Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS JURNAL GEOMORFOLOGI

BAB I

ANALISIS JUDUL

1. Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform) Untuk Pemetaan Geomorfologi Pada Skala
1:25.000 Dan Aplikasinya Untuk Penataan Ruang

Klasifikasi bentuk muka bumi dalam bentuk peta sangatlah diperlukan dalam pengkajian
fenomena yang ada di bumi. Fenomena-fenomena yang terjadi begitu banyak. Untuk itu, perlu
adanya klasifikasi. Dengan adanya klasifikasi bentuk muka bumi, manusia akan lebih mudah
dalam mengkaji suatu fenomena atau gejala yang terjadi di bumi. Apalagi dalam penataan ruang,
klasifikasi bentuk muka bumi, sangat berperan dalam membantu pekerjaan. Misalnya:
Menentukan titik tertinggi suatu daerah, tanpa observasi kelapangan. Dan juga tidak memerlukan
waktu yang lama dalam mencari data.
Judul jurnal di atas sudah menggambarkan isi yang ingin disampaikan. Penulis mampu
mengakomodasi fenomena yang satu dengan yang lain secara rinci. Istilah lain seperti landform
akan bermanfaat bagi pembaca yang belum mengerti. Dengan kata lain, pembaca tidak akan
binggung dalam memahami judul jurnal tersebut.
Judul di atas sudah memenuhi kreteria judul. Singkat, menggambarkan keseluruhan isi
dan mampu mempengarui pembaca. Jurnal ini akan bermanfaat pada Pembaca. Pembaca akan
mendapatkan info yang lebih detai dan logis dari judul di atas. Dengan demikian judul di atas
sudah bisa dikatakan baik.

BAB II
ANALISIS PENDAHULUAN
Pada pendahuluan, yang melatarbelakangi penulisan jurnal ini sudah sesuai dengan isi
dalam pembahasan. Penulis sudah menerangkan bagaimana pentingnya peta geomorfologi bagi
mahasiswa khususnya. Dalam jurnal ini, penulis mengunakan penjelasan umum-khusus. Dengan
begitu pembaca mudah menerima apa yang ingin disampaikan penulis.
Penulis juga mampu memunculkan masalah-masalah yang detail. Seperti, Peta
geomorfologi masih belum dianggap penting dalam bidang geologi secara umum, khususnya di
kalangan perguruan tinggi tidak mengacu pada satu sistem manapun (Bandono dan
Brahmantyo, 1992), di kalangan mahasiswa geologi masih banyak kesulitan penggunaan
satuan-satuan geomorfologi dari klasifikasi yang ada baik dari ITC (van Zuidam, 1985), yang
terjadi dan menerangkan secara detail, dan tidak jelasnya kontrol geologis pada pembentukan
morfologi, karena beberapa penamaan menggunakan kriteria persen lereng. Dengan
memunculkan masalah sebanyak mungkin maka pendahuluan akan lebih baik.
Penawaran gagasan untuk mengatasi masalah tersebut juga dimunculkan untuk
mengarah kepada isi dalam pembahasan. Gagasan solusi itu adalah, penyusunan suatu acuan
klasifikasi dan pembagian nama satuan geomorfologi secara genetis berdasarkan pada proses-
proses geologis (endogen-eksogen) yang pada prinsipnya mengadopsi gabungan antara sistem
ITC (dalam hal penamaan satuan) dan Lobeck (dalam hal prinsip dasar penamaan dan
klasifikasi). Dengan demikian pada pendahuluan ini sudah bias dikatakan bugus.
Pendahuluan ini sudah sesuai dengan isi, dalam gagasan yang dicetuskan penulis,
disebutkan bahwa perlu diadakanya pengklasifikasian dan pembagian nama satuan geomorfologi
secara genetis berdasarkan pada proses geologisnya. Dan pada pembahasan sudah ada klasifikasi
dan pembagian nama satuan geomorfologi.
Namun pada pembahasan ITC kurang diperhatikan, penulis tidak lagi menjelaskan apa
manfaat, peran, dan dampak bagi geomorfologi yang lebih detail.


BAB III
ANALISIS ISI
Isi merupakan jawaban dari masalah-masalah yang ada di pendahuluan, antara judul,
pendahuluan dan isi harus relevan, jika tidak relevan maka karya tulis tidak bisa dikatakan bagus.
Pada jurnal ini yang berjudul Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform) Untuk Pemetaan
Geomorfologi Pada Skala 1:25.000 Dan Aplikasinya Untuk Penataan Ruang. Sudah
menggambarkan apa yang ada pada pendahuluan dan isi.
Dalam isi, penulis menjelaskan prinsip (pokok) pengunaan klasifikasi bentuk muka Bumi
(BMB) terlebih dahulu. Dengan menjelaskan prinsip terlebih dahulu pembaca akan semakin
faham dengan isi yang ingin disampaikan. Prinsip tersebut sudah mengambarkan judul yakni
Klasifikasi Bentuk Muka Bumi tingkat relevan sudah diketahui pada judul dan isi dari kata-kata
di atas.
Isi juga sudah relevan dengan pendahuluan. Seperti dalam pendahuluan dikatakan, Peta
geomorfologi masih belum dianggap penting dalam bidang geologi secara umum, khususnya di
kalangan perguruan tinggi tidak mengacu pada satu sistem manapun (Bandono dan
Brahmantyo, 1992) dan pada isi dijelaskan beberapa acuan dari beberapa madzhab. Seperti,
Dalam geomorfologi, banyak peneliti mengacu pada mahzab Amerika yang mengikuti prinsip-
prinsip Davisian tentang siklus geomorfologi. Prinsip ini kemudian dijabarkan oleh Lobeck
(1939) dengan suatu klasifikasi bentang alam dan bentuk muka bumi yang dikontrol oleh tiga
parameter utama, yaitu struktur (struktur geologi; proses geologi endogen yang bersifat
konstruksional / membangun), proses (proses proses eksogen yang bersifat destruksional /
merusak atau denudasional), dan tahapan (yang kadangkala ditafsirkan sebagai umur tetapi
sebenarnya adalah respon batuan terhadap proses eksogen; semakin tinggi responnya, semakin
dewasa tahapannya).
Dalam isi juga digambarkan berbagai klasifikasi, penulis memberikan contoh penataan
ruang seperti penataan ruang Jawa Barat berdasarkan UU, dengan adanya contoh penataan ruang
bentuk muka bumi, maka karya ini semakin baik karena dapat memberi suatu gambaran dengan
berbagai bentuk dan skala. Mulai dari Skala 1 : 1.000.000 (Nasional), 1 : 250.000 (Propinsi), 1 :
100.000 / 1 : 50.000 (Kabupaten), 1 : 25.000 (Kota/Kabupaten), 1 : 10.000 / 1 : 5000 (Kawasan
Detail).
Selanjutnya penulis mengklasifikasikan bentuk muka bumi secara detail, namun tidak
semua bentuk muka bumi yang khas dapat digambarkan karena terlalu sulit dalam pengambaran.
Penulis juga bersifat jujur dalam kelemahan karya tulisnya sepertitidak dapat mengakomodasi
bentuk-bentuk muka bumi tertentu yang sangat khas dan sulit untuk dimasukkan ke dalam salah
satu dari kotak penamaan di atas. Namun demikian, Klasifikasi BMB sudah sedemikian rupa
mengadopsi berbagai bentuk muka bumi baik dari hasil pengamatan geomorfologi. dalam
pengklasifikasian bentuk muka bumi, penulis memahami bagaimana bentuk-bentuk muka bumi
yang akan digambarkan akan mudah dibaca semua pembaca. Dengan demikian penulis berusaha
mengklasifikasikan dengan sebaik mungkin, mulai dari 1. Pegunungan Lipatan, 2. Pegunungan
Plateau/Lapisan Datar, 3. Pegunungan Sesar, 4. Pegunungan Gunungapi, 5. Pegunungan Karst, 6.
Dataran Sungai dan Danau, 7. Dataran Pantai, Delta dan Laut, 8. Gurun, 9. Glasial. Dengan
demikian akan tercipta suatu pemetaan yang lebih spesifik dan akan bermanfaat bagi pemabaca.
Pembaca lebih mudah mencari bentuk lahan apa yang dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai