PADA Tn. R DENGAN VULNUS LASERATUM DI RUANG BEDAH RSUD SAWAHLUNTO Tanggal 04 JULI 2014 Pada judulnya disebutkan askep pada pasien apa dan dengan kasus apa, kemudian ruangan dan rs apa?g perlu pake tanggal - Askep Tn R dengan.
OLEH : KELOMPOK DESMARYENNI, S.Kep NIDYA DIRAMAYANA, S.Kep ROLLA SYURYANINGSIH, S.Kep
CI AKADEMIK : CI KLINIK :
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH STIKES FORT DE KOCK BUKITTINGGI 2014 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kulit merupakan bagian tubuh yang paling luar yang berguna melindungi diri dari trauma luar serta masuknya benda asing. Apabila kulit terkena trauma, maka dapat menyebabkan luka/vulnus. Vulnus/luka adalah keadaan dimana kontinuitas jaringan rusak bisa akibat trauma, kimiawi, listrik radiasi. Vulnus laceratum (vulnus laceratum) sering disertai luka lecet(excoriasis), yakni luka atau rusaknya jaringan kulit luar, akibat benturan dengan benda keras, seperti aspal jalan, bebatuan atau benda kasar lainnya. Sementara luka tusuk (vulnus functum), yakni luka yang disebabkan benda tajam sepertipisau, paku dan sebagainya. biasanya pada luka tusuk, darah tidak keluar (keluarsedikit) kecuali benda penusuknya dicabut. Luka tusuk sangat berbahaya bila mengenai organ vital seperti paru, jantung, ginjal maupu abdomen. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salahsatunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. atau manipulasi yangdilakukan pada saat penusukan juga akan mempengaruhi penyembuhan luka yang normal memerlukan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks yang terjadi secara simultan pada jaringan epidermis, dermis dan subkutis, itu suatu yang mudah membedakan penyembuhan pada epidermis dengan penyembuhan pada dermis dan perlu diingat bahwa peristiwa itu terjadi pada saat yang bersamaan. Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan fase remodelling jaringan yang bertujuan untuk menggabungkan bagian luka dan mengembalikan fungsinya. peran perawat tentunya sangat penting dalam memberikan perawatan luka robek agar proses penyembuhan luka dapat lebih cepat dan pulih. Tambahkan angka kejadian mengenai vulnus mulai dari Indonesia sampai ke rumah sakit sawah lunto
B. Tujuan 1. Tujuan Umum Dapat melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien dengan Gangguan Sistem Integumen; Vulnus Laceratum secara langsung dan cepat. 2. Tujuan Khusus Penulis mampu : a. Mengkaji klien dengan gangguan sistem integumen; Vulnus Laceratum. b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan system integumen; Vulnus Laceratum. 2
c. Menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem integumen; vulnus laceratum. d. Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan system integumen; Vulnus Laceratum. e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien dengan gangguan sistem integumen; vulnus laceratum. f. Menyusun laporan hasil pengamatan dan asuhan keperawatan kasus dalam bentuk laporan seminar praktek profesi KMB.
3
BAB II TINJAUAN TEORITIS
VULNUS LACERATUM A. Pengertian Mansjoer (2001) menyatakan vulnus laceratum merupakan luka terbuka yang terdiri dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot. Chada (1995) menyatakan Vulnus (luka) adalah satu keadaan dimana terputusnya kontinuitas jaringan tubuh. Vulnus Laceratum (luka robek) adallah luka yang terjadi akibat kekerasan benda tumpul, robekan jaringan sering diikuti kerusakan alat di dalam seperti patah tulang. (http://one.indoskripsi.com) Jadi, dapat disimpulkan bahwa vulnus laceratum adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan sehingga terjadi pemisahan jaringan yang semula normal. Luka robek terjadi akibat kekerasan yang hebat sehingga memutuskan jaringan.
B. Klasifikasi Secara umum luka dapat dibagi menjadi 2 yaitu : 1) Simple, bila hanya melibatkan kulit. 2) Kompukatum, bila melibatkan kulit dan jaringan dibawahnya. Trauma arteri umumnya dapat disebabkan oleh trauma benda tajam (50%) misalnya karena tembakan, luka-luka tusuk, trauma kecelakaan kerja atau kecelakaan lalu lintas, trauma arteri dibedakan berdasarkan beratnya cidera : 1) Derajat I adalah robekan adviticia dan media, tanpa menembus dinding. 2) Derajat II adalah robekan varsial sehingga dinding arteri juga terluka dan biasanya menimbulkan pendarahan yang hebat. 3) Derajat III adalah pembuluh darah putus total, gambaran klinis menunjukan pendarahan yang tidak besar, arteri akan mengalami vasokontriksi dan retraksi sehingga masuk ke jaringan karen elastisitasnya. (Brunner & Suddarth, 2002)
C. Etiologi Vulnus Laseratum dapat disebabkan oleh beberapa hal di antaranya : 1. Alat yang tumpul. 2. Jatuh ke benda tajam dan keras. 3. Kecelakaan lalu lintas dan kereta api. 4. Kecelakaan akibat kuku dan gigitan 5. Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terbentur dan terjepit. 6. Trauma elektris dan penyebab cidera karena listrik dan petir. 4
7. Trauma termis, disebabkan oleh panas dan dingin. 8. Truma kimia, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam dan basa serta zat iritif dan berbagai korosif lainnya. (Chada, 1995) . D. Patofisiologi Vulnus laserrratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan akan terjadi apabila jaringan terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang sangat hebat. Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang di koordinasikan dengan baik yang dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan harus di mikrosekulasi fungsional. Jika jaringan yang nekrosis luas maka reaksi peradangan tak di temukan di tengah jaringan yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan hidup. (Price, 2006) Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi kerusakan jaringan.sek- sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan menurunkan ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan hernosenssitif. Apabila nyeri di atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat atau tidur terganggu dan terjadi ketertiban gerak. (Buyton & Hal, 1997)
E. Pathways tambahkan lagi munculnya diagnose gangguan integritas kulit, kurang pengetahuan sesuaikan dengan diagnose teori yang muncul di askep teori
MK : Resti Infeksi MK : Gg. Pola Aktivitas 5
F. Tanda dan Gejala Manifestasi klinis vulnus laceratum adalah: a. Luka tidak teratur b. Jaringan rusak c. Bengkak d. Pendarahan e. Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasanya di daerah rambut f. Tampak lecet atau memer di setiap luka. (Mansjoer, 2001)
G. Penatalaksanaan Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan. 1. Evaluasi luka Meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi). 2. Tindakan Antiseptik Prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik seperti: 1. Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif). 2. Halogen dan senyawanya 3. Oksidansia 4. Logam berat dan garamnya 5. Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%). 6. Derivat fenol 7. Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol), merupakan turunan aridin dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%. Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka terinfeksi (Mansjoer, 2001: 390). Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan biaya perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman terhadap luka. Pembersihan Luka 6
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meninangkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris (InETNA, 2004:16). Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu : a. Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan benda asing. b. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati. c. Berikan antiseptik d. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal e. Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer,2000: 398;400) 3. Penjahitan luka Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh persekundam atau pertertiam. 4. Penutupan Luka Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal. 5. Pembalutan Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom. 6. Pemberian Antibiotik Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik. 7. Pengangkatan Jahitan Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jWidiyas pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi (Walton, 1990 dalam Mansjoer, 2001).
H. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan rontgen, menentukan lokasi/luasnya vulnus/trauma 2. Scan tulang tomogram, skan CI/MRI, memperlihatkan vulnus juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. 3. Arteriogram, dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai. 4. Hitung darah lengkap, Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi vulnus atau organ jauh pada trauma multipel). 5. Kreatinin trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal. 7
