Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayah-
Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Fisiologi yang berjudul Laporan
Praktikum Modalitas Rasa Dalam Rongga Mulut tanpa suatu kendala yang berarti.
Laporan Praktikum ini saya buat sebagai salah satu sarana untuk lebih mendalami materi
tentang Modalitas Rasa Dalam Rongga Mulut. Kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha
Esa, untuk itu saya mohon maaf apabila dalam laporan ini masih terdapat kesalahan baik dalam
isi ataupun sistematika. Saya juga berharap laporan praktikum ini dapat bermanfaat untuk
pendalaman materi pada Blok Stomatognasi 2 ini.



Jember, 7 April 2014


Penulis


DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................. 1
Daftar isi....................................................................................................................... 2
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................... 3
BAB 2. HASIL PENGAMATAN............................................................................... 7
BAB 3. PEMBAHASAN............................................................................................ 14
BAB 4. KESIMPULAN.............................................................................................. 15
Daftar Pustaka.............................................................................................................. 16











BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Modalitas Rasa di rongga Mulut
Indera pengecap adalah organ penting pada manusia yang membuat manusia memilih
makanan sesuai dengan keinginannya dan kebutuhan-kebutuhan jaringan, selain itu, dapat juga
berfungsi untuk menghindarkan tubuh dari substansi beracun. Beberapa faktor dapat
mempengaruhi rasa, antara lain :
1. Sistem Indera seperti penglihatan, pembau, dan pendengar
2. Makanan : tekstur makanan, suhu, kandungan bahan-bahan, kandungan air, dan
udara dalam makanan.
Menurut penelitian, terdapat sel pengecap yang berespon paling baik terhadap
rangsang pahit sedangkan yang lain terhadap asin, manis, atau asam. Sebagian berespon terhadap
lebih dari satu modalitas dan sebagian terhadap keempatnya. MSG sebenarnya bukan merupakan
rasa yang dapat muncul sendiri, MSG merupakan kombinasi dari beberapa rasa, sehingga diduga
ada pengecap rasa tambahan yaitu umami. Modalitas rasa ini mengindrai rasa glutamat dan
glutamat monosodium yang basah terdapat pada masakan asia varian reseptor glutamat
metatropik (Ganong.2003).
Pengecapan merupakan fungsi utama dari taste buds di dalam rongga mulut.
Reseptor perasa atau taste buds ditemukan pada papila lidah (papila sircumvalata, fungiformis,
foliata, dan viliformis). Taste buds adalah struktur kecil yang terdapat di permukaan lidah,
palatum, epiglotis, laring dan faring. Di sekitar dari sel perasa terdapat filamen yang mirip
rambut. Setiap taste buds biasanya hanya berespon pada satu dari empat rangsang rasa primer,
bila substansi rasa berada dalam konsentrasi rendah, tetapi pada konsentrasi tinggi, sebagian
besar taste buds dapat dirangsang oleh dua, tiga, atau empat rangsang kecap primer dan juga oleh
beberapa rangsang kecap yang lain (non primer). Sel-sel pengecap terus menerus digantikan
melalui pembelahan mitosis dari sel-sel epitel di sekitarnya. Ketahan (umur) setiap sel pengecap
ini sekitar 10 hari.
Hingga saat ini terdapat lima macam rasa yang dapat dikenali yaitu :
1. asin, terletak di ujung lidah;
Rasa asin dibentuk oleh garam-garam yang terionisasi. Kualitas rasanya berbeda-
beda antara garam yang satu dengan yang lain karena garam juga membentuk
sensasi rasa yang lain selain rasa asin.
2. manis, terletak di ujung lidah;
Rasa manis tidak dibentuk atas satu golongan kelas substansi kimia saja. Beberapa
tipe substansi kimia yang menyebabkan rasa ini mencakup gula, glikol, alcohol
aldehid, keton, amida, ester, asam amino, beberapa protein kecil, asam sulfonat,
asam halogenasi dan garam-garam dari timah dan berilium. Perubahan yang
sangat manis menjadi pahit.
3. asam, terletak pada dua pertiga bagian samping lidah;
Rasa asam disebabkan oleh asam. Intensitas dari sensasi rasa ini hampir sebanding
