Anda di halaman 1dari 627

Jingga Dalam Elegi

karya : Esti Kinasih


Ini bukan lagi sekadar terror. Ini teror yang
sudah bisa dikategorikan mengarah ke
pembunuhan. Tidak dalam bentuk tindak
kekerasan secara langsung, tapi dalam
bentuk serangan jantung. Ari tidak mau
menunggu lama. Dua mata sembab pagi itu
melekat kuat di dalam kepala dan terus
menyiksanya. Karenanya, selama sepasang
bibir itu belum menjelaskan penyebabnya,
dirinya tidak akan pernah bisa tenang. Dan
Ari sudah terkenal tidak akan berkompromi
terhadap siapa pun yang membuat dirinya
tidak tenang. ari ini, dua hari setelah
menerima !"! ancaman dari Ari, Tari
terdiam di ruang kelasnya yang langsung
kosong begitu bel istirahat berbunyi lima
menit yang lalu. Dia belum mendapatkan
petunjuk apapun kecuali rasa cemas dan
sederet tanda tanya tanpa ja#aban. Tiba$
tiba ponselnya di saku kemeja bergetar. Tari
terlonjak. Dikeluarkannya benda itu. !"!
masuk, dari %io.
Tar, bruan. !oto lo kburu dingin nih. !"!
kak ari smntra gak ush dipkrin dulu deh.
Tari langsung ingat, tadi dia meminta %io
memesankan semangkuk soto ayam dan
berjanji akan segera menyusul. Tari berdiri
dan bergegas ke luar kelas. Tapi belum
sampai dua meter ditinggalkannya pintu
kelas, langkah$langkah cepatnya sontak
terhenti. &ji melompat dari tepi koridor,
tempat co#ok itu berdiri dengan punggung
menyandar di dinding, entah sejak kapan,
lalu berdiri tepat di tengah$tengah koridor.
!etelah beberapa detik menatap kaki
tangan Ari itu dengan keterkejutan, Tari balik
badan. Tapi kali ini lebih parah. Kakinya
bahkan belum sempat melangkah,untuk
kedua kalinya tubuhnya menegang. Tak jauh
di depannya, 'idho berdiri menjulang. Tari
menelan ludah. Dia melangkah mundur
sampai punggungnya menyentuh tembok
pagar pembatas koridor.
(Kakak berdua kenapa sih)* Tanya Tari,
berusaha tetap terlihat tenang. Tak satu pun
dari kedua co#ok yang saat ini sedang
memblokir jalannya menja#ab. Keduanya
menjalankan aksi mereka tanpa bicara. &ji
menghalangi jalan dengan sikap berlebihan.
Kedua tangannya terentang lebar$lebar.
+yaris menyentuh lebar koridor dari ujung
ke ujung. !eolah$olah Tari adalah buronan
berbahaya yang paling dicari dan selama ini
punya catatan sebagai tukang kabur.
!edangkan 'idho, meskipun terlihat santai,
hanya memblokir dengan tubuhnya, kedua
tangannya bahkan terlipat di depan dada.
Tari tahu dengan pasti, separuh lebih jarak
koridor yang terbuka lebar itu sama sekali
bukan jalan bebas hambatan untuk lari. Tari
berdecak kesal. !eketika dia urungkan
niatnya untuk ke kantin, karena memang
tidak mungkin bisa dicapainya tempat itu.
Dia melangkah cepat menuju pintu kelas.
Tapi mendadak pintu itu terayun lalu
menutup rapat. Tari terperangah. !eketika
langkahnya terhenti. Ternyata selama ini
daun pintu itu menyembunyikan Ari di
baliknya. Tari menelan ludah. ,erlahan
kedua kakinya melangkah mundur,
bersamaan dengan kedua kaki Ari
melangkah mendekatinya. Tari terus
mundur, sampai tembok pagar koridor
menghentikan usahanya merentang jarak,
dan langkah$langkah Ari kemudian menelan
habis sisa jarak yang terentang diantara
mereka berdua. -enar$benar habis karena
Tari bisa merasakan kedua ujung sepatunya
bersentuhan dengan kedua ujung sepatu
Ari. .e#ek itu menempelkan punggungnya
rapat$rapat ke tembok di belakangnya,
usaha terakhir yang bisa dilakukannya untuk
menciptakan rentang jarak. Ari menatap
ce#ek di depannya. Dengan senyum di
kedua matanya, tapi tidak di bibirnya. (Jadi,
siapa yang udah bikin lo nangis #aktu itu)
Angga bukan) Kok gue belom denger
pengakuan elo nih)* tanyanya, menciptakan
desir ha#a dingin yang membuat tubuh Tari
menggigil. Tari mengatupkan kedua bibirnya
rapat$rapat. !ebenarnya dia pengin teriak,
memerintahkan Ari agar enyah dari
hadapannya. Tapi dipaksanya untuk
menahan diri, karena ada dua alasan Tari
malas jadi pusat perhatian. ,ertama,
perutnya lapar. Kedua, banyak pikiran.
-ukan hanya karena hari ini ada banyak
ulangan$tiga mata pelajaran/$tapi juga
karena !"! ancaman dari monyet di
depannya ini. dan belum juga Tari
menemukan solusinya, orangnya keburu
nongol di hadapan.
(Kenapa) mm0)* Tanya Ari lagi, setelah
menunggu beberapa saat dan kedua bibir
seksi ce#ek di hadapannya ini tidak juga
terbuka. 1ang menja#ab adalah sepasang
mata Tari yang seolah meletupkan nyala api.
(2o takut ngaku) Atau lo lagi ngarang cerita
untuk pengakuan itu) Atau lo emang nggak
mau ngaku)* diberinya Tari multiple choice.
Tapi argument yang kemudian mengikutinya
membuat darah Tari tambah mendidih.
(1ang pertama, #ajar. Emang harus gitu. 2o
harus takut sama gue karena gue kan
penguasa sekolah. 1ang nggak takut sama
gue, berarti nantang. 1ang kedua, kalo lo
berani ngarang$ngarang cerita bohong,
berarti lebih dari nantang. 2o ngajak ribut.
Dan yang ketiga0,* Ari menggantung
kalimatnya. Kedua matanya menyipit tajam.
(Dan yang ketiga, kalo emang bener
begitu0* lagi$lagi Ari menahan kalimatnya.
Kali ini diikuti dengan dia tundukkan
kepalanya rendah$rendah, membuat Tari
re3le4 menarik kepalanya jauh$jauh ke
belakang.
(2o cari mati/* 'idho menahan senyum.
5ntuk Ari, melakukan kekerasan 3isik
terhadap ce#ek adalah pantangan.
ukumnya mutlak. Tapi untuk kekerasan
6erbal, batasannya sangat bias. Ari akan
menempatkan ce#ek di posisi yang sejajar
dengan co#ok kalu menurutnya tuh ce#ek
ndableg. !etelah mengucapkan ancaman
itu, Ari kembali mengakkan kepalanya.
(7aktu lo tiga hari. Terhitung mulai hari ini.*
Kemudian sang pentolan sekolah itu mundur
selangkah dan meninggalkan Tari. Kedua
sobatnya langsung menyusul. Tari menatap
ketiga co#ok itu dengan gigi$gigi gemeretak.
(2o kira lo bisa maksa gue/)* desisnya.
(2o salah orang/* ,onselnya di saku kemeja
menjeritkan ringtone. "enyentakkan kedua
mata Tari dari sosok Ari yang semakin jauh.
Dikeluarkannya benda itu dari saku kemeja.
%io memanggil.
(Tar, soto lo keburu dingin nih. +gapai aja
sih) 5dah gue bilang0* kalimat %io
mendadak terhenti.
(Ada Kak Ari/* bisiknya kemudian dengan
nada tegang.
(!ama jongos$jongosnya. 7aduh, kayaknya
ga#at nih/*
(Iya, emang ga#at. "akanya buruan lo pergi
dari situ.*
888
(Tiga hari, terhitung dari hari ini. berarti lusa
dong)* gumam %io. Tari mengangguk.
"ukanya cemberut. (Terus rencananya lo
mau bikin pengakuannya kapan) "aksud
gue, pagi sebelom pelajaran dimulai, pas
jam istirahat, atau pas pulang sekolah)
Terus, di mana lokasinya) !aran gue sih,
setelah pulang sekolah aja, Tar. Tapi jangan
di sekolah. Di luar aja. !oalnya yang ekskul
suka pada sampe sore. !ampe malem
malah.*
(Emangnya siapa yang mau ngaku sih)*
kontan Tari memelototi %io.
(+gapain jug ague mesti ngaku sama dia)
Emang dia siapa gue) ,acar bukan.
9ebetan bukan. -apak gue, jelas bukan.
Kakek gue apalagi/ Dan dia juga nggak
bayarin !,, gue. Dia juga nggak ngasih
gue uang jajan. Terus, apa urusannya gue
mesti ngaku)* %io menghela napas lalu
mengembuskannya kuat$kuat. Dilanjut
dengan garuk$garuk kepala. -ukan karena
gatal, tapi karena sene#en.
(Kalo sama Kak Ari tuh nggak perlu alasan,
lagi. !emua tindakannya malah bisa dan
boleh tanpa alasan.* (-odo/ ,okoknya gue
nggak bakalan ngaku.*
Tekad baja yang Tari banget. Karenanya, Ari
bisa membacanya dengan mudah.
Keesokan paginya, jam enam le#at sedikit,
pentolan sekolah itu sudah nongkrong
santai di atas motor hitamnya yang diparkir
di tempat biasa. Dikeluarkannya ponsel dari
saku celana.
(Ji, dapet nggak)*
(Dapetlah. Tapi kayak begitu doang.*
(!esuai sama kriteria yang semalem gue
sebutin, kan)*
(Iya.*
(-agus.*
(+ggak pa$pa nih, 'i)* suara &ji berubah
cemas.
(+ggak pa$pa. paling$paling tu ce#ek
pingsan doang.*
(1ah, itu maksud gue. ,asti bakalan gempar
lagi deh. Apalagi di koridor utama.
"endingan di koridor depan kelasnya aja.
Kayak kemaren. 9imana)*
(+ggak seru, tau/ 2o kenapa sih) Tumben
cere#et banget)* Di seberang, &ji nyengir
kuda. !adar dirinya sudah melanggar batas
hierarki.
(9ue .uma takut tu ce#ek ntar kenapa$
kenapa.)*
(9ue yang tanggung ja#ab kalo ntar dia
kenapa$kenapa.* Tegas Ari tapi dengan
nada kalem.
(Apa kata lo deh,* akhirnya &ji pasrah.
(1a emang harus gitu. -uruan lo. +tar
keburu tu ce#ek nongol duluan.*
(Iya. Ini juga udah ote#e.* sepuluh menit
setelah &ji sampai di sekolah, Tari
memasuki gerbang. -aik Ari maupun &ji,
keduanya langsung bergerak.
(9ue duluan0* &ji melangkah cepat menuju
koridor utama.
(&ke/* Ari mengacungkan jempol kanannya.
-ibirnya mengembangkan senyum lebar.
"elihat itu, &ji pergi sambil geleng$geleng
kepala. Tari berjalan memasuki gerbang
sekolah masih dengan tekad sekuat baja,
meskipun dalam hati dia ketar$ketir juga.
Akan dihadapinya ancaman Ari. Karena
menurutnya itu sudah penindasan dan
penjajahan terhadap kebebasan pribadi.
"asa orang harus lapor ke dia, pacaran
sama siapa. Enak aja/ !ayangnya Ari tahu
dengan pasti bagaimana cara melunakkan
baja itu. -ahkan menghancurkannya sama
sekali. Dengan cara yang sudah bisa
dimasukkan dalam kategori sadis, karena
mampu mengosongkan sekolah dari semua
isinya yang bergender ce#ek. -aik sis#i,
sta3 administrasi, maupun guru$guru. Tapi
bagusnya, tidak bisa dikategorikan sebagai
tindak kekerasan. Karenanya Ari merasa
aman. !adis, tapi aman/ Ari tersenyum tipis.
Dengan kedua tangan berada di dalam saku
celana, dia melangkah perlahan
meninggalkan area parkir motor. !ementara
itu Tari berjalan memasuki koridor utama
tanpa ke#aspadaan terhadap sekelilingnya.
-enaknya disesaki seribu strategi untuk
menghadapi peperangan besok. -esok
dirinya akan datang mepet #aktu. Kalau
perlu satu detik menjelang bel. Dan selama
dua kali jam istirahat, dia akan
menyembunyikan diri di gudang. "akanya
besok mau nggak mau harus ba#a bekal.
Jadi begitu bel istirahat berbunyi, dia bisa
langsung kabur ke gudang. +ggak perlu beli
logistic dulu ke kantin, karena itu berbahaya
banget. -esok setiap detiknya akan benar$
benar berbahaya dan menentukan
keselamatan. +ggak #aspada sebentar saja
akan menjadi kekalahan total, berupa
penjajahan, minimal satu tahun ke depan.
(Dateng pas udah mau bel. -erarti besok
gue berangkatnya agak siangan aja. Atau
nongkrong dulu di halte. Kak Ari kan naik
motor. Jadi kecil kemungkinan bakalan
ketemu dia di halte,* gumam Tari sambil
berjalan menapaki lantai koridor utama.
(Terus, bekalnya gue minta "ama masakin
apa ya) Atau gue beli roti aja)* Tiba$tiba
kedua mata Tari berbinar.
(Ah, iya/ 9ue minta "ama masakin sambel
goreng ken0*
(III111///* :isual lauk ter3a6orit Tari,
sambal goring kentang, seketika lenyap dari
dalam kepalanya. Digantikan pemandangan
paling mengerikan yang pernah dia
saksikan. -esar. 9emuk. Abu$abu gelap
bebercak$bercak. 2unak. Dan menggeliat/
Jarak yang teramat dekat ditambah dengan
geliat yang menandakan itu cicak hidup,
cicak betulan, dan bukan cicak jadi$jadian
apalagi cicak dalam khayalan, membuat Tari
hanya bisa terperangah. 2angkahnya
seketika terhenti dan dia membeku di
tempat, dengan mulut ternganga, mata
terbelalak, dan mka pucat pasi. Tari tak
mampu menjerit karena binatang paling
menjijikkan itu berada terlalu dekat. Kurang
dari satu meter. !eketika tubuhnya jadi
lemas. Ari, yang langsung membayangi
dalam jarak yang hanya dua meter di
belakang Tari begitu ce#ek itu memasuki
koridor utama tadi, segera menangkap
tubuh lemas itu dengan kedua tangan.
Diikutinya gerak tubuh yang kemudian
meluruh jatuh itu. Dengan menyangga tubuh
Tari, Ari melemahkan gaya gra6itasi yang
mencengkeram Tari dalam tarikannya.
ingga kerasnya lantai koridor yang
menyambut kemudian tidak sampai melukai
ce#ek itu. ati$hati Ari mendudukkan Tari di
lantai. Kemudian Ari berlutut di sisi Tari,
menyangganya dengan tangan kirinya. Ari
langsung memajukan tangan kirinya hingga
lengan atasnya membentuk sudut, untuk
memaksimalkan 3ungsi tubuhnya sebagai
penyangga, karena bisa dia rasakan tubuh
Tari benar$benar lemas. !eperti tanpa satu
ruas pun tulang di dalamnya. &ji ikut
berlutut, tidak jauh di depan keduanya,.
Kelima jari tangan kirinya mengurung seekor
cicak besar, hingga tak seorang pun melihat
penyebab utama Tari kehilangan kekuatan
tubuhnya.
(Kasar lo, Ji, bercandanya,* tegur Ari.
(ehehe0* &ji meringis terta#a. (Kan -os
yang nyuruh)*
(Emang gue yang nyuruh)* Ari belagak
mikir.
(&h, iya, betul. 9ue yang ngasih perintah
tadi malem ya.* Ari mengangguk$angguk,
belagak baru ngeh. -erdiri di antara kedua
sobat karibnya, 'idho geleng$geleng kepala
sambil keta#a pelan.
(Anak orang tuh, kalo kenapa$napa, lo
berdua mau ngomong apa ke emak$
bapaknya)* Kali ini 'idho emang nggak
terlibat. Kemarin itu pun dia nggak bisa
dibilang terlibat. Karena tujuan utamanya
adalah soto ayam di kantin kelas sepuluh.
Kebetulan aja rute menuju ke sana mele#ati
kelas Tari. Dan Tari seenaknya aja narik
kesimpulan bah#a 'idho terlibat. ,adahal
kemarin kalau Tari mau kabur, bisa kok.
+ggak akan dihalangi. Dengan catatan,
kaburnya bukan ke arah &ji apalagi Ari.
,embicaraan selanjutnya antara kedua
sahabatnya itu tambah bikin 'idho geleng$
geleng kepala.
(!emalem -os malah nyuruh pake tokek
atau nggak kadal. Ini udah gue kecilin -os.
Jadi pake cicak. .oba kalo beneran pake
tokek atau kadal, bisa$bisa sekarang ni
ce#ek udah mati, kali.*
(1a yang kecil aja. Anaknya, gitu.*
(Anak kadal sama cicak juga masih gedean
anak kadal, -os.*
(Itu juga udah gue kecilin, Ji. Tadinya malah
gue mau nyuruh elo pake komodo atau
buaya.*
(Kalo dua itu mah namanya bukan ngerjain
lagi, -os/* &ji melebarkan kedua matanya.
(Tapi ngumpanin/* Ta#a geli 'idho meledak.
(!adis lo berdua/* Dia geleng$geleng kepala
lagi. Tari siuman. ,embicaraan barusan
seketika menyadarkan Tari, orang yang
sedang melindunginya saat ini adalah orang
yang juga memerintahkan ini terjadi. Tari
bergerak ingin bangkit, tetapi tangan Ari
yang sejak tadi menyangga punggung Tari
langsung bergerak. "elintang di ba#ah
kedua bahu Tari, tangan kiri itu menarik
tubuh Tari sampai merapat ke tubuh Ari
kembali. Tangan kanan Ari yang sejak tadi
menganggur diam ikut bergerak saat dia
rasakan tubuh yang saat ini tengah
dipeluknya dengan paksa itu melakukan
pemberontakan. Kesepuluh jari Tari
langsung mencekal kedua lengan Ari kuat$
kuat, berusaha melepaskannya, tapi
pelukan Ari justru semakin menguat. Ari
menekan tubuh Tari semakin rapat ke
tubuhnya sendiri. Kemudian co#ok itu
menundukkan kepalanya ke satu sisi kepala
Tari, rendah$rendah.
(9ue dapet 3irasat, kayaknya besok lo
bakalan buron,* bisiknya. ,emberontakan
Tari langsung terhenti. Ari menatap pelipis,
ujung alis, dan keseluruhan sisi #ajah Tari.
Kemudian dia dekatkan bibirnya ke telinga
Tari.
(-etul, kan)* bisiknya lagi. Tari menggigit
bibir. Dia jauhkan kepalanya, karena hangat
napas Ari betul$betul terasa. Tapi kepala Ari
mengejarnya. .o#ok itu tersenyum tipis. Dia
kerucutkan bibirnya, lalu ditiupnya telinga
Tari. Tari tersentak. !erentak dia menoleh
dan menatap Ari dengan mulut ternganga
terperangah dengan tindakan Ari barusan.
!atu dari dua mata di #ajah yang begitu
dekat itu justru memberinya kedipan lambat.
"encipta rona merah yang kemudian
menjalari keseluruhan #ajah Tari. -uru$buru
ce#ek itu memalingkan muka kea rah lain,
satu$satunya usaha menghindar yang masih
bisa dilakukannya. "elihat kelakuan Ari,
'idho geleng$geleng kepala. 'idho
kemudian membungkukkan punggungnya
rendah$rendah, menyejajarkan mukanya
dengan muka Tari.
("endingan lo ngaku aja deh, Tar,*
sarannya. (!oalnya ni orang0,* ditunjuknya
Ari dengan dagu, (psycho0* setelah
mengatakan itu, dia tegakkan kembali
punggungnya.
(Dengar apa yang 'idho barusan bilang)*
bisik Ari. (Dia termasuk orang yang paling
tau gue.* Tari tidak menja#ab. Dia
tundukkan kepala rendah$rendah. -erusaha
menyembunyikan mukanya yang merah
padam dari pandangan begitu banyak mata
yang saat ini tengah menatap mereka dari
segala penjuru. Tak ayal, untuk kali yang tak
terhitung lagi, keduanya kembali menjadi
sesuatu yang manis untuk dilihat. Adegan itu
seketika membekukan semuanya. !aat itu
juga menghentikan langkah siapa pun di
tempat mata mereka menangkapnya. Tari
yang lemas dan pucat pasi. Dan Ari yang
menyangganya dengan seluruh tubuh dan
rentang kedua tangannya. -enar$benar
pemandangan yang menghangatkan pagi.
%io langsung terbirit$birit keluar kelas dan
lari turun begitu +yoman memberitahu 6ia
telepon. anya %io yang tahu pasti,
pemandangan yang dilihat +yoman sama
sekali tak seindah yang terlihat. -ahkan bisa
dipastikan bertolak belakang. ,asti, lagi$lagi
ini bentuk (penganiayaan* Ari terhadap Tari.
!ayangnya, seperti semua orang yang
terpaku menatap pemandangan itu, %io
tidak bisa menemukan penyebab Tari ada
dalam pelukan Ari, selain apa yang terlihat
jelas oleh mata, yang kemudian disimpulkan
oleh otak. Dan semua otak yang
menyaksikan peristi#a itu menarik
kesimpulan yang benar$benar sama. Tari
kayaknya lagi nggak 3it pagi ini, tapi maksain
diri masuk sekolah. Ternyata dia nggak kuat
terus mau pingsan. Dan Ari yang kebetulan
ada dibelakangnya seketika melompat untuk
menolongnya. Tapi .uma otak di dalam
kepala %io yang menyadari bah#a
(kebetulan* itu diikuti tanda tanya. !#eet
banget/ -ener$bener bak potongan 3ilm
romantis/
(Ada apa ini)* -u !am muncul mengoyak
adegan itu. Dipandanginya Ari dengan sorot
curiga.
(Tari sakit, -u,* Ari menja#ab dalam
atmos3er malaikat. -ukan .uma dalam
suara, tapi juga ekspresi #ajah dan bahasa
tubuhnya.
(-egitu)* ucap -u !am dingin. Jelas dia
tidak percaya. Apalagi kalau .herubim dan
!eraphim pendamping Ari model 'idho dan
&ji. 1ang datangnya dari neraka. &ji
bergegas berdiri lalu memberi salam dengan
sikap hormat. !ementara 'idho langsung
kabur. Dia ogah ditanya$tanya. !egera %io
melihat kehadiran -u !am sebagai
kesempatan untuk menyelamatkan Tari.
Dengan menyeruak sana sini, buru$buru
dihampirinya teman semejanya yang masih
dipeluk Ari itu.
(!ini, Kak. !aya ba#a Tari ke kelas.*
!epasang mata Ari yang bergerak kearah
%io langsung menatapnya tajam. %io nggak
peduli. Ada -u !am. Aman.
(,aling$paling dia .uma kecapekan.
!oalnya minggu ini kelas kami emang
banyak banget tugas. Temen sekelas juga
banyak yang lagi nggak enak badan kok,*
%io beralasan.
(-iar dia yang ba#a Tari ke kelas/* perintah
-u !am dengan nada tak terbantah. Ari
berdecak lalu mendesis pelan. Kedua
matanya yang menatap %io menyorot
semakin tajam, melontarkan peringatan.
-erusaha untuk tidak melihat kearah kedua
mata hitam itu, %io mengulurkan kedua
tangannya.
(1uk, Tar0* Tari menarik napas lega.
Kepalanya lalu menoleh ke belakang,
berusaha melihat Ari le#at sudut mata, tapi
tidak berhasil.
(A#as tangan lo/* desis Tari tajam, tertuju
pada Ari. Tapi Ari justru mengetatkan
pelukannya. .o#ok itu kemudian berdiri,
dengan menarik serta Tari bersamanya.
,ada tiga detik #aktu yang dibutuhkan
mereka berdua untuk berdiri tegak, tanpa
kentara Ari berbisik tajam di satu telinga Tari,
(-esok/* kemudian dia lepaskan
pelukannya. !etelah menganggukkan
kepala kepada -u !am, ditinggalkannya
tempat itu. -u !am menatap punggung
yang menjauh itu sambil geleng$geleng
kepala. Ketika adegan yang seperti diambil
dari potongan 3ilm romantis itu berakhir, para
penonton ikut bubar. !ebagian pergi begitu
saja, sebagian sambil berkasak$kusuk
membicarakannya.
8888
!umpah, Ari sadis banget/ !aat jam istirahat
pertama, Tari masih agak pucat. Tu ce#ek
sampai nggak berani masuk gudang, dan
memilih membicarakan situasinya yang
ga#at di dalam kelas, dengan risiko dicuri
dengar. !oalnya ruang kelas jarang sekali
dalam keadaan benar$benar kosong. !elalu
ada satu$dua kepala yang memilih tetap
bercokol di dalam. !elama ini memang
belum pernah cicak nongol di gudang, tapi
dari ruangannya yang lembap, berdebu, dan
penuh tumpukan bangku, meja, dan barang$
barang rusak yang lain, nggak perlu tebak$
tebakan, di situ udah pasti banyak banget
cicak. "au berdiri di koridor depan gudang,
tari merasa kedua kakinya masih lemas.
Dan untuk pertama kalinya juga tu ce#ek
berpikir untuk mencari pertolongan. Tari
tidak lagi yakin dirinya bisa dan sanggup
mengatasi masalah ini sendirian. !etelah
beberapa saat menunduk dalam$dalam,
serius mencoreti selembar kertas di atas
pangkuannya hingga lembaran putih itu
penuh dengan garis$garis hitam, Tari
mengangkat kepala. Ditatapnya %io, yang
juga jadi nggak tega untuk meninggalkan
kelas.
(9imana kalo gue ngomong ke Ata aja)*
Tanya Tari dengan suara lirih. %io langsung
menarik napas lega.
(9ue baru mau ngomong gitu,* ja#ab %io
dengan suara sama lirrihnya.
(Iya, Tar. "endingan lo cerita sama Ata. Kali
aja dia bisa bantu cari solusi.* Kemudian %io
berdecak pelan sambil geleng$geleng
kepala.
(Kak Ari tuh gila banget deh. Kalo lo punya
penyakit jantung, cara dia tadi pagi itu bisa
bikin lo mati di tempat, Tar.*
(Tadi pagi malah gue piker gue udah mati,
tau/* Tari mendengus. -egitu melihat Tari
dan %io bicara bisik$bisik, .hiko salah
seorang yang masih tinggal di kelas,
langsung bangkit dari bangkunya dan
tergopoh$gopoh menghampiri.
(Apaan) Apaan) 1ang tadi pagi, ya)/*
serunya dengan suara bersemangat dan
langsung menjatuhkan diri di bangku di
depan Tari. Tari dan %io menatapnya dengan
pandang kesal.
(Elo kenapa nggak jajan ke kantin sih)*
tanya Tari dingin. .hiko menyeringai.
(+ggak laper,* ja#abnya pendek.
(9ila lo, Tar. ,eluk$pelukan di koridor utama.
Tapi0,* dia acungkan jempol kanannya,
(kereeeeeen/*
(!iapa yang peluk$pelukan sih)* %io
bereaksi. Dipelototinya .hiko tajam$tajam.
Tari sendiri nggak peduli. !etelah peristi#a
tadi pagi, semua godaan teman$temannya
jadi kelihatan kecil dan nggak penting
banget buat diurusin.
(.erita dong, Tar,* .hiko tak memedulikan
pelototan galak %io.
(9imana ceritanya tuh, elo bisa dipeluk Kak
Ari gitu) Tadi pagi lo sakit, ya) Katanya lo
mau pingsan) Kak Ari tuh 3eeling$nya bagus
juga ya, tau aja lo mau pingsan. -isa udah
siap di belakang lo gitu.* .hiko berdecak
sambil geleng$geleng kepala. Tari langsung
cemberut.
(-erisik lo/* sentaknya kesal. Kemudian dia
bangkit berdiri.
(1uk, %i. "ales banget gue, ada orang
ba#el.* Tari berjalan cepat keluar kelas. %io
bergegas menyusul.
.hiko mengikuti kepergian keduanya
dengan ta#a geli. Tari berjalan cepat ke
arah koridor di depan
gudang. Tak dipedulikannya tatapan$tatapan
yang tertuju padanya. ,eristi#a tadi pagi
sudah pasti masih
segar bersarang di dalam kepala setiap
orang. Dan semua juga pasti berpikir persis
sama seperti .hiko tadi. Karena memang
itulah kesan yang tertangkap oleh semua
mata. Tadi pagi &ji memperlihatkan cicak itu
hanya dalam hitungan detik. Dalam
genggaman kelima jari tangan kirinya,
kemudian dia menyembunyikan binatang
menjijikkan itu dari pandangan semua mata.
Tapi posisi tangan kiri dan kelima jari itu
memastikan Tari, cicak itu bisa mencelat
kapan saja. !esampainya di depan gudang,
Tari menempelkan punggungnya di dinding
pembatas koridor. !ambil mengeluarkan
ponsel dari saku kemeja, dilihatnya
berkeliling. "emastikan tidak ada seorang
pun$selain %io$yang dapat mendengar
pembicaraannya.
(alo, Ata0*
(Iya, Tar. Apa)*
(Ta, bisa ketemuan nggak)*
(Kapan)*
(ari ini.*
(+ggak bisa kalo hari ini.*
(1aaaaaah,* tari langsung mengeluh
panjang. (-isain dong. ,leeeeease.*
(Ada apa sih) Kok mendadak banget)*
(,enting banget.*
(Iya, apa)*
(,okoknya penting banget deh. 9ue nggak
bisa cerita di telepon.* Terdengar Ata
menghela napas.
(9ue hari ini ada ,". Kalo besok aja,
gimana)*
(-esok udah terlambat. 9ue udah keburu
mati.* (2o tuh ya, bercandanya suka
kele#atan.*
(Ini nggak bercandaaa/* seru Tari tertahan.
+yaris ingin menangis.
(Kalo nggak percaya, lo telepon gue besok
deh. +i nomer pasti udah nggak akti3 lagi.
Kalopun masih akti3, yang ngangkat kalo
nggak bokap ya nyokap gue, atau adik gue.
Dan tiga$tiganya lagi pada histeris. Dan
tersangka pembunuh gue, jelas sodara
kembar lo itu. Jadi sekarang terserah elo
deh. Kalo mau dia dipenjara, ya udah, kita
nggak usah ketemu nggak pa$pa.*
(&ke deh. &ke.* Akhirnya Ata mengalah.
(Elo tuh ya, makin dibiarin malah makin
kele#atan dramatisasinya0* Ata terta#a
pelan.
(+anti begitu bel, gue langsung cabut. Kira$
kira satu jam sampe Jakarta. 2o nunggu
dimana) Jangan di sekolah ya.*
(1a nggaklah. +tar gue ngomong sama %io
dulu deh. Enaknya kita ketemuan dimana.*
(&ke. Kabarin gue kalo udah nemu
lokasinya ya.*
(Iya0* Tari langsung lega. !enyum lebar
mengembang di bibirnya.
("akasih ya, Taaaa,* ucapnya manis.
(Iyaaa0* Ata membalas dengan suara yang
jelas terdengar dia juga sedang tersenyum
lebar.
8888
5raian panjang Tari selesai. !esaat Ata
terdiam, kemudian menarik napas panjang.
(9ue udah tau lo pasti nggak sendirian.
+ggak mungkin sendirian. ,asti ada orang
lain di depan lo. &rang yang ngelindungin
elo dari Ari.*
9anti Tari menarik napas panjang, seiring
kepalanya yang bergerak menunduk.
(Kadang$kadang gue nyesel sih,* keluhnya.
(.oba hari itu gue nggak dating telat.
Jadinya kan nggak kejebak ta#uran.
Jadinya juga nggak bakal kenal Angga.
Jadinya juga hari$hari gue nggak bakalan
jadi ribet kayak gini.*
Tari lalu terdiam. Keheningan tercipta
diantara ketiga orang yang duduk
mengelilingi satu meja itu.
(Kadang$kadang0,* Tari meneruskan
kalimatnya, (gue juga nyesel kenapa #aktu
itu Kak Ari pilih berdiri di depan gue.#aktu
dia dating telat pas upacara. ,adahal ada
banyak alternati6e. Dia bisa berdiri di depan
%io, atau De6i, atau0 siapa ajalah ce#ek
yang berdiri sejajar sama gue #aktu itu. Ada
tiga orang selain gue. Atau nggak, di kelas
sebelah, sepuluh$delapan. Ada empat
ce#ek juga yang berdiri sejajar sama gue.
Ada banyak banget alternati6e deh. Kenapa
juga sih dia pilih berdiri di depan gue) Kalo
dia nggak berdiri di depan gue, kami juga
nggak akan saling kenal0*
Tari terdiam lagi. Tapi kali ini sepertinya dia
serius tenggelam dalam penyesalannya itu.
Karena raut mukanya jadi murung.
%io tertegun. -egitu mengatakan deretan
penyesalannya, kepala Tari terus menunduk,
jadi Tari tidak melihat itu. %io lah yang
menyaksikan sepasang mata Ata terus
terarah pada #ajah tertunduk Tari,
memandang lembut. %io bahkan nyaris
yakin, dia bisa membaca keinginan Ata
untuk memeluk Tari dalam cara kedua mata
itu menatap.
Aduh, makin runyam nih/ Desis %io dalam
hati.
(Takdir, Tar0,* suara pelan Ata
memecahkan kebisuan di Antara mereka.
(Emang kita harus ketemu. Elo, Ari, gue,
Angga. "eskipun gue nggak tau apa 3ungsi
Angga di sini. Tapi pasti ada sesuatu yang
mengaitkan dia sama kita.*
!etelah lama menunduk, Tari mengangkat
kembali kepalanya. Ditatapnya Ata.
(Elo kok bisa ngomong gitu)* tanya Tari
dengan nada lesu.
Ata tersenyum. (&rang$orang yang lahir
pada sore hari, pas matahari terbenam, kalo
dikumpulin bisa ribuan. Jutaan bahkan.
+ggak usah jauh$jauh deh. Temen$temen
gue atau orang$orang yang gue kenal, yang
lahir pas matahari terbenam, itu aja udah
banyak banget. Tapi, lo tau nggak)* Ata
mengangkat kedua alisnya. (+ggak ada
satupun yang namanya "atahari. Apalagi
!enja, apalagi Jingga. Apalagi gabungan
tiga kata itu. Elo satu$satunya. Dan nggak
tanggung$tanggung. Kalo gue sama Ari
.uma gabungan dua dari tiga kata itu, lo
menyandang tiga$tiganya. Karena nama
a#al lo kan !enja "atahari. Elo
menyandang nama kami berdua.* Ata
geleng$geleng kepala. Ada sorot takjub di
kedua matanya yang menatap Tari.
(!atu lagi yang bikin gue yakin, kita emang
akan dan harus ketemu adalah0,* Ata
menghentikan sesaat kalimatnya, (karena
ortu lo ngasih lo nama itu. "atahari. Kenapa
mereka nggak ngasih nama yang lain) Ada
banyak padanan kata untuk matahari.
!unny, atau 'ere, pengulangan untuk nama
De#a "atahari "esir Kuno, De#a 'a. Atau
kalo mau kata yang asli Indonesia, "entari.
Karena lo ce#ek. "entari lebih pas. 2ebih
kedengeran 3eminism. "atahari itu
maskulin, karena dia pasangan bulan. Jadi
sebenarnya kurang pas kalo dipake buat
nama ce#ek. Tapi ortu lo tetep ngasih lo
nama itu. Karena kalo nama lo bukan
"atahari, berarti lo nggak ditakdirkan untuk
ketemu kami. Jadi nggak ada yang perlu
disesalin.*
(Iya juga ya)* Tari memangdang Ata dengan
terpukau. Karena terus terang, dia belum
pernah berpikir sampai sejauh itu. (Kalo
dipikir$pikir aneh juga ya)*
(+ggak juga. Takdir Tuhan, udah diatur
begitu,* ucap Ata halus. Kemudian dia
menarik napas panjang.
(!ekarang kita balik ke permasalahan.
Terus, rencana lo apa)*
(&h0* 7ajah Tari langsung jadi keruh lagi.
(Kalo pas jam pelajaran sih udah pasti
aman. Ada guru. Di luar itu yang bahaya.
,agi sebelum bel, dua kali jam istirahat,
sama jam pulang. -esok sih rencananya
gue mau berangkat mepet #aktu. Kalo bisa
sampe sekolah pas banget sama bel masuk
bunyi.*
Ata keta#a geli. (Emang bisa) 9imana
ngaturnya)*
(1ah, liat besok deh. Kalo kecepeten, y ague
nunggu di halte.*
(Terus, pas jam istirahat)* tanya Ata. Kedua
matanya memandang Tari dengan penuh
minat. "eskipun begitu, bibirnya tersenyum
geli.
(Kalo itu rencananya0*
Entah kenapa mendadak Tari berpendapat,
gudang sama sekali bukan tempat ngumpet
yang aman dan nggak bakal ketauan. Kelau
Ari nggak menemukan dirinya di kelas, di
kantin, bahkan di toilet ce#ek, alternati3
terakhir jelas tinggal mencari di gudang.
-ahkan bisa jadi tu co#ok akan langsung
menuju gudang begitu sampai di area kelas
sepuluh. Karena .uma ce#ek bego yang
akan tetap tinggal di kelas atau kabur ke
kantin setelah mendapatkan ancaman
berturut$turut.
,ikiran itu membuat Tari serta$merta
menoleh ke %io.
(Jangan di situ deh, %i. Kayaknya bakalan
langsung ketauan.*
(Terus di mana)* tanya %io bingung.
("mm0*
Dengan kedua mata menatap langit$langit
dan jari telunjuk kanan mengetuk$ngetuk
bibir, Tari berpikir keras. Ata menatap kedua
ce#ek itu dengan bingung.
(Ah, iya/* seru Tari kemudian. (9ue mau
kabur ke koperasi aja deh. Kan deket sama
ruang guru tuh. +tar kalo Kak Ari berani
macem$macem, gue tinggal jerit$jerit deh.
-odo amat bikin heboh,* sesaat dia terdiam.
(-egitu bel istirahat bunyi, gue langsung
ngekorin guru, turun ke ba#ah sampai
koperasi. 9ue mau numpang ngumpet di
pojok ruangan, di samping lemari besi0*
Tari terdiam sesaat lagi. Tampak memikirkan
betul$betul rencana barunya yang muncul
mendadak itu. (!ip/ !ip/* tak lama kemudian
dia mengangguk$angguk. (&ke/*
Ata keta#a geli. Kedua bahunya sampai
berguncang.
(Elo kenapa nggak cabut aja sih) !ehari
gitu,* sarannya setelah ta#anya habis.
("aunya sih gitu. Tapi besok banyak tugas
yang kudu dikumpulin.*
(!trategi lo itu nggak meyakinkan, tau/ 9ue
nggak yakin lo bakalan selamet meskipun tu
ruang koperasi deket ruang guru.*
5capan Ata membuat Tari menoleh. (9ue
baru sadar, gue ngajak lo ketemuan tuh
supaya lo bisa bantu nyariin solusi buat
besok. Jadi besok bagusnya gimana)*
(Elo kelar cerita juga belum ada setengah
jam, Tar. 9ue belum sempet mikir lah0*
Tari berdecak. (Kayaknya nggak guna deh
ngajak elo ketemuan.*
(Jangan gitu dooong. +tar gue pikirin di
rumah deh. -ener. !oalnya ini kudu tenang
mikirnya. +ggak bisa sambil panik. Tapi
supaya bisa mikir begitu, gue harus tau
situasi lo yang pasti tuh sekarang kayak
apa.*
Ata memajukan duduknya sampai dadanya
menmpel di meja. Kesepuluh jarinya saling
bertaut. "eskipun sikapnya tetap terlihat
tenang, kedua mata itu kini menatap Tari
lurus$lurus.
(2o sendiri gimana)* tanyanya. !uaranya
pelan, tapi ada nada menuntut di dalamnya.
(Apanya)* Tari menatapnya dengan
bingung.
(Elo lebih merasa kehilangan bodyguard
atau0)* Ata menggantung sejenak
kalimatnya. Kedua matanya semakin lurus
menatap ce#ek di depannya itu. (0
gebetan)*
Tari tersentak. !ontak mukanya memerah.
(Apa sih maksud lo)*
(!oalnya tampang lo sedih banget tadi,
#aktu cerota bagian Angga mutusin untuk
mundur karena dia tau sekarang ada orang
lain yang berdiri di depan lo, gantiin posisi
dia.*
(Elo nggak usah sok tau deh.*
(Kok sok tau) "ata gue dua$duanya normal
nih. +ggak minus apalagi katarak. Apalagi
posisi lo sekarang persis di depan gue gini.
Jadi amat sangat nggak mungkin gue salah
tangkep ekspresi lo tadi.*
(Elo tuh sebenernya mau bantuin nggak
sih)* Tari jadi kesal.
Ata tersenyum. (Kan tadi gue udah bilang.
9ue perlu tau dengan jelas situasi lo
sekarang. !upaya gue bisa nyari solusi
yang tepat.* "asih dengan senyum, Ata lalu
menaikkan kedua alisnya.
(-odyguard0,* ja#ab Tari kemudian, agak
ketus.
(,inter lo ja#abnya.* !enyum Ata melebar.
(Tapi tenang aja. Akan gue anggap emang
begitu.*
Tari ternganga. (Elo tuh0* dia hentikan
kalimatnya. !adar akan membahayakan
dirinya sendiri.
(+tar lo gue telepon.* Ata memundurkan
kursi yang didudukinya. (-alik yuk. 9ue
kudu ikut ," nih.*
(Tari menatapnya dengan bingung. (Jadi,
besok gimana dooong)*
(1an tar lo gue telepon. 9ue pikirin di rumah
atau nggak ntar di mobil. "ikirnya nggak
bisa instan, kalo udah menyangkut
kembaran gue itu. ,asti gue bantuin. 2o
tunggu telepon gue. &ke)* Ata tersenyum
menenangkan. Ditepuknya satu bahu Tari.
Kemudian dia berdiri.
"au tidak mau Tari dan %io ikut berdiri.
Ketiganya lalu keluar dari kedai ayam bakar
pinggir jalan itu. Karena gentingnya
masalah$setidakya bagi Tari$ketiganya
hanya memesan segelas jus jeruk. Tidak
ada keinginan untuk makan.
Ata langsung menytop taksi kosong yang
pertama le#at. !eperti kebiasaannya
selama ini, diletakkannya selembar uang
untuk ongkos di atas pangkuan Tari,
dilanjutkan dengan pesan untuk berhati$hati,
baru kemudian ditutupnya pintu.
"alamnya, sampai menjelang pukul
sepuluh, Ata belum juga menelepon.
-ahkan ketika Tari berusaha menghubungi,
panggilan teleponnya nggak diangkat.
(Tu orang gimana sih)* Tari memelototi
ponselnya. (Ternyata beneran nggak guna
gue ngajak ketemuan dia tadi.*
Dengan kesal dilemparnya ponsel itu ke
dekat bantal. Disusul dia membanting diri ke
tempat tidur. Ditatapnya langit$langit kamar.
,adahal dia sangat membutuhkan bantuan
Ata. +ggak ada jalan lain. Terpaksa dia
harus kembali ke rencana a#al. 'encana
satu$satunya.
Tiba$tiba ponselnya menjerit. Tari langsung
melompat bangun dan menyambarnya. Tapi
detik itu juga dia mendesah kece#a. Karena
panggilan itu dari %io.
(Ata udah nelepon) Apa rencananya)*
tanya %io langsung.
(-elum,* ja#ab Tari kesal.
(-elum)* ucap %io heran. (7ah, berarti dia
juga bingung tuh.*
(Kayaknya.*
(Jadi gimana) -alik ke rencana a#al)*
(Iyalah. 9ue kan nggak punya rencana lain.*
%io menarik napas panjang. (1a udah kalo
gitu. %ight ya, Tar,* .uma itu yang bisa dia
ucapkan.
(Thanks,* Tari menyahut lemah. Kemudian
diletakkannya ponselnya kembali di sebelah
bantal. (Ata ngeselin/ +ggak berguna/*
gerutunya sambil memejamkan mata.
8888
ari pengakuan/
Tari berangkat dari rumah sepuluh menit
lebih lambat, dilanjutkan dengan bengong di
halte selama lima menit. Alhasil, dia
mendarat di halte dekat sekolah pada #aktu
yang direncanakan. !etengah tujuh kurang
lima menit/
(9ila pas banget/* desisnya sambil
mengambil ancang$ancang di pintu bus.
!ekilas melalui tubuh$tubuh penumpang
yang berdiri menyesaki bus, dilihatnya halte
itu dalam keadaan kosong. !eperti yang
hampir selalu terjadi setiap kali jarum jam
akan mendekati posisi setengah tujuh.
-egitu kendaraan umum ber#arna oranye
itu berhenti di depan halte tujuannya setiap
pagi, Tari langsung melompat turun. Dia
sudah bersiap akan berlari dengan
kecepatan paling maksimal, tapi re3leks
seketika membekukan geraknya dan
membuatnya diam di tempat.
alte itu ternyata tidak benar$benar kosong.
!ebuah motor hitam terparkir di sebelahnya.
!ang pemilik sedang bersila di salah satu
bangku besi di halte. Duduk santai dengan
bibir mengepulkan asap rokok. -egitu
melihat Tari, co#ok itu berdecak sambil
geleng$geleng kepala.
(.k ck ck. 5saha banget lo ya. !ampai
segitunya biar gak ketemu gue.*
Tari terperangah. Tak bisa mempercayai
penglihatannya. "elihat ekspresi Tari, Ari
jadi tidak bisa menahan ta#a gelinya.
.o#ok itu lalu bangkit berdiri. Dimatikannya
rokoknya dengan cara menekannya ke
salah satu pilar besi penyangga atap halte,
lalu menyentilnya ke tong sampah yang
berada tidak jauh dari tempat itu. Kemudian
dihampirinya Tari dan berdiri di depannya
dalam jarak bahkan kurang dari selangkah.
Ta#a Ari menghilang. Ditatapnya Tari
dengan senyum dikedua matanya tapi tidak
di bibirnya. !eketika muka Tari emmerah.
!enyum di kedua mata itu membuat
peristi#a kemarin pagi tak ayal muncul
jelas$jelas di memori kepalanya.
(9ue jemput lo biar gak telat,* ujar Ari
lembut.
("asih ada lima menit.* Tari mengangkat
tangan kirinya. "enyejajarkan jam
tangannya dengan muka Ari.
(Jarumnya baru aja bergerak. Jadi sekarang
tinggal empat menit,* Ari langsung meralat.
Ditunjuknya jam tangan Tari dengan jari.
(Kalo gue lari, sampai gerbang .uma dua
menit. "asih ada dua menit lagi. Jadi gak
telat,* balas Tari. Ditatapnya Ari dengan
ekspresi puas.
Ari tersenytum tipis. ( ari ini yang jaga
gerbang ,ak 'ahardi,* ucapnya kalem.
!eketika kedua mata Tari terbelalak. (9ak
mungkin/ -ohong lo/ 2o sengaja nakut$
nakutin gue, kan)*
(2o liat aja,* ja#ab Ari, tetap dengan nada
kalem. .o#ok itu balik badan lalu berjalan
menghampiri motornya.
Tari langsung panik. !ebenarnya sih dia gak
takut telat. Terlambat mah jamak. !iapapun
pasti pernah terlambat. Tapi yang jaga ,ak
'ahardi. Ini yang jadi masalah. 9ila aja
datang telat di depan hidung kepala
sekolah. !ementara ,ak 'ahardi itu selalu
udah ada di depan sekolah paling siang jam
setengah tujuh kurang lima belas menit.
+anti ,ak 'ahardi ngira Tari tukang dateng
telat, lagi.
Ari segera mengakhiri kepanikan Tari. Tapi
cara bicaranya tetap santai. !eolah$olah
apa yang dibicarakan bukan sesuatu yang
berdampak serius nantinya.
(!ekali nama lo kecatet di buku piket,
seterusnya lo bakal jadi perhatian. 9ue juga
gak paham, gimana caranya dateng telat
dijadiin tolak ukur kalo tuh sis#a ada
kemungkinan bakalan bermasalah juga di
kelas. Kemungkinan dia juga tukang ribut,
tukang nyontek, jarang nyatet, jarang
ngerjain tugas, dan sederet pelanggaran
lain.*
5ntuk sis#a model Tari, yang punya basic
character taat peraturan, penjelasan Ari itu
jelas membuatnya tambah panik. Ari
mengangkat bahu dengan ringan.
(2o boleh gak percaya, tapi itulah
kenyataannya,* ucapnya sambil menaiki
motornya, memasukkan kunci, lalu
menghidupkan mesin. (Kalo gue yang telat
sih, gak bakal dicatet. !oalnya jatah kolom
untuk nama gue udah gak muat. Kepenuhan
dari kapan tau. Itu juga udah disempilin
disana$sini, sampe gak ada space kosong
lagi. !pace kosong yang masih sisa tinggal
muat untuk bikin titik doang,* ucapnya yang
disusul bdengan ta#a geli. .o#ok itu lalu
memundurkan motornya hingga ke tepi
trotoar. (!ekarang pasti gerbang udah
ditutup setengah. !oalnya udah tinggal tiga
menit.* Ditatapnya Tari dengan kedua alis
terangkat tinggi.
!eketiks Tari lupa dengan rencana a#alnya.
Juga luoa dengan keheranannya karena
mendapati Ari di halte. ,eristi#a kemarin
pagi bahkan ikut lenyap dari dalam
kepalanya. -uru$buru dihampirinya Ari.
Ari menatap lurus$lurus ke depan.
Dikatupkannya kedua bibirnya rapat$rapat,
mencegah agar ta#a gelinya tidak muncrat
keluar. Kesepuluh jarinya segera melepas
setang saat dirasakannya satu tangan Tari
mencengkeram lengan kirinnya dan tangan
yang lain memegang bahunya kuat$kuat.
Diraihnya kedua tangan itu lalu
dilepaskannya dari lengan dan bahunya.
Dengan tatapan yang tetap lurus ke depan$
tapi tatapan itu menyorotkan ta#a geli dan
bibir yang tersenyum lebar karena tak bisa
lagi menahan ta#a$Ari menggegam
kesepuluh jari Tari lalu mengulurkan kedua
tangannya ke belakang. Dibantu ce#ek itu,
yang susah payah berusaha duduk di
boncengan motor yang memang tinggi. Tari
melakukannya sambil bersungut$sungut.
(,ak 'ahardi ada$ada aja deh. ,engin turun
pangkat, kali ya) Jangan$jangan dia gak
sanggup mikul tanggung ja#ab jadi kepala
sekolah.*
ampir aja ta#a Ari menyembur.
(5dah)* tanyanya lembut.
(e$eh,* Tari mengangguk.
(&ke. ,egangan yang kuat ya. "au ngebut
nih. !oalnya udah tinggal dua menit.*
Tari buru$buru memegang tepi jok kua$kuat
dengan kedua tangan. "otor hitam itu
kemudian meluncur cepat meninggalkan
halte. -egitu mendekati gerbang sekolah,
Tari langsung memalingkan mukanya, lurus$
lurus menghadap ke punggung Ari.
"otor hitam Ari melesat menerobos gerbang
sekolah yang bhakan kini telah menutup
duapertiga. !aat mele#ati gerbang, Tari
memberanikan diri melirik ke tepi jalan
tempat guru piket biasa berdiri. !eketika
kedua matanya melebar, diikuti kepalanya
yang langsung menoleh saat itu juga,
semakin lama semakin ke belakang, karena
motor terus melaju sementara objek
tatapannya tetap di tempat.
-egitu Ari menghentikan motornya di tempat
biasa, Tari langsung melompat turun.
(-ukan ,ak 'ahardi/* serunya berang.
(-ohong lo/*
Ari terta#a geli. -erkali$kali pada pagi ini.
(Emang lo pikir dia segitu kurang kerjaan,
apa) !ampe$sampe jagain gerbang,*
ucapnya kalem.
"ulut Tari sudah terbuka lebar, tapi dia gak
menemukan kalimat yang tepat untuk
membalas kata$kata Ari barusan. Akhirnya
bibirnya terkatup 6dan membentuk
cemberut. Ta#a Ari menghilang. -erganti
dengan senyum dan tata yang lembut yang
bagi Tari lebih menjengkelkan, karena tatpan
lembut itu tetap menyimpan sorot geli dan
kemenangan.
"asih duduk di ats motor hitamnya, lalu Ari
mencondongkan tubuh. Dibungkukkannya
punggungnya untuk menyejajarkan
#ajahnya dengan #ajah Tari. Dalam sekian
detik yang membuat sekeliling jadi terasa
mengabur, Ari emnatap kedua mata Tari
lurus$lurus.
(.ukup satu kali aja lo nangis gara$gara dia,
ya)* ucapnya pelan, tapi tajam. (!ekarang
lo liat orang yang ada di depan lo aja. &ke)
Ini peringatan serius. Jadi lo juga jangan
main$main.*
Tari tertegun. Kedua matany aseperti
terkunci dalam pekatnya kedua bola mata
Ari.
-el masuk menjerit nyaring. "enghancurkan
cengkeraman keterpanaan Tari dan
menyentaknya kembali ke alam nyata. Ari
melepaskan cekalan tangannya di lengan
Tari. .o#ok itu kemudian turun dari motor
besarnya.
Dengan mata sesaat mengarah ke mulut
koridor utama, tempat sis#a$sis#a ynag
datang mepet #aktu berlarian memasukinya
dengan suara gemuruh langkah kaki berlari
yang gaduh, Ari berdiri tepat di depan Tari.
(Ada yang mau gue kasih tau ke lo,* nada
suaranya kembali santai. (ari ini lo gak
perlu repot$repot ngumpet. !oalnya hari ini
gue .uma sampai jam keempat saja. "au
cabut. Jadi gak bisa gangguin lo. Kecuali
kalo ntar jam istirahat pertama lo bersedia
turun ke koridor utama, gue bisa gangguin lo
sebentar.*
Ari mengatakan itu dengan intonasi seolah$
olah mengganggu Tari adalah ke#ajibannya,
dan hari ini dengan amat menyesal dia tidak
bisa menjalankan ke#ajibannya itu dengan
baik.
"ulut Tari sampai mangap saking syoknya
mendengar kalimat itu. "embuat Ari
meledak dalam ta#a. .o#ok itu sampai
tidak bisa menahan diri untuk tidak
mengulurkan tangannya lalu mengacak$
acak rambut Tari.
(5dah bel. Kita jalan sendiri$sendiri aja ya.
!oalnya telat. 'unyam ntar kalo lo datang
telat bareng gue.*
"asih dengan sisa$sisa ta#anya, Ari lalu
berjalan menuju koridor utama.
"eninggalkan Tari yang masih ternganga di
tempatnya.
888
-el istirahat berbunyi. Tari menyambar
ponselnya dari alam laci dan langsung
berlari keluar kelas. %io buru$buru
mengikutinya. -egitu sampai di depan
gudang, Tari langsung mencari nama Ata di
da3tar kontak.
(,asti Ata. .uma dia satu$satunya oknum
tersangka,* ucapnya dengan nada geram.
(9ak diangkat/* desisnya kenudian dengan
berang. !ekalib lagi ditekannta tombol
bergambar garis hijau.
(iih//* kali ini Tari mengentakkan satu
kakinya keras$keras ke lantai. (Ke mana sih
tuh orang)*
Ditekannya tombol yang sama sekali lagi.
2alu bsekali lagi dan sekali lagi. %io yang
menyaksikannya jadi ikut geram.
(-erarti bener.,.,* Tari menghentikan
usahanya. (Dia yang ngasih tau Kak Ari.*
(1a iyalah,* %io jadi tersinggung. (1ang tau
rencan lo kan .uma dia sama gue. Kalo
bukan dia yang bocorin, masa iya gue gitu)*
(-ukan gitu, %i. "aksud gue, kok dia tega
gitu lho. -ukannya bantuin, malah
ngejerumusin. ,antes aja Kak Ari ada di
halte tadi pagi. Terus gue kena tipu,* sambil
mengeluh Tari menyandarkan punggungnya
ke dinding pagar koridor.
(1A lagian lo bego juga sih. +gapain juga
,ak 'ahardi jagain gerbang) Emangnya
gak ada guru ytang bisa disuruh, apa)
2agian tiap hari kan ada guru piket. ,asti
udah ada jad#alnya, kan)*)
(1a kali aja dia pengin kayak pejabat$pejabat
gitu. "eninjau rakyat sampe ke ba#ah.*
(1aah, meninjau juga gak harus sampai
berdiri di depan gerbang, kali. Dari koridor
utama juga tuh gerbang keliatan. %ull.
!ampe ke engsel sama roda$rodanya.*
(9ue gak mau gambling. Kalo beneran ,ak
'ahardi, gimana)* Tari menoleh lalu
menatap %io dengan kedua alis terangkat.
(Dari dulu tuh gue paling pantang dateng
telat di depan kepsek. Di depan guru$guru
masih gak papa deh. "au guru paling galak
kek, gue udah pernah. Tapi gak di depan
kepsek.*
(-ego lo. Justru mending dateng telat di
depan kepsek, tau/ 9ak bakalan tau dia kita
kelas berapa. Kalo guru$guru mah masih
ngenalin, lagi. "asih bisa tau lo kelas
berapa. Apalagi kalo tu guru ngajar kelas lo,
bisa langsung ketauan, kan) Kepsek mana
tau)* %io lalu geleng$geleng kepala. (Trus lo
ngobrol apa aja sama Kak Ari, selama
boncengan berdua dari halte ke sekolah)*
(9ak ngobrol apa$apa lah. Aneh deh lo
nanyanya,* ja#ab Tari kesal.
(1a kali aja gitu, lo begonya gak nanggung$
nanggung.*
Tari cemberut. -ibirnya sampai membentuk
kerucut. %io geleng$geleng kepala lagi. Kali
ini sambil menarik napas panjang.
(9ue gak tau ini konyol atau ironis. 2o
sengaja dateng mepet #aktu biar gak
ketemu Kak Ari. Tapi ternyata malah
dijemput dia di halte terus boncengan motor
ke sekolah. !etelah kejadian kayak kemaren
pagi pula.* !ekali lagi %io geleng$geleng
kepala. ( Aaah/* Dia menjentikkan jari
tangannya keras$keras. (9ue udah
menemukan kata yang tepat banget.* %io
mengangguk tajam. (Tragis/* Dia
mengangguk$angguk. (Iya, bener. Tragis/*
(Apa lo kata deh,* desah Tari. ,asrah
dengan celaan %io. !etelah sekali lagi
menekan tombol bergambar garis hijau dan
lagi$lagi panggilannya gak direspon bahkan
sampai ujung bunyi ringtone. Tari akhirnya
pasrah dalam usahanya mengontak Ata.
Dimasukannya ponselnya ke saku sambil
menghela napas.
(2o mau makan gak) 9ue ba#a bebto tuh.*
("au/ "au/* ja#ab %io langsung. (2auknya
apaan)*
(Tau apaan. 2upa.*
(2o gak makan)*
(9ak laper.*
888
Jam istirahat kedua, Ata lebih dulu
menghubungi. Tari langsung berlari keluar
menuju koridor depan gudan. %io bergegas
mengikuti.
(Tar, ada apa) !orry tadi gak bisa ngangkat.
2agi rapat &!I!.*
(2o ngomong apa ke Kak Ari)* suara tari
langsung menajam.
(ah)* Ata tersentak. (&ooh,* dia langsung
sadar. ( 2o gak apa$apa, kan) Aman)*
tanyanya kemudaian dengan nada cemas.
(2o denger gak sih apa yang gue tanya tadi)
2o ngomong apa ke Kak Ari)* Tari nyaris
membentak. Ata tidak langsung emnja#ab.
Tari bisa mendengar co#ok itu menghela
napas berat.
(9ue bilang ke Ari, ;'i, lo seharusnya gak
usah terlalu keras. 9ak perlu terlalu maksa.
Kalian kan satu sekolah. !etiap hari ketemu.
Dari jam setengah tujuh pagi sampai jam
dua siang0* Ata menerangkan dengan
nada sabar.
(Terus)* tanya Tari tajam. (9ak usah gak
ngaku deh. 9ak mungkin lo .uma ngomong
segitu.*
Ata menghela naps lagi. Kali ini diikuti
keterdiaman yang cukup lama. Tari yang
justru memecahkan keheningan sambungan
telepon itu.
(2o boleh diam lama. 9ak usah kha#atir.
9ue baru isi pulsa. +tar kalo pulsa lo habis,
gue langsung kontak balik.*
2agi$lagi Ata menghela napas. 2ebih
panjang dri dua kali sebelumnya. Kemudian
dia bicara dengan nad alambat.
(9ue bilang, ;"ulai sekarang lo gak punya
ri6al, tuh co#ok udah mundur0<*
Tari terperangah. "ulutnya menganga lebar.
!ekian detik hanya itu reaksi yang mampu
keluar sebelum kemudian dia menjerit
keras.
(A,AAA///)*
%io, yang tadinya hana berdiri dalam
menemani dalam jarak yang terjaga,
langsung mendekat. Dengan halus
didorongnya Tari, benar$benar sampai ke
tepi koridor.
Di tengah 3okusnya meledakkan seluruh
emosinya ke Ata, Tari memandang %io
dengan tatapan bertanya. Tanpa bicara,
dengan dagu %io menunjuk ke arah lain
koridor. Jeritan Tari tadi telah menyebabkan
semua mata sekarang terarah padanya.
Tetap dengan posisi ponsel menempel di
satu telinga, Tari memutar tubuh untuk
membelakangi. !ementara %io segera
berdiri pad aposisi yang emmbuat teman
semejanya itu terhalang dari semua mata
yang emnatap ingin tahu.
(9ue kece#a banget ama lo,* desis Tari
dengan nada pahit. (9ue pikir gue bisa
percaya lo. 9ue lupa, darah tuh lebih kental
daripada air/*
(Tar, denger dulu. 9ue0*
Tapi Tari sudah tidak ingin mendengar lagi.
Ditekannya tombol bergaris merah di
ponselnya kuat$kuat. !uara Ata yang
meminta, seketika terputus. Detik itu juga
ponselnya berdering. Dengan pandang
dingin Tari emnatap layar ponselnya lalu
ditekannya tombol on=o33. ,onselnya
langsung membisu. Kemudian ditatapnya
%io lurus$lurus.
(!elesai. 9ue gak kenal dia/*
(Tar, mendingan lo dengar du0*
(9ue gak pernah kenal Ata/ Tari
mengabaikan kalimat %io. (1ang ada Jingga
"atahari. 9ue. 9ak ada "atahari Jingga/*
Tatapan Tari ke %io kemudian menajam.
"enunjukkan kebulatan tekad. (Akan gue
hadapin sendiri tu "atahari !enja/ Dia kira
gue takut, apa)*
!elesai mengatakan itu, Tari balik badan
dan pergi. %io menghela napas.
8888
5ntuk pertama kalinya Tari marah pada Ata.
Di matanya kini, co#ok itu benar$benar
pengkhianat yangtak termaa3kan. Ata
bahkan lebih buruk daripad saudar
kembarnya.
!emenjak pembicaraan terakhir itu Tari
tidakl lagi memedulikan setiap panggilan
telepon Ata. !"!$!"! dari Ata juga
langsung dihapusnya tanpa dibaca.
Keesokan paginya, sambil menanti bel
masuk berbunyi, Tari mengganti ringtone
yang selama ini digunakan khusus untuk Ata
dengan salah satu lagu '>- 3a6oritnya,
Killa. Jadi pada saat masuk panggilan
telepon dari Ata, bukannya diangkat, Tari
akan mengangguk$anggukkan kepala.
"enikmati lagu itu sampai Ata mengakhiri
usahanya. Dan ketika lagi itu berhenti, ,
dengan puas dipandanginya ponselnya
sambil berkata, (usaha aja terus lo. 9ak
bakal gue angkat/*
Kalaun kelas sedang kosong, Tari akn
bereaksi lebih kejam lagi. Dia joget$joget.
Keesokan harinya Tari mengganti Killa
dengan !ho# "e The "oney. Angguk$
angguk kepala dan joget$joget berlanjut lagi.
Tapi begitu lagu itu berhenti, ungkapan ras
apuasnya jadi ganti.
(!ho# m# the money and I<ll 3orgi6e you/
ahaha/*
%io mengikuti setiap tingkah Tari itu dengan
rasa prihatin. Dia nelangsa tapi gak bisa
apa$apa, karena dia juga merasa Ata telah
melakukan kesalahan.
!etelah selama dua hari rentetan usahanya
untuk mengontak Tari di reject, Ata
mengalihkan usahanya ke %io. ,agi hari
ketiga, sepuluh menit sebelum bel masuk
berbunyi, %io menjauhkan diri dari
kerumunan saat layar ponselnya
memunculkan nama Ata. Tak lama dia
kembali. Ditepuknya lengan tari pelan,
meminta Tari untuk menjauh dari
kerumunan.
(Ata,* ucap %io pelan sambil menyodorkan
ponsel. Tari langsung melengos.
("ales/*
(Katanya, lo gak bisa diajak ngomong, dia
mau nongol di sekolah.*
(1ee, ngancemeem))* Tari memelototi
ponsel %io. (+ongol aja. Emangnya yang
punya masalah siapa)* semburnya.
%io menghela napas. Didekatkannya
ponselnya ke telinga.
(Katanya lo nongol aja0*
(Iya. 9ue denger,* Ata memotong. !uaranya
terdengar berat. 9anti co#ok itu yang
kemudian menghela napas. (&ke deh.
Thanks ya, %i.* Akhirnya Ata menutup
pembicaraan. !iangnya pad jam istirahat
pertama, Ata kembali mengontak %io.
(9itu)* %io melirik orang di sebelahnya.
(Tapi gue nyampein aja ya. Dia mau apa
gak, gue gak bisa apa$apa.*
(Iya. 2o sampein aja ke dia. 9ue tunggu di
tempat yang #aktu itu. +tar dua jam
terakhir, gue cabut. -iar bisa sampai sana
on time.*
(&ke deh.* %io mengangguk. Diakhirinya
pembicaraan. Kemudian dia menoleh dan
berkata dengan suara pelan. (+tar siang
Kak Ata nunggu di tempat yang #aktu itu.
Dia cabut dua jam terakhir.*
Tari tak mengacuhkan in3ormasi %io itu.
!ambil mengunyah kacang bogor yang
diba#anya dari rumah, kedua matanya tetap
ter3okus ke lembaran$lembaran
majalahremaja edisi terbaru yang
dipinjamnya dari "aya.
%io menghela napas. (,okoknya udah gue
kasih tau ke lo ya, Tar.* 5capnya sambil
mengambil segenggam kacang bogor lalu
mengunyahnya sambil ikut membaca
majalah itu.
Ketika siang harinya mereka telusuri jalan
aspal menuju gerbang sekolah, %io sudah
kehilangan semangatnya untuk
mengingatkan Tari bah#a Ata sedang
menunggu.
2ima meter menjelang gerbang, tiba$tiba &ji
menghadang. Dipandanginya Tari dengan
seksama. Tari, juga %io, membalas dengan
sorot #aspada.
(Jangan digodain, Ji. Dia lagi patah hati.*
!eketika kedua mata Tari bergerak ke arah
datangnya suara yang sudah amat sangat
dikenalnya itu. Ari tengah berdiri dengan
punggung bersandar di dinding pos sekuriti.
Kedua tangannya terlipat di depan dada.
Disambutnya tatapan Tari dengan kedua alis
terangkat. Dengan kedua mata yang
membalas tatapan garang itu, dia teruskan
godaannya.
(+tar dia nangis sampe matanya bengkak
parah lagi, lo mau tanggung ja#ab)*
&ji menoleh. !esaat ditatapnya Ari dengan
kening berkerut. Kemudian pandangannya
kembali ke Tari. Tiba$tiba Ari emmbuka
kedua lengannya.
(9imana kalo lo nangisnya di dada gue
aja)* ta#arnya dengan nada manis. (9ak
akan gue biarin lo nangis lama$lama. +anti
lo akan gue peluk kuat$kuat, biar air mata lo
cepet kering. Jadi mata lo gak akan bengkak
kayak #aktu itu.*
&ji langsung mengiringi ta#aran mesra Ari
untuk Tari itu dengan siulan panjang dan
nyaring pula.
("au aja,* kata &ji dengan nada memaksa.
(2o bakalan jadi ce#ek pertama, Tar. Kalo
co#ok sih udah banyak yang dia peluk.*
Kontan Tari memelototi Ari tajam$tajam.
Kemudian dia menatap ke sekeliling le#at
ekor mata. -erharap tidak ada yang
mendengar kalimat sinting Ari itu kecuali
dirinya sendiri, %io, dan jongos Ari yang
menghadang jalannya ini.
arapan yang jelas gak mungkin banget,
karena bel usai sekolah belum lama
berbunyi. 'uas jalan itu justru sedang
padat$padatnya. Tari berdecak pelan. Dia
berusaha menghindari tatapan$tatapan yang
saat itu sedang tertuju padanya. Dengan
kasar didorongnya tubuh &ji yang
menghalangi jalannya. -uru$buru
ditinggalkannya tempat itu. %io bergegas
mengikuti. Ari menatap kepergian Tari
dengan senyum tipis.
Tari yang tadinya gak ingin menemui Ata,
biar aja tu co#ok nunggu sampai lumutan,
langsung berubah pikiran. -egitu keluar dari
gerbang, ditariknya %io menepi.
(-eneran sekarang Ata lagi nunggu,*
bisiknya pelan.
(Katanya gitu,* %io mengangguk. (Kenapa)
2o mau nemuin dia)*
(Kalo dia beneran datang.*
(1audah. 2o kontak gih sana.*
(2o aja ah. "alesngonong di telepon sama
dia. 9ue maunya ngomong sambil melototin
#ajahnya.*
%io menghela napas. Dikeluarkannya
ponselnya dari tas. Tak berapa lama0
(Ada. 5dah dateng dari satu jam yang lalu
malah.*
Keduanya lalu berbelok ke kiri. Ke arah
yang berla#anan dengan halte.
(2o pacaran sama Angga/)*
Tari dan %io nyaris terlonjak. &ji sudah ada
di depan mereka lagi. 2agi$lagi menghadang
jalan. Kedua matanya memelototi Tari.
(Iya/)* cecar &ji.
(Emang apa urusan lo sih) 9ue mau
pacaran sama siapa kek, terserah gue/* Tari
membalas pelototan itu.
(-erarti lo pengkhianat/*
!esaat tari ternganga. 2angsung dibalasnya
kata$kat a&ji. (,engkhianat tu kalo gue
pindah ke "alaysia, jai #arga negara sana,
terus gue bilang0 ;9anyang Indonesia/< Itu
baru pengkhianat/*
%io menggigit bibirnya rapat$rapat.
"encegah agar senyumnya tidak tercetak
disana. !etelah mengatakan itu dan setelah
sekali lagi membalas pelototan &ji, Tari
melangkah pergi. %io buru$buru membuntuti.
ketika Tari dan %io sampai di satu$satunya
percangan jalan yang ada, mereka agk
terkejut karena Ata memarkir mobil hitamnya
yang cukup mencolok mata itu tidak jauh
dari mulut pertigaan. Tapi co#ok itu tidak
terlihat diman pun. Tari dan %io memandang
berkeliling. -ingung. 2alu mereka melongok
ke dalam mobil. Kosong.
(Tu orang ke mana sih)* ucap Tari pelan.
Tanyanya terja#ab tak lama kemudian.
!ebuah taksi muncul dari tikungan dan
berhenti tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Ata keluar dari kursi belakang. Kedua
matanya tertutup lensa hitam. !ementara
sebuah bandana hitam melingkari kepala
dan menutupi sebagian rambutnya. Tari dan
%io ternganga. Dengan penampilan seperti
itu Ata terlihat lebih garang daripada Ari.
.o#ok itu lalu melepas kacamata hitamnya
lalu menghampiri Tari dengan tatapan lurus.
(ampir aja gue tarik paksa lo dari depan
sekolah tadi,* ucapnya pelan. Tari tertegun.
Ata membuka pintu kiri depan dan tengah
mobil hitamnya. (1uk, cepet. Keburu ada
yang mergokin.*
"aih setengah tertegun, Tari naik. %io, yang
menunggu reaksi Tari$karena dia tidak tahu
Tari bersedia ikut atau memaksa bicara di
tempat ini saja$buru$buru naik ke jok tengah
dan menutup pintu. Ata memasukkan kunci
lalu menghidupkan mesin. Dia menoleh dan
memandang Tari.
(9ue minta maa3,* ucap Ata sungguh$
sungguh. Tari tidak menja#ab. .e#ek itu
menatap lurus$lurus ke depan. Ata
tersenyum tipis. Diulurkannya tangan kirinya
dan sesaat diusap$usapnya kepala Tari. (2o
boleh marah$marah nanti,* ucapnya lunak.
!etelah mengatakan itu Ata kembali
megenakan kacamata hitamnya. E6erest
hitamnya itu pun meninggalkan tempatnya
selama beberapa saat terparkir diam.
888
;Kak Ata tadi ada di depan sekolah)* %io
bertanya dengan nada tak percaya.
(mm0* Ata mengangguk. (9ak ada kabar.
Komunikasi putus pula. 9ue pikir, kayaknya
gak ada cara lain nih. Terpaksa gue culik
atau apapun namanya, yang bisa bikin
teman semeja lo ini ada di sebelah gue dan
buka mulut.*
(Kok kami gak ngeliat)*
(9ue di dalam taksi. 9ue gak bisa
ngebayangi kegemparan yang bakal terjadi
kalo gue nongol terang$terangan. Kalo
konsekuensinya .uma ke gue sih gak apa$
apa. 9ak liat tadi ada taksi parkir di
seberang jalan)*
("m0* %io mengingat$ingat. !amar dia
memang melihat sebuah taksi diparkir di tepi
jalan seberang sekolah. (Iya sih. Kenapa
gak pake mobil sendiri aja)*
("encolok, %io. 2agi pula gue perlu bantuan.
+yulik orang kayak temen semeja lo ini kan
gak bisa .uma sendirian.*
!elama pembicaraan itu kedua mata Ata
terus terarah pada Tari. .e#ek itu tidak juga
bersuara sejak mereka tiba di gerai donat
ini. Tari sibuk mengaduk$aduk capuccino
dinginnya, atau memotong$motong donat
kejunya, atau memperhatikan pengunjung di
meja$meja lain, atau jalanan di depan
mereka, karena mereka memilih untuk
duduk di teras.
Ata menghela napas.
(Kan tadi gue udah bilang, lo boleh marah$
marah,* dia mengingatkan dengan nada
lembut. -aru kedua mata Tari bergerak.
Ditatapnya Ata dingin.
(Ini gue lagi marah, tau/ !aking gue marah
banget sama lo nih, gue sampe gak pengin
ngomong,* ucapnya pedas.
Ata menghela napas lagi. Akhirnya dia
lemparkan (bom moloto6* agar kemarahan
Tari meledak. Demi agar masalah ini bisa
terurai.
(2o diapain Ari tadi)*
5sahanya berhasil. Kedua mat dingin itu
kontan menyala.
(9ak diapa$apain,* Tari tersenyum sinis.
(.uma disenyum$senyumin. !ekarang dia
kan pegang kartu As gue. Jadi biarpun
.uma senyum$senyum doang, dia udah
ngerasa menang banget tuh. Tadi sih dia
na#arin gue nangis di pelukan dia. -iar
nangis gue gak lama$lama, katanya. Jadi
mata gue juga gak bakalan bengkak$
bengkak amat kayak #aktu itu.*
Dengan kedua mata yang tetap tertancap
pada co#ok yang duduk lurus di
hadapannya itu, Tari meneruskan
kalimatnya.
(!#eet banget0* Tari mengangguk$
anggukkan kepala. (Kayaknya harus mulai
gue pertimbangkan bener$bener ta#aran
Kak Ari tadi.*
Kalimat Tari itu membuat Ata menundukkan
kepala. Dia berdecak pelan. Ketika
kemudian dia angkat kembali #ajahnya,
tatapannya langsung tertuju pada %io.
(Tolong tukar tempat, %i* ucapnya pelan. %io
langsung berdiri.
Tari menatap co#ok yang sekarang berada
di sebelahnya itu, kembali dengan
pandangan dingin.
(9ue ngela#an dia abis$abisan dan lo malah
nagsih dia amunisi,* desis Tari. (,adahal
gue bener$bener percaya sama lo.*
Ada nada kece#a yang benar$benar pahit
dalam suara Tari, dan dia tahu co#ok di
sebelahnya ini bisa merasakan dengan
jelas.
("aa3,* ucap Ata dengan suara pelan. (9ue
pikir lebih baik Ari ditenangin. Dengan gitu
lebih gampang dihadapin juga.
(Ditenangin atau dimenangin)* tanya Tari
tajam.
(Ditenangin,* Ata menja#ab lembut.
("aksud lo ditenangin, tapi yang ada dia
merasa menang, tau gak)*
(1ang penting lo aman, Tar.*
(1a jelas aja gue aman. 9ue kalah/* seru
Tari dongkol.
(1ang lo anggap menang tuh yang kayak
apa sih) Dia co#ok lho. 2o ce#ek. Kalo dia
main 3isik gimana) Itu yang gue pikirin. Kalo
perang mulut, perang emosi, oke lah. 2o
masih punya kemungkinan menang.*
(,okoknya gue bakalan ngela#an dia abis$
abisan/* Tari tetap ngotot. Ditatapnya Ata
tajam$tajam.
Ata menghela napas. Dia empaskan
punggungnya ke sandaran kursi. (Tadi
kenapa lo diem aja)* ditatapnya Tari lurus$
lurus.
("aksud lo)*
(2o bilang lo akan ngela#an dia abis$abisan.
Tapi yang gue liat tadi, lo gak ngela#an
sama sekali. 2o .uma diem.*
(-uat apa lagi) Dia udah tau.*
(Kalo dia belum tau)*
(Dia udah tau. 9ue malas berandai$andai.*
(Kalo gitu biar gue yang berandai$andai.*
Ata memajukan tubuhnya hingga menempel
di meja. Ditatapnya Tari tepat di manik mata.
(Taruhlah lo berhasil ngumpet nih, sesuai
rencan lo. !eharian lo meringkuk di tempat
persembunyian, sampe petugas koperasi
pun lupa kalo ada lo. -ahkan sampe laba$
laba bikin sarang di badan lo.*
(9ak usah hiperbolis deh. 9ue0*
(arus hiperbolis/* Ata memotong ucapan
Tari. ( Taruhlah hari itu lo berhasil lolos.
"enghindar dengan sukses. Emang besok
gak ada hari lain)*
(Eh, gue tuh bukan cuman kabur atau
menghindar dri Kak Ari ya. 9ue tuh sambil
mikir, tau/cari jalan keluarnya gimana.*
(!elagi lo mikir, lo gak akan sampe pintu
gerbang kayak tadi. 9ue bahkan gak yakin
lo bisa ngele#atin pintu kelas.*
(9ue gak sebego itu, tau/ 2o tuh
ngeremehin gue banget ya)* Tari jadi
tersinggung.
(2o emang gak bego. 2o .uma polos. +ai3.
Karena cara mikir lo sederhana.*
Keduanya lalu terlibat adu argumentasi
hebat. Tari dengan tekanan suara yang
makin lama makin tinggi, sementara Ata
tetap datar. -ahkan beberapa kali co#ok itu
berhenti bicara. !engaja membiarkan Tari
,eluapkan emosinya.
%io menatap kedua orang di depannya
bergantian. "engikuti arah datangnya
suara. !ama sekali gak berminat ikutan
buka mulut. Doia bahkan kemudian diam$
diam pindah duduk saat pembicaraan
dengan 6oltase tinggi itu mulai menarik
perhatian. 5ntungnya mereka memilih meja
di luar, di tempat terbuka. 5dara mengurai
setiap nada emosi yang keluar dari mulut
Tari, hingga tidak tertangkap terlalu jelas.
Tarik urat yang penuh titik didih dari salah
satu pihak itu kemudian diakhiri dengan Tari
menggebrak meja dengan kedua tangan
keras$keras. Ata sampai terperangah.
(9ue selesai sama lo,* desis Tari dengan
gigi gemeretak. Kemudian dia berdiri.
+yaris melompat, Ata menyambar kedua
tangan Tari dan dengan paksa membuatnya
duduk kembali.
(!ekarang lo mau nempatin gue di posisi
yang sama kayak Ari) Iya)* untuk pertama
kalinya suara Ata meninggi. (&ke, gak
papa.* Dia mengangguk. (2o akan ngela#an
Ari di dalam sekolah dan ngehadapi gue di
luar sekolah. -isa)*<
Tari terperangah. Kedua matanya yang
emnatap Ata terbelalak lebar.
(2o ngancem/)* desisnya tajam.
(Iya/* Ata menja#ab sama tajamnya.
Kembali Tari jadi terperangah, (2o pikir
dong, emangnya yang salah tuh siapa)*
(9ue yang salah. "akanya gue minta maa3,
kan) -erkali$kali. Kurang)*
Keterperangahan Tari berubah menjadi
ketidakmengertian. Ditatapnya Ata dengan
kedua mata yang kini jadi menyipit.
Ata menghela napas. (2o tuh gak sadar
situasi ya) ah) 9ak sadar)* tanya co#ok
itu dengan nada agak membentak.
Tari tak menja#ab. Tari masih terpukau
karena ternyata Ata bisa juga galak.
Ata menghela naps lagi. 7ajah galaknya
melunak.. dia lepaskan kedua tangannya
yang mencekal kedua tangan Tari, dan
kembali ke posisi duduk semula.
