Penyakit Trofoblastik Gestasional merupakan penyakit yang terjadi pada wanita hamil, ditandai oleh kelainan pada vili korialis, yang terdiri dari proliferasi trofoblastik dengan derajat yang bervariasi dan edema stroma vilus. 1 Salah satu penyakit trofoblas gestasional yang sering ditemukan adalah mola hidatidosa. Angka kejadian mola di rumah sakit besar di ndonesia kira!kira 1 di antara "# persalinan normal. 1 Angka kejadian tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan $SA di mana angka kejadian mola di negara tersebut sebesar 1% &###. &,' Se(ara umum angka kejadian mola pada wanita Asia lebih tinggi daripada negara barat. )anita yang berusia kurang dari &# tahun atau lebih dari '* tahun mempunyai resiko 1# kali lebih besar untuk menderita mola. Angka kejadian juga lebih tinggi pada wanita sosial ekonomi rendah. 1,&
nsidens terbanyak dalam penyakit trofoblastik gestasional adalah mola hidatidosa komplit sedangkan mola hidatidosa inkomplit+parsial ditemukan sebanyak &* , -./ dari kasus mola. &,',. "#/ mola bersifat jinak. 0eskipun demikian kemungkinan keganasan pada kasus mola juga harus dipikirkan. 1leh sebab itu penanganan kasus mola harus tuntas terutama penatalaksanaan post evakuasi mola dimana follow!up pasien sangat diperlukan untuk memantau perkembangan penyakit tersebut. A. 2345S 0ola berasal dari bahasa 6atin yang berarti massa, sedangkan hidatidosa berasal dari kata hydatis yang berarti tetesan air. 1,. 0ola hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan (iri!(iri stroma villus korialis langka vaskularisasi, dan edematus. 7anin biasanya meninggal, akan tetapi villus!villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus. Gambaran yang diberikan ialah sebagai segugus buah anggur, jaringan trofoblas pada villus kadang!kadang berproliferasi ringan 1 kadang!kadang keras, dan mengeluarkan 8uman (horioni( gonadotropin 98:G; dalam jumlah besar dari kehamilan biasa. 9*; <. 3T161G dan 4A=T1> >3S=1 3tiologi mola hidatidosa tidak diketahui. <erbagai teori telah diajukan, misalnya teori infeksi, de?siensi @at makanan, terutama protein tinggi. Teori yang paling (o(ok dengan keadaan adalah teori dari A(osta Sison, yaitu de?siensi protein, karena kenyataan membuktikan bahwa penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita dari golongan sosio ekonomi rendah. 9*; 0eskipun etiologi mengenai mola masih belum jelas, namun telah lama diketahui bahwa penderita penyakit ini mempunyai faktor resiko tertentu. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada golongan sosio ekonomi yang rendah, umur di bawah &# tahun atau di atas '* tahun dan paritas tinggi. 91,&; :. PAT1G353SS Adapun beberapa teori yang menerangkan patogenesis penyakit ini yaitu% 91, &, *; 1. Teori missed abortion =ematian mudigah pada usia kehamilan '!* minggu, saat di mana seharusnya sirkulasi fetomaternal sudah terbentuk, menyebabkan gangguan peredaran darah. Sekresi dari sel!sel yang mengalami hiperplasia dan menghasilkan substansi! substansi yang berasal dari sirkulasi darah ibu, diakumulasikan ke dalam stroma vili sehingga terjadi kista vili yang ke(il!ke(il. :airan yang terdapat dalam kista tersebut adalah (airan interstitial yang menyerupai (airan as(ites atau edema, tetapi kaya akan 8:G. &. Teori neoplasma dari Park Teori ini mengemukakan bahwa yang abnormal adalah sel!sel trofoblas, yang mempunyai fungsi yang abnormal pula, dimana terjadi resorpsi (airan yang berlebihan ke dalam vili sehingga timbul gelembung. 8al ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah. Sebagian dari vili berubah menjadi gelembung!gelembung yang berisi (airan jernih. <iasanya tidak ada janin, hanya pada mola parsial kadang! 2 kadang ditemukan janin. Gelembung!gelembung ini sebesar butir ka(ang hijau sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi seluruh kavum uterus. 2. 8ST1PAT161G Pada mola komplit didapatkan gambaran histologi berupa pembengkakan stroma vili, avaskular vili, proliferasi trofoblas sedangkan pada mola parsial bisa didapatkan stroma vili yang mengalami pembengkakan maupun stroma vili yang berukuran normal, ?brosis stroma vili!vili ke(il dan invaginasi trofoblas ke dalam stroma vili. 9., 1#; 3. =6AS4=AS <erdasarkan histopatologi mola hidatidosa diklasi?kasikan menjadi dua kelompok yaitu% 91, &; 1. 0ola hidatidosa =omplit 9=lasik; Struktur dan gambaran histologinya ditandai oleh% 1. 2egenerasi hidropik dan pembengkakan stroma villus &. Tidak adanya pembuluh darah dalam vili '. Proliferasi epitel trofoblas sehingga men(apai derajat yang beragam .. Tidak ditemukan janin dan amnion <erbagai penelitian sitogenetik terhadap kehamilan mola komplit, menemukan komposisi kromosom yang paling sering .A, BB, dengan kromosom sepenuhnya berasal dari ayah. 1vum dibuahi oleh sebuah sperma haploid yang kemudian mengadakan duplikasi kromosomnya sendiri setelah meiosis. =romosom ovum bisa tidak terlihat atau tampak tidak aktif. Tetapi semua mola hidatidosa komplit tidak begitu khas dan kadang!kadang pola kromosom pada mola komplit bisa .A, BC. 2alam keadaan ini, dua sperma membuahi satu ovum yang tidak mengandung kromosom. Dariasi lain juga pernah dikemukakan yaitu .*,B. >esiko neoplasia trofoblastik yang terjadi pada mola komplit kurang lebih sebesar &#/. 3 &. 0ola hidatidosa parsial =alau perubahan hidatidosa bersifat fokal serta belum begitu jauh dan masih terdapat janin atau sedikitnya kantong amnion, keadaan ini digolongkan sebagai mola hidatidosa parsial. Pada sebagian vili yang biasanya avaskuler terjadi pembengkakan hidatidosa yang berjalan lambat, sementara vili lainnya yang vaskuler dengan sirkulasi darah fetus plasenta yang masih berfungsi tidak mengalami perubahan. 8iperplasia trofoblastik yang terjadi, lebih bersifat fokal daripada generalisata, kariotipe se(ara khas lebih tripoid, yang bisa AE, BBC atau AE, BCC, dengan satu komplemen maternal tapi biasanya dengan dua komplemen haploid paternal. 7anin se(ara khas menunjukkan stigmata triploid yang men(akup malformasi kongenital multipel dan retardasi pertumbuhan. >esiko terjadinya koriokarsinoma yang berasal dari mola hidatidosa parsial sangat ke(il. Adapun klasi?kasi 5eoplasia Trofoblastik Gestasional menurut 8ammond yaitu% 9'; 1. 5on metastase Tidak terdapat penyebaran penyakit di luar uterus &. 0etastase Terdapatnya penyebaran penyakit di luar uterus =ategori ini dibagi dalam dua kelompok yaitu% a. =elompok Prognosis baik+>esiko rendah - =ehamilan terakhir F . bulan - =adar G8:G F .#### m$+m6 - Tidak terdapat metastase ke otak maupun hati - <elum pernah dikemoterapi sebelumnya b. =elompok Prognosis buruk+>esiko tinggi - =ehamilan terakhir H . bulan - =adar G8:G H .#### m$+m6 - Terdapat metastase ke otak maupun hati - Terdapat kegagalan kemoterapi sebelumnya - =ehamilan sebelumnya aterm Sedangkan klasi?kasi )81 didasarkan pada beberapa parameter yang disebut )81 S(oring System. 9', 11; 4 Parameter # 1 & ' $sia 9thn; =ehamilan sebelumnya nterval 9bln; G8:G sebelum terapi A<1 maternal!paternal $kuran tumor terbesar 9(m; 6okasi metastase 7umlah metastase =emoterapi terdahulu F 'E 0ola F . F 1### H 'E Abortus . , A 1### , 1#### 1IA, AI1 ' , * 6impa, ginjal 1 , . Aterm - , 1& 1#### , 1##### <, A< H * GT, hati . , " single H 1& H 1##### 1tak H " H & Total s(ore% # , . resiko rendah * , - resiko sedangH " resiko tinggi 4. 