah itu. Begitu menyaksikan cahaya merah memancar keempat penjuru, hati perempuan berkerudung merah itu tercekat oleh rasa ngeri, dengan kagetnya dia menjerit. "Ah Telapak maut" Laksana kilat tubuhnya melayang kesamping dengan menggunakan gerakan yang paling diandalkan oleh Ya u Ti lengcu yakni gerakan "Sian-cu Leng-in" atau bidadari jalan diatas awan, ia loncat sejauh tiga tonbak dari tempat semula. Dalam perkiraan perempuan berkerudung merah itu, dengan gerakan tubuhnya yang begitu cepat dia pasti akan berhasil melepaskan diri dari lingkaran pengaruh cahaya merah yang dipancarkan dari telapak maut sianak muda itu, siapa tahu gerakan tubuh Gak In Ling jauh lebih cepat daripada dirinya, belum sempat sepasang kaki perempuan berkerudung merah itu menyentuh tanah, tiba-tiba dari atas kepalanya sudah terdengar bentakan dari Gak In Ling berkumandang datang. "Engkau akan lari ke mana ?" cahaya merah dengan kencangnya mengikuti datang dan tetap menekan disekitar batok kepalanya.
158 Mendengar bentakan itu perempuan berkerudung merah tadi semakin terkesiap. dia tahu bahwa selembar jiwanya sudah tergenggam dalam cengkeraman malaikat elmaut, pikirannya jadi kacau dan timbullah keinginan untuk mempertahankan hidupnya, membuat dara itu tanpa sadar melancarkan sebuah pukulan yang dahsyat kedepan- Nampaklah sepasang, telapak Gak in Ling yang berwarna merah darah sudah makin mendekati batok kepala perempuan berkerudung merah itu, dan rupanya sebentar lagi dia akan menemui ajalnya. Di saat yang amat kritis itulah tiba-tiba Thian-hong-pangcu membentak keras. "Gak ln Ling, jangan lukai dirinya " Segulung angin pukulan yang kencang, bagaikan angin puyuh dengan cepat menerjang kearah dada dianak muda itu. Sebenarnya Gak In Ling memang tiada berhasrat mencelakai perempuan itu, maka selama delapan jurus yang pertama ia tak pernah melancarkan serangan balasan, kini setelah mendengar bentakan keras dari Thian-hong pangcu, dengan cepat segenap tenaga pukulannya ditarik kembali dan ia meloncat kearah samping. "Blaaam" ditengah udara bergeletar ledakan keras, diikuti Gak In Ling mendengus berat. Pertarungan seru yang sedang berlangsungpun segera berhenti, suasana dalam kalangan diliputi oleh kesunyian yang menyeramkan- Sinar mata semua orang segera ditujukan ke satu arah, yakni ditujukan kearah Gak In Ling yang terkapar diatas tanah, darah kental mengucur keluar dari mulutnya, wajah yang tampan kini berubah jadi pucat pias bagaikan mayat, sehingga menakutkan sekali. Dengan sorot mata yang pudar ia menyapu sekejap seluruh orang yang hadir didalam kalangan, dibalik biji matanya yang
159 hambar dan tinggi hati sama sekali tidak nampak perasaan benci, yang ada hanya kemurungan serta kesedihan yang membuat orang jadi bingung. Empat orang dayang baju merah dengan tangan yang gemetar berdiri menjublek disisi kalangan, empat pasang mata dialihkan ketubuh pemuda itu, mereka tak dapat menilai apakah Gak In Ling seorang baik atau bukan, tetapi menurut perasaan mereka majikannya telah salah melukai seseorang yang tidak sepantasnya dilukai. Perempuan berkerudung merah itu sendiri mundur kebelakang dengan sorot mata memancarkan rasa penyesalan, tangannya yang diluruskan ke bawah tampak agak gemetar. Pria bertato sembilan naga sendiri melototkan sepasang matanya bulat-bulat, mulutnya terbuka lebar, perubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini boleh dibilang membingungkan hatinya. Dia dengan Gak In Ling walaupun baru bergaul selama satu hari, tapi setiap patah kata dan tingkah laku pemuda itu telah berkesan dalam hati kecilnya, bahkan menimbalka rasa hormat dan sayang bagi dirinya. Pada saat itulah tiba-tiba terdengar Thian-hong pangcu berteriak nyaring. "Oooh kau terluka ?" Tubuhnya dengan cepat berkelebat kemuka dan menubruk kearah Gak In Ling yang sedang merangkak bangun itu. "Hey, kau mau apa?" bentak pria bertato sembilan naga dengan penuh kegusaran- "Aku akan beradu jiwa dengan kalian." Toya besi dalam genggamannya diiringi desiran angin tajam segera disapu ke depan dengan jurus "Heng-sau ciankim" atau menyapu rata selaksa prajurit, dari desiran tajam
160 yang dihasilkan oleh angin pukulan itu dapat diketahui bahwa babatannya disertai tenaga yang amat besar. Thian-hong pangcu serta perempuan berkerudung merah jadi sangat terperanjat melihat datangnya serangan itu, buruburu mereka loncat mundur beberapa tombak kebalakang den-gelagapan- "Ee ee... engkau jangan salah paham" teriak Thian-hong pangcu dengan suara tertahan-"Aku tidak bermaksud untuk mencelakai jiwanya engkau jangan menaruh curiga." Sepasang mata pria bertato sembilan naga telah berubah jadi merah berapi, melihat serangannya gagal secara beruntun ia lancarkan tujuh buah serangan berantai, sambil menyerang teriaknya marah. "Hm kalian menyebut diri sebagai dua pemimpin besar dalam dunia persilatan, mengembar- gemborkan tujuan untuk mewujudkan kedamaian dan kebenaran bagi umat persilatan, tapi kalian sama sekali tak pantas dinilai dengan dirinya... kalian sama sekali tak bisa membedakan mana yang lurus dan mana yang bengkok, kalian hanya pandai melakukan perbuatan menuruti emosi dan suara hati." jangan dilihat dia hanya seorang manusia kasar, setiap patah katanya ternyata amat menusuk perasaan orang. Secara beruntun Thian-hong pangcu serta perempuan berkerudung merah harus menghindarkan diri kembali dari ancaman ketujuh buah serangan kilat itu, mereka gagal menembusi pertahanan bayangan toya dari pria bertato sembilan naga, hal ini bukanlah dikarenakan ilmu silat pria kasar itu amat lihay dan melebihi mereka berdua melainkan tindakan pria itu sendiri yang nekad membuat mereka jadi jeri. Setiap jurus dan gerakannya dalam melancarkan serangannya, yang diutamakan adalah bagaimana caranya melukai lawan, pertahanan terhadap dirinya sendiri boleh
161 dibilang sama sekali terbuka, rupa-rupanya ia sudah tidak memperdulikan keselamatan pribadi. Pepatah-kuno mengatakan: satu orang sudah nekad, maka selaksa orang tak mampu melawan- Kendatipun ilmu silat yang dimiliki kedua orang perempuan itu sangat tinggi, tetapi bila mereka tidak melukai pria bertato sembilan naga lebih dahulu, tak mungkin pertahanan bisa dijebolkan dalam waktu singkat. Dengan pandangan sedih Gak In Ling menyaksikan jalannya pertarungan ditengah gelanggang gumamnya seorang diri. "Heng-tay, engkau adalah satu-satunya sahabat yang kumiliki didalam dunia persilatan, tapi beradu jiwa bagi diriku tindakan tersebut sama sekali tak ada harganya." Sejenak kemudian dari dalam sakunya Gak In Ling ambil keluar botol berwarna hijau tua ketika sorot matanya yang sayu memandang botol dalam genggamannya, tangan yang mencekal tadi nampak mulai gemetar keras. Dengan pandangan ngeri ia memandang botol persolen ditangannya, lalu berseru dengan penuh kepedihan- "Setengah tahun setengah tahun ooh... Terlalu pendek. terlalu pendek sekali yaa, Thian Hukuman yang kau timpakan pada keluarga Gak kami terlalu berat, apakah engkau hendak paksa aku orang she Gak untuk menyaksikan manusiamanusia laknat itu hidup dengan suka ria diatas jagad tanpa berhasil kujamah dan kulenyapkan-.." Airmata jatuh berlinang membasahi wajahnya yang pucat, dengan penuh kepedihan ia menggigit bibirnya sendiri. Hidup, belum tentu merupakan suatu kejadian yang paling baik, tapi hidup jauh lebih baik daripada mati, tapi ketika suatu kehidupan sudah dirasakan tiada artinya dan tiada
162 harganya lagi, keadaan tersebut jauh lebih baik diakhiri dengan suatu kematian. Gak In Ling, walaupun tidak menginginkan suatu kehidupan yang penuh penderitaan, akan tetapi dia harus tetap hidup untuk menyelesaikan tugas penting yang menjadi bebannya, oleh sebab itu ia tak dapat mati dengan begitu saja. Perlahan-lahan Gak In Ling membuka penutup botol persolen itu dan mengambil keluas sebutir pil berwarna hijau tua, kemudian obat tadi dimasukkan ke dalam mulutnya. Thian-hong pangcu walaupun selama ini selalu berusaha untuk menghindarkan diri dari serangan-serangan maut dari pria bertato sembilan naga, namun pikirannya sama sekali tertuju kearah pemuda itu. Apa yang dilakukan Gak In Ling dapat dilihat olehnya dengan jelas, hampir saja jantungnya copot karena kaget, tak tertahan lagi ia berteriak nyaring. "Gak in Ling, engkau tak boleh menelan obat itu, tak boleh..." suaranya penuh perasaan sedih dan memohon, sementara air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya. Mendengar jeritan itu, perempuan berkerudung merah tadi pun melirik sekejap kearah Gak In Ling, setelah melihat obat yang ditelan diapun menjerit tertahan-"Aaah Pil cui-sim-wan " "Pil cui-sim-wan ?" Pria bertato sembilan naga pan terperanjat, tanpa sadar jurus serangan-nyapun makin memgendor. Menggunakan kesempatan itulah perempuan berkerudung merah melancarkan serangan dengan jurus "Tiam-sak-sengkim" atau menutul batu jadi emas, ia totok jalan darah ciankeng- hiat di atas bahu pria bertato sembilan naga itu. Sementara itu Thian-hong pangcu telah meloncat kehadapan Gak In Ling.
163 Rupanya takdir telah menentukan lain, menanti dara cantik baju putih itu berhasil tiba di-hadapan sang pemuda, obat cuisim- wan tadi telah tertelan kedalam perut sang pemuda yang keras kepala ini. "Oooh... mengapa kau hancurkan dirimu sendiri ?" keluh Thian-hong pangcu. Dengan pandangan dingin Gak In Ling menyapu sekejap kearahnya kemudian perlahan-lahan memejamkan matanya, ia sama sekali tidak menggubris ucapan gadis itu. Napas Gak In Ling yang memburu perlahan-lahan jadi tenang dan teratur kembali, wajahnya yang pucat kinipun sudah berubah jadi semu merah, dari luaran ia nampak sudah sembuh kembali, tapi dalam kenyataan kesegaran tersebut diperoleh seakan-akan seorang pemadat yang baru saja menghisap candu. Keheningan dan kesunyian mencekam seluruh kalangan, begitu sepi sehingga setiap orang dapat mendengar detak jantungnya sendiri, dalam keedaan begini Thian-hong pangcu serta perempuan berkerudung merah telah melupakan perselisihan mereka, seluruh pikiran dan perhatian mereka telah ditumpahkan ketubuh Gak In Ling. Suasana yang sesak kian mencekam seluruh jagad, membuat lembah Toan-hun-kok berubah jadi sepi sesunyi kuburan- Tanpa terasa waktu berlalu dengan cepatnya akhirnya Gak In Ling menghela napas panjang dan membuka matanya kembali, sosot matanya memancarkan kemurungan dan kepedihan Thian-hoag pangcu segera maju kedepan, tegurnya. "Kau kau apakah kau dalam keadaan baik ?" Gak In Ling loncat bangun dari atas tanah-wajahnya yang tampan diliputi keketusan dan kehambaran, ia sapu sekejap wajah kedua orang dara itu kemudian berkata dengan dinginTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 164 "Mungkin kalian berdua merasa kecewa bukan ?" "Apa yang kami kecewakan?" tanya perempuan berkerudung merah tanpa berpikir panjang. "Kecewa karena aku tidak mati" "Apakah engkau mengira bahwa kami mengharapkan engkau lekas mati?" tanya Thian-hong pangcu dengan sedih. "Semoga saja kalian tidak berharap begitu." "Asal sejak ini hari engkau takkan memusuhi umat persilatan didaratan Tionggoan lagi, persoalan yang sudah lewat tak akan kuungkap kembali." ujar perempuan berkerudung merah pula dengan suara yang lebih lembut. "Setiap orang yang kucari dan setiap orang yang hendak kubunuh, tak akan tertolong oleh siapapun." "Seandainya ada orang yang berhasil menolong korbankorbanmu itu ?" "Kecuali kalau dia mampu membinasakan aku orang she Gak " "Diluar langit masih ada langit, diatas manusia masih ada manusia, apakah engkau yakin bisa menangkan semua jago dalam dunia persilatan?" ujar Thian-hong pangcu dengan sedih. Suaranya lembut dan halus, seakan-akan seorang isteri yang setia sedang menasehati suaminya. Gak In Ling menengadah memandang langit nan biru, lalu menghela napas panjang. "Mungkin ucapanmu itu tidak salah." sahutnya. Mendengar jawaban itu, satu ingatan berkelebat dalam benak Thian-hong pangcu, ujarnya lagi dengan lembut. "Asal orang yang kau cari benar-benar telah melakukan kejahatan lebih dahulu dan dosa-dosa mereka dapat
165 dibuktikan, kendatipun engkau tidak menjatuhi hukuman terhadnp mereka, umat persilatan, pasti akan membantu dirimu untuk melampiaskan dendam sakit hati ini..." Dari perkataan itu sudah jelas sekali menunjukkan bahwa gadis ini memperingatkan bahwa ia bersedia membantu usaha pemuda itu. "Aku tidak mengharapkan orang lain menemui ajalnya karena persoalan dari aku orang she Gak. Perkataanmu itu tak bisa kuterima." tukas Gak In Ling dengan cepat. "Darimana engkau bisa tahu kalau orang lain akan menemui ajalnya karena persoalanmu itu?" tanya perempuan berkerudung merah. "Karena orang-orang yang hendak kucari itu memiliki kepandaian silat yang sangat tinggi, di antara mereka yang paling lemahpun memiliki ilmu silat yang seimbang dengan kepandaianku." Ucapan ini dengan cepat mengejutkan hati dua orang gadis itu, mereka pernah menyaksikan sendiri sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang dimiliki Gak In Ling, seandainya apa yang dia ucapkan tidak salah maka kendatipun segenap kekuatan inti yang ada dalam dunia persilatan di himpun menjadi satu belum tentu bisa membantu usaha pemuda itu. Setelah berpikir sebentar, Thian-hong pangcu bertanya kembali. "Bagaimana dengan mereka yang berilmu silat paling tinggi?" "Ilmu silat yang dimilikinya jauh diatas kepandaian yang kumiliki, kalau dicarikan perbandingannya maka bagaikan sinar rembulan dan cahaya kunang-kunang." Tiba-tiba perempuan berkerudung merah itu teringat kembali akan lengcunya yang memiliki ilmu silat amat tinggi, dengan gelisah segera tanyanya.
166 "Siapakah mereka? Asal engkau sebutkan nama-namanya, mungkin saja ada orang yang mampu menangkan mereka^" Tertegun hati Gak In Ling setelah mendengar perkataan itu, ia sadar dirinya telah terlanjur bicara, airmukanya segera berubah hebat dan katanya dengan tawar. "Semoga saja dalam setengah tahun kemudian kita jangan sampai bertemu lagi, sebab bila sampai terjadi pertarungan lagi maka belum tentu aku akan mengalah seperti apa yang kulakukan pada saat ini." Habis berkata ia segera berjalan menuju ke arah mulut gua dimana Hiat-mo-ong melenyapkan diri. Perubahan sikap yang diperlihatkan Gak In Ling ini sangat mencengangkan hati dua orang dara tersebut, dalam hati kecilnya perempuan berkerudung merah segera berpikir. "Kenapa sih tabiat orang ini begitu aneh ?Barusaja baik tiba-tiba jadi ketus, sungguh membingungkan." Dalam pada itu Thian-hong pangcu telah menghadang jalan pergi sianak muda itu, tegurnya. "Apakah engkau hendak masuk kedalam ?" "Apakah pangcu kembali akan menghalangi jalan pergiku ?" Dengan pandangan sedih Thian-hong pangcu menyapu sekejap wajah pemuda itu, kemudian menjawab. "Lembah Toan-hun-kok bisa bertahan selama puluhan tahun dalam dunia persilatan, tanpa seorangpun mampu membasmi mereka dari muka bumi, hal ini menunjukkan bahwa kekuatan yang mereka miliki bukan hanya terbatas pada Hiat-mo-ong seorang, kepergianmu seorang diri apakah tidak merasa bahwa kekuatan yang kau miliki terlalu lemah ?" "Aku rasa persoalan ini merupakan masalah pribadiku sendiri, aku minta engkau tak usah mencampurinya." jawab
167 Gak In Ling ketus. Airmuka Tbian-hong pangcu berubah hebat. "Kau..... kau benar-benar kejam.... engkau tak dapat menyelami perasaan orang lain-..." teriaknya. Dengan cepat Gak In Ling alihkan sorot matanya kearah lain, kemudian menjawab. "Jika engkau berdua dapat menyelami perasaan orang, aku hanya berharap agar kalian dapat memikirkan keselamatan serta keamanan bagi umat manusia yang ada dikolong langit." Habis berkata ia berjalan lewat disisi tubuh Thian-hong pangcu dan buru-buru masuk kedalam gua. Thian-hong pangcu menghela napas sedih, setelah termenung sebentar sambil menggigit bibir tiba-tiba ia berpaling kearah perempuan berkerudung merah itu dan berkata. "Seorang tamu tak akan merepotkan dua orang tuan rumah, harap engkau utusan timur suka menyampaikan kepada lengcu kalian, bahwa mulai saat ini seluruh keamanan dunia persilatan kuserahkan pada dia seorang untuk mengendalikannya." selesai berkata dengan langkah cepat ia menyusul kedalam gua di mana bayangan tubuh Gak In Ling melenyapkan diri. Dengan wajah kaget dan tertegun perempuan berkerudung merah itu berdiri menjublek ditempai semula, pikirnya, "Ucapan itu kenapa harus aku yang sampai kan ?" Satu ingatan berkelebat dalam benaknya, sambil menuding kearah pria bertato sembilan naga pesannya kepada keempat orang dayang itu. "Setelah membebaskan jalan darah orang itu kalian segera pulang kegunung dan lapor kepada lengcu, katakanlah andaikata didalam tiga hari aku utusan timur belum kembali
168 juga, itu berarti sejak detik ini utusan timur sudah tak dapat melayani lengcu lagi." selesai berkata ia segera lari masuk kedalam gua itu pula. Hati perempuan memang sukar diraba. Sementara itu, setelah Gak In Ling masuk kedalam gua, ia merasa ruang dalam gua tadi luas sekali, dindingnya terbuat dari batu dan licin bagaikan cermin, jelas tempat itu bukan gua alam tapi dibuat oleh tenaga manusia. Setelah berbelak-belok beberapa kali dan kurang lebih sudah mencapai tiga- empat puluh tombak dalamnya, Gak In Ling masih belum berhasil menemukan suatu ruangan, hal ini membuat hatinya amat terkejut. Pada saat itulah mendadak dari dalam gua berkumandang datang suara pembicaraan manusia, terdengar seseorang yang bersuara serak sedang berkata. "Menurut cahaya sang surya seharusnya harusnya sekarang sudah mendekati tengah hari, kenapa belum nampak ada yang mengirim nasi ? Apakah mereka hendak siksa kita sampai mati karena kelaparan?" "Sekalipun mereka benar-benar akan menyiksa kita sampai mati kelaparan, apa yang dapat kau katakan ?" sambung seorang yang lain dengan nada dingin. "Hmm Mereka berani ?" "Kenapa tidak berani? Meskipun dahulu engkau "Tok-seng" Nabi bisa Kongsun To pernah menggemparkan dunia persilatan, namun pada saat ini kau masih berada dalam genggamannya, sekalipun bocah yang berumur tiga tahunpun takkan jeri terhadap dirimu " Rupanya orang yang pertama tadi dibikin gusar oleh ucapan tersebut, terdengar ia meraung dengan gusar.
169 "Leng Inpoocu, apakah engkau ingin merasakan kelihayanku ?" "Hm, engkau kira aku jeri terhadap dirimu ?" jawab Leng In poocu sambil mendengus dingin- Tiba-tiba suara yang lain berkumandang menengahi percekcokan itu. "omitohud Selama banyak tahun sicu berdua bukan hanya berkelahi satu kali saja, tapi menang kalah, selalu tak bisa ditentukan, apa sih gunanya membuang tenaga lagi dengan percuma?" Rupanya si Nabi racun Kongsun To adalah seorang manusia yang tidak pakai aturan, dengan cepat dia menyambung kembali. "Benar, benar, Buddha Antik, selama banyak tahun aku belum pernah bergebrak melawan dirimu. Mari, mari kita adu kepandaian, coba lihat siapa yang lebih unggul diantara kita." "Aku menyadari bahwa kepandaianku masih belum mampu menangkan diri sicu," jawab orang yang disebut Buddha Aantik itu "Eei...... kamu tak usah kuatir, aku akan tetap menggunakan peraturan lama, tak akan aku gunakan jurus racun, semuanya pakai jurus murni," seru Nabi racun lagi. Ketika Gak In Ling mendengar bahwa didalam gua itu terdapat juga siBuddha Antik yang paling dibenci, darah panas seketika bergelora dalam rongga dadanya, dengan langkah yang lebih cepat lagi dia mendekati kearah berasal nya suara tadi. Tiga buah tikungan kembali sudah dilewati akhirnya setelah berjalan beberapa saat lamanya sampailah pemuda itu disuatu tempat yang terbuka, sebuah ruang batu seluas dua puluh tombak lebih muncul didepan mata, pada sisi kanan ruang batu itu terdapat sebuah lorong yang entah menghubungkan
170 tempat itu dengan mana, sedang suara pembicaraan ya bergema tadi berasal dari dalam sebuah dinding batu berwarna putih yang ada disebelah kanan- Gak In ling sama sekali tidak ragu-ragu, dengan langkah yang cepat ia berjalan menuju ke samping kiri. Tiba-tiba... "Gak In Ling, apakah kau sudah bosan hidup dan kepingin cari kematian buat diri sendiri ?" suara teguran seseorang berkumandang memecahkan kesunyian- Apa yang dipikir dan diperhatikan Gak In Ling pada saat ini adalah menemukan persembunyiannya Buddha Antik, ketika secara tiba-tiba namanya disebut orang hatinya jadi amat terperanjat. Dengan cepat ia putar badan sambil silangkan telapaknya didepan dada siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan. Ketika sorot matanya dialihkan kearah mana berasalnya suara tadi, terlihatlah Thian-hong pang cu serta perempuan berkerudung merah telah berdiri berjejer kurang lebih lima depa dihadapannya. Gak In Ling segera tertawa dingin dan menegur. "Kedatangan kalian berdua apakah dikarenakan aku orang she Gak ?" "Sedikitpun tidak salah "jawab Thian hong pangcu sambil mengangguk. "Apakah diantara kita bertiga harus diputuskan lebih dahulu siapa yang berhak melanjutkan hidup dan siapa yang pantas menemui ajalnya ?" seru pemuda itu lagi sambil tertawa dingin. "Apakah maksudmu, selain percekcokan dan perkelahian, diantara kita sudah tiada urusan lain lagi ?" bantah ThianTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 171 hong pangcu dengan wajah yang sedih. Sambil bicara dari pancaran matanya terlintaslah rasa murung dan kesal. Gak In Ling bukan seorang tolol ataupun bodoh, sudah tentu ia dapat menangkap arti dari perkataan itu, tetapi berada dalam keadaan seperti ini ia tetap berlagak pilon seolah-olah sama sekali tidak paham dengan maksud perkataan itu. Dengan cepat pokok pembicaraan dialihkan kemasalah lain, ujarnya dengan hambar. "Kalau memang kedatangan kalian berdua bukanlah mencari aku orang she Gak guna bertarung, aku harap kamu berdua segera tinggalkan tempat ini, masa depan dunia persilatan tergantung diatas bahu kalian berdua, menempuh bahaya karena urusan yang begini sepele sama sekali tak ada harganya bagi kalian berdua..." Selesai berkata tanpa menantikan jawaban lagi ia segera berjalan menuju kedinding batu sebelah kiri. "Engkau hendak menjebolkan dinding batu itu?" seru perempuan berkerudung merah tanpa terasa. "Sedikitpun tidak salah " "Tahukah engkau siapa saja yang terkurung didalam ruangan gua batu itu ?" Gak In Ling menghentikan langkahnya kemudian menjawab. "Nabi racun Kongsun To, Leng In poocu dan Buddha Antik." Ketika mengucapkan nama Buddha Antik, suaranya sengaja diperkeras dan diperberat. "Pernahkah engkau mendengar kata-kata yang berbunyi Nabi racun mengejutkan kolong langit, pedang Leng In bagaikan malaikat ?" seru Thian hong pangcu kembali. Mendengar perkataan ini Gak In Ling hatinya terjelos, pikirnya didalam hati. "Mungkin aku akan menemui suatu kesulitan yang besar sekali."
172 Walaupun dalam hati ia mempuyai pendapat demikian, tetapi perasaan tersebut tidak sampai diutarakan keluar, dengan suara hambar ia hanya berkata. "Ucapanmu itu memang sangat mengejutkan hati orang, tetapi bagaimanapun juga ruangan ini harus dijebolkan" Sekalipun Thian-hong pangcu belum terlalu lama berkumpul dengan Gak In Ling, akan tetapi dia sudah memahami sifat serta tabiatnya, ia mengerti apa yang telah diucapkan oleh si anak muda itu pasti akan dilakukan olehnya, dengan cepat dara cantik baju putih itu meloncat kehadapan pemuda itu sambil serunya dengan suara berat. "Gak In ling, perkataanmu selalu menggembar-gemborkan demi kesejahteraan dan keamanan umat persilatan didaratan Tionggoan, tapi pernahkah engkau berpikir apa akibatnya andaikata Nabi racun Kongsun To dilepaskan dari kurungan itu ?" Gak In Ling tertegun, ia tak pernah mempertimbangkan akibat dari perbuatannya itu. Sudah tentu hal ini disebabkan karena ia masih belum tahu bagaimanakah watak serta tabiat dari Nabi racun Kongsun To itu sendiri. Gak In Ling berdiri tertegun dan lama sekali tidak mengucapkan sepatah kata pun, pada saat itu suasana ruang dalam pun sunyi senyap dan tak kedengaran suara apapun, jelas pembicaraan diantara mereka telah tercuri dengar oleh orang-orang itu. Gak In Ling memandang sekejap kearah dua orang gadis itu, seakan-akan sedang berkata terhadap mereka, ia bergumam seorang diri. "Tetapi Buddha Antik berada didalam, bagaimana juga aku harus masuk kedalam."
173 Menyaksikan si anak muda itu sudah tergerak hatinya oleh perkataannya, Thian-hong pangcu melanjutkan kembali katakatanya. "Demi masalah pribadimu serta kepuasan bagi dirimu sendiri, engkau membuat segenap umat persilatan jadi sengsara dan mendapat celaka, coba bayangkan tegakah liang-simmu berbuat begitu ?Jawablah " Perkataan ini mengandung maksud yang sangat dalam dan mengetuk perasaan halus sianak muda itu, membuat Gak In Ling jadi sangsi dan tak tahu apa yang harus dilakukan, tapi ia bersumpah akan mencabut jiwa Buddha Antik, mungkinkah ia tinggalkan tempat tersebut dengan begitu saja ? Antara kepentingan umum dan kepentingan pribadi, antara dendam dan cinta telah menyulitkan pemuda angkuh she Gak ini, dalam benaknya segara muncul pelbagai ingatan serta pikiran yang saling bertentangan, ia mulai merasakan kebingungan, kebimbangan dan kekacauan- Pada saat itulah dari balik dinding berkumandang kembali suara terlakan dari Nabi racun Kongsun To. "Hei, manusia yang menamakan dirinya Gak In Ling, andaikata engkau mampu melepaskan aku dari tempat kurungan ini, maka aku akan menyanggupi tiga syarat yang kau ajukan-" Jelas manusia racun itu hendak mencengkeram kesempatan baik ini untuk melarikan diri. "Sungguhkah perkataanmu itu ?" tanya Gak In Ling dengan perasaan hati agak tergerak. "Apa itu sungguh atau palsu " maki Nabi racun Kongsun To marah-marah. "Selama hidup aku Nabi racun belum pernah mengucapkan kata kata yang palsu ataupun membohongi orang lain." Gak In Ling yang dasarnya memang tidak mengenali orang itu tentu saja tidak memahami watak serta tingkah lakunya,
174 sepasang matanya yang jeli tanpa terasa dialihkan kearah Thian-hong pangcu dengan sorot penuh selidik. "Walaupun selama hidup Nabi racun Kongsun To tak pernah berbohong dan menipu orang lain, tetapi manusia ini licik dan sangat berbahaya." ujar Thian hong pangcu dengan sedih. "Andai kata engkau lepaskan dirinya, maka ia akan memperlihatkan permainan setan kepadamu." Setelah mengetahui bahwa Nabi racun Kong sun To tak pernah berbohong, satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Gak In Ling tegurnya kearah balik dinding. "Syarat macam apakah yang engkau sanggupi ?" "Asal aku mampu melakukan serta mengerjakan pasti akan kupenuhi, tapi engkau tak boleh minta aku untuk mati " Kongsun To manusia yang ahli dalam penggunaan racun memang lihay sekali dalam melakukan semua pekerjaan, sebelum terlanjur ia telah mempersiapkan jalan mundur bagi diri sendiri. "Baik, kita putuskan dengan janji ini," jawab Gak In Ling sambil mengangguk, selesai berkata ia siap menghantam dinding ruangan tersebut. "Gak In Ling, sebelum bertindak aku harap engkau suka mempertimbangkan lebih dahulu tentang keamanan serta keselamatan sendiri" ajar Thian-hong pangcu lagi dengan penuh perhatian- Gak In Ling seketika merasakan perasaan hatinya jadi hangat sekali, tapi ketika teringat olehnya bahwa kehidupan selama setengah tahun dengan cepatnya akan berakhir dan pada saat itu semua kehangatan akan musnah, ia jadi murung dan kesal kembali, sambil tertawa hambar katanya. "Sekarang dia sedang membutuhkan bantuan dariku,aku percaya perbuatannya tidak akan sampai merugikan diriku "
175 "Tetapi andaikata mereka sudah kau lepas kan dari kurungan dan pada saat itu mereka sudah tiada lagi yang diharapkan lagi darimu, bagaimana keadaannya ?" sambung perempuan berkerudung merah dari samping. Gak In Ling tertawa. "Sebelum mereka terlepas dari kurungan, akan kubicarakan syarat-syarat tersebut lebih dahulu "jawabnya. Dalam pada itu Nabi racun Kongsun To telah berseru kembali dari dalam ruangan-"Ayoh, cepat Apakah engkau tak mampu untuk menjebolkan pintu batu tersebut ?" Gak In Ling mengerutkan dahinya, dalam hati ia segera mengambil keputusan dan serunya. "Harap kalian berdua suka mengundurkan diri kesamping." Dengan mengguna kan jurus menyapu rata lima bukit, pemuda itu melancarkan sebuah pukulan dahsyat keatas dinding batu itu. Blaaaam Di tengah ledakan yang amat dahsyat, pasir dan debu beterbangan memenuhi angkasa, sebongkah batu cadas yang keras terhajar hancur dari atas dinding ruangan, begitu dahsyat dan kuatnya angin pukulan yang dilancarkan Gak In Ling itu sehingga muncullah sebuah lubang sebesar tiga depa di tempat itu. Dengan cepat Gak In Ling loncat kemuka dan menghadang didepan mulut gua tadi, tiba-tiba tercium bau harum disisi tubuhnya, ketika ia berpaling tampaklah dua orang nona sudah berdiri dikedua belah sisinya. Tebaran bubuk dinding memusingkan kepala dan mengaburkan pandangan semua orang, pada saat itulah dari dalam ruangan berkumandang suara gelak tertawa Nabi racun Kongsun To yang amat keras. "Haaah haah haaah aku telah bebas.... aku telah bebas basah haaah...."
176 Ditengah gelak tawa yang keras dan memekakkan telinga itu, terbawa pula suara gemerincingnya rantai yang saling beradu. Thian-hong pangcu serta perempuan berkerudung merah itu segera menengok kedalam, tiba-tiba kedua orang gadis itu menjerit tertahan dan loncat mundur ketempat semula, keadaan mereka bagaikan terpa gut oleh ular berbisa. Gak In Ling tertegun, dengan cepat ia menengok kedalam, setelah mengetahui apa yang terjadi sadarlah sianak muda itu. DidaLam ruangan terlihatlah seorang kakek tua berambut putih bermata cekung dan berjenggot panjang terpantek diatas dinding, dua buah rantai yang amat besar dan kuat menembusi tulang bahunya dan membelenggu kakek itu didinding batu, pakaian yang dikenakan sudah compangcamping tak karuan sehingga bagian bawahnya boleh dibilang sama sekali tak tertutup, Dengan pandangan yang seksama Gak In Ling memeriksa keadaan disekeliling tempat itu, terlihat olehnya ruang batu itu berliku-liku seperti sebuah lorong rahasia, kalau diujung lorong tidak terdapat sebuah pintu batu mungkin tempat itu sama sekali tak mirip seperti sebuah ruangan. Bau busuk dan hawa lembab memancar keluar dari ruangan tadi, begitu tak sedap baunya sampai-sampai memuakkan sekali. Ketika ia menyaksikan bahwa ditempat itu tiada orang lain, hatinya kaget bercampur heran, setelah sangsi sebentar akhirnya ia melangkah masuk kedalam ruangan itu. Sejak dinding itu berlubang, dengan pandangan yang tajam kakek itu menatap terus wajah Gak In Ling tanpa berkedip. menanti pemuda itu melangkah masuk kedalam ruangan, ia baru berkata sambil tertawa. "Selama banyak tahun akhirnya aku berhasil juga mendapatkan kesempatan untuk meloloskan diri."
177 sikapnya begitu girang dan bangga, seakan-akan Gak In Ling memang sudah menolong dia. Gak In Ling maju dua langkah kedepan, lalu menegur. "Siapakah engkau ? Dan siapa namamu d i- antara tiga orang yang ada disini ? Dimana pula mereka berdua ?" "Haa haa. . .. haa aku adalah Nabi racun Kongsun To " setelah berhenti sebentar ia melanjutkan- "Engkau takut ?" Gak In Ling tertawa dingin. "Hee.... hee.. hee jangan dikata badanmu masih dirantai diatas dinding, sekalipun kau sudah bebas merdekapun aku tak nanti akan jeri terhadap dirimu." "Sebentar lagi aku tokh akan bebas merdeka " seru Kengsun To dengan senyum mengejek. "Hmm Engkau mengira bahwa aku pasti akan menolong dirimu?^ Rupanya Nabi racun Kongsun To sudah menduga kalau Gak In Ling pasti akan mengucapkan kata-kata tersebut, bukannya terkejut atau heran dia malah tertawa. "Haa.... haa aku sudah menduga kalau engkau akan bersikap begitu terhadap diriku" Gak In Ling terperanjat, suatu firasatjelek terlintas diatas wajahnya, serunya tanpa sadar. "Kalau memang begitu engkau tak akan seyakin itu " "Hee hee. ... bocah cilik aku Nabi racun Kongsun To kalau tak mampu mengalahkan dirimu, buat apa aku cari nama dan berkelana dalam dunia persilatan ?" seru Kongsun To sambil tertawa dingin. Setelah berhenti sebentar, ia tertawa terbahak-bahak lalu melanjutkan- "Sekarang aku akan memberitahukan dirimu secara terusterang, d isaat dinding batu itu kau jebolkan tadi, tanpa disadari kalian telah keracunan hebat"
178 Gak In Ling merasa amat terkejut, tapi dengan cepat sambil tertawa lantang sahutnya. "Hmm Siasat yang kau gunakan memang luar biasa sekali " "Siasat apa ?" "Siasat benteng kosong" jawab Gak In Ling sambil tertawa dingin. Mendengar perkataan itu Nabi racun Kongsun To angkat kepala dan tertawa tergelak. "Haa..... haa.... bocah cilik, kalau engkau tak percaya silahkan mengerahkan tenaga dan mencobanya sendiri. Selama hidup belum pernah ku lakukan pekerjaan yang tidak meyakinkan keberhasilannya, apalagi urusan ini penting sekali." Dalam hati kecilnya Gak In Ling memang merasa curiga, karena sewaktu menjebolkan dinding tembok tadi ia sama sekali tidak mencium bau yang terasa aneh olehnya, mendengar perkataan itu ia segera menurut dan diam-diam mengerahkan tenaga dalamnya. Tiba-tiba air mukanya berubah hebat, napsu membunuh menyelimuti wajahnya yang tampan, selangkah demi selangkah ia maju ke depan, serunya. "Kongsun To, engkau tak pernah menyangka dengan tindakanmu ini, bukan?" Airmuka Nabi racun Kongsun To masih tetap tenang seperti sedia kala, sambil tertawa seram ia menjawab. "Bukankah sudah kukatakan, selamanya aku tak pernah melakukan tindakan yang tidak meyakinkan diriku, tindakanmu itupun sudah berada dalam dugaanku." Gak In Ling merasakan hatinya makin tercekat sesudah mendengar perkataan itu.
179 "Setelah engkau mati, aku bisa menggeledah isi sakumu sendiri.. .. Hm Bukankah racun ini bisa kupunahkan kembali ?" "Ha haa.... kalau engkau menginginkan tak usah digeledah lagi, aku akan mempersilahkan engkau untuk memilihnya sendiri." Sambil berkata dari balikjubahnya yang robek mencomot sana merogo kemari, dalam waktu singkat sudah ada dua puluh botol lebih obat yang beraneka macam dipaparkan dihadapan pemuda itu, katanya. "Diantara lima belas buah botol ini ada tiga belas botol berisi obat racun yang amat keji, sebuah botol berisi racun berdaya kerja lambat dan hanya satu botol saja yang berisi obat pemunah, jikalau engkau punya keberanian untuk mengadu nasib, aku bersedia menyerah kalah dengan begini saja." Mimpipun Gak In Ling tak pernah menyangka kalau Nabi racun Kongsun To bakal menggunakan tindakan semacam itu untuk menghadapi dirinya, tanpa terasa ia berdiri tertegun- "Engkau tak usah putar otak lebih jauh." kata Kougsun To lagi sambil tertawa, "kalau di kolong langit masih ada orang yang mampu mengenali jenis racun yang kupergunakan, apa guna nya aku pergunakan julukan sebagai Nabi racun?" Satu ingatan tiba-tiba berkelebat dalam benak Gak In Ling, baru saja dia akan buka suara Kongsun To sudah berkata lagi. "Sedikitpun tidak salah, engkau dapat menggunakan binatang untuk mencoba obatku ini, tapi dalam satu tiga perempat jam dari mana engkau mampu untuk mengumpulkan lima belas macam binatang ?" Tindak-tanduk orang ini memang licik dan berbahaya sekali, bahkan semua yang sedang dipikir oleh orang lain telah berhasil ditebak semua olehnya.
180 Dalam keadaan begini boleh dibilang Gak In Ling sudah kehabisan akal, ia segera tertawa dingin- "Hmm Engkau cukup keji dan hebat." serunya. "Hee..... hee.. hee sekarang engkau bersedia membebaskan diriku, bukan ?" Gak In Ling ingin cepat-cepat temukan Buddha Antik, sambil menggeleng dia bertanya. "Dimanakah dua orang lainnya ?" "Apakah engkau juga akan melepaskan mereka berdua ?" tanya Kongsun To dengan nada tertegun- Sebelum Gak In Ling sampat menjawab. Leng In poocu yang berada didalam sudah berseru dengan suara lantang. "Ada apa ? Apakah engkau Kongsun To merasa tidak puas ?" "Sedikitpun tidak salah." sahut Kongsun To dengan mata melotot, "aku memang merasa tidak puas, sebab selembar nyawaku harus kutukar dengan tiga macam syarat." Leng In poocu tertawa dingin. "Hee....... hee....engkau anggap aku Leng ciau adalah seorang manusia yang suka mencari keuntungan dari orang lain ? Engkau bisa mengabulkan tiga macam syaratnya, apakah aku tak bisa penuhi juga tiga buah syaratnya ? Hmm, apa yang hendak. kau katakan lagi?" "Haa...... haa anggaplah aku memang berpandangan sempit." seru Kongsun To kemudian tertawa terbahak-bahak. Gak In Ling yang selama ini membungkam segera berseru sambil tertawa dingin. "Tiada halangannya bagiku untuk melepaskan engkau lebih dahulu, tapi kita harus bicarakan dulu pertukaran syaratnya." "Nah, katakanlah"
181 Gak Ia Ling berpikir sebentar, lalu berkata "Pertama, mulai hari ini engkau tak boleh membunuh orang lagi didaratan Tionggoan." "Tidak boleh membunuh semua orang pria atau tak boleh membunuh kaum wanita ?" "Tentu saja baik lelaki maupun perempuan tak boleh dibunuh " "Wah kalau begitu aku merasa keberatan," seru Nabi racun Kongsun To sambil geleng kepalanya berulang kali. "bagiku permintaan itu termasuk dua macam syarat." "Engkau ingin mengingkari janji ?" tegur Gak In Ling dengan alis berkerut. Kongsun To tenang sekali, jawabnya. "Manusia tokh dibagi antara laki dan perempuan, sedang laki dan perempuan merupakan jenis yang berbeda, tentu saja harus dianggap sebagai dua syarat." Nafsu membunuh memancar keluar dari balik mata Gak In Ling, rupanya dia akan turun tangan untuk membunuh kakek tua itu Menyaksikan tingkah laku dari lawannya, Nabi racun Kongsun To tetap tenang-tenang saja sengaja ia berkata sambil tertawa hambar. "Sekalipun aku dibunuh, pada akhirnya kalianpun tak akan lolos dari kematian." "Engkau anggap aku takut menghadapi kematian ?" seru Gak In Ling sambil tertawa dingin- "Haa haa aku tahu kalau engkau tak takut mati." jawab Kongsun To sambil tertawa seram, "bahkan dua orang gadis itupun tidak takut mati, tapi, pernahkah engkau membayangkan dengan kematiannya berdua maka dunia persilatan akan jadi kalut dan kacau tidak karuan?"
182 orang ini benar benar licik sekali, rupanya dia hendak menggunakan pembicaraan yang telah didengarnya tadi sebagai senjata untuk memaksa lawannya tunduk. Sedikitpun tidak salah, napsu membunuh yang menyelimuti wajah Gak In Ling perlahan-lahan lenyap tak berbekas, ia menghela napas di dalam hati dan mengangguk. "Baiklah, anggap saja sebagai dua syarat " "Haa haa..... rupanya engkau bijaksana sekali hebat, hebat... ." seru Kongsun To sambil tertawa hambar. Gak In Ling mendengus dingin-"Hmm, mana obat pemunahnya ?" "Engkau toh belum lepaskan diriku, kenapa aku mesti serahkan dulu obat pemunah itu kepadamu ?" "Ingin kuperiksa dulu obat pemunah itu cukup atau tidak ?" "Untuk bagian satu orang, aku rasa jauh lebih dari cukup " "Untuk tiga orang " seru Gak In Ling sambil tertawa dingin- "Wah, keberatan. Permintaaan sudah melebihi tiga syarat yang kita janjikan-" napsu membunuh yang menyelimuti wajah Gak ln Ling muncul kembali dibalik sorot mata nya, dengan nada yang seram ia berseru. "Manusia she Kongsun, rupanya engkau cari mati" Sepasang telapak segera diulangkan didepan dada, dan rupanya serangan yang maha dahsyat segera akan dilancarkan- Sebagai manusia yang licik dan banyak akal setelah meninjau sejenak situasi yang dihadapinya pada saat itu, Nabi racun Kongsun To menyadari apabila ia tidak menolong kedua orang gadis itu, maka pemuda itu akan mengadu jiwa. Buruburu serunya dengan nada gelisah.
183 "Baik, baiklah.... biar kutolong kalian bertiga, anggap saja untuk kali ini aku telah berbuat murah hati." Gak In Ling tertawa dingin, perlahan-lahan ia turunkan kembali sepasang telapaknya dan berkata. "Aku ingin memeriksa lebih dahulu obat pemunahnya itu " "Engkau tidak percaya dengan diriku ?" seru sikakek dengan sorot mata berkilat. "Tentu saja tidak percaya " Mendengar perkataan itu Nabi racun Kong sun To naik pitam, ia mendengus dan berkata. "Kalau tidak percaya lebih baik mati, sekalipun aku harus mati didalam gua ini juga tidak akan kuberikan obat pemunah tersebut padamu." habis berkata ia segera pejamkan mata rapat-rapat Melihat kakek itu sudah unjukkan keras kepalanya, dia tahu kalau tidak mengalah maka suasana tak akan beres, maka diapun berkata. "Baiklah, aku orang she Gak bersedia mempercayai dirimu." Sambil berkata ia segera berjalan menghampiri Nabi racun Kongsun To itu. Ketika mengetahui bahwa Gak In Ling bersedia mempercayai dirinya, dari balik mata Kong sua To segera memancar wajah kegirangan, sinar kegirangan tersebut muncul dari hati sanubarinya dan sudah puluhan tahun lamanya tak pernah muncul, cuma sayang tidak lama kemudian cahaya tersebut telah sirap kembali. Kakek tua itu segera memegang rantai yang membelenggu tubuh nya dan berkata. "Rantai besi ini diikatkan pada dinding bata, dibalik dinding tersembunyi alat rahasia yang amat lihay, oleh sebab itulah meskipun sudah banyak tahun aku dikurung di tempat ini tapi selamanya tak berani menarik. Mari, mari siap kau tarik ujung
184 yang sana dan aku akan menarik dari ujung sebelah sini, dengan begitu rantai ini akan patah. Gak In Ling menurut dan segera memegang ujung rantai tersebut, serunya. "Ayo tarik " "cukupkah tenaga dalammu ?" Gak In Ling tertawa dingin. "cukup atau tidak. setelah engkau terlepas dari kurungan boleh dicoba sendiri" Kongsun To agak tertegun, tiba-tiba ia tertawa dan menjawab. "Haa..... haa benar, ucapanmu memang benar. Sekalipun tidak engkau ucapkan, aku pun tak akan lepaskan dirimu dengan begitu saja." Tidak menunggu Gak In Ling buka suara lagi, ia segera membentak keras. "Tariiik " sambil menggentak rantai baja itu segera dibetot kebelakang dan "Blaaaam" Rantai baja sebesar ibujari itu tertarik patah jadi dua bagian- Gak In Ling maupun Nabi racun Kongsun To samasama mundur selangkah ke belakang, pikir pemuda itu dalam hati dengan perasaan tercekat. "Luar biasa sekali tenaga dalam yang dimiliki orang ini." Rasa terkejut yang dialami Kongsun To be berapa kali lipat lebih hebat daripada Gak In Ling, diatas wajahnya sama sekali tidak terlintas rasa gembira atau senang karena lolos dari kurungan, sebaliknya pikiran dan perasaannya terasa bertambah hebat. Lama... lama sekali, kakek itu baru menatap wajah Gak In Ling sambil berkata. "Tenaga dalam yang engkau miliki sepuluh kali lipat lebih dahsyat daripada apa yang kuduga semula, engkau memang luar biasa sekali"
185 "Hmm, aku merasa bangga sekali mendengar pujianmu itu." jawab Gak In Ling sambil tertawa dingin. Habis berkata ia segera berjalan maju beberapa langkah kedalam, tidak berapa jauh ia temukan sebuah ruang batu lagi yang luasnya sepuluh tombak persegi, disana nampak dua orang kakek tua dalam keadaan mengenaskan dirantai pula diatas dinding batu. Memandang bayangan punggung Gak In Ling yang lenyap dibalik ruangan, tiba tiba Kongsun To membentak nyaring. "Gak In Ling, benarkah engkau hendak menyelamatkan mereka ?" Gak In Ling segera berhenti dan putar badan, dengan wajah berubah memberat ia tertawa dingin. "Apakah engkau hendak menghalangi diriku" jengeknya. "Sedikitpun tidak salah, aku memang bermaksud begitu." jawab Kongsun To sambil tertawa dingin pula. Leng In poocu yang menyaksikan kejadian itu jadi amat gelisah, ia segera berseru. "Waah, kalau engkau berhasil bereskan dia badanmu tentu akan bertambah gemuk karena tak usah menepati janji lagi." "Leng-heng," ujar Kong sun To sambil tertawa dingin, "sebelum engkau berhasil meloloskan diri, lebih baik kurangilah penggunaan akal licik dihadapanku " Melihat Kongsun To tak mau masuk perangkap. Leng In poocu sadar bahwa satu pertarungan sengit tak dapat dihindari lagi, dalam hati segera pikirnya. "Meskipun Gak In Ling belum tentu mampu menangkan Kongsun To, tetapi harapan bagiku untuk lolos masih tetap ada." Maka sambil tertawa dingin serunya.
186 "Asal engkau pergunakan obat-obat racun yang pernah mengangkat namamu dalam dunia persilatan, bukankah pertarungan sengit dapat kau hindari dengan begitu saja ?" "Hee... . hee.... Leng-heng, apakah engkau tidak menilai orang lain terlalu tinggi ? Terhadap dirimupun aku tidak gunakan racun, apalagi untuk menghadapi dirinya ?" Bicara sampai disini ia berpaling dan ujarnya kembali kepada Gak In Ling. "Bocah, engkau boleh berlega hati Paling banter aku cuma melukai dirimu dan tidak sampai mencabut selembar jiwamu, karena aku masih menepati janjiku " Gak In Ling tertawa dingin "orang tua, kau boleh legakan hatimu. Sebelum engkau punahkan racun yang mengeram dalam tubuh kedua orang gadis itu, akupun takkan mencabut jiwamu " Bicara sampai disini dia melirik sekejap ke arah Kongsun To dengan sikap yang congkak dan tinggi hati. Leng In poocu yang berada disamping kalangan diam-diam merasa terperanjat, pikirnya. "Tekebur amat bocah ini." Kongsun To sebagai Nabi racun yang sangat dihormati orang tentu saja tak kuat menahan penghinaan yang terasa tajam baginya itu, api kegusaran membakar dadanya membuat napsu membunuh tak bisa dikendalikan lagi, dengan mata berkilat hardiknya. "Kurang ajar, rupanya engkau benar-benar ingin modar ?" Gak In Ling ingin buru-buru membuat perhitungan dengan Buddha Antik, ia tak ingin banyak membuang waktu lagi, sambil ayun sepasang telapaknya kedepan bentaknya. "Sambutlah seranganku ini" Dengan jurus "Gan-liok-peng-sah" atau Belibis hinggap di pasir datar, laksana kilat ia menotok dada Kongsun To dengan kecepatan yang sukar dilukiskan dengan kata-kata.
187 Pada saat Gak In Ling membetot putus rantai besi tadi, Kengsun To sudah mengetahui bahwa tenaga dalam yang dimiliki pemuda itu luar biasa sekali, oleh sebab itulah meskipun dalam pembicaraan ia berlagak seolah-olah sama sekali tak memandang sebelah matapun terhadap pemuda she Gak. tapi dalam kenyataannya ia sudah mempunyai perasaan was- was yang tinggi terhadap diri musuhnya itu. Maka ketika dilihatnya Gak In Ling melancarkan serangan, ia tak berani bertindak gegabah buru-buru dengan gunakan jurus Jian-liong-ki-hong" atas menunggang naga naik burung hong ia loncat mundur sejauh tiga depa dari tempat semula, tidak menunggu Gak In Ling berganti jurus, dengan menggunakan gerakan "Liong-hui-hong wu" atau naga terbang burung hong menari dia balik menghantam iga kiri pemuda itu. ---ooo0dw0ooo--- Jilid 6 MENGHINDARKAN diri, balas menyerang semua dilakukan pada saat yang bersamaan dan menggunakan kecepatan yang luar biasa sekali, bukan saja angin pukulan terasa menderu- deru bahkan amat menyilaukan mata, hal ini membuktikan bahwa tenaga dalam yang dimiliki orang ini sama sekali tidak berada dibawah Gak In Ling. Si anak muda itu sendiri juga tak menyangka kalau tenaga dalam serta gerakan jurus yang dimiliki orang itu telah mencapai puncak kesempurnaan, karena bertindak gegabah dengan cepat ia terjerumus dalam posisi yang terdesak hebat. Setelah berhasil merebut kedudukan diatas angin, semangat tempur Kongsun To berlipat ganda, jurus demi jurus dilancarkan tiada hentinya membuat orang lain tak mampu melancarkan serangan balasanTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 188 Diatas kening Leng In poocu mulai dibasahi eleh keringat dingin, ia bukan menguatirkan keselamatan dari Gak In Ling, sebaliknya menguatirkan kekalahan sianak muda ini bisa mengakibatkan dirinya akan terkurung untuk selamanya ditempat itu atau bahkan menemui ajalnya ditangan Kongsun To. Dalam waktu singkat, kedua orang itu sudah bertempur sebanyak puluhan jurus, dengan dilangsungkannya pertarungan ini maka peredaran darah dalam tubuh pemuda itu beredar semakin kencang, itu berarti kadar racun yang mengeram dalam tubuhnya ikut menyebar semakin cepat, ketika secara tiba-tiba pemuda itu merasakan perubahan didalam tubuhnya, ia merasa amat terperanjat, pikirnya. "Kalau pertarungan ini dilangsungkan lebih jauh, mungkin aku benar- benar akan menderita kekalahan-" Berpikir sampai disitu, ia segera membentak keras. "Tunggu sebentar " Sambil berseru dia loncat keluar dari gelanggang. Kongsun To mengira Gak In Ling sudah menyadari bahwa dia bukan tandingannya dan minta berhenti, sebagai orang yang berakal licik dan pada dasarnya memang tiada bermaksud menghabisi nyawa Gak In Ling, dengan cepat ia tarik kembali serangannya dan loncat mundur sejauh tiga depa dari tempat semula, serunya dengan wajah mengejek. "Engkau jeri ?" Gak In Ling tertawa dingin- "Karena aku merasa tak mampu membinasakan dirimu, maka aku suruh engkau berhenti bertempur " Kong sun To berdiri tertegun setelah mendengar perkataan itu, ujarnya dengan bimbang. "Perkataanmu itu kau ucapkan untuk siapa?" Jelas ia merasa tak mengerti dengan ucapan lawannya, sebab ditinjau
189 dari situasi pertarungan yang dihadapinya, Gak In Ling terdesak dibawah angin- "Tentu saja kuucapkan bagimu " sahut sang pemuda. "Haahaa sekarang aku sudah paham, engkau tentu merasa takut menderita kekalahan ditanganku sehingga malu bertemu dengan orang- lain ?" "Hmm, pikiran seperti itu masih terlalu pagi untuk diungkapkan-" sambil berkata sianak muda itu segera ayunkan telapak tangannya yang berwarna merah dan berseru sambil tertawa dingin. "coba engkau lihatlah ini" Kongsun To menengadah ke atas, setelah mengetahui apa yang terlihat dengan ketakutan ia mundur selangkah ke belakang, airmukanya berubah hebat, lama sekali baru pulih kembali dalam ketenangan- "Gak In Ling" katanya kemudian dengan suara menyeramkan- "Bila kita sampai berjumpa lagi dikemudian hari, mungkin akan kugunakan segenap kemampuan yang kumiliki untuk merebut kemenangan dari tanganmu " "Hmm " Gak In Ling mendengus dingin. "Bila kita berjumpa lagi dikemudian hari, mungkin engkau tak akan punya waktu untuk menggunakan benda-benda racunmu itu." habis berkata ia segera berjalan menghampiri Leng In poocu, sementara Kongsun To sendiri tercekam dalam kebimbangan dan kebingungan- Dua kali dentingan nyaring menggema diang kasadan dua batang rantai bajapun putus jadi dua bagian, Leng In poocu serta seorang kakek berjubah padri berambut panjang dan bermuka penuh tato segera bebas dari belenggu, diantara ketiga orang itu hanya kakek bercodet saja yang belum menyanggupi untuk menerima syarat apapun dari Gak in Ling. Rambut yang panjang hampir menutupi wajah mereka, kecuali perbedaan pakaian yang dikenakan, hampir boleh
190 dibilang tiada perbedaan lain yang terdapat diantara orangorang itu. Dengan pandangan yang tajam Leng In poocu menatap tajam wajah Gak In Liig kemudian berkata. "Gak-heng, sekarang engkau boleh ajukan syarat yang kau kehendaki." Gak In Ling memandang sekejap kearahnya dengan pandangan hambar, lalu menggeleng. "Aku tidak mempunyai permintaan apa-apa terhadap dirimu " sahutnya dengan tenang. "Apakah engkau tidak merasa terlalu rugi?" Sekali lagi Gak In Ling menggeleng setelah menyapu sekejap sekeliling ruangan itu. "Aku sama sekali tidak mempunyai jalan pikiran seperti itu." setelah berhenti sebentar, tiba-tiba tegurnya dengan suara dingin. "Buddha Antik berada dimana ?" "Akulah Buddha Antik "jawab kakek berjubah padri dan wajah penuh codet itu sambil maju selangkah kedepan. Mendengar jawaban itu Gak In Ling melengak, ditinjau dari sudut manapun juga ia tidak berhasil menemukan suatu persamaan apapun antara Buddha Antik yang berada dihadapannya saat ini dengan Budha Antik yang pernah dijumpainya belum lama berselang. Ia jadi sangsi dan tanyanya dengan ragu. ^ "Sebenarnya dalam dunia persilatan semua terdapat berapa orang Buddha Antik ?" "Buddha Antik hanya aku seorang "jawab padri bermuka codet sambil menghela napas. "Tidak. aku pernah berjumpa dengan Buddha Antik kedua," sahut Gak In Ling sambil gelengkan kepalanya, "bersediakah taysu memperlihatkan telapak tanganmu kepada aku ?"
191 Tiba-tiba satu ingatan berkelebat dalam benakpadri bercodot itu, pikirnya didalam hati. "oraag yang dia temui mungkinkah dirinya." Ingatan tersebut hanya sebentar saja berkelebat dalam benaknya, ia segera maju kedepan dan secara sukarela memperlihatkan lengan kanannya kepada sia nak muda itu. "Mungkin siau-sicu pernah menyaksikan raut wajahku pada masa yang lampau..." tanyanya dengan suara berat. Gak In Ling menyapu sekejap lengan kanan Buddha Antik, kemudian dengan hati kecewa menggeleng "Terima kasih taysu." katanya. Buddha Antik tarik kembali lengan kanannya dan berkata lagi dengan suara berat. "Raut wajahku sudah hampir lima belas tahun lamanya dirusak orang, mungkin selama lima belas tahun belakangan ini raut wajahku yang lampau telah melakukan banyak kejahatan dan perbuatan terkutuk... aaaaiii..." Gak In Ling tidak menggubris padri bermuka codet lagi, dengan hati. kecewa ia berjalan kehadapan Kongsun To dan berkata. "Berikan obat pemunah bagianku itu " Dengan gerakan yang cepat dan cekatan Nabi racun Kongsun To mengambil keluar sebutir pil berwarna hitam diantara botol-botol obatnya, siapapun tak sempat dari botol manakah dia mengambil obat tersebut, dari sini dapat dinilai betapa licik dan berhati- hatinya orang ini. Tanpa ragu-ragu ataupun berpikir panjang Gak In Ling menelan obat itu kedalam perut. Melihat sikap sang pemuda yang begitu gegabah, Kongsun To dengan wajah tercengang segera menegur. "Apakah engkau tak takut aku main gila dengan dirimu ?"
192 "sekalipun aku takut juga tak ada gunanya." "Haa..... haa...., perkataanmu memang benar, dan engkau memang pemuda yang amat cerdik." seru Kongsun To sambil tertawa. Pada saat itulah tiba tiba dari sisi kanan berkumandang datang suara langkah manusia yang lirih, baru saja Gak In Ling hendak berpaling, tiba-tiba Kongsun To berteriak keras. "Roboh kalian semua, bangsat" Tidak terlihat bagaimanakah ia menggerakkan tubuhnya, dari balik ruangan berkumandang dua kali dengusan berat. Menanti Gak In Ling putar badan, maka terlihatlah dalam ruangan itu sudah bertambah dengan dua sosok mayat, disisinya tampak nasi dan sayur berserakan diatas tanah, rupanya kedua orang itu adalah petugas pengantar makanan dari lembah itu. Leng In poocu tertawa dingin. "Kongsun-heng, cepat amat gerakan tubuhmu." ejeknya. "IHee hee... terima kasih, terima kasih, sayang aku telah menumpahkan santapan enak kalian berdua." seru Kongsun To pula sambil tertawa dingin. Gak In Ling segan mendengarkan cekcok dan ribut diantara manusia-manusia aneh itu, setelah menyapu sekejap kearah dua sosok mayat yang terkapar dilantai tanah, satu ingatan berkelebat dalam benaknya, kepada Nabi racun itu segera serunya. "Bagaimana dengan syarat-syarat yang lain-" "Hm jangan terburu napsu, aku tokh belum lolos dari kurungan," sambung kakek licik itu dengan cepat. "Hm Engkau jangan lupa, bahwa pada saat ini engkau masih berada didaratan Tionggoan." setelah berhenti sejenak. dengan nada memerintah serunya kembali. "Sekarang engkau harus memunahkan lebih dahulu racun yang mengeram dalam tubuh kedua orang gadis itu."
193 "Gak-heng" seru Leng In poocu sambil tertawa. "aku lihat engkau sangat menguatirkan sekali keselamatan mereka, hubungan persahabatan semacam ini sungguh jarang kutemui dikolong langit." Walaupun Gak In Ling dapat menangkap maksud dari ucapan Leng In poocu namun ia tidak membantah ataupun mengakui, hanya ujarnya sambil tertawa hambar. "Setiap umat persilatan di kolong langit wajib menguatirkan keselamatan mereka, demikian pula dengan diriku." Dari salah seorang korbannya yang terkapar mati diatas tanah, Kongsun To melepaskan jubah panjang yang dikenakan dan segera dipakai di badan, setelah itu ujarnya. "Baiklah, mari sekarang juga kita berlalu dari sini " tanpa menanti yang lain lagi ia berjalan lebih dahulu menuju keluar. Leng In poocu segera menyusul dibelakangnya, sedangkan Buddha Antik berada dipaling belakang. Setelah berjalan beberapa langkah dan tidak melihat Gak In Ling mengikuti di belakang mereka, Buddha Antik segera menghentikan langkahnya dan berpaling. "Sicu, engkau tidak ikut keluar ?" tegurnya "Tidak- aku ingin berhenti sebentar lagi di sini." sahut sang pemuda setelah melirik sekejap kearah gua bagian dalam. Buddha Antik gelengkan kepalanya dan menarik napas panjang. "Lembah Toan-hun-kok adalah sarang naga gua harimau, dengan tenaga gabungan Kongsun To, Leng In poocu serta aku, akhirnya kami masih tertawan juga oleh mereka, apalagi sicu hanya seorang diri. Siau-sicu, aku harap engkau suka bertindak hati-hati dan jangan menempuh bahaya dengan percuma."
194 Dengan penuh rasa terima kasih Gak In Ling tertawa jawabnya. "Terima kasih atas perhatian dari taysu, harap taysu suka menasehati kedua orang nona itu cepat-cepat tinggalkan tempat ini, ingatkan mereka bahwa kepentingan umat persilatan jauh lebih penting dari urusan ditempat ini " "Kalau engkau tidak pergi, masa mereka bersedia pergi dari sini?" Gak In Ling tartawa tawa "Mungkin mereka berharap. agar aku bisa cepat-cepat mati." "Aaaah Masa begitu ?" Gak In Ling tidak mengomentari ucapan itu lagi, ia putar badan dan menambahkan- "Setelah bertemu dengan mereka, taysu akam mengerti dengan sendirinya, sekarang pikiranku sedang kalut dan kacau tak karuan, harap taysu segera tinggalkan tempat ini" Buddha Antik mengiakan dengan nada berat, ia dapat ikut merasakan bahwa pemuda pemurung ini seolah-olah mempunyai rahasia hati yang tak dapat diberitahukan kepada orang lain akhirnya ia hanya bisa berpesan dengan nada berat. "Siau-sicu, sebelum melakukan sesuatu tindakan terlebih dahulu pikirlah tiga kali." kemudian tanpa banyak bicara lagi diapun keluar dari ruangan itu. Baru saja Buddha Antik menarik napas kebebasan, tiba-tiba bayangan manusia berkelebat di hadapan matanya dan serentetan suara yang merdu telah menyusup masuk kedalam telinganya. "Dimanakah Gak In Ling ?" Suaranya begitu cemas, gelisah dan tidak tenang, dia bukan lain adalah Thian-hong pangcu. Melihat dara cantik yang berada di hadapannya, Buddha Antik segera membathin dalam hatinya.
195 "omitohud Gadis ini benar-benar mempunyai kecantikan yang luar biasa sekali " Ia segera balik bertanya. "Kalian sudah menelan obat pemunah?" thian- hong pangcu mengangguk. "Sudah, dimana Gak In Ling ?" tanyanya gelisah. "Masih berada dalam ruangan " "Kenapa tidak keluar ? Apa yang sedang dilakukan didalam sana ?" tanya perempuan berkerudung merah dengan cepat. Melihat sikap serta tingkah laku dua orang gadis itu, Buddha Antik kembali berpikir didalam hati. "Jika kutinjau dari sikap mereka yang gelisah dan tidak tenang, sedikitpun tidak nampak kalau mereka mengharapkan pemuda itu cepat mati, tapi apa sebabnya pemuda itu berkata demikian?" berpikir sampai disitu segera ujarnya. "Tempat ini tidak dapat didiami terlalu lama dia suruh aku menyampaikan kepada kalian berdua, katanya demi masa depan dan kesejahteraan umat persilatan lebih baik kalian berdua segera tinggalkan tempat ini" Ucapan tersebut dengan cepat menimbulkan firasat jelek dalam hati kedua orang gadis itu, dengan perasaan tidak senang thian- hong pangcu segera bertanya. "Tapi ia tidak akan menerjang masuk kelambung lembah Toan-hun-kok seorang diri, bukan?" "Aaaiii semoga saja ia dapat merubah rencananya semula." sahut Buddha Antik sambil menghela napas panjang. Mendengar jawaban tersebut, kedua orang gadis tersebut berseru tertahan, tiba-tiba Thian-hong pangcu berseru sambil menahan isak tangis.
196 "oh, Gak In Ling, Gak In Ling kau... kau tidak seharusnya pergi menempuh bahaya, kami.... belum pernah kami membenci dirimu...." sambil berseru ia segera menerjang masuk kedalam ruangan, diikuti gadis berkerudung merah itu pun menyusul dari belakangnya. Jeritan yang melengking dan menyayatkan hati itu segera menyayatkan hati Buddha Antik. Nabi racun Kongsun To serta Leng In poocu, dengan cepat mereka memburu kembali kedalam ruangan- Ketika ketiga orang itu masuk kembali kedalam ruang batu yang mengurung mereka selama hampir lima belas tahun lamanya itu, yang ditemui hanyalah dua orang gadis yang berdiri menjublek dalam ruangan, mata mereka terbelalak dan sukma serasa telah melayang tinggalkan raganya. Kedua orang itu bukan lain adalah gadis berkerudung merah serta Thian-hong pangcu, dari sikap mereka jelas terlihat bahwa kedua orang itu merasa sedih sekali. Dengan pandangan yang tajam Leng Inpoo cu menyapu sekejap sekeliling tempat itu, ketika sorot matanya membentur pada pintu batu disebelah dalam ia segera berseru. "Gak In Ling seorang diri telah menerobos masuk lembah Toan-hun-kok dan kini sudah berada dilambung bukit, tak ada gunanya kita berdiam terlalu lama ditempat ini " "Benar "jawab Kongsun To sambil mendengus. "Terlalu lama berada disini, kemungkinan besar kita akan terkurung selama lima belas tahun lagi di dalam gua yang gelap ini." Selamanya dia tidak akur dengan Leng In poocu, maka dalam pembicaraannya kata-katanya selalu mengandung nada sindiran yang tajam.
197 Leng In poocu bukan manusia sembarangan tentu saja ia tak sudi menerima kata-kata tersebut dengan begitu saja, serunya. "Kong-heng, apakah engkau tidak merasa bahwa nyalimupun kecil sekali Tetapi tiap orang mempunyai pandangan yaag berbeda, aku tak berani menahan dirimu terlalu lama, jika Kongsun- heng ingin berlalu dari sini, nah silahkan" Nabi racun Kongsun To jadi naik pitam, sorot matanya berubah jadi merah berapi, katanya kembali dengan dingin. "Leng heng, engkau jangan melulu menuduh orang lain saja yang bernyali kecil, kalau mulut sudah terlanjur busuk. macam dirimu itulah keadaannya." Buddha Antik yang berada disamping lapangan segera menyadari bahwa percekcokan itu bila dilanjutkan maka suatu pertarungan sengit tidak bisa dihindarkan lagi, mengingat diri mereka masih berada dalam sarang naga gua harimau, bila pertarungan benar-benar telah terjadi, itu berarti sama halnya dengan menggali liang kabur buat diri sendiri. oleh sebab itu buru-buru ia menasehati. "Kalaupun kalian berdua mempunyai pendapat yang saling berbeda, aku percaya bahwa pendapat itu tak akan lebih memalukan daripada peristiwa terkurungnya kita ditempat ini sejak lima belas tahun berselang, entah bagaimanakah pendapat kalian atas ucapanku itu ?" Baik Kongsun To maupun Leng In poocu sama-sama merasakan hatinya terperanjat setelah mendengar perkataan itu, mereka saling bertukar pandangan sekejap lalu menjawab. "Perkataan taysu tepat sekali " Buddha Antik tersenyum, sambil berpaling kearah Thianhong pangcu ujarnya dengan suara berat.
198 "Pangcu, menurut pendapatku lebih baik kita tinggalkan saja tempat ini " "Dari jalan yang manakah Gak In Ling masuk kedalam lambung lembah Toan-hun-kok ?" bukannya menjawab Thianhong pangcu malah balik bertanya, suaranya penuh kepedihan dan entah sedari kapan airmata telah membasahi pipinya. Satu ingatan berkelebat dalam benak Budha Antik, dengan wajah serius segera ujarnya. "Gak sicu berulang kali menyatakan kepadaku, bahwa pangcu adalah seorang pemimpin umat persilatan didaratan Tionggoan, ia menganjurkan agar pangcu sagera tinggalkan tempat ini, perhatian yang dia berikan terhadap diri pangcu tidak berada dibawah perhatian pangcu atas dirinya, jikalau pangcu bersikeras untuk memasuki lambung lembah, bukankah itu berarti bahwa engkau menyia-nykkan maksud baik Gak sicu ?" Senyum getir terlintas diatas wajah Thian-hong pangcu, sambil gelengkan, kepala ia menjawab. "Ia bukan menguatirkan diriku, bukan menaruh perhatian kepadaku, tapi umat persilatan yang ada dikolong langit..." "Hm tak kusangka bocah keparat itu masih mempunyai parasaan suci seperti itu " pikir Kongsun To didalam hati. Sebaliknya Leng In poocu berpikir lain- "Hm, rupanya bocah she Gak itu adalah seorang pendekar yang berjiwa besar.." cuma pikiran semacam itu hanya sebentar saja berkelebat dalam benak mereka untuk kemudian lenyap tak berbekas, sebab mereka masing-masing mempunyai cara berpikir sendiri-sendiri. "Apakah pangcu bersikeras akan memasuki lembah ini ?" tanya Buddha Antik kembali.
199 "sedikitpun tidak salah, dimanakah pintunya ?" "Aku sendiripun tak tahu ia lewat pintu yang mana" jawab padri bermuka codet itu sambil menggeleng, sambil menuding kearah dua sosok mayat yang menggeletak diatas tanah, dia melanjutkan- "Mungkin sewaktu kedua orang ini masuk kedalam ruangan tadi, pintu masuknya telah terlihat olehnya." "Kalau ada pintu, kita pasti akan berhasil untuk menemukannya." sela perempuan berkerudung merah secara tiba-tiba. "Silahkan kalian bertiga segera tinggalkan tempat ini " Selesai berkata ia segera maju kedepan dan rupanya sedang mencari letak pintu masuk rahasia itu. "Li sicu berdua, bagaimanakah pendapat kalian tentang tenaga dalam yang kumiliki ?" tanya Buddha Antik secara tibatiba. Thian-hong pangcu tertegun mendengar pertanyaan itu, setelah sangsi sejenak jawabnya. "Boleh dibilang jago paling lihay dalam dunia persilatan " Bhuddha Antik mengangguk. ujarnya kembali. "Tetapi dengan tenaga gabungan kami bertiga, akhirnya tokh kami terkurung juga selama lima belas tahun dalam gua ini. Ilmusilat yang dimiliki majikan tempat ini luar biasa sekali dan tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata, oleh karena itu menurut dugaanku seandainya majikan tempat ini tidak berhasrat membunuh Gak In Ling keadaan mungkin mendingan, kalau ia bermaksud membinasakan dirinya, mungkin pada saat ini Gak sicu telah mendingin." Meskipun tujuan dari ucapan itu hanya menakut-nakuti dua orang gadis tersebut, namun dalam kenyataan begitulah adanya.
200 Tapi sayang, bukan saja ucapan itu tidak mendatangkan hasil apapun, sebaliknya malah makin mempertebal niat kedua orang gadis itu untuk menemukan Gak In Ling. "sekalipun dia sudah mati, kami harus menemukan jenazahnya." ujar Thian-hong pangcu Selesai berkata ia berjalan menuju kearah yang berlawanan dari perempuan berkerudung merah itu, dan diatas dinding batu ia berusaha menemukan pintu rahasia tersebut. Buddha Antik yang berusaha dengan sekuat tenaga untuk menghalangi niat kedua orang gadis tersebut masuk kedaiam lembah Toan-hun-kokpun mengalami kegagalan totai, setelah berdiri tertegun beberapa saat lamanya akhirnya ia cuma bisa menghela napas sambil gelengkan kepalanya berulang kali. Leng In poocu memandang sekejap kearah dua orang gadis itu tiba-tiba ia berkata. "Jikalau kailan mencari dengan cara begitu maka sampai hari geiappun belum tentu jalan masuk itu berhasil ditemukan, menurut pendapat ku lebih baik kailan masuk lewat mulut gua yang pernah kita lalui lima belas tahun yang lampau, sebab kemungkinan berhasiljauh lebih besar." Dalam pada itu Thian-hong pangcu berdua memang sedang putus asa karena tidak berhasil menemukan suatu tanda yang menunjukkan disana ada pintu rahasia, mendengar ucapan tersebut mereka segera hentikan pekerjaannya dan bertanya. "Berapa jauh letaknya dari tempat ini ?" "Kita harus melewati bukit ini lebih dahulu, menurut perhitungan dari kekuatan langkah kita mungkin tidak sampai setengah jam kita bisa mencapai tempat itu." Buddha Antik yang ikut mendengar perkataan itujadi tertegun, pikirnya. "Pada lima belas tahun yang lalu terang-terangan kami masuk lewat dari tempat ini, masa dibelakang gunung
201 sanapun ada tempat masuk ?" Sebaliknya Kongsun To sambil tertawa dingin pikirnya. "Aku orang she Kongsun tak pernah berpikir bahwa siasat mengelabui langit menyebrangi sungai ini bisa digunakan untuk menghadapi dua orang gadis cilik ini, dia memang licik" Pada waktu itu Thian-hong pangcu berdua sedang bingung dan pikirannya kalut, mereka tak berpikir lebih jauh, setelah gagal menemukan jalan masuk maka harapannyapun digantungkan pada petunjuk dari Leng in poocu. "Kalau begitu mari kita berangkat" serunya kemudian. Leng In poocu tertawa. "Menolong orang bagaikan menolong api, mari kita berangkat sekarang juga " habis berkata ia berjalan lebih dahulu tinggalkan ruangan ini disusul dua orang gadis itu dan paling depan adalah Kengsun To. Sedangkan Buddha Antik sendiri setelah berpikir sebentar tiba-tiba ia menyadari akan sesuatu, sambil mengangguk ia menghela napas panjang. "Omitohud Mungkin perbuatan itu merupakan tindakan bajik pertama yang pernah dilakukan Leng sicu selama hidupnya...." iapun melangkah keluar dari ruangan itu dan menyusul rekan-rekan lainnya. 0odwo0 Sekarang marilah kita kembali kepada Gak In ling, setelah Buddha Antik tinggalkan ruangan tersebut, ia segera masuk kelorong batu. Gak In Ling adalah seorang pemuda cerdas. la bukannya tidak tahu kalau lembah Toan-hun kok sarang naga gua harimau, bila ia masuk kedalam seorang diri maka itu berarti menghantar kematian bagi diri sendiri.
202 Tetapi Buddha Antik adalah satu-satunya titik terang yang berhasil ia temukan sejak munculnya dalam dunia persilatan, lagipula dalam kehidupan yang terbatas, ia tak mau melepaskan titik terang yang berhasil diperolehnya itu dengan begitu saja, sebab untuk mencari titik terang ke dua bukanlah suatu pekerjaan yang gampang. Maka tanpa berpikir panjang lalu dia mengambil keputusan untuk memasuki lembah Toan-hun kok yang merupakan sarang naga gua harimau itu untuk menemukan Buddha Antik, titik terang yang berhasil ia temukan untuk memecahkan rahasia yang memusingkan kepalanya itu. Ketika Gak in Ling baru saja melangkah masuk kedalam lorong batu itu sejauh empat lima depa, tiba-tiba dari arah belakang berkumandang suara ledakan yang amat keras bagaikan ambruknya bukit karang. Tanpa sadar Gak In Ling menghentikan langkahnya, dalam waktu singkat itulah sebuah pintu besar yang terbuat dari batu cadas telah menyumbat jalan mundur pada lorong rahasia itu. Menyaksikan kesemuanya itu, Gak In Ling tertawa dingin. "Sekalipun kalian menyumbat semuanya jalan mundurku juga tak apa, sebab sebelum lembah Toan-hun-kok berhasil kumusnahkan tak nanti aku orang she Gak tinggalkan tempat ini. Dengan wajah yang teguh dan serius, ia me lanjutkan perjalanannya masuk kedalam gua. Baru saja pemuda itu maju beberapa langkah kedepan, tiba-tiba disisi telinganya berkumandang datang suara teguran seseorang yang terasa amat dikenal olehnya. "Gak In Ling, sudahkah engkau pertimbangkan akibat serta resiko yang bakal kau terima ?" Tertegun hati Gak In Ling mendengar ucapan itu, pikirnya.
203 "Suara orang itu amat kukenal, seakan-akan aku pernah mendengarnya disuatu tempat tapi siapakah dia ?" Untuk beberapa lamanya ia tak dapat menduga siapakah orang itu. Dengan penuh perhatian Gak In Ling mengamat-amati asal suara yang muncul secara tiba-tiba itu, ia menemukan dinding lorong itu licin dan rata sekali, disana sini terdapat lubanglubang kecil seperti sarang lebah, jelas suara tersebut berasal dari pancaran lewat lubang-lubang kecil tersebut. "Suaramu amat kukenal," seru Gak In Ling kemudian, "aku ingin tahu engkau sahabatku atau musuhku ?" "DidaLam dunia yang kejam dan brutal ini siapa yang kuat akan menindas yang lemah, tiada kawan atau lawan dalam keadaan seperti ini, lebih baik engkau tak usah berpikir yang bukan-bukan." jawab orang itu ketus. Gak In Ling kembali tertawa dingin- "Hee... hee..... itu tokh menurut pandanganmu, sayang pendapatku berbeda sekali, bagiku dikolong langit ini kalau bukan sahabat dia tentulah lawan" "Haa..... haa...... baiklah, kalau engkau bersikeras dengan pandanganmu itu, biarlah aku turuti kemauan mu itu, kemungkinan besar aku adalah musuhmu" Habis berkata orang itu menghela napas panjang, suaranya lama sekali mengalun dalam ruangan tersebut. Dari pembicaraan orang itu, Gak In Ling tahu bahwa banyak bicara tak ada gunanya, maka sambil tertawa seram serunya kembali. "Dimanakah aku bisa bertemu dengan dirimu sehingga kita bisa langsungkan pertarungan yang menentukan mati hidup kita berdua ?"
204 "DidaLam lima li kabut dan awan, aku akan bertemu dengan dirimu "jawab orang itu hambar. Setelah berhenti sebentar ujarnya kembali. "Sewaktu engkau melewati altar pesan terakhir, aku harap engkau bisa tinggalkan beberapa pesan terakhir ditempat itu, walaupun belum tentu bisa kulakukan pesan terakhirmu itu, tetapi di dalam lingkaran yang memungkinkan aku pasti akan berusaha untuk memenuhi keinginanmu itu" selesai berkata ia menghela napas lagi dengan suara berat, suara itu kian lama kian lirih dan akhirnya lenyap dari pendengaran- Tercekat hati Gak In Ling mendengar perkataan itu, dari ucapan orang tadi ia tahu bahwa orang tersebut sama sekali tidak bermaksud menakut-nakuti dirinya, itu berarti perjalanannya lebih banyak bahaya daripada rejeki. Dari balik mata Gak In Ling tiba-tiba memancar keluar cahaya yang menggidikan hati, pikirnya dengan gemas. "Hmm Sekalipan aku orang she Gak ada pesan terakhir, juga tak akan kuutarakan sehingga kalian manusia-manusia laknat mengetahuinya." Dengan dada yang dibusungkan dan langkah yang tegap. ia lanjutkan perjalanan menuju kedalam Lorong batu yang gelap dan lembab penuh mengandung suasana yang mengerikan, untung perasaan danpikiran Gak In Ling pada saat ini sedang dibakar oleh kemarahan, dia hanya tahu membalas dendam dan tidak memperdulikan hal lainnya lagi, kalau tidak. kendatipun nyalinya besar, sedikit banyak bulu kuduknya akan bangun berdiri. Lorong batu yang sempit seakan-akan tiada akhirnya, dengan kedepan tubuh Gak In Ling, sekalipun sudah melakukan perjalanan selama sepertanak nasi masih belum menemukan sedikit cahayapun, seperti juga ketika datang untuk pertama kalinya di tempat itu, ia sama sekail tak bisa
205 menduga harus berjalan berapa lama lagi baru tiba ditempat tujuan ? Tapi ada satu hal yang aneh, selama Gak In Ling melakukan perjalanannya kecuali suara manusia yang didengarnya tadi, ia tidak menemukan apa-apa lagi, diantaranya pada tikungan-tikungan yang sempit dan terjal di mana merupakan tempat yang strategis untuk memasang jebakan, diapun tidak menemukan gangguan apapun. Mungkin hal ini disebabkan karena mereka tak memandang sebelah matapun terhadap Gak In Ling, mungkin juga karena mereka yakin bisa merebut kemenangan maka mereka tak ada perlunya untuk memasang jebakan disana. Pokoknya, kesunyian serta keheningan seperti ini sama sekali tidak menguntungkan bagi Gak In Ling. Kembali sianak muda itu membelok pada tiga buah tikungan, tiba-tiba pandangan matanya jadi silau, ia telah sampai didalam sebuah ruang kecil yang empat dindingnya bertaburkan ratna-mutu manikam yang beraneka warna, suasana jadi terang-benderang dan amat menyilaukan mata. Gak ln Ling tertawa dingin, pikirnya. "Hm, akhirnya sampai juga ditempai tujuan..." Sementara ia berpikir, sorot matanya telah terbentur dengan sebuah meja batu yang kecil serta sebuah kursi batu kecil ditengah ruangan, di-atas meja terteralah kertas dan alat menulis, kecuali itu tiada apapun yang terlihat. Gak In Ling segera mendekati meja batu itu, pada permukaan meja yang licin terukirlah beberapa huruf yang besar yang berwarna merah darah. "Tinggalkan pesan terakhir ditempat ini" Tulisan tersebut seketika memancing rasa gusar dalam dada Gak In Ling, kakinya dengan cepat melancarkan sebuah tendangan kearab meja batu itu.
206 "Braaak " ditengah benturan yang sangat keras, meja batu itu seketika hancur berantakan, kertas dan alat tulispun tersebar diatas tanah. Pada saat itulah, suara yang pernah didengar tadi kini muncul kembali dari balik dinding. "Aaii... engkau terlalu tekebur dan sombong..." Tertegun hati Gak in Ling setelah mendengar ucapan itu, segera pikirnya didalam hati. "oh...... rupanya semua gerakgerikku selalu berada daLam pengawasan orang ini." napsu membunuh seketika bangkit, sambil menatap tajam kearah mana berasalnya suara itu bentaknya keras. "Sebenarnya jarak dari sini menuju ketempat pertemuan diantara kita berdua masih seberapa jauh ? IHmm Main gila dari balik dinding dan menakut-nakuti orang dengan omong besar, engkau anggap perbuatanmu itu bisa membikin aku orang she Gak jadi ketakutan?" "Selama ini engkau belum pernah mempertimbangkan tindakanmu itu d engan pikiran serta hati yang tenang, apa salahnya kalau engkau pertimbangkan kembali tindakanmu ini?" ujar suara itu kembali. Gak In Ling tertawa dingin- "Sebelum aku masuk kemari, jika tidak ku pertimbangkan lebih dahulu, tidak nanti akan ku lakukan tindakan seperti ini " "Apakah engkau tidak merasa perlu untuk mempertimbangkan sekali lagi ?" "omong kosong " "Baiklah kalau begitu Lima puluh tombak disebelah depan sana merupakan Ngo-li-in-wu lima li kabut dan awan- Nah, kita berjumpa lagi disana." habis berkata terdengarlah suara "Krek" diikuti gemerincingnya ramai dan muncullah sebuah pintu rahasia diatas dinding ruangan itu.
207 Gak In Ling tarik napas panjang, selangkah demi selangkah dia berjalan masuk kedalam pintu rahasia tersebut. Walaupun airmukanya tetap tenang dan sama sekali tidak memperlihatkan perubaban apapun, tetapi hati kecilnya merasa amat tegang, sebab pada saat ini musuh berada dalam gelap sedangkan dia terang, setiap saat mara bahaya bakal mengancam keselamatan jiwanya. Baru saja GakIn Ling melangkah masuk ke dalam ruangan itu, pintu batu dibelakang tubuh nya secara otomatis telah menutup kembali. Angin dingin berhembus lewat dari arah depan, kabut yang tipis mulai menyeiimut seluruh lorong, udara ditekelihng tempat itu lembab dan basah sekali. "Mungkin tempat inilah yang dimaksudkan lima li kabut dan awan-" pikir sianak muda itu di dalam hati. Ia percepat langkah kakinya dan menerjang maju kedepan. Semakin kedalam ia berjalan, kabut yang menyelimuti sekitar tempat itu bertambah tebal, dari terang suasana jadi gelap. cahaya yang memancar masukpun terasa semakin lemah. Gak In Ling mengerahkan segenap daya penglihatannya untuk mengamati suasana disekeliling tempat itu, tetapi pemandangan yang mampu tercapai olehnya hanya dalam lingkungan dua-tiga depa belaka, lebih dari itu yang terlihat hanyalah kabut putih. Pada saat itu Gak In Ling telah masuk ke dalam sebuah lapangan, kabut yang menyelimuti tempat itu jauh lebih tebal dari tempat manapun, ketajaman matanya hanya mampu menangkap benda-benda yang berada pada jarak satu tombak belaka.
208 Perlahan-lahan Gak in Ling menghentikan langkahnya, dengan waspada dan sangat hati-hati dia awasi sekeliling tempat itu. Mendadak dari arah belakang muncul suara yang amat lirih, begitu lirih suaranya seakan-akan seuntai daun yang rontok dari tangkainya. Ketajaman pendengaran yang dimiliki Gak In Ling luar biasa sekali, apalagi setelah ia berada didalam sarang naga gua harimau, kewaspadaannya dipertingkat hingga mencapai tingkatnya, tentu saja suara yang lirih itu tak lolos dan pengawasannya. Begitu suara lirih itu tertangkap oleh pendengarannya, laksana kilat Gak In Ling putar badannya, tapi apa yang dilihatnya seketika mencekatkan hati sianak muda itu, air mukanya berubah hebat. Kurang lebih lima depa dihadapan Gak In Ling berdirilah seorang kakek berjubah kuning yang usianya antara lima puluh tahunan, cukup di tinjau dari sorot matanya yaag tajam dapat diketahui bahwa ilmu silat yang dimiliki orang jauh berada diatas kepandaian Hiat-mo-ong. cuma bukan kehebatan ilmu silat yang dimiliki orang itu yang mengejutkan hatinya... Gak In Ling tarik napas panjang-panjang dan berusaha menekan pikiran serta perasaannya yang bergolak keras, ia maju kedepan dan memberi hormat, katanya. "Keponakan menghunjuk hormat untuk ong supek." "Hmm, bukankah engkau sudah katakan tadi, kalau bukan sahabat tentu lawan, aku bukan sahabatmu, dengan sendirinya merupakan musuh mu, sebutan supek tak berani kuterima lagi." kata kakek jubah kuning dengan dingin.
209 Rupanya orang ini bukan lain adalah manusia yang berada dalam lorong rahasia serta berulang kali memberi nasehat kepada sianak muda itu. Merah jengah selembar wajah Gak In Ling setelah mendengar perkataan itu, ujarnya dengan lirih. "Tadi keponakan masih belum tahu kalau orang itu adalah supek." "Hm. Sekalipun sudah tahu juga sama saja keadaannya, karena bagaimanapun juga dalam kenyataan bukan sahabatmu " "Tetapi. ... engkau juga bukan musuhku, bukan?" seru Gak In Ling tanpa terasa dengan hati terkejut. Kakek jubah kuning itu segera tertawa dingin. "Bukan ?justru akulah musuhmu" jengeknya sinis. Tanpa sadar Gak In Ling mundur selangkah kebelakang dengan hati terkesiap. sambil menatap kakek jubah kuning itu dengan wajah hijau membesi, serunya kembali. "Lalu di manakah ibuku dan enciku ?" "Hee... hee... hee... mereka telah menjadi tawanan didalam lembah Toan-hun-kok ini" jawab kakek berjubah kuning kembali sambil tertawa dingin. "Apa ?" ucapan tersebut bagaikan guntur yang membelah bumi ditengah hari bolong, begitu menggetarkan hati Gak In ling sehingga membuat pikirannya jadi kabur dan tak sadar, dia merasa otaknya kosong melompong, wajahnya yang semula merah padam kini berubah jadi pucat pias bagaikan mayat, keringat dingin mengucur keluar tiada hentinya. Dalam hati kecil kakek berjubah kuning itu secara lapatlapat timbul perasaan simpatik dan kasihan, tetapi ia tetap membungkam dalam seribu bahasa.
210 Kesunyian yang mengerikan mencekam seluruh ruangan itu, begitu sepinya sampai kedua belah pihak dapat mendengar detak jantungnya masing-masing. Airmuka Gak In Ling yang pucat pias bagaikan mayat mulai berubah jadi semu merah kembali, dari semu merah berubah jadi merah padam, dari balik sorot matanya yang dingin terpancarlah napsu membunuh serta rasa dendam yang amat tebal. Dengan langkah yang berat ia maju kedepan menghampiri kakek jubah kuning itu, kemudian dengan suara yang mengerikan ia berkata. "Keponakan berharap bisa mengetahui sebab-sebab kematian dari ayahku. Aku minta engkau suka mengatakannya kepadaku." Sikap yang keren serius dan mengerikan itu menggetarkan hati kakek berjubah kuning, tanpa terasa dia mundur dua langkah kebelakang, jawabnya dengan ketus. "Darimana aku bisa tahu ?" Gak in Ling tertawa dingin. "Kalau memang begitu dari mana engkau bisa tahu untuk menggabungkan diri dengan pihak Toan-hun-kok ?" "Darimana engkau bisa tahu kalau aku mengabdi kepada mereka?" seru kakek berjubah kuning dengan airmuka berubah hebat. "Karena tenaga dalam yang engkau miliki masih belum berhak untuk memimpin segenap kekuatan yang ada didalam lembah ini." Rupanya ucapan yang pedas dari Gak In Ling ini telah menyinggung perasaan halus kakek berjubah kuning itu, dari balik matanya yang melotot bulat segera memancarkan keluar serentetan cahaya yang amat tajam, dia tatap muka pemuda itu dengan tajam kemudian membentak nyaring.
211 "Itukah sifatmu terhadap seorang angkatan yang lebih tua daripada dirimu ?" Sejak Gak In Ling mengetahui kalau ibu serta encinya telah ditawan didalam lembah Toan hun-kok, terhadap supeknya yang semula telah menyanggupi untuk menjaga serta merawat ibu dan encinya ini telah membenci hingga merasuk ketulang sumsum, dalam keadaan begini tentu saja ia tak pernah mengingat tentang hubungan antara angkatan tua dengan angkatan yang lebih muda lagi. Mendengar perkataan tersebut, ia segera menengadah dan tertawa keras, sambil mengertak gigi serunya. "Angkatan tua ? Haa^.. haaa haa.... menjual sahabat mencari pahala, mengingkari janji yang telah diucapkan sendiri, angkatan tua semacam ini buat apa mesti dihormati ? Hm, mengenalpun aku sudah muak dan malu sekali " Entah dikarenakan ketukan liang-sim nya atau terpengaruh oleh ucapan Gak In ling yang keras dan tajam, tanpa sadar kakek jubah kuning itu berseru. "orang yang membinasakan ayahmu, memaksa dirimu bukan cuma aku seorang.... kau jangan menuduh aku yang bukan-bukan-" Rupanya dia hendak mencuci bersih semua dosa serta kesalahan yang ditimpakan kepadanya. Mendengar perkataan itu sekali lagi Gak In Ling merasakan hatinya amat terperanjat, ia segera maju selangkah kedepan dan membentak dengan nada dingin. "Tua bangka sialan, engkau telah apakan ibu serta enciku ? Ayo jawab " Suaranya keras bagaikan guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, membuat orang merasakan hatinya bergetar keras.
212 Tercekat hati kakek berjubah kuning itu setelah mendengar bentakan tersebut, ia segera tersadar kembali dari lamunannya, dengan perasaan kaget pikirnya. "Ini hari aku kenapa sih ? Kenapa perasaan dan pikiranku bisa goyah dan selalu merasa tak tenang ? Untung apa yang barusan kukatakan tidak terlalu banyak, kalau tidak akibat yang harus kutanggung benar-benar mengerikan sekali." Berpikir sampai disini, dengan muka serius ia segera tertawa dingin dan berkata. "Hee..... hee...... hee kalau aku tidak mengatakannya keluar, apakah engkau punya keberanian untuk menantang aku seorang tua untuk bertarung ?" Gak In Ling maju dua langkah kedepan, serunya dengan nada yang menggidikkan hati. "Bukan saja aku akan turun tangan untuk bertempur dengan dirimu, bahkan, akan ku binasakan pula engkau tua bangka berhati binatang yang terkutuk sehingga mayatmu terkapar diatas tanah dalam keadaan yang sangat mengerikan " Sambil berkata dari balik matanya yang tajam terpancarlah napsu membunuh yang menggidikkan hati. Setelah berulang kali dicaci maki oleh Gak In Ling dengan kata-kata yang pedas dan tidak sedap didengar, rasa iba dan menyesal yang semula sudah menyelimuti hati kakek jubah kuning itu, tanpa sadar telah lenyap tak berbekas bagaikan asap yang hilang diang kas a, pikirnya didalam hati. "Kalau membabat rumput tidak sampai ke- akar- akarnya, angin musim semi berhembus lewat rumput itu akan tumbuh kembali, demi keamanan serta keselamatan diriku sendiri, aku harus mulai sekarang mengadakan persiapan-persiapan lebih dahulu."
213 Teringat akan ancaman jiwa yang mungkin akan menyelesaikan hidupnya, rencana untuk melenyapkan Gak in Ling dari muka bumipun semakin mencekam seluruh pikiran dan perasaannya. Ia segera tertawa dingin dan berkata. "Hee hee hee kalau engkau memang begitu tak tahu diri, janganlah kau salahkan kalau aku tak akan teringat akan hubungan kita di masa lalu lagi. Mari, mari.., silahkan kau segera turun tangan." Sambil berkata diam-diam hawa murni yang dimilikinya segera dihimpun kedalam sepasang telapak tangan dan bersiap siaga menantikan datangnya serangan dari sianak muda itu. Diam-diam Gak In Lingpun menilai keadaan yang sedang dihadapinya ketika itu, dia tahu kalau pada saat ini kakek baju kuning itu tidak berhasil dikuasai maka sulitlah baginya untuk menyelidiki jejak dari ibu serta encinya. oleh karena itu setelah mendengar perkataan tersebut tanpa ragu-ragu lagi, dengan cepat ia enjotkan badannya meloncat kedepan, menggunakan jurus serangan "Lui-tiamsiang- ciau" atau guntur dan kilat menggeletar bersama, laksana petir yang menyambar membelah angkasa ia mengirim sebuah sodokan dahsyat kearak dada serta lambung kakek baju kuning itu, hardiknya. "Hm, kalau begitu rasakanlah seranganku " Kepandaian silat yang dimiliki kakek jubah kuning itujauh berada diatas kepandaian silat dari ayah ibu Gak In Ling sendiri, tentu saja terhadap datangnya serangan dari sianak muda ini ia tidak pandang sebelah mata. Tetapi apa yang terjadi kemudian ternyata benar-benar berada diluar dugaannya semula, tatkala dilihatnya serangan yang dilancarkan Gak In Ling cepat bagaikan petir yang
214 menyambar diudara, kakek baju kuning itu tertegun bercampur kaget, pikirnya dengan perasaan terkesiap. "Sungguh aneh, mengapa gerakan tubuhnya bisa begitu cepat dan dahsyat sehingga mengejutkan hati." sambil berpikir dengan cepat badannya menyusut mundur sejauh lima depa kebelakang, dengan suatu gerakan yang manis ia menghindarkan diri dari datangnya ancaman tersebut. Kemudian secepat kilat melancarkan serangan balasan- Gak In Ling sendiripun mengetahui dengan jelas sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang dimiliki kakek baju kuning itu, akan tetapi ia tak menyangka dengan usia lawannya yang sudah begitu lanjut ternyata dalam beberapa tahun yang amat singkat berhasil mendapatkan kemajuan yang begitu mengejutkan hati, sehingga membuat sebuah serangannya yang semula diduga akan mendatangkan hasil ternyata mengenai sasaran kosong. Tanpa sadar gerakan tubuhnya jadi agak terlambat. Tatkala kakek baju kuilog itu mengundurkan diri kebelakang tadi, secara diam-diam hawa murninya telah dihimpun semua kedalam sepasang telapaknya dan setiap saat siap dilancarkan kedepan, dengan melambatnya gerakan tubuh dari Gak In Ling itu justru secara kebetulan telah memberikan peluang yang amat bagus baginya untuk melepaskan serangan mautnya. Terdengar kakek baju kuning itu membentak. "Bocah keparat Sambutlah pula sebuah seranganku ini " Dengan menggunakan gerakan "Hong-kian-Cian-in" atau angin berhembus buyarkan awan, sekuat tenaga ia lancarkan sebuah pukulan dahsyat kearah sianak muda itu. Gulungan angin pukulan yang menderu- deru bagaikan berhembusnya angin puyuh menyelimuti daerah seluas lima tombak disekeliling tempat itu, jelas kakek baju kuning itu ada
215 maksud membinasakan lawannya didalam sebuah serangannya. Meskipun Gak In Ling sendiri belum lama terjunkan diri kedalam dunia persilatan dan pengalamannya dalam menghadapi serangan lawan masih cetek. akan tetapi kecerdasan otaknya melebihi orang lain, ketika serangan pertamanya tadi gagal mengenai lawannya, ia telah menyadari kalau gelagat tidak menguntungkan bagi dirinya, dalam waktu yang amat singkat itulah suatu cara untuk mengatasi krisis tersebut berhasil ia dapatkan- Baru saja angin pukulan kakek baju kuning yang amat dahsyat itu hampir mengenai tubuh-nya, mendadak Gak In Ling tertawa dingin, tubuhnya dengan cepat merendah kebawah, dengan gerakan "To-coan-seng-gi" atau bulan berputar lintang bergeser, badannya melayang kearah kanan dan dengan tepat sekali berhasil menghindarkan diri dari datangnya ancaman angin pukulan yang datang dari arah depan- Diantara bergeletarnya telapak kanan, secepat kilat ia lancarkan sebuah serangan kembali dengan jurus "Keng-toliat- an" atau ombak dahsyat retakkan pantai, dan dengan cepat menerobos kearah iga kanan kakek baju kuning itu. Tindakan tersebut kembali mengejutkan hati kakek baju kuning itu sehingga tanpa sadar ia berseru tertahan, ia tak menduga kalau ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Gak In Ling jauh lebih lihay daripada dugaannya semula. Berpikir sampai disini timbullah perasaan ingin menang sendiri dalam hati kakek tua baju kuning itu, terhadap datangnya ancaman dari sisi tubuhnya itu bukan saja ia tidak menghindar, sebaliknya malah menyongsong datangnya serangan tersebut dengan keras lawan keras. "Bagus sekali datangnya seranganmu itu " bentaknya keras.
216 Bersamaan dengan bentakan itu serangan pertama dibuyarkan diganti dengan gerakan lain, tubuhnya berputar keSamping kiri. Dengan jurus "Lek-peng-ngo gi" atau membumi rata lima bukit, dengan suatu kekuatan yang luarbiasa bagaikan guntur yang membelah bumi disambutnya pukulan dari Gak In Ling itu dengan kekerasan- Menyaksikan tindakan lawannya ini, napsu membunuh yang amat tebal dengan cepat menyelimuti seluruh wajah Gak In Ling, ia mendengus dingin dan angin pukulannya secara diamdiam ditambah pula dengan beberapa bagian hawa murninya. Sementara itu kakek tua baju kuning itu jadi amat girang menyaksikan pemuda itu menyambut datangnya ancaman itu tanpa menghindar, pikirnya didalam hati. "IHm, bangsat cilik yang tak tahu diri, cahaya kunangkunang berani diadu dengan cahaya rembulan, rupanya engkau memang sudah bosan hidup dan ingin mencari jalan kematian buat diri sendiri." Belum habis ingatan tersebut berkelebat dalam benaknya, mendadak ia merasakan datangnya daya tekanan tak berwujud yang amat berat dan menembusi pertahanan angin pukulan daya kikangnya dan langsung menerjang kearah dada. Bersamaan itu pula angin pukulan yang dilepaskan olehnya seakan-akan terbentur diatas sebuah dinding baja tak terwujud yang amat kuat, sedikitpun ia tak berdaya untuk menembusinya . Dalam keadaan seperti ini kakek tua baju kuning itu baru menyadari babwa keadaannya sangat berbahaya dan gelagat kurang baik, untuk menghindarkan diri sudah tak sempat lagi, ia segera menjerit tertahan-"Aduh celaka " Belum habis jeritan itu berkumandang dari mulutnya, angin pukulan yang ia lepaskan telah saling membentur dengan
217 daya kekuatan tak terwujud yang dilancarkan oleh Gak In Ling. "Blaaaam..." ledakan dahsyat seakan-akan gugurnya bukit karang tertimpa gempa segera menggoncangkan seluruh permukaan bumi disekeliling tempat itu, suara pantulan nyaring menggema tak hentinya sangat memekakkan telinga, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya benturan yang baru saja berlangsung itu. Ditengah kaburnya suasana karena pasir dan debu beterbangan memenuhi seluruh udara, tubuh kakek tua baju kuning itu secara berturut-turut mundur empat- lima langkah kebelakang dengan sempoyongan, sepasang lengannya jadi linu dan kaku sehingga dengan lemas terkulai ke bawah, hawa panas menekan dadanya membuat darah bergolak dengan kerasnya dan hawa murni terasa tersumbat, dengan sorot mata yang berkunang-kunang, ia berpaling kearah Gak In Ling. Sianak muda itu masih tetap berdiri tegak ditempat semula, air mukanya merah berdarah diliputi napsu membunuh yang menakutkan sekali, pada saat itu dengan pandangan yang bengis dan menyeringai seram sedang menatap kearahnya tanpa berkedip. Buru-buru kakek tua baju kuning itu alihkan sorot matanya kearah lain- Dalam hati kecilnya ia sudah mengaku kalah danjeri terhadap lawannya, akan tetapi berhubung gerakgeriknya selalu diawasi oleh orang lain, kakek tua itu tak berani menceritakan keadaan yang sebenarnya. Terdengar Gak In Ling tertawa dingin dengan nada yang menyeramkan, kemudian berkata. "Ong Pek Siu Jika engkau adalah seorang manusia yang bisa melihat gelagat, maka sekarang juga sudah tidak sepantasnya bagimu untuk mencari penyakit buat diri sendiri "
218 Nada suara pemuda ini dingin, seram dan penuh kewibawaan, membuat orang yang mendengar jadi bergidik dan ngeri. Rupanya orang yang bernama Ong Pek Siu ini bakan lain adalah sang Loo-ji dari Tay san sam- gi tiga setia kawan dari gunung Taysan yang nama besarnya sudah menggetarkan seluruh dataran Tionggoan sejak belasan tahun berselang. Pertarungan baru berlangsung beberapa gebrakan saja, kendatipun Ong Pek Siu sudah menyadari bahwa ia bukan tandingan dari Gak In Ling namun sebagai seorang jago yang punya nama besar dalam dunia persilatan tentu saja ia tak sudi untuk mengaku kalah dan takluk dengan begitu saja. setelah tarik napas panjang dan tenteramkan perasaan hatinya yang goncang ia berkata. "Gak In Ling, engkau jangan terburu napsu, sekarang dirimu masih berada di sarang naga gua harimau, kalau didalam dua-tiga jurus gebrakan engkau masih belum dapat mengalahkan aku, maka selembar jiwamu untuk selamanya akan terbenam dalam lembah ini " Gak in Ling tertawa dingin. "Hee hee.... hee seandainya didalam satu gebrakan saja aku telah berhasil menguasai dirimu ?" ia mengejek. Mendengar perkataan tersebut mula-mula Ong Pek Siu nampak tertegun, kemudian sambil menengadah keatas ia tertawa terbahak-bahak. "Haa haa haa tentu saja aku akan menyerahkan diri kepadamu dan terserah engkau hendak berbuat apa atas diriku, akan tetapi, percayakah engkau bahwa kemampuanmu telah berhasil mencapai hingga tarap sedemikian tingginya ?" Dalam hati kecilnya Gak In Ling sangat menguatirkan keselamatan ibunya, ia tidak ingin terlalu lama bersilat lidah di sana sehingga membuang waktu dengan percuma, sambil mendengus dingin perlahan-lahan telapak kanannya diangkat
219 keatas sambil bentaknya. "Ong Pek Siu, kenalkah engkau dengan telapak tanganku ini ?" Ong Pek Siu segera alihkan sinar matanya kearah mana yang ditujukan kepadanya, tetapi begitu melihat apa yang ditunjuk sianak muda itu kepada iya, dengan wajah pucat pias bagaikan mayat karena ketakutan secara beruntun ia mundur beberapa langkah kebelakang, serunya dengan suara tergagap. "Te.. telapak maut ? Kau....... kau telah berhasil meyakinkan ilmu telapak maut ?" Gak In Ling mendengus dingin, selangkah demi selangkah perlahan-lahan ia maju kedepan mendekati tubuh Ong Pek Siu. Mengikuti semakin mendekatnya langkah Gak In Ling kearahnya, setindak demi setindak Ong Pek Siu pun mengundurkan diri kebelakang. Semula dia telah menghimpun segenap tenaga dalamnya untuk bersiap sedia menghadapi serangan dari Gak In Ling sambil mengulur waktu dan menunggu datangnya bala bantuan- Tetapi sekarang setelah ia menyaksikan "Telapak maut" hatinya jadi bergidik dan pecah nyali, ia tahu dibawah serangan dahsyat dari telapak maut tak mungkin ia dapat meloloskan diri dalam keadaan hidup,.... atau dengan perkataan lain kesempatan jiwanya telah berada didalam cengkeraman lawan- Kini yang terlintas didalam benaknya hanyalah bagaimana caranya untuk meloloskan diri dari tangan elmaut, ia sedang berusaha untuk menyelamatkan diri sebelum malaikat elmaut sempat datang untuk menjemput sukmanya pulang ke-aLam baka.
220 Waktu berlalu dalam keheningan dan kesepian yang mencengkam disekeliling tempat itu, dari balik kabut putih yang tebal sering kali terdengar dengusan napas Ong Pek Siu yang berat serta memperdengarkan rintihan karena ngeri dan takutnya itu. Tiba-tiba Ong Pek Siu yang sedang mundur kebelakang segera menghentikan tubuhnya, air mukanya seketika berubah hebat dan keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya, tak usah berpaling lagi ia telah mengetahui bahwa dirinya telah mengundurkan diri sehingga tiba ditepi jurang yang amat terjal. Sedikitpun tidak salah dibelakang tubuhnya terbentang sebuah tebing yang curam dengan jurang yang menganga dibelakangnya, kabut putih yang amat tebal menyelimuti daerah sekeliling tempat itu membuat orang sulit untuk melihat jelas jurang tersebut, serta menentukan berapa dalamkah jurang itu. Selangkah demi selangkah Gak In Ling maju mendekat, sekarang Ong Pek Siu tak dapat mundur lagi kebelakang, perasaan hatinya mengikuti langkah kaki lawannya yang semakin mendekat terasa bergidik dan berdebar dengan kerasnya. Pada saat tubuh Gak In Ling sudah berada kurang lebih tiga depa dihadapan Ong Pek Siu itulah tiba-tiba sekilas bayangan terlintas dalam benak kakek tua baju kuning itu, dengan cepat ia membentak keras. "Gak In Ling, kalau engkau ada maksud untuk membinasakan ibumu didalam lembah pemutus sukma ini, silahkan engkau maju mendekat satu langkah lagi kedepan " Ancaman ini ternyata mendatangkan hasil yang amat manjur, mendengar ucapan tersebut tanpa sadar Gak In Ling menghentikan langkah kakinya.
221 Ong Pek Siu tarik napas panjang-panjang, keringat dingin telah membasahi telapak tangannya, sambil berusaha keras untuk menenangkan hatinya ia mengejek. "Hm Kenapa? Kenapa engkau tidak lanjutkan seranganmu itu ?" napsu membunuh yang semula menyelimuti seluruh wajah Gak In Ling, perlahan-lahan makin berkurang, sambil tertawa dingin serunya. "Hee hee hee engkau hendak menakut-nakuti aku ?" Setelah hatinya berhasil ditenangkan, Ong Pek Siu tertawa terbahak-bahak. "Haa haa haa menakut-nakuti dirimu ? Kalau engkau menganggap ucapanku itu hanya gertak sambal belaka dan sengaja hanya untuk menakut-nakuti dirimu, kenapa tidak kau lanjukan seranganmu itu ?" Dalam suara gelak tertawanya terdengar agak gemetar, sayang sekali pada waktu itu benak Gak In Ling sedang dipenuhi oleh persoalan lain, sehingga titik kelemahan itu sama sekali tak diperhatikan olehnya. Setelah suasana hening untuk beberapa saat lamanya kembali Gak In Ling tertawa dingin sambil ujarnya. "Sebelum engkau berhasil memaksa ibuku sehingga menemui ajalnya, setiap saat aku orang she Gak mampu untuk membinasakan dirimu" seketika itu juga Suatu ingatan kecil tiba-tiba berkelebat didalam benak Ong Pek Siu, sengaja ia melirik sekejap kearah belakang tubuhnya, lalu sambil tertawa dingin pula, ejeknya. "Hee hee menurut anggapanmu, di-tempat ini hanya terdiri engkau dan aku dua orang belaka ?" "Hm Setelah aku berani memasuki lembah pemutus sukma ini seorang diri, itu menandakan pula bahwa dalam hati kecilku sudah sama sekali tak pandang sebelah matapun terhadap kalian"
222 "IHaa haa engkau pandang sebelah mata terhadap kami atau tidak- itu urusanmu sendiri, yang menjadi persoalan sekarang adalah setelah kematianku maka ibumu pun segera akan ikut menghembuskan napasnya yang terakhir, selisih waktu diantara kami berdua tak akan berbeda dalam seperempat jam belaka." Sekali lagi Gak In Ling merasakan hatinya terkesiap sehingga darah dalam tubuhnya terasa tersirap. apa yang diucapkan oleh Ong Pek Siu barusan boleh dibilang dapat diterima dengan akal sehat, dan kemungkinan besar untuk terjadi peristiwa semacam ini pun ada, hal ini membuat orang lain jadi sulit untuk membedakan apakah ucapan itu merupakan suatu siasat licik dari lahirnya ataukah merupakan kenyataan- Keadaan Gak In Ling pada saat ini benar-benar terdesak sekali, waktu baginya untuk putar otak sempit sekali dan untuk sesaat sulit baginya untuk menemukan jalan yang paling baik untuk mengatasi kesulitannya itu, hatinya jadi amat cemas bercampur gelisah sehingga keadaannya bagaikan semut yang berada diatas kuali panas. Perlahan-lahan Ong Pek Siu mulai menggeserkan kakinya kedepan, ujarnya dengan suara lantang. "Gak In Ling, sekarang hanya ada dua jalan yang dapat kau pilih menurut seleramu sendiri " "Dua jalan yang bagaimana ?" tanya Gak In Ling tanpa terasa, dalam kesulitannya untuk memperoleh jalan pemecahan yang paling baik untuk mengatasi persoalan itu, ia ajukan pertanyaan tanpa disadari. Ong Pek Siu tertawa bangga. "Haa haa haa sebenarnya gampang sekali jalan yang kuberikan kepadamu itu, cuma sayang aku takut engkau tak akan menerimanya." Airmuka Gak In Ling berubah hebat, tegur nya dengan nada ketus.
223 "Hm, rupanya engkau sengaja sedang mengulur waktu ?" Ong Pek Siu tertawa ringan- "Aku tak perlu mengulur waktu karena aku tahu bahwa engkau adalah seorang anak yang berbakti, tak mungkin engkau lakukan perbuatan secara gegabah." Menyaksikan kesemuanya itu dalam hati kecilnya Gak In Ling segera berpikir. "Sungguh tak kusangka akhirnya aku Gak In Ling pun terjatuh kedalam cengkeramannya, apakah keturunan keluarga Gak harus berakhir sampai disini saja." Berpikir sampai disini, rasa sedih dan murung dengan cepat menyelimuti seluruh wajah dan sorot matanya memancarkan napsu membunuh yang semua menyelimuti seluruh wajahnya. Terdengar ia menghela napas panjang dengan suara yang amat berat, kemudian berkata. "Kalau begitu cepatlah katakan kepadaku" "Jalan pertama menerjang masuk kedalam lembah pemutus sukma ini dengan jalan kekerasan, cuma sebagai imbalan dari perbuatannya itu mungkin selembar jiwa ibumu akan ikut melayang tinggalkan raganya." "Bagaimana dengan jalan yang kedua ?" tanya Gak In Ling dengan suara amat gelisah. Sekilas cahaya keji berkelebat diatas wajah Ong Pek Siu, sambil menyeringai seram jawabnya. "Jalan yang kedua, bersama ibumu dikurung dalam sebuah gua yang lembab dan gelap." Beberapa patah kata ini bagaikan beribu-ribu batang anak panah yang bersama-sama menembusi ulu hati Gak In Ling, mendatangkan siksaan bathin yang tak terkirakan hagi sianak muda itu, dengan cepat ia menyeka wajahnya yang merah padam dan bermandikan keringat, sementara sang badan gemetar keras menahan emosi Lama lama sekali, akhirnya
224 dengan suara gemetar Gak In Ling berseru keras. "Engkau... kau hatimu benar-benar kejam " "Haa. ... haa haa aku bisa berbuat seperti ini karena demi engkau." jawab ong Pe Siu dengan nada yang menyeramkan, senyum licik tersungging di ujung bibirnya. ---ooo0dw0ooo--- Jilid 7 "KARENA aku kenapa karena aku?" "Sedikitpun tidak salah, karena engkau. Karena dari antara keluarga Gak hanya engkaulah satu-satunya orang yang masih tetap hidup diaLam yang bebas." Dari balik sorot mata Gak In Ling yang sayu secara lapatlapat mulai diliputi oleh cahaya airmata yang amat tipis, dengan suara berat dia segera bertanya. "Gua itu berada di mana ?" "Itu.. .. didepan sana, kurang lebih lima tombak dari tempat ini." jawab Ong Pek Siu sambil memandang sekejap kearah depan- "Apakah engkau hendak pergi kesitu?" Dengan perasaan hati yang amat berat Gak In Ling menganggap sekarang ia sudah kehilangan semangatnya untuk melakukan pertempuran- Melihat keadaan musuhnya, Ong Pek Siu segera tertawa dan berkata kembali. "Setelah engkau pergi kesana. mungkin peria yanan kami terhadap kalian akan jauh lebih baik karena mulai sekarang sudah tiada orang lain dari keluarga Gak yang hidup diaLam bebas lagi, tetapi engkau jangan bermaksud untuk melarikan diri dari tempat ini karena disekeliling gua batu itu telah dipasang alat rahasia yang dapat menghabisi jiwa kalian- Memandang pada hubungan persahabatanku dengan
225 mendiang bapakmu, mau tak mau harus kuberi peringatan lebih dahulu kepadamu..." Selesai berkata ia putar badan dan berjalan menuju kearahh samping sebelah kanan, serunya kembali. "Mari ikutilah aku" Gak In Ling dengan mulut membungkam dalam seribu bahasa mengikuti dibelakang tubuhnya keadaanpemuda tersebut pada saat ini bagaikan sudah kehilangan semangat dan pikiran, benaknya kosong melompong tak ada yang bisa dipikirkan sementara pandangan matanya jadi kabur dan berkunang-kunang. Kurang lebih setelah berjalan sejauh lima tombak dari tempat semula, tiba-tiba Ong Pek Siu berhenti didepan sebuah batu putih yang menonjol keluar dari atas permukaan tanah, sambil berpaling memandang kearah Gak In Ling ujarnya lagi. "Tuh. guanya berada didepan sana." Sambil berkata ia menuding kearah sebuah batu putih lagi yang berada diarah sebelah kanan setelah itu tanyanya. "Mampukah- engkau meloncat kedepan sana?" Dengan kaku Gak In Ling anggukkan kepalanya, ia enjotkan badan dan siap meloncat kedepan- Tiba-tiba oag Pek Siu berkata kembali. "Tunggu sebentar, alat rahasia dan alat jebakan yang berada disekeliling tempat itu belum kumatikan-" Sambil berkata ia memutar batu putih yang menonjol keluar dari atas tanah itu kearah sebelah kanan, dari balik kabut putih yang amat tebal segera berkUmandanglah suara gemerincing yang amat nyaring. Setelah suara gemerincing tadi sirap dari udara, Ong Pek Siu baru berkata dengan wajah serius.
226 "Sekarang engkau boleh meloncat kedepan- ingat, jangan sampai melampaui enam tombak. kalau tidak aku tak berani menjamin akan keselamatan jiwamu " Gak ln Ling berusaha mengerahkan kemampuannya untuk memandang kearah depan, namun yang terlihat hanyalah kabut pUtih yang amat tebal belaka, ia menghela napas panjang dan berkata. "Aaaiii sungguh tak kunyana begitu banyak sahabatsahabat karib yang mempunyai hubungan persahabatan dengan ayahku dimasa yang lampau, sebenarnya tidak lebih hanya manusia-manusia laknat yang tak kenal budi dan tak setia kawan-" "Ha.... haa...... haa itulah yang dinamakan watak manusia ditolong langit dingin bagaikan es, hubungan persaudaraan tipis bagaikan kertas." Seberkas cahaya gusar memancar keluar dari balik mata Gak In Ling, ditatap wajah lawannya tanpa berkedip kemudian serunya keras. "Benar, manusia memang berwatak dingin bagaikan salju, tipis bagaikan kertas." Bicara sampai disitu, tubuhnya dengan cepat melompat masuk kebalik kabut putih yang amat tebal itu. Dengan perasaan terperanjat Ong Pek Siu mundur dua langkah kebelakang, pada saat itulah dalam hati kecilnya timbul perasaan iba bercampur menyesal. Mendadak dari arah belakang berkumandang suara teguran seseorang dengan suara dingin. "Ong Pek Siu, kemana perginya Gak in Ling ?" Mendengar pertanyaan itu dengan cepat Ong Pek Siu putar badan, lalu sambil tertawa jawab nya.
227 "Toako, rupanya Gak In Ling sudah turun ke bawah." sambil berkata ia tuding kearah belakang tubuhnya. orang yang baru saja datang adalah seorang kakek tua berusia lima puluh tahunan yang mempunyai warna pakaian serta dandanan yang persis seperti Ong Pek Siu, mukanya kurus dengan alis tebal mata kecil, jeng got pendek dan wajah yang amat dingin. Terdengar kakek tua baju kuning itu tertawa dingin dan berkata "Hee hee, hee, sebentar lagi kokcu akan tiba disini." "Urusan ditempat ini telah kuselesaikan secara sempurna, ada urusan apa dia orang tua datang kemari ?" tanya Ong Pek Siu dengan air muka berubah hebat. "IHm Selamanya dia orang tua tak pernah bergerak secara sembarangan, apa maksud kedatangannya semestinya engkau harus tahu " Perasaan tidak tenang mulai melintas diatas wajah Ong Pek Siu, denganjantung berdebar keras serunya kembali. "Apakah dia orang tua merasa tidak lega hati ?" "Dia orang tua sudah mengetahui kalau Gak In Ling berhasil kau tipu untuk meloncat masuk kedalam jurang pemutus sukma, tetapi sayang sekali kedatangannya masih tetap terlambat satu langkah." "Bukankah dia ada maksud untuk mencabut selembar jiwanya ?" seru Ong Pek Siu lagi dengan hati gelisah. Tiba-tiba kakek tua itu tertawa dingin. "He .... he apakah beliau pernah mengatakan demikian kepadamu?" serunya. Ong Pek Siu jadi amat terperanjat, sekarang rupanya ia sudah tahu tujuan serta maksud kedatangan sang kokcu ketempat itu, dengan penuh ketakutan dan perasaan ngeri ia berseru.
228 "Kalau bukan sahabat tentulah musuh, Gak In Ling..." Kembali kakek tua itu tertawa dingin. "He he he.... . ilmu silat yang dimiliki Gak In Ling jauh lebih lihay dan ampuh beberapa kali lipat dari dirimu sendiri, keuntungan yang dia berikan terhadap lembah pemutus sukmapun jauh lebih besar daripada keuntungan yang kau berikan terhadap lembah.... ucapan ini tentu dapat kau pahami bukan ?" Sekarang Ong Pek Siu benar-benar sudah menyadari akan serius serta gawatnya masalah yang sedang ia hadapi, demi keselamatan selembar jiwa nya kakek tua itu sudah tidak memikirkan tentang gengsi atau nama baik lagi, dengan nada merengek pintanya. "oh, toako bagaimanapun juga diantara kita pernah terjalin hubungan persaudaraan yang sangat akrab, usahakanlah untuk menyelamatkan selembar jiwaku oh, toako, tolonglah aku... selamatkan diriku dari ancaman bahaya." Air muka kakek tua itu tetap kaku dan dingin, sedikitpun tidak tergerak hatinya oleh rengekan saudaranya ini, dengan suara ketus kembali ia berkata. "Maafkanlah daku Dalam lembah ini hanya membicarakan soal pahala dan sama sekali tidak kenal apa artinya persaudaraan atau persahabatan, karena itu maafkanlah aku tak mungkin iku bisa membantu atau menolong untuk selamatkan jiwamu." Sepasang biji mata Ong Pek Siu berputar tidak hentinya memandang sekeliling tempat itu, tiba-tiba ia putar badan dan berlarian menuju ke lorong batu sebelah depan- Pada saat itulah tiba-tiba dari arah belakang berkumandang datang suara bentakan yang amat dingin dan menyeramkan- "Berhenti "
229 Bersamaan dengan berkumandangnya suara bentakan yang amat nyaring dan mengerikan itu, karang lebih lima depa dihadapan Ong Pek Siu tiba-tiba meloncat keluar seorang manusia berkerudung kain merah yang menatap wajah kakek itu dengan sepasang sorot matanya yang dingin, sadis dan menyeramkan, keadaan orang itu seakan-akan sedang berhadapan dengan seorang musuh besarnya yang sudah mengikat dendam sakit hati sedalam lautan dengan dirinya. Terkesiap hati Ong Pek Siu menyaksikan kemunculan manusia berkerudung merah itu, keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya. Setelah jalan pergi dihadapannya terhadang oleh seorang jago lihay, kakek tua she ong itu tidak berani melanjutkan perjalanannya menuju ke depan, buru-buru ia menghentikan badannya dan melompat kearah samping sebelah kiri. Siapa tahu baru saja ia menggerakkan tubuhnya kembali terdengar seseorang membentak dengan suara yang dingin menyeramkan. "Berhenti" Kurang lebih lima depa dihadapannya, kembali muncul seorang manusia berkerudung merah yang menghadang jalan perginya. Setelah menyaksikan kesemuanya itu, Ong Pek Siu baru menyadari bahwa dia telah terjebak dalam suatu pengepungan yang sangat rapat, kendatipun begitu sepasang matanya masih berputar dan menyapu sekeliling tempat itu tiada hentinya seakan-akan ia sedang berusaha untuk mencari kesempatan hidup ditengah lingkungan yang sudah tidak mungkin terjadi itu. Akan tetapi di mana sorot matanya berputar disanalah ia temukan sorot mata dingin menyeramkan yang sedang menatap ke arahnya, kecuali itu sudah tiada jalan lain lagi untuk meloloskan diri, bahkan untuk menerjunkan diri kedalam jurang yang dalampun sudah tak mungkin lagi,
230 karena diantara berdiri pula seorang manusia berkerudung merah yang menghadang jalan perginya . Bersamaan dengan putusnya harapan untuk meloloskan diri dari mara bahaya, selintas pikiran yang mengerikan dengan cepat menyelimuti seluruh benak Ong Pek Siu, dia merasa seakan-akan kematian sudah berada diambang pintu, wajahnya yang sudah memucat kini kian menghijau sementara keringat dingin mengucur keluar tiada hentinya membasahi seluruh badan- Ia tarik napas panjang-panjang, dengan suara yang mendekati suatu rengekan serunya kepada orang-orang berkerudung merah yang berada disekeliling tempat itu. "Saudara-saudara sekalian, aku orang she ong percaya bahwa dihari-hari biasa tak pernah aku berbuat sesuatu kesalahan yang menyinggung perasaan kalian semua, kenapa sekarang kalian mendesak dan memaksa diriku terus menerus sehingga menyudutkan aku orang she ong kedalam lembah kematian ?" Suara tertawa dingin yang ketus dan menyeramkan berkumandang dari sekeliling tempat itu, terhadap ucapan dari Ong Pek Siu itu bukan saja orang-orang itu sama sekali tidak memperlihatkan rasa iba atau kasihan, sebaliknya mereka menunjukkan rasa girang, seakan-akan mereka merasa gembira karena ada orang sedang tertimpa oleh bencana. Menyaksikan kesemuanya itu sadarlah Ong Pek Siu bahwasanya semua penghuni didalam lembah pemutus sukma adalah manusia-manusia durjana yang kejam dan tidak mengenal prikemanusiaan, berbicara terhadap mereka boleh dibilang sama sekali tak ada gunanya. Timbullah ingatan didalam benak kakek tua itu untuk melakukan perlawanan yang gigih hingga titik darah penghabisan, ia mengambil keputusan untuk melakukan perlawanan daripada mendahului dibunuh dengan begitu saja.
231 Sinar mata yang amat tajam memancar keluar cari balik matanya, dengan suara berat ia segera berseru. "Saudara-saudara sekalian, seandainya kalian masih juga mendesak diriku terus menerus, jangan salahkan kalau aku melakukan perlawanan yang gigih hingga titik darah penghabisan" ucapan tersebut diutarakan keluar dengan suara yang berat dan tegas, seolah-olah dia sedang memperlihatkan kenekadannya itu kepada semua orang. Suara tertawa dingin secara susul-menyusul berkumandang kembali dari sekeliling tempat itu para manusia berkerudung merah yang berada di sekitar sana mulai menghimpun segenap kekuatan tubuhnya keatas telapak, dengan tenang ditunggu nya Ong Pek Siu untuk melancarkan serangan- Melihat kesemuanya itu Ong Pek Siu pun menyadari, apabila ia tidak melakukan perlawanan niscaya jiwanya akan musnah secara konyol, dalam hati segera pikirnya. "Bisa bunuh seorang berarti ada teman seorang, daripada duduk terpekur sambil menantikan datangnya elmaut jauh lebih baik melakukan perlawanan sedapat mungkin, siapa tahu kalau dengan caraku ini justru selembar jiwaku berhasil diselamatkan dari bahaya kematian- Ingatan tersebut bagaikan kilat cepatnya berkelebat lewat dalam benak kakek tua itu, sepasang telapaknya segera diangkat dan siap melancarkan serangan- Pada saat itulah sebelum serangan pertama sempat dilepaskan tiba-tiba dari sisi telinganya berkumandang datang suara teguran seseorang dengan nada yang tajam sehingga terasa amat memekakkan telinga. "ong-heng, sungguh gagah sekali lagakmu itu." Walaupun nada suaranya amat mendatar dan biasa sekali, namun entah apa sebabnya suara itu mendatangkan suatu pengaruh yang sangat aneh sekali, membuat orang yang mendengarkan jadi terkesiap bercampur ngeri.
232 Sekujur badan Ong Pek Siu gemetar keras setelah mendengar teguran itu, keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya, tenaga dalam yang sudah dihimpun kedalam sepasang telapaknya tanpa disadari telah buyar dan lenyap dengan begitu saja, sepasang matanya dengan sorot penuh kengerian dan keseraman celingukan memandang kesana-kemari mencari berasalnya suara itu, keadaan kakek tua itu tak ubahnya bagaikan seorang hukuman yang sedang menantikan pelaksanaan hukuman mati atas dirinya, sedikitpun tiada bertenaga untuk melakukan perlawanan. Kurang lebih lima tombak dari tempat itu terdirilah seorang kakek tua berjubah putih, bermuka merah bercahaya dan berjenggot panjang semua, pada waktu itu kakek tersebut sambil tersenyum sedang memandang kearah Ong Pek Siu, sepintas lalu, mukanya nampak begitu ramah dan penuh perasaan welas-kasih. Ketika sorot mata Ong Pek Siu saling membentur dengan sorot mata kakek tua itu, mendadak badannya gemetar keras bagaikan kena aliran listrik, dengan suara gemetar serunya lirih. "Kokcu " Kakek tua itu tertawa dan mengangguk. "Hmm, kalau kutinjau dari gerak-gerik ong heng, rupanya engkau sudah bersiap sedia untuk melepaskan diri dari ikatan lembah ini serta pergi dari sini. Aku jadi heran, sebenarnya dalam hal apakah kami telah bersikap kurang baik sehingga mendatangkan perasaan tak puas bagi diri ong-heng ?" "Tecu tidak berani..." buru-buru Ong Pek Siu menjawab. "oh, kalau begitu akulah yang sudah banyak menaruh curiga terhadap dirimu. Tetapi, kenapa mereka telah mengepung diri ong-heng sedemikian ketatnya ?" Nada suara kakek tua itu kian lama kian bertambah berat dan mantap. membuat orang merasakan dadanya sesak dan
233 sukar untuk bernapas. Tercekat hati Ong Pek Siu, tanpa disadari ia berseru. "Karena tecu telah melakukan kesalahan-.." "oh, jadi karena sudah melakukan kesalahan maka engkau hendak melarikan diri ?" tanya kakek itu sambil tertawa^ Ong Pek Siu membungkam dalam seribu bahasa setelah mendengar ucapan tersebut, perlahan-lahan ia tundukkan kepalanya. Serentetan cahaya tajam yang sangat menggidikkan hati memancar keluar dari balik mata kakek berbajuputih itu, ia menatap tajam wajah Ong Pek Siu beberapa saat lamanya kemudian sambil tertawa seram serunya. "ong-heng, masih ingatkah engkau dengan pantangan ketiga dari lembah kita ini?" Ong Pek Siu menengadah keatas dengan perasaan kaget, wajahnya berubah hebat dan ngeri bercampur seram melintas dimukanya, ia segera membantah. "Tecu membohongi Gak In Ling serta melenyapkan dirinya dari permukaan bumi adalah demi keselamatan lembah kita dikemudian hari." "Karena apa ?" "Karena Gak In Ling sangat membenci lembah pemutus sukma kita hingga merasuk ketulang sumsumnya, oleh karena itu tecu beranggapan bahwa dia tak akan bersedia untuk tunduk kepada lembah kita serta berbakti kepada kita, maka..." "Maka engkau lantas turun tangan keji dan menyingkirkan pemuda itu dari sini ?" sambung kakek baju putih itu dengan nada suara yang jauh lebih lunak. "Benar" dengan perasaan hati agak lega Ong Pek Siu menganggukkan kepalanya.
234 "Apakah engkau tidak mempunyai perasaan pribadi untuk melindungi ataupun menyelamatkan jiwanya dari mara bahaya ?" "Tidak" jawab Ong Pek Siu dengan tegas "aku sama sekali tidak mempunyai pikiran untuk melindungi ataupun menyelamatkan jiwanya dari bahaya maut " "Lalu menurut anggapanmu pada saat ini Gak In Ling berada dalam keadaan mati atau dalam keadaan hidup ?" "Jurang tingginya mencapai seratus tombak lebih, setelah terjatuh kedalam jurang sedalam ini tentu saja ia telah menemui ajalnya." "Oooh.... ya? Kalau begitu aku ingin bertanya lagi, pada saat ini air didalam jurang tersebut sedang pasang atau surut ?" "Pasang" jawab Ong Pek Siu tanpa berpikir panjang. Tapi begitu ucapannya tersebut terlontar keluar dari mulutnya, tiba-tiba satu ingatan, berkelebat dalam benaknya, perasaan hatinya jadi terkesiap dan diam-diam ia berseru didalam hati kecilnya. "Aduuuh habislah sudah riwayatku, aku tidak teringat kalau air sungai didalam jurang itu sedang pasang." Sementara itu Air muka kakek berjenggot panjang telah berubah jadi hijau membesi, dengan keren ia bertanya kembali. "Aku dengar Gak In Ling mempunyai ilmu berenang yang sangat baik sekali, entah benarkah perkataan itu ?" Sambil berkata dengan sepasang matanya yang tajam bagaikan sebilah pisau belati ia menatap wajah Ong Pek Siu tanpa berkedip. dari keadaannya itu seakan-akan ia hendak menembusi isi perutnya serta mengawasi perasaan hati orang.
235 Air muka Ong Pek Siu yang semula sudah berubah jadi tenang kembali, kini berubah kembali jadi pucat pias bagaikan mayat. "Perkataan itu sedikitpun tidak salah." jawabnya. "Dan tecu telah mengetahui dosa-dosa yang telah kulakukan-" Kakek berjenggot panjang itu segera tertawa dingin. "He..... he. he.... . karena itu, kalau ada orang mengatakan bahwa engkau ada maksud untuk melepaskan Gak ln Ling dari mara bahaya, tuduhan ini tidak bakal salah, bukan?" Ong Pek Siu gelengkan kepalanya. "Tecu telah menghianati ibu serta cicinya, sekalipun aku ada maksud untuk menebus dosa untuk berbuat kebaikan terhadap dirinya, belum tentu Gak In Ling bersedia untuk menerima jasa baikku itu, apalagi..." "Apalagi engkau setia terhadap lembah pemutus sukma bukan?" sambung kakek berjenggot panjang dengan cepat. Ong Pek Siu mengangguk tanda membenarkan. "Tecu memang sungguh-sungguh setia terhadap lembah pemutus sukma " ia menjawab. Air muka kakek berjenggot panjang yang mudah berubahubah itu tiba-tiba tersungging oleh satu senyuman yang dingin, ia berkata. "Sejak dahulu kala sampai sekarang aku mempunyai sebuah pantangan yang tidak dicantumkan didalam tulisan, apakah ong-heng tahu apa pantanganku itu ?" Ong Pek Siu tak dapat menebak maksud hati ucapan tersebut, terpaksa dengan perasaan bingung dia gelengkan kepalanya. "Maafkanlah kebodohan tecu, aku sama sekali tidak memahami apakah arti yang sebenarnya dari perkataan kokcu itu?"
236 "Engkau tak usah berlaku sungkan-sungkan, aku akan segera memberitahukan pantanganku itu kepadamu " Tiba-tiba ia menatap wajah lawannya dengan cahaya mata berkilat, lalu dengan suara dalam sambungnya lebih jauh. "Selama hidup aku melakukan perbuatan, lebih baik membunuh mati sembilan puluh sembilan orang baik secara penasaran daripada melepaskan seorang manusia jahat." suaranya dingin menyeramkan membuat siapapun yang mendengar merasakan bulu romanya pada bangun berdiri. Air muka Ong Pek Siu berubah hebat, lama sekali ia berdiri gelagapan namun tak sepatah katapun yang sanggup diutarakan keluar. Sambil melotot bulat kearah Ong Pek Siu, terdengar kakek berjenggot panjang itu berseru kembali. "ong heng, menurut anggapanmu benar atau tidak pantanganku itu?" orang ini benar-benar sadis dan sama sekali tidak kenal akan perikemanusiaan, hendak membunuh orangpun ia masih sempat untuk mengatakan kepada korbannya kalau pembunuhan tersebut dilakukan atas dasar kebenaran. Rupanya Ong Pek Siu sendiripun telah menyadari bahwa tiada harapan lagi baginya untuk melanjutkan hidup, golakan hatinya malah jauh berkurang malah ia kini semakin tenang daripada keadaan semula, yang dipikirkan olehnya pada saat ini adalah mencari jalan keluar untuk meringankan penderitaannya sebelum malaikat Elmaut merenggut selembar jiwanya. Sesudah termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, Ong Pek Siu pun berkata. "Sebelum tecu melaksanakan hukuman karena melanggar pantangan dari peraturan lembah ini, terlebih dahulu tecu akan mengajukan suatu permintaan, apakah kokcu bersedia
237 untuk menyanggupi permintaan terakhir dari tecu ini?" Kakek berjenggot panjang itu tertawa dan mengangguk. "Memandang pada keberanianmu untuk menghadapi hukuman, tentu saja aku bersedia untuk menyanggupi keinginanmu itu Nah, katakanlah apakah keinginanmu itu ?" suaranya amat tenang sekali.. Ong Pek Siu tidak langsung menjawab, dalam hati kembali ia berpikir. "Sebelum aku orang she ong menemui ajal. akan kulihat lebih dahulu sampai dimanakah kelicikanmu itu." berpikir sampai disini ia segera berkata. "Semua orang didalam dunia persilatan mengetahui bahwa "cian-bin-jin" manusia muka seribu mempunyai kepandaian silat yang sangat tinggi dan tiada bandingannya dikolong langit, akan tetapi belum pernah ada orang yang menyaksikan raut wajah aslinya, permintaan tecu sebelum menemui ajal adalah ingin sekali menyaksikan raut wajah kokcu yang sebenarnya... apakah kokcu bersedia memenuhi keinginan tecu ini ?" Sekilas cahaya tajam memancar keluar dari balik mata kakek berjenggot panjang atau manusia muka seribu itu, tetapi dalam sekejap mata kilatan cahaya tajam tersebut sudah lenyap kembali dari pandangan- ia sengaja tertawa nyaring dan menjawab. "Haa .... haa haa.... tidak sulit kalau kau ingin menyaksikan raut wajah asliku. Nah, sekarang lihatlah " Sambil berkata segera tangannya menyeka diatas raut wajahnya, dari wajah seorang kakek berjenggot panjang dalam waktu singkat ia telah berubah jadi seorang pria setengah baya yang berwajah pucat pias bagaikan mayat. Semua orang yang hadir di tempat itu merasakan hatinya tergetar keras sesudah menyaksikan raut wajah tersebut, jelas
238 orang-orang itu kendatipun sudah amat lama bergaul dengan orang ini akan tetapi selamanya belum pernah menyaksikan raut wajah aslinya. Ong Pek Siu segera tertawa dan berkata. "Terima kasih atas kesediaan kokcu untuk memenuhi harapan tecu, sehingga tecu dapat cucimata serta membuka mataku, cuma..." "cuma kenapa?" tukas manusia muka seribu. Kembali Ong Pek Siu tertawa dan berkata "cuma kokcu mempunyai julukan sebagi manusia muka seribu, karena itu tecu percaya bahwa raut wajah yang tecu sedang dihadapi sekarang bukanlah raut wajah aslimu." Keberanian Ong Pek Siu untuk mendesak kokcunya agar memperlihatkan raut wajah aslinya ini amat mengejutkan hati setiap orang yang hadir ditempat itu, karena dihari-hari biasa siapa pun tak berani mengucapkan sepatah katapun yang bernada tidak percaya dihadapan kokcunya. napsu membunuh dengan cepat melintas di wajah manusia muka seribu, tapi sesaat kemudian orang itu berhasil menguasai kegusarannya yang menyelimuti hatinya dan mengangguk. "He he.... he rupanya dihari-hari biasa aku telah memandang rendah ketajaman mata ong-heng" ia berseru sambil tertawa dingin tiada hentinya. "Kokcu terlalu memuji." seru Ong Pek Siu. Rupanya kakek tua ini sudah menyadari bahwa jiwanya tak mungkin bisa diselamatkan lagi karena itu bantahan-bantahannya diutarakan dengan tenang dan sama sekali tidak diliputi perasaan cemas atau kuatir. Manusia muka seribu atau Toan-hun Kokcu itu sekali lagi menyeka raut wajahnya, kemudian sambil menengadah
239 katanya. "ong-heng, sekarang engkau tentu merasa puas bukan ?" Dari seorang pria setengah baya yang bermuka pucat pias bagaikan mayat kini ia telah berubah jadi seorang kakek tua yang berwajah penuh keriput serta nampak kedesa-desaan. Dalam hati kecilnya Ong Pek Siu menghela napas panjang, pikirnya. "Aaaiii manusia hidup dikolong langit memang banyak terdapat keanehan, siapa yang akan menduga diatas wajah orang ini bisa memakai topeng kulit manusia yang sedemikian banyaknya ?" berpikir sampai disini ia segera gelengkan kepalanya. "Kokcu, aku percaya wajahmu yang sekarang ini masih tetap merupakan raut wajah yang bukan sebenarnya " Manusia muka seribu segera tertawa dingin tiada hentinya. "He hee hee ong-heng, apakah engkau hendak menguliti seluruh raut wajahku ?" serunya. Dari balik sorot matanya memancar keluar serentetan napsu membunuh yang mengerikan sekali. Ong Pek Siu segera berpikir didalam hatinya. "Rupanya kalau sekarang juga aku tidak melakukan bunuh diri, mungkin sudah tiada kesempatan lagi bagiku untuk melakukannya ?" Berpikir sampai disini, sengaja ia tertawa dingin sambil mengejek. "Bukankah engkau mempunyai julukan sebagai manusia muka seribu, sekalipun topeng kulit manusia yang kau kenakan tiada berjumlah seribu lembar, paling banyak sepuluh lembar, sudah lama aku melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, akan tetapi belum pernah aku mengalami peristiwa penipuan seperti ini"
240 Nada suaranya sangat tidak sungkan, bahkan kasar dan keras sekali kedengarannya, jelas dia ada maksud untuk menggusarkan hati manusia muka seribu itu. Mendengar ucapan tersebut mula-mula manusia muka seribu merasa amat gusar sekali, tiba-tiba satu ingatan berkelebat lewat dalam benaknya, diam-diam ia tertawa dingin dan berpikir. "Hmm, berada dihadapanku engkau berani memperhitungkan sie-poa mu dengan seenak hati, engkau sudah salah mencari orang." Meskipun dalam hatinya dia telah mengetahui siasat dari Ong Pek Siu itu, namun diluaran ia tetap berlagak pilon, sambil berpura-pura gusar serunya. "Ong Pek Siu, engkau anggap dirimu pantas untuk menyaksikan raut wajahku yang sebenarnya?" Belum habis ia berkata tiba-tiba tangan kanannya diangkat keatas dengan kecepatan yang luar biasa sekali sehingga sukar dilukiskan dengan kata-kata. "Blaaam ... " ditengah benturan keras yang amat memekakkan telinga, Ong Pek Siu menjerit melengking karena kesakitan, tubuhnya yang tinggi besar mencelat keudara kemudian roboh terkapar diatas tanah. Telapak kanannya tepat sekali menempel diatas ubun-ubunnya jelas dia ada maksud untuk menghajar ubun-ubun sendiri untuk melakukan bunuh diri. Gerakan dari manusia muka seribu ini sangat menggetarkan hati semua orang yang berada diruangan tersebut, dalam hati kecil mereka timbullah perasaan bergidik yang mendirikan bulu roma ditubuh mereka, peristiwa ini menjadi contoh yang menakutkan bagi orang-orang itu. Dengan sorot mata yang dingin menyeramkan, manusia muka seribu memandang sekejap sekeliling tempat itu,
241 kemudian sambil menyeringai seram katanya dengan suara lantang. "Ong Pek Siu, engkau anggap pantangan serta peraturan yang sudah kususun selama ini akan hancur dan musnah karena perbuatanmu ? Huh Benar-benar manusia tolol yang tak tahu diri " Setelah tertawa dengan bangga ia berpaling kearah dua orang mmusia berkerudung merah yang berada disisinya dan memerintahkan- "Gusur dia menuju keruang siksa, dan serahkan kepada ketua ruang siksa" Dua orang manusia berkerudung merah itu mengiakan dan segera menggotong tubuh Ong Pek Siu dia dibawa menuju kedalam gua, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya telah lenyap dibalik kabut putih yang amat tebal itu. Manusia muka seribu itu menengadah dan memandang sekejap kearah Lo-toa dari Tay-san sam- gi, kemudian ujarnya. "Oei Beng Gi menurut anggapanmu mungkinkah Gak In Ling bakal menemui ajalnya didasar jurang ?" Pemimpin dari Tay-san sam-gi itu segera maju kedepan dan menjawab ketakutan. "Perduli apa dia sudah mati atau masih hidup, tecu rasa sudah sepantasnya kalau kita selidiki jejaknya . " "Hmm, perkataanmu memang tepat sekali "sahut manusia muka seribu sambil mengangga "akan tetapi, bagaimana kalau seandainya kita temukan bahwa dia belum mati tapi masih hidup dalam keadaan segar-bugar ? Apa yang harus kita lakukan ?" oei Beng oi berpikir sebentar, setelah itu jawabnya. "Tecu rasa sudah sepantasnya kalau kita beri suatu peringatan kepadanya, agar lain kaii dia tak berani menyatroni serta menghalangi perkembangan lembah kita "
242 "Hm, pendapat oei-heng memang amat bagus serta mengagumkan sekali, akan tetapi dengan cara apakah kita harus memberi peringatan kepadanya sehingga ia menjadi jera dan tak berani menyatroni serta menghalangi perkembangan lembah kita ?" Dalam hati kecilnya diam-diam oei Beng merasa amat gelisah sekali, bukannya ia tidak berhasil mendapatkan cara yang baik untuk mengatasi kesulitan tersebut, adalah karena dia tak dapat berbuat demikian- Tetapi kecuali itu dia tidak berhasil mendapatkan cara lain yang lebih baik untuk memberi jawaban kepada kokcu-nya ini serta menghalangi kekejian serta kesadisan hati manusia muka seribu. Sementara ia masih termenung untuk mencari jalan keluar, manusia muka seribu dengan nada dingin telah berkata kembali. "oei-heng, setelah engkau mengetahui bahwa kita harus memberi peringatan kepada Gak In Ling, tentunya engkau juga mengetahui bagaimana caranya untuk memberi peringatan kepadanya ? Nah, apa salahnya kalau engkau beritahukan cara tersebut kepadaku?" sambil berkata sepasang biji matanya yang dingin menyeramkan menatap terus diatas wajah Oei Beng Gi tanpa berkedip. rupanya dari raut wajah orang itu dia berusaha untuk mencari hal-hal yang mencurigakan hatinya. Oei Beng Gi merasakan jantungnya berdebar keras karena merasa panik bercampur gelisah, ia berusaha keras untuk menenteramkan perasaan hatinya lalu berkata. "Menurut pendapat tecu, alangkah baiknya kalau kokcu menulis sepucuk surat dan mengutus orang untuk menyampaikan kepada Gak ln Ling, beritahu kepadanya kalau pada saat ini ibu serta encinya berada ditanganku, kalau ia berani datang menyatroni lembah kita lagi maka ibu serta
243 encinya akan kita jatuhi hukuman mati, entah bagaimanakah pendapat dari kokcu ?..." Manusia muka seribu segera gelengkan kepalanya berulang kali. "Bagus sih bagus, tetapi aku merasa cara itu terlalu sepele dan lagi pula terlalu membuang waktu " Terjelos hati Oei Beng Gi mendengar perkataan itu, diamdiam dalam hati kecilnya dia berdoa. "Oh, Thian Yang Maha Kuasa dan Maha Besar, lindungilah keselamatan jiwanya " Meskipun pikirannya memikirkan persoalan lain, di luaran ia sama sekali tak berani berayal, buru-buru tanyanya. "Menurut pendapat Kokcu, apa yang harus kita lakukan?" "Bunub saja Gak In Hong dan perlihatkan mayatnya kepada Gak In Ling" perintah manusia muka seriba dengan ketus, "kalau ia berani mencari gara-gara lagi dengan lembah kita maka cicinya adalah contoh yang paling bagus untuknya." Begitu mendengar ucapan tersebut tanpa terasa dengan sekujur badan gemetar keras Oei Beng Gi mundur tiga langkah kebelakang dengan sempoyongan, perasaan tersebut merupakan reaksi dari nalurinya yang tak dapat dicegah dengan cara apapun. Manusia muka seribu segera menatap wajahnya dengan pandangan tajam, lalu dengan nada yang menyeramkan ia menegur. "oei-heng, apakah engkau merasakan tubuh mu kurang sehat ?" Oei Beng Gi gelalap. buru-buru jawabnya. "oh, tidak tidak tecu hanya takut terhadap Gak In Ling..."
244 "Takut dirinya ? Apa yang kau takuti terhadap dirinya?" tanya manusia muka seribu keheranan, nada suaranya diliputi oleh perasaan curiga yang tebal. "Seandainya dia tahu kalau ibunya telah..." "Sejak ia berpisah dengan ibu serta encinya, hingga sekarang masih belum diketahui bagaimanakah nasib kedua orang itu, apalagi soal mati hidupnya...... oei-heng, engkau terlalu banyak curiga " Oei Beng Gi pura-pura menunjukkan senyuman jengahnya sambil berkata. "Aaah, tecu benar-benar sangat bodoh, sehingga ketahuan kokcu jadi geli dan mentertawa kau diriku...." Diluaran ia berkata demikian, dalam hati diam-diam ia berdoa. "Saudara angkatku, maafkanlah daku karena tidak berdaya untuk melindungi keselamatan dari keponakan perempuanku, tetapi selama hayat masih dikandung badan aku tidak nanti mau melepaskan manusia-manusia laknat itu dengan begitu saja." Dalam pada itu manusia muka seribu telah bertanya kembali. "oei-heng, bagaimanakah pendapatmu mengenai rencanaku ini ?" "Rencana ini memang bagus dan tegas sekali, tecu bersedia untuk melakukan perjalanan berangkat kesitu " Setelah ucapan ini diutarakan keluar, rasa curiga manusia muka seribu tarhadap dirinya sama sekali lenyap tak berbekas, ia menggeleng sambil berkata. "Kecerdasan oei-heng luar biasa sekali dan engkaupun banyak mempunyai akal, dalam lembah ini tak dapat kekurangan seorang manusia semacam dirimu, pekerjaan
245 yang melelahkan serta harus menggunakan banyak tenaga semacam ini biarlah dilakukan oleh orang lain saja " "Terima kasih atas perhatian serta kasih-sayang dari kokcu, kalau memang begitu serahkan saja tugas yang sangat berat ini kepada tecu, akan segera tecu laksanakan sebentar lagi" Manusia muka seribu segera menepuk bahu Oei Beng Gi dan berkata. "Bagaimanapun juga antara engkau dengan dirinya masih terikat oleh hubungan antara empek dan keponakan, jika engkau yang turun tangan rasanya kurang begitu tepat, biarlah tugas ini dilaksanakan olah orang lain saja Aku masih ada persoalan penting lainnya yang hendak mengajak dirimu untuk berunding, tunggulah aku dalam ruang dalam, setelah urusan disini dapat di selesaikan aku akan segera menyusul dirimu " selesai berkata ia segera mendorong tubuh Oei Beng Gi kearah depan-Buru-buru kakek tua baju kuning itu memberi hormat sambil berkata. "Kokcu, terima kasih atas perhatian serta kasih sayangmu" habis berkata ia putar badan dan berjalan menuju kearah dalam gua. Tatkala ia putar badan itulah dua titik air-mata tak dapat dibendung lagi mengucur keluar membasahi kelopak matanya, bibirnya gemetar keras dan perlahan-lahan darah kental mengalir keluar menodai muka dan tubuhnya. Kabut putih yang amat tebal menyelimuti daerah disekeliling tempat itu, meskipun pandangan matanya tak dapat menembusi pemandangan sejauh lima tombak. akan tetapi dibalik kabut putih yang tebal itu seakan-akan dia menyaksikan adik angkatnya sedang berdiri dihadapannya sambil memandang kearahnya dengan pandangan kegusaran, seakan-akan ia mendengar adik angkatnya sedang berkata dengan nada dingin.
246 "Apakah engkau telah melupakan hubungan persaudaraan diantara kita ? Apakah kau lupa bahwa kita adalah saudara angkat ?" Oei Beng Gi menggosok sepasang matanya keras-keras, ia merasa apa yang terlihat dihadapannya hanyalah kabut putih yang amat tebal, sama sekali tidak nampak sesuatu apapun, dengan perasaan hati yang amat tertekan ia gelengkan kepalanya berulang kali. "Tidak- tidak akan kulupakan-... selamanya tidak akan kulupakan akan ikatan tali persaudaraan yang pernah terjalin diantara kita." gumamnya seorang diri. Setelah menyeka darah kental yang menodai ujung bibirnya, ia bergumam lebih jauh. "Dendam kita dalamnya melebihi samudra luas, rasa benci kita menumpuk bagaikan sebuah bukit, sam-te Aku harap sukmamu dialam baka suka mengampuni ji-te, dia telah mendapatkan pembalasan yang setimpal sesuai dengan apa yang pernah dilakukannya selama ini, memandang diatas tali persaudaraan yang pernah terjalin diantara kita, maafkanlan dirinya dan ampunilah semua kesalahannya." Kabut tebal berwarna putih masih menyelimuti seluruh tempat. Tetapi diatas puncak tebing yang tinggi keadaan jauh lebih tenang dan kabut yang menyelimuti sekeliling tempat itupunjauh lebih tipis. Disaat manusia muka seribu telah memberikan perintahnya kepada Oei Beng Gi jalaan masuk ke dalam gua itu, dari balik lubang gua yang lain menyelinap keluar sesosok tubuh gadis lain yang dengan cepatnya bergerak menuju keruang penjara dimana Gak In Hong disekap. ---ooo0dw0ooo--- Dalam pada itu sejak Gak In Ling mengetahui bahwasanya ibu serta encinya dikurung di dalam gua batu itu, hatinya jadi merasa amat kecewa dan putus asa, tapi dendam yang
247 semula membakar, didalam hati kecilayapun seketika padam dan lenyap tak berbekas. Terbayang kembali didalam benaknya pemandangan padadua belas tahun yang lampau, di mana ayahnya meninggal pada usia muda, ibunya hidup sebatang kara dalam keadaan yang sangat menderita, suasana pada saat itu benarbenar menyedihkan sekali. Setiap kali pemandangan tersebut terbayang kembali dalam benaknya ia merasa hatinya jadi sedih sekali, karena itulah setelah mendengar kabar berita yang membuat hati jadi sakit bagaikan disayat, ia jadi amat gelisah sekali dan ingin cepat terbang kesisi ibunya dan mati hidup bersama-sama dirinya.. Karena terpengaruh oleh perasaan dan emosinya itulah membuat sianak muda itu jadi lupa kalau pada saat itu ia sedang berada dalam suatu tempat yang sangat berbahaya, dia lupa kalau ada orang sedang mengincar selembar jiwanya setiap saat. (Mengenai kisah Gak In Ling secara bagaimana berpisah dengan ibunya dan kenapa selama dua belas tahun lamanya berdiam dibenteng oh-liang-poo yang berada digunung Taysan, akan di kisahkan pada bagian lain-) Begitulah Gak In Ling segera menjejakkan kakinya dengan sepenuh tenaga, menurut perkiraannya loncatan tersebut pasti akan berhasil melampaui jarak sejauh lima tombak lebih lima depa, tak mungkin enjotan badannya akan melampaui jarak sejauh enam tombak yang dikatakan merupakan tempat berbahaya ataupun kurang dari lima tombak. Tetapi apa yang kemudian terjadi ternyata sama sekali berada diluar dugaannya, pada saat tubuhnya sudah melayang diudara itulah ia tidak berhasil melihat daratan dihadapannya, sementara badannya sedang melayang, diatas udara yang kosong yang dibawahnya merupakan sebuah jurang yang tidak nampak dasarnya.
248 Tercekat hati Gak In Ling menyaksikan keadaan tersebut, buru-buru ia tarik napas panjang panjang, kaki kanannya dengan cepat menjejak di atas kaki kirinya dan melambungkan kembali tubuhnya yang sedang meluncur kearah bawah itu sejauh lima depa lebih, ia berusaha untuk meluncur maju lebih kearah depan lagi dengan harapan berhasil menemukan tepi daratan- Menurut jalan pemikirannya padasaat itu, sekalipun kesalahan terletak pada dirinya karena salah mengincar tempat dan jarak yang dilampaui baru mencapai empat tombak. Sekarang setelah meluncur satu tombak lebih kearah depan bukan kah berarti jaraknya telah melampaui lima tombak ? Perasaan hati Gak In Ling mulai diliputi ketegangan, otak yang semula penuh diliputi oleh pelbagai pikiran, seka rang jauh lebih jernih dan terang. Tiba-tiba satu ingatan berkelebat dalam benak Gak In Ling pikirnya. "Mungkinkah permukaan kedua belah tebing tidak sama tingginya ?Jika benar demikian keadaannya mungkin aku telah melompat terlalu tinggi sehingga tak dapat menyaksikan pemandangan dibagian bawah, apa salahnya kalau tubuhku meluncur turun kebawah beberapa tombak lagi ?" Berpikir sampai disitu, gerakan tubuhnya yang sedang meluncur kearah depan segera tertahan dan tubuhnya mulai meluncur turun kebawah. Satu tombak.... dua tombak tiga tombak... enam tombak.... yang terlihat dibawah tubuhnya hanyalah kabut pUtih yang tebal, sementara gerakan tubuhnya yang meluncur kebawah kian lama kian^bertambah cepat. Mendadak satu ingatan yang menakutkan terlintas dalam benak Gak In Ling, tetapi sayang kejernihan otaknya itu didapatkan pada saat yang sudah terlambat, dengan perasaan
249 putus asa Gak In Ling segera menghela napas panjang, gumamnya. "Habislah sudah riwayatku, rupanya aku telah tertipu oleh Ong Pek Siu manusia laknat berhati binatang itu. Nampaknya dendam berdarah dari keluarga Gak untuk selamanya akan ikut terkubur bersama hancurnya tubuhku dimakan oleh batu cadas." Teringat bahwa dendam sakit hatinya untuk selamanya tak mungkin dapat dibalas kembali, Gak Ih Ling merasa kecewa dan putus asa sekali hawa murni dalam tubuhnya segera buyar dan tubuhnya yang meluncur kebawahpun bergerak semakin cepat lagi. Pusaran angin akibat tekanan tenaga yang sangat besar itu menggulung ujung baju Gak In Ling yang berwarna hitam dan mengibarkan nya sehingga menimbulkan suara yang amat nyaring. Begitu nyaring suara itu membuat suasana ditengah keheningan yang mencekam diseluruh jagad terasa jauh lebih menyeramkan- Benak Gak In Ling pada saat ini kosong melompong tiada pikiran yang lain, pada detik-detik yang amat singkat itu dia merasa seakan-akan telah melepaskan banyak beban yang berada diatas bahunya. Ia merasa seakan-akan bebas merdeka dan tidak memikirkan persoalan apapun- Dendam berdarah, sakit hati serta semua perasaan hatinya seakan-akan ikut lenyap bersama makin cepatnya sang badan meluncur kebawah, kemudian lenyap tak berbekas mengikuti hancurnya mencium permukaan tanah. Pada ujung bibir Gak In ling tersungging satu senyuman yang hambar, begitu memilukan hati senyumannya itu seakanakan ia sedang mentertawakan diri sendiri, membuat orang jadi tak paham dengan perasaan hatinya pada waktu itu.
250 Bulu matanya yang panjang telah menutupi sepasang biji matanya yang jeli dan bening, titik airmata jatuh berlinang membasahi pipinya. Ia sama sekali tidak takut mati, tetapi ia menjumpai kesulitan yang memaksa ia tak boleh mati, akan tetapi pada saat dan keadaan seperti ini ia tak dapat menuruti kehendak hatinya, hanya Malaikat Elmautlah yang akan menentukan segala-galanya. Tiba-tiba ia mendengar suara air berkumandang datang dari arah sebelah bawah, si anak muda itujadi kegirangan setengah mati, harapan untuk melanjutkan hidupnya segera muncul kembali dalam hati kecilnya. Belum lama suara air itu berkumandang masuk kedalam telinganya, dan sebelum Gak In Ling sempat memikirkan cara untuk menanggulangi keadaan itu.... pluuuung Tubuhnya sudah tercebur kedalam air. Berhubung daya luncurnya teramat besar, maka sesudah tercebur kedalam air badannya segera tenggelam kedasar sungai. Pada masa kecilnya Gak In Ling seringkali bermain air. Karena itu terhadap air ia sudah merasa tak asing lagi, menurut penilaiannya paling sedikit pada saat itu ia telah berada pada kedalaman empat lima tombak dari atas permukaan- Perasaan pertama yang terasa olehnya air sungai yang dingin sekali hingga merasuk ketulang sumsum, kemudian adalah arus air sungai yang besar sehingga membuat tubuhnya tidak mampu untuk menguasai diri dan terseret oleh arus. Untung tenaga dalam yang dimiliki Gak In Ling sempurna sekali, meskipun air sungai dingin sekali namun ia sama sekali tidak kedinginan ataupun menderita.
251 Ketika Gak In Ling munculkan diri diatas permukaaan untuk pertama kalinya, ia saksikan kabut putih tebal yang menyelimuti disana telah lenyap tak berbekas, sang surya memancarkan sinarnya dengan terang dari balik tebing curam, pada saat itu matahari telah menjelang tiba. Gak In Ling berusaha keras untuk berenang diatas permukaan air, dengan pandangan tajam ia memandang sekeliling tempat itu, yang terlihat hanyalah tebing-tebing yang curam dan tinggi menjulang ke angkasa, begitu licin dan tegaknya tebing dikedua belah sisi sungai tadi membuat tak mampu untuk mendarat dan menuju ketepian. Menyaksikan kesemuanya itu, Gak In Ling segera berpikir didalam hati kecilnya. "Sungai yang mengalir ini dari gunung biasanya akan berakhir disamudra, tempat ini merupakan tebing-tebing curam yang jauh terpencil dari keramaian, sekalipun aku naik keatas paling sedikit harus melakukan perjalanan jauh sebelum mencapai tempat yang dihuni manusia, apa salahnya kalau kuikuti saja arus sungai yang amat deras ini untuk bergerak kedepan." Setelah mengambil keputusan, maka iapun memutarkan badannya terseret oleh arus sungai yang amat deras itu dan bergerak mengikuti aliran sungai tersebut. Sang surya telah lenyap dari angkasa dan malampun menjelang tiba, sekeliling sungai itu masih merupakan tebingtebing yang curam dan tegak-lurus, terpaksa sianak muda itu membiarkan badannya terseret oleh arus dan bergerak kedepan ditengah kegelapan seorang diri. Entah berapa lama sudah lewat, ketika fajar telah menyingsing kembali diufuk sebelah timur, akhirnya Gak In Ling berhasil juga keluar dari mulut selat yang bertebing curam disekelilingnya itu, sekarang ia telah tiba disuatu daratan rendah yang bertanah datar.
252 Dengan cepat Gak in ling berenang menuju ketepian dan berhasil mendarat diatas sebuah batu cadas yang besar. Dengan susah payah Gak In Ling merangkak naik kedaratan, ia merasakan keempat anggota badannya kaku dan linu, perutnya lapar dan dahaga sekali, ia tarik napas panjang-panjang, napsu membunuh memancar keluar dari balik matanya, lalu gumamnya seorang diri. "Kalian tidak berhasil membinasakan aku Gak In Ling, mulai saat ini mungkin dunia persilatan tak akan mendapatkan suatu hari yang tenang lagi... aku mengobrak-abrik mereka sehingga semua jahanam itu musnah dari muka bumi." habis berkata dengan sempoyongan ia berjalan dan meninggalkan tempat itu. Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara seseorang yang amat merdu sedang berkata. "Kenapa sih kalian selalu mengurusi diriku, sehingga membuat orang tak dapat melakukan pekerjaan apapun juga, tempat ini tokh sepi dan terpencil sekali letaknya, mana mungkin ada orang mengintip diriku ? Apa salahnya kalau aku akan mandi didalam sungai ini...ah h, perduli amat pokoknya aku akan mandi disini" Mendengar ucapan tersebut, tanpa terasa Gak In Ling berpikir didalam hatinya. "Merdu sekali suara orang ini, wajahnya pasti cantik-jelita bagaikan bidadari dari kahyangan-" Sementara pemuda itu masih berpikir, suara lain yang berat dan kasar telah berkumandang pula memecahkan kesunyian- "Leng-cu, engkau adalah seorang yang sangat terhormat sekali, mana boleh tingkah lakumu sebebas dan sesuka hati seperti itu, kalau mau mandi mari kita naik burung hong dan tak lama akan tiba digunung Tiang-pek-san, bukankah jauh lebih enak mandi ditelaga nirwana daripada mandi di-sungai yang kotor itu ?"
253 Terkejut hati Gak In Ling mendengar perkataan orang ini, pikirnya didalam hati. "jangan- jangan orang itu adalah Yau-ti Gick li gadis suci dari nirwana yang amat tersohor namanya diseluruh dunia persilatan itu ?" "Su-put-siang (empat tidak mirip) " omel suara yang amat merdu tadi lagi dengan nada keras, "kenapa sih engkau suka mengurusi orang lain? Ini hari, tak perduli apapun yang terjadi dan sekalipun aku takkan menjadi leng-cu lagi, aku tetap akan mandi disungai itu." Nada suaranya polos dan bersifat kekanak-kanakan, membuat siapapun tak akan percaya kalau dia adalah gadis suci dari nirwana yang nama benarnya telah menggemparkan seluruh dunia persilatan. orang yang bernama "Empat tidak mirip" itu agaknya takut sekali kalau melihat Leng-cu- mereka marah, buru-buru ia berseru. "Baik, baik biarlah pinni periksa dulu apakah disekeliling tempat ini ada orang atau tidak- setelah itu engkau baru mandi " "Harus cepat" seru Leng-cu itu. Mendengar pembicaraan tersebut sampai di situ, satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Gak In Ling, pikirnya. "Kalau aku tidak munculkan diri pada saat ini juga, seandainya sampai ketahuan mereka nanti, walaupun ada alasan aku bakal terbungkam dan tak mampu untuk membantah barang sekejappun. " Sebenarnya sianak muda itu tiada bermaksud untuk bertemu dengan Leng-cu itu, tetapi sebagai seorang pria sejati yang jujur, ia merasa bagaimanapun juga pada saat ini dia harus munculkan diri.
254 Maka Gak In Ling pun mendehem dan berjalan keluar dari balik batu cadas itu, baru saja beberapa langkah ia berjalan mendadak pandangan matanya jadi kabur dan tahu-tahu urat nadi pad apergelangan kirinya sudah dicekal orang kencangkencang. Dengan kepandaian silat yang dimiliki Gak In Ling, ternyata ia tak mampu untuk melihat jelas pria atau wanitakah orang yang mencekal urat nadinya itu, dari sini dapatlah ditarik kesimpulan bahwasanya tenaga dalam yang dimiliki orang ini benar-benar luar biasa sekali. "Keparat cilik, sudah berapa lama engkau menyembunyikan diri ditempat itu ?" bentak seseorang dengan suara yang dingin menyeramkan- Air muka Gak In Ling berubah hebat, ia segera alihkan sorot matanya memandang kearah orang yang mencekal urat nadi pada pergelangan tangannya itu, tampaklah orang itu berusia lima puluh tahunan, alisnya tebal dengan mata yang jeli, rambutnya digulung menjadi satu dengan sebuah jubah pendeta melekat ditubuhnya, tasbeh dipegang dalam genggaman dan sulit bagi orang untuk membedakan apakah dia seorang pria ataukah wanita, seorang hwesio ataukah nikou. Gak In Ling tidak ingin menanam bibit permusuhan dengan orang lain, mendapat pertanyaan itu ia segera menjawab dengan suara tawar. "Aku baru saja berenang disungai dan naik kedaratan." "Hei apakah engkau datang kemari untuk mandi ?" tiba-tiba terdengar serentetan suara yang amat merdu berkumandang datang. "Dingin kah air sungai itu ?" Tanpa sadar Gak In Ling alihkan sorot matanya kearah mana berasalnya suara tadi, begitu melihat orang tersebut ia nak muda itu segera berdiri tertegun, pikirnya didalam hati dengan perasaan tercengang.
255 "Sungguh tak kusangka dikolong langit ternyata terdapat seorang gadis yang berwajah begini cantiknya." Ternyata orang yang barusan berbicara tepat berdiri kurang lebih dua tombak dihadapan pemuda she Gak itu, dia adalah seorang gadis cantik baju putih yang berusia dua puluh tahunan, tubuhnya ramping dengan rambut hitam yang terurai panjang, panca indranya amat sempurna bagaikan lukisan, benar-benar gadis yang amat cantik bagaikan bidadari yang baru turun dari kahyangan- Ketika gadis itu menyaksikan Gak In Ling menatap kearahnya tanpa berkedip tanpa menjawab pertanyaannya, dengan nada cemberut kembali serunya. "Hei, kenapa sih kau ini, Ayo jawab " Meskipun suaranya merdu merayu dan sedap didengar, namun setara lapat-lapat terselip nada memerintah yang sukar untuk dibantah. Buru-buru Gak In Ling tarik kembali sorot matanya dan menjawab. "Aku bukan datang kemari untuk mandi " "Lalu ada urusan apa engkau datang kemari ?" "Kemarin tengah hari aku terjatuh kedalan sungai dan tubuhku terbawa arus hingga tiba di sini" Mendengar jawaban tersebut, dari balik mata sang gadis yang jeli tiba-tiba memancar keluar cahaya yang sangat tajam. "Kemarin siang ?" serunya cepat "Jadi engkau baru saja datang dari lembah pemutus sukma ?" "Dari mana dia bisa tahu ?" pikir Gak In Ling dengan perasaan amat terperanjat. Rupanya gadis cantik itu dapat meraba apa yang sedang dipikirkan oleh sianak muda itu, segera ujarnya kembali.
256 "Dari sana datang kemari, kebetulan sekali membutuhkan waktu selama satu hari satu malam lamanya." Diam-diam Gak In Ling merasa amat kagum sekali atas kecerdikan gadis cantik itu, dia mengangguk dan menjawab. "Dugaan Leng-cu memang tepat dan sedikit pun tidak salah, rasanya akupun tak usah banyak bicara lagi " Perlahan-lahan gadis cantik berbaju putih itu maju kedepan, dengan pandangan tajam ditatap nya wajah Gak In Ling, tiba-tiba nada suaranya berubah jadi dingin dan kaku, ia berkata. "Engkau memakai baju warna hitam, pernah menelan pil penghancur hati cui-sim wan, seandainya dugaanku tidak salah, semestinya engkau adalah Gak In Ling yang sudah membuat dunia persilatan jadi tak aman, bukankah begitu ?" Sekali lagi Gak In ling mengangguk. "Setelah Leng-cu mengetahui bahwa aku orang she Gak pernah menelan obat cui sim-wan, tentunya engkau juga mengetahui bukan ? Masih berapa lama aku dapat hidup dikolong langit ?" "Tidak akan melampaui waktu selama setengah tahun "jawab gadis cantik baju putih itu sambil tertawa tawa. Gak In Ling tertawa dan mengangguk. "Leng-cu hebat dan cerdas sekali, persoalan apapun engkau ketahui dengan begitu jelas, seandainya dugaanku tidak keliru, maka engkau tentulah gadis suci dari Nirwana yang dihormati oleh setiap umat persilatan bagaikan bidadari itu, bukankah demikian?" "Kalau benar ada apa ?" "Selamanya gadis suci dari Nirwana menyelesaikan semua persoalan secara adil dan bijaksana, semua umat persilatan pada mengetahui akan kebesaran jiwamu itu, andaikata berita tersebut tidak salah maka aku berharap agar Leng-cu suka
257 melepaskan aku pergi sehingga aku mempunyai kesempatan lagi untuk melakukan penyelidikan di dalam lembah pemutus sukma tersebut." Tatkala mengetahui bahwa Gak In Ling hendak melakukan penyelidikan kembali ke lembah pemutus sukma, tiba-tiba perasaan hati gadis suci dari Nirwana itu menjadi berat, ditatapnya wajah sianak muda itu tajam-tajam kemudian dengan suara hambar ujarnya. "Aku dengar orang berkata bahwa engkau adalah seorang pemuda yang angkuh dan tinggi hati, kenapa kali ini engkau malah mengajukan permohonan kepadaku?" Meskipun beberapa kata itu diucapkan dengan begitu ringan dan biasa akan tetapi bagi pendengaran Gak In Ling terasa tajam sekali hingga menyayat hati kecilnya, perkataan itu dianggap sebagai suatu sindiran yang sangat tajam bagi dirinya. Ia segera tertawa sinis dan menjawab. "Ilmu silatku tidak mampu untuk menandingi anak buah Leng-cu, karena itu mau tak mau terpaksa aku harus berbuat demikian-" "Hm Apakah engkau tidak merasa perbuatanmu itu memalukan sekali." Perlahan-lahan Gak In Ling mengangkat kepalanya memandang mega putih yang sedang bergerak diangkasa, lalu tertawa tawa. "Aku tidak lebih hanya seorang manusia yang terbuang dari dunia persilatan, apa yang mesti kupikirkan lagi ? Kenapa aku harus menjaga nama baik atau martabat ?" Sekalipun jawaban itu diutarakan sambil diiringi senyuman, akan tetapi tak dapat menutupi kemurungan serta kepedihan yang terpancar dibalik wajahnya yang tampan- Meskipun gadis suci dari Nirwana setiap hari sibuk menyelesaikan pelbagai urusan dan persengketaan dalam
258 dunia persilatan, tetapi disekelilingnya selalu diiringi pembantu-pembantunya yang amat setia terhadap dirinya dan selalu memenuhi segala kebutuhannya dengan seksama, lagi pula sedari kecil ia dibesarkan dalam lingkungan yang serba agung dan mulia, karena itu, bagi dirinya sama sekali tak mengenal apa arti kesedihan serta kemurungan bagi seorang manusia, apa yang dialami selama ini boleh dibilang sama sekali bertolak belakang dengan kehidupan manusia pada umumnya. Sambil membelalakkan sepasang matanya bulat-bulat, lama sekali ia menatap wajah Gak In Ling dengan sikap tertegun, tiba-tiba serunya dengan merdu. "Seandainya aku tidak bersedia untuk melepaskan dirimu ? Apa yang hendak kau lakukan?" Serentetan cahaya tajam memancar keluar dari balik mata Gak In Ling, tetapi tidak lama kemudian telah lenyap tak berbekas, dan dangan hambar ia menyapu sekejap wajah suci dari Nirwana, kemudian sambil tertawa jawabnya. "Antara aku dan Leng-cu tokh tak pernah terikat oleh dendam ataupun sakit hati, kenapa Leng cu tidak bersedia untuk melepaskan diriku?" Manusia aneh yang selama ini mencekal urat nadi pada pergelangan tangan sianak muda itu, tiba-tiba mendengus gusar dan berteriak. "Hm Engkau berani bersikap kasar terhadap Leng-cu kami ?" sambil membentak hawa murninya disalurkan semakin deras sehingga cekalan pada pergelangan tangan sianak muda itupun bertambah kencang lagi. Gak In Ling seketika itu juga merasakan pergelangan tangan kirinya jadi sakit bagaikan di iris-iris, tetapi dengan wataknya yang ketus dan angkuh sekalipun merasa kesakitan namun dahinya sama sekali tak berkedip.
259 Ditatapnya wajah musuh itu dengan pandangan dingin, lalu ujarnya dengan nada mengejek. "Kehebatan ilmu silatmu benar-benar sangat mengagumkan hatiku, engkau memang betul-betul jempolan." Sementara pembicaraan berlangsung, keringat sebesar kacang kedelai perlahan-lahan menetes keluar membasahi jidatnya. Menyaksikan kesemuanya itu satu ingatan tiba-tiba berkelebat dalam benak gadis suci dari Nirwana, tanpa sadar ia berseru. "su Put Siang, lepaskan dirinya " ---ooo0dw0ooo--- Jilid 8 "LENG-CU, orang ini " Su Put Siang si empat tidak mirip berdiri melongo dengan perasaan cak habis mengerti, ia tidak paham apa sebabnya sang Leng-cu memerintahkan dirinya untuk melepaskan orang itu. "Lepaskan dirinya " kembali gadis suci dari Nirwana mengulangi kembali kata-katanya. Terpaksa Empat tidak mirip melepaskan cekalannya, dengan pandangan termangu- mangu ditatapnya wajah gadis itu tanpa berkedip. sementara matanya terbelalak dan mulutnya melongo, seakan-akan ia sedang menjumpai suatu kejadian yang sangat aneh. Setelah terlepas dari cekalan lawannya, Gak In Ling segera melemaskan otot-otot lengannya, kemudian dengan suara dingin ia menegur. "Leng-cu, apakah engkau tidak menyesal ?" "Hee hee hee... . Gak In Ling," seru gadis suci dari Nirwana sambil tertawa dingin. "Apakah engkau mengira dengan mengandalkan serangkaian permainan telapak mautmu yang
260 tidak komplit itu maka dikolong langit lantas tiada tandingan lagi ?" Ditengah keketusan nada suara itu terselip pula nada menghina dan pandang rendah lawannya. Gak In Ling sama sekali tidak gusar, mungkin hal ini disebabkan karena masih ada urusan yang lebih penting lagi yang harus diselesaikan olehnya dengan cepat, membuat ia tak mau menggubris semua penghinaan pada saat ini. "Tidak "jawabnya tawa. "Aku sama sekali tidak mempunyai perasaan seperti itu, dan lagi akupun tahu bahwa kepandaian silatku masih jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan Lengcu" selesai berkata ia siap berlalu dari sana. "Engkau hendak pergi kemana ?" tiba-tiba gadis suci dari Nirwana menegur. "Lembah pemutus sukma " "He hee.. . engkau anggap dengan mengandalkan kepandaian silatmu itu, seluruh lembah tersebut dapat kau ratakan dengan tanah ?" ejek gadis suci dari Nirwana sambil tertawa dingin- "Mungkin." jawab Gak In Ling, dengan sedih ia memandang sekejap keujung langit, "atau mungkin juga disanalah merupakan tempat peristirahatanku yang terakhir " Tanpa berpaling ia segera berlalu dari situ. Tiba-tiba gadis suci dari Nirwana merasakan hatinya bergetar keras, dengan cepat ia menghadang jalan pergi sianak muda itu. "Seandainya aku tidak mengijinkan dirimu untuk tinggalkan lembah ini ?" serunya. "Aku rasa Leng-cu bukanlah seorang manusia yang plintplant serta menjilat ludah yang telah dilontarkan sendiri bukan ?" "Siapa tahu kalau kali ini merupakan pengecualian ?"
261 Hawa amarah dengan cepat berkobar menyelimuti seluruh wajahnya, setelah harus bersabar dan bersabar terus lama kelamaan Gak In Ling tak kuat juga untuk menahan dirinya, ia segera mengambil keputusan untuk mengadu jiwa dengan lawannya. Ditatapnya gadis itu dengan marah, lalu tegurnya ketus. "Boleh saja kalau engkau hendak menahan diriku, tapi engkaupun harus memperlihatkan dahulu sampai dimanakah kepandaian silat yang kau miliki ? Mampukah engkau untuk membinasakan diriku disini ?" "Huh Apa sulitnya untuk membinasakan dirimu?" teriak Su Put Siang dengan kasar. "Keparat cilik, bersiap-siaplah untuk menghadapi seranganku " Sambil berkata ia bersiap sedia untuk melancarkan serangan- Pada saat itulah tiba-tiba berkumandang datang dua buah bentakan yang amat keras. "Tunggu sebentar " suara ini berasal dari gadis suci dari Nirwana. "Gak In Ling" bentakan kedua bernada berat dan berasal dari sisi kanan lembah tersebut. Mendengar bentakan itu Gak In Ling berpaling kearah mana berasalnya suara itu, kemudian berseru tertahan dan tubuhnya secara beruntun mundur tiga- empat langkah kebelakang dengan sempoyongan-"Aaaah " Kiranya dari balik batu cadas yang berserakan disamping kanan lembah itu muncullah empat orang manusia berkerudung merah, tanpa dipikir lebih jauh lagi dapat diketahui bahwa mereka berasal dari lembah pemutus sukma. Gak In Ling kaget bukan lantaran jeri terhadap mereka, melainkan mayat gadis yang berada dalam bopongan salah seorang manusia berkerudung merah yang berada disebelah kanan yang membuat dirinya tercekat.
262 "Gak In Ling " terdengar orang itu berseru "Terimalah kembali tubuh cicimu " Air muka Gak In Ling berubah hebat, sepasang matanya yang tajam berubah jadi merah membara, napsu membunuhperlahan- lahan menyelimuti seluruh wajahnya. Dendam sedalam lautan, benci setinggi bukit, bagaikan tanggul sungai Huanghoo yang jebol dengan cepatnya menerjang dan menghantam hati sanubarinya, membuat pemuda itu hanya teringat akan bunuh... akan darah..... Sepasang matanya yang memancarkan cahaya seram dan menggidihkan hati itu meratap tajam wajah keempat orang itu, selangkah demi selangkah didekatinya musuh-musuh yang berkerudung merah itu dengan garang, keadaannya pada saat itu tak ubahnya bagaikan binatang liar yang siap menerkam serta mencabik-cabik tubuh korbannya. Dari balik pandangan mata Gak In Ling yang kaku terselip cahaya yang menggidikkan, dengan termangu- mangu ia menatap wajah ke empat orang manusia berkerudung merah yang sedang mendekati kearahnya itu, ditinjau dari keadaan bisa ditarik kesimpulan bahwa perasaan hatinya pada saat itu sedang kalut sekali. Dalam kenyataan memang demikian keadaannya, sebab dari dandanan serta potongan badan orang-orang itu, ia sudah tahu kalau mereka berasal dari lembah pemutus sukma, ditempat itulah ibu serta encinya disekap. Gadis suci dari Nirwana dengan cepat melemparkan sebuah kerlingan mata kearah Su-put-siang kemudian secara diamdiam mengundurkan diri kearah samping, gadis yang memiliki kecerdasan luar biasa ini telah menduga bakal terjadinya suatu peristiwa yang luar biasa ditempat itu. Tampaklah sepasang bijimatanya yang jeli memancarkan sinar mata yang sukar diartikan menatap tajam wajah Gak In Ling, la tidak memperlihatkan sikap prihatinnya karena bakal
263 terjadi bencana, pun tidak menunjukkan gembira karena akan berlangsungnya suatu kejadian besar ditempat itu. Dalam sekejap mata keempat orang manusia berkerudung merah itu sudah berada kurang lebih lima depa dihadapan Gak In Ling, empat orang, delapan buah sorot mata yang menggidikkan bersama-sama ditujukan keatas wajah Gak In Ling, seakan-akan mereka hendak mencari suatu gejala yang aneh diantara wajahnya yang tampan dan kaku itu. Gak In Ling sendiri sama sekali tidak merasakan sesuatu atas tingkah laku dari lawannya, karena pada saat itu seluruh perhatiannya sedang ditujukan kearah mayat gadis muda yang berada dalam bopongan manusia berkerudung merah yang berada disebelah kanan itu. Tampaklah raut wajah gadis itu ditutup oleh secarik kain berwarna hijau, tangan kirinya menekan diatas bibirnya dan noda darah yang telah membeku menutupi celah-celah jari diatas tangannya, rambut yang hitam terurai dalam keadaan yang kalut, keadaannya nampak mengerikan sekali. Empat manusia berkerudung merah itu menghentikan tubuh mereka kurang lebih tiga depa di hadapan Gak In Ling, sikap mereka sedikitpun tidak memperlihatkan rasa gentar ataupun takut, jelas mereka sama sekali tak pandang sebelah matapun terhadap sianak muda itu. Su-put-siang yang menyaksikan hal itu segera mendengus dingin, tentu saja perbuatannya ini bukan disebabkan karena ia gusar terhadap sikap orang-orang itu terhadap Gak In Ling, sebaliknya ia mendongkol sekali karena keempat orang manusia berkerudung merah itu sama sekali tidak menggubris Leng-cu-nya. Mendengar dengusan tersebut, keempat orang manusia berkerudung merah itu bersama-sama alihkan sinar matanya, dengan cepat mereka berdiri tertegun dan ingatan yang sama terlintas dalam benak mereka.
264 "Aaah sungguh cantik jelita wajah gadis ini, mungkinkah dia adalah bidadari yang baru turun dari kahyangan ?" Gemar akan segala yang indah adalah watak setiap manusia pada umumnya, sorot mata mereka berempat dengan cepat terhisap oleh kecantikan wajah dara baju putih itu, dan tanpa sadar hampir bersamaan waktunya mereka menegur secara berbareng. "Siapakah engkau ?" Gadis suci dari Nirwana mendengus dingin, ia mencibirkan bibirnya yang kecil mungil dan menjawab. "Kalian tak usah menduga siapakah aku, lebih baik cepatcopatlah menyelesaikan pekerjaan kalian, sebab bila kalian sudah tahu siapa aku, mungkin pekerjaan kalian akan terbengkalai sebab kalian akan segera kehilangan daya kekuatan untuk melaksanakan tugas tersebut" Walaupun nada suaranya merdu dan enak didengar, tetapi mendatangkan suatu perasaan yang aneh sekali bagi yang mendengar. Keempat orang manusia berkerudung merah itu adalah jago-jago yang diandaikan oleh pihak lembah pemutus sukma untuk melaksanakan tugas baik kepandaian silat yang mereka miliki maupun pengalaman dalam dunia persilatan boleh dibilang termasuk jagoan kelas satu dikolong langit, akan tetapi setelah mendengar perkataan itu, seolah-olah terpengaruh oleh sesuatu kekuatan yang tak terwujud ternyata tak seorangpun yang berani membantah. Buru-buru mereka alihkan kembali sorot matanya kearah wajah Gak In Ling, kemudian terdengarlah suara orang yang membopong mayat gadis itu berseru sambil tertawa dingin. "Gak In Ling, tahukah engkau kami datang kemari untuk mencari siapa ?" Sepasang mata Gak In Ling masih menatap diatas tubuh mayat gadis itu tanpa berkedip. jawabnya dengan kaku.
265 "Semoga saja engkau bukan datang kemari untuk mencari diriku " orang yang berada disebelah kiri dengan suaranya yang serak segera tertawa mengejek, serunya sinis. "Hee hee hee apakah engkau sudah menyadari bahwa kepandaian silatmu masih bukan tandingan kami ?" Mendengar ejekan tersebut, dengan cepat Gak In Ling menengadah keatas, dari balik sepasang matanya tiba-tiba memancar keluar sinar mata yang mengerikan seka perlahanlahan ia sapu wajah keempat orang manusia berkerudung merah. Tatkala sorot mata mereka saling beradu satu sama lainnya, tanpa sadar keempat orang manusia berkerudung merah itu bersama-sama mundur dua langkah kebelakang. "Huh Dengan andaikan kekuatan kalian ?" seru Gak In Ling dengan nada seram. "Sepuluh orang seperti kalianpun masih bukan tandinganku." Empat orang dayang cantik baju putih yang berada dibelakang gadis suci dari Nirwana tanpa terasa bersamasama alihkan sinar matanya kearah Leng-cu mereka sesudah mendengar ucapan sang pemuda yang amat sombong itu, rupanya mereka hendak melihat reaksi dari Leng-cu mereka untuk membuktikan ucapan pemuda itu. Su-put-siang adalah seorang manusia yang amat berangasan, ia segera mendengus dingin dan bergumam. "Hmm bocah ingusan yang tidak tahu diri..." Sebaliknya gadis suci dari Nirwana memperlihatkan serentetan cahaya mata yang sangat aneh katanya dengan suara mendalam.
266 "Dia bukanlah seorang manusia yang tekebur, kemungkinan besar apa yang diucapkan olehnya sedikitpun tidak salah " "Leng-cu, engkau tokh baru saja bertemu dengan dia, darima na engkau tahu kalau ucapan-nya bukan tekebur ?" bantah Su-put-siang tidak puas. Gadis suci dari Nirwana mengerutkan dahinya, lalu balik bertanya dengan nada dingin. "Jadi engkau tidak percaya ?" Mimpipun Su-put-siang tidak menyangka kalau Leng-cu-nya yang cantik jelita dan dihari biasa itu selalu nampak lincah, ini hari bisa berubah jadi berangasan. Mendengar perkataan itu ia jadi amat terperanjat sekali, sambil memberi hormat buruburu jawabnya. "Budak tua tidak berani" Sementara dalam hati kecilnya diam-diam ia berpikir. "Kemurungan dan kesedihan yang diderita oleh bocah cilik itu rupanya merupakan penyakit menular yang amat jahat, sehingga Leng cu ikut ketularan-" Dalam pada itu lelaki berkerudung merah yang berada disebelah kanan telah menyadari akan sikap mereka berempat yang memalukan, dari jengah ia menjadi gusar dan segera berteriak keras, "Bangsat, kau tak usah tekebur lebih dulu, kalau memang punya kepandaian ayolah silahkan untuk turun tangan " Gak In Ling segera maju selangkah kedepan, hardiknya ketus. "Jadi kau ingin mencoba ?" Nada suaranya amat dingin bagaikan angin dingin yang menghembus keluar dan kutub utara membuat bulu kuduk semua orang pada bangun berdiri. Sekali lagi keempat orang manusia berkerudung merah itu melompat mundur dua langkah kebelakang terpengaruh oleh kesadisan serta kekuatan sikap pemuda Gak In Ling, sekalipun
267 mereka tidak bersedia untuk melakukan hal itu, tetapi dalam hati kecilnya secara otomatis memperlihatkan reaksinya dan gerakan selanjutnyapun tidak dapat dibendung lagi. Dari balik mata manusia berkerudung merah yang berada disebelah kanan tiba-tiba memancar cahaya yang sadis sekali, tangan kirinya membopong mayat gadis tersebut sedangkan tangan kanannya laksana kilat menyingkap kain kerudung hijau yang menutupi wajah mayat itu, bentaknya kembali dengan nada dingin. "Keparat cilik, coba kau lihat dulu siapakah dia, setelah itu barulah bicara secara tekebur " Selembar wajah yang cantik dan putih bersih mengikuti terbukanya kain kerudung hijau itu segera tertera dengan amatjelasnya dihadapan Gak In Ling. Diam-diam sianak muda itu merasakan hati nya bergidik sekali sehiagga tak dapat dikuasai lagi ia mundur tiga langkah ke belakang, wajahnya yang tampan dan memancarkan cahaya kemerah-merahan itu seketika berubah jadi pucat pias bagaikan mayat, dia merasakan bagaikan ada beribu-ribu batang anak panah beracun yang secara tiba-tiba menusuk serta menembusi uluhati dan jantungnya. Ternyata raut wajah dari mayat itu persis seperti raut mukanya, atau dengan perkataan lain kemungkinan besar dia adalah saudara Gak ln Ling sendiri. Menyaksikan reaksi dari Gak In Ling, perasaan tidak tenang yang semula menyelimuti perasaan keempat manusia berkerudung merah itu segera pulih kembali dalam ketenangan, hawa amarah dan sikap angkuhpun muncul kembali dalam hati kecil mereka. Tampak manusia berkerudung merah yang membopong mayat gadis itu menatap wajah Gak In Ling beberapa saat lamanya, kemudian sambil tertawa seram tanyanya dengan
268 nada mengejek. "He... he... Gak In Ling, kenalkah kau dengan gadis ini ?" Sejak menyaksikan raut wajah dari mayat gadis itu, Gak In Ling telah merasakan seolah-olah sukmanya melayang meninggalkan raganya, mendapat pertanyaan itu dengan kaku ia menggeleng. "Aku tidak kenal " "Tidak kenal? Aku lihat raut wajahmu telah berubah sangat hebat sekali.... apakah kau merasakan sesuatu yang tidak beres dengan mayat gadis ini ?" "Benar, karena dia terlalu mirip dengan wajahku" kembali Gak In Ling menjawab dengan kaku. Manusia berkerudung merah yang berada di samping kiri segera tertawa dingin dan mengejek. "He.... he.. . he.,.. aku dengar katanya kau mempunyai seorang enci, benarkah itu ?" Air muka Gak In Ling berubah semakin hebat, suatu firasat jelek terlintas didalam benak dan menyelimuti seluruh pikiran dan perasaannya, ia tarik napas panjang-panjang, dengan perasaan hati yang sedih diam-diam pemuda itu berdoa. "oh, Thian.... kini keluarga Gak kami hanya tinggal tiga orang. Gak In Ling mohon kepadamu ya, Thian, ampunilah mereka dan lepaskanlah, mereka dari segala penderitaan-" Gak ln Ling meskipun tidak mengutarakan semua isi hatinya, tetapi ditinjau dari permohonannya yang mendekati setengah merengek, dan muncul dari mulut seorang pemuda yang angkuh dan tinggi hati, bisa ditarik kesimpulan betapa murung dan ngerinya sianak muda itu dalam menghadapi kenyataan dihadapan matanya. Tiba-tiba satu ingatan berkelebat dalam benak gadis suci dari Nirwana, gadis yang cerdik melebihi orang lain ini rupanya telah dapat menduga apa yang sedang terjadi dihadapannya pada saat ini.
269 Sementara itu Gak In Ling telah menarik napas panjang, dengan suara berat jawabnya. "Ssdikitpun tidak salah, aku memang mempunyai seorang enci dan sekarang bersama ibuku disekap dalam lembak pemutus sukma." "Nah, kalau begitu ketahuilah kami datang dari lembah pemutus sukma." sambung manusia berkerudung merah yang lainnya sambil tertawa dingin. Sorot mata yang seram dan menggidikkan hati terpancar keluar dari balik mata Gak In Ling, dengan perasaan cemas buru-buru ia berseru. "Aku percaya bahwa kalian tak akan turun tangan sekeji ini terhadap mereka, bukankah begitu ? Perbuatan semacam ini bukanlah perbuatan gagah dari seorang enghiong seorang pria sejati, kalian tokh manusia-manusia yang punya nama dalam dunia persilatan, tidak mungkin-.." "Selamanya tindakan yang diambil lembah pemutus sukma adalah tindakan keji serta bertujuan untuk mencapai apa yang diharapkan, sekalipun perbuatan yang kami lakukan melanggar dari kebiasaan seorang enghiong." tukas manusia berkerudung merah disamping kanan sambil tertawa dingin. "Gak In Ling, kau tidak seharusnya memasuki lembah kami serta mengacau ketenteraman lembah, ini..., ketahuilah, siapa berani membuat keonaran di lembah kami maka dia menerima pembalasan yang setimpal dengan perbuatannya itu." Suaranya seram dan mengerikan, seakan-akan mereka hendak menyiksa Gak In Ling dengan kata-kata itu sehingga ia lebih menderita. Air muka Gak In Ling yang pucat mulai berubah jadi merah, mengikuti berlalunya kesunyian yang mencekam disekitar tempat itu, wajahnya kian lama kian bertambah merah, dan
270 akhirnya wajah pemuda itu berubah jadi marah padam bagaikan darah. Sorot matanya yang semula nampak lemah dan mohon belas kasihan, kini telah lanyap tidak berbekas, sebagai gantinya terpancarlah keluar dari balik matanya api dendam yang tiada taranya serta napsu membunuh yang berkobarkobar. Gadis suci dari Nirwana yang berada disamping kalangan, mengawasi gerak-gerik Gak In Ling dengan seksama, tatkala dilihatnya sianak muda itu terpengaruh oleh emosi hatinya, dalam hati segera ia berpikir. "Engkau begitu terpengaruh oleh emosi, perbuatanmu dapat menghancurkan serta memusnahkan diri sendiri. Kenapa sih kau brgitu tidak kenal bagaimana cara untuk menyayangi diri sendiri ?" Gadis itu tak tahu apa sebabnya ia harus memikirkan tentang persoalan itu, dan dia sendiripun tak tahu kenapa dirinya begitu menaruh perhatian terhadap pemuda itu. Dalam pada itu Gak In Ling meskipun sembilan puluh lima persen telah menduga siapakah mayat gadis itu, akan tetapi ia masih tetap mengharapkan suatu kekeliruan, dengan kepala tertunduk segera ujarnya. "Aku percaya bahwa dia bukanlah enciku" Keempat orang manusia berkerudung merah itu segera tertawa terbahak-bahak setelah mendengar perkataan itu, gelak tertawa keempat orang itu sangat keras hingga menggetarkan seluruh lembah itu. Pantulan-suara tertawa mereka seakan-akan martil yang beratnya mencapai ribuan kati, satu demi satu menghantam dada Gak In Ling membuat perasaan hatinya hancur dan remuk- redam,
271 Tak kuasa lagi Gak In Ling menutupi sepasang telinganya dengan telapak tangan, kemudian bentaknya dengan keras. "Berhenti Apa yang perlu kalian tertawakan?" Suaranya amat keras bagaikan guntur yang membelah bumi membuat hati orang bergetar keras. Keempat orang itu segera menghentikan gelak tertawanya, sambil menuding kearah mayat gadis itu teriak mereka dengan suara lantang. "Orang ini bukan lain adalah encimu " Satu-satunya harapan yang tersembunyi di balik hatinya kini pudar dan lenyap bersamaan dengan meluncurnya katakata tersebut, tiga orang keluarga Gak yang masih tersisa dikolong langit kini telah berkurang seorang lagi. Dendam sakit hati sedalam lautan, rasa benci setinggi langit dan kobaran api marah yang tiada taranya menyelimuti seluruh badan Gak In Ling, membuat peredaran darah dalam nadinya bergerak semakin cepat, ia merasakan seluruh darahnya mendidih. Dengan cepat Gak In Ling menengadah ke- atas, dengan sepasang matanya yang merah berapi-api menatap kearah empat orang manusia berkerudung merah itu dengan penuh kebencian, hal ini membuat musuh-musuhnya mundur empatlima langkah kebelakang dengan ketakutan- Dalam beberapa menit yang amat singkat Gak In Ling telah berubah, ia tidak mirip sebagai seorang manusia lagi. Tapi lebih menyerupai malaikat bengis yang baru turun dari langit. Perlahan-lahan Gak In Ling melangkahkan kakinya yang berat berjalan mendekati kearah ke empat orang itu, dengan suara yang menyeramkan ia berteriak. "Seorang dari keluarga Gak mati, maka aku Gak In Ling akan menebusnya dengan seratus lembar jiwa orang persilatan^ kalian-.. kalian adalah rombongan yang pertama "
272 Gadis suci dari Nirwaisa yang menyaksikan hal itu kembali berpikir didalam hatinya. "Rangsangan serta tekanan bathin yang diterimanya pada saat ini mungkin akan menutupi ke sadaran serta perasaan baik dalam hati kecilnya, apa yang harus kulakukan pada saat ini ?" Mengikuti jalannya pikiran tersebut, tanpa terasa selangkah demi selangkah ia berjalan mendekati sianak muda itu Sementara itu empat orang manusia berkerudung merah itu mundur terus kebelakang mengikuti semakin majunya Gak In Ling mendekati kearahnya, tak seorangpun diantara mereka yang memperlihatkan gerakan hendak melakukan perlawanan. Tiba-tiba Gak In Ling membentak dengan suara keras. "Lepaskan dia " uaranya keras bagaikan halilintar, di tengah keseraman terselip pula wibawa yang besar. Manusia berkerudung merah yang membopong mayat gadis itu tak dapat mengusahakan diri dan segera bongkokkan badan serta meletakkan mayat tersebut diatas tanah. Gak In Ling menyapu sekejap mayat cicinya, perlahanlahan ia membengkok dan membelai rambutnya yang panjang, air matajatuh berlinang membasahi pipinya. Dengan tangan yang gemetar keras ia mencekal telapak tangan enciaya Gak In Hong yang menempel diatas bibirnya, belum sempat ia menarik turun telapak tangan itu, tiba-tiba terdengar salah seorang diantara manusia berkerudung merah itu berseru dengan nada lantang. "Gak In Ling, inilah peringatan yang diberikan Iembah pemutus sukma kami terhadap dirimu, jikalau engkau punya nyali untuk menyatroni lembah kami lagi, maka ibumu akan tiba gilirannya untuk dibunuh nah, tugasku telah selesai dan kamipun harus segera tinggalkan tempat ini "
273 Keempat orang itu bersuit nyaring, dengan gerakan tubuh yang cepat mereka berkelebat menuju kearah jalan semula. Tertegun hati Gak In Ling mendengar ucapan tersebut, tangannya yang menggenggam telapak encinya gemetar semakin keras, air mata jatuh berlinang semakin deras, demi keselamatan ibunya ia memang tidak mempunyai keberanian untuk menyatroni lembah pemutus sukma lagi. Perlahan-lahan ia menarik telapak tangan encinya dan menurunkan dari atas bibirnya, tiba-tiba... Diantara pandangan matanya yang kabur, ia menemukan beberapa huruf darah yang rupanya diukir diatas telapaknya dengan menggunakan pisau, rupanya tulisan itu sengaja ditinggaikan oleh Gak In Hong sesaat sebelum menemui ajalnya. Dengan cepat Gak In Ling menyeka air mata yang membasahi pipinya, kemudian memeriksa tulisan itu dengan seksama, terbacalah tulisan darah diatas telapak tangan encinya itu berbunyi demikian- "ibu mati dibenteng Hui-in-cai. Enci mati dilembah Toanhun- kok." Walaupun hanya beberapa patah tulisan yang amat singkat, akan tetapi seluruh harapan Gak In Ling telah ikut musnah dengan terbacanya beberapa tulisan kecil itu. Pada waktu itulah tiba-tiba terdengar dua kali bentakan gusar berkumandang datang dari kejauhan- "Kalian berempat jangan harap bisa tinggalkan tempat ini dalam keadaan hidup" Sementara itu keempat manusia berkerudung merah itu sudah berada sepuluh tombak lebih dan tempat semula, mendengar bentakan itu mereka segera menghentikan
274 langkah kakinya dan alihkan sorot matanya kearah mana berasalnya suara itu, dan dengan cepatnya pula mereka berdiri tertegun ditempat itu. Terdengar manusia berkerudung yang berada disebelah kanan mendengus dingin lalu berkata. "Hmm, aku kira siapa yang telah datang, tak tahunya adalah kalian, manusia sesat dari selatan serta manusia aneh dari utara, apakah kalian yakin bahwa dengan kekuatan kalian berdua mampu untuk menahan kepergian kami berempat?" nada suaranya amat sombong dan sama sekali tidak memandang sebelah matapun terhadap lawannya. Gadis suci dari Nirwana sendiri segera alihkan sorot matanya sesudah mendengar orang yang baru datang bukan lain adalah manusia sesat dari selatan serta manusia aneh dari utara yang selama ini menggetarkan sungai telaga. Tampaklah kurang lebih lima tombak dihadapan empat manusia berkerudung merah itu berdirilah dua orang manusia aneh yang berdandan sangat aneh sekali dengan sorot mata yang tajam serta wajah memancarkan hawa gusar yang amat tebal. Manusia berambut putih yang berada disebelah kiri adalah manusia sesat dari selatan oei Hoa Yu, sedangkan manusia bercambang dan bermata besar yang ada disebelah kanan adalah manusia aneh dari utara Lui Beng Wan- Diantara kedua orang itu, manusia aneh dari utara Lui Beng Wan memiliki watak yang berangasan sekali, mendengar perkataan itu ia segera tertawa seram sambil berkata. "Haa..... haa...... haa kami tidak mampu untuk menahan kalian beberapa orang? Benar-benar suatu lelucon yang sama sekali tidak menggeIikan " Terkesiap hati manusia berkerudung merah yang ada disebelah kiri, pikirnya didalam hati.
275 "Ah jangan- jangan mereka telah melepaskan diri dari pihak banteng IHui-in-cay " Meskipun dalam hati berpikir demikian, di luaran ia tak mau kalah dengan begitu saja, sambil tertawa dingin segera serunya kembali. "Hm, jangan lupa kalian adalah termasuk golongan mana ? Kalau bicara mengenai tingkat kedudukan mungkin kami berempat masih jauh berada diatas kedudukan kalian berdua." Diatas raut wajah manusia sesat dari selatan oei Hoa Yo yang penuh berkeriput seketika muncullah delapan buah jalur yang sukar ditemukan dengan pandangan mata biasa, tak usah diragukan lagi ucapan dari manusia berkerudung merah itu telah mendatangkan pelbagai perubahan dalam hati kecilnya. Manusia aneh dari utara Lui Beng Wan sama sekali tidak mau menggubris ucapan dari lawannya, dengan penuh kegusaran kembali ia berseru lantang. "Mari mari..... jangan menggonggong terus disitu menyerupai anjing gila, kalau aku tak mampu untuk membinasakan kalian keempat ekor anjing dalam lima puluh gebrakan, aku akan mengorok leherku sendiri dihadapan kalian-.." sambil berkata dengan langkah lebar ia segera berjalan mendekati lawannya. Berbicara tentang kepandaian silat, walaupun keempat orang manusia berkerudung merah itu termasuk jago-jago lihay kelas satu dalam dunia persilatan, tetapi kalau dikatakan mereka berani menandingi kemampuan dari manusia sesat dari selatan serta manusia aneh dari utara dua orang tokoh sakti dalam dunia persilatan ini, boleh dibilang diantara mereka masih terpaut selisih yang amat besar. Ditinjau dari perkataan manusia aneh dari utara Lui Beng Wan baru-baru ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa napsu membunuh yang berkobar didalam hati kecil jago tua itu
276 sudah tak dapat dihindarkan lagi, takut mati adalah ciri khas setiap manusia, tanpa sadar dengan perasaan bergidik keempat orang manusia berkerudung merah itu mulai menggerakkan tubuhnya mundur ke belakang. "Kalian jangan lupa," teriak manusia berkerudung merah yang berada disebelah kanan dengan gusar, "benteng Hui-incay letaknya berada dibawah kedudukan lembah Toan-bunkok, jika..." Agaknya pada waktu itu manusia sesat dari selatan oei Hoa Yu telah mengambil keputusan terakhir, sebelum orang itu sempat menyelesaikan kata-katanya dia telah menukas lebih dahulu. "Sebelum kami berdua datang kemari telah kami pertimbangkan resiko serta akibat-akibatnya, sekalipun kami berdua selamanya melakukan pekerjaan dengan mempertimbangkan baik buruknya lebih dahulu, akan tindakan kami pada saat ini merupakan pengecualian-.. kami ingin bertanya kepadamu, sebenarnya dendam sakit hati apakah yang sudah terikat antara keluarga Gak dengan lembah pemutus sukma kalian ? Kenapa kalian celakai ibu Gak In Ling lebih dahulu kemudian encinya. Asal kalian masih mempunyai perabaan perikemanusiaan, tidak nanti akan melakukan perbuatan terkutuk semacam ini, hmh Terhadap manusia keji yang tak kenal prikemanusiaan seperti kalian ini, kenapa kami harus berlaku sungkan dan melepaskan kalian pergi dalam keadaan hidup ?" Makin berbicara dia semakin gusar, sepasang matanya dengan memancarkan napsu membunuh yang amat tebal dengan penuh kebencian menyapu keempat orang itu, setelah berhenti sebentar ujarnya kembali dengan nada suara yang menyeramkan. "Ini hari kalian tak usah banyak bicara lagi, sejak kini manusia sesat dari selatan dan manusia aneh dari utara telah
277 bebas merdeka tanpa terikat oleh siapapun, kalau kalian merasa punya kepandaian keluarkanlah semuanya " Gadis suci dari Nirwana yang selama ini membungkam terus hatinya merasa tergetar keras sesudah mendengar ucapan itu, diam-diam pikirnya didalam hati. "oh, apa yang telah terjadi ? Tempo dulu apakah gerakgerik manusia sesat dari selatan dan manusia aneh dari utara itu berada dibawah perintah orang? Dikolong langit dewasa ini siapakah yang mampu untuk menundukkan serta memerintah kedua orang gembong iblis tersebut? Ataukah mungkin ketenangan yang menyelimuti dunia persilatan selama ini hanya diluaran saja yang damai? Padahal yang sebenarnya sudah terjadi pergolakan yang amat besar?" Pelbagai masalah yang mencurigakan hati ini dengan cepat memenuhi benak gadis aneh yang berotak cerdas ini. Sementara itu keempat orang manusia berkerudung merah itu sama sekali tidak menyangka kalau persoalan itu bakal berlangsung hingga mencapai keadaan yang sama sekali tak terduga seperti ini, untuk beberapa saat lamanya mereka kehilangan daya upaya untuk mengatasi persoalan yang sedang dihadapinya kini. Manusia sesat dari selatan serta manusia aneh dari utara selangkah demi selangkah maju ke arah depan, Malaikat Elmautpun semakin lama semakin mendekati keempat orang itu, mereka walaupun telah menghimpun segenap kekuatan yang dimilikinya untuk melakukan perlawanan yang terakhir, tetapi perasaan percaya pada diri sendiri telah lenyap dari dalam hati mereka, dibalik sorot matanya terpancarlah perasaan kuatir, tidak tenang dan ngeri. Mendadak dari belakang tubuh mereka berkumandang datang suara seruan seseorang dengan nada yang menyeramkan.
278 "Hutang ada pemiliknya, siapa yang berhutang dia harus membayarnya, kalian berdua tidak usah mencampuri urusan ini" Dari nada suara orang ini dengan cepat manusia sesat dari selatan serta manusia aneh dari utara telah mengetahui siapakah orang tersebut dengan perasaan tercekat mereka segera menghentikan langkahnya, empat buah sorot mata yang memancarkan perasaan simpatik danpenuh kuatir hampir bersamaan waktunya sama-sama dialihkan keatas wajah Gak In Ling. Mereka berdua telah merasakan bahwa pemuda yang pemurung ini telah berubah, berubah jadi semakin murung dan semakin sadis, pada saat itu wajahnya yang semula memerah kini sudah berubah jadi pucat pias bagaikan mayat, kelopak matanya masih basah oleh air mata, namun sorot matanya penuh mengandung perasaan dendam, pembunuhan terhadap keluarganya telah membuat pemuda itu mengalami tekanan bath in yang amat hebat, membuat perangai serta wataknya, sama sekali berubah. "Majikan muda," terdengar manusia aneh dari selatan Lui Beng Wan buka suara serta menegur, "yang sudah lewat biarkanlah lewat, kau adalah satu-satunya anggauta keluarga Gak yang masih hidup, dahulu budak sekalian tak berani memberitahukan jejak musuh yang sebenarnya kepadamu karena kuatir mendatangkan bencana yang lebih besar bagi dirimu, tapi sekarang keadaan telah berbeda, urusanmu merupakan urusanku juga, mungkin keadaanpun akan segera mengalami perubahan yang sangat besar" Gak In Ling mengerdipkan matanya lalu menggeleng dengan sikap yang sangat hambar, jawabnya. "Persoalan itu adalah urusan dikemudian hari, aku rasa kalian berdua harus mempertimbangkannya lebih dahulu secara baik-baik." ia berhenti sebentar kemudian tambahnya.
279 "Dan sekarang, aku harap kalian berdua suka mengundurkan diri untuk sementara waktu." Suaranya amat tenang dan datar, akan tetapi mengandung suatu kekuatan yang membuat orang merasa sungkan untuk membangkang. Tanpa sadar manusia dari sesat dari selatan serta manusia aneh dari utara bersama-sama mengundurkan diri kesisi kanan, dengan pandangan tertegun mereka memanda kearah sianak muda itu tanpa berkedip. Gadis suci dari Nirwana sendiripun menunjukkan sikap yang aneh sekali, pikirnya didalam hati. "Didalam sedihnya orang ini masih ingat menguasai dirinya sehingga bersikap demikian tenang, benar-benar suatu keajaiban yang tak pernah kuduga sebelumnya." Pada saat Gak In Ling buka suara tadi, ke empat orang manusia berkerudung merah itu telah memutar tubuhnya, sekarang mereka telah melupakan bahwa dihadapannya masih terdapat manusia sesat dan manusia aneh dua orang musuh tangguh, karena semua perhatian mereka telah di tujukan kepada pemuda dihadapannya. Dengan pandangan yang menyeramkan Gak In Ling menyapu sekejap kearah empat orang itu kemudian ujarnya dengan nada seram. "Pihak benteng Hwi-in-cay telah membinasakan ibuku, aku Gak In Ling akan menyapu benteng-tersebut rata menjadi tanah dan mencuci dengan darah segar mereka, lembah pemutus sukma telah membunuh enciku, aku orang she Gak akan membasmi semua orang yang berada didalam lembah itu, dan kalian berempat adalah orang pertama yang harus lenyap lebih dahulu dari muka bumi " Setelah mengetahui bahwa disekeliling mereka terkepung oleh musuh tangguh, dalam putus asanya timbullah niat
280 didalam hati mereka berempat untuk melakukan perlawanan sampai titik terakhir. Salah seorang diantara manusia berkerudung merah itu segera berseru dengan gusar. "Keparat cilik, engkau tak usah tekebur lebih dahulu. Kalau punya kepandaian perlihatkan dahulu dihadapan kami " "He... he.... he..rupanya engkau ingin mencoba lebih dahulu." ejek Gak In Ling sambil tertawa seram. Perlahan-lahan hawa murninya dihimpun kedalam sepasang telapaknya dan siap melancarkan serangan dahsyat. "Tunggu sebentar " tiba-tiba gadis suci dari Nirwana membentak dengan suara dingin. "Sebelum duduknya persoalan ini dapat dibikin jelas, aku tidak memperkenankan kalian untuk bertempur lebih dahulu." "Apakah nona merasa punya kemampuan untuk mencampuri urusan ini ?" tegur manusia sesat dari selatan oei IHoa Yu dengan nada dingin. Melihat ada orang berani pandang enteng Leng-cu nya, Empat tidak mirip jadi naik pitam segera bentaknya keras. "Hmm Sebelum bicara, periksalah dahulu disekeliling tempat ini" Manusia sesat dari selatan serta manusia aneh dari utara segera alihkan sorot matanya ke arah sekeliling tempat itu, kemudian dengan nada terperanjat mereka berseru. "Aaaah...... Leng-cu dari Nirwana berada disini ?" Diujung puncak bukit disekeliling tempat itu berkibarlah delapan buah panji besar berwarna kuning pada badan tengah pada panji tadi bersulamkan sebuah huruf "Leng" yang berwarna emas dan memancarkan cahaya yang sangat menyilaukan mata, entah tulisan itu terbuat dari bahan apa. Kedelapan panji besar berwarna kuning itu bukan lain adalah lambang atau ciri khas dari gadis suci dari nirwana setiap kali ia munculkan diri disuatu tempat.
281 Sementara itu Su-put-siang merasa girang sekali ketika menyaksikan manusia sesat dari selatan dan manusia aneh dari utara yang nama besarnya amat menggetarkan sungai telaga itu dibikin terkesiap oleh delapan lembar panji kuning dari Leng-cu-nya ini, dengan suara dingin, ia segera berseru. "Kalian benar-benar punya mata tak berbiji, Leng-cu kami sudah beberapa waktu lamanya berada disini " Manusia sesat dari selatan dan manusia aneh dari utara segera berpikir dalam hatinya. "jangan-jangan gadis yang cantik jelita bagaikan bidadari ini bukan lain adalah gadis suci dari Nirwana yang mirip dengan naga sakti yang nampak kepala tak nampak ekornya itu ? Kalau memang demikian keadaannya, mungkin tindaktanduk majikan kecil yang begitu gegabah dan kasar itu akan menimbulkan-.." Belum habis kedua orang jago sakti dari dunia persilatan itu berpikir, tiba-tiba terdengarlah dua kalijeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan kesunyian yang mencekam seluruh lembah tersebut. Begitu mengerikan jeritan kesakitan itu sehingga mendirikan bulu roma semua orang yang berada ditempai itu, tanpa sadar beberapa orang jago itu segera alihkan sinar matanya kearah Gak ln Ling. Jeritan kaget kembali berkumandang memecahkan kesunyian, semua orang berdiri terbelalak dengan mulut melongo sesudah mengetahui apa yang telah terjadi, sementara gadis suci dari Nirwana buru-buru alihkan sorot matanya kearah lain- Diantara empat orang manusia berkerudung merah yang hadir ditempat itu, kini telah berkurang dua orang, sementara dalam genggaman Gak In Ling telah bertambah dengan dua buah jantung manusia yang berlumuran darah segar.
282 Peristiwa berdarah ini benar-benar mengerikan sekali, membuat dua orang manusia berkerudung merah lainnya segera mundur empat-lima tombak jauhnya kebelakang dengan perasaan terkesiap. Dengan wajah yang sadis Gak In Ling membuang jantung yang berhasil dicopot keluar dari rongga dadanya itu keatas tanah, kemudian bentaknya dengan keras. "Bajingan keparat, kalian hendak lari kemana ?" Tubuhnya bagaikan seekor burung rajawali melayang ketengah udara dan menubruk kearah salah seorang manusia berkerudung merah yang berada disebelah kanan, serangannya amat cepat sekali sehingga sukar dilukiskan dengan kata-kata. Menyaksikan datangnya ter jangan tersebut, orang itu jadi ketakutan setengah mati, meskipun ia tak sempat melihat jelas warna telapak dari Gak In Ling, akan tetapi orang itu dapat menduga bahwa sianak muda itu pasti telah menggunakan telapak mautnya untuk menghadapi dirinya. Dalam keadaan cemas bercampur gelisah, ia tidak memperdulikan tindakannya memalukan atau tidak- segera teriaknya dengan keras. "Leng-cu, tolonglah aku." belum habis ucapan itu diutarakan keluar, jeritan ngeri yang menyayatkan hati kembali berkumandang memecahkan kesunyian di tempat itu, dengan keadaan yang mengerikan manusia berkerudung merah itu roboh terkapar diatas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Setelah melihat serangannya mengenai sasaran Gak In Ling segera enjotkan badan dan menerjang pula kearah manusia berkerudung merah yang terakhir. "Tahan " bentak gadis suci dari Nirwana dengan suara keras. Akan tetapi bentakannya itu tetap masih terlambat satu tindak.
283 Jeritan ngeri yang mendirikan bulu roma segera berkumandang memecahkan kesunyian, manusia berkerudung merah yang terakhir itupun jatuh terkapar diatas tanah tanpa bernyawa lagi. Semua peristiwa tersebut berlangsung dalam waktu yang amat singkat sekali dan boleh dibilang dalam sekejap mata. Terhadap bentakan gadis suci dari Nirwana Gak In Ling sama sekali tidak menggubris atau mendengarnya, setelah mencopot keluar jantung dari keempat orang musuhnya, perlahan-lahan ia mendekati mayat encinya. Setelah berjongkok disisi jenasah itu, ia letakkan keempat buah jantung manusia yang berlumuran darah itu disisi tubuh itu, kemudian gumamnya seorang diri dengan nada yang amat lirih. "cici, sudah lihatkah engkau akan semua perbuatan yang kulakukan barusan ? Aku sudah mulai membalas dendam untuk kematianmu yang malang ini... tapi, sampai kapankah dendam sakit hati dari ayah dan ibu bisa kutuntut balas? Musuh besar dari keluarga kita begitu banyak jumlahnya, sedangkan usiaku hanya tinggal setengah tahun lagi, oh cici, beritahukanlah kepada adikmu yang malang ini, apa yang harus kulakukan-" Makin lama ucapan itu semakin lirih sehingga akhirnya begitu lemah dan sama sekali tidak terdengar lagi, semua orang hanya menyaksikan mulutnya kemak-kemik tetapi tak tahu apa yang sedang diucapkan olehnya. Air mata bagaikan hujan gerimis mengucur keluar tiada hentinya membasahi kelopak matanya pipinya, dan bajunya... Manusia sesat dari selatan serta manusia aneh dari utara hanya dapat berdiri menjublek ditempat semula tanpa mampu berbuat sesuatu apapun, perasaan mereka ikut tertindih sehingga terasa berat sekali, mereka iba dan kasihan, terhadap pemuda malang yang hidup sebatang kara dengan
284 dibebani dendam kesumat yang tiada taranya itu, untuk beberapa saat kedua orang jago tua itu tak tahu mesti berkata apa untuk menghibur hatinya. Mendadak terdengar bentakan nyaring berkumandang datang. "Gak In Ling, berani benar engkau membunuh orang dihadapan Pun Leng-cu ? Hmm, rupanya engkau sama sekali tidak memandang sebelah mata pun terhadap diriku " Walaupun nada suaranya mengandung kegusaran, akan tetapi terselip pula perasaan itu dan kasihan terhadap pemuda itu. Gak In Ling sama sekali tidak menengok juga tidak menjawab, seakan-akan dia sama sekali tidak mendengar bentakan dari gadis cantik baju putih itu, mulutnya masih tetap berkemak-kemik menggumam seorang diri. Melihat perkataannya sama sekali tidak digubris, kali ini gadis suci dari Nirwana benar-benar dibikin amat gusar sekali, sebagai seorang ketua dari sebuah perkumpulan besar, ia selalu disanjung dan dihormati oleh setiap orang, belum pernah ucapannya dianggap angin oleh orang lain, apalagi orang itu adalah seorang pemuda. Sepasang matanya melotot besar dan memancarkan cahaya yang menakutkan sekali, kembali bentaknya dengan keras. "Gak In Ling, sudah dengarkah engkau akan perkataanku?" Dengan perasaan tidak tenang manusia sesat dari selatan oei Hoa Yu menyapu sekejap kearah gadis suci dari Nirwana, kemudian serunya dengan nada agak tergagap. "Leng-cu, sekarang pikiran maupun perasaannya sedang dipengaruhi oleh emosi, aku mohon sudilah kiranya kau suka mengampuni dirinya satu kali ini"
285 Sementara itu Gak In Ling masih tetap tidak menjawab, keadaannya sama sekali tidak berbeda dengan keadaan semula. Keadaan ini dengan cepat membuat gadis suci dari Nirwana tak mampu untuk menguasai diri lagi, telapak tangannya segera diayun kedepan "Blaam" ditengah benturan keras, empat buah jantung manusia yang diletakkan Gak In Ling disisi tubuh jenasah kakaknya itu segera terpukul telak sehingga mencelat sejauh lima tombak lebih dari tempat semula. Gak In Ling merasa amat terperanjat dan dengan cepat bangkit berdiri dari atas tanah, ketika ia berpaling maka tampaklah gadis suci dari Nirwana sedang memandang ke arahnya denganpenuh kegusaran- Hal ini membuktikan kalau serangan itu dilancarkan oleh gadis tersebut. Gak In Ling menyeka air mata yang membasahi wajahnya, lalu dengan kaku ia bertanya. "Kaukah yang melakukan hal ini ?" "Sedikitpun tidak salah "jawab gadis suci dari Nirwana dengan penuh kegusaran- "Kau mau apa ?" napsu membunuh melintas diatas wajah Gak In Ling, bentaknya nyaring. "Dengan berdasarkan apakah engkau melancarkan serangan kepadaku ? Ayo jawab ?" "Melenyapkan bencana demi umat manusia dalam persilatan" Gak In Ling segera ayunkan telapak tangannya ke depan, dengan menggunakan jurus "Hiat-yu Weng-hong" atau hujan darah angin amis dia mengirim sebuah pukulan dahsyat ke arah gadis tersebut.
286 Menyaksikan datangnya serangan yang amat dahsyat itu, gadis suci dari Nirwana merasa amat terkesiap. buru-buru ia enjotkan badannya dan laksana kilat meloncat mundur sejauh empat tombak lebih dari tempat semula, gerakan tubuhnya lincah, enteng dan cepat sukar dilukiskan dengan kata-kata. Pada saat ini pikiran Gak In Ling masih kalut dan tak sadar, meskipun tenaga dalamnya telah dihimpun dan kendatipun serangan tersebut dilancarkan dengan menggunakan ilmu telapak maut. Akan tetapi daya kekuatannya amat terbatas, oleh karena itu sekalipun serangan tersebut dilancarkan secara tiba-tiba, akan tetapi sama sekali tidak berhasil melukai tubuh gadis suci dari Nirwana. Ketika menyaksikan serangannya tidak berhasil mengenai sasarannya, Gak In Ling nampak agak tertegun, buru-buru ia merubah gerakan siap melancarkan serangan berikutnya. Akan tetapi sebelum ia sempat melancarkan serangan balasan, terdengarlah gadis cantik baju putih itu telah membentak keras. "Kau sambutlah pula sebuah pukulan dahsyatku ini " Bersamaan dengan menggemanya suara bentakan itu, segulung angin pukulan yang maha dahsyat bagaikan hembusan angin puyuh menghajar keatas dada sianak muda itu. Gak In Ling yang sedang dilanda kesedihan boleh dibilang kesadarannya pada saat ini sama sekali tidak beres ketika ia merasa datangnya angin pukulan yang maha dahsyat itu, untuk menghindar sudah tak sempat lagi. Ditengah kesunyian yang mencekam seluruh jagad, terdengar gadis suci dari Nirwana berseru dengan nada cemas. "Aaah Kau...." Buru-buru ia buyarkan serangannya dan berusaha untuk menarik kembali tenaga pukulannya tetapi...
287 mungkinkah serangan yang telah dilepaskan dapat ditarik kembali ? "Blaaaaam..." terdengar benturan yang amat keras bergema diseluruh angkasa, tubuh Gak In Ling terpental sejauh tiga tombak lebih dari tempat semula dan roboh terjengkang diatas tanah. Gadis suci dari Nirwana tertegun, dengan cepat tubuhnya berkelebat menghampiri Gak in Ling yang sementara itu sudah terkapar diatas tanah tanpa bisa berkutik. "Leng-cu " terdengar manusia sesat dari selatan oei Hoa Yu berseru dengan nada cemas, "ampunilah selembar jiwanya, dia adalah satu-satunya anggauta keluarga Gak yang masih hidup," Suaranya keras tapi kedengaran agak gemetar. Gadis suci dari Nirwana putar badan, dengan wajah tidak tenang ia berkata. "Apakah kalian dapat menjamin bahwa sejak kini dia tak akan membunuh manusia lagi ?" Tiba-tiba manusia sesat dari selatan oei Hoa Yu bertekuk lutut dan jatuhkan diri diatas tanah serunya. "Aku oei Hoa Yu berani bersumpah dihadapan Thian, bahwa orang yang dibunuh Gak kongcu selama ini semuanya adalah manusia laknat yang pantas dimusnahkan dari muka bumi" "Hm Aku tidak menanyakan yang lain, aku tanya bertanya kepada kalian apakah kamu berdua berani menjamin bahwa sejak ini hari ia tak akan membunuh manusia lagi ?" Mendengar ucapan itu manusia aneh dari utara Lui Beng Wan segera jatuhkan diri berlutut pula diatas tanah, sambil menghela napas panjang dia berkata. "Leng-cu, lepaskanlah dirinya..."
288 Gadis suci dari Nirwana dibikin bingung oleh sikap serta perbuatan kedua orang jago libay itu, karena tak dapat mengambil keputusan, tanpa sadar dia alihkan sorot matanya kearah Su-put-siang. Empat tidak mirip anggukkan kepalanya dan berkata dengan nada berat. "Leng-cu, lepaskanlah dirinya. Mungkin dosa serta kesalahan yang ia lakukan masih belum cukup untuk dijatuhi dengan hukuman mati " Gadis suci dari Nirwana segera mengangguk. "Baiklah, kalian boleh bangkit berdiri " serunya. Habis berkata ia putar badan dan segera berlalu. Buru-buru manusia sesat dari selatan serta manusia aneh dari utara mengucapkan banyak-banyak terima kasih, kemudian berkelebat menuju kesisi tubuh Gak In Ling dan memayangnya bangun. Sambil menatap wajah sang pemuda yang pucat bagaikan mayat, manusia sesat dari selatan oei Beng Ya bertanya. "Majikan muda, bagaimana perasaanmu pada saat ini?" Gak In Ling gelengkan kepalanya, bukan menjawab malah dia balik bertanya. "Bersediakah kalian untuk melakukan suatu perkerjaan bagi diriku?" "Urusan apa ? Katakanlah " sahut kedua orang jago itu hampir berbareng. Gak In Ling menghela napas panjang. "Aaii carilah suatu tempat yang baik dan kuburlah jenasah kakakku ini." Sambil berkata dengan susah payah ia meronta dari cekalan kedua orang itu, dan berdiri sendiri dengan sempoyongan- Buru-buru manusia sesat dari selatan oei Hoa Yu memegang tubuhnya, dengan nada lirih nasehatnya.
289 "Majikan muda, janganlah terlalu menuruti emosi, cepatlah atur pernapasan dan sembuhkan dahulu luka dalammu, sebentar lagi aku serta si makhluk tua itu akan menemani engkau untuk menguburkan jenasah kakakmu " "Tidak Aku tidak akan ikut dengan kalian-" sahut Gak In Ling sambil memandang awan putih yang bergerak diangkasa "Lalu kau akan pergi kemana ?" tanya manusia aneh dari utara dengan nada gelisah. Gak In Ling tertawa tawa. "Mungkin aku akan pergi ketempat lain yang tak dapat didatangi oleh orang lain-" "Pergi ketempat yang tak dapat didatangi oleh orang lain ?" gumam manusia sesat dari selatan dengan wajah tertegun. Gadis suci dari Nirwanapun diam-diam terkesiap melihat keadaan dari sianak muda itu, pikirnya. " jangan- jangan pukulanku yang begitu ringan telah melukai isi perutnya..." Berpikir sampai disini sepasang matanya yang jeli tanpa merasa telah menyapu sekejap ke arah Gak In Ling, kebetulan sekali sepasang mata sang pemuda yang sayu itu sedang memandang kearahnya, dua pasang saling bertemu, membuatjantung gadis itu berdebar keras, buru-buru dia alihkan pandang matanya kearah lain- Setelah memandang sekejap kearah gadis itu dengan susah payah Gak In Ling berkata. "Leng-cu, kau seorang pemimpin dari suatu perkumpulan besar dan bisa bertindak secara adil dan bijaksana, ku berharap sejak kini kau bersedia mencurahkan perhatianmu terhadap lembah pemutus sukma, basmilah manusia laknat yang berdiam disana dan selamatkanlah umat persilatan dari bencana."
290 "Apakah engkau anjurkan diriku berbuat demikian karena disanalah musuh-musuhmu berdiam." sela gadis suci dari Nirwana. Hawa segar berkelebat lewat dari balik mata Gak In Ling, serunya dengan suara dingin. "Aku orang she Gak tidak akan serendah dan sehina seperti apa yang Leng-cu lukiskan itu, aku tak nanti akan mohon pada orang lain untuk membalaskan dendam bagiku atas kematian ayah dan ibuku " Bicara sampai disini ia segera putar badan dan berlalu dari lembah tersebut. Manusia sesat dari selatan oei Hoa Yu dengan cepat menghadang jalan pergi sianak muda itu sambil serunya dengan nada gemetar. "Majikan muda, engkau sudah menderita luka dalam yang sangat parah, engkau akan pergi kemana ?" Dengan tangannya yang dingin bagaikan es, Gak In Ling mencekal tangan manusia sesat dari selatan, kemudian ujarnya. "Empek oei, lepaskanlah aku pergi, aku dilahirkan tanpa waktu yang ditentukan lebih dahulu, akupun tak ingin mati ditunggui orang lain di sampingku, kalian sudah melayani aku hampir dua belas tahun lamanya, selamanya kalian selalu dapat memahami perasaanku, kali ini ijinkanlah aku pergi seorang diri " "Apakah kau sudah melupakan dendam sakit hatimu ?" tanya oei Hoa Yu dengan air mata bercucuran. "Tak akan kulupakan untak selamanya. Dendam sakit hati itu tak akan kulupakan untuk selamanya" jawab Gak In Ling sambil gelengkan kepalanya berulang kali.
291 Dalam pada itu manusia aneh dari utara LuiBang Wan telah menyusul datang, ia segera berseru. "Kalau memang begitu, maka tidak sepantasnya kalau engkau mencari mati sebelum tugasmu kau selesaikan" "Aku sendiri tidak rela mati dengan begini saja." gumam Gak In Ling dengan lirih, "tetapi luka yang kuderita cukup parah, dan dalam hati aku sudah mempunyai perhitungan sendiri, aku mohon kepada kalian agar sukalah membiarkan aku mencari tempat yang tenang seorang diri" Habis berkata ia putar badan melanjutkan kembali langkahnya menuju kearah depan-Tiba-tiba gadis suci dari Nirwana berseru dengan nada dingin. "Jikalau dugaanku tidak keliru, maka kau tak akan berjalan sejauh lima ratus tombak dari tempat ini " Gak In Ling tidak berpaling, juga tak menghentikan langkah kakinya, ia masih melanjutkan perjalanannya menuju kearah depan- Menyaksikan hal itu gadis suci dari Nirwana segera membentak nyaring. "Gak in Ling, engkau dengar tidak parkataan ku itu ?" Gak In Ling tetap tidak menggubris, dengan mulut membungkam ia teruskan perjalanannya munuju kedepan. Tertegun hati gadis suci dari Nirwana menyaksikan tindakan sianak mada itu, tiba-tiba ia menjejakkan sepasang kakinya melayang kedepan dan menghadang jalan pergi Gak In Ling sambil bentaknya. "Sudah kau dengar tidak perkataanku?" Gak In Ling segera tertawa dingin. "IHee...... hee hee... . mati hidupku, apa sangkut pautnya dengan dirimu?" ia mengejek. "Aku hanya bermaksud hanya memberi peringatan kepadamu "
292 Gak In Ling menghindarkan diri kesamping dari hadangan gadis itu, kemudian sambil tertawa dingin ujarnya. "Aku orang she Gak hanya seerang manusia tak bernama dalam dunia persilatan, setelah kau melukai diriku, buat apa sekarang masih berpura-pura berlagak sok baik hati ? Hmm, apakah perbuatanmu itu tidak mirip kucing sedang menangisi tikus ?" Gadis suci dari Nirwana jadi amat gelisah sekali, buruburu ia berseru. "Hawa murnimu telah tersumbat oleh kesedihan dan kemurungan yang kelewat batas, sekalipun aku tidak melukai dirimu, engkaupun tidak akan hidup sampai hari ini." Satu ingatan dengan cepat berkelebat lewat dalam benak Gak In Ling, pikirnya dalam hati. "Tidak aneh kalau serangan gencarku tadi tidak berhasil melukai dirinya. Aaaiii mati ya sudah, urusanpun bisa beres sampai disini saja, perduli amat apa yang bakal kualami " Sementara ingatan tersebut masih melintas diatas wajahnya, ia telah berada belasan tombak jauhnya dari tempat semula. Diatas wajah gadis suci dari Nirwana yang cantik jelita tibatiba terlintas kemurungan dan kekesalan yang tebal, kembali ia berteriak dengan keras. "Hey, sudah kau dengar tidak semua perkataanku itu ?" "Hmm, aku sudah tiada harapan untuk hidup lebih lama lagi, kenapa aku mesti mendengarkan penjelasan dari Lengcu?" Beberapa saat kemudian tubuhnya sudah membelok dibalik batu cadas dan lenyap. Gadis suci dari Nirwana tidak habis mengerti apa sebabnya ia begitu menguatirkan keselamatan sianak muda itu, kini setelah berulang kali dipandang remeh oleh Gak In Ling
293 hatinya jadi amat sedih sekali, hingga tanpa terasa ia mengucurkan air mata. "Leng-cu, karena persoalan apakah engkau merasa sedih ?" tiba-tiba serentetan suara teguran yang lirih berkumandang disisi telinganya. Mendengar suara itu seakan-akan telah bertemu dengan orang yang dikasihi dengan cepat gadis suci dari Nirwana berseru. "Enci Peng" ia segera jatuhkan diri kedalam pelukan perempuan itu. orang yang baru saja munculkan diri itu adalah seorang perempuan berusia tiga puluh tahunan yang berpakaian amat sederhana dengan rambut disanggul jadi satu, kecantikan wajahnya sangat menawan hati, meskipun usianya sudah mencapai tigapuluh tahunan akan tetapi tetap masih mempesonakan. Su-put-siang serta empat orang dayang baju hijau yang berada disekeliling situ dengan cepat naju memberi hormat sambil sapanya. "Menghunjuk hormat untuk Kun-su" Manusia sesat dari selatan oei Hoa Yu segera merasakan hatinya agak tergerak, pikirnya. "jangan- jangan orang ini adalah juru pikir yang sangat diandalkan oleh gadis suci dari Nirwana yang amat tersohor kecerdasannya itu ? Mungkinkah dia "Sin- gwa- liong- bun" ahli pikir dari pintu naga Ki Giok Peng ?" Sementara itu perempuan tadi sudah berkata. "Kalian tak usah banyak adat, siapakah yang kalian baru saja jumpai ?" "Gak In Ling "jawab Su-put-siang dengan cepat. Air muka perempuan itu seketika berubah hebat setelah mendengar nama pemuda itu, serunya.
294 "Leng-cu, lupakanlah dia, mari kita pulang." Terkesiap hati, gadis suci dari Nirwana, tanpa sadar ia berseru. "Enci Peng, kau telah apakan orang itu?" Melihat sikap Leng-cu yang gugup, perempuan itu segera berpikir dalam hati kecilnya. "Ah, dugaanku ternyata tidak salah. Tidak seharusnya aku datang demikian lambatnya." Berpikir sampai disini ia lalu menjawab. "Aku sama sekali tidak berjumpa dengan dirinya, Leng-cu Apakah engkau telah melukai dirinya?" Dengan wajah amat sedih gadis suci dari Nirwana mengangguk. ---ooo0dw0ooo--- Jilid 9 "TIDAK sepantasnya kalau kau buat dia jadi gusar dan mendongkol sekali..." bisiknya. "Semestinya engkau harus mengobati luka yang diderita olehnya." sambung perempuan itu. "Tapi dia sama sekali tidak memperdulikan diriku ?" "Aaaa biar." pikir perempuan itu lagi, "Kalau dia tidak sanggup dan demikian tinggi hatinya sehingga melampaui dirimu, tak nanti hatimu akan tertarik olehnya, aku harus mencari akal yang bagus untuk membuat dia jadi lupa dengan pemuda itu, sebab jika cinta yang bersemi di balik kesalahpahaman ini dibiarkan berlarut-larut, maka akibatnya akan sukar dilukiskan dengan kata-kata..." berpikir sampai disini, sambil tertawa dia lantas berkata.
295 "Kalau dia memang tak mau menerima tawaran yaa sudahlah, kenapa mesti dipikirkan terus ? Mari kita pulang saja " Gadis suci dari Nirwana memandang sekejap sekeliling tempat itu, tiba-tiba ia berseru. "Tidak Hal ini merupakan salah paham, aku harus menyembuhkan luka dalam yang diderita olehnya " "Tapi Leng-cu. orang itu sudah pergi jauh." "Tenaga dalamnya telah punah." seru gadis suci dari Nirwana dengan hati gelisah, "pada saat ini dia tak kan pergi terlalu jauh, mari kita susul dirinya^.." Habis berkata ia segera berangkat lebih dahulu mengejar kearah mana bayangan tubuh Gak In Ling melenyapkan diri tadi. Diam-diam perempuan itu menghela napas panjang, pikirnya. "Aaaiii sekarang aku baru merasa betapa pentingnya selain waktu yang amat singkat, tapi sekarang keadaan sudah terlambat." Ia segera ulapkan kepada kelima orang lainnya sambil berseru "cepat kalian menyebarkan diri kesekeliling tempat ini dan coba periksa jejaknya, semoga saja ia belum jauh meninggalkan lembah ini." Keempat dayang itu sekalian segera mengiakan dan dengan cepat menyebarkan diri untuk mencari jejak sianak muda itu Sepeninggalnya beberapa orang itu, perempuan cantik itu berjalan menghampiri manusia sesat dari selatan dan manusia aneh dari utara.
296 "Mungkin kalian berdua adalah manusia sesat dari selatan dan manusia aneh dari utara yang menyebut diri sebagai pelayan dari Gak In Ling bukan ?" "Tempo dulu hanya sebutan saja, tapi sekarang hal itu memang merupakan kenyataan " jawab manusia sesat dari selatan oei Hoa Yu. "Kalau memang demikian adanya, mengapa kalian berdua tidak mengiringi disamping majikanmu itu ?" "Selamanya persoalan yang telah diputuskan oleh majikan kami tak dapat digugat lagi." jawab manusia aneh dari utara sambil menghela nanas panjang, "dalam keadaan begini, yaa, apa boleh buat. Terpaksa kami hanya dapat melindungi keselamatan jiwanya secara diam-diam saja." "Kalau memang begitu, tahukah kaliaa ke mana perginya sianak muda itu ? Apakah kalian bersedia memberitahukan kepadaku ?" "Tuan muda dibelakang batu cadas didepan sebelah sana." sahut manusia sesat dari selatan, sambil berkata ia segera menuding kearah batu besar di- mana Gak In Ling melenyapkan diri tadi. "Menurut dugaanku kalau tidak salah, mungkin sejak kini kalian akan kehilangan jejaknya." kata perempuan itu. Tertegun hati manusia sesat dari selatan daa manusia aneh dari utara sesudah mendengar perkataan itu,jelas mereka percaya penuh bahwa apa yang diucapkan oleh perempuan aneh yang amat cerdik ini merupakan suatu kenyataan- Sementara itu manusia sesat dari selatan setelak berpaling kearah rekannya, manusia aneh dari utara, sambil menuding mayat Gak In Hong yang menggeletak diatas tanah serunya dengan gelisah. "cepat bopong tubuhnya, mari kita pergi mencari jejaknya."
297 Selesai berkata kedua orang itu siap meninggalkan tempat tersebut. Perempuan peramal sakti Ki Giok Peng gelengkan kepalanya berulang kali, gumamnya. "Aaaiii...... sungguh tak disangka hanya dikarenakan Gak In Ling seorang, seluruh dunia persilatan telah terjadi kegaduhan." Nada suaranya amat berat, membuat siapapun yang mendengar akan merasakan betapa risaunya perasaan hati orang ini. Waktu berlalu dalam keheningan dan kesunyian, dari siang sampai senja semestinya merupakan suatu jangka waktu yang amat panjang sekali hampir setiap jengkal tanah disekitar lembah itu sudah diperiksa dengan seksama, akan tetapi jejak Gak In Ling ternyata sama sekali lenyap tak berbekas. Dengan perasaan kecewa gadis suci dari Nirwana berjalan balik kehadapan perempuan peramal sakti Ki Giok Peng, serunya dengan hati amat gelisah. "sebenarnya kemana dia telah pergi ?Jejaknya sama sekali lenyap tak berbekas." "Leng-cu, mari kita pulang saja." bujuk Ki Giok Peng sambil memberi hormat, "Seandainya dia sudah mati, sekarang mungkin mayatnya sudah menjadi dingin dan kaku, seandainya dia belum mati suatu ketika dikemudian hari kita akan berjumpa kembali, sekarang mungkin dia sudah tak berada didalam lembah ini lagi." Gadis suci dari Nirwana termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, kemudian dengan perasaan apa boleh buat ia berkata. "Baiklah, mari kita berangkat " Sejak peristiwa itulah senyuman riang gembira yang semula menghiasi wajahnya yang cantik telah lenyap tak berbekas dan tak pernah muncul kembali diujung bibirnya.
298 Sang surya telah tenggelam dibalik bukit dan rembulanpun muncul dihias angkasa, suasana dalam lembah yang terpencil itu tercekam kembali dalam keheningan serta kesunyian yang memilukan- Diatas tanah berbaringlah empat sosok mayat yang dadanya terbelah dan noda darah berceceran diatas tanah, ditengah kesunyian dan kegelapan pemandangan seperti itu nampak mengerikan sekali. Dari belakang batu cadas yang amat besar perlahan-lahan muncul seorang pemuda baju hitam yang bibirnya penuh berlepotan darah, dibawah sorot cahaya rembulan yang keperak-perakan tampaklah wajah yang pucat-pias bagaikan mayat, sepintas lalu keadaannya mirip sekali dengan sukma yang gentayangan- Dia bukan lain adalah Gak In Ling yang menderita luka parah, selama ini rupanya ia menyembunyikan diri di dalam sebuah liang gua yang dalam dibawah batu cadas tersebut, oleh karena itulah tak seorang manusiapun yang berhasil menemukan jejaknya. Dengan susah payah GakIn Ling berjalan menuju ketepi sungai, angin malam berhembus lewat mengibarkan baju hitamnya yang tipis membuat sekujur badannya merinding dan bersin tiada hentinya. Pemuda tampan yang dihari-hari biasa memiliki tenaga dalam yang amat sempurna, pada saat ini ternyata tak mampu menahan hawa dingin dimalam hari yang cerah tersebut. Bibirnya ternyata kering dan hatinya panas bagaikan dibakar, meskipun pemuda itu sadar bila kehausan itu dihilangkan dengan meneguk air itu berarti akan mempercepat saat ajalnya, akan tetapi pada saat ini ia tak mau memikirkan soal itu, dengan susah payah ia berjalan ketepi sungai.
299 Jarak sejauh lima puluh tombak dirasakan olehnya seakanakan begitu jauh dan tidak sampai-sampai, baru saja duapuluh tombak ditempuh, badannya sudah lelah tak bertenaga, akhirnya ia roboh terjengkang dan jatuh terduduk diatas tanah. Sementara ia masih duduk tepekur sambil memandang kejauhan yang diliputi kegelapan dan kesunyian, tiba-tiba dari sisi tubuhnya berkumandang suara teguran yang seram dan bercampur nada bangga. "omitohud Gak sicU, selamat berjumpa kembali " Dari suara teguran itu Gak In Ling segera mengetahui siapakah orang itu, hatinya kontan tercekat dan sekujur badannya tanpa terasa gemetar keras, diam-diam ia menghela napas, panjang dan berpikir. "Meskipun aku Gak In Ling bakal menemui ajalku, sungguh tak kusangka akhirnya aku harus menemui ajal di tangan Buddha antik, apakah hal ini sudah merupakan suratan takdir?" Berpikir sampai disini, dengan suara ketus ia segera berseru. "Buddha antik, sungguh tepat sekali saat kedatanganmu." Belum habis Gak In Ling menyelesaikan kata-katanya, mendadak dia merasakan pandangan matanya menjadi kabur dan tahu-tahu dihadapan matanya telah melayang datang Buddha antik beserta tiga orang manusia berbaju merah darah. Dengan pandangan yang sangat tajam Buddha antik mengamati wajah Gak In Ling beberapa saat lamanya, kemudian dengan suara dingin ia berkata. "Seandainya aku tidak mengetahui keadaan sicu yang sesungguhnya pada saat ini, tidak nanti aku akan berani
300 datang kemari secara gegabah dengan membawa tiga orang teman ?" "He he he...... kalau begitu aku merasa amat berbangga menerima kunjunganmu ini." ejek Gak In Ling sambil tertawa dingin. Buddha antik menengadah dan tertawa terbahak-bahak. "Haa haa.. .. haa Gak In Ling, saat kematianmu sudah berada diambang pintu, kenapa engkau tidak kelihatan panik? Melihat ketenangan hatimu itu, bukan saja aku Buddha antik jadi amat kagum oleh kehebatan tenaga dalammu, aku pun amat mengagumi akan keberanian serta kejantananmu itu " Gak In Ling tertawa dingin. "Kau tak usah banyak ngebacot pentang mulut anjingmu itu, aku sudah tahu bahwa engkau adalah Budda antik gadungan " serunya. Sepasang alis mata Buddha antik gadungan berkernyit, tiba-tiba sorot matanya memancarkan cahaya yang sangat tajam, perlahan ujarnya. "Apakah kau ingin mengetahui siapakah aku yang sebenarnya ?" Dengan sikap yang sangat dingin Gak In Ling gelengkan kepalanya berulang kali. "Untuk mengetahui siapakah dirimu pada saat ini, aku rasa sudah amat terlambat, lebih baik aku tak usah mengetahui asal-usulmu lagi" sahutnya cepat. Tiba-tiba salah seorang manusia berkerudung merah yang berdiri dibela kang Buddha antik menyela dengan nada dingin. "Pada saat ini waktu menunjukkan hampir mendekati kentongan kedua tengah malam, aku rasa sudah tidak sepantasnya kalau kita membicarakan soal masalah tetekbengek lagi, bukankah begitu ?" Air muka Buddha antik berubah hebat, dengan hati terkesiap buru-buru dia memotong pembicaraannya dan mengangguk.
301 "Perkataan saudara sedikitpun tidak salah, hai, Gak In Ling, aku lihat dendam sakit hatimu yang sedalam lautan itu terpaksa baru akan kau tuntut balas pada penitisanmu yang akaa datang. sekarang, terimalah kematian untukmu " Dengan napsu membunuh yang amat tebal menyelimuti seluruh wajahnya, dia ayunkan telapak tangan kanannya kedepan dan langsung membabat kearah tubuh sianak muda itu. Dalam hati diam-diam Gak In Ling menghela napas panjang, ia pejamkan matanya rapat-rapat dan menunggu Malaikat Elmaut datang menjemput sukmanya untuk pulang kealam baka. Pada saat yang amat kritis dan jiwanya terancam antara mati dan hidup itulah mendadak dari atas permukaan sungai berkumandang datang suara gelak tertawa panjang yang amat keras dan menjulang tinggi keangkasa, begitu keras gelak tertawa tersebut hingga serasa memekakkan telinga setiap orang yang hadir ditempat itu, meskipun suaranya tidak begitu tinggi akan tetapi cukup mendatangkan perasaan bergidik bagi siapa pun juga. Air muka Buddha antik serta tiga orang manusia berbaju merah darah itu berubah sangat hebat, telapak tangannya yang sudah diangkat ketengah udara serta siap melancarkan serangan itu-pun tanpa sadar diturunkan kembali kebawah, mereka segera putar badan menghadap kearah sungai dan alihkan seluruh perhatiannya kearah mana berasalnya suara tertawa tadi. Begitu bertemu dengan apa yang terlihat, keempat orang itu dengan hati terperanjat segera mundur beberapa langkah kebelakang. Dibawah cahaya rembulan yang memancarkan sinar keperak-perakan, tampaklah diatas permukaan air sungai berdiri berjajar dua orang kakek tua berambut putih bagaikan
302 salju dan berjenggot sepanjang dada, kakek tua yang berada di sebelah kiri memakai jubah panjang berwarna putih, wajahnya amat cerah, alis matanya panjang dan berwajah saleh serta penuh perasaan welas-kasih. Sebaliknya orang berada disebelah kanan berdandan aneh sekali, pakaiannya yang dikenakan adalah jubah panjang berwarna merah darah, dua ekor sulaman naga hijau yang amat besar dan memancarkan cahaya tajam tertera pada jubah lebarnya itu dan kedua ekor kepala naga tadi bertemu diatas dada, diantara kibaran jenggotnya yang berwarna ke perak-perakan, sulaman tersebut nampak begitu hidup dan amat menyolok. Hanya saja raut wajah orang ini berbeda jauh dengan warna jubah yang dikenakan olehnya, dia memiliki wajah yang pucat pias bagaikan kertas, sepasang matanya merah berapiapi, suatu perbedaan yang menyolok sekali dengan raut wajahnya yang pucat dan seperti orang mati itu. Dari gerak-gerik dua orang kakek tua yang berdiri diantara gulungan ombak itu, dengan cepat Buddha antik menyadari bahwa mereka telah bertemu dengan musuh yang amat tangguh, kepada tiga orang manusia berkerudung merah yang berada dibelakang tubuhnya mereka saling bertukar pandangan sekejap. kemudian ujarnya dengan suara lantang. "Entah siapakah dua orang cianpwe yang berada diatas permukaan sungai itu ? Ada maksud serta tujuan apakah kalian munculkan diri ditempat ini?" Menggunakan kesempatan dikala Buddha antik sedang bercakap-cakap dengan dua orang kakek tua itu, tiga orang manusia berkerudung merah lainnya perlahan-lahan berjalan kedepan menghampiri tubuh Gak In Ling yang menggeletak diatas tanah itu.
303 Kakek berjubah merah yang berdiri disebelah kanan itu tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Buddha antik, sebaliknya sambil tertawa dingin ia berkata. "Hm aku perintahkan kalian untuk menghentikan langkah kaki kalian semua ditempat itu, kalau kalian berani membangkang dan bergerak setengah langkah lagi kedepan, akaa kusuruh kalian menemui ajal ditempat ditengah genangan darah " Ancaman tersebut diutarakan dengan nada yang dingin dan seram membuat orang jadi terkesiap. Jarak diantara kakek tua itu dengan para jago berkerudung merah paling sedikit masih ada selisih empa tpuluh tombak jauhnya, kalau dibilang kakek tua baju merah itu mampu untuk merintangi perbuatan tiga manusia berkerudung merah dalam serangannya terhadap Gak In Ling, kejadian ini boleh dibilang merupakan suatu peristiwa yang sama sekali tak masuk diakaL Tetapi entah dari mana datangnya suatu kekuatan yang tak berwujud, ternyata ketiga orang manusia berkerudung merah itu benar-benar tidak berani melanjutkan langkahnya untuk mendekati Gak In Ling. Buddha antik segera memutar sepasang biji matanya, dengan suara lantang ia berseru. "cianpwe berdua, kalian adalah jago-jago lihay yang sama sekali tidak terikat oleh segala peraturan didalam dunia persilatan, lain halnya dengan boanpwe sekalian yang hidup dalam sungai telaga, mau tak mau terpaksa kami harus menuruti peraturan dan perintah yang telah diberikan kepada kami untuk dilaksanakan, untuk itu aku berharap agar cianpwe berdua bisa menjadi maklum adanya serta memahami kesulitan yang sedang kami hadapi." Kakek baju merah itu segera tertawa dingin.
304 "He he..... he.... hwesio gadungan, kalau engkau merasa bahwa perbuatanmu ada alasanNya, nah, sekarang juga katakanlah, tapi sebelum itu aku akan memperingatkan kalian lebih dahulu, kalau engkau terus menipu atau membohongi aku dengan sepatah kata pun, aku akan membacokmu hidup, hidup " Ucapan tersebut diutarakan dengan nada suara yang dingin menyeramkan membuat bulu kuduk oraag pada bangkit berdiri. Tercekat hati Buddha antik mendengar ancaman tersebut, dengan ujung matanya dia melirik sekejap kearah Gak In Ling, kemudian sambil keraskan kepala jawabnya. "Perkumpulan kami merupakan salah satu perkumpulan besar dalam dunia persilatan, tanpa alasan dan sebab musabab orang ini telah membinasakan empat orang anak murid dari perkumpulan kami, perbuatannya keji, telengas dan sama sekali tidak mengenal perikemanusiaan sehingga membuat orang yang menyaksikan jadi ngeri dan bergidik, karena perbuatannya yang terkutuk itulah terpaksa aku datang kemari untuk membuat perhitungan dengan dirinya." "Apakah jantung dari keempat sosok mayat itu dicomot keluar olehnya " sela kakek baju putih dengan suara keras, nada ucapannya menunjukkan bahwa dia merasa amat tidak puas. Buddha antik licik dan banyak akal, mendengar perkataan itu dalam hati kecilnya merasa amat kegirangan, dengan suara lantang ia segera menjawab. "Sedikitpun tidak salah, perbuatan itu memang dia yang melakukan, kalau tidak percaya cianpwe boleh tanyakan sendiri kepadanya, aku percaya berada dihadapan kalian dua orang tua pastilah dia takkan berani bicara bohong" orang ini benar-benar amat beracun hatinya daa berbahaya sekali membuat hati orang bergidik, mula-mula dia mengatur
305 cerita bohong dengan maksud merusak nama lawannya, kemudian dengan menggunakan bukti yang ada untuk meyakinkan ucapannya. Dari sini dapatlah dinilai sampai dimana busuknya hati Buddha antik. Terdengar kakek baju merah itu mendengus dingin lalu menegur. "Eeei, bocah cilik, apakah engkau ada perkataan lain yang hendak kau ucapkan ?" Gak In Ling menggerakkan biji matanya yang telah tak bertenaga, lalu menjawab dengan dingin. "orang itu memang mati ditanganku " "Aku sedang bertanya kepadamu apa alasan sehingga kau melakukan pembunuhan itu? Apakah kau sudah mendengar atau tidak?" seru manusia baju putih dengan suara keras, nada suara nya menunjukkan kalau dia mulai gusar. Perlahan-lahan Gak la Ling pejamkan matanya kembali, dengan dingin dan ketus ia menjawab. "Dikolong langit banyak terdapat manusia-manusia yang membuat pahala dengan mengikuti nama baik majikannya, aku sebatang kara dan tiada kekuatan apa-apa, banyak bicara sekalipun tiada gunanya, kalian berdua sebagai tokoh-tokoh sakti yang sudah mengasingkan diri dari persoalan keduniawian, aku lihat lebih baik jangan mencampuri urusan tetek bengek seperti ini lagi " Mendengar perkataan itu kakek baju merah jadi gusar sekali, segera bentaknya. "Bocah cilik, kau berani menasehati diriku, h m Rupanya kau benar-benar sudah bosan hidup dan ingin mencari mampus ?" Sambil berkata ia gerakkan badannya siap menerjang maju kedepan, tapi dengan cepat tubuhnya telah ditarik oleh kakek baju putih, terdengar ia berkata.
306 "Dikolong langit memang banyak terdapat orang-orang yang mencari pahala dengan membonceng nama besar majikannya. Makhluk tua, bukankah kau juga termasuk salah seorang diantaranya?" Satu ingatan dengan cepat melintas dalam benak kakek baju merah itu, tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak. "Ha ha ha masuk diakal, masuk diakaL lHei, bocah cilik, setelah aku turun tangan mencampuri urusan ini, sudah tentu aku tak boleh memiliki perasaan berat sebelah. Nah, katakanlah apa yang hendak kau katakan-" Buddha antik yang mendengar perkataan itu diam-diam merasa amat gelisah sekali, pengalamannya yang luas dengan cepat menyatakan bahwa kakek tua yang berada disampingnya pada saat ini rupa-rupanya jauh lebih bersimpati terhadap Gak In Ling daripada dirinya. la segera tundukkan kepalanya, sambil berpura-pura membenahi pakaiannya yang kusut, diam-diam ia mengirim kisikan kepada ketiga orang rekannya dengan ilmu menyampaikan suara. "Gunakan kesempatan yaag sangat baik ini untuk turun tangan, jangan membiarkan bangsat cilik itu mendapat kesempatan untuk bicara, kalau tidak maka diantara kita berempat akan terancam bahaya dan mungkin kita takkan tinggalkan tempat ini dalam keadaan hidup" Agaknya ketiga orang manusia berkerudung merah itupun mempunyai jalan pikiran yang sama pada saat Buddha antik menengadah kembali, tiba-tiba terdengar tiga kali bentakan keras berkumandang memecahkan kesunyian, terlihatlah tiga sosok bayangan merah secara terpisah bersama-sama menerjang kearah Gak In Ling. Ketiga orang manusia berkerudung merah itu rata-rata merupakan jago lihay kelas satu didalam dunia persilatan, setelah turun tangan bersama secara tiba-tiba dapat
307 dibayangkan betapa cepatnya gerakan tubuh beberapa orang itu, dalam waktu singkat mereka sudah berada di hadapan lawannya. Selisih jarak antara Gak In Ling dengan beberapa orang itu tinggal beberapa depa saja, menurut keadaan yang sebenarnya sulit bagi sianak muda itu untuk melepaskan diri dari mara bahaya, siapa tahu apa yang kemudian terjadi ternyata sama sekali berada di luar dugaan- Pada saat ketiga orang itu ayunkan telapak tangannya untuk membinasakan Gak In Ling itulah mendadak terdengar bentakan nyaring yang bernada amat menyeramkan berkumandang memecahkan kesunyian-"Roboh kalian semua" Bersamaan dengan menggalanya suara bentakan, kakek baju merah itu ayunkan tangannya kedepan dan terlihatlah lima titik cahaya merah yang amat menyilaukan mata meluncur kearah depan- Jerit kesakitan yang amat menyayatkan hati berkumandang memecahkan kesunyian, tiga orang manusia berkerudung merah itu menggeliat dan segera roboh terkapar diatas tanah. Sekali ayunkan telapaknya orang itu mampu orang dari jarak sejauh empat puluh tombak, jangan dikata korban yang dibunuh adalah seorang jago persilatan yang sangat lihay. sekalipun seorang yang tidak mengerti ilmu silatpun belum tentu ada berapa orang jago lihay yang mampu untuk membereskan jiwanya. Dari sini dapatlah diketahui bahwa ilmu silat yang dimiliki orang tua itu benar-benar sangat lihay sehingga sangat sukar dilukiskan dengan kata-kata. Gak In Ling yang menyaksikan kelihayan kakek baju merah itupun diam-diam bergumam seorang diri. "Ujung jarinya berwarna merah, tetapi dalam telapak maut yang kupelajari sama sekali tak terdapat jurus ilmu jari."
308 Setelah didalam satu jurus kakek baju merah itu berhasil membinasakan tiga orang, dengan penuh kegembiraan orang itu tertawa terbahak-bahak. "Haa..,,. haa..... haa...... mantap. mantap." Sebaliknya kakek baju putih yang berada di samping kirinya dengan suara hambar berkata. "Kesempatan untuk membunuh orang sudah lewat." Kakek baja merah itu nampak tertegun, kemudian membantah. "Pembunuhan ini mana boleh masuk hitungan ? Kita toh sudah berjanji bahwa perhitungan ini hanya berlaku selama berada dalam dunia persilatan saja " "Bukankah kita telah berjanji, setelah membuka pantangan membunuh tidak diperkenankan pula setengah jalan? Tetapi dalam sekejap mata harus diteruskan sampai selesai. Disini hanya terdapat beberapa orang saja, setelah pantangan membunuh kau langgar dan pembunuhan tersebut tak kau kerjakan hingga selesai, bukankah itu berarti bahwa kau telah kehilangan kesempatan membunuh lagi ?" Kakek baju merah itu berpikir sebentar, kemudian dengan perasaan menyesal ia berkata. "Aaah, benar juga perkataanmu. Sayang sekali, kalau tahu begitu aku takkan melakukan pembunuhan " Satelah berhenti sebentar, tiba-tiba serunya "oa ya disini masih ada dua orang lagi, kalau sekarang juga kulanjutkan seranganku, bukankah itu berarti aku sudah mengacaukan pembunuhan di tengah jalan?" Sejak menyaksikan anak buahnya menemui ajal dalam keadaan yang tidak jelas duduk perkaranya, Buddha antik sudah merasa terkesiap sehingga untuk beberapa saat lamanya tak mampu melakukan sesuatu apapun, kini
309 kesadarannya telah pulih kembali, ia tak berani berdiam disana lebih lama lagi, sepasang kakinya menjejak tanah sekuat tenaga dan tubuhnya cepat-cepat kabur menuju kearah lembah. . Siapa tahu baru saja ia menggerakkan tubuhnya, tiba-tiba terdengar kakek baju merah itu tertawa dingin dan berseru. "Hm Kau akan lari kemana ?" Buddha antik merasakan urat nadi pada pergelangan tangan kanannya mengencang dan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya seketika musnah tak berbekas, rupanya ia sudah terjatuh ke tangan kakek baju merah itu. Gak In Ling perlahan-lahan menengadah dan menyapu sekejap kearah Buddha antik, kemudian sambil tertawa dingin ejeknya. "Buddha antik, sayang sekail aku orang she Gak tidak dapat turun tangan sendiri untuk membinasakan dirimu, akan tetapi aku dapat menyaksikan engkau berangkat selangkah lebih duluan, hal ini merupakan suatu kejadian yang patut digembirakan olehku " Buddha antik sendiri rupanya sudah menyadari bahwa jiwanya bakal melayang ditangan kakek baju merah itu, mend engar perkataan tersebut, dengan nada dingin ia menjawab. "Selisih jarak antara lima puluh langkah dengan seratus langkah hanya terpaut kecil sekali, luka dalam yang kau deritapun tak ada orang yang mampu untuk mengobatinya, setelah aku mati kaupun akan menyusul diriku serta menemui aku masuk liang kubur. sekalipun aku mati duluan, kematian inipun tidak terasa sepi " Kakek tua baju merah itu tertawa seram, tiba-tiba selanya. "He...he he..,.. hwesio gadungan, apakah perkataanmu telah selesai kau ucapkan ?" Wajahnya menyeringai seram, ruparupanya ia sudah siap sedia untuk turun tangan-Tiba-tiba kakek tua baju putih itu buka suara dan berkata.
310 "Tunggu sebentar, hwesio gadungan seandainya aku sanggup menyembuhkan luka yang diderita oleh bocah itu, kau akan mempertaruhkan apa?" sambil berkata ujung matanya diam-diam melirik sekejap kearah kakek tua baju merah itu. Rupanya kakek baju merah itu seorang yang paling suka bertaruh, mendengar tentang soal pertaruhan sekilas rasa girang dengan cepat menghiasi wajahnya. Dengan pikiran yang cermat Buddha antik berpikir sebentar, kemudian jawabnya. "Andaikata cianpwe benar-benar dapat menyembuhkan penyakit yang diderita orang ini, aka pun bersedia mati ditangan orang ini " Buddha antik gadungan ini benar-benar seorang manusia yang licik dan berbahaya, ternyata dia bermaksud untuk mengulur waktu. Kakek tua baju putih itu pura-pura tidak mengerti dan sinar matanya segera menyapu sekejap kearah kakek tua baju merah itu sambil bertanya. "Tua bangka, apakah kau setuju ?" "Seandainya kau benar-benar ada maksud untuk bertaruh dengan orang ini, aku sih masih dapat menyabarkan diri dan untuk sementara waktu tak akan membinasakan dirinya lebih dahulu" "Baik, kalau begitu kita putuskan demikian saja," jawab kakek baju putih itu sambil mengangguk. Habis berkata ia berjongkok dan memeriksa nadi Gak In Ling. Waktu berlalu dalam keheningan dan kesunyian yang mencekam seluruh jagad. Lama... lama sekali, akhirnya kakek baju putih itu bangkit berdiri dan gelengkan kepalanya berulang kali, serunya.
311 "Habis sudah kali ini aku benar-benar kalah, penyakit yang diderita orang ini rupanya memang sudah tak dapat ditolong oleh seluruh manusia dikolong langit ini " Mendengar jawaban itu terjelaslah hati Buddha antik, diapun berpikir didalam hati kecilnya. "Habis sudah riwayatku, kalau ia tak dapat disembuhkan, bukankah itu berarti bahwa akupun akan kehilangan kesempatan untuk melarikan diri. Rupanya nasibku memang akan habis disini." Tiba-tiba terdengar kakek tua baju merak itu buka suara dan berkata. "Hem, dikolong langit masa ada penyakit yang tak dapat disembuhkan ? Tua bangka, kau, jangan mengigau seenaknya sendiri" "Ha ha...., ha. .... akhirnya kau terjebak pula oleh siasatku "pikir kakek tua baju putih itu dalam hati kecilnya sambil tertawa geli. Setelah termenung sebentar, iapun segera berkata. "Jadi kaupun ingin bertaruh ?" "Bertaruh ya bertaruh."jawab kakek tua baju merah itu tanpa berpikir panjang lagi "cara kita masih juga seperti dahulu, kalau aku yang menang bertaruh maka kau ijinkan aka untuk melakukan satu kali pembunuhan, secara puas, bagaimana ?" "Baik." sahut rekannya mengangguk. Kakek baju merah itu segera melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan Buddha antik "IHei, hwesio gadungan aku anjurkan kepadamu lebih baik janganlah mencoba-coba untuk mengambil suatu tindakan yang bodoh. Kalau tidak, jangan salahkan kalau aku membacok badan mu hidup-hidup" Selesai berkata ia segera berjalan kehadapan Gak In Ling, berjongkok di sisi tubuhnya dan mulai memeriksa denyutan nadinya. .
312 Sepasang alisnya matanya berkernyit, wajah kakek tua baju merah itu berubah jadi amat serius, lama lama sekali ia baru bangkit berdiri dan putar otak dengan kepala tertunduk. mulutnya membungkam dalam seribu bahasa. Menyaksikan keadaan rekannya itu, kakek tua baju putih itu segera tertawa terbahak-bahak "Haa... haa...... hai tua bangka, Kau sudah tertipu Hawa murninya tersumbat karena hatinya mengalami kesedihan yang keliwat batas, kemudian badabnya termakan pula oleh sebuah pukulan, coba bayangkan penyakit semacam ini mana mungkin bisa disembuhkan Lebih baik kau menyerah saja " "Tua bangka, kau benar-benar licik " teriak kakek tua baju merah itu dengan suara gemas. Mendadak seperti teringat akan sesuatu, ia tertawa terbahak-bahak sambil berseru. "Ha ha ha tua bangka, kali iniengkaulah yang akan menderita kalah " "Siapa yang bilang ?" seru kakek baju putih tertegun- "Masa kau mampu untuk menyembuhkan penyakitnya ?" Kakek tua baju merah itu tidak menjawab, sambil ulapkan tangannya kearah Buddha antik ia berseru. "hwesio gadungan, sekarang enyahlah kau dari sini, Kami akan jalankan pertarungan ini hingga sampai pada akhirnya, bila bocah ini telah sembuh dengan sendirinya akan bisa datang mencari dirimu untuk membikin perhitungan" Mendengar dirinya bebas Buddha antik jadi berlega hati dan keberaniannya pun jadi pulih kembali seperti sedia kala, ia segera menjawab. "Bolehkah aku mengetahui nama besar cianpwe berdua " Pada waktu itu kakek baja merah tersebut sedang gembira, tanpa berpikir ia menjawab. "Yang seorang bernama Ki-san (suka kebajikan) dan yang lain bernama Ki-oh (suka kebejadan) "
313 Air muka Buddha antik gadungan seketika berubah hebat setelah mendengar disebutnya nama itu, secara beruntung ia mundur empat langkah kebelakang, serunya. "oooh,.... kiranya Lan In Lojin serta ciang liong-sian dua orang loelanpwe, boanpwe mohon diri lebih dahulu." Selesai berkata ia putar badan dan sekuat tenaga melarikan diri terbirit-birit dari tempat itu, keadaannya mirip sekali dengan anjing buduk yang kena digebuk. Sepeninggalnya Buddha antik kakek tua baju putih alihkan sorot matanya daa melirik sekejap kearah Gak In Ling, kemudian kepada kakek baju merah tegurnya. "Dengan cara apakah engkau akan menyembuhkan penyakit yang diderita ini?" "Itu, obat mujarabnya berada ditengah sungai" jawab kakek baju merah sambil tertawa. Satu ingatan berkelebat didalam benak kakek baju putih itu, pikirnya didalam hati. "Gembong iblis ini benar-benar seorang pecandu judi, untuk menangkan pertaruhannya, ternyata dia bersedia menghadiahkan buah naga air yang sudah diincarnya selama belasan tahun, tak aneh kalau dia merasa begitu yakin kalau jiwa bocah ini dapat diselamatkan olehnya." berpikir sampai disini, sambil tertawa dia lantas berkata. "Apakah engkau akan menghadiahkan buah naga air tersebut kepadanya ?" "Yang sebenarnya maksud serta tujuan kedatanganku kemari meskipun alasannya karena buah naga air, tetapi maksudku yang sebenarnya adalah untuk membunuh beberapa orang guna untuk memantabkan hatiku " Terkesiap juga hati Gak In Ling mendengar ucapan itu, pikirnya didalam hati. "Perangai orang ini amat keji dan sadis, kekejaman hatinya benar-benar mengejutkan hati orang, sungguh tak kunyana dikolong langit masih terdapat gembong iblis yang membunuh
314 orang sebagai bahan kesenangan- Betul-betul mengerikan-" Sementara itu kakek baju putih sudah berkata lagi. "Jadi kau sudah menduga pasti ada orang yang akan datang kemari untuk ikut memperebutkan buah mustika tersebut ?" "Paling sedikit hwesio gadungan itu adalah rombongan yang pertama, tentu saja dibelakang mereka masih terdapat banyak orang lagi yang akan datang kemari untuk ikut memperebutkan buah mustika itu dan dengan sendirinya tujuanku pun akan tercapai." Mendadak ia membungkam sebentar, kemudian ia bertanya. "Tua bangka, sebenarnya apa sih tujuanmu menarik aku untuk bersama-sama berdiri diatas permukaan air ?" "Sekarang baru teringat akan kejadian itu, aku lihat pertanyaanmu itu kau ajukan terlalu lambat" Kakek baju merah itu jadi amat gusar, teriaknya keras. "Hm Tindakanmu ini bukankah kurang mencerminkan tindak-tanduk seorang lelaki sejati?" "Kalau kau tidak datang, akupun tidak bisa berbuat apaapa, setelah engkau datang sendiri ke mari, toh bukan aku yang memaksa dirimu untuk menghendaki kehendakku, kenapa menyalahkanku? " Kakek baju merah ita berpikir sebentar lalu sambil menghela napas panjang katanya. "Aaaiii sudah, sudahlah, anggap saja aku yang lagi sial, dan kembali terjebak oleh siasat setanmu." setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh. "Kembalilah ketepi daratan dan jagalah bocah itu, aku akan pergi mengambil buah itu." "Hati-hati dengan makhluk ganas tersebut " seru kakek baju putih memperingatkanTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 315 "Engkau maksudkan aku tak mampu untuk menyembuhkan penyakitnya ?" kakek jubah putih itu rupanya telah memahami bagaimanakah watak dari orang itu, ia segera gelengkan kepalanya dan menjawab. "Buah naga air tak boleh dibiarkan terlalu lama meninggalkan batangnya, kalau engkau ada maksud untuk membinasakan hwesio gadungan tadi maka daya khasiat buah tersebut tak boleh dihilangkan dengan sia-sia, sebab kalau tidak maka dalam pertaruhan ini kau akan menderita kalah." Dengan kepala tertunduk kakeh baju merah itu berpikir sebentar, dia tahu jika pertarungan ini dimenangkan oleh pihak lawan, maka niscaya dia akan dikurung kembali dalam lembah Lan- in kok selama lima tahun, pada waktu itu kecuali setiap hari harus menemani kakek baju putih itu, perbuatan apapun tak dapat dilakukan, keadaannya pada saat itu pasti akan tersiksa sekali, maka sambil tertawa katanya. "Kalau memang begitu aku harap engkau suka membantu diriku " Tidak menantikan jawaban dari kakek baju putih lagi, dia enjotkan badan dan terjun kedalam air, dalam beberapa kali kelebatan saja tubuhnya telah lenyap dari pandangan- Setelah kakek baju merah itu terjun ke dalam air, kakek baju putih itu segera alihkan sorot matanya kearah Gak In Ling sambil bertanya. "Bocah, apakah kau bernama Gak In Ling?" Sianak muda itu mengangguk. "Benar, darimana cianpwe bisa mengetahui akan namaku ?" "Asal usulmu telah kuketahui semua, karena tempo dulu ayahmu pernah datang berkunjung ke lembah Lan-in-kok." Satu ingatan berkelebat dalam benak pemuda itu, dengan nada kaget tanyanya. "Jadi cianpwe benar-benar adalah Lan la Lojin ?"
316 "Sedikitpun tidak salah " "Tapi orang itu..." kata Gak In Ling dengan ragu-ragu. "Maksudmu kenapa kakek tua baju merah bisa berada bersama-sama ku ?" tanya Lan in Lojin- "Benar " pemuda itu mengangguk. Lan in Lojin menghela napas panjang. "Aaaiiijiwa manusia sebenarnya bajik, meskipun tingkah laku orang itu amat kejam daa tak kenal prikemanusiaan akan tetapi semua kekejamannya itu diciptakan oleh pengaruh keadaan berbicara mengenai asal-usulnya ia adalah seorang manusia yang patut dikasihani." "Jadi maksudmu kesenangannya membunuh manusia adalah suatu perbuatan yang pantas ?" tanya Gak In Ling terperanjat. "Akan kuceritakan asal-usulnya kepadamu, mungkin setelah kau mengetahui kejadian yaag menimpa dirinya maka engkau tak akan mempunyai kesan buruk terhadap dirinya lagi." Setelah berhenti sebentar sambungnya lebih jauh. "Sejak kecil dia mengalami nasib yang sangat buruk. ayahnya mati karena dibunuh dan dicelakai oleh komplotan sahabat serta familinya sendiri, karena mengincar harta kekayaan yang dimiliki orang tuanya, bukan saja sang ayah dibunuh bahkan ibunya yang telah menjandapun diusir sehingga setiap hari harus mengemis dijalan untuk menyambung hidupnya, setiap hari ia dicaci- maki dihina ditertawakan membuat dia yang pada waktu itu berusia tiga belas tahun mempunyai kesan yang amat buruk terhadap orang lain, tidak dapat dihindarkan lagi tertanam suatu watak yang bengis dalam hatinya. Suatu malam ketika ia berusia empat belas tahun, pada waktu itu sedang hujan badai yang amat deras, ibunya yang paling dia kasihi ternyata diperkosa orang dan kemudian dibunuh, rasa dendam, benci yang bertumpuk-tumpuk membuat wataknya berubah makin kejam.
317 Untuk membalaskan dendam bagi kematian orang tuanya ia telah berkelana hampir tiga puluh tahun lamanya, tetapi selalu gagal untuk mempelajari serangkaian ilmu silat yang agak genah, tiga kali menuntut balas hampir saja jiwanya ikut melayang, dalam putus asanya tiba-tiba ia mengembara keluar perbatasan dan sejak itulah dalam dunia persilatan telah kehilangan orang tersebut." Lan In Lojin menghela napas panjang, dengan wajah serius sambungnya lebih jauh. "Siapa tahu, setelah ia lenyap hampir lima puluh tahun lamanya, dalam dunia persilatan telah terjadi suatu gelombang besar yang amat mengejutkan setiap orang, dalam semalaman saja laki perempuan sampir dua ratus orang banyaknya yang berdiam didesa kelahirannya telah ditemukan mati dalam keadaan mengenaskan diseluruh jalan besar, tak seorangpun yang lolos dalam pembunuhan masal itu, mereka yang dahulu pernah menganiaya serta menghina dirinyapun mati secara konyol, kabar berita itu dengan cepatnya tersiar dalam dunia persilatan, semua orang menyebut dirinya cingliong- oh-mo iblis bengis naga hijau, semua partai menghimpuni kekuatan untuk membinasakan dirinya, akan tetapi ilmu silat yang dimiliki orang itu amat tinggi, setiap kali terjadi pengeroyokan semua orang yang ikut dalam pergerakan tersebut tak seorangpun yang pernah kembali lagi dalam keadaan hidup. Sejak itulah di- mana ia munculkan diri, bagaikan terserang wabah penyakit yang menular, orang-orang pada menghindarkan diri dan mengungsi, sedang diapun menjadi lambang dari segala kebejadan dan kejahatan yang ada dikolong langit.." "Bagaimana selanjutnya ?" tanya Gak In Ling sambil mengerdipkan sepasang matanya. "Akhirnya dia ditaklukkan orang "
318 "Dan orang itu pastilah locianpwe." Lan In Lojin mengangguk. "Benar kami telah bertempur selama tiga hari tiga malam lamanya diatas gunung Kun-san " "Dan akhirnya locianpwe berhasil menangkan penarungan tersebut ? Bukan begitu ?" "Tidak Dalam ilmu silat aka tak berhasil memenangkan dirinya." jawab Lan In Lojin sambil gelengkan kepalanya. "Lalu secara bagaimana engkau berhasil menaklukkan dirinya ?" "Kami bertaruh" Mendengar sampai disini, Gak In Ling pun memahami duduk persoalannya, rupanya kecerdasan Lan Io Lojin jauh lebih tinggi daripada dirinya, tentu saja kesempatan untuk menangkan pertaruhan jauh lebih banyak daripada lawannya. Lan In Lojin memandang sekejap kearah permukaan sungai, kemudian melanjutkan kembali kata-katanya. "Sejak itulah ia telah merubah namanya sendiri sebagai ciang-liong-sian, ia telah berjanji dengan diriku, setiap kali kalah bertaruh maka dia harus dikurung selama lima tahun didalam lembah Lan- in- kok, dan setiap kali menang bertaruh maka ia diperbolehkan melakukan pembunuhan satu kali." Pada saat itulah tiba-tiba dari permukaan sungai berkumandang datang suara deburan ombak yang menerjang tepi pantai, mendengar suara tersebut dengan wajah berubah jadi amat tegang Lan In Lojin segera bangkit berdiri dan menuju ketepi pantai. Tampaklah ciang-liong-sian sambil membawa sebiji buah berwarna putih mulus yang besarnya bagaikan telur ayam sedang bergerak menuju ke- atas daratan, dibelakang tubuhnya mengikuti seekor makluk aneh sebesar gayung air
319 yang menyerupai naga, juga menyerupai ular dengan sebuah tanduk diatas kepalanya. Menyaksikan peristiwa itu Lan In Lojin setera membentak keras, dengan cepat tubuhnya meloncat setinggi belasan tombak keangkasa lalu menerjang kearah sungai, dari tengah udara dengan ilmu lek peng-ngo-gi atau membumi rata lima bukit dia hajar makhluk aneh tersebut. Tiada desiran angin yang berhembus lewat dari telapaknya, namun muncullah segulung tenaga tekanan tak berwujud yang dengan cepat menghantam makhluk aneh itu sehingga tercebur kembali kedalam air sungai. Dalam pada itu ching-liong-sian sudah berada diatas daratan, sambil lari menuju kearah Gak In Ling serunya dengan cemas. "cepatlah kau telan buah ini, kalau tidak maka khasiatnya akan lenyap seketika " "Terhadap kekejaman yang dilakukan orang ini Gak In Ling sudah mempunyai kesan yang lebih baik, sambil menatap tajam wajah ciang-liong-sian diapun berkata. "Aku orang she Gak takkan membicarakan tentang budi kebaikanmu ini lagi " Sambil berseru dia menerima buah berwarna putih itu dan segera dimasukkan kedalam mulut. ciang-lloag-sian agaknya dibikin tertegun oleh perkataan tersebut, sesudah termangu-mangu sejenak ia berseru dengan nada keheranan-"Sebenarnya apa maksud dari perkataanmu itu?" Gak In Ling mengedipkan sepasang matanya kemudian menjawab. "Karena selama hidup aku sudah tak dapat membalas budi kebaikanmu lagi." ciang-liong-sian tertawa terbahak-bahak. dengan sepasang matanya yang amat tajam ia menatap wajah Gak In Ling beberapa saat lamanya, seakan-akan sedang menikmati sesuatu yang indah serunya kembali.
320 "Hei, bocah muda, kau benar-benar tampan sekali. Setelah kau telan buah naga air bukan saja tenaga dalammu telah memperoleh kemajuan yang amat pesat, mungkin wajah mupun akan bertambah tampan, benar-benar berharga sekali, benar-benar tak kecewa pekerjaanku " "Mungkin aku hanya menyia-nyiakan harapan dari locianpwe " sambung Gak In Ling sambil tertawa sedih. Habis berkata perlahan-lahan ia pejamkan matanya kembali. Dari arah sungai terdengarlah Lan In Lrjin sedang membentak dengan suara yang amat keras. "Binatang Kau akan lari kemana ?" ciang-liong-sian segera berpaling, tampaklah ombak disungai menggulung setinggi bukit, keadaan benar-benar mengerikan sekali, sementara Lan In Lojin sambil berdiri kekar di tepi daratan melancarkan pukulan-pukulan dahsyat kearah sungai, posisinya nampak terjepit dan mengerikan- Setelah berdiam selama banyak tahun dengan Lan In Lojin, kesan ciang-Hong-sian terhadap sahabatnya ini boleh dibilang sudah mendalam sekali, walaupun dia tahu bahwa sahabatnya mempunyai keyakinan untuk menangkan pertarungan ini akan tetapi ia tetap merasa tak lega hati, sambi mengempos tenaganya, ia bersiap sedia untuk memberi bantuan. Pada saat itulah tiba-tiba dari tepi pantai berkelebat lewat serentetan cahaya putih dan kemudian lenyap didalam sungai, bersamaan itu pula gulungan ombak yang amat dahsyat diatas permukaan air pun menjadi tenang kembali. Baik Lan In Lojin maupun ciang-liong-sian jadi tertegun menyaksikan peristiwa itu, tiba-tiba dari tempat kejauhan berkumandang datang suara seruan seseorang yang amat nyaring, "Kalian pergilah dari sini "
321 "Tolong tanya siapakah namamu ?" seru Lan In Lojin dengan suara lantang. "Gadis suci dari Nirwana, burung hong aneh dari luar lautan " Air muka Lan In Lojin segera berubah jadi muram, pikirnya. "Dunia persilatan yang sudah tenang, rupanya takkan menjadi tenang untuk selamanya." Sementara itu ciang-liongsian telah berkata sambil tertawa. "Aku lihat kau tak dapat melakukan perbuatan yang memikirkan tentang keselamatan umat manusia lagi, bagaimana tua bangka ? Bila beberapa orang perempuan yang berkepandaian silat tinggi itu mulai memperebutkan dunia persilatan maka kekacauan yang bakal terjadi akan sepuluh kali lipat lebih hebat daripada kekacauan yang kuciptakan beberapa tahun berselang haa haa haa bagaimana ? Aku lihat kali ini kau sudah tak dapat kembali kelembah Lan- in- kok lagi." Sementara pembicaraan masih berlangsung kedua orang itu sudah berjalan kearah daratan- Lan In Lojin tampak berpikir sebentar, kemudian bertanya. "Aku mempunyai suatu akal yaog sangat bagus, cuma aku tak tahu apakah engkau si tua bangka menyetujuinya atau tidak." Khasiat dari buah naga air itu benar-benar luar biasa dan mustajab sekali, dalam waktu yang amat singkat Gak In Ling telah berhasil menyembuhkan luka dalam yang diderita olehnya dan segera bangkit berdiri, wajahnya pada saat ini merah bercahaya dan ketampanannya jauh lebih mengesankan daripada keadaannya tempo hari. Dengan alis berkerut ciang-liong-sian segera berseru. "Tua bangka, kalau ada perkataan cepat-cepat utarakan keluar, janganlah kau putar-putar jadi membingungkan "
322 "Baik engkau maupun aku adalah sama-sama orang yang telah berusia seratus tahun, apakah kita masih harus memperebutkan nama dan kekuasaan dengan orang-orang muda itu ?" napsu membunuh tiba-tiba memancar keluar dari balik mata ciang-liong-sian, ia tertawa terbahak-bahak. "Haa... haa haa tua bangka, aku sudah mengetahui maksud hatimu." Lan In Lojin melirik kearah samping kanan kemudian bisiknya lirih. "Apakah engkau menyetujuinya ?" "Kalau dahulu mungkin tidak setuju, tapi sekarang aku dapat menyetujuinya." Habis berkata ia melirik sekejap kearah Gak In Ling. Setelah mendapat persetujuan dari rekannya, Lan In Lojin segera berpaling kearah Gak In Ling dan berkata dengan wajah serius. "Gak In Ling, tahukah engkau bahwa dikolong langit beberapa saat kemudian bakal terjadi badai hujan deras yang amat hebat?" "jangan- jangan ia maksudkan diriku ?" pikir Gak In Ling dengan perasaan hati agar tergerak. Berpikir sampai disitu, dia menjawab. "Boanpwe telah mengetahuinya." "Apa yang harus kau lakukan untuk menyelamatkan situasi yang amat gawat ini ?" Kembali Gak In Ling merasakan hatinya agak bergerak. pikirnya didalam hati. "Urusan pribadikupun tidak sempat untuk diselesaikan, mana aku punya waktu untuk mengurusi persoalan seperti itu ?" Maka ia segera menjawab. "Mungkin boanpwe tak dapat melakukan sesuatu apapun untuk menanggulangi situasi yang amat gawat tersebut."
323 "Tetapi aku telah mengetahuinya bahwa hanya kau seorang yang mampu untuk mengatasi situasi yang gawat ini dan hanya kaulah yang mampu untuk menyelamatkan umat persilatan dari bencana badai yang amat luar biasa ini." "cianpwe, aku harap kau sudilah kiranya memaafkan aku orang she Gak, sebab didalam kenyataan aku Gak In Ling mempunyai kesulitanku sendiri, dan bukannya aku tak bersedia untuk menyumbangkan tenagaku..." "Aku mengetahui bahwa engkau sudah pernah menelan pil cui-sim-wan yang akan mempersingkat hidupmu, tetapi pengaruh racun itu bukanlah suatu racun yang tak dapat diobati." Mendengar jawaban tersebut, keputus-asaan yang selama ini mencekam hatinya tiba-tiba punah tak berbekas, dan harapan untuk hiduppun muncul kembali didalam hatinya, dengan suara tertahan ia berseru. "Siapakah yang mempuyai obat mujarab untuk menyembuhkan diriku dari pengaruh racun tersebut ?" "Gadis suci dari Nirwana " Begitu mengetahui nama gadis itu, dengan cepat Gak In Ling gelengkan kepalanya sambil berseru. "Aku tidak ingin hidup terus" Dari perubahan air muka Gak In Ling, dengan cepat ciangliong- sian mengetahui bahwa pemuda itu pastilah menaruh kesan yang jelek terhadap gadis itu, dengan cepat serunya. "Hm, agaknya kau memang mempunyai sikap seorang jantan yang tak sudi tunduk pada kaum wanita." Merah padam selembar wajah Gak In ling karena jengah, buru-buru dia alihkan pokok para bicaraan kesoal lain dan bertanya. "cianpwee, sebenarnya apa tujuan serta maksudmu ?"
324 "Gak In Ling," sahut Lan Ie Lojin dengan wajah serius, "benarkah engkau tak tersedia memikirkan keselamatan dari umat manusia dikolong langit ?" Air muka Gak In Ling berubah hebat, buru buru ia berseru. "Boanpwe tidak lebih hanya seorang angkatan muda yang belum lama terjun kedalam dunia persilatan, kenapa sih cianpwe mesti harus mencari aku seorang manusia yang sama sekali tidak berguna ini ?" "Karena hanya engkau seoranglah yang pantas memikul tanggung jawab yang amat berat ini?" "Boanpwe sama sekali tidak mengerti akan maksud dari perkataan cianpwe itu." "Karena beberapa orang pemimpin persilatan yang berkuasa pada saat ini semuanya adalah kaum wanita." "Lalu apa sangkut pautnya hal ini dengan diriku ?" "Dikemudian hari engkau tentu akan mengetahui dengan sendirinya, seandainya engkau mempunyai kebajikan dan keinginan untuk menyelesaikan tugas mulia tersebut, maka sepantasnya kalau engkau laksanakan semua perbuatan seperti apa yang kukatakan kepadamu." Perlahan-lahan Gak in Ling menengadah ke atas, sebenarnya dia memiliki suatu watak yang suka berbuat kebajikan untuk umat manusia, tetapi waktu yang tersedia amat terbatas sekali, dan dia lagi tidak ingin bertemu kembali dengan gadis suci dari Nirwana, oleh sebab itulah ia tidak dapat mengabulkan permintaan itu. Menyaksikan kesemuanya itu dengan perasaan kecewa Lan In Lojin menghela napas panjang katanya. "Aaaiii. .. mungkin juga engkau memang benar-benar mempunyai kesulitan yang amat terpaksa, baiklah. Mungkin kejadian itu memang sudah merupakan suratan takdir yang tak dapat diselamatkan oleh kekuatan umat manusia, mari kita
325 pergi dari sini " Habis berkata ia segera putar badan dan berjalan menuju kemulut lembah tersebut. Tiba-tiba Gak In Ling berseru keras. "Locianpwe, boanpwe menyanggupi permintaanmu itu " Suaranya agak gemetar, jelas beberapa patah kata itu diutarakan keluar setelah menghimpun segenap tenaga yang dimilikinya. ciang-liong-sian dengan cepat putar badan dan berkata sambil tertawa keras. "Haa haa sejak ini hari, sembilan jurus telapak maut akan muncul kembali dalam dunia persilatan, seringkali diwaktu senggang aku selalu membayangkan sampai kapankah manusia-manusia yang menyebut dirinya sebagai jagoan dalam dunia persilatan bakal roboh bergelimpangan termakan oleh pukulan telapak mautku, dan kapan kegemaranku untuk membunuh orang bisa terpenuhi, ternyata sekarang kesempatannya telah tiba Haa ha. ha...... tua bangka...Engkau tentu tidak akan pernah membayangkan bukan, kalau aku selalu menantikan saat seperti ini ?" Seolah-olah hanya membunuh manusialah yang akan menggirangkan hatinya, teringat kalau sebentar lagi ia boleh melampiaskan kegemarannya uatuk membunuh manusia, kakek tua baju merah itu jadi kegirangan setengah mati. Sebaliknya Gak In Ling yang mendengar perkataan itu jadi terperanjat, segera serunya. "Telapak maut ? Semuanya terdiri dari sembilan jurus banyaknya? Aneh sekali" "Kenapa ? Apakah kau merasa terkejut bercampur heran ?" tegur ciang-liong-sian-Sebelum pemuda itu sempat menjawab, Lan In Lojin telah berkata lebih dahulu. "Mari kita berbicara sambil melakukan perjalanan Sekarang sudah tiba waktunya bagi kita untuk berangkat "
326 Sesudah berhenti sebentar, kepada ciang-liong-sian ia berkata. "sepanjang jalan kau tidak diperkenankan untuk turun tangan membunuh orang lain" "Tapi aku toh menangkan taruhan itu, kemenangan tersebut sama sekali belum kunikmati barang satu kalipun" bantah ciang-liong-sian dengan dahi berkerut. "Tadi bukankah kau sudah membunuh orang ?" ciang-liongsian jadi amat gelisah, buru-buru katanya. "Aah, mana mungkin Aku tak pernah membunuh seorang manusiapun ditempat ini" Lan In Lojin segera melompat dua puluh tombak jauhnya kesebelah kanan, dari balik semak belukar dia mengangkat sesosok mayat dan berseru. "Kalau memang begitu, aku ingin bertanya siapakah yang telah membunuh orang ini ?" "oh, sungguh tak kusangka kau berhasil mengetahui rahasiaku itu." seru ciang-liong-sian dengan nada amat kecewa. "Ketika kau tertawa terbahak-bahak tadi. Dari balik biji matamu telah memancarkan napsu membunuh, pada saat itulah aku sudah tahu kalau kau telah melakukan pembunuhan " Dengan perasaan apa boleh buat ciang-liong-sian gelengkan kepalanya berulang kali, katanya. "Aaaii kau memang luar biasa sekali. Nah, cepatlah ambil keluar lilinmu itu, aku akan segera melakukan pembunuhan terhadap orang-orang yang mengincar buah naga air disekeliling tempat ini" Lan In Lojin gelengkan kepalanya dengan perasaan sedih, dari sakunya dia segera mengambil keluar sebatang lilin yang
327 pendek sekali dan panjangnya cuma satu sentimeter, kemudian memasang api dan menyulut lilin tersebut. Bersamaan dengan bersinarnya lilin tadi, ciang-liong-sian bersuit panjang dengan nada yang mengerikan sekali, badannya berkelebat kedepan dan seketika lenyap dari pandangan- Lan In Lojin menghela napas panjang berat sementara Gak In Ling tidak habis mengerti perbuatan apakah yang sedang dilakukan oleh mereka berdua. Lilin yang panjangnya satu senti meter itu dalam waktu tingkat sudah habis terbakar, cahaya apinya semakin lama semakin lemah dan akhirnya hampir padam. Sebelum cahaya api lilin itu padam keseluruhannya, tibatiba bayangan manusia berkelebat lewat dan ciangliong-sian muncul kembali ketempat semula. Lan In Lojin segera menghela napas panjang dan gelengkan kepalanya berulang kali. "Engkau memang keterlaluan sekali, sehingga waktu sedetikpun tidak kau buang dengan begitu saja." "Haa haa haa.. .. lima belas orang.... lima belas orang" "Semuanya kau bunuh mati ?" "Belum pernah aku biarkan korbanku roboh dalam keadaan hidup, tentu saja mati semua " Gak In Ling jadi amat terperanjat, pikirnya. "Dalam waktu yang demikian singkatnya, ia berhasil membinasakan lima belas orang jago, ia memang benar-benar hebat sekali. Kalau seseorang tidak memiliki dasar ilmu silat yang baik, tak mungkin mereka berani datang kemari untuk ikut memperebutkan buah mustika tersebut, sebaliknya dengan dasar ilmu silat yang tinggi ternyata berhasil dibunuh oleh orang ini tanpa menimbulkan kegaduhan atau suara
328 barang sedikitpun juga, dari sini bisa dibuktikan betapa lihaynya ilmu silat yang dimiliki orang ini...." Kemudian ia berpikir lebih jauh: "Apakah orang-orang itu betul-betul datang kemari ikut memperebutkan buah naga air ? Benarkah buah naga air itu adalah sebiji buah yang langka dan amat berharga sekali ?" Sementara itu Lan In Lojin telah berkata. "Mari kita pergi " "Pergi kegunung Tiang Pek San atau telaga Yau-ti ?" tanya Gak In Ling dengan perasaan tidak tenang. Lan In Lojin mengangguk. "Benar, ayo berangkat " habis berkata ia segera berangkat lebih dahulu meninggalkan tempat itu. Gak In Ling segera menyusul di belakangnya, sedang ciang-liong-sian berada paling belakang. Dengan gerakan tubuh yang sangat cepat ke tiga orang itu berlalu dari situ, dalam waktu singkat bayangan tubuh mereka telah lenyap di-dalam kegelapan- Lama sekali sesudah kepergian ketiga orang itu, dari tengah lembah muncul kembali beberapa puluh sosok bayangan manusia, mereka menyapu sekejap kearah mayat yang bergelimpangan diatas tanah, kemudian dengan keringat dingin membasahi seluruh tubuh-merekapun berlalu pula menuju kemulut lembah. Salju yang tebal menyelimuti hampir seluruh puncak gunung Tiang-pek-san, tinggi permukaan diatas bukit itu kurang lebih ada beberapa ribu meter dari permukaan air laut, tiga sosok bayangan manusia dua orang kakek tua dan seorang pemuda tampan sedang berjalan diatas salju yang putih dengan kecepatan bagaikan terbang, dalam waktu singkat mereka telah berada kurang lebih empat-lima puluh tombak jauhnya dari tempat semula.
329 Tiba-tiba ketiga orang itu menghentikan gerakan tubuhnya didepan sebuah hutan pohon song yang teratur rapi sekali, terdengar kakek tua baju merah itu berkata. "Disinilah tempatnya, tak mungkin bakal salah lagi." "Bagaimasa caranya kita memberitahukan kedatangan kita kepada orang-orang itu ?" tanya sang kakek baju putih dengan cepat. "Kita terjang masuk saja kedalam dengan kekerasan-" "Menurut pendapat boanpwe," sambung sang pemuda yang bukan lain adalah Gak In Ling. "Kemungkinan besar kita sudah berada dibawah pengawasan mereka " Lan In Lojin segera tertawa. "Kita tokh bukan datang untuk mencari balas, apa yang perlu dirisaukan lagi ? Ayo berangkat, kita masuk kedalam hutan " Selesai berkata ia segera bergerak lebih dahulu menuju kedalam hutan pohon siong tersebut. ---ooo0dw0ooo--- Jilid 10 SEBELUM jauh mereka melangkah masuk kedalam hutan itu, mendadak dari sekeliling tempat itu berkumandanglah suara bentakan-bentakan yang amat nyaring disusul munculnya beberapa orang gadis muda yang dengan cepatnya mengepung ketiga orang itu di dalam kalangan, setiap orang memancarkan sikap bermusuhan dan dilihat dari gerak-gerik gadis-gadis itu, rupanya setiap saat suatu pertempuran sengit bakal berlangsung.
330 Dengan pandangan tajam Gak In Ling menyapu sekejap kearah sekeliling tempat itu, kemudian sambil menghela napas panjang, pikirnya. "Gadis-gadis muda yang berkumpul ditempat ini rata-rata masih muda belia dan berwajah cantik jelita, sekalipun tidak termasuk paling cantik dikolong langit akan tetapi termasuk manusia manusia pilihan, entah gadis suci dari Nirwana berhasil mengumpulkan gadis-gadis ini dari tempat mana saja?" Sementara itu Lan In Lojin telah tertawa terbahak-bahak sambil berkata lantang. "Nona-nona sekalian jangan salah paham, kedatangan kami bertiga ketempat ini bukan lain adalah untuk menyambangi Leng-cu kalian " Mendengar perkataan tersebut, sorot mata para gadis itu bersama-sama dialihkan kearah seorang gadis muda baju hijau yang berusia paling tua diantara rombongan iru, rupanya mereka sedang menantikan keputusannya. Perlahan-lahan gadis muda baju hijau itu maju kedepan, kemudian dengan suara dingin katanya. "Untuk menyambangi Leng-cu kami harus melewati jalan yang bagaimana, apakah kalian bertiga sama sekali tidak tahu?" Mendengar perkataan itu Gak In Ling berdiri tertegun, pikirnya didalam hati. "Masa untuk menyambangi Leng-cu mereka terdapat sebuah jalan khusus yang ditujukan kepada orang-orang luar yang sengaja datang kemari untuk bertemu dengan ketuanya ?" Tampaklah Lan In Lojin sambil tertawa telah berkata. "Kami bertiga baru pertama kali ini datang berkunjung kemari, oleh karena itu tidak mengetahui jalan manakah yang harus ditempuh, harap nona suka memberi petunjuk."
331 "Mana tanda pengenalnya ?" tanya gadis baju hijau itu dengan sikap yang amat teliti. sekali lagi keiiga orang itu berdiri tertegun. "Tanda pengenal ? Tanda pengenal apa ?" seru mereka hampir berbareng. Air muka para gadis yang berada disana segera berubah bebat, terdengar gadis baju hijau itu berseru. "Kalau kalian bertiga memang tidak memiliki tanda pengenal, untuk menjumpai Leng-cu kami tentu saja boleh, tetapi terpaksa pelayanan nya jauh berbeda." Bersamaan dengan selesainya ucapan itu, badannya dengan suatu gerakkan yang aneh dan cepat bagaikan sambaran kilat berkelebat kedepan mencengkeram urat nadi pada pargelangan kanan Lan In Lojin dengan jurus "Sinlekshu- ciau" atau tenaga sakti menundukkan naga. Lan In Lojin sama sekali tidak menyangka kalau gadis itu segera melancarkan serangannya setelah mengatakan akan menyerang, sehingga membuat ia sama sekali tak ada kesempatan untuk berbicara, kejadian ini dengan cepatnya membangkitkan hawa gusar dalam hatinya. Terdengar ia tertawa terbahak-bahak, sambil tetap berdiri tenang ditempat semula, serunya. "Haa haa haa. .. nona, kau terlalu pandang rendah akan diriku." Gelak tertawanya amat keras dan nyaring sehingga membubung tinggi keangkasa, membuat telinga jadi sakit seperti ditusuk jarum. Dikala Lan In Lojin masih tertawa terbahak-bahak itulah, gadis baju hijau itu sudah mencengkeram pergelangan tangannya, biji mata yang jeli berkilat dan tiba-tiba ia mengirim sebuah totokan keatas jalan darah cian-cing-hiat diatas bahu kakek tua itu.
332 Pada saat itulah dari arah lima tombak di sebelah belakang, berkumandang datang suara bentakan yang amat nyaring. "Lan-ji, jangan bertindak gegabah cepat mundur kebelakang "suara orang ini nyaring dan tajam, hal tersebut menunjukkan bahwa tenaga dalam yang dimilikinya amat sempurna. Sungguh cepat reaksi dari gadis baju hijau itu, ketika mendengar peringatan tersebut tanpa berpikir panjang lagi ia segera buyarkan serangan daa meloncat mundur sejauh delapan depa dari tempat semula, kemudian dengan cepat berpaling kearah mana berasal nya suara tadi. Kurang lebih lima tombak didalam hutan dari belakang sebuah pohon yang besar muncullah seorang nenek tua berambut putih, berwajah penuh keriput, bertongkat emas dan menyoren sebuah seruling perak diatas punggungnya. Melihat kemunculan nenek tua itu. para gadis yang berada disana bersama-sama memberi hormat dengan sikap yang sangat hormat. Sebaliknya Lan In Lojin serta ciang-liong-sian segera menunjukkan sikap yang amat kaget sekali, air muka mereka berdua berubah hebat, dengan nada tercengang serunya dengan keras. "Aaah Engkau adalah Kim-ciang-sin-ti tongkat emas seruling sakti Leng Siang Ji " Perasaan hati Gak In Ling pun agak tergugah, pikirnya. "Kalau ditinjau dari perubahan wajah kedua orang ini, jelas tenaga dalam yang dimiliki orang itu paling sedikit tidak berada dibawah mereka berdua, benarkah dibawah komando gadis suci dari Nirwana, ia telah berhasil mengumpulkan segenap jago lihay yang berada dikolong langit untuk samasama tunduk dibawah perintahnya ?"
333 Dalam pada itu nenek tua itu sendiripun agak tertegun ketika mengetahui siapakah dua orang yang sedang dihadapinya, sambil tertawa ia segera mengangguk dan berkata. "Sungguh tak kusangka dua orang jago lihay yang sudah lama mengasingkan diri dari keramaian dunia, kini munculkan diri kembali di-dalam dunia persilatan, sungguh luar biasa sekali." "Akan tetapi kalau dibandingkan dengan dirimu, mungkin kemunculan kami masih terlambat satu tindak^ bukan ?" kata ciang-liong-sian sambil tertawa bergelak. Tongkat emas seruling sakti Leng Siang Ji tertawa. "Bukan saja lebih lambat satu tindak daripada diriku, mungkin sudah ada tiga orang lain-nya yang berjalan lebih dahulu di depan kalian " Satu ingatan berkelebat dalam benak Lan In Lojin, dengan nada terperanjat serunya. "Maksudmu ketiga orang itupun sudah datang kemari ?" "Sedikitpun tidak salah, kemunculanku di-tempat ini pun atas undangan dari mereka bertiga." Ciang-liong-sian dengan cepat menarik kembali senyuman diatas bibirnya, dengan keheranan ia berkata. "Gadis suci dari Nirwana tokh masih berusia amat muda sekali, sungguh tak kusangka ternyata ia sanggup mengundang kalian semua untuk membantu dirinya, apa sih keistimewaannya sehingga kalian semua bersedia untuk melaksanakan perintahnya?" Air muka tongkat emas seruling sakti Leng Siang Ji berubah jadi serius, katanya dengan sungguh-sungguh. "Meskipun usia Leng-cu masih amat muda, akan tetapi kecerdasannya jauh diatas orang biasa, kalau ingin kuceritakan maka kisahnya tidak ada habis-habisnya, asal
334 kalian berdua bersedia untuk tinggal selama tiga hari dengan Leng-cu, maka aku tanggung kamu tak akan rela untuk meninggalkan gunung Tiang-pek-san dengan begitu saja." Lan In Lojin sangat mengenal watak tongkat emas seruling sakti Leng Siang Ji, meskipun dia mengetahui bahwa nenek tua ini terkenal akan sifatnya yang aneh, ditambah pula ilmu silatnya amat lihay sehingga para jago baik dari kalangan lurus maupun dari kalangan sesat hampir semuanya jeri dan segan terhadap dirinya, akan tetapi selama hidup belum pernah berbicara bohong. Maka mendengar perkataan itu, tanpa dia sadari lagi berseru. "Benarkah sudah terjadi peristiwa semacam itu ?" "Sejak kapan sih aku pernah membohongi orang lain ?" seru Leng Siang Ji nenek tua bersenjata tongkat dan seruling itu dengan dahi berkerut kencang. Untung Lan In Lojinlah yang mengucapkan kata-kata itu. Seandainya orang lain yang berkata demikian niscaya dia telah turun tangan untuk memberi pelajaran kepadanya. Rupanya Lan In Lojin mengetahui bahwa ia telah salah bicara, buruburu katanya. "Aah, aku telah salah berbicara, harapkan kaa memakluminya dan jangan sampai dipikirkan didalam hati." Setelah orang berkata demikian, tentu saja Tongkat emas seruling sakti Leng Siang Ji tidak berkata apa-apa lagi, dengan air muka yang jauh lebih lunak ia bertanya. "Bolehkah aku mengetahui dengan maksud serta tujuan apakah kalian bertiga datang keatas gunung Tai-pek-san ?" "Kami ada urusan hendak berjumpa dengan Leng-cu kalian " sahut Lan In Lojin sambil tanpa sadar melirik sekejap kearah Gak In Ling yang berada disampingnya. Dari dalam hati kecil Gak In Ling segera timbul suatu perasaan aneh yang sukar dilukiskan dangau kata-kata,
335 menghadap orang yang tidak ingin dijumpainya lagi, bagi dirinya pekerjaan tersebut boleh dibilang merupakan suatu perbuatan yang amat menekan bathin. Pemuda itu mulai menyesal, menyesal karena menerima tawaran itu, dia merasa tidak sepantasnya untuk menyanggupi permintaan dari Lan In Lojin untuk datang menemui gadis suci dari Nirwana yang sudah tak ingin ditemuinya lagi. Terdengar tongkat emas seruling sakti Leng Siang Ji berkata dengan suara dingin. "Dibalik hutan merupakan suatu daerah yang amat berbahaya sekali, setiap jengkal tanah mengandung hawa pembunuhan yang amat tebal, jika kalian bertiga ingin bertemu dengan Leng-cu kami, tidak sepantasnya kalau berjalan melewati tempat ini, memandang wajah kalian berdua sebagai sahabat lamaku, terimalah sebuah tanda pengenal ini sebagai pas jalan kalian untuk masuk kedalam markas," Habis berkata dari dalam sakunya dia mengambil keluar sebuah tanda pengenal Pek-Giokhu dan diserahkan ketangan Lan In Lojin, kemudian sambil menuding jalan yang berada disebelah kanan katanya. "Kalian boleh mengikuti jalan yang ada di balik batu cadas putih itu untuk masuk kedalam, disana pasti akan muncul seseorang untuk memberi petunjuk jalan kepada kalian," Tidak sampai ketiga orang itu untuk berbicara. Nenek tua itu segera memberi tanda kepada beberapa orang gadis itu, dan di dalam waktu singkat bayangan tubuh mereka sudah lenyap dibalik hutan- "Huh Tempat ini benar benar misterius sekali." gumam ciang-liong-sian seorang diri. Agaknya Lan In Lojin tidak ingin berdiam disitu terlalu lama, ia segera berseru. "Mari kita berangkat"
336 Habis berkata ia berangkat lebih dahulu menuju kearah mana yang ditunjukkan nenek tua tadi, sedangkan ciangliong- sian serta Gak In Ling mengintil dibelakangnya. Ketika mereka tiba dibelakang batu cadas putih, seseorang segera munculkan diri untuk menghadang jalan pergi ketiga orang itu, untung mereka membawa tanda pengenal sehingga sepanjang perjalanan walaupun harus melewati hampir tiga puluh buah pos penjagaan baik besar maupun keeil, akan tetapi semuanya dapat dilewati dengan lancar tanpa mengalami kesulitan barang sedikit-pun juga. Ketika waktu menunjukkan hampir mendekati tengah hari, sampailah mereka didalam sebuah lembah yang berpemandangan sangat indah sekali. Gak In Ling segera pentang matanya memandang kearah depan, tampaklah lembah itu luar biasa sekali, rumput yang hijau tumbuh dengan suburnya, pemandangan disana justeru merupakan kebalikan dari salju putih yang menyelimuti wilayah pegunungan Tiangpek-san yang lain- Di tengah hijaunya rumput bunga bwee yang berwarna merah tumbuh dimana-mana, sebuah bangunan rumah yang megah dan mentereng muncul dari balik pohon bwee yang lebat, sehingga membuat pemandangan disana benar-benar kelihatan indah. Dalam hati Gak In Ling berpikir. "Tempat ini benar-benar sangat indah bagaikan berada di- Nirwana, seandainya aku bisa hidup mengasingkan diri ditempat ini dan selamanya tidak mencari urusan keduniawian lagi, hal tersebut benar-benar merupakan suatu kejadian yang sangat mengesankan-" Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara tertawa merdu berkumandang datang disusul berkumandangnya suara pembicaraan seseorang. "Bilamana kedatangan siau-moay agak terlambat, aku harap kalian bertiga suka memaafkan "
337 Gak In Ling alihkan sorot matanya kearah orang itu, hatinya tertegun dan segera berpikir. "Kenapa siperempuan naga peramal sakti sendiri yang menyambut kedatangan kami ?" Sementara itu Lan In Lojin telah berkata. "Tidak berani tidak berani terus-terang saja kami katakan, adapun maksud serta tujuan kedatangan kami berdua adalah untuk menemani Gak In Ling." "Leng-cu kami sejak pertama kali dulu sudah mengetahui kalau Gak In Ling telah menelan pil cui-sim-cu," tukas perempuan naga peramal sakti Ki Gick Peng sambil tertawa, "dan apa tujuan dari kedatangan kalian bertigapun telah diketahui pula olehnya, dengan demikian malahan sungguh kebetulan sekali, sebab Leng-cu kami masih terdapat beberapa buah persoalan yang hendak diruncingkan secara langsung dengan Gak In Ling sendiri, apakah kalian berdua..." "Haa haa haa buat kami kemana sajapun bolehlah, kau tak usah terlalu menguatirkan kami berdua." sambung ciangliong- sian dengan cepat. Perempuan naga peramal sakti tertawa. "Leng-cu telah memerintahkan diriku untuk menyampaikan permintaan maaInya berhubung tak dapat menyambut sendiri kedatangan kalian bertiga." katanya. Bicara sampai disana ia segera memberi tanda kepada dua orang dayang cilik yang berada dibelakangnya, kemudian kepada dua orang kakek tua tadi katanya. "Silahkan kalian berdua duduk beristirahat dalam ruang tamu " Setelah kedua orang kakek itu berlalu mengikuti kedua orang dayang tadi, perempuan naga peramal saktipun berpaling kearah Gak In Ling sambil ujarnya. "Saudara Gak, silahkan mengikuti aku"
338 Habis berkata ia segera putar badan berjalan menuju kesebuah bangunan gedung berwarna putih. Dengan perasaan kaku Gak In Ling mengikuti dibelakangnya, dalam waktu yang amat singkat itulah perasaan hatinya amat kacau, karena ia tak dapat menduga bagaimanakah sikap gadis suci dari Nirwana terhadap dirinya setelah saling berjumpa nanti ? Tiba-tiba perempuan naga peramal sakti memperlambat langkah kakinya sehingga jalan bersanding dengan sianak muda itu, sambil berpaling ia bertanya. "Saudara Gak. apakah kedatanganmu kali ini adalah diluar kehendakmu sendiri ?" "Benar" jawab Gak In Ling setelah berpikir sebentar, senyum tawa tersungging dibibirnya. "Tahukah engkau bila seseorang berada dalam keadaan uring-uringan, apa yang dapat dilakukan olehnya ?" "Mungkin pendirian serta sikapnya terlalu menuruti pada emosi serta perasaan sendiri." Perempuan naga peramal sakti tertawa lega, kembali ia bertanya. "Menurut tanggapanmu patutkah kita mengalah kepada orang semacam ini?" "Sudah sepantasnya kalau kita mengalah" "Saudara Gak. kau cerdik sekali " puji perempuan naga peramal sakti Ki Giok Peng sambil tertawa. Merah padam selembar wajah Gak In Ling mendengar ucapan itu, dengan nada kikuk serunya. "Nona, kau terlalu memuji " Sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka telah tiba dibawah bangunan loteng itu, Gak In Ling segera
339 menengadah keatas dan tampaklah pintu gerbang yang berwarna merah terpentang lebar-lebar. Disisi kiri- kanan piatu gerbang masing-masing berdiri dua orang gadis berbaju hijau, sikap mereka keren dan serius sekali. Dengan dipimpin oleh perempuan naga peramal sakti yang berjalan didepan, mereka melewati sebuah penutup kain dan masuk kedalam ruang tengah yang amat luas. Dengan hati tercekat Gak In Ling menyapu sekejap sekeliling ruangan itu, ia saksikan perlengkapan dalam ruangan itu indah sekali seperti istana kaisar, dibelakang sebuah meja duduklah seorang gadis muda baju putih yang berwajah amat cantik, orang itu bukan lain adalah gadis suci dari Nirwana. Disamping kiri gadis suci dari Nirwana duduklah Su-putsiang, sedangkan kursi disebelah kanannya masih kosong, dibawah meja tadi berdirilah dayang-dayang cantik berbaju putih, wajah mereka semua amat keren dan serius seakanakan sedang menghadapi suatu pengadilan. Ketika menyaksikan Gak In Ling berjalan masuk kedalam ruangan, mula-mula gadis dari Nirwana menunjukkan wajah kegirangan, tapi hanya sebentar saja rasa girang itu sudah lenyap tak berbekas, sorot mata yang dingin dengan cepat dialihkan kearah lain dan pura-pura tidak melihat. Perempuan naga peramal sakti Ki Giok Pengjadi tertegun menyaksikan hal itu, pikirnya dalam hati dengan perasaan tercengang. "Aaii... Leng-cu, kenapa sih ?" Dan dengan cepat ia berseru deagan suara lantang. "Lengcu, saudara Gak telah tiba." "cici, silahkan kembali dan duduk kemari." kata gadis suci dari Nirwana dengan suara sabar. Perempuan naga peramal sakti jadi amat gelisah, kembali ia berseru. "Leng-cu..."
340 "Silahkan duduk " Diam-diam perempuan naga peramal sakti Ki Giok Peng menghela napas panjang, pikirnya. "Aah, kalau dilihat dari keadaannya, urusan pada hari ini bakal celaka..."" Berpikir sampai disini, terpaksa ia berjalan balik kekursi yang kosong itu dan duduk kembali disana. Gak In Ling tarik napas panjang-panjang, dengan suara berat katanya. "Gak In Ling menghunjuk hormat untuk Leng-cu " sambil berkata ia membungkuk badan dan memberi hormat. Tiba-tiba gadis suci dari Nirwana tertawa dingin dan berkata. "Aku orang tak berani menerima penghormatan besar dari engkau Gak In Ling " Membalas hormatpun ternyata tidak dilakukan- Berhadapan dengan orang yang begitu banyak, bukan saja gadis suci dari Nirwana tidak mempersilahkan tamunya untuk mengambil tempat duduk. malahan sikapnya begitu ketus dan dingin, jangan dibilang Gak In Ling adalah seorang pemuda yang berwatak tinggi hati, sekalipun seorang manusia yang berhati sabarpun tak akan tahan menghadapi pelayanan semacam ini. Air muka Gak In Ling seketika berubah hebat, akan tetapi ia masih tetap menyabarkan diri dan menekan perasaan amarahnya didalam hati, sambil menghela napas panjang katanya. "Mungkin aku memang tidak pantas untuk menyambangi diri Leng-cu." Sekujur hati gadis suci dari Nirwana gemetar keras, tetapi ia tak dapat membendung hawa gusar yang berkobar dalam hatinya, sambil tertawa dingin segera jawabnya. "Hmm Mungkin memang begitulah keadaannya "
341 Tiba-tiba air muka Gak In Ling berubah semakin hebat, dengan cepat dia menengadah ke- atas dan berkata dengan hambar. "Mungkin tidak seharusnya aku berkunjung kemari..." Suaranya datar dan hambar sekali, bahkan kedengaran nyata bahwa ia menunjukkan perasaan yang amat menyesal. Jantung gadis suci dari Nirwana berdetak keras, tubuhnya agak gemetar, ia sendiripun tak tahu mengapa dia mengucapkan kata-kata semacam itu terhadap pemuda tersebut, tetapi kata-kata itu sudah terlanjur meluncur keluar dan tidak mungkin bisa ditarik kembali. Sepasang biji mata yang jeli, perlahan-lahan dialihkan kewajah Gak In Ling, kemudian dengan suara yang jauh lebih lunak dia bertanya. "sebenarnya apa maksudmu datang kemari?" Dalam hati kecilnya Gak In Ling tertawa dingin, pikirnya. "Secara terang-terangan kau telah mengetahui maksud serta tujuan dari kedatanganku Gak In Ling, kenapa sih mesti banyak bertanya lagi" berpikir sampai disini ia menjadi mendongkol sekali, dengan suara hambar jawabnya. "Aku pikir lebih baik tak usah kuutarakan lagi " sambil berkata tiba-tiba ia menggeser kakinya dan siap berlalu dari tempat itu. Gadis suci dari Nirwana merasa amat terperanjat, Air mukanya berubah hebat. "Hm Sekalipun tidak kau ucapkan, akupun sudah tahu apa maksud serta tujuan dari kedatanganmu kemari." katanya. Perlahan-lahan Gak In Ling menarik kembali sinar matanya dan menyapu sekejap kearah gadis itu, kembali ia berkata dengan nada hambar. "Leng-cu adalah seorang manusia yang amat cerdas dan pintar sekali dikolong langit, tentu saja maksud serta tujuan dari kedatanganku orang she Gak ketempat ini takkan lolos
342 dari pandangan matamu, hal ini hanya bisa menyalahkan aku orang she Gak yang benar-benar tak tahu diri, serta melakukan perbuatan yang tak dapat dilakukan tapi secara nekad dilakukannya juga . " Perempuan naga peramal sakti Ki Giok Peng yang menyaksikan gelagat semakin klan semakin tidak beres, buruburu bangkit berdiri dan berkata dengan hati cemas. "Saudara Gak. Leng-cu kami sama sekali tiada bermaksud lain, harap kau jangan salah paham." Gak In Ling tertawa sinis. "Aku orang she Gak hanyalah seorang manusia yang tak jelas asal-usulnya serta berkeliaran dalam dunia persilatan tanpa tujuan, jangan kata tak berani menaruh kesalah paha man terhadap Leng-cu, sekalipun benar-benar telah terjadi kesalah pahaman, apa yang dapat kulakukan lagi ?" nada suaranya amat berat, seakan-akan memperlihatkan betapa dan risaunya perasaan hati sianak muda pada saat itu. Dengan mata kepala sendiri gadis suci dari Nirwana dapat menyaksikan kematian dari enci Gak In Ling, maka dari itu mendengar beberapa patah kata yang amat menyedihkan tadi, tanpa disadari timbullah perasaan menyesal dalam hati kecilnya, rasa sesal tersebut susah dilukiskan dengan katakata terutama sekali setelah meresapi menderita serta sengsaranya hidup pemuda itu. Dengan cepat gadis suci dari Nirwana bangkit berdiri, kemudian tegurnya dengan suara lantang. "Gak In Ling, sebenarnya apa maksudmu mengutarakan kata-kata semacam itu ?" "Apakah Leng-cu takut kalau sampai aku menaruh perasaan salah paham terhadap dirimu?" ejek si pemuda sambil tertawa tawa. "Siapa yang takut"
343 Jawaban ini hanya merupakan suatu jawaban secara spontan saja, sebenarnya sama sekali tidak mengandung suatu maksud tertentu. "Kalau memang begitu bagus sekali." sahut sang pemuda hambar. Sesudah menanti sebentar, ia menambahkan "kalau memang begitu aku ingin mohon diri terlebih dahulu...." Habis memberi hormat kepada gadis suci dari Nirwana, ia putar badan dan siap berlalu dari sana. "Saudara Gak " seru perempuan naga peramal sakti Ki Giok Peng dengan hati cemas. "Apakah perjalananmu menuju kegunung Tiang-pek-san yang begini jauhnya ini hanya merupakan suatu perjalanan yang sia-sia belaka ?" Gak In Ling sama sekali tidak berpaling, mendengar perkataan itu dia menghentikan langkahnya dan berseru dengan nada kebingungan. "Aku.... semestinya tidak pantas datang kemari " "Apakah pihak Tiang-pek-san telah menghina dirimu ?" teriak gadis suci dari Nirwana dengan jengkel. Dengan cepat Gak In Ling memutar badannya, hawa gusar seakan-akan hendak meledak dari dalam benaknya, akan tetapi ketika ia menyaksikan genangan air mata yang mengembang dalam kelopak mata gadis suci dari Nirwana, kata-kata pedas yang telah menempel diujung bibirnya itu tanpa terasa telah tertelan kembali kedalam perut. Sebenarnya gadis itu memang berwajah amat cantik, kini berada dalam keadaan sedih dan murung, wajahnya kelihatan jauh bertambah menarik serta mempesonakan hati. Dengan sedih Gak In Ling menghela napas panjang, serunya. "Aku tidak seharusnya menimbulkan kemarahan dari Lengcu, anggap saja apa yang telah aku ucapkan barusan sebagai suatu impian yang jelek bagi diri Leng-cu, mungkin sejak ini
344 hari kau tidak akan bertemu lagi dengan orang yang menimbulkan kemarahanmu itu." Selesai berkata ia melanjutkan perjalanannya dan dengan langkah lebar ia menuju kepintu luar. Gadis suci dari Nirwana tak dapat menahan pergolakan dalam hati kecilnya lagi, dengan suara gemetar serunya. "Tunggu sebentar, aku akan mengambilkan bagimu" habis berkata buru-buru dia berjalan masuk kedalam ruang belakang. Hati seorang gadis, mungkin untuk selamanya tak dapat diduga oleh orang lain- Dengan sedih perempuan naga peramal sakti menghela napas panjang pula, diam-diam gumamnya seorang diri. "Semoga Thian suka membantu umatNya, agar Gak In Ling yang keras hati dapat merubah perasaan hatinya..." Mengikuti guman tersebut, titik air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya. Setelah mengambil keputusan didalam hatinya, tentu saja Gak In Ling tak mau berdiam lebih lama lagi ditempat itu, ia segera meloncat ke luar, dari ruang tengah dan laksana kilat melenyapkan dirinya ditengah pepohonan bunga bwee. Dari belakang tubuhnya terdengar suara perempuan naga peramal sakti berteriak keras. "Gak In Ling, kau tidak sepantasnya mengambil keputusan tanpa berpikir panjang.... batalkanlah niatmu untuk pergi." Akan tetapi Gak In Ling sama sekali tidak menggubris, dengan gerakan yeng lebih cepat ia berlalu dari tempat itu. Tidak lama setelah Gak In Ling lenyapkan diri dibalik pepohonan bunga b wee, gadis suci Nirwana muncul dari ruang belakang sambil membawa sebuah kotak putih yang terbuat dari batu pualam, sorot matanya yang jeli dengan
345 cepat menyapu sekejap dalam ruangan itu, tiba-tiba wajahnya berubah jadi pucat pasi bagaikan mayat, serunya dengan gemetar. "Kemana perginya orang itu?" Suasana dalam ruangan itu sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, siapapun diantara mereka tak mampu mengucapkan sepatah kata pun, karena kepergian dari Gak In Ling sedemikian cepatnya sehingga tak mungkin dapat dicegah kembali, kendatipun perempuan naga peramal sakti telah menduga sampai kesitu, akan tetapi ia tidak bisa ilmu silat, apa yang harus dilakukan olehnya? Dengan perasaan hati yang kaku gadis suci dari Nirwana meletakkan kotak pualam itu di atas meja, lalu dengan putus asa tanyanya. "cici, apakah dia telah pergi ?" Dengan perasaan yang halus perempuan naga peramal sakti mencekal sepasang tangan gadis suci dari Nirwana yang gemetar keras, ujarnya dengan suara lirih. "Leng-cu, percayakah engkau dengan rencana serta siasatku ?" Keadaan gadis suci dari Nirwana pada saat ini seakan-akan telah kehilangan pendirian serta kesadarannya, dengan kaku dia mengangguk. Walaupun perempuan naga peramal sakti sendiri tidak mempunyai keyakinan untuk berhasil dengan rencananya, akan tetapi untuk menghibur hati Leng-cunya yang masih muda- belia itu, dia pun tak berani menunjukkan perasaan sangsi. Maka dengan nada yang seakan-akan yakin akan berhasil ia berkata. "Kepergiannya pasti tak akan terlalu jauh, mari kita segera bergerak dan mungkin akan berhasil menyusul dirinya." Bicara sampai disini ia berhenti sebentar kemudian dengan suara setengah berbisik ujarnya kembali kepada gadis suci dari Nirwana.
