Cairan dalam tubuh di bagi dalam 2 kompartemen utama : 1. Intrasel : -60% dari total cairan tubuh (30% BB dewasa) -kation utama kalium -anion utama adalah fosfat 2. Ekstrasel: -40% dari total cairan tubuh (24% BB dewasa) -kation dalam ekstrasel adalah Na(utama), K, Ca,Mg. - anion : Cl, bikarbonat dan albumin. -terbagi menjadi 2 subkompartemen (intersstitium dan intravaskuler) Cairan intra dan ekstra dibatasi oleh membrane sel yg semipermiable yg bebas dilewati oleh air tetapi tidak bisa dilewati solute yg ada di kedua kompertemen kedunya kecuali urea. cairan interstitium dan intravaskuler dibatasi oleh membrane permeable yg bebas dilewati oleh air dan solute kecuali albumin. B. Gangguan keseimbangan cairan Adalah ketidakseimbangan antara air yg masuk dan air yg kluar.
-Osmolaritas adalah perbandingan antara jumlah solute dan air. Solute2 yg mempengaruhi osmolalitas dalam tubuh adalah natrium, kalium, glukosa dan urea.
-Urea mempengaruhi osmolalitas tetapi tidak berpengaruh terhadap tekanan osmotic oleh karena urea mampu menembus membrane sel, sehingga disebut osmol yg tidak efektif.
-cairan akan berpindah dari daerah yg osmolalitas lebih rendah ke lebih tinggi. -natrium, kalium dan glukosa bebas berpindah dalam interstisium dan intravaskuler (plasma), sehingga ketiga osmol ini tidak berpengaruh terhgadap perpindahan cairan.. - protein dalam plasma yaitu albumin tidak mudah berpindah dari intravaskuler ke cairan interstisium sehingga albumin adalah osmol utama yg mempengaruhi tekanan osmotic di intravaskuler.
-keadaan2 yg dapat ditemukan dalam gangguan keseimbangan air : 1, hipovolemia, 2 dehidrasi, 3 hipervolemia, 4 edema.
1. Hipovolemia => suatu keadaan dimana berkurangnya volume cairan tubuh yg akhirnya menimbulkan hipoperfusi jaringan atau berkurangnya cairan ekstrasel dimana air dan natrium berkurang dgn jumlah yg sebanding. - Hal2 yg dapat menyebabkan hipovolemi : kehilangan na dan air melalui sal intestinalis seperti muntah, diare, pendarahan, atau melalui pipa sonde. - Melalui ginjal : penggunaan deuretik, dieresis osmotic, salt-wasting nephrophaty, hipoaldosteronisme. - Melalui kulit dan saluran napas : insensible wator losesses, keringat, luka bakar atau juga melalui sekustrasi cairan seperti pada ileus obstruksi, trauma, fraktur, pancreatitis akut. Pada hipovolemia cairan yang berkurang hanyalah cairan ekstrasel. Karena cairan yang keluar atau hilang adalah cairan yg isotonic, maka kadar natrium plasma tetap dalam batas normal. Perhitungan cairan yg keluar didasarkan pada persen berkurangnya plasma (cairan intravascular). Kehilangan volum plasma Derajat hipovolemi Gejala klinik 20 % Ringan Hanya takikardi 20-40% sedang Takikardi & hipotensi ortostatik >40% Berat Hipotensi, takikardi, oliguria, agitasi, pikiran kacau. Volume plasma adalah sebesar 6% dari BB orang dewasa. Contoh: deplesi volume ringan 20% pada orang dewasa seberat 60 kg. volume cairan yg hilang sebesar 20% dari 3.6 liter adalah 0.72 liter (720ml). kecepatan pemberian cairan tergantung dari keadaan klinis. 2. Dehidrasi => berkurangnya volume air tanpa elektrolit (Na) atau berkurangnya air jauh melebihi berkurangnya natrium dari cairan ekstrasel. Sehingga terjadi peningkatan jumlah natrium ekstrasel yg menyebabkan masuknya cairan intrasel ke ekstrasel (volume cairan intrasel berkurang). Dengan kata lain, dehidrasi melibatkan pengurangan cairan intra dan ekstra sel secara bersamaan dimana 40% dari cairan yg hilang berasal dari ekstrasel dan 60% intrasel. Pada keadaan dehidrasi, akan terjadi hipernatremia karena cairan yg keluar atau hilang adalah cairan hipotonik. - Dehidrasi dapat terjadi pada keadaan : keluarnya air melalui keringat, penguapan dari kulit, saluran intestinal, diabetes insipidus (sentra dan nefrogenik), dieresis osmotic, yg kesemuanya disertai rassa haus dengan gangguan akses cairan. Atau dapat terjadi bila cairan ekstrasel masuk ke intrasel pada kejang hebat atau setelah latihan berat. Atau dapat terjadi bila asupan cairan natrium hipertonik yg berlebihan. - Jenis cairan yg digunakan untuk koreksi adalah cairan dekstrosa isotonic. 3. Hipervolemia => suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan volume cairan ekstrasel khususnya intravascular (volume overload) melebihi kemampuan tubuh mengeluarkan air melalui ginjal, saluran intestinal, kulit. Keadaan ini dipermudah dengan adanya gangguan otot jantung (gagal jantung kongestif) atau pada gangguan fungsi ginjal berat. - Penanggulangan : pemberian diuretic kuat,furosemid, serta restriksi asupan air. 4. Edema => pembengkakan yg dapat diraba akibat penambahan volume cairan intersisium. - 2 faktor penentu terjadinya edema : 1. Perubahan hemodinamik dalam kapiler yg memungkinkan keluarnya cairan intravaskuler ke dalam jaringan interstisium. 2. Retensi natrium di ginjal. - Pada keadaan volume sirkulasi efektif yg rendah seperti pada ggl jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik dan ggl ginjal maka jumlah total natrium tubuh akan meningkat oleh karena adanya resistensi natrium ginjal akibat peningkatan sistem rennin-angiotensin-aldesteron sehingga terjadi penimbunan air pada interstisium yg mengakibatkan edema umum.
GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA METABOLIK Asidosis metabolic ditandai dengan turunnya kadar ion-HCO3 diikuti dengan penurunan tekanan parsiil CO2 di dalam arteri. Kadar ion HCO3 normal adalah sebessar 24meq/L dan kadar normal PCO2 adalah 40 mmHg dengan kadar ion H sebesar 40 nanomol/L. - Penurunan kadar ion HCO3 sebesar 1meq/L akan diikuti oleh penurunan PCO2 sebesar 1,2 mmHg. - 3 penyebab asidosis metabolic : 1. Pembentukan asam yg berlebih dlm tubuh. 2 berkurangnya kadar ion HCO3 di dalam tubuh 3 adanya retensi H dalam tubuh. - Kompensasi paru dengan cara hiperventilasi yg menyebabkan penurunan tekanan persiil CO2, dapat berssifat lengkap, sebagian atau berlebihan. Berdasarkan kompensasi ini, asidosis metabolic dapat dibagi 3 klmpok yaitu : 1. Asidosis metabolic sederhana : dimana penurunan kadar ion HCO3 sebesar 1 meq/L diikuti penurunan PCO2 sebesar 1,2 mmHg. 2. Asidosis metabolic bercampur dengan asidosis respirasi : dimana penurunan kadar ion HCO3 sebesar 1 meq/L diikuti penurunan PCO2 kurang dari 1,2 mmHg. 3. Asidosis metabolic bercampur dengan alkalosis respirasi : dimana penurunan kadar ion HCO3 sebesar 1 meq/L diikuti penurunan PCO2 lebih dari 1,2 mmHg. Tampilan klinik asidosis metabolic : pH lebih dari 7,1 pH kurang dari atau sama dengan 7,1 1. Rasa lelah (fatique) 2. Sesak nafas (kussmaul) 3. Nyeri perut 4. Nyeri tulang 5. Mual/ muntah 1. Gejala pada pH > 1 2. Efek inotropik negative, aritmia 3. Kontriksi vena perifer 4. Dilatasi arteri perifer(penurunan resistensi perifer) 5. Penurunan tekanan darah 6. Aliran darah ke hati menurun 7. Konstriksi pembuluh darah paru(pertukaran 02 terganggu) Koreksi Asidosis Metabolik : 1. Menetapkan beratringannya gangguan asidosis. Gangguan disebut letal bila pH kurang dari 7 atau kadar ion H lebih dari 100nmol/L. gangguan yg perlu mendapat perhatian bila pH darah 7,1- 7,3 ---------------------------------selanjutnya bisa di baca di IPD hal 194------------------- Alkalosis Metabolik => suatu proses terjadinya peningkatan primer bikarbonat dalam arteri. - Usaha tubuh untuk mengkompensasinya dilakukan oleh paru dgn cara menurunkan ventilasi sehingga PCO2 meningkat dalam arteri. - Pada alkalosis : kenaikan kadar HCO3 1 meq/L akan menyebabkan kenaikan PCO2 sebesar 0,7 mmHg. - Penyebab alkalosis metabolic : 1. Terbuangnya ion H melalui sal cerna atau ginjal. 2 terbuangnya cairan bebas bikarbonat dalam tubuh(contraction alkalosis) 3 pemberian bikarbonat berlebihan. - Dalam keadaan normal, sekresi ion H oleh gaster akan merangsang eksresi bikarbonat oleh pancreas.
Dokumen Serupa dengan Gangguan Keseimbangan Cairan Dan Elektrolit