Anda di halaman 1dari 11

SINDROMA METABOLIK DAN SINDROM POLIKISTIK OVARIUM

Ketika, 70 tahun yang lalu, saat Stein dan Leventhal (1935) masih mendeskripsikan
sindrom ovarium polikistik (PCOS) sebagai wanita dengan sekelompok gejala amenorea,
kemandulan, pembesaran ovarium dan hirsutisme yang berkaitan dengan
hiperandrogenisme, faktor metabolik yang mendasari PCOS masih belum diketahui. PCOS
telah mendapat perhatian lebih selama beberapa tahun terakhir. Ini adalah salah satu
gangguan endokrin yang paling umum dan terjadi pada 6-7% wanita selama usia
reproduksi. Baru-baru ini, beberapa kelompok ahli telah berusaha untuk menetapkan
kriteria diagnostik sederhana yang dapat digunakan dalam praktek klinis untuk
mengidentifikasi subjek yang memiliki manifestasi dari PCOS. Di antara wanita dengan
PCOS, sekitar 70% memiliki hirsutisme yang berkaitan dengan hiperandrogenisme dan 40-
70% memiliki kelebihan berat badan (Apridonidze dkk, 2005;. Azziz, 2005). Kelebihan
lemak tubuh di bagian atas tubuh (obesitas sentral) sering dikaitkan dengan PCOS, dan
resistensi insulin terjadi pada 50-70% dari subjek dengan PCOS.
PCOS dan kelebihan lemak tubuh
Kegemukan dan kelebihan lemak di bagian atas tubuh (obesitas sentral) sering dikaitkan
dengan PCOS. Berdasarkan ukuran tubuh (dinyatakan sebagai indeks massa tubuh (body
mass index/BMI]), beberapa kelas dari gangguan berat badan telah diidentifikasi (US
Department of Health and Human Sevice, 2000) dan diagnosa overwight dan obesitas
didirikan bila kelebihan lemak tubuh menghasilkan BMI masing-masing >25 dan >30
kg/m
2
. Namun, beberapa studi prospektif telah menunjukkan bahwa kelebihan lemak
regional tampaknya secara metabolik lebih relevan dibandingkan peningkatan BMI.
Beberapa laporan berbeda menunjukkan bahwa, pada kedua jenis kelamin, kelebihan lemak
secara negatif mempengaruhi fungsi reproduksi (Pasquali, 2006). Peningkatan lemak
berlebih pada pria biasanya, meskipun tidak selalu , dikaitkan dengan penurunan progresif
konsentrasi testosteron dan fungsi seksual, sedangkan kelebihan lemak perut pada wanita
sering dikaitkan dengan hiperandrogenisme fungsional (Pasquali, 2006). Berfokus pada
biologik jaringan adiposa dapat membantu untuk menjelaskan bagaimana proses seperti
deregulasi terjadi pada wanita dengan PCOS. Dari sudut pandang histologi, lemak tubuh
manusia terutama berisi adiposit unilocular. Jumlah massa lemak meningkat saat adiposit
unilokular meningkatkan jumlah mereka (hiperplasia) atau ukuran (hipertrofi). Selain itu,
makrofag, yang baru-baru dibuktikan menginfiltrasi jaringan adiposa pada subjek obesitas,
bertanggung jawab atas terjadinya proses inflamasi kronis tingkat rendah didalam jaringan
adiposa (Trayhurn, 2005). Dari sudut pandang biologis, adiposit unilocular, juga dikenal
sebagai adiposit putih, adalah jenis sel yang paling melimpah di lemak mamalia . Adiposit
unilokular merupakan reservoir energi utama pada eukariota lebih dengan menyimpan
trigliserida pada saat kelebihan energi dan memobilisasi trigliserida ini saat kekurangan
energi. Pada mamalia, adiposit unilocular adalah komponen utama dari jaringan adiposa
putih. Dalam 10 tahun terakhir, adiposit unilocular telah memperoleh status sebagai sel
endokrin, karena telah ditemukan bahwa unit ini mensintesis molekul dan melepaskan
molekul yang berperan dalam sistem endokrin, autokrin atau parakrin seperti adiponektin,
atrial natriuretik peptide, leptin, resistin dan beberapa molekul lainnya (Wajchenberg, 2000;
Giorgino dkk, 2005; Ahima dkk, 2006; . Garruti dkk, 2007) . Molekul-molekul ini telah
dikenal sebagai adipokines atau kemokin .
PCOS dan kemokin
Faktor-faktor tertentu yang dihasilkan oleh adiposit (kemokin atau adipokine) tampaknya
terlibat dalam regulasi fungsi reproduksi. Dalam hewan uji coba, leptin menampilkan efek
sentral dan perifer penting dalam mengatur, bukan hanya rasa kenyang tetapi juga fertilitas
(Spiegelman dan Flier, 1996; . Montague dkk, 1997). Dalam ob/ob tikus, yang memiliki
fenotipe sebanding dengan obesitas morbid manusia (BMI 40 kg/m
2
), titik mutasi
pengkodean leptin pada gen ob menyebabkan hiperfagia, obesitas yang tidak sehat dan
juga kemandulan. Menariknya , manusia yang homozigotik pada titik mutasi gen ob juga
menampilkan fenotipe dengan gambaran utama obesitas morbid dan sterilitas (Montague
dkk, 1997; Strobel dkk, 1998). Leptin terutama, meskipun tidak secara eksklusif,
disekresikan oleh adiposit dengan reseptor tersebar di beberapa organ perifer yang berbeda,
termasuk ovarium. Baru-baru telah didapatkan bahwa leptin memiliki efek anti-apoptosis
langsung pada sel-sel granulosa setelah stimulasi in-vitro dengan FSH / LH (Dineva dkk,
2007). Pada wanita dengan PCOS, jaringan adiposa menunjukkan beberapa fitur khas
biologis juga. Dalam hewan uji coba induksi PCOS secara farmakologi (induksi PCOS
pada tikus dengan dihidrotestosteron), PCR real-time reverse- transcriptase mendeteksi
ekspresi leptin yang lebih tinggi dalam lemak visceral pada tikus dengan PCOS
dibandingkan dengan kelompk kontrol (Mannera dkk, 2008). Hiperleptinemia tampaknya
berbanding terbalik dengan tingkat fertilitas pada wanita dengan PCOS (Li dkk, 2007) .
Namun, sebagian besar studi tentang leptin dianggap memiliki jumlah subjek PCOS yang
terbatas. Beberapa laporan menunjukkan bahwa wanita dengan PCOS memiliki konsentrasi
peredaran leptin yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol BMI yang
sesuai, sebaliknya berbeda dengan beberapa penelitian lain dengan subjek remaja dan
dewasa dengan PCOS yang menunjukkan bahwa konsentrasi leptin pada PCOS tidak
berbeda secara signifikan dibandingkan dengan kontrol ketika BMI digunakan sebagai
kovariat (Barash dkk, 1996; . Mantzoros dkk, 1997; Rouru dkk, 1997; Veldhuis dkk, 2001;
Bideci dkk, 2008). Namun, laporan tentang perempuan India Selatan menunjukkan bahwa
konsentrasi leptin yang beredar lebih tinggi pada pasien PCOS dengan berat badan normal
dan obesitas dibandingkan kontrol (Ravishankar Ram dkk, 2005). Peningkatan konsentrasi
leptin biasanya ditemukan pada subjek kelebihan berat badan atau obesitas bersama-sama
dengan resistensi leptin. Peran hiperleptinemia pada wanita dengan PCOS belum jelas,
tetapi ada kemungkinan bahwa wanita dengan PCOS yang resisten terhadap leptin. Dalam
sebuah studi baru-baru ini dengan subjek sejumlah wanita Cina dengan PCOS dan subjek
kontrol dari etnis yang sama, konsentrasi leptin secara signifikan lebih tinggi pada wanita
dengan PCOS dibandingkan pada wanita non - PCOS baik dalam serum atau di cairan
folikel. Walaupun demikian, dalam sel granulosa, bahkan pada tingkat ekspresi leptin dan
reseptor leptin yang normal, konsentrasi transduser sinyal fosforilasi dan aktivator
transkripsi 3 ( p - STAT3 ) secara signifikan lebih rendah pada subyek dengan PCOS
daripada kelompok kontrol yang menunjukkan kondisi resistensi leprin. (Li dkk, 2007) .
Ketika subyek dengan PCOS dikelompokkan berdasarkan hasil fertilisasi in -vitro,
peningkatan konsentrasi leptin baik pada serum maupun cairan folikel dan rendanya tingkat
ekspresi p-STAT3 berkorelasi dengan penurunan angka keberhasilan fertilisasi ini. ( Li
dkk, 2007) .
Selain leptin, jaringan adiposa dari wanita dengan PCOS menunjukkan beberapa fitur khas
biologis lainnya dibandingkan dengan jaringan adiposa dari usia dan BMI wanita yang
sesuai pada populasi umum. Pada wanita dengan PCOS, adiposit menunjukkan penurunan
katekolamin yang memediadi lipolisis (catecholamine-mediated lipolysis) (Gambar 1)
(Large dan Arner, 1998). Adiposit terisolasi dari wanita dengan PCOS mengekspresikan
konsentrasi resistin mRNA yang lebih tinggi dari adiposit pada kontrol (Gambar 1) (Seow
dkk, 2004). Dalam adiposit, jalur utama yang mengatur lipolisis melibatkan reseptor
adrenergik, reseptor atrial natriuretik peptide dan reseptor insulin. Kaskade kejadian dari
terikutnya stimulasi reseptor atrial natriuretic peptide , reseptor insulin dan reseptor
adrenergik telah dilaporkan. Asam lemak bebas dan gliserol adalah hasil akhir lipolisis .
Adiposit adalah sel endokrin memproduksi adipokines. Daftar lengkap adipokines
dilaporkan dalam Tabel 4. Baik fibroblas maupun adiposit pada wanita dengan PCOS
menunjukkan kurangnya lipolisis dimediasi katekolamin (cathecolamine-mediated
lipolysis) (Large dan Arner, 1998). Adiposit terisolasi dari wanita dengan PCOS
mengekspresikan resistin yang lebih tinggi dan konsentrasi adiponektin mRNA lebih
rendah dari adiposity kelompok kontrol. Konsentrasi leptin yang beredar lebih tinggi dan
konsentrasi adiponektin lebih rendah pada wanita dengan PCOS daripada kelompok
kontrol. Kaskade intraseluler yang memediasi efek metabolik insulin terganggu, karena
terjadi penurunan reseptor insulin tirosin fosforilasi dan peningkatan aktivitas serin kinase.
Sedangkan yang mediasi efek mitogenik insulin meningkat (Dunaif dkk, 1995); baik
rosiglitazone dan pioglitazone, yang merupakan thiazolidinediones ( TZD ) dan bekerja
pada peroxisome proliferator-activated receptor gamma ( PPARc ). Pioglitazone juga
bekerja pada peroxisome proliferator-activated receptor alpha ( PPARa ). PPARa dan
PPARc adalah anggota dari superfamili reseptor nuklir.
Ligan normal untuk reseptor ini adalah asam lemak bebas dan eikosanoid. Ketika
diaktifkan, reseptor bermigrasi ke DNA, mengaktifkan transkripsi dari sejumlah gen
tertentu. Dengan mengaktifkan PPARc, resistensi insulin menurun, diferensiasi adiposit
meningkat, VEGF penginduksi angiogenesis dihambat, leptin dan resistin serta konsentrasi
IL - 6 menurun, konsentrasi adiponektin meningkat. Efek utama TZD adalah untuk
meningkatkan resistensi insulin pada jaringan adiposa dan otot, sehingga meningkatkan
penyerapan glukosa. Namun, pioglitazone memiliki efek spesifik pada hati melalui aktivasi
dari PPARa dan mampu mengangarahkan jaringan adiposa dari visceral ke kompartemen
subkutan (Miyazaki dkk, 2002). Resistin adalah anggota dari keluarga protein yang terletak
di zona inflamasi (FIZZ famuly) dan merupakan penanda aterosklerosis koroner yang
secara tegas menunjukkan adanya angiogenesis invitro (Calabro dkk, 2004; Mu dkk, 2006;
Ribatti dkk, 2007). Dalam hewan uji, resistin diekspresika dan disekresikan oleh adiposit.
Pada manusia, resistin adalah peptida yang diproduksi oleh jaringan adiposa dari 92 residu
asam amino, dan terutama diekspresi dalam lemak visceral (Tabel 4). Hasil yang berbeda
terjadi pada sel asal adiposa yang mengekspresikan resistin (magrofag dan/atau sel
precursor adipose (Janke dkk, 2002; McTernan dkk, 2003). Kehadiran sel-sel prekursor
adiposit menyebabkan isolasi depot jaringan adiposa pada subjek dengan obesitas ataupun
berat badan normal dari berbagai usia (Hauner dkk, 1989; Garruti dkk, 2007; Perrini dkk,
2008). Selama diferensiasi sel prekursor adiposit, mRNA untuk resistin ditemukan banyak
terekspresi dalam preadiposit wanita dengan PCOS tapi hampir tidak terdeteksi dalam
adiposit matur (Janke dkk, 2002). Data ini tampaknya sejalan dengan hasil yang dilaporkan
oleh Seow dkk(2004), tapi Janke dan rekan kerjanya menemukan peningkatan konsentrasi
mRNA untuk resistin juga dalam preadiposit subjek non-PCOS dengan berbagai derajat
obesitas yang berbeda dibandingkan dengan subjek berat badan normal. Obesitas mungkin
merupakan penentu peningkatan konsentrasi mRNA dari resistin yang lebih berpengaruh
dibanding PCOS.
Kemokin lain yang telah dipelajari secara ekstensif pada subjek dengan PCOS adalah
adiponektin . Peran adiponektin pada fungsi ovarium dan perkembangan plasenta baru-baru
ini telah ditemukan (Campos dkk, 2008). Wanita dengan PCOS menunjukkan penurunan
peredaran konsentrasi adiponektin dibandingkan dengan kelompok kontrol (Ardawi dan
Rouzi, 2005; . Majuri dkk, 2007). Adiponektin biasanya berkurang dalam kondisi resisten
insulin. Kemokin ini memiliki efek antiinflamasi dan menurunkan glukosa dengan
mengaktifkan dua reseptor, reseptor adiponektin 1 dan 2 . Pada wanita dengan PCOS, dari
sebuah kelompok subjek Inggris tidak hanya menunjukkan adanya ekspresi reseptor
adiponektin dan produksi jaringan adipose pada subkutaeus serta omental, tapi juga
memperlihatkan adanya peningkatan regulasi m RNA dan produksi protein reseptor
adiponektin (Tan dkk, 2006). Para penulis tidak memberikan penjelasan mekanis untuk
peningkatan regulasi reseptor adiponektin terlihat pada wanita PCOS ini, namun mereka
menyimpulkan bahwa hal tersebut mungkin menyerupai keadaan pro-diabetes ( Tan dkk,
2006).
Baik resistin maupun adiponektin terutama diekspresikan dalam depot jaringan adiposa
visceral (Tabel 4) . Resistin merupakan penanda positif dari aterosklerosis koroner (Ribatti
dkk, 2007), sedangkan adiponektin berbanding terbalik dengan resistensi insulin dan risiko
kardiovaskular serta berperan sebagai proteksi terhadap keadaa pro-inflamasi yang sering
ditemukan dalam sindrom metabolik (Steppan dkk, 2001; Yamauchi dkk, 2001). Wanita
dengan PCOS menunjukkan adanya risiko penyakit kardiovaskular yang tinggi (Shaw dkk ,
2008). Medikasi dengan thiazolidinedione ( TZD ) rosiglitazone meningkatkan konsentrasi
plasma adiponektin dan menurunkan resistin pada wanita overweight dengan PCOS (
Majuri dkk, 2007) (Gambar 1). Rosiglitazone adalah agen sensitisasi insulin yang efek
benefitnya akan dibahas pada bagian terapi PCOS. Konsentrasi peredaran Omentin , vaspin
dan visfatin secara langsung berkorelasi dengan sensitivitas insulin dan perannya dalam
PCOS serta reproduksi baru-baru ini telah direvisi (Campos dkk, 2008) (Tabel 4) .
PCOS dan resistensi insulin
Dalam pengusulan definisi PCOS, resistensi insulin tidak dimasukkan di antara kriteria
diagnostik, walaupun hal ini terjadi pada 50-70% subjek yang mengalam PCOS
(Apridonidze dkk, 2005; Azziz, 2005; Sam dan Dunaif, 2003). Insulin adalah hormon yang
disekresi oleh pankreas . Hormon ini membantu tubuh untuk memanfaatkan glukosa darah
dengan mengikatnya ke reseptor spesifik pada sel-sel yang menyerap glukosa dari mediasi
insulin seperti adiposit dan miosit (Gambar 1) (James dan Piper , 1994; . Slot dkk, 1997).
Resistensi insulin adalah kondisi di mana jumlah normal insulin tidak memadai untuk
menghasilkan respons insulin normal dari lemak, otot dan sel-sel hati. Untuk mengimbangi
resistensi insulin dan menghindari hiperglikemia, pankreas mengeluarkan insulin tambahan
(hiperinsulinemia). Individu dengan resistensi insulin sering memiliki distribusi lemak yang
abnormal ditandai dengan dominasi lemak tubuh bagian atas. Obesitas tubuh bagian atas
berkorelasi kuat dengan resistensi insulin. Kelebihan lemak tubuh bagian atas dapat
terakumulasi baik intraperitoneal ataupun subkutan. Namun, kelebihan lemak
intraperitoneal memiliki korelasi yang lebih kuat dengan resistensi insulin dan diabetes
tipe-2, dibanding dengan jaringan adiposa subkutan atau retroperitoneal ( Abate dkk, 1995;
Goodpaster dkk, 1997; Brochu dkk, 2000; Kelley dkk , 2000; Raji dkk , 2001; Ross dkk ,
2002; Nielsen dkk , 2004). Kelebihan lemak perut adalah umum pada PCOS . Juga, ketika
wanita PCOS tidak obesitas ataupun overweight, mereka cenderung menunjukkan lingkar
pinggang yang lebih besar dibandingkan wanita non-PCOS dari kelompok berat badan
yang sama. Pada wanita PCOS yang overweight, studi ultrasonografi baru-baru ini dengan
tegas menunjukkan bahwa jumlah lemak visceral secara signifikan lebih tinggi pada wanita
dengan PCOS dibandingkan kontrol (Cascella dkk, 2008).
Pengurangan ekspresi reseptor insulin phosphoinositol 3 - kinase dan GLUT4 yang
didapatkan pada adiposit terisolasi dari wanita PCOS mungkin menyebabkan resistensi
insulin pada PCOS. Telah diketahui dengan baik bahwa kaskade intraseluler yang
memediasi efek metabolik insulin berbeda dari yang terlibat dalam efek mitogenik (Large
dan Arner , 1998; Martens dkk, 2000; El Mkadem dkk, 2001. ). Untuk PCOS , telah
ditunjukkan bahwa hanya kaskade intraseluler yang memediasi efek metabolik insulin yang
terganggu, sedangkan mediasi efek mitogenik hormon tampaknya meningkat (Gambar 1)
(Sam dan Dunaif, 2003). Namun, baru-baru ini ditemukan bahwa sel-sel prekursor adiposit
terisolasi dari depot jaringan adiposa pada wanita dengan PCOS tidak resisten insulin
secara intrinsik (Corbould dan Dunaif, 2007) .
Metode berbeda digunakan untuk mengukur sensitivitas insulin ditunjukkan pada Tabel 5
dan direvisi oleh Pacini dan Mari (2003). Pertemuan konsensus Rotterdam menyatakan
bahwa ' tidak diperlukan tes resistensi insulin untuk membuat diagnosis PCOS, juga tidak
perlu mendapatkan pengobatan' .
Namun bagaimanapun juga, wanita obesitas dengan PCOS harus diskrining untuk sindrom
metabolik dan/atau tgangguan toleransi glukosa (impaired glucose tolerance/ IGT) serta
diabetes tipe-2. IGT dapat dinilai dengan tes toleransi glukosa oral ( OGTT ). Dalam
beberapa laporan , IGT dan diabetes tipe - 2 didapatkan pada masing-masing satu dari tiga
dan satu dari 10 wanita overweight dengan PCOS (Ehrmann dkk, 1999). Beberapa penulis
mengusulkan untuk melakukan OGTT juga pada wanita berat badan normal dengan PCOS,
sedangkan peneliti lain mengusulkan untuk terlebih dahulu mengukur glukosa puasa dan
HbA1C serta memeriksa OGTT hanya ketika salah satu indeks tersebut menunjukkan hasil
abnormal. Dengan tidak adanya IGT atau diabetes tipe - 2 , penilaian uji homeostasis dapat
menunjukkan adanya bukti resistensi insulin (Katz dkk, 2000).
Pada wanita dengan PCOS, hiperandrogenisme meningkat akibat terjadinya resistensi
insulin. Hiperinsulinemia meningkatkan produksi androgen ovarium dengan merangsang
reseptor insulin bersama dengan reseptor insulin-like growth factor-I dan LH yang
diekspresikan pada ovarium (Sam dan Dunaif, 2003). Insulin tampaknya merangsang
sekresi gonadotropin-releasing hormone, yang diikuti oleh peningkatan produksi dan efek
dari LH. Dalam kultur sel saraf hipotalamus, Gamba dan Pralong (2006) melaporkan
'stimulasi langsung dan sekresi gonadotropin-releasing hormone oleh insulin, menunjukkan
situs hipotalamus kerja insulin dalam efek in-vivo nya pada LH'. Hiperinsulinemia lebih
lanjut lagi memperburuk hiperandrogenisme dengan mengurangi produksi hepatik sex
hormone-binding globulin, sehingga meningkatkan konsentrasi peredaran testosteron bebas
(Holte, 1996;. Cresswell dkk, 1997).
PCOS dan sindrom metabolik
Faktor risiko klaster predisposisi penyakit kardiovaskular aterosklerosis dan diabetes tipe -
2 juga muncul pada sebagian besar subjek PCOS ( Sam dkk, 2005). Komponen cluster ini
termasuk dalam sindrom metabolik ( Grundy dkk , 2005) (Tabel 6), yaitu dislipidemia
aterogenik (konsentrasi serum trigliserida dan apo - lipoprotein B yang tinggi, peningkatan
high-density lipoprotein partikel kecil dan berkurangnya konsentrasi peredaran kolesterol
high-density lipoprotein), peningkatan tekanan darah arterial dan konsentrasi tinggi glukosa
darah disertai dengan proinflamasi dan pro-trombotik .
Pada tahun 1998 , Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan pertimbangan
kelebihan berat badan dan resistensi insulin tidak hanya sebagai faktor dominan yang
terlibat dalam patogenesis sindrom metabolik tetapi juga sebagai kriteria klinis untuk
mengidentifikasi kondisi ini . Namun demikian, baik American Heart Association ( Grundy
dkk , 2005) dan International Diabetes Federation (Tabel 6 dan 7) (Zimmet dkk, 2005),
yang baru-baru ini telah memodifikasi kriteria diagnostik untuk sindrom metabolik , belum
memasukkan resistensi insulin sebagai kriteria diagnostik . Namun, International Diabetic
Federation memasukkan lingkar pinggang meningkat sebagai tanda klinis penting untuk
mendiagnosis sindrom metabolik dan menyarankan penentuan standar ukuran ikat
pinggang spesifik untuk masing-masing kelompok etnis (Zimmet dkk, 2005). Sebagian
besar studi menunjukkan bahwa baik resistensi insulin maupundislipidemia aterogenik
berdampingan dengan PCOS ( Sam dkk , 2005; . Pasquali , 2006) .
Pada basis bukti yang sama,PCOS-Troglitazone Study Group, melakukan evaluasi kohort
dari 394 wanita dengan PCOS,dan menemukan bahwa 33,4 % memiliki lebih dari tiga
kriteria sindrom metabolik. Dalam studi tersebut, prevalensi sindrom metabolik adalah dua
kali lipat lebih tinggi pada wanita dengan PCOS dibandingkan pada wanita dengan usia
yang sama pada populasi umum (Apridonidze dkk, 2005). Hasil berbeda dilaporkan dalam
penelitian kohort Spanyol yang menunjukkan prevalensi yang sama dari sindrom
metabolik pada individu pasien PCOS dibandingkan dengan kelompok kontrol non-
hiperandrogenik. PCOS sama seringnya terjadi pada wanita Spanyol dengan atau tanpa
sindrom metabolic, tetapi prevalensi PCOS pada wanita overweight dan obesitas lebih
tinggi (28,8 %) dibandingkan dengan prevalensi PCOS di Spanyol wanita dengan berat
badan normal (5,5 %) ( A ' lvarez - Blasco dkk, 2006). Data ini mendukung gagasan bahwa
'PCOS harus dikesampingkan pada wanita premenopause overweight dan obesitas yang
mencari nasihat untuk menurunkan berat badan' ( A ' lvarez - Blasco dkk, 2006). Pada
penelitian ini juga dilaporkan lingkar pinggang secara signifikan lebih besar pada wanita
dengan PCOS dibandingkan pada wanita tanpa PCOS pada BMI yang sama, sehingga
menunjukkan bahwa peningkatan lemak sentral mungkin memfasilitasi adanya PCOS.
Sebuah studi tambahan yang dilakukan dengan sampel terbatas pada wanita PCOS
menunjukkan bahwa lemak intraperitoneal berkaitan erat dengan resistensi insulin, serta
bahwa massa lemak intraperitoneal dan resistensi insulin tersebut juga memiliki korelasi
yang signifikan dengan beberapa variabel dari sindrom metabolik (misalnya, trigliserida,
asam urat, fungsi sel - b ) dan korelasi terbalik dengan variabel lainnya (misalnya, high-
density lipoprotein kolesterol ) (Lord dkk, 2006) .
Kesimpulan
PCOS sering sering disertai dengan kelebihan berat badan. Bahkan tanpa adanya kelebihan
berat badan , wanita dengan PCOS menunjukkan antropometri khas (peningkatan lingkar
pinggang) dan fitur endokrin/metabolik (resistensi insulin dan resistensi leptin) pada subjek
ini dipengaruhi oleh sindrom metabolik . Peran dari beberapa kemokin dalam infertilitas
PCOS mungkin lebih jelas terlihat pada beberapa etnis (India Selatan dan Cina)
dibandingkan dengan etnis lain (Kaukasia), namun kurang menonjol pada masa remaja
dibandingkan pada masa dewasa . Dalam patogenesis PCOS, faktor genetik tentu
memainkan peran penting , karena PCOS sering terjadi di beberapa anggota dari keluarga
yang sama, tetapi fitur fenotipik (misalnya , resistensi insulin) yang terlihat mungkn
berbeda diantara anggota keluarga bergantung pada kurang atau beratnya fenotip PCOS.
Telah dikemukakan bahwa PCOS tidak hanya bisa disertai gambaran lain diluar sindrom
metabolit, tapi juga bias mengalami satu dari kriteria sindrom itu sendiri. Namun, pada
wanita dengan PCOS , kelebihan berat badan dan/atau akumulasi lemak sentral mungkin
salah satu penentu utama munculnya sindrom metabolik .

Anda mungkin juga menyukai