346 "Lain kali kalau engkau berjumpa lagi dengan dirinya, harap Leng- cu jangan bersikap begitu kasar terhadap dirinya, ketahuilah dibawah tekanan keadaan yang mengenaskan serta menyedihkan, dia telah kehilangan rasa percayanya pada diri sendiri, engkau harus bersikap agar dia tahu bahwa sebenarnya kau dengan bersungguh hati dan setulus hati sedang memperhatikan serta menguatirkan keselamatan jiwanya, hanya sikap yang hangat itulah yang akan mencairkan perasaan hatinya yang dingin serta telah membeku itu" Dengan air mata bercucuran gadis suci dari Nirwana mengangguk. "Aku dapat berbuat demikian, pasti akan ku lakukan seperti apa yang kau katakan." jawabnya lirih. Kali ini suaranya kedengaran begitu lembut, dan manja. Diam-diam perempuan naga peramal sakti menghela napas panjang dan dalam hati kecilnya ia berpikir. "Aaiii....... sejak jaman dahulu kala sampai sekarang cinta akan mendatangkan banyak kesengsaraan dan kesedihan, cinta memang benar-benar menakutkan " berpikir sampai disini ia segera berkata. "Persoalan ini tak dapat ditunda-tunda lagi Leng-cu Kau harus segera berangkat" "Baik, aku akan segera menyusul dirinya "jawab gadis suci dari Nirwana sambil mengangguk. Dengan langkah yang cepat ia loncat turun dari mimbar dan berlalu dari ruangan itu. "Leng-cu, aku ikut" teriak Su-put-siang dengan hati gelisah. "Tidak- kau tak usah ikut" suara itu terpancar datang dari tempat kejauhan- Su-put-siang tahu bahwa ilmu silat yang di milikinya masih selisih jauh kalau dibandingkan dengan Leng-cu nya, setelah
347 menyadari bahwa dia telah ketinggalan jauh, terpaksa orang itu menghentikan gerakan tubuhnya. ---ooo0dw0ooo--- Mari sekarang kita ikuti diri Gak In Ling. Setelah meninggalkan ruanjan tengah, ia tidak pergi mencari Lan In Lojin serta ciang- liong sian, sebaliknya dengan gerakan yang amat cepat dia bergerak menuju kemulut lembah. Dengan gerakan ilmu meringankan tubuhnya yang sempurna, tidak selang beberapa saat kemudian tubuhnya sudah keluar dari jalan lembah tersebut. Setelah berhasil menemukan jalan keluar, Gak In Ling langsung berlarian menuju kebawah gunung Tai-pek-san, berhubung sewaktu datang tadi semua penjaga dalam pos-pos penjagaan telah mengenal dirinya, maka ketika pemuda itu bergerak keluar tak seorangpun yang menghalangi jaLan perginya . Sepanjang perjalanan Gak In Ling berlarian terus tiada hentinya, dalam waktu singkat ia sudah menempuh jarak sejauh empat puluh li lebih, karena perasaan hatinya tidak tenang, tentu saja arah tujuannya sama sekali tidak diperhatikan olehnya, menanti ia menyadari akan hal tersebut tubuhnya telah berada diatas sebuah puncak gunung yang menjulang tinggi keangkasa. Terpaksa Gak in Ling menghentikan langkah kakinya dan menentukan arah kembali, pikirnya di dalam hati. "hiiii kenapa sih aku ini ? Kenapa untuk menentukan arah timur- barat saja tidak mampu ?"
348 Setelah berdiri termangu- mangu beberapa saat lamanya, dia pun mentukan arah yang sebenarnya dan bergerak menuju kearah timur. Pada saat itulah tiba tiba dari tengah udara berkumandang datang suara pekikan burung hong yang amat keras dan memekakkan telinga, jika ditinjau dari jarak suara tadi, kurang-lebih burung hong itu berada pada ketinggian sepuluh tombak diatas angkasa. Gak In Ling amat terperanjat, dengan cepat dia menghentikan langkah kakinya dan menengadah keatas, dimana sorot matanya memandang dan hatinya merasa amat terperanjat sekali. Tampak kurang lebih delapan tombak diatas kepalanya terbanglah seekor burung hong yang amat besar bagaikan kereta kuda yang memiliki bulu beraneka warna. Paruhnya tajam dan berwarna emas, mata nya merah berapi-api, sekilas memandang burung itu kelihatan mengerikan sekali, namun binatang tersebut sama tiada maksud untuk melakukan sergapan- Gak In Ling pun merasa lega, perlahan-lahan dia mulai menuruni puncak bukit itu. Mendadak dari tempat kejauhan berkumandang datang suara bentakan yaag merdu dan amat nyaring. "Hei, berhenti " meskipun suaranya tidak begitu keras, akan tetapi mengandung daya kekuatan yang cukup menggetarkan hati manusia. Mendengar bentakan itu Gak In Ling tertegun dan tanpa terasa ia menghentikan langkah kakinya, tetapi hanya sebentar saja ia berhenti kemudian meneruskan kembali perjalanannya menuruni bukit tersebut. Siapa sangka baru saja sianak muda itu melanjutkan kembali langkahnya sejauh dua tindak. mendadak dari tengah
349 udara berkelebat lewat sesosok bayangan merah dan tahutahu kurang lebih lima depa di hadapan Gak In Ling telah bertambah dengan seorang gadis muda yang amat cantik dan berbaju warna merah. Gak In Ling merasa amat terperanjat, segera pikirnya didalam hati. "Gerakan tubuh perempuan ini benar-benar cepat sukar dilukiskan dengan kata-kata, sehingga dengan ketajaman matakupun tak mampu melihat jelaS gerakan tubuhnya, mungkin tenaga dalam yang dimiliki orang ini tidak dibawah aku, kenapa sih semua jagoan yang kutemui pastilah seorang gadis muda yang berwajah cantik? Bahkan kepandaian mereka rata-rata berada diatas kepandaianku ? Aaai semoga saja dia datang bukan untuk memusuhi diriku." Berpikir sampai disini, tanpa terasa lagi sorot matanya yang tajam dengan cepat menyapu sekejap keatas wajah gadis itu. Gadis muda baju merah itu berusia antara delapansembilan belas tahun, matanya jeli dengan alis yang melentik, hidung mancung dengan bibir kecil- mungil, wajahnya bulat telur dan kecantikan wajahnya sama sekali tidak berada di bawah kecantikan gadis suci dari Nirwana, hanya dari balik matanya secara lapat-lapat memancarkan hawa napsu membunuh yang sangat tebal membuat orang merasa tak berani untuk mendekatinya. Dengan pandangan dingin gadis muda baju merah itu memandang sekejap kearah Gak Ia Ling kemudian dengan suara dingin katanya. "Bukankah engkau baru saja datang dari tempat tinggal gadis suci dari Nirwana ?" "Sedikitpun tidak salah "jawab sang pemuda sambil alihkan sorot matanya kearah lainTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 350 Napsu membunuh yang amat tebal melintas lewat diatas wajah gadis cantik baju merah itu, kembali ia bertanya. "Apakah engkau adalah anak buah dibawah perintah gadis suci dari Nirwana?" "Aku dengan nona tokh tidak saling mengenal satu sama lainnya, buat apa nona menanyai diriku dengan begitu jelas ?" Dara muda baju merah itu tertawa dingin. "Buat apa ? Aku akan menyaksikan apakah kau sepantasnya diberi kematian atau lebih pantas dibiarkan hidup" Gak In Ling adalah seorang psmuda angkuh yang tinggi hati, tentu saja ia tak tahan mendengar perkataan semacam itu, mendengar perkataan tersebut tak tahan lagi ia tertawa dingin dan mengejek. "Maksud nona, apakah engkau telah menguasai soal mati hidupku ? Dan eng kaukah yang akan menentukan kematian atau kehidupan bagiku ?" "Tentu saja" jawab dara baju merah itu tanpa pikir panjang lagi. Perkataan itu diucapkan amat lancar dan leluasa, seakanakan mati hidup Gak in Ling memang benar-benar sudah berada dibawah cengkeramannya. Mendengar ucapan itu Gak In Ling jadi naik pitam, sambil tertawa dingin ia segera berseru. "Kalau memang begitu silahkan engkau mencoba-coba." "Jadi kau benar-benar tak mau berbicara?" ejek dara muda baju merah itu sambil tertawa dingin. "Tentu saja tak mau bicara ?" jawab Gak In Ling ketus.
351 Dari balik sorot mata dara muda baju merah itu segera terpancarlah napsu membunuh yang sangat tebal, ia tertawa dingin dan mengejek. "He he... he... jikalau nonamu ingin membinasakan dirimu, maka perbuatan ini dapat kulakukan dengan gampang sekali bagaikan-.." Belum habis ia berkata, tiba-tiba gadis itu putar badan dan membentak kearah sebuah batu cadas yang menonjol keluar kurang lebih dua puluh tombak dihadapannya. "Kawanan tikus dari manakah yang bersembunyi ditempat itu, ayoh cepat menggelinding ke luar dari tempat itu " Gak In Ling yang menyaksikan kejadian itu jadi amat terperanjat .sekali, pikirnya didalam hati. "Jarak dari tempat ini sampai kearah batu cadas itu amat jauh sekali, dan lagi orang itu sama sekali tidak menimbulkan sedikit suarapun, ternyata ia berhasil menemukan jejaknya dengan jitu, dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa tenaga dalam yang dimilikinya benar-benar telah mencapai puncak kesempurnaan yang luar biasa " Dikala Gak In Ling masih termenung dan memikirkan persoalan itu, mendadak dari balik batu berkumandang datang suara gelak tertawa yang amat keras, disusul seseorang menjawab. "Ha ha ha bocah perempuan, sedari kapan sih engkau telah mengetahui tempat persembunyianku ?" Dari belakang batu cadas itu muncullah seorang manusia aneh yang berwajah jelek sekali. Begitu menyaksikan raut wajah orang itu, Gak In Ling merasa amat terperanjat, serunya tanpa sadar. "Hiat-mo-ong "
352 Sedikitpun tidak salah, orang yang baru saja munculkan diri itu bukan lain adalah IHiat-mo-ong raja iblis darah yang datang dari lembah pemutus sukma. Dengan pandangan yang amat dingin Hiat-mo-ong menyapu sekejap kearah Gak In Ling, kemudian dengan langkah lebar berjalan maju ke depan, sikapnya amat tenang dan terbuka, jelas ia sama sekali tak pandang sebelah mata pun terhadap muda-mudi yang berada dihadapannyaitu. "Ei, tua- bangka Benar-benar tidak lucu lagakmu itu" maki dara muda baju merah sambil tertawa. Meskipun ia sedang memaki orang, akan tetapi nada suara yang meluncur keluar dari mulutnya kedengaran- begitu lunak. halus dansedapdi dengar. Air muka Hiat-mo-ong seketika itu juga berubah hebat, dia menghentikan gerakan tubuhnya kurang lebih dua tombak dihadapan dara muda baju merah itu, kemudian dengan gusar bentak-nya. "Bocah perempuan, tahukah kau apa yang akan kulakukan untuk menghukum dirimu?" "Hanya mengandalkan kekuatan kau seorang?" "Haa ha....... haa " Hiat-mo-ong tertawa terbahak-bahak "hanya andalkan aku seorang pun sudah lebih dari cukup, masih membutuhkan berapa orang lagi ?" Berbicara sampat disini dengan pandangan yang tajam dia melirik sekejap kearah Gak In Ling, jelas dalam hati kecilnya dia mengira hanya Gak In Linglah satu-satunya musuh tangguh yang patut dia kuatirkan kelihayannya. Dara muda baju merah itu tertawa manis, kembali dia bertanya. "Tahukah kau siapa aku ?" "Aaah, benar " seru Hiat-mo-ong dengan lagak tengiknya. "Sebelum aku menjatuhkan hukuman mati atas dirimu,
353 memang sudah sepantasnya kalau kau melaporkan dahulu siapakah namamu, sebab terhadap gadis cantik-jelita semacam kau untuk selama hidup aku tak akan dapat melupakannya kembali." Tiba-tiba dari balik sorot mata dara muda baju merah itu terpancarlah serentetan cahaya tajam yang sangat kuat, membuat Gak In Ling menyaksikan kejadian itu jadi amat terkesiap. segera pikirnya didalam hati. "jangan-jangan tenaga dalam yang dimiliki perempuan ini telah mencapai pada puncak kesempurnaan yang bisa digunakan dan ditarik menurut kehendak hatinya seneiri, tetapi hal ini mana mungkin dapat terjadi ?" Terdengar suara tertawa dara muda baju merah itu kedengaran semakin manis, sama sekali ia baru berkata kembali. "Angkatlah kepalamu dan lihatlah keangkasa, mungkin kau segera akan mengetahui siapakah aku " Mendengar perkataan itu dengan cepat IHiat mo-ong menengadah keangkasa dan terlihatlah olehnya seekor burung hong yang amat besar sedang terbang menggilingi tempat itu, wajahnya yang semula sombong dan tinggi hati mendadak terlintas rasa ngeri dan ketakutan yang bukan kepalang, dengan suara tertahan ia berseru. "Kau.... cay-hong-sian-cu ?" "Haa haa.... haa apakah tidak mirip?" tanya dara baju merah itu sambil tertawa bergelak. Dalam benak Hiat mo-ong pada waktu yang amat singkat inilah segera teringat kembali akan beberapa patah kata yang ditinggalkan seorang iblis perempuan pada delapan puluh tahun berselang, perempuan iblis yang suka membunuh orang tanpa berkedip itu pernah berkata demikian- "Seratus tahun kemudian, didalam dunia persilatan bakal muncul kembali seorang malaikat elmaut perempuan yang
354 memiliki tenaga dalam yang lebih tinggi daripada diriku sendiri, aku harap kalian semua suka menantikan akan kehadiran orang itu." Sejak ucapan tersebut tersiar kedalam dunia persilatan, maka orang itupun lenyap dari keramaian dunia. Bila dihitung kembali -sampai sekarang, bukankah tepat sudah hampir seratus tahun lamanya ? Perlahan-lahan Hiat-mo-ong mundur tiga langkah kebelakang dengan sempoyongan. Serunyad engan perasaan tidak tenang . "Kau kau datang untuk memenuhi janji yang-pernah tersiar dalam dunia persilatan tempo dulu ?" Dara muda baju merah itu tertawa. "Aaah Sungguh tak kusangka engkau masih teringat akan pesan terakhir dari guruku, memandang diatas hal ini aku akan memberikan suatu kematian yang utuh bagimu " Perkataan tersebut diutarakan masih dengan nada yang merdu nyaring dan mempesonakan hati setiap orang yang mendengar, siapapun tak akan percaya bahwa perkataan itu ibaratnya perintah kematian yaag telah dijatuhkan oleh malaikat elmaut. Mendengar perkataan itu rasa ngeri dan seram yang semula telah menghiasi wajah Hiat-moong kini kian bertambah tebal, mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya, dan harapan untuk hidup dikolong langitpun muncul kembali dalam hatinya. Hiat-mo-ong segera tertawa dingin dan berseru. "Apakah nona mengira aku akan menyerah dan mudah dibunuh dengan demikian saja ?" Menggunakan kesempatan ketika mengucapkan kata-kata tersebut, secara diam-diam hawa murni yang dimilikinya segera dihimpun kedalam sepasang telapaknya dan siap
355 melancarkan serangan maut bilamana kesempatan baik telah tiba, cay-hong-sian-cu Dewi burung hong indah bukanlah seorang gadis yang bodoh dan bisa disergap orang dengan begitu gampang, menyaksikan tingkah laku dari musuhnya itu dalam hati ia tertawa dingin, namun diluaran wajahnya masih tetap tenang dan senyuman manis yang menggiurkan itupun masih tersungging dibibirnya, ia berkata. "Aku memang ingin sekali mengunjungi lembah pemutus sukma, nonamu ingin sekali melihat apakah disana..." Belum habis dewi burung hong indah menyelesaikan katakatanya, mendadak terdengar Hiat-mo-ong membentak. "Sambutlah seranganku ini" Bersamaan dengan bergemanya suara bentakan itu, angin pukulan yang maha dahsyat tahu-tahu sudah berada setengah depa diatas dada dewi burung hong indah. Rupanya Hiat-mo-ong sudah mengambil keputusan untuk melakukan perlawanan yang gigih sebelum ajal menjelang tiba, didalam serangan yang dilancarkan keluar itu ia sudah menggunakan segenap tenaga dalam yang dimilikinya, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya pukulan tersebut apalagi jika mengena pada sasarannya, Angin pukuian menderu- deru bagaikan hembusan angin puyuh, pasir dan debu beterbangan memenuhi angkasa, begitu dahsyatnya membuat Gak In Ling yang berada disisi kalanganpun merasakan hatinya amat terperanjat. Tiba-tiba satu ingatan aneh berkelebat lewat didalam benak dewi burung hong indah, rasa kaget terlintas diatas wajahnya dan wajahnya menunjukkan perubahan seakan-akan ia tak tahu apa yang harus, dilakukan olehnya pada waktu itu, sepasang biji matanya yang jeli secara diam-diam melirik sekejap kearah Gak In Ling. Pemuda she Gak itu sama sekali tak menduga kalau gadis muda itu sengaja sedang berpura-pura untuk menilai perasaan
356 hatinya, dia mengira dewi burung hong indah betul-betul sedang terancam oleh mara bahaya, meskipun terhadap gadis cantik ini dia tidak menaruh kesan yang baik, akan tetapi sebagai seorang pria sejati yang memiliki jiwa satria, ia tak ingin membiarkan orang lain terancam oleh bahaya sementara ia sendiri hanya berpeluk tangan belaka, tanpa disadari lagi tubuhnya segera maju satu langkah kedepan siap memberikan pertolongannya. Tanpa alasan dewi burung hong indah merasakan hati kecilnya agak tergerak. suatu perasaan yang sangat aneh muncul dalam tubuhnya sesudah menyaksikan tingkah dari pemuda tersebut. Dalam pada itu telapak tangan Hiat-mo-ong adah berada tiga cun diatas dada dewi burung hong indah, angin pukulan yang sangat tajam berhembus lewat menerbangkan batu, pasir dan rerumputan disekeliling tempat itu, tapi aneh sekali.... ternyata ujung baju yang dikenakan gadis muda baja merah itu sama sekali tidak berkibar barang sedikitpun jua. Semua perubahan itu terjadi dalam waktu yang amat singkat, mati hidup pun terletak peda detik penentuan yang terakhir itu... Pada saat itulah mendadak dewi burung hong indah tertawa merdu, serunya. "Engkau masih terpaut sangat jauh..." Sambil berkata tubuhnya bergerak dengan suatu gerakan yang amat manis dan tahu-tahu ia sudah terlepas dari lingkaran bayangan telapak dari Hiat-mo-ong. Meskipun Gak In Ling berada disisi kalangan dan bertindak sebagai penonton, akan tetapi kecuali menyaksikan berkelebatnya bayangan merah, ia tidak berhasil menyaksikan sesuatu apapun jua, hal ini membuat hatinya merasa amat terperanjat sekali. pikirnya. "Gerakan tubuh apakah yang telah dipergunakan olehnya ? Kenapa begitu cepatnya ?"
357 Tenaga dalam yang dimiliki Gak In Ling setingkat lebih tinggi daripada tenaga dalam yang dimiliki Hiat-mo-ong, sebagai seorang penonton yang menyaksikan jalannya pertarungan dari sisi kalanganpun ia tak berhasil melihat jelas gerakan tubuh apakah yang telah dipergunakan oleh dewi burung hong indah, apalagi Hiat-mo-ong sendiri sudah tentu tak usah dikatakan lagi. Ketika Hiat-mo-ong menyaksikan serangannya sudah hampir mengenai pada sasarannya, dalam hati merasa amat girang, siapa tahu mendadak pandangan matanya menjadi kabur dan tahu2 serangannya telah mengena disasaran yang kosong "Blaam " Ditengah ledakan yang amat dahsyat, tanah di mana dewi burung hong indah semula berdiri telah terhantam keras sehingga muncul sebuah liang besar sedalam tiga depa, pasir dan debu beterbangan memenuhi angkasa, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya angin pukulan yang dilepaskan itu. Hiat-mo-ong memiliki pengalaman yang amat luas dalam menghadapi serangan musuh, ketika menyaksikan serangannya tidak mengenai sasaran malahan ia kehilangan jejak musuhnya, dalam hati segera ia menyadari bahwa gelagat titiak menguntungkan bagi dirinya. Dalam keadaan begini ia tak berani bertindak gegabah lagi, dengan cepat tubuhnya dihentikan lalu miring kesamping, denganjurus "To-ta-kim-clong" atau memukul keras genta emas, dia kirim satu pukulan kearah belakang, serangan tersebut cepat dan sangat diluar dugaan- Akan tetapi sayang sekali dewi burung hong indah jauh lebih cepat lagi daripadanya, kembali serangan yang dilancarkan Hiat-mo-ong ini mengenai pada sasaran yang kosong, paling mengenaskan lagi ternyata tak mampu melihat
358 jelas gerakan tubuh dari musuhnya dan iapun tak tahu saat ini dewi burung hong indah berada dimana. Dalam waktu yang amat singkat, Hiat-mo-ong segera menyadari bahwa tenaga dalamnya masih selisih jauh kalau dibandingkan dengan dewi burung hong indah, keringat dingin mengucur keluar tiada hentinya membasahi wajahnya yang pucat pias bagaikan mayat. Pada saat itulah dari belakang punggung Hiat-mo-ong berkumandang datang suara teguran seseorang dengan suara yang amat merdu. "Hey, asal ini hari engkau sanggup melihat jelas gerakan badan dari nonamu, maka akan aku ampuni selembar jiwamu..." Ucapan yang disertai dengan gelak tertawa merdu itu muncul dari belakang tubuhnya, nada suaranya masih tetap tenang seperti biasa, membuat orang tak dapat meresapi apakah pada waktu itu sedang gusar atau tidak. "Sebenarnya pada waktu itu Hiat-mo-ong sudah putus asa dan mengira jiwanya pasti akan melayang ditangan musuhnya, setelah mendengar perkataan itu, timbul kembali harapan untuk hidup dalam hati kecilnya, diam-diam ia berpikir. "Meskipun tenaga dalam yang aku miliki masih selisih jauh kalau dibandingkan dengan dirimu, tetapi kalau untuk melihat badanmu saja tak sanggup, aku benar-benar tidak percaya." Berpikir sampai disini dengan cepat dia putar badannya memandang kearah belakang, siapa tahu yang terlihat hanya tempat kosong, sementara bayangan tubuh gadis tersebut sudah lenyap dari pandangan- Dengan cepat ia berputar pula kesamping, kebelakang putar-balik, hampir semua gerakan berputar telah dipergunakan olehnya dengan harapan bisa melihat jelas
359 tubuh gadis itu, akan tetapi semua usahanya itu gagal total dan sama sekali tidak ada gunanya. Kali ini Gak In Ling dapat melihat lebih jelas lagi, tampaklah tubuh dewi burung hong indah berdiri kurang lebih setengah depa dibelakang tubuh Hiat-mo-ong, tubuhnya begitu enteng dan ringan seakan-akan sesuatu benda yang lebih enteng daripada kapas yang diikat bersama dengan tubuh lawannya, kendatipun ia berputar dengan cara apapun juga gadis itu selalu ikut berputar dan seakan-akan sedikit pun tak mengeluarkan tenaga. Tanpa sadar Gak In Ling gelengkan kepalanya berulang kali, pikirnya d idalam hati. "Ilmu silat yang dimilikinya entah sudah berhasil mencapai tarap yang bagaimana tingginya? Aaaiii..... kelihatannya nasib diriku Gak In Lingpun tak akan jauh berbeda dengan Hiat-moong." Demi keselamatan jiwanya mau tak mau Hiat-mo-ong harus berputar terus-menerus dengan harapan berhasil melihat tubuh musuhnya, tidak sampai sepertanak nasi kemudian seluruh tubuhnya sudah basah kuyup oleh keringat, tubuhnya terasa lelah sekali, dan napasnya tersengal-sengal. Tiba-tiba dewi burung hong indah yang berada di belakang tubuhnya tertawa ringan dan berkata. "Setelah berputar tiga kali lingkaran lagi dan bila engkau masih tetap belum bisa melihat tubuh nonamu, terpaksa engkau harus menyerahkan nyawamu." Bulu kuduk disekujur tubuh Hiat-mo-ong pada bangun berdiri setelah mendengar perkataan itu, dia segera mengerahkan kemampuannya untuk berputar sebanyak dua kali lingkaran, tiba-tiba ia berputar pada arah yang berlawanan, bersamaan dengan perputaran itu sepasang tangannya diayun kebelakang melancarkan sebuah pukulan dengan jurus Lui-tian-ciau-hoo atau guntur dan halilintar bersatu-padu.
360 Walaupun rencana ini sangat ganas dan keji akan tetapi sayang sekali kepandaiannya masih bukan tandingan orang, bukan saja ia gagal untuk melihat jelas tubuh dewi burung hong indah, bahkan serangan terakhir yang dilancarkan pun sama sekali tidak mengenai pada sasarannya. Melihat serangannya gagal mengenai sasaran nya, sadarlah Hiat-mo-ong bahwa kesempatan terakhir bagi dirinya untuk melanjutkan hidup sudah lewat, sepasang kakinya dengan sekuat tenaga menjejak keatas tanah dan tubuhnya segera melompat ke depan secepat kilat. Tetapi sayang sekali semuanya telah terlambat baru saja sepasang kakinya meninggalkan permukaan tanah, mendadak ruas ketujuh pada tulang punggungnya jadi kaku dan seluruh tenaga dalam yang dimilikinya punah tak berbekas. "Blaaaam... " di tengah benturan yang amat keras, tubuhnya sudah terkapar diatas tanah. Selesai membereskan Hiat-mo-ong, perlahan-lahan dewi burung hong indah berjalan kehadapan Gak In Ling dan berhenti kurang lebih lima depa dihadapannya, dengan suara dingin ia menegur. "Gak In Ling, bagaimana pendapatmu tentang ilmu silat yang kau miliki jika dibandingkan dengan kepandaiannya ?" "Eh, dari mana kau bisa tahu akan namaku?" seru Gak In Ling dengan perasaan tertegun- "Tentu saja aku sudah pernah berjumpa dengan dirimu, maka kuketahui namamu, apa sih yang kau herankan ?" seru dewi burung hong indah dengan nada dingin. Selama pembicaraan berlangsung dengan si-anak muda itu, nada suaranya selalu dingin dan menyeramkan- Gak In Ling berpikir sebentar, lalu berkata. "Aku belum pernah berjumpa dengan dirimu "
361 "Ha..pada waktu itu kau sedang mengalami mara bahaya, untuk menyelamatkan jiwa sendiri pun tidak mampu, sekalipun nonamu berdiri di samping tubuhmu belum tentu kau dapat melihat aku, apalagi..." Tiba-tiba satu ingatan berkelebat dalam besuk Gak In Ling, dengan cepat ia berseru. "oooh jadi kau adalah si burung hong dari luar lautan ?" "Hemm..... engkau memang cerdik." Sekarang Gak In Ling baru teringat akan beberapa patah kata dari Lan In Lojin, pada saat itu ia tak dapat mempercayainya kalau beberapa orang gadis mampu untuk mengacaukan dunia persilatan sehingga terjadi badai besar di seluruh kolong langit, meskipun ia pernah bertemu dengan Thian-hong-pang-cu juga pernah bertemu dengan gadis suci dari Nirwana, dan mengetahui pula kalau ilmu silat yang dimiliki perempuan-perempuan itu sanggup digunakan untuk mengacaukan seluruh dunia persilatan, tetapi mereka semua mempunyai hati baik untuk menolong semua manusia serta mencegah terjadinya kejahatan dalam dunia persilatan, tak mungkin gadis-gadis tersebut dapat melakukan perbuatan semacam itu, tapi sekarang setelah berjumpa dengan dewi burung hong indah yaitu dara muda baju merah itu, ia baru percaya kemungkinan terjadi badai dalam dunia persilatan amat besar sekali. Perlahan-lahan Gak In Ling menengadah ke atas, ditatapnya wajah dewi burung hong indah dengan bersungguh hati, lalu ujarnya. "Ilmu silat yang nona miliki sangat tinggi dan luar biasa sekali, dikolong langit sukar sekali untuk mencari tandingan, dan dengan andalkan kemampuan yang nona miliki boleh dibilang seluruh jagad yang demikian luasnya ini sudah menjadi milik nona serta berada dibawah kekuasaan nona, tapi kenapa sih kau harus berkunjung ke-daratan Tionggoan
362 untuk mencari perbagai persoalan yang akan merepotkan nona sendiri?" Dibalik sepasang biji mata dewi burung hong indah yang jeli terlintas perasaan girang yang luar biasa, tapi perasaan tersebut sukar ditemukan olah orang biasa. Terdengar ia tertawa dingin dan berseru. "Huh Apa sih yang kau ketahui ?" "Mungkin aku sama sekali tidak mengetahui tentang persoalan apapun, akan tetapi beberapa patah kataku ini kuucapkan dari hati sanubariku yang jujur." "Kau amat jujur dan polos, sayang sekali pengetahuan serta pengalamanmu masih terlalu sedikit, sehingga terhadap berita yang tersiar dalam dunia persilatanpun sama sekali tak tahu." ujar dewi burung hong merah sambil tertawa. Inilah tertawa yang pertama kalinya diperlihatkan gadis itu terhadap Gak In Ling, seandainya pada saat ini Gak In Ling dapat berbicara dengan perasaan hati yang tenang dan tanpa dipengaruhi oleh emosi, maka ia akan melihat bahwa senyuman yang ditujukan kepadanya jauh berbeda sekali dengan senyuman yang ditujukan kepada Hiat-mo-ong tadi, hanya sayang sekali Gak In Ling sama sekali tidak memperhatikan akan hal itu. Terdengar sianak muda itu menghela napas dengan nada berat. "Aaaii jadi kedatangan nona adalah untuk mewujudkan berita yang tersiar didalam dunia persilatan itu ?" "sedikitpun tidak salah" "Lalu apa yang hendak nona lakukan?" "Aku akan menunggu seseorang sehingga ia pun tiba didaratan Tionggoan, setelah itu nonamu baru akan turun tangan- "jawab dewi burung hong indah dengan wajah menyeramkan. Gak In Ling amat terperanjat, serunya tanpa sadar. "Menunggu seseorang? Siapa?"
363 "Hm. buat apa sih kau bertanya begitu banyak ?" tegur sang dara dengan nada dingin. Setelah berhenti sebentar ia melanjutkan- "Dia datang dari wilayah Tibet, dan selama berada di daratan Tionggoan markas besarnya berada di lembah pemutus sukma." Lembah pemutus sukma, begitu nama tersebut melintas dalam benaknya dengan cepat pula Gak In Ling dapat menduga manusia macam apakah orang yang dimaksudkan itu, dan lebih menakutkan lagi ternyata dia datang bersamasama dewi burung hong indah. Berbagai persoalan yang merisaukan hatinya seketika menyumbat seluruh benak Gak In Ling, dia tak tahu apa sebabnya hatinya begitu menguatirkan bagi keselamatan dunia persilatan, dia hanya merasa munculnya satu tenaga dorongan yang membuat dia harus menyediakan tenaganya untuk berbakti bagi umat persilatan. Kembali Gak In Ling menghela napas panjang, lalu berkata lagi. "Nona, apakah kau pernah mendengar pepatah yang mengatakan diluar langit masih ada langit ?" "Diatas manusia masih ada manusia bukan?" sambung dewi burung hong indah dengan cepat, sesudah berhenti sebentar dengan nada dingin dan sinis ia menambahkan- "Lalu siapakah yang kau maksudkan sebagai manusia diatas manusia masih ada manusia itu ? Kau Gak In Ling ?" Sepasang alis mata Gak In Ling kontan berkernyit sesudah mendengar perkataan itu, akan tetapi ia masih tetap menyabarkan diri dan berkata dengan suara hambar. "Tentu saja itu bukanlah diriku, cuma..." "Gak In Ling, apakah kau menganggap bahwa dirimu pantas untuk memberi nasehat kepadaku ?" tukas dewi burung hong indah dengan suara ketus.
364 "Bukan aku yang sedang memberi nasehat kepada mu, tetapi kebenaran serta keadilan bagi seluruh dunia persilatanlah yang sedang memperingatkan dirimu." "Siapa yang mengatakan ucapan seperti itu?" seru dewi burung hong indah sambil tertawa dingin, sepasang alis matanya berkernyit. -oo0dw0oo- Jilid 11 GAK IN LING tertawa dingin "Aku Gak In Ling "jawabnya tegas. Dewi burung hong indah adalah seorang gadis yang angkuh dan tinggi hati, mendengar ucapan tersebut hawa amarahnya segera berkobar di dalam dada, napsu membunuh yang mengerikan pun tersorot keluar dari balik matanya, dengan nada dingin ia bertanya. "Apakah kau yakin sanggup menghadapi aku di dalam beberapa jurus ?" "Ha. haa haa. belum pernah aku berpikir sampai kesitu." sahut Gak In Ling sambil tertawa terbahak-bahak. "tetapi aku sebagai salah seorang masyarakat dunia persilatan didaratan Tionggoan ini merasa berkewajiban untuk membela keadilan serta kebenaran, sekalipun harus mengorbankan selembar jiwaku, pengorbanan ini juga sangat berguna sekali." Tiba-tiba dewi burung hong indah tertawa merdu sekali. "coba lihatlah dahulu orang itu " serunya sambil menuding mayat Hiat-mo-ong yang terkapar diatas tanah, setelah itu ia melanjutkan- "Jikalau engkau masih tetap keras kepala dan tak tahu diri, maka kemungkinan besar kematian yang akan kau alami jauh lebih mengerikan daripada dirinya."
365 Mendengar perkataan itu Gak In Ling segera alihkan sorot matanya kearah tubuh Hiat mo-ong yang menggeletak diatas tanah, sekujur badannya kontan merinding dan bulu kuduknya pada bangun berdiri, terlihatlah pada saat itu Hiat-mo-ong sedang berkelejat tiada hentinya di atas tanah, seluruh anggauta badannya gemetar keras dan berubah jadi hitampekat, sepasang matanya melotot keluar seakan-akan mau meloncat keluar dari dalam kelopok matanya, ditambah pula raut wajahnya yang memang jelek, keadaan nya pada saat itu boleh dibilang jauh lebih mengerikan daripada iblis bengis yang muncul dari neraka tingkat ke delapan belas. Mulutnya yang besar megap-megap seakan-akan sedang berusaha menjerit sekeras-kerasnya, akan tetapi tak kedengaran sedikit suarapun yang berkumandang keluar, dari sini dapat dilihat betapa besarnya siksaan yang sedang diderita olehnya pada saat ini. Gak In Ling alihkan kembali sinar matanya kearah dewi burung hong indah, ia lihat gadis itu masih tetap berdiri tenang ditempat semula seolah-olah sama sekali tak pernah terjadi sesuatu apapun, hal ini membuat hatinyajadi amat gusar sekali, pikirnya. "Dikolong langit ternyata terdapat manusia yang kejam dan berhati telengas seperti dia... benar-benar luar biasa." Berpikir sampai disini, tiba-tiba ia maju ke depan, telapaknya diayun ke depan mengirim satu pukulan dengan jurus Tiem-sak-seng-kim atau menutul batu berubah emas. "Blaaam." di tengah benturan yang sangat keras serangan tersebut telah bersarang diatas dada Hiat-mo-ong membuat gembong iblis tua itu menemui ajalnya seketika itu juga. Demikianlah seorang gembong iblis yang sudah banyak melakukan kejahatan harus merasakan dahulu suatu siksaan badan serta penderitaan yang luar biasa sebelum akhirnya harus binasa, mungkin inilah ganjaran bagi orang yang gemar
366 melakukan kejahatan serta berhati bengis tak kenal prikemanusiaan- Setelah berhasil membinasakan Hiat-mo-ong untuk beberapa saat lamanya Gak In Ling berdiri termangu-mangu ditempat itu. Pada wakta itulah dewi burung hong indah berseru sambil tertawa merdu. "Gak In Ling, apakah kau anggap sebelum tindakanmu itu aku tak menduga sampai kesana?" Gak In Ling segera putar badannya kebelakang, ketika sorot matanya saling membentur dengan sepasang mata dewi burung hong indah, pemuda itu segera merasakan hatinya tercekat, karena dibalik sorot matanya yang indah penuh mengandung cahaya dingin yang tajam dan mengerikan. Gak In Ling tarik napas panjang-panjang, sesudah berhasil menenangkan hatinya dengan wataknya yang angkuh dan tinggi hati, tentu saja ia tak mau tunduk dengan begitu saja. Ia tertawa tawa lalu berkata. "Nona memiliki kecerdasan yang luar biasa tentu saja semua perbuatanku tak dapat mengelabui engkau." suaranya mendatar dan tenang sekali. Melihat ketenangan lawannya, dewi burung hong indah berpikir juga dalam hatinya. "orang ini terang-terangan mengetahui bahwa dia bukan tandinganku, akan tetapi sikap dan air mukanya sama sekali tidak memperlihatkan rasa jeri ataupun takut, keadaan seperti ini belum pernah kuduga sebelumnya." Berpikir sampai disini, ia lantas tertawa dingin dan berkata dengan suara merdu.
367 "Hemm, sikapmu benar-benar tenang sekali. Tahukah engkau apa sebabnya nonamu walaupun sudah menduga akan tetapi sama sekali tidak menghalangi perbuatanmu itu?" Dari sorot mata tajam yang memancar keluar dari balik mata dewi burung hong indah, Gak In Ling sudah dapat menyelami perasaan hatinya, dengan nada dingin ia segera menjawab. "Apa salahnya kalau aku yang mewakili dirimu untuk menanggung dosa karena sudah membinasakan Hiat-mo-ong dari muka bumi?" Sekali lagi dewi burung hong indah tertegun sesudah mendengar perkataan itu, tiba-tiba ia berkata. "Gak In Ling, kau adalah satu satunya orang yang dapat menebak isi hatiku, kecerdasanmu ternyata sama sekali tidak berada dibawah kepandaian nonamu " Mendadak dari balik sorot matanya yang indah terpancar keluar napsu membunuh yang amat tebal sekali, namun hanya didalam beberapa kejapan saja napsu membunuh yang amal tebal itu sudah lenyap tak berbekas. "cuma," ujar Gak In Ling kembali dengan nada dingin, "meskipun aku telah mengetahui bahwa kepandaian silatku masih bukan tandinganmu, akan tetapi aku tidak akan menyerah dan mudah dibunuh dengan begitu saja, aku lihat terpaksa nona harus mengerahkan sedikit tenaga untuk turun tangan sendiri." Dewi burung hong indah segera tertawa terkikik dengan nada yang amat sinis. "Harus menggunakan tenaga untuk turun tangan ? Haa haa...,. haa .... kalau menghadapi manusia seperti engkau aku harus mengerahkan tenaga, apa gunanya aku berambisi untuk merajai kolong langit ? Mari, mari kalau kau mampu
368 menangkan kaki dari nonamu ini... maka sejak hari ini nonamu tak akan mencari gara-gara dengan dirimu lagi" Perkataan ini boleh dibilang mendekati tekebur dan omong besar, dia ingin melayani Gak In Ling yang berkepandaian tinggi dengan sepasang kakinya belaka, hal ini benar-benar suatu ucapan yang amat besar, sampai dimana kepandaian yang dia miliki ? Dan lagi siapa yang mau percaya dengan ucapannya itu? Karena Gak In Ling memiliki pukulan telapak maut yaag dianggap sebagai kepandaian ampuh di kolong langit. Hawa amarah yang tak terkendalikan menghiasi seluruh wajah Gak In Ling, meskipun tindakan seperti itu merupakan suatu kesempatan yang paling baik baginya untuk meloloskan diri dari mara bahaya, akan tetapi ia merasa berat hati untuk menerima tawaran yang mendekati suatu penghinaan itu Dia merasa gengsinya diinjak-injak dan dipandang rendah sekali. Dengan suara dingin Gak In Ling segera berkata. "Aku lebih rela mati disepasang telapak tangan nona walaupun didalam dua-tiga gebrakan saja, daripada mencari untung di bawah sepasang kaki nona itu." Kembali serentetan cahaya yang sangat aneh melintas diwajah dewi burung hong indah, pikirnya didalam hatL "orang ini sudah berada ditepi lembah kematian, akan tetapi ia tak bersedia mencari keuntungan dengan cara yang tak benar, dari sini dapat dilihat bahwa jiwanya memang besar dan jujur,jarang sekali dikolong langit terdapat manusia semacam ini, mungkin didalam persilatan memang bukan keseluruhannya merupakan manusia-manusia licik yang berbahaya." Berpikir rampai disini, tiba-tiba kaki kirinya menjejak permukaan tanah, sedangkan kaki kanannya laksana kilat menyapu kearah pinggang Gak Ing Ling, serunya.
369 "Tindakan ini merupakan kerelaan nonamu sendiri, sekalipun akhirnya aku sampai mati, tak akan kusesali kembali kematianku itu." Kakinya menyambar ke depan dengan dahsyatnya, jurus serangan yang dipergunakan ternyata adalah gerakan Hengsau- cian-kim atau menyapu rontok ribuan prajurit. Sepasang alis berkerut, tubuhnya berputar cepat kesamping sejauh tiga depa, setelah menghindarkan diri dari datangnya ancaman tersebut belum sempat ia buka suara tiba-tiba ia dengar dewi burung hong indah telah berteriak keras. "Lihatlah jurus seranganku ini " Air muka Gak In Ling yang semula telah mengendor segera berubah jadi tegang kembali sesudah mendengar seruan itu, ketika ia menengadah keatas maka terlihatlah tubuh dewi burung hong indah sudah melayang ditengah udara, sepasang ujung kakinya yang runcing telah berada lima cun diatas tenggorokannya. Perubahan yang terjadi sangat mendadak ini benar-benar dilakukan dengan gerakan yang sangat cepat, Gak In Ling sama sekali tak sempat menyaksikan bagaimanakah caranya gadis itu membuyarkan serangan untuk berganti jurus, ia hanya merasa bahwa tubuhnya tahu-tahu sudah berada diudara. Saking terkesiapnya keringat dingin dengan cepat mengucur keluar membasahi seluruh tubuh Gak In Ling, untung tenaga dalam yang dimilikinya amat sempurna, meskipun menghadapi mara bahaya namun gerakan tubuhnya sama sekali tidak kacau, tanpa berpikir panjang lagi dengan sekuat tenaga ia menjejakkan sepasang kakiaya keatas tanah, dengan gerakan pindah badan berganti tempat laksana kilat dia melayang mundur kebelakang sejauh satu tombak lebih. Dibawah sorot cahaya sang surya tampaklah pada ujung sepatu dewi burung hong sudah terdapat ujung senjata kaitan
370 pendek yang memancarkan cahaya berkilat, seandainya tendangan tersebut bersarang telak niscaya tenggorokannya sudah terhajar sampai muncul lubang besar. Ada satu hal yang membuat Gak In Ling heran dan tak habis mengerti, ia tak tahu apa sebabnya dewi burung hong indah dengan kepandaian silatnya yang amat tinggi dan mampu membunuh orang tanpa berwujud, kenapa telah memasang senjata kaitan yang tajam pada ujung sepatunya? Tentu saja kaitan pada ujung sepatunya ada kegunaannya, dan untuk mengetahui kegunaan tersebut pada lain bagian akan diceritakan tersendiri. Setelah meloncat mundur beberapa tombak kebelakang, dengan cepat Gak In Ling berpikir didalam hati kecilnya. "Tubuhnya masih berada diudara, mungkin ia tak sempat untuk mengejar diriku lagi." Baru saja dia akan buka suara, tiba-tiba dari tengah udara berkumandang kembali Suara bentakan nyaring dari dewi burung hong indah, tampaklah ujung bajunya menari ditengah udara, dan tiba-tiba sepasang kakinya yang bersepatu merah bagaikan sepasang sayap yang mengebas keras dan tubuhnya sekali lagi meloncat setinggi lima depa keudara. Kemudian sepasang lengannya dikebaskan bagaikan orang mendayung perahu, badannya laksana sambaran kilat kembali menerjang kearah Gak In Ling. Semua gerakan itu walaupun panjang dilukiskan dalam kata-kata, namun dalam kenyataan nya berlangsung dalam sekejap mata, mungkin Gak In Ling sendiripun baru saja berdiri tegak ditanah. Mimpipun Gak In Ling tak pernah menyangka bakal menjumpai kejadian yang sama sekali tidak terduga seperti ini, baru saja sorot matanya dialihkan ketengah udara, terlihatlah berpuluh-puluh buah cahaya merah telah
371 menerjang datang dari delapan penjuru bagaikan turunnya hujan badai yang amat deras. Ilmu siiat yang dimiliki dewi burung hong indah merupakan suatu aliran tersendiri, didalamnya tercakup pula suatu keanehan, kelincahan, kesadisan serta kehebatan. Meskipun Gak In Ling memiliki kepandaian silat yang amat tinggi, namun berada dalam keadaan serta posisi yang amat terdesak seperti ini, kendatipun ia berkepandaian lihay namun tidak mampu juga baginya untuk meloloskan diri. Demi keselamatan jiwanya Gak In Ling tak sempat untuk berpikir lebihjauh, bentaknya. "Terimalah seranganku ini" Dengan gerakan Pat-hong-hong-yu atau hujan badai didelapan penjuru, ia lancarkan dua sapuan tajam kesekeliling tempat itu. Dasar tenaga dalam yang dimiliki Gak In Ling amat sempurna, ditambah pula ia telah makan buah naga air, tanpa disadari kesempurnaan tenaga dalamnya telah bertambah maju satu tingkat, meskipun dalam serangannya itu dia hanya menggunakan tenaga sebesar tujuh bagian, akan tetapi deruan angin pukulan yang terpancar keluar benar-benar menggetarkan hati setiap orang. Terdengar dewi burung hong indah yang berada ditengah udara tertawa merdu, lalu berseru. "Haa haa haa akhirnya engkau turun tangan juga." bayangan kakinya mendadak lenyap tak berbekas, gerakannya begitu cepat sehingga semua gerakannya hampir boleh dibilang dilakukan hampir bersamaan waktunya. Dalam hati Gak In Ling merasa amat menyesal setelah melepaskan serangannya tadi, setelah berhasil mendesak mundur dewi burung hong indah, ia tidak mendesak lebih jauh dengan melancarkan serangan lain sambil menarik diri tubuhnya meloncat mundur lima depa kebelakang.
372 Siapa tahu, baru saja badannya mundur ke belakang dewi burung hong indah segera melancarkan serangan kembali, kali ini serangannya jauh lebih dahsyat daripada serangan semula, terdengarlah deruan angin serangan mendesing amat memekakkan telinga. Meskipun dalam keadaan seperti itu Gak In Ling tidak ingin turun tangan lagi, akan tetapi situasi yang sedang dihadapinya tidak mengijinkan dirinya untuk berbuat demikian, keinginan untuk mempertahankan hidup membuat dia mau tak mau harus melawan dengan sepenuh tenaga. Suatu pertarungan sengit yang mendebarkan h atipun segera berlangsung ditempat itu. Di pihak lain bayangan merah beterbangan bagaikan sekuntum bunga berwarna merah yang terhembus angin puyuh, bergerak kesana kemari tiada hentinya sementara titiktitik ujung kaki menerobos masuk kebalik angin pukulan melepaskan ancaman yang membahayakan jiwanya. Untuk beberapa saat lamanya suasana tetap berlangsung dalam keadaan seimbang dan seru. Waktu berlalu dengan cepatnya, dalam waktu singkat lima puluhan gebrakan sudah lewat tanpa terasa, walaupun sepintas lalu nampaknya menang kalah masih belum dapat ditentukan, tetapi bila dilihat dengan seksama maka tampaklah walaupun angin pukulan yang dilancarkan Gak In Ling amat dahsyat dan amat memekakkan tenaga, tapi ia selalu gagal untuk membelit ujung pakaian dari dewi burung hong indah, atau dengan perkataan lain angin pukulan dari sianak muda itu tak mampu menyuwil tubuh gadis itu apalagi menyarangkan pukulan dengan telak. Sebaliknya ujung kaki dewi burung hong indah seringkali muncul pada suatu posisi yang sama sekali tak terduga oleh Gak In Ling, membuat ia tak mampu menduga lebih dahulu kearah manakah tendangan itu akan tiba, dengan sendirinya
373 tanpa disadari situasi dalam pertarungan itu sepenuhnya beraba dibawah cengkeraman dara baju merah itu. Tidak selang beberapa saat kemudian, kembali tiga puluhgebrakan sudah lewat, saat itu sang surya telah condong kesebelah barat. Keringat sebesar kacang kedelai telah membasahi seluruh jidat anak muda itu, nampak jelas kalau pemuda itu sudah kepayahan- Dewi burung hong indah sendiri sejak permulaan hingga detik itu selalu menggerakkan kakinya untuk melancarkan tendangan-tendangan kilat, semua gerakan dilakukan dengan luwes dan leluasa sedikitpun tidak nampak kepayahan- Ditengah berlangsungnya pertempuran sengit itu, mendadak napsu membunuh memancar keluar dari balik mata Gak In Ling, dengan nada dingin ia segera membentak keras. "Nona, aku harap kau suka menghentikan seranganmu sampai disini saja, janganlah memaksa aku Gak In Ling untuk menempuh jalan yang nekad " sambil berkata secara beruntun dia lepaskan kembali dua jurus pukulan- Dewi burung hong indah yang berada diudara dengan gesit dan manis sekali berhasil menghindarkan diri dari serangan tersebut, kemudian diapun balas melancarkan dua buah serangan yang memaksa Gak In Ling terpaksa mundur tiga langkah kebelakang, katanya dengan suara merdu. "Gak In Ling, rupanya kau masih mempunyai ilmu simpanan yang belum sempat kau keluarkan, kenapa tidak sekalian kau keluarkan pula. Ayo cepatlah dan tak usah sungkan-sungkan" "Asalkan nona melayani seranganku dengan sepasang telapak. maka akupun akan melakukan perlawanan dengan segenap tenaga pula. "jawab Gak in Ling dengan nada dingin. Sambil tetap melancarkan serangannya, dewi burung hong indah tertawa merdu, ia berseru.
374 "Untuk melayani sepasang kaki nonamupun kau tak mampu untuk menghadapinya, apalagi kalau aku mempergunakan sepasang telapakku ?" Gak In Ling tertawa dingin- "Akan tetapi aku merasa kalau menangpun kemenangan tersebut didapatkan dengan tidak cemerlang." serunya. "Hee.. hehee kalau merasa tidak punya ilmu simpanan, yaa, sudahlah, apa sih gunanya menghantam muka sendiri sampai bengkak dan mengaku sebagai gemuk ?" ejek dewi burung hong indah sambil tertawa mengejek. Beberapa patah kata itu dengan cepat mengobarkan hawa amarah dalam hati Gak In Ling meskipun ia berhati bajik dan tak ingin mencari keuntungan, tapi suka menang sendiri adalah sifatnya yang paling khas dari seorang pemuda, Gak In Ling yang masih muda belia tentu saja tidak dapat terhindar dari sifat itu. Pada saat ucapan dewi burung hong indah baru saja selesai diutarakan keluar, tiba-tiba dengan sepasang alis mata berkernyit Gak In Ling membentak keras. "Kalau memang begitu, akan kuperlihatkan keampuhanku " habis berkata ia segera melakukan gerakan, ditengah gerakan merah yang menyelimuti seluruh angkasa muncullah berpuluh puluh buah telapak merah yang dalam waktu singkat mengurung seluruh tubuh gadis muda baju merah itu. Serangan yang dilancarkan Gak In Ling dalam keadaan gusar.ini benar-benar mengerikan sekali, begitu ia turun tangan ia segera mengeluarkan jurus Hiat-yu-seng-hong atau hujan darah angin amis, serta Hiat-liu-biau-kan atau darah mengalir menggenangi tiang. Telapak maut adalah serangkaian ilmu sakti dalam kolong langit, meskipun dewi burung hong indah pernah mendengar nama kepandaian tersebut akan tetapi belum pernah menjumpainya, menyaksikan datangnya ancaman tersebut hatinya jadi amat terperanjat.
375 Tanpa sadar ia berteriak kaget. "Aaah telapak maut " Walaupun penggunaan telapak maut oleh Gak In Ling secara tiba-tiba ini sangat mengejutkan hatinya, akan tetapi dewi burung hong indah sebagai seorang jago kawakan yang banyak pengalaman dan memiliki ilmu silat yang tinggi sama sekali tidak dibikin gugup olehnya. Biji matanya yang indah menyapu sekejap kesekeliling tempat itu. Tiba-tiba satu senyuman tersungging diujung bibirnya, dalam hati ia segera berpikir. "Rupanya telapak mautnya itu belum berhasil dilatih hingga sempurna..." Ingatan tersebut dalam sekejap mata telah berkelebat lewat, setelah mengetahui bahwa telapak maut yang dimiliki Gak In Ling belum mencapai kesempurnaan, timbullah kembali perasaan ingin menang dalam hatinya. Telapak tangannya segera diayun kebelakang untuk menggerakkan badannya, bukan mundur malah dia menerkam maju kedepan dan menggunakan gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat menerjang kearah sianak muda itu, sepasang kakinya melancarkan serangan berbareng dengan memakai jurus Lian-pian-peng-hua atau kaki dan kancing maju bersama, arah yang dituju adalah dada pemuda itu. Semua perubahan berlangsung dengan begitu cepatnya, sehingga membuat orang sama sekali tak ada waktu untuk berdiri ragu. Ketika gadis itu menjerit kaget tadi, tanpa disadari Gak In Ling sudah merasa kasihan dan suatu kekuatan yang tak berwujud telah mengerem kekuatan serangannya, kendatipun pemuda she Gak itu berada dalam keadaan gusar akan tetapi sebagian tenaga kekuatannya telah ditarik kembali. Ia telah melupakan bahwa pertaruhan yang sedang berlangsung adalah suatu pertarungan yang menentukan antara hidup dan mati, diapun lupa kalau gadis yang sedang dihadapinya pada saat ini adalah seorang iblis perempuan
376 yang membunuh orang tanpa berkedip. ia semakin tak habis mengerti apa sebabnya secara tiba-tiba ia menarik kembali serangannya. "Blaaam " ditengah benturan keras berkumandanglah suara dengusan berat, tubuh Gak In Ling yang tinggi kekar tahutahu sudah kena ditendang oleh dewi burung hong indah sehingga terpental sejauh dua tombak dari tempat semula dan roboh terkapar diatas permukaan salju. Bunga-bunga salju segera beterbangan keempat penjuru ketika tertimpa oleh terjangan tubuhnya. Dengan susah payah Gak In Ling menggeserkan badannya dan berusaha untuk bangkit berdiri, mendadak dadanya terasa tertekan oleh segulung kekuatan besar membuat badannya dipaksa untuk berbaring kembali diatas tanah. Gak In Ling mengedipkan matanya yang berkunangkunang, tampaklah tepat dihadapan tubuhnya berdirilah dewi burung hong indah dengan wajah yang dingin kaku, sepasang kakinya menginjak tepat diatas dada sianak muda itu. Dewi burung hong indah sendiripun memandang Gak In Ling dengan pandangan dingin, tiba-tiba satu ingatan berkelebat dalam benak Gak In Ling. Mungkin air muka Gak In Ling yang pucat pias serta darah kental yang berlumuran diujung bibirnya telah membuat sebuah bekas luka yang lain dihati kecilnya. Akan tetapi sekalipun perasaan hatinya terjadi pergolakan keras, akan tetapi wajahnya yang dingin kaku tetap seperti semula, sedikitpun tak mengalami perubahan barang sedikitpun juga, terdengar ia berkata dengan nada dingin. "Gak In Ling, sudahkah kau pikirkan hukuman apa yang akan nonamu jatuhkan terhadap dirimu ?" Gak In Ling tidak menjawab secara langsung, hanya dengan nada yang hambar ia berkata.
377 "Terlalu banyak persoalan yang harus kupikirkan, aku tidak pernah memikirkan persoalan itu " "Apakah kau masih tidak puas dengan jalannya pertarungan ini?" Seakan-akan sedang mengejek Gak In Ling gelengkan kepala. "Sekalipun dua jurus seranganku itu tidak kutarik kembali, akupun tak dapat menghindarkan diri dari kejadian semacam ini." sahutnya. Sekali lagi dewi burung hong indah merasakan hatinya tergerak. ujarnya dengan suara lantang. "Kau memang jujur sekali, sekarang coba katakanlah bagaimana pendapatmu tentang diriku." "Aku hanya menguatirkan keselamatan umat persilatan yang ada dikolong langit, karena dalam dunia persilatan mulai detik ini telah bertambah lagi dengan seorang iblis perempuan yang brutal, sadis dan tidak memiliki rasa perikemanusiaan barang sedikitpun juga." Airmuka dewi burung hong indah seketika itu juga berubah hebat, napsu membunuh yang amat tebal menyelimuti seluruh wajahnya, sambil tertawa dingin ia berseru. "Kau maksudkan iblis tersebut adalah aku?" "Sedikitpun tidak salah " "Hee hee.... hee. ..." dewi burung hong indah tertawa dengan seramnya, "tahukah engkau pada saat ini keselamatan jiwamu berada ditangan siapa ?" Perlahan-lahan Gak In Ling memejamkan matanya, lalu menjawab. "Asal nona mengerahkan sedikit tenaga lagi pada kaki kananmu Utu, maka aku akan segera tinggalkan bumi ini untuk selama-lamanya " Dewi burung hong indah sama sekali tidak menyangka kalau Gak In Ling memandang harnbar soal mati hidupnya, ia
378 menjadi mendongkol sekali sehingga bentaknya. "Kau anggap nonamu tidak berani untuk melakukan hal seperti itu ?" "Aku tahu dikolong langit tiada perbuatan yang tak berani engkau lakukan-" Perlahan-lahan dewi burung hocg indah menarik kembali injakan kakinya pada dada sianak itu, seakan-akan sedang berbicara terhadap diri sendiri ia berguman. "Dikolong langit tiada orang yang berani menantang aku dengan cara seperti ini, tapi mengapa aku tak dapat membinasakan dirinya ? Ah benar, dikolong langit memang tiada perbuatan yang tak berani kulakukan, tetapi kenapa aku tidak mampu untuk turun tangan ? Kenapa ? Kenapa hal ini bisa terjadi ?" Kian lama suara bisikan itu kian bertambah lirih sehingga akhirnya Gak In Ling tak dapat mendengar apa yang sedang diucapkan oleh gadis baju merah itu. Perlahan-lahan sianak muda itu membuka kembali matanya, dengan susah payah ia merangkak bangun lalu berdiri dengan langkah yang gontai. "Kau ingin melarikan diri?" ejek dewi burung hong indah sambil tertawa dingin. "sekarang sudah tiada kemungkinan semacam itu lagi bagi diriku " "Lalu mau apa kau bangkit dari atas tanah" Gak In Ling tertawa dingin- "Hee hee hee selama aku orang she Gak masih bisa bernapas, aku tak sudi untuk tunduk dihadapan orang lain, andaikata nona bersedia untuk turun tangan, sekaranglah waktunya bagimu untuk turun tangan "
379 Tiba-tiba sekilas cahaya yang aneh memancar keluar dari balik mata dewi burung hong indah yang jeli, sambil tertawa seram ujarnya. "Aku akan suruh engkau secara perlahan-lahan mendekati kelubang kematian agar semua orang yang berada dikolong langit tahu, beginilah akibatnya jika seseorang berani menentang aku si dewi burung hong indah." Belum habis gelak tertawanya berkumandang datang, sepasang kakinya telah menjejak tanah dan bayangan merah berkelebat lewat, tahu-tahu tubuhnya sudah berada dua puluh tombak tingginya ditengah udara. Ketika berada ditengah udara sepasang lengannya kembali mendayung kebelakang, mengikuti bergemanya suara suitan panjang, badannya meluncur lima enam tombak lagi diudara. Dari tempat kejauhan berkumandang datang suara pekikan burung hong, tidak selang beberapa saat kemudian dewi burung hong indah sudah melompat naik keatas punggung burung hong yang beraneka warna bulunya. Dengan termangu-mangu Gak In Ling menyaksikan burung hong itu terbang membumbung tinggi keangkasa, tiba-tiba teriaknya keras. "Apakah kau mengira aku pasti akan mati?" Dari tempat kejauhan berkumandang datang suara gelak tertawa dewi burung hong indah yang nyaring. "Haahaa haa setelah aku dewi burung hong indah berani mengatakannya keluar, tentu saja itu berarti bahwa aku sudah melakukan sesuatu diatas badanmu, apakah kau kuatir tak jadi mati ? cuma, engkau harus ingat bahwa rasanya sangat luar biasa dan tak sedap dibadan- haa...... haa haa...." cepat amat gerak terbang burung hong itu, dalam sekejap mata bayangan itu sudah lenyap diujung langit. Dengan mata kepala sendiri Gak In Ling pernah menyaksikan bagaimana perempuan itu menghukum mati
380 Hiat-mo-ong dengan cara hanya memberikan sebuah totokan pada punggungnya, akan tetapi akibatnya ternyata luar biasa sekali dan cukup menyiksa orang itu sehingga sekarat. Tentu saja sianak muda itupun mengetahui, setelah dara itu berani mengucapkan kata-kata semacam itu, hal itu berarti pula bahwa ancamannya bukanlah gertak sambal belaka. Dengan termangu-mangu Gak Ia Ling memandang kearah mana bayangan tubuh dari dewi burung hong indah melenyapkan diri. "Benar-benar seorang perempuan yang berbisa yang amat berbahaya sekali " Angin dingin berhembus lewat mengibarkan ujung pakaian Gak In Ling yang berwarna hitam, sepintas memandang ke empat kejauhan yang terlihat hanyalah permukaan tanah yang putih berlapiskan salju, pemandangan seperti itu benar-benar mengenaskan sekali. Gak In Ling segera menggerakkan kakinya dengan maksud untuk mencari suatu tempat yang tersembunyi untuk mengatur pernapasan- Beberapa langkah ia baru berjalan, tiba-tiba dari sekeliling tubuhnya berkumandang datang suara bentakan yaog amat keras. "Gak in Ling, berhenti" Terjelos perasaan Gak in Ling, tanpa terasa dia menghentikan langkah kakinya dan memandang sekeliling tempat itu. Kurang lebih dua tombak disekeliling tempat itu berdirilah delapan orang pria kekar berkerudung kain merah, dari dandanan mereka tidak sulit untuk mengenali rombongan orang-orang itu sebagai para jago dari lembah pemutus sukma. Diam-diam Gak In Ling menghela napas panjang, pikirnya.
381 "Aaaaiii...., baru saja meninggaikan sarang naga, sekarang telah terjebak kembali dalam gua harimau. Nampaknya sulit bagi aku orang she Gak untuk meninggalkan gunung Tay-peksan pada hari ini dalam keadaan selamat tanpa cidera." Ia segera tertawa dingin dan berseru. "Sungguh kebetulan sekali saat kedatangan kalian semua " Pria berkerudung merah yang berada dipaling depan segera berseru. "Jangan-jangan kau masih mempunyai tenaga simpanan yang luar biasa." Nada suaranya angkuh dan tekebur sekali. Gak In Ling segera tertawa dingin. "Hee hee hee...,. seandainya pada saat ini aku masih mempunyai tenaga simpanan, aku percaya kaliaa semua takkan berani datang kemari." serunya. "Perkataanmu sedikitpun tidak salah, cuma sayang seribu kali sayang pada saat ini keadaanmu ibaratnya kambing yang akan disembelih, bicara omong- kosong apa gunanya ?" Seorang pria berkerudung merah yang berada dibelakang punggung Gak in Ling segera berseru. "cun-heng, saat ini bukan waktunya untuk bersilat lidah, jika masalah besar sampai terbengkalai bukan saja engkau tak dapat bertanggung jawab mungkin setiap orang yang hadir ditempat inipun sukar antuk melepaskan diri dari pertanggungan jawab." Nada ucapannya kasar dan sama sekali tak sungkan-sungkan. "Perkataan ini sedikitpun tidak salah." sambung pria berkerudung merah yang lain-"mari kita cepat membawa pulang mayat dari keparat cilik ini pulang dan segera memberi laporan-"
382 Diikuti usul-usul lainnya saling berkumandang memecahkan kesunyian, akan tetapi pada garis besarnya menyetujui sikap tersebut. Walaupun pria she cung itu merasa sangat tidak puas, akan tetapi perasaan tersebut tak berani diutarakan keluar, ia segera mendengus dingin. "Hm Meskipun kokeu memerintahkan kita untuk membawa pulang mayatnya, tetapi hal itu dimaksudkan apabila keadaan terlalu mendesak atau terpaksa, sekarang kita sudah kehilangan seorang pemimpin yang mati dibunuh perempuan itu, sudah sepantasnya kalau kekosongan jabatan itu cepatcepat diisi kembali, oleh karena itu menurut pendapat siaute lebih baik kita bawa pulang keparat ini dalam keadaan hidup, hidup, kalau kalian takut terjadi kerepotan, biarlah aku yang mempertanggungjawabkan seorang diri." "Ah, siapa yang bilang kalau cara ini tak baik ? cunghenglah yang terlalu banyak curiga" kata orang yang berada dlbelakang punggung Gak in Ling itu. Selesai berkata mendadak ia ayunkan ujung jarinya ke udara dan didalam waktu singkat jalan darah pay-sim-hiat serta jalan tidur dari Gak In Ling telah tertotok olehnya, kemudian membopong tubuh pemuda itu dalam rangkulannya. Pria berkerudung merah yang lain segera membopong jenasah dari Hiat-mo-ong dan berangkatlah mereka menuju kearah sebelah timur. Tiba-tiba pria she cung itu berseru. "Saudara-saudara sekalian, apakah kita harus berlaku secara terang-terangan dan tanpa tedeng aling-aling ?" "Siapa yang kita takuti lagi?" seru tujuh orang lainnya dengan nada keheranan. "Apakah kalian sudah melupakan apa yang barusan telah terjadi ?" kata pria she cung itu sambil melirik sekejap ketengah udara.
383 Mula-mula ketujuh orang temannya sama-sama berdiri tertegun dan serentak melirik sekejap kearah tengah udara, tiba-tiba salah seorang diantaranya tertawa terbahak-bahak dan berkata. "Haa haa haa. cung-heng, engkau jadl orang terlalu tak bernyali, rupanya kau terlalu jerih untuk menghadapi kematian " Sejak merasa gusar dan mendongkol tadi hingga sekarang pria she cung itu belum ada kesempatan untuk melampiaskan kemendongkolannya itu, mendengar ucapan itu iapun segera melimpahkan semua kemarahannya kepada orang itu, serunya dengan gusar. "orang she Lau, engkau mengatakan siapa yang takut mati ?" "Kenapa ?" jawab pria she Lau itu dengan marah pula. "Apakah kau ingin turun tangan melawan aku ?" "Hm Kau anggap aku jeri terhadap dirimu ?" sambil berkata selangkah demi selangkah pria she cung itu berjalan maju kedepan. Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara teguran yang amat merdu berkumandang datang. "Eeei, rupanya kalian belum pergi ?" Keadaan dari delapan orang pria berkerudung merah itu sudah ibarat burung yang tersambar panah, mendengar teguran yang amat merdu itu saking terperanjatnya sampai untuk beberapa saat lamanya mereka tak mampu mengucapkan sepatah katapun, enam belas buah sorot mata bersama-sama dialihkan kearah mana berasalnya suara tadi. Padahal dalam kenyataan berpaling pada saat ini hanyalah suatu perbuatan yang tak ada gunanya, sebab gadis itu tahutahu sudah berjalan diantara sekeliling delapan orang itu.
384 Begitu mengetahui siapakah orang yang sedang dihadapinya, dengan perasaan terperanjat ke delapan orang pria berkerudung merah itu menjerit sekeras-kerasnya. "Ah Dewi burung hong indah?" Sedikitpun tidak salah, orang itu bukan lain adalah dewi burung hong indah yang telah kembali setelah berlalu tadi, siapapun tak dapat menduga apa sebabnya gadis ini kembali lagi ? Dan apa pula yang hendak dilakukan olehnya Dengan biji matanya yang jeli dewi burung hong indah melirik sekejap kearah Gak in Ling yang berada dalam bopongan seorang pria berkerudung merah itu, lalu katanya. "Lepaskan dia dari boponganmu dan baringkan diatas tanah Awas, perlahan sedikit " Suaranya begitu merdu, manis didengar dan mempesonakan, sedikitpun tidak mengandung rasa gusar, sikapnya jauh berbeda kalau dibandingkan dengan sikapnya yang kasar dan keras terhadap Gak In Ling tadi. Akan tetapi, kendatipun perkataan tersebut diutarakan dengan lembut dan merdu, justru dibalik kemanisan suaranya itulah terselip suatu kewibawaan serta kekerenan yang membuat orang sama sekali tak berani menentang terhadap perintahnya, membuat orang tanpa sadar tunduk dan menuruti perkataannya. Pria berkerudung merah itu benar-benar menuruti perkataannya dan membaringkan tubuh Gak In Ling diatas tanah, sikapnya seakan-akan sedang yang kehilangan sukma. Dewi burung hong indah melirik sekejap ke arah Gak In Ling yang berbaring diatas tanah, kemudian menengadah dan menyapu sekejap kesekeliling tempat itu, ujarnya sambil tertawa. "Kalian sama-sama mengenakan kain kerudung merah diatas wajah, kalau dugaanku tidak keliru maka kedudukan kalian didalam lembah pemutus sukma pasti tak begitu
385 penting bukan ? sekarang pemimpin kalian sudah mati, sedang kalianpun tidak akan berhasil mendapatkan Gak In Ling, sekalipun pulang akhirnya tokh kematian yang bakal kalian temukan, menurut pendapat nonamu lebih baik kalian berdelapan sama-sama menemui pemimpin kalian saja " Ucapannya merdu, dan amat mempesonakan- Tetapi bagi pendengaran kedelapan orang manusia berkerudung merah itu, ucapan itu tidak ubahnya merupakan suatu perintah menuju ke maut, air muka beberapa orang itu seketika berubah jadi pucat pias bagaikan mayat. Dewi burung hong indah memandang sekejap kearah orang-orang itu, lalu sambil tertawa ujarnya lagi. "Tempo hari kalian semua adalah jago-jago lihay yang pemberani dan bernyali besar, kenapa sekarang menjadi lemah tak bertenaga dan menunjukkan perasaan tidak tenang, ada apa sih ?" Pria she cung itu mengempos tenaga memberanikan diri, serunya dengan cepat. "Kami sekalian boleh dibilang sama sekali tidak terikat oleh dendam sakit hati ataupun perselisihan apapun dengan diri nona, kenapa nona terlalu mendesak diri kami bahkan menjatuhkan hukuman mati pula terhadap kami, dengan alasan apa nona berbuat demikian ?" Suaranya walaupun nyaring namun menunjukkan perasaan mohon balas kasihan-Dewi burung hong indah tertawa merdu, godanya "Aduh kalian tokh laki-laki kekar yang pemberani, masa takut sama seorang perempuan lemah seperti aku ?" Bagaikan balon yang kehabisan udara lalu kempes, pria she Lau itu berseru dengan suara yang masam. "Kami sekalian telah menyadari bahwa kepandaian silat yang kami miliki masih bukan tandingan dari nona."
386 "Ah, masa kalian tidak akan melakukan perlawanan dan mudah dibunuh dengan begitu saja" kata dewi burung hong indah. Pria she cung itu mundur dua langkah ke belakang, dengan ketakutan katanya lirih. "Apakah nona sudah bertekad untuk menjatuhkan hukuman mati terhadap kami sekalian " "Dengarlah," kata dewi burung hong indah setelah berpikir sebentar, "sekarang juga kalian semua boleh berdiri pada posisi delapan penjuru, usahakanlah untuk mempergunakan seganap kemampuan yang kalian miliki untuk mencari jalan hidup sendiri-sendiri, jikalau diantara kalian ada yang berhasil melampaui jarak sejauh dua tombak dari tempat ini, maka dialah yang akan kuberi ampun selembar jiwanya dan akan kubiarkan berlalu dari sini dalam keadaan hidup," Begitu ucapan tersebut diucapkan keluar, di atas keputusasaan yang dengan jelas tertera diwajah kedelapan orang manusia itu segera terlintas rasa girang yang bukan kepalang, jelas mereka masing-masing telah menganggap dirinya sebagai orang yang paling beruntung. Dalam kenyataan memang demikianlah adanya, meskipun ilmu silat yang dimiliki dewi burung hong indah tinggi dan sukar dilukiskan dengan kata-kata, tetapi kalau dikatakan dalam jarak lingkaran dua tombak dia akan membinasakan delapan orang tokoh lihay dalam persilatan secara berbareng, pekerjaan ini boleh dibilang amat sulit sekali dan siapapun tak akan percaya kalau hal ini bakal berhasil. Karena mengandalkan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki kedelapan orang tokoh lihay tersebut, jarak dua tombak hanya diperlukan dalam dua tiga kali lompatan saja sudah dapat dilampaui, dan waktu dua tiga kali lompatan itupun relatip singkat sekali. Tanpa sadar kedelapan orang itu bersama-sama mundur kearah belakang, tiba-tiba terdengar salah seorang diantara
387 pria baju merah itu berseru. "Apakah nona maksudkan dengan menganndalkan kekuatanmu seorang ?" "Sedikitpun tidak salah "jawab dewi burung hong indah sambil tertawa merdu tiada hentinya. "Disini tokh tiada orang lain kecuali aku." sesudah berhenti sebentar, ia menyambung lebih jauh. "Bukan saja aku akan menggunakan kekuatanku seorang, lagipula tak akan kupergunakan senjata rahasia, tentang soal itu kalian boleh berlega hati dan tak usah kuatir." Rasa girang yang melintas diatas wajah delapan orang pria itu bertambah tebal lagi, jelas mereka mengira kalau dewi burung hong indah memang ada maksud untuk melepaskan mereka pergi dalam keadaan hidup tanpa cidera. Tetapi mereka telah melupakan sesuatu, lupa bahwa pertarungan tersebut merupakan suatu pertaruhan bagi nama baik dara tersebut. Dewi burung hong indah memandang sekejap kearah delapan orang pria yang mundur terus kebelakang itu, serunya kembali. "Untuk adilnya maka nonamu akan memberi komando, setelah aku memberi tanda nanti kalian boleh segera lari secepat-cepatnya, kalau di antara kalian ada yang berani bergerak lebih dahulu, jangan sesalkan kalau aku berlaku kejam" Sesudah ancaman tersebut diutarakan keluar delapan orang pria itu benar-benar tidak berani mundur lagi secara sembarangan- "Aku akan menghitung sampai angka ketiga setelah kusebutkan angka ketiga maka kalian boleh segera melarikan diri." ujar dewi buruag hong indah sambil tertawa. Setelah berhenti sebentar ia melanjutkanTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 388 "Satu..." "Dua..." Kedelapan orang pria baju merah itu segera mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya kedalam sepasang kaki, yang dipikirkan mereka pada saat ini hanyalah lari secepat-cepatnya, siapa dapat berlari dengan cepat dialah yang akan la los dari ancaman bahaya maut itu. Dewi burung hong indah sendiri tetap tersenyum dengan penuh kelincahan, sedikitpun tak tampak tanda-tanda kalau dia sedang menyalurkan hawa murninya untuk bersiap-sedia. Ketegangan dan keseriusan menyelimuti seluruh angkasa disekeliling tempat itu, delapan orang pria baju merah itu seakan-akan dapat mendengar detak jantungnya sendiri, kengerian kematian menyelimuti seluruh angkasa. Mendadak dewi burung hong indah berseru keras. "Tiga " Begitu angka ketiga diutarakan keluar, delapan orang pria baju merah itu bagaikan kesurupan setan, bagai sambaran kilat cepatnya segera melarikan diri menuju kearah delapan penjuru yang saling berlawanan. Dis inilah letaknya kunci yang paling penting untuk menentukan mati hidup mereka, tentu saja semua orang telah mempergunakan segenap kekuatan tubuh yang dimiliki untuk berusaha meloloskan diri dari tempat itu, pada dasarnya tenaga dalam yang mereka miliki memang tidak lemah, setelah berlarian dengan sepenuh tenaga bisa dibayangkan betapa cepatnya gerakan tubuh mereka. Tampaklah delapan orang pria itu bagaikan delapan buah jalur bayangan merah, bagaikan bayangan guntur yang membelah bumi disiang hari bolong segera melarikan diri menuju kearah delapan penjuru yang saling berbeda. Air muka dewi burung hong indah sedikitpun tidak menunjukkan perasaan gugup dan gelisah, napsu membunuh
389 yang sangat tebal menyelimuti seluruh wajahnya, tiba-tiba ia membentak nyaring. "Roboh kalian semua " Bersamaan dengan menggemanya suara bentakan itu, ia putar badan pada poros yang sama sekali tidak berubah, jari tangannya melentik dan meluncurlah delapan buah desiran angin tajam yang secara terpisah mengancam tubuh kedelapan orang itu. Tiba-tiba... Delapan kali jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan kesunyian yang menyelimuti sekeliling tempat itu, begitu seram suaranya membuat bulu kuduk orang pada bangun berdiri. Mengikuti bergemanya delapan kali jeritan ngeri tersebut, hampir pada saat yang bersamaan kedelapan buah bayangan merah itu bersama-sama roboh terkapar diatas tanah, karena begitu cepatnya gerakan mereka untuk menerjang kedepan membuat tubuh yang sudah tak bernyawa itu tak mampu mempertahankan gerakannya lagi, diatas tanah seketika, itu juga muncullah delapan buah jalur panjang yang sangat dalam sekali. Dari sini dapat ditarik kesimpulan betapa besarnya tenaga terjangan tersebut. Salju putih yang terdorong dengan cepat mengubur sebagian dari tubuh mereka, akan tetapi oraug-orang itu sudah tidak menunjukkan reaksi apa-apa lagi, jelas orang orang itu sudah putus nyawa. Dengan pandangan yang sangat hambar dewi burung hong indah menyapu sekejap kesekeliling tempat itu, kemudian sambil bergumam seorang diri katanya^ "Aaaah masih untung kedelapan orang itu belum sampai melewati jarak sejauh dua tombak. kalau tidak. aku bisa berabe, mana aku mampu untuk menghidupkan mereka lagi?" Sambil berkata perlahan-lahan dia berjalan menuju kearah Gak In Ling.
390 Dari atas tubuh Gak In Ling memancar keluar hawa panas yang sangat tinggi membuat lapisan salju yang berada disekeliling tubuhnya jadi melumer, hal ini membuat sekujur badannya jadi basah kuyup oleh air, untung pada waktu itujalan darah tidurnya masih tertotok. kalau tidak pasti ia takkan kuat menahan diri. Setelah memandang tubuh sianak muda itu beberapa saat lamanya, dewi burung hong indah mendadak bergumam kembali. "Kenapa aku kembali, tahukah engkau ?" Sambil berkata ia segera berjongkok dan memeluk tubuh Gak In Ling dari atas permukaan salju. Air muka dewi burung hong indah pada saat ini luar biasa sekali, seakan-akan ia memperlihatkan rasa sayang dan sedih, tetapi seakan-akan juga menunjukkan perasaan mendongkol bercampur gusar, sebentar di balik biji matanya yang jeli tampaklah murung sekali, seolah-olah ada sesuatu persoalan yang telah merisaukan hatinya. Ia membopong tubuh Gak In Ling menuju kehadapan sebuah batu cadas yang amat besar, kemudian ayunkan telapaknya menyapu bersih lapisan salju yang berada diatas batu cadas tersebut, kemudian membaringkan tubuh Gak In Ling disana. Dalam pada itu sang surya telah tenggelam disebelah barat, separuh cahayanya yang berwarna kemerah-merahan menongol sedikit dari balik bukit, menunjukkan seakan-akan ia merasa berat hati untuk meninggalkan dunia yang penuh kemaksiatan serta kejahatan ini. Dengan termangu-mangu dewi burung hong indah menatap wajah Gak In Ling tanpa berkedip. angin dingin berhembus lewat menggoyangkan ujung pakaiannya yang berwarna merah, dibawah sorot cahaya sang surya yang hampir tenggelam dengan dihiasi salju nan putih, gadis itu nampak begitu cantik, begitu mempesonakan hati orang,
391 sayang Gak Ia Ling pada saat itu berada dalam keadaan tak sadar sehingga tak dapat menikmati keindahan tersebut. Lama sekali dewi burung hong indah termenung dan berpikir keras, akhirnya ia bergumam dan menghibur diri sendiri. "Ah, perduli amat Sejak kini dia menjadi sahabat atau lawanku, yang penting toh aku tak jeri terhadap dirinya, apa salahnya kalau kutolong dirinya sampai sadar ?" Berpikir sampai disini sepasang telapaknya segera bekerja cepat menotok bebas jalan darah Pay-sim-hiat diatas tubuh sianak muda itu, baru saja telapak tangannya akan membebaskan jalan darah tidurnya, tiba-tiba satu ingatan kembali berkelebat dalam benaknya, taapa terasa ia berpikir lebih jauh. "Seandainya kubebaskan jalan darah tidurnya, setelah sadar kembali mungkin dia tak akan bersedia menerima pengobatanku, aku lihat lebih baik jalan darah tidurnya jangan dibebaskan lebih dahulu." Sifat gadis ini memang keras kepala dan tegas, perduli melakukan pekerjaan apapun juga selalu dilaksanakan apa yang telah diucapkan olehnya, dan semua perbuatan itu dilakukan dengan tanpa ragu-ragu. Setelah selesai mengambil keputusan dengan cepatnya pula dia turun tangan untuk menyembuhkan luka dari Gak In Ling. Tampaklah dia melompat naik keatas permukaan batu itu lalu duduk bersila disamping tubuh Gak In Ling, telapak tangannya yang putih bersih ditempelkan diatas jalan darah Leng-tay-hiat diatas badan pemuda itu, perlahan-lahan hawa murninya disalurkan kedalam tubuh lawan untuk menyembuhkan luka dalamnya. Sang surya telah lenyap dibalik bukit, senjapun menjelang tiba, pemandangan diatas bukit Tiang-pekssan yang dingin
392 dan tertutup lapisan salju kelihatan bertambah indah di tempat itu. Seorang gadis cantik baju merah menemani seorang pemuda tampan baju hitam duduk bersanding diatas sebuah batu cadas yang amat besar, keadaan mereka bagaikan sepasang Kim-tong-giok li bocah dewa-dewi dan kahyangan- Kesunyian telah menyelimuti seluruh jagad, waktu sedetik demi sedetik berlalu dengan cepatnya, sang rembulan muncul diawan mendatangkan pemandangan yang semakin indah. Perlahan-lahan dewi burung hong indah meloncat, turun dari atas batu cadas itu, setelah menyeka keringat yang membasahi jidatnya dia menengadah dan berkata. "Akhirnya apa yang kuusahakan selama ini telah berhasil juga mencapai pada tujuan-Aai... waktu telah mendekati kentongan ketiga, mereka pasti telah datang ketempat tinggalku untuk mencari aku. Apa yang harus kulakukan sekarang ?" Ia menengadah dan berpekik nyaring untuk memanggil datang burung hongnya itu, kemudian perlahan-lahan naik keatas punggung burung tersebut. Tiba-tiba satu ingatan berkelebat dalam benaknya, tanpa terasa ia bergumam kembali. "Apa salahnya kalau kubawa serta dirinya untuk pergi kesana pula?" sesudah berhenti sebentar, ia berpikir lebih jauh. "Ah tidak boleh jadi, seandainya ilmu silat yang dimilikinya tiba-tiba menjadi amat tinggi, bukankah itu berarti telah menambah seorang musuh tangguh bagi diriku ?" Berpikir sampai dlsini, tanpa terasa sepasang-biji matanya yang jeli berpaling kearah Gak In Ling.
393 Angin malam yang amat dingin berhembus lewat menggoncangkan ujung baju sianak muda itu dan menimbulkan suara desingan yang tajam, ditengah kegelapan malam yang mencekam seluruh jagad, membuat suasana terasa bertambah sedih. Kembali dewi burung hoag indah bergumam seorang diri. "Tempat ini pasti dingin sekali." Sesudah berhenti sebentar, seakan-akan mentertawakan diri sendiri ia berpikir lebih jauh. "Kenapa sih aku pada hari ini? Kenapa selalu memikirkan keselamatan orang lain?" Walaupun diluaran ia berkata demikian, akan tetapi sepasang kakinya telah bergerak meloncat turun dari atas punggung burung hong-nya dan berjalan kembali kearah batu cadas dimana Gak In Ling sedang berbaring. Dewi burung hong indah segera membopong tubuh Gak In Ling dan kembali bergumam. "Biarlah kubawa dirinya menuju kesana, tempat itu jauh lebih hangat daripada tempat ini, bagaimanapun juga pokoknya aku tak akan membawa dirinya keatas bukit itu, semuanya biarlah tergantung pada nasib." Setelah meloncat naik keatas punggung burung hong, dia memberi komando dan burung hong itupun segera mementaogkan sayapnya untuk terbang keangkasa, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap dibalik kegelapan malam... -oo0dw0oo- Tempat itu merupakan sebuah bukit yang terjal dengan batu cadas berserakan dimana- mana dan pohon yang tumbuh dipermukaan tanah. Sang surya telah muncul diufuk sebelah timur dan cahaya keemasan memancar ke seluruh penjuru, diangkasa
394 terbanglah seekor burung rajawali yang amat besar, berputar kesana- kemari mengitari puncak tersebut. Dari dalam sebuah gua yang berdinding batu perlahanlahan berjalan keluar seorang pemuda berbaju hitam, ia menyapu sekejap sekeliling tempat itu, kemudian wajahnya nampak tertegun dan segera bergumam seorang diri. "Aku telah berada dimana ?Jangan-jangan tempat ini adalah lembah pemutus sukma" Pemuda itu bukan lain adalah Gak In Ling. Setelah memandang lagi sekeliling tempat itu dengan seksama, kembali Gak In Ling dengan gelengkan kepalanya ia berkata. "Tidak tidak benar, tempat ini pastilah bukan lembah pemutus sukma. tapi.... sebenar nya aku telah berada dimana ?" Pada saat itulah tiba-tiba dari tengah udara berkumandang -datang suara teriakan-teriakan yang amat keras. "Tolong,. tolong tayhiap..Tolonglah aku" Mendengar teriakan tersebut Gak In Ling segera menengadah keatas, ketika sorot matanya membentur dengan apa yang terlihat olehnya, hatinya kontan saja jadi tertegun. Kurang lebih lima puluh tombak diatas kepalanya, pada sebuah dinding tebing yang curam dan licin bagaikan cermin tergantunglah sebuah keranjang, dalam keranjang tersebut duduklah seorang pria setengah baya yang memakai pakaian ringkas. Dengan ketajaman matanya yang melebihi orang, Gak In Ling memperhatikan orang itu dengan lebih seksama lagi, terlihatlah olehnya orang itu bermata tikus beralis tipis, hidung betet bibir tebal dan potongannya memuakkan sekali, membuat kesan orang yang melihat wajahnya adalah buruk sekali.
395 Tetapi setelah memperhatikan pula keadaannya yang berada didalam bahaya hal ini membuat orang mau tak mau harus berusaha untuk menyelamatkan jiwanya. Gak In Ling memperhatikan kearah tengah udara, ia saksikan beberapa ekor burung elang sedang beterbangan mengitari diatas batok kepala orang itu, dari keadaan burung elang itu tampaklah bahwa setiap saat mereka hendak menyerang mangsanya serta menghabiskan daging tubuhnya. Menyaksikan kesemuanya itu, tanpa terasa Gak In Ling segera didalam hatinya. "Dari keadaan serta dandanan orang itu, jelas dia memiliki serangkaian ilmu silat, tetapi... kenapa ia sama sekali tidak bergerak ?" berpikir demikian, diapun segera berpikir keras. "Aku lihat engkau memiliki serangkaian ilmu silat yang cukup tangguh,jarak dan situ sampai puncak bukitpun paling tidak hanya dua puluh tombak belaka, apa salahnya kalau engkau mendekati naik keatas " "Tali yang terikat disebelah atas sudah rusak dan menipis, jika aku bergerak sembarangan miscaya tali itu akan putus, kalau tayhiap tidak percaya silahkan periksalah keadaan disebelah bawah sana." Mendengar perkataan itu Gak In Ling segera menengok ke bawah, bulu kuduknya kontan pada berdiri semua... Pada dasar jurang yang dalamnya mencapai ratusan tombak. tampaklah keranjang bambu berserakan dimanamana, tulang manusia pun bertumpuk-tumpuk dan paling sedikit mencapai ratusan buah banyaknya, ditinjau dari bambu-bambu yang berceceran diatas tanah dapat dibuktikan bahwa orang-orang itu kebanyakan terjatuh dari atas tebing. "Siapakah orang yang telah melakukan kesemuanya ini ?" pikir Gak In Ling didalam hati kecilnya. "Perbuatan orang itu
396 benar-benar amat keji dan brutal sekali" Berpikir sampai disini, dia lantas menengadah dan berseru. "Baiklah, harap engkau suka menunggu sebentar lagi, aku akan segera naik keatas bukit untuk menolong jiwamu." "Tayhiap. harap cepat-cepat kau tolong diriku" kembali orang itu berteriak dengan perasaan tak tenang, "kalau tidak maka aku pasti akan diterkam oleh burung-burung elang tersebut." "Apakah engkau tak mampu untuk mengusir burungburung elang lebih dahulu sehingga tidak mengusik dirimu ?" Dengan muka masam, orang itu berteriak. "Mana aku berani bergerak ? Asal sedikit bergerak saja niscaya tubuhku akan terjatuh ke- dalam jurang dan hancur lebur, tayhiap Aku mohon kepadamu harap sedikit lebih cepat, bila kau dapat menyelamatkan selembar jiwaku maka didalam penirisan yang akan datang aku bersedia menjadi kerbau atau kuda." Dengan dahi berkerut Gak In Ling berpikir didalam hati kecilnya. "orang ini benar-benar tidak berjiwa seorang kesatria, seandainya aku tidak memandang pada kedudukan sebagai sesama umat persilatan, segan aku untuk mengurusi dirimu " Berpikir sampai disini, iapun segera berteriak. "Aku tidak membutuhkan kesemuanya itu, kau..." Rupanya orang itu takut sekali kalau Gak In Ling berlalu dari sana tanpa menggubris dirinya lagi, dengan suara keras kembali sambungnya lebih jauh. "Kalau begitu tayhiap menginginkan apa ? Uang emas ? Perak ? Katakan saja berapa jumlah yang kau inginkan, hamba pasti akan memberikan kepadamu sejumlah yang engkau minta,aku pasti tak akan mengingkari janji "
397 Mendengar perkataan itu Gak In Ling jadi naik pitam, dengan suara dingin segera ujarnya. "sebenarnya engkau menginginkan hidup atau tidak ?" "Ingin Ingin Ingin "jawab orang itu dengan amat cemas bercampur gelisah. "Tayhiap katakan saja apa yang kau inginkan, hamba pasti..." "Kalau ingin hidup tutuplah mulut anjing- mu itu " bentak Gak In Ling dengan suara keras. Menyaksikan Gak In Ling yang menjadi naik pitam, orang itu benar-benar tidak berani bersuara lagi, namun dalam hati kecilnya dengan perasaan mendongkol pikirnya. "Hmm Keparat cilik, anak jadah kalau aku sudah ditolong naik keatas tebing nanti, pada saat itulah kau akan tahu sampai dimanakah kelihayan dari aku harimau mata tiga" Gak In Ling berhasil menemukan sebuah jalan gunung kecil disisi gua tersebut dengan cepat ia meloncat turun kebawah dan bergerak menuju kedasar jurang tadi. Dengan kepandaian silat yang dimilikinya pada saat ini, tidak sulit baginya untuk menuruni tebing yang curam itu, tidak selang beberapa saat kemudian Gak Ia Ling telah berada didasar jurang tadi. Yang dipikirkan Gak In Ling pada saat ini adalah menyelamatkan jiwa orang yang tergantung dalam keranjang itu, setibanya didasarjurang ia segera mencari jalan kecil lainnya dan mendaki keatas puncak tebing sebelah depan, tangan dan kakinya segera berkerja cepat untuk mendaki terus keatas puncak tebing tadi. Tebing itu merupakan suatu bukit yang berdiri sendiri, tingginya meskipun hanya dua ratus tombak akan tetapi berhubung dinding tebingnya licin bagaikan cermin, maka tatkala sianak muda Itu berhasil mencapai puncak tebing tadi, dua jam telah dilewatkan tanpa terasa.
398 Setelah berada diatas puncak tebing itu, pemandangan seketika berubah, hutan pohon song yang lebat tersebar dimana-maaa, begitu lebatnya pepohonan disana hingga membuat pemandangan nampak indah sekali. Gak In Ling nampak tertegun, segera pikirnya didalam hati. "Sungguh tak kusangka diatas tebing yang berdiri tersendiri ini terdapat pemandangan yang demikian indahnya." Sambil berpikir diapun berjalan menuju ke-sisi sebelah kanan- Setelah berjalan maju beberapa langkah ke-depan, dengan suara lantang ia segera berteriak. "Hey, engkau berada dimana ?" Suaranya menggema, diangkasa dan mendengung tiada hentinya, akan tetapi tiada jawaban yang kedengaran- Gak In Ling tercengang bercampur heran, ia segera ulangi kembali teriakannya itu sampai beberapa kali, namun suasana tetap sunyi-sepi dan tak terdengar sedikit suara pun- Pada saat itulah, tiba-tiba dari dalam hutan berkumandang datang suara orang berbatuk, diikuti bergemanya suara langkah kaki manusia, seorang penebang kayu yang sudah tua, berkepala botak dan berjenggot warna keperak-perakkan perlahan lahan muncul dari balik hutan -oo0dw0oo- Jilid 12 DENGAN pandangan yang amat tajam Gak In Ling memperhatikan orang itu, ia saksikan raut wajah orang itu sudah penuh berkeriput sepasang matanya sayu tak bersinar, punggungnya bongkok dan gerak-geriknya kelihatan payah sekali.
399 Ketika berada kurang-lebih dua depa dihadapan Gak In Ling, dengan suara kasar penebang kayu itu berteriak. "Hey, engkoh cilik, engkau sedang berteriak-teriak memanggil siapa ?" "Lo-tiang, sejak kapan kau naik kemari ?" tanya Gak In Ling dengan keheranan- "Naik ?" penebang kayu itu nampak tertegun, kemudian balik bertanya dengan heran "Dan kau sendiri, bagaimana caranya naik kemari ?" "Tentu saja merangkak naik keatas " "Merangkak naik keatas ? Ah, tidak mungkin, apakah kau dapat terbang ?" Gak In Ling segera tertawa. "Manusia mana bisa terbang ? Apakah ditempai ini masih ada jalan tembus lainnya ?" "Tidak ada jalan lain.... tidak ada jalan lain." jawab kakek tua itu sambil gelengkan kepalanya. "Kalau memang begitu secara bagaimaaa lo tiang bisa naik ketempat ini ?" "Selama hidup aku tak pernah turun kebawah, kenapa mesti naik kemari lagi ?" "Selama hidup ?" "Benar, aku sudah berdiam disini hampir seratus tahun lamanya." Gak In Ling ingin cepat-cepat menolong orang dan tidak ingin berbicara lebih jauh, maka dia pun segera bertanya. "Apakah lo-tiang mengetahui kalau diantara tebing curam itu tergantung seseorang disana ?"
400 "Mereka yang mencari kesulitan buat diri sendiri, harus salahkan siapa hal ini ?" seru penebang kayu tua itu dengan wajah sama sekali tidak nampak keheranan- "Mencari kesulitan buat diri sendiri ?" Penebang kayu tua itu mengangguk. "Mereka mengatakan akan datang kemari untuk mencari sejilid kitab ilmu silat, akhirnya perbuatan mereka telah menggusarkan seorang dewa yang berdiam diatas puncak bukit ini, maka orang itupun digantung di tengah angkasa untuk mangsa burung elang." Gak In Ling mengetahui kalau orang yang dimaksudkan sebagai dewa oleh penebang kayu tua itu pastilah seorang tokoh persilatan yang memiliki ilmu silat amat tinggi, tanpa terasa ia bertanya. "Kitab pusaka apa sih yang sedang mereka cari ?" Sambil berkata ia menengadah dan memandang kearah samping kiri. Diantara biji mata penebang kayu tua yang layu mendadak memancar keluar serentetan cahaya mata yang amat tajam sesudah mendengar pertanyaan itu, tetapi hanya sebentar saja telah lenyap tak berbekas, ia segera gelengkan kepalanya "Aku sudah tidak teringat lagi." Tiba-tiba ia berseru lagi sesudah berhenti sebentar. "Aaah, benar-benar biarlah aku berpikir sebentar." Ia termenung beberapa waktu lamanya, kemudian sambil angkat kepala ujarnya. "Agaknya bernama Ci Hiat ciang-pit-keng kitab ilmu silat telapak maut." "Apa ? Kitab pusaka telapak maut ?" dengan perasaan hati bergetar keras.
401 "Ada apa? Apakah engkoh cilik datang kemari juga disebabkan oleh karena kitab pusaka tersebut ?" nada suara penebang kayu tua amat berat dan dalam sekali. Gak In Ling segera gelengkan kepalanya berulang kali. "oh, tidak ? Belum pernah aku dengar orang berkata kalau ditempat ini terdapat kitab pusaka macam itu..." Pada waktu itulah tiba-tiba berkumandang datang suara teguran seseorang dengan nada yang amat nyaring. "Kami dua saudara justru datang kemari dengan maksud mencari kitab pusaka telapak maut. Hey, tua bangka, apakah engkau tahu letak tempat penyimpanan kitab pusaka tersebut?" Mendengar ucapan itu dengan cepat Gak In Ling alihkan sorot matanya kearah mana berasalnya suara itu, tampaklah lima tombak dihadapannya di bawah pohon song yang amat besar berdirilah dua orang kakek tua. Orang yang berada disebelah kiri mempunyai alis mata yang terputus-putus dengan hidung pesek, diatas jidat kirinya terdapat bekas codet sepanjang dua cun lebih, kumis tikusnya pendek-pendek seperti landak. wajahnya memuakkan- Sedangkan orang yang ada disebelah kiri meskipun memiliki raut wajah yang jauh lebih bersih dan terang, tetapi wajahnya memancarkan sifat sesat yang membuat orang jadi muak dan segan untuk berhubungan dengan dirinya. Usia mereka berdua berada diantara lima puluh tahunan, jalan darah Tay-yang-hiat diatas keningnya menonjol amat besar, jelas kedua orang itu merupakan jago-jago persilatan yang memiliki tenaga dalam amat sempurna. Penebang kayu tua itu menyapu sekejap ke-arah dua orang kakek tersebut, kemudian sambil mengangguk ujarnya.
402 "Hmm, aku seorang tua memang tahu letak tempat penyimpanan kitab pusaka tersebut, hanya aku takut kalian berdua tak berani mengambilnya, karena..." Sebelum penebang kayu tua itu sempat menyelesaikan kata-katanya, kakek tua yang berada di sebelah kanan itu sudah melompat maju ke depan sambil berteriak keras. "Dikolong langit tak ada pekerjaan yang tidak berani dilakukan oleh kami berdua, kakek tua Kau cukup memberi putunjuk saja -kepada kami dimanakah letak tempat itu, dan tak usah banyak cerewet lagi " nada suaranya kasar dan sama sekali tidak pakai aturan- Gak In Ling merasa amat tidak senang menyaksikan perbuatan dari orang itu, ia segera tertawa dingin dan berkata. "Kalian dua bersaudara kalau memang ada urusan mohon bantuan orang lain, tidaklah sepantasnya kalau mengucapkan kata-kata yang sama sekali tidak pakai aturan seperti ini, apakah orang lain sama sekali tidak memiliki kebebasan untuk tidak memberitahukan rahasia tersebut kepada kalian berdua ?" Dalam pada itu kakek bercodet yang berada disebelah kiri telah majupula ke depan, mendengar perkataan itu sepasang matanya kontan melotot, sorot mata yang amat tajam memancar keluar dari balik matanya membuat wajah orang itu kelihatan mengerikan sekali. Sambil melotot kearah Gak In Ling, hardiknya dengan suara lantang. "Keparat cilik, rupanya kau sudah bosan hidup dikolong langit ? Berani betul mengucapkan kata-kata yang tidak senonoh di hadapan kami berdua ?" Gak In Ling adalah seorang pemuda tinggi hati yang angkuh dan keras kepala, tentu saja hatinya jadi panas ketika
403 mendengar perkataan seperti itu, sepasang alis matanya langsung berkernyit sambil tertawa dingin ejeknya. "Hee hee he apakah kalian akan membunuh kami berdua dengan mengandalkan kekuatan kalian berdua ?" Kakek bercodet menganggap ilmu silat yang dimilikinya sudah mencapai tingkat yang paling tinggi, tentu saja ia tak pandang sebelah matapun terhadap diri pemuda itu, mendengar ucapan tadi dia pun naik pitam dan membentak dengan penuh kegusaran- "Bangsat Engkau berani menghina aku, lihat seranganku ini... akan kubacok badanmu sampai terbelah " Sambil berkata ia segera maju selangkah ke depan, dengan jurus Kay-thian-pit-tee atau membuka langit membacok bumi, telapaknya langsung diayun ke depan membacok dada sianak muda itu. Tenaga dalam yang dimiliki kakek tua itu benar-benar luar biasa sekali, bersamaan dengan dilancarkannya serangan tersebut angin pukulan yang sangat dahsyat bagaikan gulungan angin puyuh menyapu ke depan menggugurkan daun dan ranting, dari sini dapatlah diketahui bahwa kepandaian silatnya amat dahsyat. Sungguh aneh sekali, walaupun kakek bercodet itu memiliki kepandaian silat yang amat tinggi, akan tetapi diatas wajah penebang kayu tua itu sama sekali tidak terlintas rasa kaget dan ketakutan, dengan mulut membungkam dia hanya mundur dua langkah kebelakang dan berpeluk tangan- Ketika Gak In Ling menyaksikan tenaga pukulan yang dilancarkan orang itu demikian kejam dan telengasnya, hawa amarahnya langsung berkobar didalam dadanya, ia segera membentak. "Saudara, hatimu benar-benar kejam bagaikan ular berbisa."
404 Dengan gerakan Hek-tok-tiong-yang atau menyebrangi samudra berganda ia melayang kebelakang tubuh kakek tua itu, sementara telapak tangannya dengan gerakan Heng-saucian- kim atau menyapu rata seribu prajurit menyodok iga kakek tadi. Menghindarkan diri melancarkan serangan balasan semua dilakukan hampir di saat yang bersamaan, kecepatan gerak tubuhnya benar-benar mengejutkan hati. Agaknya kakek bercodet itu sama sekali tidak mengira kalau seorang pemuda yang begitu lemah-lembut ternyata memiliki ilmu silat yang luar biasa sekali lihaynya, tetapi sebagai seorang jago kawakan yang mempunyai pengalaman amat luas, setelah menyaksikan serangannya tidak mengenai pada sasaran, segera sadarlah dia bahwa musuh yang sedang dihadapinya adalah lawan yang amat tangguh, sebelum serangan Gak In Ling berhasil mengenai tubuhnya, dengan gerakan yang amat cepat ia sudah berkelit kesamping, kemudian melancarkan sebuah serangan balasan dengan jurus Ki-kek-cian-li atau menampik tamu seribu li. Walaupun serangan tersebut dilancarkan dalam keadaan tergesa-gesa namun ketepatan waktunya serta kejituan bagian yang diserang benar-benar mengagumkan sekali, secara persis ia telah menerima datangnya serangan angin pukulan dari Gak In Ling. "Blaaaaam " ditengah getaran yang amat keras ranting dan pohon-pohon siong sama-sama bergetar keras kemudian rontok keatas tanah, tubuh kakek bercodet itu mencelat sejauh lima depa dari tempat semula, darah panas dalam rongga dadanya bergelora amat keras. Dalam kagetnya kakek bercodet itu segera menengadah ke atas, hampir saja jantungnya copot dari dalam rongga dadanya, dengan terperanjat pikirnya didalam hati.
405 "Tidak mungkin, hal ini tak mungkin terjadi, anak itu berusia begitu muda. mana mungkin bisa memiliki ilmu silat yang demikian hebat dan mengerikan ?" Akan tetapi kenyataan sudah tertera didepan mata, Gak In Ling sama sekali tidak bergetar mundur barang selangkahpunjua, sikapnya masih tetap tenang seperti sediakala. Kakek yang lainpun merasa amat terperanjat sekali, tanpa sadar ia berjalan mendekati Gak In Ling, jelas kedua orang itu ada maksud untuk bekerja sama dalam menghadapi sianak muda itu. Dari balik sorot mata yang sayu dari penebang kayu tua itupun memancar keluar serentetan cahaya yang aneh, begitu tajam pandangan matanya itu seakan-akan sebilah pisau belati yang amat tajam, sorot mata itu ditujukan kepada Gak In Ling dan nampak jelas betapa terperanjatnya dan tercengangnya perasaan hati orang itu. Gak In Ling tertawa dingin, kembali ujarnya. "Huh Hanya mengandaikan sedikit kepandaian yang kalian berdua miliki sudah berani mengatakan kalau dikolong langit tiada perbuatan yang tak berani kalian lakukan, benar-benar manusia tak tahu diri" Nada suaranya penuh mengandung perasaan memandang remeh musuhnya. Kakek bercodet itu saling berpandangan sekejap dengan saudaranya yang berada dibelakang tubuh Gak In Ling, rupanya mereka telah bersiap sedia untuk turun tangan. Sekonyong-konyong, ketika itulah dari bawah tebing curam sebelah depan berkumandang datang suara jeritan ngeri yang amat menyayat hati, suara jeritan itu kian lama kian menjauh dan akhirnya suasana disekeliling tempat itu berubah jadi sunyi kembali.
406 Gak In Ling mengetahui suara jeritan itu pastilah berasal dari orang yang berada diatas keranjang tersebut, air mukanya seketika berubah jadi pucat serius. Dengan pandangan menyeramkan disapunya sekejap kedua orang itu, kemudian katanya. "Kalau kalian berdua tahu diri, aku harap sekarang juga silahkan enyah dari tempat ini, aku orang she Gak sama sekali tiada bermaksud untuk memperebutkan kitab pusaka itu, dan lagi kami pun tiada dendam sakit hati ataupun perselisihan apapun, aku tidak ingin mencelakai jiwa kalian berdua." Kakek bercodet itu segera mendengus dingin. "Hm Apakah kau anggap mampu untuk memenangkan kami berdua ?" ejeknya. Gak In Ling segera tertawa dingin. "Hee hee. hee kalau kalian berdua telah menyaksikan sepasang telapak tanganku ini, maka kamu berdua akan mengetahui jawaban ku" katanya sambil berkata perlahanlahan dia angkat sepasang telapak tangannya kedepan dada dan diperlihatkan kearah dua orang kakek itu. Ketika menyaksikan telapak tangan Gak In Ling berwarna merah darah, air muka kakek bercodet itu seketika berubah hebat, dengan hati amat terkesiap buru-buru ia mundur beberapa langkah kebelakang, serunya dengan nada setengah menjerit. "Aaah Telapak maut ?" Kakek yang berada dibelakang tubuh Gak In Ling jadi amat terperanjat setelah mendengar teriakan dari saudaranya, dia pun ikut berteriak keras. "Apa ? Telapak maut?" Sambil berseru secara beruntun tubuhnya mundur pula beberapa langkah kebelakang, hampir semua gerak-geriknya persis seperti saudaranya. Sekali lagi dari balik mata penebang kayu tua itu memancarkan cahaya kilat yang amat tajam, seakan-akan semua perbuatan dan semua kejadian yang diperlihatkan Gak
407 In Ling sama sekali diluar dugaannya membuat ia merasa sulit untuk mempercayainya. Dengan pandangan dingin sekali lagi Gak In Ling menyapu sekejap kearah kakek bercodet itu serunya. "Aku harap kalian berdua berlalu dari sini " Setelah menyaksikan telapak maut, kedua orang kakek tua yang semula datang dengan penuh semangat itu, bagaikan balon yang kehabisan udara jadi kempes dan sama sekali tak bersemangat lagi, hasrat untuk mencari kitab pusaka itu pun lenyap seketika itu juga. Kakek bercodet menarik napas panjang-panjang, kemudian ujarnya. "Baik..... baik...... baik ini hari kami dua bersaudara mengaku kalah, tapi pemberian yang kau perlihatkan pada saat ini, suatu ketika pasti akan kami tuntut balas" Habis berkata ia menyapu sekejap kearah kakek tua yang berada dibelakang tubuh Gak In Ling dan serunya. "Mari kita pergi " habis berkata ia siap berlalu dari sana. Tiba-tiba penebang kayu tua itu menyela sambil tertawa. "Apakah kalian berdua akan pergi dengan begitu saja ?" Pada saat itu kakek bercodet itu sedang merasa mendongkol dan gusar sekali, mendengar teguran tersebut ia segera berhenti dan melampiaskan seluruh kemendongkolannya kepada orang tua itu bentaknya. "Ada apa ? Kakek tua, apakah kau hendak menahan kami berdua ditempat ini ?" "Apakah kalian berdua merasa bahwa hal ini tak mungkin terjadi ?" penebang kayu itu balik bertanya sambil tertawa. Dua orang kakek itu semakin gusar sekali, mereka tertawa seram dan berteriak.
408 "Haa haa haa harimau kalau sedang sial, anjingpun berani mengusik Keparat tua, rupanya kau sudah bosan hidup dikolong langit" Sembari berkata sorot matanya tanpa terasa menyapu sekejap kearah Gak In Ling, jelas dalam hati kecilnya kedua orang itu merasa jeri sekali terhadap sianak muda. "Haa haa haa " penebang kayu itu tertawa bergelak, "kalian dua orang bersaudara tidak lebih hanyalah sepasang setan bengis dari gunung Long-san, sejak kapan telah berubah jadi harimau ? Tak tahu malu " Air muka kedua oraag itu seketika itu juga berubah hebat, mereka adalah jago-jago persilatan yang berpengalaman luas, dari ucapan penebang kayu itu yang mengetahui asal-usulnya, dapat diduga kalau orang tersebut bukanlah penebang kayu biasa. Kakek beralis buntung segera berseru. "Darimana engkau bisa tahu tentang asal-usul dari kami berdua ?" Nada suaranya jauh lebih lunak dari keadaan pertama kali tadi. Penebang kayu itu tertawa dingin. "Hee hee hee dua manusia bengis dari gunung Long-san, apakah kalian berdua mengira aku benar-benar seorang penebang kayu ?" Sambil berkata dari balik matanya secara tiba-tiba terpancar keluar dua rentetan cahaya tajam yang mengerikan, dan langsung menatap wajah sepasang manusia bengis dari gunung Long-san tanpa berkedip. Ketika Long-san-ji-oh berpandangan mata dengan orang itu, tanpa sadar tubuh mereka kembali mundur satu langkah kebelakang. Dengan perasaan tak tenang kakek bercodet itu segera berkata. "Mungkin kau bukan penebang kayu biasa, hari ini kami dua bersaudara sudah terlalu lama mengganggu
409 ketenanganmu, dan sekarang ijinkan-lah kami untuk mohon diri." selesai berkata ia segera memberi hormat kepada orang itu. Penebang kayu tersebut tertawa. "Belum pernah ada orang yang menuruni bukit can-thianhong ini dalam keadaan hidup, setelah berani mendatangi tempat ini, Gui Ji Hay Engkau serta adikmu Gui Ji Kang tentu saja tidak terkecuali pula, aku ingin sekali mengantar keberangkatan kalian itu " Air maka Gui Ji Hay atau kakek bercodet itu kontan berubah sangat hebat, serunya. "Kami dua saudara tak berani merepotkan kau orang tua, biarlah sekarang juga kami mohon diri." Selesai berkata ia mengerling sekejap kearah Gui Ji Kang, kemudian dengan gerakan tubuh yang amat cepat ia berkelebat menuju kearah mana ia munculkan diri tadi. Menyaksikan perbuatan orang-orang itu, penebang kayu itu segera tertawa panjang dengan suara yang menyeramkan- "Haa haa haa belum pernah tebing cah-thian-bong mengijinkan manusia luar untuk menuruni tempat ini dalam keadaan hidup," Selesai berkata telapaknya segera diayunkan kedepan, tidak nampak gerakan apakah yang di-gunakan, tahu-tahu sepasang manusia bengis dari gunung Loog-san telah roboh terjungkal kurang lebih lima tombak jauhnya dari tempat semula, daa kebetulan sekali tempat itu bukan lain adalah di tempat dimaua mereka munculkan dirinya tadi^ Gak In Ling merasa terperanjat sekali, karena dia tahu sepasang manusia bengis dari gunung Long-san bukanlah manusia sembarangan, tetapi didalam satu gebrakan tangan yang sangat sederhana itu berhasil merobohkan kedua orang itu pada jarak lima tombak jauhnya, dari sini dapat dibuktikan kalau tenaga dalam yang dimiliki orang itu benar-benar mengejutkan hati.
410 Tiba-tiba satu ingatan berkelebat lewat dalam benak Gak In Ling, membuat sianak muda itu sadar kembali. Segera pikirnya dengan perasaan gemas. "Rupanya dewi burung hong indah yang telah mengantar aku datang kemari, rupanya dia sudah tahu kalau diatas puncak cah-thian-hong hidup seorang tokoh persilatan yang sangat lihay sekali, karena itu dia hendak meminjam tangan orang ini untuk melenyapkan diriku dari muka bumi ah, aku benar-benar bodoh sekali, kenapa tidak sedari tadi kuingat akan persoalan ini ? Kalau bukan dia yang membawa aku datang kemari lalu siapa lagi ?" Sebagai seorang pemuda yang berhati polos, setelah merasa tidak puas dengan perbuatan gadis itu, perasaan tersebut pun dengan cepat tertera jelas diatas wajahnya. Tibatiba terdengar penebang kayu itu menegur. "Hey, orang muda, wajahmu memperlihatkan perasaan gusar, apakah kau menganggap aku tidak sepantasnya untuk mencelakai jiwa kedua orang ini ?" Gak In Ling mengetahui bahwa kakek tua itu sudah salah mengerti tentang perasaan hatinya, akan- tetapi ia tidak memberikan penjelasan lebih jauh, segera katanya. "Walaupun kedua orang itu mempunyai tujuan dan maksud yang tidak benar, akan tetapi mereka tokh tidak berhasil mendapatkan kitab pusaka seperti yang mereka katakan, karena itu aku percaya bahwa lo-tiang tak akan mencelakai jiwa mereka berdua" Gak In Ling adalah seorang pemuda yang polos dan jujur, walaupun berulang kali sepasang manusia bengis dari gunung Long-san memperolok-olok dan menghina dirinya, akan tetapi ia tidak ingin mencelakai jiwa kedua orang itu. Penebang kayu itu tertawa dan mengangguk "Aku sudah tujuh atau delapan puluh tahun lamanya tak pernah membunuh manusia, tentu saja aku tak mungkin akan
411 melanggar pantangan membunuh yang telah kupegang teguh selama ini, akan tetapi hati mereka tidak jujur dan lagi serakah, manusia semacam ini sudah tidak sepantasnya kalau dilepaskan dengan begitu saja tanpa diberi ganjaran yang setimpal." Tidak menanti Gak In Ling buka suara, ia sudah maju kedepan, setelah mengempit sepasang tubuh manusia bengis dari gunung Long-san segera bergerak menuju keluar hutan- Gak In Ling sangsi sebentar, kemudian tanyanya. "Lo-tiang, apa yang hendak kau lakukan? Engkau akan pergi kemana ?" "Aku akan pergi ketempat mana engkau hendak menolong orang itu." jawab penebang kayu itu tanpa berpaling ataupun menghentikan langkahnya. Maka dengar jawaban tersebut, sekujur tubuh Gak In Ling gemetar keras, jelas ia telah kaget karena tujuan kedatangannya ketempat itu sudah terlupakan sama sekali. Menyaksikan penebang kayu itu sudah berada sepuluh tombak jauhnya dari tempat semula, buru-buru Gik In Ling berteriak keras. "Lo-tiang, harap tunggu sebentar, aku ikut." dia segera enjotkan badannya dan menyusul dari belakang. Kakek penebang kayu yang berjalan di depan walaupun sepintas lalu kelihatan bahwa perjalanan dilakukan dengan amat lambat, akan tetapi dalam kenyataan cepatnya luar biasa, sekalipun Gak In Ling sudah mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya, namun ia masih tetap tak berhasil untuk menyusul dirinya. Luas puncak can-thian-hong tersebut tidaklah begitu besar, tempat itu hanya selisih jarak sejauh enam puluh tombak dari tebingnya yang curam tersebut, dalam kejar-mengejar itu
412 tidak selang beberapa saat mereka telah tiba di tempat tujuan- Jarak antara Gak In Ling dengan penebang kayu itu terpaut sepuluh tombak lebih, oleh karena itu menanti ia tiba pula di tempat puncak tebing batu karang tersebut, penebang kayu itu sudah berada disana beberapa saat lamanya. Gak In Ling menyapu sekejap kesekeliling tempat itu, terlihatlah belasan buah keranjang besar ditempat itu, sementara tubuh manusia bengis dari gunung Long-san telah dimasukkan kedalam dua buah keranjang bambu. Melihat kesemuanya itu Gak In Ling segera mengetahui apakah tujuan dari penebang kayu itu, dengan hatinya yang bajik tentu saja pemuda itu tidak ingin membiarkan perbuatan itu tidak sampai terulang kembali, sambil mendengus dingin segera ujarnya. "Hmm Rupanya orang-orang itu mati ditanganmu semua, apakah kau tidak merasa perbuatanmu terlalu kejam dan tidak mengenal perikemanusiaan ?" Air muka penebang kayu itu berubah hebat dengus gusar ia segera menegur. "Hm, kau berani menasehati aku ?" "Menghormati kaum tua dan cendikiawan merupakan tugas dan kewajiban setiap angkatan muda, tetapi dengan usiamu yang telah lanjut ternyata segala tingkah dan laku serta perbuatanmu tidak sebuahpun yang patut dihargai, kau suruh aku bagaimana mungkin bisa menghormati dirimu ?" Penebang kayu ini merupakan seorang tokoh persilatan yang mempunyai asal-usul besar, tempo dulu ia pernah malang-melintang dalam dunia persilatan tanpa menemui tandingan, belum pernah ada seorang manusiapun yang berani bicara kasar terhadap dirinya, sungguh tidak dinyana setelah mengasingkan diri banyak tahun, seorang pemuda yang lemah-lembut ternyata berani menilai serta mencemooh
413 perbuatannya, dapat dibayangkan betapa gusarnya kakek tua itu. Dengan perasaan amat mendongkol ia tertawa terbahakbahak lalu serunya lantang "Haa haa.... haa .... bagus, bagus keparat cilik Kau memang punya semangat serta keberanian, cuma sayang kau belum mempertimbangkan situasi serta keadaanmu pada saat ini." Meskipun tenaga dalam yang dimiliki Gak In Ling amat sempurna, tak urung perasaan hatinya bergolak juga setelah mendengar perkataan yang sangat tajam itu, ia tarik napas panjang-panjang untuk menekan perasaan kaget dalam hatinya, kemudian dengan nada dingin ia berseru. "Sejak kusaksikan caramu turun tangan untuk menghadapi sepasang manusia bengis cari gunung Long-san, aku telah mengetahui bahwa jiwakupun terancam mara bahaya. Tetapi berdiri di-atas garis kebenaran, bagaimanapun juga aku harus menyelesaikan dahulu perkataan yang akan kuucapkan keluar." Mendengar ucapan itu satu ingatan berkelebat dalam benak penebang kayu itu, serunya. "Engkau tokh memiliki ilmu telapak maut, kenapa kau mengatakan bahwa kepandaian silatmu masih bukan tandinganku ?" Gak In Ling tertawa. "Meskipun aku memiliki ilmu telapak maut akan tetapi jurus-jurus pukulanku tidak lengkap dan setengah-setengah belaka, untuk melawan seorang perempuan saja tak mampu, bagaimana mungkin aku bisa menangkan kepandaian silatmu." "Engkau tokh belum pernah turun tangan melawan diriku, darimana pula kau bisa tahu kalau kepandaian silatmu belum
414 mampu untuk menandingi kepandaian silatku ?" Gak In Ling tertawa dingin "orang lain datang kemari untuk mencari kitab pusaka telapak maut, akan tetapi tak seorang pun yang berhasil mendapatkan kitab tersebut, kalau dibilang mereka tak mampu menandingi kepandaianmu, masa untuk mencaripun tidak mampu ? oleh karena itu menurut dugaanku, kitab pusaka telapak maut hanya merupakan suatu umpan untuk memancing perhatian orang belaka, sementara orang yang benar-benar memiliki kepandaian sakti itu adalah kau sendiri, bukankah begitu ?" Mendengar perkataan itu diam-diam penebang kayu itu anggukkan kepalanya berulang kali, pikirnya. "Daya pikir bocah ini benar-benar amat cermat dan teliti, kalau dia memang sudah tahu kalau berita tersebut hanya merupakan umpan untuk memancing perhatian belaka, kenapa dia sendiripun datang kemari ? Bukankah hal ini aneh sekali ?" Berpikir sampai disini, ia segera bertanya. "Bocah muda, meskipun kau cerdik dan mengetahui kalau tempat ini adalah pintu gerbang menuju kemaut, tetapi kau telah menerjang masuk pula tempat berbahaya ini, bisakah aku mengetahui apa alasanmu datang kemari ?" Gak In Ling tertawa dingin- "Hm, aku bisa muncul disekitar puncak cah-thian-hong ini lantaran sudah terkena tipu muslihat seseorang, dan maksud kedatanganku ke atas puncak inipun bertujuan menolong orang." Dengan pandangan mata yang sangat tajam penebang kayu tua itu menatap wajah Gak In Ling taupa berkedip. kemudian tegurnya. "Benarkah kedatanganmu kemari bukan lantaran untuk mencari kitab pusaka telapak maut?"
415 "Hee hee. hee sekalipun sekarang juga aku berhasil mendapatkan kitab pusaka tersebut, juga sama sekali tak ada waktu untuk mempelajarinya, buat apa aku harus mencari kitab yang sama sekali tak ada gunanya ?" seru Gak In Ling sambil tertawa dingin tiada henti-nya. "Engkau tak ada waktu untuk mempelajarinya ? Kenapa ?" tanya penebang kayu itu dengan perasaan tidak mengerti. "Itu urusan pribadiku seudiri, dan aku tak ingin memberitahukan kepadamu" Dalam hati kecilnya penebang kayu itu berpiklr. "Tubuhnya sudah mengidap suatu penyakit akibat keracunan, usianya paling banter hanya bertahan sampai setengah tahun lagi, hm, ia memang tidak bohong, karena waktu selama setengah tahun memang sama sekali tak ada gunanya bagi dia." Berpikir sampai disini diapun bertanya. "Engkau mengatakan bahwa dirimu bisa datang kemari karena terkena tipu-muslihat seseorang, siapakah orang itu ?" "Seorang perempuan muda "jawab Gak In Ling dengan airmuka berubah jadi merah-padam. Penebang kayu itu mempunyai ketajaman mata yang luar biasa, dari perubahan sikap sianak muda itu, dia segera dapat menebak keadaan yang sebenarnya, maka sambil tertawa ujarnya. "Ilmu silatnya jauh lebih tinggi daripada dirimu, bolehkah aku mengetahui sampai dimanakah taraf kelihayan kepandaian silatnya itu ?" Sekali lagi air muka Gak In Ling berubah jadi semu merah karena jengah, ia tertawa getir. "Untuk melawan sepasang kakinya saja aku tak mampu, coba bayangkan saja sampai dimana keampuhan dari ilmu silatnya itu." Penebang kayu itu jadi sangat terperanjat.
416 Tanpa sadar ia berseru cepat. "Aaah sungguhkah telah terjadi peristiwa semacam itu? Siapakah namanya dan berapa kah umurnya?" "Usianya kurang-lebih sebaya dengan usiaku, nama aslinya aku tidak tahu, akan tetapi aku tahu bahwa dia disebut orang sebagai Dewi burung hong indah." Begitu didengarnya nama perempuan itu, air muka penebang kayu itu berubah sangat hebat. "Dewi burung hoag indah? Aaah, benar. hanya dialah yang mengetahui kalau aku berdiam ditempat ini, ia mengantar kau datang kemari sama sekali tidak bermaksud jahat, saudara cilik, engkau tak boleh menaruh pandangan salah paham terhadap dirinya." Tiba-tiba nada ucapannya berubah jadi sungkan sekali Terhadap tingkah laku serta perbuatan dari dewi burung hong indah, boleh dibilang Gak In Ling sudah mempunyai kesan yang jelek. tentu saja ia tak mau mempercayai kakek tua itu, sambil tertawa dingin ejeknya. "Haa haa .... haa. ... tiada maksud jelek? Huh, dia hanya akan meminjam tanganmu untuk melenyapkan aku dari muka bumi apakah perbuatan semacam ini merupakan suatu maksud yang tidak jelek ?" Penebang kayu itu menghela napas panjang. "Aaai meminjam tanganku untuk melenyapkan engkau ? Kau keliru besar Selamanya perbuatan dari mereka guru dan murid selalu tersendiri dan semua urusan dapat dibereskan dengan kekuatan mereka sendiri, belum pernah mereka minta bantuan orang, apalagi suruh aku ikut mencampuri urusan ini, saudara cilik Engkau terlalu banyak curiga." Gak In Ling merasa tidak puas, kembali tegurnya. "Ia telah melakukan sesuatu perbuatan dialas tubuhku, apakah hal inipun tidak benar"
417 Penebang kayu itupun tertegun, tiba-tiba seakan- akan sudah memahami akan sesuatu, ia tertawa. "Kemungkinan besar ia memang sedang membohongi dirimu, kalau ia telah melakukan sesuatu diatas badanmu, masa engkau tak akan merasakan sesuatu gejala yang tidak beres ?" "Setelah ia berlalu aku telah berjumpa kembali dengan serombongan musuh-musuh yang amat tangguh dan hampir saja aku terluka ditangan mereka, perbuatannya terhadap tubuhku mungkin saja tanpa sengaja telah bebas dengan sendirinya setelah jalan darahku ditotok oleh musuh-musuh besarku itu." Tiba-tiba penebang kayu itu tertawa terbahakbahak. "Haa haa.. haa menotok jalan darah dapat membebaskan totokan jalan darah ? Dikolong langit masih belum terdapat kepandaian silat semacam ini," serunya, "lagi pula aku ingin bertanya kepadamu, kalau memang kau telah ditotok jalan darahmu oleh musuh-musuh besarmu, lalu secara bagaimana sekarang bisa hidup kembali ditempat ini?" "Tentu saja dialah yang telah mengantarkan aku datang kemari " "Dan itu berarti pula bahwa musuh-musuh besarmu itu telah dibunuh mati semua oleh dirinya bukan ?" sambung penebang sambil tertawa tergelak. Sampai disitu Gak In Ling tak dapat membantah lagi, kenyataan yang terbentang dihadapannya memang begitu, seandainya orang-orang dari lembah pemutus sukma tidak mati dibunuh semua. mereka tak mungkin akan bersedia untuk melepaskan dirinya, tetapi kalau dikatakan dewi burung hong indah telah membinasakan orang-orang itu lantaran hendak menyelamatkan jiwanya lalu apa sebabnya ia sampai berbuat demikian ? Tentu saja ia tidak tahu kalau dewi burung
418 hong indah telah menyembuhkan pula luka dalam yang diderita olehnya. Segera putar otak berpikir pulang pergi namun tidak berhasil menemukan jawaban yang tepat, tanpa terasa Gak In Ling berpikir "Bagaimanapun juga ia tak mungkin menaruh maksud baik terhadap diriku, buat apa aku harus memikirkan tentang dirinya ?" Dalam pada itu penebang kayu itu sudah bertanya kembali. "Saudara cilik, apakah kau telah berhasil menemukan jawaban yang tepat ?" "Tiada persoalan lain yang dapat kupikirkan lagi," jawab Gak In Ling dengan tawar, "pokoknya dia tak mungkin menaruh maksud baik terhadap diriku " Satelah berhenti sebentar, katanya lagi. "Sekarang hukuman apa yang akan kau jatuhkan terhadap diriku ?" Penebang kayu itu menggeleng. "Aku tidak mungkin dapat berbuat demikian terhadap dirimu, seandainya saudara cilik merasa tidak keberatan maka bagaimana kalau kau berdiam selama beberapa bulan disini ? Aku bersedia untuk mewariskan ilmu telapak maut yang kumiliki itu kepadamu." Mendengar perkataan itu Gak In Ling nampak tertegun, lalu bertanya. "Kenapa begitu ?" "Aaai dikemudian hari kau akan mengetahui dengan sendirinya, kalau suruh aku mengatakannya sekarang maka tak ada habisnya " Nada suara itu begitu memilukan hati membuat orang lain yang mendengar itu merasa iba. Perasaan hati Gak In Ling berubah jadi lunak. dengan suara halus katanya.
419 "Kakek tua, masa hidupku dialam ini sangat terbatas, waktu bagiku jauh lebih berharga dari emas, aku tak bisa berdiam lebih lama lagi di tempat ini, jika engkau dapat mengampuni kesalahanku yang telah mengganggu ketenanganmu, biarlah aku mohon diri saja." Selesai berkata ia menjura dalam-dalam ke arah kakek tua itu. Kakek penebang kayu itu mengangguk. "Hm, rupanya kau memang benar-benar berhati mulia, semoga saja sejak kini engkau dapat bersikap lebih baik terhadap dewi burung hong indah, dan semoga juga engkau bisa merubah pandanganmu yang terlalu sempit terhadap dirinya." selesai berkata dari dalam sakunya dia ambil keluar sejilid kitab serta sebutir pil warna merah sebesar buah kelengkeng, sambungnya lebih jauh. "Kitab ini merupakan catatan ilmu telapak maut, tapi tidak lengkap dan hanya terdiri dari sembilan jurus belaka, disamping itu masih tercantum pula sejenis ilmu silat yang maha aneh, bilamana engkau menginginkan bisa mempelajari, ilmu tersebut secara keseluruhan dan komplit maka kau harus pergi mencari seseorang yang lain sebab hanya orang itu saja yang memiliki kepandaian tersebut secara komplit. Pada waktu itu mungkin dikolong langit sudah tiada orang lagi yang mampu menakluki dirimu, pil warna merah ini makanlah jika penyakitmu sedang kambuh, kendatipun tak dapat menyembuhkan penyakit yang sedang kau derita akan tetapi bisa memperpanjang masa hidupmu tiga sampai lima bulan lebih panjang, dalam waktu yang cukup singkat itu engkau bisa berusaha keras untuk menemukan obat pemunah racun tersebut. Nah, ucapanku hanya sampai disini saja, terimalah pemberianku ini " Gak In Ling benar-benar tidak habis mengerti, apa sebabnya kakek penebang kayu tersebut bersedia menyerahkan kitab pusaka yang jauh lebih berharga dari
420 jiwanya itu kepadanya, maka dengan hati sangsi bercampur ragu tanyanya. "Kakek..." "Kau tak usah menampik," tukas kakek penebang kayu dengan cepat, "ingatlah aku bukanlah seorang laki-laki yang berjiwa besar dan rela memberikan barang miliknya dengan begitu saja, aku berbuat demikian tentu saja karena aku mempunyai tujuan tertentu, kalau kau bersedia menerima pemberianku ini berarti engkau telah mengasHani diriku, kalau engkau tidak bersedia untuk menerimanya sudah tentu akupun takkan memaksa lebih jauh." Ucapannya begitu tulus dan bersungguh-sungguh, nadanya penuh permintaan belas-kasihan. Tanpa sadar Gak In Ling menerima pemberian kitab pusaka serta obat tersebut, ia bertanya. "Bolehkah aku mengetahui siapakah nama kakek ?" Kakek penebang kayu itu menggeleng. "Segala sesuatu akan kau ketahui sendiri di kemudian hari, pokoknya aku bukanlah orang jahat seperti apa yang kau bayangkan didalam benakmu itu." Berbicara sampai disini tiba-tiba ia lancarkan satu pukulan mendorong keranjang bambu yang berisi dua manusia bengis dari bukit Long-san kebawah tebing jurang, dan sambungnya dengan senyum. "Demi keselamatanmu dikemudian hari, mau tak mau terpaksa aku harus berbuat begini " Selesai berkata ia enjotkan badan berkelebat kedalam hutan, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya telah lenyap dari pandangan- Memandang bayangan punggung kakek penebang kayu yang lenyap dari pandangan, pelbagai masalah yang mencurigakan berkelebat memenuhi benak Gak In Ling,
421 pertanyaan itu muncul dari kakek penebang kayu yang misterius itu, dan ia gagal untuk menemukan jawaban. Air yang deras mengalir ditengah sungai yang berliku-liku antara batu tebing yang curam dan terjal. Ketika itu sang surya telah tenggelam dibalik bukit, sisa cahaya yang merah meninggalkan berkas sinar yang amat indah ditengah udara, membuat pemandangan disekitar perbukitan tersebut kelihatan bertambah indah dan menawan hati. Burung beterbangan melewati dahan pohon kembali kesarangnya, binatang kecil bergerombol kembali kegUa masing-masing, sebab waktu itu adalah saat mereka untuk beristirahat. Pada waktu itulah diatas tebing karang yang berhadapan dengan sungai, muncul seorang pemuda baju hitam yang sedang bergerak mengikuti jalur sungai mendaki keatas bukit, terlihatlah tiap jangkauan langkahnya mencapai empat-lima puluh tombak jauhnya, begitu cepat gerakan tubuhnya seakan-akan kilat yang menyambar diangkasa. Sisa sinar matahari menyinari wajahnya yang tampan, secara lapat-lapat dapat ditemui bahwa dibaiik biji matanya yang hitam terselip perasaan benci, murung dan kesaL Angin berhembus lewat menggoncangkan ujung bajunya yang berwarna hitam, ditengah bukit karang yang sepi, ia nampak begitu menyendiri dan kecil. Hari kian lama kian bertambah gelap. akhirnya pemuda baju hitam itu berhenti diatas sebuah puncak bukit yang penuh dengan rumput hijau, sorot matanya ditujukan kearah tebing tinggi yang terbentang di hadapannya, seakan-akan dia sedang mencarijalan untuk menaiki tebing itu. Mendadak kurang-lebih duapuluh tombak di belakang tubuh pemuda baju hitam itu, berkumandang datang suara
422 teguran yang dingin dan menyeramkan-"orang muda, apakah kau tersesat ?" Pemuda baju hitam itu tercekat hatinya, tetapi ia tak segera putar badan, dengan ketenangan yang luar biasa ia tertawa ringan lalu menjawab. "Apakah kau juga menemui kesulitan seperti apa yang sedang kualami ?" sambil berkata perlahan-lahan ia putar badan. Diatas sebuah batu cadas kurang lebih dua puluh tombak dihadapannya, berdirilah seorang kakek tua baju hijau, usianya diantara enam puluh tahunan, paras mukanya berwarna hitam pekat, sepasang matanya cekung kedalam, hidungnya seperti elang dengan mulut yang lebar, membuat siapapun yang memandang segera mendapat kesan bahwa kakek tua itu berwatak licik dan berbahaya. "Tidak." terdengar kakek baju hijau itu berkata sambil tertawa dingin. "Aku sudah banyak tahun berdiam diatas bukit ini, tidak mungkin aku bakal tersesat lagi, barusan aku lihat gerakan tubuhmu sangat enteng dan cepat, jelas merupakan seorang jago dari dunia persilatan, dan aku merasa heran ada urusan apakah kau datang kemari ?" "Bukankah kau sendiri pun berada disini?" seru pemuda baju hitam itu balik bertannya dengan suara dingin. "Mau apa engkau berada di sini ?" Airmuka kakek baju hijau itu berubah jadi serius. "Bukankah sejak tadi telah kukatakan, sudah banyak tahun aku berdiam disini, kalau aku tidak berada disini lalu harus berada dimana ?" serunya. "Hm Aku dengar diatas bukit ini terdapat sebuah benteng yang disebut benteng Hui-in-cay, apakah kau adalah anggauta dari benteng tersebut?"
423 Mula-mula kakek tua baju hijau itu agak tertegun setelah mendengar perkataan tersebut, tiba-tiba sambil tertawa bergelak sahutnya. "Haa haa.... haa sedikitpun tidak salah, diatas bukit memang terdapat sebuah benteng Hui-in-cay yang ditempati orang, aku bernama Teng san-tiau rajawali penunggu bukit Bu Jin apa maksudmu datang kemari ?" Air muka sang pemuda baju hitam yang tampan tiba-tiba berubah jadi dingin menyeramkan, katanya. "Aku adalah Gak In Ling " Air muka kakek tua baju hijau itu berubah hebat setelah mendengar sebutan itu, sorot matanya tanpa sadar berkeliaran memandang sekejap ke sekeliling tempat, lalu serunya tanpa sadar. "Jadi kau adalah Gak In Ling ?" Tiba-tiba ia merasa bahwa sikapnya sudah terlalu menurunkan derajat sendiri, buru-buru ia tarik napas panjang serta menenteramkan hatinya seraya tertawa katanya kembali. "Apakah kau datang kemari untuk menjenguk ibumu ?" "ooh dia masih hidup ?" Gak In Ling tertawa seram. Mendengar jawaban itu Rajawali penunggu bukit Bu Jin merasakan hatinya bergetar keras, dari nada suara Gak In Ling dapat diraba olehnya bahwa persoalan yang bakal terjadi pada saat ini tak akan bisa dibereskan secara baik-baik, biji matanya yang licik sekali lagi menyapu sekejap kesekeliling tempat itu, pikirnya dengan cepat. "Menurut khabar berita yang tersiar didalam dunia persilatan mengatakan bahwa tenaga dalam serta kepandaian silat yang dimiliki bangsat ini tiada tandingannya dikolong langit, apabila keadaan tidak terlalu memaksa aku tak usah
424 bergebrak dengan dirinya, apa salahnya kalau aku coba untuk membohongi dirinya ?" Berpikir sampai disini, ia segera tertawa dan menunjukkan wajah setenang-tenangnya, lalu menjawab. "Tentu saja ia berada dalam keadaan sehat walafiat seperti dulu kala cay-cu, kami tokh saudara angkat dari ayahmu, aku rasa sikap hormatnya terhadap ibumu tentu bisa dibayangkan oleh siapapun juga, kenapa sih engkau mengucapkan katakata seperti itu?" Berbicara sampai disini wajahnya pura-pura menunjukkan sikap marah, lagak orang ini untuk bermain sandiwara benarbenar sangat mengagumkan sekali. Seandainya sesaat sebelum menemui ajalnya Gak In Hong kakak perempuan dari Gak In Ling tidak meninggalkan pesan terakhir diatas telapak tangannya, pada saat ini sianak muda itu niscaya sudah terpikat oleh perkataannya yang manis didengar itu. Gak In Ling segera tertawa. "Hee hee...... hee benar, dia dengan ayahku memang merupakan saudara angkat, cuma sayang, manusia dikolong langit sering kali lain di mulut lain dihati, tak seorang pun yang dapat di-percaya, lalu apa gunanya untuk saling angkat saudara " "Engkau berani bersikap kurang ajar terhadap supekmu." teriak Rajawali penunggu bukit Bu Jin pura-pura gusar. Wajah Gak In Ling berubah semakin dingin tiba-tiba dari balik matanya memancar keluar sinar yang menggidlkan hati, ujarnya menyeramkan- "Lo-ji, kau tak usah berpura-pura berlagakpilon lagi, kedatangan dari aku orang she Gak ke tempat ini sekarang adalah untuk mencuci bersih benteng Hui-in-cay dengan darah segar.... dan kau, adalah korbanku yang pertama."
425 Seraya berkata selangkah demi selangkah ia maju kedepan menghampiri tubuh Rajawali penunggu bukit Bu Jin. Hawa menyeramkan yang memancar keluar dari tubuh Gak In Ling, memaksa Rajawali penunggu bukit Bu Jin secara beruntun mundur tiga langkah ke belakang dalam keadaan begini hanya ada satu pikiran yang berkelebat di dalam benaknya, ia berpikir. "Kalau aku tidak suruh mereka unjukkan diri pada saat ini, mungkin sebentar lagi keadaan akan tidak sempat lagi." Berpikir sampai disini, ia segera bersuit panjang. Gak In Ling sama sekali tidak menggunakan kesempatan itu untuk melancarkan serangan ke-arahnya, dia hanya menunggu dengan tenang, senyuman mengerikan tersungging diujung bibirnya, napsu membunuh yang menyelimuti wajah yang tampanpun nampak semakin menebal. Bersamaan dengan berkumandangnya suara suitan tersebut, tiba-tiba dari empat penjuru sekeliling tempat itu berkumandang datang suara bentakan yang bergema saling susul-menyusul, dari batik batu cadas yang besar berlompatanlah belasan orang pria kekar baju hijau, wajah mereka rata-rata bengis dan bersemangat tinggi, dalam waktu singkat Gak In Ling sudah terkepung ditengah kalangan- Dari sikap mereka sombong dan tinggi hati, dapat dilihat bahwa orang-orang itu sama sekali tidak memandang sebelah mata pun terhadap pemuda yang kelihatannya lemah dan tak bertenaga itu. Rajawali penunggu bukit Bu Jin sendiri setelah menyakslkan kemunculan dari belasan orang pria kekar baju hijau itu, perasaan tegang yang semula menyelimuti wajahnya kini telah mengendor kembali, pikirnya. "Sekalipun kau Gak In Ling memiliki tiga kepala enam lengan, jangan harap bisa meloloskan diri dari gabungan sepuluh orang malaikat kim-kong dari benteng Hui-in-cay kami
426 diantara seratus nol delapan jago lainnya. Hm, tunggu saja kelihayanku " Berpikir sampai disini rasa percayanya pada diri sendiri makin bertambah tebal, ia segera tertawa seram dan berseru. "Haa haa haa....:.. bocah cilik she Gak. coba berpalinglah kesekeliling tubuhmu. Hm, ditengah amukan ombak sungai pada hari ini kemungkinan besar akan bertambah lagi dengan sesosok sukma gentayangan-" Nada suaranya begitu bangga dan gembira. "Tidak. bukan hanya sesosok sukma gentayangan, semestinya ada sebelas orang." jawab Gak lu Ling sambil tertawa seram pula. Nada suaranya begitu tenang dan datar, tetapi membawa hawa bergidik yang bikin bulu roma pada bangun berdiri. Belasan orang itu sama-sama tercekat hatinya setelah mendengar perkataan itu, dalam hati kecil masing-masing mendadak muncul suatu perasaan sesak yaag aneh dan belum pernah dirasakan sebelumnya. Tiba-tiba dari arah belakang tubuh Gak In Ling berkumandang datang suara bentakan yang disertai nada gusar. "Bocah keparat, roboh kau ketanah " Mengikuti suara bentakan tersebut, dari belakang tubuh Gak In Ling muncullah segulung angin pukulan yang maha dahsyat bagaikan ambruknya sebuah bukit karang, cukup ditinjau dari datangnya angin pukulan itu bisa diduga sampai di manakah dahsyatnya tenaga dalam yang dimiliki orang itu. Gak In Ling sama sekali tidak bergerak dari tempat semula, terhadap datangnya ancaman ia sama sekali tidak berkelit, hanya napsu membunuh yang menyelimuti wajahnya yang bertambah tebal, terdengar ia tertawa seram dan berseru. . "Dialah korbanku yang pertama "
427 Sementara bicara sampai disitu, angin pukulan yang menyerang datang sudah mencapai jarak hanya setengah cun dibelakang tubuhnya. Belasan orang lainnya yang menyaksikan kejadian itu tanpa sadar telah berpikir dalam hati nya. "oh ..... rupanya kita sudah menilai terlalu tinggi tentang keparat cilik itu, kiranya dia masih belum mampu untuk membedakan mana hembusan angin dan mana angin serangan-" Pada saat itulah Gak In Ling menyingkir kesamping, lalu membentak keras. "Roboh kamu " Gerakan tubuhnya begitu cepat, membuat orang sukar untuk mempercayainya, baru saja ucapannya selesai diutarakan keluar, segulung angin pukulan yang mengerikan telah dilancarkan kearah belakang tubuh. "Blaaaam." terjadilah bentrokan keras yang menggetarkan diseluruh angkasa, disusul jeritan ngeri yang menyayat hati bergema memecahkan kesunyian, sesosok tubuh yang tinggi besar mencelat sejauh tujuh tombak lebih dari tempat semula dan roboh terkapar diatas tanah dalam keadaan tak bernyawa lagi, darah kental mengalir keluar dari ketujuh lubang inderanya. Semua perubahan berlangsung dengan cepatnya dan didalam waktu yang amat singkat, ketika belasan orang itu merasakan pandangan matanya jadi kabur, tahu-tahu satu diantara mereka telah roboh binasa. Selesai membinasakan pria baju hijau itu diujung telapaknya, Gak In Ling segera putar badan dan memandang kearah Rajawali penunggu bukit BuJin dengan pandangan dingin, serunya. "Sekarang tiba giliranmu"
428 Dalam keadaan begini Rajawali penunggu bukit BuJin sudah tak dapat membendung perasaan hatinya yang kalut lagi, mend engar perkataan tersebut dengan penuh ketakutan dia mundur tiga langkah kebelakang, serunya tanpa sadar. "Gak In Ling, aku tokh tiada hubungan dendam ataupun sakit hati dengan dirimu ?" Gak In Ling yang sudah diliputi oleh rasa dendam, pada saat itu seluruh benaknya hanya diliputi oleh napsu membunuh yang sangat tebal dalam pemikirannya dengan membinasakan seluruh anggauta dari benteng Hui-in-cay sajalah sukma ibunya yang berada dialam baka baru bisa di bikin tenang. "Kematian ibuku secara mengenaskan dibenteng Hui-in-cay merupakan hadiah dari perbuatan kalian iblis- iblis keji yang dijangkiti penyakit gila, hutang darah harus bayar dengan darah apakah kau akan berusaha untuk memungkirinya" seru Gak In Ling dengan nada yang sadis. Rupanya Rajawali penunggu bukit BuJin sudah mengetahui bahwa situasi pada hari ini tidak bisa diselesaikan secara damai, suatu pertempuran sengit pasti takkan dapat dihindarkan lagi. diam-diam hawa murninya dihimpun kedalam sepasang telapaknya bersiap-siaga menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan, sementara mulutnya sengaja berkata. "Apa sangkut-pautnya peristiwa ini dengan diriku ?" Gak In Ling tertawa dingin- "Hee... hee..... hee. .... berhubung kalian semua berdiam didalam benteng Hui-in-cay, dan dosa-dosa kalian sudah tak dapat diampuni lagi" Sebelum sempat Gak In Ling menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba terdengar Rajawali penunggu bukit BuJin membentak dengan suara dingin. "Kita serbu bersama "
429 Selesai berkata ia melancarkan serangan lebih dahulu kearah tubuh pemuda she Gak itu. Rajawali penunggu bukit Bujin menempati urutan yang depan diantara seratas nol delapan orang kim-kong yang ada dibenteng Hui-in-cay, tenaga dalam yang dimiliki boleh dibilang cukup sempurna, ketika serangan tersebut dilancarkan keluar, angin pukulan menderu- deru bagaikan hembusan angin puyuh, begitu hebatnya serangan tadi hingga batu cadas berhamburan diatas tanah. Sembilan orang pria baju hijau lainnya merupakan jagojago yang berkedudukan setaraf dengan Rajawali penunggu bukit BuJin, walaupun ilmu silatnya tidak selihay Rajawali penunggu bukit, dan tenaga dalamnya tidak sempurna jago tua itu, namun selisih diantara mereka pun tidak terlalu banyak. Mereka semua telah menyadari sampai di-manakah taraf tenaga dalam yang dimiliki Gak In Ling, demi keselamatan diri sendiri mau tak mau beberapa orang itu terpaksa harus bekerja keras menghadapi musuh yang amat tangguh itu. Karenanya ketika menyaksikan Rajawali penunggu bukit BuJin telah melancarkan serangan, mereka segera bersamasama menerjang pula ke-depan sambil melancarkan pukulanpukulan dahsyat. Sepuluh gulung angin pukulan yang maha kuat dan dahsyat bersatu padu membentuk suatu daya tekanan yang sangat mengerikan, semua tenaga tekanan itu bersama-sama menekan kearah tubuh Gak In Ling yang berada ditengah kepungan, meskipun arah yang dituju masing-masing pihak berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, tetapi boleh dibilang setali tiga uang, sebab tempat-tempat yang diancam merupakan jalan darah kematian disekujur badan pemuda itu. Gak In Ling sendiri walaupun mempunyai tenaga dalam yang mengerikan, dan ia sama sekali tidak memandang
430 sebelah mata pun terhadap ke sepuluh orang itu, tetapi manusia bukanlah mahluk yang terdiri dari tiga kepala enam lengan, kalau ingin menghadapi sepuluh serangan yang datang dari arah yang berbeda pada saat yang bersamaan, bagaimanapun juga bukanlah suatu pekerjaan yang gampang. Gak In Ling mendengus dingin, sepasang kakinya menjejak tanah dengan sekuat tenaga, tubuhnya melayang setinggi lima tombak ketengah udara, sepasang telapak diayun berbareng, segulung angin pukulan yang sangat kuat segera menekan ke atas tubuh Rajawali penunggu bukit BuJin. Mereka semua merupakan jago jago kawakan yang sudah berpengalaman didalam menghadapi pertempuran besar, sejak melancarkan serangan untuk pertama kalinya tadi mereka telah menduga bahwa Gak In Ling bakal menggunakan gerakan tersebut untuk mengatasi kesulitannya, tetapi Rajawali penunggu bukit buJin mimpipun tidak pernah menyangka kalau Gak In Ling yang berada diudara bisa melancarkan serangan gencarnya kearah dia, menyaksikan datangnya ancaman tersebut hatinya jadi amat terkesiap dan buru-buru ia melayang mundur kebelakang. Sembilan orang lainnya, sesuai dengan rencana semula masing-masing buyarkan serangan dengan berganti jurus, sekali lagi mereka enjotkan badannya menyerang kearah Gak In Ling yang masih berada ditengah udara. Tatkala menyaksikan sembilan orang pria baju hijau samasama menyerang datang, dan hanya Rajawali penunggu bukit BuJin yang mengundurkan diri sejauh satu tombak lebih dari gelanggang pertarungan, satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Gak In Ling, ia segera tarik napas panjang, tubuhnya tiba-tiba meluncur, kebawah dengan cepat dan hampir boleh dikata bersamaan dengan berkelebatnya ingatan tersebut menanti kesembilan orang itu sudah menyerang tiba, maka serangan mereka segera mengena pada sasaran yang kosong.
431 "Blaaaaam " angin pukulan beberapa orang ita saling membentur satu sama lainnya sehingga menimbulkan suara ledakan dahsyat yang menggeletar diangkasa, sembilan sosok bayangan manusia itu seakan-akan terkena ledakan keras, tubuhnya mencelat kearah bagian yang saling berlawanan. Dikala angin pukuian dari sembilan orang itu saling membentur satu sama lainnya Gak In Ling telah mencapai permukaan tanah dan menyerang kearah Rajawali penunggu bukit Bu Jin. Sambil meluncur ke depan hardiknya dengan keras. "Kau akan lari kemana ?" Semula Rajawali penunggu bukit BuJin mengira dengan mundurnya dia dari kalangan, maka dirinya pasti akan terlepas dari lingkungan pengaruh tenaga pukulan dari Gak In Ling, sementara hatinya, masih berbangga karena berhasil meloloskan diri, siapa tahu malaikat Elmaut telah mengincar dari atas kepalanya. Mendengar bentakan tersebut Rajawali penunggu bukit BuJin segera angkat kepalanya, lalu berteriak keras. "Ah telapak maut" Diikuti jeritan ngeri yang menyayat hati segera menggema memecahkan kesunyian membuat siapapun yang mendengar ikut merasakan hatinya bergidik dan bulu romanya pada bangun berdiri. Dalam pada itu kesembilan orang pria baju hijau lainnya baru saja melayang turun keatas tanah, ketika mendengar jeritan ngeri itu mereka bersama-sama angkat kepala dan alihkan pandangannya, tampaklah tubuh Rajawali penunggu bukit BuJin telah menggeletak kurang lebih enam tombak jauhnya dari tempat semula dalam keadaan tak bernyawa lagi. Semua perubahan tersebut berlangsung sangat cepat dan sama sekali diluar dugaan siapapun juga, kesembilan pria kekar itu saking kaget dan terkesiapnya hingga untuk
432 beberapa saat lamanya tak mampu mengeluarkan sepatah katapun. Tanpa memandang barang sekejappun kearah mayat Rajawali penunggu bukit BuJin yang menggeletak diatas tanah, Gak In Ling segera putar badan dan berjalan menuju kearah sembilan orang pria tersebut, dengan nada menyeramkan katanya. "Jikalau kalian adalah manusia-manusia yang bisa tahu gelagat dan bisa menyesuaikan diri dengan keadaan, lebih baik cepatlah bunuh diri " Begitu seram dan sadis perkataannya itu, membuat airmuka kesembilan orang pria kekar itu berubah hebat. Sementara itu diatas sebuah bukit yang tinggi tiba-tiba muncul seekor burung hong berbulu warna-warni sedang meluncur kearah beberapa orang itu dengan kecepatan penuh, namun pada saat itu mereka sedang dicekam ketakutan dan jiwa mereka berada diambang kematian, sedangkan Gak In Ling sendiripun tak menyangka kalau pada saat itu bakal muncul jago kangouw lainnya, maka siapapun tidak menaruh perhatian terhadap kehadiran burung hong itu. Setelah airmuka kesembilan orang pria kekar itu berubah hebat, masing-masing pihak saling bertukar pandangan sekejap. tiba-tiba salah satu dientaranya berteriak keras. "Saudara-saudara sekalian, ayo maju bersama " bersamaan dengan selesainya bentakan itu, dengan cepat mereka menubruk Gak In Ling. -oo0dw0oo- Jilid 13 DELAPAN orang lainnya juga mempunyai jalan pikiran yang sama, mereka menyadari dalam keadaan serta situasi
433 seperti ini hanya bekerja samalah mendatangkan harapan bagi mereka berpisah berarti jalan kematian untuk mereka, maka begitu pria tadi menyelesaikan kata-katanya, delapan orang pria lainnya bersama-sama ikut menyerang kedepan. Kali ini mereka telah mendapat pelajaran yang menguntungkan, tidak seperti semula menyerang tanpa tujuan tertentu, kali ini setiap serangan yang dilepaskan semuanya ditujukan kearah yang tepat dan benar. Gak In Ling sama sekali tidak pandang sebelah matapun terhadap orang-orang itu, dengan kaki berdiri bagaikan patung secara terpisah dilayaninya serangan-serangan yang mengancam datang itu dengan gerakan keras lawan keras. Semula, kesembilan orang pria itu sudah mengetahui sampai dimanakah kepandaian silat yang dimiliki Gak In Ling, siapapun tidak berani menyambut datangnya ancaman dengaa keras lawan keras, karena itu asalkan telapak tangan Gak In Ling digerakkan kearah seseorang, maka orang itu cepatcepat menghindarkan diri ataupun berkelit kesamping. Walaupun kesembilan orang pria itu tidak berani menyambut datangnya serangan dari Gak In Ling, akan tetapi mereka pun tidak melepaskannya dengan begitu saja, tampaklah delapan sosok bayangan manusia bagaikan putaran roda kereta sedang berputar tiada hentinya mengitari sekeliling tubuh Gak In Ling, angin pukulan menderu- deru bagaikan hembusan angin puyuh, keadaan benar-benar mengerikan sekali. Pada saat itulah dibelakang sebuah batu cadas kuranglebih tiga tombak dibelakang pertempuran, perlahan-lahan menongollah kepala seseorang kakek tua berambut putih. Orang ini beralis putih bermata sipit tetapi memancarkan cahaya yang sangat tajam, ujung bibirnya agak tergantung kebawah dan pada saat itu nampaknya sedang diliputi hawa gusar yang tak terkirakan, sepasang matanya yang
434 menyeramkan menatap wajah sianak muda itu tanpa berkedip. Pada waktu itu burung hong warna-warni yang terbang diangkasapun sudah melayang diatas kepala para jago, cuma berhubung burung itu terbang sangat tinggi maka sampaisampai kakek tua yang mengintip dari tempat kegelapanpun tidak menyadari. Dalam pada itu pertarungan antara Gak In Ling serta ke sembilan orang pria baju hijau itu sudah berlangsung mendekati dua puluh jurus lebih, waktu berlarut lenyap ditengah ketegangan, sang surya telah tenggelam dan rembulanpun telah mulai muncul diatas awang-awang. Tiba-tiba Gak In Ling bersuit panjang, tubuhnya berputar kencang kemudian secara tiba-tiba meluncur ketengah udara, sepasang telapak menyapu ketengah udara kosong dan mendadak menyerang dengan jurus Hiat-yu-seng- hong atau hujan darah angin amis. Bayangan merah yang berlapis-lapis dan memancarkan cahaya berkilauan membentang wilayah seluas tiga puluh tombak lebih disekitar tempat itu, daya kekuatannya begitu dahsyat sehingga nampak mengerikan sekali. Ssmbilan orang pria kekar baju hijau yang sedang bertempur sengit, tiba-tiba kehilangan jejak Gak In Ling, baru saja mereka berdiri tertegun tiba-tiba dari atas kepala mereka berkumandang datang suara pekikan panjang yang amat nyaring, hal ini membuat mereka tanpa sadar sama-sama angkat kepala memandang keangkasa. "Aaah telapak maut" mendadak sembilan orang itu berteriak dengan nada yang ketakutan-"Telapak maut " Diikuti berkumandangnya sembilan kali jeritan ngeri yang mendirikan bulu roma, membuat orang yang mendengar jadi bergidik dan merasakan dirinya seakan-akan berada dineraka.
435 Gak In Ling melayang turun keatas permukaan dengan tenangnya, ketika sinar matanya menyapu sekeliling tempat itu, tampaklah sembilan sosok mayat tadi sudah berserakan dari kalangan sejauh dua tombak dari tempat semula, kulit dan otot wajah para korban berkerut kencang, darah segar mengalir keluar dari tujuh lubang inderanya, rasa ngeri dan takut sesaat menemui ajalnya masih tertera nyata diatas wajah mereka. Gak In Ling tarik napas dalam-dalam, diikuti suara helaan napas yang berat dan panjang seakan-akan ia menyesal karena sudah melakukan pembunuhan tersebut. Dia sebenarnya berhati bajik dan mulia, ia tidak senang membunuh manusia, tetapi keadaan yang telah memaksa dirinya mau tak mau harus melakukan pembunuhan tersebut. Pembunuhan itu bukan dilakukan karena dapat mengangkat namanya serta mempertinggi gengsinya, membunuh orang juga bukan untuk melatih ilmu silatnya hingga mencapai tingkat yang sempurna, melainkan dendam kesumat sedalam lautan itulah yang membuat ia tak mampu untuk menguasai perasaan hatinya. Perlahan-lahan Gak In Ling menengadah ke atas, memandang rembulan yang berada diangkasa lalu bergumam seorang diri. "Ibu sudah kau lihatkah kesemuanya itu ? Anak Leng akan balaskan dendam bagi kematianmu, akan kucuci benteng Huiin- eay dengan darah manusia, akan kubasmi mereka hingga sama sekali lenyap dari muka bumi." Tiba-tiba seekor burung hong warna-warni yang besar terlintas masuk dalam lingkaran penglihatan pemuda she Gak itu, ketika menjumpai burung tersebut Gak In Ling nampak terperanjat lalu berseru. "Dewi burung hong indah?" Pada saat itulah kurang lebih dari jarak tiga depa dibelakang tubuh Gak In Ling berkumandang suara jeritan
436 kesakitan, jeritan itu mengejutkan hati sianak muda, dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya ternyata pihak lawan bisa mendekati tubuhnya hingga jarak tiga depa tanpa disadari olehnya, kejadian ini benar-benar memalukan sekali. Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba itu telah menarik kembali pikiran Gak In Ling kedalam kenyataan, tampak sepasang alis matanya berkernyit dan tubuhnya segera berpaling kebelakang Dibawah sorot cahaya rembulan yang redup terlihatlah sesosok bayangan abu-abu dengan gerakan yang cepat bagaikan kilat sedang melarikan diri kearah dinding tebing sebelah depan- "Bangsat, kau akan lari ke mana ?" bentak Gak In Ling dengan suara nyaring, sambil berseru ia segera enjotkan badannya siap melakukan pengejaran- Belum sempat sianak muda itu menggerakkan tubuhnya, mendadak terdengar suara yang manis dan merdu berkumandang datang. "Eei, Gak In Ling, kenapa kaupun datang kemari ?" Dari suara teguran itu si pemuda segera mengetahui siapa yang telah datang, hatinya terjelos dan diam-diam pikirnya. "Habislah sudah, ternyata benar-benar dia " Sementara ingatan itu masih berkelebat dalam benaknya, perlahan-lahan dia putar badan, ketika sorot matanya dialihkan kearah mana berasalnya suara itu maka tampaklah dewi burung hong indah dengan pakaiannya yang berwarna merah- menyala berdiri diatas sebuah batu kurang-lebih satu tombak dihadapannya. Dengan memaksakan diri Gak In Ling menarik napas panjang, setelah menenteramkan hatinya dia berkata. "Nona, kau dan aku benar-benar punya jodoh, sungguh tak nyana kita bisa berjumpa lagi disini."
437 Dewi burung hong indah maju dua langkah kedepan, kemudian menjawab. "Sungguh cepat kau sudah tiba disini, sungguh tindakanmu itu jauh diluar dugaanku." Gak In Ling tertawa dingin- "Hee hee hee aku belum mati, mungkin kejadian ini-jauh diiuar dugaan nona bukan?" Dewi burung hong indah mengerutkan dahinya, kemudian sambil tertawa dingin ia berkata. "Hee.... hee..... hee apabila sekarang aku hendak membinasakan dirimu, maka pekerjaan ini akan kuselesaikan dengan sangat mudah sama sekali tidak membuang tenaga barang sedikitpun juga." Nada ucapannya begitu leluasa, seakan- akan perkataan tersebut diutarakan keluar tanpa disertai rasa pandang remeh musuhnya. Gak In Ling tertawa lalu mengangguk. "Sekarang juga nona boleh turun tangan" katanya. "Engkau takkan melancarkan serangan balasan ?" "Hem, aku tidak sejinak seperti apa yang nona bayangkan " seru sipemuda sambil tertawa dingin. Mendengar perkataan itu, dewi burung hong indah tertawa terbahak-bahak. "Haa.... haa haa kali ini apakah kau masih tetap akan gunakan sepasang telapakmu untuk menghadapi sepasang kakiku ?" Merah-padam selembar wajah Gak In Ling setelah mendengar perkataan itu, sedikitpun tidak salah, kejadian itu merupakan suatu penghinaan, serta rasa malu yang luar biasa, dengan kedudukannya sebagai seorang lelaki jantan dengan badan yang berotot ternyata tak mampu menangkan
438 sepasang kaki dari seorang gadis lemah, rasa malu ini membuat orang sukar untuk menahan diri. Dengan gusar Gak In Ling segera mendengus, lain berkata. "Kali ini jikalau aku menderita kalah lagi ditangan nona, sekalipun nona tidak membinasakan diriku, aku bisa melakukan penyelesaiannya sendiri terhadap jiwaku. Nah, silahkan nona turun tangan" Sambil berkata diam-diam ia himpun tenaga dalamnya ke dalam sepasang telapak tangan- Dewi burung hong indah sendiri diam-diam merasa tercekat, segera pikirnya didalam hati. "orang ini keras kepala, dingin dan angkuh, kali ini jikalau ia benar-benar kalah, sudah dapat dipastikan dia tentu akan bunuh diri ditempat ini, aku harus menghadapinya secara berhati-hati." Meskipun didalam hati ia berpikir demikian, diluaran sambil tertawa ia menjawab. "Ini hari sudah pasti kau bakal mampus disini " "Hee hee hee semoga saja apa yang nona duga sedikitpun tidak salah " sahut Gak In Ling sambil tertawa dingin. "Hm Tentu saja tidak " Belum habis ia berkata, tiba-tiba dari balik matanya memancarkan cahaya tajam yang menggidikkan hati, sambil membentak keras tubuhnya menerjang kearah belakang Gak In Ling sambil berseru. "Kawanan tikus, berani bertingkah disini ?" Gak In Ling yang sudah pernah menyaksikan kehebatan dari tenaga dalam yang dimiliki dewi burung hong indah, menyaksikan datang menerjang, dikiranya perempuan itu sedang menerjang kearahnya, buru-buru badannya menyingkir dua depa
439 kesamping sambil balas melancarkan pula sebuah pukulan kearah lawannya. "Bagus sekali datangnya serabgan itu " Segulung angin pukulan yang maha dahsyat langsung menerjang kearah dada dewi burung hong indah. Kiranya dewi burung hong indah menerjang ke muka disebabkan ia telah menemukan sesuatu. Mimpipun gadis itu tak pernah mengira kalau Gak In Ling bisa menaruh ke salah-pahaman terhadap dirinya dan secara tiba-tiba melancarkan serangan kearahnya. Jikalau bicara tentang kepandaian silat yang dimiliki dewi burung hong indah, seandainya pula saat ini ia berganti jurus untuk menyambut datangnya serangan dari Gak In Ling itu, maka ada kesulitan lain yang bakal dihadapinya, tetapi kalau ia sampai berganti jurus niscaya Gak In Ling bakal menderita luka terkena serangan gelap yang dilancarkan oleh jago lihay dari benteng Hui-in-cay. Kejadian yang berlangsung amat cepat dan didalam waktu amat singkat membuat dewi bu-img hong indah tiada kesempatan unsuk mempertimbangkan persoalan itu lebih jauh, diam-diam mengertak gigi dan menghimpun segenap kekuatan tubuh yang dimilikinya kearah bagian kanan badan guna menerima datangnya serangan tersebut dengan keras lawan keras, sementara serangan yang dia lancarkan masih tetap tidak dikendorkan. Dalam waktu singkat angin pukulan yang dilancarkan Gak In Ling telah bersarang diatas tubuh dewi burung hong indah. "Blaaam " ditengah benturan keras yang menggeletar diseluruh angkasa, berkumandanglah suara dengusan berat dari dewi burung hong indah, bersamaan itu pula dari arah lima tombak jauhnya dari kalangan bergema pula jeritan ngeri yang menyayatkan hati.
440 Bayangan merah mencelat keudara, tubuh dewi burung hong indah tahu-tahu sudah mencelat sejauh dua tombak lebih dari tempat semula dan roboh terkapar diatas tanah, darah segar perlahan-lahan mengalir keluar dari ujang bibirnya yang kecil, wajahnya yang semula bersemu merah seketika berubah jadi pucat-pias. Menyaksikan kejadian tersebut Gak In Ling merasa amat terperanjat, dari jeritan ngeri yang berkumandang memecahkan kesunyian serta jarum jarum lembut berwarna biru yang berceceran diatas tanah, ia segera memahami apa yang telah terjadi. Tetapi ia tidak habis mengerti, mengapa dewi burung hong indah bersedia menolong jiwanya ? Terus-terang saja ia tak habis mengerti kenapa bisa begitu, tetapi kenyataan sudah terbentang didepan mata, ia telah melukai seseorang yang telah melepaskan budi kepadanya. Dengan perasaan tak tenang Gak In Ling berjalan menghampiri dewi burung hoog indah yang baru saja duduk diatas tanah, kemudian bisiknya dengan suara lirih. "Parahkah luka yang nona derita ?" nada suaranya penuh perasaan menyesal dan minta maaf. Dengan pandangan yang sangat dingin dewi burung hong indah menengadah keatas dan menyapu sekejap kearah wajah Gak In Ling, lalu menjawab. "Gak In Ling, sekali ini engkau telah berhasil menangkan diriku " Dengan ujung bajunya Gak In Ling menyeka keringat yang membasahi jidatnya, kemudian menggeleng. "Tidak- perbuatanku hanya menggunakan kesempatan dikala orang tidak siap. aku menyadari bahwa tindakanku ini merupakan suatu perbuatan yang tidak terpuji." jawabnya. "Tapi initokh kesempatan paling baik yang berhasil kau dapatkan-" sindir dewi burung hong indah. "hem, kau pandai
441 sekali menggunakan kesempatan baik, sejak kini kalau kau sering kali bisa mempergunakan kesempatan baik yang kau peroleh sebaik-baiknya, aku percaya tidak lama kemudian kau bakal merupakan seorang jago yang tiada tandingannya dikolong langit. haa.. .. haa haa " Mengikuti gelak tertawanya yang sinis, darah segar bagaikan pancuran air mengalir keluar lewat ujung bibirnya yang kecil dan membasahi seluruh tubuhnya. Dengan perasaan malu bercampur menyesal Gak In Ling tundukkan kepalanya rendah-rendah, sahutnya dengan lembut. "Nona, sekarang engkau boleh menyindir aku dengan sepuas hatimu, tetapi engkaupun harus baik-baik menjaga kehehatan badanmu sendiri, janganlah membiarkan luka dalam yang kau derita berubah semakin parah." nada ucapannya begitu sungguh-sungguh dan serius. Dewi burung hong indah merasakan hatinya jadi hangat dan gembira, tetapi perasaan hatinya itu tidak sampai diutarakan keluar, sambil tertawa dingin ia berkata. "Gak In Ling, sudahkah kau pikirkan perbuatan apakah yang bakal kulakukan untuk pertama kalinya setelah luka dalam yang kuderita ini telah sembuh ?" "Aku tahu" jawab Gak Ia Ling sambil tertawa tawa. "Hee hee hee kalau sudah tahu, tidak sapantasnya kalau engkau lepaskan diriku" Gak In Ling menengadah keatas dan menghela napas panjang-panjang. "Aaai kalau bicara tentang ilmu silat, sesungguhnya aku orang she Gak bukanlah tandingan dari nona, sekarang aku telah menggunakan kesempatan yang ada untuk melukai nona, jikalau engkau tidak berbuat demikian karena ingin menolong aku, mungkin aku orang she Gak dapat
442 membinasakan dirimu, tetapi engkau telah selamatkan jiwaku." Dewi burung hong indah tertawa dingin. "Hm, jadi kalau begitu, pilihan antara hidup dan mati engkau telah memilih yang terakhir ?" serunya. Dengan sedih Gak In Ling mengangguk. "Benar, aku orang she Gak telah berhutang budi kepadamu " Mendengar jawaban tersebut diam-diam dewi burung hong indah merasakan hatinya bergetar keras, pikirnya. "orang ini begitu jelas dan nyata memandang antara budi dan dendam, sungguh tak kusangka kalau dikolong langit bisa terdapat manusia semacam ini, kenapa aku justeru telah bertemu dengan manusia seperti ini ?" Berpikir sampai disitu, nada suaranya tiba-tiba berubah jadi lembut, tanyanya dengan suara lembut. "Apakah engkau tidak memikirkan lagi bagi nasib kawankawanmu dalam dunia persilatan?" Napsu membunuh yang tebal melintas diatas wajah Gak In Ling sesudah mendengar perkataan itu, tapi hanya didalam sekejap mata saja telah lenyap tidak berbekas. Ia tundukkan kepalanya termenung sebentar lalu berkata lagi. "Meskipun aku mempunyai hasrat untuk melenyapkan bibit bencana bagi umat persilatan, tetapi sayang sekali tenaga yang kumiliki masih belum cukup bagiku untuk melakukannya, hasil dari perjuanganku yang tidak seimbang itu hanya akan semakin memperlihatkan rasa maluku, karenanya aku tidak ingin berbuat demikian." Setelah berhenti sebentar ujarnya kembali. "Apalagi aku percaya bahwa nona bukanlah seorang manusia yang gemar membunuh orang tanpa sebab-sebab tertentu." Dewi burung hong indah segera tertawa dingin.
443 "Hee hee...,. hee darimana kam bisa tahu kalau nonamu tak dapat berbuat demikian?" "Sebab setiap manusia tentu mempunyai perasaan prikemanusiaan " sahut Gak In Ling dengan serius. "Tetapi nonamu tidak mengenal apa artinya perikemanusiaan-" Karena terpengaruh oleh emosi, denyutan nadinya berdetak semakin kencang, darah segar yang menyembur keluar dari ujung bibirnyapun semakin jelas hingga keadaannya mengerikan sekali. Air muka Gak In Ling berubah hebat, dengan perasaan tidak tenang ia berkata. "Nona, kesemuanya itu adalah persoalan di kemudian hari, lebih baik tak usah dibicarakan dahulu, yang penting bagi nona adalah menyembuhkan dahulu luka dalam yang kau derita." "Hee hee hee Gak In Ling, kau terlalu memandang rendah tenaga dalam yang ku miliki." seru dewi burung hong indah sambil tertawa dingin. Gak In Ling jadi amat terperanjat. "Kenapa ?" teriaknya. "Nona, lukamu..." "Nadiku telah pecah, tiada orang yang bisa menyelamatkan jiwaku lagi...." Walaupun Gak In Ling serta dewi burung hong indah baru berjumpa muka sebanyak dua kali, tetapi dari wataknya yang keras hati dan bersikap blak-blakan itu membuat pemuda tersebut mengetahui bahwa dia tak mungkin sedang membohongi dirinya, karena itu pemuda she Gak tersebut segera berdiri tertegun sesudah mendengar perkataan itu. Keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya membasahi wajah Gak In Ling yang tampan, setetes
444 demi setetes mengucur terus dari balik sorot matanya terpancar rasa menyesal dan minta maaf. Dengan pandangan dingin dewi burung hong indah menyapu sekejap kearah Gak In Ling, kemudian bertanya. "Gak In Ling, panaskah hawa udara disini" Dengan sedih Gak In Ling menyapu sekejap kearah gadis itu. "Nona, aku hirap engkau tak usah menyindir diriku lagi." "Engkau pantas ?" "Mungkin tidak pantas. "jawab Gak In Ling dengan tawar, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan hawa kegusaran- "Apakah nona tidak memiliki obat mujarab yang bisa digunakan untuk menyembuhkan luka dalammu itu ?" "Menurut perkiraan nonamu justru engkaulah yang semestinya memiliki obat semacam itu." sahut dewi burung hong indah sambil tertawa dingin. "Aku ?" tiba-tiba satu ingatan berkelebat lewat didalam benak Gak In Ling, buru-buru ia ambil keluar obat berwarna merah yang diberikan kakek penebang kayu kepadanya ketika berada di puncak bukit can-thian-hong tersebut, sambil mengangsurkan kedepan ia bertanya. "Nona, coba lihatlah apakah obat ini dapat menyembuhkan lukamu ?" Terkesiap hati dewi burung hong indah setelah melihat obat tersebut, serunya tanpa sadar. "Aaah Pil Kiu-coan-hui-hun-wan.... kau dapatkan obat ini dari mana ?" "Apakah obat itu dapat menyembuhkan luka dalam yang nona derita ?" "Engkau merasa tidak keberatan ?" bukannya menjawab dewi burung hong indah malah bertanya. Gak In Ling tertawa lirih.
445 "Mungkin aku bukanlah seorang manusia siau-jin seperti apa yang nona duga semula, kalau nona tidak percaya silahkan menelan obat ini" sembari berkata dia segera angsurkan obat itu kedepan. Dewi burung hong indah menerima obat tersebut dan diperiksanya beberapa saat, kemudian dengan wajah berubah hebat pikirnya didalam hati. "Kenapa ia pandang begitu hambar obat mujarab yang demikian berharga ini, jangan-jangan-.." Tiba-tiba wajahnya bersemu merah, ia segera menengadah dan bertanya. "Apakah kau suruh aku merawat lukaku tempat ini ?" Tertegun hati Gak In Ling mendengar perkataan tersebut, dengan perasaan tidak mengerti ia balik bertanya. "Kalau tidak. maka engkau akan merawat lukamu dimana ?" "Apakah kau mengira pihak benteng Hui-in cay bakal melepaskan dirimu dengan begitu saja ?" Seakan-akan telah menyadari dengan sesuatu dengan nada serius Gak In Ling segera menjawab "Ah Sedikitpun tidak salah, tempat ini memang tidak pantas untuk digunakan sebagai tempat untuk merawat luka dalam, kalau nona beranggapan bahwa obat tersebut benar-benar mampu untuk menyembuhkan luka dalam yang kau derita, apa salahnya kalau cari tempat yang aman dengan menunggang burung hong-mu itu ?" Rasa sedih muncul didalam hati dewi burung hong indah, tanya dengan suara lirih. "Bagaimana dengan engkau sendiri ?" "Aku akan pergi ke benteng Hui-in-cay " Sekali lagi dewi burung hong indah terkesiap. pikirnya.
446 "Dia berada disana, kalau dia pergi kesitu bukankah berarti hanya akan mengantar jiwa belaka ?" Walaupun dalam hati ia berpikir demikian, tetapi perkataan itu tidak langsung diutarakan ke luar, bahkan sengaja tertawa dingin dan berseru. "Hem engkau sama sekali tiada sungguhsungguh untuk mengobati lukaku " "Nona, apa maksudmu berkata demikian ?" seru Gak In Ling dengan alis mata bekernyit. Dewi burung hong indah tertawa dingin. "Ditengah hutan belantara yang jauh dari keramaian dunia banyak binatang buas yang berkeliaran, kalau engkau suruh aku mengobati luka ku seorang diri bukankah itu berarti bahwa kau berharap agar aku mati diterkam binatang buas?" Gak In Ling merasa perkataan itu benar juga, dikala seseorang sedang mengobati lukanya, bila tiada orang yang berjaga disampingnya maka hembusan anginpun bisa membahayakan jiwanya, namun pemuda itupun tidak berbasil menemukan sesuatu cara yang dirasakan pantas olehnya. Dengan kebingungan Gak In Ling menengadah keatas, lalu bertanya. "Lalu apa yang harus kulakukan ?" "Kurang-lebih lima puluh li dari sini terdapat sebuah gua batu yang bersih, kalau kau bersungguh-sungguh hati mengharapkan agar luka dalam yang kuderita bisa sembuh, bawalah aku ke tempat itu." Setelah berhenti sebentar ia menambahkan- "cuma setelah kau berhasil menyembuhkan luka dalam yang kuderita, maka akibatnya sudah kuberitahukan kepadamu." Gak In Ling tertawa tawa. "Itu tokh urusan dikemudian hari, sekarang mari kita berangkat" serunya.
447 Perlahan-lahan dewi burung hong indah bangkit berdiri dari atas tanah kemudian serunya dengan manja. "Boponglah aku" sambil berkata ia rentangkan tangannya menunggu dibopong. Diatas paras mukanya yang cantik sama sekali tidak terlintas rasa jengah atau tidak senang, semuanya berlangsung begitu bebas dan leluasa, seakan-akan seorang nona cilik yang polos dan belum mempunyai pikiran lain, mungkin pada saat itulah dia benar-benar telah menunjukkan sikap serta tingkah laku kegadisannya. Gak In Ling nampak ragu-ragu sejenak. tiba-tiba dia menghela napas panjang lalu berjalan kehadapan dewi burung hong indah dan berjongkok didepan tubuh sigadis. Pada saat itulah paras dewi burung hong indah berubah jadi merah jengah, ia segera menjatuhkan diri diatas punggung Gak In Ling dan bertanya dengan lirih. "Apakah kau bersedia membopong diriku ?" Suaranya lirih dan membawa kemurungan yang tebal. Sepasang tangan Gak In Ling menjangkau kebelakang, dengan telapaknya dia menahan paha gadis tersebut kemudian bangkit berdiri. Terasalah pada punggungnya tertempel sebuah badan yang lunak halus dan hangat membuat jantungnya terasa berdebar keras, inilah reaksi dari seorang pria yang normal, meskipun Gak In Ling tidak mempunyai maksud yang jahat, tetapi dia tak mampu untuk menguasai perasaan hatinya. Gak In Ling tarik napas panjang-panjang, dan menekan golakan perasaan yang terjadi dalam dadanya, lalu bertanya. "Kita menuju kearah mana ?" "Ke sebelah selatan " Gak In Ling tidak bertanya lagi, ia segera menggerakkan tubuhnya dan lari kearah selatan, dari gerakan tubuhnya yang
448 begitu cepat dapat di ketahui bahwa pemuda itu hendak menekan pergolakan hatinya yang aneh dari gerakan tubuhnya yang cepat itu. Kendatipun jalan gunung sangat susah dilewati, tetapi tidak menyulitkan Gak In Ling yang memiliki ilmusilat yang sangat lihay, perjalanan sejauh lima puluh li dilewatkan dalam waktu sepertanak nasi. Ditengah perjalanan, tiba-tiba terdengar dewi burung hong indah berseru dengan suara lantang. "Disebelah kiri ada sebuah dinding tebing, diatasnya tumbuh sebatang pohon siong yang kecil, sudah kau temukan belum ? Goa batu itu terletak dibawah pohon siong tersebut." Mendengar perkataan tersebut Gak In Ling segera angkat kepala memandang kearah sebelah kiri, sedikitpun tidak salah, kurang lebih dua puluh tombak dari atas permukaan tanah tumbuh sebatang pohon siong yang kecil, pohon itu tumbuh diatas dinding tebing, dan dibawah pepohonan tadi tampaklah sebuah mulut gua seluas beberapa tombak. Gak In Ling tidak berpikir panjang lagi, dia segera meloncat masuk ke dalam gua tersebut, ketika sorot matanya berputar memeriksa keadaan disekeliling tempat itu tampaklah dinding gua amat bersih dan kering, luasnya kurang- lebih dua tombak persegi. Setelah berada didalam gua, Gak In Ling membaringkan tubuh dewi burung hong indah ke atas tanah, bisiknya dengan lirih. "Nona, sekarang kau boleh minum obat tersebut untuk menyembuhkan luka dalammu " Habis berkata ia segera melangkah keluar dari gua itu. Melihat tindakan sang pemuda, tiba-tiba dewi burung hong indah berteriak keras. "Hei kau akan pergi kemana ?"
449 Suaranya murung dan mengandung perasaan tidak tenang, titik air mata mengembang pada kelopak matanya membuat orang yang melihat terasa beriba hati. "Aku akan melindungi keselamatan nona dari luar gua, aku tak akan pergi terlalu jauh." sahut sang pemuda lirih, ia lanjutkan langkahnya dan menuju kemulut gua. Dalam hati diam-diam dewi burung hong indah menghela napas panjang, perlahan-lahan ia angkat tangannya dan menelan obat tersebut kemudian memejamkan sepasang matanya, dua titik airmata jatuh berlinang membasahi pipinya. Dia adalah seorang nona yang berhati keras, tapi sekarang gadis tersebut telah melelehkan airmata, siapa yang akan percaya kalau hatinya sedang risau dan takut karena jiwanya tidak ada yang melindungi ? Gak In Ling yang duduk diiuar gua bersandar pada dinding tebing, sepasang matanya yang jeli memandang bintangbintang yang bertaburan diangkasa, siapa pun tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya pada saat ini. Malam semakin kelam, ditengah kesunyian yang mencekam seluruh jagad, hanya pekikan monyet dan auman harimau dari tempat kejauhan yang kadang kala terdengar, waktu berlalu dengan lambatnya ditengah kesepian dan kegelapan- Tiba-tiba dewi burung hong indah munculkan diri dari balik gua, sambil memandang kearah sianak muda itu tegurnya. "Engkau belum tidur?" suaranya halus, lembut dan penuh bersifat kewanitaan- Terperanjat hati Gak In Ling mendengar teguran itu, dia loncat berdiri dari atas tanah dan menatap lawannya tajam, kemudian baru berkata. "Sudah sembuhkah nona ?" Dengan sepasang mata yang jeli dan tajam dewi burung hong indah menatap wajah pemuda itu tanpa berkedip. lalu mengangguk. "Benar, kau takut ?"
450 "Hal itu sudah merupakan suatu kejadian yang telah kuduga sejak semula, nona. Apakah sekarang juga kita akan berduel untuk menentukan siapa hidup siapa mati ?" kata Gak In Ling sambil tertawa tawa. Dewi burung hong indah tertawa merdu. "Aku akan cuci tangan lebih dahulu, kalau engkau hendak melarikan diri maka inilah kesempatan yang paling baik bagimu." Tidak menunggu jawaban dari Gak In Ling, gadis itu segera enjotkan badannya dan lenyap di dalam kegelapan- Memandang kearah bayangan punggung dewi burung hong indah yang pergi menjauh. Gak In Ling menghela napas panjang, ia duduk kembali sambil bersandar diatas dinding gua, ia tak ingin memperlihatkan kelemahan-kelemahan di hadapannya, disamping itu tak mungkin pula baginya untuk meloloskan diri dari cengkeramannya, maka ia tiada rencana untuk meninggalkan tempat itu. Gak In Ling berusaha keras untuk menghilangkan pelbagai pikiran yang rumit dari dalam benaknya, membuat pikirannya kosong dan bebas dari gangguan, ditengah kepenatan yang dialami selama beberapa hari belakangan ini, tanpa sadar pemuda itu terlelap tidur dengan nyenyaknya. Rembulan sudah berada ditengah awang-awang, tengah malam menjelang tiba dewi burung hong indah tiba-tiba muncul kembali di depan mulut gua, entah dimanakah dia berhasil mencuci bersih noda darah yang mengotori wajah serta tubuhnya, pada waktu itu dibawah sorot cahaya rembulan tampaklah wajahnya yang jauh lebih cantik dan menawan hati. Dengan mulut membungkam ditatapnya wajah Gak In Ling beberapa saat, kemudian dia bergumam seorang diri. "Ia tertidur dengan begitu nyenyaknya, apakah dia sama sekali tidak takut mati ? Aaaii kenapa dibalik biji matanya
451 selalu terpancar sifat murung yang tebal ? Apakah banyak kesulitan yang sedang dihadapi olehnya ?" Serentetan kecurigaan yang muncul dalam benaknya tidak berhasil ditemukan jawabannya, karena Gak In Ling selalu menganggap dirinya sebagai musuh, belum pernah mengutarakan kata-kata yang bernada sahabat. Lama sekali ia menatap wajah Gak In Ling mendadak gadis itu menggerakkan tubuhnya dan jatuhkan diri duduk disamping pemuda itu, tindak-tanduknya begitu manja dan lembut. Entah karena dia benar-benar lelah ataukah didalam hatinya tiada persoalan yang merisaukan, tidak selang beberapa saat kemudian gadis itupun terlelap tidur dengan pulasnya. Angin malam berhembus lewat mengibarkan ujung bajunya, ditengah pegunungan yang sunyi dan jauh dari keramaian dunia, ternyata mereka berdua berani tidur dialam terbuka dengan bebasnya. Tiba-tiba dewi burung hong indah menggerakkan tubuhnya dan membalik kesamping, tubuhnya segera terjatuh kedalam rangkulan Gak In Ling, diikuti tangannya yang kiri bergerak pula kesamping dan kebetulan merangkul tubuh sang pemuda. Gerakan ini mengejutkan hati Gak In Ling, pemuda itu segera tersadar kembali dari tidurnya, ketika mengetahui apa yang terjadi ia nampak tertegun dan tidak tahu apa yang mesti dilakukan untuk mengatasi keadaan seperti ini. Angin gunung masih tetap berhembus lewat berhembus bertiup, Dengan teaang Gak In Ling memandang ke arahnya, menyaksikan paras mukanya yang mempesonakan, dengan senyuman yang begitu indah serta memikat hati, bibirnya yang kecil dan memerah oh, betapa nyenyaknya tidur gadis itu.
452 Makin memandang hatinya makin tertarik, Akhirnya Gak In Ling perdengarkan helaan napas penuh rasa sayang, pikirnya. "Kalau hatinya bajik dan berbudi halus serta lembut, dia adalah seorang gadis yang amat cantik-jelita dan menawan hati. Benarkah dikolong langit betul-betul tak ada persoalan yang seratus persen sempurna ?" Maka Gak In Lingpun teringat kembali akan perkataan yang sering diucapkan olehnya demi keselamatan serta keamanan seluruh dunia persiIatan, membuat anak muda itu mau tak mau harus berpikir pula untuk melenyapkan bibit bencana bagi umat persilatan- Ia tundukkan kepalanya memandang sekejap kearah dewi burung hong indah, kemudian pikirnya. "Sekarang adalah kesempatan yang paling baik bagiku untuk turun tangan, kalau kesempatan ini kulewatkan dengan begitu saja, mungkin dikemudian hari sudah tiada orang lagi yang mampu menaklukkan dirinya..." Berpikir sampai disini, tanpa terasa telapak tangannya perlahan-lahan diangkat keatas. Pada saat itulah dewi burung hong indah, yang berada dalam rangkulannya tiba-tiba mengguling kearah lain, disusul gadis itu mengigau dengan suara yang lirih. "oh ternyata semuanya adalah palsu, tapi aku sama sekali tidak membenci dirimu...." Tangannya bergerak dan merosot turun dari atas bahu Gak In Ling, tidurnya masih begitu nyenyak dan lelapnya. Tanpa terasa Gak In Ling menurunkan kembali tangannya, dari lirihannya yang begitu lembut dan halus ia merasa bahwa gadis itu tidak mirip seorang iblis wanita yaag membunuh orang tanpa berkedip. ia merasa gadis tersebut adalah seorang nona yang manis dan lembut.
453 Gak In Ling alihkan sorot matanya memandang pula bulu matanya yang halus, ia merasa gadis tersebut nampak begitu lemah-lembut sehingga membutuhkan perlindungan dari orang lain- Akhirnya Gak In Ling menghela napas panjang, gumamnya. "Aku tidak boleh berbuat demikian aku adalah seorang lakilaki sejati, mencelakai seorang gadis yang lemah di kala orang tidak siap bukanlah tindakan yang harus dilakukan oleh aku orang she Gak " Sekarang rupanya dia telah melupakan seluruh ambisinya, karena gadis yang berada dihadapan mukanya pada saat ini bukanlah iblis perempuan pembunuh orang tidak berkedip seperti apa yang semula ia bayangkan. Dengan sangat hati-hati Gak In Ling menggerakkan tubuh dewi burung hong indah dari rangkulannya, kemudian perlahan-lahan bangkit berdiri, sambil memandang wajahnya yang manis dan menawan hati ia bergumam. "Semoga Thian memberikan welas kasihnya kepada umat manusia serta merubah jalan pikirannya yang tidak benar itu, agar ia dapat pulih kembali jadi seorang gadis lembut yang sungguh-sungguh murni." Dalam pada itu Bulan telah condong ke arah barat, ditinjau dari cuaca pada saat itu kira-kira telah menunjukkan kentongan keempat, Gak In Ling tarik napas panjang-panjang, sekali lagi ia memandang sekejap keatas wajah dewi burung hoag indah yang cantik jelita, kemudian sambil keraskan- hati ia putar badan menuruni tebing tersebut, dalam beberapa loncatan kemudian bayangan tubuhnya telah lenyap dari pandangan. Dimulut gua tinggal dewi burung hong indah seorang yang masih tertidur nyenyak, ditengah udara bergeraklah seekor burung hong besar seakan-akan sedang melindungi keselamatan jiwa majikannya.
454 Pada saat itulah dewi burung hong indah membalik tubuhnya, satu senyuman manis tersungging diujung bibirnya, terdengar ia bergumam. "In Ling, aku akan mengikuti dirimu, kita tak usah takut padanya lagi." Diikuti satu senyuman manis kembali tersungging diurung bibirnya, siapapun tak tahu mimpi apa yang sedang dialami olehnya, tetapi ada satu yang pasti yaitu dia sedang menguatirkan keselamatan diri Gak In Ling. cuma sayang pada saat ini sianak muda tersebut telah meninggalkan sisi tubuhnya. -oo0dw0oo- Sekarang marilah kita ikuti kembali jejak Gak In Ling. Sepeninggalnya dari gua tersebut ia segera berlarian mengikuti jalan yang dilaluinya semula dan laksana kilat menerjang kearah benteng Hui-in-cay, gerakan tubuhnya begitu cepat hingga seakan-akan hembusan segulung angin. Setelah melampaui dua buah puncak tebing yang tinggi, tebing batu dimana terletak benteng Hui-in-cay sudah terbentang didepan mata, Gak In Ling merasakan hatinya bergetar keras, rasa tegang mulai menyelimuti seluruh wajahnya namun ia sama sekali tidak menghentikan gerakan tubuhnya. Tiba-tiba dari arah belakang berkumandang datang suara bentakan keras dan lantang. "Gak in Ling, berhenti" Suara orang itu nyaring, kuat dan menggetarkan hati siapa pun, Gak in Ling terperanjat dan tanpa terasa segera menghentikan langkah kakinya. Ciang liong-sian dengan jubahnya yang berwarna merah berdiri angker kurang lebih duapuluh tombak dihadapannya, dua ekor siluman naga hijau yang sedang mementangkan mulutnya di bawah cahaya sinar rembulan nampak
455 memancarkan cahaya kehijau-hijauan yang amat menyilaukan mata. Air muka ciang- liong-sian nampak begitu serius dan keren, bahkan secara lapat-lapat nampak diliputi oleh hawa gusar yang sangat tebal. Gak In Ling tidak tahu apa sebabnya ia bisa berjumpa dengan jago tua di tempat ini, semakin tidak tahu mengapa ia menunjukkan sikap yang begitu gusar, sambil maju memberi hormat segera sapanya. "cianpwe, ada urusan apa kau datang kemari ?" "Yang datang kemari bukan hanya aku seorang, masih ada yang lebih banyak lagi di belakang sana." Gak In Ling semakin tertegun mendengar jawaban itu, kembali ia bertanya dengan keheranan "Bolehkah aku tahu karena persoalan apa cianpwe datang kemari ?" "Karena kau " "Karena aku?" Gak In Ling semakin tertegun dan kebingungan tak habis mengerti terlintas diatas wajahnya. "Darimana cianpwe bisa tahu kalau aku berada disini ?" Ketika ciang-liong-sian melihat rasa kaget dan tercengang yang terpancar diatas wajah Gak In Ling, kemudian disatukan dengan jalan pikiran yang semula sudah menyelimuti benaknya, ia segera salah mengartikan ucapan dari sianak muda itu. Sambil tertawa dingin segera serunya. "Gak In Ling, kalau kau tidak ingin mengetahui rahasianya diketahui orang janganlah berbuat hal tersebut, dibawah tanda perintah Nirwana seluruh anak muridnya telah tersebar luas di seluruh jagad untuk memburu jejakmu, kau anggap perbuatan yang telah kau lakukan itu tidak diketahui orang lain ?"
456 Air muka Gak In Ling berubah hebat sesudah mendengar ucapan tersebut, pikirnya. "Perbuatan salah apakah yang telah kulakukan terhadap pihak gadis suci dari Nirwana ? Kalau dikatakan setiap kali aku membunuh manusia telah dianggapnya sebagai menyalahi pihak mereka. Hm, sikap mereka itu benar-benar terlalu kelewat batas." Makin dipikir ia merasa semakin gusar, air mukanya berubah hebat dan rupanya ia hendak mengumbar hawa napsunya, tapi sejenak kemudian ia telah menyabarkan diri dan bertanya dengan suara berat. "Perbuatan apa yang telah kulakukan ?" "Hm Tanyalah pada dirimu sendiri... . bukankah perbuatan yang kau lakukan hanya kau sendiri yang tahu jelas ?" sahut ciang- liong-sian dengan marah. Air muka Gak In Ling kembali berubah hebat, katanya dengan dingin. "cianpwe, aku Gak In Ling menghormati dirimu, tapi setiap persoalan pasti ada batas-batasnya, kalau cianpwe memaksa terus-menerus sedangkan aku sama sekali tidak tahu-menahu apa yang kau maksudkan, bagaimana urusan bisa dibikin beres ? Sebenarnya apa maksudmu ?" Dengan sorot mata berkilat ciang- liong-sian menatap tajam wajah pemuda itu, lalu bertanya. "Setelah kau tinggalkan hutan bunga bwe di Nirwana, kemana saja engkau pergi?" Merah-padam selembar wajah Gak In Ling setelah mendengar ucapan tersebut, lama sekali ia baru menjawab. "Persoalan itu merupakan urusan pribadiku." Ketika dilihatnya air muka Gak In Ling berubah jadi merah padam karena jengah, ciang- liong-sian semakin percaya bahwa apa yang diduganya sama sekali tidak meleset,
457 jenggotnya bergoncang keras tanpa terhembus angin, tibatiba ia menengadah keatas dan tertawa keras. "Haa..,.. haa..... haa.,... Gak In Ling terlalu sederhana jalan pikiranmu itu, urusan pribadi mu? Apakah mati-hidup anak murid dibawah perintah Nirwana juga terhitung soal pribadimu ?" Semakin lama Gak In Ling semakin kebingungan, akhirnya ia tak dapat menahan diri dan berseru. "Apa sangkut pautnya antara aku dengan anak murid dibawah perintah gadis suci dari Nirwana ?" Sorot mata bengis memancar keluar dari mata ciang- liongsian, serunya dengan lantang. "Apa kau sudah lupa ? Engkau telah memperkosa tiga orang gadis kemudian membunuh mereka setelah kau nodai apakah kau sudah melupakan perbuatanmu itu? Terimalah seranganku ini" Sambil berkata secara tiba-tiba dia lancarkan sebuah pukulan yang maha dahsyat kearah dada pemuda itu. Terperanjat hati Gak In Ling setelah mendengar tuduhan itu, serunya tergagap. "Memperkosa dan membunuh ?" Tenaga dalam yang dimiliki ciang-liong-si-an amat sempurna, serangan yaag dilancarkan dalam keadaan gusar itu tentu saja telah disertai dengan tenaga dalam sebesar sepuluh bagian, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya ancaman tersebut. Karena terperanjat setelah mendengar tuduhan itu, untuk beberapa saat lamanya Gak In Ling berdiri tertegun serta mengabaikan datangnya ancaman dari ciang- liong-sian, menanti ia menyadari akan mara-bahaya yang sedang mengancam datang, untuk menghindarkan diri sudah tak sempat lagi.
458 "cepat menghindar " terdengar ciang-liong sian membentak keras. Tetapi terlambat. "Blaam " Ditengah benturan yang amat keras terdengar Gak In Ling mendengus berat. Untuk beberapa saat lamanya suasana pulih kembali dalam kesunyian serta keheningan. Tiga tombak dari sisi kalangan berbaringlah tubuh Gak In Ling dengan mulut berlepotan darah, perlahan-lahan ia meronta bangun, darah segar masih mengucur keluar tiada hentinya membasahi seluruh wajah dan pakaiannya, sorot mata yang sayu serta air mukanya yang pucat-pias bagaikan mayat membuat wajah pemuda itu nampak menyeramkan- Dengan kaku ciang- liong-sian menatap wajah Gak In Ling, dari kebimbangan serta keraguan yang terpancar dari pemuda itu, membuat jago tua itu menyadari bahwa serangan tersebut di lancarkan terlalu tergesa-gesa. Dengan pandangan yang sangat dingin Gak In Ling menyapu sekejap wajah ciang- liong-sian kemudian berkata. "Tenaga serangan yang dipergunakan cianpwe barusan terlalu kecil. tidak semestinya engkau gunakan tenaga sekecil itu " Perlahan-lahan ciang- liong-sian maju kedepan, dengan perasaan tidak tenang ia bertanya. "Setelah kau tinggalkan hutan bunga bwee, kau lalu pergi kemana ?" "Apakah cianpwe tidak percaya dengan jalan pikiranmu sendiri?" sahut Gak In Ling sambil tertawa dingin. Ciang-liong-sian sama sekali tidak marah, dia hanya menghela napas berat sambil berkata "Aaaaii kalau aku percaya dengan jalan pikiranku sendiri, tidak mungkin aku bisa datang kemari lebih duluan untuk
459 mencari engkau, tetapi aku memang terbaru napsu, sebelum duduk perkara dibikin beres, aku telah turun tangan lebih dahulu kepadamu " "Kalau memang begitu aku orang she Gak harus mengucapkan banyak terima kasih lebih dahulu kepada cianpwe " kata Gak In Ling dengan suara hambar. Dengan perasaan menyesal ciang-liong-sian gelengkan kepalanya. "Tidak perlu, asal kau bersedia memberitahukan kepadaku ke mana saja kau telah pergi, itu sudah lebih dari cukup" Gak In Ling dengan perasaan berat mengangguk, jawabnya. "Setelah kutinggalkan hutan bunga Bwee di Nirwana, aku telah menderita kekalahan yang sangat memalukan dibawah sepasang kaki dari dewi burung hong indah." "Burung hong sakti dari luar samudra?" seru ciang-liongsian dengan nada terperanjat. "Sedikitpun tidak salah "jawab Gak In Ling sambil tertawa. "Dia memang burung hong sakti dari luar samudera. Kemudian aku dikirim kesekitar bukit cah-thian-hong hingga hampir-hampir saja menemui ajal diatas puncak bukit tersebut. Selama beberapa hari ini aku berjalan melewati daerah pegunungan hingga tiba disini dan berjumpa kembali dengan dewi burung hong untuk kedua kali." Maka diapun segera menceritakan seluruh pengalaman yang dialaminya selama ini. Mendengar penuturan tersebut air muka ciang- liong-sian beberapa kali nampak berubah hebat, akhirnya tak tahan lagi ia berseru. "Jadi kau telah berjumpa dengan kakak seperguruanku ?"
460 Satu ingatan dengan cepat berkelebat lewat dalam benak Gak In Ling, dia lantas berkata. "Aku hanya sempat bertemu dengan seorang penebang kayu tua yang memiliki ilmu silat sangat tinggi, entah orang itu adalah kakak seperguruanmu atau bukan." Dari dalam sakunya dia ambil keluar kitab pusaka ilmu telapak maut dan diangsurkan kedepan, ujarnya lebih jauh. "Ia tidak bersedia mengungkapkan asal-usulnya. Nih, lihatlah, benda ini ia hadiahkan kepadaku " Setelah melihat kitab catatan tersebut, air muka ciangliong- sian berubah hebat, serunya dengan cepat. "Sedikitpun tidak salah, orang yang engkau jumpai itu adalah kakak seperguruanku." Setelah berhenti sebentar, tibatiba ia menghela napas dan menyambung lebih jauh. "Kakak seperguruanku berwatak tinggi hati dan suka menyendiri, tindakannya tidak lurus pun tidak sesat, kalau dilihat kesediaannya untuk menghadiahkan kitab catatan ilmu telapak mautnya kepadamu, aku rasa mungkin inilah yang dinamakan takdir" "Hm, engkau mengatakan orang lain lurus tidak- sesatpun tidak. apakah perbuatanmu sendiri juga tidak begitu ?" batin Gak In Ling didalam hati. Meskipun ia berpikir begitu tentu saja ucapan tersebut tidak sampai diutarakan keluar. Sekali lagi ciang- liong-sian menatap wajah Gak In Ling, kemudian dengan wajah serius berkata. "Mula pertama aku sendiripun ada hasrat untuk mewariskan ilmu telapak maut yang kumiliki kepadamu, tapi sekarang sudah tiada waktu lagi. Kalau tokh ia bersedia menghadiahkan kitab pusaka bagian atasnya kepadamu, sudah tentu akupun bersedia pula menghadiahkan kitab pusaka bagian bawahnya kepadamu. Sepanjang seratus tahun belakangan ini ilmu telapak maut merupakan maut kepandaian
461 yang maha ampuh, tetapi berhubung kitab pusakanya terdiri dari dua bagian dan selama ini bagian atas tak pernah disatukan dengan bagian bawahnya maka belum pernah ada orang yang berhasil melatih ilmu tadi hingga mencapai puncak kesempurnaan- Nampaknya seratus tahun kemudian ilmu telapak maut bakal tersohor dan menggetarkan dunia persilatan kembali dari tanganmu Gak In Ling." Berbicara sampai disitu dia merogoh kedalam sakunya dan ambil keluar sejilid kitab persis apa yang dimiliki Gak In Ling dan diangsurkan ketangan sianak muda itu, katanya. "Gak In Ling, terimalah pemberian kitabku ini" Gak In Ling mundur satu langkah kebelakang dan menggeleng. "cianpwe, jangan lupa kalau waktu hidup bagi aku Gak In Ling dikolong langit sudah tidak panjang lagi " katanya, nada perkataan itu kedengaran begitu kesal dan menyedihkanciang- liong-sian menengadah dan menghela napas panjang. "Aaai. selamanya aku paling tidak perCaya terhadap takdir." katanya. "Tetapi sekarang aku telah mempercayainya. Gak In Ling, semua persoalan yang bakal terjadi dikolong langit telah digariskan oleh takdir,janganlah ragu-ragu untuk menerimanya." Sambil berkata ia maju kedepan dan menyusupkan kitab pusaka tadi kedalam genggaman si anak muda itu, katanya. "Peristiwa dinodainya anak murid dari gadis suci dari Nirwana benar-benar telah terjadi, gadis-gadis tersebut setelah diperkosa telah dibunuh secara sadis dan orang yang melakukan perbuatan terkutuk itu memiliki bayangan punggung persis seperti potongan badanmu, sekarang gadis suci dari Nirwana telah memerintahkan segenap jago lihaynya untuk memburu jejakmu serta menangkap engkau, dalam beberapa waktu singkat persoalan ini tak mungkin dapat diselesaikan dengan sepatah-dua patah belaka, karena itu gunakanlah kesempatan yang sangat baik ini untuk melarikan diri untuk mencari suatu tempat yang tersembunyi untuk
462 menyembunyikan diri dari pengejaran mereka, gunakan peluang ini untuk melatih ilmu telapak mautmu hingga berhasil. orang yang telah memfitnah dirimu pasti tak akan tahu kalau engkau telah menyembunyikan diri, jika ia sudah tertangkap oleh gadis suci dari Nirwana maka urusanmupun pada saat itu akan menjadi beres dengan sendirinya." Mendengar perkataan itu dengan gemas dan penuh kebencian Gak In Ling berseru. "Gadis suci dari Nirwana benar-benar seorang perempuan yang menjemukan, siapa salah siapa benar belum diselidiki hingga jelas, namun ia selalu memaksa dan mendesak aku orang she Gak terus menerus. Hm, suatu ketika..." "Waktu tempo hari kau tinggalkan hutan bunga Bwee, ia telah menyusul dirimu hingga tiba dibawah kaki bukit Tiang pek-san, tetapi ia gagal berjumpa dengan dirimu, karena itulah dia lantas mengira kau telah menggunakan kesempatan itu untuk membalas dendam terhadap dirinya." ujar ciangliong- sian dengan cemas. Tidak menunggu Gak In Ling buka suara, kembali dia berkata lebih lanjut. "Kalau dihitung waktunya, sebentar lagi mereka pasti sudah akan datang kemari, aku merasa tidak leluasa untuk berdiam terlalu lama disini, cepatlah kau menyingkirkan diri " Habis berkata ia segera enjotkan badan dan berlalu lebih dahulu dari tempat itu. Memandang kearah bayangan punggung ciang liong-sian yang lenyap dibalik kegelapan, Gak Ia Ling bergumam seorang diri. "Engkau telah lupa bahwa aku Gak In Ling telah menderita luka dalam yang sangat parah." Sorot matanya perlahan-lahan menyapu sekejap kesamping kiri dan kanan, kemudian dia menggerakkan tubuhnya siap berlalu dari situ.
463 Mendadak dari arah depan berkumandang datang suara teguran seorang perempuan yang bernada dingin dan ketus. "Gak In Ling, kau hendak melarikan diri ke mana?" Gak In Ling menengadah keatas, dia lihat tongkat emas seruling perak Leng Siang Ji telah menghadang jalan perginya, diatas kerutan wajahnya yang tua dan ketus penuh diliputi hawa nafsu membunuh yang tebal. Menyaksikan kehadiran jago tua itu, diam-diam Gak In Ling berpikir didalam hati kecilnya. "oh, diapun sudah dikirim kemari, nampaknya nasibku pada hari ini jauh lebih banyak jeleknya daripada untungnya." Sesudah termenung sebentar, ia menjawab dengan dingin. "Kenapa aku harus melarikan diri ?" "Hm, benar engkau tak usah melarikan diri sebab tak mungkin bagimu untuk meloloskan diri dari sini "sahut tongkat emas seruling perak Leng Siang Ji sambil mendengus dingin. Gak In Ling mengerutkan sepasang alis matanya, kemudian membantah. "Bukannya aku tak mampu meloloskan diri, aku merasa tiada alasan untuk melarikan diri." Tiba-tiba dari arah dua puluh tombak dibelakang tubuhnya berkumandanglah suara seruan merdu yang bernada dingin. "Gak In Ling, kau pandai sekali berlagak pilon " menyusul suara itu berkelebatlah enam sosok bayangan manusia. Dari suara teguran tersebut, Gak In Ling segera mengetahui siapakah yang telah datang, dia alihkan sorot matanya menyapu sektjap kearah gadis suci dari Nirwana, Suput- siang serta keempat orang dayangnya yang baru saja melayang turun keatas tanah, lalu dengan nada ketus katanya. "Leng-cu, kembali kita berjumpa muka lagi"
464 Gadis suci dari Nirwana alihkan sorot matanya kearah pemuda itu, ketika menyaksikan air muka Gak In Ling yang pucat bagaikan mayat, bibirnya yang kecil menggetar seperti mau mengucapkan sesuatu, kakinya melangkah setindak ke depan, semuanya itu merupakan semacam reaksi yang leluasa dan bukan suatu kesengajaan- Tetapi hanya satu tindak ia maju kedepan untuk kemudian berhenti kembali, sekuat tenaga ia menahan pergolakan batinnya yang kalut, sinar matanya dialihkan kearah lain dan kemudian ujarnya dengan ketus. "Mulai detik ini, kita sudah tiada kesempatan lagi untuk berjumpa muka dilain waktu" Gak In Ling tertawa dingin, sambil menyeka noda darah yang melekat diujung bibirnya ia mengejek. "Apakah Leng-cu yakin bisa melakukan hal tersebut" "Tentu saja "jawab gadis suci dari Nirwana sambil mengangguk. nada suaranya dingin dan ketus. "Hee hee hee sekarang kau baru dapatkan kesempatan itu " ejek Gak In Ling sambil tertawa dingin. Sepasang alis mata gadis suci dari Nirwana kontan berkernyit, dengan penuh kegusaran teriaknya. "Dahulu juga ada kesempatan, tetapi pada waktu itu nonamu merasa tak tega dan ingin mengampuni selembar jiwamu, sungguh tak nyana kau bajingan tengik, bangsat cabul yang tak tahu diri, betul-betul terkutuk. bukannya berterima kasih karena sudah diampuni, malahan datangkan bencana pada anak murid kami." Makian "bajingan tengik" atau "bangsat cabul" itu seketika mengobarkan hawa amarah dalam dada Gak In Ling, tak bisa ditahan lagi ia membentak dengan penuh kegusaranTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 465 "Engkau tak becus menghadapi persoalan, sungguh memalukan sebagai seorang pimpinan masyarakat. Aku jadi menguatirkan keselamatan dari sesama umat persilatan, lebihlebih merasa sayang bagi keadilan serta kebenaran dalam dunia kangouw, karena orang yang mengepalai mereka ternyata adalah seorang pemimpin tolol dan goblok hingga tidak ketolongan lagi " Gadis suci dari Nirwana sama sekali tidak gusar, sambil tertawa dingin ia hanya berkata. "Gak In Ling, kau benar-benar tenang dan pandai membawa diri." "Hee hee hee tiada persoalan yang bisa membuat hatiku jadi gugup atau gelisah," sahut si pemuda ketus. "Engkau sudah melupakan tiga lembar jiwa dibawah kaki bukit Tiang-pek-san ?" "Aku tidak pernah membunuh orang dibawah kaki bukit Tiang-pek-san " "Engkau ingin menyangkal?" bentak gadis iuci dari Nirwana dengan penuh kegusaran "Tetap perkataan semula, aku tak pernah melakukannya." teriak pula Gak In Ling dengan marah. "Hm Gak In Ling, kenyataan sudah tertera didepan mata, kau masih ingin menyangkal ?" "Leng-cu, buat apa banyak bicara dengan bajingan cabul itu ?" timbrung Su-put-siang dari samping. "Lebih baik cepatcepat kita jagal saja bukankah beres ?" Gak In Ling tertawa dingin- "Hee hee. ... hee akupun ingin sekali menjajal kemampuan dari para jago lihay dibawah perintah Yau-ti leng-cu, siapa yang akan memberi petunjuk kepadaku?"
466 "Gak In Ling, kemari, ayo maju. Aku akan melayani dirimu untuk bergebrak beberapa jurus." seru tongkat emas seruling perak Leng Siang Ji sambil melangkah maju kedepan Gak In Ling telah menyadari bahwa persoalan yang terjadi pada saat ini akhirnya tokh harus diselesaikan lewat kekerasan, maka secara memaksakan diri hawa murninya segera dihimpun keseluruh badan, sisa hawa murninya sebesar dua bagian dikerahkan kedalam telapak, kemudian serunya dengan nada menyeramkan. "Ayolah cepat turun tangan " Tongkat emas seruling perak Leng Siang Ji berpaling dan memandang sekejap kearah gadis suci dari Nirwana, ketika dilihatnya air muka Leng cu-nya berubah tak menentu ia jadi takut kalau pemimpinnya ini secara tiba-tiba merubah rencananya ditengah jalan dan melepaskan Gak In Ling, maka sambil berpaling telapak tangannya segera didorong kedepan melancarkan serangan denganjurus Tui-san-tiam-hay atau mendorong bukit membendung samudra, bentaknya. "Sambutlah seranganku ini " Pada saat itu Gak In Ling menderita luka dalam yang sangat parah, ia tahu berusaha menghindarkan diri hanyalah membuang tenaga dengan percuma, tokh akhirnya tetap akan menderita kalah, dan kalau tubuhnya sudah tidak berkutik maka ia bakal dijagal secara keji, karena itu dia mengambil keputusan untuk menyambut datangnya serangan tersebut. Ingatan tersebut berkelebat dalam benak Gak In Ling dengan cepatnya, melihat serangan sudah tiba dia segera membentak keras. "Bagus sekali datangnya seranganmu itu" Sepasang telapaknya bekerja bersama, dengan mengerahkan sisa kekuatan yang dimilikinya ia sambut datangnya ancaman tersebut dengan keras lawan keras.
467 "Blaaam" ditengah bergeletarnya suara yang memekakkan telinga, pasir dan debu beterbangan memenuhi angkasa, pusaran angin tajam berdesing keras. Sepasang biji mata gadis suci dari Nirwana yang jeli menatap tajam wajah Gak In Ling tanpa berkedip. tampak olehnya pemuda itu mundur sempoyongan kebelakang sejauh enam-tujuh langkah dari tempat semula, tubuhnya pada saat ini sudah berada ditepi jurang.kalau dia mundur selangkah lagi niscaya badannya sudah tercebur ke dalam sungai. Darah bagaikan pancuran mengucur keluar tiada hentinya dari ujung bibirnya yang tersungging senyuman sinis, begitu keras kepala dan pedih pancaran sinar wajahnya membuat orang merasa iba. -oo0dw0oo- Jilid 14 AIR muka gadis suci dari Nirwana berubah hebat, tanpa sadar dia maju dua langkah ke depan, bibirnya bergetar berulang kali, seperti mau mengucapkan sesuatu, tetapi tak sepatah katapun yang sempat meluncur keluar, karena itu siapa-pun tidak tahu apa yang hendak diucapkan olehnya. Tongkat emas seruling perak Leng Siang Ji sendiri, setelah berhasil menghajar mundur Gak In Ling wajahnya tetap dingin, sambil tertawa dia berkata. "Gak In Ling, coba tengoklah kearah belakang " "Hee hee hee tak usah dilihat lagi, kalau mau pamerkan kehebatanmu lebih baik hajar dulu diriku sampai tercebur kedalam sungai." Tongkat emas seruling perak Leng Siang Ji tidak menyangka kalau Gak In Ling masih bersikap demikian tenang walaupun kematian sudah berada diambang pintu, tak tahan lagi ia berkata.
468 "Gak In Ling, kau memang mempunyai kelebHan yang tidak dimiliki orang lain, tetapi aku tak dapat mengampuni dirimu " "Ha haa haa kau anggap aku sedang mengharapkan pengampunan dari kalian?" Air muka tongkat emas seruling perak berubah jadi dingin bagaikan es, serunya. "Baik, baik akan kubuktikan apakah benar engkau sama sekali tidak takut mati ?" Seraya berkata sepasang telapaknya perlahan-lahan diangkat keatas dan didorong kearah dada Gak In Ling. Pada saat ini apabila telapak tersebut bersarang diatas dada sianak muda itu, niscaya dia bakal tercebur kedalam sungai. Tiba-tiba gadis suci dari Nirwana berseru dengan nada dingin. "Tunggu sebentar, dibawah kekuasaanku selamanya tak kubunuh orang yang masih belum puas, Gak In Llog Apakah engkau ingin mengetahui siapakah saksinya ?" Gak In Ling tertawa dingin. "Hee hee hee. ... aku tak pernah membunuh orang, kenapa mesti takut berhadapan dengan saksi ?" serunya. "Hm Mungkin kau masih belum tahu kalau saksinya adalah dia." "Siapa ?" Gadis suci dari Nirawana berpaling kebelakang dan berseru. "Heng-tay, silahkan unjukkan diri " "Aku telah datang" bentakan keras berkumandang dari kejauhan, disusul munculnya secara tiba-tiba seorang lelaki kekar bagaikan raksasa di tengah gelanggang. Begitu melihat orang yang muncul, Gak In Ling merasa terperanjat, serunya dengan cepat.
469 "oooh, rupanya saudara..." Siapakah orang itu ? Ternyata dia bukan Iain adalah manusia bertato sembilan naga. Manusia bertato sembilan naga adalah seorang manusia kasar yang polos danjujur, ketika menjumpai Gak In Ling berdiri disitu, dengan sepasang mata melotot besar dia segera putar toya baja sambil meraung keras. "Tempo hari aku manusia bertato sembilan saga salah menganggapmu sebagai malaikat, sebagai dewa yang agung, sungguh tak nyana sebenarnya engkau adalah seorang bajingan tengik... seorang manusia cabul yang terkutuk mari mari coba rasakanlah sebuah gebukan toya bajaku ini" Sambil berkata dia ayunkan toya bajanya dan siap dHantamkan kearah tubuh pemuda itu. Gak In Ling tertawa tawa, katanya. "Tunggu sebentar, apakah heng-tay melihat jelas apakah perbuatan itu akukah yang melakukannya ?" Dengan penuh kegusaran manusia bertato sembilan naga melototkan sepasang matanya bulat-bulat, sahutnya. "Sekalipun engkau sudah hangus jadi abu aku akan mengenali dirimu setelah melihat potongan badanmu, kau masih ingin menyangkal lebih jauh?" Gak In Ling tertawa sedih, jawabnya. "Selama ini aku selalu menganggapmu sebagai satu-satunya sahabat karibku, oleh karena itu belum pernah kita saling beradu kekuatan, rupanya ini hari aku harus mencoba keampuhan ilmu silat dari heng tay " Manusia bertato sembilan naga adalah seorang manusia yang berwatak berangasan, mendengar ucapan itu dia segera ayunkan toya bajanya sambil meraung keras. "Apakah kau anggap aku takut kepadamu ? Sambutlah seranganku ini"
470 Sambil membentak keras dengan jurus "Lek gang.ngo-ti" atau membumi- ratakan lima bukit, telapaknya langsung disodok kearah dada GakIn Ling. Angin pukulan menderu bagaikan tajamnya golok. diiringi pula deruan geledek dan petir bisa dibayangkan betapa dahsyatnya serangan tersebut. "Suatu hubungan bathin yang amat dingin." Tiba-tiba gadis suci dari Nirwana merasakan hatinya bergetar keras, secara tiba-tiba ia teringat kembali perkataan dari perempuan naga peramal sakti yang menyuruh dia mempunyai perasaan hati yang hangat dan sangat dingin- Menyaksikan kematiannya ini dengan hati tercekat ia berteriak keras. "Tunggu sebentar" Tetapi semuanya sudah terlambat, terdengar suara benturan keras yang menggeletar diangkasa, sesosok bayangan segera mencelat kedalam sungai dibawah tebing. -oo0dw0oo- Rembulan yang indah memancarkan cahaya yang berwarna keperak-perakan ke seluruh puncak bukit yang berdempetan satu sama lainnya, ditengah kesegaran nampak suasana begitu lembut dan tenang mendatangkan kehangatan bagi siapa pun. Malam telah larut, suasana hening dan sunyi, hanya gulungan ombak dahsyat ditengah sungai yang masih menggulung tiada hentinya, menggulung dan menggelora tiada hentinya tak kenal waktu, baik siang ataupun malam, mengalir dan mengalir terus waktu ikut berlalu tanpa terasa.... Rembulan mulai bergeser kearah langit sebelah barat, cahaya perak yang lembut dan halus mulai condong kearah lain dan menerangi dinding tebing curam yang ada disebelah
471 barat. Menyoroti sebuah tonjolan batu cadas yang besar dan mengerikan- Batu itu adalah sebongkah batu karang berwarna hitam, jaraknya dari puncak tebing ada ratusan tombak tingginya, dan itulah satu-satunya tonjolan batu diatas dinding batu yang halus dan licin bagaikan kaca itu. Tonjolan batu karang itu menyerupai wajah manusia, namun tidak sehalus raut manusia yang sebenarnya karena sepasang matanya yang melotot keluar nampak kasar, entah semua itu adalah hasil karya manusia atau alam, sepasang mata tersebut memancarkan cahaya hijau yang menyilaukan mata, ditambah mulut besar yang membentang lebar dengan tiang-tiang, batu putih yang menyerupai gigi, dibawah sorot sinar rembulan kelihatan menakutkan sekali. Disekitar batu yang terukir sebagai kepala setan itu bertaburkan pula batu-batu lain yang melukiskan pula mukamuka setan entah berapa jumlahnya, pada wilayah seluas beberapa tombak yang nampak hanya batu-batu dengan muka setan pada tiap batu bermuka setan itu tergantunglah batu-batu permata, ada yang hijau ada yang merah sebagai mata, membuat ukiran batu itu nampak semakin hidup dan mengerikan- Ditinjau dari letak batu-batu permata tersebut dapatlah diketahui bahwa kesemuanya itu adalah hasil karya seseorang. Tiba-tiba dinding batu warna merah yang letaknya persis pada mulut kepala setan besar itu berkumandang suara kelenyitan yang amat nyaring disusul terbukanya sebuah pintu rahasia, seorang nenek tua berambut putih perlahan-lahan munculkan diri dari balik pintu tadi, langkahnya masih gagah dan cekatan, jauh berbeda dengan usianya yang lanjut serta rambutnya yang telah beruban semua itu. Nenek tua berambut putih itu berjalan menuju ke bawah sebatang tiang batu sebagai gigi raksasa dimulut batu
472 berbentuk setan itu kemudian menengadah keatas..... ya, ampun, dia setan atau manusia ? Tampak paras mukanya penuh dengan keriput yang berlapis-lapis, matanya berwarna merah darah dengan sepasang alis panjang berwarna putih bagaikan salju, sinar mata yang terpancar keluar nampak mengerikan sekali, dari potongan mukanya itu sungguh membuat orang susah untuk mempercayai apakah dia manusia atau setan- Nenek tua itu menengadah keatas memandang rembulan diangkasa, kemudian ia berpali kearah pintu dan teriaknya dengan suara lembut. "Anak Hue, cepat keluar dan coba lihatlah bulan pada malam ini indah sekali " Dari dalam gua segera berkumandang keluar suara seruan yang merdu. "Nenek. cepatlah kemari lihatlah apakah dia akan sadar? cepat- cepatlah kemari" nada suaranya merdu dan sedap didengar. Rupanya nenek tua bermuka setan itu bukan setan tapi manusia biasa, ketika mendenga teriakan itu wajahnya berubah lalu bergumam seorang diri. "Selama tiga hari belakangan ini nampaknya anak Kun benar-benar sudah terpikat olehnya, sehari-semalam terusmenerus berjaga di samping pembaringannya tanpa meninggalkan barang selangkahpun, kalau saja semula aku tahu begitu, dari dulu-dulu orang itu sudah kuceburkan kembali kedalam sungai." Dari balik gua kembali berkumandang datang suara teriakan yang merdu bercampur gelisah itu. "Nenek. cepat lihatlah Kenapa sih kau ini?" nada suaranya mengandung rasa mendongkol dan marah.
473 Wajah nenek tua muka setan itu kembali berubah, buruburu jawabnya. "Aku sudah datang... aku sudah datang... nona " Agaknya hubungan diantara mereka berdua adalah hubungan antara majikan dengan pembantu. Agaknya nenek tua bermuka setan takut sekali kalau sampai nonanya gusar, buru-buru ia mengempos tenaga dan berkelebat masuk kedalam gua dengan gerakan bagaikan hembusan angin, dalam sekejap mata saja bayangan tubuhnya telah lenyap dibalik hutan- Tempat itu merupakan sebuah ruang batu kecil yang megah dan kokoh, intan permata berserakan dimana mana, ruangan seluas lima tombak dengan empat penjuru berdinding putih itu boleh dibilang hampir tiada suatu tempatpun yang kosong, meskipun intan permata itu bergelantungan begitu banyak tetapi tidak sampai membuat orang yang memandang merasa muak ataupun punya pikiran tempat itu tidak teratur.. Dengan bergelantungnya intan permata di- mana- mana, ruang batu itupun nampak terang bercahaya. Pada sudut kanan dekat dinding batu ruangan itu membujurlah sebuah pembaringan batu berwarna kuning gading, diatas pembaringan berselimutkan kain kuning, berbaringlah seorang pemuda tampan berwajah semu merah, dari ujung bajunya yang terselip diluar selimut bisa diketahui bahwa pemuda itu mengenakan baju berwarna hitam. Disisi pembaringan duduklah seorang gadis cantik setengah telanjang yang berambut panjang terurai hingga kepundak, begitu cantik wajah gadis itu seakan-akan bidadari dari kahyangan, pada tubuh bagian bawahnya gadis itu hanya mengenakan selembar kain berwarna kuning yang menutup tubuhnya hingga batas lutut, sedang bagian atasnya sama sekali telanjang bulat, sepasang payudaranya yang putih halus
474 dan montok terbentang nyata didepan mata mendatangkan suatu pemandangan yang sangat indah. Sementara itu sorot matanya dengan tajam sedang menatap wajah pemuda itu tanpa berkedip. rasa gelisah dan tidak tenang terselip diantara paras mukanya yang cantik itu. ooh, gadis itu amat polos dan menawan, terutama sorot matanya yang begitu suci bersih dan halus. Pintu kamar disebelah belakang perlahan-lahan dibuka orang, disusul nenek tua bermuka setan itu berjalan masuk kedalam. Gadis cantik setengah telanjang tadi segera berpaling kebelakang, kemudian teriaknya. "Nenek. cepatlah lihat, bukankah dia sudah akan sadar ? Aaai sungguh membuat hatiku cemas." Nenek tua bermuka setan memandang sekejap kearah pemuda yang berbaring diatas pembaringan tersebut, kemudian mengangguk. "Hm, dia memang sebentar lagi akan sadar" Berbicara sampai disitu dia lantas mengambil secarik kain kuning dari atas meja batu dan diserahkan kepada gadis setengah telanjang tersebut seraya berkata. "Kenakanlah pakaian ini " "ogah ahh "jawab sang gadis cantik dengan sepasang alis matanya bekernyit, "Aku segan memakai pakaian." "Sebentar lagi bila dia telah sadar dan menjumpai keadaanmu itu, maka dia akan menjadi gusar." seru nenek bermuka setan dengan nada amat gelisah. Tertegun hati gadis cantik setengah telanjang itu setelah mendengar perkataan itu, sambil membelalakkan sepasang matanya dengan perasaan tak tenang serunya. "Benarkah itu nenek? Menurut pendapatmu apa sebabnya dia akan marah jika melihat keadaanku ini ?"
475 Perasaan hatinya menunjukkan sikap tidak tenang, gelisah dan tidak habis mengerti. Nenek bermuka setan itu memandang sekejap lagi kearah sang pemuda yang berbaring diatas pembaringan, lalu menjawab. "Dia adalah seorang pria, karena itu jikalau dilihatnya engkau berada dalam keadaan seperti itu tentu akan dianggapnya engkau sebagai seorang perempuan yang tidak genah." Air muka gadis cantik itu berubah hebat setelah mendengar perkataan itu, serunya dengan dingin. "Siapa berani mengatakan bahwa aku adalah perempuan tidak genah ?" Dalam pada itu pemuda yang berbaring diatas pembaringan secara tiba-tiba memperdengarkan suara helaan napas panjang yang berat dan mendalam, kemudian perlahanlahan membuka matanya, ketika sorot matanya terbentur dengan dandanan sang gadis cantik dalam keadaan setengah telanjang itu, wajahnya seketika berubah jadi merah-padam karena jengah, buru-buru dia melengos kearah lain sambil bertanya dengan ketus. "Tempat apakah ini ?" Rupanya gadis cantik setengah telanjang itu merasa amat girang ketika dilihatnya pemuda tersebut sudah sadar dari pingsannya, mendengar pertanyaan itu buru-buru ia tertawa dan menjawab. "ooh Engkau telah siuman ?" ia segera menarik tangan sianak muda itu tingkah lakunya begitu polos, suci dan bersih. Sekuat tenaga pemuda itu meronta dari cekalan dan loncat bangun dari atas pembaringan kemudian melayang turun kelantai, gerakan tubuhnya amat cepat bagaikan sambaran
476 kilat membuat gadis setengah telanjang serta nenek bermuka setan itu jadi amat terperanjat. Setelah melepaskan diri dari selimutnya maka tampaklah pemuda itu memakai seperangkat baju berwarna hitam, ternyata dia bukan lain adalah Gak In Ling yang dihajar manusia bertato sembilan naga hingga tercebur kedalam sungai itu. Setelah berdiri tegak diatas tanah, Gak In Ling baru menunjukkan sikap tertegun, pikirnya ^ "Kenapa aku sama sekali tidak merasa sedang menderita luka dalam yang parah ? Kenapa aku telah segar bugar kembali ?" Rupanya nenek tua bermuka setan itu, adalah seorang jago kawakan yang sudah amat berpengalaman dalam menghadapi pertarungan besar sesudah tertegun sejenak ia segera enjotkan badannya menghadang didepan pemuda itu sambil menegur dengan suara dingin. "Rupanya luka dalammu yang teramat parah telah sembuh kembali seperti sediakala." Gak In Ling menengadah ke atas, hatinya merasa amat terperanjat dan segera jawabnya. "Sedikitpun tidak salah, entah siapakah yang telah menyembuhkan luka dalamku itu ?" "Nona kami" jawab nenek tua bermuka setan dengan dingin. Gak In Ling tertegun, kemudian bertanya. "Dia berada dimana ?" "Apakah aku tidak pantas jadi nonanya ?" seru gadis cantik setengah telanjang itu sambil memburu maju kedepan- Sekali lagi air muka Gak In Ling berubah jadi merah-padam karena jengah, buru-buru dia alihkan sorot matanya kearah lain dan berkata dengan dingin.
477 "Dengan maksud tujuan apakah kalian berdua menyelamatkan selembar jiwaku ? Beberkan saja rencana kalian secara blak-blakan." Gusar sekali hati nenek tua bermuka setan setelah mendengar penghinaan itu, ia segera tertawa dingin. "Hee hee hee orang muda, budi pertolongan yang diberikan seseorang sama artinya menciptakan kehidupan kembali bagimu, sekarang kau berbicara dengan nada begitu dingin dan ketus, apakah ini salah satu caramu untuk membalas budi pertolongan yang telah kami berikan kepadamu ?" Merah-padam selembar wajah Gak In Ling sesudah disindir secara tajam oleh nenek tua itu sebab dia menyadari bahwa perkataan nenek tua bermuka setan itu sangat masuk diakal dan merupakan suatu kenyataan, memang tidak sepantasnya kalau ia bersikap secara begini terhadap seseorang yang telah menyelamatkan jiwanya. Karena itu ditatapnya wajah nenek tua ber muka setan itu dengan pandangan tajam, kemudian berkata. "Asalkan permintaan yang kalian ajukan adalah permintaan yang benar dan masuk diakal, sekalipun aku harus korbankan jiwaku juga bersedia kupenuhi" Gadis cantik setengah telanjang itu walaupun perjalanan dalam dunia persilatan, tetapi pada dasarnya ia memiliki otak yang cerdas, mendengar perkataan itu sepasang matanya kontan saja melotot besar, dengan gusar ia membentak. "coba katakan, pada bagian mana dari kami yang kau katakan sebagai manusia tidak genah ?" Gak In Ling terdesak, tak tahan lagi ia menjawab. "Dandanan dari nona " Sadarlah sekarang gadis cantik setengah telanjang itu, dia mengambil kain kuning yang memang terletak diatas meja itu
478 dan segera dikenakan di atas tubuhnya, lalu bertanya. "Apakah demikian ini baru benar ?" Setelah gadis cantik itu berpakaian, Gak In Ling baru berani mengalihkan sorot matanya ke-arah gadis itu, satu ingatan mendadak berkelebat didalam benaknya, dalam hati segerapikirnya . "Sorot matanya begitu suci- bersih dan agung tidak sepantasnya kuucapkan kata-kata yang begitu keras dan tajam terhadap dirinya, apalagi dia adalah seorang tuan penolong yang telah menyelamatkan jiwaku." Berpikir demikian, wajahnya segera berubah jadi lembut kembali, setelah memberi hormat katanya. "Kuucapkan banyak terima kasih atas budi pertolongan yang telah nona berikan kepadaku." Gadis cantik itu tertawa riang, dengan wajah berseri ia menatap tajam wajah Gak In Ling. "sekarang engkau sudah tidak marah lagi?" tanyanya. Gak In Ling menggeleng. "Aku memang tidak marah." "Tidak. Akulah yang telah menimbulkan kemarahanmu, sebenarnya nenek sudah menyuruhku mengenakan kain tersebut, tetapi berhubung sedari kecil aku sudah berdiam disini dan tidak terbiasa mengenakan pakaian, maka kalau berpakaian aku merasa kurang leluasa, oleh karena itulah aku tidak bersedia untuk mengenakannya." "Anak muda," pada saat itu tiba-tiba nenek tua bermuka setan bertanya, "siapa namamu ?" Gak In Ling menyapu sekejap kearah majikan dan pelayan tuanya itu, kemudian tanpa berpikir panjang ia menjawab. "Aku bernama Gak In Ling " "Aku bernama Hoa Yan Hun," sela gadis cantik itu. "dan dia disebut Kui bin Popo nenek bermuka setan "
479 Terjelos hati Gak In Ling sesudah mendengar nama orangorang itu, diam-diam hawa murninya dihimpun kedalam sepasang telapaknya, lalu berseru. "Jadi kalian berdua adalah jago-jago dari perguruan Pittiong yang berasal dari Tibet?" Bicara sampai disitu dia mundur dua langkah kebelakang, sepasang matanya menatap tajam wajah nenek tua bermuka setan. Ketika asal-usulnya diketahui orang, air muka nenek bermuka setanpun berubah hebat, napsu membunuh yang sangat tebal menyelimuti seluruh wajahnya, dengan seram ia berseru. "Darimana kau bisa tahu ? Siapa yang mengirim kau datang kemari ?" Selangkah demi selangkah ia berjalan maju ke depan mendekati pemuda she Gak itu. Agaknya gadis cantik she Hoa itu menaruh kesan yang sangat baik terhadap sianak muda itu tatkala dilihatnya napsu membunuh yang sangat tebal telah menyelimuti wajah nenek tua itu, ia jadi amat terperanjat. "Nenek. jangan kau lukai dirinya" ia menjerit. "Nona, demi keselamatan kita berdua, bagai manapun juga tidak boleh kita lepaskan orang ini " seru nenek bermuka setan dengan wajah tidak tenang. Gak In Ling segera tertawa dingin, sindirnya. "Benar, engkau memang tidak seharusnya melepaskan diriku demi mensukseskan rencana busuk kalian-.. tapi ingat akupun tidak akan melepaskan kalian berdua, karena akupun memikirkan keselamatan umat persilatan d idalam sungai telaga." "Hei Nanti dulu " seru sigadis cantik itu dengan cemas. "Kami sama sekali tiada bermaksud untuk mencelakai dunia persilatan, kenapa engkau tak dapat melepaskan diri kami ?"
480 Rupanya nenek bermuka setan merasakan tindakan nonanya yang merengek itu menurunkan gengsinya sebagai seorang Tiong-cu (ketua) dari perguruan Pit-tiong, maka dengan cepat ia berseru. "Walaupun perguruan Pit-tiong kami tidak mempunyai maksud untuk mencelakai umat persilatan disungai telaga, akan tetapi kamipun tidak sudi dipandang rendah orang lain." Satu ingatan segera berkelebat dalam benak Gak In Ling, serunya kemudian dengan cepat. "Selama berada dilembah Toan-hun kok sudah banyak jago persilatan dari Tionggoan yang menemui ajalnya disana, apakah tindakan tersebut bukan merupakan suatu tindakan yang mencelakai dunia persilatan ?" Tertegun hati nenek bermuka setan sehabis mendengar perkataan itu, serunya dengan tercengang. "Lembah Toan-hun- kok Jangan-jangan mereka sudah mulai bergerak ke daratan Tionggoan-" "Nenek." terdengar gadis itu berkata dengan nada tidak tenang, "sampai kapan sih tenaga dalamku baru berhasil mencapai kesempurnaan ? Ketika ibu hendak menghembuskan napasnya yang terakhir bukankah telah berpesan kepada kita agar melarang setiap anggauta perburuan Pit-tiong menuju kedaratan Tionggoan ? Sekarang mereka telah menuju kesana " Ucapannya mengandung perasaan tidak tenang, gelisah dan cemas. Tiba-tiba nenek bermuka setan menghela napas panjang. "Aai mungkin masih membutuhkan waktu selama setengah tahun- lagi, kau harus berlatih dengan rajin dan tekun agar nama perguruan Pit-tiong kita bisa menggetarkan seluruh kolong langit kembali, dan kitapun bisa cepat-cepat membasmi kaum pengkhianat penjual sahabat itu "
481 Helaan napas panjang yang sedih dan murung mengakhiri pembicaraan tersebut. Dari tanya-jawab yang dilangsungkan oleh kedua orang itu, rupanya Gak In Ling sudah dapat menangkap duduk perkara yang sebenarnya, dalam hati kecilnya ia segera berpikir. "Jangan-jangan orang yang menguasai daratan Tionggoan padasaat ini bukanlah ketua perguruan Pit-tiong dari Tibet yang sebenarnya ? Andaikata memang demikian keadaannya, aku bisa menggunakan kesempatan yang sangat baik ini untuk menundukkan hati gadis tersebut, agar ia bersedia bekerjasama dengan umat persilatan di dataran Tionggoan untuk bersama-sama melenyapkan kaum durjana yang mengacau kedamaian dunia itu." Berpikir sampai disini, tanpa terasa ia menengadah dan memandang kearah gadis tersebut. Tetapi ketika sinar mata Gak In Ling berjumpa dengan sorot mata sigadis yang polos, lembut dan suci itu, timbullah rasa malu dan menyesal di dalam hati kecilnya, diam-diam ia berpikir. "oh, Gak In Ling Gak In Ling kalau kau berhasil membohongi hatinya dengan kata-kata yang manis, sekalipun tujuanmu adalah kebenaran tetapi tindakan semacam itu akan membuat kau merasa malu dan menyesal sepanjang masa." Dalam pada itu nenek bermuka setan sendiri setelah melirik sekejap kearah wajah Gak In Ling, segera mengertilah dia bahwa sianak muda itu telah memahami terhadap apa yang sedang mereka bicarakan dan ketika itu sedang merasa menyesal, hawa gusar yang semula menyelimuti wajahnya kini lenyap tak berbekas, sesudah menghela napas panjang, katanya. "Hey, orang muda, ketidak beruntungan yang menimpa perguruanku telah kau pahami, aku harap sesudah engkau berlalu dari sini janganlah kau siarkan keadaan ini keseluruh
482 dunia persilatan, sebab persoalan ini hanya bisa dikatakan sebagai persoalan rumah tangga perguruan kami sendiri." Dengan wajah bersungguh-sungguh Gak In Ling mengangguk. "Aku pasti tak akan mengecewakan hati kalian berdua, sampai waktunya apabila kalian membutuhkan tenagaku untuk membantu, aku orang she Gak melalu siap mengulurkan tangan untuk menyumbangkan tenagaku." Berseri wajah gadis cantik itu ketika mendengar perkataan itu, ia segera menubruk kehadapan Gak In Ling dan mencekal tangannya erat-erat, serunya dengan manja. "Sungguhkah itu ? Ah, engkau benar-benar baik hati." Gerakan tubuhnya begitu cepat membuat Gak In Ling tak sempat untuk menghindarkan diri, kalau ia bermaksud untuk membinasakan pemuda tersebut, mungkin sekarang pemuda tersebut sudah menggeletak diatas tanah. Tercekat juga perasaan hati Gak In Ling, pikirnya. "Sungguh cepat gerakan tubuh orang ini Agaknya badai pembunuhan yang bakal melanda dalam dunia persilatan dewasa ini tak mungkin bisa diselamatkan dengan mengandalkan tanganku seorang." Karena dihati kecilnya sedang memikirkan sesuatu, ia lupa untuk menjawab pertanyaan itu. Nenek bermuka setan memandang sekejap kearah Hoa Yan Hun. lalu pikirnya didalam hati. "Selama banyak tahun belum pernah ia menunjukkan wajah yang begitu gembira seperti hari ini, aaaiii mungkin dia memang terlalu kesepian." Berpikir sampai disitu, perlahan-lahan ia berjalan keluar dari ruangan itu dan lenyap dibalik pintu.
483 Dalampada itu, tatkala Hoa Yan Hun menyaksikan Gak In Ling lama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun, tanpa terasa dia menggoyangkan tangannya sambil berseru. "Hey, kenapa engkau tidak berbicara ?" Gak In Ling tertegun, ia tarik kembali tangannya dan menjawab. "Kau suruh aku membicarakan soal apa.?" "Perduli apapun yang akan kau katakan, aku bersedia untuk mendengarkan-" jawab Hoa Yan Hun manja. Sebenarnya perkataan semacam itu tidak sesuai diutarakan oleh seorang gadis muda, tetapi ketika ucapan tadi muncul dari bibir Hoa Yan Hun yang polos dan suci itu, kedengaran biasa dan enak didengar. Gak In Ling menyapu sekejap paras mukanya yang cantik,jantugnya yang semula tenang bagaikan permukaan air telaga kini berdetak dengan kerasnya, mungkin kepolosan serta kesucian gadis itu telah menggoncangkan perasaan hatinya. Gak In Ling tarik napas panjang, setelah berhasil menenangkan hatinya yang bergolak keras ujarnya. "Kalau dari sini menuju keatas, kita harus lewat mana ?" Mendengar pertanyaan itu senyum girang yang semula menghiasi wajah Hoa Yan Hun seketika berubah jadi kaku, sambil menatap wajah pemuda itu dengan biji matanya yang jeli dia bertanya. "Kau akan pergi?" Tiba-tiba ia seperti telah teringat akan sesuatu, tubuhnya segera melepaskan diri dari pelukan Gak In Ling dan lari menuju ke tepi pembaringan, dari bawah bantal dia ambil keluar dua jilid kitab seraya berkata. "Menurut nenek, sebelum kau berhasil melatih ilmu silat yang tercantum dalam kedua jilid kitab tersebut, tak mungkin
484 kau berhasil keluar dari sini." Sambil berkata ia ayunkan kitab itu dihadapan sipemuda. Melihat kedua jilid kitab tersebut Gak In Ling merasa amat terperanjat, ia segera merogoh kedalam sakunya, sedikitpun tidak salah kedua jilid Ilmu pukulan maut "Hiat-ciang-pitkeng"- nya telah lenyap tak berbekas. Walaupun Hoa Yan Hun seorang gadis yang polos, tetapi orangnya lincah dan cerdas, ketika menyaksikan raut wajah pemuda itu, buru-buru ujarnya lagi "Nenek bilang aku bisa memberi pelajaran kepadamu, apakah engkau bersedia melihat jalan keluarnya ?" Sambil berkata ia maju kedepan menghampiri Gak In Ling lalu menyerahkan kedua jilid kitab tersebut ketangannya. Gak In Ling sendiri walaupun mengetahui bahwa gadis itu tak akan membohongi dirinya, tetapi ia tak maupercaya dengan begitu saja, ia mengikuti dibelakang Hoa Yan Hun berangkat menuju kemulut gua. Air sungai masih mengalir dengan derasnya seperti sediakala, tetapi empat bulan sudah lewat tanpa terasa. Di mulut gua Kui-ong-tong, tampaklah Hoa Yan Hun dengan air mata bercucuran bersandar didalam pelukan Gak In Ling, dengan suara lirih dan manja ia berbisik. "Engkoh Ling... engkoh Ling..." Meskipun suaranya kecil, tetapi nadanya mengibakan hati membuat orang merasa terharu. Dengan belaian tangan yang kaku Gak In Ling membelai rambut yang panjang dari sigadis yang hitam halus, kemudian menyeka pula noda air mata yang membasahi pipinya. "Adik Hun, janganlah menangis." sahutnya dengan lembut, "bukankah kau mengatakan bahwa engkau akan mendengarkan perkataanku?"
485 Pergaulan selama empat bulan telah mengeratkan hubungan kedua insan manusia itu, tingkah laku Hoa Yan Hua yang polos dan lincah, hatinya yang suci bersih telah membuka perasaan hati sang pemuda, melelehkan perasaan hatinya yang dingin dan membeku, sekalipun dia tahu bahwa usianya sudah tidak lama lagi, namun cinta telah membelenggu perasaan hatinya. Dengan lembut Hoa Yan Hun mengangguk. pipinya ditempelkan keatas wajah Gak In Ling dan berkata dengan sedih. "Engkoh Ling, aku merasa berat untuk berpisah dengan dirimu." Gak In Ling merasakan jantungnya berdebar keras. dia menghela napas berat. "Aaii adik Hun, dikolong langit tiada perjamuan yang tak bubar, lain kali asal engkau ingat selalu bahwa engkau pernah mempunyai seorang engkoh Ling seperti aku, itu sudah lebih.dari cukup," Ia tak mampu untuk mengutarakan kesedHan hatinya, dan tidak memiliki keberanian untuk mengutarakan keluar. "Benar, selamanya aku tak akan melupakanmu" sahut Hoa Yan Hun dengan terisak, "tunggulah sebulan lagi, bila ilmu silatku telah berhasil maka aku pasti akan mencari dirimu." Dengan sedih Gak In Ling menghela napas panjang, pikirnya. "Mungkin selamanya engkau takkan menemukan diriku lagi, adik Hun, sayang" sesudah menghela napas panjang, bisiknya. "Adik Hun, mungkin selamanya engkau tak akan menemukan diriku lagi." Mendengar perkataan itu sekujur badan Hoa Yan Hun gemetar keras, ia menengadah keatas dan memandang wajah
486 Gak In Ling dengan sorot mata kaget, air mata jatuh berlinang membasahi pipinya . "Kenapa ?" ia bertanya. "Apakah engkau sama sekali tidak mencintai diriku ?" Memandang sorot mata sang dara yang kaget, sedih dan bingung itu, Gak In Ling tidak sanggup menguasai perasaan hatinya lagi, ia berseru. "Adik Hun-.." Kedua lembar bibirnya gemetar secepat kilat menyambar kedepan dan mencium bibir Hoa Yan Hun yang mungil dan indah itu. Sekujur tubuh Hoa Yan Hun gemetar keras, ia pejamkan matanya dan balas memeluk Gak In Ling erat-erat, ia biarkan dirinya dicium dan di kecup dengan penuh kemesraan- Dan dia merasa puas Walaupun Gak In Ling tidak menjawab pertanyaannya tetapi tindakan pemuda itu telah membuktikan segala sesuatunya. Sementara itu dari balik gua telah berjalan keluar nenek bermuka setan, sambil membawa selembar topeng kulit manusia yang berwajah seram bagaikan setan ia menghampiri kedua orang muda itu, bisiknya. "Kongcu, apakah kau hendak pergi?" Buru-buru Gak In Ling menengadah keatas sedangkan Hoa Yan Hun menempelkan tubuhnya makin rapat kedalam pelukan pemuda tersebut, tingkah lakunya begitu polos dan suci. Gak In Ling memandang sekejap kearah nenek bermuka setan, lalu mengangguk. "Benar nenek" "Satu bulan lagi, aku serta Hun-jipun akan munculkan diri pula didalam dunia persilatan-" kata nenek bermuka setan dengan sedih. sekali lagi Gak In Ling menghela napas berat, katanya. "Aku percaya nenek pasti akan berusaha keras untuk merawat serta menjaga adik Hun, dia masih begitu polos dan
487 jujur, sedikitpun tiada berpengalaman dalam dunia persilatan, kesemuanya terpaksa harus menunggu petunjuk serta perlindungan dari nenek." Nada suaranya penuh disertai rasa cinta yang mendalam, disamping rasa sedih dan iba. "Bagaimana dengan engkau sendiri ?" seru nenek bermuka setan tanpa terasa. Senyuman sedih tersungging diujung bibir Gak In Ling. "Aku rasa nenek telah mengetahui segala sesuatunya." ia menjawab dengan kaku. "Kongcu," seru nenek bermuka setan dengan jantung berdebar, "tiada penyakit yang tak dapat disembuhkan dengan obat, apalagi engkau masih harus mencari orang yang begitu banyak." Gak In Ling menengadah memandang cuaca diangkasa, kemudian menghela napas panjang. "Aaii benar nenek. aku bisa berusaha dengan segenap tenaga, akan kuusahakan sedapat mungkin untuk mempertahankan hidupku,semoga saja dikemudian hari aku Gak In Ling masih mempunyai kesempatan untuk bertemu lagi dengan kalian-" Berbicara sampai disini ia menyeka airmata yang jatuh berlinang membasahi pipinya dan menambahkan-"Aku akan pergi dahulu " "Engkoh Ling, jangan" seru Hoa Yan Hun dengan terperanjat. "Kongcu, bawalah benda ini,," ujar nenek bermuka setan sambil angsurkan topeng kulit manusia itu ketangannya. "bawalah topeng ini, mungkin dilain kesempatan benda ini akan membantu dirimu." Gak in Ling menerima pemberian tersebut lalu mendorong tubuh Hoa Yan Hun kebelakang sambil mengeraskan hatinya
488 ia berbisik. "Adik Hun, baik-baiklah berjaga diri, aku akanpergi dahulu." Habis berkata ia segera enjotkan badannya laksana petir yang menyambar dikolong langit, dengan cepat tubuhnya menerobos naik kearah bukit dan mencapai puncak tebing sementara dari arah belakang masih kedengaran jeritan keras dari Hoa Yan Hun--oo0dw0oo- Latihan tekun selama empat bulan membuat tenaga dalam yang dimiliki Gak In Ling mendapat kemajuan yang amat pesat, tebing setinggi seratus tombak berhasil dilaluinya dalam tiga kali lompatan saja tahu-tahu tubuhnya sudah mencapai dipuncak tebing. Berdiri diatas permukaan tanah dibawah hembusan angin gunung yang sejuk. Gak In Ling merasakan hatinya lega dan lapang. la berpaling memandang sekejap kebawah tebing kepala setan yang merupakan tonjolan batu karang waktu itu hanya nampak sebesar bola, di-tengah gulungan ombak yang dahsyat siapapun tidak akan menyangka kalau dibalik tonjolan batu itu terdapat dua manusia yang berdiam disitu. Gak In Ling menghela napas dalam-dalam, gumamnya seorang diri. "Adik Hun, selamat tinggal.... Semoga pergaulanmu dalam dunia persilatan tidak merubah perasaan hatimu yang polos dan suci itu." Perlahan-lahan ia berjalan meninggalkan tempat itu. Belum jauh pemuda itu berjalan, mendadak dari atas batu ditempat ketinggian berkelebat sesosok bayangan hitam, dalam kempitan orang itu tampaklah seorang gadis berbaju biru terkulai dalam keadaan tak sadarkan diri, sepasang tangannya lemas tergantung kebawah, matanya terpejam rapat dan jelas sudah kehilangan daya lawannya.
489 Tatkala menyaksikan potongan badan bayangan hitam itu, satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Gak In Ling, segera pikirnya. "Mengapa potongan badan orang ini begitu mirip seperti aku ?" Rupanya bayangan hitam itu sedang menghindarkan diri dari suatu pengejaran, gerakan tubuhnya amat cepat seperti dikejar setan, badannya sebentar bersembunyi dibalik batu, sebentar lari kedepan, dan arah yang dituju adalah tempat Gak In Ling berada pada saat ini. Jaraknya dari antara dua ratus tombak lebih dalam waktu singkat telah mencapai seratus tombak belaka, dan orang itu masih tetap berlarian dengan cepatnya. Sekarang Gak In Ling sudah dapat melihat potongan badan orang itu, dia mengenakan pakaian berwarna hitam persis seperti dandanannya sendiri, mukanya memakai kain cadar warna hitam hingga cuma nampak sepasang matanya belaka, ditinjau dari raut muka serta potongan badannya hampir boleh dibilang tiada jauh berbeda dengan keadaan dari Gak In Ling. Semakin memandang kearah orang itu, pemuda she Gak merasa makin terperanjat, pikirnya. "Benarkah dikolong langit benar-benar terdapat manusia yang mirip dengan diriku ?" Mendadak ingatan lain berkelebat pula di-dalam benak sianak muda itu, sorot mata yang tajam memancar keluar dari balik matanya. Berhubung selama ini Gak In Ling hanya berdiri tegak tanpa bergerak dan lagi orang itu sedang melakukan perjalanan dengan terburu-buru maka orang itu sama sekali tidak menyadari bahwa dia sedang berjalan mendekati kepintu ajalnya. Dalam sekejap mata orang itu sudah berada kurang lebih lima puluh tombak dihadapan sianak muda itu.
490 Gak In Ling segera mendengus dingin dan segera meloncat keluar. Tiba-tiba serentetan suara bentakan keras berkumandang memecahkan kesunyian- "Gak In Ling, apakah engkau hendak melarikan diri lagi dari sini ?" Mengikuti berkumandangnya suara bentakan itu, dari belakang sebuah batu cadas besar kurang lebih tiga puluh tombak dihadapan Gak In Ling muncullah seorang nenek tua berbaju hitam yang mana dengan cepat menghadang jalan pergi manusia baju hitam itu. Mula-mula Gak In Ling tertegun mendengar bentakan itu, segera pikirnya. "Ada urusan apa dia datang mencari diriku ?" Tetapi setelah berpikir sebentar, dia baru tahu bahwa nenek tua berbaju hitam itu rupanya sedang menghadang jalan pergi manusia baju hitam tadi, sadarlah pemuda itu apa yang telah terjadi, dengan hati gusar, pikirnya. "Anjing sialan, rupanya matamu sudah buta ?" Dalam pada itu, ketika manusia baju hitam itu menyaksikan jalan perginya dihadang orang, tanpa berpikir panjang lagi ia segera putar badan berlarian menuju kearah kiri, gerakan tubuhnya cepat bagaikan sambaran kilat. Nenek tua baju hitam itu sama sekali tidak melakukan pengejaran, dia cuma mendengus dingin dan tetap berdiri ditempat semula. Perlahan-lahan Gak In Ling menggeserkan badannya dan menyelinap masuk ke balik sebuah batu cadas. Tenaga dalam yang dimiliki manusia baju hitam itu benarbenar amat sempurna, ketika Gak In Ling sedang menyelinap masuk kembali ke balik batu tersebut, tubuhnya sudah berada kurang- lebih tiga puluh tombak disebelah kiri.
491 Mendadak terdengar suara beritakan nyaring yang berkumandang lagi ditengah malam. "Gak In Ling, bajingan tengik bangsat cabul, ini hari adalah saat akhir dari petualangan mu" Mengikuti bentakan nyaring itu, dihadapan manusia baju hitam tadi tiba-tiba muncul pula dua orang nenek tua baju hitam yang menghadang jalan perginya. Agaknya pada saat itu manusia baju hitam itu sudah menyadari bahwa dirinya telah terjebak dalam kepungan musuh, buru-buru ia lepaskan bopongan dan membuang gadis itu ketanah, kemudian melarikan diri terbirit-birit menuju ke belakang. Baru saja manusia baju hitam itu putar badannya, dari jarak dua puluh tombak di hadapan nya tiba-tiba berkumandang datang suara bentakan nyaring yang bernada dingin bagaikan es. "Gak In Ling, apakah engkau masih ingin melarikan diri ?" Manusia baju hitam itu menengadah keatas, kemudianjeritnya dengan suara terperanjat. "Ah Thian Hong pangcu ?" Dengan penuh ketakutan ia mundur dua langkah lebar ke belakang. Gak In Ling yang bersembunyi dibelakang batu cadaspun merasa tergerak hatinya setelah mendengar sebutan tersebut, sorot matanya segera dialihkan kedepan- Tampaklah diatas sebuah batu cadas berwarna putih yang amat besar kurang- lebih dua puluh tombak dihadapan manusia baju hitam itu, berdirilah Thian Hong pangcu dengan wajah yang dingin kaku dan menyeramkan, dikedua belah sampingnya berdirilah dua orang nenek, tua, salah satu diantaranya dikenal Gak In Ling seba gai Tiat-binpopo nenek bermuka baja.
492 Setelah mengawasi sejenak wajah Thian Hong pangcu, pemuda she Gak itu segera berpikir didalam hatinya. "Rupanya dia jauh lebih kurusan daripada keadaannya tempo dulu" Setelah menyaksikan kemunculan Thian Hong pangcu ditempat itu, rupanya manusia baju hitam itu sudah kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri, dengan kebingungan dia memandang sekejap kekiri- kanan, tiba-tiba ia putar badan dan lari menuju kejalan semula. Siapa tahu, baru saja dia menggerakkan tubuhnya tiba-tiba terdengarlah suara bentakan keras bagaikan belahan guntur bergema diangkasa. "Gak In Ling bajingan cabul, kau akan melarikan diri kemana lagi ?" Tak usah menengok Gak In Ling sudah tahu bahwa orang yang barusan munculkan diri itu bukan lain adalah manusia bertato sembilan naga, hatinya jadi teramat gusar, pikirnya. "Bagus. Bagus.. Rupanya kalian telah menilai begitu rendah tentang martabat serta tingkah lakuku lihat saja nanti " Mengikuti munculnya manusia bertato sembilan naga, dari empat penjuru segera bergemalah suara bentakan nyaring disusul berkibarnya empat buah panji besar dari puncak batu cadas ditempat penjuru. "Hm Rupanya kaupun telah datang..." dengus Gak In Ling dalam hati kecilnya. Sedikitpun tidak salah, setelah munculnya keempat buah panji besar tadi, dari belakang tubuh manusia bertato sembilan naga muncullah empat orang dayang cilik disusul gadis suci dari Nirwana, perempuan naga peramal sakti serta Suput-siang sekalianTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 493 Setelah menyaksikan dari empat penjuru sekeliling tubuhnya bermunculan jago-jago lihay dari perkumpulan Thian-hong-pang serta Yau-ti-lengcu sadarlah manusia berbaju hitam itu bahwa dirinya sudah terkepung rapat dan tak mungkin bisa meloloskan diri lagi dari situ, hatinya jadi amat gelisah dan tidak tenang, tanpa sadar selangkah demi selangkah dia mundur terus kebelakang. Gadis suci dari Nirwana mengerutkan dahinya, ia angkat kepala memandang sekejap kearah Thian-hong pangcu, kemudian berkata. "oooh rupanya pangcu telah berkunjung pula ketempat ini, agaknya tindakan siau-moay ini hanyalah suatu tindakan yang berlebHan belaka." Thian-hong pangcu tertawa dingin. "Hee hee hee perkumpulan kami kecil dengan tenaga yang terlalu lemah, tindak-tanduk kami tak berani disiarkan secara besar-besaran, hingga ketempat kami tiba selalu tanpa tanda atau panji pengenal, tidak aneh kalau leng tu tidak mengetahuinya." Nada ucapan tersebut penuh diliputi nada sindiran yang tajam. Sejak Gak In Ling terjatuh kedalam jurang Gadis suci dari Nirwana telah kehilangan kegembiraannya yang selalu menghiasi wajahnya, ia merasakan pikirannya selalu kalut dan tak tenang. Sehabis mendengar perkataan itu, sepasang alis matanya kontan berkernyit, dengan dingin serunya. "Terima kasih terima kasih cukup ditinjau dari cara pangcu mencelakai anak murid kami sudah bisa diketahui bahwa pangcu sama sekali tidak memandang sebelah matapun terhadap diriku. hm, kalau sekarang mengatakan kekuatan kalian terlalu kecil, bukankah hal itu sama artinya dengan menampar mulut sendiri ?" Perasaan hati Thian-hong pangcu pada waktu itupun tidak seriang dihari-hari biasa, kontan ia tertawa dingin.
494 "Hee hee hee sama-sama .... sama-sama kalau lengcu tidak turun tangan lebih dahulu, akupun tidak akan berani bikin gara-gara dengan dirimu." "Kurang ajar, siapa yang telah turun tangan lebih dahulu ?" teriak gadis suci dari Nirwana dengan gusar. Thian-hong pangcu mengerutkan dahinya, kemudian berkata dengan dingin. "Aku rasa lengcu jauh lebih mengerti." Gak In Ling yang menyaksikan kejadian itu tanpa terasa hatinya jadi amat tegang, pikirnya. "Bagus sekali, baru saja bertemu kalian ternyata akan bertempur lebih dahulu, kalau begitu caranya bagaimana mungkin dunia persilatan bisa memperoleh perlindungan dari kalian ?" Lalu ia berpikir lebih jauh. "Ah, perduli amat, apa urusannya dengan diriku ? Kenapa aku mesti menguatirkan keselamatan dari manusia-manusia yang sama sekali tak ada sangkut-pautnya dengan diriku ?" Walaupun dalam hati ia berpikir demikian, akan tetapi pemuda tersebut tak dapat melegakan hatinya dengan begitu saja, mungkin dengan dasar hatinya yang welas selamanya ia tak bisa tidak harus memikirkan keselamatan orang lain-Dalam pada itu gadis suci dari Nirwana dengan gusar telah berseru. "Hmm, terang-terangan engkau telah memutar balikkan duduknya persoalan-" "Hee hee hee apakah lengcu menganggap ilmusilat yang kau miliki amat lihay, maka engkau hendak menekan orang dengan kekerasan ?" seru Thian-hong pangcu sambil tertawa dingin- Gadis suci dari Nirwanapun tertawa dingin. "Aku percaya engkau Thian-hong pangcu masih belum sampai merasa takut tentang persoalan-"
495 "Hmm, sedikitpun tidak salah, meskipun siau-moay merasa bahwa ilmu silatku masih belum menandingi dirimu, tetapi apabila lengcu mempunyai keinginan untuk mengadu tenaga aku pasti akan melayani dirimu sekalipun harus mengorbankan selembar jiwaku" Seraya berkata perlahan-lahan ia berjalan menuruni batu cadas tersebut untuk mendekati lawannya. Thiat-bin popo yang berada disisinya dengan cepat menarik tangannya sambil berseru. "Pangcu Sekarang bukan waktunya bagi kita untuk berbuat demikian-" Dipihak lain perempuan naga peramal sakti sedang berseru dengan suara keras. "Lengcu Dewasa ini kita harus menyelesaikan dahulu persoalan tentang orang ini " Sambil berkata ia tuding kearah manusia berkerudung hitam itu, namun tidak disebutkan olehnya bahwa orang itu adalah Gak In Ling. Baik gadis suci dari Nirwana maupun Thian hong pangcu sama-sama merupakan gadis sakti yang memiliki kecerdikan luar biasa, tentu saja jalan pikiran mereka jauh lebih hebat daripada orang lain, setelah dihibur oleh orangnya masingmasing, perasaan hati merekapun jauh lebih tenang dari keadaan semula. Dengan suara nyaring gadis suci dari Nirwana segera berseru. "Pangcu menghadang jalan pergi orang ini lebih dahulu, sudah sepantasnya kalau kau yang turun tangan lebih dahulu." Thian-hong pangcu loncat naik kembali keatas batu cadas putih, kemudian menjawab. "Meskipun diantara anak murid perkumpulan kami ada yang menemui ajalnya ditangan orang ini, tetapi semua kejadian sudah lewat lama, ini hari ia sedang menculik anak murid perguruan kalian, sudah sepantasnya kalau Lengcu-lah yang menyelesaikan persoalan ini."
496 Jelas perempuan ini tidak mau turun tangan sendiri terhadap orang yang dianggapnya sebagai Gak In Ling itu. Air muka gadis suci dari Nirwana berubah hebat, rupanya diapun merasa keberatan untuk menyelesaikan persoalan itu. Perempuan naga peramal sakti yang berada disisinya segera menarik ujung baju gadis suci dari Nirwana sambil bisiknya. "Lengcu, kepercayaan dan kebesaran gadis suci dari Nirwana semuanya tergantung pada keputusan yang akan diambil Lengcu pada saat ini." Air muka gadis suci dari Nirwana kembali berubah hebat, gumamnya. "Kepercayaan-. .. kebesaran...... aku tidak lebih hanya sebuah patung pemujaan yang dipuja-puja orang, aku bukan manusia karena kepercayaan dan wibawa, aku harus mengorbankan sesuatunya, apakah sejak dilahirkan aku sudah di-takdirkan tidak berhak mencicipi kebahagiaan tersebut ?" Mengikuti gumamnya yang lirih dan menyedihkan itu, perlahan-lahan air matanya berlinang membasahi pipinya. "Lengcu," kembali perempuan naga peramal sakti berbisik- "kau harus teguhkan imanmu, ia tidak berharga untuk menerima rasa cintamu itu." Gadis suci dari Nirwana segera menyeka air matanya dengan ujung baju, kemudian dengan wajah dingin dan kaku ia tatap wajah manusia baju hitam itu tajam-tajam, serunya dengan menyeramkan- "Gak In Ling, rupanya engkau belum mati" Dalam waktu yang amat singkat, seakan-akan dia telah berubah jadi seorang manusia yang lain- Setelah menyaksikan kejadian berubah jadi begitu dan mengetahui bahwa dia tak bakal lolos dari pengepungan, tibatiba manusia baju hitam itu bertekuk lutut dan jatuhkan diri berlutut diatas tanah, sambil angguk-anggukkan kepalanya ia
497 merengek. "Lengcu, ampunilah jiwaku..... aku Gak In Ling menerima salah..." Perempuan naga peramal sakti yang menyaksikan kejadian itu satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya, ia segera berpikir. "Dia pasti bukan Gak In Ling, dengan keangkuhan serta kesombongan yang dimiliki Gak In Ling, sekalipun ada golok yang dipalangkan ditenggorokannya, tak mungkin ia bersedia bertekuk lutut dihadapan orang lain." Meskipun dalam hati ia berpikir demikian, namun jalan pikirannya itu tidak sampai diutarakan keluar. sekuat tenaga gadis suci dari Nirwana menahan perasaan hatinya untuk memberi ampun kepada orang-itu, sekarang ia telah berubah jadi seorang yang benar-benar sadis. "Selamanya manusia cabul semacam engkau tak pernah diberi pengampunan. Gak In Ling, kalau mengetahui bakal begini kenapa kau lakukan perbuatan-perbuatan semacam itu dimasa lampau" "Lengcu, Manusia bukanlah nabi atau malaikat." rengek manusia baju hitam itu dengan suara keras. "Meskipun aku telah melakukan perbuatan yang salah, tapi perbuatanku itu tokh bisa dibenarkan di kemudian hari kalau engkau benarbenar adalah seorang manusia yang baik hati dan bijaksana, semestinya Lengcu ampuni jiwaku serta melepaskan aku Gak In Ling dari sini, dikemudian hari aku pasti akan hidup sebagai seorang manusia baik-baik." Air muka gadis suci berubah hebat, tetapi ketika dilihatnya wajah-wajah gusar yang diperlihatkan anak muridnya disekeliling kalangan, perasaan hatinya segera berubah kembali jadi dingin, ia segera ambil kcputusan dan berseru. "Menurut keputusanku, engkau jangan harap bisa meninggalkan tempat ini lagi dalam keadaan hidup "
498 Bicara sampai disitu ia segera angkat kepala memandang kearah Thian-hong pangcu, sambungnya. "Bagaimana menurut pendapat pangcu ? " Thian-hong pangcu sama sekali tidak memandang kearah pria baju hitam yang dianggapnya sebagai Gak In Ling, sambil menahan rasa sedih yang mencekam perasaan hatinya ia menjawab dengan dingin. "Keputusan dari Lengcu memang tepat sekali " Sementara mengucapkan kata-kata tersebut, telapak tangan dibalik bajunya gemetar terus tak hentinya, meskipun diluaran ia berusaha untuk menenangkan hatinya tapi golakan hatinya benar benar hebat. Setelah Thian-hong pangcu berkata demikian, maka gadis suci dari Nirwanapun segera membentak. "Su-put-siang, ringkus bajingan cabul itu " Dalam pada itu Gak In Ling yang bersembunyi dibelakang batu cadas secara diam-diam telah mengenakan topeng setan diatas wajahnya, lalu perlahan-lahan berjalan ketengah gelanggang. Ketika lelaki baju hitam itu menyaksikan kesempatan baginya untuk melanjutkan hidup sudah lenyap. timbullah niat untuk mengadu jiwa, ia segera loncat mundur sejauh dua tombak dan membentak keras. "Lengcu, apakah engkau hendak paksa aku Gak In Ling untuk mengadu jiwa dengan dirimu ?" Sambil berkata hawa murninya diam-diam disalurkan kedalam sepasang telapak tangan siap melakukan pertempuran- Butiran keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar membasahi jidatnya, sorot mata yang memancarkan sinar ketakutan, tidak tenteram dan ngeri terlintas tiada hentinya.
499 Sementara itu dengan langkah cepat su-put siang telah masuk kedalam gelanggang, sambil tertawa dingin serunya. "Gak In Ling bajingan tengik, engkau hendak bunuh diri ? Ataukah memaksa aku untuk turun tangan ?" Manusia berkerudung hitam itu segera ayunkan sepasang telapaknya ke depan, tampak cahaya merah menyambar lewat diangkasa, hardiknya. "Asal engkau merasa yakin mampu untuk menahan pukulan ilmu telapak mautku, silahkan saja engkau mencoba" "Hee..... hee .... hee.... sepasang telapak maut, apa yang mesti kutakuti ?" ejek Su-put-siang sambil tertawa dingin, sambil berkata ia bersiap-sedia untuk turun tangan- Pada saat itulah tiba-tiba dari udara berkumandang datang suara bentakan yang dingin dan mengerikan- "Sahabat, engkau bukan Gak In Ling" Suara itu munculnya sangat mendadak dan tak terduga, apalagi seluruh perhatian semua jago yang hadir disana samasama dipusatkan keatas tubuh manusia berkerudung hitam itu, maka mendengar bentakan tadi rata-rata para jago yang hadir disana sama-sama terperanjat, sorot mata semua orangpun segera dialihkan kearah mana berasalnya suara tadi. Tetapi setelah mengetahui siapa yang buka suara, hati semua orangpun terjelos, hampir berlamaan waktunya mereka sama-sama berpikir. "Kenapa dikolong langit terdapat manusia yang begini jeleknya ?" Sementara semua orang masih berdiri tertegun, perlahanlahan Gak In Ling sudah berjalan masuk ketengah gelanggang, langkahnya begitu tegap dan tinggi hati. Sejak Gak In Ling munculkan diri ditempat itu, baik gadis suci dari Nirwana maupun Thian- hong pangcu sama-sama merasakan hati kecilnya timbul satu perasaan aneh, mereka
500 tidak dapat mengatakan apa sebabnya, hanya terasa oleh kedua orang gadis itu bahwa suara dari Gak In Ling begitu nyaring dan sangat dikenal oleh mereka. Dua pasang mata yang jeli dengan tajam segera menatap wajah Gak In Ling tanpa berkedip. agaknya mereka sedang berusaha menemukan sesuatu dari paras orang itu. Sedangkan perempuan naga peramal sakti diam-diam berseru dalam hati kecilnya. "Terima kasih langit, terima kasih bumi, ternyata dia belum mati " Berpikir sampai disini, ia lantas berpaling kearah Su-put-siang dan berseru. "Su-put-siang, kembalilah " Su-put-siang yang menghadang jalan pergi-nya oleh Gak In Ling ketika ia siap hendak turun tangan, pada saat itu hatinya sedang merasa gusar, mendengar panggilan itu, ia lantas menggeleng sambil menjawab. "Tidak. tugasku belum selesai." "Kembali" bentak gadis suci dari Nirwana. . Meskipun ia sedang berbicara terhadap Su put-siang, namun sepasang biji matanya yang jeli tak pernah terlepas dari wajah Gak In Ling yang menyeramkan- Dia sangat berharap orang yang baru saja munculkan diri itu memandang sekejap kearahnya Tapi ia kecewa, pemuda berwajah amat jelek itu sama sekali tidak memandang sekejappun kearah-nya. Su-put-siang sendiri walaupun kasar dan berangasan, tetapi ia tak berani membangkang perintah dari Lengcunya, setelah melotot sekejap kearah Gak In Ling dengan penuh kegusaran ia putar badan dan berjalan kembali kesisi tubuh pemimpinnya. sementara itu Gak In Ling telah berada kurang- lebih lima depa dihadapan manusia berkerudung hitam itu, dengan suara dingin ia segera menegur.
501 "Sahabat, mengapa kau tidak lepaskan kain hitam yang menutupi paras mukamu itu?" Ketika manusia berkerudung hitam itu melihat Su-put-siang telah mundur, nyalinya telah menjadi tebal kembali, pikirnya d idalam hati. "Kenapa tidak kubunuh manusia jelek ini lebih dahulu untuk mendemontrasikan kelihayan ilmu silatku ? Kalau mereka tahu aku lihay, pasti tak ada yang berani memandang rendah diriku lagi." Berpikir sampai disini, ia lantas tertawa dingin dan menegur. "Bajingan jelek. siapa engkau ? Sebutkan namamu " -oo0dw0oo- Jilid 15 GAK IN LING tertawa dingin, serunya: "Aku masih belum mengetahui siapakah namamu ??" "Heeehh.... haeehh... heeehh........ aku Gak In Ling "jawab pria berkerudung hitam itu. Nafsu membunuh yang sangat tebal memancar keluar dari balik mata pemuda tersebut, dengan nada menyeramkan ia berkata: "Saudara, kalau sekarang engkau tidak sebutkan lagi siapa nama aslimu, aku takut setelah ini tiada kesempatan lagi bagimana untuk berbuat demikian " Mungkin perkataan dari Gak In Ling terlalu menyeramkan dan mengerikan, membuat pria berkerudung hitam itu tanpa sadar mundur dua langkah ke belakang, semua gerak geriknya dilakukan tanpa sadar dan tak terkendalikan lagi.
502 Pria berkerudung hitam itu mundur dua langkah kebelakang, tiba-tiba dia ayunkan sepasang telapaknya kedepannya sambil berseru. "Bocah keparat, coba lihatlah sepasang telapakku ini." "Hmm Tak usah, dilihat lagi." jawab Gak In Ling sambil tertawa dingin, sambil berkata selangkah demi selangkah ia maju mendekati pria berkerudung hitam itu. Mengikuti melangkah majunya Gak In Ling tanpa sadar selangkah demi selangkah pria berkerudung hitam itu mundur kebelakang, otot-otot hijau diatas keningnya pada menonjol keluar dengan amat nyata karena tegang dan takutnya. Tibatiba pria berkerudung hitam itu membentak keras: "Keparat setan, rupanya engkau kepingin mampus " Tubuhnya loncat maju kedepan dengan gerak Thian-wong-lociok atau jaring langit menjala burung gereja ia terjang keatas kepala Gak In Ling, tampaklah selapis cahaya merah yang amat menyilaukan mata di iringi desiran angin tajam yang menggidikkan hati langsung menerjang kearah dada pemuda itu, serangannya sangat kuat dan mengejutkan- Gak In Ling sama sekali tidak menghindar juga tidak melancarkan serangan balasan, hanya dengan dingin ia berkata. "Aku rasa telapak maut tidak memiliki tenaga pukulan yang begitu besarnya " Baru saja Gak In Leng menyelesaikan kata-katanya, sepasang telapak pria baju hitam itu sudah mencapai setengah cun diatas batok kepalanya, menyaksikan kejadian tersebut, baik Gadis suci dari Nirwana maupun Thian-hong pangcu sama-sama maju selangkah kedepan tanpa sadar. Akan tetapi pada saat yang bersamaan pula, terdengarlah Gak In Leng membentak nyaring. "Turun kamu dari sini "
503 Tangan kanannya diayun keatas, secara lamat-lamat tampaklah serentetan cahaya merah berkelebat lewat. "Aaah Telapak... "jerit pria berkerudung hitam yang berada di udara dengan terperanjat. Sebelum ia sempat menyelesaikan kata-katanya, jalan darah bisu diatas tubuhnya tahu-tahu sudah ditotok. Perubahan tersebut berlangsung begitu cepat dan mendadak. hampir boleh dibilang para jago yang hadir disekitarnya kalang kabut kecuali Gadis suci dari Nirwana serta Thian-hong pangcu boleh dibiang tak sempat melihat jelas bagaimanakah caranya Gak In Ling mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan pria berkerudung hitam itu. Dengan pandangan yang sangat dingin Gak In Ling menyapu sekejap kearah pria baju hitam yang berdiri ketakutan itu, kemudian tegurnya. "Sahabat, engkau telah mendapat perintah siapa ?" Sambil berkata ia tepuk bebas jalan darah bisunya yang ditotok. kemudian tangan kanannya, diayunkan melepaskan kain cadar hitam yang menutupi wajah pria tersebut. "Aaah dia bukan Gak in Ling "jeritan kaget berkumandang memenuhi seluruh gelanggang. Paras muka Gadis suci dari Nirwana yang bersemu merah, mengikuti teruan tertahan lantaran kagetnya itu seketika berubah menjadi pucat pias bagaikan mayat, terdengar dara itu hatinya hancur bergumam seorang diri. "Gak In Ling... Gak In Ling diantara kita mengapa selalu terjadi kasalah-pahaman yang demikian banyaknya ?? Aku... dimanakah aku bisa bertemu lagi dengan dirimu ?" Mengikuti bisikannya yang memilukan hati, dua titik air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya yang cantik.
504 Perempuan naga peramal sakti segera memayang tubuh Leng-cu nya, dengan suara lirih ia berbisik: "Leng-cu, engkau tak usah bersedih hati mungkin Gak in Leng belum mati.... kalau engkau tidak percaya, sebentar lagi dengarkanlah penyelidikanku terhadap pemuda baju hitam itu, maka duduknya perkara dengan cepat akan jadi jelas." "Sekalipun tidak mati, mungkin diapun tak akan memperdulikan diriku lagi." kata Gadis suci dari Nirwana dengan sedih. "Penyakit yang ia derita toh hanya Leng-cu seorang yang bisa menyembuhkan " bisik perempuan naga peramal sakti. Gadis suci dari Nirwana menggeleng. "Dia pasti amat membenci diriku, sekalipun kuberikan kepadanya belum tentu ia bersedia untuk menerimanya." Mendengar perkataan itu perempuan naga peramal sakti segera tertawa. "Tak usah kuatir Leng-cu, selama aku masih dapat bernapas tak nanti akan kusuruh Leng-cu merasa kecewa." Pada saat ini Gadis suci dari Nirwana sudah kehilangan pegangan dan pikirannya terasa kalut sekali, mendengar jaminan yang diberikan kepadanya itu, dengan perasaan amat berterima-kasih ditatapnya perempuan itu kemudian berkata: "cici, bagaimana caranya kubalas budi kebaikanmu itu ??" Sambil berkata digenggamnya tangan perempuan naga peramal sakti erat-erat, gerak-geriknya begitu polos dan bersungguh-sungguh. Mendadak dari tengah gelanggang berkumandang suara bentakan dari manusia bertato sembilan naga yang amat keras.
505 "Bajingan sialan, ku bacok engkau sampai mampus " Sambil berkata toya bajanya di-ayun kedepan dan langsung membacok keatas batok kepala pria baju hitam itu. Gak In Ling menengadah keatas dan memandang sekejap kearah manusia bertato sembilan naga, ia temukan kelopak mata orang telah berubah menjadi merah membara, otot-otot hijau pada keningnya pada menonjol keluar, keadaannya menyeramkan sekali. Sebetulnya ia bisa menghindarkan pria baju hitam itu dari bahaya maut, namun ia tidak berbuat demikian, menanti toya baja milik manasia bertato sembilan naga sudah mencapai satu cun diatas kepala pria baju hitam itu, dia baru lepaskan Cekalannya dan loncat mundur sejauh beberapa tombak dari tempat semula. "Blaaamm." ditangah benturan nyaring yang memekakkan telinga, tampaklah batok kepala manusia baju hitam itu terhantam sehingga hancur berantakan dan berserakan diatas tanah, darah segar muncrat keempat penjuru membasahi seluruh wajah dan badan manusia bertato sembilan naga.. Meskipun pria itu sudah menemuhi ajalnya, namun sepasang telapak tangannya masih tetap berwarna merah, rupanya dia memang sengaja mencat telapaknya dengan warna merah agar orang lain mengira bahwa dia memiliki ilmu telapak maut yang amat dahsyat itu. Setelah berhasil memukul hancur batok kepala pria baju hitam itu, rupanya manusia bertato sembilan naga masih belum puas, toya bajanya diayunkan berulang kali menghantam mayat pria tersebut sehingga hancur lebur bagaikan perkedel, sesudah hawa dongkolnya terlampiaskan semua dia duduk diatas tanah dan menangis terseduh-seduh, suaranya keras bagaikan guntur sehingga menggetarkan seluruh bukit.
506 Walaupun Manusia bertato sembilan naga adalah seorang manusia kasar yang tak punya otak, tapi kesetia kawanannya amat terpuji dan lagi hatinya juga serta suka blak-blakkan. Kini ia teringat kembali peristiwa sewaktu untuk pertama kalinya berkenalan dengan Gak In Ling, bagaimana pemuda itu menyempurnakan ilmu silatnya.... dan bagaimana pula sikap sang pemuda tersebut terhadap dirinya, meskipun ia bodoh namun perasaan persahabatan yang sudah terikat antara mereka berdua masih dapat diresapi. Air matanya bagaikan sumber mata air mengalir keluar tiada hentinya, seduh-sedan nya yang nyaringnya dan keras kini sudah mulai serak dan parau. Mula pertama kendatipun Gak In Ling merasa tidak puas karena tindak tanduknya yang gegabah, berangasan serta tidak membedakan mana yang benar dan mana yang salah, akan tetapi setelah menyaksikan ia menangis dengan begitu sedih nya, pemuda itu malahan merasa tidak tega. Setelah menghela napas berat tegurnya. "Heng tay, karena urusan apa engkau menangis dengan begitu sedihnya ??" Sambil menangis tersedu-sedu. Manusia bertato sembilan naga berkata. "Terbayang olehku saudara Gak adalah seorang manusia yang jujur dan bersemangat jantan mana mungkin ia dapat melakukan perbuatan terkutuk semacam itu, tapi aku manusia bertato sembilan naga ternyata bodoh dan goblok, sama sekali tidak berkemampuan untuk menentukan mana yang salah dan mana yang benar, dalam gusarku telah kuhajar dia sehingga tercebur kedalam sungai oooh saudara Gak saudara Gak. engkau tak akan menyangka bukan bahwa aku manusia bertato sembilan naga dapat membinasakan dirimu..." Makin berkata ia merasa semakin bersedih sehingga akhirnya rambutnya ditarik-tarik dengan keras untuk menghukum diri sendiri.
507 Dengan sedih Gak In Ling menghela napas panjang, pikirnya di dalam hati kecilnya. "Aaaai Sudahlah, kumaafkan dirimu." berpikir sampai disitu. dia lantas berkata. "Mungkinkah ilmu silat yang dimiliki saudara Gak mu itu jauh tidak memadahi kepandaian silat yang kau milikki ?" "Ilmu silat yang dimiliki saudara Gak itu jauh diatas kepandaian yang dimiliki aku manusia bertato sembilan naga." sahut manusia kasar itu sambil menangis. Gak In Ling sengaja berpura-pura terkejut serunya dengan nada tercengang. "Lalu secara bagaimana ia bisa dihajar sampai tercebur kedalam sungai ?? Aah mungkin pada waktu itu dia sudah menderita luka dalam yang cukup parah, setelah kau hajar dirinya sampai tercebur kedalam sungai, sembilan puluh persen jiwa nya tak tertolong lagi." Perempuan naga peramal sakti yang mendengar perkataan itu, perasaan hatinya agak bergerak sambil tersenyum segera pikirnya. "Gak In Ling, tak kusangka ternyata engkau memiliki perasaan hati yang ramah dan budiman-" Manusia bertato sembilan naga tak dapat berpikir sampai ke situ, mendengar perkataan itu ia segera berteriak keras. "Saudara Gak pasti tak pernah menyangka kalau aku yang mempunyai hubungan persahabatan yang demikian erat dengan dirinya pun tidak percaya terhadap pendiriannya, dalam putus-asa dan kecewanya tentu ia tak sudi melakukan perlawanan-" Tak kalah Gadis suci dari Nirwana mendangar ucapan tersebut, hatinya segera merasa amat sakit bagaikan ditusuk dengan beribu-ribu batang jarum perak. air matanya bagaikan hujan gerimis mengucur keluar tiada hentinya... Dalam pada itu Gak In Ling telah tertawa hambar dan berkata.
508 "Manusia yang telah mati tak dapat hidup kembali, asal dalam hati kecil Heng-tay sudah timbul perasaan menyesal dan sukma saudara Gak mu didalam baka dapat mengetahui akan hal ini, dia pasti bisa memaafkan kesalahanmu itu, sudahlah jangan menangis lagi." suaranya begitu lembut dan hangat. Perasaan hati Manusia bertato sembilan naga segera bergerak, tiba-tiba ia menyeka air mata yang membasahi matanya dan berhenti menangis. "Benarkah ia dapat memaafkan kesalahanku itu ??" serunya. Dalam hati kembali Gak In Ling menghela napas panjang. "Aaai kalau bukan aku yang memaafkan dirimu, siapa lagi yang bisa memaafkan dirimu ?" Berpikir sampai disitu, perlahan-lahan dia angkat wajahnya dan berkata dengan berat. "Ketulusan hati akan mengharukan Thian, asal dalam hatimu terdapat seorang manusia seperti saudara Gak mu itu, dan mengetahui bahwa dia bukanlah seorang manusia jahat seperti yang kau bayangkan, bukankah dia masih tetap sebagai sahabat karibmu ? kalau memang begitu, berjumpa atau tidak apa pentingnya ?" Dia mungkin tak dapat mengendalikan perasaan sedih yang berkecamuk dalam benaknya oleh karena itu ucapannya membawa nada yang memilukan hati bagi siapa pun yang mendengar-kan. Gadis suci dari Nirwana angkat kepalanya dan alihkan matanya yang penuh dengan airmata itu keatas wajah Gak In Ling yang jelek bagaikan setan, dia dalam hati kecilnya timbul suatu pengharapan yang sangat aneh dan tidak dimengerti olehnya, dia berharap pemuda bertampang jelek seperti setan itu dapat menghibur pula dirinya, seperti dia menghibur hati Manusia bertato sembilan naga.
509 Agaknya Manusia bertato sembilan naga tak berhasil memahami maksud yang sebenarnya dari ucapan Gak In Ling itu, dengan kebingungan ia berseru. "Aku masih tak habis mengerti " Padahal ia sama sekali tidak mengerti, hanya saja malu untuk mengutarakannya keluar. "Heng-tay." kata Gak In Ling lagi dengan hambar," Asal engkau masih ingat apa yang diharapkan saudara Gak kepadamu untuk kau kerjakan, lakukan saja menurut maksud hatinya... bukankah kesemuanya akan beres ?" Perasaan hati Manusia bertato sembilan naga segera tergerak. serunya tanpa sadar. "Aaaah sedikitpun tidak salah, dia mengharapkan aku melakukan sesuatu pekerjaan, Eeei.. Agakaya ia tak pernah berkata demikian- Aaaai Sekarang aku teringat sudah..." Dengan sorot mata yang sangat aneh dan sepasang mata terbelalak lebar, ia menyeka air mata yang membasahi pipinya, kemudian menyambar toya bajanya dan loncat bangun, katanya. "Saudara Gak ku mempunyai banyak orang musuh besar yang berdiam dilembah pemutus sukma aku harus pergi kesana..." Apa yang dipikirkan segera dilaksanakan, setelah merangkul toya bajanya dengan langkah lebar ia segera menuruni bukit tersebut. Perasaan hati Gak In Ling bergerak. buru-buru susulnya sambil membentak keras. "Saudara.... aku rasa saudara Gak mu itu tentu tidak suruh engkau mewakili dirinya untuk pergi asal balas dendam bukan?"
510 Ketika mendengar teriakan tersebut, dari balik mata Perempuan naga peramal sakti memancar keluar serentetan sinar mata yang sangat aneh, dan ia melirik sekejap kearah Gadis suci dari Nirwana. Sementara itu Manusia bertato sembilan naga sama sekali tidak menghentikan langkah kakinya, sambil melanjutkan perjalanannya ia berseru. "Meskipun dia tak pernah berkata demikian akan tetapi setelah kuketahui harus kulakukan juga pekerjaan ini " Habis berkata ia teruskan langkahnya keluar dari bukit tadi. Gak In Ling jadi amat gelisah, buru-buru serunya lagi. "Engkau bukan tandingan dari orang-orang yang menghuni dilembah pemutus sukma" "Mati binasa demi saudara Gaksku, sekalipun berkorban juga bukan persoalan bagiku." teriak Manusia bertato sembilan naga^ Ucapan tersebut amat tegas dan serius, ketika menyelesaikan kata-kata tersebut bayangan tubuhnya dan ikut lenyap dari pandangan- Gak In Ling menghela napas panjang ia menyapu sekejap sekeliling tempat itu ketika sorot matanya menyapu wajah Gadis suci dari Nirwana serta Thian-hong pangcu nampak jelas hati-nya merasa tak tega, tapi ingatan tersebut hanya sebentar saja berkelebat dalam benaknya untuk kemudian lenyap tak berbekas. Gak In Ling angkat kepala periksa cuaca, kemudian putar badan dan berjalan menuju kearah mana manusia bertato sembilan naga melenyapkan diri. tak sepatah katapun yang dia ucapkan terhadap orang-orang disekeliling sana. Tiba-tiba Perampuan saga peramal sakti berseru keras. "Gak In Ling " Mendengar teriakan itu Gak In Ling hentikan langkahnya dan putar badan, baru saja dia akan buka suara mendadak
511 teringat olehnya bahwa dandanannya pada saat ini bukanlah Gak In Ling, dalam hati kecilnya dia segera berseru. "Aduh celaka, aku lupa kalau perempuan naga peramal sakti adalah seorang manusia yang cerdas dengan akal setan yang banyak." Sementara itu baik Thian-hong pangcu maupun Gadis suci dari Nirwana sedang menatap wajahnya dengan pandangan tajam, dibalik sorot mata mereka terselip harapan, sangsi serta tanda tanya besar. Dalam gelisahnya timbullah satu akal cerdik dalam benak pemuda itu, cepat-cepat dia ber kata. "Gak In Ling sudah terkubur di dalam sungai, nona sedang memanggil siapa...?" Habis berkata tanpa menanti jawaban lagi dengan langkah lebar segera berlalu dari sana. Sebenarnya Perempuan naga peramal sakti akan membongkar rahasia pemuda tersebut saat itu juga, akan tetapi setelah dipikir sebentar dan merasa tindakan tersebut malahan justru tidak menguntungkan posisi Leng-cu nya maka ketika kata-kata tersebut sudah meluncur di ujung bibirnya segera ditelan kembali kedalam perut, dengan pandangan termangu- mangu dipandangnya bayangan punggung Gak In Ling sehingga lenyap dari pandangan- Pada saat itu perasaan hati Gadis suci dari Nirwana boleh dibilang putus asa dan kecewa dengan sedih ia memandang awan yang bergerak diangkasa lalu berbisik lirih. "Mari kita pulang saja " Perempuan naga peramal sakti nampak tertegun, serunya. "Leng-cu, bukankah engkau hendak pergi mencari Tiong-cu dari perguruan Pit-tiong yang berasal dari Tibet ??"
512 "Itu urusan Leng-cu " tukas Gadis suci dari Nirwana dengan cepat. "Leng-cu ? Bukankah engkau adalah Leng-cu ?" Gadis suci dari Nirwana tertawa sedih, jawabnya. "Aku lebih senang hidup sebatang- kara tanpa pengiring, dari pada harus hidup terkekang sebagai boneka yang dipuja serta disanjung-sanjung setiap orang, aku adalah manusia, aku ingin merasakan pula kebahagian hidup sebagai seorang manusia yang wajar, karena kedudukan Leng-cu aku harus kehilangan apa yang kuinginkan-.. aku tak akan bersedia menduduki jabatan itu lagi." Perlahan-lahan Thian-hong pangcu tundukkan kepalanya rendah-rendah, mungkin dia mempunyai perasaan yang sama. Rupanya sejak permulaan Perempuan naga peramal sakti sudah dapat menduga apa yang sedang dipikirkan Gadis suci dari Nirwana pada saat itu, sengaja ia mengajukan pertanyaan tersebut tujuannya tidak lain adalah agar gadis suci dari Nirwana bisa lebih terang menjelaskan isi hati nya, daripada dikemudian hari dia menyangkal. Sambil menatap wajah gadis itu. ujarnya dengan wajah serius. "Leng-cu. apakah engkau mengira Gak In Ling benar-benar sudah mati... ?" Sekilas cahaya aneh memancar keluar dari balik mata Gadis suci dari Nirwana yang jeli, akan tetapi sebentar saja sudah lenyap kembali dari pandangan, ia menghela napas sedih sambil berkata. "Tak usah kau ungkap tentang dirinya lagi aku merasa kesal." Perempuan naga peramal sakti sama sekali tidak berhenti sampai disitu saja, ia berkata kembali. "Apabila dugaanku tidak keliru, bukan saja Gak In Ling belum mati bahkan ilmu telapak mautnya telah berhasil dikuasai sepenuhnya."
513 Ucapan tersebut bagi pendengaran Gadis suci dari Nirwana serta Thian-hong pangcu benar-benar merupakan suatu berita yang menggetarkan hati karena itu setelah selesai mendengar perkataan tersebut empat buah pandangan mata yang jeli tanpa sadar bersama-sama dialihkan ke atas wajah perempuan naga peramal sakti. Perempuan cerdik tersebut tertawa, ujarnya kemudian- "Barusan Leng-cu telah bertemu dengan dirinya " "Barusan ?" teriak Gadis suci dari Nirwana dengan hati tertegun. "Benar " Perempuan naga peramal sakti mengangguk serius, "pemuda baju hitam bermuka setan yang barusan munculkan diri itu, kecuali paras mukanya yang amat jelek dan menyeramkan seperti setan, bagian lain tak satupnn yang berbeda dengan Gak In Ling, terutama sekali ilmu pukulan yang dipergunakannya juga merupakan ilmu telapak maut " Gadis suci dari Nirwana serta Thiau-hong pangcu segera termenung dan berpikir beberapa saat lamanya, dengan cepat mereka merasa bahwa orang itu memang sangat mirip dengan Gak In Ling, tetapi mereka tak habis mengerti kalau memang orang itu adalan Gak In Ling, mengapa pemuda itu tidak muculkan diri dengan paras muka aslinya ? Walaupun Gadis suci dani Nirwana serta Thian-hong pangcu adalah perempuan-perempuan ampuh yang berotak cerdik, namun setelah menjumpai keadaan seperti itu tak urung dibikin kebingungan juga . Sesudah termenung sebentar, terdengar Gadis suci dari Nirwana bertanya dengan nada tidak mengerti. "Kenapa ia tidak menjumpai kita dengan paras muka aslinya ?" Perempuan naga peramal sakti menghela napas berat, sahutnya.
514 "Leng-cu, berulang kali engkau telah mencelakai dirinya, sebagai seorang pemuda yang berwatak angkuh dan tinggi hati ditambah pula penindasan oleh keadaan selama beberapa waktu belakangan ini membuat perasaan hatinya menjadi dingin dan kaku, rasa percayanya terhadap orang lain jadi lenyap tak berbekas.... menurut pengamatanku, tempo hari ketika ia terhantam sehingga tercebur dalam sungai, bukannya ia tak berhasrat melakukan perlawanan melainkan karena hatinya putus asa dan kecewa sebab sampai manusia bertato sembilan naga yang selalu setia kepadanya pun tidak mempercayai dirinya lagi." Perempuan ini memang beuar-benar memiliki kecerdikan yang luar biasa, tidakkah aneh kalau ia sebagai seorang perempuan lemah yang tak bertenaga dan tidak mempunyai kemampuan untuk membunuh seekor ayam pun namun memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam perkumpulan Nirwana. "Tapi. tapi........ aku tidak sengaja berbuat demikian-" kata Gadis suci dari Nirwana dengan sedih, berbicara sampai disitu tak tahan lagi air matanya jatuh berlinang. "Leng-cu, dia tak akan mengetahui sebanyak itu, mulai sekarang asalkan engkau dapat memimpin anak muridmu secara baik-baik dan bertujuan melenyapkan kaum durjana dari muka bumi, aku percaya Gak In Ling secara otomatis pasti akan datang sendiri untuk bekerja sama dengan kita, karena diapun memiliki hati yang bijaksana dan welas kasih namun tidak diketahui oleh siapa pun." "Jadi menurut engkau dia benar-benar belum mati ?" Dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri Perempuan naga peramal sakti mengangguk. "Benar" jawab nya tersenyum, "dan aku percaya sebentar lagi manusia bertato sembilan naga pun akan balik lagi kemari."
515 "Masa dia akan kembali kemari ?" seru gadis suci dari Nirwana keheranan- "Benar, karena Gak In Ling yang suruh dia kembali kemari " Pada saat itu sebenarnya Thian-hong pang cu sudah bersiap-siap meninggalkan tempat itu dengan membawa serta anak buahnya, tetapi setelah mendengar perkataan itu dia segera berhenti, karena dia ingin membuktikan apakah Manusia bertato sembilan naga benar-benar akan kembali kesitu, sebab dari kembali atau tidaknya manusia kasar itu dapat dibuktikan pula apakah Gak In Ling benar-benar masih hidup dikolong langit ataukah sudah mati. Dia, Thian-hong pangcu meskipun diluaran selalu bersikap tenang padahal gelora cinta dalam hati kecilnya tidak kalah dengan keadaan dari Gadis suci dari Nirwana, sebab pengertiannya terhadap Gak In Ling jauh lebih mendalam satu tingkat jika dibandingkan dengan Gadis suci tersebut. Pada saat itulah dari tempat kejauhan berkurnandangan datang suara teriakan parau dari Manusia bertato sembilan naga. "Aaaih Leng-cu. kiranya kalian belum pergi aku mengira tak dapat menemukan kalian lagi..." Suaranya begitu riang gembira, dia.... mungkin selamanya tak akan mengetahui bagaimana caranya antuk mengendalikan perasaan girang sedih, gusar atau gembira. Ketika Gadis suci dari Nirwana serta Thian hong pangcu mendengar suara teriakan dari Manusia bertato sembilan naga, seakan-akan berjumpa dengan Gak In Ling sendiri, diatas wajah muka mereka seketika tersungginglah senyuman penuh kegirangan, perasaan hatipun terasa terhibur sekalipun mereka pandai menguasai diri namun sekarang pengendalian terhadap diri sendiri sudah tak terkontrol lagi. Buru-buru Perempuan naga peramal sakti terharu.
516 "Sebentar lagi kalian tak usah menanyakan kepadanya apakah telah berjumpa dengan Gak In Ling atau tidak. kalau dia mengatakan kearah timur maka kita harus kearah barat, dengan demikian kita tak akan kehilangan jejaknya lagi." Perkataan itu diutarkan dengan suara keras agaknya sengaja diperdengarkan kepada Thian- hong pangcu. Sementara itu Manusia bertato sembilan naga telah tiba dihadapan mereka. Sambil tertawa Perempuan naga peramal sakti segera menegur. "Apakah engkau tidak jadi pergi ke lembah pemutus sukma ?" Hampir boleh dibilang tanpa dipikir lagi Manusia bertato sembilan naga segera menjawab. "Dengan kekuatanku seorang tak mungkin bisa menangkan mereka yang berjumlah banyak, maka dari itu aku akan menunggu beberapa waktu lagi baru pergi kesitu." Lelaki kasar ini tidak bisa bicara bohong, karena itu setelah perkataan tersebut diutarakan keluar nampaklah banyak kelemahan dibalik ucapannya tersebut. Dalam hati Perempuan naga peramal sakti segera berpikir^ "Sepantasnya bagi Gak In Ling untuk memberitahukan kepada manusia tolol ini bagaimana harus berbicara." Berpikir sampai disitu, sambil tertawa dia lantas tertawa. "Siapa yang tahu gelagat dan bisa menyesuaikan diri dengan keadaan dialah seorang manusia yang cerdik, jalan pikiranmu itu memang tepat sekali. Sekarang kami hendak pergi ke-benteng Hui-in-cay untuk menyelidiki kekuatan yang sesungguhnya dari para jago yang diutus datang dari Tibet, apakah engkau akan ikut serta bersama kami ?" Air muka manusia bertato sembilan naga berubah hebat, serunya. "Berapa lama yang engkau butuhkan ?"
517 Diam-diam perempuan naga peramal sakti merasa geli, namun diluaran dia segera menjawab: "Sekarang kami masih belum ada rencana untuk sungguhsungguh bentrok secara kekerasan dengan mereka, tentu saja kita segera pergi kesitu dan segera kembali pula?" Rupanya Thian-hong pangcu mempunyai rencana lain dalam hati kecilnya, dia segera ulapkan tangannya kepada anak buahnya, dan kemudian kepada gadis suci dari Nirwana katanya. "Siau-moay akan berangkat lebih dahulu, sampai jumpa lagi di lain kesempatan-" Gadis suci dari Nirwana bukanlah lentera yang kehabisan minyak. ia segera tertawa dingin dan menjawab. "Silahkan pangcu berlalu dari sini, setiap saat siau- moa menantikan petunjuk darimu." Thian-hong pangcu tertawa dingin, dia segera putar badan dan berlalu bersama-sama anak buahnya. Sementara itu manusia bertato sembilan naga setelah berpikir sebentar lalu berkata. "Baik Akupun ikut dengan kalian " Maka merekapun segera menyusun rencana kemudian dengan terbagi menjadi beberapa rombongan berangkatlah menuju kebenteng Hui-in-cay. Perhitungan dari Perampuan naga peramal sakti ternyata sedikitpun tidak salah, setelah Gak In Ling berhasil menasehati Manusia bertato sembilan naga, ia segera berangkat menuju ke- benteng Hui-in-cay. Ketika untuk pertama kalinya Gak In Ling berkunjung kesitu, hatinya memang merasa agak keder dan takut terhadap dinding tebing yang curam disekitar benteng tersebut, tapi sekarang setelah berkunjung untuk kedua
518 kalinya ia sama sekali tak pandang sebelah matapun terhadap bukit terjal yang terbentang didepan mata itu. Gak In Ling berputar satu lingkaran besar lebih dahulu untuk menghindari para jago, tidak selang beberapa saat kemudian ia sudah berada kurang lebih dua ratus tombak dari dinding tebing dimana benteng Hui-in-cay dibangun. Tampaklah bukit bertebing yang cuma berdiri dengan angkernya diliputi kabut putih yang tebal, pepohonan yang hijau dan rindang tumbuh dengan amat subur disekeliling sana, pemandangan alam disekitar situ boleh dibilang indah menawan hati. Gak In Ling berpaling dan memandang sekejap kearah tebing curam yang tingginya mencapai ratusan tombak itu, serta-merta ia segera menduga bahwa benteng tadi tentu dibangun diatas tebing yang curam itu, akan tetapi ketika ia tundukkan kepalanya dengan cepat pemuda itu berdiri tertegun. Di bawah tebing tampaklah bangunan rumah berderetdsret, rupanya ditempai itu merupakan sebuah perkampungan yang cukup luas. Rupanya disitulah letak benteng Hui-in-cay yang dicaricarinya selama ini... Nafsu membunuh dengan cepat menyelimuti seluruh wajah Gak In Ling, gumamnya seoran diri. "Bagus Aku akan mulai dari sini, akan kubikin darah berceceran dimana- mana." Tanpa ragu-ragu lagi dia segera mengepos tenaga dan melayang turun kebawah kemudian dengan gerakan yang cepat bagaikan sambaran petir menyerbu masuk kedalam perkampungan tersebut. Jarak sejauh ratusan tombak hanya dilalui dalam waktu yang amat singkat, dengan enteng sekali Gak In Ling
519 meloncat naik keatas sebuah dinding berbatu yang tingginya mencapai dua tombak kemudian melongok kearah dalam. Tampaklah halaman tersebut mencapai beberapa puluh tombak luasnya, kompleks perumahan yang dibangun ditempat itu mencapai ratusan buah banyaknya, semuanya dibangun dengan batu cadas yang kuat dan kokoh sekali. cuma bangunan-bangunan rumah batu itu sebagian besar berada didalam keadaan terkunci, agaknya sangatjarang ada orang yang berdiam di situ. Pada arah sebelah depan merupakan sebuah ruang tamu yang tinggi besar dan dibangun dengan batu kali, bayangan manusia nampak berkelebat silih berganti, agaknya disitu sedang diadakan suatu perjamuan makan- Tepat berhadapan dengan bangunan besar itu merupakan sebuah lapangan yang cukup luas, disekeliling lapangan adalah dinding pekarangan yang tinggi, setiap jarak sepuluh langkah tumbuhlah sebatang pohon siong yang amat besar, ditinjau dari besarnya dahan pohon yang bisa ditarik kesimpulan bahwa pohon siong tersebut telah di tanam sejak lima puluh tahun berselang. Sementara Gak In Ling masih meneliti keadaan disekeliling tempat itu tiba-tiba dari bawah sebuah pohon siong disebelah depan sana berkumandang suara bisikan seorang dengan nada yang kecil tapi nyaring: "Aku melihat perasaan hati Wan-cu pada hari ini kurang begitu bergembira, kemungkinan isterinya yang seperti kuntilanak itu kembali main serong dengan pria lain-..." "Loo Sun, hati-hati kalau sampai didengar olehnya " suara lain yang jauh lebih kasar memperingatkan. "Aaah Jaraknya begitu jauh, mana ia bisa dengar perkataanku?" sesudah berhenti sebentar rupanya secara tibatiba ia teringat akan sesuatu, segera ujarnya kembali.
520 "Hey, Loo Sun, aku dengar orang bilang, katanya Gak In Ling sudah mampus tercebur ke dalam sungai, apakah berita ini dapat dipercaya atau tidak..?" "Tentu saja dapat dipercaya. Idee tersebut muncul dari otak Wan cu kita, delapan sampai sembilan puluh persen tak bakal salah lagi. Sekali waktu Wan cu buru-buru hendak mencari kembali saudara angkatnya yang sedang menyaru sebagai Gak in Ling, sungguh tak nyana bajingan itu rupanya adalah bajingan tengik setan kelaparan yang gemar main perempuan, setelah ada gadis ayu dia jadi segan pulang sehingga menggusarkan hati dua orang pangcu besar dari dunia persilatan dan menangkap dirinya, kemungkinan besar hari ini Wan cu sedang merisaukan peristiwa tersebut." "Benar Engkau masih mengatakan semua perbuatan Wan cu kita delapan sampai sembilan puluh persen tak bakal salah ? bukankah persoalan ini merupakan kesalahannya yang pertama ?" "Itulah yang dikatakan pepatah sebagai: Sepandaipandainya tupai meloncat, tokh akhirnya pasti akan terjatuh juga. Dia tokh bukan seorang Malaikat, tentu saja ia tak dapat pula menduga apa yang bakal terjadi dikemudian hari ?" "Hmm masih ada lagi persoalan tentang ibunya Gak In Ling di masa lampau?" "Aaah itu tokh disebabkan perempuan tersebut tak tahu diri, ada rejeki dan kenikmatan tidak dicicipi sebaliknya hendak menjaga kesucian, kehormatan segala tetek bengek. Huuh menyebalkan- " " "Sementara Wan cu kitapun harus memikirkan persoalan tersebut sampai disitu, kalau kita hantam dulu kemudian baru dirundingkan bukankah dikolong langit bakal menjadi aman dan tentram ?" Ketika ditunggunya lama sekali namun tiada jawaban dari rekannya, orang itu segera berpaling.
521 "Heei... Loo Sun Aaah kemana dia pergi ?" serunya tertegun. Ketika ia menengadah keatas maka tampaklah sepasang kaki rekannya sudah tinggalkan permukaan kurang lebih setengah depa dan ia berdiri disana dengan tenangnya tanpa bergerak. Hal ini membuat hatinya menjadi amat terperanjat, pikirnya. "Aaah sungguh tak kusangka Loo Sun bajingan ini ternyata telah mempelajari ilmu berjalan diangkasa " Berpikir sampai di situ, ia segera berseru: "Hey, Loo Sun, sejak kapan engkau mempelajari ilmu berjalan diangkasa ? kenapa tidak kau ajarkan pula kepadaku ?" Pada saat itulah tiba-tiba berkelebat lewat serentetan cahaya putih, disusul tengkuknya menjadi kencang, hal ini membuat hatinya amat terperanjat, ketika menengadah keatas tak sabar lagi orang itu menjerit: "Aduuuh mak. Loo Sun sudah menggantung diri " Tiba-tiba dari atas kepala berkumandang suara teguran yang dingin menyeramkan-"Bajingan, coba periksalah sekelilingmu " Suara itu mengandung nada berpengaruh yang sangat berwibawa, membuat orang tak berani untuk membangkang perintah tersebut. Mendengar perkataan itu, orang tersebut segera menyapu sekejap kesekeliling tempat itu, jantung dan nyalinya kontan terasa pecah dan sukmanya terasa melayang tinggalkan raganya? tampaklah pada jarak tiap lima batang pohon siong tergantunglah dua orang, mereka bukan lain adalah enam belas orang rekannya yang ditugaskan untuk mengawal dan menjaga keamanan di tempat itu.
522 Dengan penuh ketakutan orang itu menengadah lagi keatas pohon, akan tetapi setelah sorot matanya membentur dengan orang yang berada diatas tak kuasa lagi bulu kuduk pada bangun berdiri, serunya. "Aaa Kau kau kau manusia atau setan ? Kau kau.., " Tak usah ditanya lagi. orang yang berada diatas pohon bukan lain adalah Gak In Ling. "Siau-ya mu bukan lain adalah setan pembetot sukma yang khusus datang kemari untuk membereskan nyawa kalian semua..." sahut Gak In Ling sambil tertawa seram. "Yaaa setan ampunilah jiwa ku Hamba belum pernah menyalahi dirimu... ampunilah kami..." "Tadi kalian bersama-sama sedang membicarakan suatu masalah yang tak berbeda, maka kalian semua harus mati." "Per... persoalan apa ??" "ibu Gak In Ling" jawab pemuda itu demgan sadis, habis berkata tangannya bergerak di tarik keatas. "Ampun ampun-... Aaak " "Gak In Ling menggantungkan tubuh orang itu diatas dahan pohon siong, setelah menyapu sekejam enam belas sosok mayat yang bergelantungan disekeliling sana, gumamnya seorang diri. "Ini hari siau-ya akan mencuci seluruh benteng Hui-in-cay dengan darah segar " Habis berkata ia segera loncat naik keatas atau ruangan besar itu. Ruangan itu luas sekali, pada dinding tembok tergantunglah lukisan-lukisan serta tulisan antik yang berharga dan indah, suasana nampak megah sekali, pada kedua belah sisi pintu gerbang berderetlah dua buah deretan rak senjata yang terbuat dari tembaga, perbagai senjata tombak dan golok terpancang di tempat itu.
523 Dikedua belah sisi rak senjata itu masing masing berdirilah dua orang pria yang berperawakan tinggi kekar, gayanya keren dan serius seakan- akan pengawal istana. Dalampada itu ditengah ruangan besar berderetlah dua buah meja bulat di mana masing-masing duduklah empat orang, masakan yang lezat dihidangkan diatas meja, tapi jarang ada orang yang mencicipinya, entah apa yang sedang dipikirkan oleh mereka sehingga sama sekali tiada bernafsu untuk makan- Pada meja yang paling dalam, tempat duduk menghadap pintu duduklah seorang kakek berambut putih yang memakai jubah warna hijau, pada saat itu seorang diri ia minum arak dengan cawan besar sehingga sebagian wajah tertutup oleh cawan itu dan membuat Gak In Ling yang berada diatas atap tak sempat melihat jelas paras mukanya. Sementara itu seorang lelaki berdandan sebagai pelajar yang bermata kecil dan beralis tipis yang duduk disebelah kanan kakek baju hijau itu berkata dengan nada lirih. "Wan cu jangan minum lagi, aku lihat engkau sudah hampir mabok " Mendengar ucapan tersebut, kakek baju hijau itu segera menggebrak meja keras-keras. Braaaak ... Dia letakkan kembali cawannya diatas meja dan mencaci maki kalang kabut. "Maknya... kurang ajar terbayang di mana terlampau betapa bahagia dan gembiranya kehidupan aku "Tiat-payciau" ular berpunggung baja, sungguh tak nyana dimasa tuanya harus menanggung hangus hitam pantat orang, dari pagi sampai malam harus merasa takut dan berdebar-debar sehingga hidupku tidak tentram, maknya entah siapa yang telah berbuat celaka sehingga generasi sekarang yang musti membayar karmanya."
524 orang ini mempunyai alis mata yang tebal dengan sepasang mata bagaikan mata Ikan mas yang melotot keatas, hidung besar seperti hidung singa, mulutnya lebar dan wajah bengis, membuat siapapun yang melihat segera mempunyai kesan bahwa dia adalah seorang manusia yang ganas. Pada saat itu, mungkin karena terlalu banyak minum arak. selembar wajahnya telah berubah menjadi merah padam membuat orang yang memandangnya merasa semakin muak. Lelaki berdandan pelayan yang tak lulus ujian itu nampak mengenyitka n sepasang alis matanya yang tipis, kemudian dengan perasaan tak senang hati katanya. "Wan cu, kalau engkau berkata demikian maka ucapanmu itu keliru besar sekali." "Braaak " sekali lagi ular berpunggung baja menghantam meja keraskeras, membuat beberapa cawan arak bergelimpangan, teriaknya keras-keras. "Bagian mana yang salah ? coba katakan ?" nampaknya hawa amarahnya telah memuncak. Lelaki yang berdandan sebagai pelajar itu, walaupun menyebut ular berpunggung baja sebagai Wan cu, tetapi dalam kenyataan nampaknya tidak begitu menghormati dirinya, mendengar ucapan tersebut wajahnya menjadi berubah kaku, serunya dengan dingin. "Tempo hari dalam peristiwa pembunuhan terhadap orang she Gak tersebut, bukankah rencana itu muncul dari pikiranmu sendiri Lalu siapakah yang akan kau salahkan ?" "Sedikitpun tidak salah, pembunuhan itu memang muncul atas dasar kemauanku sendiri." seru Ular berpunggung baja sambil bangkit berdiri, "akan tetapi kalau tak ada Ngo-gak sin-kun malaikat lima bukit serta Jit-jian-siu (kakek tujuh cacad), sekalipun aku
525 bermaksud membinasakan dirinya pun belum tentu bisa kulakukan, lagi pula orang yang menarik keuntungan dari peristiwa tersebut bukanlah aku." "Wan cu, darimana engkau bisa mengatakan kalau engkau tidak memperoleh keuntungan apa-apa ? coba bayangkanlah, diantara orang-orang yang ikut serta dalam peristiwa tersebut sehingga kini, masih ada beberapa banyak yang tetap hidup ?" "Hm Benar, orang yang turut serta dalam peristiwa tersebut sebagian besar memang sudah mati ditangan Ngo-gak Sinkun- Jit-jan-siu serta Buddha antik, akan tetapi itu toh berhubung mereka telah melakukan kesalahan sendiri, sehingga memberi kesempatan kepada mereka untuk melakukan pembasmian tersebut." seru Ular berpunggung baja sambil mendengus dingin- "Heeeeh heeeeh. heeeh Wan cu benarkah jalan pikiranmu sendiri demikian sederhananya ?" ejek lelaki berdandan pelajar itu sambil tertawa dingin. Ular berpunggung baja mengerutkan dahinya, kemudian dengan perasaan sangat mendongkol ia tertawa keras. "Haaah.. haaaah..... haaaah.... Tok sim-Siu-su Pelajar berhati racun Sing Hong, engkau anggap dikolong langit hanya engkau seorang yang berotak encer serta dapat berpikir ?" Mendengar teguran itu, Tok-sim Siu-su segera meloncat bangun dari kursinya, kemudian sambil tertawa dingin balasnya. "Wan cu, aku harap engkaupun gunakan pula sedikit otakmu untuk berpikir, kalau tidak mungkin engkaupun akan turut menerima akibat seperti apa yang dialami beberapa orang.." Dari nada suaranya dapat didengar bahwa dia sama sekali tidak sungkan-sungkan dalam ucapannya tersebut.
526 Dari balik sepasang mata Ular berpunggung baja yang melotot keluar bagaikan mata ikan mas segera memancar keluar serentetan cahaya yang menggidikkan, nafsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, sambil tertawa dingin serunya. "Sim Hong, kalau engkau mengatakan yang lain maka belum tentu kebenarannya, akan tetapi kalau kau menduga siapa bakal mati siapa bakal hidup, sering kali ramalanmu tepat sekali, ini hari bagaimanapun juga engkau harus memberi keterangan yang sejelas-jelasnya kepadaku " Berbicara sampai disitu sepasang matanya dengan memancarkan sorot cahaya yang bengis menatap wajah pelajar berhati racun itu tanpa berkedip. Pelajar berhati racun Sim liong menyadari bahwa tenaga dalam yang dimilikinya masih belum mampu menandingi kehebatan dari Ular berpunggung baja, menyaksikan kejadian itu hatinya menjadi amat terperanjat, pikirnya. "Aduh celaka, aku telah terlanjur berbicara sehingga menimbulkan kecuriganya.. sekarang bagaimana baiknya ?" orang ini benar-benar amat licik dan banyak akal, sesudah berpikir sebentar sambil tertawa segera jawabnya. "Wan cu apa yang kukatakan tidak lebih hanya suatu dugaan belaka, kalau memang kebetulan tepat dugaanku rasanya tiada sesuatu yang perlu kau herankan-" Ular berpunggung baja menarik kursinya dan mundur dua langkah kebelakang, sesudah tertawa dingin kembali katanya. "Sedikitpun tidak salah, memang tak perlu diherankan, akan tetapi yang paling mengherankan adalah bagaimana caranya engkau memberi kabar kepada kakek tujuh cacad " Terkejutlah hati pelajar berhati rccun Sim Hong sesudah mendengar ucapan itu, buru-buru dia mendorong kursinya sehingga mundur tiga langkah kebelakang, serunya.
527 "Wan cu- engkau sudah mabok." Sementara itu keenam orang lainnya telah bangkit berdiri dan bersamaan waktunya sama-sama tinggalkan tempat duduk masing-masing dan dengan cepat mengepung ular berpunggung baja ditengah kalangan- Ular berpanggung baja menyapu sekejap sekeliling ruangan itu kemudian dengan perasaan sedikitpun tidak gentar ia tertawa bahak- bahak. "Haaah..... haaaah.... haaaah... kedatangan kalian berenam bukanlah sedang menjalankan tugas untuk menangkap ular berpunggung baja..." ejeknya. Habis berkata demikian tiba-tiba dia lepaskan jubah hijaunya, sementara itu sepasang tangannya bekerja cepat dan tahu-tahu dalam genggaman telah bertambah dengan dua buah senjata gada yang besarnya seperti kepalan- Pelajar berhati racun itu Sim Hong dengan cepat mengundurkan diri kebelakang, sesudah berada dibawah lindungan keenam orang itu, nyalinya semakin besar, sambil tertawa dingin, serunya. "Ular berpunggung baja, tidak seharusnya engkau mencari penyakit dengan menggabungkan diri dengan perguruan Pittiong dari Tibet, tindakanmu itulah yang telah mengundang bencana kematian bagimu pada hari ini." "Haaaah... haaaah... haaaaah.... apakah kalian juga pernah memikirkan soal mati hidup bagi kalian sendiri ?" Pada saat itulah tiba-tiba dari arah halaman berkumandang datang suara teriakan keras yang penuh mengandung nada kaget dan ketakutan- "Aaaah Wan cu, kenapa keenam belas orang pengawal telah mati tergantung semua?" Ditengah suasana yang tegang dan kritis teriakan tersebut sangat mengejutkan hati semua orang, sekalipun ucapan itu
528 berkumandang sangat jelas tetapi mereka masih merasa setengah percaya setengah tidak. Sebab keenam belas orang pengawal halaman tersebut walaupun ilmu silatnya masih belum bisa terhitung jago kelas satu dalam dunia persilatan, tetapi mereka sudah cukup dikatakan merupakan Bu-su kelas dua atau tiga dalam sungai telaga, kalau dikatakan beberapa orang diantara mereka mati terbunuh orang kejadian itu bukanlah suatu peristiwa yang aneh, tetapi kalau dikatakan mereka mati tergantang semua diatas pohon tanpa menimbulkan sedikit suarapun, siapapun sulit untuk mempercayainya. Ular berpunggung baja segera loncat masuk ke tengah hala man, ketika ia sudah menerima keadaan yang sebenarnya hatinya baru amat terperanjat sehingga untuk beberapa saat lamanya tak mampu mengucapkan sepatah katapun, bukan saja semua orang sudah mati tergantung bahkan tali yang menggantung mereka ternyata sama panjangnya, hal itu membuktikan kalau pekerjaan tersebut dilakukan oleh seseorang. Orang yang berteriak tadi adalan seorang kacung kecil pada saat itu dia sudah ketakutan setengah mati dan menyembunyikan diri dibelakang ruangan setelah menjumpai mayat-mayat yang mati tergantung dengan mata melotot serta lidah menjulur keluar itu. Setelah memeriksa beberapa saat lamanya, tiba-tiba satu ingatan berkelebat dalam benak Ular berpunggung baja, keringat dingin segera mengucur keluar tiada hentinya membasahi seluruh badan, arak yang barusan diminum pun telah mengalir keluar semua sebagai keringat, membuat kesadarannya jauh lebih kurang beberapa bagian dari keadaan semula. Ketika Pelajar berhati racun Sim Hong menyaksikan kejadian itu, sambil tertawa dingin segera serunya.
529 "Apabila dugaanku tidak melesat, pastilah dia orang tua yang telah datang..." Dalam hati Ular berpunggung baja merasa sangat takut, tapi diluaran ia berlagak tenang, sambil tertawa paksa katanya. "Barusan aku memang sudah minum arak terlalu banyak, apabila aku sudah berlaku kurang hormat terhadap dia orangtua, semoga Sim Hong suka mengucapkan beberapa patah kata yang enak didengar dihadapan Jit-loo serta bersedia memaafkan diriku satu kali ini saja." Agaknya dia mengira bahwa orang yang telah datang benar-benar adalah kakek tujuh cacad atau Jit jan-siu. Pelajar berhati racun Sim Hong sendiri sebelum berjumpa dengan kakek tujuh cacad tidak berani pala bersikap terlalu kasar terhadap diri Ular berpunggung baja, mendengar perkataan itu dia segera tertawa dingin sambil berkata. "Wan cu, buat apa engkau bersikap kasar lebih dahulu kemudian menghormat kemudian ? kalau ada persoalan ayo ikut aku dan katakan sendiri dihadapan Jit-loo." Berbicara sampai disitu ia segera memberi tanda kepada keenam orang lainnya, kemudian putar badan siap tinggalkan tempat itu. Pada saat itulah, tiba-tiba dari atas atap ruangan besar berkumandang datang suara teguran yang amat dingin bagaikan es. "Apakah kalian bertujuh akan berlalu dengan begitu saja ?" Suaranya dingin, ketus dan membikin bulu kuduk orang pada bangun berdiri. Tanpa sadar pelajar berhati racun sim Hong sekalian bertujuh merasakan hatinya bergidik dan bulu kuduknya pada bangun berdiri sesudah mendengar teguran tersebut, dengan
530 cepat mereka putar badan dan menengadah keatas atap ruangan. Tampaklah seorang pemuda bermuka setan, dan memakai baja warna hitam berdiri kaku diatas atap rumah, ujung bajunya berkibar terhembus angin, begitu gagah dan wibawanya orang itu membuat orang menjadi kagum dan tak berani memandang rendah. Sementara itu Ular berpunggung baja menjadi lega hatinya setelah mengetahui bahwa orang yang barusan munculkan diri hanya seorang pemuda belaka, dengan suara dingin ia segera menghardik. "Bangsat cilik bertampang jelek. siapa engkau ? apakah orang-orang itu mati ditang anmu?" Pemuda baju hitam itu tentu saja bukan lain adalah Gak In Ling, ia tertawa seram. "Heeehh heeeehh... heeeehh sedikitpun tidak salah, orangorang itu memang mati ditanganku " Tanpa terlihat gerakan apakah yang digunakan, tahu-tahu ia sudah berada diantara kedelapan orang itu. Takkalah menyaksikan gerakan tubuh Gak In Ling yang begitu lihaynya, kedelapan orang itu dengan ketakutan segera mengundurkan diri sejauh tiga langkah kebelakang, sebab mereka hanya sempat melihat berkelebatnya bayangan hitam belaka. Pelajar berhati racun Sim Hong melirik sekejap kearah enam orang yang berada disisinya, kemudian menegurnya dengan suara dingin. "Bocah keparat, sebenarnya engkau siapakah? Ayo sebutkan siapa namamu ? sudah berapa lama datang kemari ?" Sekali lagi Gak In Ling tertawa seram.
531 "Heeeh heeeehh heeeehh aku sudah beberapa lamanya datang kemari, semua perkataan yang kalian bicarakan sudah kudengar semua. oleh karena itu aku telah menjatuhkan hukuman mati kepada kalian semua, terutama sekali terhadap Ular berpunggung baja ong Kiam Lian " sesudah berhenti sebenar, dengan seram sambungnya lebih jauh. "Sedangkan mengenai siapakah aku, aku rasa diriku sudah tidak terlalu asing lagi bagi kalian-" Tiba-tiba ia melepaskan topengnya yang menutupi wajahnya, sambil membentak keras. "Kenalkah dengan aku ?" "Aaah Gak In Ling " hampir bersamaan waktunya delapan orang itu sama-sama menjerit kaget. Tak sadar mereka mundur satu langkah ke belakang dengan hati bergidik karena ngeri. Bukan hanya mereka saja yang merasa terperanjat, pada saat itu dibalik rindang serta lebatnya daun pohon siong terdapat pula beberapa orang yang merasa terkejut bercampur girang sehingga hampir saja menjerit keras. Sementara itu Gak In Ling sudah tertawa dingin dan berseru. "Bagaimana ?" kalian tentu tak pernah menyangka bukan?" Pelajar berhati racun Sim Hong mengerutkan alis matanya yang tipis, diam-diam pikirnya. "Tenaga dalam yang dimiliki orang ini amat sempurna dan sukar diduga dengan kata-kata, bahkan Hiat Mo ong bukan tandingannya, apabila keadaan tidak terlalu mendesak aku harus menghindarkan diri untuk saling bergerak satu lawan satu dengan dirinya." Berpikir sampai disitu, dia lantas berkata "Kami tokh tiada sangkut paut dan hubungan apa pun dengan dirimu.... kenapa engkau mesti mencari gara-gara pula dengan diriku ?"
