Anda di halaman 1dari 22

DUMP TRUCK dan

Perkiraan Produksinya
DUMPTRUCK
Pada pekerjaan pemindahan tanah mekanis
dimana pemindahan tanah memerlukan jarak angkut yang cukup jauh atau dalam
memobilisasi alat-alat berat dan mengangkut material. Pemilihan jenis alat pengangkutan
tergantung kondisi medan, volume material, waktu dan biaya.
Alat angkut khusus itu adalah
Dump DUMPTRUCK
Wagon
Trailer
dan lain-lainnya.
Alat angkut tersebut dibuat secara khusus untuk tujuan pengangkutan yang disesuaikan
dengan kondisi angkutan itu sendiri. Pada bab ini akan dibicarakan khusus mengenai
produksi dump DUMPTRUCK.
Dalam pekerjaan konstruksi dikenal 3 macam jenis dump DUMPTRUCK.
1. Side dump DUMPTRUCK (penumpahan ke samping).
2. Rear dump DUMPTRUCK (penumpahan ke belakang).
3. Rear and side dump DUMPTRUCK (penumpahan kebelakang dan kesamping).
Syarat utama agar Dump DUMPTRUCK dapat bekerja secara efektif adalah jalan kerja yang
keras dan relative rata, namun kadang kala DUMPTRUCK didisain agar mampu bekerja pada
kondisi khusus atau cross country ability yaitu mampu bekarja pada jalan yang tidak biasa.
KAPASITAS DUMPTRUCK.
Penentuan kapasitas DUMPTRUCK harus disesuaikan dengan alat pemuatnya atau Loader
maupun Excavator lainnya. Jika perbandingan tersebut tidak proporsional, maka
kemungkinan loader akan menunggu atau sebaliknya. Perbandingan yang dimaksud ialah
perbandingan antara kapasitas muat Loader dengan kapasitas DumpDUMPTRUCK, kurang
lebih antara 1 : 4 @ 5 , yakni kapasitas 1 Loader dapat melayani 4 @ 5
DumpDUMPTRUCK, perbandingan ini juga akan mempengaruhi waktu pemuatan.
Urutan perhitungan produktivitasnya adalah sebagai berikut :
Menghitung waktu siklus dari DumpDUMPTRUCK, yang meliputi :
1. waktu muat,
2. waktu angkut,
3. waktu bongkar muatan,
4. waktu untuk kembali,
5. waktu yang dibutuhkan DUMPTRUCKuntuk mengambil posisi dimuati kembali.
Waktu siklus adalah jumlah kelima waktu tersebut, yaitu :
D D
Cmt = n. Cms + - + t 1 + - + t 2 (1)
V 1 V 2
Waktu siklus DT = waktu muat + waktu angkut + waktu buang + waktukembali + waktu
tunggu/tunda.
dimana,
n = ( C 1 / q 1 ) x K (2)
n = jumlah siklus yang diperlukan Loader untuk mengisi DumpDUMPTRUCK.
C 1 = kapasitas rata-rata DumpDUMPTRUCK (m3, cuyd).
q 1 = kapasitas bucket Loader (m3).
K = faktor bucket Loader.
Cms = waktu siklus Loader (menit).
D = jarak angkut DumpDUMPTRUCK (m, yd).
V 1 = kecepatan rata-rata DumpDUMPTRUCK bermuatan (m/min, yd/min).
V 2 = kecepatan rata-rata DumpDUMPTRUCK kosong (m/min, yd/min).
t 1 = waktu buang + waktu stand by sampai pembuangan mulai ((menit).
t 2 = waktu untuk posisi pengisian dan untuk Loader mulai mengisi (menit)
Waktu pemuatan :
Waktu yang diperlukan Loader untuk memuat DumpDUMPTRUCK dapat dihitung sbb :
Waktu muat = waktu siklus (Cms) + jumlah siklus untuk mengisi DT
(n).... (3)
a. Waktu siklus Loader (Cms).
Waktu siklus Loader tergantunf dari tipe Excavator, (crawler atau wheel)
b. Jumlah siklus Loader untuk mengisi DumpDUMPTRUCK sampai penuh (n).
Daya muat DumpDUMPTRUCK dapat dinyatakan dalam kapasitas volume atau berat
muatan.
Kapasitas bucket dianggap kapasitas munjung atau tergantung material yang diangkut.
Faktor bucket ditentukan oleh sifat alamiah tanah yang digali/dimuat.
Waktu angkut material dan waktu kembali :
Waktu angkut dan waktu kembali harus diperhitungkan dengan kondisi jalan
yang dilalui atau keadaan jalan seperti tanahan gelinding dan/atau tahanan kelandaian.
RR maupun GR dapat dihitung sebagaimana biasanya.
Gambar. 5. 2. waktu siklus DUMPTRUCK.
A 68
5. 2. PRODUKSI DUMPTRUCK.
Produksi perjam dari sejumlah DumpDUMPTRUCK yang bekerja di pekerjaan yang
sama secara simultan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
C x 60 x E t
P = x M . ( 4)
Cmt
C = n x q 1 x K .. (5)
dimana,
P = produksi per jam (m3/jam).
C = produksi per siklus.
Et = effisiensi kerja DumpDUMPTRUCK
Cmt = waktu siklus DumpDUMPTRUCK (menit).
M = jumlah DumpDUMPTRUCK yang bekerja.
n = jumlah nsiklus dari Loader untuk mengisi DumpDUMPTRUCK.
q 1 = kapasitas bucket (m3, cuyd).
K = faktor bucket loader.
Es = effisiensi kerja Loader.
Cms = waktu siklus Loader (menit).
Kombinasi kerja antara DumpDUMPTRUCK dengan Loader,
Persamaannya :
C x 60 x Et 60 x q1 x K x Es
P = - x M = . (5. 7.)
Cmt Cms
Jika DumpDUMPTRUCK dan Loader digunakan secara bersama dalam suatu kombinasi,
maka sebaiknya kapasitas operasi DumpDUMPTRUCK sama dengan kapasitas Loader.
Dari persamaan (5. 7.), jika hasil sebelah kiri lebih besar maka produksi Dump-
DUMPTRUCK akan berlebih, begitu pula sebaliknya berarti produksi Loader yang lebih
besar dan hal inilah yang menyebabkan waktu tunggu menjadi lebih laama.
Jumlah DumpDUMPTRUCK dan Loader yang dibutuhkan,
Jumlah Loader dan DumpDUMPTRUCK yang sesuai dengan perhitungan dari suatu peker
jaan, perlu ditambahkan (ekstra) guna menggantikan bila peralatan tersebut mengalami
gangguan atau rusak. Hal ini untuk mengatasi kelancaran jalannya opera
si pekerjaan.
Table dibawah ini akan memberikan data DUMPTRUCK atau Loader cadangan yang dibu
tuhkan sesuai dengan besarnya proyek yang dilaksanakan.
Sumber : Rochmanhadi, 1985.
5. 3. Contoh Permasalahan.
Suatu pekerjaan reklamasi atau penimbunan dengan menggunakan pasir urug
harus dilakukan pada suatu daerah cekungan. Bahan timbunan yang didatangkan
dari luar proyek dengan jarak 25 km, dari jarak tersebut 5 km diantaranya harus
melewati daerah perkotaan. Volume urugan sebesar 44.500 m3C, jalan akses ke
lokasi penimbunan merupakan jalan yang diperkeras namun tidak beraspal, berar
ti kontraktor tidak perlu memperbaiki jalan tersebut. Lama pekerjaan yang diberi
kan adalah 3 bulan atau 90 hari kalender. Pada bulan pertama terdapat 4 hari :
Minggu dan 1 hari libur Nasional, pada bulan kedua ada 5 hari Minggu dan pada
bulan ketiga terdapat 4 hari Minggu. Diperkirakan pada ketiga bulan tsb. akan
terjadi hujan selama 3 hari dan 2 hari setelah hujan, jalan ke lokasi pengambilan
material baru dapat dilewati oleh DumpDUMPTRUCK. Kontraktor selama hari libur tidak
diperkenankan untuk melakukan operasi, pekerjaan malam juga diperkenankan.
Jam kerja effektif per hari 8 jam.
Kondisi dan faktor-faktor :
Faktor konversi volume untuk pasir urug : keadaan padat = 1.0
keadaan lepas = 1,17
keadaan asli = 1,05
Peralatan yang digunakan :
1. Hidrolik Excavator PC 200 : Kapasitas bucket (q) = 0,70 m3B
Faktor bucket : 0,80 ; Faktor effisiensi :0,60
Waktiu siklus : Gali = 10 det
Swing = 2 x 5 detik
Dumping = 5 detik
2. Dump DUMPTRUCK : Kapasitas Bucket = 5.00 m3L
Faktor effisiensi : 0,80 ; Faktor bucket : 1.00
Kecepatan rata-rata dalam kota : Isi : 20 km/jam ; kosong : 30 km/jam
- luar kota : Isi : 40 km/jam ; kosong : 60 km/jam
Waktu siklus : Loading : 4 menit ; Dumping dan manuver : 2 menit.
A 70
3. Bulldozer : Kapasitas blade (q) : 4,38 m3B.
Faktor effisiensi : 0,60 ; Jarak dorong : 30 m.
Kecepatan rata-rata : Maju/dorong = 2,77 km/jam.
Mundur = 7,14 km/jam.
Ganti persneling : 0,10 menit.
Hitung : Analisa produksi Alat, Kebutuhan Alat dan Side Out-put.
Jawaban :
Volume pekerjaan : 44.500 m3C
Voleme tanah asli atau yang harus digali = 44.500 m3 x 1,05 = 46.725 m3B.
Waktu pelaksanaan = 90 hari 4 -1 5 4 (3 x 2) = 90 20 = 70 hari kerja eff.

a. Alat yang bekerja di penggalian (gali dan muat) Excavator PC 200.
q 1 = 0,70 m3B, K = 0,80, E = 0,60,
waktu siklus (Cm) = 10 + (2 x 5) + 5 = 25 detik.
Produksi per siklus : q = q1 x K = 0,70 x 0,80 = 0,56 m3B
q x 3600 x E 0,56 x 3600 x 0,60
Produksi per jam Q = = -
Cm 25
= 48,384 m3/jam ~ 48 m3B/jam.
Produksi per hari = 48 m3/jam x 8 jam = 384 m3B/hari.
Jam kerja yang dibutuhkan = 46.725 m3B : 48 m3/jam = 973 jam
Waktu kerja adalah = 70 x 8 jam = 560 jam kerja.
Sehingga Excavator yang dibutuhkan = 973 : 560 = 1,74 atau 2 unit.
Produksi 2 buah Excavator = 384 m3B/hari x 2 = 768 m3B
Volume Side output Pasir lepas = 768 m3 x (1,17 / 1,05) = 856 m3L.

b. Alat angkut (DumpDUMPTRUCK) :
q = 5.0 m3L, K = 1.0, E = 0,80
waktu tempuh untuk jarak 5 km dgn kec. rata-rata kosong : 30 km/jam
isi : 20 km/jam
waktu tempuhnya : kosong = 5 /30 x 60 = 10 menit.
Isi = 5 /20 x 60 = 15 menit.
Waktu tempuh 20 km, kec. rata-ratanya : kosong : 60 km/jam
Isi : 40 km/jam
Waktu tempuhnya : kosong = 20/60 x 60 = 20 menit.
Isi = 20/40 x 60 = 30 menit.
waktu siklusnya : Loading = 4 menit
Dumping & manuver = 2 menit
Kec. isi : 15 + 30 = 45 menit
Kec.kosong 10 + 20 = 30 menit
Waktu siklus (Cm) = 81 menit atau 1 jam 21 menit
Produksi per siklus (q) = 5.0 x 1.0 = 5,00 m3
A 71
q x 60 x E 5.0 x 60 x 0,80
Produksi per jam : Q = = = 2,963 m3/jam
Cm 81
= 3 m3/jamL
Produksi DumpDUMPTRUCK per hari : 3 m3/jamL x 8 = 24 m3L/hari.
Side output = 856 m3L/hari,
Jadi kebutuhan DumpDUMPTRUCK untuk melayani Excavator = 856 : 24 = 35.667
Dengan cadangan 2 unit, maka total DumpDUMPTRUCK yang dibutuhkan : 38 unit.

c. Perataan tanah dengan Bulldozer.
q = 4,38 m3 ; E = 0,60.
Kecepatan rata-rata : maju (F) = 2,77 km/jam = 47 m/menit
mundur (R) = 7,14 km/jam = 119 m/menit
jarak gusur = 30 meter,
ganti persneling (z) = 0,10 menit.
Waktu siklus (Cm) = D/F + D/R + z = 30/47 + 30/119 + 0,10
= 0,99 atau 1.00 menit
q x 60 x E x 1,17 4,38 x 60 x 0,60 x 1,17
Produksi Bulldozer = - =
Cm 1
= 179 m3/jam
Produksi Bulldozer per hari = 179 x 8 = 1.352 m3
Jumlah Bulldozer yang dibutuhkan = 856 : 1.352 = 0,633 ~ 1 unit/hari.


paketjedi2a1@gmail.com


Ikuuuuuuuut yuuuuuks

Sunday, May 31, 2009
PEKERJAAN TANAH
I. PEKERJAAN GALIAN

a. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan, untuk
formasi galian atau pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya, untuk
pembuangan bahan yang tak terpakai dan tanah humus, untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan
pembuangan bahan longsoran, untuk galian bahan konstruksi dan pembuangan sisa bahan
galian, untuk pengupasan dan pembuangan bahan perkerasan beraspal pada perkerasan lama,
dan umumnya untuk pembentukan profil dan penampang badan jalan.

b. Pekerjaan galian dapat berupa :

Galian Biasa
Galian Batu
Galian Struktur
Galian Perkerasan Beraspal

c. Galian Biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian batu, galian
struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal.

d. Galian Batu mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 m3 atau lebih dan seluruh
batu atau bahan lainnya tersebut adalah tidak praktis digali tanpa penggunaan alat bertekanan
udara atau pemboran, dan peledakan. Galian ini tidak termasuk galian yang dapat dibongkar
dengan penggaru (ripper) tunggal yang ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton
dan tenaga kuda neto maksimum sebesar 180 PK.

e. Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang
disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur. Setiap galian yang didefinisikan
sebagai Galian Biasa atau Galian Batu tidak dapat dimasukkan dalam Galian Struktur.

Galian Struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan, tembok penahan tanah beton,
dan struktur pemikul beban lainnya.

Pekerjaan galian struktur meliputi : penimbunan kembali dengan bahan yang disetujui,
pembuangan bahan galian yang tidak terpakai, semua keperluan drainase, pemompaan,
penimbaan, penurapan, penyokong, pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta
pembongkarannya.

f. Galian Perkerasan Beraspal mencakup galian pada perkerasan lama dan pembuangan bahan
perkerasan beraspal dengan maupun tanpa Cold Milling Machine (mesin pengupas
perkerasan beraspal tanpa pemanasan).

1.1. Prosedur penggalian

Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan.
Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap
bahan di bawah dan di luar batas galian.
Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam
keadaan lepas atau lunak atau kotor atau tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus
seluruhnya dibuang dan diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat.
Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada garis formasi
untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau
pada dasar galian pipa atau pondasi struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih
dalam sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing pada
permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan batu yang diameternya
lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus diperoleh dengan
cara menimbun kembali dengan bahan yang memenuhi syarat dan dipadatkan.
Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan jika tidak praktis
menggunakan alat bertekanan udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal.
Peledakan dilarang dan penggalian batu dilakukan dengan cara lain, jika, peledakan tersebut
berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya.
Kontraktor harus menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk
melindungi orang, bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika dipandang perlu,
peledakan harus dibatasi waktunya.
Penggalian batu harus dilakukan sedemikian, apakah dengan peledakan atau cara lainnya,
sehingga tepi-tepi potongan harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata mungkin.
Batu yang lepas atau bergantungan dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya
terhadap pekerjaan atau orang, harus dibuang, baik terjadi pada pemotongan batu yang baru
maupun yang lama.

1.2. Galian untuk struktur dan pipa

Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian untuk pondasi jembatan
atau struktur lain, harus cukup ukurannya sehingga memungkinkan pemasangan bahan
dengan benar, pemadatan harus dilakukan setelah penimbunan kembali di bawah dan di
sekeliling pekerjaan.
Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan lain untuk
mengeluarkan air harus dipasang untuk pembuatan dan pemeriksaan kerangka acuan dan
untuk memungkinkan pemompaan dari luar acuan. Cofferdam atau penyokong atau pengaku
yang tergeser atau bergerak ke samping selama pekerjaan galian harus diperbaiki,
dikembalikan posisinya dan diperkuat untuk menjamin kebebasan ruang gerak yang
diperlukan selama pelaksanaan.
Cofferdam, penyokong dan pengaku (bracing) yang dibuat untuk pondasi jembatan atau
struktur lainnya harus diletakkan sedemikian hingga tidak menyebabkan terjadinya
penggerusan dasar, tebing atau bantaran sungai.
Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan pada timbunan baru, maka
timbunan harus dikerjakan sampai ketinggian yang diperlukan dengan jarak masing-masing
lokasi galian parit tidak kurang dari 5 kali lebar galian parit tersebut, selanjutnya galian parit
tersebut dilaksanakan dengan sisi-sisi yang setegak mungkin sebagaimana kondisi tanahnya
mengijinkan.
Setiap pemompaan pada galian harus dilaksanakan sedemikian, sehingga dapat
menghindarkan kemungkinan terbawanya setiap bagian bahan yang baru terpasang. Setiap
pemompaan yang diperlukan selama pengecoran beton, atau untuk suatu periode paling
sedikit 24 jam sesudahnya, harus dilaksanakan dengan pompa yang diletakkan di luar acuan
beton tersebut.
Galian sampai elevasi akhir pondasi untuk telapak pondasi struktur tidak boleh
dilaksanakan sampai sesaat sebelum pondasi akan dicor.

1.3. Galian pada borrow pits

Sumber bahan (borrow pits), apakah di dalam Daerah Milik Jalan atau di tempat lain, harus
digali sesuai dengan ketentuan.
Persetujuan untuk membuka sumber galian baru atau mengoperasikan sumber galian lama
harus mendapat ijin terlebih dahulu sebelum setiap operasi penggalian dimulai.
Sumber bahan (borrow pits) di atas tanah yang mungkin digunakan untuk pelebaran jalan
mendatang atau keperluan pemerintah lainnya, tidak diperkenankan.
Penggalian sumber bahan harus dilarang atau dibatasi bilamana penggalian ini dapat
mengganggu drainase alam atau yang direncanakan.
Pada daerah yang lebih tinggi dari permukaan jalan, sumber bahan harus diratakan
sedemikian rupa sehingga mengalirkan seluruh air permukaan ke sistem drainase berikutnya
tanpa genangan.
Tepi galian pada sumber bahan tidak boleh berjarak lebih dekat dari 2 m dari kaki setiap
timbunan atau 10 m dari puncak setiap galian.

1.4. Galian pada perkerasan aspal yang ada

Pekerjaan galian pada perkerasan aspal dengan menggunakan mesin Cold Milling dengan
pengrusakan sedikit mungkin terhadap material diatas atau dibawah batas galian yang
ditentukan. Bilamana material pada permukaan dasar hasil galian terlepas atau rusak akibat
dari pelaksanaan penggalian tersebut, maka material yang rusak atau terlepas tersebut harus
dipadatkan dengan merata atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan material yang cocok.
Setiap lubang pada permukaan dasar galian harus diisi dengan material yang cocok lalu
dipadatkan dengan merata.
Pekerjaan galian pada perkerasan aspal yang ada tanpa menggunakan mesin Cold Milling,
material yang terdapat pada permukaan dasar galian, material yang lepas, lunak atau
tergumpal atau hal-hal lain yang tidak memenuhi syarat, maka material tersebut harus
dipadatkan dengan merata atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan material yang cocok.

