Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumber daya alam tanah, air dan vegetasi serta sumber daya manusia sebagai pelaku pemanfaat sumber daya alam tersebut. DAS di beberapa tempat di Indonesia memikul beban amat berat sehubungan dengan tingkat kepadatan penduduknya yang sangat tinggi dan pemanfaatan sumber daya alamnya yang intensif sehingga terdapat indikasi belakangan ini bahwa kondisi DAS semakin menurun dengan indikasi meningkatnya kejadian tanah longsor, erosi dan sedimentasi, dan banjir. Di sisi lain tuntutan terhadap kemampuannya dalam menunjang system kehidupan, baik masyarakat di bagian hulu maupun hilir demikian besarnya.
Sungai sebagai sistim pembawa aliran dari DAS memerlukan ruang yang layak dalam menjalankan fungsinya baik untuk mengalirkan debit aliran rendah maupun saat harus mengalirkan debit banjir, sering dengan perkembangan kota dan batas antara sungai sebagai sistem pembawa aliran dan wilayah pemukiman serta pemanfaatan lahan yang lain semakin bergeser ke arah sungai dan ini tentu saja akan menganggu fungsi sungai sebagai pembawa aliran dan juga mengurangi nilai pemanfaatan lahan yang ada mengingat akan sering tergenang di saat kondisi banjir.
Berkaitan dengan hal tersebut maka pihak Balai Wilayah Sungai Sumatera II yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan dan pengembangan sungai-sungai yang tercakup dalam wilayah kerjanya berinisiatif untuk melaksanakan kegiatan identifikasi, inventarisasi dan pengukuran batas sempadan Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batu Gingging dan Sungai Serdang agar dapat dibuat usulan penetapan jalur sempadan sungai sesuai peraturan menteri PU, sehingga terbentuk kawasan sempadan sungai yang berfungsi menjaga keberlangsungan sungai dalam tugasnya membawa aliran dalam suatu sistim DAS untuk memberi manfaat yang besar bagi masyarakat sekaligus menjada kelestarian sungai dan juga PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
mengurangi banjir serta bencana yang sering terjadi akibat adanya penggunaan daerah bantaran sungai yang tidak terkontrol.
1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
MAKSUD: Melakukan inventarisasi kondisi sungai dan melakukan sosialisasi/konsultasi publik dengan para pemangku kepentingan di sepanjang tepi sungai; Melakukan pengukuran kadaster di sepanjang tepi sungai; Melakukan konsultasi dengan Pemerintah setempat/Instansi terkait dan TKPSDA untuk mendapatkan masukan dan rekomendasi.
TUJUAN: Untuk memperoleh dokumen usulan penetapan garis sempadan sungai untuk dapat diajukan kepada Menteri Pekerjaan Umum.
SASARAN Ditetapkannya usulan Garis sempadan sungai menjadi ketetapan garis sempadan sungai melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum; Tersedianya dokumen yang dapat digunakan dalam mengatur ruang sempadan sungai dan daratan agar fungsi sungai dan kegiatan manusia tidak saling terganggu.
1.3 RUANG LINGKUP KEGIATAN Lingkup Lingkup Kegiatan meliputi 1. Kegiatan A : Pekerjaan Persiapan 2. Kegiatan B : Pekerjaan Inventarisasi 3. Kegiatan C : Pekerjaan Hidrologi 4. Kegiatan D : Pekerjaan Survei Topografi 5. Kegiatan E : Pertemuan Konsultasi Masyarakat 6. Kegiatan F : Pekerjaan Analisis Teknis dan Penggambaran Garis Sempadan 7. Kegiatan G : Penyusunan Dokumen Usulan Penetapan Garis Sempadan Sungai 8. Kegiatan H : Pembuatan Laporan dan Diskusi
PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
Kegiatan A : Tahap Persiapan, meliputi : A. Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan meliputi antara lain : A. Persiapan administrasi B. Mobilisasi Personil dan Peralatan C. Rapat persiapan pelaksanaan kontrak untuk membahas jadwal pelaksanaan kegiatan (time schedule), jadwal penugasan personil, peralatan dan draft RMK. D. Melakukan pengumpulan data sekunder Data sekunder yang diperlukan sbb: Peta Citra/ Foto udara Gambar memanjang dan melintang dari sungai dan pelengkapnya (bila ada) Data demografi desa, kecamatan, kota / kabupaten yang dilalui sungai; Data tata ruang dan tata wilayah desa, kecamatan, kota/ kabupaten yang dilalui sungai. Informasi menyeluruh mengenai prasarana sungai yang ada disepanjang sungai, berikut kondisinya. Peta topografi sungai; Peta DAS; Peta Desa/ Kecamatan/ Kota/ Kabupaten yang dilalui sungai; Peta Tata Guna Lahan; Data titik BM (Koordinat) E. Melaksanakan orientasi lapangan dan survey pendahuluan; F. Finalisasi Rencana Mutu Kontrak (RMK) oleh penyedia jasa yang disetujui oleh Direksi yang dapat diterapkan sebagai system manajemen mutu selama pelaksanaan pekerjaan. Form penyusunan RMK mengacu ke permen PU No.04/PRT/M/2009 tentang system manajemen mutu G. Penyusunan Laporan Pendahuluan, yang berisikan metode kerja, rencana kerja dan program pelaksanaan pekerjaan.
B. Pekerjaan Inventarisasi a) Melakukan inventarisasi sungai yang disesuaikan dengan parameter penentuan sempadan sungai yang terdapat dalam PP No.38 Tahun 2011 tentang Sungai, yaitu: - Data Tanggul PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
- Berada di kawasan perkotaan atau di luar kawasan perkotaan - Pengaruh pasang air laut - Kedalaman sungai - Luas DAS b) Menginventarisasi data karakteristik geomorfologi sungai (bentuk sungai yang berkoordinat), antara lain : 1. Fluktuasi aliran sungai 2. Perubahan kandungan sedimen disungai, dan; 3. Kecenderungan perubahan geometri sungai yang meliputi: Lebar dasar sungai, tinggi tebing, kemiringan memanjang sungai, pembentukan (meander) dan jalinan (braided) atau menganalisanya dari data-data primer maupun sekunder yang ada. c) Menginventarisasi data kondisi social budaya masyarakat setempat; d) Menginventarisasi data jalan akses bagi peralatan, bahan dan sumber daya manusia untuk melakukan kegiatan operasi dan pemeliharaan; e) Menginventarisasi data rinci jumlah dan jenis bengunan yang terdapat di dalam sempadan.
C. Pekerjaan Hidrologi a. Menentukan daerah aliran sungai (DAS) beserta luasnya; b. Mengumpulkan data curah hujan dari stasiun yang terkait dengan DAS dengan data minimal 15 tahun; c. Mengumpulkan data debit dari peilschall dan AWLR; d. Menganalisis pengaruh pasang surut air laut terhadap DAS
D. Pekerjaan Survey Topografi Melakukan pengukuran topografi di sepanjang tepi kiri dan kanan Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batugingging dan Sungai Serdang. Adapun ketentuan pengukuran adalah sebagai berikut : Apabila telah terdapat data hasil pengukuran sungai maka wajib dilakukan pengecekan ulang di lapangan; Pada sungai bertanggul, pengukuran hanya dilakukan pada bagian luar tanggul dengan lebar sesuai dengan aturan pada PP No.38 tahun 2011 tentang sungai (tidak perlu dilakukan pengukuran profil melintang pada sungai); PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
Jika belum terdapat data hasil pengukuran, maka wajib dilakukan pengukuran topografi dengan rincian kegiatan sebagai berikut; a. Pemasangan benchmark, control point dan patok kayu sebagai batas terluar sempadan dengan jarak disesuaikan dengan kondisi meandering sungai dan lingkungan setempat di ruas sungai tersebut; b. Pengukuran penampang memanjang dan penampang melintang pada sungai tidak bertanggul. Jarak potongan melintang pada ruas sungai yang lurus disesuaikan dengan kondisi meandering sungai dan lingkungan setempat di ruas sungai tersebut (jarak maksimum 250m); c. Perhitungan/ pengolahan data; d. Penggambaran Gambar detil denah, potongan melintang dan letak garis sempadan pada tiap ruas sungai dengan skala 1: 2.000 dan peta ikhtisar; Gambar sketsa rincian bangunan yang terletak di sempadan sungai; Letak patok-patok sempadan sungai dan tanggal penetapan; Gambar sketsa/ skema garis sempadan sungai yang informatif dan publikasi berdasarkan parameter tersebut di atas.
E. Pertemuan Konsultasi Masyarakat Kegiatan ini bertujuan untuk memberi informasi dan sosialisasi tentang rencana penetapan garis sempadan Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batu Gingging dan Sungai Serdang. Berdasarkan kajian yang sedang dibuat sekaligus menerima masukan- masukan untuk dipertimbangkan dalam analisis. a. Melakukan sosialisasi dan konsultasi public menyangkut rencana penetapan garis sempadan sungai berdasarkaan alternative-alternatif usulan sempadan sungai yang dibuat; b. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kota / Pemerintah Kabupaten dan instansi terkait; c. Sosialisasi dan konsultasi public dilaksanakan pada tingkat kecamatan yang berkepentingan, dengan melibatkan pihak-pihak terkait dibawah pengarahan Pemerintah Kota/ Pemerintah Kabupaten setempat;
F. Pekerjaan Analisis Teknis dan Penggambaran Garis Sempadan PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
a. Analisis lebar sempadan sungai berdasarkan parameter-parameter yang telah diinventarisasi b. Kajian beberapa aspek penetapan sempadan sungai meliputi aspek : hukum (peruntukan lahan, status kepemilikan lahan), lingkungan, social, ekonomi dan teknis.
G. Penyusunan Dokumen Usulan Penetapan Garis Sempadan Sungai a. Melakukan koordinasi dengan Tim Koordinasi Pengelolahan Sumber Daya Air (TKPSDA) WS Belawan-Ular-Padang; b. Membuat dokumen usulan daerah sempadan sungai yang dilengkapi dengan gambar situasi yang menunjukan letak usulan garis sempadan sungai sesuai dengan hasil koordinasi dengan TKPSDA di bawah pengarahan pihak Balai Wilayah Sungai Sumatera II.
H. Pembuatan Laporan dan Diskusi Laporan yang dibuat harus berdasarkan hasil pekerjaan dan diskusi yang dilakukan.
Hasil keluaran dari kegiatan ini adalah :
No Uraian Jumlah (Set) 1 Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK) 3.00 2 Laporan Bulanan (5 Bln x 3 buku) 15.00 3 Laporan Pendahuluan 5.00 4 Laporan Interim 5.00 5 Laporan Pengukuran/ Buku Ukur dan Hitungan 3.00 6 Laporan Inventarisasi 5.00 7 Album Gambar Pengukuran Sempadan ukuran A3 3.00 8 Laporan Draft Akhir 5.00 9 Laporan Akhir 10.00 10 Dokumen Usulan Penetapan Garis Sempadan Sungai 20.00 11 Softcopy (Eksternal Disk) 1.00
PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
1.4 LOKASI PEKERJAAN
Lokasi pekerjaan studi ini adalah di Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batu Gingging dan Sungai Serdang di wilayah Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
BAB II GAMBARAN UMUM SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING DAN SUNGAI SERDANG
2.1. KAWASAN DAERAH ALIRAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING DAN SUNGAI SERDANG
a. Sungai Percut Sungai Percut merupakan salah satu induk sungai pada satuan wilayah sungai (SWS) Belawan-Ular-Padang, dengan 2 anak sungai, panjang Sungai Percut sebesar 70 km dan untuk DAS Sungai Percut seluas 278 km 2 . Sungai Percut beserta anak dan ranting sungainya mengalir dari Kecamatan Sibiru- Biru, Kecamatan Patumbak, Kota Medan dan Kecamatan Percut Sei Tuan sebelum bermuara ke Selat Malaka. Bagian Hulu sungai pada umumnya berada di Kecamatan Sibiru-biru, sedangkan bagian tengah berada di Kecamatan Patumbak dan Kota Medan, sedangkan bagian Hilir berada di Kecamatan Percut Sei Tuan. Daerah Aliran Sungai (DAS) Percut merupakan salah satu kawasan di Sumatera Utara yang kondisinya kritis atau rawan banjir. Secara geografis DAS Percut terletak pada 03 o 18- 03 o 40 LU dan 98 o 30- 99 o 00 BT, dengan sungai utama yang melaluinya adalah Sungai Percut. Sungai Percut ini mengalir dari daerah hulu yang terletak di sebagian kecil kecamatan STM Hulu dan kecamatan Sibolangit, hingga bermuara pada daerah hilir di kecamatan Percut Sei Tuan dan kemudian terus mengalir sampai ke Selat Malaka (Pantai Timur Sumatera Utara). Daerah pengaliran (catchment area) Sungai Percut berbentuk bulu burung yang meliputi beberapa bagian dari kecamatan Percut Sei Tuan, Batang Kuis, Pantai Labu, Sibolangit, Tanjung Morawa, Patumbak, Biru-biru, STM Hulu dan STM Hilir. Tidak seluruh luasan dari masing-masing kecamatan tersebut masuk ke dalam daerah pengaliran Sungai Percut, akan tetapi hanya beberapa bagian saja. Ada tiga stasiun penakar curah hujan pada DAS Percut yaitu Saentis, Batang Kuis dan Medan Amplas. Dari ketiga stasiun penakar hujan yang ada hanya Saentis dan Batang Kuis yang berfungsi dengan baik. PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
Data kondisi DAS Percut yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut. Luas total daerah pengaliran Sungai Percut (A) = 276,8 km2 Lebar Maksimum sungai = 45 m Panjang sungai Percut (L) = 70 km. Kelerengan/kemiringan (S) = 0,02500 m Kondisi tata guna lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Percut terdiri dari permukiman, perkebunan, sawah, tegalan, hutan dan tambak. Permukiman di kawasan DAS Percut dapat digolongkan pada kawasan dengan kepadatan yang sedang, sebagian besar kawasan DAS Percut berupa kawasan pertanian, hutan dan perkebunan. Berdasarkan peta tata guna lahan yang ada, DAS Percut dapat dikelompokkan ke dalam beberapa penggunaan lahan yang luas masing-masing lahan adalah sebagai berikut. Tabel 3. Data Penggunaan Lahan pada DAS Percut No. Tata Guna Lahan Luas (km2) Keterangan 1 2 3 4 5 6
7 Permukiman Hutan Sawah Kebun Campuran Perkebunan - Tebu - Kelapa Sawit - Coklat Tambak Lainnya 86.8 23.5 38.6 52.6
26.3 34.5 5.4 2.2 2.7
Total 276.8 Sumber : Data Primer PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
b. Sungai Belumai Sungai Belumai merupakan anak sungai dari salah satu induk sungai pada Satuan Wilayah Sungai (SWS) Belawan-Ular-Padang dengan 5 anak sungai. Panjang Sungai Belumai sebesar 64 km dan untuk luas DAS Sungai Belumai sebesar 690 km 2 . Sungai Belumai beserta ranting sungainya mengalir dari Kecamatan STM Hilir, Kecamatan Tanjung Morawa, dan Kecamatan Batang Kuis sebelum masuk ke Sungai Serdang. Bagian Hulu sungai pada umumnya berada di Kecamatan STM Hilir, sedangkan bagian tengah berada di Kecamatan Tanjung Morawa, dan hilir berada di Kecamatan Batang Kuis. Daerah Aliran Sungai (DAS) Belumai merupakan salah satu kawasan di Sumatera Utara yang kondisinya kritis atau rawan banjir. Secara geografis DAS Belumai terletak pada 03 o 13- 03 o 37 LU dan 98 o 380- 98 o 50 BT, dengan sungai utama yang melaluinya adalah Sungai Belumai. Sungai Belumai ini mengalir dari daerah hulu yang terletak di sebagian kecil kecamatan STM Hulu dan kecamatan Sibolangit, hingga bermuara pada daerah hilir di Sungai Serdang dan kemudian terus mengalir sampai ke Selat Malaka (Pantai Timur Sumatera Utara).