532 Sikapnya lembut dan halus membuat orang yang melihat tampangnya itu segera mengetahui bahwa dia pandai berlagak pilon. "Heeeehh....... heeh heeeehh..." Gak In Ling tertawa seram. "bukankah sudah kukatakan tadi apa yang kalian bicarakan barusan tatah kudengar semua. Sekarang waktu yang kumiliki terbatas sekali, kalau kalian bertujuh segan untuk turun tangan lebih baik cepatlah bunuh diri, aku orang she Gak enggan mencari banyak urusan-" Walaupun perkataannya amat tenang dan datar, akan tetapi ucapan tersebut bagaikan suatu perintah kematian. Pelajar berhati racun sim Hong mengerling sekejap kearah seoraag pria kekar yang berada di sisinya kemudian berkata. "Apakah engkau hendak memusuhi Jit-lo secara terbuka ?" Mengungkap tentang Jit-jan-siu, kakek tujuh cacad, diatas paras muka Gak In Ling yang tampan segera terlintas hawa napsu membunuh yang sangat tebal, dengan sadis dia berseru. "Sekarang, aku tidak menginginkan kalian bertujuh untuk melakukan bunuh diri lagi, karena akan kusuruh bajingan itu tujuh cacad menyaksikan sampai dimanakan kesadisan serta kebrutalan dari aku orang she Gak." seraya berkata perlahanlahan ia melangkah maju mendekat ketujuh orang jagoan tersebut. Semula maksud Pelajar berhati racun Sim Hong adalah hendak menggunakan nama besar dari Jit-jan-siu kakek tujuh cacad untuk menakut-nakuti Gak In Ling, sungguh tak nyana apa yang kemudian terjadi nyata jauh diluar dugaan nya bahkan telah memancing berkobarnya hawa napsu membunuh dalam dada sianak muda itu. Setelah menyaksikan kehadiran Gak In Ling dengan wajah yang beringas seram, sadarlah Pelajar berhati racun Sim Hong bahwa persoalan yang dihadapinya pada saat ini terpaksa
533 harus di selesaikan dengan kekerasan, kepada pria kekar yang berada disisinya dia segera berseru. "Hek-heng, beri pelajaran kepada bajingan tengik yang tak tahu diri itu " Pria kekar tersebut sudah amat lama bergaul dengan Pelajar berhati racun Sim Hong, setiap kali memberi hajaran kepada orang, dia selalu memperoleh keuntungan yang besar, dan kini tatkala dilihatnya Gak In Ling yang dihadapi tidak lebih hanya seorang pemuda ingusan, dalam anggapannya sekali menyerang tentu akan mendapatkan hasil yang diinginkan, mendengar perintah tersebut dia segera membentak keras. "Bocah keparat, sambutlah serangan maut dari toa-ya mu ini... " Dengan jurus "Hui-poo-nau-tiau" atau pancaran maut diair terjun, ia tubruk Gak ln Ling dan melancarkan satu pukulan yang maha dahsyat. Tenaga dalam yang dimiliki orang ini benar-benar luar biasa sekali, begitu serangan dilepaskan maka tampaklah bayangan telapak mematikan bagaikan bukit, deruan angin puyuh menyambar dengan hebatnya, serangan tersebut benar-benar menggetarkan hati orang. Gak ln Ling sama sekali tidak menghindar ataupun berkelit, dia pun tidak segera melancarkan serangan untuk menyambut datangnya ancaman tersebut sambil tertawa dingin katanya. "Heeeehh heeeehh heeehh engkau tak usah tekebur, yang mati lebih duluan adalah engkau " Sementara pembicaraan masih berlangsung bayangan telapak dari pria tersebut tahu-tahu sudah berada kurang lebih tiga cun disamping badan Gak In Ling. Tiba-tiba pemuda itu membentak keras. "Roboh kamu " Tampak bayangan hitam berkelebat, belum sampat ingatan berkelebat dalam benak para jago tahu-tahu cahaya darah
534 memancar keempat penjuru diikuti jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema memecahkan kesunyian, pria itu roboh terkapar diatas tanah dalam keadaan tak bernyawa lagi. Tujuh orang lainnya menyapu sekejap kearah pria yang terkapar diatas tanah, kemudian dengan bulu roma pada bangun berdiri mereka mundur beberapa langkah kebelakang. Tampaklah sepasang lengan dan sepasang kaki pria tersebut telah tersayat putus oleh Gak In Ling dan tersebar diempat penjuru yang berbeda, sedangkan pria tadi dengan badan yang tak utuh terkapar diatas genangan darah dalam keadaan yang mengerikan- Terhadap pemandangan yang mengerikan di hadapan mukanya, Gak In Ling bersikap seakan-akan tak pernah melihatnya, dengan dingin dia menyapu sekejap kearah keenam orang lainnya kemudian berkata. "Inilah contoh yang paling tepat buat kalian semua " Walaupun dihari-hari biasa keenam orang itu sering kali melakukan pembunuhan, akan tetapi setelah gilirannya tiba diatas tubuh mereka tanpa sadar timbullah perasaan sayang terhadap nyawa sendiri. Dengan cepat Pelajar berhati racun Sim Heng putar otak berpikir keras, lalu berpikir. "Nampaknya situasi yang kuhadapi pada saat ini jauh lebih banyak bahayanya daripada tidak- sekarang persoalan sudah jadi begini, rasanya aku pun tak usah memikirkan tentang soal hubungan lagi." Setelah mengambil keputusan didalam hati sengaja dia mengerling sekejap kearah lima orang lainnya kemudian berkata. "Gak In Ling, tindakanmu itu benar-benar hebat dan cukup membuat orang merasa kagum "
535 Menggunakan kesempatan dikala berbicara tangannya dengan cepat merogoh kedalam sakunya menggenggam segumpal jarum Tok-sim-ciam dan siap dilancarkan setiap saat. Dalam hati Gak In Ling tertawa dingin, pikirannya. "Hmm akal setanmu itu hanya akan mendatangkan hasil yang nihil belaka.... " Meskipun didalam hati dia berpikir demikian, namun diluaran ini berpura-pura tidak tahu seraya tertawa dingin dia berseru. "Aku orang she Gak tidak berani..." Belum habis pemuda itu menyelesaikan kata-katanya, mendadak terdengar Pelajar berhati racun Sim Hong membentak keras-"serbu " Tangan kanannya diayunkan kedepan, segumpal jarum berwarna hijau bagaikan hujan gerimis segera menyebar keempat penjuru melingkupi daerah seluas dua tombak persegi dam mengurung Gak In Ling dibawah lapisan cahaya tersebut. Lima orang lainnya sama sekali tak mengira kalau disaat yang kritis dan sangat berbahaya itu Pelajar berhati racun Sim Hong dapat menghianati mereka, mendengar suara tersebut mereka segera membentak keras dan sepenuh tenaga menerjang kearah Gak In Ling. Pertarungan tersebut merupakan pertarungan yang menentukan antara hidup dan mati, tentu saja siapapun tak berani menyimpan kepandaian silatnya, dengan mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya mereka berjuang kedepan. Ketujuh orang itu dapat memperoleh perhatian dari Jit-jansiu dan dipilih sebagai anak buahnya, tentu saja dalam hal tenaga dalam tidak terlalu lemah, karena itu serangan gabungan yang dilancarkan kelima orang itu boleh dibilang memiliki kekuatan maha dahsyat bagaikan membongkar langit
536 menghancurkan bumi, mengerikan bagi siapa pun yang memandang. Ketika menyaksikan kelima orang rekannya sudah termakan oleh siasatnya, Pelajar berhati racun Sim Hong tak berani bertindak ayal lagi, sepasang kakinya segera menjejak tanah dan meluncur mundur kearah belakang, rupanya dia hendak gunakan kesempatan dikala kelima orang itu sedang menghadang jalan pergi Gak In Ling dia akan melarikan diri terlebih dahulu... Walaupun perhitungan serta rencananya itu amat matang dan lihay, tetapi sayang sekali ia terlalu memandang rendah diri dari Gak In Ling. Si anak muda she Gak itu sendiri, kendatipun tidak pandang sebelah matapun terhadap kelima orang itu, namun diapun tak berani bertindak terlalu gegabah menghadapi serangan gabungan tersebut, terutama sekali setelah menyaksikan Pelajar berhati racun Sim Hong melarikan diri dari situ, hawa marah yang membakar dalam dadanya seketika berkobar, bentaknya dengan suara keras. "Kembali " Sepasang telapaknya berputar lebih dahulu keatas batok kepala, kemudian didorong kearah depan dengan sepenuh tenaga. Cahaya merah darah yang amat menyilaukan mata memancar ke empat penjuru sehingga mencakup seluas beberapa tombak. berbagai cahaya hijau terhenti ditengah udarasetelah membentur dengan cahaya merah tersebut, kemudian dengan kecepatan lebih tinggi meluncur balik ke arah belakang. Kelima orang itu lebih-lebih tak pernah menyangka kalau Pelajar berhati racun Sim Hong melarikan diri setelah melancarkan jarum beracun Tok-sim-ciam, tatkala menyaksikan memancar baliknya segumpal cahaya hijau menuju kearah mereka, orang-orang itu menjadi panik dan
537 terkejut segera berteriak keras. "cepat mundur kebelakang" Tapi sayang. peringatan tersebut terlalu lambat. -oo0dw0oo- Jilid 16 LIMA kali jeritan ngeri yang menyayat hati menggema memecahkan kesunyian, setelah terhajar oleh jarum beracun itu lima orang pria tersebut segera roboh terjengkang keatas tanah, sesudah berkelejat sebentar akhirnya mereka tak berkutik lagi. Dalam pada itu Pelajar berhati racun Sim Hong sudah berhasil mencapai sepuluh tombak dari tempat semula, buru saja hatinya bersyukur karena berhasil meloloskan diri, mendadak pinggangnya terasa sakit diikuti tubuhnya menjadi kaku, hatinya menjadi amat terkesiap. pikirnya. "Aaaah ., kenapa jarum, Tok-sim-ciam tersebut bisa menghajar diatas tubuhku sendiri? " Sebagai seorang ahli senjata yang sudah terbiasa menggunakan jarum Tok-sim-ciam, tentu saja dia mengenal sampai dimanakah lihaynya kadar racun tersebut, setelah menyadari terkena jarum diapun tak berani melanjutkan larinya lagi, buru-buru orang itu hentikan gerakan tubuhnya dan segera duduk bersila diatas lantai. Belum sempat jarum racun itu dicabuk keluar, tiba-tiba terdengar Gak In Ling membentak keras. "Kemana engkau akan lari ??" Sambil membentak tubuhnya menerjang maju kedepan, kakinya dengan cepat melancarkan sebuah tendangan kilat menghajar batok kepala pelajar berhati racun Sim Hong.
538 orang she Sim itu angkat kepala, melihat datangnya tendangan maut tersebut dia menjadi amat terperanjat, jeritnya lengking. "Aaaduuuh mati aku..." "Blaaamm " percikan darah segar memancar keempat penjuru, batok kepala dari Pelajar berhati racun Sim Hong seketika tertendang oleh Gak In Ling sehingga putus dari pangkal leher dan meluncur kedepan- "Praaaakk " batok kepak tersebut menghantam tembok dan hancur berkeping-keping. Sehabis menendang Pelajar berhati racun sehingga mampus dalam keadaan mengerikan, Gak In Ling sama sekali tidak memandang sebelah matapun terhadap korbannya, dia melayang ke arah Ular berpunggung baja ong Kiam Liu dan menerjangnya secepat kilat. Mula pertama Ular berpunggung baja ong Kiam Lin sama sekali tidak pandang sebelah matapun terhadap Gak In Ling, karena usianya masih terlalu muda, tetapi setelah pemuda itu berhasil membunuh lima orang musuhnya dalam sekali serangan, kemudian membinasakan pula Pelajar berhati racun Sim Hong dalam keadaan yang mengerikan, ia baru mulai merasa ketakutan dan bergidik. Haruslah diketahui, menghajar sebuah batu cadas dengan angin pukulan sehingga hancur lebur bukanlah suatu pekerjaan yang amat sulit, asalkan angin pukulannya dapat dilatih sehingga mencapai suatu tingkat tertentu maka perbuatan tersebut sudah bisa dilakukan- Tetapi kalau dikatakan dengan angin pukulan menghajar balik jarum beracun yang lembut bagaikan rambut, bahkan melukai pula sang pelepas senjata rahasia yang telah melarikan diri sejauh sepuluh tombak lebih, peristiwa ini benar-benar merupakan suatu kejadian yang sukar untuk dipercayai dengan akal sehat, tetapi orang yang hendak
539 merenggut jiwanya sekarang ini ternyata mampu untuk melakukannya. Bisa dibayangkan betapa takut dan ngerinya Ular berpunggung baja ong Kiam Lin untuk menghadapi musuh selihay itu. Tampak Ular berpunggung baja melancarkan sebuah pukulan kosong kearah Gak In Ling, kemudian laksana kilat melarikan diri masuk keruang dalam. "Hmm, ong Kiam Lin, saatnya ajal sudah akan tiba," dengus Gak In Ling dengan suaranya dingin. Ular berpunggung baja ong Kiam Lin semakin bergidik tatkala mendengar suara itu berasal dari jarak kurang lebih dua depa dibelakang tubuhnya, menggunakan kesempatan dlkala badannya menerjang ke muka, sepasang telapaknya segera didorong kedepan menghantam dua buah meja bundar yang ada dihadapannya sehingga melayang ke belakang dan menerjang ketubuh Gak In Ling, sementara dia sendiri dengan mempergunakan kesempatan tersebut meloncat keluar lewat jendela kebelakang. Walaupun tenaga dalam yang dimiliki Gak In Ling amat sempurna, namun ia tak dapat mengembangkan kepandaian silatnya dalam ruangan tersebut, terpaksa dia didorong telapaknya untuk menyingkirkan terjangan dari meja bundar itu, tetapi ketika ia berhasil merontokkan meja tersebut, Ular berpunggung baja ong Kiam Lin sudah melangkah keluar dari jendela tersebut. Dalam keadaan demikian tak sempat lagi bagi sianak muda itu untuk melakukan pengejaran, dalam gelisahnya Gak ln Ling segera menyambar sebilah pedang yang tergantung pada rak senjata dibelakang tubuhnya, kemudian membentak keras. "Kemana engkau akan pergi?" Tangan kanannya diayun kedepan, cahaya putih yang berkilauan segera menyambar kearah kaki Ular berpunggung
540 baja ong Kiam Lin yang sedang melangkah keluar dari belakang itu dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. "craaaaatt " pedang panjang itu menembus paha kanan Ular berpunggung baja dengan telak sehingga tembus sebatas gagang pedang dan menancap diatas dinding batu. Mimpipun Ular berpunggung baja ong Kiam Lin tak pernah menyangka kalau Gak In Ling akan menggunakan sebilah pedang sebagai senjata rahasia, tetapi pada saat itu ia lebih mementingkan untuk melarikan diri, tanpa memperduiikan senjata apakah yang telah menembusi kakinya sambii mengaduh kesakitan sekuat tenaga ia angkat kaki kanannya kedepannya.... krak segumpai daging pahanya kena ditarik sehingga robek dan merekah besar Sementara sambitan pedang yang pertama berhasii menembusi kaki kanan Ular berpunggung baja, Gak In ling telah menyambar pula dua belah pedang dari atas rak senjata. Baru saja Ular berpunggung baja ong Kiam Lin angkat kaki kanannya untuk melangkah keluar dari jendela, tiba-tiba Gak In Ling membentak keras. "Kenapa engkau akan lari ?" Tangan kanannya kembali diayun kedepan dua deretan cahaya putih segera meluncur ke- muka. Dengan kesempurnaan tenaga dalam yang di miliki Gak In Ling, lagi pula Ular berpunggung bjja berada dalam keadaan terluka parah, sulit bagi jago tersebut untuk menghindarkan diri dari ancaman tersebut. Jeritan lengking yang menyayatkan hati kembali bergema memenuhi seluruh ruangan tersebut kali ini sambitan pedangnya berhasil menembusi sepasang bahu Ular berpunggung baja ong Kiam Lin sehingga terpantek diatas jendela tersebut. Dengan cepat Gak In Ling menyambar 10 bilah senjata garpu, serunya dengan suara yang menyeramkanTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 541 "Ular berpunggung baja, tahukah engkau senjata garpu yang berada dalam genggamanku ini akan menembusi bagian tubuhmu yang mana ??" "Hmm Mungkin engkau tak akan mampu untuk menembusi bagian tubuh manapun," sahut serentetan suara yang amat dingin dan menyeramkan dari ruang tengah. Gak In Ling terperanjat, tanpa berpaling ia telah berseru. "Aaaahh.... Kakek tujuh cacad " Gak In Ling belum pernah berjumpa dengan Kakek tujuh cacad, darimana dia bisa mengenali kalau orang itu datang adalah Kakek tujuh cacad setelah berpaling sekejap ? kiranya ia menduga dan meraba dari bentuk badan orang itu sendiri. Tampaklah orang yang baru datang itu mengenakan baju berwarna ungu, rambutnya yang panjang terurai sepundak berwarna perak. keningnya menonjol keluar dengan tulang tengkorak yang tinggi menjuak keatas, membuat rongga matanya nampak berlobang dan kosong, sepasang alis dan sepasang matanya telah lenyap namun tidak meninggalkan bekas apapun, agaknya sejak dilahirkan memang sudah begitu, ujung hidungnya juga sudah lenyap tapi bukan terbentuk alami tapi bekas dipapas orang dengan pedang, kini yang tersisa tinggal dua buah lubang hitam yang tak terlindung, ditambah dengan mulutnya yang panjang dan lebar membuat tampang orang ini lebih mirip dengan siluman daripada manusia. cukup ditinjau dari batok kepalanya itu sudah terlihat bahwa ada lima tempat yang cacad. Ketika sorot mata dialihkan kebawah maka tampaklah separuh bagian tubuh bagian atasnya tidak berbeda dengan keadaan manusia biasa tetapi tubuh bagian bawahnya mulai dari batas paha kebawah telah putus dan lenyap tak berbekas membuat bagian bawahnya bulat besar seperti sebuah bola daging belaka.
542 Dalam genggaman dua buah lengannya yang panjang dan kurus tinggal kulit pembungkus tulang memegang dua buah tongkat baja yang tajam bagaikan pisau, kedua belah sisinya berbentuk pipih dan tajam sekali, panjangnya tiga depa setengah dengan bagian atasnya berbentuk segi tiga persis sebagai tempat pegangan. Menyaksikan kemunculan orang itu, api dendam seketika berkobar dalam dada Gak In Ling, niatnya untuk menyaksikan Ular berpunggung baja pun ikut lenyap separuh bagian, segera membentak keras. "coba lihat " Tangan kanan diayun...." Braaakk" diiringi suara desingan keras, senjata garpu yang berada dalam cekalan Gak In Ling tiba-tiba secepat sambaran kilat meluncur ke arah punggung Ular berpunggung baja. Tindakan dari Gak In Ling ini sama sekali berada diluar dugaan- Kakek tujuh cacad, ia segera meraung keras. "Tak mungkin bisa kau lakukan perbuatan mu itu ?" Sambil berseru tangan kanannya menekan kebawah, tongkat penyangga tubuhnya seketika berubah bentuk menjadi melengkung diikuti menyentil kearah depan, cepat bagaikan kilat menyentil senjata garpu tersebut, sedang tongkat penyangga yang ada di tangan kiri dengan jurus Lan kang-cay-to atau menghadang dan membendung sungai menghantam kearah garpu baja tersebut. Gerakan ini semua dilakukan dengan kecepatan sukar dilukiskan dengan kata, baru saja garpu baja itu meluncur sejauh satu tombak. tubuh Kakek tujuh cacad yang menyusul datang telah tiba, segera bentaknya keras- "Turun kamu " "Kraaakk" Desingan nyaring bergema diangkasa, serangan dengan jurus La n- kang-cay-to tersebut kendatipun berhasil menghantam senjata garpu itu dan iapun berhasil menyusul
543 kedepan tetapi selembar jiwa ong Kiam Lin gagal diselamatkan olehnya. Baru saja tongkat penyangga badan ditangan kanannya mencapai permukaan tanah, Ular berpunggung baja yang berada diatas jendela telah memperdengarkan jeritan ngeri yang menyayatkan hati, senjata garpu baja yang disambit-kan Gak In Ling telah menembusi punggungnya sehingga darah segar berhamburan diangkasa, kematiannya mengerikan sekali. Memandang kutungan gagang senjata garpu yang berhasil dipapas olehnya, diam-diam Kakek tujuh cacad merasa amat terkesiap pikirnya. "Ketika aku hendak turun tangan tadi telah kuduga sampai kesitu, karena itu aku tak berani menyerang dengan senjata, sungguh tak nyana tenaga dalam yang dimiliki bocah keparat ini sudah mencapai puncak kesempurnaan, dengan tenaga dalam yang kumiliki pun tak mampu untuk merontokkan senjata garpunya." Makin berpikir hatinya merasa makin takut, nafsu membunuh yang tebal pun seketika terlintas diatas wajahnya. Sebagian besar orang yang belajar silat tidak ingin kalau melihat ilmu silat yang dimilik lawannya jauh diatas kepandaiannya sendiri, apa lagi manusia seperti Kakek tujuh cacad yang merupakan gembong iblis, pikiran semacam ini terlebih melekat diatas tubuhnya. Kakek tujuh cacad sendiri tak sekejap pun melirik kearah mayat Ular berpunggung baja yang masih menggelepar diatas jendela, ia malahan menatap Gak In Ling tanpa berkedip. sambil tertawa dingin serunya. "Gak In Ling, tenaga dalam yang kau miliki benar-benar amat sempurna, membuat aku merasa kagum sekali." Gak In Ling tertawa dingin pula.
544 "Heeeh heeehh heeehh Kakek tujuh cacad, engkau tak usah berlagak pilon dihadapanku, kedatangan dari aku Gak In Ling pada hari ini rasanya sudah kau pahami bukan ?" "Selamanya aku tak pernah mengucapkan kata-kata yang bohong, Gak In Ling engkau harus tahu watak serta perangai diriku." sahut Kakek tujuh cacad dengan sorot mata berkilat. Gak In Ling mengerutkan dahinya, lalu berkata dengan seram. "Manusia tujuh cacad, engkau tak usah berlaku sok tua dihadapanku orang she Gak, setelah ini hari kita dapat saling berjumpa muka itu berarti bahwa saat untuk membayar hutangmu sudah tiba, kalau engkau merasa punya kepandaian ayo keluarkan semua." Habis berkata dia melirik sekejap kearah tubuh Ular berpunggung baja yang masih menggelepar diatas jendela, kemudian enjotkan badannya melayang keluar dari ruang besar. Berhubung dilahirkan dalam keadaan cacad, sejak kecil Kakek tujuh cacad telah mempunyai watak iri hati yang besar terhadap orang lain, terutama sekali terhadap pemuda yang gagah dan tampan, membuat hatinya lebih benci dan iri. Setelah Gak In Ling mengundurkan diri dari ruangan tengah, diapun ikut enjot badan laksana kilat meluncur juga dari ruangan tersebut, kemudian melayang turun kurang lebih satu tombak dihadapan Gak In Ling, serunya dengan suara keras. "Gak In Ling, engkau anggap bahwa kekuatanmu seorang sudah cukup untuk membalas dendam bagi kematian ayahmu ?" Gak In Ling berusaha keras menekan kobaran api dendam yang membara dalam dadanya sehingga tindak tanduknya tidak terlalu terburu nafsu dan gebabah dan memberi
545 kesempatan bagi lawannya untuk menunggangi peluang, itu, sebab dia menyadari bahwa musuh yang sedang dihadapinya saat ini bukan lain adalah seorang gembong iblis kalangan hitam yang memiliki kepandaian silat sangat tinggi. Gak In Ling merogoh kedalam sakunya mengambil keluar topeng setan lalu dikenakan diatas wajahnya, sambil tertawa dingin ia berkata. "Mungkin masih bukan menjadi persoalan bila aku hendak membereskan seorang manusia cacad yang tidak utuh anggota badannya macam engkau " Perkataan ini dengan tepat mengena diatas borok yang paling tak senang didengar oleh Kakek tujuh cacad, membuat ia tak mampu untuk menguasai pergolakkan hatinya lagi, dia tertawa seram dan berseru sambil menyeringai seram. "Haaaahh, haaaahh haaaahh Gak In Ling, bagus sekali topeng setanmu itu tapi kalau harus dipasang dan dicopot, berulang kali terlalu merepotkan dirimu, ini hari aku akan menciptakan sebuah paras muka jelek yang akan menempel pada mukamu untuk selamanya. Nah terimalah pemberianku itu. IHaah haaah haaaah.. " Gelak tertawanya seram bagaikan jeritan^ binatang buas, membuat hati orang merasa bergidik. "Sambutlah seranganku ini " teriak Kakek tujuh cacad keras-keras. Bersamaan dengan selesainya ucapan tersebut, sebuah serangan yang maha dahyat segera dilepaskan- Tampaklah tubuhnya yang bulat seperti bola daging itu mencelat kurang lebih dua tombak ke udara, kedua buah penyangga badannya yang tajam bagaikan pisau dengan memancarkan hawa pedang yang berkilauan langsung membacok keatas wajah pemuda itu.
546 Kecepatan serta keganasan bercampur aduk menjadi satu, yang paling aneh lagi adalah jurus pedang yang dipergunakan olehnya ternyata tidak sejurus pun yang utuh. sepintas lalu nampak acak-acakan, dan tidak karuan di mana pentilan yang satu dicampur adukkan dengan pentilan yang lain secara ngawur, kendatipun begitu tiada ruang kosong yang tertinggal dari kurungannya, dan satu lagi yang paling menakutkan adalah perubahan jurus pedangnya yang tidak utuh itu ternyata membuat orang sukar untuk menduga ataupun merabanya lebih dahulu. Berhadapan muka dengan musuh besar pembunuh ayahnya ini, Gak In Ling tak berani bertindak gegabah, ketika Kakek tujuh cacad loncat keluar dari ruang tengah tadi secara diam-diam hawa murninya telah dihimpun kedalam sepasang telapaknya, begitu jurus pedang dari Kakek tujuh cacad dilepaskan, buru-buru dia membentak keras kemudian melancarkan sebuah serangan dengan jurus Hiat-ya-sengeong hujan darah angin amis. cahaya merah berkilau diangkasa, tahu-tahu sebuah serangan telah berbalik menggulung kearah Kakek tujuh cacad. Rupanya Jit-jan-siu tidak pernah menyangka kalau Gak In Ling memiliki ilmu telapak maut yang begitu dahsyatnya, menyaksikan datangnya ancaman tersebut dia menjadi amat terperanjat, serunya. "Aaaah Telapak maut " Tongkat bajanya ditangkis keatas lalu didorong kearah depan, jurus pedangnya yang terpatah seketika dilancarkan secara berantai, kemudian dengan menggunakan tenaga dorongan tersebut badannya mencelat sejauh delapan depa dari tempat semula dan melayang keatas tanah. Sebelum berhasil meraba jalannya ilmu silat yang dimiliki Kakek tujuh cacad, Gak In Ling tidak berani terlalu serakah untuk mencari keuntungan- Karena itu ditunggunya sampai tubuh Kakek tujuh cacad telah melayang turun keatas permukaan tanah, dia baru
547 membentak keras dan untuk kedua kalinya melancarkan serangan- Kakek tujuh cacad sendiri, setelah mengetahui kalau Gak In Ling memiliki ilmu Telapak maut, rasa pandang enteng terhadap musuhnya telah lenyap tak berbekas, melihat Gak In Ling menyerang kedepan, ia segera membentak keras. "Lihat serangan " Tiba-tiba tongkat penyangga sebelah kanan diketukkan keatas tanah, sedang tongkat penyangga sebelah kiri meluncur keudara dan melancarkan serangan dengan jurus Jan-thian-jiak-tee atau langit cacad bumi kutung. Dalam serangan ini ia telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya. Cahaya perak seketika memancar keempat penjuru bagaikan gemuruhnya air terjun, ujung pedang memancarkan titik-titik bunga pedang yang rapat bagaikan hujan gerimis. Criiiiitt criiiit Diiringi desiran tajam yang memekikkan telinga, siapapun tak menyangka kalau manusia bertubuh tidak lengkap ini ternyata berhasil menguasai ilmu hawa pedang. Menyaksikan hal itu Gak In Ling merasa amat terperanjat, pikirnya didalam hati. "Sungguh tak nyana hawa pedang berhasil dikuasai oleh bajingan tua ini, nampaknya untuk merebut kemenangan pada saat ini bukanlah suatu pekerjaan yang amat mudah." Pikiran tersebut dengan cepatnya berkelebat dalam benakpemuda itu, dan dalam waktu yang amat singkat itu pula sepasang telapaknya secara beruntun telah berganti tujuh jurus serangan yang berbeda. Cahaya merah yang berlapis-lapis mengenangi seluruh bumi. desingan angin tajam menderu-deru memekikkan telinga, angin pukulan yang begitu dahsyatnya boleh di bilang
548 merupakan satu kekuatan yang luar biasa sekali di kolong langit. Kakek tujuh cacad sama sekali tidak berani bertindak gegabah, tampak tangan kiri dan tangan kanannya berubahubah menurut keadaan yang sedang dihadapinya, secara bergilir menyerang, menghindar, menangkis dan mempertahankan diri, semuanya dilakukan dengan kokoh dan teratur. Desingan angin serangan yang membendung angkasa pun kian lama kian bertambah besar, jelas dia telah mengerahkan tenaga dalamnya semakin kuat... Dalam waktu singkat kedua orang itu sudah bergebrak mendekasi ratusan jurus banyaknya, tetapi siapa menang siapa kalah masih belum dapat ditemukan- Sebentar cahaya merah yang berlapis-lapis mengurung kabut perak ditengah gelanggang, kadang kala pula hawa pedang yang berlapis-lapis membendung cahaya merah dan menghamburkan keempat penjuru, begitu sengit jalannya pertarungan tersebut membuat daun pohon siong berguguran diatas tanah. Air muka dua orang yang sedang bertempur telah berubah menjadi amat serius, jurus demi jurus dilancarkan secara tepat dan teratur rupanya siapapun tak ingin bertindak gegabah sehingga digunakan kesempatan baik itu oleh lawannya. Waktu ikut lenyap di tengah ketegangan yang menyelimuti seluruh gelanggang, entah sejak kapan ditengah udara muncul seekor burung Hong besar yang berputar kian kemari diangkasa sedangkan dari balik batu besar dipinggang bukit muncul pula sebuah tandu kecil yang mungil dan megah. Sementara itu pertarungan yang berlangsung antara kedua orang itu telah berlangsung hampir satu jam lebih, lima ratus jurus sudah dilewatkan tanpa terasa, keringat mengucur
549 keluar membasahi seluruh wajah dan badan kedua orang itu, tetapi siapapun tidak berani menyeka dengan tangannya. Jurus serangan yang dikerahkan kedua orang itupun dari cepat berubah menjadi lambat, tetapi daya kekukuatannya sama sekali tidak berkurang. Jelas mereka sama-sama kuatir, kalau pihak lawannya mengetahui bahwa tenaga dalam yang dimilikinya telah merosot lebih lama dari keadaan semula. Pakaian hitam yang dikenakan Gak In Ling sudah bertambah dengan tiga buah robekan sepanjang satu cun tergurat pedang Kakek tujuh cacad, sedangkan ujung baju Kakek tujuh cacad pun sudah terpapas separuh bagian oleh babatan Gak In Ling, boleh dibilang keadaan tersebut seimbang, siapapun tidak berhasil mendapatkan keuntungan apa-apa dari lawannya. Pada saat itulah dari atas punggung burung Hong yang sedang terbang diangkasa meluncur turun sesosok bayangan merah, dengan gerakan begitu ringan bagaikan seekor kupukupu dia hinggap diatas tanah lalu menyembunyikan jejaknya. Terdengar Gak In Ling yang sedang bertempur mendadak membentak keras. "Sambutlah sebuah seranganku ini " Sambil berkata sebuah pukulan yang sangat kuat segera dilepaskan menghantam tubuh Kakek tujuh cacad. Sepasang tangan Kakek tujuh cacad menggenggam tongkat penyangga badan, ia tak berkemampuan untuk menyambut datangnya serangan tersebut, sepasang tangannya segera menekan keatas lantai dan sekali berkelebat meluncur kebelakang tubuh Gak In Ling, menggunakan kesempatan tersebut dengan jurus Toan-kiam-jan-hong atau pedang patah sisa pelangi ia totok batok kepala pemuda itu. Gak In Ling berani melancarkan serangan mematikan tersebut karena dia telah melihat bahwa Kakek tujuh cacad
550 sudah tiada jalan untuk menghindarkan diri lagi, tetapi dia telah melupakan sesuatu, dia lupa kalau tongkat penyangga badan milik Kakek tujuh cacad dapat setiap saat mementalkan tubuhnya tanpa menggunakan tenaga barang sedikitpun jua. Begitu serangan dilancarkan, tiba-tiba Gak In Ling melihat tubuh Kakek tujuh cacad meloncat ke belakang tubuhnya, ia segera menyadari bahwa keadaan tidak menguntungkan, buru-buru ia tarik serangannya untuk menghindarkan diri. Tapi keadaan sudah tak sempat lagi, terasalah segulung desiran angin dingin meluncur ke depan menotok jalan darah Gick-sheng-hiatnya. Gak In Ling merasa amat terperanjat, ia gunakan segenap kekuatan tubuh yang dimilikinya melancarkan satu tendangan, sambil putar badan tendangan tersebut dilepaskan, gerakannya cepat dan sama sekali diluar dugaan siapa pun juga. Kakek tujuh cacad sama sekali tidak menyangka kalau Gak In Ling bakal memilih cara bertempur dengan jalan mengadu jiwa, apabila totokannya dilanjutkan lebih jauh kendatipun ia akan berhasil membunuh si anak muda itu, tetapi diapua pasti akan termakan juga oleh tendangan maut dari Gak In Ling sehingga akhirnya sama-sama menemui ajalnya. Kakek tujuh cacad sebagai seorang jagoan yang berambisi besar tentu saja tidak rela untuk adu jiwa dengan Gak In Ling, buru-buru dia tarik kembali tongkat penyangga badannya dan gunakan pantulan tenaga itu badannya melayang mundur sejauh satu tombak lebih dari tempat semula. Dengan tindakkan tersebut, tentu saja tendangan yang dilancarkan Gak In Ling juga mengenai sasaran yang kosong. Pertarungan seru yang mendebarkan hati itu untuk sementara waktu berakhir sampai disitu.
551 Dengan hati bangga Kakek tujuh cacad tertawa dingin, ejeknya. "Sungguh luar biasa caramu bertempur..." Merah padam selembar wajah Gak In Ling saking jengahnya setelah mendengar perkataan itu, ia tertawa dingin dan siap membalas. Tapi sebelum pemuda itu sempat buka suara, tiba-tiba dari belakang tubuh Kakek tujuh cacad berkumandang suara teguran yang merdu dan nyaring. "Yang tua menganiaya yang muda, benar- benar suatu perbuatan yang memalukan, apalagi dengan senjata tajam melawan tangan kosong. "Huuhh Tua bangka bertampang jelek, apakah engkau masih punya muka untuk berbangga diri ?" Suara teguran itu munculnya sangat mendadak membuat Kakek tujuh cacad yang mendengar menjadi amat terperanjat, sebab ditinjau dari jarak suara tersebut dapat diketahui bahwa orang itu sudah berada kurang lebih lima depa dibelakangnya, dengan tenaga dalam yang dimiliki ternyata jejak orang itu tak diketahui olehnya, bisa dibayangkan betapa terperanjatnya hati orang itu. Gak In Ling sendiri segera mengetahui siapakah yang telah datang, ia segera mendengus dingin dan berpikir. "Hmm lagilagi engkau..." Ia segera menengadah keatas, tapi sebelum sempat buka suara mendadak teringat olehnya bahwa sekarang dia muncul bukan dengan wajah Gak In Ling, maka kembali pikirnya. "Kenapa aku mesti banyak urusan sehingga mendatangkan kerepotan yang tak ada gunanya bagi diriku sendiri ?" Sementara itu Kakek tujuh cacad telah putar badannya, seketika menyaksikan orang yang berdiri dihadapannya adalah seorang gadis cantik baju merah yang tidak menyolok, rasa
552 kaget yang semula menyelimuti wajahnya ketika lenyap tak berbekas, segera bentaknya keras-keras. "Budak ingusan, tahukah engkau siapakah aku ? berani benar bicara tidak karuan, rupanya engkau sudah bosan hidup ?" Wajahnya ganas dan sikapnya menyeringai seram, seakanakan srigala yang hendak menerkam mangsanya. Gadis cantik baju merah itu bukan lain adalah Dewi burung Hong. dengan kepandaian silat yang dimilikinya tentu saja ia tak pandang sebelah mata pun terhadap Kakek tujuh cacad. Mendengar teguran tersebut ia tertawa merdu dan menjawab. "Kakek tujuh cacad, engkau tak usah menempelkan emas diatas wajah sendiri, coba ambillah cermin dan lihat dulu tampang mukamu yang ganteng seperti siluman, apakah sudah pantas untuk memberi pelajaran kepada nonamu atau tidak....." Sombong amat perkataan itu dan sama sekali tak pandang sebelah mata pun terhadap orang lain, Kakek tujuh cacad sebagai seorang jagoan yang punya nama besar dalam dunia persilatan tentu saja merasa tak senang mendengar perkataan seperti itu, apalagi yang mengatakan adalah seorang gadis yang masih muda. Nafsu membunuh yang amat tebal memancar keluar dari atas wajahnya, dia segera membentak keras. "Budak ingusan, kubacok badanmu jadi berkeping-keping." Seraya berseru dengan jurus Jan-thian-ciat-tee ia tusuk dada Dewi burung Hong secepat kilat. Desiran angin pedang menderu-deru amat memekikkan telinga, jelas kegusaran Kakek tujuh cacad sudah mencapai pada puncaknya.
553 Dewi burung Hong sendiri meskipun mengetahui bahwa ilmu silatnya sangat tinggi dan sukar dilukiskan dengan katakata, namun berhadapan muka dengan Kakek tujuh cacad ia tak berani bertindak gegabah, melihat datangnya ancaman tersebut ia tertawa merdu dan berseru. "Aaaah rupanya engkau sudah menguasai ilmu hawa pedang " Bayangan merah nampak berkelebat lewat, tidak diketahui gerakan tubuh apakah yang telah dipergunakan, tahu-tahu ia sudah berkelit ke belakang tubuh Kakek tujuh cacad. Gak In Ling yang menyaksikan hal tersebut dalam hati segera berpikir dengan perasaan sedih. "Agaknya sekalipun aku Gak In Ling berlatih sepuluh tahun lagi pun belum tentu bisa menyusul kemampuannya, Aaaaai " Kakek tujuh cacad sendiri mengira bahwa dalam serangannya itu dia pasti akan berhasil membacok perempuan tersebut sehingga menemui ajalnya, tatkala menyaksikan serangannya mengenai sasaran yang kosong, hatinya menjadi amat terperanjat, segera pikirnya. "Gerakan tnbuh apakah yang telah dipergunakan olehnya ? Kenapa begitu cepat ?" Kakek tujuh cacad adalah seorang jago kawakan yang sudah berpengalaman dalam menghadapi pertarungan besar, meskipun hatinya merasa terkejut, namun gerak tubuhnya tidak sampai kalut karena itu, setelak serangannya mengenai sasaran yang kosong, tangan kiri segera diayun dan badannya berputar kencang, tetapi ketika ia menengadah kembali wajahnya segera tertegun, karena gadis baju merah itu ternyata masih tetap berdiri kurang lebih lima depa di tempat semua tanpa berubah posisinya barang sedikitpunjuga. Dewi burung Hong menyapa sekejap wajah Kakek tujuh cacad, kemudian sambil tertawa merdu katanya:
554 "Engkau telah melancarkan sebuah serangan kepadaku, sekarang tibalah giliranku untuk melancarkan sebuah serangan kepadamu, bukankah begitu ?" Berbicara sampai disitu, tidak nampak bagaimana caranya ia tarik napas tahu-tahu telapak tangannya diayun kedepan dan ditabokkan kearah tubuh Kakek tujuh cacad dari kejauhan, kelihatannya gerak-gerik tersebut amat lemah dan sama sekali tak bertenaga. Ketika Kakek tujuh cacad menyaksikan gerakan tangan dari Dewi burung Hong, ia nampak sangat terperanjat dan tanpa terasa berseru keras. "Engkau adalah Dewi burung Hong " Sembari berkata sepasang pedangnya cepat cepat ditutulkan keatas permukaan tanah, kemudian laksana kilat meloncat mundur sejauh empat lima tombak dari tempat semula. Reaksi yang diperlihatkan Kakek tujuh cacad boleh dibilang cepat sekali, akan tetapi tatkala tubuhnya melayang turun keatas permukaan tanah, pada kedua ujung bajunya tahutahu sudah bertambah dengan lima buah lubang kecil, dari sini dapat diketahui sampai dimanakah kelihayan ilmu silat yang dimiliki gadis tersebut. Gak In Ling yang menyaksikan kejadian itu tak urung merasa terkesiap juga, pikirnya. "Tidak aneh kalau ia tak bersedia menghantam diriku dengan sepasang telapak tangannya ketika kami berjumpa dibukit Tiang-pekssan tempo dulu, dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa aku memang benar-benar tak mampu menerima serangannya bila dilancarkan secara bersungguhsungguh." Sementara itu sepasang biji mata Dewi burung Hong telah melirik sekejap kearah Gak In Ling yang sedang berdiri tertegun, kemudian sambil tertawa merdu katanya. "Manusia tujuh cacad, ayolah serang diriku kembali "
555 Tiba-tiba dari belakang bukit diatas batu cadas yang menojol keluar berkumandang suara gelak tertawa yang amat merdu. "Hiiiiiih hiiiiiih hiiiiiiih Dewi burung Hong, tenaga dalammu benar-benar mengejutkan hati Siau-moay merasa sangat kagum hiiiiiiiihh hiiiiiiiiihh, hiiiiiiih h " Suara tertawanya tidak begitu besar, tetapi seolah-olah mempunyai daya kekuatan yang bisa menembusi isi perut serta mengguncangkan jantung orang lain- Air muka Gak In Ling maupun Kakek tujuh cacad berubah hebat, jelas gelak tertawa tersebut telah menimbulkan sesuatu perasaan aneh dalam hati kecil mereka. Dengan perasaan yang tenang dan sedikit-pun tidak dibuat keheranan Dewi burung Hong tertawa merdu, serunya. "Tiong-cu, sudah begitu lama engkau bercokol diatas tebing batu yang begitu tingginya, apakah masih ada masalah besar yang belum sempat kau selesaikan ?" Gak In Ling segera putar badan menghadap kearah mana berasalnya suara tersebut, terlihatlah pada puncak tebing diatas benteng Hui-in-cay yang paling tinggi berdirilah sebuah tandu kecil berwarna merah, disamping kiri-kanan tandu tersebut berdirilah empat orang budak kecil yang masih muda dan cantik, suara tadi bukan lain berasal dari balik tandu. Sementara itu dari balik tandu kembali berkumandang datang suara seruan disusul gelak tertawa yang merdu. "Hiiiiihh hiiiiiiiihh hiiiiiihh urusan besar sih tak ada, aku hanya ingin merepotkan diri siancu " Dalam hati Dewi burung Hong tertawa dingin, tapi diluaran sambil tertawa merdu sahutnya. "Waaaahh mau repotkan apa ? siau-moay tak berani menerimanya ..."
556 "Dalam kenyataan memang terpaksa begitu, maka apa boleh buat kerepotan tetap akan menghantui siancu " Dari balik mata Dewi burung Hong indah memancar keluar serentetan cahaya tajam yangamat jeli, tegurnya. "Tiong-cu, mungkin engkau lupa akan posisi serta kedudukan kita berdua pada saat ini." "Kedudukan kita berempat telah diketahui oleh masingmasing pihak secara jelas dan terang. Siau-moay percaya siapa pun tak akan melupakan, cuma persoalan ini sama sekali tak ada sangkut-pautnya dengan persoalan itu, Siau-moay hanya inginkan seseorang belaka." Dalam hati Dewi burung Hong merasa terperanjat, tetapi diluaran ia tetap bersikap tenang dan sedikit pun tidak menunjukkan perubahan apapun pikirnya. "Kalau engkau inginkah dirinya. Huuuh Jangan mimpi disiang bolong " Sambil berpikir diam-diam ia melirik sekejap kearah Gak In Ling, kemudian tegurnya. "Siapa yang kau inginkan ?" "Kakek tujuh cacad "Jawab orang dalam tanda sambil tertawa. Lega hati Dewi burung Hong setelah mendengar perkataan itu, tanpa berpikir panjang ia berseru. "Kalau soal orang itu sih siau-moay tak mau ikut campur, terserah apa kehendakmu atas orang itu." Sementara itu air muka Kakek tujuh cacad telah berubah hebat, ia mendengus dingin dan berseru. "Hmm, bangsat yang tak tahu diri, engkau telah anggap aku sebagai manusia macam apa?" Terhadap makian dari Kakek tujuh cacad, orang yang berada di dalam tandu itu sama sekali tidak ambil perduli, ia tertawa merdu dan berkata kembali. "Eeeei Sian-cu Engkau toh mempunyai kemampuan untuk menghalangi niatku ini."
557 "Apakah siau-moay mempunyai kemampuan untuk berbuat begitu ?" Seru Dewi burung Hong sambil tertawa dingin. "Haaaahh haaahh haaaahh dikolong langit dewasa ini hanya engkau seorang yang mampu untuk berbuat demikian-" Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Gak In Ling, pikirnya. "Aku rasa tenaga dalam yang dimiliki Gadis suci dari Nirwana serta Thian-hong pangco tidak berada dibawah kepandaian Dewi burung Hong, kenapa ia mengatakan hanya dia seorang yang mampu menghalangi perbuatannya itu? Sungguh aneh sekali " Sementara itu Dewi burung Hong telah tertawa merdu dan menjawab: "Tiong-cu terlalu pandang tinggi diriku, cuma siau-moay toh sudah berkata bahwa aku tak mau mencampuri urusan ini." Bicara sampai disini mendadak ia berpaling dan memandang sekejap kearah Gak in Ling kemudian segera menambahkan- "Bukankah yang kau maksudkan adalah Kakek tujuh cacad ? "Sedikitpun tidak salah " Melihat dirinya tidak dianggap sebelah matapun oleh lawan-lawannya, dalam hati Kakek tujuh cacad merasa amat mendendam, pikirnya. "Aku tidak percaya kalau engkau mempunyai kemampuan yang begitu hebatnya sehingga apa yang kau inginkan bisa segera kau dapatkan." Dikala Kakek tujuh cacad sedang termenung, tiba-tiba dari balik tandu berkumandang keluar suara seruan yang amat lembut. "Kakek tujuh cacad, kemarilah, aku sudah lama menantikan dirimu kemarilah..."
558 Kecuali suara itu merdu dan lembut bagi pendengaran orang lain sama sekali tidak menunjukkan gejala apapun, tetapi lain keadaannya bagi pendengaran Kakek tujuh cacad, ia merasakan suara panggilan tersebut begitu hangat ibarat panggilan seorang ibu yang terkasih kepada puteranya, penuh dengan kehangatan, kelembutan dan cinta kasih, membuat hati orang tergerak olehnya. Tanpa sadar Kakek tujuh cacad melangkah maju beberapa tindak ke depan, tetapi bagaimana pun juga tenaga dalam yang dimilikinya cukup sempurna, setelah menggerakkan langkahnya maju beberapa tindak. mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya, ia segera menghentikan kembali gerakan tubuhnya. "Kemarilah ayohlah kembali apa yang kau pertimbangkan lagi?" seru orang dalam tandu dengan suara lembut " Kakek tujuh cacad, kemarilah... kemarilah cepat." Mengikuti panggilan tersebut kesadaran otak Kakek tujuh cacad pun kian lama kian semakin pudar sehingga akhirnya dengan mata terbelalak lebar ia berjalan maju kedepan, makin kedepan gerakan tubuhnya kian bertambah cepat. Satu ingatan segera berkelebat dalam benak Gak ln Ling, pikirnya. "Ilmu siluman apakah yang dipergunakan olehnya ?" Mendadak teringat olehnya bahwa Kakek tujuh cacad adalah musuh besar pembunuh orang tuanya, kalau ia biarkan bajingan itu menjadi pengikut perguruan Pit-tiong dari Tibet, itu berarti dendam sakit hatinya akan sukar untuk dibalas. Berpikir sampai disitu, ia tidak memperdulikan situasi yang sedang dihadapinya lagi, segera bentaknya keras-keras. "Bajingan tua, engkau akan lari ke manakah ?" Sambil berseru dia segera enjotkan badannya dan melakukan pengejaran-"Berhenti " Tiba - tiba terdengar Dewi burung Hong membentak sambil tertawa merdu.
559 Gak In Ling merasakan urat nadi pada pergelangan kanannya menjadi kencang, dan tahu-tahu ia sudah terjatuh ketangan Dewi burung Hong. Gak In Ling menjadi amat gusar, bentaknya dengan dingin. "Lepaskan aku " Dewi burung Hong tertawa dingin, tegurnya "Engkau sedang berbicara dengan siapa?" "Dengan engkau perempuan rendah " bentak Gak ln Ling dengan sepasang alis berkenyit. Dalam kaadaan gusar bercampur mendongkol, mulutnya tak bisa ditahan lagi untuk mencaci maki sekenanya hingga ucapan "Perempuan rendah" pun meluncur keluar dari bibirnya. Dewi burung Hong indah adalah seorang perempuan iblis yang membunuh orang tanpa berkedip. kalau orang lain yang memaki dirinya dengan ucapan tersebut, mungkin sedari tadi sudah roboh terkapar diatas tanah dalam keadaan tak bernyawa, akan tetapi terhadap Gak In Ling ia tak tega melakukan serangan yang keji itu. Dengan wajah pucat pias karena mendongkol, hardiknya dengan suara nyaring. "Kau, kau berani, berani memaki aku ?" Tangan kanannya mencengkeram erat-erat kelima jari tangannya seketika menekan pa urat nadi Gak In Ling dalamdalam. Pada saat itulah, orang yang berada dalam tandu telah berkata sambil tertawa merdu. "Siau-moay ucapkan banyak terima kasih atas kerelaan hati Siancu " Dewi burung Hong sama sekali tidak ambil peduli, dengan dingin katanya. "Urusan itu tak ada sangkut pautnya dengan nonamu " "Kalau memang begitu, selamat tinggal "
560 Habis berkata ia memberi tanda kepada empat orang dayang kecil itu, dan berangkatlah tandu kecil tersebut tinggalkan tebing tersebut. Keringat dingin menetes keluar membasahi seluruh wajah Gak In Ling yang tampan, namun ia sama sekali tidak mendengus ataupun merintih barang sekejappun. Suasana hening untuk beberapa saat lamanya, mendadak dari atas pohon siong disekeliling tempat itu berkumandang dua kali tertawa dingin disusul menggemanya teguran tajam. "Dewi burung Hong, selamat berjumpa kembali " Dewi burung Hong sendiri sebenarnya sama sekali tidak bermaksud untuk menyiksa Gak In Ling secara bersungguhsungguh, tindakannya itu dilakukan karena ia merasa mendongkol. Setelah mendengar teguran tersebut ia menggunakan kesempatan itulah ia kendorkan tangan kanannya dan tertawa dingin, sahutnya. "Leng-cu, Pangcu, selamat berjumpa kembali ?" Sesudah cekalan pada pergelangannya dilepaskan rasa sakitpun seketika lenyap. dan kesadaran otak Gak In Ling pun pulih kembali seperti sedia kala, ia tidak meronta karena tahu bahwa dirinya sudah terjatuh ditangan Dewi burung hong yang memiliki tenaga dalam sangat lihay dan sukar diukur dengan kata-kata, merontapun tak ada gunanya. Mendengar seruan tadi ia segera menengadah dan berdiri tertegun, pikirnya didalam hati. "Eeeeii....... sungguh aneh, kenapa merekapun bisa datang kemari ?" Sementara itu Gadis suci dari Nirwana serta Thian- hong pangcu telah berdiri dibawah pohon siong disamping kiri dan kanan Dewi burung Hong indah, dikedua belah sisi mereka masing-masing berkerumunlah anak murid perguruannya
561 membuat posisi mereka pun tanpa sadar mengurung sekitar tempat itu rapat-rapat, namun sorot mata kedua orang gadis tersebut semuanya di tujukan keatas wajah Dewi burung Hong. Terdengar Thian- hong pangcu tertawa dingin dan berseru. "Entah perbuatan gila apakah yang telah dilakukan orang ini terhadap diri siancu ?" Dewi burung Hong indah berpaling dan memandang sekejap kearah Gak In Ling, kemudian tertawa merdu dan menjawab. "Pangcu tokh bukan baru saja tiba disini masa Siau-moy harus terangkan lagi seluk beluk duduknya perkara ini ?" Selama pembicaraan berlangsung, senyum manis selalu tersungging diujung bibirnya membuat orang tak bisa menebak apakah dia sedang girang atau sedang gusar. Thianhong pangcu tertawa dingin, kembali ujarnya. "Apa salahnya kalau orang itu hendak menghalangi Kakek tujuh cacad bergabung dengan pihak perguruan Pit-Tiong dari Tibet ? Kenapa sih siancu mesti menghalangi maksud hatinya ?" "Karena siau-moay telah menyanggupi untuk tidak mencampuri urusan tersebut " Gadis suci dari Nirwana segera tertawa dingin, katanya. "Kalau memang engkau tak mau turut campur dalam persoalan ini, tidak sepantasnya kalau kau halangi niat orang lain untuk berbuat demikian, toh antara engkau dengan ketua Perguruan Pit-Tiong dari Tibet tak pernah mengikat janji yang menjamin Kakek tujuh cacad bisa tiba di pihaknya dengan selamat ?" Dewi burung Hong tertawa. "Didalam cengli sekarang siau-moay agaknya mempunyai tanggung jawab untuk bikin berimbangannya kekuatan dalam dunia persilatan, aku tahu bahwa kedatangannya dari Tibet menuju kemari dilakukan dengan tergesa-gesa sehingga ia
562 kekurangan pembantu, dalam keadaan begitu tentu saja dia masih belum mampu untuk melawan kalian berdua, karena itu siau-moay mengambil keputusan untuk menghadiahkan seorang pembantu yang tidak terlalu lihay pun tidak terlalu lemah untuk dirinya, aku rasa tindakanku ini tidak terhitung suatu tindakan keliru." "Demi ketenangan serta ketentraman dunia persilatan, engkau tidak sepantasnya untuk berbuat demikian." Seru Thian- hong pangcu sambil tertawa dingin. "Selamanya Siau-moay tak pernah mempersoalkan pantas atau tidak untuk melakukan, aku hanya melihat apakah aku suka atau tidak untuk berbuat demikian, mungkin kalian berdua tidak akan merasa terlalu keheranan bukan ?" Gadis suci dari Nirwana serta Thian- hong pangcu segera menatap wajah lawannya dengan sorot mata berkilat, sambil melangkah maju ke-depan serunya lantang. "Demi keamanan serta ketenangan dunia persilatan di masa-masa yang akan datang, maafkan siancu apabila terpaksa Siau moay harus minta petunjuk beberapa jurus serangan darimu." setelah kedua orang itu mengucapkan kata-kata yang sama hampir pada saat yang bersamaan, tanpa terasa kedua belah pihak sama-sama berdiri tertegun lalu saling melirik sekejap dengan pandangan dingin. Gak In Ling yang menyaksikan kejadian tersebut, dalam hati segera menghela napas panjang dan berpikir. "Selamanya satu pelana kuda tidak bisa di tunggangi oleh kedua orang, kalau keempat orana ini tidak mau saling mengalah satu sama lainnya, aku lihat keadaan dunia persilatan dimasa mendatang bakal kalut dan kacau tidak karuan aai Sayang ilmu silat yang ku miliki masih belum mampu menangkan mereka, dan lagi usia hidupku didunia ini terlalu pendek. mungkin dalam persoalan ini aku tak bisa turut
563 campur lagi." Dalam pada itu Dewi burung Hong pun diamdiam merasa terkejut, pikirnya dalam hati. "Seorang gadis suci dari Nirwana saja sudah cukup memusingkan kepalaku, kalau ditambah dengan seorang Thian-hong pangcu lagi, kekalahan pasti akan berada dipihakku, agaknya dalam situasi seperti sekarang ini terpaksa untuk sementara waktu aku harus lepaskan Gak In Ling lebih dahulu." Ingatan tersebut berkelebat dengan cepatnya dalam benak gadis cantik baju merah itu, ia segera tertawa merdu dan menjawab. "ooohh Sungguh tak nyana kalian berdua begitu pandang tinggi diri Siau-moay, hal ini benar-benar membuat aku merasa terkejut dan tak berani menerimanya " Gadis suci dari Nirwana saling berpandangan sekejap dengan Thian-hong pangcu, kemudian bersama-sama berkata lagi. "Kalau begitu biarlah Siau-moay minta penunjuk lebih dahulu " Karena untuk kedua kalinya perkataan tersebut diucapkan pada saat yang bersamaan, kedua orang gadis itu nampak tertegun lagi. Thian-hong pangcu segera menatap tajam wajah gadis suci dari Nirwana, lalu sambil tertawa dingin berkata. "Leng cu, bagaimana caranya kita tentukan siapa yang akan bertarung lebih dahulu dan siapa yang belakangan, siaumoay bersedia mendengarkan pendapatmu". Gadis suci dari Nirwana bukan lampu yang kehabisan minyak. dengan ketus ia balik bertanya. "Bagaimana menurut pendapat pangcu ??"
564 Dewi burung Hong yang menyaksikan kejadian itu hatinya kembali tergerak. pikirnya. "Waaahh inilah suatu kesempatan yang sangat baik bagiku " Berpikir sampai disini, sambil tertawa merdu segera menjawab: "Menurut penglihatan Siau-moay, lebih baik kita gunakan saja kesempatan ini untuk melakukan pertarungan dan menentukan siapakah yang lebih unggul diantara kita bertiga." Terkejut hati perempuan naga peramal sakti sesudah mendengar perkataan itu, pikirnya di-dalam hati. "Pada saat ini keadaan kami berada dalam sarang naga gua harimau, jikalau ketiga orang itu benar-benar sampai bertarung satu sama lain nya, akhirnya yang didapat kalau bukan ketiga-tiganya kehabisan tenaga paling sedikitpun bakal menderita luka. kalau sampai begini keadaannya bukankah sama artinya memberikan keuntungan yang besar untuk pihak perguruan Pit - Tiong dari Tibet ?" Berpikir sampai disitu, dia segera buka suara dan mencegah. "Leng cu, jangan kau lakukan tindakan tersebut, engkau harus pikirkan demi keamanan serta kesejahteraan umat persilatan dikolong langit, penghinaan kecil yang di terima sekarang bukan terhitung seberapa, kalau rasa dongkol inipun tak bisa kau tahan maka akhirnya yang bakal memperoleh keuntangan dari peristiwa ini hanyalah pihak perguruan Pit - tiong dari Tibet " Gak In Ling terharu mendengar perkataan tersebut, pikirnya didalam hati. "Kecerdikan perempuan ini benar-benar melebihi siapapun, apabila gadis suci dari Nirwana dapat didampingi oleh perempuan cerdik seperti ini, umat persilatan dalam kolong langit benar-benar beruntung sekali .." dalam hati kecilnya yang ramah- agaknyaselama hidup tak dapat dilupakan nasib para jago persilatan yang sama sekali tak ada hubungan dengan dirinya.
565 Thian-nong pangcu bukan orang bodoh, setelah mendengar seruan tersebut dan dipikirkan dengan seksama, segera terasa olehnya bahwa perkataan tersebut sedikitpun tidak salah, bila dia sampai bentrok dengan Gadis suci dari Nirwana maka akhirnya yang bakal menderita rugi adalah anak murid perkumpulan sendiri, dengan begitu wajah keren dan ketuspun perlahan- lahan agak mengendor. Dewi burung Hong yang secara diam-diam mengamati wajah lawannya segera menyadari bahwa kesempatan baik sudah lewat, bila ia tetap berada disitu terus hanya akan mendatangkan kerugian belaka bagi dirinya, dalam hati pikirnya. "Kalau kubawa serta diri Gak In Ling, mereka pasti tak akan melepaskan diriku dengan begitu saja, bagaimanapun meninggaikan dirinya di sini tak akan mencelakakan jiwanya, tokh mereka tak akan melukai dirinya.... lebih baik biarkan dia berada disini saja..." Ia sendiri tak habis mengerti apa sebabnya hati kecilnya selalu mengkhawatirkan keselamatan Gak in Ling, ia hanya merasa bahwa keselamatan jiwanya jauh lebih penting daripada keselamatan diri sendiri. Berpikir sampai disitu, Dewi burung Hong segera tertawa dan berkata. "Waaahh kalau begitu Siau-moay yang sebatang- kara, rupanya hari ini harus menerima petunjuk dari kalian berdua ?" "Menang atau kalah tak perlu ditentukan dengan terburuburu, harap Siancu berlalu dari sini." seru Perempuan naga peramal sakti dengan cepat. Dewi burung Hong tertawa merdu. "Siasatmu dengan menunda peperangan memang luar biasa sekali." pujinya setengah mengejek, "bilamana tiba saatnya bagi kalian untuk bertempur melawan Tiong cu dari perguruan Pit-Tiong, jangan
566 lupa kalau Siau-moay sedang menjadi nelayan beruntung yang sedang menantikan kailnya " Berbicara sampai disini ia melirik sekejap kearah Gak In Ling kemudianputar badan dan berlalu dari situ, dalam dua tiga lompatan saja bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan- Sepeninggalnya Dewi burung Hong, Thian-hong pangcu melirik sekejap kearah Gadis suci dari Nirwana dengan pandangan dingin, kemudian sambil ulapkan tangannya kepada anak buah perkumpulannya dia berseru keras. "Ayo kita berlalu lewat sebelah kiri." Tanpa banyak bicara, ia berlalu lebih dahulu menuju kesebelah kiri benteng IHui-in-cay. Melihat ketuanya sudah berlalu dari situ, anak buah perkumpulan Thian-hong pangcu pun segera mengikuti jejak ketuanya dan lenyap d ibalik tembok pekarangan- Gak In Ling melemaskan urat pergelangannya yang kaku, kemudian perlahan-lahan maju kedepan menghampiri Gadis suci dari Nirwana. Melihat pemuda itu maju menghampiri kearah nya, Gadis suci dari Nirwana merasakan jantungnya berdebar keras dan sikapnya agak gelagapan, bibirnya bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu, tetapi ia bingung perkataan apakah yang hendak diutarakan keluar. Setibanya kurang lebih lima depa di hadapan Gadis cantik tersebut, Gak In Ling menghentikan langkahnya dan memberi hormat, ujarnya. "Kecerdikan dan keberanian Leng cu untuk mengutamakan keselamatan dan keamanan umat persilatan benar-benar mengagumkan hatiku. Sekarang Thian hong pangcu telah berangkat untuk menyerbu tempat kududukkan pihak perguruan Pit-Tiong dari Tibet, aku harap Leng cu suka memandang dimuka sesama umat manusia dan bersedialah
567 bekerja sama dengan dia untuk melenyapkan bibit bencana dari dunia persilatan. Sebagai pemuda berhati polos dan jujur, Gak In Ling tidak ingin memutar balikkan perkataannya, apa yang dia pikirkan segera diutarakan keluar secara blak-blakan. Tatkala menyaksikan Gak In Ling menghampiri dirinya. Gadis suci dari Nirwana merasa agak gelagapan, tapi sekarang setelah mendengar bahwa pemuda tersebut menghadapkan diri bisa berkerja sama dengan Thian-hong pangcu, hatinya segera menjadi mendongkol, serunya dengan nada dingin. "Huuuhh... rupanya engkau sangat menaruh perhatian atas keselamatan jiwa dirinya...." Gak In Ling tertegun. "Aku sama sekali tidak menaruh perhatian khusus terhadap salah satu pihak," sahutnya, "aku berbuat demikian demi keselamatan serta kesejahteraan seluruh umat persilatan dimasa-masa mendatang " "Heeeeehh heeeeehh heeeehh... baik benar budimu, sungguh ramah dan welas kasih hatimu." ejek Gadis suci dari Nirwana sambil tertawa dingin. "Tapi sayang aku tidak bersedia mendengarkan perkataanmu itu, kau mau apa ?" Terjelos hati Gak in Ling, tiba-tiba pikirnya. "Sungguh terlalu polos dan menggelikan jalan pikiranku, dengan andalkan kedudukkannya sebagai seorang Leng cu yang memimpin puluhan laksa orang, ia mana bersedia mendengarkah perkataan dari aku seorang manusia tak ternama... lebih baik aku pergi sendiri saja kesitu " Berpikir sampai disitu ia lantas menengadah keatas dan berkata sambil tertawa^ "Ucapan Leng cu sedikitpun tidak salah, memang akulah yang sudah banyak bicara." Berbicara demikian, ia lantas putar badan dan berlalu menuju ke sebelah kanan benteng Hui-in-cay.
568 Air muka Gadis suci dari Nirwana berubah hebat, ia bermaksud menyusul pemuda itu, tetapi sebelum ia sempat menggerakkan tubuhnya, perempuan naga peramal sakti telah menahan dirinya. Gadis suci dari Nirwana menjadi sangat gelisah, serunya: "Eeeeeii kenapa engkau malah menghalangi jalan pergiku?? Dia dia sudah pergi jauh." "Leng cu, engkau jangan lupa bahwa setiap saat dan setiap kesempatan Dewi burung Hong sedang menantikan keuntungan sebagai nelayan yang beruntung." Peringatan Perempuan naga peramal sakti dengan wajah serius," Aku menahan kepergian Leng cu karena aku hendak merundingkan sesuatu rencana yang baik untuk meng-hadapi dirinya." Gadis suci dari Nirwana memandang sekejap kearah bayangan punggung Gak In Ling yang telah pergi jauh, kemudian bertanya. "Perempuan itu tokh tidak berada disini ? Bagaimana caranya kita menghadapi dirinya ?" Rupanya perempuan naga peramal sakti sudah mempunyai rencana yang masak. segera jawabnya. "Dewi burung Hong pasti tak akan berlega hati membiarkan Gak In Ling ada diantara engkau serta Thian-hong pangcu, selama ini dia pasti akan sering kali muncul disekitar tubuh pemuda tersebut, kalau pangcu hendak melenyapkan dirinya dari muka bumi, inilah kesempatan yang paling baik untuk melakukan hal tersebut." Terkesiap hati Gadis suci dari Nirwana mendengar perkataan itu, serunya dengan cepat. "Mau apa dia mengikuti Gak In Ling ?? Bagaimana caranya aku untuk melenyapkan dirinya dari muka bumi ?"
569 "Tujuannya mengikuti Gak In Ling mungkin sama seperti maksud hati Leng cu, kalau Leng cu hendak melenyapkan dirinya maka cukup menyembunyikan diri disekitar Gak in Ling bila ada kesempatan baik pancing saja dirinya agar bentrok dengan Tiongcu dari Tibet, dengan demikian maka kitalah yang akan menjadi nelayan yang beruntung." "Meskipun rencana ini hebat dan luar biasa namun caranya sedikit tidak jujur dan terbuka." Gadis suci dari Nirwana mengerutkan dahinya dan nampaknya akan menampik usul tersebut, tiba-tiba satu ingatan berkelebat lewat dalam benaknya dan usul itupun segera diterima olehnya. "Baik " Dia berseru, "Mari sekarang juga kita ikut dirinya." Habis berkata, buru-buru dia berangkat lebih dahulu meninggalkan tempat itu. Melihat tindak-tanduk Leng cu, Perempuan naga peramal sakti hanya bisa gelengkan kepalanya sambil bergumam. "Engkau sama sekali bukan bersungguh hati untuk mendapatkan keuntungan tersebut, tujuanmu tidak lain karena engkau tidak rela membiarkan Perampuan itu mendapatkan Gak In Ling...." Ia lantas berpaling dan menyapu sekejap kearah Su-putsiang sekalian, serunya. "Ayo kita berangkat keatas tebing benteng Hui-in-cay sebelah atas, bila dugaanku tidak keliru, sekarang sudah tiada penghadang lagi yang bakal menghadapi jalan pergi kita." Dengan memimpin para jago lainnya berangkatlah dia menuju kearah mana bayangan Gadis suci dari Nirwana melenyapkan diri tadi. Dalam pada itu Gak In Ling setelah loncat keluar dari tembok pekarangan, dengan cepat ia meluncurkan kearah
570 tebing Hui-in-cay, dari situ ia periksa sebentar keadaan sekeliling bukit, kemudian baru enjotkan badannya mendekati keatas bukit. Gak In Ling menyadari bahwa tempat itu merupakan markas besar kaum jago dari perguruan Pit-Tiong yang berasal dari Tibet untuk menjajah wilayah Tionggoan, dibalik tebing yang curam dan licin tak mungkin penjagaan diabaikan. Karena itu setiap langkah kakinya dilakukan dengan amat cermat dan berhati-hati. Namun dugaannya kali ini kembali meleset sebab walaupun ia sudah berada satu tombak dari tonjolan batu tersebut, tetapi tiada suatu reaksi apapun juga yang berhasil ditemukan, dengan cepat sianak muda itu loncat naik keatas batu cadas tersebut apa yang kemudian terlihat olehnya menggetarkan hati pemuda itu. Belasan sosok mayat roboh terkapar diatas mati dibelakang batu cadas itu, belasan buah tabung tembaga yang kecil dan pipih berserakan dimana-mana, rupanya didalam tabung tersebut berisikan senjata ampuh yang mereka gunakan untuk menghalangi jalan naik lawan- Gak In Ling segera memungut salah satu tabung tembaga itu dan ditumpahkan keluar, air mukanya seketika berubah hebat, ternyata isi tabung tembaga itu bukan lain adalah puluhan jarum perak yang lembut seperti rambut dan berwarna biru, jelas semuanya mengandung racun yang amat keji. Dengan termangu-mangu Gak In Ling mengawasi jarum beracun itu, kemudian pikirnya didalam hati. "Kalau mereka gunakan jarum beracun itu untuk menyerang musuh yang sedang mendaki ke atas, sekalipun orang itu memiliki tiga kepalan enam lenganpun belum tentu bisa meloloskan diri dari ancaman tersebut, tapi siapakah yang telah menyelamatkan jiwaku ??"
571 Sementara Gak In Ling masih kebingungan dan bergumam seorang diri, sesosok bayangan putih berkelebat lewat dari belakang tubuh kurang lebih satu tombak dari tempat dia berada, pada waktu itu Gak In Ling sedang pusatkan pikirannya untuk menebak siapa gerangan orang yang telah menyelamatkan jiwanya, karena itu terhadap munculnya bayangan tadi sedikitpun tidak merasakan- Setelah termenung beberapa saat namun belum juga ada jawaban yang berhasil ditemukan, dengan perasaan apa boleh buat Gak In Ling berpikir lebih jauh. "orang yang telah menyelamatkan diriku pasti berada diatas puncak tebing ini, kenapa aku tidak naik keatas untuk melakukan pemeriksaan ?" Tanpa ragu-ragu lagi dia segera berkelebat menuju keatas tebing tersebut... Jarak antara puncak tebing dengan ia berada saat itu masih terpaut seratus tombak tingginya, Gak In Ling setelah mengetahui bahwa ada orang secara diam-diam membantu usahanya, gerak-geriknya pun dilakukan dengan cepat dan tanpa ragu-ragu lagi, tidak selang beberapa saat kemudian ia telah berada diatas puncak. Diatas puncak yang merupakan sebidang tanah datar berserakan pula dua tiga puluh sosok mayat yang bersimpang siar disana-sini, disisi tubuh mereka semua tergeletak sebuah tabung tembaga, jelas orang-orang itu pun merupakan para penjaga yang bertugas untuk membendung jalan naik musuh- Gak In Ling menjadi tidak habis mengerti dan kebingungan setengah mati, ketika dia angkat kepala mendadak dari tempat kejauhan berkumandang datang suara pekikan panjang burung hong, dengan cepat sorot matanya dialihkan kearah mana berasalnya suara tadi. Hatinya seketika dibikin tertegun, tampaklah seokor burung hong bagaikan kilat cepatnya terjatuh ke dalam sebuah
572 jurang, rupanya tempat itu merupakan sebuah lembah yang rendah. Gak In Ling tidak tahu duduk perkara yang sebenarnya, dia mengira binatang tunggangan dari Dewi burung Hong telah dilukai oleh para jago perguruan Pit-Tiong dari Tibet, tanpa terasa tubuhnya segera menerjang maju kedepan, hampir boleh dibilang tindakan tersebut dilakukan dengan spontan dan muncul dari hati kecilnya, ia merasa sudah sepantasnya kalau dia pergi menolong gadis itu, sedang mengenai apa sebabnya dia harus membantu perempuan itu ? Dia sendiripun tidak tahu. -oo0dw0oo- Jilid 17 DENGAN pandangan tajam Gak in Ling menyapu sekejap sekeliling tempat itu, dia merasa puncak tebing itu merupakan tanah datar yang luasnya mencapai beberapa li, di situ kecuali tumbuh semak belukar tiada pepohonan yang tumbuh, sehingga keadaannya nampak tenang dan menyedihkan- Dengan langkah cepat Gak In Ling bergerak menuju kearah mana burung hong tersebut rontok kebumi, ketika tiba d itepi jurang dan melongok kebawah maka terlihatlah dibawah tebing merupakan sebidang tanah lembah yang berbentuk bulat, empat penjuru sekelilingnya tidak nampak ada jalan keluar, rumput hijau tumbuh dengan suburnya bagaikan permadani, diatas rumput menggeletak beberapa sosok kerangka putih beberapa ekor kelabang berwarna emas berseliweran diantara kerangka manusia tersebut sehingga keadaannya nampak sangat menakutkan- Sekeliling tanah berumput yang berbatasan dengan kaki tebing terdapat banyak sekali gua-gua kecil, Ular beracun dan kelabang emas bergerak kesana kemari dengan amat bebas,
573 rupanya gua-gua kecil tersebut merupakan tempat ular berbisa dan kelabang emas itu menghuni. Di hadapan Gak In Ling, dibawah kaki tebing terdapat sebuah gua batu yang sangat besar, dua buah pintu besar tertutup rapat, dan satu hal yang aneh ternyata makhlukmakhluk berbisa itu tak seekorpun yang berani mendekati daerah gua tersebut sejauh tiga tombak. Setelah memandang keadaan disekitar situ beberapa saat lamanya, Gak In Ling segera berpikir. "Jangan-jangan para jago dari perguruan Pit-Tiong bersembunyi didalam gua tersebut?" Mendadak terdengar suara teguran merdu berkumandang datang. "Apakah engkau telah melihat orang-orang dari perkumpulan Thian-hong pang ?" Gak In Ling menjadi terperanjat ketika mendengar teguran itu, dia segera sadar dari lamunannya dan berpaling. Kurang lebih satu tombak dihadapan tubuhnya berdirilah Gadis suci dari Nirwana yang mengenakan pakaian putih, satu ingatan segera berkelebat dalam benaknya, ia berpikir. "Sejak kapan dia naik kemari ? Jangan-jangan orang tersebut mati ditangannya ?" Berpikir sampai disini ia segera menjawab dengan hambar. "Belum pernah kujumpai dirinya " setelah berhenti sebentar, ujarnya lagi. "Apakah orang-orang itu mati dibunuh oleh Leng cu ?" Seraya berkata ia tunjuk kearah mayat-mayat yang bergelimpangan diatas tanah. "Hmm Kenapa aku mesti membunuh orang-orang itu ?" Gak In Ling mengerutkan dahinya. "ooohh.. Kalau begitu dugaanku tidak benar ?" sahutnya.
574 "Hmm Kenapa engkau harus menduga diriku ?" Kali ini suaranya tidak sedingin dan seketus tadi lagi. "Tidak mengapa, karena aku belum sempat melihat kehadiran Thian-hong pangcu disini, maka aku menaruh curiga bahwa orang-orang itu mati dibunuh oleh Leng cu." "Meskipun orang-orang itu bukan dibunuh olehku, aku percaya juga bukan hasil karya dari Thian-hong pangcu." Tiba-tiba terdengar serentetan suara merdu menyambung: "Sedikitpun tidak salah, orang-orang itu memang bukan mati ditanganku " Bersama dengan ucapan tadi, kurang lebih lima tombak dari hadapan mereka lambat-lambat muncullah Thian-hong pangcu berikut anak buahnya. Gadis suci dari Nirwana segera merasakan hatinya bergerai pikirnya. "Kali ini aku bakal menderita rugi kalau sampai bentrok. orang-orangku belum tiba disini." Sementara itu Thian-hong pangcu telah menegur sambil tertawa dingin. "Apakah Leng cu seorang diri ?" "IHeeeehh heeeehh.... heeeeh bagi diri pangcu, inilah suatu kesempatan yang-sangat baik." Thian-hong pangcu tertawa dingin- "Meskipun Siau-moay menyadari bahwa kepandaian silatku masih bukan tandingan dari Leng cu, akan tetapi persoalan diantara kita berdua rasanya tak perlu dicampuri oleh pihak ketiga." "Hmm Kalau begitu akulah yang menarik keuntungan dalam peristiwa ini." seru gadis suci dari Nirwana sambil melangkah maju kedepan. Gak In Ling yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat gelisah, diam-diam serunya di dalam hati.
575 "Bagus sekali Setelah kalian saling bertemu muka, kecuali berkelahi rasanya lucu persoalan lain yang kalian pikirkan lagi." Pemuda itu tak tahu apa yang mesti dikatakan pada saat ini, sebab menurut pengalaman yang diperolehnya pada kejadian lampau, ia tahu bilamana dia menasehati salah satu pihak diantara mereka, maka pihak lain pasti akan merasa tidak setuju. Pada saat yang amat kritis itulah, tiba-tiba dari puncak tebing seberang bergema datang suara gelak tertawa seseorang, disusul seorang berseru lantang. "Haaaahh haaaaahh haaaaaah bukankah kedatangan kalian berdua mengandung maksud serta tujuan yang sama ? Kini bencana besar belum berhasil dilenyapkan, apa sebabnya karena satu urusan sepele kalian berdua harus bertempur sendiri ? Apakah tindakan kalian itu tidak keliru besar ?" Gak In Ling segera alihkan sorot matanya kearah mana berasalnya suara itu, tampaklah seorang kakek tua berambut putih berbaju biru dan berusia diantara sembilan puluh tahunan berdiri kekar dihadapannya, orang itu memiliki perawakan badan yang tinggi besar dan kekar berotot alisnya panjang matanya besar, mukanya merah seperti bayi dengan sepasang mata memancarkan cahaya tajam, dibalik kegagahan terselip pula keagungan- Dibelakang tubuh orang itu berdirilah pria wanita yang berjumlah dua tiga puluh orang lebih, semuanya memiliki sorot mata yaag tajam dan jelas merupakan jago-jago berkepandaian tinggi. "Sungguh keren dan gagah orang itu," dalam hati diamdiam Gak In Ling memuji. Gadis suci dari Nirwana serta Thian-hong pangcu berdua setelah melihat siapa yang muncul, hawa amarah yang semula
576 berkobar dalam dada mereka seketika lenyap tak berbekas, katanya hampir berbareng. "ooooh... rupanya Ngo- gak Sin- kun Sungguh tak nyana disebabkan persoalan ini, engkau harus melakukan perjalanan sendiri." cukup didengar dari nada ucapan tersebut, dapat diketahui bahwa kedudukan orang ini dalam dunia persilatan sangat tinggi, sebab bagaimanapun juga kedua orang gadis itupun merupakan pemimpin dua persilatan- Lain halnya dengan Gak In Ling, ketika mendengar orang itu bukan lain adalah Ngo-gak sin- kun, jantungnya seakanakan dihantam oleh martil yang beratnya mencapai seribu kati, tanpa terasa dengan wajah berubah hebat ia mundur dua langkah kebelakang. Terdengar Ngo-gak Sin- kun sambil tertawa telah berkata. "Aku sebagai salah seorang umat persilatan ikut bertanggung jawab atas mati hidupnya di- dunia kita ini. Walaupun aku sudah lanjut usia namun sebagai umat persilatan sudah sepantasnya kalau menyumbangkan sedikit pikiran demi generasi yang akan datang." sementara berbicara sampai disitU, bersama-sama anak buahnya ia telah tiba di hadapan semua orang. Sementara itu dipihak lain muncul pula para jago dari perkumpulan Nirwana. Thian-hong pangcu segera tertawa merdu dan bertanya. "sin-kun, bagaimana rencanamu ?" "Dewi burung Hong telah kena dihantam oleh Leng cu sehingga terjatuh kedalam jurang, entah dia sudah mati atau belum ?" Ujar Ngo-gak sin-kun. Merah jengah selembar wajah Gadis suci dari Nirwana mendengar ucapan tersebut, buru-buru jawabnya .
577 "Aku lihat dia hanya melayang turun kedasar lembah, agaknya berhenti diatas sebuah batu karang yang menonjol keluar." Wajah Ngo-gak Sin-kun berubah menjadi amat serius, dia berkata. "Perempuan ini tak dapat dibiarkan hidup dikolong langit, kalau tidak maka dunia persilatan mulai sekarang akan sukar menjadi tenang dan tentram, persoalan yang paling mendesak dewasa ini adalah bagaimana caranya membinasakan perempuan tersebut." Gadis suci dari Nirwana serta Thian hong pangcu merasa perkataan itu sedikipun tidak salah, kalau sampai menunggu Dewi burung Hong berhasil menyembuhkan sakitnya maka sulitlah bagi mereka untuk turun tangan- Dalam pada itu Perempuan naga peramal sakti telah menghampiri ketuanya, setelah memandang sekejap kearah Ngo-gak Sin-kun dia bertanya. "Apakah Sin-kun ada maksud untuk mengutus orang pergi kesana ?" "Aku memang mempunyai maksud untuk berbuat begitu, akan tetapi aku khawatir sebelum orang itu tiba ditempat tujuan, terlebih dahulu sudah menderita luka di tangannya." "Karena itu kita harus mengutus seorang yang tak mungkin dibunuh olehnya, bukan begitu ?" Sambung Perempuan naga peramal sakti sambil tertawa. Mendengar perkataan itu baik Gadis suci dari Nirwana maupun Thian-hong pangcu sama-sama merasa amat terperanjat, empat buah mata yang jeli tanpa sadar bersamasama dialihkan ke atas wajah Gak In Ling, tetapi ketika sorot mata mereka membentur dengan sinar mata pemuda tersebut, hati mereka berdua segera tercekat dan membathin. "oooh Betapa dinginnya sorot mata orang itu, baru pertama kali ini kujumpai sorot mata orang sedingin itu."
578 Ngo-gak sin-kun tidak tahu seluk-beluknya persoalan, mendengar ucapan itu ia tertegun dan segera alihkan sorot matanya kearah para jago yang berada dibelakang tubuhnya, ia mengira orang yang dimaksudkan oleh Perempuan naga peramal sakti berada diantara kedua sampai ketiga puluh orang jago tersebut..." Para jago sendiri diam-diampun merasa terkesiap. tapi dihadapan Ngo-gak sin-kun mereka tak ingin menunjukan perasaan tersebut. Sesudah memandang beberapa saat "wajah" para jagonya dan tidak berhasil menemukan orang yang dicari, akhirnya Ngo-gak Sin-kun alihkan kembali sinar matanya kearah Perempuan naga peramal sakti dan bertanya. "Bolehkah aku tahu siapakah yang dimaksudkan oleh Perempuan naga ?" Perempuan naga peramal sakti alihkan sinar matanya keatas wajah Gak In Ling, kemudian bertanya. "Apakah saudara bersedia pergi kesana ?" Gadis suci dari Nirwana serta Thian-hong pangcu terperanjat, Leng cu, dari perkumpulan Nirwana itu segera membentak dengan gusar. "Apakah engkau tidak merasa bahwa setiap tindakkan mu tiada kemungkinan untuk berbuat salah ?" Jelas dari nada suara itu, betapa tidak puasnya gadis cantik ini terhadap usul dari juru pikirnya. Tentu saja Perempuan naga peramal sakti dapat meresapi pula perasaan hatinya dari Leng cu nya. akan tetapi dalam keadaan begini dia tak mau memperdulikan persoalan tetekbengek tersebut, karena menurut pendapatnya satu hari Dewi burung Hong tidak mati, maka penghalang bagi kemajuan perkumpulan Nirwana pun sehari tak dapat dikembangkan,
579 lagi pula kepergian Gak In Ling kali ini sembilan puluh persen belum tentu akan mati di tangan Dewi burung Hong. Karena itu setelah memberi hormat kepada ketuanya, Perempuan naga peramal sakti berkata. "Leng cu, harap engkau suka memaafkan keputusan hamba ini, sebab demi keselamatan dan keamanan umat persilatan, terpaksa kita harus menempuh jalan ini." Gadis suci dari Nirwana melengos kearah lain, kemudian dengan suara berat. "Kalau memang begitu, terserah atas keputusanmu " Bicara sampai disitu tak tahan titik air mata berlinang membasahi pipinya. Dalam pada itu dengan wajah dingin menyeramkan Gak In Ling telah maju selangkah kede pan, sambil menatap wajah Ngo-gak Sin-kun dengan pandangan menyeramkan serunya. "Walaupun aku tidak tahu apakah Dewi burung hong bakal membinasakan diriku atau tidak- akan tetapi demi keselamatan para saudara dari dunia persilatan, setelah aku ditunjuk oleh perempuan naga maka akupun bersedia untuk pergi menempuh bahaya, hanya saja sebelum itu..." Melihat penampilan pemuda itu, dalam hati para jago segera muncul suatu pendapat yang sama. "ooooh tak nyana orang ini dengan tampangnya yang begitu jelek. ternyata memiliki hati yang mulia..." Ngo-gak sin-kun sendiri setelah melihat Gak In Ling dia nampak tertegun, lalu berpikir. "Dewi burung hong adalah seorang jagoan perempuan yang tidak takut langit tidak takut bumi, siapapun berani dibunuh olehnya, kenapa terhadap pemuda bertampang jelek ini dia malah pilih kasih dan mengampuni jiwanya? Janganjangan antara dia dengan Perempuan naga peramal sakti
580 mempunyai ganjalan sakit hati, sehingga perempuan ini hendak menggunakan kesempatan tersebut untuk melenyapkan dirinya dari muka bumi. ?" Kakek tua ini memang mempunya ketajaman otak yang luar biasa, kadang kala jalan pikirannya bisa berbelok kejala n pemikiran yang berbeda dengan orang lain, ia segera bertanya. "cuma saja kenapa ??" Sementara itu Gak In Ling sudah berada lima depa dihadapan Ngo-gak sin-kun, mendengar pertanyaan itu sambil menggertak gigi dia tertawa seram. "Heeeehh heeeehh heeseehh cuma saja Yap Thing Ling, aku hendak ajak dirimu untuk berduel lebih dahulu " Para jago berseru tertahan karena kaget, siapapun tak pernah menyangka kalau semuda yang tidak dikenal namanya itu ternyata berani menyebut nama aslinya Ngo-gak Sin-kun secara langsung dan kasar, lebih-lebih tak menyangka kalau ia berani menantang Ngo-gak Sin-kun untuk melakukan pertarungan satu lawan satu. Iman Ngo-gak Sin-kun ternyata cukup tebal, ia tidak menjadi gusar mendengar tantangan tersebut, sambil tertawa hambar setelah tanyanya. "orang muda, aku sama sekali tidak kenal siapakah engkau ?" Dengan cepat Gak In Ling melepaskan topeng setan yang dikenakan olehnya, kemudian menengadah dan tertawa seram. "Haaaahh haaaaahh........ haaaaahh Yap Thian Ling, coba lihatlah aku mirip siapa ?" Sekali lagi para jago berseru tertahan, mungkin perbedaan paras muka Gak In Ling setelah melepaskan topeng setannya itulah yang membuat mereka tercengang sehingga berseru keras.
581 Gadis suci dari Nirwana, Thian-hong pang cu maupun Perempuan haga peramal sakti segera merasakan bahwa peristiwa itu pastilah luar biasa sebab bila mana keadaan tidak terlalu memaksa tak mungkin Gak in Ling menjumpai orang dengan wajah aslinya. Air muka Ngo-gak Sin-kun Yap Thian Ling mula-mula terkejut, tetapi sepintas kemudian sudah lenyap tak berbekas, ia segera tertawa hambar dan berkata. "Engkau mirip sekali dengan Gak cing Hong " "Dia adalah mendiang ayahku, dan engkaulah yang telah membinasakan dirinya." teriak Gak In Ling sambil tertawa dingin. "Hmm Sudah hampir tujuh puluh tahun lebih aku melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, orang yang telah kubunuh tak terhitung jumlahnya, mungkin juga ayahmu memang menemui ajalnya ditanganku tetapi engkaupun harus tahu bahwa orang yang kubunuh selama hidupku adalah manusia-manusia durjana yang berdosa besar." Pada saat ini sorot mata Gak In Ling telah berubah menjadi merah berapi, dengan penuh kebencian dia tertawa panjang, serunya. "Haaaah haaaaahh haaaahh.... Yap Thian Leng, aku rasa dalam hati kecilmu engkau telah merasa karena persoalan apakah engkau telah membinasakan mendiang ayahku ??" Terjeblos hati Ngo-gak Sin-kun Yap Thian Leng mendengar ucapan itu, buru-buru dia memperingatkan diri sendiri. "Tenang-tenanglah dengan andalkan nama serta kedudukkanku sekarang, tak mungkin tuduhannya akan menggoncangkan posisiku saat ini." Berpikir sampat disini, dia lantas angkat kepala dan menjawab. "Aku sudah tak dapat mengingatnya kembali..."
582 Rasa benci yang berkobar dalam benak Gak In Ling tak terkendalikan lagi, ia membentak keras, "Serahkan nyawamu " Dengan jurus Hiat-liu-biau-kan atau banjir darah setinggi tiang, laksana petir yang menyambar diangkasa pemuda itu menerjang kedepan dan menghajar dada Ngo-gak Sin-kun. Baru saja Gak In Ling menggerakkan tubuhnya, dari belakang tubuh Ngo-gak sin-kun segera menggema pula beberapa bentakan nyaring empat lima sosok bayangan manusia dengan cepat meluncur kedepan sambil mendorong telapaknya kedepan, dengan begitu mereka telah membendung datangnya serangan atas diri Ngo-gak sin-kun sebelum pukulan itu mengenai sasarannya. "Blaaamm " ditengah ledakan dahsyat yang menggeletar diseluruh angkasa, secara beruntun Gak In Ling mundur tiga langkah ke- belakang, hawa darah dalam dadanya bergolak keras, jelas tenaga gabungan dari kelima orang itu masih bukan tandingan dari pemuda kita. Gak In Ling semakin naik pitam melihat usahanya dihalangi orang, sekali lagi dia membentak keras. "Siapa menghindarkan dia hidup, siapa menghadang dia mati " Untuk kedua kalinya ia menerjang maju kedepan, lima totokan dalam telapak mautnya segera dikembangkan... cahaya merah menyelimuti seluruh angkasa dan ditengah dengusan berat, tiga orang jago roboh terkapar keatas tanah dan tak berkutik lagi. Robohnya ketiga orang itu segera membangkitkan kegusaran dari para jago yang berada di belakang tubuh Ngogak Siu-kun, bentakan nyaring menggema berulang kali, seketika itu juga belasan orang banyaknya telah mengepung pemuda itu rapat-rapat.
583 Dalam keadaan begini Gadis suci dari Nirwana serta Thianhong pangcu merasa gelagapan dan gelisah sekali, tetapi dibawah pengaruh otak yang sadar mereka tak mampu untuk maju kedepan serta membantu pemuda pujaan hatinya itu. Sementara dua orang gadis itu masih ragu-ragu dan sangsi, tiba-tiba terdengar Ngo-gak Iin-kun membentak keras. "Enyah kau dari sini " Segulung hembusan angin puyuh meluncur kedepan, Gak In Ling segera mendengus berat dan tubuhnya benar-benar terpental sejauh satu tombak lebih dari tempat semula, namun isi perutnya tidak sampai terluka. Pertempuran sengit ang menggetarkan hati pun untuk sementara berakhir sampai disitu saja. Ngo-gak sin-kun tundukkan kepalanya memandang sekejap kearah tujuh delapan sosok tubuh yang terkapar diatas tanah dalam keadaan tak bernyawa itu, kemudian sambil menatap dingin wajah si anak muda itu serunya. "orang muda. aku telah mengampuni jiwa mu untuk kali ini " Sepasang mata Gak In Ling berubah menjadi merah membara, wajahnya menyeringai menyeramkan, sepasang telapaknya diayun dan siap menerjang maju lagi kedepan, Pada saat itulah, tiba-tiba terdenggar serentetan suara bisikan yang lirih bagaikan suara nyamuk bergema disisi telinganya. "orang muda, sebelum racun penghancur hati yang mengeram dalam tubuhmu berhasil dilenyapkan, telapak mautpun tak bisa kau gunakan sehingga mencapai kehebatan yang luar biasa, engkau tak usah berpikir sempit dan lagijejak kejahatan yang dilakukan orang itu sehingga kini belum terbongkar, jika engkau membinasakan dirinya mata para jago dunia persilatan pasti akan mencari engkau untuk membalas dendam, bersabarlah dahulu. Apakah engkau tega membinasakan para jago persilatan yang tak tahu menahu itu
584 menjadi korban kebiadabannya ? orang muda. sabarkanlah hatimu " Suara itu muncul dari suatu tempat yang sukar dirabah, seakan-akan datang dari empat arah delapan penjuru, membuat orang susah untuk menentukan letak yang sebenarnya. Dengan hati berat dan sedih Gak In Ling menghela napas panjang, pikirnya didalam hati. "Benar, aku harus bersabar tapi aku bisa menunggu berapa lama lagi ??" Berpikir sampai disini perlahan-lahan dia putar badan dan berlalu, titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya. Dengan pandangan kaku Thian-hong pangcu dan Gadis suci dari Nirwana memandang bayangan punggung Gak In Ling sehingga lenyap dibalik sebuah bata cadas, kedua orang itu ingin sekali menghibur hatinya, tetapi dengan kedudukan mereka pada saat ini membuat kedua orang gadis tersebut tak leluasa untuk memenuhi keinginan hatinya itu. Suatu ketika akhirnya Perampuan naga peramal sakti yang buka suara lebih dahulu untuk memecahkan kesunyian- "Mari kita cari tempat untuk beristirahat satu malam, besok kita harus memikirkan lagi persoalan besar " Mendengar perkataan itu semua orang angkat kepala memandang cuaca, sedikitpun tidak salah sang surya telah tenggelam disebelah barat, dengan membawa perasaan hati yang berbeda, berpisahlah mereka untuk mencari tempat pemondokan untuk sementara. Sang surya lenyap rembulan muncul di-awang-awang, satu hari telah berlalu tanpa terasa diatas tebing batu dimana Dewi burung Hong terjatuh tiba-tiba muncul seorang pemuda berbaju hitam, dia bukan lain adalah Gak In Ling jago muda kita.
585 Memandang tonjolan batu yang berada di bawah tebing sejauh seratus tombak dari tempat dia berada saat ini, Gak In Ling bergumam seorang diri. "Kemungkian besar dia berada diatas batu cadas tersebut, bagaimana caraku untuk turun ke bawah sehingga tidak diketahui jejaknya oleh perempuan itu ?" Mendadak dia merasakan jalan darah Pay-sim-hiat diatas punggungnya menjadi linu dan kaku, hatinya amat terperanjat tapi pada saat itu sudah tak mungkin lagi baginya untuk menghindarkan diri. Terdengar serentetan suara teguran yang dingin menyeramkan berkumandang memecahkan kesunyian- "Sekarang aku sudah teringat siapakah gerangan dirimu... engkau adalah Gak ln Ling" Gak In Ling tertawa dingin dengan penuh kebencian. "Heeeeehh.... heeeeehh.heeeehh.... Yap Thian Leng, sejak semula aku sudah tahu bahwa engkau telah mengenali diriku " Ternyata orang yang baru saja munculkan diri dibelakang si anak muda itu bukan lain adalah Ngo-gak Sin-kun malaikat suci dari lima .bukit Yap Thian Leng adanya. "Sedikitpun tidak salah," jawab Malaikat suci dari lima Bukit sambil tertawa seram, "tetapi di tempat seperti itu, aku tak bisa mengatakannya secara terus terang.." "Sekarang, asal engkau gunakan sedikit saja tenaga pukulanmu? maka- mulai detik ini engkau tak usah menguatirkan persoalan itu lagi. Malaikat suci dari lima bukit -Yap Thian Leng tertawa ringan serunya: "Aku tidak akan membinasakan dirimu." sahutnya, "karena ilmu pukulan penemb us hatiku dapat membunuh orang tanpa
586 meninggalkan bekas, cuma saja.... Heemm heeeemm...." Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh. "Dewi burung hong tidak takut dengan- langit tidak takut dengan bumi, siapapun juga berani dibunuh olehnya, karena itu aku ingin meminjam kekuatannya untuk melenyapkan bibit bencana bagi diriku?.. Gak In Ling Siasatku ini sangat bagus bukan ?" Gak Ih Ling naik pitam dan merasa gusar sekali setelah mendengar perkataan itu, dia tarik napas panjang-panjang siap melancarkan serangan- Mendadak terdengar Ngo-gak sin-kun malaikat suci dari lima bukit tertawa dingin dan berseru. "Selamat tinggal bajingan cilik, sekarang turunlah kebawah.." Telapaknya ditolak kedepan, tubuh Gak In Ling segera terdorong masuk kedalam jurang yang dalamnya seratus tombak lebih itu? ternyata didalam menolak tubuh pemuda tersebut, ia sama sekali tidak bermaksud untuk- melukainya lebih dahulu. Memandang bayangan punggung Gak In Ling yang meluncur turun kedalam jurang dengan cepatnya itu, Malaikat suci dari lima bukit tertawa bangga dengan wajah menyeramkan, setelah memandang sekejap dasar tebing tersebut ia putar badan dan berlalu dari situ. Tenaga tolakan yang dipancarkan Malaikat suci dari lima bukit besar sekali, walaupun Gak In Ling telah mengerahkan segenap kekuatannya untuk meringankan tabuh, namun ia gagal untuk menahan gerak luncur tubuhnya yang begitu cepat, dalam sekejap mata ia sudah terjungkal sejauh lima puluh tombak dari puncak tebing. Dengan cepat sorot matanya menyapu sekejap sekeliling tempat itu, ia lihat diantara tebing dinding dan batu tonjolan
587 tersebut merupakan sebuah selokan yang cekung kedalam. ketika itu Dewi burung Hong indah sambil membopong burung Hong raksasanya sedang duduk bersandar di dinding gua, nampaknya santai dan rileks sekali. Ketika melihat berkelebat datangnya sesosok bayangan manusia, dengan sorot mata memancarkan cahaya penuh nafsu membunuh perempuan itu menengadah keatas akan tetapi setelah mengetahui bahwa orang itu bukan lain adalah Gak In Ling, nafsu membunuh yang menyelimuti wajahnya seketika lenyap tak berbekas, ia tundukkan kepalanya kembali sambil membelai bulu burung Hong nya yang jinak. "Bluuuumm ...." Benturan keras bergema memecahkan kesunyian, berhubung daya luncur tubuhnya terlalu keras, ketika tubuh Gak In Ling mencapai tanah ia segera mundur dua langkah kebelakang dengan sempoyongan, sebelum akhirnya berhasil berdiri tegak. Dewi burung Hong sama sekali tidak angkat kepalanya, dengan dingin ia berkata "Kurasa engkau pasti didorong orang sehingga jatuh terjungkal kemari " Gak In Ling tertawa dingin, sambil maju dua langkah kedepan sahutnya^ "Sekalipun tidak didorong orang, akupun akan turun juga kebawah." Dewi burung Hong merasakan hatinya menjadi hangat, ia tertawa dan bertanya: "Kenapa ?" Sambil berkata dengan sepasang biji matanya yang mempersonakan hati ia menatap wajah Gak In Ling lembut. Gak In Ling tidak berani saling beradu pandangan dengan perempuan itu segera serunya dengan nada dingin- . . "Karena aku dengar engkau sudah menderita luka " Bicara sampai disitu, diam-diam hawa murninya dihimpun kedalam sepasang telapak siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak di-inginkan.
588 "Sungguhkah itu ?" seru Dewi burung Hong sambil tertawa merdu. Terperanjat hati Gak In Ling mendengar perkataan itu, pikirnya. "Kecerdikan Perempuan ini luar biasa sekali dan melebihi siapapun, akal setannya banyak dan licin, mungkin aku tak bisa mengelabuhi dirinya..." Meskipun dalam hati merasa takut, diluaran ia tetap berkata. "Selamanya aku tak pernah bicara bohong " Sambil berkata kembali dia maju dua langkah kedepan- "Engkau pasti bukan pura-pura bersikap demikian karena takut aku membunuh engkau bukan ? Padahal aku tak nanti akan mencelakai dirimu." Rupanya perkataan yang terakhir itu merupakan suara hatinya yang asli, membuat siapa pun yang mendengar segera merasakan hatinya bergetar. Gak In Ling merasa hatinya sakit, diam-diam ia keheranan dan berpikir. "Gak In Ling ooh Gak In Ling... benarkah tindakanmu ini adalah tindakan seorang lelaki sejati ?" Tetapi ada segulung kekuatan lain yang menggerakkan hatinya, memaksa dia, mau tak mau harus berbuat demikian, maka ia segera maju dua langkah kedepan dan berseru sambil tertawa dingin. "Nona, sikapmu demikian itu bukankah sama artinya memandang rendah aku Gak In Ling ?" Dewi burung Hong merasakan hatinya menjadi hangat, dia segera rentangkan sepasang lengannya sambil berseru: "cepat peluklah aku, aku terkena.." Belum habis dia berkata, tiba-tiba terdengar Gak In Ling membentak keras.
589 "Sambutlah serangan ini " Bersamaan dengan bergemanya bentakan itu, dengan jurus Hiat-ya-seng-hong atau hujan darah angin amis dia hantam dada perempuan cantik baju merah itu. Mimpipun Dewi burung Hong tak pernah menyangka kalau semua perkataan yang diucapkan Gak In Ling adalah perkataan palsu semua menyaksikan kejadian itu dia menjadi gelagapan, saking terkejutnya sehingga dia berseru tertahan-.. Sebenarnya dengan kepandaian silat yang di miliki Dewi burung Hong, meski pun peristiwa terjadi lebih mendadak-dan lebih cepatpun ia masih memiliki kekuatan untuk menghindarkan diri, akan tetapi pada saat itu perempuan tersebut benar-benar tiada berkekuatan lagi, karena ia sudah menderita keracunan hebat. Gak In Ling sendiri ketika mendengar jeritan tertahan yang penuh mengandang rasa kaget dan berkesiap itu, hatinya merasa bergetar keras ingin pukulan yang dilancarkan keluarpun tanpa sadar telah membuyar separuh bagian. "Blaaaam " Benturan keras yang menggeletar diangkasa menggema memecahkan kesunyian dikuti terdengar Dewi burung Hong mendengus ringan, darah segar bagaikan pancuran mengalir keluar lewat bibirnya yang kecil dan menodai seluruh tubuhnya. Dengan pandangan kaku Gak In Ling memandang ke arah lawannya, dalam hati ia merasa keheranan, pikirnya. "Kenapa perempuan itu sama sekali tidak melancarkan serangan balasan ? Aneh benar?" Tiba-tiba burung Hong raksasa yang berada didepan tubuh Dewi burung Hong berpekik nyaring, sepasang sayapnya direntangkan siap menerjang kemuka Gak In Ling, tetapi Dewi burung Hong dengan susah payah segera berteriak keras. "IHong-ji, lukamu belum sembuh. ..jangan pergi kesana "
590 Kemudian dengan pandangan dingin ia menatap wajah Gak In Ling, serunya ketus. "Aku sudah menderita luka, tetapi sekarang tak akan segera menemui ajalnya, sepantasnya kalau engkau menambahi sebuah pukulan lagi kepadaku " Merah jengah selembar wajah Gak In Ling dengan tergagap dia berkata. "Semula aku mengira engkau pasti akan melakukan perlawanan, sungguh tak nyana..." "Heeeehh heeeeehh. ....... heeeeehh sedikitpun tidak salah." sahut Dawi burung Hong sambil tertawa dingin. "Andaikata aku Dewi burung Hong tidak terluka akibat keracunan lebih dahulu, sekarang mungkin yang roboh terkapar di atas tanah bukan aku melainkan dirimu." Gak in Ling semakin terperanjat. "Jadi engkau sudah terluka lebih dahulu ?" serunya "Apakah engkau anggap dirimu sudah luar biasa sekali ?" ejek Dewi burung Hong sambil tertawa sinis. Gak In Ling tidak menjadi gusar, dengan pandangan kecewa dia angkat kepala memandang rembulan yang tergantung diawang- awang, kemudian berbisik dengan nada kecewa. "Aku mengira diriku telah melakukan suatu pekerjaan besar yang mulia dan patut dihargai sungguh tak nyana sebenarnya aku adalah seorang manusia rendah yang tak tahu malu, ternyata aku telah membokong seorang perempuan lemah yang sudah menderita luka akibat keracunan-" Ketika mendengar ucapan, Perempuan lemah, diatas wajah burung Hong yang pucat pias bagaikan mayat tiba-tiba terlintas hawa napsu membunuh yang sangat tebal, ia segera membentak nyaring. "Gak In Ling, engkau anggap nonamu membutuhkan perasaan simpatik dan rasa kasihan darimu ?" Hmm Sayang
591 sekali pada saat ini aku tak dapat menghimpun tenaga dalamku lagi, kalau tidak aku aku akan segera menghancurkan lumatkan tubuhmu menjadi berkeping-keping." Terhadap perkataan yang tak sedap didengar itu, Gak In Ling pura-pura berlagak tidak mendengar, ia tetap bergumam seorang diri. "Kenapa aku harus memikirkan nasib dari orang-orang yang sama sekali tak pernah dikenal olehku ? Apakah keuntungan serta manfaat yang kuporoleh dengan perbuatanku itu ?" Senyuman yang tidak tenang tersungging di ujung bibirnya, ia segera bergumam lebih jauh "Aku akan menolong dirinya, aku harus menyelamatkan jiwanya " Dengan langkah lebar ia segera berjalan menghampiri tubuh Dewi burung Hong yang menggeletak ditanah. Perempuan itu menjadi sangat gusar, ia segera membentak nyaring. "Kau berani datang, kau berani..." Gak In Ling yang menyaksikan kejadian itu pura-pura tidak mendengar dan tetap berlagak pilon, ia berjongkok dihadapan perempuan itu dan menarik tangannya. Pada saat ini Dewi burung Hong sangat membenci diri Gak In Ling, akan tetapi berhubung tenaga dalam yang dimilikinya telah buyar sehingga tak dapat mengerahkan tenaga untuk menghajar pemuda itu, maka saking mendongkolnya gadis itu membentak nyaring, ia peluk tubuh Gak In Ling erat-erat dan bahu sianak muda itu segera digigitnya kencang-kencang . Dewi burung Hong dapat bersikap demikian hal ini disebabkan sifatnya yang keras kepala, menanti bahu Gak In Ling yang di gigit olehnya banar-benar robek dan darah panas mengalir ke luar dari mulut luka tersebut, secara tiba-tiba dia baru menjerit kaget dan melepaskan gigitannya, dalam keadaan begini pukulan yang ditujukan kepunggung pemuda itupun ikut berhenti.
592 Tiba-tiba terasalah segulung aliran hawa panas menembusi jalan darah Pat-sim-hiat nya dan menyusup kedalam badan lalu menerjang kearah urat-urat penting ditubuh lainnya, sekali demi sekali terus menerus menerjang kedalam berulang kali, perlahan-lahan hawa murni yang tersebar luas dalam tubuh Dewi burung hong pun dapat berkumpul kembali. Meskipun Dewi burung adalah seorang gadis bersifat keras kepala, akan tetapi bagaimana pun juga dia masih-tetap merupakan seorang wanita, setelah berulang kali mendapat penghinaan dari Gak In Ling lalu disergap pula orang lain secara diam-diam, setelah hatinya dapat tenang kembali dara cantik itu tak dapat menahan air matanya lalu sambil jatuhkan diri kedalam dekapan Gak In Ling ia menangis tersedu-sedu. Buru-buru Gak In Ling menghentikan penyaluran hawa murninya dan berkata dengan suara ringan- "Nona, cepatlah atur hawa murnimu, aku akan membantu dirimu dari samping " "Hmm Siapa yang sudi menerima bantuan mu," seru Dewi burung Hong dengan hati mendongkol. Tetapi ia tidak meninggalkan diri dari dekapan Gak In Ling, tubuhnya tetap bersandar dalam pelukan si anak muda itu. Gak In Ling menghela napas panjang dengan suara berat, katanya. "Aaaii Nona, bagaimanapun juga engkau harus memperkokoh perasaan hatimu, kalau tidak bukankah engkau tak dapat membalas dendam atas sakit hati yang kau terima hari ini?" "Kalau mati ya sudahlah, kenapa engkau mesti ikut campur ?" seru Dewi burung Hong dengan hati terjelos. "Baiklah " akhirnya dengan suara apa boleh buat Gak In Ling berseru," aku akan berusaha dengan sepenuh tenaga."
593 Habis berkata ia tarik napas panjang, kemudian salurkan segenap kekuatan hawa muminya kedalam tubuh Dewi burung Horg melewati jalan darah Pay-sim-hiat diatas punggungnya. Meskipun diluaran Dewi burung Hong mengatakan tidak mau, tetapi ia takut kalau Gak In Ling benar kehilangan banyak tenaga, diam-diam hawa murninya segera dihimpun untuk mengobati luka dalam yang diderita olehnya. Waktu berlalu dalam keheningan dan kesunyian, sepertanak nasi lewat tanpa terasa, keadaan dari Gak In Ling justru berlawanan dengan keadaan dari Dewi burung Hong. Kalau wajah Gak In Ling dari merah padam berubah menjadi pucat pias, maka wajah gadis tersebut dari pucat pias berubah menjadi merah dadu. Perlahan-lahan Dewi burung Hong membuka matanya yang jeli dan memandang sekejap ke arah Gak In Ling yang sedang duduk mengatur pernapasan dengan penuh perasaan kasihan, dengan manja dan lembut ia menyandarkan diri didalam pelukan Gak In Ling, tubuhnya sedikitpun tak berani bergerak seakan-akan seekor domba yang jinak. Akhirnya Gak In Ling membuka sepasang matanya, dengan suara berat ia berkata. "sekarang, bagaimana perasaan nona ?" Dewi burung hing menempelkan wajahnya diatas bahu Gak In Ling, lalu menjawab dengan lembut. "Luka dalamku telah sembuh, pundakmu pasti amat sakit bukan ?" Sambil berkata dengan jari tangannya yang halus dia membersihkan noda darah yang mengotori pundak pemuda itu. Gak In Ling tertawa tawa, ia menjawab. "Tidak apa-apa, racun apa sih yang telah bersarang ditubuhmu ?"
594 Air muka Dewi hong berubah hebat, dengan suara berat dia menjawab. "Kelabang bersayap emas, mereka menerobos keluar lewat celah-celah batu cadas tersebut, pada saat itu aku sedang menyandar diatas situ" Sambil berkata ia tuding sebuah celah batu di belakang tubuhnya. Gak ln Ling segera menyapu sekejap kearah belakang, dengan cepat hatinya merasa terperanjat, pada saat itu tampaklah diatas tanah bergerak seekor kelabang bersayap emas berkepala merah yang besar sekali, dengan kakinya yang berjumlah ratusan binatang itu sedang merayap menjauh. Dengan perasaan tidak tenang Gak In Ling segera berseru. "Lalu... ba bagaimana baiknya ??" "Apakah engkau mempunyai obat pemunah untuk menawarkan racun kelabang itu?" Perlahan-lahan Dewi burung hong memeluk anak muda itu erat-erat, kemudian menggeleng, "Tidak ada, cuma selama berada disampingmu aku tidak akan merasa takut..." "Tapi aku juga tidak memiliki obat untuk memunahkan racun tersebut ..." seru Gak In Ling dengan gelisah. Tiba-tiba Dewi burung hong angkat kepala dan menatap wajah Gak ln Ling, serunya. "Aku tidak takut mati, karena..." "Akhirnya kita akan dapatkan juga obat pemunah tersebut " Sambung sang pemuda dengan cepat. Dewi burung hong tertawa merdu. "Kenapa engkau akan cari obat pemunah tersebut? cintakah engkau kepadaku?" Mendadak serentetan suara teguran yang keras bagaikan guntur berkumandang keluar dari dalam gua. "ciiitt Ciiitt melulu kalian sedang meributkan apa sih ??"
595 Ketika mendengar teguran tersebut, dua orang itu merasa terperanjat, mereka tak pernah mengira kalau didalam gua batu ternyata masih ada orang lain yang berdiam disitu. Dengan cepat kedua pemuda-pemudi itu putar badan dan berpaling kearah mana berasalnya suara itu, tetapi dengan cepat mereka dibikin terperanjat, pikirnya. "Aaaah Sungguh tak kusangka kalau dikolong langit terdapat seorang manusia yang begitu tinggi " Tampaklah dari balik gua batu yang tingginya satu tombak, ketika itu tampaklah seorang manusia raksasa dengan badan dibongkokkan sedang berjalan keluar, karena orang itu sedang membungkukkan badan maka sukar untuk menilai seberapakah badannya yang sebenarnya. Tampaklah orang itu berkaki telanjang, telapak kakinya mencapai dua tiga depa besarnya, pada pinggangnya terikat selapis kulit macan kumbang, kakinya besar seperti dahan pohon, sepasang tangannya yang terkulai kebawah panjang sekali sehingga hampir menyentuh tanah. Kulit badan orang ini berwarna hijau tembaga, ototnya pada menonjol keluar semua, sekilas memandang dapat diketahui bahwa orang ini memiliki tenaga raksasa yang luar biasa dahsyatnya, akan tetapi yang aneh ternyata paras mukanya berwarna merah padam bagaikan darah, alis yang tebal berdiri lurus bagaikan kawat, matanya besar bagaikan lampu sorot dan memancarkan sinar tajam, hidung besar mulut lebar dengan rambut panjang terurai sepundak. potongan badannya bengis dan mengerikan sekali. Perlahan-lahan Gak In Ling mendorong tubuh Dewi burung hong kesamping kemudian bangun berdiri, katanya. "Apakah engkau penjaga dari gua batu ini?" "Sedikitpun tidak salah, mau apa kalian datang kemari ?" Teriak raksasa bermuka merah dengan suaranya yang keras
596 bagaikan guntur. Satu ingatan segera berkelebat lewat dalam benak Gak In Ling, tiba-tiba ujarnya sambil tertawa. "Adikku terpagut kelabang bersayapmu, aku datang untuk mencari obat pemunahnya, mungkin dalam gua ini terdapat obat pemunahnya ?" Dewi burung hong merasa amat girang ketika mendengar Gak In Ling membahasakan dirinya sebagai "adik," perasaan semacam ini belum pernah dialami oleh gembong iblis pembunuh manusia tak berkedip ini sebelumnya. Raksasa bermuka merah itu tidak tahu kalau Gak In Ling sedang membohongi dirinya, ia segera berhenti berjalan dan melototkan sepasang matanya yang besar bulat-bulat, teriaknya. "oooohh Jadi engkau juga tahu kalau di dalam gua ini terdapat seekor ular berjengger ?" Gak In Ling tidak kenal apakah "ular berjengger" itu, tetapi dia tahu bahwa ular tersebut pasti dapat memunahkan racun keji dari kelabang bersayap emas, dalam hati segera pikirnya. "orang ini tidak terlalu cerdik, apa salahnya kalau kupancing keterangannya lewat pembicaraan orang ini, mungkin saja dapat kuketahui benarkah ular berjengger itu dapat memunahkan racun keji atau tidak." Setelah ambil keputusan, ia segera berkata. "Ular berjengger adalah benda yang paling mustajab untuk memunahkan pelbagai macam racun dikolong langit, tentu saja akupun mengetahui akan manfaat ular tersebut." Raksasa bermuka merah itu menjadi terperanjat sekali, serunya kemudian dengan cepat. "Bajingan cilik, jadi engkau pun berhasrat untuk mendapatkan ular mustika tersebut ? dengan susah payah aku telah berjaga selama tiga tahun ditempat ini, dengan susah payah pula berhasil kutemukan pintu masuknya, sekarang
597 datang-datang engkau hendak cari keuntungan- Huuuh Tindakkanmu ini benar-benar terlalu memandang rendah aku Hiat-bin Kim-kong malaikat raksasa berwajah merah." Habis berkata dengan wajah penuh kegusaran ia berjalan maju kearah depan- Pada saat itu Dewi burung hong keracunan hebat dan tubuhnya tak dapat berkutik, melihat kejadian itu segera teriaknya. "Engkoh Ling, jangan biarkan dia keluar" Panggilan "engko Ling" tersebut diutarakan begitu biasa dan luwes, sedikit pun tidak nampak seperti dipaksakan- Rupanya Gak In Ling pun mempunyai jalan pikiran yang sama dengan gadis tersebut, dengan cepat ia membentak keras. "Berhenti " Kalau engkau berani maju setindak lagi kedepan, jangan salahkan kalau aku tidak akan berlaku sungkan-sungkan lagi terhadap dirimu." Sambil berkata hawa murni yang dimilikinya segera dihimpun kedalam telapak siap menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan- Hiat-bin Kim-kong Malaikat raksasa berwajah merah sangat mengandalkan otot kawat tulang besi yang dimilikinya, dengan kekebalan tubuhnya pukulan dan bacokan senjata tak mempan bagi dirinya, tentu saja terhadap diri Gak in Ling ia tak pandang sebelah matapun. Mendengar ancaman ia segera tertawa lebar dan berkata. "Haaaahh haaaaahh........ haaaahh., setan cilik, kalau engkau merasa punya kepandaian, silahkan saja coba menghantam tubuhku " Dengan tanpa memperdulikan ancaman lawan, dengan langkah lebar dia berjalan keluar dari gua tersebut.
598 Gak In Ling yang menyaksikan kejadian itu menjadi gelisah sekali, ia segera membentak nyaring. "Hmm Rupanya engkau cari mampus, lihat serangan " Dengan jurus Tui-jong-wong-gwee atau mendorong jendela melihat rembulan, sebuah pukulan segera dilepaskan kedalam gua. Angin pukulan dengan cepat menerobos masuk kedalam gua, berhubung gua itu terlindung oleh dinding yang kuat maka angin serangan menggumpal menjadi satu tanpa buyar, karena itulah kendatipun Gak In Ling hanya menggunakan tenaga murni sebesar enam bagian, namun daya penghancurnya benar-benar mengerikan hati. Hiat-bin Kim-hong malaikat raksasa berwajah merah segera tertawa terbahak-bahak. "Haaaaahh, haaaahh haaaaahh aku sih tidak akan takut menghadapi pukulan itu." Sambil berkata ia tetap melanjutkan langkahnya keluar dari gua tersebut, terhadap datangnya ancaman yang sangat hebat itu, orang tadi sedikitpun tidak menggubris atau menunjukkan tanda-tanda hendak melakukan perlawanan. "Blaaaamm " Terdengar benturan keras yang memekikkan telinga menggeletar didalam gua tersebut, hancuran batu berhamburan di empat penjuru. Malaikat raksasa berwajah merah tertawa keras, ejeknya. "ooooh Seranganmu itu memang bertenaga juga." Gak In Ling segera menengadah keatas, melihat apa yang terjadi, ia merasa amat terperanjat pikirnya. "Dalam serangan yang kulancarkan barusan kendatipun tidak menggunakan tenaga yang penuh namun sedikit banyak mengandung kekuatan sebesar satu laksa kati, namun ia mampu menahan pukulanku dengan tubuhnya, bukan saja sama sekali tidak terluka bahkan cuma tergetar mundur dua langkah belaka kepandaian ampuh apakah yang dia miliki. ?"
599 Berpikir sampai disitu, ia tak berani bertindak gegabah, sambil membentak keras tubuhnya segera menerjang maju kedepan, sebuah pukulan yang maha dahsyatpun dilepaskan kearah tubuh raksasa itu. "coba sambutlah seranganku ini lagi " Pemuda she Gak itu membentak keras. Dengan jurus Hiat-yu Seng-hong hujan darah angin amis, pukulan maut tersebut dilepaskan ke muka. Cahaya merah yang berlapis-lapis seketika mencapai keempat penjuru, tiada desingan tajam tiada hembusan angin puyuh, tapi terdapat selapis hawa tekanan tak berwujud yang menekan di dada lawannya. "Bluuuumm " Dentuman keras bergeletar diudara, diikuti terdengarlah Hiat-bin Kim hong Malaikat raksasa berwajah merah berseru tertahan, ketika Gak In Ling angkat kepalanya memandang kedepan maka kali ini tampaklah olehnya bahwa malaikat raksasa berwajah merah terdorong mundur sejauh tujuh delapan depa ke- belakang, sepasang telapaknya yang besar seperti kipas mendekap dadanya kencang-kencang, jelas dalam pukulan tersebut dia telah menderita rasa sakit yang cukup parah. Rasa terkejut yang dialami Gak In Ling kali inijauh lebih hebat dari keadaan semula, dengan hati terkesiap pikirnya. "Bagaimana ini ? Kenapa pukulan telapak maut juga tak mampu untuk melukai dirinya?" Malaikat raksasa berwajah merah melototkan sepasang matanya bulat-bulat, setelah mengawasi Gak In Ling beberapa saat lamanya, ia tak berani maju kedepan lebih jauh. Mendadak seperti sudah teringat akan sesuatu ujarnya. "Gua ini terlalu rendah, gerak gerikku tidak leluasa kalau harus bertarung ditempai ini, tetapi asal aku tetap bertahan didalam gua bila kalian membutuhkan benda itu maka silahkan
600 saja masuk kedalam gua dan berkelahi lebih dahulu dengan aku." Habis berkata tanpa menunggu jawaban lagi dia putar badan dan berjalan masuk kedalam gua, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya telah lenyap dibalik tikungan- Gak In Ling tak pernah menyangka kalau orang kasar seperti malaikat raksasa itu mempunyai kecerdikan untuk bertahan dalam gua tersebut, dengan perasaan apa boleh buat dia segera berpaling kearah Dewi burung hong dan berseru. "Nona, agaknya terpaksa harus melakukan perjalanan sendiri untuk memasuki gua tersebut." "Tidak Jangan memasuki gua tersebut." Teriak Dewi burung hong dengan hati terperanjat, "aku... aku takut seorang diri berada disini " Suatu kejadian yang aneh sekali, seorang perempuan iblis yang tidak takut langit tidak takut bumi, ternyata merasa takut untuk berada seorang diri di luar gua. Gak In Ling segera maju menghampiri gadis itu sambil berkata. "Kalau begitu, mari kita masuk bersama " Merah padam selembar wajah Dewi burung hong karena jengah, ia tundukan kepalanya sambil berbisik. "Aku aku..." Gak In Ling tahu bahwa gadis tersebut sudah tak dapat berjalan sendiri, ia maju kedepan dan memeluk sang dara tersebut kedalam rangkulannya, kemudian bertanya. "Bagaimana dengan burung hong ini ?" Air muka Dewi burung hong berubah semakin merah karena jengah, dengan tersipuh-sipu ia benamkan kepalanya kedalam rangkulan pemuda she Gak itu, serunya dengan manja. "Dia akan mengikuti dibelakang kita "
601 Kemudian sambil berpaling kearah burung hong yang bertengger disampingnya, ia berseru. "Hong-ji, mari ikut kami " Gak In Ling tidak ragu-ragu lagi, sambil menggendong badan Dewi burung hong berjalanlah mereka memasuki gua, sedangkan burung hong itu benar-benar cerdik, ia pun mengikuti dibelakang tubuhnya. Suasana dalam gua tersebutjauh lebih gelap dari keadaan diluar, meskipun ilmu silat yang dimiliki kedua orang itu amat sempurna, itupun tak dapat memandang benda yang berada lima tombak dihadapannya, terutama sekali Dewi burung hong yang sedang keracunan hebat dan tak dapat mengerahkan tenaganya, benda apapun tak dapat terlihat olehnya. Sambil memeluk tubuh Gak In Ling kencang-kencang, ujarnya dengan perasaan tidak tenang. "Aku tak dapat melihat apa-apa, kau kau tidak akan meninggalkan aku seorang diri bukan ?" Gak In Ling merasakan suaranya agak gemetar, seakanakan ia telah pulih kembali ifat kegadisannya, tak tahan sambil membelai rambut gadis itu sahutnya. "Tidak. aku tak akan membiarkan engkau seorang diri, kalau tidak aku pun tak akan membawa serta engkau masuk kedalam gua" Dewi burung hong menyandarkan kepalanya semakin rapat diatas dada Gak In Ling, ujarnya dengan lembut. "Engko Ling, aku aku cinta padamu, sejak pertama kali berjumpa dengan engkau, aku selalu merasa tak mampu untuk menguasai diri sendiri, oleh sebab itulah kuhajar dirimu sampai terluka parah, diam-diam aku telah kembali lagi untuk menengok dirimu." Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Gak In Ling. tanyanya. "Apakah engkau yang telah menyembuhkan luka dalamku ?"
602 "Benar, kemudian aku takut engkau merasa kedinginan dibukit Tiang-pekssan, maka kubawa engkau kesitu." Gak In Ling menjadi sangat terharu mendengar perkataan tersebut, serunya tanpa sadar. "Mengapa engkau bersikap begitu baik terhadap diriku ?" Dengan lembut dan halus tangannya membelai punggung gadis tersebut. "Dahulu aku sendiripun tak tahu mengapa dapat berbuat demikian," jawab Dewi burung hong dengan manja, "kemudian setelah aku salah melukai dirimu, kemudian menyembuhkan pula lukamu, aku baru menyadari bahwa aku sebenarnya amat menyintai dirimu." Dengan nada berat Gak In Ling menghela napas panjang. "Aaaaaii., Engkau telah salah mencintai orang, " bisiknya . "Kenapa ? Engkau tidak menyintai diriku?" Seru gadis tersebut dengan hati kaget, tercengang dan sedih. Gak In Ling berusaha keras untuk menekan perasaan hati sendiri, sahutnya dengan lirih. "Tidak Lain kali engkau akan memahami dengan sendiri." "Aku apa yang akan kupahami ?" Dalam pada itu mereka berdua sudah hampir tiba disebelah tikungan, Gak In Ling segera menjawab. "Aku hanya ada sisa waktu selama dua bulan saja untuk hidup dikolong langit." Tiba-tiba pandangan mata mereka menjadi silau, dan tahutahu sampailah kedua orang itu didepan pintu sebuah ruang batu yang luar biasa besarnya. Diatas dinding dalam ruangan tersebut tergantunglah dua biji mutiara sebesar telur bebek. begitu terang cahaya yang
603 memancar keluar membuat ruangan tersebut menjadi terang benderang bagaikan disiang hari saja. Baru saja Gak In Ling melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut, terdengarlah Malaikat raksasa bermuka merah berteriak keras. "Waduuuuhh waduuuuhh........ rupanya engkau memang bernyali besar, berani betul datang kemari." Dengan cepat Gak In Ling menyapu sekejap seluruh ruang batu tersebut, ia melihat Malaikat raksasa bermuka merah sedang duduk di atas sebuah batu besar yang berhadapan dengan pintu masuk, pada sudut kanan ruangan itu bertumpuklah pelbagai macam barang ya porak poranda tidak karuan, rupanya benda-benda itu baru saja disingkirkan Hiatbin Kim-kong dari ruang tersebut agar tidak mengganggu gerakannya bila terjadi pertarungan Perlahan-lahan Gak in Ling menurunkan tubuh Dewi burung hong ditepi pintu, baru saja dia akan bangkit berdiri, gadis itu telah menarik tangannya sambil berpesan. "Engkoh Ling, orang ini mempunyai ilmu weduk yang kebal terhadap pukulan, engkau harus berhati-hati dalam menghadapi dirinya, aku rasa kalau engkau turun tangan terhadap bagian bawah ketiaknya, engkau pasti akan berhasil merobohkan orang itu." suaranya penuh perasaan kuatir dan tidak tenang. "Aku tahu "Jawab Gak In Ling sambil mengangguk, ia putar badan dan segera maju ke depan- Sementara itu Hiat-bin Kim-hong Malaikat raksasa berwajah merah telah bangkit berdiri, Gak in Ling dapat melihat tinggi badan orang ini mencapai satu tombak lebih lima enam depa, berdiri tegak dihadapannya persis seperti sebuah pagoda baja. Gak In Ling segera melangkah maju kedepan, serunya.
604 "Aku tidak sungguh-sungguh ingin mendapatkan Ular mustika tersebut, asal engkau punya obat pemunah dan dapat memunahkan racun kelabang sayap emas yang diderita adikku, aku segera akan berlalu tinggalkan tempat ini." "Kecuali ular mustika itu, tiada benda lain yang dapat memunahkan racun tersebut," tukas Malaikat raksasa bermuka merah dengan cepat. "Kalau begitu bagaimana kita bekerja sama untuk membinasakan ular mustika itu, kemudian engkau bagikan sedikit saja ular mustika tersebut buat kami ?" Malaikat raksasa bermuka merah gelengkan kepalanya. "Aku sudah tiga tahun larrnnya menunggu disini, tujuannya tidak lain adalah untuk mendapatkan seekor ular yang utuh, sudah tentu aku tidak bersedia untuk membagikan ular itu buat kalian-" Gak In Ling tidak ingin beradu kekuatan dengan manusia tersebut, sebab dia kuatir bila waktu berlarut terlalu lama maka racun keji yang mengeram dalam tubuh Dewi burung hong akan menyerang kedalam hatinya sehingga jiwa gadis itu tak tertolong lagi. Akan tetapi sesudah Malaikat raksasa bermuka merah bersikeras menampik tawarannya, pemuda itupun dibuat kehabisan akal, dalam gugup nya dengan air muka berkenyit ia berseru. "Kalau begitu, terpaksa kita harus adu kekuatan ?" "Haaaaahh haaaaahh haaaahh . sedikitpun tidak salah," jawab malaikat raksasa bermuka merah sambil tertawa keras, "hanya ada satu jalan bagimu yakni beradu kekuatan untuk menentukan mati hidup, cuma saja kalau aku yang begini besar mesti menghantam dirimu sama keadaannya seperti orang dewasa menganiaya anak kecil, menurut pendapatku begini saja, bagaimana kalau engkau hantam diriku tiga kali sedang aku akan membalas satu kali saja ?"
605 Gak In Ling tertawa dingin- "Heeeehh heeeeeehh heeeehh aku tak mau cari keuntungan tersebut, lebih baik kita andalkan kemampuan masing-masing saja..." "Engkau tak akan mampu mengalahkan diri ku," seru malaikat raksasa bermuka merah sambil maju selangkah kedepan. Gak In Ling takut waktu berlarut-larut lebih jauh, sambil tertawa dingin dia segera berseru. "Ucapan semacam itu masih terlalu pagi untuk dibicarakan, sambut dahulu sebuah pukulanku ini " Seraya berkata dengan jurus Hiat-yu Seng- hong atau hujan darah angin amis dia hantam dada raksasa tersebut. Ketika berada dimulut gua tadi Malaikat raksasa berwajah merah sudah pernah merasakan kurugian besar karena pukulan maut Gak In Ling, sekarang sesudah menyaksikan datangnya serangan membawa cahaya merah, ia tak berani bertindak gegabah, buru-buru badannya berkelit kesamping iaiu melancarkan sebuah tendangan kilat kearah si anak muda itu. Jangan dilihat perawakan tubuhnya yang tinggi besar dan ketoloi-toloian, ternyata ketika melancarkan serangan gerakan tubuhnya cepat sekali bagaikan sambaran kilat, tendangan yang di lancarkan itu hampir boleh dibilang dilakukan dalam waktu yang bersamaan- Gak In Ling sendiripun mengetahui kecuali angin pukulannya bersarang dibalik pada sasarannya, tiada kegunaan besar yang dapat diperoleh dirinya, maka ketika melihat pemuda itu berkelit dari datangnya ancaman, buruburu dia buyarkan serangan dan berganti gerakan, denganjurus Tiat hiat-tiang-shiat atau darah berceceran
606 ditembok besar secepat kilat ia bacok kaki Malaikat raksasa bermuka merah yang menyerang datang. Mimpipun Malaikat raksasa tak pernah menyangka kalau Gak In Ling bisa merubah serangan ditengah jalan dengan begitu cepat, untuk berkelit sudah tak sempat lagi.. Blaaamm Telapak kakinya sudah termakan oleh pukulan tersebut dengan telak. "Aduuuuhh " Malaikat raksasa itu menjerit kesakitan, dengan cepat badannya mundur tiga langkah kebelakang, namun kaki tersebut masih tetap utuh seperti sedia kala. Gak In Ling sendiri, ketika serangannya berhasil menghajar kaki Malaikat raksasa bermuka merah, ia merasakan tangannya seakan-akan sedang menghantam sebuah baja yang sangat kuat telapaknya terasa panas, linu dan sakit sekali, hatinya menjadi terkesiap. pikirnya. "Kepandaian yang dilatih orang ini pasti bukan ilmu weduk biasa yang kebal terhadap pukulan, sebab betapa sempurnanya seseorang berlatih ilmu weduk tak mungkin dia mampu untuk menahan pukulanku ini " Malaikat raksasa berwajah merah sendiripun merasa luar biasa terperanjatnya, diam-diam ia berpikir. "Usia bocah itu masih muda, kenapa setiap pukulan yang dilancarkan olehnya begitu berat dan mantap ?" Diam-diam Gak In Ling menghimpun tenaganya, tiba-tiba sambil membentak keras tubuhnya melayang ketengah udara dan menyerang sepasang mata malaikat raksasa. Tindakan ini dengan tepat mengancam tempat paling lemah dari Malaikat raksasa bermuka merah, membuat jago luar biasa itu cepat-cepat tundukkan kepalanya dengan ketakutan, dengan begitu ia sambut datangnya serangan tersebut sementara sepasang tangannya diangkat dan secara ngawur didorong kedepan.
607 Satu ingatan berkelebat dalam benak Gak In Ling, pikirnya. "Aku tidak percaya kalau kepalamujauh lebih keras daripada kakimu " Hawa murninya segera disalurkan kedalam telapak dan sekuat tenaga dihantamkan keatas kepala Malaikat raksasa. Dalam pada itu sepasang telapak Malaikat raksasa bermuka merah yang didorong kemuka pun sudah berada didepan sasarannya. "Blaaamm..." benturan keras menggeletar diangkasa diikuti dua kali benturan lain saling susul-menyusul. Termakan oleh pukulan dari Gak In Ling yang sangat kuat itu, tubuh Malaikat raksasa bermuka merah tergeser mundur tujuh langkah kebelakang, punggungnya menumbuk diatas dinding batu sehingga menimbulkan benturan dahsyat, orang itu seketika merasakan kepalanya pening- dan pandangan matanya berkunang-kunang . Gak In Ling sendiri pun terdorong sejauh empat lima tombak sehingga menumbuk diatas dinding batu setelah termakan dorongan dari Malaikat raksasa, ia rasakan darah dalam tubuhnya bergolak keras, punggungnya terasa sakit dan kaku. -oo0dw0oo- Jilid 18 DALAM bentrokan kali ini, boleh dibilang kedua orang itu sama-sama seimbang dan tidak mendapatkan keuntungan apa-apa. Malaikat raksasa bermuka merah gelengkan, kepalanya berulang knii, sambil menatap wajah Gak In Ling bentaknya keras-keras.
608 "Bangsat cilik, aku kuliti badanmu " Sepuluh jari tangannya bagaikan cakar setan direntangkan lebar-lebar, dengan cepat tubuhnya menerkam kedepan dan menghajar tubuh Gak In Ling satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak si anak muda itu, ia sama sekali tidak berkelit maupun menghindarkan diri, tindakan nekad itu tentu saja mengejutkan hati Dewi burung hong teriaknya setengah menjerit. "Aaaah engkoLing..." Malaikat raksasa bermuka merah memiliki perawakan badan yang tinggi dengan kaki yang panjang, sekali berkelebat ia sudah sudah tiba di hadapan Gak in Ling, kesepuluh jari tangannya laksana kilat ditusukkan ke arah dada si anak muda itu.. Tampaklah ujung jari lawan sudah menyentuh pakaian dibagian dada Gak in Ling, mendadak... pemuda itu membentak keras, tubuhnya berguling kesebelah kanan, kaki kanannya menginjak dinding tebing dan tubuhnya seperti anak panah yang terlepas dari busurnya segera meluncur kedepan- Kraaaakk Sepuluh jari tangan Malaikat raksasa bermuka merah menancap semua diatas dinding batu, menggetarkan seluruh ruangan itu sehingga bergoncang keras, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya serangan tersebut. Dengan gesit Gak In Ling meloncat kebelakang punggung Malaikat raksasa bermuka merah, telapak tangannya diayun dan segera menghajar bawah ketiak raksasa tersebut. "Plaaakk " Pukulan itu bersarang telak di bawah ketiak^ Malaikat raksasa bermuka merah menjerit kesakitan, rupanya bagian situ memang merupakan tempat yang agak lemah bagi dirinya.
609 Pertarungan antara malaikat raksasa bermuka merah dengan Gak In Ling berlangsung belum lama, akan tetapi orang itu sudah tiga kali menderita kerugian besar, kejadian ini segera mengobarkan sifat ganasnya, dia meraung penuh kegusaran, jeritnya. "Bangsat cilik Aku telan dirimu bulat-bulat " Lengan raksasanya diayun, dan ia mulai melancarkan serangan secara bertubi-tubi kearah Gak In Ling. Pemuda itu menjadi girang sekali melihat lawannya menyerang dengan menggunakan sepasang telapak, karena dengan demikian ia akan mendapat banyak kesempatan untuk menyerang kebawah ketiaknya. Sekarang si anak muda itu sudah tahu, menyerang tubuh bagian lain dari Malaikat raksasa bermuka merah hanya membuang tenaga dengan percuma saja, karena itu ia merubah siasat bertempurnya dan melancarkan serangan dengan cara bergerilya. Dalam waktu singkat tampaklah Malaikat raksasa bermuka merah bagaikan burung elang yang menerkam ayam kecil, sepanjang tangan raksasanya menyambar kian kemari dalam ruangan tersebut, sedangkan Gak in Ling pun ikut berputar kesana kemari mengikuti gerakan lawan- Sambil berputar terus, sorot matanya yang tajam mengincar terus bawah ketiak Malaikat raksasa, bila ada kesempatan ia segera melancarkan serangan secepat kilat. Rupanya bagian bawah ketiak benar-benar merupakan tempat berbahaya dari Malaikat raksasa, oleh karena itu dia selalu menjaga serta mempertahankannya secara ketat dan rapat, sedikitpun ia tak ingin menunjukkan kelemahan tersebut kepada lawannya. Waktu berlalu dengan cepatnya, satu jam lewat tanpa terasa namun keadaan medan pertempuran masih tetap seperti sedia kala, sedikit pun tiada perubahan.
610 Keringat mulai mengucur keluar membasahi seluruh wajah Gak In Ling la tidak lelah hanya hatinya merasa gelisah, karena keadaan luka yang diderita Dewi burung hong tidak mengijinkan dirinya untuk mengulur waktu lebih jauh. Untuk Malaikat raksasa bermuka merahpun sudah terbakar oleh emosi karena sekian lama belum berhasil juga untuk merobohkan lawannya, ia mulai menubruk, mencengkram dan mencakar dengan ngawur tanpa memperdulikan keadaan apa pun. Tiba-tiba Malaikat raksasa bermuka merah angkat lengan kanannya dan mencengkram kearah muka Gak In Ling secepat kilat, bagian bawah ketiaknya segera terbuka lebar. Inilah kesempatan yang sangat baik, tentu saja Gak In Ling tak mensia-siakan kesempatan itu dengan begitu saja, bentaknya. "Lihat serangan " Dengan gerakan Tiang- hong-hui- liong atau angin deras, terbangkan naga, secepat kilat ia serang bagian bawah ketiak Malaikat raksasa bermuka merah segera pulih kembali, buruburu ia gunakan jurus Kim-liong-tam-jiau atau naga emas unjuk cakar mencengkram tubuh pemuda, lawannya. Dalam keadaan demikian, bilamana Gak In Ling tidak mundur maka sekalipun ia dapat merobohkan Malaikat raksasa bermuka merah namun dia sendiri pun pasti akan menderita luka. Dengan cepat Gak In Ling memutar otak akhirnya ia mengambil keputusan, bentaknya. "Aku akan mengadu jiwa dengan dirimu " Tangan kanannya sama sekali tidak membuyarkan serangan, sebaliknya malah makin menyongsong kedepan. "Aaaah Engko Ling, jangan-.." terdengar Dewi burung hong menjerit kaget.
611 Tapi terlambat dua jeritan kesakitan bergema memecahkan kesunyian yang mencekam ruangan tersebut. Ditengah jeritan tersebut bergema pula suara ledakan keras yang menggetarkan seluruh permukaan, menggoncangkan dinding gua tersebut. Beberapa saat kemudian suasana pulih kembali dalam keheningan dan kesunyian, tidak terdengar dentuman keras lagi, tidak terdengar deruan nafas atau suara rintihan, suasana begitu sepi sehingga mendatangkan perasaan ngeri bagi siapapun. Dewi burung hong sendiri sebagai seorang perempuan ampuh yang sudah berpengalaman dalam menghadapi mara bahaya, telah dibuat tertegun dan termangu-mangu oleh kejadian tersebut saking kagetnya, mungkin punahnya kepandaian silat yang dimilikinya itulah yang telah pulihkan pula sifat-sifat kewanitaannya. Dia, dengan sepasang mata yang kaget, ngeri dan tidak tenang mengawasi sesosok bayangan manusia yang menggeletak diatas tanah, orang itu bukan lain adalah Gak In Ling pemuda pujaan hatinya. Pada saat itu pemuda tersebut berada dalam keadaan yang mengenaskan, wajahnya pucat pasi, bibirnya hijau kebirubiruan, darah segar mengucur keluar menodai tubuhnya. Beberapa waktu kemudian, pemuda itu tarik napas panjang-panjang kemudian merangkak bangun dari atas tanah dengan gerakan yang sangat lambat seakan-akan seorang kakek tua yang sudah berusia sembilan puluh tahunan lebih. Perbuatannya pertama setelah bangkit berdiri adalah memeriksa keadaan lawannya, senyum hambar tersinggung diujung bibirnya, kemenangan yang harus direbutkan olehnya pada saat ini harus dibayar sangat mahal.
612 Malaikat raksasa bermuka merah sudah kehilangan kebengisannya, ia roboh terkapar diatas tanah dengan badan yang lemas dan kuyu, ibaratnya seekor babi yang sudah mati, tangan kirinya menekan dibawah ketiak kanannya, jelas tempat itulah yang membuat ia roboh. Mendadak terdengar suara teguran yang manis dan penuh perasaan kuatir bergema memecahkan kesunyian- "Engkoh Ling, apakah engkau terluka ?" Gak In Ling tertegun, sekarang ia baru teringat bahwa ditempat itu masih ada pihak ketiga, tetapi ingatan lain dengan cepat berkelebat pula didalam benaknya, diam-diam ia berpikir. "Apakah aku menderita luka atau tidak. masa engkau tak dapat melihatnya sendiri ? Bukankah itu berani sudah tahu pura-pura bertanya ? Kalau engkau masih mempunyai sedikit rasa persahabatan, sepantasnya kalau datang kemari untuk menengok diriku, jelas berhubung engkau sudah menderita luka maka engkau hendak menggunakan diriku untuk menyelamatkan jiwamu. " Makin dipikir ia merasa jalan pikirannya itu masuk akal, dengan suara dingin segera jawabnya. "Aku rasa tidak akan sampai mampus di-sini." Habis berkata ia lantas duduk kembali diatas tanah. Tertegun hati Dewi burung hong mendengar jawaban tersebut, segera pikirnya didalam hati. "Rupanya dia marah kepadaku, tetapi kenapa ? Aaaaii mungkin dia masih belum tahu kalau aku sudah tak dapat bergerak lagi, tetapi bagaimana caranya kuterangkan persoalan ini ?" Dengan wataknya yang keras kepala dan tinggi hati, sudah tentu gadis cantik ini tidak bersedia menunjukkan kelemahan di hadapan orang lain, kendatipun orang yang berada
613 dihadapannya adalah Gak In Ling, pemuda pujaan hatinya yang ia cintainya secara diam-diam. Dengan sorot mata memancarkan cahaya penuh memohon, ia tatap wajah Gak In Ling, tanyanya. "Engko Ling, apakah engkau membawa obat mujarab untuk menyembunkan luka dalammu ?" "Aku tidak membawa obat mujarab untuk menyembuhkan luka dalam," sahut sang pemuda sambil tertawa dingin. "Lalu bagaimana sekarang ??" Gak In Ling menjadi semakin gusar, setelah tertegun sebentar pikirnya didalam hati. "Dugaanku ternyata sedikitpun tidak salah ia sedang menguatirkan diri sendiri." Berpikir sampai disitu, ia lantas tertawa dingin dan berseru.. "Aku rasa tidak selang beberapa saat kemudian, aku sudah dapat menangkapkan ular ber-jengger itu untuk memunahkan racun yang mengeram dalam tubuh nona " Selesai berkata ia segera pejamkan matanya dan mulai mengatur pernapasan untuk menyembuhkan luka dalam yang diderita olehnya. Dewi burung hong adalah seorang perempuan yang berotak cerdas, pendengaran perkataan tersebut sudah tentu ia dapat menangkap arti lain daripada kata-katanya itu, air mukanya kontan berubah hebat, dua titik air mata jatuh bercucuran membasahi pipinya, akan tetapi ia sama sekali tidak membenci Gak In Ling, bukankah begitu ? Ketika untuk pertama kali mereka bertemu muka. bukankah ia pernah bermaksud untuk membinasakan dirinya ? Meskipun tidak sungguhan terjadi, namun hanya hati kecilnya yang memahami apa yang sebetulnya telah terjadi. Dia menghela napas sedih, lalu berkata dengan suara lembut.
614 "Engko Ling, dalam sakumu terdapat obat pemunah itu, maukah engkau datang kemari untuk mengambilnya ?" "Terima kasih atas maksud baik nona, tak usah "jawab sang pemuda ketus. Ia sudah merasakan pergolakan hawa darah dalam isi perutnya jauh lebih tenang dari keadaan semula, jelas pukulan yang dilancarkan Malaikat raksasa bermuka merah terhadap dirinya tidaklah terlalu berat. Dewi burung hong kembali menghela napas panjang, dalam hati ia menjerit karena pedih. "Sudah sudah sudahlah... perduli amat, bagaimanakah pandangannya kepadaku -untuk dikemudian hari, terpaksa aku harus berbuat begitu." Setelah berpikir sebentar, ia lantas berseru dengan suara merdu. "Hong-ji, kemarilah" Sementara itu Gak In Ling sedang pusatkan pikirannya untuk mengatur pernapasan, ketika secara tiba-tiba telinganya mendengar suara gesekan gemerisik yang memekikkan telinga menggema diangkasa, ia menjadi sangat terperanjat, pikirnya. "Jangan-jangan makhluk tersebut telah merambat keluar ?" Dengan cepat ia tutup pernapasan dan membuka mata, ketika berpaling kearah mana berasal nya suara itu, hatinya segera merasa menyesal bercampur malu. Tampaklah burung hong raksasa itu dengan paruhnya yang berwarna emas sedang menarik ujung baju Dewi burung hong dan menyeretnya kearah dia berada, dari hal tersebut dapat diketahui bahwa keempat anggota badan Dewi burung hong sudah kaku terserang racun dan tak bisa berkutik lagi. Gak In Ling tidak memperdulikan apakah ia sedang mengatur pernapasan atau tidak lagi, ia loncat bangun dan lari menghampiri gadis tersebut, dengan sangat terharu
615 digenggamnya tangan Dewi burung hong lalu sambil menggoncangkan tubuhnya ia berseru. "Kenapa engkau ? Racun telah menyerang keempat anggota badanmu ? Aaaaii dingin amat tanganmu." Burung hong raksasa berbulu warna-warni itu melototkan sepasang matanya dan menatap tajam diri Gak In Ling, sepasang kakinya menekuk kedepan, rupanya asal pemuda itu menaruh maksud yang tidak menguntungkan bagi majikannya, maka dia akan segera melancarkan serangan- Dewi burung hong tundukkan kepalanya rendah-rendah, dua baris air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya, akan tetapi dia tidak mengakui juga tidak menyangkal, hanya dengan hati gelisah serunya. "Dalam sakuku terdapat obat mujarab untuk menyembuhkan luka dalammu, cepat ambil dan makanlah " "Tidak usah," jawab Gak In Ling dengan sorot mata berkilat," sekarang luka yang kuderita tidak terlalu parah, sedang engkau racun keji telah menyusup kedalam keempat anggota badanmu, aku tidak dapat menunda-nunda lagi." Habis berkata ia genggam tangan Dewi burung hong yang dingin kencang-kencang, lalu berjalan meninggaikan tempat itu. "Jangan pergi," seru Dewi burung hong dengan gelisah, "aku masih dapat bertahan beberapa saat lagi, lebih baik sembuhkan dahulu luka dalam yang kau derita " Gak In Ling sana sekali tidak menggubris teriakan Dewi burung hong, sepasang matanya dengan tajam mengawasi sekeliling tempat itu, akan tetapi empat penjuru hanya ada dinding ruangan belaka sedikitpun tidak ada tanda-tanda lain, ini membuat hatinya menjadi sangat gelisah. Tiba-tiba sinar mata Gak In Ling berhenti diatas tonjolan batu yang semula diduduki oleh Malaikat raksasa bermuka
616 merah, tampaklah batu itu ada separuh bagian tertanam didalam tanah, jelas bukan dipindahkan dari luar, sedangkan dalam gua tersebut hanya tonjolan batu itu saja yang ada hubungannya dengan gua batu itu, penemuan tersebut segera menggerakkan hatinya, ia bergumam seorang diri. "Jangan-jangan kunci dari semua rahasia ini terletak diatas batu tonjolan itu ??" Tanpa berpikir panjang lagi, ia segera berjalan mendekati tonjolan batu tadi. Dewi burung yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat terperanjat, segera teriaknya. "Engkoh Ling, aku mohon kepadamu cepatlah telan obat penyembuh luka lebih dahulu sebelum membuka batu tonjolan itu " Nada ucapannya penuh mengandung rasa ngeri, takut, sedih dan perasaan tidak tenang. Mendengar teriakan itu, Gak In Ling semakin percaya bahwa apa yang diduganya semula sedikitpun tidak salah, ia segera tekan tonjolan batu itu dan tanpa berpaling serunya. "Engkau tak usah takut, cepat salurkan hawa murni untuk melindungi jantung, jangan biarkan sari racun menyerang kedalam jantungmu." Habis berkata ia coba memutar tonjolan batu itu kekanan, tetapi tidak berhasil memutarnya diikuti diapun berputar ke kiri namun tetap tidak bergeming barang sedikitpun juga. Ketika Dewi burung bong menyaksikan Gak In Ling begitu menaruh perhatian terhadap dirinya, dalam hati gadis tersebut merasa girang dan terhibur, dengan suara manja segera pintanya.
617 "Asal engkau dapat menyembuhkan luka dalam yang kau derita, itu sudah lebih dari cukup, engkau tak usah mengkhawatirkan diriku, aku masih bisa bertahan agak lama." "Bagus sekali " pikir Gak In Ling didalam hati," ternyata engkau si dayang cilik pandai juga membohongi orang ?" Segera serunya. "Engkau tak usah mengkhawatirkan diriku lagi, buang waktu dengan percuma sama sekali tak ada gunanya." Selesai berkata dengan sekuat tenaga ia tekan batu itu ke bawah. Mendadak terdengar suara gemerincing yang amat nyaring berkumandang memecahkan kesunyian, batu itu perlahanlahan tenggelam ke-bawah sedangkan dari atas dinding tembok pun berbunyi gemericit. Mendengar suara tersebut, Gak In Ling menjadi sangat kegirangan, teriaknya dengan cepat. "Haaaaahh,....... haaaaahh haaaahh kali ini aku berhasil menemukan rahasia tersebut" Hawa murninya disalurkan kedalam lengan dan sekuat tenaga ditekan ke arah bawah.... Kraaakk Tonjolan batu itu tenggelam seluruhnya kebawah dan rata dengan permukaan tanah. Tonjolan batu itu bukan lain adalah kunci yang mengendalikan buka tutupnya pintu rahasia, sesudah batu tonjolan tadi tenggelam kedasar tanah, suara gemericing yang menggema diangkasapun semakin nyaring, diikuti "Blaaamm " Dari atas dinding sebelah depan muncullah sebuah pintu gua yang lebarnya mencapai empat lima depa. Bau amis dan lembab berhembus keluar dari dalam gua, begitu busuk baunya sehingga membikin perut orang menjadi mual dan ingin muntah rasanya.
618 Tanpa sadar Gak lu Ling mundur dua langkah ke belakang, ketika, ia memandang kearah depan maka terlihatlah gua tersebut gelap gulita, kedua belah samping dinding gua telah ditumbuhi lumut hijau, berjuta-juta ekor binatang kecil yang tak diketahui namanya merambat diseluruh dinding gua itu, dasar gua jauh lebih rendah daripada permukaan tanah sebelah depan, bahkan secara lapat-lapat seperti terlapis oleh air. Lama sekali Gak In Ling mengawasi gua batu itu, hatinya merasa ragu-ragu dan sangsi, sekarang ia baru mengerti kenapa Malaikat raksasa bermuka merah sudah begitu lama berjaga-jaga didalam gua tersebut dan apa sebab selama ini tak berani masuk kedalam gua, rupanya suasana demikian memang gampang sekali mendapat sergapan sehingga terluka. Dalam hati Dewi burung hong merasa takut sekali, dengan suara memohon serunya. "Engkoh Ling, jangan pergi aku takut" "Kalau aku tidak masuk kedalam, racun yang mengeram didalam tubuhmu akan disembuhkan dengan apa ?" "Aku tak mau disembuhkan-" jawab Dewi burung hong tanpa berpikir panjang lagi," engkoh Ling, kemarilah, Maukah engkau peluk tubuhku? Aku rela mati dengan hati tenang dalam pelukanmu. " Gak In Ling menghela napas panjang-panjang. "Aaaaii dahulu, mungkin aku dapat berbuat demikian, dan sekarang aku tak bisa berbuat begitu " "Kenapa??" "Sebab engkau tidak jahat, hatimu sebenarnya tidak sesat dan engkaupun tidak kejam," jawab Gak In Ling sambil mempertimbangkan bagai mana caranya memasuki gua tersebut. "Andaikata aku sesat dan jahat ?"
619 Pada waktu itu Gak In Ling sudah berhasil menemukan cara untuk memasuki gua tersebut, ia segera pejamkan matanya untuk menyesuaikan diri dengan kegelapan dan kemudian menjawab. "Itu hanya pura-pura saja untuk diperlihatkan kepadaku, dalam kenyataan engkau bukanlah manusia seperti itu." Tiba-tiba ia enjotkan badan dan meluncur masuk kedalam gua. Dewi burung hong menjadi ketakutan setengah mati sehingga berseru tertahan, teriaknya. "Oooohh " Thiaa yang maha kuasa, Thian yang maha agung, dahulu aku tidak percaya akan kekuasaan Mu, akan tetapi sekarang aku telah percaya, aku mohon kepadamu sudilah kiranya melindungi keselamatan engkoh Ling sehingga dapat keluar dari gua dalam keadaan selamat, walaupun aku harus mati akibat keracunan hatiku juga rela." Mengikuti gumam suara doanya, dua baris air mata terjatuh berlinang membasahi pipinya yang pucat pias. Mungkin, tindak tanduk Gak In Ling yang muncul karena dorongan setia kawan tersebut telah melelehkan hati gembong iblis ini. Sementara itu Gak In Ling dengan gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat telah meluncur masuk kedalam gua, dengan cepat ia lepaskan topeng setan yang menutupi muka agar gerak geriknya lebih leluasa. Baru saja dia membuka matanya, tiba-tiba tampaklah segumpal kabut berwarna merah telah muncul dihadapan mukanya, ia menjadi amat terperanjat, buru-buru pernapasannya ditutup dan badannya melayang mundur beberapa tombak kebelakang, kebetulan punggungnya menempel diatas dinding batu yang lembab, ketika sorot
620 matanya menyapu kesekeliling tempat itu, Gak In Ling menjadi amat terperanjat. Tampaklah gua itu panjangnya tiga puluh tombak dengan lebar dua puluh tombak. empat penjuru dinding gua penuh ditumbuhi lumut hijau, atap gua pun sama keadaannya, berhubung lumut hijau tumbuh amat tebal maka dari celahcelah lumut hijau tadi terpancarlah serentetan cahaya yang lemah, mungkin dahulunya gua tersebut terang-benderang seperti halnya dengan suasana diluar gua. Setelah memeriksa sekejap sekeliling tempat itu, dengan cepat Gak In Ling pusatkan kembali perhatiannya ke tengah gua, apa yang dilihatnya membuat pemuda itu menjerit tertahan karena terkesiap. Terlihatlah seekor ular aneh bertubuh warna hijau keabuabuan yang besar badannya seperti gentong air sedang angkat kepalanya menatap kearah dirinya, kepala ular aneh itu besar seperti guci arak bentuknya runcing bagaikan sekop. diatas ujung kepalanya tumbuh gumpalan daging berwarna merah darah seperti jengger ayam, jengger tersebut terbagi menjadi lima cabang yang masing-masing cabang berbentuk seperti gergaji pendek. ditinjau dari bentuknya yang tegang dan keras jelas bukan daging melainkan tulang. Pada saat itu ular raksasa tersebut sedang membentangkan mulutnya lebar-lebar sehingga tampak dua buah taringnya yang putih dan keras lidah yang berwarna merah menjulur menyusup diantara taring yang tajam, panjangnya setengah depa dan kelihatan mengerikan sekali. Seluruh badan ular aneh itu melingkar ke atas sebuah batu warna kuning berbentuk pembaringan yang lebarnya lima depa dengan panjang beberapa depa, tubuhnya yang melingkar bertumpuk-tumpuk menjadi lima enam lipatan, bersusun-susun begitu tinggi membuat orang sukar meuduga berapakah panjang badan ular tersebut.
621 Pembaringan berwarna kuning itu merupakan tempat yang paling aneh dalam gua tersebut, bukan saja sama sekali tidak tumbuh lumut hijau, bahkan tidak nampak pula tanda-tanda lembab, diatas batu pembaringan juga tidak nampak ular yang merambat disana. Berhadapan muka dengan makhluk ganas seperti itu, Gak In Ling tidak berani bertindak gegabah, secara lapat-lapat dia hanya melihat diatas pembaringan batu itu agaknya terdapat sebuah kotak kayu serta sebilah pedang pendek yang antik dan tajam. Mendadak Gak In Ling merasakan tangannya menjadi gatal sekali, satu ingatan berkelebat dalam benaknya, ia segera teringat bahwa diatas dinding terdapat banyak sekali binatang aneh, hatinya menjadi terperanjat dan buru-buru maju dua langka kedepan- Tapi berhubung diatas tanahpun penuh tumbuh lumut hijau sehingga licin sekali, ketika badannya maju kedepan hampir saja tubuhnya jatah tertelungkup diatas tanah. Menanti ia tundukkan kepalanya, maka tampaklah diatas tangannya telah penuh dirambati binatang-binatang kecil yang lunak dan gatal itu, meskipun makhluk-makhluk tersebul tidak menggigit orang, tapi dalam hati kecilnya segera timbul perasaan mual dan benci, buru-buru ia keb askan tangannya dengan harapan bisa melepaskan binatang tersebut. Baru saja Gak In Ling mengebaskan lengannya, segumpal kabut merah yang tak berbau dan bersuara telah disemburkan dari mulut ular aneh tersebut, laksana sambaran anak panah langsung meluncur keatas wajah Gak In Ling. Pemuda itu harus mengebaskan tangannya berulang kali sebelum berhasil melepaskan diri dari gangguan binatang kecil itu, pada saat itulah hidungnya secara tiba-tiba mencium bau amis dan busuk yang amat menusuk penciuman, ketika ia menengadah keatas bulu kuduk pada bangun berdiri karena
622 ngerinya, dengan cepat badannya meloncat mundur empat lima langkah kebelakang, tetapi sayang keadaan agak terlambat, ada beberapa bagian kabut merah itu yang kena terhisap olehnya. Gak In Ling merasa kaget bercampur gusar diam-diam makinya. "Binatang sialan, rupanya engkaupun pandai sekali melukai orang secara diam-diam." Hawa murninya diam-diam diatur keseluruh badan, ketika isiperutnya tidak menunjukan tanda-tanda yang mencurigakan, semangatnya segera berkobar kembali, sambil meraung gusar teriaknya. "Binatang terkutuk. lihatlan Siau-ya mu akanjagal engkau sampai mampus " Dengan jurus Lip-pit-ngo-gak atau membumi ratakan lima bukit, dia babat batok kepal ular aneh itu. Ular aneh itu mengandalkan sisik badannya yang keras bagaikan baja untuk melindung badan, tentu saja ia tidak pandang sebelah mati pun terhadap serangan yang dilancarkan kearahnya sambil tundukkan kepala ular aneh itu pentangkan mulutnya lebar-lebar, dengan taring tajamnya yang berwarna putih ia gigit telapak pemuda itu, gerakan tubuhnya cepat bagaikan sambaran kilat. "Blaaaamm "^ getaran keras bergema diangkasa, percikan air memancarkan keempat penjuru, ditengah desingan puyuh berlapis-lapis binatang kecil yang merambat diatas dinding pada berjatuhan keatas permukaan air. Ular aneh itu sendiri juga terpental badannya sampai terguling jauh sekali oleh sapuan angin puyuh yang dilepaskan Gak In Ling, entah karena sakit atau sebab lain ular aneh itu menjadi marah sekali.
623 Sambil berpekik aneh badannya meluncur kedepan tinggalkan pembaringan batu, kepalanya diangkat satu tombak tingginya dan menatap tajam kearah lawannya, akan tetapi binatang itu tak berani melancarkan serangan lagi, jelas pukulan yang dilepaskan Gak In Ling barusan telah menimbulkan perasaan was-was dalam hatinya. Gak In Ling sendiri sama sekali tidak menyangka kalau pukulan yang dilancarkan olehnya sama sekali tak berhasil melukai binatang itu, dengan hati terperanjat pikirnya. "Kekuatan dan kerasnya sisik ular aneh itu benar-benar mengejutkan hati, sedang dalam genggamanku sama sekali tidak terdapat senjata tajam untuk melakukan perlawanan, bagaimana baiknya ?" Ketika ingatan tersebut berkelebat dalam benaknya, mendadak dia teringat bahwa diatas pembaringan terdapat sebilah pedang pendek yang nampaknya tajam sekali, hatinya menjadi sangat girang, pikirnya. "Aku harus cepat mencari akal. sebelum racun mulai kambuh aku harus mendapatkan dahulu pedang pendek tersebut, kemungkinan besar pedang tersebut dapat melukai binatang itu." Sesudah mengambil keputusan dalam hatinya, tangan kanannya segera diayunkan kedepan dengan jurus ci tee-cian- Ii atau tanah gersang seribu li, telapaknya langsung menghantam keatas kepala ular aneh tersebut, sementara hawa murninya diam-diam dihimpun kedalam kaki, sepasang matanya menatap tajam gerak-gerik binatang tersebut. Sesudah menderita kerugian di tangan pemuda she Gak tersebut, kali ini ular aneh tersebut tak berani menggigit dengan mulutnya lagi, buru-buru kepalanya ditarik kebelakang Blaaam" Ekornya yang besar menyapu kearah pinggang Gak In Ling.