1.5. Pengamanan pekerjaan galian

Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan pekerja,
yang melaksanakan pekerjaan galian, penduduk dan bangunan yang ada di sekitar lokasi
galian.
Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng sementara galian yang stabil dan mampu
menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya, harus dipertahankan sepanjang waktu,
penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) yang memadai harus dipasang bilamana
permukaan lereng galian mungkin tidak stabil. Bilamana diperlukan, Kontraktor harus
menyokong atau mendukung struktur di sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan dapat
menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian tersebut.
Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja maka galian tanah yang lebih
dari 5 m harus dibuat bertangga dengan teras selebar 1 m.
Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak diijinkan
berada atau beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi galian parit untuk gorong-gorong pipa atau
galian pondasi untuk struktur, terkecuali bilamana pipa atau struktur lainnya yang telah
terpasang dalam galian dan galian tersebut telah ditimbun kembali dengan bahan yang
disetujui dan telah dipadatkan.
Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut off wall) atau cara lainnya untuk mengalihkan
air di daerah galian harus dirancang sebagaimana mestinya dan cukup kuat untuk menjamin
bahwa keruntuhan mendadak yang dapat membanjiri tempat kerja dengan cepat, tidak akan
terjadi.
Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian, dimana
kepala mereka, yang meskipun hanya kadang-kadang saja, berada di bawah permukaan tanah,
maka Kontraktor harus menempatkan seorang pengawas keamanan di lokasi kerja yang
tugasnya hanya memantau keamanan. Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian
cadangan (yang belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja
galian.
Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu harus disimpan, ditangani, dan digunakan
dengan hati-hati dan di bawah pengendalian yang extra ketat sesuai dengan Peraturan dan
Perundang-undangan yang berlaku. Kontraktor harus bertanggung-jawab dalam mencegah
pengeluaran atau penggunaan yang tidak tepat atas setiap bahan peledak dan harus menjamin
bahwa penanganan peledakan hanya dipercayakan kepada orang yang berpengalaman dan
bertanggung-jawab.
Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade) yang cukup
untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan setiap galian terbuka pada
lokasi jalur lalu-lintas maupun lokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malam
hari berupa drum yang dicat putih (atau yang sejenis) beserta lampu merah atau kuning guna
menjamin keselamatan para pengguna jalan.

1.6. Kondisi tempat kerja

Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor harus menyediakan semua
bahan, perlengkapan dan pekerja yang diperlukan untuk pengeringan (pemompaan),
pengalihan saluran air dan pembuatan drainase sementara, dinding penahan rembesan (cut off
wall) dan cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa dipelihara sepanjang
waktu untuk menjamin bahwa tak akan terjadi gangguan dalam pengeringan dengan pompa.
Bilamana pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat lain dimana air
atau tanah rembesan (seepage) mungkin sudah tercemari, maka Kontraktor harus senantiasa
memelihara tempat kerja dengan memasok air bersih yang akan digunakan oleh pekerja
sebagai air cuci, bersama-sama dengan sabun dan desinfektan yang memadai.

1.7. Utilitas bawah tanah

Kontraktor bertanggung-jawab untuk memperoleh informasi tentang keberadaan dan lokasi
utilitas bawah tanah dan untuk memperoleh dan membayar setiap ijin atau wewenang lainnya
yang diperlukan dalam melaksanakan galian.
Kontraktor bertanggung-jawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas bawah tanah
yang masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau saluran bawah tanah lainnya atau struktur yang
mungkin dijumpai dan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang timbul akibat operasi
kegiatannya.

1.8. Penggunaan dan pembuangan bahan galian

Semua bahan galian tanah dan batu yang dapat dipakai bilamana memungkinkan harus
digunakan secara efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan kembali.
Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut (peat), sejumlah
besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah kompresif yang akan menyulitkan
pemadatan bahan di atasnya atau yang mengakibatkan setiap kegagalan atau penurunan
(settlement) yang tidak dikehendaki, harus tidak digunakan sebagai timbunan dalam
pekerjaan permanen.
Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan galian yang tidak
disetujui untuk digunakan sebagai bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan di luar
Daerah Milik Jalan (DMJ).
Kontraktor bertanggung-jawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya yang diperlukan
untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai atau yang tidak memenuhi syarat untuk
bahan timbunan, juga termasuk pengangkutan hasil galian ke tempat pembuangan akhir.

1.9. Pengembalian bentuk dan pembuangan pekerjaan sementara

Semua struktur sementara seperti cofferdam atau penyokong (shoring) dan pengaku
(bracing) harus dibongkar setelah struktur permanen atau pekerjaan lainnya selesai.
Pembongkaran harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak
struktur atau formasi yang telah selesai.
Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam saluran air
harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan berakhir sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu saluran air.
Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh Kontraktor
harus ditinggalkan dalam suatu kondisi yang rata dan rapi dengan tepi dan lereng yang stabil
dan saluran drainase yang memadai.

1.10. Toleransi dimensi

Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian perkerasan beraspal tidak
boleh berbeda lebih dari 2 cm dari yang ditentukan dalam Gambar pada setiap titik,
sedangkan untuk galian perkerasan beraspal tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari yang
disyaratkan.
Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air
permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin
pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.

II. TIMBUNAN

Timbunan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan dan timbunan
pilihan di atas tanah rawa.

Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer) untuk
meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di daerah saluran air dan lokasi
serupa dimana bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan baik. Timbunan pilihan dapat juga
digunakan untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng
yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana
kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.

Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi daerah yang rendah dan
selalu tergenang oleh air.

2.1. Kondisi tempat kerja

Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering segera sebelum dan
selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan selama pelaksanaan timbunan harus
memiliki lereng melintang yang cukup untuk membantu drainase badan jalan dari setiap
curahan air hujan dan juga harus menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang
baik. Bilamana memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam
sistim drainase permanen.
Kontraktor harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk pengendalian kadar air
timbunan selama operasi penghamparan dan pemadatan.

2.2. Perbaikan terhadap timbunan yang tidak memenuhi ketentuan atau tidak stabil

Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau
disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan harus diperbaiki dengan
menggemburkan permukaannya dan membuang atau menambah bahan sebagaimana yang
diperlukan dan dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan pemadatan kembali.
Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas kadar airnya yang
disyaratkan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut, dilanjutkan dengan
penyemprotan air secukupnya dan dicampur seluruhnya dengan menggunakan motor grader
atau peralatan lain yang disetujui.
Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam batas-batas kadar
air yang disyaratkan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut dengan menggunakan
motor grader atau alat lainnya secara berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama
penanganan, dalam cuaca cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak
dapat dicapai dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut, bahan tersebut
dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan bahan kering yang lebih cocok.
Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan, menjadi jenuh
akibat hujan atau banjir atau karena hal lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan
asalkan sifat-sifat bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi ketentuan.

2.3. Pengembalian bentuk pekerjaan setelah pengujian

Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan atau lainnya
harus secepatnya ditutup kembali oleh Kontraktor dan dipadatkan sampai mencapai
kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan.

2.4. Cuaca yang dijinkan untuk bekerja

Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan pemadatan
tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan berada di luar rentang
yang disyaratkan.

2.5. Bahan untuk timbunan biasa

Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi, yang
diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH menurut "Unified
atau Casagrande Soil Classification System". Bila penggunaan tanah yang berplastisitas
tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari
timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan
geser yang tinggi. Tanah plastis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm
lapisan langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu
jalan.
Bahan timbunan bila diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus memiliki CBR tidak kurang
dari 6 % setelah perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum
(MDD) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1742-1989.
Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 atau derajat
pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai "very high" atau "extra
high", tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara
Indeks Plastisitas / PI - (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-
1994).

2.6. Bahan untuk timbunan pilihan

Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan tanah
atau batu yang memenuhi ketentuan, bila diuji sesuai dengan SNI 03-1744-1989, timbunan
pilihan harus memiliki CBR paling sedikit 10 % setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan
sampai 100 % kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
Bahan timbunan pilihan dapat berupa pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya
dengan Indeks Plastisitas maksimum 6 %.
Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi timbunan
atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup, bilamana dilaksanakan
dengan pemadatan kering normal, maka timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu atau
kerikil lempungan bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah.
Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui akan tergantung pada kecuraman dari lereng yang
akan dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.

2.7. Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa

Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau bahan berbutir
bersih lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.

2.8. Penghamparan dan pemadatan timbunan

1. Penyiapan tempat kerja
Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak diperlukan
harus dibuang.
Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus dipadatkan
(termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15 cm
bagian permukaan atas dasar pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan
yang ditempatkan diatasnya.
Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas timbunan
lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar
yang cukup sehingga memungkinkan peralatan pemadat dapat beroperasi di daerah lereng
lama sesuai seperti timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis.

2. Penghamparan timbunan

Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam lapisan
yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan.
Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin
dibagi rata sehingga sama tebalnya.
Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan yang
telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk
persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan.
Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan dengan
sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi,
sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah
pemberian adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton gravity, pemasangan
pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan
kembali di sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu
dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.
Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus disiapkan
dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada permukaan lereng dan dibuat
bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama. Selanjutnya timbunan
yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah
dasar, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas
sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan
oleh lalu-lintas secepat mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi
jalan lainnya bilamana diperlukan.

3. Pemadatan timbunan

Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan
dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui sampai mencapai kepadatan yang
disyaratkan.
Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada
dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum. Kadar
air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang
diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari
bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta
mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup
ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang disyaratkan.
Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji
kepadatannya sebelum lapisan berikutnya dihampar.
Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan
sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama.
Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau struktur,
maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi selalu
mempunyai elevasi yang hampir sama.
Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment, tembok sayap,
pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka tempat-tempat yang
bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat
menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan pada struktur.
Timbunan yang bersebelahan dengan ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi
dari dasar dinding belakang abutment sampai struktur bangunan atas telah terpasang.
Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas,
harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan
dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat
minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus
untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung
sepenuhnya.
Timbunan pilihan di atas tanah rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan air dimana
timbunan terendam, dengan peralatan yang disetujui.

2.9. Pengendalian mutu

1. Pengendalian mutu bahan

Jumlah pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu bahan paling sedikit 3
contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu
bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.
Pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan bahan atau sumber bahannya
dapat diamati.
Untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan paling
sedikit harus dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif.

