Anda di halaman 1dari 5

H

a
l
a
m
a
n

0

LAPORAN PRAKTIKUM

ET 3280 PRAKTIKUM TEKNIK TELEKOMUNIKASI II

ET 4030 ANTENA DAN PROAPGASI GELOMBANG

MODUL : 2

PENGUKURAN POLA RADIASI

NAMA : Ibrahim Nurokti Al Irsyad
NIM : 18108022
GRUP : 11
HARI : KAMIS
TANGGAL : 21 April 2011
WAKTU : 14.00 16.00
ASISTEN : Zaki










LAB. TELEKOMUNIKASI RADIO & GELOMBANG MIKRO
PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI STEI ITB


H
a
l
a
m
a
n

1

Modul II
Pengukuran Pola Radiasi
Ibrahim Nurokti Al Irsyad (18108022) / Kelompok 11 / 21 April 2010
Email : ibrahim.irsyad@gmail.com
Asisten: Zaki
ET3280 - Praktikum Teknik Telekomunikasi II
Laboratorium Telekomunikasi Radio dan Gelombang Mikro
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB


AbstrakPada praktikum ini praktikan akan melakukan
pengukuran pola radiasi antena. Antena yang diguanakan
adalah antena yagi dan dipol . Pengukuran pola radiasi
dilakukan dengan memutar secara horizontal antenna
pemancar. Kemudian dilakukan juga pengukuran PLF
dengan memutar antenna penerima secara vertical.
Terakhir, praktikan akan mengamati pengaruh reflector
terhadap gain antenna dipole dan dicari jarak
optimumnya. Alat pengukuran berupa meter skala pada
antenna penerima.
I ndekspola radiasi, PLF, reflector.


I. PENDAHULUAN

Praktikum ini ditujukan agar praktikan mengetahui
cara pengukuran pola radiasi antenna, polarization loss
factor (PLF) yang terjadi, dan pengaruh reflector terhadap
gain antenna dipole .


II. DASAR TEORI

Antena adalah trasformator antara gelombang
terbimbing dengan gelombang ruang bebas atau
sebaliknya. Bentuk antena bermacam-macam sesuai
dengan desain, pola penyebaran, frekuensi, dan gain.
Pada praktikum ini, antenna yang digunakan adalah
antenna yagi dan dipole 1/2.
Pola radiasi antena adalah plot 3-dimensi distribusi
sinyal yang dipancarkan oleh sebuah antena, atau plot 3-
dimensi tingkat penerimaan sinyal yang diterima oleh
sebuah antena. Pola radiasi antena dibentuk oleh dua buah
pola radiasi berdasar bidang irisan, yaitu pola radiasi pada
bidang irisan arah elevasi (pola elevasi) dan pola radiasi
pada bidang irisan arah azimuth (pola azimuth).
Kedua pola di atas akan membentuk pola 3-dimensi.
Pola radiasi 3-dimensi inilah yang umum disebut sebagai
pola radiasi antena dipol. Sebuah antena yang
meradiasikan sinyalnya sama besar ke segala arah disebut
sebagai antena isotropis. Antena seperti ini akan memiliki
pola radiasi berbentuk bola Namun, jika sebuah antena
memiliki arah tertentu, di mana pada arah tersebut
distribusi sinyalnya lebih besar dibandingkan pada arah
lain, maka antena ini akan memiliki directivity. Semakin
spesifik arah distribusi sinyal oleh sebuah antena, maka
directivity antena tersebut. Antena dipol termasuk non-
directive antenna.
[1]
Polarisasi antena pada arah tertentu didefinisikan
sebagai polarisasi dari gelombang yang dipancarkan oleh
antena tersebut. Jika antena sebagai penerima maka
polarisasi antena adalah polarisasi dari gelombang datang
pada arah tertentu yang menghasilkan daya terima
maksimum.
Pada umumnya, polarisasi antenna terdapat 3 jenis:
polarisasi linear, lingkaran dan elips.

