Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geologi Lapangan
Disusun Oleh: Nida Muthia Lamis 1200052
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014
ABSTRAK Daerah penelitian terletak di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Secara geografis, penelitian ini terletak pada daerah Waturanda dengan koordinat UTM (Zona 49), 353000-359000 E, 9158000- 9166000 S. Penelitian dilakukan selama 12 hari, dari tanggal 09 Juni hinggal tanggal 21 Juni 2014 dengan melakukan studi geomorfologi dan dilanjutkan dengan observasi dan pengambilan data di lapangan. Selanjutnya, data tersebut dianalisis untuk mengetahui aspek stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi , dan potensi daerah penelitian. Daerah penelitian dibagi menjadi delapan satuan geomorfologi yaitu satuan perbukitan kompleks, satuan lembah antiklin, satuan lembah homoklin, satuan punggungan homoklin, satuan perbukitan lipatan, satuan dataran alluvial, dan satuan bukit terisolasi, satuan perbukitan sinklin. Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari tujuh satuan batuan dengan urutan dari tua ke muda, yaitu satuan batulempung,satuan batuan beku,satuan breksi, satuanbatupasir-batulempung, satuan kalkarenit dan satuan endapan aluvial. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian berupa lipatan (antiklin Karangsambung dan sinklin Kedungbener) dan sesar (sesar menganan Luk Ulo, sesar naik Krembeng, sesar mengiri Kali Jaya,sesar menganan Kali Soka dan sesar mengiri Kali mendek). Sejarah Geologi dimulai pada Oligosen dengan pengendapan satuan batulempung, kemudian diintrusi oleh satuan batuan beku Gunung Bujil dengan bukti terdapat efek bakar, kemudian pengendapan secara selaras satuan breksi pada kala Miosen Awal. Setelah itu pada Miosen Tengah diendapkan secara selaras satuan batulempung-batupasir, satuan batugamping-batulempung dan satuan kalkarenit. Kemudian terjadi aktivitas tektonik yang menyebabkan pensesaran dan perlipatan dan pada kala resen diendapakan satuan endapan aluvial secara tidak selaras. Potensi daerah berupa pertambangan, seperti penambangan breksi, penanambangan alluvial, pemanfaatan soil, serta daerah geowisata.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuliah Geologi Lapangan GL-3204 merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung. Kuliah lapangan ini dilaksanakan selama 35 hari di Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah untuk mempelajari ilmu geologi lapangan khusunya mengenai pemetaan. Ilmu pemetaan geologi adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh mahasiswa program studi teknik geologi sebagai dasar untuk melakukan jenis pemetaan-pemetaan lainnya. Daerah Karangsambung merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki keanekaragaman bentuk fenomena geologi, berupa kelengkapan jenis batuan, kekayaan bentukan geomorfologi, sejarah geologi, hingga keterdapatan ratusan bukti struktur geologi menjadi alasan yang tepat untuk menjadikan Karangsambung sebagai model pertama untuk mempelajari geologi lapangan . Selain itu, Karangsambung merupakan daerah yang sangat menarik ditinjau dari sejarah geologi. Laporan ini ditulis dengan latar belakang untuk mengumpulkan data-data dan menganalisis secara detail hasil pemetaan daerah Karangsambung yang telah dilakukan oleh penulis. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Geologi Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2014 - 27 Juni 2014 oleh Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung.
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memberikan informasi atau gambaran mengenai geomorfologi, stratigrafi, kondisi struktur geologi , sejarah geologi, potensi di dareah pemetaan penulis khususnya yaitu Daerah Waturanda.
1.3 Lokasi Daerah Penelitian
Daerah penelitian terletak di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Secara geografis, daerah penelitian terletak khususnya Daerah Waturanda, dengan koordinat UTM 353000-359000 E, 9158000-9166000 S. Lokasi penelitian berada berada 18 kilometer di bagian Utara Kota Kebumen. Luas wilayah pemetaan seluas 6x8 kilometer dengan batas daerah bagian Utara merupakan Desa Watutumpang, Desa Banjarsari, Desa Watulawang, dan desa Kalikemang dan hulu sungai Kali Desa, Kali Mendek, Kali Sana, Kali Jirek, Kali Pelikon,dan Kali Wuluh. Bagian Selatan dibatasi oleh Gunung Jampes, Desa Larangan, Desa Krakal, Desa Delisen, Desa Cantel, Desa Widoropayung Timur dan Hulu Kali Gupit. Bagian Barat dibatasi oleh Gunung Jampes, Desa Gua, Desa Erasiwaru, Kali Kedungbener, Gunung Dliwang, dan Kalikemong. Bagian Timur dibatasi oleh Desa Pasanggrahan, Desa Karanggude, Kali Waju, Kali Terus, Desa Sembada, Kalipenggung, Desa Gayam, Desa Rawajambe, Desa Seprih, Kaliwadas, Desa Sambeng, dan Kali Prekuh. 1.4 Geografi Daerah Penelitian
Keadaan geografi dari Karangsambung ini mencakup:
1.4.1 Gambaran Umum Situasi Setempat Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari Lajur Pegunungan Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran rendah hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang mencapai ketinggian hingga 520 m. Musim hujan di daerah ini berlangsung dari Oktober hingga Maret, dan musim kemarau dari April
hingga September. Masa transisi diantara kedua musim itu adalah pada Maret- April dan September-Oktober. Pada saat kuliah lapangan dilaksanakan, cuaca di daerah penelitian masih tidak menentu pada saat hari-hari terakhir pemetaan, cuaca hujan. Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak berkurang, karena di beberapa tempat telah terjadi pembukaan hutan untuk berladang atau dijadikan hutan produksi . 1.4.1 Penduduk Sebagian besar penduduk di daerah Karangsambung beragama islam. Pada umumnya penduduk bekerja sebagai petani seperti mengolah sawah, berkebun, berladang, menyadap getah pinus. Mereka biasa menyelingi pekerjaan bertani dengan menambang kerikil dan pasir di sungai, atau membuat batu bata. Sebagian kecil bekerja sebagai pedagang, pegawai pemerintahan atau merantau ke luar daerah. Hasil pertanian selain padi adalah, tembakau, ubi kayu, petai, kelapa, jagung, pisang dan sedikit sayur-mayur. Sebagian penduduk memelihara ternak seperti ayam, kambing atau sapi. Makanan utama penduduk adalah nasi dan sebagian kecil lainnya mengkonsumsi oyek yang terbuat dari ubi kayu. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2008, Penduduk Kecamatan berjumlah 44.122 jiwa. 1.4.2 Musim Musim di daerah penelitian terdiri dari 2 musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim penghujan di daerah ini berlangsung selama Oktober- Maret dan musim kemarau selama April - September. 1.4.3 Flora dan Fauna Flora yang terdapat di daerah ini umumnya terdiri dari tanaman industri (pinus, jati), padi, tanaman palawija (pisang, nanas, pepaya) dan rumput liar. Namun, pada Daerah BuluKuning dan Pagerrori jalan menuju puncaknya ditutupi oleh tanaman rambat yang lebat dan tanaman berduri, hendaknya memakai sarungtangan ketika melewati daerah tersebut.
Fauna yang berbahaya di daerah Karangsambung berupa ular kalajengking,dan tawon. Perlu pencegahan yang baik untuk mengantisipasi serangan hewan-hewan berbahaya seperti memakai pakaian panjang dan sepatu tertutup. 1.4.4 Tingkat Pendidikan Fasilitas pendidikan formal yang ada di daerah Karangsambung dan sekitarnya terbatas hanya sampai pada jenjang setingkat SLTP. Di daerah ini terdapat 7 sekolah setingkat SLTP yang setiap tahunnya meluluskan sekitar 600 siswa. Dari jumlah itu sebagian kecil saja yang melanjutkan ke jenjang SLTA di kota Kebumen. Bagi siswa yang tinggal di desa-desa di Kecamatan Sadang, mereka sedikitnya menempuh perjalanan sejauh 30 km ke Kebumen. Walaupun pendidikan adalah salah satu masalah di daerah Karangsambung, bagi mereka yang berkesempatan melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi, tercatat beberapa oang putra daerah Karangsambung berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana S1.
1.5 Metode Penelitian Penelitian menggunakan beberapa metoda, diantaranya :. Pemetaan geomorfologi, pemetaan ini berguna untuk menduga litologi dan struktur yang ada di daerah penelitian. Pengamatan data litologi. Pemetaan data struktur. Studi literatur, diperlukan untuk mengetahui umur dari satuan batuan yang ada di lokasi penelitian Analisis dan pengolahan data, tahap ini dilakukan setelah semua data lapangan diambil. Hal ini dilakukan untuk menafsirkan sejarah geologi daerah penelitian.
1.6 Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan pada makalah ini akan dibagi menjadi beberapa bagian yang diterangkan sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan, rumusan masalah, lingkup kajian, lokasi daerah penelitian, gambaran situasi setempat, metode penelitian dan sistematika pembahasan. BAB 2 GEOMORFOLOGI Berisi pembahasan mengenai geomorfologi daerah pemetaan penulis, yaitu daerah Waturanda seperti uraian tentang bentang alam, pengaruh struktur dan litologi serta proses erosi, sungai dan pola aliran, dan satuan geomorfologi. BAB 3 STRATIGRAFI Berisi pembahasan mengenai stratigrafi daerah pemetaan penulis, seperti uraian masing masing satuan batuan (dengan mengacu Kolom stratigrafi umum, peta dan penampang geologi), deskripsi satuan batuan, jenis batuan, struktur sedimen, interpretasi lingkungan pengendapan penyebaran batuan, dan hubungan stratigrafi antar satuan. BAB 4 STRUKTUR GEOLOGI Berisi pembahasan mengenai stratigrafi daerah pemetaan penulis,seperti struktur geologi yang berupa arah umum lapisan, penjelasan tentang struktur yang ada, struktur lipatan, perubahan jurus/kemiringan, dan arah sumbu. Struktur Sesar, yang berupa rekahan , bukti di lapangan ,dan hasil pengukuran. BAB 5 SEJARAH GEOLOGI Uraian tentang urutan kejadian keologi berdasarkan data stratigrafi dan struktur (diatas) dan bagan/diagram yang menggambarkan perkembangan geolog
1.7 Ucapan Terimakasih Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada para dosen Program Studi Teknik Geologi ITB yang telah mengajarkan ilmu geologi selama kuliah lapangan di kampus lapangan LIPI Karangsambung. Kamudian terimakasih juga kepada petugas asrama dan petugas penyedia makanan yang telah sigap melayani para mahasiswa. Dan terakhir ucapan terimakasih diucapkan kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya laporan ini.
BAB II GEOMORFOLOGI
Daerah Karangsambung dapat dianalisis melalui foto udara dan peta topografi. Dari hasil analisis foto udara, terdapat rona gelap pada foto udara yang memperlihatkan relief tinggi dan terjal yang merupakan bagian scarp slope, terdapat rona gelap pada foto udara yang memperlihtkan rona terang yang menunjukkan relief rendah, merupakan dip slope dan lembahan. Pada daerah Karangsambung di bagian Selatan terlihat umumnya memiliki tona yang halus, yang mencirikan batuan yang lunak seperti batugamping, kalkarenit, batupasir, tuff, dan batulempung. Sedangkan pada Daerah Karangsambung di bagian Utara terlihatmemiliki tona yang kasar, yang mencirikan batuan yang keras seperti breksi, batu metamorf, dan batuan beku Dari hasil analisis peta topografi, terlihat adanya morfologi berupa punggungan yang berelief tinggi yang ditunjukkan oleh kontur-kontur yang rapat yang berarah barat-timur, yang membatasi suatu lembahan yang memiliki arah serupa punggungan tersebut dipisahkan oleh sungai luk ulo berarah utara-selatan. Dari pola aliran sungai daerah Karangsambung terdiri dari beberapa pola yaitu: Pola trelis, terjadi pada daerah yang mengalami perlipatan sehingga arah aliran mengikuti strike Pola dendritik, terdapat pada daerah berelief rendah Pola radial, terdapat di daerah pegunungan, mencirikan pola adanya pegunungan, arah aliran mengikuti dipslope/scarpslope suatu gunung Pola rectangular, terjadi di daerah yang dilalui sesar
Terlihat pula adanya gejala pembelokan sungai sebagai indikasi adanya sesar.
Gemorfologi merefleksikan kondisi litologi dan struktur geologi yang berkaitan dengan tahapan proses geomorfik yang memberikan gambaran bentuk bentang alam yang khas. Bentang alam di permukaan bumi sangat dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen yang terjadi. Bentuk bentang alam yang terlihat sekarang merupakan cerminan proses-proses geologi yang berperan dalam kurun waktu tertentu. Dalam perkembangan bentuk muka bumi dikontrol oleh beberapa faktor utama, antara lain: struktur, proses dan tahapan (Lobeck, 1939). Bentuk bentang alam daerah penelitian berupa lembah memanjang berarah Barat-Timur yang dibatasi oleh perbukitan di bagian Utara dan Selatan. Morfologi ini dikontrol oleh kondisi litologi dan struktur geologi berupa lipatan yang menunjam dan sesar-sesar sehingga memberikan gambararan bentang alam yang karakteristik dengan bentuk amphiteater yang membuka ke arah Barat. Sungai utama yang mengalir di daerah penelitian yaitu sungai Luk Ulo dengan aliran berarah Utara-Selatan.
Daerah pemetaan Gambar 3.1 Foto udara daerah Karangsambung (Slide kuliah geomorfologi, 2012) Dari hasil pengamatan dan analisa peta topografi berdasarkan bentuk, tekstur, dan pola yang ada dengan dasar klasifikasi satuan geomorfologi menurut Lobeck (1939), daerah penelitian Waturanda dibagi menjadi 6 satuan geomorfologi :
1. Satuan Punggungan Sinklin 2. Satuan Lembah Antiklin 3. Satuan Punggungan Homoklin 4. Satuan Perbukitan Lipatan 5. Satuan Bukit Terisolir 6. Satuan Dataran Aluvial 3.1.1 Satuan Punggungan Sinklin Satuan ini menempati 8% daerah penelitian terdapat di bagian Utara daereah pemetaan dengan kelurusan Barat - Timur. Satuan ini dicirikan oleh pola kontur yang rapat dan relief kasar. Litologi penyusun satuan ini memiliki tingkat ketahanan yang tinggi terhadap erosi yaitu breksi dan batupasir. Kemiringan lapisan umum Utara dan Selatan di daerah ini saling berlawanan membentuk sinklin seperti yang dapat diamati pada lereng Gunung Paras. Pola aliran sungai di daerah ini umumnya radial. Sungai-sungai yang mengalir pada satuan ini memiliki lembah yang sempit dan dalam berbentuk V yang menunjukkan tahapan geomorfik muda.
Foto 3.1 Geomorfologi punggungan sinklin (foto diambil dari Bedahan menghadap Baratlaut) 3.1.2 Satuan Lembah Antiklin Satuan ini menempati 30% daerah penelitian terletak di bagian Utara daerah penelitian yang memanjang dari Barat ke Timur. Satuan ini dicirikan oleh Punggungan sinklin
daerah yang landai dengan pola kontur yang renggang dan memiliki relief yang halus dikontrol oleh struktur geologi berupa lipatan, sesar dan kekar serta proses sedimentasi dan erosi yang terus berlangsung. Litologi penyusun satuan ini yaitu batulempung dan batupasir. Satuan ini didominasi oleh batuan lunak yang mudah tererosi yang memiliki tingkat ketahanan yang relatif sama terhadap erosi sehingga membentuk morfologi yang landai. Kemiringan lapisan umum Utara dan Selatan di daerah ini saling berlawanan membentuk antiklin. Daerah ini sebelumnya diyakini merupakan suatu antiklin yang besar, namun oleh proses erosi yang terjadi membuat daerah ini membentuk suatu lembah antiklin. Tingkat erosi yang kuat cenderung terjadi pada puncak antiklin yang kemungkinan dikontrol oleh kekar-kekar pada daerah tersebut yang menjadi bidang lemah bagi air yang melewatinya. Pola aliran sungai pada satuan ini yaitu trelis. Lembah sungai lebar dan dangkal berbentuk U yang digolongkan tahap geomorfik dewasa.
Foto 3.2 Geomorfologi lembah antiklin (foto diambil dari lereng Gunung Prahu menghadap arah Selatan)
3.1.3 Satuan Punggungan Homoklin Satuan ini menempati 25% daerah penelitian terdapat di tengah daerah pemetaan yang memanjang dari Barat ke Timur. Satuan ini dicirikan oleh perbukitan dengan pola kontur yang rapat dan arah kemiringan lereng yang Lembah antiklin
seragam. Litologi penyusun satuan ini relatif resisten terhadap pelapukan dan erosi terdiri dari breksi, batupasir breksian, dan batupasir. Bagian Barat dan Timur satuan ini dipisahkan oleh sungai Luk Ulo yang kemungkinan dikontrol oleh struktur geologi. Pola aliran sungai pada satuan ini umumnya radial. Sungai- sungai yang mengalir memiliki lembah yang sempit dan dalam berbentuk V yang mencerminkan erosi vertikal lebih dominan dibandingkan dengan erosi lateral. Selain itu proses erosi lebih dominan dibandingkan dengan proses sedimentasi. Berdasarkan karakteristik tersebut maka satuan ini tergolong tahapan geomorfik muda. Satuan perbukitan homoklin ini meliputi daerah Gunnung Waturanda, Bukit Selaranda, Bukit Bulukuning, Gunung Gedog, dan lain-lain.
Foto 3.3 Geomorfologi punggungan homoklin (foto diambil dari lereng G Prahu menghadap arah tenggara) 3.1.4 Satuan Perbukitan Lipatan Satuan ini menempati 25% daerah penelitian terdapat di bagian Selatan daerah penelitian. Satuan ini dicirikan oleh perbukitan dengan kontur rapat dan arah dip slope saling berlawanan yang membentuk sinklin dan antiklin. Litologi penyusun satuan ini memiliki tingkat ketahanan yang relatif tinggi terhadap erosi. Dari pengamatan di lapangan, litologi yang terdapat pada satuan ini terdiri dari perselingan tuf dengan batupasir tufan. 3.1.5 Satuan Bukit Terisolir Satuan ini menempati 2% daerah penelitian. Satuan ini dicirikan oleh pola kontur rapat dan relatif melingkar yang terletak di antara pola kontur yang Punggungan homoklin
renggang. Topografi bukit yang menonjol tersebut mencerminkan litologi penyusunnya berbeda dengan litologi di sekitarnya. Satuan ini disusun oleh litologi yang memiliki tingkat ketahanan yang tinggi terhadap pelapukan dan erosi. Satuan ini meliputi Gunung Bujil yang merupakan fragmen batuan beku dan Bukit Jatibungkus yang merupakan fragmen batugamping.
Foto 3.4 Geomorfologi bukit terisolir (foto diambil dari lereng Utara G. Brujul menghadap ke arah Timurlaut) 3.1.6 Satuan Dataran Aluvial Satuan ini menempati 10% daerah penelitian yang sebagian besar terletak di Sungai Luk Ulo dan sekitarnya. Litologi penyusun satuan ini terdiri dari material-material lepas yang merupakan hasil rombakan dibawa oleh aliran sungai, berukuran mulai dari pasir halus hingga bongkah. Material tersebut terdiri dari batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Sungai Luk Ulo memiliki karakteristik antara lain sungai yang berkelok-kelok (meandering), dataran banjir yang cukup luas dan percepatan aliran yang rendah mengindikasikan satuan ini berada pada tahap geomorfik tua. Bukit Terisolir
Foto 3.5 Geomorfologi dataran aluvial (foto diambil di pinggir sungai Luk Ulo sebelah Barat Jatibungkus menghadap Selatan) 3.1.7 Pola Aliran Sungai Secara genetik sungai di daerah penelitian teridiri atas 3 tipe yaitu konsekuen, obsekuen, dan subsekuen. Tipe konsekuen merupakan tipe sungai yang arah alirannya relatif searah dengan arah umum kemiringan lapisan seperti Sungai Luk Ulo. Tipe obsekuen mempunyai arah aliran yang berlawanan dengan kemiringan lapisan seperti Kali Sadang dan Kali Klepoh. Tipe subsekuen merupakan tipe sungai yang arah alirannya relatif sejajar dengan jurus dari lapisan seperti Kali Welaran. Pola aliran sungai yang umum di daerah pemetaan yaitu radial dan trelis. Pola radial dapat dikenali dari aliran-aliran sungai yang berasal dari suatu puncak dengan cabang-cabang sungai mengikuti lereng misalnya Kali Gumorang yang pusatnya di Bukit sebelah Barat Gunung Bulukuning. Pola trelis yang dikontrol oleh lipatan berarah relatif sejajar dengan jurus lapisan seperti kali Welaran. 3.2 Stratigrafi Klasifikasi penamaan satuan stratigrafi daerah penelitian menggunakan sistem penamaan stratigrafi tidak resmi yang didasarkan atas ciri litologi dominan yang diamati dilapangan. Berikut adalah satuan stratigrafi berdasarkan dari yang paling tua hingga muda.
3.2.1 Satuan Batulempung Satuan batulempung merupakan satuan yang memiliki umur paling tua di daerah penelitian. Berdasarkan analisa penampang geologi, satuan ini memiliki ketabalan 937,5 m. Satuan ini memiliki paenyebaran pada satuan dataran lembah antiklin. Secara umum satuan ini terdiri dari litologi batulempung, batupasir, batugamping, dan batuan beku. Batulempung merupakan litologi yang sangat dominan yang secara umum dicirikan dengan warna abu-abu kehijauan sampai abu-abu gelap, dan bidang belah memperlihatkan slicken side di permukaannya yang menunjukkan adanya penggerusan yang kuat. Batugamping dan batuan beku hadir sebagai fragmen dalam satuan batulempung ini dengan bentuk membundar tanggung.
Foto 3.6 Kenampakan batulempung bersisik (scaly clay) di Kali Jebug Kemiringan lapisan satuan ini secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu pada bagian Utara kemiringan lapisan berarah ke Utara sedangkan bagian Selatan satuan ini memiliki kemiringan lapisan ke arah Selatan dengan jurus relatif Barat - Timur. Apabila direkonstruksi pada penampang maka terlihat bentuk antiklin. Beberapa singkapan yang dijumpai pada satuan ini sulit diamati bidang perlapisannya karena kenampakan permukaan yang menyerpih dan lapuk.
Foto 3.7 Singkapan batulempung lapuk dengan kenampakan menyerpih Ciri Litologi - Batulempung, warna abu-abu kehijauan sampai abu-abu gelap, beberapa bersifat karbonatan dan berstruktur sisik (scaly clay), kompak. - Batupasir, warna abu-abu, ukuran butir pasir halus - pasir sedang, pemilihan baik, bentuk butir menyudut tanggung, kemas tertutup, porositas baik, tersusun oleh kuarsa, felspar, litik, beberapa bersifat karbonatan, kompak. Bedasarkan ciri litologi di atas maka umur satuan batulempung ini dapat disetarakan dengan umur Formasi Karangasambung yaitu berumur Eosen. Kehadiran batulempung yang sangat tebal mengindikasikan sistem pengendapan satuan ini secara umum yaitu suspensi, pergerakan vertikal sangat dominan dibandingkan dengan pergerakan lateral. Selain itu fragmen-fragmen batuan berukuran bongkah seperti Bukit Jatibungkus dan Gunung Bujil menunjukkan adanya proses geologi khusus yang terjadi. Berdasarkan karakteristik litologi dan sistem pengendapan maka lingkungan pengendapan satuan ini yaitu laut dalam yang merupakan olistostrom atau dikenal juga dengan sedimentary melange. Olistostrom merupakan gejala pencampuran di bawah permukaan air akibat gaya gravitasi di lingkungan cekungan tektonik yang aktif. Kehadiran fragmen-fragmen berukuran bongkah yang besar menyebabkan penggerusan yang kuat sehingga menghasilkan kenampakan gores garis pada permukaan batulempung yang dikenal sebagai scaly clay.
3.2.2 Satuan Breksi A Satuan Breksi A merupakan satuan tertua kedua di daerah penelitian. Satuan ini diendapakan secara selaras di atas satuan batulempung. Berdasarkan analisa penampang geologi diperoleh ketebalan satuan ini yaitu 112,5 m. Satuan ini memiliki penyebaran pada zona batas antara lembah antiklin dengan scarp slope punggungan homoklin. Pada satuan ini sulit diamati bidang perlapisan sehingga sulit untuk menentukan kedudukan lapisan. Ciri Litologi - Breksi, warna abu-abu gelap, kerikil - kerakal, pemilihan buruk, menyudut - menyudut tanggung, kemas terbuka, porositas buruk, terdiri dari fragmen batuan beku basaltik, andesitik; batupasir, matriks berukuran lempung, kompak. Dari karakteristik litologi, satuan breksi ini diendapkan dengan mekanisme yang sama dengan pengendapan satuan batulempung yaitu olistostrom. Pengendapan klastik halus berukuran lempung secara suspensi kemudian menerima fragmen-fragmen batuan beku dan batupasir yang berukuran kerikil - kerakal. Fragmen-fragmen tersebut diperkirakan bersumber dari tepi cekungan yang aktif secara tektonik. Banyaknya fragmen batuan beku menunjukkan hasil dari vulkanisme aktif. Berdasarkan ciri litologi di atas maka umur satuan breksi A dapat disetarakan dengan umur Formasi Totogan yaitu berumur Oligosen. 3.2.3 Satuan Breksi B Satuan breksi B diendapkan secara selaras di atas satuan breksi A. Hal ini terlihat dari kontak tegas antara satuan breksi A dan satuan breksi B, kesamaan bidang, dan kemiringan lapisan. Satuan breksi B dibedakan dari satuan Breksi A karena perbedaan ukuran matriks. Satuan breksi B memiliki matriks berukuran pasir sedang - pasir kasar sedangkan satuan breksi A memiliki matriks berukuran lempung. Perbedaan ukuran matriks tersebut menunjukkan perbedaan sistem
pengendapan. Dari analisis penampang geologi, ketebalan satuan ini yaitu 837,5 m. Satuan ini memiliki penyebaran pada satuan berbukitan homoklin dan satuan perbukitan sinklin. Kemiringan lapisan breksi ini pada punggungan homoklin umumnya memiliki arah ke Selatan dengan jurus relatif Barat - Timur sedangkan pada punggungan sinklin sulit dijumpai bidang perlapisan sehingga kedudukan lapisan sulit ditentukan. Satuan ini terdiri dari litologi, breksi, batupasir, dan batupasir breksian dengan kontak antara breksi dengan batupasir breksian yaitu berangsur. Satuan ini memiliki struktur sedimen gradded bedding dan laminasi sejajar.
Foto 3.8 Singkapan breksi vulkanik di pinggir jalan daerah Gunung Waturanda (foto diambil dari pinggir jalan menghadap arah Selatan) Ciri Litologi - Breksi, warna abu-abu gelap, kerikil - berangkal, pemilihan buruk - sangat buruk, menyudut - menyudut tanggung, kemas terbuka, porositas baik, fragmen batuan beku basaltik, andesitik; skoria, matriks pasir sedang - pasir kasar, sangat kompak. - Batupasir breksian, warna abu-abu gelap, pasir sedang - pasir kasar, pemilihan sedang, menyudut tanggung, kemas terbuka, porositas baik, terdiri dari kuarsa, fragmen basaltik, andesitik; kompak. - Batupasir, warna abu-abu, pasir halus - pasir sedang, menyudut tanggung, kemas tertutup, porositas baik, terdiri dari kuarsa, litik; kompak.
Foto 3.9 Fragmen basalt bertekstur amygdaloidal di dalam matriks pasir sedang kasar pada singkapan breksi vulkanik (foto diambil di lokasi penambangan daerah Clebok sebelah Barat sungai Luk Ulo)
(Foto oleh : Muhamad Yusuf Abdul Madjid) Foto 3.10 Batupasir breksian pada satuan breksi B Bentuk butir yang menyudut sampai menyudut tanggung menunjukkan transportasi yang tidak jauh. Pemilahan buruk menunjukkan pengendapan oleh longsoran dengan sumber yang memiliki keanekaragaman ukuran butir. Berdasarkan ciri litologi dan struktur sedimen yang ada, maka satuan ini diendapkan dengan mekanisme gravity mass flow oleh rezim arus turbidit. Gerakan massa pada arus turbidit disebabkan oleh gaya gravitasi, sehingga material-material yang berukuran yang besar terendapkan terlebih dahulu kemudian diikuti oleh material-material yang berukuran relatif lebih kecil dan membentuk struktur gradded bedding. Berdasarkan keterangan tersebut lingkungan pengendapan pada satuan ini berada pada submarin fan di lingkungan
laut dalam. Berdasarkan ciri litologi, umur satuan breksi ini dapat disetarakan dengan Formasi Waturanda yang berumur Miosen Awal. 3.2.4 Satuan Batulempung-Batupasir Satuan batulempung-batupasir ini diendapkan secara selaras di atas satuan breksi B. Hal ini terlihat dari kontak tegas, bidang perlapisan, dan kesamaan kemiringan lapisan antara satuan ini dengan satuan breksi B. Berdasarkan analisa penampang geologi, satuan ini memiliki ketebalan 787,5 m. Satuan ini memiliki penyebaran pada bagian Utara satuan perbukitan lipatan. Kemiringan lapisan secara umum berarah ke Selatan. Satuan ini merupakan perselingan batulempung dan batupasir dengan sisipan kalkarenit. Batulempung lebih dominan pada satuan ini sehingga dinamakan satuan batulempung-batupasir.
Foto 3.11 Singkapan perselingan batulempung dengan batupasir dengan sisipan kalkarenit di Kali Jaya Ciri Litologi - Batulempung, warna abu-abu, umumnya karbonatan, getas. - Batupasir, warna abu-abu, ukuran butir pasir halus - pasir sedang, bentuk butir menyudut tanggung, kemas tertutup, umumnya karbonatan, terdiri dari kuarsa, litik, kalsit; kompak. - Kalkarenit, warna putih keabuan, pasir halus pasir sedang, pemilihan baik, menyudut tanggung, kemas tertutup, tersusun oleh kalsit, kuarsa; sangat kompak.
Foto 3.12 Kalkarenit pada singkapan perselingan batulempung-batupasir di Kali Jaya Dalam satuan ini dijumpai struktur sedimen berupa laminasi sejajar (parallel lamination), laminasi silang siur (cross lamination), convolute, ripple, dan gradded bedding. Di Kaligending dijumpai mineral glukonit pada batupasir dan susunan struktur sedimen yang menunjukkan Sekuen Bouma. Struktur laminasi sejajar menunjukkan adanya arus traksi pada saat pengendapan batupasir yang secara bersamaan dengan pengendapan sedimen klastik halus berukuran lempung yang diendapkan dengan suspensi dalam satu fase pengendapan. Sistem pengendapan seperti ini terjadi dengan mekanisme arus turbidit. Pada arus turbidit, fase awal merupakan arus traksi kemudian diikuti oleh suspensi pada fase akhir.
Foto 3.13 Struktur sedimen laminasi silang siur pada litologi batupasir di Kali Gending
Di beberapa lokasi seperti di Kali Jaya, Kali Gending dan Kali Krembeng dijumpai struktur sedimen slump yang terbentuk akibat endapan yang belum terkompaksi dengan baik kemudian bergerak ke bawah oleh gaya gravitasi karena adanya kemiringan lereng sehingga menghasilkan bentuk seperti lipatan-lipatan minor. Slump biasanya dicirikan oleh perubahan cepat arah kemiringan lapisan. Seringkali kedudukan lapisan yang dijumpai sangat beragam dengan bentuk bergelombang.
Foto 3.14 Struktur sedimen slump pada litologi kalkarenit di Kali Jaya Berdasarkan data lapangan yang diperoleh maka satuan ini diendapkan dengan mekanisme arus turbidit pada submarine fan di lingkungan laut dalam. Berdasarkan ciri litologi maka umur satuan ini dapat di setarakan dengan Formasi Penosogan yang berumur Miosen Tengah Miosen Atas. 3.2.5 Satuan Tuf-Batupasir Tufan Satuan ini diendapkan secara selaras di atas satuan batupasir-batulempung. Berdasarkan analisa penampang, satuan ini memiliki ketebalan 250 m. Satuan ini memiliki penyebaran pada satuan perbukitan lipatan. Kemiringan lapisan satuan ini secara umum berarah ke Selatan. Satuan ini terdiri dari perselingan tuf dengan batupasir tufan dengan sisipan batulempung. Semakin ke atas, litologi tuf semakin dominan yang terlihat pada lereng bukit 224 sehingga dinamakan satuan tuf- batupasir tufan. Perselingan tuf dengan batupasir tufan juga terdapat di Gunung Wurung yang terletak di sebelah Timur bukit 224.
Foto 3.15 Singkapan perselingan tuf dengan batupasir tufan di lereng Utara Gunung Wurung Ciri Litologi - Tuf halus, putih, ukuran butir debu halus, tersusun oleh gelas; choncoidal. - Batupasir tufan, warna putih kecoklatan, ukuran butir pasir halus - pasir sedang, pemilihan baik, menyudut tanggung, kemas tertutup, porositas baik, terdiri dari kuarsa, litik, gelas (?); kompak. - Batulempung, abu-abu, bersifat karbonatan, getas. Kehadiran batulempung yang bersifat karbonatan menunjukkan lingkungan pengendapan berada di atas zona CCD yang diinterpretasi di lingkungan laut dangkal. Perubahan lingkungan pengendapan dari laut dalam menjadi laut dangkal diperkirakan terjadi oleh aktivitas tektonik. Litologi tuf yang dominan menunjukkan kegiatan vulkanisme aktif yang mengeluarkan material vulkanik terendapkan sebagai batuan piroklastik. Berdasarkan ciri litologi maka umur satuan ini dapat disetarakan dengan Formasi Halang yang berumur Miosen Atas - Pliosen. 3.2.6 Satuan Aluvial Satuan aluvial merupakan satuan termuda yang terdapat di daerah pemetaan. Satuan ini diendapkan secara tidak selaras dengan kontak erosional dan tektonik. Satuan ini tersebar di sungai Luk Ulo dan sekitarnya terdiri dari
material-material lepas berbentuk membundar tanggung-membundar dengan ukuran mulai dari pasir halus hingga berangkal. Material-material lepas tersebut berupa batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Fragmen batuan yang umum dijumpai yaitu basalt, dasit, andesit, batupasir, filit, sekis, dan kuarsit.
Foto 3.16 Endapan aluvial pada teras sungai Luk Ulo 3.2 Struktur Geologi 3.3.1 Lipatan Pada daerah Karangsambung terdapat antiklin raksasa yang memiliki kemiringan sayap-sayap mengarah ke Utara dan Selatan. Hal ini terlihat dari kemiringan lapisan pada lereng Gunung Paras bagian Selatan yang memilki kemiringan mengarah ke Utara dan kemiringan lapisan di bagian Utara Gunung Waturanda yang mengarah ke arah Selatan. Dari hasil observasi lapangan di daerah penelitian juga menunjukkan batulempung di bagian Utara secara umum memiliki kemiringan lapisan mengarah ke Utara seperti yang dijumpai di kali Pelikon dan Dukuh Wetan, namun beberapa singkapan di daerah Utara sulit diamati bidang perlapisannya. Sedangkan litologi batulempung dan breksi di bagian Selatan daerah penelitian secara umum memiliki arah kemiringan relatif ke Selatan. Dari hasil rekonstruksi penampang, sumbu antiklin diperkirakan berada di sekitar Kali Welaran. Apabila diamati dari morfologi yang berbentuk seperti tapal kuda, antiklin raksasa ini merupakan lipatan menunjam dengan penunjaman mengarah ke Timur.
Pada daerah pemetaan Waturanda dijumpai beberapa lipatan minor seperti di Kali Jaya dan Kali Krembeng. Lipatan minor yang dijumpai di Kali Jaya memiliki kedudukan sayap-sayap N 2 E/32 SE dan N 74 E/23 SE. Lipatan minor di Kali Krembeng memiliki kedudukan sayap-sayap N 260 E/16 NW dan N119 E/42 SW. Kehadiran lipatan-lipatan minor ini diperkirakan bagian dari struktur penyerta sesar utama.
Foto 3.17 Lipatan minor yang sumbunya tererosi oleh Kali Krembeng
Foto 3.18 Lipatan minor berupa sinklin di Kali Jaya 3.3.2 Sesar Selain struktur geologi berupa lipatan, struktur geologi seperti sesar juga berkembang di daerah penelitian. Jenis sesar yang ada di daerah penelitian yaitu sesar mendatar menganan dan sesar naik. Sesar mendatar menganan terdapat di sungai Luk Ulo dan sesar naik terdapat di daerah Krembeng. Keberadaan sesar-
sesar utama ini ditentukan dari struktur-struktur penyerta yang ada di zona sesar seperti lipatan minor, sesar minor. shear fracture dan tension fracture. a. Sesar Luk Ulo Sesar Luk Ulo merupakan sesar mendatar menganan yang terdapat di sungai Luk Ulo yang memotong punggungan Homoklin. Hal ini terlihat dari topografi punggungan homoklin bagian Barat dan Timur sungai Luk Ulo yang menunjukkan adanya pergeseran (displacement). Keberadaan sesar ini ditentukan dari struktur penyerta sesar seperti sesar minor dengan kedudukan N 345 E/65 NE dan banyaknya shear fracture yang ditemukan pada singkapan perselingan batulempung dengan batupasir di pinggir sungai Luk Ulo sebelah Selatan bendung Kaligending (Lintasan KGD 4.5). Struktur penyerta sesar juga dijumpai di daerah Sembada berupa gores garis dengan kedudukan N 84 E/42 SE dan kedudukan striasi 39 SW, N 132 E dan di Kali Waju berupa shear fracture.
Foto 3.19 Gores garis pada litologi batupasir breksian di daerah Sembada b. Sesar Krembeng Sesar Krembeng merupakan sesar naik yang terdapat di kali Krembeng. Hal ini terlihat dari kelurusan mulai dari Duwet, Kraminan, Kali Krembeng, hingga Kali Jaya. Dari hasil pengamatan lapangan ditemukan adanya sesar minor dengan kedudukan N 55 E/36 SE dan lipatan dengan kedudukan sayap-sayap N 260 E/16 NW dan N119 E/42 SW. Pada daerah ini terdapat perubahan
kedudukan lapisan yaitu lapisan yang memiliki arah kemiringan ke Selatan berubah menjadi ke Utara kemudian arah kemiringan kembali ke Selatan. Dari bentukan tersebut diperkirakan sesar ini merupakan sesar anjakan tipe fault propagation fold. Sesar ini memiliki arah jurus relatif Barat- Timur.
Gambar 3.2 Sesar anjakan tipe fault-propagation fold (slide kuliah Geologi Struktur, 2012) c. Sesar Kalijaya Sesar Kalijaya merupakan sesar naik berada di kali jaya. Keberadaan sesar ini ditentukan dari struktur penyerta sesar yang ditemukan di lapangan berupa lipatan minor dengan kedudukan sayap-sayap N 2 E/32 SE dan N 74 E/23 SE. Sesar Kalijaya ini diperkirakan merupakan terusan dari sesar Krembeng namun belum ditemukan bukti kemenerusan tersebut di lapangan. Sesar ini memiliki arah jurus relatif Barat- Timur. Sesar-sesar ini diperkirakan timbul pada saat pembentukan antiklin. Tegangan kompresif yang sangat kuat dengan arah Utara-Selatan menyebabkan pergeseran di beberapa titik yang merupakan bidang lemah menghasilkan sesar mendatar. Selain itu, tegangan yang kuat tersebut juga mengahasilkan sesar anjakan. Kehadiran sesar-sesar ini dapat dijelaskan dengan 3.4 Potensi Daerah Daerah pemetaan waturanda memiliki morfologi perbukitan, lembah dan dataran yang mencerminkan kondisi litologi dan struktur geologi yang berkaitan proses-proses geologi yang terjadi. Morfologi tersebut memberikan dampak positif dari sudut pandang geologi karena berpotensi menjadi sumber penghasilan
penduduk maupun daerah. Potensi daerah Waturanda dari sisi geologi yaitu sebagai sumber bahan konstruksi dan objek wisata. a. Bahan Konstruksi Bahan konstruksi terdiri dari material-material yang berukuran pasir halus hingga bongkah. Material-material tersebut banyak ditemukan di daerah pemetaan Waturanda yang merupakan endapan aluvial. Apabila dilihat dari morfologi, penyebaran endapan aluvial berada pada daerah yang relatif datar yaitu di sungai Luk Ulo dan sekitarnya. Material-material tersebut merupakan hasil rombakan yang dibawa oleh sungai kemudian diendapkan di point bar dan dataran banjir. Sungai yang besar dan morfologi sungai berkelok-kelok menyebabkan dataran banjir dan penyebaran endapan aluvial yang luas. Di beberapa titik kelokan sungai diendapkan pasir halus hingga pasir kasar.
Foto 3.20 Penambangan breksi vulkanik di daerah Clebok Material pasir lepas dan batuan berukuran kerikil hingga berangkal ini telah ditambang oleh warga setempat dengan cara kompensional dan juga dengan alat sedot. Material yang ditambang dikumpulkan di pinggir sungai kemudian diangkut ke dalam truk pengangkut. Truk ini biasanya langsung mengantarkan bahan konstruksi ini kepada konsumen yang membutuhkan. Selain itu breksi vulkanik juga dapat dijadikan bahan konstruksi. Penambangan breksi vulkanik Formasi Waturanda telah dilakukan oleh warga setempat yaitu di daerah Clebok sebelah Barat Sungai Luk Ulo. Penambangan juga dilakukan dengan cara kompensional. Material hasil tambang ini kemudian diangkut menggunakan truk.
b. Objek Wisata Litologi yang relatif resisten terhadap erosi dan pelapukan menghasilkan morfologi perbukitan di daerah pemetaan Waturanda. Litologi tersebut terdiri dari breksi, batupasir breksian, dan batupaisr. Di bagian scarp slope punggungan homoklin banyak terdapat air terjun yang bertingkat karena litologi yang keras. Keberadaan air terjun ini berpotensi sebagai objek geowisata yang menarik bagi wisatawan apabila dikelola dengan baik tertama akses jalan menuju lokasi. Selain itu perjalanan wisata alam juga bisa dilakukan melewati lereng menuju puncak bukit untuk melihat panorama alam Karangsambung yang menakjubkan. Dataran lembah yang terhampar sawah-sawah yang menghijau dilalui oleh sungai-sungai mengalir diantaranya dikelilingi oleh perbukitan berberntuk amphiteater menambah suasana alam yang menarik.
Foto 3.21 Panorama alam Karangasambung (foto diambil dari puncak Gunung Brujul menghadap ke arah Timurlaut)