Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pendahuluan
Industri pengolahan merupakan salah satu sektor dominan (44% total kegiatan perekonomian)
di provinsi Jawa Barat. Menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Tahun 2007,
Jawa Barat memiliki 193.557 unit usaha kecil yang dapat menyerap tenaga kerja sebesar 2.088.011
(kompas 2008). Salah satu bentuk unit usaha kecil menengah ialah unit usaha kecil di bidang olahan
pangan. Usaha olahan pangan adalah kegiatan usaha yang mengolah komoditas pangan yang
bersumber dari hasil pertanian (buah-buahan, sayuran, tepung, umbi-umbian, padi-padian, kacang-
kacangan, daging, telur, hasil perikanan dan sebagainya) menjadi produk olahan (makanan dan
minuman) hingga perdagangan dan distribusinya dikenal luas di masyarakat (Hubeis 2000).
Dalam perkembanganya, UKM olahan pangan tidak cukup hanya memiliki keungggulan
komparatif (comparative advantage) namun harus memiliki keungggulan kompetitif yang
berkelanjutan (sutainable competitive advantage).
Menurut Dahrul Syah (2008) menjelaskan bahwa pengembangan agroindustri pangan local
akan berhasil apabila: (1) produk yang diproduksi memiliki nilai tambah yang sesuai dengan
keinginan konsumen dan pasar. (2) produk yang bernilai tambah harus memiliki mutu yang baik dari
segi keamanan, mutu dan gizi. Oleh karena itu lembaga-lembaga penelitian, perguruan tinggi/instansi-
instansi terkait sangat penting dalam memberikan masukan-masukan dalam ilmu dan teknologi yang
dibutuhkan. (3) dalam memperoleh keunggulan yang berkelanjutan maka diperlukan langkah fasilitasi
dan inkubasi dari dinas atau instansi yang terlibat. Hal ini dilakukan mengingat sebagian besar agri
industri pangan local tidak berskal besar. Skema pengembangan agroindustri pangan lokal
(Gambar 1).
2
*)
Disampaikan pada “Pembekalan Tenaga Ahli Pendamping IKM Pangan Unggulan Daerah melalui Pendekatan
One Village, One Product”. 18-22 Mei 2009, Hotel Permata Bogor yang diselenggarakan oleh Direktorat
Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Departemen Perindustrian
3
Strawberry
Seleksi/Sortir
Dicuci bersih
Dipotong kecil-kecil
Dihancurkan/di press
Disaring
Pasteurisasi
Pengemasan
Pengemasan
SIRUP
STRAWBERY
Sari Buah
Strawberry
*)
Disampaikan pada “Pembekalan Tenaga Ahli Pendamping IKM Pangan Unggulan Daerah melalui Pendekatan
One Village, One Product”. 18-22 Mei 2009, Hotel Permata Bogor yang diselenggarakan oleh Direktorat
Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Departemen Perindustrian
4
Strawbery
Pemotongan
Bahan Pengikat
Asam sitrat Pemasakan
Pemasakan
Bahan Pengisi
Margarin
Selai Strawbery
Dilarutkan dalam air
Dicairkan
Pengadukan s/d homogen
Pencetakan
Pemotongan
Pengemasan
Selai
Strawbery
3. Kerupuk Strawberry
Kerupuk merupakan sejenis makanan kecil yang mengalami pengembangan volume
membentuk produk yang berongga dan mempunyai densitas rendah selama penggorengan, terbuat
dari bahan yang mengandung pati cukup tinggi. Menurut SNI 01-2713-1992, kerupuk ikan adalah
hasil olahan dari campuran yang terdiri dari ikan segar, tepung tapioka dan bahan-bahan lain yang
mengalami perlakuan: pengadonan, pencetakan, pengukusan, pengangin-anginan, pengirisan dan
pengeringan. Seiring dengan perkembanganya, kerupuk dapat pula dibuat dari aneka sayuran atau
buah-buahan (kerupuk strawberry).
Bahan-bahan yang digunakan adalah: buah strawbery, tapioka, garam, gula, perenyah, telur,
air dan perenyah. Peralatan yang digunakan adalah blender/penghancur, pengukus, kompor, wajan,
pengaduk, tampah, pisau, dan baskom. Diagram proses pembuatan kerupuk strawberry dapat dilihat
Gambar 4.
*)
Disampaikan pada “Pembekalan Tenaga Ahli Pendamping IKM Pangan Unggulan Daerah melalui Pendekatan
One Village, One Product”. 18-22 Mei 2009, Hotel Permata Bogor yang diselenggarakan oleh Direktorat
Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Departemen Perindustrian
5
Buah Strawberry
Penhancuran
- Pengembang
- Na-benzoat
- Telur itik Pencampuran I
Air Pencampuran II
- Gula pasir
- Garam
Pencampuran III - Air
Pencetakan
Pengkondisian (t = 1 malam)
Pengirisan
Pengeringan
4. Manisan Strawberry
Manisan merupakan salah satu produk awetan dengan menggunakann gula. Manisan
berdasarkan pengolahannya dapat dikelompokan menjadi manisan basah dan manisan kering.
Perbedaan jenis manisan basah dan kering dilihat dari proses setelah perendaman dalam larutan gula.
Pada prinsipnya pembuatan manisan ialah perendaman dalam gula (peresapan), pencucian, dan
pengeringan.
Bahan-bahan yang digunakan adalah buah strawbery, gula pasir, dan garam. Peralatan yang
digunakan adalah pisau, baskom, panci, wadah plastik, loyang, plastik dan plastik sealer. Diagram
proses secara umum pembuatan manisan dapat dilihat pada Gambar 5 berikut:
*)
Disampaikan pada “Pembekalan Tenaga Ahli Pendamping IKM Pangan Unggulan Daerah melalui Pendekatan
One Village, One Product”. 18-22 Mei 2009, Hotel Permata Bogor yang diselenggarakan oleh Direktorat
Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Departemen Perindustrian
6
Strawberry
Disortir / Diseleksi
tangkai Pengupasan
Pencucian
Penirisan
Penirisan
Manisan
Strawberry
*)
Disampaikan pada “Pembekalan Tenaga Ahli Pendamping IKM Pangan Unggulan Daerah melalui Pendekatan
One Village, One Product”. 18-22 Mei 2009, Hotel Permata Bogor yang diselenggarakan oleh Direktorat
Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Departemen Perindustrian
7
*)
Disampaikan pada “Pembekalan Tenaga Ahli Pendamping IKM Pangan Unggulan Daerah melalui Pendekatan
One Village, One Product”. 18-22 Mei 2009, Hotel Permata Bogor yang diselenggarakan oleh Direktorat
Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Departemen Perindustrian
8
3.Pati dan Dekstrin Ubi Jalar
Pati adalah salah satu jenis oligosakarida yang terdapat dan dismpan pada tumbuh-
tumbuhan sebagai cadangan makanan. Winarno (1997) mendefinisikan pati sebagai
homopolimer glukosa dengan ikata α-glikosidik. Sedangkan dekstrin adalah pati
termodifikasi yang telah mengalami hidrolisis atau ikatan glukosa terputus dikarenakan oleh
asam atau enzim. Menurut Satterwaite dan Iwinski (1973); Armelia (1990) dikutip Triyono
(2007) berdasarkan proses pengolahannya, dekstrin dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
maltodekstrin, pirodekstrin, dan siklodekstrin.