Polarisasi Linear Polarisasi Lingkaran Polarisasi Elips
Gambar 2.1. Jenis Polarisasi Gelombang

III. DATA PERCOBAAN

A. Pengukuran Kuat Medan untuk Antena Dipol

Percobaan ini dilakukan dengan menempatkan
antenna pada posisi tertentu dari pemancar berupa
antenna yagi dan dipole . Pengukuran dilakukan
dengan memutar antenna pengirim ke arah tertentu.
Pembacaan meter skala dilakukan pada antenna penerima.
Dari percobaan yang dilakukan, didapat hasil berikut.
Pengukuran antenna dipole dilakukan pada jarak 28
cm, dan antenna yagi pada jarak 88 cm.

Tabel 1. Nilai Intensitas Antena Yagi dan Dipol
pada Berbagai Arah Horizontal
Arah antena Dipole Yagi
0
0
5 6
30
0
4 1.5
60
0
1.5 1
90
0
1 1
120
0
1.5 1
150
0
4.5 1
180
0
6 1
210
0
4.75 1
240
0
1.25 1
270
0
1 1
300
0
2 1
330
0
4.5 3.75
360
0
5 6


H
a
l
a
m
a
n

2

B. Polarisasi Gelombang Radiasi

Pada percobaan ini, antenna pengirim (yagi dan dipole
) diarahkan ke penerima. Kemudian penerima diputar
dan dibaca hasil pembacaan meter skalanya. Pengukuran
dengan antenna yagi dilakukn pada jarak 84.5 cm dan
dengan antenna dipole pada jarak 27 cm.

Tabel 2. Nilai Intensitas Antena Yagi dan Dipol
pada Berbagai Arah Vertical
Arah antena Dipole Yagi
0
0
6 5
45
0
4.25 2
90
0
1.25 1
135
0
2 2.5
180
0
3.75 4.75
225
0
2 2
270
0
1 1
315
0
2 1.5
360
0
6 5

C. Reflektor

Pada percobaan ini, antenna dipole digunakan
sebagai pemancar dan meter skala dibaca pada penerima
dengan jarak yang menghasilkan skala 4 pada meter
skala. Kemudian praktikan menempatkan tangannya di
belakang antenna dipole sejauh 60 cm sebagai
reflector. Tangan kemudian didekatkan ke antenna. Saat
reflector mendekati antenna, meter pada penerima
menunjukkan skala yang bervariasi. Pada jarak 14.5 cm,
didapat pembacan meter skala sebesar 5.5. Skala 5.5 ini
merupakan nilai yang paling tinggi yang didapat.

IV. ANALISIS

A. Pengukuran Kuat Medan untuk Antena Dipol

Hasil yang diperoleh pada tabel 1 diplot sebagai
berikut.
Pada antenna dipole 1/2 .

Grafik 1. Pola Intensitas Radiasi Horizontal Antena Dipol
pada Koordinat Kartesian

Nilai beamwidth dihitung pada dari daya
maksimumnya atau

atau 0.7071 dari intensitas radiasi


maksimumnya. Dalam praktikum, intensitas untuk range
beamwidth tersebut sebesar 0.7071x6=4.24. Seperti pada
grafik 1, terlihat bahwa beamwidth dipole kira-kira
sebesar 65
o
.


Grafik 2. Pola Intensitas Radiasi Horizontal Antena Dipol
pada Koordinat Polar

Secara teoritis, bentuk pola radiasi antenna dipole
seperti gambar berikut.
[3]

Gambar 4.1. Pola Medan Antena Dipol

Gambar 4.1. di atas menunjukkan bentuk donat
dengan lingkaran sempurna. Pari grafik 2, terlihat bahwa
pola radiasi yang didapat menyerupai bentuk angka 8
atau pola donat. Akan tetapi bentuk lingkaran yang
dihasilkan tidak sempurna. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh pengaruh logam dan konduktor di sekitar
antenna yang berpengaruh terhadap kuat medan yang
terbaca. Keberadaan logam-logam seperti osiloskop,
rangkaian elektronik, dan badan manusia dapat
menyebabkan impedansi gandeng pada antenna.
Walaupun terdapat kesalahan pada hasil ini, hasil
yang didapat telah menunjukkan hasil yang baik dengan
intensitas maksimum pada sudut 0
o
dan 180
o
serta
minimum pada sudut 90
o
dan 270
o
.
0
1
2
3
4
5
6
7
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360
i
n
t
e
n
s
i
t
a
s

sudut (derajat)
5
4
1.5
1
1.5
4.5
6
4.75
1.25
1
2
4.5
0
1
2
3
4
5
6
0
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
330
65
o

4.24

H
a
l
a
m
a
n

3

Sesuai dengan karakteristiknya, antenna dipole
tidak memiliki sidelobe. Ini disebabkan tidak ada
distribusi arus di belakang antenna. Untuk itu, panjang
antenna harus 1. Jika melebihi, maka akan timbul
sidelobe.