2. Ketentuan kepadatan untuk timbunan tanah

a. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan
sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989.
Untuk tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan ,
kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran
lebih (oversize) tersebut.
b. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus
dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.
c. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan sesuai
dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang
dari yang disyaratkan maka Kontraktor harus memperbaiki. Pengujian harus dilakukan
sampai kedalaman penuh pada lokasi berselang-seling setiap jarak tidak lebih dari 200 m.
Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada galian parit untuk gorong-gorong,
paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang
telah selesai dikerjakan.
d. Untuk timbunan, paling sedikit 1 rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan
untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan yang dihampar.

3. Kriteria pemadatan untuk timbunan batu

Penghamparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan menggunakan
penggilas berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan berat lainnya yang serupa.
Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang sepanjang timbunan, dimulai pada tepi
luar dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang
tampak di bawah peralatan berat. Setiap lapis harus terdiri dari batu bergradasi menerus dan
seluruh rongga pada permukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan batu sebelum lapis
berikutnya dihampar. Batu tidak boleh digunakan pada 15 cm lapisan teratas timbunan dan
batu berdimensi lebih besar dari 10 cm tidak diperkenankan untuk disertakan dalam lapisan
teratas ini.

4. Percobaan pemadatan

Kontraktor harus bertanggung-jawab dalam memilih metode dan peralatan untuk mencapai
tingkat kepadatan yang disyaratkan. Bilamana Kontraktor tidak sanggup mencapai kepadatan
yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti : Percobaan lapangan harus
dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan pemadat dan kadar air sampai
kepadatan yang disyaratkan tercapai. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus
digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air untuk
seluruh pemadatan berikutnya.

2.10. Toleransi dimensi

Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau lebih rendah 2
cm dari yang ditentukan atau disetujui.
Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus memiliki
kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.
Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis profil
yang ditentukan.
Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau
dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.


III. PENYIAPAN BADAN JALAN

Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan tanah dasar atau
permukaan jalan kerikil lama atau lapis perkerasan lama yang rusak berat, untuk
penghamparan Lapis Pondasi Agregat, Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal, Lapis
Pondasi Semen Tanah atau Lapis Pondasi Beraspal di daerah jalur lalu-lintas (termasuk jalur
tempat pemberhentian dan persimpangan).
Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat dengan motor grader
untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa penggaruan dan tanpa penambahan bahan baru.
Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan serta pekerjaan timbunan minor yang
diikuti dengan pembentukan, pemadatan, pengujian tanah atau bahan berbutir, dan
pemeliharaan permukaan yang disiapkan sampai bahan perkerasan ditempatkan diatasnya.

3.1. Pengajuan kesiapan kerja

Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujian sebelum penghamparan bahan lain di atas
tanah dasar atau permukaan jalan, berikut ini :

Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratakan dalam butir nomer 3.2.9.2.b dan
3.2.9.2.c.
Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data survey yang menunjukkan bahwa toleransi
permukaan yang disyaratkan dalam butir nomer 3.3.5. dipenuhi.

3.2. Kondisi tempat kerja

Gorong-gorong, tembok kepala dan struktur minor lainnya di bawah elevasi tanah dasar
atau permukaan jalan, termasuk pemadatan sepenuhnya atas bahan yang dipakai untuk
penimbunan kembali, harus telah selesai sebelum dimulainya pekerjaan pada tanah dasar atau
permukaan jalan. Seluruh pekerjaan drainase harus berada dalam kondisi berfungsi sehingga
menjamin ke-efektifan drainase, dengan demikian dapat mencegah kerusakan tanah dasar
atau permukaan jalan oleh aliran air permukaan.
Bilamana permukaan tanah dasar disiapkan terlalu dini tanpa segera diikuti oleh
penghamparan lapis pondasi bawah, maka permukaan tanah dasar dapat menjadi rusak. Oleh
karena itu, luas pekerjaan penyiapan tanah dasar yang tidak dapat dilindungi pada setiap saat
harus dibatasi sedemikian rupa sehingga daerah tersebut yang masih dapat dipelihara dengan
peralatan yang tersedia dan Kontraktor harus mengatur penyiapan tanah dasar dan
penempatan bahan perkerasan dimana satu dengan lainnya berjarak cukup dekat.

3.3. Bahan

Tanah dasar dapat dibentuk dari Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, Lapis Pondasi Agregat,
atau tanah asli di daerah galian yang memenuhi syarat.

3.4. Pelaksanaan penyiapan badan jalan

Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan yang relevan dari butir nomer
3.2.9.2.b dan 3.2.9.2.c.

3.5. Toleransi dimensi

Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah 1 cm dari
yang disyaratkan atau disetujui.
Seluruh permukaan akhir harus cukup halus dan rata serta memiliki kelandaian yang cukup,
untuk menjamin berlakunya aliran bebas dari air permukaan.

IV. CARA KHUSUS PELAKSANAAN JALAN PADA DAERAH RAWA

1. Metode pembuangan dan penggantian

Cocok untuk material yang tidak stabil dangkal ( 3 m ).
Sebelum timbunan, lumpur dibuang sampai material dasar yang stabil.