6. Profil koagulasi, perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multipel atau cedera hati.
8
BAB III ini masih BAB II ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian Pengkajian klien dengan kasus vulnus laceratummeliputi pengumpulan data dan analisa data. Dalam pengumpulan sumber data klien diperoleh dari klien sendiri, keluarga, dokter ataupun dari catatan medis. a.) Pengumpulan data. 1.) Biodata klien dan penanggung jawab klien. Biodata klien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, tanggal masuk RS, nomor medik dan diagnosa medik. 2.) Keluhan utama Merupakan keluhan klien pada saat dikaji, klien mengalami vulnus dan imobilisasi biasanya mengeluh tidak dapat melakukan pergerakan, nyeri, lemah, dan tidak dapat melakukan sebagian aktivitas sehari-hari. 3.) Pemeriksaan fisik Dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, terhadap berbagai sistem tubuh maka ditemukan hal sebagai berikut. a.) Keadaan umum Pada klien yang immobilisasi perlu dilihat dalam hal keadaan umum meliputi penampilan, postur tubuh, kesadaran, dan gaya bicara klien karena immobilisasi biasanya menyebabkan kelemahan, kebersihan dirinya kurang, bentuk tubuh kurus akibat berat badan menurun. b.) Aktivitas istirahat. Apakah ada keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena mungkin akibat vulnus ini sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan ; nyeri). c.) Sirkulasi Hipertensi yaitu kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas atau hipotensi akibat kehilangan darah. d.) Neurosensori Hilangnya gerakan/sensasi spasme otot dengan tanda kebas/kesemutan/parestesi. Adanya deformitas lokal, anuglasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi.
9
e.) Nyeri/kenyamanan Nyeri berat tiba-tiba pada saat oedema, mungkin terlokalisasi pada jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi, tak ada nyeri akibat kerusakan saraf. f.) Keamanan Lacerasi kulit, perdarahan, perubahan warna, pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap dan tiba-tiba). 4.) Pola aktivitas sehari-hari Pola aktivitas sehari-hari pada klien vulnus laceratum meliputi frekuensi makan, jenis makanan, porsi makan, jenis dan kualitas minum dan kuantitas minum, dan eliminasi yang meliputi BAB (frekuensi, warna, konsistensi) serta BAK (frekuensi, banyaknya urine yang keluar setiap hari dan warna urine). Personal hygiene (frekuensi mandi, gosok gigi, dan cuci rambut serta memotong kuku), olahraga (frekuensi dan jenis), serta rekreasi (frekuensi dan tempat rekreasi). 5.) Data psikososial Pengkajian yang dilakukan pada klien vulnus laceratum immobilisasi pada dasarnya sama dengan pengkajian psikososial pada sistem lain yaitu mengenai konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri, dan identitas diri) dan hubungan atau interaksi) klien dengan anggota keluarganya maupun dengan lingkungan. Pada klien yang vulnus dan diimobilisasi adanya perubahan konsep diri terjadi secara perlahan-lahan yang mana dapat dikenal melalui observasi terhadap perubahan yang kurang wajar dalam status emosional, perubahan tingkah laku, menurunnya kemampuan dalam masalah dan perubahan status tidur. 6.) Data spiritual Klien dengan vulnus laceratum perlu dikaji tentang agama dan kepribadiannya, keyakinan, harapan, serta semangat yang terkandung dalam diri klien merupakan aspek yang penting untuk kesembuhan penyakitnya. 7.) Data penunjang - Pemeriksaan rontgen, menentukan lokasi/luasnya vulnus/trauma. - Scan tulang tomogram, skan CI/MRI, memperlihatkan vulnus juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. - Arteriogram, dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai. - Hitung darah lengkap, Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi vulnus atau organ jauh pada trauma multipel). - Kreatinin trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal. - Profil koagulasi, perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multipel atau cedera hati.
10
B. Diagnosa Kepeawatan yang Mungkin Muncul 1. Nyeri berhubungan dengan adanya luka 2. Resiko terjadi gangguan gas berhubungan dengan kurangnya pengembangan paru akibat adanya imobilisasi. 3. Gangguan integritas kulit, dekubitus berhubungan dengan penurunan sirkulasi pada daerah yang tertekan karena imobilisasi. 4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka terbuka yang masih basah. 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang adekuat.
C. Intervensi Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan adanya luka. Tujuan : Nyeri berkurang/hilang Kriteria : tidak mengeluh nyeri, ekspresi wajah ceria. Tindakan keperawatan a. Kaji lokasi dan karakteristik nyeri. Rasional : Mengetahui asal, sifat, dan kapan datangnya nyeri sehingga dapat menentukan yang akan diberikan dengan tepat. b. Pertahankan immobilisasi secara efektif dengan cara tirah baring. Rasional : Mencegah terjadinya gerakan yang sering dari area luka sehingga tidak merangsang saraf yang menimbulkan nyeri. c. Ajarkan tehnik penanganan rasa nyeri kontrol stres dan cara relaksasi. Rasional : Untuk mengalihkan perhatian, meningkatkan kontrol rasa serta meningkatkan kemampuan mengatasi rasa nyeri dan stres dalam periode yang lama.. d. Monitor keluhan, Rasional : Kemajuan serta kemunduran dalam melokalisir nyeri yang tidak dapat hilang. e. Kolaborasi dengan tim medis dan pemberian analgetik. Rasional : Analgetik berfungsi untuk mengurangi rasa sakit.
2. Resiko terjadi gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan arterio vena. Di diagnose teori, diagnose ini tidak ditemukan!!!! Tujuan :Tidak terjadi gangguan perfusi jaringan Kriteria : Kulit hangat dan warna merah, Nadi teraba, dan ada pengisian pada kapiler. Tindakan keperawatan (1.) Observasi warna dan suhu kulit serta pengisian kembali pembuluh darah kapiler. Rasional : Kulit pucat dan dingin serta pengisian kembali kapiler lambat atau tidak menunjukkan adanya kerusakan arteri sehingga membahayakan sistem perfusi jaringan. 11
(2.) Palpasi kualitas nadi bagian distal pada daerah vulnus. Rasional : Nadi berkurang atau hilang menunjukkan luka pada pembuluh darah sehingga memerlukan evaluasi secara segera oleh tim medis untuk memperbaiki sirkulasi. (3.) Lakukan penilaian neurovaskuler serta perhatikan perubahan fungsi motorik/sensorik. Rasional : Terganggunya perasaan, mati rasa, sakit yang berkepanjangan, menunjukkan adanya kerusakan saraf. (4.) Bebaskan alat-alat yang menekan seperti gips sirkuler verband dan lain-lain Rasional : Akan mengurangi keterbatasan sirkulasi sehingga tidak mengakibatkan terbentuknya edema pada ekstremitas. (5.) Berikan kantong es di sekeliling vulnus jika dibutuhkan. Rasional : Dapat mengurangi oedema atau terbentuknya hematom dan akan merusak sirkulasi.
12
BAB IV ini BAB III LAPORAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Diagnosa Medis Vulnus Laceratum di Ruang Bedah RSUD Sawahlunto
PENGKAJIAN 1. Identitas Klien a) Identitas : Nama : Tn. R Umur : 23 Th. Jenis Kelamin : Laki-laki. Pekerjaan : Swasta. Alamat : Kampung teleng, Sawahlunto Status : Belum kawin. Agama : Islam. Suku Bangsa : Minang / Indonesia. Tanggal MRS : 26 Mei 2014. Tanggal Pengkajian : 30 Mei 2004 Dx Medis : Vulnus Laceratum ekstremitas bawah (femur sinistra lateral)
b) Identitas Penanggung Jawab : Nama : Ny. D Umur : 64 Th Jenis Kelamin : Perempuan. Pekerjaan : Swasta. Hubungan dengan klien : Ibu
2. Riwayat Penyakit a) Keluhan Utama. bedakan antara keluhan utama dengan alas an masuk RS Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 26 Mei 2014, melalui IGD dengan keluhan klien korban kecelakaan lalu lintas. Keadaan klien saat masuk tampak luka robek pada bagian paha sebelah kiri (lateral) dengan ukuran panjang 20-25 cm, lebar 10-15 cm sudah terbungkus verban. Pada tunggkai bawah sebelah kiri lateral tampak luka gores dan pada area tubuh lainnya seperti punggung tangan, siku dan ujung jari klien. Klien mengatakan luka robek pada paha kiri akibat kecelakaan lalulintas, pada saat klien hendak bepergian dari padang panjang menuju bukittinggi pada pukul 02.00 dini hari. Menurut keterangan klien saat itu klien ingin menumpang mobil tangki tapi klien diusir paksa oleh penghuni tangki dengan menggunakan pisau, pisau tersebut 13
melukai paha klien lalu klien dijatuhkan ke jalan. Dalam keadaan tidak sadar klien dibawa oleh petugas kepolisian ke rumah sakit umum daerah padang panjang. Lalu klien pindaah rawatan ke RSUD Sawahlunto Keadaan umum klien saat masuk yaitu klien tampak lemas dan pucat, serta paha sebalah kiri tampak dipenuhi darah. Klien merupakan pasien pindah rawatan dari RSUD Padang Panjang.
b) Riwayat Penyakit Sekarang Saat dikaji, klien mengeluh nyeri di bagian luka. Keadaan luka saat itu tampak merah, banyak pus, ada jaringan mati (nekrose), terpasang drainase, berbau, dan tampak jahitan bekas operasi. Ukuran luka klien lebih kurang sekitar : Panjang : 25 cm Lebar : 20 cm Kedalaman : 5cm Klien mengatakan badan mengigil, dan tidak mampu beraktifitas seperti biasa. Klien tampak pucat dan meringis. Luka dibersihkan dua kali sehari, pagi dan sore dengan menggunakan cairan NaCl 0,9 % yang sudah dicampurkan dengan gentamicin 2 ampul. Saat di bersihkan klien tampak pucat, meringis dan menangis.
c) Riwayat Penyakit Dahulu Sebelumnya klien tidak pernah masuk Rumah Sakit dengan apa yang diderita sekarang dan juga klien tidak pernah menderita penyakit yang lain, dan kalaupun klien sakit ia hanya berobat ke Puskesmas. Sebelum dirawat klien sering mengkonsumsi alkohol, obat-obat penenang seperti alprazolam, diazepam, dll.
d) Riwayat Penyakit Keluarga Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada menderita penyakit seperti darah tinggi, jantung koroner dll, atau yang sifatnya menurun. Tapi ibu klien pernah mengalami penyakit rematik dan asam urat. buatkan genogram
3. Pemeriksaan Fisik. a) Keadaan Umum. ( 30 Mei 2014. Pukul 10.30 wib ) Kesadaran klien Compos Mentis dengan nilai GCS 15. Suhu : 38,9C TD : 130/90 mmhg Nadi : 96 x/menit Pernafasan : 29 x/menit. b) Kepala dan Leher. buatkan pengkajianny berdasarkan IPPA (Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi) 14
Struktur dan bentuk simetris, kebersihan kepala cukup baik, tidak ada nyeri, tidak ada trauma kepala dan keterbatasan gerak, tidak ada kesulitan menelan dan pembesaran kelenjar tyroid.
c) Penglihatan dan Mata. Struktur dan bentuk simetris, kebersihan cukup baik, kornea jernih, konjunctiva anemis, pergerakan mata baik, tidak ada kelainan dan alat bantu penglihatan.
d) Penciuman dan Hidung. Struktur dan bentuk simetris, kebersihan baik, tidak ada pendarahan dan peradangan, tidak ada pergerakan cuping hidung.
e) Pendengaran dan Telinga. Struktur simetris, kebersihan baik tidak ada pengerasan serumen, tidak ada nyeri, tidak ada peradangan dan pendarahan, menggunakan alat bantu pendengaran.
f) Gigi dan Mulut. Kebersihan baik, mukosa bibir berwarna kemerahan, tidak ada stomatitis, tidak ada peradangan dan pendarahan, dan fungsi mengunyah cukup baik.
g) Dada, Pernafasan dan Sirkulasi.--> buatkan IPPA untuk jantung dan Paru Struktur simetris, pergerakan dada kanan dan kiri simetris, tidak ada nyeri dan sesak nafas, tidak ada bunyi nafas tambahan, tidak ada batuk, sputum dan dahak, tidak ada bunyi jantung tambahan.
h) Abdomen. Struktur simetris, tidak ada asites dan nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan limpa.
i) Genetalia dan Reproduksi. Tidak ada nyeri pada saat BAB dan BAK. Selama dirawat klien tidak ada BAB.
j) Ekstremitas Atas dan Bawah. Struktur simetris, tidak ada kelainan bentuk, tampak adanya keterbatasan gerak pada ekstrimitas kiri bawah, dan tidak menggunakan alat bantu pergerakan. Sementara ekstremitas kiri bawah tidak mampu untuk banyak bergerak. Skala kekuatan otot : 5 5 5 1 15
Perbaiki dan lengkapi lagi pengkajian head to toe nya. Dan rinci lagi mengenai kaki nya. 4. Kebutuhan Fisik, Psikososial, dan Spiritual. a) Aktifitas dan Istirahat. Di Rumah : Klien seorang wiraswasta, sehari-hari nya tidur siang + 2 jam, tidur malam biasanya mulai pukul 23.00 06.00 wib. klien tidak ada kesulitan menjelang tidur. Di Rumah Sakit : Klien berbaring ditempat tidur, tidak mampu duduk, berdiri dan beraktifitas, tidur siang 1 2 jam, dan tidur malam mulai pukul 21.00 05.00 dan tidak ada kesulitan menjelang tidur. Klien sering terbangun malam hari karna nyeri yang di derita akibat luka pada ekstremitas bawah sebelah kirinya.
b) Personal Hygene Di Rumah : Mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, potong kuku jika dirasa panjang, keramas 2x dalam seminggu, ganti baju 2x sehari bahkan lebih jika dirasa kotor. Di Rumah Sakit : Klien hanya diseka oleh keluarganya, gosok gigi tidak dilakukan tapi px sering berkumur-kumur, potong kuku tidak dilakukan, keramas tidak dilakukan, ganti baju + 2 hari sekali.
c) Nutrisi Di Rumah : Makan 3x sehari, dengan makanan : nasi + lauk pauk + sayur, minum 4 5 gelas sehari, tidak ssada makanan pantangan dan gangguan. Di Rumah Sakit : Makan 3x sehari, dengan diit NB TKTP,minum 4 5 gelas sehari.
d) Eliminasi. Di Rumah : BAB tidak menentu 1 2 x sehari dengan warna kuning kecoklatan, konsistensi padat dan tidak ada nyeri, BAK 2 3 x sehari dengan warna kuning seperti air teh, bau pesing, dan tidak ada nyeri. Di Rumah Sakit : BAB : Selama dirawat klien tidak ada BAB. BAK : 3 4 x sehari dengan warna kuning, bau pesing dan tidak ada nyeri. 16
e) Sexual. Klien belum menikah. f) Psikososial Hubungan klien dengan perawat, dokter, tim medis lain maupun dengan keluarga cukup baik. g) Spiritual. Selama di rumah sakit tidak melaksanakan sholat,klien percaya bahwa ini merupakan kehendak tuhan yang ada maksudnya. Klien juga selalu berdoa untuk kesembuhannya.
b) Pengobatan Tanggal 28 Mei 2014 Infus RL 20 tts/m. ( sebagai elektrolit ) Ceftriaxon 2 x 1 vial (IV) Gentamicyn 2 x 1 amp (IV) Ketoprofen 2 x 1 vial (IV) Cefepim 2 x 1 vial (IV) Luka di bersihkan 2 x sehari dengan menggunakan NaCl 0,9 % + Gentamicyn 2amp. Lalu dikompres dengan kasa dibasahi metronidazol infus. BUATKAN WOC KASUS
17
ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi 1. DO : Ada nyeri tekan pada daerah luka. Daerah luka tampak bengkak. TTV: TD : 120/80 mmHg. N : 82 x/m. R : 24 x/m. S : 36,8 C.--> di pengkajian suhunya 38,9 DS : Klien mengatakan ada rasa nyeri pada daerah luka jika didresing. Skala nyeri berapa? Ekspresi wajah Gangguan rasa nyaman : nyeri. Adanya luka 2. DO : Luka tampak bengkak, basah. Terdapat pus pada luka. Ada nyeri tekan pada daerah luka. Daerah luka tampak berwarna kemerahan. Leukosit: 18.900 ( 5000 10.000 /mm3 ) Tambahkan luasnya luka yang ada diprngkajian DS : Klien mengeluh nyeri saat diredresing. Infeksi Luka terbuka yang masih basah 3. DO : Klien tampak tenang, aktifitas klien hanya di tempat tidur. Skala otot.
5 5 5 1
DS : Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktifitas yang terlalu berat karena adanya rasa nyeri pada daerah luka. Gangguan pola aktifitas Penurunan sirkulasi pada daerah yang tertekan
Kenapa tidak mengangkat diagnose gangguan perfusi jaringan, dengan HB pasien 7 dan kankungtiva anemis??
18
19
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional 1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b/d adanya luka. DO : Ada nyeri tekan pada daerah luka. Daerah luka tampak bengkak. TTV: TD: 120/80 mmHg N : 82 x/m. R : 24 x/m. S : 36,8 C. DS : klien mengatakan ada rasa nyeri pada daerah luka jika didresing. Rasa nyaman klien terpenuhi setelah 4 hari perawatan. KE : 1) TTV normal : TD: 120/80 mmHg N : 60 84 x/m. R : 16 24 x/m. S : 36 37 C.
2) klien tidak mengeluh nyeri tekan. 3) Luka tidak bengkak lagi. 1) Ukur TTV.
2) Kaji status nyeri.
3) Atur posisi.
4) Ajarkan tehnik relaksasi. 1) Untuk mengetahui perkem bangan klien. 2) Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan klien sehingga mudah menentukan intervensi. 3) Posisi yang nyaman dapat mengurangi rasa nyeri. 4) Agar klien merasa tenang dan mengurangi rasa nyeri. 2.
Infeksi b/d luka terbuka yang masih basah. DO :
Luka tampak bengkak, basah. Terdapat pus pada luka. Ada nyeri tekan pada daerah luka. Daerah luka tampak berwarna kemerahan. DS : klien mengeluh nyeri saat didresing. Infeksi tidak terjadi dalam 4 hari perawatan. KE :
1) Luka tidak bengkak, tidak terdapat pus, tidak ada kemerahan. 2) Tidak mengeluh nyeri saat didresing. 1) Bersihkan luka setiap hari. 2) Berikan kompres hangat. 3) Atur posisi
4) Kolaborasi: Beri anti biotik. 1) Mencegah penyebaran infeksi. 2) Untuk mengurangi bengkak dan mengatasi nyeri. 3) Posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri. 4) Kolaborasi : Membunuh kuman penyebab infeksi. 3. Gangguan pola aktifitas b/d penurunan sirkulasi pada daerah yang tertekan. DO :
klien tampak tenang, aktifitas klien hanya di tempat tidur. Skala otot. 5 5 5 5
DS : klien mengatakan tidak dapat melakukan aktifitas yang terlalu berat karena adanya rasa nyeri pada daerah luka Aktifitas klien kembali normal dalam 4 hari perawatan. KE :
1) klien dapat melakukan aktifitas sendiri tidak hanya ditemp 2) Skala otot: 5 5 5 1
3) Rasa nyeri hilang saat tidur 1) Kaji penyebab kelemahan aktifitas. 2) Kaji tingkat mobilisasi klien. 3) Bantu klien dalam beraktifi tas
1) Untuk memudahkan intervensi yang tepat.
2) Mengetahui tingkat pergerakan klien.
3) Mempercepat proses penyembuhan .
20
CATATAN PERKEMBANGAN
No Hari / Tgl No. Dx Implementasi Evaluasi 1. Jumat, 30 Mei 2014 I 1) Mengukur TTV. 2) Mengkaji status nyeri. (nyeri sedang) 3) Mengatur posisi.--> posisi apa yang diberikan? 4) Mengajarkan tehnik relaksasi. Relaksasi apa?? 5) Tidak ada kolaborasi analgetik??
Jam?? S : Klien mengatakan lukanya masih nyeri, pada saat didresing atau ditekan. O : Klien tampak meringis menahan nyeri dengan skala 2 (sedang) skala nyeri 2 termasuk sedang???? Ttv??? A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan. Harus jelas intervensi yang mana yang mau dilanjutkan!!! ** sesuaikan sampai implementasi hari terakhir. Implementasi tu harus jelas, apa yang direncanakan harus tertuang semuanya diimplementasi n SOAP II 1) Membersihkan luka setiap hari. 2) Memberi kompres hangat. 3) Mengatur posisi. Kolaborasi : 4) Memberi anti biotik. (Standacillin) lengkapi dosis nya S : Klien mengeluh lukanya sakit saat didresing. O : Luka tampak masih basah, bengkak, terdapat pus, berwarna kemerahan, dan ada nyeri tekan. A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan. III 1) Mengkaji penyebab kelemahan aktifitas. 2) Mengkaji tingkat mobilisasi klien. 3) Membantu klien dalam beraktifitas S: Klien mengatakan dapat melakukan aktifitasnya sendiri. O: Klien tampak tenang. A : Masalah teratasi. P : Intervensi dihentikan. 1. Sabtu, 31 Mei 2014 I 1) Mengukur TTV. 2) Mengkaji status nyeri. (nyeri sedang) 3) Mengatur posisi. 4) Mengajarkan tehnik relaksasi.
S : Klien mengatakan lukanya masih nyeri, pada saat didresing atau ditekan. O : Klien tampak meringis menahan nyeri dengan skala 2 (sedang) A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan. II 1) Membersihkan luka setiap S : 21
hari. 2) Memberi kompres hangat. 3) Mengatur posisi. Kolaborasi : 4) Memberi anti biotik. (Standacillin) Klien mengeluh lukanya sakit saat didresing. O : Luka tampak masih basah, bengkak, terdapat pus, berwarna kemerahan, dan ada nyeri tekan. A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan. III 1) Mengkaji penyebab kelemahan aktifitas. 2) Mengkaji tingkat mobilisasi klien. 3) Membantu klien dalam beraktifitas S: Klien mengatakan dapat melakukan aktifitasnya sendiri. O: Klien tampak tenang. A : Masalah teratasi. P : Intervensi dihentikan. 1. Minggu, 1 Juni 2014 I 1) Mengukur TTV. 2) Mengkaji status nyeri. (nyeri sedang) 3) Mengatur posisi. 4) Mengajarkan tehnik relaksasi.
S : Klien mengatakan lukanya masih nyeri, pada saat didresing atau ditekan. O : Klien tampak meringis menahan nyeri dengan skala 2 (sedang) A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan. II 1) Membersihkan luka setiap hari. 2) Memberi kompres hangat. 3) Mengatur posisi. Kolaborasi : 4) Memberi anti biotik. (Standacillin) S : Klien mengeluh lukanya sakit saat didresing. O : Luka tampak masih basah, bengkak, terdapat pus, berwarna kemerahan, dan ada nyeri tekan. A : Masalah belum teratasi. P : Intervensi dilanjutkan. III 1) Mengkaji penyebab kelemahan aktifitas. 2) Mengkaji tingkat mobilisasi klien. 3) Membantu klien dalam beraktifitas S: Klien mengatakan dapat melakukan aktifitasnya sendiri. O: Klien tampak tenang. A : Masalah teratasi. P : Intervensi dihentikan.
22
buatkan BAB IV Pembahasan yang berisikan kesenjangan antara kasus kelolaan dan teori!!! BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Vulnus laceratum (vulnus laceratum) sering disertai luka lecet (excoriasis), yakni luka atau rusaknya jaringan kulit luar, akibat benturan dengan benda keras, seperti aspal jalan, bebatuan atau benda kasar lainnya. Sementara luka tusuk (vulnus functum), yakni luka yang disebabkan benda tajam sepertipisau, paku dan sebagainya. biasanya pada luka tusuk, darah tidak keluar (keluar sedikit) kecuali benda penusuknya dicabut. Luka tusuk sangat berbahaya bila mengenai organ vital seperti paru, jantung, ginjal maupu abdomen. Vulnus laserrratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan akan terjadi apabila jaringan terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang sangat hebat. Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang di koordinasikan dengan baik yang dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan harus di mikrosekulasi fungsional. Jika jaringan yang nekrosis luas maka reaksi peradangan tak di temukan di tengah jaringan yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan hidup.
B. Saran Penulis memberi saran bahwa : 1. Perawat dapat bisa memberikan asuhan keperawatan seoptimal mungkin pada pasien. 2. Perawat dapat merencanakan peningkatan SDM yang memberikan bimbingan dan asuhan keperawatan yang sifatnya membangun. 3. Perawat dapat menjadi amal ibadah dalam menjalankan tugas sehari-hari 4. Dapat mengoptimalkan ilmu yang diperlukan dengan memberikan asuhan keperawatan yang optimal. 5. Dapat menjadi pelajaran yang berharga sehingga bermanfaat dalam menjalani profesi yang akan datang.
Doengoes, marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Penerbit Buku Kedokteran. EGC : Jakarta.
ISFI. 2000. ISO Indonesia. Jakarta: Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Purnawati, et, all. 1992. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI