Anda di halaman 1dari 2

TERTARIKNYA IKAN PADA CAHAYA

Cahaya yang mencapai permukaan bumi dan permukaan perairan terdiri dari
cahaya langsung (direct) dan cahaya yang disebarkan (diffuse). Menurut Effendi
(2003) bahwa cahaya langsung berasal dari matahari dan cahaya yang disebarkan
awan,yang sebenarnya berasal pula dari cahaya matahari.

Jumlah radiasi yang mencapai permukaan perairan dipengaruhi oleh beberapa


faktor, yaitu awan, musim, keadaan atmosfer, letak geografis dan attitude
(ketinggian dari permukaan laut). Penetrasi cahaya yang masuk ke perairan
dipengaruhi oleh intensitas dan sudut datang cahaya, kondisi permukaan air dan
bahan-bahan terlarut dan tersuspensi di dalam air. Jenis molekul H2O, O2, O3 dan
CO2 dapat menyerap radiasi matahari sehingga dapat mengubahnya menjadi
energi panas. Menurut Wetzel (1975) bahwa perairan alami, penetrasi cahaya
sekitar 53% masuk ke perairan dan mengalami perubahan menjadi panas dan pada
kedalaman satu meter dari permukaan sudah mulai berubah serta menghilang
(extinction).

Intensitas cahaya yang masuk ke kolom air semakin berkurang dengan


bertambahnya kedalaman. Artinya, cahaya mengalami penghilangan (extinction)
maupun pengurangan (atenuasi) yang semakin besar dengan bertambahnya
kedalaman.

Cahaya yang diabsorpsi menghasilkan panas yang sangat penting bagi proses-
proses hidup. Sifat-sifat panas air dan hubungan-hubungan yang terjadi
merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan air sebagai suatu
lingkungan hidup yang cocok.

Cahaya matahari merupakan sumber bagi semua jasad yang berada di perairan.
Gejala radiasi beserta akibat-akibatnya secara tidak langsung mempengaruhi
hampir semua fase kejadian biologis maupun bukan biologis. Misalnya pada ikan,
cahaya sangat mempengaruhi tingkah lakunya, fisiologinya maupun sampai pada
migrasi harian.

Respon ikan pada cahaya melalui mata dan organ pineal yang berada pada bagian
atas otak. Kebanyakan ikan, mata merupakan reseptor penglihatan yang
sempurna. Sistem optik mata ikan bekerja mengumpulkan cahaya dan membentuk
suatu fokus bayangan untuk di analisis oleh retina. Sedangkan sensitivitas dan
ketajaman mata bergantung pada terangnya bayangan yang mencapai retina.

Sifat beberapa spesies ikan terhadap cahaya ada yang fototaksis dan lainnya
fotophobi. Laevastus dan Hayes (1981) menyatakan bahwa pada spesies pemburu
memerlukan cahaya untuk melokalisasi mangsa dan pemangsaan terjadi pada
intensitas cahaya yang relatif rendah, seperti pagi dan sore hari. Selanjutnya
stimulus cahaya juga berperan dalam mempengaruhi migrasi harian dan tingkah
laku kelompok pada kebanyakan spesies.

Fotoreseptor pada retina mata menyerap energi cahaya dan menyalurkannya ke


sistem saraf dalam bentuk energi elektrikal. Terdapat dua jenis fotoreseptor yaitu
cone (sel kerucut) dan rod (sel batang).

Eckert dkk. (1998) menerangkan bahwa terdapat tiga macam pigmen dalam cone
yang peka secara selektif terhadap berbagai warna seperti warna merah, hijau dan
biru yang berturut disebut eritrilabe, klorolabe dan sianolabe. Selanjutnya sifat-
sifat absorpsi pigmen di dalam cone untuk ikan mas (goldfish) memperlihatkan
puncak absorpsi berturut-turut pada panjang gelombang spektrum 625 nm, 530
nm dan 455 nm. Untuk ikan pada umumnya merasakan cahaya pada interval 400-
750 nm tergantung dari adaptasi mula-mula oleh mata terhadap cahaya.
Ditambahkan oleh Pagalai (1986) bahwa ikan sudah mulai merasakan rangsangan
cahaya pada kekuatan 0,001 lux.

Sinar biru dengan panjang gelombang pendek sedikit diabsopsi dan sangat cocok
untuk mengumpulkan ikan-ikan dari daerah yang luas dan lebih dalam.
Sedangkan warna merah mempunyai panjang gelombang cahaya lebih pendek
dari warna biru, oleh sebab itu sinar-sinar merah hanya menembus kolom air
dekat permukaan sehingga ikan-ikan terkonsentrasi di permukaan (Ayodhya,
1976).

Dengan demikian cahaya dan segala aspeknya seperti intensitas, sudut


penyebaran, polarisasi, panjang gelombang, arah, musim, lama penyinaran dan
komposisi spektrum akan mempengaruhi secara langsung dan tidak langsung
tingkah laku ikan serta proses fisiologinya.

Referensi

1. Ayodhya. 1976. Fishing Methods. Bagian Penangkapan Ikan. Fakultas


Perikanan. IPB. Bogor.

2. Eckert, R., Randell, D and Augutine, G. 1998. Animal Physiology Mechanisme


and Adaptations. W.H Fremen and Company. New York.

3. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta.

4. Laevastus, T dan Hayes, M.L. 1981. Fisheries Oceanografi and Ecology.


Fishing News Books. Ltd. Farnham, Surrey, England.

5. Pagalay, B. 1986. Perbandingan Hasil Tangkapan Bagan (Light Fishing) yang


Menggunakan Beberapa Warna Cahaya di Perairan Lero Pinrang, Sulawesi
Selatan. Karya Ilmiah. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.

6. Wetzel, R. G. 1975. Limnology. W.B. Saunders Co. Philadelphia,


Pennsylvania.

Anda mungkin juga menyukai