2. Metode pemindahan
Cocok untuk material yang tidak stabil dangkal ( 3 m ).
Mengganti lumpur dengan material yang baik.
Cara : dengan berat timbunan, beban tambahan, berat timbunan ditambah dengan bahan
peledak, pemancaran air.
Untuk timbunan dangkal, material baik ditempatkan disepanjang lereng timbunan
sebelumnya sehingga material tersebut meluncur, mengalir dibawah lumpur yang kurang
rapat, dan menggantinya kearah samping.
Selain itu, suatu parit selebar timbunan jalan diledakkan dan segera ditimbun kembali
dengan material yang baik.

3. Metode underfill

Cocok untuk lumpur yang cukup dalam.
Sebuah parit diledakkan dan material timbunan ditempatkan.
Bahan peledak yang dipasang didasar lumpur memaksa lapisan lumpur tersebut keluar dari
bawah timbunan yang akan turun menggantikan tempatnya.

4. Metode relatif

Merupakan perbaikan dari metode underfill.
Sesudah bahan timbunan ditempatkan, parit pertolongan dibuat di sepanjang sisi timbunan
untuk memudahkan pemindahan lumpur dibagian dasarnya.

5. Metode bahan tambahan

Material timbunan ditempatkan sampai mendekati permukaan akhir.
Bahan tambahan kemudian ditempatkan, tambahan berat ini mempercepat keluarnya air dari
lumpur dan mempercepat konsolidasi.
Metode ini dapat digunakan sampai kedalaman 5 m.

6. Metode vertical sand drains

Metode ini dapat mempercepat konsolidasi lapisan lumpur yang dalam.
Saluran pasir merupakan kolom vertikal yang menembus lumpur. Melintang diatasnya
dipasang lapisan pasir horisontal sampai lereng tepi timbunan.

7. Metode pemancangan Mandrel
Tabung baja kosong dengan dasar bersendi dipancangkan.
Setelah tabung yang terpancang diisi pasir, tabung tersebut kemudian dicabut perlahan-
lahan, dan pasir mengalir keluar melalui dasar tabung dan mengisi lubang.
Dengan cara ini, dapat mencapai kedalaman 30 m.

8. Metode pemancaran Mandrel

Pemancaran air pada tabung Mandrel dapat melubangi permukaan tanah.
Pasir dimasukkan pada saat tabung Mandrel dicabut.

9. Metode bor

Bor menembus tanah lumpur dengan diputar sampai mencapai kedalaman yang diinginkan.
Pada saat bor dicabut, pasir yang mengisi rongga diberikan melalui bagian tengah batang
bor.

10. Metode fabrics reinforcement

Melapisi tanah rawa dengan fabrics reinforcement.
Lapisan tersebut dapat menambah kekuatan-tarik pada bagian bawah timbunan.

PROSEDUR PEKERJAAN GALIAN
TANAH

1. TUJUAN

Untuk mendapatkan hasil Pekerjaan Galian Tanah yang memenuhi syarat standar mutu
sebagai berikut :
a. Galian tanah yang dikerjakan harus sesuai dengan gambar rencana sehingga tidak
menggangu proses pelaksanaan selanjutnya.
b. Pembuangan hasil galian harus disesuaikan dengan soil balance yang telah diajukan ke
pihak direksi pekerjaan.

2. RUANG LINGKUP

Prosedur ini berlaku di area kerja Proyek.

3. PENANGGUNG JAWAB

- Project Manager
- Site Manager
- QA/QC
- Supervisor

4. PERALATAN

a. Excavator : sebagai alat penggali
b. Dump Truck : sebagai alat transportasi ke lokasi buangan
c. Bulldozer : sebagai alat perata tanah dilokasi pembuangan

5. URAIAN PROSEDUR

5.1. Persiapan
5.1.1. Siapkan Alat Berat/ Excavator dan dump truck yang siap operasi, pastikan tidak ada alat
berat yang rusak yang akan digunakan.
5.1.2. Orang yang tidak berkepentingan dilarang memasuki areal pekerjaan.
5.1.3. Hanya operator bersertifikat yang boleh mengoperasikan alat berat

5.2. Pelaksanaan Pekerjaan
5.2.1. Rambu-rambu survey atau batas-batas galian harus sudah ditetapkan
5.2.2. Buang hasil galian sesuai dengan soil balance yang telah disetujui
5.2.3. Kondisi alat berat harus diperhatikan untuk mencapai hasil yang maksimal
5.2.4. Tanah yang stabil harus sudah diperkirakan
5.2.5. Pada galian bukit dibuat bertingkat dan trap atau berm dengan kemiringan sesuai
ketentuan/gambar kerja.
5.2.6. Apabila material galian akan digunakan sebagai timbunan maka dilakukan pekerjaan
pengupasan humus (Top Soil) setebal 20 cm)
5.2.7. Pohon-pohon dengan tinggi lebih dari 10 m harus dipotong lebih dulu untuk menjaga
keamanan operator alat berat.

5.3 Akhir Pekerjaan
5.3.1 Parkirkan alat berat dan dump truck di tempat yang datar dan aman
5.3.2 Pastikan semua komponen dalam posisi terkunci atau aman.
5.3.3 Pasanglah pengganjal roda dan handbrakes terutama bila dump truck parkir ditempat yang
miring

Anda mungkin juga menyukai