Kelemahan dinding bronkus pada bronkiektasis dapat kongenital ataupun didapat
(acquired) yang disebabkan karena adanya kerusakan jaringan. Bronkiektasis kongenital sering berkaitan dengan adanya dekstrokardia dan sinusitis, jika ketiga keadaan ini (bronkiekasis, dekstrokardia dan sinusitis) hadir bersamaan, keadaan ini disebut sebagai sindrom Kartagener. Jika disertai pula dengan dilatasi trakea dan bronkus utama maka kelainan ini disebut trakeobronkomegali. Bronkiektasis yang didapat sering berkaitan dengan obstruksi bronkus. Dilatasi bronkus mungkin disebabkan karena kerusakan dinding bronkus akibat peradangan seperti pada penyakit endobronkial tuberculosis. Bronkiektasis non-tuberkulosis cenderung terjadi pada bagian paru yang bergantung (dependent part) yang menyebabkan aliran drainase discharge terhambat. Gaya berat menyebabkan akumulasi sputum sehingga infeksi dan supurasi lebih mudah terjadi. Berdasarkan lokasinya, bronkiektasis dibagi menjadi: Setempat (localized), yaitu di lobus bawah, lobus tengah kanan atau lingual, biasanya sebagai komplikasi dari pneumonia yang berat, dapat juga karena penyumbatan oleh benda asing (misalnya kacang), tumor atau penekanan dari luar (kompresi oleh tuberculosis kelenjar limfa). Bronkiektasis di lobus atas biasanya disebabkan oleh tuberculosis atau aspergilosis bronkopulmonar. Menyeluruh (generalized), biasanya karena infeksi sistem pernapasan yang berulang disertai kelainan imunitas ataupun kelainan mucociliary clearance. Penyebab lainnya adalah vaskulitis, defisiensi -1-antitripsin, AIDS, sindrom Marfan, SLE, sindrom Syogren, dan sarkoidosis.
PATOLOGI Bronkiektasis biasanya mengenai bronkus segmental dan bronkus subsegmental, dapat terjadi pada satu lobus atau juga pada beberapa lobus, biasanya lobus posterior. Morfologi kerusakan dapat bersifat kistik atau sakular, varikosa atau fusiform, dan juga silindrik (klasifikasi ini digunakan ketika upaya diagnosis untuk bronkiektasis masih menggunkan bronkografi, sekarang klasifikasi ini telah ditinggalkan).
GAMBARAN KLINIK Bronkiektasis kongenital sering asimtomatik dan baru terdeteksi saat dewasa ketika terjadi infeksi sekunder. Tanda-tanda fisik sering tidak ditemui, foto toraks konvensional tidak menggambarkan adanya kelainan walaupun kadang-kadang terdapat bayangan cincin yang berdinding tipis yang dapat terlihat jelas. Jumlah sputum yang dihasilkan bervariasi, mulai dari sedikit sampai beberapa ratus milliliter per hari. Dapat dikatakan bahwa gejala bronkiektasis adalah pengeluaran dahak yang banyak yang berasal dari lobus paru yang letaknya bergantung. Pada infeksi sekunder kuman anaerobic, dahak tersebut berbau busuk. Dahak sering disertai darah atau bahkan sering terdapat hemoptisis masif sehingga dapat digolongkan sebagai keadaan gawat darurat. Hasil pemeriksaan fisik tergantung pada derajat kerusakan patologik. Pada bentuk ringan tanpa komplikasi, pemeriksaan fisik tidak akan menunjukkan gejala kelainan. Pada tingkat yang lebih berat, dapat terdengar rales dan ronkhi pada daerah yang terkena. Jari tabuh sering ditemukan pada pasien bronkiektasis yang telah berlangsung lama. Jika terdapat infeksi, penyakit ini sering disertai demam.