dengan logaritma dari konsentrasi ion hidrogen, makin asam suatu asam makin
kuat sensasi yang terbentuk.
4. pahit, terletak pada bagian posterior lidah dan palatum molle.
Rasa pahit tidak dibentuk hanya oleh satu tipe substansi kimia, tetapi substansi
rasa pahit hampir seluruhnya dibentuk oleh substansi organik. Dua golongan
substansi tertentu cenderung menimbulkan rasa pahit adalah (a) substansi rasa
organik rantai panjang yang mengandung nitrogen dan (b) alkaloid, seperti yang
terdapat pada banyak zat yang terkandung dalam obat-obatan, seperti kina, kafein,
striknin, dan nikotin.
5. umami, terletak di ujung lidah;
Rasa umami adalah rasa yang diperoleh karena rangsangan pada reseptor
metabotropic glutamate receptor (mGIuR4) yang sensitive terhadap monosodium
glutamate (MSG). Monosodium glutamate umumnya ditambahkan pada makanan
untuk menguatkan rasa (dan berbahan dasar saus kedelai), yang mungkin dapat
menstimulasi reseptor umami.
Proses adanya rangsangan sampai terjadi impuls berupa pengenalan bentuk rangsang bisa
terjadi karena adanya reseptor sensorik yang mengirim sinyal ke sistem saraf pusat, di sistem
saraf pusat terjadi pengumpulan sinyal dan akhirnya muncul tanggapan berupa pengenalan
bentuk benda. Pengenalan bentuk benda di lidah ini karena adanya resptor rata (taktil) pada
lidah, bentuk paccini yang merupakan reseptor raba didapatkan pada jaringan subkutan, otot dan
sendi (Guyton.1983:107).
Berdasarkan penelitian bersifat psikofisiologik dan neurofisiologik, saat ini telah
mengenali sedikitnya 13 macam reseptor kimiayang mungkin terdapat pada sel-sel pengecap,
yaitu sebagai berikut: 2 reseptor natrium, 2 reseptor kalium, 1 reeptor klorida, 1 reseptor
adenosine, 1 reseptor ionosin, 2 reseptor manis, 2 reseptor pahit, 1 reseptor glutamate, dan 1
reseptor ion hidrogen.
1.2 Sensasi dirongga mulut
Sel reseptor pengecapan adalah kemoseptor yang berespon terhadap bahan-bahan yang
larut dalam cairan mulut yng membasahi reseptor-reseptor tersebut. Reseptor pengecapan
(sekunder) dikumpulkan bersama taste bud, terutama pada lidah dan palatum. Bahan-bahan ini
bekerja pada mikrovili yang ada di pori-pori pengecap untuk mencetuskan potensial generator di
sel reseptor yang menimbulkan potensial aksi di neuron sensorik.
Reseptor dingin definitif telah didefinisikan, ia adalah ujung saraf yang bermielin kecil
jenis A delta yang ujungnya menonjol ke dalam permukaan dasar sel basal epidermis. Dipihak
lain reseptor hangat definitif belum ditemukan. Mungkin reseptor ini merupakan satu jenis dari
ujung saraf bebas (Guyton.1996:452).
Serat-serat saraf sensorik dari papil-papil pengecap di dua pertiga anterior lidah berjalan
dengan cabang korda timpani, nervus fasialis, dan serat-serat saraf dari sepertiga posterior lidah
mencapai batang otak melalui saraf glossofaringeus. Nukleus traktus solitarius untuk dapat
menyatu ke dalam medula oblongata harus bergabung dengan kedua sarafnya. Disana mereka
bersinap dengan neuron-neuron ordo kedua yang aksonnya melintasi garis tengah dan bertemu
dengan lemnikus medialis, berakhir di nukleus-nukleus pemancar sensorik spesifik pada talamus
bersama serat untuk sensasi sentuh nyeri dan suhu. Impuls dipancarkan dari sini ke daerah
proyeksi pengecapan di korteks serebrum di kaki girus pasca sentralis. Pengecapan tidak
memiliki daerah proyeksi yang terpisah tetapi digambrkan dibagian girus pasca sentralis yang
melayani sensasi kulit dan wajah.
Impuls pengecapan melintasi saraf otak ketujuh, kesembilan dan kesepuluh menuju otak,
tempat merek berakhir di dalam traktus solitarius. Isyarat mula-mula ke talamus dan kemudian
ke area operkulum-insulaparietal korteks serebri. Area ini terletak pada pinggir lateral girus
postsentralis dalam fisura sylvii yang erat berhubungan dengan atau bertindihan dengan daerah
lidah area somatik
Terdapat banyak variasi dalam distribusi keempat papik pengecap dasar pada berbagai
spesies dan dalam suatu spesies tertentu antara individu. Pengecapan memperlihatkan after-
reaction dan fenomena kontras yang serupa dalam beberapa dalam beberapa hal dalam after-
image dan kontras penglihatan. Sebagian adalah tipuan kimia, tetapi sebagian lain mungkin
benar-benar merupakan fenomena sentral.












