Anda di halaman 1dari 43

Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya seluruh seluk

beluk pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama Bill of Quantity
(BOQ), Gambar Kerja serta Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis.
Didalam hal terdapat ketidakjelasan dan perbedaan-perbedaan informasi di dalam
pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Konsultan pengawas dan
Direksi Pekerjaan untuk mendapat kejelasan pelaksanaan.
Pekerjaan ini meliputi bagian-bagian pekerjaan yang dinyatakan dalam Gambar Kerja, BOQ
serta Buku Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis.
Pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai dengan rencana dalam gambar dokumen
perencanaan dan gambar kerja, antara lain:
A. Pekerjaan Divisi 1 Umum
B. Pekerjaan Divisi 2 Drainase
C. Pekerjaan Divisi 3 Pek.Tanah
D. Pekerjaan Divisi 5 Perkerasan berbutir
E. Pekerjaan Divisi 6 Pek.Aspal
F. Pekerjaan Divisi 8 Pek.Pengembalian Kondisi jalan
Pekerjaan yang tidak tercantum dalam Lingkup diatas sudah termasuk dalam jenis pekerjaan
yang akan dilaksanakan sesuai gambar rencana kerja.
- Meliputi : Pembuatan Los Kerja, Pembuatan Papan Nama Proyek, Pek. Pasang
bouwplank dan Pembersihan tapak sebelum dan sesudah pembangunan
Dalam waktu 1 (satu) hari setelah diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), Pihak
Pemborong sudah dapat memulai melaksanakan pembangunan fisik, dan paling lambat 7 hari
apabila setelah 1 (satu) bulan Kontraktor/Pemborong/Pengadaan yang ditetapkan belum
melaksanakan pembangunan fisik dilapangan, maka akan diberlakukan ketentuan yang
tertuang dalam Syarat-syarat Umum Kontrak (SSUK) dan Syarat-syarat Khusus Kontrak
(SSKK).
Kontraktor/Pemborong harus memasang Papan Nama Proyek dengan ukuran 1 x 1,2 meter,
yang memuat data-data informasi proyek atas biaya Kontraktor/Pemborong
4.1 Di lapangan, Kontraktor/Pemborong wajib menunjuk dan melaporkannya kepada Direksi
Pekerjaan/Konsultan pengawas seorang Kuasa Kontraktor atau biasa disebut Pelaksana
yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat
kuasa penuh dari Kontraktor/Pemborong, berpendidikan minimal Sarjana (S1) Teknik
Sipil bersertifikat keahlian Teknik Sipil dan berpengalaman minimal 3 (tiga) Tahun, dan
1 (Satu) orang lulusan Sekolah Teknologi Menengah (STM/SMK) Bangunan dan
berpengalaman minimal 3 (Tiga) Tahun bersertifikat keahlian pekerjaan jalan, 1 (Satu)
orang tenaga administrasi lulusan SLTA/sederajat pengalaman minimal 2 (Dua) Tahun,1
(Satu) orang tenaga logistik lulusan SLTA/sederajat dan Pengalaman minimal 2 (Dua)
Tahun dan Tenaga Operator AMP yang bersertifikasi Bina Marga.
4.2 Dengan adanya Pelaksana tidak berarti bahwa Kontraktor/Pemborong lepas tanggung
jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.
4.3 Bila dikemudian hari menurut pendapat Direksi dan Konsultan pengawas bahwa
Pelaksana dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka
Direksi Pekerjaan akan memberitahukan kepada Kontraktor/Pemborong secara tertulis
untuk mengganti Pelaksana.
5.1 Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan dilapangan, Kontraktor/Pemborong wajib
membuat Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-Chart
dan S-Curve Bahan dan Tenaga.
5.2 Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan pengawas, paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterima Kontraktor/Pemborong. Rencana Kerja yang telah
disetujui oleh Konsultan pengawas akan disahkan oleh Direksi Pekerjaan.
5.3 Kontraktor/Pemborong wajib membuat salinan Rencana Kerja untuk diberikan kepada
Direksi Pekerjaan dan Konsultan pengawas.
5.4 Kontraktor/Pemborong harus selalu dalam pelaksanaan pembangunan pekerjaan sesuai
dengan Rencana Kerja tersebut diatas.
5.5 Konsultan pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor/Pemborong berdasarkan
Rencana Kerja tersebut.
6.1 Los Kerja. Kontraktor/Pemborong harus menyediakan Los Kerja diperlengkapi dengan
kursi, meja, serta alat-alat kantor yang diperlukan.
6.2 Kontraktor/Pemborong berkewajiban menjaga kebersihan Los Kerja serta inventarisnya.
6.3 Los Kerja yang dibuat dan dibiayai oleh Kontraktor/Pemborong, setelah selesai
pelaksanaan pembangunan/pekerjaan tersebut, harus segera dibongkar/dibersihkan oleh
pihak Pemborong.
7.1 Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan
cukup di tempat pekerjaan untuk para pekerja.
7.2 Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK ditempat pekerjaan.
7.3 Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan,
kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerjaan, bahan dan
peralatan teknis serta konstruksi yang diserahkan Direksi, dalam hal terjadinya
kerusakan-kerusakan, maka kontraktor harus bertanggung jawab untuk
memperbaikinya.
7.4 Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor/Pemborong selekas mungkin memberitahukan
kepada Konsultan pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan
korban kecelakaan itu.
Kontraktor/Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan
berikut alat bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan
pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun
hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai
dengan sempurna sampai dengan diserah terimakannya pekerjaan tersebut kepada Direksi.
8.1 Tenaga kerja / tenaga ahli.
Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan
volume pekerjaan yang akan dilaksanakan serta Tenaga Ahli Operator AMP (Asphalt
Mixing Plant) yang bersertifikasi Bina Marga.
8.2 Peralatan bekerja.
Menyediakan alat-alat bantu, seperti mesin gilas/tandem, Dump truk, Asphalt Finisher,
Tire Roller, alat-alat pengangkat dan pengangkut serta peralatan-peralatan lain yang
benar-benar diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, dan mendapatkan surat
dukungan alat dari AMP (Asphalt Mixing Plant) yang bersertifikasi Bina Marga.
8.3 Bahan-bahan bangunan dan Aspal hotmix.
Menyediakan bahan-bahan bangunan tepat pada waktunya dan untuk aspal hotmix yang
tidak menggunakan Asphalt finisher menyertakan surat dukungan dari AMP (Asphalt
Mixing Plant) yang menyatakan Kestabilan suhu aspal hotmix yang akan di hampar
tetap stabil, mengingat suhu dilokasi pekerjaan mencapai 15-22c dengan ketinggian 600-
1300 MDPL.
8.4 Penyediaan air dan daya listrik untuk bekerja.
8.4.1 Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor dengan membuat instalasi air di
tapak proyek atau di supply dari luar.
8.4.2 Air harus bersih, bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya
yang merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari
Konsultan pengawas/ Direksi.
8.4.3 Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan
sementara PLN setempat selama masa pembangunan.
Penggunaan Diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk
penggunaan sementara atas petunjuk Konsultan pengawas.
9.1 Persyaratan Pelaksanaan.
Untuk menghindari klaim dari pihak Pengguna (User) dikemudian hari maka Kontraktor
harus betul-betul memperhatikan pelaksanaan pekerjaan jalan dengan memperhitungkan
ukuran jadi (finished) sesuai persyaratan ukuran pada Gambar Kerja, BOQ dan Buku
Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis. Kontraktor wajib melaksanakan semua
pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan
pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat Teknis dan atau petunjuk yang diberikan oleh Konsultan pengawas.
Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib memperhatikan
dan melakukan koordinasi dengan Direksi Pekerjaan yang menyangkut pekerjaan
Pengaspalan jalan, dan mendapat ijin tertulis dari Konsultan pengawas.
Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan calon pemborong harus menyediakan:
- Wakil sebagai penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli dibidangnya
selama pelaksanaan pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi
kewajiban menurut kontrak.
- Buku harian untuk:
Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek.
Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail pekerjaan.
- Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah:
1 (satu) kamera.
1 (satu) alat ukur jangka sorong.
1 (satu) alat pita ukur panjang 50 m dan 5 m.
1) Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian dan Laporan Mingguan
mengenai segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan,
baik teknis maupun Administratif.
2) Dalam pembuatan Laporan tersebut, pihak Kontraktor/Pemborong harus memberikan
data-data yang diperlukan menurut data dan menurut keadaan sebenarnya.
3) Laporan-laporan tersebut diatas, harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan untuk
bahan monitoring.
1) Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang
mengikat/berlaku adalah gambar.
2) Apabila terdapat revisi-revisi pada aligment, lokasi, seksi (bagian) dan detail gambar
mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja dan dituangkan dalam Shop
Drawing. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar
tersebut dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan dalam
gambar dan spesifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan
darurat konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan pengawas dan
disahkan oleh Direksi Pekerjaan.
3) Konsultan pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang
semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya.
Permukaan-permukaan pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan garis, lapisan
bagian dan ukuran yang tercantum dalam gambar, kecuali bila ada ketentuan lain dari
Konsultan pengawas.
4) Ukuran
a. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar
Pelengkap meliputi:
As-as
Luar-luar
Dalam-dalam
Luar-dalam
b. Ukuran-ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam mm (millimeter)
dan cm (centimeter).
c. Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja pada dasarnya adalah ukuran jadi
seperti dalam keadaan selesai (finished)
d. Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis
kepada Konsultan pengawas yang selanjutnya akan memberikan keputusan ukuran
mana yang akan dipakai dan dijadikan pegangan.
e. Setiap deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan
ditentukan oleh Konsultan pengawas dan mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan.
5) Perbedaan gambar
Mengingat setiap kesalahan maupun ketidaktelitian didalam pelaksanaan satu bagian
pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka didalam hal
terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan, ataupun ketidak sesuaian dan keragu-
raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada
Konsultan pengawas secara tertulis, mengadakan pertemuan dengan Direksi Pekerjaan
dan Konsultan pengawas, untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan dijadikan
pegangan.
a. Bahan-bahan yang didatangkan/dipekerjakan harus sesuai dengan contoh-contoh
yang telah disetujui Konsultan pengawas.
b. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat teknis dinyatakan afkir/ditolak oleh
Konsultan pengawas harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan selambat-
lambatnya dalam tempo 1 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.
c. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan
pengawas/Direksi dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka
Direksi berhak memerintahkan pembongkaran kembali kepada kontraktor yang
mana segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi
tanggungan Kontraktor sepenuhnya.
d. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari
bahan-bahan tersebut, maka kontraktor harus dan memeriksakannya ke laboratorium
balai penelitian Bahanbahan Pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut
disampaikan kepada Konsultan pengawas/ Direksi secara tertulis. Segala biaya
pemeriksaan ditanggung oleh Kontraktor.
e. Sebelum ada kepastian dari laboratorium tersebut di atas Pelaksana tidak
diperkenanakan melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan bahan-bahan
tersebut.
f. Bila diminta oleh Konsultan pengawas, Kontraktor harus memberikan penjelasan
lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
a. Jika Kontraktor menunjuk supplier dan atau Kontraktor Bawahan (Sub-Kontraktor)
didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka kontraktor wajib
memberitahukan terlebih dahulu kepada Konsultan pengawas dan Direksi untuk
mendapatkan persetujuan.
b. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan pengawas di lapangan untuk pekerjaan
khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan
khusus sesuai intruksi pabrik.
a. Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah
permukaan, dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-puing di
dalam daerah kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di
tempatnya atau yang harus dipindahkan sesuai dengan ketentuan pasal-pasal yang
lain dari spesifikasi ini.Pekerjaan ini mencakup juga perlindungan/penjagaan
tumbuhan dan benda-benda yang ditentukan harus tetap berada di tempatnya dari
kerusakan atau cacat.
b. Segala obyek yang berada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu busuk,
tunggul, akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan rintangan-rintangan lainnya
yang muncul, yang tidak diperuntukan berada di sana, harus dibersihkan dan/ atau
dibongkar, dan dibuang bila perlu. Pada daerah galian, segala tunggul dan akar harus
dibuang dari daerah sampai kedalamam sekurang-kurangnya 50 cm di bawah elevasi
lubang galian sesuai Gambar Kerja. Lubang-lubang akibat pembongkaran harus
diurug dengan material yang memadai dan dipadatkan sampai 90% dari kepadatan
kering maksimum sesuai AASHTO T 99.
A. Pekerjaan pengukuran kondisi tapak
1) Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan pengukuran
kondisi existing tapak terhadap posisi rencana pekerjaan. Hasil pengukuran harus
diserahkan kepada Direksi/ Ko ns ul t a n pe ng a was .
2) Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan keadaan yang
sebenarnya di lapangan, harus segera dilaporkan ke Konsultan pengawas untuk
disahkan Direksi Pekerjaan.
3) Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya dilakukan dengan alat-alat
waterpass/theodolit.
4) Personil dan perlatan survey harus meliputi dan tidak hanya terbatas pada :
a. Personil :
1 orang pekerja surveyor
b. Peralatan Pengukuran (Survey) :
2 wild NAK levels;
2 pita meteran baja dengan panjang 50 m;
2 steel measuring rod (4m);
2 target pole
c. Patok-patok survey, dam macam-macam alat yang diperlukan dalam survey.
Pekerjaan meliputi pengadaan secara memadai akan tenaga Ahli, alat-alat Bantu dan bahan
material sesuai dengan jenis pekerjaan yaitu :
A. Pekerjaan Divisi 1 Umum
B. Pekerjaan Divisi 2 Drainase
C. Pekerjaan Divisi 3 Pek.Tanah
D. Pekerjaan Divisi 5 Perkerasan berbutir
E. Pekerjaan Divisi 6 Pek.Aspal
F. Pekerjaan Divisi 8 Pek.Pengembalian Kondisi jalan
Pekerjaan lain-lain dan segala sesuatu yang nyata-nyata termasuk dalam pekerjaan ini
2.1. Sebelum pekerjaan dimulai lokasi yang akan dilaksanakan harus terlebih dahulu
dibersihkan dari berbagai kotoran, sampah, puing-puing dan segala sesuatu yang akan
mengganggu pelaksanaan.
2.2. Barang yang tidak digunakan lagi harus dikeluarkan dari lokasi Tapak/ Site Kontruksi
dan dikumpulkan di tempat/ lokasi tertentu yang ditunjukkan Direksi.
1) Uraian
Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam Kontrak ini akan tergantung pada
jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan di
bagian-bagian lain dari Dokumen Kontrak, dan secara umum harus memenuhi berikut:
a) Ketentuan Mobilisasi untuk semua Kontrak
i) Penyewaan atau pembelian sebidang lahan yang diperlukan untuk base camp
Kontraktor dan kegiatan pelaksanaan.
ii) Mobilisasi Kepala Pelaksana (General Superintentent) yang memenuhi jaminan
kualifikasi (sertifikasi) menurut cakupan pekerjaannya (pembangunan, atau
peningkatan jalan / penggantian jembatan, atau pemeliharaan berkala).
iii) Mobilisasi semua staf pelaksana dan pekerja yang diperlukan dalam pelaksanaan dan
penyelesaian pekerjaan dalam Kontrak.
Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum
dalam Penawaran, dari suatu lokasi asal ke tempat pekerjaan dimana peralatan tersebut
akan digunakan menurut Kontrak ini.
iv) Penyediaan dan pemeliharaan base camp Kontraktor, jika perlu termasuk kantor
lapangan, tempat tinggal, bengkel, gudang, dan sebagainya.
v) Perkuatan jembatan lama untuk pengangkutan alat-alat berat.
b) Ketentuan mobilisasi Kantor Lapangan dan Fasilitasnya untuk Direksi Pekerjaan
Kebutuhan ini akan disediakan dalam Kontrak lain.
c) Ketentuan mobilisasi Fasilitas Pengendalian Mutu
Penyediaan dan pemeliharaan laboratorium lapangan harus memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam Spesifikasi ini bersama dengan peralatan laboratorium lapangan yang
tercantum dalam Lampiran Gedung laboratorium dan peralatannya, yang dipasok
menurut Kontrak ini, akan tetap menjadi milik Kontraktor pada waktu proyek selesai.
d) Kegiatan Demobilisasi untuk semua Kontrak
Pembongkaran tempat kerja oleh Kontraktor pada saat akhir Kontrak, termasuk
pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari tanah milik Pemerintah dan
pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum Pekerjaan
dimulai.
2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini
a) Syarat-syarat Kontrak (Bab 3 dari Dokumen
Kontrak)
: Pasal-pasal yang berkaitan
b) Kantor Lapangan dan Fasilitasnya
c) Pelayanan Pengujian Laboratorium
d) Rekayasa Lapangan
e) Jadwal Pelaksanaan
f) Pekerjaan Pembersihan
g) Selokan dan Saluran Air
h) Gorong-gorong
i) Pemeliharaan Jalan Samping dan Jembatan
3) Periode Mobilisasi
Mobilisasi dari seluruh mata pekerjaan yang terdaftar harus diselesaikan dalam jangka
waktu 60 hari terhitung mulai tanggal mulai kerja, kecuali penyediaan Fasilitas dan
Pelayanan Pengendalian Mutu harus diselesaikan dalam waktu 45 hari.
Setiap kegagalan Kontraktor dalam memobilisasi Fasilitas dan Pelayanan Pengendalian
Mutu sebagimana disebutkan diatas, akan membuat Direksi Pekerjaan melaksanakan
pekerjaan semacam ini yang dianggap perlu dan akan membebankan seluruh biaya
tersebut ditambah sepuluh persen pada Kontraktor, dimana biaya tersebut akan
dipotongkan dari setiap uang yang dibayarkan atau akan dibayarkan kepada Kontraktor
menurut Kontrak ini. Pemotongan sebagaimana yang disebutkan tetap berlaku.
4) Pengajuan Kesiapan Kerja
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan suatu program mobilisasi
menurut detil dan waktu yang disyaratkan dari spesifikasi ini. Bilamana perkuatan
jembatan lama atau pembuatan jembatan darurat atau pembuatan timbunan darurat pada
jalan yang berdekatan dengan proyek, diperlukan untuk memperlancar pengangkutan
peralatan, instalasi atau bahan milik Kontraktor, detil pekerjaan darurat ini juga harus
diserahkan bersama dengan program mobilisasi sesuai dengan ketentuan dari spesifikasi
ini.
1) Dalam waktu 7 hari setelah Penandatangan Kontrak, Kontraktor harus melaksanakan
Rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction Meeting) yang dihadiri Pemilik, Direksi
Pekerjaan, Wakil Direksi Pekerjaan (bila ada) dan Kontraktor untuk membahas semua hal
baik yang teknis maupun yang non teknis dalam proyek ini.
2) Dalam waktu 14 hari setelah Rapat Pra Pelaksanaan, Kontraktor harus menyerahkan
Program Mobilisasi (termasuk program perkuatan jembatan, bila ada) dan Jadwal
Kemajuan Pelaksanaan kepada Direksi Pekerjaan untuk dimintakan persetujuannya.