(2o tau gak apa yang bikin gue bingung)
!ebenernya masalahnya tuh apa sih)
Emang kenapa kalo lo ngaku aja, Tar)*
(Iya, bener,* %io mengangguk, setuju. Dia
berdiri dan kembali ke kursinya semula.
(9ue sependapat sama lo, Kak. +agku aja.
Emang kenapa)*
(9ue gak seneng, tau gak) Dia pingin tau
semua urusan gue. Emangnya dia siapa
gue) +gapain juga apa$apa gue mesti lapor
ke dia)* Tari menja#ab dengan muka
cemberut. (+tar kalo ngue ngaku, iya gue
nangis gara$gara Angga, ntar dia marah,
algi. 9ak terima. +tar dia bilang, ;gak bisa/
2o gak boleh naksir angga. 2o harus naksir
gue. Jadi lo .uma boleh nagis gara$gara
gue/< 9itu pasti dia ntar. !akit ji#a kan tu
orang)*
Ata terta#a pelan.
(1akin lo, Ari akan begitu)*
(1akin banget. !odara kembar lo tuh kan
gak jelas gitu orangnya. 9ue udah tau
banget.*
Ta#a Ata menghilang.
(Kenapa)* tanya Tari ketika dilihatnya Ata
kemudian menatapnya dengan sorot yang
aneh. .o#ok itu tersenyum.
(2o sadar gak) "eskipun teriak$teriak lo
benci dia, sebenernya tuh lo justru ngerti
banget gimana dia0*
Tari tertegun.
888
!etelah pertemuan itu, Tari sedikit melunak.
Tapi dia merasa tak bisa lagi mempercayai
Ata sepenuhnya. Karena itu sekarang Tari
jadi agak malas mengangkat panggilan
telepon Ata. Dan ketika hari ini diangkatnya
panggiloan itu, setelah selama dua hari tidak
dia pedulikan, Tari langsung mendengar
desah napas lega Ata lebih dulu dari sapa
pembukanya.
(Akhirnyaaa0*
(Ada apa)* Tari bertanya dengan nada tak
bersalah.
(Jangan ngambek terus dong, Tar. 9ue jadi
3eeling guilty nih.*
(!iapa yang ngambek sih) 9ue marah, tau.
Kalo gue ngambek mah gampang. 2o beliin
balon, gue juga baik lagi.*
(7aktu itu kan gue udah minta maa3)*
(1aaah0* Tari menarik napas. (-ukan
marah sih. "asih agak dongkol aja ama lo.*
9anti Ata yang menarik napas. (Ketemuan
yuk)*
Kedua alis Tari kontan terangkat. (9ue lagi
sibuk,* ja#abnya pendek. (5dah ya. 5dah
mau bel nih.* Tanpa menunggu ja#aban Ata,
Tari langsung menutup telepon.
-erikutnya, lagi$lagi baru dua hari kemudian
Atri mengangkat panggilan telepon Ata.
(Tar, gue kan udah minta maa3. Kok lo masih
marah sih)*
(!iapa juga yang masih marah) 9ak, lagi.*
(Terus, kenapa lo baru angkat telepon gue
sekarang)*
(9ue sibuk.*
Terdengar Ata menghela napas. Tari gak
peduli.
(Ketemuan yuk)* ajak Ata kemudian.
(-ukannya gue gak mau ketemuan, Ta. Tapi
gue lagi sibuk banget nih. -ener deh.
!umpah.*
(Tapi %io gak sibuk$sibuk amat tuh)*
(%io sama gue beda, lagi.* !ahut Tari
enteng. (Kalo dia emang gak sibuk$sibuk
amat, ya udah lo ketemuan sama %io gih.
+tar juga dia cerita kok sama gue,*
lanjutnya. Tetap dengan nada ringan.
Kembali Tari mendengar Ata menghela
napas. Tapi tetap dia gak peduli. Jujur, di
dalam hati masih tersisa sedikit ganjalan.
Dia masih belum tahu sampai seberapa jauh
Ata bisa dipercayai sekarang.
(&ke deh,* ucap Ata akhirnya. (9ak papa
kalo lo gak bisa diajak ketemuan. Tapi
telepon gue tolong diangkat, ya)*
(Kalo gue lagi gak sibuk, ya.* Tari meringis.
(&ke) Daaah.* Tari langsung emnutup
telepon sebelum Ata sempat menja#ab.
888
9agal membujuk Tari untuk memperbaiki
pertemanan mereka dengan Ata yang jadi
rusak itu, %io mendapati Ata kemudian
berusaha mendekati teman semejanya itu
le#at dirinya.
("m0 gimana ya) "asalahnya lo kan
sekarang udah dianggapnya pengkhianat.
+tar kalo gue bantuin lo, gue jadi
pengkhianat juga dong)*
(2o yakin setelah Ari tau penyebab Tari
nangis #aktu itu, si Angga, maslah udah
selesai)*
(1a gak lah. "alah makin runyam nih
kayaknya.*
(+ah, itu lo tau. Terus sekarang dia mau
minta tolong siapa) Ada co#ok yang mau
terlibat kalo urusannya udah sama Ari)*
(Iya sih,* %io terpaksa membenarkan. (Tapi
mendingan lo tunggu aja deh, Kak. +tar dia
juga baik lagi. Tari tuh kalo marah gak lama
kok.*
(Kalo selama gue nunggu dia diapa$apain
Ari, lo bisa bantu)*<
(+g0* %io meringis. (9ak sih. ,aling$paling
bantu doa doang.*
Di seberang, Ata terta#a pelan.
(Doa tuh eksekusinya di tangan Tuhan, %i.*
(Iya sih.* %io mendesah. (Tapi tetep,
mendingan Kak Ata tunggu aja deh. -ener
kok, Tari itu kalo marah gak lama.*
(-uktinya sama sodar kembar gue lama
banget) !ampe sekarang belum bisa damai
juga tuh)*
(1a jelas aja. !odara kembar lo gila/*
Ata terta#a geli.
(Dia bukan gila. Dia .uma punya cara pikir
yang beda aja sama kebanyakan co#ok
lain.* Kemudian Ata menghela napas.
("asalahnya, %i, semalem Ari nelepon gue.
Dan lo tau apa yang dia bilang)*<
(Apa)* tanya %io seketika.
(Ta, lo gantiin Angga gih. 9ak seru nih kalo
gak ada la#an.*
(Kak Ari ngomong gitu/)* %io memekik tanpa
sadar.
(Iya. Tantangan langsung buat gue tuh. 9ak
mungkin gak gue ja#ab.*
(9itu lon bilang dia gak gila)*
Ata .uma terta#a.
(Jadi gimana)*
("mm0* %io menggigit bibir. (Iya deh.*
Akhirnya dia setuju. 2ebih karena dilihatnya
memang .uma Ata satu$satunya penolong
yang kehadiran dan uluran tangannya bisa
diharapkan se#aktu$#aktu.
,enolong yang lain, yaitu kepsek dan guru$
guru, hanya eksis selama jam sekolah. Di
luar area sekolah adalah rimba yang ganas
untuk Tari. Apalagi setelah Angga memilih
mundur.
(Tapi gue gak janji dalam #aktu dekat ya.
9ue pikirin dulu caranya yang gak bikin Tari
curiga,* ujar %io pelan.
(Iya, gue ngerti. Tapi jangan lama$lama.*
(e$eh.*
(&ke, gue tunggu kalo gitu. Thanks, %i.*
,embicaraan berakhir. %io menghela naps
lalu garuk$garuk kepala.
(,using deh gue,* desisnya.
%io semakin pusing karena kemudian, setiap
tiga panggilannya gak diangkat oleh Tari, Ata
akan langsung mengontaknya. Dan kalimat
yang langsung terdengar adalah0
(Tari lagi ngapain sih, %i) "asuk, kan)*
-ete banget gak sih) Apalagi kalau objek
pertanyaannya ada pas di depan muka. Dan
jeda #aktu yang tidak sampai lima detik
antara berakhirnya bunyi ringtone ponsel
Tari dengan ringtone ponsel %io yang ganti
berbunyi membuat Tari tahu Ata
memindahkan target kontaknya. Tari .uma
nyengir setiap kali %io kemudian meraih
ponselnya itu sambil memandanginya
dengan tatapan kesal.
888
-elum lagi %io berhasil mencari cara untuk
membantu Ata memperbaiki hubungannya
dengan Tari, hari$hari kacau keburu datang.
"uncul mendadak seperti badai padang
pasir. 'entetan peristi#a tak terduga terjadi
dan berlalu, tanpa terprediksi. "emaksa Tari
berlari dari yang satu dan mencari
perlindungan pada yang lainnya.
888
-E2 masuk berbunyi. Tari dan semua
temannya yang masih berada di koridor
melangkah masuk kelas menuju bangku
masing$masing. .e#ek itu langsung
mengeluarkan buku tugas kimianya dari
dalam tas dan meletakkannya di atas meja
dalam posisi terbuka.
!eseorang yang tidak tercatat di kelas itu
ikut melangkah masuk. 2angsung menuju
bangku %io dan menjatuhkan diri di sana.
Tari terperangah.
(Apa nih)* Tanpa mengacuhkan tatap
terperangah itu Ari menarik buku di depan
Tari. (&h, tugas kimia.*
(Apaan sih)/* 'e3leks Tari berusaha menarik
kembali bukunya.
(9ue mau liat lo bener nggak ngerjainnya.*
(+ggak usah sok pinter deh.*
(9ue emang pinter, lagi. Jadi nggak perlo
sok.* Ari menyeringai. (2iat/*
Dalam lima menit #aktu sebelum -u ,ur
sampai, dalam hening yang langsung
tercipta begitu kemunculan sang pentolan
sekolah itu disadari seisi kelas, dalam
atmos3er ketegangan karena mereka sadar
selalu akan terjadi sesuatu, teman$teman
sekelas Tari menyaksikan satu pertempuran,
atau bisa juga dikatakan satu penindasan
atau unjun senioritas, terserah masing$
masing mata yang memandang. Tari yang
berusaha keras untuk merebut kembali buku
tugas kimianya dan Ari yang ngotot?
memaksa untuk mengoreksinya.
Dengan tangan kirinya, co#ok itu
mematahkan setiap usaha Tari. !ementara
tangan kanannya dengan cepat mengoreksi
nomor demi nomor.
(Ini salah... 1ang ini apa lagi, salah banget/
+ah, kalo yang ini baru bener...*
5ntuk ja#aban Tari yang benar, Ari
membuat tanda centang di tengah$tengah
ja#aban. Dengan stabilo ber#arna hijau,
hasil meminjam paksa milik De6i. 5ntuk
ja#aban yang penggunaan rumusnya benar
tapi perhitungannya salah, Ari membuat
gabungan tanda centang dan tanda silang.
"enggunakan stabilo #arna shocking pink.
asil pinjam paksa juga. Kali ini milik &kta.
!ementara ja#aban yang salah, tanpa
ampun Ari langsung membuat tanda silang
dengan spidol merah. asil pinjam paksa
punya Jimmy. !e#aktu menyerahkan spidol
itu pada Ari, #ajah Jimmy penuh ekspresi
rasa bersalah kepada Tari, tapi co#ok itu
sadar dia nggak bisa berbuat apa$apa.
5dah bikinnya pas di tengah$tengah
ja#aban, tuh tanda silang ukurannya nggak
kira$kira pula. Dan seakan belum cukup, di
ba#ah tanda silang itu Ari menulis kata
;salah< dengan ukuran yang bisa bikim orang
buta aksara langsung jadi melek huru3/
Tari ternganga melihat penampilan buku
tugas kimianya kini. -egitu semarak dengan
#arna. -egitu cheer3ul dan ceria. ,anik, dia
berusaha semakin keras menyelamatkan
buku tugas kimianya itu.
(Kak Ari apaan sih/)* bentakannya mulai
di#arnai getaran. Dengan kasar dia
berusaha mengenyahkan tangan Ari yang
memegang spidol merah itu jauh$jauh dari
bukunya.
!ekarang teman$teman sekelas Tari benar$
benar menyaksikan sebuah pertempuran.
Tepatnya pertempuran ilmu silat tangan
kosong. Dengan posisi o33ense dan de3ense.
!atu menyerang membabi buta, sedangkan
yang lain hanya mengambil sikap bertahan.
!atu di#arnai gelagak kemarahan,
sementara yang lain menganggapnya
sebagai permainan yang menyenangkan.
Tari mengulurkan kedua tangannya dengan
posisi kesepuluh jari terarah lurus ke tubuh
Ari. !elain dia berusaha mencegah agar
tugas kimianya tidak berubah menjadi tugas
menggambar taman bunga, dia juga
berusaha mencubit, mencakar, menjambak
rambut, atau mencabik seragam Ari.
Targetnya emang kacau. 1ang penting kena/
!ebenarnya sambil menyerang secara 3isik,
Tari juga sangat$sangat ingin menyerang Ari
secara 6erbal. "enghujaninya dengan caci
maki dan sumpah serapah. Tapi dalam
keadaan terlibat adu 3isik pun dia tahu
dengan pasti bah#a dirinya sudah menjadi
pusat perhatian seluruh mata yang ada. Jadi
tidak perlu semakin mempermalukan diri
dengan menambahnya dengan histeria.
Karena itu terpaksa dikatupkannya kedua
bibirnya erat$erat. Tapi tak urung beberapa
kali ce#ek itu akhirnya tak mampu menahan
diri. -entakan, jeritan, cacian, keluar dari
mulutnya. !ayangnya itu justru membuat Ari
malah tambah bersemangat menggodanya.
Kemarahan yang benar$benar sudah
sampai di puncak kelapa membuat Tari
beberapa kali nyaris mampu menembus
pertahanan Ari. "engakibatkan co#ok tiu
akhirnya dengan tegas menunjukkan
posisinya dalam hierarki sis#a di !"A
Airlangga. -ah#a dirinya ada di puncak
piramida/
Ari meletakkan spidol merah yang
dipegangnya dan dengan kedua tangan
dihabisinya perla#anan Tari. Dicekalnya
kedua tangan ce#ek itu tepat di
pergelangan kemudian ditekannya di atas
permukaan meja kuat$kuat.
Dan berakhirlah sudah... ,ertempuran silat
tangan kosong itu hanya berlangsung tidak
lebih dari dua menit/
Keduanya saling tatap. Kedua bola mata
hitam Ari mengunci bening cokelat tua
kedua manik mata Tari. Dibalasnya bara
kemarahan yang meletup di kedua mata itu
dengan sorot lembut. -aginya ce#ek ini
selalu menyenangkan apa pun reaksinya.
(Kimia lo parah banget. 2ain kali kalo ada
tugas lagi, kasih tau gue ya. +tar gue
ajarin,* ucapnya. Dengan suara selembut
sorot kedua matanya.
Teman$teman ce#ek sekelas Tari langsung
klepek$klepek. Di mata mereka?sumpah
demi Tuhan/?Kak Ari emang keren abis.
T#o thumbs up deh/
anya %io, yang duduk berimpitan berdua
+yoman di bangku +yoman, satu$satunya
ce#ek yang tetap bisa memandang Ari
tanpa terlalu terkagum$kagum.
Kembali Ari mengoreksi tugas kimia Tari.
Dan tu co#ok kayaknya emang jago kimia,
karena dia mengoreksi dengan cepat.
anya dengan satu tangan, karena tangan
kirinya mencekal kedua pergelangan tangan
Tari kuat$kuat di atas meja, kembali
dibuatnya tanda centang, silang, dan silang$
centang dengan stabilo #arna$#arni di buku
Tari.
Tapi ternyata masih ada tindakan Ari yang
lebih parah lagi.
(1ang ini ngaco banget. Ja#aban asal. .k,
ck, ck.* .o#ok itu menggelengkan kepala
sambil berdecak.
Dan untuk ja#aban yang menurutnya ngaco
banget itu, langsung dia urek$urek. Kata
yang berasal dari bahasa Ja#a untuk
gerakan mengarsir heboh. 1ang sampai
menutupi sebuah objek di atas kertas.
Tari sampai nyaris menangis, melihat buku
tugas kimianya yang sekarang terlihat bak
lukisan abstrak hasil karnya seorang
maestro. -uat yang nggak paham lukisan,
hasil ulah Ari itu kelihatan mirip karya Ashile
9orky deh. Atau Jackson ,ollock. Atau
pelukis$pelukis aliran abstrak yang lain.
1ang hasil karya mereka di mata banyak
orang memang lebih sering terlihat seperti
gambar urek$urek tanpa objek yang jelas.
-u ,ur memasuki ruangan dengan tatapan
heran, karena tidak biasanya para murid
bisa tenang tanpa kehadiran guru di kelas.
Tak lama dia tahu penyebab suasana di
ruang kelas itu begitu tertib. !eketika
ekspresi #ajahnya menjadi kaku.
(Kenapa kamu di sini)/* Ditatapnya Ari
dengan pandang dingin.
(,endalaman materi, -u.* !eperti biasa, Ari
menja#ab dengan nada santai. Apalagi ibu
guru satu ini masuk dalam kategori jajaran
guru$guru yang sama sekali tidak dia takuti.
.o#ok itu melepaskan cekalan tangannya di
kedua pergelangan tangan Tari.
Ekspresi muka Tari yang seperti menahan
tangis menbuat guru muda itu kemudian
menghampiri meja salah satu murid #alinya
itu. !eketika dia terpana mendapati kondisi
buku Tari. !epertinya dia juga sependapaat
bah#a hasil ulah Ari itu di mata a#am
sekelas pelukis$pelukis abstrack
ecpressionism.
(!aya bantuin Ibu. Tugas Tari baru aja
selesai saya periksa. +i anak kimianya
parah banget, -u,* Ari menjelaskan dengan
nada seolah$olah dengan melakukan itu -u
,ur akan meluluskan permintaannya. -u
,ur pilih untuk tidak mengacuhkan ucapan
Ari itu.
(Kalau mau ikut ,", kamu cari ,ak !ugi
sana,* -u ,ur menyebutkan nama seorang
guru kmia kelas sepuluh yang lain, yang
memang mengurusi masalah pedalaman
materi untuk sis#a kelas dua belas, khusus
untuk mata pelajaran kimia.
(9aring, -u, kalo gurunya co#ok. +ggak
bikin semaangat. -ukannya jadi inget lagi
sama pelajaran kelas sepuluh, yang ada
saya malah lupa total nanti. !ama Ibu aja
deh. Kalo sama Ibu saya pasti semangat.
,asti langsung inget lagi. Jadi Ibu
neranginnya juga nggak perlu lama$lama.*
"eskipun mereka sudah terlalu sering
mendengar dan melihat langsung sepak
terjang sis#a yang paling bermasalah
sekaligus paling berkuasa di sekolah ini, tak
urung teman$teman sekelas Tari ternganga$
nganga menyaksikan itu.
'aut #ajah -u ,ur semakin kaku. !ejak
dulu sis#a satu itu memang sudah menjadi
momok baginya.
!etelah beberapa detik yang memang
sengaja dia biarkan berlalu, memberikan
kesempatan kepada -u ,ur untu membalas
kata$katanya dan ternyata ibu guru ini
bungkam, dengan senyum tipis Ari bangkit
berdiri. -atas toleransinya untuk menggoda
-u ,ur memang sampai di sini. .ukup
sampai membuat #ajah guru lajang yang
cantik ini?dan betisnya indah pula?dingin
dan kaku.
!oalnya, -u ,ur sebenarnya nggak galak.
Dia .uma sok galak karena tuntutan
pro3esinya. Juga karena ibu guru cantik ini,
perbedaan usianya dengan para muridnya
tidak mencapai sepuluh tahun, sudah terlalu
sering jadi sasaran godaannya dulu?saat
dua tahun yang lalu beliau ketiban sial
menjadi #ali kelas Ari.
anya dengan senyum tipis itu, tanpa kata
sama sekali, Ari membungkukkan
punggungnya sedikit lalu melangkah keluar
kelas.
Diam$diam -u ,ur menarik napas lega.
Dengan suara ber#iba#a, tanpa merasa
#as#as lagi #iba#anya itu akan ada yang
menggerogiti, diperintahkannya murid$murid
di depannya, yang sebagian besar masih
ternganga$nganga menatap tempat Ari
menghilang, untuk membuka buku masing$
masing.
888
Kemunculan Ari di kelas dan tugas kimianya
yang berubah menjadi lukisan abstrak
penuh #arna, membuat Tari?untuk pertama
kalinya setelah pertemanannya dengan Ata
memburuk?mengontak co#ok itu lebih
dulu.
-egitu bel istirahat berbunyi, Tari
menyambar ponselnya dari dalam laci dan
bergegas keluar kelas menuju koridor depan
gudang. -egitu Ata mengangkat
panggilannya, pengaduannya langsung
meluncur deras, dengan intonasi seolah$
olah Ata mempunyai andil terhadap apa
yang dilakukan Ari terhadapnya tadi pagi.
!eperti biasa, Ata mendengarkan dengan
sabar. !etelah rentetan pengaduan penuh
emosi dan amarah itu akhirnya selesai, baru
Ata buka suara.
(Kita ketemu, ya)* ajaknya
(+ggak ah. 9ue masih kesel banget nih.
5bun$ubun gue masih berasep/* Tari
langsung menolak. (Kak Ari tuh, kalo aja
badannya segede gue, udah gue banting$
bantung, kali/*
Ata terta#a geli.
("akanya kita ketemuan, untuk ngebahas
ini. 1a)* bujuknya dengan suara lembut.
(+ggak. +ggak penting.*
(Kalo nggak penting kenapa lo telepon
gue)*
("au ngasih tau aja.* !etelah mengatakan
itu, Tari langsung menutup telepon. (Kembar
ngeselin/* gerutunya sambil memasukkan
ponsel ke dalam saku.
!etelah telepon pengaduannya yang lebih
tepat disebut telepon protes keras itu, yang
dia tujukan kepada orang yang tidak
bersalah?karena jika dia tujukan kepada
oknumnya langsung Tari tahu dengan
sangat jelas dia hanya akan mengundang
serentetan bencana datang mendekat?
kembali ce#ek itu tidak memedulikan
panggilan telepon Ata.
1ang penting dia sudah meluapkan
emosinya sampai puas. Kalau dibilang salah
alamat, seperti yang dikatakan %io, Tari
sama sekali nggak merasa dia sudah salah
alamat. Ata kan kembaran si biang kerok itu,
jadi #ajar banget kalo dia kena imbasnya.
!iapa suruh jadi sodara kembarnya@
888
Dua hari kemudian, saat jam istirahat
pertama, %io mengerutkan kening ketika
layar ponselnya memunculkan nama Ata,
karena sebelumnya dia tidak mendengar
ponsel Tari bersuara. .e#ek itu bangkir
berdiri lalu berjalan menjauhi kerumunan.
(alo)*
(Tari masuk, %i)* tanya Ata langsung.
("asuk.*
(2agi ngapain dia)*
(+gobrol aja sama temen$temen.*
(Tolong bilangin dia dong. Tolong angkat
telepon gue. Ada yang mau gue omongin.
,enting. ,lease banget. !ekali ini aja kalo
emang dia udah nggak mau ngangkat
telepon gue lagi. -ilang gitu, %i.*
(&ke deh.* %io mengangguk
(Thanks banget, %i. !ori ngerepotin elo
terus.* Ata menarin napas lega.
(+ggak pa$pa. !antai aja.*
!ambil memandang Tari, %io menekan
tombol bergambar telepon merah.
(Tar,* panggilnya. Tari menoleh. (!ini bentar
deh.*
Tari bangkit berdiri lalu menghampiri %io
dengan kening berkerut heran.
(Apa)*
(Ata barusan telepon. Dia mau telepon elo.
Tolong diangkat, katanya. !oalnya penting
banget.*
(Ada apa sih)* nada suara Tari langsung
terdengar malas.
(1a mana gue tau lah. Dia .uma ngasih tau
itu. Angkat deh, Tar. Kali aja emang ada
yang penting.*
(Akal$akalan dia aja paling, bilang ada yang
penting.*
(Dia bilang, ini yang terakhir. Kalo emang lo
udah nggak mau ngomong lagi, ini yang
terakhir dia telepon elo. Katanya gitu tadi.*
Tari terdiam sesaat.
(Iya deh,* ucapnya akhirnya.
-aru saja Tari selesai ngomong, ponselnya
menjeritkan ringtone bah#a Ata menelepon.
Dikeluarkannya benda itu dari saku kemeja.
(Apaaa...)* tanyanya dengan nada malas.
(Tar, gue udah tau di mana rumah Ari/* bisik
Ata. Tari tersentak.
(ah/) !erius lo/) Di mana/) Di mana/)*
Tari langsung berseru histeris.
!emua kepala yang ada di kelas seketika
terangkat, menatap Tari lurus$lurus. .e#ek
itu tersedar. -uru$buru dia berlari keluar
kelas, menuju koridor di depan gudang. %io
bergegas mengikuti. -egitu sampai sana,
Tari langsung menempelkan kembali
ponselnya ke telinga.
(Apa, Ta) 5langin dong. Tadi gue ada di
kelas.*
(Jangan sampai ada yang denger, Tar/*
seketika Ata berseru cemas.
("akanya gue kabur duluan. Aman
sekarang. 9ue ada di koridor depan
gudang. +ggak bakalan ada yang bisa
nguping.*
(9ue udah nemu rumahnya Ari.*
(Di mana/)*
(9ue nggak tau nama daerahnya. Tapi gue
tau lokasinya.*
(Kok lo bisa tau) 9imana ceritanya)*
(Kemarin gue kuntit Ari, pas pulang
sekolah.*
(Jadi lo kemaren di Jakarta) Kok nggak
ngabarin gue)*
(2o bukannya masih marah)* goda Ata
telak. !ontak muka Tari jadi merah
meskipun co#ok itu nggak ada di depannya.
(+ggak ah. 2o aja yang terlalu
berprasangka.*
(2o kan sekarang nggak mau ngangkat
telepon gue lagi.*
(2o kan tadi telepon ke %io, bukan gue.
+ggak mungkinlah gue ngangkat telepon
orang. +ggak sopan, tau. .oba tadi lo
langsung telepon gue, pasti bakalan 3ue
angkat deh. +ggak perlu minta tolong %io
dulu,* ucap Tari panjang lebar, sambil
meringis. %io mencibirkan bibirnya.
(Dasar/ -isa banget lo ngelesnya ya.* Ata
terta#a pelan.
(ehehe,* Tari menyuarakan ta#anya dalam
bentuk suku kata. (Terus) Terus) 'umahnya
gimana) Eh, maksud gue, kenapa dengan
rumahnya sih) Kok sampe nggak ada satu
orang pun yang dia biarin tau, gitu.*
(+ggak kenapa$kenapa. "aksud gue, nggak
ada yang aneh sama rumahnya. 9ue juga
nggak ngerti. "akanya ntar gue mau ajak lo
ke sana. -arangkali aja ada yang lolos dari
mata gue. !oalnya yang ketemu dia hampir
setiap hari kan elo.*
(&h ,gitu) &ke/ &ke/* Tari langsung setuju.
(+tar siang begitu bel, lo langsung cabut ya.
,ake taksi aja. Tunggu gue di depan mal
yang #aktu itu. Di pinggir jalan aja. +ggak
usah masuk.*
(Jauh amat)*
(Ke rumah Ari deketan dari situ daripada
dari sekolah lo. 2agian berisiko kalo gue
jemput elo di sekolah.*
(9itu ya) &ke deh. +tar siang gue langsung
jalan.*
,embicaraan mengejutkan itu berakhir. Tari
menatap %io dengan sepasang mata
berkilat.
(Ata berhasil nemuin di mana rumah Kak
Ari/* desisnya pelan.
(!erius/) !umpah lo/)* seru %io tertahan.
Kedua matanya sontak terbelalak lebar.
(Iya/* Tari mengangguk kuat$kuat. (+at siang
dia ngajakin gue ke sana.* Kedua matanya
kembali berkilat. (Jadi pengen tau, apa sih
yang diumpetin tu orang/*
(Kayaknya bakalan makin ru#et urusannya
nih/* desis %io melihat kilatan sepasang
mata itu
888
-egitu bel pulang berbunyi dan guru
meninggalkan ruangan, Tari dan %io
langsung berlari keluar kelas. "ereka turuni
anak tangga dua$dua sekaligus. Di empat
anak tangga terakhir mereka bahkan
melompatinya dan langsung berlari ke arah
koridor.
(-renti, Tar/ -renti/ -renti/* seru %io
tertahan. .e#ek itu menghentikan larinya
dengan mendadak. Disambarnya tubuh tari
dan langsung ditariknya ke balik tembok.
(Ada Kak Ari/* bisik %io tegang.
Tari terkejut. ,erlahan dia mengintip ke arah
koridor utama. -enar saja. Ari sedang
berjalan diapit 'idho dan &ji. Ketiganya
sedang terlibat pembicaraan serius yang
dilakukan sambil berjalan. Terpaksa mereka
menunggu sampai ketiga co#ok itu berlalu.
Tapi pembicaraan serius itu kemudian
membuat ketiganya berhenti melangkah.
!etelah beberapa saat berdiri dengan posisi
saling berhadapan, ketiga co#ok itu kembali
ke arah semula.
(Kok mereka malah nggak jadi pulang)*
bisik Tari saat melihat ketiganya menghilang
ke koridor yang menuju tangga ke area
kelas dua belas. (Ah, bodo amat. -ukan
urusan gue. 1uk, %i. -uruan kabur.*
Keduanya bergegas meninggalkan dinding
tempat mereka sembunyikan tubuh. Dengan
langkah$langkah cepat, nyaris setengah
berlari dan sambil menyeruak sana$sini
karena bel usai sekolah yang belum lama
berbunyi membuat koridor dan jalan yang
menuju gerbang jadi penuh manusia,
keduanya berusaha secepatnya keluar dari
area sekolah.
"ereka hentikan taksi kosong yang pertama
le#at dan langsung meloncat ke dalamnya.
!ampai di tujuan ternyata Ata sudah
menunggu. .o#ok itu berdiri gelisah di
sebelah E6erest hitamnya, yang diparkirnya
di pinggir jalan di seberang mal. Dua lensa
gelap menutupi kedua matanya.
-egitu sebuah taksi berhenti di seberang
jalan, paralel dengan mobilnya, co#ok itu
bergegas menyebrang. Dibukanya pintu di
sebelah Tari.
(Aman)* tanyanya langsung.
Tari mengangguk. (Tadi sih nyaris aja
papasan sama Kak Ari. Tapi kami buru$buru
ngumpet. Tu orang sekarang masih di
sekolah. !ama sohib$sohibnya yang rese
juga.*
(-agus deh. -erarti ada kemungkinan dia
nggak langsung pulang.*
Ata mengulurkan tangan kirinya, meminta
Tari untuk keluar dari taksi dengan bahasa
tubuh. Tari menyambut uluran tangan itu.
-egitu Tari telah keluat, Ata
membungkukkan tubuh. Ditatapnya %io.
(Ada yang mau gue omongin ke elo, %i.*
!esaat kedua mata %io menyipit. Dia batal
turun. Ditutupnya kembali pintu taksi yang
sudah dibukanya.
(&ke.* %io mengangguk kecil. "enja#ab
dengan nada seperti sudah menduga. Ata
menggandeng Tari menyeberangi jalan
menuju mobilnya diparkir.
(2o tunggu sini bentar, Tar. Ada yang mau
gue omongin sama %io,* ucapnya setelah
Tari masuk mobil dan duduk di jok kiri
depan.
(Ada apa sih)* Tari bertanya heran. Ata
hanya tersenyum, tidak menja#ab.
Ditutupnya pintu di sebelah Tari lalu
dibukanya pintu tengah. Dari atas jok,
diambilnya sebuah tas kresek putih.
Dengan bingung Tari memperhatikan Ata
yang menyeberangi jalan sambil menenteng
tas plastik itu, lalu menghilang ke dalam
taksi tempat %io masih duduk di dalamnya.
%io menyambut kedatangan Ata yang
senyum tipis. (9ue udah tau lo mau
ngomong apa,* ucapnya kalem.
(&h, ya)* Ata melepas kacamata
hitamnya,terlihat surprise. (Apa)*
tantangnya.
!enyum %io melebar. (bertiga emang
keramean sih.*
!eketika kedua bola mata Ata yang sehitam
saudara kembarnya, menajam. Ditatapnya
%io dengan kekaguman.
(Ternyata lo pinter ya,* ucapnya jujur. (!ori
banget, %i.*
(!antai aja, lagi. 9ue udah ngira kok. 5dah
lama.*
(+ih buat elo.* Ata mengangsurkan tas
plastik yang diba#anya.
(Apaan nih)* %io menerima dengan penuh
rasa ingin tahu. Dari aroma yang menguar
serta kotan cantik di dalamnya, dia sudah
bisa menduga$duga. Tapi tetap saja ketika
dibukanya kotak itu, ce#ek itu berdecak dan
kedua matanya sontak berbinar$binar.
!ebuah cake keju yang benar$benar yummy.
-ikin liur nyaris menetes saat itu juga. Dari
tiga barus tulisan kecil di salah satu sisi luar
kotak, diketahui cake itu buatan hotel
bintang lima ternama di Jakarta. Jadi
mendingan jangan tanya berapa harganya.
%io berdecak dalam hati. 7ah, kalo cara
ngusirnya begini sih nggak bakalan ada
orang yang bisa tersinggung apalagi sakit
hati. 1ang ada malah pada seneng dan jadi
berharap sering$sering diusir.
(Kalo ada yang lagi lo pingin, bilang aja, %i.*
(Kalo ada yang lagi gue pingin)* %io
mengangkat muka. Ditatapnya Ata dengan
kening berkerut. (Apa nih maksudnya) Jadi
selain ni kue, ada lagi, gitu)*
(Itu kan gue ambil gampangnya aja.
Kebanyakan ce#ek kan doyan banget sama
keju dan semua yang berbau$bau keju.*
(-erarti boleh dong kalo gue minta yang
mahal) !oalnya yang lagi gue pingin
harganya mahal.*
(-oleh aja,* Ata menja#ab santai, (kalo lo
nggak ngerasa kayak udah ngejual temen.*
!eketika %io meringis lebar.
(-isa banget lo,* ucapnya. Kemudian dia
menggeleng. (Ini udah cukup kok. .ukup
banget. 1a udah, pergi sana. Kalian kan lagi
buru$buru.*
(Thanks banget. 2o emang bener$bener
temen the best.* Ata mengulurkan tangan
kirinya. Ditepuk$tepuknya bahu %io sesaat.
!eperti kebiasaannya, co#ok itu
meninggalkan sejumlah uang untuk ongkos
taksi baru kemudian keluar. Ditunggunya
sampai taksi itu pergi baru diseberanginya
jalan, menuju mobilnya diparkir.
Tari, yang karena bingung melihat tindakan
Ata jadi terus memperhatikan lekat$lekat dari
tempat duduknya, langsung bertanya begitu
co#ok itu masuk mobil.
(%io kenapa pulang)*
(9ue yang nyuruh.*
(Kenapa)*
(-ahaya.*
(-ahaya gimana) Kita kan .uma mau liat
rumah Kak Ari. -ukan mau bertamu ke
sana.*
Ata mengenakan seatbelt lalu
menghadapkan tubuhnya ke Tari.
(2ebih sedikit yang tau, lebih baik. .ukup
buat %io, dia tau lo tau rumah Ari. 9itu aja.
Dengan gitu dia nggak nanggung risiko apa
pun.*
(Iya sih.* Tari terpaksa membenarkan
kalimat Ata itu. (Tapi nggak pa$pa tuh dia lo
suruh pulang gitu) Dia nggak marah, kan)*
(+ggak. ,ersoalannya, gue nggak bisa
ngelindungin dua ce#ek sekaligus. !atu aja
udah kerepotan.*
("aksud lo gue, gitu) Emang sejak kapan lo
ngelindungin gue) 1ang ada juga gue
hadapin Kak Ari sendirian. !ok pahla#an
deh lo.* Tari mencibir.
Ata menyeringai.
(!eatbelt,* ucapnya pendek. Kemudian
dikenakannya kembali kacamata hitamnya
lalu diputarnya kunci. E6erest hitam itu pun
bergerak meninggalkan tempat itu.
-egitu mobil bergerak, Tari langsung tegang.
(Jauh nggak)*
(Dua puluh menitlah kira$kira.*
(Deket dong)* Dia terbelalak. Ata
mengangguk. ("akanya gue pilih nunggu di
sini daripada jemput lo ke sekolah.*
Tak sampai dua puluh menit, mobil
memasuki ka#asan perumahan me#ah.
!ebuah jalan aspal yang diapit tanaman
hias di kiri$kanan bahkan sudah menyambut
jauh sebelum mobil mele#ati gapura megah
bertuliskan nama perumahan itu. Dan
tanaman$tanaman itu terlihat jelas ditangani
oleh orang$orang yang mempunyai keahlian
di bidang pertamanan.
(Di sini)* tanya Tari. Tanpa sadar jadi
berbisik.
Ata mengangguk. (2o ha3alin nama
perumahannya.*
Tari langsung menengadahkan kepala.
!ebuah kata asing terpahat di gapura
megah itu. Dengan bentuk huru3 yang penuh
dengan ukiran cantik yang rumit tapi harus
diakui, sangat cantik.
!I!TI+E.
(Apa tuh artinya)* tanyanya bingung. (+ama
ce#ek, ya) Kayak .hristine, gitu)*
Ata menggeleng. "ukanya terlihat tegang.
(-ukan. 9ue udah bro#sing di internet. Itu
diambil dari salah satu mahakarya
"ichelangelo -uonarroti. Kapel !istine.
2ukisan di langit$langit. ,ernah denger
nggak)*
(+ggak.* Tari geleng kepala.
(1ang bikin patung Da6id.*
(&oooh,* Tari ber$oh panjang. (Dia)*
tanyanya takjub.
(Iya.*
(.k, ck, ck. 5dah kayak nggak ada nama
Indonesia yang pas aja,* Tari berdecak
sambil geleng$geleng kepala. (Kalo
namanya aja udah diambil dari karya seni
superngetop gitu, rumah di sini pasti
harganya mahal$mahal ya.*
(!iap$siap/ !iap$siap/* Ketegangan
membuat Ata tanpa sadar jadi bicara
dengan suara berbisik.
"ereka telah memasuki ka#asan
perumahan me#ah itu. Tari terpukau.
Takjub. ,ersis seperti dugaannya. Deretan
rumah yang dile#atinya benar$benar
me#ah. Arsitekturnya beragam. -ahkan
tidak ada dua ruamg yang punya model
yang sama. !etiap rumah berbeda/
ampir setiap rumah juga memiliki petugas
sekuriti pribadi. Dengan model pos jaga
yang juga sama kerennya dengan rumah
sang majikan.
(!iap$siap, Tar/* bisik Ata. (Di depan nanti
kita belok kanan. +ggak jauh dari situ.
'umah ketiga atau keempat. 9ue lupa.
Dindingnya bata krem. ,agarnya item.*
(&ke.* Tari menarik napas. Ketegangannya
ikut memuncak.
E6erest hitam itu kemudian berbelok ke
kanan dengan gerakan tajam. Tari sampai
berpegangan kuat$kuat ke sandaran jok
dengan kedua tangan.
(Kiri atau kanan)* bisiknya.
("mmm...* !esaat Ata kehilangan daya
ingatnya. (Kanan/*
Tari langsung menghadapkan tubuhnya ke
kanan. ,unggungnya tegak. Dia siagakan
kedua matanya.
(,agar item. Temboknya bata krem,*
gumamnya. Juga langsung menyiagakan
konsentrasinya. Keempat ban E6erest hitam
itu berputar cepat. !atu detik yang seperti
satu kedipan mata. -enar$benar sekilas.
-etul$betul sekelebat.
Dan itulah dia. Tempat paling misterius di
bumi///
Tari nyaris tersedak napas kekagetannya
sendiri.
(2agi/ 2agi/* serunya tertahan. (,uter balik/*
Ata menginjak rem. Diputarnya mobil.
.o#ok itu lalu mengambil sikap seperti akan
melakukan start di arena reli. !atu tindakan
yang jelas dilakukannya tanpa sadar.
(!iap, ya/)* desisnya.
(!iap/ !iap/* Tari mengangguk kuat$kuat.
Kembali, satu detik yang seperti satu
kedipan mata. Tapi karena kali ini rumah itu
berada di posisi kirinya dan ada jarak yang
berkurang selebar satu ruas jalan ditambah
satu setengah meter pembatas yang
ditanami pepohonan, Tari bisa melihat
rumah itu lebih jelas.
!eketika dia terpaku. "embeku takjub.
Terpukau dalam kejut pesona. Kedua
bibirnya bahkan sampai ternganga. 'umah
itu... tidak ada kata yang tepat yang bisa
digunakannya untuk menggambarkan
rumah Ari itu. Keren banget. !umpah/
Ada sebuah taman di halaman depannya.
1ang meskipun tidak terlalu besar, lagi$lagi
sumpah, bagus banget. ,enuh dengan
bunga aneka jenis dan #arna. Indah, tertata.
Jelas terlihat, pemilik rumah mempekerjakan
orang yang ahli di bidang pertamanan.
Karena selain terbentuk harmoni dalam
#arna, juga tercipta keselarasan dalam
bentuk dan tata letak dari setiap jenisnya.
Tapi yang membuat Tari terpukau dan kedua
matanya lansung terkunci di objek itu
adalah, adanya satu jenis bunga yang
mendominasi taman itu. Tegak dengan
angkuh di tengah bunga$bunga lain yang
sepertinya memang sengaja dipilih dari
jenis$jenis yang tidak terlalu tinggi. -unga itu
adalah bunga matahari/
ampir dua ratus meter jauhnya, baru Ata
menginjak rem.
(Itu/)* Tari bertanya dengan suara
mendesis. Dengan mulut yang masih
ternganga dan kedua mata terbeliak lebar.
(Itu rumahny/)* desisnya lagi.
(Iya.* Ata mengangguk. "enja#ab dengan
suara lirih. "ukanya pucat. Tari bukannya
tidak menyadari pucatnya #ajah Ata itu. Dia
nggak yakin mukanya sendiri masih baik$
baik saja sekarang. !epertinya pucat juga.
(2iat lagi dong, Ta.*
(2agi)* Ata mengangkat kedua alisnya
tinggi$tinggi.
(,enasaran nih. 2o nyetirnya cepet banget
sih.*
(2ast time, ya)*
Tapi Tari tidak mendengar ucapan Ata itu.
Kembali Ata memutar mobilnya. Kembali
satu detik yang seperti satu kedipan mata.
+amun kali ini Tari menggunakan satu detik
itu dengan sebaik$baiknya. Dia
memaksimalkan kekuatan konsentrasinya.
Dia memaksimalkan 3ungsi penglihatan
kedua matanya. ingga ketika E6erest
hitam yang dikemudikan Ata itu kembali
melesat di depan rumah me#ah saudara
kembarnya, Tari berhasil merekam dalam
memorinya, hampir semua detail tampak
depan rumah Ari yang terle#at dalam dua
kali pengamatan sekelebat sebelumnya.
Dua patung laki$laki berukuran kira$kira
enam pulih sentimeter dan bergaya 1unani
klasik menghiasi pintu gerbang rumah
me#ah Ari. Di bagian atas, kiri dan kanan.
"embuat kedua mata Tari seketika melebar,
berusaha melihat lebih jelas. !ayangnya itu
tidak mungkin dilakukan pada saat mobil
dalam keadaan terus bergerak cepat.
(-renti bentar, Ta,* pintanya.
(2o cari mati, ya) +ggak/* Ata langsung
menolak mentah$mentah. .o#ok itu bahkan
kemudian menghentikan mobilnya lebih jauh
lagi dari tempat dia memutar tadi.
(Ada patung di pintu gerbang. Dua,* desah
Tari takjub.
(Itu 9erbang elios,* ucap Ata dengan
suara berat.
(Ada namanya)* Tari menoleh lalu menatap
Ata dengan kedua alis terangkat tinggi$
tinggi. (.k, ck, ck. 9erbangnya aja dikasih
nama.*
(-ukan gerbangnya yang pake nama. Itu
nama patungnya. Karena ada dua patung
elios itu, makanya pintu gerbangnya
disebut 9erbang elios.*
(&oooh,* Tari ber$oh panjang. Kedua
bibirnya sampai maju. (Kenapa patungnya
dikasih nama elios) -ukan nama yang
lain, gitu) !ecara patung aja dikasih nama,
ya)*
Ata memutar kedua bola matanya.
(-ukan patung yang dikasih nama,* ucapnya
dengan sabar. (Itu emang patung 3igur
elios. elios itu De#a "atahari 1unani
Kuno.*
(&oooh,* sekali lagi Tari ber$oh panjang. Kali
ini dengan sorot kagum di kedua matanya
yang menatap Ata. (Kok elo tau)*
(1a taulah. Itu udah pasti proyek bokap gue.
1ang pemuja matahari tuh dia. -ukan
+yokap.*
(&oooooh.* Kembali Tari ber$oh panjang.
Kali ini sambil mengangguk$anggukkan
kepalanya. (-alik lagi dong, Ta. Jadi pingin
liat tu patung lebih jelas.*
(9ila lo. Kita udah tiga kali bolak$balik, tau/*
("asa sih) Iya, ya) Kok gue nggak sadar)*
(Jelas aja. 2o sibuk terkesima sama rumah
Ari.*
(Abis bagus banget sih.*
(Kita cabut aja, Tar. ,erasaan gue nggak
enak nih. Takutnya Ari mendadak nongol.
Kalo soal elios, lo bisa bro#sing di
internet. Ketik aja elios. Atau "itologi
1unani, pasti ada. Kalo nggak, ntar gue
pinjemin bukunya. Tapi bahasa Inggris.
"itologi 1unani 2engkap.*
(&ke deh.* Tari langsung mengangguk.
!eketika Tari sadar, mereka bukan sedang
melakukan kunjungan #isata yang santai
dan tanpa risiko. Ini kunjungan diam$diam,
tanpa undangan dari pemilik rumah. Jadi
justru amat sangat berisiko.
Ata menginjak pedal gas. E6erest hitam itu
segera melesat meninggalkan kompleks
perumahan me#ah itu.
Di tepi sebuah jalan yang lengang, co#ok itu
menepikan mobil. Keheningan segera
menyelimuti. Ata dan Tari sama$sama duduk
diam dengan pandangan lurus ke depan tapi
tanpa 3okus.
Ata yang memecahkan keheningan itu
beberapa saat kemudian. Dia menoleh.
Ditatapnya Tari yang terdiam di sebelahnya.
(Kaget)* tanyanya lunak.
(-anget,* desah Tari. (9ila ya rumahnya.
Keren banget.* Kemudian dia menggeleng$
geleng. (9ue rasa karena itu dia nggak mau
ada yang tau di mana rumahnya. 'umah
keren banget gitu. !iapa juga yang nggak
bakalan jadi keranjingan dateng)* Tari
berspekulasi.
(9itu, ya)* Ata tersenyum, agak geli.
(Iyalah. 9ue juga kalo punya temen yang
rumahnya keren abis kayak gitu, terus boleh
dijadiin tempat nongkrong, atau nggak
bakalan mau pulang, kali.*
Ata terta#a pelan.
(Jadi menurut lo, itu alasan Ari nggak mau
ngasih tau siapa pun di mana rumahnya)*
(Iya.* Tari mengangguk. (,asti itu.*
Ata mengangguk$angguk. Tiba$tiba dia
berseru kaget. Di susul satu tangannya
menepuk dahi.
(1ah, lupa kan/* -ur$buru dia memutar
kunci, menghidupkan mesin mobil. (9ue ada
bimbel sore ini, Tar.*
(2o tuh rajin banget, ya) -imbel melulu. Kak
Ari gue liat nyantai$nyantai aja tuh.*
Ata terta#a pelan.
(Dari kecil kami emang udah banyak banget
bedanya. .uma sama di 3isik aja.*
Ata segera memba#a mobilnya
meninggalkan tempat itu. Tari takjub bah#a
ternyata co#ok itu mengenal baik jalan$jalan
di kota Jakarta.
(2o tau banget jalan$jalan di Jakarta, ya)*
Keheranannya terlontar juga.
(!ebaik gue tau jalanan -ogor.* Ata
menoleh sekilas. (Jakarta kan deket sama
-ogor. 2agi pula gue emang sering ke sini
karena temen$temen gue di sini banyak.*
Kedua alis Tari menyatu saat kemudian Ata
menghentikan mobilnya tepat di mulut jalan
kecil yang menuju rumahnya. ,adahal
ketika co#ok ini dulu bertanya di mana
rumahnya, Tari ingat hanya dia
menyebutkan alamat yang tidak terlalu
detail.
("au tau gimana cara gue bisa tau rumah
lo)* Ata menoleh lalu tersenyum lebar.
(9imana)* tanta Tari seketika.
(Kemaren #aktu gue kuntit Ari, dia le#at
sini. Terus berenti di sini. Tepat di sini.*
Kedua mata Tari sontak melebar. (!erius
lo)* tanyanya tak percaya.
(Iya. Dia ngeliat ke situ.* Ata menunjuk jalan
kecil di sebelah kirinya dengan dagu. (Dia
berenti di sini, ngeliat ke jalan itu. 2umayan
lama. Ada kali lima menitan. 9ue langsung
nebak, jangan$jangan rumah lo di sini.
Ternyata bener.*
"elihat ekspresi muka Tari yang kaget,
cemas, dan takut berbaur jadi satu, ta#a
geli Ata meledak.
(!ori. Kalo soal dia nongkrongin elo, gue
nggak bisa bantu apa$apa, Tar. Itu hak dia,*
ucapnya meminta maa3. Kemudian co#ok
itu mengulurkan tangan kirinya dan
menepuk satu bahu Tari dengan lembut.
(!ori banget, Tar. -ukannya ngusir, tapi
beneran gue lagi buru$buru.*
(&h/* Tari tersadar. (!ori, lupa.* -uru$buru
dilepasnya seatbelt lalu dibukanya pintu di
sebelahnya.
('umah lo jauh nggak)* tanya Ata dengan
nada kuatir. Dia tundukkan kepala, melihat
ke ruas jalan menuju rumah Tari itu.
(+ggak gitu jauh kok. Kira$kira dua ratus
meter deh,* ja#ab Tari sambil melompat
turun.
(9ue tuh pantang nurunin ce#ek di tengah
jalan.*
(2o kan lagi buru$buru. 2agian ini di pinggir
jalan kok. -ukan di tengah.* Tari menutup
pintu. Kalimatnya membuat Ata terta#a.
(5dah buruan pergi. -ogor lumanyan jauh
lagi.*
(!ori banget ya, Tar. !oalnya jalannya kecil
banget. Kayaknya bakalan ribet kalo mau
muter mobil. Apalagi mobil gede kayak gini,*
ucap Ata, sama sekali nggak bermaksud
menyombong.
(&ke.* Tari tersenyum manis. Dia acungkan
jempol kanannya.
(1a udah, lo pergi duluan. 9ue liatin dari
sini.*
Tari menurut. (Daaaah/* dia lambaikan
tangan lalu balik badan. Ketika sepuluh
langkah kemudian dia menoleh, mobil Ata
masih di tempat. .e#ek itu tersenyum lebar.
Dia lambaikan tangannya lagi. Ata
membalas lambaian tangan itu dengan
senyum.
-aru ketika Tari menoleh untuk kedua
kalinya, saat dirinya sudah berdiri di depan
pintu pagar rumahnya, dilihatnya E6erest
hitam Ata telah menghilang.
888
-egitu masuk rumah, seraya mengucapkan
salam Tari langsung berlari ke kamarnya.
!ambil mengeluarkan ponselnya daro dalam
tas, ditutupnya pintu kamar dengan
punggun. Kemudian dilemparnya tasnya ke
atas tempat tidur dan langsung dikontaknya
%io.
(a...*
%io bahkan belum sempat menyelesaikan
sapa pembuka baku yang .uma satu kata
itu, Tari sudah langsung nyerocos dengan
heboh dan berapi$api. Tanpa jeda dan titik$
koma.
Tentang betapa megahnya rumahnya Ari.
Tentang 9erbang elios$nya yang 1unani
Klasik banget. Tentang taman di depan
rumahnya yang cantik banget dan
didominasi bunga matahari. Tentang dinding
bata kremnya yang keren banget. Tentang
kompleks perumahannya yang bernama
unik dan isinya yang benar$benar hanya
rumah me#ah dengan arsitektur yang
beragam.
(-ener$bener nggak ada rumahn yang
modelnya sama, %i. !emuanya beda$beda.
Dan unik gitu bentuk$bentuknya. 7ah, gila
deh pokoknya/*
Tari mengakhiri in3ormasi hebohnya dengan
tarikan napas panjang. "engisi paru$
parunya yang kekurangan oksigen karena
cerita hebohnya itu membuatnya tak sempat
menarik napas terlalu lama.
Di seberang %io ternganga$nganga.
Terkesima mendengar cerita Tari. Tapi dia
kesulitan membayangkan kemegahan
rumah Ari itu di dalam kepalanya.
Keesokan paginya di koridor depan gudang,
pembicaraan itu berlanjut. Dengan topik
pengulangan topik kemarin sore. Tari
bahkan sampai memba#a salah satu buku
tulisnya. Di atas salah satu lembar kosong
dibuatnya sketsa kasar rumah Ari, untuk
memberikan gambaran secara 6isual pada
%io, meskipun sketsa kasarnya itu dengan
kenyataan jauh banget.
(Ternyata ada yang lebih parah dibandingin
gue sama nyokap gue, soal segala sesuatu
yang berhubungan sama matahari.* Tari
geleng$geleng kepala.
("enurut gue sih sama parahnya,* bantah
%io dengan nada kalem. (Kalo nyokap lo
punya duit sebanyak bokap Kak Ari, gue
nggak tau deh kayak apa bentuk rumah lo.
!ekarang aja isinya udah matahari doang
gitu. !eprai gambar matahari. 9orden moti3
matahari. Jam dinding bentuk matahari.
1ang gue heran, nyokap lo nemu aja, gitu,*
ganti %io geleng$geleng kepala.
(Iya sih.* Tari terta#a geli.
(2o juga. ampir semua barang$barang lo
berbentuk matahari atau gambar matahari,
atau #arna matahari. 9ue sampe bosen
ngeliatnya.*
Ta#a geli Tari makin menjadi.
(Tapi tetep, pemenangnya bokap Kak Ari.*
Jam istirahat lagi$lagi kedua ce#ek itu
membicarakan rumah Ari. "ereka batal
mengisi perut di kantin karena %io teringat
bah#a dia memba#a bekal. -eberapa
potong cake keju pemberian Ata kemarin.
!etelah membeli dua air meneral gelas,
keduanya bergegas melangkah keluar
kantin. Kembali keduanya becokol di koridor
depan gudang. Karena hanya di situ satu$
satunya tempat yang paling aman untuk
ngomong tanpa kekuatiran bakalan dicuri
dengar. %io membuka kotak bekalnya.
(Dari Ata kemaren. Kompensasi karena gue
kudu pergi, selain ongkos taksi.*
Tari mengambil sepotong. (9ila/ Enak
banget/* deisisnya.
(Iyalah. -ikinan dapur hotel bintang lima nih.
9ue baca di kotaknya kemaren. Kotaknya
aja cakep banget.*
!ambil menikmati potongan$potongan cake
kehu itu dengan sepenuh penghayatan?
soalnya itu cake keju pualing uenak yang
pernah mereka makan?keduanya mulai
membahas rumah Ari.
Kali ini mereka saling melempar hipotesis
penyebab Ari merahasiakan tempat
tinggalnya yang me#ah banget itu. Dan
sesaat sebelum bel tanda #aktu istirahat
berakhir berbunyi, keduanya mencapai
kesepakatan resmi.
,enyebab Ari merahasiakan rumahnyajelas
karena tu rumah me#ah banget. Dan rumah
sekeren itu jelas 3asilitasnya juga lengkap.
-isa jadi stok makanan juga melimpah ruah.
Alhasil, sekali orang masuk ke dalamnya,
kayaknya dia nggak bakalan bisa disuruh
keluar lagi. Jadi mendingan Ari cari aman,
nggak usah ngundang orang untuk datang.
8888
ampir setengah jam duduk di depan meja
belajarnya, Tari mendapati dirinya tidak bisa
konsen sama sekali. -uku di depannya
terbuka tanpa terbaca. !ejak dilihatnya
rumah Ari dua hari yang lalu, bangunan
megah itu jadi mengisi sebagian besar
ruang di dalam kepalanya.
Dengan kesal akhirnya ce#ek itu
meletakkan bolpoin yang sedari tadi hanya
dipegangnya, tanpa digunakan sama sekali.
Disambarnya ponselnya. Dengan gerakan
terlatih, karena terlalu seringnya satu nama
itu muncul di layar ponselnya, Tari menekan
nama Ata. Dan seperti biasanya, dia tak
perlu menunggu terlalu lama.
(1a, Tar)*
(2iat rumah Kak Ari lagi, yuk)*
(2iat lagi)*
(Iya.*
(Kapan)*
(!abtu ini.*
ening di seberang. Tari berusaha sabar.
Dia sadar sudah merepotkan Ata. -ogor$
Jakarta bukanlah jarak yang dekat.
(Ke sana !abtu emang nggak bahaya)
Takutnya tu anak ada di rumah.*
(1a nanti kita le#atnya cepet lagi. Kayak
#aktu itu. 9ue .uma mau mau merhatiin
detail yang terle#at aja kok. Kan kalo taman
udah. 9erbang elios juga udah.
Dindingnya yang cakep banget juga udah.
9ue mau merhatiin yang terle#at. "isalnya
pintu, jendela, terus balkon di lantai dua.
Terus lampu taman. Kayaknya #aktu itu
sekilas gue liat bentuk lampu tamannya unik
ju3a deh. "akanya jadi penasaran. Terus
kalo nggak salah di taman itu juga ada
pancuran,* Tari menjelaskan panjang lebar.
-erharap dengan begitu Ata jadi bisa
memahami permohonannya.
(Elo tuh sengaja nyerempet bahaya, ya)*
Ata tetap terdengar keberatan.
(Abis gue penasaran banget. Jadi kepikiran
terus nih. 1a, Ta) Ayo doooooong.
,leaseeee....* pinta Tari, setengah merajuk.
(Terus, lo mau bilang apa ke ortu lo) ,ergi
hari !abtu gitu. ,acaran) Emang udah
boleh)* goda Ata. !eketika Tari merasa
mukanya memanas.
(-okap$nyokap gue pergi. Tapi gue udah
bilang kok, mau pergi sebentar.*
(,antes lo ngajaknya !abtu.*
(Jadi gimana) "au, ya)* bujuk Tari lagi.
Kembali hening di seberang. Kembali Tari
berusaha menunggu dengan sabar.
(&ke deh,* ucap Ata akhirnya, membuat Tari
nyaris bersorak. (Apa pun lah, kalo elo yang
minta. Daripada ngambek lagi kayak
kemaren. !usah banget dibujuknya.*
(ehehe.* Tari terta#a geli dan
me#ujudkannya dalam satu kata.
(Tapi gue bisanya sore ya, Tar. !iang ada
bimbel. Jadi sampe tempat lo paling cepet
jam empatan. -erarti ada kemungkinan kita
pulang malem. Jam malem lo sampe jam
berapa)*
(1a asal jangan malem$malem aja.*
(Jangan malem$malem aja tuh jam berapa)*
(Jam delapan setengah sembilanan gitu
deh.*
(&ke, cukup.*
!abtu sore, jam empat le#at sepuluh,
E6erest hitam Ata berhenti tepat di depan
pintu pagar rumah Tari. Tari yang sudah siap
sejak setengah jam lalu langsung berdiri dan
menghampiri dengan langkah$langkah
cepat.
(9ue muter dulu deh. Kayaknya bakalan
ribet nih. Ada puteran gak di sini)* tanya
Ata.
(+umpang aja di halaman rumah orang
yang pagernya lagi kebuka. Di sini udah
biasa gitu kok. Jadi nyantai aja.*
(&ke deh. 2o tunggu bentar ya.*
+gomongnya sih bakalan ribet, tapi Tari
melihat Ata sama sekali tidak kesulitan
memutar mobilnya yang berbadan besar itu.
(Ayo/* .o#ok itu mengangguk sambil
membuka pintu penumpang. Tari buru$buru
naik.
(+ggak susah$susah amat, kan)* ucap
ce#ek itu.
(Ada tetangga lo yang lagi ngablakin pager
lebar$lebar, jadi ya nggak susah. Kalo
semua pager pas lagi ketutup, terpaksa gue
mundur.* Kemudian co#ok itu menarik
napas panjang. (!iap, ya) 'isikonya gede
nih. !oalnya hari libur.*
(!iap. !iap.* Tari langsung mengangguk
kuat$kuat.
(Dasar. Emang udah niat banget sih ya.* Ata
geleng$geleng kepala.
Ata segera memba#a mobilnya meluncur
menuju rumah Ari. Tiga puluh menit
kemudian kembali Tari melihat jalan masuk
yang tertata rapi itu. Disusul gapura megah
bertuliskan !I!TI+E di kejauhan.
Tak bisa dicegah, jantungnya langsung
berdegup kencang. Tak dia sadari
punggungnya yang tadi bersandar dengan
nyaman sekarang berdiri tegak.
(!iap/ !iap/* ja#aban Tari nyaris tak
terdengar.
"obil berbelok ke kanan. Tari nyaris tak
bernapas saat pagar hitam rumah Ari
tampak di kejauhan dan kedua patung
elios itu membentuk siluet yang
berimpitan.
Tapi ternyata rencananya gagal total.
Ari ada di rumah/
"otor hitamnya terparkir di carport samping
taman. ,intu depan rumah me#ahnya
terbuka sedikit. "enampakkan sekilas isi
ruang tamunya.
Ata langsung menginjak pedal gas kuat$
kuat. E6erest hitam yang dikemudikannya
melesat seperti anak panah terlepas dari
busur. ,emandangan yang jelas sangat
ganjil mengingat begitu lengangnya jalan$
jalan di kompleks perumahan me#ah itu.
!etiap orang yang sedang berada di
halaman depan rumah mereka atau di mana
pun, di tempat kelebat E6erest hitam Ata
yang melesat cepat itu secara tak sengaja
tertangkap mata, pasti segera berlari keluar
ke tepi jalan. !emuanya menatap dengan
bingung dan tak mengerti, karena mereka
tidak menemukan penyebab E6erest hitam
itu melaju seperti desingan peluru begitu.
Di dalam mobil Tari mengikuti setiap
gerakan nyaris dengan seluruh kesadaran
yang lumpuh dicengkeram kepanikan.
!ementara di belakang setir, sebagian
konsentrasi Ata terpusat pada jalanan di
depannya. -erusaha mencari jalan keluaar
secepatnya. !ementara sebagian lagi
dicurahkannya untuk ce#ek yang duduk di
sebelahnya. 1ang karena man6er mobil
yang dibuatnya, tubuh Tari jadi tersentak ke
sana kemari.
!esuai dengan 3ungsi dan tujuan benda ini
menjadi bagian dari desain mobil, seatbelt
sebenarnya sudah cukup mengamankan.
Tapi tetap saja Ata kuatir. !ebentar$sebentar
tangan kirinya terulur. "emegang bahu Tari
atau mencekal lengan kanannya. Atau
menahan bagian belakang kepalanya saat
gerakan mobil menyebabkan ce#ek itu
terempas ke belakang. "eskipun sandaran
jok tidak akan menyebabkan benturan yang
berakibat 3atal, tetap saja Ata terlihat sangat
cemas.
Akhirnya mereka temukan jalan keluar.
!ebuah gapura megah bertuliskan !I!TI+E.
Jelas bukan gapura yang mereka masuki
jika dilihat dari komposisi tanaman hias yang
mengapit jalan itu di kiri$kanan.
Ata tetap melarikan mobilnya dengan
kecepatan tinggi. -aru setelah merasa
mereka sudah benar$benar aman, co#ok itu
menepikan mobil. Keheningan langsung
menyita setiap ruang kosong yang
ada.hanya suara desah napas Ata yang
memburu. ,erlahan kemudian dia mulai
menenang. Ketika telah benar$benar
tenang, co#ok itu menarik napas panjang.
(ampir saja/* desisnya.
-eberapa saat kemudian Tari mendesiskan
kata yang sama. (ampir/ ampir/* Dia
menepuk$nepuk dada. Ditariknya napas
panjang, lalu diembuskannya kuat$kuat.
Ata menoleh. (Ada yang sakit nggak)*
tanyanya cemas. Tangan kirinya terulur.
Disibaknya poni Tari yang menutupi
sebagian mukanya. .e#ek itu menggeleng
tanpa suara. "ukanya yang benar$benar
pucat membuat Ata menatapnya dengan
sorot ganjil yang luput tertangkap.
Tiba$tiba co#ok itu mengulurkan kedua
tangannya dan memeluk Tari.
(!ori tadi ya,* bisiknya. (!ori banget.*
Tari terkesiap. !eketika tubuhnya
menegang. -aru saja akan dilepasnya
pelukan itu dengan paksa, Ata telah lebih
dulu menguraikan kedua lengannya.
(5dah ya, nggak usah ke sana lagi.
'isikonya ga#at. -ukan gue yang gue
pikirin. Elo. Karena elo yang satu sekolah
sama dia. Elo yang ketemu dia setiap hari.
2ain ceritanya kalo gue juga satu sekolah.
5rusan dia sama gue. 2o tinggal nonton
aja.*
(Iya, ngerti.* Tari mengangguk, mengiyakan
dengan suara lirih. "ukanya tidak lagi
sepucat tadi. ,elukan Ata telah
menyingkirkannya dengan memberikan
semburat merah yang halus. (Kira$kira tadi
dia ngeliat kita le#at nggak ya)* tanyanya
kemudian. .emas, tapi pelukan Ata tadi
membuatnya jadi tidak berani menoleh
untuk menatap co#ok itu secara langsung.
(+ggak tau deh.* Ata menggeleng. ("au
nggak mau lo harus nunggu sampe !enin
pagi. 2iat gimana reaksinya.*
Tari terdiam.
(-aru jam lima le#at dikit.* Ata melihat jam
tangannya. (Jalan yuk)*
(Ke mana)*
.o#ok itu tersenyum.
(2o pasti suka,* ja#abnya pendek dan
langsung injak pedal gas.
Ata mengarahkan mobilnya ke pusat
Jakarta. Di sebuah pusat perniagaak besar,
co#ok itu membelokkan mobilke area parkir
yang bertingkat. Di lantai ketiga, dicarinya
tempat kosong yang dekat dengan pintu
masuk.
(2o tunggu sini bentar ya,* ucapnya sambil
membuka pintu di sebelahnya.
(Emang kita mau ke mana sih)* Tari
menatapnya dengan bingung.
Ata .uma tersenyum. (2o tunggu sini
sebentar. 9ue nggak lama.* Dia menolak
menja#abnya.
Ternyata co#ok itu memang pergi tak lama.
2ima belas menit kemudian dia kembali.
!ebuah tas plastik putih bertuliskan nama
sebuah gerai donat ditentengnya di tangan
kiri. Ata meletakkan tas plastik itu di
pangkuan Tari kemudian menghidupkan
mesin.
(Apaan nih panas$panas)* Tari mengangkat
tas plastik itu lalu mengusap$usap pahanya.
(Kopi ya) Apa cappuccino)*
(.okelat panas.*
(Emang kita mau ke mana sih, pake ba#a
bekal gini)*
(Ke momen 3a6orit,* ja#ab Ata pendek.
.o#ok itu kemudian memundurkan mobil.
Tari mengira mereka ajan pergi dari situ, tapi
ternyata Ata mengarahkan mobilnya ke area
parkir paling atas. !ebuah tempat terbuka
yang langsung beratap langit. Ata memilih
tempat yang menghadap ke langit.
Tari langsung menyadari apa momen
istime#a itu, karena baginya itu juga selalu
menjadi momen yang istime#a.
!ang matahari, yang dalam banyak
peradaban kuno dianggap sebagai
per#ujudan de#a utama, sedang beranjak
menuju peraduannya. !emberat #arna
jingga yang megah memenuhi seluruh langit
barat, mengiringi kepergiannya, namun
tetap tak mampu menandingi kemegahan
sang raja langit itu.
Tari terpukau. !elalu, meskipun
pemandangan itu sudah ribuan kali
disaksikannya. Dia terpesona karena
matahari tenggelam tetap terlihat indah di
langit Jakarta yang mempunyai tingkat
polusi sangat tinggi.
(-agus banget ya,* desahnya. (,adahal
langit Jakarta tuh polusinya parah banget.*
.e#ek itu lalu menceritakan sebuah 3oto
yang pernah dilihatnya di majalah, +ational
9eographic. A#ab hitam tebal?karena
polusi, bukan mendung?menggantung di
langit Jakarta.
(Tapi tetep indah banget.*
(2o belom pernah ngeliat matahari
tenggelam di langit yang masih pera#an,
ya)* tanya Ata dengan suara pelan.
("aksudnya kayak di ,uncak, gitu)*
(Tempat yang jauh dari peradaban maju.
9ue pernah ngeliat matahari terbenam di
pedalaman ,apua.*
(-elom.* Tari menggeleng.
(,antes.*
(,asti bagus banget, ya)*
(-ukan bagus lagi,* desah Ata. ("atahari
tenggelam yang ini sih kayak kita ngeliat
dari balik kelambu yang udah sepuluh tahun
nggak dicuci.*
Dengan kedua mata tertancap ke langit
barat, menyaksikan pergerakan sangat
lambar yang nyaris tidak disadari, keduanya
mengantar kepergian sang raja langit untuk
menerangi belahan dunia yang lain. 1ang
semakin jadi menarik karena Ata
menceritakan pengalamannya menyaksikan
matahari tenggelam di banyak tempat.
Tari terpesona sekaligus iri mendengar
semua cerita Ata itu. "atahari tenggelaam di
Kuta, matahari tenggelam di !enggigi, di
5jung Kulon, di puncak "erapi, bahkan
matahari yang tenggelam di balik ,iramida,
negeri pada 3iraun sana.
1ah, Ata tajir sih. Jadi mau ngeliat matahari
tenggelam di mana aja ya bisa, ucap Tari
dalam hati.
!ang raja langit telah benar$benar pergi.
"emberikan kegelapan pekat pada langit
yang ditinggalkannya. Dengan demikian
para bintang bisa muncul untuk
memperlihatkan diri mereka. Ata melihat jam
tangannya.
(!etengah tujuh kurang. "au balik atau
jalan)*
(-alik aja deh,* ja#ab Tari langsung.
,elukan tadi masih membayang dan dia jadi
tidak ingin berlama$lama berdua Ata. "alu.
(+ggak makan dulu)*
(+ggak usah. Takut ortu gue balik duluan.
+tar mereka ngira gue suka man3aatin
kesempatan.*
(&ke.* Ata mengangguk mengerti.
Diputarnya kunci, E6erest hitam itu pun
meninggalkan tempat itu, kemudian berhenti
di mulut jalan kecil yang menuju rumah Tari.
(5dah ya, jangan ke sana lagi,* Ata
mengulangi permintaannya sebelum Tari
turun.
(e$eh.* Tari mengangguk.
(!ori tadi. !ori banget.* .o#ok itu
mengulurkan tangan kirinya, mengusap$
usap puncak kepala Tari. "embuat pelukan
tadi seketika kembali membayang. Tari buru$
buru membuka pintu di sebelahnya lalu
melompat turun.
("akasih ya. Ati$ati di jalan.* .e#ek itu
tersenyum jengah. -eruntung malam
menyembunyikan roma merah di #ajahnya
hingga tak tertangkap mata Ata.
(&ke.* Ata membalas senyum itu. (Kalo mau
kemana$mana, telepon aja. 9ue siap
nganter, tapi bukan ke sarang Ari.*
(&ke. Daaah/* Tari tersenyum lagi, balik
badan, dan langsung berjalan cepat menuju
rumahnya. 'asa malu dan jengah
membuatnya tak sanggup menunggu
sampai Ata membalas salam
perpisahannya, seperti biasa.
88888
!enin pagi. Tari memasuki halaman sekolah
dengan perasaan #as#as. Jantungnya
langsung berdegup kencang. !epasang
matanya memindai seluruh area depan
sekolah sampai ke setiap sudut, dengan
ketajaman mata seekor elang.
"ukanya sontak memucat saat mendapati
motor hitam Ari terpakir di tempat biasa.
Kedua mata Tari semakin nyalang memindai
setiap sudut. .e#ek itu menarik napas lega
ketika sosok yang paling ditakutinya saat ini
ternyata tidak terlihat sama sekali.
Kemungkinan Ari berada di area kelas dua
belas atau di kelasnya sendiri.
!ebenarnya Tari merasa harus melihat Ari
untuk memastikan apakah kehadirannya
dan Ata di rumah Ari !abtu sore kemarin
diketahui, dan apakah co#ok itu tahu bah#a
lokasi rumahnya sekarang sudah tidak lagi
menjadi satu misteri, namun Tari lebih
memilih untuk tidak melihat co#ok itu.
Tari langsung mempercepat langkah.
"enjelang sampai di kelasnya, kembali
ce#ek itu dicekam ketakutan. Kembali
jantungnya berdegub kencang. -erbagai
macam dugaan muncul di kepala. Apakah
Ari sedang bercokol di bangkunya, duduk
menunggunya) Atau co#ok itu tidak terlihat,
tapi salah seorang teman sekelasnya
langsung menyambutnya dengan in3ormasi
bah#a Ari mencarinya)
Tapi ternyata tidak terlihat tanda$tanda
kehadiran Ari, juga tidak ada in3o apa pun.
Kembali Tari menarik napas lega. !etelah
meletakkan tasnya di bangku, buru$buru dia
berlari keluar kelas menuju koridor depan
kantin. Dia harus tahu secepatnya, Ari tahu
atau tidak dirinya dan Ata le#at di depan
rumah co#ok itu kemarin sore. Dengan
begitu jadi bisa diketahui dengan jelas
situasinya. Jadi bisa disiapkan antisipasinya
pula.
%io, yang sampai di kelas tak berapa lama
kemudian segera menyusul begitu
melihatnya Tari sedang berdiri di koridor
depan kantin dengan tubuh menghadap ke
area depan sekolah. %io sudah tahu apa
yang sedang dicari teman semejanya itu,
karena !abtu malam Tari meneleponnya
dan dengan kalut menceritakan apa yang
sudah terjadi. Dan dirinya sependapat
dengan Ata. Tidak ada yang bisa dilakukan
sampai !enin pagi.
("otornya ada, tapi gue nggak ngeliat
orangnya,* ucapan %io membuat Tari
menoleh kaget.
(Eh, elo/ +gagetin gue aja.* Kembali
pandangan Tari terarah ke area depan
sekolah. (9ue juga nggak ngeliat.*
Keduanya terpaksa menunggu dengan
sabar. %io bahkan kemudian pindah ke
koridor di depan kelas, menga#asi koridor
utama di ba#ah.
2ima belas menit sebelum bel, dari arah
koridor yang menuju tangga ke area kelas
dua belas, muncul sekelompok sis#a kelas
dua belas. !egera %io menangkap sosok Ari
di tengah gerombolan sis#a itu. -ukan
hanya karena co#ok itu memang selalu
mencolok mata di mana pun dia berada, tapi
juga karena hari ini dia mengenakan celana
jins biru. Dan jind biru yang dipakainya
menjadi satu$satunya #arna berbeda di
tengah dominasi abu$abu, membuat co#ok
itu semakin mencolok lagi.
%io ternganga dengan napas tersentak.
!eketika dia berlari pontang$panting ke
tempat Tari berdiri.
(Dia ada/ 9ue barusan ngeliat di koridor
ba#ah/* lapornya dengan napas terengah.
-aru saja kalimat %io selesai, gerombolan
co#ok itu muncul di mulut koridor utama.
"ereka kemudian pecah menjadi dua
kelompok. !atu kelompok segera mengisi
lapangan 3utsal, sementara kelompok yang
lain langsung merajai lapangan basket. Ari
ada di lapangan basket.
Tari dan %io langsung mengamati Ari lekat$
lekat. "eskipun jarak yang terbentang
lumayan jauh dan mustahil bisa melihat
ekspresi muka Ari, Tari berharap bisa
mendapatkan petunjuk le#at bahasa tubuh
co#ok itu.
Ketegangan Tari mulai menurun saat
dilihatnya Ari begitu menikmati permainan
basketnya. .o#ok itu bahkan terlihat rileks.
(Kayaknya dia nggak tau kalo rumahnya
udah ketauan, Tar,* bisik %io.
(Kayaknya,* Tari balas berbisik. Kepalanya
mengangguk$angguk tanpa sadar. (!yukur
deh. !yukur...* Tari mendesah lega sambil
menepuk$nepuk dada.
Tiba$tiba Ari mendongak dan menatap ke
arah mereka. !erentak Tari dan %io
melompat mundur, menjauh dari tepi koridor.
(Dia ngeliat nggak/)* desis Tari. 2angsung
panik.
(Kayaknya ngeliat/* %io mengangguk, ikut
deg$degan.
(Kabur/ Kabur/ -uruan/* Tari balik badan dan
langsung berlari menuju kelas. %io buru$
buru mengikuti.
(Emang aman)* tanyanya tak yakin. Karena
memang sekolah tidak ada tempat yang
aman dari Ari, kecuali kantor kepsek dan
ruang guru. !ayangnya kedua ruangan itu
berada nun jauh di ba#ah sana.
(-entar lagi bel dan kita kan mau ulangan
matematika.*
!ama sekali bukan keyakinan, tapi Tari
.uma berharap ulangan matematika akan
membuat ,ak 1akob mengambil tindakan
tegas terhadap Ari. Itu pun kalau Ari
memang muncul.
!atu meter menjelang sampai pintu kelas,
satu sosok berkelebat mele#ati Tari.
!eketika ambang pintu kelas bukan lagi
sebuah ruang kosong yang hanya terisi oleh
udara dan gampang untuk dilalui. !esosok
tubuh telah menempatkan diri menjadi
barikade di sana.
Tari langsung mengerem laju kedua kakinya
kuat$kuat. +yaris saja ditabraknya Ari.
.e#ek itu mundur selangkah. 'aut
mukanya yang menatap Ari lurus$lurus
tertarik tegang.
(Ada apa lo ngeliatin gue tadi)* tanya Ari
langsung.
(!iapa juga yang ngeliatin elo) +ggak usah
segitu sok ngetopnya deh. Tadi di lapangan
kan banyak banget orang,* Tari langsung
membantah keras.
Ari menyeringai. Dia mengangkat kedua
alisnya, tapi tidak bicara apa$apa. -ikin Tari
jadi se#ot.
(9ue nggak ngeliatin elo, tau/* bantah Tari
lagi. Kedua matanya melotot bulat$bulat. (Di
ba#ah tadi banyak orang, bukan .uma elo.
2agi pula eko segitu jauh, gimana juga bisa
keliatan)*
(Kalo lo emang nggak lagi ngeliatin gue,
gimana lo bisa tau gue segitu jauh) +ggak
ngeliatin tapi lo bisa ngitung jaraknya ya)
ebat/* balas Ari telak. !eketika Tari merasa
mukanya memanas. Ari tersenyum geli.
(5dah, ngaku ajalah. 9ue emang selalu
diliatin ce#ek kok. Jadi gue bisa mastiin, lo
tadi emang lagi ngeliatin gue.*
(Iya. +gaku aja lo. -os gue ganteng banget
gini, jelas aja diliatin ce#ek melulu,*
sambung satu suara di belakang Tari. &ji.
+o #onder. Dia emang jongos Ari yang
paling setia. (2o nggak perlu pura$pura
nggak tertarik deh, Tar. -asi, tau/ +ggak
bakalan ada yang ketipu.*
!ontak Tari menatap &ji dengan mata
membara, sementara senyum geli Ari pecah
jadi ta#a. ,ara penonton yang bisa
mendengar ucapan &ji itu ikut terta#a. -ela
masuk yang sebentar lagi akan berbunyi
memang membuat setiap sis#a berada di
dalam atau di sekitar kelas masing$masing.
"enciptakan, secara otomatis, jumlah
penonton yang melimpah ruah.
"ereka segera memenuhi koridor dari ujung
ke ujung begitu melihat kemunculan Ari tadi.
Apalagi setelah melihat co#ok itu memotong
langkah$langkah cepat Tari dan
menghadangnya di pintu kelas, jumlah
penonton yang memenuhi koridor jadi
semakin padat lagi. ,anggilan dari teman
yang berada di luar atau bahasa tubuh
mereka membuat sis#a$sis#a yang berada
di dalam kelas jadi tertarik dan bergegas
keluar. anya di sekitar Ari dan Tari, serta
dua pemain pembantu, &ji dan %iom tercipta
sedikit ruang kosong.
-eruntung, ,ak 1akob muncul. !atu
tangannya mengapit lembaran kertas.
Disusul bel masuk kemudian berbunyi.
Tatapan guru itu langsung tertuju pada Ari.
.o#ok itu menyingkir sekitar satu meter dari
ambang pintu.
(,agi, ,ak.* Ari mengangguk memberi
hormat. ,ak 1akob tidak menja#ab.
Tatapannya berubah dingin.
(!udah bel,* katanya mengingatkan.
(-apak mau ngadain ulangan, ya)* Ari
menunjuk lembaran kertas di satu tangan
,ak 1akob. (!aya ikut ya, ,ak) -uat
pedalaman materi. !oalnya saya kan udah
kelas dua belas.*
Tatapan ,ak 1akob semakin dingin.
!ementara &ji terlihat mulai menahan$
nahan senyum.
(Dilarang memakai jins di sekolah/* tegur
,ak 1akob dengan nada tajam.
(7ah, saya nggak akan pake cara kayak
gitu, ,ak,* ja#ab Ari seketika. (Kalo nggak
bisa ja#ab, saya lebih baik nyontek. Tanya
temen kiri$kanan$depan$belakang. Atau
buka buku catetan kecil di laci. Atau saya
nyontek &ji, meskipun ja#abannya lebih
banyak yang ngaco daripada yang bener.
