Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Usus halus adalah saluran yang memiliki panjang 6 m. Fungsi usus halus adalah
mencerna dan mengabsorpsi chyme dari lambung. Usus penyerapan (ileum), panjangnya
antara 0,75m 3,5m terjadi penyerapan sarisari makanan. Permukaan dinding ileum
dipenuhi oleh jonjot-jonjot usus/vili. Adanya jonjot usus mengakibatkan permukaan ileum
menjadi semakin luas sehingga penyerapan makanan dapat berjalan dengan baik. Hambatan
pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh gangguan peristaltis. Usus
halus terdiri atas tiga bagian , yaitu: duodenum, jejunum, ileum. Duodenum, bagian terpendek
(25cm), yang dimulai dari pyloric sphincter di perut sampai jejunum. Berbentuk sepatu kuda
melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pancreas dan duodenal papilla, tempat
bermuaranya pancreas dan kantung empedu. Empedu berfungsi mengemulsikan lemak
dengan bantuan lipase. Pankreas menghasilkan amilase yang berfungsi mencerna hidrat arang
menjadi disakarida dan tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino/albumin
dan polipeptida. Dinding usus halus mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung
kelenjar brunner yang berfungsi memproduksi getah intestinum.
Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan. Obstruksi usus disebabkan oleh
hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus biasanya mungkin disertai strangulasi, sedangkan
obstruksi oleh tumor atau askariasis adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan
strangulasi.

Mc Iver mencatat 44% dari obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang
mengalami strangulasi. Di RSCM pada tahun 1989, terdapat 58% kasus obstruksi mekanik
usus halus disebabkan oleh hernia.










2

TINJAUAN PUSTAKA
ILEUS OBSTRUKTIF

1. Definisi
Ileus adalah gangguan atau hilangnya pasase isi usus yang menandakan adanya obstruksi
usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus terbagi menjadi dua
macam yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik. Ileus obstruktif (mekanik) adalah keadaan
dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan yang disebabkan kelainan dalam lumen, dinding, atau luar usus yang menekan atau
kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrosis segmen usus
tersebut. Sedangkan ileus paralitik (non mekanik) ialah terhentinya peristaltik usus karena
adanya lesi saraf seperti terjepit atau meradang sehingga terjadi kelumpuhan saraf.

2. Etiologi
Obstruksi usus disebabkan oleh:
Perlengketan usus atau adhesi, yaitu pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus.
Adhesi merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar 50-70% dari semua
kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau
proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang
sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya.
Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa
anak-anak.
Jaringan parut karena ulkus akibat dari riwayat pembedahan sebelumnya atau
penyakit Crohn yang dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama
masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
Hernia inkarserata eksternal, dimana usus tejepit di dalam pintu hernia(inguinal,
femoral, umbilikal, insisional, atau parastomal) merupakan yang terbanyak kedua
sebagai penyebab ileus obstruktif , dan merupakan penyebab tersering pada pasien
yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal,
kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa menyebabkan
hernia.
Neoplasma.Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen,
sedangkan tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat menyebabkan obstruksi
melalui kompresi eksternal.
Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus
yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus
mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
Volvulus yang sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti
malrotasi usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
3



Benda asing yaitu kumpulan cacing askariasis.
Batu empedu yang masuk ke usus melalui fistula kolesisenterik. Inflamasi yang berat
dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau
usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu
empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal
atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
Penyakit radang usus, striktur, fibrokistik, dan hematoma.
Kelainan kongenital.
Tumpukan sisa makanan.




Hernia Oklusi Mesentrial Volvulus

4


Adhesi Tumor Invaginasi




3. Epidemiologi
Setiap tahunnya 1 dari 1.000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus. Di Indonesia
tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan 7.024 ileus obstruktif tanpa hernia yang di rawat
inap pada tahun 2004. Gangguan atau obstruksi yang menyeluruh atau tidak menyeluruh juga
sering ditemukan pada neonatus. Obstruksi pada neonatal terjadi pada 1/1.500 kelahiran
hidup.


4. Klasifikasi
Klasifikasi ileus obstruktif berdasarkan:
A. Kecepatan timbulnya; akut, kronik, dan kronik dengan serangan akut.
B. Letak sumbatan;
5

-Obstruksi letak tinggi, bila mengenai usus halus yaitu dari gaster sampai ileum
terminal.
-Obstruksi letak rendah, bila mengenai usus besar yaitu dari ileum sampai anus.
C. Sifat sumbatan;
-Obstruksi simpel, yaitu sumbatan tanpa disertai gangguan aliran darah.
-Obstruksi strangulasi, yaitu sumbatan disertai gangguan aliran darah sehingga timbul
nekrosis, gangren, dan perforasi.





5. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obtruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utamanya pada obstruksi paralitik dimana peristaltik dihambat
dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat,
kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dana gas (70
% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang menurunkan
pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan
disekresi kedalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorbsi dapat
mengakibatkan penimbunan intra lumen yang cepat. Muntah dan penyedotan usus
setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan
elektrolit. Pengaruh atas kehilangan cairan dan elektrolit adalah penciutan ruang
cairan ekstra sel yang mengakibatkan hemokonsentrasi, hipovolemia, insufisiensi
ginjal, syok-hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan,
asidosis metabolik dan kematian bila tidak dikoreksi.
Peregangan usus yang terus menerus menyebabkan lingkaran setan penurunan
absorbsi cairan dan peningkatan sekresi cairan kedalam usus. Efek lokal peregangan
6

usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis,
disertai absorbsi toksin-toksin/bakteri kedalam rongga peritonium dan sirkulasi
sistemik. Pengaruh sistemik dari distensi yang mencolok adalah elevasi diafragma
dengan akibat terbatasnya ventilasi dan berikutnya timbul atelektasis. Aliran balik
vena melalui vena kava inferior juga dapat terganggu. Segera setelah terjadinya
gangguan aliran balik vena yang nyata, usus menjadi sangat terbendung, dan darah
mulai menyusup kedalam lumen usus. Darah yang hilang dapat mencapai kadar yang
cukup berarti bila segmen usus yang terlibat cukup panjang.




6. Manifestasi klinis
Gejala yang umum tibul berupa syok, oliguria, dan gangguan elektrolit , kolik berupa mual
dan muntah, dan juga pada inspeksi perut ditemukan gerakan usus atau kejang usus dan
auskultasi sewaktu serangan kolik menunjukan terjadinya hiperperistaltis. Penderita tampak
gelisah dan menggeliat sewaktu kolik, dan setelah satu dua kali defekasi tidak ada lagi flatus
atau defekasi.
Gejala gejala penting obstruksi usus halus adalah :
- Nyeri
Nyeri biasanya tidak nyata seperti pada ileus adinamik, walaupun abdomen mungkin sensitif
(nyeri bila ditekan). Nyeri biasanya menyerupai kejang, datangnya bergelombang dan
biasanya terletak pada umbilikus
- Muntah
Frekuensi muntah bervariasi tergantung dari tempat obstruksi. Bila obstruksi terjadi pada
usus halus bagian atas, muntah akan lebih sering terjadi daripada bila obstruksi terjadi pada
ileum atau usus besar.
- Konstipasi absolut
Sering terjadi dini pada obstruksi usus besar tetapi flatus dan feses mungkin dapat
dikeluarkan pada permulaan obstruksi usus halus.
- Peregangan abdomen

Gejala awal obstruksi usus halus biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti kram
yang cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi dan bersifat hilang
timbul. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus, tetapi bukan materi fekal dan tidak
terdapat flatus. Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltik pada awalnya menjadi sangat
keras dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong kedepan mulut. Apabila obstruksi
7

terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi. Semakin kebawah obstruksi di area
gastro intestinal yang terjadi, semakin jelas adanya distensi abdomen. Jika berlaanjut terus
dan tidak diatasi maka akan terjadi syok hipovolemia akibat dehidrasi dan kehilangan volume
plasma.





7. Diagnosis
Penemuan ada atau tidaknya obstruksi tinggi yaitu sampai adanya kolik sehingga terlihat
gejala kolik yang khas. Pada strangulasi, terdapat jepitan atau lilitan yang menyebabkan
gangguan peredaran darah sehingga terjadi iskemia, nekrosis, atau gangren. Gangren
mneyabbakan tanda toksis yang terjadi pada sepsis yaitu takikardia, syok septik dengan
leukositosis.
8

Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus, tetapi bukan materi fekal dan tidak terdapat
flatus. Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltik pada awalnya menjadi sangat keras dan
akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong kedepan mulut. Apabila obstruksi terjadi pada
ileum maka muntah fekal dapat terjadi. Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan
adalah pemeriksaan rektumdan pelvis. Ia bisa membangkitkan penemuan massa atau tumor
serta tidakadanya feses di dalam kubah rektum menggambarkan ileus obstruktif usushalus.
Jika darah makroskopik atau feses postif banyak ditemukan di dalamrektum, maka sangat
mungkin bahwa ileus obstruktif didasarkan atas lesiintrinsik di dalam usus (Sabiston, 1995).
Apabila isi rektum menyemprotpenyakit Hirschprung (Anonym, 2007).


