Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hak asasi manusia adalah sesuatu yang diberikan oleh Tuhan dari sejak lahir.

Hak merupakan sesuatu yang layak di terima oleh setiap manusia. Seperti mendapat

pekerjaan dan penghidupan yang layak, hak memeluk agama, dan hak untuk mendapat

pengajaran. Hak selalu beriringan dengan kewajiban-kewajiban, ini merupakan sesuatu

yang harus kita lakukan bagi bangsa, negara, dan kehidupan sosial.

Pemahaman hak dan kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26,

27, 28, dan 30, yaitu sebagai berikut.

1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa

Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-

undangsebagai warga negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat mengenai

kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.

2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam

hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu

dengan tidak ada kecualinya. Pada ayat (2), taip-tiap warga negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan

lisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam

pembelaan negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan

undang-undang.

Hak dan kewajiban ini adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi

sering terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Sudah sangat

1
jelas bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan

penghidupan yang layak, akan tetapi pada kenyataannya banyak warga negara yang

belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi

karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak daripada

kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat

akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya

seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan

itu tidak ada akan terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan. Untuk mencapai

keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi diri kita

sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang

pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya. Seperti yang

sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan kewajiban

seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera.

Akan tetapi, hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah seimbang.

Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena para pejabat tidak akan

pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita karena hal ini. Mereka lebih

memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada memikirkan rakyat. Para pejabat

dan pemerintah hanya mengobar janji manis kepada rakyat untuk mendapatkan haknya.

Akan tetapi, sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan haknya.

Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang berdemokrasi harus bangun

dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak dan tak

lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia. Sebagaimana telah

ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa hak warga negara

dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan

2
maupun tulisan, dan sebagainya, syarat-syarat akan diatur dalam undang-undang. Pasal

ini mebcerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokrasi.

Mari kita katakan pada para pejabat dan pemerintah untuk bersiap-siap hidup

setara dengan kita. Mari kita menjunjung bangsa Indonesia ini kepada kehidupan yang

lebih baik dan maju. Yaitu dengan menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan

seimbang. Dengan memperhatikan rakyat-rakyat kecil yang selama ini kurang

mendapat kepedulian dan tidak mendapatkan hak-haknya.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan pokok permasalahannya yaitu:

bagaimanakah konsep Hak dan Kewajiban warga negara dalam amandemen UUD 1945

yang ke Empat?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pokok Pikiran Amandemen UUD 1945

A. Amandemen Ke-Empat

Amandemen keempat diarahkan untuk memperbaik penyelenggaran negara dan

penekanan perhatian pada pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Pada

amandemen keempat diubah hal-hal sebagai berikut:

a. MPR pada Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa anggota MPR terdiri dari

anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui pemilu. Jadi anggota MPR

tidak ada lagi yang berasal dari penunjukkan.

b. Pemilu, proses pemilu pemilihan presiden dilakukan melalui putaran kedua

apabila pada putaran pertama gagal memperoleh pemenang. Perubahan ini

menunjukkan bahwa proses pemilihan presiden ditentukan oleh rakyat

secara demokratis bukan lembaga-lembaga yang lain.

c. Pembubaran DPA, DPA sudah tidak lagi diperlukan dalam posisi Lembaga

Tinggi Negara karena pada kenyataannya lembaga ini tidak pernah

kontribusi yang cukup sesuai dengan tugas pokoknya.

d. Masalah keuangan dibuah didalam Bab VII, didalam bab tersebut tidak

ditentukan jenis mata uang hal tersebut untuk mengantisipasi perubahan

perekonomian regional dimasa datang.

e. Pendidikan dan Kebudayaan diubah dalam Bab XIII, didalam bab tersebut

pada intinya menekankan kembali hak setiap warga negara untuk

memperoleh pendidikan yang baik, dengan alokasi anggaran yang

memadahi.

4
f. Perekonomian dan Kesejahteraan sosial diubah dalam Bab XIV, pada

intinya menyatakan bahwa perekonomian diusahakan pemerintah

terdistribusi secara adil dan merata. Disamping itu juga menekanankan

kembali bahwa pemerintah berkewajiban untuk memelihara warga negara

yang hidup miskin serta mengembangkan jaminan sosial bagi seluruh

warganya.

g. Perubahan UUD diatur dalam Bab XVI pasal 37 dalam pasal tersebut diatur

ketentuan dan syarat perubahan UUD kecuali negara kesatuan Republik

Indonesia.

B. Identifikasi permasalahan dalam UUD 1945 (constitutional problems) yang

menjadi kendala dalam pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara.

UUD 1945 merupakan merupakan produk konstitusi yang melandasi dua

rejim yaitu orde lama dan orde baru, seperti yang sudah kita ketahui bahwa kedua

rejim tersebut sarat dengan kelemahan-kelemahan. Menurut Mahfud, didalam UUD

1945 terdapat lima kelemahan dasar yaitu :

1. Konstitusi yang Sarat Eksekutif.Konstitusi UUD 1945 syarat dengan

kekuasaan eksekutif dimana presiden memegang kekuasaan eksekutif dan

kekuasaan legislasi.

2. Kurangnya Sistem Check and Balances.Didalam UUD 1945 asli MPR

dinyatakan sebagai lembaga tertinggi negara namun didalam prakteknya MPR tidak

dapat mengendalikan presiden. Di dalam UUD 1945 tersebut juga tidak secara jelas

memisahkan kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif sehingga tidak berhasil

menciptakan mekanisme check and balances yang baik. Kegagalan tersebut

5
menciptakan kekuasaan kekuasaan presiden yang dominan diatas legislatif dan

yudikatif.

3. Terlalu banyak Pendelegasian ke tingkat Undang-

Undang.Pendelegasian UUD 1945 ketingkat Undang-Undang menimbulkan

problem ketika presiden sebagai kepala eksekutif diberikan kukuasaan yang besar

didalam pembuatan perundangan (legislasi). Ketidakseimbangan kekuasaan antara

presiden dengan DPR (legislatif) menyebabkan presiden dapat membuat UU sesuai

dengan kondisi yang diharapkannya, sehingga dikhawatirkan muncul otoriterisme.

4. Masih Adanya Pasal-Pasal yang Multi Tafsir.Pasal-pasal yang

mengandung multi tafsir atau pasal-pasal karet ini yang dikemudian dimanfaatkan

untuk melanggengkan kekuasaan atas nama UU. Pasal-pasal tersebut memberikan

keleluasaan bagi eksekutif untuk menafsirkan pasal tersebut sesuai dengan

kepentingannya.

5. Praktek UUD 1945 sangat tergantung Political Will dari pemerintah.

Ketidakjelasan pasal-pasal tersebut ditas menyebabkan pelaksanaan UUD 1945

sangat tergantung dari kemamuan pemerintah. Kekuasaan yang tak terkontrol

dengan penyeimbang yang baik akan membuat eksekutif menjadi pemerintah yang

otoriter seperti yang terjadi pada orde lama dan orde baru.Didalam

perkembangannya pasal-pasal tersebut diperbaiki didalam amandemen UUD 1945

seperti yang sudah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Namun, sampai saat ini

masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi baik pusat maupun

daerah. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain :1. Tidak jelasnya sistem

parlemen di Indonesia, parlemen di Indonesia terdiri dari DPR, DPD dan MPR.

Sedangkan MPR adalah lembaga tinggi negara yang mempunyai kekuasan sendiri

namun anggotanya adalah anggota dari DPR dan DPD.2. Reformasi eksekutif

6
sampai saat ini presiden masih belum terbebas dari cengkraman partai-partai

politik. Presiden yang diusulkan melalui partai politik cenderung melakukan politik

balas budi kepada partai yang mencalonkannya.3. Reformasi legislatif pada

amandemen UUD 1945 sudah dilkukan yaitu dengan menggeser kekuasan

eksekutif ke legiaslatif untuk menciptakan sistem Check and Balances yang baik.

Namun, dalam implementasinya perubahan ini membuat DPR/D seperti menjadi

lembaga superior karena kesalahan penafsiran UU bagi sebagian anggota

DPR/D.4. Pelaksanaan otonomi daerah banyak multi tafsir sehingga

implementasi didaerah berbeda-beda. Eforia otonomi menimbulkan banyak

permasalahan terutama ego kedaerahan dan sulitnya koordinasi antar daerah.5.

Masih tingginya kebocoran anggaran dan kesalahan pengelolaan SDA

menyebabkan efisiensi anggaran dan pendapatan negara yang baik belum tercapai.

Kebocoran tersebut mengakibatkan rendahnya pelayanan pemerintah di bidang

pendidikan dan belum tercapainya kesejahteraan masyarakat.

C. Konsep Hak dan Kewajiban dalam UUD 1945

Memasukkan hak-hak asasi manusia ke dalam pasal-pasal konstitusi

merupakan salah satu ciri konstitusi moderen. Setidaknya, dari 120an konstitusi di

dunia, ada lebih dari 80 persen diantaranya yang telah memasukkan pasal-pasal hak

asasi manusia, utamanya pasal-pasal dalam DUHAM. Perkembangan ini

sesungguhnya merupakan konsekuensi tata pergaulan bangsa-bangsa sebagai bagian

dari komunitas internasional, utamanya melalui organ Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Sejak dideklarasikannya sejumlah hak-hak asasi manusia dalam Deklarasi Universal

Hak Asasi Manusia atau biasa disebut DUHAM 1948 (Universal Declaration of

Human Rights), yang kemudian diikuti oleh sejumlah kovenan maupun konvensi

7
internasional tentang hak asasi manusia, maka secara bertahap diadopsi oleh negara-

negara sebagai bentuk pengakuan rezim normatif internasional yang dikonstruksi

untuk menata hubungan internasional.

Meskipun demikian, dalam konteks sejarah dan secara konsepsional, Undang-

Undang Dasar 1945 yang telah lahir sebelum DUHAM memiliki perspektif hak asasi

manusia yang cukup progresif, karena sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945, alinea 1:

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh

sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak

sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

8
BAB III
KESIMPULAN

Sebagai warga negara yang baik kita wajib membina dan melaksanakan hak dan

kewajiban kita dengan tertib. Hak dan kewajiban warga negara diatur dalam UUD 1945

yang meliputi.

a. Hak dan kewajiban dalam bidang politik

• Pasal 27 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara bersamaan

kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum

dan pemeritahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Pasal ini menyatakan adanya

keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu:

1. Hak untuk diperlakukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.

2. Kewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan.

• Pasal 28 menyatakan, bahwa “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,

mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan

undang-undang”. Arti pesannya adalah:

1. Hak berserikat dan berkumpul.

2. Hak mengeluarkan pikiran (berpendapat).

3. Kewajiban untuk memiliki kemampuan beroganisasi dan melaksanakan

aturan-aturan lainnya, di antaranya: Semua organisasi harus berdasarkan

Pancasila sebagai azasnya, semua media pers dalam mengeluarkan

pikiran.
b. Hak dan kewajiban dalam bidang sosial budaya

• Pasal 31 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat

pengajaran”.

• Pasal 31 ayat (2) menyatakan bahwa “Pemerintah mengusahakan dan

9
menyelenggarakan satu sistim pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-

undang”.

• Pasal 32 menyatakan bahwa “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional

Indonesia”.

Arti pesan yang terkandung adalah:

1. Hak memperoleh kesempatan pendidikan pada segala tingkat, baik umum

maupun kejuruan.

2. Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah.

3. Kewajiban mematuhi peraturan-peraturan dalam bidang kependidikan.

4. Kewajiban memelihara alat-alat sekolah, kebersihan dan ketertibannya.

5. Kewajiban ikut menanggung biaya pendidikan.

6. Kewajiban memelihara kebudayaan nasional dan daerah.

Selain dinyatakan oleh pasal 31 dan 32, Hak dan Kewajiban warga negara

tertuang pula pada pasal 29 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan

untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Arti pesannya

adalah:

7. Hak untuk mengembangkan dan menyempurnakan hidup moral

keagamaannya, sehingga di samping kehidupan materiil juga kehidupan

spiritualnya terpelihara dengan baik.

8. Kewajiban untuk percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.


c. Hak dan kewajiban dalam bidang Hankam

• Pasal 30 menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta

dalam usaha pembelaan negara”. Arti pesannya:

o bahwa setiap warga negara berhak dan wajib dalam usaha pembelaan

10
negara.
d. Hak dan kewajiban dalam bidang Ekonomi

• Pasal 33 ayat (1), menyatakan, bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha

bersama berdasar atas azas kekeluargaan”.

• Pasal 33 ayat (2), menyatakan bahwa “Cabang-cabang produksi yang penting

bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”.

• Pasal 33 ayat (3), menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat”.

• Pasal 34 menyatakan bahwa “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara

oleh negara”.

Arti pesannya adalah:

1. Hak memperoleh jaminan kesejahteraan ekonomi, misalnya dengan

tersedianya barang dan jasa keperluan hidup yang terjangkau oleh daya

beli rakyat.

2. Hak dipelihara oleh negara untuk fakir miskin dan anak-anak terlantar.

3. Kewajiban bekerja keras dan terarah untuk menggali dan mengolah

berbagai sumber daya alam.

4. Kewajiban dalam mengembangkan kehidupan ekonomi yang berazaskan

kekeluargaan, tidak merugikan kepentingan orang lain.

5. Kewajiban membantu negara dalam pembangunan

11

Anda mungkin juga menyukai