Anda di halaman 1dari 10

SEKILAS TENTANG PASIR BESI DAN

BATUBARA
Terdapat empat jenis cebakan bijih besi dl Indonesia yakni :
1. skarn/metasomatik kontak,
2. placer,
3. laterit dan
4. sedimen.

Cebakan bijih besi skarn terbentuk oleh proses metasomatik kontak, sebagai hasil reaksi
magma berkomposisi menengah sampai ultra basa dengan batuan gamping atau bersifat
karbonatan. Cebakan bijih terbentuk dengan karakteristik susunan mineral terdiri atas mineral
skarn.dan mineral bijih sulfida dan oksida; jika dominan disusun oleh mineral-mineral magnetit,
hematit, siderit, limonit atau goethit sebagai mineral bijih utamanya maka dapat dikategorikan
cebakan bijih besi skarn. Dengan kuantitas mencapai lebih dari 15 juta ton dan kadar total 34%-
70% Fe, maka cebakan ini dapat berpotensi sebagai sumber daya bijh besi untuk bahan baku
industri besi baja. Cebakan bijih besi placer terbentuk oleh proses pelapukan, disintegrasi dan
terakumulasi secara mekanik pada suatu cekungan sedimen.. Dengan kuantitas hampir
mencapai 159 juta ton dan kadar 34 59% Fe serta 5,4 23,17% TiO
z
maka berpotensi
sebagai sumber daya bijih besi, yang dapat dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan semen
dan besi

beton. Cebakan bijih besi laterit terbentuk sebagai hasil pelapukan dan dekomposisi
dari batuanbeku basa atau ultrabasa mengandung unsur besi . Cebakan merupakan akumulasi
endapan residu yang dibentuk melalui proses kimiawi atau mekanis dapat mencapai ketebalan
signifikan untuk menjadi sumber daya berpotensi ekonomis. Di Indonesia cebakan ini
diperkirakan hampir mencapai satu milyar ton. Cebakan bijih besi dari jenis sedimen berkaitan
dengan proses sedimentasi yang melibatkan reaksi kimiawi. Diperkirakan sumber daya total di
seluruh Indonesia mencapai lebih dari 1 juta ton. Logam besi merupakan bahan baku penting
yang memasuki hampir seluruh industri didalam negeri Indonesia selama berabad-abad hingga
sekarang. Pada saat ini, besi dipakai sebagai bahan dasar untuk konstruksi beton bangunan,
jembatan dan juga peralatan tranportasi seperti kereta api, mobil, sepeda motor dan lain-lain.
Dari uji fisika yang dilakukan, menunjukkan bahwa besi untuk keperluan teknologi industri
mempunyai berat jenis sebesar 7,786 sedangkan besi yang dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari mem-punyai berat jenis sebesar 7,85 karena masih mengandung campuran unsur-
unsur lain seperti: karbon, silisium, mangan, khrom, fosfor dan belerang. Bijih besi banyak
ditemukan terutama di pulau-pulau : Sumatera, J awa, Kali-mantan, Sulawesi dan Halmahera;
dapat terbentuk sebagai cebakan skarn, placer, laterit dan sedimen. Lebih dari seratus lokasi
dari ke-empat jenis tersebut telah ditemukan dengan kondisi geologi yang bervariasi.

Cebakan bijih besi skarn
Cebakan ini terbentuk akibat proses metasomatisma di sekitar bagian kontak terobosan
magma berkomposisi menengah, basa atau ultra basa dengan batuan bersifat karbonatan dan
atau batugamping.
Sifat-sifat dari cebakan ini adalah :
1. Dapat berbentuk lensa, berupa sarang (net shaped) atau lapisan-lapisan yang kompleks
pada bagian kontak.
2. Berbentuk masif dengan susunan terdiri atas mineral-mineral oksida besi seperti magnetit,
hematit, siderit dan goethit berasosiasi dengan mineral sulfida se-perti pirit dan kalkopirit
serta ditandai oleh mineral-mineral skarn seperti garnet, piroksen, aktinolit, silimanit dan
epidot.
3. Karena proses disintegrasi dan tranportasi, jenis cebakan ini sering ditemukan dalam bentuk
endapan eluivial atau diluvial, yaitu berupa onggokan bongkah-bongkah batuan
mengandung terutama mineral bijih magnetit atau hematit. Onggokan batuan ini biasanya
terletak tidak jauh dari batuan sumber di daerah kontak.
4. Kadar bijih dari jenis cebakan ini berkisar antara 50% 70% Fe dan dapat mengandung Ni
atau Cr dalam jumlah kecil.
5. Karena sering berassosiasi de-ngan mineral sulfdida, maka terdeteksi kadar Cu atau Zn agak
tinggi (>1%).
6. Kadar belerang agak tinggi kadang-kadang dapat mendekati 1%.
7. Kadar Ti0
2
biasanya dibawah 0,5%.
J enis cebakan ini banyak ditemukan di Indonesia, terutama di Pulau Kalimantan dan
umumnya memiliki cadangan yang kecil (< l juta Ton). Salah satu cebakan terbesar yang
pernah ditemukan dan dieksploitasi terdapat di Gunung Tanalang, Kalimantan Selatan, dengan
cadangan sebesar 5 juta Ton.

Cebakan Bijih Besi Placer
Cebakan terbentuk oleh proses pelapukan, disintregasi dan akumulasi secara mekanik;
menghasilkan endapan yang terdiri atas fragmen mineral dan batuan rombakan. Mineral bijih
besi ini dapat ditemukan dalam aluvium pantai dan sungai yang disebut pasir besi. Karena
melalui proses mekanik, maka kemurnian susunan fragmen rombakan dipengaruhi oleh
intensitas liberasi selama proses tersebut. Secara umum mineral bijih besi berasal dari sumber
batuan volkanik bersusunan andesitik dan basaltik yang kaya akan mineral mengandung unsur
besi. Karena mengalami proses pelapukan maka mineral dengan kandungan besi pada batuan-
batuan induk ini terlepas dari pengikatnya, tererosi dan terbawa oleh aliran air permukaan atau
air sungai untuk diendapkan sebagai mineral berat. Karena gaya gravitasi dan sifat resistan
maka sebagian daripada mineral berat tersebut terbawa oleh aliran air permukaan dan sungai
ke arah laut. Disepanjang pantai yang landai dengan pengaruh gelom-bang laut yang cukup
kuat maka butiran-butiran mineral rombakan akan dihempaskan ke daratan atau kebelakang
garis pasang surut. Ketika air kembali ke laut, daya angkutnya sudah berkurang sehingga
memisahkan hanya mineral ringan dari mineral berat; sedangkan mineral berat terutama bijih
besi diendapkan didaratan pantai. Akibat proses pencucian dan konsentrasi secara alamiah
secara berkesinambungan maka terbentuklah endapan pasir besi. Proses pengayaan pasir besi
kadang-kadang dibantu oleh kuatnya tiupan angin yang mampu membawa mineral ringan,
sehingga akumulasi pasir besi sangat kaya akan kandungan mineral magnetik. Terdapat
hubungan pembentukan cebakan pasir besi dengan gumuk pasir atau dune. Gumuk pasir yang
berdekatan dengan garis pantai disebut front dune, biasanya merupakan gumuk pasir yang
letaknya terpisah satu sama lain dengan jarak sekitar 10 sampai 20 meter dan umumnya
tertutup oleh semak belukar. Sedangkan gumuk pasir yang terletak paling belakang atau back
dune, merupakan sederetan bukit pasir yang memanjang sejajar pantai dengan ketinggian
sekitar 3-5 meter diatas permukaan laut. Endapan pasir pantai yang mengandung mineral
magnetik tinggi umumnya menempati bagian belakang dari front dune, dengan kumpulan
mineral membentuk lensa hampir teratur sepanjang garis pantai. Ketebalan lensa ini beragam
dari beberapa centimeter sampai beberapa meter dengan diselingi oleh lapisan pasir berkadar
magnetik rendah. Ada dua

jenis endapan pasir, yang terletak diatas permukaan laut dan
endapan pasir dibawah permukaan air laut atau dibawah permukaan air laut (0,00 meter).
Endapan pasir yang pertama terletak di atas permukaan air laut, umumnya terdiri dari pasir
berbutir halus sampai sedang, berwarna abu-abu sampai kehitaman, setempat berselang-seling
dengan endapan lempung atau kerikil dengan penyebaran tidak merata. Sedangkan endapan
pasir yang kedua disusun oleh pasir berbutir sedang kasar, fragmen batuan, kerikil dan
cangkang kerang. Kadar magnetik pada endapan ini umumnya tidak begitu tinggi, tetapi
beberapa tempat hampir mendekati lapisan dasar dengan akumulasi magnetik membentuk
lensa-lensa yang penyebarannya tidak merata.

Cebakan Bijih Besi Laterit
Cebakan ini merupakan hasil proses pelapukan, dekomposisi dan akumulasi residu.
Karena pembentukan cebakan melibatkan proses kimiawi atau mekanis maka pelarutan dan
pengendapannya dikendalikan oleh lingkungan setempat termasuk kondisi geologi dan fisika-
kimia. Lingkungan yang terbaik untuk terjadinya proses laterisasi adalah sebagai berikut :
1. Iklim tropis yang basah.
2. Topografi yang relatif tidak curam.
3. Waktu proses yang cukup lama.
Di Indonesia jenis cebakan ini terdapat dalam jumlah yang besar (ratusan juta ton),
terutama di Kalimantan Selatan, Maluku, Papua dan Sulawesi Tenggara ( Lihat lampiran Tabel
1, 2 dan 3)
Sifat-sifat dari cebakan ini adalah :
1. Tekstur atau struktur perlapisan laminasi dapat terlihat jelas karena berasosiasi dengan
batuan sedimen.
2. Dapat berupa lapisan yang kompak atau masif dan dapat berupa breksi atau konglomerat,
sering mengandung bongkah-bongkah atau kerikil peridotit.
3. Komposisi mineral besi beragam, ada yang berupa karbonat, silikat besi, magnetit dan
hematit.
4. Kadar Fe berkisar antara 40%- 60%.
5. Mengandung kadar Ni dan Cr yang lebih rendah dari jenis lateritik yaitu rata-rata 0,41% Ni
dan 2,1% Cr
2
0
3
, hususnya yang berasal dari bijih besi laterit.
6. Dapat mengandung bijih besi bog iron, dengan kandungan belerang dan mangan yang tinggi,
sedangkan yang berasal sumber air panas dapat mengan-dung belerang yang relatif lebih
tinggi.
7. Kadar AI lebih rendah dari tipe lateritik yaitu sekitar 7%.
8. Karena sering adanya perlapisan pemisah bijih besi, kadar Fe dan unsur-unsur lainnya yang
terkan-dung dapat beragam secara lateral maupun vertikal.

Cebakan Bijih Besi Sedimen
Pembentukan cebakan ini berhubungan dengan proses sedimentasi. Proses kimia
mempunyai peran utama

dalam proses pengendapannya, dengan disintegrasi mekanis sebagai
penyebabnya, seperti yang terjadi pada sebagian cebakan bijih besi disekitar jenis lateritik. Bog
iron dapat terbentuk bila larutan yang mengandung besi terakumulasi dalam suatu cekungan
pengendapan. Bijih besi ini juga dapat terbentuk oleh proses kimia atau akibat pekerjaan bakteri
seperti yang dihasilkan oleh sumber air panas (endapan sinter).

Distribusi cebakan Bijih Besi Indonesia
Cebakan bijih besi dan indikasi mineralisasi besi terpenting yang telah di ketahui di
Indonesia terdapat di pulau-pulau Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, dan Sulawesi
(Gambar. 1). Cebakan bijih besi placer yang telah dikenal berada di pantai Selatan J awa Barat
dan J awa Tengah, dengan kandungan Fe antara 8%-40%. Melalui proses pemisahan secara
magnetik, diperoleh konsentrat pasir besi dengan kadar Fe 60%. Indikasi cebakan bijih besi
sedimen tidak banyak diketahui di Pulau J awa, meskipun pernah ditemukan di wilayah J awa
Timur. Sementara bog iron diketahui terdapat di Cipurug, Kabupaten Serang, yang
kemungkinan mempunyai kadar Fe sekitar 18%. Di Ciater diketahui adanya tipe sedimen yang
berasal dari sumber air panas dengan jumlah cadangan 500 ribu ton dan kadar Fe
2
O
3
antara 30
% 60 % serta kadar P
2
O
5
sekrtar 20 %. Cebakan bijih besi placer yang potensial hanya
terdapat disepanjang pantai selatan Pulau J awa, biasanya terkandung dalam endapan pasir
pantai yang telah ter-konsolidasi. Mineral-mineral besi terdiri atas magnetit dan hematit,
sedangkan mineral ilmenit merupakan pengotor pada mineral magnetit.

Pasir besi yang ada di Pantai Selatan Jawa Barat diantaranya :
Di Kecamatan Tegal Buleud Kabupaten Sukabumi terletak antara S. Cikaso S. Cibuni,
sepanjang 15 km. dengan sumber daya terukur pasir besi bertitan 5.097.500 ton dengan kadar
Fe total 51,18% dan TiO
2
1,32-12,65%. Di daerah Salatri Kabupaten Cianjur terletak antara S.
Cibuni S. Cikakap sepanjang 12 km, dengan sumber daya terukur konsentrat pasir besi
bertitan 4.330.373 ton dengan kadar Fe total 57,70% dan TiO
2
10,66%. Daerah Kecamatan
SindanGambararang antara S. Cihurang S. Cisadea S. Cipandak sepanjang 21 km, dengan
Sumberdaya terukur konsentrat pasir besi bertitan 3.263.067 ton, kadar Fe total dan total
57,67% dan TiO2 13,76%. (Direktorat Sumber Daya Mineral, 1980/1983). Selain itu endapan
pasir besi terdapat juga didaerah Pantai Cidaun Kabupaten Cianjur dengan sumberdaya
3.325.500,30 ton konsentrat dengan kadar 57,43% Fe dan 12,73% TiO
2
. Pantai Selatan
Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya dengan sumberdaya terukur Pasir Besi
21.280.286,50 ton crude sand dengan jumlah sumberdaya terukur konsentrat sebesar
4.214.392,34 ton. Sumber daya besi di pantai selatan Kutoarjo sebesar 57 juta ton konsentrat,
J ogya : 28 juta ton dengan kadar 59% Fe, Lumajang dan Purworejo : 49 juta ton dengan kadar
Fe 51% dan 59%. Yang dimaksud dengan crude sand adalah endapan yang belum tersentuh
oleh proses pengolahan apapun, masih berbe-tuk longgokan asli yang masih berada di
tempatnya secara alamiah. Sedang-kan konsentrat adalah crude sand yang telah mengalami
proses pengolahan dengan memisahkan bahan yang bersifat besi dengan bahan lainnya
melalui proses pemisahan oleh berbagai intensitas magnetic separator. Sebagian besar
Cebakan bijih besi laterit di Kalimantan dan Sulawesi berasal dari pelapukan batuan ultra
basa, sedangkan di Sumatera berasal dari batuan beku basa. Sifat- sifat yang khas dari bijih
besi yang berasal dari batuan ultra basa adalah selalu mengandung khromium (Cr) dan nikel
(Ni) yang relatif tinggi. Sumberdaya terukur terbesar yang telah diketahui antara lain : Di
Pegunungan Kukusan, Kalimantan Selatan berupa sumberdaya terukur 126.000.000 dengan
kadar 47.00% Fe (Direktorat Sumber Daya Mineral, 96); P. Suwangi Kalimantan Selatan
dengan sumberdaya terukur 250.000 ton dan kadar 46% Fe; P. Sebuku Kalimantan Selatan
sumberdaya terukur 426.497.000 ton dengan kadar 39,82,23% Fe (Direktorat Sumber Daya
Mineral, 96); P. Danawan Kalimantan Sefatan sumberdayanya 7.500.000 ton dengan kadar Fe
47% (Direktorat Sumber Daya Mineral, 96).

Cebakan bijih besi metasomatik kontak banyak tersebar walaupun sumber dayanya
tidak begitu besar. Yang telah dikenal berada di daerah Lampung , Kalimantan Selatan dan
Sumatera Barat. Cebakan dari jenis ini telah diidentifikasi di Lampung terdiri atas : G. Waja,
dengan sumberdaya terukur 173.743 ton dan kadar Fe 67,45%; Wai Wai : 835.000 ton dan
kadar Fe 48,15 67,25%; Ranggal : 1.003.000 ton dan kadar Fe 43,50-66,04%; G. Rajabasa :
115.000. ton dan kadar Fe 69%. Di Kalimantan Selatan terdapat di Tanalang dengan jumlah
sumberdaya 5.062.400 ton kadar 51,38 58,75% (Direktorat Sumber Daya Mineral, 96). Di
Sumatera Barat terdapat di Gn. Batu Besi Air Abu dan Bukit Lolo dengan total Sumber daya
sebesar 2 juta ton dan kadar 59% Fe. Cebakan bijih besi tipe metasomatik kontak ini dianggap
sangat baik untuk kebutuhan industri baja, karena tidak mengandung pengotor (impuriteis) yang
dapat mengganggu proses metalurgi. Kebutuhan bahan baku besi dalam industri alat berat
seperti industri baja/konstruksi, otomotif serta industri alat berat lainnya pada tahun-tahun
terakhir ini permintaannya meningkat secara tajam. Besi sebagai salah satu bahan baku utama
dalam industri baja dan industri alat berat lainnya di Indonesia, keberadaannya akhir-akhir ini
memiliki peranan yang sangat penting. Potensi sebarannya luas dan banyak di berbagai pulau
di Indonesia, seperti di Sumatra, J awa, Kalimantan, Sulawesi, kawasan Nusatenggara,
Kepulauan Maluku ~Papua. Sejauh ini kegiatan eksplorasi dan inventarisasi berkaitan dengan
endapan besi tersebut belum dilakukan secara menyeluruh, dan sistimatis.
Keterdapatan/keterjadian endapan besi dapat dikelompokan menjadi tiga jenis. Pertama
endapan bijih besi primer, terjadi karena proses hidrotermal, kedua endapan besi laterit
terbentuk akibat proses pelapukan dan ketiga endapan besi sekunder ( pasir besi) adalah
merupakan kelompok mineral rombakan.
Salah satu potensi endapan besi sekunder yang terdapat di Kepulauan Indonesia terdapat di
Kabupaten Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur yang secara geologi sangat dimungkinkan
untuk terdapatnya endapan pasir besi. Hasil survey tinjau yang di lakukan di beberapa tempat
seperti di daerah pesisir selatan Sikka dan Ende menunjukkan nilai kadar Fe
total
nya mencapai
63% dengan TiO
2
1%. Rata-rata kadar Fe
total
nya diatas 56% dengan TiO
2
<2%, (Bambang
N.W., 2005).
Daerah kajian endapan pasir besi secara geografis terletak antara 121,45 ~121,65 BT dan
8,80 ~8,85 dan secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Ende, Kabupaten
Ende, Flores. Maksud dari kajian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum keberadaan
potensi sumber daya pasir besi di daerah pantai selatan Kabupaten Ende, Flores yang
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi investor yang berminat untuk terjun
dalam usaha di bidang pertambangan khususnya pasir besi.

Metoda
Pemetaan permukaan dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hubungan antara
geologi yang ada dengan pembentukan endapan pasir besi di daerah tersebut. Pengukuran
dengan teodolit jenis TO dilakukan untuk membuat baseline dan crossline titik-titik pemboran.
Penentuan posisi titik pertama dalam pengukuran referensinya adalah dengan data GPS.
Pemboran dilakukan pada daerah pantai yang mengandung pasir besi dengan interval panjang
(baseline) 400 meter dan lebar (crossline) 200 meter. Pekerjaan pemboran dilakukan dengan
menggunakan bor tangan (hand auger) jenis Doomer yang dilengkapi dengan casing
berdiameter 2,5 inchi. Proses separasi magnetik dilakukan dengan metode increment. Hasil dari
increment dipergunakan untuk menentukan nilai MD. Nilai magnetic degree (MD) diperoleh dari
hasil pengukuran berat konsentrat dibagi berat asal dikalikan 100% rumus yang digunakan :

Berat konsentrat
MD = - X 100 %
Berat asal
Sedangkan untuk mengetahui komposisi dan kadar tiap mineral didalam pasir besi dilakukan analisa
unsur Fe
2
O
3
, Fe
total
, TiO
2
dan H
2
O terhadap sampel yang sudah menjadi konsentrat. Endapan pasir besi
yang dimasukan ke dalam perhitungan sumber daya terukur mempunyai MD >7%. Total sumber daya
terukur dihitung dengan cara menjumlahkan sumber daya tiap lubang bor, sedangkan sumber daya
konsentrat tiap lubang dihitung dengan rumus
C = (L X t ) X MD X SG
Dimana :
C =Sumber daya dalam ton
L =Luas areal pengambilan bor dalam M
t =Tebal endapan dalam meter
MD =Magnetic Degree dalam %
SG = Berat Jenis
Bijih besi yang terdapat di alam pada umumnya mengandung kadar besi Fe masih sangat rendah yaitu
sekitar 25 37% Fe. Bijih besi Fe berbentuk Besi-oksida Fe2O3 atau Fe3O4 bercampur dengan
material-material ikutan seperti SiO2, Al2O3, CaO, MgO, TiO2, Cr2O3, NiO2, P, S dan H2O. Untuk
meningkatkan kadar besi Fe dalam bentuk konsentrat besi-oksida sampai dengan 56-60% Fe diperlukan
teknologi benifisiasi atau peningkatan kadar besi Fe melalui berbagai tahapan proses.
Tahapan proses Benefisiasi tergantung pada struktur fisik dan sifat kimia bijih besi.
a. Apabila bijih besi memiliki sifat magnetic (bijih Magnetit) berbentuk batuan, dilakukan tahapan proses
sebagai berikut :
Crushing I (pemecahan batuan) sampai dengan 10 mesh
Density Separator (pemisahan dengan perbedaan density)
Crushing II (penghalusan) sampai dengan -100 mesh
Grinding Mill sampai dengan 325 mesh
Flotation / Slurry (Pencucian)
Magnetic Separator
b. Bijih besi Magentit berbentuk butiran halus (fines ore), tahapan prosesnya adalah sebagai berikut :
Density Separator
Crushing sampai dengan 100 mesh
Grinding Mill sampai dengan 325 mesh
Flotation / Slurry
Magnetic Separator
c. Apabila bijih besi memiliki sifat geothite (bijih Laterit), dilakukan proses:
Crushing I
Crushing II sampai dengan 100 mesh
Density Separator
Grinding Mill sampai dengan 400 mesh
Flotation / Slurry (pencucian)
Roasting (pemanggangan) agar menjadi magnetit
Magnetic separator
Bijih besi Hematit Fe2O3 kandungan Fe-nya bervariasi (low-high grade) biasanya terdapat bersama
pengotor silica dan alumina. Proses benefisiasi untuk peningkatan kadar Fe biasanya melalui metoda
floatasi. Untuk mempermudah pemisahan melalui proses kering dengan Magntic separator, pada
umumnya bijih besi Hematit diubah menjadi bersifat magnetic melalui proses pemanggangan atau
proses oksidasi. Bijih besi Magnetite mempunyai sifat magnet kuat, sehingga proses benefisiasinya
menggunakan magnetic separator. Dengan teknik ini maka bijih magnetic dengan kadar Fe dibawah 30%
bisa diolah secara ekonomis. Bijih besi Laterite merupakan hasil pelapukan batuan ultra basic, jenis
batuannya berupa goethite atau limonite. Kadar Fe-nya tidak terlalu tinggi karena mengandung air kristal.
Pada bijih besi berbentuk Pasir besi (fines iron) jenis mineralnya adalah Titanomagnetite dan bersifat
magnet kuat. Kandungan Fe relative rendah karena mengandung Titan oksida. Teknologi pengolahan
pasir besi sampai dengan menjadi besi konsentrat dilakukan dengan Magnetic separator, sedangkan
untuk menjadi besi spons secara komersil telah dilakukan menggunakan teknologi SL/RN. Untuk
memproses lebih lanjut konsentrat besi-oksida yang telah memiliki kadar Fe sekitar 60-62% menjadi
bahan baku proses ironmaking, maka perlu diketahui teknologi ironmaking yang akan digunakan,
misalnya teknologi Direct Reduction Iron (DRI) HYL / MIDREX / SLRN dan Direct Smelting
COREX/HISMELT serta teknologi Blast Furnace akan memerlukan bahan baku konsentrat besi-oksida
dalam bentuk Pellet atau Sinter, sedangkan teknologi Direct Smelting DIOS atau teknologi Fluidizing-bed
dapat langsung menggunakan konsentrat halus sebagai bahan bakunya.
Teknologi proses Benefisiasi dan Pelletizing dari bijih besi sampai dengan pellet besi adalah
sebagai berikut :
A. Proses Peningkatan Kadar Fe (Benifisiasi)
A.1. Proses Penghancuran (Crushing)
Bijih besi dalam bentuk batuan dan masih banyak mengandung kotoran dihancurkan sampai dengan
ukuran 1 10 mm , selanjutnya butiran yang mengandung besi dipisahkan dari butiran silika, alumina
dan lain-lain dengan peralatan Gravity Separator. Butiran besi yang kadar Fe nya sudah meningkat
dihaluskan lagi dengan Crusher sampai dengan ukuran 10 mesh.
A.2. Proses Pencucian dan Flotation
Sebelum dilakukan penghalusan butiran bijih besi 10 mesh dilakukan proses pencucian didalam Tangki
Flotation dan diaduk secara terus-menerus sehingga bijih besi halus akan mengendap sedangkan
kotoran akan mengapung.
A.3. Proses Penghalusan
Agar butiran halus bijih besi lebih banyak lagi terpisah dengan kotoran atau mineral-mineral ikutan yang
tidak diinginkan, bijih besi dihaluskan lagi sampai dengan 375-400 mesh. Selanjutnya dilakukan proses
pencucian untuk memisahkan bijih besi dengan silika, alumina, dan material non logam lainnya.

A.4. Magnetic separation
Sebelum dilakukan proses peningkatan kadar Fe melalui metode pemisahan dengan Magnetic
Separator, perlu diketahui dahulu besarnya komposisi Fe2O3 dan Fe3O4 didalam bijih besi halus.
Apabila bijih besi bersifat magnet kuat atau hampir 100% mengandung Fe3O4 maka pemisahan dengan
magnetic separator dapat langsung dilakukan, agar material-material non magnet dapat dipisahkan dari
besi magnetic. Apabila bijih besi banyak mengandung besi Hematit (Fe203), maka bijih besi halus
tersebut perlu dilakukan proses Roasting terlebih dahulu sehingga Fe2O3 dapat diubah
menjadi Fe3O4 yang bersifat magnetic. Setelah dilakukan magnetic separation akan dihasilkan bijih besi
halus dengan kadar Fe sekitar 60-62%.

B. Proses Pembuatan Pellet Besi
B1. Proses pencampuran (Mixing)
Agar konsentrat besi-oksida halus dapat merekat membentuk gumpalangumpalan (aglomerisasi) yang
disebut pellet basah (green pellet) yang mempunyai kekuatan yang cukup kuat untuk dapat dibawa dan
diproses lebih lanjut, maka besi-oksida halus tersebut perlu dicampur dengan bahan perekat/ binder yaitu
bentonit dan kapur dalam jumlah tertentu. Proses pencampuran bijih besi halus dan binder dilakukan
dalam alat pencampur (Mixer)
B2. Proses Aglomerisasi
Konsentrat bijih besi yang telah dicampur binder dimasukkan secara kontinyu kedalam mesin pelletizing
(Disc pelletizer) yang berbentuk setengah drum/bejana yang berputar pada kecepatan tertentu sambil
disemprotkan air secara kontinyu. Akibat perputaran ini terjadilah gaya centrifugal menyebabkan partikel-
partikel halus saling mendekat dan menekan satu sama lain sehingga terbentuklah gumpalan-gumpalan
pellet basah (green pellet) sampai dengan ukuran diameter 12 mm. Pellet basah harus memiliki kekuatan
tekan 1-5 kg/pellet dan kuat jatuh 5 kali. Hal ini diperlukan agar tidak pecah selama proses transportasi
dan saat penumpukan di dapur pembakaran.
B3. Proses Pembakaran Pellet
Pellet mentah (green pellet) perlu dikeraskan sehingga menjadi kuat dan tidak pecah didalam tumpukan
pellet yang cukup tinggi selama proses reduksi didalam dapur reduksi (HYL, Midrex, Blast Furnace).
Pellet mentah dipanaskan pada temperature 250-400 0C selama 5-10 menit pada konveyor berjalan,
selanjutnya didalam dapur pembakaran pellet dibakar dari temperature 300-600 0C dan berakhir ketika
dapur mencapai temperature 1100-1250 0C. Dengan pembakaran ini maka pellet matang akan
mempunyai kekuatan tekan sekitar 250 kg/pellet.\
1. Batubara
Mula Jadi
Batu bara terbentuk dari pengubahan sisa tumbuh-tumbuhan yang terjadi selama beberapa ratus
juta tahun yang silam. Sesuai dengan bahan asalnya batubara terdiri dari elemen-elemen arang
(Carbon), Oksigen, Nitrogen, Hidrogen dan beberapa mineral logam dalam bentuk dan jumlah
bayangan (Trace Element) dengan demikian kualitas batubara juga tergantung dari jenis bahan
asalnya disamping peningkatan mutu oleh faktor geologi batubara dapat diklasifikasikan menurut
tingkatan yaitu Lignit, Sub Bituminusa, Bituminusa dan Antrasit.
Penggunaan
Batubara dapat digunakan sebagai bahn bakar langsung, bahan bakar tidak langsung dan bukan
bahan bakar .
Sebagai bahan bakar langsung, batubara digunakan antara lain untuk penggunaan listrik tenaga
uap, pabrik semen, industri pembakaran kapur, bata, genteng, keramik, pandai besi dan lain-lain.
Sebagai bahan bakar tidak langsung, batubara harus mengalami proses pengolahan lebih dulu
yaitu dengan cara gasifikasi, pencairan, karbonisasi, pembriketan, suspensi dan lain-lain.
Selain bahan bakar, batubara dapat pula dimanfaatkan pada berbagai macam industri yang
menggunakannya bukan sebagai bahan bakar, antara lain sebagai elekrodata, reduktor, bahan
baku pada industri kimia.
Keadaan Bahan Galian
Indikasi bahan galian jenis endapan Batubara berdasarkan hasil investasi penyelidikan bahan
galian maka telah diketahui areal penyebaran endapan atau cebakan yaitu tersebar dalam
wilayah Kecamatan Mori Atas yang meliputi : Desa Tomata, Londi, Taende dan Ensa. Dan
Kecamatan Bungku Utara yang berbatasan dengan Kecamatan Manmosalato yaitu Desa Kolo
Atas Kabupaten Morowali. Klasifikasi cadangan masih dalam bentuk cadangan tereka (infered
reserves) dimana kualitas cadangan ini hanya berdasarkan interprestasi dan pengetahuan
geologi semata.
Lokasi
Kabupaten Morowali : Desa Tomata, Londi, Taende dan Ensa Kecamatan Mori Atas dan Desa
Kolo Atas yang merupakan daerah perbatasan Kecamatan Bungku Utara dengan Kecamatan
Mamosalato.
1. Besi
Mula Jadi
Berasal dari proses pelapukan bantuan ultrabasa.
Umumnya endapan besi yang terdapat di Indonesia adalah endapan metasomik dan hidrotermal,
secara geologi endapan besi primer di Indonesia terdapat di daerah kotak antara lapisan
sedimen mengandung kapur yang berubah menjadi skam karena intrusi batuan asam
intermedier.
Bijih besi sekunder ditemukan baik sebagai bentuk laterit maupun endapan pantai, dalam laterit
bijih besi ditemukan sebagai pasir atau batu pasir besi yang mengandung titanium.
Penggunaan
Besi digunakan antara lain untuk industri baja, pembuatan pelat, parang, pisau, pacul dan lain-
lain.
Lokasi
Daerah Kecamatan Petasia, Kecamatan Bungku Utara dan Kecamatan Mamosalato
Kabupaten Morowali.

Anda mungkin juga menyukai