2AG51SS 1. Gejala =linik 91, &, *, A, -, "; Pada umumnya kehamilan dengan mola hidatidosa memberikan gejala klinis sebagai berikut % a. Perdarahan uterus merupakan gejala yang men(olok dan dapat bervariasi mulai spotting sampai perdarahan yang banyak. Sebagai akibat dari perdarahan tersebut, gejala anemia agak sering dijumpai lebih jauh =adang!kadang terdapat perdarahan tersembunyi yang (ukup banyak di dalam uterus. Pembesaran uterus yang tumbuh sering lebih besar dan lebih (epat daripada kehamilan normal, hal ini ditemukan pada setengah kasus pasien mola. Adapula kasus! kasus yang uterusnya lebih ke(il atau sama dengan besarnya kehamilan normal walaupun jaringan belum dikeluarkan. 2alam hal ini perkembangan trofoblas tidak terlalu aktif sehingga perlu dipikirkan adanya dying mola. b. Tidak adanya aktivitas janin. (. 3klampsi dan preeklampsia pada trimester pertama atau pada awal trimester kedua yang merupakan hal yang tidak biasa pada kehamilan normal, telah dikatakan sebagai hal patognomonik pada mola hidatidosa, walaupun hanya terjadi pada 1#!1&/ pasien. d. 8iperemesis 5 0ual dan muntah yang sering berlebihan, dilaporkan terjadi 1.!'&/ pasien mola, walaupun hal ini sulit untuk dibedakan dengan kehamilan biasa. 1#/ pasien mola dengan mual dan muntah (ukup berat sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit. e. 0ola hidatidosa sering disertai kista lutein. =ista teka lutein multipel yang menyebabkan pembesaran satu atau kedua ovarium terjadi pada 1*!'#/ penderita mola. $mumnya kista ini menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan tetapi ada juga kasus dimana kista lutein baru ditemukan pada saat follow up. =asus mola dengan kista lutein mempunyai resiko . kali lebih besar untuk mendapatkan degenerasi keganasan di kemudian hari. =ista lutein ini diperkirakan terjadi akibat rangsangan elemen lutein yang berlebih oleh hormon korionik gonadotropin dalam jumlah besar yang disekresi oleh trofoblas yang berproliferasi. Pada setengah jumlah kasus, kedua ovarium membesar dan involusi dari kista terjadi setelah beberapa minggu, biasanya seiring dengan penurunan kadar G8:G. Tindakan bedah hanya dilakukan bila ada ruptur dan perdarahan atau pembesaran ovarium tadi mengalami infeksi. f. 3mbolisasi Sejumlah trofoblas dengan atau tanpa stroma vili keluar dari uterus ke vena pada saat evakuasi. Sebetulnya pada setiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke peredaran darah kemudian ke paru tanpa memberi gejala apapun. Tetapi pada kasus mola kadang!kadang sel trofoblas ini sedemikian banyak sehingga dapat menimbulkan emboli paru akut yang dapat menyebabkan kematian. 7umlah dan volume akan menentukan gejala dan tanda dari emboli paru akut bahkan akibat yang fatal, walaupun kefatalan jarang terjadi. g. Tirotoksikosis =adar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering meningkat, namun gejala hipertiroid jarang mun(ul. 6 Terjadinya tirotoksikosis pada mola hidatidosa berhubungan erat dengan besarnya uterus. 0akin besar uterus makin besar kemungkinan terjadi tirotoksikosis. 1leh karena kasus mola dengan uterus besar masih banyak ditemukan, maka dianjurkan agar pada setiap kasus mola hidatidosa di(ari tanda!tanda tirotoksikosis se(ara aktif. 0ola yang disertai tirotoksikosis mempunyai prognosis yang lebih buruk, baik dari segi kematian maupun kemungkinan terjadinya keganasan. <iasanya penderita meninggal karena krisis tiroid. Peningkatan tiroksin plasma mungkin karena efek dari estrogen seperti yang dijumpai pada kehamilan normal. Serum bebas tiroksin yang meningkat sebagai akibat thyrotropin , like eJe(t dari :horioni( Gonadotropin 8ormon. Terdapat korelasi antara kadar h:G dan fungsi endogen tiroid tapi hanya kadar h:G yang melebihi 1##.### iu+6 yang bersifat tirotoksis. &. Pemeriksaan 4isik Pada pemeriksaan ?sik didapatkan% 9.; o nspeksi ! 0uka dan kadang!kadang badan kelihatan pu(at kekuning!kuningan yang disebut muka mola 9mola fa(e;. ! =alau gelembung mola keluar dapat dilihat jelas o Palpasi ! $terus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek ! Tidak teraba bagian!bagian janin dan balotemen yang gerak janin o Auskultasi ! Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin 9pada mola hidatidosa parsial mungkin dapat didengar <77; ! Terdengar bising dan bunyi khas o Pemeriksaan dalam ! Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian!bagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, serta evaluasi keadaan serviks. 7 '. Pemeriksaan Penunjang 91, &, *, A, -, ", E; a. 6aboratorium =arakteristik yang terpenting pada penyakit ini adalah kemampuan dalam memproduksi h:G, sehingga jumlahnya meningkat lebih tinggi dibandingkan kadar G!h:G seharusnya pada usia kehamilan yang sama. 8ormon ini dapat dideteksi pada serum maupun urin penderita dan pemeriksaan yang lebih sering dipakai adalah G!h:G kuantitatif serum. Pemantauan se(ara hati!hati dari kadar G!h:G penting untuk diagnosis, penatalaksanaan dan tindak lanjut pada semua kasus penyakit trofoblastik. 7umlah h:G yang ditemukan pada serum atau pada urin berhubungan dengan jumlah sel!sel tumor yang ada. b. 4oto >ontgen Abdomen Tidak terlihat tulang!tulang 9pada kehamilan '!. bulan; (. $ltrasonogra? Pada kelainan mola, bentuk karakteristik berupa gambaran seperti badai salju dengan atau tanpa kantong gestasi atau janin. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada setiap pasien yang pernah mengalami perdarahan pada trimester awal kehamilan dan memiliki uterus lebih besar dari usia kehamilan. $SG dapat menjadi pemeriksaan yang spesi?k untuk membedakan antara kehamilan normal dengan mola hidatidosa. Pada &#!*#/ kasus dijumpai adanya massa kistik di daerah adneksa. 0assa tersebut berasal dari kista teka lutein. Amniogra? Penggunaan bahan radiopak yang dimasukkan ke dalam uterus se(ara trans abdominal akan memberikan gambaran radiogra?k khas pada kasus mola hidatidosa kavum uteri ditembus dengan jarum untuk amniosentesis. &# ml 8ypaKue disuntikkan segera dan *!1# menit kemudian dibuat foto anteroposterior. Pola sinar B seperti sarang tawon, khas ditimbulkan oleh bahan kontras yang mengelilingi gelombang!gelombang korion. 2engan semakin banyaknya 8 sarana $SG yang tersedia teknik pemeriksaan amniogra? ini sudah jarang dipakai lagi. d. $ji sonde 8anifa Sonde dimasukkan pelan!pelan dan hati!hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. <ila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola. . G. =>T3>A 2AG51ST= 9&; Pada beberapa kasus, vesikel mola hidatidosa yang berupa gambaran anggur dikeluarkan sebelum mola se(ara spontan abortus atau dikeluarkan dengan operasi. Pengeluaran se(ara spontan umum terjadi pada minggu ke 1A dan jarang terjadi setelah &" minggu. Penemuan klinik berupa perdarahan yang menetap dan pembesaran uterus lebih dari usia kehamilan harus di(urigai sebagai kehamilan mola. 8arus juga dipikirkan apakah pembesaran uterus tersebut disebabkan oleh mioma uteri, hidramnion atau kehamilan ganda. Penegakkan diagnosis yang akurat ialah pemeriksaan $SG. Sebagai kesimpulan, kriteria diagnostik dari mola hidatidosa komplit sebagai berikut% 1. Perdarahan yang terus menerus pada kehamilan kurang lebih 1& minggu yang biasanya bersifat masif dan berwarna ke(oklatan. &. Pembesaran uterus melebihi usia kehamilan. '. Tidak adanya bagian janin dan denyut jantung janin walupun uterus membesar setinggi pusat atau lebih. .. Gambaran $SG yang khas, badai salju. *. =adar serum 8:G yang lebih tinggi daripada kadar umum berdasarkan masa kehamilan. A. Preeklampsi dan eklampsi yang mun(ul sebelum minggu ke &.. -. 8iperemesis gravidarum. 2iagnosis pasti ditegakkan bila kita melihat lahirnya gelembung!gelembung mola. Tetapi bila menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah terlambat, karena pengeluaran gelembung umumnya disertai perdarahan yang 9 banyak dan keadaan umum pasien menurun. Cang baik ialah bila dapat mendiagnosa mola sebelum keluar gelembung. 8. 2AG51SA <A525G 91,&,E; 1. Abortus &. =ehamilan ganda '. =ehamilan dengan mioma .. 8idramnion . =10P6=AS 91,&,-,"; ! Perforasi uterus pada saat dilakukan tindakan kuret hisap. ! Perdarahan post evakuasi mola. Pemberian oksitosin D sebelum prosedur dimulai dapat mengurangi kejadian perdarahan ini. ! 2: dapat terjadi akibat jaringan mola melepas faktor yang bersifat ?brinolitik. ! 3mboli trofoblastik dapat menyebabkan insu?siensi pernapasan akut. ! Syok hipovolemik akibat perdarahan. 7. P35ATA6A=SA5AA5 91, &, ', *, A, -, ", E; Penatalaksanaan mola hidatidosa terdiri dari . tahap yaitu % 1. Perbaikan keadaan umum Cang termasuk usaha ini misalnya transfusi darah pada anemia berat atau karena terjadi syok, dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia dan tirotoksikosis. Preeklampsia diobati seperti pada kehamilan biasa, sedangkan untuk tirotoksikosis diobati sesuai protokol penyakit dalam. &. Pengeluaran jaringan mola <ila diagnosis telah ditegakkan, kehamilan mola harus segera diakhiri. Ada dua (ara evakuasi, yaitu % a. =uret hisap 0erupakan tindakan pilihan untuk mengevaluasi jaringan mola, dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 1# $ oksitosin dalam *# ml 5a:l atau >6, dengan ke(epatan .#!A# tetes per menit 9sebagai tindakan preventif 10 terhadap perdarahan hebat dan efekti?tas kontraksi terhadap pengosongan uterus se(ara (epat;. =uret hisap sebaiknya diikuti dengan kuret tajam, dan jaringan desidua basalis sebaiknya diperiksakan patologi anatominya. =uretase kedua dilakukan apabila kehamilan lebih dari &# minggu, atau tidak yakin bersih. Pengosongan dengan aspirasi vakum lebih aman dari kuretase tajam. <ila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan minimal ' set agar dapat dipergunakan se(ara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai. 7ika terdapat mola hidatidosa yang besar 9ukuran uterus H1& minggu, dan dievakuasi dengan kuret hisap, laparotomi harus dipersiapkan, atau mungkin diperlukan ligasi arteri hipogastrika bilateral bila terjadi perdarahan atau perforasi;. b. 8isterektomi Sebelum adanya kuret hisap, histerektomi dahulu sering dilakukan pada pasien dengan ukuran uterus diatas 1&!1. minggu. 5amun histerektomi tetap merupakan pilihan pada wanita yang telah (ukup umur dan (ukup mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi ialah karena umur tua dan paritas tinggi merupakan faktor predisposisi timbulnya keganasan. <atasan yang dipakai adalah umur '* tahun dengan anak hidup tiga. Tidak jarang bahwa pada sediaan histerektomi bila dilakukan pemeriksaan histopatologi sudah tampak adanya tanda!tanda mola invasif. Ada beberapa ahli yang menganjurkan agar pengeluaran jaringan dilakukan melalui histerektomi. Tetapi (ara ini tidak begitu populer dan sudah ditinggalkan. '. Terapi pro?laksis dengan sitostatika 2iberikan pada kasus mola dengan resiko tinggi akan terjadi keganasan. 0isalnya, umur tua dan paritas tinggi yang menolak untuk dilakukan histerektomi, atau kasus dengan hasil histopatologi yang men(urigakan. <iasanya diberikan methotreIat atau a(tinomy(in 2. Tidak semua ahli setuju dengan (ara ini, dengan alasan jumlah kasus mola menjadi ganas tidak banyak dan sitostatika merupakan 11 obat yang berbahaya. Goldstein berpendapat bahwa pemberian sitostatika pro?laksis dapat menghindarkan keganasan dengan metastase, serta mengurangi koriokarsinoma di uterus sebanyak ' kali. =adar 8:G di atas 1##.### $+6 praevakuasi dianggap sebagai resiko tinggi untuk perubahan ke arah ganas, pertimbangkan untuk memberikan methotreIate 90TB; 'I* mg sehari selama * hari dengan interval & minggu sebanyak ' kali pemberian. 2apat juga diberikan a(tinomy(in 2 1& Lg+kg<<+hari selama * hari. .. Pemeriksaan tindak lanjut 9follow up; 6ama pengawasan berkisar antara satu atau dua tahun, mengingat kemungkinan terjadi keganasan setelah mola hidatidosa 9M &#/;. $ntuk tidak menga(aukan pemeriksaan selama periode ini pasien dianjurkan untuk tidak hamil dulu, dengan pemakaian alat kontrasepsi. Selama pengawasan, se(ara berkala dilakukan pemeriksaan ginekologik, kadar 8:G dan radiologi. :ara yang paling peka saat ini adalah dengan pemeriksaan 8:G yang menetap untuk beberapa lama. 7ika masih meninggi, hal ini berarti masih ada sel!sel trofoblas yang aktif. :ara yang umum dipakai sekarang ini adalah dengan radioimmunoassay terhadap G8:G sub unit. Pemeriksaan kadar 8:G dilakukan setiap minggu sampai kadar menjadi negatif selama . , A minggu dan selanjutnya tiap bulan selama 1 tahun dan setelah itu pemeriksaan dilakukan dengan interval ' bulan. Pemeriksaan >oentgen paru!paru dilakukan untuk mengetahui adanya metastase. *. =ontrasepsi 9&; Pemakaian $2 merupakan kontraindikasi. Pil =< kombinasi tidak hanya memperlambat penurunan titer G8:G namun juga dapat menstimulasi neoplasia trofoblas dan pil =< kombinasi ini dapat digunakan bila G8:G negatif. 0etode barrier juga dapat digunakan. Anjuran sterilisasi biasa dilakukan pada penderita usia tua ataupun penderita yang telah memiliki (ukup anak. =. P>1G51SS 91, &, E; 12 Pemantauan yang dilihat pada pasien mola hidatidosa yang telah menjalani evakuasi mengindikasikan bahwa tindakan ini bersifat kuratif pada lebih dari "#/ pasien. 0ola hidatidosa yang berulang terjadi pada #,* sampai &,A/ dengan resiko yang lebih besar untuk menjadi mola invasif atau koriokarsinoma. =urang lebih 1# , &#/ mola hidatidosa komplit menjadi metastatik koriokarsinoma yang potensial invasif. =ematian pada mola disebabkan karena perdarahan, infeksi, preeklampsia, payah jantung, atau tirotoksikosis. 2i negara maju, kematian karena mola hampir tidak ada lagi, tetapi di negara berkembang masih (ukup tinggi, yaitu berkisar antara &,&/!*,-/. DAFTAR PUSTAKA 1. )inkjosastro 8. 0ola 8idatidosaN lmu =ebidanan. 3disi ke!1. 7akarta. Cayasan <ina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1EE-N '.& , '.". &. :unningham 4G, 0a(2onald P:, Gant 54, et al. Gestational Trophoblasti( 2isease in )illiams 1bstetri(s. &# th ed. :onne(ti(ut, Appleton O 6ange. 1EE-N A-A , A--. '. =onar 8iralal. Gestational Trophoblasti( 2iseases 9G2; in TeItbook of 1bstetri(s 2.:. 2utta . th ed 5ew :entral book Agen(y :al(utta. 1EE" N &#A , &1*. .. )iknjosastro 8. 0ola 8idatidosaN lmu =andungan. 3disi ke!&. 7akarta. Cayasan <ina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1EE-N &A& , &AA. *. 8 Alan, 2e :herney, 5athan 6. Gestational Trophoblasti( 2isease in :urrent 1bstetri( an Gyne(ologi( 2iagnose and Treatment. E th ed. 6ange. <altimore 5C. 0( Graw 8ill. &###N E.- , E*". A. 7onathan S<, 5eville 48. Gestational Trophoblasti( 5eoplasia in Pra(ti(al Gynae(ologi( 1n(ology. ' rd ed. Philadelphia. 6ippin(ott )illiams and )ilkins. &###N A1* , A'". -. <agian 1bstetri Ginekologi 4= $5PA2. 0ola 8idatidosa dan =oriokarsinomaN 1bstetri PatologiN 1E"'N '" , .&. ". 0o(htar rustam, Penyakit Trofoblas Sinopsis 1bstetri edisi &N 3G: Penerbit <uku kedokteranN 1EE" % &'" , &.'. E. http%++www.emedi(ine.(om 8ydatiform 0ole by 6isa 3 0oore, 02 1#.http%++www.emedi(ine.(om Gestational Trophoblati( 2isease by )illiam 0. >i(h, 02 13