ISSN 0853-8670 Pola Suksesi Mikroflora Alami pada Fermentasi Nira Siwalan dan Pemanfaatannya dalam Minuman Fermentasi (Succession Pattern of Indegenous Microflora in Nira Siwalan Fermentation and Its Usage in Fermented Drink) Susana Ristiarini, Indah Kuswardani, M. I. L Adikaryo, & M. Wahyuni Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik hidva Mandala Jl. Dinovo 42 Surabava Abstract Nira siwalan is the liquid bv-product of naturallv fermented of Siwalan (Borassus sundaicus) has high sugar content with essential micronutrients that is ideal in condition and composition for microbial growth. Degraded complex compound of nira siwalan vield metabolites that can influence indigenous microflora composition within certain succession model. The succession is depending on the changing of niras composition and fermentation duration. At 48 hours the microflora is dominated bv veast and then reduce up to 1010 at 72 hours. On the contrarv, the growth of bacteria increase up to 3 x 1010 at 72 hours. The utili:ation of nira siwalan in fermented drink added with fresh cow milk with ratio 7.1 (milk.nira siwalan after 72 hours fermentation period) give good preference score of flavor and consistencv. The fermented drink can also inhibit the growth of Staphylococcus aureus. Kev words . Borassus sundaicus, nira siwalan, mikroflora succession, fermented drink. Diterima 17 September 2000; disetujui 12 November 2000 Pendahuluan Nira siwalan yang disadap dari pohon siwalan (Borassus sundaicus) memiliki kadar air 86.1, karbohidat 13.54, protein 0.3, lemak 0.02 serta abu atau mineral 0.04 (Susanto, 1994). Pada umumnya nira siwalan dikonsumsi masyarakat dalam bentuk legen, yaitu nira siwalan yang ditambah dengan gula. Minuman legen dapat disimpan sampai 8 minggu dengan penambahan 0.25 kalium sorbat (Ristiarini & Naryanto, 2000). Jika penambahan bahan pengawet nira siwalan merupakan bahan yang sangat mudah rusak karena ditumbuhi oleh mikroIlora secara alami. InIormasi tentang pola suksesi mikroIlora secara alami dalam nira si walan memungkinkan upaya untuk memanIaatkan jenis mikroIlora tertentu untuk pembuatan produk minuman Iermentasi. Pembuatan minuman Iermentsi sejenis yoghurt dari nira siwalan dilakukan dengan mencampurkan nira siwalan yang telah terIermentasi secara alami dengan susu sapi. Komposisi nira siwalan terIermentasi dengan susu yang digunakan dalam pembuatan minuman Iermentasi akan sangat menentukan terhadap daya hambat pertumbuhan mikroorganisme patogen. Oleh karena itu perlu dicari lama Iermentasi yang menjadi kan nira siwalan kaya akan mikroba yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba patogen. Metode Penelitian Bahan Nira siwalan, diperoleh dari kebun penduduk di kecamatan Benowo-Gresik; susu sapi, diperoleh dari perusahaan susu sapi Pola Suksesi Mikroflora Alami Pada Fermentasi Nira Biota Vol. VI (1), Eebruari 2001 2 Mulia-Surabaya; biakan murni Staphvlococcus aureus, diperoleh dari laboratorium Mikrobiologi Pangan, ETP-UWM Surabaya; Saborouds Dextrose Broth, media cair GYP, Saborouds Dextrose Agar, larutan NaOH, indikator pp1, larutan Arsenomolybdat, larutan pengujian Gram dan Manitol Salt Agar. Metode Nira siwalan diIermentasi secara spontan dalam wadah-wadah erlenmeyer (200ml nira dalam erlenmeyer ukuran 250 ml) pada suhu kamar. Eermentasi dilakukan sampai 72 jam dengan selang waktu pengambilan sampel setiap 12 jam sekali. Pengamatan meliputi analisis kimia (pH, total asam, total gula reduksi) dan analisis mikrobiologis, meliputi: pengujian Gram dan hitungan cawan koloni khamir dan bakteri (Blazevic, 1975). Dari hasil pengamatan tersebut ditentukan lama Iermentasi nira siwalan yang akan digunakan untuk pembuatan minuman Iermentasi dengan bahan dasar susu sapi. Adapun cara pembuatan minuman Iermentasi dilakukan seperti tampak pada Gambar 1. Minuman Iermentasi yang dihasilkan kemudian diuji viskositas dan angka lempeng totalnya. Uji sensoris, yaitu uji kesukaan panelis terhadap kenampakan dan aroma dilakukan dengan metode skoring. Panelis diminta untuk menuliskan tingkat kesukaannya dengan ketentuan nilai: 0.0-2.0 (sangat tidak menyukai), 2.1-4.0 (tidak menyukai), 4.1-6.0 (netral), 6.1-8.0 (menyukai) dan 8.1-10.0 (sangat menyukai). Deteksi penghambatan terhadap mikroba patogen Staphvlococcus aureus dilakukan menurut prosedur Alcamo (1983), yaitu: kultur mikroba patogen diencerkan dalam media cair pepton 0.1 sampai diperoleh pengenc eran 10 - 6 , kemudian diambil 5 ml kultur dicampur dengan 20 ml media mannitol salt agar yang telah cair, kemudian dirotasi agar bercampur rata. Campuran tersebut dimasukkan dalam cawan petri steril dan dibiarkan membeku. Dibuat tiga bagian dan masing-masing bagian dibuat lubang dengan ukuran diameter 0.5 cm, dua lubang diantaranya diberi 20 2l produk minuman Iermentasi dan satu lubang yang lain dibiarkan kosong yang digunakan sebagai blanko positiI, kemudian diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Blanko negatiI dibuat dengan cara penambahan produk susu Iermentasi pada lubang tetapi tanpa penambahan mikroba patogen pada media mannitol salt agar. Daya penghambatan antimikroba terhadap mikroba patogen ditunjukkan dengan adanya daerah bebas mikroba (tidak ditumbuhi mikroba) di sekeliling lubang. Rancangan percobaan Rancangan percobaan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan pada minuman Iermentasi dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok, terdiri dari dua Iaktor, yaitu lama Iermentasi dan ni sbah antara susu sapi dengan nira siwalan. Lama Iermentasi terdiri dari dua level, yaitu 48 dan 72 jam. Nisbah susu sapi dengan nira siwaan terdiri dari tiga level, yaitu 5:1, 7:1, 9:1 (v/v). Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dengan anava dan dilanjutkan dengan uji Duncan (Kemas, 1991). Hasil dan Pembahasan Pola suksesi mikroflora fermentasi Eermentasi nira siwalan secara spontan selama 72 jam menunjukkan pertumbuhan mikroIlora nira siwalan selama Iermentasi berlangsung. Golongan khamir mendominasi pada awal Iermentasi sampai waktu Iermentasi mencapai 48 jam. Saat Iermentasi 24 jam dan 36 jam tampak sel-sel khamir yang melakukan pembelahan (budding). Setelah 48 jam Iermentasi berlangsung pertumbuhan khamir tidak lagi mendominasi, akan tetapi mulai muncul mikroIlora selain khamir yang kemudian meningkat selama Iermentasi berlangsung selama 60 jam dan 72 jam. Golongan bakteri yang tumbuh pada tahap awal Iermentasi adalah golongan bakteri gram positiI dan jumlahnya mengalami peningkatan selama Iermentasi berlangsung dari 24 jam sampai 36 jam. Setelah Iermentasi berlangsung 48 jam tampak adanya pertumbuhan sel-sel bakteri dengan bentuk sel dan reaksi Gram yang berbeda. Setelah Susana Ristiarini et al. Biota Vol. VI (1), Eebruari 2001 3 Iermentasi berlangsung 72 jam muncul sel -sel bakteri baru yang memiliki bentuk sel lebih kecil dan memiliki reaksi gram negatiI.. Pola pertumbuhan khamir dan bakteri tersebut menunjukkan adanya perubahan struktur spesies yang tumbuh dalam komunitas mikroIlora nira siwalan. Perubahan pertumbuhan disebabkan oleh ada nya perubahan lingkungan Iisik yaitu perubahan komposisi kimiawi nira siwalan selama Iermentasi berlangsung. Perubahan komposisi kimiawi nira siwalan mengakibatkan mikroorganisme yang tidak lagi tercukupi kebutuhan nutrisinya akan mati dan digantikan oleh mikroorganisme lain yang dapat mempergunakan nutrisi yang ada pada nira siwalan. Pada tahap awal proses Iermentasi kandungan gula dalam nira siwalan (~178,12 ppm) tersebut cocok untuk pertumbuhan khamir dan bakteri yang dapat mendegradasi gula, yaitu bakteri golongan laktobasilus heteroIermentatiI (Burrows, 1959). Khamir membentuk etil alkohol sebagai hasil degradasinya. Pembentukan etil alkohol yang semakin banyak akan memacu pertumbuhan bakteri asam asetat yang dapat mempergunakan akohol sebagai sumbe r nutrisinya untuk diubah menjadi asam asetat dan air. Selama proses Iermentasi tampak terjadi penurunan pH nira siwalan yang disebabkan adanya asam-asam organik yang terbentuk selama proses Iermentasi akibat aktivitas enzimatis mikroIlora dalam nira siwal an (Banwart, 1981). Pola penurunan pH nira siwalan selama proses Iermentasi 72 jam dapat dilihat pada Gambar 2. Derajat keasaman pada 72 jam Iermentasi menunjukkan nilai rata-rata 3.28 merupakan milai terendah dari jam-jam sebelumnya. Pengujian total asam dinyatakan sebagai total asam laktat dan total asam asetat. Asam laktat mendominasi kandungan asam organik pada awal Iermentasi yaitu pada Iermentasi 24 jam sampai dengan Iermentasi 48 jam. Sedangkan pada Iermentasi 60 jam sampai dengan Iermentasi 72 j am asam organik yang mendominasi adalah asam asetat. GraIik total asam selama proses Iermentasi 72 jam dapat dilihat pada Gambar 3. Selama proses Iermentasi berlangsung terjadi penurunan kadar gula reduksi. Penurunan kadar gula reduksi ini karena gula - gula reduksi yang ada dalam nira siwalan dipergunakan sebagai substrat oleh mikroorganisme (khamir dan bakteri asam laktat) untuk melakukan aktivitasnya. Gula - gula reduksi yang ada diubah menjadi alkohol oleh khamir dan diubah menjadi alkohol serta asam laktat oleh bakteri asam laktat. GraIik kadar gula reduksi selama Iermentasi berlangsung dapat dilihat pada Gambar 4. Minuman fermentasi dari nira siwalan -susu sapi Semakin besar jumlah susu dalam nisbah susu dengan nira siwalan terIermentasi memberikan nilai viskositas yang semakin meningkat dalam waktu Iermentasi yang sama (Tabel 1). Tingginya nilai viskositas tersebut disebabkan oleh kandungan padatan terlarut serta jumlah protein dalam susu. Protein dalam susu akan menjendal dengan adanya asam yang diproduksi oleh mikroba. Hal ini tampak bahwa pada lama Iermentasi 72 jam memberikan viskositas produk yang lebih besar daripada Iermentasi 48 jam pada perbandingan susu sapi-nira siwalan yang sama. Semakin lama Iermentasi dilakukan total asam dalam nira siwalan semakin besar (Gambar 2 dan 3). Deteksi angka lempeng total (ALT) menunjukkan jumlah mikroba yang mampu tumbuh dalam suatu media pertumbuhan. Angka lempeng total minuman Iermentasi tampak sebagaimana tercantum dalam Tabel 2. Semakin tinggi angka lempeng total terjadi pada Iermentasi selama 72 jam. Hal ini menunjukkan ada peningkatan jumlah bakteri pembentuk asam, mengingat angka asam yang semakin meningkat dan pH yang kian menurun dengan lama waktu Iermentasi nira siwalan. Uji kesukaan terhadap kenampakan oleh panelis menunjukkan nilai kesukaan tertinggi pada perlakuan Iermentasi nira siwalan 72 jam dengan perbandingan susu dengan nira siwalan 9:1 sebesar 7.44. Angka tersebut tidak berbeda nyata dengan perbandingan susu dengan nira siwalan 7:1 pada lama Iermentasi yang sama yaitu 6.66 (Tabel 3). Pola Suksesi Mikroflora Alami Pada Fermentasi Nira Biota Vol. VI (1), Eebruari 2001 4 Panelis memberikan skor tertinggi untuk kesukaan terhadap aroma untuk perlakuan Iermentasi 48 jam, perbandingan nira dengan susu 7:1 yaitu sebesar 6.35 dan tidak berbeda nyata perbandingan susu dengan nira siwalan yang sama pada waktu Iermentasi yang berbeda (Tabel 4). Penggunaan Staphvlococcus aureus sebagai mikroba indikator disebabkan oleh seringnya mikroba tersebut mengkontaminasi bahan pangan dan dapat menimbulkan penyakit (Alder, et al., 1987). Daya hambat terhadap pertumbuhan Staphvlococcus aureus hanya diberikan oleh perlakuan nira siwalan yang telah diIermentasi selama 72 jam dengan perbandingan susu dengan nira siwalan 7:1. Penghambatan tersebut dinyatakan oleh adanya areal bening di sekelil ing lubang yang diberi minuman Iermentasi tersebut (Gambar 5), sebesar 6mm (rerata dari tiga ulangan). Penghambatan tersebut dimungkinkan adanya bakteriosin yang dikeluarkan oleh bakteri asam laktat yang ada dalam nira siwalan yang dihasilkan pada periode stationer. Bakteriosin bekerja dalam dua tahap yang melibatkan adsorpsi bakteriosin pada permukaan sel mikroba yang menyebabkan kematian sel (Daeschel, 1989). Target utama dari bakteriosin adalah membran sitoplasma. Pada sitoplasma terjadi reaksi -reaksi yang mengubah permeabilitas membran sehingga mengakibatkan terganggunya transpor membran, produksi energi dan biosintesis protein atau asam nukleat (Jenie, 1996). Selain bakteriosin juga dimungkinkan adanya antimikroba, seperti hidrogen peroksida, diasetil dan produk-produk sekunder lainnya yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat (Salminen, 1993). Bakteri asam laktat mulai dijumpai pada Iermentasi jam ke 24, selanjutnya akan memasuki Iase-Iase pertumbuhan bakteri, hingga pada jam ke 72, bakteri asam laktat tersebut telah memasuki Iase stationer. Pada Iase stationer bakteri cenderung mengeluarkan metabolit sekunder, termasuk juga bakteriosin untuk pertahanan diri akibat sudah menipisnya nutrien yang ada. Lewus et al (1991) menunjukkan pula adanya penghambatan terhadap Staphvlococcus aureus dari laktobasilus akibat adanya bakteriosin yang dihasilkan oleh laktobasilus tersebut. PemanIaatan nira siwalan dalam substitusi pembuatan minuman Iermentasi berbahan dasar susu sapi menjadi menarik karena mikroba penghasil bakteriosin tersebut sudah ada dalam nira siwalan pada lama Iermentasi tertentu. Hal ini menguntungkan dari segi ekonomis dan pemanIaatan mikroba alam. Kesimpulan Lama waktu Iermentasi nira siwalan secara alami mempengaruhi jumlah dan jenis mikroIlora yang tumbuh pada nira siwalan tersebut serta susunan kimiawi nira siwalan. Total asam mengalami peningkatan selama berlangsungnya proses Iermentasi. Total gula reduksi dan pH mengalami penurunan selama berlangsungnya proses Iermentasi 72 jam. Khamir mendominasi hingga 24 jam Iermentasi, setelah itu didominasi oleh bakteri asam laktat hingga 60 jam Iermentasi dan selanjutnya didominasi oleh bakteri asam asetat. Eermentasi nira siwalan selama 72 jam yang disubstitusikan pada susu 7:1 untuk pembuatan minuman Iermentasi mampu menghambat bakteri Staphvlococcus aureus. Perlakuan Iermentasi alami nira siwalan selama 72 jam yang kemudian dicampurkan dalam susu dengan perbandingan 7:1 juga cukup disukai oleh panelis dari segi kenampakan dan aroma. Daftar Pustaka Alder-Bar, N., N.D. Harris, & R.L. Rill, 1987. PuriIication and properties oI an antimicrobial substance produced by Lactobacillus bulgaricus. J. of Food Scie. (52): 411-415. Alcamo, I.E., 1983. An Introduction to Laboratorv Technique in Bacteriologv. Mac Millan Comp. New York. Banwart, G.J., 1981. Basic Food Microbiologv. Abridged Ed. AVI Pub. Comp., Inc., Westport, Connecticut. Blazevic, D.J., 1975. Biochemical Tests in Diagnostic Microbiologv. A Wiley Biomedical Pub., John Wiley and Sons, USA. Susana Ristiarini et al. Biota Vol. VI (1), Eebruari 2001 5 Burrows, W., 1959. Textbook of Microbiologv, 17 th ed. W.B. Saunders Com., Philadelphia and London. Daeschel, M.A., 1989. Antimicrobial Substances Erom Lactic Acid Bacteria Ior Use as Eood Preservatives. Food Tech. (43): 164-167. Jenie, B.S.L., 1996. Peranan Bakteri Asam Laktat Sebagai Pengawet Hayati Makanan. J. Ilmu dan Teknologi Pangan (1): 60-73. Kemas, A.H. 1991. Rancangan Percobaan. Teori dan Aplikasi . Rajawal Press, Jakarta. Lewus, C.B., A. Kaisser, & T.J. Montville, 1991. Inhibition oI Eood-borne Bacterial Pathogens by Bacteriocins Irom Lactic Acid Bacteria Isolated Irom Meat. Appl. Env. Micr. (57): 1683-1688. Ristiarini, S. & P.S. Naryanto. 2000. Upaya Memperpanjang Masa Simpan ( self life) Minuman Nira Siwalan dengan Penambahan Kalium Sorbat. Prosiding Seminar Nasional Makanan Tradisional. Malang, 26 Pebruari. Salminen, S. & Atte Von Wright, 1993. Lactic Acid Bacteria. Marcell Dekker, Inc. New York. Stamer, J.R. 1979. The Lactic Acid Bacteria: Microbes oI Diversity. Food Tech. (1): 60-65. Susanto, T. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina Ilmu, Surabaya. Pola Suksesi Mikroflora Alami Pada Fermentasi Nira Biota Vol. VI (1), Eebruari 2001 6 Nira siwalan Susu sapi Nira siwalan terIermentasi Susu nira siwalan terIermentasi Gambar 1. Diagram kerja pembuatan susu-nira siwalan terIermentasi Gambar 2. GraIik hubungan pH dengan lama waktu Iermentasi Eermentasi 48 jam dan 72 jam Homogenisasi 2500 psi Sterilisasi 121 o C, 15 menit Pendinginan 40-45 o C Pencampuran susu sapi dengan nira siwalan (5:1); (7:1); (9:1) v/v Inkubasi 43 o C, 5 jam Susana Ristiarini et al. Biota Vol. VI (1), Eebruari 2001 7 Gambar 3. GraIik hubungan total asam dengan waktu Iermentasi Gambar 4. GraIik hubungan kadar gula reduksi rata -rata (ppm) dengan waktu Iermentasi Gambar 5. Deteksi penghambatan terhadap Staphylococcus aureus. Adanya penghambatan ditunjukkan oleh areal bening di sekitar lubang tempat minuman Iermentasi. Pola Suksesi Mikroflora Alami Pada Fermentasi Nira Biota Vol. VI (1), Eebruari 2001 8 Tabel 1. Viskositas minuman Iermentasi Lama Iermentasi nira siwalan (jam) Nisbah antara susu sapi dengan nira siwalan yang telah diIermentasi Viskositas minuman Iermentasi (cps) 5:1 704.83 a 7:1 758.67 c 48 9:1 851.00 d 5:1 737.08 b 7:1 1110.83 e 72 9:1 1234.17 I Notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata (p0.05) Tabel 2. Angka lempeng total minuman Iermentasi Lama Iermentasi nira siwalan (jam) Nisbah antara susu sapi dengan nira siwalan yang telah diIermentasi ALT minuman Iermentasi (cIu) 5:1 8.03x10 9 a 7:1 9.50x10 9 a 48 9:1 9.83x10 9 a 5:1 1.43x10 10 b 7:1 2.51x10 10 d 72 9:1 2.20x10 10 c Notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata (p0.05) Tabel 3. Uji kesukaan terhadap kenampakan minuman Iermentasi Lama Iermentasi nira siwalan (jam) Nisbah antara susu sapi dengan nira siwalan yang telah diIermentasi Nilai kesukaan (skala 1-10) 5:1 3.78 a 7:1 4.51 b 48 9:1 4.50 b 5:1 4.08 a 7:1 6.66 c 72 9:1 7.44 c Notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata (p0.05) Tabel 4. Uji kesukaan terhadap aroma minuman Iermentasi Lama Iermentasi nira siwalan (jam) Nisbah antara susu sapi dengan nira siwalan yang telah diIermentasi Nilai kesukaan (skala 1-10) 5:1 5.51 a 7:1 6.35 c 48 9:1 6.23 b 5:1 5.03 a 7:1 6.34 c 72 9:1 6.12 b Notasi yang berbeda menunjukkan beda nyata (p0.05)