624 Pemuda tersebut hanya mengawasi kepala ular itu, hampir saja pinggangnya kena tersapu, dalam gugupnya terpaksa ia loncat ke tengah udara untuk menghindarkan diri. Ular raksasa itu benar-benar amat cerdik, melihat sapuan ekornya tidak berhasil mengena sasaran, ia segera membentuk barisan ular, kepalanya yang besar memagut kearah teng gorokkan lawannya secepat sambaran kilat, rupanya dia menyangka Gak In Ling yang sedang berada di udara tak mampu melancarkan serangan- Ketika Gak In Ling melayang ketengah udara tadi, dia sama sekali tak pernah menyangka kalau makluk tersebut liciknya luar biasa, tetapi sebagai seorang pemuda yang belajar silat, membuat ia himpun tenaganya kedalam telapak di kala kakinya tak bertenaga, menyaksikan datangnya ancaman tersebut ia membentak keras. "Binatang sialan, engkau terlalu pandang rendah siau-ya mu " Jari tangannya menyentil kedepan, lima buah jalur cahaya merah darah segera meluncur ke arah batok kepala ular aneh tersebut, bersamaan waktunya sepasang kakipun melancarkan tendangan kilat. "Plaaakk Plaaaakk " Ditengah benturan nyaring diikuti menggemalah suara benturan dahsyat Blaaamm" Ular aneh tersebut berpekik kesakitan dan segera mengundurkan diri kebelakang. Mengikuti tendangan tadi, Gak In Ling pun meloncat mundur dua puluh tombak ke belakang, ketika dia angkat kepala saking terperanjatnya sepasang mata terbelalak lebar dan mulutnya melongo, diam-diam pikirnya didalam hati. "Hoeii........ kenapa sih ini ? Ternyata pukulan mautpun hanya mampu melukai sisiknya belaka." Tampaklah darah segar menetes keluar dari atas kepala ular raksasa itu dan menodai permukaan air, lima lembar sisik besar sebesar mangkok berserakan diatas tanah.
625 Setelah menderita kerugian untuk kedua kali nya, rasa takut dan was- was ular itu terhadap Gak In Ling semakin besar, akan tetapi api kegusarannya telah berkobar, sepasang matanya yang aneh menatap wajah pemuda itu tanpa bercedip sementara mulutnya memperdengarkan desiran aneh. Tujuan Gak In Ling adalah mendapatkan pedang pendek diatas pembaringan itu lebih dahulu kemudian baru mengandalkan senjata tersebut untuk menaklukkan sang ular, sepasang telapaknya segera diayunkan kembali melancarkan serangan dahsyat kearah ular aneh itu dengan jurus Tianghong- ban-li atau angin berhembus selaksa li. Siapa tahu ular aneh tersebut hanya berpekik aneh kemudian susupkan kepalanya kebelakang dan malah mundur beberapa depa dari tempat semula, semburan kabut merah yang menyebar diudara seketika buyar dan lenyap tak berbekas sesudah termakan pukulan pemuda itu. Gak In Ling tak menyangka kalau mahluk berbisa itu liciknya luar biasa dan sukar masuk perangkap. dalam hati pikirnya. "Akan kulihat engkau bisa berlahan berapa lama lagi ?" Berpikir sampai disitu, secara beruntun dia lepaskan belasan buah serangan berantai. Sungguh aneh sekali, ular aneh tersebut seakan-akan memiliki iman yang tebal, ternyata sama sekali tak sudi terpancing ataupun tinggalkan tempat kedudukannya, setiap kali Gak In Ling melancarkan sebuah serangan, diapun segera balas menyemburkan segumpal kabut merah membuat si anak muda itu tak berani bernapas. Lama-kelamaan Gak In Ling menjadi semakin gelisah, karena ia tahu luka racun yang di-derita Dewi burung hong tak dapat ditunda lebih lama lagi, saking gelisahnya keringat dingin mulai mengalir keluar membasahi seluruh wajahnya.
626 Dengan berhentinya pemuda itu melancarkan serangan binatang-binatang kecil itupun mulai merambat keatas badannya. Tiba-tiba satu ingatan berkelebat lewat dalam benak Gak In Ling, ia segera berseru. "Aaaahh Aku punya akal." Sengaja pemuda itu maju kedepan dengan langkah gontai, lalu Bluuukk Badannya roboh terpakar diatas tanah dan seolah-olah tak dapat bangun lagi. Meskipun ular aneh itu licik dan banyak akal, akan tetapi bagaimana juga ia tetap seekor binatang, melihat Gak In Ling roboh terkapar diatas tanah, dianggapnya korban sudah roboh karena keracunan, dengan cepat ia menerjang kebawah. Sepasang mata Gak In Ling dengan tajam mengawasi terus batok kepala ular aneh tersebut melihat ia menyergap datang tubuhnya sama sekali tidak bergerak. ia hendak menunggu ular itu mendekat lebih jauh dia baru akan bertindak menyambar pedang dan menyerang ular aneh tadi. Siapa tahu ketika ular aneh itu tiba pada jarak setengah tombak dihadapan Gak In Ling, ternyata binatang itu tak bisa maju lebih kedepan ketika pemuda itu menyapu sekejap kebelakang, tampaklah sebuah rantai sebesar jari tangan ternyata rantai tulang punggung ular aneh itu sehingga gerak maju ular aneh itu tidak bisa leluasa^ Ketika ular aneh itu melihat tubuhnya tidak berhasil mencapai mangsanya, nampak makhluk tersebut gelisah sekali, tubuhnya bergerak kian kemari meronta sekuat tenaga. Menyaksikan hal itu kembali satu ingatan berkelebat lewat dalam benak Gak In Ling pula. "Eeeeii bukankah ini adalah satu kesempatan yang baik ?" Hawa murninya segera di himpun kedalam kakinya, dan perlahan-lahan ujung kakinya mengepal diatas tanah.
627 Kebetulan ketika itu Ular aneh tersebut sedang bergerak dari samping kanan, Gak In Lin tidak ragu-ragu lagi, ia membentak keras dan sepasang kakinya segera menjejak permukaan tanah, laksana anak panah yang terlepas dari busurnya ia meluncur ke arah pembaringan batu tersebut. Ular aneh itu tidak menyangka akan ha ini, buru-buru ia putar badan dan meluncur kembali kearah pembaringan guna menghadang jalan pergi Gak In Ling, akan tetapi sayang keadaan agak terlambat. Tatkalah Ular aneh itu meluncur kembali Gak In Ling telah meloncat naik keatas pembaringan batu dan merampas pedang pendek tersebut, lalu dicabut sekuat tenaga, akan tetapi dalam gugupnya lupa untuk memencet tombol pada pedang tadi. Sementara pedang itu belum tercabut keluar kepala Ular aneh tadi telah meluncur kearah dadanya, pada waktu itulah Gak In Ling baru teringat bahwa dia sudah lupa memencet tombol. Dengan cepat si anak muda itu mundur empat langkah kebelakang, tombol pedang ditekan dan-. criiiing sebilah pedang pendek yang memancarkan cahaya tajam tahu-tahu sudah tercabut keluar. Kebetulan sekali pada waktu itu batok kepala Ular aneh tadi telah berada kurang lebih lima cun didepan dada Gak In Ling, dalam keadaan terdesak buru-buru pemuda itu menyingkir kekiri sambil membentak keras. "Kalau bukan engkau yang mampus, akulah yang binasa " Menggunakan jurus membendung sungai mengeringkan telaga pedang pendeknya langsung membabat batok kepala ular aneh tersebut. "Sreeeett ,. Braaaass " Darah segar memancar keempat penjuru, batok kepala Ular aneh itu mencelat keangkasa dan jatuh terbanting kurang lebih empat tombak dari kalangan.
628 Setelah kehilangan batok kepalanya, Ular aneh itu kehilangan daya pertahanannya, sang badan bergelindingan kian kemari menumbuk apa saja yang berada disisi tubuhnya, membuat permukaan air yang mengenangi permukaan tanah bermuncratan keempat penjuru dan berubah menjadi merah darah. Diam-diam Gak In Ling menyeka keringat dingin yang membasahi tubuhnya sambil berbisik. "Sungguh berbahaya sungguh berbahaya..." Ketika sorot matanya beralih kesekitar tempat itu, maka dengan hati tercengang ia lalu berkata. "Eeeeii aneh sekali, kenapa Ular-ular tersebut pada berjatuhan dari dinding gua?" Ular kecil yang penuh diatas dinding gua seakan-akan berada diatas kuali yang panas pada bergulingan kian kemari, tidak selang beberapa saat kemudian telah berjatuhan kedalam air. Setelah mengamati beberapa saat lamanya, tiba-tiba seakan-akan menyadari akan sesuatu dengan hati terkejut serunya. "Aduuuuhh aku benar-benar sangat bodoh, hampir saja aku melupakan tugas yang penting." Dengan pedang pendek ditangan ia segera lari menuju kearah batok kepala Ular aneh itu. Pada saat itulah, mendadak dari mulut gua berkumandang suara seruan lirih yang lemah dari Dewi burung hong. "Hong-ji, tariklah aku masuk lebih kedalam." Gak In Ling berpaling dan hatinya segera terjeblos, disamping itu segulung aliran panas yang sangat aneh muncul dari pusarnya menerobos kearah bawah, tak kuasa lagi. ia menjerit kaget.
629 "Aaahh Kenapa engkau ?" Tampaklah Dewi burung hong dengan wajah pucat pias bagaikan mayat sedang diseret masuk kedalam gua oleh burung hong nya, bintik bintik warna emas telah muncul disekujur badan, hal ini menunjukkan bahwa sari racun telah menyebar kesetiap bagian tubuh gadis itu. Dengan pandangan lembut Dewi burung bong memandang sekejap kearah Gak In Ling, kemudian dengan susah payah ujarnya. "Engko Ling, engkau tidak mengapa bukan? Aku.. aku ingin melihat wajahmu untuk terakhir kalinya " Gak In Ling terperanjat dan segera memburu kedepan untuk memeluk tubuh Dewi burung hong kedalam rangkulannya, mungkin karena terpengaruh oleh emosi, pemuda tersebut telah melupakan perbedaan antara pria dan wanita ia membopong tubuh dara tersebut untuk kemudian dibaringkan diatas pembaringan batu itu. Merah padam selembar wajah burung hong karena jengah, bisiknya dengan suara manja. "Aku merasa amat mengkhawatirkan keselamatanmu sehingga tak tak dapat memusatkan pikiran untuk mengatur pernapasan, karena itulah sari racun telah menyebar keseluruh badanku." Sambil berkata dengan manja ia membenamkan kepalanya diatas bahu pemuda itu. Buru-buru Gak In Ling membaringkan tujuh Dewi burung hong diatas pembaringan batu, setelah menarik napas panjang untuk menekan napsu birahi aneh yang muncul dalam hatinya, ia cekal pedang pendeknya erat-erat dan menghampiri batok kepala Ular aneh itu. "Ketika aku masuk kemari tadi bukankah telah berpesan kepadamu agar atur pernapasan baik-baik untuk melawan
630 racun yang mengeram dalam tubuhmu ?" omelnya sepanjang jalan, "kenapa sih engkau tidak bersedia mendengarkan perkataan ku ? Mengapa tidak kau bayangkan, apa sih gunanya menguatirkan diriku ?" Sementara masih berbicara ia telah tiba di depan kepala Ular aneh itu dan mulai membelah kulitnya. Terhadap omelan dari Gak In Ling tersebut, Dewi burung hong sama sekali tidak menjadi marah, sebaliknya dia malahan merasa hangat dan gembira karena omelan dari pemuda tersebut menunjukan bahwa ia menaruh perhatian khusus terhadap dirinya. "Engko bodoh," pikirnya didalam hati, "aku pun tahu atau hal itu, tapi apa gunanya ?" Dalam pada itu Gak In Ling telah membelah batok kepala Ular aneh itu tapi tak berhasil menemukan pusaka yang bisa memunahkan racun tersebut, saking gelisahnya keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya, dalam hati pikirnya. "Andaikata aku tidak berhasil menemukan benda itu, maka habislah sudah riwayatnya." Berpikir sampai disini, ia segera berseru. "Nona tahukah engkau di manakah letak pusaka dari Ular aneh ini?" "Kenapa ?Apakah dalam kantung racunnya tidak ada ?" seru Dewi burung hong dengan hati terperanjat. "Aaah Dalam kantung racun ??" Dengan cepat pemuda itu bertindak memotong kantung racun dalam mulut ular tersebut. Dengan mengerahkan sisa tenaga yang dimilikinya Dewi burung hong berteriak: "Jangan sekali kali kau sentuh cairan racun dengan tanganmu, cucilah mustika ular itu terlebih dahulu". Setelah kantung racun itu terbelah, Gak In Ling segera menemukan sebuah bulatan bola sebesar telur ayam diantara cairan kental berwarna putih. Ia mengetahui bahwa benda
631 bulat telur itulah merupakan mustika ular, buru-buru dicukilnya benda itu kemudian dicuci kedalam air. Setelah itu baru dipegang ditangan- Dari balik gumpalan bola itu memancar keluar hawa dingin yang aneh dan luar biasa, begitu dinginnya hingga merasuk ketulang sumsum. Keadaan amat mendesak. buru-buru Gak In ling maju ke samping pembaringan sambil bertanya: "Bagaimana cara mengggunakannya ?" "cepatlah naik keatas " seru Dewi burung hong dengan suara amat gelisah. "Jangan sampai membiarkan air racun itu menempel ketubuhmu.." Gak In Ling tidak tahu sampai dimanakah kelihayan dari racun yang dimiliki Ular aneh itu. Ia tak berani bertindak gegabah. Lagi pula ketika menyaksikan banyak binatang kecil dan ular memenuhi permukaan air membuat hatinya benarbenar merasa bergidik, karena itu tanpa berpikir panjang lagi ia segera loncat naik keatas pembaringan. Sementara itu nafsu birahi yang sangat aneh berkobar dalam tubuh Gak In Ling makin nyata dengan keheranan pikirny a . "Apa sih yang telah terjadi ?" Dewi burung hong rupanya juga merasakan akan perubahan sikap si anak muda itu, ia segera berpaling dan mengawasi muka Gak In Ling yang merah padam, dengan pengetahuannya ia tahu bahwa warna tersebut bukan warna asli dari mukanya, maka dengan hati terkejut tegurnya. "Engko Ling, mengapa engkau ?" Gak In Ling merasa sangat malu, buru-buru ia tarik napas panjang untuk menekan nafsu birahi yang berkobar dalam dadanya itu kemudian tanyanya lirih. "Bagaimana caranya untuk menyembuhkan luka racunmu itu ?"
632 "Harus....... harus..." seru Dewi burung hong tergagap. merah padam selembar wajahnya karena jengah. Pada saat itu Gak Ing Ling menderita sekali sehingga sukar ditahan, menyaksikan hal itu dengan gusar segera bentaknya. "Engkau kenapa sih ? Ayoh cepatjawab " Air muka Dewi burung hong berubah hebat, dua titik air mata jauh berlinang membasahi pipinya, dengan sedih ia menjawab. "Tempelkan mustika ular itu diatas mulut lukaku " Gak In Ling mengetahui bahwa gadis itu berwatak keras hati, sekarang ia bisa menangis hal ini menbuktikan bahwa perkataan yang diutarakan barusan terlalu berlebihan, buruburu serunya. "Nona maafkanlah aku " Sesudah berhenti sebentar terusnya," di manakah letak mulut luka mu ?" "Baiklah, akan kuberitahukan kepadamu." pikir Dewi burung hong sambil menghela napas, "siapa suruh aku berjumpa dengan pemuda seperti dirimu ?" Setelah ambil keputusan, iapun menjawab "Lukaku berada diatas punggung " Perasaan hati Gak In Ling pada saat ini mendidih bagaikan minyak dalam kuali, mukanya merah padam dan ia tak berani memandang paras muka Dewi burung hong yang cantik, setelah mendengar penjelasan tersebut buru-buru gadis itu dibalikkan badannya dan punggungnya diperiksa. Tampaklah diatas punggungnya muncul sebuah bisul sebesar telur ayam, akan tetapi berhubung bajunya berwarna merah maka sukar untuk membedakan mana darah dan mana pakaian- Dengan cepat Gak In Ling membuat sebuah lubang kecil diatas bajunya, ketika melihat keadaan punggungnya ia berseru tertahan, rupanya kulit badan disekitar luka telah
633 berubah menjadi hitam pekat, bau busuk tersiar keluar memuakkan perut. Gak In Ling membersihkan pedang pendeknya lalu membelah mulut luka itu, cairan hitam yang berbau busuk meleleh keluar membasahi pakaiannya. Buru-buru Gak In Ling menempelkan mustika Ular itu pada mulut lukanya, sungguh aneh sekali, ketika mustika itu menempel pada kulit badan muka air berwarna hitam yang bercampur dengan darah itu segera dihisap oleh gumpalan bulat telur yang berwarna putih tadi. Diam-diam Gak In Ling menghela napas panjang, namun nafsu birahi yang sangat aneh tadi kian lama berkobar makin hebat, andaikata pemuda itu tidak memiliki dasar iman yang tebal sehingga mengendalikan kesadaran otaknya, mungkin pada saat itu dia sudah tak mampu untuk menguasahi dirinya sendiri. Waktu berlalu dengan cepatnya tanpa terasa akan tetapi Gak In Ling dalam keadaan seperti ini merasakan waktu terlalu lambat sekali, sedetik bagaikan puluhan tahun lamanya, biji mata yang jeli berubah menjadi merah darah, sepasang tangannya gemetar keras dan keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya membasahi wajahnya yang tampan- Akhirnya Dewi burung hong memperdengarkan rintihan lirih, lengan dapat bergerak kembali dan gadis itupun mulai mengatur pernapasan untuk mendesak keluar racun yang masih tersisa dalam tubuhnya. Dalam pada itu mustika racun telah berubah warnanya menjadi hitam pekat, tidak selang beberapa saat kemudian darah yang mengalir ke luar dari mulut luka telah berubah menjadi merah, sedangkan kulit luar warna hitampun telah pulih kembali menjadi merah.
634 Gak In Ling menghembuskan napas panjang, dengan susah payah katanya. "Sudah sehatkah badanmu ?" Meskipun Dewi burung hong tak dapat menyaksikan perubahan wajah Gak In Ling, akan tetapi ia tahu bahwa si anak muda itu sudah menderita luka dalam yang parah, ia menjerit kaget dan bangun duduk. sementara mustika ular itu terjatuh dari tangannya. Dewi burung hong melihat wajah Gak In Ling berubah menjadi merah darah, dengan hati terperanjat serunya. "Aaaahh Engko Ling. kenapa engkau ?" Gak In Ling merasa bahwa wajah gadis itu menjadi merah padam bagaikan api yang berkobar, suatu daya rangsangan yang tepat terpancar keluar dari wajahnya, hal ini membuat napsu birahi yang bergelora dalam dadanya makin memuncak. Pemuda itu berusaha keras untuk memperingatkan diri sendiri, katanya didalam hati. "Gak In Ling, kalau engkau tak dapat menguasai diri sendiri maka jika engkau tidak akan menjumpai bencana pembunuhan maka engkau akan merusak kesucian seorang gadis yang suci bersih, engkau ,. dapatkah engkau berbuat sekejam itu ? Tidak tidak dapat " Kendatipun begitu, ia tak dapat menguasai diri sendiri, selangkah demi selangkah ia maju mendekati tubuh gadis tersebut. Tenaga dalam yang dimiliki Dewi burung hong pada saat ini telah pulih kembali sebagian besar, ketika menyaksikan sorot mata Gak In Ling memancarkan sinar kebuasaan sinar yang sangat mengerikan, dengan cepat hawa murninya dihimpun kedalam telapak dan bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tidak di inginkan- "Engko Ling "jeritnya dengan hati terperanjat, "kau apa yang hendak kau lakukan?"
635 Lebar pembaringan batu itu hanya satu tombak lebih sedikit, setelah mundur beberapa langkah kebelakang Dewi burung hong sudah terdesak sampai disudut dinding, ha ini membuat gadis tersebut menjadi sangat gelisah, dengan sorot mata memancarkan cahaya penuh napsu membunuh hardiknya keras-keras. "Gak In Ling, begitu rendahkah moralmu itu ?" Suaranya keras bagaikau guntur yang membelah bumi disiang hari bolong, membuat telinga menjadi amat sakit. Kesadaran otak Gak In Ling pulih kembali menjadi terang, satu ingatan berkelebat dalam benaknya dan buru-buru ia duduk bersila tanah, bisiknya dengan suara lirih. "Luka yang kau derita telah sembuh, cepatlah pergi dari sini ?" Sementara masih berbicara, mendadak sorot matanya membentur dengan sebutir mutiara merah dan secarik kain kuning yang terletak disamping peti kayu, dengan cepat ia periksa kain itu yang ternyata tercantum beberapa patah kata di atasnya. "Kabut merah Ular berjengger adalah racun yang paling kabut dikolong langit, sang korban apabila tidak mengadakan hubungan kelamin dengan lawan jenisnya maka ia akan mati karena kekeringan, aku tidak ingin mustika yang kumiliki ini terjatuh ketangan orang lain maka sengaja ku peringatkan, bila engkau mempunyai niat tersebut silahkan cabut keluar mutiara merah itu." Tertanda : Kiu-ci-mo." Tiba-tiba terdengar Dewi burung hong menegur. "Bagaimana dengan engkau sendiri?" Mendengar suara merdu yang penuh daya tarik itu, sekujur badan Gak In Liag gemetar keras, hampir saja ia tak mampu untuk menguasai dia sambil loncat bangun bentaknya keraskeras. "cepat pergi dari sini " Sekujur badan Dewi burung hong bergetar keras, tiba-tiba ia berseru. "Aku justru tidak mau pergi, engkau mau apa ?"
636 Gak In Ling mengangkat wajahnya yang tampan dan memoinn dengan sangat. "Nona, demi kebaikanmu sendiri.. aku memohon kepadamu, cepatlah pergi cepatlah tinggalkan tempat ini." Semakin memandang Dewi burung hong semakin keheranan, seakan-akan ia telah memahami akan sesuatu, mendadak sekujur badannya gemetar keras, dengan penuh penderitaan katanya. "Dikolong langit tiada racun yang tak dapat disembuhkan, dapatkan engkau bersabar diri ?" "cepatlah pergi dari sini, aku jauh lebih mengerti daripada dirimu..." "Mengapa engkau selalu saja mengusir diriku ?" "cepat enyah dari sini " bentak Gak In Ling dengan penuh kegusaran- Selama hidup Dewi burung hong sudah terbiasa dimanja dan disayang, sudah tentu ia tidak kuat kalau dibentak seperti itu hawa amarahnya memuncak dalam benaknya dan ia segera loncat keluar dari gua itu,, serunya lantang. "Hong-ji, kita pergi dari sini " Kendatipun hawa amarah telah berkobar dalam benaknya, tak urung juga sinar matanya melirik sekejap kearah Gak In Ling yang sedang duduk terpekur dengan kepala tertunduk. Bagaimana pun juga gadis itu tetap merasa berat hati untuk tinggalkan tempat itu. Tampak Gak In Ling mengambil pedang pendek tadi dan membacok peti kayu diatas pembaringan batu itu dengan sepenuh tenaga, dari dalam peti muncullah sebuah pakaian panjang dan besar yang berwarna hitam bercahaya. Dewi burung hong merasa amat kecewa, pikirnya.
637 "ooohh Engkau mengusir aku karena takut aku minta bagian benda mustika itu. Hmm Terlalu picik pikirannya." Sebelum gadis itu sempat berlalu, tiba-tiba terdengarlah Gak In Ling berkata dengan nada dingin- "Sekalipun aku orang she Gak harus mati keracunan ditempat ini, juga tak nanti akan kupenuhi harapanmu itu " Kemudian ia menengadah keatas dan bergumam seorang diri. "Ayah ibu harap kalian bersedia untuk memaafkan diriku, maafkanlah kalau aku tak dapat membalaskan dendam atas kematian kalian berdua...." Setelah menghela napas panjang, tiba-tiba ia ayunkan pedang pendeknya dan menggorok ke-arah leher sendiri. Dewi burung hong yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat terperanjat, jeritnya. "Engko Ling, jangan-.." Ia meloncat kedepan, dengan gerakan yang amat cepat sehingga sukar dilukiskan dengan kata kata gadis itu menubruk kearah Gak In Ling, jari tangannya menyentil kedepan-. traaaaang Pedang pendek dalam genggaman si anak muda itu mencelat dari cekalannya dan rontok keatas tanah, mungkin karena terpengaruh oleh emosi dipeluknya pemuda itu eraterat. Mula-mula dengan andalkan sedikit kesadaran otaknya Gak In Ling masih dapat mempertahankan diri, akan tetapi sekarang setelah pedang pendeknya disampok hingga terjatuh dan lagi hidungnya mencium bau harum seorang gadis yang aneh, kesadaran otak yang masih mengendalikan moralnya pun ikut tersapu lenyap sehinnga tak berbekas. "Adikku sayang...oooh! Adikku sayang..." bisiknya dengan suara gemetar.
638 Mendadak ia menubruk Dewi burung hong dan memeluk tubuhnya erat-erat. Dewi burung hong menjadi amat terperanjat, segera bentaknya: "Hey tahan...Gak In Ling...tahan...dengarkan perkataanku ini...! Gak In Ling, jangan kau lakukan..." Gak In Ling dapat mendengar semua jeritan itu, akan tetapi dalam keadaan demikian ia tak dapt mengendalikan dirinya lagi, sepasang lengannya bagaikan ular berbisa mulai berkeliaran meraba dan menggerayangi sekujue badan gadis itu, terutama pada bagian payudara dan lekukan lembah diantara kedua belah pahanya. Dewi burung hong adalah seorang gadis perawan yang masih suci bersih, diperlakukan sedemikian kasarnya oleh seorang pria muda, hatinya menjadi ketakutan setengah mati, sehingga keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya, ia tak tahu apa yang harus dilakukan pada saat ini, gadis itu hanya bisa membentak dan membentak tiada hentinya. Namun bentakannya itu sama sekali tak mendapat tanggapan bahkan penggerayangan dilakukan semakin menggila, mengikuti makin berkobarnya daya kerja racun tersebut dalam badan, gerak gerik Gak In Lingkian lama bertambah ketakutan. Tiba-tiba nafsu membunuh melintas diatas wajahnya dan memancar keluar dari balik biji matanya yang jeli, hawa murni segera dihimpun ke dalam tangan kanan, lalu dengan nada menyeramkan bentaknya. "Gak In Ling...kalau engkau tidak lepas tangan lagi, jangan salahkan kalau nonamu tidak akan mengingat hubungan kita di masa lalu"
639 (Jilid 18 halaman 57-60 disensor penerbit; kira-kira kisahnya terjadi hubungan intim tidak sengaja antara Burung hong indah dan pemuda ini) "Engko Ling engko Ling kau... kenapa engkau ?" Gak In Ling menggerakkan kelopak matanya dengan berat, namun hanya sebentar kemudian ia sudah pejamkan kembali matanya. "Lepaskan aku " bisiknya dengan payah, "aku merasa lelah sekali " Dewi burung hong sudah merasakan keadaan yang tidak beres, sekarang iapun mulai menyadari bahwa peristiwa yang barusan berlangsung bukan dilakukan oleh pemuda itu dalam keadaan sadar, jelas ia telah terkena sejenis racun yang amat ganas. Setelah kehormatannya dan kesucian tubuhnya diserahkan kepada pemuda itu, tentu saja ia tak berani berayal setelah mengetahui bahwa pemuda itu keracunan. Sambil mengepos tenaga ia salurkan hawa murninya mengelilingi badan satu kali, kemudian menempelkan telapaknya diatas jalan darah Pek-hui-hiat diatas badan pemuda she Gak tersebut. Waktu berlalu dalam keheningan, Dewi burung hong masih tetap tidak merasakan akan pancaran air dingin yang masih menyembur keluar dengan dahsyatnya itu, mungkin gua itu sampai ambruknya ia juga tak akan merasakan- Air muka Gak In Ling yang pucat pias kian lama kian berubah menjadi merah padam, dan akhirnya pulih kembali menjadi sedia kala, kendatipun begitu beberapa jam telah dilewatkan tanpa terasa. Gak In Ling membuka matanya lalu menjerit kaget, dengan cepat tanjannya mendorong ke arah tubuh Dewi burung hong.
640 Tetapi ketika tangannya baru saja diangkat tiba-tiba dalam benaknya terlintas satu pikiran, dengan cepat ia tarik kembali tangannya sambil bergumam seorang diri. "Barusan barusan agaknya aku telah melakukan sesuatu perbuatan?" Mendadak Gak In Ling menjerit kaget, ia cekal lengan Dewi burung hong kencang-kencang dan berseru. "Nona, apa yang telah kulakukan barusan?" Sementara itu Dewi burung hong telah menarik kembali hawa murninya, sambil menyeka keringat yang membasahi wajah ia menjawab "Kalau engkau sudah melihat keadaanku pada saat ini, semestinya engkau pun tahu apa yang telah terjadi " Berbicara sampai disitu, merah padamlah selembar wajahnya karena jengah. Sekarang Gak In Ling telah menyadari apa yang telah dilakukan atas diri gadis tersebut, dengan pandangan kaku di tatapnya wajah Dewi burung hong kemudian serunya dengan hati gugup. "Selama hidup engkau tak akan mengampuni diriku, aku tahu, engkau pasti akan membenci diriku " Dewi burung hong tundukkan kepalanya dengan wajah tersipu, bisiknya lirih. "Asal engkau tidak menyia-nyiakan diriku, aku... aku bersedia mendampingi dirimu untuk selamanya " "Benar, selamanya aku tak akan tinggalkan dirimu. Aaaaah... Hal ini tidak mungkin-" Mendengar perkataan itu, air muka Dewi burung hong berubah hebat, napsu membunuh seketika menyelimuti wajahnya, dengan nada dingin serunya. "Kenapa tidak mungkin ??" Gak In Ling menyapu sekejap kearah gadis itu dengan pandangan hambar, lalu menghela napas panjang.
641 "Aaaaii Lebih baik bunuhlah diriku." Ucapan itu amat menyedihkan hati Dewi burung hong, dalam keadaan seperti ini ia tak tahu mesti menyesal ataukah benci, segera hardiknya. "cepat katakan Aku ingin tahu kenapa tidak mungkin ?" -ooo0dw0ooo- Jilid 19 "KARENA usiaku sudah tak dapat melampaui satu bulan lagi." sahut Gak In Ling dengan suara berat, sorot matanya perlahan-lahan dialihkan keatas langit-langit gua. "Aaaaahh. Dewi burung hong menjerit kaget, sesaat kemudian rasa girang terlintas diatas wajahnya, ia genggam tangan Gak In Ling kencang-kencang, kemudian serunya. "Jadi jadi engkau mencintai diriku ?" "Benar, karena engkau telah menjadi... Aaaaaaii " Rasa murung dan kesal tersapu lenyap dari wajah Dewi burung hong, buru-buru tanyanya. "Aku telah menjadi apa mu? cepat katakan-.." suaranya lembut dan penuh daya tarik. "Engkau telah menjadi isteriku, kenapa aku tidak mencintai dirimu ?" Dewi burung hong berseru lirih dan menubruk masuk kedalam pelukan Gak In Ling, ia tempelkan wajahnya diatas pipi pemuda itu dan bisiknya lirih. "Hmm Aku sangat berharap dapat mendengar bisikanmu itu, engko Ling selanjutnya aku pasti akan mendengarkan perkataanmu engkau suruh aku berbuat apa, pasti akan kulakukan segera, mau bukan ?" Dengan penuh kasih sayang Gak In Ling membelai rambutnya yang kusut, dari nada ucapannya yang begitu
642 tegas ia tahu bahwa gadis itu benar-benar telah berubah, meskipun ia tidak habis mengerti kekuatan apakah yang membuat gadis itu sama sekali berubah. Gak In Ling mencium pipinya dengan penuh kemesraan, lalu sambil tertawa sedih kata-nya. "Adikku, mungkin aku tak dapat selamanya menemani dirimu." "Aku bernama Bwee Giok Siang." kata Dewi burung hong sambil tertawa manis," didaratan Tionggoan hanya engkau seorang yang mengetahui akan namaku ini, karena engkau sudah..." Tiba-tiba ia merandek sebentar, dan sambung dengan serius. "Aku tahu ada sejenis obat dapat menyembuhkan penyakitmu, walaupun engkau tidak sudi memohon kepadanya akan tetapi kita bisa menunggang Hong-ji untuk mencurinya." "Tidak.. andaikata sampai ketahuan oleh mereka, bagaimana jadinya ?" seru Gak In Ling sambil gelengkan kepalanya. Napsu membunuh memancar keIuar dari wajah burung hong, baru saja ia akan buka suara, tiba-tiba satu ingatan berkelebat dalam benaknya, ia berpikir. "Ia melarang aku membunuh orang tanpa dasar, kalau aku bersikeras hendak membinasakan mereka, ia pasti akan marah." Berpikir sampai disini, buru-buru ujarnya. "Kalau memang begitu kita dapat memohon kepadanya, tak mungkin dikolong langit ada orang yang begitu kejamnya sehingga tak mungkin mau menolong orang yang sudah hampir mati."
643 Gak In Ling lega hatinya setelah mendengar perkataan itu, sambil membelai pipinya dengan penuh kasih sayang bisiknya. "Adik siang, engkau benar-benar sudah berubah " "ooooohh sungguh berubah " pikir Dewi burung hong didalam hati kecil. Mendadak ia berseru tertahan dan teriaknya. "Aaah Kenapa disini terdapat begitu banyak air ?" Gak In Ling segera menengok kebawah ia melihat air dalam gua itu jauh meninggi dari keadaan semula dan air tadi mengalir keluar gua tersebut, buru-buru ia bopong tubuh dara itu dan loncat bangun. Tapi dengan cepat wajah mereka berubah menjadi merah padam, kedua orang muda mudi itu saling membelakangi dan cepat mengenakan pakaian. Selesai berpakaian, Gak in Ling memungut pedang pendeknya dan Dewi burung hong mengambil pusaka Ular yang terendam dalam air setelah direndam beberapa saat racun yang terhisap gumpalan bola itu sudah buyar sedang benda itu pulih kembali menjadi putih bersih. Gak In Ling segera menarik tangan Dewi burung hong untuk keluar gua, gadis itu menyambar mutiara merah diatas pembaringan batu dan bersama-sama loncat keluar dari sana. Diatas pembaringan tersisa noda darah merah dan kepingan kotak kayu yang hancur. Setelah keluar dari gua, mendadak kedua orang itu menghentikan langkah kakinya dan berseru tertahan- Tampaklah Hiat- bin- kim-kong Malaikat raksasa bermuka merah sedang merangkak bangun dari atas tanah, punggung dan kepalanya telah basah kuyup, rupanya air dingin yang mengalir keluar gua itu telah menyadarkan jagoan tersebut dari pingsannya.
644 Yang membuat hati Gak In Ling berdua menjadi kaget bukanlah air dingin yang menyadarkan Malaikat raksasa bermuka merah itu, melainkan pukulan telak yang dilancarkan oleh pemuda itu ternyata tak berhasil membinasakan dirinya. Pada waktu itu Malaikat raksasa bermuka merah sedang berdiri membelakangi mereka, berhubung luka dalam yang dideritanya amat parah maka kedatangan kedua orang itu sama sekali tidak terasa olehnya, tangan kirinya masih menekan diatas mulut luka dan menggosok tiada hentinya. Dewi burung hong angkat kepalanya memandang sekejap kearah pemuda itu, rupanya ia ssdang minta pendapat pemuda itu untuk menyelesaikan persoalan itu. Gak In Ling segera maju kedepan, serunya dengan dingin. "Saudara engkau benar-benar panjang usia " Mendengar teguran itu, Malaikat raksasa bermuka merah nampak terperanjat, dengan cepat ia bangkit berdiri dan putar badan, akan tetapi berhubung ia terluka parah maka langkah kakinya tak dapat dikuasai, dengan sempoyongan badannya mundur dua-tiga langkah kebelakang, matanya melotot lebar dan serunya dengan nada dingin. "Sedikitpun tidak salah, agaknya engkau merasa kecewa bukan " Gak In Ling tertawa dingin- "Engkau disebut orang sebagai Malaikat raksasa bermuka merah, akan tetapi saat ini mukamu pucat pias bagaikan mayat, aku rasa luka dalam yang kau derita cukup parah bukan" Jangan dilihat Malaikat raksasa bermuka merah bicara kasar dan membawa sifat ketolol-tololan, dalam kenyataan dia adalah seorang manusia yang berpikir cepat, setelah menilai sebentar keadaan situasi, ia sadar bahwa untuk membohongi Gak In Ling sudah tak mungkin lagi, maka dengan terus terang jawabnya.
645 "Sedikitpun tidak salah, luka dalam yang kuderita memang sangat parah, akan tetapi kalau engkau masih mempunyai kegembiraan untuk bertempur aku pun bersedia untuk melayani dirimu untuk bergebrak beberapa jurus." Sambil berkata ia tekan mulut lukanya dengan tangan dan bersiap siaga untuk melangsungkan perta rungan. Dalam kenyataan dihati kecilnya ia tahu bahwa kepandaian silat yang dimilikinya tak dapat dipergunakan lagi, bahkan apabila terkena sebuah pukulan dari Gak In Ling lagi niscaya ia bakal mampus, namun wataknya yang keras hati membuat orang itu tak sudi tunduk kepala dihadapan orang. Gak In Ling tertawa dingin, sahutnya. "Selama hidup belum pernah aku menghajar anjing yang sudah tercebur kedalam air, pertarungan ini lebih baik dibatalkan saja " Sambil berkata ia menarik tangan Dewi burung hong dan siap meninggalkan gua tersebut. Malaikat raksasa bermuka merah melototkan sepasang matanya bulat-bulat, ia maju kedepan dan menghadang jalan pergi kedua orang itu teriaknya. "Apa kau bilang ? Engkau memaki aku sebagai anjing yang tercebur kedalam air ? Mari... mari.. mari..... bajingan cilik, ini hari toa-ya mu akan beradu jiwa dengan engkau..." "Huuuhh... Untuk berdiri saja tak mampu berdiri tegak. begitu tokh ingin menantang engko Ling untuk berkelahi ?" Ejek Dewi burung hong sambil tertawa. "Andaikata penglihatannya kami tidak salah, aku rasa hawa darah dalam isi perutmu pada saat ini telah tersumbat dan tidak bisa diatur kembali, aku takut..." Mendadak ia membungkam dan menunjukkan satu senyuman yang amat misterius, membuat orang tidak dapat menduga apa sebenarnya maksud gadis itu.
646 Melihat gadis itu tertawa, Malaikat raksasa bermuka merah menjadi bergidik dan bulu romanya pada bangun berdiri, karena perkataan lawannya dengan tepat berhasil menduga rahasianya. Tak tahan lagi ia membentak penuh kegusaran- "Bocah perempuan, apa yang kau tertawakan ?" Dewi burung hong mengerling sekejap kearah Gak in Ling, kemudian ujarnya dengan manja. "Engko Ling, engkau benar-benar berhati welas, rupanya engkau sudah tahu bahwa setengah jam kemudian seluruh peredaran darahnya bakal tersumbat dan seluruh ilmu silat yang dimilikinya bakal punah, engkau benar-benar berjiwa besar, kemudian hari aku harus lebih banyak belajar dari engkau." Gak In Ling dibikin bingung oleh ucapan dara itu, pikirnya didalam hati. "Kapan sih aku berhasil mengetahui akan rahasia tersebut ?" Akan tetapi ia tidak membongkar rahasia tersebut, sambil memandang wajah Dewi burung hong ia tertawa dan berkata. "Adik Siang, aku mengetahui akan maksud hatimu " Perlahan-lahan digenggamnya telapak tangan gadis itu denganpenuh kemesraan-Dewi burung hong merasa hatinya hangat dan gembira, sambil tertawa merdu serunya. "Engko Ling, dalam sakuku terdapat sejenis obat mujarab yang dapat menyembuhkan luka dalam, enaknya kita berikan kepada orang itu atau jangan ?" Sebenarnya Malaikat raksasa bermuka merah sudah merasa terkejut dan kuatir sehingga keringat dingin mengucur keluar membasahi seluruh tubuhnya ketika mendengar Dewi burung hong menebak jitu titik kelemahannya, sekarang setelah mendengar bahwa lukanya dapat disembuhkan dengan obat, sepasang matanya terbelalak semakin sebat dan kakinya tanpa terasa maju setindak kedepanTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 647 Gak In Ling adalah seorang pemuda yang berhati tulus dan ramah, dalam hati pikirnya. "Antara aku dengan orang ini tidak pernah terikat dendam ataupun sakit hati, tindakanku merampas benda yang sudah ditunggu dan dipelihara oleh orang lain selama banyak tahun sudah tidak pantas, apalagi menghajar orang itu sehingga terluka diujung telapakku, tindakan semacam ini lebih-lebih tidak pantas, sekarang ternyata orang itu belum mati, sudah sepantasnya kalau aku harus berusaha untuk menyelamatkan jiwanya." Berpikir sampai disitu, ia lantas berkata. "Adik Siang, berikanlah kepadanya." "Boleh saja kuberikan kepadanya akan tetapi diapun harus menyanggupi sebuah syarat yang akan kuajukan "jawab Bwee Giok Siang atau Dewi burung hong dengan wajah serius. "Apa syaratmu ?" seru Malaikat raksasa bermuka merah dengan mata melotot. "selama hidup engkau harus mengikuti engko Ling " "Jadi pelayannya ?" teriak Malaikat raksasa bermuka merah dengan wajah tertegun dan nada penuh kegusaran- "Sedikitpun tidak salah, engkau harus bersedia menjadi pesuruh dan pelayannya selama hidup" sekilas cahaya merah darah memancar keluar diatas wajahnya yang pucat pias, Malaikat raksasa bermuka merah tertawa keras dan berteriak. "Haaaahh haaaah haaaaahh... budak ingusan, siapakah engkau, berani benar mengajukan syarat tersebut ? Haaahh haaahh lebih baik aku mampus daripada menjadi pelayan orang " Dewi burung hong atau Bwee Giok Siang mengerutkan dahinya dan menjawab dengan ketus. "Nonamu itu disebut orang Dewi burung hong, masa aku tidak pantas ?"
648 Sekujur badan Malaikat raksasa bermuka merah gemetar keras dan tanpa sadar mundur dua langkah ke belakang, katanya. "Apa ?? Jadi engkau adalah Dewi burung hong yang datang dari laut Lamhay ?" Tiba-tiba ia tundukkan kepalanya dan mulai berpikir. "Adik Siang berikanlah kepadanya." bisik Gak In Ling. "Tidak. aku sengaja tidak akan berikan kepadanya " sahut dara tersebut sambil menjebirkan bibirnya. "Barusan, bukankah engkau sudah berjanji akan mendengarkan perkataanku, kenapa sekarang engkau malah membantah ?" "Musuh besarku terlalu banyak, sekalipun aku tidak perlu mencari mereka, merekapun tak akan melepaskan diriku, oleh sebab itu aku takut disaat aku sedang bertempur dengan mereka tiba-tiba engkau jatuh sakit, pada waktu itu aku tak bisa merawat dirimu, seandainya sampai terjadi..." Gak In Ling menghela napas panjang, katanya. "Adik siang, mati atau hidup ditangan Thian, dengarkanlah perkataanku dan berikanlah obat tersebut kepadanya ?" "Engko Ling, dewasa ini jago lihay didalam dunia persilatan terlalu banyak, aku memohon kepadamu dengarkanlah perkataanku ?" "Kalau engkau masih memberi muka kepadaku, cepat berikan obat itu kepadanya " Dewi burung hong angkat kepala memandang sorot mata Gak In Ling yang tajam, hatinya merasa amat sedih sehingga tanpa terasa air mata jatun bercucuran, ia merogoh kedalam sakunya dan ambil keluarkan sebutir pil sebesar buah kelengkeng kemudian sambil diangsurkan ke hadapan Malaikat raksasa serunya. "Nah ambillah "
649 Malaikat raksasa bermuka merah menerima pil tersebut, setelah menyapu sekejap kearah gadis itu, tiba-tiba ia jatuhkan diri berlutut dan mengangsurkan kembali obat itu sambil berseru. "Sian-cu, terimalah kembali obatmu itu. Aku, Malaikat raksasa bermuka merah hanya seorang tukang silat kasaran, tidak berani kuterima budi kebaikkan sebesar ini " Sementara itu Dewi burung hong telah berjalan kembali kesamping Gak In Ling, mendengar perkataan itu ia segera menggeleng kepala dan menjawab dengan hambar. "Engkau tokh sudah tahu akan watak dari nonamu, obat tersebut kuhadiahkan kepadamu bukanlah lantaran engkau, melainkan-.." Berbicara sampai disitu ia melirik sekejap kearah Gak In Ling dengan suara sedih. Si anak muda itu menjadi tak tega, ia merangkul Dewi burung hong dan mendekapnya kencang-kencang, bisiknya dengan suara lembut. "Adik Siang, obat itu tentu berharga sekali, apakah engkau marah ??" Dewi burung hong menggeleng kepala, dan ia merebahkan tubuhnya dalam pelukan sianak- mudaitu, jawabnya. "Engkau suruh aku berbuat apa, aku akan berbuat apa, asal engkau gembira akupun gembira." Dalam pada itu, ketika Malaikat raksasa bermuka merah melihat Dewi burung hong tidak memperdulikan dirinya, tibatiba ia buka suara dan berkata kembali. "Seandainya nona menganggap aku Malaikat raksasa bermuka merah pantas untuk melindungi kongcu ini, aku akan menelan obat yang kau berikan kepadaku ini." Dewi burung hong menjadi sangat kegiranganTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 650 "Seandainya aku tidak merasa bahwa kau pantas untuk melindungi keselamatannya, tak nanti kuajukan syarat itu." "Syarat itu sama sekali tidak menguntungkan diri nona," kata Malaikat raksasa dengan wajah serius. "Andaikata apa yang kudengar tidak salah, aku dengar selama hidupnya gurumu telah mengarungi seluruh penjuru dunia dan menempuh bahaya, namun selama ini hanya berhasil mendapatkan tiga biji ci-Hong-cu, sekarang engkau telah menghadiahkan sebutir kepadaku dan syarat yang kau ajukanpun begitu enteng, bukankah engkau akan rugi besar?" "Apa ? obat ci-Hong-cu ?" seru Gak ia Ling dengan hati terperanjat. Dewi burung hong mencebirkan bibirnya yang kecil dan berseru. "Huuuhh Tadi saja keadaanmu mengerikan sekali seperti mau menerkam manusia, sekarang baru menjerit kaget, sudah tentu aku tidak bohong " Setelah mengerling sekejap kearah Gak In Ling, dia mendongak dan serunya, "cepatlah telan " "Aku tidak membutuhkan pembantu " seru Gak In Ling dengan hati gelisah. "Engko Ling, kau..." "Benar," seru Malaikat raksasa bermuka merah sambil mengangguk," tenaga dalamku masih bslum dapat memadahi dirimu, tentu saja tiada kepentingan bagimu untuk menerima aku sebagai pembantu." "Engkau jangan salah paham, aku berkata demikian karena aku tak ingin memperlakukan orang sebagai pembantu atau pelayan, kita sebagai sesama umat persilatan tidak sepantasnya mempunyai hubungan antara majikan dengan pelayan-"
651 Mendengar ucapan tersebut Malaikat raksasa bermuka merah angkat kepala dan menatap tajam wajah Gak ln Ling, tanyanya. "Sungguhkah perkataanmu itu ?" "Selama hidup aku belum pernah bicara bohong barang sepatah katapun..." Malaikat raksasa bermuka merah menengadah dan tertawa terbahak-bahak. "Haaaahh,... .. haaaahh . haaaahh.. itu berarti aku Malaikat raksasa bermuka merah punya kebebasan untuk memilih ?" Berbicara sampai disini ia segera telan pil ci-Long-cu tersebut dan duduk bersila untuk mengatur pernapasan- Dewi burung hong bersandar dalam pelukan Gak In Ling, sekarang ia dapat menghembuskan napas lega. Gak In Ling merangkul pinggangnya dan berkata dengan lembut. "Adik Siang, mari kita keluar untuk melihat gerak gerik mereka " "Melihat gerak-gerik siapa ? Apakah Ling cu itu ?" "Benar, mungkin mereka sudah mempersiapkan serangan " "Hmm, dia amat cantik " "Siapa ?" tanya Gak In Ling agak tertegun- "Gadis suci dari Nirwana " "Huuss..Jangan sembarangan bicara ?" Dua orang itu segera berjalan keluar dari gua, namun Dewi burung hong tidak mau berjalan bersama pemuda itu, ia ketinggalan jauh ke belakang. Gak In Ling berpaling, ketika melihat gadis itu ketinggalan satu tombak jauhnya, mengertilah pemuda itu bahwa dara tersebut tidak bersedia membantu mereka, maka ia segera berseru.
652 "Kalau engkau tidak cepat jalannya, hati-hati kalau sampai ada kelabang emas merambat ditubuhmu akan kulihat siapa yang akan menolong dirimu..?" Dewi burung hong tidak takut langit dan tidak takut bumi, tapi takut pada kelabang emas karena barusan telah menderita kerugian besar, mendengar perkataan itu ia menjadi ketakutan dan segera berseru. "Engko Ling, tunggu aku " Ia menjejak tanah dan meluncur kedalam pelukan Gak In Ling, seakan-akan kelabang emas itu benar-benar sudah berada dibelakang punggungnya. Mendadak... "Aduuuhh " Gadis itu menjerit kesakitan, "aduh sakitnya..." kakinya menjadi lemas dan hampir saja ia roboh terjengkang keatas tanah. Buru-buru Gak In Ling memayang tubuhnya sambil bertanya. "Kenapa sih engkau? mananya yang sakit." Merah padam selembar wajah Dewi burung hong atau Bwee Giok Siang. "Hmm perbuatanmu yang dilakukan sendiri masih ditanyakan kepada orang lain ?" omelnya. "Aku ? Perbuatanku ?" "Sudahlah, ayoh cepat berangkat Mari kila lihat apakah Ling - cu danpangcu mu yang cantik jelita itu benar-benar terkepung atau tidak... ?" Melihat gadis itu tidak menerangkan lebih jauh, Gak In Ling membathin didalam hati. "Kalau engkau tidak menjelaskan, dari mana aku bisa tahu ?" Baru saja kedua orang itu keluar dari mulut gua, tiba-tiba terdengarlah jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang datang dari arah bawah, mereka segera tundukkan kepalanya dan dua orang itu terbelalak karena terkejutnya, untuk beberapa saat lamanya tak mampu mengucapkan sepatah katapun.
653 Dewi burung hong atau Bwee Giok-Siang diam-diam merasa girang, pikirnya. "Kali ini aku mau melihat kalian bisa galak-galak lagi atau tidak " Dibawah gua merupakan sebidang tanah berumput hijau yang ketika itu sudah digenangi air dingin setinggi satu cun, berpuluh puluh sosok mayat bergelimpangan diatas tanah dalam keadaan kaku, tidak nampak luka ditubuh mereka karena tiada noda darah yang berceceran disana, tapi mayatmayat itu sudah lama putus nyawa. Gak In Ling bergumam seorang diri: "oohh.... mereka adalah anak buah dari Thian-hong pang dan Yau-tie-Ieng, sedang sisanya mungkin adalah pengikut dari bajingan tua itu, aaaii sungguh kasihan." Tiba-tiba serunya kembali dengan nada terperanjat. "Eeeii apa yang terjadi? Hanya dua belas orang bocah cilik itu saja sudah cukup membuat mereka tak bisa berkutik ?" Diseberang gua tampaklah dua belas orang bocah cilik baju merah yang bermuka tampan berdiri dengan membentuk posisi setengah lingkaran, diatas kepala mereka terdapatlah seekor ular kecil berwarna hijau yang melingkar tak berkutik, bentuknya seperti ukiran namun tak seorangpun yang tahu makluk itu hidup atau tidak. Rujung baja dan tubuh merekapun terdapat pelbagai macam Ular beracun yang berbentuk sangat aneh, akan tetapi makhluk-makhluk tersebut bagaikan ukiran belaka karena mereka sama sekali tidak bergerak. Dipihak lain Gadis suci dari Nirwana, Thian hong pangcu serta Ngo-gak-sin-kun membentuk tiga kelompok sedang bertarung mati-matian melawan pelbagai macam binatang beracun yang menyerang dari darat- air maupun udara... Semakin memandang Gak In Ling makin terperanjat, sekarang ia baru tahu bahwa dalam lembah kecil yang
654 berwana hijau ini sebenarnya merupakan sarang makluk beracun, sedang kedua belas orang bocah itu bukan lain adalah pawang yang mengendalikan gerak-gerik makhlukmakhluk beracun itu. Mendadak Gak In Ling merasa tengkuknya gatal sekali, ketika ia berpaling rupanya Dewi burung hong sedang meniup tengkuknya, dengan cepat ia menegur. "Adik siang, nakal benar kamu ini " Bwee Giok Siang atau Dewi burung hong tertawa merdu. "Mereka tokh sedang bertempur dengan riang gembira, kenapa engkau mesti mengkhawatirkan keselamatan orang ?" "Hmm, apa maksudmu ? Coba lihat... sudah begitu banyak orang yang mampus, masa kematianpun bisa dianggap suatu gurauan ?" Melihat pemuda itu marah, Dewi burung hong tak berani nakal lagi, buru-buru jawabnya. "Aku tokh cuma bergurau saja, kenapa engkau anggap sungguhan...?" "Keadaan sudah amat kritis dan berbahaya, engkau harus carikan akal untuk menolong mereka " seru sang pemuda itu dengan gelisah. Meskipun Dewi burung hong merasa sangat tidak puas terhadap tingkah laku Gadis suci dari Nirwana serta Thian Hong pangcu, akan tetapi setelah engko Ling nya mengajukan perkataan tersebut, mau tak mau dia harus putar otak juga untuk mencari akal. "Menurut pengamatanmu, siapakah yang berhasil memegang peranan dalam pertarungan itu?" tanyanya. "Tentu saja kedua belas orang bocah baju merah itu." "Sedikitpun tidak salah, memang merekalah yang pegang peranan, untuk menyelamatkan wanita-wanitamu itu, kita harus lenyapkan dahulu kedua belas orang bocah tersebut."
655 "Aku rasa cara itu tak mungkin bisa dilakukan dengan mudah," sahut pemuda she Gak dengan dahi berkerut, "Gadis suci dari Nirwana serta Thian Hong pangcu bukan orang sembarangan, tentu saja mereka juga menyadari akan hal itu, kenapa kedua orang itu tidak berbuat demikian ?" "Engkau harus tahu, persoalannya adalah mereka tak akan bisa menerjang keluar dari sini,jangan kau lihat lembah ini sempit dan kecil sekali, namun aku percaya ketua dari perguruan Pit-tiong dari Tibet itu paling sedikit sudah menghabiskan tenaga dan pikirannya selama lima enam tahun ditempat itu, seluruh lembah hampir boleh dibilang telah dipenuhi oleh pelbagai binatang aneh yang beracun dari seluruh kolong langit, lembah ini dinamakan Banku-kok, kau bayangkan betapa banyaknya binatang beracun yang berada disini." Ia berhenti sebentar, ketika melihat Gak In Ling memperhatikan dengan seksama ia jadi girang, sambungnya lebih jauh. "Sekarang mereka baru berani datang kemari, hal itu membuktikan bahwa rencana ini dilakukan setelah dipertimbangkan lama sekali, akan tetapi mereka terlalu gegabah karena membawa serta anak muridnya, kalau tidak dengan andalkan tenaga dalam yang mereka miliki,Jika tak usah mengkhawatirkan keselamatan orang lain maka meskipun kedua belas orang itu amat beracun sekalipun tidak berhasil dibunuh paling sedikit merekapun tidak akan terkurung oleh mereka." "Apa kedua belas orang bocah itu beracun ?" seru Gak In Ling semakin terperanjat. "Apakah engkau tidak melihatnya ?" "Maksudmu semua makhluk yang berada di tubuh mereka dan tak berkutik itu adalah binatang-binatang hidup?"
656 "Tentu saja "jawab Dewi burung hong itu sambil tertawa, "kalau tidak mereka tidak akan disebut dua belas bocah racun. Coba lihatlah, Bukan saja kepala dan badan mereka dipenuhi binatang racun, mungkin dalam mulut merekapun terdapat binatang beracunnya, karena itu Jikalau engkau kurang berhati hati, sekalipun berhasil kau bunuh mereka itu namun engkau pun bisa dilukai oleh makhluk beracunnya." Gak In Ling mengamati wajah bocah-bocah baju merah itu, ternyata sedikit pun tidak salah, sampai-sampai diatas alis matapun terdapat sekelompok makhluk kecil yang menyerupai semut merah, ia menjadi makin terperanjat. "Adik Siang, bagaimana caranya untuk melenyapkan mereka ?" teriaknya "Engko Ling,jadi engkau hendak menempuh bahaya ?" "Bagaimanapun kita tak bisa berpeluk tangan melihat mereka terancam bahaya." "Aku rasa yang kau perhatikan adalah wanita-wanita itu bukan?" "Huus Jangan ngaco belo." Dewi burung hong menjulurkan lidahnya. "Lebih baik kita turun tangan dari belakang tubuh mereka, tetapi bagamana caranya menyeberang kesitu ?" katanya. "Aku mengetahui sebuah jalan tembus yang berhubungan dengan tempat itu." mendadak terdengar jawaban seseorang berkumandang. Kedua orang itu sedang pusatkan perhatiannya pada pertarungan didasar lembah, ketika mendengar jawaban itu mereka tertegun dan segera putar badan ke belakang, tampaklah Malaikat raksasa bermuka merah dengan tangan lurus dibawah sedang berdiri dibelakang mereka dengan sikap menghormat. Mukanya yang pucat telah hilang dan kini parasnya pulih kembali menjadi merah padam, bahkan jauh lebih berbahaya dari keadaan
657 semula,jelas luka dalamnya bukan saja telah sembuh bahkan tenaga dalamnya telah memperoleh kemajuan pesat. Bwee Giok Siang menjadi tertarik sekali setelah mendengar perkataan itu, tanya. "Bagaimana caranya menyebrang kesitu ?" "Di dalam sana ada jalan tembus yang bersambungan dengan tepi seberang " "Kenapa orang-orang dari Tibet itu tidak mengetahui akan jalan tembus tersebut 7" tanya Gak In Ling dengan cepat. "Mereka tak mungkin akan menduga kalau dibelakang sebuah batu cadas besar masih terdapat gua lain." Dewi burung hong ayunkan baju hitam yang ada di tangannya dan berseru. "Pakaian ini terlalu besar, engko Ling tak dapat memakainya, aku rasa baju ini CoCok bagimu, Nah Kenakanlah." Seraya berkata dia angsurkan baju hitam yang tak mempan dibaCok dengan senjata yang bagaimana tajamnya itu kepada jago raksasa tersebut. Pada permulaan kali datang kedalam gua itu, tujuan dari Malaikat raksasa bermuka merah adalah untuk mencari baja mustika itu, sebab dua bagian tempat kematiannya perlu dilindungi dengan pakaian semacam itu, maka ketika melihat pakaian itu diangsurkan kepadanya, dengan wajah berubah hebat serunya. "Sian-cu, engkau pasti mengetahui bukan akan kegunaan dari pakaian mustika ini?" "Sedikitpun tidak salah, kalau tidak pakaian ini tak akan kuhadiahkan kepadamu." "Tahukah siancu bahwa pakaian ini bisa mengecil dan membesar?" seru Malaikat raksasa bermuka merah kembali.
658 Bwee Giok Siang tertegun, biji matanya yang jeli tanpa terasa melirik sekejap kearah Gak In Ling, hal ini menunjukkan bahwa orang yang paling diperhatikan oleh nya pada saat ini hanyalah si anak muda itu. Gak In Ling segara tertawa tawa, serunya dengan cepat. "Memakai baju ini atau tidak begitu tiada perbedaannya, akan tetapi bagi saudara ini perselisihannya boleh dibilang besar sekali, karena itu lebih baik pakaian itu biar dia saja yang memakainya." Mendengar jawaban tersebut, diam-diam Dewi burung hong menghela napas panjang, pikirnya. "Aaaaii Engkau tak pernah memikirkan diri sendiri, orang lain yang selalu kau perhatikan." Akan tetapi ia tak berani membantah, pakaian tersebut segera diangsurkan kedepan. Malaikat raksasa bermuka merah menerima pakaian hitam itu, dengan muka serius sahutnya. "Baiklah, pemberian ini akan kuterima dengan hati yang mendalam, selama hidup aku ta kpernah mempercayai orang lain, kecuali kalian berdua dikolong langit dewasa ini tak ada orang yang bisa memerintah diriku lagi, ayo kita berangkat " Tanpa menunggu jawaban dari kedua orang itu lagi, ia segera putar badan dan berjalan masuk kedalam gua. Dewi burung hong menarik tangan pemuda itu dan bisiknya sambil tertawa merdu. "Engko Ling, ucapanmu telah mengharukan hatinya, orang ini berwatak polos dan jujur. aku rasa selama hidup dia tak akan meninggalkan dirimu lagi." "Hmm Semuanya itu tidak lain adalah hasil karya dari engkau budak ingusan," bentak sang pemuda. Dalam hati Dewi burung hong merasa amat gembira, sedang diluaran ia mengomel. "Ooohh... dasar tak tahu diri,
659 sudah diberi kebaikkan, bukannya berterima kasih malahan memaki orang lain sebagai budak ingusan." Cepat ia lepaskan diri dari cekalan sang pemuda dan mengejar Malaikat raksasa bermuka merah lebih dahulu. Ketika mereka sampai diruangan terjadinya pertarungan tadi, tampaklah Malaikat raksasa bermuka merah telah berhasil menemukan sebuah gua diatas dinding sebelah kanan, ketika menyaksikan kedatangan mereka ia segera tertawa dan berseru. "Gua ini berhasil kutemukan tanpa sengaja ketika untuk pertama kalinya aku datang kemari untuk mencari sarang Ular raksasa tersebut, dalam gua ita terdapat banyak cabangnya, aku harus berjalan selama setengah harian lamanya sebelum tiba diseberang sana, sepanjang jalan ada tandanya semua, sekarang aku rasa tak perlu membuang waktu lagi untuk mencapai tujuan." Ia membungkuk dan menerobos masuk kedalam gua tadi. Gak In Ling dan Dewi burung hong menyusul dari belakang nya, tinggi gua itu delapan depa dengan lebar empat depa, bagi Malaikat raksasa bermuka merah berjalan dalam goa serendah ini sangat tidak leluasa. Sedikitpun tidak salah, dalam gua benar-benar terdapat banyak persimpangan, untung Malaikat raksasa bermuka merah telah membuat tanda dijalan yang harus dilewati, maka peejalanan tersebut tidak terlalu payah. Tidak selang beberapa saat kemudian ketiga orang itu sudah mencapai dinding tebing seberang sambil menuding kearah bawah mulut gua Malaikat raksasa berseru. "Sekarang kita sudah berada dibelakang punggung mereka " Gak In Ling berjalan ke luar dari mulut gua itu, ketika menengok kebawah tiba hatinya merasa terperanjat. Mulamula Gadis suci dari Nirwana sekalian berada di bawah kaki mereka, karena itu pemuda tersebut tak berani menengok keluar, sekarang setelah ia menengok keluar dengan lebih jelas dapatlah melihat bahwa pelbagai lebah beracun dan
660 kelabang terbang mengitari batok kepala mereka, dari air muncul pelbagai jenis ular beracun sedang dari atas dinding bukit muncul kelabang dan kalajengking emas yang hitam dan mengerikan sekali. Tiga rombongan yang terkurung terbagi menjadi tiga kelompok dan masing-masing menghadapi serangan dari satu arah yang berbeda, ada yang memperhatikan serangan dari udara, ada yang dari darat dan ada pula yang dari air, namun banyak sekali korban yang berjatuhan karena keracunan. Gak In Ling menjadi amat terperanjat, serunya. "Kalau begitu terus keadaannya, mereka pasti akan mati semua " "Dan kedua belas orang bocah beracun itupun belum memberikan komando untuk menyerang." "Bukankah engkau dapat melihat sendiri bahwa kedua belas orang bocah itu sama sekali tak berkutik ?" "Waahh, kalau sampai mereka memberikan komando untuk menyerang bukankah mereka akan mampus semua ?" "Benar, dan kedua orang wanitamu juga bakal mampus " "Kenapa sih engkau nakal terus adik Siang?" tegur sang pemuda dengan alis berkerut. "Jangan ribut lagi, kita harus segera mencari akal untuk menyelamatkan mereka." Bwee Giok Siang merogoh kedalam sakunya mengambil keluar sebuah kotak perak yang berisikan jarum-jarum perak yang halus bagaikan bulu,pada ekor jarum itu terdapat selaput tipis seperti sayap dan entah apa kegunaannya. Sambil memandang sekejap kearah Gak In Ling, gadis itu berkata kembali. "Engko Ling, aku sama sekali tidak nakal, kalau mengikuti keinginan hatiku maka alangkah baiknya kalau Gadis suci dari
661 Nirwana dan Thian hong pangcu bisa mati, karena dengan begitu aku bakal kehilangan dua orang musuh tangguh." "Jadi maksudmu, engkau tak akan mencampuri urusan ini lagi ?" seru Gak In Ling terperanjat. Dewi burung hong menghela napas panjang. "Demi engkau, sekalipun harus mati aku pun rela " sahutnya dengan amat sedih. Gak In Ling segera menarik tangannya dan berbisik, "Adik Siang, setelah engkau selamatkan jiwa mereka, kemangkinan besar mereka pun tak akan mencelakai dirimu kembali." "Aku sih tak takut menghadapi mereka, aku hanya takut takut aaaaii" "Kalau mereka tidak kau takuti, lalu apa yang kau takutkan lagi ?" seru pemuda itu keheranan. "Aku telah mengkhianati seseorang " sahut gadis itu sambil tertawa sedih. "Mengkhianati siapa ?" Dalam pada itu, diantara dua belas orang bocah itu mendadak tampaklah salah seorang diantaranya yang berada disebelah kanan memperdengarkan suara pekikan aneh yang amat memekikan telinga, begitu pekikan tersebut bergema, makhluk-makhluk beracun yang berada dalam lembah itu bagaikan kena pengaruh iblis bagaikan kalap menerjang kearah ketiga rombongan jago silat itu. Jeritan-jeritan ngeri berkumandang memecahkan kesunyian, tujuh delapan sosok mayat kembali menggeletak memenuhi permukaan tanah. Dewi burung hong melirik sekejap kearah Gak In Ling yang sedang gelisah, tiba-tiba ia mencabut keluar sebatang jarum perak, kemudian disambitkan kearah bocah racun itu. Diiringi serentetan cahaya perak yang amat menyilaukan mata,jarum perak itu meluncur ke depan dan berkelebat lima enam depa diatas kepala sasarannya.
662 Gak In Liong menjadi melongo, pikirnya "Kenapa sambitan itu tidak jitu dan lebih tinggi dari sasarannya ?" Belum habis ingatan tersebut berkelebat dalam benaknya, tiba-tiba tampaklah jarum perak itu membelok arah dan kini meluncur keluar dari arah yang berlawanan dan dengan telah tepat menghajar jalan darah ki tong-hiatnya. Ketika menyaksikan para jago dibikin kabut dan sama sekali tidak punya kemampuan untuk melakukan serangan balasan lagi, kawaspadaan bocah-bocah beracun itu boleh dibilang telah lenyap sama sekali, menanti ia menyadari akan bahaya yang sedang mengancam, keadaan sudah terlambat. "Criiiig.... Ditengah jeritan lengking yang menyayat hati, bocah itu roboh terkapar diatas tanah dalam keadaan tak bernyawa lagi, dari mulut dan hidungnya bagaikan ledakan gunung berapi muncratlah pelbagai macam binatang berbisa yang seketika itu juga menyebar kedaerah seluas satu tombak, Menyaksikan peristiwa tersebut, Gak In Ling menjulurkan lidahnya dan berpikir didalam hati. "Andaikata terjadi pertarungan jarak dekat kendatipun dapat membinasakan bocah itu, tak urung diri sendiripun akan mendapat bencana, benar-benar suatu cara yang mengerikan." Dengan kematian dari bocah racun yang memberi komando itu, kawanan makhluk beracun yang melakukan penyerbuanpun buyar dengan sendirinya, sebelas orang bocah lainnya berdiri melongo dan tak habis mengerti, karena mereka tidak melihat diantara jago ada yang melakukan serangan maut tersebut. Ditengah keheningan, terdengar Malaikat raksasa bermuka merah berkata. "Bagaimana kalau kita serang makhlukmakhluk beracun itu dengan api ?"
663 "Dasar lembah merupakan permukaan air, bagaimana cara membakarnya ?" "Aku mengetahui kalau disuatu tempat ada minyak." Dari balik sorot mata Dewi burung hong memancar keluar sinar berkilauan, katanya. "Engko Ling, bukankah engkau hendak menyelamatkan kedua orang gadis cantik itu ? Sekarang aku punya akal " "Apa akalmu itu ?" tanya Gak In Ling dengan gelisah. "Sekarang kita harus memanfaatkan setiap titik secara baikbaik, setiap makhluk takut pada minyak, saudara, tolong ambillah minyak dan bawalah kemulut gua itu kemudian menumpahkan kedalam air, kita bikin buyar dahulu ulat kecil yang ada diatas Winding, kemudian engko Ling boleh suruh mereka naik ke atas gua, menanti semua orang sudah naik dan dasar lembah sudah penuh minyak kita bakar binatang itu sehingga ludas semua, cuma aku tak tahu berapa banyak minyak yang tersedia disini ?" "Banyak... banyak sekali "jawab Malaikat raksasa bermuka merah sambil putar badan berlalu lebih dahulu. Diam-diam Gak In Ling menghembuskan napas lega. Dewi burung hong yang menyaksikan hal itu dengan alis berkerut dan berseru. "Engkau jangan keburu merasa bangga, Tiongcu dari Tibet tidak akan segampang itu untuk dihadapi, untuk masuk kedalam gua mungkin mereka harus mengorbankan banyak pengikutnya " Gak In Ling tertegun, dengan cepat tanyanya. "Maksudmu dia akan munculkan diri untuk menghalangi jalan pergi mereka ?" Kembali Dewi burung hong mempersiapkan tiga batang jarum perak, dengan serius jawabnya. "Semua gerak-gerik dari para jago yang ada dalam lembah ini sudah berada dibawah pengawasannya, sampai sekarang ia
664 tidak munculkan diri karena kedua belas orang bocah racun itu sudah mampu untuk mengurung mereka semua, jikalau tidak percaya akan kubunuh tiga orang bocah itu lagi, coba kita buktikan dia bakal munculkan diri atau tidak," "Jangan bunuh dahulu," seru Gak In Ling sambil menghalangi dara tersebut turun tangan, "kalau engkau bunuh bocah racun itu, maka mereka semua tak akan mampu untuk melarikan diri." "Demi kedua orang wanitamu ?" "Hm kembali engkau mengaco belo." Pada saat itulah kelabang emas yang berada diatas dinding tebing mendadak menyebarkan diri dan kabur terbirit-birit, rupanya Malaikat raksasa bermuka merah telah menumpahkan minyak diatas dinding tebing. Sebelas orang bocah racun itu kelihatan gelisah sekali ketika menyaksikan kelabang emas itu pada kabur keempat penjuru, tiga orang bocah racun diantaranya kembali memperdengarkan pekikan aneh. Dewi burung hong melirik sekejap kearah Gak In Ling kemudian berkata. "Cepat kau suruh mereka naik ke gua, setelah tiga orang bocah itu mati, maka ketua Pit-tiong dari Tibet pasti akan munculkan diri dan situasinya pada waktu itu tentu akan terjadi perubahan." Sambil berseru tiga batang jarum peraknya segera digetarkan kearah depan. Tiga jeritan ngeri berkumandang memecahkan kesunyian, sekawan binatang beracun menyebarkan diri keempat penjuru dari tubuh tiga orang bocah itu roboh terkapar diatas tanah dalam keadaan tak bernyawa lagi.
665 "Ling-cu, cepat naik keatas gua " Buru-buru Gak In Ling berseru dengan ilmu menyampaikan suara. Ketika mendengar seruan tersebut sangat di kenal olehnya, tubuh gadis suci dari Nirwana kelihatan bergetar keras, sepasang matanya berputar menyapu sekitar tempat itu, sikapnya yang tenang pun muncul kembali keatas wajahnya. Gak In Ling tahu bahwa mereka tak tahu bagaimana caranya untuk menaiki gua tersebut, buru-buru suruhnya kembali. "Naiklah dari belakang punggungmu, kurang lebih dua puluh tombak jauhnya terdapat sebuah batu besar, gua itu berada dibelakang batu tadi....cepat" Gadis suci dari Nirwana masih kelihatan sangsi. "Engko Ling, ia sedang mencari dirimu" Goda dewi burung hong sambil tertawa merdu. "Huuuss jangan bicara sembarangan" Dalam pada itu dari balik gua tiba-tiba berkumandang tiga kali suitan nyaring, delapan orang bocah racun yang masih hidup segera- lari masuk kedalam sebuah gua tepat dibawah kedua orang itu. "Engko Ling " KembaIi Dewi burung hong berseru " Cepat katakan bahwa setelah naik ke dalam gua maka mereka akan bertemu dengan engkau, ia pasti akan segera menuruti perkataanmu." Gak In Ling mengangguk, ia segera berseru. "Aku akan menyambut kedatangan Ling cu didepan gua " Ucapan itu manjur sekali, dengan muka berseri Gadis suci dari Nirwana segera memerintahkan anak buahnya untuk mengundurkan diri kedalam gua. Semua jago lihay yang dipimpin olehnya kecuali perempuan naga paramal sakti yang tak kenal ilmu silat boleh dibilang semuanya merupakan jago kepandaian tinggi, dibawah perintah Ling cu-nya, dalam waktu singkat ada tiga orang telah mengundurkan diri.
666 Sementara itu dari dalam gua dibawah kaki Gak In Ling berkumandang kembali jeritan aneh dari delapan orang bocah beracun, beribu-ribu ekor makhluk beracun itu bagaikan kalap segera menerjang kearah para jago dengan ganasnya, dalam waktu singkat kembali ada puluhan orang roboh binasa. Sementara itu minyak yang dituang Malaikat raksasa bermuka merah telah memenuhi separuh lembah, makhluk beracun yang berenang di air kecuali yang bisa menyelam sebagian besar telah dipaksa mundur dari wilayah sekitar sana. Kembali Dewi burung hong mempersiapkan tujuh delapan batang jarum perak, setelah mengincar arah yang tepat serunya kepada Gak In Ling. "Bila jarum perak ini kusebarkan maka Tiong-cu dari Tibet segera akan mengetahui siapakah aku, engko Ling Sekarang Gadis suci dari Nirwana telah naik keatas gua, kau boleh suruh pangcu itupun ikut naik keatas gua " Gak In Ling berpaling kebawah, ketika melihat Gadis suci dari Nirwana telah naik keatas gua, buru-buru serunya dengan ilmu menyampaikan suara. "Pangcu Cepat mengundurkan diri mengikuti arah yang dilalui orang-orang Yau-ti-leng dan naiklah ke gua " Reaksi Thian-hong pangcu persis seperti apa yang diperlihatkan Gadis suci dari Nirwana, seteIah ada pengalaman buru-buru pemuda itu berseru kembali. "Aku akan menyambut kedatanganmu diatas gua " Buru-buru Thian-hong pangcu memerintahkan anak buahnya untuk mengundurkan diri. Dewi burung hong kembali menggetarkan tangannya, serentetan cahaya perak laksana kilat meluncur kedepan, sesudah berputar ditengahi udara tiba-tiba jarum perak itu membalik dan meluncur kedalam gua dibawah mereka.
667 Dua kali jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema memecahkan kesunyian. "Waah Tidak ketolongan lagi" gumam Dewi burung hong sambil gelengkan kepalanya. "Tanpa melihat sasaran engkau berhasil melukai dua orang musuh, mengapa kau katakan tidak ketolongan lagi ?" tanya sang pemuda keheranan. "Sekarang, ia akan segera mengetahui siapakah aku " "Oooohh " Gak In Ling berpaling kebawah, ketika menyaksikan Ngo-gak Siu-kun sedang memerintahkan anak buahnya naik keatas daratan lebih dahulu sedang ia belakangan, tanpa terasa pemuda itu mendengus dingin. "Hmm Pandai benar engkau berpura " serunya. "Siapakah yang kau maksudkan ?" "Itu, dia " sahut pemuda itu sambil menuding kearah Ngogak Siu-kun.. Dewi burung hong menganggukkan kepalanya. "Andaikata aku menjadi dia, akupun akan berbuat demikian, tokh dari atas sana sudah ada yang melindungi, asal bisa memperhatikan diri baik-baik sehingga tidak sampai tergigit makhluk beracun, siapapun dapat bersikap pura-pura semacam itu." Perlahan-lahan Gak In Ling mencekal ujung pedang pendeknya, dan ia slap menyambitkah senjata itu kedepan. Dewi burung hong segera menarik tangannya sambil berseru. "Engkau ini bagaimana sih ? Bukankah sudah kukatakan bahwa dari atas ada yang yang melindungi, seranganmu ini mana mungkin bisa merobohkan dirinya ? Sayang tokh kalau harus membuang sebilah pedang mustika dengan percuma ?"
668 Dalam pada itu dari dalam gua dibawah mereka mendadak berkumandang suara tertawa jalang disusul seseorang berseru. "Siau-cu, kalau tokh engkau sudah berkunjung datang, kenapa tidak tampil kedepan untuk bertemu ?" Dewi burung hong membungkam dalam seribu bahasa. Suara itu kembali berkumandang. "Kalau Siancu tak bersedia unjukkan diri lagi,jangan salahkan kalau Siau-moay akan membinasakan orang-orang pada rombongan terakhir ini...." Dewi burung hong tetap membungkam dalam seribu bahasa. "Kalau begitu, maafkan Siau-moay " seru orang itu sambil tertawa merdu, setelah berhenti sebentar mendadak teriaknya. "Adik Siang, bagaimana baiknya ?" Ketika ia menengadah, tampaklah dari balik mata Dewi burung hong memancar keluar cahaya yang sangat aneh, ia segera berteriak, "Mati hidup tanpa berpintu, datang hanya dicari sendiri, sampai saat ini apakah kalian masih ling lung ?" Meskipun suaranya tidak keras, akan tetapi mampu untuk menyadarkan orang-orang itu dari pengaruh lawan. Ketika mendengar seruan tersebut, Njo-gak Siu-kun tidak memperdulikan orang lain lagi segera loncat masuk kedalam gua, sedang orang lain pun ikut masuk pula kedalam gua. Dari dalam gua dibawah kaki mereka kembali berkumandang suara tertawa merdu, disusul oleh seseorang berseru kembali. "Siau-cu, kalian semua telah berada dalam genggamanku, kita berjumpa lagi dibawah nanti" Dewi burung hong nampak terkejut dan segera berteriak. "Cepat lepaskan api"
669 "Bagaimana dengan orang-orang yang belum sempat naik ?" Dewi burung hong tidak menjawab, ia merogoh sakunya dan ambil keluar korek api kemudian melemparkannya kedalam minyak,... dalam waktu singkat terjadilah kebakaran dahsyat. Dari pihak lain air bah yang menggenangi lembah itu kian lama kian bertambah tinggi, nampaklah api, air dan makhluk beracun makin meninggi dan mendekati mulut gua. Tidak lama setelah api berkobar didasar lembah, dari empat penjuru berkumandang suara tiupan seruling yang melengking tak enak didengar, mengikuti lengkingan seruling beribu-ribu ekor Ular beracun, kelabang dan sejenisnya bersama-sama menerjang kearah gua itu. Kobaran api dalam lembah tersebut mengikuti makin meningginya air bah yang memenuhi lembah tersebut makin membumbung tinggi ke-angkasa, udara menjadi pengap dan panas sekali membuat kulit menjadi nyeri dan napas jadi amat susah. Suatu kejadian aneh dan telah berlangsung didepan mata, kawanan Ular beracun serta jenis makhluk berbisa lainnya yang dihari-hari biasa sangat takut dengan api, pada saat ini ternyata sudah hilang rasa takutnya, mereka tidak anggap api tadi sebagai ancaman, bahkan gerakan serbuan mereka dilakukan semakin gencar. Gak In Ling yang menyaksikan peristiwa itu menjadi amat gelisah, segera teriaknya. "Adik Siang, kita hanya mempunyai sebuah jalan keluar diatas kita saja...." Walaupun dalam hati kecilnya Dewi burung honi juga rada gelisah, akan tetapi perasaan tersebut tidak sampai diperlihatkan diluaran, ia tertawa tawa dan berkata.
670 "Kalau engkau mengundurkan diri kesana, maka berada disebuah jalan kematian." "Kalau hanya Ular beracun dan makhluk berbisa saja tak mungkin bisa menghalangi kita, akan tetapi sekarang api dan air telah membumbung tinggi sedemikian cepatnya, kalau tidak cepat-cepat mengundurkan diri maka kita pasti akan mampus terbakar ditempat ini." "Engko Ling, kau tak usah bodoh,justru disitulah letaknya siasat tentara semu yang diatur oleh Tiongcu dari Tibet tersebut, tujuannya adalah agar kita percaya kalau Ular beracun serta makhluk-makhluk berbisanya mampu untuk mengurung kita semua, sedang jebakan yang sesungguhnya masih belum ia perlihatkan keluar,jika kita semua telah mengundurkan diri keatas tebing. Nah, pada waktu itulah dia bakal ringkus kita sehingga mampus semua ditengah lautan api," Sambil berkata telapaknya bekerja cepat memukul rontok seekor Ular beracun yang berhasil mencapai mulut gua. Gak In Ling merasa amat tidak puas, bantahnya. "Apakah ia punya kepandaian untuk mengetahui kejadian yang akan datang ? Tokh dia tak tahu kalau kita bakal mempergunakan api?" "Meskipun ia tak menduga kalau kita bakal menggunakan api, akan tetapi ia telah menyusun rencana agar kita melepaskan api, kalau tidak demikian darimana riatangnya begitu banyak minyak didalam gua kuno ini ?" "Apakah ia rela untuk mengorbankan seluruh makhluk beracun yang dikumpulkan serta di peliharanya selama banyak tahun?" kembali Gak In Ling berseru dengan nada tidak percaya. Sembari berkata ia lancarkan kembali sebuah pukulan untuk merontokan tiga ekor ular besar sehingga tercebur kedalam lautan api.
671 Dewi burung hong tertawa. "Engko yang bodoh, tujuannya mengumpulkan makhluk-makhluk berbisa itu bukan lain adalah hendak di gunakan untuk menghadapi kami bertiga, dan sekarang kami bertiga sudah terjebak dalam perangkapnya, apa sayangnya kalau makhluk-makhluk berbisa itu dikorbankan ?" Kecerdasan Perempuan ini benar-benar sangat lihay, setiap perkataannya sangat masuk di akal membuat orang tak bisa membantah, akan tetapi Gak In Ling masih tetap tidak percaya, kembali ia berkata. "Menurut pendapatku, menerjang naik keatas tebing ialah satu-satunya jalan hidup, daripada menunggu kematian disini lebih baik kita berusaha untuk meloloskan diri." Dewi burung hong tidak menjawab, sambil ulapkan tangannya kepada burung hong yang berada disisinya ia berseru. "Hong -ji, pergilah " Burung hong itu rentangkan sayapnya berpekik nyaring, kemudian kembangkan sayapnya dan sekejap mata sudah berada ditengah udara, namun burung hong itu tidak pergi jauh, ia hanya pergi disekeliling Sana: Melihat hal itu, Gak In Ling segera berkata: "Coba lihatlah, kalau diatas ada jebakan tak mungkin burung hong itu dapat terbang keangkasa " Dewi burung hong tidak segera menjawab, ia menuding kearah depan dan berseru. "Coba lihatlah kearah sana " Dalam pada itu para jago yang berada disebelah depan nampak gelisah semua, ketika mereka lihat bahwa burung hong itu dapat langsung menembusi awan tanpa menjumpai hambatan, jalan pikiran mereka sama seperti apa yang dibayangkan Gak In Ling, tidak lama setelah burung hong tadi terbang keangkasa, terlihatlah tiga sosok bayangan manusia meluncur keluar dari dalam gua dan menerjang kearah puncak tebing. Ilmu silat yang dimiliki ketiga orang itu lihay sekali, tampaklah orang-orang itu sambil memukul pental makhluk
672 beracun yang berada disekitar batu bukit, telapak yang lain berjaga-jaga untuk menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan. Dalam sekejap mata, tiga orang itu sudah hampir tiba dipuncak tebing, nampaknya sebentar lagi mereka akan berhasil mencapai ditempat tujuan.... siapa tahu mendadak ketiga orang itu menjerit kesakitan dengan suara yang amat mengerikan, tubuh mereka roboh kembali kedalam lautan api.... Gak In Ling sangat terperanjat, serunya. "Kalau begitu, satu-satunya jalan hidup kita hanya mengundurkan diri kedalam gua ?" Dewi burung hong mengangguk tanda membenarkan. "Sekarang kita terpaksa harus mengadu untung," katanya, "aku percaya gua inipun berada dibawah pengaruh serta kekuasaan Tiongcu dari Tibet, kendatipun begitu aku rasa tiada jalan lain bagi kita untuk mengundurkan diri lagi." Sambil berkata ia menarik tangan Gak In Ling dan mengundurkan diri kedalam gua. Dipihak sini muda mudi ini masuk kedalam gua, dipihak lain Gadis suci dari Nirwanasekalipun secara beruntun telah mengundurkan diri pula kedalam gua,jelas mereka mempunyai jalan pikiran yang sama dengan Dewi burung hong. Belum jauh kedua orang itu masuk kedalam gua, mendadak dari belakang tubuh mereka bergema suara benturan keras yang sangat memekikkan telinga, tahutahu mulut gua di tutup orang dengan sebuah batu raksasa, disusul suara seorang perempuan dengan nada yang jalang berseru. "Hiiiiihh hiiiiiiihh hiiiiiihh Siancu, kali ini dugaanmu keliru besar." Tercekat hati Dewi burung hong, mendadak ia menyadari bahwa kemungkinan besar ia sekarang telah berada dibawah pengawasan musuhnya. dengan nada dingin jawabnya. "Kalau Siau-moay berlalu dari sini, bukankah kau
673 akan kehilangan satu kesempatan yang sangat bagus untuk berjumpa dengan Tiongcu ?" Suara perempuan itu berkumandang kembali, ia tertawa. "Kalau begitu akulah yang salah menduga.." "IHeeeeahh heeeeehh... heeeehh... begitulah kiranya, Tiongcu Beranikah engkau untuk berjumpa muka dengan Siau-moay ?" "Aku rasapada saat ini kesehatan badanmu belum pulih kembali, kalau kujumpai dirimu, bukankah akulah yang bakal beruntung ?" Dewi burung hong atau Bwee Giok Siang tertawa. "Aku percaya sejak Siau-moay pertama kali masuk kedalam gua ini, gerak-gerikku sudah berada dalam pengawasan Tiongcu mengetahui bukan bahwa Siau-moay tidak pernah melakukan pertarungan dengan siapapun juga " Suara perempuan itu makin jalang, sambi tertawa keras katanya. "Hiiimihh.... hiiiiiiiihh.....hiiiiihh.... Sekalipun begitu, sewaktu dalam gua Ular berjengger tadi, Siancu harus mengeluarkan tenaga yang tak kecil untuk, mencicipi kenikmatan sorga dunia yang pertama kalinya dengan lawan sejenismu." Gelak tertawanya makin lama makin keras dan semakin cabul. Merah padam wajah Dewi burung hong dan Gak In Ling sehabis mendengar perkataan itu, walaupun peristiwa itu terjadi karena Gak In Ling terkena racun jahat dari Ular berjengger, akan tetapi hubungan suami isteri yang dilihat pihak ketiga tentu saja memalukan sepasang muda-mudi itu. Pada saat itu mereka hanya memikirkan tentang soal malu belaka, dan tidak memikirkan persoalan itu dengan hati yang tenang dan otak dingin. Orang yang paling disegani Tiongcu dari Tibet adalah ketiga orang jago perempuan itu, andaikata ketika itu dia benar-benar hadir ditempat kejadian, tanpa
674 mengeluarkan sedikit tenaga pun ia sudah mampu membinasakan Dewi burung hong serta Gak In Ling, mungkinkah perempuan dari Tibet itu berbaik hati dengan membuang kesempatan baik ini dengan begitu saja ?" Lalu bagaimana mungkin ia dapat mengetahui peristiwa tersebut?" Bila dipikirkan dengan seksama sebetulnya tidak sukar untuk mendapatkan jawabannya, ia tentu dapat melihat bekas noda darah yang tertinggal diatas pembaringan batu kemudian menghubungkan persoalan yang satu dengan persoalan yang lain sehingga akhirnya menarik kesimpulan. Dan perkataan itu sengaja diutarakan keluar tujuannya bukan lain adalah untuk memancing hawa kegusaran Dewi burung hong sehingga ia tak bisa berpikir dengan akal sehatnya. Dewi burung hong atau Bwee Giok Siang benar-benar tertipu, dengan gusar ia membentak. "Tiongcu, kita boleh berbicara secara blak-blakan, kalau memang engkau bisa mengetahui persoalan itu dengan begitu jelasnya, tentu saja engkau harus tahu pula bagaimana caranya memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya." Baru saja Dewi burung hong menyelesaikan kata-katanya, mendadak, terdengar orang itu menjawab. "Perkataan dari Siancu itu memang tepat sekali" Bersama dengan selesainya perkataan itu....,-Braaaakk Dari atas dinding batu sebelah depan tiba-tiba muncullah sebuah pintu gua yang lebar nya kurang lebih satu tombak, Didepan mulut gua berdirilah seorang perempuan dengan berdandan menyolok, yang berusia antara dua puluh tujuh, delapan tahunan, rambutnya disanggul model keraton, alisnya lentik bagaikan lukisan, matanya bulat bercahaya terang hidungnya mancung dengan bibir yang kecil, meskipun kecantikan wajahnya masih kalah kalau dibandingkan dengan Dewi burung hong bertiga akan tetapi ia memiliki daya tarik yang luar biasa.
675 Teristimewa sekali dandanan serta pakaiannya, ia memakai sebuah kain sutera yang sangat tipis dan tembus pandangan, membuat anggota tubuhnya yang terlarang dan sepasang payudaranya yang montok dan padat berisi kelihatan jelas sekali. Pada waktu itu sambil bersandar ditepi dinding gua, ia memperlihatkan suatu gaya yang amat menahan. Merah padam selembar wajah Gak In Ling setelah menyaksikan dandanan tersebut, ia malu sekali. Sebaliknya Dewi burung hong telah dibikin sangat mendongkol sehingga ia membentak keras. "Terimalah penghormatan dari Siau-moay " Sambil berseru, tubuhnya laksana kilat menerjang kearah Tiongcu dari Tibet itu. Tiongcu dari Tibet tertawa merdu, tangannya yang bersandar diatas dinding mendadak menekan kebawah dan "Blaaaamm " Sebuah dinding batu mendadak meluncur kebawah persis dihadapan muka perempuan itu. "Duuukk " Pukulan Bwee Giok Siang yang dilancarkan dalam keadaan gusar itu tepat bersarang diatas dinding batu itu, membuat batu dan pasir berguguran, namun dari balik dinding tembok sama sekali tidak terdengar suara pantulan, bisa dibayangkan betapa tebalnya dinding tersebut "Engko Ling... engko Ling..." teriak Dewi burung hong berulang kali. -ooo0dw0ooo- Jilid 20 NAMUN tiada jawaban yang kedengaran, sekali lagi ia lancarkan pukulan ke atas dinding tembok itu namun tidak ada hasilnya juga , akhirnya ia berhenti menyerang dan otaknya
676 bekerja keras. Dipihak lain Gak In Ling pun berteriak tiada hentinya. "Adik Siang... adik Siang " Namun tiada jawaban, pukulan demi pukulan dilancarkan pula keatas dinding akan tetapi juga tak ada hasilnya. Dalam keadaan demikian terpaksa Gak In Ling harus menyingkirkan cara tersebut untuk mencari akal, seluruh ruang batu itu dyelajahi akan tetapi ia tetap gagal untuk menemukan jalan keluar. Pada saat itulah mendadak dari arah belakang tubuhnya berkumandang suara gemerincing yang amat nyaring. Gak In Ling spontan berpaling ke belakang, ia lihat dinding batu disebelah belakangnya perlahan-lahan terluka, dari celah yang makin melebar ia saksikan ada satu... dua orang sedang duduk dibalik ruang samping, satu ingatan berkelebat dalam benaknya dan segera berpikir. "Asal ada orang, perduli amat musuh atau sahabat yang penting ada orang lain..." Baru saja ingatan itu berkelebat lewat tiba-tiba "Blaaamm " Dinding tembok yang membuka lebar terbentang sama sekali dan pemandangan yang berada dalam ruangan itupun tertera nyata di depan mata. Gak In Ling merasakan hatinya bergidik dan bulu roma pada bang kit berdiri, dengan seram ia mundur dua langkah kebelakang. "Sungguh menyeramkan " gumamnya seorang diri. Di dalam ruang batu yang lebar terbentanglah alas batu panjang selebar dua depa disisi kiri dan kanan ruangan, diatas alas batu itu masing-masing duduk enam orang pria berpakaian ketat, kaki mereka tergantung dibawah alas batu, lehernya basah oleh darah sehingga menodai seluruh pakaiannya, lengan-lengan mereka yang berada dialas kaki masing-masing membawa batok kepala sendiri yang ditebas orang, batok kepala itu berkerut kencang, matanya melotot
677 dan mulutnya ternganga sehingga kelihatan seram sekali, jelas kematian mereka baru terjadi belum lama berselang. Gak In Ling merasakan darah panas dalam tubuhnya mendidih, sambil menggertak gigi teriaknya. "Apa dosa dan kesalahan mereka sehingga kalian menggunakan cara yang demikian kejinya untuk membinasakan mereka ? Kalau aku orang she Gak tidak melihat sendiri masih-tidak mengapa, ini hari setelah kusaksikan dengan mata kepala sendiri Hmm " Ia melangkah maju dan memasuki ruangan tersebut. Baru saja ia melangkah masuk kedalam ruangan.... Blaaaam Pintu batu belakang tubuhnya kembali tertutup rapat, jelas ada orang yang secara diam-diam mengendalikan pintu rahasia tersebut. Gak In Ling sama sekali tidak berpaling, ia menghampiri mayat-mayat itu dan sebelum sempat mengembalikan batok kepala mereka diatas leher masing-masing, mendadak dari arah belakang bergema datang suara teguran seseorang dengan nada ketus. "Gak In Ling, Tiongcu kami akan bertemu dengan engkau " Si anak muda itu putar badan, ia melihat tiga orang manusia aneh bercadar kain kuning berdiri sejajar dihadapannya. Seringkali pemuda she Gak ini berjumpa dengan manusia bercadar dari perkumpulan rahasia, akan tetapi belum pernah berjumpa dengan manusia bercadar kain kuning, ia tahu ilmu silat yang mereka miliki kemungkinan besar masih berada diatas lainnya. Ia tertawa dingin dan menegur padanya. "Apakah orang-orang ini mati karena kalian bunuh ?"
678 "Sedikitpun tidak salah,"jawab tersebut muncul dari arah belakang, "nanti sebentar engkau akan menyaksikan pemandangan indah yang jauh lebih banyak lagi." Sekali lagi Gak In Ling putar badan, ia melihat dihadapan mukanya kembali telah berubah bertambah dengan tiga orang manusia bercadar yang persis bentuknya seperti tiga orang lainnya. jelas mereka muncul disaat ia sedang putar badan tadi tanpa disadari olehnya. Pemuda itu segera tertawa dingin, katanya. "Kedatangan kalian benar-benar amat misterius dan kedatangan kalianpun tepat pada waktunya. Keenam orang manusia bercadar kain kuning itu sama sekali tak menyangka kalau sikap Gak In Ling begitu tenangnya, semula mereka menggerakkan alat rahasianya dan munculkan diri dari bawah tanah tanpa mengeluarkan sedikit suarapun, tujuannya adalah untuk menakuti hati pemuda itu agar dia menjadi segan dan memperlemah kekuatan sendiri, dengan begitu dalam pertarungan yang akan berlangsung nanti dengan mudah mereka dapat menawannya. Siapa tahu apa yang kemudian terjadi telah mengecewakan hatinya. "Apa maksudmu dengan mengatakan kedatangan kami tepat pada waktunya.. ?" serunya salah seorang yang berdiri ditengah. Sementara orang itu bertanya, Gak In Ling telah berpikir dalam hati kecilnya "Mereka berenam berdiri dengan menempel disamping dinding, rupanya orang-orang itu hendak mengepung diriku, aku harus berusaha keras untuk mengumpulkan mereka menjadi satu, dengan begitu aku akan terhindar dari kepungan yang datang dari depan maupun belakang. Berpikir sampai disitu, diam-diam hawa murninya dihimpun kedalam sepasang telapaknya.
679 Baru saja orang tadi menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba Gak In Ling membentak keras. "Serahkan jiwa kalian " Dengan jurus Hiat-liu-piau-kam atau darah membanjir setinggi tiang, ia hantam tiga orang musuh yang berada disebelah depan. Ilmu silat yang dimiliki orang-orang ini ternyata jauh lebih lihay daripada kepandaian yang dimiliki manusia bercadar lain yang pernah ditemui Gak In Ling, baru saja si anak muda itu ayunkan telapaknya bukan saja orang-orang yang berada disebelah depan laksana kilat menyebar kedua belah sisi untuk menghindar, bahkan tiga orang yang berada dibelakangpun pada saat yang bersama ikut menyingkir kesamping. Enam gulung angin pukulan yang maha dahsyat dan aneh memancar datang dari enam arah yang berbeda, masing-masing mengancam setiap jalan darah kaku ditubuh Gak In Ling,jelas orang-orang itu ada maksud untuk menangkap musuhnya dalam keadaan hidup. Gak In Ling tidak menyangka kalau reaksi yang diberikan orang-orang itu sedemikian cepatnya, ia tak berani menyerang lebih jauh, ketika serangannya mencapai tengah jalan, ia segera tarik kembali serangannya dan berbalik menggunakan jurus Pat-hong-hong-yu atau hujan badai dari delapan penjuru menyongsong datangnya ancaman dari empat penjuru. "Blaaaamm blaaaamm " Enam benturan keras bergeletar dalam ruang gua itu, hawa tekanan menyebar keempat penjuru membuat debu dan pasir berguguran bagaikan hujan, enam buah batok kepala yang berada ditengah enam sosok mayat itu masing-masing menggelinding dan jatuh keatas tanah. Satu ingatan segera berkelebat dalam benak Gak In Ling, mendadak bentaknya lagi. "Sambutlah kembali sebuah pukulanku " Dengan jurus Si-san hiathay atau mayat bagai bukit darah bagai samudra ia putar badan melancarkan serangan kearah
680 tiga -orang yang berada dibelakang tubuhnya. Dari serangan yang pertama tadi, mereka sudah tahu bahwa ilmu silat yang dimiliki Gak In Ling memang luar biasa hebatnya, menyaksikan datangnya ancaman tersebut masing-masing pihak segera menyingkir kesamping, seperti halnya permulaan tadi mereka pun melancarkan serangan mengancam jalan darah kaku serta pingsan pemuda tersebut. Tiga orang yang berada dibelakang, berbarengan melancarkan serangan penuh. Buru-buru Gak In Ling tarik kembali serangannya dan melindungi diri sendiri dengan jurus Liok-hoa-pian-leng atau bunga berguguran di angkasa kaki kanannya melangkah maju kedepan disaat berputaran tubuhnya dan menunggu saat yang lebih menguntungkan. Sementara itu keenam orang manusia bercadar kuning itu diam-diam berpikir dalam hatinya setelah dilihatnya Gak In Ling tak mampu melukai mereka bahkan malahan terdesak untuk melindungi diri. "Kali ini orang muda tersebut harus diberi pelajaran yang setimpal?" Hawa pukulan yang mereka pancarkan segera dilipat gandakan sehingga terasa jauh lebih dahsyat. Melihat musuh-musuhnya telah menyerang dengan sepenuh tenaga, tiba-tiba Gak In Ling tarik kembali jurus serangannya, dengan gerakan jembatan gantung ia jatuhkan tubuhnya kebelakang sehingga punggungnya hampir saja menempel diatas permukaan tanah. Enam gulung angin, pukulan menyambar lewat dari atas dadanya dan bertumbukan menjadi satu. "Blaaaaamm " Berhubung tenaga dalam mereka berenam berada dalam keadaan seimbang, maka benturan tersebut mengakibatkan mereka berenam tergetar mundur dua langkah kebelakang dan berdiri tertegun. jelas mereka tak pernah menyangka kalau Gak ln Ling bisa buyarkan serangannya ditengah jalan.
681 Dikala mereka masih melongo, Gak In Ling sudah loncat bangun sambil mengirim satu tendangan kilat kearah sebuah batok kepala yang tergeletak disamping kakinya, batok kepala tersebut bagaikan sambaran petir langsung meluncur kearah dada salah seorang diantara tiga jago yang berada dihadapannya. Orang itu menjadi kaget sewaktu menyaksikan datangnya benda hitam yang tahu-tahu sudah berada didepan dadanya, sebelum sempat memikirkan apa yang telah terjadi, tiba-tiba "Blaaaamm " Diikuti jeritan lengking orang itu karena kesakitan, tubuhnya roboh keatas tanah dan darah segar mengucur keluar dari ketujuh lubang inderanya binasalah jiwa orang itu Melihat serangannya berhasil mengenai sasaran, Gak In Ling tidak berani bertindak gegabah, sepasang kakinya secara berantai menyepak lima buah batok kepala lainnya menyerang dua orang yang berada dikedua belah sisinya, sementara sendiri dengan gerakan Hian- liu-seng-ho Li atau darah mengalir menjadi sungai bagaikan sambaran petir menerjang kearah musuhnya. Kedua orang itu segera tersandar kembali dari lamunannya oleh jeritan Lengking rekan mereka, melihat datangnya ancaman buru-buru telapak mereka ayunkan kedepan menghantam batok-batok kepala yang meluncur datang. Ploook Ploook Batok kepala berceceran kembali keatas tanah menodai seluruh permukaan tanah dengan cairan darah dan otak, sebelum jago-jago bercadar itu sadar kembali, serangan kilat dari Gak In Ling telah menyusul tiba. Bayangkan saja dalam keadaan begini, sebagai manusia yang terdiri dari darah dan daging, sudah tentu mereka tak akan mencari kematian terpaksa tubuh mereka mundur kebelakang. Menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah, Gak In Ling segera menyerobot tempat kedudukkan mereka. Setelah
682 berhasil merebut posisi yang strategis, Gak In Ling tertawa dingin dan berseru. "Sekarang kalian berlima boleh turun tangan " Betapa mendongkolnya kelima orang itu sehingga mereka sama-sama menggertak gigi namun ketua mereka telah melarang mereka untuk membunuh Gak In Ling, karenanya salah satu diantara mereka dengan nada gemas berseru. "Gak In Ling bocah keparat, seandainya Tiongcu kami tidak melarang, hmm Sejak tadi aku telah menjagal dirimu " "Heeeeh.... heeeehh heeeeehh kalau kalian tidak turun tangan, aku kuatir nanti sudah tidak ada kesempatan lagi" jawab Gak In Ling sambil tertawa seram. Sembari berkata ia telah mendekati ujung alas batu sebelah depan, dalam keadaan begini terpaksa lima orang musuhnya harus berputar kearah ujung yang lain, "Enyah kamu" bentak Gak In Ling keras-keras. Kakinya melayang dan melancarkan satu tendangan keujung alas batu tersebut, terlihatlah alas batu itu berputar dan mendadak menyapu keluar dengan gerak mendatar. "Criiiiitt... Criiiiiitt" Di atas dinding batu seketika membekas sebuah liang sedalam setengah depa lebih. Kelima orang itu loncat ketengah udara untuk menghindari sambaran alas tadi, kemudian masing-masing orang melancarkan sebuah pukulan kearah Gak In Ling. "Bluuum " Alas batu itu menumbuk ke atas sebuah dinding batu dan meninbulkan suara benturan yang kosong nyaring, sementara mereka kini terlibat dalam pertarungan yang seru sehingga siapapun tidak memperhatikan akan hal itu. Gak In Ling mengeluarkan rangkaian ilmu telapak mautnya, lima orang manusia bercadar kain kuning itu kendatipun merupakan
683 pengawal kelas satu dari Tibet, namun untuk membekuk Gak In Ling dalam keadaan hidup bukanlah satu perbuatan yang gampang. Si anak muda itu selalu menerobos diantara bayangan telapak lima orang lawannya membuat mereka tak mampu bekerja sama dengan begitu tenaga yang harus dikerahkan pun jauh lebih menghemat. dalam sekejap mata dua puluh jurus sudah lewat, kian lama kelima orang itu kian terdesak dibawah angin, demi menyelamatkan diri sendiri mereka terpaksa mulai melancarkan serangau-serangan mematikan. Pada saat itulah mendadak terdengar suara benturan nyaring, diikuti seseorang dengan suara yang kasar berseru. "Haaaahh haaaahn. haaaahh kali ini aku akan berhasil membuka pintu ini" Tapi sejenak kemudian terdengar orang itu berseru kembali dengan suara terperanjat. "Aaahh Rupa - rupanya engkaupun berada disini" Dari suara orang itu Gak In Ling segera mengetahui siapakah yang telah datang, sambil bertempur ia segera bertanya. "Dimanakah mereka semua ?" "Aku tidak tahu " Kemudian ia berseru kembali, "bajingan-bajingan ini menggemaskan sekali, lihat serangan" Mendadak dengan jurus Tui-san-tiam-hai atau membongkar bukit membendung samudra ia hantam seorang manusia bercadar kain kuning yang berada dihadapannya. Manusia bercadar kain kuning itu sedang memusatkan seluruh kepandaiannya untuk bertempur melawan Gak In Ling, ketika terjadi benturan keras dibelakang tubuhnya tadi walaupun ia mendengar nama orang itu tak sudi mengurusinya, akan tetapi sekarang setelah merasakan datangnya angin pukulan yang keras bagaikan bukit, ia baru merasakan keadaan tidak menguntungkan. dalam keadaan demikian tak sempat lagi
684 baginya untuk melihat siapakah penyerangnya, sepasang telapak segera diangkat keatas dan menggunakan jurus Pakong- ki-teng atau raja bengis angkat hio, ia sambut datangnya ancaman tersebut. "Blaaaamm " Ditengah benturan keras, orang itu merasakan sepasang telapaknya seolah-olah menghajar sebuah bukit baja yang sangat berat, telapaknya menjadi kaku dan lurus dan kakinya menjadi menekuk sehingga hampir saja berlutut keatas tanah. Namun dia adalah seorang jago kawakan yang mempunyai banyak pengalaman, sesudah kakinya bengkok maka menggunakan kesempatan itu badannya mencelat sejauh satu tombak kebelakang. kemudian setelah menyaksikan siapakah penyerangnya, dengan hati terkesiap pikirnya. "Oooohh Sungguh tak nyana dikolong langit terdapat manusia yang begini tingginya ?" Orang itu mempunyai perawakan tinggi besar dengan muka merah bagaikan api, bajunya hitam bercahaya dan roman mukanya gagah, dia bukan lain adalah Malaikat raksasa bermuka merah. Dalam pada itu Malaikat raksasa bermuka merah sendiri merasa geli dalam hati kecilnya, ia berpikir. "Kalau orang ini dibandingkan dengan Gak In Ling, maka ilmu silatnya masih selisih jauh sekali." Dia segera angkat telapaknya dan berseru. "Mari... mari mari.... bagaimana kalau kita berkelahi lagi ?" "Hmm agaknya orang ini radaan tolol" pikir manusia bercadar kain kuning itu. Mendadak ia membentak keras. "Engkau anggap aku takut kepadamu ?" Dengan jurus Ci-to-oei-liong atau menghancurkan naga kuning, ia hantam dada Malaikat raksasa bermuka merah.
685 Setelah mengetahui akan taraf tenaga dalam yang dimiliki lawannya, tentu saja Hiat-bin-kim-kong tidak pandang sebelah matapun terhadap lawannya, sepasang tangan direntangkan dan memakai jurus Kim-si-hu-liong atau membelenggu nagadengan serat emas, ia cengkram sepasang kaki lawan dan sama sekali tidak ambil perduli terhadap ancaman yang mengarah dadanya. Menyaksikan tingkah laku lawannnya, diam-diam manusia bercadar kain kuning itu mendengus dingin, bathinnya. "Pukulanku ini paling sedikit mempunyai kekuatan ribuan kati, kendatipan badanmu terbuat dari baja, pukulan ini cukup untuk menggepengkan badanmu " "Blaaaamm.." Ditegah benturan keras dengan telak, dada Malaikat raksasa bermuka merah kena dihantam oleh orang itu, sebaliknya sepasang telapaknya yang lebar berhasil pula mencengkram sepasang kaki orang itu. Orang itu merasakan telapaknya yang mampir didada lawan seakan-akan menghantam diatas dinding baja, ia sadar gelagat tidak menguntungkan, sebelum orang itu sempat bertindak sesuatu tahu-tahu sepasang kakinya sudah tertangkap lawan. Bagaikan menenteng ayam kecil, Hiat-bin Kim-hong angkat tubuh orang itu tinggi-tinggi. ejeknya. "Hmm Dengan tenaga dalam seperti ini-pun berani menghajar majikan kecilku?" Empat orang rekannya yang sedang bertempur, sewaktu melihat kejadian itu ikut merasa terperanjat, salah seorang diantaranya segera berteriak keras. "Orang itu mempunyai ilmu weduk yang kebal pukulan, menghajar ketiaknya " Sambil berseru dengan jurus Tiam-sak-seng kim atau menutul batu menjadi emas, dia melayang kehadapan Hiat-bin Kim-hong dan menghajar ketiaknya. Sementara itu Gak In Ling masih dikurung oleh tiga orang jago lainnya, walaupun ia dapat melayani serangan mereka dengan enteng, akan tetapi untuk meloloskan diri dari kepungan mereka bertiga bukanlah
686 suatu pekerjaan yang gampang, karenanya dengan gelisah ia berseru. "Kim-hong, hati-hati dengan ketiakmu " Pada saat itu sepasang telapak Malaikat raksasa bermuka merah sedang diangkat keatas, mendengar seruan tersebut ia menjadi terperanjat akan tetapi untuk menolong diri juga tak sempat lagi Duuuukk Ketiaknya dengan telak terhajar pukulun dahsyat tadi. Malaikat raksasa bermuka merah menyadari bahwa disanalah letak titik kelemahannya, melihat kejadian itu dia menjadi terkesiap sehingga keringat dingin mengucur keluar membasahi tubuhnya. "Habislah sudah riwayatku " la berseru dalam hati. Siapa tahu, serangan tersebut ternyata sama sekali tidak berhasil melukai dirinya, malahan orang itu menjerit kesakitan karena sepasang tangannya menjadi kaku dan membengkak. "Tak kusangka dikolong langit terdapat ilmu kebal sehebat ini." pikirnya dalam hati dengan hati terkesiap. Malaikat raksasa bermuka merah sendiripun nampak tertegun, mendadak ia teringat bahwa tubuh sudah mengenakan kain hitam mustika, dengan penuh kegirangan ia segera berteriak, "Haaaahh haaaaah haaaaah.... dikolong langit tak ada orang yang mampu melukai diriku lagi" Sepasang telapaknya segera direntangkan kesamping dan.. Kraaak ditengah retakan nyaring terdengar orang itu menjerit ngeri, tubuhnya terbelah menjadi dua oleh tarikan musuhnya, darah segar berhamburan ditanah bercampuran dengan isi perutnya, keadaan mengerikan sekali.
687 Tiga orang yang sedang bertempur melawan Gak In Ling menjadi ngeri sehingga serangannya menjadi kendor, menggunakan kesempatan baik-itulah Gak In Ling berhasil menghajar seorang lawannya sehingga menjerit kesakitan. Dari enam orang manusia bercadar kain kuning sekarang tinggal tiga orang yang masih hidup, akan tatapi mereka sudah keder dan nyalinya pecah, semangat untuk bertempur pun merosot separuh bagian. Sambil membuang dua bagian tubuh manusia yang terbelah dari genggamannya, Malaikat raksasa bermuka merah berteriak keras. "Majikan muda, serahkan saja makhluk-makhluk yang tak ada gunanya itu kepadaku." Sembari berkata telapaknya direntangkan dan ia segera menerjang maju kedepan. Sekarang ia sudah tak usah mengkhawatirkan tempat kelemahannya dihajar orang lagi, ia dapat menyerang dengan gagah berani seakan-akan disana tiada orang lain, namun perawakan tubuhnya yang tinggi besar membuat gerak-geriknya kurang leluasa, karena itulah susah baginya untuk membekuk musuk-musuh lainnya. Gak In Ling segera putar biji matanya dan mendadak mengubah gerakan badannya, ia berganti melancarkan serangan dengan sistim gerilya, ia berusaha keras untuk membendung gerak tubuh manusia-manusia bercadar itu sehingga tak mampu berkelit. Tindakannya ini ternyata mendatangkan hasil, Malaikat raksasa bermuka merah berhasil menangkap seorang manusia bercadar yang kena dijebak oleh gencetan keras. "Lihatlah, akan kupetik batang kepalamu itu " Sekali puntir, diiringi suara gemerutukan yang nyaring danjeritan yang menyayatkan hati putuslah nyawa orang itu. Sekarang, dalam gelanggang pertempuran tinggal dua orang musuh, satu ingatan berkelebat dalam benak Gak In Ling, mendadak sepasang telapaknya diayun berbareng sambil bentaknya. "Roboh kamu semua "
688 Dua orang manusia bercadar itu menengadah keatas, lalu mereka menjerit dengan suara ngeri "Hujan darah menggenangi jagad " Dua jeritan ngeri bergema memenuhi seluruh angkasa, tanpa senpat menghindar lagi dua orang itu roboh terkapar diatas tanah dan mati binasa. Malaikat raksasa bermuka merah yang menyaksikan peristiwa itu menjadi tertegun, gumamnya. "Ilmu silat apaan itu? Waduuuhh benar-benar hebat Tangan cuma dikebaskan kemuka, eeeii tahu-tahu dua orang bangsat itu sudah pada mampus ?" Ketika ia menengadah, raksasa ini menjerit kaget. "Aah Majikan muda kenapa engkau." "Biarkanlah aku beristirahat "jawab Gak In Ling sambil angkat kepalanya yang pucat. Malaikat raksasa bermuka merah tarik napas panjang-panjang, katanya dengan nada sungguh-sungguh. "Bagaimana kalau ku bantu dirimu ?" Gak In Ling tertawa tawa. "Tak perlu aaaaii. dikolong langit tiada seorangpun yang mampu menolong diriku, tidak seharusnya kulanggar nasehatnya mempergunakan jurus serangan tersebut sebelum saatnya....kalau adik Hun tahu, ia pasti akan benci kepadaku karena aku tak mau dengarkan perkataannya..!!" Malaikat raksasa bermuka merah yang mendengar perkataan itu menjadi kebingungan, segera-tegurnya dengan keheranan. "Apa sih yang kau katakan ? Mengapa aku tidak mengerti barang sepatah katapun ?" Dengan tawa Gak In Ling gelengkan kepalanya. "Lain kali engkau akan mengerti, sekarang kita sedang berada disarang naga gua harimau, bila engkau tidak ada persoalan penting bagaimana kalau kumohon bantuanmu untuk melindungi aku sebentar saja ?"
689 "Sudah setengah harian lamanya aku datang mencari dirimu " "Mau apa cari aku ?" "Engkau tokh majikan mudaku, tentu saja aku mesti mencari dirimu " jawab Malaikat rak sasa bermuka merahku dengan muka tertegun. Tiba-tiba Gak In Ling merasakan hawa darah dalam dadanya tersumbat, buru-buru ia gelengkan kepalanya sambil berbisik. "Engkau tak usah membicarakan persoalan itu lagi..." Perlahan-lahan ia pejamkan matanya. Melihat keadaan pemuda itu, Malaikat raksasa bermuka merah seperti teringat akan sesuatu, ia segera berpikir. "Aaahh Jelas ia mengidap suatu penyakit aneh, karena itulah Dewi burung hong suruh aku melindungi dirinya, kalau tidak dengan kepandaian ilmu silat yang dia miliki, kenapa mesti dilindungi olehku ?" Setelah memandang sekejap kearah pemuda she Gak, pikirnya lebih lanjut. "Hmm Orang ini berwajah tampan dan menarik hati, kenapa aku tidak mengetahui sebelumnya?" Pada saat itulah dari balik dinding batu di belakang punggung Malaikat raksasa bermuka merah perlahan-lahan terbentang disebuah pintu rahasia, disusul munculnya seorang bocah-bocah berbaju merah. Dengan ketajaman pendengaran Malaikat raksasa bermuka merah, ia segera mengetahui akan kehadiran orang itu, ia segera berpaling kebelakang dan siap menghadap segala kemungkinan, akan tetapi setelah mengetahui siapakah yang telah munculkan diri, ia mengeluh dan berpikir. "Kenapa bukan orang lain yang datang, tetapi justru bocah racun inilah yang muncul ? Sialan" Sementara itu bocah racun sendiripun sama sekali tidak nampak kaget atau keheranan sewaktu menyaksikan Malaikat
690 raksasa bermuka merah putar badan, dengan suara dingin ia cuma berkata. "Eeii orang gede, Tiongcu kami suruh engkau segera mengundurkan diri dari sini." "Hmm Dia adalah majikan mudaku, tak mungkin aku bisa meninggalkan dirinya " "Tapi inilah perintah dari Tiongcu kami " "Akupun sedang melaksanakan perintah majikanku " "Siapakah majikanmu ?" tanya bocah racun sambil maju kedepan. "Berhenti," bentak Malaikat raksasa bermuka merah sambil menyilangkan sepasang telapaknya, kemudian sambil menuding kearah Gak In Ling sambungnya lebih jauh. "Dialah majikanku " Mendengar jawaban tersebut bocah racun itu segera berhenti,jaraknya dengan Malaikat raksasa bermuka merah tinggal lima depa, sedang selisih jarak dengan Gak In Ling hanya delapan depa. Dengan pandangan dingin bocah racun itu menyapu sekejap kearah Gak In Ling, kemudian ujarnya. "Aku rasa ia sedang bersemadhi, engkau tentu tahu bukan bahwa orang yang sedang bersemadhi pantang diganggu? Akan tetapi kalau engkau tidak bersedia untuk keluar, jangan salahkan kalau aku akan turun tangan untuk membekuk dirinya " Kendatipun sepintas selalu Malaikat raksasa bermuka merah nampaknya seperti orang bodoh dalam kenyataan pengalaman dalam dunia persilatan yang dimilikinya banyak sekali, sesudah berpikir sebentar iapun menyadari bahwa persoalan yang dihadapinya sekarang bagaimanapun harus diselesaikan dengan sesuatu pertarungan, persoalannya
691 sekarang adalah bagaimana caranya menghadapi situasi tersebut sehingga tidak mengganggu k&nsentrasi dari Gak In Ling. Dengan pandangan tenang ia menyapu sekejap kearah bocah racun, kemudian ia berkata. "Sekujur badanmu penuh dengan racun, tentu saja engkau punya keyakinan untuk memenangkan pertarungan ini, tapi dewasa ini kita masingmasing punyak esempatan untuk menang, sebelum tujuannya tercapai kita tak akan saling mengalah, oleh sebab itu aku Malaikat raksasa bermuka merah ingin sekali mengajak engkau untuk berkelahi." "Huuuhh.tak usah main kayu dengan aku..." pikir bocah racun dalam hati, diluaran ia tertawa dingin dan menyahut. "Kalau memang begitu biarlah kulayani tantanganmu itu ayoh Marilah..." "Kalau kita harus bertempur disini maka majikanku pasti akan terganggu, sekalipun aku sudah mengatakan bahwa kita sama-sama punya kesenpatan untuk menang, akan tetapi sebelum menang kalah diantara kita bisa tetapkan, tentu saja aku harus mengutamakan keselamatan majikanku lebih dahulu " "Lalu bagaimana menurut pendapatmu?" "Bagaimana kalau kita bertempur disebelah situ saja ?" kata Malaikat raksasa bermuka merah sambil menuding kearah depan. Diam-diam bocah racun itu merasa geli, pikirnya. "Bagus sekali, memang itulah yang kuharapkan. tolol, Akhirnya engkau masuk perangkap juga ." Berpikir sampai disitu ia segera mengangguk dan perlahanlahan mengundurkan diri kebelakang serunya. "Mari.... mari mari... akan kusuruh engkau bertekuk lutut dengan hati puas " Malaikat raksasa bermuka merah tidak
692 akan ragu-ragu lagi, tidak selang beberapa saat kemudian mereka berdua sudah tiba diruang seberang Malaikat raksasa bermuka merah itu berdiri membelakangi Gak In Ling karena khawatir bocah racun turun tangan keji dengan menggunakan kesempatan itu. Baru saja Malaikat raksasa bermuka merah bergeser kedepan, dari belakang punggungnya perlahan-lahan bergerak turun sebuah dinding batu yang tebalnya mencapai satu tombak, begitu perlahan sehingga tak bersuara membuat siapapun tidak merasa. "Bagaimana caranya kita bertanding ?" seru Malaikat raksasa bermuka merah dengan suara dingin. Bocah racun bergeser dua langkah kesamping kanan, sambil tertawa dingin katanya. "Aku rasa lebih baik kita tidak usah bertanding lagi, beristirahatlah baik-baik disitu" Habis berkata, papan batu yang diinjaknya mendadak membalik dan tahu-tahu bocah racun itu sudah lenyap dibalik tanah. Malaikat raksasa bermuka merah menjadi amat terperanjat, satu ingatan berkelebat dalam benaknya, buruburu ia berpaling siapa tahu sebuah dinding batu telah memisahkan dirinya dengan Gak In Ling, orang itu menjadi terkejut dan segera membentak keras, sekuat tenaga ia lancarkan sebuah pukulan kearah dinding batu. "Blaaaamm " Batu kerikil danpasir berhamburan diatas tanah, akan tetapi dinding tersebut masih tetap tidak bergeming barang sedikitpun juga , hal ini mencemaskan hati Malaikat raksasa bermuka merah sehingga keringat dingin membasahi tubuhnya.
693 Sementara itu Gak ln Ling masih tetap bersemadhi dan mengatur pernapasan terhadap apa yang terjadi disana sama sekali tak terasa olehnya. Dinding yang menghalangi jalan pergi Malaikat raksasa bermuka merah rupanya mempunyai hubungan dengan dinding lain, ketika dinding batu tersebut menyentuh tanah, dari hadapan Gak In Ling terbukalah sebuah dinding batu yang lain dan muncullah seorang kakek tua berambut putih, dari langkah kakinya yang gagah dan mukanya yang tenang membuat orang lain sama sekali tidak menemukan bahwa dia agak gugup lantaran tersorong dalam ruangan tersebut. Orang itu bukan lain adalah Ngo-gak Sln-kun Malaikat suci dari lima bukit. Ngo-gak Sin-kun sendiripun kelihatan agak terperanjat sewaktu menyaksikan Gak In Ling duduk bersila disana, pikirnya. "Panjang amat umur orang ini " Napsu membunuh terlintas diatas wajahnya, hawa murninya dihimpun kedalam telapaknya dan secepat kilat tubuhnya menerjang kehadapan pemuda itu siap melepaskan pukulan yang mematikan. Mendadak, satu ingatan berkelebat dalam benaknya, segera ia berpikir. "Aaah aku lupa kalau semua gerak-gerikku pada saat ini berada di bawah pengawasan orang, kalau bukan dia yang menciptakan kesempatan ini mana mungkin aku dapat berjumpa dengan Gak In Ling. Satu ingatan kembali berkelebat dalam benaknya, pikirnya lebih jauh. "Sekalipun ia mengetahui juga tidak mengapa, tokh nama besarku sudah lama sekali tersohor didaratan Tionggoan ? Mereka tak mungkin bersedia untuk mempercayai perkataannya,jikalau kulakukan pembunuhan ini bukan saja dapat melenyapkan bibit bencana bahkan akupun bisa
694 memfitnah orang lain.. haaaahh haaaahh apa salahnya kalau kulakukan ?" Makin dipikir ia merasa semakin bangga, sepasang matanya yang bengis menatap wajah Gak In Ling tanpa berkedip, gumamnya. "Bocah keparat, tidak semestinya engkau begitu tak tahu diri sehingga berani cari aku untuk menuntut balas " Sepasang telapaknya diayun dan siap dihantamkan keatas batok kepala musuhnya. Pada saat itulah dari belakang tubuh Gak In Ling tiba-tiba berkumandang datang suara dentuman nyaring, rupanya Malaikat raksasa bermuka merah sedang menghantam dinding dengan sepenuh tenaga. Ngo-gak Siu-kun merasa terperanjat, satu ingatan berkelebat dalam benaknya, ia segera menarik kembali telapaknya sambil berpikir. "Keadaanku dengan Tiongcu dari Tibet ibaratnya air dengan api, mana mungkin ia bersedia memberi kesempatan kepadaku untuk membunuh musuhku " "Hmm Aku tahu, ia pasti akan membuka rahasia dan membiarkan semuajago dari daratan Tionggoan sama-sama mengerubungi diriku setelah kubunuh mati Gak In Ling, pada waktu itu mereka pasti akan melihat bagaimana aku mengerahkan tenaga untuk membinasakan seorang keparat yang tiada bertenaga untuk melancarkan serangan balasan, para jago pasti akan menjadi gusar dan membunuh aku. Huuuhh Suatu siasat yang sangat keji," Berpikir sampai disitu. dengan dingin Ngo-gik Sia-kun melirik sekejap kearah Gak In Ling lalu gumamnya. "Hmm Anggap saja engkau si keparat lagi beruntung." Selesai berkata ia putar badan dan mengundurkan diri dibelakang. "Siapa yang telah menguntungkan siapa ?" Tibatiba serentetan suara yangamat dingin berkumandangan diudara.
695 Ngo-gak Siu-kun terperanjat, namun ia tidak menunjukkan sikap apapun, ia tetap maju dua langkah kedepan kemudian putar badan dan menatap pemuda itu tajam-tajam,jawabnya. "Kalau aku tidak salah melihat, ilmu silat yang engkau miliki pada saat ini masih selisih jauh kalau dibandingkan dengan saat kita bertemu untuk pertama kalinya." Gak In Ling segera loncat bangun, pikirnya. "Orang ini licik dan berbahaya sekali, sejak pertama kali tadi ia bisa menentukan apabila ilmu silatku mundur sehingga bermaksud membunuh diriku, tetapi sekarang ia masih bisa berlagak seakan-akan jujur dan berjiwa besar. Hm manusia yang patut dibunuh." Berpikir sampai disini, dengan suara menyeramkan ia berseru. "Tua bangka sialan, apakah engkau tidak salah melihat ?" Ngo-gak Sia-kun tertawa tawa. "Ini hari kita telah saling berjumpa dalam ruang sempit ini, aku rasa suatu pertempuran seru tak dapat dielakkan kembali" "Sedikitpun tidak salah, disini tak ada orang lain, engkau dapat melakukan semua perbuatan yang hendak kau lakukan atas diriku " "IHaaaaahh haaaaahh haaaahh... tidak salah, untuk melaksanakan aku pun harus melihat gelagat dan kesempatan lebih dahulu, sekarang para jago dari daratan Tionggoan sebagian besar pada menaruh rasa benci terhadap dirimu, tahukah engkau hasil karya dari siapakah ini ?" "Aku sama sekali tidak ambil pusing terhadap persoalan itu "jawab Gak In Ling dengan gemas. "Tahukah engkau, bahwa kesemuanya itu adalah hasil karyaku ?" Gak In Ling mengerutkan dahinya dan tertawa dingin "IHeeehh.. heeeehh.... heeeehh... engkau telah bersiapsedia ?" ia berseru. Ngo-gak Siu-kun gelengkan kepalanya.
696 "Menurut pendapatku, tidak-sepantasnya kalau kita melakukan pertumpahan darah disini. aku percaya dengan kemampuan yang kau miliki tentunya engkau bukannya tak tahu bukan bahwa semua gerak-geriknya kita saat ini berada dibawah pengawasan orang." Dengan suara dingin Gak In Ling tertawa terbahak-bahak. "Haaaahh... haaaaaahh.... haaaahh maksudmu engkau hendak ajak aku untuk bekerja sama?" "Benar " Dengan muka serius Ngo gak Sinkun mengangguk, "dengan kemampuan yang kita miliki, bekerja sama berarti hidup, tercerai-berai berarti mati, hal ini tidak termasuk suatu kerja sama akan tetapi adalah suatu usaha untuk mencari kehidupan dan keselamatan bagi diri sendiri." Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benak Gak In Ling, ia merasa saat kehidupan baginya dikolong Langit sudah tidak banyak, ini hari jika ia membuang kesempatan baik untuk membinasakan musuh besarnya ini, maka sepanjang masa ia akan merasa menyesal. Ngo-gak sin-kun sendiri, tatkala melihat keraguan di wajah Gak In Ling, dikiranya pemuda itu sudah tergerak hatinya oleh perkataannya itu, dengan cepat ia menambahkan. "Itulah salah satu alasan kenapa aku tidak membinasakan dirimu dikala engkau masih atur pernapasan tadi." "Benarkah hanya lantaran alasan itu?" Sorot mata pemuda she Gak memancarkan cahaya tajam. "Tentu saja, ketika berada di dasar lembah tadi sewaktu aku terkepung, engkau telah memberi jalan kehidupan bagiku, inipun termasuk salah satu alasan diantaranya." "Kecuali itu masih ada yang lain lagi ?" "Aku tak berhasil menemukan alasan yang lainnya "jawab Ngo-gak Sin-kun sambil geleng kepala.
697 "Hmm Justru alasan yang sesungguhnya belum sempat kau utarakan keluar " "Alasan yang utama?" Gak In Ling tertawa seram. "Haaaaah haaaahh haaaahh tua bangka, kita berdua berada dibawah pengawasan perempuan siluman dari Tibet, ia sengaja melepaskan engkau masuk kemari tujuannya tidak lain adalah agar engkau membinasakan diriku, akan tetapi setelah engkau membunuh aku maka engkau harus bergabung kepihaknya, aku rasa inilah alasanmu yang terutama. mengapa kau tidak membinasakan diriku" Ngo-gak Siu-kun merasakan hatinya bergetar keras, namun diluaran dengan wajah tetap tenang ia tertawa dingin dan menjawab. "IHeeehh heeeeeh heeeehh.. apakah engkau tidak merasa bahwa engkau menilai terlalu tinggi akan dirimu sendiri ?" Gak In Ling balas tertawa dingin. "Itulah yang dinamakan engkau dipaksa mendaki gunung Liang-san " "Aku tidak habis mengerti, siapakah manusia dikolong Langit dewasa ini yang mampu untuk paksa aku berbuat tindakan yang tidak kuharapkan?" "Tua bangka, engkau tak usah berlagak bodoh,jika siau-ya telah kau bunuh maka siluman perempuan itu pasti akan melepaskan para jago dari daratan Tionggoan ketempat ini sehingga kedok jelekmu terbongkar dan perbuatan jahatmu tertangkap basah, pada saat itu bukan saja engkau bakal kehilangan kedudukanmu sebagai pemimpin jago persilatan, bahkan akan dikeroyok pula oleh banyak orang, dalam keadaan demikian kalau engkau tidak takluk kepada perempuan siluman ini, hendak kemana engkau akan pergi...?" Setelah berhenti sebentar, sambungnya lebih jauh.
698 "Tapi dengan kelicikanmu dan kecerdikanmu, pada detik terakhir otakmu berhasil memecahkan titik masalah tersebut, karenanya engkau bataikan niatmu untuk turun tangan, bukankah itulah alasanmu yang paling utama ?" Naflu membunuh yang amat tebal menyelimuti seluruh wajah Ngo-gak Sin-kun, pikirnya. "Orang ini masih berusia sangat muda, bukan saja ilmu silatnya lihay sekali bahkan kecerdasan otaknya tidak berada dibawahku, kalau manusia semacam ini tidak dilenyapkan dari muka bumi, akupun selamanya tidak bisa hidup dengan hati tenang." Berpikir sampai disini, ia tertawa dingin dan berkata. "Gak In Ling, tidak seharusnya kau beberkan rahasia tersebut di hadapanku,justru karena perbuatanmu itulah membuat aku menjadi sadar bahwa kecerdasan otakmu adalah hal yang paling menakutkan." Gak In Ling merogoh kedalam sakunya dan cabut keluar pedang pendek tersebut, ujarnya. "Aku rasa tak ada halangan bagiku untuk membuat engkau menyadari terlebih dahulu." Sepasang mata Ngo-gak Sin-kun berkilat tajam sewaktu menyaksikan pedang pendek itu, pujinya. "Aaahh Pedang Cu-sian-kiam, suatu senjata antik yang sangat indah " Gak In Ling tertawa dingin, perlahan-lahan ia maju kedepan dan mendekati tubuh Ngo-gak Sin-kun. Malaikat suci dari lima bukit sendiri segera cabut keluar pedangnya dan berkata setelah tertawa dingin. "Gak In Ling. dalam-permainan pedang aku akan menarik keuntungan yang jauh lebih banyak darimu" "Hmm Tak usah banyak bicara, lihat pedang " bentak pemuda she Gak dengan alis berkenyit.
699 Pedangnya berkelebat kedepan menusuk dada Ngo-gak Sin-kun dengan jurus Lau-kang-cay to atau membendung sungai menguruk telaga. Sejak Gak In Ling mencabut keluar pedang Cu-sia-kiam. Malaikat suci dari lima bukit Yap Thian Leng dengan sorot mata tamak menatap keatas senjata tersebut tanpa berkedip. Sesudah musuhnya melancarkan serangan. Yap Thian Leng tak berani bertindak gegabah lagi, buru-buru ia menyingkir kesamping kemudian pedangnya menutul keatas badan lawannya dengan gerakan Kui-seng-tiam-to atau bintang kemukus menutuk meteor. Gak In Ling mendengus dingin, pedangnya berputar dan membentak-keras : "Kena " "Traaang " Pedang Yap Thian Leng terpapas kutung sepanjang dua cun oleh ketajaman senjata lawan. Malaikat suci dari lima bukit menjadi terperanjat, ia loncat satu tombak kebelakang kemudian tertawa terbahak-bahak, "Haaaahh haaaaahh.......haaaaahh benar-benar sebilah pedang bagus, Gak ln Ling, bagaimana kalau kita membicarakan soal pertukaran syarat?" Setelah serangannya berhasil mengenai sasaran, semangat Gak In Ling semakin berkobar, ia tertawa dingin dan mengejek. "Hmm Lebih baik tak usah bermimpi di siang hari bolong " sambil berkata, sebuah serangan kembali dilancarkan kearah depan. Sorot mata Ngo-gak Sin-kun berkilat, pedang kutungnya mendadak diayun keudara, cahaya keperak-perakan menyebar keempat penjuru, dengan jurus gwat-liok-seng-si atau rembulan rontok bintang
700 menghilang, ia paksa Gak In Ling mundur empat lima langkah kebelakang. Malaikat suci dari lima bukit tertawa dingin, ia menghentikan langkahnya dan berkata. "Gak In Ling, aku nasehati kepadamu lebih baik sedikitlah tahu diri " Dalam melancarkan serangannya itu, bukan saja Gak In Ling gagal untuk melukai Ngo-gak sin-kun, sebaliknya dia malahan terdesak mundur ke belakang, hal ini membuat pemuda itu sadar bahwa ilmu silat yang dimilikinya sekarang masih belum mampu untuk digunakan melukai musuhnya. Maka ia mulai menghimpun segenap kekuatan yang dimilikinya untuk bersiap sedia melakukan serangan yang terakhir, meskipun dalam hati kecilnya ia tahu andai kata serangan itu gagal maka kematianlah yang bakal ia terima . Melihat Gak In Ling tidak menjawab, Ngo-gak Sin-kun segera mengetahui bahwa ia sedang mengerahkan tenaga dalamnya untuk melakukan serangan terakhir, tanpa terasa ia tertawa dingin dan berkata. "Gak In Ling, engkau tidak usah mengulur waktu lebih jauh, sambutlah seranganku ini " Mendadak pedangnya berputar kencang dan secara beruntun melepaskan delapan belas buah serangan berantai. Untuk menyimpan tenaga guna melepaskan serangan yang terakhir nanti, Gak In Ling tak mau buang tenaga dengan percuma- melihat datangnya ancaman terpaksa ia berkelit kesamping untuk menghindarkan diri. Ngo-gak Sin-kun bukan manusia sembarangan, pedangnya segera dimiringkan kesamping dan... Criiiiitt Cniiiitt Secara beruntun tubuh Gak In Ling telah bertambah dengan dua buah mulut luka sepanjang tiga cun, namun tak sampai mengucurkan darah.
701 Dengan bangga Ngo-gak sin kun berkata. "Gak In Ling, anggaplah seranganku barusan merupakan peringatan bagimu, ketahuilah lain kali tak akan seringan itu." Belum habis ia berkata, dengan alis mata berkenyit Gak In Ling telah menerjang maju ke depan sambil melancarkan serangan, katanya. "Silahkan engkau sambut pula sebuah seranganku." Ngogak Sin-kun menengadah, ia menjerit kaget. "Aahh Hujan darah mengenangi jagad." Sekilas pandangan, malaikat suci dari lima bukit Yap Thian Leng segera mengetahui bahwa ilmu silat yang digunakan Gak In Ling lihay sekali, sikap angkuh dan sombongnya seketika lenyap tak berbekas, tidak memperdulikan gengsinya lagi ia segera jatuhkan diri bergelinding di atas tanah dan menyingkir sejauh lima depa lebih dari tempat semula. Reaksi yang dilakukan olehjago tua itu cukup cepat, akan tetapi serangan jari maut dari Gak In Ling yang dilancarkan secepat kilat itu jauh lebih cepat lagi, tujuh buah lubang kecil segera bertaburan diatas jubah biru yang dikenakan olehnya. Sesudah menggelinding sejauh lima depa, dalam anggapan malaikat suci dari lima bukit dirinya telah lolos dari cengkraman iblis, ketika kepalanya menengadah keatas jantungnya seketika berdebar keras, teriaknya tanpa sadar. "Aduuuuuhh habislah sudah riwayatku " Ternyata serangan hujan darah menggenangi jagad tersebut belum habis dipergunakan, pada saat itu bagaikan gemuruh yang memenuhi angkasa sedang meluncur datang disertai beratus-ratus bayangan jari berwarna merah darah yang amat mengerikan sekali. Pada saat yang kritis dan jiwanya terancam olehama rah baaiya itulah, tiba-tiba terdengar Gak In Ling mendengus dingin, tubuhnya yang sedang berada di tengah udara meluncur dan jatuh kebawah kemudian mundur empat lima
702 langkah kebelakang, hampir saja ia roboh terjengkang keatas tanah. Mengikuti cahaya tadi, cahaya merah darah yang menyelimuti seluruh angkasa pun ikut lenyap tak berbekas. Sebelah mundur kebelakang sejauh lima depa, malaikat suci dari lima bukit menengadah dan memandang sekejap sekeliling tempat itu, ia temukan ruang itu tetap kosong tidak nampak manusia ketiga, hal ini mencengangkan hatinya. "Siapa yang telah menyelamatkan jiwaku ?" pikirnya. Gak In Ling sendiri diam-diam menghela napas panjang, pikirnya. "Aaaaii hanya selisih sedikit sekali, tetapi karena selisih yang amat sedikit itulah mati dan hidup telah ditetapkan " Malaikat suci dari lima bukit memandang sekejap paras muka Gak In Ling yang pucat pias bagaikan mayat, lalu sambil tertawa dingin ejek "Gak In Ling aku lihat engkau telah menderita luka dalam yang cukup parah." "Hmm Kalau tidak begitu, mungkun sejak engkau sudah mampus diujung jariku" Ketika dilihatnya pemuda itu tidak menengok kekiri ataupun kekanan, satu ingatan berkelebat dalam benak Ngo-gak Sinkun, ia segera berseru. "Hal ini harus salahkan, kenapa engkau tak becus " "Hmm Mungkin Thian telah salah menilai orang, sehingga membiarkan engkau manusia busuk tetap hidup didunia" Ngo-gak Siu-kun adalah manusia yang sangat licik, setelah mendengar ucapan itu, ia semakin yakin kalau jalan pikirannya tidak salah, segera bathinnya. "Ooobh .. Rupanya Thian benar-benar membantu diriku..." Ditatapnya wajah pemuda itu tanpa berkedip, kemudian sambil tertawa dingin katanya. "Gak In Ling, sebenarnya aku
703 hendak mengampuni selembar nyawamu asal pedang Cu-sian kiam tersebut kau serahkan kepadaku, akan tetapi sekarang berhubung jurus seranganmu yang terakhir ini, mau tak mau aku harus ambil keputusan untuk lenyapkan dirimu dari muka bumi " "Tidak salah, selama aku tidak dibunuh maka engkaupun tidak akan mendapatkan kehidupan yang tenang " Ngo-gak Siu-kun tertawa seram. "Haaaaahh.......haaaahh haaaahh Gak In Ling dahulu aku sama sekali tidak pandang sebelah mata pun terhadap dirimu, akan tetapi sekarang setelah kau unjukkan kebolehanmu dalam ilmu silat dan kecerdikan, aku baru merasa bahwa dalam segala hal aku masih berada dibawahmu, karena itulah akupun mulai menyadari bahwa manusia semacam engkau tidak diperbolehkan hidup lebih jauh di kolong langit, kalau tidak maka akulah yang harus memikul resikonya." Dengan sorot mata penuh nafsu membunuh, selangkah demi selangkah ia maju menghampiri pemuda itu. Tanpa sadar Gak In Ling mundur dua langkah kebelakang, setelah berhasil berdiri tegak ia berkata. "Kita berdua sama-sama berada dalam pengawasan orang lain, kalau engkau tidak turun tangan lagi, mungkin sudah tiada harapan lagi bagimu untuk melaksanakannya" Ngo-gak Siu-kun tertawa. "Tidak salah, akan tetapi-sekarang kendati Malaikat Toa-lo Kiam-sian datang kendatipun tak akan bisa menyelamatkan jiwamu." Sepasang telapaknya diangkat sejajar dengan dada. Selisih jarak antara kedua orang itu hanya empat depa dan sekarang Gak In Ling telah kehilangan segenap kekuatan murninya karena mempergunakan tenaga terlalu berlebihan, keadaannya pada saat ini tidak jauh berbeda dengan keadaan
704 orang yang takpandai bersilat, tidak aneh kalau Ngo-gak Siukun berani omong besar. Akan tetapi seringkali peristiwa yang terjadi dikolong langit sukar diduga sebelumnya, baru saja Malaikat suci dari lima bukit Yap Thian Leng menyelesakan kata-katanya, mendadak dari arah belakang berkumandang datang suara tertawa merdu seseorang disusul meluncurnya kata-kata teguran tajam. "Apakah Sin-kun tidak merasa bahwa ucapanmu, itu terlalu berlebihan ?" Mendengar teguran tersebut, Malaikat suci dari lima bukit Yap Thian Leng merasa amat terperanjat, namun ia tidak berpaling sementara tangannya dengan cepat berputar. "Kalau sekarang tidak turun tangan, mau tunggu sempat kapan lagi ?" Telapaknya segera diputar dan siap melancarkan pukulan yang mematikan. Mendadak "Sin-kun .." serunya bergema lembut diangkasa. Sungguh aneh sekali, tatkala Malaikat suci lari lima bukit mendengar seruan tadi ternyata sepasang telapaknya dengan lemas tak bertenaga segera terkulai kembali kebawah, dan pada saat yang amat singkat itu juga Gak In Ling telah terjatuh ketangan seorang perempuan berpakaian tipis. Perempuan itu bukan lain adalah Tiongcu perkumpulan rahasia dari wilayah Tibet. Perempuan itu sama sekali tidak pandang sekejappun kearah Ngo-gak SiH-kun yang berada dibelakangnya dengan suara lembut ia berbisik kepada pemuda itu. "Bila kedatangan Siau-moay agak terlambat sehingga mengejutkan hati kongcu, harap kongcu suka memaafkan " Sekuat tenaga Gak In Ling meronta dan melepaskan diri dari
705 cekalan perempuan itu, lalu setelah mundur empat langkah kebelakang sahutnya dengan nada dingin. "Engkau tak usah berlagak sok dihadapanku setelah hari ini Siau-ya terjatuh ketanganmu segala sesuatunya terserah pada keputusanmu." Tiongcu dari Tibet tertawa dingin. "Aaaaah Engkau benar-benar menarik hati, asal engkau bersedia melakukan perbuatan sesuai dengan perkataanku, maka aku pasti tidak akan merugikan pula dirimu." "Ber... berbuat apa ?" tanya Gak In Ling sesudah tertegun sebentar. "Sampai waktunya aku dapat menyampaikan perintah kepadamu " "Perintah ?" seru Gak In Ling dengan gusar, ia tertawa dingin, "Engkau hendak memerintahkan diriku? haaaahh haaah haaaaahh...jangan bermimpi disiang bari bolong." "Ada apa?" Wajah Tiongcu dari Tibet berubah ketus, "apakah engkau hanya bersedia mendengarkan perintah mereka bertiga dan tidak mau mendengarkan perintahku?" "Siapapun tak akan dapat memberi perintah kepadaku," teriak Gak In Ling dengan gusar. Dalam pada itu Malaikat dari lima bukit Yap Thian Leng telah mengundurkan diri kesudut ruangan, sepasang matanya yang tajam mengawasi daerah disekeliling sana dengan tajam, ketika dilihatnya orang-orang dari Tibet itu bisa masuk keluar dengan leluasa, ia segera mengetahui bahwa tombol rahasia yang mengendalikan ruangan tersebut pasti terletak disekitar sana.. Ia hendak menemukan tombol rahasia tersebut agar dapat melarikan diri dari sana, akan tetapi walaupun sudah dicari setengah harian lamanya akan tetapi tombol rahasia itu tak ketemu juga .
706 Tentu saja Tiongcu dari Tibet mengetahui akan gerak gerik dari Yap Thian Ling, hanya saja sengaja ia pura-pura tidak tahu dan membiarkan orang itu berusaha mati-matian. Perempuan itu tertawa merdu, kembali ujarnya kepada Gak In Ling. "Engkau mengatakan bahwa mereka tidak dapat memerintahkan dirimu ? Akan tetapi kenapa engkau selalu bekerja sama dengan mereka? Misalnya saja ketika mereka sedang terkurung di dasar lembah, bukankah engkau telah suruh mereka meloloskan diri ?" "Sedikitpun tidak salah " Sambil berkata diam-diam pemuda itu mulai menghimpun tenaga dalamnya. seakan-akan sama sekali tidak merasakan akan tindakan pemuda itu, Tiongcu dari Tibet kembali berkata dengan gamblang. "Kedudukan mereka jauh berada diatas orang banyak, mereka merupakan orang-orang yang bisa memerintahkan dan tak bersedia diperintah hal ini diketahui oleh siapa pun, apakah kerja sama diantara kalian hanya terjadi secara kebetulan saja ?" "Hmm Paling sedikit tujuan mereka adalah demi keselamatan umat persilatan didaratan Tionggoan, mereka jauh lebih baik daripada engkau yang berhati busuk bagaikan ular berbisa." Tiongcu dari Tibet memiliki watak yang mengejutkan, makian dari Gak In Ling sama sekali tidak menimbulkan amarahnya, ia cuma tertawa tawa dan berkata kembali. "Sebenarnya hatiku tidak terlalu jahat, tetapi kalau tidak melakukan pembasmian sukar melenyapkan benalu, kalau benalu tidak lenyap sukar memdapatkan hasil buah yang segar, karena itu untuk kedamaian mau tak mau aku harus melakukan pembasmian terlebih dahulu atas benalu-benalu tersebut."
707 Mendengar perkataan itu Gak In Ling tertawa menghina. "Heeeehh heeeehh........heeeeehh menurut apa yang kuketahui, orang-orang yang kau bunuh tak seorangpun merupakan orang jahat." Kecerdasan otak Tiongcu dari Tibet itu benar-benar luar biasa, reaksipun cepat sekali, ia segera tertawa terkekehkekeh. "Gak ln Ling, pernahkah engkau dengar perkataan yang mengatakan bahwa menilai orang tak boleh menilai dari wajahnya ?" "Tentu saja aku pernah dengar "Jawab sang pemuda sambil tertawa dingin. Tiongcu dari Tibet maju dua langkah kedepan, lalu sambil menuding kearah Yap Thian Ling katanya. "Sebelum kau mengetahui keadaan dirinya yang benar, menurut tanggapanmu dia adalah orang baik atau orang jahat?" "Benar," pikir Gak In Ling dengan hati agak bergerak, "andaikata sejak permulaan aku tidak tahu kalau orang ini adalah Ngo-gak Sin-kun mungkin aku benar-benar akan menganggap dirinya sebagai seorang cianpwee persilatan yang berhati saleh " Melihat pemuda itu tidak menjawab, Ttong cu dari Tibet mengetahui bahwa hatinya sudah tergerak, buru-buru katanya kembali. "Masih ada lagi Budha antik, dalam pandanganmu yang pertama kali bukankah engkau pun menganggap dirinya sebagai seorang padri saleh ? Akan tetapi dalam kenyataannya, semua orang-orang itu adalah manusia busuk." "Sampai dimanakah kebusukanku ?" bentak Ngo-gak Sinkun dengan penuh kegusaran. Tiongcu dari Tibet tertawa merdu. "Sekarang masih belum tiba waktunya kamu untuk ikut berbicara."
708 Ngo-gak Sin-kun adalah seorang tokoh yang tersohor dalam dunia persilatan, penghinaan yang diterimanya dihadapan Gak In Ling sangat menggusarkan hatinya, ia tak tahan dan segera membentak keras. "Ciiiss... engkau anggap aku adalah manusia seperti apa ?" Tiongcu dari Tibet itu kembali tertawa merdu. "Engkau ?? Oooohh Tidak lebih hanya seekor domba yang tunggu akan disembelih." Suaranya lembut tidak membawa emosi, akan tetapi cukup bikin dada orang terasa mau meledak. Malaikat suci dari lima bukit Yap Thian Leng tak dapat mempertahankan diri lagi, ia meraung keras. "Sambutlah kembali sebuah pukulanku " Dengan jurus Keng-lui-peng-tiam atau guntur menggeletar kilat menyambar laksana kilat ia hantam tubuh Tiongcu dari Tibet itu. Tenaga dalam yang dimiliki Malaikat suci dari lima bukit pada dasarnya memang sudah mencapai kesempurnaan, apalagi serangan tersebut dilancarkan dalam keadaan gusar, bisa dibayangkan betapa dahsyat dan luar biasanya serangan tersebut. Angin pukulan menderu-deru bagaikan gulungan ombak ditengah samudra, diiringi suara gemuruh yang memekikkan telinga serangan tadi langsung menghantam kedepan. Gak In Ling yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat terperanjat, dalam hati pikirnya. "Pukulan ini cukup dahsyat, belum pernah kusaksikan kepandaian silat dari perempuan itu, akan kulihat dengan jurus apakah ia hendak memecahkan serangan tersebut ?" Akan tetapi Tiongcu dari Tibet itu hanya tertawa tawa belaka, katanya dengan nada sinis. "Huuuuhh .. Pukulan semacam itu masih belum terhitung seberapa, berapa kati sih kekuatannya ?"
709 Tangan kanan diayun kemuka, setelah berputar satu lingkaran langsung menghajar dada Yap Thian Ling, hardiknya. "Enyah kau dari sini" "Blaaaamm......." Angin pukulan maha dansyat yang dilancarkan Ngo-gak Siu-kun ternyata berbelok arah dan tepat menghantam dinding langit-langit gua tersebut, membuat bantuan berguguran dan muncullah sebuah lekukan sedalam tiga depa diatas dinding gua, sementara Tiongcu dari Tibet sedikitpun tidak tergeser dari tempat semula. Dengan hati terperanjat Ngo-gak Siu-kun mundur beberapa langkah kebelakang serunya. "Aaaahh Memindahkan bunga menyambung kayu ?" Gak In Ling sendiripun ikut merasa terperanjat, pikirnya. "Menurut adik Hun, ilmu memindahkan bunga menyambung kayu adalah suatu kepandaian tinggi yang dapat memindahkan kekuatan serangan orang lain menuju kearah lain, atau bahkan bisa juga melukai penyerang dengan kekuatan pukulannya sendiri,jangan jangan siluman perempuan ini..." Belum habis Gak In Ling berpikir, terdengar Tiongcu dari Tibet seakan tak pernah terjadi sesuatu apapun berkata. "Akupun tahu, diantara orang-orang itu ada beberapa orang diantaranya merupakan musuh-musuh besar yang kau benci, asal engkau bersedia untuk bekerja sama dengan aku, bukan saja aku dapat.. hiiiiiiihh.....hiiiiiiihh.....hiiiiiiiihh..." "Dapat bagaimana ?" tanya Gak In Ling agak tertarik, Diam-diam Tiongcu dari Tibet tertawa geli pikirnya. "Hm.m Aku tidak takut kalau engkau tak akan tertarik,..." Berpikir sampai disitu, ia tertawa dan berkata. "Engkau tak usah gelisah lebih dahulu, eei dimana pengawal ?" Baru saja ia menyelesaikan kata-katanya, sebuah pintu rahasia terbentang lebar dari hadapan mereka, enam orang
710 gadis cantik bagaikan bidadari dengan memakai baju yang tipis sekali sehingga kelihatan seluruh bagian tubuhnya yang terlarang perlahan-lahan berjalan mendekat. -oo0dw0oo- Jilid 21 KETIKA melihat ada jalan lewat di belakang keenam gadis cantik: itu, tanpa berpikir panjang Malaikat suci dari lima bukit segera melancarkan satu pukulan kearah enam orang gadis itu dengan jurus Heng-kam-tiong-long atau mengejar ombak yang menggulung, sementara tubuhnya miring kesamping dan berusaha menerobos keluar dari pintu rahasia itu. Baru saja dia menggerakkan tubuhnya, mendadak terdengar perempuan dari Tibet itu berseru. "Eeeeii tua bangka, sebelum nonamu memberi perintah, engkau hendak kabur kemana?" Gak In Ling hanya menyaksikan Tiongcu dari Tibet menggerakkan tubuhnya dan tahu-tahu Malaikat suci dari lima bukit sudah tergetar kembali ketempat semula, sedangkan pintu batu itu pun secara otomatis telah menutup kembali. Dengan pandangan bingung Gak In Ling mengawasi beberapa orang gadis itu, mukanya berubah menjadi merah padam, sedang dihati pikirnya. "Usia mereka masih amat muda, kenapa gadis-gadis ini sedikitpun tak punya rasa malu ? Heran ?" Buru-buru ia melengos kearah lain. Dalam pada itu Tiongcu dari Tibet dengan pandangan dingin menyapu sekejap kearah Yap Thian Leng yang lemas dan patah semangat, kemudian ujarnya dengan dingin. "Yap Thian Leng, bagaimanakah selisih ilmu silat yang kau miliki jika dibandingkan dengan kepandaian silatku, aku rasa
711 dalam hati kecil mu kau pasti tahu bukan ? Bila engkau masih juga tak tahu diri,jangan salahkan kalau aku suruh engkau berbaring diatas tanah sehingga tidak berkutik,jika sampai begitu aku rasa dengan kedudukanmu rasanya kurang sedap dipandang mata bukan!!" Ucapannya seram dan mengerikan, sehabis berkata ia segera berpaling kearah Gak ln Ling dan berkata sambil tertawa. "Coba lihatlah, apakah mereka semua cantik jelita ?" "Hmm Sebenarnya apa maksudmu ?" dengus Gak In Ling, tenaga dalamnya ketika itu sudah pulih beberapa bagian lagi. "Maksudku ? Bukankah sudah tertera didepan mata ?" Jawab Tiongcu dari Tibet sambil tertawa," aku tak takut setelah tiga orang dayang itu mampus, engkau bakal kesepian Terutama sekali Dewi burung hong, bukankah begitu ? Hiiiiiiihh hiiiiiiihh... hiiiiiihh..." Sesudah tertawa cekikikan, sambungnya lebih jauh. "Oleh karena itu, andaikata engkau merasa bahwa mereka masih mendingan, maka sampai waktunya keenam orang itu akan menjadi milikmu semua, apa yang hendak kau lakukan atas diri mereka, aku tak akan melarang ataupun mengganggu." Hawa amarah berkobar dalam benak Gak In Ling, ia tertawa dingin dan berseru. "Engkau anggap aku dapat mendengarkan perintahmu?" Tiongcu dari Tibet sama sekali tidak memperdulikan ucapan si anak muda itu, kepada ke enam orang gadis tersebut katanya.. "Dia sudah lelah, cepatlah bimbing dirinya untuk pergi beristirahat." Baru pertama kali ini keenam orang gadis cantik itu menjumpai pemuda setampan itu, jantung mereka berdebar keras, ketika mendengar perintah itu mereka semua berseru kegirangan dan bersama-sama-menghampiri pemuda itu. Dengan ketakutan Gak In Ling mundur selangkah kebelakang,
712 sepasang telapaknya disilangkan didepan dada, bentaknya. "Berhenti" Enam orang gadis muda itu saling mengerlingkan matanya dan tertawa cekikikan, mereka tetap menerjang maju kedepan. "Kalau kamu semua sudahjemu hidup, silahkan saja maju kedepan " teriak Gak ln Ling sambil mundur terus kebelakang. Mendadak pemuda itu merasakan punggungnya menumbuk sesuatu benda yang keras, ia tahu bahwa tubuhnya telah berada diujung dinding, sementara keenam orang gadis tersebut masih tetap mengejar dari belakang. Terlihatlah orang yang berada dipaling depan telah berada kurang lebih dua depa dihadapan Gak In Ling bau harum semerbak ciri khas seorang gadis tersiar memenuhi angkasa, hal ini ma kin mencemaskan hati si anak muda itu, dengan gusar teriaknya. "Enyah dari sini" Mendadak dengan gerakan Tui sam-tiam-hay atau mendorong bukit membalik samudra, ia lancarkan satu pukulan dahsyat kedepan. Mimpipun keenam orang gadis itu ta kpernah menyangka kalau Gak In Ling dapat turun tangan sekeji itu terhadap diri mereka, sebab pengalamanpengalaman sebelumnya telah meyakinkan hati mereka akan keberhasilan usahanya itu. Oleh sebab itu tatkala serangan dahsyat yang dilancarkan Gak In Ling meluncur datang mereka sama sekali tak sempat untuk mengempos tenaga guna melindungi diri sendiri, saking terperanjatnya air muka mereka berubah hebat dan matanya terbelalak lebar. Disaat yang amat kritis itulah, tiba-tiba tampaklah bayangan manusia berkelebat lewat dan tahu-tahu urat nadi Gak In Ling sudah dicengkeram oleh Tiongcu dari Tibet tersebut, terdengar ia tertawa dingin dan menegur. "Gak In Ling, apa yang hendak kau lakukan " Sambil berpaling kearah enam orang gadis itu tambahnya.
713 "Kalian boleh segera mengundurkan diri dari sini" Dengan pandangan menurut keenam orang gadis itu menyapu sekejap kearah Gak In Ling, seakan-akan mereka menggerutu karena pemuda itu tidak menurut dan tak pandai mencari kesenangan hidup. Dengan langkah yang lembut mereka segera mengundurkan diri kembali lewat pintu semula. Kali ini Malaikat suci dari lima bukit tak berani punya ingatan untuk melarikan diri lagi. Dengan penuh kegusaran Gak In Ling tertawa seram, serunya. "Haaaahh haaaaahh haaaaahh ilmu silat yang dimiliki Tiongcu benar-benar luar biasa sekali." Tiongcu dari Tibet tertawa dingin. "Heeeehh heeeeeehh heeeehh... aku berbuat demikian tidak lain karena tubuhmu sudah mengidap racun yang amat keji sehingga ilmu silat yang kau miliki telah mundur sampai delapan sembilan puluh persen." Sesudah berhenti sebentar, tiba-tiba ia bertanya kembali. "Gak In Ling, aku ingin bertanya kepada mu, sebenarnya engkau berhasrat untuk balaskan dendam bagi kematian ayahmu atau tidak ?" "Aku rasa tidak akan segampang itu "Jawab sang pemuda dengan suara yangjauh lebih lembut. "Tentu saja gampang sekali, asal engkau dapat memancing kedatangan tiga orang kemari maka urusan akan menjadi beres " "Tiga orang yang mana ?" tanya Gak In Ling sambil tertawa dingin. Cahaya kilat memancar keluar dari balik mata Tiongcu dari Tibet. "Gadis suci dari Nirwana, Dewi burung hong dan Thianhong pangcu... "
714 "Hmm Aku sudah menduga sampai ke-situ." "Ketahuilah Malaikat suci dari lima bukit, Kakek tujuh cacad. Budha antik, dua bersaudara dari Hui-in-cay serta Manusia muka seribu mereka semua adalah anak buahku, asal engkau bersedia anggukkan kepala maka dalam tiga jam aku bisa mempersembahkan pula batok-batok kepala mereka untukmu " Gak ln Ling benar-benar tertarik oleh tawaran tersebut, akan tetapi ingatan lain telah menghalangi dirinya untuk berbuat demikian, ia tekan perasaan hatinya sendiri dan berkata dengan ketus. "Aku takut jawabanku akan membuat engkau menjadi kecewa "Hmm... Jadi engkau lebih suka memilih arak hukuman daripada arak kehormatan?" Gak In Ling adalah seorang manusia yang angkuh dan tak sudi tunduk dibawab perintah orang, mendengar perkataan itu segera jawabnya dengan ketus. "Asal engkau punya cara untuk menghukum diriku dalam menenggak arak hukuman tersebut, apa salahnya kalau cara itu kau pergunakan?" Sementara itu perlahab-lahan Malaikat suci diri lima bukit telah mengangkat pedangnya, sepasang mata yang tajam menatap jalan darah Pay sim-hiat dipunggung Tiongcu dari Tibet tanpa berkedip. Tiongcu dari Tibei ambil keluar sebuah bungkusan yang berisi bubuk warna merah dari balik pakaiannya yang tipis, kemudian ujarnya kepada pemuda she Gak, "Asal engkau bersedia makan obat ini maka mau tak mau terpaksa engkau harus mendengarkan perkataanku." "Berapa lama daya kerja obat racun itu?" "Tiga bulan" "Haaaahh baaaaaahh haaaahh... terlalu banyak "
715 "Maksudmu " satu ingatan berkelebat dalam benak Tiongcu dari Tibet ini. "Batas usiaku hanya tinggal satu bulan, akan tetapi menurut pengamatanku dengan kesehatan badan yang kumiliki sekarang, paling banter hanya bisa hidup tujuh hari lagi, haaaahh haaaaahh , haaaaahh tujuh hari cukupkah itu?" Pada waktu itulah, tiba-tiba terdengar Malaikat suci dan lima bukit membentak keras. "Lihat serangan" Cahaya perak berkilauan, pedang kutung tadi laksana kilat meluncur kearah punggung perempuan dari Tibet. Perempuan tersebut segera putar badan mencekal pedang tadi, sementara tangan kirinya dengan suatu gerakan yang sangat enteng menotok jalan darah Ciau-keng hiat dibahu Gak In Ling. Rupanya ia ada maksud untuk mendemonstrasikan kelihayannya dihadapan Malaikat suci dari lima bukit, sesudah berhasil mencengkram kutungan pedang tersebut tangannya segera meremas dan Kraaaass kraaaass Kutungan pedang tadi tahu-tahu sudah hancur berkeping-keping dan tersebar diatas tanah dalam bentuk bubuk kasar. Paras muka Malaikat suci dari lima bukit berubah hebat, senjata tersebut adalah senjata andalannya dan tentu saja ia mengetahui ..sampai di manakah keampuhan senjata tadi, meskipun bukan termasuk pedang mustika yang antik namun senjata tersebut bisa disegani oleh setiap umat persilatan tentu saja dapat dibayangkan bahwa benda itu bukan benda sembarangan. Tetapi Tiongcu dari Tibet dengan suatu remasan yang enteng ternyata mampu menghancurkan senjata tadi, dari sini bisa dilihat pula sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang dimiliki perempuan itu. Dengan pandangan dingin Tiongcu dari Tibet menatap wajah Ngo-gak Siu-kun tajam-tajam kemudian bertanya. "Masih ada ilmu silat lain yang belum kau unjukkan keluar ?" Yap Thian Leng termasuk seorang jagoan licik yang ulung,
716 mendengar pertanyaan itu ia segera menengadah dan tertawa terbahak-bahak, "Haaaahh haaaaahh haaaahh aku menyadari bahwa diriku masih bukan tandingan dari Tiongcu" Perempuan itu tertawa. "Kalau memang engkau sudah tak mampu mengalahkan nonamu, aku rasa hanya ada satu jalan yang bisa kau tempuh, yakin mengikuti semua perintahku " Yap Thian Leng tidak menjawab, dalam hati ia berpikir. "Nampaknya ia hendak mempergunakan tenagaku untuk menghadapi ketiga orang gadis tersebut, aku harus baik-baik menunggangi situasi ini." berpikir demikian, dengan suara ketus ujarnya. "Engkau bisa menenangkan diriku hanya terbatas dalam hal tenaga dalam, namun dalam cita-cita dan pikiran aku rasa engkau masih belum dapat menguasai diriku." "Benarkah itu ?" Malaikat suci dari lima bukit bergidik, namun diluaran dengan wajah setenang-tenangnya ia menjawab. "Aku percaya memang begitulah keadaannya " Tiongcu dari lima bukit ayunkan bubuk obat ditangannya, lalu berkata. "Aku rasa batas usiamu tidak sampai tiga bulan belaka bukan ? Tetapi engkau harus tahu, setelah makan obat ini maka badanmu akan kurang segar dan setiap tujuh hari sekali harus menerima obat pemunah, cuma saja.... kalau memang engkau benar-benar mengira bahwa nonamu tak mampu menguasai jalan pikiranmu, maka silahkan saja untuk mencobanya." Tiba-tiba pintu gua terbuka dan muncullah seorang kakek, Malaikat suci dari lima bukit yang menjumpai orang itu dengan hati terperanjat segera berseru. "Aaahh . Kakek tujuh cacad." Kakek tujuh cacad sama sekali tidak memandang sekejappun kearah Malaikat suci dari lima bukit, buru-buru dia lari kehadapan Tiongcu dari Tibet dan meminta dengan setengah merengek.