BAB II
HASIL PENGAMATAN

2.1 Hasil Pengamatan
2.1.1 Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area Wajah
Bentuk spesimen
Persepsi orang
coba Ukuran Waktu
Segitiga Segitiga 10 detik
Oval Oval 1,5 cm 16 detik
Kotak Kotak 0,8 cm 13 detik
Bulat Bulat 1,2 cm 6 detik

2.1.2 Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah
Lokasi
Respon orang coba
1mm 2mm 3mm
Anterior lidah 2 2 2
Samping ka-ki lidah 1 2 2
Posterior lidah 2 2 2
Palatum 1 2 2
Mukosa pipi 1 2 2
Gusi 2 2 2
Dahi 1 2 2
Hidung 1 1 2
Cuping telinga 1 1 2
Bibir atas 2 2 2
Bibir bawah 1 2 2
Leher 1 2 2
Pipi kiri-kanan 1 2 2
Dagu 2 2 2

2.1.3 Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah
Lokasi Air es Air 80
Anterior lidah + +
Samping ka-ki lidah + +
Posterior lidah + +
Palatum + +
Mukosa pipi + +
Gusi + +
Dahi + +
Hidung + +
Cuping telinga + +
Bibir atas + +
Bibir bawah + +
Leher + +
Pipi kiri-kanan + +
Dagu + +


2.1.4 Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian Lidah
Lokasi Garam Air gula Cuka Kina Umami
1 ++ ++ + + ++
2 + + ++ + +
3 + + ++ + +
4 - + - ++ +
5 + + + + +
6 + + + + +
7 + + + + +
8 + + + + +



2.1.5 Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah
A. Rangsangan Tekanan
Lokasi
Tingkat
Kedalaman
Area paling
sensitive
1 0.2 cm
2 0.1cm
3 0.1cm
4 0.1 cm
5 0.15 cm
6 0.15 cm
7 0.2 cm
8 0.2 cm

B. Rangsangan Panas
Lokasi 60 70 80 90
Waktu
sampai nyeri
1 - -

1s
2 - -

1s
3 - - - - -
4 - - - 2s
5 -

1,5s
6 - -

2s
7 - - - - -
8 - - - 1s

C. Rangsangan Dingin
lokasi 0 5 10 20
Waktu
sampai
nyeri
1 - - - - -
2 - - - - -
3 - - - - -
4 - - - - -
5 - - - 2s
6 - - - 3s
7

- -
1s
8

- - 2s

Urutan tingkat sensitivitas dari yang paling sensitive yaitu : 7,5,8,6,1,2,3,4


2.1.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi
A. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Dingin
Lokasi
Respon dari orang
coba
Permukaan Labial 1/3 Incisial Tidak Ngilu, dingin
Permukaan dari Mesio-bukal cusp Tidak ngilu, dingin

B. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Panas
Lokasi Air Panas Suhu kamar Guttap burnisher
Labial 1/3 incisa
insisiv
Hangat Dingin Nyeri -
Mesio bukal cusp
molar
Tanpa rasa Tanpa rasa Tanpa rasa -

C. Test Vitalitas Gigi Dengan Tekan
Lokasi Respon
Labial 1/3 incisa insisiv - (tidak ngilu)
Mesio bukal cusp molar ++ (terasa ngilu)

D. Test Perkusi Gigi dan palpasi
Lokasi Respon
Labial 1/3 incisa insisiv Ngilu dah bergetar (+)
Mesio bukal cusp molar Ngilu dah bergetar (+)


PERTANYAAN
1. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap pengenalan bentuk benda?
2. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap mengenali jarak antar dua
titik? Jelaskan mengapa!
3. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap suhu? Jelaskan mengapa!
4. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap nyeri? Jelaskan mengapa!
5. Apakah percobaan anda sesuai dengan teori yang anda peroleh?
6. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap rasa manis, asin, pahit, asam, dan umami?
7. Mengapa perlu dilakukan test vitalitas gigi?
8. Untuk apa test perkusi dan palpasi dilakukan?

