Cahaya yang mencapai permukaan bumi dan permukaan perairan terdiri dari
cahaya langsung (direct) dan cahaya yang disebarkan (diffuse). Menurut Effendi
(2003) bahwa cahaya langsung berasal dari matahari dan cahaya yang disebarkan
awan,yang sebenarnya berasal pula dari cahaya matahari.
Cahaya yang diabsorpsi menghasilkan panas yang sangat penting bagi proses-
proses hidup. Sifat-sifat panas air dan hubungan-hubungan yang terjadi
merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan air sebagai suatu
lingkungan hidup yang cocok.
Cahaya matahari merupakan sumber bagi semua jasad yang berada di perairan.
Gejala radiasi beserta akibat-akibatnya secara tidak langsung mempengaruhi
hampir semua fase kejadian biologis maupun bukan biologis. Misalnya pada ikan,
cahaya sangat mempengaruhi tingkah lakunya, fisiologinya maupun sampai pada
migrasi harian.
Respon ikan pada cahaya melalui mata dan organ pineal yang berada pada bagian
atas otak. Kebanyakan ikan, mata merupakan reseptor penglihatan yang
sempurna. Sistem optik mata ikan bekerja mengumpulkan cahaya dan membentuk
suatu fokus bayangan untuk di analisis oleh retina. Sedangkan sensitivitas dan
ketajaman mata bergantung pada terangnya bayangan yang mencapai retina.
Sifat beberapa spesies ikan terhadap cahaya ada yang fototaksis dan lainnya
fotophobi. Laevastus dan Hayes (1981) menyatakan bahwa pada spesies pemburu
memerlukan cahaya untuk melokalisasi mangsa dan pemangsaan terjadi pada
intensitas cahaya yang relatif rendah, seperti pagi dan sore hari. Selanjutnya
stimulus cahaya juga berperan dalam mempengaruhi migrasi harian dan tingkah
laku kelompok pada kebanyakan spesies.
Eckert dkk. (1998) menerangkan bahwa terdapat tiga macam pigmen dalam cone
yang peka secara selektif terhadap berbagai warna seperti warna merah, hijau dan
biru yang berturut disebut eritrilabe, klorolabe dan sianolabe. Selanjutnya sifat-
sifat absorpsi pigmen di dalam cone untuk ikan mas (goldfish) memperlihatkan
puncak absorpsi berturut-turut pada panjang gelombang spektrum 625 nm, 530
nm dan 455 nm. Untuk ikan pada umumnya merasakan cahaya pada interval 400-
750 nm tergantung dari adaptasi mula-mula oleh mata terhadap cahaya.
Ditambahkan oleh Pagalai (1986) bahwa ikan sudah mulai merasakan rangsangan
cahaya pada kekuatan 0,001 lux.
Sinar biru dengan panjang gelombang pendek sedikit diabsopsi dan sangat cocok
untuk mengumpulkan ikan-ikan dari daerah yang luas dan lebih dalam.
Sedangkan warna merah mempunyai panjang gelombang cahaya lebih pendek
dari warna biru, oleh sebab itu sinar-sinar merah hanya menembus kolom air
dekat permukaan sehingga ikan-ikan terkonsentrasi di permukaan (Ayodhya,
1976).
Referensi
3. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta.