Anda di halaman 1dari 12

I.

PENDAHULUAN


Usaha ternak yang pada mulanya hanya berkisar pada kegiatan atau usaha rakyat
kian berkembang seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Akibat dari
perkembangan zaman membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya gizi
dari bahan hewani yang menyebabkan permintaan akan daging semakin
meningkat. Hal ini tidak terlepas dari ayam yang merupakan sumber daging untuk
kebutuhan masyarakat.
Broiler atau dikenal juga dengan ayam niaga pedaging merupakan jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam.
Pemenuhan akan daging ayam tidak terlepas dari peternakan ayam bibit.
Peternakan ayam bibit ini nantinya akan menghasilkan anak ayam atau Day Old
Chick (DOC) komersial. DOC ini akan dipelihara oleh peternak untuk dibesarkan
menjadi ayam pedaging komersial.
Usaha pembibitan adalah usaha peternakan yang menghasilkan ternak untuk
dipelihara lagi dan bukan untuk dikonsumsi. Pembibitan (breeding) dalam usaha
peternakan ayam petelur komersial sangat penting dan sangat perlu mendapat
perhatian yang khusus. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan mendapatkan
kualitas DOC final stock yang bagus serta menghindari
terjadinya inbreeding dalam suatu peternakan. Jika pemeliharaan ayam parent
stock kurang baik berdampak buruk pada keturunan yang dihasilkan. Seperti
contoh, apabila induk terserang penyakit menular maka penyakit tersebut bisa
ditularkan secara vertikal pada keturunannya.

Pengendalian atau pencegahan penyakit adalah suatu tindakan untuk melindungi
individu terhadap serangan penyakit atau menurunkan keganasannya.
Pengendalian atau pencegahan penyakit pada pemeliharaan ayam pembibit petelur
sangat penting sehingga dapat mengatasi atau mencegah terjadinya penularan
penyakit ataupun timbulnya penyakit. Pemeliharaan kesehatan unggas merupakan
bagian integral dari usaha peningkatan produksi ternak. Produktivitas dan
reproduktivitas ternak hanya dapat dicapai secara optimal apabila ternak dalam
keadaan sehat. Oleh sebab itu pemeliharaan kesehatan ternak merupakan salah
satu syarat tercapainya target produksi yang optimal.















II. PEMBAHASAN


Sanitasi dan Lokasi Hatchery dan Farm
Sebelum memasuki lokasi breeding farm yg terdiri dari unit hatchery dan unit
farm harus dilakukan penyemprotan atau shower dengan larutan desinfektan
terhadap orang, barang, maupun kendaraan yg masuk didekat pos security. Lokasi
hatchery dan farm harus dipilih tempat yg sejuk dan tenang. Prinsip sanitasi di
unit hatchery adalah 3S yaitu sebelum, sedang, dan sesudah proses pekerjaan
harus higienis atau tersanitasi dengan baik. Mandi shower dengan desinfektan dan
penyemprotan pakaian dilakukan sebelum ke unit hatchery. Sedangkan barang-
barang didesinfeksi di kotak luar, gentong berisi desinfektan juga disiapkan untuk
semua pakaian bekas di gedung hatchery. Kemudian untuk memasuki gedung
mencelupkan kaki di bak dipping yg disediakan.

Gedung Hatchery
Gedung hatchery merupakan tempat terkhir proses produksi di breeding farm,
gedung ini terdiri dari ruang terminal, cooling room, setter room, hatcher room,
wash room, ruang pull chick, ruang administrasi, dan ruang distribusi.
Penempatan ruangan ini menggunakan one way sistem. Sehingga arah angin
diatur agar bertiup dari bagian yg bersih ke bagian yg kotor.

1. Ruang terminal
berfungsi sebagai tempat penerimaan telur dari farm serta seleksi telur.
Dalam ruangan ini terdapat lemari fumigasi telur tetas dan exhaust fan.
Seleksi telur tetas perlu dilakukan berdasarkan bobot, sekitar 46-60 gram.
Telur yang tidak retak, tidak pecah, bersih, kulit telur halus, tidak bertotol.
Bobot telur yg terlalu kecil kurang dari 46 gram akan menghasilkan bobot
doc yang kecil pula yakni kurang dari 37 gram dan yg terlalu besar akan
memiliki double yolk. Telur yang sudah diseleksi diletakkan di tray setter
yg berkapasitas 54 butir dan disusun pada kereta setter yang berkapasitas
32 deret. Kontrol egg tray dan box telur dilakukan dengan buku kontrol,
egg tray yang dikirim ke farm dicelupkan ke desinfektan.

2. Cooling Room
Pintu masuk cooling room mempunyai gorden plastik. Dekat pintu dalam
cooling room disediakan bak cuci tangan yang berisi desinfektan. Cooling
room berfungsi sebagai ruang penyimpanan mesin tetas selama 24 jam
sampai menunggu terpenuhinya jumlah telur yang diinginkan dan jadwal
setting yang direncanakan. Suhu ruang cooling room berkisar antara 18,3
o

C. Ruangan ini dilengkapi dengan termometer untuk mengukur suhu
ruangan, hidrometer untuk mengukur kelembaban, ac untuk meratakan
hawa dingin dengan cerobong plastiknya dan humidifier untuk
mngembalikan kelembaban bila kelembaban berkurang. Selama telur tetas
disini, embrio elur akan dorman. Untuk menghambat perkembangan
mikroorganisme dan menghilangkan media untuk tumbuh mikroorganisme
maka dilakukan fumigasi di ruangan fumigasi menggunakan 70 gram
KmnO4 dan 140 cc formalin.

3. Ruang Setter
Ruang setter dapat ditempati oleh beberapa mesin setter, dengan kapasitas
masing2 setter 93ribu telur. Udara harus bersih dengan menyediakan 2
buah saluran udara segar atau ducting evaporating dan ducting plastic, dan
exhaust fan untuk mengeluarkan udara kotor. Tekanan dalam ruangan
setter harus positif, artinya udara bersih dan segar yang masuk lebih besar
dari udara yang keluar. Fumigasi mesin setter dengan menggunakan pk
250 gram dan formalin 500 cc slama 15-20 menit. Pemebersihan setter
dimulai dari pengeluaran semua rak, egg baggy,dan troiler mesin atau
kereta setter lalu menggosok semua dinding dengan dsinfektan. Setelah
kering dikembalikan ke dalam setter dan difumigasi di dalam setter. Telur
dan troiler mesin sebelum digunakan harus didesinfektan. Setiap ruangan,
setter, hatcher, dan koridor, ruang pull chick harus selalu tersedia keran
air, stop kontak listrik, saluran air untuk drainase, alarm juga diperlukan
untuk memberi peringatan kalau ada sesuatu yang berbahaya.

4. Ruang Hatcher
Ruang hatcher ditempati oleh beberapa mesin hatcher dengan kaastas
masing-masing 90ribu telur tetas. Ruang ini dilengkapi dengan duct inlet
dan exhaust fan. Tekanan di ruangan ini harus negatif artinya udara kotor
yang keluar harus lebih besar dari udara yang masuk. Mesin hatcher dan
baki setelah pelaksanaan panen dicuci dengan air bertekanan tinggi.
Kemudian disemprot dengan larutan air dan formalin 20 cc per liter,
kemudian difumigasi dengan pk 250 gram dan formalin 500cc selama 15-
20 menit. Keutuhan udara segar pada ruang panen tergantung pada jumlah
doc yang dipanen per panen dan jumlah karyawan yang bekerja pada
ruang panen

5. Ruang Pull Chick
Ruang pull chick mempunyai ruang evaporating cooler, yang
menghembuskan udara bersih dan segar dan ducting evaporative yang
menyedot kotoran bulu dan udara kotor ditakap oleh air agar tidak
menyebar. Pada dinding ruang pull chick dipasang cooling pad.

6. Ruang Administrasi
Ruang administrasi dilengkapi dengan komputer yang diisi program-
program dan status kerja mesin yang ada.

7. Ruang Maintenance
Ruang maintenance merupakan ruang perawatan dan menggerakkan
mesin-mesin yang ada dalam hatchery.

Sebelum dimasukkan ke mesin setter, telur dari cooling room yang bersuhu
rendah, harus dilakukan pre warming untuk mencegah kondensasi dan penurunan
suhu yang terlalu rendah pada mesin setter. Lama telur dalam ruangan pre
warming tergantung pada lama koleksi telur tersebut atau disimpan di cooling
room yaitu sekitar 6-18 jam. Penempatan telur pada mesin setter disesuaikan
dengan perencanaan, kode kandang, kode setting, dan tanggala setting.

Telur disusun merata, waktu yang diperlukan untuk inkubasi di setter 19 hari
dengan suhu 99,5-99,8
o
F dan kelembaban 85%. Bila ada telur yang pecah di
setter, dicari dan disanitasi. Telur yang pecah dimasukkan ke dalam ember khusus
yang sudah berisi desinfektan.

Turning merupakan pemutaran telur di mesin setter yang sangat diperlukan agar
panas yang diterima telur merata dan mencegah melekatnya embrio pada salah
satu sisi telur yang akan menurunkan daya tetas. Pemutaran dilakukan otomatis
dengan memutar 45 derajat ke kiri dan ke kanan membentuk sudut 90 derajat tiap
jam nya. Turning dilakukan otomatis oleh tombolyang tersedia dalam mesin
setter.

Transfer telur dilakukan setelah 19 hari dari mesin setter ke hatcher. Di hatcher
telur tetas selama 2 hari untuk penetasan selanjutnya. Suhu di hatcher yaitu 99,5-
99,8
o
F dan kelembaban 85-90%. Sebelum telur tetas dimasukkan ke hatcher,
dilakukan candling untuk memisahkan telur yng fertil dan infertil. Candling
menggunakan meja kaca yang di bawahnya diberi lampu. Saat telur diseleksi, tiap
telur yang fertil diletakkan pada baki hatcher dan yang infertil diletakkan pada
tray yang khusus. Saat telur sudah mulai menetas dilakukan pemberian formalin
800cc/mesin agar uap formalin yang menyebar ke seluruh ruangan hatcher
sehingga doc berwarna lebih menarik.

Kegiatan pull chick pada hari ke 21, pengeluaran doc dari hatcher pada saat
kondisi 5% bulu leher masih basah. Bila terlalu lama di hatcher, doc akan
mengalami dehidrasi, kerdil dan abnormal. Tray yang sudah diisi doc yang sudah
menetas, dibawa ke ruang panen untuk dipindahkan ke box. Sisa penetasan berupa
kerabang telur, telur yang tidak menetas dan bulu doc dibuang ke disposal atau
tempat pembuangan limbah. Setelah semua selesai, ruang pull chick dan alat-alat
seperti egg buggy, kereta hatcher dan lain-lain dibersihkan.

Doc umur sehari yang menetas diseleksi di ruang packing, seleksi berdasarkan
kelincahan, bobot tubuh dan mata jernih. Doc dengan kualitas jelek seperti kepala
kecil, satu mata, paruh pendek, extra leg, tidak punya sayap, dan kerdil dikaling
dan tidak layak jual. Doc yang layak jual dipacking dalam dua kemasan, kemasan
pertam merupakan baki plastik berisi 85 ekor yang dipasarkan pada peteernak
komersil. Sedangkan packing carton box yang berisi 100 ekor + 2 ekor untuk
resiko transportasi. Box kardus berbentuk trapesium, di bagian dalam terdapat
sekat pemisah yang membagi menjadi 4 ruangan. Tiap ruangan diisi oleh 25 ekor
doc.

Apabila permintaan doc di sexing, maka dilakukan sexing dengan melihat
pertumbuhan bulu pada sayap. Doc jantan bulu penutup sama panjang dengan
bulu primeris. Sedangkan doc betina, bulu penutup lebih pendek dari bulu
primeris. Cara menghitung doc dengan memegang 5 ekor.

Packing dengan staples pada box sebanyak 6 buah. Dan packing di box plastik
dengan diberi segel atau ikat tali plastik. Pemberian label pada box untuk meberi
keterangan doc. Label bertulisakan tentang tanggal doc menetas, jumlah doc tiap
kemasan, jaminan bobotsesuai grade, keterangan vaksinasi yang telah dilakukan,
nama perusahaan dan galur. Dari ruangan packing, doc dibawa menggunakan
skylift ke ruang distribusi. Mobil chick van sebelum mengangkut doc harus sudah
dicuci bersih, fumigasi dengan triple dosis, dan chick van harus memakai sekat
ventilasi, atau dengan besi pembatas.

Perkembangan embrio ayam:
1. Periode pertama: pertumbuhan organ dalam
Hari 1: pembesaran embrio
Hari 2: jantung mulai berdenyut, pembuluhdarah mulai tampak, cairan
amnion mulai tumbuh
Hari 3: paruh kaki sayap mulai terbentuk
Hari 4: calon lidah mulai terbentuk
Hari 5: organ reproduksi mulai terbentuk

2. Periode 2: Pertumbuhan Jaringan Luar
Hari 6: paruh mulai tumbuh
Hari 8: bulu mulai tumbuh
Hri 10: paruh mulai mengeras
Hari 13: kaki mulai tumbuh dan ukuran alantois mencapai maksimum
Hari 14: anggota tubuh embrio ayam telah lengkap

3. Periode 3: Pertumbuhan Membesar Embrio
Hari 15: kaki dan cakar mulai mengeras
Hari 15-19 hari: usus mulai ada dan leher mulai mengarah ke depan
Hari 16: alantois lengkap menghilang
Hari 17: paruh menghadap ke ruang udara, cairan amnion mulai
menghilang dan habis pada hari ke 19
Hari 19: kuning telur masuk ke dalam perut embrio, dan ruang udara
dipecah oleh embrio dengan paruhnya
Hari 20: kuning telur masuk semua ke dalam perut, embrio mulai
memenuh telur
Hari 21: anak ayam menetas












III. KESIMPULAN

1. Lokasi hatchery dan farm harus dipilih tempat yg sejuk dan tenang.
2. Prinsip sanitasi di unit hatchery adalah 3S yaitu sebelum, sedang, dan
sesudah proses pekerjaan harus higienis atau tersanitasi dengan baik.
3. Gedung hatchery terdiri dari ruang terminal, cooling room, setter room,
hatcher room, wash room, ruang pull chick, ruang administrasi, dan ruang
distribusi.
4. Turning merupakan pemutaran telur di mesin setter yang sangat
diperlukan agar panas yang diterima telur merata dan mencegah
melekatnya embrio pada salah satu sisi telur yang akan menurunkan daya
tetas.
5. Transfer telur dilakukan setelah 19 hari dari mesin setter ke hatcher. Di
hatcher telur tetas selama 2 hari untuk penetasan selanjutnya.
6. Sebelum telur tetas dimasukkan ke hatcher, dilakukan candling untuk
memisahkan telur yng fertil dan infertil.
7. Pemberian label pada box untuk memberi keterangan tentang tanggal doc
menetas, jumlah doc tiap kemasan, jaminan bobotsesuai grade, keterangan
vaksinasi yang telah dilakukan, nama perusahaan dan galur.
8. Perkembangan embrio ayam yaitu periode pertama: pertumbuhan organ
dalam, periode kedua: pertumbuhan jaringan luar, periode ketiga:
pertumbuhan membesar embrio.

Anda mungkin juga menyukai