Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II
ISI

2.1 Pengertian Pengaman
Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan-peralatan yang
terpasang pada sistem tenaga listrik, seperti generator, bus bar, transformator, saluran udara
tegangan tinggi (SUTT), saluran kabel bawah tanah, dan sebagainya terhadap konflik abnormal
operasi sistem tenaga listrik tersebut (J. Soekarto, 1985).
Adapun kondisi abnormal yang dimaksud dapat berupa hubung singkat, beban lebih,
gangguan stabilitas, tegangan lebih yang terdiri dari tegangan lebih power frequency dan
tegangan lebih transient.

2.2 Fungsi Pengaman
1. Untuk menghindari atau mengurangi kerusakan peralatan listrik akibat adanya
gangguan (kondisi abnormal). Semakin cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan,
maka akan semakin kecil pengaruh gangguan terhadap kemungkinan kerusakan alat.
2. Untuk mempercepat melokaliser luas daerah yang terganggu, sehingga daerah ang
terganggu menjadi sekecil mungkin.
3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada
konsumen dan juga mutu listriknya baik.
4. Untuk mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.
5. Menjaga kestabilan sistem tenaga.
6. Menghindari penurunan tegangan pada sisi pelanggan.
7. Menghindari hilangnya keuntungan perusahaan.

2.3 Perangkat Proteksi
a. Relay pengaman, sebagai elemen perasa/pengukur untuk mendeteksi gangguan.
b. Pemutus tenaga, sebagai pemutus arus dalam sirkuit tenaga untuk melepas bagian
sistem ang terganggu.
c. Trafo arus dan trafo tegangan, mengubah besarnya dan/atau tegangan dari sirkuit
primer ke sirkuit sekunder (relay).
d. Baterai/aki, sebagai sumber tenaga untuk mentripkan PMT dan catu daya untuk relay
statik dan relay bantu.
e. Wiring, untuk menghubungkan komponen-komponen proteksi sehingga menjadi satu
sistem.


2.4 Persyaratan Proteksi
a. Cepat Bereaksi.
Relay harus cepat bekerja bila sistem mengalami gangguan atau kerja abnormal.
Kecepatan bereaksi dari relay adalah saat relay mulai merasakan adanya gangguan
sampai dengan pelaksanaan pelepasan circuit breaker (CB) karena komando dari relay
tersebut. Waktu bereaksi ini harus diusahakan secapat mungkin sehingga dapat
menghindari kerusakan pada alat serta membatasi daerah yang mengalami
gangguan/kerja abnormal.
Mengingat suatu sistem tenaga mempunyai batas stabilitas serta terkadang gangguan
hanya bersifat sementara, maka relay yang semestinya bereaksi dengan cepat perlu
diperlambat, seperti ditunjukkan pada persamaan :

T
op
= T
p
+ T
cb

Dimana T
op
: total waktu yang dipergunakan untuk memutuskan hubungan
T
p
: waktu bereaksi unit relay
T
cb
: waktu yang dipergunakan untuk pelepasan CB

Pada umumnnya untuk T
op
sekitar 0.1 detik kerja peralatan proteksi sudah dianggap
bekerja cukup baik.

b. Selektif
Pengaman harus dapat memisahkan bagian sistem yang terganggu sekecil mungkin,
yaitu seksi yang terganggu saja yang menjadi kawasan pengamanannya. Jadi relay
harus dapat membedakan apakah gangguan terletak didaerah pengamanannya (dimana
relay harus bekerja dengan cepat) atau di seksi berikutnya, dimana relay bekerja
dengan tunda waktu ataupun tidak bekerja sama sekali.
Berikut diberikan contohnya pada gambar dibawah


Dalam sistem tenaga listrik seperti gambar diatas, apabila terjadi gangguan pada titik K,
maka hanya CB6 saja yang boleh bekerja. Sedangkan untuk CB lainnya tidak boleh
bekerja.

c. Sensitif
Relay harus dapat bekerja dengan kepekaan tinggi, artinya harus cukup sensitive
terhadap gangguan didaerahnya meskipun gangguan tersebut bersifat minim, dan
selanjutnya memberikan respon atau tanggapan.

d. Andal/Reliability
Keandalan relay dihitung dengan jumlah relay bekerja / mengamankan daerahnya
terhadap sejumlah gangguan yang terjadi. Keandalan relay dikatakan cukup baik bila
mempunyai harga antara 90 99 %.
Keandalan dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Dependability : relay harus dapat diandalkan setiap saat
Security : relay tidak boleh salah bekerja

e. Sederhana
Makin sederhana sistem relay maka akan semakin baik, mengingat setiap komponen
relay memungkinkan mengalami kerusakan.

f. Murah
Relay sebaiknya murah, tanpa meninggalkan persyaratan-persyaratan yang telah
disebutkan diatas.

g. Diskriminasi
Relay mampu membedakan kondisi operasi ketika gangguan minimal pada daerah
proteksinya dan tidak beroperasi ketika pembebanan maksimum dan gangguan di luar
daerahnya.

2.5 Kawasan Pengamanan
a. Sistem tenaga listrik terbagi dalam beberapa seksi-seksi. Antara seksi satu dengan seksi
lainnya dapat dihubungkan ataupun diputus oleh PMT.
b. Setiap seksi diamankan oleh relay, dan setiap relay mempunyai kawasan pengamanan.




2.6 Sistem Proteksi Pada Generator
Bagian hulu dari sistem tenaga listrik adalah generator yang terdapat dipusat listrik dan
digerakkan oleh mesin penggerak mula. Generator sebagai sumber energy listrik dalam sistem
perlu diamankan, karena apabila mengalami kerusakan maka akan mengganggu jalannya operasi
sistem. Oleh karena itu, generator sedapat mungkin harus dilindungi terhadap semua gangguan
yang dapat merusak generator. Akan tetapi, dari pihak selektifitas, diharapkan agar PMT
generator tidak mudah trip terhadap gangguan dalam sistem.
Gangguan pada generator antara lain dapat disebabkan oleh :
- Beban lebih (overload).
- Panas lebih (overheating) pada lilitan dan bearing.
- Tegangan lebih (overvoltage) dan kecepatan lebih.
- Kehilangan medan penguat (loss of field).
- Daya balik (motoring).
- Arus tidak seimbang pada stator.
- Out of step
Relay proteksi utama yang digunakan pada generator yang ada di pembangkit antara lain :

a. Differential Relay.
Differential relay berfungsi untuk melindungi generator dari gangguan akibat hubung
singkat (short circuit) antar fasa- fasa atau antar fasa-ground. Cara kerja relay differential adalah
dengan cara membandingkan arus pada sisi primer dan sisi sekunder. Dalam kondisi normal
jumlah arus yang mengalir melalui peralatan listrik yang diproteksi bersikulasi melalui loop pada
kedua sisi didaerah kerja. Jika terjadi gangguan didalam daerah kerja, maka arus dari kedua sisi
akan saling menjumlah dan relay akan memberi perintah kepada PMT/CB untuk memutuskan
arus. Adapun gambar prinsip kerjanya dapat dilihat pada gambar dibawah.



b. Stator Earth Fault Relay.
Stator earth fault relay berfungsi untuk mendeteksi gangguan pentanahan atau
grounding pada generator. Ground fault dideteksi dengan mem-biased rangkaian medan dengan
tegangan DC yang menyebabkan akan adanya arus mengalir melalui relay jika terjadi gangguan
tanah.
Pada gambar dibawah diperlihatkan pengaman generator terhadap gangguan hubung
tanah yang titik netralnya tidak ditanahkan sehingga perlu dipasang transformator tegangna dan
yang titik netralnya ditanahkan dengan melewati tahanan.


c. Relay Tegangan Lebih (Over Voltage Relay).



Pada generator yang besar umumnya menggunakan sistem pentanahan netral melalui
transformator dengan tahanan di sisi sekunder. Sistem pentanahan ini dimaksudkan untuk
mendapaatkan nilai impedansi yang tinggi sehingga dapat membatasi arus hubung singkat pada
saat terjadi arus hubung singkat stator ke tanah. Arus hubung singkat yang terjadi di sekitar titik
netral relative kecil sehingga sulit untuk di deteksi oleh relay differential. Dengan dipasang
transformator tegangna, arus yang kecil tersebut akan mengalir dan menginduksikan tegangan
pada sisi sekunder transformator.
Untuk mengatasi hal tersebut digunakan reley pendeteksi tegangan lebih yang dipasang
pada sisi sekundet transformator tegangan. Tegangan yang muncul pada sisi sekunder
transformator tegangan akan membuat relay tegangan berada pada posisi mendeteksi. Apabila
ada perubahan tegangan melebihi nilai settingnya, generator akan trip.akan tetapi, karena efek
kapasitansi pada kedua belitan transformator dapat menyebabkan arus bocor urutan nol yang
dapat mengaktifkan relay tegangan lebih di sisi netral generator. Dengan demikian relay
tegangan lebih yang dipasang harus mempunyai waktu tunda yang dapat dikoordinasikan dengan
relay di luar generator. Adapun penyebab overvoltage adalah sebagai berikut :

- Kegagalan AVR.
- Kesalahan operasi sistem eksitasi.
- Pelepasan beban saat eksitasi dikontrol secara manual.
- Pemisah generator dari sistem saat islanding.

d. Relay Gangguan Rotor Hubung Tanah (Rotor Earth Fault Relay).
Hubung tanah dalam sirkuit rotor, yaitu hubung singkat antara konduktor rotor dengan
badan rotor dimana dapat menimbulkan distorsi medan magnet yang dihasilkan rotor dan
selanjutnya dapat menimbulkan getaran berlebih dalam generator. Oleh karena itu, hal ini harus
dihentikan oleh relay hubung tanah. Karena sirkuit rotor adalah sirkuit arus searah, maka relay
rotor hubung tanah pada prinsipnya merupakan relay arus lebih untuk arus searah. Adapun single
line diagram relay gangguan rotor hubung tanah adalah sebagai berikut :



Pada gambar di atas, ketika tidak ada gangguan maka arus akan simetris (Ir = Ia+Ib+Ic
= 0). Namun ketika terjadi gangguan hubung singkat ke tanah, maka arus menjadi tidak simetri
(Ir = Ia+Ib+Ic = 3Iao), sehingga terdapat arus yang mengalir pada relay dan membuat relay
mendeteksi gangguan.

e. Relay Kehilangan Medan Penguat Rotor (Lost of Rotor Excitation Relay).
Hilangnya medan penguat pada rotor akan mengakibatkan generator kehilangan
sinkronisasi dan berputar diluar kecepatan sinkronnya sehingga generator beroperasi sebagai
generator sinkron. Daya reaktif yang diambil dari sistem ini akan dapat melebihi rating generator
sehingga menimbulkan overload pada belitan stator dan menimbulkan overheat yang
menimbulkan penurunan tegangan generator. Hilangnya medan penguat rotor dapat dideteksi
dengan kumparan yang dipasang parallel dengan main exciter dan kumparan rotor generator.
Pada kumparan ini akan mengalir arus yang apabila nilainya kurang dari arus setting yang di
inginkan, maka akan menimbulkan relay mengeluarkan sinyal alarm atau trip.

f. Relay Arus Lebih (Over Current Relay)
Relay ini berfungsi untuk mendeteksi arus lebih yang mengalir dalam kumpara stator
generator. Arus yang berlebihan dapat terjadi pada kumparan stator generator atau didalam
kumparan rotor. Arus yang berlebihan pada kumparan stator dapat terjadi karena pembebanan
berlebihan terhadap generator. Adapun single line diagram relay arus lebih adalah sebagai
berikut :


Keterangan CB : Circuit Breaker
TC : Trip Coil CB
I : Arus yang mengalir pada saluran yang diamankan
CT : Transformator Arus
Ir : Arus yang mengalir pada relay
C : Relay arus lebih
Ip : Arus pick up dari relay

g. Relay Kehilangan Sinkronisasi (Out of Synchronism Relay).
Peristiwa lepasnya sinkronisasi pada generator yang sedang beroperasi disebabkan oleh
generator yang beroperasi melampaui batas stabilnya. Yang dimaksud dengan stabilitas adalah
kemampuan sistem untuk kembali bekerja normal setelah mengalami sesuatu seperti perubahan
beban, switching dan gangguan lain. Gangguan tersebut akan berdampak pada tidak sinkronnya
tegangan generator dan sistem.
Relay ini berfungsi untuk mendeteksi besar impedansi (arus dan tegangan sistem).
Apabila kondisi sistem akan memasuki impedansi generator maka relay tersebut akan
mengaktifkan relay untuk trip PMT generator. Relay impedansi merupakan backup bagi relay ini.

h. Relay Daya Balik (Reverse Power Relay).
Relay daya balik berfungsi untuk mendeteksi aliran daya balik aktif yang masuk pada
generator. Berubahnya aliran daya aktif pada arah generator akan membuat generator menjadi
motor, dikenal dengan peristiwa motoring. Pengaruh ini disebabkan oleh pengaruh rendahnya
input daya dari prime mover.
Peristiwa motoring ini dapat juga menimbulkan kerusakan lebih parah pada turbin
ketika aliran uap berhenti. Temperature sudu-sudu akan naik akibat rugi gesekan turbin dengan
udara. Untuk itu didalam turbin gas dan uap dilengkapi sensor aliran dan temperature yang dapat
memberikan pesan pada relay untuk trip. Akan tetapi, pada generator juga dipasang relay daya
balik yang berfungsi sebagai cadangan bila pengaman di turbin gagal bekerja.
Adapun single line diagram relay daya balik adalah sebagai berikut :

Pada gambar tersebut, apabila terjadi gangguan pada F1, maka relay akan men-trip
CB2, apabila gangguan terjadi pada F2, maka relay tidak akan trip karena arah arus yang terbalik.

i. Negative Phase Sequence Relay.
Negative phase sequence relay berfungsi untuk melindungi generator dari arus lebih
urutan negative yang disebabkan oleh beban yang tidak seimbang.

j. Out of Step Relay.
Out of step relay berfungsi untuk melindungi generator dari power swing akibat
perubahan beban dari sistem transmisi yang dapat menyebabkan operasi generator tidak sinkron.

k. Relay Gangguan Frekuensi (Frequency Fault Relay).
Relay ini berfungsi untuk mendeteksi adanya perubahan frekuensi dalam nilai yang
besar secara tiba-tiba. Kisaran frekuensi yang diijinkan adalah 3% sampai 7% dari nilai
frekuensi nominal. Penurunan frekuensi disebabkan oleh adanya kelebihan permintaan daya aktif
di jaringan atau kerusakan regulator frekuensi. Frekuensi yang turun menyebabkan naiknya arus
magnetisasi pada generator yang akan menaikkan temperature.
Pada turbin uap, hal tersebut akan mereduksi umur blade pada rotor. Kenaikan
frekuensi disebabkan oleh adanya penurunan permintaan daya aktif pada jaringan atau kerusakan
regulator frekuensi. Frekuensi yang naik akan menyebabkan turunnya nilai arus magnetisasi pada
generator yang akan menyebabkan generator kekurangan medan penguat. Sensor relay frekuensi
dipasang pada tiap fasa yang keluar dari generator.

l. Reverse Power Relay
Reverse power relay berfungsi untuk mendeteksi adanya daya balik / aliran arus dari
sistem jaringan yang akan menyebabkan generator bekerja sebagai motor.

2.7 Sistem Proteksi Pada Generator Trafo
Fungis transformator ialah untuk memindahkan energy dari satu tegangan ke tegangan
lainnya secara magnetic. Pada operasinya trafo tenaga diproteksi dari gangguan yang mungkin
terjadi pada trafo. Peratalan relay proteksi pada trafo antara lain adalah sebagai berikut :
a. Relay Buchollz
Relay Buchollz berfungsi untuk mengamankan trafo dari gangguan internal trafo yang
menimbulkan gas dimana gas tersebut timbul akibat adanya hubung singkat didalam trafo atau
akibat busur di dalam trafo.