Pada antenna yagi.

Grafik 3. Pola Intensitas Radiasi Horizontal Antena Yagi
pada Koordinat Kartesian

Pada praktikum, intensitas untuk range beamwidth
tersebut sebesar 0.7071x6=4.24. Seperti pada grafik 1,
terlihat bahwa beamwidth dipole kira-kira sebesar
35
o
. Hasil yang didapat ini lebih kecil dari beamwidth
dipole . Ini berkaitan dengan direktivitas antenna yagi
yang lebih besar. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa
nilai beamwidth berbanding terbalik dengan nilai
direktivitas.
Besarnya direktivitas pada antenna ini disebabkan
reklektor yang berfungsi untuk menaikkan front-to-back
ratio dan director yang berfungsi untuk mengarahkan
radiasi antena


Grafik 4. Pola Intensitas Radiasi Horizontal Antena Yagi
pada Koordinat Polar

Secara teoritis bentuk pola radiasi antenna yagi
sebagai berikut.
[3]

Gambar 4.2. Pola Medan Antena Yagi

Hasil yang didapat pada grafik 4 menyerupai gambar
4.2. Adapun perbedaan yang terlihat dikarenakan
pengaruh dari keberadaan logam dan konduktor di sekitar
antenna saat pengukuran. Akan tetapi, secara umum apa
yang didapat menunjukkan hasil yang sesuai dengan
intensitas radiasi terbesar pada sudut 0
o
dan terkecil pada
180
o
.
Backlobe pada antenna yagi sangat kecil dikarenakan
adanya reflector yang memantulkan medan yang
mengarah ke belakang (180
o
).

B. Polarisasi Gelombang Radiasi

Jika antenna penerima tidak dipasang sesuai dengan
arah polarisasi datangnya gelombang, maka daya yang
diterima tidak maksimal. Perbandingan daya antara daya
yang diterima pada suatu kondisi dengan daya yang
diterima pada kondisi sesuai/matched disebut dengan
polarization loss factor (PLF).
|

|
PLF untuk berbagai sudut sebagai berikut.

Tabel 3. PLF Hasil Perhitungan
PLF untuk Daya Loss=10logPLF [dB]
0
o
1 0
45
o
0.5 -3.01
90
o
0 und.
135
o
0.5 -3.01
180
o
1 0
225
o
0.5 -3.01
270
o
0 und.
315
o
0.5 -3.01
und.: undefined, loss sangat besar
Untuk hasil simulasi, perhitungan dilakukan dengan
rumus berikut.


Tabel 4. PLF Hasil Perhitungan untuk Yagi dan Dipol
Arah antena Dipole Loss

Yagi Loss
0
0
6 0

5 0
45
0
4.25 -3.00

2 -7.96
90
0
1.25 -13.62

1 -13.98
135
0
2 -9.54

2.5 -6.02
180
0
3.75 -4.08

4.75 -0.45
225
0
2 -9.54

2 -7.96
270
0
1 -15.56

1 -13.98
315
0
2 -9.54

1.5 -10.46
0
1
2
3
4
5
6
7
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360
i
n
t
e
n
s
i
t
a
s

sudut (derajat)
6
1.5
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3.75
0
1
2
3
4
5
6
0
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
330
35
o

4.24

H
a
l
a
m
a
n

4

Data pada tabel 4 berbeda dengan tabel 3. Hal ini
dikarenakan saat pengukuran, yang diterapkan pada
antenna penerima tidak sepenuhnya akurat, terlebih
dengan adanya komponen logam dan konduktor lain di
sekitarnyaserta sulitnya pembacaan meter skala pada
posisi miring dan terbalik.
Akan tetapi, dari tabel 4 tetap terlihat pola loss yang
didapat sesuai dengan teori. Pada = 0
o
dan 180
o
, loss
yang dihasilkan relatif kecil, pada = 90
o
dan 270
o
, loss
yang dihasilkan relatif besar, dan pada = 45
o
, 135
o
,
225
o
, dan 315
o
, loss yang dihasilkan berada pada nilai
sekitar -3 dB.