717 "Tiongcu, aku sudah tak tahan... aku menerima tawaranmu itu " Mukanya penuh rasa sakit, keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada hentinya,jelas orang itu sedang mengalami suatu penderitaan yang sangat hebat. Tiongcu dari Tibet tertawa dingin, katanya. "Bukankah engkau sudah pergi ?" "Benar tapi.. tapi...." "Nona tokh tak pernah membatasi kebebasanmu." Sepasang lengan Kakek tujuh cacad yang membawa pedang mulai gemetar keras, seakan-akansedang menderita sakit panas yang tak tertahan mukanya berkerut kencang. "Oohh Tiongcu " Rengeknya, "perduli engkau suruh aku berbuat apapun, aku bersedia untuk melakukannya... aku tak berani membangkang perintahmu." Terperanjat hati Yap Thian Leng ketika mendengar perkataan itu pikirnya didalam hati. "Obat racun apakah itu ? Ternyata Kakek tujuh cacad yang tersohor akan kesadisan dan kekejamannya pun tunduk seratus persen dibawah perintahnya ?" Berpikir sampai disini, tanpa sadar lagi bulu kuduknya pada bangun berdiri. "Hmm " kata Tiongcu dari Tibet kemudian, "kalau begitu keluarlah dari sini dan dengan badan menggelinding diluar sana pasti ada orang yang akan memberi obat pemunah bagimu" "Aaahh Hal ini mana mungkin bisa terjadi ?" pikir Ngo-gak Siu-kun dalam hati kecilnya. Belum hilang ingatan tersebut, ternyata Kakek tujuh cacad benar-benar jatuhkan diri keatas tanah dan bergelinding keluar dari ruangan tersebut. Dengan pandangan dingin
718 Tiongcu dari Tibet melirik sekejap kearah Malaikat suci dari lima bukit, lalu tegurnya "Apakah Ngo-gak siu-kun ada berpendapat Iain ?" "Obatmu itu benar-benar lihay sekali" Tiongcu dari Tibet itu tertawa. "Setelah kau makan obat itu, nonapun akan memberi kebebasan bagimu " katanya. "Apakah Tiongcu tidak takut kalau aku sampai menemukan obat pemunahnya ?" "Silahkan saja mencari, asal engkau dapat menemukannya "jawab perempuan itu, selangkah demi selangkah ia maju menghampiri jago tua tersebut. Malaikat suci dari lima bukit yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat terperanjat, buru-buru teriaknya. "Tunggu sebentar" "Ada apa ? Engkau setuju ?" "Sedikitpun tidak salah "jawab Malaikat suci dari lima bukit sambil mengangguk. "Kalau begitu telanlah obat tersebut" "Masa akupun harus telan obat itu? Engkau tidak percaya dengan diriku...?" "Inilah peraturan yang harus dilaksanakan oleh semua orang " "Tapi setiap ucapan yang ku utarakan keluar tak pernah kuingkari kembali" "Betul, dan aku sendiripun demikian." Malaikat suci dari lima bukit mulai sadar bahwa keadaan yang dihadapinya saat ini tak dapat diselesaikan secara baik-baik, segera ujarnya dengan cepat. "Apakah Tiongcu dapat menyanggupi syarat yang kuajukan lebih dahulu."
719 "Menurut anggapanmu apakah aku dapat menyanggupi syaratmu tadi ?" Perempuan dari Tibet itu balik bertanya sambil tertawa. "Jika Tiongcu dari Tibet menginginkan agar aku bisa tunduk sepenuh hati, tidak sepantasnya kalau kau tampik kehendak orang lain " Ucapan tersebut begitu terbuka dan terang terangan, seolah-olah perkataan yang disampaikan kepada sahabat karibnya sendiri. "Hm-m Perkataanmu masuk juga diakal," sahut Perempuan dari Tibet itu sambil mengangguk," Coba katakanlah:" "Kalau engkau tidak dapat mengabulkan permintaanku itu, diutarakan juga tak ada gunanya." "Aku rasa, diriku masih punyahak untuk menampik permintaanmu itu bukan ?" Paras muka Malaikat suci dari lima bukit berubah hebat, agaknya ia hendak mengumbar hawa amarahnya, akan tetapi setelah berpikir kembali dan menyadari bahwa ia sudah berada dibawah kekuasaan Tiongcu dari Tibet. Jago tua inipun menyadari bahwa banyak bicara tak ada gunanya, "Haaaahh haaaaaahh haaaaahh Betul betul betul" Perempuan dari Tibet itu tertawa, katanya lagi "Hmm Engkau pandai melihat gelagat dan bisa menyesuaikan diri dengan keadaan, tidak malu disebut sebagai jagoan dalam kolong langit. Nah utarakanlah syaratmu itu." "Pertama, Tiongcu harus memberi kedudukan yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah kepadaku, sehingga bilamana perlu aku bisa mempergunakan tenaga mereka untuk mencapai perintah dari Tiongcu." Gak In Ling yang mendengar perkataan itu dalam hati merasa gelisah bercampur mendongkol, sayang ia tak bisa bicara hanya dalam hati, bathinnya dengan gemas. terpaksa sambil tertawa terbahak-bahak jawabnya.
720 "Bila orang ini berubah, maka para jago di daratan Tionggoan pasti akan mengalami nasib yang malang " Sementara itu Tiongcu dari Tibet telah menjawab sambil tertawa. "Oooohh Hal ini tentu saja, cuma orang yang memberi obat penawar kepadamu itu mempunyai jabatan yang jauh lebih tinggi dari dirimu sampai waktunya aku bisa memberikan tanda perintah kepadamu, legakan saja hatimu." "Kedua, engkau harus segera melenyapkan dia dari muka bumi," seraya berkata ia menuding kearah Gak In Ling. "Mengapa ?" "Sebab, hubungan diantara kita berdua telah diketahui semua olehnya " "Tidak bisa jadi, nilai dirinya jauh lebih besar daripada dirimu, aku tak dapat membinasakan dirinya " "Kalau memang Tiongcu hendak mempergunakan tenagaku, tidak sepantasnya kalau menggunakan pula dirinya!!." "Hanya dia seorang yang dapat memancing kedatangan tiga orang Perempuan itu, maka aku hendak mempergunakan dirimu untuk memberi khabar kepada mereka, katakanlah kepada mereka bahwa sekarang Gak In Ling masih hidup dan berada ditanganku." "Bukankah mereka semua telah berada di-dalam cengkraman Tiongcu ?" Paras muka perempuan diri Tibet itu berubah hebat, tibatiba ujarnya. "Meskipun pada saat ini mereka sudah terkurung didalam lambung bukit ini, bicara terus terangnya saja, kecerdikan mereka sama sekali tidak berada dibawahku, bila aku ingin menggunakan tempat ini untuk membinasakan mereka, rasanya hal ini masih merupakan suatu tanda tanya besar."
721 "Kalau dikurung terus menerus, bukankah mereka akan mati kelaparan dalam gua ini?" "Justru persoalannya aku tidak bisa mengurung mereka terlalu lama." Gak In Ling yang mend egar pembicaraan itu, diam-diam merasa kegirangan, pikirnya. "Asal mereka tidak mati, maka perempuan siluman inipun tak akan berhasil mencapai hasil yang diinginkan." Pada saat ini, secara tiba-tiba timbullah kesan yang baik terhadap ketiga orang gadis tersebut. "Bagaimana caranya untuk memberi kabar kepada mereka ?" Terdengar Malaikat suci dari lima bukit bertanya. "Bila dugaanku tidak keliru, sekarang kemungkinan besar Dewi burung hong telah berhasil meloloskan diri, setelah lolos dia pasti akan berusaha mencari Gak In Ling, sedangkan lainnya dalam beberapa waktu kemudian tentu berhasil juga lolos dari sini, ketika itu aku bisa aturkan suatu tempat bagimu agar mereka datang menyelamatkan jiwamu." Malaikat suci dari lima bukit putar biji matanya, dengan nada keheranan ia bertanya. "Kenapa sih engkau tidak pasang alat rahasia didalam ruangan batu ini?" "Itu urusan pribadiku sendiri, perlu kuperingatkan kalau lain kali kalian berani memasuki lambung bukit ini lagi, maka tak akan segampang ini bisa mendapatkan ampun." Ia melemparkan bungkusan berisi bubuk obat itu kehadapan Yap Thian Leng, tambahnya. "Nah Telanlah obat ini." Yap Thian Leng sadar bahwa melawan hanya akan mendatangkan kesulitan bagi diri sendiri maka tanpa banyak bicara lagi ia ambil obat itu dan segera ditelan kedalam perut. Melihat tingkah laku jago tua itu, Tiongcu dari Tibet tertawa dan mengangguk, ujarnya.
722 "Hmm... Jika usahaku sukses, engkau terhitung salah seorang yang berjasa." Ngo-gak Siu-kun tertawa getir. "Bila Tiongcu ingin memberi pahala, maka aku hanya mengharapkan pengampunan bagi jiwa ku." "Aku rasa bukan itu saja. Nah Sekarang engkau boleh keluar dengan mengikuti jalan rahasia tersebut, kalau ada jalan lewat tembusi saja terus, maka akhirnya engkau akan sampai ditempat yang kumaksudkan." "Setelah bertemu dengan mereka, apa yang harus kukatakan ?" Nafsu membunuh melintas diatas wajahnya, dengan seram ia menjawab. "Katakan saja bahwa Gak In Ling telah di kurung diatas tebing Wa-cu-gay " "Tiongcu sudah membuat persiapan disana?" "Aku percaya baik engkau maupun mereka kurasa jauh lebih paham daripada aku sendiri, buat apa mesti banyak bertanya lagi ?" "Kalau begitu aku mohon diri lebih dahulu " Dengan langkah lebar ia berlalu dari situ. Sepeninggalnya Ngo-gak Siu-kun, Perempuan dari Tibet membopong Gak In Ling kedalam pelukannya dan berjalan menuju kepintu, sambil berjalan ujarnya tertawa. "Sungguh tak kusangka engkau mempunyai kegunaan yang begitu besar." Ia berhenti sebentar, kemudian berseru tertahan dan tertawanya. "Aaaahh Rupanya wajahmu benarbenar sangat tampan, tidak aneh kalau Dewi burung hong begitu kesemsem dengan dirimu," Sambil tertawa cekikikan ia segera cium pipi pemuda itu, dengan penuh bernafsu. Gak ln Ling mendongkol bercampur gemas, namun pada saat ini ia
723 tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menahan rasa dongkolnya didalam hati.... -oo0dw0oo- Batu hitam menonjol tinggi keatas, bersusun dan bertumpuk-tumpuk sehingga menyelimuti seluruh jagad, disitu tak ada pohon, juga tak ada rumput, semuanya tandus dan menyeramkan. Awan putih bergerak diudara. kabuttipis bagaikan asap menyelimuti bawah tebing, di-tengah kesunyian terasalah penuh mengandung nafsu membunuh yang tebal. Inilah yang dinamakan tebing Wan-ciu-gay, seperti namanya monyet-monyetpun sukar untuk mendaki keatas bukit tersebut, dapat dibayangkan betapa berbahayanya tempat itu. Diatas puncak tebing terdapat sebuah tonjolah batu yang menjulang ketengah udara, dengan tenang Gak In Ling duduk disana, empat buah rantai besi yang amat besar masingmasing merantai lengan dan kakinya, membuat pemuda itu mampu mengerahkan tenaga. Padahal rantai itu sama sekali tak ada gunanya, kerena sejak untuk kedua kalinya Gak In Ling menggunakan jurus Hujan darah menggenangi jagad, tenaga dalam yang dimilikinya masih belum pulih kembali. Sengatan hawa panas seharian penuh membuat wajah Gak In Ling yang putih terbakar menjadi hitam kemerah-merahan. Memandang sang surya yang mulia tenggelam diufuk barat, diam-diam Gak In Ling berdoa dalam hatinya. "Semoga Thian mengasihani umatnya dan jangan dibiarkan mereka datang kemari...." Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang datang, serentetan suara yang kasar segera berteriak,
724 "Hei.. keparat cilik,.engkau lapar tidak ?" Gak In Ling menengadah dan memandang sekejap kearah dua orang pria kekar itu, kemudian sambil tertawa dingin jawabnya. "Kalau aku iapar, aku bisa memanggil dirimu " "Hmm Apakah kami khusus melayani kebutuhanmu ?" seru pemuda yaag ada disebelah kanan. "Kalau begitu kalian tak usah mengurusi diriku lagi." "Tapi kami hendak mengawasi dirimu." teriak pria yang ada disebelah kiri dengan gusar. Gak In Ling segera tertawa dingin. "Apakah kalian percaya mempunyai kemampuan untuk berbuat begitu?" Dua orang pria itu segera maju selangkah kedepan, katanya. "Jadi engkau hendak mencoba?" "Haaaahh haaaaahh haaaaahh.... meskipun aku sudah dirantai disini, namun aku masih tetap tak pandang sebelah matapun terhadap kalian berdua." Mendengar ucapan ini, dua orang pria tersebut menjadi gusar sekali, mereka membentak keras dan bersama-sama menerjang kedepan, tangan mereka secepat kilat menyambar rantai yang membelengu kaki pemuda itu. Dalam keadaan seperti itu, walaupun ilmu silat Gak In Ling terganggu dan tak bisa dipergunakan, akan tetapi jurus serangannya masih utuh. Melihat datangnya ancaman, sepasang kaki segera ditarik kebelakang, lalu dengan jurus burung hong mematuk ular ia tendang dada kedua orang pria itu sehingga menjerit kesakitan, namun mereka masih tetap mencekal rantai kakinya Seorang memegang sebuah rantai, dua orang pria itu tertawa seram dan berseru.
725 "Tiongcu telah berpesan, agar ketiga orang dayang itu merasa kasihan terhadap dirimu, terpaksa kita harus memberi sedikit pelajaran kepadamu. Nah Lo-Thio. mari kita tarik kakinya" Dua orang itu segera rentangkan kaki pemuda she Gak itu dan siap menariknya. "Hm-m Kalian masih belum pantas untuk berbuat begitu," serentetan suara dingin berkumandang datang. Dua orang pria itu segera berpaling mereka rasakan matanya menjadi silau dan tahu-tahu dihadapan mereka berdua telah berdiri seorang perempuan berusia empat puluh tahunan yang berdandan kraton, agung dan cantik sekali. "Siapa engkau?" tegur pria tersebut. "Hmm Tanya saja kepada raja akhirat..." sambil berkata perempuan cantik itu ayunkan telapaknya dan tanpa mengeluarkan sedikit suara pun dua orang pria tersebut mencelat kedalam jurang. Serangan itu benar-benar luar biasa dan membuktikan bahwa kepandaiannya lihay sekali sebab kedua orang pria tadi tidak sempat menjerit kesakitan sebelum ajalnya tiba. Gak In Ling sendiri dengan termangu-mangu memandang keatas wajah perempuan cantik yang bermuka dingin itu, ia tak tahu apa yang hendak dilakukan perempuan tadi atas dirinya hal ini membuat dia merasa amat tidak tenteram. Perlahan-lahan Perempuan cantik berdandan kraton itu maju kedepan, setelah memutuskan tantai yang membelenggu kaki tangan Gak ln Ling, ujarnya dengan dingin. "Berdiri" Perlahanlahan Gak In Ling bangkit berdiri, ujarnya dengan hambar. "Kalau kulihat dari sikap nyonya, dapat ku ketahui bahwa maksud kedatanganmu bukanlah untuk menyelamatkan jiwaku."
726 Wajah perempuan cantik itu agak berubah akan tetapi segera lenyap kembali, tegurnya dengan dingin. "Kenalkah engkau dengan seorang perempuan yang bernama Bwee Giok Siang...?" Gak In Ling tertegun. "Kenapa engkau ajukan pertanyaan itu?" "Oooh....jadi engkau kenal dengan dirinya ?" seru Perempuan cantik itu dengan napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya. Gak In Ling mengangguk. "Bukan saja kenal, dia adalah isteriku " "Bagus,jawabanmu itu sama artinya dengan kau mengumumkan kematian bagi dirimu sendiri" "Siapakah engkau ?" tanya Gak In Ling dengan hati bergetar keras. "Suhunya Bwee Giok Siang "jawab perempuan cantik itu sambil melancarkan sebuah pukulan kearah depan. Ketika mendengar bahwa orang ini bukan lain adalah gurunya Dewi burung hong Bwee Giok Siang, Gak In Ling semakin tertegun, pikirnya dengan hati keheranan. "Bukankah Bwee Giok Siang mengatakan bahwa gurunya telah meninggal. Sekarang mengapa hidup kembali? Dibalik persoalan ini pasti ada hal-hal yang tidak beres, atau mungkin ia mengetahui urusanku dengan Bwee Giok Siang.." Tatkala Perempuan cantik itu menyaksikan wajah Gak In Ling menunjukan kebingungan, ia mendengus dingin, katanya kembali. "Urusanmu dengan anak Siang itu telah ku ketahui semua " "Tapi aku rasa kedatangan Locianpwee bukanlah untuk menyelamatkan jiwa boanpwe "
727 "Sedikitpun tidak salah, aku datang kemari untuk membinasakan dirimu " "Membunuh aku ? Antara aku orang she Gak dengan Locianpwee tokh tak pernah terikat oleh dendam ataupun sakit hati ?" "Gara-gara engkau maka anak Siang telah kehilangan semangat untuk melakukan perintah yang kuserahkan kepadanya, selama engkau belum mati itu berarti selamanya pula ia tak akan melakukan perintahku, oleh sebab itu aku rasa harus melenyapkan dirimu dari muka bumi." Satu ingatan berkelebat dalam benak Gak In Ling, ia tertawa dan menjawab. "Adik Siang amat mencintai diriku, bila aku mati diapun akan mengiringi kematianku, pada saat itu bukanlah Locianpwee akan mengalami kerugian yang jauh lebih besar ?" Perempuan cantik itu segera tertawa dingin.. "Heeehh.... heeeeehh heeeeehh seandainya kukatakan bahwa engkau mati ditangan para jago dari daratan Tionggoan, bisakah kau bayangkan apa yang hendak dia lakukan ?" serunya. Mendengar perkataan itu Gak In Ling merasa amat terperanjat, ia tahu bahwa Bwee Giok siang atau Dewi burung hong adalah seorang gadis berwatak keras dan berangasan, seandainya ia mendengar bahwa dirinya mati ditangan para jago dari daratan Tionggoan, niscaya dia akan bersumpah untuk membalas dendam bagi kematiannya dan akibatnya pasti sukar dibayangkan, -oo0dw0oo- Gak In Ling termenung, waktu berlalu dengan cepatnya dalam keheningan dari bawah bukit berkelebat pula bayangan tandu dari Tionggoan Tibet, akan tetapi dalam sekejap mata telah lenyap kembali. Tampak Perempuan cantik itu menengadah dan bertanya sambil tertawa. "Bagaimanakah dengan siasatku ini ?"
728 "Locianpwee, rencana itu jauh berada diluar dugaanku akan tetapi sekali pun engkau tidak berbuat demikian," "akupun tak dapat hidup lebih dari tujuh hari lagi, adik Siang pun mengetahui juga akan hal ini." "Maksudmu, engkau sudah tidak memiliki daya kekuatan untuk melawan?" seru Perempuan cantik itu sambil maju kedepan. "Demikianlah kenyataannya " Dalam hati Perempuan cantik itu segera berpikir. "Paras muka orang ini benar-benar memikat hati, tidak aneh kalau anak Siang begitu mencintai dirinya, untung usianya tinggal tujuh hari lagi, sekalipun aku tidak membinasakan dirinya, diapun bakal mampus sendiri, dengan begitu aku pun tak usah malu terhadap anak Siang." Berpikir sampai disitu ia lalu segera berkata. "Loncatlah sendiri kebawah tebing dibelakang tubuhmu " Dengan pandangan tawa Gak In Ling menyapu sekejap kearah belakang tubuhnya, kecuali kepedihan tiada perasaan takut yang tercermin diatas wajahnya, ia menengadah dan menjawab. "Locianpwee, apakah engkau bersedia mengabulkan sebuah permintaanku?" "Engkau hendak mengulur waktu ?" Perempuan cantik itu melotot besar. Gak-In Ling gelengkan kepalanya, putar badan dan berjalan menuju ketepi tebing, sambil berjalan katanya. "Kalau memang begitu-ya sudahlah ". Tubuhnya dengan cepat mencapai tepi tebing dan siap loncat turun kedalam jurang.
729 Perempuan cantik itu merasakan hatinya tercekat, tiba-tiba bentaknya keras. "Berhenti, katakanlah" Tanpa berpaling Gak In Ling menjawab dengan tawa. "Aku hanya berharap Locianpwee berdiri sebagai seorang angkatan tua agar bersedia menyampaikan kepada dirimu serta dua orang gadis lainnya bahwa Malaikat suci dari lima bukit Yap Thian Leng tak bisa dipercaya " Tiba-tiba ia enjotkan badan dan meloncat turun kedalam jurang. Tiada ada jeritan kaget, juga tiada kata yang menyesal, semuanya berlalu dalam keheningan dan kesunyian. Perempuan cantik itu berdiri menjublak, ia bergumam seorang diri. "Dikemudian hari anak Siang pasti tidak dapat memaafkan diriku, selama-lamanya takkan memaafkan diriku seperti pula aku-selalu merindukan dirinya, selama hidup tak dapat melupakan dirinya." Dibawah tebing berkelebat lewat seekor burung hong tanpa mengeluarkan sedikit suarapun, burung hong itu adalah milik Gadis suci dari Nirwana.. Rupanya burung hong itudikendalikan seseorang dan rupanya orang yang berada diatas punggung burung hong tadi telah mengetahui bahwa diatas tebing hadir seorang tokoh sakti yang memiliki ilmu silat sangat lihay, burung hong itu tidak langsung terbang keangkasa, melainkan menyelinap dari bawah tebing dan menjauhi tempat itu, dalam sekejap mata lenyap diujung Langit. Tiba-tiba Perempuan cantik itu yang berwajah agung itu menengadah keatas, mula-mula ia nampak terperanjat lalu girang, setelah itu dengan penuh kegusaran gumannya. "Keparat dari mana yang begitu bernyali berani mencari gara-gara dengan diriku... Hmmnn"
730 Ia segera enjotkan badannya siap mengejar kearah mana bayangan burung hong itu melenyapkap diri. Pada saat itulah dari atas tebing berkumandang datang suara seruan seseorang dengan suara yang merdu. "Adik Lin, buat apa engkau mesti bersitegang dengan anakanak ?" suaranya lembut dan sedap didengar. Paras muka perempuan berdandan agung itu berubah hebat dan segera berpaling, tampaklah seorang sastrawan berusia empat puluh tahunan berdiri kurang lebih lima depa dihadapannya.. "Engkau belum mati?" teriak perempuan itu girang bercampur gusar. Sastrawan berusia setengah baya itu tertawa. "Hahaha, kalau aku telah mati maka salah paham yang terjadi pada empat puluh tahun berselang selamanya tak bisa dyelaskan oleh siapapun." Pada saat ini Perempuan cantik itu sudah dapat mengatasi perasaan emosinya, ia tertawa dingin dan berseru. "Salah paham? Engkau hendak membohongi siapa ? Dalam peristiwa yang terjadi empat puluh tahun berselang, bukan hanya engkau seorang yang mengetahuinya, buat apa engkau jual mahal?" "Sedikitpun tidak salah, pada waktu itu dalam kalangan hadir pula engkau serta tuan rumah tempat itu." Berbicara sampai disitu matanya menyapu sekejap kebawah tebing, seakan-akan sedang menciri sesuatu. "Mungkin masih ada satuorang yang tidak kau perhitungkan pula." seru Perempuan cantik itu dengan ketus. "Orang itu sudah mati, buat apa mesti diperhitungkan lagi?"
731 "Apa ?" Perempuan cantik itu terperanjat, "engkau katakan bocah berusia belasan tahun yang hadir di kalangan pada waktu itu telah dibunuh mati ?" "Benar, ia tidak seharusnya melihat peristiwa itu dan tidak seharusnya punya nama besar dalam dunia persilatan, karena orang itu takut kalau sampai ia menyiarkan apa yang dilihatnya kedalam dunia persilatan, maka mau tak mau dia harus melenyapkan pula dirinya dari muka bumi." Dari balik mata Perempuan cantik yangjeli memancar keluar sorot mata yang sangat tajam gumamnya. "Kwee Cay In.? engkau benar keji" "Tetapi ia tidak sekeji dirimu " Tertegun perempuan cantik itu, mendadak ia tertawa seram dan menyambung. "Sedikitpun tidak salah, aku memang keji, engkau mau apa ?" "Ia membinasakan sang ayah dan engkau membunuh sang anak " Merah padam wajah perempuan cantik itu, mendadak bentaknya. "Rupanya engkau cari mampus " Dengan jurus Hong-wu-cing-beng atau burung hong menari ditengah cahaya hyau, ia lancarkan satu pukulan kearah sastrawan berusia pertengahan itu. Serangan itu meluncur datang secepat sambaran kilat namun sedikitpun tidak menimbulkan suara, segulung tenaga tekanan yang tak berwujud langsung menghantam dada sastrawan tadi. Rupanya sastrawan berusia penengahan itu tahu lihay, wajahnya berubah dan buru-buru melayang empat tombak jauhnya dari tempat semula, tidak menunggu perempuan itu buka suara, ia telah berseru lebih dahulu. "Benarkah, aku tokh tidak salah berbicara?" "Sejak kapan kau punya anak ?" bentak perempuan cantik itu sambil menghentikan serangannya.
732 Sastrawan berusia pertengahan itu gelengkan kepalanya. "Sejahat-jahatnya harimau tak akan menerjang anaknya sendiri, yang kumaksudkan tentu saja bukan puteranya sendiri melainkan putera dari bocah cilik yang pada saat itu hadir dikalangan." "Sungguhkah perkataanmu iiu ?" teriak Perempuan cantik tadi dengan hati terperanjat. Hawa gusar lenyap tak berbekas, mengikuti terlintasnya rasa kaget diatas wajahnya. "Haaaaahh haaaaaahh haaaah......cuma saja, engkau membunuh dirinya, sedang aku telah menyelamatkan jiwanya " Perempuan cantik itu merasa agak lega, ia segera tertawa dingin dan berkata. "Engkau tokh sudah mencari pahala, akan tetapi belum membayar harganya " "Membayar apa ?" "Membayar ini" Sambil berkata mendadak Perempuan ini melancarkan sebuah serangan dahsyat dengan sepasang telapaknya. Sastrawan berusia pertengahan tahun itu menyapu sekejap kebawah tebing, mendadak paras mukanya berubah hebat, sambil tertawa seram serunya. "Aku tidak punya kegembiraan untuk menemani engkau bermain kasar.... selamat tinggal" Sambil berseru, dia enjotkan badan dan meluncur dua puluh tombak dari tempat semula. Dengan tabiat sang perempuan cantik yang berangasan, ia tentu saja tak mau berpeluk tangan dengan begitu saja sambil membentak dengan cepat ia mengejar sastrawan berusia pertengahan tahun itu Belum lama setelah dua orang tokoh silat itu tinggalkan puncak tebing, mendadak...
733 "Blaaam " Ditengah ledakan dahsyat yang sangat memekikkan telinga, puncak itu sudah meletus dan menghamburkan pecahan batu karang yang memenuhi seluruh angkasa, keadaan benar-benar mengerikan sekali. -ooo0dw0ooo- Cahaya sang surya yang sangat menyoroti bukit Tiang-peksan yang putih terlapis salju, air bekas cairan salju mengalir dari atas puncak membasahi lambung dan kaki bukit. Dalam sebuah ruangan besar di tengah bangunan mega yang berdiri diatas puncak, duduklah belasan orang jago persilatan. Gadis suci dari Nirwana duduk dikursi utama, kedua belah sisinya berdirilah para anak buahnya termasuk pula Perempuan naga percma sakti serta su-put-san sekalian. Kurang lebih dua tombak dihadapan Gadis suci dari Nirwana duduk membungkam seorang pemuda baju hitam, dia bukan lain adalah Gak In Ling. Mukanya yang tampan kini diliputi kepucat-pucatan, alis matanya berkenyit seakan-akan sedang memikirkan sesuatu persoalan. Suasana dalam ruangan itu sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun, semua orang membungkam dalam seribu bahasa. Suatu ketika, Gadis suci dari Nirwana menengadah dan melirik sekejap kearah Gak In Ling, kemudian ujarnya. "Gak In Ling, kali ini adalah untuk kedua kalinya engkau menginjakkan kaki ditempat ini." "Tapi kedatanganku kali ini bukan atas kehendak hatiku sendiri." jawab Gak In Ling sambil angkat muka. Gadis suci dari Nirwana mengerutkan dahinya, dengan perasaan tidak puas pikirnya. "Aku telah selamatkan jiwamu, bukan saja engkau tidak berterima kasih kepadaku malahan mengira akulah yang membawa dirimu kesini secara paksa, Hmm Tak kusangka dikolong langit terhadap manusia yang tak kenal budi seperti dia."
734 Diikuti gadis itu berpikir lebihjauh. "Seandainya saat ini ia mohon kepadaku, akan kuserahkan segala sesuatu yang kumiliki kepadanya bahkan kedudukan Lengcu pun aku boleh berikan kepada orang lain." Mengikuti munculnya ingatan yang aneh itu, selapis rasa murung dan sedih berkelebat diatas wajahnya, ia tahu bahwa Gak In Ling tak mungkin akan mohon kepadanya karena ketika untuk pertama kalinya dia hendak berbuat begitu telah ditolak olehnya, kendatipun akhirnya ia menyesal akan tetapi pemuda itu tokh tak tahu kalau ia menyesal ? Sut-put-siang adalah seorang perempuan berwatak berangasan, melihat Lengcu nya lama sekali tidak buka suara, tak tahan lagi ia mendengus dingin dan ujarnya. "Hm.m Gak In Ling, apakah engkau sedikitpun tidak berperasaan ?" "Aku tidak mengerti apa yang kau maksud kan?" Sut-put-siang menjadi amat gusar, mendadak ia bangkit berdiri sambil teriaknya. "Aku tidak tahu, kenapa sampai sekarang engkau masih bisa hidup " Gak In Ling mengerutkan dahinya dan rupanya dia hendak mengumbar hawa amarah, akan tetapi secara tiba-tiba perasaan itu ditahan kembali, mungkin dia merasa tidak ada gunanya berbuat begitu, bagaimanapun juga orang lain telah menyelamatkan jiwanya. Ia tertawa tawa dan berkata. "Lengcu kalianlah yang telah menyelamatkan diriku, akan tetapi ia hanya menyelamatkan sesosok mayat belaka." Suaranya mendatar dan hambar sekali, ditengah kehambaran terselip pula kemurungan dan kekesalan. Gadis suci dari Nirwana yang mendengar perkataan itu merasakan hatinya bergetar keras. tiba-tiba dia angkat kepala dan menatap tajam wajah pemuda itu, bibirnya bergerak seperti mau mengucapkan sesuatu namun tak sepatah kata pun yang mampu diutarakan keluar. Su-put-siang segera tertawa dingin dan berseru.
735 "Dalam lembah ini tersedia banyak tempat untuk mengubur mayat, kau..." Buru-buru Perempuan naga peramal sakti menarik ujung baju Su-put-siang, bisiknya dengan dingin. "Sudah kau pertimbangkan akibatnya atas perbuatanmu itu?" Suaranya lirih namun mempunyai kekuatan yang amat besar untuk menggetarkan hati orang. Walaupun Su-put-siang menjadi orang terlalu menuruti emosi, akan tetapi ia pun dapat menyadari sampai dimana pentingnya masalah perkumpulan mereka, mendengar perkataan itu dia berpikir sebentar kemudian paras mukanya berubah hebat, dengan sorot mata tidak tenang ia melirik sekejap kearah Gadis suci dari Nirwana. Lengcu nya itu tidak memandang kearahnya juga tidak menunjukkan sikap menegur, akan tetapi matanya yangjeli terlampis cahaya air mata. "Lengcu, hamba tahu salah " bisik Sut-put siang dengan suara tidak tenang. Dengan sedih Gadis suci dari Nirwana gelengkan kepalanya. "Demi gengsi dan kehormatan kita, sudah sepantasnya kalau engkau berbuat demikian." "Tapi Engkau tak usah banyak bicara lagi" tukas Gadis suci dari Nirwana sambil goyangkan tangannya. Bicara sampai disitu, sorot matanya yang tajam dialihkan ke atas wajah Gak In Ling, kemudian ujarnya dengan tegas. "Eagkau pasti tahu bukan, beberapa hari lagi engkau sanggup untuk mempertahankan diri?" "Tidak sampai lima hari "jawab Gak In Ling sambil menghindari pandangan mata nya. "Apakah engkau tidak ingin untuk mendapatkan obat pemunahnya ?" "Lengcu tak akan menolong seorang pembuat bencana bagi umat persilatan bukan " ejek Gak In Ling sambil tertawa.
736 "Tapi saudara Gak," sela Perempuan naga peramal sakti, "aku rasa keselamatan hidup jauh lebih berharga dari segalagalanya bukan?" Dengan tawa Gak In Ling gelengkan kepalanya. "Bagi aku orang she Gak tidaklah demikian,jiwaku telah kutitipkan diatas-banyak jiwa orang lain, asal aku bisa menebus jiwa-jiwa mereka itu barulah kehidupanku ada artinya." "Engkau yakin sekali dengan pendapatmu itu ?" "Tentu saja pada saat ini Lengcu masih mempunyai cukup kekuatan untuk menghalangi niatku ini." "Aku rasa, aku tidak usah berbuat demikian " Bagaimanapun juga ia merasa tak kuat menahan keputusan sikap Gak In Ling, sebab diapun seorang gadis yang angkuh dan tinggi hati. "Benar" jawab Gak ln Ling sambil tertawa, "asal sudah lewat lima hari, engkau memang tak usah berbuat demikian." "Gak In Ling, engkau benar-benar tak mau mohon kepadaku ?" seru Gadis suci dari Nirwana dengan paras muka berubah hebat. Gak In Ling tertegun, tiba-tiba ia tertawa dan menjawab. "Lengcu, orang yang hendak mohon kepadamu sudah terlalu banyak, aku tokh tidak lebih hanya seorang manusia yang hampir mati, kenapa aku harus mohon kepadamu ?" Setelah berhenti sebentar, tiba-tiba seakan-akan sesuatu katanya kembali. . "Baik, kita tak usah membicarakan persoalan ini, bagaimanapun juga Lengcu telah menyelamatkan jiwaku, perduli apakah kehidupanku ini hanya sementara waktu dan amat singkat, sudah sepantasnya kalau kuucapkan banyak terima kasih atas budi pertolonganmu itu."
737 Gadis suci dari Nirwana merasakan katinya menjadi hangat, dia baru untuk pertama kalinya mendengar Gak In Ling mengucapkan kata-kata yang begitu hangat terhadap dirinya. Sepasang matanya yang lembut dan jernih menatap tajam wajah pemuda itu tanpa berkedip. Perempuan naga peramal sakti yang menyaksikan kejadian itu, segera ia berpikir didalam hatinya. "Kehidupan adalah sesuatu yang sangat berharga, aku masih mengira kau Gak In Ling sudah tidak memperdulikan soal mati hidupmu lagi ? Rupanya engkau memohon dengan cara lain. " Terdengar Gak In Ling dengan suara berat berkata. "Oleh karena itu aku ingin memberitahukan kepada Lengcu, akan seseorang durjana yang licik, bahaya dan tak boleh dihubungi." "Siapa ?" Walaupun kecewa namun Gadis suci dari Nirwana masih mencoba untuk menenangkan hatinya. "Malaikat suci dari lima bukit Yap Thian leng, ia telah menggambungkan diri dengan perkumpulan rahasia dari Tibet." Perempuan naga peramal sakti yang mendengar nama orang itu mula-mula tertegun, kemudian seakan-akan menyadari akan sesuatu pikirnya. "Sungguh keji caramu ini, rupanya kau hendak meminjam kekuatan kami untuk membereskan dendam sakit hatimu. Hmm Gak In Ling engkau terlalu memandang rendah perkumpulan Yau-ti-leng " Sementara itu Gadis suci dari Nirwana telah berseru tertahan, tiba-tiba ujarnya. "Aku rasa engkau punya dendam sakit hati dengan Yap Thian Leng, bukan begitu ?"
738 Dalam hati Gak In Ling menghela napas panjang, tetapi diluaran dia menjawab. "Benar, dia adalah musuh besar pembunuh ayahku " Gadis suci dari Nirwana bangkit berdiri dengan tegas ia berkata. "Gak In Ling, asal engkau bersedia untuk memohon kepadaku, maka akupun bersediamenggunakan segenap kemampuan yang kumiliki untuk membereskan dendam sakit hatimu itu." Semua anggota perkum pulan Yau-ti-leng menjadi terperanjat setelah mendengar perkataan itu, dari sorot mata Lengcu mereka yang tajam menggidikkan mereka semua tahu bahwa perkataan itu bukan gurauan belaka, akan tetapi mereka tak ada yang tahu kenapa secara tiba-tiba Leng cu mereka berubah menjadi begitu bengis. Perlahan-lahan Gak In Ling bangkit berdiri, dengan sedih ia gelengkan kepalanya lalu ia berkata. "Aku hanya berharap kepada Lengcu agar memperhatikan orang ini saja, Lengcu sendiri tak usah berbuat demikian." Setelah menghela napas panjang, sambungnya lebihjauh. "Aku Gak Ling tak dapat membalas dendam dengan tanganku sendiri, itu berarti bahwa takdir telah digariskan, kenapa aku mesti merepotkan orang lain ? Lengcu, aku hendak memohon diri lebih dahulu." Dengan langkah lebar ia berjalan keluar dari ruangan tersebut. "Apakah ucapanmu itu adalah kata-kata terakhirmu ?" seru Gadis suci dari Nirwana dengan suara gemetar. Gak ln Ling sama sekali tidak berpaling, hanya dengan nada hambar jawabnya. "Dugaan Lengcu sedikitpun tidak salah, sejak kini dalam dunia persilatan telah berkurang lagi dengan seorang manusia yang menghambat usaha Lengcu " "Eeceii Apa maksudmu ?"
739 Sementara itu Gak In Ling sudah berjalan keluar dari ruangan tengah, menjawab hambar. "Dalam kenyataan memang begitulah keadaannya " Perempuan naga peramal sakti diam-diam menarik tangan Su-put-siang. bisiknya. "Bersediakah engkau membuat pahala untuk menebus dosamu karena berbicara lancang tadi?" Su-put-siang sedari tadi sudah kehabisan akal sewaktu dilihatnya Lengcu mereka menunjukkan wajah sedih, mendengar pertanyaan itu buru-buru jawabnya. "Tentu saja bersedia, tentu saja bersedia..." Perempuan naga peramal sakti segera menuding kearah bayangan punggung Gak In Ling yang telah berada kurang lebih lima tombak jauhnya, dan bisiknya kembali. "Hadang jalan pergi Gak In Ling" "Hanya aku seeorang " tanya Su-put-siang tertegun. "Hmm Ia sudah tak dapat mengerahkan tenaga lagi." Suput- siang merasakan hatinya tergerak, mendadak ia membentak keras dan segera menerjang kearah Gak In Ling. Ilmu silat yang dimiliki si anak muda itu benar-benar sudah punah, sekali menyambar Su-put-siang telah berhasil mencengkram urat nadinya dan menyeret dirinya kembali keruang tengah. "Apa yang hendak kau lakukan ?" tegur Gadis suci dari Nirwana dengan wajah kebingungan. "Lengcu."jawab Perempuan naga peramal sakti dengan serius, "maafkanlah, kalau hamba buat lancang " Tidak menunggu jawaban dari Gadis suci dari Nirwana, dia memberi tanda kepada Su-put siang dengan kerlingan mata dan berkata lagi dengan suara berat. "Kurung dia dalam kamar baca dikebua bunga sebelah belakang " Kali ini Su put-siang bertindak cerdik, ia
740 membungkam dalam seribu bahasa dan segera bekuk Gak In Ling dan dibawanya kekebun bunga belakang. Sepeninggalnya dua orang itu, dengan sedih Gidis suci dari Nirwana memandang sekejap kearah Perempuan naga peramal sakti, katanya. "Cici, aku tahu engkau berbuat begitu karena bermaksud baik, akan tetapi apa gunanya ? Aaaii." "Lengcu, biarlah Gak In Ling berpikir selama tiga hari tiga malam disitu secara baik-baik, kalau dia adalah seorang manusia maka setelah pikirannya menjadi tenang, kadangkala ia dapat membuang jalan pikiran yang semula membekas dalam benaknya di kala dia sedang dilimuti dengan emosi." "Sepantasnya kalau engkau memahami tabiatnya," kata Gadis suci dari Nirwana sambil menggelengkan kepala dan mukanya penuh kesedihan. "Tidak salah, wataknya memang amat keras kepala akan tetapi bagi kita kecuali berbuat demikian rasanya sudah tiada jalan lain lagi. Kalau sekarang kita biarkan Gak In Ling pergi, kemungkinan besar ia bakal mati kedinginan sebelum turun dari gunung Tiang-pek-san ini." "Tapi dia membenci diriku " "Lengcu, cinta dan benci adalah sebuah senjata yang amat tajam, kedua-dua nya dapat membinasakan orang dan hasilnya pun tidak jauh berbeda, hanya namanya saja tak sama. Siapakah yang dapat mengatakan apakah itu cinta, apakah itu benci ? Lengcu, engkau terlalu lelah, cepatlah pergi beristirahat" Gadis suci dari Nirwana mengangguk, ia bangkit berdiri dan menuju keruangan dalam, akan tetapi belum beberapa jauh ia telah berhenti dan bergumam kembali. "Oooohh yaa aku belum bersantap "
741 Ia putar badan dan berjalan menuju keruang lain. Perempuan naga peramal sakti tidak menghalangi jalan perginya, ia hanya menghela napas berat dan bergumam. "Jika Gak In Ling mati, mungkin perkumpulan Yau-ti-leng pun akan ikut hancur. Aaaii.... cinta... cinta engkau benarbenar sangat menakutkan...." Semua orang tercekam dalam kemurungan dan kesedihan, suasana hening dan tak seorangpun yang buka suara. Dalampada itu Gak In Ling yang dikurung dalam kamar baca merasa amat mendongkol sekali, apalagi tenaga dalamnya telah punah dan tak mampu menjebol pintu untuk lari keluar, serta merta hawa amarahnya disalurkan dengan mencari barang yang ada dalam ruangan itu untuk dihancurkan. Akan tetapi ketika ia saksikan bendabenda dalam kamar baca itu bersih dan teratur rapi, pemuda itu batalkan maksudnya dan bergumam seorang diri. "Kamar ini pastilah kamar bacanya, tidak pantas kalau aku menghancurkan barang-barang yang ada disini." Maka ia mencari kursi dan duduk, Beberapa waktu kemudian, seorang dayang muncul menghidangkan makanan, sebenarnya Gak In ling tidak ingin makan, akan tetapi iapun merasa tak baik untuk berpuasa, maka hidangan itu dimakannya sedikit. Ketika hidangan dihantar kedalam kamar untuk kedua kalinya, hari sudah gelap, setelah mengundurkan sang dayang, Gak In Ling pun mencari sebuah bangku untuk duduk, Ia melirik sekejap kearah pembaringan yang teratur rapi, meskipun dalam hati kecilnya ingin berbaring disana akan tetapi suatu kekuatan lain mencegah dia untuk berbuat demikian, karena dia tahu bahwa pembaringan tersebut adalah pembaringan seorang gadis. Diatas meja tiada lampu lentera, pemuda itu membutuhkan kegelapan, agar ia dapat memikirkan banyak persoalan ditengah kegelapan itu. Mungkin terlalu lelah, entah sejak kapan tahu-tahu pemuda itu sudah tertidur pulas dengan bersandar ditepi dinding.
742 Pintu kamar baca perlahan-lahan terbuka, seorang gadis berbadan Langsing menyelinap masuk kedalam ruangan, memandang Gak In Ling yang tertidur nyenyak, gumamnya dengan sedih. "Engkau tak akan menyangka bukan bahwa aku sudah lama berada disisimu ? Makanan yang kubuat sendiri hanya kau makan sedikit sekali, kenapa? Tidak cocok dengan seleramu? Ataukah karena membenci diriku? Aku... aku sampai kapan aku baru dapat menebak teka-teki yang membingungkan hatiku ini? Beritahulah kepadaku Gak In Ling katakanlah kepadaku" Dua baris air mata jatuh berlinang membasahi pipinya. Tiba-tiba Gak In Ling membalikkan tubuhnya, membuat gadis itu menjadi terperanjat, menanti ia sudah yakin bahwa pemuda itu tidak mendusin didekatinya pembaringan dan mengambil selimut untuk menutupi badannya, kemudian dengan wajah sedih ia berlalu dari ruangan itu. Tiga hari bagi orang biasa tidaklah berapa, akan tetapi bagi Gak In Ling bagaikan melewatkan waktu selama tiga ratus tahun lamanya, karena ia tahu bahwa saat ajalnya sudah hampir tiba, namun masih banyak persoalan yang belum diselesaikan olehnya. Sang surya baru saja tenggelam dibalik bukit, pintu kamar terbuka dan masuklah seseorang, namun Gak In Ling tidak berpaling, ia masih tetap memandang keluar jendela dengan termangu-mangu. "Gak Siongkong " teguran lirih berkumandang. Gak In Ling terperanjat, karena suara itu bukan suara dayang, tapi dengan mulut membungkam ia putar badan, kemudian sapanya dengan perasaan tidak tenang. "Lengcu" Gadis itu membawa sebuah nampan kumala, diatas nampan tampaklah beberapa macam sayur kenamaan yang nampak lezat, meskipun nampak wajahnya tersungging senyum namun tak dapat menutupi kesedihan dibalik biji matanya.
743 Gak In Ling buru-buru maju kedepan menyambut nampan tersebut, katanya dengan perasan tak tenang. "Lengcu, sikapmu ini membuat aku orang she Gak merasa tak enak untuk menerimanya." Gadis suci dari Nirwana tundukkan kepalanya rendahrendah, ia duduk didekatnya dan berkata dengan sedih. "Karena itu selama ini engkau selalu makan sedikit untuk menyampaikan rasa ketidak tenanganmu itu bukan ?" Gak In Ling meletakkan nampan itu keatas meja, lalu menengadah dan bertanya dengan terperanjat. "Makanan selama beberapa hari ini apakah hasil masakanmu sendiri?" "Tentunya tidak Cocok dengan seleramu bukan ?" tanya gadis itu dengan sedih. "Tidak... akulah yang tidak punya selera untuk makan." "Karena aku telah mengurung dirimu dalam kamar ?" "Tidak, karena aku tidak punya keberanian untuk menghadapi kematian yang makin mendekat." Gadis suci dari Nirwana merasakan hatinya agak bergerak, pikirnya. "Perempuan naga peramal sakti benar-benar memiliki kecerdasan otak yang melebihi orang lain, semula aku tak pernah memikirkan untuk menggunakan kata-kata semacam ini untuk menghadapi dirinya." Berpikir sampai di situ ia lantas bertanya, "Engkau takut mati ?" "Siapapun takut mati " "Aku tokh bisa menyelamatkan jiwamu." "Dan aku telah mempertimbangkannya masak-masak." "Sudah ambil keputusan " "Benar"
744 Dari balik sorot mara Gadis suci dari Nirwana memancar keluar cahaya yang amat tajam, segera serunya. "Aku dapat segera ambil obat pemunah itu untukmu " "Harap Lengcu jangan salah paham..." Gak ln Ling gelengkan kepalanya. "Jadi engkau tidak menerimanya ?" "Benar, dan itulah keputusan yang kuambil setelah mempertimbangkannya masak-masak," Gadis suci dari Nirwana merasa putus asa dan kecewa, dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya, dengan hampir sesenggukan katanya. "Apakah engkau selalu membenci diriku, dan sampai matipun, tidak bersedia menerima kebaikan hatiku?" -oo0dw0oo- Jilid 22 DALAM hati Gak In Ling menghela napas sedih, dengan serius jawabnya. "Harap Lengcu suka memaafkan atas jawabanku yang tak tahu diri ini, soal benci, kecuali terhadap orang-orang yang menghancurkan keluargaku, aku tak pernah membenci kepada siapapun, karena itu selama aku masih hidup aku harus membunuh orang, membunuh sampai orang-orang itu lenyap semua dari muka bumi." Gadis suci dari Nirwana dengan hatinya lega ia angkat kepalanya dan tertawa, wajahnya yang cantik kelihatan bertambah memikat hati. Dengan termanggu-manggu Gak In Ling memandang senyumannya yang-polos dan manis-sementara dalam hati berpikir. "Mengapa ia tertawa dengan begitu manisnya." "Aku dapat membantu dirimu untuk membunuh habis orang-orang itu." kata Gadis suci dari Nirwana sambil tertawa.
745 "Engkau" "Benar" Dengan wajah bersungguh-sungguh Gadis suci dari Nirwana mengangguk, "asal engkau tidak membenci diriku, aku akan menyembuhkan penyakit yang kau derita, selama berapa hari ini engkau berpikir akupun ikut berpikir, aku adalah manusia.....engkau harus tahu, aku adalah manusia, aku tak mau hidup menuruti segala tata cara yang serba tetek bengek, aku punya hak untuk merasakan kebahagiaa hidup sebagai manusia, aku dapat meninggalkan segala sesuatu yang kumiliki." "Mengapa ?" tanya sang pemuda keheranan. "Karena kau "jawab Gadis suci dari Nirwana dengan wajah bersemu merah. "Karena aku ?" "Benar, karena engkau Sejak semula aku sudah tidak ingin menjabat sebagai Lengcu lagi, sekarang kau... kau dalam hatimu hanya dendam dan sakit hati, karena itu engkau tidak tahu kecuali dendam dan benci sebenarnya masih ada kesepian." Gak In Ling merasa makin tidak tentram, ia bukan seorang pemuda tolol, iapun mempunyai dayapikir yang tajam dan cerdas. Dengan pandangan bersungguh ditatapnya wajah gadis itu dengan sekejap kemudian berkata. "Lengcu, engkau pasti bakal menyesal" "Jangan panggil aku Lengcu, aku bernama Pek Giok Ji, engkau harus tahu bilamana seorang manusia hendak mengejar apa yang dipikirkan dan diharapkan dalam hati kecilnya. kendatipun harus mati karena itu, diapun merasa rela dan ikhlas." Gak In Ling menjadi sangat terperanjat, serunya tanpa terasa. "Lengcu ooh tidak, nona Pek, kau..."
746 "Engkau tak usah banyak bicara lagi," kata Pek Giok Ji sambil gelengkan kepalanya, "aku sudah ambil buah pemunah racun tersebut." Ia bangkit dan berjalan menuju keluar pintu. Memandang bayangan punggungnya yang berlalu dari ruangan, Gak In Ling duduk melongo, ia tak tahu harus merasa girang atau berduka. Pada saat itu, mendadak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat dari depan pintu seorang gadis berpakaian ringkas melayang turun tepat dihadapan Pek Giok Ji, dengan napas tersengal-sengal serunya. "Lapor Lengcu, celaka aduh celaka..." "Ada apa ?" tanya Gadis suci dari Nirwana Pek Giok Ji dengan alis mata berkenyit. Perempuan itu tarik napas panjang-panjang dan menjawab. "Barusan diatas bukit telah kedatangan dua orang musuh, Nenek seruling perak tongkat emas dan belasan murid penjaga pintu telah terluka semua ditangan mereka, sekarang Tiga tua pelindung gunung beserta Lan In Lojin dan Ciangliong- sian sekalian sedang mengurung mereka berdua, namun posisi masih tetap tidak seimbang, oleh karena itu peramal sakti Cianpwee menitahkan teecu untuk melaporkan kejadian ini kepada Lengcu." Gak In Ling yang mendengar laporan itu merasakan hatinya bergetar keras, pikirnya. Jago lihay dari manakah yang telah datang menyatroni bukit ini ? Kenapa sampai tiga jago pelindung bukit pun tidak mampu menahan serbuan mereka berdua ? Sebenarnya siapakah kedua orang ini ?" Berpikir sampai disitu, tanpa terasa sorot matanya dialihkan keatas wajah Gadis suci dari Nirwana. Napsu membunuh yang amat tebal menyelimuti wajah Gadis suci dari Nirwana yang tenang,jelas setelah mendengar anak buahnya banyak yang terluka, hawa amarahnya telah berkobar.
747 Dengan sorot mata berkilat segera tegurnya. "Macam apakah kedua orang itu ?" "Yang seorang adalah gadis muda berparas cantik sedang yang lain adalah Nenek tua bermuka penuh keriput sehingga jeleknya seperti setan yang paling lihay adalah gadis tersebut, belum sampai dua gebrakan Cianpwee seruling perak sudah roboh terluka ditangannya." Mendengar laporan itu Gadis suci dari Nirwana merasa semakin terperanjat, pikirnya lagi. "Ilmu silat yang dimiliki orang ini kemungkinan besar tidak berada dibawah kepandaianku, aku harus segera pergi kesana." Berpikir sampai disitu ia lantas berpaling dan memandang sekejap kearah Gak In Ling, tampaklah pemuda itu berdiri kaku disitu seakan-akan sedang memikirkan satu persoalan sehingga tidak mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan. Sesudah tertegun sejenak, gadis she Pek itu lantas bertanya kembali. "Apakah mereka terangkan apa maksud kedatangannya ?" "Mereka berkata hendak mencari Lengcu " Gadis suci dari Nirwana tidak ragu-ragu lagi, ia berpaling kearah Gak In Ling dan berseru. "Tunggu saja disini, aku sebentar saja akan kembali" Tidak menunggu jawaban dari si anak muda itu lagi, dia segera enjotkan badannya dan berlalu dari sana. Gak In Ling sama sekali tidak mendengar apa yang diucapkan gadis tersebut, benaknya masih juga berputar memikirkan kejadian itu. Suatu ketika, seakan-akan telah menyadari akan sesuatu ia bergumam seorang diri. "Pasti dia pasti dia, satu bulan sudah hampir lewat, ia pasti telah berhasil meyakinkan ilmu silatnya jauh lebih cepat dari waktu yang ditentukan, aku harus segera
748 pergi kesana, kalau tidak maka kedua belah pihak pasti sama sama akan menderita kerugian besar " Ketika dilihatnya gadis pelapor tadi masih berada disitu, buru-buru serunya. "Nona, dapatkah aku minta tolong kepada mu untuk menghantar aku pergi ketempat kejadian itu ?" Rupanya gadis itu merasa jauh lebih lega setelah menyaksikan Lengcunya berangkat kesitu, mendengar permintaan itu segera jawabnya. "Kalau memang begitu, mari kita segera berangkat " "Bagaimana kalau aku minta tolong kepada nona untuk membantu diriku?" ujar pemuda itu lagi dengan muka berubah menjadi merah padam. Gadis itu kelihatan tertegun, kemudian dengan wajah merah, tegurnya. "Bukankah engkau adalah yang bernama Gak In Ling?" "Sedikitpun tidak salah ?" "Siapa yang tidak tahu kalau Gak ln Ling memiliki ilmu silat yang maha dahsyat, aku tidak berani unjuk kejelekan dihadapanmu." Sekali lagi paras muka Gak In Ling berubah menjadi merah padam, katanya dengan tawa. "Dikolong langit siapa yang tidak tahu kalau Gak In Ling sudah mendekati saat ajalnya ?" "Ooooh Jadi ilmu silatmu telah punah ?" seru gadis itu dengan wajah tertegun. Gak In Ling mengangguk, sambil tertawa sahutnya. "Kalau tidak begitu, aku tidak akan berani merepotkan diri nona." Gadis itu melirik sekejap kearah Gak In Ling, sementafa dalam hati kecilnya berpikir.
749 "Paras muka pemuda ini memang luar biasa tampannya, tidak aneh kalau Lengcu begitu terpikat hatinya kepada dirinya, tetapi sikap orang ini terlalu angkuh dan tinggi hati, sekalipun sedang memohon bantuan orang lain namun perkataannya sama sekali tidak mengandung nada memohon, sea kau-akan orang lain pasti akan membantu dirinya." Walaupun dalam hati berpikir demikian, mau tak mau tak urung juga dia ulurkan tangannya untuk menggandeng tangan Gak ln Ling, katanya. "Baiklah, aku akan unjuk kejelekan dihadapanmu." Sambil enjotkan badan ia meluncurkan kearah depan. Ilmu silat yang dimiliki anak murid dibawah panji Yau-tileng rata-rata lihay semua. walaupun gadis ini hanya seorang jago kelas tiga namun kecepatan gerak tubuhnya tidak bisa dibandingkan dengan jago-jago persilatan pada umumnya. Dalam sekejap mata mereka telah tiba didepan sebuah hutan lebat, tampaklah diatas tanah berbaris belasan orang jago perempuan dari panji Yau-ti-leng, sementara gadis suci dari Nirwana Pek Giok Ji sendiri sedang berdiri saling berhadapan dengan seorang dara cantik, Ketika berada sepuluh tombak dari kalangan, Gak In Ling sudah dapat melihat jelas paras muka gadis itu, hatinya segera teejelos dan gumamnya seorang diri. "Ooohh rupanya benar-benar dia " Gadis itu bukan lain adalah Hoa Yan Hun beserta Kui Bin Popo. Tatkala gadis she Hoa itu menyaksikan kemunculan Gak In Ling, dengan riang gembira ia segera berseru. "Engko Ling, ternyata engkau benar-benaK berada disini " Sementara itu Gak In Ling telah maju ke depan, setelah memandang sekejap kearah dara itu tegurnya.
750 "Adik Hun, mengapa tanpa sebab musabab engkau telah melukai begini banyak orang ?" Hoa Yan Hun tertegun. "Aku telah mengetahui bahwa engkau berada disini, tetapi mereka tidak memperkenankan ku masuk kedalam " serunya. Sementara itu Kui Bin Popo yang berada disisinya telah berseru dengan nada dingin. "Gak In Ling, aku lihat gerak gerikmu di tempat ini bebas sekali ?" "Benar, Popo" "Jadi kalau begitu engkau rela datang kemari ?" tanya Kui Bin Popo lagi dengan sorot mata berkilat. Gak In Ling takut, kalau mereka menaruh rasa salah paham, buru-buru ia mengangguk membenarkan. "Benar" sahutnya. Paras muka Hoa Yan Hun berubah bebat dengan gusar ia lalu berteriak. "Kenapa eugkau tidak menunggu aku keluar dahulu baru datang kemari ?" "Mungkin, ia sudah sama sekali melupakan dirimu," sambung Kui Bin Popi dari sisinya. Kui Bin Popo bukanlah seorang manusia yang tidak mengerti urusan, akan tetapi dari gerak gerik Gak In Ling yang dibawa ketengah gelanggang oleh murid perempuan dibawah panji Yau-ti-leng, telah salah menganggap bahwa pemuda itu sudah lama sekali berdiam disana, atau dengan perkataan lain telah melupakan Hoa Yan Hun. Meskipun cantik dan manja, sebenarnya Hoa Yan Hun adalah seorang gadis yang berwatak berangasan, mendengar perkataan itu paras mukanya berubah hebat, sepasang matanya yang jeli menatap wajah pemuda itu tanpa berkedip serunya. "Sungguhkah itu ?" "Enci Hoa." tegur Gadis suci dari Nirwana Pek Giok Ji dengan suara dingin, "jangan lupa bahwa tempat ini adalah daerah kekuasaan Siau-moay "
751 Hoa Yan Hun tertawa dingin. "IHeeeeh heeeeeh heeeehh.. engkau anggap dengan kekuatanmu sang gup untuk melindungi dirinya ?" Gadis suci dari Nirwana segera maju dua langkah dan berdiri didepan Gak In Ling, sambil tertawa dingin serunya pula. "Hmm Aku rasa engkau masih beium mampu untuk melukai dirinya..." dalam keadaan seperti ini Gak In Ling dibikin kebingungan setengah mati, ia tak tahu apa yang harus dilakukan dalam keadaan seperti ini, mimpipun tak pernah menyangka kalau Hoa Yan Hun yang masih polos dan hijau dapat berpikir sejauh ini, tentu saja pemuda itu tak tahu bahwa kehadiran Gadis suci dari Nirwana telah menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati Hoa Yan Hun. Ssmentara itu ketika dilihatnya Gadis suci dari Nirwana melindungi pemuda itu mati-matian sedang Gak In Ling sama sekali tidak menampik perlindungannya itu, dalam hati kecilnya Hoa Yan Hun merasa semakin percaya bahwa Gak In Ling telah melupakan dirinya, api cemburu berkobar dalam dadanya mengobarkan napsu membunuh dalam benaknya. Dengan pandangan dingin ia memandang sekejap kearah si anak muda itu, kemudian serunya. "Gak In Ling, aku telah salah menilai dirimu " "Adik Hun,jangan salah paham " seru pemuda itu sambil melangkah maju setindak kedepan. "Salah paham" Ejek Hoa Yan Hun sambil tertawa dingin," Gak In Ling engkau masih ingin cari alasan ?" Ciang-liong-sian yang berada disisi kalangan tak dapat menahan diri lagi, ia segera menimbrung. "Sebenarnya setiap manusia mempunyai pilihannya sendirisendiri, bagaimanapun juga Leng cu ini jauh lebih bagus daripada engkau si budak liar."
752 Karena hampir saja jatuh kecudang di tangan gadis itu,jago tua ini ingin melampiaskan rasa mendongkolnya lewat ucapan yang tajam. Tapi ia lupa bahwa Gak In Ling pada saat itu berada kurang lebih lima depa dihadapan gadis tersebut. Paras muka Hoa Yan Hun kembali berubah hebat, tegurnya ketus. "Gak In Ling, benarkah begitu ?" Sianak muda itu menghela napas panjang. "Aaaii.... Adik Hun, engkau anggap mungkinkah aku bisa berubah sebanyak itu ?" Hoa Yan Hun tertawa terkekeh-kekeh, mendadak dia ayun tangan kanannya sambil berseru. "Mungkin saja kalau engkau telah berubah." Segulung angin pukulan yang menyesakkan napas langsung meluncur kedepan menghajar dada pemuda itu. Air muka Gadis suci dari Nirwana berubah menjadi dingin, tiba-tiba dia ayunkan telapaknya pula untuk menyambut datangnya serangan tersebut. Gak In Ling menggertak gigi kencang-kencang, ia lalu loncat maju kedepan menghadang diantara kedua orang gadis itu, di tengah kesunyian yang mencekam seluruh jagad berkumandanglah dua kali jeritan kaget. Kedua orang gadis itu sama sekali tidak menyangka kalau Gak In Ling bakal melakukan tindakan seperti itu. Serangan yang dilancarkan Hoa Yan Hun tadi walaupun kelihatan ringan dan sederhana sekali, namun dalam kenyataan telah mempergunakan segenap kekuatan tubuh yang dimilikinya, karena dia tahu bahwa Gadis suci dari Nirwana pasti akan turun tangan dan tidak membiarkan pemuda itu terluka ditangannya. Gadis suci dari Nirwana sendiripun dapat menebak isi hati lawannya, tentu saja dalam serangannya tadi diapun telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimiliki. Sepintas lalu gerakan yang dilakukan kedua orang gadis itu sama-sama enteng dan ringannya, dalam kenyataan mereka berdua sama-sama merasa tegang sehingga sukar dilukiskan
753 dengan kata-kata, sebab kedua belah pihak sama-sama telah menyadari akan kemampuan yang dimiliki lawannya. Ikut sertanya Gak In Ling secara tiba-tiba tadi sama sekali berada diluar dugaan dua orang gadis itu, karena mimpipun mereka tak pernah mengira kalau Gak In Ling bisa menyambut datangnya ancaman tersebut dengan tubuhnya. Tenaga dalam yang dimiliki dua orang gadis itu sama-sama telah mencapai pada puncak kesempurnaan, akan tetapi tenaga dalam dari Gak In Ling telah punah, gerak-geriknya lambat sekali, menanti tubuh nya menerjang kedepan, tenaga pukulan dari dua orang gadis tersebut telah dilepaskan. Di tengahjeritan kaget, terdengarlah Gak In Ling mendengus berat kemudian suasana dalam gelanggang pulih kembali dalam kesunyian dan keheningan, sorot mata semua orang sama-sama ditujukan keatas wajah Gak In Ling yang terkena pukulan. Wajah pemuda she Gak yang pada dasar-nya sudah pucat, kini berubah menjadi hijau membesi, darah segar bagaikan air bah mengucur keluar tiada hentinya dari ujung bibir yang terkatub rapat, namun ia sama sekali tidak roboh keatas tanah. Mungkin hal ini dikarenakan dua orang gadis itu sempat menarik kembali sebagian besar tenaga dalamnya, kalau tidak dengan kedahsyatan tenaga pukulan dari dua orang itu, jangan dibilang Gak In Ling sudah tak bertenaga dalam lagi, sekalipun kemampuannya masih utuhpun beium tentu sanggup uutuk mempertahankan diri. Dengan sorot mata kaku dua orang gadis itu menatap wajah Gak In Ling tanpa berkedip, paras muka mereka berubah menjadi pucat, bibirnya terbuka lebar namun tak mampu mengucapkan sepatah katapun karena rasa terkejut yang kelewat batas. Dengan sedih Gak In Ling menyapu sekejap sekeliling tempat itu, kemudian sambil menatap wajah Hoa Yan Hun katanya. "Adik Hun, aku selamanya tak pernah melupakan dirimu "
754 "Gak In Ling," teriak Kui Bin Popo dengan sedih, "jangan berbicara lagi cepatlah kau duduk" Ia lalu menghampiri si anak muda itu. Ciang-liong-sian yang menyaksikan tingkah laku nenek itu, segera membentak keras. "Kui Bin Popo, apa yang hendak kau lakukan ?" Sambil berseru dengan cepat ia menghalang jalan pergi nenek tua bermuka setan itu. Pada saat ini Kui Bin Popo merasa benci bercampur menyesal, ditambah lagi dengan wataknya yang aneh, tak sudi ia memberi penjelasan, melihat jalan perginya dihadang ia segera membentak penuh kegusaran. "Engkau tak usah mencampuri urusanku, enyah kau dari sini" Dengan gerakan kapak setan pekerjaan ajaib laksana sambaran petir ia bacok tubuh Ciang-liong-sian. Sejak pertama kali tadi Ciang-liong-sian sudah mengenal akan kelihayan nenek tua itu, ia tak berani menyambut dengan keras lawan keras, tubuhnya berputar dan melayang mundur tiga depa kebelakang, dengan gerakan mendorong bukit membongkar neraka ia membalas melancarkan satu pukulan. Dengan pandangan tawa Gak In Ling menyapu sekejap pertarungan yang sedang berlangsung itu, kemudian sambil mengepos tenaga terakhir yang dimilikinya ia berseru keras. "Berhenti" Meskipun suaranya tidak keras namun mempunyai daya pengaruh yang cukup membetot hati, dua orang ini yang sedang melangsungkan pertarungan ditengah kalangan tanpa sadar sama-sama menghentikan gerakan tangannya dan memandang kearah si anak muda itu dengan wajah termangu-mangu. Gak In Ling gelengkan kepalanya berulang kali, dengan sedih ia berkata.
755 "Aku tahu kalian berdua berbuat demikian demi kebaikanku, akan tetapi usaha kalian itu hanya akan menjadi sia-sia belaka, terhadap luka yang kuderita aku sudah mempunyai perhitungan sendiri, mungkin aku sudah tak dapat hidup lebih dari tiga jam lagi." Mendengar perkataan tersebut, semua orang menjadi amat terperanjat, dahulu semua orang tidak merasa bahwa pemuda yang hidup sebatang kara ini mempunyai sesuatu arti yang penting, akan tetapi sekarang mereka merasa seakanakan telah kehilangan pegangan, tanpa sadar rasa kuatir dan cemas terpancar keluar diatas wajahnya. Mendadak terdengar Hoa Yan Hun berseru merdu. "Engko Ling, engkau tak boleh..." Ia menubruk kedalam pelukan si anak muda itu dan mulai menangis tersedu-sedu. Dengan halus Gak In Ling membelai rambutnya yang panjang kemudian berbisik lirih. "Adik Hun, janganlah bersedih hati, bukankah engkau telah berjanji akan memperdengarkan perjanjianku ?" Suaranya begitu halus dan lembut, seakan-akan seorang kakak sedang menghibur adiknya. Gadis suci dari Nirwana perlahan-lahan maju kedepan, sorot matanya yang memancarkan sinar kedengkian dan cemburu telah lenyap tak berbekas, sebagai gantinya linangan air mata membasahi kelopak matanya. Hoa Yan Hun menengadah ke atas dan kebetulan menyaksikan wajahnya yang basah oleh air mata, kali ini ia tidak mengumbar hawa amarahnya lagi, cuma dengan hambar berkata. "Engkau boleh membinasakan kami berdua, agar lenyaplah bibit bencana dikemudian hari." "Kenapa aku harus berbuat begitu?" tanya Gadis suci dari Nirwana Pek Giok Ji sambil tertawa tawa.
756 "Sebab tenaga dalam yang kita miliki berada dalam keadaan seimbang, sedang aku mempunyai irama membetot sukma yang dapat menundukan dirimu " "Aku sudah menduga sejak tadi, bahwa engkau adalah ketua perkumpulan rahasia dari Tibet." Begitu ucapan tersebut diutarakan keluar, paras muka ssmua jago berubah hebat, tanpa sadar mereka maju kedepan dan mengurung Hoa Yan Hun rapat-rapat, nampaknya suatu penyerbuan secara massal akan dilancarkan. Hoa Yan Hun menyapu sekejap kesekeliling tempat itu, lalu ujarnya dengan hambar. "Bagaimana pun juga engkau harus membinasakan diriku, sebab engkau adalah pemimpin mereka semua." Gadis suci dari Nirwana Pek Giok Ji menyapu sekejap sekeliling tempat itu, untuk beberapa saat lamanya ia bungkam dalam seribu bahasa. "Lengcu " Tiba - tiba Gak In Ling buka suara setelah menghela napas berat. "Hmm, ada apa ?" "Selama tiga hari ini aku tokh tak pernah memohon sesuatu kepada diri Lengcu bukan ?" Dengan kaku Gadis suci dari Nirwana mengangguk. "Benar, dan tak pernah sudi menerima budi kebaikanku." Gak In Ling menengadah dan menyapu sekejap sekeliling tempat itu, kemudian berkata. "Seandainya pada saat ini aku hendak memohon sesuatu kepada Lengcu, apakah Lengcu bersedia untuk menyanggupi ?" Gadis suci dari Nirwana tertawa sedih. "Akhirnya engkau memohon juga kepadaku " "Benar" "Aku dapat mengabulkan permintaanmu itu, bahkan sekalipun engkau menghendaki kematianku!!"
757 "Kenapa ?" tanya Hoa Yan Hun tersentak kaget. "Sebab apa yang kurasakan persis seperti apa yang kau rasakan saat ini." Tentu saja Hoa Yan Hun mengerti apa yang dimaksudkan oleh gadis tersebut, namun sorot mata kedengkian dan rasa cemburu telah lenyap dari balik mata nya, ia tertawa sedih dan menjawab. "Sejak permulaan tadi aku sudah mengetahui akan hal ini, akan tetapi pada waktu itu pikiranku tidak terbuka seperti saat ini." "Engkau tidak menyesal mengucapkan kata-kata seperti itu ?" Tiba-tiba Pek Giok Ji bertanya dengan hati bergetar keras, Hoa Yao Hun menyapu sekejap kearah Gak In Ling lalu tertawa, sahutnya. "Tidak, selamanya tidak Sebab sekarang ia sedang memeluk diriku." Sewaktu mengucapkan kata-kata ini, tiada perasaan main yang terlintas diatas wajah nya mungkin ia tidak merasa bahwa selain Gadis suci dari Nirwana masih ada banyak orang lainnya yang hadir disitu. "Kalau begitu aku harus mengucapkan banyak terima kasih kepadamu " kata gadis she Pek sambil tertawa. "Apakah engkau tidak merasa bahwa tindakanmu itu telah menurunkan derajatmu ?" "Sekarang aku berbicara menurut keadaan diriku sebagai seorang manusia biasa." "Tapi bagaimanapun juga tokh engkau telah merupakan Lengcu dari perkumpulan Yau-ti-leng" "Seandainya dia mati." kata Pek Giok Ji sambil menuding kearah Gak ln Ling, "mungkin kedudukan Lengcu harus diganti dengan orang lain "
758 "Maksudmu, ia masih dapat diselamatkan jiwanya ?" seru Hoa Yan Hun secara tiba-tiba sesudah tertegun sebentar. Gadis suci dari Nirwana mengangguk, "Sebagai ketua dari perkumpulan rahasia di Tibet, engkau pasti memiliki obat mujarab untuk menyembuhkan luka dalam yang diderita oleh nya, sedang racun yang berada dalam tubuhnya dapat pula kupunahkan, bukankah itu berarti bahwa jiwanya masih dapat ditolong?" Hoa Yan Hun menjadi kegirangan setengah mati setelah mendengar perkataan itu, kembali serunya. "Dari mana engkau bisa tahu kalau aku adalah ketua dari perkumpulan rahasia yang berada dari Tibet?" "Karena engkau pernah mengatakan bahwa engkau dapat mempergunakan irama membetot sukma." "Tapi orang yang bisa menggunakan ilmu tersebut tokh bukan cuma aku seorang?" "Orang itu bukanlah ketua perkumpulan rahasia yang sebenarnya,jika dugaan Siau-moay tidak keliru, musuh yang paling utama hendak kau cari bukanlah diriku melainkan orang yang telah menyaru sebagai ketua perkumpulan rahasia dari itu, bukankah begitu?" Hoa Yan Hun tidak menjawab pertanyaan tersebut, ia melirik sekejap kearah Gak In Ling lalu alihkan pokok pembicaraan kesoal lain, kata nya. "Sekarang, terpaksa kita harus bekerja sama untuk menyelamatkan jiwanya " "Mungkin enci Hoa merasa tidak puas dengan cara ini?* "Tak ada yang perlu bagiku untuk merasa tidak puas, tokh dengan tenaga kita seorang, siapapun jangan harap dapat menyelamatkan jiwanya ?"
759 "Benar, dan sekarang bagaimana kalau aku membawa jalan bagimu ?" Hoa Yan Hun segera membopong tubuh Gak In Ling dan berjalan mengikuti dibelakang Pek Giok Ji, akan tetapi si anak muda itu segera meronta bangun, serunya. "Adik Hun, lepaskan aku, biarlah aku berjalan seorang diri " Terkejutlah hati Hoa Yan Hun mendengar perkataan itu, ia menyapu sekejap sekeliling tempat itu dan sekarang ia baru menyadari bahwa disekitar sana hadir banyak orang, dengan muka memerah buru-buru pemuda itu diturunkan dari bopongannya. Dalam pada itu Perempuan naga peramal nakti telah mengejar kedepan, serunya. "Lengcu..." Tidak sempat ia melanjutkan kata-kata nya. Gadis suci dari Nirwana telah keburu memotong lebih dahulu. "Enci, aku mengerti akan maksudmu, para korban yang menggeletak ditempat ini pimpinlah untuk pengobatan dan perawatan, besok kumpulkan orang-orang kita, aku ada perkataan yang hendak kusampaikan kepadanya." Air muka Perempuan naga peramal sakti agak berubah, sesudah tertegun sebentar katanya. "Lengcu, untuk mendirikan perkumpulan Yau-ti-leng bukanlah suatu pekerjaan yang gampang." "Aku tahu, dan aku tiada maksud untuk membubarkan perkumpulan ini." "Jika Lengcu pergi, maka perkumpulan ini niscaya akan bubar" kata Perempuan naga peramal sakti lagi dengan sedih. Dengan hati sedih Gadis suci dari Nirwana gelengkan kepalanya berulang kali, katanya. "Aku adalah seorang manusia, bukannya dewa atau malaikat, maafkanlah aku" Sesudah menghela napas sedih, ia berangkat menuju ke dalam lembah. Dalam kalangan hanya tertinggal keheningan
760 dan kesunyian yang mencekam seluruh jagad, mungkin mereka semua telah mendapatkan satu firasat yang tidak baik, Mendadak terdengar Ciang-liong-sian berkata kepada Lan In Loojin dengan suara dingin. "Tua bangka, engkau mengatakan hanya Gak In Ling yang mampu menyelamatkan dunia persilatan dari ancaman bahaya, sekarang cobalah lihatlah.. Bukan saja ia tak mampu menguasahakan kedamaian, malahan Gadis suci dari Nirwana kena diseret untuk melepaskan diri dari tugas." Lan In Loojin tertawa. "Jangan lupa ia telah berhasil menarik menjadi satu, dua orang tokoh silat berkepandaian sakti yang semula tak dapat hidup bersama, lagi pula Gadis suci dari Nirwana pun belum tentu sungguh-sungguh tinggaikan tempat itu, asal sebelum penyakit yang diderita Gak In Ling sembuh ia tidak mengumpulkan segenap orangorangnya, urusan pasti akan beres." Bicara sampai disitu berangkatlah ia tinggaikan tempat itu untuk mencari Perempuan naga peramal sakti guna merundingkan persoalan ini. Tiga hari telah berlalu tanpa terasa, dibawah perawatan yang seksama dari dua orang gadis tersebut, bukan saja Gak In Ling berhasil sembuh dari luka dalam yang dideritanya, bahkan racun yang mengidap dalam tubuhnya selama banyak tahun pun ikut lenyap tak berbekas. Dua orang gadis yang semula tak dapat hidup berdampingan itu pun karena diri Gak In Ling berhasil menghilangkan rasa permusuhan mereka, bahkan kian hari hubungan mereka kian bertambah erat sehingga bagaikan saudara sekandung sendiri, Suatu hari dalam kamar baca yang selama ini dihuni oleh Gak In Ling, Hoa Yan Hun sedang bersandar dalam pelukan Pek Giok Ji, dengan suara yangpolos tiba-tiba ia bertanya. "Cici, tegakah engkau tinggaikan tempat ini?"
761 "Adikku, maukah engkaujangan bicarakan tentang soal ini "jawab Pek Giok Ji dengan alis mata berkenyit. Gak In Ling yang berdiri didepan jendela segera putar badan dan berkata dengan serius. "Menurut pendapatku. lebih baik enci Pek Giok Ji tetap tinggal ditempat ini karena sekarang musuh yang harus kita hadapi terlalu banyak, seperti orang-orang dari Tibet, dan..." Tiba - tiba ia membungkam. Satu ingatan berkelebat lewat dalam benak Gadis suci dari Nirwana, ia menyambung. "Dan Malaikat suci dari lima bukit bukan ?" Perlahan-lahan Gak In Ling berpaling kearah lain, ujarnya dengan tawa. "Orang itu adalah musuh pribadiku sendiri " "Dia menjadi musuhmu.. Apakah bukan berarti menjadi musuhku juga ?" seru Pek Giok Ji dengan mata menjadi merah. Kembali Gak In Ling menggelengkan kepalanya. "Kalian sama sekali tidak tahu akan kejahatan yang pernah dilakukan olehnya, sikap kalian tak akan dipercaya orang lain, sebaliknya aku..." Belum sempat ia menyelesaikan kata-katanya, mendadak dari pintu depan beljalan masuk Su-put-siang, telah menyapu sekejap ketiga orang itu, ujarnya kepada Pek Giok Ji. "Lengcu, Malaikat suci dari lima bukit dengan membawa banyak orang telah datang menyambangi diri Lengcu." Nafsu membunuh memancar keluar dari balik mata Pek Giok Ji, serunya dengan cepat. "Pergilah lebih dahulu, aku akan segera datang " Su-put-siang kembali memandang sekejap ke arah Lengcu nya. kemudian putar badan dan berlalu.
762 "Adik Ling, engkau ikut kesana atau tidak?" tanya gadis she Pek itu kemudian. Gak In Ling tarik napas panjang untuk menekan pergolakan emosi dalam dadanya, lalu menjawab. "Enci Pek. pergilah sendiri. Jangan katakan aku ada disini, aku rasa sekarang sudah tiba saatnya untuk membongkar kejahatannya, apa yang ia suruh engkau lakukan atau mengusulkan sesuatu lakukan saja seperti apa yang dia katakanakan tetapi setiap saat, engkau harus berhati-hati terhadap dirinya, jangan biarkan ia mendekati tubuhmu, aku serta adik Hun akan membantu secara diam-diam, setelah kejahatannya diketahui umum kita baru sikat dia dari muka bumi." Sebenarnya Gadis suci dari Nirwana akan segera turun tangan untuk melenyapkan Yap Thian Leng si Malaikat suci dari lima bukit itu dari maka bumi, akan tetapi sesudah dipikir lebih jauh ia merasa seandainya jago tua itu dibunuh, maka para jago persilatan akan merasa tidak puas terhadap dirinya, bahkan anak buah sendiripun akan merasa tak puas, karena itulah setelah ada cara-cara yang lebih bagus, diapun menggunakan cara tersebut. "Baiklah, akan kulakukan menurut caramu itu," ujarnya kemudian sambil mengangguk. Setelah berhenti sebentar, dengan suara rendah bisiknya. "Mari, aku akan membawa kalian menuju kesuatu tempat yang sangat rahasia, dengarkanlah apa yang hendak ia katakan sehingga kalianpun bisa mempersiapkan diri lebih dahulu." Tidak menanti jawaban dari Gak In Ling, ia berlalu lebih dahulu dari sana. Gadis suci dari Nirwana membawa Gak In Ling serta Hoa Yan Hun memasuki sebuah kamar rahasia dibelakang ruang tengah tersebut, kemudian buru-buru ia pergi dari sana.
763 Antara ruang rahasia dengan ruang tengah dihalangi oleh sebuah horden yang terbuat dari bambu yang tergantung sehingga keatas lantai, di atasnya tergantung sebuah lukisan sehingga dari dalam bisa melihat keluar, sebaliknya dari luar tak dapat melihat kedalam. Gak In Ling menyapu sekejap keseluruh ruang tengah itu, tampakiah Malaikat suci dari lima bukit duduk dimeja tamu, dua tiga puluh orang pengikut berdiri ditengah ruangan dan suasana sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun. Hoa Yan Hun segera menempelkan bibirnya kesisi telinga Gak In Ling, tanyanya. "Engko Ling, makhluk itukah yang bernama Malaikat suci dari lima bukit ?" "Benar, memang itulah orang nya " Sementara itu Gadis suci dari Nirwana telah masuk kedalam ruang tengah, Malaikat suci dari lima bukit segera bangkit berdiri dan memberi hormat. "Aku siorang tua ingin menjumpai Lengcu " Semua orang yang berada disisinyapun ikut memberi hormat dengan wajah serius. Sedari kecil Hoa Yan Hun telah hidup di dalam gua bersama-sama Kui Bin Popo seorang, belum pernah ia menjumpai keadaan seperti ini menyaksikan hal tersebut ia segera menjulurkan lidahnya dan berbisik. "Waahh enci Pek benar-benar hebat " "Ssstt " Gak In Ling tarik tangannya dan memberi tanda kepadanya agar jangan berbicara. Dalam pada itu, Gadis suci dari Nirwana telah balas memberi hormat, jawabnya. "Tidak berani, Sin-kun terlalu merendah " "Aaaaii...." Malaikat suci dari Nirwana menghela napas panjang. "sungguh tak kusangka kali ini para jago kita dari daratan Tionggoan harus menelan kekalahan secara begini mengenaskan, andaikata aku tidak ditolong orang secara
764 kebetulan, mungkin tubuhku sudah harus dikubur didalam lembah Bau-ku-kok," "Akupun berhasil diselamatkan jiwanya oleh seorang jago persilatan yang maha sakti" Mendengar perkataan itu paras muka Ngo gak Sin-kun berubah hebat, tiba-tiba ia bertanya. "Apakah Lengcu mengetahui kabar berita tentang Gak In Ling?" Dalam hati Gadis suci dari Nirwana tertawa dingin, sedang diluaran ia sengaja menghela napas panjang dan berkata. "Setelah tokoh sakti itu menyelamatkan, ia telah suruh aku berangkat ketebing Sau-ciu-gay untuk menyelamatkan jiwanya, tapi sayang kedatanganku agak terlambat dan ia sudah keburu terjatuh kedasar jurang." Setelah berhenti sebentar, ia menengadah dan menambahkan. "Agaknya ia kurang begitu cocok dengan diri Sin-kun ?" Dengan pura-pura ia memperlihatkan wajah sedih dan kasihan, Ngo-gak Sin-kun berkata. "Dahulu aku sering kali membunuh orang, kemungkinan besar pada dahulu kala ayahnya telah melakukan kesalahan dan berhasil diketahui diriku, ketika itu watakku berangasan sekali, mungkin karena tak tahan maka terikatlah dendam sakit hati ini." "Aku dengar Sin-kun tidak membereskan sekalian dirinya," sela seorang kakek tua diantara pengikutnya secara tiba-tiba. Ngo-gak Sin-kun mengangguk, "Setelah membunuh ayahnya, aku tak tega untuk melukai pula putranya..." "Melepaskan harimau pulang gunung tokh hanya meninggalkan bibit bencana dikemudian hari."
765 "Sekalipun Gak In Ling berlatih sepuluh tahun lagi, belum tentu ia bisa menandingkan Sin-kun," ujar Gadis suci dari Nirwana dengan wajah amat serius. "Tidak, kemungkinan besar Gak In Ling mempunyai sesuatu penghadang didalam tubuhnya, kalau tidak aku benar-benar tak mampu untuk menandingi Telapak mautnya." "Suatu penjelasan yang amat licik," pikir Gadis suci dari Nirwana dalam hatinya. Berpikir sampai disitu, ia lantas berkata. "Kedatangan Sin-kun kemari entah ada rencana apa ?" "Ingin minta pimpinan dari Lengcu " "Sinkun tentu ada sesuatu rencana besar ?" "Benar, aku berhasil menemukan sesuatu kesempatan baik," Satu ingatan berkelebat dalam benak Gadis suci dari Nirwana, pikirnya didalam hati. "Orang ini bicara amat tenang dan mantap, kalau dikatakan ada sesuatu rencana jahat semestinya sukar untuk membuat orang menjadi percaya, tetapi adik Ling telah berpesan kepadaku untuk berhati-hati, apa salahnya kalau kuperiksa jalan pikirannya ?" Berpikir sanpai disitu, sambil tertawa segera tanyanya. "Entah rencana bagus apakah yang berhasil ditemukan oleh Yap Cianpwee ...." "Sejak menderita kegagalan dalam usaha dibenteng Huiin- cay tempo hari. pihak perkumpulan rahasia dari Tibet rupanya sudah menduga bahwa Lengcu pasti akan memimpin anak buahnya untuk melakukan pembalasan dendam, pokoknya ia hendak turun tangan terlebih dahulu, inti kekuatannya sudah dipindahkan kelembah cupu-cupu dibukit Tiang-pek-san ini."
766 "Lembah cupu-capu ?" sela Perempuan naga peramal sakti dari samping kalangan, ketua dari perkumpulan rahasia yang berasal dari Tibet amat licik dan banyak akalnya, masa ia menyebarkan kekuatannya perkumpulan didalam lembah mati yang hanya bisa bertahan dan tak dapat melakukan penyergapan itu ?" "Tentang hal ini aku kurang begitu tahu tentang maksud tujuannya,"jawab Yap Thian Leng sambil gelengkan kepalanya. "tetapi aku yakin Lengcu menarik keuntungan yang lebih besar mengenai keadaan medan tempat ini, karena itu aku merasa inilah kesempatan yang baik bagi kita untuk turun tangan. " "Bagaimana menurut pendapat Sinkun ?" "Menurut pendapatku,"jawab Yap Thian Leng tanpa raguragu, "meskipun pihak perkumpulan rahasia dari Tibet tidak begitu memahami keadaan dibukit Tiang-pek-san, akan tetapi setelah ia berani mempergunakan lembah buntu itu sebagai pangkalannya, jelas ia mempunyai maksud-maksud tertentu, siapa tahu kalau ini adalah siasat tentara semunya ?" Perempuan naga peramal sakti yang mendengar perkataan itu segera mengangguk, jawabnya. "Yang semu adalah nyata, yang nyata adalah semu, perduli semu atau nyata tak mungkin dia benar-benar menghimpun kekuatannya dalam lembah buntu tersebut." Gadis suci dari Nirwana Pek Giok Ji tidak memberi komentar lebih lanjut, ia bertanya kembali. "Menurut pendapat Sinkun, tindakan macam apakah yang harus kita ambil untuk menghadapi situasi semacan ini?" Diam-diam Malaikat suci dari lima bukit merasakan hatinya bergetar keras-keras, pikirnya dengan cepat. "Selamanya nona ini cepat ambil keputusan dalam menghadapi setiap masalah yang sedang dihadapinya, kenapa
767 ini hari ia bertanya dan bertanya terus seperti hendak menyelidiki saja ? Aku harus lebih berhati-hati...." Berpikir sampai disitu, mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya, ia segera menengadah dan berpaling kearah Perempuan naga peramal sakti, tanyanya. "Menurut pendapat perempuan naga peramal sakti, apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi persoalan ini ?" Perempuan naga peramal sakti tidak tahu duduk perkara yang sebenarnya, setelah termenung dan berpikir beberapa saat lamanya ia lalu menjawab. "Menurut pendapat Siau-li, sebelum kenyataan tertera dengan nyata alangkah baiknya kalau kita kirim orang lebih dahulu untuk menjaga-jaga dimulut lembah cupucupu, jika orang-orang dari perkumpulan rahasia tersebut berani keluar maka ada satu kita bunuh satu, lama kelamaan niscaya kita akan tahu bagaimanakah kenyataannya." Gadis suci dari Nirwana merasa amat girang setelah mendengar perkataan itu, pikirnya. "Kali ini akau kulihat bagaimana caramu untuk menghadapi usul tersebut ?" Malaikat suci dari lima bukit sendiripun merasa kegirangan, namun perasaan tersebut tidak sampai diutarakan diluaran, sesudah termenung sebentar katanya. "Sahabat-sahabat persilatan yang datang bersama diriku telah kutempatkan dimulut lembab tersebut, urusan tak boleh ditunda-tunda lagi, bagaimana menurut pendapat Lengcu?" Gadis suci dari Nirwana merasa sangat kecewa, ia tak habis mengerti setelah Malaikat suci dari lima bukit berpihak kepada perkumpulan rahasia dari Tibet, apa sebabnya ia tak memiliki rencana yang masak sebaliknya malahan mendengarkan keputusannya ?" Tetapi ketika itu sorot mata Malaikat suci dari lima bukit serta parajago sedang ditujukan semua keatas wajahnya, membuat gadis itu tak dapat mengulurkan waktu lagi, jawabnya. "Baiklah sekarang juga kita berangkat "
768 "Terhadap tempat ini apakah Lengcu telah melakukan sesuatu persiapan...?" Maksud dari perkataan itu sudah jelas mengharapkan Pek Giok Ji lebih mementingkan garis depan daripada garis belakang. Dalam hati kecilnya Pek Giok Ji tertawa dingin, sebentara diluaran sambil tertawa jawabnya. "Sinkun tak usah kuatir, Siau-te tentu saja telah mengadakan persiapan." Malaikat suci dari lima bukit adalah manusia yang amat licik, mendengar perkataan itu buru-buru ia tertawa dan menjawab. "Aaahh . Aku telah berbuat lancang, kalau begitu biarlah aku berangkat lebih dahulu dan menantikan kehadiran Lengcu dimulut lembah." Tidak menunggu jawaban dari gadis itu lagi, bersama anak buahnya ia berlalu lebih dahulu. Gadis suci dari lima bukit tertawa dingin sepeninggalnya jago-jago persilatan itu ujarnya kepada Su Put Siang. "Pergilah siapkan sekelompok anak murid kita, tiga tua pelindung gunung tak usah ikut, empat pelindung hukum mengiringi kita." Su Put Siang mendapat perintah dansegera berlalu, kepada Perempuan naga peramal sakti kembali tanyanya. "Apakah cici bersedia untuk ikut serta ?" "Bagaimana dengan Gak In Ling sekalian ?" "Tentu saja mereka tak boleh turut serta" "Apa yang hendak Lengcu lakukan terhadap mereka ?" "Akan kuserahkan benda ini kepadanya" jawab Gadis suci dari Nirwana sambil ambil keluar sebuah tanda perintah kumala putih Pek-giok-leng.
769 Paras muka Perempuan naga peramal sakti berubah hebat, serunya tanpa sadar. "Lengcu, tanda pengenal tersebut merupakan tanda paling berkuasa dalam perkumpulan kita.." "Cici, keputusanku telah bulat," tukas Gadis suci dan Nirwana dengan muka serius, "Dalam perjalanan kita kali ini, aku harap cici suka memperhatikan dengan seksama setiap perkataan dan gerakgerik dan Yap Thian Leng, sebab keselamatan kita semua kemungkinan besar harus bergantung pada perhitungan cici yang tepat." Terjelos hati Perempuan naga peramal sakti mendengar ucapan tersebut pikirnya. "Cinta memang sesuatu yang menakutkan sekali, sungguh tak kusangka dengan kecerdasan dari Lengcu ternyata kali ini ia tak dapat merasakan akan siasat, pinjam golok membunuh orang dari Gak In Ling." Berpikir demikian buru-buru ia jawabnya. "Hamba terima perintah " Perlahan-lahan ia mengundurkan diri dari ruangan tersebut. Sementra itu dalam ruang tengah hanya tinggal Gadis suci dari Nirwana beserta keempat orang dayangnya, gadis itu berjalan menuju ketepi dinding menggulung lukisan antik dan serunya. "Adik Ling, silahkan keluar " Gak In Ling dan Hoa Yan Hun secara beruntun berjalan keluar, Gadis suci dari Nirwana segera serahkan tanda perintah ini kepada pemuda tersebut, pesannya. "Adik Ling, segala sesuatunya ditempat ini harap kau atur bersama adik Hun, aku segera akan berangkat." "Cici, benarkah engkau mempercayai kami berdua ?" seru Hoa Yan Hun dengan alis melentik,
770 Gadis suci dari Nirwana tertawa. "Engkau adalah musuh besarku " katanya. "Benar cici. karena itu..." "Tapi tanda perintah-itu adalah benda yang..." Hoa Yan Hun tak dapat menahan rasa harunya lagi, ia berseru dan menubruk kedalam pelukan gadis tersebut, teriaknya. "Cici.... cici.. aku., aku pernah berhasrat membinasakan dirimu..." "Aku tahu,"jawab Gadis suci dari Nirwana sambil membelai rambutnya yang halus, "adik Hun, aku tahu akan hal ini karena dahulu akupun pernah mampunyai jalan pikiran yang sama seperti dirimu, kita semua tahu, bukan aku yang dapat memahami dirimu juga bukan engkau yang dapat memahami diriku, melainkan kita pada saat yang bersamaan dapat saling mengalah lantaran seseorang." Berbicara sampai disitu dengan pandangan kosong dia melirik sekejap kearah Gak In Ling. "Benar," ujar Hoa Yan Hun dengan tertawa, "cici semoga saja mulai saat ini kita tidak akan saling berpisah kembali." "Adikku, semoga saja demikian, aku harus berangkat lebih dahulu," ia mendorong tubuh Hoa Yan Hun dan tanpa menanti jawaban diiringi keempat orang dayangnya segera berlalu dari situ. Sepeninggal gadis tadi, Hoa Yan Hun berpaling kearah Gak In Ling sambil bertanya. "Engko Ling, apa yang harus kita lakukan?" Sambil acungkan tanda perintah yang berada ditangannya pemuda itu menjawab. "Yap Thian Leng bajingan tua itu tidak tahu kalau aku masih hidup, lebih-lebih tidak tahu kalau kita berada disini, karena itu kita boleh memimpin anak buah dari Yau-ti-leng dan menyusul dari belakang."
771 "Kemungkinan besar Perempuan naga peramal sakti tidak percaya dengan kita, aku kuatir kalau ia membeberkan rencana tersebut kepada bajingan tua itu, kalau sampai begitu bukankah kita bakal celaka ?" "Tidak mengapa, menanti bajingan tua itu mendapat kabar, kita sudah tiba disana cepat. Persoalan ini tak bisa ditunda lagi." Selesai berkata bersama dengan Hoa Yan Hun berangkatlah mereka tinggalkan ruangan tersebut. Lembah cupu-cupu letaknya kurang lebih lima ratus li disebelah barat markas besar perkumpulan Yau-ti-leng, tempat itu dikelilingi bukit yang menjulang tinggi ke angkasa dan terjal, sepanjang tahun selalu dilapisi oleh salju yang tebal. Tempat itu berada diatas markas besar perkumpulan Yau-ti-leng, sekilas memandang dapat diketahui bahwa tempat itu merupakan tempat yang paling bagus untuk menyergap markas besar tersebut. Lembah cupu-cupu, sesuai dengan namanya berbentuk bagaikan cupu-cupu yaitu mulut kecil dengan lambung yang besar, mulut lembab merupakan tebing-tebing dilapisi salju tebal, setiap saat kemungkinan besar dapat terjadi longsor salju. Ada satu tempat lain lagi yang tidak mendapat perhatian orang, yakni bukit-bukit yang mengitari lembah tersebut, bila salju digugurkan dari arah atas niscaya lembah tadi akan rata dengan tanah. Rombongan yang dipimpin Gadis suci dari Nirwana menerjang turun dari mulut bukit sebelah Timur, baru saja berbelok suatu tebing mendadak mereka temukan ada belasan orang sedang bertempur dengan serunya dimulut selat itu. "Saudara-saudara sekalian jangan gugup, aku datang membantu " sambil berseru ia menerjang maju sehingga mencapai empat puluh tombak lebih. Para jago yang datang bersama-sama Yap Thian Leng semuanya merasa amat gusar dan sama-sama menerjang kedepan, semua jago ganas:
772 bagaikan harimau terluka, keadaaanya benar menyeramkan sekali. Perempuan naga peramal sakti melirik sekejap kearah Gadis suci dari Nirwana kemudian tanyanya. "Lengcu, mari kita maju bersama " Gadis suci dari Nirwana tertawa dingin, katanya. "Malaikat suci dari lima bukit luar biasa juga, sebelum tiba badannya suara bentakan telah dipancarkan lebih dahulu, bukankah itu sama halnya telah memberikan kesempatan yang sangat besar bagi musuhnya untuk melarikan diri ?" Perempuan naga peramal sakti telah menaruh curiga kalau Pek Giok Ji terpengaruh olehnya, mendengar perkataan itu ia segara berkata. "Lengcu mungkin sudah menarah kesalahan paham" Gadis suci dari Nirwana adalah yang cerdik, dari perubahan wajah orang ia sudah mengetahui apa yang dipikirkan lawannya, sambil tertawa tawa segera jawabnya. "Perhitungan cici tersohor karena tepatnya, mungkin akulah yang sok pintar dan salah memahami orang lain, mari kita serang " Sambil ulapkan tangannya, ia pimpin anak buahnya menerjang maju kearah depan. Orang yang sedang melangsungkan pertarungam bukan lain adalah antara jago-jago dari perkumpulan rahasia dengan para jago yang ditugaskan Malaikat suci dari lima bukit untuk menjaga mulut lembah, pihak Tibet yang dipimpin oleh dua orang lama baju merah disertai empat lima orang jago kelas tiga. Dari pihak para jago Tionggoan semula terdiri dari belasan orang, akan tetapi pada waktu itu ada empat orang yang terluka ditangan lhama baju merah itu apa lagi dengan
773 serangannya yang berat dan tak kenal ampun, para korbannya tak seorangpun berada dalam keadaan hidup. Dalam pada itu Malaikat suci dari lima bukit telah menerjang kedepan, ditengah bentakan keras ia terjang seorang lhama baju merah yang bermata besar, berhidung singa, bentaknya dengan penuh kegusaran. "Sambutlah sebuah pukulanku" Rupanya lhama tersebut telah menyaksikan datangnya serbuan musuh dalam jumlah lebih besar, ia berseru dan melayang masuk kedalam lembah sejauh tiga tombak lebih, begitu tubuh nya mencapai tanah dengan jurus menampik tamu datang dari jauh, ia serang telapak baja orang she Yap tersebut sambil bisiknya. "Yap Thian Leng, apakah gadis rupawan yang ada dibelakang adalah Gadis suci dari Nirwana ?" Sambil putar telapak melancarkan serangan balasan, Malaikat suci dari lima bukit membenarkan. "Tidak salah, memang dialah orang nya, sekarang kalian berdua harus segera mengundurkan diri dari sini" Dari balik sorot mata lhama tersebut memancar keluar sinar kecabulan, ujarnya kembali. "Aku ingin menjumpai dirinya lebih dahulu " "Hal ini mana boleh jadi, rencana besar dari Tiongcu tak boleh di rusak dengan begitu saja" seru Ngo-gak Siw-kun dengan gelisah. Sementara itu Su Put Siang telah menyambut kedatangan lhama yang lain, pertarungan berjalan amat seru dan tak kalah sengitnya dengan pertarungan tipu-tipuan dari Yap Thian Leng. Rupanya lhama tersebut sudah terpikat hatinya oleh kecantikan wajah gadis itu, ia tak mau tahu apa artinya rencana besar, sambil membentak serunya.
774 "Huuuuhh. Engkau manusia macam apa, berani benar mencampuri urusan toaya mu ? Rupanya sudah ingin mati ?" "Demi suksesnya besar dari Tiongcu kita engkau tidak sepantasnya kalau bertindak sesuka hatimu," kata Yap Thian Leng dengan penuh kegusaran, "kendatipun kedudukanku tidak memadahi engkau, tetapi engkau jangan mencoba untuk menakut-nakuti diri, kalau engkau hendak usiki gadis itu maka terlebih dahulu robohkan dulu aku." Lhama itu melirik sekejap kearah Gadis suci dari Nirwana, ketika melihat jaraknya hanya terpaut tujuh tombak daripada dirinya, diam-diam ia merasa amat girang, bentaknya dengan gusar. "Yap Thian Leng, apa susahnya untuk merobohkan dirimu ? Sambutlah seranganku ini" Gerakan serangannya segera berubah, bagaikan hembusan angin puyuh ia serang lawannya habis-habisan. Malaikat suci dari lima bukit menyadari bahwa dua oranglhama yang ditugaskan datang kemari untuk memimpin rencana tersebut mempunyai kepandaian silat yang sangat tinggi dan jauh diatas kepandaian sendiri, melihat serangan tersebut dengan ketakutan ia loncat mundur dua tombak kebelakang untuk menghindarkan diri. Diam-diam Gadis suci dari Nirwana yang mengikuti jalannya pertarungan itu tertawa dingin, pikirnya. "Paham amat dirimu atas ilmu silat yang dimilikinya " Baru saja ingatan tersebut berkelebat dalam benaknya, tiba-tiba bayangan merah berkelebat lewat, lhama yang gemuk besar itu bagaikan seekor burung raksasa tahu sudah menerjang datang dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat. Buru-buru Pek Giok Ji tarik kembali senyumannya, akan tetapi ia tidak menghindar, sorot matanya dengan tajam menatap datangnya serangan dari lhama baju merah itu tanpa berkedip.
775 Lhama baju merah ituamat sombong, melihat gadis itu tidak melawan, ia segera tertawa terbahak-bahak. "Haaaahh haaaaahh.... haaaahh, orang cantik, engkau tak usah takut, aku tak akan melukai tubuhmu." Sepasang Telapaknya yang besar bagaikan kipas dengan cepat telah menyambar ke-bawah dan tahu-tahu sudah berada kurang lebih tiga cun diatas bahu gadis itu. Saat yang amat kritis itulah, tiba-tiba terdengar Pak Giok Ji membentak keras. "Enyah kau dari sini " Telapaknya berkelebat kemuka dan tahu-tahu sudah ditarik kembali. "Blaaamm " Ditengah benturan keras, terdengarlah lhama tersebut menjerit ngeri, segulungan bayangan merah mencelat kebelakang dan kebetulan sekali jatuh terjungkal kurang lebih 2 depa dihadapan Malaikat suci dari lima bukit. Yap Thian Leng yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat terperanjat, pikirnya. "Kenapa begitu persis ia roboh dihadapannya? Apa yang harus kulakukan?" Untuk beberapa saat lamanya ia berdiri tertegun. Lhama baju merah itupun bukan manusia sembarangan, tadi ia jatuh kecundang hanya didalam satu jurus belakang, sadarlah ia bahwa gadis itu merupakan musuh yang amat tangguh, pikirannya menjadi terang kembali dan tanpa memperdulikan akan luka dalam yang dideritanya, lhama tersebut tarik napas panjang kemudian dengan gerakan ikan lehi melenting, ia loncat jauh dua tombak lebih dari tempat semula, teriaknya. "Musuh amat tangguh, mundur " Tanpa berpaling buru-buru ia putar badan dan kabur masuk kedalam lembah buntu itu. Lhama lainnya sewaktu melihat rekannya kabur, ia tak berani berdiam lebih lama lagi disana. sambil menjerit buruTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 776 buru badannya berputar dan kabur pula masuk kedalam lembah. Sementara itu diantara empat orang jago kelas tiga yang ikut serta bersama lhama tadi, sekarang hanya tinggal tinggal satu orang, melihat pemimpinnya telah kabur, tanpa memperdulikan diri lagi buru-buru ia ikut kabur masuk ke dalam lembah. Malaikat suci dari lima bukit segera sadar kembali apa yang telah terjadi, ia membentak keras dan maju kedepan, dengan jurus Lek-peng ngo-gi atau menghancur ratakan lima bukit ia hajar punggung orang itu Jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecahkan kesunyian, orang itu mencelat sejauh empat tombak kedepan dan roboh binasa. Pek Giok Ji memburu kedepan, ujarnya sambil tertawa. "Ngo-gak Sin-kun, sungguh dahsyat tenaga pukulanmu itu " Malaikat suci dari lima bukit tak berani menatap wajah gadis itu karena dalam hati ada setannya, sambil tertawa ia menjawab. "Aaaahh... Mana... mana........ Lengcu terialu memuji, sayang sekali lhama itu berhasil melarikan diri." "Andaikata pada waktu itu Ngo-gak Sin kun menambahi dengan sebuah pukulan lagi, niscaya bangsat gundul itu sudah pulang keakherat." Dalam hati Malaikat suci dari lima bukit merasa amat terperanjat, namun perasaan tersebut tidak sampai diperlihatkan diluaran, ia sengaja menghela napas panjang dan berkata. "Aaaaii pada waktu itu tidak sepantasnya kalau aku memikirkan banyak persoalan." "Sin- kun hidup sebagai pendekar yang berhati suci, tentu saja engkau tidak ingin membokong orang dikala orang
777 sedang susah, sudahlah tak usah kita persoalkan hal itu lagi, yang penting sekarang adalah bagaimana caranya kita hadapi keadaan yang berada didepan mata." Legalah hati Yap Thian Leng mendengar ucapan itu, katanya dengan cepat. "Kecerdasan perempuan naga benar-benar melebihi orang lain, apa yang kupikirkan didalam hati ternyata berhasil kau tebak." Gadis suci dari Nirwana tertawa dingin. "Haaaaahh haaaaahh haaaahh dibandingkan dengan perbuatan Sin kun menghajar seorang manusia kelas tiga dari belakang, bukankah perbuatan tersebut jauh lebih tidak berharga?" Paras muka Malaikat suci dan lima bukit berubah hebat, diam-diam pikirnya. "Ucapan ini tak mungkin tanpa sebab, jangan-jangan-.." berpikir sampai disitu ia segera menjawab. "Aaaaii.... aku sendiripun tak tahu apa sebabnya bisa berbuat demikian." Dengan perasaan tidak puas Perempuan naga peramal sakti melirik sekejap kearah Lengcu nya, sementara dalam hati gerutunya. "Hanya disebabkan Gak in Ling seorang engkau telah melupakan masalah besar, bukankah tindakkan seperti ini jauh lebih tidak berharga ?" Walaupun dalam hati merasa tidak puas, namun perasaan tersebut tidak sampai diutarakan keluar. Dalampada itu Gadis suci dari Nirwana telah menyapu sekejap sekeliling tempat itu, kemudian ujarnya. "Bukit salju disekeliling tempat ini sangat tinggi, andaikata longsor kebawah maka kita semua pasti akan terkubur ditempat ini, bagaimana menurut pendapat Sinkun ?"
778 Dalam hati Malaikat suci dari lima bukit tertawa dingin, pikirnya. "sekarang baru merasakan akan hal ini, apakah tidak terialu lambat ?" Berpikir demikian, sambil tertawa segera jawabnya. "Keadaan disini memang demikian, pada mulanya aku tidak pernah berpikir sampai disitu..." Dengan gerakan yang santai ia bergendong tangan dan perlahan-lahan bergeser kurang lebih satu tombak kearah mulut lembah. Gadis suci dari Nirwana kembali tertawa dingin, ujarnya. "Perkataan dari Sinkun benar-benar sukar bikin hati orang menjadi percaya, dalam kolong langit siapa yang tidak tahu akan kecerdasan Sin kun melebihi orang lain dan selama hidup belum pernah tertipu oleh orang lain." "Apakah Lengcu menaruh curiga terhadap diriku ?" tanya Yap Thian Leng dengan hati tercekat. Melihat keadaan semakin tegang, buru-buru Perempuan naga peramal sakti melerai, katanya. "Sin kun jangan salah paham " Dengan perasaan tidak puas para jago yang datang bersama Malaikat suci dan lima bukit memandang kearah Pek Giok ji. Kembali Gadis suci dari Nirwana tertawa- dingin, katanya. -oo0dw0oo- Jilid 23 "BUKAN saja aku telah mencurigai dirimu, bahkan mengetahui pula bahwa engkau telah menggabungkan diri dengan perkumpulan rahasia dari Tibet "
779 "Mana buktinya ?" teriak Yap Thian Leng dengan paras muka berubah hebat. "Gak In Ling sama sekali tidak mati, Sin kun harus tahu racun yang mengeram dalam tubuhnya hanya bisa disembuhkan oleh obat mujarab yang kumiliki, dan sekarang ia telah sembuh." "Haaaahh... haaaaahh... haaahh... Lengcu tidak sepantasnya membiarkan orang itu berdiam disini " "Mengapa ?" Malaikut suci dari lima bukit mundur dua langkah kebelakang, sambil tertawa seram kembali serunya. "Karena perbuatanmu itu. maka kalian harus berpisah untuk selama-lamanya." Para jago yang mendengar perkataan itu sama-sama berdiri tertegun, mereka tidak mengerti apa yang dimaksudkan- Sebaliknya Gadis suci dari Nirwana tertawa dingin, sahutnya. "Heeeehh heeeeehh hseeeeh aku rasa belum tentu demikian" Malaikat suci dari lima bukit tertawa seram. sambil kabur masuk kedalam lembah ia memperdengarkan suara sultan nyaring yang amat memekikkan telinga. Bersama dengan adanya berkumandang suara pekikan tersebut tiba-tiba dari atas tebing disekitar lembah tersebut berkumandang suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati, dengan suara gemuruh yang amat dahsyat tumpukan salju diatas lembah cupu-cupu mendadak longsor kebawah dan menimbun permukaan tanah dibawahnya. Siapapun diantara para jago yang hadir di situ tak pernah mengira kalau Malaikat suci dari lima bukit yang selalu dianggap sebagai pemimpin persilatan bisa menghianati para
780 jago dan bekerja sama dengan pihak Tibet untuk mencelakai mereka semua. Gadis suci dari Nirwana sendiri kendatipun sudah memperoleh peringatan dari Gak In Ling akan tetapi dalam hatinya masih setengah percaya setengah tidak. selama ini ia bersikap tidak sungkan terhadap Yap Thian Leng hal ini dikarenakan ujud cintanya pada pemuda itu dan ia berharap bisa lenyapkan para jago tua tersebut agar bisa membalaskan dendam bagi kekasihnya. Karena itu tatkala ia saksikan Yap Thian Leng memperlihatkan muka aslinya, rasa kaget yang tercekam dalam hatinya sukar dilukiskan dengan kata-kata, ia menjadi kelabakan dan tak tahu apa yang mesti dilakukan. Suara gemuruh akibat longsornya salju menyadarkan para jago dari lamunan, semua orang tercekat hatinya dan berusaha mencari perlindungan yang dapat menyelamatkan nyawanya dari ancaman. Disaat yang kritis dan tegang itulah, tiba-tiba dari atas tebing berkumandang datang suara seruan Gak In Ling yang lantang. "Saudara-saudara sekalian tak usah gugup atau gelisah, semua cecunguk perkumpulan rahasia dari Tibet yang bersembunyi disekitar tempat ini telah berhasil dibasmi oleh anggota perkumpulan Yau-ti-leng, sekarang semua situasi dan keadaan telah berada ditangan kami. cukup kalian perketat penjagaan dimulut lembah saja dan membasmi setiap orang yang berusaha untuk melarikan diri dari situ." Mendengar seruan tersebut para jago merasa terkejut dan alihkan sorot matanya ke atas, tampaklah seorang pemuda berbaju hitam dengan gagah dan angkernya berdiri diatas puncak tebing. Diantara para jago yang hadir didalam lembah, terdengar seorang berseru lantang.
781 "Diantara anggota perkumpulan Yau-ti-leng tidak terdapat orang - orang pria pun, siapa engkau ?" "Aku adalah Gak In Ling " "Waaah....... Gak In Ling "jerit para jago dengan hati terperanjat. sementara itu bayangan pungung Gak In Ling telah lenyap dari pandangan, mungkin ia sedang memberi petunjuk kepada para jago dari perkumpulan Yau-ti-leng. Dengan sedih Pek Giok ji menghela napas panjang, katanya. "Sekarang, apakah kalian merasa bahwa ia adalah seorang manusia yang kejam dan sadis?" Merah padam selembar wajah para jago sesudah mendengar ucapan tersebut, karena sebelum itu mereka pernah membenci pemuda itu dan mengira dia adalah seorang gembong iblis yang gemar membunuh orang. Diantara para jago muncul seseorang dan berkata. "Lengcu. sekarang duduk perkara telah diketahui, dahulu para jago dari daratan tionggoan telah dipergunakan oleh Yap Thian Leng, tetapi dosa dan kesalahannya telah ketahuan, sekarang sudah tiba saatnya bagi kita untuk menebus dosa, mari kita jaga mulut lembah ini sebaik-baiknya." Seruan itu mendapat sambutan yang meriah semua orang menggosok kepalan menyebarkan diri untuk menjaga mulut lembah tersebut. "Aku harap kalian baik-baik menjaga disini." kata Pek Giok ji kemudian, "kalau ada yang muncul biarkan dulu, tunggu mereka semua telah keluar barulah kita sekali turun tangan dan membasmi habis semua."
782 Para jago mengiakan dan segera menyebarkan diri untuk membuat jebakan, sedangkan sisanya mengundurkan diri sejauh kurang lebih dua puluh tombak dan tempat semula. Dalampada itu salju yang longsor didalam lembah cupucupu kian lama kian bertambah dahsyat, dan suasanapun makin mengerikan sekali. Tiba-tiba dari balik lembah muncul belasan orang manusia baju merah, mereka semua bewajah kaget dan gugup, dengan paras muka pucat pias, mereka melarikan diri terbirit-birit untuk mencari selamat, namun diantara mereka tidak nampak beberapa orang lhama tersebut maupun Yap Thian Leng. Dalam pada itu salju yang gugur dan longsor kebawah hampir menimbun seluruh lembah cupu-cupu, sehingga tersisalah sebuah jalur sempit yang amat panjang. Tiba-tiba dari tengah udara berkelebat lewat sosok bayangan manusia, sekali berkelebat tubuhnya sudah berada dipuncak tebing diikuti jeritan-jeritan ngeri berkumandang memecahkan kesunyian, rupanya diatas jalur sempit itu tersembunyi pula para jago dari Tibet. Bayangan hitam yang barusan berkelebat lewat itu bukan lain adalah Gak In Ling jago kita. Setelah membereskan penyamun-penyamun tersebut, si anak muda itu duduk diatas sebuah batu besar, tampaklah Yap Thian Leng serta tiga orang lhama berhenti ditengah selat sempit. Terdengar salah seorang lhama itu menggerutu. "Huuuuhh semuanya ini gara-gara engkau yang tidak bisa bekerja dengan hati-hati, coba lihatlah rahasia kita ketahuan lawan dan seluruh rencana dari Tiongcu menemui kegagalan total, ketahuilah dosa ini tak mungkin bisa ditanggung orang lain-"
783 Bagaimanapun juga Malaikat suci dari lima bukit Yap Thian Leng termasuk juga seorang pemimpin persilatan karena keadaan yang memaksa ia harus takluk kepada perguruan rahasia dari Tibet, mendengar ucapan tersebut ia menjadi naik pitam dan segera berseru. "Siapa suruh Tiongcu tak mau membinasakan Gak In Ling ?" "Kurang ajar Engkau berani menista Tiongcu ?" bentak seorang lhama dengan wajah merah padam. Yap Thian Leng merasa amat terperanjat, buru-buru sahutnya dengan suara lirih^ "Aku tidak mempunyai keberanian sebesar itu, meskipun rencana kita yang pertama mengalami kegagalan, asal kita tetap bertahan diri dan jangan keluar dari selat sempit ini sehingga memberi kesempatan bagi Tiongcu untuk menghancurkan markas besar perkumpulan Yau-ti leng, rasanya tindakan kita inipun merupakan sebuah pahala besar." Gak In Ling yang mendengar perkataan itu menjadi amat terperanjat, segera pikirnya didalam hati. "Untung aku hanya membawa Kui Bin Popo, adik Hun, Lan in Loojin serta ciang-liong san beberapa orang, dan tidak membawa serta tiga Tianglo dari perkumpulan Yau-ti-leng, kalau tidak siapakah yang akan menahan serangan mereka ?" sementara otaknya masih berputar, beberapa jeritan ngeri berkumandang dari luar lembah, ada beberapa orang bandit yang berusaha melarikan diri telah berhasil dirobohkan. Gak In Ling mendongak keatas, ia melihat Hoa Yan Hun dan Kui Bin Popo sekalian sedang menuju ke lembah depan, ia tahu pastilah mereka salah paham dan mengira orang-orang dalam lembah telah keluar semua. Gak In Ling tak berani berayal lagi, ia segera membentak keras. "Bajingan tua she Yap. lihat Siau-ya mu berada dimana ?"
784 Mendengar bentakan itu Malaikat suci dari lima bukit menjadi terperanjat ia menengadah... Blaaamm. Tiba-tiba segumpal besar salju longsor kearah bawah, dengan hati tercekat jeritnya . "cepat kabur " Ketika ketiga orang lhama itu menjumpai Gak In Ling yang berada diatas puncak bukit, sadarlah sekarang bahwa suara jeritan yang terdengar tadi bukan berasal dari orang yang sedang melarikan diri, melainkan para muridnya yang ada diatas tebing telah mati dibunuh. Sejak melihat munculnya Gak In Ling, mereka sudah tidak memiliki pendirian, apalagi mendengar jeritan dari Yap Thian Leng, tanpa banyak bicara lagi mereka kabur kemulut lembah. Yap Thian Leng tidak malu disebut sebagal seorang pemimpin persilatan, menghadapi ancaman bahaya maut, hatinya sama sekali tidak kaCau, deagan cepat satu ingatan berkelebat dalam benaknya. "Kalau empat orang mengundurkan diri melalui arah yang sama, jalan mundurnya tentu akan dipotong Gak In Ling danpada saat itu tiada jalan mundur lagi bagiku, lebih baik menggunakan kesempatan dikala mereka sedang lari kedepan, aku bersembunyi dahulu kemudian baru kabur lewat jalan belakang..." Setelah mengambil keputusan ia segera lari kedepan, kemudian setengah jalan ia tempelkan badannya ditepi dinding lembah sehingga bayangan tubuhnya tidak terlihat oleh Gak In Ling. Selama ini pemuda she Gak itu selalu memperhatikan gerak-gerik dari Yap Thian Leng, melihat ia kabur kedepan, disangkanya penjahat tersebut lari menuju kemulut lembah, dalam hati ia mendengus dingin dan segera mengejar kebawah.
785 Gerak tubuh Gak In Ling cepat bagaikan sambaran kilat, tidak selang berapa saat kemudian ia sudah tiba diatas puncak lembah tersebut, ketika menengok kebawah maka tampaklah Gadis suci dari Nirwana sekalian sedang bertarung seru melawan tiga orang lhama, sedangkan bayangan dari Yap Thian Leng sama sekali tidak kelihatan. Hatinya terperanjat, pikirnya. "Jangan-jangan bajingan tua itu belum keluar ?" Mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya, ia berpikir lebih jauh. "Aduh celaka, aku telah terkena siasat suara timur berada dibarat dari bajingan tua itu.." Makin dipikir ia merasa makin yakin, maka dengan ilmu menyampaikan suara ujarnya kepada Gadis suci dari Nirwana. "Enci Pek. setelah urusan disini selesai, cepat- cepatlah kembali kelembah To-hoa-kok, pemimpin dari Tibet telah membawa anak buahnya menyerang kesana, adik Hun biar berada bersama engkau untuk memecahkan irama pembetot sukmanya sedang aku akan mengejar bajingan tua itu." Tidak menunggu jawaban dari Gadis suci dari Nirwana lagi, ia putar badan dan segera berlalu dari situ. Gadis suci dari Nirwana yang mendengar ucapan tersebut menjadi amat terperanjat, buru-buru ia mendongak keatas, maka terlihatlah bayangan tubuh pemuda itu berkelebat lewat dan lenyap dibalik tebing. Dalam hati ia segera ambil keputusan, pikirnya. "Sekembalinya kelembah To-hoa-kok dan berhasil memukul mundur Tiongcu dari Tibet, aku tak sudi menjadi Lengcu lagi, kalau tidak maka selamanya aku tak dapat mendampingi disisinya." Untuk sementara waktu baiklah kita mengikuti perjalanan dari Gak In Ling, baru saja ia tiba didaratan lembah yang datar, maka terlihat kurang lebih lima puluh tombak
786 dihadapannya Yap Thian Leng bagaikan seekor anjing yang kena gebuk sedang melarikan diri terbirit-birit. Diam-diam si anak muda itu mendengus dingin, langkah kakinya dipercepat dan laksana petir menyambar ia meluncur sejauh dua puluh tombak lebih kearah depan. Yap Thian Leng yang berada didepan sudah mendaki kepuncak tebing, tempat itu merupakan salah satu pos-pos yang semula dipertahankan oleh para jago dari perguruan rahasia, kini mayat bergelimpangan dimana-mana dengan cairan darah yang telah kental mengotori permukaan bumi. Ia memperlambat gerakan tubuhnya, dalam hati pikirnya. "Sungguh tak kusangka Gak In Ling bocah keparat itu lihay sekali, hampir saja seluruh rencanaku mencapai sasaran yang kosong, bahkan jiwakupun nyaris mampus dilembah cupucupu." Setelah berhenti sebentar, dengan bangga ia berpikir lebih jauh. "Kendatipun kecerdasannya melebihi orang lain, ia tak akan menyangka kalau aku bisa kabur dari tempat tersebut. Haaahh.... haaahh... haaaah.... inilah yang dinamakan kalau takdir belum menghendaki kematianku, dimanapun merupakan jalan keluar." Baru saja Malaikat suci dari lima bukit merasa bangga, mendadak dari arah belakang berkumandang datang suara bentakan yang amat keras. "Bajingan tua she Yap. serahkan nyawamu" Suara itu muncul dari jarak kurang lebih dua puluh tombak dibelakang tubuhnya. Mendengar seruan tersebut, Malaikat suci dari lima bukit menjadi amat terperanjat, ia berpaling, tatkala melihat hanya Gak In Ling seorang yang menyusul dirinya, ia agak lega, pikirnya.
787 "Bagaimanapun juga dia adalah panglima perang yang pernah kalah ditanganku, kenapa aku mesti takut kepadanya ? Biarlah kupancing dia untuk lebih jauh tinggalkan tempat ini, setelah itu baru turun tangan membasmi bibit bencana dikemudian hari." Berpikir sampai disini, ia tertawa dingin dan semakin cepat kabur kearah depan- Dalam anggapan Yap Thian Leng, tenaga dalam yang dimiliki Gak In Ling masih kalah satu tingkat Jika dibandingkan dengan kepandaiannya, karena itu ia tak berani kabur secepatnya takut pemuda itu tak mampu menyusul sehingga melepaskan niatnya untuk menyusul. Siapa tahu, belum jauh mereka kejar- mengejar, tiba-tiba terdengar Gak In Ling membentak keras. "sekalipun engkau kabur keujung langitpun Siau-ya tidak akan melepaskan dirimu." Malaikat suci dari lima bukit yang mendengar seruan tersebut saking kagetnya hampir saja ia menjerit keras, sebab suara itu berasal kurang lebih lima tombak dibelakang tubuhnya, ia tak berani banyak bicara lagi, sambil mengepos tenaga sekuat tenaga ia kabur kearah depan. Sepertanak nasi kemudian mereka sudah berada kurang lebih seratus li jauhnya dari tempat semula, dari permukaan salju kini mereka telah tiba ditengah sebuah bukit berumput. Mendadak dari tengah udara menggema datang suara bentakan keras. "Bajingan tua she Yap. engkau hendak kabur kemana ?" Walaupun hati Yap Thian Leng selalu tenang, namun sesudah mendengar bentakan itu tak urung ketakutan juga sehingga sukmanya terasa melayang tinggalkan raganya, tidak memperdulikan gengsinya lagi ia jatuhkan diri dan bergelinding sejauh satu tombak lebih dari tempat semula.
788 Menanti ia berdiri kembali, tampaklah Gak ln Ling dengan muka dingin telah berdiri kurang lebih dua tombak dihadapannya. Hampir saja Yap Thian Leng tidak percaya dengan pandangan mata sendiri, karena pertama kali ia bermusuhan dengan seorang muda itu, lawannya begitu tak becus sehingga tak mampu menahan sebuah pukulannya, sedang sekarang ilmu meringankan tubuhnya membuktikan bahwa ia adalah jauh lebih lihay yang memiliki ilmu silat jauh diatas kepandaiannya. Gak In Ling tertawa seram, katanya. "Hey orang she Yap. tempat ini tak ada seorang manusiapun, aku rasa inilah tempat yang cocok bagi kita untuk bikin perhitungan." "Heeehh heeeeeh heeeeehh.... ilmu meringankan tubuh yang kau miliki hebat sekali." "Apa sangkut pautnya dengan dirimu ?" jengek Gak In Ling tertawa dingin. "Tentu saja besar sekali hubungannya, kalau engkau tak mampu menangkan aku maka engkau masih bisa kabur " "Aku kuatir engkaulah justru yang akan kabur " "Pukulan yang kau terima di benteng Hui-in-cay, anggaplah sebagai pelajaran yang setimpal bagimu." "Tak usah banyak bicara, silahkan turun tangan-" sambil berseru pemuda itu maju selangkah kedepan- "Aku rasa lebih baik engkau duluan yang turun tangan, kalau tidak dari mana aku bisa tahu berapa bagian tenaga dalamku yang sanggup kau terima .? Bila sampai salah perhitungan, bukankah aku bakal kehilangan seorang sahabat macam dirimu ?" orang ini licik sekali, ia hendak membangkitkan hawa gusar dari pemuda itu sehingga konsentrasinya menjadi buyar.
789 Berhadapan dengan pembunuh ayahnya sejak semula hawa amarah dalam dada Gak In Ling sudah berkobar, sekarang dipanasi pula oleh ucapan yang tidak tak enak didengar, ia semakin marah. "Keledai tua, sambutlah seranganku ini " bentaknya. cahaya merah berkelebat lewat, dengan jurus hujan darah angin amis dia lancarkan sebuah pukulan kearah depan. Girang hati Yap Thian Leng menyaksikan pemuda itu gusar, pikirnya. "Biarlah kusambut dahulu pukulannya kemudian baru turun tangan secara tiba-tiba membinasakan dirinya, dari pada aku mesti selalu memikirkan tentang ancamannya. ..." Berpikir sampai disitu, seluruh tenaga dalam yang dimilikinya segera dihimpun kedalam telapak, kemudian bentaknya. "Bocah keparat, rupanya kau sudah pingin mampus " Dengan gerakan dorong bukit menguruk samudra, ia balas melancarkan satu pukulan kedepan- Kedua orang itu sama-sama menggunakan segenap kekuatan yang dimilikinya, jarak diantara mereka pun dekat sekali, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya benturan yang bakal terjadi. "Blaaaaamm " Ditengah benturan keras yang memekikan telinga, pasir dan debu beterbangan memenuhi seluruh angkasa, pusaran angin kencang menggulung sehingga ketinggian sepuluh tombak. Ditengah berhembusan angin kencang, tubuh Yap Thian Leng terdorong mundur empat langkah kebelakang, dada terasa amat sesak. sepasang lengannya linu tak bertenaga
790 dan terkulai kebawah, hatinya merasa amat terperanjat, pikirnya. "Mungkin bocah keparat itu telah menggunakan segenap tenaga kekuatannya yang dimiliki, akupun terdorong mundur empat langkah kebelakang, mungkin bangsat itu belum sempat bersuara, nyawanya sudah mencelat kembali keakhirat...." Sambil berpikir sepasang matanya yang tajam memandang kearah depan, namun ditengah gulungan pasir ia tidak menemukan sesuatu. Jago tua itu dapat berpendapat demikian karena dalam pertarungannya dibenteng Hui-in-cay tempo hari, hanya dalam satu pukulan saja ia berbasil menghantam Gak In Ling sehingga mencelat sangat jauh, kini dia sendiripun terdorong mundur empat langkah, tentu saja pemuda itu sudah mampus. Ada satu hal telah dilupakan olehnya, Gak In Ling datang dari lembah To-hoa-kok dan disana terdapat obat yang dapat menyembuhkan racun dalam tubuhnya. Segulung angin dingin berhembus lewat membuyarkan pasir dan debu, ketika ia mendongak kembali, bulu kuduknya pada bangun berdiri. "Tak mungkin-.. tak mungkin-.." bisiknya tanpa terasa. Ternyata Gak In Ling sama sekali tidak terdorong mundur ke belakang, kendati hanya satu langkahpun. Dengan wajah menyeramkan pemuda itu maju kedepan, serunya. "Bajingan tua, kalaupunya kepandaian sambutlah kembali sebuah pukulanku " Mengikuti langkah kakinya yang berat, selangkah demi selangkah Yap Thian Leng mulai mundur kebelakang, tanpa ia
791 sadari nyalinya telah pecah dan mukanya berubah menjadi pucat pias bagaikan mayat. Yang satu maju yang lain mundur, waktu berlarut dalam keheningan dan kesepian, segulung hawa pembunuh yang tebal menyelimuti seluruh angkasa membuat suasana bertambah tegang. Malaikat suci dari lima bukit mulai gemetar, ditengah kesunyian yang mencekam dan ditanah perbukitan yang jauh dari keramaian, kecuali mengandalkan kekuatan sendiri tiada yang bisa diandalkan lagi, sebab Jika ia kalah maka untuk laripun tak mampu. Untuk beradu kepandaian iapun keder sebab ia mulai sadar bahwa kepandaian silatnya masih bukan tandingan si anak muda itu. Satu reaksi yang muncul dengan sendirinya membuat jago tua itu tanpa sadar meloloskan pedang yang tersoren dipunggung, dengan senjata ditangan ia berusaha untuk mempertahankan keberaniannya . Gak In Ling sendiri, ketika melihat musuhnya mencabut senjata, iapun segera merogoh sakunya dan ambil keluar pedang pendek miliknya, dengan sorot mata penuh nafsu membunuh ujarnya kepada Yap Thian Leng. "Bajingan tua, ayolah turun tangan, ini hari Siau-ya mu ingin membinasakan dirimu secara perlahan-lahan." Yap Thian Leng memperkencang genggamannya pada pedang pendek itu, dalam hati pikirnya. "Dia menguasai ilmu telapak mautnya, ilmu pukulan sudah jelas merupakan kepandaian andalannya, kini Jika bertempur dengan pedang maka akulah yang bakal menarik keuntungan, apa lagi pedang yang ia pergunakan begitu pendek.." Keberanian muncul kembali dalam benaknya, ia segera membentak keras.
792 "Lihat serangan ". Dengan jurus bianglala mengitari sang surya ia tusuk dada pemuda she Gak itu. cahaya perak berkilauan diangkasa, bagaikan seekor ular lincah dalam waktu singkat tahu-tahu sudah tiba didepan sasaran. Gak ln Ling segera ayunkan pedang pendeknya membabat senjata lawan dengan jurus menguruk tanah membuat perbatasan, sementara tangan kirinya laksana kilat menghantam dada orang she Yap itu dengan jurus darah mengalir setinggi tiang. Ditengah bayangan berwarna merah. Ular perak berkelejit kedepan membuat orang itu susah menarik pedangnya untuk melindungi badan, karena Jika pedangnya ditariknya niscaya tubuhnya akan termakan oleh pukulan dahsyat itu. Mimpipun Yap Thian Leng tak menyangka kalau Gak In Ling bakal melancarkan serangan dengan menggunakan pedang serta telapaknya. Lingkaran pengaruh angin pukulan amat luas. Yap Thian Leng tak berani menarik pedangnya untuk melindungi badan, terpaksa ia gunakan senjata tersebut untuk balas membabat pedang pendek lawan- Criiiing Dentingan nyaring bergema diangkasa, Yap Thian Leng merasakan tangannya menjadi ringan, ia merasa gelagat tidak menguntungkan, dalam gugupnya ia sempat melihat pedang bajanya telah terpapas sepanjang beberapa depa, dengan hati terkesiap pikirnya. "Walaupun pedangku ini tidak termasuk pedang mustika, namun terbuat diri pada baja murni, kenapa ia mampu memapas kutung ? Jangan-jangan pedang pendek yang dia pergunakan adalah sebilah pedang mustika."
793 Setelah serangannya berhasil, semangat Gak -In Ling semakin berkobar, disaat musuhnya masih tertegun dengan ketakutan, tiba-tiba ia membentak keras. "Bajingan tua, sambutlah kembali sebuah seranganku " pedangnya berputar lincah, dengan gerakan Rantai baja melintang disungai, bagaikan kilat ia sapu tengkuk musuhnya sementara telapak kiri melancarkan serangan dengan gerakan banjir darah mayat membukit. Setelah pedangnya terpapas, semangat tempur Yap Thian Leng jauh berkurang, mendengar bentakan itu, ia makin gugup dan tak tahu apa yang harus dilakukan, dengan serta merta ia jejakkan kakinya keatas tanah dan loncat dua tombak kesamping kanan, pedang kutungnya berputar kencang dengan jurus pohon kuno mengakar ditanah, dalam pikirannya pemuda itu pasti akan mundur kebelakang. Siapa tahu apa yang kemudian terjadi, sama sekali diluar dugaannya, ketika Gak In Ling menyaksikan musuhnya mundur, dengan jurus yang tak berubah ia menyusul kedepan, bahkan gerakan tubuhnya jauh lebih cepat daripada lawannya. Yap Thian Leng ketakutan setengah mati sehingga terasa sukma melayang tinggalkan raganya, walaupun ia tahu bahwa pedangnya bakal kutung lagi Jika membentur senjata lawan, akan tetapi untuk menyelamatkan diri mau tak mau terpaksa harus berbuat demikian- "Criiing Criiiiiing... " Dua kali dentingan nyaring, pedangnya kembali kutung menjadi dua bagian dan anehnya kutungan itu persis pada batas gagang pedangnya, jelas pemuda itu sengaja berbuat demikian- Dengan penuh ketakutan Yap Thian teng terdiri menjublak diatas tanah, ia menjadi gugup tak tahu apa yang mesti dilakukan-Gak In Ling tertawa dingin, katanya.
794 "Bajingan tua, engkau tak menyangka kalau menjumpai keadaan seperti ini hari bukan ?" Perlahan-lahan dia masukan kembali pedangnya kedalam saku. Paras muka Yap Thian Leng mulai berubah menjadi pucat kehijau-hijauan, mungkin rasa takut itu muncul menjelang kematiannya. Dalam pada itu kurang lebih lima puluh tombak disamping mereka berdua tiba-tiba muncul seorang Nenek tua berambut putih, ketika sorot matanya yang tajam mengenali bahwa orang yang berada dihadapannya adalab Yap Thian Leng dengan kegirangan segera teriaknya. "oooohh rupanya Ngogak Sin-Sin-kun berada disini. sudah lama aku mencari dirimu..." Yap Thian Leng merasa agak lega ketika mendengar seruan itu, ia segera berpaling akan tetapi sesudah tahu siapa yang datang, dengan perasaan kecewa pikirnya. "Aaaahh Dia adalah Tiat Bin Popo, sekarang tenaga dalam yang dimiliki Gak In Ling telah memperoleh kemajuan pesat, mungkin dengan kerja sama kami berdua masih bukan tandingannya, juga apa yang harus kulakukan sekarang.. ..,? Aaaahh Ada akal...." Tiba-tiba dari balik matanya terpancar keluar sorot mata yang amat mengerikan. Sementara itu Tiat Bin Popo telah berada kurang lebih dua puluh tombak dihadapan mereka. Gak In Ling segera tertawa dingin, katanya. "Bajingan tua, bala bantuan telah datang.." "Huuuhh Aku masih belum membutuhkan bantuannya, sambutlah seranganku ini " Sambil berkata tangan kanannya diayun ke depan, gagang pedang dengan diiringi cahaya perak laksana kilat meluncur kearah dada Gak In Liag, sementara itu tubuhnya dengan cepat lari kearah Tiat Bin Popo.
795 Mimpipun Gak In Ling tak menyangka kalau ia bakal menggunakan kutungan pedang sebagai senjata rahasia, dalam gugupnya tak sempat dirinya untuk menghindarkan, ia segera membentak keras dan dengan gerakan hujan darah angin amis ia hajar gagang pedang tersebut. pada saat yang bersamaan, kurang lebih sepuluh tombak dihadapannya tiba-tiba berkumandang pula suara benturan keras disusul seorang mendengus keras. Gak In Ling terperanjat dan segera berpaling, tampaklah Tiat Bin Popo telah roboh terkapar diatas tanah, sedangkan Yap Thian Leng entah sudah kabur kemana. Gak In Ling tertegun dan berdiri termangu-mangu, memandang tubuh Tiat Bin Popo yang terkapar diatas tanah, ia tak tahu apa yang mesti dilancarkan olehnya. Tiat Bin Popo yang berada diatas tanah dengan susah payah berusaha merangkak bangun terdengar ia bergumam seorang diri. "Yap Thian Leng, tidak seharusnya aku terialu mempercayai dirimu " "Aku lihat luka yang kau derita tidak ringan ?" seru Gak In Ling sambil maju dua langkah kedepan- Tiat Bin Popo cukup tangguh hatinya, mendengar pertanyaan tersebut ia tertawa dingin dan menjawab. "Isi perut telah hancur, tiada kesempatan untuk hidup lebih jauh." Gak In Ling merasa iba, ia maju menghampiri kedepan, Tiat Bin Popo yang tak tahu maksud pemuda itu dikiranya si anak muda itu hendak mencelakai jiwanya, dengan gusar ia membentak. "Gak In Ling, apa yang hendak kau lakukan ?" "Hendak menyelamatkan dirimu "
796 Tiat Bin Popo tertegun tiba-tiba ia tertawa bergelak. "Haaaaahb haaaahh haaaah menolong aku ?n Haaaaahh........ haaaaaahh... haaaaaah banyak urusan yang kupercayai, namun hanya dalam urusan ini aku tak dapat mempercayainya. " "Diantara kita berdua tokh tak pernah terikat hubungan musuh atau sakit hati." "Dahulu memang tidak ada " jawab Tiat Bin Popo sambil tertawa dingin. "sekarang juga tak ada " "Engkau pasti belum melupakan peristiwa diluar benteng Hui-in-cay bukan?" ujar Tiat Bin popo dengan wajah bersungguh-sungguh. "Lebih baik kita tak usah mengungkap kembali persoalan itu " Tiat Bin Popo tertawa dingin, kembali ujarnya. "Kalau aku menjadi engkau, tanpa melakukan perbuatan cabul namun difitnah orang sebagi penjahat cabul maka sekalipun badan harus hancur, aku pasti akan membalas dendam sakit hati ini, dengan tabiatmu aku percaya engkau tak akan melepaskan diriku dengan begitu saja." Gak In Ling tidak banyak bicara, ia merogoh kedalam sakunya dan ambil keluar sebuah botol kumala keCil, benda itu adalah hadiah dari Bwee Giok Siang Dewi burung hong kepadanya dikala ia terluka parah tempo hari, akan tetapi sehingga kini belum pernah dipergunakan olehnya. Dengan pandangan tawa Gak In Ling melirik sekejap kearah Tiat Bin Popo, kemudian berkata. "Ketika berada di lembah Ban-ku-kok, aku pernah menyelamatkan mereka..." Paras muka Tiat Bin Popo berubah hebat, serunya tanpa terasa.
797 "ooohh...Jadi engkau yang memberi petunjuk jalan? kesalah pahaman itu..." "Pakailah sendiri obat ini " ujar Gak In Ling sambil angsurkan botol kumala tersebut kepadanya. Tiat Bin popo menerimanya obat itu. "Kenapa engkau tidak gunakan tanganmu untuk berikan kepadaku ? Tidak takut aku gunakan terlalu banyak ?" Gak In Ling tertawa sedih. "Isi botol itu hanya sebutir, aku takut tanganku sendirilah yang beracun." "Haaaahh.- haaaahh haaaahh perduli tanganmu beracun atau tidak, perduli apa tujuan kau menolong pangcu kami, yang jelas engkau sudah menyelamatkan jiwanya, aku tahu bahwa aku pasti mati Jika dapat kumakan obat racunmU itu sehingga bisa lenyapkan rasa benci didalam hatimU, matipUn berharga.." "Sambil berkata ia membUka tutup botol itu dan mengeluarkan obat tersebut dari tempatnya. Tiba-tiba... Tiat Bin Popo nampak tertegun, tangannya yang kurus mulai gemetar keras, cahaya air mata mengembang dikelopak matanya terdengar ia bergumam seorang diri. "Pil mustika Ci-liong-cu.. Ci-Ilong-cu..." Mendengar seruan itu Gak In Ling menjadi tertegun, ia lihat didalam genggaman Tiat Bin popo terdapat dua butir pil merah darah, dalam sekejap mata ia memahami apa yang sebenarnya telah terjadi. Wajah Dewi burung hong yang cantik kembali tertera didepan mata, tak tahan ia bergumam seorang diri. "Adik siang adik siang.. engkau hanya memikirkan diriku, kenapa engkau tidak pernah memikirkan dirimu sendiri ?"
798 Tiat Bin Popo masukkan kembali dua butir pil ci-hong-cu kedalam botol kumala itu dan menutupnya kembali, kemudian dikembalikan kepada Gak In Ling, katanya. "Gak siauhiap, terimalah kembali obat ini" "Pil itu bukan racun." seru pemuda itu dengan pikiran kalut. Tiat Bin Popo tertawa sedih. "Benar, aku tahu kalau obat itu adalah racun maka sedari tadi telah kutelan." Dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya yang berkeriput, dengan perasaan minta maaf ia memandang kearah Gak In Ling lalu berkata. "Yang sudah lewat aku percaya engkau benar- benar tak akan mempersoalkan kembali.." Ketika dilihatnya paras muka Nenek itu dari pucat telah berubah menjadi kehijau-hijauan, Gak In Ling merasa amat gelisah, serunya keras keras. "Aku dengan tulus ikhlas menghadiahkan obat ini kepadamu " "Benar dan aku tahu," sahut Tiat Bin Popo sambil mengangguk, "akan tetapi obat itu adalah obat yang paling mujarab dikolong langit, banyak orang yang membutuhkan obat itu untuk melanjutkan hidup, apa gunanya obat mujarab yang begitu berharganya harus dibuang dengan sia-sia diatas tubuh seseorang yang hampir mampus?" Gak In Ling menjadi amat gelisah, buru-buru serunya. "Mungkin luka dalam yang kau derita tidak begitu parah " "Tidak, engkau keliru, menanti darah sudah mengusur keluar dari ujung bibirku itu berarti saat ajalku telah tiba, aku memahami sekali akan ilmu silat yang dimiliki Yap Thian Leng." Berbicara sampai disitu. mendadak wajahnya berkerut kencang. Gak In Ling makin terperanjat, teriaknya kerasTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 799 keras. "Cepatlah telan obat itu cepatlah telan obat itu " Air muka Tiat Bin Popo semakin mengencang, katanya. "Waktu sudah tidak banyak lagi Gak In Ling. Sekarang aku baru mengetahui bahwa engkau adalah seorang manusia berwajah dingin berhati hangat, walaupun memiliki telapak maut yang membunuh seseorang akan tetapi memiliki hati pendekar yang suci bersih dan gemar menolong orang, karena itu sebelum ajalku tiba ada satu persoalan aku hendak minta tolong kepadamu ?" "Cobalah telan sebutir lagi," desak Gak in Ling. Tiat Bin Popo gelengkan kepalanya. "Kalau begitu engkau telah mengabulkan permintaanku, cepatlah turun kebawah dan pergilah kelembah Pek-cho-kok, selamatkanlah jiwa pangcu kami, ia telah dikurung oleh orangorang- nya Dewi burung hong." "Apa ?" sero Gak In Ling dengan hati terperanjat. Napas Tiat Bin Popo mulai tersengal-sengal jalannya kembali. "Dewi burung hong berada diatas puncak pui-wi- hong dalam lembah Pek-cho-kok.jangan naik keatas puncak itu, semua kekuatan inti Thian hong-pang berada dalam lembah itu, aku... percaya engkau tak akan mengingat ingat akan dendam sakit hati dimasa lampau." Bicara sampai disini, tiba-tiba darah kental mulai mengucur keluar membasahi ujung bibir-nya. "Kau..." Gak In Ling makin terperanjat. "orang muda, kau... kau menyanggupi permintaanku bukan?" Gak In Ling tak dapat menahan rasa sedihnya lagi, dengan air muka bercucuran dia mengangguk. "Benar... benar... aku pasti akan melakukannya "
800 Dengan hati lega tiat Bin Popo tertawa, ia sandarkan tubuhnya diatas sebuah batu besar, dengan susah payah ujarnya kembali. "Dari sini menuju kelembah Pek-cho-kok hanya empat lima li, bergeraklah menuju ke Tenggara, orang muda, aku... pangcu kami ti... tidak salah memilih orang." "Beristirahatlah lebih dahulu," bisik pemuda she Gak sambil berjongkok disisi tubuhnya. Tiat Bin Popo menyusupkan botol porselin itu ketangan Gak In Ling dan menjawab. "Benar, aku aku sudah sepantasnya ber... beristirahat, lagi... lagi pula. ber... beristirahat untuk selamanya, oooh orang muda, aaaku aku hen... hendak terus-tee.. terang beritahu kepadamupaa...pangcu kami se... seetiap....... hari seelalu meriiin...dii... dirimu..." Tiba-tiba kepalanya terkulai dan nenek tua itu menghembuskan napasnya yang terakhir. Selama hidupnya ia menderita kesepian, hatinya selalu diliputi kebencian terhadap semua kejahatan, sungguh tak nyana pada akhirnya bukan mati ditangan musuh besar, sebaliknya menemukan ajalnya ditangan seorang manusia durjana yang di anggap sebagai seorang pendekar sejati. Dengan kaku Gak In Ling memperhatikan wajah mayat itu beberapa saat lamanya ia tidak menangis, hanya bergumam dengan air mata jatuh bercucuran- "Setiap manusia paling akan melewati jalan ini, akan tetapi tidak sepantasnya kalau saat keberangkatannya ditentukan oleh orang lain, popo beristirahatlah dengan hati tenang, aku tak akan melepaskan dirinya dengan begitu saja.." Gak In Ling mencari sebuah gua batu kecil dan meletakan jenazah Tiat Bin Popo di dalam gua tadi kemudian dengan batu besar menyumbat mulut gua tersebut, diluar diberi tanda
801 kemudian dia baru berangkat menuju kearah Tenggara. Lima enam li bukan suatu jarak yang terlalu jauh bagi Gak In Ling, tidak selang sepertanak nasi kemudian ia sudah mencapai tempat tersebut. Tidak jauh berlarian, dari depan mata muncullah sebuah bukit tinggi yang berwarna hijau segar, sekelilingnya merupakan bukit bersusun-susun yang penuh ditumbuhi pohon siong. Gak In Ling berlari menuju kedepan bukit tersebut sesudah berpikir sebentar pikirnya. "Adik Siang rupanya adalah seorang manusia yang lain dimulut lain di hati, bukankan secara terang-terangan Ia telah menyanggupi permintaanku agar tidak melakukan penjajahan lagi terhadap wilayah persilatan didaratan tionggoan, sekarang mengapa ia kurung Thian Hong pangcu beserta para anak buahnya ditempat ini? Jika aku langsung menyerbu kedalam lembah, suatu pertempuran sengit pasti akan berkobar, sudahlah Lebih baik aku mendaki keatas cu-wi-hong lebih dahulu " Sesudah ambil keputusan, Ia siap melanjutkan perjalanannya. Mendadak dari arah belakang berkumandang datang suara seruan yang sangat menyeramkan. "Keparat cilik, ternyata engkau belum mampus " Meskipun suaranya tidak begitu keras, namun Cukup menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya . Gak In Ling amat terperanjat, namun ia tidak memberikan sesuatu reaksi apapun juga , lama sekali perlahan-lahan Ia baruputar badan. Kurang lebih dua tombak dihadapan-nya, berdirilah seorang perempuan Cantik berusia setengah umur dengan wajah ketus dan dingin. Begitu mengetahui siapakah yang berada
802 dihadapannya, sekali lagi si anak muda itu merasa terperanjat. "oooohh engkau ?" serunya. Perempuan cantik berusia tengah umur itu tertawa dingin. "Heeeeehh heeehh... heeeeehh... aku mengira engkau sudah mampus dibawah tebing Wan-ciu-gay." Ternyata Perempuan cantik berusia setengah umur itu bukan lain adalah gurunya Dewi burung hong atau Bwee Giok Siang. dalam hati Gak In Ling merasa amat gelisah, namun mau tak mau dia harus keraskan hati untuk menghadapi kenyataan didepan mata, dengan tawar ia menjawab. "Sungguh beruntung Boanpwee tidak sampai mampus, bahkan racun keji yang mengidap dalam tubuhku juga berhasil dipunahkan." "Engkau hendak pergi kemana ?" tegur Perempuan cantik itu dengan suara menyeramkan. "Mencari murid cianpwee " Mendengar jawaban tersebut, tiba-tiba dari balik mata Perempuan cantik itu memancar keluar sorot mata yang mengerikan, Ia segera membentak keras. "Budak itu telah menghianati diriku dan sekarang aku sedang mendidik dirinya agar bertobat. Hmm Engkau hendak mengusik ketenangannya lagi ? Engkau anggap aku bisa dipermainkan dengan gampang ?" Tertegun hati Gak In Ling mendengar ucapan tersebut, dengan gelisah serunya. "Bagaimana caranya cianpwee mendidik adik Siang ?" "Aku mengatakan engkau telah mampus bahkan membawa dirinya pergi ketempat kejadian, untuk membuktikan kebenaran ucapanku, aku telah menangkap beberapa orang
803 murid perguruan rahasia dan menyuruh mereka menerangkan sendiri, setelah mendengar kesemuanya itu dia baru percaya." "Kemudian cianpwee suruh dia membawa anak buahnya untuk menyusahkan kaum persilatan didaratan tionggoan- ?" "Hmm Kenapa aku mesti banyak bicara ? Karena mencintai dirimu timbullah rasa bencinya terhadap umat persilatan didaratan Tionggoan, dia sendiri juga yang mengambil keputusan hendak bikin.keonaran diseluruh kolong langit." "Lalu kenapa cianpwee mengatakan sedang mendidik dirinya ?" "Karena ia telah berjanji sendiri kepadaku setelah bikin keonaran dalam dUnia persilatan dan menangkap pemimpin perguruan rahasia dari Tibet untuk bersembahyang dihadapan arwahmu, selanjutnya dia akan mengundurkan diri dari keramaian dunia dan menjadi pendeta." "ooohh adik Siang," pikir Gak In Ling didalam hati dengan perasaan kasihan, "rasa cintamu terlalu mendalam..." Berpikir sampai disini dia segera bertanya, "Perbuatannya ini tokh tak bisa dihitung Sebagai suatu penghianatan terhadap diri cianpwee" "Siapa bilang bukan suatu penghianatan? Aku suruh dia menguasai seluruh kolong langit dan berganti dengan dandanan lama, akan tetapi ia tidak mau menuruti perkataanku." "Berganti dengan dandanan lama ?" Dengan gemas perempuan cantik itu berseru. "Sejak ia mendengar akan kematianmu, ia mengatakan bahwa dia telah menjadi isterimu, seharian penuh ia selalu berkabung, aku ogah dan muak melihat dandanannya itu, dan suruh dia ganti pakaian tetapi dia tidak mau menuruti perkataanku, bukankah ini termasuk suatu penghianatan ?"
804 Makin mendengar Gak In Ling merasa hatinya semakin sakit, dengan perasaan tidak tenang tanyanya. "Bagaimana caranya cianpwee mendidik dirinya ?" "Pertama kali aku mengurung dirinya, kemudian kupimpin sendiri suatu pengepungan atas Thian Hong pangcu beserta anak buahnya dalam lembah Pek-cho-kok. kunasehati dirinya Sedikit demi sedikit, akan tetapi ia tak sudi mendengarkan nasehatku. dalam gusarnya aku telah menghajar dirinya sehingga menderita luka parah." "Luka parah ?" teriak Gak In Ling dengan paras muka berubah hebat. "Tetapi aku tahu kalau dia mempunya obat ci-liong-cu, ia tidak bakal mampus karena lukanya itu." Mendengar perkataan itu hampir saja Gak In Ling merasakan jantungnya berhenti berdetak, tanpa banyak bicara lagi dia segera putar badan dan lari menuju keatas puncak. Siapa tahu baru saja ia putar badan, tahu-tahu perempuan cantik itu telah menghadang dihadapannya dengan sorot mata memancarkan napsu membunuh yang sangat tebal. "Keparat cilik, engkau hendak pergi kemana ?" tegurnya. "Menolong adik siang " "Hmm Engkau masih belum berhak untuk berbuat demikian." Gak In Ling merasakan hatinya sangat kalut, ia tidak mau ambil perduli apa yang bakal terjadi terhadap dirinya, kembali dia berseru. "Murid cianpwee telah menghadiahkan obat ci-liong-cu tersebut kepadaku, maka dari itu...." "Apa ? Dia telah berani menghadiahkan obat mustika itu kepada orang lain ? Hm Dasar memang ingin mampus "
805 Gak In Ling ambil keluar obat ci-liong-cu tersebut dari sakunya kemudian-diangsurkan kedepan, katanya. "Boleh saja kalau engkau melarang aku naik ke atas puncak. asal cianpwee bersedia membawa obat ini untuk diberikan kepadanya. Perempuan cantik itu tertawa dingin. "Ia telah menghadiahkan obat itu kepadamu, aku segan untuk merampasnya kembali dari tangan seorang angkatan muda, kalau engkau masih tahu diri cepat-cepatlah berlalu dari sini, kalau tidak jangan salahkan kalau aku hendak hajar mampus dirimu ditempat ini juga ." Gak In Ling semakin gelisah, tak tahan lagi dia membentak keras. "cianpwee, aku harap engkau jangan terlalu mendesak diriku sehingga kelewat batas" Perempuan cantik itu tertegun, kemudian tertawa terbahakbahak. "Haaaaa...... haaaaaahh.. ..... haaaaahh... apakah kau hendak adu kepandaian dengan aku?" "Aku menyadari bahwa ilmu silat yang kumiliki masih bukan tandingan cianpwee " "Kalau tahu begitu, cepat enyahlah dari sini " "Tidak Aku hendak menghantarkan obat ini untuk adik Siang." "Engkau yakin dapat melaksanakan rencana mu itu ?" Mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya Gak In Ling. pikirnya didalam hati. "Ditinjau dari kemampuannya yang dimilikinya pada saat itu, meskipun pada saat ini segenap kekuatan tubuhku telah pulih, rasanya belum tentu mampu bergebrak sebanyak beberapa jurus dengan dirinya, apa salahnya kalau aku menipu dirinya kemudian menyusup dari dalam hutan dan menghantarkan obat ini buat adik Siang ?"
806 Setelah mengambil keputusan tiba-tiba katanya. "Terima kasih atas bantuan dari saudara itu." Sambil berseru matanya menatap tajam tubuh di bagian belakang dari perempuan cantik itu. Satu ingatan berkelebat dalam benak perempuan cantik itu, ia ganti berpikir. "Bocah ini tersohor karena kecerdasannya melampaui orang lain, karena paras mukanya begitu tenang dan mantap ?" Meskipun demikian, ia pura-pura tidak tahu dan berpaling kearah belakang. Menyaksikan siasatnya termakan, Gak In Ling merasa amat kegirangan, ia tidak berani berayal lagi, kakinya menjejak tanah dan segera menyusup masuk kedalam hutan- Siapa tahu baru saja ia tiba di tepi hutan, mendadak dari balik pepohonan berjalan keluar seorang perempuan, dan dia bukan lain adalah suhunya Dewi burung hong, ditinjau dari sikapnya yang begitu tenang,jelas perempuan itu sudah tiba berapa saat lamanya disana. Terpaksa Gak In Ling menghentikan gerak tubuhnya, didalam hati ia berpikir. "Dari sana sehingga tiba disini paling sedikit ada empat lima puluh tombak jauhnya, ternyata ia dapat tiba disini lebih dahulu tanpa sepengetahuan diriku, nampaknya tenaga dalam yang kumiliki masih selisih jauh kalau dibandingkan dengan dirinya." "Gak In Ling, permainan setan apa lagi yang hendak kau perlihatkan dihadapanku?" ejek perempuan cantik itu dengan suara dingin. "Aku tahu bahwa kepandaianku masih selisih jauh kalau dibandingkan dengan kepandaian yang cianpwee miliki..."
807 "Kalau begitu cepat enyah dari sini " Gak In Ling gelengkan kepalanya berulang kali. "Sebelum bertemu dengan adik Siang, aku tidak akan berlalu dari sini." Sesudah berhenti sebentar, lanjutnya. "Adik siang adalah satu-satunya murid cianpwee, apakah cianpwee hendak membiarkan dia mampus tanpa ditolong ?" Perempuan cantik itu tertawa dingin- "Apakah engkau hendak menolong dirinya?" Dia balik bertanya. "Sedikitpun tidak salah " "Engkau mampu untuk melewati penghadangan dari diriku ?" "Boanpwee rela berangkat kealam baka selangkah lebih dahuluan dari pada adik Siang." Perempuan cantik itu kembali tertawa dingin. "Sebenarnya dia itu apamu ? Kenapa engkau bersedia berkorban dengan dirinya ?" "Dia adalah isteri kesayanganku " Mendengar jawaban tersebut, perempuan cantik itu mendadak menengadah keatas dan tertawa terbahak-bahak^ "Haaaaahh. haaaahh haaaaahh... bagus, bagus, aku akan mewujudkan atas keinginan kalian berdua." Setelah berhenti sebentar, sambUngnya lebih jauh. "Sekarang aku akan mengajukan dua jalan kepadamu, terserah engkau hendak pilih yang mana?" "Sebelum aku berhasil bertemu dengan adik Siang, tidak nanti kuturuni bukit ini " seru Gak In Ling menegaskan. "Jalan pertama lewatlah penghadangan dari diriku ini, mari kita bertempur secara adil dan masing-masing menggunakan
808 segenap kepandaian yang dimilikinya, sebelum salah seorang mampus pertarungan tak boleh dihentikan." "Jalan yang kedua ?" tanya Gak In Ling sambil gelengkan kepalanya. "Menyambut tigapuluh pukulanku dangan kekerasan " Mendengar usul itu Gak In Ling berpikir dengan hati sedih. "Bila tiga puluh pukulan itu dilancarkan dengan sepenuh tenaga, bukankah nyawaku bakal melayang ?" Beberapa saat lamanya ia termenung dan berpikir keras, tak sepatah kata pun sanggup diutarakan keluar. Menyaksikan keadaan si anak muda itu, nafsu membunuh memancar keluar dari balik mata perempuan cantik tersebut, akan tetapi diluaran ia tertawa dan berkata. "Andaikata engkau merasa tidak mampu untuk mempertahankan diri, sekarang masih ada kesempatan bagimu untuk mengundurkan diri." Diam-diam Gak In Ling menggertak gigi keras- keras, dengan tegas jawabnya. "Aku bersedia untuk menyambut tiga buah pukulan dari cianpwee dengan kekerasan." "Engkau yakin bisa menerima pukulanku tanpa mampus ?" ejek perempuan cantik itu sambil tertawa dingin. Gak In Ling gelengkan kepalanya berulang kali. "Hal ini tidak mungkin terjadi, aku hanya berharap bisa mempertahankan hidupku selama setengah jam dan bertemu dengan adik Siang lebih dahulu untuk terakhir kalinya." "Agar dia selalu terkenang akan dirimu ?" "Tidak, akan kusuruh dirinya untuk mencari kekasih lain-"
809 "Sungguh tebal rasa cinta bocah ini, pilihan anak siang ternyata tidak keliru," pikir perempuan cantik itu dalam hati kecilnya dengan perasaan girang. Dengan suara ketus ia segera berseru. "Engkau telah mempersiapkan diri baik-baik." "cianpwee silahkan turun tangan " "Sambutlah seranganku ini " seru perempuan cantik itu sambil ayunkan telapaknya ke depan. Segulung angin pukulan yang maha dahsyat dengan cepat menekan keatas dadanya. Sewaktu berada diatas tebing Wanciu- gay, si anak muda ini pernah merasakan kelihayan dari ilmu silat orang ini, ia tidak berani berayal lagi, seluruh perhatiannya dipusatkan kcdepan, dengan sepenuh tenaga dia balas lancarkan sebuah pukulan kedepan diikuti ia mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya untuk setiap saat berusaha mundur kebelakang dan mengurangi daya tekanan diatas dadanya. "Ploookk " Ditengah benturan keras terdengar Gak In Ling mendengus berat. Pasir dan debu beterbangan diangkasa, ditengah pusaran angin kencang tubuh Gak In Ling secara beruntun terdorong mundur sejauh lima enam langkah kebelakang namun akhirnya tak mampu menguasai diri dan roboh terjengkang diatas tanah, dadanya terasa sesak dan sepasang lengannya linu kaku sukar diangkat, ia sadar bahwa isi perutnya telah teriuka. Perempuan cantik itu sendiri diam-diam merasa terperanjat juga setelah menyaksikan keadaan pemuda lawannya, dalam hati ia berpikir. "Sungguh tak kusangka tenaga dalam yang dimiliki bocah ini luar biasa dahsyatnya, anak Siang sendiripun paling banter hanya begitu saja."