PEMERIKSAAN LAIN Foto paru penderita bronkiektasis menunjukkan gambaran bayangan yang disebut tram-line shadows atau honey comb appearance. Jika ada pasien yang mempunyai gejala klinis sesuai dengan bronkiektasis, namun foto parunya tidak menunjukkan kelainan yang mengarah kepada suatu bronkiektasis, harus dilakukan HRCT. Begitu juga bronkiektasis yang tampak pada satu atau dua lobus, pada HRCT sering tampak sebagai generalized bronkiektasis. Perlu juga dilakukan uji spirometri ataupun peak flow meter untuk mengetahui apakah terdapat obstruksi saluran pernapasan. Uji keringat dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat kistik fibrosis. Tes sakarin dilakukan untuk meneliti apakah ada masalah pada mukosiliar.
PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan bertujuan untuk mengupayakan pengeluaran dan mengurangi sekresi dahak dengan cara drainase postural serta mencegah terjadinya infeksi. Upaya drainase dahak tergantung pada jumlah dahak yang diproduksi, namun sebaiknya dilakukan paling tidak dua kali sehari, yaitu pada saat bangun tidur di pagi hari dan pada saat akan tidur malam. Sering kali diperlukan penggetaran dinding dada agar dahak mudah keluar, yaitu dengan cara memukul punggung. Infeksi pada bronkiektasis memerlukan pemberian antibiotika. Kortikosteroid perlu diberikan pada pasien yang disertai obstruksi saluran pernapasan. Pada bronkiektasis yang parah, mungkin diperlukan pembedahan paru, yaitu berupa reaksi bagian yang rusak. Selain itu, juga dapat dilakukan transplantasi kedua buah paru pada pasien yang berumur di bawah 60 tahun yang mempunyai PEV, kurang dari 30% dari predicted. Djojodibroto RD. Respirologi. Jakarta: EGC;2009.h.118-20 ETIOLOGI Setelah infeksi pernapasan akut pada anak, khususnya campak, batuk rejan, atau pneumonia. Fibrosis kistik: sputum yang kental menyebabkan obstruksi bronkus dan bronkiektasis. Obstruksi bronkus yang merupakan predisposisi bronkiektasis (misalnya kacang). Tuberculosis semakin jarang menjadi penyebab. Kongenital (jarang): dyskinesia siliar primer, misalnya sindrom Kartagener (bronkiektasis, sinusitis, sinus inversus). Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Kedokteran klinis ed.6. Jakarta: Erlangga;2007.h.284 DEFINISI Bronkiektasis didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana terdapat dilatasi ireversibel dari bronkus. Faktor penyebab utama kemungkinannya adalah obstruksi yang menyebabkan dilatasi bronkial di bagian distal dan infeksi yang menyebabkan kerusakan permanen dinding bronkus. GAMBARAN RADIOLOGIS Film dada mungkin tidak menunjukkan kelainan. Bronkiektasis paling sering terdapat pada bagian basal paru dan sinar-X dada dapat menampakkan gambaran berikut. Bronkiektasis silindris: dilatasi bronkus dapat terlihat sebagai garis parallel (menggambarkan dinding bronkus) yang menyebar dari hilus menuju diafragma. Bronkiektasis kistik: dilatasi terminal dapat divisualisasi sebagai bayangan kistik atau cincin, kadang disertai batas cairan. Konsolidasi pneumonik. Perubahan fibrotic. CT resolusi tinggi dengan jelas memperlihatkan dilatasi bronkus dan penebalan dinding bronkus. Modalitas ini juga mampu mengetahui lobus mana yang terkena, terutama penting untuk menentukan apakah diperlukan pembedahan. Pada CT, berbagai gambaran tambahan berikut dapat diamati: Bronkus yang terlihat di bagian tepi. Bronkus yang memiliki diameter lebih besar dari pada cabang arteri pulmonalis yang di dekatnya. Patel PR. Radiologi ed.2. Jakarta: Erlangga;2007.h.40-1 ETIOLOGI Aspergilosis: reaksi hipersensitivitas dinding bronkus pada pasien asma menimbulkan bronkiektasis pada jalan napas proksimal.