C. Reflektor

Pada percobaan ini, dilihat pengaruh tangan sebagai
reflector terhadap gain antenna dipole . Reflector ini
berpengaruh terhadap bayangan antenna. Untuk itu,
secara teori, estimasi jarak reflector optimum dapat
dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.3. Jarak Antena Dipol vs. Gain Antena
dengan Reflector Ideal

Dari gambar 4.3, jarak optimum reflector dari antenna
pada l
teori
=0.2.
Hasil percobaan menunjukkan jarak yang membuat
gain maksimum (sekitar 1.375 kalinya) terletak pada
jarak 14.5 cm. Dengan frekuensi pemancar sekitar 860
MHz, sehingga didapat


Untuk 0.2 diperoleh 0.2x34.9cm=6.98cm.
Hasil yang diperoleh berbeda, sekitar kali hasil
pengamatan. Kemungkinan ini disebabkan saat
praktikum, praktikan tidak mencoba jarak yang lebih
dekat ketika didapat jarak yang menunjukkan gain lebih
tinggi disbanding dengan jarak lainnya (>14.5cm). Selain
itu, hal ini juga bisa disebabkan oleh jenis reflector yang
digunakan.
Untuk menghasilkan refleksi yang paling baik,
digunakan logam karena memilki konduktifitas yang
tinggi. Umumnya logam yang digunakan adalah stainless,
kuningan, atau alumunium agar tahan terhadap cuaca,
terutama kelembapan (mencegah karat). Dari ketiga
bahan tersebut, yang sering digunakan adalah alumunium
karena selain antikarat, alumunium memiliki masa jenis
paling kecil sehingga memudahkan konstruksi penyangga
antenna.
V. KESIMPULAN

Diagram arah pada antenna dipole berbentuk
seperti donat dengan lingkaran sempurna. Antenna ini
memiliki diagram arah susunan broadside. Beamwidth
antenna ini teramati sebesar 65
o
. Sementara pada antenna
yagi, bentuk diagram arahnya endfire dengan minim
backlobe. Beamwidth yang teramati sebesar 35
o
.
Beamwidth ini relatif sempit sehingga menghasilkan
direktivitas yang tinggi (berbanding terbalik dengan
besarnya beamwidth).
Jika kemiringan antenna tidak sesuai dengan arah
propagasi gelombang, akan terjadi polarization loss factor
(PLF). Pada antenna dipole dan yagi, PLF terjadi
paling besar pada =90
o
dan 270
o
, dan paling kecil pada
=0
o
dan 180
o
.
Untuk membuat gain dipole meningkat dapat
digunakan reflector dengan jarak tertentu. Jarak yang
paling ideal adalah sekitar 0.2 . Bahan yang paling baik
digunakan sebagai reflector adalah logam karena
memiliki konduktifitas yang tinggi. Umumnya bahan
yang digunakan adalah stainless, kuningan, atau
alumunium karena bahan tersebut anti karat, terutama
alumunium yang memiliki masa jenis kecil.

VI. DAFTAR PUSTAKA

[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Antena_(radio), bagian Pola_radiasi
[2] Judawisastra, Herman. 2011. Antena & Propagasi Gelombang, hlm.
1-28 1-29. Bandung : Penerbit ITB.
[3] Kraus, John D. 2003. Antennas 3
rd
edition, page 61, 246.
Singapore: McGraw Hill.
[4] Petunjuk Praktikum ET-3280 Modul 2 Pengukuran Pola Radiasi.


VII. BIOGRAFI SINGKAT




Ibrahim Nurokti Al Irsyad (21 tahun) yang merupakan penulis dari
laporan ini lahir pada tanggal 14 Oktober 1989 di Sukoharjo. Mahasiswa
jurusan Teknik Telekomunikasi 2008 ITB ini menghabiskan waktu
bersama temannya atau di dalam organisasi Liga Film Mahasiswa
(LFM) dan HME.

Penulis memiliki kegemaran pada teknologi terutama aplikasi
multimedia seperti foto dan video. Kegemarannya ini sudah mulai
dipupuk sejak dia di bangku SMP.

Anda mungkin juga menyukai