+ggak bakalan saya tanya$tanya sama jin.
Itu kan dosa, ,ak. Apalagi belom tentu juga
jin bisa matematika.*
Ari menjelaskan dengan sikap serius.
,anjang lebar pula. !eketika &ji
menundukkan kepalanya dalam$dalam,
menyembunyikan cengiran yang benar$
benar nggak bisa dia tahan. !ecepat
mungkin kemudian dia berusaha
melenyapkan cengiran itu dari mukanya.
-ukan apa$apa, ,ak 1akob ada pas di
depan mukanya. +yengir di depan muka
guru, gara$gara temen bikin ulah pula,
sumpah, itu kurang ajar banget. !ama sekali
nggak hormat sama guru/
!ementara itu senyum lebar dan ta#a
tertahan seketika juga bermunculan di #ajah
penonton yang bisa mendengar ucapan Ari
itu. "ereka menatap dengan ekspresi
semakin tertarik. !ama sekali tak peduli bel
masuk yang sudah berbunyi.
(Ehem,* &ji berdehem pelan. ("aksudnya
celana jins, -os. -ukan jin yang cs$annya
dukun atau jin yang suka nongkrongin
pohon,* &ji menjelaskan dengan sikap
serius juga.
(&oooh.* Ari berlagak baru ngeh. Kemudian
dia menundukkan kepala, memandangi
celana jins birunya. Ketika co#ok itu
mengangkat kembali kepalanya, senyum
lebar menghiasi bibirnya. Kontras dengan
bibir kaku dan pandangan kedua mata ,ak
1akob yang semakin dingin.
!ementara itu -u !am, yang mendapat
laporan bah#a Ari melakukan pelanggaran
lagi?memakai celana jins ke sekolah,
ber#arna biru pula?sudah sejak tadi
mencari$cari salah satu anak didiknya itu.
!ebuah penggaris kayu yang siap dia
pukulkan tergenggam di tangan kanan.
-egitu dilihatnya koridor kelas sepuluh
begitu penuh dengan para sis#a padahal
bel masuk sudah berbunyi, -u !am
langsung tahu di mana dia bisa menemukan
murid paling bermasalah itu.
9uru penegak peraturan itu bergegas
melangkah menuju tangga. Dinaikinya anak
tangga dua$dua sekaligus. !esampainya di
koridor kelas sepuluh, dengan ujung
penggaris kayu diketuk$ketuknya punggung
sis#a yang berdiri paling belakang, meminta
jalan dengan paksa.
Dengan segera tercipta jalan untuk -u !am,
karena sis#a yang punggungnya diketuk
ujung penggaris tadi segera memberitahu
teman$teman sekitarnya. "emunculkan
pesan berantai yang bergerak cepat.
"ata para penonton yang mengetahui
kedatangan -u !am mengikuti guru itu
dengan ekspresi semakin tertarik. Tanpa
satu sama lain tahu, dalam hati mereka
sama$sama berharap kejadian kayak begini
bisa terjadi setiap pagi. 2umayan banget
buat seger$segeran sebelum jam pelajaran
panjang yang sering bikin 3rustasi.
-egitu tercipta akses, dengan geram -u
!am menghampiri Ari. ,enggaris kayu di
tangan kanannya dalam keadaan siap untuk
dihantamkan ke murid paling bandel itu,
yang langsung dilakukannya begitu sang
murid sudah berada tepat di depan mata.
(AD5///* Ari memekik begitu penggaris
kayu itu mendarat dengan keras di salah
satu lengannya. !eketika dia menjauh dua
langkah begitu tahu pukulan yang datang
tiba$tiba itu berasal dari penggaris kayu
tebal di tangan #ali kelasnya.
(Ibu nanti saya laporinke Komnas Anak ya.
!aya bilangin ke Kak !eto kalo Ibu udah
melakukan penganiayaan terhadap anak$
anak.*
(Anak$anak yang mana)* tanya -u !am
dengan kedua mata melotot galak.
(!aya kan bisa dibilang masih anak$anak.*
(-angkotat begini bilang masih anak$anak)/*
!aking kesalnya, -u !am sampai lupa
menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
Ta#a Ari kontan meledak.
(Ibu kasar ih. +ggak memberikan teladan
yang baik. Di depan anak$anak kelas
sepuluh nih, -u.*
(Kamu kira apa yang kamu lakukan
sekarang ini memberikan teladan yang baik
untuk adik$adik kelas)* ,enggaris kayu di
tangan -u !am menunjuk celana jins biru
yang dipakai Ari.
(!ekarang salah siapa coba dong, -u)
,ihak sekolah kan .uma ngasih celana
seragam dua potong. !aya tadi udah bilang
ke ,ak 1akob, celana seragam saya kotor
dua$duanya. -elum dicuci. "asa saya mesti
pakai celana kotor ke sekolah) Kan bisa
kena penyakit kulit. Kalau .uma panuan di
kaki atau tangan sih nggak pa$pa. +ah, kalo
aset saya yang kena, gimana) Kan bisa
menghancurkan masa depan.*
Tari ternganga. Emang bener$bener gila ni
co#ok/ ucapnya dalam hati. +ggak hormat
banget sama guru/
!ama seperti Tari, melihat sikap Ari itu tak
urung para penonton yang seluruhnnya
sis#a kelas sepuluh itu terpukau dengan
cara mereka masing$masing. Ada yang
berdecak sambil geleng$geleng kepala. Ada
yang diam tapi kedua matanya menyorotkan
kekaguman yang tak tersembunyikan. Ada
yang tersenyum$senyum geli. Tapi ada juga
yang menatap Ari dengan sorot tidak suka,
karena menganggap tindak$tanduk co#ok
itu sudah kele#atan. Tapi yang terakhir ini
jumlahnya hanya segelintir.
!ejak a#al -u !am sadar, percuma
berdebat dengan Ari. anya akan membuat
proses belajar$mengajar di semua kelas
sepuluh terhambat. Dibantu ,ak 1akob dan
semua guru kelas sepuluh yang mengajar
pada jam pertama, -u !am memerintahkan
semua sis#a kelas sepuluh yang memenuhi
koridor itu untuk masuk ke kelas masing$
masing.
!ambil memandang Ari dengan ekspresi
puas, Tari melangkah menuju pintu kelas
yang tadi musykil bisa dile#atinya karena
dibarikade co#ok ini. Ari tersenyum lebar.
Terlihat ta#a geli melihat ekspresi
kemenangan Tari itu. "asih dengan senyum
geli, kemudian ditinggalkannya tempat itu,
karena -u !am mulai mengetuk$ngetukkan
ujung penggaris kayu ke punggungnya.
888
-el pergantian pelajaran berbunyi. -egitu
,ak 1akob keluar ruangan, Tarilangsung
merapatkan tubuhnya ke %io dan bertanya
dengan suara berbisik.
(9imana) "enurut lo Kak Ari tau nggak kalo
rumahnya udah ketauan) %eeling gue sih
nggak.*
(Kayaknya nggak,* %io mengangguk.
"enja#ab juga dengan bisikan. (Karena
kalo dia tau, lo udah dia cekek tadi. !ampe
mati, kali.*
(Iya sih. -ukan nggak mungkin.*
(Iyalah. 9ue rasa itu rahasianya yang
terbesar setelah 3akta kalo dia punya
kembaran. "akanya nggak ada yang berani
coba$coba cari tau, kan) Jadi kalo ada
orang yang berhasil tau, apalagi berhasil
taunya karena usaha bukan karena nggak
sengaja, gue rasa bakal langsung dia matiin
tu orang.*
("ending kalo .uma dimatiin. 9ue rasa abis
itu bakalan dimutilasi.*
,raduga yang sangat berlebihan itu
membuat kedua mata ce#ek itu
berpandangan lalu bergidik bersamaan.
(Aduh, untung gue masih selamet,* desah
Tari lega sambil mengelus$elus dada.
("akanya, Tar... 5dah deh, nggak usah ke
sana lagi. Jangan cari gara$gara.*
(Iya. 9ue juga nggak segitu nekatnya, lagi.
Tapi jujur, gue masih penasaran sih. !ayang
banget. ,adahal satu kali lagi aja cukup.*
(5daaaah/* %io melotot. (jangan gila deh lo/*
(Iyaaa. Iyaaa.* Tari meringis.
!etelah memperoleh paling tidak
persamaan dugaan bah#a situasi masih
aman, Tari jadi tenang. -egitu bel istirahat
berbunyi, dia bergegas keluar kelas menuju
koridor depan gudang.
(Aman, Ta. Kayaknta Kak Ari nggak tau kalo
rumahnya udah ketauan,* lapornya
langsung begitu telepon di seberang di
angkat.
(1akin lo)* tanya Ata ragu.
(e$eh. !oalnya tadi pagi gue liat dia biasa$
biasa aja. +ggak kayak orang yang salah
satu rahasianya udah kebongkar. Terus pas
gue ketangkep basah lagi ngeliatin dia, dia
juga .uma gangguin gue gitu aja. "asih
lebih parah gangguan dia yang kemaren$
kemaren.*
Di seberang, Ata sesaat terdiam.
(2o pastiin lagi deh,* ucapnya kemudian.
(9ue masih belom tenang kalo indikatornya
.uma itu. .uma keran cara dia
ngegangguin lo biasa$biasa aja.*
(9ue juga niatnya gitu. "au mastiin lagi.
+tar siang gue telepon lagi deh. ,ulang
sekolah.*
(&ke. Ati$ati ya.*
(,astilah.*
Tari memasukkan ponselnya ke dalam saku
lalu berjalan cepat ke arah kantin. !etelah
membeli sepotong tahu isi dia segera
berjalan keluar lagi, ke arah koridor. %io
yang duduk bergabung bersama beberapa
teman ce#ek sekelas langsung bangkit
berdiri. Dengan memba#a serta piring gado$
gadonya, disusulnya Tari.
Karena tadi pagi sudah kepergok, kali ini
keduanya berdiri agak jauh dari pagar
koridor. Dengan hati$hati mereka memindai
area depan sekolah. -erganti$ganti posisi
agar kejadian tadi pagi tidak terulang. +ihil.
Ari tidak ada di sana.
Jam istirahat kedua, in6estigasi keduanya
berlanjut. Tetap tidak membuahkan hasil. Ari
tidak terlihat sama sekali. Kemungkinan
besar co#ok itu .uma bercokol di area
kelas dua belas, di gedung selatan sana dan
nggak berkeliaran ke mana$mana.
!ebenarnya hal itu sudah menguatkan
keyakinan Tari bah#a Ari tidak mengetahui
tempat tinggalnya sudah ketahuan. Tapi
ce#ek itu ingin kepastian yang benar$benar
6alid.
!epuluh menit setelah jam pelajaran
berikutnya berjalan, pada guru yang sedang
mengajar Tari meminta iAin keluar kelas
sebentar. Dengan alasan bolpoinnya habis,
dia minta iAin ke koperasi. Dia tahu, dua jam
terakhir jad#al kelas Ari adalah olahraga.
-egitu sang guru mengangguk, Tari
langsung berlari keluar kelas. 9ara$gara itu,
bukan .uma sang bapak guru yang
mengerutkan kening, tapi juga semua teman
sekelas Tari kecuali %io. !oalnya, kalau
hanya untuk ke koperasi membeli bolpoin,
reaksi Tari tadi agak berlebihan. !eperti
pelajar yang takut ketinggalan pelajaran.
Dan itu nggak Tari banget.
Tari berlari di sepanjang koridor dan tangga
turun. Di depan salah satu pilar yang
mengapit mulut koridor utama, baru
langkah$langkahnya terhenti. !ejenak
ce#ek itu berdiri diam untuk menormalkan
nappasnya yang terengah. Kemudian
dengan hati$hati dia mengintip ke arah
lapangan.
Ari ada di salah satu lapangan 3utsal.
-ersama 'idho, &ji, dan tiga co#ok yang
namanya tidak diketahui Tari. .e#ek itu
langsung memaksimalkan kedua indra
penglihatannya. -erusaha menangkap
setiap detail ekspresi Ari dan bahasa
tubuhnya.
!eperti tadi pagi, Ari terlihat rileks. Dia
bahkan begitu menikmati permainan 3utsal
itu. -erkali$kali Tari melihatnya terta#a.
!ekali bahkan dilihatnya Ari, sambil
berangkulan dengan 'idho, terta#a
terbahak$bahak. Tari jadi yakin, Ari memang
tidak mengetahui tempatnya bersarang yang
keramat banget itu sudah ketahuan.
(.k, 3iuuuuuuuuh.* Tari menarik napas lalu
mengembuskannya perlahan. Dia berbalik
dan menyandarkan punggung ke pilar.
(Aman gue,* desahnya lega. Koridor
panjang di hadapannya yang benar$benar
lengang segera menyadarkannya akan
sesuatu. Dengan cepat dilihatnya jam di
pergelangan tangan.
(aaaaaahhh)/* Tari nyaris tersedak
napasnya sendiri saat melihat jarum$jarum
mungil itu dan ternyata lima belas menit
telah berlalu. ("ampus deh gue/* desisnya
dan langsung berlari pontang$panting
menuju tangga. !ama sekali lupa mampir ke
koperasi.
8888
B%i, udah dulu ya. Ata nelepon. ,okoknya
besok gue jalan jam sepuluh teng. Daaah/B
Tari mengakhiri pembicaraan dengan %io
dan langsung diangkatnya panggilan Ata.
B&nline sama siapa)B tanya Ata langsung.
B%io. +egesin lagi besok jadi apa gak.B
B-esok mau pergi)B
Be$eh. .ari 3ilm korea.B
B.e#ek$ce#ek kenapa pada maniak banget
sama 3ilm korea sih)B
B9anteng$ganteng, tau/B
B"enurut gue cantik$cantik.B
B.o#oknya, bukan ce#eknya.B
BIya. 1ang gue maksud juga co#oknya.
.antik$cantik.B
B-anyak yang bilang gitu sih.B Tari terta#a.
BAda apa)B
B9ak ada apa$apa. ,ingin nelepon aja.B
Kedua alis Tari menyatu mendengar itu.
B-esok perginya jam berapa)B tanya Ata.
B!epuluh.B
BTerus kalian mau nyari di mana tu 3ilm$3ilm
korea)B
BDi mal yang itu lah. 2antai yang paling atas
kan tempat penjualan D:D dan ",C.
2engkao banget. Kenapa lo nanya$nanya)
"au gabung)B
B,inginnya sih gitu. !ayang gue gak bisa.B
B-imbel lagi nih) -imbel kok hampir tiap
hari. Kebanyakan belajar malah jadi bego
lho.B Ata terta#a pelan.
B1a udah. "et berburu 3ilm kore deh. !alam
buat %io ya.B Ata menutup pembicaraan. Tari
meletakkan ponselnya dengan kening
berkerut.
BTumbet banget tuh orang. +elepon cuman
ngomong gitu doang,B gumamnya sambil
meletakkan ponsel di meja. Ketika dilihatnya
jam dinding, ce#ek itu mengerang pelan.
Jam setengah lima sore. 7aktunya
menyapu lalu mengepel lantai. Dari !enin
sampai JumDat ke#ajiban Tari adalah
sekolah. Tapi pada hari libur seperti !abtu
ini, ke#ajibannya adalah jadi !i Inem, alias
membantu mamanya menyelesaikan semua
pekerjaan rumah tangga. +yebelin/
888
Keesokan paginya jam sepuluh kurang lima,
Tari menutup pintu kamarnya. !etelah
berpamitan pada kedua orangtuanya, ce#ek
itu bergegas keluar. Dengan riang
ditelusurinya jalan depan rumahnya menuju
halte di pinggir jalan besar. %ilm korea,
dengan co#ok$co#oknya yang sering bikin
hati meleleh, memang selalu sukses
membuatnya ceria. alte kosong. !ituasi
yang #ajar karena sekarang hari "inggu
dan pada jam tanggung pula.
Tak sabar Tari menoleh ke ujung jalan.
Dibenaknya muncuk deretan judul 3ilm seri
korea. Kedua bibirnya kemudian
mengeluatkan desah kece#a dengan suara
pelan, karena uang yang ada di dompetnya
hanya cukup untuk membeli dua judul.
Demikian juga dengan %io, hanya bisa
membeli dua judul. +anti mereka akan
saling tukar. .uma empat judul. ,adahal
judul$judul seri kore tuh bejibun. Dan semua
ceritanya keren$keren. Jadi dia pingin
banget bisa beli semuanya. Tari berdecak
pelan. "ukanya langsung mendung berat.
5ntuk penggila 3ilm$3ilm korea yang agak di
luar nalar seperti Tari, kenyataan itu jelas
bikin patah hati.
BKenapa mendadak jadi sedih gitu)B !uara
itu membuat Tari menoleh kaget. !erentak
#ajahnya memucat. Ari berdiri tidak jauh di
belakangnya. Tapi sedetik kemudian ce#ek
itu menarik napas lega, kemudian #ajahnya
kembali merona. Di mulut jalan yang menuju
rumahnya, sedikit moncong E6erest hitam
yang sudah sangat dikenalnya menyembul.
BTuh, kan)B Ata geleng$geleng kepala.
BKenapa sih lo selalu ngira gue Ari) Kenapa
gak langsung ngenalin gue pada detik
pertama)B .o#ok itu memandang Tari
dengan tatapan seolah$olah terluka.
B!engaja tu mobil gue parkir ngumpet. 9ue
pingin tau, siapa yang nongol pertama di
kepala lo. Ternyata dugaan gue bener. Ari.B
B"aa3, Ta. "aa3. "aa3/B Tari buru$buru
menangkupkan kedua tangannya di depan
dada.
BKalo lo punya dendam kesumat, lo juga
pasti bakalan kayak gue,B ucapannya
membuat Ata terta#a pelan. Tari tersadar.
BKok lo ada di sini) Katanya bimbel)B
B9urunya minta break satu kali pertemuan.
Ada urusan, katanya.B
B9ue rasa dia capek tuh. Atau dia bosan.B
BKayaknya sih begitu.B Ata mengangguk,
tersenyum geli. B1a udah, lo ikut gue sama
%io aja, hunting 3ilm korea/B Tari langsung
berseru bersemangat.
B!ori, Tar. -ener$bener dengan segala
hormat nih, sama sekali bukan bermaksud
menghina, gue geli ngeliat co#ok$
co#oknya. "ending lo temenin gue aja,
jalan$jalan keliling Jakarta. 9imana)B
B9ak bisalah. 9ue kan udah janjian sama
%io.B
B,aling tuh anak sekarang baru bangun.
"alah bisa jadi dia masih tidur,B ucap Ata
kalem. Kening Tari langsung berkerut.
BKami udah janjian dari kapan tau. %io juga
maniak 3ilm korea. Jadi gak mungkin dia
lupa. "alah bisa jadi dia udah siap dari
subuh.B Ata terta#a pelan.
B1a lo telepon aja dia sekarang. Tanya,
masih pingin pergi gak)B sarannya, tetap
dengan nada kalem. Dengan kening yang
kerutannya makin rapat, Tari mengeluarkan
ponselnya dari dalam kantong luar tasnya.
.ukup lama dia menunggu sebelum
panggilannya diangkat. !uara %io terdengar
serak, pertanda dia belum lama bangun.
Tepat seperti dugaan Ata.
B%i, kita jadi pergi, kan)B tanyanya langsung.
B9ak lah, Tar,B %io menja#ab dengan nada
heran. Tari tercengang.
BKok gak sih/)B serunya, langsung pingin
marah$marah.
B1a emang gak ada lagi yang bisa kita beli.B
B"aksud lo)B !esaat hening di seberang,
sebelum suara serak %io menja#ab
pertanyaan itu dengan nyaris histeris.
BKemaren sore Ata datang ke rumah gue.
-a#a 3ilm korea banyak banget. Katanya
karena hari ini dia pingin ngajak lo jalan, jadi
kita terpaksa batal, Tar. 9antinya dia ba#a 3il
korea banyak banget. "alah ada yang dari
Aaman dulu juga, Tar/B Tari ternganga.
!eketika kedua matanya menatap Ata.
.o#ok itu cuma mengangkat kedua alisnya.
BKok lo gak langsung ceriya sih, %i) .urang
lo. "au lo tonton semuanya duluan, ya)B
B9ak/ Kata Ata, jangan kasih tau lo. +tar biar
dia aja yang ngomong. 1a udah gue nurut
aja. !ecara dia yang ngasih gitu lho. Emang
Ata belum cerita)B
B&rangnya ada di depan gue sekarang nih.
Dan dia gak ngomong apa$apa. 9ue cuma
disuruh nelepon lo, tanya masih mau pergi
tau gak.B
B&h...B !uara %io terdengar bingung.
B1ah, pokoknya gitu deh.B
BEmang dia ngasih berapa banyak sih)B
!aking suprisenya, Tari bertanya dengan
intnasi seolah$olah dia yang dibicarakannya
itu bukan Ata. "embuat orang yang
dimaksud jadi menahan ta#a.
B!AT5 KA'5+9///B seru %io dengan suara
yang melengking gila$gilan. Tari sampai
re3leks menjauhkan ponselnya satu
rentangan tangan.
B9ak deh. 9ak. -elebihan. Tapi pokoknya
banyak deh, Tar. 7ah, lo kalo ngeliat pasti
bakalan syok. 9ue aja sampe sekarang
masih belom percaya nih. Dab dari
semalem, pas shalat, gue terus berdoa mati$
matian semoga nyokap ngebolehin gue
bolos sekolah pakibg gak semingguan.
!oalnya gue pasti gak bakalan konsen
belajar nih kalo ingat di rumah numpuk 3ilm$
3ilm korea sampe bejibun banget gini.B Tari
terdiam. !peechless. Dia tidak bisa
membayangkan seberapa banyak 3ilm korea
yang dibelikan Ata, tapi dari nada suara %io
dan dari ketajiran Ata, jangan$jangan 3ilm
korea satu konter diborong semua.
BJadi...,B lanjut %io, Blo baik$baik sama Ata
ya, Tar. !oalnya dia udah ngasih upeti. 9ak
kira$kira pula upetinya nih. 2o harus
nemenin kemana pun dia pingin pergi. Terus
lo juga harus nurut apa kata dia. &ke)
,aham kan lo)B
B2o kok ngomongnya kayak germo gitu)B %io
terkekeh.
B5dah ya, Tar. ari ini gue sibuk banget nih.
Kudu nonton. ,okoknya lo inget pesan gue
tadi. 2o mesti, kudu, harus, #ajib baik$baik
sama Ata/B langsung ditutupnya telepon. Tari
ternganga.
B9ak sopan banget tuh anak/B gerutu Tari.
,erhatiannya langsung tertuju ke Ata.
BIni ada apa sih) 9ue gak ngerti.B Kedua
mata Tari menatap Ata dengan sorot
menuntut penjelasan. Tapi sepertinya Ata
malas bercerita panjang lebar. !ambil
meraih satu tangan Tari lalu
menggandengnya menuju mobilnya diparkir,
Ata meceritakan hanya garis besarnya.
BKarena hari ini gue 3ree, gak ada bimbel,
gue pingin jalan. "akanya kemaren sore
gue telepon lo. Ternyata lo udah punya
planning. 1ah terpaksa tuh planning gue
gagalkan. Dengan cara yang gak
merugikan. Itu aja.B
888
-enar$benar nyarus keliling Jakarta/
"onumen +asional, "useum +asional,
9edung Arsip +asional, "useum %atahillah,
dan beberapa masjid tua. "eskipun hanya
sebentar berada di tempat$tempat yang
meretas dari era prakolonial sampai
kemerdekaan itu, Ata selalu tenggelam
dalam keseriusan yang setara dengan turis$
turis asing yng hanya punya kesempatan
sekali untuk mengunjungi tempat$tempat itu.
,elesiran yang mengusung salah satu tema
pidato kenegaraan -ung Karno$BJas "erahB
atau BJangan "elupakan !ejarahB$ benar$
benar membuat Tari takjub. ,ada masa kini,
saat anak$ank menyambut dengan histeria
segala sesuatu yang datang dari luar atau
ngejogrok seharian di #arnet, pelesiran di
jagat maya, kecenderungan Ata ke arah
sejarah negerinya sendiri ini termasuk unik.
9ak biasa. Tari, yang sama seperti sebagian
anak$anak muda negeri ini, tidak merasa
punya ikatan emosi dengan bangunan$
bangunan saksi perjalanan bangsanya itu,
untuk pertama kalinya memandang
bangunan$bangunan tua itu dan segala
isinya dengan mata yang berbeda. 2e#at
penuturan Ata, Tari diajak muai menyadari
bah#a semua bangunan itu miliknya juga.
Dan milik semua orang yang merasa diriny
orang Indonesia. "enjelang pukul lima sore,
Ata mengakhiri acara pelesiran itu dengan
memba#a Tari ke taman kota yang cantik.
Tidak terlalu besar, tapi danau kecil yang
dikelilingi rerumputan hijau dan beberapa
batang pohon yang menjulang tinggi dengan
dahan$dahan yang rimbun itu terasa seperti
oasis di tengah JakartE yang mulai gersang.
Keduanya lalu turun dan berdiri dengan
punggung bersandar di badan mobil.
"emperhatikan orang$orang yang ada di
taman itu. Karena hari libur, suasananya
begitu ramai.
B"akan yuk)B ajak Ata.
B2agi)B Taru terbelalak.
BKita kan baru makan di depan "useum
%atahillah tadi. "asa sih sekarang lo udah
laper lagi)B
B.uma mau nyobain. 9ue baru pertama kali
ke sinu. Jadi sekalian #isata kuliner.B
B&h gitu) &ke deh,B Tari mengangguk, jadi
setuju.
BTapi jangan yang berat$berat ya.B
BKalo yang berat bisa sepiring berdua, kan)B
Ata mengedipkan satu matanya. Tari
menatapnya dengan pandang ngeri.
B,lease deh. Dangdut banget, tau/B Ata
keta#a geli. Diraihnya satu tangan Tari dan
digandengnya menuju ke arah penjual gado$
gado.
BItu makanan berat , lagi, Ta.B
B'ame banget, Tar. ,asti enak gado$
gadonya tuh. Jangan$jangan itu yang
bumbunya pake kacang mede, bukan
kacang tanah. Tadi kan gue udah bilang,
kalo berat kita sepiring berdua.B Tari mengira
Ata bercanda. Ternyata co#ok itu serius. Ata
benar$benar memesan sepiring gado$gado.
!etelah meninggalkan Tari sekitar dua meter
dari gerobak penjual gado$gado, dia
menyeruak kerumunan pemesan yang
mengelilingi gerobak dan menenggelamkan
si penjual berikut asistennya dari
pandangan. Tak lama Ata kembali ke
sebelah Tari. !ementara menunggu
pesanan datang, kembali keduany
mengobrol ringan sambil memperhatikan
orang$orang yang memenuhi seluruh area
taman. Ketika pesanan gado$gadonya
datang, Ata menerima dengan antusias dan
segera mencoba sesuap.
BIya, bener. -umbunya pake kacamg mede.
.oba deh, Tar. Enak.B .o#ok itu
menyodorkan sendok yang baru saja
dipakainya menyendokkan gado$gado itu ke
mulut. Tari menggeleng. "ukanya langsung
pucat.
B9ak ah. 2o aja deh. Abisin.B
BKenapa sih) 9ue gak rabies kok. Apalagi
AID!. Jauh. Aman. Tenang aja. Atau mau
gue suapin)B Tari terperangah. Tapi tidak
dilihatnya senyum di bibir Ata. !epertinya itu
ta#aran yang benar$benar serius. anya
kedua bola mata hitam Ata menatap Tari
dengan senyum geli yang samar$samar.
-erbaur dengan sorot hangat yang juga
samar. Tak pelak, muka Tari sekarang jadi
benar$benar merah. -uru$buru dia berpaling
ke arah lain. Ketika #ajah merah padam itu
berpaling ke arah lain, menolak untuk
menatapnya lebih lama, baru ta#a Ata
pecah. Ta#a pelan yang disertai tangan kiri
yang terulur, meraih kepala Tari dan sesaat
memba#anya ke dada.
B!ori, bercanda,B bisik Ata. -ercanda kok
kayak gini/ Tari mengerang dalam hati.
B9ue udah lama denger ada gado$gado
yang enak, soalnya bumbunya pake kacang
mede. .umm gue lupa di mana lokasinya,B
Ata berbicara dengan suara kembali normal.
Kembali disuapnya sesendok gado$gado ke
mulut. Tiba$tiba ponselnya berdering.
Dengan tangan kirinya yang bebas, Ata
mengeluarkan alat komunikasi itu dari saku
depan celana panjangnya. !eketika
mukanya menegang. Kedua matanya
menatap lurus$lurus ke arah layar
ponselnya. "ulutnya sampai berhenti
mengunyah tanpa sadar.
BAda apa)B tanya Tari.
BAri/B desis Ata.
BKenapa) Dia telepon) Atau !"!)B Tari
langsung cemas.
B.oba liat.B Tapi Ata menolak
memperlihatkan layar ponselnya. Dia
bergegas menghampiri gerobak penjual
gado$gado, meletakkan piring yang isiny
baru berkurang dua sendok itu, lalu
menanyakan harga. Diserahkanny selembar
uang dan langsung balik badan tanpa
meminta kembalian. .o#ok itu menghampiri
Tari dengan langkah cepat. Tapi belum lagi
sampai, Tari menjeritkan ringtone tanda ada
!"! masuk. Dikeluarkannya benda itu dari
kantong luar tasnya. !ontak dia ternganga.
2ayar ponselnya memperlihatkan sebuah
!"!, pendek namun sanggup memberikan
e3ek yang sama seperti yang terjadi pada
Ata. 7ajah Tari menegang seketika itu juga.
,crn di dpn g#. 9a sopan bgt lo bF.
!ederet angka di ba#ah !"! itu membuat
Tari kemudian mendingin. Ari/
BAda apa)B Ata, yang telah berada di
sebelah Tari, bertanya dengan suara cemas.
!aat itu juga geram amarah keluar dari
mulutnya saat !"! saudara kembarnya itu
terbaca kedua matanya.
B-erarti dia gak jauh dari sini,B bisiknya.
BDia bisa ngeliat gue gak mau ngasih liat
!"! dia ke lo tadi. "akanya dia 3or#ard. Ini
!"! yang tadi lo terima)B tanya Tari, tanpa
sadar juga jadi berbisik. Ata mengangguk.
Kembali ponsel Ata menjeritkan ringtone.
"embuat sang pemilik, juga Tari, tersentak.
Kembali !"! dari Ari.
"akan sepiring bF pula ya. .kckck. Emang
mesra. Tp dangdut/ .ari yang kerenan
dong. -ikin orang mo muntah aja/
Kembali suara ringtone membuat keduanya
tersentak. Kali ini berasal dari ponsel Tari.
-isa ditebak. !"! dengan isi yang sama.
B-ener dia gak jauh. Dia bisa ngeliat kita
dngan jelas,B ucap Ata pelan. Kali ini
suarana diliputi ketegangan. Tari langsung
panik.
BDimana/) Dimana dia/)B serentak tubuhnya
berputar, menatap berkeliling. ,onselnya
yang kembali menjeritkan ringtone nyaris
membuat Tari menjerit. Kembali masuk !"!
dari Ari.
Knp crF g#) Di skul lo suka blagak ga liat/
Tak lama kemudian masuk satu !"!.
!uruh Ata prgi. Drpd kami rbut. 9# males
liat lo nangis di tmpt rame bgni.
"elihat serangan Ari sekarang ditujukan
langsung ke Tari, Ata segera mengambil
tindakan. Dikontaknya saudara kembarnya
itu. -eberapa detik yang terasa seperti
berjam$jam, ketika panggilan Ata itu$pada
usaha nonstop yang kelima$akhirnya
direspon.
BDi mana lo)B tanya Ata langsung. Kedua
matanya menatap berkeliling dengan
gerakan cepat dan tajam, berusaha
secepatnya menemukan keberadaa saudara
kembarnya.
BDi dekat sini di mana/)B Ata nyaris
membentak. Dengan kedua bola mata yang
menatap Ata lekat$lekat, sarat dengan
kecemasan dan ketakutan serta kedua bibir
yang tergigit tanpa sadar, Tari mengikuti
percakapan itu, tapi hanya bisa diikutinya
secara terarah. Kata$kata Ari tidak bisa
didengarnya dengan jelas. "eskipun begitu,
bisa didengarnya suara tajam yang khas itu.
"elihat ekspresi muka Ata, Tari sudah bisa
menduga, pembicaraan itu pasti
berlangsung dalam cara Ari. Kecuali ,ak
'ahardi sang kepala sekolah dan beberapa
guru$itu pun lebih sering insidentil, tak
terduga datang pertolongan entah dari
mana$nyaris tidak ada seorang pun yang
sanggup menekan pentolan sekolah itu.
-eberapa menit kemudian, komunikasi yang
nyaris hanya searah itu berakhir dengan
tiba$tiba, karena Ata langsung berseru
memanggil nama saudara kembarnya itu
dengan geram.
BDia putusin tiba$tiba. Kurang ajar tuh anak/B
Dijauhkannya ponsel itu dari telinga dan
langsung ditekannya salah satu tombol
sebanyak dua kali berturut$turut.
Didekatkannya kembali ponsel itu ke telinga.
,anggilannya tidak direspons, karena Tari
melihat sekali lagi Ata menjauhkan
ponselnya dari telinga lalu menekan tombol
yang sama dua kali berturut$turut. !ekali lagi
panggilannya tidak ditanggapi. -ertubi$tubi
percobaan tanpa hasil itu membuat Ata jadi
semakin berang. Dengan kedua rahang
terkatup rapat, kini dipindainya seluruh area
taman dengan tatapan setajam mata pisau.
Tari memutar tubuh, ikut memperhatikan
seluruh sudut taman.
BDia bilang dia di mana)B
Tari bertanya dengan kecemasan yang
makin memuncak.
BDi tempat dia bisa ngeliat kita,B ja#ab Ata
pelan.
BDengan jelas/B ,emindaian itu tanpa hasil.
"ulut Ata mengeluarkan geraman pelan.
"eskipun taman itu tidak terlalu luas, ada
terlalu banyak tempat Ari untuk
menyembunyikan diri. Ditambah lagi karena
hari ini hari libur, taman itu lumayan ramai
dengan pengunjung. 1ang artinya ada
banyak pergerakan yang terjadi. Tiba$tiba
ponsel Tari menjeritkan ringtone. Keduanya
terlonjak.
BKak Ari/B Tari memekik tertahan. Ditatapnya
ponsel dengan kedua mata terbelalak.
BJangan diangkat/B desis Ata seketika.
!erentak satu tangannya terulur,
mencengkeram pergelangan Tari yang
menggenggam ponsel.
B"ending gue aja yang angkat. Kali aja kalo
gue yang ngomong, dia jadi agak cooling
do#n,B usul Tari. BDari kemaren lo udah
sering ngomong sama dia, kan) Ada
hasilnya)B Ata menatapnya lurus$lurus.
B-arangkali aja sekarang beda,B Tari
berusaha mebujuk. !ebenarnya dia ngeri
dengan usulnya sendiri ini. Tapi
perkembangan masalah ini ke depan yang
lebih dia takutkan, karena dirinya tidak
mungkin tidak berangkat ke sekolah.
B9ak akan/B tandas Ata. "elihat sepasang
mata itu menatapnya begitu tajam, ditambah
cemgkeram kelima jari Ata di pergelangan
tangannya yang mengetat, ditambah lagi ini
tempat umum yang sangat terbuka, Tari
terpaksa mengalah.
B&ke deh.B Dia mengangguk. ,anggilan itu
berakhir. Tapi segera dilanjutkan dengan
panggilan berikut. "asih dari nomor yang
sama.
BDiemin aja,B ucap Ata dengan kedua mata
yang kembali memindai seluruh area taman.
Kelima jarinya masih menggenggam
pergelangan tangan Tari, tapi tidak sekuat
saat ce#ek itu menyatakan usulannya tadi.
,anggilan kedua itu berakhir, tapi panggilan
ketiga segera menyusul. -atas #aktu habis
dan panggilan itu berakhir. ,anggilan
keempat langsung terdengar.
B!ini ponsel lo/B !ebelum sempat Tari
menyadari, posel dalam genggamannya
telah berpindah tangan. B1a/)B sentak Ata
langsung. BTadi gue belum selesai
ngomong... 9ue yang ngerebut ponselnya.
2o gak liat) Dan gue juga yang ngelarang
dia ngangkat telepon lo. Kenapa) "au
protes)B Dengan perhatian terpecah antar
ponsel di telinga dan sepasang mata yang
terus memindai setiap sudut taman dengn
#aspada, Ata meraih satu tangan Tari.
Ditariknya ce#ek itu rapat ke sebelahnya.
,embicaraan itu singkat. Kali ini Ata yang
mengakhiri. Dengan nada suara menurun,
dia meminta saudara kembarnya agar
bersedia menyelesaikan masalah ini hanya
berdua, tanpa melibatkan Tari. !ambil
menghela napas Ata mengembalikan ponsel
itu ke Tari.
BKita balik aja, Tar,B ucapnya. Tari langsung
mengangguk. Keduanya bergegas menuju
E6erest hitam Ata diparkir. .o#ok itu
menggandeng Tari erat$erat. !ambil terus
memindai seluruh area taman dengan
#aspada, dibukana pintu kiri depan. Dengan
tangan kanan yang terentang mengikuti
ayunan pintu mobil, Ata kemudian
mengambil posisi berdiri yang membuat Tari
terlindung dengan baik di balik
punggungnya. Dia benar$benar
mengantipasi kemungkinan saudara
kembarnya muncul pada detik$detik terakhir
dan nekat menyulut keributan terbuka.
-egitu Tari sudah masuk ke mobil, Ata
langsung menutup pintu setelah
sebelumnya menekan tombol kunci. Dengan
langkah$langkah cepat diputarinya mobil,
membuka pinti di sebelah kemudi, dan
segera melompat naik. Tak lama taman itu
telah menghilang dengan cepat di belakang.
Tapi dua menit kemudian Ata menepikan
mobil lalu menoleh ke tepi jalan di sebelah
kanan.
BAda apa)B tanya Tari cemas. Dia
mencondongan tubuh untuk mengetahui
apa yang sedang dipandang Ata dengan
sorot #aspada itu. !eketika tubuhnya
menegang. Di seberang, di mulut sebuah
jalan kecil yang rindang oleh sebatang
pohon besar, Ari duduk di atas motor hitam
pekatnya. Kedua tangannya, yang
terbungkus jaket hitam yang biasa, terlipat di
depan dada. Kepalanya yang tertutup helm
terarah lurus$lurus ke arah Tari yang duduk
bersebelahan dengan Ata. Kepala
terselubung helm yang juga ber#arna hitam
pekat itu kemudian menggeleng$geleng.
9erak gelengan itu pendek$pendek dan
perlahan, ditambah rentang jarak dalam
kisaran dua puluh lima sampai tiga puluh
meter. +amun Tari bisa merasakan, bahkan
dengan setiap pori$pori yang ada di
tubuhnya, atmos3er bahaya kini tengah
menghampiri dirinya dan Ata.
BDia ngejar kita dari taman,B desis Ata pelan.
Dikeluarknnya ponsel dari saku depan
celana panjangnya, kemudian dengan cepat
dipilihnya satu nama. Tanpa kedua matanya
teralihkan, Ari mengeluarkan ponselnya dari
saku depan celana jins birunya. Dia
mematikan panggilan itu bahkam tanpa
melihat ke arah ponselnya sama sekali.
Dering nada tunggu yang keluar dari ponsel
Ata seketika berhenti.
B!ialan/B maki Ata pelan. Diletakannya
ponselnya di dasbor. Tidak berusaha
mencoba lagi karena sadar itu cuma usaha
yang buang$buang tenaga. Dengan kedua
lengan yang kini melintang di atas setir dan
tubuh condong ke depan, dibalasnya
tatapan yang tertutup kaca helm itu, dengan
sorot mata yang sama tajamnya.
"eman3aatkannya ruas jalan yang sesaat
lengang, mendadak Ari menggas motorny
dan melesat menyeberangi ruas kosong itu.
Tangan kiri Ata langsung terulur untuk
melindungi Tari, seakan dia tahu sesuatu
yang buruk akan terjadi. !emua yang
kemudian terjadi sungguh$sungguh dalam
hitungan kejap. !ang pentolan sekolah itu
berkelebat dengan cepat di sisi kanan mobil,
mela#an arus. !ebuah hantaman yang
keras menggetarkan badan mobil saat dia
berada tepat di sebelah pintu pengemudi.
Tari dan Ata terlonjak. 'e3leks Ata
menggerakkan tubuhnya, menutupi Tari
sepenuhnya. -elum lagi mereka sempat
tersadar, terdengar bunyi berderak keras
disusul denting pecahan kaca yang
berjatuhan ke aspal jalan. !pion kanan
mobil Ata hancur total, dihantamkan Ari ke
badan mobil. 'angka spion itu kini melekat
nyaris rapat di badan mobil dengan tiang
yang patah dan kotak tempat kaca spion
yang kini kosong dan retak parah. Tari pucat
pasi. "embeku di joknya. !ementara Ata
segera tersadar. BTu anak gila ya/)B Ata
terperangah. Tidak memercayai tindakan
saudara kembarnya. Tubuhnya sampai
berputar seratus delapan puluh derajat,
mengikui lesatan motor hitam itu sampai
benar$benar lenyap dari pandangan. .epat$
cepat Ata melepas seatbelt, membuka pintu
dan melompat turun untuk mengetahui
seberapa parah kerusakan yang terjadi.
Dengan mulut ternganga, Ata geleng$geleng
kepala. B-ener$bener dia cari ribut/B
desisnya ketika kembali masuk mobil.
B9ue anter lo pulang dulu, Tar.B Dengan
geram dipasangnya seatbelt, meraih
persneling, lalu menginjak gas. !epanjang
perjalanan keduanya nyaris tak berbicara.
!ebagian perhatian Ata tercurah ke jalan
raya yang digilasnya dengan kecepatan
tinggi, sementara sebagian lagi jelas
tersangkut pada peristi#a tadi. !etengah
kesadaran Tari juga masih terkunci dalam
peristi#a kekerasan yang dilakukan Ari tadi.
Dia benar$benar cemas, akan separah apa
lagi peristi#a tadi berimbas terhadap
hubungan mereka bertiga. 2ima belas
kemudian Ata menghentikan mobilnya di
muluy jalan kecil yang menuju rumah Tari.
Dia menoleh dan.melihat muka Tari masih
pucat.
B"ending lo ajak Kak Ari ngomong baik$baik
aja deh, Ta,B ucap Tari pelan, tapi suaranya
benar$benar kasat kekuatiran.
BIni gue mau nyamperin dia karena gue mau
ngomong baik$baik.B Ata tersenyum
menenangkan. Kedua mata Tari menyipit.
B9ue gak yakin.B .e#ek itu menggeleng.
!enyum Ata pecah jadi ta#a tertahan.
B-anyak hal di dunia co#ok yang sulit
dipahami oleh ce#ek,B ucapnya lunak.
Dilepaskannya seatbelt dari tubuhnya,
disusulnya kemudian dilepasnya seatbelt
yang melintang di tubuh Tari. .o#ok itu
kemudian membuka pintu pengemudi dan
turun, lalu memutari mobil dan membuka
pintu di sebelah Tari.
B1uk, gue antar lo pulang. Tapi sori, gak bisa
sampe depan rumah.B Dengan tarikan yang
lembut tapi tak bis dila#an, Ata menurunkan
Tari dari mobilnya. Dengan langkah cepat
kemudian menggandeng Tari sampai di
separuh jalan menuju rumahnya, untuk
memastikan Tari benar$benar aman dan
untuk meyakinkan diri sisa jarak yang tidak
sampai seratus meter itu tidak akan
mengancam keselamatan Tari. B!ampe sini
aja ya, Tar.B Ata melepaskan
genggamannya. BJangan sampe ribut sama
Kak Ari ya, Ta. Dia emang gitu. !uka kasar.B
Tari menatapnya dengan cemas. Ata cuma
tersenyum tipis, mengangkat kedua alisnya,
balik badan lalu bergegas ke mobilnya yang
pintu kiri depannya masih dalam keadaan
terbuka. Tatapan Tari mengikuti Ata sampai
masuk mobil. E6erest hitam itu kemudian
melesat, hilang dari pandangan. .e#ek itu
menghela napas lalu balik badan dan
berjalan menuju rumahnya dengan pikiran
yang kontan jadi stres. ari ini benar$benar
hari yang aneh. Dibuka dengan suprise Ata
yang bikin histeris, tapi ditutup dengan
suprise Ari yang bikin miris.
888
Jam delapan malam. !etelah berkali$kali
Tari mencoba menelepon dan Ata tak
pernah mengangkat, akhirnya co#ok itu
menelepon balik. Tari langsung melenting
dari atas tempat tidur, tempatnya selama ini
mengerjakan tugas biologi dengan posisi
tengkurap dan dengan konsentrasi cuma
setengah. Disambarnya ponselnya dari atas
meja.
Balo, Ta. 9imana) Kak Ari ngamuk ya)
Kalian berantem) 2o dipukul)B langsung
diberondongnya Ata dengan pertanyaan
bahkan sebelum co#ok itu sempat bilang
halo.
BKetemu juga gak, Tar,B ucap Ata berat.
BTelepon gue gak ada yang dia angkatn
!"!$!"! gue juga gak ada yang dia bales.
Ini gue masih di deket gapura kompleks
rumahnya. 9ue gaj tau ke mana harus nyari
dia, jadi gue tungguin aja dia di sini. +tar
kalo dia nongol, tinggal gue.kuntit sampe
mana gitu, terus gue samperin.B Ata
menghentikan sejenak kalimatnya. Dia
menghela napas.
B9ak mungkin gue terang$terangan ngasih
tau gue nunggu di deket gapura, karena dia
masih ngira gak ada satu pun orang yang
tau di mana dia bersarang. Termasuk lo dan
gue.B
BJadi gimana sekarang)B Tari jadi ingin
menangis. Terbayang masalah ga#at yang
menantinya di sekolah besok. Ata menghela
napas lagi.B9ue udah bilang di !"!, gue
yang maksa lo nemenin gue jalan tadi. Jadi
kalo dia gak suka, silahkan marah ke gue.B
BItu gak guna, lagi...B Tari jadi ingin benar$
benar menangis sekarang.
BDaripada gue datengin rumahnya, malah
tambah ga#at nanti. 2agi pul gue males
ketemu -okap, Tar. Tolong ngertiin gue
untuk yang soal yang satu ini.B Tari terdiam.
Kalimat terakhir Ata menohoknya. ,ada
a#alnya Ata memang pihak ketiga yang
menerjukan diri ke dalam kancah
pertempurannya dengan Ari. Tapi kini Ata
punya medan pertempurannya sendiri.
Dengan la#an yang juga Ari.
BIya deh. Kita liat aja besok
perkembangannya gimana,B ucap Tari
akhirnya.
B"udah$mudahan aja tadi ekspresi muka
gue emang keliatan kayak muka orang yang
dipaksa.B
B9ue akan terua coba untuk ngontak dia.
Doain aja dia mau ngangkat. Atau gak, dia
mau bales satu aja !"!$!"! gue.B
B"udah$mudahan,B Tari menja#ab dengn
suara lirih dan muram. !uprise bahagia dan
suprise bencana. ,ada akhirnya lagi$lagi Ari
yang sepertinya akan jadi pemba#a tro3inya.
8888
Ari berdiri di ujung koridor lantai dua gedung
selatan, tempat kelas dua berlokasi. Kedua
tangannya tenggelam dalam saku celana,
sementar matanya tertancap lurus pada
gerbang besi hitam di depan sekolah. Tak
lama orang yang ingin dilihatnya muncul di
sana, berjalan mele#ati ambang gerbang.
!ambil berjalan kepala Tari menoleh ke
segala arah. "encari$cari dengan #aspada.
Ari tersenyum tipis menyaksikan itu. 2o nyari
gue) ucapnya dalam hati.
B-elom #aktunya...B Kali ini bisikan lirih itu
keluar mele#ati kedua bibirnya. +amun,
bisikan yang hanya bisa didengar oleh
dirinya sendiri itu lalu membuat kedua
matanya meredul. !eiring penyesalan tipis
yang perlahan mulai menyentuh hatinya. Dia
tahu, suatu saat nanti penyesalan ini akan
menebal dan terus menebal. !ampai
mencapai tara3 yang tak akan pernah ada
cara menembusnya. -ahkan mungkin
dirinya tak akan pernah bisa dimaa3kan.
+amun tak ditemukannya cara lain. anya
ini. Kalaupun ada, sudah terlambat. !udah
tidak ada lagi jalan untuk mundur,
menganggap ini tidak pernah terjadi lalu
mulai dengan cara yang baru. Jika siapa
ditanya yang akan menderita, semua yang
terkait dalam masalah ini akan menderita.
Tetapi dirinya sudah mulai merasakan itu
sejak berminggu$minggu lalu. Tari memasuki
kelasnya dengan perasaan heran. Kok
aman ya) desisnya dalam hati. !ambil
meletakkan tasnya di lantai, di sebelah
bangku yang kemudian didudukinya,
dikeluarkannya ponsel dari saku kemeja.
Dikontaknya Ata.
BKak Ari udah nelepon)B
B+ihil,B Ata menja#ab dengan suara berat.
BIni gue msih terus nyoba mgontak dia, !"!
juga. 9ak ada respons sama sekai. 2o
ketemu dia) 2o udah di sekolah kan
sekarang)B
B5dah. -aru aja sampe. 9ue juga gak
ngeliat dia sama sekali. Tapi motornya sih
ada.B
BDia gak telepon lo atai ngirim !"!)B
B9ak sama sekali.B Keduanya terdiam.
BJadi gimana nih)B tanya Tari kemudian
dengan cemas.
B9ue malah ngeri kalo gak kebaca gini.B Ata
menarik napas panjang.
B+unggu. 9ak ada cara lain. !elama dia gak
mau ngangkat telepon gue, gue juga gak
bisa apa$apa. 9ak mungkin kan, gue
nyamperin ke rumahnya apalagi nongol di
sekolah kalian) -isa kenapa$kenap lo
nanti.B
BJangan/B seru Tari serta$merta.
B"akanya. 9ue juga malas ketemu -okap
gue. Jadi ya kita cuma bisa nunggu Ari yang
memulai kon3rontasi. 9ak ada lagi. 9ue gak
mau ngambil tindakan karena gue kuatir
akibatnya ke lo. Ini pun Ari udah tau gue
#orry banget soal lo kalo situasinya kayak
gini. ,asti tu anak sekarang lagi keta#a$
keta#a. 9ue yakin. Tapi masih mending
begini daripada gue ngambil tindakan.B
9anti Tari menarik napas panjang.
B1a udah kalo gitu.B Tari terpaksa setuju.
2ebih karena tidak bisa memikirkan alternati3
lain yang bisa diambil. Empat hari berlalu
dalam suasana tenang yang aneh.
Ketenangan yang justru memicu munculnya
banyak kekuatiran dan prasangka di dalam
kepala Tari. Ketenangan yang membuat
kedua matanya selalu mencari$cari
keberadaan Ari. Ketenangan yang membuat
seluruh indranya selalu dalam kondisi siaga.
Ketenangan yang membuat intensitas
komunikasinya dengan Ata jadi melonjak
tinggi. Dan.ketenangan yang semu karena
pasti mempunyai jangka #aktu. Dan
ternyata hari inilah ujung jangka #aktu itu.
2angkah Tari terhenti di depan undakan
tangga menuju lantai dua. Ari berdiri di
hadapannya. Di anak tangga terba#ah.
Kedua tangannya terlipat di depan dada.
Tambahan dua puluh senti meter dari anak
tangga yang dipijaknya membuat tubuh
tinggi co#ok itu semakin menjulang. Ada
ruas kosong di tangan kirinya, tapi Tari tidk
berniat menerobos. Dia tahu, kedua ruang
kosong itu adalah dinding yang tidak kasat
mata. 1ang bahkan lebih susah ditembus
daripada baja. Kedua manik hitam mata Ari
langsung tertancap pada ce#ek yang
memang sedang ditunggunya itu.
Barus gue sebut apa tindakan lo nih)
"akar) Kudeta)B tanyanya tajam. B,acaran
sama sodara kembar gue sendiri.B Ari
geleng$geleng kepala.
B9ue gak pacaran sama dia. Kami cuma
temenan.B
B.uma beda cara nyebutnya. 2agian mata
gue gak gitu nangkapnya.B
B.uma temen/B Tari menegaskan dengan
sentakan dalam suaranya.
BTeman tapi mesra, ya)B
BTerserah apa kata lo deh,B ucap Tari malas.
Tapi dia langsung melanjutkan kalimatnya
saat menyadari bah#a dia bisa
menggunakan kesempatan ini untuk sedikit
mengangkat dagu di hadapan co#ok yang
sok berkuasa ini.
B"endingan akrab sama dia daripada lo,
tau/B Ekspresi kaku di muka Ari menghilang.
Tersapu sebuah senyuman lebar.
B2o tuh senang banget ya kalo bisa
ngela#an gue.B !enyum itu kemudian
melembut. B9ue suka mulut lo. 9ak manis,
tapi apa adanya.B Ari lalu berdeham. !esaat
kedua tangannya yang terlipat di depan
dada mengetat. "embuat kedua bahunya
sesaat terangkat.
B"endingan akrab sam Ata daripada sama
gue,B dia menggumamkan kalimat terakhir
Tari, dengan kedua mata terarah pada
dinding kosong di sebelah kanannya.
B9ue boleh tau alasannya)B ,andangannya
kembali ke Tari. ,ijar kemenangan seketika
muncul di kedua mata Tari. Tanpa kentara,
hitam kedua bola mata Ari merekam pijar itu
dan menyimpannya dalam memori.
B9ue sebutin satu$satu. 2o pasang kuping
baik$baik ya.B
B&ke. B Ari mengangguk kecil, menahan
senyumnya.
BDia baik...B
B9ue gak)B
BItu lo bisa ja#ab sendiri.B
B9ak, kayaknya.B Diikutinya permainan itu.
BDia gak kasar kayak lo.B
B9ak kasar kayak gue,B Ari mengulang
kalimat Tari. Kedua matanya menyipit
menatap langit$langit. B&ke. Itu emang harus
gue akuin,B Ari mengangguk. BApa lagi)B
BDia juga gak suka maksa$maksa apalagi
ngancem kayak lo.B
BJelas aja dia gak perlu maksa apalagi
ngancem. 2o akan lari ke dia dengan
sukarela.B Tari tidak mengacuhkan kalimat
Ari itu. Dia teruskan deretan
perbandingannya.
BDia juga gak merokok.B Ta#a Ari hampir
menyembur.
BDia ngerokok,B ucapnya dengan nada
kalem yang menyimpan kemenangan.
B1a gak di depan lo lah. Kan untuk
menciptakan perbedaan dengan gue.B Tari
tertegun.
B2o bohong. Ata gak ngerokok/B bantahnya
kemudian dengan suara keras.
B"au taruhan) mm) Dia ngerokok. ,arah
juga, kayak gue,B Ari menegaskan. Dengan
intonasi suara seakan$akan seperti
mengatakan Bturut berbelasungka#aB.
Keseriusan Ari saat itu kembali membuat
Tari tertegun. Tapi tak lama ce#ek itu
tersadar. Dia gelengkan sedikit kepalanya.
!eperti sedang mengusir sebuah prasangka
dari dalam kepala.
B9ak masalah itu sih. ari gini semua co#ok
pada ngerokok. ,aling gak, dia gak kayak
lo. 5dah perokok parah, tukang ta#uran,
lagi.B Kali ini ta#a Ari hampir menyembur.
B.k, 3uuuh/B Ari menarik napas lalu
menghembuskannya perlahan.
B2o sukses dikibulin sama dia.B .o#ok itu
geleng$geleng kepala.
B!ekarang gue buka ke lo semua tentang
sodara kembar gue itu ya. Terserah lo mau
bilang apa.B Ari terdiam. !eperti sedang
mempersiapkan Tari untuk menerima semua
in3o yang mengejutkan tentang Ata. !emua
kebenaran yang menyangkut saudara
kembarnya itu.
BAta ngerokok. ,erokok berat, sama kayak
gue. Dia juga tukang berantem. Kalo ini,
terserah lo mau percaya atau gak, dia lebih
parah dibandingi gue. Dia juga raja trek$
trekan. Kalo ini kami cuma beda tipis. Kalo
lagi malas belajar, ya dia cabut. Dia gak
masalah soal itu.B Tari ternganga.
B-ohong lo/ %itnah/B serunya penuh emosi.
BDia tuh bimbelnya aja rajin banget, tau/
Apalagi sekolah.B
BItu kan katanya. Emang lo pernah ngeliat
sendiri) 9ak, kan)B Ari mengangkat kedua
alisnya tinggi$tinggi.
BAda yang...B 5capannya mendadak
terhenti. Tari menoleh ke belakang,
mengikuti pandangan Ari. !eorang co#ok
berdiri tak jauh di belakang Tari.
"emandang Ari takut$takut tapi tida
beranjak dari tempatnya. Kemudian dari
arah koridor berbelok satu orang lagi. 2alu
satu orang lagi. Dan satu orang lagi. Tak
lama di depan tangga sudah bekumpul
sekelompok sis#a kelas sepuluh. Ari
berdecak. Dilihatnya jam di pergelangan
tangan kirinya. !etengah tujuh kurang lima
belas meniy. ,antas. !udah masuk jam
sibuk.
BKalian le#at tanga di kelas sebelas aja/B
perintahnya. Anak$anak kelas sepuluh itu
saling pandang. Dulu Ari juga pernah
memblokir tangga. Akibatnya mereka harus
menggunakan tangga lain yang berada di
jantung area kelas sebelas itu. Akibatnya
banyak dari mereka yang harus merogoh
kantong, karena anak$anak tangga itu
kemudian berubah jadi kayak jalan tol. "au
le#at) -ayar/ Karenana sekarang sis#a$
sis#a kelas sepuluh itu bergeming, tetap
berdiri di tempat masing$masing. Apalagi
setelah mereka melihat separuh anak$anak
tangga itu dipenuhi co#ok$co#ok kelas
sebelas. !ebagian sedang asyik ngobrol,
sebagian tenggelam dalam buku, sementara
sebagian lagi sekedar membunuh #aktu.
,emandangan itu jelas$jelas semakin
membuat anak$anak kelas sepuluh yang
menyemut di depan tangga memilih untuk
tetap berada di dekat sang pentan sekolah.
Karena justru lebih aman. !atu lagi yang
menarik dari Ari. Diasama sekali gak.hobi
menggecet para juniornya. Kecuali kalau tu
junior nyolot. Kalau kasusnua begitu, apa
boleh buat. Terpaksa Ari membuat "&!
susulan yang sedikit ala !T,D+. -iar tu
junior bisa mencamkan dengan jelas di
dalam tengkorak kepalanya, siapa yang
berkuasa. Ari berdecak lagi.
B!st, lo/B Tanpa bergeser dari tempatnya
berdiri, Ari mengulurkan tangan kananya lalu
menjentikkan jari ke arah seorang sis#a
yang sedang melintas di koridor.
B!ini lo.B Dia gerakkan jari telunjuknya.
.o#ok itu mendekat dengan tampang
bingung dan agak takut. BIya, Kak)B
B2o kelas berapa)B
B!ebelas, Kak.B
B9ue udah tau kalo itu. Kalo lo kelas
sepuluh sekarang lo pasti udah ikutan
ngantre disini. !ebelas berapa)B
B!ebelas I,A dua, Kak.B Ari mengangguk
sedikit. B!uruh temen$temen lo ngosongin
tangga. Anak kelas sepuluh mau le#at.
Tangga yang ini udah gue booking,B
perintahnya dengan nada tegas.
BIya, Kak.B .o#ok kelas sebelah itu
mengangguk pelan.
BJangan sampe gue denger ada yang bikin
ulah ya.B !uara Ari berubah tajam.
BIya.B .o#ok kelas sebelah itu mengangguk
lagi lalu balik badan.
BKalian ikutin dia/B perintah Ari ke arah
kerumunan sis#a kelas sepuluh yang
menyemut di depannya. Tapi keremunan itu
tetap diam di tempat.
B.epet, ikutin/B !uara Ari meninggi, agak
membentak.
B9ue liatin dari sini/B -aru keremunan itu
bergerak. "engekor di belakang sis#a kelas
sebelas tersebut. Dengan kedua tangan
yang kini berkacak pinggang, kedua mata
Ari mengikuti dengan sorot tajam.
"emastikan tidak ada seorang pun anak
kelas sebelas yang berani coba$coba
menggoyangkan otoritasnya. Tari ikut balik
badan dan nalah mengikuti yang lain.
B2o gak termasuk.B Dengan kedua mata
tetap mengikuti barisan anak$anak kelas
sepuluh itu, Ari meraih satu tangan Tari.
Ditariknya kembali ce#ek itu ke
hadapannya.
B"asih ada yang harus lo denger.B
B%itnah lo lagi)B tanya Tari sengit.
B2o boleh pake kata apa pun.B !eorang
sis#a melintas di koridor sambil menikmati
sarapannya. !epotong roti yang
dipegangnya dengan tangan kiri sementara
tangan kanannya memeluk tas tenteng yang
tampaknya sarat dengan buku. Tas ransel
yang digendongnya di punggung juga
kayaknya sama beratnya dengan tas
tentengnya.
B2o yang lagi makan/B panggil Ari sambil
menjentikkan dua jari tangan kanannya
yang bebas. .o#ok itu menoleh. 2angsung
berhenti melangkah dan mulutnya juga
berhenti mengunyah.
B2o berdiri disitu. Kosongin koridor. !uruh
semuanya turun le#at taman. -ilang anak$
anak kelas sepuluh le#at tangga di kelas
sebelas. Dan kalo ada yang berhenti buat
nonton, lo gampar aja. ,aham)B ,aham gak
paham, co#ok yang sepertinya kelas
sebelas itu mengangguk dalam
kebingungan yang terlihat sangat jelas di
kedua mata dan ekspresi mukanya.
BDan lo jangan coba$coba nguping.B
B9ak, Kak.B .o#ok itu langsung
menggeleng. Dengan seorang B,olantasB
yang siap mengamankan arus di dekitar
TK,, sekarang Ari nisa mencurahlan seluruh
perhatiannya pada ce#ek yang masih
dicekalnya dengan satu tangan ini.
B-ossy banget sih lo,B ucap Tari dengan
nada muak. Disentaknya tangan Ari dengan
kasar saat kelima jari itu akhirnya
melepaskan lengannya.
BEmang,B ja#ab Ari tenang.
BDi sekolah ini yang gak sadar posisi kan
emang cuma lo.B
BApa lagi yang harus gue denger)B
BTinggal yang lo belom tau aja. 9ak banyak.
9ue ambil yang penting. 9ak tega mau
ngasih tau semuanya. !ekarang aja
tampang lo udah tampang ce#ek broken
hearted gitu. Kalo gue diiAinin meluk sih gak
papa.B Kalimat Ari itu membuat kedua bibir
Tari mengatup kaku. Ari menarik napas lalu
mengembuskannya dengan cara seperti
sedang berusaha melegakan dirinya sendiri.
BAta...,B ucap Ari sambil berjalan mundur ke
arah dinding lalu menyandarkan
punggungnya di sana. Kedua matanya
menatap Tari lekat$lekat. !atu poin
sebenarnya teramat sulit untuk diucapkan.
Karenanya beberapa detik terle#at dalam
keheningan sebelum akhirnya Ari kembali
buka mulut. Dan suara yang keluar adalah
suara terberat yang pernah di dengar Tari
yang keluar dari mulut co#ok itu. BAta juga
jago minum. 2o pasti tau apa yang gue
maksyd di sini. Alkohol. !eberapa parah,
lebih baik lo tanya sendiri ke orangnya. Tapi
kalo cuma sebotol dua botol sih gak bakalan
bisa bikin dia tepar.B -ibir kaku dan terkatup
rapat di depan Ari seketika ternganga lebar.
-ersamaan dengan sepasang mata Tari
yang juga terbelalak maksimal.
B2o kele#atan/B desisnya dengan gigi
gemeretak.
B9ue ngomong apa adanya,B ucap Ari
tenang. !emangat dan keyakinan yang
menyalakan kedua pijar di kedua mata Tari
saat membicarakan Ata pada a#al tadi
seketika hilang. Ari menyaksikan itu dengan
nada sakit. In3o terakhir yang baru saja dia
berikan akhirnya jadi in3o yang tidak bisa
ditoleransi. Kedua mata Tari merebak.
B2o keterlaluan. Jahat banget sama sod...B
"ulut Tari langsung dibekap telapak tangan.
B9ue ngomong apa adanya,B Ari
menegaskan. Kali ini dengan bisikan. Tari
mengenyahkan tangan yang menutupi
mulutnya itu dengan kasar lalu bergerak
menjauh. Dihapusnya air matanya dengan
punggung tangannya.
BKalopun semua omongan lo itu bener, gue
yakin itu pasti gak bener. Dia tetep lebih baik
daripada lo kemana$mana. Kalopun bener,
dia pasti punya alasan kenapa begitu.B Tari
menghapus habis air matanya.
BDia gak jahat kayak lo/B ,embelaan itu
menyalakan kembali pijar di kedua bola
mata cokelat tua itu, meskipun tak
secermelang kelip a#alnya. Ketika pijar itu
kembali, Ari mendapati keseluruhan
tubuhnya nyaris luruh dalam kelegaan yang
sarat. !ebuah senyum lembut kemudian
muncul di bibirnya.
B9ue akan menganggap bah#a dalam alam
ba#ah sadar lo, sebenernya itu buat gue.B
,andangan Ari beralih ke anak kelas
sebelas yang diperintahkannya berjaga di
depan koridor depan tangga. Anak itu masih
melaksanakan tugasnya. Ari melirik jam
tangan. !etengah tujuh kurang lima menit.
B5dah mau bel,B ujarnya. Tari bergeming.
Ditatapnya co#ok itu dengan pandang
marahnya yang seperti mampu membakar
apa pun yang berada di dekatnya.
B,elototan lo gak bakal ngerubah 3akta,B
ucap Ari dengan suara rendah. Dia mundur
ke arah dinding lalu lagi$lagi menyandarkan
punggungnya di sana. !etelah beberapa
saat terle#at dan Ari tetap bergeming, tetap
berdiri di tempatnya dengan punggung
bersandar di dinding dan kedua tangan yang
kemudian dilipatnya di depan dada, baru
Tari bergerak. Tari sadar, semua gelagak
marahnya untuk co#ok ini cuma nyala obor
kecil di depan sebongkah gunung es, yang
kekokohannya bahkan akan bertahan dalam
perjalanan dari Antartika sampai
Khatulisti#a. Dengan kedua mata yang
sesaat tetap menatap Ari, didakinya anak$
anak tangga. "uncul kilatan di kedua bola
mata hitam Ari saat Tari akhirnya
memalingkan muka. -egitu tubuh ce#ek itu
berbalik arah mengikuti bagian keua
undakan anak tangga yang berubaj arah
seratus delapan puluh derajat, Ari langsung
bergerak. Dengan kecepatan yang nyaris
seperti kelebat petir saat menciptakan ruang
hampa. Di anak tangga keempat, kaki kanan
Tari hanya menjejak dalam #aktu yang
bahkan satuan #aktu terkecil tak mampu
mencatatnya. !ebuah tangan tiba$tiba saja
meraihnya dari arah belakang. -ahkan tidak
tersedia cukup #aktu baginya untuk
menyadari apa yang tengah terjadi.
Tubuhnya sudah terjatuh ke belakang. Ari
hanya meraih pinggang itu dengan gerakan
ringan, lalu mendorongnya ke belakang juga
dengan gerakan ringan. Tak perlu
mengeluarkan banyak tenaga untuk
menjatuhkan tubuh Tari ke arahnya.
Ketidak#aspadaan ce#ek itu yang akan
bekerja untuknya. 1ang harus dilakukannya
hanya menangkap tubuh itu, menyelaraskan
diri dengan hukum gra6itasi, lalu
mendudukkan Tari dengan hati$hati di anak
tangga terba#ah. !engaja di anak tangga
terba#ah, bukan di lantai datar di dekatnya,
karena Ari merasa saat ini dirinya tak punya
cukup kekuatan untuk mempertahankan Tari
agar tidak pergi. -ertolak belakang dengan
ketenangan yang terlihat, jauh di dalam,
pembicaraan tad sesungguhnya teramat
melelahkannya. Karena itu dimintanya
bantuan bumi untuk menahan kepergian
Tari. Karena dirinya tk sanggup untuk saat
ini. Ketika sedetik kemudian kesadarannya
kembali, Tari mendapati dirinya duduk tak
berdaya. !udut empat puluh lima derajat
yang dibentuk oleh undakan$undakan anak
tangga itu menenggelamkannya dalam
kekuatan penuh gra6itasi. -agaimanapun
ingin, bagaimanapun dia berusaha, dirinya
tak bisa lari. -umi mencengkeramnya. -umi
yang hangat. -umi yang berdetak. -umi
yang mengulurkan kedua lengan dan kini
mengurungnya dalam lingkaran. ,ada
seseorang yang kejatuhannya telah
ditangkapnya dengan kedua lengan dan kini
tengah disanggahnya dengan seluruh
keberadaannya, Ari menundukkan kepala.
Dan dibunuhnya satu$satunya jarak yang
tersisa. 2ingkaran itu kemudian menghilang.
B9ue pingin banget meluk lo. 5dah gak inget
lagi sejak kapan gue harus mati$matian
menahan diri.B Tari membeku dalam bumi
yang merengkuhnya. -umi yang
menenggelamkannya. -umi yang
membunuh jarak di antara mereka. -umi
yang memberina bisikan itu. !edetik jeda
diberikan Ari agar ce#ek yang sangat ini
tengah dipeluknya mampu mencerna apa
yang diucapkannya. 2embut kemudian
ditariknya Tari sampai berdiri. ati$hati dia
uraikan kedua lengannya..hati$hati pula
disandarkannya tubuh Tari pada dinding
kokoh di belakangnya. Kemudian co#ok itu
berbalik dan pergi. "eninggalkan Tari dalam
kebekuan yang membuatnya hanya bisa
menatap punggung yang menjauh itu. -agi
Tari, yang barusan terjadi itu antara ada dan
tiada. -isikan itu hanya menelan sekejap
#aktu. !egala yang terjadi bersamanya juga
hanya sekejap #aktu. +amun, sekejap itu
seperti menghentikan laju sang #aktu.
!ekejap itu menyingkap yang tersembunyi.
!ekejap itu tak terpahami. !ekejap yang
seperti abadi.
8888
Jam istirahat pertama. Ari menunggu
sampai ruang kelasnya nyaris kosong lalu
berjalan menuju meja guru. Di sana, setelah
mengeluarkan ponselnya dari saku celana,
diangkatnya tubuhnya ke atas meja. Dengan
punggung menghadap ke salah satu sudut
kelas untuk memastikan tak seorang pun
mendengarkan pembicaraannya,
dikontaknya co#ok kelas sebelas yang tadi
pagi diberinya tugas untuk jadi polantas.
Di sebuah ruang kelas di area kelas
sebelah, co#ok yang dihubungi Ari langsung
mengubah sikap begitu tahu siapa pemilik
nomor itu.
B2o ke kelas sepuluh sembilan. A#asin
ce#ek yang tadi pagi gue tahan di tangga,B
perintah Ari. Tanpa prolog. Tanpa basa basi.
.o#ok kelas sebelas itu sempat tertegun,
sebelum kemudian dia sempat mengiyakan
dengan nada patuh seorang junior terhadap
senior yang paling berkuasa. !elembar
uang kertas #arna biru yang tadi pagi
diselipkan Ari tanpa kentara di saku
kemejanya membuat makin tidak bisa
menolak tugas baru itu. Apalagi dia juga
jenis yang lebih suka menghindari masalah.
Ari langsung memutuskan kontak. Tak
sampai dua menit, ponselnya berbunyi. Ari
memutuskan panggilan itu lalu langsung
mengontak balik. Dia tidak ibgin
kepentingan pribadinya menyulitkan orang
lain. !etidaknya bukan dalam soal. 5ang.
.o#ok kelas sebelas yang berganti tugas
dari ,olantas menjadi agen rahasia itu
langsung menyampaikan laporannya. Dia
berdiri di koridor depan kelas Tari dengan
salah satu sisi tubuh bersandar di dinding
pembatas koridor. !epasang matanya
menatap lurus$lurus ke ujung koridor, kantin
kelas sepuluh ramai. Tapi 3okus
sesungguhnya ada di ruang kelas di sebelah
kanannya.
Di luar kelas, dia ceritakan apa yang
dilihatnya. Tari tidak keluar kelas. Tetap
duduk di bangkunya. Kondidi Tari itu sempat
membuat co#ok kelas sebelas itu kesulitan
untuk memberikan gambaran yang tepat
pada sang bos di ujung telepon.
B"mm... 9imana ya) Dia tuh kayak orang
lagi bengong gitu, Kak. Diem aja. Ditanyain
sama temen$temennya dia juga diem aja,
gak ja#ab sama sekali. Ekspresi mukanya
tuh antara sedih, kesel, pengin marah juga,B
jelasnya dengan suara pelan.
BDia sendirian)B Ari harus mela#an
cengkeraman sakit di dadanya untuk
mengatakan itu.
B9ak. Ditemenin sama temen semejanya.
.e#ek juga.B
!ang agen rahasia dadakan itu lalu
meneruskan laporannya. Dia tak pernah
tahu, di ujung telepon sana, senior yang
paling berkuas dan paling ditakuti itu harus
mati$matian mela#an dirinya sendiri.
2aporan itu mengirisnya dengan cara yang
bahkan bisa dia rasakan setiap sayatan
yang terjadi.
Teman semeja Tari sempat keluar sebentar
untuk membeli makanan ringan dan air
mineral gelas di kantin. 1ang baru dilakukan
setelah keadaan kelas benar$benar sepi.
!ebelum kelas benar$benar sepi, sang
mata$mata menyaksikan hampir setiap isi
kelas menghampiri Tari lebih dulu sebelum
keluar kelas. !emuanya melontarkan
pertanyaan dengan ekspresi penuh
ketertarikan.
BKenapa lo), BAda apa sih, Tar)B, dan
bentuk$bentuk pertanyaan lain yang intinya
sama. Tak satu pun yang dija#ab. !eperti
patung, Tari membeku tanpa ekspresi. %io
lah yang merespons setiap pertanyaan itu.
Dengan ancaman galak dan serius.
B9ue itung sampe tiga lo gak pergi juga, gue
gebuk pake kamus nih/ -eneran/B ucap Tari
ketus.
B2o pasti dijahatin Kak Ari lagi deh. Iya,
kan)B
Kalimat terakhir, yang menurut laporan sang
agen rahasia diucapkan oleh seorang
ce#ek, membuat Ari tersenyum lebar.
-egitu ditinggal sendirian, Tari langsung
menelungkupkan muakanya ke atas meja,
beralaskan kedua lengan. !ang mata$mata
berani menjamin, ce#ek itu menangis,
karena kedua bahu Tari berguncang pelan
dan segelintir teman sekelasnya yang masi
tersisa, semuanya co#ok, lalu
mengerumuninya dengan bingung.
2aporan itu membuat Ari memejamkan
kedua matanya. Dia harus mengatupkan
kedua rahangnya kuat$kuat untuk menahan
kedua kakinya agar tidak berlari ke sana.
B!ekarang...B
B&ke,cukup.B
Ari memotong laporan sang mata$mata itu
dan langsung menutup telepon. Tangannya
yang menggenggam ponsel perlahan
terjatuh lunglai. !esaat kemudian helaan
napasnya yang benar$benar berat merobek
hening ruang kelasnya yang saat itu kosong.
'asa bersalah mencengkeramnya dalam
belitan kuat, melontarkan sebuah teriakan
menggila yang susah payah diredamnya.
+amun teriakan teredam itu lalu menyiksa
nurani tanpa ampun. "emunculkan, pada
saat itu juga, permohonan maa3 yang benar$
benar dengan seluruh kesungguhan dan
kerendahan hatinya. 5ntuk seseorang yang
saat ini tengah menangis karena apa yang
telah dilakukannya.
B"aa3, Tar. 2o boleh bunuh gue nanti,B bisik
Ari dengan kepala tertunduk.
Jam istirahat kedua, kembali Ari mengontak
co#ok kelas sebelas itu dan perintah yang
sama turun lagi.
B+g...B co#ok kelas sebelas itu terdengar
ragu. -ukan apa$apa. ,erutnya melilit
kelaparan. !isa jam istirahat pertama tadi
tidak cukup untuk melahap sepiring nasi
atau mi ayam atau makanan$makanan lain
yang bisa menghentikan jeritan perut. Ari
lanhsung paham.
B"akan sambil jalan sama makan sambil
berdiri plus nga#asin orang gak beda jauh
lho. 2o pasti bisa.B
Kalimat itu jelas. !aran sekaligus perintah.
.o#ok kelas sebelas itu menyadari dengan
cepat.
BIya, Kak.B Dia langsung patuh. 2aporannya
masuk beberapa saat kemudian. Tidak ada
perubahan. Kondisi Tari masih sama.
B&ke, cukup. Thanks,B ucap Ari begitu
laporan singkat itu selesai. .o#ok kelas
sebelas itu menarik napas lega saat
kemudian Ari menutup telepon. Tidak seperti
dugaannya, tugas kali ini selesai dalam
#aktu kurang dari lima menit. Jadi dia bisa
makan/
Keesokan paginya Ari berdiri di ujung
koridor yang menghadap ke area depan
sekolah. Dengan kedua tangan tenggelam
dalam saku celana, ditatapnya pintu
gerbang sekolah lurus$lurus.
Ketika orang yang ditunggunya muncul di
sana, kedua matanya segera mengunci
sosok itu dalam 3okusnya. Tidak ada yang
terle#at. Jarak sependek itu bukan
tandingan untuk ketajaman kedua manik
hitam itu. Jarak itu takkan mampu
menyamarkan, apalagi mengelabui.
Ari bisa melihat raut murung itu dengan
jelas. -ahkan jika disipitkannya mata hingga
apa yang terlihat tinggal segaris tipis
cahaya, kemurungan #ajah itu tetap tinggal
sebagai citra yang teramat jelas dan nyata.
Dengan gerakan sangat perlahan, Ari
menarik napas panjang. "engisi paru$
parunya yang seperti tak sanggup lagi
bekerja karena sesaknya rasa bersalah.
,emandangan itu makin melukainya.
Apa yang dikatakannya kemarin pagi adalah
3akta yang sebenarnya. Jauh di dalam hati
dia amat sangat berharap Tari bisa
menerima. Karena menerima semua 3akta
tentang Ata berarti Tari akan bisa
menerimanya juga.
888
Duduk bersila di lantai depan gudang, Tari
menunduk dengan raut muka masih
sehampa kemarin. ,onsel yang
diletakkannya dalam lekukan rok kembali
mendengarkan tanda ringtone Ata
menelepon. -el istirahat pertama baru
berbunyi lima menit yang lalu dan sekarang
di layar ponsel Tari telah berderet sepuluh
miscall dari Ata.
Dua panggilan dalam rentang #aktu setiap
satu menit. ebat/
!epertinya Ata telah menyadari, sesuatu
telah menyebebkan Tari tak mau
mengangkat penggilan$panggilannya itu.
Kalau kemarin panggilan$panggilannya akan
berhenti pada percobaan ketiga, hari ini, di
luar jam belajar pastinya, ponsel Tari nyaris
berdering tanpa jeda.
Kesebelas kali/
BAngkat aja deh, Tar.B %io yang juga duduk
bersila di lantai tepat di depan Tari,
menyarankan dengan suara pelan. Tari
menggeleng lemah.
B9ue masih kaget. 9ue gak tau mesti
bersikap gimana ke dia sekarang. 9ak tau
mesti ngomong apa. Kalo dipaksain,
omongan gue pasti garing banget deh ntar.B
BTerus tuh telepon mau didiemin sampe
kapan)B
Tari makin menunduk. "emandangi
ponselnya yang entah sudah berapa kali
berganti posisi akibat getaran dari sebelas
panggilan Ata yang tidak diangkatnya.
B+gerokok, gue masih bisa terima deh.
.abut juga. Ta#uran juga bukan masalah.
Tapi mabok)B Tari menggeleng$geleng,
bicara dengan suara lirih. BKak Ari malah
bilang, Ata tuh jago banget minum. !ebotol$
dua botol sih gak bakalan bisa bikin dia
ngegeletak hilang kesadaran.B
B2o percaya)B !epasang mata %io menyipit.
-ertanya dengan nada suara yang sama
lirihnya.
Tari mengangguk. BDari cara Kak Ari
ngomong kemaren, gue tau dia gak
bohong.B
BTersus, lo mau diemin Ata sampe kapan)B
B!ampe gue bisa ngira$ngira alasan dia gak
mau ngomong kalo sebenernya dia gak
beda sama sodara kembarnya.B
888
-el pulang berbunyi. Tari segera mengambil
tasnya yang dia letakkan di lantai dekat
kursi sebelah dalam.
B-uruan balik yuk. 9ue mau tidur. ,using,B
ucapnya sambil memasukkan semua buku
dan alat tulisnya yang masih berantakan
begitu saja ke dalam tas, tidak
merapikannya lebih dulu seperti
kebiasaannya selama ini. Terpaksa %io ikut
beres$beres kilat. Keduanya lalu berjalan
keluar kelas, meleburkan diri dalam jubelan
tubuh$tubuh lelah yang berhamburan keluar
dari pintu$pintu kelas.
!eepuluh meter dari pintu gerbang
sekolah...
B2ebih baik yang terang$terangan daripada
yang terselubung,kan)B
-isikan itu benar$benar tepat di sebelah
cuping telinganya. Tari terlonjak kaget dan
menoleh seketika. Ari menegakkan
punggungnya dan menyambut kekagetan itu
dengan senyum tipis.
B9ue pasti udah menghancurkan angan$
angan indah lo ya)B ucap co#ok itu pelan.
BKalo gitu maa3 deh.B 'aut mukanya diliputi
penyesalan. Tapi Tari yakin itu jelas
penyesalan musang berbulu ayam.
B!enang kan lo/) ,uas,kan/)B desis Tari
sengit.
B9ak sama sekali. 9ue sedih ngeliat lo
begini.B Ada kejujuran dalam suara Ari yang
rendah. Tapi Tari memilih tidak
mempercayainya.
Itu percakapan sensiti3. Tingkat satu pula.
Dan terjadi opada saat semua ruang kelas
baru saja memuntahkan isinya. Karenanya
setelah membisikkan kalimat pertamanya
tadi, yang membuat Tari terlonjak kaget, Ari
langsung berdiri pada posisi yang mampu
membuatnya menga#asi tiga arah
sekaligus.
Tepat dibelakangnya adalah pos sekuriti.
Jadi dirinya tidak perlu kha#atir. Tidak ada
satu orang pun yang bisa berjalan sampai
ke belakang punggungnya tanpa terlihat dari
sisi kanan atau pun kiri.
si tengah padatnya arus sis#a$sis#i !"A
Airlangga yang menuju pintu gerbang
sekolah, posisi berdiri Ari itu lalu
menciptakan sebuah lingkaran ruang
kosong yang menempel pada pos sekuriti.
Kondisi yang membuat isi pembicaraan itu
jadi terjamin kerahasiaannya.
!emua orang hanya akan menemukan
sepasang mata Ari yang menatap Tari
dengan penuh senyum dan goda. Tak lebih
dari itu. anya Tari, yang tahu dengan
sangat pasti, sepasang manik hitam pekat
itu telah menghancurkannya kemarin pagi.
!etelah beberapa saat terle#at dan Tari
hanya menatapnya dengan sepasang mata
yang kilatannya begitu menusuk, sementara
kedua bibirnya rapat terkatup, Ari
memutuskan sudah #aktunya mengakhiri
pertunjukkan itu.
Didekatkannya Tari lalu dia bungkukkan
punggungnya di salah satu sisi. ,ada satu
telinga itu lalu diberi bisikan yang bahkan
apabila Ada seseorang yang berdiri
bersama mereka saat ini, hanya dirinya dan
ce#ek ini yang bisa mendengar.
B9ak da kembar yang benar$benar beda.
arusnya lo sadar itu dari a#al.B
5sai membisikkan dua kalimat itu Ari
menegakkan kembali punggungnya. !etelah
beberapa detik membalas tatapan menusuk
itu tepat di sumber bara, dia balik badan dan
pergi. "enentang arus manusia yang
spontan memberinya jalan, menuju
motornya diparkir.
Dari tempatnya berdiri di sisi jalan, padatnya
arus manusia yang menuju gerbang telah
mendesak %io sampai ke tempat Tari. %io
bergegas menghampiri sobatnya itu lalu
merangkul bahunya.
B5dah gak diliatin terus. 1uk pulang.B
Dengan lembut diputarnya tubuh Tari yang
tadi tanpa sadar berbalik arah mengikuti
kepergian Ari. Tanpa mengacuhkan tatapan$
tatapan ingin tahu dari begitu banyak mata
yang menyaksikan peristi#a itu, keduanya
berjalan menuju pintu gerbang lalu
melangkah lambat menyusuri trotoar menuju
halte.
8888
alte sudah lama sepi. Tapi Tari dan %io
masi duduk diam di salah satu bangku
besinya.
BKurang ajar banget tuh orang/B desisan Tari
yang penuh emosi memecah kebisuan. BDia
tahu, omongannya kemaren pasti udah bikin
gue syok. Dia tadi pasti mau mastiin, hari ini
gue masih syok atau gak. Dan ternyata
masih...B !esaat kedua rahang Tari
mengatup keras. B,asti bahagia banget tuh
orang/B
%io langsung menepuk$nepuk dengan
lembut satu lengan Tari, menenangkan.
B,ulang aja yuk/ Daripada lo mikirin Kak Ari,
mending lo pikirin sampe kapan lo mau
diemin sodara kembarnya.B
5capan %io langsung mengendurkan emosi
Tari. .e#ek itu menghela napas lalu
mengangguk lemah.
-us yang biasa ditumpangi Tari muncul lebih
dulu.
BDateng tuh. Duluan gih sana.B %io
meletakkan satu tangannya di punggung
Tari lalu mendorong sobatnya itu agar
berdiri. Tari berdiri dengan enggan.
B1a udah. 9ue duluan ya,B pamitnya.
Be$eh.B
Jam pulang sekolah yang sudah lama
berlalu membuat bus itu hanya terisi kurang
dari separuh. Tari memilih duduk dekat salah
satu jendela. !egera ce#ek itu tercabut dari
realitas, tenggelam sepenuhnya dalam
kekusutan hati dan isi kepalanya.
!eperti umumnya angkutan umum,
sebentar$sebentar bus itu berhenti untuk
menaik$turunkan penumpang. 5ntuk
kesekian kali, bus itu berhenti. Tiga orang
penumpang melompat naik. !alah seorang
memilih tempat kosong di depan Tari
sementara seorang lagi mengempaskan diri
di sebelahnya. Entakan itu memutuskan
lamunan Tari dan membuatnya kesal.
.e#ek itu menoleh dan seketika ternganga.
B-us kesembilan,B ucap Ata pelan.
!epasang mata hitamnya menatap mata
Tari lurus dan tajam. BTurun yuk)B ajaknya
kemudian. Ada nada memohon dalam
suaranya yang lirih.
Tari diserang kebimbangan. !ebenarnya
cuma in3o co#ok ini ternyata mampu
menenggak alkohol yang membuatnya syok.
!isanya$ngerokok, bolos, dan ta#uran$bisa
dia terima. "eskipun baginya itu juga udah
parah banget.
B1uk)B ajak Ata lagi. !orot memohon di
kedua matanya membuat Tari jadi tak tega.
2agi pula, keru#etan ini memang harus
secepatnya diselesaikan. Dia mengangguk.
Ata terlihat lega. Dia bangkit berdiri. ,ada
kondektur dimintanya untuk
memberhentikan bus. -egitu bus berhenti,
co#ok itu langsung melompat turun. Dia
ulurkan tangan kirinya untuk membantu Tari
turun.
-ersisian, kini mereka berdiri di tepi sebuah
jalan kecil yang lenggang. Ata melapaskan
genggaman tangannya. Diam$diam Tari
melirik le#at ekor matanya. .o#ok itu
tengah menatap jalanan kosong di depan
mereka. !epasang mata hangatnya kini
tersaput selapis tipis kabut. Jikalau
dihalaunya segala prasangka, Tari tetap
merasa bersama Ata terasa menenangkan.
!eperti kemarin$kemarin.
Kembali Tari disergap kebimbangan.
Jangan$jangan dirinya bereaksi terlalu
berlebihan. Jangan$jangan in3o itu gak
sepenuhnya benar.
Terjebak berdua di tepi sebuah jalan kecil
yang lengang, dengan taksi kosong yang
mungkin baru akan le#at besok pagi bahkan
bisa jadi minggu depan, tanpa sadar Tari
mengeluarkan pengakuan a#al.
B9ue...B
BKita omongin nanti aja,B Ata langsung
memotong ucapannya dengan nada lunak.
BKita ambil mobil dulu.
Tari tersadar.
B&h , iya. Di mana mobil lo)B tanyanya,
tanpa sadar menoleh dan menatap Ata.
BTerpaksa gue tinggal gitu aja. Di pinggir
jalan entah di mana tadi. Demi ngejar bus lo.
"udah$mudahan aja tu mobil masih ada,B
Ata menja#ab tanpa menoleh.
!epasang mata Tari kontan terbelalak.
B9ila lo/ +gacok banget/ Kalo ilang
gimana/)B serunya.
-aru Ata menoleh. Ditatapnya Tari lurus$
lurus.
B"akanya lain kali angkat telepon gue ya.
Jangan bener$bener dicuekin kayak
sekarang. !upaya gue gak ngaco banget
kayak gini, ninggalin mobil sembaranganmB
Tari tersentak. !eketika mukanya memerah.
BTadi juga gue hampir dipukul kondektur.
9ara$gara naik terus langsung turun lagi.
-ikin sopir jadi ngerem mendadak. 2upa di
bus keberapa,B lanjut Ata.
Tari menggigit bibir. "ulutnya sudah terbuka
akan menceritakan semuanya, tapi seruan
pelan Ata membatalkannya.
BAkhirnya/B .o#ok itu menarik napas lega
dan mengulurkan tangan. !ebuah taksi
kosong munculk di kejauhan.
Ata ternyata benar$benar tidak tahu nama
jalan tempat dia tinggalkan mobilnya begitu
saja. 9antinya, kepada sopir taksi dia
memberikan sederet intruksi. -elok kiri lalu
ke kanan, kemudian ke kiri lagi, lurus lalu ke
kanan, dan seterusnya sampai akhirnya
mereka temukan lokasinya. .o#ok itu
menarik napas lega saat dikejauhan
dilihatnya E6erest hitamnya masih terparkir
di tempat yang sama.
Taksi berhenti di depan E6erest hitam itu.
,aralel dengan sebuah kios rokok yang
berdiri tidak jauh di depan mobil. !etelah
menyerahkan uang sebesar biaya argo
ditambah tips, Ata membuka pintu di
sebelahnya lalu turun. Ditutuonya pintu
setelah Tari turun.
BTau kenapa gue tinggalin mobil di sini)B
tanyanya pelan.
B+gejar bus gue kan lo bilang tadi)B Tari
menja#ab dengan nada heran.
Ata tersenyum tipis. B9ak sepenuhnya
karena itu.B
!edetik jeda lalu tercipta, dan Tari merasaka
sesuatu yang aneh dan tak kasat mata
seperti menyelinap dan berdiri di antara
mereka berdua.
BTadi gue ngutang rokok. Jadi sebagai
jaminan gue pasti bayar, gak kabur, mobil
gue tinggal.B
!uara Ata menurun drastis. +yaris selirih
bisikan. +yaris sehalus hembusan angin
yang tak teraba tangan, namun sanggup
membekukan Tari di tempatnya berdiri.
B+gutang rokokB, satu in3o kecil dan
sederhana. !epenggal kalimat yang teramat
pendek dan biasa$biasa aja. Tetapi dia
adalah sebilah mata pedang yang selama ini
tersembunyi dari oandangan dan kini tiba$
tiba saja sedikit kilau tajamnya tertangkap
mata.
Tak menunggu kebekuan Tari berakhir, Ata
balik badan. Dia melangkah menuju kios
rokok.
B-ayar rokok yang tadi, "asB ucapnya ke
sang pemilik kios. Dia ulurkan selembar
uang. 2aki$laki pemilik kios itu langsung
mengakhiri keasyikannya membaca sebuah
koran kuning terbitan ibukota.
BDua bungkus lagi deh, "as. -uat stok,B
lanjut Ata. !i pemilik kios mengulurkan dua
bungkus rokok yang diterima Ata dengan
tenang.
!ementara menunggu uang kembalian,
dengan kepal yang dia tolehkan sedikit, Ata
menatap Tari lurus dan intens. Tari sendiri
sepenuhnya tak menyadari tatapan Ata.
Dengan pandangan nanar, Tari mengikuti
setiap adegan yang terjadi tidak jauh di
depannya itu. "emunculkan kesulitan yang
teramat tinggi untuk memisahkan sosok Ata
dari Ari. ingga ketika Ata telah selesai
dengan urusannya lalu perlahan
menghampiri, Tari bahkan belum mencapai
seperempat jalan dalam usahanya untuk
menerima.
Dengan suara lendah dan lembut namun
dengan penyesalan dan permintaan maa3
yang sungguh$sungguh dalam sepasang
mata hitamnya, Ata membantu menerima
3akta baru itu.
B!emua yang dibilang Ari... bener.B
!uara dari alam lain. Terdengar tapi tidak
bisa dimengerti.
B!ekarang gue keliatan jadi kayak Ari,ya)B
Kembali Ata mengeluarkan bantuan. Kali ini
menarik paksa in3ormasi yang masih berada
di dunia yang seperti dunia mimpi itu,
tempat segala sesuatu yang tidak diinginkan
bisa disangkal atau dianggap tidak pernah
terjadi, ke dimensi realitas tempat
sanggahan tidak lagi punya kesanggupan
untuk bicara.
5saha co#ok itu berhasil. Dengan kedua
mata yang masih menatap nanar, Tari
menja#ab pertanyaannya dengan suara lirih
dan terbata.
B9ue...kaget... Kaget banget.B
B9ue tau,B ucap Ata halus. Kemudian dia
menghela napas. ,anjang dan berat. BKita
cari tempat yang enak untuk ngomong,B
bisiknya. Diraihnya satu tangan Tari dan
dituntunnya ce#ek itu ke pintu kiri depan
mobil hitamnya.
Ketila kemudian E6erest hitam itu bergerak
menyusuri jalan raya, untuk pertama kalinya
jendela di sebelah Ata terbuka. 5ntuk
pertama kalinya asap rokok hadir
bersamanya. "embentuk kabut tipis. !esaat
membumbung mengisi ruang kosong di
dalam mobil, sebelum akhirnya lenyap dari
pandangan.
Di tempatnya duduk, Tari menatap sosok Ata
yang betul$betul berbeda itu dalam
ketidakmampuan total untuk mengekang
diri. Dipandanginya co#ok itu benar$benar
dalam ketertegunan yang mengaburkan
seluruh latar.
Tapi Ata tetap tenang. Dia mengisap
rokoknya dalam ritme teratur.
Diembuskannya asap dengan cara yang
memperlihatkan bah#a dia menikmati setiap
isapan, tak terganggu dengan adanya
seorang penonton yang memandanginya
benar$benar lekat dan intens.
In3o Ari yang ditegaskan Ata dengan 6isual
itu benar$benar menenggelamkan Tari
dalam ketercengangan. ingga ketika Ata
menghentikan mobil dengan sedikit
sentakan, ce#ek itu tetap tal terlontar ke
kesadaran.
!ambil meletakkan kedua lengannya di atas
setir, Ata menarik napas. Dia lalu menoleh
dan menatap Tari dengan senyum
pengertian.
BKalo sekarang gue jadi keliatan kayak Ari,
gue gak bisa apa$apa,B ucapnya lunak.
Teri tersadar. Dia tergeragap dan seketika
#ajahnya bersemu merah.
B!ori, Ta, sori. Abis gue kaget banget.B Teri
tersenyum dengan rasa bersalah dan buru$
buru memalingkan muka ke luar jendela.
Ternyata mobil itu telah terparkir di sebuah
taman kota. Tidak terlalu luas, tapi terasa
sejuk karena rimbunnya pepohonan.
!epertinya Ata menyukai taman dan
kehijauan.
Ata tersenyum lagi. Tapi kali ini nuansa
sedih, yang luput tertangkap mata Tari,
me#arnai senyum itu.
B"esti gimana gue minta maa3 sama lo)B
bisiknya.
Tari menoleh. B2o ngomong apa)B
Ata tak menja#ab. Dibukanya pintu di
sebelahnya dan turun. Kedua mata Tari
bergerak mengikuti saat Ata berjalan
memutari bagian depan mobil lalu membuka
pintu pintu di sebelahnya.
BKenapa lo gak pernah cerita)B tanya Tari
pelan. BKenapa lo gak pernah ngerokok di
depan gue)B
Ata masih tak menja#ab. Dia mengulurkan
satu tangannya lalu dengan lembut menarik
Tari keluar dari mobil. Kemudian ditutupnya
pintu.
B1uk,B ajaknya pelan.
-ersisian mereka menapaki batu$batu pipih
yang disusun membentuk jalan setapak
yang membelah hijaunya rerumputan. Ata
menenggelamkan kedua tangannya di saku
celana.
B7aktu gue maksa lo jalan$jalan minggu
kemaren...,B dia memulai, Bgue udah niat
mau cerita. !emuanya. Tentang gue.
Tentang Ari juga, tapi sebatas yang gue tau.
.uma keburu Ari bikin gara$gara. 9ue jadi
lupa. !edangkan alasan kenapa gue gak
pernah ngerokok depan lo...B
Ata terdiam. .ukup lama. Dia menunduk
memandangi langkah$langkahnya sendiri.
!eperti ada ketentuan harus diciptakannya
sekian langkah kaki sebelum diiAinkan untuk
memulai kelimatnya kembali.
Tari menunggu dengan sabar. !ejak detik
pertama pertemuan mengejutkan di bus
tadi, dia sudah merasakan suasana yang
berbeda.
"ereka sampai di tepi kolam kecil yang
merupakan titik pusat taman itu. Tepat di
tengah kolam berdiri patung seorang #anita
memakai kebaya. Kedua tangannya
memegang kendi air dalam posisi miring.
Dari mulut kendi terseebut air tercurah.
"enimbulkan suara gemercik yang terasa
menenangkan.
Ata masih belum membuka mulutnya. Tari
memilih untuk juga tetap diam. "emilih
untuk sabar menunggu kapan pun Ata siap
untuk mengatakan.
.ukup lama keduanya berdiri bersisian
dalam diam. Di tepi kolam yang genercik
airnya terdengar seperti senandung yang
menenangkan. ,enghalau untuk pekatnya
galau yang kini ikut berdiri bersama kedua
orang yang bersisian di tepi kolam itu.
!esaat kemudian Ata memulai ceritanya.
Dengan helaan napas yang benar$benar
berat dan panjang. Dengan tatap kedua
mata yang tertuju lurus$lurus ke patung
#anita berkebaya di tengah kolam. !eakan$
akan co#ok itu bercerita untuknya, dan
bukan untuk ce#ek yang berdiri dekat di
sebelah kirinya.
BAlasan kenapa gue gak pernah ngerokok di
depan lo adalah karena gue selalu
menghargai saat$saat gue bisa bahagia.
Karena saat$saat begitu jarang ada. !angat
jarang malah...B
Kembali Ata terdiam. Kembali ditarinya
napas panjang.
BKadang ada hal$hal yang pingin banget kita
lupain tapi gak bisa. Tar. Dalam kasus gue,
bukan kadang lagi. Ada banyak banget hal
yang pingin banget bisa gue lupain. Kadanh
juga, ada kenyataan$kenyataan yang pingin
banget kita ingkarin. Tapi gak bisa juga.
Dalam kasus gue, lagi$lagi ada banyak
banget kenyataan yang kalo aja bisa, pingin
banget gue ingkarin.B
!ekali lagi Ata terdiam. Kedua matanya
yang masih tertuju pada #anita batu
berkebaya itu perlahan meredup. -alutan
pertamanya untuk seluruh luka$lukanya
mulai terbuka.
B1ang bisa dilakukan cuma lari menjauh
sebentar. Atau berusaha ngelupain untuk
sementara. ,ergi sebentar ke negeri utopia.
Jalan$jalan sebentar ke !hangri$2A. Ada
banyak jalan untuk sampe ke sana, Tar. 9ue
pilih yang cepet aja.B
Ata menelan ludah.
B-ukan berarti gue selalu mencoba untuk
lupa atau selalu mencoba untuk lari. Kalo
lagi kecapekan ja. !ayangnya, gue lebih
sering kecapekan daripada gak. !ering gue
berharap jadi orang yang apatis. 9ak peduli.
9ak punya emosi. Tapi yang gue punya
tinggal hidup gue. .uma ini. 9ak ada lagi.
+yia$nyiain berati mati. Jadi, yaaah...gue
terpaksa bertahan. Dengan segala cara
yang gue tau dan gue bisa.B
Ata tersenyum. "asih ditujukan pada #anita
batu berkebaya di tengah kolam.
B7aktu kecil, setiap kali gak sengaja ngeliat
bintang jatuh, gue selalu berdoa supaya
keluarga gue bisa utuh lagi. Kumpul
berempat kayak dulu. -egitu udah agak
gede, gue sadar itu kayaknya gak mungkin.
Dan doa gue berubah. 9ue cuma minta bisa
bahagia. Terserah Tuhan mau gimana
bentuknya. "au tanpa alasan juga gak apa$
apa.B
Kembali Ata terdiam. Kalimat terakhirnya itu
nyaris menyentuh titik pusat seluruh luka$
lukanya. +yaris saja meruntuhkan
pertahanannya. Dia butuh diam agar
retakan itu tidak menjadi patahan yang tidak
bisa lagi ditegakkan.
2ara, Tari menatap co#ok itu tanpa bisa
melakukan apa$apa. Ketika kemudian Ata
menoleh dan menatapnya, Tari melihat
kedua manik hitam itu hampir$hampir tanpa
sinar di dalamnya. ampa. B,ernah gak lo
bahagia)B co#ok itu bertanya lirih.
,embicaraan itu terlalu berat untuk Tari. Dia
tak sepenuhnya mengerti. !ebagian besar
nahkan tak mampu dipahami. 1ang sanggup
dipahaminya hanyalah pembicaraan ini
benar$benar menyedihkan. ,embicaraan ini
menghancurkan. ,embicaraan ini berdarah/
"enyadari tidak akan ada ja#ab untuk
pertanyaannya itu, kembali Ata
mengarahkan pandangannya ke #anita batu
berkebaya di tengah kolam.
Bidup itu...cuma bisa nyanyi satu macem
lagu saja. Elegi.B Kembali dia menoleh. BTau
elegi itu apa)B
Dengan perasaan amat sangat bersalah,
Tari terpaksa geleng kepala. Ata tersenyum
lalu menghadapkan mukanya ke tengah
kolam.
B2agu sedih. idup cuma bisa nyanyi lagu
itu aja. Dia gak bisa nyanyi lagu lain untuk
kami, Tar. Kadang kami punya kekuatan
untuk ngedengerin. Kadang gak. "asalah
muncul kalo kami lagi gak kuat. 9ak ada
cara lain kecuali lari. 9ue lari sendirian. Ari
lari sendirian. !eneng juga rasanya kalo
bisa lari sama$sama. ,aling gak ada tangan
yang bisa dipegang. 9ak terasa sendirian.
!ayangnya gak begitu.B
Ata terdiam. ening yang terasa mengiris
tercipta setelah itu.
BItu kondisi kami, Tar. 9ue dan Ari. Kami
bertahan ngejalani hidup dengan senjata
yang ternyata sama. 'okok. Alkohol, bikin
huru hara, dan bikin bonyok orang kalo
kebetulan tu samsak lagi tersedia.B
5ntuk kali yang tak terbilang lagi, Ata
kembali terdiam.
BDan kalo lo harus berangkat perang setiap
hari, satu kai dua puluh empat jam, tanpa
jeda, lo cuma bukan akan babak belur di
satu sisi. !emuanya. %isik, hati, pikiran,
emosi, akal sehat, semangat. 2o akan jadi
orang yang mencari$cari 3atamorgana dan
delusi.B
!epasang mata Tari sedikit menyipit
mendengar kata terakhir Ata itu.
B9ue ngeliatnya lo gak kayak gitu deh, Ta,B
bantahnya. B2o baik$baik aja. 2o kuat. Kalo
Kak Ari emang bermasalah. Tapi itu juga gak
separah orang lain. 1ang sampe kena
narkoba atau tukang bikin rusuh gitu. Dia
cuma trouble maker yang sering ngeselin
aja. Tapi sebenarnya dia baik kok.B
Ata tersenyum tipis.
B9ue gak baik$baik aja, Tar. Karena lo gak
pergi, lo ngeliatnya gue baik$baik ja. Kalo lo
pergi, kalo posisi gue jadi kayak Ari...,B Ata
menoleh, Blo akan kaget, karena gue akan
mempertahankan lo dengan cara yang lebih
keras daripada Ari.B
Tari tertegun. B2o ngancem)B tanyanya
pelan.
B2o delusi) 2o gak nyata)B Ata bertanya
sama pelannya. Dija#ab pertanyaannya
sendiri itu karena sepasang mata Tari
menatap tak mengerti. B!ama kayak Ari, gue
kaget banget. Ternyata ada orang yang
punya nama bener$bener sama dengan
kami berdua. +ama a#al lo adalah nama Ari
dan nama lo sekarang adalah nama gue.
'asanya kayak udah lama tersesat di
kabirin dan tiba$tiba aja ada petunjuk di
mana pintu keluar. Entah pintu itu menuju ke
mana. "udah$mudahan ke tempat yang
lebih menyenangkan.B
B9ue gak yakin bisa ba#a kalian ke tempat
begitu.B Tari langsung merasa menyesal.
Ata tersenyum. B2o gak tau. !ama seperti
kami.B Dalam sedetik jeda kedua matanya
lalu mengerjap letih. BJadi jangan pergi...B
Dia menoleh. BTolong,B bisiknya.
Tari menatap pandang memohon itu.
Digigitnya bibir ba#ahnya tanpa sadar.
,erlahan dia mengangguk. Dengan
ancaman Ata tadi dan dengan semua yang
dilakukan Ari selama ini, dirinya toh memang
tak mungkin bisa pergi.
Ata terlihat lega. -ibirnya mengucapkan
terima kasij tanpa suara. Kemudian kembali
dia memalingkan muka. "emandang #anita
batu berkebaya di tengah kolam.
.o#ok itu menarik napas panjang lalu
mengembuskannya kuat$kuat. !uara yang
menyertainya menorehkan pedih untuk Tari.
Karena Tari tahu, suara tarikan dan
embusan napas itu adalah sakit yang tak
terucap. Aliran darah yang tak terlihat.
.engkeraman BkematianB dalam hidup yang
masih berjalan. Dan harapan yang mungkin
telah sampai di ambang penyerahan.
Tiba$tiba ponsel Ata menjeritkan ringtone
tanda ada !"! masuk. .o#ok itu
mengeluarkannya dari saku depan celana
jinsnya. !eketika ekspresi mukanya jadi
kaku.
BAri,B ucapnya pendek sambil
memperlihatnya layar ponselnya ke Tari.
Dengan terkejut Tari mendekatkan mukanya.
Di layar ponsel Ata, di ba#ah tulisan B"y
T#inB yang diikuti sederet angka dan tiga
angka lambang kegelapan terselip di
antaranya. Terpampang sebuah kalimat
pendek yang semuanya tertulis dengan
huru3 kapital.
5DA +9AK5 -2&" 2&/)
J9+ 9AK 1A///
!ambil menarik napas lalu
mengembuskannya dengan kesal, Ata
menekan sebuah tombol lalu mendekatkan
ponsel itu ke telinga.
B9ue udah ngaku/B tegasnya dengan nada
tajam. B,uas lo sekarang) ... Dia biasa$
biasa aja ... Kenapa) 2o kece#a) 2o
berharap dia marah terus dengan histeris
ngatai gue tukang tipu, gitu) -elagak sok
baik padahal sebenernya gue mirip lo. "aa3
kalo bikin lo kece#a. Tapi tadi gue udah
bilang ke dia, kalo gue dan lo itu hampir
sama.B Ata tersenyum untu saudara
kembarnya di ujung lain sambungan.
Dengan cemas Tari mengikuti percakapan di
deepannya. "eskipun tidak bisa menangkap
apa yang diucapkan Ari, nada$nada tajam
dan tinggii di ujung sana itu bisa
didengarnya dengan cukup jelas.
B9ak. Dia sama sekali gak keberatan. 2o
gak percaya) Anaknya ada di depan gue nih
sekarang. "au ngomong)B
Ata tersenyum. Kali ini untuk Tari.
B!ekarang apa lagi yang lo mau gue akuin di
depan Tari) mm) "umpung kami lagi
sama$sama nih. alo) alo)B
!epertinya Ari mengakhiri pembicaraan itu
dengan tiba$tiba, karena beberapa saat Ata
masih memanggil nama saudar kembarnya
itu. Ata tersenyum sambil menjauhkan
ponsel itu dari telinga.
BKayaknya dia kece#a. ,erkembangnnya
gak seperti yang dia harapkan. Dia pikir kita
bakalan ribut dan hubungan kita akan
berakhit sama kayak hubungan lo sama
dia.B Dimasukannya ponselnya itu ke saku
depan celana.
Tari geleng$geleng kepala. BTu orang ya,
hobi banget bikin huru hara.B
Ata terta#a pelan.
B2ega sekarang.B .o#ok itu menarik napas
panjang lalu mengembuskannya dengan
suara ringan. BJalan yuk)B ajaknya
kemudian denganm suara pelan.
BKe mana)B
BDekat$dekat sini aja. 9ue baru pertama kali
ke sini. 2e#at sih beberapa kali, tapi gal
pernah berenti.B
BAyo.B Tari mengangguk setelah sesaat
melirij jam tangannya. !udah terlanjur
pulang telat, mending sekalian aja.
,embicaraan tadi sepertinya menguras
energi Ata, karena co#ok itu berjalan di
sebelah kanan Tari dalam diam. Kedua
tangannya terbenam dalam saku celana.
Tari tak ingin mengusik, karena pengakuan
Ata tadi juga menguras emosinya.
Keduanya berjalan bersisian tanpa
membuika mulut sama sekali. "enyusuri
sebuah jalan aspal yang tak terlalu lebar,
yang bera#al dari salah satu sisi taman tadi.
Kira$kira tiga ratus meter jauhnya, langkah$
langkah dalam diam itu memba#a mereka
ke tempat penjualan barang$barang bekas
atau sering disebut pasar loak.
Tidak seperti pasar loak pada umumnya
yang cenderung kumuh, berantakan dan
ra#an, pasar loak ini terlihat bersih dan rapi.
Kios$kiosnya berjajar teratur. -arang$barang
dagangan di setiap kios juga diatur dengan
rapi dan terlihat jelas selalu dibersihkan.
Tidak mengherankan. ,asar loak tersebuk
memang bukan pasar loak sembarangan.
Itu pasar loak yang masuk dalam da3tar
tempat$tempat #isata yang dita#arkan kota
Jakarta untuk turis$turis mancanegara.
!eketika keheningan itu mencair. Tari
menoleh ke Ata dengan kedua mata penuh
binar ketertarikan. al yang sama ternyata
juga ditemukan dalam sepasang mata Ata.
!egera keduanya bergegas menghampiri
deretan kios barang bekas itu.
"ereka melangkah menyusuri trotoar lebar
di depan kios$kios itu dengan penuh minat
dan langkah$langkah yang jadi superlambat.
Tetap tanpa bicara, tapi kali ini bukan karena
beban pikiran, namun karena ada begitu
banyak benda yang menarik, aneh, lucu,
dan unik. -anyak dari benda$benda itu
bahkan mereka tidak tahu kegunaannya dan
baru pertama kali ini melihatnya.
-ahkan di dalam satu kios. "endadak Tari
berhenti. Tubuhnya menghadap ke dalam
kios lurus$lurus.
BEh, Ta. 2iat deh/ 2iat/B serunya penuh
semangat.
BApa)B tanya Ata bingung.
BItu tuh. "esin jahit yang dipojokan.B !atu
tangan Tari terangkat dan menunjuk lurus$
lurus ke sudut ruangan, ke sebuah mesin
jahit tua yang diletakkan di antara dua mesin
jahit lain yang berbeda model namun terlihat
sama tuanya.
B"irip banget kayak punya nyokap gue.
+yokap kan buka usaha jahit di rumah.
Daster$daster kodian gitu she. 5dah lama.
"esin jahit pertamanya persisi kayak gitu.
adiah dari "bah ,utri #aktu +yokap
merit.B
Tari langsung bercoloteh dengan sangat
bersemangat. Dengan senyum merekah dan
kedua mata yang berbinar. "esin jahit itu
memang memberikan banyak kenangan
manis pada masa kanak$kanaknya. Tentang
mbah putri dan mbah kakungnya yang
tinggal jauh di desa sana. Tentang desa itu
sendiri. ,edesaan indah khas Ja#a. Dengan
gunung, sungai, sa#ah, dan kebun$kebun
pala#ija.
"esin jahit itu menyimpan timbunan
kenangan yang benar$benar berharga.
!ekarang benda itu tersimpan di ruang jahit
mamanya. Dalam semua lemari kaca. -ak
benda pusaka.
-egitu asyik dan bersenangatnya Tari
bercerita, begitu tenggelamnya dia dlam
lautan kenangan manis itu, hingga tak
menyadari #ajah Ata pucat pasi. .o#ok itu
terguncang hebat.
Ata bahkan sampai terhuyung mundur.
Tubuhnya nyaris kehilangan seluruh tenaga.
!aat ini dia masih sanggup berdiri tegak
karena tiang lampu jalan menopang
punggungnya.
Tari baru menghentikan celotehnya saat
menyadari dia bicara sendiri. Tidak ada
pendengar. .e#ek itu lalu menoleh,
mencari$cari. !eketika dia tertegun.
-ertumpu sepenuhnya pada tiang lampu
jalan dengan seluruh tulang punggungnya,
Ata telah menjadi seperti mayat yang
diletakkan berdiri. .o#ok itu terlihat seperti
tanpa aliran darah di tubuh. "ukanya benar$
benar pucat. Dan dia membeku sempurna.
BTa, lo kenapa)B Dengan cemas Tari
bergegas menghampiri. BAta, lo kenapa)B
tanyanya lagi begitu sampai di depan co#ok
itu.
Tak ada ja#aban. !epertinya Ata juga telah
kehilangan 3ungsi indra pendengarannya.
Dalam kebekuannya yanh benar$benar total,
kedua matanya menatap lurus$lurus pada
satu titik.
Tari menoleh ke arah tatapan kedua manik
hitam itu tertuju, mencari$cari. Ada terlalu
banyak barang bekas di dalam kios itu.
-eberapa barang malah bisa dikategorikan
sebagai barang antik. .e#ek itu tidak bisa
memastikan benda mana yang sedang
terkunci dalam 3okus tatapan Ata. 1ang telah
BmematikanB co#ok itu. Alhirnya Tari
mengguncang$guncang lengan Ata sambil
berseru pelan.
BAta/B
Ata tersadar. Kedua matanya mengerjap
kaget. Tubuhnya bergerak.
B2o kenapa sih)B Tari menatapnya lekat$
lekat, benar$benar kuatir. Ata tak menja#ab.
Dia terlihat seperti linglung.
BKita pukang, Tar,B desisnya kemudian
dengan suara tercekik.
B2o tuj kenapaaa)B Kembali Tari
mengguncang$guncang lengan Ata. 9emas
karena co#ok itu tak juga menja#ab,
sementara jantungnya nyaris berhenti
berdetak melihat kondidi co#ok itu tadi.
BKita pukang/B Ata tetap tak ingin menja#ab.
Dia meraih satu tangan Tari lalu menarik
ce#ek itu pergi dari tempat itu.
"eskipun lini telah bergerak, Ata tetap pucat
pasi. Dia tetap terlihat seperti mayat atau
orang yang sakit dan kehilangan banyak
darah. Dia juga kembali mendadak bisu. Tari
berhenti bertanya. Terpaksa menelan
seluruh kebingungannya untuk dirinya
sendiri. !etidaknya untuk saat ini. Karena
dia sadar, kedua telinga Ata kini juga
mendadak kembali tuli.
Terpontang$panting Tari mengikuti langkah
Ata yang panjang dan tergesa. Tari bahkan
nyaris setengah berlari karena Ata terus
menggandengnya. Kelima jari co#ok itu
menggenggam seperti cakar$cakar es.
Dingin menggigitkan.
Ketika E6erest hitam itu tampak di kejauhan,
langkah$langkah Ata justru semakin cepat,
seperti tak sabar ingin secepatnya pergi.
Dan itulah yang dilakukannya begitu sudah
berada di belakang kemudi dan Tari duduk
di sisinya.
E6erest hitam itu segera meninggalkan
tempatnya diparkir dan bergabung dengan
kendaraan$kendaraan lain di jalan raya.
2angsung terlihat mencolok karena Ata
BmemangsaB setiap ruang kosong yang ada.
Dia bahkan beberapa kali membuat gerak
Aig$Aag tajam, memaksa beberapa
kendaraan mengalah dan melambatkan laju
mereka.
.o#ok itu masih bisu. Dia juga masih tuli.
"obil melaju cepat dengan keheningan di
dalamnya. Dan Tari memilih untuk
mengikuti. Dia duduk diam dengan
pandangan lurus ke depan. Kedua
tangannya mencengkeram tepi jok kuat$
kuat. Ditelannya ketakutannya tiap kali mobil
membuat manu6er tajam. Dia juga sama
sekali tak berusaha bahkan untuk sekedar
mencuri lihat dengan lirikan cepat.
!epuluh menit kemudian Ata menepikan
mobil. Dia menoleh dan menatap Tari
dengan permintaan maa3.
B!ori, Tar. 9ue gak bisa nganter sampai
rumah,B ucapnya pelan. Kemudian co#ok itu
membuka pintu di sebelahnya turun. B1uk,
gue cegatin taksi.B Dia mengangguk kecil
lalu menutup pintu.
Dengan kebingungan yang makin
memuncak, Tari membuka pintu di
sebelahnya dan turun. Tapi dia sudah
bertekad akan menggunakan kesempatan
menunggu talsi kosong itu untuk berusaha
mendapatkan ja#aban penyebab perubahan
Ata ini. 1ang begitu mendadak dan drastis.
!ayangnya arus lalu lintas di depan mereka
cukup ramai. Tak sampai setengah menit
taksi kosong muncul di kejauhan. Ata
langsung mengulurkan tangan kirinya untuk
menghentikan. Dibukanya pintu belakang.
Tari terpaksa menekan lekece#aannya, tapi
yang terutama, kecemasannya. Dia masuk
ke dalam taksi.
Tidak seperti biasanya, setelah meletakkan
selembar uang di pangkuan Tari dan
memberi tahu sopir ke mana sang
penumpang itu diantar, Ata langsung
menutup pintu. Dia tidak mengucapkan
pesan$pesan perpisahan yang selalu
diucapkannya selama oni. ati$hati di jalan,
telepon atau !"! kalo sudah sampai
rumah, bilang kalau ongkosnya kurang.
-egitu pintu penumpang di belakangnya
menutup, sopir taksi langsung menginjak
gas, seperti perintah terakhir Ata. !ekali lagi
Tari melihat kejanggalan. -iasanya Ata
selalu menunggu sampai taksi yang
ditumpanginya menghilang di ujung jalan
atau tikungan, baru dia pergi. Tapi le#at
kaca spion, Tari melihat co#ok itu langsung
melangkah menuju mobilnya begitu telah
menutup pintu taksi.
Dan tak lama, dengan cara mencondongkan
moncong mobilnya ke tengah jalan untuk
memaksa kendaraan$kendaraan lain
berhenti, E6erest hitam itu berputar arah
seratus delapan puluh derajat, kembali ke
arah semula.
Tari tercengang. !ebyah dugaan langsung
berkelabat di benaknya. !eketika, nyaris di
luar kesadaran, ditepuk$tepuknya punggung
sandaran jok supir kuat$kuat.
B,ak/ ,ak/ -erhenti, ,ak/B
-apak sopir menghentikan mobilnya dengan
kaget. BAda ap...)B
B,utar balik, ,ak/ Ikutin mobil item yang
tadi/B !eruan bernada genting Tari
memotong pertanyaan heran pak sopir.
"elihat bapak sopir taksi itu cuma
menatapnya dengan bingung, kembali Tari
menepuk$nepuk punggung jok yang
diduduki si sopir. Kali ini lebih keras.
B.epetan, ,aaak/ 9a#at banget urusannya
niiih/B serunya tak sabar.
B9ak jadi dianter ke tempat yang dibilang
anak tadi)B
B9ak/ 9ak/ Tolong cepet kejer moboil item
yang tadi, ,ak/B
"elihat Tari yang seperti akan menangis,
bapak sopir taksi itu buru$buru memutar
kemudi. Taksi itu berbalik arah. Tapi E6erest
hitam Ata sudah tak terlihat.
B!aya tau dia pergi ke mana. -apak lurus
aja. +anti ada perempatan, belok kanan,B
Tari langsung memberikan pengarahan.
Dugaannya tepat. E6erest hitam itu terlihat
di area parkir kecil tak jauh dari deretan kios
barang$barang bekas itu. "elihat posisinya,
terlihat jelas mobil itu diparkir terburu$buru.
B!to sin aja, ,ak/B seru Tari tertahan.
Taksi itu berhenti. "asih dua ratus meter
jauhnya dari area parkir itu. Tari
menyerahkan selembar lima puluh ribuan
dari dua lembar yang tadi diletakkan Ata di
pangkuannya. Tanpa menunggu kembalian,
dia membuka pintu dan bergegas turun.
"engambil tempat di seberang jalan, Tari
berlari dari perlindungan satu pohon
pelindung jalan ke pohon berikutnya dengan
cepat. !aat jarak yang tersisa tinggal sekitar
lima puluh meter, baru Tari berhenti. Dia
melekatkan diri rapat$rapat pada batang
pohon di sebelahnya. ,erlahan dan hati$
hati, kemudian diintipnya ke seberang jalan.
Ata berdiri beku di depan kios barang bekas
yang belum lama mereka tinggalkan itu.
Tubuhnya terlihat menegang. !ama seperti
tadi, kedua matanya menatap lurus$lurus ke
dalam kio. Ke sebuah benda yang tidak
dapat ditemukan Tari.
Ketika sepuluh menit kemudian kios itu juga
kios$kios yang lain tutup$karena #aktu telah
menunjukkan tepat pukul lima sore$Ata tetap
bergeming. Tetao berdiri membeku di tengah
trotoar yang kini kosong dan lengang. Tetap
memandang ke benda itu meskipun kini
benda itu tak lagi terlihat dalam 3okus
oandangan. Terhalang sebuah kerai besi
yang sepuluh menit lalu diturunkam oleh
sang pemilik dagangan.
2unglai, Ata bergerak mundur perlahan.
Tetap dengan kedua mata yang tertancap ke
benda itu yang kini terhalang dari
pandangan. ,unggungnya lalu membentur
tiang lampu penerang jalan, menghentikan
langkah$langkah lunglai itu.
Tari melihat pemandangan yang membuat
hatinya nelangsa sekaligus makin dililit
tanda tanya. Ata meluruh di sana. Jatuh
terduduk. Dengan kedua kaki yang terlipat
dan punggung yang kini sepenuhnya
disangga oleh tiang lampu jalan, co#ok itu
kembali membeku.
!ambil menggigit bibir Tari bergegas
mengeluarkan ponsel dari dalam kantong
luar tasnya. Dia benar$benar tidak mengerti
apa yang sebenarnya sudah terjadi. Tapi
kalau tidak bertanya, dirinya tidak akan
pernah tahu ja#abannya.
Dengan ceopat diketiknya sebuah !"!
pendek. -ertanya ada apa dan bah#a dia
benar$benar kuatir dengan perubahan Ata
yang tiba$tiba. 2angsung dikirimnya !"! itu
begitu selesai.
!ayup, Tari bisa mendengar ponsel Ata
meneriakkan ringtone. .ukup keras untuk
ukuran situasi di jalan kecil yang lengang itu.
!"!$nya telah sampai di tujuan. Tari
tercengang ketika ternyata ringtone itu tak
mampu menghancurkan beku yang
membelenggu Ata. .o#ok itu tetap terjerat
kuat di dalamnya.
Tari menyaksikan kenyataan itu dengan
mulut ternganga. -erati sesuatu yang serius
telah terjadi. !ayangnya dia tidak bisa
menunggu lebih lama lagi, apalagi terus
menemani meskipun hanya dari jauh dan
tak tersadari begini, karena hari telah
beranjak gelap dan dia tidak tahu sampai
kapan Ata terpuruk di depan kios itu.
Dengan perasaan yang benar$benar berat,
terpaksa Tari meninggalkan tempat itu.
888
!ituasi sekarang berbalik.
Tari duduk bersila di atas tempat tidurnya
dengan bibir tergigit dan kedua mata
menatap layar ponselnya lurus$lurus. Entah
sudah berapa lama #aktu yang dile#atinya
dengan cara begitu. Kecemasan makin
mengimpit, nyaris membuatnya tidak
mampu melakukan apa$apa.
Dua belas panggilan telepon dan tujuh buah
!"!. Darinya untuk Ata. +amun, tak satu
pun mendapat tanggapan. Ata membisu di
seberang sana. Entah dia telah berada di
rumah ataukah masih terpuruk di depan kios
di jalan kecil yang lengang itu.
"alam itu Tari nyaris tidak bisa
memejamkan mata. -ayangan Ata yang
pucat pasi dan berdiri membeku di depan
kios barang bekas itu benar$benar menyiksa
Tari.
Keesokan paginya, Tari berangkat sekolah
dengan mata yang masih setengah
mengantuk dan hati yang semakin disesaki
kecemasan serta tanda tanya. al yang
pertama langsung dilakukannya begitu
membuka mata setengah jam sebelum
subuh tadi adalah mengecek ponsel. Dan
layarnya tetap kosong. Ata masih membisu.
B"enurut lo apa yang dia liat)B tanya %io
pelan.
Tari menggeleng muram. B9ak tau. Di situ
tuh ada banyak banget barang bekas.
-anyak yang udah kuno banget malah. Ada
benda aneh yang gue gak tau itu apa atau
buat apa.B .e#ek itu menggeleng lemah.
B9ue sama sekali gak punya dugaan apa
yang diliat Ata kemaren, sampe dia berubah
jadi drastis begitu.B
Bp$nya akti3)B
BAkti3. Tapi dia gak mau ngangkat. !"!$
!"! gue juga gak ada yang dia bales.B
BKenapa ya dia)B gumam %io.
Keduanya lalu terdiam. "enatap jalan raya
yang sibuk di kejauhan. Tenggelam dalam
lautan tanda tanya yang sama. !ekali lagi
dinding$dinding di sekitar koridor depan
gudang menjadi saksi diam rahasia$rahasia
tentang Ari dan semua hal yang
berhubungan dengan co#ok yang paling
berkuasa di sekolah itu.
-el masuk berbunyi. Tari dan %io balik
badan dengan gerakan lambat lalu berjalan
menuju kelas. Kembali Tari mengirimkan
sebuah !"! untuk Ata. -erharap saat jam
istirahat pertama nanti akan terjadi
keajaiban.
888
-erkilo$kilo meter dari langkah Tari yang
lunglai, di trotoar seberang deretan kios
barang bekas itu, Ari duduk di atas jok
motornya bahkan sejak hari masih gelap.
!ejak kepingan masa lalu itu mendadak
dihadirkan, co#ok itu nyaris tak sanggup
melakukan apa pun. Keseluruhan dirinya
seketika tersedot ke masa$masa sebelum
perpisahan yang tiba$tiba itu. ,ikiran, energi,
emosi, hati. ingga yang dilakukannya
adalah benar$benar terjaga menunggu pagi.
!ejak malam Ari merenung di teras
kamarnya. Dan ketika #aktu menunjukkan
pukul lima pagi, co#ok itu langsung berdiri
dari duduk diam seopanjang malamnya.
Dan di sinilah dia sekarang sejak pukul
setengah enam tadi. Duduk di atas jok
motornya juga dalam diam.
Kedua matanya terus menatap ke seberang
jalan. ,ada salah satu kios dari banyak kios
berjajar di sana yang masih tertutup rapat.
-erbatang$batang rokok habis terisap ketika
kios itu akhirnya buka, sesaat menjelang
pukul sembilan. !eketika Ari bangkit dari
duduknya yang sudah berpindah dari atas
jok motor ke bata trotoar.
.o#ok itu berdiri tegang saat bapak pemilik
kios tempat kedua matanya tak pernah
teralihkan mulai mengangkat kerai kiosnya.
2ogam berlipat yang mulai berkarat itu
meneriakkan derit tajam saat dipaksa untuk
bergerak naik. "emantik detak jantung Ari.
"enciptakn rentetan dentam yang
menggetarkan rongga dadanya.
Ketika akhirnya kerai itu sepenuhnya
terbuka, dia membekukan co#ok itu
seutuhnya. Tidak hanya tubuh, tapi nyaris
seluruh kesadarannya.
Di sanalah benda itu. -enda kecil. -erusia
tua. Kusam. Tak berharga. Teronggok di
sudut. Terlupakan, namun sangat ingin
diraih dan dipeluknya.
Diseberanginya jalan raya dengan langkah
setengah berlari. Dihampirinya toko itu lalu
berdir tepat di depannya. Di tengah$tengah
trotoar. Kini jarak Ari dengan benda itu tak
lebih dari tiga meter. +amun tiga meter itu
kemudian merentaskan masa lalu ke
hadapan. "engenyahkan masa kini.
!akit sehitam jelaga seketika
mencengkeramnya erat. !ama sekali tak
diduganya, banyak kenangan ternyata
masih tersimpan rapi dalam salah satu
sudut benak dan alam ba#ah sadarnya.
Dan semua itu kini menyeruak keluar seperti
putaran cepat sebuah jentera.
-anyak rasa yang selama ini dipaksanya
untuk tertidur, kini juga terjaga. "enggeliat
dan menggila. +yaris menggilas
kesadarannya.
Ari mendekati bapak pemilik kios dengan
langkah gamang.
B,ak...,B ucapnya dengan suara lirih dan
serak. B"esin jahit yang itu harganya
berapa)B
-apak sang pemilik kios menghentikan
kesibukannya membersihkan barang$barang
dagangannya dengan kemoceng.
B1ang mana)B tanyanya, menjahit ketiga
mesin jahit dagangannya satu per satu.
B1ang di tengah.B
B7ah, kalau itu gak dijual, +ak. !udah
dibayar orang.B
Ari merasa sesuatu dalam dirinya dicabut
paksa. Dan dia tahu apa sesuatu itu.
arapan. Detik ini juga alam ba#ah
sadarnya meneriakkan perla#anan.
B!aya bayar dua kali lipat, ,ak.B
-apak itu menggeleng, tersenyum minta
maa3.
B9ak bisa, +ak. Ini bukan soal uang. "esin
jahit ini sudah milik orang. -ukan milik
-apak lagi.B
Ari tidak mau menyerah.
B!aya ba#a pulang sebentar ya, ,ak. +anti
-apak saya kasih alamat rumah saya.
+omor telepon juga. Kalo orang yang beli
mesin jahit ini dateng, -apak telepon saya.
+anti kangsung saya anter ke sini. Kalo
saya gak datang, -apak ambil paksa aja ke
rumah.B
B"aa3, +ak. 9ak bisa. !oalnya itu udah
bener$bener dibayar lunas.B
B!aya betul$betul janji, ,ak. +anti kalau
orang yang beli itu dateng, langsung saya
anter ke sini lagi. Kalo orang itu marah, nanti
saya jelasin.B Ari nyaris saja akan berlutut
saat mengucapkan kata$kata itu.
Dengan ekspresi muka menyesal, -apak itu
kembali menggeleng.
B"aa3, +ak. -apak betul$betul minta maa3.
"esin jahit itu sudah dilunasi dan orangnya
bila titip dulu di sini. +anti mau diambil,
begitu katanya. Dia juga bilang, titipnya gak
lama. &rang yang beli itu datangnya juga
belum lama kok. Kamu cuma telat sedikit
aja.B
arapan meredup di kejauhan.
B!aya bayar tiga kali lipat, ,ak/ !aya bayar
sekarang/B Ari berseru tanpa sadar. 9etaran
hebat menyertai seruan itu.
-apak pemilik kios itu tertegun. ,ada dua
manik hitam pekat di hadapannya, dia
melihat bukan hanya permohonan yang
amat sangat. "ata tuanya tahu, anak laki$
laki ini telah melalui banyak hal
menyedihkan. Dan mesin jahit tua itu
sepertinya benda yang punya arti sangat
penting untuknya. !ayangnya dia tidak bisa
membantu.
,erlahan kepalanya menggeleng. Ari
melunglai.
B!aya boleh lihat)B pintanya kemudian
dengan suara lirihn setelah beberapoa saat
terdiam dengan kepala menunduk.
BKalau cuma liat, boleh. !ebentar ya, -apak
ambil.B -apak itu beranjak ke dalam.
Diambilnya mesin jahit itu lalu diba#anya ke
hadapan Ari. -apak itu meletakkan mesin
jahit itu di atas sebuah meja kuno di depoan
Ari.
Kedua mata Ari mengerjap pelan. ,erlahan
dia duduk bersimpuh di depan mesin jahit
itu. "enatapnya namun dengan 3okus yang
terbentang teramat jauh ke #aktu$#aktu
yang hilang.
Disentuhnya mesin jahit itu dengan gerakan
yang benar$benar perlahan. !eperti takut
benda itu adalah khayalan. Disentuhnya
setiap detainya dengan jari$jari gemetar.
!etiap detailnya adalah nyanyian. +amun
setiap detailnya juga tangisan. !etiap detail
juga seribu tanya dalam kepanikan dan
keputusasaan. !etiap detail juga hardikan
ayahnya dalam putus asa karena
ketidakmampuan memberikan ja#aban.
!etiap detail adalah ta#a, canda, tangis,
dan pertengkaran.
!etiap detail adalah pelukan dan rangkulan.
!etiap detail adalah bahagia dan cinta.
!etiap detail adalah usaha pencarian yang
tak kenal letih.
!etiap detail sebenarnya adalah harapan
yang tal kenal habis.
+amun, setiap detail adalah pertahanan
yang jatuh bangun dan makin menipis.
Entah berapa lama #aktu yang sudah
terle#at. Dengan penuh pengertian sang
bapak pemilik kios membiarkan Ari duduk
membeku di depan kiosnya, dengan
pandangan tak sedetik pun terlepas dari
mesin jahit itu.
-eberapoa saat kemudian Ari berdiri.
!etelah sekali lagi menatap mesin jahit itu,
dihampirinya bapak pemilik kios.
BTerima kasih, ,ak,B ucapnya dengan suara
yang benar$benar tidak terdengar. Kalau
saja gerak bibirnya tidak terbaca, bapak
pemilik kios bitu tidak akan tahu apa yang
diucapkannya. Dia mengangguk dengan
menyesal.
B"aa3 ya, +ak.B
BIya, ,ak. 9ak papa. Terima kasih.B
!ekali lagi Ari mengangguk. Kemudian dia
balik badan dan meninggalkan kios itu
dengan langkah cepat menuju motornya
yang diparkir di seberang jalan. Dan
langsung ditinggalkannya tempat itu.
!esak cekikikan masa lalu yang ditahannya
mati$matian kimi tumpah. "e#ujud dalam
bening air mata yang tak sanggup lagi
ditahan.
B!ialan/B desis Ari. .epat$cepat diusapnya
kedua matanya dengan salah satu lengan
baju. Dirutukinya kebodohannya. Tak sadar
dia tidak menggunakan helm saat pagi tadi
bergegas meninggalkan rumah demi benda
tua itu.
Ari kemudian menggas motornya gila$gilaan.
"enuju sebuah danau, sejauh yang bisa
diingatnya, terletak tidak begitu jauh.
!ampai di tujuan, motor hitam itu berhenti di
tepinya dengan suara decitan karena tali
rem yang ditarik mendadak.
Ari turun. Dengan gerakan sangat cepat,
co#ok itu melepaskan kausnya dan
meletakannya di atas jok, bersamaan
dengan kedua kakinya melepaskan sepatu
kets yang dipakainya, bergantian. Kemudian
dia berlari menuju danau dan menceburkan
diri ke dalamnya.
&rang$orang menoleh kaget. -eberapa
re3leks berlari ke arah suara mencebur
keras itu, yang menimbulkan cipratan air
yang cukup tinggi juga gelombang dan riak.
"engira sesuatu yang buruk telah terjadi.
Tapi tak lama mereka berhenti, karena
melihat Ari berenang hilir$mudik dengan
berbagai gaya. !uatu saat dia menukik ke
dalam beningnya danau, kali lain dia
telentang dengan tenang dan berenang
lambat.
&rang$orang itu lalu pergi sambil
menggerutu, meneruskan akti6itas masing$
masing yang sempat tertunda. "ereka
dongkol dan mengira Ari cari sensasi.
"ereka tidak tahu apa yang sesungguhnya
terjadi.
Ari sedang meminta pada danau kecil itu
untuk menerima air matanya. !ebagaimana
danau itu juga telah selalu menerima air
mata langit yang kini beriak dalam peluknya.
2ima belas menit kemudian Ari menepi.
Kedua matanya memerah, tapi dia terlihat
sedikit lebih tenang. Dikenakannya kausnya
kembali. Tak peduli dengan celana jins yang
basah kuyup dan terus meneteskan air,
co#ok itu menaiki motornya. Dan langsung
meninggalkan tempat itu.
888
'umahnya selalu sunyi dan mesin jahit itu
membuat kesunyian rumah ini semakin
berat untuk dihadapi.
Ari memasuki rumah dengan langkah cepat.
Jinsnya yanhg basah kuyup meninggalkan
jejak berupa titik$titik air. .o#ok itu langsung
berjalan menuju kamarnya. Tidak menoleh
ke kiri atau kanan, karena memang tidak
ada yang perlu diliat apalagi disapa.
Dengan cepat dilepaskannya seluruh
pakaiannya lalu dilemparkannya begitu saja
ke sudut kamar. !ambil berjalan ke arah
lemari, diliriknya jam di dinding. Jam
pelajaran bahas Jepang sedang
berlangsung. -u "iyati pasti sedang sibuk
mengoceh di depan kelas.
Ari tersenyum sendiri. Dadanya sedang
sesak dan dirinya harus melakukan sesuatu
agar sesak ini berkurang. Akan dibantunya
-u "iyati mengoceh dalam bahasa negeri
matahari terbit itu. -edanya, -u "iyati
mengoceh dalam bahasa Jepang yang baik
dan sudah pasti benar, sedangkan dirinya
akan mengoceh dalam bahasa Jepang yang
setahunya benar.
Dua puluh lima menit kemudian, kelas GF
I,A C hening senyap. -u "iyati sedang me$
re6ie# tata bahasa Jepoang yang
diberikannya pada minggu pertama sis#a$
sis#i di sepannya ini duduk di kelas dua
belas, dalam bentuk percakapan
perorangan. !atu orang kebagian jatah
menja#ab dua pertanyaan. Dan kegitan itu
stuck pada sis#a yang baru saja datang
pada lima meniy menjelang jam pertama
mengajarnya selesai/
-u "iyati sampai mengajukan lima
pertanyaan dan Ari menja#abnya dengan
kalimat yang tata bahasanya bisa membuat
murka "enteri ,endidikan Jepang.
"eskipun niatnya memang membuat kacau,
Ari bukan sengaja. Kelemahannya memang
pada bahas aksaranya yang berbasis
simbol/ -ukan latin. Karena suasana hatinya
sedang sangat buruk, ditambah tuduhan -u
"iyati bah#a dirinya sengaja mengacaukan
jalannya pelajaran, akhirnya co#ok itu
mempersilahkan sang ibi guru yang sedang
cemberut berat itu untuk mengajukan
pertanyaan berikut. Dan dia berjanji akan
menja#abnya dengan baik dan benar
secara tata bahasa.
,ermintaannya dituruti. !eisi kelas langsung
menyimak dengan konsentrasi supertinggi,
karena seriusnya #ajah Ari biasanya
menandakan sesuatu akan terjadi.
-u "iyati mengajukan sebuah pertanyaan,
tentu saja dalam bahasa Jepang. Ari
meja#abnya dengan benar, secara arti dan
tata bahasa, tapi dalam bahasa Ja#a/
9ak tanggung$tanggung. Karena dilihatnya
-u "iyati tercengang, Ari sampai
menjelaskannya di #hiteboard, lengkap
dengan aksara Ja#a yang dia latinkan/
o no co ro ko $ do to so #o lo $ po do jo yo
nyo $ mo go bo to ngo. Dua puluh aksara
Ja#a itu terpampang besar$besar di
#hiteboard, dalam bentuk huru3 asli dan
2atin/
!eisi kelas kontan terpukau. "ereka
menatap tulisan asing di #hiteboard itu,
yang bahkan baru pertama kali ini mereka
lihat, dengan mulut ternganga. Terlebih lagi
karena Ari yang menuliskan. !ama sekali
mereka tak menyangka, co#ok tukang bikin
onar itu ternyata menguasai bahasa yang
bagi mereka seasing bahasa El3$nya The
2ord o3 the 'ings.
BItu bukan huru3 India ya, 'i)B tanya 'ina.
B-ukan,B tandas Ari. B9imana sih lo) 2o kan
juga orang Ja#a.B
!elama lebih dari lima menit kemudian,
meman3aatkan ketercengangan -u "iryati,
Ari memberikan sesi pelajaran bahasa Ja#a
kepada teman$teman sekelasnya plus ibu
gurunya yang notabene juga orang Ja#a
tapi buta bahasa daerahnya sendiri.
B-uat saya, -u,B ucap Ari sambil meletakkan
spidol di meja guru, Bbahasa nasional itu
pertama. Kedua, bahasa yang jadi akar
identitas diri, maksud saya suku atau etnis.
-aru deh abis itu kita pelajari bahasa orang.
+egara kita lagi krisis identitas nih, jadi perlu
kembali ke akar. 5ntuk mencegah
disintegrasi. Jadi Ibu gak perlu marah$marah
cuma karena saya gak bisa bahasa Jepang.
arusnya Ibu malu. -isa bahasa Jepang,
tapi gak bisa bahasa Ja#a.B
!eisi kelas kontan bertepuk tangan riuh dan
gegap gempita, membuat kesadaran -u
"iyati kembali. !egera ibu guru itu berusaha
membuat kontrol kembali.
Ditegurnya Ari dengan keras. Dengan
segera Ari menegur balik karena memang
ini yang sedang dia butuhkan. !eorang
la#an untuk melepaskan sesak di dadanya.
!ebenarnya yang paling dia butuhkan saa
ini adalah la#an baku hantam. -erhubung
sekarang masih jam belajar, terpaksa dia
harus menunggu sampai nanti siang, selesai
jam belajar. Jadi saat ini la#an tarik urat
cukuplah.
"enit berikutnya seisi kelas Ari menyimak
dengan senang hati perdebatan seru yang
terjadi di antara dua kubu, Ari dan -u "iyati.
-era#al tentang bahasa, kemudian
merembet ke masalah nasionalisme, dan
segera berpindah ke topik$topik lain. Debat
itu menghabiskan #aktu dan ketika akhirnya
-u "iyati terdiam dalam kekalahan, dengan
muka merah padam, #aktu mengajarnya
tinggal tersisa sepuluh menit. Ibu guru yang
terobsesi dengan segala sesuatu yang
berbau Jepang itu kemudian melangkah ke
luar kelas dengan marah.
-el istirahat berbunyi. ,enghuni kelas Ari
nyaris utuh. !emuanya mendadak jadi
tertari belajar bahasa Ja#a. 2ima menit
kemudian, Alma, ce#ek kelas sebelah
datang lalu berteriak keras di pintu.
BAri, lo dipanggil kepala sekolah.
!EKA'A+9///B
8888
-el istirahat pertama berbunyi. Tari langsung
mneyambar ponselnya dari dalam laci.
!eketika kedua bahunya melunglai saat
didapatinya layar ponselnya tetap kosong.
"asih tidak ada reaksi dari Ata. "asih tidak
ada kabar apa pun. !esuatu yang
seharusnya diketahui ce#ek itu dengan
baik, karena sejak ponsel itu diletakkan
dalam laci tiga jam lalu, benda itu tidak
pernah mengeluarkan getaran. !ama sekali/
Jam istirahat kedua, hal yang sama terjadi.
Tercenung, Tari memendangi layar
ponselnya yang tak juga memunculkan
nama Ata. Dihelanya napas panjang.
Dengan lesu ce#ek itu bangkit berdiri lalu
berjalan keluar kelas dengan langkah
lambat menuju koridor depan gudang.
Di sana, dengan kedua mata menera#ang
ke kejauhan, akhirnya ce#ek itu sampai
pada satu kesimpulan. Dia akan berhenti
mencecar Ata dengan tanya, meskipun itu
murni karena dirinya kuatir. Dia akan
berhenti bertanya kenapa Ata mendadak
diam dan menghilang di luar sana. Dia juga
tidak akan lagi ingin tahu apa yang
menyebabkan Ata pucat pasi #aktu itu.
!esuatu telah terjadi dan mungkin itu
memang tidak bisa dibagi. anya milik
co#ok itu sendiri.
888
Dua menit setelah bel pulang berbunyi, Tari
dan %io membaur dalam kepadatan arus
sis#a yang berjalan menuruni tangga
menuju koridor utama. -egitu mele#ati
mulut koridor utama, Tari melihat terjadi
kemacetan total di ruas jalan di sebelah
lapangan basket. !emua orang berhenti dan
berdiri berdesakan di sepanjang tepi
lapangan basket.
Tari dan %io saling pandang sesaat lalu
bergegas menghampiri kerumunan itu.
Dengan paksa mereka menyeruak sampai
mendekati tepi lapangan, penasaran ingin
tahu apa yang sedang terjadi sampai semua
orang batal pulang.
!eketika Tari ternganga dengan ngeri. Di
depannya sedang berlangsung permainan
basket paling brutal yang pernah dia lihat.
Three on three. Dengan dua sis#a kelas
sebelas dan satu sis#a kelas sepuluh$
ketiganya berbadan besar$yang tadi terpilih
oleh jari telunjuknya untuk jadi tim la#an, Ari
mengubah lapangan basket jadi ajang
olahraga setengah gladiator.
-ukannya basket three on three, yang
terjadi di lapangan basket itu lebih tepat
diebut rugbi one on three, karena Ari yang
menguasai lapangan dan seluruh jalannya
permainan.
Jika Tari baru menyaksikan kekacauan Ari
siang ini, 'idho dan Aji telah
menyaksikannya sejak tadi pagi. -ermula
pada pelajaran bahsa Jepang dan berlanjut
ke jam$jam pelajaran berikutnya. -ukan
cuma terhadap -u "iyati, Ari membuat
marah hampir semua guru pada jam$jam
pelajaran berikutnya. !ampai$sampai dia
dua kali dipanggil ke kantor kepsek. Dua$
duanya terjadi pada jam istirahat, karena itu
'idho dan &ji terus membayangi Ari.
Termasuk siang ini. 'idho dan &ji lebih
mem3ungsikan diri sebagai penga#as dan
pelindung dibandingkan teman satu tim.
,enga#as untuk setiap tindak tak terkendali
Ari dan pelindung untuk ketiga junior yang
dipaksa masuk lapangan itu. Karena selain
mengubah gaya permainan basket menjadi
cenderung rugbi dan gladiator, beberapa kali
juga Ari membuatnya jadi terlihat seperti
gulat bebas bahkan smackdo#n.
Kalau begitu, 'idho terpaksa turun tangan.
"enarik junior yang jadi sasaran Ari ke
belakang punggungnya, dan gantinya dia
mengumpankan dirinya sendiri.
Akibatnya siang itu area depan sekolah jadi
ramai, karena banyak yang jadi
menghentikan langkah untuk menyaksikan
olahraga aneh itu. Termasuk Tari. -ersama
%io, ce#ek itu mengikuti setiap adegan yang
terjadi di lapangan basket dengan
kebingungan dan tanda tanya yang semakin
ru#et di kepalanya.
Akhirnya Tarui menggamit lengan %io. Tak
tahan melihat adegan yang terjadi di
depannya.
B,ulang yuk/B bisiknya. %io langsung
mengangguk. -elum jauh keduanya pergi,
tiga guru laki$laki muncul dan mengakhiri
dengan paksa pertandingan basket paling
aneh itu. Keenamnya lalu digelandang
menuju ruang guru.
B9ila/B desah Tari. BItu basket paling sadis
yang pernah gue liat.B
BIya.B %io mengangguk setuju. BKak Ari
kenapa ya)B
BItu dia. 9ue juga bingung. Ata jadi aneh.
Kak Ari juga jadi aneh.B Tari menghela
napas. B&o &o& o&, iya/B Tari tersentak.
B9ue mau kasih tau Ata ah.B -uru$buru
dikeluarkannya ponselnya dari saku kemeja.
Konsiten dengan keputusan yang telah
diambilnya, Tari mengirimi Ata !"! yang
isinya hanya berisi tentang Ari. Dia tidak lagi
bertanya tentang co#ok itu sendiri. Isi !"!
itu benar$benar hanya tentang Ari. Tentang
permainan basket yang brutal. Tentang
dugaannya bah#a Ari sedang dalam
masalah. Tentang kecemasannya karena
sepertinya kali ini masalah yang di hadapi
Ari cukup berat. -aru pada akhir !"! Tari
menyinggung tentang Ata. Itu pun berupa
doa semoga co#ok itu baik$baik saja.
888
Jam delapan malam, Tari nyaris melejit dari
tempat tidur, tempat dia sedang
mengerjakan tugas$tugas sekolah dengan
posisi tengkurap. Ata menelepon/
BTa, lo...B .e#ek itu lkangsung
menghentikan a#al dari berondongan
pertanyaannya. Dia teringat komitmennya
untuk tidak lagu mencecar Ata dengan
pertanyaan$pertanyaannya.
BKok diem)B tanya Ata lunak. B"au nanya
apa)B
B"m.. 2o kenapa)B tanya Tari kemudian
dengan nada rendah dan hati$hati. Tak lama
redaksi kalimatnya tadi langsung dia ganti,
karena sadar itu terlalu ingin tahu. B2o baik$
baik aja, kan)B
BKalo yang lo maksud dengan baik itu gue
gak sakit, gue baik.B
B!yukur deh kalo gitu. "mm... Ta,
sebenarnya ada apa sih)B
Tari mendengar Ata menarik napas panjang.
BKayaknya gue udah ngasih hantaman yang
terlalu keras buat Ari. "eskipun maksud gue
sama sekali bukan begitu.B
B"aksudnya)B tanya Tari tak mengerti.
Kembali Ata menarik napas panjang.
B"esin jahit yang lo tunjuk #aktu itu, yang lo
bilang mesin jahit pertama nyokap lo...,B Ata
terdiam sesaat, Bsama persis dengan mesin
jahit nyokap kami. "esin jahit dia yang
pertama juga. adiah perka#inan dari "bah
,utri juga.B
Tari ternganga.
B1a ampun. Kok bisa samaan gitu ya)B
B"akanya gue juga kaget. !yok malah
ngeliatnya.B
Kening Tari mengerut. Ada yang aneh.
BTapi kan lo tinggal sama nyokap lo)B
Keheranan Tari terlontar juga. Karena
menurutnya, aneh kalau Ata sampai kaget
melihat benda milik ibunya sementara sang
ibu tinggal bersamanya.
BEmang. Tapi tu mesin jahit gak keba#a.
1ang ninggalin rumah kan +yokap dan gue.
-ukan -okap sama Ari. 9ak tau kenapa
begitu deh. asil perjanjian kali, ya. 1ang
harus keluar dari rumah tuh malah +yokap.
-ukan -okap.B
B&ooh.B Kini Tari paham.
BJadi gue telepon Ari, ngasih tau dia. 9ue
tanya, tu mesin jahit masih ada gak) Kalo
gak, masin jahit yang #aktu itu kita liat, mau
gue beli.B
BTerus, apa kata Kak Ari)B
BEntah di mana, katanya. "ereka kan udah
lama banget ninggalin rumah yang lama.
'umah kami #aktu kecil dulu. Katanya
#aktu masuk rumah yang baru, yang
sekarang mereka tempatin itu, masing$
masing dari mereka cuma ba#a dua tra6el
bag. .uma barang$barang pribadi. -arang$
barang yang lain, maksudnya kayak
perabotan, gak tahu sama -okap
dikemanain.B
B&oooh.B Tari mengucapkan BohB dengan
suara sangat lemah. +ada sedih yang
tertangkap jelas dalam suara Ata
membuatnya tanpa sadar ikut merasa sedih
juga.
B"ungkin Kak Ari ngeliatnya tadi pagi, ya)B
B"ungkin. 9ue ngasih tau dia semalem.B
B,antes aja Kak Ari tadi keliatan kacau
banget. .ara dia main basket sadis banget,
Ta.B
B5dah gue duga.B
BIyalah. 2o aja...B !erentak Tari menutup
mulutnya dengan satu tangan.
ampir aja/ -ego banget sih gue/) makinya
dalam hati.
B9ue kenapa)B tanya Ata.
B1aaah...B Tari menggigit bibir sesaat.
BKemaren lo pucat banget. "endadak, lagi.
9ue sampe takut banget. "akanya gue
cuma nelepon lo sampe berkali$kali. !"!$
!"! berkali$kali juga.B
B!ori, Tar,B ucap Ata dengan nada menyesal.
BEh, tapi ada yang gue gak ngerti nih.
Kenapa Kak Ari kacaunya sampe parah
banget gitu sih)B
Tak sadar pertanyaannya goblok dan gak
berperasaan. Apalagi setelah didengarnya
Ata menghela napas. Tapi ada yang tidak
dia mengerti. Toh ibu kedua kembar itu
masih hidup. "asih bisa ditemui kalau Ari
mau. Jarak Jakarta$-ogor juga gak jauh$
jauh amat.
Dan dari cerita$cerita Ata selama ini Ata
sdelama ini, dirinya menarik kesimpulan ibu
mereka belum menikah lagi sampai
sekarang. -egitu juga dari kabar yang
santer beredar di sekolah, Ari cuma hidup
berdua dengan sang Ayah. Jadi meskipun
terpisah, 3ormasi mereka masih tetap sama.
Tetap berempat. -elum ada orang baru
yang masuk. Jadi belum ada orang asing
yang kehadirannya mau gak mau harus
mereka terima sebagai anggota
keluarganya.
!ikap Tari itu bisa dibilang #ajar. Anak$anak
dari keluarga yang utuh memang cenderung
sulit memahami apa yang duirasakan oleh
anak$anak dari keluarga yang berantakan.
B-uat gue maupun Ari, mesin jahit itu
nyimpen banyak kenangan #aktu kami
masih tinggal sama$sama, Tar. "asa$masa
kami kecil. 7aktu keluarga kami masih utuh,
kayak keluarga$keluarga yang lain. 7aktu
anggotanya masih lengkap. -elum ada
kemarahan yang kami gak ngerti. -elum
ada kebencian yang kami gak pahami juga.B
BTapi kalian kan masih bisa saling ketemu.
Iya, kan)B
BEmang. "asih. Tapi #alaupun keluarga
kandung, Tar, kalo udah pisah rumah,
rasanya udah dak sepenuhnya kayak
keluarga kandung lagi. 'asanya jadi kayak
setengah keluarga gitu deh. Karena ada hal$
hal tentang mereka yang kita gak tau lagi.
7aktu masih satu rumah kita kan selalu tau
orangtua kita atau adik$kakak kita ngerjain
apa saja, sehat atau gak. Kalo udah pisah,
apalagi lumayan jauh, yang kita tau tinggal
garis$garis besarnya aja. ,adahal yang bikin
keluarga jadi deket itu kan justru hal$hal
yang kecil, yang sepele, yang gak penting
banget, yang gak keliatan dari luar. 1ang
hanya jadi milik orang$orang di dalam
keluarga itu sendiri.B
BIya sih,B Tari mengangguk dan berucap
pelan. Jadi merasa bersalah. B"aa3 ya, Ta..,B
ucapnya lirih.
B"aa3 untuk apa)B tanya Ata heran.
B1ah, coba #aktu itu gue gak nunjukin mesin
jahit itu ke lo. 9ak akan ada kejadian kayak
gini. 9ue gak akan bikin lo jadi sedih, gue
juga gak akan bikin Kak Ari jadi kacau
banget gitu.B
Dari cara Ata menarik napas, Tari tahu
co#ok itu tersenyum.
B-ukan salah lo,B ucap Ata kemudian
dengan nada lembut. B2o juga gak tau, kan)
Ini bukan kemauan lo, bukan kemauan gue
juga, apalagi kemauan Ari. Emang harus
begini. "ungkin mesin jahit itu memang ada
di sana untuk diliat sama kita.B
BIya sih. Tapi tetep aja gue ngerasa
bersalah.B
B5dahlah. 9ak papa. 9ak usah dipikirin. Ini
takdir, Tar. -ukan salah siapa$siapa.B
BIya sih.B Tari menarik napas. BEh, nyokap lo
sekarang masih jahit)B
B"asih. Kenapa)B
B,asti udah sukses banget ya. !ampe bisa
beli mobil bagus buat lo. Kalo nyokap gue
sih usahanya masih gitu$gitu aja dari gue
masih kecil. Tapi itu karena dia emang
pinginnya cuma sekedar nambah$nambah
uang belanja. 9ak pingin jadu usaha#an
yang sampe gimana gitu.B
!esaat senyap di seberang, sebelum
kemudian Ata menja#ab dengan nada yang
seperti tidak ingin membahas.
B"ungkin karena tak ada lagi yang ngasih
dia na3kah. Dan ada anak yang harus dia
hidupin, kan)B
BIya sih.B
BEh, udah dulu ya, Tar. 9ue bentar lagi
mau...B
B-imbel)B potong Tari.
BTepat/B Ata terta#a pelan.
B,asti deh. &ke. "akasih ya udah nelepon.B
B9ue makasih juga karena lo udah selalu
care. !ama gue, sama sodara kembar gue.B
Ata menutup telepon.
888
Keesokan harinya, jam istirahat pertama,
Tari dan %io berjalan keluar kelas menuju
kantin, tapi tidak ada niat sama sekali untuk
makan. Kekacauan Ari dan penjelasan Ata
semalam membebani pikiran Tari dan
membuat selera makannya hilang. %io
terpaksa melupakan keinginannya untuk
melahap makanan berat. Dibelinya
sepotong roti untuk sekedar menggajal
perut.
Tari langsung berjalan ke arah koridor yang
menghadap ke area depan sekolah. %io
sudah tahu, pasti Tari ingin membahas lagi
soal kekacauan Ari dan telepon Ata. Karena
sejak pagi cuma itu yang dibicarakan Tari.
Tari yang sedang menatap lurus ke area
depan sekolah$sambil melupakan minuman
di tangannya$membuat %io bergegas
menghampiri. !egera dia tahu apa yang
tengah ditatap Tari dengan begitu serius. Ari.
-erdiri bersandar di pagar sekolah yang
terlindung di panas matahari, pentolan
sekolah yang kemarin siang membuat orang
banyak jadi bingung, heran, dan ngeri itu
sekarang terlihat amat sangat berbeda.
-erdiri dengan kedua tangan terlipat di
depan dada, pandangannya terarah lurus ke
depan. Ke arah teman$teman sekelasnya
yang sedang mengisi #aktu istirahat dengan
bermain 3utsal. Tapi dari jauh pun Tari bisa
melihat, 3okus tatapan Ari tidak tertuju pada
kesepuluh orang yang sedang berada di
laopangan itu.
Ari berdiri diam. Diam yang beku. Diam yang
tidak lagi menyadari sekelilingnya. -ahkan
ketika tendangan bola salah satu temannya
melenceng ke luar lapangan dan
menghantam pagar tidak jauh di
sebelahnya, Ari tetap tak tersentak apalagi
terlontar dari belenggu lamunannya. Dia
tetap terkunci di dalamnya. Tetap membeku
sempurna. Kesepuluh temannya jadi
terheran$heran melihat itu, tapi kemudian
memutuskan untuk membiarkannya begitu.
B-eda banget sama kemarin, ya)B desah
Tari. BKemaren tuh gue ngeri banget. !ampe
gue kira tiga co#ok yang jadi la#annya
bakalan mati begitu tu pertandingan basket
brutal selesai.B
-uru$buru Tari mengeluarkan ponselnya dari
saku kemeja lalu mengirimi Ata sebuah
!"!. "enceritakan keanehan itu.
Tidak ada respons dari Ata. Tapi sejak
pembicaraan semalam, Tari mengerti. Dua
hari belakangan ini adalah hari$hari yang
berat bagi kedua kembar itu, karena itu
sejak a#al Tari tidak berharap Ata akan
merespons !"!$nya. 1ang penting co#ok
itu tahu perkembangan terakhir yang terjadi
pada saudara kembarnya.
Istirahat kedua, Ata menelepon.
BKenapa dia)B tanya Ata langsung.
!uaranya masih sama seperti semalam, tak
lagi bersemangat seperti sebelum kejadian
mesin jahit itu.
Bari ini dia aneh, tapi gak kayak kemaren.
Tadi gue liat dia diem gitu. -ener$bener
diem kayak patung. 9ak bergerak sama
sekali.B Tari lkalu menceritakan apa yang
dilihatnya saat jam istirahat pertama tadi.
B9ak apa$apa kalo cuma begitu. -agus
malah. Dia gak bikin celaka orang,B ucap Ata
setelah cerita Tari selesai.
BIya sih.B Tari mengangguk. BTapi gue malah
kuatir kalo Kak Ari kacaunya diem begitu.
"ending kayak kemaren deh. Emang sih
serem banget ngeliatnya. Tapi masih
mending begitu. Ketauan. Kalo diem gitu
kan jadi gak ketauan. +tar tau$tau dia
mabok$mabikan, lagi. Atau ba#a motornya
ngebut, atau trek$trekan. "alah bahaya,
kan)B
Ata terta#a pelan. Ta#a yang bagi Tari tidak
jelas maksudnya.
B2o kuatirin gue juga dong. Jangan Ari
melulu. 9ue juga kacau nih.B
BKalo lo sih gue gak begitu #orry. 9ak
kacau$kacau amat. .uma kacau sedikit.
Apalagi ada nyokap lo. +yokap lo tiap hari di
rumah, kan) .uma keluar sesekali doang.
Kak Ari tu yang kasian. Dari in3o yang gue
denger nih, bokapnya tuh sering tugass
keluar kota sama keluar pulau. Keluar
negeri juga malah. -isa sampe berhari$hari.
-erati dia di rumah sama siapa ya) Terus
makannya gimana) Emang sih duitnya
banyak. -isa makan di mana aja. Tapi tetep,
makan di rumah tuh paling enak. -areng
sama keluarga.B
Kata$katanya membuatnya terenyuh sendiri.
Tari menghela napas.
B-okapnya Kak Ari tuh mikirin anaknya gak
sih) !ering ditinggalin gitu kan kasihan.
,antes aja tuh anak jadi badung banget.B
Ata terta#a lagi. "eskipun tetap pelan, kali
ini terdengar geli.
B2o pake kata DbokapnyaD, udah kayak
bokapnya Ari tuh bukan bokap gue aja.B
BEh)B Tari teradar. B&h, iya, ya)B Tari terta#a
malu. Ata menghela napas.
B"au Ari kacaunya kayak apa, biarin aja,
Tar. Dia harus ngele#atin ini. !ama kayak
gue harus ngele#atin ini juga.B
BIya sih,B desah Tari berat. B2agian gue juga
gak bisa bantu apa$apa kok.B
BDengan lo sebentar$sebentar lapor ke gue,
itu udah amat sangat membantu. 9ue
terima kasih banget.B
Tari terdiam.
BTa, maa3, ya,B ucapnya kemudian lambat$
lambat. BKalo #aktu itu gue galk nunjukin
mesin jahit itu, pasti gak ada kejadian kayak
gini.B
BKayaknya semalem gue udah ngomong
deh.B
BIya. Tapi gue 3eeling guilty banget nih.
-eneran.B
B!aran gue, mending lo makan aja deh. 2o
pasti belom makan, kan)B Ata mengucapkan
sarannya itu dengan suara lembut.
BKok lo tau)B Kedua mata Tari melebar.
BTaulah. Tadi jam istirahat pertama kan lo
abisin buat nga#asin sodara gue.B
BIya emang.B .e#ek itu tersenyum.
B"akanya. 1a udah, sana makan dulu. +tar
keburu jam istirahatnya abis.B
B&ke deh.B
Ata menutup telepon. Tlercenung, Tari
menatap ponselnya yang kini bisu.
,erhatian Ata sampai ke soal makan tadi,
yang bahkan dirinya sendiri tidak menyadari,
makin membuatnya merasa bersalah.
888
ari ini Ari aneh lagi.Tapi kali ini
keanehannya bikin heboh.-ikin
histeris,terutama ce#ek$ce#ek.
-egitu memasuki halaman sekolah,Tari
melihat co#ok itu sedang berdiri di pinggir
lapangan bersama 'idho dan &ji.Ari tampak
serius dengan ponsel yg menempel disatu
telinganya.Tiba$tiba kedua mata Ari menatap
Tari.2urus,dan terus
mengikutinya.'e3leks.Tari langsung bersikap
#aspada.!ambil terus berjalan,dia balas
menatap Ari lurus$lurus.
Tiba$tiba co#ok itu menyerahkan ponselnya
ke &ji dan segera berlari ke arah Tari..e#ek
itu terkesiap.!eketika dia berhenti
melangkah.Dia tak tahu apa tujuan Ari.1ang
jelas,itu pasti jelek.karenanya otak Tari juga
langsung gerak cepat.memutuskan tindakan
apa yg akan diambilnya begitu co#ok itu
sampai di depannya nanti.
Ternyata tujuan Ari sama sekali bukan
Tari,melainkan ce#ek yg berjalan di depan
Tari.Di sisa jarak,Ari melompat.Dia
rentangkan tangan kirinya,tepat saat tubuh
ce#ek di depan Tari itu terhuyung lalu luruh
terjatuh.
!esaat sebelum tubuh ce#ek tak dikenal yg
melunglai itu membentur aspal,Ari
menangkapnya.!ecara otomatis tubuhnya
menysuaikan diri dengan gerak meluruh
itu.Dan secara naluriah dipeluknya tubuh
lemah itu,menjaganya dari kemungkinan
terjatuh lalu membentur kerasnya aspal.
!emua sontak terpana.!esaat hening
tercipta sebelum kemudian gemuruh suara
memenuhinya.!orak dan seruan
riuh,tepukan tangan keras$keras dan jerit
histeris ce#ek$ce#ek yg pingsan itu
langsung membahana,menggetarkan area
depan !"A Airlangga pagi ini.
-erbeda dengan reaksi hampir seluruh
sis#a yg menyaksikan peristi#a itu,Tari
justru tertegun menatap pemandangan itu.
Ari yang tengah berlutut dengan satu kaki
menyentuh tanah.Dengan seorang ce#ek
pingsan dalam pelukan yg direngkuhnya
dengan kedua lengan.
!ejak tadi Tari memang sudah heran
dengan ce#ek yg berjalan tidak jauh di
depannya itu.2ambat dan terlihat agak
sempoyongan.Tapi sama sekali tak
diduganya,dari begitu banyak manusia yg
memenuhi area depan sekolah,justru Ari$lah
satu$satunya yg bereaksi.!ang pentolan
sekolah..o#ok yg menyandang begitu
banyak predikat buruk.
BElo berdua,B'idho menunjuk dua co#ok yg
berdiri di kerumunan penonton
terdepan.B-a#a dia ke ruang 5K!.B
Kedua sis#a yg pasti bukan kelas dua belas
itu segera mematuhi."areka menghampiri
Ari lalu dengan hati$hati mengambil alih
ce#ek yg sedang pingsan itu.
Ari berdiri.Dia bersihkan kedua kaki celana
panjangnya.Kerumunan pun bubar.
Tanpa sadar Tari masih berdiri di
tempatnya."asih menatap Ari."asih
tertegun.Ada torehan yg tercipta saat itu
jg.Terlalu tiba$tiba,hingga Tari sendiri tak
langsung menyadarinya.
888
Tiba$tiba Ari menoleh.Tatapan tajam kedua
bola mata hitam itu kini terarah lurus pada
Tari..e#ek itu tersentak.!eketika dia
tersadar dari ketertegunannya yg cukup
lama.!ambil menelan ludah,buru$buru
dipalingkannya muka dan ditinggalkannya
tempat itu dengan langkah$langkah cepat yg
sudah bisa dikategorikan sebagai berlari.
Dengan kedua matanya,Ari terus mengikuti
setiap langkah cepat Tari.!ampai ce#ek itu
hilang ditelan karidor utama.
Tari berlari menuju kelas.!etelah melempar
tasnya ke meja dari jarak yg lumayan
jauh,segera dia berlari kembali ke luar
kelas,menuju karidor depan gudang.!ambil
berlari ke sana,dikeluarkannya ponsel dari
saku kemeja.Dan begitu sampai di sana,Ata
sudah ada di ujung telepon.
B1a,Tar)B
BTa,masa pagi ini...B2aporan Tari terputus
karena dia sibuk mengatur napas.
BAneh lagi)BAta menyelesaikan kalimat itu.
BIya.B
B-ikin apa dia sekarang)B
BItu...BTari terdiam."endadak dia
menyadari,yg akan dia laporkan kali ini
adalah keresahan hatinya sendiri/
BKok diem)B tanya Ata.
B+ggak jadi deh,Bucap Tari dan langsung
menutup telepon.
.e#ek itu tercenung.-aru disadarinya
dadanya berdetak dengan yg tidak
#ajar,keras,cepat.Tapi bukan karena habis
berlari.,eristi#a tadi ternyata telah
mengguncangnya.,emandangan tadi
ternyata telah menusuknya.
Tiba$tiba ponselnya menjeritkan
ringtone.Tari terlonjak.Kini ganti Ata yg
menelepon.
BAda apa)B .o#ok itu langsung bertanya
begitu Tari mengangkat telepon.
B&h,nggak ada apaa$apa kok.Itu,Kak Ari...)B
B-ukan Ari.Elo/B potong Ata seketika.
BEeeh...gue)B tanya Tari dengan nada
bingung.BEmang gue kenapa)B
BJustru itu yg tadi gue tanya,kan)Elo
kenapa)B
B9ue nggak apa$apa)B
Be$eh.Emang kenapa)B
B+ah,itu berarti lo tau.Ari kan emang harus
nangkep tu ce#ek karena tu ce#ek
pingsan.Daripada kepalanya kebentur
aspal,bisa geger otak.Kasian,kan)B
Tari sontak terperangah.
BK&K E2& TA555555///)B jeritnya
langsung.
B1a ampun/ -isa pecah nih gendang kuping
gue/B desis Ata.
BKok elo bisa tau sih/)B seru Tari.
BTadi gue lagi nelepon Ari.2agi ngomong
sama dia.Tiba$tiba jadi ganti suaranya
&ji.&ji yg cerita.2aporan langsung dari
lokasi peristi#a.Dan kata &ji,ada satu lagi
ce#ek yg mukanya pucat.Kabur dari
situ.Elo,kan)B
BApa/)B Tari tergagap.B+ggak/
-ukan/B!eketika dia menyangkal,dengan
intonasi yg tidak disadarinya...terlalu penuh
penekanan.
ening di seberang. Tari ingin memulai
pembicaraan,tapi kalimat terakhir Ata
menghantamnya tepat di sasaran.
BTar,B ucap Ata kemudian dengan suara
lunak,Bmulai sekarang tolong lo pikirin ya.B
BApanya)B tanya Tari.
Tak ada ja#aban karena Ata telah menutup
telepon.
888
Ari melihat jam tangannya. Dua menit
menjelang bel.
(9ue cabut, Dho,* ucapnya sambil meraih
ransel dan jaket hitamnya.
(-ercanda lo/* 'idho terbelalak. (Kita mau
ulangan matematika.*
Ari tak peduli. !etelah menepuk pelan bahu
'idho, dia melangkah keluar kelas. Tak jauh
dari tangga turun dia berpapasan dengan
&ji.
("au ke mana lo)* &ji langsung bertanya
dengan nada heran.
(Kalo gue udah begini menurut lo mau ke
mana) mm)* Ari sedikit merentangkan
kedua lengannya. Ditatapnya &ji dengan
kedua alis terangkat tinggi.
(.abut)* &ji menja#ab dengan bego.
(-ener. ,inter0* Ari tersenyum. Ditepuk$
tepuknya puncak kepala &ji. (-elajar yang
rajin ya, biar tambah pinter.* 5capnya
langsung balik badan menuruni anak tangga
tiga$tiga sekaligus.
(Apaan sih tu orang) +ggak jelas
banget,*&ji menggumam sambil geleng$
geleng kepala.
"enyusuri koridor utama dengan
langkahlangkah cepat. Ari bisa merasakan
hatinya terbelah dua. "asing$masing
berjalan kearah berla#anan. Ke kematian
dank e kehidupan.
Tidak ada yang bisa di lakukannya dengan
hatinya yang tengah berjalan ke kematian.
anya yang tengah berjalan ke kehidupan,
akan dia perjuangkan dengan segala cara.
Jikalau nanti pada akhirnya bagian hatinya
ini juga berjalan ke arah kematian, dia
sudah tidak bisa apa$apa lagi.
(A'I///* sebuah suara yang sudah amat
sangat di kenalnya terdengar di belakang
punggungnya. !ambil mempercepat
langkah, Ari balik badan.
("au ke mana kamu)/* tanya bu !am galak.
Ari .uma tersenyum. Tak menja#ab.
2angkahnya yang kini mundur, bergerak
semakin cepat.
(,agi, -u.* Dia anggukan kepala dan
langsung balik badan. Dengan sekali lompat
dihabisinya undukan tangga pendek di mulut
koridor dan langsung berjalan ke arah motor
hitamnya. -u !am hanya bisa geleng$
geleng kepala.
88888
Ari berdiri diam di depan pintu pagar rumah
Tari sejak lima belas menit yang lalu. !uara
pertama yang menyambut kedatangannya
dan masih terdengar saat ini, yang
membuatnya nyaris terjatuh dari motor tadi
lalu mematung seperti ini, adalah suara
yang mendominasi hari$hari masa kecilnya.
Di tariknya napas dalam$dalam.
"empersiapkan hati, baru saja akan di
bukanya mulut untuk mengucapkan salam,
sebuah gerobak sayur mendekat lalu
berhenti tidak jauh di sebelah kanannya.
(-550/ !A1555555''''///* sang
penjual teriak keras$keras, sambil melirik Ari
dengan pandangan curiga. Ari menelan
ludah. -ersamaan dengan kedua matanya
yang perlahan terpejam. Ini juga suara yng
hilang !embilan tahun yang lalu.
!uara mesin jahit itu berhenti. Tak lama
pintu di ruangan kecil di sebelah ruang tamu
terbuka.
(A'I)/* "ama Tari terlihat kaget, melihat
yang berdiri di depan pagar rumahnya pagi
ini bukan hanya tukang sayur
langganannya.
Ari menganggukkan kepala.
+yaris terlontar dari mulut mama Tari
pertanyaan kenapa pada jam sekolah Ari
keluyuran, namun beliau mengurungkannya
begitu melihat #ajah Ari yang keruh.
(Kok nggak masuk)* tanya mama Tari
sambil membuka pintu pagar. (Ayo masuk.
!ebentar ya, Tante belanja dulu.*
(Iya, Tan.* Ari mengangguk sambil
tersenyum lalu melangkah memasuki
halaman kecil di depan rumah Tari. Dengan
sabar, di tunggunya mama Tari di teras.
!epuluh menit kemudian #anita itu sudah
selesai dengan rutinitas paginya.
(Ayo,* ajaknya.
Ari mengira mama Tari akan memba#anya
keruang tamu. Tapi ternyata #anita itu
mengajaknya ke ruangan kecil di sebelah
ruang tamu itu, tempat tadi dia keluar. !aat
pintu itu terbuka, seketika itu pula Ari
terlempar ke masa lalu. Tanpa peringatan.
Tanpa persiapan.
Kalau mesin jahit tua itu adalah alat yang
telah melemarnya ke masa lalu, maka
ruangan ini adalah masa lalu itu.
Tumpukan baju dan daster menggunung di
salah satu sudut ruangan.
9untinganguntingan kain bertebaran di
lantai. Di atas meja, sebuah mesin jahit
yang terletak tidak jauh di depannya,
menahan sehelai daster batik pada jarum
jahitnya. !ementara mesin jahit itu, mesin
jahit yang sangat mirip dengan punya
mamanya, terletak di dalam lemari kaca.
,emandangan itu seperti pukulan telak yang
datang beruntun dan menghantam tepat
pada pusat penyangga kekuatannya. Tubuh
Ari menegang langkahnya seketika terhenti
di ambang pintu. "ama Tari yang tidak
menyadari perubahan it uterus berjalan ke
ruangan dalam dan berbicara tanpa
menoleh.
("aa3 ya, 'i, tempatnya berantakan.*
Ari tidak mendengar. +anar kedua matanya
menatap ke seisi ruangan. Dan tetep di situ
sampai mama Tari muncul beberapa saat
kemudian, dengan segelas the manis
hangat dan sepiring kue. 7anita itu terkejut
mandapati #ajah Ari yang pucat.
(Kamu kenapa)* tanyanya cemas. (!akit)*
(Eh) &h, nggak kok, Tan. +ggak pa$pa.*
seketika Ari tersadar dari keterpanaan.
.epat$cepat dia menggeleng sambil
memaksaakan diri tersenyum.
(Ayo masuk/* mama Tari meletekkan piring
dan teeh manis itu di depan meja.
(Iya, Tan. Terima kasih.* Ari melangkah
menuju sebuah so3a panjang. !atu$satunya
tempat duduk yang ada di ruangan itu.
(Tante nerima jahitan)* suaranya mulai di
#arnai dengan getaran. Karena tanya yang
kinoi dia lontarkan langsung bersentuhan
dengan masa kanak$kanaknya.
(Iya. 2umayan untuk nambah$nambah uang
belanja,* mama Tari menja#ab pertanyaan
itu smabil meraih setumpuk daster. 7anita
itu kemudian duduk di lantai di depannya.
"elihat itu re3leks Ari bangkit berdiri.
(5dah, nggap apa$apa. +ggak usah ikutan
duduk di lantai. Tante udah biasa begini.*
(+ggak ah, Tan. +ggak sopan.* Ari
bersikeras duduk di lantai. Tidak jauh dari
mama Tari.
(Di makan kuenya, itu tante yang bikin lho.*
(Itya, Tan. Terima kasih.* Ari mengangguk
dan berucap dengan suara lirih.
Tidak ada percakapan setelah itu. "ama
Tari begitu sibuk dengan perkerjaan yang
memang sudah menumpuk. ingga tidak
menyadari tamu yang tadi di undangnya
masuk saat ini sedang terperangkap dalam
badai emosi paling hebat yang pernah dia
alami.
Ari menundukkan kepalanya dalam$dalam.
Di telannya ludah susah payah. Di
basahinya tenggorokannya yang terasa
sakit. Tapi dia kangen suara$suara ini.
!uara$suara yang telah lama hilang.
!uara mesin jahit yang sedang bekerja,
suara gunting yang membelah kain, dan
suara$suara lain yang begitu serupa. -agitu
3amilier dan begitu membuatnya merasa
seperti telah kembali pulang.
1ang dilakukan mamanya dulu. "enerima
jahitan untuk menambah penghasilan. Dan
rutinitas masa kecilnya, yang baginya
kemudian menjadi kenangan yang paling
berharga, adalah menemani mamanya
menjahit. !eperti yang di lakukannya saat
ini. Kadang dengan sebuah buku cerita di
pangkuan, kadang dengan sebuah buku
gambar dan sekotak krayon, kadang dengan
satu set permainan puAAle atau permainan$
permainan lainnya, atau dengan sepiring
cemilan. !ementara mama sibuk menjahit,
memotong kain, memasang kancing dan
menyusun daster$daster batik yang sudah
selesai dalam susunan kodian.
Tanpa sadar kepala Ari menunduk semakin
dalam. Kabut bening perlahan muncul dan
menghilangkan n3okus kedua matanya
dalam temaram. Teramat tipis namun
setelah bertahun$tahun berhasil
menekannya sampai kesudut yang gelap, ini
adalah luapan emosi pertama yang tidak
sanggup di redamnya.
!ebagian dari ji#anya yang tertahan pada
usianya delapan tahun, yang selama ini
dipaksanya untuk tidur, kini berontak hebat.
-angkit dari mati surinya yang panjang dan
memaksa keluar.
Ari merasa harus pergi secepatnya, karena
tidak yakin akan sanggup menangangi
dirinya sendiri jika ji#anya yang tertahan
pada usia delapan tahun berhasil keluar. Dia
tidak tahu apa yang akan dilakukannya
terhadap mama Tari. Tanpa sadar meringkuk
dengan kepala di pangkuan seperti saat$
saat kecil dulu, atau$lagi$lagi tanpa sadar$
merengek meminta #anita itu mengusap$
ngusap kepalanya. !eperti yang dulu
dilakukan mamanya jika dirinya mulai
mengantuk.
Ari mengangkat kepala. Diletakkannya gelas
teeh manisnya ke meja, sementara kue
yang sedari tadi hanya di pegangnya, utuh,
di kembalikannya lagi ke piring. Kemudian
dia bangkit berdiri.
(Tante, saya pamit.*
"ama Tari sedang sibuk di depan mesin
jahitnya menoleh kaget.
(Kok buru$buru)*
(2ain kali saya mampir lagi, Tan. Terima
kasih kue dan minumannya.*
Karena tidak mampu lagi menyembunyikan
kelamnya kepedihan yang panjang, Ari
menganggukan kepala lalu cepat$cepat
melangkah keluar. !esaat kedua matanya
sempat terpejam. Jika saja bisa, jika saja
dimungkinkan, dia tidak ingin pergi.
Tapi rumah ini bukan rumahnya. Dan #anita
yang ada di dalam sana juga bukan ibunya.
Tidak ada alas an untuk tetap tinggal,
meskipun dia merasa seperti pulang.
anya lima belas menit Ari sanggup
bertahan. +amun lima belas menit
kebersamaan itu nyaris menghancurkan
pertahanan diri yang susah payah
dibangunnya selama bertahun$tahun, dan
akhirnya menyakinkan Ari bah#a dia
memang harus mengambil tindakan tegas
terhadap saudara kembarnya.
888
alte yang terletak tidak jauh dari jalan
menuju rumahnya telah terlihat di kejauhan.
Tari berdiri lalu melangkah menuju pintu
depan bus. -egitu busa berhenti, ce#ek itu
bergegas turun, karena sopir angkutan
umum sudah terkenal tidak sabaran. -aru
saja dia akan melangkah pergi, sudut
matanya menangkap sosok seseorang.
(Ata)* serunya tertahan. Tidak percaya
medapati co#ok itu berdiri di halte yang saat
itu kosong dan lengang.
Ata tersenyum. Dia terlihat letih.
(+gapain lo di sini)* Tari bergegas
menghampirinya.
(+ungguin elo,*
(Kok nggak kasih tau)*
Ata tidak menja#ab. Dia hanya tersenyum.
Dengan heran Tari mengamati penampilan
co#ok itu.
(2ecek amat sih lo) Tumben)*
(ard times,* Ata menja#ab pelan. Kembali
sebuah senyuman muncul di bibirnya.
(Ada apa, Ta) Ada apa)* Tari langsung
cemas. (2o berantem lagi sama kak Ari)*
(-anyaklah. 2o kan tau hidup gue emang
banyak masalah. Tapi gue kesini bukan mau
ngomongin itu.*
(Terus, lo mau ngapain)*
(+geliat elo,*
!eketika kedua alis Tari menyatu. (+ggak
paham.* .e#ek itu menggeleng.
(+ggak perlu.* Ata ikut menggeleng.
Tari mengerutkan kening, bingung. 2ebih
bingung lagi saat kemudian Ata, sambil
melipat kedua tangannya di depan dada,
menatap lurus$lurus padanya. Tatapan yang
tidak dia mnegerti. 2embut namun
membentangkan jarak. !edih, namun sarat
terima kasih. ,enuh percik dan gejolak,
namun dia juga diam. Dan ada keinginan
memeluk sekaligus tidak ingin pelukan itu
nantinya akan mendekatkan.
(Ada apa sih, Ta)*
Ata tidak menja#ab. anya diam. anya
menatap.
(Ata, lo kenapa siiiiiiih)* akhirnya Tari
bertanya dengan kesal. (2o kesambet, ya)
Apa kebanyakan bimbel)* mendadak dia
teringat kalimat terakhir Ata di telepon tadi.
(&h, iya. Tadi pagi apa tuh maksudnya) Apa
yang harus mulai gue pikirin) Kalo ngom0*
+amun, ja#aban yang di berikan Ata benar$
benar di luat dugaan. .o#ok itu
mengulurkan kedua tangannya lalu
memeluk Tari. ,elukan yang benarbenar
erat. ,elukan dengan keseluruhan rentang
kedua tangan. ,elukan yang memutuskan
pertanyaan itu. ,elukan yang benar$benar
menenggelamkan Tari di kedalam emosi.
anya sesaat. Dan sebelum Tari menyadari
apa yang terjadi sebenarnya, co#ok itu telah
menguraikan pelukannya. "enatapnya
dengan tatapan yang tak terpahami itu, balik
badan lalu melangkah menuju E6erest
hitamnya diparkir.
(A0*
E6erest hitam itu sudah meluncur pergi.
"embiarkan tari ternganga dengan sisa
ucapan yang tersangkut di pita suara.
888
"endadak Ata menghilang. ,onselnya
sudah tidak akti3 lagi. -erkali$kali Tari
mencoba menghubungi, tapi selalu berakhir
dengan suara monoton operator yang
memintanya meninggalkan pesan.
!elama ini Ata selalu ada, selalu
menghubunginya, selalu mengangkat
panggilan teleponnya$pengecualian dalam
kasus kemarin, itu pun tak lama dan Ata
kembali menghubunginya$ jadi Tari tidak
sama sekali terpikir untuk menanyakan
alamat rumah co#ok itu. Ata muncul dari
antah$berantah dan menghilang di antah$
berantah juga.
Tari benar$benar tidak mengrti apa yang
sebenarnya terjadi. 1ang menyebabkan Ata
melakukan tindakan ini. Tapi selama co#ok
itu tidak mengakti3kan ponselnya, tidak akan
pernah ada ja#aban untuk pertanyaannya.
Tidak ada cara lain bagi Tari untuk
menunggu.
5ntuk menjaga agar dirinya tidak melemah,
Tari terus mengirimi Ata !"!. 1ang semakin
lama menggunung. "enanyakan kabar
co#ok itu lalu menceritakan hari$harinya
sendiri. Dari cerita nggak penting seperti
terlambat berangkat kesekolah gara$gara
keasyikan baca komik sampai le#at tengah
malam, keisengan yang dilakukannya dan
teman$temannya, sampai kabar tentang Ari.
asil dari pengamatan selintas saat
dilihatnya co#ok itu di mana pun di area
sekolah. Karena, hanya itulah yang selalu di
tanyakan Ata. !"!$!"! itu selalu ditutup
dengan permohonan Tari agar Ata
mengakti3kan kembali ponselnya.
-utir$butir kata yang masih kasatmata itu
mengembara di udara. Entah kapan sampai
di tujuan dan terbaca.
888
ari kelima Ata menghilang.
Tari memasuki gerbang sekolah dengan
#ajah muram dan langkah lunglai. Dari balik
tanaman hias di koridor lantai dua gedung
selatan, Ari berdiri diam. Kedua matanya
mengikuti Tari di antara celah helai$helai
daun.
Tak perlu berdiri dari jarak dekat, kesedihan
itu terlihat jelas bahkan dari cara ce#ek itu
berjalan. Kepala Tari menunduk dan pernak$
perniknya yang tidak lagi didominasi #arna
oranye. 7arna kuning lembut dan putihlah
yang kini menggantikannya.
Ari menarik napas dalam$dalam.
,emandangan yang selama lima hari
terakhir telah memberinya guratan rasa
sakit. !ama seperti dienyahkannya Angga
dulu, kali ini pun dirinya yang telah
melenyapkan Ata. "eskipun untuk alas an
yang sama sekali berbeda.
"elihat kondisi Tari, %io mengajukan usul
yang menyeramkan, tapi sayangnya hanya
itu satu$satunya jalan.
(Tanya dia)* kedua mata Tari membelalak
lebar.
(Iya. abis mau tanya siapa lagi)*
(&gah ah/ Kan gue udah cerita sama elo,
masih syok nih kak Ari datang ke rumah dan
ketemu +yokap minggu lalu.* Tari menatap
%io dengan ekspresi yang membuat %io
terenyuh. (9ue yakin dia nggak bakalan
mau ngasih tau. Itu juga kalo dia tau. 1ang
ada malah kesempatan banget, dia bisa
gangguin gue.*
%io menghela napas. Terpaksa
membenarkan. "asalahnya sekarang,
tinggal itu satu$satunya jalan.
(,aling nggak kita udah nyoba, Tar. !iapa
tau ada in3o yang bisa lo dapet. Kalo nggak,
baru kita cari cara lain.*
9anti Tari yang menghela napas. !etelah
sesaat terpekur diam, akhirnya dia
mengangguk.
(+tar aja ya neleponnya, istirahat kedua.
9ue nyiapin mental dulu. -erurusan sama
kak Ari, buntutnya tuh pasti bakalan runyam
banget. -isa jadi huru$hara malah.*
%io mengangguk. !angat paham.
8888
Jam istirahat kedua. Tari dan %io mengurung
diri di dalam gudang. Tari menekan tombol $
tombol ponselnya, mencari nama Ari di
da3tar kontak. !etelah bertemu, selama
beberapa saat ce#ek itu menatap satu
nama di layar ponselnya. !etelah menarik
napas yang sangat amat panjang, dengan
bibir tergigit dan sepasang mata yang tanpa
sadarjadi menyipit. Tari menekan tombol
bergambar garis hijau dengan sangat
perlahan. .ara6ansary, satu lagu lembut
milik Kitaro, ring backtone yang sangat aneh
untuk si3at Ari yang cenderung tempera
mental, kemudian terdengar dari ujung
sana, seketika melejitkan ritme jantung Tari
pada detak maksimal. %io yang
menyaksikan itu kontan ikutan tegang. Di
koridor depan kelasnya, Ari menatap nama
yang muncul di layar ponselnya. Kemudian
didekatnya ponsel itu ke telinga.
DDTumben lo nelpon gue)DD tanyanya
langsung, tanpa rasa perlu mengucapkan
sapa pembuka DD"mm....itu...Kak Ari tau
nggak ... Ata ke mana)DD Akhirnya terucap
juga meskipun dengan susah payah.
DDTernyata/DD !uara Ari langsung menajam DD2o
nelpon gue cuma untuk nanyain dia)DD Tari
langsung mendapat 3irasat usaha ini hanya
akan sia$sia
DD"mm... Iya.DD ja#abnya lirih DD9ue nggak
tau,* Ari menja#ab dengan nada datar.
DD+g...DD Tari menggigit bibir. Tidak tahu mesti
bicara apa lagi.
DD1a udah kalo gitu. Terima kasih ya,Kak.DD
Akhirnya cuma itu yang terucap dari bibir
Tari.
DD!ori nggak bisa bantu elo,DD ucap Ari, dan
langsung ditutupnya telpon. Tangan Tari
menggengam ponsel terjatuh lunglai ke
pangkuan.
DDDia bilang dia nggak tau,DD. Desahnya putus
asa.
DDDia bohong/DD cetus %io langsung. Tari
mengangguk.
DD9ue juga tau dia bohong. "asalahnya, kita
nggak bisa maksa dia untuk ngomong.DD -el
tanda istirahat telah berakhir berbunyi. Tapi
Tari dan %io bergeming. Tetap diam di
tempat masing$masing, sampai kemudian
Tari mengangkat kepala, menatap %io
DD!ekarang gimana)DD -elum sempat
menja#ab, tiba$tiba pintu gudang diketuk
dari luar. Keduanta saling tatap
DDItu pasti +yoman. ,asti dia mau ngasih tau
kalo ,ak 1akop udah datang.DD %io beranjak
menuju pintu dan membukanya. Detik itu
juga %io mematung. Ari berdiri didepannya/
.o#ok itu kemudian melangkah masuk,
membuat %io re3lek menepi, memberinya
jalan. Terkesima, Tari mengandahkan #ajah.
"enatap tubuh menjulang yang kini berhenti
tepat dihadapannya.
DD,ak 1akop udah datang %i,DD ucap Ari tanpa
menoleh. %io langsung mengeri. Dengan
bingung dia menatap Tari.
DD+anti gue nganter dia ke kelas,DD sahut Ari.
DD&h...DD %io mengangguk. DD1a udah kalo gitu.
!aya duluan ya Kak. 1uk Tar.DD Dengan
cemas tapi tidak bisa bernuat apa$apa,
sesaat %io menatap Tari sebelum kemudian
dia menghilang di luar.
-egitu %io pergi, dengan mata pada terarah
pada Tari. Ari menutup pintu gudang.
Diraihnya sebuah kursi lalu diletakkannya
tepat di depan ce#ek itu. Kemudian dia
duduk dan melipat kedua tangannya di
depan dada. Ditatapnya #ajah kehilangan di
depannya. 1ang bahkan bisa tetap terlihat
jelas meskipun dipejamkannya mata. Diam$
diam Ari menghela napas panjang. Ada
perasaan hangat,namun terselip juga rasa
bersalah
DD2o kuatir karena Ata ngilang tanpa berita)DD
tanyanya lunak Tari menunduk lalu
menggelengkan kepala.
DD!ebenernya gak gitu. .uma aneh aja.
!oalnya selama ini dia tuh nggak pernah
matiin ponsel. Apalagi sampai$sampai
berhari hari gitu.DD ja#abnya jujur. Tari
memang tidak terlalu mengha#atirkan Ata.
idup bersama sang mama sepertinya
membuat co#ok itu punya emosi yang lebih
stabil dibanding saudara kembarnya ini.
DDEmang sih terakhir kali kami ketemu dia
kelihatan agak kacau. ,enampilannya juga
agak berantakan. +gomongnya juga agak
aneh. Tapi so 3air dia baik$baik aja sih.
"alah masih lebih kacau Kak Ari ke mana$
mana.DD Detik berikutnya Tari langsung
tersentak. -ibirnya sontak ternganga.
!erentak tangan kananya bergetar dan
menutup mulutnya yang ternganga itu,
bersamaan dengan kepalanya bergerak
menunduk. 1a ampun/ 9ue ngomong apa
sih) Desisnya dalam hati. 'ona merah
segera menjalari mukanya. Tak sanggup
dicegahnya. Tari bahkan bisa merasakan
mukanya juga memanas.
1a ampuuuuuuun/ Kok goblok banget sih
guee/) -isa kelepasan ngomong gini. Di
depan orangnya lagi/ Kembali Tari memaki
dirinya sendiri di dalam hati. Ari menataoa
mata merah itu. ,ada seribupencarian yang
dilakukannya dengam melibatkan seluruh
emosi, yang sedikit dari begitu banyak
barisan tanda tanya akhirnya gugur dan
tumbang,dirinya mendapati justru sakitlah
yang ada di barisan depan. Darinya..... Dan
untuk gadis ini. .o#ok itu menelan ludah,
dengan susah payah karena tersa sangat
menyakitkan. !ementara itu, dengar
gerakan yang benar$ benar sangat
perlahan,Tari mengangkat kepala.
Dilepaskannya telapak tangannya yang
membekap mulutnya yang sudah kelepasan
bicara itu. DDKak Ari tau nggak, Ata kenapa)DD
"alu dan tak bisa berlalri pergi atau
sembunyi, dia bertanya dengan suara
sehalus embusan angin. Ari tidak menja#ab
pertanyaan itu. Dia justru mengucapkan
sesuatu yang sangat mengejutkan.
DD9ue akan jadi Ata. 5ntu elo. Tapi cuma
untuk hari ini,DD ucapnya lirih !ontak Tari
terperangah. Ditatapnya Ari dengan mulut
ternganga, Ari tidak mengacuhkan
kekagetan Tari itu. Dia berdiri, mengulurkan
tangan kanannya dengan lembut menarik
Tari sampai berdiri.
DD5dah bel dari tadi. 9ue antar lo ke kelas.DD
888
!edetik setelah bel berbunyi,ponsel Tari
bergetar.
DD"au gue jemput di kelas atau gue tunggu di
ba#ah aja)DD tanya Ari langsung. !ejak Ari
mengetahui keberadaanya di gudang jam
istirahat tadi dan pembicaraan singkat
mereka, Tari tahu percuma berlari. DD"mm...
Diba#ah aja deh.DD ja#abnya pelan
DD&ke... 9ue tunggu lo dikoridor ya,DD begitu
Tari muncul di ujung tangga bersama %io Ari
langsung meninggalkan dinding tempat
disandarkannya punggung sejak lebih dari
sepeuluh menit yang lalu. .o#ok itu
memaklumi lamanya #aktu yang diperlukan
Tari untuk jarak yang sebenrnya bisa
ditempuh dalam #aktu hanya satu menit.
Ketiganya berjalan dalam diam,sampai
kemudian Tari dan %io harus berpisah
didepan mulut koridor utama. %io lurus ke
pintu gerbang, sementara Tari ke kiri, ke
area parkir. DD9ue duluan ya,Tar,DD suara
pelan %io sarat kecemasan. Tari
mengangguk. %io mengalihkan tatapannya
ke Ari.
DD!aya duluan,Kak Ari.DD pamitnya, Ari
mengangguk. !etelah sesaat menatap
teman semejanya itu, %io balik badan dan
berjalan ke arah gedung. Diikuti tatapan
heran dari sis#a$sis#a !"A Airlangga yang
memenuhi area depan sekolah. Tari
mengikuti langkah Ari menuju tempat parkir.
Keningnya berkerut bingung saat Ari menuju
area parkir untuk mobil dan langsung
menghampiri sebuah sedan putih.
(,unya 'idho,* Ari menja#ab keheranan tak
terucap Tari itu. (Ata nggak pernah ba#a
motor, kan) "akanya gue pinjem mobil
'idho.* Dibukanya pintu kiri depan dan
langsung ditutupnya kembali begitu Tari
sudah berada di dalamnya. !edan putih itu
kemudian meninggalkan gerbang sekolah
dan melaju dalam keheningan. Tari terus$
menerus menggigit bibir. Tak sanggup
menghalau perasaan tegang, karena ini
untuk pertama kalinya dia pergi berdua Ari
atas kemauannya sendiri. !ampai kemudian
sedan putih itu berhenti di tepi hutan kota.
Ari membuka pintu di sebelahnya lalu turun.
Tari mengikuti. .e#ek itu mentap berkeliling.
Tempat ini memang nyaris seperti hutan.
,enuh dengan pepohonan tinggi. 'ibuan
helai daun membentuk kenopi di atas
mereka, menghalau teriknya matahari.
Kesejukan yang tercipta sangat
mendamaikan, setelah menyusuri jalan$jalan
kta Jakarta yang semakin gersang.
Kesejukan itu juga sngat melegakan setelah
keheningan konstan di dalam mobil yang
benar$benar menyesakkan. Ari sama sekali
tidak membuka mulutnya, membuat Tari
juga jadi menguncirapat$rapat bibirnya.
Tari tidak tau, Ari membutuhkan keheningan
itu untuk menenangkan dirinya sendiri.
!ekaligus menyiapkan mental dan hati.
(5dah makan)* tanya Ari tiba$tiba.
Tari tertegun. -ukan saja karena ini adalah
suara pertama sejak mereka meninggalkan
tempat parkir sekolah, tapi juga karena
kalimat itu adalah kalimat yang sering di
ucapkan Ata pada setiap a#al pertemuan
mereka. Ari mengerti apa yang berputar di
kepala Tari. (TAdi istirahat kedua lo ngurung
diri di gudang. !ementara istirahat pertama
di kantin biasanya penuh banget.*
(&h,* Tari bergumam pelan. Argument yang
masuk akal. Tapi bukan itu penyebab dirinya
belum makan. !aran %io untuk menelpon
co#ok inilah yang membuat na3su
makannya hilang.
(,asti belom,* ucap Ari lunak. !ambil
tersenyum tipis, diliriknya Tari sekilas.
Tiba$tiba segerombolan anak kecil muncul
dari tikungan jalan tak jauh di belakang
mereka. "elaju cepat di atas sepeda
masing$masing, saling berlomba untuk jadi
yang terdepan. 'e3leks, Ari meraih Tari dan
mundur ke belakang. Tapat sebelum salah
satu di antara mereka menabraknya.
(ei/ Ati$ati dong/* seru Ari. +yaris di #arnai
bentakkan.
("AA%, KAKAAAAK/ KA"I 2A9I -A2A,A+
+I/* mereka berseru bersamaan. -eberapa
anak sambil menoleh ke belakang.
-eberapa lagi dengan tatapan tetap lurus ke
depan.
(+ggak apa$apa)* Ari menundukkan kepala.
Dengan cemas di tatapnya TAri yang tanpa
sadar di peluknya dari belakang dengan
kedua tangan.
(+ggak. +ggak pa$pa.* Tari menggeleng.
"enja#ab dengan suara yang benar$benar
hanya dirinya sendiri yang bisa
mendengarnya.
Kedua lengan yang melingkari bahunya dari
belakang ini, dan tubuh di belakangnya yang
jadi rapat tak bercelah akibat tarikan kuat
kedua lengan tadi, bukan saja membuat
detak jantungnya jadi berantakkan, tapi juga
menyebabkan pita suaranya tidak ber3ungsi
sepenuhnya.
Tak berapa lama dari arah tikungan itu
muncul seorang anak laki$laki kecil.
!endirian. !epertinya dia tertinggal. Dia
mengayuh sepeda kecillnya sekuat tenaga.
Ari melepaskan pelukannya pada Tari. Di
tariknya ce#ek itu mundur lebih ke belakang
lagi. !epertinya takut kejadian tadi terulang.
Kemudian disapanya pengemudi sepeda itu.
(Kenapa nih) Kok ketinggalan)*
(Tadi rantainya lepas,* di sela$sela napasnya
tersenggal, anak kecil itu menja#ab.
"ukanya cemberut. 7alau di kayuh sekuat
tenaga, sepedanya melaju lambat karena
rantainya memang tidak terpasang dengan
benar.
(-erenti. -erenti/* Ari menghentikan sepeda
kecil itu dengan menyambar setang
kemudinya.
(Kakak, lepas dong/ !aya sudah ketinggalan
jauh banget nih/* anak itu kontan protes
keras. Dia menolak berhenti.
(Kalo rantainya nggak di benerin, kamu
semakin ketinggalan. !ini, di benerin dulu.*
(2ama nggak)*
(+ggak.*
Anak itu menurut. Dia berhenti lalu turun
dari sadel. Ari memba#a sepeda itu ke tepi
lalu mulai membetulkan rantainya yang
longgar. Anak kecil itu mengikuti Ari lalu
berjongkok di sebelahnya.
(Di mana 3inish$nya)*
(Di depan,*
(Deket gerbang yang ada tulisan nama
hutan kota itu)*
(Iya..*
(2umayan jauh dong.*
("akanya..* anak kecil itu seperti ingin
menangis.
(adiahnya apa sih) Kayaknya ngotot
banget pengen menang.*
(.D ,!. -agus, kak. -anyak permainan
serunya.*
(-eli kan bisa)*
(+ggak boleh sama mama. Tapi kalo dapet
hadiah menang balapan sepeda kan mama
nggak bisa marah.*
(-alapan sepedanya dalam rangka apa)
-ukan hari libur begini.*
(+ggak dalam rangka apa$apa.*
(2ho)* sesaat Ari menoleh ke anak kecil itu.
(Terus hadiahnya siapa yang ngasih)*
(Kakak tadi ngeliat anak yang pake baju
biru) 1ang badannya gede)*
(e$eh.*
(+amanya 'udi. Dia punya .D ,! banyak
banget, kak. Kalo udah bosan suka di kasih$
kasih gitu. Tapi ngasihnya nggak gratis.
Kayak gini. -alap$balapan naik sepeda.
7aktu itu yang dapet .D yang paling
banyak ngumpulin biji saga.*
(-uat apa biji saga)* kembali Ari menoleh.
Kali ini di tatapnya anak kecil yang berusia
sekitar tujuh tahun itu dengan heran.
("amanya 'udi kan suka bikin bunga. -uat
dijual gitu. Ada yang dari plastic, ada juga
yang dari kain, macem$macem. 5nganya
suka di kasih hiasan biji saga.*
(&h, gitu.* Ari mengangguk$anguk. (+ah,
selesai/* serunya kemudian.
Ari bangkit berdiri. Dia gerakkan sepeda itu
maju$mundur untuk mengetes rantai
tersebut.
(!ip. +ggak bakal lepas lagi. 1uk/*
Dengan cepat di tuntunnya sepeda itu
keluar dari jalan hutan kota yang terbuat dari
sususan bata, menyusuri rerumputan.
(2ho) Kok/)* anak kecil itu berseru heran.
!erentak dia bangkit berdiri.
(5dah kejauhan. +ggak bakal kekejar.
arus pake strategi/* Ari balik berseru.
!ambil menuntun sepeda di tangan kanan,
dia berlari ke tempat diparkirnya mobil 'idho
tadi. Dibukanya bagasi lalu dimasukkannya
sepeda itu ke salamnya. Kemudian
dibukanya salah satu pintu di belakang. (Ayo
cepet/* serunya.
Anak laki$laki kecil itu sekarang mengerti
maksud Ari. !eketika dia bersorak gembira.
Dia menoleh ke arah Tari lalu
menghampirinya.
(Kakak .akep kok bengong aja sih) Ayo/*
Tari$ yang sejak #ajah lain Ari tersibak
seketika terperangkap dalam ketersimaan$
kaget saat mendadak tangan kirinya
disambar. Dia tersadar. Dilihatnya Ari
berjalan cepat ke arahnya.
(.epetan/* co#ok itu berseru tak sabar.
(Ini nih, kakak .akep bengong aja. Di tarik$
tarik nggak mau jalan.*
(-iar dia sama Kakak aja. Kamu duluan ke
mobil. !ana, cepet/*
Anak laki$laki kecil itu melepaskan
genggaman tangannya lalu berlari ke mobil.
(Kok bengong sih, Tar) Ayo cepet/* Ari
merangkulnya. Tari tersentak. 2agi$lagi
seperti kejadian tadi, rangkulan itu datang
begitu tiba$tiba dan tak terduga. 5ntuk yang
kedua kalinya, detak jantungnya berdetak
tak beraturan. Diikutinya langkah$langkah
cepat Ari lebih karena lengan yang
merangkulnya itu memaksanya berjalan,
bukan karena kemauannya sendiri.
(.epet/ .epet/ .epet/* anak laki$laki itu
menepuk$nepuk kaca jendela dengan kedua
telapak tangannya.
Ari membuka pintu kiri depan. Di dorongnya
Tari hingga jatuh terduduk di jok$ jenis
dorongan lembut tapi tak bisa di la#an$ dan
langsung ditutupnya pintu. !edan putih itu
kemudian meleset, memutari hutan kota itu
di lingkaran terluar dan berhenti di belakang
bangunan rumah yang sepertinya pemilik
pengurus hutan kota itu. Ari langsung
membuka pintu di sebelahnya dan turun.
Anak laki$laki itu bergegas mengikuti.
Atmos3er ketegangan bercampur semangat
itu kini juga menghiggapi Tari. Dia langsung
ikut turun. !ekali lagi Ari memeriksa kondisi
rantai sepeda.
(&ke, aman/*
Di serahkannya setang kemudi. Anak laki$
laki kecil itu menerimanya dengan semangat
meluap.
(Terima kasih, Kakak/* ucapnya sambil naik
sepeda. !etelah beberapa saat mengayuh
sepedanya dengan posisi kepala menengok
ke belakang $nyengir lebar ke arah dua
orang penolong sambil melambaikan satu
tangan$ anak laki$laki kecil itu memalingkan
mukanya ke depan. Kayuhan sepedanya
mendadak jadi cepat. Tatapannya ter3okus
ke titi 3inish.
Di depan batu hitam besar bertuliskan nama
hutan kota itu, dia lalu menghentikan laju
sepedanya dengan tarikan rem mendadak.
!epedanya berhenti saat itu juga, dengan
roda belakang sempat terangkat.
Dengan penuh gaya anak laki$laki kecil itu
lalu berdiri di sebelah sepedanya. Tangan
yang satu bertolak pinggang, sementara
yang lain memegang setang. Di angkatnya
kaki kanan lalu di jejekkannya di atas roda
belakang. Ari terta#a geli melihatnya.
(Keren kan gayanya)* Ari menoleh dan
mentaap Tari. Tiba$tiba co#ok itu
mengulurkan tangan kirinya lalu mengacak$
acak rambut di puncak kepala Tari. Tubuh
ce#ek itu seketika menegang. Di lirinya
co#ok di sebelahnya dengan perasaan
kikuk. Tapi sepertinya Ari tidak menyadari
telah melakukan tindakan itu, kareena
perhatiannya sudah kembali ke anak laki$
laki kecil itu lagi.
Tak lama dari salah satu jalan area dalam
hutan kota, muncul serombongan anak kecil
bersepeda yang di kayuh kencang$kencang.
'ombongan yang sama yang nyaris
menyerempet Tari tadi. "elihat satu teman
mereka yang tertinggal sangat jauh di
belakang sudah ada di titik 3inish, semuanya
berseru kaget.
(K&K 5DA DI !I+IIII///)*
(1E!/ 1E!/ "E+AAA+9///* anak laaki$laki
kecil itu melompat$lompat girang. Tak peduli
sepedanya jadi terbanting ke aspal karena
mendadak kehilangan penyangga. !udah
sejak tadi kegembirannya itu terpaksa
ditahannya karena menunggu datangnya
para pecundang ini. Dia lalu menghampiri
'udi dan menadahkan kedua tangannya.
("ana .D ,!$nya)*
(+ggak. ,asti kamu curang deh,* 'udi
menolak. (,asti tadi le#at jalan yang deket.*
(Kan bilangnya tadi .uma dulu$duluan
sampe depan. Aku malah udah le#at
jalanan yang paling jauh. Tuh, le#at jalanan
aspal yang untuk dile#atin mobil. Tanya aja
sama kakak$kakak itu.*
'udi menoleh. Ditatapnya Ari, yang saat itu
tengah melangkah menghampiri kerumunan
anak kecil itu sambil menggandeng Tari.
(-etul. Tadi dia le#at jalan aspal.* Ari
langsung mengangguk membenarkan.
Terlihat keraguan di #ajah 'udi dan semua
anak lain. Tapi posisi mobil yang terhalang
bangunan membuat mereka tidak bisa
menemukan keganjilan.
(Tuh kaaan)* anak laki$laki itu tersenyum
puas. ("ana sini .D ,!$nya)*
'udi meraih tas plastic yang tergantung di
setang sepedanya lalu menyerahkannya
dengan #ajah cemberut. Anak laki$laki kecil
itu menerimanya dan langsung melompat$
lompat girang.
(Asyiiiik/ Asyiiikk/* serunya. !enyum lebar
membuat #ajahnya terbelah dua. Ari
terta#a, pelan tapi geli.
Kelompok anak kecil berusian tujuh tahun
sampai sepuluh tahun itu kemudian bubar.
-ersama$sama dalam bentuk kon6oi
sepeda, mereka meninggalkan hutan kota.
(KAKAK +A+TI KE '5"A AK5 1A/ KITA
TA+DI+9 ,!/ DAAAA///* anak laiki$laki
kecil itu berseru keras pada Ari.
Dilambaikannya satu tangan tinggi$tinggi.
(&KEEE///* sambil tersenyu lebar, Ari
mengacungkan kedua ibu jarinya. Juga
tinggi$tinggi. Di tunggunya sampai anak itu
menghilang baru dia turunkan kedua
tangannya.
(Emangnya kita tau rumahnya di mana)* Ari
menoleh. Ditatpnya Tari dengan mimic lucu.
(+amanya siapa aja kita nggak tau. -aru
inget tadi nggak sempet kenalan sama dia.*
.o#ok itu memalingkan kembali #ajahnya
ke tempat anak$anak kecil tadi menghilang.
(-ego jug ague/* dia menggelengkan kepala
sambil terta#a.
Tari menatapnya. Ari terlihat rileks. !eperti
terlepas dari semua beban. -erkalikali pada
hari ini, co#ok yang berada di sebelahnya
ini membuatnya terpengarah.
(&h, iya. Kita belom makan ya. !ekarang
bukan hari libur sih. Jadinya sepi begini.
+ggak ada orang jualan. .oba kita lihat
kesebelah sana.*
Ari menoleh sekilas. Dia mengulurkan
tangan kirinya dan meraih tangan kanan
Tari, lalu menggandengnya. !atu tindakan
yang lagi$lagi Tari yakin tak sepenuhnya Ari
sadari.
(Kalo hari libur, pedagang makanan biasa
ngumpul di sana,* Ari menunjuk ke arah
kanannya. (.oba kita lihat ke sana.*
Ditariknya Tari ke arah yang tadi
ditunjuknya. !epertinya dia tidak menyadari,
sejak tadi Tari lebih banyak diam. Tidak
sanggup membuka mulut. Terpukau dalam
kekagetan, juga pesona.
!egalanya seperti mengabur. Ari dan Ata.
Ata dan Ari. Keduanya seperti menyatu.
Timbul$tenggelam. Datang dan hilang.
Tari menggelengkan kepala. ,ening. Kalau
Ari benar$benar ingin menjadi Ata, meski
hanya untuk hari ini, co#ok itu
melakukannya dengan sempurna. +anar,
ditatapnya punggung lebar di depannya.
Ari adalah hati yang penuh retakan. Dia
adalah senyum yang di baliknya tangis telah
menunggu begitu lama untuk bisa keluar.
Dia adalah punggung tegak yang bisa
runtuh dengan hanya satu sentuhan pelan.
Dan dia adalah pemain drama yang hebat,
karena hidup telah membentuknya dengan
bertubi$tubi tekanan.
,erlahan, baying$bayang Ata memudar.
Tiba$tiba saja muncul ketenangan dan Tari
tidak lagi ingin bertanya apa$apa. Karena
hati kecilnya telah mengenali. Ini adalah Ari
yang sesungguhnya. Kini di ikutinya tangan
yang terus menggandengnya itu dengan
keikhlasan.
!esampainya di tempat yang di maksud,
ternyata tidak ada siapa$siapa.
(Iya, bener. 'amenya kalo libur aja,* Ari
mendesah kece#a. (1a udah. Kita cari
makan di tempat lain aja deh. +i hutan kalo
hari kerja suasananya ternyata beneran
kayak di hutan.*
"ereka kembali ke arah semula. "endadak
tari tersadar. ,ergi dari hutan kota ini ada
kemungkinan Ari kembali mengenakan
(topeng dan jubah*$nya. -ertahun$tahun
mengenakannya membuat (topeng dan
jubah* itu seperti berji#a. !ecara otomatis
akan di lindungi sosok itu begitu
kerapuhannya sedikit saja terbuka.
(Kak Ari kalo capek istirahat aja.*
Ari menoleh dan menatap Tari dengan
tanya. Tari menyambutnya dengan
senyuman.
(!aya nggak laper kok. +ggak usah nyari
makan. Kita di sini aja. Kalo kak Ari capek,
istirahat aja. Kita udah jauh dari sekolah.
+ggak aka nada yang ngeliat.*
!eketika tubuh Ari membeku. 9enggaman
tangannya pada kelima jari Tari terlepas.
Ada jeda beberapa saat sebelum kemudian
perlahan co#ok itu membalikkan tubuhnya
menghadap Tari.
(Istirahat0* ucap Tari. 2irih, namun sarat
pengertian.
(2o tau apa yang baru aja lo bilang/)* desis
Ari dengan suara bergetar.
Tari mengangguk.
Ari memandangnya dengan pandangan
nanar. Detik itu juga (topeng dan jubahnya*
segera melindunginya. !ayangnya, sudah
terlambat. Dia telah terguncang, karena dia
sangat amat mengerti apa yang di maksud
Tari dengan (capek* dan (istirahat*. !esuatu
yang jauh lebih dalam daripada makna
har3iahnya.
(!ialan/* maki Ari pelan dan langsung balik
badan. Dadanya bergolak hebat. Kedua
kakinya melangkah menjauh dengan cepat.
Tari menatapnya. .emas, karena sadar dia
telah menyentuh titik tera#an.
!ejak mengucapkan kedua kata itu, yang
tidak di sadari Tari adalah bah#a dia telah
juah menembus benteng pertahanan Ari.
Akibatnya, co#ok itu sontak limbung.
Kepanikan dan seketika itu juga Ari
berusaha keras membangun kembali
reruntuhan benteng itu.
+amun sia$sia, karena Tari telah sampai
pada tahap memahami. Kalaupun
reruntuhan itu berhasil tegak kembali dan
dirinya kembali bersembunyi di baliknya
seperti selama ini, tidak ada gunanya lagi di
depan gadis ini.
Kesadaran itu menampar. Kembali Ari
terguncang. Kali ini lebih hebat, karena
setengah dari kesadarannya telah
menghilang/
Ari balik badan. Tertegun, Tari menatap
#ajah co#ok itu yang kini benar$benar
pucat. !emua keceriaan dan sikap lepasnya
tadi lenyap. 2ebih cepat dari gerak tercepat
kesadaran Tari mampu mencerna, Ari
menghampirinya. Di raihnya Tari dengan
seluruh jangkaun kedua lengan dan
ditenggelamkannya gadis itu di kedalaman
pelukanya.
Tari terkesip. !atu$satunya reaksi yang
mampu di keluarkannya, karena dia segera
terkurung. Tubuh dan kesadaran.
,elukan tiba$tiba dan tak terduga itu
segetika membuat Tari kehilangan
keseimbangan. Tari terhuyung limbung ke
arah pelukan itu datang. Tak ayal tubuh Ari
terdorong mundur dan membentur sebatang
pohon yang tegak tidak jauh di belakngnya.
Keduanya luruh di sana.
Ari mengabaikan kasarnya permukaan
batang pohon yang menggurat dan merobek
baju seragamnya lalu memberikan perih di
punggung telanjangnya. 2embut rerumputan
kemudian menyambut keduanya dengan
lengan$lengan mereka.
Tidak ada satu katapun yang keluar dalam
pelukan membingungkan itu. anya ada
lingkaran dekapan kuat kedua lengan Ari
pada gadis yang menyandang nama yang
sama dengan dirinya dan seseorang yang
pernah berbagi rahim sang mama
dengannya. Dan hanya ada gemuruh detak
jantung yang menembus jauh ke dalam
telinga. "embekukan Tari seutuhnya.
Karena bisa dirasakannya dengan jelas0
Ari melakukan pelukan ini dengan hati.
88888
,asca pemelukan itu Tari sebenarnya benar$
benar malu. 'asanya dia nggak ingin
ketemu Ari lagi. +amun, pelukan tanpa kata
itu juga telah membuatnya merasa seperti
mengenal co#ok itu lebih dari sekedar (Ari
tuh sebenarnya baik*.
Karenanya, dila#annya rasa malu itu.
"ungkin kalau mereka bisa lebih dekat lagi,
aka nada akhir gangguan$gangguan Ari
padanya. Akan ada ja#aban menghilangnya
Ata. Akan ada jalan keluar permasalahan
dua orang kembar itu. Dan yang paling
penting di atas segalanya, aka nada ujung
untuk perpisahan mereka.
Tapi ternyata setelah peristi#a itu, bukan
.uma Ata yang tetep menghilang, Ari juga
ikut lenyap. Tari melihat motor hitam Ari
terparkir di tempat parkir, tapi sama sekali
tidak dilihatnya co#ok itu dimanapun di area
sekolah yang bisa di datanginya. 7alaupun
telah di tajamkannya 3okus mata bahkan
sampai ke sudut$sudut yang paling
tersembunyi.
-ahkan pada ketika jam tengah pelajaran
Tari meminta iAin pada guru untuk ke kamar
kecil, karena dia ingat hari itu kelas Ari ada
jad#al olahraga yang dilakukannya adalah
langsung berlari le#at tangga di depan
kantin begitu iAin di berikan. Tidak
ditemukannya co#ok itu di antara teman$
teman sekelasnya yang memenuhi empat
lapangan olahraga di area depan sekolah.
Ari ada di sekolah, namun Tari merasa
sekolah ini sengaja menyembunyikannya
co#ok itu di kelas atau di tempat$tempat lain
yang tidak bisa dijangkaunya.
888
,asca hari ketika dia memutuskan untuk
menjadi saudara kembarnya demi seraut
#ajah murung dan kehilangan itu, kembali
Ari jadi kacau, karena kenyataan yang tak
terduganya, juga keputusan yang harus
dengan cepat diambilnya.
Keputusan yang sama sekali tidak bisa
dipastikannya pada ujungnya. Kehilangan
dan pintu itu tertutup selamanya. Atau
memang gadis itu ternyata adalah ja#aban
atas doa$doa panjangnya yang sarat teriak
kemarahan dan rasa putuh asa.
-erbeda dengan sebelumnya, ketika
kekacauan Ari tertangkap jelas di semua
mata. Kali ini hanya &ji dan 'idho yang
hanya bisa melihatnya, karena tampak luar
kekacauan itu hanya berupa Ari yang jadi
sangat mencintai ruang kelasnya dan terus
mendekam di dalamnya. Dia hanya keluar
saat alam memanggil. Ke kantin atau ke
kamar kecil.
!uatu hari saat jam istirahat pertama,
setelah menunggu sampai kelas benar$
benar sepi di tinggal para penghuninya,
'idho menghampiri Ari. Ari sedang serius
dengan game di ponselnya. 'idho kuatir.
Karena untuknya, kekacauan dalam diam
lebih berbahaya daripada kekacauan yang
dimani3estasikan dalam bentuk tindak
kekerasan atau kemarahan.
&ji langsung mengikuti. Keduanya
mengambil tempat duduk di depan Ari. Ari
langsung menghentikan permainannya
karena tahu gangguan ini akan
menghilangkan keasyikannya. !etelah
sesaat menatap Ari dalam diam, tanpa
kedua matanya beralih dari kedua manik
hitam di depannya itu, 'idho langsung ke
inti permasalahan.
(2o kenapa)*
(+ggak apa$apa.* Ari menolak bicara. Tapi
'idho, benar$benar karena merasa cemas,
memaksanya untuk bicara. Akhirnya Ari
menja#ab desakan itu. Di tatapnya kedua
ka#an karibnya itu bergantian. Juga tepat di
kedua manik mata mereka.
(!ebentar lagi gue harus matiin orang.*
!ontak, 'idho dan &ji terperangah. Ari
bangkit berdiri dan meninggalkan kedua
temannya yang masih terperangkap syok
hebat akibat ucapannya tadi. !eperti
tersengat, 'idho dan &ji melompat dari kursi
masing$masing dan segera mengejar Ari
yang sudah berada di koridor.
Ari menghentikan langkahnya dan balik
badan, membuat 'idho dan &ji juga
menghentikan lari mereka. Kini mereka
menghampiri Ari dengan langkah cepat.
(,embunuhannya bukan di sekolah. Tenang
aja. Dan dia juga bukan orang yang lo
bedua kenal.*
('i0, lo serius/)* ucapan 'idho sampai
berjeda saking syoknya.
(+ggak ada pilihan. Dia yang mati0 atau
gue/*
("mm.. ini0)* 'idho kehabisan kata.
Ari tersenyum tipis. Ditepuk$tepuknya satu
bahu temannya itu.
(+ggak sehoror yang lo berdua kira. Jadi
nggak usah panik.*
Ari balik badan dan pergi. Kali ini 'idho dan
&ji tidak berusaha mengejarnya lagi.
,ercuma. Karena tidak akan menja#ab
kebingungan mereka.
Tari sedang berjalan menuju ke kelas
bersama teman$temannya, saat Ari
menyeruak kerumunan itu. Kerumunan itu
tercerai$berai dalam kekagetan dan
memisahkan Tari dari semuanya.
Ari langsung mendesak ce#ek itu ke arah
dinding kemudian mengurungnya dalam
rentangan kedua tangan. -ingung, tidak
mengerti, juga takut, Tari menatap #ajah di
depannya. 7ajah yang berhari$hari hilang
dan tidak bisa dia temukan. 7ajah Ari, sang
pentolan sekolah, tanpa sisa$sisa dari #ajah
sesungguhnya yang tersibak di hutan kota
itu.
(Ata harus pergi. Tapi gue iAinin dia pamit
sama elo,* bisik Ari.
Tari makin tak mengerti. (,ergi ke mana)*
("ati/*
Tari ternganga seketika. ("aksud kak Ari
apa sih)*tanya itu lirih namun getaran hebat
menyertainya.
Ari menatapnya. Keterkejutan itu mungkin
sama pekatnya dengan kepedihan di
hatinya saat ini.
(9ue gantiin tempatnya. 2o lupain dia.*
Di saksikan oleh seluruh mata yang ada,
terbelalak dari ujung koridor yang satu
sampai ujung koridor yang lain, Ari lepaskan
kurungan tangannya. Di peluknya Tari dalam
sekejap #aktu yang dia butuhkan untuk
sekali lagi mengulangi permohonanya.
,ermohonan sungguh$sungguh dan harus,
namun sayangnya dia tak ingin
menjelaskan. Karena realisasi dari
permohonan itu nantinya akan teramat sarat
dengan luka. "enjalaninya tanpa di dahului
kata mungkin akan jauh lebih baik. Karena
tak ada apa pun yang akan sanggup
meringankan sakit dari luka itu nantinya.
(2upain dia/* bisiknya. Darinya dan hanya
untuk gadis yang saat ini di peluknya.
Ari melepaskan pelukannya, menatap Tari
dengan kabut tipis di kedua matanya.
Kemudian co#ok itu balik badan dan pergi.
Diringi tatap$tatap penuh tanda tanya, yang
tak mengerti apa yang sebenrnya terjadi
tadi. ,ara sis#a yang berkerumunan itu
hanya tahu, dia yang pergi dan dia yang
ditinggalkan sama$sama pucat pasi.
888
alte sudah sepi sejak setengah jam yang
lalu, tapi Tari dan %io masih duduk terpekur
di salah satu bangku besi di sana.
(+ggak bakalan mati yang bener$bener mati,
Tar. 2o nggak usah terlalu cemas deh.*
(Iya, gue juga tau. Tapi tetep aja gue
kepikiran banget nih. 1ang dimaksud Kak Ari
mati tuh apa. ,asti sesuatu yang parah deh.
+ggak mungkin dia .uma mau bikin Ata
lecet$lecet.*
(9ue nggak ada bayangan.* %io geleng
kepala.
(!ama.* Tari mendesah berat.
(5dah deh. ,ikirinnya besok lagi. 5dah mau
jam tiga nih.*
Keduanya bangkit berdiri dengan lambat.
-us Tari lebih dulu datang. Dia lambaikan
tangan dengan gerakan lemah pada %io
kemudian naik.
-elum sempat bus bergerak, satu sosok
berkelebat. "enyambar pinggang Tari lalu
menurunkannya dengan cepat.
(+ggak jadi, -ang. "aa3,* sosok itu meminta
maa3 pada kondektur yang terlongo$longo
menyaksikan peristi#a itu. -us kembali
bergerak.
Tari berbalik cepat dan sontak terbelalak.
(Ata/)* pekiknya. Ata menyambut
keterkejutan itu dengan senyuman. (2o ke
mana aja sih)*
Ata tidak menja#ab. Dia menoleh ke arah
%io yang juga masih terlongo$longo. "ulai
dari E6erest hitam itu mendadak muncul lalu
berhenti rapat di belakang bus, di susul Ata
melompat turun sampai co#ok itu memeluk
Tari dari belakang lalu menurunkannya dari
pintu bus, mungkin hanya memakan #aktu
tiga puluh detik.
Adegan yang $sumpah/$ heroik banget/
(.ari taksi di jalan aja, %i. Danger area nih.*
5cap Ata sambil menuntun Tari ke mobilnya.
%io tersadar. -uru$buru di hampirinya mobil
Ata.
(2o ke mana aja sih, Ta) 9ue cemas
banget, tau. 2o juga lecek banget gini sih.
-erantakan. Ada apa)* tanya Tari beruntun.
"eskipun pemba#aanya tenang, Ata
memang terlihat lelah. !eperti sedang
menghadapi persoalan yang lumayan berat.
("ana dulu yang harus gue ja#ab nih)* Ata
tersenyum tanpa menoleh.
Tari menghela napas. (Kak Ari ngomongnya
ngeri banget deh, Ta.*
(&h ya) +gomong apa dia)*
(Katanya dia mau matiin elo. Tapi dia kasih
iAin elo untuk pamit sama gue.*
(9itu ya)* Ata tersenyum lagi. (Kapan dia
ngomong gitu)*
(Dua hari yang lalu. Apa sih maksud tu
orang)*
(1a matiin gue.*
(2o jangan becanda deh. 2o tau nggak sih,
gue sampe stress banget mikirinnya)*
(1a jangan dipikirin. Daripada dipikirin,
mending lo ikut gue aja.*
(Ikut ke mana)*
(1ak e mana Ari mau gue pergi.*
Tari, yang posisi duduknya menyamping,
sekarang benar$benar menghadap ke Ata.
(-isa nggak sih lo ngomong yang jelas)
+ggak kak Ari, nggak elo, seneng banget
ngomong muter$muter. Jauh lagi, muternya.*
Ata terta#a pelan. Tapi baik Tari maupun %io
bisa merasakan ada beban berat dalam
ta#a itu. Ata tidak menja#ab. Dia tepikan
mobilnya. !ementara tangan kanannya
membuka pintu di sebelahnya, tangan
kirinya terulur. Diusap$usapnya puncak
kepala Tari.
Tari tertegun. Juga %io, yang menyaksikan
itu dalam diam. Karena bersama dengan
tindakannya itu, #ajah Ata mengelam.
(%io0,* Ata yang sudah turun dari mobil
memanggil pelan. (!ori.*
(&h.* %io tersadar. -uru$buru dibukanya
pintu. (9ue duluan, Tar.* 5capnya lalu turun.
Tari mengangguk. !ebuah taksi kosong
menepi dan %io segera menghilang di
dalamnya. Ata kembali ke mobil. Ditatapnya
Tari sambil menutup pintu.
(Ada yang mau gue omongin, Tar.*
888
(.epat atau lambat kalian emang harus
ketemu untuk ngomong sih,* Tari
mengangguk. Dia lalu menghela hapas.
(Tapi lo udah bilang ke Kak Ari)*
(5dah,*
(Terus0)*
(Kata dia, ;dateng aja0 kalo lo mau mati.<*
(a/)* Tari terperangah. !eketika teringat
lagi ucapan Ari yang aneh itu.
("ati tuh nggak harus jadi ar#ah, lagi, Tar.
Eh, tapi bisa juga sih kalo Ari yang
ngomong.*
(2o jangan nakut$nakutin gue dong/* seru
Tari kesal.
Ata terta#a pelan.
("akanya, temenin gue ke sana, ya)*
(Terus kita mati berdua, gitu)*
(Iya lah. Keren, kan) +tar lo gue peluk deh.
-iar mirip ending 'omeo$juliet.*
(ehehe0* Tari terta#a dengan nada
memaksa. (Kayaknya lebih keren kalo kalian
berdua aja yang mati peluk$pelukan deh.
2ebih dramatis dan mengharukan. Apalagi
kalo pake diceritain kisah hidup kalian
berdua. 7ah, bakalan banyak yang nangis
terharu tuh. ,ercaya deh.*
Ta#a Ata meledak. Tari manatapnya. -ukan
hanya pada saat tersenyum, bahkan saat
terta#a seperti ini pun, kelam di #ajah dan
kedua matanya tidak terusir sedikit pun.
Ketika ta#anya habis, Ata menarik napas
panjang.
(Ada yang mau gue omongin ke dia, Tar.
,enting banget. Dan nggak bisa le#at
telepon. !oalnya gue .uma di kasih #aktu
paling lama lima menit. -iarpun gue lagi
ngomong, kalo udah lima menit, langsung
dimatiin sama dia.*
(Emang kalo lo ngajak gue, dia jadi mau
ngomong) -ukannya malah ngamuk tu
orang ntar)*
(Itu maksud gue. &rang ngamuk masih bisa
di ajak ngomong daripada orang yang nggak
mau buka pintu.*
("mm0 gimana ya)* Tari menggigit bibir. Ini
benar$benar ajakan yang mengerikan.
(,lease, Tar. !oalnya penting banget. Dan
gue pikir, masalah ini harus diselesaikan
secepetnya.*
(Iya sih. Emang kapan rencana lo mau ke
sana)*
(Jumat. !abtu$minggu kan libur. Jadi kalo
jumat gue kenapa$kenapa, bonyok taruhlah,
gue punya dua hari buat reco6ery.*
(Jumat itu kan tiga hari lagi/)* seru Tari
kaget.
(Kalo kelamaan, semangat juang keburu
ilang. 2agi pula kalo ditunda$tunda juga
nggak bikin situasinya jadi tambah baik kok.*
(Iya sih.* Tari berdecak pelan. 2alu dia
menarik napas panjang dan
menghembuskannya kuat$kuat. (Kenapa
mesti sama gue sih)*
(Emang ada kandidat lain)*
(Kenapa nggak kalian berdua aja, gitu) Ini
kan masalah intern keluarga.*
Ata tak langsung menja#ab. Ditatapnya Tari
tepat di manik mata. (,intu rumahnya akan
terbuka kalo dia ngeliat elo,* ja#abnya
lunak.
9anti Tari yang terdiam. .ukup lama.
(&ke deh,* ucapnya kemudian dengan nada
berat. Kesediaannya itu sempat membuat
Ata mematung.
(Thanks banget, Tar.* Ata terlihat benar$
benar lega. (-alik yuk. 5dah sore.*
Tari mengangguk. "ereka tinggalkan co33ee
shop kecil itu. Ketika Ata menepikan mobil di
mulut jalan kecil yang menuju rumahnya,
Tari tidak langsung turun.
(9ue boleh tau nggak kenapa lo ngilang
hampir seminggu ini)* Tari menatap Ata
tepat di manik mata.
(-oleh.* Ata mengangguk.
(Kenapa)*
Ata tak langsung menja#ab. Dia
mengulurkan tangan kirinya dan mengusap$
usap kepala Tari sesaat.
(5ntuk ini.* Dia tersenyum. !enyum yang
kelam.
888
!ejak pembicaraan itu, Tari dicekam
kecemasan. ari$harinya jadi tak tenang.
Jauh tidak tenang dibandingkan saat Ari jadi
kacau atau saat Ata menghilang.
Tari lagi$lagi kehilangan selera makan.
.e#ek itu melahap makanan kalau perutnya
sudah melilit kelaparan.
%io pun terpaksa membatalkan makan
makanan berat. 9antinya, dia membeli
empat potong pastel dan dua gelas air
mineral. Kemudian disusulnya Tari yang
sedang termenung di koridor dapan gudang,
manatap arus lalu lintas jalan raya di
kejauhan,. Tapi lagi$lagi temen semejanya
ini menolak makan.
("akan deh, Tar. Dikit aja. +tar sakit lho.*
(2agi males gue. "inumnya aja sini.*
!ambil menghela napas, %io menyerahkan
salah satu air mineral gelas yang tadi
dibelinya. ("asalah yang sebenarnya tuh
apa sih)* tanyanya lagi.
(+g0* Tari mendesah, panjang dan berat.
(Ada sesuatu , .uma gue nggak tau apa.
Dan nggak bisa nebak juga. .uma gue udah
ngerasain lama. Ada something yang Ata
nggak mau cerita ke gue. Apalagi kak Ari,
nggak mungkin banget dia mau ngasih tau
gue. Dan mereka berdua sama$sama tau.
Emang sih #aktu dia jemput kita it uterus
kami ngomong berdua, dia tetep kelihatan
santai. Tapi gue tau, masalah yang mau dia
omongin ke Kak Ari serius banget.*
(Terus, apa hubungannya sama elo) -esok
elo juga kudu ada di antara mereka, gitu)*
(1ah, itu juga yang gue nggak tau. Kan tadi
gue udah bilang sama elo, ada sesuatu,
.uma gue nggak tau apa.*
(Ah, jangan$jangan dugaan gue #aktu itu
bener/* !eru %io tertahan. (Inget kan lo)
9ue pernah bilang, tujuan kak Ata itu mau
ngedeketin elo ke kak Ari. Kalo gagal,
karena dia liat lo sama kak Ari udah kayak
anjing sama kucing, ya sementara..*
(Iya , gue inget,* potong Tari. (Tapi masa iya
sih, Ata kejem gitu)*
(Kejem kan standar elo. !tandar dia sih itu
tindakan #ajar, lagi. 7alaupun mereka
musuhan, tetep aja mereka sodara
kandung. Kembar pula.*
Tari menoleh lalu menatap %io dengan
kedua alis menyatu rapat.
(Terserah deh, lo mau bilang gue ngarang,
ngasal, atau ngaco.* %io langsung
memasang tampang siap dicela. (Tapi
3eeling gue ngomong gitu.*
Tari terdiam. Kalau mau jujur, meskipun Ata
memperlakukannya dengan manis, selalu
perhatian, selalu ada di ujung telepon, selalu
hadir setiap kali dibutuhkan, kecuali dua
kasus dia mneghilang itu, Tari memang
merasa co#ok itu membentangkan
pembatas. Tipis, tapi bisa dia rasakan
dengan jelas.
Ata hadir dan menempatkan diri sebagai
teman, atau penyeimbang untuk semua
tindakkan Ari, atau pelindung Tari dari ulah$
ulah Ari meskipun lebih sering perlindungan
Ata itu tidak memberikan e3ek apa pun, atau
hanya sekedar tempat Tari curhat. Tidak
pernah lebih daripada itu. Kalaupun ada
pernyataan, pernyataan$pernyataan Ata
selalu buram dan bisa diartikan dalam
banyak kata dan tujuan. !emntara
pernyataan$pernyataan Ari selalu gamblang.
(Ah, tau deh. ,using/* Tari menggelangkan
kepala kuat$kuat.
(-esok kak Ata jemput lo di mana)*
(9ue yang jemput dia. -esok dia nggak
ba#a kendaraan. Jadi gue disuruh langsung
naik taksi. Dia nunggu di depan mal yang
sering kita datengin itu. Kalo ke rumah kak
Ari kan le#at situ. Eh, besok gue titip buku
sebagian ya. -iar kalo ada apa$apa larinya
gampang.*
(-esok, ya)* %io menggumam.
(e$eh.* Tari mengangguk.
Dengan kedua tangan terlipat di atas besi
pagar koridor, keduanya sama$sama
memandang jalan raya di kejauhan lalu
menghela napas bersamaan.
(5dah serasa kayak mau berangkat perang
nih gue,* desah Tari.
(9ue doain lo pulang selamat deh,* ucap %io
sungguh$sungguh.
Keduanya saling pandang lalu terta#a
bersamaan. Ta#a ketidakpastian.
888
Jumat
!ejak dibukanya mata dari tidur malamnya
yg tak tenang, kegelisahan Tari sudah
memuncak. "embuatnya kehilangan
konsentrasi terhadap apa pun. Jam pertama
sampai jam terakhir pelajaran sukses
dile#atinya dengan melamun, bengong,
atau berpikir keras, tapi tentu saja sama
sekali bukan tentang pelajaran.
Akibatnya hari ini Tari jadi sis#a yang paling
sering kena tegur para guru. Dan ketika bel
pulang menjerit, ce#ek itu nyaris melejit dari
bangkunya. Tidak seperti hari$hari
sebelumnya, rasanya hari ini bunyi bel
pulang seratus kali lebih melengking
dibanding biasanya.
%io menatap teman semejanya itu. ampir
lima belas menit berlalu sejak manusia
terakhir selain mereka berdua meninggalkan
ambang pintu kelas.
BJadi pergi nggak lo)B tanya %io pelan.
BJadi lah,B Tari menyahut lemah.
B1a udah buruan. Kasian Kak Ata nungguin.
!ini buku$buku lo. 9ue ba#a semunya aja.
-esok atau "inggu gue anterin.B
Tari mengeluarkan buku$bukunya dari dalam
tas lalu memberikan kepada %io. Dengan
gerakan lambat ce#ek itu kemudian bangkit
berdiri. Dengan langkah$langkah lambat
pula, dia meninggalkan ruang kelas.
%io mengerti dilema yang sedang dihadapi
teman semejanya itu. Karenanya dia ikuti
langkah$langkah lambat Tari tanpa protes,
yang juga berlanjut di sepanjang koridor sat
menuruni tangga.
Tidak jauh dari mulut koridor utama
mendadak Tari menghentikan langkah. 2alu
dengan gerak re3leks yang sangat
kontradikti3 dengan langkah$langkah
lambatnya sejak dari kelas tadi, tiba$tiba
ce#ek itu berhenti dan melejit ke balik salah
satu dari dua pilar yang menjepit mulut
koridor utama.
%io menatap bingung. Dia julurkan leher
untuk melihat penyebabnya. Kedua matanya
seketika melebar. Ari sedang berdiri di tepi
jalan menuju gerbang sekolah. Dengan
posisi tubuh membelakangi koridor utama,
menghada ke lapangan basket, co#ok itu
terlihat sedang bicara serius di telepon.
B.k,B Tari berdecak pelan. B+ggak lucu
banget kalo mau nemuin dia bareng Ata,
tapi gue udah duluan ribut sama dia.B
B1a udah. Kita tunggu aja kalo gitu,B bisik
%io. BDia mau nelepon berapa lama sih.B
Keduanya lalu berdiri diam di belakang pilar
sambil sesekali mengintip ke tempat Ari
berdiri. Tapi tunggu punya tunggu, tu co#ok
nggak selesai$selesai juga. Dengan dongkol
Tari sampai menerka$nerka siapa yang
dikontak atau mengontak Ari, dan apa yang
mereka bicarakan sampai butuh #aktu lama
begitu. !ampai ia mendengar ponselnya
menjeritkan ringtone tanda Ata menelpon.
-uru$buru dikeluarkannya benda itu dari
saku kemeja.
B2o udah sampe mana)B tanya Ata
langsung.
B"asih di sekolah nih.B
B"asih di sekolah)B
BIya. Ada Kak Ari. ,as di pinggir jalan yang
mau ke gerbang, lagi. Kan nggak lucu, mau
nemenin elo ketemu dia tapi pemanasannya
gue justru berantem sama dia.B
Ata terta#a pelan.
BApa gue samperin ke situ aja)B
BJangan/B ja#ab Tari seketika. B9ila lo, gue
udah stres banget nih,B
Ata terta#a lagi. B-ercanda, Tar,B ucapnya
lembut. B&ke deh, gue tunggu.B
B2o udah sampe)B
B-aru aja.B
B1a udah. Tunggu ya. "udah$mudahan
bentar lagi Kak Ari kelar nelepon terus
pergi.B
B+ggak pa$pa. !antai aja. Kan kita mau mati
berdua, jadi nikmatilah momen$momen
terakhir hidup ini.B
BAduh, iya bener. 9ue lupa/B desis Tari.
Ata terta#a lagi. ,elan tapi geli.
B-ye/B ucap co#ok itu disela ta#a dan
langsung diakhirinya pembicaraan.
!esaat Tari menatap ponselnya sambil
menghela napas. Kemudian dimasukannya
kembali benda itu ke saku kemeja. Kedua
matanya segera mengintip, dengan hati$hati,
ke tempat Ari berdiri. .o#ok itu masih sibuk
bicara di telepon. Tapi kali ini dia sudah
pindah posisi, di ba#ah bayang$bayang
tiang ring basket. "atahari memang sedang
berada tepat di atas kepala. Terlalu lama
berada langsung di ba#ahnya, tanpa
pelindug, dijamin badan bisa mengering
segaring kerepuk.
Tapi dengan begitu sekarang co#ok itu jadi
berada cukup jauh dari jalan. Tari melihat
peluang dia bisa segera meninggalkan
sekolah.
B1uk, cepet/ .epet/B bisiknya.
Dengan langkah agak berjingkat, kedua
ce#ek itu segera menuruni tangga koridor.
Tanpa meninggalkan bunyi, keduanya
melangkah cepat, hampir berlari.
Tapi Ari ternyata memang sedang serius
dengan ponsel di telinganya. Dia tidak
menyadari kemunculan Tari. Tidak tahu
siapa yang ada di ujung telepon dan apa
yang dibicarakan sampai sebegitu
seriusnya. Tari hanya sempat mendengar
sedikit penggalan percakapan Ari itu.
BKira$kira tiga puluh menit lagi... iya... nggak
usah, tinggal aja... aman banget.B
"eskipun sudah keluaEg dari area sekolah,
di sepanjang trotoar menuju halte keduanya
terus berlari. Tari menyetop taksi kosong
yang pertama le#at dan langsung masuk ke
kursi belakang.
B9ood luck ya, Tar,B %io berpesan dengan
nada cemas.
B+ggak yakin.B Tari menggeleng.
B1a udah. Ati$ati aja deh.B
B+ah, kalo itu sih masih bisa gue usahain.B
Tari meringis. BDaaah/B ucapny sambil
menutup pintu.
BDaaah/B %io membalas dengan ekspresi
muka semakin cemas.
Taksi segera melesat pergi. !endirian, tanpa
teman yang bisa diajak bicara untuk
mengalihkan kegelisahan, membuat
persoalan itu jadi terlihat puluhan kali lebih
mengerikan. -erkali$kali Tari menghela
napas. !ampai bapak sopir taksi bertanya
ada apa.
B+ggak ada apa$apa, pak,B Tari menja#ab
sambil tersenyum, tapi senyum lesu.
"enjelang sampai tujuan, dari kejauhan
dilihatnya Ata berdiri di trotoar. !ama seperti
dirinya, kegelisahan co#ok itu juga terlihat
jelas.
.o#ok itu melihat jam tangan, lalu berjalan
ke tepi trotoar dan melihat jalan raya di
depannya ke dua arah bergantian, tak lama
dia balik badan dan berjalan ke tepi lain
trotoar. Di sana dia dongakan kepala,
memandang deretan poster 3ilm tanpa minat
apalagi keseriusan. Kemudian dia balik
badan dan berjalan kembali ke tepi trotoar
yang lain, yg belum lama ia tinggalkan. 2agi$
lagi dia menoleh ke dua arah dari jalan raya
di depannya, disusul kemudian dilihatnya
jam tangan.
-egitu taksi yang ditumpani Tari berhenti di
depannya, co#ok itu langsung menarik
napas lega. Tari tertegun. Ata terlihat pucat.
!angat pucat. 'ambutnya berantakan.
Tingga kancing teratas kemejanya tidak
dikaitkan. Dua lensa gelap menutupi kedua
matanya.
.o#ok itu segera membuka pintu belakang.
B!iap)B tanyanya langsung. Tangan
kanannya melepas kacamata hitam yg
dipakainya sementara tangan kirinya
menutup pintu.
BKayaknya elo deh yang nggak siap.B Tari
menatapnya dengan cemas. Apalagi setelah
dilihatnya kantong mata co#ok itu
menghitam, pertanda dia kurang tidur.
B9ue akuin, gue emang nggak siap,B desah
Ata. BTapi gue nggak mau mundur lagi.B
BTapi muka lo pucet banget. -ener. 2o
ngaca deh.B
BEmang lo nggak)B ucap Ata lunak. B2o juga
pucet banget.B
BDari tadi pagi semua juga udah ngomong
gitu.B Tari tersenyum. !enyum yang
maknanya complicated. Kemudian dia
menarik napas panjang lalu
menghembuskannya kuat$kuat. B1a udah
kalo gitu,B sambungnya. BAyo, kita hadapin
Kak Ari. "eskipun dia bilang dia mau matiin
elo, gue rasa dia yang bakalan mati duluan
ntar. Dua la#an satu. ,asti yang menang
dua lah.B
Ata terta#a pelan. B-uat dia, lo tuh nggak
perku diitung, lagi.B
BKok gitu)B Tari sontak melotot. B2o tuh ya,
udah gue bantuin juga.B
Ata terta#a lagi. Ta#a yang tetap tak
mengusir sedikit pun kelam kedua matanya.
Ketika ta#a itu berakhir, ganti dia yang
menarik napas panjang dan
menghembuskannya kuat$kuat.
Tiba$tiba co#ok itu mengulurkan tangan
kanannya lalu memeluk Tari erat. anya
sesaat. Tari terkesiap. Tak sempat bereaksi
apa pun. Ketika Ata melepaskan pelukan
eratnya yang sungguh$sungguh hanya
sesaat itu, kelam di kedua matanya telah
mematikan kerlip sedikit sinar yang masih
terisa.
BJalan, ,ak,B ucapnya kemudian kepada
sopir taksi dengan suara berat.
888
Ada sepetak tanah kosong terjepit di antara
deretan rumah me#ah di seberang rumah
Ari. Di sana alang$alang liar tumbuh tak
terusik. Tinggi. "embuat siapa pun yang
berada di antaranya utuh tenggelam dalam
lengan$lengan hijau dan bunga$bunga putih
dan cokelatnya. 2etaknya yang tidak tepat
berada di seberang rumah Ari semakin
menjadikannya tempat mengintai yang
sempurna.
Di sanalah Ata dan Tari duduk meringkuk
setelah menyelinap keluar dari taksi yang
mereka tumpangi, hampir setengah jam
yang lalu. -eralaskan tangkai$tangkai ilalang
yang direbahkan Ata di atas tanah, mereka
terus memperhatikan rumah dua lantai
berdindin bata ber#arna krem itu.
Ata melirik jam tangannya.
B2ima menit lagi duduk di sini, kayaknya di
pantat gue bakalan tumbuh akar nih.B
Tari terta#a, tanga berani menoleh ke Ata.
,elukan sesaat dan tak terduga serta sarat
tanda tanya di taksi tadi telah menghadirkan
atmos3er asing yang tidak bisa diabaikan
karena kehadirannya begitu terasa. Kini,
dalam #aktu yang bersamaan Tari merasa
tetap dekat sekaligus telah tercipta jarak
dengan co#ok yang duduk dekat di sebelah
kanannya ini.
BKalo gue kayaknya malah udah.B
9anti Ata terta#a. Tangan kirinya terulur
secara otomatis, mengusap$usap puncak
kepala Tari. Tari berusaha menepiskan satu
lagi tanda tanya yang seketika muncul
dalam hatinya.
BKayaknya Kak Ari nggak di rumah deh.
!oalnya tadi gue lihat dia lagi serius
nelepon, di pinggir lapangan pas pulang
sekolah. Katanya setengah jam lagi deh,
gitu. Jangan$jangan dia janjian pergi sama
siapa.B
B9itu)B Ata menoleh dan menatap ce#ek
yang duduk di sebelahnya itu.
BKayaknya sih. Tapi gue juga nggak yakin.B
BKalo gitu samperin aja deh.B
BJangan/B Tari langsung geleng kepala. BIya
kalo dia bener pergi. Kalo nggak)B
BKita ke sini kan emang mau nemuin dia.
Kalo terus duduk di sini sama aja bohong.
Apalagi kalo ternyata dia emang beneran
nggak di rumah. !ia$sia kita ngumpet di
sini.B
BIya sih. Tapi....B
-elum selesai kalimat Tari, Ata sudah
bangkit berdiri dan langsung melangkah
keluar dari perlindungan rumput$rumput liar
itu. Tari terkesiap.
BAta/ 2o mau ngapain/)B serunya. Ata tidak
mengacuhkan, terus melangkah
menyeberangi jalan. BAta/ 2o jangan nekat
deh/B
Tari bangkit berdiri dan langsung mengejar
Ata yang pada saat itu sudah sampai di
depan pintu pagar rumah Ari.
BAta, elo.../B
B!ssst/B Ata menempelkan telunjuk kirinya di
bibir, mengisyaratkan Tari untuk diam.
Kemudian ditekannya bel yang terdapat di
sisi kiri pintu pagar itu. Tak lama satu bunyi
melengking merobek keheningan.
"enghentikan aliran darah Tari dan
membuatnya seketika membeku tegang.
Tapi tak seorang pun keluar dari dalam
rumah besar itu. !ekali lagi Ata menekan
bel, diikuti teriakannya yang keras.
B,E'"I!III/ !E2A"AT !&'EEE/B
B2o gila/B Tari terkesiap. Dia segera
melompat ke belakang punggung Ata,
mencari perlindungan.
BKenapa lo) &rangnya belom keluar, juga.B
Ata meliriknya. Tari tidak menja#ab,
membuat co#ok itu tersenyum. B1a, udah.
2o ngumpet di belakang gue aja. 9ue jamin
lo aman.B
Kemudian Ata kembali mengarahkan
perhatiannya ke rumah di depannya. Tangan
kirinya terulur ke belakang punggung
dengan posisi telapak tangan membuka
keatas.
Tari menatap telapak tangan yang terbuka
itu. Ini yang selalu tidak bisa ia pungkiri. Ata
selalu memberinya rasa aman. !ementara
Ari lebih sering membuat sara3 re3leknya
dalam kondisi siaga dan alam ba#ah
sadarnya membunyikan alarm tanda
bahaya.
B"ana tangannya)B Ata menggerakan
kelima jarinya.
Tari mengulurkan tangan kanannya.
"ukanya memerah tanpa bisa dicegah. Ata
tetap mencurahkan seluruh perhatiannya
pada rumah di depannya, tapi begitu
dirasakannya jari$jari Tari mendekat, segera
ditangkapnya tangan ce#ek itu dan
digenggamnya erat. Tanpa dia tahu itu
menyebabkan ce#ek di belakangnya itu jadi
salah tingkah dan mukanya semakin pucat.
B,E'"I!III/B teriak Ata lagi. Kali ini dengan
suara gila$gilaan.
Tari memejamkan mata. B"ampus deh gue
hari senin di sekolah/B desisnya.
"eski situasi sedang genting. Tari sempat
ternganga$nganga mengagumi dua patun
elios tak jauh di atas kepalanya. !udah
lama kedua patung ini membuatnya sangat
penasaran. !etelah berhasil mengamatinya
dari jarak dekat begini, harus di akui, kedua
patung itu benar$benar bagus. Indah.
Artistik.
BJangan$jangan tu anak emang nggak di
rumah,B desah Ata pelan. B2o tunggu sini
bentar.B
!ebelum tari sempat membuka mulut, Ata
sudah melepaskan genggamannya. .o#ok
itu memanjat pagar di depannya lalu
melompat ke dalam.
BAda, Tar,B ucapnya pelan. B,agernya nggak
dikunci.B
B9ila lo/ .epet keluar/B desis Tari panik.
Ata tak mengacuhkan. Dengan hati$hati
co#ok itu menarik gerendel atas dan ba#ah.
2alu dengan gerekan amat sangat perlahan,
mengantisipasi kalau$kalt pagar besi itu
mengeluarkan bunyi deritan, dibukanya
pintu pagar. ,intu gerbang di depan Tari,
yang diapit dua elios di atas kiri$kanan, kini
terbuka.
B.epet masuk,B bisik Ata.
Tari menelan ludah. B"ati beneran deh kita,
Taaa...B kepanikan Tari makin menjadi.
Ata seperti tak mendengar. Diraihnya satu
tangan Tari lalu digandengnya ce#ek itu
memasuki halaman. ,elan$pelan, ditutupnya
kembali 9erbang elios itu. Kalau tadi
sedikit perhatian Tari masih bisa
dicurahkannya untuk mengagumi kedua
patung elior itu, sekarang ce#ek itu benar$
benar dalam kondisi siaga satu.
Jauh lebih serius daripada saat diterjangnya
kelas Ari dulu, ini adalah tempat sang
pentolan sekolah itu bersarang. Ini adalah
tempatnya yang paling pribadi, yang bahkan
tak seorang pun mengetahui. Kalau sampai
co#ok itu mencabiknya karena telah
melanggar bukan hanya #ilayah pri6asi tapi
juga semua rahasianya yang selama ini
terjaga rapat tanpa seorang pun berani
mengusik, hukum apa pun$apa lagi hukum
rimba$akan membenarkan apa pun tindakan
Ari terhadap mereka.
Ata menggandeng Tari menuju teras. Tanpa
sadar Tari membalas genggaman tangan
Ata lebih keras daripada genggaman co#ok
itu padanya. !epasang matanya menga#asi
keadaan sekeliling dengan #aspada.
Keduanya kemudian berdiri diam di depan
pintu. 'umah itu masih lengang. Tidak
terdengar suara apa pun dari dalam. Di
depan pintu kayu berornamen rumit yang
terlihat angkuh dan dingin, keduanya seperti
merasa sedang berdiri di ujung perjalanan.
Kesepuluh jari yang saling menggenggam
itu mendingin perlahan. !eperti saling
menguatkan untuk sesuatu yang akan
terjadi dan takan terelakkan.
Kelima jari Ata lalu membimbing Tari
kebelakang punggungnya. .e#ek itu
dengan lega menuruti. Jujur, yang paling dia
takuti saat ini adalah pintu di depannya
terbuk dan Ari berdiri di hadapannya.
Keheningan masih menyelubungi. Kali ini
dengan kepenatan yang terasa menakutkan.
!ejak dile#atinya 9erbang elios tadi, Tari
merasakan jantungnya tak lagi yang tidak
bisa di pahaminya, seperti yang
dirasakannya di dalam taksi tadi, muncul
kembali.
Tiba$tiba pintu dihadapan mereka terbuka.
Tari ternganga.
B+ggak dikunci)B tanya Tari dengan suara
tercekat.
Ata menggeleng. BKan gue udah bilang,
orangnya ada di rumah.B
-ersamaan dengan terbukanya pintu kayu
itu, kelima jari Ata yang selama ini
menggenggam jari Tari melemas.
9enggamannya terlepas. .o#ok itu
melangkah memasuki ruangan di depannya.
Tari terperanjat.
BAta/ 2o jangan gila deh/ .epet keluar/B
serunya tertahan.
Ata tak mengacuhkan. "aju selangkah
sampai benar$benar di ambang pintu.
Kembali Tari berseru tertahan, memanggil
Ata yang berdiri memunggunginya. BAta,
cepet keluaaaaaar///B
Ata tetap bergeming. Dengan gemas Tari
mengulurkan tangan kanannya panjang$
panjang, berusaha menjangkau lengan kiri
Ata, sementara tangan kirinya berpegangan
pada bingkai pintu. Ketika berhasil
terjangkau, dicekalnya lengan Ata kuat$kuat
lalu ditariknya ke belakang.
Tapi bukan Ata yang berhasil ditariknya
keluar, justru co#ok itu yang berhasil
menyeretnya ke dalam. Tertakjub$takjub,
Tari memandangi ruangan besar yang baru
saja dimasukinya itu. -enar$benar seperti
sebuah galeri seni. 2ukisan, ukiran, patung,
tembikar. Tanpa sadar kesepuluh jarinya
melepaskan lengan Ata yang dicekalnya.
Kemudian dipandanginya sekeliling ruangan
itu dengan penuh ketertarikan.
'uangan ini jelas$jelas ditata oleh seorang
desainer interior, karena setiap benda
benar$benar diletakan pada tempat yang
tepat. 'uangan ini juga bertema, karena
setiap benda seperti mempunyai ikatan
terhadap benda lainnya. -aik desain, moti3,
#arna, maupun tata letak serta
pencahayaan diatur dengan cermat.
B.k, ck, ck. 9ila ya,B Tari menggumam
pelan. Dia maju beberapa langkah lalu
terlongo$longo di depan replika patung
De#a 'a yang berukuran cukup besar, yang
sepertinya merupakan titik pusat ruangan
ini. BIni apa)B tanya Tari.
BIni siapa. -ukan apa,B suara berat Ata
meralat kalimat Tari.
B"aksudnya) Ini...)B Dengan bingung Tari
menunjuk patung itu. !eekor burung,
sepertinya dari jenis elang atau raja#ai,
sedang duduk dengan kaki terlipat di depan
tubuh, dengan posisi tampak samping. Ada
sebuah bulatan melekat di atas kepala
patung itu.
BDia 'a. De#a "atahari orang$orang "esir
Kuno. Jadi meskipun penampilannya begitu,
dia de#a. Termasuk salah satu dari de#a$
de#a utama. Jadi yang sopan lo
ngomognya ya. -iar nggak kena kutuk.B
B1a ampuuun. Jadi dia ini de#a)B Tari
membelalakkan kedua matanya. .e#ek itu
lalu menundukan kepala dan
membungkukkan sedikit punggungnya.
B"aa3 ya, 7a. !aya nggak tahu. !ecara
saya juga nggak percaya de#a sih. "usyrik,
kata agama saya.B
Ata jadi tersenyum mendengar itu. !etelah
sempat sesaat lupa dengan masalah yang
sebenarnya, Tari tersadar kembali. Dia
tersentak kaget.
B1a ampun. 9ue lupa ini rumah orang/B
desisnya. -uru$buru dia melangkah mundur
lalu balik badan.
Terkejut dia mendapati pintu dibelakangnya
telah menutup.
888
BKenapa lo tutup pintunya)B Tari bergegas
menghampiri Ata lalu bertanya dengan
bisikan tajam.
Ata tak menja#ab. Dengan kedua mata
mentap Tari lurus$lurus, co#ok itu
melangkah mundur.
Tari membalas tatapan itu dengan bingung.
Ata terlihat menelan ludah dengan susah
payah. Tangan kanannya merogoh saku
depan sebelah kanan celana jinsnya.
Dikeluarkannya sebuah ponsel lalu
diletakannya di atas sebuah meja berukir.
Tari mengenali dengan baik ponsel keluaran
terakhir dari sebuah merk ternama.
Tangan kanan Ata berpindah ke saku depan
sebelah kiri. Dikeluarkannya sebuah ponsel
lain. Juga keluaran terakhir dari sebuah
merk ternama, tapi berbeda merk dengan
ponsel yang sebelumnya. Diletakannya
ponsel itu di sebelah ponsel pertama.
"ulut Tari sudah terbuka ketika dia
menyadari sesuatu. ,onsel kedua. Dia juga
mengenali ponsel kedua dengan baik.
"ilik Ari/
!epasang mata Tari yang menatap kedua
ponsel itu lurus$lurus perlahan menyipit.
,erlahan pula, 3akta yang tercetak buram
dalam 6isual kepalanya menjadi jelas.
!ontak dia ternganga. Diangkatnya kepala.
BElo..../)B
B+ggak pernah ada Ata.B
.o#ok di depannya bicara dengan suara
lirih yang bahkan dalam deru badai pun
akan bisa terdengar, karena dia bicara
dengan seluruh sesal. !eluruh luka. !eluruh
sakit. +amun juga dengan seluruh
kesabaran dan harapan. ,ada akhirnya, dia
melakukan semua itu juga dengan seluruh
cinta. 5ntuk kedua orang yang hilang pada
masa lalu dan untuk seseorang yang saat ini
hadir dalam hidupnya.
Tari nyaris lumpuh. Kedua matanya
terbelalak menatap Ari.
B+ggak mungkin/ +ggak munkin///B
kepalanya lalu menggeleng kuat$kuat,
menolak kata$kata itu. B2o pasti janjian sama
Kak Ari ngerjain gue. Kalian pasti nggak lagi
berantem/B
Kembali Ari menelan ludah dengan susah
payah, membasahi bukan saja
tenggorokannya yang jadi terasa sangat
sakit, tapi juga seluruh hatinya. -eberapa
saat kedua rahangnya mengatup keras.
B+ggak pernah ada Ata,B dia mengulangi.
Tetap dengan suara lirih yang sanggup
mengalahkan deru badai itu. BDia udah lama
pergi. 9ue nggak pernah ngeliat dia lagi.
9ue nggak pernah tau dia ada di mana. 9ue
nggak tau kabar apa pun tentang dia.B
Tari terhuyung mundur. ,ucat pasi. ,intu
berornamen rumit di belakang menyambut
saat terbentur punggung lemahnya. Tari tak
lagi merasakan sakit gurat ukiran$ukiran
kayu itu. +anar, ditatapnya sosok di
depannya. -enar$benar tak sanggup
percaya bah#a mereka ternyata satu orang
yang sama.
"ereka satu orang yang sama/
B2o... bohong/ 2o pasti bohong/B seru Tari
dengan suara bergetar hebat.
Ari terdiam. Tak sanggup lagi bicara. Kondisi
Tari akibat dua kali pengakuannya tadi telah
memberi pedih yang sama dalamnya seperti
sembilan tahun lalu. !aat mendadak dirinya
ditinggalkan dan jadi sendirian. 9adis di
depannya ini kemungkinan juga akan pergi
dan lagi$lagi dirinya akan ditinggalkan. 2agi$
lagi akan sendirian.
B+ggak mungkin/ +ggak mungkin/ 2o pasti
bohong/B Kepala Tari menggeleng kuat$kuat.
+amun suaranya yang melemah
menyangkal gelengan kepala itu.
Ari tetap diam, karena memang tidak ada
lagi yang bisa dikatakan. Kedua matanya
meminta maa3 dalam redup penyesalan.
Keterdiaman Ari itu $cara kedua matanya
memandang$ adalah teriak kebenaran yang
paling lantang dan tak lagi bisa disangkal.
Tari terguncang. Tangisnya pecah. .e#ek
itu langsung menutup mulutnya dengan satu
tangan. Tangan lainnya bergegas meraih
hendel pintu dan membukanya. !eketika itu
juga, nyaris di luar kesadaran, Ari melompat,
menutup kembali pintu yang sudah sempat
terbuka itu.
BJangan keluar dalam keadaan begini,B
pintanya.
Tari menelan tangisnya. BApa peduli lo/)B
ditatapnya Ari dengan mata yang dipenuhi
air. -ara kebencian menembus butiran
bening itu, membuat Ari merasa sebagian
hatinya mulai dipaksa untuk mati. B9ue mau
pulang/B
BTar....B
B9ue nggak mau dengar apa$apa. 9ue mau
pulang/B Tari menutup kedua telinganya
rapat$rapat dengan kedua telapak tangan.
Ari mengangguk$angguk. B9ue nggak akan
ngomong apa$apa,B bisiknya. B9ue anter lo
pulang. Tapi nggak dalam kondisi begini.B
B9ue mau pulang/ 9ue mau pulang/ 9ue
mau pulaaaang///B Tari menjerit histeris.
Dengan menahan sakit di dadanya mati$
matian, Ari terpaksa mengabaikan jeritan itu.
Dengan mengerahkan seluruh tenaga, Tari
berusaha keras mengenyahkan lengan Ari.
Tapi kedua lengan itu membatu. Tidak bisa
disingkirkan. Dan mengurungnya tanpa jalan
keluar.
Kehabisan tenaga, ce#ek itu berhenti
meronta. Kini dia meringkuk diam. Dalam
pelukan seseorang yang telah memberinya
sayatan dalam. .oba meredam tangisnya
dengan satu tangan.
Ari menundukan kepala.tangis ini
menghancurkannya. ,erlahan,
direbahkannya kepala Tari di pusat segala
rasa sakitnya selama ini. 'ibuan luka yang
nyeri di dadanya.
BKenapa..)B Tari bertanya dengan suara lirih
dan serak karena tangis. BKenapa lo jahat
banget sama gue)B
Kenapa) Ari mengulang tanya itu dalam
hati. Tak ingin menja#abnya saat ini, karena
sembilan tahun kehilangannya tidak bisa
dikatakan hanya dalam satu$dua kalimat.
!ama sekali bukan karena dia ingin
membela diri atau ingin dipahami. Dia hanya
tidak tahu mana ja#aban yang tepat dari
begitu banyak ja#aban yang diberikan
sembilan tahun itu untuk satu kata tanya
pendek yang baru saja disodorkan.
Ketika satu$satunya pertanyaan tak
terja#ab, Tari sudah tak ingin bertanya apa$
apa lagi.
!atu lengan menyangga Tari dan Ari
menemukan satu lengannya yang lain
tengah bersusah payah menyangga dirinya
sendiri.
Keduanya tersesat.
Ini adalah senyap paling pekat yang pernah
dirasakan keduanya. -erdua yang seperti
sendirian.
!atu yang tidak diketahui Tari, kebohongan
yang dilakukan Ari bukan hanya
menyakitnya, tapi juga menyakiti co#ok itu
sendiri.
Tari baru terlukai pada saat pengakuan itu
terjadi, sepuluh menit yang lalu. !ementara
Ari sudah terlukai pada saat dia
memutuskan untuk melakukan kebohongan
itu. Dan makin menjadi setiap kali
kebohongan baru demi kebohongan baru
tercipta dan tidak ada jalan untuk mundur
kembali.
!esaat setelah tangis Tari mereda, Ari
menguraikan pelukannya. Ditunggunya
sampai tangis ce#ek itu benar$benar reda,
kemudian diulurkannya tangan.
B9ue anter lo pulang,B ucapnya pelan.
Ari memapah Tari keluar, lalu dengan hati$
hati mendudukkan ce#ek itu di kursi taman.
BTunggu sebentar di sini,B bisiknya. ,erlahan
dilepaskannya pegangan kedua tangannya
pada Tari. .o#ok itu kemudian melangkah
menuju garasi. Dibukanya salah satu pintu.
"otor hitam dan E6erest hitam/
+apas Tari nyaris terhenti. Dia merasa
tubuhnya benar$benar kehilangan seluruh
kekuatan. ,ada E6erest hitam itu tersimpan
banyak kenangan yang manis dan
menyenankan. ,ada motor hitam itu juga
bukan selalu hal$hal yang menyakitkan. Tapi
saat hadir bersamaan, keduanya adalah
gelap yang meluluhlantahkan.
!etelah membeku dengan sesak yang
melumpuhkan, mendadak Tari menemukan
kekuatannya kembali. !erentak dia bangkit
berdiri dan segera berlari keluar halaman.
Ari menoleh kaget.
BTari/B panggilnya. -ingung, tapi tak lama dia
segera tahu apa yang telah menjadi pemicu.
B1a Tuhan/B desisnya. -enar$benar lupa dia
telah memarkir motornya tepat di sebelah
E6erest hitam itu semalam.
Ari langsung menutup kembali pintu
garasinya. Tanpa sadar dengan bantingan.
!egera dikejarnya Tari, tapi jalan di depan
rumahnya telah kosong. !atu ide
berkelebat. .o#ok itu melesat ke dalam
rumah dan segera berlari keluar lagi.
!aat ponselnya menjeritkn ringtone, Tari
terlonjak dan nyaris terjerembap karena
tetap berlari tanpa melihat jalan lagi. -uru$
buru dikeluarkannya benda itu dari saku
kemeja.
Ata/
Tari ternganga. !eketika nama itu
menyentakkan tangisnya kembali ke
permukaan. Telah begitu banyak hal yang
amat sangat menyakitkan dan co#ok itu
masih juga menganggapnya kurang.
Terburu$buru, Ari salah menyambar ponsel.
Dan ketika sadar, rumahnya sudah berada
jauh dibelakang.
B!ialan/ 9oblok banget sih gue/B desisnya.
-enar$benar marah pada dirinya sendiri
untuk Dsebilah belatiD yang kembali
diambilnya untuk Tari ini.
Dengan menekan kecemasannya mati$
matian, co#ok itu menatap ke sekeliling
dengan cepat. Kosong. Tari tidak ada di
mana pun.
Terpaksa dan dengan hati yang ikut sakit,
kembali ditekannya tombol kontak pada
ponsel yang selalu digunakannya saat
mengambil nama saudara kembarnya,
namun justru saat$saat dia kembali menjadi
dirinya sendiri.
Ari membombardir ponsel Tari dengan
panggilan. !ementara ibu jari tangan kirinya
terus menekan tombol kontak tiap kali
panggilannya yang tak terja#ab terputus
secara otomatis, co#ok itu menajamkan
kedua pendengarannya. -erusaha
menangkap di mana panggilan$panggilan
tak terja#abnya mengirimkan sinyal posisi
ponsel tujuan.
Dalam keadaan normal, tombol on$o33 itu
begitu mudah dioperasikan. Tapi dalam
kondisi genting seperti ini, membanting
ponsel itu sepertinya tinggal satu$satunya
cara untuk membuatnya diam.
!ambil terus berlari dan mencari$cari tempat
sembunyi $dengan tangan kiri yang berganti$
ganti antara menutup mulut untuk meredam
tangis dan menyeka air mata yang turun dan
tangan kanan yang menekan tombol on$o33
dengan seluruh kekuatan$ Tari terus berlari.
Tiba$tiba ce#ek itu menghentikan
langkahnya. !alah satu rumah di sebelah
kirinya sepertinya tak berpenghuni karena
rerumputan tampak tumbuh tinggi.
-eberapa tanaman hias yang dulu pasti
selalu dipangkas dalam bentuk$bentuk yang
indah, kini bebas mengekspresikan diri
dalam bentuk$bentu yang mereka
kehendaki.
!egera Tari menyurukkan tubuh ke balik
sebuah batu pipih yang diletakan berdiri,
dengan sebatang cemara tegak
disebelahnya. Kembali dicobanya untuk
mematikan ponselnya. 5sahanya belum
berhasil, tapi ponselnya mendadak diam.
Jeritan ringtone itu terhenti. .e#ek itu
menarik napas lega. Dengan kedua tangan
dihapusnya air matanya.
Kelegaan itu hanya sesaat. Tak lama Tari
tahu kenapa ponselnya mendadak diam.
Karena orang yang membombardirnya
dengan panggilan kini berdiri di
hadapannya.
Ari menatap ce#ek yang terpuruk di
depannya itu dengan kedua mata yang
berkabut. Tari sudah dalam keadaan tak lagi
sepenuhnya sadar, ketika kemudian
perlahan Ari berlutut di depannya lalu
merengkuhnya dalam pelukan.
+amun dalam ketiadaan jarak, ternyata
justru terdapat ketidakterbatasan jarak.
!alah satu memeluk kuat$kuat, namun
seperti tidak ada siapa pun di dalam
pelukannya.
1ang lain terkurung dalam pelukan rapat,
namun tidak lagi dikenali milik siapa kedua
lengan ini. Ari$kah) Atau Ata) Dia adalah
keduanya, tapi juga bukan salah satunya.
,elukan kedua lengan yang mendingin pada
tubuh yang juga beranjak mendingin.
"ereka, keduanya, sore ini, perlahan DmatiD
bersama.
888
5ntuk kali yang sudah terhitung lagi, %io
memaksa sopir taksi untuk meningkatkan
kecepatan taksinya. 2ima belas menit yang
lalu, dengan nomor telepon Ata, Ari
menelponnya dan memintanya menjemput
Tari. %io langsung dilanda panik.
Kesimpulan yang langsung muncul dalam
kepalanya: Ata telah kalah dalam
pertarungan ini. Entah dalam kondisi
bagaimana.
Taksi berhenti di depan rumah megah
namun kosong dan tak tera#at itu.
BKak A...)B %io tidak bisa mengenali siapa
yang saat ini berdiri di depannya.
Ari menghela napas. B+ggak pernah ada
Ata.B ucapnya berat.
Kedua alis %io terangkat.
Ari sudah kehabisan tenaga. Kejadian ini
telah menghabiskan seluruh emosinya.
Tidak ada lagi yang tersisa baginya untuk
bisa menjelaskan masalah ini pada %io.
"eskipun itu hanya berupa kalimat yang
singkat. Karenanya dengan gerakan lemah,
dia perlihatkam ponsel di tangannya.
BJadi...)B suara %io tercekat di tenggorokan.
BIya.B Ari mengangguk lemah.
%io terhuyung. +yaris saja jatuh kalau saja
Ari tidak buru$buru menyambar salah satu
lengannya. Ditatapnya co#ok itu dengan
mulut ternganga maksimal.
B9ue bener$bener minta maa3, %i. Akan gue
jelasin apa pun yang lo tanya. Tapi nanti.
!ekarang tolong anter Tari pulang dulu.B
%io tersadar. Kepalanya lalu menoleh
mencari$cari dan berhenti dengan napas
tersentak pada Tari yang meringkuk di balik
batu pipih itu.
BTar/B serunya tercekat dan bergegas
menghampiri. BTar, lo nggak apa$apa, kan)B
tanyanya cemas.
Tari cuma menggeleng lemah. %io
memeluknya sementara kedua matanya
kembali menatap Ari.
BDia nggak mau gue anter,B sahut co#ok itu.
-erlaksa pertanyaan muncul di kepala %io,
tapi dia sadar yg terpenting saat ini adalah
memba#a Tari pergi secepatnya dari tempat
ini. Karenanya, tepaksa ditekannya
keinginan hatinya untuk memberondong Ari
dengan pertanyaan. Dibantunya Tari untuk
berdiri, lalu dipapahnya menuju taksi.
Kedua tangan Ari terkepal kuat saat ce#ek
yang telah dilukainya tanpa ampun itu
berlalu di hadapannya. "ati$matian
ditahannya hati dan kedua lengannya untuk
tidak meraih lalu menahannya dalam
pelukan.
Taksi itu pergi, dengan kedua mata
terbelalak milik %io yang menatap Ari dari
balik kaca jendela, dan Tari yang tak terlihat
karena terhalang tubuh %io.
Taksi itu telah hilang, namun Ari masih terus
menatap jalanan kosong di depannya.
"asih di tempatnya semula berdiri. Di depan
batu pipih itu. Tempat kehilangan terbesar
kedua dalam hidupnya telah terjadi.
888
%io memba#a Tari memasuki rumahnya
le#at pintu samping. Kedua adiknya ada di
ruang tamu dan kondisi Tari pasti akan
memauat mereka langsung ribut bertanya
ada apa. ,ada mamanya yang kebetulan
sedang berada di dapur, %io langsung
mengedipkan kedua matanya dan
menggeleng samar. 7anita itu segera
paham. Dibalasnya salam Tari yang serak
dan pelan dengan ucapan apa kabar,
dilanjut dengan mempersilahkan masuk,
tanpa menoleh. !eolah$olah pekerjaannya
sedang sangat menumpuk hingga sekedar
menoleh pun dia tak sempat.
al pertama yang dilakukan Tari begitu
sudah berada di dalam kamar %io adalah
menelungkupkan diri di tempat tidur dan
langsung menangis. %io menyaksikan itu
sambil menghela napas. Dikeluarkannya
ponselnya dari dalm tas, lalu tanpa
menimbulkan suara dibukanya pintu kamar
dan berjalan keluar. Di teras belakang
rumah, dengan suara pelan, %io menelpon
mama Tari.
BTan, Tari sekarang lagi di rumah saya.
Kayaknya nginep, Tan.B
B2ho) Ada apa, %i)B mama Tari langsung
bertanya heran, karena saat berangkat
sekolah tadi pagi, putrinya itu hanya
mengatakan akan pulang sangat terlambat.
B"mmm.....B %io menggigit bibir. B-egini,
Tan...B
Dengan perasaan tidak enak, cemas, dan
takut dituduh bukan teman yang baik karena
membiarkan itu terjadi, %io menceritakan
apa yang telah terjadi. "ama Tari terdiam.
B1a udah. +ggak apa$apa kalau dia mau
nginep,B ucap mama Tari. !uaranya yang
sarat pengertian membuat %io menarik
napas lega. BTapi besok tolong suruh dia
pulang ya, %i. !iang atau sore lah.B
BIya, Tan.B
-egitu telepon ditutup, mama Tari berdiri
tercenung. Ada perasan bersalah karena
membiarkan hal ini terjadi. "ebiarkan Tari
begitu bahagia bercerita tentang sosok
kembaran Ari yang bernama Ata. Tapi Ari
memang membutuhkan pertolongan. Dan
dia bukan orang jahat. Dia anak yang baik.
Dan Tari juga tahu itu.
888
7aktu telah menunjukan hampir pergantian
hari. %io menatap Tari yang tergolek di
tempat tidurnya. Tertidur dengan muka
disurukkan di ba#ah bantal, Tari masih
mengenakan seragam sekokah yang kali ini
telah kusut masai tidak keruan.
%io bersyukur teman semejanya ini telah
tertidur, karena isak tangisnya tak bisa
dihentikan. Dia belum mengetahui dengan
pasti apa yang sebenarnya sudah terjadi,
karena kata$kata yang terucap di antara isak
hebat itu terputus$putus dan antara satu
kata dengan kata berikut sering kali tak
berhubungan. -ahkan banyak karena
tertelan isak atau terucap tanpa suara.
Karenanya %io bener$bener lega Tari
sekarang sudah terlelap. "udah$mudahan
Tari mendapatkan mimpi yang membuatnya
bisa sedikit saja gembira esok hari.
!ambil menghela napas, %io berjalan
menuju jendela kamarnya yang masih
terbuka. Ditariknya tirai. Tapi gerakannya
sontak terhenti. Di depan pagar rumahnya,
sebuah E6erest hitam terparkir. Entah sejak
kapan.
888
Ditemani %io, Tari meninggalkan rumah
sobatnya itu keesokan harinya menjelang
jam sebelas malam. %io mengambil inisiati3
itu karena E6erest hitam yang semalam
dilihatnya terparkir tepat di depan rumahnya
kini terparkir dalam posisi sudut tiga puluh
derajat di seberang jalan sejak hari masih
jauh dari siang.
Dan masih, Ari adalah Ari. Dia tidak
menyembunyikan kehadirannya yang hanya
sedikit menyerong dari rumah %io. Dan %io
tahu kenapa Ari tidak memarkir mobilnya
seperti semalam lagi, karena mobil hitamnya
yang berbadan besar itu menghabiskan
banyak ruang dan bisa membuat seluruh
penghuni rumahnya tertahan, tidak bisa
keluar.
Dan hari ini jendela kamar %io tertutup
seharian.
888
"inggu sore.
BKok "ama nggak bilang)B Tari menatap
mamanya dengan mata terbelalak
maksimal. -enar$benar tak menyangka
mamanya sejak a#al curiga bah#a Ari dan
Ata adalah satu orang. !ang mama
menatapnya dengan rasa bersalah.
BKarena pasti ada alasan kenapa dia nekat
begitu. Jadi dua orang dengan pribadi yang
benar$benar beda itu berat, Tari.B
BAlasannya karena tu orang nggak punya
perasaan. !eenaknya sendiri. Jahat. Egois/B
BKasihlah dia kesempatan untuk
menjekaskan,B ucap mama Tari dengan
sabar. BDan dengarkan semua apa yang dia
bilang dengan kepala dingin.B
B+ggak/B sahut Tari serta$merta. B+gapain)
"ama aneh deh. 5dah jelas$jelas dia
bohongin Tari habis$habisan, udah nipu,
ngapain juga Tari mesti dengerin. -ohong ya
bohong. +ipu ya nipu/B
BKamu sering bilang dia baik. -erapa kali
kamu ngomong begitu sama "ama. DKak Ari
itu sebenarnya baik.D Dan mama ngeliatnya
juga begitu. Jadi pasti ada alasan kuat
kenapa dia tega begitu sama kamu.B
BTari salah, "a...B Tari menatap mamanya
dengan sorot terluka. BDia nggak baik. Dia
jahat. Jahat banget/B
!etelah menatap mamanya dengan
pandangan kesal, Tari berjalan ke kamar.
Kepalanya menggeleng$geleng. +ggak
menyanka, mamanya ternyata ibu paling
aneh sedunia/
%io yang hari itu datang lagi dan
mendengarkan perdebatan itu, entah
kenapa, setuju dengan mama Tari. ,asti Ari
punya alasan kuat.
,erdebatan itu berujung panjang. Keesokan
harinya, !enin pagi, Tari menolak masuk
sekolah.
B"ales ketemu Kak Ari. ,asti dia udah
nunggu. -ahkan bisa jadi sekarang dia udah
berdiri di pintu gerbang. ,asti mau ngasih
penjelasan panjang lebar.B Tari tersenyum
sinis. -ukan untuk siapa$siapa, tapi untuk
situasi yang saat ini sama sekali tak
berpihak padanya. "ama Tari hanya bisa
diam mendengarkan.
B-uat Tari, apa pun yang mau dia omongin,
bukan penjelasan. ,embelaan diri. -iar dia
nggak ngerasa udah jahat$jahat amat sama
Tari. -ahkan bisa jadi supaya dia nggak
keliatan jahat$jahat amat, dia bakal nipu Tarh
lagi/B
Tanpa menunggu reaksi mamanya, ce#ek
itu menyambar sepotong roti bakar lalu
memba#anya ke kamar bersama segelas
susu. %in dan mama Tari saling pandang.
'aut murung namun sarat kemarahan di
#ajah Tari membuat #anita itu terpaksa
meluluskan kemauan putrinya.
%io terpaksa mengikuti, karena jika dia
masuk sekolah, tak ayal dirinya yang harus
menghadapi Ari. !ebagai kurir, juru bicara,
juru runding, penasihat, dan sederet tugas
lain untuk menjembatani putusnya
komunikasi ini.
-ukannya tidak ingin membantu. %io hanya
merasa untuk menyelesaikan masalah ini,
yang paling tidak bisa dibutuhkan oleh
kedua orang itu adalah hadirnya orang
ketiga.
8888
,agi itu koridor di depan kelas Tari sepi
karena Ari bercokol di bangku panjang yang
terdapat di sana. Keruhnya #ajah Ari
membuat semua juniornya bisa merasakan
co#ok itu sedang berada dalam kondisi
emosi yang nggak bagus. Karenanya semua
penghuni kelas Tari jadi enggan keluar.
Duduk membentuk titik$titik kelompok,
mereka berkasak$kusuk dengan suara
pelan. "elontarkan pada satu sama lain,
dugaan penyebab pentolan sekolah itu
sudah muncul bahkan sejak Jimmy $orang
yang paling rajin datang pagi$ belum tiba.
-ercokolnya Ari itu juga menyebabkan sis#a
kelas sepuluh yang terbiasa sarapan di
kantin terpaksa lari ke koperasi. !edangkan
sis#a yang urgent ke kamar kecil terpaksa
memohon kepada pega#ai sekretariat agar
diperbolehkan menggunakan kamar kecil
mereka. "engatakan permisi pada #ajah
angker Ari meskipun itu dengan intonasi
yang bahkan paling merendah dan sopan,
sepertinya tetap akan membuat satu$dua
jotosan melayang.
,ukul setengah tujuh kurang satu menit. Ari
hopeless. Dia yakin Tari nggak mungkin
datang. 5ntuk kesikian kali di kontaknya &ji,
yang dimintanya untuk berjaga di pintu
gerbang.
BAda, Ji)B
B+ggak ada, -os,B
B%io)B
B+ggak ada juga.B
Ari menghela napas. B1a udah, lo balik deh.
-entar lagi bel.B
B+ggak ditunggu sebentar lagi) Kali aja dia
telat.B
BKayaknya nggak masuk.B
B9itu) 1a udah.B
Ari menutup telepon. Dihelanya napas.
!esak karena rasa bersalah semakin
mengimpit, sampai rasanya ingin
dihantamnya daun pintu tak jauh di
sebelahnya. Kemudian dia berdiri,
menghampiri sis#i yang bangkunya paling
dekat dengan pintu depan. +yoman.
B-erapa nomer , lo)B
+yoman menatap Ari dengan bingung.
B-erapa nomer , lo) -engong, lagi.B
B&h/B +yoman tersadar. -uru$buru dia
sebutkan nomer ponselnya. Tak lama
terdengar ringtone panggilan masuk dari
dalam laci meja. !egera +yoman meraih
ponselnya itu.
BItu nomer gue. Kalo Tari dateng, langsung
telepon gue. +gerti)B
BIya, Kak.B +yoman mengangguk patuh.
B+ama lo)B
B+yoman.B
Ari mengangguk. BJangan lupa ya,
+yoman,B katanya, lalu balik badan dan
meninggalkan kelas Tari dengan rasa
bersalah dan kecemasan yang terasa
semakin menggantung berat.
888
Keesokan harinya, Tari kembali berangkat
sekolah. Terpaksa. ,enginnya sih di rumah
aja. !oalnya kalo sekolah pasti ketemu Ari.
Dirinya belum siap. -ukan belum siap
ketemu co#ok itu, tapi belum siap
mengatasi rasa marah dan semua emosi
karena kebohongan itu. Jangankan
berhadapan langsung, begitu ingat lagi
pengakuan itu, rasanya pingin.... pingin.....
Tari menghela napas lalu menggelengkan
kepala kuat$kuat. "engenyahkan dari dalam
kepalanya deret 6isual tindakan sadis yang
sangat ingin dilakukannya terhadap Ari.
Di halte, %io yang sudah menunggu sejak
lima belas menit yang lalu bergegas
menghampiri Tari begitu melihat sahabatnya
itu turun dari bus. 2angsung digandengnya
teman semejanya itu.
&ji, yang sama seperti kemarin $diminta Ari
untuk menga#asi di pintu gerbang$
langsung memberikan laporan begitu
dilihatnya Tari berjalan di kejauhan bersama
%io. !etelah itu ditinggalkannya gerbang
karena tugasnya sudah selesai.
-egitu mendekati gerbang sekolah, baik Tari
maupun %io langsung menga#asi sekeliling,
mencari$cari keberadaan Ari. Tari dengan
kemarahan, sementara %io dengan
kecemasan. Keduanya sama$sama menarik
napas lega ketika telah menapaki tangga$
tangga terakhir menuju lantai tempat kelas
mereka berada dan Ari tidak terlihat sama
sekali. Tapi kelegaan itu seketika sirna
karena Ari ternyata berada di tempat yang
menjadi tujuan mereka.
Tepat di depan pintu kelas/
5ntuk semua mata, Tari hanya terlihat
seperti kurang sehat. Tapi tidak untuk kedua
mata Ari. Dari jauh pun dia sudah tahu
kondisi Tari saat ini adalah murni akibat
tindakannya.
!eketika langkah Tari terhenti. Tubuhnya
menegak kaku. Keduanya saling tatap. Dua
pasang mata itu bertemu. 1ang melukai dan
yang dilukai.
Ini adalah untuk pertama kalinya Ari melihat
Tari lagi setelah pengakuan itu. Dan kondisi
ce#ek ini semakin memperdalam torehan
sakit di atas rasa bersalahnya. ,erlahan, Ari
memperpendek jarak. "encoba mendekat.
Tapi baru satu langkah, Tari langsung
memberinya peringatan dengan gigi
gemeretak.
B"inggir lo/B
2angkah Ari terhenti. anya terhenti. Dia
sama sekali tidak berniat menyingkir seperti
peringatan itu. Kedua matanya tetap terarah
lurus pada Tari. Ditelannya ludah saat
disaksikannya bara berpijar di kedua mata
itu. -erkilat dan menyala. "emberinya
keyakinan, akan sangat sulit untuk meraih
kembali ce#ek ini.
B"inggir dari depan pintu kelas gue/B bentak
Tari. Kali ini suaranya mulai naik satu okta3.
BKalo nggak, ntar gue teriak kenceng$
kenceng nih. -iar semua tau kalo elo tuh
aktor/B
BTeriak aja. +ggak pa$pa kalo itu bisa bikin
elo lega,B ucap Ari halus.
Kedua bibir Tari mengucup kaku. Kalimat Ari
itu membuatnya makin mendidih. !ok #ise/
,adahal itu cuma caranya biar nggak terlalu
ngerasa bersalah/
-erbeda dengan Tari yang seketika jadi
DbutaD, %io bisa melihat dengan jelar
penyesal Ari dan permohonan maa3nya.
Karenanya le#at sorot mata, dimintanya Ari
untuk pergi. Tapi co#ok itu sama sekali tidak
mengacuhkan.
"elihat Ari tetap tegak di depannya, tidak
juga menyinkir, akhirnya Tari menjerit.
-enar$benar keras seperti ancamannya tadi.
B"I+99I' +99AK, 2&/) "I+99I'/
"I+99I'/ "I+99III'///B
Ari tertegun. Apa yang baru disaksikannya
sudah tidak bisa dikategorikan sebagai
kemarahan. Ini histeria/
Jeritan Tari seketika melejitkan seluruh
teman sekelasnya dari tempat mereka
duduk. !ebagian lalu bergerombol
berdesakan di depan pintu, sementara
sebagian lagi berdesakan di deretan kaca
jendela.
al yang sama juga terjadi di kelas GH$I
$kelas yang bersebelahan dengan kelas
Tari$ karena peristi#a itu terjadi tidak jauh
dari pintu belakang kelas mereka. 'uang
kosong di ambang kedua pintu yang
berdekatan itu kini penuh dengan tubuh$
tubuh manusia yang menatap Ari dan Tari
dengan penuh rasa ingin tahu.
Dengan sorot mata yang kini panik, %io
benar$benar memohon agar Ari mau pergi.
Diam$diam Ari menarik napas panjang. Dia
terpaksa mengalah. Karena jika tidak,
dirinya akan membuat semua kelas sepuluh
keluar dari kelas masing$masing dan
berkumpul di sekeliling mereka bertig.
!ambil menatap Tari, Ari bergerak mundur
tiga langkah, balik badan kemudian pergi.
Tari menyaksikan kepergian Ari dengan
kedua bibir yang dikatupkannya rapat$rapat
sampai nyaris ber#arna putih, menekan
gelegak kemarahannya agar tidak berubah
menjadi tangis.
B5dah, nggak usah diliatin terus,B bisik %io.
Direngkuhnya bahu Tari kemudian
diba#anya memasuki kelas.
888
!iang sepulang sekolah, Ari kembali
mencoba menekati Tari. Kali ini di koridor
utama, bersama &ji. -ukan karena Ari
mencari sekutu atau bantuan, tapi karena
ketika melihat Ari sedang berdiri bersandar
di dinding tidak jauh dari tangga menuju
area kelas sepuluh, &ji langsung
menghampiri tanpa pikir lagi.
B+ungguin dia)B tanya &ji.
Ari mengiyakan dengan menggerakkan
kedua alisnya.
-erbeda dengan pagi tadi $langsung
menghadang langkah Tari$ kali ini Ari lebih
berhati$hati. Ketika dilihatnya ce#ek itu,
tetap tidak ditinggalkannya dinding tempat
disandarkannya punggung sejak sepuluh
menit yang lalu. !ekarang ganti &ji yang
melakukan itu. &ji berdiri tepat di tengah$
tengah koridor, membuat semua juniornya
baik kelas sepuluh maupun kelas sebelas
seketika menyingkir. "ereka turun dari
koridor, ke taman kecil di sebelahnya.
Tari dan %io baru saja akan melakukan hal
yang sama saat mereka menyadari &ji akan
menghadang kemana pun mereka belokkan
langkah. Apalagi setelah le#at ekor mata,
mereka melihat keberadaan Ari. "ereka
makin yakin lagi, bahkan jika meninggalkan
tempt itu dengan berlari, &ji pasti akan
langsung mengejar dan menyeret mereka
kembali. Terutama pada Tari. Akhirnya
keduanya berhenti.
!elain 'idho, &ji memang orang yang
paling memahami Ari. Tak mungkin Ari
berdiri di tempat ini tanpa tujuan. Tapi &ji
tidak peduli apa tujuan itu. 1ang jelas itu
pasti berkaitan erat dengan Tari. Dan itu
berarti hanya satu, harus di hentikan ce#ek
itu.
Ari melipat kedua tangannya di depan dada
saat dilihatnya &ji berhasil menghentikan
langkah Tari dan %io. Tidak beranjak dari
tempatnya berdiri, dia#asinya ketiga orang
yang berdiri tidak jauh itu, terutama Tari.
BKak &ji ngapain sih) Kami buru$buru nih,B
ucap %io dengan nada kesal.
B+gapain buru$buru) Jam segini bus pada
penuh,B balas &ji.
B!ok tau. Emang pernah naik bus, apa)B
Tari berdecak pelan. "ulai jengkel dengan
berikade itu.
B"inggir nggak lo dari depan gue) Tampang
lo itu bikin males, tau/B bentaknya.
Dipelototinya &ji tajam$tajam.
BElo..../)B &ji kontan melotot balik. B1ang
sopan kalo ngomong. -aru kelas sepuluh
juga/B
-entakan Tari itu seketika membuat Ari
menegakkan tubuh. Kedua matanya
semakin mengunci Tari dalam 3okus
tatapannya.
BApa/)B Tari tambah melotot. Kali ini
tubuhnya ikut condong ke depan. BJangan
cari gara$gara deh/ "inggir nggak lo, bego/
9ue lempar pake cutter nih/B ancam Tari.
!egera dibukanya ritsleting kantong depan
tasnya.
Kembali Ari memutuskan untuk mengalah,
karena ini di koridor utama. -ukan cuma
murid semua angkatan, guru$guru dan
semua pega#ai sekolah juga melalui koridor
ini. Dan bentakan Tari tadi menarik
keingintahuan, karena beberapa pasang
mata mulai menatap ke arah mereka.
B&ji/B panggil Ari. B"undur. Kasih dia le#at.B
BTapi lo bilang...B
B"undur/B
&ji menatap Ari dengan ekspresi bingung,
karena nggak biasanya Ari bersikap lunak.
Tapi diturutinya juga perintah itu. &ji
menyingkir dari depan Tari dan %io, lalu
menghampiri Ari dan berdiri di sebelahnya.
Jalan di depannya tidak lagi terhalang, tapi
Tari tidak bergegas pergi. Ditatapnya Ari
dengan bara kebencian yang benar$benar
meletup. "embekukan Ari. !ementara di
sebelah Ari, &ji menatap sepasang mata
yang sarat percik kebencian itu dalam
ketertegunan.
Kali kedua setelah usia delapan tahunnya
terentang begitu jauh di belakang, kembali
Ari dikoyak rasa 3rustrasi. ,erasaan ditolak
dan tidak diinginkan. !esuatu yang kuat tapi
tak dipahaminya kala itu.
+amun masih di kenalnya rasa sakit ini.
Karena rasa inilah yang telah memicunya
untuk DmematikanD dirinya sendiri. idup
demi saudara kembarnya demi satu
harapan, entah bagaimana caranya, akan
memba#a dua orang yang mendadak hilang
dari hidupnya itu kembali.
Ketika bertahun kemudian disadarinya
harapan itu absurd, mengambil pribadi Ata
ternyata telah menjadi cara untuk bertahan.
!ampai kemudin muncul gadis ini. 9adis
yang menyandang nama yang sama dengan
saudara kembarnya.
!eketika gadis ini menyulut lagi harapan itt.
"embangkitkan kenangan. "enyalakan
kerinduan. !ekaligus mematikan logika dan
akal sehatnya.
Tidak ada yang salah dengan harapan yang
terus digenggamnya kuat$kuat itu. 1ang
salah adalah, dirinya yang terlalu 3okus
dengan hatinya sendiri. ingga
dikupakannya bah#a gadis ini juga punya
hati. ingga tak pernah terlintas bah#a
pada akhirnya ini akan melukai.
BKenapa masih belom pergi)B tanya Ari
pelan.
%io yang bereaksi lebih dulu atas suara
putus asa Ari itu.
B1uk, Tar,B ajaknya pelan. Digamitnya satu
lengan Tari. Tari menolak. "agma
kemarahan sudah bergolak, dan kalau tidak
dimuntahkan dirinya tidak akan puas.
B9ue benci banget sama elo/B desisnya.
Akhirnya pernyataan itu menghancurkan Ari.
Dengan kedua mata yang tidak lagi bisa
menyamarkan itu, Ari mengikuti setiap
langkah menjauh Tari. !ampai gadis itu
hilang ditelan kerumunan sis#a !"A
Airlangga yang memenuhi area jalan
menuju gerbang. al yang sama dilakukan
&ji, tapi dengan ekspresi bingung.
BTuh ce#ek kenapa sih) !egitu kalapnya,B
tanyanya.
Ari pura$pura tidak mendengar. Dia
meninggalkan tempat itu, kembali menuju
kelas, mengambil tas dan jaket lalu pergi.
,ergi ke mana saja hatinya yang patah
siang ini menuntunkan arah.
888
2etih $baik pikiran, emosi, dan hati$
membuat keduanya akhirnya terpuruk,
tanpa satu sama lain tahu. Tari kehilangan
seluruh konsentrasinya pada pelajaran.
Empat puluh lima menit kali seluruh
pelajaran yang sudah terle#ati menghasilkn
catatan yg berantakan. -ahkan setelah
dibaca ulang, Tari yakin ada banyak bagian
yg tertinggal, tidak tercatat. !eluruh soal yg
diberikan, baik latihan di sekolah maupun
,' di rumah, dija#abnya dgn kacau bahkan
asal$asalan.
Teguran$teguran mulai diterima Tari dari
para guru. -u ,ur bahkan
memerintahkannya untuk menemui -u !ati,
guru -,, setelah gagal mengorek dengan
cara halus penyebab salah satu anak
didiknya itu kacau hampir di seluruh mata
pelajaran.
Di tempat lain, di kelasnya sendiri, Ari
melampiaskan dengan cara berbeda.
Dibuatnya suasana kelas jadi ricuh dan
ingar$bingar. ampir di semua jam
pelajaran, ide$idd konyol yang sebenarnya
mani3estasi dari kepedihan dan rasa 3rustasi
bermunculan di kepalanya.
.o#ok itu makan bak#an dengan sambal
kacang ekstra pedas, tanpa minum, pada
saat pelajaran ,ak !itanggang, guru
matematika yang terkenal pemarah. "akan
kerupuk kulit pas pelajaran -u Ida yang
terkenal selalu hening senyap. !ementara
kerupuk kulit dagangan "pok Jaenab di
kantin itu sudah terkenal supergaring. -unyi
DkresD$nya kalo digigit udah kayak mercon.
+yaring banget.
!ampai konser dangdut akapela, yang
dilakukan pada saat jam kosong.
Dimeriahkan dengan kontes goyangan$
goyangan hot di depan kelas. Dari goyang
gebor Inul Daratista, goyang ngecor 5ut
,ermatasari, goyang patah$patah Anisa
-ahar, sampai, goyang gergaji ala De#i
,ersik.
!ebagian dilakukan oleh co#ok$co#ok yang
emang udah lama dikenal gila dan cacat
anatomi, nggak punya urat malu. Dan
sebagian lagi oleh co#ok$co#ok yang
kemungkinan karena salah asuh dari ibu
masing$masing.
Ta#a$ta#a histeris seketika membahana
dari kelas GF I,A C itu, membuat dua orang
guru yang mengajar di dua kelas yang
bersebelahan sampai meninggalkan kelas
masing$masing, lalu berteriak marah di pintu
kelas yang berisi sis#a pentolan sekolah itu.
Teguran dari para guru yang merasa kesal
karena ulah Ari sangan mengganggu
jalannya pelajaran, sampai panggilan dari
kantor kepsek, tidak berhasil menghentikan
ulah Ari. !emua tantangannya memang
selalu mendapatkan sambutan sangat
antusias dari hampir seisi kelas, karena Ari
selalu menyediakan doorpriAe menggiurkan
untuk setiap peserta yang paling berani
malu. 5ang/
+amun, ketika semua itu ternyata tidak
memberikan kelegaan sedikit pun untuk
sesak yang menghimpitnya, Ari berhenti
menciptakan hura$hura. Diputuskannya
untuk terbang ke -ali besok pagi$pagi
sekali. Di pulau eksotis itu ada banyak
tempat untuk menenangkan pikiran dan hati,
dan ada banyak tempat juga untuk lupa diri.
,ada detik akhirnya Ari kelelahan dan
memutuskan untuk pergi. Tari juga telah
sampai pada batas akhir pertahanannya.
-erangkat dari rumah sudah dalam kondisi
letih dan kacau, dia tidak berhasil
berkonsentrasi pada pelajaran bahkan sejak
jam pertama baru saja dimulai.
Ketidak hadiran %io karena harus menemani
mamanya untuk satu urusan keluarga
semakin membuat Tari merasa berat, karena
hanya %io yang tahu keseluruhan cerita.
Jadi hanya pada teman semejanya itu Tari
bisa berkeluh kesah. "eskipun itu keluhan
yang selalu sama dan untuk yang kesekian
juta kalinya.
Jadi, hari itu yang dikerjakan Tari adalah
mencatat apa yang harus dicatat.
"endengarkan apa yang harus
didengarkan, meskipun kemudian semua
penjelasan itu menguap tanpa sisa dari
dalam kepalanya. "engerjakan apa yang
harus dikerjakan, meskipun hampir selalu
kacau atau salah total.
,ara guru, yang tadinya menegur atau
mengomel, akhirnya pasrah saat menyadari
anak didik mereka itu memang sedang
berada dalam kondisi Dmati suriD. 'aganya
berada di tempat, tapi ji#a, semangat, dan
pikirannya entah terbang ke mana. Teman$
teman sekelas Tari juga menyadari betapa
kacaunya ce#ek itu. !ejak berhari$hari lalu.
Tapi kali ini tak seorang pun yang sampai
hati untuk bertanya. !atu yang mereka tahu
dengan pasti, itu berkaitan dengan Ari.
,asti/
"emasuki pelajaran keempat, Tari
menyerah. -ukan cuma letih mental dan
emosi, dia juga merasa tubuhnya muli tidak
bisa diajak kompromi. Akhirnya, pada guru
yang sedang mengajar, Tari minta iAin untuk
istirahat sebentar di ruang ,"', karena
ruang 5K! terletak di gedung yang berbeda.
!egera iAin untuk meninggalkan kelas
diberikan oleh guru yang bersangkutan.
Di ruang ,"' tampak seorang sis#i kelas
sebelas $yang menjadi pengurus eskul
,"'$ sedang berjaga. .e#ek itu sedang
pelajaran olah raga, tapi sudah minta iAin
pada guru olahraganya untuk tidak ikut
tanding basket ataupun jadi penonton.
.e#ek itu langsung mengiAinkan Tari
menggunakan salah satu dari tiga ranjang
yang ada. !ama sekali tanpa bertanya
kenapa atau ada apa atau sakit apa.
!iapa juga yang nggak kenal Tari) -ersama
Ari, mereka adalah duo yang paling sering
menciptakan kehebohan dan hura$hura.
!ementara itu di kelas Ari suasana begitu
hening, karena -u Ida baru saja
mengeluarkan ancaman mautK sekali lagi Ari
menyulut ingar$bingar seperti yang terjadi
minggu lalu, dia tidak akan lagi memasuki
kelas itu sampai lulus$lulusan/
Keheningan itu kemudian dipecahkan oleh
suara pintu dibuka. &ji, yang sepuluh menit
lalu diminta -u Ida mengambil bukunya
yang tertinggal di ruang guru, kembali.
!etelah meletakan buku itu di meja guru, &ji
melangkah kebangkunya.
B'i, si Tari kayaknya sakit,B bisiknya.
Ari menoleh serta$merta. Ditatapnya &ji
lurus$lurus.
B9ue tadi ngeliat dia masuk ruang ,"',B
bisik &ji lagi.
Ari langsung berdiri dan berjalan keluar
kelas dengan langkah tergesa. Tak
dihiraukannya bentakan -u Ida yang
menyuruhnya kembali. Disusurinya koridor
dengan langkah cepat, nyaris setengah
berlari. Di tangga turun bahkan dilompatinya
tiap tiga anak tangga sekaligus.
2angkah$langkah tergesanya terhenti tepat
di depan pintu sekretariat ,"'. Dia
mematung di ambangnya. Dia akui
keegoisannya. "elukai dengan seluruh
kesadaran, lalu mengejar dengan segala
cara agar maa3 diberikan. +amun kini tidak
lagi. Akan diterimanya seluruh caci maki dan
semua hal yang memang pantas
diterimanya.
Tanpa bunyi, kemudian dimasukinya
ruangan itu. Kedua matanya seketika
tertancap pada salah satu dari tiga tempat
tidur yang ada, terletak paling tepi dan
tertutup tirai. !eorang sis#i kelas sebelas,
anggota ,"' yang kebagian tugas jaga di
ruangan itu, mendongak dan sontak terkejut
mendapati siapa yang berdiri di depannya.
BTolong lo keluar,B ucap Ari pelan. !egera
ce#ek itu mematuhi perintahnya. -egitu
ce#ek itu mele#ati ambang pintu, Ari segera
menutupnya. Tanpa suara.
,erlahan dihampirinya tempat tidur itu. Di
dapan tirai tipis putih pekat yang
menutupinya rapat, langkah itu terhenti.
,erlahan Ari menarik napas panjang lalu
mengembuskannya dengan gerak yang
lebih perlahan lagi, berusaha meredam
gemuruh detak jantungnya yang menggila,
tapi sia$sia.
!eperti seribu detik habisnya #aktu sejak
dia ulurkan tangan sampai tirai itu akhirnya
tersibak pelan.
Dan Ari membeku.
Di depannya, dalam jarak yang teramat
dekat, terbaring seseorang yang telah
menjadi korban dari begitu banyak tindakan
egoisnya. !eseorang yang sebenarnya tidak
tahu menahu. !eseorang yang sebenarnya
tidak bersalah sedikit pun. !eseorang yang
sebenarnya tidak harus bertanggung ja#ab
atas apa pun yang telah terjadi dalam
hidupnya, namun dengan paksa telah
diseretnya masuk ke dalam hidupnya yang
hanya berisi pusaran badai.
7ajah dengan kedua mata tertutup pucat.
Ari menelan ludah. !etelah semuanya,
masih berapa banyak lagi yang ingin
dimintanya dari ce#ek ini)
Tiba$tiba dua kelopak tertutup itu membuka.
!epasang mata redup di baliknya seketika
terbelalak.
Keduanya saling tatap. 5ntuk pertama
kalinya di luar dua tempat Ari merasa aman
untuk merasa letih dan putus asa $kamar
tidurnya di rumah dan saung di lereng
gunung itu$ dia biarkan seseorang melihat
seluruh luka dan kesakitannya, seluruh
kerapuhan, juga setiap usahanya yang
kerap terlatih untuk bertahan.
Telanjang. Transparan. Apa adanya. Tanpa
topeng dan tanpa keinginan untuk
menjelaskan lagi.
!ering kali hening memang lebih mampu
mengungkapkan banyak hal daripada ribuak
kata. Dan sering kali pula mata lebih mampu
menyampaikan apa yang hati ingin bicara,
lebih daripada bibir sanggup
mengatakannya.
+amun, maa3 bukanlah satu tindakan yang
bisa dilakukan tiba$tiba. Ada pengertian
panjang sebelumnya. Ada pemahaman. Ada
keikhlasan.
1ang pasti, yang dibutuhkan adalah #aktu
dan yang tidak dibutuhkan adalah amarah.
!ayangnya, saat ini satu$satunya yang ada
adalah apa yang justru tidak dibutuhkan.
Tanpa mengangkat kepala dari bantal, Tari
mendongak ke arah bangku tempat sis#i
anggota ,"' yang tadi sedang berjaga.
BKakak...B panggilan seraknya langsung
terhenti, karena dilihatnya bangku itu
sekarang kosong dan pintu telah tertutup.
!ekilas Tari sadar, hanya ada dirinya dan Ari
di ruangan itu.
!eperti tersengat, Tari langsung bangkit.
!eperti tersengat juga, Ari bergerak lebih
cepat.
Ketika pada detik berikutnya kedua
tangannya terulur, Ari sudah tidak lagi
kondisi sepenuhnya sadar.
Ketika kemudian dicekalnya kedua bahu
Tari, menahan ce#ek itu dalam posisi
terbaring, itu sudah satu bentuk tindakan
alam ba#ah sadar.
Ketika kemudian dia bungkukkan tubuhnya
begitu rendah, penyesalanlah yang kini ganti
memintanya.
Dan ketika akhirnya air matanya jatuh, itulah
#ujud penyesalan yang sepenuhnya.
Tari memejamkan kedua matanya, karena
air mata itu jatuh tepat di dalamnya. -erbaur
dengan air matanya sendiri dan mengalir
bersama.
Ari menatap bening yang mengalir turun itu.
"iliknya, dan milik gadis ini. Kembali sesal
yang pedih menyelinap, dan akhirnya
membunuh seluruh kesadarannya yang
tersisa. Dia rentangkan kedua lengan dan
diraihnya seluruh keberadaan Tari dalam
kedalaman lingkarannya. Dilenyapkannya
sisi jarak di antara mereka.
,elukannya itu kemudian memecahkan
tangis, mengalirkan lebih banyak lagi air
mata. +amun itu tak terasa meringankan,
karena setiap isak lirih memberi perih yang
baru untuk luka$lukanya.
Dan sekuat apapun pelukan untuk "atahari
ini, bisa dia rasakan jarak kembali
menyelinap. Tak bisa dihambat. Tak bisa
dihentikan. Keberadaan gadis ini seperti
meluruh dan semakin jauh. Kepergiannya
terasa pasti. Ari bisa merasakan,
keputusasaan mulai memeluknya kini.
-agi Tari sendiri, sudah sejak hari itu
pelukan ini tak lagi bisa dikenali. angat
dekapan yang justru terasa menggigilkan.
Ketiadaan jarak yang terasa menyesakkan.
Dua lengan asing. Detak jantung seseorang
tak bernama.
Karena itu, kemudian dia berusaha keras
menguraikan pelukan itu. Diletakkannya
kedua telapak tangannya pada belah dada
Ari tempat jantung co#ok ini berada.
"enyakitkan. Karena ketika semua terasa
seperti diam, hingga apa yang telah terjadi
bisa dianggap cuma mimpi, detak$detak
jantung itu keras menyangkal.
!ekuat tenaga Tari lalu berusaha
mendorong dada itu, namun pelukan itu
membatu. Tak terurai. -ukan karena Ari tak
mendengar, tapi karena pinta dalam lirih
suara bercampur isak itu tak lagi tercerna.
&taknya berhenti bekerja. Ari hanya tak
ingin Tari lepas dari dekapnya, karena
seterusnya mungkin gadis ini tak akan
pernah bisa teraih lagi.
Kehabisan tenaga, akhirnya Tari berhenti
meronta. Kedua tangannya melunglai,
terlipat di antara tubuhnya dan tubuh Ari.
Kedua mata Ari mengerjap lambat.
Dibiarkannya detik$detik berlari.
"enghadirkan hening yang mengisi setiap
ruang kosong yang ada. !ampai dirinya
yakin tubuh yang dipeluknya ini tak akan
mencoba pergi.
,erlahan, co#ok itu kemudian melepaskan
dekapannya. "enyisakan ruang yang tetap
tak mungkin bagi Tari untuk melepaskan diri.
!epenggal jarak itu ditatapnya dengan
kedua mata berkabut.
BKalo gue bilang..., gue nyesel #aktu harus
jadi Ata..., lo percaya)B
Tari memalingkan muka. Tak dija#abnya
tanya yang diulurkan Ari dengan suara lirih
dan terputus$putus itu.
B2o nggak percaya,B dengan bisikan, Ari
menja#ab sendiri pertanyaan itu. B2ebih dari
nyesel... 9ue ancur.B
Ari tidak bohong. Dia jujur. Dia menyesal
berkali$kali. Dia hancur berkali$kali.
!ayangnya, dia hanya bisa bicara untuk
dirinya sendiri. 5ntuk ruang kosong di
antara dirinya dan ce#ek dalam peluknya
ini. 5ntuk rasa hampa yang perlahan hadir.
Tari ada jauh di luar alam raya. Karenanya
Ari tidak ingin lagi membuka mulutnya. Apa
pun yang dikatakannya tak akan pernah
sampai. itam kedua bola matanya lalu
berusaha menembus pekatnya nanar 3okus
mata. ,ada #ajah yang sejak tadi menolak
untuk menatapnya. ,ada sisa$sisa jejak air
mata.
,erlahan jari$jari tangan kirinya mendekat.
Dihapusnya sisa butiran bening itu dengan
sangat hati$hati, seakan jejak$jejak air mata
itu adalah luka.
Tari menggigit bibir. !emakin dia palingkan
mukanya.
!ebelah pipi itu menyadarkan Ari betapa
pucat #ajah Tari. "enghentikan, saat itu
juga, gerak jari$jarinya. Dia mematung.
Telah diletakannya seluruh sakit yang
mencengkeram dadanya ketika kemudian
ditundukannya kepala. "emberi, pada pipi
pucat itu, satu cium. 1ang dilakukan dengan
lembut seakan$akan pipi pucat itu juga
adalah luka.
!atu cium yang bukan hanya berasal dari
seluruh sesal yang ada, namun juga dari
sesuatu yang tidak bisa disadarinya.
!eluruh hati yang dimilikinya.
Tari kerkesiap. !eketika jadi kalap. Dengan
kekuatan yang entah datang dari mana,
didorongnya tubuh Ari, sampai tercipta jarak
yang cukup baginya untuk bisa melepaskan
diri.
B2o ngomong aja sama yang lain/ 9ue
nggak percaya apa pun yang keluar dari
mulut lo/ ,ergi lo/ Jangan ada di depan gue
lagi/B desisnya dengan suara serak.
,erlahan Ari menegakkan punggung.
Ditatapnya gadis yang meringkuk rapat$
rapat di sudut kaki tempat tidur itu dengan
sepasang mata yang semakin berkabut.
,erlahan, dia melangkah mundur.
-el istirahat berbunyi. "enegaskan
keberadaan dinding tak terlihat di kesadaran
Ari. "engukuhkan jurang tak terjembatani di
antara dirinya dan gadis di depannya itu kini.
Dengan gerakan lemah dikeluarkannya
ponsel dan 'idho jadi orang pertama yang
dikontaknya.
BDho, tolong ke ruang ,"' sekarang.
-a#ain jaket gue sekalian.B
Dijauhkan ponsel dari telinga, lalu dicarinya
nama %io di da3tar kontak.
B2o nggak masuk) 1a udah kalo gitu.B Ari
langsung menutup telepon. !ekali lagi
dibukanya da3tar kontak.
B+yoman, ba#a tas Tari ke ruang ,"'
sekarang.B
+yoman sampai lebih dulu. !eketika dia
tertegun mendapati kondisi Tari. "ulutnya
sudah terbuka untuk bertanya, tapi langsung
dia urungkan begitu sadar siapa yang
terlibat di sini. Akhirnya, tanpa sedikit pun
mulutnya terbuka, +yoman melangkah
menghampiri Tari dan duduk di sebelahnya.
'idho, yang tiba tak lama kemudian,
bereaksi sama persis dengan +yoman.
BTolong anter dia pulang.B Ari melemparkan
kunci motornya. 'idho menangkap kunci itu
lalu menghampiri sang pemilik.
B2o apain dia/)B bisiknya tajam. Kedua
rahang Ari terkatup keras. Tak menja#ab.
'idho meraih tangan Ari, bersama jaket
dikembalikannya jaket itu. BKenapa bukan lo
sendiri)B kecamnya.
Ari berjalan menuju lemari di sudut ruangan.
Diletakkannya jaketnya di atasnya.
Kemudian dengan kedua mata menatap
'idho, co#ok itu menghampiri Tari lalu
berlutut di depannya dengan satu kaki
menyentuh lantai. ,osisi yang harus
diambilnya karena sejak tadi Tari terus
menundukkan muka dan tidak
mengeluarkan suara.
B9ue aja yang nganter pulang, ya)B Ari
mena#arkan diri dengan nada yang benar$
benar merendah, karena dia bersungguh$
sungguh dengan permintaan itu.
!eketika Tari menatapnya dengan sorot
yang membuat 'idho dan +yoman jadi
yakin, daripada diantar Ari, tuh ce#ek pilih
mati/
Ari menegakkan tubuh lalu menatap 'idho
dengan kedua alis terangkat. 'idho menarik
napas lalu mengembuskannya perlahan.
B+ganter pulangnya ntar abis jam istirahat,
kan)B
BKalau bisa sekarang, ya mending
sekarang.B
B+ggak bisa lah. Jangan gila deh lo. Jam
istirahat gini di lapangan depan pasti banyak
orang. 2o mau dia jadi tontonan)B
Ari agak tersentak. B!ori, gue lupa,B
desahnya berat.
'idho geleng$geleng kepala. B9ue ke kantin
dulu deh. 2aper,B katanya sambil berjalan
keluar.
B-eliin teh manis anget,B pinta Ari.
Bmm.B
Jam istirahat adalah jam ruang sekretariat
ekstrakurikuler selalu dipenuhi oleh para
anggotanya yang berkumpul. !etelah
membuat empat orang anggota junior ,"'
tersentak kemudian langsung keluar
ruangan dan mengusir dua yang lain, Ari
mengeluarkan ponselnya sambil berdecak
kesal. Dikontaknya 'ina, ketua ,"' yang
kebetulan teman sekelasnya.
B'in, gue pinjem ruangan lo sebentar.B
'ina baru akan bertanya untuk apa, tapi
detik berikutnya dia sadar, terhadap co#ok
satu ini lebih baik tidak terlalu banyak
bertanya.
B&ke. ,ake aja.B
BThanks.B
-egitu iAin dikeluarkan oleh otaritas yang
paling ber#enang, Ari langsung menutup
pintu. Kemudian ditariknya tirai jendela.
anya setengah. .ukup agar Tari terhalang
dari luar.
'idho kembali dengan segelas teh manis
hangat dan seplastik gorengan.
B-uat dia, kan)B sambil menatap Ari,
digerakkannya dagu ke arah Tari. Ari
mengangguk. 'idho menghampiri Tari, lalu
mengulurkan gelas berisi teh manis hangat
itu.
B+ih, diminum. -iar lo agak enakan,B
ucapnya tulus.
Tari mendongak. Diterimanya gelas itu.
BTerima kasih, kak,B ucapnya lirih.
'idho mengangguk. !esaat ditepuk$
tepuknya satu bahu Tari. Kemudian dia
berjalan menuju satu dari dua meja yang
ada dan mengangkat tubuhnya ke atasnya.
+yoman pingin banget tanya, ada apa. Tapi
dia ngeri karena ruangan itu begitu hening.
!emua yang ada di luar, suara$suara,
orang$orang, seperti tak terhubung. Juga
karena Ari yang terus berdiri diam,
bersandar di dinding dekat pintu. Kedua
tangannya terlipat di depan dada. Kedua
matanya tenggelam dalam 3okus yang
berada dalam kedalaman pikirannya.
Kelamnya #ajah Ari itulah yang membuat
+yoman tidak berani mengeluarkan sedikit
pun suara. Akhirnya dia hanya duduk diam
di sebelah Tari. !atu$satunya suara di dalam
ruangan itu berasal dari akti6itas 'idho
mengunyah semua gorengan yang
dibelinya. !endirian. Karena dua orang yang
dita#arinya $+yoman dan Ari$ satu langsung
geleng kepala, sementara satunya dalam
totalitas menjelmakan diri jadi arca.
-el berbunyi. Jam istirahat berakhir. Ari
bergerak dari gemingnya. 'idho melompat
turun dari meja yang didudukinya.
BJaket lo,B kata 'idho.
Ari menghampiri lemari, mengambil jaketnya
lalu melemparkannya ke 'idho. 'idho
menangkapnya sambil berjalan mendekati
Tari.
BAyo, gue anter lo pulang.B ditepuknya pelan
satu bahu Tari.
Tari berdiri. Dia menyerahkan geles berisi
teh manis yang sedari tadi dipegangnya ke
+yoman. Kemudian dengan kedua tangan
diusapnya kedua mata, membersihkn sisa$
sisa air mata.
B+ih, pake.B 'idho mengulurkan jaket hitam
Ari. !eketika kedua mata Tari menatap jaket
itu dengan sorot akan dikoyaknya jaket itu
jadi serpihan kalau sampai ada yang nekat
memaksa.
B&ke. +ggak pa$pa kalo nggak mau. +ggak
usah emosi.B 'idho melemparkan jaket itu
kembali ke sang pemilik. BDia nggak mau.B
Ari menangkap jaketnya. Terlihat agak
terpukul dengan penolakan tandas itu.
B,ake mobil gue aja ya, 'i) Dia nggak mau
pake jaket gitu. !oalnya udah mulai panas
nih.B 'idho menatap sesaat ke langit di luar
jendela lalu menoleh ke Ari.
BJangan/B Ari langsung menolak. B"otor gue
aja. -iar cepet.B dengan ayunan lemah
dilemparnya kunci motornya.
BTerseralah.B 'idho menangkap kunci itu.
Dia lalu menoleh ke Tari. B1uk.B 'idho
menganggukan kepala, mengajak Tari
keluar.
Tari meraih tasnya yang diketakkan +yoman
di tempat tidur. B9ue duluan ya, "an,B
pamitnya lirih.
BAti$ati ya,B bisik +yoman.
Tari mengangguk. Diiringi tatapan cemas
+yoman, Tari lalu melangkah menghampiri
'idho yg saat itu sudah berdiri di ambang
pintu, tak jauh dari tempat Ari berdiri. Tari
sama sekali tidak menoleh saat dile#atinya
pentolan sekolah itu.
B"udah$mudahan aja gue nggak dibacok
emaknya. Anaknya pulang matanya pada
bengep gitu. "ana baru jam segini, lagi,B
desis 'idho, melirik Ari sambil berjalan
keluar.
-egitu Tari diba#a 'idho pergi, +yoman
buru$buru minta diri, B!aya duluan ya, Kak,B
ucapnya, lalu balik badan langsung kabur.
B+yoman/B panggil Ari tajam.
!eketika +yoman menghentikan langkah$
langkah cepatnya. Dia balik badan,
menghadap Ari dan langsung mengucapkan
sumpah. B!aya nggak akan cerita ke siapa$
siapa soal yang terjadi di ruangan ini,B
ucapnya tegas.
Ari mengangguk$angguk, menekan
senyumnya agar tidak muncul. Dihampirinya
+yoman lalu berdiri tepat di depannya.
BEmang lo pikir dia gue apain) mm)
.e#ek kan emang doyan nangis.B
!etelah mengatakan itu, Ari pergi begitu
saja. +yoman balik badan. Dikutukinya
punggung yang menjauh itu dengan mulut
ternganga.
BDasaaar emang tu co#ok, brengsek
banget/ Jelas$jelas #aktu pergi tadi Tari
nggak kenapa$kenapa. !ekarang jadi kayak
gitu. Kok bisa$bisanya dia bilang,
DEmangnya gue apain)DB +yoman ngomel
panjang, kemudian meninggalkan tempat itu
sambil geleng$geleng kepala.
88888
'idho baru kembali setelah jam pelajaran
bahasa Indonesia selesai dan jam olahraga
sudah berjalan hampir setengahnya. Dua
jam lebih.
-egitu motor hitamnya memasuki gerbang,
Ari langsung meninggalkan lapangan 3utsal.
Konsentrasinya yang tak bisa disatukan
akibat kegelisahan membuat permainan di
lapangan itu jadi kacau dan asal$asalan.
-aru akan dibukanya mulut untuk bertanya,
'idho sudah mendahului.
B9ue masih nggak boleh tau)B tanya 'idho,
pelan tapi tajam.
Ari jadi menatap sahabatnya itu dengan
kening sedikit berkerut. B!oal apa nih)B
B9ue lo anggep apa sih, 'i)mm) Temen)
Kayak gini)B
BIni soal apa sih) Jangan bikin bingung
orang dong.B suara Ari mulai meninggi.
BKenapa lo baru balik sekarang) 2o anter
dia langsung ke rumah, kan)B
BDia histeris di tengah jalan/B geram 'idho,
nyaris jadi bentakan.
Ari terperangah. B"aksud lo)B
BTu ce#ek nangis. -ukan jenis tangisan
karena takut bakalan gue ba#a ke mana
dulu baru gue pulangin ke rumah. Akhirnya
kejadiannya malah begitu. Terpaksa dia gue
ba#a ke mana dulu, baru gue anterin sampe
rumah. Daripada gue yamg kena tuduh
emaknya, cuma gara$gara ulah lo.B
Ari terdiam. !epertinya masih belum bisa
sepenuhnya mencerna in3o itu. 'idho
menghela napas dengan tarikan tajam.
Kemudian dia ulang ceritanya. Kali ini
perinciannya.
BDia nangis. Kenceng. "endadak. ,as
motor lagi jalan. 2alu lintas juga lagi padet.
9imana gue nggak kaget) +ggak jadi
panik) Tapi gue tau itu juga bukan kemauan
dia nangis di tengah jalan begitu, karena dia
tempelin mukanya rapet$rapet ke punggung
gue.B suara 'idho kemudian melirih, namun
sorot matanya yang terus menatap Ari justru
menajam. BDia meluk gue/B
Ari tersentak. !eketika kedua matanya yang
juga terus menatap 'idho berkilat. 'idho tak
peduli reaksi itu. Diteruskannya kalimatnya.
B!etelah dia meluk gue, setelah dia
ngomong susah payah, DKak 'idho, pinjem
punggungnya ya, sebentar aja...D baru gue
sadar.. ini pasti masalah serius/B
BDia cerita apa)B suara Ari terdengar kering
dan seperti tercekik di tenggorokan.
BKalo dia cerita, gue nggak akan tanya elo
sekarang, tolol/B desis 'idho gemas.
Ari terlihat lega. 'idho jadi semakin kesal.
BTerus lo ba#a ke mana dia)B
B1a ke tempat dia bisa ganti gue peluklah.
-ego bener pertanyaan lo.B
!eketika kilatan tajam kembali muncul di
kedua mata Ari. 'idho tetap tidak peduli.
B!ekarang pikir pake otak. arus gue diemin
aja kondisinya begitu) Iya) .oba kalo tadi
gue anter pake mobil, kan gampang. Tinggal
berhenti di pinggir jalan terus tunggu sampe
nangisnya selesai. +ggak perlu ada kontak
3isik. Tapi karena pake motor, daripada dia
jadi tontonan orang, terpaksalah gue ngebut
nyari tempat sepi.B 'idho menghentikan
ceritanya. Dia lalu geleng$geleng kepala
sambil berdecak.
BTu ce#ek asetnya emang gila ya) Dahsyat
banget/B
Kilatan tajam di kedua mata Ari seketika
pecah jadi letupan bara.
BElo.../B
!eiring geraman itu, kedua tangan Ari
serentak terulur, akan mencengkram kerah
kemeja 'idho. 'idho segera menghentikan
usaha kedua tangan itu dengan cepat
sesaat sebelum berhasil menyentuh
sasaran.
Dicengkramnya kedua pergelangan tangan
Ari kuat$kuat. +amun berla#an dengan itu,
kedua matanya menatap sobat karibnya itu
dengan ketenangan, dan diputuskannya
untuk menggunakan lelucon. -erharap itu
bisa meredakan kemarahan Ari.
BEmang lo kira boncengin ce#ek terus tu
ce#ek histeris di tengah jalan nggak
berisiko, apa) 'isikonya gede, tau/ Kalo ada
pejuang emansipasi radikal yang pas le#at,
gue bisa digebukin abis$abisan. 1ang paling
parah, gue bisa dituduh udah merkosa anak
orang/ 9a#at banget kan tuh) 9ue bisa
diciduk polisi, man. Terus masuk penjara
deh.B
Kemudian 'idho tersenyum.
BJadi anggap aja itu re#ard buat gue.
Jangan pelit$pelit, kenapa) Kalo nggak
insidentil gitu, mana gue punya kesempatan
sih) -eda sama elo.B
Joke 'idho berhasil. -ara di kedua mata Ari
agak meredup. Dengan kasar dia
melepaskan cekalan 'idho di kedua
pergelangan tangannya. Ekspresi muka
'idho kemudian jadi serius.
B"asih nggak mau cerita)B tanyanya lunak.
B9ue sebenarnya nggak mau maksa. 9ue
tetep lebih suka nunggu lo cerita sukarela.
"eskipun itu baru terjadi nanti, pas kita
udah sama$sama mati dan kebetulan di
,adang "ahsyar kita ketemu terus masih
saling mengenali. Dan akhirnya baru pada
saat itu lo mau buka suara. DEh, Dho, #aktu
kita masih hidup di dunia, sepertinya
ceritanya begini..D +ggak pa$pa. ItDs 3ine.
9ue temen yang pengertian kok.
Ari masih menatap sahabat karibnya itu
tanpa sedikit pun suara. Kemudian dia balik
badan pergi begitu saja. 'idho menatap
kepergian sobatnya itu sambil menghela
napas dan geleng$geleng kepala. Tapi tak
lama Ari kembali. !eperti baru menyadari
sesuatu.
BDua jam lebih)B desis Ari dengan suara
dingin. BEmang dia perlu nangis segitu
lama) Kan bisa langsung lo anter dia
pulang.B kalimatnya seolah$olah
mengatakan, pelukan 'idho$lah yang
menyebabkan situasinya jadi memburuk.
'idho menghela napas lagi. Kali ini lebih
berat dan lebih panjang. Karena kembalinya
Ari itu ternyata bukan untuk menja#ab
pertanyaannya, justru menuduhnya telah
memperkeruh keadaan.
BEmang tadi lo ngasih tau gue di mana
rumahnya)B kedua alis 'idho terangkat.
B9ue nyantai karena gue pikir ntar aja tanya
orangnya langsung. !usah$susah amat.
Ternyata orang yang harus gue anter
sampai rumah itu nangis hebat sampai
nggak bisa ditanyain,B jelasnya dengan nada
tajam. B+angisnya lama. Ini gue ngomong
jujur sama elo. 9ue sampe kelimpungan
tadi. +ggak tau mesti ngapain. 1ah,
terpaksa...,B 'idho tersenyum memohon
maa3, Bgue peluk dia. !ampai nangisnya
bener$bener selesai.B
Dengan gerakan tajam, Ari melirik dada kiri
kemeja seragam 'idho, membayangkan Tari
menumpahkan tangis di dada itu.
B!ekali ini aja. 2o inget bener$bener,B
ucapnya, selirih embusan angin tapi dengan
ketajaman sebilah pedang. Kemudian Ari
balik badan dan pergi begitu saja.
'idhn menatap Ari sambil geleng$geleng
kepala, jadi tersinggung. .o#ok itu lalu balik
badan dan melangkah menuju lapangan
3utsal. B7oi, oper bolanya ke gue/
.E,ETA+///B serunya. !uaranya yang sarat
kemarahan membuat kesembilan temannya
yang berada di lapangan 3utsal menatapnya
keheranan.
888
Keesokan harinya Ari nggak masuk. -erkali$
kali 'idho mengontaknya, tapi sejak
usahanya yang pertama $pukul enam pagi
tadi$ sampai dengan saat ini, istirahat
kedua, ponsel Ari tetap nggak akti3.
BJangan$jangan kemaren gue udah salah
ngomong.B 'idho mendesah pelan.
Dimasukkannya ponselnya ke saku celana
lalu berjalan keluar kelas menuju kantin.
!esampainya di sana langsung
dihampirinya &ji dan duduk di sebelahnya.
BJi, beneran lo nggak tau rumah Ari)B
tanyanya pelan.
BEmang ada yg tau, apa)B sambil
mengaduk$aduk nasi campurnya &ji melirik
'idho.
B!i Tari kira$kira tau nggak ya)B
B+ggak tau deh. 2o tanya aja. Emang ada
apa sih) !ehari ini udah tiga kali lo nanya
gue soal itu. ,ake kalimat yg sama pula.B
'idho menghela napas. .o#ok itu meraih
gelas es teh ta#ar &ji dan meneguknya
sampai tandas. &ji sudah akan meneriakkan
protes, tapi langsung dia urungkan, sadar
ada yang jauh lebih pentin daripada sekedar
es teh ta#arnya yang ludes.
B2o kenapa sih) !eharian ini gue liat lo
kusut banget.B
BKemaren gue nganter Tari pulang. Ari yang
minta.B
'idho menuturkan dengan suara pelan.
+amun suara pelan itu sanggup
menghentikan keasyikan &ji menyantap
nasi campurnya. Kemudian &ji benar$benar
berhenti makan dan memusatkan
perhatiannya total pada 'idho. !etelah
cerita 'idho selesai, &ji menghela napas.
B9ue juga ngerasa ada yg aneh sih.
-iasanya Ari kan nggak peduli. -iar si Tari
udah ngejerit$jerit, udah sampe nangis
malah, tetep aja digangguin. Tapi udah
beberapa hari ini kaln dia lihat Tari mulai
nunjukin gejala$gejala histeris, Ari langsung
mundur.B
BItu dia,B desah 'idho berat. B9ue kuatir
sama tu anak.B
B"au gimana lagi)B &ji mengangkat bahu.
BTerpaksa kita tunggu sampe dia mau
sukarela cerita.B
Keesokan paginya 'idho mendapati motor
hitam Ari terparkir di tempat dia biasa
memarkir mobilnya. !ang pemilik duduk
mencangkung di atasnya. Dari
penampilannya yang terlihat letih dan
berantakan, sepertinya Ari nggak pulang ke
rumah sejak pembicaraan terakhir mereka
dua hari yang lalu. Ari langsung turun dari
motornya dan menghampiri sisi mobil
tempat 'idho duduk.
B"au nemenin gue cabut)B
-eberapa detik kontak mata, 'idho
mendapati $lebih dari sekedar letih dan
kurang tidur$ sobat karibnya ini seperti tidak
berji#a.
B&ke.B 'idho langsung mengangguk.
BThanks,B ucap Ari lirih dan langsung
berjalan ke arah motornya. B&ji nunggu di
jalan deket rumahnya,B katanya tanpa
menoleh.
2ima belas menit kemudian 'idho
menghentikan sedan putihnya di tepi
sebuah jalan. &ji naik dengan kedua mata
menatap penuh tanya. 'idho cuma geleng
kepala. 2angsung diinjaknya pedal gas
karena Ari langsung melarikan motornya
begitu dilihatnya &ji sudah berada di dalam
sedan 'idho.
,agi belum lagi menyentuh pukul setengah
tujuh. Jalan$jalan raya di Jakarta padat oleh
mereka yang bergegas berangkat kerja.
!etengah mati 'idho berusaha agar Ari
tidak sampai hilang dari pandang matanya.
BTu anak/B desisnya. BDia kayaknya lupa gue
ba#a mobil.B 'idho meraih tongkat
persneling. &ji buru$buru membetulkan letak
duduknya.
Tak lama sedan putih itu meliuk tajam.
-erusaha keras mencari jalan di antara
padatnya lalu lintas pagi Jakarta. 'idho
benar$benar mengerahkan seluruh
kemampuannya. Diman3aatkannya setiap
celah yang terbuka. Dipotongnya laju
beberapa mobil, menciptakan ruang klakson
kejengkelan bahkan kemarahan. Tapi
beberapa saat setelah keluar dari Jakarta
dan lalu lintas tak lagi terlalu padat, laju
motor Ari jadi semakin menggila. 'idho
mulai ke#alahan. !ampai beberapa saat
kemudian Ari benar$benar menghilang dari
3okus kedua matanya, tak terkejar.
B!ialan tu anak. -eneran dia lupa.B
'idho buru$buru menepikan mobil. !egera
dikeluarkannya ponsel dari saku kemeja.
B9ue pake mobil, kuya/B makinya begitu Ari
mengangkat telepon.
B!ori/ !ori/B Ari tersadar. "asih dengan
ponsel menempel di telinga, dia lalu
menoleh ke belakang. !edan putih 'idho
tak terlihat sama sekali. BDi mana posisi lo
sekarang)B
B+ggak usah sekarang. Dari setengah jam
yang lalu gue udah nggak tau posisi gue di
mana. 9ue kan cuma ngebuntutin elo.B
B9ue balik. 2o tunggu di situ,B ucap Ari dan
langsung menutup telepon. !epuluh menit
kemudian dia menemukan sedan 'idho
diparkir di tepi sebuah jalan. B!ori. !ori. 9ue
lupa kalo gue ngajak temen,B katanya begitu
sampai di sebelah mobil 'idho.
'idho cuma geleng$geleng kepala.
Diputarnya kunci kontak. B1a udah, buruan.
2anjut.B
"ereka melanjutkan perjalanan. Kali ini Ari
menjaga laju kecepatan motornya,
memastikan 'idho tetap berada di
belakangnya. !ampai akhirnya mereka tiba
di tempat itu. 'idho dan &ji turun dari mobil
dan menatap berkeliling. Dingin udara
gunung segera memeluk keduanya.
Dengan bingung keduanya mengikuti Ari
yang sudah melangkah lebih dulu.
"emasuki gapura batu yang tertutup rapat
oleh tanaman merambat. -egitu mele#ati
gapura tinggi itu, 'idho dan &ji kontan
terpesona. Di depan mereka terbentang
keindahan hasil kolaborasi tangan alam dan
tangan manusia.
!ambil menikmati bentang keindahan itu,
keduanya berjalan menuju satu$satunya
saung yang berada di antara bangunan$
bangunan yang terbuat dari bata terakota.
Ari sudah duduk bersila di sana.
"embelakangi mereka.
'idho dan &ji mendekati Ari dan berdiri di
hadapan co#ok itu. "ereka baru akan
membuka mulut untuk mengomentari
tempat itu, namun saat mendapati kondisi
Ari, detik itu juga mulut keduanya mengatup
kembali.
Ari pucat. !angat pucat. Dan seperti tidak
berada di tempat.
!esaat 'idho dan &ji saling pandang.
Kemudian dengan gerakan perlahan dan
hati$hati, keduanya mengambil tempat di sisi
kiri dan kanan Ari. !edikit mundur ke
belakang, karena Ari benar$benar duduk di
bibir lantai kayu saung itu.
!egera, hanya ada kesunyian di antara
mereka. !ampai helaan napas Ari yang
terdengar begitu berat sedikit memecah
kesunyian itu. .o#ok itu membuka ritsleting
jaket hitamnya dan mengeluarkan sebuah
amplop cokelat dari baliknya. Tanpa
menoleh dan tanpa mengeluarkan sedikit
pun suara, dilemparnya amplop cokelat itu
kebelakang.
'idho dan &ji saling pandang. ampir
bersamaan, keduanya memundurkan posisi
duduk hingga sejajar dengan posisi amplop
itu terjatuh. !uara gemerisik saat amplop itu
dibuka membuat Ari memejamkan kedua
matanya. Ditelannya ludah susah payah.
Antara menyesal, namun juga tidak. Antara
ingin tetap menjaga rahasia terbesarnya ini,
namun juga ingin mengakuinya.
anya agar jika dirinya letih se#aktu$#aktu,
tak perlu lagi berlari mencari tempat
sembunyi. Agar teriak keputusasaannya
terpahami. Agar rasa 3rustasinya dimengerti.
Itu saja.
Keheningan pekat segera tercipta di
belakang punggungnya. Isi amplop cokelat
yang terbagi dalam dua bagian itu
menghantam 'idho dan &ji dengan talak.
!yok, membekukan keduanya saat itu juga.
Dengan kondisi terbelalak maksimal, kedua
mata mereka tertancap lurus$lurus pada
lembaran$lembaran 3oto itu. Tenggorokan
mereka tercekat. Tak sanggup lagi
mengeluarkan suara. Kenyataan itu terlalu
mencengangkan untuk bisa diterima saat itu
juga.
-a#a Ari ternyata ada dua orang/
Tidak ada yang perlu di pertanyakan. !ama
sekali. Karena lembar$lembar 3oto itu sudah
bicara teramat jelas. !ecara 6isual, juga
6erbal. Karena di balik setiap lembar 3oto
selalu ada keterangan. !ederet huru3 yang
jelas ditulis dengan seluruh cinta, oleh
perempuan yang pastL ibu dari 3okus semua
3oto itu. Dua #ajah manis yang begitu sama
dan serupa.
Ari dan Ata, 5lang Tahun ,ertama. Ari dan
Ata, 5lang Tahun Kedu. Ketiga, Keempat,
dan seterusnya. 5lang Tahun Kedelapan
mengakhiri lembaran 3oto$3oto itu.
!edangkan satu bagian yang lain berisi 3oto$
3oto yang diambil tanpa latar belakang
momen istime#a. %oto keseharian
keduanya.
Ata lebih sering berpose dalam kostum
-atman. !edang berdiri bertolak pinggang,
sedang menaiki sepedanya dengan posisi
berdiri sambil nyengir lebar ke arah kamera.
-ahkan sedang DterbangD. !etiap 3oto Ata
selalu memunculkan senyum geli di bibir
'idho dan &ji.
!ementara pose$pose Ari lebih sederhana.
-erdiri dengan buku atau mainan di tangan
dan tersenyum ke arah kamera. Atau duduk
manis di atas sepedanya.
!egera terlihat perbedaan jelas di antara
keduanya. Ata yang ceria dan tak bisa diam.
Dan Ari yang manis dan kalem.
-eberapa saat 'idho dan &ji terpekur dalam
tunduk mereka. !esuatu pasti telah terjadi,
yang serius dan menyakitkan, sehingga
#ajah mungil yang manis dan kalem itu bisa
berubah menjadi sosok Ari yang sekarang
ini.
Ata. !atu kata itu seketi mengingatkan
'idho pada dua kata yang pernah
didengarnya di toilet kelas sepuluh, ketika
untuk pertama kali dilihatnya Ari terpuruk.
"atahari Jingga/
Kini semuanya sudah jelas. &bsesi Ari
terhadap Tari. Dan histeria Tari.
!ambil memasukan kembali lembar 3oto$3oto
itu ke dalam amplop, 'idho menatap
punggung di depannya. Dua tahun lebih
berteman dekat, meskipun baru kelas dua
belas ini mereka sekelas, 'idho selalu bisa
merasakan ka#an karibnya ini sebenarnya
menyimpan tangis yang mengkristal.
Di balik ketenangannya, Ari adalah magma
berjalan. +amun jauh di balik kemarahannya
yang mendidih itu, ada luka bernanah. 1ang
akut.
Ari sengaja terus membelakangi kedua
ka#an karibnya itu. Dia tak ingin menoleh,
karena inilah #ajahnya yang sebenarnya.
Asap rokok mengepul tanpa henti dari
bibirnya. !etiap kali satu batang habis
terisap, saat itu juga batang berikutnya
langsung menyusul.
,erlahan 'idho memajukan duduknya
hingga sejajar dengan Ari. Dengan hati$hati
diletakannya amplop cokelat itu di sebelah
Ari. &ji melakukan hal yang sama,
menyejajari Ari di sisi yang lain.
'idho bukan perokok. -ahkan bisa dibilang
dia anti tembakau. Tapi beberapa kali demi
Ari, disingkirkannya salah satu prinsipnya
itu. !aat ini termasuk pengecualian itu.
Diraihnya kotak rokol Ari lalu diambilnya
sebatang. &ji melakukan hal yang sama,
dengan rokok miliknya sendiri.
ening. 9elombang pegunungan dengan
hutan hijau di kejauhan menjadi 3okus
tatapan ketiganya dalam diam. !ampai
kemudian mengeluarkan suara. Dengan
intonasi yang punya banyak makna.
Empati. Jangan dija#ab kalau itu semakin
melukai. Terpuruklah kalau memang batas
akhir kekuatan itu di sini. Karena untuk hal$
hal itulah seorang ka#an dihadirkan.
BKe mana dia)B
Ari menelan ludah. ,erlahan kedua matanya
terpejam. Ada jeda cukup panjang sejak
tanya itu dengan hati$hati dihadirkan dan
ja#abannya kemudian diberikan. 2irih,
tersendat susah payah dan berulang kali
terputus.
'idho dan &ji sampai mereka sedang
melakukan penganiayaan dan penyiksaan
terhadap Ari. +amun mereka juga tahu,
pada akhirnya itu justru akan melegakan.
.erita itu akhirnya usai. 'ahasia itu akhirnya
terurai. -enteng pertahanan itu akhirnya
runtuh.
Ari semakin pucat, namun ada kelegaan
besar yang dia rasakan. Juga perasaan
ringan. !eakan seluruh bebannya selama ini
hilang. .o#ok itu kembali memejamkan
kedua matanya. Disangganya kedua lengan
tempat kesepuluh jarinya saling bertaut,
ditundukkannya kepala dalam$dalam. Ketika
kemudian kepala itu terangkat, mulai ada
rona di mukanya. Tidak lagi sepucat tadi.
Dengan kepala sedikit dimiringkan,
ditatapnya 'idho.
BTerima kasih,B suara beratnya mengucap
lirih, namun sungguh$sungguh. Kemudia
ganti ditatapnya sahabatnya yg lain.
BThanks banget, Ji.B
Kedua karibnya tersenyum. -ersamaan
mereka mengulurkan tangan dan
merangkulnya.
B1uk, balik,B ajak 'idho. BKita cari tempat
cabut yang asyik. Tapi mending lo tidur dulu
sebentar. Terserah mau di tempat &ji atau di
rumah gue. ari ini lagi kosong.B
BDi rumah gue aja deh,B kata &ji langsung.
B9ue mau bikin puisi cinta. -uat -u !am.
!oalnya kalo kita cabut bertiga barengan
gini, kayaknya besok dia nggak bakalan
berenti ngomel kalo kita belom pingsan.B
'idho terta#a, tapi tak lama ta#anya
terhenti karena ada ta#a lain yang
mendadak terdengar. Ta#a yang begitu geli,
keluar dari mulut Ari. Kedua bahu Ari bahkan
sampai berguncang. 'idho dan &ji saling
pandang diam$diam. 2ega mendengar ta#a
itu.
!etelah ta#anya reda, Ari menarik napas
panjang lalu mengembuskannya kuat$kuat.
Ditatapnya kedua ka#an karibnya itu
bergantian, dengan permintaan maa3.
B!ori, besok gue nggak masuk. "au ngilang
sebentar.B
!esaat 'idho dan &ji terdiam, kemudian
keduanya mengangguk bersamaan.
BIya, lo mending pergi dulu. Ke mana gitu,
biar agak tenang.B 'idho menepuk$nepuk
bahunya. Diulurkannya satu tangannya.
B!ini, gue ba#a motor lo.B
Ari merogoh saku celana panjangnya.
Diserahkannya kunci motornya ke 'idho.
B2o ba#a mobil gue, Ji.B 'idho ganti
melempar kunci mobilnya ke &ji.
Kemudian mereka meninggalkan tempat itu.
Di atas motor Ari, yang sengaja dibuatnya
melaju dengan kecepatan sedang, sebentar$
sebentar 'idho menoleh ke belakang.
Ketika dilihatnya Ari jatuh tertidur di sebelah
&ji, kelegaan terlihat jelas di #ajah 'idho.
&ji tersenyum dan mengacungkan jempol
kanannya. 'idho membalas, juga dengan
senyum dan acungan jempol kanan.
Kemudian co#ok itu menurunkan kaca
helm, memusatkan perhatiannya ke depan
dan tidak menoleh ke belakang lagi.
88888
ari keberangkatan Ari ke -ali...
Ari tidak ingat lagi sudah berapa lama dia
berdiri di depan pagar rumah Tari. !etelah
apa yg dilakukannya, dia merasa tidak
pantas bahkan untuk sekedar mengucapkan
salam agar kedatangannya diketahui.
Karena itu dia memilih berdiri diam.
"eskiptn itu bisa membuat kehadirannya
baru diketahui berjam$jam kemudian, dia
tidak peduli. Karena memang itulah yang
pantas diterimanya.
!etelah dua jam lebih berkutat di dapur,
menyelesaikan salah satu ke#ajibannya,
mama Tari beranjak menuju ruang jahit.
7anita itu tersentak kaget saat tanpa
sengaja menoleh ke luar jendela dan
mendapati Ari berdiri di luar pintu pagar
rumahnya, di tepi jalan. .epat$cepat
dibukanya pintu depan.
BAri)B sapanya dengan intonasi yang sarat
keheranan, sambil berjalan mendekat.
B!ejak kapan kamu berdiri di situ) Kenapa
nggak masuk)B
Ari menatap #anita paruh baya itu, yang
dalam beberapa hal begitu mirip dengan
ibunya sendiri. Tenggorokannya mendadak
tercekat. Ditelanny ludah susah payah.
Ketika tak didapatinya sedikit pun
kemarahan, dadanya jadi semakin ditikam
rasa bersalah dan penyesalan.
"ama Tari sudah akan menyuruhnya
masuk, namun sorot kedua mata Ari
seketika membuatnya membatalkan
keinginannya.
BTante... saya...B Ari menelan ludah. B!aya
minta maa3.B !uara beratnya nyaris selirih
bisikan angin. -ergetar hebat. -egitu susah
payah terucap.
Kedua mata Ari yang terus menatap mama
Tari itu kini mulai terbungkus selaput bening.
B!aya betul$betul minta maa3, Tan,B ucap Ari
lagi, dengan suara tetap selirih embusan
angin, namun dengar getar yang makin
menghebat karena ketidakmampuannya
untuk meredam.
.o#ok itu kemudian menundukkan kepala,
lalu membungkukkan punggungnya rendah$
rendah. "emberikan pada tanah yang
dipijaknya bening dua tetes air mata. -entuk
seluruh penyesalan atas semua yg telah
dilakukannya. Kemudian ditegakkannya
kembali punggungnya. -erbalik cepat. Dan
pergi.
"ama Tari mengikuti kepergian Ari dengan
keprihatinan dan pengertian seorang ibu.
Ada keinginan utuk menahannya agar tetap
tinggal, tapi ditahannya karena dia sangat
menyadari Ari harus menemukan jalannya
sendiri. Dalam sebagian besar #aktu, Ari
telah hidup dalam pusaran badai.
Dikungkung oleh kegelapan dan terbutakan
oleh kemarahan. Dia hanya ingin bisa
keluar. !ama sekali bukan masalah salah
atau benar.
Anak laki$laki itu sama sekali tidak
menghancurkan sebidang dinding. Dia
hanya telah menemukan sebuah pintu.
Kesalahannya adalah ketidaksabarannya
untuk menunggu sampai pintu itu membuka
dengan sendirinya. anya itu.
888
"enghilangnya Ari dari sekolah cukup
ampuh untuk meredakan kemarahan Tari.
,erlahan$lahan sosok co#ok itu dan semua
peristi#a yang berkaitan dengannya tidak
lagi menempati sebagian besar ruang hati
dan pikiran Tari. ,erlahan$lahan pula ritme
hidup Tari kembali normal.
anya di ruang kepses dan guru,
menghilangnya Ari jadi bahan diskusi dan
pembicaraan ramai. 'idho dan &ji, dua
orang yang tahu di mana Ari berada,
memilih bungkam.
Ketika suatu siang keduannya melintas di
depan ruang guru dan mendengar sebagian
percakapan seputar usaha untuk
mengetahui keberadaan sis#a paling
bermasalah itu, 'idho dan &ji saling
pandang sambil nyengir lebar. Tambah
sepakat untuk diam. Karena percuma di
kasih tahu juga. "enyeret Ari dari koridor ke
kelas aja para guru itu lebih sering gagal.
Apalagi manggil tu anak pulang dari -ali/
888
Tuhan menegur umatnya dengan banyak
cara. Dengan banyak cara juga Dia
mengetuk kekerasan hati mereka dan
meminta untuk memaa3kan satu sama lain.
Tari terpaku di depan te6e sejak sepuluh
menit yang lalu. Jarinya salah menekan
nomer pada remote dan tiba$tiba saja di
depannya muncul sebentuk #ajah. 7ajah
tirus dan letih seorang pengamen kecil yang
legam terbakar matahari, yang menatap ke
arah kamera dengan takut$takut bercampur
malu.
Kamera lalu bergerak. !eorang reporter
cantik berdiri di sebelah pengamen jalanan
itu. !atu tangannya merangkul bahu si
pengamen.
Bari Anak +asional belum lama berlalu dan
sebentar lagi kita akan merayakan hari
kemerdekaan negara ini,B ucapnya ke arah
kamera. B-erpuluh$puluh tahun yang lalu
kita berhasil memenangi perang panjang
mela#an penjajahan. !etelah tiga setengah
abad, akhirnya kita menjadi bangsa yang
merdeka. +amun ada perang yang lain.
,erang yang jika gagal kita menangi,
kemerdekaan yang dulu kita raih dengan
susah payah akan sia$sia.B
'eporter itu diam sejenak.
BKemiskinan/B lanjutnya kemudian dengan
penekanan. BKemiskinan telah
menyebabkan anak Indonesia terdampar di
jalan, atau menjadi pekerja anak diberbagai
tempat.B
Tari sama sekali tidak menyimak kata$kata
reporter itu. ,erhatiannya tertuju pada anak
laki$laki kecil itu. -erdiri canggung di
sebelah reporter cantik yang tampak begitu
cemerlang, anak laki$laki itu jadi semakin
terlihat menyedihkan.
B+amanya Toro,B ucap reporter itu. Dan
bergulirlah kisah Toro.
Asalnya diri kebumen, satu kota kecil di
Ja#a Tengah. Kemiskinan telah mengubah
sang ayah menjadi sosok emosional dan
pemarah. Kerap kali sang ayah
melampiaskannya justru kepada orang$
orang terdekat$keluarganya sendiri.
Kekerasan dan penganiayaan panjang
membuat sang istri tidak tahan dan akhirnya
pergi dari rumah. ,erempuan itu kemudian
memutuskan untuk mengadu nasib ke
Jakarta, memba#a serta bayinya, tapi
terpaksa meninggalkan anak pertamanya
bersama sang nenek.
1ang tidak pernah diketahuinya, anak
pertamanya, Toro, mendengar ucapannya
dan langsung memutuskan untuk menyusul
begitu dia tidak melihat ibunya selama dua
hari berturut$turut. Dengan menumpang
kereta api, tentu saja sebagai menumpang
gelap, Toro nekat berangkat ke Jakarta.
,ikiran kanak$kanaknya begitu yakin dia
akan berhasil menemukan ibunya, karena
dulu sekali saat orangtuanya masih rukun,
mereka pernah pergi ke Jakarta untuk
mengunjungi salah seorang sanak 3amili.
Dulu ada satu tempat yang mereka kunjungi
sampai berjam$jam. "onas.
Ke sanalah Toro kecil langsung menuju
begitu kereta berhenti di stasiun !enen.
Taman "onas. Ke sebatang pohon yang
berdiri di tepi kolam air mancur. Tempat dulu
sekalL ibunya pernah membentangkan
selembar tikar lalu duduk berjam$jam
menungguinya bermain.
+amun tempat itu kosong. Kalaupun terisi,
selalu bukan oleh orang yang dia cari. Toro
kecil tetap menunggu. Dia belum mengerti,
Jakarta bukan Kebumen. Jakarta amat
sangat luas dan penuh dengan orang$orang
yang tidak peduli. 'atusan anak terdampar
di jalan$jalan ibu kota negara ini, hingga
tambahan satu anak lagi sama sekali tidak
akan menjadi perhatian.
Dua tahun berlalu, jalan$jalan raya di sekitar
"onas kini menjadi rumah bagi Toro.
"engubahnya dari anak rumahan yang
bersih dan tera#at serta masih punya masa
depan menjadi anak jalanan lusuh yang
terlantar dan tidak diacuhkan. +amun anak
itu masih berharap, suatu saat nanti akan
ada keajaiban.
'epoter cantik itu melepaskan rangkulannya
kemudian berlutut di depan Toro.
BToro mau bilang apa sama Ibu) "udah$
mudahan Ibu menonton acara ini,B ucapnya
lembut.
Toro menunduk. Tersendat tangis yang
ditahan sebisanya, sederet kalimat
kemudian keluar dari bibirnya. Kalimat yang
di ucapkan dengan begitu lirih dan terbata$
bata, hingga reporter itu harus mendekatkan
mikro3on sedekat mungkin ke bibir mungil di
depannya.
Kangennya pada sang ibu. arapannya
untuk bisa kembali bertemu. Apa$apa saja
yang ingin dilakukannya bersama ibunya
seandainya mereka nanti bertemu.
Kalimat Toro terputus. Ditelannya tangisnya
dengan susah payah. Dengan kedua
telapak tangan, dihapusnya air mata yang
mengalir. "eninggalkan noda kotor di
#ajahnya yang sudah kusam. Ketika
kemudian dia lanjutkan kalimatnya,
suaranya menjadi semakin lirih.
B"udah$mudahan Ibu sekarang hidupnya
seneng. "udah$mudahan Ibu sehat. "udah$
mudahan Ibu nggak sering nangis lagi kayak
dulu. Dan mudah$mudahan Ibu nggak lupa
sama Toro.B
B!udah) Itu aja)B tanya reporter itu dengan
suara yang semakin lembut, setelah
menunggu beberapa saat dan tidak ada lagi
suara Toro yang terdengar.
BIya.B Toro mengangguk.
Tari terpaku. !epasang matanya menatap
nanar. 2urus pada layar tele6isi, seperti tidak
bisa dialihkan.
Kisah klasik. Terlalu sering terjadi. +amun
bukan itu yang membuat Tari terpaku
menatap tele6isi. 5sia Toro baru sepuluh
tahun. "asih kecil. !aat ia tinggalkan rumah
demi mencari sang ibu, usianya bahkan
lebih kecil lagi. Delapan tahun.
Ketika ibu dan saudara kembarnya dipaksa
pergi, ketika mendadak ia ditinggalkan, Ari
juga baru berumur delapan tahun. +amun
karena tidak tahu kemana mesti mencari, Ari
melakukan satu usaha yang menurut pikiran
kanak$kanaknya pada saat itu akan
membuat keduanya kembali. Dia
memutuskan untuk menjadi Ata dan
melakukan semua kenakalan seperti yang
pernah dilakukan saudara kembarnya itu.
!ama seperti Toro, yang menunggu
bertahun$tahun hingga hari ini, Ari juga telah
bertahun$tahun membekukan dirinya sendiri.
"enjadi orang lain hingga hari ini. Keduanya
memeluk erat harapan yang sama. -isa
bertemu dengan ibu mereka kembali suatu
saat nanti.
Dengan bibir ba#ah tergigit kuat$kuat, Tari
mematikan tele6isi. .e#ek itu kemudian
bangkit berdiri dan berjalan ke kamar.
Ditutupnya pintu di belakangnya perlahan.
,erlahan pula tubuhnya luruh ke lantai.
Dipeluk keheningan, dalam kamar yang
lampunya sengaja tidak ingin dia nyalakan,
Tari meringkuk di lantai.
2ama, ce#ek itu duduk meringkuk memeluk
lutut, bersandar pada pintu kamarnya. Toro,
kegelapan, dan keheningan perlahan
membuat Tari akhirnya mengerti, mengerti
dengan sungguh$sungguh mengerti, hidup
seperti apa yang selama ini di jalani Ari.
!eketika itu juga dimatanya, Ari bukan lagi
sang aktor autodidak dengan talenta
cemerlang.
,erlahan pula Tari mengerti akan satu hal
lagi. Ari kesepian. Dia tidak bisa
menceritakan itu, atau mungkin juga tidak
ingin. Karena menceritakan semuanya
berarti akan meruntuhkan segala
pertahanan diri. ,ertahanan yang di bangun
bertahun$tahun, yang sebenarnya tidak
terlalu kuat karena retak di sana$sini.
!ekarang Tari juga mengerti, kenapa co#ok
itu gemar sekali membuat keonaran di
sekolah. obi memancing kekesalan
bahkan kemarahan guru$guru. Karena satu
bentakan atau teriakan marah dari seorang
guru, siapa pun dia, jadi terasa sedikit
meringankan beban kesepian itu, jadi sedikit
mengikis sunyi dari lubang besarnya yang
selalu menganga.
Ketika sampai pada kesadaran itu,
kemarahan Tari menguap. !etelah bertahun$
tahun menjadi Ata, kembali menjadi diri
sendiri pasti akan teramat sangat sulit bagi
Ari.
"ungkin saat ini Ari sedang berlatih menjadi
dirinya sendiri ditempat lain. Di depan
orang$orang yang tidak mengenalnya, agar
gagal atau berhasil bisa dengan pasti
diketahuinya.
Dugaan itu menguapkan sisa$sisa
kemarahan Tari. "enghilangkannya sama
sekali dan mulai menghadirkan rasa
bersalah.
BKenapa gue nggak coba ngerti ya)B
bisiknya menyalahkan diri sendiri. B,adahal
#aktu jadi Ata dia udah nyeritain
semuanya.B
Tari menarik napas panjang lalu
mengembuskannya pelan$pelan. ,erlahan
dia bangkit berdiri. Tangannya lalu meraba$
raba dalam gelap, mencari tombol lampu.
Dengan sepasang mata menyipit karena
ruangan yang mendadak terang benderang,
ditatapnya jam yang tergantung di dinding.
ampir menjelang pukul dua belas malam.
.e#ek itu menduga$duga apakah Ari sudah
terlelap atau masih terjaga.
Diraihnya ponselnya yang menggeletak di
atas meja belajar. Kemudian dengan
gerakan perlahan, karena keraguan dan
tekad yg saling berperang, dicarinya nama
Ari di da3tar kontak.
"enekan nama itu ternyata butuh kekuatan
yang lebih besar lagi. Tubuh Tari nyaris
mendingin saat kemudian diketiknya sederet
huru3. !elesai. anya dua kalimat pendek.
Tari menatap layar ponselnya. Tanpa sadar
digigitnya bibir, seiring detak jantungnya yg
mendadak jadi cepat. Dan saat di tekannya
pilihan DKirimD, Tari melakukannya dengan
kedua mata yang nyaris terpejam. Jari$
jarinya yang menggenggam ponselnya
nyaris sedingin es. -eberapa detik
kemudian.....
Terkirim/
!atu kata itu membuat Tari jatuh terduduk di
tempat tidur.
8888
!"! itu masuk di tengah ingar$bingar musik
hip$hop. Dj pro3esional membuat dance 3loor
jadi panas. Ari berada di sana. Di tengah
musik yang mengentak, di ba#ah sorot
lampu remang$remang dan dalam
cengkeram alkohol. Di antara teman$teman
-ali$nya yang juga sama$sama sedang
dalam proses meninggalkan ambang
kesadaran masing$masing.
Ari bisa merasakan getaran di pahanya
yang berasal dari ponsel di dalam saku. Ada
!"! masuk, tapi dia sama sekali tidak
punya keinginan untuk mengeluarkan benda
itu dari sana. ,aling$paling dari Jakarta.
!iapa pun sang pengirim dan apa pun
isinya, dia sedang tidak ingin berhubungan
dengan kota itu.
Di Jakarta, di dalam kamarnya, Tari berada
dalam tikaman kegelisahan yang benar$
benar menyiksa, yang membuatnya tak
mampu melakukan apa pun selain duduk
bengong di tempat tidur $atau berjalan
mondar$mandir$ dengan napas yang
sebentar$sebentar ditarik dalam$dalam lalu
diembuskan perlahan.
!ebentar$bentar ce#ek itu melakukan
tindakan bodoh. "eraMh ponselnya lalu
menatap layar dalam harap dan kecemasan,
meskipun tahu dia tidak akan menemukan
apa$apa di sana karena ponselnya terus
membisu. !ampai jam dinding kamarnya
berdentang satu kali, ponselnya tetap
membistu. Tidak ada !"! masuk dari siapa
pun, apalagi dari Ari.
Ketika satu jam lagi telah terle#at dan tidak
juga ada !"! balasan, dia merasa kece#a
tapi juga lega, karena sejujurnya dia tidak
siap menerima balasan.
Tari berdiri dan mulai membereskan buku$
bukunya. Tengah malam telah lama le#at
dan saat ini #aktu sedang menuju dini hari.
Kalau tidak buru$buru tidur, besok pasti
bangun kesiangan. +amun, ternyata Tari
mendapati dirinya jadi dicekam kegelisahan.
Kedua matanya tidak mau terpejam. Dan
jauh di dalam hati, dia tidak bisa
menyangkal, dia ingin ponselnya bergetar.
"engirimkan balasan dari Ari yang sekarang
entah di mana.
Ketika akhirnya Tari jatuh tertidur, #aktu
sudah menunjukan nyaris pukul tiga dinM
hari. ,ada saat yang bersamaan, Ari baru
saja meninggalkan ka3e tempatnya sejak
beberapa jam lalu, melarikan diri dari
kenyatan. Dia berjalan terhuyung$huyung di
sepanjang trotoar. -erangkulan dengan
teman$temannya dan tenggelam dalam
eu3oria semu.
anya 7ayam yang masih sepenuhnya
sadar. -erjalan sendiri di posisi paling
belakang, dia#asinya teman$temannya,
terutama Ari. -ertahun$tahun mengenal Ari,
7ayan tahu dengan baik kapan dirinya bisa
ikut$ikutan lupa diri dan kapan harus
menjaga ka#annya yang satu ini.
Keesokan paginya Tari baru terbangun
setelah 9eo memukulnya dengan bantal
keras$keras.
BKebo banget sih)B 9eo menatap kakaknya
dengan kesal. BAlamr ponsel, jam beker,
sampe teriakan mamah, nggak ada yang
mempan. 5dah jam setangah enam le#at,
tau/B
Tari tersentak dan langsung melompat turun
dari tempat tidur. "endadak ia teringat apa
yang telah membuatnya sulit memejamkan
mata semalam. !eketika di sambarnya
ponselnya dan raut kece#a langsung
muncul begitu didapatinya layar ponselnya
tetap kosong.
-agusnya, bangun amat sangat terlambat
membuat Tari tidak sempat lagi memikirkan
kekece#aannya terlalu lb. -uru$buru dia
berlari ke kamar mandi. !etelah mandi kilat
dan segala akti6itarg rutin pagi hari yang
juga dilakukan serba kilat, Tari langsung
berlari keluar rumah tanpa sempat sarapan.
anya seteguk teh manis hangat yang
sempat diminumnya, setelah itu dia pamit
pada kedua orangtuanya.
+amun, tak urung ketiadaan respons dari Ari
membuat ce#ek itu jadi murung. Akhirnya
dia tidak tahan lagi dan pada jam istirahat
pertama diceritakannya semuanya pada %io.
BElo !"! lagi aja,B saran %io dengan nada
hati$hati.
Tari menggeleng lemah. B+ggak ah. 1ang
semalem aja nggak di bales.B
Keduanya lalu diam.
,ada #aktu yang sama, di Denpasar, Ari
terbangun. Dia kontan mengerang.
Dipeganginya kepalanya yang seperti
dihantam palu keras$keras dengan kedua
telapak tangan.
'asa mual yang benar$benar hebat
kemudian memaksanya bangun dari tempat
tidur. Terhuyung$huyung co#ok itu berlari ke
kamar mandi dan muntah habis$habisan.
Kemudian dia kembali ke tempat tidur dan
melemparkan diri di sana.
B,ada ke mana sih tu kuya$kuya)B
gerutunya saat menyadari tak ada seorang
pun di ruangan itu kecuali dirinya sendiri.
B7&III/ A-I2I+ 95E "I+5"/B serunya
parau. !epi. B!ialan, beneran nggak ada
orang/B
Akhirnya Ari pasrah mendapati dirinya
hanya sendirian. Dengan kedua tangan,
ditekannya tempurung kepalanya keras$
keras. -erusaha agar sakit kepala yang
nyaris bikin gila itu bisa teredam sedikit saja.
Ditatapnya langit$langit kamar dengan
pandangan yang seperti berputar.
!amar$samar dia teringat ada !"! masuk
semalam. Dirabanya saku celana jinsnya
dan dikeluarkannya ponselnya dari sana.
!ederet dugaan muncul di kepala. &ji yang
melaporkan kemarahan guru$guru, 'idho
yang mengingatkan bah#a mereka ada janji
tanding 3utsal, atau teman$temannya yang
lain. Atau bisa juga ce#ek gembong The
!cissors, :eronica, atau ce#ek$ce#ek lain
yang selama ini berada di sekitarnya. 1ang
tidak bosan memberianya perhatian. 1ang
kadang membuatnya muak. Kalau saja
memukul ce#ek bukan pantangan untuknya,
rasanya ingin sekali diberinya mereka satu
atau dua jotosan agar menjauh.
+amun, ternyata yang tertera di layar
ponselnya adalah satu nama yang tidak
pernah di duganya akan muncul di sana.
Tari. "atahari/
Ari terpana. !eketika dia bangkit dari posisi
tidur dan dengan tergesa membuka !"!
yang tidak terduga itu.
2o baikF aja kan) "aa3 ya.
Ari tertegun. +anar ditatapnya kalimat
sangat pendek itu. Kepalanya yang seperti
di hantam palu karena hango6er berat
seketika terlupakan. !eperti arca batu,
co#ok itu duduk membeku. Kedua matanya
menatap layar ponsel, lurus dan intens,
meyakinkan diri bah#a !"! itu adalah
nyata dan tidak akan berubah jadi ilusi
begitu dia kedipkan mata.
-eberapa menit kemudian Ari kembali ke
realitas. +amun, kali ini dengan hati yang
mendadak menghangat dan beban pikiran
yang jadi ringan. "eskipun rasa sakit di
kepalanya kembali menghantam, sama
sekali tidak ada keinginan untuk kembali
menggeletakan diri di tempat tidur, seperti
yang selalu di lakukannya setelah
mele#atkan malam dengan menegak
alkohol. Ari malah merasa bersemangat.
!ambil menekan puncak kepalanya dengan
satu tangan, ditelopannya 7ayan.
B&i, 1an.B ucapnya dengan suara serak khas
orang yang baru bangun tidur.
B&h, udah sadar)B sambut 7ayan. BTadi
"ade aku suruh ngecek, katanya kamu
masih pingsan.B
B-arusan. 1an, tolong cariin tiket balik ke
Jakarta ya.B
BKapan)B
B!ekarang.B
B7hat/)B di seberang, 7ayan kontan
memekik. BKita kan mau nyeberang ke +usa
,enida. Anak$anak lagi pada ngecek motor
tuh. !emuanya udah siap. Tinggal nunggu
penyandang dananya sadar aja. Ini usul
kamu lho.B
B9ue hango6er berat nih. Kayaknya nggak
bisa jalan jauh. Apalagi ba#a motor,B Ari
mencoba berkilah.
BAlaaaah, gampang itu. +tar aku yang ba#a
motor. Kamu duduk manis aja di belakang.
,egangan, jangan sampai jatuh.B
B!ori banget. Tapi gue bener$bener harus
pulang.B
B"au ngapain sih) -apakmu itu kan nggak
peduli anaknya ada dimana. "au sekolah)
-esok sabtu.B
B.k/B Ari berdecak. B-ukan soal -okap. Ada
yang harus gue kerjain. +usa ,enida bisa
besok$besok.B
B-ukan +usa ,enida yang aku pikirin.
Kondisimu itu.B
B+anti siang juga udah mendingan.B
B"aksudku bukan hango6er. Kamu ingat
nggak, semalam itu habis berapa gelas,
hah)B
Jelas Ari tidak ingat. 1ang masih dia ingat
dengan jelas cuma dia harus minum. "inum
dan minum dan minum.
BKalo nggak terlalu penting, nggak usah
buru$buru,B suara 7ayan melunak. BAku
cemas sama kondisimu. -esok aja. Aku
cariin penerbangan yang paling pagi. Tapi
janji, nggak ada alkohol/B
Ari terdiam. anya satu !"! singkat. -erisi
kalimat yang sangat biasa pula. Jadi
memang lebih baik tidak mempertaruhkan
hatinya yang sudah berantakan. ,ulang
untuk sesuatu yang masih menjadi praduga,
apalagi harapan.
!etelah beberapa saat sambungan telepon
seluler itu menggantung dalam keheningan,
akhirnya Ari menyetujui usul 7ayan.
B-ete#e, gue lo taro di mana nih)B
B,enginapan. !ori, di rumahku lagi banyak
tamu. "endadak banget datangnya. 1ang
punya penginapan temenku kok. Jadi kamu
santai aja di situ. Kalau mau keluar kamu
bel aja si "ade, temenku itu. !emalam
kamu aku kunciin dari luar. Takut macem$
macem.B
Kalimat terakhir 7ayan kontan membuat Ari
mengerut.
BEmang gue ngapain)B
BKalau aku ceritain, malu kamu nanti.B
7ayan terkekeh pelan BJadi, aku jemput jam
berapa)B
Bmm....satu jam lagi deh.B
B&ke.B
Akhirnya hari itu berlalu seperti rencana
semula. 'encana yang disusun oleh Ari.
Teman$teman -ali$nya hanya menyetujui,
karena kekacauan Ari sudah terlihat jelas
sejak mereka jemput co#ok itu di bandara
hampir seminggu yang lalu. 2ama mengenal
Ari, sama seperti 7ayan, membuat mereka
tahu sangat baik bagaimana cara
memperlakukan ka#an dari Jakarta yang
hidupnya berantakan itu.
+amun !"! Tari membuat Ari tidak 3okus
melakukan apa pun. "enjelang sore
keinginan Ari untuk pulang ke Jakarta sudah
tidak bisa dicegah lagi. 7ayan dan semua
teman yang menemaninya selama di -ali
akhirnya menyerah.
,ukul FG.HH 7ITA, diantar teman$temannya
Ari berlari secepat$cepatnya memasuki
bandara. ,esa#at sudah boarding. Tinggal
menunggu seorang penumpang yang
memesan tiket pada detik$detik terakhir,
yang berhasil mendapatkan tempat berkat
koneksi 7ayan.
Di pintu keberangkatan mereka berhenti.
!ambil menepuk punggung teman$
temannya satu per satu, Ari mengucapkan
terima kasih. Kemudian dia balik badan dan
berlari masuk ke ruang chek$in. ,esa#at itu
landing di -andara !oekarno$atta pukuk
FG.CH 7I-.
Ari langsung meninggalkan kursinya dan
jadi orang pertama yang berdiri di depan
pintu pesa#at, di sebelah seorang a#ak
kabin. -egitu pintu terbuka, dituruninya anak
tangga tiga sekaligus. "elompati empat
sisanya dan berlari di sepanjang landasan
menuju pintu kedatangan.
.o#ok itu langsung menerobos masuk ke
sebuah taksi yang berhenti tepat di depan
pintu kedatangan, yang baru saja
menurunkan seorang penumpang.
Disebutkannya alamat Tari dan dimintanya
sang sopir untuk ngebut. Di sepanjang jalan
co#ok itu dicekam kegelisahan. 'asanya
ingin diteriakinya si sopir taksi untuk melaju
lebih cepat.
+amun menjelang sampai tujuan, Ari baru
menyadari dia tidak punya alasan kuat untuk
menemui Tari. Apa yang harus dikatakannya
untuk !"! dari ce#ek itu yang e3eknya
melegakan)
Ari tersentak. "endadak muncul rasa cemas
dan ketakutan. 9imana kalau ternyata itu
!"! salah kirim) Karena sampai saat ini,
hampir dua puluh tiga jam sejak !"! itu
dikirimkan, tidak ada !"! lagi.
Dugaan itu seketita menyurutkan langkah
Ari. Jam di pergelangan tangan
membantunya memutuskan tindakan yang
harus diambilnya. Dua puluh menit telah
berlalu dari pukul sepuluh malam. Terlalu
larut untuk bertamu, apalagi tanpa alasan
kuat.
Taksi berhenti di mulut jalan kecil menuju
rumah Tari. .o#ok itu turun dan menuju ke
rumah Tari dengan jalan kaki. Ada sebuah
jalan kecil di samping rumah Tari, yang
hanya bisa dilalui pejalan kaki. Ke sanalah
Ari menuju.
Dan langkah Ari terhenti. Di sanalah dia
$ce#ek yang sangat ingin dilihatnya$ duduk
di belakang meja belajar dengan kepala
menunduk dalam$dalam. !erius
mengerjakan sesuatu entah apa.
Ari melangkah menuju sebatang pohon
yang tumbuh di halaman samping rumah
Tari yang tidak begitu luas. !etelah
beberapa saat, Ari baru tahu apa yang
dilakukan ce#ek itu. -ermain puAAle.
"elihat keseriusan Tari mencermati setiap
potongan sebelum meletakannya pada
sebuah bidang tempat potongan$potongan
yang tepat telah tersusun membuat Ari jadi
yakin itu memang !"! salah kirim. Karena
dilihatnya ce#ek itu begitu santai, rileks, dan
lupa pada sekelilingnya.
Ari tidak tahu, Tari penggila puAAle. !epuluh
set permainan puAAle yang rumit tersimpan
dalam sebuah kotak di ba#ah tempat
tidurnya. Dan permainan itu selalu jadi
caranya melarikan diri saat merasa gelisah,
sedih, cemas, marah,dan perasaan apa pun
yang membuatnya tak tenang.
Tari bukan rileks. Dan Ari juga tidak tahu itu.
Dia tidak menyaksikan kondisi Tari sebelum
potongan$potongan puAAle itu berhasil
mengambil alih semua kegelisahannya
sejak tayangan tele6isi kemarin
menjatuhkan kesadarannya secara tiba$tiba.
Dalam enam puluh menit rentang #aktu
yang terjadi dalam satu jam, yang dilakukan
Tari adalah menghela napas panjang,
berjalan mondar$mandir di dalam kamarnya
yang tidak begitu luas, menyambar
ponselnya lalu menatap layarnya dengan
beban harapan yang makin lama terasa
makin memberatkan hati dan pikiran, serta
menggeletakkan diri di atas tempat tidur
dengan mata terbuka lebar atau menatap
langit dari ambang jendela.
!edangkan 6ariasi tindakan lain selain
tindakan$tindakan itu adalah menelepon %io
lalu menanyakan dugaan teman semejanya
itu di mana kira$kira Ari berada, apa yang
sedang dilakukannya, kapan kira$kira dia
akan muncul di sekolah lagi, apakah co#ok
itu sehat$sehat saja, dan dugaan$dugaan
lain yang semakin lama didiskusikan,
da3tarnya semakin panjang dan sama sekali
tidak membuat perasaannya jadi lebih baik.
-erdoa adalah 6ariasi tindakan yang lain
lagi. Entah sudah berapa kali Tari berdoa
sejak kesadaran itu datang. Doa yang
sungguh$sungguh tulus. 5ntuk Ari, di mana
pun co#ok ini saat ini berada. !emoga dia
sehat, semoga cepat pulang, semoga saat
ini dia tidak sendirian, semoga jika bertemu
lagi mereka masih bisa saling bicara.
!emoga segalanya masih bisa diperbaiki.
:ariasi tindakan Tari yang lain adalah
menatap nama teman sekelasnya, +yoman,
di da3tar kontak ponselnya. Disusul DiyaD dan
DjanganD yang berperang hebat di dalam
kepalanya saat keinginan melemparkan
saran, barang kali melalui teman$teman
sebelas +yoman yang seabrek banyaknya
bisa didapatkannya nomer telepon 'idho
atau &ji. Dua orang yang terdekat dengan
Ari itu pasti mengetahui di mana co#ok itu
berada. ,ada akhirnya, DjanganD$lah yang
selalu menang.
!edangkan tindakan 6ariasi Tari yang paling
emosional adalah meringkuk di antara
tempat tidur dan dinding, melipat kedua lutut
lalu menyembunyikannya mukanya di sana,
saat emosi beban dan pikiran memuncak
dan rasanya dia ingin menangis untuk
melepaskan semuanya.
Ari tidak menyaksikan semua itu. .o#ok itu
baru datang setelah lima set permainan
puAAle yang rumit dan dilakukan Tari secara
maraton sejak berjam$jam lalu berhasil
mengambil alih semua kegelisahan itu.
!aat ini Tari sedang menyelesaikan puAAle
ke enam, yang tersulit dari seluruh koleksi
puAAle$nya. -ergambar pemandangan alam
khas Eropa dalam bentuk lukisan, puAAle ini
mempunyai kepingan sebanyak seribu
buah/
"eskipun begitu, berkali$kali di tengah
permainan, semua rasa itu berhasil
menyeruak dan sesaat mengambil kembali
semua kendali. !eperti yang kemudian
disaksikan Ari, tapi sayangnya dia tidak
mengetahui.
Dengan kepala tetap menunduk, Tari
menghela napas saat dugaan$dugaan itu itu
kembali muncul. Ari pasti marah. Atau Ari
pasti sudah tidak mau peduli lagi, karena
urusan yang kemarin itu dianggapnya sudah
selesai. Karena co#ok itu sudah minta maa3
berkali$kali tapi dirinya tidak juga mau
memaa3kan.
Ingat itu, Tari jadi menyesal. !eandainya
saja dia tidak terlalu menuruti emosi dan
mau memikirkan dengan lebih jernih alasan
Ari melakukan kebohongan itu. Karena
sebagai Ata, Ari telah menceritakan
semuanya. "eskipun dengan banyak kiasan
dan meta3ora yang membingungkan.
BTapi udalah. 5dah telat,B bisik Tari.
Digelengkannya kepala kuat$kuat, lalu
dipaksanya konsentrasi yang sempat buyar
itu kembali pada potongan puAAle yang
berserakan di depannya.
!ayangnya malam membuat Ari tidak bisa
menangkap kesedihan itu. !ementara Tari
tidak menyadari, seseorang yang menjadi
sumber kesedihan dan sesalnya berada
tidak jauh di luar kamarnya dan sedang di
cekam kegelisahan yang sama.
"enjelang pukul satu dini hari, Tari
mengempaskan punggungnya ke sandaran
kursi. Enam set permaiman puAAle yang
sulit berhasil dia selesaikan. .apek, tapi
sayangnya tidak seperti harapannya:
matanya sama sekali belum mengantuk.
Dan begitu perhatiannya tidak lagi
teralihkan, kembali ingatan Tari melayang
pada Ari.
Ditatapnya ponsel yang dia taruh yang dia
letakan tidak jauh dari potongan puAAle yang
tadi berserakan, tanpa keinginan untuk
meraihnya. Karena dia tahu, tidak akan dia
temukan apa yang dia harapkan dilayarnya
$!"! balasan dari Ari$ karena ponselnya itu
terus membisu.
Tampa semangat, Tari kemudian bangkit
berdiri dan menyondongkan tubuhnya ke
ambang jendela. Diulurkannya kedua
tangan, meraih kedua daun jendela yang
terbuka. Dia sama sekali tidak menyadari
sebatang pohon yang tumbuh di halaman
samping rumahnya menyembunyikan
seseorang yang sangat ingin dia ketahui
keberadaan dan kondisinya, di ba#ah gelap
bayang$bayangnya.
Tubuh Ari seketika menegak. Dia berharap
menemukan ja#aban untuk keraguannya
$apa pun bentuknya$ yang bisa memberikan
kepastian bah#a !"! itu memang
dikirimkan Tari untuknya. +amun,
harapannya pupus saat kedua daun jendela
itu menutup. "elenyapkan cahaya yang tadi
menerangi sebagian halaman samping. Dan
meninggalkan keremangan total.
Ari menatap keremangan yang memeluknya
dari segala arah itu. -ukan dengan mata,
tapi dengan hati. !edih, nelangsa, dan
merasa konyol. Kalau ingat bagaimana dia
tinggalkan -ali dengan terpontang$panting
demi sebuah !"!, dan demi harapan besar
yang muncul karenanya, co#ok itu terta#a
tanpa suara. ,ahit. !umbang. 9etir.
Tiga puluh menit setelah Tari menutup
jendela, Ari beranjak pergi. Ditinggalkannya
kegelapan bayang pohon tempat diamatinya
ce#ek itu selama tiga jam. Dengan kedua
tangan tenggelam dalam saku celana, dia
berjalan menembus malam yang hening dan
akhir$akhir ini $karena anomali cuaca$ kerap
kali terasa begitu dingin.
8888
!A-T5, jam tujuh pagi, Tari sudah
berpakaian rapi. al yang langsung
dilakukannya begitu membuka mata tadi
adalah mengecek ponsel. "asih tidak ada
balasan dari Ari, membuat kegelisahan ini
terasa makin menekan dan dirinya nyaris
tak tahan lagi. Dia harus keluar rumah dan
melakukan sesuatu agar pikirannya bisa
sesaat teralihkan.
Tari sudah mengirimkan sebuah !"!
singkat untuk %io. -elum ada ja#aban. ,asti
teman semejanya itu masih tidur. Tari tidak
peduli. Akan dibangunkannya %io dengan
paksa dan begitu temannya itu membuka
mata, dirinya akan langsung minta maa3
karena melakukan itu. !etelah itu dirinya
akan langsung minta maa3 lagi karena, lagi$
lagi dengan paksa, meminta %io untuk
menemanyi pergi. Ke mana saja.
888
!abtu, jam delapan pagi, Ari berdiri di depan
pintu pagar rumah Tari dengan dada
berdebar. !ebenarnya dia ingin berangkat
lebih pagi, tapi mendadak dia sadari dirinya
kehilangan keberanian.
5ntuk pertama kali dalam sejarahnya
mengunjungi rumah seorang ce#ek, dirinya
sampai membuat konsep. Apa yang akan
dikatakan, apa yang akan ditanyakan, apa
yang akan dilakukan, apa yang akan
diceritakan. 1ang pasti dia berutang
penjelasan pada Tari dan dirinya tidak akan
mengingkari itu.
B!inting/B desisnya pelan, jadi geli sendiri
saat mengingat kertas berisi coretan konsep
itu. Tapi harus diakuinya, persiapan itu
membantu dirinya untuk sedikit lebih tenang.
Dibukanya pintu pagar, lalu setelah melepas
sepatu, co#ok itu berjalan menuju pintu.
Diketuknya pintu itu. Ari sengaja tidak ingin
memencet bel, karena itu akan
mengagetkan dirinya sendiri dan
membuyarkan ketenangan yang susah
payah diperolehnya.
,intu didepannya terbuka.
BAri)B "ama Tari terlihat surprise. BApa
kabar kamu)B
B-aik, Tan,B Ari menja#ab sambil
menganggukan kepala dan
membungkukkan sedikit punggungnya.
BTante apa kabar) !ehat)B
B!ehat. !ehat.B 7anita itu mengangguk$
angguk.
B"m... Tari ada, Tan)B
B7aaah, ke rumah %io. ,agi$pagi dia udah
berangkat.B
!eketika raut kece#a muncul di #ajah Ari.
B!usul aja ke tempat %io,B mama Tari
menyarankan dengan #ajah lunak.
Ari menggeleng dan tersenyum. B+ggak
usah deh, Tan. Kapan$kapan aja saya main
ke seni lagi.B
BKamu susul aja. ,aling di juga baru
sampai.B
Kembali Ari menggeleng. -ukan itu.
"enyusuk adalah perkara kecil. Tapi
ketiadaan Tari, pergi pagi$pagi sekali saat
hari libur, sementara semalaman dilihatnya
ce#ek itu begitu rileks dan tenang, mungkin
itu sinyal bah#a dirinya berharap terlalu
banyak. Kemungkinan benar, itu !"! salah
kirim.
BTerus kamu mau ke mana) "au pulang)B
"ama Tari bukannya usil. Tapi dari cerita
Tari, anak ini hanya tinggal berdua dengan
ayahnya. Itu pun sang ayah lebih sering
tidak berada di rumah. ,asti dia kesepian.
-ersama seorang teman atau lebih jelas
lebih baik.
B+ggak, Tan. "au ke tempat teman.B
Ari langsung teringat &ji. 'umah &ji dan
rumahnya punya kemiripan. -egitu sunyi,
hingga pemakaman pun masiah terasa lebih
ceria. 2ebih baik ditemaninya ka#an
karibnya yang sering merasa kesepian itu.
"umpung masih pagi, jadi &ji belum pergi.
B&h. Di mana)B
Ari menyebutkan alamat rumah &ji.
B&h, kalo itu sih mendingan kamu le#at
jalan potong. 2ebih dekat. Ini nih...B "ama
Tari beranjak ke pintu pagar. Ari mengikuti di
belakangnya. BKamu lurus aja, tapi nanti
jangan belok kanan, jangan ngikuti jalan
aspal. Kamu belok kiri.B
BItu kan gang kecil, Tan)B tanya Ari heran.
BIya memang. Tapi dari situ ke rumah teman
kamu lebih dekat. +anti di dalam situ
memang banyak jalan kecil. !emera#ut
deh. Tapi kamu ikuti aja jalan yang banyak
dile#ati motor. +anti tembusnya di jalan
aspal kecil kayak ini. Dari situ tinggal kamu
ikuti, nanti sampai di jalan besar. Dari situ ke
tempat teman kamu itu tinggal lurus. 2ebih
dekat, 'i.B
B&h, gitu)B Ari mengangguk$angguk. BIya,
deh. !aya coba. Terima kasih, Tan.B
BIya.B
!ebelum menaiki motornya, Ari
menanyakan sebuah pertanyaan, sekedar
untuk membuat hatinya sedikit lega.
BTari sehat kan, Tan)B
B!ehat. !ehat.B "ama Tari tersenyum
menenangkan.
B-agus deh.B Ari tersenyum lalu
menganggukan kepala. B,ergi dulu, Tan.B
BIya. ati$hati ya.B
888
,ermukiman padat itu benar$benar
semra#ut. ,enuh dengan labirin jalan kecil.
Ari menuruti petunjuk yang diberikan mama
Tari. "engambil sebuah jalan kecil yang
memang kerap dile#ati motor.
!etelah menyusuri jalan kecil itu di belakang
beberapa motor yang lain, yang berkelok$
kelok seperti tak akan berujung, akhirnya Ari
melihat sebuah jalan aspal. Tidak terlalu
lebar seperti yang terbentang di depan
rumah Tari. .o#ok itu menarik napas lega.
Akhirnya/
Tangan dan kakinya sudah pegal karena
sebentar$sebentar harus pemperlambat
bahkan menghentikan laju motornya.
,ermukiman padat ini begitu penuh dengan
anak$anak kecil yang berlarian ke segala
arah.
-egitu sampai di jalan aspal kecil itu,
sepuluh meter setelah keluar dari mulut
gang, Ari menghentikan motornya. Di
lepasnya helmnya lalu ditariknya napas
panjang. 9ang kecil panjang yang penuh
kelokan dan anak$anak kecil berlarian, serta
ketiadaan Tari, membuat Ari mendapati
tubuhnya jadi semakin letih.
Tiba$tiba kedua mata Ari terbelalak
maksimal. Disusul mukanya yang sontak
memucat. Tak jauh di depannya, tegak
sebuah gapura. 9apura yang sudah sangat
dikenalnya.
9apura kompleks rumah lamanya/
Terhuyung nyaris saja jatuh, Ari turun dari
motor. Dia belalakan kedua matanya lebar$
lebar, meyakinkan diri bah#a itu memang
gapura rumah lamanya.
Tak salah lagi/
Dia ha3al bentuk gapura ini. Dia ha3al #arna
hijaunya. Dia ha3al bentuk puncannya yang
seperti kubah masjid. Dia ha3al bentuk portal
di sebelahnya. -ahkan pos siskampling tak
jauh dari gapura itu pun, yang dulu kerap
jadi markas bermainnya bersama teman$
teman sebaya, masih pos siskamling yang
sama/
Dengan mulut ternganga dan
ketidaksadaran lagi terhadap sekelilingnya,
Ari menatap gapura itu. ,ada masa kecil,
nama perumahan yang tertera di sana sama
sekali tidak berarti apa$apa untuknya. 2ebih
sering diabaikan dan tak terbaca meski
dilaluinya berulang kali dalam sehari.
Kini, nama itu seperti Atlantis yang hilang
dan baru saja ditemukan/
Dengan tubuh lemas dan gemetar Ari
memaksakan diri menuntun motornya
memasuki sebuah aspal kecil. Jalan ini
bahkan belum berubah sejak sembilan
tahun lalu. Jalan ini nanti akan berbelok.
-erjarak dua rumah dari belokan itu adalah
rumah lamanya.
Dengan kedua kaki yang rasanya seperti
tidak menjejak bumi, Ari menuntun motornya
ke arah belokan itu, yang kini sudah mulai
terlihat. "akin lama makin dekat. "akin
dekat. "akin dekat.
Dia belokan langkah seiring dengan detak
jantungnya yang semakin menggila. Dan Ari
ternganga, nyaris tersedak napasnya
sendiri. Tubuhnya melemas dan seketika
terayun limbung. -uru$buru disambarnya
tiang listrik terdekat. "alang bagi motornya.
Kendaraan besar dan berharga mahal itu
tanpa ampun terbanting keras ke aspal.
Itu rumah lamanya/ -enar$benar rumah
lamanya///
Ari lumpuh. .o#ok itu jatuh terduduk di tepi
jalan, di sebelah motornya yang rebah di
aspal jalan. Kedua matanya tertancap pada
rumah di depannya. Tidak bisa dialihkan.
Tidak berubah. "asih sama. 'umah itu
masih rumah yang sama. anya #arna cat
dindingnya yang berubah. Dulu ayahnya
mengecat rumah itu dengan #arna hijau.
Kini rumah itu ber#arna putih. !elebihnya
tidak ada yang berubah. -ahkan pohon
jambu biji yang dulu ditanamnya bersama
Ata dan ,apa masih ada. !ekarang sedang
berbuah. -ahkan bingkai jendela di kamar
belakang pun masih bingkai jendela yang
sama. !isi ba#ah bingkai kayu itu retak.
5lah Ata saat dia mengamuk karena "ama
tidak meluluskan permintaannya.
Ari menelan ludah. "embasahi
tenggorokannya yang mendadak kering dan
sakit.
BAri)B sebuah suara memanggilnya dalam
keterkejutan hebat. Disusul suara langkah$
langkah kaki berlari. Ari tidak mendengar.
!eluruh 3okus dirinya ada pada rumah di
hadapannya.
BAri)B seorang #anita paruh baya kini
berlutut di depannya. "enatapnya lekat$
lekat dengan kedua mata yang segera
berkaca. -aru Ari tersadar.
BTante 2idya)B Ari terperangah.
B1a ampun, Ari. Kamu ke mana aja) Tante
sama &om kamu terus nyari$nyari. Kenapa
nggak pernah ke sini)B
Ari tak menja#ab. Terpana, kini seluruh
3okusnya ada pada #anita di depannya.
"elihat lagi #anita ini benar$benar seperti
melihat mama kembali. Karena baginya dan
Ata, Tante 2idya sudah seperti mama kedua.
BTan...te.... masih.... di sini)B tanyanya lirih.
B"emangnya tante mau ke mana)B
B"ama sama Ata... masih di rumah itu)B
dengan gerakan lemah, ditunjuknya rumah
lamanya.
Tante 2idya merintih dalam hati. B7aktu
kamu masih di situ, mamamu sama Ata kan
udah pergi,B dengan nada sakit Tante 2idya
mengingatkan.
BIya sih.B Ari mengangguk. BKirain setelah
saya sama ,apa pergi, "ama sama Ata
balik ke rumah itu lagi.B
Tante 2idya menggeleng. Tanpd sadar
#anita itu mengulurkan tangan kanannya
lalu mengusap$usap kepala Ari, seperti saat
Ari masih kecil dulu. Tindakannya itu
membuat Ari nyaris tidak sanggup menahan
air mata.
BTante tau, "ama sama Ata ke mana)B
B"asuk dulu yuk)B ajak Tante 2idya dengan
nada lembut.
Ari seperti tidak mendengar.
BTante tau, kenapa "ama dulu milih Ata)
Kenapa "ama nggak milih saya) Tante kan
tau, Ata tuh nakal banget. !ebentar$
sebentar berantem. !ebentar$sebentar bikin
nangis orang. +ggak pernah berhenti usil.
Kalo disuruh "ama beli apa ke #arung,
nggak pernah mau. Ata juga nggak pernah
bantuin "ama jahit apalagi ikut beresin
baju$baju jahitan. !aya yang selalu bantuin
"ama. !aya yang selalu nemenin "ama
jahit. !aya yang selalu berangkat kalo
"ama nyuruh apa$apa. Kenapa bukan saya
yang diajak) Kenapa malah Ata) Kenapa
saya yang ditinggal)B
Air mata turun bersamaan dengan rentetan
tanya itu. !elama bertahun$tahun, ini adalah
pertanyaan yang paling ingin dia ketahui
ja#abannya. ,ertanyaan yang menjadi
sumber luka dan sakit hatinya. ,ertanyaan
yang menjadi pemicu dirinya mengambil
pribadi Ata dan DmembunuhD dirinya sendiri.
Tante 2idya menatap Ari dengan pandang
nelangsa. Kedua matanya langsung
merebak.
B1uk, masuk dulu. Kebeneran banget, hari
ini Tante bikin bolu kukus, kue kesukaan
kamu. 1uk,masuk.B Tante 2idya membujuk
seolah$olah ini masih Ari yang dulu. Ari kecil
yang manis dan penurut. ,enyeimbangan
untuk Ata, saudara kembarnya yang
pemberontak dan tak bisa diam.
Ari menurut. Dia bangkit berdiri dengan
sedikit limbung. Dibantu Tante 2idya, co#ok
itu menegakkan motornya lalu menuntunnya
masuk ke halaman sebuah rumah yang
letaknya tepat bersebelahan dengan
rumahnya dulu.
Tante 2idya bergegas membuatkan teh
manis hangat. -ersama sepirin bolu kukus,
diletakkannya gelas teh itu di meja, di depan
Ari yang sibuk memperhatikan ruang tamu
rumahnya dengan sorot mata sarat
kerinduan.
7anita itu lalu duduk di depan Ari.
Dibiarkannya sesaat #aktu berlalu agar
anak laki$laki ini sedikit tenang. Takjub dia
mendapati, anak laki$laki yang dulu kecil itu
sekarang sudah sebesar ini. !etelah Ari
mengosongkan gelas teh manis hangatnya,
baru #anita itu memulai penjelasannya.
B-ukan mamamu yang milih. Tapi papa
kamu,B ucapnya dengan suara pahit. B+ggak
ada ibu yang bisa memilih, mana anak yang
mau diba#a dan mana anak yang mau
ditinggal. Dan jangan dikira juga, mama
kamu nggak berusa nyari kamu. 7aktu dia
ke sini dan ngeliat rumah kalian ternyata
sudah kosong, mama kamu udah kayak
orang gila, 'i.B
Ari, yang mendengar penjelasan a#al tadi
dengan muka menghap dinding, seketika
menoleh. Ditatapnya Tante 2idya dengan
kaget.
B"ama kamu kerjanya cuma nangis. -egitu
udah nggak sanggup nangis lagi, dia tiap
hari pergi. -erangkat pagi pulang malam.
Kalo Tante tanya, ja#abnya cuma satu.
+yari Ari. Ata sampai terlantar...B sesaat
Tante 2idya menghentikan ceritanya untuk
menghela napas.
B"ama kamu pergi ya pergi aja. Ata nggak
di urus. Kadang nggak ditinggalin makanan.
+ggak ditinggalin uang jajan. 5ntung #aktu
itu ngontraknya nggak jauh. Jadi Tante bisa
ke situ, nengok. Kalau sudah pulang, mama
kamu juga lebih banyak diam. Tante lihat,
lama$lama bukan cuma mamanya yang gila,
anaknya pasti akan gila juga. Terpaksa,
begitu mama kamu pergi untuk nyari kamu,
Ata langsung ba#a ke sini. Tante nggak
sanggup bayangin Ata sendirian di rumah
kontrakan. Dari pagi sampai malam. !uka
nggak ada makanan, lagi.B
Ari tergugu. Tak bisa bicara. -enar$benar tak
menyangka seperti ini cerita yang akan
didengarnya. ,enjelasan Tante 2idya yang
panjang lebar penuh dan penuh luapan
emosL itu akhirnya menja#ab tuntas
pertanyaan terpentingnya. 2ebih dari yang
dia duga.
B!ekarang "ama sama Ata di mana, Tan)B
tanya Ari kemudian, dengan suara pelan.
Tante 2idya tak langsung menja#ab.
BDi "alang,B ja#abnya kemudian dengan
nada lambat. B-iaya sekolah !"A di Jakarta
mahal. "ama kamu nggak sanggu. Jadi
terpaksa mereka pulang ke rumah kakek$
nenek kamu. -iar Ata bisa lanjut sekolah.
-iaya sekolah di sana masih relati3
terjangkau. Dan banyak saudara yang bisa
membantu.B
Ari menatap #anita di depannya dengan
pandang kaget.
BEmang "ama...B
B"asih menjahit kayak dulu.B Tante 2idya
tahu apa yang ingin ditanyakan Ari. B-erapa
sih penghasilannya) ,as$pasan. Itu juga
sudah dibantu Ata kerja.B
BAta kerja)B Ari semakin kaget. BKerja Apa)B
B+anti kamu tanya sendiri aja ya. Tante takut
salah ngomong.B
,erlahan kepala Ari tertunduk. Tepekur
menatap lantai. In3ormasi itu benar$benar
mengagetkannya. -enar$benar tidak dia
sangka. Ata terpaksa kerja)
Tante 2idya menghela napas diam$diam.
Kemudian dia bangkit berdiri dan dengan
lembut ditepuknya satu bahu Ari.
B!ekarang kamu ke kamar tamu, terus buka
lemari kayu yang di pojok ya,B ucapnya
lunak.
BAda apa, Tan)B
BKamu buka aja. 2ihat isinya.B #anita itu tak
ingin bicara banyak.
Dengan bingung Ari bangkit berdiri lalu
berjalan ke kamar tidur tamu. !etelah
membuka pintu, dia langsung berjalan
menuju sebuah lemari kayu disudut
ruangan. Dibukanya salah satu pintu lemari.
Isinya membuat co#ok itu mengerutkan
kening.
Tiga tumpuk kado yang belum dibuka.
-ertumpuk$tumpuk baju dalam keadaan
terlipat rapi dan sepertinya belum pernah
digunakan sama sekali. Dua boks tanpa
tutup berisi mainan dan benda$benda lain.
Dengan bingung Ari meraih sebuah kado
yang terletak paling atas dari tumpukan
paling kanan. !ebuah amplop bergambar
pesa#at direkatkan di kado tersebut. Tanpa
prasangka Ari membukanya. !eketika dia
terperajat. Tulisan rapi mamanya tertera di
kartu ulang tahun di dalamnya.
Ari,
selamat ulang tahun yang kesebelas ya. Ari
sekarang di mana) Ari sehat, kan) "ama
dan Ata juga sehat. Ini "ama beliin puAAle.
Ari kan suka puAAle. ,uAAle yang
gambarnya mobil, "ama yang pilih. Kalau
yang gambar pesa#at, Ata yang pilih.
Ata titip salam. !elamat ulang tahun
katanya.
Ari mau titip salam selamat ulang tahun juga
nggak buat Ata)
!eperti kesetanan, Ari mengambil semua
tumpukan kado itu. !emuanya untuknya/
Dari mama. Dari Ata. Dari Tante 2idya. !ejak
usianya sembilan tahun hingga yang
terakhir kali, tujuh belas tahun, dua bulan
lalu/
888
!esak oleh keterkejutan yang amat sangat,
Ari meraih tumpukan baju. !emuanya masih
baru. -ergambar tokoh$tokoh kartun
3a6oritnya, gambar mobil, gambar pesa#at,
gambar tank, gambar truck. Dan di setip
baju atau celana, dengan sebatang jarum
pentul, selalu tertempel secarik kertas.
5ntuk Ari. Dari "ama,
Ari sekarang di mana)
Ari sehat, kan) "ama sama Ata juga sehat.
!elalu begitu redaksinya. Ari meletakan
tumpukan baju itu di tempat tidur. Tergesa
diraihnya salah satu boks. Isinya benda$
benda pemberian Ata, untuknya. !elalu ada
secarik kertas di setiap benda$benda itu,
apa pun itu. Ditempelkan dengan selotip.
Dia mengenali tulisan itu. Tulisan cakar
ayam Ata pada masa$masa kecilnya.
Dengan napas memburu, Ari meraih mainan
robot$robotan. ,ada secarik kertas itu Ata
menulis.
Ari di mana)
Ini tadi Ata dibeliin mainan sama Tante
2idya.
-uat Ari aja.
Dengan tenggorokan yang mulai terasa
sakit, Ari meraih sebuah paket ulang tahun.
-erisi #a3er cokelat, permen lolipop, dan
banyak lagi. -entuknya sudah menciut,
isinya pasti sudah jadi 3osil. ,ada secarik
kertas Ata menulis...
Ari, tadi +iko ulang tahun.
Ata dikasih kue dua. Katanya yang satu buat
Ari.
Ata taro sini ya.
Dengan tangis yang mulai mencapai
pangkal tenggorokan, Ari meraih benda
yang lain. Kali ini sebuah plastik berisi
beberapa butir permen aneka rasa. Entah
apakah permen$permen ini juga masih bisa
dimakan. ,ada secarik kertas yang tertempe
di plastik bagian luar, Ata menulis...
Ari, Ata minta maa3 ya kalo suka nakalin Ari.
+anti kalo kita ketemu lagi, Ari nggak akan
Ata nakalin lagi deh. Ata janji.
+ih, Ata kasih permen. -elinya pake duit Ata
sendiri. +ggk minta sama "ama.
Dan selembar kertas berisi deretan nomer
telepon. ampir semua nomer dicoret,
kecuali dua nomer terba#ah. !epertinya
setiap muncul nomer baru, itu akan
mencoret nomer telepon sebelumnya.
+amun Ari sudah tidak sanggup melihat
lebih banyak lagi. Tubuhnya terhuyung
mundur dan membentur tembok dengan
keras. Dia meluruh di sana. Dalam
cengkeraman tangis yang benar$benar
hebat. Tangis hebat yang pertama, setelah
bertahun$tahun dia tak lagi mengeluarkan
air mata. !etelah bertahun$tahun dia
memutuskan untuk berhenti menangis dan
mulai belajar menjalani hidupnya tanpa
mama dan saudara kembarnya.
-erdiri di luar kamar, Tante 2idya harus
menekan mulutnya kuat$kuat dengan kedua
tangan untuk juga meredam tangis dan
sesak di dadanya.
Entah sudah berapa lama Ari meringkuk di
sudut kamar. "emeluk kedua lututnya dan
menenggelamkan muka di antaranya. Entah
sudah berapa lama dia menangis. Ketika
tangis itu reda, co#ok itu menatap semua
benda yang tersusun rapi dalam lemari kayu
itu dengan kedua mata yang bengkak dan
berkabut. -enda$benda yang jadi bukti
nyata bah#a ternyata, sama seperti dirinya,
mama dan saudara kembarnya tak putus
mencarinya.
+yaris kehilangan seluruh tenaga, Ari
memegang dinding, tepi meja, dan semua
benda yang bisa diraihnya dan dijadikan
pegangan. Terhuyung$huyung dia berjalan
menuju lemari kayu itu, dan dengan gerakan
lemah meraih lembar kertas berisi deretan
nomer telepon itu. -egitu kertas itu teraih,
co#ok itu langsung jatuh terduduk seketika
itu juga.
Dengan gerakan pelan, dikeluarkannya
ponselnya dari saku depan celana jinsnya,
lalu ditekannya deret nomer terba#ah. +ada
tunggu di seberang membuat tubuhnya
gemetar.
Balo..)B
Ari tercekat.
!uara itu masih sama/
!uara itu masih sama///
Ari menggerakkan mulutnya, tapi tidak ada
suara yang bisa keluar. !ama sekali.
Balooo)B suara lembut itu mengulangi
sapaannya.
Ari masih belum sanggup mengeluarkan
suaranya.
B!iapa, "a)B
!atu suara terdengar di belakang. Kali ini
bukan seperti suara yang tersimpan dalam
kenangannya. !uara ini berat. Ari tersentak.
Ata)
B+ggak tau ini. "ama halo$halo diem aja.B
B1a udah. Tutup aja, "a. &rang iseng, kali.B
BIya, mungkin.B
Dan kontak itu terputus. !eperti tersengat,
Ari segera menekan tombol kontak.
Balo)B suara lembut itu kembali terdengar.
Ari menelan ludah dengan susah payah dan
terengah. .epat$cepat dija#abnya sapaan
itu sebelum dia menghilang lagi.
B"ama.... Ini.... Ari....B
!uara yang dikeluarkan Ari dengan
mengerahkan seluruh tenaga di tubuhnya
yang sudah lemah itu hanya berupa bisikan
parau yang nyaris tak terdengar, namun
seketika menimbulkan keheningan di
seberang sana. Keheningan sedetik yang
disusul bunyi seperti benturan keras dan
kemudian hubungan terputus.
Ari tersentak.
B"a)/B panggilnya seketika. Tak ada
sahutan. B"ama/) "ama/) Ini Ari///B
,onselnya yang menja#ab panggilan
paniknya itu, dengan nada sibuk. !eperti
kesetanan, benar$benar sudah tanpa
kesadaran, Ari bergegas menekan tombol
kontak. +omer itu kini tidak akti3. Dicobanya
sekali lagi. Tetap tidak akti3. "enyentakkan
tangis co#ok itu kembali ke permukaan.
Di tengah usaha keras Ari terus
menghubungi nomer itu, masuk sebuah
panggilan. Dari nomer yang tidak di kenal
dan bukan nomer yang tertera di selembar
kertas itu. Diangkatnya panggilan itu.
Balo)B suara lembut itu kini sudah
bercampur tangis. Balo, Ari) -ener, ini Ari)B
Ari tak mampu menja#ab. +omer pertama
yang kini tidak akti3 itu melumpuhkannya.
-eberapa saat co#ok itu berjuang keras
mengatasi cengkeraman kekacauan
tubuhnya.
BIya,B ja#abnya dengan suara parau. ening
sesaat. !ebelum kemudian...
BAri)B telepon ternyata telah berpindah
tangan. !uara berat itu. Ari tertegun.
BIya,B sahutnya kemudian. BIni Ata)B
Kembali hening. !ebelum kemudian suara
berat itu menja#ab. Dalam getaran sangat
hebat.
BIya. Ini Ata.B
Kemudian Ari mendengar Ata $dengan posisi
ponsel dijauhkan dan suara yang masih
bergetar$ bicara kepada seseorang.
BIya, "a. Ini Ari.B
2angsung terdengar isak tangis, dan ponsel
langsung berpindah tangan.
BIni Ari) .... -ener, ini Ari) ... Ini "ama, 'i...B
suara itu terputus$putus oleh tangis.
BIya, "a. Ini Ari...B
Kembali isak tangis pecah. !elama
beberapa saat hanya suara tangis itu yang
terdengar. Ari sendiri sudah tak mampu
membuka mulutnya. Emosi menguras habis
tenaganya. Dengan bersandar sepenuhnya
ke lemari di sebelahnya, co#ok itu
mendengarkan isak tangis sang mama di
ujung sana. -etapa suara ini sungguh$
sungguh melegakannya dan mengangkat
seluruh bebannya.
Ketika telah berhasil menguasai tangisnya,
mama Ari langsung bertanya, BAri, kamu
sekarang di mana, +ak) "ama cari$cari
nggak pernah ketemu.B
BDi rumah Tante 2idya, "a.B Ari menja#ab,
dengan suara yang lemah namun terasa
ringan.
B"ama sering ke situ tapi kok nggak pernah
ketemu kamu) Tante 2idya juga bilang kamu
nggak pernah datang)B
B-aru hari ini, "a. Ari nyari$nyari udah lama,
tapi baru ketemu hari ini/B
BAri sehat)B
B!ehat, "a.B
Komunikasi yang kembali setelah terputus
selama sembilan tahun itu baru berakhir
setelah pulsa dari kedua belah pihak habis.
Ari menatap ponselnya yang kini tak bisa
lagi digunakannya untuk menelepon itu.
!enyum lega dan bahagia tercetak
dibibirnya. -aru dirasakannya, tubuhnya
sangat lelah. .o#ok itu lalu menjatuhkan
tubuh ke lantai. Kelelahan panjang, pikiran,
dan emosi yang terus diaduk$aduk dan
dikacaukan membuatnya tertidur tak lama
kemudian.
Dua jam kemudian, Ari membuka mata
karena ponselnya meneriakan ringtone
tanpa berhenti. !ederet nomer yang muncul
dilayar membuat co#ok itu segera
menyambarnya. "amanya. Tapi kali ini
#anita itu tidak bicara banyak, hanya
mengatakan bah#a sekarang di ruang tamu
sudah berkumpul kakek$neneknya dan
beberapa saudara. !emua ingin bicara
padanya.
&rang pertama yang diserahi telepon itu
adalah "bah ,utri.
BTole, ini 5ti, 2e. Kamu sehat)B anya satu
kalimat itu yang sanggup dikatakan
perempuan tua itu. !etelah itu Ari hanya
mendengar isak tangis. Ari sampai harus
menutup mulut rapat$rapat untuk menahan
tangisnya sendiri.
!etelah mama dan saudara kembarnya,
"bah ,utri adalah sosok yang paling dia
rasakan kehilangannya. "enyumbangkan
banyak kesedihan dalam hari$harinya
kemudian.
Telepon segera diserahkan ke orang berikut,
karena "bah ,utri sepertinya tidak akan
sanggup bicara. Ari dan Ata adalah cucu$
cucu pertamanya. .ucu$cucu
kebanggaannya. .ucu$cucu yang
membuatnya takjub karena begitu sama dan
serupa. Tidak bisa dibedakan. Kesalahan
dalam memanggil nama, ketidaktepatannya
dalam mengenali, yang sering terjadi
berulang kali, selalu membuat bahu #anita
tua itu terguncang$guncang dalam kekehan
ta#a. Apalagi kalau #ajah kedua cucunya
tersebut kemudian jadi cemberut karena
bosan selalu salah dikenali, ta#a terkekeh
sang nenek akan makin menjadi. ilangnya
salah satu cucu kesayangannya itu seketika
mencabut semangat hidupnya dan sempat
membuat perempuan tua itu jatuh sakit
dalam jangka #aktu cukup lama.
&rang berikut di ujung telepon adalah "bah
Kakung. Dengan suara serak dan bergetar,
beliau menanyakan kabar. Apakah cucunya
itu sehat) !udah sebesar apa) -agaimana
sekolahnya) Dan sederet pertanyaan lain
yang merupakan bentuk rasa syukur dan
kebahagiaan yang sarat.
!etelag "bah Kakung, berturut$turut para
pakde dan budenya, disusul paklik dan bulik
serta para sepupu.
Dua jam berlalu. 'entetan telepon itu ditutup
oleh seseorang yang selama sembilan bulan
berbagi rahim sang mama dengannya. Ata.
,ercakapan itu canggun. Tak bisa
disalahkan karena sembilan tahun bukanlah
rentang #aktu yang pendek.
8888
"enjelang jam delapan malam, Ari pamit
pulang.
B"akan dulu ya, 'i. Tante sudah masakin
makanan kesukaan kamu tuh. 1uk,B Tante
2idya bicara setengah membujuk. Ari
menggeleng dengan perasaan bersalah.
B+ggak usah, Tan. +anti saya makan di
rumah aja. 2agi pula, saya benar$benar
nggak laper. +ggak pengin makan. +anti
juga kan saya pasti main ke sini lagi.B
Tante 2idya mengangguk mengerti.
Ari meninggalkan rumah Tante 2idya dengan
sebuah kantong plastik dalam pelukan.
-erisi sebagian benda$benda dari lemari
kayu penyembuh luka itu. Kado ulang tahun
yang dititipkan mamanya dan Ata di rumah
Tante 2idya. -eberapa potong baju.
-eberapa buku cerita. -eberapa mainan.
!emua sudah jauh melampaui usianya.
+amun Ari tidak peduli. !emua benda dalam
pelukannya ini adalah benda$benda yang
sangat berharga.
'umahnya gelap gulita, tapi kali ini Ari tak
peduli. Dengan langkah$langkah ringan,
dibukanya pintu pagar. Kemudian
dimasukkannya motornya ke garasi.
Dengan langkah$langkah ringan juga, co#ok
itu lalu membuka pintu ruang tamu lalu
menembus kegelapan pekat rumahnya.
Dinyalakannya lampu di setiap ruangan,
satu per satu.
Dengan langkah$langkah cepat, seperti tak
sabar, dan dengan sebuah senyum yang
merekah tanpa dia sadari, Ari bergegas
menuju kamar tidurnya. Diletakannya
ba#aannya di depan sebuah lemari kayu di
sudut kamarnya. 2emari kayu pesanan
khusus, karena berornamen semua simbol
matahari dari banyak legenda dan mitologi.
!etelah melepas kausnya, dengan
bertelanjang dada co#ok itu duduk bersila di
depan lemari kayu yang terdiri atas susunan
empat laci. Ari masih ingat dengan jelas apa
isi tiap$tiap laci yang selalu di kuncinya
dengan cermat itu. Keempatnya berisi
barang$barang yang amat sangat berharga.
!etelah bertahun$tahun, ini pertama kalinya
dirinya memiliki keberanian untuk membuka
kembali laci$laci tersebut.
2aci terba#ah adalah laci milik Ata. -erisi
mainan$mainan Ata, baju$bajunya, topi,
sepatu, kaos kaki, dan semua barang milik
Ata yang berhasil diselamatkannya dari
usaha DgenosidaD yang dilancarkan papanya
saat laki$laki itu murka.
7alaupun belakangan papanya menyesal,
Ari terlanjur sakit hati. Tidak ada jaminan
,apa tidak akan murka lagi pada lain #aktu.
Ari membuka laci terba#ah. -enda yang
terletak paling atas langsung membuatnya
tersenyum geli. Jubah -atman kesayangan
Ata. -atman adalah tokoh idola saudara
kembarnya itu.
7aktu kecil dulu, Ata sering berkeliaran di
sekitar rumah dengan jubah -atman$nya
yang bejibun, membela kebenaran dan
menegakkan keadilan menurut 6ersinya
sendiri. Dan sering kali praktik$praktik
superhero Ata itu berujung dengan rumah
mereka didatangi ibu$ibu tetangga, dengan
muka cemberut kesal bahkan marah, karena
anak mereka dibuat menanis oleh Ata.
"ama sampai sering kelimpungan
menghadapi gelombang protes yang begitu
kerap terjadi.
!etelah mengenang masa$masa kecil
saudara kembarnya dengan senyum geli, Ari
menutup kembali laci itu dan menguncinya
dengan cermat.
Kemudian co#ok itu berdiri. Dibukanya laci
nomer dua. Isinya semua benda milik
mamanya. 2agi$lagi yang berhasil
diselamatkannya dari usaha pembersihan
yang dilakukan oleh ,apanya. Dan benda
yang diletakannya paling atas adalah benda
yang membuatnya selalu tersenyum saat
laci ini ditariknya hingga terbuka. .etakan
bolu kukus. Kue kesukaannya. !etelah
memandangi cetakan kue itu beberapa saat,
Ari menutup kembali laci itu dan
menguncinya dengan cermat.
Terakhir, Ari membuka laci ketiga. 2aci
tempatnya meletakkan benda$benda
pribadinya. Tentu saja benda$benda pribadi
yang berasal dari masa kecilnya, saat
keluarganya masih utuh dan tinggal
bersama. Dimasukkannya semua benda
yang diba#anya dari rumah Tante 2idya,
kemudian ditutupnya laci itu dan dikuncinya
dengan cermat.
"alam itu, untuk pertama kalinya Ari tertidur
pulas di kamarnya dengan perasaan tenang.
+yaman. 2epas. Karena kesunyian
rumahnya sudah tidak lagi menjadi hantu
yang bahkan dalam keadaan terlelap pun
bisa dirasakan kehadirannya. -erkuasa,
absolut, dan kerap membuatnya takluk
dalam kekalahan.
888
Ari membuka mata karena ponselnya terus
menjeritkan ringtone, tanpa henti. Dengan
lemah, karena masih setengah sadar,
diraihnya benda itu. Dari mamanya.
!eketika co#ok itu melompat bangun.
BIya, "a)B ucapnya segera. !etelah
sembilan tahun tidak bisa mengucapkan
satu kata itu, rasanya Ari ingin terus$
menerus mengatakannya mengiringi setiap
detik pergantian #aktu.
Dengan kegembiraan yang meluap, mama
Ari mengabarkan bah#a dirinya dan Ata
akan terbang ke Jakarta sore nanti.
Ari terpaku. B-etul) "ama betul mau ke
Jakarta)B tanyanya terbata.
BIya. Kamu sehat, kan)B
BIya. Ari sehat, "a,B ja#abnya dengan suara
yang langsung berubah serak.
B-egitu aja ya, 'i,B mamanya mengakhiri
pembicaraan singkat itu, setelah
menyebutkan maskapai penerbangan dan
jam keberangkatan. B"ama mau bantu 5ti
dulu nih. Dia masakin banyak lauk. -uat
diba#a ke Jakarta, katanya. -uat kamu.
1ang #aktu kamu kecil dulu sering dia
masakin buat kamu itu. Ata lagi ikut Akung,
beli oleh$oleh buat kamu. +anti "ama
kabarin lagi kalo kami sudah mau berangkat
ke !urabaya ya.B
BIya, "a. Iya.B Ari menja#ab lirih, tak bisa
menahan tangisnya. Ketika pembicaraan itu
berakhir, co#ok itu jatuh terduduk di sisi
tempat tidur. Tenggelam dalam
cengkeraman isak tangis dan air mata.
"ama dan Ata akan ke Jakarta/
!etelah tangisnya reda, dengan perasaan
sedikit malu Ari bangkit berdiri. ari ternyata
telah pagi. !inar matahari menerobos le#at
sela$sela tirai. !ambil menghapus air
matanya, co#ok itu bangkit berdiri lalu
mematikan lampu dan membuka tirai serta
jendela.
al pertama yang langsung dirasakannya
adalah, perutnya melilit kelaparan. -aru dia
ingat, terakhir makan adalah kemarin pagi.
Itu pun bubur ayam, dalam perjalanan ke
rumah Tari. !etelah itu perutnya tidak
kemasukan apa$apa lagi selain teh manis
hangat dan sebuah bolu kukus di rumah
Tante 2idya.
.o#ok itu bergegas turun menuju dapur.
-arangkali ada yang bisa digunakannya
untuk mengganjal perut.
Kulkas sudah seperti minimarket dalam
bentuk lebih mini. !emuanya ready stock.
-eberapa botol minuman ringan, buah dan
sayuran, yang jika layu akan langsug diganti
dengan yang segar oleh pembantu paruh
#aktunya. -iskuit, cokelat, kacang$
kacangan.
Ari menghela napas. Dia ingin makan nasi.
Dibukanya 3reeAer. Kembali semuanya
lengkap tersedia. -akso dan sosis beku.
+ugget yang juga beku. Daging ayam dan
daging sapi berbumbu yang juga beku total,
yang kerasnya mungkin menyamai baja
penopang jalan layang.
Kembali co#ok itu menghela napas.
BIni mah beruang kutub juga nggak doyan,B
desahnya. Akhirnya dia menjerang sedikit
air dan membuat segelas cokelat panas.
Dengan gelas cokelat panas di tangan
kanan, untuk pertama kalinya Ari melihau
ruangan demi ruangan di rumahnya dan
segala isinya tanpa kesigapan pertahanan
diri terhadap kesunyian absolut rumah ini.
Juga tanpa khayalan musykil, seandainya
seluruh benda di ruangan ini bisa bicara.
ingga dirinya punya teman dan tidak selalu
sendirian.
5ntuk pertama kalinya juga co#ok itu
menyadari, menyadari yang benar$benar
menyadari, betapa indah dan megah tempat
tinggalnya. Ketika dibukanya pintu depan,
dia juga sempat terpukau dengan keindahan
taman kecil di depan rumahnya.
Ayahnya memang sudah menye#a ahli
pertamanan untuk mengurus taman kecil di
depan rumah ini dan semua ornamen
penunjangnya, seperti lampu, air mancur,
kursi, patung dan lain$lainnya.
Juga pembantu paruh #aktu untuk
membersihkan rumah dan membereskan
segala tetek$bengek urusan rumah tangga,
seperti mencuci, menyetrika dan lain$lain.
Tadinya -u Asih, pembantu paruh #aktu itu,
juga memasak. Tapi karena makanan$
makanan itu lebih sering ber3ungsi seperti
sesajen buat hantu, alias jarang sekali di
sentuh, akhirnya dia berhenti memasak.
Alasannya simpel tapi masuk akal. "ubaAir.
Dari tadinya datang setiap hari, -u Asih jadi
datang dua hari sekali, atau tiga hari sekali,
bahkan empat hari sekali, karena memang
tak banyak tugas yang harus diselesaikan.
'umah sang majikan lebih sering terasa
seperti rumah kosong daripada
berpenghuni.
BApa panggil 'idho sama &ji ke sini ya)B
gumam Ari tanpa sadar.
9umaman tanpa sadar itu membuatnya
seketika mematung. .o#ok itu meyakinkan
diri bah#a pemikiran barusan bukan muncul
karena dirinya sedang kelaparan dan
sedang malas keluar. !ekarang era deli6ery.
"akanan apa pun bisa diantar.
B-ukan.B dia menggeleng.
!elama ini dia merahasiakan rumahnya
bukan karena tempat ini me#ah. Tapi lebih
karena dia tidak ingin menja#ab ribuan
pertanyaan yang pasti akan muncul.
,ertanyaan$pertanyaan yang sesungguhnya
sederhana dan #ajar, tapi akan bere3ek
hebat terhadap pertahanan mental dan
emosinya.
Tetapi sekarang sudah tidak perlu lagi,
karena rumah ini sudah tidak lagi menjadi
momok.
Ari tersenyum, mendadak jadi bersemangat.
Akan dibaginya tempat ini bersama dua
sahabatnya. Juga kabar baik yang saat ini
hampir membuat dadanya ingin meledak
karena lega dan bahagia.
Keputusan itu seketika membuat Ari
meletakan gelas cokelat panasnya di kursi
taman, lalu berlari masuk. ,ulsa ponselnya
habis, tapi masih ada cukup banyak pulsa di
ponselnya yang satu lagi, yang selama inM
hanya digunakan untuk berkomunikasi
dengan Tari. ,onselnya sebagai Ata.
!enyum sesal muncul kala mengingat
masa$masa itu, tapi Ari buru$buru
mengenyahkannya. Ditekannya sederet
angka yang sudah diingatnya di luar kepala.
888
!ebuah nomer tak dikenal muncul di layar
ponselnya, 'idho mengangkat dengan
kening berkerut.
Balo)B
BIni gue,B ucap Ari langsung.
B&h, elo. 9anti nomer, ya) Emang kenapa
sama nomer keramat lo)B
B,ulsanya abis. Dho, lo bisa tolong ke sini,
nggak)B
-egitu Ari menyebutkan alasan dia
menelpone, di seberang kontan hening.
BDho) 2o denger, nggak)B ucap Ari setelah
beberapa saat membiarkan 'idho terkejut.
"asih tak ada suara. BDho) alo) alo)B
BIya. Iya. alo,B 'idho menja#ab
tergeragap. BElo serius nih)B
B!erius. !ori ya, baru sekarang.B
B+ggak. +ggak pa$pa. Di mana)B
B+tar gue kasih tau kalo lo udah jalan.
Jangan lupa beliin gue sarapan. 2aper
banget. Kemaren seharian gue nggak
makan.B
BEmang kenapa sih) !akit lo ntar.B
B+tar gue cerita banyak. 2o ke sini aja dulu.B
BTerus, sarapannya apaan nih)B
BApa aja lah.B
B7arteg dekat rumah gue aja, ya) -iar gue
bisa langsung ke tempat lo, nggak perlu
mampir$mampir.B
BApa aja. 1ang penting bisa buat ngisi
perut.B
B&ke. 9ue langsung jalan.B
BThanks.B
888
!ebuah nomer tak dikenal muncul layar
ponselnya. &ji mengangkatnya tanpa
menduga.
BJi, lo temanin 'idho gih/B ,erintah Ari yang
selalu tak terbantahkan turun saat itu juga.
BKe mana)B
B2o telepon aja dia.B
Ari langsung mengakhiri pembicaraan. Di
seberang, &ji menjauhkan ponselnya dari
telinga dengan kening mengkerut rapat.
2angsung dikontaknya 'idho. Ka#an
karibnya itu menjelaskan dengan suara
mengambang. &ji ternganga.
B!erius lo)B tanya &ji dengan suara
tercekat.
BDia bilang begitu.B
&ji terdiam. "asih dengan ponsel masing$
masing menempel di telinga, keduanya
sama$sama terdiam. Ini memang sama
sekali di luar dugaan. !ama sekali tidak
mereka sangka.
BDi mana.... rumahnya)B ganti suara &ji
yang kemudian terdengar mengambang.
B+anti dia kasih tau. !etelah kita udah jalan
dan beliin dia makan. Dia minta tolong
dibeliin sarapan.B
B9ue ke tempat lo/B putus &ji seketika dan
langsung ditutupnya telepone.
Tak sampai setengah jam, sebuah taksi
berhenti di depan pagar rumah 'idho.
!edan putih 'idho telah terpakir di tepi jalan
dan &ji melihat temannya itu sedang
berdebat dengan mamanya di teras rumah.
Debat itu jelas tanpa titik temu, karena &ji
melihat 'idho balik badan dengan muka
kaku dan melangkah cepat keluar halaman
tanpa menghiraukan panggilan keras
mamanya.
BKalo dia, juga -okap, bisa pergi seenaknya
dengan alasan kerjaan $ke luar kota bahkan
ke luar pulau sampe berhari$hari$ kayak
nggak punya segerombolan anak, kenapa
gue nggak)B ucapnya dengan kesal sambil
membuka pintu depan mobil.
&ji cuma tersenyum tipis. Dia sangat
mengerti karena situasi rumahnya sendiri
juga seperti ini. Dengan perasaan tidak
enak, dianggukkannya kepala ke arah
mama 'idho yang sedang cemberut di
teras, kemudian buru$buru masuk mobil.
!edan putih itu segera melesat pergi.
2ima menit kemudian 'idho menepikan
mobilnya di depan sebuah #arteg kecil di
pinggir jalan. Dia turun sementara &ji tetap
di mobil. Tak lama 'idho kembali dengan tas
kresek hitam. !etelah meletakan
ba#aannya itu di jok belakang,
dikeluarkannya ponselnya dari saku depan
jins biru pudarnya. Diketiknya sebuah !"!
singkat untuk Ari.
-reak3ast is ser6ed.
Di teras rumahnya, Ari tersenyum tipis.
Ditekannya tombol kontak.
B5dah)B
B1ap.B
B2o sama &ji)B
BAda di sebelah gue.B
'idho melirik &ji yang bisa mendengar
percakapan itu dengan jelas karena 'idho
menekan tombol loudspeaker. Ari
menyebutkan lokasi rumahnya. !eketika di
seberang tercipta keheningan. Dibiarkannya
beberapa detik terle#at untuk memberikan
kesempatan kepada kedua teman akrabnya
itu untuk terkesima.
B&ke, gue tunggu ya,B kata Ari kemudian.
B.epetan. 9ue udah kelaperan banget nih.B
-egitu Ari menutup telepone, 'idho dan &ji
saling pandang. -ersamaan kedua
pandangan mereka beralih ke nasi bungkus
keluaran #arteg di jok belakang.
B+ggak le6el.B kedunya menggeleng
bersama lalu meringis lebar.
B1a udah. 9anti.B
B9ue nggak ada duit lagi, Ji. Tinggal buat
bensin nih. Emak gue kalo lagi ngamuk
kayak tadi, nggak bakal ngasih gue duit.B
B1a udah. Tenang. Tenang. 9ue aja,B ucap
&ji langsung. Ditepuk$tepuknya pundak
'idho.
888
Ari sengaja berdiri di tepi jalan depan
rumahnya agar kedua temannya lebih
mudah menemukannya. -egitu sampai,
'idho dan &ji tidak mampu
menyembunyikan kekaguman mereka.
Keduanya bahkan sudah langsung terlongo$
longo begitu mobil berhenti. Ari
menghentikan ketakjuban keduanya dengan
mengetuk$ngetuk kaca jendela di sebelah
'idho.
B7oi, gue laper.B
Keduanya tersadar. -uru$buru mereka
turun. !etelah sesaat memandangi kedua
patung elios dengn terkagum$kagum,
keduanya memasuki 9erbang elios
dengan sikap seperti undangan yang
memasuki ruang acara grand opening
sebuah galeri seni.
Ari memba#a kedua teman akrabnya itu
memasuki ruang tamu. Di sana 'idho dan
&ji makin terlongo$longo lagi, karena
ruangan itu penuh dengan benda$benda
yang baru pertama kali itu mereka lihat.
!etelah meletakan sarapan pesanan Ari di
meja tamu, 'idho langsung menghampiri
sebuah benda yang merupakan tema inti
ruangan itu. ,atung De#a 'a.
"eskipun 'idho tadi mengatakan akan
membeli pesanan Ari di #arteg dekat
rumahnya, yang sekarang tergeletak di
depan Ari adalah paket sarapan keluaran
sebuh restoran Jepang yang sudah punya
nama.
BTadi kayaknya gue denger lo bilang #arteg
deh,B ucap Ari sambil mengeluarkan kotak
makan pagi itu dari dalam tas plastik.
B7arjep. !alah denger lo,B kilah 'idho
ringan. &ji tersenyum.
Tanpa sadar terintimidasi oleh lokasi rumah
yang disebutkan Ari di telepon, 'idho dan
&ji terlibat debat kecil di mobil tadi, tentang
restoran T&, mana yang kira$kira le6elnya
pas dengan rumah Ari.
BKami boleh liat$liat)B tanya &ji.
Ari mengangguk tanpa menja#ab, sibuk
mengunyah makanannya. Kedua temannya
segera berpencar. &ji nyelonong ke ruang
dalam sementara 'idho menaiki tangga.
!etelah selesai menghabisi setiap sudut
rumah, setelah terkagum$kagum di depan
setiap peralatan eloktronik yang memang
tercanggih, setelah puas melototi semua
benda yang menurut mereka aneh dan
keren, atau nggak jelas itu apa, keduanya
kembali menghampiri Ari yang saat itu telah
menyelesaikan sarapan dan sedang
menyulut sebatang rokok.
Ada satu hal yang disadari keduanya
dengan sangat jelas. Terlepas dari semua
keme#ahan yang bisa ditemukan di hampir
setiap sudut rumahK rumah ini dingin. Tak
berji#a. Kosong.
&ji bisa merasakan itu karena rumahnya
juga seperti ini. !elalu sepi. !ementara
'idho tak selalu. Karena meskipun kedua
orangtuanya juga sering berpergian, dia
punya seorang kakak dan dua orang adik.
B-okap lo ke mana) "inggu kerja juga)B
tanya &ji dengan nada hati$hati.
B+ggak tau,B Ari menja#ab dengan nada tak
peduli. BDari sebelom berangkat ke -ali gue
udah nggak ngeliat dia.B
&ji mengangguk$angguk langsung paham.
BAda apa, 'i)B Kalau &ji hanya berani
menyinggung sisi terluar, 'idho langsung ke
pusat lingkaran.
Ari menatap #ajah salah satu sahabatnya
itu, berusaha menahan luapan emosh yang
sejak tadi ditahannya mati$matian.
Kemudian dia menoleh dan menatap #ajah
sahabatnya yang lain.
B2o berdua tau) 9ue berhasil nemuin
+yokap sama Ata.B suaranya langsung
berubah serak dan ketenangannya segera
lenyap. 'idho dan &ji terperangah.
B-eneran)B bisik 'idho tak percaya.
BKapan) Di mana)B
BKemaren. 7aktu pulang dari rumah Tari.B
Ketenangan Ari pecah. Ketenangan sang
pentolan sekolah yang selalu sempurna itu
luluh lantak. Dengan suara tersendat,
kadang terdengar, kadang tidak, dengan
susunan kalimat yang berantakan, dengan
intonasi yang naik$turun, Ari menceritakan
semuanya. Termasuk soal !"! Tari.
Kedua sobatnya terpana. Diam tak bisa
bicara. Dan Ari benar$benar tak sanggup
lagi menahan luapan emosinya. -erkali$kali
co#ok itu terpaksa mengusa kedua mata
setelah gagal menahan agar kabut bening
itu tidak mengalir turun.
Kedua mata 'idho dan &ji ikut berkaca,
karena hampir dalam sebagian #aktu, Ari
menghabiskannya bersama mereka berdua.
.epat$cepat keduanya mengerjapkan mata,
mencegahnya mengalir turun. -ersamaan
keduanya mengulurkan tangan lalu
merangkul Ari dari kedua sisi, saat untuk
yang sudah tak bisa di hitung lagi Ari
kembali mengusap kedua matanya.
BJangan bilang siapa$siapa kalo lo berdua
pernah ngeliat gue nangis ya,B ancamnya,
tapi dengan suara lemah.
Kedua sobatnya terta#a pelan dan
mengeratkan rangkulan bersamaan.
B+ggaklah. Kami paham,B bisik 'idho. B2o
udah bilang Tari)B
Ari tersenyum, menggelangkan kepalanya.
B2o pasti nggak percaya,B ucapnya sambil
menatap 'idho. B9ue nggak berani.B
Kedua alis 'idho sontak bertaut rapat,
membuat Ari terta#a pelan.
B!erius, gue nggak berani ngasih tau dia.B
BKalo ngeliat dari !"!$nya, kayaknya dia
ngerti, 'i.B
BKayaknya itu !"! salah kirim. !oalnya
sampe sekarang dia nggak kirim lagi.B
B1a udah. +anti$nanti aja lo kasih tau dia.B
'idho mengangguk, mengerti salah satu sisi
co#ok yang tidak diketahui ce#ek itu.
Ari menarik napas panjang. 'asanya benar$
benar lega. -enar$benar ringan. Dilihatnya
jam kayu jati berbentuk matahari di salah
satu dinding ruang tamunya.
B!ori, gue harus ke bandara.B
B!ekarang)B 'idho mengangkat kedua alis.
B"asih empat jam lagi pesa#atnya landing.
Ini aja mereka belom berangkat.B
Ari tersenyum tipis. B+yiapin mental,B
ucapnya pendek. Tak ingin mengatakan
yang sebenarnya.
Dia cemas dengan pertemuan ini. Dia
cemas jika ternyata mama dan saudara
kembarnya sudah bukan lagi orang yang
sama. Dia cemas sembilan tahun
kehilangan itu telah menciptakan dinding
yang kokohnya mungkin akan abadi.
Ari tahu, sesungguhnya saat ini dirinya
sangat membutugkan seorang teman. Tapi
reputasinya selama ini membuatnya tak
sanggup membiarkan seorang melihat
kejatuhannya nanti seandainya semua
kecemasan itu benar$benar terjadi,
meskipun itu kedua sahabatnya sendiri.
B"au kami temenin)B ta#ar 'idho, bisa
membaca pikiran itu.
Ari tersenyum tipis dan menggeleng. B9ue
akan baik$baik aja, kalo itu yang elo takutin.B
B1akin)B 'idho menatapnya lurus.
BIya.B Ari mengangguk tegas, menyangkal
kata hatinya sendiri.
B&ke.B 'idho tak ingin memaksa.
Ari bankit berdiri. B9ue siap$siap dulu,B
ucapnya sambil berjalan ke kamarnya.
888
"ereka berpisah di mulut kompleks. -egitu
motor Ari sudah hilang dari pandangan,
'idho segera menepikan mobilnya.
Dikeluarkan ponselnya dari saku celana dan
segera dicarinya satu nama di da3tar kontak.
!atu nama yang secara cepat dan diam$
diam tadi dilihatnya dari ponsel Ari.
Tari mengerutkan kening saat layar
ponselnya memunculkan sederet nomer
baru yang tidak dikenalnya.
Balo)B sapanya dengan nada ragu.
BIni gue, Tar. 'idho,B ucap 'idho langsung.
B&h/B Tari terkejut. Kedua alisnya terangkat
tanpa sadar. BIya, Kak)B
BAlamat rumah lo di mana) 9ue lupa.B
BEmang kenapa)B
B9ue jemput lo sekarang.B
Tari tercengang. BAda apa sih, Kak)B
'idho menceritakan dengan singkat. Tari
terperangah. "ulutnya sampai ternganga
lebar. !aking tak percayanya dengan berita
yang disampaikan 'idho.
B!erius) -eneran/)B serunya tertahan.
B!erius. "akanya gue mau jemput lo
sekarang. !iap$siap ya. Jadi nanti kita
langsung jalan.B
BIya. Iya.B
-egitu 'idho menutup telepone, Tari
mematung. -enar$benar tak mengira
penantian dan pencarian Ari yang panjang
dan menyakitkan akhirnya berujung. .e#ek
itu buru$buru berlari ke kamar mandi.
888
'idho menghentikan mobilnya di terminal
kedatanan domestik tempat maskapai
penerbangan yang memba#a mama Ari dan
saudara kembarnya nanti mendarat. 5ntuk
tujuan inilah tadi dia $$seolah$olah sambil
berlalu$$ bertanya pada Ari maskapai apa
yang mereka gunakan. "engantar
seseorang yang sesungguhya sangat
dibutuhkan Ari saa ini, namun sahabat
karibnya itu tak ingin mengtakan.
BDi sini, Tar.B 'idho menoleh ke belakang,
juga &ji.
B&h.B Tari langsung bergerak, mengulurkan
tangannya untuk membuka pintu. BKak
'idho sama Kak &ji nggak turun)B tanyanya
heran.
Kedua co#ok di depannya menggeleng
bersamaan.
BKalo dia mau kita temenin, pasti tadi udah
ngomong.B ucap &ji.
'idho mengangguk membenarkan. BTolong
jangan tinggalin dia ya, Tar,B pesan 'idho.
Tari menatap kedua orang itu sambil
menggigit bibir, kemudian mengangguk
pelan. !etelah mengucapkan terima kasih,
dibukanya pintu di sebelahnya dan turun.
!esaat 'idho dan &ji mengikuti kepergian
ce#ek itu, yang berjalan menyusuri koridor
lapang terminal kedatangan dengan kepala
menoleh ke segala arah, mencari$cari
keberadaan Ari.
8888
"A!I tiga jam lagi pesa#at yang akan
memba#a mamanya dan Ata dijad#alkan
landing. ,esa#at itu bahkan belum take o33.
"asih terpakir di -andara Juanda, !urabaya
sana. Tapi Ari sudah duduk menunggu sejak
setengah jam lalu. -ertahun$tahun jatuh$
bangun dalam begitu banyak usaha
pencarian yang menguras emosi,
menunggu, berharap, memohon dalam
ribuan doa sampai akhirnya pasrah dan
berusaha ikhlas, tiga setengah jam sama
sekali tidak ada artinya.
Duduk bersila di atas rumput, di ba#ah
kerindangan sebatang pohon, co#ok itu
memandangi setiap pesa#at yang terbang
dan datang. "embayangkan tidak lama lagi
sebuah pesa#at akan memba#a mama dan
saudara kembarnya ke hadapan, membuat
kedua matanya menera#ang dan
senyumnya mengembang tanpa sadar.
!enyum bahagia, pasti. +amun senyum
cemas juga. Akankah mereka bisa kembali
ke sembilan tahun lalu itu, ataukah mereka
harus mulai saling belajar untuk menerima,
bah#a saat ini mereka bukan lagi orang$
orang yang sama.
888
Tari menarik napas lega. !etelah mencari ke
sana kemari, setelah ditelusurinya koridor
terminal kedatangan yang luas nyaris dari
ujung ke ujung, akhirnya Ari dia temukan
juga. Jauh di luar area gedung terminal,
co#ok itu duduk bersila di rerumputan
dengan punggung bersandar pada sebatang
pohon. %okusnya begitu tenggelam pada
landasan. Dan Tari tahu mengapa. Karena
landasan itu nanti, pesa#at yang memba#a
mama dan saudara kembarnya akan
mendarat.
1ang sebentar lagi akan datang bukan ibu
dan saudara kembarnya, tapi Tari
menemukan dirinya ikut dicekam
kegelisahan. .emas, apakah pertemuan
pertama setelah perpisahan bertahun$tahun
ini akan seperti harapan Ari. arapan yang
disimpannya selama bertahun$tahun dan
tidak diceritakannya kepada siapa pun.
Atau dia harus melihat co#ok itu kembali
terpuruk. Jalan untuk bisa sampai pada
ketenangan dan penerimaan bisa sangat
panjang dan melelahkan. Jika pertemuan
kembali harL ini benar$benar telah
menjadikan ibu dan saudara kembarnya
sebagai keping rekahan, Tari berharap Ari
akan sanggup bertahan.
!etelah beberapa saat menatap Ari di
kejauhan, Tari balik badan sambil menarik
napas panjang. Di ujung lantai koridor
terminal kedatangan, pada posisi yang
terhalang serumpun pepohonan dari posisi
Ari duduk, ce#ek itu meletakkan tasnya lalu
duduk. Ini #aktu milik Ari sendiri. "eskipun
'idho dan &ji memintanya untuk menemani,
inilah cara dirinya menemani co#ok itu.
.ukup dari jauh.
888
!etengah jam sebelum pesa#at yang
ditunggunya mendarat, Ari bangkit berdiri.
Tari buru$buru ikut berdiri dan langsung
menyembunyikan diri di balik pilar terdekat.
Kemudian $bersembunyi dari pilar ke pilar,
atau bergabung di belakang serombongan
orang$ diikutinya Ari diam$diam.
!ampai co#ok itu berhenti di depan sebuah
pintu kaca lebar, berbaur dengan banyak
orang yang sepertinya juga menunggu
kedatangan seseorang. Tari ikut berhenti
lalu berdiri diam di balik pilar.
!ambil sebentar$sebentaE mengucapkan
kata DpermisiD, Ari menyeruakkan diri hingga
posisi terdepan, di depan pagar besi
pembatas. 2ima belas menit lagi, bisik
hatinya dengan resah.
Tanpa sadar kesepuluh jarinya
menggenggam kuat besi pembatas.
!epasang matanya menatap lurus ke dalam
ruangan di depannya yang dibatasi kaca.
!epuluh menit lagi, jantungnya berpacu.
!embilan, delapan, tujuh, enam, lima,
empat, tiga, dua....
Dan di sanalah/ -ergerak di balik kaca,
timbul$tenggelam di antara puluhan orang
yang juga sedang berjalan menuju pintu
keluar, untuk pertama kalinya Ari melihat
kembali dua orang yang pergi dari hidupnya
bertahun$tahun lalu itu. "ama dan Ata/
!eketika co#ok itu membeku. -uku$buku
jemari tangannya yang menggenggam besi
pembatas kuat$kuat, memutih.
Dikatupkannya kedua rahangnya kuat$kuat.
!eluruh giginya saling menekan. -erusaha
keras mengalahkan sesak di dada dan sakit
di tenggorokan.
Keduanya kini telah melalui pemeriksaan.
Keduanya berjalan semakin dekat dan
semakin dekat.
BAriiii/)B
"ereka kini tak jauh di hadapan/
"amanya mematung di ambang pintu
setelah menyerukan satu nama itu dengan
suara tertahan.
Tak lagi sadar, Ari melompati pagar
pembatas dan menghambur mendapati
sang mama. Dipeluknya #anita itu kuat$
kuat. Dalam tangis. Dalam luap kerinduan.
Dalam titik akhir pencarian.
Ata segera melindungi keduanya dari
tatapan orang. "eskipun ini bandara dan
menangis adalah hal biasa, dia tidak ingin
keduannya jadi tontonan.
!ang mama membalas pelukan anaknya itu
sama kuatnya. "atahari$nya yang lain. 1ang
tenggelam bertahun$tahun lalu. 1ang nyaris
saja mematahkan semangat hidupnya
karena pencarian yang terus sia$sia.
Ari menenggelamkan #ajahnya pada salah
satu bahu mamanya. "enumpahkan air
matanya di sana. "engiris batin dan
membuat sang mama harus menekan kuat$
kuat luapan emosiny. .ara anak ini
menangis masih sama seperti dulu.
Dalam banyak hal, kedua "atahari$nya
memang berbeda. Tangis Ata akan
menenggelamkan suara apa pun di
sekitarnya. !ementara Ari lebih sering tanpa
suara.
Ketika semua luapan perasaannya tuntas,
Ari menguraikan pelukannya. !ambil
tersenyum malu, co#ok itu menyeka sisa$
sisa air matanya dengan lengan baju. -aru
disadarinya, mamanya terliha jauh lebih tua.
Jadi lebih kurus. +amun ada yang tidak
berubah, sorot kedua matanya yang sabar
dan teduh.
B"ama kurus,B bisik Ari pedih.
!ang mama tersenyum. B1ang penting kan
sehat,B ucapnya ari3. BIya, kan)B
Ari mengangguk$angguk. Kedua matanya
masih menatap mamanya lekat$lekat dan
menyeluruh.
B"ama sekarang kok jadi kecil)B tanyanya
polos, membuat mamanya seketika
tergelak.
BKamu sehat)B tanyanya serak.
B!ehat, "a.B Ari mengangguk.
!ang mama menatapnya dengan pandang
sedih, juga penyesalan.
BAri sekarang udah gede. "ama nggak
ngeliat. Tau$tau udah segini. "ama minta
maa3. "aa3in "ama ya, +ak, nggak bisa
nemenin.B
Ari mengangguk$angguk lagi, tak sanggup
menja#ab. Kalau dulu sang mama harus
membungkuk untuk menyentuh kedua
pipinya, kini ganti sang anaklah yang harus
membungkukkan tubuh agar mamanya bisa
menyentuh kedua pipinya.
!etelah puas, setelah seluruh kerinduannya
pada sang mama tertumpah, Ari balik
badan. Ketika ditatapnya saudara
kembarnya yang hanya sepuluh menit lebih
tua itu, hal yang langsung terlintas dalam
kepalanya adalah, Ata terpaksa harus
bekerja. !eketika muncul rasa bersalah.
Dirinya punya banyak uang dan lebih sering
di gunakan untuk hal$hal yang tidak jelas.
"embeli teman. "embeli perhatian.
"engenyahkan kesepian.
Ata balik menatap adik kembarnya itu.
B-aik$baik)B bisiknya.
Ari mengangguk. Keduanya saling tatap.
!aling meneliti.
'asanya Ari tak bisa percaya ini adalah Ata
yang dulu hobi berteriak$teriak jika
keinginannya tak dipenuhi. Ata yang
penegak keadilah dalam jubah hitam
-atman$nya yang berkibar$kibar. Ata yang
paling anti kalau disuruh "ama ke #arung
beli garam apalagi terasi dan memilih
diomeli.
-agi Ata sendiri, nyaris tidak ada lagi yang
tersisa dari Ari yang terus diingatnya selama
sembilan tahun ini. Ari yang kalem. Ari yang
anak rumahan. Ari yang penurut. Ari yang
anak "ama. Dan Ari yang membuatnya
sering cemas dengan semua si3at$si3atnya
itu. !aat ini yang berdiri di hadapannya
adalag Ari yang telah berhasil mele#ati
segala kesulitan. Ari yang kuat.
Keduanya tersenyum bersamaan, dengan
6isual tentang sang saudara kembar dalam
masing$masing kenangan.
B2o jadi beda,B ubap Ata.
B2o juga.B
Ata terta#a pelan. Dia rentangkan kedua
lengannya dan dipeluknya Ari kuat$kuat,
yang lalu membalas pelukan itu sama
kuatnya.
-erdiri di dekat keduanya, sang mama
menyaksikan itu dalam tangis tanpa suara.
888
Dari balik salah satu pilar tempatnya
menyembunyikan diri, Tari menatap
pemandangan itu dengan mulut yang tanpa
sadar menganga lebar. !embilah tahun
terpisah dan keduanya masih tetap seperti
saat kamera itu mengabadikannya dalam
lembar$lembar kenangan.
Keduanya tetap begitu sama dan serupa.
!eperti benda dan bayangan. !eperti laut
dan langit.
Keduanya benar$benar sama tinggi. Entah
dengan cara bagaimana alam
menyampaikan kepadanya, Ata juga punya
potongan rambut yang benar$benar sama
dengan saudara kembarnya.
!atu$satunya perbedaan yang mencolok
hanya dalam penampilan keduanya. Ata
terlihat sangat sederhana. !ementara Ari,
meskipun gaya berpakaiannya memang
kasual, semua bisa melihat setiap benda
yang menempel di tubuhny bukanlah barang
murah.
Ketiga orang itu kini berjalan menjauhi pintu
kedatangan. Tari menatap ketiganya dalam
keharuan. "ama kedua kembar itu berjalan
di tengah, diapit kedua anak kembarnya.
!atu yang terpisah begitu lama dengannya,
memeluk satu lengannya kuat$kuat.
!ementara satu yang selama ini selalu
bersamanya, sibuk dengan barang ba#aan
yang begitu banyak.
888
Tari membasuh mukanya di #asta3el berkali$
kali. "encoba sedikit mengurangi sembab di
kedua matanya. Ketika usahanya gagal,
dengan putus asa ditatapnya pantulan
#ajahnya di cermin di depannya.
BAduh, gue pulangnya gimana nih)B
desisnya pelan. !embab di kedua matanya
begitu parah, sampai dia yakin orang akan
bisa melihatnya dari jarak satu kilometer.
Tapi ini bandara. Tempat orang berdatangan
atau perpergian bahkan ke tempat terjuh di
bumi. Tempat orang$orang bertemu dan
berpisah.
-eberapa mungkin hanya berpisah
sementara, namun beberapa bisa jadi
berpisah abadi. -eberapa adalah pertemuan
yang pertama, sementara beberapa yang
lain bisa jadi pertemuan yang terakhir. Jadi,
sebenarnya sangat #ajar kalau seseorang
menangis di bandara.
Tari jadi sedikit tenang setelah menemukan
alasan itu. "udah$mudahan saja saat bus
Damri yang ditumpanginya nanti sampai di
tempat dia harus turun, sembab di kedua
matanya sudah berkurang.
Dikeluarkannya kotak bedak padat dari
dalam tas, lalu dengan cermat dibubuhinya
mukanya dengan serbuk halus itu. -erharap
mukanya yang pucat bisa terlihat sedikit
lebih cerah. !etelah menghela napas
panjang sambil menatap pantulan #ajahnya
di cermin, Tari berjalan ke luar toilet dengan
kepala menunduk.
B"au pulang dalam kondisi begitu)B
2angkah Tari sontak terhenti. Dengan
terkejut diangkatnya kepala. Ari berdiri tidak
jauh di depannya. ,unggungnya bersandar
di dinding luar toilet. Kedua tangannya
terlipat di depan dada.
Tertegun, Tari menata kedua mata Ari yang
sembab. Dalam keadaan begitu, co#ok ini
jadi terlihat lebih manusia#i.
"ulut Tari sudah terbuka, tapi dia tidak
berhasil menemukan alasan yang tepat
untuk keberadaannya di bandara pada saat
yang bersamaan dengan kedatangan mama
Ari dan saudara kembarnya.
Ari tersenyum. B9ue udah ngeliat lo tadi,B
ucapnya pelan. BDuduk ngumpet di balik
pilar. +gumpet, tapi sebentar$sebentar
ngintip.B
!eketika kedua mata Tari melebar. Dan
segera, mukanya dipenuhi rona merah.
BKok bisa) Kayaknya elo nggak pernah
nengok deh.B
Ari tersenyum lagi. BKayaknya, kan)B
Tari tertegun. B-erarti lo tau gue udah...B
BTiga jam lebih di bandara)B potong Ari.
BJelas tau lah.B
.o#ok itu lalu menarik napas panjang dan
mengembuskannya perlahan. Tatapannya
pada Tari kini tak lagi dengan kata. Tak lagi
ada suara. anya menatap.
BAda apa)B tanya Tari bingung.
Ari tak menja#ab. Tetap hanya menatap.
BAda apa sih) 2o jangan aneh gitu dong,B
kejar Tari lagi.
Tetap tidak ada ja#aban. +amun kali ini
sepasang mata Ari yang terarah lurus$lurus
padanya itu mengerjap.
Tiba$tiba Ari menguraikan kedua tanganny
yang terlipat di depan dada. .o#ok itu lalu
menghampiri Tari dengan langkah$langkah
panjang. Dan sebelum Tari sempat
menyadari, Ari sudah merengkuhnya.
Ditenggelamkannya gadis yang telah
menunjukan pintu keluar baginya itu dalam
kedalaman dada dan kedua lengannya.
Tari tersentak. Dia meronta, tapi dada dan
kedua lengan ini kuat mengurungnya. Dia
tak bisa bertanya, karena degup jantung Ari
mengalahkan semua suara. Tak lama co#ok
itu menundukkan kepala lalu berbisik lirih di
satu telinganya.
BTerima kasih.B bisiknya.
Ari menguraikan pelukannya. Ditatapnya
muka Tari yang kini merona.
B-anyak yang mau gue bilang. Tapi
sekarang cuma itu yang bisa gue bilang.
Terima kasih banyak.B
B9ue nggak ngerti...B Tari menggeleng.
B+ggak pa$pa.B Ari ikut menggeleng.
Kemudian di tariknya napas dan sikapnya
kembali biasa. B1uk, gue kenalin lo ke
nyokap gue sama Ata.B
Tari langsung menolak. B+ggak ah, nggak
enak.B
B+ggak pa$pa. "ereka baik kok.B
B9ue tau mereka baik. .uma momennya
nggak pas aja. +anti$nanti aja deh. Kalian
kan baru aja ketemu lagi.B
Ari membungkukkan punggungnya,
menjajarkan mukanya dengan Tari.
BKalo ada orang kedua yang harus mereka
temuin,B kedua matanya memancarkan
sorot yang kontradikti3, lembut tapi tidak bisa
ditolak, B.....itu elo.B
BIya, tapi....B
Ari sudah tidak lagi memedulikan penolakan
Tari. Dirangkulnya ce#ek itu dan dengan
paksa diba#anya ke tempat "ama dan Ata
berdiri menunggu.
BIni, "a. Kenalin,B ucap Ari dengan senyum
lebar.
!eketika kedua orang yang berdiri di
dekatnya menatap Tari dengan tanda tanya.
BEeh.... saya Tari, Tan,B ucap Tari. !ambil
senyum kikuk, dia anggukan kepalanya.
7anita di depannya membalas senyumnya
tapi tetap dengan ekspresi bingung.
B!ebutin dong nama lengkap lo,B kata Ari.
B"m.... nama saya Jingga "atahari, Tante,
Kak Ata...B
-egitu Tari menyebutkan nama lengkapnya,
dua orang di depannya kontan ternganga.
B1a ampuuun/B mama Ari berseru tertahan.
BKok namanya kebalikan nama Ata)B
BKaget kan, "a) Ari juga kaget banget.
+anti kalo Ari ceritain cerita lengkapnya,
"ama pasti makin kaget lagi.B
B&h, ya) .erita apa)B tanya mama Ari
seketika.
BJangan$jangan dia jodoh gue)B sela Ata.
Ari langsung menatapnya tajam. BKita baru
ketemu nih. Jadi jangan ngajak berantem
deh,B gerutunya.
Ata terkekeh.
B+anti aja. !ekarang "ama istirahat dulu
deh. Tante 2idya udah nungguin. 5dah !"!
Ari melulu nih. &ke, "a)B Ari
mengacungkan jempol kanannya.
B&keee.B "amanya mengangguk.
!ambil terta#a geli karena kata DokeD tadi
mengingatkannya pada masa kecilnya, Ari
mengayunkan satu tangannya. !ebuah taksi
langsung merespons. -egitu taksi itu
berhenti di depannya, bersama Ata, Ari
segera memasukkan barang$barang
ba#aan yang begitu banyak itu ke bagasi.
B+anti Ari nyusul, "a. "au nganter Tari dulu.
&ke)B
B&keee.B mamanya mengangguk.
Dengan senyum lebar, Ari menatap taksi
yang ditumpangi mamanya dan Ata sampai
benar$benar hilang, kemudian dia balik
badan.
B2o utang penjelasan,B Tari langsung
menyebutnya dengan nada menuntut.
B9ue tau,B ja#ab Ari lembut. B9ue nggak
bareng mereka bukan karena gue ba#a
motor, tapi karena gue punya utang sama
elo.B Kemudian dirangkulnya satu bahu Tari.
B1uk, cari tempat yang sepi.B
B+gapain)B tanya Tari langsung curiga.
B1a biar nggak ada saksi lah. -uat jaga$jaga
aja. !iapa tau ntar lo ngamuk terus gue
dicubit atau dicakar. Atau lo jadi histeris
terus jerit$jerit.B
BEmang gue kayak gitu) 2o nggak usah
ngarah deh,B ucapnya dengan muka yang
langsung cemberut.
BIya. 2o emang begitu.B Ari mengangguk.
B2o pernah jerit$jerit di sekolah, kan) -erapa
kali coba) -ikin rame. -ikin heboh.B
BItu kan gara$gara elo/B sergah Tari seketika.
B"akanya. !ekarang ini bakalan gara$gara
gue lagi. "akanya harus nyari tempat yang
sepi. "asalahnya, ini di bandara, orang$
orang nggak kenal kita. "ereka nggak tau
kita emang doyan ribut. -eda sama di
sekolah.B
B+g....B Tari mati kutu.
B+ggak bisa ngomong kan lo)B Ari
mengedipkan satu matanya, tersenyum
menang. Ditariknya Tari dari situ dan benar$
benar diba#anya ke tempat yang sepi, ke
salah satu titik di ruang terbuka bandara
yang begitu luas. Di balik rumpun tanaman
hias yang tumbuh lebat dan penuh bunga.
888
Tari ternganga. Terja#ab sudah semuanya.
Ari membayar seseorang untuk menjadi
dirinya pada saat dia menjadi Ata. adir
pada tempat yang sama untuk
mengesankan bah#a Ata memang benar$
benar ada.
Ari yang mengatur semuanya. !etiap
kejadian. !etiap tindakan. !etiap dialog.
!etiap respons. Juga #aktu dan tempat.
Kode$kode digunakan agar semua berjalan
sesuai skenario yang telah disusun. !"!$
!"! telah disimpan dalam 3itur dra3t dan
tinggal dikirimkan sesuai urutan skenario
atau pemberian kode.
"asih dengan mulut ternganga, Tari
menggeleng$gelengkan kepala.
B2o hebat. ,inter. .erdas. !mart.B
,ujian itu tulus, tapi Ari benar$benar merasa
bersalah. Ditatapnya Tari tepat di manik
mata.
B9ue minta maa3,B ucapnya sungguh$
sungguh.
Tari menggeleng$geleng lagi. B!umpah, lo
pinter banget. -isa ngatur semua itu.B
Ari tersenyum. !enyum bersalah. B9ue
dimaa3in)B tanyanya pelan.
9anti Tari tersenyum. BKalo nggak, gue
nggak akan ngirimin lo !"!.B "endadak dia
terdiam. B2o terima !"! gue nggak sih)B
Ari terlihat kaget. Ditatapnya Tari lurus$lurus.
BItu bukan !"! salah kirim)B tanyanya
pelan.
B1a nggak lah.B
B1a ampun.....B Ari mendesah, bersamaan
dengan kedua bahunya bergerak turun.
B9ue kirain !"! salah kirim, Tar. Kenapa lo
nggak ngirimin gue !"! lagi)B
BKalo yang itu nggak dibales, ngapain gue
ngirimin !"! lagi) 9ue kirain lo marah.
+ggak mau maa3in gue. 5dah telat.
!oalnya...B Tari terdiam. Kemudian suaranya
melemah. B7aktu lo udah minta maa3
berkali$kali dan gue nggak mau denger.B
BIya, sama. ,ertimbangan gue itu juga.
7aktu itu lo segitu marahanya, segitu
bencinya ngeliat gue, jadi gue pikir nggak
mungkin tu !"! buat gue. Kecuali kalo ada
!"! susulan. Dan ternyata nggak.B
Keduanya saling tatap. Tari hanya mampu
bertahan sejenak. Kedua bola mata hitam
yang menatapnya lurus$lurus kedalam
manik matanya itu membuatnya jengah.
Akhirnya ce#ek itu memalingkan muka ke
arah lain.
Ari jadi tersenyum geli.
B"aa3 ya,B ucap Tari pelan, tapi dengan
muka masih menata ke arah lain.
Ari menahan senyumnya agar tidak berubah
jadi ta#a.
B2o minta maa3 sama siapa sih) ,ohon)
Emang lo diapain)B
Tari berdecak kesal. 7ajahnya kembali
berpaling. B2o tuh emang suka cari gara$
gara deh.B
Ta#a Ari meledak. !etelah ta#anya reda,
kembali ditatapnya Tari dengan ekspresi
serius.
B9ue dimaa3in)B dia bertanya balik.
B"akanya gue ngirim lo !"!,B Tari
menja#ab manis.
Ari tersenyum lebar. BElo emang pinter
ngeles. Tapi...B kedua matanya menatap
keseluruhan #ajah ce#ek di depannya itu
dengan sorot menera#ang. BApa jadinya
kalo elo nggak ada ya)B gumamnya lirih.
BApa)B tanya Tari. B2o ngomong apa) 9ue
nggak denger...B
B+ggak.B Ari langsung geleng kepala. B1uk,
pulang. 5dah sore.B Diraihnya satu tangan
Tari dan ditariknya ce#ek itu sampai berdiri.
888
Ari menghentikan motornya di depan pagar
rumah Tari. Dibantunya Tari turun dari
boncengan motornya.
B2angsung ke rumah Tante 2idya itu)B
BIya.B Ari mengngguk. B"ama sama Ata
tinggal di sana selama di Jakarta. 9ue
penginnya sih ngajak ke rumah, tapi bokap
belom tau.B
BIya, jangan.B Tari mengangguk. B+anti
malah kisruh. !atu$satu aja dikelarin.B
Kalimat Tari itu membuat Ari menatapnya
dengan sorot ganjil.
BKenapa)B tanya Tari heran.
Ari tak menja#ab. Tiba$tiba co#ok itu
mengulurkan tangan kirinya, menyentuh
belakang kepala Tari.
!ambil menyondongkan tubuh, co#ok itu
mendekatkan kepala Tari kearahnya. Dan
sebelum Tari sempat menyadari, dia
merasakan sebuah ciuman lembut di
keningnya. !eketika ce#ek itu membeku.
Ari menjauhkan kepalanya. 'ona merah
padam di #ajah Tari dan ce#ek itu yang
sekarang jadi sibuk menghindari tatapannya
$tidak punya keberanian lagi untuk menatap
langsung ke dalam matanya$
menghangatkan dada Ari.
BIstirahat gih. 2o pasti capek. Tiga jam lebih
nemenin gue di bandara,B ucapnya lembut.
!ejenak diusap$usapnya kepala Tari. B9ue
pamit dulu ya. !ampein salam gue buat
nyokap lo.B
"otor hitam Ari meluncur pergi. Tari terus
memandang sampai motor itu menghilang,
berbelok ke sebuah gang kecil di ujung
jalan, dengan ciuman lembut yang terasa
seperti tertinggal.
888
,embicaraan itu menelan #aktu berjam$jam.
-erpindah$pindah lokasi dari teras lalu ke
ruang tamu, kemudian ke ruang keluarga
dan berakhir di kamar tidur tamu. Di rumah
Tante 2idya yang bagi kedua kembar itu
adalah rumah kedua mereka.
Dua anak tertua Tante 2idya $DKakak$kakakD
kedua kembar itu dulu$ satu sudah bekerja,
sementara yang satu kuliah di 1ogya.
!ementara si bungsu, yang dulu masih
tertatih$tatih berjalan, sekarang sudah duduk
di bangku sekolah dasar.
!epanjang pembicaraan itu, mama Ari
nyaris tidak bisa mengalihkan tatapannya
dari anak kembarnya yang baru saja
berhasil dia temukan kembali. 1ang
sembilan tahun lalu terpaksa harus dia
tinggalkan. asil dari perjanjian yang
berbelit, penuh dengan kemarahan dan
pertengkaran hebat, serta benar$benar
menguras emosi dan air mata.
Tanpa sadar, bergantian, satu tangannya
mengelus kepala Ari, merapikan rambutnya
lalu mengacak$acaknya lagi, mengusap$
usap punggungnya. -ahkan berkali$kali
#anita ini mencium dan memeluk anaknya
yang dulu saat dia tinggalkan masih berupa
anak laki$laki kecil, namun sekarang sudah
menjadi laki$laki remaja. Tinggi besar seperti
saudara kembarnya.
!epanjang pembicaraan itu pula, Ari selalu
berada di sebelah mamanya. !ebagian
ji#anya yang tertahan pada usia delapan
tahun keluar dan meretas sembilan tahun
kehilangannya. "engengar sebagian
ji#anya yang lain yang berkembang sesuai
usianya.
.o#ok itu duduk bersandar pada tubuh
mamanya, tidak sadar bah#a sekarang
sang mama lebih kecil darinya. "emeluk
tubuh mamanya lalu meletakan kepala di
salah satu bahunya. Ikut meminum teh
manis hangat dari gelas yang sama
meskipun untuknya sudah dibuatkan di
gelas sendiri. "akan dari piring mamanya
dan sendok yang dipakai mamanya pula.
Dan semua hal$hal lain yang dilakukannya
pada saat masih kecil dan mereka masih
tinggal bersama.
"enjelang pukul sebelas malam, Ari tertidur
dengan kepala di pangkuan mamanya. Di
sebelahnya, Ata sudah lebih dulu terlelap.
2elah dengan segala persiapan
keberangkatan mendadak ke Jakarta ini,
yang bahkan sudah dilakukan sejak kemarin
siang.
!ambil berkali$kali mengusap kedua
matanya, mama Ari menatap kedua anak
kembrnya yang tidur berdampingan itu.
!etelah sekian lama, setelah begitu banyak
usaha pencarian, air mata, keterpurukan
dalam putus asa, doa$doa yang tak putus,
akhirnya bisa dipeluknya lagi kedua
anaknya ini. Akhirnya bisa melihat lagi
keduanya tidur berdampingan. Kedua
anaknya yang begitu sama dan serupa.
Tak jauh dari tempat tidur, duduk di atas
sebuah so3a yang sengaja ditarik dari ruang
tamu, #anita yang menjadi sahabat karibnya
bahkan sebelum kedua kembarnya ini hadir
ke dunia, juga berkali$kali menghapus air
matanya
8888
!E+I+ pagi,
!"A Airlangga gempar. Kemunculan Ari
bersama Ata seketika menggegerkan seisi
sekolah. !emua mulut ternganga. !emua
mata terbelalak selebar$lebarnya. -eberapa
tetap berdiri di tempat mereka, dicengkeram
ketersimaan. -eberapa membuntuti kedua
kembar itu untuk meyakinkan bah#a
memang betul$betul ada dua Ari, jadi
ketidakberesan bukan terletak pada
penglihatan mereka.
-ahkan para guru, yang notabene sudah
tahu sejak lama bah#a sis#a paling
bermasalah itu memang mempunyai
saudara kembar, sama syoknya. "ereka
benar$benar tak menyangka bah#a sang
saudara kembar itu ternyata begitu mirip
dengan Ari. -ah#a keduanya ternyata
benar$benar serupa satu sama lain. -enar$
benar sama/
Ketika Ari mengenalkan saudara kembarnya
itu kepada setiap guru, sudah tentu dimulai
dari kepala sekolah dan #akilnya, benar$
benar Ata harus berhenti cukup lama di
depan setiap orang. Karena setiap guru,
sambil terus menjabat tangannya erat$erat,
menatapnya dengan ekspreri seolah$olah
kembar adalah 3enomena alam yang amat
sangat jarang terjadi, dan karanenya bisa
dikategorikan sebagai keajaiban.
Ata sampai kesal.
B"ereka tuh belom pernah ngeliat anak
kembar, ya)B bisiknya. Ari cuma tersemyum.
B9ue balik deh. "ales banget. Diliatin terus,
kayak tampang gue nggak mirip manusia
aja.B
B!ebentar lagi,B Ari langsung menahan.
B2ima menit lagi bel upacara. 9ue belom
ngenalin elo ke #ali kelas gue. 2o harus
kenal dia.B
BEmang kenapa)B
Ari tak menja#ab. !eringai lebar tapi geli
yang jadi pengganti ja#abannya membuat
Ata memandangnya dengan curiga.
:ero tidak sanggup menyembunyikan
luapan kegembiraannya. Ata menatap
dengan bingung saat ce#ek itu menyapanya
dengn manis.
BKenapa sih dia)B tanyanya pada Ari ketika
:ero sudah pergi bersama gerombolannya.
Ari cuma mengangkat alis dan
menyembunyikan senyumnya. B2o tanya dia
aja.B
Ata cuma mendengus.
-el berbunyi. Jam tujuh tepat. !eluruh sis#a
keluar dari kelasnya masing$masing menuju
tempat lapangan olahraga di depan sekolah.
Ata pamit. -egitu banyak co#ok yang
melambaikan tangan padanya atau
menepuk bahunya. -egitu banyak ce#ek
yang berdadah$dadah dengan ribut
untuknya. "embuat Ata semakin
mendapatkan kesan, Ari sepertinya selebriti
di sekolah ini.
-u !am datang terlambat. !atu hal yang
cukup mencengangkan karena beliau sudah
bisa dianggap sebagai pengganti jam,
saking selalu on time untuk urusan apa pun.
Dengan demikian ibu guru yang sangat
militan untuk urusan ketaatan pada
peraturan itu belum mengetahui
perkembangan terakhir.
"elihat Ata melenggang dengan santai di
sepanjang trotoar depan sekolah,
sementara semua sis#a yang lain bersiap$
siap mengikuti upacara bendera, sontak
kedua mata -u !am melotot lebar. Tidak
mengenakan seragam pula/
!egera dimintanya suaminya untuk
menghentikan mobil. -egitu mobil berhenti,
beliau langsung turun dan menghampiri Ata
dengan langkah$langkah panjang.
BAAK///B Ata berteriak keras saat sebuah
telapak tangan memukul punggungnya
keras$keras. Dia berbalik cepat.
Jakarta memang sudah terkenal punya
tingkat kriminalitas yang cukup tinggi. Tapi
ini kele#atan. !eorang ibu menyerangnya
dengan ganas tanpa alasan.
Bebat kamu ya/)B -u !am berkacak
pinggang. Dipelotntinya Ata tajam$tajam.
B+ggak dengar kalau sudah bel/) Atau
sengaja) Kalau kamu mau bolos kenapa
datang ke sekolah) Kamu tuh emang
senengnya nantang guru$guru, ya)B
BIbu, saya..B
Ata tidak punya kesempatan untuk bicara.
Dengan geram -u !am mengulurkan
tangan lalu mencubit satu lengan Ata keras$
keras.
BAduuuh///B Ata memekik.
,ara sis#i yang berbaris di bagian
belakang, tak jauh dari pagar sekolah,
menyaksikan kejadian itu dengan ta#a geli.
"uncul kesepakatan kolekti3 tanpa
musya#arah untuk tidak memberitahu -u
!am yang sebenarnya.
-u !am menggelandang Ata, yang kiranya
Ari, kembali ke sekolah. Dicengkeramnya
satu lengan Ata kuat$kuat lalu ditariknya
co#ok itu dengan paksa.
BIbu, saya bukan Ari, -u. !aya Ata. !umpah
demi Tuhan/B
Entah sudah berapa kali Ata mengucapkan
kalimat itu sejak dia diseret paksa dari
trotoar depan sekolah tadi. -u !am tak
mengacuhkan sama sekali. -eliau bukannya
tidak mengetahui bah#a Ari punya saudara
kembar. Tapi baik Ari maupun ayahnya tidak
ada yang mengetahui keberadaan saudara
kembar Ari itu dan ibu mereka sejak
perpisahan itu. Jadi tidak mungkin dia ini
bukan Ari.
"emasuki gerbang, semakin banyak lagi
senyum lebar dan ta#a geli yang
menyaksikan adegan itu. ,ara guru tidak
sempat menyelamatkan salah seorang
kolega mereka itu. -u !am keburu
menyeruak barisan kelas GF I,A C dari arah
belakang. Diseretnya Ata ke barisan depan.
Kali ini akan dibuatnya si -engal ini berdiri di
baris terdepan, agar bisa tetap dia#asinya
selama upacara berlangsung.
"endadak langkah$langkah -u !am
terhenti. 2e#at ekor mata, sepertinya dia
melihat sosok yang sama. Dia menoleh dan
seketika terperangah. Tak jauh di sebelah
kirinya berdiri.... Ari juga/
Kali ini Ari tampil dalam balutan seragam
putih abu$abu yang tersetrika rapi. -ukan
jins biru belel dan kemeja putih lengan
panjang yang digulung sampai siku seperti
Ari yang tadi diseretnya. Tanpa sadar
cekalan -u !am di lengan Ata terlepas.
BTuh, kan) !aya nggak bohong, kan) !aya
bukan Ari, -u,B ucap Ata kesal. Diusap$
usapnya lengannya yang terasa sakit. Ibu
guru ini ternyata tenaganya kuat juga.
Dengn #ajah masih terperangah, -u !am
menatap Ari dan Ata bergantian. Dengan
takjub dia harus mengakui bah#a nyaris
tidak ada perbedaan 3isik di antara
keduanya. -enar$benar serupa.
!etelah berhasil menguasai diri, dengan
terbuka -u !am meminta maa3 pada Ata.
Juga memintanya untuk tetap di sekolah,
menunggu sampai upacara selesai dengan
alasan itu akan memberi e3ek yang baik
untuk Ari.
-egitu -u !am meninggalkan mereka, Ata
langsung menoleh ke Ari. Ditatapnya
saudara kembarnya itu dengan sorot tajam.
B2o bermasalah, ya)B
Ari cuma mengulum senyum. Dirangkulnya
saudara kembarnya itu.
,agi itu upacara bendera tidak berjalan
selancar biasanya, karena hampir semua
mata sebentar$sebentar menatap bergantian
ke dua sosok yang begitu sama dan serupa
itu $Ari di lapangan dan Ata di depan ruang
guru$ sehingga komandan upacara harus
mengulangi intruksi le#at pengeras suara
dengan suara keras pula.
8888
Epilog
Tari keluar dari halaman rumahnya sepuluh
menit lebih cepat dari pada biasanya.
.e#ek itu nggak yakin dengan ja#aban$
ja#aban tugas kimia yang sudah
dikerjakannya semalam. "akanya dia
berangkat lebih pagi, supaya ja#abannya
bisa dia cocokkan dengan ja#aban %io.
BTari....B
-ukan panggilan itu yang seketika
menghentikan langkah Tari, tapi orang yang
melakukan panggilan itu. Ditatapnya mulut
gang sempit di sebelah kanannya, tempat
panggilan itu berasal.
"eskipun gaya berpakaian Ari sering kasual
$celana jins dengan kaus atau kemeja$
semua orang bisa melihat seluruh benda
yang melekat ditubuhnya berharga mahal.
-erbeda dengan sosok ini. Dia terlihat
kasual dalam arti yang sesungguhnya.
!ecara keseluruhan pula. Juga karena
$meskipun sosok ini begitu sama dan
serupa$ ada atmos3er asing yang seketika
begitu kuat. Detik itu juga Tari menyadari
sosok ini bukanlah Ari.
+amun, sama seperti pertemuan
pertamanya dengan Ari dulu, ketika
langsung di kenalinya sisi sebenarnya dari
co#ok itu, kali ini hal yang sama juga
langsung terjadi. 7ajah tanpa senyum tak
jauh darinya bukan orang jahat. !ama
sekali.
Ata melangkah mendekati Tari lalu berdiri
tepat di depannya. Dia tundukan kepala
karena tinggi ce#ek itu tak melebihi
bahunya. Kemudian ditatapnya Tari tanpa
sedikit pun suara. Tatapan co#ok ini
membuat Tari akhirnya berusaha merentang
jarak dengan menjauhkan punggungnya ke
belakang.
Dengan kedua mata yang jadi menyipit
karena bingung, dibalasanya tatapan kedua
manik mata Ata yang sehitam saudara
kembarnya.
BKok kak Ata tau rumah gue)B
B9ue tau dari Ari.B
BAda apa)B tanya Tari pelan.
BElo apes.B sebentuk senyum muncul di bibir
Ata, mengiringi kalimat pendek itu. !ebentuk
senyum yang bahkan apabila ditelusurinya
semua kata yang ada di dalam kamus, tidak
akan ada satu pun yang bisa digunakan
untuk menjelaskan maknanya.
!enyum ini tak terbaca.
BApa maksud lo)B tanya Tari. Kedua
matanya yang terus menatap Ata semakin
menyipit.
Ata tak langsung menja#ab. Dia menarik
napas panjang lalu mengembuskannya
dengan cara seperti sedang mencoba
melepaskan sebongkah beban.
B9ue akan, dengan sangat terpaksa, bikin lo
sering nangis nanti,B ucapnya berat.
Kedua mata Tari yang menyipit seketika
membelalak lebar. BApa sih maksud lo)B
desisnya, langsung jadi #as$#as.
Ata tidak mengacuhkan pertanyaan itu. Dia
lanjutkan ucapannya seolah$olah Tari tidak
bertanya apa$apa.
B"akanya gue mau minta maa3 dari
sekarang.B
BApa sih maksud lo)B ulang Tari dengan
suara meninggi. Kedua matanya yang terus
terarah lurus$lurus pada Ata kini di#arnai
kebingungan, kecemasan, dan ketakutan.
Ata tersenyum. !enyum tak terbaca itu lagi.
B9ue bener$bener minta maa3,B bisiknya
dengan nada sesal. BTapi apa pun yang gue
lakukan ke elo nanti, kalo bisa gue perlunak,
akan gue perlunak. Juga kalo bisa gue
hindari, akan gue hindari. Tapi kalo
nggak....B sepasang bola mata sepekat
jelaga itu mengerjap lambat. BTolong lo
inget, gue bener$bener terpaksa.B
BAa.....B karena benar$benar bingung, Tari
hanya sanggup membuka mulutnya tanpa
kesanggupan lagi untuk mengeluarkan satu
pun kata.
Ata melihat jam tangannya. B!ebentar lagi
Ari dateng. Dia mau jemput elo. Jangan
bilang kalo elo ketemu gue. &ke)B Ditepuk$
tepuknya satu bahu Tari, kemudian balik
badan dan pergi.
Kesadaran Tari yang melayang langsung
kembali.
BKak Ata, apaan sih/)B serunya seketika.
!eruannya sia$sia. 2angkah$langkah
panjang Ata menelan jarak dengan cepat
dan tikungan gang sempit itu pun segera
melenyapkan tubuh tingginya. Tari menatap
gang yang kini kosong itu dengan mulut
yang kembali ternganga. Dia betul$betul
tidak mengerti. 1ang pasti, pembicaraan tadi
membuatnya betul$betul cemas.
BTar....B
,anggilan yang benar$benar dari belakang
punggungnya itu membuat Tari terlonjak
kaget. !eketika dia memutar tubuh. Ternyata
Ari telah berada tepat di belakangnya. Di
atas motor hitamnya yang mesinnya
menyala.
BAda apa)B .o#ok itu langsung menyadari
ada sesuatu yang tak beres.
B"mm..... itu....B Dengan bingung Tari
menoleh ke gang sempit tempat Ata belum
lama menghilang, lalu kembali menoleh ke
Ari, lalu ke gang sempit itu lagi, lalu kembali
ke Ari lagi.
,ertemuan yang benar$benar tak terduga
dengan kembar identik Ari itu, ditambah
pembicaraan singkat mereka yang sungguh$
sungguh membingungkan, membuat Tari tak
bisa menjelaskan apa$apa. !ama sekali
bukan karena Ata telah melarangnya untuk
bicara tadi.
B+ggak. +ggak ada apa$apa.B Akhirnya dia
gelengkan kepala.
B1akin)B Ari bertanya dengan kedua mata
sesaat terarah ke gang sempit itu.
BIya.B Tari mengangguk. Tak lama keningnya
mengerut. -aru benar$benar disadarinya
kehadiran Ari di belakangnya.
BEmang siapa yang minta di jemput sih)B
Ari mengambil jaket putihnya yang dia
letakan di atas tengki bensin. Diraihnya satu
tangan Tari lalu diletakannya jaket itu
dengan cara yang membuat Tari terpaksa
membuka telapak tangannya.
B1ang pegang komando itu gue. Jadi gue
nggak perlu iAin,B ucapnya, santai tapi
tandas. B,ake. Terus naik, cepet. 5dah jam
setengah tujuh kurang dua puluh menit.B
BElo tuh kebiasaan banget ya, suka
merintah$merintah orang.B Tari menatapnya
dengan pandang agak kesal.
BKarena emang gue yang punya kuasa,
kan) 2o lupa)B Ari mengangkat sedikit
kedua alisnya. Tersenyum tipis.
Tari berdecak. B1a udah, buruan berangkat
deh. "ales banget dengernya,B gerutunya
sambil menggunakan jaket putih itu.
Ari tersenyum geli. Diulurkannya satu
tangannya ke belakang untuk membantu
ce#ek itu naik.
!etelah keduanya pergi, Ata keluar dari balik
dinding yang selama ini menghalanginya
dari pandangan. Ditatapnya jalanan yang
kini kosong. Dipaksa untuk menatap realitas
hidup sejak bertahun$tahun lalu, dalam usia
yang bahkan amat sangat belia, co#ok itu
dengan cepat bisa merasakan akan
datangnya badai.
'ekonsiliasi ini sama sekali bukan happy
ending seperti dalam sinetron dan 3ilm$3ilm.
,ertemuan kembali ini mungkin akan jauh
lebih menyakitkan daripada kebersamaan
yang dipenggal mendadak sembilan tahun
lalu itu.
Akan ada banyak air mata yang jatuh. Akan
ada sayatan untuk begitu banyak hati yang
sudah lama tidak utuh. Akan ada letup
emosi. Akan ada luap amarah dan caci
maki. Dan akan ada teramat banyak
tikaman luka dan sakit hati.
Karena itu, seandainya bisa, benar$benar
ingin dijauhkannya Tari dari semua itu.
Karena empat orang sudah terlalu banyak.
Karena jika tidak mampu untuk ikhlas, luka
hati adalah kegelapan dan amarah adalah
pedang. -uta, tak peduli mereka yang
dihadapi adalah orang$orang yang pernah
berbagi cinta dan ta#a. Dulu sekali.
+amun, begitu diketahuinya Tari
menyandang nama yang sama dengan
dirinya, Ata segera menyadari dia harus
melepaskan niatnya itu. 9adis itu telah
termaterai. Dia ditakdirkan untuk terpuruk,
dilukai, menangis, mencoba bangkit, terjatuh
lagi, berkali$kali. ingga sampai di ujung
nanti, yang entah akan menelan berapa
banyak jam dan hari, bersama dirinya dan
saudara kembarnya.
NNN
Kisah Ari, Tari, dan Ata belum berakhir.
888
.uplikan Jingga untuk "atahari
Tari terus gelisah. Apa maksud Ata akan
membuatnya lebih banyak menangis)
.e#ek itu juga bingung, karena pada saat
rasa sayangnya untuk Ari mulai tumbuh,
Angga muncul lagi dan kembali
mendekatinya.
!ementara itu :ero, ketua 9eng The
!cissors di !"A Airlangga, sepertinya
nggak rela Tari hidup tenang.
2alu, terungkapkah apa yang menjadi alas
an Angga begitu dendam pada Ari)
Tunggu kelanjutannya dalam buku terakhir
trilogi (Jingga dan !enja*
Jingga untuk "atahari
TA"AT

Anda mungkin juga menyukai