JAWAB
1. Bagian lidah bagian anterior merupakan bagian paling sensitif terhadap pengenalan bentuk
benda karena disana terdapat lebih banyak serabut saraf sensoris dan taste bud.Sedangkan bagian
wajah yang sensitive terhadap pengenalan bentuk benda yaitu bibir atas, hidung, pipi kanan, dan
pipi kiri.
2. Pada bagian permukaan kulit di daerah wajah karena pada lapisan kulit terdapat reseptor yang
bertugas menerima rangsangan tekanan dari luar baik tekanan yang ringan maupun berat.
3. Dari percobaan yang kita lakukan bagian lidah yang peka terhadap suhu baik suhu panas ataupun
dingin adalah lidah bagian samping dan lidah bagian posterior. Hal ini dikarenakan pada daerah
samping lidah dan posterior lidah terdapat papila yang lebih banyak dibandingkan daerah lain.
Papila merupakan ujung saraf pengecapan. Semakin banyak papila di daerah tersebut maka
semakin sensitive pula terhadap adanya suatu rangsangan terutama suhu.
4. Bagian anterior lidah. Karena pada bagian tersebut terdapat serabut saraf sensori dan juga taste
bud yang akan menstimulasi rangsangan nyeri ke sistem saraf pusat serta lapisan terluar dari
ujung lidah merupakan lapisan tertipis dibandingkan dengan daerah lidah yang lain. Sehingga
apabila ada tekanan yang menimbulkan rasa nyeri bagian ujung lidah merupakan daerah paling
sensitive terhadap nyeri.
5. Ya, percobaan yang kami lakukan sesuai dengan teori yang kami peroleh.
6. Ujung lidah sebab di sana memiliki lebih banyak taste bud (1-18) dibandingan di bagian lain.
7. Test vitalitas gigi sangat penting karena untuk mengetahui seberapa kuat gigi kita terhadap
rangsangan baik rangsangan suhu dan tekanan. Dan juga untuk mengetahui kondisi gigi dalam
keadaan baik ataupun tidak baik.
8. Tes Palpasi
Fungsi : mengecek ada atau tidaknya oedema / pembengkakan atau fluktuasi / pergerakan
jaringan, mengecek ada atau tidaknya kelainan periapikaldan mengetahui ada atau tidaknya
limfadenopati
Tes Perkusi
Fungsi : mengetahui ada atau tidaknya periodontitis dan inflamasi periapikal, biasanya pasien
akan merasakan sakit atau tidak atau sensasi ngilu. Bila positif sakit, maka memang adanya
kelainan pada jaringan di sekitarnya.







BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengenalan bentuk berbagai benda di rongga mulut
Dari hasil Percobaan didapatkan waktu bervariasi dari masing-masing orang coba dalam
mengenali berbagai bentuk benda. Variasi kecepatan waktu dalam mengenali benda-benda
tersebut bergantung sensitivitas dari tiap-tiap orang. Selain itu Kecepatan mengenali beberapa
bentuk benda ini tergantung pada seberapa luas permukaan benda tersebut yang bersentuhan
pada permukaan lidah. Semakin besar luas permukaan bendah yang bersentuhan dengan
permukaan lidah maka semakin cepat pula benda tersebut mudah dikenali. Hal ini dikarenakan
semakin besar luas permukaan benda tersebut maka rangsangan yang diberi pada lidah akan
semakin kuat dan reseptor yang terangsan akan semakin banyak sehingga intrepetasi dari SSP
juga semakin cepat.
Proses adanya rangsangan sampai terjadi impuls berupa pengenalan bentuk rangsang bisa
terjadi karena adanya reseptor sensorik yang mengirim sinyal ke sistem saraf pusat, di sistem
saraf pusat terjadi pengumpulan sinyal dan akhirnya muncul tanggapan berupa pengenalan
bentuk benda. Pengenalan bentuk benda di lidah ini karena adanya resptor rata (taktil) pada
lidah, bentuk paccini yang merupakan reseptor raba didapatkan pada jaringan subkutan, otot dan
sendi (Guyton.1983:107)
3.2 Two point Discrimination di rongga mulut dan area wajah.
Pada hasil percoban yang didapatkan, pada sebagian besar orang coba didapatkan bahwa
daerah yang paling sensitif adalah bagian ujung lidah,gusi, dan leher. Sensitivitas terhadap
rangsangan ini tergantung pada reseptor dari rangsangan tekan ini. Rangsangan tekan tekan
umumnya disebabkan oleh adanya perubahan pada jaringan yang lebih dalam
(Guyton.1996:430). Reseptor dari rangsangan tekan adalah reseptor taktil ujung saraf bebas.
Pada daerah yang lebih sensitif seperti pada bagian lidah, wajah dan leher memiliki reseptor
yang lebih banyak pada daerah lain.
3.3 Pengenalan suhu di rongga mulut dan area wajah
Terdapat dua jenis organ indera suhu yaitu organ yang berespon secara maksimum
terhadap suhu sedikit di atas suhu tubuh, dan organ berespon secara maksimum terhadap suhu
sedikit dibawah suhu tubuh. Yang pertama adalah organ indera untuk suhu yang kita sebut panas,
dan yang kedua untuk suhu yang kita sebut dingin. Meskipun demikian, rangsangan yang
adekuat sebenarnya adalah perbedaan antara dua derajad panas, karena dingin bukan merupakan
suatu bentuk energi.
Akan tetapi perangsangan yang adekuat sebenarnya ada 2 derajat suhu yang berbeda,
kerena dingin bukan merupakan bentuk energi Berdasarkan penenelitian, daerah peka dingin
pada tubuh 4-10 kali lebih banyak dari daerah yang peka panas. Organ perasa suhu adalah ujung-
ujung saraf telanjang yang berespon terhadap suhu absolut (Ganong.1983:107-08).
Reseptor dingin definitif telah didefinisikan, ia adalah ujung saraf yang bermielin kecil
jenis A delta yang ujungnya menonjol ke dalam permukaan dasar sel basal epidermis. Dipihak
lain reseptor hangat definitif belum ditemukan. Mungkin reseptor ini merupakan satu jenis dari
ujung saraf bebas (Guyton.1996:452).
Jadi, jelaslah bahwa indera suhu ini dengan nyata sekali berespons terhadap perubahan
suhu di samping dapat berespons terhadap tingkat temperatur yang tetap. Oleh karena itu, ini
berarti bila suhu kulit secara aktif menurun, maka orang itu akan merasa lebih dingin daripada
bila suhu itu tetap tingginya. Sebaliknya, bila suhu secara aktif naik maka orang itu akan merasa
lebih hangat daripada bila suhu tetap konstan. (Guyton & Hall, 1997 : 775).
Berdasarkan hasil percobaan dapat memperlihatkan bahwa terdapat daerah peka-dingin
dan daerah peka-panas yang terpisah di rongga mulut dan area wajah. Organ indera suhu adalah
ujung-ujung saraf bebas yang berespon terhadap suhu mutlak, bukan terhadap gradien suhu di
rongga mulut. Reseptor dingin berespon terhadap suhu 10-38 C, dan reseptor panas berespon
terhadap suhu dari 30-45 C.
Kemampuan seseorang untuk dapat menentukan perbedaan gradasi sensasi suhu didapat
dengan perangsangan relatif terhadap bemacam-macam tipe ujung saraf. Secara khusus
hendaknya diperhatikan bahwa respon yang dikeluarkan sesuai dengan tingkat tingginya suhu.
Dari percobaan yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa tubuh berespon lebih sensitif
terhadap dingin dari pada panas. Hal ini dikarenakan jumlah reseptor dingin kira-kira tiga sampai
sepuluh kali reseptor hangat, dan pada berbagai daerah tubuh jumlah reseptor bervariasi, 15
sampai 25 titik dingin per sentimeter persegi pada daerah permukaan dada yang luas. Sedangkan
jumlah titik hangatnya lebih sedikit. (Guyton & Hall,1997 : 774)
Untuk mengetahui sensitifitas terhadap rangsang dingin dan panas dengan
menggunakan jangka yang diawali dengan jarak 3 cm dan dilakukan penambahan sampai orang
coba mampu mengenali kedua titik jangka sebagai 2 titik Berdasarkan hasil percobaan daerah
paling sensitif terhadap rangsang dingin adalah palatum, bibir atas, bibir bawah, anterior lidah.
Sedangkan area paling sensitif terhadap rangsang panas adalah palatum dan anterior lidah.
Sensitifitas terhadap rangsang dingin dan panas dipengaruhi oleh jumlah reseptor saraf dan
ketebalan jaringan.

3.4 Persepsi rasa pada beberapa lidah.
Pada manusia telah ditentukan 4 pengecapan (rasa) dasar: asam, manis, pahit, dan asin.
Meskipun terdapat tumpang tindih yang cukup luas, zat yang pahit terutama dikecap dibelakang
lidah, yang asam disepanjang tepi lidah, yang manis diujung lidah, dan yang asin di dorsum
anterior lidah. Zat yang asam dan pahit juga terasa di palatum yang juga agak peka untuk manis
dan asin. Keempat modalitas ini dapat dirasakan di faring dan epiglotis (Ganong.2003)
Menurut penelitian, terdapat sel pengecap yang berespon paling baik terhadap
rangsang pahit sedangkan yang lain terhadap asin, manis, atau asam. Sebagian berespon terhadap
lebih dari satu modalitas dan sebagian terhadap keempatnya. MSG sebenarnya bukan merupakan
rasa yang dapat muncul sendiri, MSG merupakan kombinasi dari beberapa rasa, sehingga diduga
ada pengecap rasa tambahan yaitu umami. Modalitas rasa ini mengindrai rasa glutamat dan
glutamat monosodium yang basah terdapat pada masakan asia varian reseptor glutamat
metatropik (Ganong.2003)
Golongan alkaloid (misalnya kafein, niotin, striknin, morfin, dn turunan
tumbuhan toksik laiinya) atau zat-zat beracun menimbulkan rasa sakit, mungkin sebagai
mekanisme protektif untuk menghindari ingesti senyawa-senyawa yang memiliki potensi
berbahaya ini (Sherwood. 2001: 190).
Hingga saat ini terdapat lima macam rasa yang dapat dikenali yaitu :
1. asin, terletak di ujung lidah;
2. manis, terletak di ujung lidah;
3.asam, terletak pada dua pertiga bagian samping lidah;
4.pahit, terletak pada bagian posterior lidah dan palatum molle.
5.umami, terletak di ujung lidah;
Dari percobaan ini orang coba diminta untuk merasakan dan menyebutkan apa yang
dirasakan pada setiap bagian lidah. Sehingga didapatkan hasil yaitu pada persepsi rasa manis,
hampir semua lidah dapat merasakan rasa manis sehingga bagian yang paling sensitif terhadap
rasa manis adalah bagian 1 atau anterior lidah dan bagian yang tidak dapat merasakan rasa manis
adalah bagian 4 atau posterior lidah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasa manis lebih
dominan dirasakan pada bagian ujung lidah dan dorsal anterior lidah. Dan pada persepsi rasa
asin, semua bagian lidah dapat merasakan rasa asin. Rasa asin lebih dominan dirasakan pada
daerah ujung, samping kanan dan kiri. Pada persepsi rasa pahit, semua bagian lidah dapat
merasakan rasa pahit tetapi rasa pahit lebih dominan pada bagian dorsal posterior lidah. Pada
persepsi rasa asam semua bagian lidah dapat merasakan rasa asam, tetapi rasa asam ini lebih
dominan pada lidah bagian samping. Persepsi rasa pedas dapat dirasakan pada semua bagian
lidah, tetapi lidah lebih dominan pada bagian dorsal posterior lidah dan antero posterior
lidah. Sedangkan pada persepsi rasa umami semua bagian lidah juga dapat merasakannya dan
lebih dominan pada lidah bagian anterior. Berdasarkan teori dapat diketahui bahwa rasa tertentu
dapat dirasakan dibeberapa bagian lidah.



