(Averrhoa bilimbi)
Kontak :
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna (B2PTTG – LIPI)
Jl. K.S Tubun No. 5 Subang, Jawa Barat; Kode Pos; 41213
Telp. (0260) 411478, 412 878; Fax (0260) 411239
E-mail : a_choy83@yahoo.com or adec002@lipi.go.id
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) atau lebih dikenal dengan belimbing sayur
merupakan salah satu tanaman yang banyak terdapat di pekarangan-pekarangan rumah
dan berpotensi sebagai bahan pangan fungsional. Secara tradisional belimbing wuluh
banyak digunakan masyarakat sebagai obat seperti batuk, sariawan, perut sakit,
gondongan, batuk rejan, gusi berdarah dan gigi berlubang. Pemanfaatan belimbing
wuluh pada umumnya baru digunakan sebagai bahan dalam pembuatan sayur.
Sebagaimana telah diketahui buah-buahan dan sayuran (komoditi hortikultura)
merupakan bahan pangan yang mudah sekali rusak (perishable). Oleh karena itu
diperlukan teknologi proses pengolahan untuk mengolah belimbing wuluh. Salah
satunya dibuat menjadi minuman belimbing wuluh sehingga dapat meningkatkan umur
simpan produk dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Telah dilakukan penelitian untuk menduga umur simpan minuman belimbing
wuluh dengan cara mengamati kadar vitamin C di dalam minuman belimbing wuluh
selama 24 hari penyimpanan pada suhu 8 oC, 25 oC dan 40 oC. Pengujian kadar vitamin
C dilakukan setiap 3 hari sekali. Pendugaan umur simpan minuman belimbing wuluh
dilakukan dengan menduga laju penurunan mutu menggunakan persamaan Arrhenius.
Hasil perhitungan diketemukan bahwa model atau persamaan untuk laju penurunan
mutu minuman belimbing wuluh yang dilihat dari penurunan kadar vitamin C dengan
perlakuan suhu penyimpanan (8°C, 25°C dan 40°C) dan lama penyimpanan (24 hari)
ialah k = 1,31 x 10 4.l −3631 (1 / T ) .
Kata kunci : belimbing wuluh, daya simpan, model arrhenius dan vitamin C
PENDAHULUAN
kesehatan telah merubah pola pikir dan tuntutan masyarakat terhadap pangan sehingga
produk-produk pangan tidak hanya memiliki rasa enak tetapi juga memperhatikan
kecenderungan masyarakat untuk lebih banyak memanfaatkan bahan pangan alami baik
dari jenis sayuran maupun buah-buahan. Jenis sayuran dan buah-buahan ini, disamping
sebagai sumber mineral dan vitamin juga mengandung jenis komponen yang sangat
sebagai pangan yang memberikan efek positif terhadap kesehatan individu, kesehatan
fisik dan kesehatan pikiran terutama dari nilai kandungan gizinya. Salah satu tanaman
yang berpotensi sebagai pangan fungsional ialah tanaman belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi). Belimbing wuluh atau lebih dikenal dengan belimbing sayur ialah salah satu
dimanfaatkan sebagai bahan dalam membuat sayur asem. Menurut Muhlisah (2006)
Belimbing wuluh secara epidomologi terbukti mempunyai khasiat sebagai obat seperti
batuk, sariawan, perut sakit, gondongan, batuk rejan, gusi berdarah, gigi berlubang,
hortikultura) merupakan bahan pangan yang mudah sekali rusak (perishable). Oleh
karena perlu dilakukan penerapan teknologi pasca panen dan teknologi proses
pengolahan. Salah satu produk olahan pangan yaitu minuman sari buah. Pengembangan
belimbing wuluh menjadi minuman belimbing wuluh (jus) merupakan salah satu upaya
diversifikasi produk yang diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomis belimbing
wuluh selain dapat meningkatkan daya simpan dan daya guna produk.
Istilah umur simpan mengandung pengertian rentang waktu antara saat produk
dikemas atau diproduksi sampai saat mutu produk tersebut tidak memenuhi syarat lagi
untuk dikonsumsi. Suhu merupakan faktor yang berpengaruh tehadap perubahan mutu
produk pangan. Oleh karena itu faktor suhu harus senantiasa diperhitungkan dalam
menduga laju penurunan mutu produk pangan selama penyimpanan. Faktor – faktor
mutu yang sangat dipengaruhi oleh suhu antara lain tekstur, reaksi pencoklatan
mengamati produk selama penyimpanan sampai terjadi perubahan hingga tingkat masa
(accelerate shelf life test) yang dapat memprediksi umur simpan yang sebenarnya. Salah
satu metode yang termasuk ke dalam metode akselerasi ini ialah metode Arrhenius.
Untuk itu diperlukan beberapa pengamatan yaitu adanya parameter yang diukur secara
secara kuantitatif dan parameter tersebut harus mencerminkan keadaan masa yang akan
terjadi pada kondisi tersebut. Metode Arrhenius sangat baik untuk diterapkan dalam
penyimpanan produk pada suhu penyimpanan yang relatif stabil dari waktu ke waktu.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menduga umur simpan dari minuman belimbing
wuluh.
BAHAN DAN METODE
Bahan
Bahan pembuatan minuman terdiri dari belimbing wuluh yang diperoleh dari
petani Desa Dawuan, Kecamatan Kalijati, Subang; Gula pasir, potasium sorbat dan
CMC( caboxymethylcellulose).
Metodologi Penelitian
minuman belimbing wuluh selama 24 hari penyimpanan pada suhu 8oC, 25oC dan
40oC. Pengujian kadar vitamin C (AOAC 1990) dilakukan setiap 3 hari sekali. Diagram
+ Air
Pemanasan (60-70 °C), pengadukan
• Gula
• penstabil
Penyaringan
Pemasakan, 70-80 °C
Pengawet
Pasteurisasi 80-90 °C
MINUMAN
BELIMBING WULUH
Arrhenius.
k = ko e − E / RT
Keterangan:
k = konstanta penurunan mutu
ko = konstanta (tidak tergantung pada suhu)
E = energi aktivasi
T = suhu mutlak ( C + 273)
R = konstanta ga 1,986 Kal/mol
Arrhenius adalah :
1. Perubahan faktor mutu hanya ditentukan oleh satu macam reaksi saja
3. Proses perubahan mutu dianggap bukan merupakan akibat dari proses – proses
beberapa pengamatan yang dapat diukur secara kuantitatif dari parameter tersebut.
Dalam penelitian ini digunakan kadar vitamin C sebagai parameter yang diamati.
Minuman belimbing wuluh dianalisis kadar vitamin C selama 24 hari dengan interval 3
hari dan penyimpanan pada tiga suhu ekstrim yang berbeda (8°C, 25°C dan 40°C). Hasil
pengamatan kadar vitamin C pada minuman belimbing wuluh dapat dilihat pada Tabel
1.
Model Arrhenius
Semakin tinggi suhu penyimpanan maka laju reaksi berbagai senyawa kimia semakin
cepat (Syarief & Halid 1993). Oleh karena itu dalam penelitian ini untuk menduga
dapat dibuat grafik hubungan antara waktu penyimpanan dan penurunan kadar vitamin
C minuman belimbing wuluh pada masing-masing suhu penyimpanan (8°C, 25°C dan
40°C). Selanjutnya dibuat regresi linier dari masing-masing suhu penyimpanan. Grafik
regresi linier dari perlakuan berbagai macam suhu dapat dilihat pada Gambar 2.
Suhu 25 C
Suhu 8 C y = -0,1225x + 10,648
y = -0,0362x + 10,728 R2 = 0,9345
12,00
R 2 = 0,973
10,80
8,00
10,60
10,40 6,00
10,20 4,00
10,00
2,00
9,80
9,60 0,00
0 10 20 30 0 10 20 30
Waktu penyimpanan Waktu penyimpanan
(hari) (hari)
2 (a) 2 (b)
Suhu 40 C
y = -0,1301x + 10,9
Kadar vitamin C (mg/100g)
R2 = 0,9828
12
10
8
6 a
4
2
0
0 Waktu
10 penyimpanan
20 30
(hari) 2 (c)
Gambar 2(a) (b) dan (c). Grafik regresi linier vitamin C terhadap
suhu dan lama penyimpanan
penyimpanan, yaitu:
Sehingga apabila nilai k dan 1/T diplotkan akan didapatkan grafik sebagai berikut:
0
0,0031 0,0032 0,0033 0,0034 0,0035 0,0036
-0,5
y = -3631x + 9,7487
-1
-1,5
ln K
-2
-2,5
-3
-3,5
(1/T)
Y = -3631 x + 9,7487
dimana nilai kemiringan (slope) dari persamaan tersebut merupakan nilai –E/R dari
persamaan Arrhenius, sedangkan nilai intersep merupakan nilai ln ko. Maka dengan
-E/R = B
E = 7211 kal/mol
ln ko = A
ln ko = 9,4787
ko = 1,31 x 104
Dengan demikian konstanta laju penurunan mutu pada minuman belimbing
wuluh adalah k = 1,31 x 104.l −3631 (1/ T ) . Setelah itu diperoleh persamaan Arrhenius untuk
diperoleh pada kadar vitamin C = 0, maka umur simpan minuman belimbing wuluh
yaitu:
KESIMPULAN
Nilai konstanta laju penurunan mutu dilihat dari penurunan kandungan vitamin
C dengan perlakuan suhu penyimpanan (8°C, 25°C dan 40°C) dan lama penyimpanan
4 −3631(1 / T )
(selama 24 hari) ialah k = 1,31 x 10 .l .
PENGHARGAAN
Penghargaan dan terima kasih kami ucapkan kepada Balai Besar Pengembangan
Teknologi Tepat Guna (B2PTTG-LIPI), Ir. Arie Sudaryanto, Sudirman dan teman-teman
Tim Unit Inkubator Bisnis dan Teknologi, Dawuan (Nok, Angga dan Mirwan) atas
DAFTAR PUSTAKA