c. Sungai Batu Gingging Sungai Batugingging merupakan anak sungai dari salah satu induk sungai pada satuan wilayah sungai (SWS) Belawan-Ular-Padang, dengan anak sungai panjang Sungai Batugingging sebesar 16,90 km dan untuk DAS Sungai Batugingging sebesar 116.60 km 2 . Sungai Batugingging beserta ranting sungainya mengalir dari Kecamatan Bangun Purba, Kecamatan Galang, Kecamatan Pagar Merbau, Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Lubuk Pakam, dan Kecamatan Beringin sebelum masuk ke Sungai Serdang. Bagian Hulu sungai pada umumnya berada di Kecamatan Bangun Purba, Tetapi dalam kegiatan ini Hulunya dari pertemuan Sungai Batu Gingging dan Sungai Batu Rata di Kecamatan Lubuk Pakam, sedangkan bagian tengah berada di Kecamatan Tanjung Morawa, dan Kecamatan Lubuk Pakam, dan hilir berada di Kecamatan Beringin. PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
Daerah Aliran Sungai (DAS) Batu Gingging merupakan salah satu kawasan di Sumatera Utara yang kondisinya kritis atau rawan banjir. Secara geografis DAS Batu Gingging terletak pada 03 o 21- 03 o 37 LU dan 98 o 48- 98 o 50 BT, dengan sungai utama yang melaluinya adalah Sungai Batu Gingging. Sungai Batu Gingging ini mengalir dari daerah hulu yang terletak di sebagian kecil kecamatan Bangun Purba, hingga bermuara pada daerah hilir di Sungai Serdang dan kemudian terus mengalir sampai ke Selat Malaka (Pantai Timur Sumatera Utara).
d. Sungai Serdang Sungai Serdang merupakan salah satu induk sungai pada satuan wilayah sungai (SWS) Belawan-Ular-Padang, panjang Sungai Serdang sebesar 14.3 km dan luas DAS Sungai Serdang sebesar 154.20 km 2 . Sungai Serdang beserta 1 anak sungai dan ranting sungainya mengalir dari Kecamatan Sibiru- Biru, Kecamatan Patumbak, Kota Medan dan Kecamatan Percut Sei Tuan sebelum bermuara ke Selat Malaka. Demikian 1 anak sungai lainnya dan ranting sungainya mengalir dari Kecamatan Galang, Kecamatan Pagar Merbau, Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Lubuk Pakam, dan Kecamatan Beringin sebelum bermuara ke Selat Malaka Bagian Hulu sungai pada umumnya berada di Kecamatan Beringin, sedangkan bagian Hilir berada di Kecamatan Pantai Labu.
Tabel 2.1. Anak Sungai dari Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batugingging, dan Sungai Serdang Induk Sungai Anak Sungai Daerah Pengaliran Sungai Percut 1. S.Rotan Kabupaten Deli Serdang, Sungai Percut 2. S.Seruai Kabupaten Deli Serdang, Sungai Percut
PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
Induk Sungai Anak Sungai Daerah Pengaliran Sungai Belumai 1. S.Bakasa Kabupaten Deli Serdang, Sungai Belumai. 2. S.Bakosa Kabupaten Deli Serdang, Sungai Belumai. 3. S. Bemang Kabupaten Deli Serdang, Sungai Belumai. 4. S. Pangarutan Kabupaten Deli Serdang, Sungai Belumai. 5. S Bampu Kabupaten Deli Serdang, Sungai Belumai.
Induk Sungai Anak Sungai Daerah Pengaliran Sungai Batugingging 1. S.Kuala Namu
Kabupaten Deli Serdang, Sungai Batu Gingging.
Induk Sungai Anak Sungai Daerah Pengaliran Sungai Serdang 1. S.Belumai Kabupaten Deli Serdang, Sungai Serdang. 2. S.Batugingging Kabupaten Deli Serdang, Sungai Serdang.
PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batugingging, dan Sungai Serdang dapat digolongkan atas tiga bagian yakni, induk sungai, anak sungai, dan ranting sungai yang disajikan pada table di bawah ini.
Tabel 2.2. Penggolongan Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batugingging, dan Sungai Serdang
A. Daerah Hulu Pada daerah hulu, Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batugingging, dan Sungai Serdang mengalir melalui daerah perbukitan dengan topografi yang beragam, antara lain landai, terjal dan curam sehingga terdapat beberapa terjunan. Kondisi ini memberi efek yang baik pada proses self purification karena alirannya cenderung turbulen sehingga proses aerasi dapat berlangsung dengan baik. Hal ini turut didukung oleh banyaknya batuan yang terdapat pada badan air.
Pemanfaatan lahan daerah pengaliran sungai di hulu antara lain sebagai daerah pertanian, perikanan dan pemukiman serta kawasan hutan. Sedangkan air sungai dimanfaatkan untuk irigasi, rekreasi air serta air baku air minum. Pertanian terutama terdapat di Kecamatan Bangun Purba, di Kecamatan Galang, Kecamatan, perikanan terutama terdapat di desa Lau Mulgap. Irigasi terdapat diberbagai lokasi, rekreasi air terdapat Pemandian Alam Pantai Sari Laba Biru Indah, Pemandian ALam Pantai Kasanova, dan Pemandian Alam Lau Sigembur, Danau Linting, Gua dan Air Panas Penen, Pantai Pasir PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
Putih, Sampuran Putih Desa Sembahe. Pemanfaatan air sungai sebagai air baku air minum terdapat di Desa Pamah Kecamatan Percut, Sungai Belumai, Sungai Batugingging, dan Sungai Serdang Tua.
B. Daerah Pertengahan
Pada daerah pertengahan topografi di daerah pengaliran sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batugingging, dan Sungai Serdang cennderung landau dengan kemiringan 0.31 %. Hal ini menyebabkan laju air air sungai lebih lambat dibandingkan daerah hulu. Pada laju air yang lebih lambat, proses aerasi juga berkurang dengan demikian self purificstion jugs menurun.
Didaerah pertengahan pemanfaatan lahan di sekitar daerah pengaliran sungai adalah untuk pemukiman, perkantoran dan industry. Daerah pertengahan merupakan pusat kota, sentral jasa dan perdagangan.
Terdapat banyak kegiatan yang menimbulkan degradasi sungai pada daerah ini, pemukiman kumuh pada bantaran sungai, pembuangan limbah domestic dan indutri, pembuangan sampah, pengubah alur sungai pengerasan benteng sungai dengan beton dll. Pada lokasi-lokasi pemukiman kumuh, penduduk memanfaatkan sungai sebagai tempat mandi, cuci, dan juga kakus. Pada umumnya limbah domestic yang masuk ke Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batugingging, dan Sungai Serdang tidak mengalami pengengolahan lebih dahulu.
C. Daerah Hilir Topografi daerah hilir Sungai Percut dan Sungai Serdang semakin landai dengan kemiringan 0,2% laju air pada daerah ini semakin lambat, terutama ke arah muara. Daerah hilir terdapat beberapa daerah industri, dan semakin ke hilir daerah industry tambak/perikanan.
PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
2.2 IKLIM Iklim di daerah air Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batugingging, dan Sungai Serdang menunjukan sedikit perbedaan antara musim kemarau dan musim hujan. Suhu udara berkisar antara 24.0 0 C-32.5 0 C dan suhu rata-rata tahunan adalah 27.4 0 C.
A. Curah Hujan Menurut catatan Stasion Klimatologi Sampali pada Tahun 2012, terdapat rata-rata 15 hari hujan, dengan volume rata-rata curah hujan tahunan diperkirakan 189 mm/tahun, curah hujan maksimum terjadi pada bulan Mei yaitu 364 mm dengan hari hujan sebanyak 18 hari sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan Pebruari sebesar 78 mm dengan hari hujan 12 hari. Musim hujan mulai bulan Desember sampai bulan Maret sedangkan musim kemarau mulai bulan Juni sampai bulan September. Namun demikian, hujan dapat terjadi setiap bulan, sehingga perbedaan antara musim hujan dan kemarau kurang jelas.
B. Debit Air Debit air sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batugingging, dan Sungai Serdang dari tahun ke tahun mengalami penurunan, hal ini terutama karena konversi hutan yang terjadi pada daerah hulu sungai. Pada saat ini terdapat empat station pengukuran debit air sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batugingging yakni di sekitar Jembatan Lintas Timur, dan Sungai Serdang yakni di sekitar Jembatan Kereta Api lintas Sta Medan Kota Bandara Kuala Namu.
2.3 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang tinggal di daerah tangkapan air Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batu Gingging dan Sungai Serdang sekitar 1,071,724 jiwa dan 871,086 jiwa diantaranya bermukin di Kota Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara sesuai dengan perincian di bawah ini. Jumlah penduduk pada kecamatan yang dilalui Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batu Gingging dan Sungai Serdang di Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan menurut sensus tahun 2012 adalah sebagai berikut :
PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
Tabel 2.3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan pada Basin Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batu Gingging dan Sungai Serdang
Sumber : Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka, 2012 Kecamatan Banyaknya Desa/Kelur ahan Luas Wilayah (Km2) Banyaknya Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) Persentase Penduduk (%) (1) (2) (3) (3) (3) (3) 02. STM. Hulu 20 223.38 12,690 57.00 0.69 07. Biru-Biru 17 89.69 35,090 392.00 1.90 08. STM. Hilir 15 190.50 31,547 166.00 1.71 09. Bangun Purba 24 129.95 22,237 172.00 1.20 10. Galang 29 150.29 63,476 423.00 3.44 11. Tjg. Morawa 26 131.75 198,514 1,507.00 10.76 12. Patumbak 8 46.79 91,545 1,957.00 4.96 17. Percut Sei Tuan 20 190.79 396,656 2,080.00 21.49 19. Pantai Labu 19 81.85 44,440 543.00 2.41 20. Beringin 11 52.69 54,078 1,027.00 2.93 21. Lubuk Pakam 13 31.19 83,530 2,679.00 4.53 22. Pagar Merbau 16 62.89 37,921 603.00 2.05 Jumlah 218 1,381.76 1,071,724 776.00 58.07 Jumlah Deli Serdang 394 2,497.72 1,845,615.00 739.00 100.00 PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
BAB III SURVEY LAPANGAN DAN SOSIALISASI
3.1. Survey Topografi Maksud dan tujuan dari kegiatan pengukuran topografi ini adalah untuk mendapatkan data/informasi topografi yang lengkap dan jelas berupa peta situasi Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batu Gingging dan Sungai Serdang.
3.1.1. Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan dalam kegiatan ini dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu: Pekerjaan Persiapan Pekerjaan ini meliputi kegiatan persiapan administrasi dan perijinan kepada instansi terkait, persiapan peronil dan peralatan, base camp dan tenaga lokal, pembuatan patok, persiapan material, logistik dan kebutuhan lainnya.
Mobilisasi dan Demobilisasi Kegiatan ini meliputi Mobilisasi dan demobilisasi peralatan dan personil yang diperlukan selama kegiatan pengukuran. Adapun peralatan yang dimobilisasi dan didemobilisasi untuk keperluan survey lapangan disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.1. Peralatan Lapangan No Nama Peralatan Jumlah Keterangan 1. Total Station (TS) 2 unit Baik 2. GPS Geodetic 1 unit Baik 3. Waterpass 2 unit Baik 4. Hand GPS 2 unit Baik 5. Rol meter @ 50 m 2 bh Baik 6. Digital kamera 2 unit Baik 7. Sepeda motor 2 unit Baik
PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
Pemasangan Bench Mark (BM) Bench Mark (BM) dipasang pada tempat yang aman, mudah dilihat dan dijangkau. Pengukuran Polygon Pengukuran Poligon dilakukan untuk menentukan letak dan posisi koordinat masing- masing patok. Pengukuran Waterpass Pengukuran waterpass dilakukan untuk menetukan letak dan posisi koordinat masing- masing patok. Pengukuran Koordinat dan Elevansi Setelah pengukuran polygon dan waterpass dilakukan, selanjutnya dilakukan penghitungan koordinat dan elevasi pada masing-masing titik. Pengolahan Data dan Penggambaran / Pemetaan hasil pengukuran Setelah perhitungan koordinat dan elevasi diperoleh hasilnya, kemudian dilakukan penggambaran/pemetaan sesuai dengan kebutuhan perencanaan.
3.1.2. Pembuatan dan Pemasangan Patok Kayu Dalam hal ini konsultan mengadakan dan memasang patok-patok kayu pada salah satu sisi Sungai Deli guna menentukan lokasi pengukuran tampang melintang (cross section) dan tampang memanjang profil sungai. Selanjutnya ketentuan-ketentuan mengenai dimensi, kuantitas serta jarak pemasangannya dan lain-lain mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut: a. Patok kayu berukuran (5 x 7) cm2, panjang 70 cm; b. Patok kayu dipilih yang betul-betul dari jenis kayu yang keras dan tidak mudah lapuk; c. Patok kayu dipasang tepat pada jalur sungai yang akan diukur dan betul-betul tegak; d. Patok kayu ditanam cukup kuat sedalam 40 cm sehingga yang tampak di permukaan tanah asli 30 cm dan dicat; e. Patok kayu dipasang setiap jarak 50 m sepanjang sungai yang akan diukur; f. Semua patok diberi tanda/nomor yang jelas; g. Bagian atas patok diberi paku, untuk centering dalam pengukuran poligon; h. Semua patok yang telah dipasang diberi tanda supaya mudah dicari.
PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
Patok kayu yang dibuat akan dicat warna merah untuk memudahkan identifikasi awal, dalam hal ini konsultan mengadakan dan memasang patok-patok kayu pada salah satu sisi Sungai Deli guna menentukan lokasi pengukuran. Patok kayu yang dipilih betul- betul dari jenis kayu yang keras dan tidak mudah lapuk. Patok kayu ditanam sedalam 40 cm setiap jarak 50 m sepanjang sungai yang akan diukur.
3.1.3. Pembuatan dan Pemasangan Patok Beton BM Dalam Pengukuran Topografi, patok-patok beton BM akan berfungsi sebagai titik-titik ikat pada pengukuran berikutnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh sebab itu patok-patok BM ini diletakkan di tempat-tempat yang strategis, aman dan tidak midah berubah posisinya, yang diletakkan di bantaran Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batu Gingging dan Sungai Serdang. Untuk itu, dalam pembuatan dan pemasangan patok-patok BM ini mengikuti ketentuan-ketentuan yang termuat dalam SK Dir Jen Air No. 185 / th. 1986, seri PT 02 dan ketentuan-ketentuan dibawah ini: a. Ukuran patok beton BM adalah (20 x 20 x 100) cm; b. Bentuk patok beton sesuai dengan bestek; c. Campuran/adukan beton adalah 1 PC : 2 ps : 3 kr; d. Beton berkerangka besi dengan ukuran 10 mm; e. Patok beton ditanam betul-betul kuat dan tegak, serta kelihatan 20 cm dari tanah asli; f. Lokasi tempat pembuatan patok beton dilaporkan kepada Direksi; g. Patok beton BM dipasang setiap jarak 7000 m sepanjang bantaran Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batu Gingging dan Sungai Serdang yang akan diukur; h. Pemasangan patok beton pada tepi sungai dipasang di sebelah kiri kanan sungai; i. Patok beton diberi tanda / nomor yang jelas dengan Nomenklatur tertulis pada bate manner ukuran (12 x 12) cm 2 ;
Penempatan patok BM diletakkan di bantaran Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batu Gingging dan Sungai Serdang. Pemasangan Patok Beton BM harus dilakukan pengikatan dengan Titik Tinggi Geodesi yang terdekat di lokasi pengukuran.
PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
3.1.4. Pengukuran Situasi Pengukuran situasi pada pekerjaan ini dilakukan untuk mendapatkan data situasi lokasi pekerjaan secara terestris di lapangan untuk menghasilkan peta situasi terbaru. Pengukuran potongan memanjang (long section) dimaksudkan untuk mendapatkan potongan memanjang dan melintang rencana saluran transmisi. Adapun teknis pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Penampang Memanjang - Pengukuran trase dilakukan pada alur Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batu Gingging dan Sungai Serdang yang direncanakan untuk penyusunan sempadan sungai. - Jarak pengukuran beda tinggi maksimum 100 m, kecuali pada tempat-tempat khusus yang kemiringannya cukup besar dan kondisin medan yang spesifik, maka pengukuran harus dilaksanakan secara lebih teliti (dirapatkan). - Pada titik-titik pengukuran sungai, harus diberi tanda dengan menggunakan patok kayu sehingga secara jelas dapat dibuat pedoman didalam pelaksanaan pengukuran. Penampang Melintang - Lebar potongan melintang adalah 40 m ke kanan dan 40 m ke kiri. - Dibuat tiap 250 meter pada kondisi tertentu (belokan) tiap 30 meter. - Alat ukur yang digunakan adalah Total Station (TS). - Interval penampang 250 m pada tempat yang lurus, pada tikungan dirapatkan sesuai kondisi tikungan. - Pengukuran posisi titik penampang menggunakan cara poligon sedang ketinggian dengan cara tachymetri.
3.1.5. Pengukuran Titik Tetap Geodesi Pengukuran situasi, memanjang dan melintang dilakukan secara bersamaan dengan mengikuti pengukuran titik tetap geodesi. Titip tetap geodesi atau titik referensi yang akan digunakan adalah Jaringan Titik Tetap Geodesi nasional (TTG) dari Bakosurtanal. Titik TTG biasanya terdapat disepanjang jalan Nasional/Provinsi pada setiap jarak 5 km dan biasanya diletakkan pada bangunan-bangunan milik Negara, seperti : sekolah, kantor pemerintah, dan sebagainya.
PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
TTG terlihat terbentuk kotak beton dengan tinggi tidak lebih dari setengah meter dari permukaan tanah, yang ditandai dengan pelat keterangan dan batangan logam di satu sisi vertikal dan pelat keterangan di sisi atas (horisontal). Pada pelat sisi vertikal tertulis Jaring Kontrol Tinggi Geodesi, TTG [nomor kode TTG], Bakosurtanal 1988.
Pada pekerjaan pengukuran untuk Penyusunan Rencana Ketetapan Garis Sempadan mengambil Tititp Tetap Geodesi (TTG) Nasional dari Bakorsurtanal yang terdekat, terletak halaman Kantor Badan Meteorologi dan Geofisika di Desa Sampali, dengan nama titik SAMP, Koordinat X = + 468.318,052 ; Y = + 400.308,599 dan elevasi Z = + 41,687. Pemindahan koordinat dan elevasi dari titik referensi nasional TTG akan dilakukan dengan GPS Geodetic Sokkia Stratus single frekwensi L1.
Benchmark yang akan dipasang di bantaran Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batu Gingging dan Sungai Serdang sesuai volume pekerjaan dan KAK, terdapat 15 buah BM. Pemindahan koordinat dan elevasi dari titik referensi nasional (TTG) akan dilakukan dengan GPS Geodetic Sokkia Stratus single frekwensi L1 yang memiliki ketelitian sangat tinggi, yaitu ketelitian koordinat (X,Y) maksimum (static) = 5 mm dan ketelitian elevasi maksimum (Z) (static) 12 mm dengan jarak pengukuran sampai 20 km. Dengan metode ini, maka penggunaan metode poligon sudah tidak diperlukan lagi karena memiliki ketelitian yang lebih rendah dan tidak efisien.
3.1.6. Hasil Pekerjaan Pengukuran 3.1.6.1 Deskripsi BM Untuk mempermudah pencarian kembali patok BM dilapangan (bilamana diperlukan) yang mana akan dipasang pada titik titik tertentu dilokasi pekerjaan, maka setiap patok BM akan dibuat deskripsinya didalam format kertas A4 yang berisikan posisi dan sketsa, koordinat dan elevasi (x, y dan z) dari BM yang bersangkutan. Sketsa lokasi penempatan patok BM/CP dan visualisasi dari masing masing patok BM dapat dilihat pada Lampiran Laporan Topografi yaitu Laporan Diskripsi BM. 3.1.6.2 Koordinat dan Elevasi BM Patok BM berfungsi sebagai titik kontrol terhadap kerangkan poligon maupun pengukuran sipat datar. Secara khusus daftar koordinat dan elevasi (x, y dan z), patok PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
patok tetap (BM) yang berada di lokasi pekerjaan disusun dalam tabel titik kontrol permanen (Benchmark) untuk memudahkan penggunaannya di kemudian hari.
Jumlah BM yang kan dipasang dilokasi kegiatan sebanyak 15 buah, patok BM tersebut berfungsi sebagai titik kontrol terhadap kerangka poligon maupun pengukuran sipat datar.
Berikut ini adalah tabel yang nantinya merupakan hasil pengukuran koordinat dan elevasi dari patok BM.
Tabel 3.2 Jumlah BM yang akan terpasang di lokasi pekerjaan No BM/CP Koordinat Elevasi X (m) Y (m) Z (m) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 BM 01 BM 02 BM 03 BM 04 BM 05 BM 06 BM 07 BM 08 BM 09 BM 10 BM 11 BM 12 BM 13 BM 14 BM 15
3.2 SURVEY INVENTARISASI Survey inventarisasi ini dilaksanakan dalam rangka mendapatkan data kondisi bangunan secara visual yang ada di sepanjang sempadan sungai. Survey inventarisasi PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
yang telah dilaksanakan di Sungai Deli dan bangunan Cannal pengendalian banjir di Kecamatan Medan Johor sampai muara Sungai Deli di Kecamatan Medan Belawan. Survey inventarisasi ini menelusuri sungai tersebut yang dilaksanakan oleh team survey.
Adapun hasil dari pengumpulan data berdasarkan inventarisasi yang telah dilaksanakan sebagai berikut: A. Panjang tanggul = 47 km B. Dimensi Bangunan Bangunan Perkantoran Pemerintah = 44.700 m2 Bangunan Perkantoran Swasta = 529.800 m2 Rumah masyarakat = 525.183 m2 C. Jumlah jembatan = bh D. Jumlah bangunan air Pintu klep = 3 bh Cannal Bangunan Pengendalian Banjir = 1 bh
3.3 SOSIALISASI DAN KONSULTASI MASYARAKAT Sempadan sungai saat ini masih sering dijadikan lokasi untuk membangun bangunan tempat tinggal dan tempat usaha yang permanen. Padahal dalam peraturan pemerintah, di sepanjang sempadan sungai tidak boleh mendirikan bangunan dengan jarak minimum 3 meter dari sungai. Di sisi lain, daerah sempadan sungai dapat dimanfaatkan oleh warga sebagai ruang terbuka dan ruang hijau yang memberikan kesegaran lingkungan bagi masyarakat sekitarnya.
Untuk mensosialisasikan pemanfaatan dan pengaturan sempadan, konsultan hanya melakukan sosialisasi langsung ke masyarakat masyarakat yang tinggal di sempadan sungai, khususnya di Sungai Deli. Kegiatan acara sosialisasi di bulan September, yang telah dilaksanakan pada Kec. Medan Deli, Kec. Medan Belawan, Kec. Medan Labuhan, Kec. Medan Sibiru biru, Kec. Sibolangit, Kec. Tuntungan dan Kec. Namorambe.
PENYUSUNAN RENCAMA KETETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI PERCUT, SUNGAI BELUMAI, SUNGAI BATU GINGGING, DAN SUNGAI SERDANG
Acara ini diselenggarakan oleh konsultan yang didampingi dengan tim teknis dari Balai Wilayah Sungai Sumatera II. Masyarakat yang hadir berasal dari kecamatan kecamatan yan diundang, yang juga merupakan masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Deli.
Di dalam paparan sepadan Sungai Percut, Sungai Belumai, Sungai Batu Gingging dan Sungai Serdang sepanjang masing masing 73 kilometer dan 26 kilometer akan menetapkan garis sempadan untuk mengatur pemanfaatan sempadan sungai tersebut. Jika ada masyarakat kecamatan baik masyarakat setempat maupun pendatang yang ingin membangun atau berjualan di sepanjang sepadan, akan ingatkan oleh pemerintah kecamatan tentang peraturan yang berlaku sesuai dengan PP No. 38 Tahun 2011. Di dalam peraturan tidak boleh mendirikan bangunan apalagi permanen di sempadan sungai. Pelanggaran memiliki resiko bangunannya dibongkar tanoa penggantian, jadi sebelum terjadi, pemerintahan kecamatan semua saling menjaga dan mengingatkan.
Dalam diskusi, masyarakat Kecamatan Medan Belawan dan Medan Labuhan mengeluhkan tentang kualitas air sungai Deli saat ini tidak dapat lagi di manfaatkan untuk mandi oleh masyarakat. Mengenai hal tersebut bahwa kualitas air sungai tidak hanya di muaranya saja melainkan dari hulunya ( Kecamatan Gedung Johor) yang kualitas airnya sudah sangat buruk, ini disebabkan oleh limbah domestik dan non domestik yang dibuang ke sungai Deli. Hal ini kontribusinya juga sangat besar dan peran masing masing individu serta warga masyarakat dalam ikut melestarikan dan menjaga kebersihan sungai amatlah besar. Mengenai limbah industri bahwa setiap industry diharuskan memiliki sistem pengolahan limbah dan juga dipantau oleh pemerintah.
Sungai Babura yang merupakan anak Sungai Deli, melewati 18 (delapan belas) kecamatan di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Sungai Deli merupakan salah satu sungai yang dimanfaatkan oleh PDAM untuk sumber air baku Kota Medan. Bangunan pengolahan air ini di IPA Deli Tua yang dibangun PDAM Tirtanadi pada tahun 1989 secara bertahap, dimulai dari 350 liter/detik hingga selesai tahap terakhir kapasitasnya menjadi 1.400 liter/detik.