4.5 Rasa Nyeri pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah
4.5.1. Rangsangan tekanan
Pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahhui adanya rasa nyeri pada jaringan
rongga mulut dan area wajah. Sonde besar ditekan pada bagian beberapa daerah lidah. Kemudian
sonde ditekan sampai menimbulkan rasa nyeri kemudian dilakukan pengukuran seberapa dalam
sonde dapat menekan beberapa jaringan rongga mulut dan area wajah sampai menimbulkan rasa
sakit. Didapatkan bahwa daerah-daerah tersebut mempunyai kedalaman yang berbeda sampai
dapat merasakan nyeri. Seper pada mukosa pipi pada 2 mm dan dahi pada 4 mm. Perbedaan ini
disebabkan oleh tingkat lapisan epitel yang ada padanya. Semakin tebal lapisan epitelnya seperti
pada dahi akan dalam reseptor nyeri yang dapat diterima.
Timbulnya rasa nyeri ini akibat rangsangan mekanis reseptor berupa tekanan. Sensasi
tekanan disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam. (Guyton, 1996 : 430)
4.5.2. Rangsangan panas
Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang ekstrim,
karena itu bersama reseptor dingin dan reseptor panas bertanggung jawab terhadap terjadinya
sensasi sangat dingin (freezing cold) dan sensasi panas yang menyengat (burning hot)
(Guyton & Hall.1997:774).
Dari hasil yang dapat diketahui bahwa semakin tinggi suhu, maka rangsangan nyeri
juga semakin bertambah. Pada suhu sekitar 45C, serabut nyeri mulai terangsang oleh panas, dan
rasa nyeri itu bertambah seiring kenaikan suhu. Adapun tingkat perbedaan dalam penerimaan
panas tergantung dari banyaknya reseptor kecap yang terdapat pada daerah tersebut.
4.5.3. Rangsangan dingin
Pada percobaan ini menggunakan air dengan suhu 0C,10C dan 20C. Pada
Percobaan ini semakin dingin suhunya maka reseptor semakin cepat dalam menerima rangsang.
Pada percobaan tersebut dapat diketahui pada beberapa bagian lidah tidak sama dalam tingkat
kecepatan menerima rangsang dingin. Misalnya pada suhu 0C, Daerah anterior lidah lebih cepat
1 detik dibandingkan pada daerah posterior lidah. Hal ini disebabkan oleh perbedaaan reseptor
kecap pada beberapa daerah di lidah sehingga terdapat perbedaan dalam menerima rangsang
dingin.
Pada suhu yang terlalu dingin (0C) yang terangsang hanyalah serabut saraf rasa
nyeri. Bila suhu meningkat hingga 10C sampai 15C maka rasa sakitnya akan menghilang,
namun pada saat itu reseptor dingin mulai terangsang. Pada percobaan ini orang coba merasakan
rasa nyeri pada suhu 0C dan 5C, dan pada suhu 10C dan 20C rasa nyeri mulai hilang dan
berganti rasa dingin.

4.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi.
4.6.1 Pemeriksaan vitalitas gigi dengan suhu dingin
Tes vitalitas dengan suhu ini dilakukan pada gigi incisive pertama kanan rahang
bawah dan gigi molar pertama kanan rahang bawah. Test pada gigi incisive pertama kanan
rahang bawah dilakukan pada permukaan labial 1/3 incical. Sedangkan pada gigi molar pertama
dilakukan pada permukaan insisal mesio bukal cups. Dilakukan pada bagian ini karena bagian ini
mendekati tanduk pulpa dimana inervasi saraf pulpa lebih banyak sehingga rangsangan akan
diterima lebih cepat. Suhu dingin diperoleh dengan cotton pellet yang diberi chlor-ethyl (suhu -
5C).
Pada test vitalitas dengan suhu dingin ini, didapatkan hasil bahwa gigi orang coba
merasakan sensasi dingin dan lama-kelamaan menjadi ngilu. Hal ini menunjukkan gigi masih
bisa menghantarkan rasa dingin. Respon ini menunjukkan bahwa gigi yang di test masih vital.
Stimulus yang diaplikasikan pada pulpa vital biasanya menimbulkan nyeri tajam dan sebentar
jika material pengetesnya diangkat. (Waltan.1997:80)
4.6.2 Tes Vitalitas dengan suhu panas
Tes panas dapat dilakukan dengan menggunakan cara yang berbeda-beda yang
mengasilkan derajat temperatur yang berbeda. Daerah yang akan dites akan diiisolaso dan
dikeringkan, kemudian udara hangat dikenakan pada permukaan gigi yang terbuka dan respon
pasien dicatat. Bila diperlukan temperatur yang lebih tinggi untuk mendapatkan suatu respons,
harus digunakan air panas, burnisher panas, guta perca panas atau kompoun (compound) panas
atau sembarang instrumen yang dapat menghantarkan temperatur yang terkontrol pada gigi. Bila
menggunakan benda padat, seperti gutta percha panas, panas tersebut dikenakan pada bagian
sepertiga oklusobukal mahkota yang terbuka (Grossman.1995:15).
Pada test vitalitas dengan suhu panas ini, dilakukan dua kali perlakuan, yaitu
menggunakan air dengan suhu kamar dan menggunakan air panas. Dari percobaan dilakukan
dengan cara menyemprotkan air panas pada seluruh permukaan gigi yang ditest kemudian
didapatkan hasil bahwa orang coba merasa panas dan lama kelamaan menjadi nyeri, dan dari
percobaan yang dilakukan dengan menyemprotkan air dengan suhu kamar orang coba merasa
hangat. Hal ini memperlihatkan dari gigi tersebut masih bisa menghantarkan sensasi panas
sedangkan adanya rasa nyeri disebabkan karena ekspansi isi pulpa. Dari hasil yang didapatkan
maka dapat dikatakan gigi masih vital.
Stimulus yang diaplikasikan pada pulpa vital biasanya menimbulkan nyeri tajam
dan sebentar jika material pengetesnya diangkat. Jika tidak ada respon yang dihasilkan pada gigi
yang ditest menandakan bahwa pulpanya nekrosis (Walton & Torabinejad 1997:80-81).
4.6.3. Tes vitalitas gigi dengan tekan
Test tekan ini digunakan untuk mengetahui keradangan jaringan periodontal. Test
tekan dilakukan dengan menekankan handel kaca mulut pada gigi yang ditest yaitu gigi insisive
pertama kanan rahang bawah dan gigi molar kanan rahang bawah. Test tekan ini dilakukan 3
kali. Dari percobaan yang dilakukan didapatkan orang coba merasakana danya tekanan pada gigi
tetapi tidak merasa sakit. Hal ini menunjukkan tidak ada keradangan pada jaringan periodontal.
4.6.4. Tes perkusi gigi dan palpasi
Perkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler positif yang jelas
menandakan adanya inflamasi periodontium. Perkusi merupakan indikator paling baik yang
dapat menunjukkan dengan tepat adanya penyakit periapeks (Walton.1997:79).
Seperti halnya perkusi, palpasi menentukan seberapa jauh proses inflamasi telah
meluas kearah periapeks. Respon positif pada palpasi menandakan adanya inflamasi
periradikuler (Walton & Torabinejad.1997:79)
Pada percobaan ini test perkusi dilakukan pada gigi insisive pertama dengan
mengetuk-ngetukkan handel kaca mulut pada gigi yang ditest. Dari percobaan yang dilakukan
didapatkan bahwa gigi merasa ada ketukan tetapi tidak sakit. Hal ini menunjukkan tidak ada
keradangan pada jaringan periodontal.
Palpasi dilakukan pada gingiva gigi insisive pertama. Dari pemeriksaan yang
dilakukan didapatkan hasil bahwa tidak ada pembengkakan pada gingiva. Hal ini menunjukkan
jaringan periodontal normal.
















BAB IV
KESIMPULAN

Bagian lidah bagian anterior merupakan bagian paling sensitif terhadap pengenalan bentuk
benda, rasa nyeri, dan berbagai macam rasa karena disana terdapat lebih banyak serabut saraf
sensoris dan taste bud serta lapisan terluar dari ujung lidah merupakan lapisan tertipis
dibandingkan dengan daerah lidah yang lain. Sehingga apabila ada tekanan yang menimbulkan
rasa nyeri bagian ujung lidah merupakan daerah paling sensitive terhadap nyeri..















DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W. F., 2003, Fisiologi Kedokteran, penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Guyton & Hall., 1997 , Fisiologi Kedokteran , Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Kimball, J. W. 1983. Biologi Jilid 3 edisi kelima. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Pearce, E.C, 2000, Anatomi & Fisiologi untuk Paramedis, PT. Gramedia: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai