5.1 Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Swasta PT.Vale Indonesia Soroako Rumah sakit PT VALE INDONESIA yang dulunya diberi nama Rumah Sakit PT INCO SOROWAKO (PT INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA, Tbk) adalah Rumah Sakit Tambang dan pengolahan biji Nickel yang diresmikan oleh Bapak Presiden Suharto dan Ibu Tien Suharto pada Tanggal 31 Maret 1977. Rumah Sakit berkapasitas 50 tempat tidur ini dirancang olek Kaiser Engineering dan dibangun oleh Perusahaan Bechtel dari Amerika yang dipercayakan oleh INCO Limited untukl mengawasi pelaksanaan pembangunan pabrik pengolahan Nickel Sorowako.
Rumah Sakit PT.INCO merupakan salah satu Unit Pelayanan Kesehatan dari Departemen Medical Services yang dua kegiatan lainnya adalah Occupational Health dan Public Community Health Services. Sebagai sebuah Rumah Sakit Swasta Asing (PMA) struktur organisasinya, maupun jumlah tenaga medis, paramedic, paramedic non perawatan dan non medis lainnya berbeda dengan rumah sakit swasta maupun pemerintah dengan jumlah tempat tidur yang sama. Demikian juga dengan kegiatan administrasinya yang mencakup seluruh kegiatan Departemen Medical Services.
Mengingat kegiatan dipabrik pengolahan dan Unit-Unit terkait berlangsung selama 24 jam, sedapat mungkin tersedia beberapa tempat tidur kosong dalam mengantisipasi kecelakaan kerja yang sewaktu-waktu dapat saja terjadi. Dalam upaya mewujudkan Pelayanan Kesehatan yang paripurna, selain Pelayanan spesialis dasar, perusahaan juga mendatangkan dokter-dokter ahli lainnya seperti Ahli THT, Ahli Penyakit Kulit & Kelamin, Penyakit Jantung & Kardiovaskuler, Ahli Mata, Ahli bedah Tulang & Sub Spesialis lain sesuai dengan kebutuhan.disamping itu dilakukan rujukan ke rumah sakit di Makassar, Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta bahkan sampai ke Singapura.(Offsite Medical Treatment/OMT).
Sejalan dengan Program Perusahaan dalam hal pengembangan sumber daya manusia, semua karyawan Medical Services diberikan kesempatan secara periodik untuk mengikuti kursus, symposium dan kongres sesuai bidang masing-masing. Perkembangan Rumah Sakit PT INCO selanjutnya tentu tidak terlepas dari pengembangan proyek ini dimasa- masa mendatang seirama dengan pasang surutnya harga nickel.
5.2 Visi, Misi, Tujuan dan Falsafah Rumah Sakit a. Visi Menjadi unit pelayanan kesehatan terbaik dilingkungan perusahaan pertambangan di Indonesia b. Misi Menjamin agar setiap orang dilingkungan kerja PT. INCO bisa mendapatkan pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas. c. Tujuan Memberikan pelayanan kesehatan yang optimum, bermutu, tepat, efektif dan komunikatif bagi karyawan dan keluarganya, serta masyarakat sekitar tanpa membedakan status sosial, ekonomi agama, atau budaya sesuai dengan Etika Rumah Sakit. d. Falsafah Sebagai Rumah Sakit Tambang selalu siap memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan optimum kepada karyawan, keluarganya, serta masyarakat sekitar. e. Peranan Rumah Sakit Sebagai Rumah Sakit Tambang selalu siap memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan optimum kepada karyawan, keluarganya, serta masyarakat sekitar. f. Jenis Pelayanan Rumah Sakit 1. Rawat Jalan 1.1. Instalasi Gawat Darurat 1.2. Poliklinik Penyakit Dalam 1.3. Poliklinik Anak 1.4. Poliklinik KIA/KB 1.5. Poliklinik Gigi dan Mulut 1.6. Poliklinik Umum 2. Rawat Inap yang terbagi menjadi 3 kelas 2.1 Bangsal B 2.2 Bangsal C 2.3 ICU (Intensive Care Unit) 3. Penunjang Medis 3.1 Instalasi Farmasi 3.2 Instalasi Radiologi 3.3 Instalasi Laboratorium
g. Gambaran Unit bidang Instalasi Rawat Inap Perawat dalam Sub Bidang Pelayanan Keperawatan mempunyai tugas memberikan dan menyediakan sarana dan prasarana tenaga dan pemikiran untuk mendukung berjalannya kebutuhan pelayanan sub bidang pelayanan keperawatan dan menjalankan tugas sesuai asuhan keperawatan dengan fasilitas yang dimiliki di Rumah Sakit
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
6.1 Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Swasta PT. Vale Indonesia Soroako dan dilakukan pengumpulan data tanggal 11-16 Februari 2014. Banyaknya responden 32 orang yang terdiri dari dua bangsal yaitu bangsal B dan bangsal C. Berdasarkan hasil pengelolaan data yang telah dilakukan maka penyajian data dilakukan dalam dua deskripsi umum beberapa karakteristik responden yang akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi serta persentase.
Tabel 1 Distribusi Responden berdasarkan Unit Perawatan Di Rumah Sakit Swasta PT. Vale Soroako, Kab. Luwu Timur Unit Bangsal Jumlah (n) Persentase (%) Bangsal B 18 56.25 Bangsal C 14 43.75 Jumlah 32 100
Tabel 1 menunjukkan Distribusi responden berdasarkan unit perawatan di Rumah Sakit Swasta PT. Vale Indonesia tahun 2014 dari yang terbesar adalah pada bangsal B sebanyak 18 dan bangsal C sebanyak 14 orang.
1. Karakteristik Umum a. Umur Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Di Rumah Sakit Swasta PT. Vale Soroako Kab. Luwu Timur Tahun 2014 Kelompok Umur (tahun) Jumlah (n) Persentase (%) 15-19 1 3.12 20-24 2 6.25 25-29 4 12.50 30-34 14 43.75 35-39 4 12.50 40-44 2 6.25 45-49 1 3.12 50-54 0 0 55-59 2 6.25 60-64 1 3.12 65 ke atas 1 3.12 Total 32 100 Sumber: Data Primer
Apabila dilihat distribusi keompok umur responden di Rumah Sakit Swasta PT. Vale Soroako Kab. Luwu Timur tahun 2014 maka pada tabel 2 diatas memperlihatkan bahwa umur terendah dari responden adalah 15 tahun dan yang tertinggi adalah 65 tahun ke atas. Setelah dilakukan pengelompokan berdasarkan umur dengan interval 10 tahun, maka terlihat bahwa kelompok umur terbanyak dari responden di 30-34 tahun.
b. Pekerjaan Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Rumah Sakit Swasta PT Vale Soroako Kb. Luwu Timur Pekerjaan Responden Jumlah (n) Persentase (%) Karyawan 4 12.50 IRT 18 56.25 Pelajar 3 9.37 Pedagang 5 12.5 PNS 2 6.25 Jumlah 32 100 Sumber: Data Primer
Pada tabel 3 diatas, memperhatikan bahwa pekerjaaan respondensi bervariasi dan yang tertinggi berada pada kelompok Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 18 responden (56.25%) dan yang terendah pada kelompok pelajar yaitu sebanyak 2 responden (6.25%)
c. Jenis Kelamin Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Rumah Sakit Swasta PT Vale Soroako Kb. Luwu Timur Jenis Kelamin Responden Jumlah (n) Persentase (%) Laki-laki 8 25 Perempuan 24 75 Jumlah 32 100 Sumber: Data Primer Pada tabel diatas, terlihat bahwa persentse perempuan lebih banyak daripada laki-laki yaitu sebesar 75 %.
2. Hasil Jawaban Responden Tentang Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan a. Tangibles (Bukti Langsung) Adapun distribusi indeks indikator tangibles (bukti langsung) pada masing-masing unit perawatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5 Distribusi Indeks Tentang Pasien Rawat Inap Menurut Baangsal Perawatan di Rumah Sakit Swasta PT Vale Soroako, Kab. Luwu Timur Tahun 2014 Bangsal Perawatan Indeks Kriteria Bangsal B 84 Sangat Baik Bangsal C 84,57 Sangat Baik Indeks Keseluruhan 84.28 Sangat Baik Sumber: Data Primer
Pada tabel tersebut terlihat bahwa indeks jawaban responden yang tertinggi tentang indikator tangibles berada pasien rawat inap bangsal C dengan jumlah 84.57% dan sedangkan yang terendah adalah responden yang berada pada bangsal B yaitu 84 %.
Berdasarkan tabel 6 dibawah ini, adalah gambaran dari aspek tangibles pada rincian sebagai berikut: Tabel 6 Distribusi persentase jawaban responden berdasarkan item pertanyaan mengenai aspek tangibles No Uraian Tertinggi Terendah F % f % 1 Ruang pelayanan pemeriksaan pasien layak dan nyaman 11 15 2 Perlengkapan dan sarana pelayanan pemeriksaan pasien (kursi, meja, dan lainnya) 30 1 3 Tanda petunjuk (rambu-rambu) RS 26 1 4 Penampilan petugas yang rapi dan profesional 25 1 5 Perlengkapan dan peralatan (tensimeter, stetoskop, dll) pelayanan pemeriksaan modern dan memadai 25 1
Berdasarkan gambaran tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan puas pada jawaban atas pernyataan perlengkapan dan sarana pelayanan pemeriksaan pasien yaitu sebesar 93.75 %. Sedangkan responden menyatakan tidak puas terlihat pada jawaban responden pada pernyataan ruang pelayanan pemeriksaan pasien layak dan nyaman sebesar 46,89 %.
b. Reability (Kehandalan) Berikut distribusi indeks indikator reability (kehandalan) pada masing-masing unit perawatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7 Distribusi Indeks Tentang Reability Pasien Rawat Inap Menurut Bangsal Perawatan di Rumah Sakit Swasta PT Vale Soroako, Kab. Luwu Timur Tahun 2014 Bangsal Perawatan Indeks Kriteria Bangsal B 86.44 Sangat Baik Bangsal C 82.57 Baik Indeks Keseluruhan 84.50 Baik Sumber: Data Primer
Pada tabel tersebut terlihat bahwa indeks jawaban responden yang tertinggi tentang indikator reability berada pasien rawat inap bangsal B dengan jumlah 86.44 % dan sedangkan yang terendah adalah responden yang berada pada bangsal C yaitu 82.57%.
Berdasarkan tabel 8. dibawah ini, adalah gambaran dari aspek reability (kehandalan) dapat dilihat pada rincian sebagai berikut :
Tabel 8 Distribusi persentase jawaban responden berdasarkan item pertanyaan mengenai aspek reability No Uraian Ya Tidak F % f % 1 Keakuratan pelayanan resep 29 2 2 Keakuratan rekening rawat inap 21 11 3 Proses dan pelayanan administratif tidak berbelit-belit 29 3 4 Proses dan pelayanan medis cepat dan praktis (tidak berbelit-belit) 26 2 5 Informasi yang diberikan oleh petugas akurat dan memuaskan 8 15
Berdasarkan gambaran tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian responden menyatakan puas pada jawaban atas pernyataan pelayanan resep yang akurat dan proses pelayanan administratif yang tidak berbelit-belit yaitu dengan jumlah 90.62 %, sedangkan responden menyatakan tidak puas terlihat pada jawaban responden pada pernyataan informasi yang diberikan petugas masih belum akurat dan memuaskan dengan jumlah 46.87 %
c. Emphaty (Kemampuan-pahaman) Berikut distribusi indeks indikator emphaty (kemampuan-pahaman) pada masing-masing unit perawatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 9 Distribusi Indeks Tentang Emphaty Pasien Rawat Inap Menurut Bangsal Perawatan di Rumah Sakit Swasta PT Vale Soroako, Kab. Luwu Timur Tahun 2014 Bangsal Perawatan Indeks Kriteria Bangsal B 82.88 Baik Bangsal C 83.42 Baik Indeks Keseluruhan 83.15 Baik Sumber: Data Primer
Pada tabel tersebut terlihat bahwa indeks jawaban responden yang tertinggi tentang indikator emphaty berada pasien rawat inap bangsal C dengan jumlah X% dan sedangkan yang terendah adalah responden yang berada pada bangsal B yaitu X%.
Berdasarkan tabel 10 dibawah ini, adalah gambaran dari aspek emphaty (kehandalan) dapat dilihat pada rincian sebagai berikut :
Tabel 10 Distribusi persentase jawaban responden berdasarkan item pertanyaan mengenai aspek emphaty No Uraian Tertinggi Terendah F % F % 1 Tegur sapa/prilaku tugas penerima (kartu/register) pasien rawat inap 29 2 2 Tegur sapa/prilaku petugas rawat inapp 27 2 3 Etika berkomunikasi melalui telepon 27 2 4 Kemudahan petugas dihubungi melalui telepon 25 2 5 Kemampuan petugas memahami kebutuhan khusus pasien 11 16 50
Berdasarkan gambaran tabel diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan puas pada jawaban atas pernyataan bahwa petugas rawat inap dapat bertegur sapa dalam menerima pasien jumlah 90,62 %, sedangkan responden menyatakan tidak puas terlihat pada jawaban responden pada pernyataan pasien bahwa kemampuan petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien dengan jumlah 50 %
d. Responsiveness (Tanggap) Berikut distribusi indeks indikator responsiveness (Tanggap) pada masing-masing unit perawatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 9 Distribusi Indeks Tentang Responsiveness Pasien Rawat Inap Menurut Bangsal Perawatan di Rumah Sakit Swasta PT Vale Soroako, Kab. Luwu Timur Tahun 2014 Bangsal Perawatan Indeks Kriteria Bangsal B 82,66 Baik Bangsal C 84 Sangat Baik Indeks Keseluruhan 83.33 Baik Sumber: Data Primer
Pada tabel tersebut terlihat bahwa indeks jawaban responden yang tertinggi tentang indikator responsiveness berada pasien rawat inap bangsal C dengan jumlah 84 % dan sedangkan yang terendah adalah responden yang berada pada bangsal B yaitu 82.66 %.
Berdasarkan tabel 10 dibawah ini, adalah gambaran dari aspek responssiveness dapat dilihat pada rincian sebagai berikut :
Tabel 10 Distribusi persentase jawaban responden berdasarkan item pertanyaan mengenai aspek resposiveness No Uraian Ya Tidak F % f % 1 Kecepatan petugas kartu dalam menyelesaikan kartu 27 2 2 Kemampuan petugas untuk memahami kebutuhan pasien 24 1 3 Pelayanan yang diberikan oleh petugas kepada pasien 27 1 4 Kecepatan penyerahan obat setiap penebusan obat 27 1 5 Fleksibitas waktu pelayanan 25 1
Berdasarkan gambaran tabel diatas, dapat diketahui bahwa responden menyatakan puas pada semua pernyataan diatas dan jumlah yang paling terbanyak pada pernyataan bahwa kecepatan petugas kartu dalam menyelesaikan kartu, pelayanan yang diberikan pada pasien dan kecepatan penyerahan obat 84.38 %
e. Assurance (Jaminan/Kepastian) Berikut distribusi indeks indikator assurance (Jaminan) pada masing-masing unit perawatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 11 Distribusi Indeks Tentang Assurance Pasien Rawat Inap Menurut Bangsal Perawatan di Rumah Sakit Swasta PT Vale Soroako, Kab. Luwu Timur Tahun 2014 Bangsal Perawatan Indeks Kriteria Bangsal B 87.11 Sangat Baik Bangsal C 91.14 Sangat Baik Indeks Keseluruhan 89.13 Sangat Baik Sumber: Data Primer
Pada tabel tersebut terlihat bahwa indeks jawaban responden yang tertinggi tentang indikator assurance berada pasien rawat inap bangsal C dengan jumlah X% dan sedangkan yang terendah adalah responden yang berada pada bangsal B yaitu X%.
Berdasarkan tabel 12 dibawah ini, adalah gambaran dari aspek assurance dapat dilihat pada rincian sebagai berikut :
Tabel 12 Distribusi persentase jawaban responden berdasarkan item pertanyaan mengenai aspek assurance No Uraian Ya Tidak F % F % 1 Rasa aman dan kenyamanan pasien dalam layanan RS 32 0 2 Keamanan (barang) bila dirawat inap 13 15 3 Jaminan kerahasiaan pasien 28 1 4 Kesungguhan petugas dalam pelayanan 30 0 5 Ketelitian petugas saat melayani pasien 31 0
f. Mutu Pelayanan Kesehatan Setelah diperoleh masing-masing indeks indikator pada seluruh bangsal perawatan maka untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit Swasta PT Vale Soroako pada masing masing bangsal yaitu dengan cara menjumlahkan semua indeks indikator pada seluruh bangsal perawatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat distribusi indeks indikator mutu pelayanan kesehatan pada pasien rawat inap menurut bangsal perawatan pada tabel berikut ini.
Tabel 13 Distribusi Indeks Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan Pada Pasien Rawat Inap menurut Masing-masing Unit Kelaas Di Rumah Sakit Swasta Soroako Tahun 2014 Bangsal Perawatan Indikator Indeks Rata- Rata Kriteria Tangibles Reability Emphaty Responsiveness Assurance Bangsal B 84 82.66 82.88 86.44 87.11 84.62 Sangat Baik Bangsal C 84.57 84 83.42 82.57 91.14 85.14 Sangat Baik Sumber: Data Primer
Berdasarkan distribusi indeks indikator mutu pelayanan kesehatan pada tabel 12 disebutkan bahwa kedua bangsal perawatan memiliki mutu pelayanan kesehatan yang tinggi dengan jumlah indeks pada bangsal B sebesar 84.62% sedangkan pada bangsal C 85.14%. Untuk mutu pelayanan secara keseluruhan di Rumah Sakit Swasta PT.Vale Soroako dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 13 Distribusi Indeks Mutu Pelayanan Kesehatan Pada Pasien Rawat Inap Menurut Indikator Mutu Pelayanan Bangsal Perawatan di Rumah Sakit Swasta PT Vale Soroako, Kab. Luwu Timur Tahun 2014 Indikator Indeks Kriteria Tangibles 84.28 Sangat Baik Reability 84.50 Sangat Baik Emphaty 83.15 Sangat Baik Responsiveness 83.33 Sangat Baik Assurance 89.13 Sangat Baik Indeks Seluruh 84.87 Sangat Baik Sumber: Data Primer
Berdasarkan pada tabel 13 tersebut menunjukkan bahwa mutu pelayanan pada Rumah Sakit Swasta PT. Vale Soroako, Kab. Luwu Timur keseluruhan mempunyai indeks 84.87 yaitu mutunya sangat baik. 6.2 Pembahasan 1. Tangibles Dimensi tangibles merupakan perwujudan dari pelayanan ditampilkan oleh petugas kesehatan yang secara langsung dapat dinilai oleh pasien. Berdasarkan hasil penelitian dan pengelohan data Rumah Sakit Swasta PT. Vale Soroako mempunyai nilai indeks sebesar 84.28% jadi indikator tangibles tergolong dalam kategori sangat baik. Adapun urutan tingkat kepuasan yang berhubungan dengan aspek tangibles pada setiap perawatan sebagai nama yang ditunjukkan pada tabel 5 yakni sebagai berikut: bangsal B = 84 %, dan bangsal C= 84.57%. Tangible pada kedua perawatan tersebut mempunyai kategori sangat baik.
Dimensi tangibles (berwujud) yang dimiliki perawat yang dimana mencakup penampilan bersih bersih dan rapih, sikap peralatan yang digunakan, keterampilan petugas medis dan juga mengenai kenyamanan ruang tunggu. Hal ini berdampak pada tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan yang tersedia atau digunakan. Masih banyak variasi nilai dari masing-masing point, hal ini ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah ukuran masing-masing individu tentang tangibles (berwujud) berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, Spreng al (2008) dalam Rahman Kadir menyatakan bahwa perasaan puas seseorang timbul ketika mereka membandingkan persepsi mereka terhadap pelayanan yang mereka inginkan.
2. Reability Dimensi kedua yang dipakai oleh pelanggan/pasien dalam mengevaluasi mutu terhadap pelayanan adalah reability (kehandalan). Dimensi ini mengukur tentang kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan yang disajikan melaului tindakan secara benar sesuai dengan prosedur yang berlaku serta diskrimintaif dalam respon pasien terhadap evaluasi pelayanan yang baik sebelumnya dengan kinerja aktual pelayanan yang diterima/dirasakan. Berdasarkan hasil dari jawaban responden memperlihatkan urutan tingkat kepuasan pasien seperti yang digambarkan pada tabel 6 yaitu sebagai berikut: Bangsal B= 82.66 % , dan bangsal C= 84 %. Dari hasil tabel tersebut makan bangsal perawatan dari keseluruhan perawatan tergolong kategori sangat baik dengan indeks = 84.50%. Pada dimensi ini menunjukkan bahwa secara umum yang dijadikan sampel menganggap bahwa dimensi ini memenuhi harapan mereka. Penelitian ini dilakukan oleh Parasurrahman (2005) pada enam perusahaan jasa menghasilkan temuan bahwa dimensi reability merupakan dimensi yang paling penting dalam proses penyampaian jasa karena dimensi ini benar-benar memperlihatkan keterampilan atau yang dapat menimbulkan kepercayaan pada instansi pemberi jasa. Kehandalan (reability) mengukur tentang kemampuan petugas medis dalam memberikan pelayanan yang disajikan, melalui tindakan secara kontinyu sesuai prosedur yang berlaku petugas medis percaya dalam pemberian perawatan serta tidak diskriminatif dalam pelayanan medis.
3. Emphaty Mutu pelayanan identik dengan kepuasaan pelanggan terhadap evaluasi keseuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan setelah pemakaiannya. Dimensi emphaty adalah dimensi yang dapat mengukur sikap dan perilaku petugas medis dalam memperhatikan kemampuan berkomunikasi, sikap menggagai pasien sebagai manusia yang unik dan mampu memberikan perhatian serta memahami kebutuhan pasien. Dimana menurut penelitian dan data yang telah diolah menyatakan urutan tingkatan perbedaan kepuasan pasien sebagaimana dijelaskan pada tabel 7 yakni sebagai berikut: Bangsal B= 82.88 % dan bangsal C= 83.42 %. Dimana dari keseluruhan bangsal perawatan tergolong dalam kategori sangat baik.
4. Responsiveness Dimensi keempat yang digunakan dalam menilai mutu pelayanan adalah responsiveness atau daya tangkap yakni kemampuan dalam merespon keadaan atau kesehatan yang dialami oleh pasien. Menurut hasil penelitian dan olah data yang dilakukan memperlihatkan bahwa urutan tingkat kepuasan pasien seperti yang digambarkan pada tabel 8 yaitu sebagai berikut: bangsal B= 82.66 % dan bangsal C= 84 %. Jadi, jumlah dari keseluruhan kelas = 83.33 % atau tergolong dalam kategori sangat baik. Ketanggapan merupakan kecepatan dari petugas menangani permasalahan dalam menawarkan kebutuhan pasien selama dirawat adalah hal yang mutlak dilakukan. Foster (2005) menyatakan bahwa sekitar 95% konsumen yang tidak puas memilih untuk tidak melakukan pengaduan tetapi sebagian besar cukup menghentikan pembeliannya dan 1 orang konsumen yang tidak merasa puas akan menceritakan pengalamannya kepada 9 orang. Dapat disimpulkan bahwa tanggapan responden terhadap petugas medis lebih banyak positif dimana dapat memberikan dan memahami kebutuhan pasien, serta kemampuan petugas medis menempatkan diri pada keadaaan yang dialami oleh pasien. 5. Assurance Dimana assurance adalah dimensi yang berkaitan erat dengan sikap dan perilaku dalam memberikan rasa aman pada pasien. Menurut hasil data yang dilakukan bahwa urutan tingkat perbedaan kepuasaan sebagaimana yang telah dijelaskan pada tabel 9 yaitu: Bangsal B = XX dan bangsal C = XX termasuk kategori sangat baik. Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gamaria (2003) dimensi Assurance mengenai tentang kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan petugas kesehatan bahwa 75 orag responden yang menyatakan puas terhadap pelayanan petugas 65 orang. Kelima dimensi tersebut terhadap mutu pelayanan kesehatan yaitu tangible, reability, responsiveness, emphaty, assurance meskipun responden menyatakan pelayanan petugas sudah baik sesuai dengan harapannya, namun tetapi tetap perlu mendapat perhatian pihak rumah sakit. Beberapa respondden yang menyatakan pelayanan petugas sudah baik, tetapi tidak menunjukkan kepuasan (terlepas dari faktor derajat kepuasan berbeda tiap individu). Pelanggan yang tidak puas akan rewel, hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Tanner dan Detoro bahwa pelanggan rewel dan mempunyai harapan yang tinggi merupakan potensi menjadi pelanggan yang royal. Pelanggan yang tidak puas dan rewel kemungkinan dapat terjadi karena beberapa hal. Pertama: faktor pendidikan dan tingkat pendidikan, dimana ssemakin tinggi pendidikan pendapatn semakin tinggi pula tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan. Kedua: pengalaman dirawat atau past experience, bahwa pasien pernah dirawat di rumah sakit lain dapat membandingkan mutu pelayanan yang diterima terhadap pengalaman dirawat sebelumnya. Menurut Parasurahman dkk menyatakan bahwa ada tiga variabel yang membantu harapan pelanggan yakni past experince, personal need dan word of mouth. Pengalaman masa lalu merupakan hal yang pernah diperoleh pelanggan dimana pelanggan dijadikan sebagai standar kualitas pelayanan, kebutuhan pribadi juga terhadap harapan pelayanan, karena masing-masing pelanggan menilai dari latar belakang sosial, fisik, psikologis yang berbeda. Selain itu saran/rekomendasi oran yang disampaikan oleh orang lain dapat mempengaruhi harapan pelanggan.
6. Mutu pelayanan kesehatan Menurut Depkes RI dalam Indonesia Sehat 2010 bahwa mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh kualitas sarana fisik, jenis tenaga, obat, alat kesehatan dan sarana penunjang lainnya. Mutu pelayanan kesehatan pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Swasta PT. Vale Soroako diperoleh setelah menjumlahkan indeks dari semua indikator pelayanan kesehatan dan membaginya dengan jumlah indikator tersebut. Penilaian terhadap mutu pelayanan dalam penelitian ini menggunakan skala likert, yaitu dengan membandingkan jawaban responden dengan skor tertinggi pada kuesioner untuk memperoleh nilai indeks. Untuk indikator Tangibles diperoleh hasil indeks rata-rata sebagiamana yang dijelaskan pada tabel 5 untuk indikator Reability dari hasil penelitian dan pengolahan data dipeeroleh seperti yang telah digambarkan pada tabel 6. Sedangkan indikator Emphaty, Responsiveness, dan Assurance yang ditunjukkan pada tabel 7,8,dan 9 yang memperlihatkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan pasien rawat inap. Adapun mutu pelayanan kesehatan untuk masing-masing bangsal perawatan dapat dilihat pada tabel 10 dengan urutan berdasarkan kriteria obyektif yang digunakan yaitu sebagai berikut: a. Bangsal B =
Untuk mutu pelaynan kesehatan untuk keseluruhan pada instansi rawat inap di Rumah Sakit Swasta PT Vale Soroako diperoleh dengan menjumlahkan seluruh indeks dari semua indikator pelayanan kesehatan pada masing-masing perawatan. Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah indeks rata-rata seluruhnya = XX kemudian dibagi 5 hasilnya adalah XX %. Berdasarkan kriteria obyektifnya yang digunakan maka secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa rawat inap di Rumah Sakit Swasta PT Vale Soroako merasa puas terhadap pelayanan kesehatan yang telah mereka terima atau dengan kata lain sudut penilaian pasien Rumah Sakit Swasta PT Vale Soroako memiliki tingkat mutu sangat baik.