Ubi jalar merupakan salah satu umbi-umbian yang memiliki kadar pati 25-30%. Oleh
karena itu pengolahan ubi jalar menjadi pati yang kemudian diolah kembali dekstrin
menjadikan semakin bertambah diversifikasi produk terhadap komoditas ubi jalar. Dekstrin
banyak dimanfaatkan untuk industri pangan terutama untuk bahan pengisi minuman serbuk,
obat, bumbu dan sebagainya. Berikut ini diulas secara singkat mengenai pembuatan pati dan
dekstrin dari ubi jalar (Gambar 8)
Disortasi& dicuci
Penambahan
Dipotong kecil-kecil Asam
Air Enzim
DEKSTRINISASI
Penghancuran
Pemisahan
Air
Endapan pati
Ubi Jalar
Pengeringan
Penggilingan &
Pengayakan
(1)
(2) (3)
b) peralatan TTG untuk pembuatan tepung, pati dan dekstrin ubi jalar
(4) (5)
(6)
(6)
4. Pemarut/perusak = untuk merusak jaringan dan
memarut ubi jalar kedalam
bentuk rabut
5. Molen drayer = untuk mengeringkan sari
(7) (8) buah atau tepung dan pati
6. Cross better mills = menepungkan seua bahan
7. Tunnel drayer = mengeringkan tepung ubi
c. peralatan TTG untuk pembuatan keripik ubi jalar jalar dan dekstrin
Inpu 8. Dekstrinator = untuk membuat dekstrin
dengan menggunakan asam
(9)
*)
Disampaikan pada “Pembekalan Tenaga Ahli Pendamping IKM Pangan Unggulan Daerah melalui Pendekatan
One Village, One Product”. 18-22 Mei 2009, Hotel Permata Bogor yang diselenggarakan oleh Direktorat
Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Departemen Perindustrian
10
Penutup
Penguasaan dan pemanfaatan teknologi tepat guna baik di bidang proses pengolahan pangan
maupun peralatan dapat membantu dan meningkatkan kualitas produk yang memberikan nilai tambah
terhadap produk olahan strawbery dan ubijalar UKM. Peningkatan kualitas produk, akan berdampak
pada daya saing produk yang memiliki keunggulan berkelanjutan. Keterlibatan pihak-pihak terkait
baik pusat dan daerah diharapkan dapat mewujudkan sebuah agroindustri lokal yang maju dan
mempunyai daya saing.
Daftar Pustaka
Anonymous. 2008. IKM Penopang utama sektor Industri. Media cetak Kompas, 22 Oktober 2008.
Dahrul Syah. 2008. Agroindustri Pangan Lokal untuk Menggerakan Ekonomi Masyarakat untuk
Meningkatkan Akses Terhadap Pangan. Makalah Prosiding Widya Nasioanl Pangan dan Gizi
(WNPG) IX 2008. Diselenggarakan, Hotel Bidakara, 26-27 Agustus 2008. LIPI-BAPPENAS-
DEPTAN-DEPKES-BADAN POM-DEPDIKNAS-RISTEK-DKP. Jakarta
Hubeis, M. 2000. Kumpulan Materi Pelatihan Industri Pengolahan Pangan untuk Daerah Pedesaan.
Materi: Manajemen Industri Pangan. Kerjasama B2PTTG-LIPI dengan Japan International
Cooperation Agency (JICA), Subang.
Surahman, D. N., H. Astro & H Priyatna. 2007. Nanas dan Produk Olahannya. Penerbit: LIPI Press,
Jakarta.
Taufik, M. 2001. Strategi Pengembangan UKM pada Era Otonomi Daerah dan Perdagangan Bebas.
www.smecda.com ditelusuri tanggal 16 Mei 2009.
Triyono, A., C. Erwan., R. Kumalasari & W. Agustina. 2007. Pengembangan Teknologi Pati
Termodifikasi Kapasitas 250 kg Untuk Bahan Pangan Fungsional. Laporan Teknis DIP 2007.
Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna (B2PTTG) – LIPI Subang.
Tri Radiyati et al. 1990. Kerupuk keripik., Hal. 9-14. BPTTG Puslitbang Fisika Terapan – LIPI
Subang.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka, Jakarta
*)
Disampaikan pada “Pembekalan Tenaga Ahli Pendamping IKM Pangan Unggulan Daerah melalui Pendekatan
One Village, One Product”. 18-22 Mei 2009, Hotel Permata Bogor yang diselenggarakan oleh Direktorat
Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Departemen Perindustrian