810 Gak In Ling dengan paksakan diri mengepos tenaga lalu loncat bangun dari atas tanah hawa murninya disalurkan mengeliling seluruh badan menggerakkan kembali lengannya yang kaku kemudian ia berjalan kembali ketempat semula. "Berapa waktu yang kau butuhkan untuk beristirahat ?" ejek perempuan cantik itu dengan nada dingin. Gak In Ling tertawa tawa. "Kalau beristirahat terlalu lama cianpwee pasti tak sudi untuk menantikannya, sebaliknya kalau beristirahat terlalu pendek tiada manfaatnya bagiku, lebih baik cianpwee lanjutkan kembali seranganmu, Boanpwee telah bersiap sedia untuk menyambutnya." "Haaaaahh. haaaaahh..... haaaaah aku takut engkau tak mampu untuk menerima seranganku ini." seru perempuan itu lagi sambil tertawa dingin. "Sekalipun mati aku tidak akan menyesal " Tiba-tiba perempuan cantik itu menggertak gigi dan membentak keras. "Sambutlah kembali seranganku ini " Sepasang telapaknya didorong berbareng kedepan, segulung daya tekanan yang menyesakkan napas bergulung kedepan menekan dada lawannya dalam serangan ini nampaknya ia telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya. Gak In Ling merasa amat terperanjat menyaksikan datangnya ancaman tersebut, ia kertak gigi dan menghimpun segenap kekuatan yang dimilikinya untuk menyambut datangnya ancaman tersebut. "Blaaam.. " Benturan keras kembali bergema diangkasa, pasir dan debu yang beterbangan diangkasa nampak lebih berbahaya dan mengerikan dari pada keadaan pertama kali tadi, tiada suara dengusan berat yang terdengar hanya suara
811 tubuh yang roboh ketanah kemudian suasana pulih kembali dalam kesunyian. Dengan wajah hambar perempuan cantik itu berdandan keraton memandang tubuh Gak In Ling yang roboh terkapar diatas tanah, pikirnya didalam hati. "Sungguh tak disangka dalam keadaan terluka parah dia masih mempunyai kekuatan tenaga pukulan yang demikian dahsyatnya." Gak In Ling meronta bangun dari atas tanah, dengan susah payah ia duduk dilantai, darah segar memancar keluar dari bibirnya, bisa dibayangkan betapa parahnya luka dalam yang dia derita. Sambil menahan rasa kasihan didalam hatinya, perempuan cantik itu mengejek dengan suara dingin. "Gak In Ling, berapa pukulan lagi yang mampu kau terima ?" "Gak In Ling loncat bangun dari atas tanah sesudah mengepos tenaga ia maju beberapa langkah kedepanjawabnya. "cianpwee, perjanjian kita adalah tiga buah pukulan, kini tinggal sebuah pukulan lagi, kenapa cianpwee mengatakan masih ada beberapa buah pukulan lagi ?" "Maksudku adalah setengah pukulan atau satu pukulan ? Aku rasa sebuah pukulanpun engkau sudah tak mampu untuk menyambutnya kembali." "Kita tokh sudah berjanji masih ada sebuah pukulan lagi, akan aku sambut pukulan yang terakhir ini." "Engkau yakin mampu untuk menerimanya pukulanku ?" "Sudah boanpwe katakan, sekalipun aku harus mati diatas puncak cui-wi-hong, hatiku tak akan merasa menyesal, kenapa cianpwee mesti banyak bertanya lagi ?"
812 Perempuan cantik itu sama sekali tidak menjadi gusar, ia tertawa dan menjawab. "Gak In Ling, engkau benar-benar, sedikit tak tahu diri " "Apa sih yang dimaksud tak tahu diri ?" "Kalau engkau tahu diri maka sudah sepantasnya kalau menggunakan kesempatan yang ada untuk melarikan diri, aku tohk sudah mengatakan bahwa kedua biji obat ci-liong-cu tersebut kuhadiahkan padamu, meskipUn luka dalam yang kau derita pada saat ini sangat para namun masih gampang untuk menyembuhkannya kembali, Jika engkau bersikeras hendak naik keatas, aku takut engkau benar-benar akan berangkat keakhirat selangkah lebih dahulu dari anak Siang " "Hmm cianpwee anggap aku adalah seorang manusia yang takut menghadapi kematian ?" "Mati hidup memang tiada suatu yang perlu digembirakan atau ditakuti akan tetapi kematian ada yang berat bagaikan gunung Tay-san, ada pula yang ringan bagaikan kapas, kalau engkau mati dengan Cara begini aku rasa kematianmu itu ringan bagaikan kapas." "Haaaahh haaaahh haaaaahh... ringan bagaikankan kapas ?" seru Gak In Ling sambil tertawa bergelak^ "aku rasa pendapat cianpwee keliru besar, sebagai suami isteri sudah sepantasnya kalau sehidup semati, sekarang aku harus menyaksikan sang isteri menghadapi kematian tanpa menolong, apa harganya aku hidup dikolong langit ?" "Kalau engkau sama sekali tidak mencintai dirinya, bukankah engkau mati lantaran sepatah kata belaka ?" "Justru kenyataannya merupakan kebalikan dari ucapanmu itu, aku sangat mencintai dirinya." "Jadi engkau telah ambil keputusan untuk memilih jalan kematian ?" Gak In Ling tertawa angkuh.
813 "Silahkan cianpwee turun tangan, meskipun boanpwse tahu bahwa didalam serangan ini lebih banyak kematian daripada kehidupan bagiku, akan tetapi aku tak sudi bekerja kepalang tanggung, meskipun mati juga tak akan menyesaL" Ia tarik napas panjang-panjang, sambil mengepos sisa tenaga yang dimilikinya, ia siap menantikan serangan terakhir dari perempuan cantik berdandan keraton itu. Melihat keteguhan iman pemuda itu, dalam hati kecilnya perempuan cantik itu merasa sangat girang, pikirnya. "Sungguh tak kusangka dikolong langit masih ada orang yang berwatak seperti ini, bagaimanapun juga anak Siang tidak salah memilih, baiklah. Dalam serangan yang terakhir ini aku akan melancarkan pukulan tangan kosong agar mereka Suami isteri dapat berjumpa muka " Ingatan tersebut berkelebat lewat dalam sekejap mata, diluaran ia sengaja tertawa dingin dan berkata. "Baiklah, aku akan mewujudkan apa yang kau inginkan, sambutlah seranganku ini " Telapaknya segera diayunkan kedepan, hanya kali ini dia cuma menggunakan empat bagian tenaga pukulan belaka. Gak In Ling pejamkan matanya rapat-rapat sepasang telapaknya didorong kedepan untuk menerima datangnya pukulan tersebut. "Blaaaamm... " Gak In Ling tak mampu mempertahankan diri lagi, tubuhnya tergetar mundur tujuh langkah kebelakang, darah segar memancar keluar dari mulutnya, tubuhnya gontai dan hampir saja roboh terjengkang keatas tanah. Meskipun dalam serangannya ini perempuan cantik tersebut hanya menggunakan empat bagian tenaga dalam, akan tetapi bagi Gak In Ling yang terluka parah serangan tersebut boleh dikatakan cukup berat. Perempuan cantik itu
814 berpikir didalam hatinya. "Aaaahh.... terlalu berat seranganku kali ini " Diluaran ia sama sekali tidak menampilkan perasaan hatinya itu, dengan dingin ia hanya berseru. "Pergilah..." "Terima kasih atas kebaikan hati cianpwee untuk mengampuni jiwaku " kata Gak In Ling setelah melirik sekejap kearah lawannya dengan pandangan kaku. "Heeeehh....... heeeeehh , heeeehh.. sungguh tak kusangka engkau Gak In Ling dapat berterima kasih kepada orang lain " -oo0dw0oo0 Jilid 24 "INILAH untuk pertama kalinya, dan mungkin untuk terakhir kalinya" Periahan-lahan ia putar badan dan selangkah demi sSiangkah berjalan naik ke atas puncak, gerakan tubuhnya begitupayah sehingga memilukan hati siapapun juga memandang. Sambil menatap bayangan punggung Gak In Ling yang mulai menghilang dari penglihatan, perempuan cantik itu bergumam seorang diri. "Aku telah serahkan anak Siang kepadamu, mulai sekarang aku tak akan memerintahkan dirinya untuk menjagoi dunia persilatan lagi. Aaaai, anak perempuan bagaimanapun juga engkau tetap anak perempuan sudah sepantasnya kalau dia kembali pada pasangannya." Baru saja perempuan cantik itu menyelesaikan katakatanya, mendadak dan arah belakang berkumandang suara seorang yang begitu lembut. "Adik Hong, apakah engkau merasakan kerugian yang kau derita terlalu besar?"
815 Sikap dingin dan ketus seketika lenyap dari wajah perempuan cantik itu dengan sedih "Engko Ling, kembali engkau menyindir diriku " Perlahan-lahan ia putar badan, kurang lebih dua depa dihadapannya berdirilah seorang sastrawan berusia kira-kira setengah umur. Jawabnya. "Adik Hong engkau jangan salah paham." terdengar sasterawan itu berseru dengan hati kaget, "aku tidak maksud untuk menyindir dirimu." "coba lihat tampangmu yang serius dan tegang...." "Adik Hong, engkau benar-benar tidak salah paham ?" "Kita adalah orang yang telah lanjut usia. Engkau anggap aku masih mengumbar watakku semasa muda ? Aaaaii Aku teringat dimasa lampau, hanya dikarenakan urusan keCil kita harus menyia-nyiakan waktu selama tiga puluh tahun dengan percuma, tiga puluh tahun bukan suatu saat yang pendek " Titik air mata jatuh berlinang membasah pipinya, sambil jatuhkan diri kedalam pelukan sasterawan tersebut, bisiknya dengan setengah berbisik. "Engko Ling, engkau tak akan meninggalkan diriku lagi bukan ?" Sasterawan burusia setengah umur itu tidak menjawab, ia merangkul perempuan cantik itu erat-erat, bibirnya dengan cepat menempel diatas bibir lawannya yang kecil mungil dan mencium dengan penuh kemesraan- Perempuan cantik itu meronta sebentar tetapi segera berhenti dan membiarkan dirinya dicium, bahkan tangannya membalas merangkul sasterawan tersebut. Inilah ciuman pertama bagi mereka, ciuman yang telah saling dinantikan oleh kedua belah pihak hampir tiga puluh tahun lamanya.
816 Kesalahpahaman yang terjadi antara seorang perempuan iblis pembunuh manusia dengan pendekar sejati pembela keadilan yang terjadi pada tiga puluh tahun berselang lenyap tak berbekas dalam ciuman tersebut. Lama... lama sekali perempuan cantik itu baru saja melepaskan diri dari ciuman kekasihnya, sambil bersandar ditubuh sastrawan itu bisiknya dengan lembut. "Engko Ling, sejak kini kita akan pergi ke mana ?" "Terserah pada kemauanmu " "Tentu saja engkau yang harus menentukan " "Engkau menurut ?" "Kapan sih aku mengatakan kalau tidak menuruti perkataanmu ?" Dengan penuh kasih sayang sastrawan itu membelai tubuh kekasihnya, lalu berkata. "Persoalan dimasa lampau lebih baik usah di bicarakan lagi, sewaktu berada ditebing wan-ciu gay tempo hari bila aku tidak lari dengan cepat mungkin nyawaku sudah kabur dtujung telapakmu begitu masa dibilang penurut ?" "Aku tokh tidak bermaksud untuk membinasakan dirimu ?" "Sejak pelajaran yang kuterima tempo hari aku belum berani mempercayai seratus persen-" Tiba-tiba perempuan cantik itu menghela napas sedih, katanya. "Aaaaii mungkinkah engkau masih mengingat-ingat kejadian dimasa lampau ?" suaranya amat sedih. Sastrawan berusia setengah umur itu menjadi amat terperanjat buru-buru jawabnya. "Aaaaaaa, tidak. aku cuma bergurau saja "
817 Habis berkata kembali dia cium pipi perempuan cantik tersebut. Perempuan cantik itu segera meronta-ronta dan melepaskan diri dari pelukannya, ia berseru manja. "Hmm engkau jahat, aku tak mau " kelincahannya tidak kalah dengan seorang gadis berusia dua puluh tahunan- "Sudah, sudahlah mari kita lihat bagaimana keadaan dari Gak In Ling." ia tarik tangan kekasihnya dan bergerak menuju ke dalam hutan. "Engkau sangat menaruh perhatian terhadap dirinya " bisik perempuan cantik itu sambil bersandar dalam pelukan sastrawan itu, "Benar, entah kenapa aku merasa punya jodoh dengan bocah itu, ketika aku melihat ia sedang menerima pukulan dari Ngo-gak Sin-kun dengan nekad sewaktu berada dibenteng Hul-in-cay tempo hari hampir saja aku akan mUnculkan diri untuk membantu dirinya " "Kemudian apakah engkau telah munculkan diri ?" "Tidak, aku hanya berkata kepadanya bahwa dalam tubuhnya mengidap sejenis racun, sebelum tenaga dalamnya pulih harus berpikir panjang, ternyata ia menurut sekali." Sambil berkata mereka sudah memasuki ke dalam hutan- Sementara itu Gak In Ling sepeninggalnya dari tempat pertarungan melawan perempuan cantik itu, ia segera berangkat menuju keatas puncak bukit, apa yang dipikirkan olehnya pada saat ini hanyalah bagaimana secepatnya bertemu dengan Dewi burung hong, sebelum ajalnya tiba ia harus serahkan obat ci-liong-cu itu kepada gadis tersebut. Dengan sempoyongan dan susah payah Gak In Ling mendaki keatas bukit, entah beberapa kali ia harus jatuh tersungkur keatas- tanah namun ia berjuang dan berusaha terus untuk mendaki keatas.
818 Setelah bersusah payah akhirnya ia berhasil keluar dari hutan siong dan tiba disebuah lapangan rumput yang luas. Gak In Ling menghela napas panjang, memandang sang surya yang telah tenggelam dibalik bukit tanpa terasa ia bergumam seorang diri. "Hanya beberapa li lagi, sangat dekat, entah beberapa lama aku harus menempuhnya ?" Baru saja ia hendak meneruskan langkahnya tiba-tiba dariarah belakang berkumandang datang suara benturan keras. "Hey keparat kecil, engkau hendak pergi kemana ?" Dari hadapan mukanya loncat turun dua orang manusia aneh berdada bidang dan wajah penuh keriputan. Gak In Ling tertegun, kemudian sambil tertawa tawa tegurnya. "Apakah kalian berdua adalah anak murid dari Dewi burung hong ?" "Katakan saja apa maksud dan tujuanmu datang kemari " tukas dua orang pria itu dengan ketus. "Aku datang untuk berjUmpa dengan Siancu " Pria sebelah kanan dengan pandangan sinis memperhatikan rambut Gak In Ling yang kusUt, paras mukanya yang pucat dan noda darah di ujung bibirnya, dengan perasaan tak percaya ia tertawa dingin dan berseru. "Hmm Kenapa engkau tidak bercermin dahulu, dengan tampang semacam itu engkau hendak bertemu dengan pangcu kami." "Pangcu ?" seru Gak In Ling tertegun, "sedari kapan ia telah menjadi pangcu ?" Pria yang berada disamping kiri tertawa dingin, jawabnya.
819 "Bukankah engkau hendak bertemu dengan pangcu kami ? Ayo berangkat " "Harap kalian berdua jalan didepan " "Haaaaahh haaaaahh haaaahh tentu saja, bukan saja kami akan membawa jalan bahkan akan menggotong dirimu " Dari nada ucapannya yang tidak bersahabat Gak ln Ling tahu bahwa mereka tidak bermaksud baik, sambil tertawa dingin segera ujarnya. "Aku tak berani merepotkan kalian untuk menggotong diriku," Sambil berseru ia lanjutkan perjalanannya kedepan- Baru saja beberapa langkah ia maju, dari arah belakang berkumandang suara benturan keras. "Roboh kamu " Dua gulung angin pukulan yarg maha dahsyat dengan telak bersarang diatas jalan darah cian-keng-hiat dibahu oleh si anak muda itu membuat ia kehilangan daya pertahanan tubuhnya. Pria yang ada disebelah kiri segera berseru kearah dalam hutan- Dari dalam hutan muncul empat orang pria kekar berusia tiga puluh tahunan, tanpa banyak bicara mereka gotong Gak In Ling menuju keatas puncak. Tidak selang beberapa saat kemudian sampailah mereka didepan sebuah gua batu, didepan gua berdiri pula dua orang gadis berkain Cadar melakukan penjagaan. Empat orang pria kekar tadi segera meletakkan tubuh Gak In Ling diatas tanah, salah satu diantaranya memberi hormat dan berkata. "Nona berdua harap memberi kabar kepada pangcu, bahwa kami berhaSil menawan seorang mata- mata."
820 "Kalian tunggu sebentar " Tidak selang beberapa saat kemudian dari dalam gua berjalan keluar empat orang dayang cilik, diikuti Bwee Giok Siang dengan pa kaian berkabung... "Di mana orangnya ?" terdengar gadis itu membentak. "Inilah orangnya " Ke empat pria itu buru-buru menjatuhkan diri berlutut diatas tanah. Dewi burung hong alihkan sorot matanya, iba-tiba ia menjerit kaget. "Aaaahh dia ?" Untuk beberapa saat lamanya ia berdiri tertegun dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Terhadap perubahan sikap Dewi burung hong yang tibatiba ini, semua orang merasa amat terperanjat, siapapun tak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Tiba-tiba Dewi burung hong berseru keras dengan nyaring. "Oooohh , Engko Ling, siapa siapa yang telah-menghajar dirimu hingga jadi begini, siapa? Beritahukan kepadaku beritahu padaku." Ia lari keluar dari gua, memeluk pemuda itu erat-erat dan membebaskan jalan darahnya yang tertotok. Gak In Ling tarik napas panjang-panjang, dengan tawa ia menegur. "Adik Siang, engkau tidak terluka ??" "Tidak, aku tak pernah teriuka." Gak In Ling merasa amat terharu ketika menyaksikan gadis itu memakai pakaian berkabung, ia belai rambut gadis itu dengan penuh kasih sayang, lalu berkata dengan suara berat. "Kenapa engkau memakai pakaian semacam ini? Aaai. ..."
821 "Suhu mengatakan bahwa engkau telah mati," sahut dewi burung hong sambil menangis terisak. Gak In Ling gelengkan kepalanya, dengan sedih ia tertawa. "Tempo dulu aku pura pura mati tapi sekarang mungkin aku akan mati sungguhan." Sementara berbicara, darah mulai mengalir keluar dari bibirnya, darah kental yang bercampur dengan gumpalan hitam. Dewi burung hong merasa amat gelisah. ia menyeka bibir pemuda itu dan menghibur. "Tidak mungkin-.. selamanya tidak mungkin, tegakah engkau tinggalkan diriku ? oooohh engko Ling " "Adik siang aku aku tidak ingin tinggalkan dirimu, se.... sebab, sebab engkau adalah isteriku." Suaranya makin lama makin lirih dan lemah, akhirnya pemuda itu berhenti berbicara. Bwee Giok siang menjadi amat gelisah sehingga kelabakan setengah mati, ia tak tahu apa yang mesti dilakukan kecuali menangis. pada saat itulah serentetan suara bislkan yang nyaring berkumandang disisi telinga gadis itu. "Anak siang, dalam tubuhnya terdapat dua biji pil ci-liongcu, cepat berikan kepadanya, kalau terlambat jiwanya tak dapat diselamatkan." Bwee Giok siang tidak ambil peduli suara itu berasal dari mana, ia bopong tubuh pemuda itu dan lari masuk kedalam gua. Empat orang dayang serta para pria lainnya dibikin melongo dan tertegun, mereka tak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi.
822 Dalam gua merupakan sebuah ruangan batu yang kecil tapi bersih dan penuh bau harum-haruman, luas ruangan hanya tujuh delapan tombak, disudut sebelah kanan terdapat sebuah pembaringan dengan kelambu dan seprei yang bersih dan disisi pembaringan terdapat sebuah meja batu yang tingginya tiga depa, pada saat itu seorang gadis cantik berbareng disamping meja tersebut dari napasnya yang teratur dapat diketahui bahwa ia sudah tertidur pulas .... Pembaringan bergerak. perlahan-lahan Gak in Ling membuka matanya kembali, ia pegang pipinya dengan kaku dan bergumam seorang diri. "Jangan-jangan aku belum mati..." Sorot matanya beralih kearah lain- ia melihat Dewi burung hong yang tertidur pulas, sekarang ia yakin bahwa dirinya masih hidup dikolong langit. Ketika tangannya merogoh kedalam saku, botol berisi ciliong- cu telah lenyap. menanti ia mengatur pernapasan terasa darah berjalan lancar bahkan tenaga dalamnya telah memperoleh kemajuan yang pesat. Dengan perasaan berterima kasih ia melirik sekejap kearah Dewi burung hong, gumamnya. "Dia pasti lelah sekali " Gak in Ling menyapu sekejap sekeliling ruangan itu, kecuali Dewi burung hong, ia tidak melihat orang lain, sadarlah pemuda itu bahwa selama ini dialah yang telah merawat dirinya. Perlahan-lahan Gak in Ling merangkak bangun, setelah membereskan pakaiannya ia turun dan menyelimuti tubuh gadis itu dengan selimut. Meskipun Bwee Giok Siang lelah sekali, namun sebagai gadis yang berkepandaian tinggi tentu saja ia akan merasa bila ada orang menyentuh tubuhnya, akan tetapi kali ini ia tidak memberikan reaksi apapun.
823 Gak In Ling mengira gadis itu terlalu lelah, tanpa berpikir panjang ia bopong tubuhnya dan membaringkan diatas pembaringan. Bwee Giok Siang tetap tak bergerak. namun dalam hati ia merasa hangat dan gembira. Setelah membaringkan tubuhnya, Gak in Ling melepaskan sepatunya dan menutupi badannya dengan selimut kemudian sambil menghembus napas panjang ia awasi paras mukanya yang menawan hati. Pipinya yang merah nampak agak pucat, ini membuktikan betapa risaunya perasaan hati gadis itu selama ini. Makin memandang Gak in Ling merasa makin cinta, ia tak tahan lagi ia membungkukkan badannya dan menciumi bibirnya yang kecil mungiL Sejak Gak in Ling menyelimuti tubuhnya, Dewi burung hong telah mendusin dari tidurnya, akan tetapi ia tak berkutik sama sekali karena ingin tahu apa yang hendak dilakukan oleh kekasihnya. Tetapi sekarang ia tak kuat menahan diri lagi, sambil berseru lirih ia peluk tubuh pemuda itu dan menjulurkan lidahnya kedalam bibir Gak In Ling. Waktu berialu ditengah kesunyian, kedua belah pihak dapat mendengar detak jantung lawannya, rasa rindu selama ini terbayar lunas oleh ciuman mesra tersebut. Lama lama sekali akhirnya Gak In Ling melepaskan bibir gadis itu sambil berkata dengan suara lembut. "Adik Siang, selama beberapa hari ini engkau pasti lelah sekali bukan ?" "Berbaringlah disini." bisik gadis itu manja, "ada banyak persoalan yang hendak kukatakan kepadamu." "Ini..?"
824 "Mereka tak akan masuk kemari, aku telah berpesan sebelum mendapat panggilan siapapun dilarang masuk." Akan tetapi Gak In Ling masih tetap tak tenang, ujarnya. "Adik siang..." Paras muka Dewi burung hong berubah hebat, dengan sedih ia berkata. "Kita tokh sudah menjadi suami isteri, apa yang kau ragukan lagi ? Apakah engkau..." Gak In Ling tahu bahwa gadis itu salah paham, buru-buru ia melepaskan sepatu dan berbaring disisinya. "Adik Siang, jangan berpikir yang bukan- bukan..." Dewi burung hong tertawa puas, ia menutupi tabuh pemuda itu dengan selimut dan bersandar dalam pelukan pemuda itu, katanya dengan manja. "Engko Ling, setelah aku mendengar berita tentang kematianmu di tebing Wan-ciu-gay dari guruku, kemudian aku merasa harus melampiaskan dahulu rasa dendam dalam hatiku, maka.." "Maka engkau hendak membalas dendam terhadap semua umat persilatan dikolong langit?" "Tapi sekarang aku tak akan berbuat begitu." Dengan penuh kasih sayang Gak In Ling memeluk gadis itu kedalam rangkulannya, ia berbisik lirih. "Adik siang, engkau sangat penurut " "Hmm Aku hanya akan mendengarkan saja, karena karena engkau adalah..." "Aku adalah apamu ? Adik siang " Merah padam selembar wajah Dewi burung hong. "Engkau jahat... aku tak mau..."
825 "ooohh.... Aku tahu sekarang, bukankah engkau adalah isteriku" Bwee Giok- Siang tertawa merdu, ia benamkan kepalanya dalam pelukan si anak muda itu, dan tidak berbicara lagi. Gak In Ling pun mulai beroperasi menggerayangi sekujur tubuhnya, kemudian melepaskan pakaiannya satu demi satu sehingga akhirnya gadis itu berada dalam keadaan telanjang bulat. Dewi burung hong tidak melawan, ia berdiam diri dan membiarkan kekasihnya berbuat sekehendak hatinya, ia hanya menanti dan menerima dengan penuh kasih sayang... Dari kesunyian suasana berubah menjadi hangat dan akhirnya mencapai pada puncaknya.. Dari kehangatan pulih kembali dalam keheningan, waktu yang dibutuhkan tidaklah terlalu lama. Dalam keletihan setelah melepaskan rasa rindu dan cinta dalam perpaduan kasih antara dua insan yang berbeda jenis, sepasang muda-mudi itu saling berpelukan dan terlelap dalam tidur yang nyenyak. Entah betapa waktu sudah lewat mendadak suara berisik diluar ruangan membangunkan mereka dari tidurnya, Bwee Giok Siang segera membereskan rambutnya yang kusut dan ingin bangun, namun Gak in Ling segera menariknya kembali. Merah padam selembar wajah Dewi burung hong, serunya manja. "Kau... kenapa sih engkau tidak mau melepaskan diriku ?" Gak In Ling mencium bibirnya dengan penuh kasih sayang, bisiknya. "Masa engkau akan mengenakan pakaian semacam itu lagi ?" Ia melirik tumpukan pakaian berkabung yang tercerai berai diatas lantai, Dewi burung hong segera tertawa.
826 "Engko Ling, engkau suka aku memakai pakaian seperti apa?" "Tentu saja yang berwarna merah menyala itu." Dewi burung hong tertawa dan segera lari menuju kepeti pakaiannya, kemudian sambil berpaling kearah Gak In Ling serunya. "Kenapa sih lihatin tubuhku terus ? Ayo berpaling kesana " Gak In Ling tertawa dan segera berpaling. Tidak selang beberapa saat kemudian, Bwee Giok Siang telah berjalan kembali serunya. "Ayo bangun, aku mau memberesi pembaringan ini dahulu." Gak In Ling bangun dan berpakaian, sementara Dewi burung hong membenahi seprei yang kusut, lalu sambil menyuruh pemuda itu duduk tanya. "Engko Ling. sekarang kita akan pergi ke-mana ?" "Orang-orang ini harus dibereskan dahulu" "Bagaimana kalau suruh mereka kembali Lam-hay ?" "Jangan, lebih baik kita basmi dahulu perguruan rahasia dari Tibet, mereka berjumlah banyak dan kitapun harus punya anak buah." "Engkau tidak akan membalas dendam ?" Paras muka Gak In Ling tiba-tiba berubah, riang gembiranya lenyap tak berbekas, deugan sedih jawabnya. "Kalau dendam tak dibalas, aku bukan terhitung seorang manusia, tetapi musuh-musuh besarku sekarang bergabung semua kepada pihak Tibet, maka dari itu aku harus membasmi dahulu komplotan dari Tibet itu." Dewi burung hong tahu bahwa ia salah bicara sehingga membuat pemuda itu menjadi sedih, tanpa berpikir panjang lagi ia segera berseru.
827 "Engko Ling, ayo berangkat, kita turun ke-bawah dan lepaskan Thian-hong pangcu Sekalian" Tidak menanti jawaban ia segera menarik tangan pemuda itu untuk diajak berlalu. Baru saja mereka keluar dari ruangan, empat orang dayang segera menyongsong kedatangan mereka, sambil memberi hormat tanya mereka. "Pangcu akan pergi kemana?" "Kalian tak usah ikut, aku hanya akan pergi sebentar saja " Empat orang dayang itu memberi hormat itu segera mengundurkan diri, kedua orang itu pun melanjutkan perjalanan menuju ke-depan. "oooohh rupanya majikan muda berada disini " Serentetan suara yang keras bagaikan gemuruhnya guntur bergema memecahkan kesunyian. Dari suara teguran tersebut, Gak In Ling mengetahui siapakah yang telah datang, ia berpaling dan tampaklah Malaikat raksasa bermuka merah sedang menyusul datang. "Kim-kong ?" kata Dewi burung hong sambil tertawa merdu, "kami akan turun tangan ke bukit, engkau ikut tidak ?" Sementara itu Malaikat raksasa bermuka merah sudah tiba dihadapan Gak In Ling, sambil menarik tangan pemuda itu katanya. "Makanya ketika berada didalam gua cecunguk itu, hampir saja meledak dadaku karena jengkelnya ?" "Ayo kita sambil berjalan sambil bercerita," seru sang dara sambil tertawa. Berangkatlah ketiga orang tersebut menuruni bukit. Sepanjang perjalanan Malaikat raksasa bermuka merah menceritakan semua kejadian ya dialaminya ketika berada dalam gua dekat benteng Hui-in-cay dari pancaran wajahnya bisa dibayangkan betapa dongkol dan gemasnya hati sang jago ini.
828 Ketika tiba dibawah tebing cui-wi-hong, tiba-tiba Malaikat raksasa bermuka merah berteriak. "Eeeeii..... coba lihatlah, Hweesio dan bertiga orang itu nampaknya bukan berasal dari perkumpulan Thian hong pang ?" Mendengar seruan tersebut Dewi burung hong dan Gak In Ling segera berpaling, akan tetapi karena tertutup oleh pepohonan mereka tidak berhasil melihat sesuatu. Dewi burung hong tidak malu disebut sebagai seorang pendekar wanita, ia segera bertanya. "Mereka telah pergi kemana ?" "Gerak-gerik mereka sangat mencurigakan, agaknya sedang menuju kelembah Pek-cho-kok." Dalam hati Dewi burung hong mendengus dingin, serunya kemudian- "Kim kong, Cepat jongkok, mari kita lihat apa yang hendak mereka lakukan ?" Malaikat raksasa bermuka merah sangat penurut, ia segera berjongkok dan menyembunyikan diri. Dengan cepat tiga orang itu telah bersembunyi dibalik semak-semak belukar yang lebat, untuk menantikan kedatangan beberapa orang itu. Tidak selang beberapa saat kemudian, di-tengah jalan muncullah empat orang manusia, tiga orang berjubah merah dan seorang hwesio, dilihat dari gerak-gerik mereka saat ini, seakan-akan sedang melewati tempat yang tak berpenghuni. Malaikat raksasa bermuka merah menjadi keheranan, bisiknya. "Baru saja gerak-gerik mereka mencurigakan, mengapa sekarang malahan bersikap terbuka dan blak-blakan ? Sungguh aneh "
829 Begitu mengetahui siapakah hwesio itu, hawa amarah kontan berkobar dalam benak Gak In Ling, bahkan sekujur badannya kelihatan agak gemetar kerena menahan emosi. Dewi burung hong yang berada disamping-nya dapat merasakan perubahan itu, dengan cemas ia segera menegur. "Engko Ling, kenapa engkau ??" "Hweesio itu adalah Budha antik " bisik Gak In Ling dengan nada menyeramkan. Ketika sorot mata Dewi burung hong membentur dengan pandangan matanya, ia merasa bergidik, pikirnya. "Sungguh msnakutkan sorot matanya " Berpikir sebentar diapun bertanya. "Engko Ling, perlukah kita bekuk orangorang itu ?" "Kita coba melihat dahulu apa yang hendak mereka lakukan ?" jawab pemuda itu sambil menekan hawa amarah yaag berkobar dalam dadanya. Kebetulan sekali dari bawah tebing telah berloncatan keluar lima orang jago dari Lam-hay sambil menghadang jalan pergi mereka serunya. "Kalian berempat harap berhenti " "Kalian berlima tentu sengsara sekali..." ujar Buddha antik sambil tertawa hambar. "Engkau datang darimana dan akan pergi kemana ?" Dari sakunya buru-buru Buddha antik ambil keluar sebuah tanda pengenal yang terbuat dari emas, kemudian katanya. "Kami mendapat perintah dari siancu untuk melakukan pemeriksaan dalam lembah Pek-cho tok." orang yang berada disebelah tengah menerima tanda pengenal itu dan diperiksanya sebentar kemudian katanya. "Silahkan lewat " Dewi burung hong mengikuti jalannya peristiwa itu segera mendengus dingin, gumamnya.
830 "Bagus bagus sekali ternyata kalian datang menghantar diri untuk masuk kedalam jebakan." Memandang bayangan punggung empat orang yang menjauh, dengan keheranan Malaikat raksasa bermuka merah bertanya. "Siancu, darimana mereka dapatkan tanda pengenal emas itu ?" "Hmm Salah seorang murid kami yang sedang bertugas pasti telah menemui ajalnya di-tangan mereka." Sambil menarik tangan Gak In Ling serunya lebih jauh. "Mari kita kejar mereka " Dengan mengikuti sepanjang dinding batu, ketiga orang itu menyusul kedepan. Buddha antik mimpipun tak pernah menyangka kalau pada saat itu secara kebetulan Jejaknya ketahuan oleh Dewi burung hong sekalian, sesudah masuk kedalam lembah ia menghembuskan napas lega dan berkata dengan bangga. "Mula-mula aku khawatir kalau budak itu bakal mengganti tanda perintah ini dengan yang palsu, sungguh tak kusangka ternyata ia begitu toloL" "Meskipun pos penjagaan ini berhasil dilewati, bagaimana dengan pos penjagaan berikutnya ?" seru seorang yang berbaju merah yang berada disebelah kanan. "Tak usah khawatir, tiada manusia yang tak takut mati, sekalipun Thian-hong pangcu-tidak sudi tunduk kepala, aku rasa anak buahnya belum tentu bersedia untuk mati konyol ditempat ini." "Tak usah kuatir " Hibur Buddha antik. "belakangan ini pikirannya kalut dan tak tenang karena terpikat oleh Gak In Ling bocah keparat itu, kecerdasannya tak dapat dihimpun
831 menjadi satu, kita tokh berjumlah banyak sekali, kenapa mesti takut kepadanya ?" "Jadi kalau begitu rencana kita ini pasti berhasil?" tanya seorang yang berbaju merah itu "Kita harus pukul rontok kekuatan mereka satu demi satu, setelah dia rontok maka kita harus berusaha untuk memancing bentrokan langsung antara Dewi burung hong budak sialan itu dengan Gadis suci dari Nirwana, dalam keadaan demikian bukankah seluruh dunia persilatan bakal menjadi wilayah kekuatan dari tiongcu kita?" Sementara itu mereka sudah keluar dari selat, tanpa terasa mereka membungkam dan meneruskan perjalanannya dengan langkah lebar. "Engko Ling," bisik Dewi burung hong dengan suara lirih, "apakah engkau sudah mendengar apa yang mereka bicarakan ?" "Mereka hanya omong kosong." "Mereka mengatakan kalau punya mata-mata disitu, siapa bilang omong kosong...? Aku rasa apa yang mereka katakan pasti benar. Aaaaii engko Ling, aku adalah seorang perempuan maka aku dapat menyelami perasaan seorang wanita, kalau ia memikirkan dirimu maka aku yakin hal ini sudah tentu pasti benar." Gak In Ling menghela napas berat, katanya. "Kalau begitu aku tidak akan pergi kesana, engkau tak usah membinasakan si keparat Buddha antik, lepaskan dia keluar dan biar aku yang menjagalnya disini." "Engko Ling " ujar Dewi burung hong dengan serius. "meskipun aku tidak menginginkan gadis lain berada bersama disisimu, akan tetapi aku bukanlah seorang manusia yang tak pandai melihat gelagat, Jika engkau mengharapkan dunia persilatan menjadi tenang maka satu-satunya jalan adalah
832 melenyapkan kami bertiga lebih dahulu kemudian baru membasmi perkumpulan rahasia dari Tibet, sebab kecuali engkau, kami bertiga tak mungkin bisa berada bersama-sama. Nah Mari kita berangkat." "Baik, mari kita berangkat " jawab Gak In Ling dengan matanya memancarkan cahaya aneh. Dewi burung hong merasakan hatinya bergetar keras, serunya tanpa sadar. ""Engko Ling, apa yang kau pikirkan?" "Tidak ada apa-apa " "Kalau engkau tinggalkan diriku lagi, aku tak akan membawa pasukan uatuk mengacau daratan tionggoan lagi, karena aku tak akan bisatak ada dirimu kecuali kalau aku mati saat ini juga " "Adik Siang " seru Gak In Ling dengan hati bergemetar keras. "Engko Ling, percayalah kepadaku, asal mereka mau mengerti tentang diriku, akupun dapat mengerti keadaan mereka." Gak In Ling semakin tak tenang, tanpa sadar ia menghentikan langkah kakinya. Tiba-tiba Dewi burung hong tertawa merdu, ujarnya. "Engkau tak usah ragu-ragu lagi, kalau sangsi lagi mungkin gadis cantik itu benar-benar akan tertimpa musibah yang tidak diinginkan, coba lihat begitu banyak orang yang berlarian menuju kemulut lembah." Gak In Ling menengadah, ia benar-benar melihat banyak orang sedang berlarian menuju ke dalam lembah, dengan gelisah segera serunya. "Ayo berangkat, kita cepat lihat apa yang telah terjadi." Ia menarik tangan Dewi burung hong dan berlari menuju kedalam lembah.
833 Malaikat raksasa bermuka merah yang melihat kejadian itu segera bergumam seorang "Semoga saja mereka benar-benar berkhianat agar aku bisa membunuh beberapa orang diantaranya." Dengan langkah lebar ia memburu kedepan. Dalam beberapa loncatan Dewi burung hong telah berhasil menyusul kesisi Gak In Ling, sambil menarik tangannya ia berseru sambil tertawa. "Bagus sekali, tadi masih mengatakan tidak mau bertemu dengan dia. sekarang saja larinya begitu cepat kau. Hmm Banyak akal busuk dalam perutmu." Merah padam selembar wajah Gak In Ling, omelnya. "Adik Siang, engkau memang nakal sekali" Bwee Giok Siang menjulurkan lidahnya dan memperlihatkan muka setan, lalu membungkam dalam seribu bahasa. Sejak ia berhasil mendapatkan Gak In Ling, perasaan hatinya boleh dikata telah memperoleh kepuasan, kekosongan dikala kehilangan pemuda itu membuat ia dapat menyadari betapa sengsaranya perasaan orang lain yang tidak berhasil mendapatkannya, pikiran yang cupat berhasil dilemparkan, selama Gak In Ling masih mendampingi dirinya terus maka ia tidak akan mempersoalkan yang lain, karena menurut pendapatnya lebih baik ada daripada sama sekali tidak ada. Tidak selang beberapa saat kemudian sampailah mereka berdua diluar lingkar kepungan yang dilakukan oleh anak buah perkumpulan Thian-hong-pang atas sebuah rumah kecil, Dewi burung menempelkan bibirnya di samping telinga Gak In Ling dan berbisik lirih. "Engko Ling Bagaimana caranya kita untuk kedalam ?" Gak In Ling menowel pinggangnya dan memberi tanda agar dia jangan berbicara kemudian dengan langkah yang
834 enteng ia mendekati ke samping seorang nenek tua itu lalu bisiknya lirih. "Nenek. apa yang terjadi ditempat ini ?" Nenek tua itu berpaling, sesudah memperhatikan sekejap wajah Gak In Ling dan Dewi burung hong, dengan nada heran tegurnya. "Siapakah kalian ?" Dewi burung hong adalah seorang gadis yang cerdik, ia tahu Jika asal usulnya diketahul maka mereka harus membuang banyak waktu untuk memberi penjelasan, bahkan malah akan merusak suasana, buru-buru sambil tertawa jawabnya. "Aku adalah adik Perempuan dari pangcu kalian, dia... dia adalah suamiku." Berbicara sampai disini merah padam selembar wajahnya, dengan gemas ia melirik sekejap ke arah si anak muda itu. Gak In Ling menjadi melongo, pikirnya di dalam hati. "Tokh bukan aku yang suruh engkau mengakui diriku sebagai suamimu, kenapa setelah mengaku sendiri lantas melotot kepadaku ? heran ?" "Pangcu kami tidak punya adik perempuan, siapakah engkau ?" seru Nenek tua itu dengan sorot mata penuh curiga. Dewi burung hong merasa jantungnya berdebar keras, namun diluar ia tetap bersikap lain, sambil tertawa merdu jawabnya. "Siapa bilang tidak ada, mungkin ia tak pernah mengungkapkan persoalan ini kepadamu. Bukankah dia she-In bernama Hong im?" Nenek tua itu tertegun, kembali pikirnya didalam hati. "Nama asli dari pangcu kami hanya diketahul oleh beberapa orang tongcu dan kepala komandan, dari mana dia bisa tahu ?Jangan-jangan memang betul adalah adik pangcu?" Berpikir sampai disini ia mulai percaya beberapa bagian, ia segera menengadah dan menjawab.
835 "Sedikitpun tidak salah, siapa nama nona?" "Aku adalah yang bernama In Hong Siang" Sambil berkata gadis itu ambil keluar sebuah Giok-bei dan berkata. "Pangcu kalian juga memiliki sebuah Giok-bei seperti ini, coba lihatlah Bukankah dialasnya terukir sebuah burung siang dan seekor burung hong ? Milik pangcu kalian terukir dengan huruf Im sesuai dengan nama akhirannya " Gak In Ling yang mendengar perkataan itu diam-diam ia merasa geli, terhadap kecerdikan Dewi burung hong pun merasa kagum sekali, pikirnya. Giok bei tersebut terang-terangan hanya ada sebuah miliknya itu dari mana muncul sebuah lagi ? Budak ini benarbenar banyak akalnya. Nenek tua itu bukan orang yang selalu dekat dengan Thianhong pangcu, tentu saja ia tak akan mengetahui sampai sedalam-dalamnya, ketika dilihatnya sikap Dewi burung hong tenang sekali, dianggapnya ucapan tersebut adalah benar, maka sambil memberi hormat katanya. "Aku orang tua tidak tahu akan kedatangan nona, apabila kurang hormat harap sudi di maafkan, biarlah aku akan memberi kabar dahulu ke-dalam " Dalam hati Bwee Giok Siang merasa geli, pikirnya. "Kalau engkau masuk untuk memberi khabar, bukankah rencanaku bakal gagal total?" Berpikir sampai disini, buru-buru ujarnya. "Kedatangan kami adalah untuk mengejar Hweesio tersebut, dia mempunyai tujuan yang tidak beres, sebentar lagi kalian akan mengetahui dengan sendirinya apa yang sudah terjadi, sekarang kepung sekitar tempat ini rapat-rapat, jangan biarkan seorangpun diantara mereka berhasil kabur dari tempat ini."
836 Selesai berkata dia menarik tangan Gak In Ling dan mengajak masuk kedalam lingkaran kepungan- Nenek tua itu mempercayai seratus persen akan perkataannya, ia segera memerintahkan anak buahnya untuk memberi jalan. Setelah masuk kedalam lingkaran kepungan kurang lebih sepuluh tombak di hadapan mereka tampak sebuah rumah kecil. Sambil tertawa Gak In Ling berkata. "Adik Siang, engkau benar-benar sangat hebat " "Hmm Kesemuanya ini tidak lain hanya untuk kau si busuk. kalau dikemudian hari hubunganmu dengan dirinya sudah erat, jangan lupa akan jasa-jasaku pada hari ini." Gak In Ling tidak menjawab, dia hanya menggenggam tangan gadis itu erat- erat, hubungan bathin membuat rasa sedih yang mencekam dalam hati Bwee Giok Siang tersapu lenyap. Dalam pada itu mereka berdua sudah berada kurang lebih lima tombak dari bangunan rumah kecil itu, dari balik ruangan terdengar seseorang sedang berkata dengan suara tajam. "Pangcu, aku rasa lebih baik kita damai saja, dewasa ini mana bahaya mengancam dan empat penjuru, kitapun terkepung rapat oleh Dewi burung hong si keparat yang gemar membunuh orang, tidak mungkin ia bersedia untuk melepaskan kita dengan begitu saja " "Terus terang saja kuberi tahu kepada nona." sambung Buddha antik dengan cepat, saat itu Gadis suci dari Nirwana telah terkena jebakan yang dipasang oleh Malaikat suci dari lima bukit, mungkin sekarang ia sudah mampus tertimbun longsoran-salju dalam lembah cupu-cupu, tiongcu sendiripun telah mengirim jago-jagonya untuk membasmi sarangnya, meskipun Dewi burung hong bisa bertahta untuk sementara waktu namun kekuasaan berada ditangan siapa, sekali memandang siapapun akan tahu, Jika pangcu bersedia untuk
837 bekerja sama dengan pihak perguruan rahasia dari Tibet, maka setelah dunia persilatan terjatuh kepada kita, maka kita akan menikmati-nya bersama, bagaimana pendapatmu ?" Thian-hong pangcu segera tertawa dingin, jawabnya. "Buddha antik, aku dengar engkau salah seorang pembunuh yang telah membinasakan ayah-nya Gak In Ling ?" Sementara itu Dewi burung hong dan Gak In Ling telah berada diluar bangunan rumah itu, Bwee Giok Siang segera menarik tangan pemuda itu sambil berbisik lirih. "Engko Ling, coba lihat betapa mendalamnya rasa cinta dara itu kepadamu...." Dalam hati kecilnya Gak In Ling sendiripun merasa sangat berterima kasih, sambil menghela napas panjang katanya. "Antara aku dengan dirinya hanya bertemu beberapa kali saja." "Aku sendiri baru berjumpa beberapa kali dengan dirimu ? Akan tetapi engkau Huuuh..Tahu-tahu sudah..." Dengan muka merah jengah ia mencubit lengan Gak In Ling. Dalam pada itu, Buddha antik yang berada dalam ruangan sedang tertawa seram dan berkata. "Hutang piutang tersebut sudah dibuat sejak banyak tahun berselang, apa gunanya kita bicarakan persoalan itu ? Bukankah antara pangcu dengan Gak In Ling pun mempunyai perasaan dendam?" "Antara cinta dan benci hanya terpisah oleh sebuah garis yang tipis " sahut Thian-hong pangcu dengan dingin. "Apakah pangcu mencinta dirinya ?" Dalam anggapan banyak orang, kendatipun Thian-hong pangcu benar-benar mencintai Gak In Ling, tak mungkin dia
838 akan mengakuinya dalam keadaan seperti ini karena disitu hadir banyak sekali anak muridnya. Tetapi apa yang kemudian terjadi sama sekali berada diluar dugaan siapapun juga , dengan Suara tawa Thian-hong pangcu menjawab. "sedikitpun tidak salah, nonamu memang mencintai dirinya " Walaupun Dewi burung hong telah menduga sampai kesitu. akan tetapi sekarang setelah mendengar pengakuan dari Thian-hong pangcu sendiri tak urung hatinya merasa bergetar juga . Suara jeritan kaget dan seruan tercengang berkUmandang memenuhi seluruh ruangan, diikuti seorang perempuan dengan suara yang serak dan berat rendah berseru. "Pangcu, engkau tak boleh bergurau, engkau tokh mengetahui bahwa Gak In Ling telah mati diatas tebing Wanciu- gay ?" "Gak In Ling mempunyai musuh tangguh dimana-mana," ujar Buddha antik pula, "bagaimanakah tingkah lakunya aku rasa tak usah diterangkanpun semua orang sudah tahu, nona sebagai seorang pangcu sudah sepantasnya kalau pandai melihat gelagat, aku rasa tidak berharga bagimu untuk mengambil tindakan yang sama sekali tidak menguntungkan itu," Thian-hong pangcu tertawa dalam. "Aku berani menyatakan bahwa aku cinta kepadanya, itu berarti sampai matipun aku tak akan padam rasa cinta ku ini,justru karena ia telah mati maka aku ingin semua orang dikolong langit mengetahui bahwa aku mencintai dirinya agar semua orang yang mempunyai dendam dengan-dirinya tahu bahwa masih ada manusia yang mencintai dirinya, kematian Gak In Ling hanya mati dalam badan dan raganya, semangat serta rohnya masih tetap hidup dan mendampingi beberapa orang untuk melakukan pembalasan dendam baginya."
839 Gak In Ling yang mendengar ucapan tersebut merasa terharu sekali, dia ingin menerjang masuk kedalam ruangan dan memeluk tubuhnya. Dewi burung hong yang ada disampingnya segera menarik pemuda itu dengan suara terisak. bisiknya. "Engko Ling, jangan terburu napsu, mari kita dengarkan lebih jauh siapa saja yang tersangkut didalam penghianatan ini, setelah itu kita baru turun tangan dan sekalian membasmi para penghianatan dalam tubuh Thian-hong pangcu itu dari muka bumi." Dalam pada itu Buddha antik telah tertawa terbahak-bahak dan berkata. "Haaaaha... haaah.... haaaahh.... nona, aku rasa hanya engkau seorang yang hendak mewujudkan cita-cita semacam itu ?" "Tidak, Pek Giok ji dan Bwee Giok Siang adalah dua orang diantaranya..." jawab Thian hong pangcu sambil tertawa dingin. Perempuan yang bernada lengking tadi kembali berkata. "Kalau Bwe Giok Siang hendak membalas dendam bagi kematian Gak In Ling itu berarti ia satu tujuan dengan pangcu. heeehh heeeehh heeseeehh kenapa sekarang dia malahan mengepung nona ditempat itu ?" Thian-hong pangcu tertawa seram. "Ia mengurung aku disini karena hendak melaksanakan perintah dari cian-pwe nya, sedang aku tak mau tunduk kepadanya karena perkumpulan Thian-hong pangcu, Jika aku In Hong Im melepaskan perkumpulan dan pergi menjumpai Bwee Giok Siang kemudian mengajak dirinya untuk bersamasama membalaskan dendam bagi kematian Gak In Ling, aku percaya bukan saja dia akan menyetujui bahkan Pek Giok jiupUn akan menyetujuinya pula."
840 "Hmm Tindakanmu ini memang cukup mengejutkan hati," kata Buddha antik dengan nada kaget, "tapi sayang nona, tidak akan menjumpai kesempatan semacam ini." "Buddha antik, hanya mengandalkan kalian berempat ?" ejek Thian-hong pangcu sambil tertawa dingin. "Heeeeehh... heeeeeehh... heeeehh..... tidak. masih ada tiga orang pelindung hukum dan seorang tongcu dari perkumpulan nona " Thian-hong pangcu nampak sangat terperanjat, sorot matanya menyapu sekejap kesekeliling tempat itu, kemudian dengan suara dalam seru-nya. "Sungguhkah perkataanmu itu ?" "Pangcu, kami harap engkau suka melihat gelagat dan menyesuaikan diri dengan keadaan " seru empat orang anak buahnya hampir berbareng. "Pangcu " kata Buddha antik kembali sambil tertawa bangga, "dalam ruangan kecil itu semuanya ada sembilan orang, akan tetapi sayang posisi kita adalah delapan lawan satu, pangcu pasti menyadari bukan sampai dimanakah kesempatan hidup yang kau miliki." "Hmm Tidak aneh kalau kalian bersikeras untuk hanya membawa kalian belaka," seru Thian-hong pangcu dengan gemas, "bahkan membuat siasat dengan suruh Tiat Bin Popo menembusi kepungan untuk memberi kabar, rupanya kalian memang sudah mempunyai rencana untuk berkhianat, menyesal aku terlalu mempercayai diri kalian-" Buddha antik tertawa dingin. "Andaikata arwah Gak In Ling benar-benar melindungi dirimu... heeeehh..., dia pasti akan tunjukkan diri untuk melindungi calon isterinya .." Ucapan itu penuh mengandung sindiran dan kecabulan yang amat rendah.
841 Baru saja ia menyelesaikan kata- katanya mendadak dari luar ruangan berkumandang dalang suara seruan seseorang dengan nada yang menyeramkan sehingga mendirikan bulu roma. "Budha antik, mungkin ini hari adalah perjumpaan kita untuk terakhir kalinya " Budha antik mengenal sekali akan suara tersebut, sebab suara tersebut pernah didengarnya, ia kelabakan setengah mati, setiap hari mesti kabur dan menyembunyikan diri sehingga makan tak enak tidurpun tak tenang, sungguh tak nyana setelah hatinya sedang gembira. Thian-hong pangcu sendiripun masih ingat dengan suara itu, karena suara tersebut meninggalkan kesan yangamat mendalam dan membuat ia menjadi murung dan sedih selama ini. Hampir bersamaan waktunya dikala Budha antik putar badan dan dengan pandangan ketakutan, diapun angkat kepala dan memandang orang dihadapannya dengan sorot mata penuh rasa cinta. Tetapi perasaan tersebut hanya berkelebat sebentar saja, karena dengan cepat ia sempat melihat kehadiran seorang gadis cantik berbaju merah dan orang itu dikenalnya sebagai Dewi burung hong atau Bwee Giok Siang. Dengan pandangan dingin ia menyapu sekejap dua orang yang berada didepan pintu, kemudian ujarnya. "Kedatangan kalian berdua sungguh tepat pada waktunya " Dari sorot matanya yang dingin dan penuh permusuhan Gak In Ling tahu bahwa gadis itu menaruh perasaan salah paham, akan tetapi Ia tak dapat menerangkan sebab dari sorot matanya yang berapi-api telah dialihkan keatas wajah budha antik. Budha antik sendiri adalah seorang manusia yang licik, meskipun hatinya merasa terperanjat namun tidak kehilangan
842 daya pikirannya, laksana kilat ia tinjau situasi didepan matanya dan tertawa seram, katanya. "Pangcu, enteng beratnya dengan nyata tertera didepan matanya, coba lihatlah engkau akan berpihak kemana ?" Dewi burung hong segera tertawa dengan merdu, selanya. "Budha antik, engkau tak usah buang pikiran dengan percuma dan engkaupun tak usah menghasut orang, tentu saja dia akan bekerja sama dengan siau-moay karena pada akhirnya dia tokh akan hidup berdampingan untuk selamanya dengan diriku, sedangkan kau ? Engkau adalah kaki anjing dari Tibet, seorang budak yang sedang melaksanakan perintah majikannya, suatu saat engkau pasti akan melepaskan dirinya, bukankah begitu?" Dengaa perkataan itu gadis tersebut dengan jelas telah memberitahukan kepada Thian-hong pangcu bahwa ia bersedia mengalah, asal Thian hong pangcu mau bekerja sama maka selamanya mereka akan hidup secara damai. Thian-hong pangcu bukanlah orang yang bodoh, dari sikap Dewi burung hong yang berada disamping Gak In Ling, tentu saja ia tahu bahwa orang lain telah mendahului dirinya selangkah lebih dahulu. Tetapi dia pun merupakan seorang perempuan yang tinggi hati, ia tak sudi tundukkan kepala dengan begitu saja kepada Dewi burung hong, setelah termenung sebentar sambil tertawa dingin katanya. "Selesai urusan disini, bagaimana kalau kita berdua kembali untuk menentukan siapa yang akan menang dan siapa yang kalah ?" "Tentu saja, cuma kita tak mungkin bisa berduel dengan taruhan nyawa sebab kekuatan kita adalah seimbang, rasanya kalau mau adu kepandaian maka kita beradu dalam soal jurus serangan saja."
843 pada saat ini dalam hati kecil Thian-hong pangcu merasakan suatu kegembiraan yang sukar dilukiskan dengan kata- kata, sebenarnya kemunculannya Gak In Ling sudah cukup menggembirakan hatinya, dan sekarang menyaksikan Dewi burung hong yang selamanya tak sudi tundukkan kepala kepada Siapapun ternyata menawarkan hidup bersama kepadanya, Sebagai seorang yang cerdik tanpa berpikir panjang ia segera mengetahui apa yang terjadi. Dengan sorot mata memancarkan rasa kegembiraan tiba-tiba ia mengangguk dan menjawab. "Engkau telah melepaskan satu kesempatan baik untuk membinasakan diriku " "Sekalipun engkau sendiri, rasanya juga akan berbuat seperti apa yang kulakukan sekarang." "Apakah engkau tidak merasa bahwa perkataan itu berlebihan ?" Bwee Giok Siang melirik sekejap kearah Gak In Ling, kemudian sambil tertawa katanya. "Hatimu belum tentu sedingin hatiku, sudah kukatakan sedari tadi, aku hanya selangkah lebih duluan daripada dirimu." Paras muka Thian-hong pangcu seketika itu juga berubah menjadi merah padam, ia tahu bahwa apa yang diucapkan tadi telah kedengaran oleh mereka berdua, akan tetapi ia tidak gusar hanya perasaan hatinya menjadi hangat, tak sepatah katapun mampu diucapkan keluar. Dewi burung hong tidak berhenti sampai di situ saja, sambil mencibirkan bibirnya yang kecil mungil sambungnya lebih jauh. "Kenapa engkau tidak berbicara lagi ?" Sepasang biji mata Budha antik mulai berputar, ia menyadari akan situasi yang sedang di hadapinya pada saat ini. dalam keadaan seperti ini Thian-hong pangcu tak mungkin akan bekerja sama dengan pihaknya.
844 Thian-hong pangcu menengadah dan memperlihatkan pandangan mata yang dingin namun tiada rasa permusuhan, kemudian ujarnya. "Mencuri dengar pembicaraan orang, apakah engkau tidak merasa kehilangan gengsimu?" Mendadak Dewi burung hong merogoh ke dalam sakunya lalu membentak nyaring. "Aku harap kalian bertiga sedikitpun tidak tahu diri, terhadap pagar makan tanaman, musuh dalam selimut yang berkhianat untuk mencari pahala semacam kalian, tiada perkataan lain bagi aku Dewi burung hong kecuali mati " Diantara bergetarnya telapak. tampaklah dalam genggamannya telah bertambah dengan tiga batang jarum beracun yang kecil dan lembut. Thian-hong pangcu mengeluarkan telapaknya dari balik pakaiannya, dan berkata sambil tertawa. "Terima kasih atas perhatianmu " Perlahan-lahan ia maju kesamping Dewi burung hong dan menatap tajam tiga orang nenek tua berwajah keriput dan seorang nenek berambut putih, ujarnya lebih lanjut. "Ini hari aku tak akan minta bantuan orang luar untuk menumpas kalian tiga orang pengkhianat yang menjual perguruan kepada orang lain-.. mari mari mari.,... kalian keluar semua " Empat orang nenek itu menyadari betapa lihaynya ilmu silat yang dimiliki ketua mereka, ikan tetapi persoalan telah berkembang menjadi begitu, terpaksa sambil keras kan kepala mereka mengerling sekejap kearah Budha antik sekalian lalu berjalan keluar. Dari balik mata Budha antik terpancar ke luar sorot mata tajam, ia segera menyusul dari arah belakang.
845 Gik ln Ling tertawa dingin, katanya, "Budha antik, lebih baik simpanlah tenaga mengurusi diri sendiri, urusan orang lain tak perlu kau campuri." Suaranya penuh keseraman membuat orang menjadi bergidik rasanya. Bwee Giok Siang diam-diam memutar badan dan mengawasi empat orang pengkhianat itu. Diluar ruang, ketika ratusan anggota perkumpulan Thianhong pang melihat ketuanya munculkan diri, semua orang segera memberi hormat sambil menyapa, suaranya gegap gempita dan menggetarkan udara. Thian-hong pangcu tidak membalas hormat ia melirik sekejap kearah empat orang pengkhianat tersebut lalu ulapkan tangannya. Suasana dalam kalangan seketika itu juga berubah menjadi sunyi senyap tak kedengaran sedikitpun, setelah menyapu sekejap sekeliling kalangan, gadis itu lalu berkata. "Sejak perkumpulan Thian-hong pang didirikan dan turun temurun hingga sekarang ini dalam menghadapi setiap masalah yang menyangkut mati hidup perkumpulan kita, selalu diputuskan keputusan bersama dari semua anggota perkumpulan- Ini hari meskipun semua anggota perkumpulan kita tidak hadir disini akan tetapi masalah yang kita hadapi sekarang tidak dapat ditundukkan lagi, karena itu aku harap saudara-saudara sekalian bersedia mempertimbangkan dan memikirkan dengan hati tenang." Belum pernah dua tiga ratus orang angggota perkumpulan Thian-hong pang yang hadir pada waktu itu belum pernah menyaksikan sikap menyeramkan dari pangcu yang dihari-hari biasa selalu ramah tamah, mereka saling berpandangan dengan penuh tanda tanya, tak seorangpun yang tahu sebenarnya apa yang telah terjadi.
846 Dewi burung hong yang menyaksikan kejadian itu diamdiam merasakan hatinya bergetar juga. pikirnya. "Tindakan yang diambil orang ini jauh berbeda dengan diriku, kalau aku yang menghadapi kejadian seperti ini, sejak tadi keempat orang pengkhianat itu telah kubasmi dan kuhancurkan menjadi abu." Terdengar Thian-hong pangcu melanjutkan kembali katakatanya sesudah menyapu sekejap sekeliling tempat itu. "Ini hari Perkumpulan kita sudah terjerumus dalam kepungan, aku mengakui akan kelemahanku sehingga membuat kalian terjerumus dalam mara bahaya, sekarang ada tiga orang pelindung hukum dan seorang Tongcu mengusulkan untuk bekerja sama dengan perguruan rahasia dari Tibet untuk kemudian merajai kolong langit, dalam bahaya inipun termasuk suatu cara yang bagus, karena itu aku mohon kepada kalian semua uutuk menentukan pilihan" Dewi burung hong yang mendengar perkataan itu diam-diam merasa keheranan, pikirnya. "Apa maksudnya mengucapkan kata- kata seperti itu? Bukankah kepungan oleh pihakku sudah bubar? Masih ada bahaya apa lagi?" Suasana diliputi kesunyian beberapa saat kemudian terdengarlah nenek tua yang menghadang jalan pergi Gak In Ling berdua tadi berseru lantang. "Hamba akan mengikuti suara hati dari pangcu " Diikuti para jago lainpun mengutarakan maksud yang sama. Thian-hong pangcu tertawa tawa, ujarnya kembali. "Pada saat ini semua orang berhak untuk menentukan pilihan, kalian tak akan terpengaruh oleh siapapun, aku sebagai seorang ketua hanya berharap bisa berada bersama perkumpulanku, akan tetapi keadaan kalian berbeda, kalian-.."
847 Belum habis ia berkata, nenek tua itu telah berseru kembali. "Hamba rela mendampingi pangcu. sampai matipun tak akan pergi." "Kami bersedia mendampingi pangcu..." "Kami sebagai anggota Thian-hong pang tak sudi berubah pikiran dikala perkumpulan menghadapi bahaya, hanya binatang yang berpikiran sedemikian..." Teriakan yang gegap gempita berkumandang memenuhi seluruh angkasa, paras muka tiga orang pelindung hukum dan seorang tongcu itu mulai berubah, mereka tak menyangka kalau orang-orang yang dihari biasa berkedudukan jauh lebih rendah dari mereka, dalam menghadapi bahaya ternyata jauh lebih setia daripada mereka. Thian-hong pangcu membentak keras untuk menghentikan hiruk pikuk yang memenuhi angkasa ujarnya lebih jauh. "Baik Sekarang bagi siapa saja yang bersedia mengikuti diriku harap bergeser sebelah kanan, yang ingin bekerja sama dengan pihak perguruan rahasia dari Tibet harap bergeser kekiri " Mendengar seruan itu semua orang segera bergeser kekanan, meskipun ada tiga lima orang yang tak dapat mengambil keputusan, akan tetapi setelah dilihatnya oleh semua orang bergeser kekanan mereka pun ikut kekanan- Dengan sorot mata berkilat Thian-hong pang cu segera berpaling kearah empat orang pengkhianat itu, ujarnya. "Bersekongkol dengan musuh, mengkhianati perkumpulan merupakan dosa yang tak terampuni, Jika para anggotaanggota perkumpulan condong pada jalan pikiran kalian mungkin aku masih bisa mempertimbangkan kembaii, akaa tetapi keadaan sudah tertera didepan mata, pilihan mereka jauh bertolak belakang dengan pendapat kalian, rasanya
848 tuduhan berkhianat bukanlah tuduhan yang terlalu di buatbuat bukan ?" Diatas wajah nenek tua barambat uban yang berwajah pucat terlintas rasa menyesal, tetapi hanya sebentar saja telah lenyap kembali, ia membantah. "Berkhianat ? Apakah tuduhan itu bukan sengaja kau lontarkan untuk mempertahankan kekuasaan..." Thian-hong pangcu tertawa dingin. "Banyak bicara tak ada gunanya, ini hari aku akan punahkan ilmu silat yang kalian miliki, akan kusuruh kalian saksikan dengan mata kepala sendiri setelah aku turun dari jabatan akan kubunuh kalian, Jika kamu hendak melawan bersiap-siaplah mulai sekarang." Tanpa sadar ke-empat orang itu berpaling dan pemandang sekejap arah belakang akan tetapi ketika dilihatnya Dewi burung hong dan Gak In Ling berjaga didepan pintu, sadarlah mereka bahwa untuk minta bantuan Budha antik sekalian jelas tidak mungkin, akan tetapi mereka tak habis mengerti, apa sebabnya tiga orang musuh yang saling bertentangan mendadak bisa bekerja sama. Keempat orang itu saling berpandangan sekejap kemudian semua perhatian orang dipusatkan arah biji mata Thian-hong pangcu yang dingin. Perlahan-lahan gadis itu maju mendekati ke empat orang itu, katanya dengan dingin. "Apa yang kalian berempat menantikan lagi ?" pada anggota perkumpulan yang bergeser ke kanan sementara itu sudah membuat lingkar kepungan, mereka semua loloskan senjata dan siap bertempur, keadaan mereka seakan-akan sedang menghadapi musuh besar. Sudah tentu keempat orang mengetahui bahwa mereka bukan tandingan ketuanya, apalagi menyaksikan sikap
849 permusuhan dari semua jago, hati mereka semakin kederZ. Terdengar nenek tua berambut uban itu berseru. "Kami tak usah melakukan perlawanan" "Mengapa ?" "Musuh yang banyak sukar dihadapi " sahut seorang nenek bermuka kuning salah satu diantara tiga pelindung hukum. . Thian-hong pangcu mengenyitkan alis matanya, dengan napsu membunuh menyelimuti seluruh wajahnya ia mendengus dingin, kepada semua anak buahnya ia berseru. "Aku harap kalian semua simpan kembali senjata tajam dan menyingkir agak kebelakang." "Pangcu " seru nenek tua itu, "untuk menghadapi pengkhianat, setiap anggota memiliki kewajiban untuk membasminya, kami sebagai anggota perkumpulan Thianhong pang walaupun menyadari bahwa ilmu silat yang kami milik masih amat cetek. akan tetapi kami bukanlah manusiamanusia yang takut mati." "Kalian anggap aku akan lepaskan mereka pergi? Ayo menyingkir kebelakang ?" Tiga orang yang berani membangkang perintah pangcu mereka yang berhati ramah ini, meskipun dalam hati mereka merasa keberatan namun tak seorangpun yang berani membangka perintah. Untuk kesekian kalinya Thian-hong pangcu putar badan, katanya. "Apa yang hendak kalian perbuat katakan lagi " Dengan kecewa nenek tua berambut uban itu gelengkan kepala nya. "Kalau pangcu mau bunuh aku sekalian rasanya gampang sekali seperti membalikkan telapak tangan, kami sadar bahwa kekuatan kami belum memadahi untuk melakukan
850 perlawanan, melawan berarti mencari penyakit sendiri, kalau pangcu telah ambil keputusan, silaukan turun tangan " "Haaaahh haaaaahh haaaaahh sekarang, mengapa kalian berempat menjadi begitu sungkan ?" ejek Thian-hong pangcu sambil tertawa terbahak-bahak. "bukankah ketika berada didalam ruangan tadi, kalian berempat telah mengajukan tantangan untuk bertempur kepadaku.." "Hmm, benar.... tadi kalian tentunya mengandalkan kehebatan dari Budha antik sekalian bukan ?" -oo0dw0oo- Jilid 25 "TERSERAH apa yang hendak pangcu katakan, kami sudah pasti tak akan melakukan perlawanan-" Dengan pandangan tajam Thian-hong pang cu menyapu sekejap keempat orang itu kemudian katanya. "Memang benar diantara kita pernah mempunyai hubungan selama banyak tahun dan banyak pula jasa yang telah kalian berikan selama berkembangaya perkumpulan Thian-hong pang, akan tetapi menghubungi musuh dikala menghadapi bahaya telah menghapuskan semua pahala yang pernah kalian perbuat apalagi bersengkongkol dengan musuh untuk berkhianat dan lenyapkan perkumpulan Thian hong pang yang didirikan cou-su kita selama beberapa generasi, dosa seperti ini tidak terampun lagi. Kendatipun kalian berempat tidak melawan, akupun akan tetap melaksanakan ucapan yang telah aku utarakan tadi." Rupanya keempat orang itu menyadari bahwa mereka sudah tak ada harapan lagi, timbullah ingatan untuk melakukan perlawanan terakhir.
851 Satu ingatan jahat berkelebat dalam benak nenek tua berambut uban, tiba-tiba sambil menuding kearah belakang tubuh Thian-hong pangcu serunya. "Kalian tokh sudah menyanggupi untuk tidak melakukan pengerubutan, kenapa sekarang kamu semua menghadang jalan pergiku ? " Dewi burung hong adalah seorang gadis yang cerdik, ia segera menyadari akan siasat busuk yang terselip dibalik ucapan tersebut, baru saja dia akan memberi peringatan kepada rekannya, mendadak teringat olehnya bahwa sia-sia kuatirkan keselamatan gadis itu, pikirnya. "Kenapa aku harus banyak urusan ? Ia dapat menjadi seorang ketua, aku rasa kecerdasan otaknya sudah pasti tak akan berada dibawahku." Thian-hong pangcu sendiri bukanlah orang bodoh, napsu membunuh seketika berkelebat diatas wajahnya, sambil berpura-pura menoleh kebelakang serunya. "Siapa berani melanggar perintahku?" Baru saja ia berpaling kebelakang, mendadak terdengar empat orang itu membentak keras. "Roboh kamu " Bersamaan dengan berkumandangnya bentakan keras itu, empat gulung angin pukulan maha dahsyat dengan cepat meluncur kedepan. Tanpa berpaling Thian hong pangcu mengejek dingin. "Perhitungan kalian keliru besar.." Jari tangannya diayun kebelakang, sepuluh gulung desiran angin tajam laksana kilat menembusi angin pukulan mereka dan langsung menyerang jalan darah Kie-hay-hiat yang merupakan jalan darah cacad ditubuh musuh-musuhnya. Dewi burung hong yang menyaksikan kejadian itu diamdiam merasa terperanjat, pikirnya.
852 "Ilmu silat yang dimiliki perempuan ini tidak berada dibawah kepandaianku, jangan-jangan hutang dan dendam yang terikat oleh guru kami berempat dimasa lampau tak dapat dibereskan pula pada generasi kami ?" Empat orang nenek tua itu semuanya merupakan jago kawakan yang berpengalaman luas sekali ketika merasa datangnya angin desiran yang menembusi pukulan mereka, sadarlah mereka bahwa bahaya telah mengancam dengan cepat mereka buyarkan serangan dan loncat mundur kebelakang. dalam satu gebrakan saja Thian-hong pangcu berasil merebut kembali posisi yang terdesak ia segera membentak nyaring dengan jurus burung hong menari diangkasa, ia meloncat keangkasa dan menyerang keempat orang itu. Keempat orang itu sudah ada empat lima tahun lamanya berkumpul dengan pangcunya. meskipun mereka tak menguasai penuh kepandaian dari ketuanya akan tetapi sedikit banyaknya mengetahui juga , karena itu siapapun tak berani bertindak gegabah, mereka hanya berusaha untuk melindungi keselamatan diri belaka. Empat gulung angin pukulan saling menyambar tiada hentinya, meskipun kadang kala mereka melancarkan pula satu dua jurus balasan, akan tetapi itu pun bila keadaan mengizinkan. Lain halnya dengan Thian-hong pangcu, ia menyerang terus tiada hentinya bagaikan harimau ditengah kum pulan kambing, gerakannya cepat dan enteng membuat musuhmusuh kewalahan. Dengan pandangan tajam Dewi burung hong mengikuti terus semua gerakan tubuh dari Thian hong pangcu, ia tahu gadis itu pasti menang tapi ia ingin tahu jurus serangan terakhir apakah yang akan ia pergunakanTIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/ 853 Keadaan Gak In Ling dalam ruangan jauh berbeda, sejak mendengar perkataan dari Thian-hong pangcu hatinya selalu merasa tak tenang, dahulu dia hanya merasa bahwa gadis itu alim sekali dan ia merasa simpatik terhadap dirinya dan sekarang dia mulai merasakan bahwa ia sebenarnya sedang mencintai gadis tersebut. Akan tetapi pada saat itu, ia sedang berhadapan muka dengan musuh besar pembunuh ayahnya, ia tak dapat memecahkan perhatiannya, bisa dibayangkan bagaimana gelisahnya perasaan pemuda itu. Budha antik lebih-lebih cemas lagi, diapun tahu kalau keempat orang itu bukan tandingan dari Thian-hong pangcu, sekalipun dia sendiri turut campur paling banter hanya bisa bertahan sebentar saja untuk kemudian menderita kekalahan. Diam-diam ia melirik sekejap kearah tigaorang Tibet yang datang bersama dirinya, kemudian dalam hati berpikir. "Empat dewa pelindung hUkum dari perkumpulan rahasia mUngkin membutuhkan beberapa waktu lagi untuk tiba disini, kalau ditinjau dari keadaaan di depan mata sebentar lagi mereka berempat pasti akan kalah dan kalau mereka sudah kalah maka aku akan terpojok mulai sekarang aku harus mulai susun rencana untuk menghadapi keadaan tersebut." Berpikir sampai disitu, dengan bahasa Tibet segera ujarnya kepada ketiga orang itu. "Kalau dilihat keadaan pada saat ini, mungkin sebelum empat dewa pelindung hukum tiba disini, kita bakal menderita kerugian lebih dahulu, agar Tiongcu tidak kecewa bila aku katakan serbu nanti, laksana kilat kalian harus turun tangan untuk menangkap pemuda itu. Salah seorang Tibet yang beralis merah segera tertawa dingin, katanya.
854 "Kenapa engkau tidak pergi menangkap sendiri, sebaliknya suruh kami yang menangkap ?" "Tujuanku suruh kalian menangkap pemuda ini adalah untuk menggertak dua orang bocah perempuan itu, ilmu silat yang mereka miliki tidak berada dibawah kepandaian Tiongcu kita, tak mungkin kalian bisa menandingi mereka, kalian tak mengerti bahasa Han, setelah kalian tangkap dirinya maka aku akan menggertak dua orang gadi itu agar menghentikan serangannya " "Siapakah bocah itu ?, Kenapa dua orang gadis itu dapat kita gertak dengan menangkap bocah tersebut ?" Melihat perangkap yang dipasang sudah termakan, Budha antik meneruskan kembali ucapannya. "Bocah keparat itu adalah kekasihnya dua orang gadis tersebut mereka mencintai dirinya, bagaikan mencintai jiwa sendiri, kalau kita berhasil menangkap pemuda itu maka mereka tidak akan berani bertindak secara sembarangan." "Kekasihnya ? Satu orang mana mungkin bisa mempunyai dua orang istri...?" Hampir persamaan waktunya tiga orang itu menjerit kaget. Rupanya diwilayah Tibet yang ada adalah seorang isteri dengan suami yang banyak, satu suami dengan banyak isteri belum pernah terjadi disana, karena itulah tiga orang Tibet itu merasa heran bercampur kagum. . Tiga pasang mata sama-sama dialihkan keatas wajah Gak In Ling dan menatapnya tajam-tajam, kecuali wajahnya tampan mereka tak dapat menemukan keistimewaan apakahya dimilikinya sehingga ia bisa mempunyai begitu banyak kekasihnya. Budha antik yang melihat kejadian itu, diam-diam tertawa geli, pikirnya.
855 "Makanya tempat ini bukanlah tempat gersang yang kekurangan perempuan seperti tempat kalian itu. apanya yang perlu diherankan ?" Lama sekali tiga orang Tibet itu termenung kemudian salah satu diantaranya baru bertanya. "Bagaimana dengan ilmu silatnya ?" "Huuhh tentu saja jauh lebih dahsyat daripada kalian bertiga," pikirnya Budha antik dalam hatinya, "kalau tidak, kenapa hud-ya menghadiahkan kepada kalian ?" Dihati ia berpikir demikian, diluaran jawabnya. "oooohh , enteng sekali, coba lihat tampangnya yang lembek dan lemah, masa masih belum tahu ?" Tiga orang Tibet itu segera mengangguk, gumam mereka. "Tidak punya kepandaian akan tetapi bisa disenangi oleh begitu banyak perempuan yang berwajah cantik, keadaan disini jauh berbeda dengan tempat disana, kalau kami bisa bidup disini... ooohh Betapa senangnya." Dalam hati Budha antik tertawa dingin, kembali pikirnya. "Dalam penitisan kalian yang akan datang, mungkin kalian bisa dilahirkan disini." Gak In Ling tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan, akan tetapi ia mengetahui dengan pasti apa yang sedang mereka rencanakan diam-diam ia pertingkat kewaspadaannya dan menghimpun segenap kekuatan tubuhnya dalam telapak. Sementara itu pertarungan diluar gelanggang telah berlangsung mendekati lima puluh jurus, Thian-hong pangcu masih tetap ganas bagaikan singa, sedang empat orang lawannya kian lama kian bertambah payah dan mulai tak sanggup mempertahankan diri.
856 Nenek tua berambut uban diam-diam melirik sekejap kearah belakang, ketika melihat dirinya tepat berada dimulut jalan keluar yang sengaja dibuat para jago, dalam hati kecilnya ia ambil keputusan, pikirnya. "Dalam keadaan yang menentukan antara mati dan hidup, aku tak dapat memikirkan keselamatan kalian lagi." Berpikir sampai disitu, mendadak ia membentak keras. "Aku akan mengadu jiwa dengan dirimu" Sepasang telapak diayun kedepan, namun tiada angin pukulan yang meluncur keluar, tubuh-nya merandek dan segera meluncur kearah belakang. Thian-hong pangcu yang memegang posisi telah lebih menguntungkan tidak ambil peduli mau mengadu jiwa atau tidak. napsu membunuh terlintas diatas wajahnya, sepasang telapaknya diayun kedepan dengan jurus menjaga naga dari ribuan li lima gulung angin desiran tajam langsung menerobos kearah depan. pada saat yang besamaan telapak kirinya laksana kilat melancarkan tiga pukulan yang memaksa tiga orang musuh lainnya mau tak mau harus kerahkan segenap kekuatan tenaga yang dimilikinya untuk melindungi diri. Dua serangan dilancarkan bersamaan dan sedikitpun tidak terlihat mana lebih dahulu mana lebih belakangan, dari sini dapat diketahui betapa dahsyatnya tenaga dalam yang dimiliki perempuan ini. Satu jeritan ngeri yang menyayatkan hati berkumandang memecah kesunyian...... . Plookk Mengerti tenaga dorongan kedepan nenek berambut uban itu roboh terjengkang sejauh tujuh tombak kedepan, ia muntah darah segar berulang kali, badannya lemas tak bertenaga dan segenap tenaga dalamnya punah tak berbekas.
857 Dengan susah payah ia merangkak bangun, gumamnya dengan suara pedih. "Dari pada hidup sengsara lebih baik mati " Dengan kekalahan yang diderita nenek berambut uban itu, tiga orang rekannya menjadi amat terperanjat, jurus serangan mereka semakin kalut dan tidak karuan, sejak permulaan tadi mereka sudah menyadari bahwa kepandaiannya bukan tandingan lawan, apa lagi sekarang setelah seorang rekannya roboh, semakin tipis harapan mereka untuk merebut kemenangan. Baru saja jeritan ngeri dari nenek berambut uban itu sirap. serentetan jeritan ngeri telah bergema memecahkan kesunyian, salah seorang diantara tiga pelindung hukum roboh pula keatas tanah dengan ilmu silatnya punah tak berbekas. Pada waktu itulah.... mendadak dari dalam ruangan berkumandang tiga kali jeritan ngeri disusul sesosok bayangan manusia berkelebat melewati atas kepala Dewi burung hong dan laksana kilat kabur kearah mulut lembah. Reaksi Dewi burung hong cukup cepat, akan tetapi untuk beberapa saat lamanya ia dibuat tertegun juga . Tiba-tiba terdengar Gak In Ling membentak keras, "Budha antik, sekalipun engkau kabur ke ujung langit atau kedasar lautan, ini hari jangan harap engkau bisa lolos dari cengkraman siau-ya mu...?" Mengikuti seruan tersebut, sesosok bayangan hitam menembusi angkasa dan mengejar keluar. "Engko Ling " teriak Dewi burung hong diapun enjotkan badan dan menyusul dari belakang. Thian-hong pangcu paling gelisah, ia rela melepaskan jabatannya sebagai ketua kesemuanya ini bukan lain karena Gak In Ling, telapaknya berkelebat berulang kali dan tiba-tiba ia mengeluarkan jurus naga sakti burung hong indah,
858 segumpal bayangan menyelimuti seluruh angkasa, dua jeritan ngeri berkumandang saling susul menyusul. Thian-hong pangcu sama sekali tidak memandang sekejappun kearah empat orang lawannya, dia melayang keudara dan berseru. "Jaga mereka baik - baik " Sementara itu Budha antik telah berada beberapa ratus tombak didepan, Gak In Ling yang harus membinasakan tiga orang Tibet lebih dahulu-agak lambat menyusul pendeta itu lagi, karenanya ia ketinggalan lima puluh tombak lebih dari Budha antik. Dewi burung hong berada dua puluh tombak dibelakang si anak muda itu, sedangkan Thian hong pangcu berada dibarisan paling belakang. Sementara itu Budha antik sudah hampir mendekati sebuah hutan lebat diluar lembah, Gak In Ling yang menyaksikan hal itu menjadi amat gelisah. Pada saat itulah, tiba-tiba dari mulut lembah muncul Malaikat raksasa bermuka merah yang tingginya beberapa tombak itu, dua puluh tombak dibelakangnya mengikuti manusia bertato sembilan naga, rupanya manusia bertato itu sedang mengejar malaikat raksasa. Dewi burung hong menjadi sangat kegirangan, segera teriaknya. "Heeii, Malaikat raksasa bermuka merah, cepat hadang hwesio itu untuk maJikan mudamu!" Malaikat raksasa bermuka merah segera menengadah keatas, ia melihat kurang lebih dua puluh tombak dihadapannya benar-benar berkelebat datang seorang hwesio gundul. Tanpa berpikir panjang lagi ia menjulurkan tangannya kedepan, bagaikan sedang mengusir ayam kecil serunya. "Sssstt sssttt... Hweesio, ayo kembali kamu "
859 Sementara hu Budha antik sedang melarikan diri terbiritbirit bagaikan seekor anjing yang kena digebuk, ketika melihat seorang manusia raksasa menghadang jalan perginya, napsu membunuh segera timbul dalam hatinya, dalam hati ia berpikir. "Maknya manusia tolol seperti itupun bisa hidup sampai ini hari ?" Sementara otaknya masih berputar, ia sudah tiba kurang lebih satu tombak dihadapan Malaikat raksasa bermuka merah, ia segera membentak keras. "Bocah keparat, rupanya kau ingin mampus " Dengan jurus menghancur ratakan lima buki, dia hajar dada Malaikat raksasa bermuka merah. Malaikat raksasa bermuka merah itu tertegun, bathinnya. "Hweesio, kau keliru kalau menghantam dadaku " "Blaaamm.." Ditengah benturan keras, debu dan pasir beterbangan memenuhi angkasa. Malaikat raksasa bermuka merah terdorong mundur lima langkah kebelakang, dengan mata melotot, makinya. "Keledai gundul, toaya mu tokh tak pernah terikat hubUngan dendam atau sakit hati dengan dirimu, kenapa baru saja bertemu tanpa pikir panjang engkau Ia ntas pukul orang ? Kau mengerti peraturan atau tidak?" Sementara itu Manusia bertato sembilan naga telah menyusul datang, ia memperhatikan Malaikat raksasa bermuka merah beberapa waktu lamanya, kemudian menyambung. "Engkau sendiri tidak tahu aturan, inilah yang dinamakan kalau tidak bertempur tak akan mengenal " Budha antik sendiri yang menyaksikan serangannya bukan saja gagal untuk merobohkan lawannya, malahan telapak sendiri terasa amat sakit, hatinya menjadi terkesiap pikirnya.
860 "Aaaahh Benarkah dikolong langit terdapat orang yang berkepandaian semacam ini..." Berpikir sampai disitu, ia tidak berani maju dan cepat-cepat melayang kearah samping kanan. Siapa tahu baru saja ia menggerakkan tubuhnya, tiba-tiba terdengar serentetan suara teguran yang amat dingin berkumandang datang. "Budha antik, nyonya mudamu sudah lama menantikan dirimu disini " Budha antik merasa amat terperanjat, ia menengadah keatas dan terlihatlah orang yang menghadang jalan perginya bukan lain adalah Dewi burung hong atau Bwee Giok Siang. Ia menyadari akan kelihayan musuhnya, tanpa berpikir panjang tubuhnya segera berganti arah dan kabur dari sebelah kiri, akan tetapi ini segera menemukan disamping manusia bertato sembilan naga kini telah bertambah dengan Thian-hong pangcu yang berkain cadar diatas wajahnya. Tiga penjuru telah dihadang oieh lawan, tangguh, terpaksa ia harus mengundurkan diri kebelakang. "Budha antik," serentetan suara teguran yang amat menyeramkan berkumandang memecahkan kesunyian. "Apakah engkau tidak ingin melihat jalan terakhir yang masih ada ?" Budha antik tahu Gak In Ling lah yang berada diarah belakang, kini dia benar-benar berada dalam kepungan lawan bahkan musuh-musuh yang mengurung dirinya diempat penjuru rata- rata memiliki tenaga dalam yang jauh berada diatas kepandaiannya. Untuk pertama kalinya Budha antik merasa bahwa kesempatan hidup baginya terlalu tipis, karena dalam hal
861 tenaga dalam maupun kecerdasan, semua orang musuhnya jauh lebih ampuh daripada dirinya. "Aku harus beradu jiwa." pikir Budha antik didalam hati, "bisa membunuh seorang berarti aku dapat menarik kembali sebagian modalku" Setelah ingatan tersebut berkelebat dalam benaknya, dia segera ambil keputusan keji, kepada Gak In Ling ujarnya dengan suara menyeramkan sekali. "Bocah keparat she Gak kalian boleh maju bersama " "Hmm Budha antik, engkau menganggap dirimu pantas untuk menghadapi kami bersama ?" "Haaaahh haaaaabh haaaaabh tidak pantas- ? Kalau tidak tidak pantas mengapa engkau gunakan begitu banyak orang untuk mengepung diriku ?" "Kalau engkau tidak kabur, mungkin orang segan untuk memandang sekejappun kepadamu." "Gak In Ling, apa yang hendak kau lakukan terhadap diriku ?" "Menghukum mati engkau secara perlahan-lahan " Suaranya dingin menyeramkan membuat bulu kuduk semua orang-orang pada bangun berdiri. Tanpa sadar Budha antik mundur dua langkah kebelakang, sorot matanya yang mengerikan menatap wajah musuhnya tanpa berkedip. Sementara Dewi burung hong berdua dengan rasa ngeri memandang wajah pemuda itu, seolah-olah mereka tak percaya kalau perkataan tersebut diutarakan dari mulutnya. Budha antik tarik napas panjang, katanya dengan suara berat. "Hmm Belum tentu engkau dapat melakukannya."
862 Sambil berbicara, dengan keraskan hati ia maju selangkah kedepan- Gak In Ling tertawa dingin, ejeknya. "Ayo... Silahkan turun tangan-.." "Duel diantara kita berdua ?" seru Budha, antik sambil menyapu sekejap kearah dua orang gadis disampingnya. "Hmm Engkau belum pantas untuk menerima pengerubutan dari kami..." Budha antik menyadari bahwa pertarungan sengit tidak dapat dihindarkan lagi, ia segera membentak keras. "Aku akan mengadu jiwa dengan dirimu " Menggunakan jurus guntur dan petir saling menyambar, laksana kilat ia menghantam tubuh Gak In Ling, kecepatan geraknya menyerupai suatu serangan sergapan. Napsu membunuh telah menyelimuti seluruh angkasa, kedahsyatannya benar-benar mengerikan. Sejak semula Budha antik sudah mengetahui bahwa Gak In Ling memiliki ilmu telapak maut yang maha dahsyat, akan tetapi dia tahu kalau kepandaian tersebut belum berhasil mencapai kesempurnaan, karenanya dalam hati ia tidak begitu merasa takut dengan dirinya, akan tetapi sekarang setelah menyaksikan datangnya pukulan itu, ia merasa amat terperanjat. Tatkala racun keji masih bersarang dalam tubuh Gak In Ling, telapak mautnya hanya bisa digunakan dalam lima bagian tenaga saja, warna merah belum menyelimuti ujung jari, akan tetapi sekarang seluruh telapaknya telah berubah menjadi merah darah. Untuk menghadapi tenaga pukulan sebesar lima bagian pun Budha antik sudah tak tahan apa lagi saat ini Gak In Ling telah mempergunakan tenaga pukulannya sehingga mencapai
863 sepuluh bagian, bisa dibayangkan betapa terperanjatnya hati padri itu. Thian-hong pangcu sendiripun merasa amat terperanjat, ditengah kekagetan ia juga merasa gembira, sebab dari kedahsyatan angin pukulan dari Gak In Ling dia mengetahui bahwa racun keji yang mengeram dalam tubuhnya telah lenyap tak berbekas. Dan sekejap mata dua orang itu sudah saling bergebrak sebanyak lima jurus, semua serangan dilakukan dengan gerakan cepat bagaikan sambaran kilat, rupanya dia ingin cepat-cepat menyelesaikan pertarungan tersebut . Perasaan takut yang muncul dalam hati kecilnya ditambah tenaga dalam yang bukan tandingan memaksa permainan jurus Budha antik kian lama kian bertambah kalut, wajah ramah yang semula menghiasi mukanya kini sudah lenyap tak berbekas, sorot mata yang saleh berubah menjadi sorot mata penuh kelicikan dan kekejian seringkali dan menyapu sekitar tempat itu berusaha untuk mencari titik kelemahan dan meloloskan diri dari sana. Dewi burung hong yang meyaksikan tingkah laku padri itu, segera tertawa dingin dan memperingatkan. "Budha antik, lebih baik engkau tak usah memikirkan rencana busuk. aku siap menghadapi setiap rencana busukmu itu!!" Melihat rahasianya ketahuan, Budha antik semakin terperanjat, rasa bencinya terhadap gadis itu merasuk hingga tulang sumsum, akan tetapi meskipun ia merasa benci tapi rencana untuk meloloskan diri belum lenyap dari dalam benaknya. Secara beruntun Gak In Ling melancarkan tiga buah pukulan berantai, lalu sambil tertawa seram, ejeknya.
864 "Budha antik, siau-ya akan melihatjantung dan hatimu berwarna merah atau hitam " Budha antik melancarkan tiga buah pukulan berantai untuk memunahkan datangnya ancaman tersebut, sambil berusaha menenteramkan hatinya ia menjawab. "Jantungku berada dalam dada, kalau engkau punya kepandaian, silahkan periksa sendiri " Sepasang alis mata Gak In Ling tiba-tiba berkenyit, jurus serangannya berubah dan bentaknya keras- keras. "Lihat serangan " Bayangan manusia berkelebat lewat, tiba-tiba ia menerobos masuk ketengah lapisan bayangan telapak dari Budha antik. Dewi burung hong berdua yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat terperanjat, tanpa sadar mereka masing-masing maju selangkah kedepan- Pada saat itu, dari tengah gelanggang berkumandang suara-jeritan Budha antik yang menyayatkan hati. Jeritan itu menghentikan langkah kaki dari dua gadis tersebut, mereka menengadah keatas dan merasa kan hatinya bergetar keras. Tampaklah Gak In Ling mencekal sebuah lengan kanan Budha antik yang mengucurkan darah. sorot matanya memancarkan sinar kebengisan. Sepasang alis matanya berkenyit dan tampangnya mengerikan sekali. Budha antik mundur tiga tombak kebelakang mukanya yang merah padam memancarkan rasa kesakitan yang luar biasa, kian lama paras mukanya kian bertambah pucat, mungkin ia masih merasa berat hati untuk meninggalkan dunia yang fana ini, maka dengan sorot mata yang bulat besar dan memancarkan sinar ketakutan ia menatap wajah Gak In Ling tanpa berkedip. ia lupa untuk mengerahkan tenaga dalamnya guna menyumbat aliran darah dari mulut lukanya.
865 Tiada perasaan kasihan atau iba terpancar diatas wajah Gak In Ling, pada saat ini perasaan hatinya seolah telah berubah menjadi kaku dan membesi, dengan penuh kebengisan serunya. "Budha antik, aku rasa tujuanku sudah hampir tercapai." Budha antik tak dapat menguasai diri lagi ia mundur lagi, ia mundur tiga langkah kebelakang dan berseru dengan gugup, "Gak In Ling. seorang persilatan baru saja mulai mempercayai akan hati kependekaranku, tetapi..." "Tetapi sekarang aku hendak melepaskan engkau dengan tanganku sendiri, bukankah begitu" Sindir Gak In Ling sambil tertawa seram. "Tidak salah " jawab Budha antik sambil mengangguk," aku merasa sayang untuk itu." Suara tertawa panjang yang nyaring dan keras bergema menembusi angkasa, ditengah gelak tertawa tersebut meliputi rasa sedih yang kelewat batas, membuat siapapun yang mendengar dapat ikut merasakan ketidak enakan nada tersebut. Lama....... lama sekali Gak In Ling menghentikan gelak tertawa nya, dengan suara tajam ia menyindir. "Budha antik, mengapa engkau mengkhawatirkan keselamatanku ?" Budha antik tidak malu disebut sebagai seorang pemimpin persilatan, mendengar sindiran tersebut dengan berterus terang ia menjawab. "Demi kehidupan mau tak mau aku harus memperingatkan dirimu, kalau orang yang hendak kau bunuh adalah orang lain dan bukan diriku, aku akan lebih suka melihat engkau membunuh beberapa orang lagi agar manusia dikolong langit daripada membenci dirimu,"
866 Perlahan-lahan Gak In Ling maju kedepan, mendekati Budha antik katanya dengan nada menyeramkan- "Tahukah engkau perasaan hati apakah yang kubawa ketika meninggalkan lembah oh-liong-kok?" "Aku tahu, tetapi aku tidak mengharapkan untuk tahu" Gak In Ling tertawa terbahak-bahak. "Haaaaahh... haaaaaahh haaahh... perduli engkau mengharapkan atau tidak pokok-nya aku telah munculkan diri, ketika masih berada dalam lembah oh-liong-kok aku telah menelan racun untuk berlatih kepandaian aku telah memandang enteng soal mati hidup, kalau mati hiduppun sudah kukesampingkan, hey keledai bangsat, yang berpura berbudi seperti engkau, dapatkah aku lepaskan dirimu hanya dikarenakan soal nama ?" Satu-satunya harapan Budha antik untuk hidup ikut lenyap bersama dengan ucapan tersebut. Sekarang dia hanya dapat memilih bagaimana caranya untuk menerima kematian tersebut. Dengan pandangan dingin diliriknya sekejap kearah Gak In Ling, tiba-tiba telapak kirinya laksana kilat diayun keatas ubun-ubun sendiri, tidak salah, inilah caranya kematian yang paling bersih. Tetapi sayang seribu kali sayang ia cepat, Gak In Ling jauh lebih cepat, baru saja dia ayunkan telapaknya tiba-tiba terdengar Gak In Ling membentak nyaring. "Huuuh... Tidak akan semudah itu " Bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu lengan kiri Budha antik telah berpindah tangan- Mimpipun Budha antik tak pernah menduga kalau Gak In Ling bakal bersikap begitu kejamterhadap dirinya, dari putus asa ia menjadi naik pitam, bentaknya keras- keras. "Gak In
867 Ling, kau apa yang hendak kau lakukan atas diri Hud-ya mu ?" Gak In Ling tertawa seram. "Heeeehh. heeeeehh heeeehh andaikata engkau masih beruntung, maka akan ku suruh kau Saksikan sendiri apakah warna jantung mu yang sebenarnya ?" Dengan sorot matanya yang ngeri Dewi burung hong berdua memandang kearah Gak In Ling tanpa berkedip mereka sama sekali tak menduga kalau si anak mudaitu secara tiba-tiba dapat berubah menjadi begitu kejamnya, dalam waktu yang amat singkat itu seakan-akan ia telah berubah menjadi seorang manusia lain- Lengan kiri Budha antik telah terjatuh ketangan orang, dalam gelisahnya tiba-tiba satu ingatan berkelebat dalam benaknya, ia tundukkan kepalanya dan menggigit lidahnya sendiri. Gerakan ini tak mungkin bisa dihadang dengan cara apapun, napsu membunuh seketika memancar keluar dari balik mata Gak In Ling mendadak tangan kirinya laksana kilat menusuk keatas dada Budha antik, gerakannya amat cepat dan sukar dilukiskan dengan kata-kata. Belum sempat Budha antik menggigit putus lidah sendiri, mendadak ia menjerit ngeri, Sekujur badannya gemetar keras dan perlahan-lahan ia roboh terkapar diatas tanah. Tangan kiri Gak In Ling masih tetap menancap diatas dada lawan, darah segar mengucur keluar membasahi seluruh tubuh pemuda itu dan menetes keatas tanah. Sekuat tenaga Gak In Ling menarik kembali tangannya, dua orang gadis itu segera menjerit kaget dan putar badannya. Dalam genggaman si anak muda itu telah bertambah dengan sebuah jantung manusia yang masih mengucurkan darah, sorot matanya yang merah darah menatap tajam wajah
868 Budha antik yang kaku dan hijau membesi itu, ujarnya dengan suara berat. "Budha antik, lihatlah Jantungmu juga berwarna merah, seperti halnya dengan jantung orang lain, akan tetapi dalam detak jantung tersebut semasa dalam tubuhmu, kau... kau secara kejam telah membinasakan seseorang yang sama sekali tidak ada sangkutpautnya dengan dirimu." Budha antik tidak dapat berbicara lagi, dengan kaku ia memandang kearah jantung sendiri perlahan-lahan matanya terkatup dan binasalah padri gadungan yang sudah banyak melakukan kejahatan itu. Perlahan-lahan Gak In Ling membuang jantung itu keatas dada jenazah dari Budha antik dengan kaku ia menengadah keatas memandang awan yang tergerak diangkasa, seakanakan ia sedang berdoa. Malaikat raksasa bermuka merah menghembuskan napas panjang, seakan-akan dia akan membuang semua kengerian yang dilihatnya selama ini dalam hembusan tersebut. Dewi burung hong pun putar badannya kembali, ia tidak berani memandang kearah jenazahnya Budha antik, buru-buru ia menghampiri Gak In Ling sambil ujarnya dengan lembut. "Engko Ling, ayo jalan, kita cuci tangan dulu " Sambil berpaling lalu memerintahnya. "Kim-kong, seret mayat itu dan kubur disini disuatu tempat " Pada saat yang persamaan, Thian-hong pang cu pun sedang memerintahkan. "Manusia bertato sembilan naga, seret mayat itu dari sini " Baru saja Malaikat raksasa bermuka merah maju selangkah kedepan, Manusia bertato sembilan naga telah keburu berseru.
869 "Hey Bocah gede,jangan usik-usik mayat itu, akulah yang mendapat perintah untuk mengurusinya." "omong kosong," teriak Malaikat raksasa bermuka merah dengan mata melotot besar, "terang-terangan akulah yang mendapat perintah, siapa yang suruh engkau?" "Kurang ajar, engkau hendak ajak aku untuk berkelahi ?" teriak Manusia bertato sembilan naga dengan dahi berkerut. "Berkelahi ? Kenapa, engkau mau berkelahi ?" "Aku muak melihat tampangmu itu." Dengan pandangan mata yang tajam Malaikat raksasa bermuka merah memperhatikan pula lawannya beberapa saat, kemudian berteriak. "Aku sendiri pun makin lihat tampangmu semakin muak, memandang ketololanmu yang kelewat batas aku menjadi kheki, mari mari mari siapa yang menang dialah yang berhak mengubur mayat ini." Gak In Ling memutar badan, pikirnya didalam hati dengan perasaan keheranan. "Belum pernah kutemui ada orang yang berkelahi dengan taruhan mengubur mayat, mereka berdua memang samasama tololnya " Dewi burung hong mengerutkan dahinya, ia hendak menghardik dua orang manusia tolol itu, buru-buru Gak In Ling menarik tangannya sambil berbisik. "Adik Siang, jangan urusi dia Biar mereka berdua berkelahi dulu, kalau tidak mereka-tidak akan puas dengan pihak yang lain, Jika sampai bertemu dengan musuh tangguh maka mereka tak bisa bekerja sama untuk bertempur kalau sampai begitu bukankah kita yang bakal- repot."
870 Gak In Ling yang menarik tanganBwee Giok Siang dapat terlihat pula oleh Thian-hong pangcu, ia merasa sedih dan pikirnya didalam hati. "Bagaimanapun juga Gak In Ling jauh lebih menaruh perhatian terhadap dirinya daripada terhadap diriku, aaaii. Kalau aku tidak menjabat sebagai pangcu saatu perkumpulan, mungkin pada saat ini aku telah berada bersama dirinya." Berpikir sampai disini ia lantas menengadah kebetulan sekali terbentur dengan sorot mata dari Gak In Ling, tampaklah pemuda itu gelengkan kepalanya mencegah dia untuk buka suara. Thian-hong pangcu merasakan hatinya menjadi hangat, tanpa sadar diapun mengangguk. "Baik, kalau begitu kita lakukan secara demikian saja," terdengar Manusia bertato sembilan naga anggukan kepala dan siap untuk turun tangan. "Tunggu sebentar," tiba-tiba Malaikat raksasa bermuka merah berteriak keras, "aku akan lepas pakaian lebih dahulu," "Sekalipun pakai pakaian pukulanku juga bisa menembusi tubuhmu, kenapa mesti dilepas?" "Engkau tahu apa ?" Maki Malaikat raksasa bermuka merah dengan mata melotot besar, "pakaianku ini tak mempan dipukul atau dibacok aku tak sudi mencari keuntungan dari situ." Sementara masih berbicara, ia telah melepaskan pakaian warna hitamnya sehingga tampaklah dadanya yang bidang. "Baik, akupun tak akan mencari keuntungan dengan senjataku ini," seru Manusia bertato sembilan naga sambil membuang toyanya, "katakanlah Bagaimana kalau engkau hantam diriku tiga kali lebih dahulu kemudian baru aku menghantam tiga kali kepadamu?"
871 "Baik Berdirilah yang tegak." Ia tarik napas panjang dan segera membentak keras. "Sambutlah pukulan menyapu rata lima bukit ini " Sambil maju ke depan dia lancarkan satu pukulan kearah dada lawan- "Blaaaamm " Benturan keras menggeletar diangkasa, pasir dia debu beterbangan di seluruh permukaan. Malaikat raksasa bermuka merah hanya terdorong mundur dua langkah kebelakang, gumam nya. "Hmm Lumayan juga , masih ada tenaga nya." Manusia bertato sembilan naga sendiri hanya merasakan telapaknya menjadi linu dan kaku gerutunya didalam hati. "Keparat ini mempunyai ilmu simpanan juga , pukulan tadi telah menggunakan tenaga sebesar tujuh bagian, kenapa dia hanya terdorong mundur sejauh dua langkah saja?" Berpikir sampai disitu ia membentak keras lagi, dengan jurus yang sama yakni menyapu rata lima bukit akan tetapi dengan tenaga pukulan sebesar sembilan bagian ia menghantam dada lawan- Kali ini Malaikat raksasa bermuka merah terdorong mundur lima langkah kebelakang. dadanya terasa sakit, ini mengejutkan hatinya. "Aaaaah.Jadi didalam pukulan pertamanya tadi ia belum menggunakan tenaga penuh. Hmm. booah ini pandai juga melepaskan budi," pikirnya dihati. Manusia bertato sembilan naga sendiri pun merasa kaget, ia tahu kendatipun menggunakan tenaga sebesar sepuluh bagian belum tentu lawannya bisa dirobohkan. Biji matanya yang besar berputar tiada hentinya, tiba-tiba ia berseru. "Hey keparat gede, ayo maju beberapa langkah kedepan, terlalu jauh disana "
872 "Apa bedanya berdiri dihadapanmu " Sambil berseru Malaikat raksasa maju kedepan dengan langkah lebar. Siapa tahu baru saja ia maju kedepan, tiba-tiba Manusia bertato sembilan naga membentak keras, menggunakan kesempatan dikala kuda-kudanya belum teguh ia maju menyerang dengan jurus "menjepit bukit mengaduk samudra." Malaikat raksasa bermuka merah merasa amat terperanjat, untuk menahan diri sudah tak sempat lagi Duuukk Ia terhantam Sehingga mundur tuju delapan langkah ke belakang dan jatuh terjungkal keatas tanah. Manusia bertato sembilan naga merasa amat bangga katanya. "Bagaimana ? Mengaku kalah tidak ?" "Keparat setan," maki Malaikat raksasa bermuka merah sambil loncat bangun, "aku masih mengira engkau cukup bersahabat ? Rupanya engkau sedang menipu orang. Keparat, toa-ya mutak akan mengaku kalah, bersiap-siaplah akan kuhajar pula dirimu dua kali sebelum menjungkir balikkan badanmu,. " Manusia bertato sembilan naga tarik napas panjangpanjang dan menghimpun segenap kekuatannya diatas dada, lalu sambil mengangguk kata nya. "Marilah " Malaikat raksasa bermuka merah membentak keras, tibatiba telapaknya yang besar melancarkan serangan dahsyat kedepan dengan jurus menjerat bukit menguruk samudra, Manusia bertato sembilan naga adalah seorang manusia bodoh, meskipun tadi ia mendapat akal untuk menipu lawannya sehingga roboh terjengkang keatas tanah, akan tetapi dia tak menyangka kalau Malaikat bermuka merah bakal membohongi pula dirinya. "Kali ini kerugian yang diderita olehnya jauh lebih besar dari pada kerugian yang diderita Malaikat raksasa bermuka
873 merah sebelumnya, ia terhantam sampai mencelat sejauh dua tombak lebih dan mencium tanah. "Bagus bagus.......^. bagus Ini namanya satu diganti satu," teriak Malaikat raksasa bermuka merah sambil tertawa, "engkau membohongi aku satu kali sekarang akupun membohongi dirimu satu kali marilah Sekarang sambutlah kembali dua buah pukulan berikutnya." Manusia bertato sembilan naga merangkak bangun dari atas tanah, dari pukulan yang diterimanya tadi ia tahu bahwa tenaga dalam yang di miliki Malaikat raksasa bermuka merah jauh di atas kepandaiannya dengan muka masam segera serunya. "Tunggu sebentar, urusan pribadi harus di selesaikan secara pribadi, urusan dinas harus di selesaikan secara dinas, kalau mau berkelahi tunggulah sampai aku menyelesaikan urusan dinas lebih dahulu..." Berbicara sampai disitu ia lantas maju ke hadapan Thianhong pangcu dan berkata setelah memberi hormat. "Lapor pangcu, Tongcu burung hong emas Liu Yau Kim dengan membawa para anak buahnya telah mendirikan perkemahan diluar lembah, harap pangcu memberi perintah." "Suruh mereka masuk " sahut Thian-hong pangcu dengan hati girang. "Kalau mereka masuk. bukankah kita semua bakal terkepung ?" Thian-hong pangcu melirik sekejap kearah Dewi burung hong, kemudian sahutnya. "Dia adalah seorang ketua dariperguruan Lam-hay-pay, dan sekarang dia tak akan bertempur melawan dirimu lagi." "Kalau memang begitu, harap pangcu mengutus orang lain saja, aku masih harus bertempur melawan keparat gede itu." "Engkau bukan tandingannya.."
874 Sementara itu Dewi burung hong sendiri dengan ilmu menyampaikan suara telah berkata kepada Malaikat raksasa bermuka merah. "Kim-kong, bawalah pergi mayat itu, kalau nanti Manusia bertato sembilan naga mengejar dirimu, engkau tak boleh sucgguh-sungguh melukai dirinya, sebab inilah maksud dari maJikan muda" "Aku mengerti " Sambil menyeret mayat Budha antik dengan langkah lebar ia berlalu dari sana. Manusia bertato sembilan naga yang melihat lawannya sudah kabur sambil membawa mayat tersebut dan diatas tanah hanya tinggal sebuah jantung dan segumpal darah, buru-buru menyambar jantung tersebut dan mengejar dari belakang. "Hey bocah keparat, engkau belum menang," teriaknya keras-keras. Dewi burung hong yang menyaksikan hal itu tidak bisa berbuat apa- apa, kecuali gelengkankan kepalanya dan tertawa. Sementara itu dari luar lembah berkelebat datang seorang nyonya setengah baya yang berbaju hijau, wajahnya cantik dan gerakan tubuhnya enteng sekali, setiba dihadapan Thianhong pangcu ia segera memberi hormat dan berkata. "Hamba menghunjuk hormat kepada pangcu " "Hm Tadi Manusia bertato sembilan naga telah menyebut tentang dirimu..." sahut Thian hong pangcu sambil mengangguk. "Lapor pangcu. berhubung hamba merasa tak tega maka setelah selesai mengatur persiapan hamba sengaja masuk lebih dahulu kedalam lembah untuk berjumpa dengan pangcu, musuh yang mengepung lembah ini banyak sekali jumlahnya, aku melihat mereka ada rencana untuk mengepung kita sampai mati."
875 Dewi burung hong yang mendengar perkataan itu diamdiam merasa geli, namun ia tak banyak bicara. "Tempat ini sud ah tak bakal terjadi pertempuran sengit lagi," sahut Thian-hong pangcu sambil gelengkan kepalanya, "kedatanganmu sungguh kebetulan sekali, sekarang kumpukan mereka semua ditempat ini, aku ada urusan hendak disampaikan kepada mereka." "Pangcu..." seru perempuan setengah baya itu dengan wajah tertegun. "Tak usah banyak tanya, sebentar lagi engkau akan tahu sendiri." "Hamba Liu Yau Kim terima perintah," habis berkata ia buru-buru berlalu. "Liu Tougcu, sambutlah benda ini " Tibatiba Dewi burung hong berseru. Tangannya diayun dan sebuah tanda perintah kumala putih dengan cepat meluncur kearah Tongcu burung hong emas Liu Yau Kim. Perempuan itu miringkan badannya dan menangkap tanda perintah tersebut, setelah dia mati sebentar mula-mula ia nampak tertegun, kemudian seperti memahami akan sesuatu serunya. "Liu Yau Kim mengucapkan banyak terima kasih " Sepeninggalnya perempuan itu Thian-hong pangcu melirik sekejap kearah Dewi burung hong kemudian ujarnya dengan hambar. "Nona Bwee, apakah siau-moay dapat menyelesaikan dahulu persoalan dalam tubuh perkumpulan sebelum kita menentukan siapa menang dan siapa kalah ?" "Tentu saja, cuma dimanakah ada air dalam lembah ini ? Kita harus mencuci bersih lebih dahulu tangannya."
876 "Tak usah terburu-buru," jawab Gak In Ling sambil menggeleng kepala kepada Thian -hong pangcu ujarnya lebih jauh. "Apakah nona akan menyerahkan kedudukan ketua kepada orang lain ?" Untuk pertama kalinya Thiaa-hong pangcu mendengar Gak In Ling menyebut dirinya dengan sebutan itu, dalam hati kecilnya timbul suatu perasaan yang sukar dilukiskan dengan kata-kata meskipun tidak terhitung mesra akan tetapi kedengarannya jauh lebih akrab Jika dibandingkan dengan panggilan "pangcu." "Benar "jawab gadis itu setelah mengawasipemuda tersebut beberapa saat lamanya. "Aku rasa, nona sudah sepantasnya berpikir demi kepentingan umum, janganlah bertindak menuruti emosi." Thian- hong pangcu menyapu sekejap kearahnya, kemudian dengan tegas gelengkan kepalanya. "Aku telah ambil keputusan dalam persoalan ini, lagi pula urusan ini adalah masalah perkumpulan kami sendiri, kongcu " Mendadak ia merasa tak tenang dan buru-buru tutup mulutnya kembali. Gak In Ling diam-diam merasa terperanjat, segera ujarnya. "Kalau begitu, akulah yang terlalu banyak urusan." saking gelisahnya hampir saja Thian-hong pangcu menangis, ia segera berteriak. "Aku.. aku... kongcu, kau... kau jangan salah paham." Sedari permulaan Dewi burung hong atau Bwee Giok jilang telah menganggap gadis tersebut sebagai adiknya, melihat kejadian itu, sambil tertawa merdu segera ujarnya. "Engko Ling, masa engkau masih tak dapat melihatnya? Menghadapi persoalan yang ada dikolong langit, yang bisa
877 dilakukan, lakukanlah, kalau tidak bisa melakukan janganlah dilakukan kita tak boleh tak tahu gelagat, lagi pula bagi seorang perempuan tokh tak dapat selama hidup sampai tua selalu berada dalam perkumpulan." Untuk pertama kalinya dari pancaran mata Thian-hong pangcu memperlihatkan rasa terima kasin- yang amat mendalam terhadap diri Bwee Giok Siang, namun tak sepatah kata pun yang diutarakan. Seperti telah memahami akan sesuatu Gak In Ling segera tertawa, tertawanya penuh kepahitan karena ia teringat kembali akan dua orang gadis lainnya "Mari kita pergi " seru Bwee Giok Siang memecahkan kesunyian, tiga orang itu segera berangkat menuju kedepan bangunan rumah itu. Empat pengkhianat telah dibekuk oleh anak buah perkumpulan Thian-hong pang, ketika semua yang menyaksikan kedatangan ketuanya, sorot mata mereka segera ditunjukan keatas wajah Thian-hong pangcu untuk menantikan keputusannya yang terakhir. Dengan pandangan dingin Thian-hong pang cu menyapu sekejap kearah empat orang nenek tua itu, mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa. Sementara itu dari mulut lembah telah muncul tujuh delapan puluh orang banyaknya, orang yang berjalan dipaling depan bukan lain adalah Tongcu burung hong emas Liu Yau Ki. Setibanya di tengah gelanggang dan ketika menyaksikan keadaan yang mengenaskan dari tiga orang pelindung hukum serta seorang tongcunya, dengan perasaan terjeblos katanya. "Kemana perginya Tongcu burung hong kemala, Tiat-bin Popo?"
878 "Ia pergi mencari dirimu " jawab Thian-hong pangcu sambil menggeleng hambar. Dari sakunya dia ambil keluar sebuah tanda perintah kumala yang berdasarkan merah dengan ukiran seekor burung hong putih, sambil diberikan kepada Liu Yau Kim katanya. "Liu Tongcu, terimalah benda ini " Melihat bendaitu, dengan terperanjat Liu Yau Kim segera jatuhkan diri berlutut diatas tanah, katanya. "Pangcu, hamba tak berani menerimanya " "Thian-hong pang sejak didirikan selalu bersatu padu menghadapi mara bahaya, ada senang dirasakan bersama ada bencana ditanggung berbareng, akan tetapi setelah terjatuh ketanganku ternyata ada oknum-oknum yang berani berkhianat serta bersekongkol dengan musuh, ini membuktikan bahwa aku memang tak mampu menduduki jabatan sebagai ketua, karena itu bagaimanapun juga kedudukan pangcu ini harus kuserahkan kepada orang lain-.." Semua anggota perkumpulan Thian-hong pang yang mendengar perkataan itu menjadi ketakutan dan sama-sama jatuhkan diri berlutut diatas tanah, para anggota lainnya yang baru datang dan tak tahu urusan, ketika melihat rekanrekannya pada berlutut dengan muka murung, mereka segera ikut jatuhkan diri berlutut. Dengan air mata bercucuran Liu Yau Kim berkata. "Sejak kecil pangcu sudah dianugerahi untuk mengepalai perkumpulan Thian-hong pang, garis kebijaksanaan pangcu selama ini adalah menolong kaum lemah dan menyayangi semua anggota perkumpulan bagaikan menyayangi diri sendiri, akan tetapi pangcu pun harus tahu dikolong langit banyak sekali terdapat manusia-manusia yang tak kenal budi, kalau kita mengambil mereka sebagai patokan, entah berapa banya manusia yang sungguh-sungguh baik-dikolong langit? Karena itu hamba harap pangcu suka menyayangi jerih payah cou-su kita dalam mendirikan perkumpulan kita dimasa lalu
879 dan mengasihani pula dalam perkumpulan kita, belum ada orang yang mampu meneruskan jabatan tersebut, sekalipun teCu sekalian harus menerima penderitaan dan siksaan, teecu semua tak akan berani melupakan budi kebaikan dari pangcu." Semua anggota perkumpulan Thian-hong pang sama-sama mengucurkan air mata karena merasa terharu. Gak In Ling merasa kagum sekali atas kebijaksanaan gadis itu, kendatipun ia belum pernah menyaksikan raut wajah aslinya, akan tetapi sekarang ia merasa betapa menariknya gadis itu. Dua titik air mata jatuh berlinang membasahi pipi Thianhong pangcu, ia menghela napas panjang dan ujarnya. "cou-su generasi yang lampau terluka dan mati karena ada orang yang mengkhianati dirinya, sebelum ia menghembuskan napas terakhir beliau telah berpesan kepadaku akan sepatah kata, kalian tak akan tahu tentang hal itu." Ia menyeka air matanya yang saat itu jatuh berlinang, sesudah memandang sekejap kearah semua anggota perkumpulannya dengan perasaan kasihan, ia berkata dengan sedih. "Beliau berkata, pada saat orang lain mengkhianati dirimu, itulah waktunya bagimu untuk meninggalkan perkumpulan- " "Pangcu kau kau tidak boleh mempercayai seratus persen, pesan terakhir dari Lo-pangcu yang dipengaruhi emosi " kata Liu Yau Kim dengan suara terisak. "Tidak. aku mempercayai perkataannya seratus persen, sebab perkumpulan Thian-hong pang bukan harta kekayaan dari keluarga In kami, aku... aku sudah seharusnya cepatcepat tinggalkan perkumpulan ini. " "Keluarga In ?" seru Liu Yau Kim dengan hati tertegun.
880 Tiba-tiba Thian-hong pangcu melepaskan kain cadar yang menutupi wajahnya, selembar wajah yang cantik jelita terpancang didepan mata semua orang, membuat para anggota perkumpulan Thian-hong pang menjadi tertegun dan termangu-mangu. Diam-diam Dewi burung hong melirik sekejap kearah Gak In Ling, dengan ilmu menyampaikan suara katanya. "Engko Ling, engkau sangat hok-ki, coba lihat Betapa cantiknya wajah gadis itu " "Adik Siang," tegur sang pemuda dengan alis mata berkenyit. "Kenapa tidak kau lihat dulu dalam situasi apakah kita sekarang ini ? Kenapa sih engkau masih begitu nakal ?" Melihat Gak In Ling tak senang hati, Bwee Giok Siang tidak berani banyak bicara, sambil mencibirkan bibirnya ia mengomel. "Aku bicara demi kebaikanmu, sebaliknya engkau malah memaki aku.. IHmm Tak tahu diri..." Dalam pada itu, dengan pandangan dingin Thian-hong pangcu telah menyapu sekejap Sekeliling tempat itu, katanya. "Benar, Lo-pangcu adalah ibuku, aku In Hong Im menerima jabatan sebagai ketua tujuannya adalah untuk membalaskan dendam bagi kematiannya, kini dendam sakit hati sudah terbalas perkumpulan Thian-hong pang sudah bukan merupakan tempat tinggalku lagi, Liu Tongcu Sesaat sebelum ibuku meninggal dunia, ia telah berpesan bahwa perkumpulan kita hanya dapat diwariskan kepadamu, kendatipun aku telah mengundurkan diri dari perkumpulan Thian-hong pang, akan tetapi asal aku punya kesempatan dan perkumpulan kita mengalami musibah, setiap saat aku dapat membantumu dirimu. Nah terimalah bendaitu " "Pangcu "
881 "Liu Tongcu, aku telah memperlihatkan wajah alisku dan menerangkan dulu duduknya persoalan, kenapa engkau masih belum menerima jabatan ini ? Sebenarnya apa maksudmu ?" Liu Yau Kim dibuat apa boleh buat, terpaksa dia menjalankan penghormatan besar sebanyak Sembilan kali dan menerima tanda perintah tertinggi dari perkumpulan Thianhong pangcu. "Mulai hari ini perkumpulan Thian-hong pang akan dipimpin oleh Liu Pangcu," ujar In Hong Im dengan Suara datar. "Siaumoy ucapkan banyak terima kasih atas kecintaan dan kesetiaan saudara sekalian selama banyak tahun ini..." Habis berkata ia memberi hormat keempat penjuru, lalu sambil berpaling katanya kepada Bwee Giok siang. Nona Bwee, mari kita berangkat " "Aku melihat-disana ada air " kata gadis she-Bwee sambil tertawa. "Benar, disitulah sumber air dari perkumpulan kita," sahut In Hong im sambil mengangguk, kepada empat pengkhianat tambahnya. "Kalian berempat telah melihat dengan mata kepala sendiri ?" "Nona, engkau boleh bunuh diriku," kata nenek berambut uban. In Hong Im tertawa dingin. "Hmm Kalau aku bunuh kalian pada saat ini, tentu kalian akan mengatakan bahwa aku sedang bermain sandiwara, setelah kalian mati maka tampuk pimpinan akan kupegang kembali, karena itu aku tidak ingin membinasakan kalian, akan kusuruh kalian menyaksikan semua perkembangan ini dengan mata kepala sendiri." Dengan rasa menyesal dan malu, empat orang penghianat tersebut tundukkan kepalanya rendah-rendah.
882 Tanpa banyak bicara lagi In Hong Im berpaling kearah Bwee Giok Siang dan berseru. "Mari kita berangkat " Dia segera enjotkan badan dan berlalu dari situ. Dewi burung hong atau Bwee Giok Siang serta Gak In Ling menyusul dari belakang, dalam sekejap mata tiga orang itu sudah lenyap dibalik hutan yang lebat diujung lembah itu. Sepeninggalnya ketua mereka, Liu Yau Kim menghela napas panjang, serunya kepada semua anggota perkumpulan Thian-hong pang yang masih berdiri termangu-mangu. "Pangcu telah pergi jauh, inilah ketidak beruntungan bagi perkumpulan kita." Setelah berhenti sebentar, sambil berpaling kearah empat pengkhianat itu sambungnya lebih jauh dengan suara dingin. "Setelah pangcu mengampuni jiwa kalian, akupun tak akan menyusahkan kamu berempat, akan tetapi selama kalian masih hidup dikolong langit dan dihati kalian masih ada perasaan seorang manusia aku harap kalian bisa bertobat dan banyaklah melakukan kebaikan- Nah Sekarang pergilah" Bicara sampai disitu, ia tidak memperdulikan keempat orang itu lagi dan berlalu untuk menyelesaikan persoalan sendiri Sementara itu in Hong im yang berlalu dengan cepat, tidak selang seperti minum teh kemudian telah tiba disebuab tebing bukit, batu berserakan dimana-mana daripohon yang tinggi besar tumbuhlah tumbuhan lebat disekitar tempat itu. Diatas tebing merupakan sebuah tanah datar, luarnya beberapa ratus tombak dengan sebuah kolam ikan yang besar berada ditengah lapangan- Sambil menuding air kolam itu, In Hong Im berkata dengan suara dingin kepada pemuda she Gak.
883 "Kalau mau cuci tangan, cucilah disana " Dewi burung hong yang menyaksikan sikap gadis itu, dalam hati segera berpikir. "Pada saat ini hatinya diliputi kesedihan, kalau sampai bertempur nanti ia pasti akan bertarung dengan sengit dan mengeluarkan segenap kemampuan yang dimilikinya, dalam keadaan begitu salah satu diantara kita pasti akan ada yang mampus ditempat itu, aku harus menunggu sampai hatinya tenang baru melangsungkan pertarungan, dengan demikian dia tak akan bertindak nekad " Berpikir sampai disitu, ia lantas berkata. "ooohh yaah Aku telah melupakan suatu masalah penting " Sambil berpaling kearah In Hong Im serunya. "Nona, barusan aku telah bersabar menunggu ketika engkau menyelesaikan persoalan perkumpulanmu, sekarang akupun ada urusan penting yang harus segera diselesaikan, dapatkan engkau menunggu aku sebentar ?" "Silahkan " Dewi burung hong tidak memperdulikan lagi diri Gak In Ling, Ia segera enjotkan badan dan berlalu dengan tergesagesa, seakan-akan ia benar-benar sedang menghadapi suatu urusan yang sangat penting. In Hong Im mendengus dingin, ia berpaling dan terlihatlah Gak In Liog baru saja cuci tangan dan putar badannya,alis matanya kontan berkenyit setelah memandang sekejap kearah sekeliling tempat itu. Dalam hati In Hong Im mendengus dingin, ujarnya dengan cepat. "Bwee Giok Siang ada urusan penting yang hendak diselesaikan lebih dahulu." "Dia pergi kemana ?" "Urusan kalian sendiri dari mana aku bisa tahu ?"
884 Mendengar nada ucapannya tidak bersahabat alis mata Gak In Ling semakin berkenyit. "Nona In " tegurnya. "Kalau bicara kenapa tidak jelas ? Aku..." "Tidak jelas ? Siapa suruh engkau banyak bertanya ?" "Aku tokh tidak melihat kemana perginya, apa salahnya kalau kutanyakan kepada nona ?" bantah Gak In Ling dengan perasaan tidak puas. In Hong Im. merasakan pikirannya kalut dan tidak karuan, menyaksikan pula sikap Gak In Ling yang begitu dingin dan ketus terhadap dirinya, pikirannya yang sudah kalut semakin kacau, matanya kontan melotot besar, bentaknya. "Aku tidak bersedia memberitahukan kepadamu " Gak In Ling adalah seorang pemuda yang tinggi hati, melihat kesombongan gadis itu, ia segera tertawa dingin dan menjawab^ "Kalau begitu aku akan pergi mencari sendiri." sambil berkata ia segera menggerakkan tubuhnya dan berlalu. Mula mula In Hong Im merasa tertegun, tiba-tiba ia putar badan dan menangis terisak dengan sedihnya. Gak In Ling sendiri baru saja berjalan beberapa langkah, mendadak satu ingatan berkelebat dalam benaknya. "Ia bersedih hati karena terkenang masa lampau, bisa dimaklumi kalau perkataan dan gerak geriknya kurang lebih menyenangkan hati, seandainya aku pergi dan dalam sedihnya ia ambil keputusan pendek. apa dayaku?" Berpikir sampai disitu dia segera berpaling, tampaklah seluruh tubuh In Hong Im gemetar keras karena sedang menangis dengan sedihnya, namun sedikitpun tidak kedengaran suaranya..
885 Tanpa sadar Gak In Ling menghentikan langkahnya dan kembali kesisi In Hong Im, tegurnya dengan lembut. "Nona In " "Siapa yang suruh engkau memanggil diriku ?" "Aku sendiri yang surah aku memanggil, karena aku tahu perasaan hatimu terhadap diriku." In Hong Im merasa agak lega, akan tetapi Ia tetap berkata dengan suara dingin. "Pada waktu itu aku mengira engkau sudah mati, karena itu aku berkata begitu." Gak In Ling perlahan-lahan alihkan sorot matanya ketengah kolam, ia berkata dengan hambar. "Mungkin Thian mengasihani diriku karena sakit hatiku belum terbalas, oleh sebab itu dia telah membiarkan aku hidup beberapa hari lagi." "Beberapa hari lagi ?" In Hong Im tak dapat menguasai diri lagi, mendadak ia putar badan dan menatap wajah pemuda itu dengan tajam. Gak In Ling tarik kembali sorot matanya yang sayu, ketika pandangan matanya terbentur dengan sorot matanya yang hangat dan penuh rasa cinta itu, mendadak hatinya tercekat, buru-buru dia melengos kesamping. "Jangan alihkan sorot matamu kearah lain-" seru In Hong Im dengan hati terasa pedih, "kenapa kenapa engkau tidak sudi meresapi perasaan hatiku melalui pandangan mataku ini?" Gak In Ling tidak jadi mengalihkan sorot matanya, ia menjawab dengan suara berat. "Ketika pertama kali aku berjumpa dengan dirimu, aku telah dapat meresapinya." "Apa yang berhasil kau resapi ?" "Kebaikan hati dan ..."
886 "Dan apa ?" Gak In Ling mundur selangkah kebelakang lalu menjawab. "Engkau tidak ingin berpisah kembali dengan diriku " "Tapi engkau... engkau telah meninggalkan aku " Ujar In Hong Im dengan terisak. "Benar, karena aku harus meninggalkan diri mu " "Mengapa ?" Perlahan-lahan Gak In Ling menengadah dan menatap wajah In IHong Imtajam-tajam, jawabnya. "Pada waktu itu aku datang dengan hati penuh perasaan benci, aku mengetahui tentang usiaku sendiri karena itu aku tidak mengharapkan ada satu manusiapun yang merasa kasihan kepadaku, apa lagi mencintai diriku " "Bagaimana mungkin engkau bisa mengetahui perasaan hatiku?" "Karena akulah yang menciptakan benci " "Tetapi, makin kau ciptakan kebencian, aku semakin mencintai dirimu," ujar in IHong Im dengan lembut, "sampai akhirnya sewaktu berada dibenteng Hui-in-cay, aku baru tahu..." Mendadak paras mukanya berubah menjadi merah padam dan membungkam dalam seribu bahasa. "Engkau baru benar-benar membenci diri ku ?" Sambung Gak in Ling. Entah darimana datangnya keberanlan, tiba-tiba In Hong im berseru lirih dan menjatuhkan diri kedalam pelukan pemuda itu, bisiknya dengan suara cemas. "Tidak Aku tidak membenci dirimu... aku hanya tahu mencintai engkan, cinta yang sedalam-dalamnya.."
887 Ia peluk pemuda itu semakin erat dan menempelkan bibirnya yang kecil mungil diatas bibir pemuda pujaan hatinya. Gak In Ling merasa agak bimbang, ia belai rambutnya yang halus dengan penuh rasa sayang. Apakah cinta ? Atau kasihan ? Untuk beberapa saat lamanya ia sendiripun tak tahu. Mendadak In Hong Im melepaskan ciumannya dan merintih. "Peluklah aku rangkullah aku kencang-kencang ooohh In Ling....... In Ling..." Suaranya begitu lirih... seakan-akan ia sedang berada ditengah kegelapan yang sunyi dan secara tiba-tiba berhasil menangkap seseorang. Pada dasarnya dalam hati kecil Gak Ia Ling sendiripun telah muncul perasaan cintanya terhadap gadis itu, hanya saja selama ini dia belum dapat mengutarakannya, kini setelah In Hong Im merintih lirih, kobaran api cinta nyayang selama ini tersembunyi dalam hatinya segera menyala dengan hebatnya. Ia peluk gadis itu kencang-kencang sahutnya. "Enci In enci In...apakah aku harus menyebut dirimu sedemikan-..?" Dalam waktu singkat In Hong Im merasa dunia seakanakan menjadi miliknya, dengan lembut dan lebih ia berkata. "Tidak jangan memperdulikan aku lebih tua atau mudadari pada dirimu, panggil saja aku adik... ooohh engko Ling, panggillah ayo panggillah " "Adik In-..,.. jangan menangis.. engkau tak usah menangis " bisik Gak In Ling samb il mencium pipinya .
888 "Aku tak dapat menguasahi diri, aku hendak mengeluarkan seluruh air mata yang kusimpan selama ini untukmu, dalam air mata itu penuh terdapat rasa cinta dan murung...." "Adikku, kesemuanya telah berlalu " ujar Gak In Ling sambil mencium air matanya yang mengalir keluar, "mulai hari ini, mungkin untuk selamanya aku tak akan meninggalkan dirimu lagi meskipun ilmu silatmu jauh lebih bagus daripada kepandaianku, akan tetapi aku merasa bahwa aku berkewajiban untuk melindungi engkau." "Engkau tak boleh mengatakan mungkin, jawabanmu harus pasti, aku ingin engkau mengatakan kepadaku dengan yakin bahwa selamanya engkau tak akan meninggalkan diriku lagi." Gak In Ling mengangguk, jawabnya dengan lembut. "Baiklah untuk selamanya aku tak akan meninggalkan dirimu, asal engkau menurut dan tidak nakal." In Hong Im menyusupkan kepalanya kedalam pelukan Gak In Ling, ia berbisik lirih. "Selamanya aku akan menuruti perkataanmu, selamanya aku tak akan nakal " "Kalau begitu janganlah menangis " In Hong Im mengangguk. ia menyeka air matanya dengan ujung baju dan gadis itu benar-benar tidak menangis lagi. Gak In Ling merangkul tubuhnya dan duduk diatas sebuah batu besar, tanyanya lirih. "Adik In, benarkah engkau sudah tidak mau mengurusi persoalan dari perkumpulan Thian-hong pang lagi ?" "Menurut engkau, aku harus mengurusi atau tidak ?" In Hong Im balik bertanya tanpa pikir panjang. "Tentu saja harus mengurusi, sebab pihak perguruan rahasia dari Tibet sedang berusaha keras untuk melenyapkan perkumpulan Thian-hong pang dari muka bumi, pada saat itu
889 kalau tak ada orang yang memberi pertolongan, dari mana mereka mampu mempertahan diri ?" "Apakah kau juga ikut mengurusi ?" "Tentu saja " "Tidak akan terpisah dengan aku ?" "Berpisah pun untuk sementara waktu " "Tidak Sementarawa ktu pun tidak diperkenankan. " "Paling lama juga cuma satu dua hari." "Satu dua jam pun tidak boleh," seru In Hong Im sambil mencibirkan bibirnya. Gak In Ling dibuat apa boleh buat, ia terpaksa ia menyanggupi. "Baiklah Selamanya engkau boleh mengikuti diriku." In Hong Im menjadi amat kegirangan, ia cium bibir Gak In Ling dan berseru. "Hmm Kalau begitu mari kita urus bersama." Pada saat itulah mendadak dari atas puncak tebing muncul Bwee Giok Siang, dengan wajah serius ia berseru. "cepat Kalian Cepat datang kemari, empat Dewa telah datang..." Buru-buru In Hong Im meninggalkan pelukan Gak In Ling, dengan wajah tersipu ia tundukan kepalanya rendah-rendah. Dalam perkiraan Gak In Ling, gadis yang nakal itu pasti akan menggoda mereka, siapa tahu ia saksikan air muka Bwee Giok Siang berubah menjadi serius sekali, hatinya menjadi terperanjat, segera tanyanya. "Empat Dewa dari manakah yang kau maksudkan ?" "Dari perguruan rahasia "
890 Gak In Ling menjadi amat terperanjat, ia segera tarik tangan In Hong Im dan diajak berlalu dan situ. "Ayo berangkat " Tiga sosok bayangan manusia berkelebat lewat dengan Cepatnya meluncur kebawah tebing. Untuk menuruni bukit hutan lebat itu bukan persoalan yang sulit bagi tiga orang jago lihay itu, daiam sekejap mata mereka sudah tiba disebuah bukit, sambil melepaskan Cekalannya di genggaman dua orang gadis itu, Gak In Ling seru. "Ayo cepat, Adik In,, Engkau harus memberi petunjuk kepada semua anggota perkumpulan Thian-hong pang untuk menghindarkan diri, para jago dari perguruan rahasia memiliki ilmu sesat yang dahsyat, aku rasa mereka masih susah untuk menandingi, Liu Yau Kim baru saja memangku jabatan, belum tentu semua anak buahnya tunduk pada perintahnya, cepat ayo cepat pergi." "Engko Ling " seru In Hong Im ragu-ragu, "aku..." "Asal hati kita bersih bagaikan bulan dan bintang, kenapa engkau mesti gengsi ?" tukas Gak In Ling dengan tegas. In Hong Ira menggigit bibirnya, seakan-akan telah ambil keputusan yang berat ia berseru. "Baik Aku akan pergi dulu." Setelah menatap sekejap dua orang itu tajam, ia segera enjotkan badannya dan berlalu dari situ. Walaupun tiada ucapan lain yang diutarakan keluar, akan tetapi biji matanya yang jeli seakan-akan sedang memberitahukan kepada Gak In Ling agar jangan lupa dengan janji yang telah diberikan kepadanya. Situasi yang mereka hadapi ketika itu memang amat serius dan tegang, namun Dewi burung hong atau Bwee Giok Siang
891 yang menyaksikan kejadian itu timbullah sifat nakalnya, sambil tertawa merdu godanya. "Aduuuh... perkembangan dari nona ke adik, sungguh cepatnya bukan kepalang " Merah padam selembar wajah Gak In Ling bentaknya. "Sejak kapan sih engkau mulai nakal ? Ayo cepat kumpulkan orang-orangmu, tak mungkin pihak perguruan rahasia hanya mengirim keempat orang Pelindung hukumnya saja, mungkin pasukan besar mereka telah disiapkan di belakang! Bwe Giok Siang memperlihatkan muka setan dan menjulurkan lidahnya, kemudian menyahut. Baik, Lo-toa, masih ada perintah lain? Gak In Ling benar-benar dibikin apa boleh buat oleh kenakalan gadis tersebut, terpaksa sambil tertawa ujarnya: Tidak ada perintah lainnya. Hmm! Benar, lebih baik orangorangmu jangan diperbolehkan masuk ke dalam lembah itu, jangan memberi kesempatan kepada pihak perguruan rahasia untuk mengirimkam bala bantuannya. Bagaimana dengan aku sendiri? tanya Bwee Giok Siang dengan wajah serius, Perlukah aku masuk ke dalam? Gak In Ling gelengkan kepalanya berulang kali. Engkau harus memimpin mereka, tentu saja tak boleh ikut masuk kedalam..sahutnya. tidak, aku tidak ambil perduli, aku akan masuk ke dalam jawabnya amat tegas dan menunjukkan betapa besarnya perhatian gadis itu atas keselamatan kekasihnya. Gak In Ling menjadi amat gelisah sekali, serunya.
892 "Bagaimana dcngan orang orangmu itu? Bukankah mereka akan menjadi suatu rombongan yang tak berpemimpin !" "Tentu saja aku dapat menemukan penggantinya yang akan mewakili diriku daiam memberi perintah, engkau tak usah kuatir, aku boleh masuk kedalam bukan ? Gak In Ling meoguatirkan pertaruogan bakal terjadi dalam Lembah dan tak berani ribut lebih jauh dengan gadis itu terpaksa berpesan. Baiklah! Lakukanlah sebaik-baiknya, akan tetapi engkau barus menemukan seseorang yang benar-benar punya kemampuan ! Mendengar persetujuan dari pemuda itu, dengan wajah berseri-seri Bwee Giok Siang segera berlalu dari lembah itu, kecepatan gerakannya luar biasa, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya telah lenyap tak berbekas, Gak In Ling gelengkan kepalanya berulang kali dan bergumam seorang diri. "Meskipun racun yang mengeram dalatn tubuhku telah dipunahkan dan ilmu silatku memperoleh kemajuan yang pesat. akan tetapi jika dibandingkan dengan kepandaian mereka boleh dibilang masih selisih jauh sekali.. Mendadak....dari tempat kejauhan berkumandang datang suara gelak tertawa dari Malaikat raksasa bermuka merah. Haaaahh....... haaaaahh.. haaaaahh siapa yang bilang begitu, selama hidup aku Malaikat raksasa paling pandang remeh orang yaog tak punya keberanian, meskipun engkau tahu bahwa kepandaianmu bukan tandinganku akan tetapi engkau berani menantang aku, dari sini aku sudah cukup merasa kagum terhadap dirimu.. Diikuti terdengarlah suara Manusia bertato sembilan naga menyambung.
893 "Sungguh tak nygna engkau dapat mengagumi diriku akan teiapi juga terhadap dirimu Gak In Ling yang mendengar pembicaraan itu segera meloncat tujuh depa ke depan, dalam sekejap mata ia telah berjumpa muka dengan kedua orang jago itu. Mereka berdua nampak tertegun sewaktu berjumpa dengan Gak In Ling, kemudian memberi hormat tegurnya. "Kongcu, engkau hanya seorang diri berada disini ?" "Dua orang nona telah pergi lebih dahulu dalam lembah "Apakah dalam lembah kedatangan musuh? tukas Manusia bertato ssmbilau naga dengan cepat. "Sedikitpun tidak salah, yang datang adalah empat pelindung hukum dari perguruan rahasia. "Biarlah aku yang menemui mereka dan jagal bangsatbangsat itu," bentak Manusia bertato sembilan naga dengan alis berkenyit, Dengan langkah lebar ia segera berlalu ke luar lembah. Malaikat raksasa bermuka merah sendiri mula-mula berubah hebat paras mukanya sesudah mendengar berita itu, kemudian hardiknya keras-keras. Tunggu sebentar, aku pernah bertemu dengan empat orang itu, engkau tak boleh pergi kesitu. "Kenapa aku tak boleh pergi kesitu ?" tanya Manusia bertato sembilan naga sambil menghentikan langkah kakinya. "Engkau tak akan mampu menandingi dirinya" kaia Malaikat raksasa bermuka merah dengan muka serius. Manusia bertato sembilan naga menjadi amat gusar. "Engkau jangan pandang rendah diriku, kau ingin tahu buktinya ayo ikutilah aku !"
894 Habis berkata ia berlalu dengan langkah lebar. Gak In Ling tahu bahwa Malaikat raksasa bermuka merah adalah seorang pria berjiwa ksatria yang tak sudi tunduk atau taklu kepada siapapun, sekarang ia bersikap begitu serius ini menunjukkan bahwa urusan bukanlah persoalan yang gampang, cepat-cepat ia menghardik. "Manusia bertato sembilan naga, tunggu sebentar, siapa yang tahu akan keadaan lawan maka semua pertarungan akan dimenangkan, dengarkanlah dulu penjelasan dari Malaikat raksasa bermuka merah tentang asal-usul keempat orang itu, kemudian kita baru kesitu, Setelah berhenti sebentar ia berpaling ke arah Malaikat raksasa bermuka merah dan lalu berkata. "Marilah, sambil berjalan kita sembari berbicara ! Sejak mendengar akan diri empat orang pelindung hukum tersebut. paras mnka Malaikat raksasa selalu diliputi keseriusan, sambil melanjutkan perjalanan dengan langkah lebar, ujarnya "Aku tidak tahu tentang asal-usul dari empat pelindung hukum tersebut, akan tetapi aku pernah menyaksikan senjata yang mereka gunakan. Senjata apa yang mereka gunakan ? Setiap orang membawa sebuah tabung bambu besar yang berbeda warnanya, tabung itu panjangnya lima depa dengan tebal tiga cun. Mendengar sampai disitu, Manusia bertato sembiilan naga segera tertawa terbahak-bahak. "Haaaahh.. haaaaahh.. haaaaahh..rupanya engkau takut digebuk !" Gak In Ling justru sebaliknya menjadi tercekat, ia tahu meskipun bambu adalah termasuk benda keras akan tetapi bukanlah baja, bila tidak ada alat rahasia yang menakutkan
895 tak mungkin Malaikat raksasa bermuka merah bakal jeri terhadap empat orang itu. "Manusia bertato sembilan naga !" tegurnya, jangan mencela, dengarkan dahulu perkataannya !" "Sewaktu aku sedang berjaga ular berjengger dulu, empat orang itu telah datang kelembah Ban-ku-kok dan menghadap ketua perguruan rahasia, mereka mengaku sebagai orang Tibet yang bersedia bekerja dibawah panji mereka, dan orang-orang itu mohon diberi kedudukan yang setimpal "Tiongcu dari perguruan rahasia segera menanyakan keistimewaan mereka dan dipersilahkan untuk mendemontrasikan dihadapannya, sebelum itu Tongcu tersebut telah menerangkan jia mereka berempat bersedia untuk mendengarkan perintah disalah satu bagian maka mereka tak usah menempuh bahaya, kalau tidak maka jika sampai mampus disitu janganlah menyalahkan orang. Ternyata keempat orang itu memilih jalan untuk menempuh bahaya. "Bagaimana akhirnya ? sela Manusia bertato sembilan naga tidak sabaran, "apakah mereka mampus atau tidak ?" "Kalau mampus tak mungkin mereka bisa datang kemari. "Kehebatan apa sih yang dimiljki mereka dalam tabung bambu tersebut? tanya Gak In Ling kemudian. "Pada waktu itu aku hanya sempat menyaksikan kehebatan seorang Manusia berjubah merah dengan tabungnya yang berwarna merah, dibawah serangan kawanan mahluk beracun, bambunya di sapu kearah depan dan mernancarlah segumpal minyak yang diikuti menyalanya api hijau diempat penjuru, dalam sekejap mata beratus-ratus ekor binatang beracun telah mati terkapar, ketika perguruan rahasia yang melihat kehebatan itu telah mengangkat mereka sebagai pelindung
896 "Kalau lawan yang sedang dihadapi adalah seorang manusia yang memiliki tenaga dalam sangat tinggi, dan sekali pukul menghajar balik minyak tersebut, bukankah dia bakal mati karena senjata makan tuan...?" Empat orang ini bukan saja memiliki senjata yang jahat, tenaga dalam yang mereka milikipun luar blasa sekali, kalau tidak. ketua perguruan rahasia yang berhati licik, apakah tidak berpikir pula sampai kesitu ?" "Perkataan ini masuk diakal juga .." sahut Gak in Ling sambil mengangguk, "ayo segera kita kesana, mungkin mereka semua mati belum tahu akan kelihayan musuhnya...." Ia sangat mengkhawatirkan keselamatan in Hong im, habis berkata ia bergerak lebih dulu masuk kedalam lembah. Malaikat raksasa bermuka merah menyusul dibelakangnya, Manusia bertato sembilan naga segera lari disampingnya dan bertanya. "Engkau tidak takut ?" "Mati hidup apa perlunya mesti digirang atau disedihkan ? Aku hanya takut Gak kongcu tak tahu diri dan terkena dikecundangi kalau sampai ia terluka siapa yang akan mengurusi cewek-ceweknya ?" "Huuuuhh.. Tak kusangka engkau tahu juga tentang soal cinta." "Kalau aku mengerti soal cinta, sekarang aku tak akan hidup sebebas ini..." Mereka sambil bicara sambil melanjutkan perjalanan, tanpa sadar Gak In Ling telah puluhan tombak jauhnya meninggalkan mereka berdua. Setelah melewati semak belukar sampailah Gak in Ling ditengah lembah Ia melihat anak murid perkumpulan Thianhong pang sedang mengepung seorang kakek berjubah merah, berambut merah dan berwajah bengis, ketika itu kakek tersebut sedang bertempur sengit melawan in Hong im, dari
897 gerak-geriknya sudah dapat diketahui bahwa ia adalah seorang tokoh silat yang luar biasa. Tidak jauh dari gelanggang pertarungan berdirilah tiga orang kakek tua yang berusia sebaya, diantaranya terdapat seorang kakek berjubah hitam yang bermata cekung kedalam dan menyerupai tengkorak yang baru keluar dari kuburan. Disamping kanan kakek itu berjubah hijau dan bercambang lebat, wajahnya mirip monyet,, sebaliknya kakek disebelah kiri memakai jubah jabu-abu, berwajah pucat dan badannya tinggi kurus seperti bambu. Dalam genggaman mereka masing-masing mencekal sebuah tabung bambu yang sesuai dengan jubah mereka. Walaupun mereka berada dalam kepungan namun air muka beberapa orang itu tetap tenang, matanya memancarkan sinar bengis dan jelas mereka tak pandang sebelah matapun terhadap musuh-musuhnya. Gak In Ling mendekati garis depan, Ia melihat permainan telapak in Hong Im telah berhasil memaksa kakek berjubah merah itu terdesak hebat, akan tetapi dalam tiga empat jurus kekalahan tersebut masih sukar menjadi kenyataan. Dipihak lain, Giok-hong tongcu yang kini menjabat sebagai ketua perkumpulan Thian-hong pang sedang pusatkan perhatiannya mengawasi tiga orang musuhnya untuk mencegah terjadinya sergapan. Tiba-tiba kakek berjubah merah itu merobah gerakan tubuhnya, lalu membentak keras. "Beranikah engkau mengadu tenaga dengan aku ?" Meskipun In Hong im merasa tabung merah ditangan musuhnya mencurigakan dan kewaspadaannya telah ditingkatkan akan tetapi Ia masih belum mengetahui kegunaan dari senjata itu. mendengar tantangan ia balaS
898 membentak. "Kalau memang begitu, Sambutlah dahulu pUkulan dari nonamU ini " Dengan jurus angin berpusing menggoyangkan pohon Liu, telapak kanannya dengan menggunakan tujuh bagian tenaga dalam, ia kirim Satu pukulan ke depan, Sementara telapak kirinya melakukan Sergapan. Rupanya Manusia aneh berjubah merah itu mempunyai tujuan yang lain, teriaknya keras- keras. "Bagus sekali datangnya serangan itu ?" Tabung merah bagaikan laksana kilat yang dialihkan ketangan kiri, tangan kanannya diayun ke depan melancarkan satu pukulan dengan tenaga sebesar dua belas bagian. "Blaaaamm Ditengah benturan keras pasir dan debu beterbangan memenuhi angkasa. In Hong im tergetar mundur dua langkah ke belakang, sedangkan manusia baju merah pun terdorong mundur dua langkah kebelakang. Melihat kelihayan musuhnya, diam-diam kakek baju merah merasa bergidik, pikirnya. "Perempuan ini memang sangat lihay. terutama sekali tenaga dalamnya yang begitu sempurna, jika harus bertempur satu lawan satu, aku masih bukan tandingannya...." Berpikir sampai disini, rasa iri dan dengki muncul dalam hatinya, napsu membunuh semakin tebal menyelimuti wajahnya, Sengaja ia tertawa dingin menghina. "Aku masih mengira Thian-hong pangcu memiliki kepandaian ilmu silat yang sangat mengejutkan hati ? Hmm. Tak tahunya cuma begitu saja, kalau begitu berita kosong dalam dunia persilatan tidak boleh dipercaya dengan begitu saja."
899 Berada dihadapan anak buahnya yang berjumlah begitu banyak, In Hong Im sudah merasa sangat malu, apa lagi setelah mengetahui kekasihnya berada disitu, dengan alis berkenyit ia membentak keras. "Kurang ajar, kalau begitu sambutlah kembali sebuah pukulanku ini " Dengan jurus memadam sungai menggali bukit, sepasang telapaknya sekuat tenaga didorong kearah musuhnya. Manusia berjubah merah itu memang menghendaki lawannya berbuat begitu, melihat siasatnya termakan, ia menjadi sangat girang, bentaknya. "Hmm Engkau anggap aku jeri kepadamu " Telapak kanan didorong kedepan dengan tenaga yang seolah-olah penuh, dalam kenyataan serangan tersebut hanya suatu pukulan kosong belaka, tujuannya adalah agar In Hong Im mengerahkan segenap kekuatannya sehingga tidak memiliki tenaga untuk melindungi diri kembali. Mimpipun Gak In Ling tak mengira kalau In Hong Im sebagai ketua suatu perkumpulan yang berpengalaman luas, kini bisa terpengaruh oleh emosi, dengan gelisah bentaknya. "Adik Hong, tenangkanlah hatimu " Akan tetapi semuanya telah terlambat, tampak bayangan merah berkelebat lewat, tabung merah itu sudah melayang ditengah udara, sambil mengayunkan tabung bambunya. "Budak ingusan, engkau anggap aku bisa dipermainkan dengan begitu saja ?" Segumpal minyak memancar dari empat penjuru dan mengurung sekujur badan in IHong lm, jelas minyak tadi dilepaskan oleh tenaga dalam yang kuat. Ketika minyak itu terhembus angin berkobarlah jilatan api hijau yang mengurung selurus bumi seluas tujuh tombak. membuat orang menjadi sukar untuk menghindarkan diri.
900 Ketika dihardik oleh Gak in Ling tadi, pikiran in Hong im segera menjadi tenang, akan tetapi tenaga pukulan sudah dilepaskan dan tak mungkin lagi baginya untuk mengempos tenaga dan menghindarkan diri, dalam hati ia menghela napas panjang dan berpikir. "Sudahlah, sungguh tak kusangka aku In Hong Im bakal mendapat nasib yang begini jelek." Disaat yang kritis itulah mendadak in Hong im merasakan pinggangnya menjadi kencang diikuti tubuhnya melayang tujuh delapan tombak ke tengah udara, jeritan-jeritan ngeri berkumandang tiada hentinya dari arah belakang. In Hong Im segera menenteramkan hatinya ia mendengar Gak in Ling sedang mengomel. "Engkau tokh seorang jago kawakan yang sudah sering menghadapi pertempuran, kenapa hari ini engkau gampang terpengaruh oleh emosi ? coba lihat, gara-gara engkau banyak orang yang kena dilukai, kalau aku tidak cepat- cepat turun tangan, mungkin engkaupun bakal terluka." Meskipun ucapannya bernada keras, akan tetapi penuh mengandung rasa perhatiannya yang besar. In Hong im berpaling kebelakang, tampaklah tujuh delapan orang anak buah perkumpulan Thian-hong pang sedang bergulingan diatas tanah dengan api membakar sekujur badannya, keadaan benar-benar mengerikan sekali. Dengan rasa kecewa dan menyesal In Hong im berpaling dan memandang sekejap kearah ke arah Gak In Ling, mendadak ia menangis terisak-isak. Sebenarnya dia adalah seorang gadis yang lembut dan gampang menimbulkan rasa iba bagi orang lain, setelah menangis keadaannya makin mengenaskan sekali.
901 Gak In Ling tahu dalam keadaan demikian ia tak boleh menegur secara kasar, sambil menyeka air matanya dengan ujung pakaian, ia berbisik lirih. "Jangan menangis, disini terdapat banyak sekali anak murid perkumpulanmu, mereka bakal mentertawakan dirimu." "Engkau tidak marah?" tanya Im Hong im dengan suara sesengguk. Gak In Ling gelengkan kepalanya berulang kali. "Aku memang tidak marah, janganiah menangis, asal dikemudian hari engkau bisa tenangkan hati menghadapi musuh itu sudah lebih dari cukup, kalau tidak mungkin jiwamu akan selalu terancam oleh mara bahaya..." "Aku tentu akan mendengarkan perkataan dari engko Ling "jawab in Hong Im sambil mengangguk. "Nah Sekarang tunggulah disini, biarlah aku yang pergi menghadapi dirinya" "Kita hadapi bersama ?" Gak In Ling gelengkan kepalanya, dengan-tegas ia berkata, "Dia hanya seorang, engkau boleh bayang-bayangi aku dari samping kalangan, ikutilah perkataanku " Dengan lembut In Hong im mengangguk, bisiknya dengan penuh perhatian-"Engkau harus berhati-hati." Gak In Ling mengangguk, ia kembali ke hadapan manusia aneh baju merah dan berdiri kurang lebih delapan depa dihadapannya, ia berkata dengan suara dingin. "Saudara, engkau benar-benar seorang manusia yang licik " "Hmm Terima kasih... terima kasih engkau terlalu memuji " "Aku ingin sekali meminta petunjuk akan api racunmu yang sangat lihay itu " "Siapa namamu ?"
902 Gak In Ling tertawa dingin,jawabnya. "Aku bernama Gak In Ling " "Apa ? Engkau adalah yang bernama Gak In Ling " seru Manusia aneh baju merah dengan wajah tertegun, "keparat, "engkaulah yang menjadi bibit gara-gara. membuat empat perempuan aneh dari daratan Tionggoan saling bertengkar, sudah lama aku punya maksud untuk membinasakan dirimu, mari mari mari aku tidak akan membuat engkau menjadi kecewa." Menggunakan kesempatan dikala manusia aneh sedang berbicara, Gak in Ling menghimpun segenap kekuatan tubuhnya kedalam telapak. ia tahu manusia aneh baju merah itu pasti tidak akan menduga kalau ia berani menyerang dengan sekuat tenaga tanpa meninggalkan sisa kekuatan untuk melindungi diri mendadak bentaknya. "Sambutlah sebuah serangan dari siau-ya mu ini " Denran jurus darah mengalir setinggi bukit secepat kilat ia melancarkan satu pukulan dahsyat kedepan. Manusia aneh baju merah itu tidak menyangka kalau Gak In Ling berani melancarkan serangan dengan sekuat tenaga kendatipun ia mengetahui akan kelihayan api racunnya, tangan kanan segera diayun kemuka dan serunya sambil tertawa tergelak. "Sudah lama aku dengar orang berkata bahwa tenaga dalam yang dimiliki Gak In Ling masih memadahi kelihayan dari empat orang gadis, aku pikir ucapan tersebut pasti tidak akan keliru aku tak akan jeri menghadapi dirimu." Sehabis berkata demikian dengan jurus angin puyuh membuyarkan awan, dia balas melancarkan satu pukulan kearah Gak In Ling. "Blaaamm " Ditengah getaran keras pasir dan debu beterbangan memenuhi seluruh angkasa.
903 Manusia aneh baju merah itu terpental sejauh tiga depa lebih dari tempat semula, dada menjadi sesak dan darah bergolak kencang, sambil menahan rasa sakit pada lengan kananya ia berseru didalam hati : "Aku sudah tertipu oleh si keparat cilik itu " Gak In Ling sendiripun terpukul mundur satu langkah kebelakang, diam-diam ia merasa terperanjat, tetapi setelah berhasil merebut kedudukan diatas angin ia tak sudi memberi kesempatan kepada musuhnya uatuk ganti napas kembali bentaknya. "Sambutlah lagi sebuah pukulan siau-ya " Secara beruntun ia melancarkan tujuh buah pukulan berantai, bayangan telapak memenuhi angkasa membuat manusia aneh baju merah tidak memiliki kesempatan untuk melepaskan serangan balasan- Tiga orang jago lainnya sewaktu menyaksikan Lo-toa mereka menderita kerugian besar, hawa amarah dan rasa cemas menyeliputi perasaan dalam hatinya, tanpa sadar mereka bergeser maju kedepan, seakan-akan mereka telah siap untuk turun tangan-Tiba-tiba terdengar suara bentakan nyaring berkumandang datang. "Apakah kalian bertiga masih kenal dengan aku Bwee Giok Siang ?" Tiga orang manusia aneh itu menengadah ke atas, paras muka mereka tiba tiba berubah hebat. "Engkau mau apa ?" seru manusia aneh baju hitam. Dewi burung hong atau Bwee Giok Siang melirik sekejap kearah Gak in Ling yang sedang bertempur, setelah mengetahui bahwa ia berhasil menguasai keadaan dan untuk sementara tidak terancam bahaya, dengan lega hati katanya. "Untuk sementara waktu nonamu tak akan berbuat apaapa, akan tetapi akupun berharap agar kalian bertiga jangan sembarangan bergerak."
904 Baru saja Bwee Giok Siang menyelesaikan kata-katanya, mendadak terdengar manusia berjubah merah itu mendengus dingin. "Hmm Siapakah yang melepaskan jarum beracun ?" "Duuukk Blaaaamm Manusia aneh berjubah merah itu menjerit keras, tahu-tahu tubuhnya mencelat sejauh satu tombak lebih karena terhajar oleh pukulan dahsyat dari Gak in Ling. Tiga orang manusia aneh lainnya menjadi naik pitam dan gusar sekali setelah menyaksikan kejadlan itu, serunya dengan penuh marah. "Kalian manusia- manusia kurcaci yang tidak tahu diri, berani benar bertindak kurangajar kepada kami.... IHmm Rasakanlah kehebatan kami ini.. kujagal kalian semua" Tiga batang tabung bambupada saat yang bersamaan menyapu kearah tiga penjuru yang jauh berbeda satu sama lainnya, pancaran air berwarna hitam, kabut berwarna abuabu dan bubuk berwarna hijau dengan bercampur baur menjadi satu bersama-sama meluncur kearah depan- Dewi burung hong atau Bwee Giok Siang yang menyaksikan kejadlan itu menjadi amat terperanjat, segera teriaknya. "cepat mundur, air racun, kabut abu-abu dan makhluk beracun itu amat keji, siapa terkena dia bakal mampus " Tetapi sayang gerak-gerik para jago dari perkumpulan Thian-hong pang tidak begitu cepat tenaga dalamnya yang mereka miliki pun tidak mampu menandingi ketiga orang jago mereka, jeritan-jeritan ngeri yang menyayatkan hati segera berkumandang tiada hentinya, tiga empat puluh orang samasama roboh bergelimpangan diatas tanah dalam keadaan tak bernyawa lagi. Hawa amarah yang berkobar dalam dada tiga manusia aneh tersebut sukar dikendalikan lagi, tatkala dilihatnya masih ada jago-jago yang berhasil lolos dari cengkeraman mereka,
905 ditengah teriakan dan bentakan-bentakan yang memekikan telinga mereka siap melancarkan serangan mematikan kembali untuk membasmi musuh- musuhnya. Suasana menjadi amat tegang dan disetiap saat maut akan mencabut kembali nyawa-nyawa manusia tak berdosa Disaat yang amat kritis dan mengerikan itulah, mendadak terdengar suara gelak tertawa yang memekikkan telinga berkumandang memecahkan kesunylan. "Haaaahh.... haaaahh.. haaaaah.. kalau kalian bertiga tidak menghentikan serangan, jangan salahkan kalau aku akan kirim kalian semua untuk pulang ke akhirat " Empat manusia aneh itu asalnya adalah saudara sekandung, akan tetapi berhubung watak mereka aneh dan eksentrik, meskipun jarang bicara akan tetapi hubungan bathin mereka akrab sekali. Mendengar teguran tersebut semua orang menjadi amat terperanjat dan segera mengalihkan sorot matanya kearah mana berasalnya suara teguran tersebut. Tiba-tiba, tiga orang manusia aneh itu menjerit tertahan karena kagetnya. "Siapakah yang telah datang sehingga mengejutkan hati tiga manusia aneh yang berarti kejam itu ?" Bagaimana nasib Gak In Ling, Bwee Giok Siang, In Hong Im dan segenap anak murid perkumpulan Thian-hong pang yang berada dalam ancaman maut? Untuk mengetahui kisah selanjutnya, ikutilah: Telapak Setan bagian kedua. TAMAT