MENINGOENSEFALITIS
Disusun Oleh :
Dendi Nugraha Islianto
09-61050-015
Dosen Pembimbing :
dr. Tumpal A.Siagian, SpS
MENINGITIS
Meningitis adalah radang umum pada araknoid dan piamater, disebabkan oleh bakteri,
virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis.
Manifestasi Klinis
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. Tanda Kernig dan
Brudzinsky positif.
Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Meningitis serosa adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
yang jernih. Penyebab terseringnya adalah mycobacterium tuberculosa. Penyebab lain seperti
lues, virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.
Meningitis purulenta adalah radang bernanah araknoid dan piameter yang meliputi otak dan
medulla spinalis. Penyebabnya antara lain: Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitides (meningokok), Streptococcus haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah:
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap
darah (LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit.
Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Di samping itu pada meningitis
tuberculosis didapatkan juga peningkatan LED.
Foto dada
Penatalaksanaan
1. Rejimen terapi: 2 HRZE 7 RH
a. 2 bulan pertama
INH
Rifampisin
Pirazinamid
: 15 - 30 mg/kg/hari, oral
Etambutol
: 15 20 mg/kg/hari, oral
b. 7 12 bulan berikutnya
INH
Rifampisin
2. Steroid
Diberikan untuk:
Menghambat reaksi inflamasi
Mencegah komplikasi infeksi
Menurunkan edema serebri
Mencegah perlekatan
Mencegah arteritis/infark otak
Indikasi:
Kesadaran menurun
Defisit neurologist fokal
Dosis:
Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 kali 5 mg intravena selama 2
minggu
Meningitis Purulenta
Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda penting adalah demam tinggi, nyeri kepala, kaku kuduk, kesadaran
menurun.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah:
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju endap
darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit, kultur.
Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit dengan pergerakan ke kiri pada
hitung jenis.
2. Cairan serebrospinalis: lengkap dan kultur
Pada meningitis purulenta, diperoleh hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang keruh
karena mengandung pus, nanah yang merupakan campuran leukosit yang hidup dan mati,
jaringan yang mati dan bakteri.
3. Pemeriksaan radiologis:
Foto dada
Penatalaksanaan
Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan intensif suportif untuk
membantu pasien melalui masa kritis. Sementara menunggu hasil pemeriksaan terhadap kausa
diberikan obat sebagai berikut:
1. Meningitis yang disebabkan pneumokok, meningokok.
Ampisilin 12-18 gram intravena adlam dosis terbagi per hari, selama minimal 10 hari
atau hingga sembuh.
2. Meningitis yang disebabkan Haemophylus influenzae.
Kombinasi ampisilin dan kloramfenikol seperti di atas, kloramfenikol disuntikkan
intravena 30 menit setelah ampisilin. Lama pengobatan minimal 10 hari. Bila pasien alergis
terhadap penisilin, berikan kloramfenikol saja.
3. Meningitis yagn disebabkan enterobacteriaceae.
Sefotaksim 1-2 gram intravena tiap 8 jam. Bila resisten terhadap sefotaksim, berikan:
campuran trimetoprim 80 gram dan sulfametoksazol 400 mg per infuse 2 kali 1 ampul per
hari, selama minimal 10 hari.
4. Meningitis yang disebabkan Staphylococcus aureus yang resisiten terhadap penisilin.
Berikan sefotaksim atau seftriakson 6-12 gram intravena. Bila pasien alergi terhadap
penisilin: Vankomisin 2 gram intravena per hari dalam dosis terbagi.
5. Bila etiologi tidak diketahui.
Pada orang dewasa berikan ampisilin 12-18 gram intravena dalam dosis terbagi
dikombinasi dengan kloramfenikol 4 gram per hari intravena. Pada anak ampisilin 400
mg/kgBB ditambah kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari intravena. Pada neonatus ampisilin
100-200 mg/kgBB disertai gentamisin 5 mg/kgBB perhari.
Bila setelah diberi terapi yang tepat selama 10 hari pasien masih demam, cari sebabnya di
antaranya:
1. Efusi subdural
2. Abses
3. Hidrosefalus
4. Empiema subdural
5. Trombosis
6. Sekresi hormone antidiuretik yang berkurang
7. Pada anak-anak: ventrikulitis
Cells
>500
CSF lactic
Glucose
Protein
Smear
acid
polymorphonuclear
Bacterical
leukocytes/mm3
<500 mononuclear
>45 mg/dL
Organisms
No
>35 mg/dL
Viral
Tuberculous,
cells/mm3
<500 mononuclear
Normal
Moderate or
Mild increase
organisms
<35 mg/dL
fungal
cells/mm3
marked decrease
Marked increase
+,-
>35 mg/dL
ENSEFALITIS
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing,
protozoa, jamur, ricketsia, atau virus.
Patogenesis
Pada ensefalitis supuratif akut, peradangan dapat berasal dari radang, abses di dalam
paru, bronkiektasis, empiema, osteomielitis tengkorak, fraktur terbuka, trauma tembus otak atau
penjalaran langsung ke dalam otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis.
Akibat proses ensefalitis supuratif akut ini akan terbentuk abses serebri yang biasanya terjadi di
substansia alba karena perdarahan di sini kurang intensif dibandingkan dengan substansia grisea.
Reaksi dini jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema dan kongesti yang
disusul dengan pelunakan dan pembentukan nanah. Fibroblas sekitar pembuluh darah bereaksi
dengan proliferasi. Astroglia ikut juga dan membentuk kapsul. Bila kapsul pecah, nanah masuk
ke ventrikel dan menimbulkan kematian.
Manifestasi Klinis
Secara umum, gejala berupa trias ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan
kesadaran menurun. Pada ensefalitis supuratif akut yang berkembang menjadi abses serebri ,
akan timbul gejala-gejala sesuai dengan proses patologik yang terjadi di otak. Gejala-gejala
tersebut ialah gejala-gejala infeksi umum, tanda-tanda meningkatnya tekanan intrakranial yaitu
nyeri kepala yang kronik progresif, muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun. Pada
pemeriksaan mungkin terdapat edema papil. Tanda-tanda defisit neurologis tergantung pada
lokasi dan luas abses.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus ensefalitis supuratif akut adalah
pemeriksaan yang biasa dilakukan pada kasus-kasus infeksi lainnya. Di samping itu dapat juga
dilakukan pemeriksaan elektroensefalogram (EEG), foto Rontgen kepala, bila mungkin CT-Scan
otak, atau arteriografi. Pungsi lumbal tidak dilakukan bila terdapat edema papil. Bila dilakukan
pemeriksaan cairan serebrospinal maka dapat diperoleh hasil berupa peningkatan tekanan
intracranial, pleiositosis polinuklearis, jumlah protein yang lebih besar daripada normal, dan
kadar klorida dan glukosa dalam batas-batas normal.
Diagnosis Banding
Pada kasus ensefalitis supuratif akut diagnosis bandingnya adalah neoplasma, hematoma
subdural kronik, tuberkuloma, hematoma intraserebri.
Penatalaksanaan
Pada ensefalitis supuratif akut diberikan ampisilin 4 x 3-4 g dan kloramfenikol 4 x 1 g per
24 jam intravena, selama 10 hari. Steroid dapat diberikan untuk mengurangi edema otak. Bila
abses tunggal dan dapat dicapai dengan cara operasi sebaiknya dibuka dan dibersihkan tetapi bila
multiple, yang dioperasi ialah yang terbesar dan mudah dicapai.
Prognosis
Prognosis ensefalitis supuratif akut buruk karena angka kematian mencapai 50%.
Ensefalitis Sifilis
Patogenesis
Pada sifilis, yang disebabkan kuman Treponema pallidum, infeksi terjadi melalui
permukaan tubuh umumnya sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang
terluka, kuman tiba di sistem limfatik. Melalui kelenjar limfe, kuman diserap darah sehingga
terjadi spiroketemia. Hal ini berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunan saraf
pusat. Treponema pallidum akan tersebar di seluruh korteks serebri dan bagian-bagian lain
susunan saraf pusat.
Manifestasi Klinis
Gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian yaitu gejala-gejala neurologis dan gejalagejala mental. Gejala-gejala neurologis itu diantaranya adalah kejang-kejang yang dating dalam
serangan-serangan, afasia, apraksia, hemianopsia, kesadaran mungkin menurun, sering dijumpai
pupil Argyl-Robertson. Nervus optikus dapat mengalami atrofi. Pada stadium akhir timbul
gangguan-gangguan motorik yang profresif.
Gejala-gejala mental yang dijumpai ialah timbulnya proses demensia yang progresif.
Intelegensia mundur perlahan-lahan yang pada awalnya tampak pada kurang efektifnya kerja,
daya konsentrasi mundur, daya ingat berkurang, daya pengkajian terganggu, pasien kemudian tak
acuh terhadap pakaian dan penampilannya, tak acuh terhadap uang. Pada sebagian timbul
waham-waham kebesaran, sebagian menjadi depresif, lainnya maniakal.
Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus-kasus ensefalitis sifilis, perlu dilakukan pemeriksaan tes serologik darah
(VDRL, TPHA) dan cairan otak. Cairan otak menunjukkan limfositosis, kadar protein
meningkat, IgG, IgM meninggi, tes serologic positif. Sken otak dapat dilakukan bila dicurigai
ada komplikasi hidrosefalus
Penatalaksanaan
Terapi dengan medikamentosa yaitu:
Penisilin G dalam air: 12 24 juta unit/hari intravena dibagi 6 dosis selama 14 hari, atau
Penisilin prokain G: 2,4 juta unit/hari intramuskular + Probenesid 4 x 500 mg oral selama
14 hari
Dapat ditambahkan Benzatin penisilin G: 2,4 juta unit, intramuscklar, selama 3 minggu
Ensefalitis Virus
Etiologi
Virus yang menimbulkan ensefalitis virus adalah virus RNA (virus parotitis, virus
morbili, virus rabies, virus rubella, virus ensefalitis Jepang B, virus dengue, virus polio,
Cocksakie A, Cocksakie B, echovirus, dan virus koriomeningitis limfositaria) dan virus DNA
(virus Herpes zoster-varisela, Herpes simpleks, Cytomegalovirus, variola, vaksinia dan AIDS).
Manifestasi Klinis
Proses radang pada ensefalitis virus selain terjadi jaringan otak saja, juga sering
mengenai jaringan selaput otak. Oleh karena itu ensefalitis virus lebih tepat bila disebut sebagai
meningo-ensefalitis. Manifestasi utama meningo-ensefalitis adalah konvulsi, gangguan
kesadaran (acute organic brain syndrome), hemiparesis, paralisis bulbaris (meningoencephalomyelitis), gejala-gejala serebelar, nyeri, dan kaku kuduk.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan darah rutin, titer antibodi terhadap
virus, pemeriksaan cairan otak: limfosit, monosit meningkat, kadar protein meninggi ringan,
kadar glukosa normal, kultur virus bila mungkin, EEG dan CT-Scan bila mungkin. Pada
ensefalitis yang disebabkan oleh Herpes simpleks tipe I, gambaran EEG khas berupa aktivitas
gelombang tajam periodic di temporal dengan latar belakang fokal/difus.
Penatalaksanaan
Pengobatan simtomatik diberikan untuk menurunkan demam dan mencegah kejang.
Kortison diberikan untuk mengurangi edema otak. Pengobatan antivirus diberikan pada
ensefaltis virus yang disebabkan herpes simpleks atau varisela zoster yaitu dengan memberikan
asiklovir 10 mg/kgBB intravena, 3 kali sehari selama 10 hari, atau 200 mg tiap 4 jam per oral.
Bila kadar hemoglobin (Hb) turun hingga 9 d/dl, turunkan dosis hingga 200 mg tiap 8 jam. Bila
Hb kurang dari 7 g/dl, hentikan pengobatan dan baru diberikan lagi setelah Hb normal kembali
dengan dosis 200 mg per 8 jam.
IDENTITAS
Nama
: Ny.C
Umur
: 27 Tahun
Alamat
Pekerjaan
Agama
: Islam
Tanggal masuk
: 17-06-2013
ANAMNESIS
(Alloanamnesis dengan Istri pasien)
Keluhan Utama
: sakit kepala
Keluhan Tambahan
pasien
tidak
mengeluh
demam.Untuk
mengurangi
keluhan
pasien
Keadaan umum
Kesadaran
: Composmentis
GCS
: E4V5M6
Tekanan darah
: 100/80 mmhg
Nadi
: 80 X/menit
Suhu
: 36C
RR
: 20 X/menit
Umur klinis
: 20-an
Bentuk badan
: astenikus
Gizi
: baik
Kulit
: sawo matang
Kuku
: tidak sianosis
KGB
Turgor
: baik
Status regional
Kepala
: normocephali
Wajah
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Toraks
efloresensi (+)
Paru-paru
Jantung
Abdomen
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Vesica urinaria
Genitalia externa
: tidak di lakukan
Extremitas
Sendi
Otot- otot
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Kesadaran : GCS E4V5M6= 15
Rangsang meningeal
Kaku kuduk : Brudzinki I
:-
laseque
kernig
: -/-
Saraf kranial
NI
: Tidak dilakukan
N.II
N.III, IV,VI
N.V
N.VII
N.VIII
: baik
N.IX, X
N. XI
: baik
N.XII
: baik
Motorik
Derajat kekuatan otot
: 5555/5555
5555/5555
Tonus otot
: normotoni
Trofi otot
: eutrofi
: -
Reflex Fisiologis
Biseps
: ++/++
Triseps
: ++/++
KPR
: ++/++
APR
: ++/++
Patologis
Babbinski
: -/-
Chaddock
: -/-
Oppenheim
: -/-
Gordon
: -/-
Schaeffer
: -/-
Sensibilitas
: baik
Otonom
: miksi baik
RESUME
Pasien datang dengan keluhan sakit kepala 5 hari SMRS. Sakit kepala yang
dirasakan seperti ditusuk-tusuk pada seluruh kepala dan terus menerus.Sebelum
masuk` rumah sakit pasien merasakan demam sampai 42 C,namun saat dirumah
sakit pasien tidak mengeluh demam.Untuk mengurangi keluhan pasien
mengompres kepalanya dengan koyo tapi tidak mengurangi keluhan.Pasien juga
mengeluh muntah 2x/hari 5 hari SMRS. Setiap kali minum obat pasien merasakan
muntah. Paisen juga mengeluh nyeri di ulu hati.Riwayat benturan kepala (-). Pusing
dirasakan seperti berputar. Mual (+), Muntah (+), sakit kepala (-), riwayat kejang
(+).
TD: 110/70 mmHg
Nadi 72 x/menit
Suhu 36C
RR 24x/menit
Rangsang meningen: Nervus kranialis : Motorik
5555/5555
5555/5555
Koordinasi: baik
Sensibilitas : kanan=kiri
DIAGNOSA
Diagnosis Klinis
: cephalgia
Diagnosis etiologis
: Meningoensefalitis
Diagnosis topis
TERAPI
IVFD : I RL /24 jam
Diet : biasa tidak merangsang
MM:
- antibiotik
-antifungi
-anti ulserasi
-Analgetik
-suplemen zat besi
Rawat bangsal
64H U/L
62H U/L
Status generalis
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
: 100/80 mmhg
Nadi
: 72 X/menit
Suhu
: 36oC
RR
: 16x/mnt
Pemeriksaan neurologis
GCS E4V5M6
Rangsang meningeal
:-
laseque
kernig
: -/-
Motorik
Derajat kekuatan otot
: 5555 5555
5555 5555
: -
Refleks fisiologis
:-/-
Refleks Patologis
: -/-
Sensibilitas
: baik
Otonom
: miksi baik
A:
Diagnosis Klinis
: cephalgia
Diagnosis etiologis
: Meningoensefalitis
Diagnosis topis
TERAPI