8. Pemeriksaan penunjang
a. Foto polos abdomen.
Foto polos dengan posisi tegak untuk melihat batas udara dan air serta letak
obstruksi, dan juga dengan sinar mendatar untuk melihat distribusi gas. Adanya
dilatasi dari usus disertai gambaran step ladder dan air fluid level pada foto
polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto polos
abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus,
sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon. Pada foto polos abdomen dapat
ditemukan gambaran step ladder dan air fluid level terutama pada obstruksi
bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi stangulasi
dannekrosis, maka akan terlihat gambaran berupa hilangnya mukosa yang reguler
dan adanya gasdalam dinding usus. Udara bebas pada foto thoraks tegak
menunjukkan adanya perforasi usus. Penggunaan kontras tidak dianjurkan karena
dapat menyebabkan peritonitis akibat adanya perforasi.


Ileus obstruksi (Ansari, 2007)

9


Gambaran distribusi udara merata diseluruh perut disertai pelebaran usus yang
disimpulkan sebagai Ileus paralitik.


Gambaran sebagian usus halus melebar, tampak air fluid level dan stepladder
appearance.

b. Rontgen dengan enteroklisis.
Menggunakan cairan kontras encer berguna untuk menegakkan diagnosis karena
memberikan gambaran seluruh panjang usus halus.
c. Enteroskopi.
Atau peneropongan usus dapat dilakukan dengan meliwati ligamen Treitz sampai
ke permulaan yeyunum.
d. Sonografi.
Berguna untuk menentukan adanya ruang yang mengandung cairan seoerti kista,
pembuluh, abses, atau cairan bebas di rongga perut (darah atau asites), atau ruang
yang berisi jaringan padat.
10

e. Pemeriksaan laboratorium.
Pada urinalisa, berat jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukan adanya
dehidrasi berat dan asidosis metabolik. Leukosist normal atau sedikit meningkat,
jika sudah tinggi kemungkinan terjadi peritonitis. Pada tahap awal, ditemukan
hasil laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi,
leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering
didapatkan. Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi
hanya terjadi pada 38% - 50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44%
pada obstruksi nonstrangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada
dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas
darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan
metabolik asidosis bila ada tanda - tanda shock, dehidrasi dan ketosis.


9. Tatalaksana
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan
elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi,
memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk
memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.

1.Obstruksi Usus Halus
Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau nasogastrik bermamfaat
dalam mayoritas kasus obstruksi usus halus.Apabila usus tersumbat secara
lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan,
sebelum pembedahan, terapi intra vena diperlukan untuk mengganti kehilangan
cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan kalium).
Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung penyebab
obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia dan perlengketan.
Tindakan pembedahannya adalah herniotomi.

2.Obstruksi Usus Besar
Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan untuk
membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara bedah yang
dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk terhadap
pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang
biasa dilakukan adalah reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab obstruksi.
Kolostomi sementara dan permanen mungkin diperlukan.

Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan
cairan,menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi
peritonitis dan syok bilaada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembalinormal.

Resusitasi
11

Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda
vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi
mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbanganektrolit sehingga perlu
diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap
terapidapat dilihat dengan memonitor tanda - tanda vital dan jumlah urin
yang keluar. Selainpemberian cairan intravena, diperlukan juga
pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk
mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah
danmengurangi distensi abdomen.

Farmakologis
Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai
profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual
muntah.

Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk
mencegah sepsissekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian
disusul dengan teknik bedah yangdisesuaikan dengan hasil eksplorasi
selama laparotomi. Berikut ini beberapa kondisi ataupertimbangan untuk
dilakukan operasi


10. Komplikasi
Peritonitis septikemia
Syok hipovolemia
Perforasi usus










12

DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong, Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
2. Suratun, dan Lusianah, 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Penerbit CV Medan, Jakarta.
3. Syamsuhidajad, R, dan Wim de Jong, 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi.
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
4. Anonim, 2004. Statistics by country for intestinal obstruction.
5. Ansari, P., 2007. Intestinal Obstruction.
6. Sylvia, A., dan Wilson , L., 1994. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
7. Anonim, 2004. Sistem Pencernaan Manusia.
8. Jacob, A, H., 2010. Intestinal Obstruction.

Anda mungkin juga menyukai