Cara kerjanya adalah gas yang timbul didalam trafo akan mengalir melalui pipa dan
tekanan gas ini akan mengerjakan relay dalam 2 tahap, yaitu :
Mengerjakan alarm (bucholz 1
st
) pada kontak bagian atas (1)
Mengerjakan perintah trip ke PMT pada kontak bagian bawah (2)

Analisa gas yang timbul pada relay bucholz adalah sebagai berikut :
H2 dan C2H2 menunjukkan adanya busur api pada minyak antara bagian-bagian
konstruksi
H2, C2H2, dan CH4 menunjukkan adanya busur api sehingga isolasi phenol terturai,
misalnya terjadi gangguan pada sadapan.
H2, C2H4 dan C2H2 menunjukkan adanya pemanasan pada sambungan inti
H2, C2H, CO2, dan C3H4 menunjukkan adanya pemanasan setempat pada lilitan
inti.

b. Relay Jansen
Relay jansen adalah relay yang digunakan untuk mengamankan trafo dari ganggaun
didalam tap changer yang menimbulkan gas. Relay ini dipasang pada pipa yang menuju
konservator. Cara kerja pada prinsipnya sama dengan relay bucholz akan tetapi hanya punya satu
kontak tripping.

c. Relay Sudden Pressure.
Digunakan untuk melindungi trafo dari gangguan tekanan berlebih yang disebabkan
oleh gangguan di dalam trafo.



Terdapat dua jenis, yaitu :
1. Type Membran, berupa plat tipis yang di desain sedemikian rupa yang akan pecah apabila
menerima tekanan melebihi desainnya. Membrane ini hanya sekali pakai, sehingga apabila
pecah harus diganti dengan yang baru.
2. Type Valve, berupa suatu katup yang ditekan oleh sebuah pegas yang di desain sedemikian
rupa sehingga apabila terjadi tekanan didalam trafo melebihi tekanan pegas maka akan
membuka dan membuang tekanan keluar bersama sama sebagian minyak. Apabila tekakan
didalam trafo sudah turun atau lebih kecil dari tekanan pegas maka valve akan menutup
kembali.

d. Relay Suhu
Berfungsi untuk melindungi trafo dari temperature yang berlebih. Apabila temperature
trafo melebihi batas yang ditentukan maka relay suhu akan bekerja. Besar kenaikan suhu adalah
sebanding dengan factor pembebanan dan suhu luar trafo.

Relay suhu dibedakan menjadi dua jenis, yaitu relay suhu winding (belitan) dan relay
suhu oil (minyak trafo) yang bekerja pada dua tahap, yaitu tahap satu mengerjakan alarm dan
tahap dua memerintahkan PMT untuk trip.

e. Relay Arus Lebih
Berfungsi untuk melindungi trafo dari gangguan hubung singkat antar fasa didalam
maupun diluar daerah pengaman trafo.

Relay ini bekerja dengan prinsip instant, yaitu relay akan bekerja seketika ketika
terdeteksi adanya arus gangguan, sehingga dengan cepat dapat mengamankan trafo dan peralatan
lain dari kerusakan. Relay ini biasanya diberi kode S1 dan dipasang pada sisi primer dan sisi
sekunder trafo.

f. Relay Tangki Tanah
Berfungsi untuk mengamankan trao terhadap hubung singkat antara fasa dengan tangki
trafo dan titik netral trafo yang ditanahkan.

Relay tangkai tanah biasanya diberi kode relay 51G dan dipasang dengan skema seperti
gambar 6 diatas. Relay ini bekerja jika terjadi kebocoran arus dari belitan ke tangki trafo, arus
dari tangki akan mengalir ke tanah dan akan terdeteksi oleh relay arus lebih melalui CT.
kemudian relay akan men-trip-kan PMT di kedua sisi.

g. Relay Differential
Fungsi dari relay differensial adalah untuk mengamankan trafo dari gangguan hubung
singkat yang terjadi didalam daerah pengamanan trafo. Relay ini bekerja dengan cara
membandingkan arus yang masuk dengan arus yang keluar.

Dari gambar 7 diatas dapat dilihat bahwa dalam kondisi arah arus Ip dan Is adalah
berlawanan dan mempunyai besar yang sama maka relay differensial tidak dialiri arus. Relay ini
bekerja apabila terjadi perbedaan arus antara sisi primer dengan sisi sekunder. Perbedaan arus
tersebut disebabkan oleh gangguan yang terdapat didaerah pengamanan trafo.


2.8 Sistem Proteksi Pada Bus Bar
2.9 Sistem Proteksi pada Jaringan Transmisi
Sistem transimi adalah suatu sistem penyaluran energy listrik dari satu tempat ke tempat
lain, seperti dari stasiun pembangkit ke substation (gardu induk). Proteksi transmisi tenaga listrik
adalah proteksi yang dipasang pada peralatan-peralatan listrik pada suatu transmisi tenaga listrik
sehingga proses penyaluran tenaga listrik dari pembangkit hingga saluran distribusi dapat
disalurkan dengan baik.
Gangguan pada transmisi tenaga listrik dapat berupa :
Gangguan transmisi akibat hubung singkat.
Gangguan transmisi akibat sambaran petir.
Gangguan transmisi akibat hilangnya salah satu kabel fasa yang disebabkan oleh
manusia.
Adapun peralatan proteksi transmisi tenaga listrik diantaranya adalah :
a. Relay Arus Lebih
Merupakan relay pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan terpasang
pada jaringan tegangan tinggi, tegangan menengah dan juga pada tegangan transformator tenaga.
Relay ini berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik akibat adanya gangguan phasa-phasa.
Jika dalam suatu transmisi terdapat gangguan yang berupa arus lebih, maka dalam
waktu singkat relay arus lebih akan bekerja sehingga jaringan tidak akan terhubung untuk
sementara. Jika gangguan telah hilang, maka jaringan akan terhubung kembali.

b. Relay Hubung Tanah
Merupakan relay pengaman yang bekerja karena adanya besaran arus dan terpasang
pada jaringan tegangan tinggi, tegangan menengah dan juga pada tegangan transformator tenaga.

c. Relay Jarak
Memiliki karakteristik sebagai berikut :
o Dapat menentukan arah letak gangguan.
o Gangguan didepan relay harus bekerja.
o Gangguan di belakang relay tidak boleh bekerja.
o Dapat membedakan gangguan dan ayunan daya.
Relay jarak merupakan proteksi yang paling utama dalam saluran transmisi. Disebut
relay jarak karena impedansi pada saluran besarnya akan sebanding dengan panjang saluran.
Oleh karena itu, relay jarak tidak tergantung oleh besarnya arus gangguan yang terjadi,
melainkan jarak gangguan yang terjadi terhadap relay proteksi. Relay jarak akan bekerja dengan
cara membandingkan impedansi gangguan yang terukur dengan impedansi setting.

d. Kawat Tanah
Kawat tanah atu overhead grounding adalah media pelindung kawat phasa dari
sambaran petir. Pada umumnya ground wire terbuat dari kawat baja dengan kekuatan St 35 atau
St 50, tergantung spesifikasi yang ditentukan PLN.
Kawat ini merupakan proteksi yang bersifat pasif. Jika terjadi sambaran petir, maka
proteksi ini akan menyalurkan arus petir langsung ketanah, sehingga sistem transmisi aman dari
gangguan.

e. Pemutus Tenaga (PMT)
PMT adalah alat untuk memisahkan / menghubungkan satu bagian instalasi dengan
bagian instalasi lainnya, baik instalasi dalam keadaan normal maupun dalam keadaan terganggu.

f. Sakelar Pemisah atau Disconnecting Switch (DS)
Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi lain
yang bertegangan. Sakelar pemisah hanya boleh dioperasikan tanpa beban.

g. DC System Power Supply
DC system power supply merupakan pencatu daya cadangan yang terdiri dari baterai
charger yang berfungsi untuk mengubah tegangan AC ke DC dan baterai sebagai penyimpan
cadangan daya. Sebagai peralatan proteksi, DC System Power Supply merupakan peralatan yang
sangat vital karena jika jika terjadi gangguan, DC System Power Supply akan bekerja dan
menyebabkan relay proteksi membuka.

2.10 Sistem Proteksi Pada Transformator Tenaga
2.11 Sistem Proteksi Pada Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan
pelanggan atau konsumen. Jaringan distribusi tegangan menengah sebagian besar berupa saluran
udara tegangan menengah (SUTM) dan kabel tanah (SKTM). Sebagian besar gangguan yang
terjadi pada saluran udara tegangan menengah tidak disebabkan oleh petir, melainkan oleh
sentuhan pohon, apalagi saluran udara tegangan menengah banyak berada didalam kota yang
memiliki bangungan dan pohon yang lebih tinggi dari tiang SUTM. Gangguan ini bersifat
temporer, oleh karena itu penggunaan recloser akan mengurangi waktu pemutusan penyediaan
daya.
Adapun alat proteksi jaringan distribusi adalah sebagai berikut :
a. Recloser
Recloser adalah pemutus balik otomatis (Automatic Circuits Recloser) yang secara
fisik mempunyai kemampuan sebagai pemutus beban yang dapat bekerja secara otomatis untuk
mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan oleh adanya gangguan hubung singkat.
Pemutus balik otomatis (PBO) digunakan sebagai pelengkap untuk pengamana
terhadap gangguan temporer dan membatasi luas daerah yang padam akibat gangguan. Urutan
kerja operasi PBO adalah :
o Pada saat terjadi gangguan, arus yang mengalir melalui PBO sangat besar
sehingga menyebabkan kontak PBO terbuka (trip) dalam operasi cepat
Sakelar dan Pengaman.
o Kontak PBO akan menutup kembali setelah melewati waktu reclose sesuai
setting. Tujuan memberi selang waktu ini adalah untuk memberikan waktu
penyebab gangguan agar hilang, terutama gangguan yang bersifat temporer.
o Jika gangguan bersifat permanen, PBO akan menutup dan membuka balik
sesuai dengan settingnya dan akan lock out (terkunci).
o Setelah gangguan dihilangkan oleh petugas, baru PBO dapat dimasukkan
kembali ke sistem.

b. Ground Fault Relay
Relay ini bekerja bila terjadi gangguan ke tanah, dimana tanah tersebut bekerja
berdasaarkan prinsip hubungan antara fasa nol pada trafo arus yang ditunjukan pada gambar.
Trafo arus dihubungkan parallel sehingga arus fasa nol dapat dicapai. Aliran fasa nol akan terjadi
bila ada kesalahan arus ke tanah dengan tanah netral.



c. OCR (Over Current Relay)
d. LBS (Load Break Switch)
e. Pengaman Lebur (FCO)
2.12 lala

Daftar Pustaka

http://iwan78.files.wordpress.com/2011/04/filosofi-proteksi.pdf
http://taqiyyuddinalawiy.files.wordpress.com/2012/09/diktat-proteksi-sistem-tenaga-listrik.pdf
http://dohar89.blogspot.com/
http://modalholong.files.wordpress.com/2012/07/materi-8-pengaman-jarinan-distribusi.pdf
http://dikaelektro1.blogspot.com/2012/04/peralatan-proteksi-pada-transmisi.html
http://anak-elektro-ustj.blogspot.com/2013/04/relay-proteksi-generator.html
http://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/ZurimanAnthony/Mesin%20Listrik%20AC/6%20g%2
0proteksi%20gen7.pdf
http://rakhman.net/2013/09/relay-proteksi-pada-transformator.html
http://www.share-pdf.com/582c08df367248e491adddc8cd6f0a71/118568632-32717012-
Proteksi-Distribusi.htm

Anda mungkin juga menyukai