3) Program mobilisasi harus menetapkan waktu untuk semua kegiatan mobilisasi yang
disyaratkan dan harus mencakup informasi tambahan berikut :
a) Lokasi base camp Kontraktor dengan denah lokasi umum dan denah detil di lapangan
yang menunjukkan lokasi kantor Kontraktor, bengkel, gudang, mesin pemecah batu
dan instalasi pencampur aspal, serta laboratorium bilamana fasilitas tersebut
termasuk dalam cakupan Kontrak.
b) Jadwal pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi asal dari semua peralatan
yang tercantum dalam Daftar Peralatan yang diusulkan dalam Penawaran, bersama
dengan usulan cara pengangkutan dan jadwal kedatangan peralatan di lapangan.
c) Setiap perubahan pada peralatan maupun personil yang diusulkan dalam Penawaran
harus memperoleh persetujuan dari Direski Pekerjaan.
d) Suatu daftar detil yang menunjukkan struktur yang memerlukan perkuatan agar aman
dilewati alat-alat berat, usulan metodologi pelaksanaan dan jadwal tanggal mulai dan
tanggal selesai untuk perkuatan setiap struktur.
e) Suatu jadwal kemajuan yang lengkap dalam format bagan balok (bar chart) yang
menunjukkan tiap kegiatan mobilisasi utama dan suatu kurva kemajuan untuk
menyatakan persentase kemajuan mobilisasi.
1. Umum
a. Uraian
Lapis Pondasi bawah agregat adalah bagian konstruksi perkerasan yang terletak antara
tanah dasar dan pondasi atas, yang terdiri dari batu / kerikil pecah atau kerikil yang
mempunyai persyaratan tertentu.
Lebar dan tebalnya sesuai dengan Gambar Rencana atau seperti ditetapkan oleh Direksi.
b. Sifat
Dalam kedudukannya sebagai bagian konstruksi perkerasan jalan, pondasi bawah
agregat mempunyai nilai struktural.
2. Bahan
a. Sumber Bahan
Penawar harus sudah menentukan sendiri lokasi, jumlah, mutu dan gradasi bahan yang
akan digunakan untuk pondais bawah agregat. Segala biaya yang berhubungan dengan
pengambilan, pengangkutan, penyaringan dan pemecahan harus sudah tercakup dalam
Harga Satuan pondasi bawah agregat.
Selambat lambatnya 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan, pondasi bawah agregat,
kontraktor harus sudah melaporkan kepada Direksi mengenai tempat asal dan mutu
bahan yang akan digunakan sebagai pondasi bawah agregat dan bahan tersebut harus
memenuhi persyaratan spesifikasi ini.
b. Pemeriksaan dan Pengujian Bahan
Untuk memastikan mutu bahan pondasi bawah agregat, sebelum dimulainya
pengambilan bahan, kontraktor harus menyerahkan hasil laboratorium dari bahan yang
akan digunakan untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi.
Pengambilan contoh contoh bahan untuk pemeriksaan dilakukan oleh Kontraktor dan
disaksikan oleh Direksi atau wakil yang ditunjuk. Duflikat contoh contoh bahan harus
diserahkan kepada Direksi untuk digunakan sebagai referensi.
Segala biaya yang dikeluarkan untuk pengambilan dan pemeriksaan contoh contoh
bahan menjadi tanggung jawab kontraktor. Sebelum pengambilan bahan dilaksanakan,
semua sumber bahan tersebut terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Direksi,
dimana persetujuan ini bukan persetujuan akhir terhadap bahan dari sumber tersebut,
kecuali sudah dikerjakan menurut ketentuan yang ditetapkan.
Untuk menjamin mutu bahan , kontraktor harus memperkerjakan seorang tenaga
Geoteknik yang berpengalaman dan harus disetuji Direksi. Tenaga Geoteknik tersebut
bekerja dibawah pengawasan Direksi untuk melakukan kegiatan laboratorium lapangan
dan harus membuat catatan harian mengenai hasil hasil pemeriksaan dan pengamatan
pengamatan lain sesuai petunjuk Direksi.
Bahan yang akan disimpan dilapangan, terlebih dahulu harus mendapat persetujuan
Direksi dan setiap saat selama penyiapan bahan dan pelaksanaan Direksi dapat
melakukan Pemeriksaan. Bahan yang masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium
atau yang meragukan tidak boleh ditempatkan dilapangan atau dicampur dengan bahan
yang telah disetujui Direksi.
Apabila agradasi atau mutu bahan yang dikirim kelapangan tidak sesuai dengan yang
dipersyaratkan Direksi berhak untuk menolak bahan tersebut dan kontraktor harus
segera menyingkirkan dari lapangan.
Kontraktor wajib mengijinkan setiap perwakilan Direksi yang ditunjuk untuk
melaksanakan pemeriksaan bahan yang digunakan atau yang direncanakan akan
digunakan pada setiap saat selama atau setelah pekerjaan selesai, kontraktor wajib
menyediakan dan mengatur semua bahan, tenaga, peralatan untuk keperluan
pemeriksaan tersebut.
c. Penggudangan dan Penyimpanan Bahan
Penggunangan dan penyimpanan bahan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Persyaratan Bahan
Bahan yang digunakan untuk pondasi bawah agregat harus memenuhi persyaratan kelas
A, B atau C sebagai mana yang tercantum dalam Gambar rencana atau Petunjuk
Direksi. Bahan pondasi bawah agregat hasrus bebas dari kotoran bahan organik dan
bahan bahan lain yang tidak dikehendaki serta harus sedemikian rupa sehingga
memberikan lapisan yang kuat dan mantap.
Bahan pondasi bawah agregat terdiri dari campuran batu / kerikil pecah atau kerikil
dengan pasir, lanau dan lempung yang memenuhi persyaratan sbeagi berikut :
d.1. Pemeriksaan Mutu
- Kadar lempung atau sand equivalent (Aastho T 26) minimum 25
- Kehilangan akibat abrasi dengan mesin los Angelles (MPBJ PB.206-76, AASTHO T
96) maksimum 40.
- Batas cair (MPBJ PB.0109-76, AASTHO T 89) maksimum 35.
- Plastis indeks (MPBJ PB.0110-76) maksimum 11.
- CBR (MPBJ PB.0113-76) maksimum 30.
- Berat Agregat tertahan pada saringan no. 4 (4,75 % mm) yang mempunyai paling
sedikit satu bidang pecah (bila menggunakan kerikil pecah) minimum 50 %.
- Bagian material yang lolos saringan no. 200 (0,074 mm) tidak boleh l ebih dari 2 / 3
bagian material yang melalui saringan no. 40 (0,425 mm).
d.2. Persyaratan Gradasi (MPBJ PB.201-76)
Agregat kelas A (batu pecah, kerikil pecah, kerikil)
Uraian Saringan Berat Lolos
2
3
1

3/8
No. 4
No. 8
No. 30
No. 40
No. 200
100
60 90
46 78
40 70
24 56
13 45
6 36
2 22
2 18
0 10
Agregat Kelas B (campuran kerikil pecahan betul)
Uraian Saringan Berat Lolos
2
1
1

3/8
No. 4
No. 10
No. 40
No. 200
100
70 100
55 85
50 80
40 70
30 60
20 50
10 30
5 15
Agregat Kelas C (Pasir dan Kerikil)
Uraian Saringan Berat Lolos
2
No. 10
No. 200
Maksimum 100
Maksimum 80
Maksimum 15
3. Pelaksanaan
a. Persiapan Tanah Dasar
Sebelum penghamparan agregat dimulai, terlebih dulu tanah harus sudah siap
sebagaimana dipersyaratkan dalam Gambar Rencana.
b. Pencampuran dan Penghamparan
Kecuali ditentukan lain oleh Direksi, Kontraktor dapat mencampur bahan menurut salah
satu cara sebagai berikut :
b.1. Cara dengan Peralatan Tidak Berjalan (Stasioner)
Agregat dan air harus dicampur dalam alat pencampur yang sudah disetujui Direksi.
Selama pencampuran, jumlah air harus diatur agar diperoleh kadar air yang sesuai
dengan yang diperlukan untuk pemadatan yang disyaratkan.
Setelah selesai pencampuran, bahan diangkat ketempat pekerjaan dengan menjaga kadar
airnya dalam batas yang dipersyaratkan dan harus dihampar dengan alat yang telah
disetujui Direksi.
b.2. Cara Dengan Peralatan Berjalan (Mobil)
Setelah bahan untuk tiap lapis dihampar dengan mesin penebar agregat atau dengan
mesin lain yang disetujui Direksi, pencampuran dilakukan dengan mesin pencampur
berjalan sehingga campuran merata.
b.3. Cara Pencampuran Di Tempat
Setelah bahan untuk setiap lapis dihampar, sambil menagtur kadar airnya, bahan
dicampur dengan motor grader atau mesin lain yang disetujui Direksi sampai benar
benar merata.
Bahan lapis Pondasi Bawah harus dihampar dan dipadatkan lapis demi lapis sedemikian
rupa sehingga dengan alat yang tersedia dapat tercapai kepadatan maksimum yang
disyaratkan. Tebal lapisan lepas tidak boleh lebih dari 25 cm. Apabila diperlukan
pemadatan lebih dari satu lapis, penghamparan lapis berikutnya dilaksanakan setalah
lapis terdahulul selesai dipadatkan dan dibentuk.
Penghamparan bahan harus dimulai dari tempat yang ditunjuk oleh Direksi bahan harus
menggunakan alat yang dapat memberikan hasil penghamparan yang seragam,
penempatan bahan yang akan dihampar harus dengan jumlah dan jarak yang tepat agar
bila dilakukan perataan dan pemadatan dapat mencapai tebal yang sesuai dengan
persyaratan dalam Gambar Rencana. Apabila dilakukan pembongkaran lapisan pada
suatu tempat yang telah selesai dipadatkan, pembongkaran tersebut harus dilakukan
pada seluruh lebar dan tebal lapisan agar tidak menimbulkan kepadatan yang tidak
seragam.
c. Pemadatan
Setelah selesai penghamparan dan perataan, tiap lapisan harus segera dipadatkan pada
seluruh lebar hamparan dengan menggunakan mesin gilas roda besi atau mesin gilas
roda karet atau mesin gilas lain yang disetujui oleh Direksi.
Pada bagian yang lurus, pemadatan dilakukan mulai dari bagian tepi hamparan, bergeser
kebagian tengah sejajar dengan sumbu jalan dan diusahakan berlangsung terus menerus
tanpa berhenti sampai seluruh permukaan selesai terpadatkan secara merata.
Pada tikungan (bagian yang miring) pemadatan dimulai dari bagian yang rendah dan
bergeser kearah bagian yang tinggi. Apabila pada suatu tempat terjadi ketidak wajaran
atau penurunan pada tempat tersebut harus segera dilakukan pembongkaran dan
penggantian atau penambahan bahan dan kemudian memadatkannya kembali sampai
mencapai kepadatan yang seragam dan rata dengan permukaan disekitarnya yang telah
selesai dipadatkan.
Pada tepi tepi kerb, dinding-dinding dan tempat tempat lain yang tidak bisa dicapai
dengan alat pemadat yang tepat.
Lapisan harus dipadatkan dan diratakan sehingga dicapai permukaan yang sesuai
dengan persyaratan dalam Gambar Rencana.
Kepadatan setiap lapisan, minimum harus mencapai 95 % kepadatan berdasarkan
percobaan Kepadatan Berat MPBJ PB.0112-76 dan harus mencakup seluruh tebal
lapisan.
Selama pelaksanaan Direksi akan menetapkan pemeriksaan pada tempat tempat yang
dipilihnya, untuk memeriksa tebal dan kepadatan lapisan (MPBJ PB.0103-76).
Pembuatan dan pengisian kembali lubang lubang pemeriksaan dilakukan oleh
Kontraktor dengan diawasi Direksi.
d. Petunjuk Direksi
d. 1. Direksi dapat memberikan petunjuk tambahan.
d. 2. Mutu dan jumlah bahan yang dipergunakan harus disetujui Direksi. Mutu hasil
pekerjaan harus disetujui Direksi berdasarkan hasil pemeriksaan dengan jumlah dan
cara yang ditetapkan.
d. 3. Bila terjadi ketidak sesuai dengan persyaratan ataupun ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan. Kontraktor diwajiban untuk memperbaiki/menyempurnakan sesuai petunjuk
direksi. Segala biaya dan resiko sebagai akibat perbaikan/penyempurnaan tersebut
menjadi tanggungan Kontraktor.
4. Cara Pengukuran Hasil Pekerjaan.
Selain pembayaran untuk pembanyaran ganti rugi, Kontraktor juga harus membiayai
hal-hal yang perlu atau yang diminta oleh yang bersangkutan atas pengambilan bahan
untuk pondasi bawah Agregat . Dalam keadaan apapun , Pemilik tidak dapat dibebani
biaya lain selain yang disebut dalam harga Kontrak. Jumlah hasil pekerjaan yang akan
dibayar adalah jumlah meter kubik Lapisan Pondasi Bawah Agregat yang telah selesai
dikerjakan dan dipadatkan sesuai dengan persyaratan dan telah disetujui oleh direksi.
Perhitungan Volume akan didasarkan pada tebal dan Lebar teoritis menurut Gambar
Rencana. Serta panjang menurut kenyataanya yang telah dikerjakan selama
pelaksanaanya.
Tebal lapisan harus selalu diperiksa, agar setelah pemadatan dapat dicapai tebal lapisan
sesuai dengan yang dipersyaratkan. Variasi tebal Lapisan yang telah selesai dipadatkan
tidak boleh lebih dari 1.5 cm.
1) Uraian
Pekerjaan ini mencakup pelaksanaan pekerjaan pelaburan aspal (surface dressing) yang
dapat terdiri dari laburan aspal satu atau dua lapis, setiap lapis diberi pengikat aspal dan
kemudian ditutup dengan butiran agregat (chipping). Pelaburan aspal (surface dressing) ini
umumnya dihampar di atas Lapis Pondasi Agregat Kelas A yang sudah diberi Lapis Resap
Pengikat, atau di atas suatu permukaan aspal lama.
2) Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini
a) Pemeliharaan dan Pengaturan Lalu Lintas
b) Rekayasa Lapangan
c) Bahan dan Penyimpanan
d) Bahu Jalan
e) Lapis Pondasi Agregat
f) Lapis Pondasi Semen Tanah
g) Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat
h) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama
i) Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan,
Drainase Perlengkapan Jalan dan Jembatan
3) Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-2417-1991
(AASHTO T96 - 87)
: Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los
Angeles.
SNI 03-3407-1994
(AASHTO T104 - 86)
: Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Batu terha-dap
Larutan Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat.
SNI 03-2439-1991
(AASHTO T182 - 84)
: Metode Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal.
AASHTO :
AASHTO M20 - 70 : Penetration Graded Asphalt Cement
AASHTO M226 - 80 : Viscisity Graded Asphaltic Cement
4) Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja
Pelaburan aspal harus disemprot hanya pada permukaan yang kering dan bersih, serta
tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan. Pelaburan
aspal harus dilaksanakan hanya selama musim kemarau dan bilamana cuaca
diperkirakan baik paling sedikit 24 jam setelah pengerjaan.
5) Standar Untuk Penerimaan dan Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi
Ketentuan
Direksi Pekerjaan akan memeriksa permukaan jalan sebelum pekerjaan pelaburan dimulai,
untuk mengetahui apakah permukaan jalan telah benar-benar disiapkan dan dibersihkan
sesuai ketentuan dalam spesifikasi ini. Kontraktor tidak diperkenankan memulai pekerjaan
pelaburan sebelum mendapat ijin tertulis dari Direksi Pekerjaan.
BURTU atau lapisan pertama BURDA tidak boleh lebih tebal dari satu batu dan bebas dari
bahan-bahan yang lepas setelah penggilasan yang dikuti oleh penyapuan.
Lapisan kedua BURDA tidak boleh lebih tebal dari satu batu dan bebas dari bahan-bahan
yang lepas setelah penggilasan yang dikuti oleh penyapuan. Lapisan kedua BURDA tidak
boleh dimulai sebelum mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
Pekerjaan BURTU dan BURDA yang telah selesai, permukaannya harus terlihat seragam, dan
bentuknya menerus, terkunci rapat, harus kedap air tanpa ada lubang-lubang atau tanpa
memperlihatkan adanya bagian yang kelebihan aspal. Permukaan pekerjaan pelaburan aspal
yang telah selesai harus dipelihara oleh Kontraktor paling sedikit selama 3 hari agar tidak
terdapat agregat yang lepas.
Pekerjaan BURTU dan BURDA yang tidak memenuhi ketentuan, harus diperbaiki
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dapat mencakup pembuangan atau
penambahan bahan, pembuangan seluruh bahan dan pekerjaan penggantian atau pelaburan
dengan BURTU atau BURDA untuk menghasilkan pekerjaan yang meme-nuhi ketentuan.
6) Pemeliharaan Pekerjaan Yang Telah Diterima
Tanpa mengurangi kewajiban Kontraktor untuk melaksanakan perbaikan terhadap pekerjaan
yang tidak memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 6.2.1.(5) di
atas, Kontraktor juga harus bertanggungjawab atas pemeliharaan rutin dari semua pelaburan
aspal yang sudah selesai dikerjakan dan diterima selama Periode Kontrak termasuk Periode
Pemeliharaan. Pekerjaan pemeliharaan rutin tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan Seksi
10.1 dari Spesifikasi ini dan harus dibayar terpisah menurut Pasal 10.1.7
7) Pengajuan Kesiapan Kerja
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan hal berikut ini :
a) 5 liter contoh dari setiap bahan aspal yang diusulkan oleh Kontraktor untuk dipakai
dalam pekerjaan dilampiri dengan sertifikat dari pabrik pembuatnya, dan hasil pengujian
seperti yang disyaratkan dalam Pasal 1.11.1.(3).(c), harus diserahkan sebelum
pelaksanaan pekerjaan dimulai. Sertifikat tersebut harus menyatakan bahwa bahan
aspal tersebut sesuai dengan Spesifikasi dan jenis yang disyaratkan untuk pelaburan
aspal, seperti diberikan dalam Pasal 6.2.2.(2) dari Spesifikasi ini;
b) Sertifikat Kalibrasi dari semua instrumen dan meteran pengukur dan tongkat celup
untuk distributor aspal, seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(3) dan Pasal 6.1.4.(4) dari
Spesifikasi ini harus diserahkan paling lambat 30 hari sebelum pelaksanaan dimulai.
Tongkat celup, instrumen dan meteran harus dikalibrasi sampai toleransi ketelitian dan
ketentuan seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini dan tanggal
pelaksanaan kalibrasi harus tidak boleh melebihi satu tahun sebelum pelaksanaan
dimulai;
c) Grafik penyemprotan, harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.3.(5) dari Spesifikasi ini dan
harus diserahkan sebelum pekerjaan pelaksanaan dimulai;
d) Contoh-contoh agregat yang diusulkan untuk dipakai pada pekerjaan pelaburan aspal
disertai lampiran daftar hasil pengujian seperti ditunjukkan pada Pasal 6.2.2.(1).(b) dari
Spesifikasi ini, harus telah diserahkan paling lambat 30 hari sebelum pekerjaan
pelaburan aspal dimulai;
e) Harus diserahkan pula laporan produksi, lokasi penumpukan bahan dan lokasi semua
jenis agregat yang diusulkan untuk dipakai dalam pekerjaan. Hasil pengujian atas
agregat untuk pelaburan aspal, harus sesuai ketentuan Pasal 6.2.2.(1) dan 6.2.6 dari
Spesifikasi ini dan harus diajukan minimum 5 hari sebelum pekerjaan pelaburan aspal
dimulai;
f) Contoh-contoh bahan yang telah digunakan pada setiap hari kerja dan catatan harian
pekerjaan pelaburan aspal yang telah dilaksanakan dan takaran penggunaan bahan
harus memenuhi Pasal 6.2.6 dari Spesifikasi ini
8) Kondisi Tempat Kerja
a) Pohon, struktur atau bangunan yang berdekatan dengan pekerjaan pelaburan harus
dilindungi dari percikan aspal dan kerusakan lainnya.
b) Aspal atau bahan lainnya yang boleh dibuang ke semua selokan, saluran atau bangunan
yang berdekatan.
c) Kontraktor harus melengkapi dan memelihara fasilitas pencegahan dan pengendalian
kebakaran yang memadai, dan juga pengadaan serta pertolongan pertama di tempat
pemanasan aspal.
9) Pengendalian Lalu Lintas dan Periode Pengamanan
a) Pengendalian lalu lintas harus memenuhi ketentuan Seksi 1.8 dari Spesifikasi ini dalam
segala hal, dengan ketentuan tambahan yang harus diperhatikan berikut ini.
b) Segala jenis lalu lintas tidak diperkenankan melewati permukaan yang baru disemprot
sampai permukaan tersebut telah terlapisi oleh agregat.
c) Lalu lintas umum tidak diijinkan melintasi permukaan yang baru diberi agregat sampai
seluruh lokasi telah digilas dengan alat pemadat yang cocok (minimum 6 lintasan) dan
bahan yang lepas telah disapu sampai bersih. Rambu peringatan untuk membatasi
kecepatan kendaraan sebesar 15 km/jam harus dipasang bila diperlukan. Barikade harus
disediakan untuk mencegah terbawanya agregat penutup yang belum dipadatkan atau
dilintasinya tempat yang belum tertutup aspal.
d) Pengawasan pengendalian lalu lintas yang sebagaimana mestinya seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan sesuai dengan Pasal 1.8.3 dari Spesifikasi ini,
harus dilaksanakan selama 24 jam per hari, dari saat dimulai-nya pekerjaan pelaburan
untuk setiap ruas sampai minimum 72 jam setelah pekerjaan pelaburan selesai.
Bilamana hujan turun 48 jam setelah selesainya pekerjaan pelaburan, pekerjaan yang
baru selesai ini harus ditutup untuk lalu lintas sampai permukaannya kering.
Pengendalian penuh terhadap lalu lintas harus dilanjutkan selama 48 jam pada cuaca
baik, kecuali bilamana diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
e) Selama periode tunggu yang ditentukan dalam (d) di atas, permukaan jalan harus disapu
bersih seluruhnya dari agregat yang lepas dan diawasi oleh Direksi Pekerjaan. Jika
Direksi Pekerjaan mendapatkan bahwa permukaan tampak kokoh, seluruh rambu dan
pemisah lalu lintas dapat disingkirkan. Bilamana tidak, maka Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan untuk melanjutkan pengendalian lalu lintas sampai permukaan jalan
menjadi kokoh dan seluruh perbaikan yang diperlukan telah dikerjakan.
1) Agregat Penutup
a) Agregat penutup harus terdiri dari butiran yang bersih, keras, kerikil pecah atau
batu pecah dari bahan yang awet, bebas dari kotoran, lempung, debu atau benda
lainnya yang dapat menghalangi penyelimutan yang menyeluruh oleh aspal.
b) Sumber agregat yang digunakan untuk memproduksi agregat penutup harus
memenuhi ketentuan berikut :
Keausan dengan Mesin Los Angeles
(SNI 03-2417-1991)
: Maks. 30 %
Kelekatan Agregat Terhadap Aspal
(SNI 03-2439-1991)
: Min. 95 %
c) Agregat penutup harus dijaga agar tetap dalam keadaaan kering dan bebas dari
debu dan kotoran, dan harus memenuhi ketentuan berikut :
Persentase berat kerikil pecah yang tertahan
ayakan 4,75 mm yang mempunyai dua bidang
pecah.
:Min. 90 %
d) Batas ukuran partikel agregat untuk BURTU dan untuk lapisan pertama BURDA
ditentukan dalam ukuran agregat terkecil, menurut Tabel 6.2.2.(1) di bawah ini.
Tabel 6.2.2.(1) Ketentuan Ukuran Agregat
Ukura
n
nomina
l (mm)
Ukuran
terkecil
rata-rata
(ALD)
Persentase ukuran
terkecil rata-rata dalam
batas 2,5 mm dari ALD
Persentase
maksimum
lolos ayakan
4,75 mm
13 6,4 - 9,5 65 2
Agregat harus berbentuk kubikal, sedemikian, bila diuji menurut
Lampiran 6.2.A dari Spesifikasi ini, rasio ukuran terbesar rata-rata
agregat (average greatest dimension) terhadap ukuran terkecil rata-rata
(average least dimension) tidak boleh melampaui angka 2,30.
e) Agregat lapisan kedua untuk BURDA, harus mempunyai ukuran nominal 6 mm,
dan harus memenuhi gradasi sesuai dengan ketentuan dari Tabel 6.2.2.(2) di
bawah, dan harus berbentuk kubikal.
Tabel 6.2.2.(2) Gradasi Agregat Lapis Penutup Kedua BURDA
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm)
3/8 9,5 100
6,35 95 - 100
No.8 2,36 0 - 15
No.200 0,075 0 - 8
f) Agregat lapis kedua untuk BURDA juga harus mempunyai ukuran yang sesuai
sehingga sanggup saling mengunci ke dalam rongga-rongga permukaan dalam
agregat lapisan pertama yang telah dipadatkan
2) Bahan Aspal
a) Bahan aspal yang dipakai harus dari jenis aspal semen Pen.80/100 atau jenis
Pen.60/70, memenuhi ketentuan AASHTO M20 - 70, diencerkan memakai minyak
tanah sesuai ketentuan Tabel 6.2.2.(3), tabel ini harus dipakai untuk merancang
bahan aspal.
Tabel 6.2.2.(3) Rancangan Bahan Aspal
Suhu Udara
(C saat
teduh)
Perbandingan Minyak Tanah
Terhadap
Suhu
Penyem-
protan (C) Aspal Pen.
80/100
Aspal
Pen.60/70
20,0 11 13 157
22,5 9 11 162
25,0 7 9 167
27,5 5 7 172
Catatan :
i) pph = bagian minyak tanah per 100 bagian volume aspal.
ii) Suhu penyemprotan yang sebenarnya harus berada dalam rentang
10 % dari nilai-nilai yang telah ditentukan dalam tabel di atas.
iii) Bilamana temperatur udara berada pada temperatur antara dari
kolom satu di atas, maka proporsi kerosen dan temperatur
penyemprotan yang dipilih haruslah temperatur yang terendah di
antara keduanya. Perkiraan rentang perubahan temperatur saat
pengukuran dan penyemprotan harus diperkirakan sebelumnya.
Bahan aspal yang dipanaskan pada temperatur penyemprotan selama
lebih dari 10 jam pada suhu penyemprotan seperti ditentukan pada Tabel
6.2.2.(3) di atas atau telah dipanaskan melebihi 200 C, harus ditolak.
b) Bilamana pelaksanaan pelaburan terpaksa harus dilaksanakan dalam kondisi yang
kurang menguntungkan atau dalam kondisi cuaca tanggung, atau kelekatan aspal
terhadap agregat (SNI 03-2439-1991) dalam kondisi tanggung Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan atau menyetujui penggunaan bahan anti pengelupasan (anti-stripping
agent) untuk meningkatkan ikatan antara agregat dan aspal.
Bahan tambah (additive) yang dipakai harus dari jenis yang telah disetujui Direksi
Pekerjaan dan proporsi yang diperlukan harus dicampur dalam bahan aspal sampai
merata sesuai dengan pabrik pembuatnya. Campuran ini harus disirkulasikan dalam
distributor minimum selama 30 menit pada kecepatan penuh pompa untuk
memperoleh campuran yang homogen.
c) Bilamana pencampuran aspal, minyak tanah dan bahan tambah, jika disetujui, harus
dilakukan dalam distributor aspal, campuran ini harus disirkulasikan dalam
distributor minimum selama 30 menit pada kecepatan penuh pompa untuk
memperoleh campuran yang homogen.
Jenis pekerjaan pelaburan yang akan dipakai pada setiap ruas pekerjaan diperlihatkan
ada Lembar 2.01 dari Gambar dan istilahnya disingkat dalam Tabel 6.2.3.(1) di bawah ini.
Tabel 6.2.3.(1) Jenis Pekerjaan Pelaburan
Jenis Laburan
Laburan Aspal Satu Lapis BURTU
Laburan Aspal Dua Lapis BURDA
1) Ketentuan Umum
Peralatan yang akan digunakan haruslah distributor aspal yang mempunyai mesin
penggerak sendiri, dua alat pemadat roda karet, alat penebar agregat, paling sedikit 2
(dua) dump truck, sapu lidi dan sikat dan perlengkapan untuk menuangkan drum dan
untuk memanaskan bahan aspal.
2) Distributor Aspal
Distributor aspal harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.3 dari Spesifikasi ini. Tangki
distributor harus benar-benar tersekat sempurna dalam menahan aliran panas,
dengan demikian apabila diisi penuh oleh bahan aspal pada temperatur 150 C,
turunnya panas tidak boleh melampaui 2,5 C per jam dalam kondisi tidak sirkulasi.
3) Alat Pemadat
Alat pemadat roda karet harus mempunyai lebar total tidak kurang dari 1,5 meter,
dan harus mempunyai mesin penggerak sendiri.
4) Alat Penghampar Agregat
Peralatan penghampar agregat, harus mampu menghampar agregat secara merata
dalam takaran yang terkendali dengan lebar hamparan minimum 2,4 meter. Suatu
perlengkapan khusus harus dipasang pada sisi badan truk sehingga lebar hamparan
dapat disetel. Rancangan alat penghampar agregat dan kecepatan penghamparan
harus sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadinya penumpukan agregat
pada permukaan yang telah disemprot aspal. Paling sedikit harus disiapkan 2 truk
penghampar agregat atau paling tidak disiapkan satu alat penghampar agregat
berupa mesin penebar agregat dengan penggerak empat roda (four wheel drive belt
spreader). Penebaran agregat secara manual hanya boleh dilakukan bilamana
digunakan peralatan sikat hela.
5) Sikat
Sapu ijuk kasar untuk mendistribusi ulang agregat dan sebuah peralatan sikat hela
atau mekanis untuk menyingkirkan kelebihan agregat harus disiapkan.
6) Peralatan Lain
Peralatan lain yang boleh dipakai oleh Kontraktor untuk meningkatkan kinerja dapat
ditambahkan bilamana telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi
Pekerjaan.
1) Kuantitas dari Bahan Yang Akan Dipakai
a) Takaran pemakaian bahan aspal, untuk setiap lapis pelaburan aspal dan untuk setiap
ruas jalan, harus ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, tergantung pada ukuran terkecil
rata-rata agregat penutup, komposisi aspal, kondisi dan tekstur dari permukaan aspal
lama dan jenis serta kepadatan dari lalu lintas yang akan melewati jalan, sesuai
dengan cara yang diuraikan dalam Lampiran 5.2.C dari Spesifikasi ini. Selanjutnya
Direksi Pekerjaan dapat memodifikasi takaran pemakaian, tergantung pada hasil
percobaan di lapangan yang dilaksanakan oleh Kontraktor sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan.
b) Takaran hamparan agregat harus cukup untuk menutupi permukaan, tanpa terlihat
adanya kelebihan bahan setelah pemadatan, sesuai dengan standar Spesifikasi dalam
Pasal 5.1.(5). Lampiran 5.2.C dari Spesifikasi memuat tata cara menghitung
perkiraan takaran hamparan agregat.
2) Pekerjaan Persiapan Permukaaan Aspal Lama
a) Sebelum permukaan aspal lama dilabur, maka semua kotoran dan bahan tidak
dikehendaki lainnya harus dibersihkan dengan alat penyapu mekanis atau kompresor
atau kedua-duanya. Bilamana hasil pembersihan tidak membe-rikan hasil yang
merata, maka bagian-bagian yang belum bersih harus dibersihkan secara manual
dengan sapu yang lebih kaku.
b) Pembersihan permukaan harus dilebihkan paling sedikit 20 sentimeter dari tiap-tiap
tepi yang akan disemprot.
c) Lubang-lubang atau tonjolan dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki harus
disingkirkan dari permukaan dengan alat penggaru baja atau cara lain yang disetujui
dan bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan maka lokasi yang telah digaru
harus dicuci dengan air dan disikat secara manual.
d) Pekerjaan pelaburan tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan pembersihan diterima
oleh Direksi Pekerjaan.
e) Permukaan jalan lama tanpa penutup aspal, sebelum dilapisi BURTU atau BURDA
harus terlebih dahulu diberi Lapis Resap Pengikat, sesuai ketentuan dalam Seksi 6.1
dari Spesifikasi ini. Bagian permukaan jalan yang sudah diberi Lapis Resap Pengikat,
harus diperiksa kembali kesempurnaannya. Bilaman ditemui adanya lokasi-lokasi
yang belum tertutup Lapis Resap Pengikat harus dilabur ulang sesuai petunjuk
Direksi Pekerjaan. Pekerjaan semacam ini harus dilaksanakan dan dibayar sesuai
dengan ketentuan Seksi 6.1 dari Spesifikasi ini. Lapis Resap Pengikat harus dibiarkan
sampai kering seluruhnya dengan waktu paling sedikit 48 jam atau lebih sesuai
petunjuk Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai.
f) Semua lubang-lubang harus ditambal terlebih dahulu oleh Kontraktor sampai
diterima oleh Direksi Pekerjaan, sebelum pekerjaan pelaburan aspal dimulai.
3) Pemakaian Bahan Aspal
a) Penyemprotan bahan aspal harus dilaksanakan merata pada semua titik.
Penyemprotan bahan aspal yang merata sesuai takaran yang diperintahkan harus
dilakukan dengan menggunakan peralatan batang semprot dari distributor aspal
kecuali pada lokasi yang sempit dimana distributor aspal tidak praktis digunakan,
maka Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian perlengkapan semprot tangan.
Distributor aspal harus dioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang telah disetujui.
Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, tinggi batang semprot dan kedudukan nosel
harus disetel sesuai dengan ketentuan grafik tersebut sebelum dan selama
pelaksanaan penyemprotan.
b) Suhu pada saat penyemprotan untuk BURTU dan BURDA tidak boleh bervariasi
melebihi 10 C dari harga-harga yang telah diberikan dalam Tabel5.2.(3).
c) Bilamana diperintahkan Direksi Pekerjaan bahwa lintasan penyemprotan bahan
aspal selebar satu lajur atau kurang maka harus terdapat bagian yang tumpang
tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan
memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh diberi agregat
penutup sampai lintasan penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai
dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang dibiarkan tetap
terbuka ini mendapat semprotan dari tiga nosel, sehingga mendapat takaran aspal
yang sama seperti permukaan yang lain. Lapis kedua BURDA harus mempunyai
sambungan yang bergeser paling sedikit 15 cm dari sambungan lapis pertama.
d) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang cukup
kedap. Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan sampai seluruh bahan pelindung
tersemprot, dengan demikian semua nosel bekerja dengan benar pada seluruh panjang
jalan yang akan dilabur.
Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang akan
disemprot, sehingga kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai ketentuan, agar
batang semprot mencapai bahan pelindung tersebut dan kecepatan ini harus
dipertahankan sampai melewati titik akhir. Bahan pelindung atas percikan aspal
harus dikeluarkan dan dibuang sedemikian hingga dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan.
e) Sisa aspal dalam tangki distributor setelah penyemprotan selesai harus dijaga tidak
boleh kurang dari 10 persen dari kapasitas tangki atau sebesar yang ditentukan oleh
Direksi Pekerjaan, untuk mencegah terperangkapnya udara (masuk angin) pada
sistem penyemprotan dan untuk mencegah kurangnya takaran penyemprotan.
f) Jumlah bahan aspal yang telah digunakan dalam setiap lintasan penyem-protan, atau
jumlah yang disemprot secara manual harus diukur dengan cara memasukkan
tongkat celup ke dalam tangki distributor aspal segera sebelum dan sesudah setiap
lintasan penyemprotan atau setiap pemakaian secara manual.
g) Lokasi yang telah disemprot aspal oleh lintasan penyemprotan, termasuk lokasi yang
telah dilabur secara manual, didefinisikan sebagai hasil kali panjang lintasan
penyemprotan yang dibatasi oleh bahan pelindung pada lokasi awal dan akhir
penyemprotan dan lebar efektif dari penyemprotan. Lebar efektif penyemprotan
didefinisikan sebagai hasil kali dari jumlah nosel yang bekerja dan jarak antara nosel
yang bersebelahan.
h) Luas lokasi yang akan dilabur aspal dengan manual harus diukur dan luasnya
dihitung segera setelah penyemprotan selesai.
i) Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan atau
yang disemprot secara manual, harus didefinisikan sebagai volume bahan aspal yang
digunakan dibagi luas bidang yang disemprot, dan jumlahnya harus sesuai dengan
takaran yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal 5.5.(1).(a)
dari Spesifikasi ini, dengan toleransi sebagai berikut:
Tolerans
i
takaran
pemakai
an
1 % dari volume
tangki
= + (4 % dari takaran yg
diperintahkan
+ -----------------------------
)
Luas yang
disemprot
Takaran pemakaian yang dicapai harus dihitung sebelum lintasan penyem-protan
atau penyemprotan secara manual berikutnya dimulai dan bila perlu diadakan
penyesuaian untuk penyemprotan berikutnya.
j) Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata terdapat kerusakan pada alat
semprot saat beroperasi dan tidak boleh dilanjutkan sebelum kerusakan tersebut
diperbaiki.
k) Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian takaran bahan aspal harus
dilabur dengan bahan aspal yang sejenis secara manual (sikat ijuk, dll.) dengan
takaran yang hampir sama dengan takaran di sekitarnya.
4) Menghampar Agregat Penutup
a) Sebelum bahan aspal digunakan, agregat penutup dalam bak truk di lapangan harus
mempunyai jumlah yang cukup untuk menutup seluruh bidang yang akan ditebar
dengan agregat. Agregat tersebut harus bersih dan dalam kondisi sedemikian
sehingga dijamin akan melekat ke bahan aspal dalam waktu 5 menit setelah
penyemprotan aspal. Penghamparan agregat tersebut harus dilaksanakan segera
setelah penyemprotan aspal dimulai dan harus diselesaikan dalam jangka waktu 5
menit terhitung sejak selesainya penyemprotan atau selesai dalam jangka waktu yang
lebih singkat sesuai perintah Direksi Pekerjaan.
b) Agregat harus dihampar merata di atas permukaan yang telah disemprot aspal,
dengan alat penghampar agregat yang telah disetujui Direksi Pekerjaan. Setiap
tempat yang tidak tertutup agregat harus segera ditutup kembali secara manual
sampai seluruh permukaan tertutup agregat dengan merata. Setiap hamparan
agregat yang melebihi jumlah takaran yang disyaratkan atau diperintahkan harus
dihamparkan dan didistribusikan kembali dengan merata di atas permukaan jalan
dengan sapu hela, atau disingkirkan dengan cara lain dan ditumpuk sesuai petunjuk
Direksi Pekerjaan.
5) Penyapuan dan Penggilasan
a) Segera setelah penghamparan agregat penutup hingga diterima oleh Direksi
Pekerjaan, maka hamparan agregat tersebut harus digilas dengan dua alat pemadat
roda karet. Penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh permukaan telah
mengalami penggilasan sebanyak enam kali.
b) Permukaan jalan kemudian harus dibersihkan dari agregat yang berkelebihan, sesuai
dengan ketentuan dari Pasal 6.2.1.(9).(e) dari Spesifikasi ini.
a) Contoh aspal dan sertifikatnya, sesuai dengan ketentuan Pasal 6.2.1.(6).(a) dari
Spesifikasi ini, harus disediakan pada setiap pengangkutan aspal ke lapangan.
b) Dua liter contoh aspal yang akan dihampar harus diambil dari distributor, masing-
masing pada saat awal penyemprotan dan pada saat menjelang akhir penyemprotan.
c) Jumlah data pendukung yang diperlukan untuk persetujuan awal atas mutu sumber
bahan agregat penutup harus meliputi semua pengujian seperti disyaratkan dalam
Pasal 5.2.(1).(b) dari Spesifikasi ini dengan minimum tiga contoh yang mewakili
sumber bahan yang diusulkan, dipilih sedemikian hingga mewakili rentang mutu
bahan yang mungkin diperoleh dari sumber bahan tersebut. Setelah persetujuan
mengenai mutu bahan agregat penutup, selanjutnya pengujian ini harus diulangi lagi,
sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan, bilamana menurut hasil pengamatan terdapat
perubahan mutu pada bahan atau sumbernya.
d) Distributor aspal harus diperiksa dan diuji sesuai dengan Pasal 5.3.(6) dari
Spesifikasi ini sebagai berikut :
i) Sebelum dimulainya pekerjaan penyemprotan;
ii) Setiap 6 bulan atau setiap penyemprotan bahan aspal sebanyak 150.000 liter, dipilih
yang mana lebih dulu tercapai;
iii) Bilamana distributor mengalami kerusakan atau modifikasi, perlu diadakan
pemeriksaan ulang terhadap distributor tersebut.
e) Semua jenis pengujian dan analisa saringan agregat tercantum dalam tabel Pasal
6.2.2.(1).(c), (d) dan (e) dari Spesifikasi ini harus dilakukan pada setiap tumpukan
persediaan bahan sebelum setiap bahan tersebut dipakai. Minimum satu contoh harus
diambil dan diuji untuk setiap 75 meter kubik agregat di dalam tumpukan persediaan
bahan.
f) Catatan harian yang terinci dari setiap pekerjaan pelaburan permukaan, termasuk
pemakaian aspal pada setiap lintasan penyemprotan dan takaran pemakaian yang
dicapai, harus dibuat dalam formulir standar Lembar 1.11 seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar.
a. Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapis perata padat yang awet, pondasi atas atau
lapisan atas pelindung aspal beton yang terdiri dari agregat dan material aspal dan
dicampur dipusat pencampur tersebut diatas pondasi atau permukaan Jalan yang telah
disiapkan sesuai dengan persyaratan ini dan memenuhi bentuk sesuai dengan gambar
dalam hal ketinggian, penampang memanjang dan melintangnya atau sesuai dengan
yang diperintahkan Direksi / pengawas.
b. Beberapa campuran dirancang menggunakan prosedur khusus yang diberikan dalam
spesipikasi ini, untuk menjamin bahwa asumsi rancangan yang berkenaan dengan kadar
bitumen efektif umum, rongga udara, stabilitas, fleksibilitas dan ketebalan film aspal
benar-benar terpenuhi. Dalam hal ini penting di ingat bahwa, dalam pembuatan
campuran Lataston (HRS) da ATB, metode konvensional dalam merancang aspal beton,
yang dimulai mendapatkan kepadatan agregat yang maksimum yang paling mungkin,
tidak boleh digunakan karena pendekatan cara ini pada umumnya tidak akan
menghasilikan campuran yang memenuhi spesipikasi ini.
Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada gambar rencana
atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknis.
a. Latasir (HRSS) Kelas A dan B
Campuran ini ditunjukan untuk jalan-jalan lalu-lintas ringan, khususnya pada daerah
dimana agregat kasar tidak tersedia. Pemilihan kelas A dan B terutama tergantung pada
gradasi air yang digunakan. Campuran latasir biasanya memerlukan penambahan filler
agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang disyaratkan. Campuran campuran ini
khusus mempunyai ketahanan rutting yang rendah oleh sebab itu tidak boleh digunakan
dengan laapisan yang tebal, pada jalan jalan dengan lalu lintas berat dan pada daerah
tanjakan.
b. Lataston (HRS) / Lataston
Hot Rolled Sheet setara dengan Lataston (Spesipikasi Bian Marga 12/PT/B/1983) dan
ditunjukan untuk digunakan pada jalan-jalan yang memikul lalu lintas ringan atau
sedang. Hal-hal karakteristik yang paling penting adalah keawetan, fleksibilitas dan
ketahanan kelelehan yang tinggi, sedangkan pertimbangan kekuatan hanya kepentingan
kedua, asalkan batas-batas terendah dari spesipikasi ini terlampaui.
c. Laston (AC)
Laston yang direncanakan menurut spesipikasi ini setara dengan laston (spesipikasi Bina
Marga 13/PT/B/1983) dan digunakan untuk jalan-jalan dengan lalu lintas berat, tanjakan,
pertemuan jalan dan daerah daerah lainnya dimana permukaan menanggung beban
roda yang berat.
d. Asapalt Treated Base (ATB)
ATB adalah khusus diformulasikan untuk meningkatan keawetan dan ketahanan
kelelehan. Penting diketahui bahwa setiap penyimpangan dari spesipikasi ini, Khususnya
pengurangan dalam kadar bitumen, memungkinkan tidak berlakunya rancangan
perkerasan proyek dan memerlukan pelapisan ulang yang tidak tebal.
a. Tebal dari Campuran Aspal yang dihampar harus diamati dengan benda uji Inti (
Cores ) perkerasan yang diambil oleh kontraktor dibawah pengawasan Direksi /
pengawas selang antara dan lokasi pengambilan benda uji harus sebagaimana yang
diperintahkan oleh direksi / pengawas tetapiu paling sedikit dua buah diambil arah
melintang dari masing masing setengah lebar penampang yang diselidiki dan selang
antara potongan melintang kearah memanjang yang diselidiki tidak boleh lebih dari
200m, dan harus sedemikian rupa sehingga jumlah total benda uji yang diambil pada
setiap segmen yang diukur untuk pembayaran tidak boleh kurang dari batas batas yang
diberikan dalam tabel dibawah ini.
Koefisien keragaman dari tebal
benda uji untuk semua benda uji
dari bagian jalan yang diukur untuk
pembayaran
Jumlah minimum benda uji yang
harus di ambil dari bagian jalan
yang diukur untuk pembayaran
< 30 %
30 40 %
41 50 %
51 60 %
61 70 %
71 80 %
> 80 %
6
10
14
20
28
40
50
b. Tebal campuran aspal kecuali untuk lapisan perata, yang sesungguhnya dipasang diatas
setiap bagian dari pekerjaan didefinisikan sebagai rata-rata dari benda uji yang diambil
dari bagian tersebut.
c. Tebal campuran aspal yang dipasang, sebagaimana ditetapkan dalam point 1.b. diatas
harus sama atau lebih besar dari tebal rancangan nominal pada tabel dibawah ini untuk
lapis permukaan yang dan lapis permukaan yang bersifat sebagai lapisan perata
danharus sama dengan atau lebih besar dari tebal yang ditentukan gambar detail dalam
Dokumen Kontrak hal lapisazn pondasi atau lapisan pondasi perata. Dalam beberpa hal,
Direksi Teknik. Atas dasar kerataan perkerasan atau ukuran maksimum atau data
rancangan yang lain boleh menyetujui atau menerima tebal rata-rata yang kurang dari
tebal rancangan nominal asalkan campuran aspal yang dipasang pada kletebalan tersebut
baik dalam segala hal lainnya. Meskipun begitu, sama sekali tidak ada bagian dari
campuran aspal beton yang dipadatkan yang kekurangan ketebalan melebihi 5 mm dari
ketebalan nominal rangcangan.
Jenis Campuran Simbol Tebal Rancangan Nominal (CM)
Latasir/Sand Sheet
Lataston
Lapis Aspal Beton
Lapis Aspal Beton
SS
HRS
AC
AC
2,5
3
4
5
d. Untuk semua jenis campuran yang harus dibayar menurut luas volume dan bukannya
berat sesungguhnya dari material yang dihamparkan, berat campuran aspal yang benar-
benar dipakai harus dipantau oleh Kontraktor dengan minimbang setiap muatan Truk
pengangkut material yang meninggalkan pusat pencampur. Dalam hal bagian yang
manapun yang sedang diukur utuk menentukan pembayaran, berat material yang benar-
benar dihamparkan yang dihitung dari timbanganmuatan truk adalah kurang dari
ataupun lebih dari 5 % lebih besar dari berat yang dihitung dari ketebalan dan rata-rata
kepadatan contoh lapisan (cores), Direksi/pengawas harus mengambil tindakan untuk
meyelidikinya agar agar bisa memastikan sebab terjadinya selisih berat tersebut sebelum
meyetujui pembayaran material yang telah dihamparkan itu. Penyelidikan Direksi
Teknik bisa meliputi, tetapi tidak perlu terbatas pada hal-hal sebagai berikut :
Memerintah kontraktor untuk lebih sering atau lebih banyak atau mencari lokasi
lokasi cores.
Memeriksa kalibrasi dan ketepatan timbangan serta prosedur dan peralatan
percobaan labolatorium.
Memperoleh hasil hasil pemeriksaan lapangan dan labolatorium yang indenpenden
tentang kepadatan campuran aspal yang di capai setelah penghamparan.
Menetapkan sistem perhitungan dan pencatatan secara terinci.
Penyelidikan detail belum tentu menghasilkan nilai nilai baru untuk dimensi geometrik
yang memastikan jumlah material yang harus di bayar. Meskipun begitu, dalam segala
kasus, tak perduli tenggang beratnya dilampui atau tidak, pembayaran harus di dasarkan
ukuran ukuran nominal dari lapisan campuran aspal. Biaya untuk seggala penambahan
atau lebih seringnya mengambil coring, untuk tambahan survai geometris ataupun
pengujian lab penerapan sistem pencatatan muatan truk, ataupun tindakan lainya yang
dianggap perlu oleh direksi / pengawas untuk memastikan alasan kelebihan toleransi
beratnya harus di tanggung oleh kontraktor sendiri.
e. Pareasi kerataan permukaam campuran lapisan pelindung ( Latasir kela A dan B,
Lataston dan aspal beton. ) yang tealh selesai di tangani di ukur denga mistar penyipat
yang panjangnya 3 meter harus tidak boleh lebih dari 5 mm pada setiap titik pareasi
kerataan permukaan campuran aspal yang telah selesai di gunakan sebagi lapisan
pondasi atas dari tepi setiap titik. Keleluasaan harus di buat untuk masing masing
kasus terutama untuk perubahan bentuk yang di sebabkan perubhan rancangan
punggung perkerasan dan lenkung pertikal pada propil memanjang.
f. Pada keadaan dimana campuran aspal di gunakan sebagai lapisan perata atau lapisan
penguat dan bukan sebagai lapisan permukaan, maka tebal lapisan tidak boleh lebih dari
2,5 x tebal rancangan nominal.
T 89 69 : Penentuan batas cara dari tanah
T 49 78 : Penetrasi dari material aspal
T 50 78 : Pengujian daya apung dari material aspal .
T 96 77 : Ketahanan terhadap abrasi dari agregat tanah berukuran kecil dengan
menggunakan mesin Los Angelos
T 104 77 : Kealapukan agregat menggunakan sodium sulfat atau magnesium sulfat.
T 164 76 : Quantitative Extration dari aspal campuran perkerasan Aspal
T 165 77 : Pengaruh dari air pada kohesi campuran aspal yang dipadatkan
T 176 73 : Butir halus yang plastik dalam campuran agregat dan tanah menggunakan
Sand Equivalent .
T - 165 78 : Berat isi dari campuran aspal yang dipadatkan.
T 168 55 : Pengambilan campuran perkerasan aspal.
T 170 73 : Memperoleh kembali aspal dari larutan dengan dengan metode abson.
T 179 76 : Pengaruh panas dan udara pada material sapal (penguji lapisan tipis dengan
oven/tungku).
T 182 70 : Peyelupan dan pengelupasan aspal pada campuran agregat.
T 209 74 : Berat jenis maksimum dari campuran perkerasan aspal
T 245 78 : Daya tahan terhadap leleh plastis dari campuran aspal menggunakan
peralatan.
M 17 77 : Bahan pengisi (filler) mineral untuk campuran perkerasan aspal.
M 20 70 : Tingkat penetrasi aspal semen.
M 226 78 : Tingkat kekentalan aspal.
Kontrkator harus melengkapi Direksi Teknik dengan :
a. Contoh dari seluruh material material yang disetujui untuk digunakan yang akan
disimpan oleh Direksi/Pengawas selama periode kontrak untuk keperluan rujukan.
b. Laporan tertulis yang memberikan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh material.
c. Formula campuran kerja dan data uji yang mendukungnya.
d. Pengukuran pengujian permukaan.
e. Laporan tertulis mengenai kerapatan dari campuran-campuran yang dihampar.
f. Data uji labotarium dan lapangan yang dipersyaratkan untuk pengendalian harian dari
takaran campuran dan kualitas campuran.
g. Catatan-catatan harian dari seluruh Truk yang ditimbang pada alat penimbang.
h. Catatan tertulis dari pengukuran tebal lapisan-lapisan dan dimensi perkerasan.
i. Untuk material aspal yang diusulkan Kontraktor untuk digunakan, pernyataan asal
sumbernya, bersama dengan data uji yang memberikan sifat-sifatnya, baik sebelum maupun
sesudah pengujian lapisan tipis dalam oven ( Thin Film Oven Test ) ( AASTHO T-179 ),
meliputi :
Penetrasi pada 25
0
C
Penetrasi pada 35
0
C
Ring and ball softtening point
Kekentalan pada 60
0
C
Kekentalan pada 135
0
C
Pembatasan oleh cuaca
Campuran hanya biasa dihampar bila permukaannya kering, bila tidak akan hujan dan bila
dasar jalan yang sudah disiapkan dalam kondisi memuaskan.
Lokasi lokasi dengan tebal atau kepadatan yang kurang dari yang disyaratkan atau angka-
angka yang disetujui, juga lokasi-lokasi yang tidak memuaskan dalam hal lainnya, tidak akan
dibayar sampai diperbaiki oleh Kontraktor seperti yang diperintahkan oleh Direksi/Pengawas.
Perbaikan dapat meliputi pembongkaran dan penggantian, penambahan lapisan Campuran
Aspal dan/atau tindakan lain yang dianggap perlu oleh Direksi/Pengawas. Bila perbaikan
telah diperintahkan maka jumlah volume yang diukur untuk pembayaran haruslah volume
yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya dapat diterima. Tidak ada pembayaran
tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan
untuk perbaikan.
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti atau lainya harus segera
ditutup kembali dengan material campuran aspal oleh Kontraktor dipadatkan hingga
kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenakan yang
dipersyaratkan.
Tiap jenis campuran dapat digunakan sebagai lapisan perata. Semua persyaratan dari
spesifikasi ini harus berlaku kecuali :
a. Material harus disebut ACL, HRS (L), ATB (L) dan sebagainya.
b. Ukuran butui maksimum yang lebih kecil dapat digunakan.
c. Ketebalan yang digunakan untuk pembayaran bukanlah tebal rancangan nominal,
tapiharus dihitung berdasarkan kerapatan, luas dan berat sebenarnya campuran yang
dihamparkan.
1. Agregat - Umum
a. Agregat yang akan digunakan dalam pekrjaan harus sedemikian rupa agar campuran
aspal yang proposinya dibuat sesuai denga rumusan kerja, akan memiliki kekuatan sisa
yang tidak kurang dari 75% bila diuji untuk hilangnya kohesi akibat pengaruh air
sesuai dengan AASHTO T-165-78.
b. Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui dahulu oleh Direksi Teknik. Material
harus ditimbun sesuai dengan persyaratan.
c. Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus sudah menimbun paling sedikit 40% dari
jumlah agregat pecah yang dibutuhkan untuk campuran aspal dan selanjutnya
timbunan persediaan harus dipertahankan palingsedikit 40 % dari sisa kebutuhannya.
d. Tiap-tiap agregat diangkut ke pusat pencampuran lewat Cold Bin yang terpisah.
Pencampuran lebih dulu agregat dari jenis atau sumber agregat yang berbeda, tidak
diperbolehkan.
2. Agregat Kasar untuk Campuran Aspal
a. Agregat kasar pada umumnya memnuhu gradasi yang disyaratkan seperti dibawah dan
harus terdiri dari batu pecah atau krikil besi, kecuali farksi agregat kasar untuk latasir
Klas A atau B boleh bukan batu pecah. Agregat kasar yang digunakan untuk setiap
jenis campuran dapat diterima oleh Direksi hanya bila bahan tersebut diperagakan
dengan pengujian laboratorium dan semua ketentuan sifat campuran seperti dalam
tabel dibawah ini.
Ukuran Saringan Persen Berat Yang Lolos
(mm) (ASTM) Campuran
Normal
Campuran Lap.
Perata
20
12.7
9.5
4.75
0.075

3/8
# 4
# 200
100
30 100
0 55
0 10
0 - 1
100
95-100
50-100
0-50
0-5
Dalam keadaan apapun, agregat kasar yang kotor dan berdebu dan mengandung
partikel halus lolos ayakan No. 200 lebih besar dari 1 % tidak boleh digunakan. Bahan-
bahan seperti ini biasanya dapat memenuhi persyaratan bila dilakukan pencucian
dengan alat pencuci yang memadai.
b. Agregat kasar harus terdiri dari material yang bersih, keras, awet yang bebas dari
kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus mamiliki persentase keausan
yang tidak lebih dari 40% pada 50 putaran seperti yang ditetapkan oleh AASHTO T-96.
Bila diuji 5 putaran dengan pengujian keausan dengan sodium sulfal menurut AASHTO
T-104, kehilangan berat dalam agregat kasar tidak boleh lebih besar dari 12 %.
c. Bila disetujui dengan pengujian-pengujian penyelaputan dan pengupasan, AASHTO T-
128, agregat tersebut harus memeliki luas yang terselaput tidak kurang dari 95 %.
3. Agregat Halus untuk Campuran Aspal
a. Biasanya diperlukan sejumlah abu batu hasil pengayakan batu pecah untuk
menghasilkan suatu campuran yang ekonomis dan memenuhi persyaratan campuran.
Pemuatan komponen abu batu dan pasir alam kedalam mesin pencampur harus
dipisahkan melalui Cold Bin Feed yang terpisah sehingga perbandingan pasir
terhadap abu dapat dikendalikan.
Ukuran Saringan Jenis Campuran
(mm) (ASTM) Latasir
Kelas A
Latasir Klas
B
Lataston, Laston &
ATB
9.5
4.75
2.36
600 mic
75 mic
3/8
# 4
# 8
# 30
# 200
100
98-100
95-100
76-100
0-8
100
95-100
50-100
0-50
0-5
100
90-100
80-100
25-100
3-11
b. Dalam keadaan apapun pasir alam yang kotor dan berdebu dan mengandung partikel
harus lolos ayakan No. 200 lebih besar dari 0 1 % atau mempunyai nilai ekivalen pasir
kurang dari 50 menurut AASHTO T 176, tidak boleh digunakan dalam campuran.
4. Bahan pengisi untuk Campuran Aspal (AASHTO M 17)
a. Bahan pengisi harus terdiri dari abu batu kapur (limeston dust), semen portland, abu
terbang, abu tanur semen atau bahan mineral non palstis lainnya dari sumber yang
disetujui oleh Direksi. Bahan tersebut harus bebas dari bahan lain yang tidak
dikehendaki.
b. Harus kering dan bebas dari gumpalan gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan
basah harus mengandung bahan yang lolos dari saringan 75 micron tidak kurang dari
75 % beratnya.
c. Penggunaan kapur tohor sebagai bahan pengisi dapat memperbaiki daya tahan
campuran, membantu penyeliputan dari pertikel agregat dan membatu pengelupasan.
Akan tetapi banyaknya variasi yang kualitas dari sumber-sumber kapur dan
kecendrungan dari kapur tersebut untuk membentuk gumpalan-gumpalan terbukti
dapat menimbulkan masyalah pada waktu penakaran. Pengembangan kapur karena
hidrasi dapat menyebabkan keretakan campuran apabila kadar kapur tersebut terlalu
tinggi. Apabila kapur yang dipergunakan proposi maksimum yang dijinkan adalah 1%
dari berat keseluruhan campuran aspal.
5. Material Aspal Untuk Campuran Aspal
Material aspal harus dari jenis AC 10 atau AC 20 aspal semen yang memenuhi
persyaratan dalam AASHTO M 226 78. Untuk mencapai kekuatan campuran yang
ditetapkan, lebih disukai pengunaan aspal yang lunak.
1. Bahan Tambahan Untuk Aspal
Direksi dapat menetapkan atau menyetujui penggunaan suatu bahan tambahan untuk
mencpai stabilitas yang ditetapkann, stabilitas sisa atau syarat-syarat sifat lainnya,
atau untuk meningkatkan keawetan, ketahanan terhadap deformasi atau sifat
kelelehan. Bahan tambahan tersebut harus dari jenis yang telah disetujui oleh
Direksi/Pengawas. Takaran bahan tambahan dan metode pencampuran dengan bahan
tambahan lainnya, harus disesuaikan dengan petunuuk pabrik. Bila diperlukan oleh
Direksi/pengawas, kontraktor harus mengirimkan contoh bahan tambahan tersebut
disertai data teknis dan data kimiawinya.
1. Persetujuan
a. Sebelum memmulai pekerjaan kontraktor harus menyerehkan kepada
Direksi/Pengawas rumusan campuran kerja yang diusulkan secara tertulis, untuk
campuran yang akan digunakan diproyek. Formula yang diserahkan harus menetapkan,
ukuran nominal maksimum dari partikel, sumber-sumber agregat, persentasi dari
gabungan agregat yang lolos saringan 2.36 mm dan 75 micron, jumlsh total dan kadar
aspal efektip yang dinyatakan sebagai persetasi berat dari campuran total, satu
temperatur yang pasti yang mana campuran harus dikirimkan ketempat
penghamparan, yang mana semuanya harus dalam batas kompisisi umum dan batas-
batas temperatur yang ditentukan. Formula yang diusulkan harus didukung dengan
data campuran pendukung dengan data campuran percobaan labotarium dan grafic-
grafic.
b. Dalam menyetujui campuran kerja, Direksi/pengawas atas dasar pertimbangan dapat
menggunakan formula yang diserahkan secara keseluruhan atau sebagian atau dapat
meminta kontraktor untuk melaksanakan pengujian campuran percobaan tambahan
untuk menyelidiki altenatif agregat-agregat lainya.
c. Sewaktu meyetujui Rumus Campuran Kerja, Direksi Teknik akan menunjuk agregat
tertentu, dan sumber-sumbernya yang mendasari formula campuran kerja yang
diterapkan.
d. Campuran kerja harus ditetapkan dan kualitas campuran tersebut harus dikendalikan
dalam bentuk Rancangan fraksi untuk agregar yang berbeda-beda, seperti diuraikan
dalam pasal 6.3.5. (3) diatas, bukanya dalam bentuk propinsi takaran agregat.
2. Menyusul persetujuan atas Rumus Campuran Kerja oleh Direksi / Pengawas, kontraktor
harus menghampar percobaan paling sedikit 8 ton dengan menggunakan produk,
peralatan penghampar dan prosedur yang diusulkan. Apabila percobaan tersebut gagal
memenuhi spesipikaisi pada salah satu seginya perlu dibuat penyesuaian dan percobaan
diulang kembali. Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum dapat dimulai hingga
percobaan yang memuaskan telah dilaksanakan dan disetujui oleh Dierksi/Pengawas.
3. Penerapan Campuran Kerja dan Toleransi yang diijinkan
Seluruh campuran yang dihasilkan harus disesuaikan dengan formula kerja yang
ditetapkan oleh Direksi/Pengawas, dalam batas rentang toleransi yang dipersyaratkan
dibawah ini :
Toleransi Komposisi Campuran
Gabungan agregat yang lolos Saringan 9.5 mm :
+
7 % berat campuran
Gabungan agregat yang lolos Saringan 2.36 mm :
+
5 % berat total campuran
Gabungan agregat yang lolos Saringan 150 mikron :
+
2 % berat total campuran
Gabungan agregat yang lolos Saringan 75 mikron:
+
1.5 % berat total campuran
Kadar bahan aspal :
+
0.3 % berat total campuran
Toleransi temperatur
Material yang meninggalkan tempat pencampur :
+
10
0
C
Material yang diterima ditempat penghamparan :
+
10
0
C
a. Sesaat sebelum penghamparan campuran aspal, permukaan yang ada harus
dibersihkan dari material yang lepas yang tidak dikehendaki dengan sapu mesin, dan
dibantu dengan cara manual (dengan tangan) jika diperlukan. Lapis aspal perekat (tack
coat) atau lapis aspal resap pengikat (preamcoat) harus digunakan sesuai dengan pasal
6.1, kecuali ditentukan lain oleh Direksi/Pengawas.
b. Bila permukaan yang dilapis, terdapat ketidak rata itu rusak, atau menunjukan
ketidakstabilan, atau mengandung material permukaan lama yang telah rusak secara
berlebihan atau tidak melekat dengan baik keperkerasan dibawahnya, harus dibuat
rata terlebih dahulu sebagaimana diperintahkan, seluruh material yang lepas atau
lunak harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki dengan
campuran aspal atau material lainnya yang disetujui oleh Direksi/Pengawas dan
kemudian dipadatkan. Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus sama dengan
yang diperlukan untuk kontruksi pondasi.
Balok kayu atau kerangka lain yang disetujui harus dipasang esuai dengan garis serta
ketinggian yang diperlukan pada tepi-tepi dari tempat dimana Campuran Aspal panas
akan dihampar.
a. Sebelum memulai operasi pelapisan, sepatu (screed) dan mesin penghampar harus
dipanaskan. Campuran harus dihampar dan diratakan sesuai dengan kelandaian,
elevasi, serta bentuk melintang yang disyaratkan.
b. Mesin penghampar harus dioprasikan pada suatu kecepatan yang tidak akan
menyebabkan retak permukaan, belahan, atau bentuk ketidak beraturan lainnya pada
permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui oleh Direksi/Pengawas dan
ditaati.
c. Jika terjadi segregasi, belahan atau alur pada permukaan mesin penghampar harus
dihentikan dan tidak dijalankan lagi sampai menyebabkan telah ditemukan dan
diperbaiki. Tempat-tempat yang kasar atau tersegregasi dapat diperbaiki dengan
menaburkan bahan yang halus dihindarkan sedapat mungkin. Butir-butir kasar tidak
boleh ditaburkan diatas permukaan yang dihampar dengan rapi.
d. Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepi-tepi
penadah atau tempat lainnya di mesin.
e. Dimana jalan akan diaspal hanya separuh dari lebarnya untuk setiap operasi, urutan
pengaspalan itu harus dilakukan sedemikian rupa sehingga sehingga panjang
pengaspalan setengah lebar jalan itu pada akhir kerja dibuat sependek mungkin.
a. Segera setelah campuran dihampar dan diratakan, permukaannya harus diperiksa dan
setiap ketidakrataan diperbaiki. Temperatur campuran yang terhampar dalam keadaan
lepas harus dimonitor dan penggilasan harus dimulai dengan batas viskositas aspal.
b. Pengilasan campuran harus terdiri dari tiga oprasi yang berbeda sebagai berikut :
1. Pengilasan awal atau pemecahan 0 - 10 menit
2. Pengilasan sekunder atau antara 10 - 20 menit
3. Penggilasan akhir atau penyelesaian 20 - 45 menit
c. Penggilasan awal atau pemecahan dan peggilasan akhir atau penyelesaian harus
seluruhnya dilakukan dengan mesin gilas ban angin. Mesin gilas harus beroprasi
dengan roda penggerak berada diarah mesin penghampar.
d. Penggilasan sekunder atau antara, harus mengikuti sedekat mungkin penggilasan
pemecah dan harus dilakukan sewaktu campuran masih berada berada pada
temperatur yang akan dihasilkan pemadatan maksimum. Pemadatan harus dilakukan
sewaktu material masih berada dalam kondisi yang masih dapat dikerjakan untuk
menghilangkan bekas tanda-tanda penggilasan.
e. Sambungan melintang harus digilas pertama-tama dan dalam penggilasan awal harus
digilas kearah melintang dengan menggunakan papan ( ditepi perkerasan ) yang
mempunyai ketebalan yang diperlukan untuk menyediakan ruang gerak mesin gilas
diluar batas perkerasan. Bila sambungan memanjang tersebut akan dibuat disebelah
jalur yang telah diaspal, gilasan pertama harus dilakukan sepanjang sambungan
memanjang tersebut untuk suatu jarak yang pendek.
f. Pada sambungan penggilasan harus dimulai kearah memanjang dan selanjutnya pada
tepi luar dan sejajar dengan sumbu jalan kearah tengah jalan, kecuali super elevasi
pada tikungan harus dimulai pada bagian yang rendah dan bergerak kearah bagian
yang tinggi. Lintasan yang berurutan harus saling menutupi dengan paling sedikit
setengah dari lebar roda dan lintasan harus tidak berakhir pada titik berjarak kurang
dari satu meter dari lintasan sebelumnya. Usaha penggilasan harus diutamakan pada
tepi luar dari lebar yang dihampar.
g. Ketika menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemecah harus terlebih dahulu
pindah kejalur yang telah dihampar sebelumnya sehingga tidak lebih dari 15 cm dari
roda penggerak akan menggilas tepi yang belum dipadatkan. Mesin gilas harus
meneruskannya sepanjang jalur ini, dengan menggeserkan posisinya sedikit demi
sedikit melewati sambungan dengan beberapa lintasan, sampai tercapai sambungan
yang terpadatkan dengan rapi.
h. Arah dari penggilasan harus tidak berubah secara tiba-tiba begitu pula arah yang akan
menyebabkan tersorongnya campuran.
i. Penggilasan harus berlangsung secara menerus sebagaimana diperlukan untuk
memperoleh pemadatan yang merata sewaktu campuran masih dalam kondisi yang
dapat dikerjakan sehingga seluruh bekas tanda gilasan dan ketidak rataan hilang.
j. Untuk mencegah pelekatan campuran keroda mesin gilas, roda-roda tersebut harus
dibasahkan secara menerus, tetapi air yang berlebihan tidak diijinkan.
k. Peralatan berat atau mesin gilas tidak diperbolehkan berada diatas lapisan yang baru
selesai, sampai lapisan-lapisan tersebut betul-betul mendingin dan mengeras.
l. Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor diatas tipa bagian perkerasan yang
sedang dikerjakan, dapat menjadi sebab pembongkaran dan penggantian dari
perkerasan yang rusak tersebut (oleh Kontraktor).
m. Permukaan campuran setelah pemadatan harus licin dan sesuai dengan bentuk dan
ketinggian permukaannya yang masih dalam batas-batas toleransi yang
dipersyaratkan. Tiap campuran yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan
tanah, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran
panas yang baru, yang harus dipadatkan secepatnya agar sama dengan daerah seluas
1000 cm2 atau lebih yang menunjukan kelebihan atau kekurangan material aspal beton
harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan-tonjolan sambungan, lekukan, dan
permukaan yang kasar (cacat) harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh
Dierksi/Pengawas.
n. Sewaktu permukaan yang sedang dipadatkan dan diselaesaikan kontraktor harus
memotong tepi-tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap material yang berlebihan
harus dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh kontraktor
diluar daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan.
5.
a. Baik sambungan memanjang maupun melintang dalam lapisan yang berurutan harus
diatur sedemikian rupa agar tidak berada satu diatas yang lainnya. Sambungan
memanjang harus diatur sedemikian rupa agar sambungan yang berada dilapisan
paling atas akan berlokasi dipemisah jalur lalu lintas. Sambungan melintang harus
dipasang secara bertahap dengan minimum jarak antaranya 25 cm dan harus lurus.
b. Campuran tidak boleh dihampar pada material yang baru saja digilas kecuali kalau
tepinya tegak lurus. Sapuan aspal untuk melekat kedua lapisan harus diberiakan
sesaat sebelum campuran tambahan dipasang diatas material yang sebelumnya digilas.
a. Permukaan harus diuji dengan mistar penyipat yang panjangnya, yang disediakan oleh
kontrkator, diletakan masing-masing secara tegak lurus dan sejajar dengan sumbu
jalan. Kontrktor harus menugaskan beberapa pegawainya untuk menggunakan mistar
tersebut dibawah petunjuk Direksi/Pengawas untuk memeriksa seluruh permukaan.
b. Pengujian pengujian untuk memeriksa apakah bentuk permukaan telah memenuhi
ketinggian yang dipersyaratkan harus dilakukan segera setelah pemadatan awal, dan
perbedaan harus diperbaiki dengan membuang atau menambah material sebagaimana
diperlukan. Selanjutnya penggilasan akhir, kehalusan dari lapisan harus diperiksa
kembali batas setiap kerataan dari permukaan yang melewati batas toleransi yang
disebut diatas, serta lokasi-lokasi yang mempunyai kerusakan tekstur, kepadatan atau
komposisi harus diperbaiki se bagaimana diperintahkan oleh Direksi/Pengawas.
a. Kerapatan dari campuran yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan dalam
AASHTO T 166, harus tidak kurang dari 98% untuk jenis campuran lainnya dari
kerapatan benda uji yang dipadatkan di labotarium dari material dan dengan proposi
yang sama.
b. Cara pangambilan contoh material dan pemadatan dari benda uji harus masing-masing
sesuai dengan AASHTO T 168 dan AASHTO T 245.
a. Contoh-contoh dibawah ini harus diambil untuk pengujian harian :
i. Agregat dari Hot Bin untuk gradasi gradas i hasil pencucian
ii. Gabungan agregat panas untuk gradasi gradas i hasil pencucian
iii. Campuran aspal untuk ekstrasi dan stabilitas marshal.
b. Sebagai tambahan, bila mengganti formula campuran kerja, atau sewaktu-waktu
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi, contoh tambahan untuk (i), (ii) dan (iii) akan
diambil untuk memungkinkan penentuan bulk specific gravity untuk agregat dari Hot
Bin dan kerapatan teoritis maksimum dari campuran aspal (AASHTO T 209 74).
a. Kontraktor harus menyimpan catatan dari seluruh pengujian dan catatan-catatan ini
harus dikirim dengan segera ke Direksi/Pengawas.
b. Kontraktor harus menyampaikan kepada Direksi hasil-hasil dan catatan-catatan yang
berikut, yang dilaksanakan setiap hari produksi bersama dengan lokasi yang tepat
dimana produksi tersebut dihampar.
i. Analisa saringan (metode pencucian) untuk paling sedikit dua contoh dari setiap
Hot Bin.
ii. Analisa saringan (metode pencucian) untuk paling sedikit dua contoh dari
gabungan agregat panas.
iii. Temperatur dari campuran dari sewaktu pengambilan contoh dipusat pencampur
dan diatas jalan (setiap satu jam).
iv. Kerapatan dari campuran yang dipadatkan di labotarium (kerapatan marshall)
untuk paling sedikit dua contoh.
v. Kerapatan dari pemadatan dan persentase pemadatan dari campuran dibanding
dengan kerapatan marshall di labotarium untuk paling sedikit dua contoh.
vi. Stabilitas Marshall serta leleh (flow) nya dan hasil angka perbandingan marshall,
untuk paling sedikit dua contoh.
vii. Kadar aspal dan gradasi agregat dari campuran yang seperti ditetapkan dari
pengujian ekstra aspal untuk paling sedikit dua contoh. Jika memakai metode
ekstrasi centrifuge, koreksi abu harus dilakukan sesuai ketentuan AASHTO T 164
C1 8.6.
viii. Rongga udara dalam campuran, dihitung menurut Maximum Specific Gravity of
bitumenous Paving Mixtures (AASHTO T 209 74)
ix. Aspal yang diabsorsi oleh agregat, sebagaimana dihitung Maximum Specific
Gravity of bitumenous Paving Mixtures (AASHTO T 209 74).
a. Untuk pengecekan pada pengukuran kualitas untuk pembayaran, berat campuran yang
dihampar harus selalu dimonitor dengan tiket pengiriman muatan dari tempat-tempat
penimbangan truk.
b. Penentuan kadar aspal campuran kerja (job mix) dilabotarium harus dilaksanakan
paling sedikit satu kali per hari produksi dan paling sedikit satu contoh setiap 200 ton
campuran yang diproduksi. Pengambilan contoh dari campuran yang diproduksi.
Pengambilan contoh dari campuran kerja harus dilakukan dibawah pengawasan
Direksi/pengawas.
(1) Uraian
Pekerjaan ini akan terdiri dair penyediaan dan pengguanan bahan bitumen pada permukaan
yang dipersiapkan sebelumnya dalam persiapan untuk penghamparan atas Laston atas Perata.
Laston atas atau pelapisan atas permukaan, pada umumnya prime coat akan digunakan
diimana permukaan yang akan dilapisi adalah non bitumen ( misal aggregate base ),
sementara tack coat akan digunakan pada permukaan permukaan bahan bitumen ( seperti
penetrasi makadam yang ada, beton aspal , NACAS, asphalt treated base, pelapisan aspal
permukaan dan lain lainnya ).
(2) Standar Rujukan
AASHTO M 81-75 Cut back asphalt ( jenis rawat cepat )
AASHTO M 82-75 Cut back asphalt ( jenis rawat menengah)
AASHTO M 140-70 Aspal Emulasi
AASHTO M 28 72 Aspal Emulsi Kationik
AASHTO M 179 76 Bahan Aspal ( Thin filem Oven Test )
(3) Pembatasan Cuaca
Lapis Resap Pengikat hanya akan digunakan pada permukaan permukaan yang dikeringkan
atau agak lembab, dan lapis Pengikat hanya akan digunakan lapi resap pengikat atau lapis
pengikat tidak akan berlangsung dalam keadaan angin besar, selama hujan atau bila hujan
akan turun.
(4) Kualitas Pekerjaan dan Pembetulan Pekerjaan yang kurang memuaskan.
Lapisan yang selesai harus secara keseluruhan menutupi daerah yang dierlukan dan harus
mempunyai penampilan yang merata, tanpa daerah daerah yang tidak terkena atau coreng
coreng, atau daerah daerah tebal dengan bitumen yang terkumpul. Dalam hal lapis
pengikat, maka permukaan tersebut harus layak untuk ditempel pada waktu penerapan
lapisan yang menutup diatasnya. Pembentukan lapis resap pengikat lapis pengikat yang
kurang memuaskan harus pembuangan bahan yang berlebihan. Penggunaan bahan pengering
cairan, atau penggunaan lapisan lapisan tambahan sebagaimana diperlukan. Sebagai
tambahan, jika distribusi bahan bitumen diketemukan ada kesalahan, maka mesin bahan
bitumen harus ditarik dari pekerjaan dan dikalibrasi kembali dalam suatu cara yang
memuaskan Engenering sebelum dikembalikan pada pekerjaan.
(5) Pengajuan
a) Suatu contoh dari setiap bahan bitumen yang diusulkan Kontraktor untuk digunakan
dalam pekerjaan , bersama dengan suatu pernyataan sumber dan data pengujiannya,
yang memberikan sifat sifatnya, harus diajukan pada Engeneer dan disetujui olehnya
sebelum konstruksi dimulai. Data pengujian yang tersedia harus meliputi sifat sifat
berikut kedua duanya sebelum dan sesudah Thin Film Oven Test ( AASHTO T 179 ) :
a. Penetrasi pada 25
0
C
b. Penetrasi pada 35
0
C
c. Ring and Ball Softening Point ( Titik Lembek )
d. Viskositas pada 60
0
C
e. Viskositas pada 135
0
C
b) Grafik grafik kalibrasi yang menunjukkan hubungan antara kecepatan, tekanan
semprotan dan angka penggunaan bagi distributor bitumen yang digunakan bersama
dengan suatu grafik yang menunjukan dalamnya tangki distributor terhadap volume
tangki pada tinggi permukaan ini harus diajukan pada Engineer sebelum pekerjaan
dimulai.
(6) Kondisi Pekerjaan
a) Pekerjaan harus dilaksanakan dalam suatu cara yang sedemikian hingga memberikan
ketidak enakan / kesusahan yang paling sedikit pada lalu lintas dan untuk
memungkinkan lalu lintas satu arah tanpa kerusakan pada pekerjaan.
b) Permukaan permukaan bangunan atau pohon pohon atau hak milik yang
berdampingan pada daerah daerah yang sedang diperlukan harus dilindungi
sedemikian seperti mencegah pengotoran aau penghamburannya.
c) Tidak ada bahan bitumen akan dibuang kedalam suatu selokan samping atau saluran.
d) Kontraktor harus menyediakan dan memelihara di tempat proyek dimana bitumen
sedang dipanaskan, pencegah dan pengendalian kebakaran yang layak, juga penyediaan
dan fasilitas pertolongan pertama.
1) Bahan bahan Untuk Lapis Resap Pengikat
Bahan bitumen untuk lapis resap pengikat akan merupakan salah satu dari yang
berikut, sebagaiana diarahkan oleh Engeneer :
(a) Cutback bitumen jenis rawat menengah sesuai dengan AASHTO M 82
(b) Cutback bitumen jenis rawat menengah sesuai dengan AASHTO M 81
Bahan penyerap untuk lapis resap pengikat harus berupa pasir bersih dan kering atau
abu creusher, bebas dari setiap zat kohesif atau organik.
(2)Bahan bahan Untuk Lapis Pengikat
Bahan bitumen untuk lapis pengikat harus merupakan salah satu dari yang berikut,
sebagaimana diarahkan oleh Engeneer :
(a) Cutback asphalt sesuai dengan persyaratan dari AASHTO M 81 atau M 82.
(b) Aspal emulsi sesuai dengan persyaratanpersyaratan AASHTO M140 atau M208.
(1) Persyaratan Umum
Peralatan yang digunakan oleh Kontraktor akan termasuk suatu sapu bermesin (power
broom) dan atau suatu alat penghembus bermesin (power blower), distributor bahan
bitumen yang bertekanan, dan jika dapat digunakan peralatan untuk memanaskan bahan
bitumen.
(2) Distributor Bitumen
Distributor harus mempunyai ban ban berisi angin dengan ukuran lebar dan jumlah
yang sedemikian hingga beban yang dihasilkan pada permukaan jalan tidak akan melebihi
100 Kg per cm lebar ban. Dan harus didesain, diperlengkapi, dipelihara dan dioperasikan
sedemikian rupa hingga bahan bitumen pada panas yangmerata dapat diterapkan secara
merata pada ukuran lebar permukaan yang dikehendaki sampai 5 meter pada angka yag
siap ditentukan dan terkendali antara 0,2 sampai 2,2 liter / meter persegi dan terkendali
merata dan dengan suatu variasi yang dapat dipekenankan dari setiap angka yang
ditetapkan tidak melebihi 0,1 liter / meter persegi. Distributor harus dilengkapi dengan
suatu unit tenaga yang terpisah untuk ponpa, dan batang penyemprot sirkulasi yang akan
dapat disesuaikan secara mendatar dan vertikal.
Suatu pipa semprot harus dipasang pada ujung batang penyemprot untuk menyediakan
angka bitumen yang diperlukan dimana tumpang tindih pancaran tidak terjadi atau akan
terjadi dengan leawatan beriut : secara alternatif lebar yang disemprot harus ditingkatkan
dengan jumlah yang cocok.
(3) Intrumentasi
Peralatan distributor harus meliputi sebuah tachometer, alat pengukur tekanan, alatalat
pengukur volume yang akurat atau tangki yang dikalibrasi, sebuah thermometer untuk
mengukur temperatur isi tangki, dan suatu instrumen untuk mengukur kecepatan
perjalanan secara tepat pada kecepatan rendah. Semua peralatan pengukuran pada
distributor harus telah dikalibrasi baru baru ini dan suatu catatan yang akurat dan
memuaskan dari kalibrasi yang demikian harus disediakan bagi Engeneer.
(1) Persiapan Permukaan Yang Akan Dilapisi
Penambalan, pengembalian kebentuk semula dari perkerasan jalan yang ada, dan setiap
pekerjaan lain yang meliputi Konstruksi dari pada permukaan yang akan dilapisi harus
dilengkapi dan diterima sebelum penerapan pelapisan.
Segera sebelum menggunakan bahan bitumen, semua kotoran yang lepas, kulit
permukaan dan bahan lain yang tidak dikehendaki harus dibuang dari permukaan dengan
suatu permukaan agregat yang akan diberi lapis resap pengikat, maka Engeneer dapat
mengarahkan bahwa permukaan dikupas tipis dan digilas segera sebelum penerapan
bahan bitumen. Dalam hal mana penyepuhan atau penghembusan tidak akan diperlukan
penggunaan sedikit air harus dilaksanakan pada permukaan agregat lais pondasi atas
segera sebelum penerapan lapis resap pengikat.
(2) Angka Dan Temperaur Penggunaan Bahan Bitumen
(a) Kontraktor harus melaksanakan percobaan percobaan lapangan dibawah
pengawasan engeneer untuk menetapkan angka penggunaan yang sesuai dan
percobaan percobaan semacam itu harus diulangi, sebagaimana diarahkan oleh
Engineer. Bilama jenis permukaan yang akan dilapisi aau jenis bahan bitumen
berubah. Pada umumnya angka penggunaan yang ditetapkan demikian harus berada
dalam batas antara berikut :
Lapis Resap Pengikat : 0,4 sampai 1,0 liter per m2
Lapis Pengikat : 0,25 sampai 0,45 liter per m2
(b) Temperatur bahan bitumen yang akan disemprotkan harus sebagaimana diarahkan
oleh Engineer dan harus sedemikian hingga mengahasilkan suatu viskositas bitumen
dalam batas anatara 0.3 poise sampai 0,6 digunakan. Temperatur penyemprotan yang
sesuai harus ditetapkan selama percobaan percobaan lapangan, tetapi suatu
pedoman yang diperkirakan untuk beberapa bitumen diberikan dalam Tabel dibawah
ini.
JENIS BITUMEN TEMPERATUR PENGGUNAAN (
0
C )
MC 250
MC 70
MC 30
75 90
50 65
30 40
(c) Pemanasan yang melebihi dari pada yang disyaratkan atau pemanasan yang
berkepanjagan pada temperatur tinggi harus dihindarkan. Setiap bahan yang
menurut pendapat Engineer telah rusak karena pemanasan berlebihan harus ditolak
dan harus diganti atas biaya Kontraktor.
(d) Jika digunakan emulsi emulsi untuk lapis pengikat, jika Engineer dapat
mengarahkan agar angka penggunaan pelapisan dikendalikan dengan pencairan
emulsi dengan bersih.
(3) Penerapan Pelapisan
(a) Panjang permukaan yang akan disemprot oleh setiap lewatan distributor harus diukur
dan diberi tanda pada tanah. Penerapan penyemprotan harus dimulai pada secarik
pelindung diatas kertas karton tebal yang diletakkan melintang diatas permukaan
sebelumnya.
Untuk menjamin bahwa pada waktu bahan yang disemprotkan mencapai perkerasan
jalan, maka keluar tepat sepanjang lebar sepenuhnya dari semprotan tersebut. Distributor
harus mulai bekerja sebelum lokasi Distributor harus mulai bekerja sebelum lokasi kertas
sedemikian rupa hingga kecepatan yang diperlukan tercapai sebelum semprotan
semprotan dimulai. Kertas harus juga digunakan oada akhir lewatan penyemprot untuk
menjamin suatu potongan persegi dan menghindari suatu genangan atau kelebihan pada
titik ini.
(b) Bila bahan digunakan untuk lebih dari pada dua jalur maka harus diperhatikan
sambungan memanjang untuk menhindari suatu kelebihan atau kekurangan bahan
disebabkan kesalhanan lapisan tumpang tindih, lebar lapisan tumpang tindih harus
berada dalam batas anatar 50 mm sampai 100 mm.
(c) Batang batang penyemprot pada distirbutor harus dikendalikan oleh pengendara
pda bagian belakang hingga operasi pelaksanaan semua semprotan berada dalam
pangdangn sepenuhnya. Tinggi batang semprotan harus disesuaikan untuk
memberikan suatu lapisan hamparan berganda yang tepat yaitu satu pipa semprot
yang berdampingan. Penyemprotan melintang harus dicek dilapangan dan variasi dari
arat - rata tidak akan melebihi 10 %.
(d) Pada umumnya lapis pengikat atau lapis resap pengikat akan diterapkan dalam suatu
operasi penyemprotan tunggal. Tetapi dimana kelambatan pengeringan merupakan
suatu masalah, atau dimana lapisan cenderung mengalir keluar dari permukaan,
maka jumlah pelapisan yang disetujui dapat diterapkan dalam dua operasi
penyemproytan., lapisan pertama dibiarkan mengering dahulu sebelum penerapan
yang kedua.
(e) Dalam daerah daerah kecil atau terbatas, dimana penggunaan distributor kurang
praktis, dan dalam daerah daerah yang tidak disemprot secara memuaskan selama
satu lewatan distributorr, maka Engineer dapat menyetujui penggunaan terbatas alat
penyemprot tangan.
(a) Kontraktor harus memelihara permukaan yang sudah diberi resap pengikat selama
minimum dua hari sebelum menutupnya dengan lapisan diatasnya. Setiap daerah
yang mengandung kelebihan atau kekurangan lapis resap pengikat harus diperbaiki
dengan bahan bahan penyerap ( pasir halus ) atau bahan bitumen sebagaimana
diarahan oleh Engineer. Sebelum penerapan lapisan diatasnya, maka setiap
keretakan permukaan harus ditambal dan semua bahan penyerap yang berlebihan,
kotoran dan bahan lainnya yang tidak dikehendaki harus dibuang dengan sapu.
(b) Lalau lintas tidak akan diijinkan berada pada permukaan yang diberi lapis resap
pengikat sampai bahan bitumen telah merembes, mengering dan dirawat menurut
kepuasn Engineer. Dalam keadaan pengecualian dimana diperlukan untuk
mengijinkan lalu lintas sebelum waktunya tetapi dalam hal manapun tidak lebih
cepat dari 4 jam setelah penerapan bahan bitumen, bahan penyerap akan
digunakan sebagaimana diarahkan oleh engineer dan lalu lintas akan diijinkan
untuk menggunakan jalurjalur yang diperlukan demikian. Bahan penyerap harus
dihampar dari truk didalam cara yang demikian bahwa tidak ada roda akan lewat
pada bahan bitumen basah yang tertutup. Waktu penerapan bahan penyerap pada
suatu jalur yang diperlukan yang menghubungkan suatu jalur yang masih akan
dikerjakan, suatu jalur kecil sekurangkurangnya 200 mm lebar sepanjang tempo
penghubung harus dibuka bila jalur kedua sedang mengijinkan suatu lapisan
penutup tumpang tindih dari bahan bitumen sebagaimana disyaratkan dalam pasal
diatas.
`
Lapis pengikat hanya akan diterapkan sebegitu jauh sebelum penempatan lapisan
bitumen diatasnya sebagaimana diperlukan untuk memperoleh suatu kondisi
penempatan yang sesuai. Lapisan bitumen diatasnya harus diterapkan sebelum lapis
pengikat kehilangan daya tempelnya melalui pengeringan berlebihan , Okksidasi,
Debu yang ditiup angin atau sebaliknya. Semnetara lapis pengikat tetap terbuka,
maka Kontraktor harus melindungi dari kerusakan dan mencegah kontak dengan lalu
- lintas.
(1) Pengujian Distributor Bitumen
Bila diarahkan demikian oleh engineer, maka kontraktor harus menyediakan
distributor dengan peralatannya serta pada operator untuk mengadakan
pengujian lapangan dan harus menyediakan suatu bantuan lainnya yang
diperlukan untuk maksud ini. Setipa distributpr yang tidak beroperasi secara
memuaskan menurut pendapat Engineer atau tidak sesuai dengan persyaratan
persyaratan dari spesifikasi dalam semua hal dapat ditolak oleh engineer untuk
suatu penggunaan lebih lanjut dijalan.
(2) Distribusi Melintang dari Bitumen Yang Disemprot
Kontraktor menguji distribusi melintang air angka penggunaan bitumen yang
dihasilkan oleh distributor dengan melewatkan batang batang penyemprot
diatas suatu daerah pengujian yang diletaki dengan lembaran lembaran kertas
karton tebal 500 x 500 mm, yang ditimbang sebelum dan sesudah penerapan
semprotan. Perbedaan dalam berat dikalikan dengan 4 memberikan angka
penyemprotan dalam Kg / m2 yang diterapkan sebenarnya pada setiap lembaran.,
dan variasi dari lembaran ke lembaran melintang ukuran lebar sepenuhnya yang
disemprot harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan sebelumnya.
6. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
(1) Pengukuran
(a) Jumlah bahan aspal yang diukur untuk pembayaran akan merupakan
jumlah liter yang diperlukan dan sesuai dengan spesifikasi serta persyaratan
persyaratan dari Engineer, atau akan merupakan jumlah liter sebesarnya
yang digunakan dan diterima, yang mana adalah yang lebiih sedikit.
Pengukuran volumetris harus diambil bila bahan berada pada suatu
temperatur yang merata dalam seluruh volumenya dan bebas dari gelembung
gelembung udara. Jumlah bitumen yag dicapai harus ditentukan setelah
setiap lewatan semprotan.
(b) Setiap bahan penyerap yang digunakan akan dipandang insidentil pada
pekerjaan dalam pencapaian suatu lapis resap pengikat yang memuaskan dan
tidak akan diukur untuk pembayaran.
(c) Pekerjaan persiapan dan pemerliharaan pembentukan / muka akhir, diatas
mana lapis resap pengikat akan ditempatkan, tidak akan diukur atau dibayar
dibawah bab ini, tetapi akan dianggap seluruhnya tercakup baik oleh
penwaran harga harga Timbunan, Pos pekerjaan tanah atau persiapan
Tanah Dasar ( Subgrade ) dimana pembentukan berada diatas tanah atau
bahan bahan yang ada, atau dimana pembentukan berada diatas bahan
bahan baru yang diletakkan menurut Kontrak ini, dengan penwaran harga
harga untuk bahan bahan tersebut.
(2) Pengukuran Pekerjaan Yang Dibetulkan
Dimana pembentulan lapis resap mengikat atau lapis pengikat yang kurang
memuaskan telah diarahkan oleh Engineer menurut ketentuan diatas, maka
jumlah jumlah yang akan diukur untuk pembayaran akan merupakan jumlah
jumlah yang akan telah diukur bila pekerjaan asal telah dapat diterima. Tidak
ada pembayaran tambahan akan dilaksanakan untuk pekerjaan ekstra atau
jumlah jumlah atau pengujian pengujian yang diperlukan oleh adanya
pembetulan.
(3) Pembayaran
Jumlah jumlah sebagaimana ditentukan diatas akan dibayar pada harga
harga penawaran per satuan pengukuran yang terdaftar dibawah dan telihat
dalam Jadwal Penawaran, harga harga dan pembayaran mana akan dianggap
merupakan konpensasi penuh untuk penyediaan dan penempatan semua bahan,
termasuk bahan penyerap, semua tenaga kerja, peralatan, alat alat dan setiap
hal hal insidentil yang diperlukan atau biasa untuk penyediaan yang layak dari
pekerjaan yang diuraikan dalam bab ini.
Nomor U r a I a n Satuan
1
2
Lapis Resap Pengikat
Lapis Pengikat
Liter
Liter
U M U M
1. Uraian
Pekerjaan tanah mencakup pekerjaanpekerjaan yang berhubungan dengan
penggalian dan penimbunan atau pembuangan tanah, batu batu atau material lain
dari atau ketempat pekerjaan untuk pelaksanaan pembuatan saluaran ari, selokan,
oprit, pembuangan material material yang tidak digunakan, pembuangan lapisan
tanah atas, pembuagan bekas bekas longsor, yang kesemuanya sesuai dengan
spesifikasi in dan Gambar Rencana dalam hal kedudukan, kemiringan dan bentuk
penampangnya.
2. Macam Galian
Penggalian dibagi dalam empat macam galian seperti tersebut dibawah ini :
1. Galian tanah biasa
2. Galian batu
3. Galian konstruksi
4. Galian tambahan
3. Alinyemen Horizontal dan Vertikal
Direksi akan memberikan letak / kedudukan dari PI (Point os Intersection), PT
(Point of Tangent) dan kemiringan. Gambar Rencana akan menjelaskan keterangan
tentang lengkung horizontal dan vertikal, serta besarnya kemiringan melintang
(super elevation) dimana perlu. Konstraktor akan mengerjakan pematokan dengan
sepengetahuan dan seijin Direksi sebelum meneruskan pekerjaan pekerjaan
berikutnya.
Permukaan tanah dasar ( grade level ) setelah dipadatkan harus sesuai dengan
Gambar Rencana. Penyimpanan yang diijinkan harus + 2 cm untuk tebal perkerasan
25 cm atau lebih dan + 1 cm untuk tebal perkerasan kurang daru 25 cm.
4. Jumlah Perkerasan
Jumlah pekerjaan dari macam macam galian dan timbunan yang akan
diperhitungkan pembiayaannya, terbatas hanya pada ukuran ukuran yang
tercantum dalam Gambar Rencana, Gambar gambar standar, Gambar Gambar
Profil Melintang dan Memanjang yang disyahkan oleh Direksi. Galian / Timbunan
yang dikerjakan diluar pembatasan pembatasan itu tidak akan diberikan
pembayaran. Galian dan timbunan diluar yang ditentukan tidak akan dibayar.
Kelebihan penggalian harus di timbun kembali sesuai dengan petunjuk Direksi
dengan bahan lapis pondasi atas atau lapis pondasi bawah tanpa harus dibayar lagi.
Apakah sisa timbunan dapat dibiarkan begitu saja atau harus dipindahkan
tergantung pada keputusan Direksi.
5. Jumlah Pekerjaan Tanah yang akan dibayar, dilihat dari banyaknya volume
material diukur dari tempat asalnya dan diperhitugkan dengan cara luas ujung rata
rata ( average end area metthode ), bila pernah diajukan dan disetujui tidak
diperbolehkan untuk ditinjau kembali dengan maksud mengoreksi dengan
menggunakan cara perhitungan yang lebih teliti.
6. Pembongkaran Rintangan Rintangan
Harga satuan yang disebut dalam Kontrak untuk semua macam galian harus sudah
termasuk pembonkaran segala material dalam bentuk apapun yang terdapat dalam
galian sesuai dengan yang tercantum pada gambar rencana, membongkar dan
memindahkannya menurut petunjuk Direksi. Material tersebut dapat berupa :
tembok lama, pasangan batu, beton, batu batuan keras perkerasan jalan lama dan
sebagainya. Hanya batu besar dengan ukuran lebih besar dari 0,5 m3 atau
bangunan pasangan batu, bata beton yang berukuran lebih besar dari 1 m 3, akan
dibayar sesuai dengan mata pembiayaan untuk galian batu dan
pembongkaran.
7. Pemindahan Aliran Air
Kecuali untuk galian konstruksi, tidak akan diadakan pembayaran tersendiri untuk
mengatur atau pemindahan aliran air pada waktu sebelum dan sesudah penggalian.
Pembiayaan untuk perlindungan ( Sheeting ), perkuatan tepi ( Shoring ),
Pemompaan dan pengeringan seperti yang dikehendaki Direksi, harus sudah
tercakup dalam Harga Penawaran untuk penggalian.
Kontraktor harus menyediakan pasilitas secukupnya untuk pekerjaan pengeringan
atau penyimpangan jalan air bila perlu untuk melindungi dan menyelamatkan
pekerjaan. Kontraktor harus juga mempersiapkan sistem drainase / saluran
saluran pembuangan yang perlu agar saluran air pada musim hujan nanti berjalan
lancar. Pengaturan saluran untuk maksud menyelamatkan / melindungi pekerjaan
lain serta pemeliharaannya agar tetap bersih, sudah harus termasuk dalam Harga
Penawaran.
Tidak diadakan pembayaran tersendiri untuk itu.
8. Pembersihan dan Pengupasan Badan jalan
( 1 ) Macam Pekerjaan
Pekerjaan pembersihan dan pengupasan terdiri dari pembersihan segala
macam tumbuh tumbuhan, pohon pohon, semak semak , tanaman lain,
sampah sampah dan bahan bahan lain yang menggangu dan termasuk
pencabutan akar akar, sisa sisa konstruksi dan sisa sisa material dari
pekerjaan perjaan pembersihan. Sehubugan degan persiapan pelaksanaan
pekerjaan berikutnya sesuai petunjuk Direksi.
( 2 ) Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pembersihan dilakukan pada jalur selebar 30 m atau lebih, sesuai
petunjuk Direksi.
Pada jalan yang terletak didaerah galian, semua tunggul tunggul kayu dan
akar akar pohon harus dibersihkan sampai kedalaman tidak kurang dari 50
cm dibawah permukaan akhir. Pada daerah timbunan, dimana lapisan tanah
atas dan atau material material yang tidak diingini harus dibongkar atau
harus dipadatkan, semua tunggul tunggul kayu serta akar akarnya harus
dibersihkan sampai pada kedalaman paling sedikit 50 cm dibawah permukaan
lapis pondasi.
Pada Gambar Rencana, pembersihan badan jalan hanya ditujukan kepada tiga
macam tanaman :
- Karet Hutan / pohon perkebunan
- Tanaman Liar / Hutan
- Tanaman terpencar
( 3 ) Pembuangan lapisan tanah atas
Pada daerah yang akan ditimbun kontraktor harus mengerjakan pekerjaan
pembuangan tanah atas kesekitar tempat pekerjaan.
Pada umumnya pekerjaan pembuangan lapisan tanah atas hanya mencakup
pekerjaan membuang tanah humus atau tanah subur yang biasa digunakan
untuk bercocok tanam. Pembuagan tanah itu tidak boleh kurang dari
kedalaman 30 cm, diukur secara vertikal atau seperti petunjuk Direksi dan
lapisan tanah atas itu harus dipisahkan dari hasil galian tanah lainnya.
Pekerjaan pembuangan lapisan tanah atas ini diatur pembiayaannya pada
galian biasa
( 4 ) Cara Pengukuran Hasil
Jumlah yang diukur untuk pembayaran pekerjaan ini adalah luas tanah dalam
hektar yang telah dibersihkan dalam batas batas sesuai dengan petunjuk
Direksi.
Pembersihan tanah yang perlu untuk pemasangan konstruksi permanen
diukur tersendiri. Pembersihan tanah untuk jalan jalan dan konstruksi
konstruksi sementara tidak akan dibiayai khusus.
Nomor Uraian Satuan
1 Pembersihan pada daerah dengan
tanaman karet hutan
Meter Persegi
2 Pembersihan pada Daerah pada
tanaman hutan.
Meter Persegi
3 Pembersihan daerah dengan tanaman
terpencar
Meter Persegi
9. Digunakan atau tidaknya Hasil Galian
Material hasil galian yang cukup baik, yang terletak didaerah pekerjaan harus
digunakan / dipakai untuk keperluan yang sesuai seperti misalnya timbunan badan
jalan, pelebaran jalan atau pengisian lubang lubang bekas galian, sesuai dengan
petunjuk Direksi.
Material material sisa dari penggunaan tersebut diatas serta material material
yang dianggap oleh Direksi tidak dapat dipakai lagi, harus dibuang diluar daerah
milik jalan, sebagai galian biasa atau galian batu menurut jenisnya dan dibayar
sesuai dengan harga satuan untuk itu.
Pemakaian tanah tanah subur / tanah pertanian untuk tempat pembuangan bekas
galian harus dihindari.
10. Selokan selokan
Kontraktor harus membangun / membuat selokan selokan tepi jalan simpangan
simpangan, pintu pintu masuk dan keluarnya seperti yang tercantum pada
Gambar Rencana, atau atas petunjuk Direksi, baik secara sementara atau
permanen, agar supaya air tidak mengganggu konstruksi timbunan. Lapis tanah
dasar, lapis pondasi bawah atau lapis pondasi atas, selama pekerjaan berlangsung.
Kontrakstor harus juga mengusahakan sistem pengaliran air yang cukup baik dan
pertahapan yang seksama agar sistem drainase itu sudah dapat berjalan sebagai
mana mestinya sebelum pekerjaan pada badan jalan dimulai.
Kontraktor diharuskan selalu membersihkan saluran saluran tersebut sehingga
jalanya air selalu lancar, kerusakan perkerjaan akibat tidak cukup baiknya aliran
air akan menjadi tanggung jawab kontraktor sepenuhnya.
Pembayaran untuk galian selokan samping ( side ditches ) dan simpangan yang
bersifat permanen harus dicakup dalam Harga penwaran dan termasuk galian
tanah biasa atau galian batu sesuai dengan jenisnya.
11. Pemindahan Sungai / Saluran Air
Bila tercantum pada Gambar Rencana atau bila dikehendaki oleh Direksi,
Kontraktor akan membicarakannya dengan Direksi untuk menetapkan penampang
saluran pengganti. Pekerjaan pemindahan sungai / saluran air ini diperhitungkan
dan dibayar sebagai galian tanah biasa atau galian batu sesuai dengan jenisnya.
12. Pemindahan / pembongkaran tanah lepas dan batuan lepas
Tanah lepas atau batuanbatuan lepas harus dipindahkan / dibongkar dari lereng
lereng timbunan / galian sesuai dengan petunjuk Direksi. Pembayaran untuk
pekerjaan itu termasuk pekerjaan galian tanah biasa.
13. Longsoran tanah, tepitepi dan perataan lerenglereng.
Direksi akan memerintah untuk memindahkan / membongkar longsoran tanah
konstruksi tepi tepi pada lereng atau di atas lereng galian atau bila menurut
pendapatnya lerenglereng tersebut. Menunjukan gejala tidak setabil dan perlu
diratakan.
Pembayaran untuk itu harus dimasukan dalam harga penawaran sebagai galian
batu atau galian tanah biasa sesuai dengan jenisnya.
GALIAN TANAH BIASA
1. Uraian
Galian tanah biasa harus mencakup semua galian yang bukan galian batu, galian
untuk Kontruksi, atau galian untuk material/bahan baku.
2. Pembongkaran dan pembuangan material-material yang tidak diinginkan. Bila
Direksi menghendaki, kontraktor harus membongkar/membuang material-material
yang tidak diinginkan dalam pekerjaan timbunan badan jalan ketempat lain. Bila
material-material yang tidak diinginkan itu memang harus dibuang, tanah yang
digunakan untuk menimbun kembali sebagai gantinya harus dipadatkan setiap
tebal 15 cm. Pembayaran untuk pemadatan itu termasuk dalam Harga Penawaran
untuk penggalian tanah biasa. Bila tanah/material yang tidak diinginkan itu
terletak dibawah muka air tanah dan material lainnya, dengan tebal paling tidak 30
cm maka pemadatan dapat ditiadakan, dengan persetujuan Direksi.
3. Konglomerat
Bila material dalam daerah galian adalah konglomerat sehingga untuk
membongkarnya Direksi menganggap tidak perlu diadakan pemboran dan
peledakan. Kontraktor harus menggunakan alat gali yang diperlengkapi gigi baja,
atau perlengkapan lain untuk melaksanakannya. Bila digunakan alat-alat ledak
maka pekerja7an dengan tersebut diperhitungkan sebagai galian batu.
4. Cara pengukuran hasil kerja
Cara pengukuran hasil pekerjaan adalah jumlah volume dari material yang akan
digali, yang dihitung dengan cara luas ujung rata-rata, atau cara perhitungan
prisma. Material tersebut harus diukur pada keadaan aslinya sebelum pelaksanaan
galian atau cara lain yang disetujui oleh Direksi. Profil dan penampang skala yang
tepat dan lengkap harus dibuat oleh Konrtaktor diatas kertas kalkir dan diperiksa
oleh Direksi. Bila telah memenuhi syarat dan dapat disetujui, akan menjadi dasar
pembayaran. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi sebanyak 3 (tiga) kopi
dari gambar kalkir yang telah disetujui itu beserta perhitungan volumenya.
5. Dasar Pembayaran
Galian tanah biasa akan dibayarkan tersendiri dalam hal-hal seperti dibawah ini .
1. Bila material hasil galian untuk jalan ini ditentukan secara tertulis oleh Direksi
sebagai material yang tidak diinginkan untuk dipakai sebagai bahan timbunan.
2. Bila material hasil galian untuk jalan ini lebih banyak dari yang diperlukan
untuk kontruksi timbunan, akan tetapi dalam hal diman material tersebut
bukan material yang lebih dikarenakan adanya galian tambahan (open
horrowpit) yangn dikerjakan oleh Kontraktor untuk kepentingannya sendiri.
Untuk menghitung jumlah volume keperluan timbunan seperti yang dimaksud
diatas, maka volume timbunan tersebut perlu dikoreksi dengan faktor
pemadatan 0,85 untuk tanah biasa dan faktor pengembangan 1,20 untuk batu-
batuan. Bila Direksi menghendaki hasil dari galian tanah biasa akan dipakai
untuk untuk bahan baku bagi pekerjaan lainnya (misalnya batu-batuan atau
batu pecah guna pelaksanaan perkerasan atau untuk beton), pekerjaan tersebut
tidak akan dibayar tersendiri tapi termasuk dalam Harga Penawaran untuk
satuan pekerjaan yang menggunakan bahan baku tersebut. Jumlah pekerjaan
galian tanah biasa akan dicantumkan dalam Harga Penawaran dan disebutkan
dalam nomor mata pembiayaan seperti dibawah ini. Harga tersebut termasuk
segala pembiayaan yang perlu untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-
baiknya.
Nomor Uraian Satuan
1 Galian biasa Meter kubik
GALIAN TANAH
1. Uraian
Galian batu terdari dari pekerjaan menggali/membongkar batu-batuan sebesar 1 m3
atau lebih pada daerah galian. Termasuk batua-batuan konglomerat yang menurut
pendapat Direksi diperlukan bongkaran dengan alat-alat bor dan bahan peledak.
2. Bahan Peledak
(1) Kontraktor harus menyediakan bangunan gudang yang memenuhi syarat dan
terletak pada tempat yang sesuai guna menyimpan bahan-bahan peledak yang
harus diatur penyimpanannya yang jumlahnya sesuai dengan petunjuk Direksi.
Gudang itu harus diberi tanda-tanda yang mudah dilihat dan semua pintu-
pintunya dilengkapi dengan kunci-kunci yang baik. Peralatan keamanan yang
cukup agar orang-orang yang yang tidak berkepentingan tidak dapat masuk.
(2) Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas penegeluaran bahan-bahan
peledak dan pemakaiannya. Penggunaan alat peledak hanya akan dipercayakan
kepada orang-orang tertentu yang memiliki keahlian dan pengalaman serta
tanggung jawab yang cukup, diketahui dan disetujui oleh Direksi serta sesuai
dengan peraturan-peraturan lain yang mengatur hal tersebut.
(3) Pemboran dan peledakan harus dikerjakan seteliti mungkin agar sedekat
mungkin dengan bentuk akhir (profil) yang dikehendaki tetapi sesedikit mungkin
merusak material yang dimaksudkan sebagai bidang/bentuk akhir (Profil) yang
tercantum didalam Spesipikasi atau Gambar Rencana. Peledakan yang
menggunakan bor trowongan atau cara lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kontraktor dimana untuk itu tidak dibenarkan adanya tuntutan tambahan
pembiayaan yang diakibatkan oleh kerusakan/penyimpangan dari bentuk akhir
(profil) yang telah disyahkan oleh Direksi.
(4) Pelaksanaan harus dikerjakan dengan teliti dan sangat hati-hati agar tidak
merusak bangunan lain. Pekerjaan yang telah selesai tidak membahayakan
keselamatan pekerja/orang lain. Alat-alat peledak harus disiapkan dengan
sempurna dan hanya alat-alat peledak dengan kekuatan sedang boleh dipakai.
Catatan/Gambar skets tentang penempatan tentang bahan-bahan peledak serta
banyaknya harus disimpan dengan baik oleh kontraktor untuk kepentingan
pemeriksaan oleh Direksi.
(5) Bila Direksi menghendaki, Kontraktor harus memasang jaring yang kuat untuk
melindungi keselamatan pekerjaan, bangunan milik orang lain dan pekerjaan
sendiri. Peledakan hanya boleh dilakukan pada waktu-waktu tertentu sesuai
dengan petunjuk Direksi.
(6) Direksi dapat menunjukan cara penggalian batu dengan alat-alat lain selain
peledak, bila menurut pendapatnya cara peledakan akan membahayakan
keselamatan jiwa, bangunan-bangunan yang berdekatan atau persiapan
peledakan tidak memenuhi syarat. Bila lalu lintas harus dihentikan sementara,
Kontraktor harus mengajukan surat permintaan izin kepada yang berwenang
dengan sepengetahuan Direksi.
3. Permukaan Lapis Tanah Dasar dalan Galian Batu
Galian batu harus dikerjakan sampai mencapai kedudukan permukaan lapis tanah
dasar seperti yang dicantumkan pada Gambar Rencana.
4. Cara Pengukuran Hasil Pekerjaan
Jumlah yang akan dibayar adalah banyaknya volume yang telah digali dan seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, material tersebut diukur pada keadaan aslinya
(semula) sebelum pelaksanaan pembersihan (clearing&grubing).
5. Dasar Pembayaran
Akan disediakan pembayaran terdiri hanya untuk hal-hal tersebut dibawah ini :
(1) Bila material yang dihasilkan dari galian batu ini dinyatakan secara tertulis oleh
Direksi tidak memenuhi syarat untuk dipakai sebagai bahan timbunan.
(2) Bila material yang dihasilkan dari galian batu ini melebihi keperluan untuk
menimbun, dengan catatan bahwa material lebih ini bukan karena kontraktor
membuat galian lain atas kehendaknya sendiri.
Bila Direksi menghendaki untuk memakai material hasil galian ini guna pekerjaan-
pekerjaan lainnya (misalnya : pasangan batu atau bahan batu pecah untuk
perkerasan), galian batu ini tidak akan dibayar tersendiri atau dianggap sebagai
bagian dari pekerjaan yang menggunakan bahan itu dan sudah termasuk dalam
harga penawaran dan dibayar sesuai dengan mata pembiayaan yang bersangkutan.
Jumlah yang akan dibayar sesuai dengan harga penawaran persatuan untuk
pembiayaan yang akan disebut dibawah ini , termasuk segala pembiayaan yang perlu
untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut sebaik-baiknya.
Nomor Uraian Satuan
1 Galian batu Meter kubik
GALIAN KONTRUKSI
1. Uraian
Galian kontruksi termasuk galian tanah atau batu, dalam batas pekerjaan yang
disebut dalam Spesifikasi ini atau tercantum dalam Gambar Rencana. Semua galian
yang disebut sebagai galian batu atau galian tanah biasa tidak termasuk dalam
galian kontruksi. Galian Kontruksi terbatas pada galian-galian untuk lantai pondasi
jembatan, gorong-gorong, tembok penahan tanah, tembok sayap dan saluran-saluran
lain serta kontruksi-kontruksi lainnya. Pekerjaan ini harus juga termasuk pekerjaan
untuk menimbun kembali lubang-lubang galian kelebihan dengan material yang
baik, membuang kelebihan material, pengeringan yang perlu/pemompaan
perlindungan/membuat garis batas kontruksi Krib, Confferdam, pembongkaran yang
perlu sehubungan dengan itu dan pembongkaran konstruksi lama atau sebagian dari
itu.
2. Lingkup Pekerjaan
Galian Konstruksi akan diklarifikasi dalam pengukuran dan pembiayaan sebagai
berikut :
(1) Galian Tanah Konstruksi
(2) Galian Batu Konstruksi terdiri dari galian material yang biasa, atau yang
menurut Direksi penggaliannya perlu menggunakan bor dan bahan peledak atau
alat lainnya.
(3) Galian Konstruksi dimana timbul persoalan air tanah pada kedalaman lebih dari
20 cm dari permukaan air konstan dimana biasanya air tanah naik pada
penggalian pondasi.
3. Penggalian
Kontraktor harus memberi tahu Direksi sebelum mulai mengerjakan galian sehingga
pengukuran penampang dan peil dapat dilakukan pada keadaan tanah yang belum
terganggu. Permukaan tanah yang berdekatan dengan kontruksi ini tidak
dibenarkan untuk diganggu tanpa izin dari Direksi. Galian pondasi untuk kontruksi
atau lantai pondasi harus digali pada batas-batas kemiringan dan peil yang
tercantum pada Gambar Rencana atau atas petunjuk Direksi. Galian tersebut harus
mempunyai ukuran yang cukup agar penempatan kontruksi atau lantai pondasi
dengan ukuran-ukuran sesuai dengan Gambar Rencana atau atas petunjuk Direksi.
Galian tersebut harus mempunyai ukuran yang cukup agar penempatan konstruksi
atau lantai pondasi dengan ukuran ukuran sesuai dengan Gambar Rencana mudah
dilaksanakan. Peil dasar lantai pondasi seperti yang tercantum pada Gambar
Rencana, tidak boleh dianggap bersifat pasti. Direksi dapat menentukan perubahan
ukuran atau peil dari lantai pondasi bila dipandang perlu, agar pondasi tersebut
dapat berfungsi sebaik baiknya. Batu batu besar kayu kayu dan benda benda
lainnya yang mengganggu dalam galian harus dibuang sesudah galian selesai
dilakukan. Kontraktor harus memberitahukan akan hal ini kepada Direksi. Tidak
diperkenankan memasang lantai pondasi, material pondasi atau memasang gorong
gorong sebelum Direksi setuju ukuran dan kedalaman galian, material material
pondasi, serta konstruksi konstruksi yang akan dipasang pada lubang galian
tersebut.
4. Cara Pengukuran Harus Pekerjaan
Pengukuran volume tidak diperhitungkan untuk galian galian yang dilakukan di
bawah bidang dasar pondasi atau dibawah bidang batas bawah yang ditentukan oleh
Direksi atau galian yang diakibatkan oleh pengembangan tanah, pemancangan,
longsor, bergeser, runtuh atau karena sebab sebab lain. Bila Direksi
memerintahkan penggalian timbunan badan jalan yang telah jadi maka galian ini
akan diperhitungkan sebagai galian konstruksi. Kedalaman dasar pondasi yang
tercantum pada Gambar Rencana hanya bersifat pendekatan, perubahan
perubahan sesuai dengan ketentuan Direksi dapat diadakan tanpa tambahan
pembiayaan. Volume galian konstruksi dimana timbul air akan dibayar tersendiri
hanya untuk galian yang dilakukan sampai kedalaman lebih dari 20 cm dibawah
muka air tanah konstan pada lubang galian.
5. Dasar Pembayaran
Jumlah yang diukur dengan cara tersebut diatas, tanpa memperhitungkan cara dan
material akan dibuang, akan dibayar menurut harga satuan sesuai dengan mata
pembiayaan yang akan disebut dibawah ini. Harga tersebut harus telah mencakup
semua pekerjaan yang perlu dan hal hal lain yang umum dikerjakan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik baiknya.
Nomor Uraian Satuan
1 Galian Konstruksi ( Tanah Biasa )
Galian Konstruksi ( Batu batuan )
Meter Kubik
Meter Kubik
GALIAN TAMBAHAN
1. Uraian
Biaya galian tambahan terdiri dari galian pada tanah ( Daerah ) yang terletak dekat
tempat pekerjaan, tapi bukan dari tempat galian yang harus dikerjakan untuk
kepentingan badan jalan dan galian konstruksi.
2. Penggunaan galian tambahan
Material yang didapat dari galian tambahan, biasanya digunakan untuk konstruksi
timbunan yaitu bila tidak mungkin didapatkan material dari daerah galian untuk
kepentingan badan jalan. Kontraktor dapat juga memutuskan untuk memakai
material galian tambahan bila dipandang lebih baik daripada menggunakan material
hasil galian dario daerah galian untuk badan jalan. Persetujuan Direksi dalam hal ini
adalah perlu dari segi penggunaan, macam dan sifat tanah guna keperluan tersebut.
Akan tetapi hal ini jumlah total material yang didapat dari galian untuk kepentingan
badan jalan sesudah dikurangi dengan jumlah yang dianggap oleh Direksi tidak
sesuai untuk digunakan, merupakan jumlah yang seharusnya digunakan oleh
kontraktor. Bila material dari galian tambahan melebihi jumlah tersebut yang
disebabkan karena terlalu banyaknya penggalian, maka kelebihan tersebut tidak
akan diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian baru. Galian tambahan harus
terletak sekurang kurangnya 30 cm dari kaki timbunan atau ujung galian, kecuali
ditentukan lain oleh Direksi. Jarak dari tempat pekerjaan tidak boleh dijadikan suatu
alasan untuk mendapatkan tambahan pembayaran.
3. Ganti Rugi
Ijin pemilik tanah dimana galian tanah tersebut akan diadakan adalah mutlak
diperlukan. Pembiayaan yang harus dikeluarkan untuk mendapat ijin tersebut
sepenuhnya tanggungan kontraktor. Keadaan tanah tersebut sesudah pekerjaan
selesai sesuai dengan ketentuan Direksi dan Pemilik tanah yang bersangkutan.
4. Pengukuran Hasil Kerja
Galian tambahan tidak akan diukur dan dibayar tersendiri.
5. Dasar PembayaranUntuk pekerjaan ini tidak diadakan pembayaran tersendiri, akan
tetapi sudah termasuk sebagai bagian/pengganti dari pekerjaan Pengurugan (
Lihat pekerjaan pengurugan badan jalan ).
Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan struktur (bangunan) menggunakan batu muka pilihan
yang disambungkan dalam adonan semen. Struktur demikian akan direncanakan sebagai
bangunan penyangga untuk menahan beban yang datangnya dari luar serta akan meliputi
tembok penahan tanah pasangan batu, gorong-gorong persegi, kepala gorong-gorong dan
dinding sayap.
a. Wajah permukaan dari masing-masing batu muka tidak boleh berbeda terhadap profil
permukaan rata-rata lebih dari 3 mm.
b. i. Ukuran Minimum
Tebal minimum = 15 cm
Lebar minimum = 1.5 x tebal (22.5 cm)
Panjang minimum = 1.5 x tebal (33.75 cm)
ii. Ukuran batu maksimum akan ditentukan oleh Direksi dengan memperhitungkan
jenis, struktur, lokasi batu dalam struktur dan persyaratan umum untuk stabilitas
dan saling mengunci.
a. Dua buah contohyang menggambarkan masing-masing batu yang digunakan untuk
pasangan batu, harus diserahkan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan paling
lambat 14 hari sebelum pekerjaan dimulai.
b. Contoh bahan agregat halus yang digunakan untuk adonan semen, harus juga
diserahkan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan yang sesuai dengan Bab. 7.3
Spesifikasi ini.
a. Semua galian harus selalu bebas air dan kontraktor harus melengkapi semua bahan-
bahan yang diperlukan, peralatan dan tenaga untuk membuang atau mengalirkan air,
termasuk saluran-saluran sementara, pengaliran lintas air, menyediakan dinding cut off
dan bendungan sementara (cofferdam).
b. Pompa cadangan harus disiapkan oleh kontraktor di tempat pekerjaan selama
pelaksanaan pekerjaan, sebagaiman diperintahkan Direksi.
a. Sebuah jadwal pekerjaan harus disediakan dan diikuti untuk menjamin bahwa jumlah
penggalian dan penyiapannya telah dilaksanakan termasuk penyediaan adonan segar
berdasarkan tingkat sebenarnya pelaksanaan pasangan batu.
b. Penggalian terbuka akan dibatasi sejauh yang diperlukan untuk memberi kondisi yang
baik dan kering pada waktu penggunaan pasangan batu.
c. Parit-parit memotong jalan akan dilakukan pelaksanaannya setengah lebar sedemikian
sehingga jalan tersebut dapat tetap terbuka untuk lalu lintas pada setiap waktu, kecuali
sebuah jalan pengaliahan (alternatif) disediakan.
Pasangan batu yang tidak memenuhi toleransi ukuran yang diberikan harus diperbaiki
sesuai dengan petunjuk Direksi.
a. Kontraktor harus bertanggung jawab pada stabilitas yang normal dan menyelesaikan
struktur pasangan batu secara lengkap, serta harus mengganti setiap bagian yang dalam
pendapat Direksi menjadi bahaya atau bergeser karena penaganan yang jelek atau
kelalaian pihak Kontraktor. Akan tetapi kontraktor tidak memikul tanggung jawab
terhadap setiap kerusakan karena bencana alam seperti gempa bumi atau banjir
bandang, asalkan bahwa pekerjaan yang rusak tersebut sebelumnya telah diterima
sepenuhnya oleh Direksi.
a. Batu yang dipilih harus bersih, keras tanpa lapisan yang lemah atau retak, dan harus
memiliki satu daya tahan (awet)
b. Batu-batu tersebut harus berbentuk rata, bentuk baji ataupun oval dan harus dapat
dilapisi seperlunya untuk menjamin saling mengunci yang rapat bila dipasang bersama-
sama dan memberikan satu profil permukaan di dlam batas-batas ukuran yang
ditetapkan
Adonan yang digunakan untuk pasangan batu harus campuran perbandingan satu bagian
semen terhadap dua bagian agregat halus dengan kualitas dan campuran sebagaimana
Adonan Semen
Bahan-bahan berbutir yang disediakan untuk membentuk drainase porous dalam selimut
filter, lapisan dasar dan laian-lain, harus memenuhi persyaratan Spesifikasi ini untuk
Drainase Porous.
Beton yang diperlukan sebagai pondasi atau lantai penutup sampai struktur pasangan batu
harus disediakan yang sesuai dengan spesifikasi ini.
a. Penggalian dan persiapan penyangga dan pondasi untuk struktur pasangan batu, harus
dilaksanakan sesuai dengan persyaratan galian.
b. Pematokan untuk garis, ketinggian dan kelandaian harus diselesaikan sehingga disetujui
Direksi sebelum pekerjaan pasangan batu dimulai.
c. Kecuali ditetapkan atau ditunjuk lain dalam Gambar rencana, dasar pondasi dinding
penahan harus dipotong dan dibuat tegak lurus kepada atau dalam tegak lurus
bertangga terhadap permukaan dinding. Untuk struktur lainnya, dasar pondasi harus
horisontal atau (untuk tanah miring) dalam bagian horisontal bertangga.
d. Bahan lapisan dasar filter tembus air (permeble) dan selimut filter atau kantong filter
harus disediakan bila ditetapkan atau diperintahkan Direksi sesuai dengan persyaratan
Spesifikasi ini.
a. Bilamana ditunjukkan pada Gambar rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Teknik, dasar (penyangga) beton atau pondasi beton harus dipasang untuk
pasangan batu sampai ketinggian dan ukuran yang diperlukan.
b. Batu harus bersih dan dibasahi sepenuhnya sebelum dipasang, diberikan waktu untuk
penyerapan air. Pondasi atau lapisan dasar yang sudah disiapkan harus juga dibasahi.
c. Tebal alas adonan untuk masing-masing lapisan pekerjaan batu adalah dalam batas-
batas 2 5 cm, tetapi harus dipertahankan sampai keperluan minimum untuk menjamin
bahwa semua rongga diantara batu yang dipasang telah diisi sepenuhnya.
d. Suatu lapisan dasar adonan segar tebal paling sedikit 3 cm harus dipasang diatas pondasi
yang telah disiapkan secepatnya sebelum pemasangan batu-batu pada lapis pertama.
Batu pilihan yang besar harus digunakan untuk lapisan bawah dan disudut-sudut. Harus
diperhatikan dan dihindari pengelompokan batu yang sama ukurannya.
e. Batu harus diletakkan dengan permukaan yang paling panjang mendatar dan
permukaan yang terlihat batu harus diatur sejajar dengan permukaan dinding yang yang
sedang dibangun.
f. Batu-batu harus dipasang dengan hati-hati untuk menghindarkan penggeseran atau
gerakan batu yang sudah dipasang. Alat-alat yang mengcukupi harus disediakan dimana
perlu untuk menopang dan memasang batu-batu besar, batu berat dalam posisinya.
Penggilasan atau memutar-mutar batu diatas pekerjaan batu yang sudah terpasang tidak
diizinkan.
g. Pada umumnya banyaknya penyediaan adonan untuk dasar yang dipasang satu kali
harus dibatasi sampai tingkat kemajuan pemasangan batu sehingga batu-batu hanya
dipasang diatas adonan yang segar. Jika sebuah batu dalam struktur menjadi lepas atau
tergeser sesudah adonan-adonan yang mengeras dan dipasang kembali dengan adonan
segar.
a. Kecuali ditunjukkan lain pada Gambar rencana atau diperintahkan lain oleh Direksi,
lubang pelepasan (Weepholes) harus disediakan dalam semua jenis dinding penahan
lubang pelepasan (Weepholes) tersebut dengan diameter sekitar 5 cm dan disusun baik
secara horizontal maupun vertikal berjarak 2 meter pusat ke pusat.
b. Dinding penahan struktur panjang menerus akan dibangun dengan sambungan muai
dengan interval maksimum 20 meter. Lebar penuh sambungan akan dibentuk dengan
ketebalan sekitar 3 cm serta batu yang digunakan untuk membentuk permukaan
sambungan harus dipilih sehingga memberikan garis tegak yang bersih untuk
sambungan.
c. Urugan kembali filter porous terpilih akan dipasang serta dipadatkan dibelakang
sambungan muai dan lubang pelepasan, dengan tebal dan ukuran yang ditunjukkan pada
Gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi.
a. Sambungan permukaan antara batu-batu akan diselesaikan hingga hampair rata dengan
permukaan pekerjaan, tetapi tidfak menutupi batu-batu selama pekerjaan berlangsung.
b. Kecuali ditetapkan lain, permukaan puncak horisontal dari semua pasangan batu akan
diselesaikan dengan tambahan lapisan aus atau adonan semen tebal 2 cm, dikulir sampai
permukaan rata dengan kemiringan melintang yang akan menjamin perlindungan
terhadap air hujan dan dengan ujung yang dibuat tumpul. Lapis aus tersebut akan
dimasukan didalam ukuran khusus dari struktur.
c. Segera setelah semua batu dipasang, dan sementara adonan masih segar, permukaan
yang nonjol dari struktur harus dibersihakn seluruhnya dari noda-noda adonan.
d. Permukaan jadi (selesai) akan dirawat mengeras sebagaimana diperlukan untuk
pekerjaan beton dalam Spesifikasi.
e. Bila pasangan batu tersebut cukup kuat, dan tidak lebih cepat dari 14 hari setelah
penyelesaian pekerjaan pemasangan, urugan kembali akan dilaksanakan sebagaimana
ditetapkan, atau sebagaimana diperintahkan Direksi sesuai dengan persyaratan
Spesifikasi yang relavan.
f. Talud tebing dan bahu jalan disekitarnya akan dirapihkan dan diselesaikan sehingga
menjamin satu perpanduan permukaan halus yang kuat dengan pasangan batu tersebut.
Yang akan memungkinkan drainase tidak terhalang dan mencegah penggerusan pada
ujung-ujung bangunan.
Pengendalian lapangan dan pemeriksaan pekerjaan akan dilaksanakan setiap hari selama
berlangsungnya pekerjaan untuk menjamin dipatuhinya persyaratan Spesifikasi dengan
perhatian khusus mengenai batas-batas toleransi, kondisi lapangan pekerjaan dan
penanganan.
a. Pasangan batu akan diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume
normal pekerjaan terselesaikan dan dapat diterima, dihitung sebagai volume theoritis
yang ditentukan oleh garis dan penampang melintang yang disetujui dan atau telah
ditetapkan.
b. Setiap bahan terpasang yang melebihi volume theoritis yang disetujui tidak boleh diukur
atau dibayar.
c. Galian untuk persiapan pondasi atau untuk pemotongan talud untuk dinding penahan
akan diukur untuk pembayaran sesuai dengan Spesifikasi ini.
d. Bahan filter porous yang diperlukan untuk lapisan dasar atau urugan kembali atau
dalam kantong-kantong filter akan diukur dan dibayar sebagai Drainase Porous,
sebagaimana diatur dalam Spesifikasi ini. Tidak ada pengukuran atau pembayaran
tambahan akan dibuat untuk penyediaan atau pemasangan lubang pelepasan yang
berbentuk pipa-pipa atau untuk suatu cetakan atau urugan kembali yang diperlukan.
Beton yang disediakan sebagai pondasi untuk pasangan batu atau untuk suatu pekerjaan
yang dapat diterima tidak boleh diukur untuk pembayaran dibawah Bab ini, akan tetapi
akan dimasukkan dalam harga satuan dan item pelaksanaan yang diperlukan di bawah
item pembayaran untuk beton pada Spesifikasi ini.
Pembersihan tapak kontruksi dan pada semua pekerjaan yang termasuk dalam Lingkup
Pekerjaan yang tercantum di Gambar kerja dan terurai dalam buku ini dari semua barang
atau bahan bangunan lainnya yang dinyatakan tidak digunakan lagi setelah pekerjaan yang
menjadi tanggung jawab Kontraktor bersangkutan selesai.
Semua berkas bongkaran bangunan existing dan sebagainya harus dikeluarkan dari tapak
kontruksi.Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan
bahan/material, barang maupun bangunan yang dilaksanakan sampai tahap serah terima

Anda mungkin juga menyukai