Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
4
DAFTAR PUSTAKA
(Vitex cofassus
(Vitex cofassus
13
4. DAMAR ( Salisb) Agathis loranthifolia
Oleh :
Nurhasybi
Nama Perdagangan : Damar
Nama botanis : Salisb.
Sinonim : L. C. Richard
Famili : Araucariaceae
SebaranTumbuh : Sebaran alami di Indonesia berada di Sulawesi,
Irian Jaya dan Kalimantan 2). Sumber benih di
Sukabumi (Jawa Barat), Baturaden (Jawa Tengah),
Banyuwangi Barat dan Probolinggo (Jawa Timur).
Jenis ini tumbuh pada ketinggian 100 1600 m dpl
dengan curah hujan 2400 4800 mm/tahun.
Tumbuh pada tanah berdrainase baik dan toleran
terhadap tanah padat dan asam5).
Musimbuah : Berbuah sepanjang tahun, terutama pada bulan
Agustus dan Oktober.
Pengumpulan Benih : Masak fisiologis benih dicirikan dengan warna kulit
kerucut hijau tua dan/atau pada bagian ujung
kerucut berwarna kecoklatan, dengan sisik ber-
warna coklat. Bentuk buah hampir bulat dengan
Agathis loranthifolia
Agathis dammara
14
diameter 20 - 26 cm. Dalam satu cone/buah berisi
9 - 96 benih. Jumlah benih per kg kurang lebih
4.950 butir .
Ekstraksi benih : Ekstraksi benih dilakukan dengan cara memasuk-
kan kerucut masak dalam karung plastik. Dibiarkan
dalam jangka waktu 1 - 2 hari hingga semua
kerucut pecah. Untuk memisahkan benih dengan
bagian lain, dilakukan pemisahan dengan cara
ditampi, atau dengan tumbler yang memiliki ukuran
saringan yang sesuai untuk ukuran benih
Penyimpanan benih : Benih disimpan pada kadar air 30 % (kadar air
setelah benih segar dikeringkan dengan cara
diangin-anginkan pada suhu kamar selama 24 jam)
dicampur dengan fungisida berupa mancozeb +
karbendazirn (Delsene MX-200) dengan dosis 4,01 -
4,05 g/kg benih, dalam wadah simpan kantong
plastik. Dengan cara ini benih mampu disimpan
selama 9 bulan dengan daya berkecambah di atas
70 % di ruang kamar (temp. 28-33 C, RH 60-70 %)
atauAC(temp. 18- 20 C, RH50 -60%) .
Perkecambahan : Media tanah, ditanam dengan posisi benih berdiri,
2/3 bagian benih masuk ke dalammedia
Pencegahan hama : Waktu disimpan utuk mencegah serangan jamur,
sebelumnya benih dicampur dengan fungisida
dalam bentuk tepung. Misal : mancozeb + karben-
dazirn (Delsene MX-200) dengan dosis 4,01- 4,05 g/
kg benih .
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah + pasir
+ kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m median diberi
pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag 10,2 x
15,2 cm. Dalam penyemaian diperlukan naungan
90% cahaya. Bibit siap tanam setelah berumur 1
tahun.
3)
O
1)
1)
Agathis
loranthifolia.
O
4)
.
dan penyakit
15
DAFTAR PUSTAKA
1) Kumia, W. 1995. Pengaruh Periode Konservasi, Suhu dan Fungisidi
terhadap Viabilitas Benih Damar Salisb) Skripsi
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB. Bogor (tidak
diterbitkan).
2) Martawijaya, A. Kartasujana, Kadir K. dan Prawira S. A. 1981. Atlas Kayu
Indonesia jilid II. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan Bogor.
3) Nurhasybi dan Komar, T.E. 1996. Pengamatan Biologi reproduksi Damar
Salisb). Laporan Uji Coba No. 184. Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor.
4) Nurhasybi. 1997. Pengamatan Biologi reproduksi Damar
Salisb). Laporan Uji Coba No. 184. Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor.
5) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America Agriculture
Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.
(Agathis loranthifolia
(Agathis loranthifolia
(Agathis
loranthifolia
16
5. GMELINA ( Linn.) Gmelina arborea
Oleh :
Danu
Nama Perdagangan : Gmelina
Nama botanis :
Famili : Verbenaceae
SebaranTumbuh : Merupakan tanaman eksotik, sebaran alaminya di
Burma, India 12); 13). Hutan tanaman di Indonesia
antara lain terdapat di Jawa, Kalimantan dan Nusa
Tenggara. Sumber benih terdapat di Jawa Tengah,
Jawa Timur, dan Kalimantan Timur. Tumbuh
secara alami pada ketinggian 0 800 m dpl dengan
curah hujan 1200 3000 mm/tahun. Jenis ini
tumbuh pada tanah berlapisan dalam, subur dan
berdrainase baik. Toleran terhadap tanah ber-
lapisan dangkal, berpasir, tanah padat, tanah asam
asalkan tidak pada tanah berdrainase jelek 15).
Musimbuah : MusimbuahApril - Juli.
Pengumpulan Benih : Ciri buah masak yaitu kulit buahnya berwarna hijau
kekuningan. Ukuran buah 2 - 3 cm. Benih merupa-
Gmelina arborea
17
kan buah batu yang memiliki 2 - 3 butir biji.
Jumlah benih per 1 kg adalah 1000 - 1200 butir
buah batu atau 2000 - 3600 butir biji/kg .
Cara pengumpulan buah terbaik dengan cara memungut
dari lantai hutan, diusahakan jangan memungut buah
yang telah membusuk (buah berwarna coklat).
Ekstraksi benih : Ekstraksi dengan cara manual, yaitu dengan diinjak-
injak atau dengan seperti cara
mengupas kopi .
Penyimpanan benih : Disimpan pada kadar air rendah (5 - 8 %). Pengeringan
dengan cara dijemur selama 2 hari. Dikemas dalamwadah
kedap (plastik). Ruang simpan yang digunakan adalah
ruang ber AC (suhu :18 - 20 C). Dengan cara ini viabilitas
dapat dipertahankan selama 12 bulan dengan daya
berkecambah 60 -70% .
Perkecambahan : Media berupa campuran pasir tanah (1 : 1). Penaburan
dilakukan dengan cara menanambenih ke media sedalam
2/3 panjang benih, bagian benih yang berlobang diletakan
pada bagian atas. Uji viabilitas benih secara cepat dapat
digunakan TZ (Konsentrasi tetrazolium klorida 0,5 %,
perendaman 31jam). Ciri benih viabel yaitu semua bagian
benih berwarna merah/merah muda atau maksimal 10 %
dari cotyl edon berwama puti h . X-radi ography
(tegangan listrik (KVp) : 20 kilovolt, kuat arus (mA) : 13
Amper, 33 detik, FFD
langsung di atas film, bahan pengontras
BaCl2 10% lama perendaman 30 menit. Ciri benih
viabel adalah: menempati seluruh lokus
hingga sekurang-kurangnya 90% berkembang sempurna,
tidak mengalami kerusakan fisik atau tidak ditemukan
tanda-tanda adanya mikroorganisma lain sekitar
embrio, embrio tidak terimpregnasi bahan; pengontras
minimal 75 %dari .
Vegetatif : Bahan stek berupa batang atau pucuk yang ber-
umur 4 bulan. Hormon tumbuh yang digunakan
IBA 100 ppm (powder). Media berupa tanah +
1 arang sekam padi (1 : 1). Ditumbuhkan pada
ruangan bersuhu 27 C, Rh 90 % .
(drupe)
food processor (blender)
eT(ekposure time) : (focus film
distance):
endosperm
endosperm
8); 10); 11); 16)
8)
O
4);14)
1)
17)
O 2);5);6)
18
19
Pencegahan Hama : Untuk mencegah perkembangan jamur, waktu dan
penyaki t di si mpan beni h di campur dengan
fungisida dalambentuk tepung, misai: 2,5%benomil.
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah +
pasir + kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media
diberi pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag
10,2 x 15,2 cm. Dalam penyemaian diperlukan
naungan 50% cahaya. Bibit siap tanam setelah
berumur 3 bulan .
1) Danu. 1993. Uji Cepat Viabilitas Benih Gmelina Linn.) dengan
Tetrazolium. Laporan Uji Coba Balai Teknologi Perbenihan No.140/34.1/
03/93. Bogor.
2) Danu dan J. Tampubolon. 1993. Pengaruh Jumlah Mata Stek dan
Konsentrasi IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Batang
Linn. Laporan Uji Coba Balai Teknologi Perbenihan No.- 142/34.1/03/
93. Bogor.
3) Danu. 1996. Sekilas Informasi Budidaya Tanaman Gmelina
Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
4) Erizal. 1990. Penentuan Kondisi Ruang Simpan Benin Linn.
Laporan Uji Coba Balai Teknologi Perbenihan No.96/43.1/03/90. Bogor.
5) Iriantono, D. 1991. Pemilihan Tempat Tumbuh, Zat Pengatur Tumbuh dan
Sumber Bahan Stek Gmelina Linn). Laporan Uji Coba
Balai Teknologi Perbenihan No. 120/34.1/05/91. Bogor.
6) Iriantono, D. dan W indayani. 1993. Pembiakan Vegetatif
Linn dengan Menggunakan Rootone-F. Laporan Uji Coba Balai Teknologi
Perbenihan No. 146/34.1/03/93. Bogor.
7) Iriantono, D.; Yulianti, B. dan Nurhasybi. 1997. Berat 100 Butir, kadar Air, dan
Kriteria Kecambah Normal benih mahoni King.)
dan Tusam Jungh. et de Vriese). Standar Pengujian
Mutu Benin. Laporan Uji Coba Balai Teknologi No: 248/DR/09/97. Bogor.
8) Komar.T.E. 1990. Penentuan Kriteria Masak Fisiologis Benin Gmelina
Linn.). Laporan Uji Coba No. 85. BTP, Bogor.
9) Lauridsen, E.B. 1986. Seed Leaflet No. 6. Danida Forest Seed
Centre, Humlebaek-Denmark.
1)
DAFTAR PUSTAKA
(Gmelina arborea
Gmelina arborea
(Gmelina arborea)
Gmelina arborea
(Gmelina arborea
Stek Gmelina arborea
(Swietenia macrophylla
(Pinus merkusii
(Gmelina
arborea
Gmelina arborea,
dan Penyakit
10) Mindawati, N dan N.Rohayat 1994. Pengaruh Warna Buah
terhadap Perkecambahm dan Pertumbuhan Bibitnya. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.
11) Pukittayacamee, P. S. Saelim, J. Bhodthipuks. 1994. Seed Weight of Forest
Tree Species in Thailand. ASEAN Forest Tree Seed Centre Project.
Saraburi. Thailand.
12) Sprinz, P.T. 1977. Report arborea (tm) Growth Plots at Kenangan,
Yield Forescasting Plantation Growth and Yield Report, Departement of
Forest Regeneration and Research PT. ITCI, Jakarta.
13) Suhendi, H. dan A. Djapilus. 1979. Hasil Pendahuluan Mengenai
Perkecambahan dan Pertumbuhan Danish F 407 di
Persemaian. Lembaga Penelitian Hutan. Departemen Kehutanan. Bogor.
14) Suyanto, H. dan Darman E. Purba. 1991. Penentuan Kadar Air Awal, Kondisi
Ruang Simpan dan Periode Simpan Benih arborea Linn. Laporan
Uji Coba Balai Teknologi Perbenihan, No. 108/34.1/03/91. Bogor.
15) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture
Handbook 710. USDAForest Service. Rio Piedras.
16) Wasumanich, P. 1984. Collection and Handling of arborea Linn.
Stone in Thailand, Embryo Vol. 1, No. 1 1984, Asean - Canada Forest
Tree Seed Centre.
17) Zanzibar, M. dan Ira Rina W. Putri. 1999. Uji Cepat Viabilitas Benih
Linn. Berdasarkan Kontras Radiografi. Buletin Teknologi
Perbenihan (6): 10. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
Gmelina arborea
Gmelina
Gmelina arborea L.
Gmelina
Gmelina
Gmelina
arborea
20
6. JABON ( Miq.) Anthocephalus cadamba
Oleh :
Nurhasybi dan Adang Muharam
Nama perdagangan : Jabon, Hanja, Kelampayan
Nama botanis : (Roxb) Miq.
Sinonim : (Lamk) Rich.
Famili : Rubiaceae
Umumnya musim buah masak terjadi pada bulan
Maret April.
Anthocephalus cadamba
Anthocephalus chinensis
Sebaran tumbuh : Sebagian besar Jawa Barat dan Jawa Timur,
seluruh Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi,
Nusa Tenggara Barat dan Irian Jaya 2). Tumbuh
pada ketinggian 0 1000 m dpl dengan curah
hujan kurang dari 1920 mm/tahun. Tumbuh pada
tanah ringan, berdrainase baik. Toleran terhadap
tanah asam dan berdrainase jelek tetapi bukan
pada tanah tererosi 4).
Musimbuah :
calyx
42
berkisar antara 1900-2268 benih per kg .
Ekstraksi benih : Termasuk ekstraksi basah dimana buah hasil
pengumpulan langsung diekstraksi dengan cara
memotong sayap tanpa dilakukan pengeringan.
Ekstraksi dilaksanakan di tempat teduh. Seleksi benih
dilakukan dengan cara memilih langsung benih yang
kelihatan sehat, tidak ada tanda serangan ulat seta
berukuran relatif sama.
Penyimpanan benih : Benih S. termasuk kelompok rekalsitran,
dimana kadar air benih segar > 40 % mempunyai daya
kecambah 100 %. Benih yang akan disimpan
dimasukkan ke dalam wadah simpan berupa kantong
blacu tertutup yang diberi media sebuk arang sedikit
lembab dan diletakan pada ruangan ber-ACdengan suhu
18-21 C. Kondisi ini dapat mempertahankan viabilitas
benih hingga 4 minggu dengan daya berkecambah rata-
rata 45 %dan kadar air 29-35 .
Perkecambahan : Media tabur berupa campuran pasir dan tanah (1 : 1)
dimasukkan ke dalam bak kecambah ukuran 40 x 30
cm yang dapat menampung 100 benih. Benih
dibenamkan dalam media sedalam 3/4 bagian tubuh
benih dengan posisi bagian bekas tangkai buah
menghadap ke atas. Bak kecambah sebaiknya
diletakkan di bawah naungan. Kecambah siap sapih
setelah berumur 28 - 30 hari.
Pembibitan : Bibit hasil sapihan dan benih dapat dipindahkan ke
lapangan setelah mencapai tinggi 20 - 25 cm yang
memerlukan waktu 3- 4 bulan. Pengadaan bibit dapat
mempergunakan anakan dari permudaan alamdengan
cara putaran atau cabutan. Waktu yang diperlukan
untuk sistem cabutan sampai bibit siap tanam 4 - 5
minggu setelah pencabutan. Ukuran tinggi anakan
dibawah 20 cm atau berdaun 2 - 5 helai. Penyapihan
dilakukan di persemaian minimal 30 hari di bawah
naungan plastik. Persentase hidup tanaman di
pesemaian dapat mencapai 98% . Pembiakan dengan
cara stek pucuk dapat dilakukan dengan menggunakan
media campuran perlite: gambut:vermiculite (1:1:1) di
bawah kondisi kelembaban > 95 % dan temperatur <
30 c .
Hama benih : Nanophyesshoreae .
2)
O
5)
1)
O 4)
1)
leprosula
%
Alcidodes dipterocarpi,
43
DAFTAR PUSTAKA
1) Alrasyid, H. 1992. Evaluasi hasil-hasil penelitian jenis kayu tropis
khususnya jenis Dipterocarpaceae. Pros. Seminar nasional Status
Silvikultur di Indonesia Saat Ini. Dep. Kehutanan-APHI
Fak. Kehutanan UGM, Yogyakarta.
2) Anonymous, 1991. Vademi kum Di pterocarpaceae. Badan Li tbang
Kehutanan. Dep. Kehutanan. Jakarta.
3) Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid Ill. Badan Litbang
Kehutanan. Jakarta, 1430 p.
4) Subiakto, A; A. Herriansyah dan C. Sakai. 1999. Production of planting stocks
of meranti by cutting technique and their performance in the field trial.
Meeting of the CGIF Working Group on Sustainable Forest Management.
Yogyakarta.
5) Tompsett, P.B. 1987. A review of the literature on storage of Dipterocarps
seeds. Proc. Int. Symp. On Forest Seed Problems in Africa. Harare,
Zimbabwe.
44
13. MERBAU ( spp.) Intsia
Oleh :
Naning Yuniarti
Nama perdagangan : Merbau, Bajan
Nama botanis : spp
Famili : Caesalpiniaceae
Tempat tumbuh dan : Penyebaran jenis ini di Indonesia adalah di Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Timor dan Irian
Barat. Tempat tumbuh di hutan primer lahan
kering, pada tempat yang tidak atau sewaktu-
waktu digenangi air, di atas tanah pasir atau
berbatu-batu, pada lapangan yang rata atau
miring, hidup tersebar pada ketinggian 0 - 50 m
di atas permukaan laut.
Musimbunga dan : Bunga merbau berupa bunga majemuk dalam
buah bentuk malai, tangkai utama 5 - 18 cm, dan
panjang tajuk bunga 1,5 - 2,5 cm. Buah merbau
berbentuk polong, bulat atau berbentuk agak
panjang lebih kurang 8,5 - 23 cm, lebar buah 4 - 8 cm,
satu buah berisi 1 - 8 benih. Benih merbau
berbentuk bulat pipih dan berwarna coklat tua
kemerah-merahan.
Intsia
sebaran
buah
45
46
Bunga mekar pada bulan Nopember sampai Januari
dan buah tua pada bulan Mei sampai Agustus. Benih
siap dipanen setelah masak fisiologis yang ditandai
dengan warna buah coklat tua sampai kehitam-
hitaman, kulit buahnya sudah keras dan benih sudah
berwarna coklat tua kemerahan.
Kisaran potensi produksi buah per pohon adalah
antara 72 - 81 buah dan potensi produksi benih per
pohon adalah antara 358 - 407 butir benih. Nilai ini
diambil berdasarkan hasil pengunduhan pada bulan
Agustus 1997 di kebun percobaan Litbang Carita,
Jawa Barat . Berat 1000 butir benih adalah 2.825
gramdan jumlah benih per kg adalah 354 butir.
Ekstraksi benih : Buah dijemur di bawah sinar matahari selama 1 - 2
hari sampai buah merekah. Cara mengeluarkan benih
dari buah adalah dengan mengupas buah secara
manual.
Perkecambahan benih : Benih merbau mempunyai kulit yang keras,
sehingga untuk mempercepat proses perkecambahan
diperlukan perlakuan pendahuluan sebagai berikut .
Pengikiran tidak boleh merusak embrio benih, atau
menggunakan asam sulfat pekat selama 1 jam.
Setelah dikikir, benih kemudian direndam dalam air
dingin selama 30 menit. Media yang dapat digunakan
untuk perkecambahan adalah campuran tanah dan
pasir dengan perbandingan 1: 1. Media ini disterilkan
terlebih dahulu dengan cara penggorengan selama
2 jam.
Peyimpanan benih : Benih merbau termasuk benih ortodoks. Cara
menyimpan benih yang baik adalah disimpan dengan
menggunakan wadah kantong plastik yang diletakkan
di ruangAC.
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah dan
pasir dengan perbandingan 1 : 1. Untuk merangsang
6)
2);6)
Pencegahan hama : Untuk mencegah perkembangan jamur selama
penyimpanan, sebelumnya benih dicampur, dengan
fungisida dalam bentuk tepung. Misalnya Dithane M-
45 dan Benlate.
dan penyakit
47
pertumbuhan semai sebaiknya diberi super-fosfat
(Dalam bentuk kapur . Ukuran polybag adalah 15 x
20 cm. Bibit siap ditanamsetelah berumur 3 bulan.
1) Mukhtar, A.S, Masano dan Nina Mindawati. 1993. Pembinaan dan
Pelestarian Pohon Merbau ( spp). Di Indonesia. Prosiding Seminar
Sehari Optimalisasi Pemanfaatan Kayu Merbau di Indonesia. Jakarta.
2) Masano. 1993. Beberapa Informasi Sivikultur Merbau ( spp). Sebagai Usaha
dalam Pembinaan dan Pelestarian. Prosiding Seminar Sehari
Optimalisasi Pemanfaatan Kayu Merbau di Indonesia. Jakarta.
3) Sasaki, S dan F.S.P. Ng. 1981. Physiological andles on generation and seedling
ducloment in (Mandau). The Malaysian Forester 44
(1) : 43-59
4) Yuniarti. 1996. Penentuan Cara Perlakuan Pendahuluan Benih Merbau
Laporan Uji Coba No. 192. Balai Teknologi Perbenihan
Bogor.
5) . 1996. Pemilihan Wadah dan Ruang Simpan Pada Penyimpanan
Benih Merbau Laporan Uji Coba No. 193. Balai Teknologi
Perbenihan Bogor.
6) . 1997. Penaksiran Potensi Produksi Buah/Benih Merbau
Per Pohon dan Mutu Benih pada Satu Musim Berbuah. Laporan Uji
Coba No. 252. Balai Teknologi Perbenihan Bogor.
3)
DAFTAR PUSTAKA
Intsia
Intsia
Intsia palembanica
(Intsia
bijuga).
(Intsia bijuga).
(Intsia
bijuga)
14. MIMBA A. Juss) (Azadirachta indica
Oleh :
Agus Astho Pramono
Nama Perdagangan : Mimba
Nama botanis : A. Juss
Sinonim : Braud
Famili : Meliaceae
SebaranTumbuh : Sebaran alaminya di Jawa Timur, Bali dan Nusa
Tenggara Barat. Populasi pohon Mimba yang cukup
besar ditemui di Situbondo dan Madura, Madiun,
Tuban (Jawa Timur), Lombok (Nusa Tenggara
Barat), hanya sedikit ditemui di Subang (Jawa Barat)
4);5). Tumbuh pada ketinggian 0 - 500 m dpl dengan
curah hujan 300 - 1200 mm/tahun. Jenis ini tumbuh
pada tanah lapisan dalam, drainase baik. Toleran
terhadap tanah lapisan dangkal, tidak subur atau
tanah padat dan suhu dingin. Tumbuh pada tanah
dengan pHberkisar 5 - 8,5 7).
Musimbuah : Musimbuah pada bulan Desember - Pebruari.
Pengumpulan Benih : Buah masak dicirikan oleh warna kulit buah hijau
kekuningan sampai kuning. Pengumpulan dilakukan
Azadirachta indica
Melia azadirachta L., Melia indica
48
dengan memetik buah yang telah masak atau
mengumpulkan benih jatuhan di lantai hutan. Buah
rata-rata berukuran 1,5 - 2 cm. Jumlah benih per kg
kurang lebih 1250 biji.
Ekstraksi benih : Ekstraksi buah dapat dilakukan dengan cara digosok-
gosok dengan tangan menggunakan pasir,) Ekstraksi
dapat dilakukan dengan menggunakan alat pengupas
kopi .
Penyimpanan benih : Benih dikeringanginkan selama 2 hari pada suhu
kamar atau tempat teduh . Benih kemudian
disimpan dengan menggunakan kemasan kantong
kain katun dan blacu di ruang simpan AC. Pada
kondisi ini, benih mampu disimpan selama 12 minggu.
Perkecambahan : Benih ditabur dengan cara ditanam sedalam 0,5 cm
pada media tanah, calon akar menghadap ke bawah,
kemudian ditutup dengan satu lapis media. Waktu
yang diperlukan benih untuk berkecambah 5- 7 hari.
Vegetatif : Stek dapat dilakukan dengan stek akar dan stek
pucuk. Sebelum diakarkan bahan stek pucuk
dicelupkan dalam hormon IBA dengan konsentrasi
100 ppm selama 5 menit. Media yang baik adalah
serbuk sabut kelapa, atau dapat menggunakan pasir
sungai yang telah disterilkan. Setelah 2 bulan akan
terbentuk akar dan siap ditanam setelah 4 bulan hari
sejak distek . Cangkok mimba dapat dilakukan
dengan media serbuk sabut kelapa . Penggunaan
hormon IBA (800 ppm) efektif untuk meningkatkan
perakaran cangkok .
Pencegahan hama : Untuk mencegah perkembangan jamur selama
penyimpanan, sebelumnya benih dicampur dengan
fungisida dalam bentuk tepung. Misal: bahan aktifnya
saja, benomil.
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah + pasir +
kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media diberi pupuk
TSP 1 sendok makan. Polybag berukuran 10,2
x 15,2 cm. Dalam masa penyemaian diperlukan
naungan 50 % cahaya. Pembukaan naungan
dilakukan setelah bibit cukup kuat dan segar. Bibit
siap tanamsetelah berumur 6 bulan.
3)
3);5)
3)
1)
2)
dan penyakit
49
DAFTAR PUSTAKA
1) Djam'an, F.D.; Pramono,A.A.; Danu; Kurniawati, Kartiko, H.D.P.; Lanjar. 1999.
Teknik Perbanyakan Secara Vegetatif Beberapa Jenis Pohon untuk
Pembangunan Hutan Rakyat. Laporan Uji Coba No. 293. Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor.
2) Gupta, V.K.; Solanki, K.R.; Kumar, R.V. dan Datta, A. 1998. Propagating
neem by air layering in Forest, Farm, And Community
Tree Research Report. Vol. 3, 1998. Winrock Internal's Forest, Farm,
And Community Tree Network in collaboration with Council of Agriculture,
Taiwan. Taiwan Forest Research Institute.
3) Kijkar, S. 1992. Handbook: Planting stock production of spp at the
ASEAN-Canada Forest Tree Seed Centre ASEAN-Canada Forest
Tree Seed Centre Poject, Muak Lek, Saraburi Thailand.
4) Nurhasybi & Pramono, A.A. 1995. Eksploresi Benih Jenis matoa
Mimba dan Mindi Laporan
Uji Coba No. 168. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor
5) Nurhasybi, Tresna,N.M.B. 1999. Daya simpan benih mimba
pada beberapa tingkat pengeringan
Buletin Teknologi
Perbenihan Vol. 6. No. 1. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor. Indonesia.;
6) Pramono, A.A. Danu, Dharmawati F.D.; Muharam.A.; Suprayogi, Gatot LP.
2000. Teknik Pembangunan kebun Pangkas untuk 3 jenis: Penanaman
Kebun Pangkas (Mimba),
dan (Jabon) di Nagrak dan Parung panjang.
Laporan Uji Coba No. 168. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
7) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Producti on for Tropi cal Ameri ca,
Agriculture Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.
(Azadirachta indica)
Azadirachta
(Pometia
pinnata), (Azadirachta indica) (Melia azedarach).
(Azadirachta
indica) (Sorability of neem
(Azadirachta indica) seeds on some drying level.
Azadirachta indica Azadirachta excelsa
Anthocephalus cadamba
50
15. MINDI Linn.) (Melia azedarach
Oleh :
Danu
Nama Perdagangan : Mindi
Nama botanis : Linn.
Famili : Meliaceae
SebaranTumbuh : Sebaran alaminya di P. Jawa, Bali, Nusa Tenggara
Timur dan Nusa Tenggara Barat 5). Dewasa ini
populasi pohon mindi banyak ditemui di dataran
tinggi di Bogor, Sukabumi, Cianjur dan Bandung
(Jawa Barat), dan di Bondowoso (Jawa Timur).
Tumbuh pada ketinggian 700 - 1400 m dpl dengan
curah hujan di bawah 900 mm/tahun. Tumbuh pada
tanah berdrainase baik, subur berpasir. Tahan
terhadap suhu dingin 9).
Pengumpulan Benih : Musim buah bulan Desember - Januari, walaupun
kadang-kadang ada yang berbuah pada bulan Juni.
Buah masak dicirikan dengan kulit buah berwarna
kuning. Hindari penggunaan buah jatuhan. Buah
mindi merupakan buah batu yang terdiri dari
2 - 3 butir benih. Buah berukuran 1 - 1,5 cm. Jumlah
buah kering 1286 butir/kg atau 56894 butir biji/kg
4); 8).
Melia azedarach
(drupe)
51
Ekstraksi benih : Ekstraksi buah dapat menggunakan
(alat pengupas kopi). Ekstraksi dilakukan sebersih
mungkin, jangan ada sisa kulit dan daging buah yang
menempel. Atau buah digosok-gosok dengan tangan
menggunakan pasir. Usahakan ekstraksi buah
dilakukan segera setelah pemanenan.
Penyimpanan benih : Kadar air benih diturunkan dengan cara diangin-
anginkan di ruang AC (suhu: 18 - 20C) dalam wadah
datar dan terbuka selama 3 hari (kadar air benih
menjadi 15 %). Bila kadar air benih diturunkan lagi
menjadi kurang dari 10 %, benih mindi akan mati.
Dari hasil penelitian di BTP dengan menggunakan
wadah simpan plastik dalam kaleng di dalam ruangan
ber-AC, viabititasnya dapat dipertahankan sampai 6
bulan (terhitung sejak pemanenan). Benih ini memiliki
sifat semirekalsitran, sehingga diduga dengan
penggunaan wadah yang agak porus (kain blacu) akan
memperpanjang periode simpan benih .
Perkecambahan : Untuk meningkatkan persentase daya berkecambah,
benih ini perlu proses pemasakan lanjutan
selama 4 bulan. Benih ini memiliki sifat
dormansi fisik (kulit benih) yang tinggi, sehingga untuk
memecahkan dormansinya, benih direndam dalam
asam encer (konsentrasi 12 N) selama 10
menit, kemudian rendamdalamGA-3 200 ppmselama
12 jam, dikecambahkan pada media campuran pasir
tanah (1 : 1) yang ditempatkan pada lingkungan
bersuhu tinggi (35C selama 8 jam per hari). Dengan
metoda ini daya berkecambah dapat mencapai 70% .
Pemecahan dormansi dapat pula dilakukan cara benih
diretakan kulitnya kemudian dikecambahkan pada
media campuran pasir tanah (1: 1) dalam bak
tertutup plastik. Cara ini dapat menghasilkan daya
berkecambah 89 % dengan kecepatan tumbuh 55 %
selama satu minggu .
Vegetatif : Dapat di l akukan dengan car a di cangkok.
Perbanyakan secara stek masih sulit dilakukan .
Pencegahan hama : Untuk mencegah perkembangan jamur selama
penyimpanan, benih dicampur dengan fungisida
dalambentuk tepung. Misal : Dithane M-45, Benlate.
food processor
after
ripening
sulfat
(
)
1)
3)
7)
2)
dan penyakit
52
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah + pasir
+ kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media diberi
pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag 15 x
20 cm. Bibit siap tanamsetelah berumur 4 bulan.
1) Danu dan Kurniawati. 1996. Pengaruh Kadar Air Awal Benih Terhadap Daya
Simpan Benih Mindi L. Balai Teknologi Perbenihan
Bogor.
2) Dharmawati dan Danu. 1997. Teknik Pembiakan Vegetatif jenis Mindi
L.). Laporan Uji Coba Balai Teknologi Perbenihan No:218/
34.1/02/97. Bogor.
3) Iriana, N. 1996. Studi Perkecambahan benih Mindi L.) dalam
Hubungannya dengan Sifat Dormansi. Skripsi Jurusan Budidaya
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.
4) Kijkar, S. 1992. Planting Stock Production of spp at The
ASEAN - Canada Forest Tree Seed Centre. ASEAN - Canada Forest
Tree Seed Centre. Muakiek, Saraburi. Thailand.
5) Martawijaya, A., Kartasujana, Kadir, K. dan Prawira S. A. 1981. Atlas Kayu
Indonesia Jilid I - II. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan
Bogor.
6) Nurhasybi dan Danu. 1997. Mengenal Budidaya Mindi
Tekno Benih (2) :1Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
7) Pramono, A.A. dan Danu. 1998. Teknik Pematahan Dormansi Benih Mindi
Linn.). Buletin Teknologi Perbenihan (5):3 Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor.
8) Pukittayacamee,P. S. Saelim, J. Bhodthipuks. 1994. Seed Weight of
Forest Tree Species in Thailand. ASEAN Forest Tree Seed Centre Project.
Saraburi. Thailand.
9) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture
Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.
DAFTAR PUSTAKA
(
(
(
( L.)
(
Me ia
Melia
Melia
Me ia
Melia
l azedarach ).
azedarach
azedarach
Azadirachta .
l azedarach
azedarach
53
16. PULAI R Br) (Alstonia scholaris (L)
Oleh :
Muhammad Zanzibar
Nama Perdagangan : Pulai
Nama botanis : (L) R Br.
Famili : Apocynaceae
SebaranTumbuh : Hutan rawa sekunder, sampai ketinggian 1000 mdi
atas permukaan laut 5). Daerah penyebaran meliputi
seluruh Indonesia 2).
MusimBuah : Musimbuah berbeda menurut tempat. Di Teluk Pulai
dan Musi Rawas - Sumatera Selatan, buah masak
pada bulan Oktober - Januari 6), sedangkan di Jawa
Barat pada bulan Juli hingga September.
Pengumpulan : Buah berbentuk polong dengan panjang 30 50 cm
4). Sebelum pengunduhan, lantai hutan sekeliling
pohon yang akan diunduh dibersihkan terlebih dahulu
atau dilapisi dengan plastik agar buah-buah tersebut
mudah dikumpulkan. Pengunduhan dilakukan pada
polong-polong yang berwarna hijau tua hingga
kekuningan, dengan cara memetik langsung dari
pohon.
Alstonia scholaris
buah
54
Ekstraksi benih : Ekstraksi benih dilakukan pada metoda basah.
Polong - polong diletakkan di dalam peti kayu yang
di atasnya ditutupi kawat kasa, diangin-anginkan pada
suhu kamar (t = 27 C, RH = 70 - 90 %, selama 3 -
7 hari). Setiap hari polong-polong diaduk agar
mendapatkan panas secara merata; polong akan
pecah sendiri dan benih akan keluar. Benih pulai
bersayap tipis, dengan jumlah 544.400 butir benih
bersayap/kg, atau setara dengan 701.600 butir benih
tanpa sayap/kg. Pemisahan antara sayap dan benih
dapat menggunakan .
Penyimpanan benih : Benih pulai berwatak semi ortodok, yaitu benih
memiliki potensial kandungan lipid yang tinggi, kulit
benih yang relatif tipis sehingga cepat hilang
viabilitasnya bila disimpan pada suhu kamar,
sedangkan pada temperatur rendah relatif lebih
tahan . Kadar air aman untuk penyimpanan berkisar
antara 7,5 - 9.0 %, diperoleh dengan cara diangin
anginkan selama 2 - 3 hari pada ruang kamar (t =
25C, RH 70 - 90%) kemudian benih dikemas dalam
kantong plastik kedap (ukuran 4 - mil atau lebih, 1
mil = 1/1000 inch), kemudian disimpan dalam ruang
dingin (DCS dan refrigator/almari es). Selama 6 bulan
masih memiliki daya berkecambah 82,00 % .
Perkecambahan dan : Metode uj i perkecambahan di l aboratori um
menggunakan Uji Di atas Kertas (UDK), pada media
kertas merang atau towel. Di rumah kaca,
menggunakan pasir halus atau campurannya dengan
tanah (1 : 1) .
Dalam proses perkecambahannya dibutuhkan
temperatur yang relatif tinggi (rata-rata 35C). Oleh
karena itu pengujian dapat dilaksanakan di rumah
kaca atau germinator yang dilengkapi dengan pengatur
temperatur.
Penyemaian dilakukan setelah kecambah berumur
14 - 21 hari. Semai harus bebas dari matahari terik
dan terpaan hujan dengan menggunakan shadding
net berukuran 50 - 75 %.
O
7)
1)
-
7)
6)
food processor
Persemaian
55
Pembiakan vegetatif : Tanaman pulai mudah dibiakkan secara vegetatif, yaitu
melalui stek batang. Tanpa pemberian hormon
tumbuhpun stek dapat menumbuhkan tunas dan akar
secara cepat dan normal .
Media yang baik untuk pertumbuhan stek adalah sabut
kelapa namun dapat pula menggunakan media tanah
yang memiliki daya serap air yang tinggi . Tempat
pertumbuhan dapat menggunakan sungkup plastik
atau misting chamber, bahkan pada musim penghujan
stek dapat ditanamlangsung di lapangan
Pertumbuhan pulai diawali dengan tumbuhnya
percabangan atau tunas secara dominan dan serentak,
tetapi setelah umur tertentu akan muncul tunas baru
yang dominan sebagai bakal batang utama. Tunas
yang tumbuh sebelumnya akan menua, dan kemudian
menggugurkan diri
1) Bonner, F.T, J.A. Vozzo, W.W. Elam, S.B. Land, Jr. 1994. Tree Seed
Technology Training Course. Instructors. Manual. United States Departmen
of Agriculture. Forest Service. Southern Forest experiment Station,
NewOrleans, Louisiana.
2) Martawijaya, A., Iding K, Kosasih K dan Soewanda A.P. 1981. Atlas Kayu
Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Direktorat
Jenderal Kehutanan.
3) Pebrijanti, D.E, Syafii Manan dan M. Zanzibar. 1999. Pengaruh Dosis Rootone
F, Jenis Media dan Posisi Bahan Stek Terhadap Pertumbuhan Stek
Batang Pulai Gading R.Br). Skripsi. Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor.
4) Tantra, IGM. 1981. Flora Pohon Indonesia Balai Penelitian Hutan Bogor.
5) Whitemore, T. C. 1972. Tree Flora of Malaya A Manual For Forester. Forest
Research Institute-Longman Malaysia. Kepong.
6) Zanzibar. M. 1996. Penentuan Tingkat Masak Fisiologis, Media dan Metode
Uji Perkecambahan Benih Pulai Balai Teknologi Perbenihan
- Badan Litbang Kehutanan. Laporan Uji Coba. Bogor.
8)
3)
.
.
8)
8)
DAFTAR PUSTAKA
(
).
Alstonia shoolaris
Alstonia ( sp
56
7) _________. 1997. Penentuan Pengkondisian benih Pulai sp Untuk
Penyimpanan. Balai Teknologi Perbenihan. Badan Litbang Kehutanan.
Laporan Uji Coba. Bogor.
8) _________, dan Danu. 1999. Pengadaan Bibit Pulai Melalui Stek. Majalah
Duta Rimba, Edisi Juli 1999. PerumPerhutani. Jakarta.
(Alstonia )
57
17. Ramin (Miq.) Kurz.) (Gonystylus bancanus
Oleh :
Hero Dien Pancang Kartiko
Nama Perdagangan :
Nama botanis : (Miq.) Kurz .
Famili : Thymelaeaceae
SebaranTumbuh : Jenis tanaman ini pada awalnya banyak terdapat pada
daerah rawa gambut di Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Riau, dan Sumatera Selatan sampai keting-
gian 100 m diatas permukaan laut. Selain itu, terdapat
pula di Sarawak, Brunei Darussalam, Sabah, Pilipina,
dan Myanmar 1);2);4). Akan tetapi pada saat ini
keadaan populasinya semakin menurun dan meng-
arah kepada kelangkaan, sebagai akibat dari tingginya
laju penebangan dan rendahnya kegiatan penanaman
3);4).
MusimBuah : April Mei (Kalimantan Tengah). Buah berbentuk
bulat-oval, dengan ukuran sekitar 4 x 3,5 cm, memiliki
tiga rongga berisi benih. Pada saat masak, kelopak
buah pecah, dan dari kejauhan buah nampak ber-
warna kemerah-merahan, yang merupakan warna
kulit buah bagian dalam1).
Ramin
Gonystylus bancanus
58
Pengumpulan : Untuk memperoleh tanaman yang baik, benih agar
dikumpulkandari tanamanindukyangberpenampilanbaik
pula, misalnya ditinjau dari pertumbuhan tinggi, diameter,
kelurusan batang, dan kesehatan .
Untukmemudahkanpengumpulan, sesaat menjelangbuah
masak, lantai hutandi sekitar pohonindukagar dibersihkan
dari semak-semak. Pengumpulan benih dilakukan dengan
mengambil benih masak yang telah jatuh di lantai hutan.
Benihyangtelahterkumpul ditempatkandalamwadahyang
memiliki pori-pori udara, seperti kantong terigu atau
kantong kain lainnya.
Ekstraksi benih : Pembersihan benih dilakukan dengan mencuci dan
membersihkan sisa-sisa daging buah yang terdapat pada
kulit benih.
Penyimpanan : Benihraminmerupakanbenih-basah-cepat-rusakatausering
disebut pulasebagai benihrekalsitran, sehinggatidaktahan
terhadap pengeringan dan cepat menurun daya
berkecambahnya bila disimpan dalamkeadaan kering. Bila
disimpan dalamkeadaan lembab, benih terdorong untuk
berkecambah selama dalamruang simpan . Oleh karena
itu, setelah proses pembersihan selesai, benih sesegera
mungkin disemaikan.
Bila penanaman secara langsung tidak memungkinkan,
benih agar disimpan sementara dalam kantong plastik
berisi serbuk gergaji lembab pada ruang AC (18 -
20C). Dengan cara ini, kehidupan benih masih dapat
di pert ahankan dengan bai k, dengan daya
berkecambah 80 - 90 %, selama 1 - 2 pekan .
Perkecambahan : Untukkeperluanpenaburan, digunakanmediapasir atau
pasir kuarsa yang ditempatkan dalamkotak berdinding
tembok atau kotak plastik. Kotak tersebut ditutup plastik
transparan pada bagian atasnya. Perkecambahan benih
dimulai antara hari ke 2 dan ke 5, dan berakhir antara
hari ke 20 dan ke 30 .
Penyapihan dilakukan setelah 1 - 1,5 bulan setelah
penaburan, denganmemindahkankecambahsecarahati-
hati ke media sapih yang ditempatkan dalam polibag.
Media sapih yang digunakan adalah gambut yang telah
diayak. Setelahdisapih, bibit ditempatkandibawahnaungan
yangdapat menyaring90%sinar matahari. Bibit dipelihara
di persemaian selama 6 8 bulan, kemudian siap
ditanamdi lapangan.
8);5)
s)
8)
1)
benih
dan Persemaian
benih
59
Pembiakanvegetatif : Wal aupun per ki r aan musi m ber buah t el ah
disampaikan pada sub bab "musim berbuah" di
atas, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa, di
hutan alam, jenis ramin dikenal memiliki musim
berbuah yang tidak menentu. Akibatnya, pengadaan
bibit asal biji sering sukar untuk dilaksanakan. Oleh
karena itu, diperlukan upaya pengadaan bibit secara
pembiakan vegetatif dengan cara stek pucuk.
Pembuatan bibit dengan stek dapat dilakukan dengan
mengambil stek pucuk sepanjang 15 cm diambil dari
tanaman atau kebun pangkas yang berumur muda
(maksimal berumur 8 - 9 tahun). Selanjutnya, jumlah
dan luas daunnya dikurangi dan diberi zat tumbuh
(0.067 % 1-naftalenasetamida, 0,013 % 2-metil-
1naftalenasetamida, 0,057 % indole-3-butirat) dan
fungisida (4 % tiram) pada bagian dasarnya. Setelah
itu, stek ditanam pada media pasir halus dalam ruang
pembentukan akar yang terbuat dari tembok dan
bertutup plastik transparan pada bagian atasnya, serta
diberi naungan yang dapat menyaring sekitar 95 %
sinar matahari langsung. Penyiraman dilakukan
dengan pancaran air yang halus sebanyak 3 - 4 kali
sehari. Dengan cara demikian, dapat diperoleh stek
berakar sebesar 45 - 50 %setelah 9 bulan .
Hama dan Penyakit : Gangguan hama dan penyakit yang perlu diwaspadai
adalah tikus yang memakan benih (pada proses
perkecambahan) dan gejala bercak daun pada bibit
(selama penyapihan). Untuk mencegah terjadinya hal
di atas, yang perlu dilakukan pertama-tama adalah
dengan membersihkan gulma, serasah, tumpukan
kayu, atau sampah lain dari lingkungan persemaian.
Selain itu, dalam masa perkecambahan, benih agar
ditempatkan pada ruang yang terlindung, seperti
ruang bertembok batu atau kotak plastik yang
bertutup plastik transparan. Untuk mencegah serangan
bercak daun, bibit agar diberi naungan yang cukup
(85 - 90 %), dan hindari penggunaan bahan naungan
yang mudah membusuk pada musimpenghujan.
7)
60
DAFTAR PUSTAKA
1) Alrasjid, H. dan I. Soerianegara. 1976. Pedoman sementara penanaman kayu
ramin Kurz). Laporan No. 231. Lembaga Penelitian
Hutan, Bogor.
2) Argent, tanpa tahun. Manual of the larger and more important non
dipterocarp trees of Central Kalimantan Indonesia. Volume 2. Forest
Research Institute, Samarinda.
3) Barly. 1998. Peningkatan mutu kayu bahan mebel dan barang kerajinan.
221 (XXIV) November 1998:39 - 48.
4) DITSI. 1983. Petunjuk teknis penanaman ramin. Direktorat Reboasasi dan
Rehabilitasi, Jakarta.
5) Kartiko, H.D.P. 1999. Peran sumber benih terhadap keberhasilan tanaman.
234 (XXIV) Desember 1999:9 -10.
6) Kartiko, H.D.P. 1998. Teknik penyimpanan benih-cepat-rusak dari tanaman
langka: ramin Kurtz).
5(1):1-8.
7) Kartiko, H.D.P. . 2000. Membuat bibit ramin melalui stek. Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor. (dalamproses penerbitan).
8) Roulund, H. dan K. Olesen. 1992. Mass propagation of improved material.
Lecture Note D-7. Danida Forest Seed Centre, Humlebaek, Denmark.
(Gonystylus bancanus
G.
(Gonystylus bancanus Buletin Teknologi Perbenihan
et al
Duta
Rimba
et al
.
.
Duta Rimba
et al
61
18. RASAMALA ( ) Altingia excelsa
Oleh :
Agus Astho Pramono
Nama Perdagangan : Rasamala
Nama botanis :
Famili : Hamamelidaceae
SebaranTumbuh : Sebaran alami terutama di hutan-hutan gunung
Priangan dan pegunungan Bukit Barisan Sumatera,
pada ketinggian 600 - 1000 m dpl. Sumber benih
terdapat di Sukabumi danCianjur (JawaBarat). Hutan
rasamala dapat dijumpai di Bedugul, Bali 3).
Musimbuah : Musimbuah pada bulanAgustus-Oktober 1).
Pengumpulan Benih : Buah Rasamala termasuk buah kotak, yang ber-
bentuk bulat diselubungi sisik hijau. Buah tersebut
berwarna coklat kekuning-kuningan dengan panjang
buah 1,2 - 2,5 cm dan lebar 1,2 - 2,2 cm. Buah yang
masak fisiologis dicirikan oleh warna sisik buah hijau
kecoklatan sampai coklat 4). Apabila buah kelewat
masak (kehitam-hitaman) kemungkinan besar tidak
mengandung biji lagi. Dalam satu buah terdapat
sekitar 35 benih Benih rasamala berukuran kecil yaitu
Altingia excelsa
62
kurang lebih 177.000 butir per kg atau 75000 butir/
liter .
Ekstraksi benih : Benih diekstraksi dengan cara mengeringkan buah
pada suhu 38-42 C selama 20 jam dalam seed drier
atau dijemur dengan sinar matahari selama 2 hari.
Benih dapat diseleksi dengan menggunakan mesin
seed untuk memperoleh ukuran benih
yang seragam.
Perkecambahan : Media tabur berupa pasir campur tanah (1 : 1). Benih
mulai berkecambah pada hari ke 10 . Kecambah
siap sapih setelah berumur 10 - 11 hari, atau setelah
semai kuat.
Pencegahan Hama : Waktu disimpan utuk mencegah perkembangan
jamur, sebelumnya benih dicampur dengan fungisida
dalambentuk tepung.
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah+pasir+
kompos (7: 2: 1) dan setiap 1 m media diberi pupuk
TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag 10,2 x 15,2 cm.
Dalam penyemaian diperlukan naungan 50 %
cahaya. Semnai siap ditanam di lapang setelah
berumur 10 bulan , atau telah mencapai tinggi 50
cm .
1) Adiwijaya, S. 1976. Petunjuk Praktis Pembuatan Persemaian Rasamala
Berita Wanajaya. Majalah Kehutanan Jawa Barat. Tahun ke VI Januari
1976.
2) Muliawati, E.S.; Iriantono, D. 1991. Pemilihan Kadar Air Awal, Ruang Simpan
dan Wadah Simpan untuk Penyimpanan Benih Rasamala
Noronhae). Laporan Uji Coba No. 95. Departemen Kehutanan. Badan
Litbang Kehutanan. Balai Teknologi Perbenihan.
3) Prosea 1994. Pepohonan Sumber Penghasil Kayu Ekonomi Utama. Ed.
Sutarno, H., Rifai, M., Nasution, R.E. Seri Pengembangan PROSEA 5(1)1.
Prosea Indonesia-Yayasan Prosea. p 61.
4) Purwanti, E. (1991). Penentuan Karakteristik Masak Fisiologis Benih
Rasamala Noronhae) Berdasarkan Warna Buah Jurusan
Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
1);3)
O
1);3)
1)
3)
gravity
(Altingia excelsa
table
excelsa
DAFTAR PUSTAKA
(altingia
dan Penyakit
63
19. SENGON ( (L.) Nielsen) Paraserianthes falcataria
Oleh :
Nurhasybi
Nama Perdagangan : Sengon, Jeunjing
Nama botanis : (L.) Nielsen
Sinonim : (L.) Back
Famili : Leguminosae
SebaranTumbuh : Sebaran alaminya di Irian Jaya dan Kepulauan
Maluku. Sumber benih terdapat di Kediri (Jawa
Timur). Tumbuh pada ketinggian 0 -1200 m dpl
dengan curah hujan 2400 - 4800 mm/tahun. Jenis
ini tumbuh pada tanah berlapisan dalam, drainase
baik. Toleran terhadap tanah asam, padat dan
terpaan angin 3).
Paraserianthes falcataria
Albizia falcata
Pengumpulan Benih : Musim buah umumnya pada bulan Juli - Agustus.
Buah/polong masak berwarna coklat. Jumlah benih
per 1 kg adalah 25.000 - 28.000 butir 1).
Ekstraksi Benih : Ekstraksi dengan cara polong dijemur selama 1
hari, kemudian dimasukkan ke dalam karung dan
dipukul-pukul dengan memakai kayu hingga
polongnya hancur. Benih dipisahkan dari kotoran-
64
nya dengan ditampi. Seleksi/sortasi benih dapat
dilakukan dengan menggunakan seed gravity table .
Penyimpanan benih : Disimpan pada kadar air rendah (5 - 8%). Pengeringan
benih dengan cara dijemur selama 1 hari. Dikemas
dalam wadah kedap (plastik dimasukkan dalam
kaleng). Ruang simpan yang digunakan adalah ruang
kamar, ber AC atau DCS. Dengan cara ini viabilitas
dapat dipertahankan selama kurang lebih 12 bulan .
Perkecambahan : Media berupa campuran pasir tanah (1:1). Perlakuan
pendahuluan dengan cara direndam dengan air
mendidih dibiarkan dingin sampai dengan 24 jam. Uji
viabilitas benih secara cepat dapat digunakan TZ
(Konsentrasi tetrazolium klorida 0,5 %, perendaman
2 jam). Ciri benih viabel yaitu titik tumbuh berwarna
merah, dan maksimal 50 % dari cotyledon berwarna
putih .
Vegetatif : Dapat menggunakan cara pencangkokan. Benih yang
baru diekstraksi terinfeksi oleh cendawan terbawa
benih umurnya bersifat fotogenik dalam jangka
panjang. Cendawan tersebut adalah
dan Oleh
karena itu sebelum disimpan terlebih dahulu diberikan
benomil 5 %dari berat benih, diaduk hingga rata .
Pencegahan Hama : Waktu disimpan utuk mencegah perkembangan jamur,
sebelumnya benih dicampur dengan fungisida dalam
bentuk tepung. Misal: Dithane M45, Benlate.
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah +
pasir + kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media
diberi pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag
10,2 x 15,2 cm. Dalam penyemaian diperlukan
naungan 50% cahaya. Bibit siap tanam setelah
berumur 3 bulan.
5)
4)
2)
5)
Cladosporium
sp. Plasma sp, curvularia sp Fusarium sp.
dan Penyakit
65
DAFTAR PUSTAKA
1) BPTH Bandung. 2000. Rekapitulasi Hasil Pengujian Benih. Bandung.
(tidak diterbitkan).
2) Nurhasybi dan Kartiana, E.R. 1990. Uji Cepat Viabilitas Benih Akor
Cunn) dan Jeunjing
Fosberg) dengan Tetrazolium. LUC No. 77. Balai Teknologi Perbenihan.
Bogor.
3) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture
Handbook 710. USDAForest Service. Rio Piedras
4) Wibowo, C. 1990. Penentuan Lama Pengeringan Awal dan Kondisi Simpan
untuk Penyimpanan Benih Jeunjing Fosberg).
LUCNo. 71. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
5) Zanzibar, M., M. Widodo, dan S. Wiyono. 1996. Identifikasi dan Metode
Penanggulangan Infeksi Mikroba pada Benih Sengon
Fosberg). Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
(Acacia auriculiformis A. (Paraserianthes falcataria
falcataria (Paraserianthes
(Paraserianthes
falcataria
66
67
20. SENGON BUTO Griseb.) (Enterolobium cyclocarpum
Oleh :
Dharmawati F.Djam'an
Nama perdagangan : Sengon buto
Nama ilmiah : Griseb.
Famili : Leguminosae
Sebaran tumbuh : Sebaran alami dari daerah tropis Amerika,
terutama di bagian utara, tengah dan selatan
Mexico. Jenis ini tumbuh pada ketinggian 0
1000 m dpI dengan curah hujan 600 4800
mm/tahun. Tumbuh pada tanah berlapisan
dalam, drainase baik. Toleran terhadap tanah
berpasir dan asin tapi bukan pada tanah
berlapisan dangkal. Tahan terhadap suhu dingin
dan terpaan angin 4). Di Indonesia mulai di
tanam pada tahun 1974 di kebun percobaan
Pusat Penelitian Hutan di Sumber Wringin dan
RPH Sumber Wringin, Situbondo Jawa Timur
dan berfungsi sebagai sumber benih.
MusimBuah : Agustus September 3)
Enterolobium cyclocarpum
Pengumpulan benih : Buah sengon buto termasuk buah pol ong,
dengan kulit keras. Bentuk polong melingkar
dengan garis tengah 7 dan 5 cm sehingga
pangkal buah dan ujungnya menempel. Benih
masak ditandai dengan warna buah coklat tua dan
berisi 13 benih. Benih sengon buto berukuran
panjang 1,1 - 2 cm dan garis tengah 0,8- 1,3 cm dan
agak gemuk, berwarna coklat tua dengan garis coklat
muda ditengahnya. Dalam 1 kg terdapat 900 - 1000
benih .
Ekstraksi benih : Benih diekstraksi dengan cara menjemur buah
di bawah sinar matahari (ekstraksi kering). Untuk
memisahkan benih dan bagian lain, dilakukan
penampian .
Penyimpanan benih : Benih sengon buto dapat disimpan dengan mutu benih
yang tetap baik dalam wadah kaleng yang tertutup
rapat selama 2,5 tahun pada suhu .
Perkecambahan : Media tabur berupa campuran tanah dan pasir
(1 : 1). Pada benih sengon buto ini perlu
dilakukan perlakuan pendahuluan dengan cara
mengikir kulit benih dekat titik tumbuh dan direndam
air dingin selama 24 jam, atau dengan cara merendam
benih dalam larutan H SO pekat selama 35 menit
dan dicuci dengan air mengalir. Kecambah siap sapih
setelah berumur 14 hari . Berdasarkan Uji TZ (Tetrazo-
lium) kriteria benih hidup adalah apalagi minimum
kotiledon berwarna merah normal (minimum 30 % dari
luas kotiledon). Plasma dan ujung radikel
berwarna merah dengan merah muda, sedangkan
bagian stele memiliki bagian berwarna putih.
Sedangkan benih mati ditandai dengan warna embrio
(plumula, radikel/stele) didominasi warna putih,
bercak-bercakmerahagakmerahgelap(kebiru-biruan)
tumbuh
3)
3)
5)
3)
2 4
(radicle sip)
vegetatif : Dapat diperbanyak secara vegetatif dengan cara
stek dengan menggunakan media tanah campur
serbuk gergaji (1 : 2), tanpa penambahan zat pengatur
.
2)
68
Pencegahan hama : Serangan rayap pada pohon tua, dan serangan dan
penyakit pada kulit batang tetapi belum terjadi
serangan massal .
Persemaian : Media semai menggunakan tanah + TSP + pupuk
kandang ( 8 : 1,5 gram : 1). Ukuran kantong plastik
yang baik untuk pembuatan bibit adalah 16 x 10 cm .
Bibit siap ditanam di lapangan setelah berumur
3 bular).
1) Alrasjid, H dan R.I Ardikusumah. 1974. Beberapa Catatan Tentang
Griseb. Departemen Pertanian, Direktorat
Jenderal Kehutanan. Lembaga Penelitian Hutan, Bogor.
2) Danu, Dharmawati F.D. dan Dody H.A. 1996. Pengaruh Bahan Stek, Media
dan Zat Pengatur Tumbuh IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Sengon Buto
Griseb. LUC No. 173, Balai Teknologi
Perbenihan, Bogor.
3) Djam'an, D.F. 1996. Pengaruh Tingkat Kematangan Polong dan Skarifikasi
Benih Sengon Buto Griseb.) Terhadap
Perkecambahannya. Bull. Teknologi Perbenihan 3(3), Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor.
4) Nurhasybi. 1995. Mengenal Budidaya Tanaman Sengon Buto
Griseb.). Leaflet Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
5) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture
Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras
6) Zanzibar, M, Secunda S.S, Cahyo W. 1998. Uji cepat viabilitas benih Sengon
buto ( ) berdasarkan uji cepat tetrazolium.
BuletinTeknologi Perbenihan 5 (3). Balai Teknologi Perbenihan Bogor.
5)
5)
3);5)
DAFTAR PUSTAKA
Enterolobium cyclocarpum
Entecolobium cyclocarpum
(Enterolobium cyclocarpum
(Enterolobium
cyclocarpum
Enterolobium cyclocarpum
dan Penyakit
69
70
21. SONOBRITZ (Dalbergia latifolia Kurtz)
Oleh :
Agus Astho Pramono
Nama Perdagangan : Sonobritz
Nama botanis : Kutrz
Famili : Papilionaceae
SebaranTumbuh : Sebaran alami di P. Jawa. Tumbuh di dataran rendah
sampai sekitar 1500 mdpl dengan curah hujan 700
5000 mm/tahun. Toleran terhadap naungan tetapi
sensitif terhadap kekeringan dan api. Suhu maksi-
mum yang dibutuhkan 370 - 570 C, suhu minimum
150 C. Kelembaban relatif 40 - 100 % 9). Hutan
tanaman antara lain terdapat di Wonogiri (Jawa
Tengah) 11).
Musimbuah : Musimbuah pada bulan Mei - Agustus
Pengumpulan Benih : Buah berupa polong. Polong yang sudah masak
berwarna coklat 6). Polong berukuran 4 9 cmX 1,5
- 2 cm, yang berisi 1-4 butir benih 10). Benih
berwarna coklat dengan panjang 6 - 8 mm, lebar 5 - 6
mm. Kadar air benih segar 11 14 %. Jumlah benih
per kg adalah 21.000 butir 2).
Dalbergia latifolia
O
O
8) Khan, A. 1991. Uji cepat Viabilitas Benin dengan Tetrazolium untuk jenis
Sonobritz ( Roxb). Laporan Uji Coba No. 84. Balai
Teknologi Perbenihan. Bogor.
9) Prasard, AG dan Sukandi, T 1994. the high-valued Indian
rosewood. Dalam NFTA Aquick guide to useful nitrogen fixing trees from
around the world. NFTA94-04April 1994.
10) Prosea. 19. Pepohonan Sumber Penghasil Kayu Ekonomi Utama. Seri
Pengembangan PROSEA 5(1)1. Prosea Indonesia - Yayasan Prosea.
p 73-75.
11) Triswanto, A. 1992. Potensi Produksi dan Mutu Benih Sonobritz (
Roxb) di Blok Gunung Kidul, RPH Cubluk, BKPH Wonogiri, KP.H
Surakarta. Laporan Uji Coba No. 117. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
Dalbergia latifolia
Dalbergia latifolia:
Dalbergia
latifolia
73
buah 1 - 2 tahun yang lalu kulit benihnya telah bersih
dari daging buah dan umumnya masih baik
dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman.
Pada umur 20 tahun, pohon Ulin mulai berbuah,
dengan pertumbuhan digambarkan oleh diameter
kurang lebih 20 cm dan tinggi total 15 m . Setiap
pohon perpanen/musim buah rata-rata dapat
memproduksi 100 - 500 buah. Ukuran benih Ulin
bervariasi dengan panjang 5-15 cm dan diameter 3-
5,9 cmdan berat per butir 45 - 360 gram .
Ekstraksi benih : Buah diperam selama 2 - 3 bulan sampai daging buah
membusuk, kemudian dilakukan pembersihan daging
buah dengan tangan .
Penyimpanan benih : Benih Ulin cepat mengalami penurunan viabilitas
(rekalsitrant). Bila kadar air benih dibawah 40 %
kehilangan viabilitas akan cepat berlangsung.
Penyimpanan seharusnya dalam kondisi kulit benih
utuh pada wadah kedap temperatur 17 - 18 C atau
10 - 15 C . Untuk mengurangi penurunan kadar air
yang drastis yang dapat merusak kemampuan
berkecambah, bahan pencampur seperti serbuk
gergaji dan bahan lainnya dapat dicoba.
Perkecambahan : Perl akuan pendahul uan untuk mempercepat
perkecambahan dilakukan dengan cara memasukkan
benih kedalam karung plastik yang tidak kedap dan
diletakkan dalam ruang AC (temperatur 20 - 22 C, RH
60 %) selama 1 - 2 minggu, kemudian kulit benih
di kupas dengan t angan. Beni h sebel um
dikecambahkan dibagi menjadi dua bagian dan ditabur
dengan posisi berbaring pada media pasir yang
ditutup plastik putih. Penyiraman dilakukan sekali
dalam sehari, disaat pagi hari, kemudian ditutup
kembali dengan plastik tersebut. Ukuran benih tidak
berpengaruh terhadap besarnya daya berkecambah.
Daya berkecambah setelah 3 bulan adalah sebesar
72 % .
Pencegahan Hama : Selama penyimpanan benih Ulin diupayakan kondisi
penyimpanan yang meliputi ruang simpan dan
wadah simpan yang mencegah terhadap retak dan
1)3)
3)
1)
O
O 2)
4)
dan Penyakit
78
71
Ekstraksi benih : Cara terbaik untuk mengektraksi benih adalah dengan
merontokkan polong yang sudah kering dan diikuti
menggosok polong di atas kawat kasa. Pemilihan benih
dengan akan menghasilkan benih
yang kualitasnya seragam.
Penyimpanan benih : Pengeringan untuk penyimpanan dilakukan dengan
menggunakan suhu 40 C selama 6 jam (KA 9,57 %)
atau dengan penjemuran selama 6 hari (KA7,42 %).
Benih disimpan dalam wadah kaleng. Penyimpanan
dengan menggunakan wadah simpan kedap
ditempatkan di kamar ber-AC. Sampai 4 bulan
viabilitas benihnya dapat dipertahankan dengan rata-
rata DB80 % .
Perkecambahan : Perlakuan pendahuluan dengan perendaman dalam
air dingin selam 24 jam. Media perkecambahan
berupa pasir campur tanah (1 : 1) . Benih mulai
berkecambah setelah 7-21 hari . Uji cepat viabilitas
dengan sinar-X menyatakan benih yang viabel adalah
benih yang memiliki embryo yang memenuhi rongga
benih, tidak mengalami kerusakan mekanik, bebas
dari serangan hama dan penyakit, serta menunjukkan
kepadatan yang seragam. Bahan pengontras yang
digunakan Nat 20 % . Uji cepat juga dapat dilakukan
dengan menggunakan larutan tetrazolium. Benih yang
viabel adalah benih yang bagian radikel dan kotiledon
masing-masing terwarnai merah sekurang-kurangnya
20%
Vegetatif : Sonobritz dapat dibiakkan vegetatif melalui stek
batang dan stek akar. Pengakaran dilakukan pada
media pasir. Bak pengakaran dinaungi dengan jaring
plastik ukuran 14 mesh . Bahan stek batang berasal
dari terubusan, sedangkan bahan stek akar harus
diambil dari pohon yang berumur di bawah 5 tahun.
Tunas akar dipilih yang berukuran diameter 1 - 2,5
cm, dipotong sepanjang 20 cm . Dalam waktu
dua bulan semai stek sudah dapat tumbuh seragam.
Di India pembiakan sudah dapat dilakukan dengan
teknik kultur jaringan, dengan menggunakan media
Murashige dan Skoog (MS) yang diberi tambahan zat
pengatur tumbuh NAAdan BAP .
seed gravity table
O
3)
7)
9
4)
8
s)
9);10)
10)
)
)
Pencegahan Hama : Waktu disimpan untuk mencegah perkembangan
jamur, benih dicampur terlebih dahulu dengan
fungisida dalambentuk tepung.
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah + pasir +
kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media diberi
pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag 10,2 x
15,2 cm. Dalam penyemaian diperlukan naungan 50%
cahaya. Semai dapat ditanam di lapang pada umur
6 - 12bulan .
1) Dirjen RRL. 1987. Daya simpan benih Sonobritz Roxb)
dengan Berbagai Tingkat Vigor Awal dan Kondisi Penyimpanan. Laporan
Uji Coba No. 14. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
2) Direktorat Reboisasi dan Rehabititasi (DITSI). 1980. Pedoman Pembuatan
Tanaman. Jakarta: DITSI, Ditjen Kehutanan. Pp 75-84. 3) Erizal dan
Kartiko, H.D.P. 1991. Penentuan Kondisi Ruang Simpan Benih Sonobritz
Roxb). Laporan Uji Coba No. 88. Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor.
4) Hardedi, D. 1988. Uji cepat Viabilitas Benih Sonobritz
Roxb) dengan Menggunakan Sinar X. Jurusan Biologi. Fakultas MIPA.
Universitas Pakuan. Bogor. Tidak diterbitkan.
5) Iriantono, D. 1991. Pemilihan Bahan Stek Batang dan Zat Pengatur Tumbuh
Terubusan Sonokeling Sonobritz Roxb). Laporan Uji
Coba No. 103. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
6) Kartiko, H.D.P. dan Sagala, J. 1987. Pengaruh Tingkat Kemasakan dan
Pengeringan polong terhadap Mutu Benih Sonobritz
Roxb). Laporan Uji Coba No. 19. Balai Teknologi Perbenihan.
Bogor.
7) Khan, A. 1991. Pemilihan Metoda dan Media Perkecambahan Benih Sonobritz
Roxb) di Lapangan. Laporan Uji Coba No. 81.
Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
2);9)
DAFTAR PUSTAKA
(Dalbergia latifolia
(Dalbergia latifolia
(Dalbergia latifolia
(Dalbergia latifolia
(Dalbergia latifolia
(Dalbergia latifolia
dan Penyakit
72
8) Khan, A. 1991. Uji cepat Viabilitas Benin dengan Tetrazolium untuk jenis
Sonobritz ( Roxb). Laporan Uji Coba No. 84. Balai
Teknologi Perbenihan. Bogor.
9) Prasard, AG dan Sukandi, T. 1994. : the high-valued Indian
rosewood. Dalam NFTA Aquick guide to useful nitrogen fixing trees from
around the world. NFTA94-04April 1994.
10) Prosea. 19. Pepohonan Sumber Penghasil Kayu Ekonomi Utama. Seri
Pengembangan PROSEA 5(1)1. Prosea Indonesia - Yayasan Prosea.
p 73-75.
11) Triswanto, A. 1992. Potensi Produksi dan Mutu Benih Sonobritz (
Roxb) di Blok Gunung Kidul, RPH Cubluk, BKPH Wonogiri, KP.H
Surakarta. Laporan Uji Coba No. 117. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
Dalbergia latifolia
Dalbergia latifolia
Dalbergia
latifolia
73
22. TUSAM (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese)
Oleh :
Danu
Nama Perdagangan : Tusam
Nama botanis : Jungh. et de Vriese
Famili : Pinaceae
SebaranTumbuh : Sebaran alami di Aceh, Sumatera Utara dan
Jambi. Hutan tanaman tersebar di P. Jawa,
Sumatera dan Sulawesi. Sumber benih berada di
Sumedang dan Banjaran (Jawa Barat), Baturaden
dan Paninggaran (Jawa Tengah) dan Sempolan (Jawa
Timur) 5). Tumbuh pada ketinggian 800
1600 m dpl dengan curah hujan 2400 3600
mm/tahun. Tumbuh pada tanah berdrainase
baik. Toleran terhadap tanah pasir dan asam8).
Pengumpulan Benih : Masak fisiologis benih ditandai dengan kulit
kerucut yang berwarna hijau tua, dengan sisik
berwarna coklat 3). Untuk mengetahui warna
sisik yang tepat, ujung kerucut diiris. Pengirisan
dilakukan pada saat pemanenan. Ukuran buah
diameter 2,0 - 2,8 cm panjang 5 - 9 cm, Jumlah
benih per kerucut sekitar 23 butir. Berat per 1000
Pinus merkusii
74
butir benih (Kadar air 9,7 %) adalah 20,3 gram. Jumlah
benih sebanyak 47694 butir/kg .
Ekstraksi benih : Ekstraksi benih dapat dilakukan dengan cara dijemur
di bawah sinar matahari selama 7 hari (kadar air benih
5 %). Seleksi atau sortasi dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan mesin
Penyimpanan benih : Pengemasan benih (kadar air: 5 - 8%) menggunakan
wadah plastik dalam kaleng (kedap) dengan ruang
simpan DCS (suhu: 4 - 80 C, RH = 40 - 60 %),
viabilitasnya dapat dipertahankan sampai periode
simpan 2 tahun . Bila menggunakan ruang AC (suhu :
18 - 20C) atau ruang suhu kamar (suhu: 27 C),
viabilitasnya hanya dapat dipertahankan masing-
masing sampai 4,5 bulan dan 2,5 bulan .
Perkecambahan : Media yang digunakan campuran pasir tanah 1:1.
Perlakuan pendahuluan dengan cara direndam dalam
(H 0 1 %) selama 24 jam, dengan
cara ini daya berkecambah sampai 85 % , dapat juga
menggunakan perlakuan osmotik larutan
pada tekanan -bar selama 10 hari . Uji viabilitas
secara cepat dapat menggunakan uji TZ
0,5 %, selama 1 jam). Benih yang viabel
dicirikan semua bagian benih berwarna merah atau
merah muda. Sedangkan dengan uji sinar-x (tegangan
(KVp): 14 kilovolt, kuat arus (mA): 5,5 A, lama
penyinaran (eT): 12 detik, jarak fokus ke obyek (FFD):
25 cm, penempatan film (OFD) langsung di atas film
sinar-x, bahan pengontras 10 % lama
perendaman 30 menit), benih viabel apabila memiliki
struktur yang lengkap dan kulit
benih), benih tidak menyerap bahan pengontras dan
kerusakan fisik maksimal 25 %dari rongga benih
Pencegahan Hama : Waktu disimpan untuk mencegah perkembangan
jamur, sebelumnya benih dicampur dengan fungisida
dalambentuk tepung. Misal: benomil 2,5 % .
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah +
pasir + kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media
7)
O
2)
1)
9)
6)
4)
10)
seed gravity table.
hidrogen peroksida
PEG 600
clorida
BaCl
(endosperm, embryo
O
2 2
2
(Tetrazolium
dan Penyakit
75
diberi pupuk TSP 1 sendok makan. Media tanah yang
di gunakan sebai knya mengandung mi kori za
yang sesuai. Ukuran polybag 10,2 x 15,2 cm.
Dalampenyemaian diperlukan naungan 50 %cahaya.
1) Danu. 1994. Pengaruh Wadah Simpan Terhadap Viabilitas Benih Tusam
Jungh. et de Vriese). Laporan Uji Coba Balai Teknologi
Perbenihan No: 151/34.1/02/95. Bogor.
2) Ditjen RRL. 1988. Petunjuk Teknik : Penanganan dan Pengujian Mutu Benih
Jakarta.
3) Erizal. 1988. Tingkat Kemasakan dan Pengeringan Kerucut
et de Vriese Dengan Alat Pengering (Seed Drier). Laporan Uji
Coba No. 37. BTP, Bogor.
4) Nurhasybi dan D. Rinawan. 1995. Kriteria Uji Cepat Viabilitas Benih Tusam
Jungh. et de Vriese) denga Sinar-X. Laporan Uji Coba
Balai Teknologi Perbenihan No:1 69/34.1/03/95. Bogor.
5) Nurhasybi, Iriantono, D., Marom, O., dan Mulyanto, Y. 1997. Peta
Pewilayahan Sumber Benih di Jawa. Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor.
6) Pukittayacamee, P. S. Saelim, J. Bhodthipuks. 1994. Seed Weight of Forest
Tree Species in Thailand. ASEAN Forest Tree Seed Centre Project.
Saraburi. Thailand.
7) Setyawan, H. 1993. Perlakuan Osmotik Sebagai Cara Untuk Meningkatkan
Sifat Perkecambahan dan Vigor Benih et de Vriese.
Skripsi Jurusan Manajemen Hutan. Institut Pertanian Bogor.
8) Wadsworth, F.H. 1997. Forest Production for Tropical America. Agriculture
Handbook 710. USDAForest Service. RioPiedras.
9) Yuniarti, N. 1996. Pengaruh Perlakuan Pendahuluan dengan Perendaman Air
Dingin, 6A3 dan H O terhadap Viabilitas Benih Tusam
Jungh et de Vriese). Buletin Teknologi Perbenihan. Vol. 3 (2) : 64- 67.
Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
10) Zanzibar, M dan D.J. Sudrajat 2000. Pengaruh Kadar Air Awal Terhadap
Perkecambahan dan Cara Pengendalian Penyakit Pada Benih Tusam
Buletin Teknologi Perbenihan Vol. 7 No. 1 Balai
Teknologi Perbenihan. Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
(Pinus
Pinus
Jungh
(Pinus
Pinus
(Pinus
merkusii
merkusii
merkusii
merkusii
Pinus merkusii
merkusii
(P. merkusii).
Pinus .
merkusii
Jungh.
2 2
76
77
23. U LI N ( T. et B.) Eusideroxylon zwageri
Oleh :
Nurhasybi
Nama perdagangan : Ulin, Bulian
Nama botanis : et B.
Famili : Lauraceae
Sebaran tumbuh : Sebaran alami di seluruh Kalimantan, Sumatera
Selatan dan Jambi. Sumber benih terdapat di
KalimantanTimur, Kalimantan Barat dan Jambi.
Musimbuah : Pohon Ulin berbuah setiap tahun 1). Musim
kemarau yang panjang dapat mengakibatkan
kegagalan perkembangan buah muda menjadi
tua, dimana buah muda jatuh sebelum tua.
Umumnya musim buah masak terjadi pada bulan
Oktober Januari 3).
Pengumpulan buah : Buah dikumpulkan di bawah tegakan. Benih
masak dicirikan oleh kulitnya yang berwarna
coklat. Buah yang jatuh mengalami proses
pengelupasan kulit benihnya sangat lama (kurang
lebih setahun). Benih yang berasal dari musim
Eusideroxylon zwageri T.
buah 1 - 2 tahun yang lalu kulit benihnya telah bersih
dari daging buah dan umumnya masih baik
dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman.
Pada umur 20 tahun, pohon Ulin mulai berbuah,
dengan pertumbuhan digambarkan oleh diameter
kurang lebih 20 cm dan tinggi total 15 m . Setiap
pohon perpanen/musim buah rata-rata dapat
memproduksi 100 - 500 buah. Ukuran benih Ulin
bervariasi dengan panjang 5-15 cm dan diameter 3-
5,9 cmdan berat per butir 45 - 360 gram .
Ekstraksi benih : Buah diperam selama 2 - 3 bulan sampai daging buah
membusuk, kemudian dilakukan pembersihan daging
buah dengan tangan .
Penyimpanan benih : Benih Ulin cepat mengalami penurunan viabilitas
(rekalsitrant). Bila kadar air benih dibawah 40 %
kehilangan viabilitas akan cepat berlangsung.
Penyimpanan seharusnya dalam kondisi kulit benih
utuh pada wadah kedap temperatur 17 - 18 atau
10 - 15 C Untuk mengurangi penurunan kadar air
yang drastis yang dapat merusak kemampuan
berkecambah, bahan pencampur seperti serbuk
gergaji dan bahanlainnya dapat dicoba.
Perkecambahan : Perl akuan pendahul uan untuk mempercepat
perkecambahan dilakukan dengan cara memasukkan
benih kedalam karung plastik yang tidak kedap dan
diletakkan dalam ruang AC (temperatur 20 - 22 C, RH
60 %) selama 1 - 2 minggu, kemudian kulit benih
di kupas dengan t angan. Beni h sebel um
dikecambahkan dibagi menjadi dua bagian dan ditabur
dengan posisi berbaring pada media pasir yang
ditutup plastik putih. Penyiraman dilakukan sekali
dalam sehari, disaat pagi hari, kemudian ditutup
kembali dengan plastik tersebut. Ukuran benih tidak
berpengaruh terhadap besarnya daya berkecambah.
Daya berkecambah setelah 3 bulan adalah sebesar
72 % .
Pencegahan Hama : Selama penyimpanan benih Ulin diupayakan kondisi
penyimpanan yang meliputi ruang simpan dan
wadah simpan yang mencegah terhadap retak dan
1):3)
3)
1)
O 2).
4)
O
C
dan Penyakit
78
mudah terkelupasnya kulit benih. Terlepasnya kulit
benih selain cepat menurunkan viabilitas benih, juga
akan memudahkan serangan jamur terhadap isi benih
yang memiliki kadar air tinggi. Pemberian fungisida
disarankan dengan dosis rendah yang tidak akan
berpengaruh terhadap viabilitas benih.
Persemaian : Media semai menggunakan campuran tanah + pasir +
kompos (7 : 2 : 1) dan setiap 1 m media diberi
pupuk TSP 1 sendok makan. Ukuran polybag 15
x 25 cm. Dalam pemindahan kecambah ke polybag,
kotiledon yang masih menempel pada akar tidak boleh
lepas, karena pertumbuhan bibit masih memerlukan
cadangan makanan yang berasal dari kotiledon.
Dalam persemaian diperlukan shaddingnet dengan
naungan 90 %. Bibit siap tanam setelah berumur 1
tahun.
1) Direktorat Reboasasi dan Rehabilitasi. 1983. PetunjukTeknis Penanaman Ulin
Jakarta.
2) Kartiko, H.D.P, Danu, Muharam, A. dan Sanusi, H.M. 1998. Teknik
Penyimpanan Benih Ulin Pola Perubahan Kadar
Air Benih dan Pengenalan Sumber Benih. Laporan Uji Coba No. 269.
Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
3) Nurhasybi dan Danu. 1998. Gambaran Potensi Sumber Benih Ulin
B.). Makalah Penunjang disampaikan pada
Ekspose Hasil Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan
Kehutanan tanggal 9 Maret 1998. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor.
4) Nurhasybi. 1997. Penanganan Benih Ulin : Perlakuan Pendahuluan dan
Pengaruh Ukuran Benih terhadap Perkecambahan Benih Ulin
Laporan Uji Coba No. 262. Balai Teknologi
Perbenihan. Bogor.
3
DAFTAR PUSTAKA
(Eusideroxylon zwageri).
(Eusideroxylon zwageri) :
(Eusideroxylon
(Eusideroxylon zwageri).
zwageri T. et
79
III. GLOSARI
Benih : Biji tumbuhan yang digunakan manusia untuk tujuan
penanaman dan budidaya.
Bibit : Tanaman muda hasil perkembangan dari benih, stek,
cangkok atau kultur jaringan yang ditujukan untuk
pertanaman.
Cotyledon : Bagian dari benih yang merupakan jaringan penyeimbang
cadangan makanan. Ada 2 keping pada tanaman dikotil
dan 1 keping pada tanaman monokotil.
DCS : Mesin penyimpan yang memiliki
kondisi ruang dingin dan kering.
Dormansi : Proses beristirahatnya suatu tanaman, bagian tanaman,
atau jaringan walaupun berada dalam kondisi
pertumbuhan yang optimum untuk menunjukkan
pertumbuhan sewajarnya.
Endomikoriza : Jaringan yang terbentuk karena asosiasi yang saling
menguntungkan antara cendawan dan akar tanaman
hutan, yang membantu penyerapan unsur hara.
Eksotik (Tanaman : Jenis tanaman asing, atau tanaman yang ditanam/
dikembangkan di daerah/negara yang bukan di daerah
sebaran alaminya.
Fungisida : Senyawa yang memiliki kemampuan membunuh/
menghambat pertumbuhan jamur.
Fisik (Sifat/mutu : Sifat/mutu yang menunjukkan penampilan fisik yaitu:
kemurnian, kadar air, warna, dan keseragaman.
Fisiologi (Sifat/ : Sifat/mutu yang menunjukkan kondisi viabilitas, vigor,
daya simpan dan kesehatan benih.
Funikel : Jaringan berbentuk tali spiral berwarna kuning menempel
pada pangkal benih, merupakan jaringan penghubung
antara benih dengan polong/buah.
Gulma : Tumbuhan selain tanaman pokok yang bersifat
mengganggu.
Kecambah normal : Kecambah yang tumbuh normal sesuai ketentuan baku
dalam pengujian viabilitas benih, untuk menstimulasi
pertumbuhan normal tanaman di lapangan.
Dry Cold Storage.
fisik benih)
81
eksotik)
mutu fisiologik benih)
Kemurnian benih : Tingkat kebersihan benih dari materi-materi non benih/
sarasah. Biasanya dinyatakan dalam%.
Kecambah : Benih yang baru tumbuh menjadi tanaman baru.
Kerucut (Buah : Buah majemuk yang berbentuk kerucut/conus. Misalnya
buah Pinus.
Masak fisiologis : Stadia buah disaat benih memiliki vigor maksimum dan
kadar air minimum.
Ortodok : Watak atau sifat dapat disimpan lama (tidak cepat
menurun viabilitasnya) pada kondisi air benih yang rendah
(4 - 8%) dalampenyimpanan.
Potrays : Jenis kantung semai terbuat dari plastik tebal yang dapat
dipergunakan ulang.
Polibag : Jenis kantung semai yang terbuat dari plastik tipis.
Biasanya digunakan untuk sekali pakai.
Rekalsitran : Watak/sifat benih cepat menurun viabilitasnya dan
memerl ukan kadar ai r ti nggi (20-50%) dal am
penyimpanan atau sama dengan kadar air benih segar.
RH : Kelembaban Nisbi.
Refrigerator : Kulkas atau Mesin penyimpanan yang memiliki ruang
bersuhu dingin, yang memiliki suhu antara 7 - 15 C.
Sapih : Kegiatan pemindahan kecambah/bibit dari bak penaburan
ke kantung semai.
Shading net : Penaung yang terbuat dari plastik berbentuk jalan,
dengan berbagai macamintensitas penaungan.
Seleksi dan sortasi : Pemilihan, pemilahan dan pembersihan benih yang
berkualitas baik dari benih buruk, cacat, mati, atau
kotoran.
Sterilisasi : Kegiatan pembebasan/pembersihan media atau
peralatan dari organisme yang tidak diinginkan, seperti
bakteri, virus, jamur atau benih tumbuhan pengganggu.
Tabur (Penaburan) : Kegiatan menanam atau menebarkan benih agar
berkecambah.
Tumbler : Mesin/alat perontok benih, yang berbentuk tabung
berdinding kawat kasa, digerakkan dengan cara diputar.
Relative Humidity.
O
kerucut)
Penyapihan
82
TZ : Tetrazolium. Garam 2, 3, 5 triphenyl chlorida atau
bromida yang digunakan untuk membedakan benih yang
hidup dengan yang mati berdasarkan warna benih yang
terbentuk setelah benih direndam. Uji TZ digunakan untuk
mengetahui viabilitas benih secara cepat.
Viabilitas benih : Daya hidup benih.
83